40
i NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR KEBAHAGIAAN MENURUT IMAM AL-GHAZALI Oleh : Wafa’ Nanum Sofia PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2019

NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

i

NASKAH PUBLIKASI

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KEBAHAGIAAN MENURUT

IMAM AL-GHAZALI

Oleh :

Wafa’

Nanum Sofia

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2019

Page 2: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

i

NASKAH PUBLIKASI

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KEBAHAGIAAN MENURUT

IMAM AL-GHAZALI

Oleh :

Wafa’

Nanum Sofia

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2019

Page 3: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

ii

NASKAH PUBLIKASI

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KEBAHAGIAAN MENURUT IMAM

AL-GHAZALI

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

(Nanum Sofia, S.Psi., S.Ant., M.A.)

Page 4: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

iii

DEVELOPMENT OF HAPPINESS MEASUREMENT ACCORDING TO

IMAM AL-GHAZALI

Wafa’

Nanum Sofia

ABSTRACT

This study aims to develop Happiness measurement based on its concenpt

according to Imam Al-Ghazali, Islamic Psychology Expert. The collecting data

method uses quesionnaires and google forms which obtained 384 respondents from

75 cities. The scale used in this study was compiled by researchers with Imam Al-

Ghazali’s concept on happiness and in result obtained 22 indicators thus made into

37 items. This happiness measurement or scale has gone through the review done

by expert, and language revision before empirical data retrieval in the field. The

data analysis method was exploratory factor analysis. The results of the study

obtained happiness scale of Imam Al-Ghazali with 33 valid items and reliable with

the cronbach’s alpha coefficient of 0.883 (1 <α> 0.80) The results of factor analysis

showed the value of KMO-MSA happiness scale of 0.895 (kmo-msa> 0.5) and

generated ten factors forming happiness, those are tauhid, ma'rifatun nafs, jihad

nafs, ma'rifatur ruh, mahabbatullah, heart potention optimization, tadzhibun nafs,

ma'al qolbi, khudu 'ilal khaliq, and wara'.

Keywords: Development, measurement, scale, happiness, Imam Al-Ghazali,

Islamic Psychology

Page 5: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

1

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KEBAHAGIAAN MENURUT IMAM

AL-GHAZALI

Pengantar

Pembahasan dan pengukuran aspek kebahagiaan manusia merupakan salah

satu topik yang penting sejak zaman dahulu dan banyak dilakukan penelitian

dengan variabel tersebut pada masa kini. Sofia dan Sari (2018) mengungkapkan

bahwa sebanyak 668.050 penelitian terdokumentasi mengenai kebahagiaan pada

tahun 2015, yang membuktikan besarnya minat untuk meneliti kebahagiaan pada

masa ini sebab hakikat hidup manusia adalah untuk memperoleh kebahagiaan

(Sofia & Sari, 2018).

Kebahagiaan adalah bersifat abstrak dan definisinya bersifat subjektif dan

beragam. Secara umum, rujukan konsep dalam psikologi Islam dapat pengambil

dari pemikiran Imam Al-Ghazali, seorang tokoh pemikir, filosof terbesar dan tokoh

sufi Islam, yang menekankan pada hakikat atau esensi kebahagiaan yang

merupakan kenikmatan hati dengan mencapai tujuan penciptaannya yakni

ma’rifatullah (mengenal Allah) atau mengingat Allah, bermodalkan iman, serta

merupakan kebahagiaan sejati dan tertinggi bagi manusia (Al-Ghazali, 1984;

Daradjat, 1990; Daradjat, 1988; Rohmadi, 2004).

Secara praktis empiris, pengukuran kebahagiaan saat ini merupakan hal

yang secara universal dianggap penting, sebab dikaitkan dengan program

pengembangan potensi sumber daya manusia dan pembangunan manusia seperti

penelitian Human Development Index oleh United Nations Development

Page 6: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

2

Programme (Rofi’udin, 2013), prediksi kesehatan, pendidikan, kekayaan warga

dunia oleh Global Projection Subjective Well-Being (Rofi’udin, 2013), prediksi

tingkat kemakmuran, produktivitas dan investasi suatu negara (Nurahma, 2016),

prediksi faktor-faktor berpengaruh dan kualitas aspek-aspek kehidupan sosial

masyarakat (Lewi & Sudarji, 2015; Ppiff & Moskowitz, 2017), untuk meningkatkan

kualitas dan kepuasan hidup (Arifin, 2013; Seligman, 2013) dan lain sebagainya.

Realita ini sebenarnya cukup ironis, sebab pengukuran kebahagiaan yang

merupakan aspek psikologis, sering kali diidentiikkan dengan indikator non

psikologis seperti kemudahan memperoleh fasilitas yang menyenangkan,

mendapatkan status sosial tinggi, kesejahteraan (Rofi’udin, 2013), tingkat

kesuksesan, prestasi, kekayaan, keberhasilahan ekonomi, keharmonisian di

kehidupan sosial yang diinginkan atau dengan terpenuhinya harapan atau

ekspektasi pada hidup (Daradjat, 1990), yang sebenarnya hanya berupa faktor-

faktor dan bukanlah definisi psikologis ataupun wujud asli dari kebahagiaan

tersebut.

Munculnya psikologi positif sebagai salah satu perspektif dalam ilmu

psikologi menjadikan kebahagiaan sebagai topik utama dengan Prof. Martin

Seligman sebagai pendiri dan pakar utamanya (Seligman, 2005; Seligman, 2013;

Arifin, 2013). Psikologi positif mengembangkan beragam alat ukur kebahagiaan

dengan berbagai sisi peninjauan seperti skala Psychological Well-Being

(kesejahteraan psikologis ditinjau dengan pendekatan sosial) (Fadhilah, 2016),

Subjective Well-Being dan Subjective Happiness Scale (ditinjau dari emosi positif

dan kesehatan mental) (Rahma, 2018; Maharani, 2015), Authentic Happiness Scale

Page 7: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

3

(kebahagiaan otentik) (Muhammad & Nashori, 2007; Nur, 2016; Kusumaningtyas,

2012), Oxford Happiness Inventory dan Oxford Happiness Questionnaire

(kebahagiaan umum) (Amirza, 2017; Pornamasari, 2016; Safira, 2016),

Satisfaction With Life (ditinjau dari kepuasan hidup) (Putri, 2018; Maharani, 2015)

dan lain sebagainya.

Alat ukur-alat ukur kebahagiaan tersebut pada awalnya diasumsikan berlaku

secara universal. Namun seiring waktu, mulai timbul keresahan dari peneliti

kebahagiaan menuai lintas budaya dan kritik ketidakvalidan secara teoritis maupun

psikometris (Anggoro & Widhiarso, 2010), sebab secara teoritis alat ukur-alat ukur

tersebut berakar pada pemikiran sekuler (Nashori, dkk 2016) sedangkan

kebahagiaan telah terbukti memuat unsur kontekstual yang kuat terutama pada

bangsa bangsa Timur seperti Indonesia (Akhtar, 2018), Korea, India (Ali, 2011)

yang tentunya berdampak pada validitas pengukuran secara psikometris sehingga

konsep psikologi dari psikologi barat tidak dapat selalu diterapkan sebagai metode

pemecahan permasalahan yang sedang dihadapi di Indonesia (Ali, 2011; Nashori

dkk, 2016)

Idealnya, pengukuran atribut psikologis seperti kebahagiaan adalah

disesuaikan dengan latar belakang kultur masyarakat yang merepresentasikannya.

Hal ini karena pengukuran konstruk psikologis merupakan proses kuantifikasi

atribut secara sistematis yang diharapkan menghasilkan data yang valid dan

menjadi syarat penelitian ilmiah pada atribut psikologis yang bersifat laten atau

konseptual (Azwar, 2017). Indigenous psychology menawarkan solusi pengukuran

kebahagiaan dengan berbasis kontekstual terutama memperhatikan aspek agama

Page 8: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

4

dalam kultur (Anggoro & Widhiarso, 2010) dan psikologi Islam hadir dengan

menambah penekanan konsep jiwa manusia yang bersumber dari ajaran Islam

(Nashori dkk, 2016). Hal ini agar penelitian pengukuran kebahagiaan lebih teliti

dan lebih dapat dibuktikan secara empirik, lebih holistik (turut mempertimbangkan

hubungan manusia secara vertikal dengan tuhan dalam konteks keyakinan/iman)

dan melengkapi ilmu psikologi positif guna mendukung ilmu psikologi secara

umum dalam tujuan menjadi ilmu yang berlaku dan dapat dibuktikan secara

universal.

Permasalahan selanjutnya adalah masih sedikitnya pengembangan wawasan

psikologi dengan pendekatan indigenous psychology di Indonesia dan

pengembangan perspektif psikologi Islam juga masih tergolong baru serta masih

identik dengan sasaran populasi masyarakat jawa dan belum berkembang pada

konteks atau kultur masyarakat non jawa, seperti penelitian Akhtar (2018),

penelitian Anggoro dan Widhiarso (2010) dan penelitian yang dilakukan oleh Pusat

Studi Psikologi Islam dan Indigenous Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Yuwono dkk, 2012). Di sisi lain, pengembangan alat ukur penelitian kebahagiaan

perspektif psikologi Islam masih belum ada.

Secara konsep, perspektif psikologi Islam kaya akan karya dan pemikiran

para filosof dan ulama muslim klasik dan cendekiawan muslim modern yang

membahas definisi serta cara pencapaian kebahagiaan yang sangat berpotensi

menjadi rujukan pengembangan alat ukur kebahagiaan, diantaranya konsep dari Al-

Farabi, seorang filosof muslim yang menulis buku “Tahshil As-Sa’adah” (cara

mendapatkan kebahagiaan) dengan metode rasional filsafat (Savitri, 2019), Imam

Page 9: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

5

Al-Ghazali yang menulis buku “Kimiya’ As-Sa’adah” (kimia kebahagiaan) yang

mengandung unsur metode sufistik dalam menggapai kebahagiaan (Effendi, 2017;

Al-Ghazali, 2017), kebahagiaan menurut Ibnu Sina (Ibn Sina, 2009), konsep dari

Daradjat yang fenomenal dengan bukunya yang berjudul “Kebahagiaan” (Daradjat,

1988), konsep kebahagiaan dari Hamka (Hamka, 2018), konsep dari Ibn

Maskawaih (Sofia & Sari, 2018) dan masih banyak yang lainnya.

Saat ini, penelitian terkait kebahagiaan perspektif psikologi Islam dan

wawasan pengetahuan Islam masih bersifat analisis konstruk, studi literatur,

kualitatif empiris seperti secara kualitatif dan jumlahnya sangat minim. Contoh-

contoh penelitian kebahagiaan perspektif psikologi Islam antara lain penelitian

Sofia dan Sari (2018) yang mengungkap indikator kebahagiaan dari sumber Al-

Qur’an dan hadits, penelitian Arifin (2013) yang melakukan analisis komparatif

konsep kebahagiaan menurut Imam Al-Ghazali (seorang argumentator Islam, tokoh

sufi, filosof, ilmuan, ulama fiqih dan teologi Islam/mutakallim, penulis buku

“Kimiya’ As-Sa’adah” dengan teori kebahagiaan Seligman, penelitian Rohmadi

(2004) yang menemukan sumber kebahagiaan bagi umat Islam adalah Iman pada

Allah dan penelitian Muhammad (2016) yang memberi konseling Islami dengan

konsep kebahagiaan Imam Al-Ghazali guna mengurangi kesepian.

Konstruk atau konsep kebahagiaan perspektif psikologi Islam belum dapat

diujikan dan diterapkan secara empiris dalam penelitian karena alat ukur

kebahagiaan dengan perspektif psikologi Islam masih belum ada dan belum

dikembangkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Arifin (2013), bahwa perbedaan

dari sisi psikometris, teori kebahagiaan terutama konsep kebahagiaan Imam Al-

Page 10: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

6

Ghazali yang menjadi rujukan utama dalam Psikologi Islam, belum dikembangkan

menjadi alat ukur yang terstruktur, berbeda dengan teori kebahagiaan perspektif

psikologi positif dari Seligman yang telah dikembangkan menjadi beberapa alat

ukur yang terstruktur dan aplikatif.

Di sisi lain, beberapa alat ukur atribut psikologis perspektif Islam lainnya

sudah marak diteliti dan dikembangkan, seperti atribut ridho (Rusdi, 2017; Addina,

2016), ikhlas (Nuraida, 2018), religiusitas Islam (Amrini, 2018; Hapsari, 2018),

pemaafan (Afifah, 2018), kebersyukuran (Kusumaningtyas, 2012), intensitas dzikir

(Auzan, 2018; Anwar, 2018), husnudzan (Iqbal, 2018), tawadhu (Hidayati, 2016)

dan tawakkal (Sartika, 2014), sehingga alat ukur-alat ukur dari atribut-atribut

psikologis tersebut telah banyak dimanfaatkan secara praktis dalam berbagai

penelitian empirik di lapangan.

Oleh sebab itu, pengembangan alat ukur kebahagiaan dengan perspektif

psikologi Islam sangat diperlukan. Salah satu konsep kebahagiaan yang dapat

menjadi landasan teoritis adalah konsep kebahagiaan Imam Al-Ghazali yang

tertuang dalam karyanya, kitab “Kimiya’ As-Sa’adah” (Al-Ghazali, 1984; Al-

Ghazali, 2017). Imam Al-Ghazali pada masa kini, diakui sebagai pakar psikologi

Islam dan pemikirannya termasuk bahan kajian paling banyak psikologi Islam

dibandingkan pemikiran ulama muslim lainnya. Hal ini tentu tidak terlepas dari

kredibilitas keilmuan Imam Al-Ghazali dan kecerdasan serta integritas Imam Al-

Ghazali dalam menggali, memahami dan menganalisis serta mengkritisasi berbagai

macam ilmu agama dan pengetahuan lainnya.

Page 11: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

7

Konsep kebahagiaan Imam Al-Ghazali berlandaskan pada nilai nilai Islam

dan berorientasi menegakkan kebenaran ajaran teologi Islam (Jahja, 2009),

berpegangan pada Al-Qur’an dan Hadits sebagaimana telah menjadi

pengembangan psikologi Islam (Nashori dkk, 2016), yang dikonsep dan

diargumentasikan secara Ilmiah (Jahja, 2009). Pemikiran Imam Al-Ghazali tetap

yang lebih besar pengaruhnya dibandingkan para filosof muslim lainnya terhadap

umat manusia khususnya Ummat Islam hingga masa kini (Armas, 2014),

Al-Ghazali diakui sebagai tokoh besar atau mungkin yang terbesar di

kalangan teolog pada masanya, pemikir yang berprestasi juga pada bidang filsafat

dan ahli sufi yang berhasil, yang menguasai beragam ilmu mulai dari fiqih, teoligi

(kalam), filsafat, metode berdiskusi, ushul fiqih, sufisme (tasawwuf) serta ilmuan

atau ulama besar yang produktif sehingga digelari Hujjatul Islam atau argumentator

Islam (Arifin, 2013). Karya-karyanya diperkirakan lebih dari 400 kitab yang

tersebar ke seluruh penjuru dunia dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa

(Arifin, 2013). Selain kehebatan ilmu, Imam Al-Ghazali diakui kehebatan analisis

dan ketajaman argumentasi yang dimilikinya sehingga mendapat gelar “Imam”

(panutan para intelektual) oleh para intelektual saat itu (Jahja, 2009).

Imam Al-Ghazali melakukan eksperimen empirik dan analisis mendalam

terhadap metode sufisme (tasawwuf) secara intensif selama 11 tahun yang

mengantarkannya pada penulisan karya monumentalnya kitab Ihya’ Ulumuddin

(The Revival Of The Religious Sciences; Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu

Agama) dan kitab Kimiya’ As-Sa’adah (kimia kebahagiaan) yang menjadi intisari

dari kitab Ihya’ Ulumuddin (Jahja, 2009).

Page 12: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

8

Secara metodologi, upaya praktek, analisa dan pembuktian melalui

pengalaman yang menjangkau aspek ruhani (eksperimental spiritual, mental) Imam

Al-Ghazali ini merupakan pengalaman empirik internal yang masih dapat diakui

kebenaran dan kredibilitasnya secara rasional. Metode-metode yang digunakan

Imam Al-Ghazali dalam upaya mencapai kebenaran tidak hanya metode observasi,

eksperimentasi dan komparasi ilmiah, melainkan juga metode keyakinan (dengan

berpegang pada ajaran Islam), metode suluk sufisme, metode tekstual parsial

sebagai teolog, metode rasional sesuai dengan kecerdasannya sebagai filosof,

metode intuitif aksetis yang lazimnya banyak dilatih dan dialami oleh para sufi

(Jahja, 2009). Nashori (Nawawi dkk, 2000) sebagai pakar psikologi Islam,

mengakui bahwa metode keyakinan dan metode intuisi dapat

dipertanggungjawabkan atau diuji kebenarannya sebab metode-metode tersebut

dapat dialami setiap orang dan dapat dilakukan oleh siapapun serta dapat

mengantarkan pada pemahaman realitas yang objektif dalam pengetahuan-

pengetahuan yang mempelajari manusia.

Kredibilitas pemikiran Imam Al-Ghazali di bidang Psikologi semakin

menguat dengan adanya analisis komparasi ilmiah yang mempertemukan

pemikiran Imam Al-Ghazali dengan tokoh-tokoh psikologi barat , seperti penelitian

Fatchurohmah (2006) yang berjudul “Sosok Guru Menurut al-Ghazali dan Zakiah

Daradjat (Studi Komparatif)”, penelitian Hilmawati (2006) dengan judul “Konsep

Jiwa Menurut Al-Ghazali dan Sigmund Freud (Studi Komparatif Tasawuf dan

Psikologi), penelitian Jahro, (2008) yang berjudul “Analisis Komparatif Konsep

Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud dan Al-Ghazali: Sebuah Tinjauan

Page 13: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

9

Psikologi Islam”, penelitian Mahmudah (2007) yang melakukan analisis

komparatif teori perkembangan peserta didik dalam perspektif Barat dengan Islam

menggunakan konsep Al-Ghazali dan Kohlberg, dan penelitian Sofat (2008)

dengan judul “Pengembangan Karakter Melalui Pendidikan Keluarga (Studi

Komparatif Teori Al-Ghazali dan Teori Kornadt)” dan penelitian Qudsi (2011)

yang berjudul “Teori Belajar Dalam Perspektif Barat Dan Islam (Studi Komparatif

Jean Piaget dan Al-Ghazali”.

Berdasarkan pemaparan kredibilitas keilmuan dan perkembangan pemikiran

Imam Al-Ghazali tersebut, semakin terbukti bahwa pemikiran atau konsep

kebahagiaan dari Imam Al-Ghazali dapat dijadikan sebagai landasan

pengembangan alat ukur kebahagiaan dan dapat diterapkan dalam pengukuran

kebahagiaan secara empirik, baik kuantitatif maupun kualitatif.

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah konsep kebahagiaan perspektif

psikologi Islam telah dirumuskan dan dijelaskan secara khusus oleh Imam Al-

Ghazali, namun belum pernah ada yang mengkonstruk konsep tersebut menjadi

sebuat alat ukur terstruktur. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud menyusun

dan mengembangkan alat ukur kebahagiaan pespektif Islam yang kontekstual,

relevan, representatif, valid dan reliabel berdasarkan pemikiran Imam Ghazali.

Konstruksi teoritis : Konsep Kebahagiaan Iman Al-Ghazali

Peneliti merujuk konsep kebahagiaan Imam Al-Ghazali dari kitab Majmu’at

Rasa`il Al-Imam Al-Ghazali: Kimiya` As-Sa`adah Edisi ke-7 dan mengambil

penjelasan lebih rinci dari buku Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali.

Page 14: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

10

Definisi kebahagiaan adalah kenikmatan mengenal Allah swt yang

dirasakan hati manusia (ma’rifatullah). Sifat kebahagiaan ini adalah kebahagiaan

tertinggi manusia (ultimate happiness) karena dapat dicapai ketika telah mencapai

puncak ketaqwaan, derajat malaikat atau derajat khawash (manusia manusia pilihan

Allah) di sisi Allah Yang Maha Esa; merupakan kebahagiaan hakiki manusia sebab

sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, serta merupakan kebahagiaan hakiki

(ultimate happiness) yang dapat dirasakan di alam dunia hingga ke alam akhirat.

Pembahasaan kebahagiaan hakiki ini dapat dikaji melalui dua sisi, yakni sisi

upaya pencapaian kebahagiaan hakiki dan sisi kenikmatan yang diperoleh dalam

kebahagiaan hakiki. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menggapai kebahagiaan

antara lain:

1. Mengenal sisi batin manusia

Mengenal sisi batin manusia artinya memiliki pengetahuan mengenai ruh dan

tujuan penciptaan ruh, mengenal hati, mengenal jiwa, mengenal sifat-sifat

dalam diri manusia, serta mengenal keajaiban-keajaiban hati.

2. Mujahadah (jihad nafs)

Mujahadah memiliki arti agama, atau dapat diartikan sebagai upaya

mendisiplinkan nafsu dan amarah sesuai tuntunan syariat agama,

mengupayakan kebiasaan berakhlak terpuji dan melepaskan akhlak atau sifat

sifat tercela yang menjerumuskan pada dosa dan maksiat.

3. Hidup dengan Zuhud

Zuhud artinya sikap hidup yang tidak memiliki cinta terhadap dunia,

memanfaatkan sebagian hal baik dari dunia hanya untuk bisa bertahan hidup

Page 15: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

11

dan memprioritaskan seluruh perilaku dan niat dalam hati hanya untuk

beribadah kepada Allah.

4. Mencintai Allah (mahabbatullah)

Mencintai Allah secara garis besar ditandai dengan kerinduan terhadap Allah,

mencintai hal-hal yang dicintai Allah seperti mencintai Al-Quran dan para

Nabi serta para kekasih Allah, serta tidak takut menghadapi kematian sebab

ingin segera berjumpa dengan Allah swt.

Berikut ilustrasi kimia kebahagiaan menurut imam Al-Ghazali:

Gambar 3. Kimia Kebahagiaan Menurut Imam Al-Ghazali

Tujuan dari upaya-upaya tersebut tidak lain adalah mendapatkan

kebahagiaan hakiki dan segela kenikmatan yang diperoleh bersamanya.

Kenikmatan-kenikmatan tersebut antara lain:

1. Akhlakkul karimah (kebiasaan berperilaku terpuji)

Akhlak terpuji yang menjadi tanda tercapainya kebahagiaan hakiki secara

garis besar mengandung aspek negatif terhadap kesenangan duniawi (yang

dicintai nafsu dan amarah) dan mengandung aspek positif (kesenangan,

Mengenal Diri

(ma'rifatun nafs)

Jihad nafs (mujahadah)

Berpaling dari dunia menuju Allah

(Zuhud)

Cinta kepada Allah

(Mahabbatullah)

Meraih Hidayah Allah; Kebahagiaan mengenal Allah

(Ma'rifatullah)

Page 16: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

12

kecenderungan dan upaya pemenuhan kebutuhan) terhadap kenikmatan

rohani (spiritual).

2. Kasyaf (melihat kebenaran dan rahasia ilahiyah)

Anugerah kasyaf ini tidaklah mustahil dianugerahkan Allah pada manusia

yang hatinya telah suci dari cinta kepada selain Allah, selalu dibersihkan dari

dosa dan maksiat sehingga potensi hati sebagai cermin alam malakut (alam

ghaib; lauhul mahfud) dapat dirasakan oleh hamba tersebut yang membuka

rahasia ilahiyah dan kebenaran di sisi Allah swt.

3. Menyaksikan Allah (musyahadah)

Menyaksikan Allah artinya menampak Allah atau melihat wajah Allah swt,

yang telah dijanjikan Allah swt sebagai karunia bagi hamba hamba pilihan di

akhirat. Nikmat ini adalah nikmat tertinggi yang diinginkan manusia dalam

kebahagiaan tertingginya di alam akhirat.

Resep kebahagiaan hanya ada di cawan ilmu (khazanah) Allah swt.

Khazanah Allah di alam langit adalah esensi/jiwa para malaikat, sedangkan di muka

bumi diletakkan dalam sanubari para nabi kemudian hati para wali yang Arif Billah

(mengenal Allah). Jalan para wali ini berada dalam koridor agama Islam yang

dikenal dengan jalan atau ilmu tasawwuf pada masa kini (Al-Ghazali, 2017; Al-

Ghazali, 1984; Hamka, 2018). Petunjuk kebahagiaan telah lama ditunjukkan Allah

swt yang tersimpul dan terhimpun dalam Kitab suci Al-Qur’an dan diperjelas oleh

ajaran dan Hadits Nabi (Daradjat, 1988).

Faktor pencapaian kebahagiaan ini tidak lepas dari mengikuti syariat (ajaran

nabi) dan faktor hidayah Allah swt bagi siapa yang dikehendakinya. Imam Al-

Page 17: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

13

Ghazali juga menegaskan syarat kepatutan tidak mengingkari kebenaran dari proses

spiritual batiniyah ini apabila tidak mengalaminya, agar manusia tetap memiliki

peluang menuju kebahagiaan ini dan tidak tertutup (mahjub) dari kebahagiaan ini

di kemudian hari (Al-Ghazali, 2017).

Metode penelitian

Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan konsep penyusunan atau

pengembangan alat ukur. Langkah-langkah penyusunan alat ukur yang dilakukan

antara lain pemahaman dan perumusan konsep, pembuatan item, review para ahli

(Expert judgement) untuk mencapai logical validity, uji coba bahasa dan validasi

tampilan, evaluasi kuantitatif melalui analisis data empirik dan terakhir adalah

finalisasi hasil try out skala kebahagiaan. Pengumpulan data penelitian ini

menggunakan metode self report dalam bentuk kuisioner.

Penelitian ini memperoleh responden masyarakat muslim Indonesia

sebanyak 384 orang, dengan usia 15 tahun hingga 40 tahun, 86 orang berjenis

kelamin laki-laki dan 298 orang berjenis kelamin perempuan. Latar belakang

pendidikan responden sangat beragam, mulai dari tamatan SD, SMP, SMA/SMK

sederajat, Madrasah Aliyah, Salaf, Diploma, S1, S2 hingga doktoral. Responden

penelitian ini berperan sebagai relawan untuk menjadi sumber data dan tidak

berperan sebagai subjek penelitian.

Metode analisis data yang dilakukan adalah analisis faktor eksploratori (uji

validitas faktorial), uji daya diskriminasi item, uji validitas item, dan uji reliabilitas

skala serta melakukan uji kebenaran data (uji kejujuran responden) sebagai analisis

pendukung validitas data penelitian dan meminimalisir atau menghindari hasil

Page 18: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

14

penelitian yang semu atau tidak tepat. Uji kebenaran informasi atau kejujuran

responden dalam mengisi skala kebahagiaan dilakukan dengan menyertakan skala

Social Desirability sf.

Hasil penelitian

Hasil expert judgement

Hasil expert judgment menemukan 22 indikator-indikator utama dan

mereduksi 70 item yang disusun menjadi 37 item saja. Berikut blue print skala

kebahagiaan Imam Al-Ghazali :

Tabel 2

Blue Print Skala Kebahagiaan Imam Al-Ghazali

No Indikator Item

favourable

Item

unfavourable

1 Mengetahui atau menyadari keberadaan, sifat, potensi sisi

batin manusia (ruh dan jiwa/hati)

29, 30, 31,

33, 36

2 Mengetahui atau menyadari tugas hati manusia (ruh dan

jiwa/hati) 13, 20

3 Mengetahui atau menyadari tentara hati 7, 10, 14

4 Berjihad mengendalikan tentara-tentara hati

5 Mengetahui dan menyadari keajaiban hati 25, 26,

6

Mengetahui atau menyadari manusia sebagai makhluk

mulia, berasal dari alam ruh untuk mengenal Allah selama

perjalanan di dunia menuju akhirat

1, 34

7

Mengetahui atau menyadari bahwa mengenal diri dan

mengenal Allah menjadi penentu kebahagiaan dan

kesedihan hakiki manusia

4, 11

8 Jihad mengenal diri dan mengenal Allah berdasarkan

petunjuk agama 18

9 Berjihad merenungi keajaiban dan kesempurnaan ciptaan

Allah 12

10 Berupaya atau berjihad mengenali ruh/esensi malaikat

sebagai zat asli manusia 5 3

11 Berjihad dengan amal sholeh

12 Berjihad dengan mengerjakan amal akhirat 8, 28

13 Berjihad dengan meninggalkan dunia 22

14 Berjihad dengan ikhlas dan berhuznudzan pada Allah

sebagai inspirasi berbuat baik dan meraih kebahagiaan 15

15

Iman/mengakui sepenuh hati pada Ketuhanan,

pemeliharaaan dan sifat sifat mulia Allah lainnya yang

paling berjasa dalam penciptaan dan kehidupan manusia

35

Page 19: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

15

16

Berjihad mengupayakan kebahagiaan hati dengan akhlakul

karimah (perilaku kasih sayang, cinta dan kebaikan serta

ketaatan sebagaimana ketaatan malaikat)

2, 23

17

Berjihad membersihkan hati dari kegelapan dosa dan

memerangi kebodohan dan menambah ilmu pengetahuan

tentang kebenaran

21

18 Berjihad menghindari kesedihan, kesengsaraan dan

kerusakan hati dengan menghindari akhlak buruk 16, 17

19 Berjihad mengikuti jalan para nabi, membenarkan para nabi

dan mencari guru yang telah melalui jejak langkah para nabi 19

20

Berjihad mencapai derajat malaikat, derajat orang orang

pilihan; derajat manusia yang mencapai kebahagiaan hakiki

(mengenal Allah) yang lebih tinggi daripada surga 9, 24, 27

21 Mengharap bertemu Allah

22 Senang berjihad mengenal Allah 6, 37, 32

Para ahli mengungkapkan bahwa konsep kebahagiaan manusia yang

dimaksud oleh Al-Ghazali merupakan konsep kebahagiaan hakiki manusia atau

ultimate happiness yang sifatnya universal, mencakup seluruh manusia, dan

menjadi kebahagiaan tertinggi. Kebahagiaan hakiki ini erat kaitannya dengan

adanya faktor pengetahuan luar biasa terkait penciptaan diri (jiwa) manusia dan

Kekuasaan Tuhan, adanya orientasi tauhid dan kehidupan ukhrowi dalam

berperilaku, pengamalan nilai moral dan akhlakul karimah dalam diri manusia serta

terbukanya kemampuan melihat alam ghaib yang penuh kebenaran dan ilham

ilahiyah yang disebut dengan potensi melihat alam malakut (alam ilahiyah) oleh

Imam Al-Ghazali.

Hasil Uji Bahasa dan Validitas Tampilan

Uji bahasa dilakukan dengan meminta penilaian dari 10 orang responden

sampel sekaligus menilai validitas tampilan skala yang dibuat. Hasil uji bahasa

merevisi 29 item agar item lebih mudah dipahami dan direspon oleh responden,

Page 20: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

16

menghindari penafsiran ganda dan pertanyaan dalam benak responden, serta

menghindari munculnya respon yang normatif.

Hasil Uji Kebenaran Data

Uji kebenaran data dilakukan dengan menguji besar kecilnya faktor social

desirability (kecenderungan responden menjawab sesuai norma kepatutan sosial)

dalam data skala kebahagiaan. Peneliti menguji normalitas data terlebih dahulu.

Hasil uji normalitas data dalam skala social desirability dan skala kebahagiaan yang

disusun menunjukkan nilai signifikansi 0,00 (sig,0,01) yang menunjukkan bahwa

data penelitian berdistribusi tidak normal dan merupakan data nonparametrik.

Selanjutnya peneliti melakukan uji korelasi kendall’s tau-b antara skala

kebahagiaan dan social desirability memperoleh koefisien korelasi rendah sebesar

-0,093 pada signifikansi 5 % (sig > 0,05).

Tabel 3

Uji Kebenaran data

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Social desirability ,106 384 ,000 ,975 384 ,000

Happiness ,101 384 ,000 ,934 384 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Happiness Social Desirability

Kendall's tau_b

Happiness

Correlation Coefficient 1,000 ,093*

Sig. (2-tailed) . ,011

N 384 384

Social

Desirability

Correlation Coefficient ,093* 1,000

Sig. (2-tailed) ,011 .

N 384 384

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 21: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

17

Analisis faktor eksploratori dilakukan guna mengeksplorasi faktor-faktor

yang terkandung dalam skala variabel manifest yang diujikan serta menjadi metode

validitas faktorial dari variabel tersebut. Hasil analisis faktor terhadap skala

kebahagiaan Imam Al-Ghazali menunjukkan nilai KMO-MSA sebesar 0,895

(KMO-MSA>0,5) sehingga data ini layak untuk di analisis faktor.

Tabel 4

KMO and Bartlestt’s Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,895

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 4178,433

df 666

Sig. ,000

Analisis faktor dari skala kebahagiaan Imam Al-Ghazali menunjukkan

adanya 10 faktor yang terbentuk. Distribusi item- item skala kebahagiaan Imam Al-

Ghazali pada faktor-faktor tersebut berdasarkan tabel analisis faktor model rotasi

adalah sebagai berikut :

Tabel 5

Pengelompokan faktor-faktor kebahagiaan

No Faktor Item

1 1 2, 4, 6, 12, 19, 21, 22, 23, 32, 35, dan 37

2 2 9, 15, 16, 17, 18, dan 28

3 3 11, 30, 33 dan 34

4 4 29, 31 dan 36

5 5 13, 20, 25 dan 26

6 6 8, 24 dan 27

7 7 7 dan 10

8 8 3 dan 5

9 9 1

10 10 14

Total 10 37

Page 22: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

18

Faktor-faktor tersebut layak disebut faktor apabila nilai eigenvalues lebih

besar atau sama dengan 1 menunjukkan bahwa komponen yang terbentuk layak

untuk disebut sebagai sebuah faktor sebagaimana tampak pada tabel berikut.

Tabel 6

Nilai Eigenvalues Faktor-Faktor Skala Kebahagiaan

Total Variance Explained

Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared

Loadings

Rotation Sums of Squared

Loadings

Total % of

Variance

Cumulative

%

Total % of

Variance

Cumulative

%

Total % of

Variance

Cumulative

%

1 8,882 24,006 24,006 8,882 24,006 24,006 4,601 12,435 12,435

2 1,838 4,967 28,972 1,838 4,967 28,972 3,300 8,919 21,354

3 1,737 4,695 33,667 1,737 4,695 33,667 2,257 6,101 27,455

4 1,601 4,328 37,994 1,601 4,328 37,994 2,078 5,615 33,070

5 1,516 4,097 42,091 1,516 4,097 42,091 1,903 5,142 38,212

6 1,245 3,366 45,457 1,245 3,366 45,457 1,688 4,561 42,773

7 1,213 3,277 48,734 1,213 3,277 48,734 1,512 4,087 46,860

8 1,165 3,148 51,882 1,165 3,148 51,882 1,450 3,919 50,779

9 1,099 2,970 54,852 1,099 2,970 54,852 1,320 3,567 54,346

10 1,022 2,763 57,615 1,022 2,763 57,615 1,209 3,269 57,615

11 ,932 2,518 60,132

12 ,911 2,463 62,596

13 ,863 2,332 64,927

14 ,839 2,266 67,193

15 ,790 2,135 69,329

16 ,777 2,100 71,429

17 ,741 2,002 73,430

18 ,697 1,883 75,314

19 ,672 1,817 77,131

20 ,654 1,766 78,897

21 ,632 1,708 80,606

22 ,617 1,669 82,274

23 ,583 1,576 83,850

24 ,568 1,535 85,385

25 ,552 1,493 86,878

26 ,525 1,418 88,295

27 ,513 1,385 89,681

28 ,496 1,340 91,021

29 ,454 1,227 92,248

30 ,427 1,153 93,401

31 ,412 1,114 94,515

32 ,407 1,099 95,614

33 ,400 1,082 96,696

34 ,341 ,922 97,618

35 ,311 ,841 98,459

36 ,290 ,783 99,243

37 ,280 ,757 100,000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Page 23: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

19

Guna menguji apakah faktor yang terbentuh sudah tepat, analisis faktor

dilanjutkan dengan melihat angka diagonal masing-masing faktor pada tabel

Component Transformation Matrix. Angka diagonal faktor 1 (0,636) adalah lebih

besar dari 0,5 maka sedangkan faktor-faktor lainnya memiliki angka diagonal

dibawah 0,5 (memiliki korelasi rendah).

Tabel 7

Component Transformation Matrix

Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 ,636 ,479 ,350 ,264 ,292 ,199 -,098 ,162 ,116 -,016

2 ,508 ,138 -,160 -,680 -,265 -,075 ,324 -,094 -,097 ,188

3 -,420 ,698 -,235 -,271 ,168 ,317 -,066 -,146 -,103 -,207

4 -,301 ,338 ,131 ,163 -,043 -,316 ,612 ,301 ,283 ,322

5 -,140 -,258 ,550 -,144 ,068 ,587 ,453 -,146 -,104 -,059

6 -,017 ,187 ,193 ,280 -,055 -,210 -,026 -,672 -,428 ,409

7 -,076 -,156 ,132 -,392 ,785 -,291 -,106 -,111 ,165 ,215

8 ,091 -,080 -,380 ,174 ,016 ,351 ,084 -,436 ,652 ,255

9 ,085 -,130 -,487 ,212 ,356 ,276 ,229 ,299 -,486 ,335

10 ,172 -,035 -,200 ,200 ,250 -,286 ,479 -,297 -,057 -,651

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Hasil uji validitas item

Hasil uji validiras item dengan metode product moment pearson

correlation, seluruh item memiliki nilai signifikasin dua arah (sig. 2-tailed) sebesar

0,000 (sig. < 0,01), kecuali pada item nomor 3 (sig. 0,839), item nomor 7 (sig.

0,573), item nomor 10 (sig. 0,557) dan 14 (sig. 0,483). Pada skala kebahagiaan,

ketentuan r tabel untuk jumlah responden sebanyak 384 orang (diatas 300 orang)

adalah 0,148 pada signifikansi 1 % (sig. 0,148). Melalui perbandingan nilai r hitung

dengan nilai r tabel masing masing item, seluruh item skala kebahagiaan Imam Al-

Ghazali menunjukan nilar r hitung lebih besar dari nilai r tabel kecuali item nomer

3, 7, 10 dan 14, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:

Page 24: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

20

Tabel 8

Uji Validitas Item

Item R

Hitung

R

Tabel Keterangan

1 0,248 0,148 Valid

2 0,48 0,148 Valid

3 -0,01 0,148 Tidak Valid

4 0,511 0,148 Valid

5 0,471 0,148 Valid

6 0,59 0,148 Valid

7 0,029 0,148 Tidak Valid

8 0,242 0,148 Valid

9 0,512 0,148 Valid

10 -0,03 0,148 Tidak Valid

11 0,605 0,148 Valid

12 0,508 0,148 Valid

13 0,497 0,148 Valid

14 -0,036 0,148 Tidak Valid

15 0,554 0,148 Valid

16 0,458 0,148 Valid

17 0,519 0,148 Valid

18 0,608 0,148 Valid

19 0,426 0,148 Valid

20 0,456 0,148 Valid

21 0,603 0,148 Valid

22 0,435 0,148 Valid

23 0,622 0,148 Valid

24 0,453 0,148 Valid

25 0,508 0,148 Valid

26 0,329 0,148 Valid

27 0,464 0,148 Valid

28 0,627 0,148 Valid

29 0,516 0,148 Valid

30 0,611 0,148 Valid

31 0,362 0,148 Valid

32 0,604 0,148 Valid

33 0,495 0,148 Valid

34 0,583 0,148 Valid

35 0,531 0,148 Valid

36 0,469 0,148 Valid

37 0,617 0,148 Valid

Page 25: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

21

Hasil uji reliabilitas skala

Hasil uji reliabilitas skala menggunakan metode Cronbach’s Alpha

memperoleh koefisien alpha cronbach’s skala kebahagiaan adalah 0,883 (α>0,80).

Hasil uji daya diskriminasi item

Uji daya diskriminasi item dilakukan guna menguji sejauh mana item

mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan

yang tidak memiliki atribut yang diukur. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi

item-total. Seluruh item pada skala kebahagiaan Imam Al-Ghazali memiliki

koefisien korelasi item-total positif atau di atas angka kecuali item nomor 3 (-

0,074), item nomor 7 (-0,031), item nomor 10 (-0,092), dan item nomor 14 (-

0,093).

Pembahasan

Hasil uji kebenaran data skala kebahagiaan melalui korelasi data dengan

skala social desirability (skala kecenderungan mengikuti kepatutan sosial)

memperoleh koefisien korelasi negatif dan rendah (sig. 0,093>sig. 0,05) yang

menunjukkan bahwa data skala kebahagiaan tidak dipengaruhi oleh faktor

kecenderungan responden mengikuti kepatutan sosial dan dianggap benar atau

valid. Adapun hasil uji reliabilitas skala memperoleh koefisien alpha cronbach’s

sebesar 0,883 (α > 0,80), sehingga skala kebahagiaan dapat dianggap sebagai skala

yang reliabel.

Skala kebahagiaan Imam Al-Ghazali memiliki nilai KMO-MSA sebesar

0,895 (KMO-MSA >0,5) yang menunjukkan bahwa skala kebahagiaan yang

Page 26: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

22

disusun layak untuk melalui proses analisis faktor. Adapun hasil analisis faktor

menunjukkan adanya 10 komponen atau faktor yang terbentuk dengan nilai

eigenvalues lebih besar atau sama dengan 1. Nilai eigenvalues lebih besar atau sama

dengan 1 menunjukkan bahwa komponen atau faktor yang terbentuk layak untuk

disebut sebagai sebuah faktor. Faktor 1 yang mempunyai angka diagonal (korelasi

yang tinggi antara faktor 1 dengan faktor 1 itu sendiri) sebesar 0,636 (angka

diagonal > 0,5) menunjukkan bahwa faktor 1 sudah tepat, sedangkan faktor 2

hingga faktor 10 memiliki nilai eigenvalues lebih kecil dari 0,5 yang menunjukkan

bahwa faktor yang terbentuk masih belum tepat (korelasi rendah).

Merujuk pada penjelasan dan uraian Al-Ghazali mengenai konsep

kebahagiaan manusia, peneliti menyimpulkan faktor-faktor kebahagiaan Imam Al-

Ghazali berdasarkan pengelompokan item-item skala kebahagiaan Imam Al-

Ghazali sebagai berikut:

Tabel 9

Faktor-Faktor Kebahagiaan

No Faktor Item

Koefisien

Korelasi

Item-Total

1 Tauhid (Iman kepada

Allah) 2

Apakah anda mengupayakan perilaku

kasih sayang, cinta, dan kebaikan

sebagai kebiasaan anda?

0,436

4 Apakah anda merasa tercerahkan

setiap kali menambah pengetahuan anda? 0,469

6 Apakah anda bersyukur dan gembira

ketika petunjuk Allah masuk ke dalam

hati anda?

0,557

12

Apakah anda merasa senang ketika

melihat dan merenungi tanda tanda

kekuasaan Allah dan keajaiban ciptaan-

Nya?

0,465

19

Apakah anda membutuhkan guru atau

orang lain yang bisa membimbing

perilaku/akhlak anda?

0,374

Page 27: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

23

21 Apakah anda menyadari bahwa dosa

dapat membuat hati anda sulit

menyadari/menerima kebenaran?

0,562

22

Apakah anda menerima kematian

sebagai hal yang dapat memisahkan anda

dari segala hal yang anda senangi di

dunia?

0,374

23

Apakah anda menyadari bahwa perilaku

baik (akhlakul karimah) dapat membuat

hati anda damai dan lapang?

0,590

35

Apakah anda menganggap Allah adalah

yang paling berjasa memenuhi

kebutuhan hidup anda?

0,501

37

Apakah anda merasa senang ketika

menyadari bahwa Allahlah yang telah

memenuhi kebutuhan anda?

0,587

2 Jihad Nafs

(mujahadah) 9

Apakah anda menyediakan waktu lebih

banyak untuk beribadah dan berbuat baik

dengan tujuan mendekat kepada Allah?

0,465

15

Apakah anda menganggap masalah,

musibah, penyakit dan kematian adalah

bentuk cinta dan kasih sayang Allah kepada anda?

0,508

16

Apakah anda mampu mengendalikan

amarah anda agar bisa bersabar,

bijaksana, dan melindungi diri anda dari

perilaku merugikan?

0,407

17

Apakah anda mampu mengendalikan

nafsu anda dan berusaha untuk tidak

serakah dalam memenuhi kebutuhan

nafsu anda?

0,474

18

Apakah anda merenungkan tindakan

atau perilaku anda berdasarkan ajaran

agama dan moral?

0,568

28

Apakah anda berusaha sabar selama

hidup di dunia demi mendapatkan

kegembiraan di akhirat?

0,587

3 Ma’rifatur Ruh

(mengenal hakikat

ruh)

11

Apakah anda menyadari diri anda sebagai

manusia diciptakan untuk suatu tujuan

tertentu?

0,560

30

Apakah anda menyadari ruh/jiwa anda

sebagai zat asli diri anda sebagai

manusia?

0,567

33

Apakah anda menyadari adanya sifat

dan kemampuan mirip malaikat dalam

diri anda (kemampuan untuk senang

melakukan ketaatan pada Allah dan

senang menyaksikan keindahan

kekuasaan Allah swt)?

0,441

34 Apakah anda menyadari ruh atau jiwa

anda sebagai hal yang diciptakan mulia? 0,537

4 Makrifarun Nafs

(mengenal jiwa) 29

Apakah anda mengenali keberadaan

sifat sifat hewani (makan, minum,

tidur) dalam diri anda?

0,463

Page 28: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

24

31

Apakah anda mengenali keberadaan

sifat sifat hewani seperti kemampuan

berebut, bertindak kasar, dan berkelahi

dalam diri anda ?

0,301

36

Apakah anda menyadari adanya sifat

dan kemampuan untuk tidak taat /

melanggar (seperti kemampuan setan)

dalam diri anda?

0,415

5 Mengoptimalkan

potensi hati 13

Apakah anda menyadari bahwa syahwat,

akal dan amarah anda dikendalikan

sepenuhnya oleh hati anda?

0,443

20 Apakah anda mengikuti suara hati

nurani anda daripada akal/logika anda

dalam menghadapi masalah?

0,404

25

Apakah anda menganggap firasat anda

adalah ilham, petunjuk atau anugerah

dari Allah swt?

0,457

26

Apakah anda meyakini mimpi mimpi

yang anda alami memiliki pesan/

menyampaikan sesuatu yang benar?

0,273

6 Mahabbatullah (Cinta

kepada Allah) 8

Apakah anda merindukan (ingin segera

menuju) kehidupan akhirat? 0,181

24 Apakah anda menganggap kematian

sebagai awal dari kebahagiaan hati anda

bertemu Allah? 0,396

27

Apakah anda merindukan atau

mengharap bertemu Allah swt? 0,409

7 Tadzhibun nafs

(mendisiplinkan diri) 7 Apakah anda membiarkan amarah dan

sikap kasar mudah muncul dari diri

anda? -0,031

10

Apakah anda membiarkan kesenangan

makan, minum dan tidur anda lebih dari

yang anda butuhkan?

-0,092

8 Ma’al Qalbi

(bersama hati;

condong pada hati;

mengenal hati)

3

Apakah anda menganggap tampilan fisik

anda sebagai zat dan gambaran asli diri

anda yang sesungguhnya dan bukan jiwa

anda?

-0,074

5

Apakah anda menyadari bahwa hati

adalah zat aslinya manusia? 0,413

9 Khudhu’ ilal-Khaliq

(tunduk di hadapan

Allah)

1 Apakah anda menyadari bahwa diri

anda tidak pernah ada sebelum

dilahirkan di dunia?

0,184

10 Wara’ (berhati-hati

dari maksiat dan

dosa) 14

Apakah anda memenuhi keinginan

anda melakukan taktik manipulatif

(cara yang sedikit menipu/ mengecoh) untuk mencapai tujuan anda?

-0,093

Total 37

Page 29: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

25

Secara umum, hasil analisis faktor ini selaras dengan review ahli terhadap

konsep kebahagiaan Al-Ghazali pada tahap Expert Judgement dan penelitian

Rohmadi (2004), bahwa kebahagiaan manusia adalah makrifatullah (Mengenal

Allah). Dasar upaya mencapai kebahagiaan ini adalah mengenali hahikat ruh, hati

dan jiwa agar dapat mengenali Allah secara hakiki. Menegnali sisi batin ini

bertujuan agar dapat mengenali kedudukan hati dalam jiwa dan menjalani hidup

dengan mengedepankan hati terhadap nafsu dan amarah dalam beramal dan

berakhlak sehingga jiwa dapat mencapai transformasi meunju tingkatan tertinggi

yang bersifat mulia, derajat malaikat, atau golongan para khawash berkat anugerah

Allah saw. Adapun sir atau rahasia utama menjalani mujahadah (jihad nafs

mengikuti tuntunan syariat) adalah meninggalkan dunia/ zuhud menuju Allah swt

/Al-Qurb Ilallah. Berzuhud menunjukkan mahabbatullah (cinta kepada Allah)

kuat, ketundukan hati dan ketaatan jiwa sepanjang umur (Al-Khudu’) serta

berakhlak Wara’ (sikap berhati-hati dari dosa atau maksiat/dunia) (Al-Ghazali,

2017; Al-Ghazali, 1984; Frager, 2014; Jahja, 2009; dan Hamka, 2018).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, uji daya diskriminasi item, dan uji validitas

item, terbukti bahwa item nomor 3, nomor 7, nomor 10 dan nomor 14 yang

merupakan item-item unfavourable dalam skala kebahagiaan merupakan item-item

yang tidak valid dan tidak reliabel dengan sebab tidak memiliki daya diskriminasi

dan tidak valid. Peneliti mengambil langkah akhir yakni menghapus item nomor 3,

7, 10, dan item nomor 14 dari skala kebahagiaan sehingga total jumlah item pada

skala kebahagiaan adalah 33 item. Berikut adalah blue print skala kebahagiaan

pasca penghapusan item nmonr 3, nomor 7, nomor 10 dan nomor 14 (pasca try out):

Page 30: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

26

Tabel 10

Blue Print Skala Kebahagiaan Pasca Try Out

No Faktor Item Jumlah persentase

1 Tauhid (Iman kepada Allah) 2, 3, 5, 9, 15, 17, 18,

19, 28, 31 dan 33

11 33,33 %

2 Jihad Nafs (mujahadah) 7, 11, 12, 13, 14, dan

24

6 18,18 %

3 Ma’rifatur Ruh (mengenal hakikat

ruh)

8, 26, 29, dan 30 4 12,12 %

4 Makrifarun Nafs (mengenal jiwa) 25, 26, 27, dan 32 3 9,09 %

5 Mengoptimalkan potensi hati 10, 16, 21, dan 22 4 12,12 %

6 Mahabbatullah (Cinta kepada Allah) 6, 20, dan 23 3 9,09 %

7 Tadzhibun nafs (mendisipkinlan

kekuatan baik dalam diri)

0 0 0 %

8 Ma’al Qalbi (bersama hati;

mengenal hati)

4 1 3,03 %

9 Khudhu’ ilal-Khaliq (tunduk di

hadapan Allah)

1 1 3,03 %

10 Wara’ (berhati-hati dari maksiat dan

dosa)

0 0 0 %

Total 33 100%

Penghapusan item-item tersebut mempengaruhi proporsi jumlah item di

masing-masing faktor. Pasalnya, item nomor 7 dan 10 membentuk faktor ke 7

(Tadzhibun nafs/mendisiplinkan diri), item nomor 3 berkonstribusi dalam faktor ke

8 (Ma’al Qalbi/mengenal hati dan bersama hati) dan item nomor 14 menunjukkan

faktor ke 10 (Wara’/berhati-hati dari dosa atau maksiat).

Berdasarkan hasil, faktor-faktor dengan jumlah item yang sedikit dan faktor-

faktor yang tidak memiliki item memerlukan revisi berupa penambahan atau

pembuatan item-item baru untuk menyeimbangkan proporsi masing-masing faktor

dalam skala. Revisi tersebut tentunya perlu ditindak lanjuti dalam penelitian lebih

lanjut untuk melengkapi kekurangan item pada faktor faktor pembentuk skala

kebahagiaan.

Page 31: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

27

Sebab item-item unfavourable (item nomor 3, 7, 10 dan 14) menjadi item

yang tidak valid dapat dianalisa dari penggunaan bahasa yang sukar dipahami pada

item-item tersebut dan heterogenitas latar belakang pendidikan dan usia relawan

yang menjadi responden pada penelitian ini. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi

wawasan dan pengetahuan yang dimiliki serta pemahaman responden terhadap

item.

Sebagai penelitian pengembangan alat ukur yang pertama kali dilakukan

oleh peneliti, penelitian ini tidak luput dari beberapa kelemahan dan kekurangan,

utamanya adalah banyaknya item-item dengan daya diskriminasi lemah, data yang

tidak normal, penysusunan aitem dengan perspektif upaya pencapaian kebahagiaan

yang masih kurang tepat, dan timbulnya faktor faktor dengan bobot 0 % atau tidak

memiliki item pasca try Out.

Berdasarkan kelemahan penelitian tersebut maka sangat diperlukan

penelitian lanjutan yang membatasi kriteria responden penelitian secara

proporsional dan jelas yang memenuhi kriteria normalitas data serta penelitian yang

merevisi skala dengan menambah item-item baru untuk menguatkan dan

menyeimbangankan komposisi faktor-faktor kebahagiaan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa skala kebahagiaan

Imam Al-Ghazali dengan 33 item terbukti sebagai skala yang valid dengan nilai

KMO-MSA 0,895 (KMO-MSA >0,5), dan reliabel dengan koefisien alpha

cronbach’s 0,883 (1<α>0,80). Adapun daktor-faktor kebahagiaan Imam Al-Ghazali

antara lain tauhid (Iman kepada Allah), ma’rifatun nafs (mengenal jiwa), jihad nafs

Page 32: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

28

(mujahadah), ma’rifatur ruh (mengenal hakikat ruh), mahabbatullah (cinta kepada

Allah), mengoptimalkan potensi hati, tadzhibun nafs (mendisiplinkan diri), ma’al

qolbi (bersama hati; mengenal hati), khudu’ ilal khaliq (tunduk kepada Allah), dan

wara’ (berhati-hati terhadap dosa atau maksiat).

Saran

Saran-saran dalam penelitian ini ditujukan kepada peneliti selanjutnya

sebagai berikut :

a. Melanjutkan analisis konstruk (analisis tematik) kebahagiaan Imam Al-

Ghazali untuk mencapai pengelompokan faktor atau aspek aspek

kebahagiaan yang lebih sempit, mengerucut dan lebih cermat.

b. Merevisi skala dengan menambahkan item-item baru yang valid agar proporsi

item pada masing-masing faktor kebahagiaan seimbang.

c. Menyusun dan mengembangkan skala dengan pemilahan perspektif upaya

pencapaian kebahagiaan dan perspektif dampak (kenikmatan) dalam

kebahagiaan dari konsep kebahagiaan Imam Al-Ghazali, atau melakukan

pengembangan dengan format skala, format respon atu format item yang

berbeda sehingga memungkinkan penemuan skala yang lebih ringkas

maupun yang skala yang lebih beragam dan dapat menguji kembali validitas

skala dan validitas item serta reliabilitas skala kebahagiaan Imam Al-Ghazali

yang disusun peneliti dalam penelitian ini.

d. Menguji kembali reliabilitas skala dan validitas skala dengan metode-metode

yang berbeda pada kelompok sampel/responden dengan batasan kriteria yang

lebih sempit.

Page 33: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

29

e. Menyusun skala kriteria atau skala pembanding dengan konsep kebahagiaan

tokoh lain seperti Al-Farabi, sehingga validitas konvergen alat ukur

kebahagiaan menurut Imam Al-Ghazali dapat diuji dan terus ditingkatkan.

Page 34: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

30

DAFTAR PUSTAKA

Addina, N. (2016). Ridho dan work engagement pada pelayan UKM penyandang

disabilitas. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Adiyati, N. (2015). Biografi dan pemikiran tokoh filsafat Islam: Ibnu Sina. Imam

Ghazali, dan Ibnu Rusyd.

https://nitaadiyati.wordpress.com/2015/01/13/biografi-dan-pemikiran-

tokoh-filsafat-islam-ibnu-sina-imam-ghazali-dan-ibnu-rusyd/12/08/19.

Afifah, F.N. (2018). Hubungan pemaafan dengan kebahagiaan pada remaja panti

asuhan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Akhtar, H. (2018). Pespektif kultural untuk pengembangan pengukuran

kebahagiaan orang jawa. Buletin Psikologi, 26 (1), 45-63.

Al-Ghazali, A.H. (2017). Majmu’at Rasa`il Al-Imam Al-Ghazali:Kimiya` As-

Sa`adah. Edisi ke-7. Beirut Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah.

Al-Ghazali, A.H. (t.t). Kimiya’ As-Sa’adah (bahasa arab). Digital: Maktabah

Syamilah Digital.

Al-Ghazali, I. (1984). Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali. Bandung: Mizan.

Ali, N. H. (2011). Indigenous psychology, apa dan bagaimana?.

https://fpscs.uii.ac.id/blog/2011/04/18/indigenious/12/08/19.

Amirza, A.V.P. (2017). Hubungan antara kemandirian dan kebahagiaan pada

mahasiswa rantau tahun pertama. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Amrini, A.S. (2018). Hubungan antara religiusitas Islam dan kesejahteraan

psikologi pada alumni ESQ. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Anggoro, W.J. & Widhiarso, W. (2010). Konstruksi dan identifikasi properti

psikometris instrumen pengukuran kebahagiaan berbasis pendekatan

indigenous psychology: studi multitrait-multimethod. Jurnal Psikologi, 37, 2,

176-188.

Anwar, F. (2018). Hubungan intensitas dzikir dan kebahagiaan pada mahasiswa.

Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya Universitas Islam Indonesia.

Arifin, M. S. (2013). Analisis komparatif konsep kebahagiaan menurut Al-Ghazali

dan Seligman. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Nasional Pasim.

Page 35: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

31

Armas, A. (2014). Pergulatan filosofis Ibn Sina, Imam Al-Ghazali dan Ibn Rusyd.

https://inpasonline.com/pergulatan-filosofis-ibn-sina-imam-al-ghazali-dan-

ibn-rusyd/ 12/08/19.

Auzan, F. (2018). Pengaruh relaksasi zikir terhadap stress pada penderita gagal

ginjal. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2017). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Daradjat, Z. (1988). Kebahagiaan. Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam RUHAMA.

Daradjat, Z. (1990). Kebahagiaan. Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam RUHAMA.

Effendi, R. (2017). Filsafat Kebahagiaan (Plato, Aristoteles, Al-Ghazali, Al-

Farabi). Yogyakarta: Deepublish.

Fadhillah, E. P. A. (2016). Hubungan antara psychological well-being dan

happiness pada remaja di pondok pesantren. Jurnal Ilmiah Psikologi, 9 (1),

69-79.

Frager, R. (2014). Psikologi Sufi untuk Transformasi Hati, Jiwa dan Ruh. Jakarta:

Zaman.

Fatchurohmah, S. (2006). Sosok guru menurut Al-Ghazali dan Zakiah Daradjat

(studi komparatif). Skripsi (Tidak diterbitkan). Malang: Fakultas Tarbiyah

UIN Malang.

Hamka. (2018). Tasawuf Modern. Jakarta: Republika.

Hapsari, R.T. (2018). Hubungan antara religiusitas Islam dan kepuasan pernikahan.

Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya Universitas Islam Indonesia.

Hidayati, S.N. (2016). Skala tawadhu: pengembangan ukuran-ukuran psikologi

humility dalam perspektif Islam. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Hills, P. & Argyle, M. (2002). The oxford happiness questionnaire: a compact scale

for the measurement of psychological well-being. Personality And Individual

Differences, 33, 1073-1082.

Hilmawati, Y. (2006). Konsep jiwa menurut Al-Ghazali dan Sigmund Freud (studi

komparatif tasawuf dan psikologi). Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang:

Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo.

Ibn Sina. (2009). Psikologi Ibn Sina. Bandung: Pustaka Hidayah.

Iqbal, A. (2018). Peran husnudzan terhadap kepuasan pernikahan pada pegawai

negeri sipil di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Skripsi (Tidak

Page 36: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

32

Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia.

Jahja, Z. (2009). Teologi Al-Ghazali: Pendekatan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka

Belajar

Jahro, N. D. (2008). Analisis komparatif konsep struktur kepribadian menurut

Sigmund Freud dan Al-Ghazali: sebuah tinjauan psikologi Islam. Skripsi

Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Kusumaningtyas, E. (2012). Hubungan antara kebersyukuran dengan kebahagiaan

pada korban bencana merapi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Lewi, N. & Sudarji, S. (2015). Faktor faktor pendukung kebahagiaan pada

narapidana wanita di lapas wanita kelas II A. Psibernetika, 8 (2),

journal.ubm.ac.id/indeks.php/psibernetika/articles/view/492 / 14/03/18.

Maharani, D. (2015). Tingkat kebahagiaan (happiness) pada mahasiswa fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan).

Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Mahmudah, N. J. (2007). Analisis komparatif teori perkembangan peserta didik

dalam perspektif Barat dengan Islam: Al-Ghazali dan Kohlberg. Skripsi

(Tidak diterbitkan). Malang: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

Malang.

Muhammad, D. & Nashori, F. (2007). Hubungan antara religiusitas dengan

kebahagiaan otentik (authentic happiness) pada mahasiswa. Naskah

Publikasi Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Muhammad, R. (2016). Konseling Islami menggunakan konsep kebahagiaan al-

ghazali untuk mengurangi kesepian (studi eksperimen pada konseli MTS

Negeri Bantul Kota Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016). Tesis (Tidak

Diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga.

Muhid, A., Suhadiyanto, & Nurhidayat, D. (t.t). Pengembangan Alat Ukur

Psikologi.

Http://digilib.uinsby.ac.id/20022/1/Pengembangan%20Alat%20Ukur%20Ps

ikologi.pdf/ 18/01/19.

Munir, A. R. (2005). Aplikasi analisis faktor untuk persamaan silmultan dengan

SPSS versi 12. Jurnal Seri Statistika Serapan, Laboratorium Kompetensi

Manajemen Fakultas Ehonomi Universitas Hasanuddin Makassar. 1-49.

Muniroh, A. (2017). Kebahagiaan dalam perspektif kajian psikologi Raos.

Madinah, 4 (1), 1-9.

Page 37: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

33

Mursyid, A. (2009). Transformasi diri menuju kebahagiaan hakiki (kajian kitab

kimia sa’adah karya Al-Ghazali).

http://iiq.ac.id/index.php?a=artikel&d=2&id=106 /18/01/19.

Nashori, F. (1996). Membangun Paradigma Psikologi Islami. Yogyakarta: Sipress.

Nashori, F., Wibisono, S., Trimulyaningsih, N., Nurtjahjo., F. E., Wijaya, H. E., &

Dewi, W. A. K. (2016). Psikologi Islam: Dari Konsep hingga Pengukuran.

Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Nasrullah, N. 2017. Hakikat kebahagiaan,

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/orkxca313/18/01/19.

Nawawi, R. S., Pradja, J. S., Sumintarja, E. N., Rismiyati, Bastaman, H. D.,

Nusjirwan, J., Muhadjir, N., Wiramiharja, S. A., Dahlan, D., Nashori, F.,

Hamdani, & Subandi. (2000). Metodologi Psikologi Islami. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Nur, M.U. (2016). Hubungan antara gratitude dengan authentic happiness pada

buruh Gendong. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi

dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Nurahma, A. (2016). Pengaruh kebahagiaan terhadap produktifitas dan investasi

(analisis data panel negara negara di dunia tahun 2010-2014). Skripsi (Tidak

diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Gajah Mada,

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pene

litianDetail&act=view&typ=html&buku_id=108584&obyek_id=4 januari/

14/03/18.

Nuraida, R. (2018). Validasi alat ukur ikhlas: studi pendahuluan. Skripsi (Tidak

Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia.

Piff, P. K., & Moskowitz, J. P. (2017). Wealth, poverty, and happiness: social class

is differentially associated with positive emotions. Emotion. Advance online

publication. http://dx.doi.org/10.1037/emo0000387/14/03/18.

Pornamasari, R. (2016). Kebahagiaan (happiness) pada lansia muslim ditinjau dari

partisipasi dalam aktifitas keagamaan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psokologi dan

Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Putri, S.E. (2018). Efektifitas konseling qur’ani terhadap kesejahteraan subjektive

orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Skripsi (Tidak

Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia.

Page 38: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

34

Qudsi, Z. (2011). Teori belajar dalam perspektif Barat dan Islam (studi komparatif

Jean Piaget dan Al-Ghazali). Skripsi (Tidak diterbitkan). Malang: Fakultas

Tarbiyah UIN Malang.

Raharjo, S. (2014). Cara melakukan uji validitas product moment dengan SPSS.

https://www.spssindonesia.com/2014/01/uji-validitas-product-momen-

spss.html?m=1 /03/07/19.

Rahma, Y. (2018). Hubungan kebersyukuran dan kebahagiaan guru PAUD. Skripsi

(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia.

Rofi`udin. (2013). Konsep kebahagiaan dalam pandangan psikologi sufistik.

Teologia, 24 (2).

Rohmadi. (2004). Konsep moral yang terkandung dalam upacara ya qowiyu. Thesis

(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: S2 Ilmu Filsafat Universitas Gajah Mada.

Rusdi, A. (2017). Rido dalam psikologi Islam dan konstruksi alat ukurnya. Jurnal

Psikologi Islam, 4 (1), 95-117.

Safira, T. (2016). Hubungan partisipasi sosial dengan kebahagiaan pada

purnawirawan tentara Nasional Indonesia (TNI). Skripsi (Tidak Diterbitkan).

Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Sartika, A. (2014). Pengembangan alat ukur tawakkal: studi validitas. Skripsi

(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia.

Savitri, Y. (2019). Kebahagiaan perspektif Al-Farabi. Skripsi (Tidak diterbitkan).

Jakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Hidayatullah.

Seligman, M. (2005). Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan dengan

Psikologi Positif. Bandung: Mizan.

Seligman, M. (2013). Beyond Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan

Sempurna dengan Psikologi Positif. Bandung: Mizan.

Simarmata, I., Armi, A. J. A., Arnita. (2015). Aplikasi analisis faktor dengan

metode principal component analysis dan maximum likehood dalam faktor-

faktor yang mempengaruhi pemberian makanan tambahan pada bayi usia 0-6

bulan di Desa Pematang Panjang Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara

Tahun 2013. Departemen Biostistik dan Kependudukan. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/kpkb/article/view/6331/4799/14/03/19.

Sofat, C. C. (2008). Pengembangan karakter melalui pendidikan keluarga (studi

komparatif teori Al-Ghazali dan teori Kornadt). Disertasi Doktor (Tidak

diterbirkan). Jakarta: Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah.

Page 39: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

35

Sofia, N. & Sari, E. P. (2018). Indikator kebahagiaan (sa’adah) dalam perspektif

Al-Quran dan Hadits. Psikologika, 23 (2), 91-108.

Oktapiadi. R., Tarigan, M., & Musthofa, M. A. (2018). Pengembangan skala social

desirability. Jurnal Psikologi Insight, 2 (1), 33-42.

Yuwono, S., Moordiningsih, Prihartanti, N., Purwandari, E., Purtojo, L. (2012).

Kebahagiaan masyarakat jawa: studi karakter dan perilaku. Laporan Pusat

Studi (Pesatu). Surakarta: Pusat Studi Psikologi dan Indigenous Univeristas

Muahmmadiyah Surakarta.

Page 40: NASKAH PUBLIKASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR …

36

IDENTITAS PENULIS

Nama : Wafa’

NIM : 14320283

Alamat Rumah : Dsn Berjateh Dajah, Bungbaruh, Kadur, Pamekasan

Madura, Jawa Timur; PP. Sidogiri, Sidogiri, keraton,

Pasuruan, Jawa Timur

Alamat Kampus : Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang KM 14,5,

Ngemplak, Umbulmartani, Sleman, Yogyakarta

No. HP : 087838950981

Email : [email protected], [email protected]