NICU Timur - BBLR & Asfiksia

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN KASUSBBLR DAN ASFIKSIA NEONATORUM

OLEHArenta Mantasari H1A008009

Pembimbing: dr. H. Tatang A. Hidayat , SpA

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYABAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKRUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM2013

BAB 1LAPORAN KASUS

1.1 Identitas PasienNama: By. Ny. SJenis kelamin: Laki-lakiUmur: 0 hariTempat, tanggal lahir: Mataram, 07 Oktober 2013Alamat: Tanjung Kabupaten Lombok UtaraTanggal MRS: 07 Oktober 2013Tanggal pemeriksaan: 07 Oktober 2013Diagnosis masuk:BBLR + Asfiksia sedang + HipotermiNo. RM: 523971

1.2 Identitas KeluargaIdentitas IbuAyah

NamaNy. SunaahTn. Mashur

Umur35 tahun35 tahun

PendidikanSDSD

PekerjaanPetaniPetani

AlamatTanjung - KLUTanjung - KLU

1.3 Anamnesis (Heteroanamnesis) Keluhan utama: Tidak langsung menangis saat lahir

Riwayat penyakit sekarang:Pasien kiriman ruang bersalin RSUP NTB, dikeluhkan tidak langsung menangis saat lahir. Pasien baru menangis setelah dirangsang, namun kemudian tangisan tertahan (merintih). Kulit pasien nampak kemerahan, namun ujung-ujung tangan dan kaki terlihat kebiruan. Warna kebiruan baru menghilang setelah pasien diberi O2 di ruang NICU. Dari pemeriksaan awal di ruang bersalin didapatkan denyut jantung lebih dari 100 kali, suara napas simetris kiri dan kanan, dangkal, tidak teratur, serta nampak tarikan minimal pada dinding dada pasien saat menarik napas. Bayi nampak lemah saat lahir dan tidak bergerak aktif. Suhu tubuh dibawah normal.Pasien belum mendapat ASI segera setelah lahir. BAB (+), 1x, warna hitam kehijauan, konsistensi lunak. BAK (+), 1x di ruang NICU, warna kuning jernih.

Riwayat kehamilan iniIbu pasien berusia 35 tahun saat mengandung pasien dan ini merupakan kehamilan keempat ibu (kehamilan pertama dari suami kedua). Selama hamil, ibu pasien memeriksakan kehamilannya di Polindes sebanyak + 5 kali, dan 2 kali di RSUD Tanjung. Ibu pernah disarankan untuk melakukan pemeriksaan USG di Mataram karena ada kemungkinan bayi besar, namun pemeriksaan tidak dilakukan dengan alasan saat itu ibu menderita anemia dan tidak boleh bepergian jauh. Selama hamil ibu tidak pernah muntah berlebihan ataupun sakit berat, riwayat konsumsi obat-obatan selama hamil disangkal. Riwayat hipertensi selama kehamilan disangkal. Konsumsi pil penambah darah (+) hingga menjelang persalinan. HPHT ibu tanggal 5 Februari 2013, dan usia kehamilannya saat melahirkan pasien adalah 36-37 minggu.

Riwayat persalinan saat iniIbu pasien mengatakan ia mulai terasa mulas-mulas sekitar tanggal 05 Oktober 2013, dan setelah memeriksakan diri ia disarankan oleh petugas dari RSUD Tanjung untuk melahirkan di Mataram karena kemungkinan bayi besar. Ibu berangkat sendiri menggunakan motor (ojek) sehari setelah ke RSUD Tanjung, dan ibu langsung rawat inap di RSUP NTB. Dari hasil pemeriksaan di RSUP dikatakan ibu kemungkinan hamil bayi kembar.Ibu merasa kehamilannya sudah cukup bulan. Bayi lahir di ruang bersalin RSUP NTB, ditolong bidan pada tanggal 07 Oktober 2013 sekitar pukul 09.24 WITA. Bayi lahir kembar (lahir kedua). Berat lahir saudara kembar 2100 gram, sedangkan berat lahir pasien 2250 gram dan panjang badan 49 cm. Pasien lahir letak kepala, tidak langsung menangis, tampak lemah dan keluarga pasien mengeluh warna kulit kebiruan pada pasien. Riwayat air ketuban kehijauan atau keruh (-).

Riwayat imunisasiPasien belum mendapatkan imunisasi.1.4 Pemeriksaan Fisik Status generalisKeadaan umum: lemahKesadaran: soporAktivitas: menurunWarna kulit:tubuh merah muda, sianosis perifer menghilang dengan pemasangan O2 nasal kanul 1 lpmCRT: < 3 detikSpO2: 92% (terpasang O2 1 lpm)GDS: 102 mg/dLSkor Down: 3 tidak ada distress pernapasanBallad Score:30 (setara dengan usia kehamilan 36 minggu)

Tanda vitalHR: 150 x/menit, teraturRR: 52 x/menit, teratur, tipe abdominotorakalSuhu: 36,3 oC

Penilaian pertumbuhanBerat badan sekarang:2250 grPanjang badan:49 cmLingkar kepala:31 cmLingkar lengan atas: 10 cm

Pemeriksaan fisik umum1. KepalaNormocephali, simetris, ubun-ubun besar terbuka, teraba datar, massa (-). 2. WajahMata:Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor.Telinga:Bentuk dalam batas normal, elastisitas baik (kembali baik).Hidung:Bentuk dalam batas normal, deformitas (-), napas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (-/-).Mulut:Sianosis sentral (-), mukosa bibir basah (+), refleks menghisap (+) lemah, kelainan kongenital (-). 3. LeherKaku kuduk (-). Pembesaran KGB (-).4. ThoraksInspeksi:Pergerakan dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+) minimal pada subkosta, pergerakan napas teratur (+)Palpasi:Gerakan dinding dada simetris, krepitasi (-), ictus cordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra.Perkusi:sde Auskultasi Cor:S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-). Pulmo: bronkovesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-), stridor (-)5. AbdomenInspeksi: Distensi (-)Auskultasi: Bising usus (+) dbnPerkusi: Timpani (+) di seluruh lapang abdomenPalpasi: Turgor kulit normal, massa (-), hepar-lien-renal tidak teraba6. Umbilicus: tampak basah, warna putih, hematom (-), edema (-), perdarahan (-), hernia umbilicalis (-)7. Genitalia: testis belum turun ke skrotum dextra et sinistra.8. Anus: (+)9. Ekstremitas: Atas:akral hangat (+/+), pucat (+/+), sianosis (-/-).Bawah:akral hangat (+/+), pucat (+/+), sianosis (-/-).10. Tulang belakang: dalam batas normal

1.5 Pemeriksaan penunjang (tanggal 09/10/2013) Darah lengkapHb: 18.3 g/dLRBC: 5.03 x 106/uLHct: 53%MCV: 105.4 fLMCH: 36.4 PgWBC: 14.16 x 103/uLPlt: 241 x 103/uL Golongan darah B/Rh (+)

1.6 ResumePasien laki-laki, usia 0 hari, lahir cukup bulan (36-37 minggu), ditolong bidan di ruang bersalin RSUP NTB dengan kehamilan gemeli, berat lahir 2250 gram (berat lahir saudara kembar 2100 gram), Apgar Score 6-8. Ini merupakan kehamilan keempat ibu pasien, di usia 35 tahun, dan selama kehamilan ibu mengalami anemia, hipertensi disangkal. Saat tiba di NICU bayi nampak sianosis perifer, gerak lemah, merintih (+), HR 150 kali/menit, RR 52 kali/menit ireguler, suhu 36,3oC. Normocephali (LK = 31 cm), anemis (-), ikterik (-), retraksi (+) minimal di subkosta. Cor, pulmo dan abdomen dalam batas normal. Akral hangat, CRT < 3 detik. GDS stik 102 mg/dL.

1.7 DiagnosisBayi Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan + BBLR + Asfiksia Sedang + Hipotermia

1.8 Rencana terapi Jaga kehangatan, Rawat di inkubator Observasi kondisi umum dan vital sign Pengawasan jalan napas bersih dan terbuka Pemberian O2 nasal kanul 1 lpm Kebutuhan cairan hari pertama 80cc/kgBB/24 jam = 180 cc Enteral pasien dipuasakan Parenteral D10% = 7,5 tpm mikro (GIR = 5,5mg/kg/menit) Inj. Ampicillin 2 x 100 mg Inj. Gentamicin 1 x 4 mg Inj. Aminophilin 2 x 5 mg Pasang OGT puasa 12 jam

1.9 Pemeriksaan Saturasi oksigen Darah rutin dan gula darah sewaktu1.10 Follow-upHari/ tglSOAP

Selasa,8/10/2013

Sesak (+) Kejang (-) Demam (-) Menangis (+) lemah Gerak (+) kurang aktif

KU : lemah Kesadaran : sopor RR: 47 x/mnt HR: 144 x/mnt T : 36,7oC SpO2: 94% GDS : 154 mg% BB: 2230 gr Bibir: sianosis (-) Retraksi subcostal & intercostal (+) minimal Akral hangat (+) BKB-SMK BBLR Riwayat asfiksia sedang O2 1 lpm Puasa Infus D10% 9 tpm (GIR = 6.72) Inj. Ampicillin 2x100 mg Inj. Gentamicin 1x4 mg Inj. Aminophilin 2x5 mg

Rabu, 9/10/2013

Sesak (+) Kejang (-) Demam (-) Menangis (+) lemah Gerak (+) aktif

KU : sedang Kesadaran : waspada RR: 64 x/mnt HR: 144 x/mnt T : 37.7oC SpO2: 96% GDS : 129 mg% BB : 2150 gram Bibir: sianosis (-) Retraksi subcostal (+) minimal Akral hangat (+) Reflex hisap (+) lemah BKB-SMK BBLR Riwayat asfiksia sedang Hipertermia

Matikan inkubator + pantau suhu (jaga kehangatan 36.5 37.5oC) O2 1 lpm Puasa Infus D10% 236 cc/24jam 10 tpm (GIR = 7.75) Inj. Ampicillin 2x100 mg Inj. Gentamicin 1x4 mg Inj. Aminophilin 2x5 mg

Kamis, 10/10/2013 Sesak (+) Kejang (-) Demam (-) Menangis (+) kuat Gerak (+) aktif

KU : sedang Kesadaran : waspada RR: 52 x/mnt HR: 120 x/mnt T : 37.5oC SpO2: 94% GDS : 173 mg% BB : 2090 gram Bibir: sianosis (-) Ikterik (+) Kramer I Retraksi subcostal (+) minimal Akral hangat (+) Refleks hisap kuat BKB-SMK BBLR Riwayat asfiksia sedang Ikterus neonatorum (breastfeeding jaundice)

O2 stop Keb. Cairan 271.7 cc/24 jam ASI/PASI 12x10 cc Infus D10% 151.7 cc/24jam 6.32 tpm (GIR = 5.05) Inj. Ampicillin 2x100 mg Inj. Gentamicin 1x4 mg Inj. Aminophilin 2x5 mg

Jumat, 11/10/2013 Sesak (+) berkurang Kejang (-) Demam (-) Menangis (+) kuat Gerak (+) aktif Menyusu baik, langsung dari ibu

KU : sedang Kesadaran : waspada RR: 52 x/mnt HR: 160 x/mnt T : 38.2oC SpO2: 92% Bibir: sianosis (-) Ikterik (-) Retraksi subcostal (+) minimal Akral hangat (+) BKB-SMK BBLR Riwayat asfiksia sedang

Boleh pulang dengan KIE tentang : Perawatan metode kanguru & jaga kehangatan bayi Cara pemberian ASI yang benar, serta berikan bergiliran pada masing-masing payudara. Bila dirasa kurang atau kesulitan, bisa dengan ASI peras. Pemberian ASI sesuai dengan keinginan bayi, 8 10 kali atau lebih dalam sehari. Biarkan tali pusar mengering, jangan diberi obat atau ramuan, jaga agar tidak basah

BAB 2DAFTAR MASALAH

Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah: 1. BBLR2. Asfiksia neonatorum3. Hipotermi

BAB 3ANALISIS KASUS

3.1 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata berat bayi normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Penenutuan umur kehamilan bisa dilakukan mulai dari antenatal sampai setelah persalinan. Pada masa antenatal ditentukan dengan cara sederhana yaitu dengan menghitung HPHT dan kejadian-kejadian selama hamil yang penting. Grafik pertumbuhan terhadap usia kehamilan digunakan untuk menentukan apakah berat badan lahir bayi sesuai untuk usia kehamilan atau tidak.1Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat dikelompokkan menjadi: sesuai masa kehamilan (SMK), kecil masa kehamilan (KMK) dan besar masa kehamilan (BMK). Dengan cara yang sama berdasarkan umur kehamilan saja bayi-bayi dapat digolongkan menjadi bayi kurang bulan, cukup bulan atau lebih bulan.1

KlasifikasiKlasifikasi menurut berat lahir yaitu:11. Berat badan lahir rendahBayi yang lahir dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.2. Berat badan lahir cukup/ normalBayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500 4000 gram3. Berat badan lahir lebihBayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram

Klasifikasi menurut masa gestasi atau kehamilan yaitu:11. Bayi Kurang BulanBayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu ( 42 minggu (294 hari)

Bayi kecil untuk masa kehamilan disebut jauga small for gestational age/SGAMerupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir ( 10 persentil menurut grafik Lubchenco.

KLASIFIKASI BBLRBayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :a. Prematuritas murniAdalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.b. DismaturitasAdalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.

EPIDEMIOLOGIPrevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.

ETIOLOGIPenyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (1) Faktor ibua. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lainb. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < atau >d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.(2) Faktor JaninPrematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.(3) Faktor LingkunganYang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.

MASALAHMasalah lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR dibandingkan dengan bayi cukup bulan dan bayi berat badan lahir normal. Masalahnya diantaranya sebagai berikut:1. Ketidakstabilan suhuBKB memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat: Peningkatan hilangnya panas Kurangnya lemak subkutan Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan yang besar Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan ketidakmampuan untuk menggigilMekanisme kehilangan panas pada bayi antara lain dengan : Evaporasi, kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Konveksi, kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Radiasi, kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Konduksi, kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

2. Kesulitan pernapasan Defisiensi sulfaktan paru yang mengarah ke PMH (penyakit membran hialin) Risiko aspirasi akibat belum terkordinirnya refleks batuk, refleks hisap dan refleks menelan Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang lemah Pernapasan yang periodik dan apnea3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu Motalitas usus yang menurun Pengosongan lambung tertunda Pencernaan dan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak kurang Defisiensi enzim laktase pada brush burder usus Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh Meningkatnya risiko EKN (Enterokolitis nekritikans)4. Imaturitas hati Konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K5. Imaturitas ginjal Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolik Ketidakstabilan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia, hiperkalemia atau glikosuria ginjal6. Imaturitas imunologisRisiko infeksi tinggi akibat: Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke-3 Fagositosis terganggu Penurunan faktor komplemen7. Kelainan kardiovaskular Patent ductus arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada bayi BKB Hipotensi atau hipertensi8. Kelainan hematologis Anemia (onset dini atau lanjut) Hiperbilirubinemia disseminated intravaskular coagulation (DIC) Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)9. Metabolisme Hipokalsemia Hipoglikemia atau hiperglikemia

DiagnosisMenegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1) AnamnesisRiwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR : Umur ibu Riwayat hari pertama haid terakir Riwayat persalinan sebelumnya Paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil Aktivitas Penyakit yang diderita selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil2) Pemeriksaan FisikYang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain : Berat badan 34 minggu dapat disusukan langsung kepada ibunya karena refleks menghisap dan menelannya sudah cukup baik.1Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama : Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :a. Berat lahir 1750 2499 gramBayi dengan berat lahir > 2250 gram umumnya cukup kuat untuk mulai minum sesudah dilahirkan. Jaga bayi tetap hangat dan kontrol infeksi, tidak ada perwatan khusus.2Sebagian bayi dengan berat badan lahir 1750-2250 gram mungkin perlu perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum dan kehangatan, terutama jika kontakkulit ke kulit dapat dijaga.2Mulailah pemberian ASI dalam 1 jam sesudah kelahiran. Kebanyakan bayi mampu menghisap. Bayi yang dapat menghisap harus diberi ASI. Bayi yang tidak bisa menyusu harus diberi ASI perah dengan cangkir atau sendok. Ketika bayi menghisap dari puting dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi pemberian ASI melalui sendok.2Periksa bayi serkurangnya dua kali sehari untuk menilai kemampuan minum, asupan cairan, adanya suatu tanda bahaya, atau tanda-tanda adanya infeksi bakteri berat. Jika terdapat salah satu tanda ini, lakukan pemantauan ketat di tempat perawatan bayi baru lahir seperti dilakukan pada berat bayi sangat rendah (BBLSR).2Risiko merawat anak di rumah sakit (misalnya mendapat infeksi nosokomial), harus seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari perawatan yang lebih baik.b. Berat lahir kurang dari 1750 gramBayi-bayi ini berisiko untuk hipotermia, apnu, hipoksemia, sepsis, intoleransi minum dan enterokolitis nekrotikan. Semakin kecil bayi semakin tinggi risiko. Semua Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) harus dikirim ke Perawatan Khusus atau Unit Neonatal. 2Tanda kecukupan pemberian ASI: BAK minimal 6 kali/ 24 jam. Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI. BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari. Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes dari payudara yg lain.

OksigenBeri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah satu tanda hipoksemia.2Suhu Lakukanlah perawatan kulit-ke-kulit di antara kedua payudara ibu atau beri pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib jika staf telah berpengalaman dalam menggunakannya. Jika tidak ada penghangat bertenaga listrik, botol air panas yang dibungkus dengan handuk bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti tubuh sekitar 36.5 37.50 C dengan kaki tetap hangat dan berwarna kemerahan.2 Cairan dan pemberian minum Jika mungkin berikan cairan IV 60 mL/kg/hari selama hari pertama kehidupan. Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette: dengan 60 tetes = 1 mL sehingga, 1 tetes per menit = 1 mL per jam. Jika bayi sehat dan aktif, beri 2-4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa lambung, tergantung berat badan bayi.2 Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi sinar memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa. Lakukan perawatan hati-hati agar pemberian cairan IV dapat akurat karena kelebihan cairan dapat berakibat fatal.2 Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian minum enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnu, letargi atau kejang. Bayi mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.2 Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2, pada bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum dimulai jika perut tidak distensi dan lembut, terdapat bising usus, telah keluar mekonium dan tidak terdapat apnu.2 Gunakan tabel minum.2 Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya.2 Jika toleransi minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari.2 Pemberian susu dimulai dengan 2-4 mL setiap 1-2 jam melalui pipa lambung. Beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan cangkir dan sendok atau pipet steril. Gunakan hanya ASI jika mungkin. Jika volume 2-4 mL dapat diterima tanpa muntah, distensi perut atau retensi lambung lebih dari setengah yang diminum, volume dapat ditingkatkan sebanyak 1-2 mL per minum setiap hari. Kurangi atau hentikan minum jika terdapat tanda-tanda toleransi yang buruk. Jika target pemberian minum dapat dicapai dalam 5-7 hari pertama, tetesan IV dapat ilepas untuk menghindari infeksi.2 Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga 150-180 mL/kg/hari (minum 19-23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan 28-34 mL untuk bayi 1.5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung kembali volume minum berdasarkan berat badan terakhir.2

Antibiotika dan Sepsis Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit atau dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil (mendekati 1 kg) .2 Jika terdapat salah satu TANDA BAHAYA atau tanda lain infeksi bakteri berat mulailah pemberian antibioti.2Apnu.2 Amati bayi secara ketat terhadap periode apnu dan bila perlu rangsang pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan resusitasi dengan balon dan sungkup. Jika bayi mengalami episode apnu lebih dari sekali dan atau sampai membutuhkan resusitasi berikan sitrat kafein atau aminofilin. Kafein lebih dipilih jika tersedia. Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg/ kg oral atau IV (berikan secara lambat selama 30 menit). Dosis rumatan sesuai anjuran (lihat halaman 79). Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg secara oral atau IV selama 15-30 menit (halaman 76). Dosis rumatan sesuai anjuran. Jika monitor apnu tersedia, maka alat ini harus digunakan.

Pemulangan dan pemantauan BBLRBBLR dapat dipulangkan apabila : 2 Tidak terdapat TANDA BAHAYA atau tanda infeksi berat. Berat badan bertambah hanya dengan ASI. Suhu tubuh bertahan pada kisaran normal (36-370C) dengan pakaian terbuka. Ibu yakin dan mampu merawatnya. BBLR harus diberi semua vaksin yang dijadwalkan pada saat lahir dan jika ada dosis kedua pada saat akan dipulangkan.

Konseling pada saat BBLR pulang Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai : 2 Pemberian ASI eksklusif Menjaga bayi tetap hangat Tanda bahaya untuk mencari pertolongan Timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu hingga berat badan bayi mencapai 2.5 kg.

Pemantauan (Monitoring)1) Pemantauan saat dirawata. Terapi Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang Pantau berat badan bayi secara periodik Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir 15 detik) Frekuensi napas > 60 kali/menit Merintih Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat Sianosis sentral.

TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya: Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda mengalami sianosis atau distres pernapasan berat. Beri VTP dengan balon dan sungkup, dengan oksigen 100% (atau udara ruangan jika oksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat (< 20 kali/menit). Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika glukosa < 45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10% (2 ml/kg BB) IV selama 5 menit, diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat akses IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung. Beri fenobarbital jika terjadi kejang Atasi kejang dengan fenobarbital 20 mg/kgBB IV dalam waktu 5 menit. Jika kejang tidak berhenti tambahkan fenobarbital 10 mg/kgBB sampai maksimal 40 mg/kgBB. Bila kejang berlanjut, berikan fenitoin 20 mg/kgBB IV dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit. Pengobatan rumatan:Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara IV atau per oral. Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari, dosis terbagi dua atau tiga secara IV atau per oral.

Cara menghangatkan bayiCaraPetunjuk penggunaan

Kontak kulit Untuk semua bayi Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.

KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan 100x/ menit, tonus otot kurang baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.3. Severe asphyxia (asfiksia berat) berat skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x/ menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.Asfiksia berat dengan henti jantung, dimaksudkan dengan henti jantung adalah keadaan : Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

PENATALAKSANAAN ASFIKSIA NEONATORUMPada kasus asfiksia ringan bayi dapat terkejut atau sangat waspada dengan peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama 24-48 jam sebelum sembuh secara spontan. Pada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan pemberian makan. Bayi dapat mengalami episode apnia kadang-kadang dan atau konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu, tetapi masalah perkembangan saraf mungkin ada. Pada kasus asfiksia berat bayi dapat terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa hari dan episode apnia yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik selama beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali. Jika bayi ini dapat bertahan hidup mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen.6 Jika asfiksia ringanJika bayi tidak mendapat oksigen maka bayi mulai menyusui. Jika bayi mendapat oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan metode pemberian makan alternatif. 6 Jika asfiksia sedang atau beratPasang selang IV dan berikan hanya cairan IV selama 12 jam pertama. Batasi volume cairan sampai 60 ml/ Kg BB selama hari pertama dan pantau urin. Jika bayi berkemih kurang dari 6 kali/ hari atau tidak menghasilkan urin jangan meningkatkan volume cairan pada hari berikutnya, ketika jumlah urin mulai meningkat tingkatkan volume cairan IV harian sesuai dengan kemajuan volume cairan. Tanpa memperhatikan usia bayi yaitu untuk bayi yang berusia 4 hari, lanjutkan dari 60 ml/ Kg sampai 80 ml/ Kg sampai 100 ml/ Kg jangan langsung 120 ml/ Kg pada hari pertama. Ketika konvulsi terkendali dan bayi menunjukan tanda-tanda peningkatan respon. Ijinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif. Berikan perawatan berkelanjutan. 6

PENCEGAHAN Pencegahan Secara UmumPencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan kerjasama antar tenaga obstetri di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada persalinan. Setiap anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi persalinan yang dapat menyebabkan kesalahpahaman atau menyebabkan keterlambatan pada situasi gawat. Pada bayi dengan prematuritas, perlu diberikan kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru janin.Antisipasi Dini Perlunya Dilakukan Resusitasi pada Bayi yang Dicurigai Mengalami Depresi Pernapasan untuk Mencegah Morbiditas dan Mortilitas Lebih LanjutPada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba. Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung jawab pada perawatan bayi baru lahir. Tenaga tambahan akan diperlukan pada kasus-kasus yang memerlukan resusitasi yang lebih kompleks.Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga medis dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan menyiapkan peralatan resusitasi yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5. Jakarta: Perinasia; 2006.IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV).IDAI. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Bayi Lahir. Dalam: Buku Ajar Neonatologi. Jakarta:Badan Penerbit IDAI; 2008.h.103-125.IDAI. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. Dalam: Buku Ajar Neonatologi. Jakarta:Badan Penerbit IDAI; 2008.h.11-30World Health Organization. Basic Newborn Resuscitation: A Practical Guide-Revision. Geneva: World Health Organization; 1999. Diunduh dari: www.who.int/reproductive-health/publications/newborn_resus_citation/index.html.WHO. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. 2009. WHO: Jakarta

34