51
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Bayi Berat Lahir Rendah 2.1.1 Definisi BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gam (Depkes RI, 2005). BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004). BBLR adalah bayi yang baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gr (sampai dengan 2499 gr) (Sarwono, 2002). Berat badan lahir rendah didasarkan pada berat badan itu sendiri dan tidak mempertimbangkan usia gestasi bayi. Demikian juga definisi usia gestasi mengabaikan segala pertimbangan tentang berat badan lahir (Fraser, 2009). BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir < 2500 gram. Dahulu bayi baru lahir dengan berat badan lahir < 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres “European Perinatal Medicine Ke II Di London” (1970) telah disusun definisi sebagai berikut: (Depkes RI) 1. Bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan < 37 minggu. 2. Bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan 37 minggu – 42 minggu. 3. Bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.

Nicu Lp Semua

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sssssssssssssssssssss

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi Berat Lahir Rendah

2.1.1 Definisi

BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gam (Depkes

RI, 2005). BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 tanpa memandang usia

gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Ikatan Dokter

Anak Indonesia, 2004).

BBLR adalah bayi yang baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gr

(sampai dengan 2499 gr) (Sarwono, 2002). Berat badan lahir rendah didasarkan pada berat

badan itu sendiri dan tidak mempertimbangkan usia gestasi bayi. Demikian juga definisi usia

gestasi mengabaikan segala pertimbangan tentang berat badan lahir (Fraser, 2009).

BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir < 2500 gram. Dahulu bayi baru

lahir dengan berat badan lahir < 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan

keseragaman pada kongres “European Perinatal Medicine Ke II Di London” (1970) telah

disusun definisi sebagai berikut: (Depkes RI)

1. Bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan < 37 minggu.

2. Bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan 37 minggu – 42 minggu.

3. Bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.

Dengan pengertian diatas maka bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah dapat

dibagi menjadi 2 golongan yaitu premature dan dismaturitas.

2.1.2 Klasifikasi

Kategori berat badan lahir rendah adalah :

1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan di bawah 2500

gram pada saat lahir.

2) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat badan di bawah

1500 gr pada saat lahir.

3) Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) adalah bayi dengan berat badan di

bawah 1000 gr pada saat lahir.

Menurut usia gestasi :

1) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin normal pada saat lahir : mereka kecil karena

persalinan dimulai sebelum akhir 37 minggu gestasi. Bayi prematur ini tumbuh sesuai usia

gestasi mereka (SMK)

2) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterine lambat dan yang dilahirkan aterm atau lebih

dari aterm: bayi aterm atau post term ini pertumbuhannya kurang untuk usia gestasi.

Mereka kecil untuk masa kehamilan (KMK)

3) Bayi dengan pertumbuhan intrauterine lambat dan sebagai tambahan yang dilahirkan

sebelum aterm : bayi prematur ini kecil, baik kar na persalinan dini maupun pertumbuhan

intrauterin yang terganggu. Mereka kecil untuk masa kehamilan dan bayi prematur.

4) Bayi yang dianggap besar untuk masa kehamilan (LGA) di berat badan berapapun bila

mereka berada di atas 90 persentil.

2.1.3 Etiologi

Pertumbuhan janin diatur oleh faktor maternal, plasenta dan janin serta merupakan

gabungan mekanisme genetik dan pengaruh lingkungan yang mengeskspresikan potensi

pertumbuhan. Mekanisme yang tampak membatasi pertumbuhan janin sifatnya multifaktorial

(Fraser, 2009). Namun penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur.

Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat

terjadi (Proverawati, 2010).

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR:

1) Faktor ibu

(1) Gizi saat hamil yang kurang

Berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat badan ibu selama hamil

mempengaruhi pertumbuhan janin. ibu dengan berat badan kurang seringkali

melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada ibu dengan berat badan normal

atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek terhadap proses

pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati,

kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia, intra partum (mati dalam

kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Hal ini karena kebanyakan

wanita memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun

demikian, pada fase pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,

kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah

(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008).

(2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu. Persentase tertinggi bayi

dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia

lebih dari 40 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik

belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih

tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda

berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih

rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem

transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah

berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun

sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran

BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR

tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.

(3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang

baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum

pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di

bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan

pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah

dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

(4) Paritas

Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga

melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena

keadaan rahim biasanya sudah lemah.

(5) Penyakit menahun ibu

Asma bronkiale

Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan,

karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia

bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi

keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan

(gangguan pertumbuhan janin).

Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik):

Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2 – 10%, dan dipengaruhi oleh paritas, ras,

sosioekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan

kejadian bakteriuria dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan

premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia.

Hipertensi

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum

kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi

dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal.

Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta, hipoksia

sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur. Hipertensi

pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab

gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah.

(6) Gaya hidup

Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara

11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan

makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital,

ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi

alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan

keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin.

2) Faktor kehamilan

(1) Komplikasi kehamilan

Pre-eklampsia/ Eklampsia:

Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin

dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-

eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta,

sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya

perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin

berkurang.

Ketuban Pecah Dini

Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya

kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina

dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan

setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang

penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan

terjadinya infeksi ibu.

(2) Hamil dengan hidramnion

Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana

banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena

faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ

seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena

dapat membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik karena adanya kelainan

kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan lain-lain.

(3) Hamil ganda

Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada kehamilan

tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat

badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat

badan lebih kecil, mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran

darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata

1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru

lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting

dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.

(4) Pendarahan antepartun

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga

mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan (Saifuddin, 2002). Komplikasi utama

dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok

yang menyebabkan keadaan ibu semakin buruk. Keadaan ini yang menyebabkan

gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok

intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterin (Wiknjosastro, 2009 : 365).

Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal

napas dan komplikasi asfiksia.

3) Faktor janin

(1) Cacat bawaan (kelainan kongenital)

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul

sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan

kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau

bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan

kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama

kehidupannya.

(2) Infeksi dalam rahim

Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam

mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin

dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis

menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim.

Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini

dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.

2.1.4 Patofisiologi

Terdapat banyak faktor penyebab pertumbuhan intrauterine, yang disebut juga Intra

Uterine Growth Retardation (IUGR) dan efeknya terhadap janin bervariasi sesuai dengan cara

dan lama terpapar serta saat pertumbuhan janin saat penyebab tersebut terjadi.

Malnutrisi maternal

Penurunan ekspansi pembuluh darah

Peningkatan curah jantung yang tidak adekuat

Penurunan aliran darah plasenta

Penurunan ukuran plasenta Penurunan transfer nutrien

Retardasi pertumbuhan janin(Dikutip dari Bobak, 2004:207)

Aliran nutrisi, O2 dan plasenta memegang peranan penting untuk dapat mencukupi segala

kebutuhan sehingga tumbuh kembang janin dapat sesuai dengan umur kehamilan. Berat lahir

memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta maupun luas permukaan villus

plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada

berbagai penyakit vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat

gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus gangguan

pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada

kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang lain yang juga

melibatkan aliran darah plasenta yang buruk meliputi kehamilan ganda, penyalahgunaan obat,

penyakit vaskular (hipertensi dalam kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi

(TORCH), insersi plasenta umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular (Ikatan Dokter

Anak Indonesia, 2008:16).

2.1.5 Diagnosis dan Gejala Klinik

1) Sebelum bayi lahir

a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, portus prematurus dan

lahir mati

b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan

c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lamat

walaupun kehamilannyasudah agak lanjut

d. Sering dijumpai dengan kehamilan augohidramnion, hidramnion, hieremsis

grandarum

2) Setelah bayi lahir

a. Bayi dengan retardsi pertumbuhan intrauterin

b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu

c. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya

(Mochtar Rustam, 1998)

2.1.6 Gambaran BBLR

Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah

mempunyai karakteristik :

1. Berat kurang dari 2500 gram.

2. Panjang kurang dari 45 cm.

3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.

4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

6. Kepala relatif lebih besar.

7. Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang.

8. Otot hipotonik-lemah.

9. Pernafasan tak teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas0.

10. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki, fleksi lurus.

11. Kepala tidak mampu tegak.

12. Pernafasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit.

13. Frekuensi nadi 100 sampai 140 kal per menit.

(Manuaba, 1998)

Prematuritas murni

1. BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm

2. Masa gestasi < 37 minggu

3. Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin

4. Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga

dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar

5. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia

mayora, pada laki-laki testis belum turun.

6. Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna

7. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat

8. Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik

9. Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah

10. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea,

otot masih hipotonik

11. Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna

Dismaturitas

1. Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,

2. Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis

3. Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat

4. Tali pusat berwarna kuning kehijauan

2.1. 7 Masalah yang terjadi pada BBLR

Masalah lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR dibanding dengan

Bayi Cukup Bulan dan Bayi Berat Lahir Normal. Bayi kurang bulan sering mempunyai

masalah sebagai berikut (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010):

1. Suhu tubuh

a. Pusat mengatur nafas badan masih belum sempurna.

b. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah.

c. Otot bayi masih lemah.

d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas

badan.

e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat

badan lahir rendah perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas

badan dan dapat dipertahankan sekitar 360C sampai 370C.

2. Pernafasan

a. Pusat pengatur pernafasan belum sempurna.

b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna.

c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah.

d. Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paru-paru, gagal

pernafasan.

3. Alat pencernaan makanan

a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan dengan banyak

lemah/kurang baik.

b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna, sehingga

pengosongan lambung kurang.

c. Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi

pnemonia.

4. Hepar yang belum matang (immatur)

Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi

hiperbilirubinemia (kuning) sampai kern ikterus.

5. Ginjal masih belum matang (immatur)

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna

sehingga mudah terjadi edema.

6. Perdarahan dalam otak

a. Pembuluh darah bayi masih rapuh, dan mudah pecah.

b. Sering mengalami gangguan pernafasan, sehingga memudahkan terjadi perdarahan

dalam otak.

c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi.

d. Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan

nekrosis.

Masalah potensial yang cenderung timbul pada BBLR adalah

1) Apnea : Penghentian napas selama 20 detik atau lebih lama, atau kurang dari 20

detik jika disertai sianosis dan bradikardia. Henti napas ini diperkirakan terutama

sebagai hasil ketidakmaaturan neuronal, suatu faktor yang memberi andil terhadap

kecenderungan terjadinya ketidakteraturan pola napas pada bayi pretem.

2) Patent Ductus areteriosus : kegagalan penutupan duktus arteriosus disebabkan oleh

penurunan sistem oto pada arteriola paru dan hipoksemia

3) Sindrom kegawatan pernapasan (Respiratory Distress Syndrome) : kegawatan

pernapasan merupakan akibat dari ketidakadekuatan produksi surfaktan.

Pembentukan surfaktan paru bayi IUGR tidak terlalu berhasil sehingga dapat

menimbulkan gangguan dilatasi alveolus paru saat pernapasan pertama. Oleh karena

itu, resusitasi sangat menentukan keberhasilan perkembangan paru.

4) Perdarahan intraventikular : hingga usia 35 minggu ventrikel otak bayi preterm

dibatasi oleh matriks germinal yang sangat tinggi kerentanannya terhadap terjadinya

hipoksia. Matriks germinal sangat banyak memiliki pembuluh darah dan pembuluh

darah ini akan ruptur bilamana terjadi hipoksia.

5) Hipokalsemia : bayi preterm mengalami kekurangan jumlah kalsium, sekunder

akinat kelahiran awal dan kebutuhan pertumbuhan. Terjadi gangguan kelenjar

hipotiroid, dan dapat menambah beratnya asidosis sehingga terjadi kerusakan

berantai yang akhirnya dapat terjadi henti jantung bayi.

6) Hipoglikemia : bayi preterm yang cadangan lemak coklat dan glikogennya

menurun, serta kebutuhan metabolismenya meningkat, merupakan faktor predisposisi

bayi mengalami hipoglikemia. Cadangan glukosa pada hati rendah sehingga ada

kemungkinan sudah habis saat dipergunakan dalam proses persalinan. Apabila

keadaan hipoglikemi berlanjut, dapat terjadi asidosis metabolik yang dapat merusak

susunan saraf pusat.

7) Hipotermia

Hal ini disebabkan cadangan lemak coklat pada bayi IUGR rendah, yang akan segera

dimetabolisme untuk menimbulkan energi dan mengimbangi hilangnya panas tubuh.

8) Anemia preterm : bayi preterm beresiko anemia karena laju pertumbuhannya cepat.

Masa hidup sel darah merah lebih pendek pengambilan darah berlebihan untuk tujuan

pengujian, penurunan cadangan zat Fe dan defisiensi vitamin E.

9) Hiperbilirubinemia : Fungsi enzim hepatik yang belum matang dapat menurunkan

konjugasi bilirubin, sehingga menghasilkan peningkatan kadar bilirubin.

Infeksi : bayi preterm lebih rentan terhadap infeksi daripada bayi aterm. Respons

imunitas neonatus diperlukan saat kehamilan trimester terakhir. Sehingga byi preterm

jumlah antibodinya telah berkurang, untuk fungsi mekanisme perlindunga yang

mencukupi. (Patrecia, Marcia, Sally, 2006).

2.1.8 Penanganan BBLR

1. Membersihkan jalan nafas.

2. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat.

3. Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil.

4. Memberikan obat mata.

5. Membungkus bayi dengan kain hangat.

6. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan BBLR.

7. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :

a. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan

terlebih dahulu.

b. Menidurkan bayi didalam inkubator.

c. Suhu lingkungan bayi harus dijaga.

d. Badan bayi harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya

evaporasi.

8. Pemberian nutrisi yang adekuat

9. Menjelaskan pada ibu (orang tua) pentingnya :

a. Pemberian ASI.

b. Makanan bergizi bagi ibu.

10. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari.

(Depkes RI, 2005)

Penanganan pada BBLR (Manuaba, 2007 dan Sarwono, 2002) :

1. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi prematuritas akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena

pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah,

dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di

dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bayi dengan BBLR

dirawat dalam inkubator. Inkubator yang baik dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan

kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya dengan normal, alat

oksigen yang dapat diatur serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila

inkubator dibersihkan. Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang

dan konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjangpun dapat

mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36.5 -37oC. Selain itu bayi juga membutuhkan

pleksiglas penahan panas atau topi maupun pakaian. Bila belum memiliki inkubator,

bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang

berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir

seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya. Caranya: Bayi diletakkan dalam dekapan

ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri atau ke kanan.

Cara – cara diatas dilakukan agar panas badan bayi dapat dipertahankan.

2. Pengawasan Nutrisi atau ASI

Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim

pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat

Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.

Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap

cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya

sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan

yang paling utama, sehingga ASIlah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor

menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok

perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang

diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.

3. Pencegahan Infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih

lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna.

Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga

tidak terjadi persalinan prematuritas / BBLR. Dengan demikian perawatan dan

pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik. Bayi BBLR

tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker,

baju khusus dalam penaganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung,

kulit, tindakan aseptis dan antiseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah

pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan

yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia.

4. Penimbangan Ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya

dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan

dengan ketat.

5. Pemberian Oksigen

Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box,

konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan

pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.

6. Pengawasan jalan nafas

Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak

dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam

kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir, dibaringkan

dalam posisi miring, pernafasan dirangsang dengan menepuk atau menjentik tumit. Jika

gagal dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen

dan dicegah terjadinya aspirasi.

2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik

1. Jumlah sel darah putih 18000/mm3, netrofil meningkat sampai 23000- 24000/mm3,

hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)

2. Hematokrit 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia,

penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal

3. Hemoglobin 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau

hemolisis berlebihan)

4. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl

pada 3-5 hari

5. Destrosix tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata- rata

40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga

6. pemantauan elektrolit (Na. K. Cl) biasanya dalam batas normal pada awalnya

7. Pemeriksaan Analisis gas darah (Nur asnah. 2006)

2.1.10 Komplikasi

1. Kerusakan bernafas fungsi organ belum sempurna

2. Pneumonia, aspirasi refleks menelan dan batuk belum sempurna

3. Perdarahan intraventrikuler perdarahan spontan di ventrikel otal lateral disebabkan

anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan

peredaran darah sistemik.

2.1.11 Upaya Bidan dalam Mencegaah terjadinya BBLR

1. Mengupayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera melakukan konsultasi

merujuk penderita bila terdapat kelainan.

2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan

berat badan lahir rendah.

3. Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana

4. Menganjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat

baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

No. Register :

Tanggal Pengkajian :

Waktu Pengkajian :

Oleh :

2.2.1 Pengkajian

Data Subjektif

1. Biodata

a. Identitas anak

Nama, umur, jenis kelamin, tanggal lahir.

b. Identitas orang tua

Nama ayah, nama ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat.

2. Keluhan Utama

Bayi kecil (berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram), lahir premature atau cukup

bulan, gerak tidak aktif, malas/sulit menetek.

3. Alasan Kunjungan / MRS

Rujukan dari fasilitas kesehatan lain karena keluhan pada bayi.

4. Riwayat Obstetri

a. Riwayat antenatal

Jumlah kunjungan antenatal (Ibu dengan BBLR memiliki riwayat kunjungan

antenatal yang kurang dari semestinya/tidak rutin), kenaikan BB selama hamil

(gizi ibu yang kurang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR), penyakit yang

pernah diderita ibu selama hamil (DM, hipertensi, jantung, paru), konsumsi obat-

obatan (ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya BBLR), riwayat hamil kembar

atau hamil dengan hidramnion (karena regangan yang berlebihan menyebabkan

peredaran darah plasenta mengurang dan cenderung terjadi BBLR), dan

komplikasi saat hamil seperti KPP dan preeklampsia/ eklampsia (menyebabkan

perkapuran di daerah plasenta sehingga suplai makanan dan oksigen ke janin

berkurang).

b. Riwayat natal

Komplikasi saat persalinan memiliki kaitan yang erat dengan terjadinya BBLR,

yaitu pada kala I (perdarahan antepartum baik placenta previa maupun solusio

placenta).

c. Riwayat postnatal

APGAR score pada neonatus, mengalami asfiksia atau tidak, adanya trauma lahir

atau tidak, berat badan bayi < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkar kepala

< 33 cm, lingkar dada < 30 cm

5. Riwayat Kesehatan Bayi

Pada pengkajian dapat ditemukan bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500

gram tanpa melihat usia kehamilan (bisa aterm atau premature), gerak tidak aktif,

malas/sulit menetek.

6. Riwayat Kesehatan Ibu / Orang Tua

a. Asma bronkiale

Asma bisa menyebabkan hipoksia pada janin dan bila tidak segera diatasi akan

berpengaruh pada janin (sering terjadi keguguran, persalinan premature, dan

BBLR)

b. Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik):

Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2 – 10%, dan dipengaruhi oleh paritas,

ras, sosioekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya

hubungan kejadian bakteriuria dengan peningkatan kejadian anemia dalam

kehamilan, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia.

c. Hipertensi

Hipertensi menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta dan hipoksia sehingga

pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur. Hipertensi

pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab

gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit

menurun seperti asma dan hipertensi, riwayat keluarga dengan kehamilan kembar atau

premature.

8. Pola Fungsional Kesehatan

a. Nutrisi

Kebutuhan minum hari pertama 60cc/kg BB, selanjutnya ditambah 30cc/kg BB

untuk hari berikutnya.

b. Eliminasi

Seperti bayi normal, BAK dan BAB maksimal 24 jam setelah lahir.

c. Istirahat

Bayi dengan BBLR lebih banyak istirahat/tidur.

d. Aktivitas

Bayi dengan BBLR hanya merintih bila BAB, BAK, kelaparan, kedinginan dan

kesakitan.

e. Personal hygiene

Sama seperti bayi normal.

9. Psikososial Budaya

a. Perencanaan

Kehamilan yang tidak direncanakan dapat memicu ibu untuk minum obat-obatan

teratogenik yang dapat mengganggu proses organogenesis dalam rahim.

b. Perkawinan

c. Penerimaan

Orang tua yang dapat menerima kondisi bayi dengan BBLR dapat membantu

tenaga medis untuk meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan terhadap

bayi untuk kesembuhan bayi.

Data Objektif

1. Tanda-Tanda Vital

Suhu tubuh : BBLR rentan terjadi hipotermia karena kemampuan metabolisme panas

masih rendah

RR : BBLR memiliki pusat pengaturan pernafasan yang belum sempurna sehingga

sering terjadi nafas cepat, dangkal, tidak teratur, dan sampai apneu.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : gerak tangis lemah

b. Kulit : turgor kurang elastis, jaringan lemak subkutan tipis, pembuluh

darah kulit banyak terlihat

c. Kepala : kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap

dan licin, ubun-ubun dan sutura lebar

d. Hidung : ada pernapasan cuping hidung

e. Telinga : daun telinga lunak dan mudah membalik

f. Dada : ada retraksi dinding dada, rambut lunugo masih banyak, puting

susu belum terbentuk dengan baik

g. Perut : pembuluh darah terlihat, peristaltic usus terdengar

h. Genetalia : genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia

mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan), testis belum

turun ke dalam skrutom, pigmentasi dan rugue pada skorutom

kurang (pada bayi laki-laki)

i. Ekstremitas : tumit mengkilap, telapak kaki halus, rajah tangan belum sempurna

j. Reflek : tonus otot lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum

sempurna

2. Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap : BBLR rentan terjadi hipoglikemi (GDA < 40mg/dl) dan

hiperbilirubin (total bilirubin >1mg/dl)

3. Riwayat Perawatan

Meliputi perawatan yang dilakukan sebelum dilakukan pengkajian.

2.2.2 Identifikasi diagnosa dan masalah (interpretasi data dasar)

Diagnosis : Bayi baru lahir umur ... dengan BBLR

Masalah : Gangguan pola nafas, pemenuhan kebutuhan nutrisi, muntah, gangguan

termoregulasi.

Kebutuhan : Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah

ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang

gawat.

2.2.3 Identifikasi diagnosa dan masalah potensial

Apneu, hipoglikemi, hipotermia, hiperbilirubin.

2.2.4 Kebutuhan tindakan segera

1. Mempertahankan suhu tubuh bayi (membungkus bayi dengan kain dan topi,

meletakkan bayi di dalam inkubator, dan menganjurkan ibu untuk melakukan

metode kangguru).

2. Pemberian oksigen (nasal).

3. Pengawasan jalan nafas karena berisiko mengalami serangan apneu.

2.2.5 Perencanaan komprehensif

Di BPS

1. Keringkan secepatnya dengan handuk kering dan bersih

2. Handuk diganti dengan kain yang kering dan bersih agar tetap hangat

3. Langsung dilakukan kontak kulit bayi dengan ibu

4. Berikan penghangatan yaitu sinar lampu 60 watt

5. Berikan oksigen nasal

6. Pakaikan topi pada kepala bayi terutama ubun-ubun besar untuk mengurangi

evaporasi

7. Tali pusat dijepit, dipotong, diikat, lalu dibungkus kasa steril kering, lalu dijaga

tetap bersih

8. Berikan ASI bila bayi bisa menelan, bila bayi tidak bisa menelan segera rujuk.

Di RS

1. Sama dengan perawatan di BPS

2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk kebutuhan nutrisi dan cairan, dan

antibiotik.

3. Berikan asupan nutrisi (ASI) lewat sonde, pemberian dilakukan secara bertahap

sesuai dengan kemampuan bayi menyerap zat-zat makanan/ASI yang diberikan

4. Ukur suhu dan respiratory rate bayi tiap 2 jam untuk deteksi dini terjadinya

hipotermi dan apneu

5. Lakukan pemantauan kenaikan berat badan dengan melakukan menimbang setiap

hari.

6. Ganti popok bayi segera setelah BAK/BAB untuk menghindari bayi dari

kehilangan panas

2.2.6 Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada bayi

sesuai dengan keadaan/kebutuhan mengacu pada planning.

2.2.7 Evaluasi

Evaluasi merupakan hasil yang diperoleh dari rencana asuhan kebidanan yang sudah

diterapkan pada bayi.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

- Identitas Bayi

Meliputi : nama bayi, jenis kelamin, tanggal lahir, BB/PB, Apgar Score. Pada BBLR, berat

badan < 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama

dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

- Pengkajian Fisik Neonatus

1. Rambut lunugo masih banyak.

2. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

3. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.

4. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

5. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris

menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrutom, pigmentasi dan

rugue pada skorutom kurang (pada bayi laki-laki).

6. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.

7. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.

8. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak

masih kurang.

9. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

- Identitas Orang Tua

Meliputi nama ibu dan ayah, pekerjaan, pendidikan, alamat. Pada kasus BBLR,status ekonomi

dan sosial dari orang tua dapat mempengaruhi, terkait dengan gizi ibu, tradisi/kebiasaan ibu.

- Riwayat Pranatal

Yang perlu dikaji pada kasus BBLR yaitu: jumlah kunjungan antenatal (Ibu dengan BBLR

memiliki riwayat kunjungan antenatal yang kurang dari semestinya/tidak rutin), kenaikan BB

selama hamil (gizi ibu yang kurang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR), penyakit yang

pernah diderita ibu selama hamil (DM, hipertensi, jantung, paru) dan konsumsi obat-obatan

(ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya BBLR).

- Riwayat Intranatal

Komplikasi saat persalinan memiliki kaitan yang erat dengan terjadinya BBLR.

Kala I : perdarahan antepartum baik placenta previa maupun solusio placenta.

Lama persalinan, keadaan cairan ketuban, dan mekonium.

- Catatan Monitoring Fetus

Pada bayi dengan berat lahir rendah sangat rentan terhadap infeksi maupun penyakit lainnya,

maka diperlukan monitoring seperti analisa gas darah, pola FHR (fetal heart rate).

- Riwayat Postnatal

APGAR score pada neonatus, mengalami asfiksia atau tidak, adanya trauma lahir atau tidak,

berat badan bayi yang kurang dari 2500 gram.

2. Diagnosis Keperawatan

a. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas paru

b. Resiko tinggi termoregulasi b.d imaturnya susunan saraf pusat (ketidakmampuan

merasakan dingin atau berkeringat)

c. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kelemahan (ketidakmampuan untuk

menyusu)

3. Intervensi

Diagnosa Tujuan IntervensiTidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas paru

Pola nafas efektif .Dalam 1x24 jamKriteria Hasil :¨ HR 140-160x/mnt- RR 40-60 x/mnt¨ Sianosis (-)

1. Observasi pola Nafas.R/membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dan serangan apneu.

2. Bersihkan jalan napasR/ menghilangkan secret yang menyumbat

3. Posisikan sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu memakai kainR/ melancarkan aliran napas

4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.R/hipoksia, asidosis metabolic, hipoglikemia dapat memperberat serangan apnetik.

5. Beri O2 sesuai program dokter dan observasi respon terhadap oksigenR/perbaikan kadar Oksigen dapat

meningkatkan fungsi pernapasan6. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan

klien.R/ perbaikan sirkulasi oksigen

Resiko tinggi termoregulasi tidak efektif b.d SSP imatur

Termoregulasi menjadi efektif dalam 1x24 jamKriteria hasil:

- Tanda-tanda vital dalam batas normal (suhu 36,5-37,5)

- CRT < 3 dtk- Akral hangat- Tidak terdapat

syanosis

1. Observasi suhuR/ hipotermi cenderung membuat bayi stress karena dingin

2. Tempatkan bayi dalam incubator/couveR/membantu mempertahankan lingkungan termonetral

3. Pantau system pengaturan suhuR/ hipotermi dapat meningkatkan laju metabolism kebutuhan oksigen, glukosa, dan kehilangan air.

4. Perhatikan perkembangan takikardi, kemerahan, letargia, apneu, kejangR/ tanda-tanda hipertermia dapat berlanjut pada kerusakan otak.

5. Pantau hasil pemeriksaan Laboratorium (GDA, Bilirubin)R/stress dingin meningkatkan kebutuhan glukosa dan oksigen . Peningkatan kadar bilirubin indirek dapat terjadi.

Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kelemahan (ketidakmampuan untuk menyusu)

Nutrisi tubuh terpenuhi dalam 3x24 jamKriteria hasil :¨ Reflek hisap dan

menelan baik ¨ Muntah (-)¨ Kembung (-)¨ Berat badan

meningkat 15 gr/hr¨ Turgor elastis.

1. Observasi intake dan output.R/memberikan informasi tentang masukan actual dalam hubungan dengan perkiraan kebutuhan untuk penyesuaian diet

2. Observasi reflek hisap dan menelan.R/menentukan metode pemberian makanan yang tepat

3. Beri minum sesuai programR/mencegah hipoglikemi dan dehidrasi

4. Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.R/pemberian cairan IV diperlukan tetapi perlu hati-hati untuk menghindari kelebihan cairan

5. Kaji kesiapan ibu untuk menyusui.R/memenuhi kebutuhan ASI serta mendekatkan ibu dan anak

6. Timbang BB setiap hariR/ mengidentifikasi adanya resiko terhadap pola pertumbuhan

4. Implementasi

Merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan

mandiri maupun kolaboratif.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasar análisis dan kesimpulan perawat.

Tindakan kolaboratif adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan

bersama dengan dokter maupun tenaga kesehatan lainnya.

5. Evaluasi

Merupakan hasil perkembangan yang telah dicapai.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Tanggal : 21 November 2012 Jam : 21.00 wib

No. Register : 12.19.20.xx Oleh : Mely Dwitasari Tadjang

I. Data Subyektif

1.1 Identitas

Nama : By. Ny. A.T

Jenis kelamin : perempuan

Tempat lahir : VK IRD RSUD dr. Soetomo Sby

Tanggal lahir/ jam : 21 November 2012/ jam 19.45

Umur : 0 hari

Anak ke : 3

Nama ibu : Ny.A.T Nama ayah : Tn. K

Umur : 40 tahun Umur : 44 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/bangsa : Madura/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ds. Kedundung RT 02/RW 02

1.2 Keluhan Utama : -

1.3 Riwayat Obstetri

1.3.1 Prenatal : merupakan kehamilan ketiga usia kehamilan 9 bulan, ibu pernah

mengalami abortus satu kali pada kehamilan pertama dan persalinan premature untuk

anak kedua hidup. Saat ini usia ibu 40 tahun .

1.3.2 Natal : bayi lahir secara normal, lahir tanggal 21-11-2012.

1.3.3 Post natal : berat bayi baru lahir 2100 gram, bayi dirawat di nicu karena berat lahir

rendah.

1.4 Riwayat Kesehatan Bayi : saat ini bayi dirawat di rs dr soetomo dikarenakan bayi berat

lahir rendah.

1.5 Riwayat Kesehatan Ibu : tdak pernah/sedang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis,

AIDS) dan tidak menderita penyakit keturunan (asthma, diabetes mellitus, hypertensi).

Riwayat Kesehatan Keluarga : keluarga tidak ada yang sedang/pernah menderita penyakit

menular (TBC, hepatitis, AIDS) dan tidak ada yang menderita penyakit keturunan yaitu

asma, kencing manis, hypertensi, serta didalam keluarganya tidak ada keturunan kembar.

1.7 Pola Fungsional Kesehatan

1.7.1 Nutrisi : PASI sebanyak 5cc, muntah (-)

1.7.2 Pola aktifitas dan gerak bayi : gerakan bayi lemah, bayi lebih banyak tertidur.

1.7.3 Pola eliminasi dan defekasi : bayi belum BAK dan BAB.

1.7.4 Pola hygiene : bayi dibersihkan dan dirawat.

1.7.5 Pola istirahat : bayi hanya tidur saja, bangun dan menangis.

1.8 Riwayat Psikososial :

Ibu menikah pertama kali, lama menikah 15tahun, usia saat menikah ibu 25 tahun dan

suami 29 tahun.

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan, KB terakhir pil.

Ibu dan suami tidak memiliki kebiasaan meminum jamu, merokok, minum minuman

keras dll.

II. Data Obyekif

2.1 Pemeriksaan Umum

Suhu : 36,4 oC

RR : 50 x/menit

HR : 130 x/menit

Antropometri

PB : 46 cm, LD : 29 cm, LK : 30 cm.

2.2 Pemeriksaan Fisik

KU : gerak tangis lemah, merintih (-)

Kulit : warna kulit merah muda, tidak icterus, turgor elastis, akral dingin, kering,

lanugo terlihat sedikit.

Kepala : caput succedaneum tidak ada, cephal hematoma tidak ada.

Mata : konjungtiva merah muda, sklera mata putih, tidak ada subconjuctiva

bleeding.

Hidung : warna mukosa hidung merah muda, tidak ada nafas cuping hidung.

Mulut : warna mulut merah muda, mukosa bibir lembab.

Telinga : simetris, daun telinga lunak dan mudah membalik.

Dada : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi. Suara nafas bersih, tidak ada

ronchi/wheezing. Bunyi jantung normal reguler, tidak ada

murmur/gallop.

Perut : supel, tidak ada distensi, tidak ada pembesaran hepar/lien, terdapat bising

usus.

Genetalia : jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun, rugae (+).

Ekstrimitas : infus (-), tidak oedema, crt < 2 detik, akral dingin, kering, lanugo terlihat

sedikit.

Punggung : tidak ada spina bifida, lanugo terlihat sedikit.

Anus : tidak ada atresia ani.

Reflek : reflek Moro (+), reflek menggenggam baik, reflek rooting (+), reflek

menghisap (+) lemah, reflek menelan (+) lemah.

2.3 Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan lab

2.4 Data Rekam Medis

Bayi Lahir di VK IRD RSUD dr. Soetomo Sby dengan diagnosa GIII P0111 35-36 minggu

TH + PPI + U ≥ 35th + Po Tua Sekunder + inpartu kala I fase laten

Lahir tanggal 21 November 2012 pukul 19.45, jenis kelamin perempuan, Lahir spontan

kepala, ketuban jernih, KPP (-), apgar score 6-8, BBL 2100 gram, PB 46 cm, LD 29 cm,

LK 30 cm.

Program Terapi Tanggal 21 November 2012

- Injeksi Vit.K 1 mg IM

- ASI/PASI 8x21cc

- Rawat tali pusat dengan Tripel Dye

- Thermoregulasi

III. Analisa

No Data Etiologi Masalah

1 DS: -

DO:

- KU lemah

- Suhu 36,4 oC

- RR : 50x/menit

- HR : 130 x/menit

- Sianosis (-)

- Akral dingin

- Suhu ruangan 260C

Prematuritas

Imaturitas pengaturan suhu di otak

Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat

badan besar

Kurangnya lemak subkutan. Cadangan lemak

coklat terbatas

Aktivitas massa otot tidak adekuat. Respon

menggigil tidak ada/menurun

Gangguan termoregulasi

Hipotermia

2 DS:-

DO:

Antropomentri

- BBL : 2100 gram

- BB sekarang : 2100 gram

Biokimia

- Pemeriksaan Lab belum

dilakukan

Klinis

- Konjuctiva merah muda,

crt < 2 detik, turgor elastis,

Prematuritas

Sistem persarafan imatur, mortilitas usus

rendah

Daya mencerna dan mengabsorbsi makanan

kurang

Refleks mengisap dan menelan lemah/tidak ada

Resiko

gangguan

nutrisi

reflek menghisap dan

menelan lemah, bising usus

(+)

Diet

- PASI (+) 8x21 cc,

BAB/BAK (-), muntah (-),

retensi (-)

IV. Diagnosa Keperawatan

1. Hipotermia berhubungan dengan gangguan termoregulasi.

2. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan reflek menghisap yang lemah.

INTERVENSI

No Data Diagnosa

Keperawatan

Intervensi

1. DS : -

DO :

- KU lemah

- Suhu 36,4 oC

- RR : 50x/menit

- HR : 130

x/menit

- Sianosis (-)

- Akral dingin,

kering, merah

- Suhu ruangan

260C

Hipotermia

berhubungan

dengan

gangguan

termoregulasi

Tujuan:

Hipotermi hilang dalam 1x2jam

Kriteria Hasil:

-Suhu 36,5-37,50C

-Akral hangat, kulit kering, merah

-HR 140-160x/mnt

-Suhu ruangan

BB 1500-2000 : 28-300C, BB > 2000 : 26-280C

-Suhu inkubator

BB < 1500 : 350C (1-10 hari)

BB 1500 - 2000 : 340C (1-10 hari)

BB 2100-2500 : 340C (1-2 hari), 330C (3hari-3minggu)

BB > 2500 : 330C (1-2 hari), 320C (>2hari)

Intervensi:

1. Observasi suhu tiap 2 jam.

r/ hipotermi cenderung membuat bayi stress karena dingin

2. Hangatkan bayi dengan memberi lampu pemanas ekstra

di box bayi

r/ membantu mempertahankan lingkungan termonetral

3. Tutup kepala bayi dengan topi atau kain.

r/ kepala bayi merupakan permukaan terluas yang bisa

mengeluarkan panas bayi.

4. Perhatikan perkembangan nadi, akral, nafas.

r/ Hipotermia dapat meningkatkan laju metabolisme

kebutuhan oksigen, glukosa, dan kehilangan air

5. Observasi suhu ruangan

r/ Suhu ruangan mempengaruhi terjadinya hipotermi.

2. DS : -

DO :

Antropomentri

- BBL : 2100

gram

- BB sekarang :

2100 gram

Biokimia

- Pemeriksaan

Lab belum

dilakukan

Klinis

- Konjuctiva

merah muda, crt <

2 detik, turgor

elastis, reflek

menghisap dan

menelan lemah,

bising usus (+)

Diet

- PASI (+) 8x21

cc, BAB/BAK (-),

muntah (-), retensi

Resiko

gangguan

nutrisi

berhubungan

dengan reflek

menghisap yang

lemah

Tujuan:

Nutrisi tubuh terpenuhi dalam 3x24 jam

Kriteria Hasil:

Antropometri

- Berat badan meningkat/tetap

Biokimia

-Glukosa: 40-121 mg/dl

-WBC : 3,40 – 5,00 x 103/uL

-Hgb : 11,00 – 18,00 g/dl

-Albumin : 3,4 – 50 gr/dl

Klinis

-Tidak anemis, conjunctiva merah muda

-CRT < 2 detik, turgor elastis

-Reflek hisap dan menelan baik

Diet

-Diet habis, dan cairan yang diprogramkan masuk sesuai

jadwal, Muntah (-), retensi (-)

Intervensi :

1. Observasi intake dan output.

r/ memberikan informasi tentang masukan dalam hubungan

perkiraan kebutuhan untuk penyesuaian diet.

2. Pasang sonde pada bayi

r/ mempermudah pemberian nutrisi, mengontrol intake dan

(-) retensi lambung

3. Pantau pemberian nutrisi sesuai jadwal

r/ mencegah hipoglikemi serta dehidrasi dengan

pemenuhan nutrisi yang baik

4. Timbang BB setiap hari

r/ mengidentifikasi adanya resiko terhadap pola

pertumbuhan

5. Lakukan pemeriksaan laboratorium GDA, DL, Albumin.

r/ dilakukan untuk memantau kondisi biokimia bayi

6. Observasi tanda-tanda klinis bayi anemis, crt, reflek

menelan dan menghisap, serta turgor kulit.

r/ memantau perkembangan kondisi bayi

7. Observasi pemberian ASI/PASI sesuai jadwal, retensi,

muntah, BAB dan BAK.

r/ memantau pemenuhan nutrisi bayi.

IMPLEMENTASI

No Diagnosa

Keperawatan

Implementasi Evaluasi

1. Hipotermia

berhubungan

dengan gangguan

termoregulasi

Tgl 21-11-2012 Pkl 22.00

1. Mengobservasi suhu

2. Memberi lampu pemanas ekstra.

3. Menutup kepala bayi dengan kain.

4. Memperhatikan perkembangan nadi,

akral, nafas.

5. Mengobservasi suhu ruangan/infant

warmer

Tgl 21-11-2012 Pukul 24.00

S = -

O =

- RR = 48x/menit

- HR = 138x/menit

- Suhu: 36,4o C

- Akral dingin, kering, merah

- Cyanosis (-)

- Suhu ruangan 26o C

A = Masalah teratasi sebagian

P = Lanjutkan intervensi 1-4

Tgl 22-11-2012 Pukul 02.00

S = -

O =

- RR = 50x/menit

- HR = 140x/menit

- Suhu: 36,2o C

- Akral dingin, kering, merah

- Cyanosis (-)

- Suhu ruangan 26o C

A = Masalah teratasi sebagian

P = Lanjutkan intervensi 1-4

I = Bayi pindah ke infant

warmer ruang mawar.

Tgl 22-11-2012 Pukul 04.00

S = -

O =

- RR = 48x/menit

- HR = 130x/menit

- Suhu: 36,8o C

- Akral hangat, kering, merah

- Cyanosis (-)

- Suhu Infant Warmer 36o C

A = masalah teratasi

P = Pertahankan intervensi 1-4

2. Resiko gangguan

nutrisi

berhubungan

dengan reflek

menghisap yang

lemah.

Tgl 21-11-2012 Pkl 23.00

1. Mengobservasi intake dan output

2. Memasang sonde pada bayi

3. Memantau pemberian nutrisi sesuai

jadwal

4. Menimbang BB setiap hari

5. Melakukan pemeriksaan laboratorium

Tgl 21-11-2012 Pukul 24.00

S = -

O =

Antropomentri

- BBL = 2100 gr

- BB sekarang : 2100 gram

Biokimia

GDA, DL, Albumin.

6. Mengobservasi anemis, crt, reflek

menelan menghisap, serta turgor kulit.

7. Mengobservasi pemberian ASI/PASI

sesuai jadwal, retensi, muntah, BAB

BAK.

- Pemeriksaan Lab belum

dilakukan

Klinis

- Konjuctiva merah muda

- crt < 2 detik, turgor elastis

- reflek menghisap dan menelan

lemah, bising usus (+)

Diet

- PASI (+) personde 21 cc,

muntah (-) BAB(-) BAK(-),

retensi(-)

A = resiko tidak terjadi

P = Lanjutkan intervensi 1-4

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan

22-11-2012 Hipotermia

berhubungan

dengan

gangguan

termoregulasi

Tgl 22-11-2012 Pukul 22.00

S = -

O =

- RR = 52x/menit

- HR = 140x/menit

- Suhu: 36,2o C

- Akral dingin, kering, merah

- Cyanosis (-)

- Suhu infarm warmer 36o C

A = masalah sebagian teratasi

P = Lanjutkan intervensi 1-4

I = Bayi pindah ke inkubator

Tgl 22-11-2012 Pukul 24.00

S = -

O =

- RR = 48x/menit

- HR = 130x/menit

- Suhu: 36,8o C

- Akral hangat, kering, merah

- Cyanosis (-)

- Suhu Inkubator 34o C

A = masalah teratasi

P = Pertahankan intervensi 1-4

Resiko

gangguan

nutrisi

berhubungan

dengan reflek

menghisap

yang lemah.

Tgl 22-11-2012 Pukul 23.00

S = -

O =

Antropomentri

- BBL = 2100 gr

- BB sekarang : 2100 gram

Biokimia

- GDA pukul 18.00 = 61 mg/kL (rekam medik)

Klinis

- Konjuctiva merah muda

- crt < 2 detik, turgor elastis

- reflek menghisap dan menelan lemah, bising usus (+)

Diet

- PASI (+) personde 21 cc, muntah (-), BAB(+) BAK(+),

retensi(-)

A = resiko tidak terjadi

P = Pertahankan intervensi 1-4

23-11-2012 Hipotermia

berhubungan

dengan

gangguan

termoregulasi

Tgl 23-11-2012 Pukul 05.00

S = -

O =

- RR = 46x/menit

- HR = 130x/menit

- Suhu: 36,8o C

- Akral hangat, kering, merah

- Cyanosis (-)

- Suhu Inkubator 34o C

A = masalah teratasi

P = Pertahankan intervensi 1-4

Resiko

gangguan

nutrisi

berhubungan

dengan reflek

menghisap

yang lemah.

Tgl 23-11-2012 Pukul 06.00

S = -

O =

Antropomentri

- BBL = 2100 gr

- BB sekarang : 2100 gram

Biokimia

- GDA pukul 18.00 = 61 mg/kL (rekam medik)

Klinis

- Konjuctiva merah muda

- crt < 2 detik, turgor elastis

- reflek menghisap dan menelan lemah, bising usus (+)

Diet

- PASI (+) personde 21 cc, muntah (-), BAB(+) BAK(+),

retensi(-)

A = resiko tidak terjadi

P = Pertahankan intervensi 1-4

25-11-2012 Hipotermia

berhubungan

dengan

gangguan

termoregulasi

Tgl 25-11-2012 Pukul 11.30

S = -

O =

- RR = 52x/menit

- HR = 130x/menit

- Suhu: 37o C

- Akral hangat, kering, merah

- Cyanosis (-)

- Suhu Inkubator 34o C

A = masalah teratasi

P = Intervensi dilanjutkan di Ruang Bayi

I = Bayi pindah ke ruang bayi

Resiko

gangguan

nutrisi

berhubungan

dengan reflek

menghisap

yang lemah.

Tgl 25-11-2012 Pukul 12.00

S = -

O =

Antropometri

- BBL : 2100 gram

- BB sekarang = 2150 gr

Biokimia

- GDA tgl 25-11-2012 pukul 06.30 = 74 mg/dl (rekam medik)

Clinis

- Konjuctiva merah muda

- crt < 2 detik, turgor elastis

- reflek menghisap dan menelan lemah, bising usus (+)

Diet

- PASI (+) personde 21 cc, muntah (-), BAB(-) BAK(-), retensi(-)

A = masalah teratasi

P = Intervensi dilanjutkan di Ruang Bayi

I = Bayi pindah ke ruang bayi