4
3 SEMANGAT TIADA BATAS DUABELAS PAS KENAPA tanpa pengalaman saya sukses pertama kali menangani Persebaya bisa langsung juara Liga Indonesia pada 2004? Bagi saya tanggungjawab atau tugas yang saya pikul diatas segala-galanya. Tanggungjawab ini yang kemudian mem- buat saya bisa mengambil keputusan ce- pat dan penting untuk membentuk tim solid dan kemudian juara. Satu contoh, waktu itu saya hanya punya waktu pendek, di bulan November 2003, saya ingat pas puasa, saya hanya punya waktu dua minggu bersaing mencari pemain. Sementara hanya ada dana Rp 200 juta. Gila Bola No, Tanggungjawab Yes Pada tahun 2003, saya ditunjuk Pak Bambang DH selaku Ketua Umum Persebaya membantu menjadi manajer Persebaya. Padahal saya bukan saja orang gila bola tapi sama sekali tak tahu manajemen bola. Saya bukan pecandu.Tidak seperti orang lain yang rela begadang melihat pertandingan besar sampai pagi. Saya tetap nonton tapi kalau pas ngantuk ya tidur. Saya tidak memiliki pengetahuan tentang bola, tapi kemudian harus mengurus Persebaya. Saya tanya teman-teman yang mengerti bola bahwa untuk membentuk tim mini- mal butuh Rp 10-15 miliar. Untuk belanja pemain sekitar Rp 8 miliar. Sementara saya berpikir yang naman- ya sepakbola adalah permainan kolektif, bukan orang per orang. Karena kolektif maka semua lininya harus sama, kalau ingin tim sedang ya semua lininya sedang saja, kalau ingin timnya bagus ya harus semua lininya bagus. Jadi kalau mau jua- ra ya harus semua pemainnya bagus. Al- hamdulillah karena tanggungjawab, ber- bekal Rp 200 juta, saya berhasil membeli pemain terbaik saat itu. Saya ingat den- gan persiapan hanya sebulan, Persebaya jadi runner-up Turnaman Bang Yos di Jakarta, kalah dari Persija selaku tuan ru- mah. Tapi di Ligina 2004 kita berhasil men- galahkan Persija dan juara. Begitu juga dengan Maret 2008 lalu saat terjadi gonjang-ganjing Persebaya, dima- na pak Arif Afandi diganggu oleh yang lain untuk melepas jabatannya. Saya se- benarnya tidak punya keinginan. Sudah kapok mengurus Persebaya. Pada 2005, ketika pekerjaan belum selesai, pada bu- lan Agustus kita dilaporkan ke kejaksaan, dituduh korupsi. Pekerjaan masih ber- jalan, Desember belum dilalui kita sudah harus menjalani pemeriksaan. Tekanan luar biasa yang terjadi pada waktu itu tidak hanya dialami orang-orang yang diperik- sa, tapi juga pada diri saya sebagai pimp- inan mereka. Itu yang sebe- narnya membuat saya trau- ma mengurus Persebaya. Tapi karena tanggung- jawab, menuntut saya melupakan trauma itu dan kemudian harus memikul beban besar mengurus Persebaya. Pada perjalanan waktu, se- kitar akhir September 2008, saya diberitahu oleh pengurus KONI Surabaya bahwa saya harus me- lepas salah satu jabatan sebagai Ketua Umum KONI Surabaya dan Ketua Pengu- rus Cabang PSSI Surabaya/Persebaya, kare- na AD/ART KONI hasil Munaslub 2007, melarang rangkap jabatan. Saya akhirnya memilih melepas Ketua Umum KONI Sura- baya. Banyak yang bingung dan bertanya kenapa saya memilih Persebaya dan me- lepas KONI. Saya merasa di KONI semua sudah berjalan. Sistem terbangun rapi, SDM-nya sudah bagus. Sedang Persebaya sedang bermasalah. Kalau mau enaknya tentu saya memilih KONI. Tapi kembali kare- na tanggungjawab saya memilih Perse- baya. Saya tidak ingin dinilai lari dari tang- gungjawab. Ada pekerjaan yang harus dis- elesaikan. Misal kondisi keuangan yang memprihatinkan. Terpaksa mencari pinja- man untuk menggaji pemain. Terus terang saya rugi tetap bertahan di Persebaya. Ini akan menyusahakan saya TABLOID GELORA edisi: 001| Th-I | November 2008 pada masa-masa ke depan. Tetapi mau tidak mau itulah yang harus saya pikul. Maka dengan Bismillah saya melepas ja- batan di KONI dan memikul beban besar di Persebaya. Ini bukan karena saya gila bola tapi karena saya gila tanggungjawab atas beban-beban yang memang harus dipikul oleh orang-orang yang peduli ter- hadap kota Surabaya. Insya Allah semakin banyak tugas dan kewajiban yang dipikul seseorang maka dia akan terus belajar dan belajar untuk menyelesaikan apa yang menjadi tang- gungjawabnya. Jika itu terjadi maka har- kat dan martabat orang tersebut akan menjadi tinggi dimata Allah SWT. H Saleh Ismail Mukadar SH Ketua Umum Persebaya www.salehmukadar.com

News Compilation 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Artikel Berita dari media massa

Citation preview

Page 1: News Compilation 1

33

SEMANGAT TIADA BATAS

DUABELASPAS

KENAPA tanpa pengalaman saya suksespertama kali menangani Persebaya bisalangsung juara Liga Indonesia pada 2004?Bagi saya tanggungjawab atau tugasyang saya pikul diatas segala-galanya.Tanggungjawab ini yang kemudian mem-buat saya bisa mengambil keputusan ce-pat dan penting untuk membentuk timsolid dan kemudian juara. Satu contoh,waktu itu saya hanya punya waktupendek, di bulan November 2003, sayaingat pas puasa, saya hanya punya waktudua minggu bersaing mencari pemain.Sementara hanya ada dana Rp 200 juta.

Gila Bola No, Tanggungjawab YesPada tahun 2003, saya ditunjuk Pak

Bambang DH selaku Ketua UmumPersebaya membantu menjadi

manajer Persebaya. Padahal sayabukan saja orang gila bola tapi sama

sekali tak tahu manajemen bola.Saya bukan pecandu. Tidak seperti

orang lain yang rela begadangmelihat pertandingan besar sampai

pagi. Saya tetap nonton tapi kalaupas ngantuk ya tidur. Saya tidak

memiliki pengetahuan tentang bola,tapi kemudian harus mengurus

Persebaya.

Saya tanya teman-teman yang mengertibola bahwa untuk membentuk tim mini-mal butuh Rp 10-15 miliar. Untuk belanjapemain sekitar Rp 8 miliar.

Sementara saya berpikir yang naman-ya sepakbola adalah permainan kolektif,bukan orang per orang. Karena kolektifmaka semua lininya harus sama, kalauingin tim sedang ya semua lininya sedangsaja, kalau ingin timnya bagus ya harussemua lininya bagus. Jadi kalau mau jua-ra ya harus semua pemainnya bagus. Al-hamdulillah karena tanggungjawab, ber-bekal Rp 200 juta, saya berhasil membelipemain terbaik saat itu. Saya ingat den-gan persiapan hanya sebulan, Persebayajadi runner-up Turnaman Bang Yos diJakarta, kalah dari Persija selaku tuan ru-mah. Tapi di Ligina 2004 kita berhasil men-galahkan Persija dan juara.

Begitu juga dengan Maret 2008 lalu saatterjadi gonjang-ganjing Persebaya, dima-na pak Arif Afandi diganggu oleh yanglain untuk melepas jabatannya. Saya se-benarnya tidak punya keinginan. Sudahkapok mengurus Persebaya. Pada 2005,ketika pekerjaan belum selesai, pada bu-lan Agustus kita dilaporkan ke kejaksaan,dituduh korupsi. Pekerjaan masih ber-jalan, Desember belum dilalui kita sudahharus menjalani pemeriksaan. Tekananluar biasa yang terjadi pada waktu itu tidakhanya dialami orang-orang yang diperik-sa, tapi juga pada diri saya sebagai pimp-

inan mereka. Itu yang sebe-narnya membuat saya trau-ma mengurus Persebaya.Tapi karena tanggung-jawab, menuntut sayamelupakan trauma itudan kemudian harusmemikul beban besarmengurus Persebaya.

Pada perjalanan waktu, se-kitar akhir September 2008,saya diberitahu oleh pengurusKONI Surabaya bahwa saya harus me-lepas salah satu jabatan sebagai KetuaUmum KONI Surabaya dan Ketua Pengu-rus Cabang PSSI Surabaya/Persebaya, kare-na AD/ART KONI hasil Munaslub 2007,melarang rangkap jabatan. Saya akhirnyamemilih melepas Ketua Umum KONI Sura-baya. Banyak yang bingung dan bertanyakenapa saya memilih Persebaya dan me-lepas KONI. Saya merasa di KONI semuasudah berjalan. Sistem terbangun rapi,SDM-nya sudah bagus. Sedang Persebayasedang bermasalah. Kalau mau enaknyatentu saya memilih KONI. Tapi kembali kare-na tanggungjawab saya memilih Perse-baya. Saya tidak ingin dinilai lari dari tang-gungjawab. Ada pekerjaan yang harus dis-elesaikan. Misal kondisi keuangan yangmemprihatinkan. Terpaksa mencari pinja-man untuk menggaji pemain.

Terus terang saya rugi tetap bertahandi Persebaya. Ini akan menyusahakan saya

TABLOID GELORAedisi: 001| Th-I | November 2008

pada masa-masa ke depan. Tetapi mautidak mau itulah yang harus saya pikul.Maka dengan Bismillah saya melepas ja-batan di KONI dan memikul beban besardi Persebaya. Ini bukan karena saya gilabola tapi karena saya gila tanggungjawabatas beban-beban yang memang harusdipikul oleh orang-orang yang peduli ter-hadap kota Surabaya.

Insya Allah semakin banyak tugas dankewajiban yang dipikul seseorang makadia akan terus belajar dan belajar untukmenyelesaikan apa yang menjadi tang-gungjawabnya. Jika itu terjadi maka har-kat dan martabat orang tersebut akanmenjadi tinggi dimata Allah SWT.

H Saleh Ismail Mukadar SHKetua Umum Persebaya

www.salehmukadar.com

Page 2: News Compilation 1

66

SEMANGAT TIADA BATAS

TABLOID GELORAedisi: 001| Th-I | November 2008 MAN.OF.THEMATCH

LUCKY WAHYU

Nama:Lucky Wahyu Dwi Permana

Ttl:Sidoarjo, 01 April 1990

Klub:Persebaya Surabaya

Posisi:Gelandang

Nomer Punggung:14

Alamat:Perum Griya Kebon Agung C4/29

Orangtua:Wahyu Suhantyo/Sri Rahayu

Pendidikan:Lulusan SMA Unggala, Sidoarjo

Tinggi/berat178 cm/67kg

Gol darah:O.

Hobby:Nonton film komedi

SOSOK sentral Lucky Wahyu tidak bisa dire-mehkan begitu saja. Sebab, meski pendiam diluar lapangan, Lucky berubah 180 derajat bilasudah mengenakan kostum Persebaya. “Nggaktahu ya, ketika sudah mengenakan kostum Per-sebaya dan masuk lapangan, seolah perasaanini lain dan ingin bermain sebaik mungkin,” un-gkap anak kedua dari tiga bersaudara ini.

Karena itu, jangan heran bila Lucky bermainngotot, ngeyel bahkan terlihat garang di lapan-gan. Semua itu tujuannya hanya satu, ingin ber-main sebaik mungkin dan yang pasti membawaPersebaya menuai kemenangan.

Sebab, Lucky mempunyai asa tinggi. Pen-gakuannya, dua-tiga tahun lagi Lucky ingin me-nembus timnas senior. “Alangkah bangga dan ba-hagianya orangtua saya bila saya bisa memakaikostum timnas Indonesia,” ungkap penyukabakso ini.

Untuk mewujudkan hal itu, Lucky mengakuberusaha berlatih dan bermain bersama Perse-baya sebaik mungkin. “Kalau saya bermain ba-gus, dengan sendirinya ambisi saya untuk ma-suk timnas senior pasti akan terwujud.n

PANTANG KKN

LUCKY Wahyu menjelma menjadisosok pemain muda yang cukupmoncer permainannya bersamaPersebaya musim ini. Bahkan mantanpemain tim internal Kelas Utama,Putra Indomaret ini bisa bersaingdengan pemain-pemain seniorsemacam I Putu Gede dan Facrudin.Peran pemain berusia 18 tahun bisadikatakan sangat sentral. Bahkanketika I Putu Gede absen dalampertandingan melawan PSS Slemanbeberapa waktu lalu, dia mampumenggantikan peran mantan pemainArema itu.

Determinasi Lucky sepanjangpertandingan membuat lini tengahPersebaya teramu apik. Salah satukelebihan Lucky yang tidak dimilikiPutu adalah tendangan keras yangkerap ia lontarkan dari luar kotakpenalti. Meski sampai saat ini belummenghasilkan gol bagi Persebaya,tapi paling tidak keberanian pemainmuda seperti Lucky dalam melaku-kan shooting patut diacungi jempol.Karena itulah, pemain binaan klubinternal Persebaya ini langsungterpanggil mengisi 23 pemain dalamskuad tim merah putih U-23.

Tim ini sempat diterjunkanbersama tim senior berlaga diturnamamen piala kemerde-kaan beberapa waktu laludan berhasil mendudukiposisi ketiga. KetikaMelawan tim senior disemifinal, peran Luckykembali terlihat. Dia beranibertarung melawanPonaryo Astaman di linitengah. Hasilnya, tim seniorsempat keropotan mengh-adapi Lucky dkk. Bahkan,tim senior hanya mampumencetak sebiji gol kegawang timnas U-23.

Sejak kecil, Luckymengaku kecintaan-nya terhadap si kulitbundar seolah tidakterbendung. Bahkan,saking cintanya

dengan sepak bola, Lucky relamenghabiskan waktu hanyadengan berlatih sendiri. BakatLucky langsung dilihat Wahyu, ayahkandung Lucky. Sebagai pelatihPutra Indomaret, Wahyu langsungmengajak anaknya untuk gabung.Meski demikian, tidak mudah bagiLucky untuk menghilangkan stigma

KKN itu.

Banyak yang sempat meremehkankemampuan Lucky yang dianggap

hanya karena mendomplengayahnya. Keraguaan itu langsungdijawab oleh Lucky denganpermainan apik di lapangan.Bahkan ketika bergabung denganIndomaret dan berlaga di klub

internal kelas Utama, dominasiLucky makin jelas terlihat. Dua

musim lalu, Lucky kemudianmencoba peruntungan dengan

mengikuti seleksi diPersebaya.

Keinginannya ternyatatidak bertepuk sebelahtangan. Lucky terpilihmenjadi salah satupemain Persebayahingga saat di latihFreddy Muli. Bahkan,pelatih Freddy Mulisempat menyanjung

Lucky sebagai pemainmuda yang mempunyai

talenta dan potensimasa depan yangbagus.

“Dua-tiga tahun lagi,Lucky akan matang danbisa jadi menjadipemain inti Persebaya,”ungkap Freddy. Sebab,mantan pelatih Persik ini

menilai, skill dankemampuan

Lucky sebagaipemaingelandangcukupmumpuni.

“Kalau terusdiasah dengan baik,

kemampuan Lucky akanbisa meningkat tajam.

Banyak pemain muda yang coba diorbitkanPersebaya musim ini. Diantaranya, Andik

Vermansyah, Arif Arianto juga Lucky Wahyu.Dari sederet nama di atas, Lucky Wahyu yang

terlihat paling menonjol.

Si Pendiamyang Garangdi Lapangan

Page 3: News Compilation 1

88

SEMANGAT TIADA BATAS

TABLOID GELORAedisi: 001| Th-I | November 2008 GELORAKARANGGAYAM

KLASEMEN AKHIR PIALA BAGPORA U-20

JADWAL BABAK PERDELAPAN FINAL

Grup AKlasemen Sementara

1. Putra Indomaret 2 1 1 0 2-0 4*2. Untag Rosita 2 1 1 0 1-0 43. Putra Mars 2 0 0 2 0-3 0

GRUP BKlasemen Sementara

1. PSAL 2 2 0 0 4-0 6*2. Nanggala 2 1 0 1 1-1 33. Ega Putra 2 0 0 2 0-4 0

GRUP C [ Sakti v Bina Junior 4-2 ]Klasemen Sementara

1. Sasana Bhakti 2 2 0 0 6-2 6*2. HBS 2 1 0 1 3-2 33. Bina Yunior 2 0 0 2 2-7 0

GRUP D [ VR Anak Bangsa v Suryanaga 1-0 ]Klasemen Sementara

1. VR Anak Bangsa 2 2 0 0 5-0 6*2. Suryanaga 2 1 0 1 2-1 33. Fajar 2 0 0 2 0-6 0

GRUP EKlasemen Sementara

1. Indonesia Muda 2 1 1 0 1-0 4*2. Angkasa 2 1 0 1 1-1 3**3. Putra Surabaya 2 0 1 1 0-1 1

** Lolos melalui playoff

GRUP FKlasemen Sementara

1. Reedo 2 1 1 0 3-2 4*2. Maesa 2 1 0 1 3-2 33. Polda Jatim 2 0 1 1 1-3 1

GRUP GKlasemen Sementara

1. Setia Naga Kuning 2 2 0 0 6-0 6*2. PSAD 2 0 0 2 0-6 0

GRUP H [ SFC v Haggana 2-2 ]Klasemen Sementara

1. SFC 2 1 1 0 6-3 4*2. Haggana 2 1 1 0 3-2 43. Assyabaab 2 0 0 2 1-5 0

GRUP I [Mitra Surabaya v TEO 3-0]Klasemen Sementara

1. Mitra Surabaya 2 2 0 0 4-0 6*2. Putra Sanjaya 2 0 1 1 3-4 13. TEO 2 0 1 1 3-6 1

GRUP J1. Fatahillah 2 1 1 0 1-0 4*2. Bintang Timur 2 0 2 0 2-2 23. Mahasiswa 2 0 1 1 2-3 1

Keterangan : * Juara Grup otomatis lolos ke babak perdelapan final enam runner-up terbaik lolos ke babak 16 besar.

23 Oktober 0808.00 WIB: Putra Indomaret v Haggana (Lap. Persebaya)10.00 WIB: PSAL v Untag Rosita (Lap. Persebaya)08.00 WIB: Sakti v Maesa (ITS)10.00 WIB: VR Anak Bangsa v HBS (ITS)

25 Oktober 0808.00 WIB: IM v Suryanaga (Lap. Persebaya)10.00 WIB: Reedo v Angkasa (Lap. Persebaya)08.00 WIB: Setia NK v SFC (ITS)10.00 WIB: Mitra Surabaya v Fatahillah (ITS)

Pemain Polda Jatim, Heri K. (kanan)berebut bola dengan pemain Mitra,

Adik Setya dalam pertandinganKompetisi Antar Klub Kelas I di

Lapangan Persebaya, kemarin (21/10). Pertandingan dimenangkanoleh tim Mitra dengan skor 1-0.

FOTO: ANGGER BONDAN/JAWA POS

SELAKU Ketua Umum Persebaya, Rabu, 22 Oktober 2008 siang, Saleh Mukadar menerima tamu dari perwakilan dariPemerintah Australia Barat, Mr Martin Newbery. Keduanya berdiskusi akrab soal prospek dan masa depan sepakbola diSurabaya. Mr Martin yang menjadi Regional Director Indonesia Trade Office itu banyak memberikan masukan bagaimanamenjadikan Persebaya sebagai klub profesional, menjual trademark Persebaya untuk mencari sumber pendanaan danlain sebagainya.

“Persebaya nama besar, apalagi Sura-baya sebagai Kota Pahlawan. Ini sajasudah membuat orang tertarik denganPersebaya. Jika Persebaya dikelola denganbaik, tentu tidak akan kesulitan mencari

sponsor buat Persebaya,” kata Mr Martin yang fasih berbahasa Indonesia itu.Menurut pria yang sedah tiga tahun menetap di Jakarta ini, syarat utama agar Persebaya mudah mencari sponsor

adalah sesedikit mungkin melepas keterikatannya dengan Pemerintah Kota Surabaya. Sebab sepakbola jika dikaitkandengan pemerintah, masih ada stigma negatif bahwa klub tersebut tidak akan bisa menjadi profesional.

“Kalau toh pemerintah dilibatkan, maksimal hanya 20 persen saham saja, sisanya investor. Soal klub-klub jugaharus ada sahamnya meski kecil, tapi ada konpensasi yang diberikan Persebaya terhadap mereka untuk pembinaan,”tandasnya. (sak)

Martin NewberyBeri Masukan Persebaya

Mengucapkan Selamatatas terbitnya

tabloid GELORA

Page 4: News Compilation 1

1111

SEMANGAT TIADA BATAS

TABLOID GELORAedisi: 001| Th-I | November 2008INSPIRASI

Saya lahir di Aerbuaya Pulau Buru Maluku Tengah pada 25 Desember 1963, anak ke 14 dari 16 bersaudara. Ayah saya, Abah Ismailhanyalah seorang guru mengaji. Ibu saya juga hanya ibu rumah tangga biasa. Beliau tidak pernah sekolah.

Bahkan tidak bisa membaca dan menulis. Keduanya mendidik anak-anaknya dengan keras.

PULAU Buru adalah pulau terpencil di Maluku yangpernah menjadi tempat pembuangan tahanan politikpasca G-30-S PKI. Kampung tempat kelahiran saya kelaut dekat ke gunung pun juga dekat. Orang di sanahanya kenal dua arah, bukan timur barat utara danselatan tapi hanya arah ke laut dan ke darat saja.

Ketika umur saya sekitar 10 tahun, seperti anak-anakpada lazimnya, saya sering main ke pantai. Kerapkalimenunggu saat-saat matahari terbenam. Saya selaluberangan-angan bahwa suatu saat saya bisa mening-galkan Pulau Buru, merantau dan melihat dunia yanglebih luas. Saat itu saya begitu yakin bahwa hal terse-but bakal terjadi.

Ketika SMP, karena tidak ada SMP di Pulau Buru,maka saya dikirim oleh orangtua saya ke Ambon. Sayahanya bertahan 8 bulan karena rindu kampung. Al-hamdulillah, tak lama setelah itu ada SMP swasta dikampung yang dibuka. Jadi saya bisa menyelesaikanSMP di tempat kelahiran.

Tahun 1977 bapak dan ibu saya serta hampir se-bagian besar saudara hijrah ke Jakarta. Ada masalahinternal antar keluarga besar yang memaksa kamiharus meninggalkan kampung. Pada 1980, sayamenyusul ke Jakarta dan melanjutkan sekolah di se-buah SMA swasta di kawasan Tanjung Priok.

Lulus SMA saya tak bisa meneruskankuliah karena tidak ada biaya, saat ituorangtua sudah kembali ke kampung,saya dan beberapa saudara yang se-muanya masih sekolah dibiarkan hidupdi Jakarta. Kami kemudian melakukanpekerjaan apa saja asal menghasilkanuang. Kecuali menjadi preman, untukbertahan hidup, yang sering saya laku-kan adalah menjadi tukang cat rumah.

Tahun 1986 saya hijrah ke Surabaya,diajak oleh teman, Tulus Rahardjo. DiSurabaya saya tinggal menumpang di ru-mahnya. Sambil kuliah saya juga melaku-kan pekerjaan macam-macam, untukmencari uang. Melakukan penagihan re-kening air ke rumah-rumah dengan berjalankaki, menjadi loper koran, sampai menjadiwartawan sebuah surat kabar kecil dari Jakarta.Kuliah saya terpaksa putus di tengah jalan kare-na hasil dari pekerjaaan apa saja tersebut hanyacukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Akhir Desember 1991 menjelang pergantiantahun, saya dikenalkan dengan seorang gadis,Noermilawati. Dan dua minggu kemudian, pada15 Januari 1992 saya menikahinya. Saya menikahdengan orang yang sama sekali belum saya ke-nal dekat sebelumnya. Saya berani melakukanitu karena saya yakin bahwa kalau saya baik makaakan mendapatkan istri yang baik pula.

Enam bulan kemudian, 15 Juni 1992, kamimelaksanakan pernikahan secara resmi (KUA) danmengundang keluarga, tetangga dekat dan be-berapa teman untuk menjadi saksi atas keba-hagiaan kami. Biayanya hanya Rp 2 juta, yangsaya dapatkan dari hasil penjualan sepeda motoryang laku Rp 3 juta. Sisanya untuk beli sepeda mo-tor yang lebih butut lagi. Saya sering guyon, saya men-jual sebuah kendaraan dan mendapat ganti dua, satubisa kentut dan yang satu tidak bisa.

Karena tidak ingin hidup dalam pondok mertua in-dah, dua bulan setelah menikah, saya nekat pindah ke

sebuah rumah kontrakan, yang sangat-sangat sempit.Istilahnya rumah kontrakan, tapi sebenarnya hanya se-buah kamar ukuran 2x3 meter. Antara tempat tidur, ruangtamu dan dapur menjadi satu. Lemari tempat menyimpanpakaian adalah sebuah kardus bekas. Saat musim hujan,pakaian yang berada di tumpukan terbawah harus dije-mur karena basah kena lembab dari lantai.

Jangankan televisi, tape atau radio saja tidak ada,kursi tamu apalagi. Barang berharga kami saat itu ha-nyalah alat rumah tangga sederhana dari kado perka-winan kami, seperti kompor dan seterikaan.

Saya melakukan apa saja untuk menghidupi kelu-arga. Menjadi tukang kredit, menjadi wartawan, calotiket kapal, menjadi tekong (calo Tki ilegal). Sangatsusahnya hidup kami waktu itu, saya sampai-sampaitidak bisa membelikan istri saya buah segar. Saat hamilanak pertama, dia begitu nyidam akan buah. Tapi sayatak mampu membelikannya… Ketika akan melahir-kan, saya bawa ke rumah sakit dengan hanya memba-wa uang dikantong Rp 20 ribu. Anak saya yang perta-ma sekarang sudah umur 15 tahun, seumur itu puladia tak pernah doyan makanbuah-buahan.

Dalam kondisi sesulit apa-pun itulah saya banyak be-lajar bahwa ternyata kekua-tan mimpi, harapan dan doasangat sangat luar biasa.Karena hampir apa saja yangsaya inginkan saat itu dansampai sekarang pun bisasaya capai dengan cara-carayang tidak ter-duga. Mi-s a l -

nya, saya membangun rumah saya hanya diawali de-ngan uang Rp 1,5 juta.

Pada periode 1996-1999, saya tak hanya menjadiwartawan, tapi juga menjual tiket. Namun pada titiktertentu saya ditipu dan saya harus menanggung hu-tang sampai Rp 30 juta. Saya sempat putus asa, makantidak enak, hidup tidak nyaman, samapi kemudian sayaseolah disadarkan bahwa saya harus bangkit dan te-rus berjuang untuk menghidupi keluarga.

Padahal seluruh penghasilan yang saya dapat selu-ruhnya saya pakai untuk mengangsur hutang saya.Makanan kami yang paling mewah adalah nasi goreng.Dalam sehari kami hanya makan satu kali. Itu berlang-sung selama setahun.

Sekalipun dalam kondisi sesulit itu, saya dan istriterkadang malah mendahulukan kepentingan oranglain. Sehingga orang di luaran tidak pernah tahu bah-wa kami yang di dalam rumah dalam kondisi separahitu, termasuk keluarga sendiri.

Setiap bulannya saya terpaksa menyekolahkan su-rat motor saya plus kalung dan gelang emas milikseorang sahabat sekedar untuk makan dan membayarhutang. Pernah, suatu ketika, ada orang datang ke

rumah, mengaku dari kampung halaman. Dia bilangke istri saya bahwa baru saja kehilangan dompetkarena kecopetan padahal harus pulang ke Jakar-ta. Karena tidak punya ongkos ia minta bantuan

uang Rp 25 ribu ke istri saya.Saat itu, istri saya hanyapunya uang Rp 20 ribu didompetnya. Uang itu pundengan ikhlas diberikanpada orang yang tak diakenal. Malamnya, ketikasaya pulang ke rumah,saya menyerahkan uangRp 200 ribu ke dia.

Hal-hal seperti seringterjadi dalam hidupsaya. Itu membuatkami menjadi sangatYAKIN bahwa mimpi,harapan, doa, kerja

keras, keikhlasan / ketu-lusan dalam membantu or-

ang tanpa pamrih, akanmendapatkan gantinya berlipat-lipat ganda.

Tahun 1996, saya kembali in-tensif meliput dan menulis akti-fitas PDI Promeg, seperti yangpernah saya lakukan pada tahun1993 ketika ada KLB PDI di Asra-ma Haji Sukolilo Surabaya. Sayamenjadi dekat dengan Ir Sutjip-to, Ketua DPD PDI Jawa Timursaat itu. Saya akhirnya terlibataktif dalam PDI pimpinan IbuMegawati Soekarnoputri.

Tak disangka pada tahun 1999,saya tiba-tiba disodori oleh PakTjip formulir isian untuk men-daftar menjadi calon legislatif(caleg). Alhamdulillah saya ikutterpilih menjadi anggota DPRDJawa Timur dari PDI Perjuangan,hingga sekarang.

DarDarDarDarDari i i i i Aerbuaya ke Kota BuayaDarDarDarDarDari i i i i Aerbuaya ke Kota Buaya