NEONATUS ASFIKSIA

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    1/18

    MO TMK

    RESUSITASI NEONATUS

    Kelompok 5

    030.05.176 R Maya Cassandra

    030.06.313 Mohd Hamdi Bin Mohd Ibrah

    030.07.010 Adri Dwi Anggayana

    030.07.041 Azizah Dhena Harca

    030.07.063 Dian Putri

    030.07.088 Fanny Trinata

    030.07.124 Janice Hastiani030.07.149 Malinda Priskasari

    030.07.170 Muhammad Iqbal Husein

    030.07.207 Putri Kurniasari

    030.07.230 Sacha Klysa L

    030.07.261 Vania Zamri

    030.07.286 Ameerah Nabilah BT Azhari

    030.07.306 Mustakiran P Bin Sulaiman

    030.07.327 Nur Shafarina BT Safiee

    030.07.347 Zulfahrizzat Bin Shamsudi

    Fakultas Kedokteran Universitas TrisaktiJuni,2010

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    2/18

    DISKUSI KASUS

    Seorang bayi baru lahir secara operasi kaesar atas indikasi gawat janin, nilai

    apgar 2/5, berat lahir 1900 gr dan ketuban hijau. Pada pemeriksaan fisik frekuensi napas

    80 x/menit, frekuensi jantung 180 x/menit, napas cuping hidung (+), suhu 39 C

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : X

    Umur : neonatus

    Jenis kelamin : -

    PEMERIKSAAN FISIK

    Suhu : 39C (normal 36,5- 37,5oC) febris

    Berat Badan : 1900 gram

    Frek.Nafas : 80 x/menit (normal 40-60 x/menit) takipneu

    Frekuensi jantung : 180 x/menit (normal 120-140 x/menit) takikardia

    Nafas cuping hidung : + (normal pernapasan neonatus torakoabdominal) dispneu

    Masalah berdasarkan kasus di atas

    1) Masalah

    Nilai Apgar 2/5 (nilai Apgar dilakukan untuk menilai adaptasi neonatus dari

    kehidupan intrauterin ke ekstauterin. Nilai ini dilakukan pada menit pertama

    setelah lahir dan diulangi setelah 5 menit.) pada anak ini nilai Apgar pada

    menit pertama adalah 2 (asfiksia berat) dan pada menit kelima adalah 5 (asfiksia

    sedang).

    Penilaian klinis : Skor Apgar 7-10 Normal

    Skor Apgar 4-6 asfiksia sedang

    Skor apgar 0-3 asfiksia berat

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    3/18

    Ketuban hijau air ketuban bercampur dengan mekonium, kemungkinan bayi

    mengalami aspirasi mekonium

    Frekuensi nafas 80x/menit takipneu(kompensasi akibat asfiksia)

    Frekuensi jantung 180x/menit takikardi 9kompensasi akibat asfiksia)

    Nafas cuping hidung (+) dispneu (kompensasi akibat asfiksia)

    Suhu 39oC febris (kemungkinan adanya suatu infeksi)

    2. Tujuan Resusitasi(1)

    Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen, dan

    curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, dan organ vital

    lainnya. Resusitasi mencegah morbiditas dan mortalitas pada anak.

    3. instrumen yang digunakan(1,2)

    Alat pemanas siap pakai

    Oksigen

    Dibutuhkan sumber oksigen 100% bersama pipa oksigen dan alat pengukurnya

    Alat penghisap

    - penghisap lendir kaca

    - penghisap mekanis

    - kateter penghisap no 5F atau 6F,8F,10F

    - sonde lambung no 8F dan semprit 20 mL

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    4/18

    - penghisapmekonium

    alat sungkup dan balon resusitasi

    - sungkup berukuran untuk bayi aterm dan preterm (sungkup memiliki pinggir

    yang lunaks seperti bantal)

    - balon resusitasi neonatus dengan katup penurun tekanan

    Alat intubasi

    - laringoskop

    - pipa endotrakeal

    Obat-Obat

    - epinefrin 1:10.000

    -Nalokson hidroklorid 0,4 mg/ml dalam ampul 1 mg/ml

    - Volume expander (contoh: larutan NaCl 0.9%,larutan ringer laktat)

    - Bikarbonas natrikus 4.2% (5mEq/10ml) dalam ampul 10 ml

    - larutan dektrose 5%,10% 250 ml

    - aquadest steril 25ml

    lain-lain

    - stetoskop

    - kapas alkohol

    -kateter umbilikus berukuran 3F,5F

    4. Tahapan resusitasi pada neonatus(1)

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    5/18

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    6/18

    5. Cara penggunaan instrumen

    Melakukan Ventilasi Tekanan Positif

    - Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar.

    - Agar efektif, kecepatan memompa dan tekanan ventilasi harus sesuai.

    - Kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60 kali per menit.

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    7/18

    - Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut. Nafas pertama setelah

    melahirkan membutuhkan: 30-40 cm H2O. Setelah nafas pertama

    membutuhkan: 15-20 cm H2O. Bayi dengan kondisi/penyakit paru yang

    berakibat turunnya compliance, membutuhkan: 20-40 cm H2O. Tekanan

    ventilasi hanya dapat diatur apabila digunakan balon yang mempunyai

    pengukur tekanan.

    - Observasi gerak dada bayi.

    Adanya gerakan dada turun naik merupakan bukti bahwa sungkup terpasang

    dengan baik dan paru mengembang. Bayi seperti menarik napas dangkal. Apabila

    dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik napas panjang, menunjukkan paru

    terlalu mengembang, yang berarti tekanan yang diberikan terlalu tinggi. Hal ini

    dapat menimbulkan pneumothorax.

    - Observasi gerak perut bayi.

    Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif. Gerak

    perut mungkin disebabkan masuknya udara ke dalam lambung.

    - Penilaian suara napas bilateral.

    Dengarkan suara ini menggunakan stetoskop. Adanya suara napas di kedua paru

    merupakan tanda bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar.

    - Observasi pengembangan dada bayi.

    Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan mengurangi meremas

    balon.. Apabila dada kurang berkembang, mungkin disebabkan oleh salah satu

    penyebab berikut:

    o Pelekatan sungkup kurang sempurna

    o Arus udara terhambat

    o Tidak cukup tekanan

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    8/18

    Melakukan intubasi endotrakeal

    Indikasi:

    - Apabila diperlukan VTP agak lama

    - Apabila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak efektif

    - Apabila perlu melakukan penghisapan trakea

    - Apabila dicurigai ada hernia diafragmatika

    - Bayi lahir kurang bulan dengan berat < 1000 g

    Langkah-langkah:

    - Masukkan daun laringoskop antara palatum dan lidah. Ujung daun

    laringoskop dimasukkan menyusuri lidah secara perlahan ke pangkal lidah

    sampai di vallecula (lekuk antara pangkal lidah dan epiglottis).

    - Sewaktu memasukkan daun laringoskop, jikalau terdapat secret atau lendir

    menutupi jalan napas, dilakukan penghisapan lendir menggunakan kateter

    sampai epiglottis tampak dan untuk menghindarkan aspirasi apabila bayi

    gasping.

    - Tindakan intubasi dibatasi 20 detik untuk mencegah hipoksia. Pada waktu

    berhenti, bayi distabilkan dengan memompa balon dan sungkup.

    - Masukkanlah pipa ET diantara pita suara, sampai garis tanda pita suara, agar

    ujung pipa terletak dalam trakea diantara pita suara dan carina. Sewaktu

    memasukkan pipa ET, jgn kenai pipa suara dengan ujung pipa, karena dapat

    menyebabkan spasme pita suara.

    - Laringoskop dikeluarkan dengan tangan kiri tanpa mengganggu atau menggeser

    pipa ET.

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    9/18

    - Cabut stilet dari pipa ET.

    - Sambil memegang pipa ET, pasang sambungan pipa ke balon resusitasi dan

    lakukan ventilasi sambil memperhatikan dada dan perut bayi. Apabila letak

    pipa ET betul akan terlihat dada mengembang dan perut tidak mengembang

    sewaktu ventilasi. Mintalah kepada orang lain untuk mendengarkan suara

    napas menggunakan stetoskop.

    - Fiksasikan pipa ET ke wajah bayi dengan plester atau dengan pemegang pipa

    yang dapat ditempelkan ke wajah bayi. Sebelumnya wajah bayi harus

    dikeringkan. Larutan benzoin dapat digunakan untuk melindungi kulit dan

    mempermudah lekatnya plester.

    Memberikan obat-obatan

    Obat-obat diberikan apabila:

    - Frekuensi jantung bayi tetap dibawah 80 kali per menit walaupun telah

    dilakukan ventilasi adekuat dengan oksigen 100% dan kompresi dada untuk

    paling sedikit 30 detik; atau.

    - Frekuensi jantung nol.

    Obat-obat dan volume expanders diberikan selama prosedur resusitasi untuk:

    - Stimulasi jantung.

    - Meningkatkan perfusi jaringan.

    -

    Memperbaiki keseimbagan asam basa.

    Dosis obat didasarkan pada berat bayi. Di kamar bersalin resusitasi selalu dilakukan

    sebelum bayi ditimbang. Dalam keadaaan ini berat badan harus ditaksir dengan melihat

    bayi tersebut atau dari prakiraan berat ayi sebelum lahir. Setiap orang yang terlibat dalam

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    10/18

    resusitasi bayi baru lahir harus membiasakan diri dengan cara pemberian obat yang

    digunakan.

    Obat dapat diberikan melalui:

    - Vena umbilical

    - Vena perifer

    - Pipa endotrakeal

    Vena umbilical ialah tempat yang dipilih untuk pemberian obat di kamar bersalin karena

    mudah dicari dan mudah dipasang kateter. Katete umbilical 3,5F atau 5F dengan satu

    lubang diujungnya dan petanda radio-opak harus digunakan. Untuk penggunaan darurat

    kateter dimasukkan ke vena umbilical sampai ujung kateter sedikit di bawah batas kulit,

    tetapi aliran darah tetap lancer. Apabila insersi kateter terlalu dalam, terdapat resiko

    masuknya cairan ke dalam hati dan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan.

    6. Indikator keberhasilan resusitasi(1)

    Penilaian bayi dilakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi kelanjutan

    hidup bayi

    - usaha bernapas: apabila bayi bernapas spontan dan memadai, lanjutkan

    dengan menilai frekuensi denyut jantung.

    - Frekuensi denyut jantung: apabila frekuensi denyut jantung lebih dari 100

    x/menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna

    kulit. Apabila frekuensi denyut jantung kurang dari 100 x/menit, walaupun

    bayi bernafas spontan, menjadi indikasi melakukan VTP (ventilasi tekanan

    positif). Apabila detak jantung tidak dapat dideteksi, epinefrin harus

    segera diberikan dan pada saat yang sama VTP dan kompresi dada

    dimulai.

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    11/18

    - Menilai warna kulit: apabila terdapat sianosis sentral, oksigen tetap

    diberikan. Apabila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan.

    Sianosis perifer disebabkan oleh peredaran darah yang masih lambat.

    7. Tindak lanjut bila resusitasi gagal.

    Bila dengan resusitasi manual, bayi belum bisa bernapas secara spontan, maka

    penatalaksanaan selanjutnya diberikan sungkup oksiegen. Bila setelah diberikan sungkup

    oksigen bayi belum bisa bernapas spontan, maka tindakan selanjutnya diberikan bantuan

    pernapsan melalui endotrakeal tube, bila cara ini tidak berhasil maka bayi diberikan

    epinefrin. Bila cara ini juga belum bisa, maka bayi di rawat di ICU dan diberi bantuan

    pernapasan dengan ventilator.

    TINJAUAN PUSTAKA

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    12/18

    ASFIKSIA NEONATORUM

    DEFINISI(1)

    Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas

    secara spontan dan adekuat. Saat dilahirkan, bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali

    pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi

    stabil pada frekuensi 12-140 kali/menit dan sianosis sentral akan menghilang. Aka tetapi

    beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot

    yang menurun dan mengalami kesulitan untuk mempertahankan pernafasan yang wajar.

    Bayi tersebut dapat mengalami apnu atau menunjukkan upaya pernafasan yang tidak

    cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-paru.

    ETIOLOGI(1)

    Penyebab asfiksia neonatorum adalah:

    - asfiksia intrauterin

    - aterm

    - cacat bawaan

    - hipoksia intrapartum

    PATOFISOLOGI(1)

    Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa

    hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang

    bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang hemoreseptor pusat

    pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama yang kemudian akan

    berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha napas ini

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    13/18

    tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode apneu. Pada tingkat ini disamping

    penurunan frekuensi denyut jantung (bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan

    darah dan bayi nampak lemas (flasid). Pada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap

    rangsangan dan tidak menunjukan upaya bernapas secara spontan. Pada tingkat pertama

    gangguan pertukaran gas/transport O2 (menurunnya tekanan O2 darah) mungkin hanya

    menimbulkan asidosis respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut maka akan terjadi

    metabolisme anaerob dalam tubuh bayi sehingga terjadi asidosis metabolik, selanjutnya

    akan terjadi perubahan kardiovaskuler.Asidosis dan gangguan kardiovaskuler dalam

    tubuh berakibat buruk terhadap sel-sel otak, dimana kerusakan sel-sel otak ini dapat

    menimbulkan kematian atau gejala sisa (squele).

    DIAGNOSA(1)

    Untuk menegakkan diagnosis asfiksia neonatorum digunakan skor apgar, yang

    terdiri dari

    Klinis 0 1 2

    Detik jantung Tidak ada Kurang dari

    100/menit

    lebih dari 100/menit

    Pernapasan Tidak ada Tidak teratur Tangis kuat

    Refleks wajtu jalan

    nafas dibersihkan

    Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin

    Tonus otot Lemah Fleksi ekstermitas

    (lemah)

    Fleksi kuat

    Gerak aktif

    Warna kulit Biru pucat Tubuh merah

    Ekstermitas biru

    Merah seluruh

    Tubuh

    Bila skor apgar 0-3 : Asfiksia berat

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    14/18

    Bila skor apgar 4-6 : Asfiksia sedang

    Bila skor apgar 7-10 : Normal

    PENATALAKSANAAN(1)

    Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir

    yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi

    gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti

    tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

    1. Memastikan saluran nafas terbuka :

    Meletakan bayi dalam posisi yang benar

    Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea

    Bila perlu masukan ET (endotrakeal tube) untuk memastikan

    pernapasan terbuka

    2. Memulai pernapasan :

    Lakukan rangsangan taktil (di tepuk-tepuk)

    Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

    3. Mempertahankan sirkulasi darah :

    Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila

    perlu menggunakan obat-obatan.

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    15/18

    Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :

    1. Tindakan umum

    a. Pengawasan suhu

    b. Pembersihan jalan nafas

    c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

    2. Tindakan khusus

    a. Asfiksia berat

    Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama

    memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan

    intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2

    tidak lebih dari 30 mmHg. Asfiksia berat hampir selalu disertai

    asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan

    pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini

    disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis,

    reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak

    telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah

    tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak

    didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase

    jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan

    ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali

    satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika

    tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini

    disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    16/18

    dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau

    stenosis jalan nafas.

    b. Asfiksia sedang

    Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu

    30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus

    segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2

    intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi

    dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan

    menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah

    dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding

    toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan

    spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan

    jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru

    dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan,

    ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke

    mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut

    ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi

    dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan

    gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan

    tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan

    frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal

    harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera

    diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan

    pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan

    adekuat.

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    17/18

    KESIMPULAN

    Pada kasus di atas, kemungkinan bayi mengalami fetal distress yaitu infeksi

    intrauterine, dengan kondisi gawat janin,maka penatalaksanaan untuk bayi tersebut ialah

    terminasi kehamilan dengan cara operasi kaesar dengan usia gestasi kurang dari 38

    minggu (premature).

    Tanda bayi tersebut mengalami infeksi intrauterine ialah terdapatnya cairan

    ketuban berwarna hijau (mekonium) dan suhu febris. Mekonium dapat teraspirasi ke

    saluran pernapasan sehingga bayi akan sulit bernafas (asfiksia). Bayi tersebut mengalamiasiksia, hal ini ditandai dengan apgar score pada 1 menit pertama setelah kelahiran

    didapatkan skornya 2 (asfiksia berat), dan pada 5 menit setelah kelahiran didapatkan

    apgar skor 5 (asfiksia sedang). Karena mengalami kesulitan untuk mempertahankan

    pernafasan, bayi menunjukkan upaya pernafasan yang tidak cukup (pernafasan cuping

    hidung), takikardia dan takipneu.

    Penatalaksanaan neonatus asfiksia ialah dengan melakukan resusitasi neonatus

    dengan resusitasi ABC (Airway,Breathing, Circulation) dan Ventilasi Tekanan Positif

    (VTP). Bila setelah dilakukan resusitasi, bayi masih mengalami asfiksia, maka bayi harus

    dirawat di ruang ICU untuk neonatus (NICU), dan diberi bantuan penafasan melalui

    ventilator.

  • 7/29/2019 NEONATUS ASFIKSIA

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Affandi, Biran. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal: Asfiksia.

    Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2006.p;347-369.

    2. Nelson W E, Behrman R E, Kliegman R, Arvin A M. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15

    Volume I:Pelayanan Medik Gawat Darurat pada Anak.Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. 2000.p;290-298.