Upload
melzf24
View
61
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pendahuluan
Proses kelahiran merupakan keadaan hipoksia yang harus dilalui oleh seorang
bayi, yang disebabkan oleh perubahan sistem pernafasan bayi dari dalam kandungan
yang sangat berbeda dengan keadaan di luar kandungan. Sebagian kecil bayi
memerlukan tindakan atau bantuan agar dapat melewati proses ini dengan baik,
sehingga mampu bernafas secara spontan setelah lahir. Nls. Sekitar 90% bayi
mengalami transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstra uterine dengan sempurna,
hanya dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan, dan sangat penting bahwa
kitasama sekali jangan mengganggu momen kedekatan dan kenangan keluarga yang
menghadapi persalinan lancer tanpa komplikasi (1).
Dampak yang terjadi apabila bayi tidak mampu melewati masa transisi ini
dengan baik akan terkait dengan masalah seumur hidup, bahkan menyebabkan
kematian. Asfiksia saat lahir menjadi penyebab lebih dari 23% dari sekitar 4 juta
kematian neonatus di seluruh dunia setiap tahunnya (2).
Asfiksia sendiri sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab
kematian terbesar neonatus. Selain itu, beberapa komplikasi jangka panjang asfiksia
sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, yang tentunya
akan mempengaruhi kualitas generasi suatu bangsa.
Program Neonatal life support/resusitasi neonatus bertujuan untuk membantu
bayi melewati masa transisi dari intrauterin ke ekstrauterin, yang terdiri dari beberapa
langkah, antara lain (3):
– Mengeringkan bayi dan mencegah bayi kehilangan panas (hipotermi)
– Menentukan apakah bayi memerlukan intervensi lanjut
– Memastikan saluran pernafasan terbuka (Airway)
– Mengisi jaringan paru/alveoli dengan udara
– Membantu pernafasan bayi (Breathing)
– Tindakan kompresi dada
– Memberikan obat obatan yang diperlukan
1
Perubahan fisiologis pada saat kelahiran
Sekitar 10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk mulai bernafas saat
lahir dan kurang dari 1% membutuhkan tindakan resusitasi ekstensif agar selamat.
Tindakan resusitasi neonatus mencakup juga tindakan ABC, yaitu : pastikan bahwa
jalan nafas (Airway) tetap terbuka dan bebas. Pastikan bahwa pernafasan (Breathing)
berlangsung, baik spontan maupun dengan bantuan. Pastikan bahwa sirkulasi
(Circulation) darah yang teroksigenasi sudah adekuat. Setelah lahir, bayi dalam
keadaan basah dan mudah kehilangan panas. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang normal selama melakukan
resusitasi(1).
Asfiksia yang terjadi akan sangat mempengaruhi bayi bahkan dapat
menyebabkan kematian pada bayi baru lahir. Menurut American Academy of
Pediatricians (2004) asfiksia perinatal pada seorang bayi menunjukkan tanda-tanda(2):
1. Asidemia metabolik atau campuran (metabolik dan respiratorik) yang jelas,
yaitu pH <7 pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilikal.
2. Nilai Apgar 0-3 pada menit ke-5.
3. Manifestasi neurologi pada bayi baru lahir segera, termasuk kejang,
hipotonia, koma, atau ensefalopati hipoksi iskemik.
4. Terjadi disfungsi multiorgan segera pada periode bayi baru lahir.
Nilai Apgar merupakan metode obyektif untuk menilai kondisi bayi baru lahir
dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan bayi secara
keseluruhan dan keberhasilan tindakan resusitasi.Namun, tindakan resusitasi harus
dimulai sebelum perhitungan pada menit pertama. Jadi nilai Apgar tidak digunakan
untuk menentukan apakah seorang bayi memrlukan resusitasi, langkah mana yang
dibutuhkan atau kapan kita membutuhkannya. Nilai Apgar dinilai pada menit pertama,
selanjutnya pada menit ke-5.Jika nilai pada menit ke-5 kurang dari 7, tambahan
penilaian harus dilakukan tiap menit sampai 20 menit (1)..
Sistem Pernafasan dan Sirkulasi bayi sebelum kelahiran
Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah kelahiran.
Sebelum lahir, seluruh oksigen yang digunakan janin berasal dari difusi darah ibu ke
2
darah janin melewati membrane plasenta. Hanya sebagaian kecil darah janin yang
dialirkan ke paru-paru janin. Paru-paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen
atau jalan untuk mengeluarkan karbondioksida. Paru janin berkembang di dalam
uterus, tetapi alveoli terisi oleh cairan, bukan udara. Pembuluh arteriol di dalam paru-
paru janin mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan oksigen parsial (pO2) rendah(1).
Sebelum lahir, sebagian besar darah dari sisi kanan jantung tidak dapat
memasuki paru karena resistensi pembuluh darah paru janin yang
mengkerut/vasokontriksi masih tinggi, sehingga sebagian besar aliran darah ini
mengambil jalur yang mempunyai resistensi yang lebih rendah yaitu melewati duktus
arteriosus menuju aorta (1).
Gambar 1 Cairan di dalam alveoli dan vasokonstriksi pembuluh darah sebelum lahir (kiri).
Dilatasi pembuluh darah paru saat lahir (kanan).(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Gambar 2Aliran darah yang melalui duktus arteriosus pada janin
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Perubahan sistem pernafasan dan sirkulasi janin setelah proses kelahiran
3
Secara garis besar, terjadi tiga perubahan besar setelah kelahiran, yaitu (1):
1. Cairan alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru dan alveoli akan terisi
udara.
2. Arteri dan vena umbilikalis akan menutup dan dijepit (vasokonstriksi). Hal ini
menyingkirkan jalur sirkuit plasenta yang resistensinya rendah dan
menghasilkan peningkatan dalam tekanan tekanan darah sistemik.
3. Akibat mengembangnya alveoli oleh udara berisi oksigen, kadar oksigen
dalam alveoli meningkat. Pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi
sehingga tahanan terhadap aliran darah berkurang.
Gambar 3Cairan di dalam alveoli akan digantikan oleh udara
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Gambar 4Setelah kelahiran, aliran darah melalui duktus arteriosus terhenti dan aliran darah akan
mengalir ke paru-paru.(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Setelah lahir, terjadi peningkatan tahanan darah sistemik, menyebabkan
tekanan darah arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tahanan darah sistemik
akan meningkatkan aliran darah paru secara dramatik dan menurunkan aliran darah
pada duktus arteriosus. Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh darah
4
paru mengalami relaksasi, duktus srteriosus akan menyempit. Darah yang
sebelumnya melalui duktus arteriosus, sekarang melalui paru-paru akan membawa
banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.
Pada akhir masa transisinormal, bayi menghirup udara dan menggunakan
paru-paru untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan nafas yang
dalam cukup kuat mendorong cairan dari jalan nafasnya. Oksigen dan pengembangan
paru merupakan rangsangan pertama utama relaksasi pembuluh darah paru-paru.
Pada saat oksigen masuk adekuat ke dalam pembuluh darah, warna kulit akan
berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.
Walaupun tahap awal transisi normal terjadi dalam beberapa menit setelah
kelahiran, proses selanjutnya belumlah lengkap sampai beberapa jam atau bahkan
beberapa hari setelah persalinan. Penutupan secara sempurna duktus arteriosus
memakan waktu 12 – 24 jam setelah persalinan, dan relaksasi pada paru secara
sempurna belum terjadi sampai beberapa bulan kemudian (1).
Beberapa kesulitan yang mungkin akan terjadi pada neonatus yang baru lahir,
antara lain :
Bayi mungkin tidak bernafas dengan baik untuk menyingkirkan cairan dari
alveoli atau benda asing seperti mekonium. Sehingga paru tidak berisi
udara dan oksigen tidak dapat diserap oleh aliran darah paru-paru
(hipoksemia).
Tidak terjadi peningkatan tekanan darah sistemik (hipotensi sistemik).
Kehilangan darah yang banyak, kontraktilitas jantung yang buruk atau
bradikardia akan menghambat peningkatan tekanan darah.
Arteri pulmonal tetap konstriksi setelah kelahiran karena sebagian atau
seluruh paru gagal mengembang atau karena kekurangan oksigen
sebelum/selama persalinan (hipertensi pulmonal persisten neonatus
(PPHN), sehingga terjadi penurunan aliran darah ke paru-paru dan pasokan
oksigen ke jaringan.
Bayi baru lahir yang mengalami kesulitan pada masa transisi akan
menunjukkan satu atau lebih gejala-gejala berikut, yaitu (1):
Tonus otot yang buruk akibat kurangnya oksigen ke otak, otot dan organ-
organ lainnya.
Depresi pernafasan karena kekurangan oksigen ke otak.
5
Bradikardia karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung dan batang
otak.
Tekanan darah yang rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung
atau kehilangan darah.
Takipnea karena kegagalan penyerapan cairan di dalam alveoli paru-paru.
Sianosis yang menetap, atau oksimetri menunjukan saturasi rendah, karena
kadar oksigen di dalam darah rendah.
Setiap masalah yang mengakibatkan gangguan aliran darah atau oksigenasi,
baik di dalam uterus, selama persalinan dan/atau kelahiran dapat mengganggu
keadaan janin dan bayi baru lahir. Stress perinatal, awalnya bermanifestasi sebagai
periode pernafasan cepat, kemudian diikuti oleh periode henti nafas (apneu) primer
(tidak ada pernafasan/megap-megap). Selama periode apneu primer ini, rangsangan
seperti mengeringkan bayi atau menyentil kaki akan menimbulkan kembalinya usaha
nafas.
Bila gangguan kardiorespirasi selama apnu primer terus berlanjut, bayi akan
mengalami periode pernafasan megap-megap lagi, yang berlangsung singkat dan
kemudian masuk ke periode apnu sekunder, di mana rangsangan taktil tidak akan
mengembalikan pola pernafasan bayi. Harus diberikan bantuan ventilasi untuk
membalikan proses yang terjadi (1).
Gambar 5Perubahan frekuensi jantung dan tekanan darah selama periode apnu
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Persiapan Resusitasi
6
Pada setiap persalinan, kita harus siap melakukan resusitasi karena
kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba. Dengan pertimbangan yang
baik tentang faktor risiko, lebih dari separoh bayi baru lahir yang memerlukan
resusitasi dapat diidentifikasikan sebelum lahir. Persiapan yang perlu dilakukan antara
lain (1,2):
Pencegahan infeksi dengan melakukan standar pencegahan infeksi.
Setiap cairan tubuh harus dianggap sebagai bahan yang berpotensi
menyebabkan infeksi. Petugas harus mencuci tangan, memakai sarung
tangan dan alat proteksi lain seperti kacamata, celemek dan baju khusus
selama prosedur penanganan.
Persiapan peralatan dan obat-obatan.
Peralatan dan obat-obatan yang lengkap harus tersedia pada setiap
persalinan.Peralatan dan obat tersebut harus diperiksa secara regular.
Pada setiap akan berlangsungnya persalinan, alat tersebut harus diperiksa,
diuji dan diyakinkan baik fungsinya.
Persiapan keluarga.
Pada setiap persalinan diperlukan komunikasi antara petugas dengan
keluarga, terutama suami ibu yang akan melahirkan.
Persetujuan tindakan medik.
Petugas seharusnya mendiskusikan rencana tatalaksana bayi dan
memberikan informasi kepada keluarga.Setelah keluarga setuju, petugas
meminta persetujuan secara tertulis.
Persiapan dan antisipasi untuk menjaga bayi tetap hangat.
Lingkungan tempat melahirkan harus dijaga suhunya supaya tidak
menyebabkan bayi menjadi hipotermia. Bila resusitasi tidak diperlukan, bayi
dapat diletakkan di tubuh ibunya, di dada atau perut dengan cara kontak
kulit dengan kulit. Bayi akan tetap hangat karena sumber panas dari tubuh
ibunya.
Penilaian Bayi Baru Lahir
Penilaian awal
Penilaian awal dilakukan pada setiap bayi baru lahir untuk menentukan
apakah tindakan resusitasi harus segera dilakukan. Segera setelah lahir, dilakukan
7
penilaian pada semua bayi dengan mengajukan pertanyaan yang harus segera
dijawab oleh penolong, yaitu (1,4,5,6) :
- Apakah bayi lahir cukup bulan?
- Apakah bayi bernafas atau menangis?
- Apakah tonus otot baik?
Bila bayi cukup bulan dan bugar, dilakukan perawatan rutin, yang meliputi (7):
- Jaga kehangatan
- Bersihkan jalan nafas (bila perlu).
- Keringkan
- Pemantauan tanda bahaya.
- Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 mmenit
setelah lahir.
- Lakukan inisiasi menyusui dini
- Berikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral
setelah inisiasi menyusui dini.
- Berikan salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata.
- Lakukan pemeriksaan bayi.
- Berikan imunisasi hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di paha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.
Bila salah satu atau lebih jawaban “tidak”, bayi memerlukan tindakan resusitasi,
dimulai dengan langkah awal resusitasi.
Langkah Awal Resusitasi
Pada saat sudah ditentukan bahwa bayi memerlukan resusitasi, maka langkah
awal resusitasi harus segera dilakukan. Walaupun disebutkan sebagai “awal”, dan
dilaksanakan dalam urutan tertentu, harus tetap diaplikasikan selama proses
resusitasi. Langkah awal tersebut meliputi :
A. Memberikan kehangatan.
Bayi diletakan di bawah alat pemancar panasagar tim dapat mencapai bayi dengan
mudah dan mengurangi kehilangan panas. Biarkan bayi telanjang agar panas dari
alat pemancar dapat mencapai bayi.
8
Gambar 6Memberikan kehangatan dengan meletakan bayi di bawah pemancar panas
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
B. membuka jalan nafas dengan posisi leher sedikit ekstensi.
Bayi diletakkan terlentang atau miring dengan leher sedikit tengadah dalam posisi
menghidu. Dengan demikian posisi faring, laring dan trakea dalam satu garis lurus
yang akan mempermudah masuknya udara. Untuk membantu mempertahankan
posisi yang benar, dapat diletakan gulungan kain atau handuk di bawah bahu.
Gambar 7Meletakkan bantalan kain di bawah bahu untuk mendapatkan posisi sedikit tengadah
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
C. membersihkan jalan nafas (bila diperlukan)
Membersihkan jalan nafas, tergantung pada :
1. Adanya mekonium
2. Tingkat keaktifan bayi
Apabila di dalam cairan ketuban terdapat mekonium, kita harus menilai apakah
bayi dalam keadaan bugar atau tidak. Bayi dikatakan bugar kalau :
- Usaha nafas yang kuat
- Tonus otot yang baik
9
- Frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit.
Apabila bayi tidak dalam keadaan bugar, harus segera dilakukan
penghisapan trakea sebelum pernafasan untuk menghindari sindrom aspirasi
mekonium.
Gambar 8Penghisapan trakea pada bayi dengan cairan ketuban bercampur mekonium yang tidak bugar
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Apabila bayi dalam keadaan bugar, cukup membersihkan sekret dan
mekonium dari mulut dan hidung dengan balon penghisap atau kateter penghisap
berukuran 12F atau 14F.Bila terdapat sekret kental keluar dari mulut, miringkan
kepala. Dengan demikian sekretakan terkumpul di pipi dan dengan mudah dapat
dibersihkan.
Mulut dihisap sebelum hidung untuk memastikan bahwa sudah tidak ada
sekret yang dapat diaspirasi seandainya bayi bernafas ketika dilakukan
penghisapan mulut.
Apabila menggunakan kateter, jangan sampai menghisap mulut terlalu
kuat atau terlalu dalam.Perangsangan faring posterior dalam beberapa menit
setelah lahir dapat menimbulkan reflex vagus yang menyebabkan bradikardia berat
dan apnu. Bila terjadi bradikardia selama penghisapan, hentikan penghisapan dan
lakukan penilaian terhadap frekuensi jantung.
10
Gambar 9Membersihkan jalan nafas dengan menggunakan balon penghisap
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
D. Keringkan, rangsang dan posisikan kembali
Mengeringkan tubuh bayi selain akan membantu mengurangi kehilangan
panas, juga dapat memberikan rangsangan pada bayi baru lahir. Sebagai bagian
dari resusitasi, harus disiapkan beberapa handuk atau selimut yang telah
dihangatkan.Sambil mengeringkan bayi, pastikan bahwa kepala bayi berada pada
posisi yang benar agar jalan nafas tetap terbuka.
Gambar 10Mengeringkan bayi dan memposisikan kembali
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Bila bayi masih dalam keadaan bernafas yang tidak adekuat, dapat
dilakukan rangsangan taktil yang lain, seperti (1, 4, 5, 6):
- Menepuk atau menyentil kaki bayi
- Menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi.
11
Setelah dilakukan satu atau dua tepukan atau sentilan pada telapak kaki atau
gosokan pada punggung, namun bayi masih dalam keadaan apnu, diperlukan
segera ventilasi tekanan positif.
Gambar11Rangsang taktil yang dapat diberikan pada bayi baru lahir
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Evaluasi setelah langkah awal
Langkah selanjutnya adalah menilai bayi untuk menentukan apakah perlu
melanjutkan resusitasi. Seluruh proses resusitasi sampai tahap ini memerlukan waktu
tidak lebih dari 30 detik, kecuali memerlukan tindakan oenghisapan mekoneum dari
trakea). Tanda vital yang perlu dievaluasi adalah pernafasan dan frekuensi jantung (1,4,5,6):
1. Pernafasan
Terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya pernafasan
bertambah setelah rangsangan taktil untuk beberapa detik.
2. Frekuensi jantung
Seharusnya frekuensi jantung di atas 100 kali/menit. Cara termudah dengan
meraba pulsasi pada pangkal tali pusat, apabila tidak teraba dapat
mendengarkan suara jantung di daerah kiri dada dengan menggunakan
stetoskop. Apabila tidak dapat menilai jantung dengan kedua cara di atas,
mintalah salah seorang tim untuk meletakan probe oksimeter atau cardiac
leads yang dihubungkan dengan oksimeter atau monitor jantung. Menghitung
frekuensi jantung selama 6 detik, kemudian dikalikan 10.
Bayi bernafas tetapi terdapat sianosis setelah langkah awal
Warna kulit bayi paling baik dilihat dengan melihat bagian sentral tubuh.
Sianosis yang disebabkan oleh kekurangan oksigen di dalam darah akan terlihat
12
sebagai warna kebiruan di bibir lidah dan tubuh bagian tengah. Akrosianosis yaitu
warna kebiruan yang hanya terdapat pada tangan dan kaki, biasanya disebabkan
oleh kurangnya sirkulasi yang mencapai ekstremitas. Hanya sianosis sentral yang
merupakan petanda kadar oksigen darah yang rendah, yang memerlukan
intervensi. Oksimeter harus dipasang/dipakai untuk mengkonfirmasi adanya
sianosis.
Ada dua faktor yang mempersulit keputusan untuk memberikan oksigen
hanya karena sianosis (1,4,5,6) :
Penilaian terhadap warna kulit secara klinis tidak selalu tepat, dan
variasinya tergantung pada fungsi pigmen kulit.
Penelitian lain menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan transisi normal
memerlukan waktu beberapa menit untuk meningkatkan saturasi oksigen
dari 60% di dalam uterin menjadi lebih dari 90% pada bayi sehat yang
bernafas baik.
Tidak mengherankan jika bayi baru lahir terlihat sedikit sianosis selama
beberapa menit setelah lahir. Bila sianosis menetap, harus dipasang probe
oksimeter untuk melihat oksigenasi bayi. Apabila nilainya rendah dan tidak
meningkat, harus diberikan oksigen tambahan. Selama resusitasi neonatus,
dianjurkan untuk menempatkan probe oksimeter pada tangan atau pergelangan
tangan kanan agar menampilkan saturasi pra-duktus.
Tabel1 : rentang nilai SpO2 pra duktus selama 10 menit pertama(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Waktu SpO2
1 menit 60% - 65%
2 mmenit 65% - 70%
3 menit 70% - 75%
4 menit 75% - 80%
5 menit 80% - 85%
10 menit 85% - 95%
Oksigen tambahan tidak rutin diberikan pada awal resusitasi. Akan tetapi
apabila bayi tampak sianosis atau oksimeter menunjukkan kadar lebih rendah dari
yang diharapkan, kadar oksigen dapat dapat meningkat lebih cepat apabila
13
diberikan oksigen tambahan yang konsentrasinya lebih tinggi dari 21% (udara
kamar). Akan tetapi, pemberian oksigen 100% akan meningkatkan saturasi
oksigen lebih cepat dari yang biasa, bahkan bisa menimbulkan kadar yang toksik,
terutama pada bayi prematur. Paling baik memberikan oksigen yang bias diatur
antara 21% sampai 100%. Pemberian oksigen dapat dimulai dari konsentrasi
rendah, kemudian dengan panduan oksimeter dapat ditingkatkan sesuai dengan
target SpO2. Hal ini memerlukan tersedianya sumber udara bertekanan dan
blender oksigen (1,4,5,6).
Gambar 12Blender oksigen (sumber udara – selang kuning, selang oksigen – selang hijau)
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Yang dimaksud dengan oksigen aliran bebas adalah cara mengalirkan
oksigen ke hidung bayi agar bayi bernafas dengan udara yang kaya oksigen.
Selama resusitasi, pemberian oksigen aliran bebas dengan aliran 5L/menit sudah
memadai. Untuk jangka pendek, hal ini dapat tercapai dengan cara :
- Sungkup oksigen
- Sungkup dengan balon tidak mengembang sendiri
- T piece resuscitator
- Selang/pipa oksigen yang diletakkan dekat mulut dan hidung bayi.
14
Gambar 13Pemberian oksigen aliran bebas
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Setelah tindakan resusitasi, namun bayi masih memerlukan oksigen, maka
harus dilakukan analisa gas darah arteri dan tetap menggunakan oksimeter untuk
mmemandu konsentrasi oksigen yang diperlukan. Oksigen yang berasal dari tangki
oksigen atau dari sumber dinding biasanya kering dan dingin. Untuk mencegah
kehilangan panas dan saluran nafas menjadi kering, bila oksigen akan diberikan
dalam waktu yang lama, perlu dihangatkan dan dilembabkan. Pada saat resusitasi,
oksigen kering dan tidak dihangatkan boleh diberikan selama beberapa menit, untuk
menstabilkan kondisi neonatus.
Apabila sudah tidak didapatkan adanya sianosis sentral atau saturasi pada
oksimeter antara 85% - 90%, secara bertahap oksigen dapat dikurangi secara
bertahap, sampai bayi dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal
dengan udara kamar.
Bayi dengan pernafasan dan frekuensi jantung abnormal setelah langkah awal
Bila bayi belum bernafas/megap-megap atau frekuensi jantung masih di
bawah 100 kali/menit, tindakan yang tepat adalah memberikan bantuan ventilasi yang
dapat diperoleh dengan memberikan ventilasi tekanan positif (VTP). Selain itu, apabila
sianosis tetap menetap atau saturasi oksigen tetap di bawah 85%, dapat diberikan
ventilasi tekanan positif.
Terdapat tiga alat yang bias dipergunakan untuk memberikan VTP pada bayi, yaitu :
1. Balon mengembang sendiri (self inflating bag).
Terisi spontan setelah diremas, menyedot gas ke dalam balon.
2. Balon tidak mengembang sendiri (flow-inflating bag)
Akan terisi hanya bila gas yang berasal dari sumber gas bertekanan mengalir
ke dalam balon.
15
3. T piece resuscitator hanya bekerja bila dialiri gas dari sumber bertekanan ke
dalamnya.
Karakteristik alat VTP pada bayi baru lahir (1) :
- Ukuran sungkup yang sesuai.
Sungkup harus menutup dagu, mulut dan hidung, bukan mata.Tetapi
harus tetap cukup kecil agar dapat melekat dengan baik pada wajah.
- Ukuran balon yang memadai.
Balon yang dipergunakan untuk bayi baru lahir harus mempunyai volume
200-750 mL.
- Alat resusitasi harus mempunyai alat pengaman tertentu untuk mencegah
atau membatasi bila tanpa sengaja kita memberikan tekanan positif terlalu
tinggi.
Gambar 14Balon mengembang sendiri dengan katub pengaman
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Gambar 15Reservoir oksigen
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
16
Gambar 16Ukuran sungkup harus sesuai
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Cara melakukan ventilasi tekanan positif (1) :
1. Sebelum persalinan, alat dirangkai serta dihubungkan dengan oksigen
sehingga dapat memberikan kadar antara 21% - 100%. Siapkan sungkup
dengan ukuran yang sesuai.
2. Pastikan alat berfungsi dengan baik.
3. Operator atau penolong berdiri di sisi kepala atau samping bayi. Sungkup
diletakan di wajah bayi dengan perlekatan yang baik.
4. Dilakukan pemompaan dengan tekanan awal 20 cmH2O. Bila frekuensi
jantung meningkat (bersamaan dengan peningkatan saturasi oksigen) dan
terdengar suara nafas bilateral, inilah indikator terbaik bahwa tekanan inflasi
sudah adekuat, dengan frekuensi 40-60 kali/menit. Apabila frekuensi jantung
dan oksimetrer tidak segera menunjukkan perbaikan (dalam 5-10 nafas
pertama), minta tolong tim untuk mendengarkan suara nafas bilateral.
Terdapat tiga penyebab ventilasi tidak efektif, yaitu :
Lekatan dengan sungkup dan wajah bayi tidak adekuat
Jalan nafas tersumbat
Tekanan yang diberikan tidak cukup untuk mengembangkan paru-paru
bayi
5. VTP dilakukan selama 30 detik sebanyak 20-30 kali, dengan fase ekspirasi
lebih panjang. Setelah 30 detik dilakukan evaluasi frekuensi jantung.
6. Apabila frekuensi jantung <60 kali/menit, resusitasi dilanjutkan dengan
kompresi dada dan VTP secara terkoordinasi. Bila frekuensi jantung >60
17
kali/menit, hentikan kompresi dada dan VTP dilanjutkan sampai frekuensi
jantung mencapai 100 kali/menit atau lebih dan bayi bernafas spontan.
Gambar 17Frekuensi pemberian ventilasi tekanan positif
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
Bayi baru lahir yang memerlukan VTP dengan sungkup lebih dari beberapa
menit, memerlukan pemasangan pipa orogastrik.Pemberian oksigen dengan sungkup
dapat menyebabkan sebagian udara masuk ke dalam lambung melalui
esophagus.Udara di dalam lambung dapat mengganggu pemberian ventilasi.
Pertimbangkan tindakan koreksi apabila didapatkan tindakan ventilasi tidak
efektif, meliputi :
– Sungkup melekat rapat (S)
– Reposisi jalan nafas (R)
– Isap mulut dan dan hidung (I)
– Buka mulut (B)
– Tekanan dinaikkan (T)
– Alternative jalan nafas (A)
Kompresi Dada
Kompresi dada adalah penekanan yang teratur pada tulang dada, yaitu :
– Menekan jantung kea rah tulang belakang
– Meningkatkan tekanan intratorakal
– Memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital
Bayi yang mempunyai frekuensi jantung kurang dari 60 kali/menit, meskipun
telah dirangsang dan diberikan ventilasi tekanan positif selama 30 detik, mungkin
18
mempunyai kadar oksigen darah yang sangat rendah dan asidosis yang signifikan.
Akibatnya miokardium tertekan dan tidak cukup kuat untuk berkontraksi memompa
darah ke seluruh tubuh.
Kompresi dinding dada diindikasikan pada keadaanbila frekuensi jantung
masih dibawah 60 kali/menit meskipun sudah dilakukan VTP yang efektif selama 30
detik.
A. Posisi penekanan
Penekanan dilakukan pada 1/3 bawah tulang dada, yang terletak antara tulang
dada sifoid dan garis khayal yang menghubungkan kedua putting susu.
Gambar 18Lokasi penekanan pada kompresi dinding dada
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
B. Teknik pemijatan
Terdapat dua teknik yaitu :
1. Teknik ibu jari
Teknik ini dilakukan dengan cara melingkari dada bagian lateral dengan
kedua tangan. Ibu jari diletakan di tulang dada dan jari jari tangan di
bawah tubuh bayi, menyangga tulang belakang. Kedua ibu jari bias
diletakkan berdampingan atau saling susun.
Gambar 19Teknik Ibu Jari
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
19
2. Teknik dua jari
Pada teknik ini, ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu
tangan digunakan untuk menekan. Kedua jari tegak lurus dinding dada.
Tangan yang lain dipergunakan untuk menopang bagian belakang bayi,
sehingga dapat efektif.
Gambar 20Teknik dua jari
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
C. Besarnya tekanan
Setelah penempatan jari yang tepat, lakukan penekanan yang cukup
untuk menekan tulang dada sedalam 1/3 diameter antero-posterior, kemudian
tekanan dilepaskan untuk memberikan kesempatan jantung terisi. Lamanya
penekanan ke bawah harus lebih pendek lamanya dibandingkan pelepasan,
untuk memberikan curah jantung yang maksimal.Ibu jari atau jari harus
bersentuhan dengan dinding dada selama penekanan dan pelepasan.
D. Frekuensi dan koordinasi dengan ventilasi tekanan positif
Selama resusitasi kardiopulmuner, kompresi dada harus selalu disertai dengan
VTP.Kedua kegiatan ini harus terkoordinasi dengan satu ventilasi setiap
selesai tiga penekanan, 30 ventilasi dan 90 penekanan permenit.
Gambar 21 Koordinasi antara ventilasi tekanan positif dan kompresi dada
(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)
20
Evaluasi setelah pemberian kompresi dada dan ventilasi tekanan positif
Setelah dilakukan secara efektif dan benar selama 45-60 detik, dilakukan
evaluasi frekuensi jantung (1,4,5,6) :
- Frekuensi jantung lebih dari 60 kali/menit
Kompresi dada dihentikan, namun VTP tetap diberikan dengan frekuensi 40-
60 kali/menit.
- Frekuensi jantung diatas 100 kali.menit dan bayi bernafas spontan
Ventilasi tekanan poositif dihentikan secara perlaha-lahan, dan bayi dilanjutkan
dengan perawatan pasca resusitasi.
- Frekuensi tetap dibawah 60 kali/menit : pemasangan jalur intravena untuk
pemberian obat-obatan.
Pemberian Obat-Obatan dan Cairan
Obat dan cairan jarang digunakan pada resusitasi neonatus.Bila laju jantung
tetap dibawah 60 kali/menit walaupun telah diberikan VTP dan pijat jantung yang
adekuat, maka perlu diberikan obat-obatan.Karena obat diharapkan mempunyai efek
terhadap jantung, maka secara ideal pemberiannya obat secara cepat melalui vena
umbilikalis. Pemberian obat dan cairan jangan sampai mengurangi efisiensi VTP dan
kompresi dada (1)
Pemberian obat dapat diberikan melalui :
1. Vena umbilikalis
Cara tercepat untuk pemberian cairan dan obat-obatan.Dilakukan melalui
pemasangan kateter umbilical.
2. Pipa endotrakeal : hanya pemberian epinefrin
3. Vena perifer
Pemasangan vena perifer dapat sulit pada bayi baru lahir terutama yang
mengalami syok.
4. Intramuscular
5. Intraoseus.
Jalur ini jarang dipergunakan pada bayi karena lebih cepat mengakses melalui
vena umbilikalis dan fragilitas tulang pada bayi baru lahir serta kecilnya ruang
itraoseus.
21
Gambar 22Pemasangan kateter umbilikalis
Sumber : Neimeyer,S. 2001)
Obat-obat yang dapat diberikan :
- Epinefrin
Indikasi
Frekuensi jantung tetap dibawah 60 kali/menit setelah melakukan VTP
efektif selama 30 detik (lebih baik setelah dilakukan intubasi) dilanjutkan
dengan VTP dan kompresi dada secara efektif selama 45-60 detik.
Dosis
1. Intravena : 0,1 – 0,3 mL/kgBB larutan 1:10.000 (setara dengan 0,01-0,03
mg/kgBB)
2. Endotrakeal (apabila jalur intravena sedang dipasang) : 0,3 – 1 mL/kgBB
larutan 1:10.000 (setara dengan 0,03 – 0,1 mg/kgBB).
Setelah pemberian epinefrin, diharapkan frekuensi jantung meningkat
lebih dari 60 kali/menit dalam waktu 30 detik setelah pemberian epinefrin.
Apabila dengan dosis ini tidak terjadi peningkatan, dapat diulang setiap 3-5
menit. Dosis ulangan diberikan secara intravena dan pastikan bahwa ventilasi
dan kompresi tetap efektif.
- Cairan penambah volume
Indikasi
Bila bayi tampak pucat, ada bukti kehilangan darah dan respon resusitasi
baik.
Cairan yang dianjurkan adalah :
1. Larutan garam fisiologis
22
2. Larutan ringer laktat
3. Darah golongan O negative, bila ada bukti atau dugaan anemia yang
berat pada janin. Bila waktu memungkinkan dilakukan cross matched
dengan darah ibu.
Dosis : 10 cc/kgBB melalui vena umbilikalis dengan kecepatan 5-10 menit. Bila
bayi menunjukkan perbaikan yang minimal setelah pemberian pertama, dapat
diberikan dosis tambahan lagi 10 mL/kgBB.
- Natrium Bikarbonat
Walaupun masih kontroversi, pemberian natrium bikarbonat selama
resusitasi dapat mangatasi asidosis metabolik yang terjadi. Pemberian natrium
bikarbonat dapat berbahaya, terutama apabila pemberian terlalu dini dalam
proses resusitasi. Pastikan dahulu bahwa paru telah diventilasi secara
adekuat.
Komplikaksi Pasca resusitasi
Bayi yang memerlukan ventilasi takanan positif berkepanjangan, kompresi
dada atau intubasi sangat mungkin mengalami stress beart dan mempunyai ririko
kerusakan fungsi organ multiple yang tidak segera tampak komplikasi tersebut
tampak pada tabel 1 (2).
Sistem Organ Komplikasi Tindakan Pasca ResusitasiOtak Apnea
KejangPemantauan apneaBantuan ventilasi Pemantauan gula darah, elektrolitPencegahan hipotermiaPertimbangkan terapi antikejang
Paru-paru Hipertensi pulmonalPneumoniaPneumotoraksTakipnea persistenSindrom aspirasi mekoniumDefisiensi surfaktan
Pertahankan ventilasi dan oksigenasiPertimbangkan antibioticFoto toraksPertimbangkan pemberian surfaktanTunda minum bila sesak
Kardiovaskular Hipotensi Pemantauan tekanan darah dan frekuensi jantungPertimbangkan pemberian ibotropik
Ginjal Nekrosis tubuler akut Pemantauan produksi urineBatasi masukan cairan bila ada oliguri dan volume vaskuler adekuat
23
Pemantauan kadar elektrolitGastrointestinal Ileus
Enterokolitis nekrotikansTunda pemberian minumBerikan cairan intravenaPertimbangkan pemberian nutrisi parenteral
Metabolik /hematologi
HipoglikemiaHipokalsemia, hiponatremiaAnemiaTrombositopenia
Pemantauan gula darahPemantauan elektrolitPemantauan hematokritPemantauan trombosit
Selain itu perlu kita perhatikan adanya komplikasi jangka panjang yang
mungkin terjadi, seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan fungsi
pendengaran, maupun penglihatan.
Syok pada Bayi Baru Lahir
24
Syok adalah gejala klinis yang kompleks yang disebabkan oleh kegagalan
fungsi sirkulasi yang bersifat akut dan ditandai oleh perfusi organ dan jaringan yang
tidak adekuat. Keadaan syok dapat dijumpai dalam masa antepartum, intrapartum
dan postpartum. Syok menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang serius dalam
kaitannya dengan mekanisme kompleks yang menyertai pada masa transisi janin (2).
Syok merupakan kelainan yang progresif, tetapi secara umum terbagi menjadi
3 fase, yaitu kompensasi, dekompensasi dan ireversibel. Tetapi pada BBL tidak
mungkin dibedakan pada masing-masing fase.
Faktor Risiko :
– Infeksi tali pusat
– Abnormalitas plasenta
– Hemolisis fetal/neonatal
– Perdarahan fetal/neonatal
– Infeksi maternal
– Anestesi/hipotensi maternal
– Asfiksia intrauterine dan/ atau intrapartum
– Sepsis neonatorum
– Pulmonary leak syndrome
– Over distensi VTP
– Aritmia jantung
Hipotensi dan syok pada BBL dapat terjadi karena berbagai macam factor, antara lain:
– Hipovolemia
– Septic
– Reaksi obat (anafilaktik)
– Kardiogenik
– Neurogenik
– Endokrinogenik
Diagnosis
25
Pemeriksaan tekanan darah
Pengukuran dengan menggunakan manset yang meliputi 20-25% diameter
ekstremitas yang dipergunakan.
Manifestasi klinis :
– Takikardia
– Perfusi yang jelek
– Kutis mamorata
– Akral dingin, tetapi suhu tubuh normal
– Denyut nadi yang dalam, lemah
– Gangguan nafas : apnea, takipnea
– Asidosis metabolic
– Dieresis normal sesudah 24 jam : 2 mL/kgBB/jam. Pada jam-jam pertama 0,5-
1 mL/kgBB/jam.
Penatalaksanaan :
1. Terapi bantuan dasar dengan :
– Bebaskan jalan nafas
– Terapimoksigen/ventilator mekanik
– Suhu lingkungan yang netral
– Segera cari akses vena/intraoseus untuk pemberian cairan
2. Nilai penyebab syok pada BBL
3. Pemberian terapi empiric dengan ekspansi dengan menggunakan
koloid/kristaloid (garam fisiologis/Ringer laktat) sebanyak 10 mL/kgBB
intravena selama 5-10 menit, dapat diulang bila perlu, tergantung penyebab
syok:
– Bila menunjukkan respon yang baik, pertimbangkan untuk melanjutkan
ekspansi volume cairan
– Bila tidak terjadi respon yang baik, mungkin bayi memerlukan lebih banyak
ekspansi cairanatau harus dimulai pemberian obat inotropik.
– Bila perlu berikan terapi pendukung pernafasan.
26
Daftar Pustaka 1. Bloom RS, Cropley C. Buku Panduan Resusitasi neonatus. 6 ed. Chair I,
Marnoto BW, Firmansyah R, editors. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia; 2012.
2. Dharmasetiawani N. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru lahir. In: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, editors. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
3. Newborn Life Support. Resuscitation Council (UK); 2010.4. Kattwinkel J, Pelman JM, Aziz K, Colby C, Fairchild K, Gallagher J, et al.
Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Pediatrics. 2010;126:e1400-12.
5. NRP 2012 - Puting new resuscitation guidelines into practise [database on the Internet]2010.
6. Dharmasetiawani N. Resusitasi Neonatus (Konsensus 2010). Perinasia [serial on the Internet]. 2012.
7. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departeman Kesehatan 2008.
8. Niemeyer, S. Evidence-based Guidelines for Neonatal Resuscitation. Neoreviews 2001;2;e38.
Lampiran 1
27
APGAR SCORE
Keterangan 0 1 2
Appearance (color)
Warna
Blue/pale Pink body with
blue extremities
Completely pink
Biru/pucat Badan merah
muda, ekstremitas
biru
Merah muda
Pulse (heart rate)
Denyut jantung
Absent Slow (<100
beats/min)
> 100 beats/min
Tidak ada Lambat (<100
x/menit)
> 100 x/menit
Grimace (reflex
irritability)
Kepekaan reflex
(respon terhadap
stimulasi)
No response Grimace Cough or sneeze
Tidak ada Meringis Batuk, bersin,
menangis
Activity (muscle
tone)
Tonus otot
Limp Some flexion Active movement
Lemah Sedikit fleksi pada
ekstremitas
Gerakan aktif
Respiration
Pernafasan
Absent Slow, irregular Good, crying
Tidak ada Lambat, irregular Bagus, menangis
Lampiran 2
28
Peralatan yang diperlukan pada resusitasi neonatus
Perlengkapan penghisap
Balon penghisap (Bulb syringe)
Penghisap mekanik dan tabung
Kateter penghisap 5F, 6F, 8F, 10F, 12F dan 14F.
Pipa lambung no. 8F dan semprit 20 mL.
Penghisap mekonium
Peralatan balon dan sungkup
Balon resusitasi neonatus
Sungkup ukuran bayi cukup bulan dan kurang bulan
Sumber oksigen dengan pengatur aliran
Peralatan intubasi
Laringoskop dengan daun lurus, no.0 (kurang bulan) dan no.1 (cukup bulan)
Lampu cadangan dan baterai untuk laringoskop
Pipa endotrakeal no.2,5 – 3,0 – 3,5 – 4,0 mm diameter internal
Stilet (bila tersedia)
Gunting
Plester atau alat fiksasi endotrakeal
Kapas alkhohol
Alat pendeteksi CO2
Sungkup laring (bila tersedia).
Obat-obatan
Epinefrin 1 : 10.000 (0,1 mg/mL) – 3 mL atau ampul 10 mL.
Kristaloid isotonik (NaCl atau RL)
Natrium bikarbonat 4,2%
Nalokson hidroklorida
Dekstrose 10%
Pipa orogastrik
Kateter umbilikal
Sarung tangan steril
Scalpel / gunting
Larutan yodium
Plester umbilikal
Kateter umbilikal 3, 5F,5F
29
Three way stopcock
Semprit, 1, 3, 5, 10, 20, 50mL
Jarum ukuran 25, 21, 18 atau alat penusuk lain tanpa jarum.
Lain-lain
Sarung tangan dan pelindung lain
Alat pemancar panas atau sumber panas lainnya
Alas resusitasi yang keras
Jam (bila tersedia)
Kain hangat
Stetoskop (dianjurkan untuk bayi baru lahir)
Plester, ½ atau ¾ inchi
Monitor jantung dan pulse oximeter dengan probe serta elektrodanya (bila tersedia
di kamar bersalin)
Oropharyngeal airways (0,00 da ukuran 000 atau panjang 30 – 40 – dan 50mm)
Untuk bayi sangat prematur (bila tersedia)
Sumber udara tekan
Blender oksigen untuk mencampur oksigen dan udara tekan
Pulse oksimeter dan probe oksimeter
Kantung plastik makanan (1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat ditutup
Alas pemanas kimia
Inkubator transport untuk mempertahankan suhu bayi ke ruang perawatan
Lampiran 3 : alur resisitasi neonatus
30
31