4
TATA RUANG PERTANAHAN MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN T: 021 392 7412 E: [email protected] WWW.TATARUANGPERTANAHAN.COM Dinamika Isu Tata Ruang dan Pertanahan PERTEMUAN PERDANA RAN halaman 2 PRE WORKSHOP DAS CILIWUNG halaman 2 RESENSI BUKU: MOBILITAS PERKOTAAN halaman 4 EDISI 3 / APRIL 2014 ISU TATA RUANG : Maret menjadi bulan utama isu penataan kawasan yang diusung dalam konteks pemberitaan tata ruang. Penataan kawasan tidak hanya di kawasan perkotaan, melainkan meliputi kawasan lindung geologi, kawasan hutan lindung, kawasan konservasi, dan kawasan karst. Saat ini RPP Karst yang digagas akan mengusung prinsip perlindungan bagi ekosistem yang sensitif itu. Proses pembahasan RPP yang menjadi amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup itu pada tahap sinkronisasi antar-kementerian. Adapun ruang publik yang dibahas masih seputar okupasi ruang publik oleh berbagai pihak, terutama okupasi jalan raya yang sering menjadi keluhan para pejalan kaki. Selain itu, maraknya parkir liar dan lapak liar PKL menjadi sorotan yang harus menjadi perhatian pemerintah. Munculnya taman- taman kota sebagai ruang publik menjadi sarana hiburan kreatif yang mengajak masyarakat untuk bersama- sama menikmati ruang terbuka hijau. Namun demikian, ada kekhawatiran pemanfaatan ruang terbuka hijau yang disalahgunakan, sehingga berubah menjadi ruang komersial. ISU PERTANAHAN: Alih fungsi lahan menjadi mayoritas isu di bulan Maret ini. Banyak lahan sawah yang beralih fungsi menjadi kawasan permukiman dan industri, terutama di wilayah Jawa Barat. Untuk mengimbangi alih fungi lahan tersebut, distribusi lahan sebagai aset ekonomi mesti dilakukan karena penguasaannya amat timpang. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, yakni, distribusi lahan dan melindungi lahan-lahan petani. Untuk itu, harus ada pembatasan penguasaan lahan yang diatur dalam sistem penguasaan lahan. Terkait dengan pengelolaan hutan, banyak terjadi kasus kekeringan lahan yang menjadi pemicu kebakaran hutan. Hal ini perlu menjadi sorotan utama pemerintah dan segera dicari solusinya. Kebakaran hutan dan lahan, selama ini menjadi bencana dengan dampak ekonomi terbesar 100 tahun terakhir. Kebakaran hutan di Sumatera-Kalimantan tahun 1997 merupakan bencana paling merugikan Indonesia dalam periode 1900-2014, dengan kerugian 8 juta dollar AS. NEWSLETTER KILAS BALIK: REFORMA AGRARIA MERUPAKAN IMPLEMENTASI DARI MANDAT ... HAL 3 Fokus Pemberitaan Bidang TATA RUANG Fokus Pemberitaan Bidang PERTANAHAN

NEWSLETTER TATA RUANG PERTANAHAN · taman kota sebagai ruang publik ... perwakilan Balai Besar Sungai ciliwung (BBwS) ccitarum-cisadane; 2) perwakilan BPab. lHD k Bogor; dan 3)

  • Upload
    lytram

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

TATA RUANG PERTANAHANMEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN

T: 021 392 7412 E: [email protected] www.TATARUANGPERTANAHAN.cOM

Dinamika Isu Tata Ruang dan Pertanahan

PERTEMUAN PERDANA RANhalaman 2

PRE wORkSHOP DAS cIlIwUNG halaman 2

RESENSI BUkU: MOBIlITAS PERkOTAANhalaman 4

EDISI 3 / APRIl 2014

ISU TATA RUANG :

Maret menjadi bulan utama isu penataan kawasan yang diusung dalam konteks pemberitaan tata ruang. Penataan kawasan tidak hanya di kawasan perkotaan, melainkan meliputi kawasan lindung geologi, kawasan hutan lindung, kawasan konservasi, dan kawasan karst. Saat ini RPP Karst yang digagas akan mengusung prinsip perlindungan bagi ekosistem yang sensitif itu. Proses pembahasan RPP yang menjadi amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup itu pada tahap sinkronisasi antar-kementerian.

Adapun ruang publik yang dibahas masih seputar okupasi ruang publik oleh berbagai pihak, terutama okupasi jalan raya yang sering menjadi keluhan para pejalan kaki. Selain itu, maraknya parkir liar dan lapak liar PKL menjadi sorotan yang harus menjadi perhatian pemerintah. Munculnya taman-taman kota sebagai ruang publik menjadi sarana hiburan kreatif yang mengajak masyarakat untuk bersama-sama menikmati ruang terbuka hijau. Namun demikian, ada kekhawatiran pemanfaatan ruang terbuka hijau

yang disalahgunakan, sehingga berubah menjadi ruang komersial.

ISU PERTANAHAN:

Alih fungsi lahan menjadi mayoritas isu di bulan Maret ini. Banyak lahan sawah yang beralih fungsi menjadi kawasan permukiman dan industri, terutama di wilayah Jawa Barat. Untuk mengimbangi alih fungi lahan tersebut, distribusi lahan sebagai aset ekonomi mesti dilakukan karena penguasaannya amat timpang. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, yakni, distribusi lahan dan melindungi lahan-lahan petani. Untuk itu, harus ada

pembatasan penguasaan lahan yang diatur dalam sistem penguasaan lahan.

Terkait dengan pengelolaan hutan, banyak terjadi kasus kekeringan lahan yang menjadi pemicu kebakaran hutan. Hal ini perlu menjadi sorotan utama pemerintah dan segera dicari solusinya. Kebakaran hutan dan lahan, selama ini menjadi bencana dengan dampak ekonomi terbesar 100 tahun terakhir. Kebakaran hutan di Sumatera-Kalimantan tahun 1997 merupakan bencana paling merugikan Indonesia dalam periode 1900-2014, dengan kerugian 8 juta dollar AS.

NEWSLETTER

KILAS BALIK:

REFORMA AGRARIA MERUPAkAN IMPlEMENTASI DARI MANDAT ... HAl 3

Fokus Pemberitaan Bidang TATA RUANG

Fokus Pemberitaan Bidang TATA RUANG

Fokus Pemberitaan Bidang PERTANAHAN

Pertemuan Bilateral Sekretariat BkPRN Pertemuan ini merupakan tindak lanjut Rapat koordinasi Eselon II BkPRN tanggal 19 Februari 2014 dalam rangka penajaman tindak lanjut penetapan lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (lP2B) dalam RTRw. Status terakhir penetapan lP2B, sebanyak 160 Perda RTRw kabupaten/kota telah mencantumkan penetapan lP2B dengan total luasan lahan 4,7 juta Ha, sedangkan sebanyak 187 Perda RTRw kabupaten/kota yang telah ditetapkan, belum menetapkan lP2B. Untuk itu, berdasarkan amanah UU 41/2009, penetapan lP2B dapat pula dilakukan melalui peraturan bupati/walikota apabila belum tercantum dalam RTRw. Pada pertemuan ini disampaikan pula oleh kementerian Pertanian bahwa bentuk insentif kepada petani agar

bersedia menetapkan lP2B, diberikan dalam bentuk sarana prasarana irigasi, jalan dan lain-lain yang bersifat pemberian insentif secara berkelompok, bukan pada tataran insentif individu.

Hasil dari pertemuan Bilateral ini diantaranya meliputi: i) Perlu penyusunan mekanisme penetapan lP2B pada (a) Daerah yang sudah menetapkan RTRw tetapi belum menetapkan lP2B, (b) Daerah yang sudah memiliki persetujuan substansi RTRw kab/kota dari kementerian PU, dan (c) Daerah yang sudah menetapkan lP2B, tetapi belum terdapat rincian lokasi dan luasan hamparannya; dan ii) Perlu integrasi peta kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(kP2B) Nasional kedalam RTRwN. Status terakhir peta kP2B Nasional dengan skala 1:250.000, telah disampaikan secara informal kepada Tim Budidaya, Direktorat Tata Ruang wilayah Nasional, kementerian Pekerjaan Umum. Pada skala nasional dan provinsi, peta kP2B sudah tersedia dan akan dimasukkan sebagai bagian revisi RTRwN.

Di masa mendatang, diharapkan lP2B yang telah dicantumkan dalam RTRw dapat diintegrasikan ke dalam Rencana Pembangunan seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana kerja Pemerintah (RkP) sebagaimana amanat pada UU 41 tahun 2009. (SY)

POTRET KEGIATAN:

Integrasi lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ke dalam RTRw

Pertemuan Perdanakegiatan Tim koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional

Jakarta, 10/3, koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional yang berada di bawah naungan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, menyelenggarakan kick Off Meeting kegiatan koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, di Ruang SG-5 Bappenas. Tujuan dari kegiatan ini fokus pada dua hal, yakni: (1) kick-off Pelaksanaan kegiatan koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun 2014; (2) Penyepakatan Rencana kerja Tim koordinasi Strategis RAN Tahun 2014. kegiatan ini dibuka dan dipimpin oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP, didampingi perwakilan dari Biro Perencanaan dan kerjasama luar Negeri, Sunrizal. Dihadiri pula oleh perwakilan dari Badan Pertanahan Nasional, kementerian

kehutanan, kementerian Pertanian, kementerian kelautan dan Perikanan, kementerian Dalam Negeri, kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi, kementerian koperasi dan Usaha kecil Menengah, kementerian Perumahan Rakyat, beserta mitra Direktorat k/l di Bappenas. Menengah, kementrian Perumahan Rakyat, beserta mitra Direktorat k/l di Bappenas.

Dalam pertemuan ini kasubdit Pertanahan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Uke Mohammad Hussein, SSi. MPP, menyampaikan paparannya mengenai rencana kerja tim koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional. Beberapa poin penting terkait rencana kerja tersebut meliputi: 1) kebijakan Pendaftaran Tanah Publikasi Positif; 2) kebijakan Reforma Agraria (Asset dan Access Reform); 3) kebijakan

Pembentukan kamar khusus Pertanahan di Pengadilan; dan 4) kebijakan Pemenuhan SDM, serta beberapa kegiatan koordinasi yang melibatkan sektor dan pemerintah daerah.

Reforma Agraria menjadi komitmen pemerintah Indonesia sebagaimana tertuang dalam TAP MPR IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yang menetapkan prinsip-prinsip dan arah kebijakan pembaruan agraria dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk mendukung keberhasilan kerja RAN, diperlukan sinergi antara Tim koordinasi RAN dengan seluruh kementerian terkait. Dengan berdirinya RAN diharapkan ke depan dapat membantu menyelesaikan konflik pertanahan, hingga masalah terkait bidang pertanahan berkurang secara signifikan. (AY)

Sumber: Dokumentasi TRP

2

REFORMA AGRARIA

Reforma Agraria merupakan implementasi dari mandat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (TAP MPR RI), Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Keputusan MPR RI Nomor 5/MPR/2003 tentang Penugasan kepada MPR-RI untuk Menyampaikan Saran atas Laporan Pelaksanaan Keputusan MPR-RI oleh Presiden, DPR, BPK dan MA pada Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2003. Salah satu butir saran dimaksud kepada Presiden Republik Indonesia, terkait dengan perlunya Penataan Struktur Penguasaan, Pemilikan, Pemanfaatan, dan Penggunaan Tanah.

Dalam tataran operasional Reforma Agraria di Indonesia dilaksanakan melalui 2 (dua) langkah yaitu; (1) Penataan kembali sistem politik dan hukum pertanahan berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA); dan (2) Proses Penyelenggaraan Land Reform Plus, yaitu penataan aset tanah bagi masyarakat dan Penataan akses masyarakat terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik yang memungkinkan masyarakat untuk memanfaatkan tanahnya secara baik. Di dalam penyelenggaraan Land Reform Plus mencakup dua hal penting yaitu Asset Reform dan Access Reform.

Maksud dan Tujuan Reforma Agraria

Reforma agraria yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) saat ini antara lain bertujuan untuk: (i) menata kembali ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan

dan pemanfaatan tanah ke arah yang lebih adil; (ii) mengurangi sengketa dan konflik pertanahan dan keagrarian; (iii) memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama tanah; (iv) mengurangi kemiskinan; (v) menciptakan lapangan kerja; (vi) memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup; dan (vii) menguatkan ketahanan pangan dan energi.

Arah Kebijakan Reforma Agraria

Dalam pelaksanaannya, memperhatikan amanat UUPA dan telah diperkuat dengan TAP MPR IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Indonesia perlu melanjutkan kebijakan pelaksanaan redistribusi tanah yang merupakan bagian dari reforma agraria, sebagai berikut:

(1) Redistribusi tanah sebagai bagian Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) harus dilengkapi dengan kerangka waktu pelaksanaan.

Terkait dengan pelaksanaannya, Indonesia diusulkan untuk melakukan redistribusi tanah dalam kurun waktu sepuluh tahun yang dibagi dalam dua tahap. Tahap I dalam 5 tahun meliputi identifikasi potensi rinci, menghitung berapa luas dan lokasi sumber TORA, dan melakukan pelaksanaan redistribusi itu sendiri, dan menyelesaikan sengketa dan konflik pertanahan skala nasional (besar). Tahap II dalam 5 tahun yakni pelaksanaan redistribusi sejalan dengan pengembangan teknologi pertanian dan pangan.

(2) Penyediaan input sumber daya pendamping bagi penerima program

redistribusi tanah – Access Reform

Pemerintah perlu melengkapi pemberian bidang tanah dengan sumber daya lain yang dibutuhkan penduduk miskin penerima untuk dapat mengolah dan memanfaatkan tanah redistribusi. Bila bidang tanah redistribusi dianggap sebagai asset, maka sumber daya pelengkap yang diperlukan dapat dianggap sebagai access menuju tingkat kesejahteraan yang lebih layak.

(3) Pembangunan interkoneksi usaha

Pembangunan interkoneksi usaha merupakan bagian dari bantuan pemasaran dan pengembangan pasar baru.

Objek Reforma Agraria

Tanah merupakan komponen dasar dalam reforma agraria, maka pada dasarnya tanah yang ditetapkan sebagai objek reforma agraria adalah tanah-tanah negara dari berbagai sumber yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai objek reforma agraria.

Subjek Reforma Agraria

Pada dasarnya subjek Reforma Agraria adalah penduduk miskin di perdesaan baik petani, nelayan maupun non-petani/nelayan. Penduduk miskin dalam kategori ini dapat dimulai dari yang di dalam lokasi ataupun yang terdekat dengan lokasi, dan dibuka kemungkinan untuk melibatkan kaum miskin dari daerah lain (perdesaan dan perkotaan).Sumber:Whitepaper Kebijakan Pengelolaan Pertanahan Nasional, Bappenas.

WAWASAN

LINK TERKAITDirektorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas Portal Tata Ruang dan PertanahanSekretariat BkPRN

Potret Kegiatan TRPPertemuan Bilateral Sekretariat BkPRNPra workshop 3 koordinasi Penanganan DAS ciliwungkick Off Meeting koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional

Gambar Ilustrasi Reforma Agraria

3

Pedoman Perencanaan MOBIlITAS PERkOTAAN DI INDONESIAKota-kota di Indonesia saat ini berkembang pesat. Seiring dengan pesatnya kemajuan di perkotaan, harus diimbangi dengan sistem transportasi yang terencana, andal, dan dinamis. Kebutuhan akan mobilitas perkotaan yang berorientasi pada aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi yang menyediakan akses kepada seluruh warga secara inklusif untuk memenuhi

segala kebutuhan, seperti menciptakan lapangan kerja, pasar, arus informasi, pelayanan sosial, kesehatan, budaya, ibadah, dan lain-lain, sangat mendesak. Bappenas bekerja sama dengan pemerintah Jerman dalam bidang pengurangan emisi untuk transportasi perkotaan, GIZ SUTIP (Sustainable Urban Transport Improvement Project), menyusun sebuah buku pedoman perencanaan mobilitas perkotaan di Indonesia. Fokus di dalam buku pedoman ini adalah agar pemerintah kota mendapatkan gambaran atas perencanaan dasar kebijakan transportasi perkotaan, pentingnya koordinasi antar lembaga, dan aspek penting pembentukan

konsep transportasi perkotaan. Elemen penting yang dibahas di dalam buku ini, meliputi: (1) kebijakan dan perencanaan; (2) manajemen dan pengendalian; dan (3) skenario tata ruang publik. Dalam kebijakan dan perencanaan, faktor kelembagaan, regulasi, pendanaan, kesadaran masyarakat, dan perubahan perilaku masyarakat menjadi faktor pendukung utama yang harus diperhatikan. Sementara dalam manajemen, desain ruang publik menjadi penting untuk dilakukan. Dengan hadirnya buku ini, diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk transformasi dan perbaikan sistem transportasi di Indonesia.

Judul Buku:Pedoman Perencanaan Mobilitas Perkotaan di Indonesia Penyusun: Bappenas - GIZ IndonesiaPenerbit : Bappenas - GIZ IndonesiaJumlah halaman: 100

DIREKTORAT TATA RuANG DAN PERTANAhAN,bAPPENASJalan Taman Suropati No. 2AGedung Madiun Lt. 3

T : 021 392 7412F : 021 392 6601E : [email protected]: www.trp.or.id

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami:

RESENSI BUKU:

Jakarta, (6/3), Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, menghadiri Pre workshop 3 koordinasi lintas Sektor dalam Upaya Penanganan DAS ciliwung yang diwakili oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP, beserta staf subdit Infosos, Gina Puspitasari. workshop ini diselenggarakan oleh kementerian lingkungan Hidup yang berlokasi di Ruang kalpataru, Gedung B, kementerian lingkungan Hidup. Peserta yang hadir dalam workshop ini, yakni Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, kementerian PPN/Bappenas, kementerian Pekerjaan Umum, Badam Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Pengelola lingkungan Hidup Daerah, Dana Mitra lingkungan, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

workshop yang dipimpin oleh Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran dan Manufaktur, Prasarana dan Jasa, kementerian lingkungan Hidup ini bertujuan untuk berkoordinasi

dan berbagi informasi program kerja dalam upaya penanganan DAS ciliwung yang dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, lSM, dan swasta. Menghadirkan narasumber, di antaranya: 1) perwakilan Balai Besar Sungai ciliwung (BBwScc) citarum-cisadane; 2) perwakilan BPlHD kab. Bogor; dan 3) perwakilan BPDAS citarum-ciliwung. kegiatan ini merupakan bagian dan tindak lanjut dari Pengembangan knowledge Management center (kMc) ciliwung. Output kegiatan ini adalah grand design penanganan DAS ciliwung, yang harapannya dapat direplikasi ke DAS lainnya. Selain di DAS ciliwung, pilot project penyusunan grand design dilakukan juga di DAS Brantas dan DAS citarum.

Grand design ini direncanakan selesai Bulan April agar materi dapat masuk ke dalam RPJMN dan Renstra k/l. Dalam konteks penataan ruang, upaya pengendalian dan normalisasi DAS ciliwung ini dapat

mendorong implementasi rencana tata ruang, dan sebagai bahan masukan bagi RTR kSN Jabodetabekpunjur yang saat ini sedang dilakukan peninjauan kembali. Selain dalam kegiatan penanganan ciliwung, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (TRP) juga akan terus mengikuti perkembangan kMc untuk mendorong pengembangan knowledge Management Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, yang saat ini sedang dikembangkan di Direktorat TRP (AY).

Pre workshop 3 koordinasi lintas Sektor Dalam Upaya Penanganan DAS ciliwung

Sumber: Dokumentasi TRP

4