Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
iv
MOTTO
Demikianlah Juga Halnya Dengan Iman: Jika Iman Tidak Disertai Perbuatan, Maka
Iman Itu Pada Hakekatnya adalah Mati
Ӂ Yakobus 2:17Ӂ
Bersukacitalah Dalam Pengharapan, Sabarlah Dalam Kesesakan , dan Bertekunlah
Dalam Doa
Ӂ Roma 12:12Ӂ
Ad Astra Per Aspera “ Untuk Menuju Sebuah Bintang Harus Melalui Jerih Payah”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
setiap berkat, rahmat, serta penyertaan-Nya selama ini sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu saya ingin mempersembahkan skripsi ini untuk
semua orang yang berarti dalam hidup saya :
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan doa dari
berbagai pihak. Karena itu kepada:
1. Untuk “PAPAH” Frans Evendi, yang telah memberi dukungan moril maupun
materi, kasih serta doa dan semangat yang tiada henti untuk masa depan saya.
Karya ini saya persembahkan untukmu meskipun ini tidak sebanding dengan
berbagai hal dan kebaikan yang sudah diberikan untukku. Sehat terus untuk
Papah semoga Tuhan Yesus Kristus selalu menyertai dan memberkatimu. Terima
kasih sudah menginspirasiku.
2. Untuk “MAMAH” Sri Warni, yang selalu memberiku semangat, doa dan kasih
yang selalu menjadi semangatku, karyaku ini belum cukup untuk membalas
semua kebaikan dan pengorbanan yang selalu engkau berikan, karya ini sebagai
bentuk tanggung jawab saya untuk menjadi lebih baik. Terimakasih sudah
mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang sabar dan dewasa dalam menghadapi
berbagai hal dalam hidup ini, terima kasih sudah menjadi ibu terbaik buat saya,
semoga selalu sehat dan diberkati, Tuhan Yesus Kristus memberkatimu.
3. Untuk Adikku Elisabeth Magitasari, karya ini ku persembahkan sebagai motivasi
untuk untuk masa depan kita untuk saling menjaga dan menguatkan agar masa
vi
depan kita menjadi cerah dan menjadi pribadi yang yang lebih baik. Terima ksih
sudah menjadi bagian dari semangatku sehingga aku bisa menyelesaikan studi
ku.
4. Untuk Laura Anasias kekasihku yang selalu memberi semangat, mendampingi
dan mengingatkan untuk selalu bersabar dalam segala kondisi, terima kasih aku
ucapkan semoga Tuhan Yesus selalu memberkati dan menyertaimu.
5. Untuk Dosen Pembimbingku Ibu Dra. Herawati, MPA terima kasih banyak telah
sabar membimbing, mengarahkan dan mengajarkanku dengan segala
kemampuan dan kebaikan hati ibu, tanpa keberadaan ibu tidak mungkin saya bisa
menyelesaikan karya ilmiah ini, hanya Tuhan Yesus Kristus yang bisa membalas
kebaikan dan kemurahan hati Ibu. Maaf jika ada salah kata dan perbuatan, sekali
lagi saya ucapkan terima kasih banyak.
6. Untuk teman-temanku yang namanya tidak dapat disebutkan satu-satu dan sudah
seperti saudara sendiri, terimaksih atas motivasi, dukungan dan kebersamaan
kita, saya persembahkan untuk kalian karena selalu memberiku semangat dan
masukan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan kemudahan yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan
skripsi ini berjalan dengan baik.
Tentu saja skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Habib Muhsin, S.Sos, M.Si, selaku ketua STPMD “APMD”
Yogyakarta.
2. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP., MA, selaku ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
STPMD “APMD” Yogyakarta.
3. Ibu Dra, Herawati, MPA yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing
skripsi sekaligus Ibu yang selalu sabar membimbing dan memberi motivasi
kepada penulis dalam mendukung selesainya skripsi ini.
4. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP., MA, selaku dosen Penguji Samping I, yang
telah bersedia menguji penulis dan memberikan masukan.
5. Ibu Dra. Sri Utami, M.Si, selaku dosen Penguji Samping II, yang telah
bersedia menguji penulis dan memberikan masukan.
6. Semua dosen Prodi Ilmu Pemerintahan dan Keluarga Besar STPMD “APMD”
Yogyakarta yang telah membekali ilmu yang sangat berguna dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini dan memeberikan pengetahuan serta
viii
pengalaman yang dapat membantu memperlancar penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh staff STPMD “APMD” yang telah membantu melayani untuk proses
perkuliahan.
8. Seluruh pihak Dinas yang telah memberikan izin penelitian dan dapat bekerja
sama dalam penelitian ini, serta memberikan dukungan kepada penulis.
9. Seluruh pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Terima
kasih atas dukungan, masukan, ide-ide, dan saran yang diberikan kepada
penulis untuk proses penyelesaian skripsi ini.
Demikian skripsi ini penulis buat, penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam hal penulisan, maka penulis sangat mengharapkan masukan dan
saran serta kritikan yang membangun dari pembaca, agar karya skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan almamater STPMD “APMD” Yogyakarta.
Terima kasih.
Yogyakarta, 2 Agustus 2018
Penulis,
Satria Reksy Pratama
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ iii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... .v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN................................................................................................xii
INTISARI ............................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
D. Kerangka Teori............................................................................................... 10
1. Kebijakan ................................................................................................. 10
2. Implementasi Kebijakan........................................................................... 13
3. Pengembangan Pariwisata ....................................................................... 19
x
E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 28
F. Metode Penelitian .......................................................................................... 28
a. Jenis Penelitian ........................................................................................ 28
b. Unit Analisis ............................................................................................ 29
c. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 30
d. Teknik Analisis Data ................................................................................ 32
BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN LAMANDAU DAN DINAS
PARIWISATA ..................................................................................................... 35
A. Sejarah Kabupaten Lamandau ......................................................................... 35
B. Keadaan Geografis .......................................................................................... 37
C. Demografi ........................................................................................................ 42
D. Sosial Ekonomi ................................................................................................ 43
E. Sarana dan Prasarana ....................................................................................... 44
F. Destinasi Pariwisata ........................................................................................ 50
G. Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau ................................................ 56
BAB III ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
PARIWISATA DI KABUPATEN LAMANDAU ............................................. 64
A. Deskripsi Informan .......................................................................................... 64
B. Analisis Data ................................................................................................... 66
1. Promosi Pariwisata Di Kabupaten Lamandau ........................................... 67
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia ..................................................... 76
3. Pengembangan Sarana Dan Prasarana Serta Kerjasama Pengembangan
Pariwisata .................................................................................................. 82
xi
4. Pelestarian Lingkungan Wisata ................................................................. 94
5. Manfaat Ekonomi Pada Sektor Pariwisata...............................................100
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 107
A. Kesimpulan .................................................................................................... 107
B. Saran ............................................................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................113
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Lamandau............. .39
Tabel 2.2 Sungai-sungai di Wilayah Kabupaten Lamandau............................... .41
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2017............................42
Tabel 2.4 Panjang Jalan Berdasarkan Keadaan Jalan Tahun 2017........................45
Tabel 2.5 Jenis Sekolah Dan Jumlah Sekolah Tahun 2017...................................46
Tabel 2.6 Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Lamandau 2017..............47
Tabel 2.7 Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Kecamatan Tahun 2016................49
Tabel 2.8 Agen Travel dan PO Bus di Kabupaten Lamandau...............................41
Tabel 2.9 Wisata Kecamatan Delang.....................................................................54
Tabel 2.10 Wisata Kecamatan Lamandau.............................................................55
Tabel 2.11 Wisata Kecamatan Belantikan Raya....................................................56
Tabel 3.1 Identitas Informan..................................................................................65
Tabel 3.2 Data Kunjungan Wisatawan Nusantara Dan Wisatawan Mancanegara
Tahun 2016, 2017 dan 2018..................................................................................74
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau.......63
xiv
INTISARI
Dalam mengembangkan pariwisata tentunya Pemerintah memiliki tujuan agar
berbagai potensi wisata yang ada dapat berhasil dikembangkan, dalam mencapai tujuan
tersebut Pemerintah harus membuat suatu kebijakan pengembangan pariwisata, ditengah
potensi sektor pariwisata dan sebagai kawasan wisata sekitar Destinasi Pariwisata Nasional
Tanjung Puting, masih terdapat permasalahan pariwisata yakni masih terbatasnya kondisi
yang ada seperti kegiatan promosi, sumber daya manusia, sarana prasarana wisata serta
manfaat yang ditimbulkan bagi masyarakatyang ada sehingga pemerintah daerah harus
mengembangkan sektor pariwisata. Dengan melihat keadaan tersebut maka penulis ingin
meneliti lebih lanjut masalah tersebut melalui judul penelitian “Implementasi Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten Lamandau”.
Penelitian ini menggunakan jenis Deskriptif Kualitatif, guna menjelaskan implementasi
kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah.
Dalam penelitian ini jumlah informan adalah sebanyak 15 orang yang telah dipilih sesuai
teknik Purposive dan dianggap representatif dan memiliki kapasitas serta kompetensi dalam
memberikan gambaran dan data terkait dengan obyek penelitian Implementasi Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten Lamandau. Dalam penelitian ini digunakan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi guna mendapatkan data
dan informasi secara tepat. Analisis data dalam penelitian kualitatif ini meliputi mengolah
dan mempersiapkan data, membaca keseluruhan data, menganalisis dengan meng-coding
data, penyajian kembali, dan interpretasi data.
Setelah dilakukan penelitian maka memperoleh hasil bahwa pengembangan pariwista
yang ada telah berjalan dengan baik . 1) Dalam Kegiatan Promosi Pariwisata dilaksanakan
berbagai event atau pameran serta melalui berbagai media dan melibatkan banyak pihak yang
meningkatkan kunjungan wisatawan, 2) Pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan
melalui berbagai sosialisasi, pelatihan serta pembinaan kemudian Dinas Pariwisata
melakukan konsep CBT (comunity base tourism), 3) Pengembangan sarana dan prasarana
serta kerjasama di bidang pariwisata telah dilaksanakan, melalui penganggaran untuk
pembangunan sarana dan prasarana, melibatkan pihak swasta serta mendorong masyarakat
dan mendampingi masyarakat dalam mengelola sarana dan prasana yang ada. Kemudian
dalam kerjasama pihak yang terlibat antara lain pihak eksekutif, legislatif,SOPD lainnya,
serta juga melibatkan pihak swasta dan masyarakat lokal yang secara khusus pada pihak
eksekutif dan legislatif sangat mendukung pengembangan pariwisata. 4) Pelestarian
lingkungan pariwisataDinas Pariwisata telah menjalankan program-program kegiatan
pengembangan pariwisata yang tetap memperhatikan kelestarian lingkungan selain itu juga
melibatkan pihak swasta seperti NGO Swiss Contact serta YAYORIN (Yayasan Orangutan
Indonesia) dan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam), serta 5) Manfaat ekonomi
pada sektor pariwisata telah dilaksanakan Dinas Pariwisata, upaya yang dilakukan adalah
dengan pemberdayaan masyarakat, secara khusus masyarakat di sekitar destinasi objek wisata
sebab mereka menyajikan berbagai hal yang khas lokal dan selain itu mereka juga
menampilkan kegiatan seni budaya atau atraksi wisata bagi kunjungan wisatawan, kemudian
ada masyarakat yang menjadi pendamping wisatawan (guide) bahkan mengelola homestay,
tahun 2015 sektor akomodasi dan makan minum yang erat dengan pariwisata meningkat
sebesar 28.484,000 menjadi 31.267.300 (juta rupiah) pada tahun 2016.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu negara tentu ada sebuah sistem yang berjalan, dan dalam
menjalankan negara pemerintah harus menjalankan suatu pemerintahan, tak terlepas
pula dalam pengelolaan segala kekayaan negara yang ada, pemerintah harus
menyelenggarakannya untuk kesejahteraan rakyatnya. Suatu pengelolaan tersebut
dapat diwujudkan baik secara fisik maupun non-fisik dalam satu waktu. Sebagai suatu
negara kesatuan yang terdiri atas banyak kepulauan Indonesia membentang dari ujung
Sabang sampai Merauke, dengan demikian Indonesia terkenal dengan kaya akan
budaya, selain kekayaan budaya Indonesia juga kaya akan kekayaan alamnya.
Kekayaan alam dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk tambang, minyak dan gas
serta kandungan yang lainnya, tetapi juga kondisi geografis Indonesia yang berbentuk
kepulauan membuat indonesia mempunyai alam yang mempesona. Pesona alam
Indonesia ini adalah sebuah potensi yang dimiliki negara Indonesia untuk bidang
pariwisata, memang hingga saat ini pembangunan di Indonesia devisa utama di topang
oleh sektor migas (minyak dan gas), hasil hutan serta pertambangan yang tentunya
sumber daya ini semuanya bersifat tidak terbaharukan sehingga dapat di prediksi
dalam berjalannya waktu berbagai sumber daya tersebut dapat habis. Sebagai negara
yang kaya akan pesona alamnya yang merupakan potensi pariwisata baik berupa
keindahan alam maupun keanekaragaman budaya Indonesia tentu dapat menjadi
tujuan wisata dunia sehingga bukan tidak mungkin pariwisata dapat menjadi pilihan
lain sebagai pengganti dalam sumber devisa negara untuk pembangunan.
2
Oleh sebab itu penulis melihat bahwa sumber daya manusia (SDM) harus
dipersiapkan untuk memiliki kemampuan dan keahlian yang baik dalam mengelola
kepariwisataan di Indonesia.
Dengan prinsip desentralisai daerah dapat menggali potensi yang dimiliki guna
membangun serta mengembangkan daerah itu sendiri yang tentunya akan membawa
manfaat juga kepada masyarakat lokal dan kemajuan daerah dimasa yang akan datang.
Pengembangan daerah tentu tidak dapat lepas dari tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat di daerah itu sendiri, selama kesejahteraan jauh dari
kehidupan masyarakat di daerah maka tuntutan serta gugatan kepada sistem sosial,
ekonomi, dan politik tidak pernah berhenti dari hal ini masyarakat yang kehidupannya
belum sejahtera maka akan terus berusaha mencapai kesejahteraan bagi kehidupannya
masyarakat daerah pun tentu akan menyuarakan keinginannya kepada pemerintah
daerah agar memberikan solusi dalam mencapai kesejahteraan tersebut. Dari hal ini
sektor pariwisata dapat menjadi harapan baru guna pembangunan daerah yang
diharapkan membawa kesejahteraan bagi masyarakat di daerah tentunya, Janianton
Damanik (2013:2) menyatakan bahwa di kalangan birokrasi pariwisata didengungkan
sebagai “obat mujarab” yang mampu menyulap belantara kemiskinan menjadi
kemakmuran, hal ini tentu menggambarkan bahwa di daerah sektor pariwisata dapat
dilihat sebagai salah satu potensi daerah yang dapat dimanfaatkan guna membangun
dan mengembangkan daerah itu sendiri sehingga masalah kesejahteraan dimasyarakat
bisa diatasi. Sektor pariwisata bisa dikaitkan dengan kesejahteraan bagi masyarakat
sebab penulis melihat didalam sektor pariwisata banyak peluang yang tercipta jika
pariwisata yang ada di daerah berhasil dikembangkan, dengan demikian masyarakat
lokal yang ada didaerah destinasi pariwisata dapat berdayaguna dan berhasil mencapai
kesejahteraan. Memang sektor pariwisata dari sisi tertentu membawa dampak yang
3
besar bagi kesejahteraan namun jika diperhatikan sektor pariwisata juga dapat
membuat masyarakat kehilangan peluang untuk mencapai kesejahteraan sebab sektor
pariwisata dianggap kerap tidak memberi perhatian terhadap keberadaan masyarakat
lokal sebab akses masyarakat lokal untuk berperan dan masuk ke dalam aktivitas
ekonomi yang dihasilkan pariwisata hilang karena sektor pariwisata hanya dikuasai
oleh pihak tertentu diluar masyarakat lokal, namun hal ini tentunya bisa diatasi melalui
merubah pola pendekatan dan berbagai program-program yang akan dilaksanakan
untuk lebih memaksimalkan kontribusi masyarakat dalam sektor pariwisata sehingga
masyarakat lokal didaerah destinasi pariwisata dapat mencapai kesejahteraan. Sektor
pariwisata perlu disadari akan dianggap gagal dan tidak membawa keuntungan jika
sektor pariwisata ternyata tidak menghasilkan perubahan yang baik bagi kesejahteraan
masyarakat di daerah destinasi wisata. Perlu disadari pula bahwa tidak ada satu
pemangku kepentingan yang mampu berdiri sendiri dalam menggerakan sektor
pariwisata untuk menjangkau kesejahteraan masyarakat. Pengembangan sektor
pariwisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah diperlukan
komitmen yang kuat dari pemerintah selain itu terlibatnya masyarakat juga memang
sangat dibutuhkan agar masyarakat lokal dapat berdayaguna, namun jika dalam
jalannya pengembangan pariwisata nantinya masyarakat pun harus dibekali
kemampuan dalam mengelola kepariwisataan.
Setiap daerah tentunya memiliki potensi wisata yang berbeda-beda, hal ini
tergantung pada bagaimana pemerintah daerah dan masyarakat membangun potensi
wisata tersebut sehingga menjadi destinasi wisata yang menarik dan mengundang
banyak wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah. Secara khusus untuk daerah
yakni Kabupaten Lamandau yang masuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan Tengah,
memiliki potensi pariwisata yang kaya. Sebagai daerah otonom Kabupaten Lamandau
4
melalui pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan daerah serta kepentingan masyarakat lokal.
Dalam mengembangkan pariwisata tentunya Pemerintah memiliki tujuan agar
berbagai potensi wisata yang ada dapat berhasil dikembangkan, dalam mencapai
tujuan tersebut Pemerintah tentu harus membuat suatu kebijakan pengembangan
pariwisata, dan kebijakan tersebut merupakan bentuk dari kebijakan publik, kebijakan
publik menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2015:64) adalah
alat untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan upaya pemerintah mewujudkan
nilai-nilai kepublikan (public values). Dalam mencapai tujuan dari suatu kebijakan
yang terkait dengan pengembangan pariwisata tentunya tidak akan berhasil dan
tercapai dengan sendirinya tanpa diimplementasikannya kebijakan tersebut.
Terkait kebijakan dalam kepariwisataan, dengan lahirnya Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, maka kebijakan dalam pengembangan sektor
pariwisata sudah memiliki payung hukum, dari hal ini diperlukan kebijakan
pemerintah selanjutnya sehingga dikeluarkan suatu peraturan yakni Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. Dan melalui kebijakan berupa
Peraturan Pemerintah tersebut, untuk Daerah Provinsi Kalimantan Tengah yang
didalamnya masuk wilayah Kabupaten Lamandau, dimana Kalimantan Tengah yang
memiliki Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) maka ketentuan dari Peraturan
Pemerintah ini dilaksanakan dengan membuat Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013-2028.
Dalam pasal 11 ayat (3) Perda Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 2 Tahun 2013
dijelaskan pembangunan daya tarik wisata terdiri dari 3 (tiga) pembagian kawasan
5
yang tersebar pada 14 (empat belas) Kabupaten/Kota yang ada. Selanjutnya pada
huruf a Pasal 11 ayat (3) untuk pengembangan pariwisata wilayah barat yaitu Tanjung
Puting dan sekitarnya, yang didalamnya masuk Kawasan wisata Kabupaten
Lamandau.
Dari kebijakan terkait pariwisata tersebut, sektor pariwisata, Kabupaten
Lamandau memiliki pesona pariwisata berupa kekayaan daerah dengan beragamnya
adat dan budaya suku Dayak Tomun dan aktivitas masyarakat lokal yang masih erat
dengan alam juga masih terjaga sehingga ini juga merupakan nilai tambah bagi sektor
pariwisata di Kabupaten Lamandau dibidang wisata budaya, selain adat dan budaya
kondisi alam yang masih dikelilingi hutan menjadikan Kabupaten Lamandau masih
terjaga keaslian kondisi alamnya sehingga menjadi pesona bagi sektor pariwisata.
Sebab itu kebijakan dalam hal pariwisata telah dimunculkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah di Kabupaten Lamandau untuk tahun 2013-2018
yang dimuat dalam (Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 1 Tahun 2014)
“Menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu kekuatan ekonomi kerakyatan”
menjadi salah satu misi pembangunan daerah, dapat dilihat bahwa pariwisata yang
menjadi salah satu potensi daerah juga mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah,
yang jika dikelola atau dikembangkan akan membawa dampak pada pembangunan
daerah. Dari sektor pariwisata ini, dilihat bahwa peranan dan perhatian lebih dari
pemerintah daerah Kabupaten Lamandau sesungguhnya sangat penting, Di Kabupaten
Lamandau sektor pariwisata ditangani oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau,
hal ini diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau.
Kemudian terkait kebijakan pengembangan pariwisata yang menjadi kewenangan
Dinas Pariwisata, di muat dalam pasal 5 sampai 7 pada Peraturan Bupati Lamandau
6
Nomor 55 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau dijelaskan pula terkait tugas, fungsi
dan kewenangan dari organisasi perangkat daerah ini.
Suatu penyusunan kebijakan pariwisata haruslah mengikutsertakan intervensi
pemerintah, ini bukan berarti bahwa sektor swasta tidak boleh diikutsertakan dalam
pengambilan suatu kebijakan pariwisata, tetapi karena adanya sasaran tertentu
terhadap sektor ini. Perencanaan pariwisata adalah untuk meminimalkan konflik-
konflik potensial dan untuk menggambarkan kerangka kerja pengembangan dimana
sektor swasta akan terlibat. Hal ini memberi gambaran bahwa tanpa keterlibatan
pemerintah dalam perencanaan pariwisata maka pengembangan industri pariwsata
akan mengalami kekosongan kepaduan, arah, dan inisiatif jangka pendek yang
mungkin akan membahayakan potensi jangka panjang (Gamal Suwantoro 1997 :44-
45) keberadaan pemerintah baik nasional maupun di daerah menjadi pihak yang tidak
dapat dilepaskan dengan alasan apapun dalam pengembangan sektor pariwisata sebab
tanpa campur tangan pemerintah maka pihak swasta yang masuk ke dalam sektor
pariwisata akan menimbulkan kemungkinan terjadinya gagal pengembangan
pariwisata yang tentunya akan berdampak pada daerah destinasi wisata dan
masyarakat lokal di daerah destinasi wisata.
Ditengah potensi alam dan budaya yang menjadi pesona bagi sektor pariwisata
dan sebagai kawasan wisata sekitar Destinasi Pariwisata Nasional Tanjung Puting,
daerah Kabupaten Lamandau masih terdapat permasalahan pariwisata yakni kondisi
pariwisata yang ada seperti promosi pariwisata melalui berbagai kegiatan dan media
promosi masih terbatas, sumber daya manusia pariwisata yang masih terbatas, sarana
prasarana wisata yang minim serta manfaat ekonomi yang ditimbulkan bagi
masyarakat, sehingga pemerintah daerah harus mengembangkan sektor pariwisata
7
daerah, sebab dalam pariwisata yang berwujud suatu sistem destinasi wisata harus
terdiri atau menawarkan setidaknya beberapa komponen pokok sebagai berikut :
1. Daya tarik wisata bisa berbasis utama pada alam, budaya atau minat
khusus;
2. Akomodasi atau amenitas, aksesibilitas dan transportasi (udara,darat atau
laut);
3. Fasilitas umum;
4. Fasilitas pendukung pariwisata dan
5. Masyarakat sebagai tuan rumah (host) dari suatu destinasi. (Bambang
Sunaryo 2013:23).
Dan dari beberapa komponen diatas untuk Kabupaten Lamandau pada destinasi
wisata yang ada semua komponen telah terpenuhi sehingga telah memenuhi standar
untuk kepariwisataan, akan tetapi karena belum berkembangnya komponen-komponen
tersebut menyebabkan timbulnya beberapa masalah dalam pengembangan pariwisata
di Kabupaten Lamandau, pengelolaan destinasi wisata yang ada masih dalam kondisi
yang serba terbatas, sehingga destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lamandau jika
diukur dengan komponen sistem kepariwisataan tersebut pada beberapa poin dapat
dikatakan masih belum dapat dimaksimalkan, sebab sarana dan prasarana wisata yang
ada pada tempat wisata masih belum lengkap dan tidak terawat dengan baik kemudian
dalam mempromosikan potensi pariwisata serta sumber daya manusia pariwisata yang
ada juga masih belum diberdayakan secara maksimal ada oleh Dinas Pariwisata, hal
ini tentu sangat disayangkan sebab ditengah potensi pariwisata yang dimiliki
Kabupaten Lamandau dan minat wisatawan berkunjung ke wilayah Kabupaten
Lamandau yang akan terus mengalami peningkatan akan terhalang oleh masalah
tersebut. Oleh sebab itu dalam permasalahan ini diperlukan adanya upaya-upaya dari
8
pemerintah daerah yang aktif dan berkelanjutan untuk mengembangkan pariwisata
yang ada di Kabupaten Lamandau melalui implementasi kebijakan daerah yang telah
ada, bukan hanya mengembangkan objek wisata saja tetapi penulis melihat bahwa
pengembangan sumber daya manusia atau masyarakat di destinasi wisata daerah
dalam sektor pariwisata adalah hal yang terpenting sebab masyarakat pada destinasi
wisata yang nantinya harus berdaya dalam sektor kepariwisataan. Dengan melihat
keadaan tersebut maka penulis ingin meneliti lebih lanjut masalah tersebut melalui
judul penelitian “Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten
Lamandau”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang dijelaskan pada bagian diatas
maka dari pembahasan ini dapat ditarik suatu rumusan masalah yang sebagai berikut :
“Bagaimana Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten
Lamandau ?”
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan bagian diatas, dapat dirumuskan tujuan serta manfaat penelitian,
yaitu sebagai berikut :
a. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kebijakan yang telah
dilaksanakan Dinas Pariwisata dalam rangka pengembangan pariwisata di
Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah.
9
b. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi Dinas Pariwisata
Manfaat bagi Dinas Pariwisata adalah penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya-upaya yang tepat dalam proses
implementasi suatu kebijakan terkait pengembangan pariwisata di
Kabupaten Lamandau.
2. Manfaat akademis
Manfaat akademis penelitian ini dapat memberikan masukan dan
pemikiran yang bermanfaat bagi ilmu pemerintahan secara khusus dalam
proses implementasi.
3. Manfaat bagi penulis
Manfaat bagi penulis adalah sebagai sarana serta untuk memperluas
pengalaman serta pengetahuan yang diperoleh sehingga menambah
wawasan dalam berpikir serta dalam menganalisis suatu kebijakan yang
dibuat oleh Dinas Pariwisata dalam rangka pengembangan pariwisata di
Kabupaten Lamandau.
4. Manfaat praktis
Manfaat praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan
informasi dan menambah wawasan tentang implementasi kebijakan
pengembangan pariwisata di Kabupaten Lamandau.
10
D. Kerangka Teori
1. Kebijakan
Kebijakan tentunya tidak dapat dilepaskan dari kehidupan bernegara di
negara Indonesia, apalagi Indonesia merupakan negara yang menganut paham
demokrasi.
Menurut Carl Friedrich dalam (Dwiyanto Indiahono 2009:17)
mendefinisikan kebijakan sebagai suatu tindakan yang mengarah pada tujuan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan
tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya
mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut James E. Anderson dalam (Dwiyanto Indiahono 2009:17)
mendefinisikan kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat,
kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam bidang kegiatan
tertentu, pembicaraan tentang kebijakan memang tidak lepas dari kaitan
kepentingan antar kelompok, baik di tingkat pemerintahan maupun di
masyarakat secara umum.
Dan menurut Hogwood dan Gunn dalam (Dwiyanto Indiahono
2009:18) menyatakan bahwa terdapat 10 istilah kebijakan dalam pengertian
modern, yaitu :
1. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas ;
2. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan;
3. Sebagai proposal spesifik;
4. Sebagai keputusan pemerintah;
5. Sebagai otorisasi formal;
6. Sebagai sebuah program;
11
7. Sebagai output;
8. Sebagai “hasil” (outcome);
9. Sebagai teori dan model;
10. Sebagai sebuah proses.
Kemudian juga menurut Denhard dan Denhard dalam (Dwiyanto
Indiahono 2009:13) publik adalah warga negara yang berhak mendapatkan
hak-haknya sebagai warga negara.
Menurut Thomas Dye dalam (Subarsono 2005:2) kebijakan publik adalah
apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public
policy is whatever goverments choose to do or not to do) Konsep yang
dikemukakan Dye tersebut sangat luas sebab kebijakan publik menyangkut
sesuatu yang tidak dilakukan pemerintah di samping yang dilakukan oleh
pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik. Dari definisi
Dye pula juga dilihat mengandung makna bahwa, kebijakan publik di buat oleh
badan pemerintah, bukan merupakan organisasi swasta, kebijakan publik juga
menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan
pemerintah.
Menurut David Easton dalam (Subarsono 2005:2) memiliki pandangan
bahwa ketika pemerintah membuat kebijakan publik , ketika itu pula
mengalokasikan nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap kebijakan
mengandung seperangkat nilai di dalamnya.
Menurut Harold Laswell dalam (Erwan dan Dyah 2015:17) kebijakan
publik adalah sebagai tahapan-tahapan, yaitu : agenda setting, formulasi,
legitimasi, implementasi, evaluasi, reformulasi, dan terminasi.
12
Erwan dan Dyah (2015:64) juga menjelaskan kebijakan publik adalah alat
untuk mewujudkan nilai-nilai yang diidealkan masyarakat seperti keadilan,
persamaan, dan keterbukaan; memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat;
memanfaatkan peluang baru bagi kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat
serta melindungi masyarakat dari praktik swasta yang merugikan.
Kebijakan dalam konteks ini merupakan kebijakan yang berkaitan
dengan masyarakat yang merupakan produk pemerintah atau birokrasi yang
artinya kebijakan publik, kebijakan memang menjadi suatu ranah yang amat
berbau kekuatan untuk saling mempengaruhi dan melakukan tekanan para
pihak.
Dari pernyataan terkait kebijakan publik tersebut peneliti
menyimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan sesuatu yang tidak dapat
dilepaskan dari peran serta pemerintah, dan didalam kebijakan memuat
berbagai macam kepentingan baik yang berasal dari pemerintah maupun
masyarakat baik berkelompok maupun perorangan.
Terkait kebijakan dalam pengembangan pariwisata, ada beberapa
kebijakan yang telah dibuat guna memuat berbagai kepentingan baik pemerintah
dan masyarakat dimulai dengan kebijakan Pemerintah berupa Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, sehingga dikeluarkan suatu
peraturan yakni Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. Untuk
kebijakan di daerah, Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah
mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013-2028. Yang selanjutnya
13
untuk daerah Kabupaten Lamandau kebijakan terkait diwujudkan berupa
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah di Kabupaten Lamandau untuk tahun 2013-2018
serta Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 tahun 2016 Tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau. Dari
kebijakan tersebut selanjutnya dalam kebijakan kepariwisataan dimuat dalam
bentuk Peraturan Bupati Lamandau Nomor 55 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata Kabupaten
Lamandau.
Peran dari Pemerintah Daerah sangat penting dalam sektor pariwisata
oleh sebab itu dalam kebijakan pengembangan pariwisata melalui Dinas
Pariwisata sebagai organisasi yang memiliki tugas di bidang pariwisata, maka
pelaksanaan kebijakan yang dimuat dalam Peraturan Bupati Lamandau Nomor
55 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau menjadi kebijakan yang harus
dikaji pelaksanaannya.
2. Implementasi kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan yang penting
dalam proses suatu kebijakan, pada tahapan inilah yang akan menentukan
apakah kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah bisa di terapkan di
lapangan dan berhasil untuk menghasilkan keluaran seperti yang telah
direncanakan. Implementasi merupakan suatu kegiatan yang begitu kompleks
karena melibatkan banyak aktor dengan berbagai kepentingan mereka masing-
masing, dan tidak menutup kemungkinan dalam implementasi kerumitan akan
bertambah jika suatu kebijakan yag diimplementasikan tidak dirumuskan
14
secara jelas sebagai akibat adanya tawar menawar yang mewarnai proses
perumusan suatu kebijakan.
Menurut Pressman dan Wildavsky dalam (Erwan dan Dyah 2015:20)
implementasi dimaknai dengan beberapa kata kunci, yakni untuk menjalankan
kebijakan (to carry out), untuk memenuhi janji-janji sebagaimana dinyatakan
dalam dokumen kebijakan (to fulfill), untuk menghasilkan output sebagaimana
dinyatakan dalam tujuan kebijakan (to produce), untuk menyelesaikan misi
yang harus diwujudkan dalam tujuan kebijakan (to complete).
Serta menurut Van Meter dan Horn dalam (Erwan dan Dyah 2015:20)
mendefinisikan implementasi sebagai mencakup tindakan yang dilakukan oleh
publik atau pribadi / individu (atau kelompok) yang diarahkan pada pencapaian
tujuan yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan.
Dwiyanto Indiahono (2009:143) menjelaskan implementasi kebijakan
menunjuk aktivitas menjalankan kebijakan dalam ranah senyatanya, baik yang
dilakukan oleh organ pemerintah maupun para pihak yang telah ditentukan
dalam kebijakan, implementasi sendiri biasanya ada yang disebut implementor,
dan kelompok sasaran. Implementor kebijakan adalah mereka yang secara
resmi diakui sebagai individu / lembaga yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan program di la pangan. Kelompok sasaran menunjuk pada pihak
yang dijadikan sebagai objek kebijakan.
Subarsono (2005:88) menjelaskan implementasi melibatkan usaha
kompleksitas, untuk memberikan pelayanan atau mengatur perilaku kelompok
sasaran (target group). Komplesitas implementasi bukan saja ditunjukan oleh
banyaknya aktor atau unit oragnisasi yang terlibat, tetapi juga dikarenakan
proses dipengaruhi oleh berbagai variabel yang kompleks baik variabel yang
15
individual maupun variabel organisasional, dan masing-masing variabel saling
berinteraksi.
Dari pendapat ahli diatas peneliti menarik pernyataan bahwa
implementasi kebijakan adalah tindakan yang dilakukan para implementor
untuk sebuah kebijakan agar tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai,
implementasi sebuah kebijakan dapat hasil mempengaruhi hasil akhir dari
suatu kebijakan.
Suatu implementasi kebijakan akan berhasil jika dipengaruhi dua
variabel besar, teori implementasi ini dinyatakan oleh Merilee S. Grindle
dalam (Subarsono 2005:93) dua variabel besar tersebut adalah isi kebijakan
(context of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation).
Variabel isi kebijakan mencakup :
1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups
termuat dalam isi kebijakan;
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups
3. Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan
4. Apakah letak sebuah program tepat
5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya
dengan rinci, dan
6. Apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.
Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mancakup :
1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki
para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan
2. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa
3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
16
Dari pernyataan terkait implementasi kebijakan peneliti dapat
menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah pelaksanaan kebijakan
dilapangan yang akan sangat ditentukan keberhasilannya oleh implementor
dan respon kelompok sasaran.
Terkait implementasi kebijakan, Peraturan Bupati Lamandau Nomor 55
Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau menjadi kebijakan yang akan
dikaji dalam hal implementasi di lapangan, sebab didalamnya dimuat Pasal 5
menyatakan Dinas Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan kewenangan
desentralisasi dan tugas pembantuan di bidang pariwisata sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kemudian dalam pasal 6 untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimuat
dalam pasal 5 Dinas Pariwisata menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh bupati berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
b. Pembinaan,pelestarian dan pengembangan pariwisata;
c. Koordinasi penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan di bidang pariwisata;
d. Peningkatan peran serta masyarakat dibidang pariwisata;
e. Pembinaan, pelayanan, pengawasan, pengendalian, monitoring, dan
evaluasi penyelenggaraan kegiatan pariwisata;
f. Penyelenggaraan pembinaan unit pelaksana teknis dinas; dan
g. Penyelenggaraan urusan kesekretariatan dinas.
Serta dalam pasal 7 untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 6 Dinas Pariwisata mempunyai kewenangan sebagai berikut :
17
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata sesuai peraturan
perundangan dan kebijakan yang ditetapkan oleh bupati;
b. Merumuskan rencana induk pengembangan pariwisata;
c. Menetapkan kebijakan kabupaten mengenai pariwisata, kriteria sistem
pemberian penghargaan/anugerah bagi insan/lembaga yang berjasa di
bidang pariwisata di Kabupaten Lamandau;
d. Menetapkan kebijakan kerjasama luar negeri di bidang pariwisata baik
nasional, regional, dan internasional;
e. Menetapkan kebijakan di bidang penanaman nilai-nilai tradisi, pembinaan
karakter, dan pekerti bangsa;
f. Menentapkan kebijakan pembinaan lembaga tradisi, adat istiadat, dan
budaya masyarakat;
g. Menetapkan kebijakan operasional perfilman, pemberian ijin usaha
pembuatan film meliputi usaha, produksi, pengedaran dan penayangan;
h. Menetapkan kebijakan dibidang standarisasi profesi dan teknologi
perfilman, kerjasama baik dalam maupun luar negeri di bidang perfilman
dan pengawasan peredaran film dan rekaman video;
i. Menetapkan kebijakan kegiatan standarisasi peningkatan produksi dan
apresiasi film dan pengembangan film;
j. Menetapkan standarisasi pemberian izin pengiriman dan penerimaan
delegasi asing di bidang seni dan budaya dan kesenian, penerbitan
rekomendasi, pengiriman misi kesenian dalam rangka kerjasama dalam
negeri maupun luar negeri;
k. Penetapan kriteria dan prosedur penyelenggaraan festival, pameran, dan
lomba dan penyelenggaraan diklat kesenian;
18
l. Penerapan dan pelaksanaan prosedur perawatan dan pengamanan aset atau
benda kesenian, sejarah, purbakala, pariwisata, seni dan budaya;
m. Menyelenggarakan kegiatan festival pameran dan lomba secara berjenjang
dan berkala di bidang pariwisata, seni dan budaya baik tingkat kabupaten,
provinsi, nasional, regional dan internasional;
n. Mengembangkan dan pemanfaatan museum, registrasi museum, dan
koleksi, akreditasi museum, serta penambahan dan penyelamatan koleksi
museum di tingkat kabupaten;
o. Menetapkan standarisasi bidang pariwisata, seni dan budaya, pedoman
pengembangan destinasi pariwisata, seni dan budaya;
p. Menetapkan kebijakan dalam pembinaan usaha dan penyelenggaraan usaha
serta perencanaan pemasaran pariwisata;
q. Menyelenggarakan promosi pariwisata, seni dan budaya yang ada;
r. Melakukan pengendalian dan pembinaan, pengembangan obyek wisata,
sarana dan prasarana dan akomodasi kepariwisataan yang ada;
s. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait, baik didalam maupun luar
negeri dalam penyelenggaraan pariwisata, seni dan budaya;
t. Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dinas.
Dari kebijakan daerah ini dapat dilihat bahwa dalam pengembangan
pariwisata di daerah Kabupaten Lamandau secara khusus terkait dengan
pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan sektor pariwisata, hal ini
sudah menjadi fungsi dan kewenangan dari dinas pariwisata Kabupaten
lamandau. Pengembangan pariwisata dirasa menjadi hal yang sangat penting
jika dilihat dari urusannya sebab jika tidak dikembangkan maka sektor
pariwisata tidak akan maju dan membawa manfaat bagi daerah dan masyarakat
19
lokal didaerah demikian pula dengan Kabupaten Lamandau. Saat ini dengan
belum maksimalnya pencapaian dari pengembangan kepariwisataan yang ada
di Kabupaten Lamandau, kebijakan yang sudah ada kemungkinan dalam
implementasinya, masih belum bisa memberikan hasil yang signifikan dalam
mencapai tujuan kebijakan pengembangan pariwisata, Dinas Pariwisata
sebagai implementor kebijakan harus menyelenggarakan fungsi pengembangan
pariwisata yang diharapkan dalam penyelengaraannya pariwisata di Kabupaten
Lamandau bisa berkembang serta masyarakat pada destinasi wisata di
Kabupaten Lamandau dapat memaksimalkan peran sertanya dalam
kepariwisataan sehingga membawa dampak pada pembangunan daerah dan
kesejahteraan masyarakat.
3. Pengembangan pariwisata
Pengembangan pariwisata saat ini bukan lagi menjadi wewenang
Pemerintah Pusat namun sudah menjadi tugas dari Pemerintah Daerah. Hal ini
dimuat dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan demikian perhatian pada aspek-aspek hubungan
antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antar daerah, potensi dan
keanekaragaman daerah serta peluang dan tantangan dalam persaingan global
maka harus diatur secara adil dan setara. Dari penjelasan diatas, jelas
pengembangan pariwisata adalah merupakan tugas dan wewenang dari
pemerintah daerah guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan didalam
masyarakat , sebab itu bidang pariwisata di daerah harus bisa dikembangkan
oleh Pemerintah Daerah.
20
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengembangan artinya proses,
cara, perbuatan mengembangkan. Pengembangan secara umum dapat memiliki
arti sebagai suatu pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan dan perubahan
secara bertahap.
Dari penjelasan diatas menurut peneliti maka jelas bahwa pengembangan
merupakan suatu proses yang memiliki tahapan yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu hasil atau keluaran berdasarkan temuan yang ada di
lapangan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Pariwisata adalah Pelancongan
atau Turisme yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan
untuk rekreasi. Sementara menurut Undang-undang nomor 10 tahun 2009
tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah "Berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha".
Menurut Gamal Suwantoro (1997:3) juga menjelaskan bahwa
berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau
lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya
adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena
sekedar ingin tahu, menambah pengalaman atau-pun untuk belajar.
Menurut Bambang Sunaryo (2013:1) kepariwisataan berasal dari akar kata
wisata. Dalam kepustakaan tentang kepariwisataan di Indonesia, seperti halnya
yang tercantum dalam UU No. 10 Tahun 2009, wisata diberikan batasan
sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
21
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
waktu sementara.
Pariwisata yang merupakan suatu kegiatan sebagaimana telah dijelaskan,
tentunya dilakukan oleh manusia baik sendiri maupun secara bersama-sama,
kegiatan ini merupakan suatu perjalanan yang dilakukan hanya dalam waktu
tertentu artinya perjalanan ini tidak selamanya atau permanen, kemudian apa
yang dilakukan dari kegiatan ini adalah untuk mencari suatu keseimbangan
serta keserasian antara jasmani dan rohani sehingga dapat menciptakan
kebahagiaan dengan menikmati kegiatan wisata, selain itu pariwisata juga
tidak dapat dilepaskan dari kegiatan ekonomi sebab pariwisata juga memiliki
dampak ekonomi yang penting bagi masyarakat di daerah tujuan wisata.
Dengan hal ini dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih tersebut guna memenuhi
kenikmatan serta rasa ingin mengetahui sesuatu, dalam pariwisata tentu tidak
dapat dilepaskan pula dari pihak yang melakukan wisata tersebut atau yang
biasa disebut wisatawan.
Wisatawan (tourist) sendiri menurut Gamal Suwantoro (1997:4) adalah
seseorang atau kelompok yang melakukan suatu perjalanan wisata, jika lama
tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi.
Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu
kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist) dari
penjelasan ini maka orang yang melakukan suatu pariwisata dikelompokan
dalam dua bagian tergantung waktu kunjungannya kepada daerah tujuan
wisata, pembagian tersebut seperti dijelaskan masuk dalam, wisatawan
(tourist) dan pelancong (excursionist). Selain penjelasan diatas, didalam
22
pariwisata juga terdapat beberapa istilah yang secara khusus menyangkut dunia
pariwisata, antara lain :
1) Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi
sumber daya alam dan tata lingkungan.
2) Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya
tarik bagi wisatawan serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam,
baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan.
3) Kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan pariwisata, pendidikan,
penelitian, kebudayaan, dan cinta alam yang dilakukan di dalam objek
wisata.
4) Konservasi adalah pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana berdasarkan prinsip kelestarian.
5) Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati dalam alam bersama-
sama dengan unsur hayati secara keseluruhan.
6) Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik
di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan; pengawetan keragaman jenis tumbuhan serta satwa
dan pelestarian pemanfaatan sumber daya alam dan ekosistem.
7) Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa
keragaman dan atau keunikan jenis satwa yang kelangsungan hidupnya
dapat dilakukan untuk pembinaan terhadap habitatnya.
8) Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan
sistem zonasi yang terdiri atas zona inti dan zona lain yang dimanfaatkan
untuk tujuan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan pendidikan.
23
9) Hutan wisata adalah kawasan hutan yang disebabkan keadaan dan sifat
wilayahnya yang perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan
maksud pengembangan pendidikan/penyuluhan, reksreasi dan olahraga.
10) Taman wisata adalah hutan wisata yang memiliki keindahan alam baik
keindahan tumbuhan, satwa, maupun keindahan yang mempunyai corak
khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan reksreasi.
11) Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk lokasi tumbuhan/satwa, baik yang asli maupun bukan,
untuk tujuan pengetahuan, pendidikan dan pelatihan, budaya, pariwisata
dan rekreasi
12) Taman laut adalah wilayah lautan yang mempunyai keindahan dan
keunikan yang khas yang khusus digunakan sebagai kawasan konversi laut,
untuk dibina dan dipelihara guna perlindungan plasma, rekreasi, pariwisata
dan kebudaaan. (Gamal Suwantoro 1997:6-8).
Beberapa istilah terkait sektor pariwisata tersebut menggambarkan bahwa
pariwisata juga mencakup kelestarian alam baik di darat maupun perairan
(laut), berbagai tempat untuk wisata pun dijelaskan berdasarkan klasifikasi
tertentu dalam istilah-istilah tersebut, ini sangat menggambarkan luasnya
cakupan sektor pariwisata.
Menurut Bambang Sunaryo (2013:159), dalam pengembangan di
bidang pariwisata berbagai komponen yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1) Atraksi dan Daya Tarik Wisata
Secara sederhana atraksi dan daya tarik wisata di bagi menjadi tiga
jenis daya tarik wisata, antara lain daya tarik wisata alam, daya tarik
24
wisata budaya dan daya tarik wisata minat khusus. Berbagai jenis
atraksi dan daya tarik wisata tadi mempunyai kedudukan yang sangat
penting pada sisi produk wisata, terutama dalam rangka menarik
kunjungan wisatawan ke destinasi.
2) Amenitas atau akomodasi
Komponen selanjutnya yang juga sangat penting adalah fasilitas
amenitas. Yang dimaksud disini adalah berbagai jenis fasilitas dan
kelengkapan yang dapat digunakan wisatawan untuk beristirahat dan
bersantai dengan nyaman serta menginap selama melakukan kunjungan
ke suatu destinasi.
3) Aksestabilitas dan transportasi
Komponen ini adalah segenap fasilitas dan moda angkutan yang
memungkinkan dan memudahkan serta membuat nyaman wisatawan
dari suatu tempat ke tempat lain.
4) Infrastruktur pendukung
Komponen ini adalah keseluruhan jenis fasilitas umum berupa
prasarana fisik.
5) Fasilitas pendukung wisata lainnya komponen ini adalah berbagai jenis
fasilitas pendukung kepariwisataan yang berfungsi memberikan
kemudahan dan kenyaman bagi wisatawan selama melakukan
kunjungan di suatu destinasi.
6) Kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata
Komponen ini adalah keseluruhan unsur organisasi atau institusi
pengelola kepariwisataan dan termasuk sumber daya manusia
pendukungnya, yang terkait dengan manajemen pengelolaan
25
kepariwisataan di suatu destinasi, baik unsur pemerintah, swasta, dan
masyarakat.
Menurut Gamal Suwantoro (1997:55) Terkait pengembangan
pariwisata secara khususnya, pengembangan pariwisata bertujuan untuk
mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas seimbang dan
bertahap. Ada beberapa langkah pokok dalam pengembangan
pariwisata yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu,
sebagai berikut :
1) Dalam jangka pendek dititik beratkan pada optimasi terutama untuk :
Mempertajam dan memantapkan citra kepariwisataan
Meningkatkan mutu tenaga kerja
Meningkatkan kemampuan pengelolaan
Memanfatkan produk yang ada
Memperbesar saham dari pasar pariwisata yang telah ada.
2) Dalam jangka waktu menengah dititik beratkan pada konsolidasi,
terutama dalam :
Memantapkan citra pariwisata Indonesia
Mengkonsolidasi kemampuan pengelolaan
Mengembangkan dan diversifikasi produk
Mengembangkan jumlah dan mutu tenaga kerja
3) Dalam jangka waktu panjang dititik beratkan pada pengembangan dan
penyebaran dalam :
Pengembangan kemampuan pengelolaan
Pengembangan dan penyebaran produk dan layanan
Pengembangan pasar pariwisata baru
26
Pengembangan mutu dan jumlah tenaga kerja.
Langkah-langkah pokok dalam pengembangan pariwisata dalam jangka waktu
pendek, menengah hingga panjang ini, menggambarkan bahwa dalam pengembangan
pariwisata harus dilakukan secara bertahap dan saling terintegrasi, terlihat bahwa
penggelolaan, penguatan citra, pemanfaatan potensi yang telah ada serta keberadaan
tenaga kerja di sektor pariwisata menjadi hal yang penting dalam pengembangan
pariwisata. Kemudian di dalam pengembangan pariwisata terdapat Sapta
kebijaksanaan pengembangan pariwisata. Menurut Gamal Suwantoro (1997:56) Sapta
Kebijaksanaan Pengembangan Pariwisata meliputi :
1) Promosi, merupakan pelaksanaan upaya pemasaran. Promosi pariwisata
harus dilaksanakan secara selaras dan terpadu, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.
2) Aksesbilitas, merupakan salah satu aspek penting yang mendukung
pengembangan pariwisata, karena menyangkut pengembangan lintas
sektoral.
3) Kawasan pariwisata, dimaksudkan untuk :
Meningkatkan peran serta daerah dan swasta dalam pengembangan
pariwisata
Memperbesar dampak positif pembangunan
Mempermudah pengendalian terhadap dampak lingkungan
4) Wisata bahari, merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Jenis wisata ini memiliki keunggulan
komparatif yang sangat tinggi terhadap produk wisata sejenis di luar
negeri.
27
5) Produk wisata, upaya untuk dapat menampilkan produk wisata yang
bervariasi dan mempunyai kualitas daya saing yang tinggi.
6) Sumber daya manusia, merupakan salah satu modal dasar pengembangan
pariwisata. Sumber daya manusia ini harus memiliki keahlian dan
keterampilan yang diperlukan untuk memberikan jaa pelayanan pariwisata.
7) Kampanye nasional sadar wisata, adalah upaya memasyarakatkan sapta
pesona yang turut menegakan disiplin nasional dan jati diri bangsa
Indonesia melalui kegiatan kepariwisataan.
Dari bagian sapta pengembangan pariwisata ini, dapat diketahui bahwa
dalam pengembangan pariwisata harus mencakup hal-hal diatas, dan dari
beberapa komponen tersebut dalam pengembangan pariwisata berbasis
pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini, sumber daya manusia juga
termasuk didalamnya sebab pengembangan pariwisata sumber daya manusia
menjadi hal yang penting. Selain itu komponen pengembangan pariwisata
lainya yang menjadi kewenangan dinas pariwisata juga dimuat dalam sapta
pengembangan pariwisata tersebut. Sapta pengembangan pariwisata
merupakan kebijakan yang tepat dalam upaya pembangunan pariwisata baik
nasional maupun di daerah, hal ini terkait dengan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah pusat serta pemerintah daerah, kebijakan dimaksud adalah
Peraturan Daerah yang merupakan tindak lanjut atas Peraturan Pemerintah
Nomor 55 Tahun 2011 Tentang RIPPARNAS, oleh sebab itu di Provinsi
Kalimantan Tengah dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan
Tengah Nomor 2 Tahun 2013 Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Provinsi Kalimantan Tengah Tahn 2013-2028. Didalam Peraturan Daerah
28
Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 2 Tahun 2013 ini memuat bahwa dalam
pembangunan pariwisata setidaknya meliputi:
1. pembangunan destinasi pariwisata provinsi;
2. Pembangunan daya tarik wisata;
3. Pembangunan aksesibilitas pariwisata;
4. Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata;
5. Pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan;
6. Pembangunan investasi di bidang pariwisata.
Yang selanjutnya terkait kebijakan daerah tersebut pelaksanaannya di
Kabupaten Lamandau dimuat dalam Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2016
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Pariwisata, dari isi peraturan daerah ini setidaknya setiap bagian memiliki arah
yang sama dengan sapta pengembangan pariwisata.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang peneliti fokuskan adalah bagaimana proses Implementasi
terhadap kebijakan pengembangan pariwisata Di Kabupaten Lamandau. Berikut
adalah ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian sesuai kerangka teori sebagai
berikut :
Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten Lamandau:
1. Melakukan Kegiatan Promosi pariwisata;
2. Pengembangan sumber daya manusia pariwisata;
3. Pengembangan sarana dan prasarana serta kerjasama di bidang pariwisata;
4. Pelestarian lingkungan pariwisata;
5. Manfaat ekonomi pada sektor pariwisata.
29
F. Metode Penelitian
a. Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif, deskriptif secara analisis
memiliki keterkaitan dengan data untuk variabel sebuah penelitian. Sifat dekriptif
dalam sebuah penelitian memberikan gambaran penelitian yang detail berdasarkan
temuan-temuan di lapangan.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada persepsi-
persepsi dan pengalaman-pengalaman partisipan, dan cara-cara mereka maknai
hidup, oleh sebab itu penelitian ini berusaha memahami, tidak hanya satu, tetapi
banyak realitas, John W. Creswell menyatakan juga bahwa penelitian kualitatif
merupakan salah satu bentuk penelitian interpretif di mana di dalamnya para
peneliti kualitatif membuat suatu interpretasi atas apa yang mereka lihat, dengar
dan pahami (John W.Creswell, 2013:262&293).
Dari penjelasan ini maka dapat di simpulkan bahwa penelitian dekriptif
kualitatif merupakan suatu cara pemecahan masalah yang diteliti dengan langkah
menggambarkan dan memahami apa yang peneliti lihat, dengar dan pahami dari
kenyataan di lapangan.
b. Unit analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah tentang “Implementasi Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten Lamandau” dan dalam menentukan
subjek penelitian peneliti menggunakan Teknik Purposive yang dalam
menentukan subjek penelitian dan objek penelitian dipilih dengan teknik ini
sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan.
30
a). Objek penelitian
Dalam penelitian ini objek penelitian yakni di Dinas Pariwisata
Kabupaten Lamandau dan Desa Lopus Kecamatan Delang sebagai desa tujuan
wisata,lokasi ini dipilih terkait dengan proses Implementasi Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten Lamandau.
b). Subjek penelitian
Dalam menentukan subjek penelitian ini, peneliti menggunakan
Teknik Purposive, teknik ini merupakan teknik yang berdasarkan kepada ciri-
ciri yang dimiliki subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan
tujuan penelitian yang dilakukan. Dalam Teknik Purposive, peneliti memilih
subjek penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan mempelajari atau untuk
memahami permasalahan pokok yang akan diteliti (Heris Herdiansyah
2014:106). Dalam penelitian ini subjek penelitian berjumlah 15 orang, dengan
rincian sebagai berikut :
1. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau ( 1 orang);
2. Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata (1 orang);
3. Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Pariwisata (1 orang);
4. Kepala Bidang industri dan Usaha Pariwisata (1 orang);
5. Kepala Bidang Pengembangan SDM dan Pemberdayaan Masyarakat (1
orang);
6. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat (1 orang)
7. Masyarakat (5 orang)
8. Pihak swasta (2 orang)
9. Wisatawan lokal/domestik (2 orang)
31
c. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah metode sebelum data yang diperoleh diolah
dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan
suatu hal yang dapat menggambarkan atau mengindikasikan sesuatu (Haris
Herdiansyah 2014:116).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, memiliki langkah-langkah
yang merupakan usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui
observasi dan wawancara, dokumentasi, serta materi visual untuk
merekam/mencatat informasi, menurut John W. Creswell (2013:267) teknik
pengumpulan informasi dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
a) Observasi
Dalam penelitian ini observasi yang di dalamnya peneliti langsung
turun ke lapangan untuk mengamati dan mencari informan pada organisasi
pemerintah yakni Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau serta mengamati
keadaan di lokasi destinasi wisata di Kabupaten Lamandau dan mencari
tahu keadaan organisasi pariwisata yang ada di masyarakat. Peneliti juga
dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari non-partisipan
hingga partsipan utuh, dengan melakukan observasi atau kegiatan turun
langsung kelapangan maka peneliti dapat lebih mengetahui seperti apa
keadaan lokasi penelitian dan seperti apa informasi dan data yang ada
terhadap masalah yang akan diteliti sehingga dapat menggambarkan secara
benarkeadaan di lapangan guna memperoleh fakta dan gambaran nyata
tentang Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten
Lamandau.
32
b) Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab. Peneliti dapat melaksanakan face to face
interview (wawancara berhadap hadapan) dengan partisipan,
mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group
interview (interview dalam kelompok tertentu). Wawancara-wawancara
seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara
umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (opened) yang
dirancang untu memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan
melalui wawancara peneliti akan mendapat data dan informasi terkait
Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten
Lamandau.
c) Dokumentasi
Dokumentasi dalam pengumpulan data pada penelitian ini merupakan
pengumpulan dokumen-dokumen kualitatif, dokumen ini bisa berupa
dokumen publik (seperti, koran makalah, laporan kantor), ataupun
dokumen privat (seperti buku harian, diary, surat, e-mail.
Dalam melakukan dokumentasi peneliti akan bersentuhan dengan
keberadaan dokumen-dokumen resmi yang dibutuhkan dalam memperoleh
informasi dan data guna tujuan penelitian ini, yaitu kebijakan-kebijakan
sektor pariwisata yang dibuat Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau, data-
data destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lamandau, data terkait
kelompok sadar wisata , jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten
Lamandau serta pengelolaan wisata yang ada.
33
d. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi
secara terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis,
dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. analisis data melibatkan
pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan
umum, dan analisis informasi dari para partisipan (John W. Creswell 2013:274-
275) dalam menganalisis data, data yang dikumpulkan akan di sederhanakan
sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami sebagai gambaran dari hasil
pengumpulan data, John W. Creswell melihat analisis data kualitatif sebagai suatu
proses penerapan langkah-langkah dari yang spesifik hingga yang umum dengan
level analisis berbeda, penjabaran langkah-langkah analisis tersebut sebagai
berikut :
Langkah 1. Mengolah dan mempersiapkan data
Langkah ini melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi,
mengetik data lapangan atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke
dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.
Langkah 2. Membaca keseluruhan data
Langkah pertama adalah membangun general sense atas informasi yang
diperoleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhan. Dalam tahap ini
peneliti terkadang menulis catatatan khusus atau gagasan-gagasan umum
tentang data yang diperoleh.
Langkah 3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data
Coding merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-
segmen tulisan sebelum memaknainya. Langkah ini melibatkan beberapa tahap
: mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses
34
pengumpulan, mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau
gambar-gambar tersebut ke dalam kategori kemudian melabeli kategori-
kategori tersebut dengan istilah-istilah khusus, yang sering didasarkan pada
istilah/bahasa yang benar-benar berasal dari partisipan.
Langkah 4. Penyajian kembali
Menunjukan bagaimana deskripsi disajikan kembali dalam
narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer dalam
menyampaikan hasil analisis adalah pendekatan naratif.
Langkah 5. Interpretasi data
Langkah ini adalah memaknai data, interpretasi juga bisa berupa makna
yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang
berasal dari literatur atau teori, dalam hal ini peneliti menegaskan apakah hasil
penelitiannya membenarkan atau justru menyangkal informasi sebelumnya.
(John W. Creswell, 2013:276-284). Nantinya dari hasil analisis data yang telah
diolah akan di tambahkan refrensi-refrensi, sehingga dapat memberikan
penjelasan terhadap fenomena yang diteliti.
35
BAB II
PROFIL DAERAH KABUPATEN LAMANDAU DAN DINAS PARIWISATA
A. SEJARAH KABUPATEN LAMANDAU
Kabupaten Lamandau merupakan bekas wilayah kewedanan Bulik yang terdiri dari
Kecamatan Bulik, Kecamatan Lamandau dan Kecamatan Delang. Pembentukan
Kabupaten Lamandau diawali dengan pertemuan Pemerintah Daerah Kabupaten
Kotawaringin Barat dengan seluruh Camat serta tokoh masyarakat se – Kabupaten
Kotawaringin Barat di Aula Kantor Bupati Kotawaringin Barat pada tanggal 3 Nopember
1999 yang mensosialisasikan Rencana Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat untuk
memekarkan Kabupaten Kotawaringin Barat.
Pada pertemuan tersebut dijelaskan tentang rencana Pemerintah Kabupaten
Kotawaringin Barat meningkatkan status daerah Pembantu Bupati Sukamara menjadi
Kabupaten Sukamara, sehingga Kotawaringin Barat dimekarkan menjadi 2 (dua)
Kabupaten yaitu Kotawaringin Barat dengan Ibukotanya Pangkalan Bun dan Kabupaten
Sukamara dengan Ibukotanya Sukamara. Termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukamara
adalah Kecamatan Bulik, Kecamatan Lamandau dan Kecamatan Delang.
Mencermati kebijakan tersebut, utusan dari Kecamatan Bulik dan Kecamatan Delang
mengambil sikap Abstain.
Pada tanggal 10 Nopember 1999, atas prakarsa Drs. Nahson Taway, para tokoh
masyarakat yang berasal dari Kecamatan Bulik, Kecamatan Lamandau dan Kecamatan
Delang mengadakan pertemuan di Pangkalan Bun. Hasil pertemuan adalah mengusulkan
(melalui surat) kepada DPRD Kabupaten Kotawaringin Barat, Bupati Kabupaten
Kotawaringin Barat, DPRD Propinsi Kalimantan Tengah dan Gubernur Kalimantan
36
Tengah, agar wilayah bekas Kewedanaan Bulik (Kecamatan Bulik, Kecamatan Lamandau
dan Kecamatan Delang) disatukan menjadi sebuah Kabupaten baru yaitu “Kabupaten
Lamandau” dengan berdasarkan/melampirkan hasil studi kualitatif pembentukan
Kabupaten Lamandau yang ditulis oleh keempat penulis di atas.
Pada tanggal 20 Nopember 1999, beberapa tokoh masyarakat yang tergabung dalam
Forum Komunikasi Masyarakat Pedalaman (FKMP) Kecamatan Bulik yaitu H.
Muchlisin, H. Arsyadi Madiah, Andreas Nahan, S.IP, Darmawi Juwahir dan Thedan Usith
mengumpulkan dan mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan
tokoh pemuda. Dari hasil pertemuan tanggal 20 Nopember tersebut dilaksanakan jajak
pendapat (polling) dari tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, cendikiawan dan para
pemerhati di Kecamatan Bulik dengan 3 (tiga) altenatif pilihan yaitu :
1. Setujukah anda, bergabung dengan Kabupaten Sukamara ?
2. Setujukah anda, apabila kita tetap bergabung dengan Kabupaten Kotawaringin Barat ?
3. Setujukah anda apabila kita mengusulkan pembentukan Kabupaten baru hasil
pemekaran dengan Nanga Bulik sebagai Ibu Kota Kabupatennya ?
Dari hasil polling saat itu ternyata menunjukkan bahwa 97,36% setuju dengan pilihan
yang ketiga yaitu mengusulkan pembentukan Kabupaten sendiri.
Dari hasil polling inilah kemudian yang mendasari gerak dan langkah perjuangan
pembentukan Kabupaten Lamandau di tingkat lokal Kecamatan Bulik, Delang dan
Lamandau disamping dukungan para tokoh Bulik, Lamandau dan Delang yang berada di
luar daerah.
Setelah dilakukan pembahasan serta kajian yang mendalam serta atas petunjuk dan Ridho
dari Tuhan Yang Maha Esa, maka akhirnya rencana Pembentukan Kabupaten Lamandau
37
telah disahkan melalui Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, dan
kabupaten Barito Timur di Propinsi Kalimantan Tengah di Jakarta
Setelah melalui perjuangan serta proses yang cukup panjang, akhirnya Kabupaten
Lamandau dapat terbentuk. Untuk menunjukkan rasa syukur atas terwujudnya perjuangan
tersebut,maka pada tanggal 3 Agustus 2003 dilaksanakan Acara Syukuran Pembentukan
Kabupaten Lamandau. Acara syukuran yang dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2002
tersebut kemudian dicanangkan sebagai hari jadi Kabupaten Lamandau.
B. KEADAAN GEOGRAFIS
1. Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Lamandau merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran di
Provinsi Kalimantan Tengah, Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada
1°9’ s/d 3°36’ Lintang Selatan dan 110°25’ s/d 112°50’ Bujur Timur sehingga
Kabupaten Lamandau ini memiliki iklim tropis.
Kabupaten Lamandau merupakan pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Murung Raya, dan Kabupaten Barito Timur Di Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan letak administratifnya, Kabupaten Lamandau berbatasan dengan
wilayah sebagai berikut :
38
a) Sebelah utara : berbatasan denga wilayah Kabupaten Ketapang Provinsi
Kalimantan Barat dan Kecamatan Seruyan Hulu Kabupaten Seruyan ; Arut Utara,
Kabupaten Kotawaringin Barat.
b) Sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Arut Utara, Kabupaten
Kotawaringin Barat.
c) Sebelah selatan : berbatasan dengan Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Barat dan Kecamatan Balai Riam, Kabupaten Sukamara.
d) Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan
Barat.
Ketinggian dari permukaan laut pada wilayah Kabupaten Lamandau berkisar
antara 25 sampai dengan 500 meter yang menunjukan bahwa Kabupaten Lamandau
merupakan daerah pada kawasan yang relatif tinggidibandingkan dengan kabupaten
sekitarnya. Hal ini ditunjukan dengan adanya beberapa daerah perbukitan di wilayah
Kabupaten Lamandau. Kabupaten ini terletak di daerah khatulistiwa sehingga
termasuk beriklim tropis yang lembab dan panas dengan suhu rata-rata 27,48°C.
2. Luas Wilayah
Kabupaten Lamandau yang semula terdiri dari 3 (tiga) kecamatan (Kecamatan
Bulik, Kecamatan Lamandau, Kecamatan Delang), 3 kelurahan, dan 79 desa, pada
tahun 2005, 3 (tiga) kecamatan tersebut dimekarkan menjadi 8 (delapan) kecamatan
sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 5 Tahun 2005 tentang
Pembentukan Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan
Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya dan Kecamatan Batang Kawa.
39
Kabupaten Lamandau memiliki luas wilayah 6.414 km2 yang dibagi menjadi 8
(delapan) kecamatan yaitu : Kecamatan Bulik, Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan
Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Lamandau, Kecamatan
Belantikan Raya, Kecamatan Batang Kawa dan Kecamatan Delang. Berikut adalah
data luas wilayah masing-masing yang ada di Kabupaten Lamandau:
Tabel 2.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Lamandau
No Kecamatan Luas
Km2 %
1 Bulik 851 km2 13,26%
2 Lamandau 1.311,89 km2 20,47%
3 Delang 520,93 km2 8,12%
4 Bulik Timur 1.074 km2 16,32%
5 Menthobi Raya 620,88 km2 9,68%
6 Sematu Jaya 86,85 km2 1,35%
7 Belantikan Raya 1.263 km2 19,70%
8 Batang Kawa 685 km2 10,67%
Jumlah 6.414 km2
100%
Sumber: Selayang Pandang Kabupaten Lamandau 2017
Berdasarkan data dari tabel 2.1 diketahui bahwa kecamatan dengan luas
wilayah terluas adalah Kecamatan Lamandau dengan luas 20,47% atau 1.311,89 km2
dari luas keseluruhan Kabupaten Lamandau, kemudian kecamatan yang memiliki luas
wilayah terkecil adalah Kecamatan Sematu Jaya dengan luas 1,35% atau 86,85 km2
dari keseluruhan wilayah Kabupaten Lamandau.
Kemudian pada Tahun 2015 yang lalu Pemerintah Kabupaten Lamandau telah
membentuk Desa baru berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 4 Tahun
2015 tentang Pembentukan Desa Hulu Jojabo di Kecamatan Delang, Desa Samu Jaya
40
di Kecamatan Lamandau, Desa Perigi Raya dan Desa Nanga Pamalontian di
Kecamatan Bulik dan Desa Rimba Jaya di Kecamatan Sematu Jaya, dengan menjadi
desa definitif kelima desa ini maka saat ini jumlah desa yang berada di 8 (delapan)
kecamatan di Kabupaten Lamandau berjumlah 85 (delapan puluh lima) desa dan 3
(tiga) kelurahan.
3. Iklim dan Topografi
Iklim di Kabupaten Lamandau termasuk iklim tropis yang lembab dan panas dengan
suhu rata-rata 27,480°C dan suhu udara rata-rata minimun adalah 81%. Daerah
Kabupaten Lamandau beriklim tropis tipe A berdasarkan zona iklim, yaitu jumlah bulan
basah lebih banyak dibandingkan dengan bulan kering. Curah hujan berkisar antara
2.000-2.500 mm/tahun. Kabupaten lamandau terletak pada ketinggian antara 25-500
meter diatas permukaan laut, hal ini ditunjukan dengan adanya beberapa daerah
perbukitan di wilayah Kabupaten Lamandau.
Keadaan topografi Kabupaten Lamandau terdiri dari rawa, dataran rendah, dataran
tinggi dan perbukitan, juga dialiri oleh sungai-sungai besar maupun kecil yang menjadi
urat nadi perekonomian di Kabupaten Lamandau. Topografis kabupaten Lamandau
sendiri dibagi menjadi empat bagian, yaitu dataran, daerah berombak, daerah berombak
berbukit dan daerah berbukit-bukit.tingkat kesuburan lahan di Kabupaten Lamandau
berada antara kelas II sampai kelas III, sangat memungkinkan untuk dikembangkan dan
ditingkatkannya kegiatan sektor pertanian terutama sub sektor tanaman bahan makanan
dan sub sektor tanaman perkebunan. Wilayah Kabupaten Lamandau memiliki potensi
sumber daya alam yang melimpah, khususnya potensi bahan tambang seperti, bijih besi,
emas, gaena bauksit, serta jenis mineral ikutan lainnya seperti zync, pyrite dan lain-lain.
41
4. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kabupaten Lamandau terdiri dari sungai-sungai baik besar maupun
kecil, salah satu aliran sungai terbesar yang melalui wiayah Kabupaten Lamandau adalah
Sungai Lamandau dengan beberapa anak cabang yang membentuk anak sungai yang
berada disekitaran kota antara lain Sungai Bulik, Sungai Samaliba, Sungai
Sebelimbingan, Sungai Dawak dan lain-lain. Sungai Lamandau beserta anak-anak
sungainya disamping berfungsi sebagai penunjang kehidupan sehari-hari dari penduduk
disekitarnya juga berfungsi sebagai jalur transportasi.` adapun sungai-sungai yang
terdapat di wilayah Kabupaten Lamandau diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2.2
Sungai-sungai di Wilayah Kabupaten Lamandau
Nama Sungai Panjang
(km)
Panjang
Dilayari (km)
Rata-Rata
Kedalaman (m) Lebar (m)
Sungai Bulik 45 45 5 30
Sungai Lamandau 65 65 6 65
Sungai Belantikan 52 52 4 23
Sungai Matu 21 21 3,5 8
Sungai Batang Kawa 65 65 6 25
Sungai Delang 57 40 5 18
Sungai Kungkung 20 0 2 4
Sumber: Selayang Pandang Kabupaten Lamandau 2017
Berdasarkan tabel 2.2 diatas dapat diketahui Sungai Lamandau merupakan sungai
terpanjang dan terbesar dengan panjang 65 Km yang dapat dilayari keseluruhannya dan
memiliki kedalaman 6 meter serta memiliki lebar dari sisi ke sisi 65 meter, kemudian dari
uraian tersebut diketahui bahwa Sungai Kungkung merupakan sungai terpendek dan
42
terkecil dengan panjang 20 Km dan tidak dapat dilayari memiliki kedalaman 2 meter serta
hanya memiliki lebar 4 meter saja.
C. DEMOGRAFI
1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Lamandau,
jumlah penduduk yang tercatat di database Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
pada tahun 2016 berjumlah 85.772 jiwa yang terdiri dari 45.317 berjenis kelamin laki-laki
dan 40.455 perempuan yang tersebar di 8 (delapan) kecamatan. Berikut data jumlah
penduduk per kecamatan di Kabupaten Lamandau hingga tahun 2017.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2017
No Kecamatan KK Penduduk (jiwa)
Laki-laki perempuan jumlah %
1 Lamandau 2.639 4.284 3.895 8.179 9,53
2 Delang 1.782 2.994 2.730 5.724 6,70
3 Bulik 10.702 16.824 14.979 31.803 37,07
4 Bulik Timur 2.185 3.681 3.293 6.974 8,13
5 Menthobi Raya 3.451 5.834 5.142 10.976 12,79
6 Sematu Jaya 3.761 6.383 5.649 12.032 14,02
7 Belantikan Raya 2.256 3.851 3.409 7.260 8,46
8 Batang Kawa 863 1.466 1.358 2.824 3,29
Total 27.637 45.317 40.455 85.772 100
sumber:selayang pandang kabupaten lamandau 2017
Berdasarkan tabel 2.3 dapat diketahui kecamatan dengan jumlah penduduk paling
padat adalah Kecamatan Bulik dengan persentase 37,07% atau 31.803 jiwa. Sedangkan
kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Batang Kawa
43
dengan persentase 3,29% atau 2.824 jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk di
Kabupaten Lamandau.
D. SOSIAL EKONOMI
1. Keadaan Ekonomi
Sektor yang mendominasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Lamandau adalah sektor primer yang secara khusus kontribusinya berasal dari pertanian,
kehutanan dan perikanan. Sektor berikutnya yang mendukung struktur perekonomian di
Kabupaten Lamandau adalah sektor tersier yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan
sektor jasa-jasa. Pertumbuhan positif terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan
perepatan fluktuatif. Percepatan sektoral terjadi pada tujuh sektor dan dapat di rinci
sebagai berikut :
Sektor konstruksi mencapai 10,58% , sektor jasa perusahaan sebesar 9,57%, sektor
pengadaan listrik dan gas sebesar 12,72%, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial
9,27%, sektor jasa pendidikan 9,21%, sektor industri pengolahan 10,43% serta sektor
perdagangan besar dan eceran sebesar 9,22%.
Besaran PDRB Kabupaten Lamandau ADHB mencapai 4,06 Triliun pada tahun 2016,
dimana menurut data kependudukan Kabupaten Lamandau mata pencaharian masyarakat
Lamandau terbesar di sektor pertanian,kehutanan dan perikanan, dengan data tersebut
maka dapat diketahui bahwa sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan positif
terbesar adalah sektor konstruksi yang mencapai 10,58% pertumbuhannya.
2. Sosial Budaya
Kabupaten Lamandau merupakan wilayah yang relatif tua di Kalimantan
Tengah dengan sejarah yang panjang, sehingga adat budaya masyarakat di wilayah
Kabupaten Lamandau menjadi beragam. Nampak dari bermacam-macam seni
44
berbagai suku baik Dayak maupun suku lainnya, secara khusus di Kabupaten
Lamandau didominasi oleh suku Dayak Tomun dan agama, baik Kaharingan
(kepercayaan dayak), Kristen, ataupun Islam. masyarakat memiliki tradisi
permukiman tepi sungai yang kuat. Di tengah beragamnya keadaan sosial budaya di
Kabupaten Lamandau, di dalam masyarakat tetap di pegang sebuah prinsip “Bahaum
Bakuba” yang artinya dalam segala hal harus memperhatikan kebersamaan melalui
musayawarah dan mufakat sehingga masyarakat yang beragam dapat menyatu.
E. SARANA DAN PRASARANA
1. Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Pemerintah Kabupaten Lamandau pada tahun 2017 telah meresmikan 5 (lima)
jembatan baru yaitu Jembatan Batu Tatal, Jembatan Fuyusan, Jembatan Palikodan,
Jembatan Batu Tambun dan Jembatan Sekombulan.
Jalur transportasi berupa jaringan jalan dan jembatan yang baik merupakan kebutuhan
masyarakat yang sangat krusial. Infrastruktur jalan dan jembatan yang baik
merupakan pendukung utama pergerakan perekonomian.
Upaya peningkatan pembangunan jalan dan jembatan terus diupayakan
keseluruh kecamatan dan desa yang ada di Kabupaten Lamandau. Hingga tahun 2017
untuk jumlah jembatan yang ada di Kabupaten Lamandau adalah sebanyak 905
jembatan dengan total panjang 8.578 meter. Sedangkan untuk total panjang jalan
adalah 672,54 km. adapun kondisi jalan dan panjang jalan di Kabupaten Lamandau
hingga tahun 2017 dibagi sebagai berikut:
45
Tabel 2.4
Panjang Jalan Berdasarkan Keadaan Jalan Tahun 2017
Keadaan Jalan Panjang Jalan (km) Jumlah (km)
A. Jenis Permukaan Jalan
Diaspal
Kerikil
Tanah
Tidak dirinci
238,20
33,86
400,48
-
672,54
B. Kondisi Jalan
Baik
Sedang
Rusak
Rusak berat
202,18
357,32
72,90
40,14
672,54
C. Kelas Jalan
Kelas IIIA
Kelas III B
Kelas IIIC
Kelas tidak dirinci
158,37
21,90
492,27
-
672,54
Sumber : Selayang Pandang Kabupaten Lamandau 2017
Jika dilihat dari tabel 2.4 diatas maka diketahui kondisi jalan sebagai
kebutuhan masyarakat yang merupakan pendukung pergerakan perekonomian di
masyarakat serta berpengaruh terhadap mobilitas di bidang pariwisata yang terkait
dengan jalur kunjungan wisatawan, jika dilihat dari dari jenis permukaan jalan di
Kabupaten Lamandau sepanjang 238,20 km atau 35,42 % dari keseluruhan panjang
jalan yang ada telah diaspal serta diketahui permukaan jalan sepanjang 400,48 km
atau 59,55 % dalam keadaan berupa jalan tanah dan sisanya berupa jalan dengan
permukaan kerikil sepanjang 33,86 km atau 5.03 % dari data diatas maka diketahui
secara keseluruhan jalan yang ada di Kabupaten Lamandau masih berupa jalan tanah
dan akan menyulitkan untuk dilalui ketika musim hujan.
Selanjutnya jika dilihat dari kondisi jalan berdasarkan data diatas juga diketahui
bahwa kondisi jalan di Kabupaten Lamandau didominasi oleh kondisi jalan sedang
sepanjang 357,32 km atau 53,13 % dari keseluruhan jalan di Kabupaten Lamandau
dan untuk kondisi jalan rusak berat sepanjang 40,14 km atau 6 % dari keseluruhan
jalan di Kabupaten Lamandau maka dari data ini diketahui jalan di Kabupaten
46
Lamandau sudah dapat ditembus dengan berbagai kendaraan jalur darat dengan
hambatan yang sangan minim. Selanjutnya jika dilihat dari kelas jalan yang ada di
Kabupaten Lamandau , kelas jalan terpanjang adalah untuk kelas IIIC dengan panjang
492,27 km atau 73,20 % dari keseluruhan kelas jalan yang ada di Kabupaten
Lamandau.
2. Pendidikan
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, masalah pendidikan
memegang kunci utama. Sejarah mencatat bahwa keunggulan dan kemajuan suatu
bangsa tidak hanya ditentukan oleh melimpahnya sumber daya alamnya tetapi oleh
keunggulan sumber daya manusianya. Oleh karena Pemerintah Daerah Kabupaten
Lamandau telah berupaya maksimal untuk mencapai keberhasilan pembangunan
dibidang pendidikan yaitu dnegan mmenambah jumlah guru serta berupaya
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan seperti laboratorium dan alat-alat
praktek bagi siswa sekolah. Adapun jenis sekolah serta jumlah sekolah yang ada di
wilayah Kabupaten Lamandau diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2.5
Jenis Sekolah Dan Jumlah Sekolah Tahun 2017
NO Jenis Sekolah Jumlah Sekolah
1 PAUD 167
2 TK 93
3 SD 111
4 MI 4
5 SMP 40
6 MTS 2
7 SMA 11
8 MA 1
9 SMK 10
Sumber:Selayang Pandang Kabupaten Lamandau 2017
Dari uraian tabel 2.5 diatas terkait dengan sarana pendidikan diketahui bahwa
di wilayah Kabupaten Lamandau untuk setiap jenis dan tingkatan sekolah telah
47
lengkap, dan dari uraian tersebut diketahui bahwa PAUD menjadi tingkat pendidikan
dengan jumlah sekolah terbanyakn yakni 167, kemudian MTS menjadi tingkat
pendidikan dengan jumlah sekolah paling sedikit yakni hanya 2.
3. Kesehatan
Masalah kesehatan perlu mendapatkan perhatian utama khususnya pada
pemerataan pelayanan kesehatan agar seluruh masyarakat dapat dengan mudah
menjangkau dan memenuhi kebutuhan kesehatan dengan kualitas pelayanan yang
sesuai. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemajuan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Upaya Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan.
Tabel 2.6
Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Lamandau 2017
JENIS JUMLAH UNIT
Rumah Sakit Umum Daerah 1
PUSKESMAS 11
PUSTU 68
POLINDES 46
POSKESDES 62
JUMLAH 188
Sumber:Selayang Pandang Kabupaten Lamandau 2017
Dari uraian tabel 2.6 diatas maka diketahui bahwa di bidang kesehatan untuk
wilayah Kabupaten Lamandau tahun 2017, sarana dan prasarana kesehatan diwilayah
Kabupaten Lamandau berjumlah secara keseluruhan sebanyak 188 unit yang terdiri
atas RSUD (rumah sakit umum daerah), Puskesmas, Pustu, Polindes serta Poskesdes.
Unit tersebut tersebar di setiap kecamatan dan desa-desa.
48
4. Perdagangan
Aktivitas perdagangan ditunjang dengan keberadaan sarana dan prasaran
penunjang berupa pasar. Mengingat kapasitas pasar di Ibukota Kabupaten Lamandau
yang ada sekarang sudah perlu dikembangkan namun terkendala pada ketersediaan
lahan di areal sekitar pasar tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Lamandau
merencanakan pembangunan pasar tradisional semi modern setingkat pasar induk di
atas lahan seluas 5 hektar yang terletak di jalan Pangeran Natasari Kelurahan Nanga
Bulik yaitu kurang lebih 2,5 km dari lokasi pasar lama.
Jumlah sarana perdagangan yang mendominasi di Kabupaten Lamandau
adalah pasar tradisional sebanyak 13 buah, kemudian kios sebanyak 59 buah dan
jumlah pedagang kecil sebanyak 455 buah.
5. Listrik
Kebutuhan terhadap listrik merupakan kebutuhan dasar untuk semua lapisan
masyarakat. pemenuhan energi listrik di Kabupaten Lamandau diarahkan kepada
daerah-daerah yang belum terlayani dalam mendapatkan pasokan energi listrik
sebagai upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Jumlah daya terpasang oleh
PT.PLN (persero) pada cabang/ranting PLN di Kabupaten Lamandau sebesar
12.525.800 KW dan jumlah produksi litrik sebesar 25.077.832 KWh sedangkan
jumlah pelanggan di Kabupaten Lamandau berjumlah 10.395 pelanggan.
49
Tabel 2.7
Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Kecamatan Tahun 2016
NO Kecamatan Jumlah Pelanggan
1 Bulik 5.678
2 Sematu Jaya 2.026
3 Menthobi Raya 1.837
4 Bulik Timur -
5 Lamandau 489
6 Belantikan Raya -
7 Delang 365
8 Batang Kawa -
TOTAL 10.395
Sumber: Selayang Pandang Kabupaten Lamandau 2017
6. Perhubungan dan Transportasi
Pada awal pemekaran Kabupaten Lamandau, masyrakat di Kabupaten Lamandau
cenderung menggunakan transportasi air sebagai sarana menuju daerah lain. Saat ini
dengan semakin baiknya akses jalan darat baik di dalam daerah maupun luar daerah,
transportasi darat menjadi pilihan utama. Dalam meninggkatkan pelayanan
transportasi yang nyaman, aman, tertib, lancar, tepat waktu dan memenuhi kepuasan
pengguna jasa angkutan maka dibangun sarana dan prasarana perhubungan sebagai
berikut:
Terminal penumpang Garantung di Kelurahan Nanga Bulik;
Pembangunan terminal AKAP di Desa Kujan;
Gedung pengujian kendaraan bermotor di Kelurahan Nanga Bulik;
Pembangunan bandara (proses pengadaan lahan) di Desa Guci dan Desa Batu
Kotam;
Jembatan timbang di Desa Purwareja;
Dermaga Batu Bisa di Kelurahan Nanga Bulik;
Dermaga bongkar muat barang di Desa Kujan
50
Adapun untuk transportasi yang ada di wilayah Kabupaten Lamandau, di uraikan
berikut:
Tabel 2.8
Agen Travel dan PO Bus di Kabupaten Lamandau
No Nama Travel/PO Bus Telepon
1 Travel Rigkan 081349301574 /
081258378878
2 Travel Yara 081225121777
3 Travel Barigas 082354574000
4 Travel Ar-Sami 081352920774
5 PO. Doa Mama 085347586669
Sumber: Selayang Pandang Kabupaten Lamandau 2017
F. DESTINASI PARIWISATA
Kabupaten Lamandau sebagai bagian dari Kalimantan secara keseluruhan diharapkan
akan menjadi daerah tujuan baik bagi Wisatawan Mancanegara maupun Wisatawan
Nusantara. Peluang pasar ini sangat terbuka bila memperhatikan potensi kepariwisataan
yang dimiliki oleh Kalimantan pada umumnya dan Kabupaten Lamandau pada
khususnya. Kabupaten Lamandau sangat memungkinkan untuk mengarah pada
pengembangan wisata alam mengingat potensi alam yang dimilikinya berupa hutan-hutan
tropis yang dibelah oleh sungai-sungai dengan berbagai flora dan fauna langka khususnya
di wilayah Kecamatan Delang.
Sebagai satu DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baru berkembangan, Kabupaten
Lamandau dihadapkan pada berbagai permasalahan yang harus segara dibenahi.
Pengupayaan peningkatan kualitas obyek daya tarik melalui program-program pembinaan
dan pengembangan obyek daya tarik menjadi prioritas yang sama pentingnya dengan
penyebaran informasi kepariwisataan Kabupaten Lamandau. Penyebaran informasi yang
akan mengenalkan potensi wisata Kabupaten Lamandau disiapkan sebagai ujung tombak
yang akan mensejajarkan kepariwisataan Kabupaten Lamandau di jajaran Daerah Tujuan
51
Wisata yang telah maju di Indonesia. Dalam hal kepariwisataan di Kabupaten Lamandau
banyak hal sebagaimana yang telah dijelaskan yang dapat menjadi daya tarik pariwisata
bagi para wisatawan, baik wisata adatdan budaya, wisata alam serta berbagai jenis wisata
lainnya yang begitu potensial di Kabupaten Lamandau. Maka dari hal tersebut agar
jelasnya destinasi wisata yang ada dikabupaten Lamandau akan diuraikan sebagai berikut.
1) Wisata Budaya
Kekayaan budaya Kabupaten Lamandau berbasis pada kehidupan tradisional
mayarakat Dayak yang masih terjaga sampai saat ini. Beberapa budaya suku Dayak yang
masih dipertahankan antara lain adalah upacara adat pekuburan mayat di kecamatan
Delang, upacara pengobatan tradisional Suku Dayak, tari Pagar Ruyung, dan tari Mandau,
yang merupakan bagian dari upacara adat Suku Dayak pada waktu adat Tiwah.
Peninggalan arsitektur tradisional suku Dayak yang tertuang dalam rumah suku Dayak
(Betang) juga merupakan satu peninggalan yang masih terlestarikan. Rumah suku
Dayak umumnya mempunyai ukuran yang besar. Dengan panjang 150 meter dan lebar
30 meter, rumah tersebut dibangun di tepi-tepi sungai secara gotong-royong dengan
bahan bangunan semua dari kayu yang memang banyak didapat di Kalimantan.
Rumah Betang tersebut biasanya dihuni oleh beberapa keluarga. Untuk masing-masing
keluarga dibuat petak-petak dengan ruang tamu/pertemuan di bagian muka. Di bagian
belakang terdapat balai kecil yang biasa digunakan sebagai tempat menyimpan alat-
alat pertanian. Rumah dengan struktur panggung ini sangat sesuai dengan kondisi alam
di Kabupaten Lamandau yang tanahnya gembur disamping untuk menghindari
gangguan hewan buas yang banyak hidup di belantara Kalimantan. Hal ini akan sangat
membantu bagi pengkayaan sumber potensi daya tarik wisata budaya bagi
KabupatenLamandau. Di sisi lain kondisi alam juga menjadi daya tarik yang luar bisa
52
bagi pengembangan pariwisata Kabupaten Lamandau yang berbasis pada potensi
alam.
2) Wisata Alam
Alam di Kabupaten Lamandau sangat indah selain sungai yang mengular juga
alam yang berpegunugan Obyek ini berada di beberapa Kecamatan disamping
keindahan alamnya, seni budaya masyarakatnya merupakan daya tarik tersendiri bagi
wisatawan (wisman) untuk rnengunjungi daerah ini. Di Daerah wisata minat khusus
ini terdapat tempat untuk arung jeram yang sangat potensial untuk dikembangkan.
a) Air Terjun Palikodan
Panorama alam yang berupa air terjun, Air Terjun Pali Kodan yang jarak
tempuh dari ibukota kabupaten kurang lebih 55 km dengan menggunakan sarana
transportasi darat yang keadaan jalannya cukup baik untuk dilalui. Air terjun
palikodan letaknya di tengah hutan belantara namun tidak terlalu jauh dari pinggir
jalan hanya berjarak 150 m dan hanya bisa di lalui hanya dengan berjalan kaki.
Air terjun palei kodan sering sekali di kunjungi masyarakat setempat sebagai
tempat berekreasi sembari menikmati panorama alam yang masih terlihat asli.
b) Air terjun Sukam / Silikan Sukam
Merupakan obyek wisata alam berupa air terjun yang terletak di Desa
Sekombulan Kecamatan Delang, yang dapat ditempuh melalui jalur darat sejauh
170 km.
c) Silikan Tambai dan silikan 33 tingkat
Merupakan obyek wisata berupa air terjun, terletak di Desa Penyombaan
Kecamatan Delang. Dapat ditempuh engan perjalanan darat dari Nanga Bulik
sejauh 130 km dengan waktu tempuh 2 jam.
53
d) Silikan Garung
Merupakan obyek wisata yang juga berupa air terjun yang terletak di Desa
Lopus Kecamatan Delang dengan jarak tempuh melalui jalur darat sejauh 126 km
dan waktu tempuh 2 jam.
e) Wisata agro salak
Merupakan obyek wisata petik buah salak dan terdapat olahan lainnya dari
buah salah seperti keripik salak, kopi bijisalak, dsb. Wisata ini terletak di
desaMukti Manunggal Kecamatan Menthobi Raya.
f) Bukit sebayan
Panorama alam yang menjadi obyek wisata ini terdapat banyak flora dan fauna
berada di kelurahan Kudangan, Kecamatan Delang. Bukit ini dipercaya
sebagaisurga bagi penganut Kaharingan yang telah meninggal malalui ritual ayah
(tiwah).
g) Bukit Sampuraga
Obyek wisata alam ini terletak di Desa karang Besi, Kecamatan Belantikan
Raya. Bukit ini memiliki cerita legenda seperti Malin Kundang, untuk menuju
obyek wisata ini dapat melalui jalur air maupun darat.
3) Festival Pariwisata Tahunan Daerah
Merupakan kegiatan pariwisata yang di laksanakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
Lamandau Setiap tahunnya dalam rangka pengembangan dan promosi pariwisata
Kabupaten Lamandau, adapun festival tahunan ini berupa festival Babukung (topeng
hantu), festival Balayah Lanting dan festival lainnya yang menarik minat wisatawan
lokal dan mancanegara.
Dalam hal destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Lamandau,baik itu
wisata alam, wisata budaya bahkan festival pariwisata tahunan yang selalu
54
dilaksanakan menggambarkan beragamnya potensi pariwisata yang ada di wilayah
Kabupaten Lamandau, agar lebih jelas lagi destinasi pariwisata diuraikan dalam tabel
terkait daya tarik wisata menurut kecamatan-kecamatan yang ada di wilayah
Kabupaten Lamandau, adapun uraiannya sebagai berikut.
4) Daya Tarik Wisata menurut Kecamatan
a. Kecamatan Delang
Tabel.2.9
Wisata Kecamatan Delang
NO. DAYA TARIK WISATA ALAM JENIS
1 Bukit Sebayan Lokasi Daya Tarik
2 Bukit Rouk Lokasi Daya Tarik
3 Sungai Setongah Lokasi Daya Tarik
4 Desa Wisata Riam Panahan Destinasi Pariwisata
5 Desa Wisata Sepoyu Destinasi Pariwisata
6 Desa Wisata Riam Tinggi Destinasi Pariwisata
7 Desa Wisata Landau Kantu Destinasi Pariwisata
8 Desa Wisata Nyalang Destinasi Pariwisata
9 Desa Wisata Lopus Destinasi Pariwisata
10 Desa Wisata Kudangan Destinasi Pariwisata
11 Desa Wisata Penyombaan Destinasi Pariwisata
12 Desa Wisata Hulu Jojabo Destinasi Pariwisata
13 Desa Wisata Sekombulan Destinasi Pariwisata
14 Desa Wisata Kubung Destinasi Pariwisata
15 Batu Batungkat Destinasi Pariwisata
16 Silikan Sukam Destinasi Pariwisata
17 Silikan Muhur Destinasi Pariwisata
18 Silikan Sangilipan Destinasi Pariwisata
23 Silikan Poring Destinasi Pariwisata
24 Silikan Kakap Kelawar Destinasi Pariwisata
25 Silikan Borantai Destinasi Pariwisata
26 Silikan Tambai Destinasi Pariwisata
27 Silikan Todung Destinasi Pariwisata
28 Silikan Garunk Destinasi Pariwisata
29 Bird Watching Bukit Selungkuan Destinasi Pariwisata
55
30 Bird Watching Bukit Bagondung Destinasi Pariwisata
31 Goa Takau Destinasi Pariwisata
32 River Tubing Destinasi Pariwisata
NO. DAYA TARIK WISATA BUDAYA JENIS
2 Rumah Betang Bintang Timur Destinasi Pariwisata
3 Rumah Betang Rumbang Pirak Destinasi Pariwisata
4 Rumah Betang Rumbang Rongas Destinasi Pariwisata
5 Rumah Betang Ojung Batu Destinasi Pariwisata
b.
Sumber : Dinas Pariwisata Lamandau
Kecamatan Lamandau
Tabel 2.10
Wisata Kecamatan Lamandau
NO. DAYA TARIK WISATA ALAM JENIS
1. 2 3
1 Riam Tapin Bini Lokasi Daya Tarik
2 Silikan Panyak Destinasi Pariwisata
NO. DAYA TARIK WISATA BUDAYA JENIS
1 2 3
1 Rumah Betang Rumbang Bulin Destinasi Pariwisata
2 Rumah Betang Dinding Tambi Destinasi Pariwisata
Sumber: Dinas Pariwisata Lamandau
56
c. Kecamatan Belantikan Raya
Tabel.2.11
Wisata Kecamatan Belantikan Raya
NO. DAYA TARIK WISATA ALAM JENIS
1 Bukit Sampuraga Lokasi Daya Tarik
2 Sopanan Penggaraman Kawasan Strategis
Sumber: Dinas Pariwisata Lamandau
Dari tabel 2.9 sampai dengan tabel 2.11 dapat diketahui bahwa berbagai daya
tarik wisata yang ada di wilayah Kabupaten Lamandau memiliki bentuk beragam,
sehingga sangat potensial sekali untuk dikembangkan dan mampu menarik wisatawan
dengan keunikannya serta dengan hampir setiap wilayah kecamatan memiliki daya
tarik wisata maka masyarakat lokal memiliki peranan besar dalam pengembangan
pariwisata di daerahnya yang harus diberdayakan agar menjadi sumber daya manusia
pariwisata yang berkualitas, hingga tahun 2017 jumlah kunjungan wisatawan ke
Kabupaten Lamandau dengan objek wisata dikunjungi secara umum berjumlah 1.242
wisatawan yang berkunjung, terdiri atas wisatawan nusantara dan mancanegara.
G. PROFIL DINAS PARIWISATA KABUPATEN LAMANDAU
Dinas Pariwisata dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah di Kabupaten Lamandau, yang mana dulu masih gabungan antara 3
urusan yaitu Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata dan sekarang menjadi hanya 1 urusan
yaitu pariwisata.
57
1. Visi dan Misi
Pada hakekatnya visi adalah gambaran bersama tentang masa depan yang lebih baik
yang ingin dicapai. Dengan memperhatikan letak geografis daerah yang potensial serta
dilandasi oleh visi Pemerintah Kabupaten Lamandau, Dinas Pariwisata Kabupaten
Lamandau memiliki visi sebagai berikut :“Terwujudnya tata kelola kepariwisataan
berbasis alam dan budaya yang baik serta terwujudnya Kabupaten Lamandau
sebagai daerah tujuan wisata yang berdaya saing”
Penetapan visi tersebut merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan Dinas
Pariwisata Kabupaten Lamandau untuk mengelola, membangun dan mengembangkan
potensi kepariwisataan daerah. Sangat disadari bahwa Kabupaten Lamandau kaya
dengan potensi pariwisata khususnya wisata alam yang didukung oleh obyek dan atraksi
wisata budaya.
Sebagai tindak lanjut dari visi maka disusun misi yang merupakan pernyataan
penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai secara terukur, obyektif dan spesifik
harus dipedomani sebagai landasan kerja. Guna mencapai visi Dinas Pariwisata
Kabupaten Lamandau tersebut maka Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau
mempunyai misi yang meliputi :
a. Meningkatkan kualitas & kuantitas SDM untuk mengelola pariwisata Kabupaten
Lamandau secara profesional
b. Meningkatkan kualitas & kuantitas produk pariwisata dengan mengedepankan
prinsip skala prioritas
c. Melestarikan nilai – nilai seni budaya yang ada di Kabupaten Lamandau serta
menumbuhkembangkannya sebagai wahana pembangunan pariwisata
d. Mendorong pelaksanaan sadar wisata secara berkesinambungan sebagai bentuk
pemberdayaan masyarakat pada sektor pariwisata
58
e. Meningkatkan promosi dan pemasaran pariwisata secara efektif dan efisien guna
menciptakan angka kunjungan wisata Kabupaten Lamandau
2. Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan
Berdasarkan PERDA Kabupaten Lamandau Nomor 26 Tahun 2015, berikut
adalah uraian tentang kedudukan, tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pariwisata
Kabupaten Lamandau.
a) Tugas Pokok
Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau melaksanakan tugas pokok :
Melaksanakan urusan pemerintahan kewenangan desentralisasi dan tugas
dekonsentrasi di bidang Pariwisata;
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten yang dipimpin oleh Kepala
Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah;
Membantu Bupati dalam menyelenggarakan kewenangan Pemerintah
Kabupaten di bidang Pariwisata.
b) Fungsi
Dalam pelaksanaan tugaspokok dimaksud, Dinas Pariwisata Seni dan
Budaya Kabupaten Lamandau menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut
:
Perumusan kebijakan teknis di bidang Pariwisata sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
Pembinaan, pelestarian dan pengembangan Pariwisata;
koordinasi penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan bidang pariwisata;
peningkatan peran serta masyarakat dibidang Pariwisata;
59
pembinaan, pelayanan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan kegiatan Pariwisata;
penyelenggaraan pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
penyelengaraan urusan kesekretariatan Dinas.
c) Kewenangan
Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud, Dinas Pariwisata
mempunyai kewenangan sebagai berikut :
1. merumuskan rencana induk pengembangan pariwisata;
2. menetapkan kebijakan kabupaten mengenai pariwisata, kriteria sistem
pemberian penghargaan/anugerah bagi insan/lembaga yang berjasa di
bidang pariwisata di Kabupaten Lamandau;
3. menetapkan kebijakan kerjasama luar negeri di bidang pariwisata baik
nasional, regional dan internasional;
4. menetapkan kebijakan di bidang penanaman nilai-nilai tradisi, pembinaan
karakter dan pekerti bangsa;
5. menetapkan kebijakan pembinaan lembaga terhadap tradisi, adat istiadat
dan budaya masyarakat;
6. menetapkan kebijakan operasional perfilman, pemberian ijin usaha
pembuatan film meliputi usaha, produksi, pengedaran dan penayangan;
7. menetapkan kebijakan di bidang standarisasi profesi dan teknologi
perfilman, kerjasama baik dalam maupun luar negeri di bidang perfilman
dan pengawasan peredaran film dan rekaman video;
8. menetapkan kebijakan kegiatan standarisasi peningkatan produksi dan
apresiasi film dan pengembangan film;
9. menetapkan standarisasi pemberian izin pengiriman dan penerimaan
60
delegasi asing di bidang seni dan budaya dan kesenian, penerbitan
rekomendasi, pengiriman misi kesenian dalam rangka kerjasama dalam
negeri maupun luar negeri;
10. penetapan kriteria dan prosedur penyelenggaraan festival, pameran dan
lomba dan penyelenggaraan diklat kesenian;
11. penerapan dan pelaksanaan prosedur perawatan dan pengamanan aset atau
benda kesenian, sejarah, purbakala, pariwisata, seni dan budaya;
12. menyelenggarakan kegiatan festival pameran dan lomba secara berjenjang
dan berkala di bidang pariwisata, seni dan budaya baik tingkat kabupaten,
provinsi, nasional, regional dan internasional;
13. mengembangkan dan pemanfaatan museum, registrasi museum dan
koleksi, akreditasi museum serta penambahan dan penyelamatan koleksi
museum di tingkat kabupaten;
14. menetapkan standarisasi bidang pariwisata, seni dan budaya, pedoman
pengembangan destinasi pariwisata, seni dan budaya;
15. menetapkan kebijakan dalam pembinaan usaha dan penyelenggaraan usaha
serta perencanaan pemasaran pariwisata;
16. menyelenggarakan promosi pariwisata, seni dan budaya yang ada;
17. melakukan pengendalian dan pembinaan, pengembangan obyek wisata,
sarana dan prasarana dan akomodasi kepariwisataan yang ada;
18. melakukan koordinasi dengan pihak terkait, baik didalam maupun ke luar
negeri dalam penyelenggaraan pariwisata, seni dan budaya;
19. pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dinas.
61
3. Kepegawaian
Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau terdiri dari Kepala Dinas, 1 (satu)
sekretariat dan 4 (empat) bidang pelayanan teknis.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Dinas PariwisataKabupaten
Lamandau didukung oleh 32 ( tiga puluh dua ) orang Pegawai, diluar jumlah pegawai
kontrak.. Kondisi kepegawaian Dinas Pariwisata Seni dan budaya Kabupaten
Lamandau sampai dengan tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Jumlah Pegawai Negeri Sipil sebanyak 32 orang;
Berdasarkan Pangkat/Golongan Ruang :
a) Golongan IV sebanyak 4 orang;
b) Golongan III sebanyak 19 orang;
c) Golongan II sebanyak 9 orang;
Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada Dinas Pariwisata
Kabupaten Lamandau berdasarkan pangkat kepegawaian yang paling banyak
jumlahnya yakni Golongan III sebanyak 19 orang dan yang paling sedikit
yakni Golongan IV sebanyak 4 orang.
Berdasarkan Pendidikan :
a) Pascasarjana (S-2) sebanyak 1 orang;
b) Sarjana (S-1) sebanyak 14 orang;
c) Diploma sebanyak 6 orang
d) SLTA sebanyak 11 orang;
Berdasarkan data diatas terkait pendidikan pegawai, diketahui bahwa
pendidikan terakhir pada Dinas Pariwisata dengan jumlah terbanyak adalah S1
sebanyak 14 orang, sementara yang paling sedikit jumlahnya yakni S2 1 orang.
Berdasarkan Eseloning :
a) Eselon II sebanyak 1 orang;
62
b) Eselon III sebanyak 6 orang;
c) Eselon IV sebanyak 10 orang;
d) Non Eselon (Pelaksana) sebanyak 15 orang;
Berdasarkan data diatas dapat diketahui berdasarkan eselon pegawai Dinas
Pariwisata Kabupaten Lamandau jumlah terbanyak adalah pegawai dengan
Non Eselon yakni 15 orang sementara jumlah paling sedikit yakni pegawai
dengan eselon II sebanyak 1 orang.
Berdasarkan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan :
a) Diklatpim III sebanyak 1 orang;
b) Diklatpim IV sebanyak 3 orang.
Berdasarkan data diatas terkait dengan pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan, pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau paling banyak
telah mengikuti Diklatpim IV sebanyak 3 orang dan paling sedikit adalah telah
mengikuti Diklatpim III sebanyak 1 orang. Terkait dengan data kepegawaian
pada Dinas Pariwisata juga dimuat dalam bagian lampiran.
4. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja di Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau,adalah sebagai
berikut.
63
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau
Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2016
KASUBAG
UMUM
KEPEGAWAIAN DAN
PERLENGKAP
AN
KASUBAG
KEUANGAN
DAN ASET
KASUBAG
PERENCANAAN DAN
PENGENDALIAN
PROGRAM
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
UPTD
SEKSI PELATIHAN
PARIWISATA
SEKSI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
SEKSI
PENGEMBANGAN
STANDAR
KOMPETENSI
BIDANG PENGEMBANGAN
SDM DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
SEKSI
INVESTASI
PARIWISATA
SEKSI KEMITRAAN
USAHA
PARIWISATA
SEKSI STANDAR
USAHA
PARIWISATA
BIDANG
INDUSTRI
PARIWISATA
SEKSI STRATEGI
PEMASARAN
SEKSI PENGEMBANG
AN PASAR
SEKSI
KOMUNIKASI
PEMASARAN
BIDANG PROMOSI DAN
PEMASARAN
PARIWISATA
SEKSI TATA KELOLA
DESTINASI
SEKSI PENGEMBAN
GAN PROGRAM
DAN EVENT
SEKSI PENGEMBAN
GAN DAYA TARIK
PARIWISATA
BIDANG PENGEMBAN
GAN
DESTINASI
PARIWISATA