253
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irving Kristol, tokoh penting dalam perkembangan kelompok neokonservatif (neocons) Amerika Serikat (AS) yang sering disebut sebagai the godfather of neoconservatism, menggambarkan neocons adalah kelompok yang sebelumnya menganut nilai-nilai liberal tetapi merasa tidak sepaham dengan garis politik yang diambil sebagian besar kelompok liberal sehingga memutuskan untuk beralih ke konservatif. Liberalisme dipandang telah gagal merespon realita sosial politik AS tahun 1960-an sehingga membuat sebagian kalangan liberal kecewa dan memilih untuk berpindah jalur ke konservatif. 1 Perkembangan selanjutnya kelompok ini merumuskan dan meyakini ideologi Pax-Americana yang meyakini ‘takdir’ kepemimpinan global AS dan mencegah kemungkinan munculnya hegemon tandingan yang bisa mendekati kekuatannya. Neocons menginginkan dunia di bawah kekuasaan superpower AS yang tak tertandingi. Dalam pandangan kelompok ini, dunia hanya akan 1 Samuel Francis. 1993. Beautiful Losers: Essays on The Failure of American Conservatism. Missouri: University of Missouri Press, hal. 95. 1

neoconservatif vs Islamist post 9/11

  • Upload
    gusdhor

  • View
    1.716

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: neoconservatif vs Islamist post 9/11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Irving Kristol, tokoh penting dalam perkembangan kelompok neokonservatif

(neocons) Amerika Serikat (AS) yang sering disebut sebagai the godfather of

neoconservatism, menggambarkan neocons adalah kelompok yang sebelumnya

menganut nilai-nilai liberal tetapi merasa tidak sepaham dengan garis politik yang

diambil sebagian besar kelompok liberal sehingga memutuskan untuk beralih ke

konservatif. Liberalisme dipandang telah gagal merespon realita sosial politik AS tahun

1960-an sehingga membuat sebagian kalangan liberal kecewa dan memilih untuk

berpindah jalur ke konservatif.1

Perkembangan selanjutnya kelompok ini merumuskan dan meyakini ideologi

Pax-Americana yang meyakini ‘takdir’ kepemimpinan global AS dan mencegah

kemungkinan munculnya hegemon tandingan yang bisa mendekati kekuatannya.

Neocons menginginkan dunia di bawah kekuasaan superpower AS yang tak tertandingi.

Dalam pandangan kelompok ini, dunia hanya akan bisa mencapai perdamaian melalui

kepemimpinan kuat AS dan setiap rezim yang dianggap mengancam kepentingan AS

akan dihadapi secara agresif dengan pre emptive strike.2

Pasca peristiwa 11/9, situasi dunia pasca serangan itu telah berubah secara

dramatis. Dunia yang diharapkan lebih aman pasca perang dingin justru tidak terwujud.

Faktanya, kecenderungan AS untuk mencari ‘musuh baru’ ini menjadi ‘core’ dalam

kebijakan luar negerinya pasca perisitiwa ini diarahkan pada kelompok Islam Politik.

Kelompok ini dianggap berbahaya karena menginginkan hukum Islam diterapkan yang

1 Samuel Francis. 1993. Beautiful Losers: Essays on The Failure of American Conservatism. Missouri: University of Missouri Press, hal. 95.2 www.newamerican centuries.com-pax-americana diakses 22/6/ 2006

1

Page 2: neoconservatif vs Islamist post 9/11

akan mengancam demokrasi liberal karena ideologi yang bertolak belakang dan

kebenciannya pada barat yang sekuler.

Neocons sempat berjaya dimasa pemerintahan Ronald Reagan (1981-1989) yang

dikenal luas sebagai sosok politisi konservatif yang sangat anti-Sovyet. Bagi Reagan,

Amerika tidak boleh percaya pada para pemimpin Uni Sovyet karena mereka akan

menggunakan cara apapun untuk mencapai tujuannya, termasuk agresi, penggunaan

mata-mata, penggunaan militer dan nuklir.3 Selama dua periode pemerintahan Reagan,

posisi dan pengaruh neocons makin kuat. Persebarannya telah mengarah pada banyak

institusi, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Posisi-posisi strategis di

Departemen Pertahanan dan Departemen Luar Negeri dikuasai oleh neocons.4

Beberapa neocons yang terlibat dalam pemerintahan Reagan antara lain Jeane

Kirkpatrick (Duta Besar AS di PBB), Richard Perle (Staf Ahli Menteri Pertahanan), dan

Elliot Abrams (Stah Ahli Menteri Luar Negeri).5 Dimasa Bush saat ini neocons kembali

berjaya setelah tenggelam dimasa Bush senior dan Bill Clinton, diantaranya dua nama

neocons terakhir berada di posisi penting dalam pemerintahan Bush. Setelah jatuhnya

Sovyet, Islam Politik di Timur Tengah dan negara mayoritas Muslim menjadi lebih aktif

dan kuat secara politis seperti Partai Islam di Mesir, Pakistan, dan Indonesia yang jelas

akan mengancam kepentingan dan ideologi Pax-Americana neocons. Mereka

ditempatkan sebagai musuh utama AS versi neocons dalam War on Terrorism yang

dipicu kasus 11/9.

3 James Mac Gregor Burns et al. 1993. Government by the People . Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, , hal. 635-136.4Trotskyism to Anachronism: The Neoconservative Revolution”, www.foreignaffairs.org/19950701fareviewessay5058/john-b-judis/trotskyism-to-anachronism-the neoconservative revolution.html, diakses 22/6/2006.5 Lee Edwards. 1999. The Conservative Revolution: The Movement That Remade America. New York: The Free Press, , hal 247.

2

Page 3: neoconservatif vs Islamist post 9/11

1. Rumusan Masalah

Dari latar belakang penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peranan kelompok neoconservatif terhadap kebijakan anti Islam

Politik AS pasca 11/9 dalam kasus perang Afghanistan dan Irak?

2. Keaslian Penelitian

Dari beberapa literatur yang dikaji penulis memang terdapat beberapa topik

khusus tentang Neocons dan Islam Politik sebagai topik yang terpisah. Sejauh

pengetahuan penulis belum ada tulisan khusus yang menampilkan neocons sebagai

faktor utama kebijakan anti Islam Politik AS pasca 11/9. Penulis memilih topik ini

sebagai bahan penelitian untuk memenuhi syarat mengakhiri studi dalam program Ilmu

Politik konsentrasi Hubungan Internasional.

3. Tujuan Penelitian

Peneliti sangat berharap hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi

semua peneliti ilmu politik terutama Hubungan Internasional. Tulisan ini berusaha

menggambarkan peran kelompok neoconservatif dalam kebijakan AS terhadap Islam

politik pasca 11/9 dalam kerangka war on terrorism. Secara struktural AS dan sekutu-

sekutunya menjadikan Islam politik sebagai teroris yang membahayakan dunia dan

layak diperlakukan diluar kerangka hukum seperti dalam kasus penjara Guantanamo,

Abu Gharib dan Bagram. Jika dicermati lebih jauh tidak semua Islam politik identik

dengan kekerasan dan teror sehingga kebijakan AS ini seharusnya disikapi secara

proporsional oleh negara lain.

Terakhir, penulis berharap penelitian ini berguna bagi pembuat kebijakan,

khusunya Indonesia yang mayoritas Muslim, untuk lebih cermat dalam mengambil

kebijakan terutama terkait dengan kelompok Islam Politik dimana ada kelompok pro-

3

Page 4: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kekerasan seperti Jamaah Islamiyah maupun yang kontra seperti Hizbut Tahrir dan

PKS. Kemudian, tulisan ini diharapkan bisa menjadi wacana lain diluar media yang

mayoritas pro barat dengan kekuatan strukturalnya.

B. Review Literatur

Fawaz Gergez dalam bukunya ”Amerika dan Islam Politik: Benturan Peradaban atau

Benturan Kepentingan” menggambarkan kebijakan anti Islam-Politik yang dijalankan

dimasa Bush senior dan Bill Clinton. Pendekatan AS terhadap kaum muslim saat itu

dibentuk dengan beberapa inkonsistensi, ketegangan, dan keraguan yang muncul dari

ketidakmampuan Washington memprediksi dampak luar negeri saat Islam Politik

berkuasa. Menurut Gergez, ada 3 hal yang mendasari posisi AS. Pertama, AS tidak

ingin terlihat tidak bersahabat dengan negara-negara Islam yang akan memperparah

sikap mereka pada AS seperti kasus revolusi Iran. Kedua, AS ragu-ragu untuk secara

terbuka mendukung kelompok Islam kecuali menguntungkan kepentingan regional dan

sekutunya. Ketiga, didalam lingkaran pembuat kebijakan luar negeri AS terdapat

ketidakyakinan tentang kemungkinan terjadinya hubungan yang baik antara negara

Islam dan demokrasi.6

Dia juga membuktikan bahwa kebijakan AS didorong oleh para pembentuk opini,

diarahkan oleh emosi-emosi publik, media, serta pertimbangan-pertimbangan politis

dalam negeri semata. Selain itu juga ada faktor budaya, sejarah, keamanan dan politik

yang menjadi dasar kecurigaan dan ambivalensi AS pada Islam Politik meski ancaman

militer Islam telah berakhir diakhir abad ke-17. Tantangan relijius dan intelektual terus

6 Fawaz A. Gergez. 1999. America and Political Islam: Clash of Civilization or Clash of Interest?. New York: Cambridge University Press. hal. 4.

4

Page 5: neoconservatif vs Islamist post 9/11

memenuhi imajinasi banyak orang Barat; Islam Politik tidak sejalan dan anti demokrasi

dan mereka terlahir sebagai ”para perebut kekuasaan” (irredentist).

Terakhir, Gergez, memetakan 2 paradigma akademis dan para pembentuk opini

dalam memandang Islam Politik. Pertama, Konfrontasionalis, yang melabeli semua

aktivis Islam dengan fundamentalis dan dalam prakteknya Islam dan demokrasi

berlawanan serta anti Barat sebagaimana totalitarian komunis. Pendukungnya

diantaranya Bernard Lewis, Gilles Kepel, Samuel Huntington, dan Amos Perlmutter.

Kedua, akomodasionis, juga mengkritik posisi AS dalam pengembangan senjata

pemusnah masal besar-besaran dikawasan Timur Tengah dan menganggap kebangkitan

Islam sebagai hasil kepedihan sosial, ekonomi, dan politik; akarnya lokal. Mereka juga

menentang adanya sikap anti Barat yang inherent dalam Islam Politik seperti pendapat

Konfrontasionalis serta memilah-milah mereka dalam menggunakan militer. Tokohnya

seperti Jochen Hippler, Graham Fuller dan Dian .O. lesser.7

Tulisan ini cukup membantu penelitian penulis meski berangkat dari sudut yang

berbeda. Jika Gergez banyak bicara tentang banyak hal sebagai penyebab kebijakannya

pada Islam Politik, maka, penelitian ini mengerucutkan penyebabnya pada satu

kelompok utama yang memiliki ideologi dan kepentingan yang berlawanan dengan

kepentingan dan ideologi Islam Politik. Kekuatan jaringan kelompok ini yang menyebar

mulai dari lingkaran kekuasaan, media, NGO, dan akademisi menjadi faktor utama

menguatnya kebijakan anti Islam Politik dimasa George Bush.

Ide anti Islam Politik ini didukung oleh Samuel Huntington dalam tulisan terbarunya

”Who Are We: The Challenge to American National Identity”. Jika dalam “The Clash of

Civilizations and the Remaking of World Order”, Huntington masih tidak terlalu tegas

menyebut Islam sebagai alternatif musuh baru Barat, dalam buku ini dia menggunakan

7 Gergez, Opcit, hal. 31-39.

5

Page 6: neoconservatif vs Islamist post 9/11

bahasa yang lebih lugas, bahwa musuh utama Barat pasca Perang Dingin adalah Islam

yang dia tambah dengan predikat “fundamentalis”, ''militan'' atau “politik” Namun, dari

berbagai penjelasannya, definisi ''Islam militan'' melebar ke mana-mana, ke berbagai

kelompok dan komunitas Islam, sehingga definisi itu menjadi kabur.

Dia menempatkan satu sub-bab Militant Islam vs America, yang menekankan,

bahwa saat ini, Islam politik telah menggantikan posisi Soviet sebagai musuh utama AS.

Pasca 11/9, menurutnya, War on Terrorism adalah War on Islam bagi kaum muslim

diiringi kebencian atas AS karena dukungan AS pada Israel, dominasi dan eksploitasi

AS serta budaya sekuler yang bertentangan dengan Islam. Huntington menyebut

diantara Islam militan adalah Iran, Sudan, Thaliban, dan kelompok-kelompok Islam

yang anti AS, demokrasi liberal, dan ekonomi kapitalis dan ingin merubahnya dengan

menyerang orang, struktur, dan institusinya.8

Topik ini jelas amat banyak dikaji oleh para peneliti politik internasional karena

menjadi isu internasional seiring AS yang menjadikannya sebagai ‘core’ dalam

kebijakan keamanannya dalam paket War on Terrorism. Sejauh pengetahuan penulis

belum ada tulisan khusus yang menampilkan neocons sebagai akar permusuhan AS

terhadap Islam Politik terutama pasca 11/9 dan penulis memilih topik ini sebagai bahan

penelitian untuk memenuhi syarat mengakhiri studi dalam program Ilmu Politik

konsentrasi Hubungan Internasional.

C. Kerangka Analisa

1. Landasan Teoritik

a. Pengambilan Keputusan Kebijakan Luar Negeri

8 Samuel P Huntington. 2004. Who Are We; The Challenge To America’s National Identity. New York: Simon & Schuster Paperbacks, hal. 357-362.

6

Page 7: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Para analis kebijakan AS umumnya mengikuti salah satu dari tiga model berikut

dalam proses formulasi kebijakan luar negeri dan seberapa banyak dia merefleksikan

sentimen populer: The democratic model; pluralist model; atau ruling elite model.

Pertama, democratic model, model ini berpegang bahwa kebijakan merefleksikan

pilihan-pilihan publik melalui proses pemilu dan institusi-institusi perwakilan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pandangan ini, berbagai kebijakan

diformulasikan 'by the people, for the people', dan pemerintah adalah penyambung

mulut terpercaya masyarakat. Namun, ada hal yang tidak terbukti dari pernyataan diatas

karena banyak rakyat AS yang tidak ikut memilih, dan para pejabat tidak selalu punya

persepsi akurat atas pilihan-pilihan publik, atau mengabaikannya sama sekali.

Democratic model cenderung naif dan bahkan lebih sulit untuk diaplikasikan pada arena

yang lebih tertutup dari foreign policy-making dibanding wilayah kebijakan lain.9

Kedua, pluralist model, yang melihat pembuatan kebijakan AS sebagai sebuah

"highly politicized conflict resolution process".10 Mayoritas publik tidak mendapat

informasi, tidak tertarik, dan tidak pula aktif dalam decision-making process, pengaruh

mereka ada ditangan kelompok-kelompok kepentingan, masing-masing

merepresentasikan satu bagian dari masyarakat. Pembuatan keputusan terdiri dari

bargaining and compromise diantara pusat-pusat persekutuan kekuasaan. Kekuasaan

terdesentralisasi, didistribusikan dalam beberapa segi, seperti kesejahteraan,

pengetahuan, dan kepentingan. Disini, mayoritas publik tidak terlibat.11

9 Brewer, T.L. 1992. American Foreign Policy: A Contemporary Introduction, 3rd ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, hal. 34.10 Dumbrell, J. 1990. The Making of US Foreign Policy. Manchester: Manchester University Press, hal. 53.11 Kegley & Wittkopf, op cit, hal. 295.

7

Page 8: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Model ini telah dikritik karena terlalu bersandar pada ukuran empiris dan

behaviourism, saat beroperasi dibawah asumsi-asumsi normatif yang meragukan dan

tidak demokratis. Sebagaimana dalam model sebelumnya, kebijakan luar negeri kurang

sesuai dalam kerangka ini dibanding kesesuaiannya pada kebijakan domestik. Namun,

kemampuan pluralisme untuk memahami salah satu sistem politik terkompleks di dunia,

dan komprominya atas demokrasi ideal dan berbagai realitas politik yang keras, telah

menjadikannya satu eksplanasi yang lebih populer dari yang lain.

Terakhir, ruling elite model berasumsi keberadaan elit politik yang relatif kecil dan

bersatu menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan kepentingan-kepentingannya

melalui pilihan-pilihan kebijakannya. Elit kadang terdiri dari sedikit keluarga kaya,

kadang berbentuk apa yang disebut "military industrial complex", mungkin juga aktor-

aktor dari kelompok yang lebih berbeda. Para eksponen model ini biasanya berpendapat

atas perubahan-perubahan sistemik dan struktural dalam masyarakat, sebagai what holds

(elites) together is their common interest in preserving a system that assures their

continued accumulation of wealth and enjoyment of socdial privilege.12 Para elit pada

dasarnya konservatif dan hanya akan menyetujui perubahan-perubahan yang

menguntungkan dalam kebijakan.

Teori ini didukung bukti kondisi kontemporer AS saat ini. Terdapat kemiripan

dalam latar belakang dan kultur dari para pembuat kebijakan, yang cenderung pada pria

kulit putih, Protestan, dari keturunan Anglo-Saxon dan dari kalangan bisnis.13 Alternatif

12 Brewer, op cit, p. 40.13 As quoted in Mervin, op cit, p. 133. Also see Schlesinger, A. 2004. War and the American Presidency. W.W. Norton & Company dalam http://www.basicint.org/pubs/Papers/2004nc02.htm--basicdiscussionp1 diakses 29/5/2007

8

Page 9: neoconservatif vs Islamist post 9/11

lain diluar mainstream ini seringkali tidak diperhatikan, dan perselisihan kebijakan

cenderung terjadi didalam kerangka kerja ideologi yang lebih sempit. 14

Rulling elites model ini dipakai untuk menjelaskan kebijakan luar negeri AS dalam

memerangi Islam Politik diputuskan melalui pengaruh policy influencers di dalam dan

diluar pemerintahan Bush sebagai rulling elites. Dengan mengacu pada asumsi model

ini, dapat dianalisis pula langkah-langkah kelompok neoconservatif dalam merumuskan

kebijakan luar negeri yang mereka ajukan.

Dalam Konstitusi AS, keputusan kebijakan luar negeri berada di tangan presiden

dan Kongres. Kebijakan luar negeri yang dihasilkan oleh eksekutif harus mendapat

persetujuan legislatif agar dapat diimplementasikan.15 James McGregor Burns, Jack

Thomas E. Cronin, Walter Peltason, dan David B. Magleby menggambarkan alur

perumusan kebijakan luar negeri AS dalam diagram 1.

Diagram 1

Alur Perumusan Kebijakan Luar Negeri AS

14 USA. 1787. The Constitution of the United States of America dalam ttp://www.basicint.org/pubs/Papers/2004nc02.htm--basicdiscussionp1 diakses 29/5/200715 Kennet Janda, Jeffrey M. Berry, and Jerry Goldman. 1992. The Challenge of Democracy: Government in America, Third Edition. Boston: Houghton Miflin Company, hal. 742

9

Page 10: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Diagram 1 menggambarkan bahwa dalam perumusan kebijakan luar negeri AS,

presiden tidak dapat melepaskan diri dari berbagai masukan dari para penasihatnya, baik

staf pribadi yang berkantor di Gedung Putih maupun para anggota kabinet yang

tergabung dalam National Security Council (NSC). Tidak tertutup kemungkinan, para

penasihat itu tidak hanya memberikan masukan tentang kebijakan luar negeri yang

harus diambil AS, tapi juga memberikan pengaruh agar presiden mengikuti nasihat yang

diajukannya. Pengaruh tidak hanya berasal dari orang dalam pemerintahan, tapi juga

dari luar pemerintahan, seperti interest groups, media massa, dan publik.

Kebijakan anti Islam Politik AS diputuskan Bush lahir dari proses pemilihan

rasional yang dilakukan oleh para perumus kebijakan. Proses pemilihan rasional itu

dijalankan oleh para perumus kebijakan luar negeri yang terdiri dari lima pihak yang

10

Page 11: neoconservatif vs Islamist post 9/11

mewakili lembaga, yaitu Dick Cheney (Wakil Presiden), Collin Powell (Departemen

Luar Negeri), Donald Rumsfeld (Departemen Pertahanan), dan Condoleeza Rice

(Penasihat Keamanan Nasional) diawal masa pemerintahan Bush.

Mereka tergabung dalam National Security Council (NSC) yang dibentuk

Kongres pada 1947 untuk membantu presiden mengintegrasikan kebijakan luar negeri,

ekonomi, dan militer yang mempengaruhi keamanan nasional. NSC bekerja langsung di

bawah presiden dan secara hukum terdiri dari presiden, wakil presiden, menteri luar

negeri, dan menteri pertahanan. Di samping itu, direktur CIA, kepala staf Gedung Putih,

Jaksa Agung, dan penasihat keamanan nasional juga terlibat di dalamnya.16

b. Policy Influencer System

Karena penelitian ini menggunakan kebijakan luar negeri suatu negara sebagai

unit analisis dan kelompok kepentingan dalam suatu negara sebagai unit eksplanasinya,

maka dapat dikatakan kebijakan luar negeri yang dianalisis mendapatkan pengaruh dari

para aktor politik domestik. Maka, teori policy influencer system Coplin merupakan

kerangka analisis yang tepat untuk dipakai dalam penelitian ini. Coplin memandang

teori ini sebagai salah satu kunci untuk memahami efek perilaku aktor politik domestik

terhadap pengambilan keputusan kebijakan luar negeri dengan menganalisis hubungan

keduanya. Aktor politik domestik disebut Coplin sebagai policy influencers. Seringkali

dalam birokrasi mereka juga berperan sebagai pengambil keputusan.17

Hubungan antara pengambil keputusan dengan policy influencers terjadi secara

timbal balik. Di satu sisi, pengambil keputusan membutuhkan policy influencers karena

mereka merupakan sumber dukungan baginya. Di sisi lain, policy influencers

16 Ibid., hal 642-649. 17 Coplin, Op.Cit., hal. 73-74.

11

Page 12: neoconservatif vs Islamist post 9/11

membutuhkan pengambil keputusan untuk mempermudah jalan tuntutannya diputuskan

sebagai suatu kebijakan. Apabila tuntutan policy influencers tidak dipenuhi pengambil

keputusan, maka dapat dipastikan sebagian atau bahkan seluruh dukungan policy

influencers kepada pengambil keputusan akan hilang. Pengambil keputusan tidak selalu

menanggapi tuntutan itu secara positif. Tetapi, para pengambil keputusan pada akhirnya

akan mengakomodasi sampai batas tertentu untuk bisa mengabaikan tuntutan itu.18

Coplin membedakan policy influencers menjadi empat macam.19 Pertama,

bureaucratic influencer, misalnya beberapa individu atau organisasi dalam lembaga

pemerintah yang membantu para pengambil keputusan dalam menyusun dan

melaksanakan kebijakan luar negeri. Anggota birokrasi yang bertindak sebagai policy

influencer kadang juga menjadi pengambil keputusan. Bureaucratic influencer memiliki

akses langsung kepada para pengambil keputusan dengan memberikan informasi kepada

mereka sekaligus melaksanakan kebijakan luar negeri yang diputuskan. Karenanya,

bureaucratic influencer memiliki pengaruh sangat besar dalam pengambilan keputusan.

Kedua, partisan influencer, kelompok yang bertujuan untuk menerjemahkan

tuntutan-tuntutan masyarakat menjadi tuntutan-tuntutan politis terkait kebijakan

pemerintah. Mereka berupaya mempengaruhi kebijakan dengan cara menekan para

penguasa dan dengan menyediakan orang-orang yang bisa berperan dalam pengambilan

keputusan. Misalnya partai politik dalam sistem demokrasi.

Ketiga, interest influencer, yakni sekelompok individu yang bergabung bersama

karena mempunyai kepentingan sama. Interest influencer memakai beberapa metode

untuk membentuk dukungan terhadap kepentingannya. Mereka biasanya melancarkan

kampanye dengan menulis surat yang tidak hanya diarahkan kepada para pengambil

18 Ibid., hal. 75-76.19 Ibid., hal. 82-91.

12

Page 13: neoconservatif vs Islamist post 9/11

keputusan, tapi juga bureaucratic dan partisan influencer. Mereka juga bisa

menjanjikan dukungan finansdial atau mengancam menarik dukungan. Jika tidak

berperan dalam menentukan kebijakan luar negeri, interest influencer pasti berperan

dalam mengkritisi para pengambil keputusan kebijakan luar negeri.

Keempat, mass influencer, yang terwujud dalam opini publik yang dibentuk oleh

media massa. Para pengambil keputusan menggunakan opini publik bukan untuk

membentuk kebijakan luar negeri tapi untuk merasionalisasinya. Pendapat dari

kelompok ini sering menjadi pertimbangan para pengambil keputusan untuk menyusun

kebijakan luar negeri. Keempat tipe policy influencers itu tidak selalu memiliki

pandangan sama terhadap suatu kebijakan. Perbedaan juga kerap dimiliki dengan para

pengambil keputusan. Untuk menganalisis hubungan tersebut, Coplin menjelaskannya

melalui diagram 2.20

Diagram 2

Proses Pengambilan Keputusan Kebijakan Luar Negeri21

Policy Influencers

Lingkungan Interaksi Kebijakan

Internasional Bidang Isu Luar

Negeri

Pengambil Keputusan

Kebijakan Luar Negeri

20 Ibid., hal 101.21 William D Coplin. 1992. Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoreti terj. Marsedes Marbun, Edisi Kedua. Bandung: Sinar Baru, hal. 101.

13

Page 14: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Dalam model pengambilan keputusan kebijakan luar negeri ini, lingkungan

internasional bertindak sebagai rangsangan, bagi para pengambil keputusan serta bagi

policy influencers. Tanda panah menyilang diatas masing-masing menunjukkan input

yang diterima untuk dijadikan pertimbangan pengambil keputusan kebijakan luar negeri

dan policy influencers. Karena perbedaan pandangan dalam melihat situasi

internasional, keduanya lantas mengambil posisi berbeda dalam menanggapi satu isu.

Karenanya, policy influencers akan berupaya mempengaruhi para pengambil keputusan

melalui interaksi bidang isu yang ditunjukkan dengan tanda panah yang bertemu.

Berikutnya, tanda panah lurus menunjukkan interaksi bidang isu yang berhasil

melahirkan kebijakan luar negeri.22

Teori ini digunakan untuk menganalisis kedudukan neocons sebagai policy

influencers yang mempengaruhi pengambil keputusan dan menjelaskan teknik neocons

mempengaruhi kebijakan luar negeri AS. Dengan menggunakan analisis teori ini, dapat

terlihat model peran yang digunakan neocons. Nampak pula hubungan timbal balik

antara kelompok neocons dengan Presiden Bush sebagai pengambil keputusan tertinggi

dalam merespon isu-isu yang berkembang dalam perumusan kebijakan luar negeri AS

terkait dengan perang melawan terorisme.

Mekanisme kerja neocons sebagai salah satu policy influencers dapat

digambarkan dalam diagram 3 sebagai berikut;

Diagram 3

22 Ibid.

14

Page 15: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Peran Neocons Sebagai Policy Influencers Kebijakan Anti Islam Politik AS

unilateral neocons berperan dalam

konfrontasionis preemptive mempengaruhi kebija

neocons Bush kan anti Islam Politik .

pertarungan

kepentingan

akomodasionis

kelompok lain

keterangan:

: pengaruh satu arah

: pengaruh dua arah/saling mempengaruhi

: hasil dari upaya mempengaruhi

(sumber: diolah dari berbagai sumber)23

Berdasarkan penggambaran Diagram 3, nampak neocons yang menghendaki

kebijakan unilateral preemptive konfrontasionis terhadap Islam Politik saling berebut

pengaruh dengan kelompok lain yang menginginkan kebijakan akomodasionis. Kedua

kubu memiliki pandangan yang berbeda terkait dengan kebijakan luar negeri yang mesti

23 Lihat Gergez, Fawaz A. 1999. America and Political Islam: Clash of Civilization or Clash of Interest?.Ibid. Dan Huntington, Samuel.P. 2004. Who Are We? The Challenges To America’s National Identity. Ibid.

15

Page 16: neoconservatif vs Islamist post 9/11

diputuskan Bush dalam memerangi terorisme. Perbedaan itu memunculkan pertarungan

kepentingan yang akhirnya dimenangkan neocons setelah Bush lebih memilih

mengakomodasi usulan kebijakan luar negeri dari neocons dipicu kasus 11/9.

Dengan demikian, neocons memiliki pengaruh kuat terhadap kebijakan luar

negeri AS dalam memerangi terorisme di bawah kepemimpinan Bush. Kekuatan

pengaruh neocons nampak dengan melihat kebijakan luar negeri AS dalam memerangi

terorisme yang berpijak pada pemikiran bahwa negara-negara pendukung terorisme

harus diserang lebih dahulu (preemptive) secara unilateral sebelum mereka menyerang

AS. Bukti paling konkrit mengenai hal itu adalah invasi AS ke Irak (2003) yang

dilaksanakan dengan strategi preemptive strike dalam kerangka aksi unilateral.

2. Peringkat Analisis

Menurut Mohtar Mas’oed, ada dua hal yang perlu dilakukan dalam memilih

peringkat analisis. Pertama, menentukan unit analisis, yaitu yang perilakunya hendak

dideskripsikan, dijelaskan, dan diramalkan (karena itu disebut pula variabel dependen).

Kedua, menentukan unit eksplanasi, yaitu yang dampaknya terhadap unit analisis

hendak diamati (bisa juga disebut variabel independen).24 Dengan kata lain, unit

eksplanasi merupakan faktor yang mempengaruhi unit analisis.

Menurut Patrick Morgan, ada lima tingkat analisis untuk memahami perilaku

aktor hubungan internasional.25 Pertama, tingkat analisis individu, yang melihat

fenomena hubungan internasional sebagai interaksi perilaku individu-individu. Kedua,

tingkat analisis kelompok individu, yang berasumsi bahwa individu umumnya

24 Mohtar Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES, hal. 35.25 Patrick Morgan. 1982. Theories and Approaches to International Politics: What Are We Think? New Brunswick: Transaction, , seperti dikutip oleh Mas’oed dalam Ibid., hal. 40-42.

16

Page 17: neoconservatif vs Islamist post 9/11

melakukan tindakan internasional dalam kelompok. Ketiga, tingkat analisis negara-

bangsa, yang menekankan perilaku negara-bangsa sebagai faktor penentu. Keempat,

tingkat analisis kelompok negara-bangsa, yang beranggapan bahwa hubungan

internasional merupakan pola interaksi yang dibentuk oleh kelompok negara-bangsa.

Kelima, tingkat analisis sistem internasional, yang dianggap sebagai penyebab

terpenting terjadinya perilaku dan interaksi aktor-aktor internasional.

Berdasarkan peringkat analisis Morgan, penelitian ini menggunakan tingkat

analisis negara-bangsa sebagai unit analisis dan tingkat analisis kelompok individu

sebagai unit eksplanasi. Dalam tingkat analisis negara-bangsa, dipelajari proses

pembuatan keputusan hubungan internasional, yaitu kebijakan luar negeri, oleh suatu

negara-bangsa sebagai unit utuh yang mendominasi hubungan internasional. Level

analisis kelompok individu berasumsi peristiwa internasional sebenarnya ditentukan

oleh sekelompok individu yang tergabung dalam birokrasi, departemen, badan

pemerintahan, organisasi, atau kelompok kepentingan.

Unit analisis atau Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan luar

negeri anti Islam Politik AS pasca peristiwa 11/9. Sementara, unit eksplanasi atau

variabel independennya adalah perilaku, aksi, dan tindakan kelompok neoconservatif

dalam upayanya mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan luar negeri AS. Jadi,

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis reduksionis, yang berarti

unit analisis memiliki peringkat lebih tinggi daripada unit eksplanasi.26

3. Definisi konseptual dan Operasional

a. Kebijakan luar negeri

26 Ibid., hal. 39.

17

Page 18: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Barston, mendefinisikan kebijakan luar negeri sebagai kebijakan komprehensif

ditujukan pada satu negara atau komunitas internasional untuk mencapai tujuan nasional

yang disebut dan aksi telah diwujudkan.27 Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppy

mendefinisikannya sebagai keputusan dan perilaku yang ditempuh oleh negara-negara

dalam interaksinya dengan negara lain atau dalam organisasi internasional.28 Sedangkan,

George Modelski menilai kebijakan luar negeri adalah sistem aktivitas yang

dikembangkan oleh komunitas-komunitas untuk mengubah perilaku negara lain dan

untuk menyesuaikan aktivitasnya dengan lingkungan internasional.29

Berdasarkan pendapat Barston, Viotti dan Kauppy, dan Modelski dapat ditarik

sebuah definisi bahwa kebijakan luar negeri adalah suatu keputusan politik yang

dihasilkan dalam sistem politik suatu negara untuk merespon situasi internasional dalam

kaitan hubungan negara itu dengan aktor internasional lain demi mencapai tujuan dan

kepentingan nasional negara.

Secara operasional, konsep kebijakan luar negeri dalam penelitian ini mengacu

pada kebijakan luar negeri AS dalam memerangi Islam politik baik berupa gerakan, dan

negara pasca 11/9. Kebijakan itu dapat dilihat mulai dari proses perumusan kebijakan

dalam sistem politik AS hingga diimplementasikan di lingkungan internasional

untuk.Tujuannya adalah untuk mengamankan lingkungan internasional dari ancaman

terorisme Islam yang berpotensi mengganggu AS sebagai negara hegemon dunia jika

bersatu dalam Khilafah.

b. Neoconservatif

27 Barston. R. P. 1988. Modern Diplomacy.London and New York: Longman. 28 Paul R. Viotti dan Mark V. Kaupp.1999. International Theory: Realism, Pluralism, Globalism and Beyond, Third Edition. Boston: Allyn and Bacon, hal. 478.29 George Modelski dalam Kegley dan Wittkopf, Op.Cit., hal. 39.

18

Page 19: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Situs wikipedia mendefinisikan neoconservatif sebagai varian dari ideologi

konservatif yang sering dinilai sebagai gelombang baru paham konservatif. Ideologi ini

sering dilekatkan pada sekelompok individu yang mendukung kebijakan luar negeri

yang dijalankan secara agresif dan radikal. Di samping itu, neoconservatif juga dipakai

untuk mendeskripsikan pihak-pihak yang mengadopsi kebijakan luar negeri unilateral.

Kebanyakan orang yang dianggap neoconservatif adalah anggota Partai Republik.30

Sekelompok individu yang menganut paham ini percaya bahwa dunia hanya bisa

mencapai perdamaian melalui kepemimpinan kuat AS. Setiap rezim yang mengancam

kepentingan AS akan dihadapi secara agresif dengan pre emptive strike. Agenda kaum

neoconservatif ini telah dirumuskan pada musim semi 1997 dengan program Project for

American New Century yang didanai oleh industri persenjataan dan energi yang

bertujuan untuk mencetak blueprint tatanan dunia pasca perang dingin dengan tanpa

ancaman militer yang bisa ‘mendekati’ AS.31

Jadi, kelompok neoconservatif adalah sejumlah orang yang bergabung bersama

membentuk suatu perkumpulan karena memiliki kepercayaan bahwa Amerika

seharusnya, dengan dirinya sendiri dan militer, jika diperlukan, menyebarkan ideologi

kebebasan dan pasar bebas keseluruh dunia. Secara operasional, paham neoconservatif

diimplementasikan oleh sekelompok orang yang berafiliasi pada Partai Republik dan

meyakini bentuk serangan preemptive secara unilateral layak dan harus dilakukan oleh

AS pada setiap kekuatan yang mengancam hegemoni dan nilai-nilai AS.

c. Islam Politik

Banyak istilah yang dipakai akademisi barat dan pembuat kebijakan AS terhadap

Islam Politik; Islamist, fundamentalist, militant, extremist, fascist, dan radical Islam,

30 “Neoconservatism in the United States,” dalam www.wikipedia.org/wiki/Neoconservatism_in_the_ United_States, diakses tanggal 25/12/2006.31 “Neocon Quiz,” Loc.Cit.

19

Page 20: neoconservatif vs Islamist post 9/11

untuk mendeskripsikan kelompok yang ingin memformalkan hukum Islam dan,

umumnya, anti Barat yang sekuler. Mereka adalah kelompok dengan ideologi relijius

yang mendukung interpretasi literalistik teks-teks suci Islam, hukum Syari’ah, dan

negara Islam dan menekankan bahwa interpretasi Islam yang benar hanya berdasar pada

al-Qur'an, dan hadits. Mereka yakin bahwa berbagai permasalahan di dunia berakar dari

pengaruh sekulerisme dan jalan menuju kedamaian dan keadilan hanya jika kembali

pada dasar-dasar ajaran Islam, serta menolak Bid’ah (inovasi dalam agama). 32

Disisi lain, istilah "Islamist" dan "Islamism" digunakan dalam beberapa

publikasi muslim di negeri-negeri Islam untuk menggambarkan organisasi-organisasi

domestik dan transnasional yang berusaha menerapkan hukum Islam. Website

berbahasa Inggris Al Jazeera, misalnya, menggunakan istilah ini mengacu pada

kelompok seperti Islamic Salvation Front di Aljazair, dan Jamaah Islamiyah serta

Ikhwanul Muslimin, keduanya kelompok Islamis Mesir. 33

Islam politik yang dimaksud disini adalah kelompok, gerakan, partai, dan atau

negara yang berusaha untuk mendirikan negara Islam dan/atau menjadikan hukum Islam

sebagian maupun keseluruhan sebagai konstitusi negara baik melalui perang atau

kekerasan, pemilu, dan transformasi dalam masyarakat serta kombinasi dari ketiganya.

Al-Qaidah dan Jamaah Islamiyah adalah contoh untuk kategori pertama. Untuk kategori

kedua, Ikhwanul Muslimin, FIS Aljazair, dan PAS di Malaysia adalah contohnya.

Hizbut Tahrir serta Majelis Mujahidin Indonesia untuk kategori ketiga.

D. Hipotesis

32 Islamic Fundamentalism dalam www.wikipedia.org.enwiki/org/wiki/Islamic-Fundamentalism.htm diakses 14/4/2007.33 Islamist and Islamism dalam http://www.geocities.com/martinkramerorg/Terms.htm diakses 14/4/2007.

20

Page 21: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Dengan memahami latar belakang masalah dan kerangka pemikiran yang

dipakai, dapat ditemukan jawaban bahwa kelompok neoconservatif memiliki jaringan

kerja yang sangat luas. Jaringan neocons tidak hanya tersebar di birokrasi pemerintahan

Bush, melainkan juga di luar pemerintahan seperti media massa, korporasi, dan lembaga

think tank. Keluasan jaringan itu menjadikan kelompok ini dapat dengan mudah

memasuki dan berperan besar kedalam akses politik yang dipakai untuk mencapai

tujuan serta mendapatkan kepercayaan besar dari Bush.

Pilihan rasional dalam memilih alternatif kebijakan luar negeri dipandang perlu

diambil AS dalam konteks perang melawan terorisme. Yang lebih menguatkan lagi,

tuntutan itu didukung Cheney, Powell dan Rice yang juga memiliki peran penting dalam

perumusan kebijakan. Tuntutan neocons makin dipercaya Bush karena pembantu-

pembantu dekatnya yang menduduki posisi penting juga menyepakati tuntutan itu.

Kemudian, peran neocons menjadi faktor utama kebijakan anti Islam politik

pasca 11/9 yang di buktikan dengan menempati posisi-posisi strategis dalam

pemerintahan dan peran mereka dalam perumusan kebijakan dalam war on terrorism

dengan invasi ke Afghanistan dan Irak. Kebijakan luar negeri AS yang tidak

memberikan kesempatan pada kelompok ini untuk berkuasa diberbagai negara, meski

secara demokratis, adalah bukti nyata peran sentral neocons dalam kebijakan ini dimasa

kepemimpinan Bush.

E. Metodologi

Tipe penelitian ini adalah eksplanatif, yakni menganalisis dan menjelaskan

hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Variabel yang

dijelaskan adalah hubungan antara perilaku kelompok neoconservatif dengan kebijakan

21

Page 22: neoconservatif vs Islamist post 9/11

luar negeri AS dalam memerangi kelompok Islam-politik pasca 11/9. Penelitian ini

menggunakan pendekatan studi kepustakaan, dengan mengumpulkan data-data sekunder

dari berbagai bahan, seperti: buku teks, terbitan berkala, jurnal, majalah, surat kabar,

dokumen, makalah, dan bahan-bahan lainnya.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dimulai dengan spesifikasi teori dan membangun

kerangka berfikir berdasarkan teori pembuatan kebijakan luar negeri dan sistem

pengaruh kebijakan yang menjelaskan jaringan, posisi, reputasi tokoh-tokoh neocons,

dan kronologi dalam mempengaruhi kebijakan anti Islam Politik AS sebagai indikator

peran. Langkah kedua, spesifikasi data terkait kebijakan War on Terrorism dan

keterlibatan neocons dan kepentingannya dalam perang Afghanistan dan Irak yang

dijelaskan melalui kronologi perannya, kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk

mendapatkan kejelasan, kemudian data tentang pernyataan dan publikasi para pembuat

kebijakan dan neocons terkait Islam Politik. Ketiga, pengumpulan data tentang fakta-

fakta diatas dan terakhir analisis data dan publikasi.34

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terbagi dalam 5 bab, pada bab I adalah bab pendahuluan yang

meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka

pemikiran yang terdiri dari landasan teori dan metodologi penelitian yang terdiri dari

definisi konseptual dan operasional, tipe dan jangkauan penelitian, teknik pengumpulan

dan analisis data, serta sistematika penulisan.

34 Peter Burnham, et al, Research Methods in Politics, dalam bahan bacaan SPHI 605 Metode Penelitian HI.

22

Page 23: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Dalam bab II dipaparkan akar pemikiran neocons dari Leon Trotsky dan Leo

Strauss yang berintikan pada paham internasionalisme Pax-Amerika bahwa status

hegemoni AS dan nilai-nilai demokrasi liberal adalah baik bagi dunia. Kemudian

dipaparkan dimasa pemerintahan Richard Nixon, Gerald Ford, dan Jimmy Carter adalah

pemerintahan awal yang memperoleh serangan ideologi neocons. Meskipun usaha ini

tidak memuaskan karena ketiga presiden itu tidak memperlihatkan keinginan untuk

mengakomodasi pemikiran neoconservatif. Diluar itu, neocons juga melakukan ekspansi

pemikiran dan perluasan jaringan sebagai usaha awal untuk membangun landasan

kokoh kelompok ini untuk berperan dalam pengambil keputusan.

Hasil dari usaha itu mulai nampak ketika Ronald Reagan terpilih sebagai

presiden AS tahun 1980 dimana pemikiran neocons sering menjadi rujukannya dalam

mengambil keputusan tentang kebijakan luar negeri. Kondisi serupa juga terjadi pada

masa George H.W. Bush meski dimasa keduanya neocons belum memiliki kekuatan

jaringan yang cukup untuk berperan agar mereka sepenuhnya mengikuti ideologinya,

meskipun posisi strategis sebagai menteri pertahanan telah diduduki. Keadaan seperti

itu berlanjut pada era Bill Clinton, bahkan cenderung lebih parah. Indikasinya, Clinton

sama sekali tidak mengakomodasi satupun figur neoconservatif untuk memperkuat

kabinetnya dan cenderung berpijak kebijakan yang mengedepankan ekonomi,

diplomasi, dan perundingan damai multilateral.

Sedangkan di Bab III, dideskripsikan persebaran jaringan neocons yang tidak

hanya di lingkaran kekuasaan George W. Bush, tetapi juga di dunia akademis, media

massa, Kongres, korporasi, dan kelompok lobi Yahudi di AS sehingga memudahkannya

memasuki lini-lini kekuasaan dan berperan dalam pembuatan kebijakan. Dari bab ini

diketahui bahwa dimasa pemerintahan Bush neocons telah berhasil menjadi kelompok

23

Page 24: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kepentingan utama yang dipercaya Bush dalam perumusan kebijakan luar negeri setelah

perjuangan selama sekkitar empat puluh tahun sebagaimana yang dipaparkan di bab II.

Di bagian ini juga ditemukan bahwa neocons berhasil menempatkan tokoh-tokohnya

dalam posisi strategis dalam pembuatan kebijakan. Mereka diantaranya Dick Cheney,

Rumsfeld, Wolfowitz, dan Richard Perle.

Bab IV berisi penjelasan tentang perdebatan dikalangan ilmuwan dan politisi

neocons tentang perlunya musuh bersama baru pasca runtuhnya Soviet. Setelah melalui

diskursus yang panjang, para tokoh neocons seperti Fukuyama, Huntington, dan

Wolfowitz, akhirnya sepakat menempatkan Islam Politik sebagai ancaman baru bagi

peradaban barat. Kemudian, disini juga dipaparkan kronologi peran kelompok neocons

terhadap perumusan kebijakan anti Islam politik dimasa pemerintahan Bush dengan

melihat kasus perang Afghanistan dan Irak. Terakhir, di bab ini ditampilkan bukti-bukti

keterlibatan neocons dalam tragedi 11/9 dan berbagai klaim mereka dan Bush untuk

justifikasi perang Irak dan Afghanistan yang hampir semuanya tidak terbukti.

Bab IV merupakan bab kesimpulan yang berisi hasil pengujian Argumen Utama

dan kesimpulan penelitian.

24

Page 25: neoconservatif vs Islamist post 9/11

BAB II

PEMIKIRAN DAN SEJARAH NEOCONSERVATIF AMERIKA

A. Akar Pemikiran Neocons

Konservatif dari asal katanya sendiri berarti memelihara (conserve), sedang

dalam politik, maknanya adalah melawan perubahan dalam kaitan dengan tradisi politik

dari berbagai pemerintahan, partai politik, dan konservatisme yang berbeda-beda, maka,

untuk memberikan penilaian perlu diketahui perubahan apa yang ditentangnya. Doktrin

neocons sering dipandang sebagai bentuk dari "ultra-conservatism"-realisme tradisional

yang berubah menjadi rekasioner ekstrim. Banyak peneliti juga memandangnya sebagai

pemikiran yang sama sekali baru. 35

Sesungguhnya, akar intelektual neoconservatif di AS dapat dilacak kembali

setengah abad lalu dari dua sumber penting, salah satunya sumber kiri. Sumber pertama

diarahkan melalui ideologi trotskyism, dengan ide revolusi dan oposisi permanen

terhadap Stalinism. Pemikiran yang dijadikan rujukan kalangan neoconservatif adalah

Leon Trotsky (1879-1940), ilmuwan sosialis Uni Sovyet penganut Yahudi yang

memiliki peran penting, bersama Vladimir Lenin, menggerakkan dan

mengorganisasi Red Army untuk menjatuhkan Tsar Nicholas dari kekuasaannya pada

tahun 1917.36

Trotsky memiliki impian untuk menyebarkan revolusi sosialis secara global. Dia

percaya bahwa negara sosialis baru tidak akan mampu melawan tekanan kapitalis dunia

jika revolusi sosial tidak secara cepat digerakkan ke banyak negara. Dalam negara yang

35 Ted Honderich. 2005. Conservatism: Burke, Nozick, Bush, Blair?. London: Pluto Press. Hal. 6.36 Lind, M. 2003. How Neoconservatives Conquered Washington-and Launched a War. Salon, 9 April. At http://archive.salon.com/opinion/feature/2003/04/09/neocons/index1.html, diakses 16/6/2006.

25

Page 26: neoconservatif vs Islamist post 9/11

belum mengalami revolusi demokratis borjuis, kaum proletar perlu melakukan revolusi

sosialis permanen. Melalui idenya tentang Fourth International (FI), Trotsky lalu

menggagas sebuah revolusi sosialis dunia.37

FI adalah organisasi komunis internasional yang bekerja menentang kapitalisme

dan stalinisme, terdiri dari para pengikut Trotsky, dan berjuang untuk kemenangan kelas

pekerja atas sosialisme. Tahun 1938, Trotsky dan pengikutnya, dikeluarkan dari Uni

Sovyet karena menganggap Komintern telah kalah oleh Stalinisme dan

ketidakmampuannya memimpin kelas pekerja internasional.38 Dalam permanent

revolution, Trotsky percaya bahwa revolusi sosialis hanya bisa berhasil apabila revolusi

itu meluas sampai di luar batas Rusia yang berujung pada runtuhnya kekuatan

kapitalisme Eropa dimanapun berada.39

Trotsky, mendukung revolusi proletar, seperti dalam teorinya tentang

"permanent revolution" diatas, dan percaya bahwa negara para pekerja tidak akan dapat

menahan tekanan para kapitalis jahat dunia kecuali revolusi sosialis yang cepat terjadi

serentak di negara-negara lain. Teori ini menentang pandangan kaum Stalinis bahwa

"socialism in one country" dapat dibangun di Sovyet sendiri.40 Kemudian, Trotsky dan

pendukungnya sangat menentang totaliterisme pemerintahan Joseph Stalin. Mereka

berpendapat bahwa sosialisme tanpa demokrasi adalah tidak mungkin.

Kemudian, tiadanya demokrasi di Sovyet, mereka menyimpulkannya bukan lagi

negara para pekerja sosialis, tapi negara pekerja yang buruk. Para penganut paham

37 “Trotskyism,” dalam www.wikipedia.org/wiki/Trotskyism, diakses tanggal 8/03/2007.38 The Transitional Program. Retrieved February 10, 2005 dalam Fourth International in http://www.answers.com/topic/fourth-international diakses 26/5/2007.39 Carlton Clymer Rodee et.al. 2000. Pengantar Ilmu Politik, terj. Zulkifly Hamid. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hal. 175.40 Trotsky, In Defence of October dalam The Transition Program Loc.Cit.

26

Page 27: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Trotsky mempercayai upaya Stalin untuk membangun sosialisme di satu negara dari

pada menggagas revolusi dunia telah menciptakan negara pekerja yang buruk. Pada

tahun 1939, gerakan Trotskyist terbagi dua; James Burnham dan Max Shactman yang

lalu mendeklarasikan diri untuk menentang nazi Jerman dan komunisme Sovyet. Max

Schachtman, Trotskyist Amerika yang sangat berpengaruh yang berpindah haluan dari

pendukung Sovyet menjadi oposisi komunisme dan sekutu informal kaum hawkish

Washington pada 1970-an.

Sekilas, Trotskyisme dengan neocons nampak berbeda. Trotskyisme

menekankan pada sosialis, sedangkan neocons pada demokrasi. Letak kesamaan

Trotsky dengan neocons bukan pada idenya, tetapi pada gagasan untuk

menyebarkannya kedunia. Impian Trotsky tentang revolusi sosialis dunia diadopsi

neocons untuk menyebarkan demokrasi liberal ke seluruh dunia. Terlihat adanya

semacam pembalikan ide dari sosialis ke demokrasi. Karena itu, neocons sering disebut

sebagai Trotskyisme terbalik (inverted Trotskyism) yang bertujuan mengekspor

demokrasi, sedangkan Trotskyist ingin mengekspor sosialisme.41

Menurut mantan neocons, Michael Lind, gagasan Trotsky masuk ke AS dan

menjadi rujukan neocons melalui Schactman (1904-1972), yang berpendapat bahwa AS

telah didominasi oleh masyarakat kelas baru pasca borjuis. Lind melihat konsep revolusi

demokrasi global neocons berasal dari visi revolusi permanen Trotsky dalam Fourth

International. Dia juga menjelaskan bahwa organisasi serta ideologi gerakan neocons

berasal dari liberal kiri. 42

41 “Neoconservatism in the United States,” Loc.Cit.42 Shactman dikenal sebagai penyebar paham Trotsky di AS yang mendirikan Independent Socialist League (1948), sebuah organisasi Marxis-Leninis anti-Stalin. Sepuluh tahun kemudian organisasi itu bergabung dengan Partai Sosialis. Disini, Shactman dan para pengikutnya gencar menyuarakan persamaan hak-hak sipil bagi warga negara AS. Shactman banyak mempengaruhi gerakan sosialis di AS yang mendapatkan dukungan dari kelompok sayap kiri di Partai Demokrat. Lihat www.wikipedia.org/wiki/Max_Shactman, diakses tanggal 6/7/2006.

27

Page 28: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Atas dasar pemikiran di atas, neocons merumuskan pahamnya dalam identitas

Wilsonian Idealists. Keyakinan bahwa kebijakan luar negeri AS seharusnya diarahkan

untuk mempromosikan nilai-nilai ideal Amerika. Untuk melakukannya, ada dua model

Wilsonian yang dipakai. Pertama, soft Wilsonians, yang meyakini organisasi multilateral

seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan alat utama untuk

mempromosikan nilai-nilai ideal Amerika sehingga hukum internasional merupakan

instrumen yang penting. Kedua, hard Wilsonians, alat utamanya adalah power.

Neocons sangat sepakat dengan tujuan-tujuan idealis Wodrow Wilson untuk

menyebarkan nilai-nilai ideal pemerintahan, ekonomi, dan budaya Amerika ke luar.

Nilai-nilai ideal Amerika itu tercermin dalam demokrasi liberal. Karena itu, neocons

lebih menekankan prinsipnya pada pengembangan demokrasi liberal melalui kebijakan

luar negeri yang agresif.43

Bagi neocons, pengembangan demokrasi liberal adalah tujuan utama demi

mewujudkan pemerintahan demokrasi modern di seluruh dunia. Kristol menegaskan

bahwa tujuan politik dan historis neocons adalah mengubah bentuk Partai Republik dan

konservatisme Amerika pada umumnya ke dalam jenis baru politik konservatif yang

sesuai dengan pemerintahan demokrasi modern.44

Paham ini dikembangkan dan diekspor ke berbagai negara melalui kebijakan

luar negeri yang agresif dan unilateralis. Kebijakan luar negeri multilateral dipandang

tidak cukup mampu untuk merealisasikan cita-cita ideal Amerika itu. Neocons menolak

ketergantungan AS pada organisasi internasional dan perjanjian internasional untuk

mencapai tujuan mereka. AS harus meninggalkan kebijakan luar negerinya yang

tradisional untuk beralih menjadi kebijakan hegemonik imperialis. Caranya adalah

43 “Neoconservatism in the United States,” Loc.Cit.44 Irving Kristol, “The Neoconservative Persuasion,” dalam www.weeklystandard.com/Content/ Public/Articles/000/000/003/000tzmlw.asp?pg=2, diakses 6/7/2006.

28

Page 29: neoconservatif vs Islamist post 9/11

dengan menerapkan serangan preemptive melawan negara manapun yang mengancam

kepentingan AS dalam menyebarkan demokrasi liberal.45

Tentang kepentingan nasional, neocons memandang kepentingan nasional

negara kecil berakhir di batas negaranya, sehingga kebijakan luar negerinya hampir

selalu defensif. Sementara, negara besar besar seperti AS memiliki kepentingan yang

lebih luas melintasi batas-batas wilayah nasional dan regional. Karena salah satu

kepentingan AS adalah menyebarkan demokrasi liberal, maka AS selalu merasa

berkewajiban untuk mempertahankan negara demokratis yang terancam oleh negara

non-demokratis dan bertanggung jawab mendemokratiskan negara yang tidak

demokratis menurut Standar nilai-nilai AS.46

Sumber kedua, kaum neocons lain sangat dipengaruhi oleh filosuf Leo Strauss,

filsuf politik Universitas Chicago yang merupakan imigran Yahudi dari Jerman (1899-

1973), yang meyakini kebenaran esensial bahwa masyarakat manusia hanya dapat

dipahami dengan Machiavelian elite, yakni pembagian dua jenis manusia yang baik dan

buruk dan otoritas kebenaran harus diberikan pada pihak-pihak yang punya kekuatan

untuk berhubungan dengan kebenaran. Beberapa neocons berpengaruh belajar darinya

di University of Chicago., dan mengakui pengaruhnya atas mereka Namun, Strauss

sesungguhnya bukan termasuk neocons, tapi seorang konservatif yang mempengaruhi

neoconservatif.47

Saat hidup, Strauss sebenarnya tidak pernah terlibat gerakan politik. Tetapi,

banyak muridnya (Podhoretz, Kristol, Kirkpatrick, Martin Diamond) dan pengikutnya

(Paul Wolwofitz, Abram Shulsky, Carnes Lord) yang terpengaruh pemikirannya terlibat

45 Irwin Stelzer, “Neoconservatives and Their Critics,” dalam Stelzer (ed.), Op.Cit., hal. 3.46 Kristol, “The Neoconservative Persuasion,” Loc.Cit.47 “Talk: Neoconservatism in the United States,” Loc.Cit.

29

Page 30: neoconservatif vs Islamist post 9/11

dalam perumusan kebijakan diawal kemunculan neocons hingga sekarang. Strauss

memandang dirinya sendiri sebagai teman demokrasi liberal.48 Baginya, sistem ini

adalah bentuk pemerintahan terbaik yang bisa direalisasikan. Sistem ini adalah satu-

satunya alternatif bagi manusia modern dan AS dilihatnya sebagai republik demokrasi.

Dia amat menentang komunisme.49

Menurut MacDonald, Strauss memiliki identitas Yahudi yang sangat kuat.

Bahkan, dia memandang pemikiran filosofisnya sebagai alat untuk meyakinkan

eksistensi kaum Yahudi yang terdiaspora. Dia sangat menentang nazisme Jerman yang

anti Yahudi. Identitas Yahudinya yang kuat dapat dilacak dalam tulisannya; Leo

Strauss: Political Philosopher and Jewish Thinker: “I believe I can say, without any

exaggeration, that since a very, very early time the main theme of my reflections has

been what is called the ‘Jewish ‘Question’.”50

Dua kutub pemikiran berbeda ini terikat bersama dari permulaan oleh oposisi

bersama pada Sovyet dan penekanan bahwa AS harus mengadopsi kebijakan garis keras

menghadapi ancaman komunisme. Posisi mereka positif selama 1980-an saat pemilihan

Reagan, yang mereka anggap sebagai salah satu neocons terbesar. Dimasa Clinton,

mereka membentuk semacam `pemerintahan republikan dipengasingan’, mengkritik

Presiden, yang sangat tidak disukai karena terlalu 'menolak resiko'.51

Sedangkan tidak ada garis pembagian mutlak diantara mazhab pemikiran

neocons dan mazhab yang berpengaruh lain di Amerika, dan saat para pendukungnya

terkadang berbeda dari mereka sendiri, neocons mendapatkan, selama perjuangan dalam

48 Weinstein, Op.Cit., hal. 207-212.49 Kristol, Op.Cit., hal. 7-9. Lihat juga Nicholas Xenos, “Leo Strauss and the Rethoric of the War on Terror,” dalam www.logosjournal.com/issue_3.2/mason.htm, diakses tanggal 8 Agustus 2005.50 Leo Straus dalam Kevin MacDonald, “Thinking About Neoconservatism,” dalam www.vdare.com/ misc/macdonald_neoconservatism.htm, diakses tanggal 9/10/2006.51 Perle, R. 2003. "Interview". PBS Frontline: Truth, War and Consequences, July 10. At http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/truth/interviews/perle.html, diakses 24/7/2006.

30

Page 31: neoconservatif vs Islamist post 9/11

beberapa dekade, sebuah kohesi intelektual yang tidak ada bandingannya di

Washington. Pada posisi ini, neocons menganur beberapa asumsi sentral berikut:

1. AS harus menjaga posisinya sebagai hegemon dan mencegah munculnya setiap rival

baru yang mendekati kekuatannya.

2. AS tidak boleh surut dari peran ini, yang dalam istilah Project for the New American

Century (PNAC), secara aktif "membentuk satu abad baru yang sesuai dengan prinsip-

prinsip dan kepentingan AS", memastikan bahwa tidak akan muncul super power yang

muncul menyaingi AS. Lebih jauh, imperium Amerika adalah baik untuk orang

Amerika sendiri dan seluruh dunia, karena AS dilihat memiliki sejarah menghormati

Hak Asasi Manusia (HAM) dan motif-motifnya yang murni. Seperti ungkapan

komentator neocons, "The international environment is far more likely to enjoy peace

under a single hegemon. Moreover, we are not just any hegemon. We run a uniquely

benign imperium".52

3. AS harus mengekspor liberal democracy barat dan free-market capitalism ke negara-

negara yang tidak demokratis. Dengan kata lain, neokon berkeyakinan bahwa AS

mempunyai hak, dan, lebih jauh kewajiban untuk membawa HAM, kebebasan, dan

demokrasi keseluruh dunia. Pada prakteknya, fokusnya hampir semuanya dijalankan di

Timur Tengah, sedikit di Asia Tengah dan Timur dan hampir tidak ada di Afrika,

Amerika Latin, dan Meksiko. Kesetiaan atas doktrin ini yang menyeabkan 'reverse

domino effect' kadang membuat neocons dilabeli "Wilsonianism in boots". Mereka

lebih membanggakan nilai dibanding institusi, kekuatannya bukan dalam selembar

52 Seperti dikutip dalam Rogers, P. 2004. A War on Terror: Afghanistan and After. London: Pluto Press, hal. 67.

31

Page 32: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kertas tapi dalam kekuasaan, dan merupakan perkawinan antara idealisme dan

pragmatisme.53

4. AS seharusnya menggunakan kekuatannya sebagai unilateral solutions jika

berhubungan dengan keuntungan bagi AS. Neocons meremehkan kesepakatan dan kerja

sama internasional dan lebih cenderung memakai koalisi atas satu misi dibanding

sebaliknya. Mereka segan menyerahkan tiap bagian dari keamanan AS pada badan asing

yang bukan kepanjangan tangan dari kekuasaan AS. Tokoh neocons terkemuka, Robert

Kagan, memandang multilateralisme "the weapon of the weak" dan Richard Perle

menganjurkan pada Presiden; "reshape fundamental attitudes towards (international)

norms, or we are going to have our hands tied by an antiquated international system that

is not capable of defending us". Sejak jatuhnya Sovyet, neocons melihat peluang untuk

meningkatkan dominasi AS dengan mengintervensi dunia tanpa hambatan seperti di era

perang dingin.54

5. AS harus lebih bisa mengenali dan menerapkan perlunya military solutions bagi

masalah-masalah internasional. Ideologi ini ditandai dengan memusatkan perhatian

pada perjuangan konstan dan dengan kekerasan, mendukung masa depan dunia

Manichean dimana kekuatan baik dan buruk senantiasa berperang, dan kemudian

cenderung melihat stabilitas Timur Tengah saat ini sebagai stagnasi. Neocons

menganggap dirinya sebagai "pemikir besar, mendalam, dan secara intelektual lebih

mudah memahami sesuatu dibanding kebanyakan orang di Washington",55 dan cepat

mengkritisi apa yang mereka lihat dengan tenang.

53 Boot, M. 2004a. "Q&A: Neocon Power Examined". Empire Builders: Neoconservatives and their Blueprint for US Power. The Christian Science Monitor. http://www.csmonitor.com/specials/neocon/boot.html, diakses 20/7/2006.54 Kaiser, R.G. 2003. "U.S. Risks Isolation, Breakdown of Old Alliances in Case of War." The Washington Post, March 16, hal. A12.55 Ibid, p. A12.

32

Page 33: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Neoconservatisme saat ini dibentuk oleh kekuatan sosial, politik, budaya, yang

telah berjalan cukup lama. Orang Amerika telah lama memandang dirinya dan

negaranya berbeda dari bangsa-bangsa dimasa Old World dan tidak mempercayai

aliansi-aliansi gaya Eropa. Kegley dan Wittkopf menekankan bahwa sejarah unik AS

telah membawa pada beberapa asumsi, inter alia bahwa perubahan dan pembangunan

adalah mudah, bahwa semua hal baik berjalan bersama (maka tidak perlu kompromi),

dan bahwa AS selalu bertindak terhormat dalam berhubungan dengan negara lain.56

Ringkasnya, neocons berkeyakinan bahwa Amerika seharusnya, dengan dirinya

sendiri dan militer, jika diperlukan, menyebarkan ideologi kebebasan dan pasar bebas

keseluruh dunia. Kemauan menyatakan ideologi ini dan dengan menjalankannya secara

ekstrim seperti yang dijalankan pemerintahan Bush saat ini adalah sebuah fenomena

baru. Sebenarnya, hal ini juga berakar pada keyakinan mendalam banyak orang

Amerika bahwa mereka dan negaranya menduduki tempat istimewa di dunia. Jadi,

neocons dan orang Amerika umumnya cenderung memandang sistem politiknya sebagai

satu sistem yang dapat digeneralisasi (misalnya dapat diekspor), mengagumi

individualisme dan melihat negaranya sebagai contoh kebebasan.

B. Sejarah Perkembangan Neocons dalam Politik Amerika

1. New Left dan Counterculture

Tahun 1970-an awal, Michael Harrington, ilmuwan sosialis editor majalah

Dissent, pertama kali memakai istilah neoconservatif. Dia mencirikan neocons yang

sebelumnya leftists – dipakai untuk mengejek "socialists for Nixon" – berpindah haluan

ke kanan. Neocons cenderung masih mendukung sosial demokrasi, tapi membedakan

56 Kegley, C.W. & Wittkopf, E.R. 1996. American Foreign Policy, 5th ed. New York: St. Martin's Press, hal. 260.

33

Page 34: neoconservatif vs Islamist post 9/11

dirinya dengan beraliansi dengan pemerintah Nixon terkait kebijakan luar negeri,

khususnya terhadap dukungannya atas perang Vietnam dan oposisi pada Sovyet.

Mereka masih mendukung welfare state, tapi dalam bentuk kontemporernya. Harrington

mengacu pada gerakan perpindahan sekelompok individu yang semula berpaham liberal

dan kemudian beralih menjadi konservatif pada 1960-an. Kelompok yang berganti

paham ini disebutnya sebagai konservatif baru atau neoconservatif.57

Neocons memandang bahwa national security harus dijaga dengan

mempromosikan kebebasan dan demokrasi keluar negeri melalui dukungan pada

gerakan-gerakan pro demokrasi, bantuan asing, dan bahkan intervensi militer. Ini adalah

perpindahan dari konservatif tradisional yang mendukung rezim bersahabat terkait

perdagangan dan anti-komunisme meski hingga melanggar sistem demokrasi yang ada.

Paul Berman dalam bukunya Terror and Liberalism menggambarkannya sebagai,

"Freedom for others means safety for ourselves. Let us be for freedom for others."

Irving Kristol, tokoh yang disebut sebagai the godfather of neoconservatism,

menggambarkan neocons sebagai golongan yang sebelumnya menganut nilai-nilai

liberal tetapi merasa tidak sepaham dengan garis politik yang diambil sebagian besar

kelompok liberal sehingga memutuskan untuk beralih ke konservatif. Liberalisme

dipandang telah gagal merespon realitas sosial politik saat itu sehingga membuat

sebagian kalangan liberal kecewa dan memilih berpindah menjadi konservatif.58

Menurutnya, gerakan neocons berawal dari kelompok intelektual liberal yang

relatif kecil tapi berbakat yang memisahkan diri dari kelompok kiri pro Sovyet dan

kaum radikal anti Amerika. Kristol mendeskripsikan kelompok neocons berasal dari

57 “Talk: Neoconservatism in the United States,” dalam www.wikipedia.org/wiki/Talk: Neoconservatism_in_the_United_States, diakses 8/8/2005.58 Samuel Francis, Beautiful Losers: Essays on The Failure of American Conservatism (Missouri: University of Missouri Press, 1993), hal. 95.

34

Page 35: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kelas menengah ke bawah atau keluarga kelas pekerja miskin. Mereka adalah generasi

yang terkena dampak dari Great Depression,59 merupakan veteran Perang Dunia II yang

menerima prinsip-prinsip New Deal,60 dan kurang sepakat dengan isolationism,61 yang

kemudian bernaung dalam paham konservatif Amerika.62

Generasi pertama neocons berasal dari keluarga imigran Eropa Timur yang

masuk ke AS dimasa Great Depression. Krisis pada 1930-an itu telah meningkatkan

jumlah imigran dan memperkenalkan mereka pada ide-ide sosialisme dan komunisme

baru. Kejatuhan Stalin dari kekuasaan Sovyet pada tahun 1953 mendorong peningkatan

gerakan New Left63 di AS. New Left menjadi sangat populer di kalangan anak-anak dari

keluarga komunis garis keras. Oposisi terhadap New Left dan Uni Sovyet

mengakibatkan neoconservatif muncul sebagai kelompok penting pertama dari kelas

pekerja yang mengkritik kebijakan sosial.64

Kiprah neocons dalam pentas politik AS makin nampak ketika mereka

menentang Counterculture. Counterculture di tahun 1960-an di AS muncul sebagai

59 Yakni kejatuhan ekonomi terparah dalam sejarah dunia pada 1929-1940. Dimulai dengan kejatuhan pasar saham tahun 1929 yang menyebabkan produksi barang menurun tajam, banyak perusahaan jatuh, bank kehabisan dana dan angka pengangguran meningkat drastis. Lihat An Outline of American History, diterbitkan oleh United States Information Agency pada tahun 2004, hal. 254. 60 Yakni program Franklin D. Roosevelt untuk mengatasi dampak dari Great Depression. Program ini mensahkan intervensi negara pada aktivitas perekonomian. Prinsip laissez-faire (perekonomian tanpa intervensi) yang semula dijadikan ideologi dalam aktivitas ekonomi ditinggalkan. Melalui New Deal, Roosevelt melibatkan negara dalam aktivitas perekonomian dengan mengesahkan beberapa peraturan dan menerapkan sejumlah langkah untuk mengendalikan perekonomian masyarakat. Di antaranya adalah kebijakan inflasi mata uang yang moderat, penyediaan fasilitas kredit untuk industri dan pertanian, serta aturan-aturan dalam penjualan surat berharga di bursa saham. Lihat Ibid., hal. 258-259.61 Yakni perspektif kebijakan luar negeri yang meyakini bahwa AS tidak seharusnya berperan sebagi polisi dunia. Artinya, imperialisme Amerika adalah cita-cita yang harus ditentang. Lihat www.csmonitor.com/cgi-bin/neoconquiz.pl, diakses tanggal 6/7/2006. 62 Irving Kristol. 1995. Neoconservatism: The Autobiography of An Idea. New York: The Free Press, h. x. 63 yakni gerakan politik yang dikendalikan oleh para aktivis kampus di seluruh AS tahun 1960-an untuk menciptakan masyarakat Amerika yang lebih demokratis. Gerakan ini dipengaruhi oleh gerakan hak-hak sipil untuk memperjuangkan kewarganegaraan penuh bagi warga kulit hitam dengan melawan diskriminasi warga kulit putih dan hitam. Agendanya adalah menuntut persamaan hak bagi seluruh warga AS, menolak sistem demokrasi representatif, dan mendorong demokrasi partisipatoris. Lihat Allen Weinstein dan David Rubel, The Story of America: Freedom and Crisis From Settlement to Superpower .2002. New York: An Agincourt Press Production, hal. 609-610. dalam LocCit.64 “Neoconservatism in the United States,” dalam www.wikipedia.org/wiki/Neoconservatism_in_the_ United_States, diakses tanggal 6/7/2006.

35

Page 36: neoconservatif vs Islamist post 9/11

reaksi atas norma-norma sosial yang ketat pada 1950-an dan intervensi militer ke

Vietnam. Tensi yang dikembangkan dimasa ini termasuk eksperimentasi generasi muda

dengan narkoba, hubungan ras, moral seksual, dan hak-hak wanita.65

Ira Chernus, profesor University of Colorado, berpendapat bahwa counterculture

yang akan menghapus otoritas nilai-nilai tradisional dan norma-norma moral. Karena

neocons percaya bahwa hakikat manusia yang selfish sejak lahir, mereka percaya bahwa

masyarakat tanpa nilai yang diterima secara umum berdasarkan agama atau tradisi

lampau akan berakhir dengan perang satu sama lain. Mereka juga percaya bahwa nilai

sosial yang paling penting adalah kekuatan, khususnya kekuatan mengontrol gerak hati

alami (natural impulses).66

Menurut Peter Steinfels, ahli sejarah neocons, neocons "menekankan pada

hubungan luar negeri yang muncul pasca New Left dan counterculture yang telah

menyatukan neoconservatisme...sumber esensial dari keinginannya, bukanlah militer

atau geopolitik atau bisa berpengaruh di luar negeri semata; tapi hal domestik, kultural,

dan ideologis." Neocons menekankan bahwa militer AS harus cukup kuat untuk

mengontrol dunia, atau dunia akan jatuh dalam kerusuhan. 67

Kedua paham yang baru muncul ini menginspirasi Presiden Johnson untuk

mencetuskan program Great Society pada 1965. Namun, banyak ide dari program ini

tidak disepakati kaum liberal dan memunculkan perselisihan paham di antara mereka.68

65 Elizabeth Nelson (1989) The British Counterculture 1966-73: A Study of the Underground Press. London: Macmillan. dalam Counterculture dalam http://www.answers.com/topic/counterculture diakses 26/5/2007. 66 Ira Chernus, Monsters To Destroy: The Neoconservative War on Terror and Sin. Boulder, CO: Paradigm Publishers, 2006. ISBN 1-59451-276-0 dalam Neoconservative: Definition and views dalam http://en.wiki.globaltruth.org/Neoconservatism diakses 29/5/200767 John Dean, Worse Than Watergate: The Secret Presidency of George W. Bush (Little. Brown, 2004) ISBN 0-316-00023-X (hardback) -- Deeply critical account of neo-conservatism in the administration of George W. Bush. dalam Neoconservative: Definition and views Loc. Cit.68 Pada 1965, Johnson mencanangkan program reformasi Great Society dengan tujuan menghilangkan sekat-sekat rasialisme antara warga kulit putih dan hitam. Hal ini dijalankan dengan meningkatkan kualitas pendidikan, mengatasi kemiskinan, dan menyediakan pelayanan kesehatan bagi semua rakyat Amerika tanpa melihat warna kulit. Lihat Weinstein dan Rubel, Op.Cit., hal. 603. Keberhasilan Great

36

Page 37: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Mereka tidak percaya pandangan human nature dan realitas sosial ekonomi yang

mendasari program itu.69 Mereka lebih senang mengusung ide-ide kebebasan hak warga

sipil dan integrasi sosial serta mendukung gagasan persamaan hak Martin Luther King.70

Pertentangan di kalangan intelektual liberal ini berakibat pada pecahnya

persekutuan mereka. Sejumlah intelektual nampak mengalami peralihan nilai dari

liberal ke konservatif. Pada akhirnya, peralihan nilai itu membuat sejumlah intelektual

yang selalu mengenalkan dirinya sebagai kaum liberal secara tak sadar menemukan

dirinya menjadi sosok konservatif. Mereka lalu memilih untuk memisahkan diri dan

melancarkan gerakan eksodus menuju paham konservatif. Eksodus itu menandai awal

kelahiran neocons.71

Disaat yang sama, muncul ketidakpuasan di kalangan mahasiswa AS terhadap

kelompok liberal. Demonstrasi pecah di kampus-kampus besar seperti Berkeley,

Cornell, Wisconsin, Harvard, Yale, dan Michigan untuk menentang pemimpin serta

anggota senat berhaluan liberal. Aksi ini berkembang menjadi gugatan terhadap otoritas

pembuat kurikulum dan tuntutan kebebasan dari hukuman dalam kelas. Maka, kalangan

neocons meresponnya melalui berbagai artikel di media massa.72

Commentary menjadi media massa utama gerakan neocons waktu itu (awal

1970-an). Majalah yang didirikan oleh Kristol dan Norman Podhoretz itu banyak

memuat analisis antiliberal dalam berbagai isu sosial. Sejumlah artikel dengan judul

Society pada tahun 1964-1965 membuat dukungan masyarakat terhadap pemerintah Johnson kian menguat. Namun, dukungan itu melemah tahun 1966 karena banyak program yang dijalankan dengan dana kurang dan beberapa di antaranya tidak memenuhi harapan. Meski demikian, program ini tetap berhasil mengurangi angka kemiskinan. Terbukti, antara tahun 1965-1968, pendapatan keluarga kulit hitam meningkat dari 54 persen menjadi 60 persen dari pendapatan keluarga kulit putih. Lihat An Outline of American History, Op.Cit., hal. 351.69 Kristol, Op.Cit., hal. x.70 “Neoconservatism in the United States,” Loc.Cit. 71 Kristol, Loc.Cit.72 Robert Nisbet. 1989. Conservatism: Dream and Reality. Minneapolis: University of Minnesota Press, hal. 100.

37

Page 38: neoconservatif vs Islamist post 9/11

eksplisit mengkritisi kalangan liberal seperti “The Limits of Social Policy”,dan

“Liberalism vs Liberal Education” memenuhi halaman Commentary.73

Tyrell, Jr. menilai penulisan berbagai artikel di media massa tersebut

mencitrakan neocons sebagai sebuah komunitas intelektual. Citra ini sangat nyata bila

menelusuri aktivitas para tokohnya. Banyak figur neocons yang bekerja di lembaga-

lembaga riset, media massa, dan think tank ternama. Banyak pula yang mengajar di

universitas-universitas bergengsi, terutama Harvard University.74

Karenanya, neocons sangat dikenal oleh publik AS sebagai gerakan intelektual.

Tidak sekadar gerakan intelektual pasif, neocons dianggap Theodore H. White juga

sebagai “action intellectuals” dengan koneksi ke berbagai universitas terbaik di AS dan

akses langsung ke elit politik, dan memiliki hubungan baik dengan elemen-elemen

utama gerakan buruh. Ditambah ikatan kuat dengan lembaga-lembaga berpengaruh dan

think tank beranggaran jutaan dolar.75

Dari sejarahnya, ide awal neocons adalah anti otoriterisme komunis Soviet dan

counterculture. Kemudian, mereka berkembang menjadi kelompok dengan ideologi

rasis Pax-Americana dan justru meyakini otoriterisme Amerika dalam wujud dominasi

militer, ekonomi, dan politik AS adalah yang terbaik bagi orang Amerika dan dunia.

2. Gerak Awal Neoconservatif (1969-1981)

Gerak neocons pada tahun 1970-an nampak dari sikap oposisinya terhadap

Senator George McGovern, Menteri Luar Negeri Henry Kissinger, dan Presiden Jimmy

Carter. Pada tahun 1972, McGovern terpilih sebagai kandidat presiden Partai Demokrat 73 Lee Edwards. 1999. The Conservative Revolution: The Movement That Remade America. New York: The Free Press, hal 195.74 Banyaknya figur neoconservatif di Harvard, Emmet Tyrell menyebut universitas itu sebagai colony of neoconservatives. Lihat R. Emmet Tyrell, Jr. 1992. The Conservative Crack-Up. New York: Simon and Schuster, hal. 77. 75 Edwards, Op.Cit., hal 196.

38

Page 39: neoconservatif vs Islamist post 9/11

setelah mengalahkan Senator Henry Jackson. Oleh beberapa intelektual liberal yang

tergabung dalam Partai Demokrat, pencalonan ini ditentang karena McGovern –yang

akhirnya dikalahkan Richard Nixon dalam pemilihan presiden 1972- juga kandidat yang

mengusung ide-ide New Left.76

Pada era Nixon dan Gerald Ford, neocons menunjukkan sikap oposisi terhadap

Kissinger yang memiliki strategi untuk menarik Sovyet menuju tatanan perdamaian

baru melalui balance of power dengan Cina dan pertukaran dagang untuk diplomasi

serta kerja sama militer.77 Kebijakan luar negeri AS di bawah komando Nixon, Ford,

dan Kissinger terlalu liberal, lunak, dan tidak menunjukkan kemauan untuk

membendung ekspansi Sovyet.78

Nominasi presiden Partai Demokrat pada 1974 kembali membawa kekecewaan

kalangan neocons. Jackson yang untuk kedua kalinya dicalonkan neocons mengalami

kekalahan dari Carter yang selanjutnya terpilih menjadi presiden (1976). Dua kali

kegagalan neocons dalam memenangkan nominasi kepresidenan Partai Demokrat

membuat neocons berpikir ulang tentang keberadaannya disana. Mereka merasakan

Partai Demokrat tidak lagi cocok sebagai tempat bernaung dan memilih untuk

bergabung dengan Partai Republik.79

Pindahnya beberapa intelektual liberal ke Partai Republik merupakan puncak

dari eksodus kaum liberal ke konservatif. Bagi para mantan intelektual liberal, Partai

Republik terasa begitu asing di masa awal mereka bergabung. Secara tradisional, Partai

Republik banyak dihuni oleh komunitas bisnis dan sedikit kaum intelektual, kebijakan

luar negerinya cenderung isolasionis, dan kampanye melawan New Deal masih terus

76 Kristol, Neoconservatism: The Autobiography of An Idea, Op.Cit., hal. x-xi.77 “Trotskyism to Anachronism: The Neoconservative Revolution,” Loc.Cit.78 Ikenberry, Op.Cit., hal. 9.79 Kristol, Loc.Cit.

39

Page 40: neoconservatif vs Islamist post 9/11

didengungkan. Namun, setelah bergabunganya para mantan intelektual liberal, partai ini

mulai memodernisasi diri pada pertengahan tahun 1970-an.80

Steinfels mencatat, pertengahan 1970-an sebagai masa ekspansi pemikiran

neocons ke wilayah publik. Beberapa intelektualnya seperti Glazer, Wilson, Bell,

Nisbet, dan Lipset, dan Kahn yang rajin menerbitkan buku dan menyebarkan opini di

media massa. Ide-ide neocons tidak hanya terpublikasiklan di Commentary dan The

Public Interest, tetapi juga banyak memenuhi kolom The New York Times, Sunday

Magazine, Atlantic Monthly, Encounter, Change, Science, dan Daedalus. Di samping

itu, mereka juga aktif mengemukakan gagasan-gagasannya dalam diskusi dan seminar

di kampus-kampus elit seperti Harvard, Berkeley, Chicago, dan Stanford.81

Ekspansi pemikiran ini memberikan dampak besar terhadap meluasnya jaringan

neocons. Beberapa lembaga menjalin koneksi dengan kelompok ini, di antaranya Rand

Institute, Hudson Institute, dan Freedom House. Penggagas gerakan neocons, Kristol

dan Bell terlibat dalam institusi–institusi strategis seperti AEI, Aspen Institute, Institute

for Contemporary Studies, Heritage Foundation, Georgetown Center for Strategic and

International Studies. Pada masa ini mereka juga mulai memiliki akses langsung dengan

elit politik AS di Kongres dan Gedung Putih. Bahkan, salah seorang dari mereka,

Zbiegniew Brzezinski, diangkat Carter sebagai penasihat kebijakan luar negeri.82

Selama pemerintahan Carter, neocons memperingatkan adanya penguatan

militer Sovyet dan ekspansi Sovyet ke Afrika dan Timur Tengah, tetapi mereka

cenderung membesar-besarkan bahaya tersebut. Mereka melihat penguatan Sovyet tidak

sebagai usaha untuk meraih superioritas militer di atas AS. Mereka terlalu merendahkan

80 Ibid.81 Peter Steinfels. 1979. The Neoconservatives: The Men Who Are Changing America’s Politics. New York: Simon & Schuster, hal 7-8.82 Steinfels, Op.Cit., hal. 9-11.

40

Page 41: neoconservatif vs Islamist post 9/11

pentingnya superioritas armada militer AS dan melebih-lebihkan pentingnya misil

Sovyet. Mereka juga mengabaikan perekonomian Sovyet.83

3. Neoconservatif Dimasa Ronald Reagan (1981-1989)

Sepanjang 1970-an, Jeane Kirkpatrick mengkritik Partai Demokrat, meski dia

masih sebagai anggotanya, karena nominasi figur anti perang George McGovern.

Kirkpatrick berubah haluan ke neoconservatif dari dulunya demokrasi liberal. Semasa

keberhasilan kampanye Ronald Reagan tahun 1980, dia diangkat sebagai penasehat

kebijakan luar negeri dan kemudian dinominasikan sebagai duta besar AS untuk PBB,

posisi yang dipegangnya selama 4 tahun. Dia dikenal anti komunis dan toleran terhadap

diktator sayap kanan (yang dia sebut "moderately repressive regimes"), dia menyatakan

bahwa AS seharusnya tidak membantu menurunkan rezim sayap kanan jika hanya akan

digantikan rezim sayap kiri yang kurang demokratis dan mendukung Sovyet.

Dibawah doktrin Kirkpatrick diatas, pemerintah Reagan awalnya mendukung

Diktator semacam Augusto Pinochet di Chili dan Ferdinand Marcos di Filipina. Pada

1980-an, generasi kedua neocons, seperti Elliot Abrams, menekankan atas kebijakan

nyata untuk mendukung demokrasi melawan diktator sayap kiri dan kanan. Generasi ini

lebih mendukung ide penggantian rezim untuk menjadikannya lebih bisa menerima dan

sesuai dengan nilai-nilai AS. Kepercayaan atas universalitas demokrasi menjadi kunci

nilai neocons yang memainkan peran penting dalam kebijakan luar negeri AS pasca

perang dingin.

Menurut Lee Edwards, Doktrin Kirkpatrick pada akhirnya berkembang menjadi

Dokrin Reagan. Sebagian neocons berpendapat bahwa “without the neoconservatives,

83 “Trotskyism to Anachronism: The Neoconservative Revolution,” Loc.Cit.

41

Page 42: neoconservatif vs Islamist post 9/11

there would not be a Reagan Doctrine.”84 Selama dua periode pemerintahan Reagan,

pengaruh kelompok neoconservatif makin kuat. Persebaran neocons telah mengarah

pada banyak institusi, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Posisi-posisi strategis

di Departemen Pertahanan dan Departemen Luar Negeri dikuasai oleh neocons.85

Beberapa neocons yang terlibat dalam pemerintahan Reagan antara lain

Kirkpatrick (Duta Besar AS di PBB), Perle (Staf Ahli Menteri Pertahanan), dan Elliot

Abrams (Stah Ahli Menteri Luar Negeri).86 Bagi kelompok neoconservatif, jabatan yang

dipegang Kirkpatrick sangat strategis karena berkaitan erat dengan misi untuk

membawa kepentingan AS di forum internasional melalui PBB. Kirkpatrick sendiri

amat dikenal atas pendirian antikomunisnya dan toleransinya terhadap kediktatoran

sayap kanan. Dia berargumen bahwa pengambilalihan pemerintahan kiri oleh

kediktatoran sayap kanan dapat diterima karena mereka berperan sebagai benteng

melawan ekspansi kepentingan Sovyet.87

Presiden Reagan tidak menginginkan intervensi jangka panjang untuk membuat

revolusi sosial di dunia ketiga yang banyak disarankan penasehat neoconsnya. Dia lebih

senang dengan kampanye cepat untuk menyerang atau menjatuhkan kelompok teroris

atau pemerintahan kiri, seperti serangan ke Grenada dan Libya, dan milisi bersenjata

sayap kiri di Amerika tengah, termasuk mendanai Contras yang berusaha menjatuhkan

pemerintah Sandinista Nicaragua.

Yang tepenting, Reagan mengambil posisi berbeda dengan neocons terkait

dengan Uni Sovyet dibawah Mikhail Gorbachev, yang mengedepankan strategi

konsiliasi terhadap perlucutan senjata dan liberalisasi. Reagan juga berseberangan

84 Edwards, Loc.Cit.85 “Trotskyism to Anachronism: The Neoconservative Revolution,” Loc.Cit.86 Edwards, Op.Cit., hal 247.87 “Neoconservatism in the United States,” Loc.Cit.

42

Page 43: neoconservatif vs Islamist post 9/11

dengan neocons pada 1983 saat menolak terus terlibat dalam perang sipil Lebanon dan

mengacuhkan Israel. Banyak neocons menjadi kurang suka pada Reagan karenanya,

seperti Norman Podhoretz yang menyamakannya dengan Neville Chamberlain.

Meskipun demikian, umumnya, neocons melihat jatuhnya Sovyet karena posisi garis

keras Reagan karena pengaruh mereka.

4. George H.W. Bush dan Neoconservatif (1989-1993)

Selama 1990-an, neocons kembali berada disisi oposisi terhadap kebijakan luar

negeri AS, baik dimasa presiden dari partai Republik George H. W. Bush dan

penerusnya dari Demokrat, Presiden Bill Clinton. Banyak kritik diberikan pada neocons

yang kehilangan pengaruhnya mengikuti jatuhnya Uni Sovyet yang menyatakan

kehilangan ini karena skandal Iran-Contra mereka dimasa Reagan.

Para penulis neocons sangat penting dalam memberikan masukan kebijakan luar

negeri pasca perang dingin baik dimasa George H. W. Bush dan Bill Clinton, yang

mereka kritik atas pengurangan anggaran militer dan tidak adanya idealisme dalam

promosi kepentingan Amerika. Mereka menuduh pemerintah kurang memiliki

“kejelasan moral” dan keyakinan untuk mencapai kepentingan strategis internasional

AS secara unilateral.88

Khususnya terhadap kebijakan George H. W. Bush dan Ketua Joint Chiefs of

Staff Jendral Colin Powell yang tidak menurunkan kekuasaan Saddam Hussein pasca

perang teluk pertama 1991. Beberapa tokoh neocons memandang kebijakan ini, serta

88 Halper, Stefan & Clarke, Jonathan, America Alone: The Neo-Conservatives and the Global Order (Cambridge University Press, 2004) ISBN 0-521-83834-7 dalam Neoconservative: Definition and views Loc. Cit.

43

Page 44: neoconservatif vs Islamist post 9/11

keputusan untuk tidak mendukung kelompok lokal seperti Kurdi dan Syi’ah saat

perlawanannya pada Saddam pada 1991-1992 , sebagai pengkhianatan atas prinsip-

prinsip demokrasi. Ironisnya, beberapa dari mereka yang menjadi target kritik yang

sama kemudian menjadi pendukung fanatik kebijakan neocons. Tahun 1992, mengacu

pada perang teluk pertama, Wakil Menteri pertahanan yang kedepannya menjadi Wakil

Presiden Dick Cheney, menyatakan:

"Jika kami yang pergi kesana, kami pasti masih akan punya pasukan di Baghdad

sekarang. Kami akan menjalankan pemerintahan. Kami tidak akan dapat mengeluarkan

seorangpun dan membawa setiap orang untuk pulang..."

"Dan pertanyaan di benak saya adalah berapa korban tentara Amerika lagi untuk harga

Saddam? Dan jawabannya tidak sebanyak sekarang. Jadi, kami pikir kami benar, baik

saat kami memutuskan mengusirnya dari Kuwait, tapi juga saat presiden membuat

keputusan bahwa kami akan mencapai tujuan-tujuan kami dan kami tidak akan mundur

dari usaha mengambil alih dan memerintah Irak."

Dalam beberapa tahun perang Irak, banyak pendukung neocons mendorong

penurunan Saddam Hussein. Pada 19 Pebruari 1998, sebuah surat terbuka untuk

Presiden Clinton ditandatangani belasan tokoh neocons, berikutnya, kelompok-

kelompok terkait seperti PNAC, mendesak tindakan keras untuk menurunkan Saddam.

Neocons juga menjadi anggota dari blue team, yang mendukung kebijakan konfrontasi

terhadap China dan dukungan militer yang kuat bagi Taiwan.

5. Bill Clinton dan Terpiggirkannya Neoconservatif (1993-2001)

Terpilihnya Bill Clinton sebagai Presiden AS pada tahun 1992 menjadi awal dari

tersingkirnya kelompok neoconservatif dalam lingkaran pengaruh pengambilan

44

Page 45: neoconservatif vs Islamist post 9/11

keputusan. Setelah menikmati masa kejayaan pada pemerintahan Reagan dan berhasil

membujuk Bush untuk menyerang Irak, neoconservatif terpinggirkan dimasa Clinton.

Clinton lebih banyak terfokus pada permasalahan ekonomi daripada militer dan power

politics.

Robert Zoellick, ‘senior policymaker’ pada dua masa pemerintahan Bush senior,

banyak berpengaruh padanya. Dari perspektifnya, AS dapat dengan baik melayani

kepentingan ekonominya dengan bertindak sebagai katalis utama dari serangkaian

struktur integrasi ekonomi yang akan meningkatkan kemakmuran global.

Pertama, mereka akan memperdalam hubungan keamanan dan ekonomi resmi

dengan Eropa Barat dan Jepang. Kedua, AS akan meraih strata kedua partner-partner

potensial di Amerika Latin, Asia Timur, dan Eropa Timur untuk mengembangkan

hubungan institusi yang erat seperti North American Free Trade Association (NAFTA)

dan Asia-Pacific Economic Cooperation Forum (APEC). Ketiga, Russia, China, dan

negara Timur Tengah yang dimasa depan mungkin dibawa kedalam sistem ini. Strategi

ekonomi ini menyertakan kepemimpinan global AS yang tak tergantikan, karena posisi

ini mendukung pembentukan institusi ekonomi regional dimana AS berfungsi sebagai

poros utamanya

Dengan mengelaborasi ide-ide Zoellick, Clinton mengembangkan strategi Big

emerging Markets (BEM) yang menjadi inti kebijakan luar negerinya. Strategi ini

mengidentifikasi 10 pendorong ekonomi regional yang dianggap bisa membawa pada

pertumbuhan ekonomi-perdagangan terpimpin dan berhubungan baik dengan AS. "Big

Ten plus”, India, Indonesia, Korea, Meksiko, Brazil, Argentina, Polandia, Turki, dan

Afrika Selatan plus Taiwan dan Hong Kong—negara yang ekspansinya dapat

menguntungkan pasar-pasar tetangganya. Selain itu, Clinton cenderung pada upaya-

45

Page 46: neoconservatif vs Islamist post 9/11

upaya penciptaan perdamaian melalui jalur diplomasi. Hal itu dapat dilihat dari

usahanya untuk mensponsori terciptanya perjanjian damai antara Israel-Palestina di

Oslo tahun 1993.89

Dengan kebijakan semacam ini hilanglah pengaruh neocons dalam pemerintahan

Clinton. Kemudian, neocons membentuk sebuah perkumpulan bernama Project for New

American Century (PNAC) tahun 1997. PNAC adalah proyek non-profit yang bertujuan

untuk meningkatkan kepemimpinan global AS. Meski berdiri pada tahun 1997,

sebenarnya gagasan untuk membangun proyek ini telah dicetuskan lima tahun

sebelumnya oleh Wolfowitz ketika menjadi pejabat Pentagon.90

Pada 26 Januari 1998, PNAC mengirimkan surat kepada Clinton mendesak agar

AS bersikap lebih tegas terhadap Irak. Neocons yakin kebijakan luar negeri AS di Irak

telah gagal. Karenanya, ancaman di Timur Tengah makin serius bagi AS pasca Perang

Dingin. Saddam Hussein dianggap memiliki senjata pemusnah masal yang dapat

mengancam kepentingan AS. Karena itu, untuk melindungi kepentingan AS di kawasan

Timur Tengah, AS harus menjatuhkan Saddam dari kekuasaan melalui berbagai cara

termasuk serangan militer. Hal ini perlu dijadikan tujuan kebijakan luar negeri AS.91

Namun, Clinton mengabaikan desakan tersebut. Dia lebih memilih mendukung

perjanjian antara PBB dan Irak pada 1998 untuk melakukan inspeksi senjata pemusnah

masal di wilayah Irak. Ketika inspektur PBB tidak menemukan bukti adanya senjata

pemusnah masal, Clinton tidak melakukan langkah militer seperti yang diinginkan

neocons. Clinton hanya mengirimkan sedikit misil ke Baghdad dalam beberapa momen

89 Ikenberry, Loc.Cit.90 Tahun 1992, Wolfowitz merumuskan sebuah rencana strategis pertahanan berjudul Defense Planning Guidance. Dokumen itu berisi blue print hegemoni AS di dunia. Setelah Sovyet runtuh, tidak satu negara pun yang mampu menandingi AS dalam perang konvensional. Namun, bukan berarti ancaman terhadap AS berakhir. Sebab masih ada kompetitor-kompetitor potensial yang harus dicegah untuk tampil sebagai pemain global. Lihat Trias Kuncahyono. 2005. Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hal 27.91 www.newamericancentury.org/iraqclintonletter.htm, diakses 10/9/2006.

46

Page 47: neoconservatif vs Islamist post 9/11

dan tidak pernah mengancam Saddam dengan kekuatan AS yang sesungguhnya.

Serangan militer dijalankan hanya ketika Irak mengancam AS, tetapi ketika ancaman itu

dihentikan serangan militer diakhiri.92

Kebijakan ini mengecewakan neocons karena Clinton dinilai tidak serius dalam

mengamankan kepentingan AS. Maka, pada 29 Mei 1998, PNAC mengirimkan surat

kepada Ketua DPR Newt Gingrich dan Pemimpin Mayoritas Senat Trent Lott agar

mendesak Clinton mengubah strategi kebijakan luar negeri AS. Mereka

merekomendasikan kedua pemimpin lembaga legislatif itu sebuah perubahan

substansial kebijakan luar negeri yang dapat mendorong Saddam jatuh dari

kekuasaannya. Kebijakan Clinton yang terlalu lunak harus diubah menjadi kebijakan

yang lebih keras, yaitu serangan militer.93

Untuk meloloskan ide-ide neocons, PNAC juga melakukan usaha lain. Di

legislatif, PNAC mempelopori pembuatan rancangan undang-undang dan mendorong

pengesahan Iraqi Liberation Act. PNAC juga menyalurkan dana jutaan dolar AS uang

pajak kepada kelompok oposisi Irak yang digalang oleh Ahmad Khalabi dan Kongres

Nasional Irak. Di luar itu, mereka membentuk Committee for the Liberation Irak untuk

menyebarkan gagasan kepada publik AS tentang perlunya memerangi Irak.94

Meskipun berbagai cara telah dilakukan untuk mengarahkan kebijakan luar

negeri AS kearah militer, namun, kebijakan luar negeri AS tidak berubah. Hingga akhir

masa kepemimpinannya, Clinton tidak melakukan serangan militer untuk menjatuhkan

Saddam. Presiden ke-42 AS ini telah mengabaikan desakan PNAC dan mengabaikan

neocons sama sekali.

92 Ikenberry, Loc.Cit.93 www.newamericancentury.org/iraqletter1998.htm, diakses tanggal 10/9/2006. Isi surat selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 laporan penelitian ini.94 Kuncahyono, Op.Cit., hal 5-6.

47

Page 48: neoconservatif vs Islamist post 9/11

6. George W. Bush dan Kejayaaan Neoconservatif

a. Serangan 11/9 dan kemenangan ideologis neocons

Pada awal kampanye dan pemerintahannya, Bush tidak menunjukkan dukungan

kuat terhadap prinsip-prinsip neocons. Seperti saat kampanye Bush menyatakan

penentangannya atas ide “nation building” dan kebijakan awal konfrontasi dengan

China ditanganinya tanpa konfrontasi besar-besaran seperti yang dianjurkan para

pemikir neocons. Diawal pemerintahannya, beberapa neocons mengkritik Bush yang

dinilai tidak cukup mendukung Israel dan menyatakan bahwa kebijakan luar negeri

Bush tidak ada bedanya dengan Clinton.

Pengaruh neocons dalam pemerintah Bush mulai menguat pasca 11/9 saat

terjadinya perpindahan terstruktur ancaman komunisme kedalam Islam Politik.

Kemudian, Bush menginvasi Afghanistan, untuk menurunkan Taliban yang dituduh

melindungi Osamah bin Laden diikuti Irak, dengan alasan pemerintahnya diktator dan

mendukung terorisme, berhubungan dengan Al-Qaidah, memiliki senjata biologi dan

kimia, serta penolakan mematuhi resolusi-resolusi PBB terkait inspeksi senjata

pemusnah masal Irak dan blacklisting terhadap berbagai gerakan Islam.

Serangan 11/9 berhasil memposisikan AS dan Israel dalam posisi sebagai negara

demokrasi yang terancam oleh serangan teoris Muslim. Mereka, kemudian, memiliki

musuh bersama baru yang harus dilawan dan dihancurkan bersama. Lebih jauh,

beberapa neocons telah lama mendukung taktik pre-emptive attacks Israel, khususnya

serangan Israel tahun 1980-an terhadap fasilitas, yang diklaim, nuklir Libya dan Irak.

48

Page 49: neoconservatif vs Islamist post 9/11

b. Doktrin Bush

Doktrin ini dimunculkan pasca 11/9, terkait dengan konsep bahwa negara yang

menjadi tempat para teroris adalah juga musuh AS. Neocons “memenangkan” posisi

ideologis pasca 11/9. Thomas Donnelly, rekan tetap thinktank neocons berpengaruh,

American Enterprise Institute (AEI), yang sudah berada dibawah pengaruh neocons

sejak dimasa Reagan menyatakan dalam "The Underpinnings of the Bush doctrine"

bahwa:

"Premis fundamental doktrin Bush adalah benar: AS punya alat—ekonomi, militer,

diplomatik—untuk merealisasikan tujuan-tujuan geopolitik ekspansifnya. Lebih jauh,

dan khususnya dalam melihat reaksi politik domestik pada serangan 11/9, kemenangan

di Afghanistan dan kemampuan luar biasa yang didemonstrasikan Presiden Bush dalam

memfokuskan memfokuskan perhatian nasional, sama benarnya bahwa Amerika

memiliki keinginan dan kekuatan politik yang diperlukan untuk menjalankan strategi

ekspansif."95

Dalam publikasi yang lain "The Case for American Empire" dalam media

konservatif Weekly Standard, Max Boot menyatakan bahwa "Respon paling realistis

terhadap terorisme adalah Amerika memainkan peran imperiumnya." Dia membantah

sentimen yang mengatakan bahwa AS harus menjadi satu bangsa yang lebih baik hati

dan lembut, harus menjauhkan diri dari misi keluar negeri, harus menjadi, dalam frase

Pat Buchanan, 'sebuah negara republik, bukan imperium', dan membantahnya sebagai

pendapat terbelakang. Serangan 11/9 adalah hasil dari ambisi dan keterlibatan AS di

luar negeri yang kurang ekspansif dalam mencapai tujuan. Presiden Bush telah

menyatakan penghargaannya atas buku Natan Sharansky, The Case For Democracy,

95 Neoconservative: Definition and views Loc. Cit.

49

Page 50: neoconservatif vs Islamist post 9/11

yang mempromosikan sebuah filosofi kebijakan luar negeri yang sangat dekat dengan

neoconservatif. Presiden Bush menyebutnya "glimpse of how I think".96

Tahun 2005, para pendukung utama neocons menduduki pos-pos penting disisi

Bush, Wakil Presiden Dick Cheney, Menlu Condoleezza Rice, dan Menteri Pertahanan

Donald Rumsfeld. Namun, ada sedikit ganjalan dalam pemerintahan. Mantan Menlu

Colin Powell (dan Kementeriannya secara keseluruhan) banyak dilihat sebagai

penentang ide-ide neocons. Namun, pengunduran diri Powell dan pengangkatan Rice,

diikuti pengunduran diri masal di departemen luar negeri, pengaruh neocons di dalam

pemerintahan Bush semakin tak terbendung lagi.

Doktrin ini telah menjadi alat efektif dan mematikan dalam perang melawan

terorisme. Dengan mengklaim suatu negara sebagai tempat terorisme, Bush dapat

menginvasi, menempatkan militer, memberi sanksi, hingga mengucilkan negara,

organisasi, dan individu tertuduh seperti yang dijalankan di Afghanistan, Irak, Suriah,

Iran, dan organisasi-organisasi yang di klaim mendanai atau terkait terorisme.

96 Irving Kristol, “What is a Neoconservative?” Newsweek, January 19, 1976. dalam Neoconservative: Definition and views Loc. Cit.

50

Page 51: neoconservatif vs Islamist post 9/11

BAB III

JARINGAN DAN POSISI KELOMPOK NEOCONSERVATIF

A. Peran Kelompok Kepentingan

Kelompok kepentingan (interest group) juga disebut pressure group atau lobby

group adalah kelompok atau individu terorganisir yang berbagi tujuan-tujuan umum

dan secara aktif berusaha mempengaruhi para pembuat kebijakan pemerintah dengan

metode langsung dan tidak, termasuk mengarahkan opini publik, melobi, dan

berkampanye. Di Washington sendiri terdapat 600 organisasi yang namanya dimulai

dengan American atau Americans pada D.C. telephone directory nya. 97

Hubungan berbagai kelompok kepentingan terorganisir merupakan salah satu

ciri unik sistem pembuatan kebijakan AS. Lebih dari 5,000 Political Action Committees

(PACs) dan kelompok lain berusaha mempengaruhi para pembuat kebijakan di Kongres

dan Eksekutif. Industri lobbying yang besar tumbuh selama tahun pemilihan umum dan

para anggotanya seringkali berkontribusi pada kampanye pemilu para kandidat.98

97 Steffen W. Schmidt, Mark.C. Shelley and Barbara A. Bardes. 1985. American Government and Politics Today. New York Los Angeles San francisco: West Publishing Company: hal. 201.98 Merriam-Webster Dictionary. 2004b. Military-Industrial Complex. Dalam http://www.m-w.com/cgi-bin/dictionary?book=Dictionary&va=military-industrial+complex, diakses 9/9/2006.

51

Page 52: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Koalisi dibangun diantara kelompok kepentingan, anggota Kongres dan agensi-

agensi eksekutif. Kelompok pro-Israel seperti American Israel Public Affairs Committee

(AIPAC) adalah diantara yang terbaik didanai di AS, dan sangat membatasi opsi-opsi

kebijakan Timur Tengah, siapapun yang berada di White House. Berbagai kelompok

lobi dan korporasi juga berperan dalam memperebutkan pengaruh. Korporasi

multinasional seringkali disubsidi, dan sebagai balas budi dia memenuhi beberapa peran

bagi pemerintah, seperti menyebarkan budaya dan teknologi Amerika keluar negeri.99

Military-Industrial Complex, yakni sebuah aliansi informal dari militer dan

departemen-departemen pemerintah dengan industri-industri pertahanan, juga

memainkan peran besar dalam formulasi kebijakan luar negeri. Sebagai hasil

perlombaan senjata perang dingin, industri pertahanan telah mencapai satu hubungan

dependen saling menguntungkan antara masyarakat, korporasi, dan pemerintah. Fakta

bahwa anggaran pertahanan masih sama dengan perang dingin dimasa Clinton dan

bahwa level penjualan senjata keluar negeri naik adalah hal yang wajar mengingat satu

dari 16 pekerja AS bersandar pada industri senjata untuk hidupnya. Pentagon sendiri

mensubsidi 170,000 kontraktor senjata.100

Hal ini tidak mengindikasikan bahwa secara sendiri military-industrial complex

melakukan konspirasi terhadap publik AS yang tidak bersalah dan hanya satu tangan

yang memformulasikan semua keputusan. Hasil-hasil poling telah menunjukkan publik

secara konsisten terbagi antara yang ingin anggaran pertahanan lebih banyak dan

sedikit.101

Lobi pertahanan adalah salah satu aktor penting. Militer juga tidak dapat

disalahkan sendiri sebagai pendorong perang. Dalam perang Vietnam, pandangan

99 Kegley & Wittkopf, op cit, hal. 303.100 Hilsman, op cit, hal. 207.101 Kegley & Wittkopf, op cit, hal. 297.

52

Page 53: neoconservatif vs Islamist post 9/11

umum melihat keterlibatan perang langsung di Asia sebagai keputusan blunder. Seperti

negara demokrasi lain, AS mengoperasikan sistem monitor sipil atas militer.102

Akhirnya, sebelum lahirnya PNAC 1997, beberapa think tanks dan firma

konsultan memberikan pengaruh yang besar terhadap pemerintah. Personel Pentagon

sebelumnya atau para elit akademis dan bisnis banyak memenuhi posisi berbagai think

tanks ini. Council on Foreign Relations (CFR), think thanks berhaluan neoconservatif,

menyalurkan pilihan-pilihan para anggota masyarakat yang paling prestisius dan well-

connected kedalam proses pembuatan kebijakan. Majalahnya, Foreign Affairs, dianggap

sebagai kepanjangan mulut tidak resmi kebijakan pemerintah dan publikasi paling

bepengaruh terhadap kebijakan luar negeri.103

B. Sumber-sumber Kebijakan Luar Negeri dalam Badan-badan Eksekutif

1. Kekuasaan Konstitisional Presiden

Konstitusi AS memberikan presiden kekuasaan yang luas. Pasal II bagian 2

konstitusi AS menyerahkan kekuasaan eksekutif pemerintah di tangan presiden dengan

sumpah untuk menjaga, melindungi, dan mempertahankan konstitusi AS. Selain itu

pasal ini juga menunjuknya sebagai “Commander in Chief of the Army and Navy of

United States”, dan melakukan perjanjian dengan persetujuan sedikitnya dua pertiga

senator. Kekuasaan tambahan lainnya berdasarkan pasal ini adalah hak untuk menunjuk

duta besar, para menteri publik, dan konsul. Disisi lain, presiden punya sumber-sumber

102 Brewer, op cit, hal. 54.103 Program on International Policy Attitudes (PIPA) press release, Large Majority Perceives Bush Administration Still Saying Irak Supported Al-Qaidah, Had WMD, 20 Agustus 2004 dalam Elsje Fourie, Neoconservatism And Us Foreign Policy: A View From Venus Part II: The Bush Presidency And The War In Irak, dalam http://www.basicint.org/pubs/Papers/2004nc02.htm--basicdiscussionp2 diakses 29/5/2007.

53

Page 54: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kekuatan dalam proses pengambilan kebijakan luar negeri yakni; tradisi, preseden, dan

kepribadian presiden.104

Pertama, presiden punya akses informasi dari CIA, State Department, dan Defense

Department yang membuatnya mampu membuat keputusan secara cepat. Disini tentu

saja individu-individu utama dalam ketiga lembaga tersebut sangat berpengaruh pada

kebijakan luar negeri AS yang dihasilkan yang ternyata ditempati tokoh-tokoh neocons.

Kedua, presiden adalah pemimpin legislatif yang dapat mempengaruhi jumlah

dana yang akan dialokasikan di berbagai program yang berbeda. Dalam kasus kebijakan

anti Islam Politik berbagai proposal dana dari LSM, lembaga penelitian, dan think tank

yang berorientasi neoconservatif mendapat kucuran dana yang mudah dan besar dari

pemerintah AS yang dibahas dalam bab berikutnya.

Ketiga, presiden secara moral dapat mengatasnamakan negara dalam kebijakan

luar negerinya. Sebagai kepala negara terbesar di dunia, sekali dibuat sebuah komitmen

untuk AS olehnya, sulit bagi Kongres atau siapapun untuk mengabaikannya.105

2. Sumber Kekuasaan pembuatan Kebijakan Luar Negeri AS

Setidaknya ada 4 sumber kekuasaan dalam pembuatan kebijakan luar negei dalam

badan eksekutif; Department of State, National Security council, Intelligence

community and informational program, dan Department of defense.

a. Department of State

Prinsipnya, Department of State adalah sebuah badan eksekutif yang paling terkait

secara langsung dengan urusan luar negeri. Saat presiden baru terpilih, dia biasanya

104 Holsti, K.J. 1995. International Politics: A Framework for Analysis, 7th ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, p. 263.105 Steffen W. Schmidt, Mark.C. Shelley ,and Barbara A. Bardes. IbidHal. 595-597

54

Page 55: neoconservatif vs Islamist post 9/11

berkata pada publik AS bahwa dia mengangkat Menlu barunya sebagai pemimpin

kebijakan luar negeri bangsa. Sehingga, orang yang duduk di posisi ini mencerminkan

apa yang hendak dijalankan oleh presiden sendiri.

b. National Security Council (NSC)

Tugas NSC dirumuskan dalam National Security Act tahun 1947 adalah

memberikan nasihat pada presiden atas integrasi kebijakan domestik, luar negeri, militer

terkait keamanan nasional. Tujuan yang lebih besar adalah memberikan kontinuitas

kebijakan dari satu pemerintahan ke pemerintahan selanjutnya.

c. Intelligence Community

Badan ini terdiri dari empat puluh atau lebih badan atau biro pemerintah yang

terlibat dalam aktivitas intelejen. Pada 24 Januari 1978, presiden Carter mengeluarkan

Executive Order 12036 dimana dia secara formal menentukan anggota utama resmi

komunitas intelejen; Central Intelligence Agency (CIA), National Securit Agency

(NSA), Defense Intelligence Agency (DIA), Office within deparment of Defense,

Bureau of Intelligence and Research in the Department of State, Federal Bureau of

Investigation, Army Intelligence, Air Force Intelligence, Department of Treasury, Drug

Enforcement Administration, dan Department of Energy.

d. Department of Defense(DOD)

DOD dibuat tahun 1947 untuk menjalankan semua aktivitas militer AS dibawah

yurisdiksi satu departemen yang dipimpin oleh seorang Secretary of Defense dari

kalangan sipil. Disisi lain, Joint Chiefs Of Staff, yang terdiri dari para komandan dari

tiap badan militer dan seorang ketua, dibuat untuk memformulasikan strategi militer

terunifikasi. Badan ini memiliki lebih dari satu juta pegawai sipil dan dua juta personel

militer. Mayoritas anggaran badan ini dihabiskan untuk kontrak dengan firma-firma

55

Page 56: neoconservatif vs Islamist post 9/11

sipil, karenanya, tidak mengejutkan sebuah hubungan simbiotik telah dibangun antara

para kontraktor pertahanan sipil dengan DOD. Pada 1969, Lockhead Aircraft memiliki

210 pegawai mantan DOD, Boeing 169, Mcdonnell Douglas Corporation 141, General

Dynamics Corporation 113, dan North American Rockwell Corporation 104. Militer

juga memiliki tangan politik yang kuat; DOD mempekerjakan lebih dari 350 lobbyists,

2,850 orang Public Relations di dalam dan luar negeri AS. 106

C. Jaringan Neocons Didalam dan Diluar pemerintahan

1. Neocons Didalam Kepresidenan dan Kongres

Jika definisi neocons di bab sebelumnya dipakai, sangat sedikit neocons 'sejati'

dalam Senate ataupun House. Namun, hal ini tidak mengingkari keberadaan neocons

disepanjang spektrum politik AS dan yang di bab sebelumnya telah dipaparkan

munculnya satu generasi konservatif baik dalam Republikan dan Demokrat, dengan

banyak perwakilan yang menyetujui garis besar agenda neocons pemerintah Bush.

Kemudian, meskipun sedikit inisiatif neocons yang telah dihasilkan dalam kongres,

legislatif secara konsisten berjalan seiring pemerintah Bush dan keberhasilan neocons

telah menempel pada dukungan legislatif, secara langsung maupun tidak.

Selama masa pemulihan perang Irak, hingga akhir 2006, hampir tidak ada

tuntutan pada pemerintah untuk keluar dari Irak dan kritik atas klaim-klaim kepemilikan

atas WMD Irak. Demikian pula, sedikit anggota Kongres yang mempertanyakan

parameter-parameter dasar yang dirancang Bush untuk 'War on Terror'. Dalam

gelombang patriotisme pasca 11/9, para politisi nampak hati-hati menampakkan

106 Ibid. hal. 597-605

56

Page 57: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kekritisan berlebihan dan keputusan untuk perang terlihat seperti "dijalankan dengan

kaca mata kalkulasi politik domestik dibanding dari kepentingan kelompok".107

Partai Republik telah memegang mayoritas House of Representatives sejak

1994, dan 2002 Senat pun dikuasai. Artinya, dukungan bagi Bush saat itu masih terjaga.

Delapan puluh satu Demokrat juga memilih perang ke Irak. Hanya setelah Bush

meminta $87 miliar untuk rekonstruksi Irak dan Afghanistan di bulan September 2003

kemudian sikap permisif ini berubah dan Kongres menerapkan persyaratan lebih ketat

untuk pemakaian uang itu. Dominasi eksekutif tidak berarti bahwa Bush sendiri

neocons. Dia menjadi Presiden dengan platform anti-nation-building yang

meminggirkan peacekeeping dan mencirikan kekuatan AS berlebihan dan terlalu

banyak terlibat urusan negara-negara lain.108

Terlebih lagi, neocons tidak sungguh-sungguh mendukung Bush selama awal

kampanye presidennya, yang takut kebijakannya akan sama seperti ayahnya. Beberapa

bahkan mendukung Senator Arizona John McCain.109 Norman Podhoretz, yang

dianggap sebagai salah satu grandfathers of neoconservativism, mengakui dukungan

awalnya untuk Senator McCain saat Presiden Bush menganugerahinya Presidential

Medal of Freedom.110

Salah satu alasan pemilihan Cheney sebagai pendamping Bush adalah untuk

menenangkan pihak yang menginginkan meningkatnya pengaruh dan kontrol AS di

107 Elsje Fourie, Neoconservatism And Us Foreign Policy: A View From Venus Part II: The Bush Presidency And The War In Irak, dalam Loc.Cit.108 Dziubinski, M.G. & Yetiv, S.A. 2003. "National Security, Budgeting, and Policy Priorities: The Role and Importance of Candidate and President Bush." In America's War on Terror, edited by P. Hayden et al. Aldershot: Ashgate. hal. 46. dalam Loc.Cit.109 Lind, op cit.110 Janofsky, M. 2004. "Author of Bush Doctrine Honors a Devoted Fan". The New York Times, June 24. dalam Loc.Cit.

57

Page 58: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Timur Tengah. Selain memberikan jaminan bahwa Wapres yang berpengalaman akan

menutup kekurangpengalaman dan pengetahuan Presiden. Musim panas tahun 2000,

seorang wartawan menanyai Bush, yang saat itu sebagai kandidat calon presiden,

tentang Taliban dan dia hanya mengangkat bahu tidak tahu apa yang harus dia katakan.

Wartawan itu harus membantunya sedikit dengan menyatakan “diskriminasi perempuan

di Afghanistan”, agar Bush sadar. Dia menjawab; “ Taliban di Afghanistan! Tentu saja.

Penindasan. Saya kira anda bicara tentang salah satu grup rock.”.111

Pasca 11/9, Bush telah memberikan dukungannya pada neocons; ideologi

unilateralis dan meyakini American exceptionalist, seperti dalam ucapannya "at some

point, we may be the only ones left. That's OK with me. We are America". Doktrin

Bush, yang diterjemahkan dalam beberapa pidatonya segera pasca 11/9 dan digunakan

sebagai dasar menyerang Afghanistan, merefleksikan ambisi neocons dan

penyederhanaan moral dengan tidak membuat perbedaan antara teroris dan negara

tempat mereka beroperasi.

Sebagai pendatang baru dalam urusan politik dunia, Bush membanggakan

dirinya atas keyakinan dan ketepatan akan instingnya dari pada kerumitan intelektual-

dia menyatakan dirinya, "I'm not a textbook player. I'm a gut player",112 dan "I don't do

nuance". Dia amat terkenal dengan kebiasaan tidak membaca surat kabar, karena

menurutnya "a lot of times there's opinions mixed in with news", karenanya dia

bergantung pada sumber-sumber obyektif yang memberitahunya apa yang perlu

dilakukan, neocons.113

111 Woodward, B. 2002. Bush at War. London: Simon & Schuster, hal. 81. dalam Loc.Cit.112 Ibid, hal. 137.113 Bush, G.W. 2003. Special Report with Brit Hume: An Exclusive Interview with President Bush" (transcript), September 23. Fox News. dalam http://www.foxnews.com/story/0,2933,98111,00.html, diakses 22/01/2007.

58

Page 59: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Bush menjalankan manajemen model lepas tangan (hands-off) yang dia yakini

mencegahnya dari keruwetan yang mengganggu pembuatan keputusan. "I'm confident

in my management style. I'm a delegator because I trust the people I've asked to join the

team. I'm willing to delegate. That makes it easier to be President," ungkapnya dalam

wawancara dengan Diane Sawyer dari ABC Desember 2003. Seperti ungkap Lind

bahwa, Bush telah "menyerap kombinasi budaya Texas; machismo, anti-intellectualism

dan overt religiosity", pemadat dimasa muda, play boy kurang terdidik, gagal dalam

bisnis sebelum menjadi gubernur Texas, fundamentalis Kristen yang pro-Zionisme yang

mempermudah siapapun didekatnya untuk mengambil keuntungan dari sedikitnya

pengalaman dan pengetahuannya.114

Dari fakta-fakta diatas dapat disimpulkan bahwa Bush adalah pembuat kebijakan

yang mudah dipengaruhi dengan peran yang dihormati dan terlalu berkuasa. Karenanya,

para penasehatnya - birokrasi pembuat kebijakan eksekutif – menjadi sangat penting,

dan didalamnya dapat ditemukan figur beserta pemikiran neocons. Jaringan ini

mengikat sekelompok pembuat kebijakan dan intelektual dalam aliansi yang kuat dalam

kepresidenan serta Kongres.

2. Neocons dalam Think Tanks dan Birokrasi

a. Think Thanks dan Tokoh neocons diseputar Bush

Neocons dapat dibagi kedalam dua kelompok; praktisi dan ideologis, dimana

yang pertama sebagai pendukung terkuat doktrin ini, terdiri dari para intelektual

pertahanan dari East Coast yang sering bertemu dan telah mencurahkan bagian akhir

114 Presidency of George W. Bush dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Presidency_of_George_W._Bush diakses 1/7/2007.

59

Page 60: neoconservatif vs Islamist post 9/11

karirnya untuk mendukung perubahan rezim di Irak. Meskipun mayoritas dari mereka

telah menduduki pos-pos di pemerintahan dimasa Reagan, Nixon dan diawal

pemerintah Bush, bahkan hingga saat ini masih menduduki posisi penting, mereka

dipandang terlalu kontroversial untuk menduduki posisi-posisi tertinggi.115

Pimpinan kelompok ini dan individu yang paling mencerminkan neocons

modern adalah mantan deputi Menteri Pertahanan Paul Wolfowitz. Dibawah kebijakan

menteri pertahanan tahun 1992, Wolfowitz menyusun draf Defense Planning Guidance

yang menyatakan bahwa containment bukanlah strategi yang tepat pasca perang dingin,

mendukung AS memastikannya sebagai satu-satunya superpower, dan yang pertama

kali berisi aksi militer pre-emptive dalam kebijakan pemerintah.116

Hanya lima hari setelah serangan 11/9, Wolfowitz menganjurkan untuk

menyerang Irak pada pertemuan NSC.117 Menurutnya, Setelah serangan 11/9 yang

dibutuhkan Amerika adalah satu pemikiran ideologis yang siap dengan blueprint detail

dan masuk akal untuk meresponnya. Blueprint tersebut telah dirumuskan Wolfowitz

dalam Defense Planning Guidance tahun 1992 untuk alasan dan konteks yang berbeda,

dan draf Wolfiwitz lah yang akhirnya dipilih Bush. 118

Neocons lain, Richard Perle, adalah mantan kepala Defense Policy Board

(kelompok kuat pemberi nasehat pada pemerintah) dan menjadi dewan penasehat

hingga Pebruari 2004. Perle secara konsisten menjadi salah satu yang paling vokal

115 Istilah "East Coast" seringkali diasosiasikan dengan wilayah timur laut dan Mid-Atlantik AS, khususnya untuk konsep-konsep budaya seperti "Eastern college" atau "East-coast liberal" atau "I-95 Corridor". Bagian tenggara pantai Amerika dari Virginia hingga Florida secara kultural lebih berhubungan dengan Selatan Amerika yang lebih luas. Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/East_Coast_of_the_United_States diakses 30/8/2007.116 PBS. 2003a. Analyses: 1992: First Draft of a Grand Strategy. Frontline: Truth, War and Consequences. http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/Irak/themes/1992.html, diakses 22/5/2006.117 Seperti dikutip dalam Woodward, 2002, op cit, 91.118 Halper & Clarke, op cit, hal. 10.

60

Page 61: neoconservatif vs Islamist post 9/11

mendukung penurunan Saddam, menentang détente dan putaran kedua Strategic Arms

Limitation Treaty negotiations tahun 1970-an. Perle telah memiliki pengaruh dalam

pemerintahan jauh melewati peran resminya: dia mengakui menelpon penulis naskah

pidato Bush sesaat setelah serangan 11/9 memberi nasehat agar Bush memberikan

peringatan keras pada negara pendukung terorisme.119

Para intelektual neocons bersuara lantang melalui berbagai think tanksnya

seperti American Enterprise Institute, Center for Security Policy, dan PNAC.

Penandatanganan PNAC termasuk tokoh-tokoh terkemuka seperti Cheney, Jeb Bush

(adik Bush), Libby, Rumsfeld, Huntington, Fukuyama dan Wolfowitz. Para think tank

ini telah menjadi agitator bagi penurunan Saddam Hussein setidaknya sejak menulis

surat pada Clinton 1998 memintanya menjadi prioritas utama pemerintahannya. 120

Hampir semua neocons ideologis punya satu hal yang sama, yaitu hubungan

dekat dengan Cheney yang menjadi Wakil Presiden paling berpengaruh dan berkuasa

dalam sejarah AS. Cheney ditunjuk memimpin periode transisi dimasa pemilihan Bush

November 2000 hingga pengangkatannya dua bulan kemudian, dan telah menggunakan

posisinya untuk mengangkat sekelompok sekutu neoconsnya. Cheney sering disebut

"Bush's personal CIA", dan juga suara terakhir yang ingin didengar Bush sebelum

membuat keputusan-keputusan penting.121

Cheney menghabiskan sebagian besar harinya bersama Bush, dan memiliki

akses besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di pertemuan-pertemuan dan

119 Perle, op cit.120 Wilson, op cit.121 Lechelt, J. 2003. The Loyal Foot Soldier: Vice President Cheney in the War on Terror. In America's War on Terror, edited by P. Hayden et al. Aldershot: Ashgate, hal. 65. dalam Elsje Fourie, Neoconservatism And Us Foreign Policy: A View From Venus Part II: The Bush Presidency And The War In Irak. Loc.Cit.

61

Page 62: neoconservatif vs Islamist post 9/11

intelejen sensitif NSC. Cheney bertemu Bush setiap pagi dan kemudian beberapa waktu

dihari khusus serta memimpin disamping Bush pada pertemuan-pertemuan staf

kebijakan-ekonomi di White House dan mendapat dua kantor di White House dan

House of Representatives.122

Sesaat pasca 11/9, Bush menugasi Cheney memprediksi intelejen domestik

terkait ancaman senjata kimia dan biologi. Pengaruhnya yang kuat dilihat dari profilnya

yang tidak menonjolkan diri dan fakta bahwa dia tidak dilihat sebagai rival bagi Bush

karena Cheney berulangkali menunjukkan ketidakmauannya dicalonkan menjadi

Presiden. Dia bertemu secara pribadi dengan para pemimpin Arab yang dia kunjungi,

menyisihkan Menteri Luar Negeri saat itu, Colin Powell.123

Cheney dan Rumsfeld termasuk neocons praktisi yang menonjolkan ideologi

unilateralismenya, seperti terlihat dalam penarikan AS dari perjanjian Anti-Ballistic

Missile (ABM) Desember 2001 dan memblok usaha-usaha internasional untuk

memperkuat konvensi senjata biologi, bahkan meski serangan antraks di musim gugur

2001 nyata menunjukkan bahaya terorisme biologis. Sepanjang 2002, pemerintah

melanjutkan secara intensif kampanye menentang International Criminal Court (ICC)

yang memiliki yurisdiksi terhadap warga AS. Tapi pada awalnya mereka tidak meyakini

nation-building dan terlalu berambisi mengubah tatanan dunia dan dengan 11/9

segalanya menjadi lebih mudah.124

Mengikuti 11/9, perencanaan perang Irak dimulai akhir tahun 2001 dimana

ketika itu para anggota kabinet dilaporkan memberitahukan para pejabat tinggi militer 122 LeMann, N. 2001. Letter From Washington: The Quiet Man. The New Yorker, May 7. At http://newyorker.com/archive/content/?040906fr_archive06, diakses 20/7/2006.123 Blumenthal, S. 2004. America's Military Coup. The Guardian, May 13. At http://www.guardian.co.uk/Irak/Story/0,2763,1215613,00.html, diakses 10/03/2007.124 Hoffmann, op cit.

62

Page 63: neoconservatif vs Islamist post 9/11

bahwa tidak hanya Irak yang akan menjadi target perubahan rezim tapi juga Syria, Iran,

Lebanon, Somalia, Sudan dan Libya.125 Kebanyakan neocons dipandang kaum militer

sebagai 'chickenhawks', yang tidak pernah bertugas di militer (atau jika sudah, tidak

pernah ikut berperang).

Richard Gephardt, Tom Daschle, Al Gore, George McGovern, Jimmy Carter,

Walter Mondale, John Kerry dan banyak lagi orang penting Demokrat justru telah

bertugas di militer. Kebalikannya, hanya sedikit orang berpengaruh di Republik

melakukannya: Roy Blunt, Tom Delay, Rudy Giuliani, George Pataki, John Ashcroft,

Jeb Bush, Carl Rove, Gingrich, Cheney, Wolfowitz, Feith, Perle, Abrams-tidak pernah

berperang. Pendukung neocons yang paling berpengaruh di pers pun punya sangat

sedikit pengalaman, termasuk Sean Hannity, Rush Limbaugh, Bill O'Reilly, Pat

Buchanan, Bill Kristol, dan lainnya. Mereka seringkali tidak dipercayai oleh pasukan

militer karir di pemerintahan, beberapa bahkan menuduhnya serampangan dalam

mengirimkan pasukan.126

Selama proses perancangan perang, Bush menyaksikan konflik antar

departemen, khususnya antara departmen luar negeri dan pertahanan yang tidak pernah

terjadi sebelumnya yang terjadi secara terbuka dan intens. Presiden, biasanya tidak

menoleransi ketidaksepemahaman dalam pemerintahannya, menoleransi pertentangan

diantara anggota NSC akan menunjukkan ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk

menerapkan aturan.127

125 Drew, op cit.126 Lind, op cit.127 Drew, op cit.

63

Page 64: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Powell yang menentang perang- setidaknya diawal- dilaporkan berani

mempertanyakan kebijakan Bush, You understand the consequences? You know that

you're going to be owning (Irak)?128 Hasilnya, Powell dikeluarkan dari posisi pembuat

keputusan utama masalah ini. Departemen Pertahanan dilaporkan kadang gagal

menghadiri pertemuan antar departemen yang dirancang staf NSC untuk menyelesaikan

perbedaan-perbedaan kebijakan.129

Dominasi atas DepHan ini dengan jelas ditampilkan dalam kegagalan DepLu

mengiringi Future of Irak Project, yang dibebani perencanaan pembangunan pasca

perang Irak sebesar $5 juta untuk proyek diikuti 13 jilid rekomendasi kontrol ekstensif.

Namun, karena pemikiran detail tentang situasi pasca perang mengindikasikan adanya

potensi masalah dan biaya, yang dinilai memperlemah posisi AS, proyek inipun tidak

dihiraukan.130 Para pejabat lain yang melanggar disiplin administrasi

menggelembungkan prediksi-prediksi keuangan biaya perang menghadapi hukuman

serupa: ketua penasehat ekonomi White House dipaksa mundur setelah memperkirakan

keseuruhan biaya perang antara $100 dan $200 miliar.131

Sebagaimana dijelaskan diawal, peran National Security Advisor bervariasi dari

satu pemerintah ke pemerintah berikutnya, dengan pengecualian, dia biasanya tidak

punya peran besar dalam membuat kebijakan luar negeri. Kantor ini dibuat sebagiannya

untuk bertindak sebagai 'wasit' diantara para pembuat kebijakan, hubungan antara

National Security Advisor dan presiden adalah faktor penentu kekuatan pengaruh NSC.

128 Woodward, 2004, op cit, hal. 320.129 Thomas, E. et al, 2003, op cit.130 Fallows, op cit.131 Ibid.

64

Page 65: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Hal ini terbukti benar, dalam kasus Condoleezza Rice, seorang realis, yang

menjaga tetap sangat low profile sepanjang proses perang. Namun, dia punya hubungan

sangat khusus dengan Bush, dan, menurut Woodward, adalah satu-satunya orang yang

pendapatnya tentang perang disampaikan secara langsung (dia merekomendasikan

perang).132 Rice hampir selalu menyetujui Bush sepanjang waktu, dan kurang

memberikan perhatian pada perselisihan didalam NSC. Seorang mantan pejabat tinggi

mengkritiknya dengan menyatakan; “She thinks her job is just to figure out what the

president is trying to say and then to say it more articulately”.133

Peran CIA dalam perang secara khusus patut diperhatikan. Organisasi ini telah

gagal berulang kali di Irak, cuci tangan dari usaha kudeta yang gagal di berbagai negara,

perencanaan pembunuhan, dan ingkar janji. Tahun 1991, ribuan warga Kurdi dan Syiah

dieksekusi Saddam Hussein setelah CIA mendorong mereka memberontak, tapi

kemudian mengabaikan dukungan militer untuk mereka. Saat itu, Direktur CIA, George

Tenet, memperkirakan peluang sukses aksi seperti ini nol, dan mengusulkan hanya

invasi militer penuh akan meyakinkan warga Irak akan ketulusan AS dan mendapatkan

kepercayaan mereka. 134

Sedemikian jauh aksi-aksi CIA di negara lain dan yang justru dilupakan adalah

kewajiban utama badan ini; mengumpulkan dan menganalisa data. CIA justru lebih

banyak melakukan peringatan berlebihan dibanding berkonsentrasi menemukan, jika

ada, hubungan intelejen Saddam dan Bin Laden atau kemampuan dan kepemilikan

WMD Irak. Klaim bahwa Al-Qaidah telah mencari uranium dari Niger telah lama tidak

dipercayai didalam komunitas intelejen, tapi tidak satupun menentang pidato Bush.

132 Woodward 2004, op cit, hal. 276.133 Thomas, E. et al, 2003, op cit.134 Woodward 2004, op cit, hal. 74.

65

Page 66: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Dalam banyak kasus, pemerintah memotong komite intelejen. Pemerintah juga menolak

data intelejen Perancis yang telah lama ditempatkan di dalam rezim Baathist yang

menyatakan tidak adanya WMD.135 Greg Thielman, mantan pimpinan Strategic,

Proliferation and Military Affairs pada biro intelejen Deplu, juga menuduh adanya

manipulasi besar-besaran fakta ini telah terjadi, dan faktanya tidak ada WMD.136

Peran dan praktek di lembaga think tanks dan para tokoh neocons di seputar

Bush menuju pada satu arah; yakni mengambalikan dekade seperti perang dingin

dimana nilai dan kekuatan Amerika dan sekutu dapat disatukan dalam perang ideologi

suci yang digabungkan dengan promosi keamanan nasional Amerika. Dengan cepat, AS

mulai menunjukkan kebutuhan lebih besar pada unilateralisme dan kekuatan militer.

b. Biografi Think Tanks Utama Neocons

Think tanks memiliki peran yang cukup besar dalam mempengaruhi perumusan

kebijakan luar negeri AS. Sebagai pusat gerakan di luar pemerintahan, think tanks

menghasilkan berbagai pemikiran strategis untuk kebijakan pemerintah. Dari sini,

kemudian, mereka melancarkan kritik dan tuntutan eksternal kepada pemerintah untuk

mengikuti hasil pemikirannya.

Pada sisi lain, mereka juga berperan sebagai lembaga tangki pemikir yang hasil

kajiannya digunakan pemerintah untuk mengambil keputusan. Dalam posisi demikian,

bisa jadi kebijakan pemerintah bertumpu pada gagasan-gagasan yang diwacanakan

kelompok kepentingan ini. Kalangan neocons berkiprah dalam dua cabang itu. Think

Tanks yang dipegang atau dimasuki neocons selain berperan sebagai lembaga

135 Margolis, op cit.136 Thielmann, G. 2003. "Interview". PBS Frontline: Truth, War and Consequences, July 10. At http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/truth/interviews/thielmann.html, diakses 7/3/2007. untuk update investigasi atas kegagalan intelejen ini bisa dilihat pada BASIC web site http://www.basicint.org/Irak_update.htm

66

Page 67: neoconservatif vs Islamist post 9/11

pengkritik kebijakan, juga bertindak sebagai mitra kerja pemerintah yang hasil

pemikirannya melandasi kebijakan yang diambil. Berikut ini adalah gambaran identitas

dan aktivitas mereka di berbagai think tanks.

1. American Enterprise Institute (AEI)

AEI adalah sebuah lembaga think tanks konservatif yang didirikan 1943, dengan

misi "membela prinsip-prinsip serta meningkatkan institusi kebebasan AS dan

kapitalisme demokrasi, pembatasan peran pemerintah, mendukung perusahaan privat,

dan kebebasan dan tanggungjawab individu, kebijakan luar negeri yang efektif dan

waspada, akuntabilitas politik, serta debat terbuka." AEI menyatakan diri sebagai

organisasi nonprofit independen. Pembiayaannya dari hibah dan kontribusi dari

berbagai yayasan, korporasi, dan individu. AEI muncul sebagai salah satu arsitek utama

kebijakan publik pemerintahan kedua Bush. Lebih dari dua lusin alumni AEI bertugas

dalam pos kebijakan atau salah satu panel dan komisi di pemerintahan Bush.

Sebagai organisasi nonprofit, institusi ini didanai oleh sejumlah yayasan,

perusahaan, dan individu. AEI menerima lebih dari 30 juta dolar AS dari beberapa

penyandang dana, antara lain Bradley Foundation, Castle Rock Foundation, Earhart

Foundation, JM Foundation, Microsoft Corporation, Philip M. McKenna Foundation,

John M. Olin Foundation, Sarah Scaife, dan Smith Richardson Foundation.137

AEI banyak dikritik atas agenda politiknya yang pro-zionis dan neoconservatif.

Pada 18 Mei 2003, BBC menampilkan program "The War Party", Meyrav Wurmser,

istri dari anggota AEI David Wurmser dan anggota The Hudson Institute, menyatakan

bahwa mayoritas dari anggotanya adalah Yahudi dan mereka semua pro-Israel, sebagian

137 American Enterprise Institute dalam http://www.answers.com/topic/american-enterprise-institute diakses 26/5/2007

67

Page 68: neoconservatif vs Islamist post 9/11

lebih fanatik dari yang lain. Para anggota AEI yang dipercayai presiden AS diantaranya;

Christopher DeMuth, pejabat dimasa Reagan, telah menjadi presiden AEI sejak 1986

dan Lee Raymond, mantan CEO ExxonMobil, juga wakil ketua dewan penasehat AEI.

Sejumlah Ilmuwan dan rekanannya; John R. Bolton. Lynne Cheney, istri Dick

Cheney. David Frum, rekan tetap, penulis dan juru tulis Bush. Reuel Marc Gerecht

seorang rekan tetap, direktur timur tengah PNAC dan mantan spesialis ahli timur tengah

CIA. Ayaan Hirsi Ali, mantan politisi Belanda, aktivis perempuan kanan dan

pengkritik Islamisme dan hukum Syar'iah. Frederick Kagan, sejarawan penandatangan

PNAC Rebuilding America's Defenses (2000) bersama dengan Robert bersaudara dan

ayahnya rekan tetap neocons, Donald Kagan. Jeane Kirkpatrick mantan perwakilan

permanen AS di PBB dan rekanan senior AEI hingga meninggal tahun 2006.

2. Center for Security Policy

Center for Security Policy (CSP) memiliki misi untuk mempromosikan

perdamaian internasional melalui kekuatan adidaya AS. Meski mengidentifikasikan

dirinya sebagai organisasi non-partisan, CSP memiliki ikatan kuat dengan Partai

Republik dan pemerintahan Bush. Dua anggotanya bergabung dalam Departemen

Pertahanan di bawah pimpinan Rumsfeld, yakni Perle dan Feith. Anggota lain yang

dikenal luas di AS adalah Gaffney dan James G. Roche. Oleh sebab itu, sulit dibantah

jika lembaga yang berdiri tahun 1988 ini tidak berafiliasi dengan neocons.138

CSP dikenal memiliki ideologi konservatif yang kuat. Hal ini bisa disimak dari

tujuan strategis untuk “promote peace through US strength” yang dilandasi kuat pada

keinginan mengokohkan peran AS di pentas dunia dengan mengandalkan hegemoni

138 www.wikipedia.org/wiki/Center_for_Security_Policy, diakses 7/3/2007.

68

Page 69: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Amerika. Untuk itu, pengembangan senjata nuklir perlu dilakukan untuk dapat semakin

menegaskan kekuatan hegemonik AS tanpa tertandingi negara-negara lain.139

Di samping itu pula, dukungan terhadap Israel juga merupakan titik krusial.

Sebagai sekutu utama di Timur Tengah, negara Yahudi itu diharapkan dapat menjamin

stabilitas politik dan keamanan di kawasan tersebut tanpa melupakan kepentingan-

kepentingan strategis AS. Untuk tujuan ini, CSP mendapat dukungan dari kelompok

lobi Yahudi, JINSA dan Jewish Institue for International Affairs. Hal ini tidak

terelakkan karena Perle dan Feith juga merupakan anggota JINSA. Terhadap perjanjian

non-proliferasi nuklir yang digagas PBB, organisasi perdamaian dan segala sesuatu

yang meminggirkan peran Amerika, CSP menempatkan diri sebagai pengkritik.

Untuk memasukkan pemikirannya kepada pemerintahan Bush, selain

mengandalkan Perle dan Feith, CSP menerbitkan publikasi Occasional Papers Series

yang ditulis para pemikir neoconservatif dan selanjutnya dikirimkan kepada para

pengambil kebijakan di jajaran pemerintahan Bush. Tidak hanya itu, lembaga ini juga

membeli tayangan spot televisi guna memasukkan iklan berisi pemikiran strategis yang

diproduksinya.140

Sama halnya dengan lembaga neocons lain, penyokong dana CSP juga

merupakan lembaga donor neocons seperti Scaife Foundation, John M. Olin

Foundation, Bradley Foundation. Ditambah pula Shelby Culolom Foundation, William

H. Donner Foundation, dan JM Foundation.141

3. Hudson Institute

Hudson Institute (HI) mulai beroperasi dalam kancah politik AS sejak tahun

1961. Didirikan di New York oleh Herman Kahn dan beberapa anggota RAND

139 Ibid.140 Ibid.141 www.wikipedia.org/wiki/Center_for_Security_Policy, diakses tanggal 14/7/2006.

69

Page 70: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Corporation, HI memiliki misi mempromosikan perubahan kebijakan publik dengan

mengacu pada nilai-nilai Amerika. Komitmen terhadap free market dan tanggung jawab

individu, kepercayaan terhadap kekuatan teknologi dalam mendorong masyarakat

menuju kemajuan, penghargaan terhadap pentingnya agama dan budaya dalam

hubungan antar manusia, serta dorongan terhadap peningkatan keamanan nasional

Amerika menjadi dasar pemikiran HI untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.142

Setelah kematian Kahn, institusi ini memindahkan kantor pusatnya ke

Indianapolis pada 1984 dan selanjutnya pada 2004 memusatkan segala aktivitasnya

dalam kancah pemikiran dan penelitian di Washington. Penyandang dana kegiatan

Hudson Institute adalah perusahaan-perusahaan seperti Monsanto, Du-Pont, Sandoz,

Dow-Elanco, Ciba-Geigy, ConAgra, Cargill, dan Procter & Gamble. Politisi papan atas

yang berafiliasi dengan Hudson Institute adalah mantan Wakil Presiden Dan Quayle dan

Gubernur Indiana Mitch Daniels. Selain itu, sejumlah neocons juga menjadi anggota

lembaga ini; antara lain Perle, Podhoretz, Abrams, Irwin Stelzer, dan Donald Kagan.143

4. Committee for the Liberation of Irak

Committee for the Liberation of Irak (CLI) adalah kelompok kepentingan yang

memiliki tujuan untuk menjatuhkan Saddam Hussein dari kursi kepresidenan Irak.

Dalam pernyataan resminya, mereka menegaskan untuk "promote regional peace,

political freedom and international security through replacement of the Saddam Hussein

regime with a democratic government that respects the rights of the Iraqi people and

ceases to threaten the community of nations."144

Organisasi ini dibentuk dengan meniru model kesuksesan lobi dan kampanye

uintuk memperluas aliansi NATO. Karena kesamaan tujuannya dengan PNAC, CLI

142 www.wikipedia.org/wiki/Hudson_Institute, diakses tanggal 14/7/2006.143 Ibid.144 www.wikipedia.org/wiki/Committee_for_the_ Liberation_of_Irak, diakses 14/7/2006.

70

Page 71: neoconservatif vs Islamist post 9/11

memiliki hubungan yang sangat erat dengan think tank utama neoconservatif tersebut.

Di samping itu pula, koneksi erat disambung dengan AEI. Kedekatan ini disebabkan

angota-anggota CLI juga terlibat dalam jajaran PNAC dan AEI. Anggotanya, yang

kebanyakan berpaham neoconservatif, adalah individu-individu berpengalaman dalam

pentas politik dan kancah pemikiran strategis Amerika. Tercatat sebagai figur-figur

penopang kelompok ini adalah Gingrich, mantan Menteri Luar Negeri George Schultz,

dan Senator Arizona John McCain. Ditambah pula anggota pemerintahan Bush seperti

Perle dan Randy Scheunemann serta Kirkpatrick, Cohen, Bruce Jackson, William

Kristol, Gary Schmitt, dan James Woolsey.145

5. Foundations for the Defense of Democracies

Foundations for the Defense of Democracies (FDD) adalah organisasi non-profit

yang didirikan tidak lama setelah serangan 11 September 2001. Organsiasi yang

berpusat di Washington ini menempatkan riset dan pendidikan perang melawan

terorisme sebagai aktivitas utamanya. Mereka menghasilkan analisis terhadap ancaman

teroris global serta mengeksplorasi faktor-faktor sejarah, budaya, filosofis, dan ideologi

yang mendorong terorisme dan mengancam jaminan kebebasan individual dalam

masyarakat demokratis. Pendiri dan penasihat organisasi ini adalah para neocons

William Kristol, Perle, Forbes, Kirkpatrick, Woolsey, Gingrich, dan Jack Kemp.146

Program FDD bertumpu pada sokongan terhadap gerakan pro-demorasi,

aktivitas antiterorisme di dunia Islam, dan gerakan perlawanan Islam radikal. Lembaga

ini bekerja sama dengan banyak kelompok pro-demokrasi di kawasan Timur Tengah

dan aktif mendorong Irak menuju pemerintahan demokratis. Selain itu, FDD

memberikan beasiswa bagi mahasiswa AS untuk belajar ke negara-negara Timur

145 Ibid.146 www.wikipedia.org/wiki/Foundation_for_the_Defense_of_Democracies, diakses 7/3/2007.

71

Page 72: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Tengah guna mempelajari penanganan terorisme. Di situ mereka berdiskusi dengan

mahasiswa lain dari Turki, Jordania, Israel, India, dan negara-negara lain tentang

pembasmian terorisme di negara masing-masing. Banyak alumni program ini yang

kemudian bekerja di institusi intelijen dan pertahanan.147

FDD mengkombinasikan riset kebijakan, pelatihan demokrasi, komunikasi

strategis, dan jurnalisme investigatif untuk mencapai tujuan. Mereka berkonsentrasi

pada upaya untuk membentuk opini dan memenangkan perang pemikiran di media

massa, kampus, komunitas kebijakan, baik di dalam maupun luar negeri. Untuk

melaksanakan semua programnya, institusi ini mendapatkan dana dari DepLu.148

6. Jewish Institute for National Security Affairs

Sebagai gerakan penyokong kepentingan Yahudi, neocons tak dapat dilepaskan

dari keterkaitannya dengan kelompok lobi Yahudi. Salah satu lembaga Yahudi yang

banyak diperkuat neocons adalah Jewish Institute for National Security Affairs

(JINSA). JINSA adalah organisasi penghasil pemikiran strategis tentang kepentingan

keamanan nasional AS. Tujuannya ada tiga, yaitu mendorong kebijakan keamanan

nasional AS yang efektif dan kuat, mendidik para figur pemimpin AS agar

memperhatikan kepentingan vital terkait dengan hubungan AS dan Israel, dan

memperkuat kerjasama AS dengan sekutu-sekutu demokratisnya di seluruh dunia.149

JINSA menegaskan bahwa Israel memiliki peran besar dalam menjaga

kepentingan AS, terutama di Timur Tengah. Maka, terdapat titik singgung antara

kebijakan pertahanan AS dengan keamanan Israel, yakni kebijakan AS di Timur Tengah

selalu mendukung kepentingan keamanan wilayah Israel. Maka dari itu, JINSA

147 Ibid.148 Ibid.149 www.jinsa.org/about/about.html, diakses 14/7/2006.

72

Page 73: neoconservatif vs Islamist post 9/11

mendukung perubahan rezim di negara-negara pendukung terorisme seperti Irak,

Suriah, Afghanistan, Iran, Lebanon, dan Libya.150

Bagi kelompok lobi ini, kepemilikan senjata pemusnah masal oleh suatu negara

merupakan ancaman teror bagi AS, Israel, dan kepentingannya. Karenanya, tokoh-tokoh

JINSA seringkali mendesak pemerintah AS agar memperkuat keamanan nasional

Amerika dan memberi pelajaran negara-negara pendukung terorisme. Tokoh-tokoh

tersebut adalah mereka yang amat dikenal dengan ideologi neoconservatifnya seperti

Kirkpatrick, Perle, Ledeen, dan Woolsey. Keterlibatan neocons di JINSA menancap

kuat melalui program pertukaran taktik dan pengalaman menghadapi teroris antara AS

dan Israel tahun 2002. Fokus utama program ini adalah pengiriman para elit pertahanan

AS ke Israel untuk memberikan pelatihan dalam menangkal terorisme.151

7. Center for Strategic and International Studies

Sebagai lembaga pemikir strategi kebijakan luar negeri, Center for Strategic and

International Studies (CSIS) yang berdiri pada 1964 di Washington tidak lepas dari

bidikan kelompok neoconservatif. Di lembaga think tank ini, pemikiran neoconservatif

terepresentasi pada sosok Fred C. Ikle sebagai personel yang turut mewarnai hasil

rumusan pemikiran kebijakan luar negeri dan pertahanan AS. Pada periode pertama

pemerintahan Bush, CSIS dipimpin oleh mantan Menteri Pertahanan John Hamre yang

menjabat sejak tahun 2000.152

Isu-isu strategis yang berkaitan dengan politik, ekonomi, dan keamanan menjadi

sasaran kajian CSIS. Lembaga ini fokus pada semua aspek kebijakan luar negeri dan

pertahanan, terutama dengan tren dan isu yang sedang muncul serta yang memiliki efek

150 www.wikipedia.org/wiki/Jewish_Institute_for_National_Security_Affairs, diakses 7/3/2007.151 Ibid.152 www.wikipedia.org/wiki/Center_for_Strategic_and_International_Studies, diakses 14/7/2006.

73

Page 74: neoconservatif vs Islamist post 9/11

jangka panjang di lingkup internasional. Termasuk di antaranya kajian tentang terorisme

global di kawasan Timur Tengah.153

8. National Endowment for Democracy

National Endowment for Democracy (NED) adalah organisasi non-profit, berdiri

tahun 1983, yang berkeinginan mendorong tatanan masyarakat demokratis di seluruh

dunia. Direktur NED terdiri dari 5 orang; Bayh, Frank Carlucci (Carlyle Group), dan

Wesley Clark, serta pemikir neoconservatif, Novak (AEI) dan Fukuyama.154

Meskipun dikelola oleh kalangan non-pemerintah, pendanaan kegiatan NED

berasal dari sumbangan pemerintah melalui Kongres. NED pertama kali didanai oleh

Presiden Reagan tahun 1982 dan dibentuk oleh studi awal yang ditanggung American

Political Foundation. Sumber dana NED berasal dari anggaran AS yang mengalir ke

Departemen Luar Negeri melalui US Agency for International Development (USAID).

Juga dari Smith Richardson Foundation, John M. Olin Foundation, dan Bradley

Foundation. Di dalam negeri, dana itu didistribusikan kepada Center for International

Private Enterprise, National Democratic Institute of International Affairs, International

Republic Institute , dan Free Trade Union Institue.155

Di luar AS, NED secara berkala juga menyediakan dana bagi perkembangan

demokrasi. Setiap kali diadakan pemilu di negara-negara tertentu, NED selalu

mendukung kandidat yang mendukung hak-hak perusahaan AS untuk berinvestasi di

negara-negara tersebut. Sebelum Pemilu 1990 di Nikaragua, Presiden Geroge H.W.

Bush mengirim 9 juta dolar AS kepada NED dengan alokasi 4 juta dolar AS untuk

menyumbang kampanye kandidat oposisi Violeta Chamorro yang akhirnya meraih suara

mayoritas sebesar 55%. NED juga merupakan instrumen kebijakan luar negeri AS

153 Ibid.154 www.wikipedia.org/wiki/National_Endowment_for_Democracy, diakses 7/3/2007.155 Ibid.

74

Page 75: neoconservatif vs Islamist post 9/11

karena hasrat kuatnya untuk mendanai gerakan pro-demokrasi. NED membantu

mendorong terpilihnya pemerintahan secara demokratis di Bulgaria (1990), Albania

(1990), Mongolia (1996), Filipina (1986), dan Ukraina (2004). Semua langkah itu

dilakukan sebagai upaya untuk memperluas pengaruh AS.156

9. Heritage Foundation

Heritage Foundation (HF) adalah lembaga think tank kebijakan publik

berorientasi konservatif yang sangat berpengaruh di Washington. Didirikan pada tahun

1973, ini bertujuan untuk merumuskan dan mempromosikan kebijakan yang

berdasarkan pada pembatasan peran pemerintah, kebebasan individu, nilai-nilai

Amerika, dan konsep pertahanan nasional yang kuat. Lembaga ini adalah pusat riset dan

pendidikan yang berupaya menawarkan solusi terhadap segala permasalahan

berdasarkan ide, prinsip, dan tradisi yang bisa membuat Amerika jaya. Dalam situs

resminya, HF menyatakan bahwa visinya adalah membangun sebuah Amerika yang

menumbuhkan kebebasan dan kemakmuran. Tentu, semua itu dilandasi oleh nilai-nilai

konservatif ya)ng harus dipromosikan secara agresif dengan pemasaran ide yang

inovatif tanpa dana dari pemerintah.157

Heritage Foundation memiliki staf ahli yang mempunyai pengalaman bertahun-

tahun di dunia bisnis maupun politik. Mereka rajin mengirimkan solusi atas

permasalahan yang dihadapi Amerika ke eksekutif, legislatif, dan media massa. Tujuan

akhir dari solusi tersebut adalah membangun Amerika yang lebih aman, lebih bebas,

lebih kuat, lebih makmur, dan lebih jaya.158

Pertama muncul, HF dipimpin aktivis konservatif Paul Weyrich. Sejak 1974,

presiden lembaga ini Edwin Feulner Jr., yang sebelumnya staf anggota Kongres Phil

156 www.wikipedia.org/wiki/National_Endowment_for_Democracy, diakses 14/7/2006.157 www.heritage.org/About/aboutHeritage.cfm, diakses tanggal 14/3/2006.158 www.wikipedia.org/wiki/Heritage_Foundation, diakses tanggal 14/7/2006.

75

Page 76: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Crane. Hingga tahun 2001, HF menerbitkan majalah Policy Review, jurnal kebijakan

publik berpengaruh yang kemudian diambil alih The Hoover Institution. Di kalangan

think tank yang berkedudukan di Washington, Heritage Foundation menempati posisi

terpandang. Banyak personelnya menempati posisi berpengaruh dalam bisnis dan

pemerintahan AS seperti Paul Bremer, John F. Lehman, Richard Allen.159

Dana HF berasal dari Amway Corporations, Bradley Foundation, John M. Olin

Foundation, dan Scaife Foundation. Untuk perorangan, Richard Mellon Scaife dan

Josep Coors (pemilik Coors Brewing Company) tercatat sebagai penyandang dana di

samping banyak penyandang dana kecil lain. Disamping itu, Heritage juga menerima

ratusan ribu dolar dari Korea Selatan, yakni Samsung dan Corea Foundation.160

Hubungan erat antara neocons dan lembaga donor yang mayoritas berhubungan

erat dengan korporasi-korporasi raksasa AS memberikan kemudahan bagi neocons

untuk menjalankan semua agendanya. Posisi ini diperlancar dengan para tokohnnya

yang juga memiliki posisi strategis dalam pemerintahan bahkan sebagian adalah mantan

direktur atau CEO yang menjadi pejabat atau sebaliknya. Investasi jaringan ini tak akan

mudah hancur meski misalnya Bush atau Partai Republik tidak berkuasa lagi.

3. Neocons dalam Korporasi dan Lobi Yahudi

a. Korporasi

Dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri AS, beberapa kelompok

kepentingan mempunyai pengaruh lebih besar dari yang lain. Ada dua kelompok

kepentingan yang sangat berperan dalam memasukkan agenda neocons menjadi

159 Ibid.160 Ibid.

76

Page 77: neoconservatif vs Islamist post 9/11

mainstream. Yang pertama adalah korporasi, khususnya perusahaan dalam military-

industrial complex. Mayoritas neocons di pemerintahan memiliki kepentingan bisnis

dan mengambil keuntungan dari 'pintu yang terbuka' diantara para eselon tertinggi di

lingkungan privat dan publik.

Contoh paling menonjol adalah konglomerasi multinasional Halliburton.

Halliburton telah mempunyai posisi di dalam White House setidaknya sejak 1992,

ketika anak cabangnya Kellogg-Brown & Root (KBR) mendapat kontrak

menguntungkan program logistik tambahan sipil / 'Logistics Civil Augmentation

Program' (LOGCAP), yang digambarkan oleh Briody sebagai "cek kosong yang efektif

dari pemerintah". Tahun 1997, Halliburton kalah dalam penawaran kontrak LOGCAP

pada pesaingnya DynCorp. Tapi Angkatan Bersenjata masih memberikan kontrak tanpa

penawaran pada Halliburton untuk membangun beberapa basis militer di Balkan, dan

Halliburton, begitu membuat para pemimpin pemerintah terkesan hingga Wapres Al

Gore memberikan penghargaan "Hammer" atas efisiensinya.161

Ikatan erat antara pemerintah dan perusahaan mungkin menjelaskan mengapa

politisi karir seperti Cheney, dengan tanpa pengalaman bisnis, dijadikan CEO dari 1995

hingga nominasinya sebagai Wapres 1999. Dimasanya Halliburton mendapatkan

pengaruh dan keuntungan terbesarnya di Washington: pendanaan LOGCAP naik dari

$144 juta tahun 1994 menjadi $423 juta 1996, dan pada 2001 KBR sekali lagi

memenangkan LOGCAP, saat itu untuk jangka waktu dua kali dari normalnya yang

lima tahun. Selama dua tahun awal masa jabatan Cheney, pengeluaran perusahaan untuk

161 Briody, D. 2004. Profits of War. The Guardian, July 22. hal. 16. dalam Elsje Fourie, Neoconservatism And Us Foreign Policy: A View From Venus Part II: The Bush Presidency And The War In Irak. Loc.Cit.

77

Page 78: neoconservatif vs Islamist post 9/11

lobbying ke Kongres jatuh dari $1.2 juta menjadi hanya $600 000.162 Cheney terus

menerima gaji yang ditangguhkan dari mantan atasannya hingga 2005.

Perang Afghanistan dan Irak telah menjadi perang yang sangat menguntungkan

bagi Halliburton yang membangun 1,000 sel tahanan di teluk Guantanamo, serta di

Bagram dan Kandahar. Dalam apa yang secara luas dikritik sebagai proses penawaran

yang tidak kompetitif, Halliburton memenangkan kontrak terbesar yang diberikan pada

perusahaan untuk membangun kembali infrastruktur minyak Irak (firma jasa ladang

minyak terbesar di dunia). Perusahaan ini sekarang dibawah investigasi resmi dengan

berbagai tuntutan; melanggar sanksi sebelum perang Irak dan di Iran, penipuan,

penyuapan dan kolusi dengan pemerintah AS.163

Menurut Singer, pemerintah AS di Irak mempekerjakan setidaknya 15,000

tenaga kontraktor sipil privat (umumnya mantan militer), dari lebih dari 30 negara.164

Kemudian merencanakan untuk membuat 14 landasan abadi di Irak yang telah

menciptakan pekerjaan untuk beberapa dekade untuk perusahaan-perusahaan militer

privat (PMCs).165 Jumlahnya dalam dua perang teluk menggambarkan kenaikan

penggunaan PMCs: selama perang teluk 1 1991 untuk tiap satu kontraktor terdapat 50

personel militer terlibat. Pada perang 2003, rasionya 1 banding 10. Disamping konflik

potensial terkait kepentingan, tren ini juga memunculkan masalah kontrol dan

akuntabilitas di dalam Angkatan Bersenjata, seperti pelanggaran di Abu Ghraib.166 Para

162 Singer, P.W. 2004. Warriors for Hire in Irak. The Brookings Institution, April 15. At http://www.brookings.edu/views/articles/fellows/singer20040415.htm, diakse 19/10/2006.163 CBS, 2004. New Fuel to Halliburton Fraud Fire. CBS Evening News, August 18. At http://www.cbsnews.com/stories/2004/08/17/eveningnews/main636644.shtml, diakses 25/10/2006.164 Ibid.165 Spolar, C. 2004. 14 'Enduring Bases' Set in Irak. Chigago Tribune, March 23.166 See Isenberg, D. 2004. A Fistful of Contractors: The Case for a Pragmatic Assessmentof Private Military Companies in Irak. BASIC Research Report 2004.2 September. dalam http://www.basicint.org/pubs/Research/2004PMC.htm.

78

Page 79: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kontraktor ini semakin berperan penting digaris depan pertempuran tanpa proteksi,

peraturan, dan perhatian publik atas tindakan-tindakannya.

Perusahaan-perusahaan lain juga mengeksploitasi koneksinya dengan tokoh

neocons terkemuka. Pada 2002, Lockheed Martin, Boeing dan Northrop Grumman-tiga

besar pabrik senjata AS-yang menerima lebih dari $42 miliar kontrak di Pentagon.167

Carlyle Group, dana ekuitas privat berbasis Washington, memiliki reputasi menyewa

para mantan pejabat publik seperti George H.W. Bush dan James Baker, mantan Menlu

yang memimpin kampanye resmi untuk menghentikan penghitungan ulang di Florida

tahun 2000.168 The Economist telah menuduh perusahaan ini, yang juga menjalankan

beberapa aset keluarga Bin Laden, atas praktek kronisme dan monopoli. 169

Jendral Jay Garner ditunjuk sebagai direktur Pentagon's Office of

Reconstruction and Humanitarian Assistance untuk Irak berdasarkan pengalamannya

dalam mengamankan area pengungsi Kurdi di utara Irak di akhir operasi Desert Storm

1991. Meski penunjukannya kontroversial, namun, karena dia Presiden sebuah

perusahaan senjata yang menjual, diantaranya, rudal Patriot yang dipakai dengan

pengaruh besar di Israel dan Irak posisinya aman. Seperti yang diungkap seorang analis,

"'Sangat tidak sesuai untuk seorang berfungsi di dalam peran administratif dan

kemanusiaan sekaligus berperan dalam perusahaan yang berfungsi menyediakan alat

untuk menyukseskan operasi militer AS. "170

167 Hartung, W.D. 2004. Making Money on Terrorism. The Nation, February 5. dalam http://www.thenation.com/doc.mhtml?i=20040223&c=2&s=hartung, diakses 5/7/2006.168 The Economist. 2003. "C for Capitalism". The Economist, June 26, hal. 24.169 Ibid, hal. 24.170 Armstrong as quoted in Morgan, O. 2003. US Arms Trader to Run Irak. The Observer, March 30. At http://observer.guardian.co.uk/business/story/0,6903,925309,00.html, diakses 7/6/2006.

79

Page 80: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Perang Irak memainkan peran penting dalam meningkatkan anggaran militer

dari $315 miliar menjadi $379 miliar antara 2001 dan 2003.171 Kebanyakan korporasi ini

dan yang serupa, kemudian, mempunyai motif dan alat untuk menjadi pendukung kuat

perang. Salah satu motif utama adalah minyak. Minyak telah lama menjadi alasan

kehadiran AS di Saudi dan kawasan teluk. Ketergantungan minyak AS terus naik: tahun

2000, 60% kebutuhan minyaknya dari impor, dibanding 42% tahun 1990.172 Industri

minyak adalah salah satu pedukung utama kampanye Bush.

Insentif-insentif ekonomi telah memainkan satu peran penting dalam

mempengaruhi para pembuat kebijakan. Hal ini mungkin lebih memotivasi neocons

seperti yang dijalankan Perle, Wolfowitz dan rekan-rekannya. Salah satu trademarks

seorang neocons sejati adalah tidak terlalu memperhatikan implikasi-implikasi finansial

dari kebijakan yang dijalankan karena dibelakangnya adalah korporasi besar. Cheney

dan Bush adalah politisi karir dan juga figur penting korporasi sebelum dan sesudahnya.

Condoliza Rice adalah mantan anggota dewan direksi Texaci Chevron, Ketua Dewan

Keamanan Nasional (NSC) dan sekarang menteri Luar Negeri.173

Asisten Menteri Ekonomi, Khatlee B. Cooper, adalah pimpinan The Economist

dan manajer divisi energi dan ekonomi Exxon Mobil. Lalu, Christine Whitmark,

Administrator Badan Perlindungan Lingkungan, adalah pemegang saham Exxon Mobil.

Berikutnya, Gale Norton, Menteri Dalam Negeri, bekerja di firma hukum sayap kanan

yang didanai Exxon Mobil, Amoco, Chevron, dan Ford. Donald Evans, Menteri

Perdagangan yang dulunya CEO for Tom Brown Inc. (perusahaan gas dan minyak di

171 Rogers, op cit, hal. 83.172 Ibid, hal. 59.173 John Perkins. 2005. Confession of an Economic Hit Man. Jakarta: Abdi Tandur. Hal. 88.

80

Page 81: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Danver). Paul H. O’Neill, Bendahara Negara, adalah penyokong AEI dan direktur

Institute for International Economics yang keduanya disponsori Exxon Mobil.174

Sedangkan, Grup Carlyle, sebuah korporasi ekuitas swasta dengan aset $ 12-14

miliar yang bergerak di bidang pertahanan, telekomunikasi global, dan investor bank

dan perusahaan asuransi dimana milyaran dolar dana pensiun dan investor berduit mulai

dari Singapura hingga Abu Dhabi disimpan disini. Lima pemain sentral dalam pintu

putar bisnisnya adalah Bush senior, Bush junior, Sekretaris Pertahanan Thomas

Rumsfeld, mantan Menlu James baker III, Wapres Dick Cheney, dan Frank Carlucci.

Koneksi Bush dan carlyle dalam perang melawan teror bisa dibuktikan lewat investasi

utama di KorAm bank di Korsel dan perusahaan telekomunikasi Mercury. 175

Berikutnya, dalam kampanye presiden Bush jr., Enron adalah salah satu

kontributor terbesar selain Exxon Mobil dengan lebih dari tiga perempat juta dolar

selama delapan tahun termasuk kampanyenya sebagai Gubernur Texas. Yang lebih

hebat lagi, lebih dari setengah kontributor utama kampanyenya ternyata memiliki

hubungan dengan Enron, salah satunya adalah Morgan Stanley Bank, Anderson

Consulting, Credit Suisse First Boston, Citigroup`s Salomon Smith Barney, dan bank of

America. Sebelum kejatuhannya, pemerintah Bush menggunakan kekuasaannya untuk

mencegahnya. Dia menaikkan harga listrik di Caliornia yang dibeli Enron dengan

memanipulasi pasokan listrik. 176

Sementara itu, hubungan erat Exxon-neocons dalam Partai Republik bisa dilihat

dari sumbangannya yang besar dibanding Demokrat terhadap kandidat kongres dalam

tiap-tiap pemilu. Pada rentang 1990-2006, Demokrat hanya mendapatkan sumbangan $

174 Exxon Mobil dalam www.opensecrets.org/orgs/summary.asp?ID=D000000129&nAME=Exxon+Mobil diakses 13/2/2007.175 Bernd Hamm. 2005. The Bush gang Kelompok Elit yang Menghancurkan; Serangan Neoconservatif terhadap Demokrasi dan Keadilan. Jakarta: PT. INA PUBLIKATAMA. Hal. 61-2.176 Huck Gutman. Bush’s biggest Donors had Link To Enron, common Dream 15-01- 2002. dalam Ibid.

81

Page 82: neoconservatif vs Islamist post 9/11

1,176,106 atau 13 persen. Disisi lain, Republik mendapatkan $ 7,844,664 atau 87 persen

dari total bantuan dalam rentang waktu yang sama177

Dari temuan terkait hubungan neocons dengan sejumlah korporasi besar diatas

menunjukkan kekuatan keuangan yang mendukung neocons dalam memperjuangkan

ideologi dan agenda-agendanya. Disini terungkap bahwa neocons tidak akan pragmatis

dalam perjuangannya terkait pendanaan bahkan mereka menggunakannya untuk

mempermudah tercapainya target-target mereka. Korporatokrasi Amerika versi neocons

sebagaimana yang dipaparkan John Perkins benar-benar terjadi. Hubungan saling

menguntungkan antara korporasi dan birokrasi dijalankan dengan baik oleh para kader

neocons didalamnya untuk ambisi rasisnya dalam ideologi Pax Americana.

b. Lembaga Donor

Disamping korporasi, Organisasi-organisasi neocons lebih sering didanai secara

langsung oleh yayasan atau lembaga donor konservatif. Berikut profil beberapa lembaga

donor konservatif yang secara terang-terangan membantu pendanaan neocons:

1. Bradley Foundation

Bradley Foundation adalah lembaga donor berpengaruh dengan aset sebesar

setengah miliar dolar AS. Mereka menyediakan dukungan penting bagi kelompok yang

menuntut invasi ke Irak sebagai respon atas serangan 11/9 seperti PNAC dan John M.

Olin Centre for Strategic Studies. Pada 2003, Presiden Bradley Foundation, Michael S.

Joyce menyatakan bahwa Bush telah dipengaruhi oleh neoconservatif. Lembaga ini juga

mendanai kegiatan AEI, Heritage Foundation, CSP, dan NDD.178

Bradley Foundation didirikan dua bersaudara Lynne dan Harry dengan tujuan

untuk memperkuat kapitalisme demokrasi AS, institusi, dan juga prinsip-prinsipnya.179

177 Exxon Mobil dalam Loc.Cit.178 www.wikipedia.org/wiki/Bradley_Foundation, diakses 9/9/2006.179 www.bradleyfdn.org/board.html, diakses tanggal 14/8/2006.

82

Page 83: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Untuk itu, lembaga ini akan mendukung siapapun yang memiliki kepedulian terhadap

penyebaran nilai-nilai demokrasi AS, seperti pembatasan peran pemerintah dan

peningkatan partisipasi masyarakat menuju masyarakat yang bebas. Sebab, Bradley

Foundation meyakini masyarakat bebas adalah masyarakat terbaik.180

2. Scaife Foundation

Scaife Foundation adalah lembaga donor milik keluarga Scaife yang tersebar

dalam empat institusi: Sarah Mellon Scaife, Carthage , Allegheny, dan Scaife Family

Foundation. Keempat lembaga yang tergabung dalam Scaife Foundation ini mewarisi

kekayaan Richard Mellon Scaife, seorang pengusaha yang memimpin perusahaan

minyak raksasa Mellon Industrial Oil. Scaife Foundation pertama kali aktif mendanai

kegiatan konservatif pada tahun 1973 ketika Richard Mellon masih menduduki kepala

lembaga ini. Kemudian, berlanjut pada tahun 1993, Scaife dan Chartage mengucurkan

dana sebesar 17,6 juta dolar kepada 150 think tank konservatif.181

Program pendanaan dari Scaife terutama ditujukan kepada program kebijakan

publik yang berkonsentrasi pada isu internasional dan isu domestik skala besar.182

Program-program yang digulirkan kelompok neocons sangat sejalan dengan hal ini.

Karena itu, tak heran selama kurun waktu 1985-2001, Scaife Foundation mendonasikan

uang jutaan dolar kepada lembaga-lembaga neocons. Heritage Foundation memperoleh

15,86 juta dolar, AEI menerima 4,41 juta dolar, CSIS mendapatkan 6,69 juta dolar, dan

1,8 juta dolar disumbangkan kepada Hudson Institute.183

3. John M. Olin Foundation

180 www.bradleyfdn.org/programs.html, diakses 14/9/2006.181 www.mediatransparency.org/funderprofile.php?funderID=3, diakses 9/9/2006.182 www.scaife.com/sarah.html, diakses 9/9/2006.183 www.sourcewatch.org/index.php?title=Scaife_Foundations, diakses 14/9/2006.

83

Page 84: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Lembaga didirikan tahun 1953 oleh John Merril Olin (1892-1982), pengusaha

yang bergerak dalam bidang industri. Olin memiliki komitmen tinggi untuk

menegakkan prinsip-prinsip kebebasan ekonomi politik kapitalis Amerika. Tujuan

utama dari John M. Olin Foundation adalah mendukung proyek yang memperkuat

institusi ekonomi, politik, kapitalis Amerika. Juga, mempromosikan pemahaman

bersama yang mendorong studi yang berkaitan dengan hubungan kebebasan ekonomi

dan politik.184 Pada tahun 2001, lembaga ini mengucurkan dana 20,483 juta dolar AS

kepada sejumlah institusi, termasuk institusi neoconservatif seperti PNAC, AEI, CSIS,

CSP, NED, Hudson Institute, dan Heritage Foundation. Dana besar juga diberikan untuk

mengembangkan pemikiran neoconservatif di kampus-kampus elit Amerika.185

c. Lobi Yahudi

Beberapa pejabat berhaluan neocons mempunyai ikatan erat dengan partai sayap

kanan Israel, Likud dan/atau organisasi-organisasi domestik pro-Israel seperti JINSA

dan AIPAC. Ariel Sharon adalah sekutu penting dalam "War on Terror" yang

memandang perlawanan Palestina sama dengan serangan teroris di AS. Perle telah

dianugerahi oleh Zionist Organisation sebagai "pro-Israel activist" dan rekan dari partai

Likud. Dia berpendapat bahwa hak-hak pendudukan Tepi Barat tidak dapat dibatalkan

dan pendudukan kembali wilayah dibawah otoritas Palestina sekarang ini, "even though

the price in blood would be high".186 Tahun 1970, dia dikeluarkan dari posisinya

sebagai ajudan Senator Henry Jackson saat FBI menemukannya tengah mendiskusikan

informasi rahasia dengan pejabat kedutaan Israel.187

184 www.jmof.org/, diakses tanggal 14/9/2005.185 www.sourcewatch.org/index.php?title=John_M._Olin_ Foundation, diakses tanggal 14/9/2006.186 Lobe, J. 2004. Spy Probe Scans Neocon-Israel Ties. Inter-Press Service, September 1. At http://domino.ips.org/ips/eng.NSF/vwWEBMainView?SearchView&Query=%28jim+lobe%29+&SearchMax=100&SearchOrder, diakses 7/10/2006.187 Lobe, op cit.

84

Page 85: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Kejadian Perle tahun 1970 bukanlah kasus tunggal dimana FBI sekarang tengah

meninjau serangkaian investigasi kontra-intelejen terkait hubungan antara para pejabat

tinggi pemerintah dan Israel yang tidak pernah dilanjutkan. Menurut FBI, kantor

Douglas Feith tahun 2001 menyediakan informasi sangat rahasia, termasuk draf

kebijakan AS terhadap Iran, untuk AIPAC, yang kemudian diberikan pada kedutaan

Israel. Dua dekade sebelumnya, Feith juga diturunkan dari posisi Middle East Analyst

dimasa Reagan dengan tuduhan serupa. Seorang deputi Perle juga telah dituntut karena

menyetujui ekspor bahan-bahan sensitif ke Israel tanpa mengikuti prosedur tepat. 188

Relevansi lobi Israel terhadap perang Irak adalah isu yang hangat, tapi

kebanyakan mengarah pada isu untuk membentuk negara tetangga Israel yang lebih

simpatik, demokratis, dan terkontrol yang memainkan peran dalam kebijakan invasi.

Tahun 1996, Perle dan Feith mengarang sebuah makalah untuk masukan, yang sekarang

terkenal, bagi perdana menteri dari partai Likud Netanyahu berjudul’ "A Clean Break: A

New Strategy for Securing the Realm". Makalah ini secara eksplisit meminta AS dan

Israel bersama-sama "fokus menurunkan Saddam Hussein – sebuah target penting Israel

berdasarkan hak-haknya – sebagai sarana mencegah ambisi regional Syria", dan

memperingatkan bahwa " masa depan Irak dapat mempengaruhi strategi keseimbangan

di timur tengah secara keseluruhan.189 Penekanan Wolfowitz bahwa "jalan ke timur

tengah melalui Baghdad," juga mengacu pada bantuan Saddam pada para pembom

bunuh diri Palestina, menekankan bahwa Saddam adalah hambatan terbesar proses

perdamaian dan menurunkannya akan membawa kedamaian bagi Israel.190

188 Marshall, J.M. 2004. Iran-Contra II?. The Washington Monthly, September. At http://www.washingtonmonthly.com/features/2004/0410.marshall.html, diakses 7/10/2006.189 Institute for Advanced Strategic and Political Studies. 1996. Study Group on a New Israeli Strategy Toward 2000: A Clean Break: A New Strategy for Securing the Realm. At http://www.israeleconomy.org/strat1.htm, diakses 7/10.2006.190 seperti dikutip dalam Drew, op cit.

85

Page 86: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Lobi Israel, tidak bisa disamakan dengan komunitas Yahudi-Amerika yang lebih

bervariasi, telah menjalankan teknik lobi ekonomi yang jauh lebih baik dan berpengaruh

dibanding kelompok lobi manapun. Lobinya sering dibagi kedalam berbagai kebijakan

domestik Israel, tapi mereka lebih bersatu jika berkaitan dengan kebijakan AS terhadap

Israel. Mereka mendukung pendanaan berskala besar bagi Israel-yang telah menerima

lebih dari $70 miliar sejak 1979-serta perlindungan diplomatik tanpa syarat dari AS di

PBB dan bantuan lainnya.191

Yang lebih buruk, mereka juga dikenal berhubungan dengan kampanye rahasia

dan mendaftar hitamkan pengkritik dalam pemerintahan dan diluar. Parahnya, kritik

pada Israel di AS hanya dibatasi hanya dari right-wing (Buchanan) dan left-wing

(Chomsky). Hal ini menjadikan kritik memusat pada hak-hak Israel untuk eksis dalam

keamanan dan kedamaian, tapi tidak misalnya, memberikan syarat bantuan pada

perilaku tidak manusiawi Israel.192

Meski tidak bisa dikatakan bahwa lobi Israel mengontrol sepenuhnya kebijakan

luar negeri AS, karena, kebijakan luar negeri AS secara kontinyu dipengaruhi oleh

berbagai aktor. Namun, military-industrial-petroleum complex dan lobi Israel tidak

diragukan lagi berperan sebagai dua alasan terbesar untuk invasi ke Irak. Berbagai motif

dan kepentingan dibalik keputusan jelas ditemukan dalam pernyataan Wolfowitz dalam

wawancara dengan Vanity Fair bahwa "For reasons that have a lot to do with the U.S.

government bureaucracy we settled on the one issue that everyone could agree on which

was weapons of mass destruction as the core reason".193

191 Lind, M. 2002. Distorting U.S. Foreign Policy: The Israel Lobby and American Power. Prospect, April 2002.192 Ibid.193 Ibid

86

Page 87: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Kuatnya lobi Yahudi bisa dilihat dari nama-nama afiliasi neocons-zionis di

dalam pemerintahan Bush:

1. Ari Fleischer – Juru Bicara Resmi White House, tokoh penting dalam komunitas

Yahudi, dilaporkan telah memegang kewarganegaraan Israel.

2. Richard Perle – salah satu Penasehat Kebijakan Luar Negeri Bush dan pimpinan

Dewan Kebijakan Pertahanan Pentagon. Dia telah bekerja bagi Bush sebagai Jewish

national security campaign advisor. Seorang agen Israel, Perle dipecat dari kantor

Senator Henry Jackson pada 1970-an setelah National Security Agency (NSA)

menangkapnya telah meloloskan dokumen sangat rahasia kekedutaan Israel. Kemudian,

dia bekerja di firma senjata Israel firm, Soltam.

3. Paul Wolfowitz – mantan Menteri Pertahanan dan, penasehat kampanye kebijakan

luar negeri Yahudi Bush, yang memiliki hubungan dekat dengan agen dan militer Israel.

4. Douglas Feith – Pejabat DepHan, Penasehat Kebijakan Pentagon, dan menjadi

penasehat khusus Perle. Dia sangat pro ekstrimis Israel, yang mendukung kebijakan anti

Arab dimasa lalu. Dia dekat dengan kelompok ekstrim, Zionist Organization of

America, yang bahkan menyerang orang Yahudi yang tidak sepakat dengan pandangan

ekstrimnya. Dia sering bicara dalam konferensi ZOA. Feith menjalankan firma hukum

kecil, Feith & Zell, yang hanya punya satu kantor internasional, di Israel. Mayoritas

kerja legalnya mewakili kepentingan militer Israel. Dalam website firmanya, disebutkan

bahwa Feith "represents Israeli Armaments Manufacturer."

5. Elliott Abrams – Penasehat NSC. Dimasa Reagan, Abrams adalah Asisten Menlu

urusan Amerika Latin yang berperan penting dalam skandal Iran-Contra, yang

melibatkan penjualan senjata ilegal AS ke untuk memerangi Irak, dan secara ilegal

mendanai pemberontak kontra pemerintah Sandinista Nicaragua. Dia juga secara aktif

87

Page 88: neoconservatif vs Islamist post 9/11

membohongi tiga komite Kongres atas keterlibatannya dan menghadapi tuntutan pidana

berat berdasar kesaksian bohongnya. Abrams dinyatakan bersalah pada 1991 atas dua

tindak pidana ringan dan dihukum setahun masa percobaan dan 100 jam untuk

pelayanan masyarakat. Setahun kemudian, Bush Sr. memberikan pengampunan penuh.

6. Dov Zekheim – Asisten Menteri Pertahanan. Dia penasehat kebijakan luar negeri

Yahudi Bush dan dilaporkan telah memegang paspor Israel.

7. Richard Haass – Direktur Perencanaan Kebijakan kementerian Luar Negeri dan

National Security Programs dan Senior Fellow di Council on Foreign Relations (CFR).

Dia salah satu hawkish yang sangat pro-Yahudi Israel dalam pemerintahan pertama

Bush (Sr) yang duduk dalam NSC, dan konsisten mendukung invasi Irak.

8. Henry Kissinger – salah satu penasehat Defense Policy Board Pentagon. Dia ikut

terlibat dalam kasus kriminal Watergate, pembantaian masal di Asia tenggara,

mensponsori diktator Chili dan memperoleh keuntungan investasi di Yugoslavia dan

mendukung invasi ke Irak. Kissinger adalah Ariel Sharon-nya AS.

9. James Schlesinger – salah satu penasehat Pentagon, Schlesinger juga menduduki

posisi Defense Policy Board di Pentagon dan penasehat pro-ekstrimis Israel lain.

10. Robert Zoellick – perwakilan perdagangan AS, di posisi level kabinet. Dia adalah

penasehat pro-ekstrimis Israel dalam pemerintahan Bush (Jr) yang mendukung invasi

Irak dan menciptakan pemerintahan boneka.

11. Marc Grossman – urusan Politik dibawah Menlu. Dia adalah Direktur Jendral

Foreign Service dan Director of Human Resources kementerian luar negeri. Dia adalah

salah satu pejabat Yahudi dari pemerintahan Clinton yang dipromosikan Bush ke pos

lebih tinggi. Dia diplomat AS yang mendukung tindakan pembalasan pada Meksiko jika

memilih menentang invasi ke Irak di Dewan Keamanan.

88

Page 89: neoconservatif vs Islamist post 9/11

12. Robert Satloff – penasehat NSC, serta direktur eksekutif "think tank," lobi Israel,

Washington Institute for Near East Policy. Banyak ahli lobi Israel datang dari sini,

seperti Martin Indyk.

13. Mel Sembler - Presiden Bank Ekspor-Impor AS. Seorang tokoh dari Jewish

Republican dan mantan ketua pembiayaan Nasional Republican National Committee.

Bank Export-Import memfasilitasi hubungan dagang antara bisnis AS dan negara-

negara luar, khususnya yang memiliki masalah keuangan.

14. Joshua Bolten – Direktur Kebijakan Utama Bush, seorang bankir dan mantan

pembantu legislatif. Tokoh utama masyarkat Yahudi.

15. Steve Goldsmith – Penasehat Senior dan penasehat kebijakan domestik Yahudi

Presiden Bush. Dia juga penghubung White House Office of Faith-Based and

Community Initiatives (White House OFBCI) dalam Kantor Eksekutif Presiden. Mantan

wali kota Indianapolis ini adalah teman baik Ehud Olmert dan sering mengunjungi

Israel memberikan pelatihan para wali kota tentang privatisasi.

16. Daniel Saul Golding- ketua NASA, National Aeronautics and Space

Administration. Sisa orang dari masa kepemimpinan Clinton, Golding seringkali dipuji

media Israel sebagai seorang teman Israel.

17. Adam Goldman – penghubung khusus White House untuk masyarakat Yahudi.

18. Joseph Gildenhorn – penghubung khusus kampanye Bush untuk komunitas

Yahudi. Dia juga ketua keuangan DC untuk kampanye Bush, sekaligus koordinator

kampanye, dan mantan duta besar AS untuk Swiss.

19. Christopher Gersten – mantan Direktur Eksekutif Republican Jewish Coalition,

dilaporkan sangat pro-Israel dan anak-anaknya dibesarkan secara Yahudi.

20. Mark Weinberger – Asisten Sekretaris Bendahara negara.

89

Page 90: neoconservatif vs Islamist post 9/11

21. Samuel Bodman - Deputi Sekretaris Departemen Perdagangan. Dia adalah ketua

CEO dari Cabot Corporation di Boston, Massachusetts.

22. Bonnie Cohen – Asisten Sekretaris State for Management.

23. Ruth Davis – Direktur Foreign Service Institute, yang melapor pada Kantor

dibawah Secretary for Management. Kantornya bertanggungjawab atas pelatihan semua

staf Departemen Luar Negeri (termasuk duta besar).

24. Lincoln Bloomfield - Asisten Menlu untuk urusan Politik Militer.194

Hubungan mutualisme neocons dan lobi Yahudi yang direkatkan dengan

hubungan uang dan keturunan (Yahudi) dapat dengan mudah terjalin dengan adanya

kepentingan dan musuh bersama. Ancaman Islam politik ketika berkuasa, utamanya di

Timur Tengah, tentu akan menjadi ancaman bagi eksistensi negara Israel dan akan

mengubah rezim-rezim pro AS menjadi Iran baru yang tidak akan memberikan akses

minyak bagi kepentingan AS.

4. Neocons dalam Media dan Opini Publik

Kendati sudah hampir mengontrol semua yang dibutuhkan untuk mempengaruhi

kebijakan luar negeri, neocons, masih perlu dukungan, atau setidaknya tidak ditentang,

publik AS. Faktanya, pasca 11/9, berbagai poling menunjukkan bahwa mayoritas warga

saat itu mendukung perang. Publik yang dulu menolak draf Wolfowitz's –dan visi

neoconsnya satu dekade sebelumnya- tahun ini hanya sedikit yang keberatan.195

Untuk meyakinkan warga AS akan ide-idenya, neocons menggunakan sekutu-

sekutu kunci lain. Yang pertama dan utama adalah media, yang membantu mereka

194 Zionist in the bush administration dalam http://www.care2.com/news/member/798880044/307663 diakses 29/5/2007.195 Lambro, D. 2003. Americans Support War in Irak 2-1, Poll Finds. The Washington Times, December 22. At http://washingtontimes.com/national/20031222-120239-5311r.htm, diakses 24/8/2006.

90

Page 91: neoconservatif vs Islamist post 9/11

'menghomogenkan' pandangan-pandangan yang mereka anggap benar. Contohnya

adalah Fox News Channel, bagian dari imperium media Rupert Murdoch dengan lebih

dari 130 koran, 25 majalah dan beberapa saluran televisi. Ciri khas program Fox yang

menjual emosi, dijalankan secara eksklusif oleh rating dan dikemas sebagai komoditi

untuk dijual pada penonton, telah menjadikannya saluran berita paling populer di AS.

Para reporternya kritis, seringkali secara terbuka menolak pandangan-pandangan

bintang tamnya, dan sangat berpegang pada rating. Mereka secara terbuka

mengeksploitasi mispersepsi dan bias: banyak penelitian telah menunjukkan bahwa

mayoritas warga AS berpegang pada satu kesan yang salah atas perang Irak, bahwa

persepsi,dari poling dan rating, yang menyatakan mayoritas warga AS mendukung

perang dimana sumbernya adalah media tertentu, diantaranya adalah Fox News. Fox

telah menjadi, meminjam istilah Halper dan Clarke, sebuah "electronic tabloid,

engaging people's emotions of fear, dread, anger and revenge".196

Lebih jauh, Fox mempunyai ikatan dengan pemerintah AS. John Ellis, kepala

bagian keputusan jaringan yang juga keponakan pertama George W. Bush, adalah

orang yang bertanggungjawab atas klaim pengumuman kemenangan Bush pada pemuli

tahun 2000; stasiun-stasiun lain kemudian mengikutinya meski perhitungan resmi masih

belum pasti. Woodward mencatat bagaimana CEO Fox, Roger Ailes-yang dijuluki

"Bush's media guru"-menasehatinya, yang melanggar protokol pemerintah resmi, bahwa

publik ingin melihat Bush bertindak lebih keras di Afghanistan.197

Fox bukanlah satu-satunya, Conservative talk radio, adalah contoh sempurna

media neocons yang diprovokatori oleh Rush Limbaugh, yang menjadi media efektif

196 Halper &Clarke, op cit, hal.10.197 Woodward 2002, op cit, 207.

91

Page 92: neoconservatif vs Islamist post 9/11

propaganda. Neocons juga telah menggunakan hubungannya dengan media dalam cara

lain; istri mantan Duta Besar Joseph Wilson terbongkar ke pers rahasianya sebagai agen

intelejen CIA yang dibocorkan oleh seorang pejabat senior White House setelah Wilson

mengetahui bahwa klaim yang menghubungkan Nigerian yellowcake dengan Al-Qaidah

dipalsukan. Ini adalah kriminal, yang dapat dihukum dengan 10 tahun penjara.

Sementara itu, kurangnya perdebatan antar elit dan di dalam Kongres cenderung

membatasi perdebatan di media. Hal ini terbukti pasca 11/9, ketika tendensi untuk

'berjalan bersama negara' mencegah media dan publik mempertanyakan pertanyaan-

pertanyaan kritis tentang 'War on Terror'. Hal ini ditambah dengan publik AS yang

cenderung permisif dan mendukung setiap tindakan pemerintah dalam kondisi krisis,

yang menghasilkan 92% rating untuk persetujuan kampanye anti terorisme Oktober

2001198 -yang serupa dengan mandat terbuka neocons. Serangan terhadap World Trade

Centre mendekatkan pada debat publik terbuka ke tahap tertentu, meski jika perdebatan

ini kemudian 'terbuka' sebagai kebijakan luar negeri menjadi lebih diperdebatkan.199

Serangan ini juga berfungsi mengurangi keengganan AS untuk mengorbankan

tentaranya, memaksanya untuk menghadapinya dalam cara yang belum pernah

dilakukan. Seperti dalam perang Vietnam, yang menunjukkan AS mau menerima

jumlah korban tertentu, tapi hanya jika mereka percaya ini untuk keadilan dan memang

dibutuhkan. Setelah 11/9, sebab inilah yang terus ditampilkan kepada warga AS,

ketakutan dan kemarahan yang diciptakan media memainkan peran penting untuk

menerima perang melawar terorisme ini. Untuk beberapa bulan pasca 11/9, warga AS

198 Kull, S. 2004. Voice of a Superpower. Foreign Policy, May/June. Dalam http://www.foreignpolicy.com/users/login.php?story_id=2539&URL=http://www.foreignpolicy.com/story/cms.php?story_id=2539&page=3, diakses 7/08/2006.199 Bennett, W.L. 1994. The Media and the Foreign Policy Process. In The New Politics of American Foreign Policy, edited by D.A. Deese. New York: St. Martin's Press, hal. 18.

92

Page 93: neoconservatif vs Islamist post 9/11

seolah-olah menjadi subyek ancaman teror senjata biologi, apa yang disebut media

sebagai 'dirty bombs' serta skuad bunuh diri baru Islam militan yang mengerikan.

Selain itu, terdapat lima media massa utama neocons yang memiliki pengaruh

besar dalam pembentukan opini publik karena komitmennya pada neoconservatisme.

a. Commentary

Commentary didirikan sejak tahun 1945 sebagai media utama kelompok

neoconservatif. Misinya sejalan pula dengan misi neocons untuk menyebarkan

demokrasi liberal berdasarkan pada nilai-nilai Amerika. Untuk itu, Commentary

berupaya membentuk opini publik dalam isu-isu politik, budaya, agama, kebijakan

sosial, dan hubungan luar negeri. Bertindak sebagai editor majalah ini adalah salah

seorang tokoh pelopor gerakan neoconservatif, Norman Podhoretz.200

Majalah ini merupakan suara terdepan komunitas Yahudi AS dan neocons dalam

menyebarluaskan pemikirannya selain isu Yahudi dan Israel. Hal ini wajar karena media

yang terbit tiap bulan ini dipublikasikan oleh institusi gerakan Yahudi, American Jewish

Committee. Commentary dikenal atas dukungan kuatnya pada Israel, oposisinya

terhadap Palestina, serta dukungan terhadap kebijakan luar negeri unilateral. Pasca 11/9,

melalui berbagai artikelnya, majalah ini mendesak pemerintah AS untuk mengubah

rezim di Irak dengan menyerang wilayah negara itu serta negara lain yang dianggap

memusuhi kepentingan Israel dan AS seperti Iran, Suriah, Lebanon, Jordania, Libya.201

b. The Weekly Standard

The Weekly Standard adalah majalah politik neoconservatif mingguan yang

terbit pertama kali pada tanggal 18 September 1995 yang diterbitkan oleh News

200 www.commentarymagazine.com/HTMLStubPage.asp, diakses tanggal 7/2/2007.201 www.wikipedia.org/wiki/Commentary_Magazine, diakses tanggal 12/2/2007.

93

Page 94: neoconservatif vs Islamist post 9/11

America Incorporated.202 Editor adalah William Kristol yang dibantu oleh Fred Barnes

sebagai editor eksekutif.203 Majalah ini berada dalam kepemilikan konglomerat media

Rupert Murdoch; pemimpin gerakan neocons pro-Israel yang berpengaruh. Majalah ini

sangat populer di kalangan pemerintahan Bush. Kantor Sekretariat Wakil Presiden

Cheney secara rutin mendapat kiriman majalah ini secara gratis.204

c. The National Interest

The National Interest adalah jurnal internasional yang dikenal luas publik

Amerika. Distribusinya tidak hanya terbatas di AS, tapi juga merambah ke Eropa dan

Asia. Didirikan pada tahun 1985 oleh Irving Kristol, The National Interest kini

dipublikasikan oleh Nixon Center. Jurnal ini tidak hanya dibatasi pada analisis foreign

policy secara sempit, tetapi berusaha menarik perhatian menuju gagasan yang lebih luas

pada jalan perbedaan sosial budaya, inovasi teknologi, sejarah, dan agama yang

memberikan dampak terhadap perilaku negara.205

Pada tahun 1989, The National Interest mempublikasikan artikel kontroversial

Fukuyama The End of History, yang menilai sejarah telah berakhir dengan kemenangan

kapitalisme terhadap komunisme. Artikelnya yang berbobot dan persebarannya yang

luas menjadikan jurnal ini sebagai media yang sangat berpengaruh dalam hal ulasan

terhadap kebijakan luar negeri AS. Tak jarang, media-media lain (New York Times,

London Spectator Inggris, Shin Dong-A Korea Selatan, dan Europaische Rundschau

Austria) mengutip analisis yang muncul dalam jurnal tersebut, tak terkecuali analisis

dari para neocons yang tergabung di dalamnya, Kristol, Ikle, dan Daniel Pipes.206

202 www.weeklystandard.com/AboutUs/default.asp, diakses tanggal 7/2/2007.203 www.weeklystandard.com/AboutUs/default.asp#Masthead, diakses tanggal 7/2/2007.204 www.wikipedia.org/wiki/The_Weekly_Standard, diakses tanggal 7/2/2007.205www.nationalinterest.org/ME2/dirsect.asp?sid=1CC7F100AE244FA7AA2F839DA4788984&nm= About+TNI, diakses tanggal 12/2/2007.206 www.wikipedia.org/wiki/The_National_Interest, diakses tanggal 12/2/2007.

94

Page 95: neoconservatif vs Islamist post 9/11

d. Public Interest

Public Interest adalah jurnal budaya dan politik neoconservatif yang didirikan

Irving Kristol pada tahun 1965. Jurnal ini berperan besar menumbuhkan gerakan

neoconservatif secara pesat hingga saat ini. Editornya adalah Irving Kristol dan Nathan

Glazer dengan kontributor Fukuyama, Charles Krauthammer, William Kristol, Charles

Murray, dan George F. Will.207

e. National Review

National Review, yang berkedudukan, terbit pertama kali pada tahun 1955 di

New York. Sejak awal, majalah yang didirikan William F. Buckley ini telah

menegaskan diri sebagai majalah politik konservatif.208 Ketika pemikiran neoconservatif

menanjak dalam pentas politik Amerika, National Review memberikan porsi besar

dalam mempublikasikan gerakan konservatif baru itu. Lima puluh tahun setelah

pendiriannya, National Review dipandang sebagai salah satu terbitan yang paling

berpengaruh secara politik. Argumen-argumen yang beredar di majalah ini sering

dikutip oleh para komentator politik dalam diskusi-diskusi di stasiun televisi maupun

radio. Kontributor majalah ini antara lain William F. Buckley Jr., Ledeen, Novak, David

Frum, dan Rich Lowry (editor).209

Dari paparan diatas dapat disimpulkan jaringan neocons diluar pemerintahan

juga sangat kuat sehingga dapat meminimalisir ide-ide yang menentang agenda-agenda

mereka. Keberhasilan mereka menguasai media global semacam Fox jelas

memperlancar apa yang mereka persiapkan untuk menjadi opini dunia dan menjadikan

207 www.wikipedia.org/wiki/The_Public_Interest, diakses tanggal 12/2/2007.208 www.sourcewatch.com/index.php?title=National_Review, diakses tanggal 12/2/2007.209 www.wikipedia.org/wiki/The_National_Review, diakses tanggal 12/2/2007.

95

Page 96: neoconservatif vs Islamist post 9/11

propaganda rasis terkait internasionalisme nilai-nilai Amerika yang baik bagi dunia

sebagai hal yang tidak perlu dikecam.

D. Peran dan Posisi Strategis Neocons dalam Kebijakan Anti Islam Politik

Dari paparan diatas jelas bahwa neocons berhasil mengambil peran dan

menguasai sepenuhnya empat sumber kekuasaan dalam pembuatan kebijakan luar

negeri; Departemen Luar Negeri, Dinas Intelejen, Departemen Pertahanan, dan National

Security Council. Di DepHan, neocons terdiri dari Rumsfeld, Wolfowitz, Feith, dan

Perle. Di Departemen Luar Negeri, Bolton, Armitage, dan Zoellick ditambah Reuel

Marc Gerecht dan James Woolsey yang pernah menduduki posisi penting di CIA.

Sementara di NSC, ada Abrams sebagai staf. Mereka semua bergabung bersama dengan

Cheney yang dibantu stafnya, Libby, untuk meloloskan kepentingan neocons lewat jalur

perumusan kebijakan pemerintah dan memperkuat posisi di hadapan Bush.

Posisi ini masih ditopang kekuatan di luar pemerintahan dengan diciptakan

interkoneksitas antara neocons di dalam dan luar pemerintahan. Mereka yang terlibat

dalam pengambilan keputusan disokong oleh produk-produk pemikiran yang dihasilkan

sejumlah think tank dan didukung oleh media massa berpengaruh seperti FoxNews serta

media nekons lain semacam The Weekly Standard, Commentary, The National Interest,

Public Interest, National Review, serta PNAC yang rajin mengirimkan surat-surat berisi

tuntutan kebijakan kepada Bush. Ditambah lembaga-lembaga donor yang tidak segan-

segan mengalirkan dana jutaan dolar untuk kepentingan neocons.

96

Page 97: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Dengan demikian, dalam bab ini dihasilkan temuan bahwa neocons merupakan

satu-satunya kelompok kepentingan yang memiliki peran dan pengaruh kuat terhadap

kebijakan luar negeri Bush yang dipicu kasus 11/9. Usulan-usulannya adalah usulan

kebijakan yang mempunyai rasionalitas tinggi dengan didukung opini media dan

kejelasan rujukan ideologis dari ide-idenya. Keluasan jaringan dan posisi serta

rasionalitas kebijakan itulah yang pada akhirnya berimbas pada munculnya kepercayaan

Presiden Bush terhadap mereka untuk menyusun kebijakan “war on terrorism” terhadap

Islam Politik yang di eksekusi dalam perang Afghanistan dan Irak.

BAB IV

PERAN DAN AKSI KELOMPOK NEOCONSERVATIF TERHADAP

PEMBUATAN KEBIJAKAN ANTI ISLAM POLITIK DALAM PERUMUSAN

PERANG AFGHANISTAN DAN IRAK

A. War on “Political Islam” Terrorism

1. Islam Politik dan Neocons Pasca Perang Dingin

Berbedanya fokus kebijakan luar negeri AS di era kepresidenan George H. W.

Bush dan Bill Clinton mencerminkan ‘kebingungan’ menanggapi kejatuhan Uni Sovyet

yang diikuti dengan berakhirnya Perang Dingin. Sementara itu, bagi neocons seperti

97

Page 98: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Kristol dan Kirkpatrick memandang bahwa era baru ini harus disikapi dengan kebijakan

luar negeri baru. Dalam pemikiran neocons, kebijakan luar negeri AS pasca Perang

Dingin harus didasarkan konsep kepentingan nasional, balance of power, dan

keuntungan militer serta ekonomi. Beberapa neocons muda seperti Muravchik, Charles

Krauthammer, dan Ben Wattenberg berargumen bahwa meski Perang Dingin telah

berakhir, AS harus tetap melanjutkan perang suci untuk pengembangan demokrasi

global yang disebut Wattenberg sebagai manifest destiny.210

Francis Fukuyama menceritakan, dalam suatu kesempatan pada awal 1990-an,

beberapa neocons yakni Irving Kristol, Bea, William Kristol, Kirkpatrick, Wolfowitz,

Podhoretz, Krauthammer, Cohen, Huntingron, Daniel Pipes, Marty Feldstein, Peter

Rodman, dan dia sendiri mendiskusikan strategi baru yang mesti diambil AS pasca

Perang Dingin. Saat itu Krauthammer melontarkan ide unipolaritas AS. Ide tentang

unipolar moment itu kemudian ditegaskannya dalam artikel di Foreign Affairs terbitan

musim dingin 1990-1991. Bagi Krauthammer, era pasca Perang Dingin adalah saat bagi

Amerika menunjukkan kekuatan hegemonik unipolarnya.211

Dari hasil forum tersebut, Samuel Huntington memperkenalkan Istilah 'perang

peradaban' dalam bukunya yang berpengaruh The Clash of Civilization and the

Remaking of World Order (1996) untuk memperkenalkan Islam Politik sebagai

ancaman serius bagi peradaban barat pasca perang dingin. Ide ini sudah diperkenalkan

Huntington sejak 1993 di jurnal Foreign Affairs. Dia melihat bahwa sumber utama

konflik dalam dunia baru bukanlah ideologi, politik atau ekonomi, tetapi budaya.

Budaya dalam manifestasi yang lebih luas adalah peradaban yakni suatu unsur yang

210 Ibid.211 Francis Fukuyama. Summer 2004. The Neoconservative Moment. dalam The National Interest, Volume 76, hal. 57.

98

Page 99: neoconservatif vs Islamist post 9/11

membentuk pola kohesi, disintegrasi dan konflik.212

Ia menilai bahwa perang antarklan, antarsuku, antaretnik, antaragama dan

antarbangsa merupakan suatu fenomena umum. Perang Dingin adalah penyimpangan

sejarah dan tidak substansial serta tak membahayakan. Perang Teluk I, menurut

Huntington, adalah perang peradaban pertama pasca Perang Dingin. Meskipun ia

mengidentifikasi sembilan peradaban kontemporer, namun hanya dua peradaban yang

menjadi favorit pembahasannya yakni Barat dan Islam. Tujuh peradaban dunia lain

adalah peradaban Cina, Jepang, Amerika Latin, Afrika, Hindu, Budha, dan Kristen

Ortodoks. Huntington bahkan tidak memasukkan Yahudi sebagai peradaban.213

Bagi Huntington, Islam sejak awal merupakan agama pedang dan

mengagungkan kejayaan militer. Islam berasal dari kalangan suku nomaden Badui Arab

yang suka perang dan kekerasan menjadi simbol fondasi Islam. Muhammad adalah

panglima perang yang gigih dan handal. Lebih jauh Huntington menganalisis bahwa

Alquran dan ajaran Islam mengajarkan untuk melawan orang-orang kafir dan hanya

mengandung sedikit larangan tentang penggunaan kekerasan, bahkan konsep

antikekerasan tidak ada dalam doktrin dan praktek seorang muslim.214

Secara akademis, Huntington sebenarnya gagal mengidentifikasi nilai-nilai,

institusi dan pola pikir sembilan peradaban yang ia klasifikasi. Pembagiannya

merupakan wujud simplifikasi yang tidak berdasar, dan juga tumpang tindih antara

agama dan teritorial. Baginya, tantangan para pengambil keputusan di Barat adalah

bagaimana membuat Barat semakin kuat dan menjaga peradaban lain agar tetap

terkontrol terutama Islam. Islami Politik, menurutnya, merupakan salah satu aspek

212 Samuel Huntington. 2003. Benturan Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia. Jogjakarta: Qalam. Hal. 23-25.213 Ibid. hal.55.214 Ibid.hal. 500-1.

99

Page 100: neoconservatif vs Islamist post 9/11

fundamentalisme Islam yang mencakup ide-ide, praktik, retorika, dan ”pengembalian”

kembali ajaran Islam pada sumber-sumber aslinya yaitu al-Qur’an dan hadits.

Berkuasanya Islam Politik, dalam pandanganya, adalah upaya sistematis untuk

menggantikan hukum dan peradaban barat dengan Islam. Kebangkitan kelompok ini

dapat dilihat dengan semakin semaraknya perilaku sosial agamis seperti pemakaian

jilbab dan penolakan minuman keras, kegiatan keagamaan, dominasi oposisi Islam

Politik terhadap pemerintah sekuler, dan solidaritas internasional masyarakat dan

negeri-negeri Islam. Dalam manifestasi politik, Huntington menyamakan Islam Politik

dengan Marxisme yang mengajukan pandangan tentang masyarakat yang sempurna,

berkomitmen pada perubahan fundamental, dan status quo.215

Pada tataran praktis, tesis Huntington ternyata yang paling mudah dicerna oleh

pengambil kebijakan politik luar negeri Amerika yang dikuasai kalangan

neoconservatif. Karena, menurutnya, kebangkitan Islam adalah produk dari

kemerosotan kekuatan dan citra barat. Jika hal ini dibiarkan terjadi, maka, cita-cita dan

institusi barat pun akan segera sirna dan digantikan peradaban baru Islam.216 Namun,

bagi neocons sejati seperti Huntington, kemerosotan ini bukanlah karena kesalahan nilai

barat yang diyakininya universal, melainkan karena ’ketidaksesuaian’ antara upaya-

upaya barat – khususnya AS – mempropagandakan universalitas kebudayaan barat

dengan kemampuan mengimplementasikannya.217

Kejatuhan Uni Sovyet justru memperkuat anggapan masyarakat barat akan

validitas yang bersifat universal dalam demokrasi liberal sehingga dapat diterima secara

global. Disisi lain, universalisme ini dipandang masyarakat dunia lain, khususnya umat

Islam, sebagai imperialisme. Fase baru pertarungan Barat melawan Islam menemukan

215 Ibid. hal. 186-7.216 Ibid. hal.98.217 Ibid. hal.336.

100

Page 101: neoconservatif vs Islamist post 9/11

momentumnya pada peristiwa 11/9. Barat tidak lagi malu-malu menyebut Islam Politik

sebagai musuhnya dengan alasan yang dapat diterima secara global; fundamentalisme

dan terorisme.

Sementara itu, kendati menganggap kapitalisme adalah akhir dari sejarah

peradaban, Francis Fukuyama pun memandang Islam Politik sejalan dengan

Huntington. Menurutnya, Islam lebih rentan diserang oleh demokrasi liberal dan

revivalis fundamentalis tak lebih dari kekuatan yang melawan ancaman nilai-nilai

liberal terhadap masyarakat Islam tradisional karena selema satu setengah abad terakhir

demokrasi liberal telah berhasil menarik pengikut yang banyak dan kuat di dunia Islam.

Untuk sebagian besar dunia, menurutnya, tidak ada lagi ideologi yang universal yang

dapat menantang demokrasi liberal, tak ada prinsip legitimasi universal selain

kedaulatan rakyat 218

Adalah benar bahwa konstitusi Islam merupakan sebuah ideologi yang

sistematik dan koheren, seperti halnya liberalisme dan komunisme, dengan kodenya

sendiri mengenai moralitas dan doktrin keadilan politik dan sosial. Seruan Islam secara

potensial adalah universal menjangkau semua manusia sebagai manusia. Dan Islam

telah berhasil mengalahkan demokrasi liberal di sebagian besar dunia Islam, dengan

menempatkan ancaman mengerikan terhadap praktik-praktik liberal bahkan di negara

yang ia tidak memiliki kekuasaan politik. Fukuyama pun berkesimpulan bahwa Islam

Politik adalah ancaman bagi barat.219

Dalam tulisan terbarunya, Huntington menggambarkan sejarah kemunculan AS

sebagai negara hegemon tidak pernah lepas dari adanya musuh ideologis. Musuh yang

dapat menyatukan kekuatan bangsa Amerika dan sekutu-sekutunya dalam satu fron

218 Francis Fukuyama. 2004. The End of History and The Last Man. Qalam. Jogjakarta.hal. 77-8219 Ibid.

101

Page 102: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kebenaran. Musuh ideologis pertama AS adalah Jepang dalam perang dunia II.

Kemudian komunis kolektif Uni Sovyet sebagai rival ideologis di Perang dingin. Pasca

perang dingin, lawan ideologis utama yang banyak diperkirakan oleh ilmuwan dan

politisi AS adalah China, namun, ternyata China tidak mempromosikan ideologi non

demokratis ke masyarakat lain dan dianggap bukan musuh berbahaya.

Setelah itu, Russia dianggap akan kembali menjadi rival AS dengan bangkitnya

nasionalis Rusia otoriter dilengkapi sumber daya alam, manusia, dan senjata nuklir

untuk menantang AS dan mengancam keamanan AS. Namun, diakhir dekade ini,

ekonomi Rusia mengalami stagnasi, demografi yang menurun, kelemahan militer

konvensional, korupsi, dan otoritas politik yang lemah membuatnya lebih layak

dikasihani. Kesulitan juga terjadi saat AS mencoba mengarahkan status musuh utama

pada kelompok negara yang digelari AS dengan ”rogue states” juga ”axes of evil” yakni

Irak (sebelum di invasi), Iran, Korea utara, Kuba, Libya, dan Syria, kemudian kelompok

teroris, mafia narkoba, maupun cyberterrorism yang bersifat lokal. 220

Kemudian pandangan diarahkan pada Islam Politik yang dilambangkan oleh Iran,

Sudan, Libya, Afghanistan (dibawah Thaliban), dan dalam beberapa level beberapa

negara muslim lain, serta kelompok yang diklaim teroris seperti Hamas, Hizbullah,

Islamic jihad, dan Al-Qaidah. Lima dari tujuh negara kategori teroris AS adalah negara

muslim. Huntington juga berargumen bahwa ’cultural gap’ antara Islam dan Kristen

serta Anglo-Protestanism memperkuat kualifikasi Islam sebagai musuh utama

disamping Islam sebagai tantangan potensial prinsip-prinsip demokrasi liberal yang

ditekankan Huntington sebagai the core of American creed. Serangan 11/9 diikuti invasi

220 Samuel P. Huntington. 2004. Who Are We? The Challenges To America’s National Identity. New York, London, Toronto, Sydney; Simon & Schuster Paperbacks. Hal. 261-263.

102

Page 103: neoconservatif vs Islamist post 9/11

ke Afghanistan dan Irak yang dilabeli ”war on terrorism” menempatkan Islam Politik

sebagai musuh utama AS abad ke-21.221

Masih menurutnya, abad ke-21 adalah abad agama. Model sekuler barat tengah

ditantang dan berikutnya digantikan. Negara sekuler Iran dijatuhkan Revolusi Islam

Iran, visi Turki sekuler Attaturk juga ditantang meningkatnya kehadiran gerakan politik

Islam yang sempat memenangkan pemilu tahun 2002, konsep demokrasi parlementer,

sekuler, dan sosialis Nehru di India dibayangi gerakan keagamaan dan politik, serta

afiliasinya, BJP, Israel versi Ben-Gurion yaitu demokrasi sosialis Yahudi sekuler

dihadang oleh kelompok-kelompok Yahudi ortodoks. Di dunia Arab, nasionalisme Arab

Nasheer telah digantikan oleh Islam Politik dengan hampir selalu meraih suara

signifikan dan terus menguat dalam pemilu diawal abad baru ini. 222

Dia juga menggeneralisasi dengan menyebutkan Islam, dalam beberapa dekade

terakhir, memerangi Protestan, Katolik, Kristen Ortodoks, Hindu, Yahudi, Han China,

dan Budha tanpa menyebutkan alasan perang itu. Pasca 11/9, menurutnya, War on

Terrorism adalah War on Islam bagi kaum muslim diiringi kebencian atas AS karena

dukungan AS pada Israel, dominasi dan eksploitasi AS serta budaya sekuler yang

bertentangan dengan Islam. Huntington menyebut diantara Islam militan adalah Iran,

Sudan, Thaliban, dan kelompok-kelompok Islam yang anti AS, demokrasi liberal, dan

ekonomi kapitalis dan ingin merubahnya dengan menyerang orang, struktur, dan

institusinya.223 Maka, dengan berbagai kualifikasi tersebut resmilah Islam Politik

menjadi musuh utama AS versi neoconservatif.

Pengaruh ide ini pada Bush juga dapat dilacak dari berbagai pidatonya. Secara

terbuka saat memberikan sambutannya tentang terorisme di National Endowment for

221 Ibid. hal. 263-264.222 Ibid. hal. 356-357.223 Ibid. hal. 357-362.

103

Page 104: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Democracy, Ronald Reagen Building and International Trade Center pada 6 Oktober

2005, presiden AS George W. Bush menyebutkan apa yang ditakutinya dari Islam

Politik yakni negara Islam Global / Khilafah jika negeri-negeri Islam berhasil disatukan:

"The militants believe that controlling one country will rally the Muslim masses,

enabling them to overthrow all moderate governments in the region, and establish a

radical Islamic empire that spans from Spain to Indonesia,"224 Dari ucapannya ini jelas

sekali Bush sedang menuding langsung kepada kaum muslim yang ingin berjuang

mengembalikan Negara Islam secara khusus.

Kelompok ini dituduh ekstrimis dan ingin menghilangkan pengaruh dominasi

AS dan Barat di Timur Tengah. Perlawanan terhadap AS muncul karena AS ingin

menegakkan demokrasi dan keamanan, dan membantu mencapai "cita-cita umat Islam"

diseluruh dunia ke arah 'kebebasan'. Mereka dituduh ingin mengeksploitasi kekosongan

kekuasaan yang muncul jika AS mundur dari Irak dan akan dijadikan pangkalan untuk

menyerang dan memerangi negara 'moderat' di negeri-negeri muslim. Ia menambahkan,

selama beberapa tahun ini, kelompok Islam ini menjadikan Mesir, Arab Saudi, Pakistan

dan Yordania sebagai tempat potensial untuk mengambil alih kekuasaan.225

Sebenarnya, Ideologi Islamlah yang dikhawatirkan oleh AS yang jika diterapkan

oleh kaum muslim pasti akan menjadi lawan serius ideologi Kapitalisme. Ideologi Islam

akan menyatukan umat Islam dibawah naungan Khilafah Islam, sebuah negara yang

berideologi Islam dan bersifat global. Umat Islam di bawah Khilafah juga akan

menerapkan syariat Islam untuk mengatur kehidupan mereka sehari-hari. Dengan

penerapan ideologi Islam berikut sistemnya, AS dan Kapitalisme akan mudah

ditinggalkan dan dilupakan karena kebijakan standar ganda AS di dunia Islam selama

224 Time Magazine 6 Octoboer 2005 dalam www.time.com diakses 8/4/2006.225 Ibid

104

Page 105: neoconservatif vs Islamist post 9/11

ini. Yang paling penting dengan adanya negara ini tentu akan mengganggu kepentingan

politik dan ekonomi AS di Timur Tengah.

2. Biografi Politik Tokoh-Tokoh Kunci Neocons

Untuk mengetahui gambaran peran, posisi, dan reputasi para tokoh utama

neocons dalam proses kebijakan luar negeri AS perlu diketahui biografi mereka.

1. Dick Cheney

Richard Bruce Cheney adalah Wakil Presiden AS selama pemerintahan Bush Jr.

Sebelumnya, dia menjabat Menteri Pertahanan pada masa pemerintahan George H.W.

Bush (1989-1993) dan Kepala Staf Gedung Putih (1975-1977) menggantikan Donald

Rumsfeld di bawah pemerintahan Gerald Ford. Di samping itu, ia bergabung dalam

Council on Foreign Relations, American Enterprise Institute (AEI), Jewish Institute for

National Security Affairs (JINSA), yang semuanya berkoneksi dengan PNAC, lembaga

think tank neoconservatif yang didirikan Cheney dan neocons lainnya.226

Cheney dipandang sebagai wakil presiden paling berpengaruh dalam sejarah AS.

Dialah yang memasukkan tokoh-tokoh neocons seperti Rumsfeld, Wolfowitz, Bolton,

dan Abrams ke lingkaran dalam pengambilan keputusan kebijakan luar negeri AS. Dia

juga dilaporkan berkali-kali mengunjungi kantor CIA untuk mendesak lembaga intelijen

itu agar segera membuktikan kepemilikan senjata pemusnah masal di Irak serta

keterlibatan Al-Qaidah dalam serangan 11 September 2001.227

Lelaki kelahiran 1941 ini adalah sosok yang berani mengambil risiko dan sangat

agresif. Hal itu tercermin dalam pandangannya mengenai keamanan nasional dan

kebijakan luar negeri. Jalan pikiran Cheney selalu mengarah pada kesimpulan bahwa

226 www.sourcewatch.org/index.php?title=Dick_Cheney, diakses tanggal 7/3/2007.227 Ibid.

105

Page 106: neoconservatif vs Islamist post 9/11

lebih baik bagi AS untuk bertindak meskipun itu berarti berisiko bertindak sendirian,

daripada diam saja. Pikiran semacam ini dilandasi oleh pertimbangan rasionalitas bahwa

AS akan terancam jika tidak mengambil tindakan apapun.228

Mantan Chief Executive Officer (CEO) Halliburton ini memiliki hubungan

khusus dengan Bush. Keduanya adalah pengusaha minyak yang sama-sama pernah

kuliah di Yale University. Cheney sangat mengagumi Winston Churcill, Perdana

Menteri Inggris pada masa Perang Dunia II. Ia terpengaruh oleh pendapat Churchill

tentang bagaimana seorang pemimpin mesti bersikap, yakni mengakui ada bahaya dan

berani menghadapinya dan bukannya berharap bahaya itu hilang dengan sendirinya.229

2. Donald Rumsfeld

Donald Henry Rumsfeld lahir pada tahun 1932, Menteri Pertahanan ini adalah

salah satu penandatangan deklarasi berdirinya PNAC. Rumsfeld memiliki ikatan kuat

dengan komunitas intelijen serta menjadi anggota AEI dan Bilderberg Group. Dia juga

penyandang dana Center for Security Policy (CSP).230

Perjalanan politiknya dimulai ketika dia terpilih menjadi anggota Kongres

mewakili Illinois pada usia 30 tahun. Selanjutnya, ia terus menjabat hingga pada 1969

ketika Richard Nixon memilihnya menjadi Duta Besar AS untuk NATO (1969-1974).

Ketika Nixon mundur, lulusan Princeton University ini ditunjuk menjadi ketua tim

transisi kepresidenan oleh Gerald Ford. Lalu, pada masa pemerintahan Ford, dia

menjabat Kepala Staf Gedung Putih dan kemudian ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan

menggantikan James Schlesinger.231

3. Paul Wolfowitz

228 Trias Kuncahyono. 2005. Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hal. 21-23.229 Kuncahyono, Loc.Cit.230 www.sourcewatch.org/index.php?title=Donald_Rumsfeld, diakses tanggal 7/3/2007.231 Ibid.

106

Page 107: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Paul Dundee Wolwofitz yang lahir pada 1943 ini dikenal sebagai sosok pemikir

strategis ulung. Deputi Menteri Pertahanan ini adalah arsitek utama perang Irak tahun

2003. Pada masa pemerintahan Bush sr. (1989-1993), Wolfowitz menjabat sebagai Staf

Ahli Menteri Pertahanan yang bertanggung jawab untuk membentuk kembali strategi

dan kebijakan militer AS pasca Perang Dingin. Melalui pemikirannya dalam Defense

Planning Guidance (1992), dia menjadi tokoh kunci War on terrorism pasca 11/9.232

Karier politiknya dimulai tahun 1973-1977 dengan memegang beberapa posisi

di Arms Control and Disagreement Agency. Lalu, menjabat Wakil Pembantu Menteri

Pertahanan untuk Program Regional (1977-1982), Direktur Penyusunan Kebijaksanaan

Departemen Luar Negeri (1981-1982), dan Asisten Menteri Luar Negeri Urusan Asia

Timur dan Pasifik (1982-1986). Selanjutnya, Wolfowitz diangkat menjadi Duta Besar

AS untuk Indonesia (1986-1989).233

Wolfowitz dikenal sangat anti-Saddam dan pro-Israel. Ia memandang Irak dan

beberapa negara lain sebagai negara-negara agresor potensial. Sebagai pelopor

berdirinya PNAC, pandangan ahli keamanan internasional ini tentang premptive strike

mulai digagas pada tahun 1990 saat menjadi asisten Cheney (Menhan). Sebagai

Direktur Dewan Perencana Pertahanan Pentagon, dia bertugas merumuskan strategi

pertahanan AS. Hasilnya adalah Defense Planning Guidance yang merekomendasikan

prioritas militer AS pasca Perang Dingin menuju dominasi AS di dunia. Gagasan

Wolfowitz ini kemudian disebut Doktrin Wolfowitz yang lalu menjadi Doktrin Bush.234

4. Richard Perle

Dijuluki Prince of Darkness karena pendirian garis kerasnya terhadap isu

keamanan nasional. Perle juga memiliki identitas neocons amat kental. Karirnya dalam

232 Neocons Key Figures, dalam www.csmonitor.com/specials/neocon/index.html, diakses 7/3/2007.233 Kuncahyono, Op.Cit., hal. 25-28.234 Ibid.

107

Page 108: neoconservatif vs Islamist post 9/11

pemerintahan dimulai tahun 1981 sebagai Asisten Menteri Pertahanan untuk Kebijakan

Keamanan Internasional hingga 1987. Asisten Menteri Pertahanan ini adalah salah satu

pendiri dua lembaga think tank: CSP dan JINSA. Dia juga anggota AEI dan Penasihat

Foundation for the Defense of Democracies (FDD) serta Direktur Jerusalem Post.235

5. Douglas Feith

Dimasa pertama jabatan Bush, Feith menjabat sebagai Asisten Menteri

Pertahanan untuk Masalah Kebijakan, serta Direktur CSP. Ketika Reagan berkuasa,

Feith juga bergabung dalam Departemen Pertahanan sebagai Asisten Deputi untuk

Urusan Kebijakan Negosiasi. Sebelumnya, dia bekerja pada National Security Council

(NSC) spesialis permasalahan Timur Tengah. Pada tahun 1992, dia menjadi Wakil

Presiden Dewan Penasihat JINSA. Feith sangat dikenal atas dukungan kuatnya pada

Partai Likud Israel. Atas dukungannya itu serta pengabdiannya dalam melayani

kepentingan Israel dan Yahudi, pada tahun 1997 Feith mendapat penghargaan dari

Organisasi Zionis Amerika yang berafiliasi dengan Partai Likud.236

6. Lewis Libby

Lewis Libby adalah Kepala Staf dan Penasihat Keamanan Nasional Wakil

Presiden. Bersama Wolfowitz, Kristol, dan Kagan; Libby adalah perumus dokumen

strategi PNAC berjudul Rebuilding America’s Defenses: Strategy, Forces, and

Resource for a New Century yang terbit tahun 2000. Libby juga merupakan anggota

Dewan Penasihat Pusat Studi Rusia dan Eurasia RAND Corporation, sebuah lembaga

think tank konservatif yang pemikirannya sering menjadi rujukan pemerintah AS.237

Bersama Cheney, Karl Rove dan Lewis "Scooter" Libby, dituntut karena

mengungkap identitas rahasia agen CIA Valerie Plame pada para wartawan dalam

235 “Necons Key Figures,” Loc.Cit.236 Ibid.237 Ibid.

108

Page 109: neoconservatif vs Islamist post 9/11

skandal kebocoran CIA / CIA leak scandal. Libby mengundurkan diri pada 28 Oktober

2006, beberapa jam setelah dakwaan oleh grand jury atas banyak sumpah palsu,

pernyataa bohong, dan gangguan selama kasus berlangsung.238

7. John Bolton

Sejak Reagan dan George H.W. Bush berkuasa, dia selalu berkutat pada

perumusan strategi pengontrolan senjata. Dimasa W. Bush, dia menjabat sebagai

Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Kontrol Persenjataan. Sebelum masuk

pemerintahan Bush, Bolton adalah Wakil Presiden AEI. Di kalangan intelijen, Bolton

sangat terkenal dengan berbagai temuannya atas kepemilikan senjata pemusnah masal di

Irak, Libya, Suriah, dan Kuba.239 Pada 7 Maret 2006, Bush menominasikan John Bolton

sebagai Dubes AS untuk PBB.240

8. Elliot Abrams

Karir politik Elliot Abrams bermula saat bergabung dalam tim penasihat Senator

Henry Jackson diawal 1970-an. Sesudah itu, dia bergabung dalam Departemen Luar

Negeri dimasa Reagan. Selama kepemimpinan Bush pada 2001-2005, Abrams menjabat

Asisten Khusus Presiden untuk Urusan Hubungan Afrika Utara dan Timur Jauh serta

juga staf NSC. Pada 1990-1996, Abrams termasuk pimpinan Hudson Institute sebelum

akhirnya mendirikan Ethics and Public Policy Center dan turut membidani terbentuknya

PNAC. Menantu Podhoretz ini juga menjabat sebagai Kepala US Commission on

International Religious Freedom.241

9. William Kristol

238 Presidency of George W. Bush dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Presidency_of_George_W._Bush diakses 1/7/2007.239 Ibid.240 Presidency of george W. Bush dalam Loc.Cit241 Ibid.

109

Page 110: neoconservatif vs Islamist post 9/11

William Kristol adalah anak kandung Irving Kristol. Selama masa pertama

kekuasaan Bush, Kristol menjadi tokoh paling penting di PNAC, sebab dialah

pemimpin yang merumuskan strategi lembaga ini dalam mencapai cita-cita

neoconservatif. Di samping itu, ia juga menjabat sebagai editor majalah neoconservatif

berpengaruh, The Weekly Standard, serta penasihat FDD, sebuah organisasi think tank

kontra-teroris. Kristol bergabung pula dalam Manhattan Institute, John M. Ashbrook

Center for Public Affairs, dan Shalem Foundation.242

10. Norman Podhoretz

Podhoretz termasuk salah satu pendiri gerakan neoconservatif AS. Dia banyak

mengkaji persoalan sosial, budaya, dan internasional dalam berbagai artikel yang

dipublikasikannya serta diskusi di ruang publik. Seperti halnya para aktivis gerakan

neocons pada masa awal; sebelum pindah haluan ke konservatif baru pada tahun 1970-

an, Podhoretz juga memiliki pandangan politik liberal. Dia menjadi bagian dari

Coalition for a Democratic Majority yang dibentuk Senator Jackson pada tahun 1973.

Bersama istrinya, Midge Decter, Podhoretz mendirikan Committee for the Free World

pada awal tahun 1980-an. Dengan Decter dan menantunya (Abrams), dia juga

menandatangani dokumen berdirinya PNAC.243

Pada masa pemerintahan Bush, Podhoretz bekerja sebagai editor majalah

Commentary. Di majalah neoconservatif yang diterbitkan American Jewish Committe

itu, Podhoretz sering mengungkapkan gagasan-gagasannya yang berpijak pada

pemikiran neoconservatif. Podhoretz telah menulis sembilan buku; satu diantaranya,

Breaking Ranks (1979), berisi argumennya bahwa eksistensi Israel adalah titik krusial

bagi strategi militer AS.244

242 Lihat www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A132-2004Dec14html, diakses 7/3/2007.243 Ibid.244 Ibid.

110

Page 111: neoconservatif vs Islamist post 9/11

11. Robert Kagan

Dalam berbagai artikelnya, Robert Kagan banyak menulis tentang strategi dan

diplomasi AS di pentas internasional. Salah seorang pimpinan PNAC ini bekerja

sebagai penulis pidato Menteri Luar Negeri George P. Shultz pada 1984-1985. Setelah

itu, dia ditarik Abrams untuk menjadi Deputi Kebijakan di Bureau of Inter-American

Affairs pada Departemen Luar Negeri. Kagan adalah anggota senior the Carnegie

Endowment for International Peace (CEIP). Dia juga kolumnis hubungan internasional

di The Washington Post serta kontributor The New Republic dan The Weekly Standard.

Buku hasil karangannya yang menjadi best seller adalah Of Paradise and Power:

America and Europe in the New World Order yang memaparkan keharusan bagi AS

untuk berperan sebagai pemimpin dunia melebihi Eropa di tata dunia baru. Istri Kagan,

Victoria Nuland, adalah Deputi Penasihat Keamanan Nasional Cheney.245

12. Michael Ledeen

Michael Ledeen dipandang oleh banyak pengamat sebagai salah satu tokoh

neocons paling radikal. Radikalismenya nampak dari desakannya terhadap Bush untuk

mengubah rezim di Iran, padahal tokoh neocons lain tidak memiliki pemikiran semacam

itu. Buku hasil pemikiran radikalnya adalah The War Against the Terror Masters, yang

menuntut perubahan rezim di Irak, Iran, Suriah, dan Saudi Arabia. Untuk memuluskan

tuntutannya, pada tahun 2001 Ledeen mendirikan Coalition for Democracy in Iran.246

Ledeen menanamkan pengaruh terhadap Bush melalui tangan Karl Rove,

penasihat utama presiden. Dia adalah pemasok utama pandangan-pandangan Rove yang

dipaparkan pada Bush. Di samping itu, dia juga memiliki kedekatan dengan Perle

karena tergabung dalam komisi yang sama di AEI. Kedekatan itu menjadikan dia

245 Ibid.246 Ibid.

111

Page 112: neoconservatif vs Islamist post 9/11

memiliki kemudahan untuk menanamkan pengaruh ke dalam pemerintahan Bush. Di

sisi lain, dia juga anggota Dewan Penasihat JINSA.247

Dari profile para tokoh neocons tersebut dapat diketahui betapa besar peran,

pengaruh, dan kedekatan mereka pada Bush dalam perumusan kebijakan.

3. Keterlibatan Neocons dalam 11/9

Ini adalah kisah resmi pemerintah AS, sebagaimana dilaporkan korporasi media

AS. Pagi hari 11 September 2001, dalam satu jam empat pesawat jet penumpang Boeing

telah dibajak oleh sembilan teroris Arab dengan bersenjata kotak cutter. Pilot teroris itu

mengambil alih kontrol pesawat dan mengubah targetnya menuju New York dan

Washington. Dua pesawat sengaja ditabrakkan ke WTC yang menyebabkan menara

kembar itu meleleh rangka bajanya mengakibatkan hancurnya gedung kebanggaan AS

itu. Pesawat ketiga dengan sengaja ditabrakkan ke Pentagon. Para pesawat tersebut

berusaha melawan para pembajak dan menjadi penyebab jatuhnya pesawat tersebut di

Pennsylvania. Itu adalah penyerangan terhadap pesawat AS pertama yang disutradarai

oleh Osamah bin Laden, pemimpin Al-Qaidah, yang dikenal samar-samar sebagai

sebuah organisasi teroris internasional yang dibentuk orang-orang Arab.248

Adanya konspirasi keterlibatan pemerintah AS dalam serangan 11/9 banyak

diperbincangkan baik dari dalam maupun luar negeri AS. Jerry D. Gray, seorang

mantan mekanik pesawat dan pengajar New Saudi Mechanics, mengemukakan bukti-

bukti konspirasi terkait pesawat-pesawat penerbangan yang digunakan. Pertama, pada

25 Oktoer 1999, jet-jet tempur Angkatan Udara AS segera bertaburan diudara untuk

menyergap sebuah pesawat pribadi yang keluar jalur penerbangannya dan kehilangan

247 Ibid.248 Hamm. Ibid. hal.116.

112

Page 113: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kontak dengan menara pengawas di jalur bebas udara. Akhirnya, diketahui pesawat itu

menggunakan autopilot dan jatuh sendiri ketika kehabisan bahan bakar di ladang jagung

kawasan Dakota. Namun, tak ada perlakuan atau perhatian yang sama saat empat

pesawat dibajak pada peristiwa serangan11/9.249

Keempat pesawat tersebut melakukan manuver dan menyimpang dari jalur

penerbangan resmi. Semuanya terbang diatas wilayah udara yang paling dilarang di

wilayah udara AS dan tidak ada reaksi apapun dari Angkatan Udara (AU) AS hingga

akhirnya terlambat. Padahal, prosedur standar sistem keamanan AS sudah baku. Begitu

ada pesawat keluar jalur yang ditentukan, maka secara otomatis dan spontan, AU akan

segera meluncurkan jet-jet tempurnya untuk melakukan penyergapan. Lalu, dimanakan

jet-jet ini ketika empat pesawat ini terbang di wilayah udara paling terlarang AS dan

apakah wilayah udara diatas ladang jagung lebih penting dari New York dan Pentagon

sehingga didiamkan oleh para pembuat kebijakan?.

Padahal dalam berita resmi jelas sekali disebutkan bahwa pada 11 September

2001, antara pukul 08.10 pagi, pesawat terbang, yang akhirnya menghantam gedung

WTC dan Pentagon, telah dibajak. Sebelum pukul 08.15, pengawas lalu lintas udara

telah mengetahui bahwa pesawat ini dalam masalah besar. Sesuai prosedur baku, AU

seharusnya spontan meluncurkan jet-jet tempurnya untuk menyelidiki hingga

membomnya untuk menghindari bahaya yang lebih besar dari pesawat yang keluar jalur

penerbangan tanpa alasan yang dikonfirmasikan. Pesawat American Airlines dengan

nomor penerbangan 11 mengudara pukul 07.59 menabrak Menara Utara WTC pada

08.45. Setidaknya, pengawas lalu lintas udara mengetahui pesawat itu dalam masalah

setidaknya 35 menit sebelum menabrak WTC.

249 Jerry D. Gray. 2004. (9-11) The Hard Evidence Exposed!!! The Real Truth. Jakarta: Sinergi Publishing. Hal. 7

113

Page 114: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Sedangkan, pesawat United Airlines dengan nomor penerbangan 175 yang

mengudara pukul 08.10 menghantam menara selatan WTC pada 09.03. pukul 09.06

pagi, harian New York Daily News memberitakan bahwa kepolisian New York telah

mengirim sebuah pesan yang menyatakan, “ini sebuah serangan teroris, beritahukan

Pentagon.” Tetap, tak satupun jet-jet tempur AU AS yang mengudara untuk

menyergapnya. Pada pukul 09.35, pesawat American Airlines bernomor penerbangan

77 terus dimonitor radar sejak keberangkatannya dari Chicago, mulai berputar diatas

Pentagon (wilayah paling terlarang dan teraman di AS, namun, tetap, tidak satupun jet

tempur AU yang muncul). Pada 09.40, satu jam setelah FAA (Federal Aviation

Administration) mengetahui pesawat pertama telah dibajak, keajaiban pun terjadi, AU

akhirnya meluncurkan jet-jet tempurnya. Padahal, skuadron AU Andrew hanya berjarak

12 mil dari Gedung Putih.250

Hari minggu 16 September 2001, wakil Presiden Dick Cheney memberikan

wawancara dalam siaran NBC “Meet The Press”. Dia memberikan kesan bahwa

perintah tingal landas pesawat militer untuk menghadang American Airlines nomor

penerbangan 77, sebelum jatuh di Pentagon, membutuhkan perintah langsung dari

presiden.251 Hanya 72 jam setelah kejadian, FBI telah mengeluarkan 19 nama yang

dituduh sebagai pembajak. Pada 21 September 2001, nama-nama itu sudah

dipublikasikan secara umum. Sembilan belas orang tersebut berasal dari Arab Saudi

bukan Afghanistan dan Irak yang kemudian diserang. Hebatnya lagi, sepuluh tersangka

pembajak dan ikut meledakkan dirinya tersebut ternyata masih hidup!!! Lima

diantaranya dikonfirmasikan oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Prince Saud al-

Faisal, tidak terlibat; Saeed al-Ghamdi, Mohand Al-Shehri, Abdul Aziz al-Omari, dan

250 Ibid. hal. 8-10251 Mathis Brocker. 2006. Konspirasi 11.9. Jakarta: PT. Ina Publikatama. Hal.218.

114

Page 115: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Salem al-Hazmi. Bahkan dalam daftar penumpang keempat pesawat tersebut tidak ada

nama-nama Arab atau Timur Tengah.252

Jerry juga menampilkan bukti yang tidak masuk akal lainnya, sebelum serangan

11/9, tidak pernah ada dalam sejarah gedung yang terbuat dari struktur baja runtuh, baik

sebagaian atau keseluruhan, hanya karena kebakaran tujuh detik karena tabrakan

pesawat. Dari jarak 34 kilometer utara WTC, di universitas Columbia, tercatat getaran

berskala 0.6 skala richter gempa saat runtuhnya gedung tersebut. Gedung dengan rangka

baja kuat semacam ini dibangun dengan sangat kuat dan dirancang menahan gempa,

angin, dan kerusakan karena waktu. Tabrakan pesawat tidak akan bisa menghancurkan

gedung ini, bahkan, tembakan bom pada gedung Empire State pada Perang Dunia II

tidak merusaknya. Struktur tower WTC ini tidak akan hancur karena api tabrakan

pesawat kecuali dengan menyebarkan bahan peledak dan diledakkan bersama-sama

pada titik-titik kunci rangka besinya.253

Hal-hal tak biasa juga terjadi sebelum ledakan tersebut; ribuan saham United

Airlines dan American Airlines tiba-tiba dan dalam waktu singkat laku terjual sebelum

peristiwa 11/9. Kemudian, berbagai transaksi keuangan secara elektronik dengan total

lebih dari 100 juta dolar melalui WTC terjadi secara cepat sebelum gedung itu hancur.

Lalu, perusahaan minyak AS, Unocal, sebelum 2001 mengajukan permintaan

membangun jalur pipa minyak melintasi Afghanistan yang permintaan itu telah

dipertimbangkan Carlyle Corporation sebelum 2001.254 Yang lebih mengherankan,

kotak hitam keempat pesawat itu jatuh dan tidak ditemukan serta pembicaraan

handphone penumpang pesawat yang dibajak tidak muncul di rekening telepon mereka.

Terakhir, cerita tragis John O’Neal, pemburu teroris paling top di AS yang

252 www.cnn.com/SPECIALS/2001/tradecenter/victems/ua93.victims.html dalam Ibid.hal.40-51.253 Ibid. hal.60-2.254 Ibid.hal.91

115

Page 116: neoconservatif vs Islamist post 9/11

mengundurkan diri dari pekerjaannya karena frustasi dihalang-halangi dalam pelacakan

Bin Laden yang juga menjadi korban dalam WTC.255

Dilain pihak, usaha-usaha mengungkap fakta berlawanan dengan versi

pemerintah pun dibungkam. Ketua fraksi mayoritas Senat, Tom Daschle dan anggota

Partai Demokrat lainnya menginginkan klarifikasi lewat suatu komisi penyelidikan

berbagai kejadian serangan 11/9. Presiden Bush dan Cheney mendesak untuk

menghentikannya karena akan mengurangi sumber daya untuk perang melawan

terorisme. Dengan ini, secara resmi pemerintah AS telah menutup-nutupi dan

mengaburkan latar belakang 11/9. Untuk melengkapi strategi pengaburan ini dibentuk

Information Awareness Officer (Kantor Informasi Kesiagaan) yakni kantor dis-

informasi dan propaganda. Tugasnya adalah memeriksa email dan pembicaraan telepon

di seluruh AS apakah mengandung teror atau tidak.256 Brock dan Gray sama-sama

menyimpulkan hal ini tidak mungkin dilakukan selain oleh para pemegang kekuasaan

dan kebijakan; kelompok neoconservatif.

B. PERAN NEOCONS DALAM PERANG AFGHANISTAN DAN IRAK

1. Timeline Perumusan Kebijakan Perang

Keputusan untuk menyerang Afghanistan ditentukan dalam waktu singkat tapi

melalui proses perdebatan panjang. Disebut singkat, karena keputusan itu ditetapkan

hanya beberapa hari setelah serangan 11 September. Namun, perdebatan yang terjadi di

antara para pengambil keputusan memperlihatkan suatu pertentangan besar yang

berjalan dalam jangka panjang. Disamping itu, keterkaitan antara Al-Qaidah sebagai

255 Ibid. Mathis Brocker. 2006. Konspirasi 11.9. Jakarta: PT. Ina Publikatama.hal.224.256 Ibid. Brocker. Hal.249-250

116

Page 117: neoconservatif vs Islamist post 9/11

sebuah gerakan Islam Politik dan isu terorisme Islam yang tengah dikembangkan juga

mempermudah diterimanya isu ini oleh publik Amerika.

Setelah pidato merespon serangan 11/9, Bush bertemu dengan para penasihatnya

di NSC dan menyatakan telah menemukan bukti keterlibatan Osama di balik serangan

itu. Direktur CIA George Tenet mengatakan bahwa Al-Qaidah dan Taliban di

Afghanistan pada dasarnya adalah sama. Menjelang tidur pada hari itu, Bush menulis

dalam catatan hariannya: "The Pearl Harbor of the 21st century took place today . . . .

We think it's Osama bin Laden."257

Di hari yang sama, Bush menggelar rapat NSC yang dihadiri semua anggota

NSC. Kubu realis mengajak Bush agar mengarahkan sasaran hanya pada Afghanistan,

tetapi kelompok neoconservatif mempengaruhi agar tidak hanya memikirkan

Afghanistan, melainkan juga Irak. Meski bertentangan, namun pada intinya mereka

sepakat untuk memerangi terorisme dan negara tempatnya beroperasi.258

Keputusan pemerintahan Bush untuk berperang disambut oleh Kongres melalui

persetujuan yang diberikan pada tanggal 14 September 2001. Kongres memberikan

kewenangan pada Bush menggunakan semua langkah yang perlu untuk melawan

individu, kelompok, atau negara pendukung dan pelindung Al-Qaidah yang dituduh

menyerang AS pada 11/9.259

Dengan persetujuan itu, berarti Bush dibebaskan untuk menyerang individu,

kelompok, atau negara yang dianggap teroris pengancam AS dan kepentingannya.

Mandat dari Kongres menjadikan Bush memiliki legitimasi kuat melawan teroris. Bush

257 “September 11, 2001 Attacks Timeline,” www.september11news.com/DailyTimelineSept11.htm, diakses 13/7/2007.258 Woodward, Bush at War,Op.Cit., hal. 49.259 “The Joint Resolution Authorizing the Use of Force Against Terrorists,” dalam www. september11news.com/PresidentBush.htm, diakses 12/7/2007.

117

Page 118: neoconservatif vs Islamist post 9/11

tidak perlu lagi berpikir soal legitimasi, melainkan yang harus dipikirkan adalah negara

mana yang harus diserang, Afghanistan atau Irak.

Hasil rapat NSC di Camp David tanggal 15 September 2001 menjawabnya

melalui keputusan untuk menyerang Afghanistan. Hasil ini telah mengecewakan

kelompok neoconservatif. Tetapi, bagi neocons hasil tersebut tidak perlu

dipermasalahkan sebab masih ada waktu untuk mempengaruhi Bush agar menyerang

Irak. Afghanistan lantas dijadikan sasaran antara bagi kelompok neoconservatif sebelum

masuk pada sasaran utama, yaitu Irak.

Dalam perkembangan berikutnya, terbitnya resolusi PBB, persetujuan Kongres,

dan keputusan untuk menyerang Afghanistan dimanfaatkan kelompok neoconservatif di

luar pemerintahan untuk mengirimkan surat terbuka bernada dukungan memerangi

terorisme kepada Bush pada tanggal 20 September 2001. Surat dari PNAC itu menyebut

Osama sebagai sasaran utama. Karena itu, PNAC setuju digunakannya aksi militer

untuk menggempur Afghanistan yang diyakini sebagai tempat persembunyian Osama

dan Al-Qaidah. Di samping itu, PNAC juga menyerukan penggulingan Saddam. Oleh

sebab itu, dukungan penuh terhadap oposisi Irak harus diberikan.260

Sejak awal pemerintahan Bush, Al-Qaidah sebenarnya sudah menjadi target.

Pada Maret 2001, dua bulan setelah Bush dilantik, NSC sudah menyusun langkah

strategis menghadapi ancaman Al-Qaidah. Empat bulan sebelum tragedi WTC,

Wolfowitz, Armitage, dan Abrams membahas berbagai langkah strategis itu dan

memasukkan alternatif untuk minta bantuan Pakistan menekan Taliban. Bulan Agustus

2001, draf rencana itu disampaikan pada Cheney, Powell, Rumsfeld, dan Rice. Pada

tanggal 4 September 2001, mereka menandatangani draf itu dan ketika serangan teroris

260 www.newamericancentury.org/Bushletter.htm, diakses 13/7/2007.

118

Page 119: neoconservatif vs Islamist post 9/11

terjadi pada tanggal 11 September 2001, draf itu ada di tangan Rice untuk mendapatkan

persetujuan presiden.261

Artinya, sejak semula Al-Qaidah telah menjadi agenda sasaran serangan AS dan

serangan 11/9 mempercepat realisasi itu hingga memunculkan opsi lain untuk

menggempur Irak. Baik kelompok neoconservatif maupun realis menyepakati bahwa

jaringan Al-Qaidah harus secepatnya dimatikan. Tidak ada perdebatan di antara kedua

kelompok kepentingan itu ketika rencana menyerang Afghanistan didiskusikan.

Perdebatan hanya terjadi ketika opsi menginvasi Irak dimunculkan oleh neocons.

Pertentangan neocons dengan realis dalam berbagai rapat pada pertengahan

September 2001 terletak pada keputusan siapakah yang harus diserang lebih dulu. Bagi

neocons, Irak ada di urutan teratas karena negara tersebut memasok senjata pemusnah

masal bagi Al-Qaidah. Setelah itu, baru kemudian menginvasi Afghanistan sebagai

pelindung Osama. Sedangkan, kubu realis hanya bertumpu pada penyerangan terhadap

Afghanistan. Invasi ke Irak sama sekali tidak pernah dipikirkan sebab negara itu tak

memiliki kaitan dengan serangan teroris 11 September 2001. Pada akhirnya,

pertentangan itu -untuk sementara- dimenangkan kubu realis yang terwujud dalam

invasi ke Afghanistan pada tanggal 7 Oktober 2001.

Meskipun demikian, neocons tidak lantas putus asa. Tokoh-tokoh neocons

berpendapat bahwa penyingkiran Saddam merupakan fase kedua dari perang melawan

terorisme. Bahkan, selanjutnya, keinginan kelompok inilah yang terlihat jelas dalam

kebijakan luar negeri AS di bawah Bush. Berbagai upaya dilakukan Bush untuk

mewujudkan keinginan itu. Ia meminta Kongres untuk memberi mandat menggunakan

261 “Timeline of Counterterrorism Planning,” dalam www.archives.cnn.com/2002/ALLPOLITICS/ 08/05/wh.alqaeda.timeline/index.html, diakses 13/7/2007.

119

Page 120: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kekuatan militer demi melucuti Saddam. Ia juga menyatakan AS akan tetap bertindak

atas nama sendiri meskipun DK PBB tidak mendukungnya.

Sebenarnya, dimasa pertama Bush memerintah (2001-2005) terjadi perebutan

pengaruh antara neocons yang terepresentasi oleh Cheney, Rumsfeld, dan Wolfowitz

melawan realis yang diwakili Powell. Bob Woodward mencatat, persaingan di antara

mereka bermula pada rapat National Security Council (NSC) tanggal 12 September

2001 dengan agenda membahas respon AS terhadap serangan teroris sehari sebelumnya.

Terdapat perbedaan tajam antara dua kubu mengenai langkah yang harus diambil dalam

memerangi terorisme. 262

Rumsfeld mengarahkan rapat agar tak hanya berkonsentrasi pada perlawanan

menghadapi Al-Qaidah, tapi juga menyerang Irak. Powell langsung menunjukkan reaksi

tak setuju dengan menegaskan bahwa pembahasan harus terfokus pada Al-Qaidah, tidak

melebar ke Irak. Menurut Powell, rakyat AS menjatuhkan dukungannya pada tindakan

melawan Al-Qaidah, bukan Irak. Bush sebagai pemimpin kemudian menengahi

perdebatan itu dan menegaskan bahwa yang paling penting adalah memutuskan rencana

militer untuk memerangi teorisme, bukan membahas Irak maupun Al-Qaidah.263

Sebelum itu, sore hari setelah WTC runtuh, Wolfowitz menuding Irak sebagai

dalang di balik aksi teror 11 September 2001. Dia melobi Cheney untuk menguraikan

analisis bahwa Irak juga terlibat peledakan WTC tahun 1993. Untuk menguatkan itu,

mantan Direktur CIA James Woolsey ditugaskan untuk mencari bukti yang mengaitkan

Al-Qaidah dengan Irak.264 Selain Wolfowitz, Rumsfeld pada hari itu juga langsung

menegaskan dalam sidang kabinet bahwa Saddam harus menjadi target utama perang

262 Bob Woodward, Bush at War. 2002. New York: Simon & Schuster. hal. 49.263 Ibid. 264 Michael Elliot dan James Carney, ”First Stop, Irak,” dalam www.cnn.com/2003/ALLPOLITICS/ 03/24/timep.saddam.tm/index.html, diakses 13/7/2007.

120

Page 121: neoconservatif vs Islamist post 9/11

melawan terorisme. Inilah momen yang ditunggu-tunggu neocons yang sejak jauh hari

sebelumnya meyakini Irak sebagai sumber ketidaktentraman.265

Wolfowitz mengklaim bahwa CIA telah mengumpulkan fakta-fakta nyata

tentang adanya hubungan di tingkat pejabat senior di Irak dengan Al-Qaidah.

Menurutnya, hubungan itu telah berjalan selama hampir satu dekade. Bush dalam

pidatonya juga menegaskan: “Saddam Hussein melindungi dan membantu para teroris,

termasuk anggota Al-Qaidah.”266 Karenanya, sasaran yang dituju dalam perang melawan

terorisme adalah Osama bin Laden beserta jaringan Al-Qaidah yang bersembunyi dalam

perlindungan Taliban di Afghanistan serta Saddam yang dianggap sebagai pemasok

senjata bagi Al-Qaidah.

Perdebatan berikutnya terjadi dalam konferensi pers yang diadakan di Gedung

Pentagon pada tanggal 13 September 2001 antara Powell dan Wolfowitz. Kepada pers,

Wolfowitz mengatakan bahwa AS akan memperluas kampanye melawan teror menuju

Irak. Di samping Afghanistan dan Al-Qaidah, rezim Saddam juga merupakan

permasalahan serius. Wolfowitz nampak berupaya memasukkan Irak sebagai target

utama perang melawan teroris. Powell yang berada di samping Wolfowitz langsung

menjauh untuk menunjukkan ketidaksetujuannya dan berkata: “Ending terrorism is

where I would like to leave it, and let Mr. Wolfowitz speak for himself.”267

Powell bersitegang dengan Wolfowitz. Ia menyatakan ketidaksetujuannya atas

ide Wolfowitz untuk menginvasi negara-negara pendukung teroris. Powell lebih sepakat

untuk membujuk rezim pendukung teroris agar mengakhiri dukungannya. Tetapi,

Powell seolah berjalan sendiri di tengah kepungan neocons. Pada sisi lain, arus

265 Trias Kuncahyono. 2005. Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Penerbit Buku Kompas hal. 34.266 “Senjata Pemusnah Massal yang Tetap Menjadi Misteri,” Loc.Cit.267 Woodward, Loc.Cit.

121

Page 122: neoconservatif vs Islamist post 9/11

dukungan kepada neocons makin menguat karena Penasihat Kemanan Nasional

Condoleezza Rice juga sependapat dengan rencana neocons.

Selanjutnya, pada pertemuan di Camp David 15 September 2001, pertentangan

kembali terjadi. Para tokoh neocons dalam kabinet Bush kembali menegaskan

keinginannya untuk menjatuhkan Saddam. Wolfowitz mengatakan jika tindakan militer

dilancarkan pada rezim Taliban yang melindungi Al-Qaidah, maka aksi militer juga

harus dilakukan pada Irak. Alasannya, Irak juga terkait dengan Al-Qaidah. Saddam

memiliki senjata pemusnah masal dan kapanpun bisa menggunakannya untuk

mengancam AS. Membiarkan Saddam tetap berkuasa adalah kesalahan besar.268

Bagi Wolfowitz, momentum tragedi 11/9 adalah saat yang tepat untuk

menghancurkan negara-negara pendukung terorisme, terutama Irak. Namun, Powell

menentang rencana ambisius itu dan kembali menegaskan pandangannya untuk lebih

konsentrasi pada Al-Qaidah. Powell mengatakan bahwa koalisi internasional hanya

akan terbentuk untuk menyerang Al-Qaidah dan Taliban di Afghanistan, tidak sampai

ke Irak.269 Karena perbedaan yang tajam itulah, maka diadakan voting yang

dimenangkan kubu Powell. Rumsfeld pada waktu itu memilih abstain. Hasil lain dari

rapat tersebut adalah keputusan untuk membentuk Dewan Perang.270

Perbedaan pendapat antara dua kubu yang diwakili Powell dan Cheney-

Rumsfeld-Wolfowitz itu bertolak pada strategi yang mesti diambil AS dalam

memerangi terorisme. Powell berpendapat bahwa sebelum serangan militer terhadap

sarang teroris dilakukan, harus ditempuh terlebih dulu upaya-upaya diplomatik. Ia

menentang gagasan Wolfowitz yang ingin mengakhiri negara-negara sponsor terorisme.

268 Ibid.269 Elliot dan Carney, Loc.Cit.270 Kuncahyono, Op.Cit., hal. 97-98.

122

Page 123: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Sejalan dengan pandangan realisnya, Powell lebih menginginkan tindakan multilateral

daripada unilateral.

Di pihak lain, kubu garis keras pimpinan trio Cheney-Rumsfeld-Wolfowitz

mendesak AS secepatnya melancarkan serangan ke Afghanistan. Upaya diplomatik

multilateral tak perlu dilakukan karena hal itu adalah langkah sia-sia. Setelah

Afghanistan dihancurkan, baru kemudian menjatuhkan Saddam dari tampuk

kekuasaannya di Irak. Kubu yang sering disebut hawkish ini menyatakan secara

diplomatik AS semestinya bertindak secara sepihak apabila dianggap perlu dan

melenyapkan negara-negara pendukung teroris.271

Di tengah perdebatan dalam kabinet itu, think tank utama neoconservatif,

PNAC, turut menyemarakkan persaingan melalui surat-surat yang dikirimkannya

kepada Bush. Inti dari semua surat yang dikirimkan oleh PNAC adalah AS di bawah

kepemimpinan Bush harus secepatnya mengganti kepemimpinan Saddam di Irak

dengan suatu kepemimpinan demokratis yang bersahabat dengan AS.272

Pertarungan kepentingan antara neocons dan realis berlangsung terus-menerus

sejak dilancarkannya perang melawan terorisme hingga keputusan menginvasi Irak pada

tahun 2003. Kelompok neoconservatif berpendapat bahwa Saddam merupakan ancaman

bagi kepentingan AS karena memiliki senjata pemusnah masal. Karena itu, cara sama

seperti yang dilakukan di Afghanistan harus pula diterapkan untuk melawan Saddam.

Wolfowitz bahkan berkata: “Melucuti Saddam Hussein dan perang terhadap terorisme

tidak hanya berhubungan, keduanya adalah satu dan sama.”273

271 Ibid., hal. 64-65.272 Berdasarkan data dari situs resmi PNAC, lembaga ini mengirimkan surat dukungan atas kebijakan war on terrorism dan tuntutan untuk menggulingkan Saddam sebanyak tiga kali kepada Bush. Pertama, pada tanggal 20 September 2001, bertepatan dengan pidato Bush untuk mendeklarasikan perang melawan terorisme di hadapan Kongres. Kedua, pada tanggal 3 April 2002. Ketiga, pada tanggal 23 Januari 2003, bulan ketika Bush memutuskan untuk menginvasi Irak. Lihat www.newamericancentury.org/ Bushletter.htm, diakses tanggal 7/6/2006.273 The Washington Post, 17 Oktober 2002, seperti dikutip oleh Kuncahyono, Op.Cit., hal. 67.

123

Page 124: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Dalam kabinet Bush, keinginan untuk menumbangkan Saddam pertama kali

diusulkan oleh Rumsfeld dan Wolfowitz pada rapat kabinet sehari pasca 11/9. Hal itu

sudah menjadi target PNAC yang terungkap dalam dokumen Rebuilding America’s

Defenses: Strategy, Forces, and Resources For a New Century tahun 2000.274

Pada bulan November 2001, dalam suatu serangan di Afghanistan ditemukan

seperangkat komputer beserta dokumennya yang menyingkap upaya jaringan Osama

mendapatkan senjata pemusnah masal. Tudingan langsung diarahkan ke Irak sebagai

pemasok senjata bagi Al-Qaidah. Salah satu pejabat Gedung Putih mengatakan: “Irak

was the easiest place they could get them from. The eureka moment was that realization

by the President that were a WMD to fall into (terrorists') hands, their willingness to use

it would be unquestioned. So we must act pre-emptively to ensure that those who have

that capability aren't allowed to proliferate it.”275

Sejak saat itulah ide serangan militer ke Irak mulai dipertimbangkan Bush.

Tanda-tanda AS akan menyerang Irak mulai kelihatan dalam State of the Union Address

di hadapan Kongres tanggal 29 Januari 2002. Bersama Iran dan Korea Utara, Irak

dianggap sebagai poros kejahatan (axis of evil). Irak disebut sebagai negara pemroduksi

senjata pemusnah masal. Irak juga dituding sebagai negara pendukung terorisme.

Menurut Bush, Irak melanggar kesepakatan seperti yang ditekennya pada 1991, yakni

memusnahkan senjata kimia, senjata biologi, dan senjata nuklir yang dimilikinya.

Dengan senjata nuklir serta gudang senjata kimia dan biologi yang dimilikinya,

Saddam dapat mewujudkan ambisinya untuk menaklukkan Timur Tengah. Saddam juga

dituding membantu dan melindungi para teroris, termasuk anggota Al-Qaidah. Kata

Bush, ancaman yang dihadapi rakyat Irak bukan berasal dari negara lain tapi dari

274 A Report of The Project for the New American Century, Rebuilding America’s Defense: Strategy, Forces, and Resources For a New Century, September 2000, hal. 9-11. 275 Ibid.

124

Page 125: neoconservatif vs Islamist post 9/11

pemerintahnya sendiri. Karena itu, Saddam sudah selayaknya disingkirkan untuk

membebaskan rakyat Irak. Apalagi, Irak terus memperlihatkan kebenciannya pada

Amerika dan mendukung teror.276

Untuk merealisasikannya, pada bulan Maret 2002, Bush mengutus Cheney

melawat ke Timur Tengah untuk mencari dukungan membangun koalisi menghadapi

Irak. Namun, lawatan Cheney tidak menghasilkan keinginan seperti yang diharapkan.

Negara-negara Arab di kawasan Timur Tengah menolak bergabung dengan AS.277

Setelah kegagalan Cheney itu, kalangan neocons terus mendesakkan niatnya

kepada Bush agar secepatnya menyerang Irak. Dalam setiap kali briefing di kalangan

intelijen, Cheney selalu memulai dengan pertanyaan: "Tell me about Irak, tell me about

Irak, tell me about Irak. What's the status of their WMDs? What's their support of

terrorism?" Jika anggota senior intelijen menjawab mereka hanya menemukan sedikit

informasi tentang Irak (no smoking guns on WMD or terrorism), Cheney langsung

berpesan : "Try harder. Need to know more."278

Tidak cukup dengan kalangan intelijen, Cheney juga mengunjungi Capitoll Hill.

Di hadapan anggota Senat, dia berkata bahwa pertanyaannya sekarang bukan lagi

apakah AS akan menyerang Irak, tapi kapan AS akan menyerang Irak. Kelompok

neoconservatif berpandangan menunda serangan ke Irak berarti memberikan Saddam

waktu dan peluang untuk menyempurnakan senjata pemusnah masal. "Time is not on

our side, and Saddam is running out the clock," kata Frank Gaffney, Jr., Direktur Center

for Security Policy (CSP), salah satu think tank neoconservatif.279

276 Kuncahyono, Op.Cit., hal. 74-76.277 “Perang ‘Melawan’ Saddam,” dalam Republika, tanggal 14 Maret 2002.278 Elliot dan Carney, Loc.Cit.279 Daniel Eissenberg, “We’re Taking Him Out,” dalam www.archives.cnn.com/2002/ALLPOLITICS/ 05/06/time.out/index.html, diakses 19/1/2007.

125

Page 126: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Melihat gerak neocons yang demikian gencar mempengaruhi Bush, Powell

merasa khawatir. Powell lalu meminta waktu khusus untuk bertemu Bush guna

membicarakan kasus Irak. Bush menurutinya dengan mengundangnya ke Gedung Putih

tanggal 5 Agustus 2002. Dalam suatu kesempatan makan malam yang juga dihadiri

Rice itu, Powell menganjurkan untuk melibatkan komunitas internasional untuk

mengatasi Irak. Kata Powell, DK PBB siap memaksa Saddam untuk menerima tim

inspeksi senjata pertama kali sejak 1998.280

Powell mengatakan bahwa perang akan menggoyang stabilitas hubungan dengan

sekutu AS seperti Arab, Mesir, dan Jordania serta menyedot energi yang besar. Aliran

dan harga minyak juga akan terganggu secara dramatis. Karenanya, bagi Powell PBB

harus dilibatkan dalam permasalahan ini dan di sisi lain juga merekrut aliansi untuk

menginternasionalisasi permasalahan. Kata Powell pada Bush: "You can still make a

pitch for a coalition or U.N. action to do what needs to be done."281

Bush merespon saran Powell itu dengan mengajak anggota Dewan Perang lain

untuk membicarakan opsi yang diajukan Powell pada tanggal 26 Agustus 2002. Dalam

pertemuan di Crawford Texas, Powell kembali mengatakan membawa kasus Irak ke

PBB akan menjaga dukungan internasional dan menutup opsi lain. Cheney dan

Rumsfeld menyetujuinya. Rapat itu pun menyepakati membawa kasus Irak ke Dewan

Keamanan PBB pada bulan September untuk mendapatkan resolusi.282

Namun, tanpa sepengetahuan Powell, Cheney memotong niat itu. Ketika

berpidato di Konvensi Nasional Veteran Perang ke-103 di Nashville tanggal 27 Agustus

2002, Cheney mengutarakan pandangan garis kerasnya melawan Saddam. Secara

280 Woodward, “Plan of Attack: Cabinet Divided,” Loc.Cit.281 Ibid.282 Ibid.

126

Page 127: neoconservatif vs Islamist post 9/11

terbuka Bush mengatakan apa yang akan dilakukan AS setelah perubahan rezim di Irak.

Ini membuktikan keinginannya untuk menjatuhkan Saddam.

“A return of inspectors would provide no assurance whatsoever of his compliance with U.N. resolutions. On the contrary, there is a great danger that it would provide false comfort that Saddam was somehow 'back in the box.' There is no doubt that Saddam Hussein now has weapons of mass destruction (and) there is no doubt that he is amassing them to use against our friends, against our allies and against us. Regime change in Irak would bring about a number of benefits to the region, including the chance to promote the values that can bring lasting peace.”283

Langkah Cheney memotong Powell dilandasi oleh pandangan bahwa kelompok

neoconservatif dalam posisi terpojok karena penentangan dari para mantan pejabat AS

pada masa George H.W. Bush yang juga rekan kerjanya waktu itu. Pada bulan Agustus

2002, ketika perdebatan tentang strategi menghadapi Irak mengemuka di ruang publik,

mantan Penasihat Keamanan Nasional Brent Scowcroft, mengirimkan pesan antiperang.

Begitu pula dengan mantan Menteri Luar Negeri James Baker dan Henry Kissinger

yang juga mendesak untuk menghindari aksi unilateral. Karenanya, Cheney minta ijin

Bush untuk merespon semua pendapat itu melalui sebuah pidato. Bush pun

menyetujuinya tanpa bertanya dulu apa yang ingin disampaikan Cheney.284

Pidato Cheney membuat Powell terkejut. Ia tak mengira dia telah melangkah

sejauh itu. Powell dan Cheney memang terlihat saling bersaing. Dalam hal jabatan,

persaingan itu selalu dimenangkan Cheney. Setidaknya, dia pernah dua kali memiliki

posisi yang setingkat lebih tinggi di atas Powell. Yakni ketika masa George H.W. Bush,

Cheney menjadi menteri pertahanan, sedangkan Powell menjabat kepala staf gabungan.

Kini, ketika Cheney dipercaya sebagai wakil presiden, Powell menjabat setingkat di

bawahnya sebagai menteri luar negeri. Ketidakharmonisan hubungan Cheney-Powell

terungkap dalam buku Powell berjudul My American Journey (1995). Di situ dia

283 Ibid.284 Ibid.

127

Page 128: neoconservatif vs Islamist post 9/11

menulis ketika mereka berdua menjadi pejabat pemerintahan Bush senior: "He and I had

never, in nearly four years, spent a single purely social hour together."285

Pidato Cheney itu dimaknai sebagai deklarasi perang melawan Irak. Powell

langsung merasa dirinya diabaikan oleh Bush. Padahal sebelum pidato Cheney itu,

Powell sempat berkata pada media: "The president has been clear that he believes

weapons inspectors should return."286 Akibat dari pidato itu, pertentangan Powell dan

Cheney kian memuncak. Sejak saat itu pula pertarungan kubu neoconservatif dengan

realis tentang strategi serangan menjadi semakin sengit.

Setelah pidato itu, dukungan untuk menyingkirkan Saddam makin kuat di

lingkungan Bush. Pada tanggal 6 September 2002, NSC mengadakan pertemuan di

Camp David untuk mempersiapkan pidato Bush di hadapan PBB. Dalam pertemuan itu,

Cheney sekali lagi mengatakan: “To ask for a new resolution would put them back in

the hopeless soup of U.N. process. All Bush needed to say in his speech was that

Hussein was bad and that the president reserved the right to act unilaterally.”287

Powell melawannya dengan menguraikan efek dari aksi unilateral. Salah satunya

reaksi internasional akan negatif dan akibatnya kedutaan AS terpaksa ditutup. Powell

tetap berpegang bahwa Bush telah memberi PBB kesempatan dan untuk itu resolusi

merupakan jalan terbaik. Cheney membalas dengan mengatakan bahwa isunya bukanlah

resolusi PBB tetapi ancaman Saddam yang nyata. Dia berpegang pada laporan intelijen

yang membuktikan kepemilikan senjata pemusnah masal Irak. Powell kembali

mengingatkan bahwa perang akan memicu konsekuensi yang tidak bisa diprediksi dan

tak terbayangkan.288

285 Ibid.286 Ibid.287 Ibid.288 Ibid.

128

Page 129: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Pada pidato di PBB tanggal 12 September 2002, Bush sepertinya berpihak

kepada Powell dengan menyerukan PBB menerbitkan resolusi baru. Namun,

kenyatannya Bush juga memperingatkan agar maksud dan tujuan AS untuk menyerang

Irak juga tidak diragukan. Intinya, Bush ingin berkata bahwa tindakan menyerang tidak

akan terhindarkan.289 Kata Bush dalam pidato itu:

“As we meet today, it’s been almost four years since the last inspector set foot in Irak. We know that Saddam Hussein pursued weapons of mass murder even when inspectors were in his country. Are we to assume that he stopped when they left? The history, the logic and the facts lead to one conclusion: Saddam Hussein’s regime is a grave and gathering danger . . . . Delegates to the General Assembly, we have been more than patient. We’ve tried sanctions. We’ve tried the carrot of oil for food and the stick of coalition military strikes. But Saddam Hussein has defied all these efforts and continues to develop weapons of mass destruction. The first time we may be completely certain he has nuclear weapons is when, God forbid, he uses one. We owe it to all our citizens to do everything in our power to prevent that day from coming.” 290

Dengan demikian, Bush memperlihatkan tanda tetap berpegang pada pandangan

neocons bahwa Saddam harus tetap digulingkan. Namun, Bush juga memberikan

kesempatan agar pandangan realis untuk mengirimkan inspektur senjata PBB juga

diakomodasi. Yang pasti, apapun hasilnya, Irak sudah pasti diserang. Pada tanggal 2

Oktober 2002, Bush secara khusus bertemu para pemimpin Kongres di Gedung Putih.

Hadir pada pertemuan itu adalah Ketua DPR Dennis Hastert, Pemimpin Minoritas DPR

Dick Gephardt, Pemimpin Mayoritas Senat Tom Daschle, dan Pemimpin Minoritas

Senat Trent Lott. Dalam pembicaraan selama satu jam itu, Bush dan pemimpin Kongres

menyepakati penyelesaian diplomatik, dan jika perlu secara militer.291

Sehari setelah pertemuan itu, Bush mengatakan bahwa serangan militer benar-

benar akan dilakukan jika Saddam tidak memusnahkan senjata pemusnah masal.

“Saddam harus melucuti senjatanya. Jika dia memilih sebaliknya dan tetap pada

289 Kuncahyono, Op.Cit., hal. 114290 Alan Brinkley dan Davis Dyer (ed.), The American Presidency (New York: Houghton Mifflin Company, 2004), hal. 540-541. dalam LocCit.291 “DPR AS Setuju,” dalam Jawa Pos, 3 Oktober 2002.

129

Page 130: neoconservatif vs Islamist post 9/11

pendiriannya, penggunaan kekerasaan tidak bisa dihindari,” ancam Bush di Rose

Garden, Gedung Putih.292 Pernyataan itu dipertegas lagi saat pidato mingguan di radio

tanggal 5 Oktober 2002. Bush mengaku ia tak punya pilihan lain kecuali menyerang

karena ancaman terhadap rakyat Amerika sangat gawat dan terus menguat. “Andai

rezim Irak tetap menentang, pengerahan militer tak terhindarkan lagi,” lanjutnya.293

Persetujuan lisan dari pimpinan Kongres berlanjut pada dukungan resmi secara

kelembagaan. Pada 10 Oktober 2002, resolusi untuk menyerang Irak Bush disetujui

DPR untuk disahkan lewat voting dengan hasil 296-133. Senat juga mengeluarkan

putusan akhir menyetujui resolusi hasil keputusan Bush yang sudah disahkan oleh DPR

itu lewat voting dengan hasil 77-23.294 Isi resolusi itu terfokus pada pemakaian kekuatan

untuk dua hal: membela keamanan nasional AS atas ancaman terus-menerus dari Irak

dan menegakkan serta menerapkan di lapangan semua resolusi PBB terhadap Irak.295

Bagi Bush, hasil voting itu menyampaikan pesan jelas kepada rezim Saddam

untuk segera melucuti senjata dan mematuhi semua resolusi PBB atau dipaksa dengan

kekerasan. “Tidak ada pilihan bagi pemerintah Irak. Tidak ada negosiasi. Waktu Irak

sebagai negara yang melanggar hukum akan berakhir,” tandas Bush.296 Dengan bekal

resolusi itu, Bush punya kekuasaan untuk menggunakan kekuatan militer guna

memaksakan perintah PBB agar Saddam memusnahkan senjata pemusnah masal.

Resolusi itu memang mendorong Bush supaya tetap bekerja sama dengan PBB. Tapi,

dia juga bisa menempuh langkah militer tanpa persetujuan PBB.

Karena itu, Bush meyetujui pengiriman tim inspeksi senjata PBB yang dipimpin

Hans Blix ke Irak. Laporan tim inspeksi senjata PBB pada awal Januari 2003 yang

292 “Bush: Serangan Tak Terelakkan,” dalam Jawa Pos, 4 Oktober 2002.293 “Bush: Perang ke Irak Tak Terhindarkan,” dalam Republika, 7 Oktober 2002.294 “Kongres Setuju, Selangkah Lagi Aksi Militer AS ke Irak,” dalam Jawa Pos, 13 Oktober 2002.295 “Bush: Serangan Tak Terelakkan,” Loc.Cit.296 “Rakyat Saddam Tak Sabar,” dalam Jawa Pos, 12 Oktober 2002.

130

Page 131: neoconservatif vs Islamist post 9/11

mengatakan bahwa tak ada senjata pemusnah masal di Irak tidak dipercayai oleh Bush.

Bush menuduh Blix sebagai pembohong dan dia merasakan kebenaran pernyataan

Cheney bahwa tim inspeksi tidak akan efektif. Bush lebih percaya laporan intelijen yang

disodorkan Cheney. Maka, Bush memutuskan bahwa perang tidak bisa ditunda lagi.

Rice adalah orang pertama yang dimintai pendapat Bush tentang keputusan

untuk berperang dan ia menyetujuinya. Setelah membuat keputusan tersebut, tanggal 13

Januari 2003 Bush mengundang khusus Powell ke Gedung Putih untuk membicarakan

hal itu, mengingat Powell tidak sepakat perang. Dalam pertemuan itu, Powell masih

berupaya membujuk Bush untuk membatalkan keputusannya. Ia mengingatkan Bush

berbagai konsekuensi yang akan menghadang jika AS menyerang Irak seperti yang

dikatakannya pada jamuan makan malam tanggal 5 Agustus 2002.297

Tetapi, Bush menegaskan bahwa pertemuan itu bukan diskusi, melainkan

informasi keputusan untuk berperang seorang presiden kepada anggota kabinetnya.

Powell pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui keputusan itu. Sebagai satu-

satunya orang yang secara aktif dan serius mendesakkan jalur diplomasi daripada

perang, Powell merasa Bush sedang meyakinkan dirinya agar mendukung keputusan itu.

Sebagai seorang prajurit berprestasi yang telah menerima banyak penghargaan, Powell

menunjukkan kesetiaan dan loyalitasnya dengan mendukung keputusan presiden meski

bertentangan dengan pendapatnya.298

AS lantas mengultimatum jika sampai tanggal 17 Maret 2003, Saddam belum

menghancurkan senjata pemusnah masalnya, maka Irak akan diserang. Sebelum itu,

pada konferensi pers yang diadakan tanggal 7 Maret 2003, Bush kembali menegaskan

niatnya untuk menginvasi Irak dengan atau tanpa persetujuan DK PBB.299 Akhirnya,

297 Ibid.298 Ibid.299 Riza Sihbudi, “Mungkinkah Perang Dicegah,” dalam Republika, 17 Maret 2003.

131

Page 132: neoconservatif vs Islamist post 9/11

tiga hari setelah batas ultimatum tersebut (20 Maret 2003), AS melancarkan serangan

militer ke Irak tanpa dukungan PBB sebagai wujud kemenangan lobi neocons.

2. Kronologi Klaim-Klaim Alasan dan Bukti Untuk Perang

Pada 20 September 2001, sebelum sesi bersama Kongres, Presiden Bush

mengklaim bahwa Osama bin Laden dan jaringan teroris Al-Qaidah bertanggungjawab

pada serangan 11/9. Dia juga mengutuk rezim Taliban di Afghanistan karena membantu

dan melindungi Al-Qaidah. Bush mengatakan, “Our enemy is a radical network of

terrorists, and every government that supports them” dan bahwa perang melawan

terorisme “will not end until every terrorist group of global reach has been found,

stopped, and defeated.”300

Bush pada November 2001 di Rose Garden ceremony, saat menyambut pekerja

bantuan Heather Mercer dan Dayna Curry yang diselamatkan dari Afghanistan, berkata

“If anybody harbors a terrorist, they’re a terrorist. If they fund a terrorist, they’re a

terrorist. If they house terrorists, they’re terrorists. . . . If they develop weapons of mass

destruction that will be used to terrorize nations, they will be held accountable.”301

Dari sinilah, presiden menghubungkan war on terrorism dengan negara tempat

beroperasi dan weapons of mass destruction (WMD), mengklaim bahwa negara yang

mengembangkan WMD selalu menjadi bagian dari definisi terorisnya. Kemudian, dia

tidak membedakan teroris dengan negara tempat beroperasi yang mungkin tidak ada

kaitannya dengan aktivitas itu.

Kongres meluluskan resolusi bersama segera setelah 11/9 yang secara khusus

memberikan otoritas untuk merespon “against those nations, organizations, or persons

300 Charles V. Peña Irak: The Wrong War. Policy Analysis: December 15, 2003, No. 502 dalam www.foreignpolicy.com/Ning/ archive/archive/106/letters.pdf diakses 7/4/2007.301 White House, “President Welcomes Aid Workers Rescued from Afghanistan,” news release, November 26, 2001, http://www.whitehouse.gov/news/releases/2001/11/20011126-1.html. dalam Ibid

132

Page 133: neoconservatif vs Islamist post 9/11

he determines planned, authorized, committed, or aided the terrorist attacks that

occurred on September 11, 2001, or harbored such organizations or persons,”—

jaringan teroris Al-Qaidah dan Taliban di Afghanistan— presiden menghabiskan

sepanjang tahun 2002 menyusun landasan perubahan rezim di Irak dibanding

memfokuskan perang melawan Al-Qaidah.302

Menurut Institut Internasional Studi Strategis, Military Balance 2002–2003,

pengeluaran pertahanan Irak adalah $1.4 miliar tahun 2001 (dibandingkan dengan AS

yang mencapai $330 billion).303 Tentara Irak terdiri dari 350,000 orang (mayoritas

adalah warga sipil wajib militer kurang terlatih) dan punya 3 divisi lapis baja, 3 divisi

mekanik, dan 11 divisi infantri, sebagaimana divisi Pengawal Republik, dan 4 brigade

khusus Pengawal Republik. Disamping 3 Angkatan Bersenjata Irak yang relatif kecil,

semua divisi selain Pengawal Republik dilaporkan hanya punya kemampuan 50 persen

dalam efektivitas pertempuran. Terlebih lagi, tentara ini (termasuk elit Pengawal

Republik) hanya dilengkapi perlengkapan militer tua dari Soviet dan China—seperti

tank tempur utama T-55, T-62 dan Type-59—dan setengah perlengkapan militernya

kekurangan spare part.304 2

Demikian pula kondisi Angkatan Udaranya, dengan pesawat tempur tua warisan

Soviet—seperti MiG-21 dan MiG-23—dan sedikit Mirage F-1 Perancis.

Kemampuannya hanya 55 persen dan ‘didukung’ para pilot kurang pengalaman; pilot-

pilot senior punya 90–120 jam terbang per tahun dan pilot junior kurang dari 20 jam

dibanding dengan AU AS dengan 205 jam per tahun.305

302 Washington Post online, March 15, 2002, http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A29575-2002Mar14.html.dalam Ibid.303 International Institute for Strategic Studies (IISI), Military Balance 2002–2003 (London: Oxford University Press, 2002), hal. 241, 279.dalam LocCit.304 International Institute for Strategic Studies (IISI). 2002. Military Balance 2002–2003. London:: Oxford University Press. hal. 105-6.305 Ibid. hal. 106.

133

Page 134: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Analis Militer Anthony Cordesman dari CSIS membuat laporan yang diterbitkan

setahun sebelum perang bahwa Irak telah kekurangan dana, spare parts, dan

kemampuan produksi untuk menjaga kualitas pasukannya. Irak tidak mampu

merekapitalisasi semua aspek struktur pasukannya, dan sekitar dua pertiga tank dan

pesawatnya sudah tak layak pakai menurut standar barat. Disisi lain, AS telah

melakukan upgrade dalam semua aspek kemampuan militer dan intelijennya.306

Ketidakmampuan Irak untuk merekapitulasi dan memodernisasi pasukannya

bermakna kemampuan berperangnya sangat lemah. Dengan kata lain, tentara Irak

bukanlah ancaman serius bagi negara-negara tetangganya apalagi bagi AS.

Tentu saja, bukan militer Irak saja yang dipotret pemerintahan Bush sebagai

ancaman bagi AS melainkan kepemilikan WMD. Berbicara di Nashville, Tennessee,

Agustus 2002, Wapres Dick Cheney menyatakan bahwa “Saddam Hussein will acquire

nuclear weapons fairly soon” dan bahwa “there is no doubt that Saddam Hussein now

has weapons of mass destruction; there is no doubt that he is amassing them to use

against our friends, against our allies, and against us.”307

Di Cincinnati, Ohio, Oktober 2002, presiden menyatakan: Irak’s weapons of

mass destruction are controlled by a murderous tyrant, who has already used chemical

weapons to kill thousands of people. This same tyrant has tried to dominate the Middle

East, has invaded and brutally occupied a small neighbor, has struck other nations

without warning, and holds an unrelenting hostility towards the United States. Bahkan 3

hari sebelum perang, Cheney menegaskan, “We know he’s (Saddam Hussein’s)

306 Anthony H. Cordesman If We Fight Irak: Irak and the Conventional Military Balance. Center for Strategic and International Studies, January 31, 2002, hal. 1. dalam Charles V. Peña. Ibid.307 “In Cheney’s Word’s: The Administration Case for Removing Saddam Hussein,” New YorkTimes, August 27, 2002, hal. A8. dalam Charles V. Peña. Ibid.

134

Page 135: neoconservatif vs Islamist post 9/11

absolutely devoted to trying to acquire nuclear weapons, and we believe he has, in fact,

reconstituted nuclear weapons.”308

Jika semula para pejabat AS mengimplikasikan keyakinan dimana WMD Irak

ditempatkan, tapi, setelah enam bulan mencari, David Kay, yang mengepalai 1,400

orang tim inspeksi di Irak, bersaksi di Kongres bahwa AS masih belum menemukan

persediaan senjata Irak dan hanya menemukan “WMD-related program activities.”309

Menurut Kay, “It clearly does not look like a massive, resurgent program, based

on what we discovered.” Lebih lanjut, Kay menambahkan bahwa “information found to

date suggests that Irak’s large-scale capability to develop, produce, and fill new CW

munitions was reduced—if not entirely destroyed— during Operations Desert Storm

and Desert Fox, 13 years of U.N. sanctions, and U.N. inspections.”310

Bush mengklaim tahun 2003 dalam State of the Union address (dan 3 pernyataan

pemerintahan Bush bulan itu) bahwa Saddam Hussein sedang mencari “significant

quantities of uranium from Africa” yang sekarang banyak diragukan.311 Sedangkan,

tabung-tabung aluminum yang dibeli Irak, yang diklaim pemerintah Bush dipakai untuk

membangun mesin pemusing pengayaan uranium telah berubah menjadi tidak sesuai

untuk pemusingan, dan “Irak tidak punya program untuk menggunakannya..”312 Brigadir

Jendral Stephen Meekin dari Australia, yang mengomandoi Joint Captured Enemy

308 Seperti dikutip dalam Walter Pincus, “Bush Faced Dwindling Data on Irak Nuclear Bid,” WashingtonPost, July 16, 2003,hal. A1. pernyataan ini telah diklarifikasi. Menurut Cheney, “We never had any evidence that (Hussein) had acquired any nuclear weapons.” Dikutip dalam Helen Thomas, “Hussein Link Was Sales Job,” Miami Herald, September 27, 2003, hal. A27. dalam Ibid.309 David Kay, “Kay Text,” Associated Press, October 2, 2003, http://story.news.yahoo.com/news?tmpl=story&u=/ap/20031003/ap_on_re_mi_ea/kay_text_6. dalam Ibid.310 Dikutip dalam Dana Milbank and Walter Pincus, “Cheney Goes on Offensive over Irak,” WashingtonPost, October 11, 2003, hal. A1.dalam Ibid.311 White House, “President Delivers ‘State of the Union,’” news release, January 28, 2003, http://www.whitehouse.gov/news/releases/2003/01/20030128-19.html. dalam Ibid.312 Barton Gellman, “Search in Irak Fails to Find Nuclear Threat,” Washington Post, October 26, 2003, hal. A1.dalam Ibid.

135

Page 136: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Material Exploitation Center yang melapor kepada Kay, mengklaim tabung-tabung itu

dipakai untuk roket.”313

Untuk membuat ancaman WMD nampak lebih menakutkan, Presiden Bush

menjelaskan baik secara implisit maupun eksplisit dalam beberapa kesempatan bahwa

Saddam Hussein dapat (implikasinya akan) memberikan WMD kepada para teroris.

Pernyataan di State of the Union 29 Januari 2002: “Dengan berusaha memiliki WMD,

rezim ini memiliki bahaya yang tumbuh dan mematikan. Mereka dapat memberikan

senjata itu kepara para teroris, menjadi sarana menyalurkan kebenciannya.”314

Didepan PBB 12 September 2002: “ Dengan semua langkah yang diambil

pemerintah Irak mendapatkan dan menyebarkan senjata paling mengerikan ini, opsi-

opsikita untukmelawanrezimini makin sempit. Dan jika rezim ini makin berani

menyalurkannya kepada sekutu-sekutu terorisnya, maka serangan 11/9 akan menjadi

pembukaan untuk horor-horor yang lebih besar.”315

Di Rose Garden 26 September 2002: “ Rezim Irak memiliki senjata kimia dan

biologi. Mereka sedang mengembangkan berbagai fasilitas yang diperlukan untuk

membuat lebih banyak senjata biologi dan kimia. Dan menurut pemerintah Inggris,

rezim Irak dapat meluncurkan satu serangan biologi dan kimia setidaknya 45 menit

setelah perintah diberikan. Rezim ini punya ikatan yang lama dan terus menerus dengan

berbagai organisasi teroris. Dan para teroris Al-Qaidah berada di Irak.”316

State of the Union address, 28 Januari 2003: “Dengan senjata nuklir atau satu

gudang senjata penuh senjata kimia dan biologi, Saddam Hussein dapat melanjutkan

313 Ibid. 314 White House, “The President’s State of the Union Address,” January 29, 2002. dalam Ibid.315 White House, “President’s Remarks at the United Nations General Assembly,” news release,September 12, 2002, http://www.whitehouse.gov/ news/releases/2002/09/20020912-1.html. diakses 7/4/2007.316 White House, “President Bush Discusses Irak with Congressional Leaders,” news release September 26, 2002, http://www.whitehouse.gov/ news/releases/2002/09/Irak/20020926-7.html.

136

Page 137: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kembali ambisi-ambisinya menaklukkan Timur Tengah dan menciptakan kerusakan

mematikan di kawasan ini. Dan Kongres serta rakyat Amerika harus mengetahui

ancaman lain ini. Bukti dari sumber intelijen, berbagai komunikasi rahasia, dan

pernyataan orang-orang yang ditahan dimana bantuan dan perlindungan Saddam

Hussein pada teroris, termasuk para anggota Al-Qaidah. Secara rahasia, dan tanpa jejak,

dia dapat menyediakan salah satu senjata rahasianya kepada teroris, atau membantu

mereka mengembangkan sendiri senjatanya.”317

Tapi semua pernyataan ini bertentangan dengan fakta bahwa Saddam tidak

pernah memberikan senjata kimia atau biologi kepada kelompok-kelompok Palestina

anti Israel yang dia dukung apalagi Al-Qaidah. Setelah dirangkum oleh David Kay di

Irak, ahli militer CSIS Anthony Cordesman telah menyimpulkan bahwa “tidak ada bukti

usaha dari Irak untuk mengirimkan senjata pemusnah masal kepada teroris.”318

Untuk memperbesar ketakutan akan ancaman WMD Irak, presiden dan para

pejabat senior pemerintah lainnya seringkali menciptakan kesan mengerikan tanpa bukti

bahwa Irak terlibat dalam serangan 11/9.

1. “Apa yang penting bagi kita dalam menjaga keamanan negera kita adalah mengingat

kondisi yang telah berubah. Setelah 11/9, dunia berubah untuk banyak alasan. Mungkin

alasan paling utama ada dalam perspektif kebijakan luar negeri, atau dari perspektif

keamanan nasional, adalah bahwa kita tidak lagi dilindungi oleh dua samudera besar.

Biasanya jika ada ancaman dari luar kita dapat melawannya jika kita menginginkan, tapi

kita tidak perlu khawatir tentang sesuatu yang sedang terjadi di rumah kita sendiri.

Biasanya samudera yang dapat melindungi kita dari konflik dan ancaman.“Tapi hal ini

berubah, dan penting untuk memiliki orang di Senat yang berpandangan realis ynag

317 White House, “President Delivers ‘State of the Union,” January 28, 2003. dalam Ibid.318 Dikutip dalam Walter Pincus, “CIA Finds No Evidence Hussein Sought to Arm Terrorists,” Washington Post, November 16, 2003, hal. A20.

137

Page 138: neoconservatif vs Islamist post 9/11

jelas. Penting memiliki orang yang melihat dunia seperti ini, tidak dengan cara yang kita

harapkan. Dan dunia adalah tempat yang berbahaya, khususnya dengan orang seperti

Saddam Hussein yang berkuasa.”319

3. Pada konferensi pers sebelum invasi Irak, Presiden Bush menyatakan “Jika dunia

gagal menentang ancaman dari rezim Irak, menolak untuk mengerahkan pasukan, meski

sebagai opsi terakhir, bangsa-bangsa bebas akan menjadi rentan dan mendapat resiko

yang tidak dapat diterima. Serangan 11/9 menunjukkan apa yang bisa dilakukan para

musuh AS dengan empat pesawat. Kami tidak akan menunggu melihat apa yang

dilakukan oleh para teroris atau negara-negara teroris dengan senjata pemusnah masal.

4. “Saya berharap mereka memahami pelajaran dari 11/9. Pelajarannya adalah bahwa

kita rentan untuk diserang, dimanapun itu mungkin terjadi, dan kita harus melihat

ancaman yang ada di luar negeri dengan sangat serius. Kita tidak harus berhubungan

dengan mereka semua secara militer. Tapi kita harus menangani mereka. Dan dalam

kasus Irak, inilah saat mereka untuk dilucuti.”320

Presiden terus mengimplikasikan hubungan 11/9 dan Irak pasca perang:

1. “Perang Irak adalah satu kemenangan dalam perang melawan teror yang dimulai 11

September 2001.”321

2. “Karena Amerika membalas duka dan kematian serangan 11/9, dan pergi berperang,

sejarah berubah kearah berbeda. Kita telah memerangi musuh kita. Kita telah

menghentikan ancaman teroris untuk peradaban, bukan dilingkaran pengaruhnya, tapi di

pusat kekuatannya. “Tugas ini berlanjut. Di Irak, kita sedang membantu rakyat yang

lama menderita dengan membangun masyarakat yang layak dan demokratis di pusat

319 White House, “Irak Must Disarm Says President in South Dakota Speech.”dalam Ibid.320 White House, “President George Bush Discusses Irak in National Press Conference,” news release, March 6, 2003, http://www.white house.gov/news/releases/2003/03/20030306-8.html.diakses 7/4/07321 White House, “President Bush Announces Major Combat Operations in Irak Have Ended.”

138

Page 139: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Timur Tengah. Bersama-sama kita sedang merubah sebuah tempat penuh penyiksaan

dan kuburan masal menjadi bangsa dengan hukum dan institusi yang bebas. Langkah ini

sulit dan mahal - namun berharga bagi negara dan penting untuk keamanan kita...“Dan

untuk Amerika, tidak akan ada waktu kembali pada era sebelum 11/9 - menikmati

kenyamanan palsu di dunia yang berbahaya. Kita telah belajar bahwa serangan teroris

tidak disebabkan oleh penggunaan kekerasan; mereka datang dengan persepsi

kelemahannya. Dan jalan paling meyakinkan untuk mencegah serangan pada rakyat kita

adalah mendatangi tempat musuh tinggal dan merencanakan serangannya. Kita sedang

memerangi musuh kita di Irak.”322

Jika bukti yang menghubungkan Saddam dengan 11/9 invalid maka bukti

kerjasama aktif antara Saddam dan Al-Qaidah adalah pada diri Mohammed Atta (orang

yang diklaim sebagai salah satu pembajak 11/9) yang bertemu dengan intelijen Irak di

Praha April 2001. Tapi setelah klaim ini dibuat, para pejabat AS menyatakan bahwa

pertemuan itu tidak menyatakan bukti kuat bahwa Irak terlibat 11/9.323

Tuduhan kedua antara Saddam Hussein dan Al-Qaidah didasarkan pada

kehadiran kelompok teroris Ansar al-Islam di Irak utara. Isu ini dibuat oleh Menteri

Luar Negeri Colin Powell di DK PBB Pebruari 2003:

“Tapi apa yang ingin saya sampaikan untuk anda perhatikan sekarang adalah hubungan potensial lebih sinis antara Irak dan Al-Qaidah, hubungan yang mengkombinasikan organisasi teroris klasik dan metode pembunuhan modern. Irak sekarang menjadi pangkalan jaringan teroris mematikan yang dipimpin oleh Abu Mus’ab al-Zarqawi, sekutu dan kaki tangan Osama bin Laden dan letnan-letnan Al-Qaidah. Zarqawi, keturunan Palestina kelahiran Jordania, berperang di perang Afghan lebih dari satu dekade lalu. Kembali ke Afghanistan tahun 2000, dia mengawasi pusat pelatihan teroris. Salah satu spesialisasinya dan pusat pelatihannya adalah racun. Saat koalisi kita mengusir Taliban, jaringan Zarqawi membantu merancang pusat pelatihan training dengan racun dan bahan peledak lain. Dan pusat pelatihan ini bertempat di Irak timur laut... .yang membantu

322 White House, “President Addresses the Nation.”323 “Atta Met Twice with Iraki Intelligence,” CNN.com, October 11, 2001, http://www.cnn.com /2001/US/10/11/inv.atta.meetings/.

139

Page 140: neoconservatif vs Islamist post 9/11

menjalankan pusat pelatihan ini adalah para letnan Zarqawi yang beroperasi di utara Kurdi diluar kontrol Hussein. Tapi, Baghdad mempunyai agen dalam mayoritas level senior organisasi radikal ini, Ansar al-Islam, yang mengontrol daerah di sudut Irak ini. Pada tahun 2000, pria ini menawarkan tempat berlindung aman bagi Al-Qaidah disana. Setelah pengusiran Al-Qaidah dari Afghanistan, beberapa anggotanya menerima tempat berlindung ini. Mereka masih disana hingga sekarang. Aktivitas-aktivitas Zarqawi tidak dibatasi di sudut sempit Irak ini. Dia bepergian ke Baghdad Mei 2002 untuk perawatan medis, tinggal disana selama dua bulan sementara menguatkan diri untuk bertempur dilain hari. Selama dia tinggal disana, hampir dua lusin ekstrimis kembali ke Baghdad dan menjalankan sebuah basis operasi disana. Sekutu Al-Qaidah ini berbasis di Baghdad dan mengkoordinasikan pergerakan orang, uang, dan suplai kedalam dan keluar Irak untuk jaringannya, dan mereka sekarang telah beroperasi secara bebas disana selama sekitar delapan bulan.”324

Faktanya, bukti menunjukkan kebalikan dari klaim pemerintah. Rohan Gunaratna,

direktur penelitian terorisme di Singapore’s Institute of Defense and Strategic Studies

dan pengarang Inside Al-Qaidah, yang dianggap sebagai salah satu ahli utama tentang

Al-Qaidah dan memiliki peluang untuk memeriksa beberapa ratus dokumen Al-Qaidah

dan video pasca Operation Enduring Freedom di Afghanistan. Gunaratna “tidak dapat

menemukan semua bukti hubungan Al-Qaidah ke Saddam Hussein atau pemerintah

Baghdad,” dan video yang dia tonton “berbicara (Saddam) sebagai real monster dan

bukan Muslim yang baik.”325

Bahkan yang sering diungkapkan adalah fakta akibat buruk perang dan tidak

menemukan satu buktipun yang meyakinkan untuk mendukung klaim bahwa Saddam

Hussein mempunyai kaitan dengan Al-Qaidah. Seseorang akan berfikir bahwa, dengan

semua dokumen Saddam ditangan militer dan intelijen AS serta banyak anggota high-

ranking penjaga rezim, semua bukti telah muncul enam bulan setelah kejatuhan rezim.

Disamping itu, presiden dan para pejabat pemerintah senior lain senantiasa mengulang-

ulang klaim bahwa Saddam dan Al-Qaidah dihubung-hubungkan tanpa memberikan

324 White House, “U.S. Secretary of State Colin Powell Addresses the U.N. Security Council,”Ibid news release, February 5, 2003, http://www.white house.gov/news/releases/2003/02/Irak/20030205-1.html. diakses 7/4/2007.325 Dikutip dalam Spencer Ackerman, “The Weakest Link,” Washington Monthly, November 2003, hal. 18.dalam Ibid.

140

Page 141: neoconservatif vs Islamist post 9/11

satu bukti nyatapun, selain hanya penekanan Presiden Bush bahwa “there’s no question

that Saddam Hussein had Al-Qaidah ties,”326 realitanya bahwa isu ini dipakai untuk

menyebarkan kebencian di kalangan rakyat AS.

Perlu diingat bahwa Saddam adalah pemimpin Muslim sekuler sedangkan bin

Laden adalah Muslim fundamentalis radikal. Lebih jauh, rezim Saddam adalah jenis

pemerintah yang di klaim bin Laden tidak sah dan akan menjadi target serangan Al-

Qaidah. Ucapan simpati bin Laden pun adalah untuk rakyat Irak bukan rezim di

Baghdad. Contohnya, satu rekaman yang diluncurkan bin Laden sebulan sebelum

perang Irak yang menggambarkan Irak sebagai “bekas Ibu Kota Islam” dan mengatakan

bahwa penolakan Muslim pada agresi AS “seharusnya tidak memenangkan kelompok-

kelompok etnis, atau memenangkan rezim-rezim sekuler non-Islam, termasuk Irak.”327

Para analis intelijen di dalam dan diluar pemerintahan menakankan bahwa bin

Laden menunjukkan jalannya yang menolak Saddam dan Partai Baath dengan

menyebutnya “kafir” dan sebuah “rezim kafir” yang seharusnya disingkirkan dengan

pertolongan Allah.”328

Menurut laporan Departemen Luar Negeri 2002 “Patterns of Global Terrorism”

bahwa Baghdad membantu dua organisasi teroris berbasis di Irak-pemberontak Iran

yang berusaha menjatuhkan pemerintah Iran dan berbagai kelompok Palestina yang

menantang perdamaian dengan Israel. Kelompok ini termasuk Iranian Mujahedin-e

Khalq, Abu Nidal organization (meski Irak dilaporkan membunuh pemimpinnya),

Palestine Liberation Front (PLF), dan Arab Liberation Front (ALF). Dimasa lalu, PLF

meningkatkan aktivitasnya melawan Israel dan mengirim para anggotanya ke Irak untuk

326 Ibid.327 “Bin Laden Tape: Text,” BBC News online, February 12, 2003, http://news.bbc.co.uk/2/hi /middle_east/2751019.stm. dalam Ibid.328 Dana Priest and Walter Pincus, “Bin Laden–Hussein Link Hazy,” Washington Post,February 13, 2003, hal. A20.

141

Page 142: neoconservatif vs Islamist post 9/11

pelatihan serangan teroris dimasa depan. Baghdad menyediakan bantuan materi untuk

kelompok perlawanan Palestina lainnya di garis depan intifadah. Popular Front for the

Liberation of Palestine-General Command, HAMAS, dan Palestine Islamic Jihad adalah

kelompok utama yang didukung Baghdad. Saddam membayar keluarga pembom bunuh

diri Palestina untuk merangsang teorisme Palestina, mengirimkan $25,000 sejak Maret

melalui ALF langsung kepada keluarga pembom bunuh diri di Gaza dan Tepi Barat.

Kesaksian masyarakat sipil Palestina dan pejabatnya serta pembatalan cek yang

diketahui oleh Israel di Tepi Barat membenarkannya.329

Tapi, kelompok diatas bukanlah ancaman langsung bagi AS, dan mereka tidak

pernah menyerang target-target AS selama 20 tahun ini.330 Poin penting yang perlu

ditekankan adalah bahwa ancaman teroris ke AS hanyalah Al-Qaidah, bukan kelompok

teroris lain yang menyerang negara lain. Karena terorisme adalah sebuah tindakan

kejam dan tidak dapat dibenarkan membunuh orang tidak bersalah, dan, mudah untuk

mengkaitkan semua kelompok teroris berafiliasi Muslim dengan Al-Qaidah, tapi ini

adalah kesalahan besar. Departemen Luar Negeri mendaftar 36 organisasi teroris asing

dan 38 kelompok teroris lain.331

Tapi selain Al-Qaidah, sedikir, jika ada, yang menyerang target-target AS.

Kelompok teroris lain menargetkan negara lain (mis., Israel, Inggris, Spanyol, India)

bukanlah ancaman langsung kepada Amerika, dan AS tidak realistis jika menargetkan

setiap teroris - yang lebih dari 70 kelompok. Lebih buruk lagi, jika AS benar-benar

menjadikan teroris negara lain menjadi musuhnya, meski tidak secara langsung

menyerangnya, justru mereka akan menjadikan AS target mereka selanjutnya.

329 U.S. Department of State, “Patterns of Global Terrorism 2002,” hal. 79.330 Ibid., hal. 101, 117.331 Ibid., hal. 99, 125.

142

Page 143: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Kesimpulan dari paparan diatas, kronologi perang Irak salah bukan hanya karena

AS menggunakan kekuatan militer secara preemptive—yang hanya bisa dibenarkan saat

menghadapi ancaman yang sangat membahayakan. Bukan karena AS bertindak tanpa

ijin PBB—tidak satu negarapun yang harus menyerah karena keinginan negara lain.

Dan juga bukan karena Irak memiliki WMD—yang sejauh ini belum ditemukan, dan,

meski adapun, bukanlah ancaman bagi AS. Perang Irak salah karena terbukti dari

awalnya kelompok neoconservatif berperan besar merancang perang terhadap Islam

Politik (Al-Qaidah) di Afghanistan dan Irak meski sebenarnya sulit mengkaitkan Al-

Qaidah dengan Irak.

Dari 11 tersangka yang diklaim menyerang Amerika tidak satupun warga Irak

dan mereka juga belum terbukti terkait dengan perencanaan, pembiayaan, atau eksekusi

serangan, dan terkait dalam memberikan perlindungan pada Al-Qaidah. Klaim

berikutnya adalah pernyataan Bush “Our nation is more secure” dalam membenarkan

perang Irak, sebagaimana perang di Afghanistan, untuk melucuti jaringan teroris Al-

Qaidah. Tapi Irak tak lebih dari kasus “back to the future” dari pada membuat kemajuan

nyata melawan Al-Qaidah. Istilah state-sponsored terrorism, dengan definisi “terorisme

sebagai alat ekspresi politik”, yang digunakan, untuk Irak sangat tidak tepat. Al-Qaidah

tidak di sponsori negara manapun, 100 persen independen dari negara manapun.332

Memang, Al-Qaidah mengambil keuntungan memiliki pangkalan di

Afghanistan, tapi, ideologi dan agendanya dijalankan secara internal bukan kepanjangan

tangan suatu negara. Pembiayaan Al-Qaidah didapat dan dibiayai sendiri bukan dari

negara seperti Irak. Jika Irak telah menjadi garis depan war on terrorism, hanya karena

keputusan AS untuk menginvasinya. Irak bukanlah tempat berlindung Al-Qaidah

332 U.S. Department of State, “Patterns of Global Terrorism 2000, Overview of State-Sponsored Terrorism,” April 30, 2001, http://www.state. gov/s /ct/rls/pgtrpt/2000/2441.htm.diakses 7/4/2007

143

Page 144: neoconservatif vs Islamist post 9/11

dibawah pemerintahan brutal Saddam Hussein, tapi Al-Qaidah telah menggunakan

perang ini untuk merekrut banyak pengikut. Konspirasi yang kasat mata ini benar-benar

merangsang berbagai kelompok Islam Politik, atau bahkan, yang moderat, untuk

melawan AS. Dalam rekaman yang dipercaya sebagai suara bin Laden Pebruari 2003,

menyerukan pemberontakan kaum Muslim melawan serangan AS ke Irak:

1. “Kami menekankan pentinganya operasi bom sahid melawan musuh—operasi yang

memberikan kerugian AS dan Israel yang akan diingat dalam sejarah mereka, puji sukur

kepada Allah yang maha perkasa.

2. “Kami juga menekankan bagi siapapun yang mendukung AS, termasuk para

penguasa Irak dan Arab yang munafik, yang menyetujui tindakan-tindakan dan

mengikuti mereka dalam perang suci ini dengan berperang bersama mereka atau

menyediakan dukungan pangkalan dan adminsitrasi, atau semua bentuk dukungan,

meski dengan kata-kata, untuk membunuh kaum Muslim di Irak, harus tahu mereka

kufur dan keluar dari jamaah Muslim.

3. “Kami juga menekankan bagi kaum Muslim yang ikhlas bahwa mereka harus

bergerak menyerukan, dan memobilisasi negara Islam, berjuang bersama-sama dengan

bersemangan membebaskan diri dari ketidakadilan dan melawan rezim-rezim yang

berkuasa, yang diperbudak oleh AS.

4. “Tanpa melihat jatuh atau berdirinya partai sosialis atau Saddam, Muslim secara

umum dan Irak khususnya harus menguatkan diri mereka sendiri untuk Jihad melawan

kampanya yang tidak adil ini dan memperoleh amunisi dan senjata.”333

Ironi dari perang Irak adalah meningkatnya anti Amerika. Meskipun, pemerintah

Bush mengklaim bahwa war on terrorism bukanlah perang salib melawan Islam,

William Boykin melihat sebaliknya. Pendudukan AS membuat kaum Islam radikal

333 “Bin Laden Tape: Text.”

144

Page 145: neoconservatif vs Islamist post 9/11

makin yakin barat menginvasi Islam yang mendorong kaum Muslim dunia bersatu

melawan AS. 105,106 Kehadiran militer AS di Irak menjadi target dan magnet jihad

berbagai kelompok Islam seperti Afghanistan dimasa Soviet.334

Al-Qaidah dan kelompok Islam Politik lain di Irak mungkin mengambil

keuntungan situasi AS di Irak dan mungkin bertanggungjawab pada beberapa serangan

teroris disana — contohnya, pengeboman markas PBB di Baghdad Agustus 2003,

pengeboman Palang Merah di Baghdad Oktober 2003, dan pangkalan paramiliter Italia

di Nasiriyah November 2003.

Dari bab ini disimpulkan bahwa kelompok neoconservatif adalah aktor utama

dalam memilih Islam Politik sebagai musuh utama AS pasca perang dingin melalui

perdebatan akademis hingga usulan kebijakan yang dilakukannya diawal 1990-an.

Dengan berbagai fakta dan data yang dikumpulkan penulis, terbukti merekalah yang

merancang berbagai rekayasa dalam serangan 11/9 diikuti usulan hingga eksekusi

perang Afghanistan dan Irak dengan berbagai alasan dan bukti untuk perang yang

ternyata juga tidak terbukti. Berbagai kejanggalan dan klaim tanpa bukti ini membuat

publik AS dan dunia mulai berpaling dari neocons. Terbukti dengan kemenangan Partai

Demokrat pada pemilu House dan Senate tahun 2006 serta berbagai kecaman dan

demonstrasi untuk keluar dari Irak. Pengunduran diri Wolfowitz sebagai menteri

pertahanan juga membuktikan kuatnya tekanan publik pada mereka. Namun, dengan

jaringan dan posisi yang masih kuat baik di dalam dan diluar pemerintahan masih

334 Let.Jen. William Boykin adalah deputi undersecretary of defense for intelligence and war-fightingsupport. Dia seorang Kristen Evangelis yang membuat beberapa pernyataan kontroversial tentang Islam saat mengenakan seragam militernya pada pertemuan privat, diantaranya: “I knew that my God was a real God, and his (a Muslim fighter in Somalia) was an idol” dan “The enemy (Islamic extremists) is a spiritual enemy. He’s called the principality of darkness. The enemy is a guy called Satan.” Dikutip dari Reuters,“Rumsfeld Praises Army General Who Ridicules Islam as ‘Satan,’” New York Times, October 17,2003, hal. A7. dalam Ibid.

145

Page 146: neoconservatif vs Islamist post 9/11

sangat prematur untuk mengatakan kelompok neoconservatif telah kalah apalagi hancur

karena jaringan mereka tidak tersentuh sama sekali dengan perubahan tersebut.

BAB V

KESIMPULAN

Perjuangan kelompok neoconservatif untuk berperan menjadi policy influencer

kebijakan luar negeri AS tidak berjalan dalam waktu singkat. Perjuangan ini

berlangsung melalui proses berliku yang berjalan dalam rentang waktu 40 tahun sejak

akhir 1960-an untuk membangun pondasi kelompoknya hingga menguasai berbagai

jabatan strategis di dalam dan di luar pemerintahan demi ambisi mengarahkan kebijakan

luar negeri AS agar sesuai dengan ideologi dan kepentingannya.

Ekspansi pemikiran dan jaringan sebagai usaha awal untuk membangun

landasan kokoh kelompok ini untuk berperan dalam pengambil keputusan mulai

nampak dimasa pemerintahan Ronald Reagan dan George H.W. Bush meski neocons

belum memiliki kekuatan jaringan yang cukup untuk berperan agar mereka mengikuti

jalan pikirannya. Akhirnya, setelah disingkirkan dimasa Bill Clinton, di bawah George

W. Bush neocons berjaya dipicu kasus 11/9 diikuti perang melawan terorisme.

Perang yang diikuti pendudukan militer AS Di Afghanistan dan Irak yang

berlanjut dengan pemaksaan untuk menciptakan demokrasi liberal versi neocons telah

menciptakan sentimen anti AS di kedua negara tersebut dan di banyak negara lain, yang

menumbuhkan kebencian yang berubah menjadi kekerasan termasuk terorisme. Tanpa

serangan 11/9 pun neocons sebenarnya dapat berperan mempengaruhi proses

pembuatan kebijakan luar negeri AS karena kedekatan para tokohnya dengan Bush.

Namun, neocons lebih memilih mekanisme seperti saat perang dingin, yakni dengan

146

Page 147: neoconservatif vs Islamist post 9/11

adanya musuh ideologis yang bisa mempersatukan semua negara demokrasi dibawah

pimpinan AS, yang terbukti dimenangkan demokrasi liberal.

Kebijakan anti Islam Politik dipilih karena AS adalah karena konsekuensi

ideologi Pax-Americana yang menunutut mereka untuk mengeliminasi semua potensi

kekuatan yang memerlukan musuh bersama untuk menyatukan kekuatan dan potensi

sekutu AS dibawah kepemimpinannya. Pasca 11/9, neocons berhasil menempatkan

Islam Politik sebagai ancaman peradaban barat. Dengan kekuatan strukturalnya neocons

didalam dan diluar pemerintah Bush berhasil menciptakan ”Green Menace” dari Islam

Politik. Disisi lain, tragedi 9/11 yang jadi pemicu semua ini sebenarnya masih

merupakan kejadian yang penuh tanda tanya besar, selain justru merugikan gerakan

Islam dan umat Islam secara keseluruhan, dan banyak fakta yang menunjukkan

terencananya kebijakan ini.

Faktanya, Islam Politik dirugikan pasca 11/9 dan perang melawan terorisme.

Jika definisi teroris AS hanya dikenakan pada gerakan Islam yang menginginkan negara

Islam dengan kekerasan tentu hal ini ‘masih bisa diterima’. Namun, faktanya AS yang

tidak ingin Negara Islam diwujudkan juga memasukkan gerakan Islam non-kekerasan

sebagai targetnya. Contohnya, AS menghukum Hamas meski secara demokratis

memenangi pemilu Palestina karena dianggap sebagai Islam Politik yang menginginkan

formalisasi hukum Islam dan tidak mau mengakui Israel, dengan dibekukannya

sumbangan dari dunia internasional yang selama ini jadi urat nadi Palestina.

Kelompok neoconservatif mencerminkan kepentingan sekelompok orang yang

rasis atas kehebatan kepemimpinan AS atas dunia dan berhubungan erat dengan

komunitas Yahudi, dan negara Israel. Tanpa kehadiran neocons hampir tidak mungkin

terwujud kebijakan Islam anti Politik yang menimbulkan ketegangan Islam-Barat yang

147

Page 148: neoconservatif vs Islamist post 9/11

kembali berulang lebih menonjol dalam ranah pemikiran dan praktis melalui kekuatan

militer dibanding dimasa-masa perang Salib.

Sebagai kepanjangan kepentingan Israel dalam berbagai organisasi lobi Yahudi,

neocons menempatkan posisi AS dalam ketidakberdayaan menghadapi ’tuntutan’ Israel.

Bisa dikatakan jika Israel menyuruh AS terjun dari satu ketinggian maka para pejabat

AS yang berhaluan atau terpengaruh neocons mengatakan ”seberapa tinggi”. Hal ini

bisa dilihat dalam kasus perang Afghanistan, Irak, isolasi Iran, dan Hamas yang

semuanya jelas lebih membahayakan Israel secara langsung dibanding tanah AS yang

jauh dari Timur Tengah. Puluhan bahkan ratusan ribu nyawa manusia dianggap layak

sebagai harga bagi keamanan negara demokrasi Israel.

Islam Politik yang mulai berperan dan mulai mendapatkan tempat dalam politik

di negeri-negeri Muslim pasca runtuhnya Soviet menjadi tersudutkan pasca serangan

11/9 yang langsung diarahkan kepada Al-Qaidah dan berlanjut pada kebijakan anti

Islam Politik secara luas. Serangan 11/9 dijadikan sarana neocons untuk menempatkan

Islam Politik sebagai musuh AS, kemanusiaan, dan dunia. Akhirnya, barat serempak

mengatakan ideologi Islam Politik adalah ideologi setan, fasis, dan militan yang tidak

sesuai dengan Islam versi barat yang moderat, liberal dan menerima demokrasi dan

kebebasan versi barat.

Berbagai kejadian menunjukkan bahkan simbol-simbol Islam berupa jenggot,

jilbab, cadar, dan gamis diidentikkan dengan teroris Islam. Interogasi berlebihan

dijalankan di bandara-bandara untuk mereka terlebih jika namanya adalah Islam-Arab;

Muhammad atau Abdullah, kesulitan lebih jauh akan diterima. Isu ini digunakan barat

untuk menekan posisi Islam Politik yang ingin memberikan alternatif baru dari

148

Page 149: neoconservatif vs Islamist post 9/11

demokrasi kapitalis pasca hilangnya pesaing sosialis komunis yang dianggap gagal

dengan runtuhnya Soviet.

Ketakutan berlebihan ini didukung dengan klaim-klaim yang menyatakan Islam

sebagai agama dan ideologi yang agresif, mengedepankan pedang, anti toleransi, dan

yang terpenting anti barat sekuler. Ketakutan barat ini bukan tanpa alasan; Islam sebagai

negara adalah satu-satunya peradaban yang pernah menaklukkan dan menduduki Eropa,

berkuasanya Islam Syi’ah di Iran yang hingga kini menjadi batu sandungan kepentingan

barat di Timur Tengah, dan berbagai aksi anti AS dan sekutunya yang banyak dilakukan

oleh Islam Politik mulai dari pengeboman kedutaan hingga unjuk rasa besar-besaran

anti AS dengan membakar bendera dan replika Bush.

Posisi Islam Politik di negeri-negeri mayoritas muslim kian terjepit dengan

berkuasanya para pemimpin politik pro-barat yang menjadi kepanjangan tangannya. AS

dan sekutunya tidak segan-segan mengucurkan dana jutaan dolar untuk melatih dan

mempersenjatai pasukan-pasukan khusus dari negara satelitnya seperti yang diberikan

pada Detasemen khusus 88 anti teror di Indonesia. Bahkan, mereka mendukung penuh

tindakan para diktator yang membunuh, menyiksa, dan menjebloskan ke penjara para

aktivis Islam tanpa proses hukum seperti yang banyak terjadi di Timur Tengah dan Asia

Tengah sebagaimana yang dilakukan AS di Abu Gharib dan Guantanamo.

Menurut penulis, Kebijakan anti Islam Politik ini hanya disebabkan oleh satu

kelompok orang yang rasis pada nilai-nilai demokrasi Amerika dan pro-Israel; yakni

kelompok neoconservatif. Tanpa mereka dunia pasti akan melihat Islam Politik dapat

bersanding dan bersaing secara fair dengan demokrasi kapitalis sekuler yang menurut

mereka adalah sumber dari dekadensi moral dan kesenjangan dunia karena

menyingkirkan peran agama dalam sektor publik sebagai konsekuensi sejarah kelam

149

Page 150: neoconservatif vs Islamist post 9/11

teokrasi gereja dan kapitalisme yang gagal merumuskan sistem distribusi ekonomi yang

adil. Islam akan menjadi jalan ketiga selain Kapitalisme dan Sosialisme.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Barston. R. P. 1988. Modern Diplomacy. London and New York: Longman.

Brewer, T.L. 1992. American Foreign Policy: A Contemporary Introduction, 3rd ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Brocker, Mathis. 2006. Konspirasi 11.9. Jakarta: PT. Ina Publikatama.

Burnham, Peter, et al, Research Methods in Politics, dalam bahan bacaan SPHI 605 Metode Penelitian HI.

Burns, James Mac Gregor et al. 1993. Government by the People . Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Coplin, William D. 1992. Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoreti terj. Marsedes Marbun, Edisi Kedua. Bandung: Sinar Baru.

Clymer, Carlton et.al. 2000. Pengantar Ilmu Politik, terj. Zulkifly Hamid. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Dougherty, James F. dan Platzgaff, Robert L. 1996. Contending Theories of International Relations, A Comprehensive Survey. New York: Simon and Schuster.

Dumbrell, J. 1990. The Making of US Foreign Policy. Manchester: Manchester University Press.

Edwards, Lee. 1999. The Conservative Revolution: The Movement That Remade America. New York: The Free Press.

Evans, Graham dan Newnham, Jerry. 1998. The Penguin Dictionary of International Relations. London: The Penguin Group.

Francis, Samuel. 1993. Beautiful Losers: Essays on The Failure of American Conservatism. Missouri: University of Missouri Press.

Fukuyama, Francis. 2004. The End of History and The Last Man. Jogjakarta: Qalam.

Gergez, Fawaz A. 1999. America and Political Islam: Clash of Civilization or Clash of Interest?. New York: Cambridge University Press.

150

Page 151: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Gray, Jerry D. 2004. (9-11) The Hard Evidence Exposed!!! The Real Truth. Jakarta: Sinergi Publishing.

Hamm, Bernd. 2005. The Bush Gang; Kelompok Elit yang Menghancurkan; Serangan Neoconservatif terhadap Demokrasi dan Keadilan. Jakarta: PT. INA PUBLIKATAMA.

Honderich, Ted. 2005. Conservatism: Burke, Nozick, Bush, Blair?. London: Pluto Press.

Holsti, K.J. 1995. International Politics: A Framework for Analysis, 7th ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Huntington, Samuel. 2003. Benturan Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia. Jogjakarta: Qalam.

Huntington, Samuel P.. 2004. Who Are We? The Challenges To America’s National Identity. New York; Simon & Schuster Paperbacks.

Janda, Kennet, Berry, Jeffrey M. dan Goldman, Jerry. 1992. The Challenge of Democracy: Government in America, Third Edition. Boston: Houghton Miflin Company.

Kegley, C.W. & Wittkopf, E.R. 1996. American Foreign Policy, 5th ed. New York: St. Martin's Press.

Kuncahyono, Trias. 2005. Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES.

Nisbet, Robert. 1989. Conservatism: Dream and Reality. Minneapolis: University of Minnesota Press.

Perkins, John. 2005. Confession of an Economic Hit Man. Jakarta: Abdi Tandur.

Samuel, Francis. 1993. Beautiful Losers: Essays on The Failure of American Conservatism. Missouri: University of Missouri Press.

Schmidt W., Steffen, Shelley, Mark.C. and Bardes, Barbara A. 1985. AmericanGovernment and Politics Today. New York Los Angeles San francisco: West Publishing Company.

Steinfels, Peter. 1979. The Neoconservatives: The Men Who Are Changing America’s Politics. New York: Simon & Schuster.

Stelzer, Irwin (ed.). 2004. The Neocon Reader . New York: Grove Press.

151

Page 152: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Tyrell, R. Emmet, Jr. 1992. The Conservative Crack-Up. New York: Simon and Schuster.

Viotti, Paul R. dan Kaupp, Mark V. 1999. International Theory: Realism, Pluralism, Globalism and Beyond, Third Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Woodward, Bob. 2002. Bush at War. New York: Simon & Schuster.

B. Jurnal, Surat Kabar dan Dokumen Resmi

Bush: Perang ke Irak Tak Terhindarkan, dalam Republika, 7 Oktober 2002.

Bush: Serangan Tak Terelakkan, dalam Jawa Pos, 4 Oktober 2002.

DPR AS Setuju, dalam Jawa Pos, 3 Oktober 2002.

Fukuyama, Francis. Summer 2004. September 11, 2001 Attacks Timeline. The Neoconservative Moment. dalam The National Interest, Volume 76.

Kaiser, R.G. 2003. U.S. Risks Isolation, Breakdown of Old Alliances in Case of War. The Washington Post, March 16.

Kongres Setuju, Selangkah Lagi Aksi Militer AS ke Irak, dalam Jawa Pos, 13 Oktober 2002.

Perang ‘Melawan’ Saddam, dalam Republika, tanggal 14 Maret 2002.

Pincus, Walter. 2003. CIA Finds No Evidence Hussein Sought to Arm Terrorists. Washington Post, 16 November.

Priest, Dana and Pincus, Walter. Bin Laden–Hussein Link Hazy. Washington Post, February 13, 2003.

Rakyat Saddam Tak Sabar, dalam Jawa Pos, 12 Oktober 2002.

Sihbudi, Riza. Mungkinkah Perang Dicegah. dalam Republika, 17 Maret 2003.

The Economist. 2003. C for Capitalism. The Economist, June 26.

Thomas R, Pickering. The Changing Dynamics of U.S. Foreign Policy-Making dalam U.S. Foreign Policy Agenda, Volume 3, Number 1, March 2000.

C. Situs Internet

American Enterprise Institute dalam http://www.answers.com/topic/american-enterprise-institute.

152

Page 153: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Atta Met Twice with Iraki Intelligence. CNN.com, October 11, 2001, http://www.cnn.com /2001/US/10/11/inv.atta.meetings/.

Blumenthal, S. 2004. America's Military Coup. The Guardian, May 13. At http ://www.guardian.co.uk/Irak/Story/0,2763,1215613,00.html.

Boot, M. 2004a. "Q&A: Neocon Power Examined". Empire Builders: Neoconservatives and their Blueprint for US Power. The Christian Science Monitor. http://www.csmonitor.com/specials/neocon/boot.html.

Bush, G.W. 2003. Special Report with Brit Hume: An Exclusive Interview with President Bush, Fox News. At http://www.foxnews.com/story/0,2933,98111,00.html.

CBS, 2004. New Fuel to Halliburton Fraud Fire. CBS Evening News, http://www.cbsnews.com/stories/2004/08/17/eveningnews/main636644.shtml

Charles V. Peña Irak: The Wrong War. Policy Analysis: December 15, 2003, No. 502 dalam www.foreignpolicy.com/Ning/ archive/archive/106/letters.pdf.

Daniel Eissenberg, “We’re Taking Him Out,” dalam www.archives.cnn.com/2002/ALLPOLITICS/ 05/06/time.out/index.html.

Elizabeth Nelson (1989) The British Counterculture 1966-73: A Study of the Underground Press. London: Macmillan. dalam Counterculture dalam http://www.answers.com/topic/counterculture.

Elsje Fourie, Neoconservatism And Us Foreign Policy: A View From Venus Part II: The Bush Presidency And The War In Irak, dalam http://www.basicint.org/pubs/Papers/2004nc02.htm--basicdiscussionp2.

Exxon Mobil dalam www.opensecrets.org/orgs/summary.asp?ID=D000000129&nAME=Exxon+Mobil.

Hartung, W.D. 2004. Making Money on Terrorism. The Nation, February 5. dalam http://www.thenation.com/doc.mhtml?i=20040223&c=2&s=hartung.

http://en.wikipedia.org/wiki/East_Coast_of_the_United_States.

Institute for Advanced Strategic and Political Studies. 1996. Study Group on a New Israeli Strategy Toward 2000: A Clean Break: A New Strategy for Securing the Realm. At http://www.israeleconomy.org/strat1.htm.

Irak letter 1998 dalam www.newamericancentury.org/iraqletter1998.htm.

Irak letter for Clinton dalam www.newamericancentury.org/iraqclintonletter.htm.

Irving Kristol, “The Neoconservative Persuasion,”www.weeklystandard.com/Content/ Public/Articles/000/000/003/000tzmlw.asp?pg=2Isenberg, D. 2004. A Fistful of

153

Page 154: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Contractors: The Case for a Pragmatic Assessmentof Private Military Companies in Irak. BASIC Research Report 2004.2 September.http://www.basicint.org/pubs/Research/2004PMC.htm

Islamic Fundamentalism dalam www. Wikipedia.org.enwiki/org/wiki/Islamic-Fundamentalism.htm.

Islamist and Islamism dalam http://www.geocities.com/martinkramerorg/Terms.htm.

Isolationism dalam www.csmonitor.com/cgi-bin/neoconquiz.pl.

Kristol, Irving. 1995. Neoconservatism: The Autobiography of An Idea. New York: The “Neoconservatism in the United States,”dalam www.wikipedia.org/wiki/Neoconservatism_in_the_ United_States.

Kull, S. 2004. Voice of a Superpower. Foreign Policy, May/June. Dalam http://www.foreignpolicy.com/users/login.php?story_id=2539&URL=http://www.foreignpolicy.com/story/cms.php?story_id=2539&page=3.

Lambro, D. 2003. Americans Support War in Irak 2-1, Poll Finds. The Washington Times, December 22. At http://washingtontimes.com/national/20031222-120239-5311r.htm

Leo Straus dalam Kevin MacDonald, “Thinking About Neoconservatism,” dalam www.vdare.com/ misc/macdonald_neoconservatism.htm.

Lind, M. 2003. How Neoconservatives Conquered Washington-and Launched a War. Salon,http://archive.salon.com/opinion/feature/2003/04/09/neocons/index1.html.

Lobe, J. 2004. Spy Probe Scans Neocon-Israel Ties. Inter-Press Service, http://domino.ips.org/ips/eng.NSF/vwWEBMainView?SearchView&Query=%28jim+lobe%29+&SearchMax=100&SearchOrder.

Marshall, J.M. 2004. Iran-Contra II?. The Washington Monthly, September. At http://www.washingtonmonthly.com/features/2004/0410.marshall.html.

Max Shactman dalam www.wikipedia.org/wiki/Max_Shactman.

Merriam-Webster Dictionary. 2004b. Military-Industrial Complex. at http://www.m-w.com/cgi-bin/dictionary?book=Dictionary&va=military industrial+complex

Michael Elliot dan James Carney, ”First Stop, Irak,” dalam www.cnn.com/2003/ALLPOLITICS/ 03/24/timep.saddam.tm/index.html.

Neoconservative: Definition and views dalam http://en.wiki.globaltruth.org/Neoconservatism.

154

Page 155: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Neoconservatism in the United States, dalam www.wikipedia.org/wiki/Neoconservatism_in_the_ United_States

Neocons Key Figures, dalam www.csmonitor.com/specials/neocon/index.html.

News release, February 5, 2003, http://www.white house.gov/news/releases/2003/02/Irak/20030205-1.html.

Nicholas Xenos, “Leo Strauss and the Rethoric of the War on Terror,” dalam www.logosjournal.com/issue_3.2/mason.htm.

Pax Americana dalam www.newamerican centuries.com-pax-americana.htm.

PBS. 2003a. Analyses: 1992: First Draft of a Grand Strategy. Frontline: Truth, War and Consequences.http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/Irak/themes/1992.html.

Perle, R. 2003. "Interview". PBS Frontline: Truth, War and Consequences, July 10. At http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/truth/interviews/perle.html.

Plan for New American Centurty dalam www.wikipedia.org/wiki/Plan_for_New_American_ Century.

Presidency of George W. Bush dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Presidency_of_George_W._Bush.

September 12, 2002, http://www.whitehouse.gov/ news/releases/2002/09/20020912-1.html.

Singer, P.W. 2004. Warriors for Hire in Irak. The Brookings Institution, April 15. At http://www.brookings.edu/views/articles/fellows/singer20040415.htm.

Spolar, C. 2004. 14 'Enduring Bases' Set in Irak. Chigago Tribune, March 23.LeMann, N. 2001. "Letter From Washington: The Quiet Man". The New Yorker, May 7. http://newyorker.com/archive/content/?040906fr_archive06.

Statement of Principles dalam www.newamericancentury.org/statementofprinciples.htm.

“Talk: Neoconservatism in the United States,” dalam www.wikipedia.org/wiki/Talk: Neoconservatism_in_the_United_States

The Joint Resolution Authorizing the Use of Force Against Terrorists. dalam www. september11news.com/PresidentBush.htm

“Timeline of Counterterrorism Planning,” at www.archives.cnn.com/2002/ALLPOLITICS/08/05/wh.alqaeda.timeline/index.html

The Transitional Program. Retrieved February 10, 2005 dalam Fourth

155

Page 156: neoconservatif vs Islamist post 9/11

International in http://www.answers.com/topic/fourth-international.

Thielmann, G. 2003. Interview. PBS Frontline: Truth, War and Consequences,July 10 http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/truth/interviews/thielmann.html

Time Magazine 6 Octoboer 2005 dalam www.time.com

Trotskyism, dalam www.wikipedia.org/wiki/Trotskyism.

US Arms Trader to Run Irak. The Observer, March 30. At http://observer.guardian.co.uk/business/story/0,6903,925309,00.html.

U.S. Department of State, “Patterns of Global Terrorism 2000, Overview of State-Sponsored Terrorism,” April 30, 2001, http://www.state. gov/s /ct/rls/pgtrpt/2000/2441.htm.

White House, “President George Bush Discusses Irak in National Press Conference,” news release, March 6, 2003, http://www.whitehouse.gov/news/releases/2003/03/20030306-8.html.

White House, “President Bush Discusses Irak with Congressional Leaders,” news release September 26, 2002, http://www.whitehouse.gov/ news/releases/2002/09/Irak/20020926-7.html.

Wilson, J. 2004. The Cult That's Running the Country. Salon, May 3. http://www.salon.com/books/feature/2004/05/03/accuse/index3.html.

www.bradleyfdn.org/board.html.

www.bradleyfdn.org/programs.html.

www.commentarymagazine.com/HTMLStubPage.asp.

www.heritage.org/About/aboutHeritage.cfm.

www.jinsa.org/about/about.html.

www.jmof.org/.

www.mediatransparency.org/funderprofile.php?funderID=3.www.nationalinterest.org/ME2/dirsect.asp?

sid=1CC7F100AE244FA7AA2F839DA4788984&nm= About+TNI.

www.newamericancentury.org/Bushletter.htm.

156

Page 157: neoconservatif vs Islamist post 9/11

www.scaife.com/sarah.html.

www.september11news.com/DailyTimelineSept11.htm.

www.sourcewatch.org/index.php?title=Dick_Cheney.

www.sourcewatch.org/index.php?title=Donald_Rumsfeld.

www.sourcewatch.org/index.php?title=John_M._Olin_ Foundation.

www.sourcewatch.com/index.php?title=National_Review.

www.sourcewatch.org/index.php?title=Scaife_Foundations.

www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A132-2004Dec14html.

www.weeklystandard.com/AboutUs/default.asp.

www.weeklystandard.com/AboutUs/default.asp#Masthead.

www.wikipedia.org/wiki/Bradley_Foundation.

www.wikipedia.org/wiki/Center_for_Security_Policy.

www.wikipedia.org/wiki/Center_for_Strategic_and_International_Studies.

www.wikipedia.org/wiki/Commentary_Magazine.

www.wikipedia.org/wiki/Committee_for_the_ Liberation_of_Iraq6.

www.wikipedia.org/wiki/Foundation_for_the_Defense_of_Democracies.

www.wikipedia.org/wiki/Heritage_Foundation.

www.wikipedia.org/wiki/Hudson_Institute.

www.wikipedia.org/wiki/Jewish_Institute_for_National_Security_Affairs.

www.wikipedia.org/wiki/National_Endowment_for_Democracy.

www.wikipedia.org/wiki/The_National_Interest.

www.wikipedia.org/wiki/The_National_Review.

www.wikipedia.org/wiki/The_Public_Interest.

www.wikipedia.org/wiki/The_Weekly_Standard.

157

Page 158: neoconservatif vs Islamist post 9/11

Zionist in the bush administration dalam http://www.care2.com/news/member/798880044/307663.

.

158

Page 159: neoconservatif vs Islamist post 9/11

159

Page 160: neoconservatif vs Islamist post 9/11

160