Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak
{85
NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN ISLAM BAGI ANAK
MIKYAL OKTARINA Dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Email: [email protected]
ABSTRAK
Pada era globalisasi modern saat ini dunia dihadapkan dengan berbagai problem, terutama sekali dalam menghadapi ekonomi di era ini yang semakin rumit, dari segi permasalahan muamalah, perkembangan dunia usaha dan dalam bertransaksi mulai begeser nilai dan visinya. Islam sebagai agama universal seluruh aspek kehidupan manusia sudah diatur Allah SWT termasuk tentang ekonomi. Dalam Al-Qur'an dan Hadits sudah tercantum cara dan prinsip melakukan wirausaha dan bertransaki secara halal sesuai yang dilakukan Nabi Muhammad SAW yang bisa menjadi tuntunan umat muslim sedunia. Maka dari itu pendidikan nilai-nilai kewirausahaan islami perlu diterapkan pada anak sedini mungkin. Terlebih lagi semangat wirausaha dan pendidikan kewirausahaan telah tumbuh di mana-mana. Pendidikan merupakan hak manusia yang harus diberikan karna pada zaman modern saat ini seharusnya setiap komponen pendidikan sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar. Penanaman nilai karakter entrepreneurship dalam pembelajaran dapat di mulai dari sejak usia dini. Kata Kunci: Nilai-nilai kewirausahaan Islam, Anak
A. Pendahuluan
Kewirausahaan Islam merupakan aspek kehidupan yang
dikelompokkan kedalam masalah mu'amalah. Di dalam kehidupan
zaman era modern sekarang ini perkembangan dunia usaha dan
Vol. 8, No. 1, Januari 2020
86}
dalam bertransaksi mulai begeser nilai dan visinya. Islam sebagai
agama universal seluruh aspek kehidupan manusia sudah diatur
Allah SWT termasuk tentang ekonomi. Dalam Al Qur'an dan Hadits
sudah tercantum cara dan prinsip melakukan wirausaha dan
bertransaki secara halal sesuai yang dilakukan Nabi Muhammad SAW
yang bisa menjadi tuntunan umat muslim.
Kewirausahaan bukan hanya dunianya para orang dewasa,
tetapi juga bisa menjadi bagian dari dunianya para anak-anak.
Bedanya, berwirausaha pada anak-anak tidak bisa dijalankan
sendirian, namun membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang
dewasa, orangtua maupun guru. Anak-anak yang mengenal dunia
wirausaha sejak dini, akan mendapatkan dampak manfaat yang
sangat besar untuk bekal masa depan selanjutnya. Pada tahapan usia
dini, anak-anak yang belajar menumbuhkan pembelajaran wirausaha
akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas yang terlatih
sejak dini, termasuk melalui berbagai kegiatan kewirausahaan menjadi
modal utama produktivitas dan kemandirian anak dimasa kehidupan
dewasa nantinya. Jiwa wirausaha (entrepreneurship) harus ditanamkan
oleh para orang tua dan sekolah ketika anak-anak mereka dalam usia
dini, mengingat bahwa kewirausahaan lebih kepada menggerakkan
perubahan mental.
Barnawi dan Arifin (2012: 62) menjelaskan, sejak usia dini
hendaknya peserta didik mulai diajarkan kreativitas dan kemandirian,
dengan cara memberi kesempatan pada anak mulai mengekspresikan
imajinasinya, melalui berbagai macam kegiatan dari yang sederhana
menuju yang kompleks, mudah ke sulit, mengelola diri sehingga
mampu menghidupi dirinya sendiri. Jika demikian, maka anak akan
Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak
{87
dapat berfikir untuk memberikan manfaat bagi orang lain, merasa
dirinya berharga bagi orang lain dan lingkungannya, hal ini sejalan
dengan upaya untuk membentuk generasi yang berkarakter.
Pembelajaran kewirausahaan pada diri anak memerlukan
latihan secara bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal terkecil dalam
aktivitas keseharian anak. Misalnya, merapikan mainan selesai
bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur dan membereskan tempat tidur.
Ini merupakan latihan-latihan berdisiplin, bertanggung jawab dan
awal pengajaran tentang kepemilikan. Latihan selanjutnya,
mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik.
Latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi
juga menabung, sedekah dan mencari uang.
B. Pembahasan
1. Kewirausahaan dalam Perspektif Islam
Islam menekankan pentingnya pembangunan dan penegakkan
budaya kewirausahaan dalam kehidupan setiap muslim. Budaya
kewirausahaan muslim itu bersifat manusiawi dan religius, berbeda
dengan budaya profesi lainnya yang tidak menjadi pertimbangan
agama sebagai landasan kerjanya. Dengan menjadi seorang
wirausahawan muslim, akan memiliki sifat-sifat dasar dan perilaku
yang mendorong wirausaha untuk menjadi pribadi yang kreatif dan
handal dalam menjalankan usahanya atau menjalankan aktivitas pada
perusahaan tempatnya bekerja. Sifat-sifat dasar yang harus dimiliki
wirausaha muslim di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Shidiq/ Jujur
Jujur merupakan akhlak dasar yang harus dimiliki seorang
wirausaha, karena dengan kejujuran itu usaha dan pekerjaan yang
Vol. 8, No. 1, Januari 2020
88}
mereka jalani akan lebih dipercaya oleh orang lain, sehingga setiap
usaha dan hasil yang di dapatkan bisa maksimal, karena orang lain
sudah percaya dengan pribadi dan akhlak mulia itu (Farid, 2017: 29).
Seperti firman Allah dalam Surat (Al-Ahzab: 70-71), yaitu:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (70), niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (71)
Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya dan
menyembah-Nya dengan penyembahan sebagaimana seseorang yang
melihat-Nya, dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar, yang jujur, tidak bengkok, tidak pula mentimpang. Lalu Allah
SWT menjanjikan jika mereka melakukan perintah-Nya ini, Allah akan
memberi pahala dengan memperbaiki amal perbuatan mereka.
b. Toleransi
Toleransi bisa diartikan juga sebagai tenggang rasa,
menghargai dan lapang dada (Ebta, ofline: 1.2), dengan akhlak
toleransi akan mudah menerima segala kemungkinan yang nantinya
kita hadapi, karena dalam dunia usaha, tidak menutup kemungkinan
akan adanya hambatan dan masalah, yang mengharuskan untuk
bersikap positif, dan diharapkan dengan sikap tersebut, mampu
memudahkan untuk menyelesaikan masalah yang ada.
c. Menepati Janji
Seorang pedagang/wirausaha juga dituntut untuk menepati
janjinya, baik kepada para pembeli, maupun kepada sesema
wirausaha, terlebih lagi tentu saja, harus dapat menepati janji kepada
Allah SWT Janji yang harus ditepati oleh seorang pedagang kepada
pembeli misalnya; tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang
Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak
{89
kualitas warna, ukuran dan spesifikasinya sesuai dengan perjanjian
semula, memberi layanan penjual, dan garansi. Adapun janji yang
harus ditepati kepada sesama para pedagang misalnya; pembayaran
dengan jumlah dan waktu yang tepat. Sementara janji Allah yang
harus ditepati oleh para pedagang muslim adalah shalatnya.
Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an, yaitu:
Artinya : Apabilan telah ditunaikan shalat, maka bertebaran kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan mereka bubar untuk menuju kepada-Nya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah, “Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dari pada permainan dan perniagaan, dan Allah sebaik-baik pemberi Rizeki”. (QS. Al-Jumu’ah (62) 10-11).
Dengan demikian, menurut Farid (2017: 35), bahwa sesibuk-
sibuknya urusan dagang, urusan bisnis dan urusan jual beli yang
sedang ditangani, sebagai pedagang muslim, janganlah pernah sekali-
kali meninggalkan shalat.
d. Tidak melupakan akhirat
Menurut Ichwan Fauzi (2015: 248-255), menjelaskan bahwa jual
beli adalah perdagangan dubia, sedangkan melaksanakan kewajiban
syariat Islam adalah perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti
lebih utama di bandingkan dengan keuntungan dunia. Maka, para
pedagang muslim sekali-kali tidak boleh terlalu menyibukkan dirinya
semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan
keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat, mereka wajib
melaksanakannya sebelum habis waktunya. Alangkah baiknya, jika
mereka bergegas bersama-sama melakukan shalat berjamaah, ketika
Vol. 8, No. 1, Januari 2020
90}
azan telah di kumandangkan. Begitu pula dengan kewajiban
memenuhi rukun iman yang lain.
Dengan demikian, dapat diartikan bahwasanya pribadi muslim
dalam berbisnis (dalam sebuah perusahaan) adalah dengan
memosisikan perusahaan sebagai sebuah lahan amal dan lahan jihad
baginya. Oleh karenanya, pribadi muslim yang bekerja di perusahaan
tidak ada alasan untuk membedakan perusahaan dengan lembaga
pengajian.
e. Inovatif
Bersifat inovatif, yang membedakan dengan orang selain
muslim, Al-Qur’an menempatkan manusia sebagai khalifah, dengan
tugas memakmurkan bumi, melakukan perubahan dan perbaikan,
sekiranya kamu tahu akan mata esok hari silahkan kamu menanam
kurma/amalan baik hari ini (Ichwan Fauzi, 2015: 248-255).
2. Etika Bekerja dalam Islam
Kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma
yang berlaku di masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma ini
digunakan, agar para pengusaha tidak melanggar aturan yang telah
ditetapkan, dan usaha yang dijalankan memperoleh simpati dari
berbagai pihak. Etika tersebut, pada akhirnya ikut membentuk
pengusaha yang bersih dan dapat memajukan, serta membesarkan
usaha tersebut dalam waktu jangka yang panjang.
Etos kerja yang harus di miliki wirausaha muslim di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Niat Ikhlas karena Allah SWT
Sebagai kewajiban dari Allah yang harus dilakukan oleh setiap
hamba dan konsekwensinya adalah ia selalu memulai aktifitas
Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak
{91
pekerjaannya, dengan zikir kepada Allah bismillahi tawakkaltu alallah, la
haula wala quwwata illa billah dan diakhiri dengan tahmid.
b. Sungguh-sungguh dan professional dalam bekerja (Itqan)
Syarat kedua agar pekerjaan dijadikan sarana surga dari Allah
SWT adalah harus propesional, sungguh-sungguh dan tekun dalam
bekerja.
c. Bersikap Jujur dan Amanah
Karena pada hakekatnya, pekerjaan yang dilakukan tersebut
merupakan amanah, yang akan dimintai pertanggung jawaban atas
pekerjaan yang dilakukan. Implementasi jujur dan amanah dalam
bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang
bukan menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai. Dalam
sebuah Hadist Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Seorang pembisnis yang jujur lagi dapat dipercaya, (kelak akan dikumpulkan) bersama para Nabi, shiddiqin dan Syuhada. (HR. Turmudzi)
d. Menjaga Etika sebagai Seorng Muslim
Dalam bekerja harus memperhatikan adab dan etika sebagai
seorang muslim, seperti etika dalam berbicara, menegur, berpakaian,
bergaul, makan, minum, berhadapan dengan customer, rapat, dan
sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini, merupakan ciri kesempurnaan
iman seorang mu’min. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda:
Artinya: sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang paling bagus akhlaknya (HR. Turmudzi)
e. Tidak Melanggar Prinsip-prinsip Syariah
Etika lainnya dengan tidak melanggar prinsip-prinsip syariah
dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah
ini dapat dibagi menjadi beberapa hal:
Vol. 8, No. 1, Januari 2020
92}
Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti
memproduksi, tidak boleh barang yang haram, menyebarkan
kefasadan (seperti pornografi), mengandung unsur riba, maysir,
gharar, dan sebagainya. Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait
langsung dengan pekerjaan, seperti risywah, membuat fitnah dalam
persaingan, tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan
perempuan, dan sebagainya.
f. Menghindari Syubhat
Dalam bekerja, terkadang seseorang dihadapkan dengan
adanya syubhat, atau sesuatu yang meragukan dan samar antara
kehalalan dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur pemberian dari
pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu kepentingan tertentu,
atau seperti bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara umum
diketahui kedzaliman, atau pelanggarannya terhadap syariah. Syubhat
semacam ini dapat berasal dari internal maupun eksternal.
g. Menjaga ukhuwah Islamiyah
Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan, adalah
masalah ukhuwah islamiah, antara sesama muslim. Jangan sampai
dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan, di tengah-
tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan
tentang hal yang bersifat prefentif, agar tidak menusak ukhuwah
islamiah dikalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan, “Dan
janganlah kalian membeli barang yang sudah dibeli saudara kalian”
karena jika terjadi kontadiktif dari hadist diatas, tentu akan
merenggang juga ukhuwah islamiah diantara mereka, saling curiga,
su’udzan dan lain sebagainya (Tafsir Al-Qur’an Tematik, 2009: 304).
Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak
{93
3. Manfaat Wirausaha Islam
Sebagai satu sistem yang komprehensif (berkeseimbangan),
Islam dipercayai oleh pemeluknya sebagai ajaran yang ramatan lil
alamin, dan secara umum mengarahkan manusia untuk memperoleh
dua dimensi kebahagiaan, dunia dan akhirat. Keduanya merupakan
kesatuan yang integral, yang tidak dapat dipisahkan, sesuai dengan
karakter manusia, yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Di
samping memberikan aturan tentang persoalan akidah, syariah dan
ibadah, Islam juga memberikan rambu-rambu tentang persoalan
ekonomi, baik secara implisit dan ekplisit.
Semakin maju suatu Negara, dan untuk mensukseskan
persoalan pembangunan di Indonesia saat ini, maka sangat di rasa
perlu untuk mengembangkan dunia wirausaha salah satunya dengan
mengetahui manfaat adanya kegiatan wirausaha. Menurut
Gitosardjono ada beberapa manfaat adanya kegiatan berwirausaha,
yaitu sebagai berikut:
a. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran.
b. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan dan lain sebagainya.
c. Menjadi contoh bagi anggota masyarakat lain, sebagai pribadi yang unggul yang patut dicontoh dan diteladani, karena seorang wirausaha itu adalah orang terpuji, jujur, berani, dan hidup tidak merugikan orang lain.
d. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu memperjuangkan lingkungan
e. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial yang sesuai dengan kemampuannya
f. Memberikan contoh bagaimana harus bekerja keras, tetapi tidak melupakan perintah-perintah agama, yaitu dekat kepada Allah SWT
Vol. 8, No. 1, Januari 2020
94}
g. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, tekun, dan jujur dalm menghadapi pekerjaan
h. Hidup secara efesien, tidak berfoya-foya dan tidak boros, sesuai dengan ajaran agama
i. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan, maupun kebersihan lingkungan (Gitosardjono, 2013: 230-231).
4. Kegiatan-Kegiatan Kewirausahaan Anak
a. Penanaman jiwa wirausaha melalui metode bercerita
Menurut psikolog anak, Seto Mulyadi, menjelaskan bahwa cara
yang mudah untuk dilakukan orangtua adalah dengan cara bercerita.
Misalkan saja orangtua menceritakan kisah tentang teman yang dulu
sejak kecil sudah bisa mencari uang dengan berbisnis kecil-kecilan.
Selain itu, orang tua juga bisa bercerita soal kisah sukses dan masa
kecil para pengusaha ternama. Kisah sukses nabi Muhammad SAW
ketika dahulu berdagang. Setelah bercerita, yakinkan pula pada sang
anak bahwa dirinya juga bisa sukses seperti itu jika melaksanakan
perniangaan sesuai dengan syariat Islam. Sehingga, anak akan
menjadi tertantang untuk mengikuti kisah sukses itu.
b. Membuat kue dan minuman ringan dan menjualnya dalam
acara-acara tertentu
Untuk dapat menanamkan jiwa berwirausaha kepada anak,
guru dapat memberikan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat
melibatkan orangtua dan anak. Seperti misalnya acara Cooking Classes
And Food Bazaar, dimana acara ini merupakan acara memasak bersama
antara anak dan orangtua, dengan dibimbing oleh guru atau pendidik
yang menu makanannya dapat disesuaikan dengan kesukaan anak-
anak. Setelah itu, makanan-makanan yang dibuat tersebut dijual ke
dalam acara Food Bazaar pada hari itu juga, dengan penjual adalah
anak-anak itu sendiri dan orangtua siswa sebagai pembelinya atau
Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak
{95
dapat juga melibatkan masyarakat luar di sekitar lingkungan sekolah
anak. Sujiono dan Nurani mengatakan bahwa, permainan memasak
merupakan kegiatan untuk mengembangkan keterampilan memasak
dan cara pembuatannya, dengan menggunakan bahan-bahan yang
sesungguhnya dan hasilnya dapat di nikmati langsung oleh anak,
seperti: Menyeduh susu atau sirup, membuat es, memasak nasi,
memasak sayur, memasak kue, memasak pop corn, membuat juice,
menggoreng krupuk, menggoreng telur ceplok dan seterusnya
(Sujiono dan Bambang, 2010: 91).
c. Membuat craft dan menjualnya dalam acara “Market Day”
Aplikasi pendidikan terintegrasi mengenai kewirausahaan
adalah kegiatan “Market Day” dengan melibatkan semua siswa dalam
proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi adalah
dengan memberikan tanggung jawab kepada siswa berdasakan kelas
secara bergantian untuk membuat produk yang memiliki nilai jual dan
bermanfaat bagi selurus civitas academica sekolah. Kemudian siswa
diminta untuk menjual produknya (distribusi), sedangkan siswa yang
lainnya termasuk para guru bertanggung jawab sebagai konsumen
(pembeli). Kegiatan “Market Day” bisa dilakukan secara mandiri
(memproduksi barang secara individu) atau secara klasikal
(memproduksi barang dengan berkelompok) sesuai minat siswa dan
produk yang akan diproduksikan. Untuk satuan pendidikan TK dan
SD kegiatan di atas tidak sepenuhnya dibebankan kepada siswa. Peran
orang tua dan guru juga diperlukan dan harus disertakan. Satu lagi
yang perlu ditambahkan adalah fungsi kontrol ketika kegiatan
distribusi berlangsung, disini dibutuhkan peran guru, karena “Market
Day” biasanya dilaksanakan di area sekolah. Fungsi kontrol bertujuan
Vol. 8, No. 1, Januari 2020
96}
untuk mengajarkan kepada siswa berjual beli yang benardalam bentuk
barang dan uang. Sedangkan yang menjadi konsumennya adalah
semua siswa dan guru.
Kegiatan “Market Day” bukan hanya mengajarkan tata cara
bertransaksi bagi siswa. Nilai moril yang bisa ditanamkan kepada
para siswa, seperti kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, tanggung
jawab, komunikasi interpersonal, membantu siswa dalam memahami
pelajaran yang berkaitan dengan kegiatan “Market Day”, serta
menanamkan nilai-nilai syari’at Islam yang benar dalam kegiatan jual-
beli kepada siswa yang berhubungan erat dengan Pendidikan Agama
Islam.
Program market day, merupakan salah satu inovasi sekolah
dalam membangun keterampilan berwirausaha siswa, yang dilatih
dan ditanamkan sejak dini. Menurut Muhammad Saroni (2012: 161)
mengungkapkan bahwa, keterampilan kewirausahaan merupakan
sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang, dalam hal ini siswa
sebagai bentuk penguasaan pengetahuan, dan menerapkannya pada
kegiatan nyata dalam kehidupannya.
d. Kegiatan “Family Day”
Program “Family Day”, di mana ayah dan bunda terlibat dalam
kegiatan sekolah di antaranya menampilkan pentas, hasil karya yang
di buat anak serta berbagai makanan yang telah anak coba pada
program masak-memasak. Dalam program ini, diharapkan orang tua
bertanya tentang proses pembuatannya sehingga titik berat kegiatan
ini adalah bagaimana anak bisa menjelaskan pada orang dewasa karya
yang telah mereka buat, dan juga mengajarkan pembelajaran
kewirausahaan bahwa apa yang telah mereka buat dapat
Nilai-nilai Kewirausahaan Islam Bagi Anak
{97
mengahasilkan karya dan uang, dan seluruh hasil penjualannya
ditabung sebagai kas kelas.
C. Penutup
Pembinaan dan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam, tata
cara perniangaan, berwirausaha yang berlandaskan syariat Islam
sangat perlu ditanamkan pada anak didik sejak dini. Dikarenakan
sekarang hidup di zaman era super modern yang jauh dari visi-misi
syiar Islam. Maka dari itu pendidikan kewirusahaan berlandaskan
Islam bagi anak sejak dini sangat di perlu untuk diterapkan dan di
aplikasikan disetiap lini baik dari keluarga hingga lembaga-lembaga
pendidikan formal dan non formal. Dengan adanya pengajaran,
bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak jika selesai
pendidikanya dan ketika memulai untuk berwirusaha di jiwa anak
sudah tertanam untuk berniaga sesuia dengan syariat Allah SWT.
Daftar Pustaka
Barnawi dan Mohammad Arifin, (2012), School Preneur: Membangkitkan Jiwa dan Sikap Kewirausahaan Siswa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Ebta Setiawan, (ofline), KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia) offline, versi 1.2.
Farid, (2017), Kewirausahaan Syariah, Depok: Kencana.
Hughes, K., & Batten, L. (2016). The Development of Social and Moral Responsibility in Terms of Respect for the Rights of Others. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 147-160. doi:10.26811/peuradeun.v4i2.93
Ichwan Fauzi, (2015), Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Wirausaha, Jakarta: Lentera Abadi.
Idris, S., & Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi:
Vol. 8, No. 1, Januari 2020
98}
Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96–113. https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420
Mohammad Saroni, (2012), Mendidik dan Melatih Entrepreneur Muda: Membuka Kesadaran Atas Pentingnya Kewirausahaan bagi Anak Didik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pembangunan Ekonomi Umat, (2019), Tafsir Al-Qur’an Tematik, Jakarta: Lajnah Pentasihan Al-Qur’an.
Sarboini, S. (2016). Performance of Employees and Impact on Promotion of Position. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 103-114. doi:10.26811/peuradeun.v4i1.89
Sujiono, Y, Nuraini dan Bambang, S, (2010), Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Jakarta: Indeks.
Sukamdani Gitosardjono, (2013), Kewirausahaan Berbasis Islam & Kebudayaan, Jakarta: Pustaka Bisnis Indonesia.
Tabrani ZA, & Masbur. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul and Its Influence in Human Learning (A Philosophical Analysis of the Classical and Modern Learning Theories). JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2), 99–112. Retrieved from http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/600
Walidin, W. (2016). Informal Education as a Projected Improvement of the Professional Skills of Employees of Organizations. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(3), 281-294. doi:10.26811/peuradeun.v4i3.103
Walidin, W., Idris, S., & Tabrani ZA. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press.