20
Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo; Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi) vol. 1 no. 2 (November 2020) e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X 288 QALAM: Jurnal Pendidikan Islam JURUSAN TARBIYAH - STAI SUFYAN TSAURI MAJENANG https://ejournal.stais.ac.id/index.php/qlm SK E.ISSN No. : 0005.27458245/K.4/SK.ISSN/2020.09 || P.ISSN No. 0005.2745844X/K.4/SK.ISSN/2020.09 NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA (Perspektif Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi) Sapto Wardoyo 1 , Ahmad Mukhlasin 2 , Abdullah Ridlo 3 Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap 1,2,3 , [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 Diterima tanggal: 28 September 2020 Dipublis tanggal: 25 November 2020 Abstraction: In Islam itself has been taught about moral education for humans that is contained in the life guidelines of Muslims, namely in the al-Qur'an and al-Hadith. In the Koran, there is a lot of explanation regarding moral education that must be studied and also carried out by humans in everyday life with the aim of creating a generation of noble morals as contained in the Qur'an surah An-Nisa verse 36. Morals include all aspects of human life in accordance with their position as individual beings, social creatures, human beings who live in nature, and as God's creatures. The formulation of the problem in this research is how the values of moral education for the poor that are contained in the Al-Qur'an Surah An-Nisa verse 36 Tafsir Al- Maraghi. The aim is to find out the values of moral education for the poor in Q.S An-Nisa verse 36, to provide information and knowledge to the public regarding the values of moral education contained in Q.S An-Nisa verse 36. This type of research in this thesis is library research (library research) with the research approach used is a qualitative approach. This research was conducted by reading literature books related to the discussion of this thesis. The results of the author's research on the values of moral education for the poor, the perspective of the Qur'an, Surah An-Nisa verse 36 Tafsir Al-Maraghi is that the values of moral education for the poor are contained in QS An-Nisa verse 36 which in this case the morals of the dhuafa consist of several values of moral education, namely: (1) morals towards the dhuafa, (2) the rights of the dhuafa, (3) prohibition of the dhuafa. keywords: values moral education, the poor. Abstrak: Dalam Islam sendiri telah diajarkan mengenai pendidikan akhlak bagi manusia yang terdapat dalam pedoman hidup umat Islam yakni dalam al-Qur’an dan al-Hadis. Dalam al- Qur’an telah banyak diterangkan mengenai pendidikan akhlak yang harus dikaji dan juga dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk menciptakan generasi yang akhlak mulia sebagaimana yang terkandung dalam al-Qur’an surat An-Nisa ayat 36. Cakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk penghuni, dan yang memperoleh bahan kehidupan dari alam, serta sebagai makhluk ciptaan Allah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum dhuafa yang terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 36 Tafsir Al-Maraghi. Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum dhuafa dalam Q.S An- Nisa ayat 36, untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

288

QALAM: Jurnal Pendidikan Islam

JURUSAN TARBIYAH - STAI SUFYAN TSAURI MAJENANG

https://ejournal.stais.ac.id/index.php/qlm SK E.ISSN No. : 0005.27458245/K.4/SK.ISSN/2020.09 || P.ISSN No. 0005.2745844X/K.4/SK.ISSN/2020.09

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

(Perspektif Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

Sapto Wardoyo1, Ahmad Mukhlasin

2, Abdullah Ridlo

3

Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap1,2,3

,

[email protected], [email protected]

2, [email protected]

3

Diterima tanggal: 28 September 2020 Dipublis tanggal: 25 November 2020

Abstraction: In Islam itself has been taught about moral education for humans that is contained in

the life guidelines of Muslims, namely in the al-Qur'an and al-Hadith. In the Koran, there is a

lot of explanation regarding moral education that must be studied and also carried out by

humans in everyday life with the aim of creating a generation of noble morals as contained in

the Qur'an surah An-Nisa verse 36. Morals include all aspects of human life in accordance

with their position as individual beings, social creatures, human beings who live in nature, and

as God's creatures. The formulation of the problem in this research is how the values of moral

education for the poor that are contained in the Al-Qur'an Surah An-Nisa verse 36 Tafsir Al-

Maraghi. The aim is to find out the values of moral education for the poor in Q.S An-Nisa

verse 36, to provide information and knowledge to the public regarding the values of moral

education contained in Q.S An-Nisa verse 36. This type of research in this thesis is library

research (library research) with the research approach used is a qualitative approach. This

research was conducted by reading literature books related to the discussion of this thesis. The

results of the author's research on the values of moral education for the poor, the perspective

of the Qur'an, Surah An-Nisa verse 36 Tafsir Al-Maraghi is that the values of moral education

for the poor are contained in QS An-Nisa verse 36 which in this case the morals of the dhuafa

consist of several values of moral education, namely: (1) morals towards the dhuafa, (2) the

rights of the dhuafa, (3) prohibition of the dhuafa.

keywords: values moral education, the poor.

Abstrak: Dalam Islam sendiri telah diajarkan mengenai pendidikan akhlak bagi manusia yang

terdapat dalam pedoman hidup umat Islam yakni dalam al-Qur’an dan al-Hadis. Dalam al-

Qur’an telah banyak diterangkan mengenai pendidikan akhlak yang harus dikaji dan juga

dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk menciptakan

generasi yang akhlak mulia sebagaimana yang terkandung dalam al-Qur’an surat An-Nisa

ayat 36. Cakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan

kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk penghuni, dan yang

memperoleh bahan kehidupan dari alam, serta sebagai makhluk ciptaan Allah. Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum

dhuafa yang terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 36 Tafsir Al-Maraghi. Tujuannya

adalah untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum dhuafa dalam Q.S An-

Nisa ayat 36, untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

289

nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Q.S An-Nisa ayat 36. Jenis penelitian

dari skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library rsearch) denga pendekatan penelitian

yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca

buku literature yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Hasil dari peelitian penulis

mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum dhuafa perspektif al-Qur’an surat An-

Nisa ayat 36 Tafsir Al-Maraghi ini adalah bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum

dhuafa yang terkandung dalam Q.S An-Nisa ayat 36 yang dalam hal ini akhlak terhadap kaum

dhuafa terdiri dari beberapa nialai pendidikan akhlak yaitu: (1) akhlak terhadap kaum dhuafa,

(2) hak-hak dhuafa, (3) larangan terhadap dhuafa.

Kata kunci: nilai-nilai pendidikan akhlak, kaum dhuafa.

A. Pendahuluan

Keteladanan mempunyai peranan penting dalam pembinaan akhlak Islam terutama pada

anak-anak. Sebab anak-anak itu suka meniru orang-orang yang mereka lihat baik tindakan

maupun budi pekertinya. Oleh karena itu pembinaan-pembinaan akhlak Islami melihat

keteladanan yang baik. Ibnu muqofa menyampekan nasehat, “barang siapa yang

memplokamirkan diri menjadi pemimpin agama mulailah mendidik dan meluruskan dirinya

dalam perbuatan, pikiran, serta ucapan” (Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, 2006: 90).

Kaum dhuafa adalah golongan manusia yang hidup dalam kemiskinan, kesengsaraan,

kelemahan, ketakberdayaan, ketertindasan, Kelemahan dan penderitaan yang tiada putus,

hidup mereka yang seperti itu bukan terjadi dengan sendirinya tanpa ada faktor yang menjadi

penyebab (Muhsin M.K, 2004: 2). mereka yang termasuk dhuafa adalah anak-anak yatim,

orang-orang miskin, orang yang meminta-minta, ibnu sabil, hamba sahaya, orang yang cacat

fisik, dan janda miskin (Muhsin M.K, 2004: 12).

Dari pernyataan di atas dapat dipahami betapa pentingnya pendidikan akhlak kepada

kaum dhuafa, apalagi masih banyak masyarakat yang bertingkah laku mengolok-olok,

mencela, memanggil dengan panggilan buruk, berprasangka buruk, dan menggunjing kepada

kaum dhuafa. Sehingga pendidikan akhlak tersebut menetapi posisi utama, kewajiban para

orang tua dan pendidik umumnya untuk senantiasa menjadikan pendidikan akhlak kepada

kaum dhuafa sebagai prioritas utama dalam sebuah proses.

Menurut penulis, kitab suci Al-Qur’an sebagai satu-satunya rujukan yang utama bagi

nilai-nilai pendidikan akhlak yang dimaksud. Syekh Muhammad Abduh, bapak pemandu aliran

rasionalis, mendudukan fungsi Al-Qur’an yang tertinggi. Dalam arti, walaupun akal sehat

mampu mengetahui yang benar dan yang salah, yang baik dan buruk, ia tidak mampu

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

290

mengetahui hal-hal yang gaib. Disinilah, letak fungsi dan peran Al-Qur’an (Hasan Basri, 2014:

165).

Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai hujjah manusia yang merupakan sumber nilai

obyektif, universal dan abadi karean ia diturunkan dari Dzat yang Maha tinggi. Kehujahan Al-

Qur’an dapat dibenarkan karena ia merupakan sumber segala, macam aturan tentang hukum,

sosial, kebudayaan, pendidikan, moral, dan sebagainya, yang harus dijadikan pandangan hidup

bagi seluruh umat islam dalam memecahkan setiap persoalan (Hasan Basri, 2014: 166). Dari

sini penulis memahami bahwa Al-Qur’an senantiasa aktual dan inspiratif untuk berdialog

dengan segala permasalashan, termasuk persoalan moral atau akhlak, bahkan persoalan sosial

lainnya.

Nilai-nilai yang hendak dibentuk atau diwujudkan dalam pribadi muslim agar lebih

fungsional dan aktual adalah nilai Islam yang melandasi moralitas (akhlak). Sistem nilai atau

sistem moral yang dijadikan rujukan cara berperilaku lahiriah ataupun batiniah manusia muslim

adalah nilai dan moralitas yang diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah yang

diturunkan kepada utusannya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Sasaran pendidikan nilai adalah

terciptanya insan yang berakhlak, memiliki nilai-nilai luhur dan mulia maka model dan

pendekatan yang dilakukan adalah pendidikan penanaman nilai itu.

Tafsir al-Maraghi merupakan tafsir yang akomodatif terhadap beragam masyarakat

indonesia karena ditulis secara sistematis, mudah dipahami dan menggunakan bahasa yang

sederhana dan efektif. Latar belakang penulisannya pun tidak ta’azub terhadap salah satu

mahzab. Karena al-Maraghi menulis tafsir tersebut disebabkan oleh banyaknya pertanyaan

yang dilontarkan kepadanya, mengenai kitab tafsir apakah yang paling mudah dipahami,

bermanfaat bagi pembaca dan dapat dipelajari dalam waktu singkat (Al-Maraghi, 1974:3).

Dengan demikian sangat relevan apabila penullis memiliki ketertarikan untuk meneliti

Nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum dhuafa perspektif Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat

36 tafsir al-maraghi. Peneliti akan meneliti, nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum dhuafa

apa saja yang terdapat dalam Surat An-Nisa Ayat 36 Menurut Tafsir Al-Maraghi?

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu proses atau suatu rangkaian langkah-langkah yang

dilakukan oleh peneliti secara terancamdan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

291

atau mendapat jawaban mempunyai bobot yang cukup memedai dan memberikaan kesimpulan-

kesimpulan yang tidak meragukan.

Penelitian dengan judul nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum dhuafa perspektif

Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 36 Tafsir Al-Maraghi. Merupakan jenis penelitiaan pustaka

(library researc) yaitu penelitian yang berisi menghimpun data dari penelitian literatur dan

menjadikan dunia teks sebagai obyek utama analisisnya. Penelitian pustaka ini dilakukan

dengan mengumpulkan bahan-bahan tertuis seperti buku, tafsir, menuskrip dan dokumen

lainnya. Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kualitatif pendekatan

ini untuk melakukan penelitian kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum

dhu’afa perspektif Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi.

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Biografi Dan Karya-Karya Al-Maraghi

Ahmad bin Mustafa al-Maraghi adalah salah satu mufasir dari beberapa ulama di

mesir. Nama lengkapnya adalah Ibnu Mustafa Ibnu Muhammad Ibnu Abdul Mun’im Al-

Maraghi. Dilahirkan pada tahun 1881 M/1298 H di sebuah kampung negara Mesir yang

disebut dengan nama Maragah. Sebutan Al-Maraghi yang tercantum dibelakang namanya

merupakan nisbah dari Maragah tepat ia dilahirkan, sebagaimana kitab tafsirnya juga

populer dengan nama tersebut.

Setelah beranjak dewasa Ahmad Mustafa Al-Maraghi pindah ke kairo untuk

mendalami berbagai cabang ilmu keislamandan dia juga sempat berguru kepada Syekh

Muhammad Abdul, seorang ulama yang tidak asing lagi bagi kaum muslimin. Setelah

menguasai dan mendalami ilmu keislaman, Al-Maraghi mulai dipercaya oleh

pemerintahnya untuk memegang jabatan penting dalam pemerintahan.

Pada tahun 1908 sampai dengan tahun 1919, Ahmad Mustafa AL-Maraghi diangkat

menjadi hakim di sudan. Sewaktu al-Maraghi menjadi hakim negri tersebut al-Maraghi

sempatkan dirinya untuk mempelajari dan mendalami bahasa-bahasa asing antara lain yang

ditekuninya adalah bahasa inggris. Dari bahasa inggris dia banyak membaca literatur-

literatur bahasa inggris. Ahmad Mustafa al-Maraghi adalah seorang ulama yang sangat

produktif dalam menyampekan pemikirannya lewat tulisan-tulisannya yan terbilang sangat

banyak salah satunya adalah tafsir al-Maraghi. Metode penulisan tafsir al-Maraghi adalah

sebagai berikut:

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

292

a. Menyampekan ayat-ayat di awal pembahasan

Dalam setiap pembahasan, al-Maraghi memulai dengan satu, dua atau lebih

ayat-ayat al-Quran yang disusun sedemikian mungkin hingga memberikan pengertian

yang menyatu.

b. Penjelasan kata-kata

Setelah mengemukakan beberapa ayat, al-Maraghi menjelaskan pembahasannya

dengan pengertian kata demi kata yang dianggap sulit sehingga mudah dipahami oleh

para pembaca.

c. Pengertian ayat secara global

Selanjutnya adalah al-Maraghi memberikan pengertian ayat-ayat tersebut secara

global. Agar sebelum memasuki pengertian tafsir yang menjadi topik utama, para

pembaca telah terlebih dahulu mengetahui pengertian ayat-ayat secara global.

d. Asbabun-Nuzul

Selanjutnya adalah al-Maraghi menyertakan bahasa asbabun-nuzul jika terdapat

riwayat shahih dari hadis yang menjadi pegangan para mufasir atau sesuai dengan

kejelasan yang dikemukakan oleh Nabi, Sahabat, dan Tabi’in yang dianggap

mempunyai riwayat shahih.

e. Mengesampingkan istilah-istilah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan

Dalam menafsirkan ayat al-Maraghi sengaja mengesampingkan istilah-istlah

teknis yang berhubungan dengan ilmu-ilmu lain yang sekiranya dapat menghambat atau

mempersulit para pembaca dalam memahami isi al-Qur’an. Misalnya ilmu sharaf,

nahwu, balagah, dan ilmu sebagainya. Berbicara tentang ilmu-ilmu tersebut menurut al-

Maraghi merupakan cabang-cabang ilmu yang peminatnya pun masuk didalam

spesialisi secara khusus yang sebaiknya tidak dicampur adukan dengan tafsir al-Qur’an.

Meskipun ilmu-ilmu tersebut, bisa membantu mereka dalam memahami bentuk-bentuk

kalimat bahasa Arab dengan pengertian secara dalam atau ilmu-ilmu tersebut tetap

sangat penting diketahui oleh para mufasir.

f. Menggunakan Gaya Bahasa yang Mudah Dipahami

Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an al-Maraghi cenderung menggunakan

gaya bahasa yang mudah dipahami oleh para pembaca sesuai dengan kondisi dan

situasi saat kitab tafsir itu ditulis. Hal ini dilakukan didasarkan pada asumsi bahwa,

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

293

kerangka pikir masyarakat selalu berkembang. Untuk itu diperlukan sebuah kitab tafsir

yang mudah dibaca dan dipahamioleh pikiran para pemaca tafsir itu ditulis.

Meskipun demikian, al-Maraghi tetap merujuk kepada pendapat-pendapat

mufasir terlebih dahulu sebagai penghargaan atas upaya yang mereka lakukan. Akan

tetapi gaya bahasa yang digunakan tetap disesuaikandengan kondisi yang ada. Untuk itu

dalam menafsirkan ayat, al-Maraghi selalu melakukan konsultasi dengan orang-orang

ahli dibidangnya seperti dokter, astronom, dan orang-orang bijak untuk mengetahui

pendapat-pendapat mereka sesuai bidangnya masing-masing

g. Pesatnya sarana komunikasi di masa modern.

Masa sekarang ini, ternyata mempunyai ciri tersendiri. Masyarakat lebih

cenderung menggunakan gaya bahasa sederhana yang dapat dimerngerti maksud dan

tujuannya. Terutama ketika bahasa itu dipergunakan sebagai alat komunikasisehingga

melahirkan kejelasan pengertian. Karenanya, sebelum kami melakukan pembahasan,

terlebih dahulu membaca seluruh kitab-kitab tafsir terdahulu yang beraneka

kecendrungannya dan masa ditulisnya. Sehingga kami memahami secara keseluruhan

isi kitab-kitab tersebut. Kemudian, kami berusaha mencernanya, dan kami sajikan

dengan gaya bahasa yang bisa diterima dimasa sekarang. Itulah Al-Maraghi menyusun

tafsir Al-Qur’an.

h. Selektif Terhadap Kisah-Kisah yang Terdapat di Dalam Kitab-Kitab Tafsir

Al-Qur’an banyak memberi isyarat tentang umat-umat masa lalu yang tertimpa

azab karena dosa mereka, juga tentang awal penciptaan langit dan bumi, dimana

mereka tidak memiliki pengetahuan akan hal ini, sehingga tidak memungkinakan bagi

mereka untuk memahami kandungan ayat masih secara global. Demikian ini, karena

masyarakat Arab saat itu adalah sebuah mayarakat “ummi” (tidak mengenal baca tulis)

dan jauh dari pusat-pusat ilmu dan peradaban. Sementara disisi lain, secara fitrah

manusia adalah tipe makhluk yangmemiliki rasa keingintahuan yang sangat

besarterhadap segala macam hal. Maka untuk memenuhi rasa keingintahuannya itulah

mereka berusaha mencari jawabannya kepada para ahli kitab, baik nasrani maupun

yahudi.

Oleh karena itu, al-Maraghi menganggap langkah yang baik adalah jika pembahasan

ayat-ayat tidak menyebutkan masalah-masalah yang berkaitan erat dengan cerita-cerita

terdahulu. Kecuali jika ceria-cerita tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

294

yang sudah tidak diperselisihkan. Kami yakin cara inilah yang paling baik dan dapat

dipertanggung jawabkan di dalam menafsirkan al-Qur’an. (Ahmad Mustafa Al-Maraghi,

1992: 17-21)

2. Surat An-Nisa Ayat 36, Asbab-Nuzul Dan Penafsiran Menurut Ahmad Mustafa Al-

Maraghi

Surah ini dinamai surah an-Nisa’. Nama ini telah dikenal sejak masa nabi saw.

Aisyah ra., istri Nabi saw., mennegaskan bahwa surah al-Baqarah dan surat an-Nisa turun

setelah beliau kawin dengan Nabi saw. Ia juga dikenal dengan nama an-Nisa al-Kubra (an-

Nisa yang besar) atau an-Nisa ath-Thula (an-Nisa yang panjang), karena surat ath-Thalaq

dikenal sebagai surah an-Nisa ash-Shughra (an-Nisa yang kecil). Dinamai an-Nisa yang

dari segi bahasa bermakna “perempuan”, karena ia dimulai tentang hubungan silaturrahmi,

dan sekian banyak ketetapan hukum tentang wanita, antara lain perkawinan, anak-anak

wanita, dan ditutup lagi dengan ketentuan hukum tentang mereka.

Kalau pendapat Aisyah di atas yang diriwayatkan oleh Imam Buhkori diterima, maka

itu berarti surah ini turun setelah hijrah, karena Aisyah baru bercampur dengan Nabi saw.

Setelah hijrah, tepatnya delapan bulan sesudah hijrah. Bahkan, para ulama sepakat bahwa

surah an-Nisa turun setelah surah al-Baqarah, dan ini berarti surah ini turun jauh sesudah

hijrah. Mayoritas ulama berpendapat bahwa an-Nisa turun sesudah

Asbabun Nuzul surat An-Nisa ayat 36, Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa

Kurdun bin Zaid sekutu Ka’ab bin al-Asyraf, Usman bin Habib, Nafi bin Abi Nafi, Bahra

bin ‘Amr, Hay bin Akhtab dan Rifa’ah bin Zaid bin at-Tabat, mendatangi orang anshar dan

berkata: “janganlah kamu membelanjakan hartamu, kami takut kalau-kalau kamu jadi fakir

dengan hilangnya harta itu, dan janganlah kamu terburu-buru menginfakan, karena kamu

tidak tahu apa yang akan terjadi.” Maka turunlah Surat al-Nisa’ ayat 36 sebagai larangan

orang yang kikir.(Qamaruruddin Shaleh, 1990, 130).

Allah memerintahkan untuk beribah hanya kepada-Nya, yang tidak ada sekutu bagi-

Nya, sebab dialah pencipta, pemberi rizki, pemberi nikmat dan pemberi karunia terhadap-

Nya, di dalam seluruh keadaan. Maka Dia-lah yang berhak agar mereka meng-Esakan, dan

tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun dari makhluk-Nya.

3. Surat An-Nisa Ayat 36 Dalam Perspektif Penafsiran Menurut Ahmad Mustafa Al-Maraghi

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

295

ساكي والجا رذى القر وبالوالدين واعبدواالله ولا تشركوا به شيئا إحسا نا وبذى القرب واليتا مى والم

ما ملكت أيا نكم ، إن الله لا يب من ب واجا ر الجنب والصا حب با لجنب وابن السبيل و (۳٦)كان متا لافخو را

(Ahmadad Musthafa Al-Maraghi, 1944: 33)

Artinya : Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang

jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan

diri(Q.S.An-Nisa:36) (Kementrian Agama RI, 2002: 143)

عبادةالله هى الحضوع له وتمكي هيبته وعظمته من النفس ( واعبدوالله ولاتشر كوا به شيئا) لسلطا نه ف السر والجهر،وأما رةذلك العمل بما به أمر، وترك ما عنه نهيؤوبذاتصالح والحشو ع

جميع الأعما من أقوال و أ فعا ليرجى خيرها ويشى شرها، وهذه والعبا دة هى الحضوع لسلطة غيبية وراءالأسباب المعرو فة

السلطة لا تكون لغيرالله فلا ير جى غيره ولا يغشى سواه ، فمن اعتقد أن غيره يشر كه فيها كان مشر كا ، وإذا نهى الله عن إشراك غيره معه ، فلأن ينهى عن إنكا روجوده وجحده ألوهيته أ أولى

:والإشراك ضروب مغتلفة العرب من عبا دة الأصنا م با تخا ذهم أولياء وشفعاءعندالله يقربون منها ماذكره الله عن مشر كى

وي عبدون : )) المتوسل بهم إليه ويقضون الحا جا ت عنده ، وقدجاءذكرهذا فى آيا ت كثيرةكقوله فعهم وي قولون هؤ لاء شفعا ؤن ا عندالله قل أت نب ؤن الله بما لا من دو ن الله ما لا يضر هم ولاي ن

((.ي علم فى السموات ولافى الأرض سبحا نه وت عا لى عما يشركون اتذواأحبا رهم : ))ومنها ما ذكره عن النصا رى من أنهم عبدوالمسيح عليه السلام ، قال تعلى

سيح ابن مر ي وما أمروا إلا لي عبذوا إلا وا حدالا هو سب ن هم ورهباحا نه أربابا من دون الله والم

((عما يشركون

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

296

وأقوى أنواعه ما سما ه الله دعاء واستشفا عا وهو التوسل بغيره له وتوسيطه بينه وبي الله ، ولا يا سيد بدوى يا سيدى -يا شيخ العرب)هذا صلاة ولا صوم ولا أى عبا دة أخرى ينفع مع

.إلى غير ذلك( إبراهم الدسوقىويعتذربعض الناس لمسل هؤلاءوغا ية ما إليه المعذرت أن يو لو هم من شرا جلى واضح إلى شرك

.أقل منه وضو حا ولكنه شر ك كل حال :يك له عقبه با الوصية باالوا لدين فقا لوبعد أن أمر الله بعبا دته وحده لاشر

(Ahmadad Musthafa Al-Maraghi, 1944: 33-34)

Beribadah kepada Allah ialah tunduk kepadanya, menetapkan kewibawaan dan

keagungan –Nya di dalam jiwa, takluk kepada kekuasaan-Nya diwaktu sembunyi-sembunyi

dan terang-terangan, mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang

dilarangnya. Dengan demikian, seluruh amal, baik berupa perkataan maupun perbuatan akan

menjadi baik.

Ibadah ialah ketaklukan kepada suatu kekuatan ghoib dibalik sebab-sebab yang kita

ketahui, yang kebaikannya kita harapkan kejahatannya ditakuti. Kekuatan ini tidak lain

adalah milik Allah. Oleh karena itu, selain dia tidak ada yang diharapkan dan ditakuti.

Barang siapa berkeyakinan, bahwa selain Dia bersekutu dengan-Nya di dalam kekuasaan

itu, berarti orang itu telah menyekutukan-Nya. Jika Allah melarang mempersekutukan

sesuatu dengan-Nya, maka larangan mengingkari ada-Nya dan ketuhanan-Nya lebih utama.

Macam-macam syirik: Petama, syirik yang dilakukan oleh kaum musyrikin Arab

berupa menyembah berhala-berhala dengan menjadikan mereka sebagai para penolong dan

pemberi syafa’at di sisi Allah. Dengan berhala-berhala itu mereka mendekatkan diri dan

menunaikan hajat di sisi Allah. Syirik seperti ini banyak disebutkan di dalam ayat-ayat,

seperti di dalam firman Allah.

Artinya: dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan

kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata:

"Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada Kami di sisi Allah". Katakanlah:

"Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

297

langit dan tidak (pula) dibumi Maha suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang

mereka mempersekutukan (itu). (Q.S yunus: 18) (Kementerian Agama RI, 2002:

365).

Kalimat ini adalah ejekan terhadap orang-orang yang menyembah berhala, yang

menyangka bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat Allah.

kedua, syirik yang dilakukan oleh orang-orang nasrani, yaitu menyembah Isa Al-

Masih as. Allah Berfirman:

Artinya: mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan

selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam,

Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan

(yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka

persekutukan. (Q.S At-Taubah: 31) (Kementerian Agama RI, 2002: 334).

Maksudnya: mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib

mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh

membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.

Macam syirik yang paling kuat adalah apa yang dinaman Allah dengan doa dan

istisyfa (permohonan syafa’at); yaitu menjadikan selain Allah sebagai perantara antara dia

dengan Allah. Orang yang seperti ini tidak akan dapat mengambil manfaat dari shalat,

shaum, dan ibadah apapun yang yang dilakukannya. Syirik macam ini telah tersebar luas di

kalangan kaum muslimin. Orang-orang yang melakukan syirik seperti itu mengemukakan

alasan yang paaling puncak, mereka mengubah syirik jalily (yang jelas) menjadi syirik yang

kurang jelas. Akan tetapi walau bagaimanapun ia tetap syirik.

Setelah memerintahkan supaya hanya beribadah kepada-Nya dan tidak

menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, Allah mewasiatkan dua orang tua. Dia

berfirman:

أى أحسنوا بهما ولا تقصروا فى شىء مما يطلبا نه لأنهما السبب الظا هر ( وبا لوا لدين إحسا نا)فى وجو دكم وتر بيتكم باالرحمة والإخلا ص ، وقد فصلت هذه الو صية فى سورة الإسراء بقوله

سا نا إما يبلغن عندك الكب رأحدها أوكلا ها وقضى ربك ألات عبدوا إلاإياه وباالوالدين إح : ))تعا لى

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

298

هرها وقل لما ق ولا كريا ، واحفض لما جناح الذل من الر حمة وقل رب فلا ت قل لما أف ولات ن را ، ربكم أعلم بما فى ن فو سكم إن تكو ن وا صا لحي فإنه كا ن للأ وا ارحمهما كما رب يا ن صغي

((بي غفوراأن العبرة بما فى نفس الو لد من قصد البر والإحسا ن والإخلاص فيه ، بشرط ألا -والحلا صة

شؤنه الشخصيةوالمن لية ولا فى الأ عما ل الحا صة يد الوا لدان من حرية الو لد واستقلا له فىبدينه ووطنه فإذا أراد أحدها الا ستبداد فى شىء من ذا لك ، فليس من البر العمل بر أيهما اتبا

.عا لوا ها(Ahmadad Musthafa Al-Maraghi, 1944: 34-35)

Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, dan janganlah kalian meremehkan sedikit

pun di antara tuntutan-tuntutannya, karena mereka merupakan sebab lahir dari adanya

kalian. Mereka telah memelihara kalian dengan kasih sayang dan ikhlas. Wasiat ini telah

diuraikan di dalam surat Al-Iara' sebagai berikut:

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia

dan hendaklahkalian berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya. Jika

salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut

dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali jangan kamu membentak mereka dan

ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu

terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Ya Tuhan,

kasihinilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidik hamba di waktu

kecil.” Tuha kalian lebih mengetahui apa yang ada di dalam hati kalian; jika

kalian orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi

orang-orang yang bersabar”. (Al-Isra’. 17: 23-25) (Kementerian Agama RI,

2002: 499).

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

299

Ringkasnya, yang dijadikan pegangan ialah apa yang ada di dalam hati anak, berupa

niat untuk berbakti dan berbuat kebaikan dengan keikhlasan di dalam melakukan semua itu,

dengan syarat kedua orang tua tidak membatasi kemerdekaan anak dalam menjalankan

unsur-unsur pribadi atau rumah tangganya, tidak pada dalam perbuatan-perbuatan khusus,

berkaitan dengan agama dan negaranya. Jika mereka ingin menjajahnya dalam hal-hal

tersebut, maka bukanlah suatu kebaikan untuk melaksanakan pendapat mereka, karena

mengikuti nafsu mereka.

أى أحسنوا معا ملة أقرب النا س إليكم بعد الوالدين ، وإذاأدى المرء حقو ق الله فصحت ( وبذى القرب)عقدته وصلحت أعما له ، وقا م بحقوق الوا لدين ، صلح البيت وحسن حال لأسرة ، وإذ صلحالبيت كان

أحرى تتعلون مع هذه الأسرة ، قوة كبيرة ، فإذاعاون أهله ذوى القرب الذين ينسبون إليهم كان لكل منهم قوة : وبذا تتعلون الأمة جمعاء ، وتمد يد المعو نة لمن هو فى حا جت إليها ممن ذكروا بعد فى قو له

(Ahmadad Musthafa Al-Maraghi, 1944: 35)

Bergaulah dengan baik bersama bersama orang-orang yang dekat kepada kalian,

setelah kedua orang tua. Apabila seseorang telah melaksanakan hak-hak Allah, maka

benarlah akidahnya dan baiklah segala amalnya; apabila telah mengetahui hak-hak kedua

orang tua, maka baiklah urusan rumahtangga dan keluarga; apabila keadaan rumah tangga

telah baik, maka ia menjadi suatu kekuatan yang besar, dan apabila menolong kaum

kerabatnya, maka masing-masing diantara mereka akan mempunyai kekuatan lain yang

saling tolong-menolong bersama keluarga ini. Dengan demikian, seluruh umat akan saling

tolong-menolong dan mengulurka bantuannya kepada orang-orang yang membutuhkannya

di dalam firman Allah sesudah itu:

(واليتا مى والمساكي ) لأن اليتيم قدفقد النا صر والمعي وهو الأب ، وقلما تستطيع الأم مهما اتسعت معارفها

إلا كان وجوده جنا ية على الأمة لجهله وفساد أن تقوم بتريبته كاملة ،فعلى القا درين أن يعا ونوا فى تربيته ، و .أخلا قه ، وكان خطرا على من يعا شرهم من لدا ته ، وجرثو مة فسادينهم

.وكذلك امسا كي لاينتظم حال المجتمع إلابالعنايت بهم وصلاح حا لم ، وإلا كا نواوبللاعليهضعف والمج أون ول آفات سما وية وهم ضربان مسكي معذور تجب مواساته ، وهو من كان سبب عدمه ال

.ذهبت بما له ، ومثل هذا يجب عونه بمسا عد ته باالمال الذى يسد عوزه ويستعي به على الكسب

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

300

ومسكي غيره معذور فى تقصره ، وهو من عدمالمال بإسرا فه وتبذيره ، ومثل هذا يبذل له النصح ويدل على رك أمره إلى أولى الأ مر فهم أولى بتقوي معوجه وإصلاح ما طرق الكسب فإن اتعظ وقبل النصح فيها ، وإلات

(Ahmadad Musthafa Al-Maraghi, 1944: 35-36) .فسد من أخلاقه

Anak yatim memerluakan bantuan, karena ia kehilangan penolongnya, yaitu bapak.

Sedangkan ibu, walau bagaimana luas pengetahuannya, jarang sekali mendidiknya dengan

sempurna. Maka, bagi orang-orang yang mampu berkewajiban membantu pendidikannya.

Jika tidak, maka adanya didalam masyarakat akan menjadi beban karena kebodohan dan

kerusakan akhlaknya. Lebih dari itu, akan berbahaya bagi orang-orang yang digaulinya,

karena tersebarnya bibit kerusakan di antara mereka.

Demikian pula dengan orang-orang miskin; keadaan masyarakat tidak akan teratur,

jika mereka tidak diperhatikan dan keadaan mereka tidak diperbaiki, dan akan menjadi

beban masyarakat. Mereka ini terbagi kedalam dua golongan.

Pertama: orang miskin yang ma’zur (dikenakan uzur); mereka wajib diberi belas

kasian; yaitu orang yang kemiskinannya disebabkan oleh kelemahan dan ketidakmampuan

mencari nafkah, atau disebabkan terjadi bencana alam yang memusnahkan hartanya. Orang

seperti ini wajib dibantu dengan harta yang menutupi kebutuhannya dan menolongnya untuk

mendapatkan mata pencaharian.

Kedua: orang miskin yang gairu ma’zur (tidak akan dikenakan uzur) jika

mengabaikannya; yaitu orang yang kemiskinannya di sebabkan oleh perbuatannya yang

akan memboroska dan menyia-nyiakan harta. Orang seperti ini cukup diberi nasihat dan

petunjuk untuk mendapatkan pencaharian. jika ia mau menerima dan mendengarkan nasihat,

maka hal itu telah cukup baginya. Tetapi, jika tidak mau menerimanya, maka perkaranya

diserahkan kepada ulil-amri, karena mereka yang lebih berhak meluruskan kepincangan dan

memperbaiki akhlaknya yang rusak.

الجوار ضرب من ضروب القرابة فهو قرب بالمكان والسكن، وقد يأنس ( الجنبوالجارذى القرب والجار )الاءنسان بجاره القريب أكثر مما يأنس بالنسيب، فيحسن أن يتعاون الجاران ويكون بينهما الرحمة والإ حسان،

الدين على الإحسان في معاملة الجار وفاذا لم يسن أحدها إلى الآخر فلا خير فيهما لسائر الناس، وقد حثولو غير مسلم فقد عاد النبي صلي الله عليه وسلم ابن جاره اليهودي، وذبح ابن عمر شاة فجعل يقول

ما ))أهديت لجارنا اليهودي، أهدت لجارنا اليهودي؟ سمعت رسول الله صلي الله عليه وسلم يقول : لغلامه

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

301

من كان ))وروى الشيخان أنه صلى الله عليه وسلم قال (( ت أنه سيورثهزال جبديل يوصينى بالجاز حتى ظنن ((. يؤمن بالله واليوم الاخر،فليحسن إلى جاره

وحدد الحسن البصرى الجوار بأربعي جارا من كان جانب من الجوانب الأربعة، والأولى عدم التحديد بالدور .رواحك إلى داركوجعل الجار من تجاوره ويتراءى وجهك ووجهه فى غدوك أو

و إكرام الجار من شيم العرب قبل الإسلام وزاده الإسلام توكيدا بما جاء فى الكتاب والسنة، ومن إكرامه .إرسال الدايا إليه ودعوته إلى الطعام وتعاهده بال يارة والعيادة إلى نحو ذالك

(Ahmadad Musthafa Al-Maraghi, 1944: 36)

Tetangga adalah satu macam dari kaum kerabat, karena dekatnya tempat. Kadang-

kadang, orang lebih cinta kepada tetangga dekatnya kepada saudara seketurunannya. Oleh

karena itu, dua keluarga bertentangga saling tolog-menolong, membina kasih sayang dan

kebaikan antar mereka. Jika suatu keluarga tidak berbuat baik kepada tetangganya, maka

bisa dikatakan tidak ada kebaikan yang diberikan keluarga itu keped seluruh manusia. Islam

telah menganjurkan supaya bergaul dengan baik bersama tetangga, meski ia bukan muslim.

Nabi Saw. Pernah menjenguk anak tatangganya yang sedang sakit, padahal ia seorang

yahudi. Suatu ketika, Ibnu Umar menyembelih kambing. Lalu berkata kepada budaknya,

“sudahkah kamu memberi hadiah kepada tetangga kita yang beragama yahudi? Sudahkah?”

saya mendengar Rasulallah Saw. Bersabda:

مازل جبريل ي وصبن بالجا رحتى ظن نت أنه سي ورثه “Masih saja jibril terus mewasiatkan tetangga kepadaku, sehingga aku mengira bahwa dia

akan mewariskannya.”

Asy-Syaikhhani meriwayatkan, bahwa Rasulallah saw. Bersabda:

كا ن ي ؤمن با لله والي وم الاخر ف ليحسن إلى جا ره من “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik

kepada tetangganya.”

Hasan Basri membatasi tetangga dengan empat puluh rumah dari ke empat arah.

Yang lebih utama adalah tidak membatasi tetangga dengan rumah, kemudian membuat

pengertian bahwa tetagga adalah orang yang dekat dengan anda. Wajah anda selalu

berpapasan dengan wajahnya diwaktu pagi pada pagi hari, dan pulang ke rumah pada sore

hari.

Penghormatan terhadap tetangga sudah menjadi tabiat bangsa arab sebelum Islam,

kemudian Islam menguatkannya dengan ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

302

Sunnah. Diantara tanda-tanda penghormatan itu adalah mengirim hadiah kepadanya,

mengundangnya untuk makan bersama, berziarah, menjenguknya apabila sakit dan lain

sebagainya.

روى عن ابن عباس أنه الرفيق فى السفر والمنقطع اليك يرجو نفسك ورفدك، ( والصاحب بالجنب)وقيل من صاحبته وعرفته ولو وقت قصير، فيشمل صاحب الحاجة الذى يشى بجانبك يستشيرك

(Ahmadad Musthafa Al-Maraghi, 1944: 36) أو يستعي بك

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang dimaksud adalah teman di dalam perjalanan

dan orang asing asing yang mengharapkan bantuan serta pertolongan anda. Dikatakan, ia

adalah orang yang anda temani dan kenal meski dalam waktu yang singkat. Maka, termasuk

di dalamnya adalah orang yang punya hajat, yang berjalan disamping anda, yang mengajak

anda bermusyawarah atau meminta pertolonga.

هو ألسائح الرحالة فى غرض ضحيح غير محرم، والأمر بالإحسان إليه يتضمن ( وابن السبيل)التراغب فى السياحة والإعانة عليها، ويشمل اللقيط أيضا وهو أجدر بالعناية من اليتيم وأحق بالإحسان إليه، وقد عنى الأور بيون بجميع اللقطاء وتربيتهم وتعليمهم، ولولا ذالك لاستطار

م وعم ضرهم، وقد كان أحق بهذا الإحسان منهم لأن الله قد جعل فى اموالنا خقا معلوما شره (Ahmadad Musthafa Al-Maraghi, 1944: 37).للسائل والمحروم

Orang yang sedang mengadakan perlawanan utuk tujuan yang benar dan tidak

haram. Perintah berbuat baik kepadanya mencakup menyenangkan dan membantunya untuk

mengadakan perlawanan. Termasuk dalam katagori ibnu sabil adalah ank yang hilang, ia

lebih patut untuk diperhatikan, dan lebih berhak untuk disantuni dari pada anak yatim.

Orang-orang eropa telah menaruh perhatian untuk mengumpulkan, mendidik dan mengajar

anak-anak yang hilang, jika tidak karena perhatian mereka seperti itu, tentulah anak-anak

tersebut menjadi beban, yang bahayanya tersebar ddi dalam masyarakat luas. Sungguh kita

lebih berhak untun memberikan santunan dari pada mereka, karena Allah telah menjadikan

di dalam harta kita suatu hak tertentu bagi orang yang minta-minta dan miskin.

ل هذا أى أحسنوا إلى ما ملكت أيانكم من عبيدكم وامائكم، ويشم( وما ملكت أيانكم) ى شرا ء أنفسهم دفعة واحدة أونجوما تريرهم وعتقهم وهو أتم الإحسان وأكمله، ومسعادتهم عل

وأقساطا، وحسن معاملتهم فى الخدمة بألا يكلفوا ما لايطيقون ولا يؤذون يقول ولا يفعل، وقد هم إخوانكم وخولكم وجعلهم الله تت أيديكم ، ))روى الشيخان قوله صلى الله عليه وسلم

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

303

، ولايكلفوهم من العمل ما يغلبهم فمن كان أخوه تت يده فليطعمه مما يأكل وليلبسه مما يلبس (Ahmadad Musthafa Al-Maraghi, 1944: 37) ((.، فإن كلفتهم فأعينوهم عليه

Berbuat baiklah kepada hamba-hamba kalian, baik laki-laki maupun wanita.

Termasuk dalam perintah ini adalah memerdekakan mereka. Hal ini merupakan ihsan yang

paling sempurna, membantu mereka dalam menembus diri mereka sekaligus atau secara

bertahap, dan memberlakukan merek dengan baik didalam menjalankan pengabdiannya,

seperti tidak membebani mereka dengan pekerjaan yang tidak mampu mereka kerjakan dan

tidak menyakiti dengan perkataan maupun perbuatan. Asy-Syaikhani meriwayatkan, bahwa

Rasulullah saw. Bersabda:

أيديكم فمن كا ن أخوه تت يده ف ليطعمه مما ياء كل تت هم إخوانكم وخولكم جعلهم الله ن وهم عليه فإن كلفتمو هم فا , ولاتكلفو هم من العمل ما ي علب هم , ولي لبسه مما ي لبس عي

“mereka adalah saudara dan hamba kalian, Allah menjadikan mereka berada dibawah

kekuasaan kalian. Barang siapa saudaranya berada dibawah kekuasaannya, maka

hendaklah ia memberinya makan dari apa yang dimakannya, dan memberinya pakaian dari

apa yang dipakainya. Janganlah kalian membebani mereka dengan pekerjaan yang

menyusahkan mereka. Jika kalian membebani mereka, maka tolonglah mereka.”

Dalam sakit menjelang wafatnya, Rasulallah saw. Menekankan kembali

wasiatnyatentang para hamba, dan itu adalah wasiatnya yang terakhir. Ahmad dan Baihaqi

meriwayatkan dari Anas, bahwa wasiat Rasulallah saw. Menjelang wafatnya ialah:

الصلا ة وما ملكت أيا نكم “Peliharalah salat hamba-hamba kalian.”

Allah SWT. Telah mewasiatkan mereka kepada kita, sehingga tidak dikira bahwa

memperbudak mereka itu benar-benar menghinakan dan menjadikannyaseperti binatang

ternak.

Kemudian Allah menerangkan alasan persoalan terdahulu. Allah berfirman:

المختال هو المتكبر الذى تظهر آثار الكبر فى حركاته وأعماله، والفخور ( إن الله لايب من كان متلا فخورا)نفسه ، واحتقار هو المتكبر الذى تظهر آثار الكبر فى أقواله ، فتجده يذكر ما يرى أنه ممتاز به عن الناس زهوا ب

.لغيرهوالمختال الفخور مبغوض عند الله ، لأنه اختقر جميع الحقوق التى أوجبها للناس وأوجبها لنفسه من الشعور

.بعظمته وكبريائه ، فهو كالجاحد لصفات الألوهيه التى لا تلق إلا لا

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

304

ع للقلب ، ومن خشع قلبه فالمختال لا يقوم بعبادة ربه حق القيام ، لأن العبادة لا تكون إلا عن خشو خشعت جوارحه، ولا يقوم بحقوق الوالدين ولا ذوى القرب لأنه لا يشعر بحق لغيره عليه ، وبالأولى لا يشعر بحق لليتيم أو المسكي أو الجار قريب أو بعيد ، فهو لا يرجى منه بر ولا إحسان ، وإنما يتوقع منه إساءة

ولا تمش فى الارض مرحا إنك : ))ثوب وجر الذيل بطرا ومرحا قال تعالى وكفران ، ومن الكبر والحلاء إطالة ال ((.لن تخرق الأرض ولن تبلغ الجبال طولا

.وليس من الكبر والخيلاء أن يكون المرء وقورا فى غير غلظة ، ع ي النفس مع الأدب والرقةلا يدخل الجنة من )) ه وسلم الله صلى الله علي رسولقال : روى أيو داود والترمذى عن اب مسعود قال

فقال رجل إن الرجل يجب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة ، فقال (( كان فى قلبه مثقال ذرة من الكبر دطر الحق (( إن الله جميل يب الجمال ، الكبر بطر الحق وغمص الناس )) صلى الله عليه وسلم

:Ahmadad Musthafa Al-Maraghi, 1944).بهمردهاستخفافا وترفعا ، وغمص الناس احتقارهم والازدراء

37-38)

Al-Mukhtal: orang yang menyombongkan diri, yang tanda-tanda kesombongannya

tampak pada gerak dan perbuatannya.

Al-fakhur: orang yang menyombongkan diri, yang tanda-tanda kesombongannya

tampak pada perkataannya. Karenanya anda melihat dia menyebut-nyebut apa yang

dipandangnya sebagai kelebihannya dengan membanggakan diri dan merendahkan orang

lain.

Orang yang sombong lagi membanggakan diri ini dibenci oleh Allah Ta’ala, karena

ia merendahkan seluruh hak yang diwajibkan Allah bagi orang lain dan dirinya sendiri,

seperti hak untuk mengagungkan dan membesarkan-Nya. Maka ia seperti orang yang

mengingkari sifat-sifat ilahiyah,yang hanya patut bagi-Nya.

Orang yang sombong lagi membanggakan diri tidak melakukan ibadah dengan

sebenar-benarnya, karena ibadah yang benar hanya dilakukan dengan hati yang khusyu’, dan

sebagai implikasi dari kekusyu’an hati seluruh anggota tubuhnya juga khusyu’. Ia juga tidak

menjalankan hak kedua orang tua ldan kaum kerabat, karena ia tidak menyadari hak orang

lain atas dirinya, terutama ia tidak menyadari hak anak yatim, orang miskin, tetangga dekat,

atau tetangga jauh. Dia tidak bisa diharapkan untuk memberikan kebaikan dan santunan.

Yang bisa dinantikan darinya hanyalah perlakuan buruk dan tidak bisa membalas budi.

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

305

Diantara kesombongan dan perbuatan membanggakan diri ialah memanjakan pakaiandengan

sombong. Allah Ta’ala berfirman:

Artinya: dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena

Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu

tidak akan sampai setinggi gunung. (Al-Isra’ 17:37) (Kementerian Agama RI,

2002: 502).

Tidaklah termasuk kesombongan dan membanggakan diri apabila seseorang berlaku

sopan, tidak kasar, berhati mulia disertai dengan tata krama yang baik dan lemah lembut.

(Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, 1993, 51-59)

D. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dalam rangka pembahasan skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai

Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa Perspektif Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir

Al-Maraghi”, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak kepada kaum dhuafa perspektif al-qur’an surat an-nisa ayat

36 tafsir al-maraghi, yaitu:

a. Nilai vertikal berarti hubungan kepada Allah yaitu menauhidkan Allah, takwa kepada

Allah , Dzikrullah, tawakkal larangan syirik dan tidak boleh menyekutukanNya dengan

sesuatu apapun.

b. Nilai horizontal yaitu antar sesama manusia diantaranya: berbakti kepada kedua orang

tua, karib kerabat, anak-anak yatim, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat,

ibnu sabil, dan hamba sahaya. Serta larangan berlaku sombong dan membanggakan diri,

kikir dan riya.

2. Relevansi surat An-Nisa ayat 36 dalam kehidupan sehari-hari sangatlah erat. Karena Al-

Qur’an merupakan sumber dari segala sumber hukum yang ada diseluruh dunia bahi umat

Islam, sehingga mampu memjawab berbagai permasalahan dan persoalan hidup serta Al-

Qur’an mampu menjamah dari masake masa termasuk kehidupan moderan saat ini yang

penuh dengan berbagai konflik dan masalah.

Daftar Pustaka

Achmadi, 1992, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Semarang: Aditya Media.

Agama RI, Kementri, 2002, Al-Qur’an dan terjemah, Surabaya: Pustaka Agung Harapan.

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

306

Al-Hifnawi, Ibrahim, Muhammdad, 2008, Jus 2 Tasir Al Qurtubi, Jakarta: Pustaka Az-Zam.

Alim, Akhmad, tafsir pendidikan islam, jakarta selatan: AMP press.

Al-Maraghi, Ahmad Mushtahafa, 1993, jilid 1 Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT Karya

Toha.

Al-Maraghi, Ahmad Mushtahafa, 1993,jilid 5 Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT Karya

Toha.

Al-Maraghi, Ahmad Mushtofa, 1946, jus 5 Tafsir Al-Maraghi, Musthafa Al-Halabi, Kairo-Mesir.

Al-mubarakfuri, Syafiyurrahman, 2000, jilid 2 Tafsir Ibnu Katsir, jakarta: Pustaka Ibnu Katsir.

Amin, Ahmad, 1991, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang.

Amin, Ahmad, 1991, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang.

An Nawawi, Abdurrahman, 1990, Pendidikan Islam di Rumah dan Masyarakat, Jakarta: Gema

Insani Press.

Anwar, Rosiman, 2010, Akhlak Tasawuf, Bandung, CV Pustaka Setia.

Ardiansyah, Dian dan Mujib, Abdul, 2013, pendidikan karakterperspektif islam, Bandung: Pt

Remaja Rosdakarya.

Azra, Azyumardi, 2012, pendidikan islam, jakarta: KENCANA prenada media grup.

Basri, Hasan, 2014, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.

Drajat, Zakiyah, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: bumi aksara.

El-Mazni, Rafiq, Aunur, 2015, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, jakarta timur: pustaka al-kautsar.

Koesman, 2008, Etika Dan Moralitas Islami, Semarang: Pustaka Riski Putra.

Miswanto, Agus, 2012, Agama Keyakinan dan Etika, Magelang: P3SI UMM.

Muhsin, 2004, Menyayangi Dhuafa, Jakarta: Games Insani.

Mukmin Sa’adah, Imam Abdul, 2006, Meneladani Akhlak Nabi, Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

Muntahibun Nafis, Muhammad, 2011, ilmu pendidikan islam, yogyakarta: sukses.

Nata, Abuddin, 2017, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Prastowo, Andi, 2011, Memahami Metode-Metode Penelitian, Jogjakarta: Ar-Rus Media.

Purwadi Ilyas, Yanuar, 2014, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI UMY.

Purwadi Ilyas, Yanuar, 2014, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI UMY.

Purwadi, 2005, Sejarah Sastra Jawa, Jogjakarta: Gelombang Pasang.

Rozak, Abdul, 2008, Akidah Akhlak, Bandung, Pustaka setia.

Sa’adudin, Imam Abdul 2010, Meneladani Akhlak Nabi, Bandung: Remaja Rosa Karya.

Saebani, Ahmad, Beni, dan hamid, abdul 2010, Ilmu Akhlak, Bandung: Cv Pustaka Setia.

Saebani, Ahmad, Beni, dan hamid, abdul 2010, Ilmu Akhlak, Bandung: Cv Pustaka Setia.

Salahudin, Anas dan Alkrienciehie, Irwanto, 2013 Pendidikan Karakter, Bandung: Pustaka Setia.

Shihab, Quraish, 2000, Tafsir Al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati.

Sholeh, Qamaruddin, dkk, 1990, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-

Qur’an, Bandung: CV.Diponegoro.

Soenarjo, 1995, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, Semarang: ALWAAH.

Soyomukti, Nurani, 2010, Teori-Teori Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruz Media.

Soyomukti, Nurani, 2010, Teori-Teori Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruz Media.

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA

Sapto Wardoyo, Ahmad Mukhlasin, Abdullah Ridlo;

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Kaum Dhuafa (Perspektif

Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi)

vol. 1 no. 2

(November 2020)

e.ISSN : 2745-8245 p.ISSN : 2745-844X

307

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Afabeta.

Thoha, Chabib, 1996, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Yogyakart: Pustaka Pelajar.

Thoha, Chabib, 1996, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zakiya, Yuliati, Qiqi, dan Rusdiaana, A, 2014, Pendidikan Nilai, Bandung: Pustaka Setia.

Zakiya, Yuliati, Qiqi, dan Rusdiaana, A, 2014, Pendidikan Nilai, Bandung: Pustaka Setia.

Zulfa, Umi, 2011, Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta: Cahaya Ilmu.

Zuznani, Ida, 2012, Manajemen Pendidikan Berbasis Karakter Bangsa, jakarta: PT Suka Buku.