24
Nilai Keadilan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Kelompok 12: 1. Fenny Dwi Ayu Diah (03031181419019) 2. Irwanto Sanjaya (03031181419041) 3. M. Fakhrurrozi NST (03031181419057) 4. Vera Dona (03031381419115) Dosen Pengasuh: Ir. Hj. Maryanah Hamzah, MS. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 2014

Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Konsep Pancasila Sila Kelima (Nilai Keadilan) dalam konteks pengembangan ilmu.

Citation preview

Page 1: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Nilai Keadilan sebagai Dasar

Pengembangan Ilmu

Kelompok 12:

1. Fenny Dwi Ayu Diah (03031181419019)

2. Irwanto Sanjaya (03031181419041)

3. M. Fakhrurrozi NST (03031181419057)

4. Vera Dona (03031381419115)

Dosen Pengasuh:

Ir. Hj. Maryanah Hamzah, MS.

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Sriwijaya

2014

Page 2: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 2 dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur setinggi-tingginya kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, tak pilih kasih tak pandang sayang, dan yang kasih sayang-Nya tiada terbilang,

karena atas rahmat dan karunia-Nya jugalah sehingga penyusunan makalah ini dapat

diselesaikan. Sholawat serta salam tidak henti-hentinya kita haturkan atas junjungan kita nabi

besar Muhammad SAW, semoga di akhirat kelak kita dianugerahi shafaatnya.

Makalah dengan judul “Nilai Keadilan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu” ini

dibuat sebagai tugas mata kuliah Pancasila, yang mana materi makalah mencakup peranan

sila kelima Pancasila sebagai pilar pembangun kualitas pendidikan bangsa. Disamping itu,

study case juga diikutsertakan sebagai materi pendukung makalah guna melatih metode

berpikir kritis aktif, baik bagi kami para penulis maupun bagi para pembaca.

Akhir kata, kritik dan saran senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah

ini. Besar harapan kami jika makalah ini dapat memberi manfaat, yakni sebagai titik tolak

pembuka wawasan yang lebih luas, mengenai pengembangan ilmu melalui medium

Pancasila. Terima kasih.

Indralaya, 15 September 2014

Tim Penyusun

Page 3: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 3 dari 24

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ 2

Daftar Isi ........................................................................................................................... 3

Bab III Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3 Tujuan ............................................................................................................. 5

1.4 Manfaat ........................................................................................................... 5

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Keadilan ........................................................................................ 6

2.2 Nilai-Nilai dan Filsafat Keilmuan .................................................................... 8

2.2.1 Tiga Pilar Keilmuan ..................................................................... 8

2.2.2 Masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi .................................. 9

2.3 Nilai-Nilai Sila Kelima Pancasila dalam Konteks Pengembangan Ilmu ........ 10

2.4 Peranan Sila Kelima Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu .............. 13

2.5 Krisis Penerapan Pancasila ............................................................................. 14

Bab III Study Case ........................................................................................................... 16

Bab IV Penutup

4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 20

4.2 Saran ............................................................................................................... 20

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 21

Lampiran .......................................................................................................................... 22

Page 4: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 4 dari 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif

sederhana. Namun, sejak abad pertengahan, eksistensi ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan dan teori-teori baru terus

diinvensikan hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus berkembang.

Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan

sesuatu yang tidak mungkin menjadi hal yang mungkin. Dahulu, orang menganggap

menginjakkan kaki di bulan merupakan sesuatu yang mustahil, tetapi berkat kemajuan bidang

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil

mendarat di bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan

kaki di satelit bumi tersebut.

Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasawarsa

terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia

sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang

memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang

berlaku pada konteks global dan lokal. Selain itu, pada abad pengetahuan ini, diperlukan

masyarakat cendekia yang yang tidak enggan untuk belajar sepanjang hayat dengan standar

mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat

beragam dan canggih, sehingga diperlukan sumber nilai atau orientasi dasar yang disertai

dengan kemampuan dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi

situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.

Pancasila sebagai ideologi bangsa harus dapat dijadikan acuan yang mengakomodir dan

mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga setiap warga

negara dapat mengimbangi sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

Page 5: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 5 dari 24

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan yang dapat dirumuskan yakni

sebagai berikut.

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan ‘keadilan’?

1.2.2 Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam sila kelima Pancasila sebagai

dasar pengembangan ilmu?

1.2.3 Bagaimana peranan sila keadilan Pancasila dalam konteks peningkatan

standar keilmuan?

1.2.4 Krisis apa yang telah terbukti mengganggu kestabilan Pancasila sebagai

dasar pengembangan ilmu?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dengan dibuatnya makalah ini antara lain sebagai berikut.

1.3.1 Mengerti apa yang dimaksud dengan ‘keadilan’

1.3.2 Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima Pancasila sebagai

tolak ukur pengembangan imu

1.3.3 Menyadari peranan sila kelima Pancasila dalam artian Pancasila sebagai

peningkat standar keilmuan

1.3.4 Mengenal krisis yang telah mencederai kestabilan Pancasila sebagai dasar

pengembangan ilmu

1.4 Manfaat

Sebagai hasil pembuatan ini, para mahasiswa diharapkan dapat memperoleh manfaat

antara lain.

1.4.1 Memahami secara komprehensif akan apa yang dimaksud dengan sila kelima

Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu

1.4.2 Mampu mengaplikasikan sila kelima Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

sesuai dengan bidang ilmu masing-masing

1.4.3 Menyadari dan menghindari hal-hal yang dapat mencederai kestabilan butir

kelima sila Pancasila dalam konteks peningkatan kualitas ilmu

Page 6: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 6 dari 24

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keadilan

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral, mengenai sesuatu hal, baik

menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat

kepentingan yang besar. Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial,

sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran. Tapi, menurut kebanyakan teori,

keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil". Kebanyakan orang

percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan

politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan

variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari

keadilan dan realita ketidakadilan. Di samping itu, pada penerapanya, keadilan sendiri harus

sesuai proporsionalitas. Sebagai contoh, akan tidak adil apabila tiga anak dengan tinggi yang

berbeda diberikan satu kursi yang sama. Dengan demikian, keadilan haruslah media yang

meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil berarti tidak berat sebelah atau

tidak memihak atau sewenang-wenang. Selain itu, menurut para ahli, keadilan dibedakan

menjadi menurut Thomas Aquinas, Plato, Aristoteles, Kong Hu Cu, dan Notohamidjojo.

a. Menurut Thomas Aquinas, keadilan dibedakan menjadi dua kelompok:

1) Keadilan umum, yakni keadilan menurut hukum yang harus ditunaikan demi

kepentingan bersama.

2) Keadilan distributif, yakni keadilan berdasarkan kesamaan atau

proporsionalitas. Keadilan distributif kemudian dibagi menjadi tiga

kelompok:

Keadilan distributif (justitia distributiva) yaitu keadilan yang secara

proporsional yang diterapkan dalam lapangan hukum publik secara

umum.

Keadilan komutatif (justitia cummulativa) yaitu keadilan dengan

menyamakan antara prestasi dan kontraprestasi.

Page 7: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 7 dari 24

Keadilan vindikatif (justitia vindicativa) yaitu keadilan dalam hal

menjatuhkan hukuman atau ganti rugi dalam tindak pidana.

b. Menurut Plato, keadilan diumpamakan pada diri manusia sehingga yang dikatakan

adil adalah orang yang bisa mengendalikan diri dan perasaan dengan akalnya.

Menurutnya, keadilan hanya dapat ada di dalam hukum dan perundang-undangan

yang dibuat oleh para ahli yang khusus memikirkan hal itu. Untuk istilah keadilan ini,

Plato menggunakan bahasa Yunani ”Dikaiosune” yang berarti lebih luas, yaitu

mencakup moralitas individual dan social. Penjelasan tentang tema keadilan diberi

ilustrasi dengan pengalaman saudagar kaya bernama Cephalus. Saudagar ini

menekankan bahwa keuntungan besar akan didapat jika kita melakukan tindakan

tidak berbohong dan curang. Adil menyangkut relasi manusia dengan yang lain.

c. Aristoteles adalah seorang filosof pertama kali yang merumuskan arti keadilan.

Menurut Aristoteles, keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Dalam

tulisannya “Retorica”, Aristoteles menyatakan keadilan dibagi menjadi:

1) Keadilan distributif (justitia distributiva), yakni pembagian menurut hak atau

jasa individu. Keadilan ini berperan dalam hubungan antara individu dengan

masyarakat.

2) Keadilan kumulatif (justitia cummulativa), yakni pembagian berdasarkan

pada transaksi baik suka rela maupun tidak. Keadilan ini berperan dalam

hukum perdata, seperti perjanjian tukar-menukar.

d. Menurut Kong Hu Cu, keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai

ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajiabnnya.

e. Keadilan menurut Notohamidjojo (1973: 12) yaitu:

1) Keadilan kreatif (iustitia creativa) adalah keadilan yang memberikan setiap

orang kebebasan menciptakan sesuatu sesuai dengan daya kreativitasnya.

2) Keadilan protektif (iustitia protectiva) adalah keadilan yang memberikan

pengayoman kepada setiap orang, yaitu perlindungan yang diperlukan dalam

masyarakat.

Konsekuensi nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama antara

lain:

a. Keadilan kreatif (iustitia creativa) yakni keadilan yang memberikan setiap orang

kebebasan untuk berkarya sesuai dengan kemampuan atau talentanya

Page 8: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 8 dari 24

b. Keadilan protektif (iustitia protectiva) yakni keadilan yang memberikan perlindungan

kepada pribadi-pribadi dari tindakan sewenang-wenang pihak lain.

2.2 Nilai-Nilai dan Filsafat Keilmuan

Dalam perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari mekanisme keterbukaan

terhadap koreksi. Itulah sebabnya ilmuwan dituntut mencari alternatif-alternatif

pengembangannya melalui kajian, penelitian maupun eksperimen baik mengenai aspek

ontologism, epistemologis, ataupun ontologis. Ini dikarenakan setiap pengembangan ilmu,

paling tidak memeiliki validitas (validity) dan reliabilitas (reliability) dapat

dipertanggungjawabkan baik berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan (context of justification)

maupun berdasarkan sistem nilai masyarakat di mana ilmu itu diterapkan dan dikembangkan

(context of discovery).

Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar ontologi,

epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar filosofis keilmuan

yang berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif serta prerequisite atau

saling mempersyaratkan. Pengembangan ilmu juga selalu dihadapkan pada persoalan

ontologi, epistemologi dan aksiologi.

2.2.1 Tiga Pilar Keilmuan

a. Pilar Ontologi (Ontology)

Pilar ontologi adalah pilar yang selalu menyangkut problematika tentang keberadaan

(eksistensi) seperti:

1. Aspek kuantitas yakni apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme,

dualisme, pluralisme )

2. Aspek kualitas (mutu, sifat) yakni bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu

(mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).

Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi, dasar-

dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan multidisipliner.

Membantu pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan kemungkinan kombinasi

antar ilmu. Misalnya, masalah krisis moneter, tidak dapat hanya ditangani oleh ilmu ekonomi

Page 9: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 9 dari 24

saja. Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yang tidak mampu dijangkau oleh

ilmu ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain seperti politik dan sosiologi.

b. Pilar Epistemologi (Epistemology)

Pilar ini selalu menyangkut problematika teentang sumber pengetahuan, sumber

kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar

kebenaran, sistem, prosedur, strategi. Pengalaman epistemologis dapat memberikan

sumbangan bagi kita seperti:

1. Menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu atau sebagai sarana legitimasi bagi

ilmu

2. Memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu

3. Mengembangkan keterampilan proses

4. Mengembangkan daya kreatif dan inovatif

c. Pilar Aksiologi (Axiology)

Pilar aksiologi selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral,

religius) dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu. Pengalaman

aksiologis dapat memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu, mengembangkan etos

keilmuan seorang profesional dan ilmuwan. Landasan pengembangan ilmu secara imperatif

mengacu ketiga pilar filosofis keilmuan tersebut yang bersifat integratif dan prerequisite.

2.2.1 H

2.2.2 Masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a. Keserbamajemukan Ilmu Pengetahuan dan Persoalannya

Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia dewasa ini adalah

keserbamajemukan ilmu itu sendiri. Ilmu pengetahuan tidak lagi satu, kita tidak bisa

mengatakan inilah satu-satunya ilmu pengetahuan yang dapat mengatasi problem manusia

dewasa ini. Berbeda dengan ilmu pengetahuan masa lalu lebih menunjukkan keekaannya

daripada kebhinekaannya, seperti pada awal perkembangan ilmu pengetahuan berada dalam

kesatuan filsafat.

Proses perkembangan ini menarik perhatian karena justru bertentangan dengan

inspirasi tempat pengetahuan itu sendiri, yaitu keinginan manusia untuk mengadakan

Page 10: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 10 dari 24

kesatuan di dalam keserbamajemukan gejala-gejala di dunia kita ini. Karena yakin akan

kemungkinannya maka timbullah ilmu pengetahuan. Secara metodis dan sistematis manusia

mencari azas-azas sebagai dasar untuk memahami hubungan antara gejala-gejala yang satu

dengan yang lain sehingga bisa ditentukan adanya keanekaan di dalam kebhinekaannya.

Namun dalam perkembangannya ilmu pengetahuan berkembang ke arah keserbamajemukan

ilmu.

b. Penyebab Timbulnya Spesialisasi Bidang Ilmu

Makin meluasnya spesialisasi ilmu dikarenakan ilmu dalam perjalanannya selalu

mengembangkan macam metode, objek, dan tujuan. Perbedaan metode dan

pengembangannya itu perlu demi kemajuan tiap-tiap ilmu. Tidak mungkin metode dalam

ilmu alam dipakai memajukan ilmu psikologi. Kalau psikologi mau maju dan berkembang

harus mengembangkan metode, objek dan tujuannya sendiri. Spesialisasi ilmu memang harus

ada di dalam satu cabang ilmu, namun kesatuan dasar azas-azas universal harus diingat dalam

rangka spesialisasi. Spesialisasi ilmu membawa persoalan banyak bagi ilmuwan sendiri dan

masyarakat. Ada kalanya ilmu itu diterapkan dapat memberi manfaat bagi manusia, tetapi

bisa sebaliknya merugikan manusia. Spesialisasi di samping tuntutan kemajuan ilmu juga

dapat meringankan beban manusia untuk menguasai ilmu dan mencukupi kebutuhan hidup

manusia. Seseorang tidak mungkin menjadi generalis, yaitu menguasai dan memahami

semua ilmu pengetahuan yang ada.

2.3 Nilai-Nilai Sila Kelima Pancasila dalam Konteks Pengembangan Ilmu

Pancasila adalah Dasar Negara Kesatun Republik Indonesi yang proses lahirnya

menjadi sejarah yang tidak akan pernah terlupakan oleh bangsa Indonesia dan tentu saja tidak

terlepas dari peran para tokoh perjuangan bangsa yang telah melahirkan Pancasila sebagai

Dasar Negara. Pancasila merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa yang

kemudian sering disebut sebagai sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.

Pancasila berarti Lima Prinsip atau Lima Asas atau Lima Dasar atau Lima Sila.

Lima Sila tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,

Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Masing-

Page 11: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 11 dari 24

masing sila mengandung nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia untuk

mengamalkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada 36 butir

pengamalan Pancasila seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila) pada TAP MPR No. II/MPR/1978.

Menurut TAP MPR No. II/MPR/1978, Pancasila disebut Ekaprasetia Pancakarsa.

Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “tekad tunggal untuk

melaksanakan lima kehendak”. Namun kemudian, Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa) dalam TAP MPR No. II/MPR/1978 dinyatakan tidak

berlaku lagi setelah dikeluarkannya TAP MPR No. XVIII/MPR/1998. Dalam TAP MPR No.

XVIII/MPR/1998 ini terdapat 45 butir pengamalan Pancasila. Berikut ini Butir-Butir

Pengamalan Pancasila yang patut diamalkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan

bermasyarakat untuk Sila Kelima yakni Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:

1) Mengembangkan perbuatan luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan kegotong royongan

2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama

3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

4) Menghormati hak orang lain

5) Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri

6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap

orang lain

7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya

hidup mewah

8) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bertentangan dengan atau

merugikan kepentingan umum

9) Suka bekerja keras

10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan

kesejahteraan bersama

Sila Kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap manusia Indonesia

menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam

kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan perbuatannya luhur yang

mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu diperlukan

Page 12: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 12 dari 24

sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta

menghormati hak-hak orang lain.

Nilai-nilai keadilan haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam

hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan

kesejahteraan, mencerdaskan, dan melindungi seluruh warganya dan wilayahnya. Demikian

pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara negara sesama bangsa

didunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar

bangsa didunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa,

perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).

Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu negara

berkebangsaan, mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-

undangan. Dalam pengertian inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus

merupakan suatu negara yang berdasarkan atas hukum. Konsekuensi sebagai suatu negara

hukum yang berkeadilan sosial yakni negara Indonesia harus mengakui dan melindungi hak-

hak asasi manusia yang tercantum dalam tiga ayat Pasal 31 UUD 1945, yakni:

(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya.

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional

yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Nilai keadilan Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu haruslah diikuti:

a. Keseimbangan antarkepentingan individu dan masyarakat. Individualitas merupakan

landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi

b. Pengembangan berorientasi Pancasila

c. Pancasila yang terbuka namun kritis

Landasan nilai keadilan untuk pengembangan ilmu antara lain:

a. Objektif yaitu memandang masalah apa adanya, terlepas dari perasaan, keinginan,

emosi, sistem keyakinan.

Page 13: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 13 dari 24

b. Rasional yaitu menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh orang

lain.

c. Logis yaitu berfikir dengan menggunakan azas logika, konsisten, implikatif.

d. Metodologis yaitu cara khas berfikir dan bertindak (induktif, dekutif, sintesis,

hermeneutik, intuitif).

e. Sistematis yaitu tahapan langkah prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain.

Memiliki target dan arah tujuan yang jelas.

2.4 Peranan Sila Kelima Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Tujuan diikutsertakannya nilai keadilan dalam sila kelima Pancasila sebagai dasar

pengembangan ilmu antara lain:

a. Mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabat manusia.

b. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun terikat

nilai Pancasila.

Dalam implementasi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat

harus menjaga keseimbangan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam

hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia

lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam

lingkungannya.

Pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus sejauh

mungkin memenuhi kriteria ketepatgunaan dari berbagai segi antara lain:

a. Segi teknis dapat dilaksanakan

b. Segi sosial acceptable

c. Segi ekonomi dapat dipertanggungjawabkan

d. Segi ekologi tidak menurunkan kualitas hidup

Untuk aspek aksiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila sebagai metode berpikir, maka pemanfaatan dan efek pengembangan ilmu

pengetahuan secara positif tidak bertentangan dan bahkan mendukung dan memfasilitasi

idealisme Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila menjadi sumber motivasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi nasional dalam mencerdaskan bangsa yang mempunyai nilai-nilai Pancasila

Page 14: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 14 dari 24

tinggi serta menegakkan kemerdekaan secara utuh, berdaulat dan bermartabat nasional dalam

wujud negara Indonesia yang merdeka

Nilai-nilai Pancasila merupakan dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi karena nilai-nilai ini mendorong dan mendasari perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang baik dan terarah. Dengan nilai-nilai Pancasila tersebut, masyarakat perlu

menyadari bahwa untuk meningkatakan IPTEK di Indonesia, masyarakat hendaknya

memiliki dan memegang prinsip dan tekad yang kukuh serta berlandaskan pada nilai-nilai

Pancasila dimulai dari sejak dini.

2.5 Krisis Penerapan Pancasila

Dekonstruksi moral yang menjangkit para pelaku pendidikan adalah salah satu

amsal yang menyebabkan semrawutnya pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia.

Minimnya kesadaran dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan, pada

akhirnya mengubah prioritas dan fungsi pendidikan sebagai medium pencerdasan rakyat

menjadi lahan pasar modal. Lambat laun, kualitas pendidikan Indonesia semakin menurun.

Dalam indeks pembangungan Pendidikan Untuk Semua atau Education For All (EFA),

tercatat bahwa Indonesia selalu mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada tahun 2011

Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara dan merosot 4 posisi bila dibandingkan

dengan tahun 2010 yang berada pada posisi 65. Indeks yang dikeluarkan pada tahun 2011

oleh UNESCO ini lebih rendah bila dibandingkan dengan Brunei Darussalam (34), serta

terpaut empat peringkat dari Malaysia (65).

Berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Mulai dari masalah kualitas guru yang

masih rendah, kualitas kurikulum yang belum standar, kualitas infrastruktur yang belum

memadai hingga biaya pendidikan yang mahal. Kemunculan hasil observasi tersebut sejak

lama memang telah menjadi perbincangan publik. Namun tidak juga menemukan solusi

yang tepat. Dengan kata lain, kualitas fasilitas belajar masih rendah. Sebaliknya, angka

koruptor pendidikan kian meninggi. Indonesian Corruption Watch (ICW) menyatakan

sepanjang 2012, terjadi 40 kasus tindak korupsi, dengan perkiraan kerugian negara sebesar

Rp 138,97 miliar. Dari puluhan kasus itu, angka kasus korupsi terbesar terjadi di Dinas

Pendidikan sebanyak 20 kasus, dengan kerugian sebesar Rp 44,80 miliar. Kemudian di

perguruan tinggi sembilan kasus, sekolah delapan kasus, kanwil Kemenag dua kasus, dan

Page 15: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 15 dari 24

DPRD sebanyak satu kasus. Adapun jenis kasus korupsi yang terjadi didominasi oleh

kasus penggelapan dana senilai Rp 44,30 miliar. Kasus lainnya yaitu penyelewengan,

pungli, pengadaan dana fiktif dan mark up anggaran.

Kasus-kasus serupa kian menggurita. Dana APBN yang seharusnya disalurkan

untuk penyelenggaraan pendidikan berubah menjadi ladang pemasukan sejumlah kalangan.

Akhirnya, pendidikan yang semestinya menjadi hak setiap warga negara beralih menjadi

komoditi dagang. UUD 1945 khususnya Pasal 28 C Ayat (1) yang menyatakan, “Setiap

orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

memperoleh pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,

seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat

manusia.” Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 (pasca perubahan) juga merumuskan bahwa setiap

warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar, sedangkan pemerintah wajib

membiayainya. Pasal 31 ayat (3) dan (4) menegaskan bahwa pemerintah memiliki

kewajiban untuk mengusahakan penyelenggaraan pengajaran nasional dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memprioritaskan anggaran sekurang-kurangnya

20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Demikian pula ketentuan Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

menegaskan jaminan hak atas pendidikan. Serta pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terdapat penegasan bahwa negara — dalam hal

ini pemerintah — memiliki tanggung jawab memberikan biaya pendidikan dan/atau

bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu, anak

terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil, tinggal wacana semata.

Pendidikan adalah barang mahal. Biaya keperluan pendidikan yang semakin hari

semakin tinggi mengakibatkan rakyat golongan menengah ke bawah tidak mampu

menjangkaunya. Data pendidikan tahun 2010 menyebutkan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun

terancam putus sekolah. Bahkan, laporan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan

menunjukan bahwa setiap menit ada empat anak yang putus sekolah.

Apabila bangsa Indonesia benar-benar mengamalkan nilai-nilai yang terkandung

dalam Pancasila, tentunya degradasi moral masyarakat dalam pelaksanaan peningkatan taraf

pendidikan dapat diminimalisir. Terlebih lagi, penjarahan kualitas pendidikan oleh para

kapitalis global dapat diberantas mungkin.

Page 16: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 16 dari 24

BAB III

STUDY CASE

Komunitas Air Mata Guru Ungkap, Kecurangan UN Sumut Makin Vulgar

Oleh Redaksi HarianOrbit.com | 20/04/2013

Ilustrasi. Siswa Ikuti UN. 1st

Medan-ORBIT: Kecurangan pada Ujian Nasional (UN) Tahun 2013 di Sumatera

Utara ternyata lebih vulgar dibandingkan tahun sebelumnya.

Banyak video investigasi terungkap yang memperlihatkan kecurangan siswa dan ada

tindakan memfotokopi soal ujian.

Hal ini disampaikan penasihat Komunitas Air Mata Guru (KAMG) Rosita Lubis

saat menyampaikan hasil temuannya selama Ujian Nasional di Sekretariat KAMG, Jalan Sei

Merah, Kamis (18/4).

“UN di Sumut semakin curang dari tahun sebelumnya,” kata Rosita.

Berdasarkan pemantauan KAMG dan ditunjukkan dalam beberapa rekaman video,

banyak siswa di berbagai daerah di Sumatera Utara seperti di Medan, Sidikalang, Balige, dan

Siantar, datang ke sekolah dua jam atau satu setengah jam lebih awal.

Mereka kemudian mendatangi kios fotokopi di dekat sekolahnya karena di sana

sudah menunggu ‘tim sukses’ yang membagikan kunci jawaban soal-soal UN.

Page 17: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 17 dari 24

Karena jumlah paket soal lebih banyak dibandingkan tahun lalu, maka lembar kunci

jawaban relatif lebih besar.

Sebagai penuntun bagi peserta ujian yang tidak dapat mengetahui jenis paket soal

yang ia dapat, kunci jawaban menyertakan kalimat awal dari dua atau tiga soal pada setiap

paket.

“Hari pertama, belum terlalu kelihatan karena para siswa masih meilhat kondisi.

Selasa mulai terlihat. Rabu dan Kamis semakin gila,” kata Ketua Tim Investigasi, Benni

Sinaga.

Benni juga menyerukan agar metode UN selama ini dilakukan perubahan. “Ganti

metode, ganti cara curang. Selalu ada cara berbuat curang,” tegas Benni

Responsi

Persoalan karakter bangsa sebenarnya sangat identik dengan persoalan pendidikan

Indonesia. Karena dalam pendidikanlah karakter dan moral anak bangsa ditempah. Hanya

pertanyaannya, apakah pendidikan sedang membangun karakter dan moral bangsa?

Pendidikan yang tidak Mendidik

Persoalan lain yang menyangkut kejujuran UN antara lain (1) Ditemukannya soal

bahasa Indonesia tertukar dengan bahasa Inggris di Bali; (2) Ditemukannya lembar jawaban

UN yang rusak di Bali; (3) Jual beli soal UN yang belum diketahui asli atau palsu di Sumbar;

(4) ada guru mata pelajaran bahasa Indonesia ikut menjaga ujian bahasa Indonesia, padahal

dalam standar operasional pelaksanaan, hal itu jelas-jelas dilarang; (7) Ada laporan yang

masuk di posko pengaduan UNAS di Kemendiknas (Sumut Post, 23/3).

Sebenarnya UN telah mereduksi hakikat pendidikan. Hakikat pendidikan dalam UU

No.20 Tahun 2003 tentang Sidiknas disebutkan adalah sebagai usaha sadar dan terencana

untuk suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan sebagaimana dikatakan oleh UU tersebut adalah

pendidikan yang holistik (menyeluruh), tidak hanya sebatas lulus UN, masuk Perguruan

Tinggi Negeri (PTN) atau pun sekadar prasyarat mencari kerja.

Page 18: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 18 dari 24

Belum lama ini kita juga dihentakkan oleh kasus plagiat yang terjadi di dunia

pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang seharusnya menjunjung tinggi

kejujuran ternyata telah memberi contoh sebaliknya. Pendidikan yang seharusnya

menghargai proses pembelajaran ternyata lebih menyukai sesuatu yang instan. Pendidikan

yang bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang cinta akan negara, kenyataannya

pendidikan tidak demikian, malah sebaliknya pendidikan menjadi tempat tumbuhnya

kecurangan. Pembentukan karakter tidak lagi ditemukan bahkan yang ironinya malah

menjadi tempat ditemukan kecurangan, kriminalitas, bahkan individualisme, yang ternyata

bukan hal yang seharusnya terjadi dalam dunia pendidikan.

Korupsi terjadi karena bobroknya karakter bangsa. Pendidikan tidak lagi

menjalankan perannya dalam pembentukan karakter. Tidak sedikit juga ditemukan korupsi

terjadi dalam pendidikan. Pendidikan yang seharusnya adalah senjata melawan korupsi tidak

lagi memiliki amunisi. Hal ini terbukti dari pemaparan di atas dimana pendidikan karakter

telah hilang dari pendidikan.

Solusi

Pendidikan Karakter

Akhir-akhir ini pendidikan karakter marak didengung-dengungkan. Mendiknas

dalam pidato sambutannya saat peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)

mengatakan bahwa pendidikan karakter untuk mewujudkan Indonesia menjadi bangsa yang

beradab dan berakhlak moral. Namun pendidikan karakter tidaklah cukup sebatas wacana

atau pun sekadar memasukkannya dalam materi ajar di sekolah. Pendidikan karakter haruslah

holistik, yaitu terjadi di setiap tempat, di setiap bidang, dan setiap waktu. Karena sebenarnya

pendidikan itu harus terjadi disetiap tempat , waktu dan setiap bidang. Seperti yang dikatakan

oleh bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu ada tiga pusat pendidikan; keluarga,

masyarakat dan sekolah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Life is Education and

Education is Life. Seluruh proses dan aktivitas kehidupan adalah pendidikan, sebagai

trasformasi nilai-nilai kehidupan. Baik di keluarga, di tempat kerja maupun dalam interaksi

sosial.

Untuk mencega dan memberantas korupsi, pendidikan karakter harus diberikan di

setiap tempat, bidang dan setiap waktu. Pemerintah tidak cukup berkoar-koar menyuarakan

pemberantasan korupsi tetapi harus memberikan pendidikan karakter melalui hidupnya,

Page 19: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 19 dari 24

teladannya. Tidak lagi dengan lantang memcerca kasus korupsi tetapi kemudian didapati

terlibat dalam korupsi.

Peran Mahasiswa

Mahasiswa adalah generasi bangsa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan

dalam bangsa ini. Mahasiswa, sebagaimana semboyan yang melekat pada dirinya Student

today Leader tomorrow, harus bersikap dan bertindak tegas pada korupsi. Jika sekarang

sudah kompromi dengan korupsi bagaiman jika nanti sudah menjadi pemimpin, yang godaan

untuk melakukan korupsi sangat besar. Untuk menjadi pemimpin akan datang, mahasiswa

harus mempersiapkan diri sedari dini. Mempersiapkan diri dengan karakter yang utuh, sifat

kerja keras, idealis, menjunjung tinggi integritas dan sikap saling menghormati.

Mahasiswa sebagai Agent of Change (agen pembaharuan) tidak boleh diam melihat

maraknya korupsi, tidak boleh mempertahankan status quo. Sebagai agen pembaharuan,

mahasiswa sangat di tunggu perannya. Mahasiswa harus lantang menyuarakan anti-korupsi

baik melalui tulisan, diskusi, seminar, mau pun demonstrasi, tetapi perlu menjaga emosi dan

tidak bertindak arogan yang ternyata akan merusak bangsa.

Melalui pendidikan karakter yang holistik, terjadi di setiap tempat, waktu dan setiap

bidang, akan menghasilkan generasi yang memiliki karakter yang baik. Dengan karakter

yang baik kebencian akan korupsi pun akan muncul. Sehingga tidak lagi ditemukan

“anggono-anggoro” dan “gayus-gayus” yang lain. Mahasiswa yang kelak akan menjadi

pemimpin harus memiliki karakter, yang mengatakan tidak pada korupsi, dan

mempersiapkan diri agar kelak dapat menjadi pemimpin yang anti-korupsi.

Page 20: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 20 dari 24

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Teori tanpa aplikasi pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tidak patut

dipelajari. Oleh sebab itu, penerapan aplikatif Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah

hal penting mengingat Pancasila sebagai paradigma pembangunan ilmu itu sendiri. “Keadilan

Sosial” merupakan suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat yang adil dan makmur,

berbahagia untuk semua orang, penempatan sesuai dengan proporsionalitas, dan tidak ada

pencederaan terhadap Pancasila. Nilai-nilai “Keadilan Sosial” sebagaimana tiga pilar

keilmuan, Butir-Butir Pancasila, dan Pasal-Pasal dalam UUD 1945 sepatutnya menjadi

pedoman penerapan nilai-nilai yang dimaksud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan diikutsertakannya nilai keadilan dalam sila kelima Pancasila, masyarakat diharapkan

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan asas tidak bebas nilai, namun

terikat pada nilai Pancasila. Akan tetapi, pada praktiknya, masih banyak fenomena yang

mencederai pelaksaan sila “Keadilan Sosial” dalam konteks peningkatan kualitas ilmu

bangsa ini.

4.2 Saran

Tidak ada gading yang tidak retak. Namun dari keretakan itulah nampak

keasliannya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah Pancasila ini,

masih terdapat kekurangan sebab pada hakikatnya manusia adalah tempat salah dan dosa

(dalam Al Hadits “Al Insanu Minal Khotto”). Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami

harapkan sebagai tolak ukur motivasi dalam pembuatan makalah yang lebih baik lagi

dikemudian hari.

Page 21: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 21 dari 24

DAFTAR PUSTAKA

Harian Orbit. 2013. Komunitas Air Mata Guru Ungkap, Kecurangan UN Sumut Makin Vulgar. Online: http://www.harianorbit.com/komunitas-air-mata-guru-ungkap-kecurangan-un-sumut-makin-vulgar/ (Diakses pada 7 September 2014).

Iswari, Fauzi. 2013. Pengertian Keadilan (Justice). Online: http://fauzi-iswari.blogspot.com/2013/04/pengertian-keadilan-justice.html (Diakses pada 2 September 2014).

Jakarta45. 2012. Ideologi : 45 Butir Pengamalan Pancasila. Online: http://jakarta45.wordpress.com/2012/07/24/ideologi-45-butir-pengamalan-pancasila/ (Diakses pada 5 September 2014).

Kompas. 2011. Penempatan Guru di Daerah Terpencil Diperbanyak. Online: http://tekno.kompas.com/read/2011/11/02/1355251/penempatan.guru.di.daerah.terpencil.diperbanyak (Diakses 6 September 2014).

Mahasari, Jamaluddin. 2012. Pengertian “Keadilan” (Diambil dari Pendapat Para Ahli). Online: http://jamaluddinmahasari.wordpress.com/2012/04/22/pengertian-keadilan-diambil-dari-pendapat-para-ahli/ (Diakses pada 2 September 2014).

Matahri, Anis. 2014. Model Perkuliahan: Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Online: http://anislestarihasim.blogspot.com/2014/01/pancasila-sebagai-dasar-pengembangan.html (Diakses pada 3 September 2014).

Pustaka Indonesia. 2013. Nilai Dasar Sila Kelima dalam Pancasila. Online: http://www.pusakaindonesia.org/nilai-dasar-sila-kelima-dalam-pancasila/ (Diakses pada 6 September 2014).

Rubrik Opini. 2012. Hilangnya Pendidikan Karakter, Maraknya Korupsi. Online: https://m.facebook.com/notes/rublik-opini/hilangnya-pendidikan-karakter-maraknya-korupsi/316506138399981/ (Diakses pada 7 September 2014).

Sriwijaya TV Official Channel. 2013. Pengajar Di Banyuasin Harapkan Pemerataan Pendidikan. Online: http://www.youtube.com/watch?v=ojHDCZiU4ck (Diakses pada 6 September 2014).

Wikipedia. 2014. Keadilan. Online: http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan (Diakses pada 2 September 2014).

Yusti. 2012. Angka Putus Sekolah Remaja ~ Fenomena Pendidikan Jawa Timur. Online: http://yusti88.files.wordpress.com/2012/09/page.jpg (Diakses pada 6 September

2014).

Ziazien, Alva. 2012. Nilai-nilai Pancasila & Perkembangan IPTEK. Online: http://alvaziazien.blogspot.com/2012/08/nilai-nilai-pancasila-perkembangan-

iptek.html (Diakses pada 14 September 2014).

Page 22: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 22 dari 24

Lampiran

A. SURAT KABAR KOMPAS Penempatan Guru di Daerah Terpencil Diperbanyak Rabu, 2 November 2011 | 13.55 WIB

Shutterstock

Ilustrasi Guru

MEDAN, KOMPAS.com — Jumlah guru yang ditempatkan di daerah terpencil akan

diperbanyak. Hal ini dilakukan untuk mengatasi ketertinggalan dan pemerataan tenaga

pendidikan karena selama ini ada ketimpangan dengan jumlah guru yang ditugaskan di kota.

Pembantu Rektor I Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Khairil Ansari

mengatakan, tahun ini pemerintah sedikitnya akan merekrut 3.500 sarjana pendidikan yang

akan ditempatkan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) di Indonesia. Dengan

penambahan jumlah guru di daerah terpencil ini, permasalahan pendidikan yang terjadi di

daerah terpencil diharapkan dapat terselesaikan. Permasalahan tersebut seperti kekurangan

tenaga guru dan tingginya angka putus sekolah.

"Pemerintah terus berupaya melakukan percepatan pembangunan pendidikan di

daerah 3T dengan memberdayakan sarjana pendidikan dalam rangka pembekalan calon

pendidik profesional melalui program ini," kata Khairil, Rabu (2/11/2011), di Jakarta.

Page 23: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 23 dari 24

Guru-guru yang ditempatkan di daerah terpencil tersebut nantinya akan diberikan

beberapa kemudahan, misalnya mendapatkan beasiswa untuk mengikuti program Pendidikan

Profesi Guru (PPG). Dengan catatan, guru tersebut minimal harus sudah mengajar selama

setahun di daerah terpencil. Dari 3.500 sarjana pendidikan yang akan direkrut, Unimed

sebagai salah satu penyelenggara mendapatkan jatah 250 sarjana pendidikan.

Selama mengajar di pelosok, tenaga pendidik akan menerima biaya hidup Rp 2 juta

per bulan. Setelah kembali dari tempat bekerja, mereka akan dapat kesempatan mengikuti

PPG. Begitu lulus, mereka berhak mendapat predikat sebagai guru profesional.

"Namun, jika sebelum waktunya tenaga pendidik sudah meninggalkan tugasnya,

mereka akan diberi sanksi, seperti mengembalikan biaya yang telah diberikan kepadanya,"

kata Khairil.

Khairil mengungkapkan, ada beberapa daerah yang akan menjadi sasaran

pengiriman tenaga pendidik daerah terpencil yang sudah lulus mengikuti seleksi dan

pembekalan, yakni Provinsi Aceh, Kepulauan Riau, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan

Sulawesi Utara.

Sementara itu, daerah pelosok sasaran pengiriman sarjana pendidikan Unimed

adalah Kabupaten Simeulue dan Aceh Barat, Aceh. Untuk Simeulue sebanyak 150 orang

guru dan Aceh Barat sebanyak 100 guru.

Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

Page 24: Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Halaman 24 dari 24

B. VIDEO SRIWIJAYA TV OFFICIAL CHANNEL

“Pengajar di Banyuasin Harapkan Pemerataan Pendidikan”

(Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=ojHDCZiU4ck)

Screenshot of the Video