3
Keadaan kelas yang kondusif adalah keinginan yang mendasar bagi pelaku pendidikan. Begitupula yang diinginkan di kampus pertanian UNSOED. Sudahkan kampus kita memiliki keadaan idaman tersebut? Untuk standar mahasiswa dalam ruang kelas, menurut Tri Prihananto selaku ………., di sesuaikan dengan besar kelas. Jadi antara kelas satu dengan yang lainnya berbede-beda kapasitas mahasiswanya. “Kelas disini itu beda-beda kapasitas jumlah mahasiswanya, tergantung besar ruangnya. Kalo kelasnya kecil di kasih standar yang besar kan g mungkin. Jadi semua itu menyesuaikan dengan keadaan.” Ungkapnya ketika di wawancarai (5/12). Bapak tutur sendiri menyadari kelas besar itu kurang efektif untuk proses belajar mengajar. Ia berpendapat, kelas besar membuat mahasiswa kurang mengerti dengan apa yang dosen sampaikan, begitu pula dengan dosen bersangkutan yang merasa kurang maksimal dengan cara mengajar sseperti itu. “ Kalau saya ingnnya juga di bagi sesuai prodi. TEP sendiri, ITP sendiri. Nanti masalah mengajar, saya bias bergagi dengan teman.” Ungkapnya ketika di wawancarai di kantornya. (5/12). Hal demikian juga terjadi pada mata kuliah pkn yang di ampu oleh bapak endro yuwono . “Asal mula pembagian kelas dari bapendik, pkn itu kelas besar (tep dan itp). Tapi kemudian saya minta untuk membagi menjadi ganjil genap.”ujar pak endro. Ia juga berpendapat, kelas besar membuat tidak nyaman dosen maupun mahasiswa. Pengadaan kelas besar seperti itu membuat dosen kurang maksimal dalam menyampaikan materi. Begitu juga pada mahasiswa, merasa kurang maksimal mendapatkan pelajaran dari dosen. Apalagi di tambah beberapa mahasiswa yang berbicara sendiri ketika dosen menyampaikan materi. Hal itu semakin membuat mahasiswa lain kurang dapat memahami materi. Ditambah beberapa fasilitas kelas yang kurang memadai, yang semakin membut tidak nyaman dalam kegiatan belajar mengajar. AGRICA juga mewawancarai beberapa mahasiswa yang merasa tidak nyaman dengan kelas besar. . “kelas kita itu kurang efisien lah buat belajar, dirugiin banget kita,, misal anak itp nya aja ada 86 mahasiswa kalau ditambah sama tep yang 86 juga ya kebayang rame banget, udah kipasnya Cuma ada dua, panas rame ga konduif bangetlah buat belajar”ujar puji ITP’11 Hal senada juga diungkapkan oleh chiska (tep ’11). Menurutnya kelas tep dan itp yang digabung kurang kondusif, ditambah dengan keadaan ac yang rusak di beberapa kelas menambah keadaan kelas semakin memprihatinkan. Dia juga menambahkan, kelas ideal berkapasitas 40 mahasiswa. dijadikan satu pada satu mata kuliah , ditambah dengan fasilitas penunjang pembelajaran yang kurang memadai menambah keadaan kelas itp dan tep kurang dirasa kurang nyaman.

Nayla vera magang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Nayla vera magang

Keadaan kelas yang kondusif adalah keinginan yang mendasar bagi pelaku pendidikan. Begitupula yang diinginkan di kampus pertanian UNSOED. Sudahkan kampus kita memiliki keadaan idaman tersebut?

Untuk standar mahasiswa dalam ruang kelas, menurut Tri Prihananto selaku ………., di sesuaikan dengan besar kelas. Jadi antara kelas satu dengan yang lainnya berbede-beda kapasitas mahasiswanya. “Kelas disini itu beda-beda kapasitas jumlah mahasiswanya, tergantung besar ruangnya. Kalo kelasnya kecil di kasih standar yang besar kan g mungkin. Jadi semua itu menyesuaikan dengan keadaan.” Ungkapnya ketika di wawancarai (5/12).

Bapak tutur sendiri menyadari kelas besar itu kurang efektif untuk proses belajar mengajar. Ia berpendapat, kelas besar membuat mahasiswa kurang mengerti dengan apa yang dosen sampaikan, begitu pula dengan dosen bersangkutan yang merasa kurang maksimal dengan cara mengajar sseperti itu. “ Kalau saya ingnnya juga di bagi sesuai prodi. TEP sendiri, ITP sendiri. Nanti masalah mengajar, saya bias bergagi dengan teman.” Ungkapnya ketika di wawancarai di kantornya. (5/12).

Hal demikian juga terjadi pada mata kuliah pkn yang di ampu oleh bapak endro yuwono . “Asal mula pembagian kelas dari bapendik, pkn itu kelas besar (tep dan itp). Tapi kemudian saya minta untuk membagi menjadi ganjil genap.”ujar pak endro. Ia juga berpendapat, kelas besar membuat tidak nyaman dosen maupun mahasiswa. Pengadaan kelas besar seperti itu membuat dosen kurang maksimal dalam menyampaikan materi. Begitu juga pada mahasiswa, merasa kurang maksimal mendapatkan pelajaran dari dosen. Apalagi di tambah beberapa mahasiswa yang berbicara sendiri ketika dosen menyampaikan materi. Hal itu semakin membuat mahasiswa lain kurang dapat memahami materi. Ditambah beberapa fasilitas kelas yang kurang memadai, yang semakin membut tidak nyaman dalam kegiatan belajar mengajar.

AGRICA juga mewawancarai beberapa mahasiswa yang merasa tidak nyaman dengan kelas besar. . “kelas kita itu kurang efisien lah buat belajar, dirugiin banget kita,, misal anak itp nya aja ada 86 mahasiswa kalau ditambah sama tep yang 86 juga ya kebayang rame banget, udah kipasnya Cuma ada dua, panas rame ga konduif bangetlah buat belajar”ujar puji ITP’11

Hal senada juga diungkapkan oleh chiska (tep ’11). Menurutnya kelas tep dan itp yang digabung kurang kondusif, ditambah dengan keadaan ac yang rusak di beberapa kelas menambah keadaan kelas semakin memprihatinkan. Dia juga menambahkan, kelas ideal berkapasitas 40 mahasiswa. dijadikan satu pada satu mata kuliah , ditambah dengan fasilitas penunjang pembelajaran yang kurang memadai menambah keadaan kelas itp dan tep kurang dirasa kurang nyaman.

Penggabungan itu memang bukan tanpa alas an. “Mengenai pengaturan kelas/mahasiswa, dosen yang minta ( dalam kelas ganjil atau genap) dan bapendik yang mengatur jadwal perkuliahan.” Ungkap ………………….. ia juga menambahkan, standarnya 80 mahasiswa per kelas pada ruang E dan F, sedangkan ruang G berkapasitas 140 sampai 160 mahasiswa.

Di kaitkan dengan fasilitas penunjang belajar yang ada di jurusan tp/itp memang cukup memprihatinkan. kapaitas kelas di ruang G yang mampu menampung ±180an mahasiswa,

Page 2: Nayla vera magang

sering digunakan para dosen untuk melakukan pembelajaran gabungan antara itp dan tep dalam satu mata kuliah seperti agama islam, JDU (jati diri unsoed), PTP (pengantar teknologi pertanian) dan pendidikan kewarganegaraan.

akibat dari penggabungan kelas yang terlalu besar, beberapa mhasiswa tampak subuk sendiri dan tidak memperhatikan lagi. Yang lebih parahnya lagi, jika ada mahasiswa yang dating ingin kuliah dan pada akhirnya tidak mendapat bangku. Hal itu pernah terjadi pada mata kuliah Pengantar Teknologi Pertanian (PTP).

Hasil wawancara AGRICA pada beberapa mahasiswa dan dosen jurusan teknologi pertaniaan menyatakan,mereka merasa tidak senang dengan keadaan kelas yang over capacity. Keadaan kelas yang menampung ±170 mahasiswa dalam satu mata kuliah seperti dalam mata kuliah ndidikan agama islam pada fakultas tekhnologi pertanian. Pada mata kuliah yang di ampu oleh bapak tutur ini, mahasiswanya berjumlah kurang lebih 160 mahasiswa, Yang terdiri atas mahasiswa TEP (tekhnik pertanian) dan ITP (industri teknologi pangan). Penggabungan kelas antara itp dan tep, memang sudah lama berlangsung dari beberapa tahun sejak kedua prodi berdiri pada satu bangunan. Memang suatu hal yang kura

Nama dosen

Kalimat langsung terlalu panjang

Keefektifan kalimat

redaksional