1
Untuk dia yang nama nya tak pernah henti kuselipkan dalam doa. Doa, sebait kata-kata memumpun jiwa menggariskan tinta batin dalam sujud. Tuhan, sutradara dari semua skenario yang telah terjadi. Alam semesta sebagai saksi atas terwujudnya bahtera lintas ikatan antara jiwa-jiwa yang geram Ku tunduk malam ini di antara ribuan bintang yang hendak berpencar bagai putri kahyangan yang senantiasa memberi warna seantero jagad raya Untuk S yang selalu mengawali hari-hari ku, Kau tau bagaimana rasanya cinta diam-diam? Lelah? Geram? Benci menerka nerka? Bagai bak kata kata retoris yang kau sembunyikan di dasar hatimu. Kau tau rasanya cinta tanpa harapan? Bagai laut menghempas terumbu karang begitu mengikis hati dan jiwa yang tak pernah goyah melawan terpaan. Tuhan, sutradara atas semua yang terjadi di alam semesta ini, seperti rasa yang hadir setiap waktu saat bersamamu. Tanpa rekayasa ataupun mengada-ada. Semuanya jelas mengalir bagaikan anomali air yang menghujam menderu deras melalui aliran darahku. Ketika jiwamu merasuk ke dalam aliran darahku kan meracuniku. Untuk aku yang diam-diam mengagumi karya cipta Tuhan bagai laut dengan ombaknya, bersatu padan membentuk alunan suara air, gemercik bentakan air yang mendamaikan hati, suara selir angin yang ntah di saat kamu menutup mata dan nafasmu menderu, semuanya begitu tampak nyata. Aku tidak mengagumi, tapi hatiku yang mengagumimu. Bahkan ikatan antar atom tak sekuat ikatan hatiku pada mu. Hatiku yang mengikatmu. Hatiku yang memilihmu.

nerd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fggfdgdfhjgyhfyjfjhghjgjf

Citation preview

Page 1: nerd

Untuk dia yang nama nya tak pernah henti kuselipkan dalam doa.

Doa, sebait kata-kata memumpun jiwa menggariskan tinta batin dalam sujud.

Tuhan, sutradara dari semua skenario yang telah terjadi.

Alam semesta sebagai saksi atas terwujudnya bahtera lintas ikatan antara jiwa-jiwa yang geram

Ku tunduk malam ini di antara ribuan bintang yang hendak berpencar bagai putri kahyangan yang senantiasa memberi warna seantero jagad raya

Untuk S yang selalu mengawali hari-hari ku,

Kau tau bagaimana rasanya cinta diam-diam? Lelah? Geram? Benci menerka nerka? Bagai bak kata kata retoris yang kau sembunyikan di dasar hatimu. Kau tau rasanya cinta tanpa harapan? Bagai laut menghempas terumbu karang begitu mengikis hati dan jiwa yang tak pernah goyah melawan terpaan. Tuhan, sutradara atas semua yang terjadi di alam semesta ini, seperti rasa yang hadir setiap waktu saat bersamamu. Tanpa rekayasa ataupun mengada-ada. Semuanya jelas mengalir bagaikan anomali air yang menghujam menderu deras melalui aliran darahku. Ketika jiwamu merasuk ke dalam aliran darahku kan meracuniku.

Untuk aku yang diam-diam mengagumi karya cipta Tuhan bagai laut dengan ombaknya, bersatu padan membentuk alunan suara air, gemercik bentakan air yang mendamaikan hati, suara selir angin yang ntah di saat kamu menutup mata dan nafasmu menderu, semuanya begitu tampak nyata.

Aku tidak mengagumi, tapi hatiku yang mengagumimu. Bahkan ikatan antar atom tak sekuat ikatan hatiku pada mu. Hatiku yang mengikatmu. Hatiku yang memilihmu.