11
INOKULASI VIRUS PADA TELUR AYAM BEREMBRIO Nama : Swastika Oktavia NIM : B1J007013 Kelompok : 4 Rombongan : I Asisten : Eka Nur Liin LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

NDV

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NDV

INOKULASI VIRUS PADA TELUR AYAM BEREMBRIO

Nama : Swastika OktaviaNIM : B1J007013Kelompok : 4Rombongan : IAsisten : Eka Nur Liin

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2010

Page 2: NDV

I. PENDAHULUAN

Newcastle Disease (ND) juga di kenal dengan sampar ayam atau Tetelo yaitu

penyakit yang disebabkan oleh Newcastle Disease Virus dari golongan

Paramyxovirus. Virus ini biasanya berbentuk bola, meski tidak selalu (pleomorf)

dengan diameter 100 – 300 nm. Genome virus ND ini adalah suatu rantai tunggal

RNA. Virus ini menyerang alat pernapasan, susunan jaringan syaraf, serta alat-alat

reproduksi telur dan menyebar dengan cepat serta menular pada banyak spesies

unggas yang bersifat akut, epidemik (mewabah) dan sangat patogen. Virus ND

dibagi dua tipe yakni tipe Amerika dan tipe Asia. Pembagian ini berdasarkan

keganasannya dimana tipe Asia lebih ganas dan biasanya terjadi pada musim hujan

atau musin peralihan, dimana saat tersebut stamina ayam menurun sehingga penyakit

mudah masuk.

Penyakit ini pertama ditemukan oleh DOYLE pada tahun 1926 di Newcastle

(Inggris), dan mengidentifikasinya sebagai paramyxovirus-1 (PMV-1). Saat ini

dikenal empat strain PMV-1 yaitu, strain Viscerotropic velogenik bersifat akut dan

menginfeksi saluran pencernaan, dapat menimbulkan tingkat kematian yang tinggi

90%, Neurotropic velogenic yang dapat menyebabkan paralisis kaki, strain

mesogenik dapat menyebabkan akut pernapasan dan menimbulkan kematian lebih

dari 50%, dan strain lentogenik yang kurang virulen. Penularannya cepat dan

kematian yang ditimbulkan sangat tinggi. Sampai sekarang ini belum ditemukan obat

untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi bagaimanapun dapat digunakan vaksin

untuk mencegah penyakit ini. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memahami

lebih lanjut mengenai penyakit ini sehingga diperlukan pengujian misalnya dengan

mengetahui ciri-ciri ayam yang terkena virus ND dengan menggunakan embrio ayam

atau uji in ovo.

Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang macam-

macam inokulasi virus, mengetahui bagaimana cara menginokulasikan virus pada

telur ayam berembrio, dan mengetahui ciri-ciri embrio ayam yang terinfeksi virus

New Castle Disease (ND).

Page 3: NDV

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah telur ayam

berembrio umur 10-12 hari, kapas, alkohol 70%, betadine, spuit 1 cc, bor telur,

suspensi virus New Castle Disease (ND) dan alat peneropong.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah inokulasi pada ruang

chorioalantois.

Cara Kerja :

1. Digunakan embrio ayam dengan umur 10-12 hari.

2. Dilakukan peneropongan pada telur yang digunakan.

3. Ditentukan batas kantung udara dan letak kepala embrio, lalu diberi tanda.

4. Dioleskan alkohol 70% lalu diinokulasikan suspensi virus ke dalam ruang alantois

(melewati batas kantung udara) dengan cara jarum dimasukkan ¾ inci dengan

sudut 45oC dan diinjeksikan 0,1-0,2 cc virus yang akan diinokulasikan.

5. Lubang kembali ditutup dengan lilin.

6. Diinkubasi dengan suhu 38oC-39oC selama 2-4 hari.

7. Diamati pada hari ke-4 dan dibandingkan dengan telur yang tidak diinokulasikan

virus.

Page 4: NDV

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Hasil Inokulasi Virus Pada Telur Ayam Berembrio

Kel. Perlakuan

HasilKematian

embrioLesi pada CAM

Lesi pada

embrio

Abnormal pada otot

Abnormal pada hati

Warna hijau pada kaki

1 I Hidup - - - - II Mati - - - - -

2 I Mati - - -II

3 I Mati - - - - -II

4 I Mati - - -II Mati

5 I Hidup II Hidup

B. Pembahasan

Perlakuan I Perlakuan II

Kontrol

Page 5: NDV

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa embrio yang diinokulasikan

virus ND terlihat mengalami kematian dengan ciri-ciri lesi pada CAM, lesi pada

embrio, abnormal pada otot dan kaki berwarna hijau. Menurut pernyataan Kaleta dan

Neumann (1975), embrio yang diinokulasikan virus ND akan mengalami reduksi

pada organ-organ tertentu misalnya hati, trakhea, serta pembuluh darah. Sedangkan

menurut Smietanka et al. (2006), virus ND yang disuntikkan ke dalam embrio ayam

akan bermigrasi ke dalam berbagai organ yang baru terbentuk dan merusak organ

tersebut. Misalnya rusaknya organ hati, paru-paru, ginjal dan usus pada embrio

ayam. Hal ini tergantung virulensi masing-masing strain virus ini.

Newcastle disease merupakan salah satu penyakit infeksi yang penting untuk

dikaji pada ternak. Deteksi yang cepat dan identifikasi dari virus ini merupaka tahap

yang paling efektif untuk mengontrol pertumbuhan penyakit ini (Smietanka et al.,

2006). Newcastle Disease virus biasanya berbentuk bola, meski tidak selalu

(pleomorf) dengan diameter 100 – 300 nm. Genome dari virus ND adalah suatu

rantai tunggal RNA. ND virus mempunyai amplop yang mengandung dua protein

yaitu protein hemagglutinin/neuraminidase dan protein peleburan. Kedua protein ini

bersifat penting dalam menentukan keganasan dan infektivitas virus. Protein

hemagglutinin/neuraminidase melaksanakan dua fungsi. Hemagglutinin mengikat

selaput sel inang dan bagian neuraminidase dilibatkan di dalam pelepasan;

pembebasan virus dari selaput sel inang. Protein peleburan digunakan untuk

peleburan amplop virus kepada selaput sel inang, sehingga genom dari virus dapat

masuk sel. Untuk melaksanakan fungsi ini, protein peleburan perlu dibelah oleh

suatu protease sel inang (Ganwarin, 2008).

Penularan virus pada hewan dan manusia sangat beragam jenisnya. Penularan

dapat melalui udara, makanan serta adanya vektor. Pengujian yang dilakukan

terhadap adanya penularan virus dapat dilakukan dengan berbagai macam cara

misalnya melalui in vivo, in vitro dan in ovo. Namun, dari semua metode pengujian

tersebut cara yang paling banyak digunakan dalam penelitian untuk transmisi virus

adalah dengan metode in ovo atau transmisi virus pada telur berembrio. Berbagai

macam virus dapat diinokulasikan menggunakan metode ini misalnya Herpes

simplex virus, Poxvirus, Newcastle disease virus dan Rous sarcoma virus dapat

diinokulasikan pada membran korioalantois. Virus influenza dan Mumps virus dapat

diinokulasikan pada amnion, Yolk sac juga dapat diinokulasikan virus herpes

Page 6: NDV

simpleks, Alantois dapat digunakan sebagai tempat untuk menginokulasikan virus

influenza, virus mumps, virus ND dan avian adenovirus (Zuckerman et al., 2000).

Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan inokulasi pada embrio ayam

menurut (Williamson et al., 1953) adalah

1. Rute Inokulasi

Inokulasi pada embrio dimana virus akan segera mendapatkan tempat untuk

menginfeksi organ. Hasil paling baik adalah ketika embrio mengalami abnormal

organ sejak 24 jam setelah inokulasi.

2. Strain virus

Strain virus menentukan efek infeksi pada masing-masing embrio yang

diinokulasikan virus. Strain yang paling virulen merupakan strain yang paling baik

untuk digunakan pada uji in ovo karena mudah terlihat gejalanya.

3. Titer Virus

Banyaknya titer virus yang diinokulasikan merupakan hal yang penting untuk

mencapai keberhasilan inokulasi dan akan menyebabkan efek infeksi yang terlihat

jelas pada embrio yang diujikan dengan kontrolnya.

4. Tahapan perkembangan embrio

Perkembangan embrio yang sudah mengalami tahap dewasa akan lebih resisten

terhadap virus karena sudah dibekali sistem imun pada tubuhnya, sebaliknya embrio

dengan umur yang lebih muda akan lebih rentan terkena virus karena sistem imunnya

belum berkembang.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 7: NDV

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Inokulasi virus ND dapat melalui metode in ovo yaitu diinokulasikan pada telur

berembrio untuk melihat gejala virus yang ditimbulkan.

2. Ciri-ciri embrio ayam yang terkena virus ND adalah kematian embrio, lesi pada

CAM dan embrionya, abnormalnya organ hati dan otot serta terlihat warna hijau

pada kaki.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini adalah hendaknya telur yang dipakai untuk

praktikum umurnya sama dan berasal dari induk yang sama agar dapat dengan

mudah dibandingkan dengan kontrol.

DAFTAR REFERENSI

Page 8: NDV

Ganwarin, M. S. 2008. Newcastle Disease Virus. http://mikrobia.wordpress.com/ 2008/05/16/newcastle-disease-virus/. Diakses tanggal 4 Juni 2010.

Kaleta, E. F. Dan U. Neumann. 1975. Detection of newcastle disease virus in chicken tracheal organ cultures by the fluorescent antibody technique and by the embryonated egg method. Avian Pathology 4 : 227-232.

Smietanka, K., Z. Minta dan K. D. Blicharz. 2006. Detection of newcastle disease virus in infected chicken embryos and chicken tissues by RT-PCR. Bull Vet Inst Pulawy 50 : 3-7.

Williamson, A. P., R. J. Blattner, dan G. G. Robertson. 1953. Factors Influencing the Production of Developmental Defects in the Chick Embryo Following Infection with Newcastle Disease Virus. The Journal of Immunology 71 : 207-213.

Zuckerman, A. J., J. E. Banatvala, dan J. R. Pattison. 2000. Principles and Practice of Clinical Virology. John Wiley & Sons, New York.