Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ORGANISASI
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UNTUK
MENINGKATKAN RELIGIUSITAS REMAJA (STUDI KASUS
RAYON KRAJAN, NAWANGAN PACITAN)
SKRIPSI
OLEH:
AHMAD AFATUR RHOMAN
NIM: 210314123
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
JULI 2018
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ORGANISASI
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UNTUK
MENINGKATKAN RELIGIUSITAS REMAJA (STUDI KASUS
RAYON KRAJAN, NAWANGAN PACITAN)
SKRIPSI
OLEH:
AHMAD AFATUR RHOMAN
NIM: 210314123
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
JULI 2018
PERSEMBAHAN
Keberhasilan yang seseorang tanpa adanya orang di belakang yang
mendukungnya, spesial skripsi ini untuk kalian:
1. Spesial buat Kedua orang tuaku, tercinta dan keluargaku tersayang yang selalu
mendukungku baik moril maupun materiel serta do’a yang tidak untuk kesuksesan
penulis, karena tidak ada kata seindah doa dan tiada doa yang paling khusuk selain
do’a yang terucap dari orang tua. Trimaksih juga motivasinya selama ini, karena
tanpa itu penulis tidak akan mengerti tentang hidup ini.
2. Spesial buat temen deketku Mira Yulianti yang telah meluangkan waktunya,
semangatnya, suntikan motivasinya untuk penulis dapat mengerjakan tepat pada
waktunya.
3. Sahabat KPM dan Kelas PAI.D Tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan
kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa,
tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan
manis yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan.
4. Buat seseorang yang tak bisa ku tuliskan namanya. Trimaksih “Gaes” atas
semangat nasehatnya yang membuat diriku akan selalu bahagia.
5. Dan yang terakih buat Teman ngopi yang penuh inspirasi dimana berada yang
tidak bisa ku ucapkan satu persatu terimakasih banyak atas obat lelah yang kau
berikan, berupa candaan dan banyolan yang membuat penulis merasa nyaman dan
selalu membuat hati ini tenang.
MOTO
Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka
Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak
bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".1
1 Al-Qur’an 31:12.
ABSTRAK
Rhoman, Afatur Ahmad. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate Untuk Meningkatkan Religiusitas Remaja (Study
Kasus Rayon Krajan, Nawangan Pacitan, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.
Pembimbing, Ahmad Faruk, M.Fil.l
Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Persaudaraan Setia Hati Terate,
Religiusitas
Korelasi budaya dan pendidikan Islam adalah dua aspek yang harus di
kembangkan oleh remaja. Sejak manusia menuntut kemajuan dan kehidupan, maka
sejenak itu timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan
pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Dalam kaitanya tentang pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate peneliti ingin sekali meneliti tentang Persaudaraan Setia
Hati Krajan, Nawangan dikarenakan tujuan latihan disini sangat mulia ingin
menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam setiap anggota siswa dan warganya
(rata-rata masih remaja).
Berdasarkan dengan ulasan diatas maka Tujuan dari hal tersebut ialah. (1)
Untuk mengetahui seberapa besar Nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate. (2) Untuk mengetahui kontribusi Organisasi
Persaudaraan setia Hati Terate dalam meningkatkan ke Religusitas para Remaja.
Penelitian ini mengunakan metode penelitian deskriptif kualitatif pengambilan
datanya dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumenmtasi, data yang
diperoleh oleh hasil observasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate dalam Meningkatakan Religiusitas Remaja, dari data
yang diperoleh kemudian dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk kalimat untuk
mempermudah dalam melakukan pembahsan dalam penelitian ini.
Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa. (1) Nilai-nilai Pendidikan Islam
dalam Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate : a. Nilai Akidah: Ke-SH an di
bungkus dalam sebuah ke rohanian. b. Nilai Ibadah Nilai ibadah: Berdoa, wudhu,
sholat, puasa dan silaturohmi c. Nilai Akhlak PSHT: berbakti kepada Orang tua. (2)
nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate Untuk
meningkatkan religiusitas Remaja di Rayon Krajan, Nawangan, Pacitan. Dalam
kegiatan PSHT Rayon Krajan Nawangan dalam Akidah sebuah Ke-Shan menigkatkan
budi pekerti. Nilai ibadah. Bedoa, wudhu meningkatkan bersuci, sholat meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah Swt, puasa senin kamis meningkatkan terbisasa puasa wajib.
Dan dasar Persaudaraan meningkatkan silaturohmi. nilai Akhlak, membiasakan
berbahasa sopan peningkatanya mereka akan terbiasa sopan kepada orang tua dan
orang yang lebih tua.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas
terlimpahnya rahmat taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate Untuk Meningkatkan Religiusitas Remaja (Studi Kasus
Rayon Krajan, Nawangan, Pacitan)”. Skripsi ini penulis susun untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo.
Sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya serta para pengikutnya. Amin.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak terlepas dari hambatan-hambatan
yang dihadapi, akan tetapi atas bimbingan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak,
semua hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis sampaikan
salam hormat serta ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Hj. Siti Maryam Yusuf, M.Ag, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Ponorogo.
2. Bapak Dr. Ahmadi, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Instutit Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.
3. Bapak Kharisul Wathoni, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.
4. Bapak DR. H. AB. Musyafa’ Fathhoni, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang dengan penuh perhatian selalu meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan akadmeik.
5. Bapak Ahmad Faruk M.Fil.I selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan hingga selesainya skripsi ini.
6. Persaudaraan Setia Hati Ranting Nawangan khususnya Rayon Nawangan dimana
saya sudah diberikan ilmu untuk bersosial, mengembangkan diri dan mengabdi,
saya ucapkan terimakasih.
7. Semua pihak baik langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
Harapan penulis semoga Allah Swt memberikan pahala yang setimpal kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, teriring
dengan do’a Jazakumulla ah san al-jaza’.
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam skripsi ini, maka dari itu
penulis menghargai saran dan kritik dari semua pihak.
Ponorogo, 20 Mei 2018
Penulis
( AHMAD AFATUR R )
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v
MOTTO .................................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................. 7
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
F. Sistematika Pembahasan .................................................................... 10
BAB II TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN
TEORI ........................................................................................................... 12
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................... 12
B. Kajian Teori ....................................................................................... 16
1. Nilai-Nilai Pendidikan Islam......................................................... 16
2. Persaudaraan Setia Hati Terate ..................................................... 31
3. Religiusitas .................................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 47
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................ 47
B. Kehadiran Penelitian .......................................................................... 48
C. Lokasi Penelitian ................................................................................ 48
D. Sumber Data ...................................................................................... 49
E. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 50
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 52
G. Pengecekan Keabsahan Temuan ........................................................ 54
H. Tahapan-Tahapan Penelitian .............................................................. 58
BAB IV DESKRIPSI DATA .............................................................................. 59
A. Deskripsi Data Umum ....................................................................... 59
1. Asal-Usul Desa Nawangan ........................................................... 59
2. Peta Desa Nawangan ..................................................................... 61
3. Sejarah Persaudaraan Setia Hati Tetae Nawangan........................ 63
a. Dasar asa, dan Tujuan Persaudaraan Setia Hati Terate ........... 68
b. Struktur Organisasi PSHT Nawangan ...................................... 69
B. Dekripsi Data Khusus……………………………………………… 70
1. Bentuk Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate. .................................................... 70
2. Dampak Nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan
Setia Hati Terate untuk Meningkatkan Religiusitas Remaja di
Rayon Krajan Nawangan Pacitan................................................. 74
BAB V ANALISIS DATA ................................................................................. 77
A. Bentuk Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate. ................................................. 77
B. Dampak Nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate untuk Meningkatkan
Religiusitas Remaja di Rayon Krajan Nawangan Pacitan ........ 81
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 84
A. Kesimpulan ........................................................................................ 84
B. Saran ................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
SURAT IZIN PENELITIAN
SURAT TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAFTAR GAMBAR
NO Gambar Halaman
1.1 Gambar Tahapan Komponen Analisis Data: Model Milles
& Huberman
48
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
Lampiran : 1 Jadwal Wawancara
Lampiran : 2 Transkip Wawancara
Lampiran : 3 Transkip Observasi
Lampiran : 4 Transkip Dokumentasi
Lampiran : 5 Dokumentasi Kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara terminologis dapat diartikan sebagai pembinaan,
pembentukan, pengarahan, pencerdasan, pelatihan yang ditunjuk kepada semua
anak didik secara formal maupun non formal dengan tujuan membentuk anak didik
yang cerdas, berkepribadian, memiliki ketrampilan atau keahlian tertentu sebagai
bekal kehidupanya di masyarakat. Secara formal, pendidikan adalah pengajaran (at-
tarbiyah, at-ta’alim). Sebagaimana Muhaimin (2001: 37) katakan bahwa
pendidikan adalah aktivitas atau upaya yang sadar dan terencana, dirancang untuk
membantu seorang mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan
ketrampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan
sosial. 2
Islam juga mementingkan sebuah pendidikan terlihat terlihat dalam surat
Mujadhilah ayat 11 yang berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
2 Basri Hasan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009),53.
1
2
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan3
Dari ayat tersebut dapat kita ambil makna bahwa orang-orang yang beriman
dan yang berilmu atau kita bisa tafsirkan orang yang mencari ilmu akan dinaikkan
derajatnya. Dengan kata lain ilmu yang dimaksud yaitu segala aspek yang akan
meningkatkan sebuah pengetahuan. Selama itu dalam kadar yang positif. Termasuk
dalam pandangan pendidikan Islam yang khususnya bersumberkan pada nilai-nilai
agama Islam. bersumber Al-Quran dam al sunah. 4
Pandangan tersebut di zaman sekarang, pergaulan muda mudi sangat
memprihatinkan kurangnya minat dalam menekunkan sebuah pandangan
pendidikan Islam. selain itu remaja sekarang lebih senang meniru budaya barat yang
bertolak belakang dengan budaya timur, hal ini di sebabkan oleh para remaja yang
bergaul dengan orang-orang yang kurang baik. Korelasi budaya dan pendidikan
Islam adalah dua aspek yang harus di kembangkan oleh remaja. Sejak manusia
menuntut kemajuan dan kehidupan, maka sejenak itu timbul gagasan untuk
melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui
pendidikan.5 Dalam prespektif tersebut diharapkan pendidikan Islam akan
menghantarkan sebuah pengembangan sebuah kebudayaan.
Menelaah dari hal tersebut kebudayaan pencak silat yang mengandung
falsafah budi pekerti luhur dijiwai oleh nilai-nilai masyarakat melayu yang
3 Al-Quran 58 : 11.
4 Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia,1997), 15.
5 Ibid.,1
3
mengajarkan nila-nilai beriman kepada Tuhan yang Maha Esa. Pas sebagai alternatif
jalan pintas untuk memajukan pendidikan dan sebuah kebudayaan. Pencak silat
sendiri merupakan beladiri warisan kebudayaan asli Indonesia yang harus
dikembangkan supaya tidak punah di negara kita sendiri.6
Sekilas pencak silat memang seperti pendidikan olahraga pada umumnya
yang mengutamakan kegiatan dan kekuatan fisik saja, namun apabila diteliti dan
dikaji secara mendalam ternyata pencak silat bersangkut paut dengan berbagai aspek
kehidupan manusia baik sebagai individu maupun masyarakat, hal ini ditegaskan
Eddy M. Nalapraya.7 Sehingga pendidikan pencak silat tidak lagi bersifat
ketrampilan saja, melainkan bertujuan untuk membentuk kualitas kepribadian
manusia.8
Pada perkembangan selanjutnya, latihan beladiri merupakan sarana yang
ampuh untuk pembinaan mental spiritual, terutama untuk mewujudkan budi pekerti
yang luhur, disiplin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.9
Para pendekar dan guru pencak silat dengan tekun memberi ajaran
keagamaan, etika moral kepada anak didiknya yang rata-rata masih remaja, agar
menjadi manusia yang ideal yang memiliki sifat takwa, tanggap dan tangguh, yang
6 IPSI, (Jakarta :Universitas Terbuka, 2009 ), 120
7 O’ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu,(Yogyakarta: Galang Press, 2000), hlm. xii.
8 O’ong Maryono, Pencak Silat, 51.
9 Sucipto, Materi, 1.21.
4
mampu mengendalikan diri dan berusaha mewujudkan sebuah masyarakat yang
damai dan sejahtera amar makruf nahi munkar dan beriman kepada Tuhan. 10
Indonesia memiliki beraneka ragam aliran pencak silat yang berkembang
selama berabad-abad, dan tiap aliran ini bercabang –cabang lagi menjadi banyak
perguruan. Salah satu aliran yang masih berkembang di Indonesia dan masih eksis
di kala era globalisasi yang makin melejit, yaitu pencak silat Persaudaraan Setia Hati
Terate atu bisa dikenal dengan PSHT, aliran pencak silat ini didirikan oleh Bapak
Hardjo Oetomo pada tahun 1922 di Pilangbangau, Madiun, beliau adalah murid
kinasi dari Ki Ngabehi Soerodiwiryo.11 PSHT adalah sebuah organisasi pencak silat
yang mendidik siswa dan warganya dengan lima aspek dasar pendidikan atau biasa
dikenal dengan panca dasar yaitu: Persaudaraan, Olahraga, Kesenian, Beladiri dan
Kerohanian.
Di dalam aspek Persaudaraan sendiri disini sangat ditekankan sejak awal
karena dasar utama Persaudaraan Setia Hati Terate adalah mewujudkan rasa
persaudaraan yang kekal dan abadi diantara warga dan calon warga yang diarahkan
pula menanamkan rasa seperti tersebut kepada semua orang. Aspek Olahraga yaitu
mengolahragakan para siswa dan warganya agar sehat kuat melalui latihan pencak
silat. Aspek kesenian di dalam pencak silat terkandung pula unsur-unsur seni bela
diri yaitu gerakan-gerakan yang mengandung rasa keindahan. Aspek Beladiri
10 O’ong Maryono, Pencak Silat, hlm. 114.
11 Pedoman Kerohanian dan Ke SH An, (Madiun: Persaudaraan Setia Hati Terate Pusat
Madiun-Indonesia,)3.
5
pencak silat sebagai unsur beladiri digunakan dalam rangka mempertahankan
keselamatan, kehormatan dan kebahagiaan serta untuk mempertahankan kebenaran
terhadap setiap penyerangan. Dan yang terakir aspek Kerohanian mengarah kepada
kebasaran jiwa setiap warga PSHT dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dengan menjalankan perintah menjauhi segala larangan-Nya dan meningkatkan
Religiusitas warga atau siswa PSHT. 12 semua itu terbungkus dalam tujuan akhir
organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate yaitu “Membentuk manusia berbudi
pekerti luhur Tahu benar dan Salah Serta bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang siap berperan serta memahayu hayunig bawono” .
Dalam kaitanya tentang pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate peneliti
inggin sekali meneliti tentang Persaudaraan Setia Hati Krajan, Nawangan
dikarenakan tujuan latihan disini sangat mulia ingin menanamkan nilai-nilai
pendidikan Islam dalam setiap anggota siswa dan warganya (rata-rata masih
remaja). Diharapkan semua yang menjadi warga dan anggota PSHT Krajan
Nawangan dapat menjadi suri tauladan di masyarakat. Sehingga pencak silat
dijadikan sebagai salah satu alat untuk menanamkan nilai-nilai terhadap remaja,
karena di dalam kegiatan pendidikan pencak silat ini banyak sekali seni pencak
silatnya serta terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat di kembangkan,
seperti meyakini hati sanubari adanya Tuhan, berbakti kepada kedua orang serta
pelatih (guru). Mempertebal rasa persaudaraan, dan menjadi manusia berbudi luhur.
12 Ibid., 12-13.
6
Melalui kegiatan Pencak silat lembaga Persaudaraan Setia Hati Terate Krajan
Nawangan para siswa diajarkan Ilmu pencak silat serta nilai-nilai pendidikan Islam
yang sesuai dengan ajaran Islam, semuanya dikarenakan demi mendapatkan
kebahagian dunia akhirat.13
Namun kenyataan yang terjadi dalam kegiatan pencak silat PSHT di
Kerajaan Nawangan masih banyak anggota yang memanfaatkan keahlian untuk
kegiatan negatif dan untuk kepentingan pribadi seperti mencari saudara hanya
mencari aman dalam berkelahi, tawuran dan kekerasan. Sehingga dapat
menimbulkan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Selain itu masih ada
beberapa masyarakat yang memandang sebelah mata mengenai pendidikan Islam
yang diajarkan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate.
Sebagai data pada sekitar tahun 2013 kemarin telah terjadi baku hantam
antar anggota PSHT krajan Nawangan, dengan sesama anggota PSHT dalam acara
syhukuran warga baru, ada juga anggota PSHT yang terlibat pemukulan dengan
warga salah satu anggota Tentara dari Koramil Nawangan dikarenakan ke salah
pahaman. Selain itu juga sekitar tahun 2015 salah satu anggota PSHT melakukan
tindakan anarkis kepada masyarakat dikarenakan pengaruh minum-minuman keras.
Dan mengakibatkan masyarakat memandang bahwa organisasi PSHT adalah
13 Observasi awal,Tanggal 17 januari 2018.
7
organisasi yang tidak mencerminkan nilai-nilai ketaqwaan kepada Tuhan YME dan
menimbulkan masalah dalam masyarakat.14
Dari permasalahan diatas membuat penulis ingin mengkaji dan menghapus
perlahan pandangan masyarakat yang negatif dari ajaran Persaudaraan Setia Hati
Terate dan mengetahui lebih mendalam nilai-nilai pendidikan Islam di dalamnya.
Kemudian peneliti mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang berjudul “
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ORGANISASI
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UNTUK MENINGKATKAN
RELIGIUSITAS REMAJA (STUDY KASUS RAYON KRAJAN,
NAWANGAN PACITAN). Dengan diangkatnya judul tersebut diharapkan bisa
bermanfaat bagi peneliti sendiri, dan khususnya bagi pembaca.
B. Fokus Penelitian
Penelititian memfokuskan penelitian ini berupa mengkaji nilai-nilai Pendidikan Islam
yang terkandung dalam materi Ke-SH an dan implementasi pelatihan rutin yang
dilakukan dalam latihan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Di Rayon Kerajan
Nawanagan, Pacitan dalam meningkatkan Religiusitas Remaja
14 Wawancara Dengan Arif ( Anggota PSHT), Tanggal 28 Januari 2018 di Tempat Latihan
PSHT Nawangan.
8
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana bentuk nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan
Setia Hati Terate ?
2. Bagaimana dampak nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan
Setia Hati Terate Untuk meningkatkan religiusitas Remaja di Rayon Krajan,
Nawangan, Pacitan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar Nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate.
2. Untuk mengetahui kontribusi Organisasi Persaudaraan setia Hati Terate dalam
meningkatkan ke Religusitas para Remaja.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
9
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang teori-teori
tentang nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate
dan di manfaatkan untuk menigkatkan ke Religiusitas khususnya untuk para remaja.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Dengan mengangkat judul diatas harapan peneliti dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan pendidikan Islam, selain itu juga dapat memperkaya khazanah ilmu
penegetahuan dan khususnya dapat menumbuhkan rasa cinta dengan ajaran organisasi
Persaudaraan setia Hati Terate.
b. Bagi Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate
Penelitian ini diharapakan mampu menjadi sumbangsih dari Organisasi Persaudaraan
setia Hati Terate Untuk mengali nilai-nilai pendidikan Islam dan upaya meningkatkan
ke Religiusitas, yang mamapu di maksimalkan sesaui tujuan organisasi menjadikan
manusia yang berbudi luhur tahu benar dan salah.
c. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini bisa Menambah informasi bagi pembaca tentang organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate, untuk dikembangkan menjadi penelitian yang lebih
baik dan mampu menunjukkan nilai positif yang ada di dalam organisasi Persaudaraan
Setia Hati Terate.
10
F. Sistematika Pembahsaan
Untuk keefektifan penelitian ilmiyah yang sistematis maka perlu dirancang sistematika
pembahasan, adapun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini merupakan pola dasar dari
keseluruhan skripsi ini. Yang meliputi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika pembahasan. Bab pertama ini
dimaksudkan untuk memudahkan dalam memaparkan data
BAB II : Telaah Hasil Penelitian Terdahulu dan kajian Teori. Bab ini
berisi tentang deskriptif telaah terdahulu dan landasan
teori.judul penelitian, sehingga antara data dan teori saling
melengkapi dan menguatkan. Teori yang digunakan sebagai
landasan dalam penelitian ini yaitu tentang Nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia Hati
Terate Untuk menigkatkan Religiusitas Remaja.
BAB III : Metode Penelitian. Bab ini terdiri dari komponen-komponen
dalam penelitian yang memuat pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi peneliti, data dan sumber data,
prosedur pengumpulan data, teknik anaslis data, pengecekan
keabsahan temuan, serta tahap-tahapan penelitian.
11
BAB IV : Deskripsi Data. Bab ini peneliti menyajikan keseluruhan data
baik data umum dan data khusus yang diperoleh dilapangan
sesuai dengan fokus permesalahan penelitian, yaitu
mendeskripsikan tentang gambar umum lokasi penelitian,
menjelaskan kondisi georafis, mendeskripsikan hasil penelitian
yang ditemukan dilapangan tentang nilai-nilai pendidikan Islam
dalam Persaudaraan Setia Hati Terate dalam meningkatkan
religiusitas dan menguraikan beberapa temuan data yang relevan
dengan teori.
BAB V
:
Analisis Data. Bab ini merupakan analisis data yang memiliki
keterkaitan tentang organisasi pencak silat Persaudaraan Setia
Hati Terate pada saat latihan dalam meningkatkan religiusistas
remaja di rayon krajan Nawangan, Pacitan.
BAB VI : Penutup. Bab ini yang berisi kesimpulan sebagai jawaban dari
pokok-pokok permasalahan dan saran-saran yang berhubungan
dengan penelitian sebagai masukan-masukan berbagai pihak
terkait. Bab ini berfungsi untuk mempermudah para pembaca
dan penulis agar dalam melihat inti dari penelitian, sekaligus
menindaklanjuti kasus yang diteliti
12
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelusuran di perpustakaan dan search results for
Persaudaraan Setia Hati Terate di sistem electronic theses of IAIN Ponorogo,
peneliti menemukan 3 judul yang terdahulu sebagai acuan bagi bagi penelititi untuk
mengembangkan penelitiannya, yang berkaitan dengan Organisasi Persaudaraan
Setia Hati Terate, antara lain sebagai berikut:
Pertama atas nama Imam Thohari, NIM 210313254 (2017) dengan judul Upaya
Pendidikan Karakter Pada Anggota Persaudaraan Setia Hati Terate Di Kecamatan
Balong Ponorogo.
Dari skripsi itu peneliti memberikan kesimpulan. 1) Bentuk pendidikan Karakter
pada anggota Persaudaraan Setia Hati Tetare Kecamatan Balong Ponorogo. Pertama
Bentuk penananman karakter dengan pemberian materi kerohanian/ke-SH-an pada
istirahat dianggap waktu tersebut efektif, dikarenakan untuk menggisi waktu luang
pada saat mereka istirahat, dan selanjutnya yaitu sebagai simbol pendekatan dari
pelatih ke siswa. Materi yang disampaiakan tersebut sesuai dengan materi
kerohanian/ke-SH-an yang be risikan tatakrama sopan santun. Tentang jika
berhadapan dengan orang yang lebih tua, baik orang tua, guru, pelatih, dan lain
12
13
sebagainya yang ada di masyarakat. Seperti saat latihan menggunakan bahasa jawa
kromo (halus) bukan bahasa jawa ngoko (kasar) sehingga sopan santun mereka
pelajari untuk bertata krama di tempat latihan dan dengan bahasa jawa kromo
tersebut tentu dapat melestarikan bahasa daerah. Kemudian menanamkan
ketakwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa: seperti membiasakan berdoa sebelum
dan sesudah latihan, mengerjakan sholat malam, menghafalkan surat dalam Al-
Quran, serta puasa sunah. Kedua, pengabdian masyarakat. Yang tidak kalah penting
pada kegiatan kali ini adalah melatih para siswanya untuk berorganisasi dengan
baik seperti mengajaknya ikut serta dalam bakti sosial di masyarakat pada masing-
masing rayon se-kecamatan Balong yang diikuti oleh para pelatih maupun siswa. 2)
pelaksanaan pendidikan Karakter Persaudaraan Setia Hati Terate di Kecamatan
Balong. Dalam tahap ini selalu ada dalam setiap tahunya, yaitu semenjak
Persaudaraan Setia Hati Terate lahir di kecamatan Balong sampai saat ini. Adapun
proses pelatihanyan yakni dari tahap awal, tahap inti (pembukaan, latihan inti, dan
penutup), dan tahap akhir. a) tahap awal, rekrutmen di Persaudaraan Setia Hati
Terate dilakukan sukarela. Jadi mereka yang ikut latihan merupakan atas dasar
kemauan sendiri, yaitu ingin belajar atau inggin membekali dirinya dengan pencak
silat atau beladiri dan kemudian peran dari anggota/warga adalah melatih. b) tahap
inti dimana para siswa mulai masuk dan mengikuti proses latihan dari mulai
pembuka sampai penutup. Pembukaan doa yang dilakukan sebelum memulai
latihan, merupakan sikap memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dapat
paham dalam semua materi yang diterima dan diberi kelancaran dalam latihan. Dan
14
melakukan salaman yang menggambarkan dari sikap ramah dan hubungan baik
antar individu sehingga akan mempererat hubungan persaudaan. Latihan inti berupa
olahraga, kesenian, beladiri, dan kerohanian. Penutup yaitu sama dengan
pembukaan latihan yakni berdoa dan salam. c) Tahap akhir yaitu syhrat siswa untuk
dapat disahkan adapun syharatnya yaitu: sudah mendapat materi sabuk polos, sabuk
jambon, sabuk ijo, dan sabuk putih, dan lulus tes ujian kenaikan sabuk 3) Hasil
dari pendidikan karakter pada persaudaraan Setia Hati Terate di Kecamatan Balong
dapat memberikan kontribusi dalam pendidikan, antara lain takwa kepada tuhan
yang Maha Esa, cinta budaya, rasa persaudaraan, berbadan sehat, berjiwa
patriotisme, sikap optimisme, dan ikut mendidik manusia berbudi luhur tau benar
dan salah.
Kedua atas nama Hendri, Susanto dengan judul Pola Pembianaan Mental
Kerohanian Pada Siswa Persaudaraan Setia Hati Terate (Studi Kasus Di Ranting
Slahung Kabupaten Ponorogo).
Pada skripsi ini peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1) Latar belakang
didirikan Persaudaraan Setia Hati Terate Slahung Ponorogo, yaitu berangkat dari
sebuah pepatah yang menyatakan “ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang
tidak berbuah” dari pepatah tersebut diterapkan oleh sesepuh Persaudaraan Setia
Hati Tetate Ranting Slahung Drs. Larman beliau ingin menggembangkan
pengetahuan tersebut di daerah Kecamatan/Ranting Slahung. 2) Bentuk-bentuk
Kerohanian di Ranting Persaudaraan Setia Hati Terate Slahung Ponorogo,
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dimana konsep praktisnya melandaskan
15
nilai-nilai islamiyah berbasis budaya yang mengandung 5 ajaran pokok kepada
siswa yakni persaudaraan, olahraga, kesenian, bela diri, ke rohanian. Dengan
mengimbangi dan memaksimalkan materi kerohanian selain dari ke-SH-an, seperti
membaca do’a sebelum latihan, mujahadah dan tirakatan ketika siswa memakai
ban/ikat ikat pinggang warna putih yang sesuai dengan konsep materi kerohanian.
3) Pengaruh terhadap siswa yang Ikut kegiatan kerohanian di Ranting Persaudaraan
Setia Hati Terate Slahung Ponorogo adalah terbentuknya kepribadian yang kuat
berakhlakul karimah/adhap asor karena siswa terbiasa ditanamkan sopan santun
terhadap guru/pelatih, orang tua, san semua siswa untuk saling menghormati satu
sama lain.
Ketiga atas nama Aziz, Muslim NIM 210310204 (2015) dengan judul Peran Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bela Diri Dalam Membentuk Karakter Pada Anggota
(Studi Kasus Pada UKM Bela Diri Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Di
STAIN Ponorogo).
Dari hasil penelitian di atas memberikan kesimpulan sebagai berikut 1) Pendidikan
Karakter UKM bela diri PSHT STAIN Ponorogo berupa keingiatan rutin dan
kegiatan isidental. Kegiatan rutin dilakukan seminggu tiga kali dan dilakukan pada
malam hari di luar jam kuliah. Kegiatan rutin terbagi menjadi tiga macam yaitu:
latihan fisik, latihan teknik, dan ke rohanian (ke-SH-an). Sedangkan kegiatan
insidental merupakan kegiatan yang bersifat kondisional yang dilakukan hanya pada
kesempatan dan waktu-waktu tertentu sesuai dengan aspirasi yang berkembang atau
intruksi dari akademik. 2) Prosedur latihan di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
16
beladiri PSHT di STAIN Ponorogo terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) Pembukan
latihan meliputi: penghormatan, doa pembukaan, salaman, dan pengarahan. (2)
latihan ini meliputi: latihan fisik, latihan teknik, dan latihan kerohanian, dan penutup
latihan meliputi: penutup, penenanngan dan penutup dan salam. 3) Kontribusi UKM
beladiri PSHT di STAIN Ponorogo dalam pembetukan karakter pada anggotanya.
Adapun karakter yang dimiliki oleh anggota UKM beladiri PSHT antara lain:
Religius, toleransi, bersahabat atau komunikatif, tanggung jawab, kerja keras,
kreatif. Demokratis, peduli sosial, dan peduli lingkungan.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan yang diatas ialah lebih
mengedepankan pandangan tentang nilai-nilai pendidikan Islam yang diajarkan oleh
Persaudaraan Setia Hati Terate Krajan Nawangan yang meliputi pada nilai Akhidah,
Ibadah dan Akhlak dengan mengarah kepada penerapanya dalam kehidupan sehari-
hari. Demi mengarahkanya kedalam kehidupan keselamatan dunia dan akhirat.
B. Kajian Teori
1. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
a. Pengertian Nilai
Nilai kamus besar bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-sifat yang penting dan
berguna bagi kemanusiaan.15 Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya
dan mendorong orang untuk mewujudkan. Nilai merupakan sesuatu yang
15 Lihat Kamus Bahasa Indonesia edisi ke-3 cet.ke 3, (Jakarta: Balai Perpustaka, 2005), 783.
17
memungkinkan Indvidu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa
yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai (Horrock, 1976). Secara
dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinteroleh individu
serta diterima secara milik bersama dengan kelompoknya. Nilai merupakan standar
konseptual yang relatif stabil yang secara eksplisit atau implisit membimbing
individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai serta aktivitas dalam rangka
memenuhi kebutuhan psikologinya.
Spranger (Edward, 1987) mengolongkan nilai itu ke dalam enam jenis,
yaitu:
1) Nilai Teori atau nilai keilmuan
Ilmu ini mendasari perbuatan seorang atau sekelompok orang yang bekerja
terutama atas dasar pertimbangan rasional.
2) Nilai Ekonomi
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas
dasar pertimbangan, ada tidaknya keuntungan finansial sebagai akibat dari
perbuatanya itu.
3) Nilai Sosial atau Nilai solidaritas
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang terhadap orang lain tanpa
menghiraukan akibat timbul terhadap dirinya sendiri, baik berupa keberuntungan
atau tidak beruntungan.
4) Nilai Agama
18
Nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan
bahwa sesuatu itu dipandang benar menurut ajaran agama.
5) Nilai Seni
Nilai yang mendasari perbuataan seseorang atau sekelompok atas dasar
pertimbangan rasa keindahan atau rasa seni yang terlepas dari berbagai
pertimbangan material.
6) Nilai Politik atau Nilai Kuasa
Nilai yang mendasari seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan
baik buruknya untuk kepentingan dirinya atau kelompok.16
b. Pendidikan Islam
Sebelum kita berbicara jauh mengenai pendidikan Islam maka kita perlu
memahami apa itu pendidikan. Pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina,
mendapat awalan pen-, akhiran –an, yang makna sifat dari perbuatan membina atau
melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu, pendidik
merupakan pembinan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian
dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan kan Ketrampilan.
Dari makna tersebut pendidikan diartikan suatu aktivitas untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup.
Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi
berlangsung pula diluar kelas. Pendidikan bukan hanya bersifat formal tetapi juga
16 M. Ali & M Asrori, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 134-135.
19
bersifat non formal. Secara substansial, pendidikan tidak sebatas pengembangan
intlektualitas manusia, artinya tidak hanya meningkatkan kecerdasaan, melainkan
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan sarana
umum untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia. Secara umum
pendidikan adalah proses pembinanan manusia secara jasmaniah dan rohaniah.17
Setelah memahami tentang pendidikan sekarang kita memahami makna Islam.
Islam berasal dari kata “aslama” turunan dari kata “al-salm”al-salam, al-
slamah yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan lahir batin. Dalam Islam
terkandung makna suci, bersih tanpa cacat atau sempurna. Kata “Islam” diambil
dari kata “al-silm” dan “al-salm” berarti perdamaian dan keamanan. Dari asal kata
ini, Islam mengandung perdamaian dan keslamatan. Secara terminologis, Islam
adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak diturunkan ke muka
bumi dan terbina dalam bentuknya yang terakir dan sempurna dalam al-Quran yang
di wahyukan kepada nabi Muhammad Saw, suatu kaidah hidup yang memuat
tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual
maupun material.18
Dari pengertian diatas Pendidikan agama Islam merupakan proses dari
latihan mental, moral, dan fisik yang bisa menghasilakan manusia berbudaya tinggi
menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab.19 Ahmad D.
17 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, 53-54.
18 Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam (Ponorogo: STAIN Po Press, 2009)
44-45.
19 H,M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) 7.
20
Marimba mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani
berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam. kepribadian utama di istilahkan sebagai kepribadian muslim,
yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan
serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertanggung jawab dengan nilai-
nilai Islam.20
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan Agama Islam
yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok orang yang
melaksanakan pendidikan Islam.
Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan yaitu tujuan
sementara dan tujun akhir.
1) Tujuan Sementara
Tujuan sementara disini yaitu, tercapainya berbagai kemampuan seperti
kecakapan jasmaniyah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu
kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaaan jasmani rohani dan
sebagainya dan sebagainya.
20 H.M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1(Jakarta: Rineka Cipta, 2009),7.
21
2) Tujuan Akhir
Tujuan akhir pendidikan Islam Terwujudnya kepribadian muslim.
Sedangkan kepribadian muslim disini adalah kepribadian yang seluruh aspek-
aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam.21
d. Dasar-dasar Sistem Pendidikan Islam
Dengan demikian pendidikan Islam merupakan sistem yang dibangun oleh
dasar-dasar yang kuat yaitu sebagai berikut:
1) Al-Quran
Tidak dapat dimungkiri lagi bahwa Al-Quran sebagai dasar pendidikan
Islam Artinya sebagai tittik tolak keberangkatan sistem pendidikan Islam.
Misalnya dengan Mengutip surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berikut:
Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan 2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 3. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 4. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.22
Dalam ilmu pendidikan Islam yang sumbernya wahyu Al-Quran, kajianya
tidak sebatas yang berkaitan dengan sains, filsafat, dan agama dalam arti sebagai
doktrin. Hal ini karena di dalam Al-Quran dibicarakan persoalan hukum alam,
21 Nur Uhbiyati & Abu Ahmadi.Ilmu Pendidikan Islam IPI.(Bandung: Pustaka Setia, 1997) 33-
35.
22 Al-Quran 96 : 1 - 5
22
hukum Allah, hukum Kemanusiaan, dan masalah-maslah yang mentafsikan
maka semua menjadi objek kajian ilmu pendidikan Islam.
2) As- Sunah
Dasar pendidikan Islam Kedua adalah As-Sunah, yang merupakan
barometer keberhasilan Allah menghadirkan manusia teladan yang sempurna.
Nabi Muhamad SAW. Adalah sistem pendidikan yang bertujuan membentuk
anak didik yang amanah, fathanaah, dan Tablig, artinya semua yang dimiliki
wajib diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Atsar dan Ijma Sahabat
Atsar dan Ijma Sahabat menjadi dasar pendidikan Islam. sebagaiamana
dalam sejarah digambarkan bahwa para sahabat bergotong royong membangun
masjid Nabawi sebagai pusat pendidikan Islam, membangun majelis taklim,
membangun madrasah dan menyebarkan ilmu yang diterima dari Rosulullah
SAW.
4) Ijtihad Ulama
Dasar pendidikan Islam berikutnya ialah Ijtihad Ulama, yang menurut
sejarah tidak sedikit dari para ulama yang mendirikan sekolah dan membangun
lembaga pendidikan23
e. Nilai Nilai Pendidikan Islam
23Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, 149-176.
23
Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang
mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suwatu rangkaian atau
sistem didalamnya. Nilai tersebut menjadi pengembangan jiwa anak sehingga dapat
memberikan uotput bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas.
Dan disini peneliti menemukan ada tiga nilai pendidikan Islam diantaranya
1) Nilai Aqidah
Nilai aqidah merupakan landasan pokok bagi kehidupan manusia sesuai
fitrahnya, karena manusia mempunyai sifat dan kecenderungan untuk mengalami
dan mempercayai adanya Tuhan. Pendidikan akhidah ini dimulai semenjak bayi
di lahirkan dengan mengumandangkan Adzan ketelinganya agar pertama kali
yang didengar hanya kebesaran asma Allah.
Secara etimologi, Aqidah adalah bentuk masdar dari kata Aqoda-ya’qidu-
aqidatan yang berarti ikatan, simpulan, perjanjian, kokoh.24
Setelah terbentuk menjadi kata Aqida berarti perjanjian yang teguh dan
kuat, terpatri dan tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam.
Sedangkan secara terminologi, aqidah adalah bentuk masdar dari kata
‘aqoda-ya’qidu’aqidatan yang berarti ikatan, simpulan, perjanjian, kokoh .25
Setelah terbentuk menjadi kata aqidah berarti perjanjian yang teguh dan kuat,
terpatri dan tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam.26
24 Muhaimin dan Abdul Mujib,Pemikiran Pendidikan Islam,(Bandung: Trigenda Karya, 1993),
242.
25 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya) 242
26 Ibid., 124
24
Sedangkan secara terminologi, aqidah berarti credo, creed, keyakinan
hidup imam dalam arti khas, yakni pengikiran yang bertolak dari hati. Menurut
Jamil Ahailaba dalam kitab Mujam al-falsafi yang dikutip Muhammad Alim
dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam, Mengartikan Aqidah
adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara
kokoh.27
Aspek pengajaran Aqidah dalam dunia pendidikan Islam pada dasarnya
merupakan proses penemuan fitrah bertauhid. Fitrah bertauhid merupakan unsur
hakiki yang melekat pada diri manusia sejak penciptaanya. Ketika berada di alam
arwah, manusia telah mengikarkan ketauhidan yaitu, sebagaiamana ditegaskan
dalam Al-Quran surat Al-Araf ayat 172:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"28
Karekteristik aqidah Islam bersifat murni, baik dalam isi, maupun
prosesnya dimana hanyalah Allah yang wajib diyakini, diakui dan disembah.29
27 Ibid., 125
28 Al-Quran 206 : 172
16 Ibid., 125
25
Keyakinan tersebut sedikitpun tidak boleh dialihkan kepada yang lain, karena
akan berakibat penyekutuan (musyrik) yang berdampak pada motivasi ibadah
yang tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah.
Aqidah Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan
yang wajib disembah: ucapan dalam lisan dalam bentuk kalimat syahadat;
dengan perbuatan amal sholeh. Dengan demikian, aqidah Islam bukan hanya
sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi
acuan dalam bertingkah laku dan berbuat yang pada akhirnya akan membuahkan
amal saleh.
Lebih lanjut, Abu A’la al-Maududi yang dikutip Oleh Muhammad Alim
dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam, Menyebutkan pengaruh
Aqidah sebagai berikut:
a) Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik.
b) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
c) Membentuk manusia menjadi jujur dan adil.
d) Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap
persoalan dan situasi.
e) Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan dan optimisme.
f) Menanamkan sifat kesatria, semangat dan berani, tidak gentar meghadapi
resiko, bahkan tidak takut kepada mati.
g) Menciptakan sikap hidup damai dan ridha.
26
h) Membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan
illahi.30
2). Nilai Ibadah
Ibadah Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah Swt,
karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Majelis Trajih
Muhammadiyah mendefinisikan ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada
Allah SWT dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya,
dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya.31
M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul M. Quraish Shihab
Menjawab, 1001 Soal Keislaman Yang patut Anda Ketahui, menyimpulkan
tentang tiga definisi ibadah yang dikemukakan oleh Syaikh Ja’far Subhani, yaitu
“ibadah adalah ketundukan dan ketaatan yang berbentuk lisan dan praktik yang
timbul sebagai dampak keyakinan tantang ketuhanan siapa yang kepadanya
seorang tunduk.”32
Ketentuan ibadah termasuk salah satu bidang ajaran Islam dimana akal
manusia tidak berhak ikut campur, melainkan hak dan otoritas milik Allah SWT
sepenuhnya. Kedudukan manusia dalam hal ini mematuhi, mentaati,
melaksanakan dan menjalankan dengan penuh ketundukan sebagai bukti
pengeabdian dan rasa terima kasih kepada-Nya.
30 Ibid., 31
31 Ibid., 32 32 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Do’a.(Ciputat: Lentera Hati, 2006),
177.
27
Ibadah secara umum berarti mencangkup seluruh aspek kehidupan sesuai
dengan ketentuan Allah SWT. Ibadah dalam pengertian inilah yang merupakan
tugas hidup manusia. Dalam pengertian khusus ibadah adalah perilaku manusia
yang dilakukan atas perintah Allah SWT dan dicontohkan oleh Rosulullah Saw,
atau disebut ritual.33 Dengan ibadah manusia akan mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan akirat, akan tetapi ibadah bukan hanya sekedar kewajiban melainkan
kebutuhan bagi seorang hamba yang lemah yang tidak mempunyai kekuatan
tanpa Allah Swt yang maha kuat.
Adapun jenis-jenis ibada dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
a) Ibadah Mahdhah, artinya penghambatan yang murni hanya merupakan
ubungan antara hamba dengan sang pencipta secara langsung. Ibadah bentuk
ini memiliki 4 prinsip, yaitu:
(1) Keberadaanya harus berdasarkan adanya dalil perintah.
(2) Tata caranya harus berpola kepada Rosulullah Saw.
(3) Bersifat supra rasional (diatas jangkauan akal).
(4) Azaznya taat.
b) Ibadah Ghairu Mahdhah, artinya ibadah yang disamping sebagai hubungan
hamba dengan Allah Swt juga merupakan hubungan atau interaksi antar
hamba dengan mahluk lainnya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini ada 4, yaitu:
(1) Keberadannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.
28
(2) Tata pelaksanaannya tidak perlu berpola kepada contoh Rosulullah Saw.
(3) Bersifat rasional.
(4) Azaznya manfaat, selama itu bermanfaat maka selama itu boleh
dilakukan.34
Di dalam islam nilai ibadah tidak hanya sebatas ritual pada hari atau
tempat-tempat tertentu saja, akan tetapi lebi luas lagi. Karena pemahaman nilai
ibadah dalam islam adalah juga mencangkup segala perkataan dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari yang dikerjakan secara ikhlas semata hanya ingin mendapat
ridha dari Allah Swt. Menuntut ilmu, mendidik dan membesarkan anak, bekerja
keras mencari nafkah untuk keluarga, bahkan menyingkirkan dari dari jalanan pun
bisa mempunyai nilai ibadah jika perbuatan-perbuatan tersebut didasari
keikhlasannya untuk mencari keridhaan Allah Swt.
Ibnu Taimiya dalam bukunya yang berjudul Al-Ubudiyah, menjelaskan
cangkupan dan bentuk-bentuk ibadah, antara lain menulis: “Ibadah adalah sebutan
yang mencangkup segala sesuatu yang disukai dan diridhai oleh Allah Swt, dalam
bentuk ucapan dan perbuatan batin dan lahir, seperti shalat, puasa, haji, kebenaran
dalam berucap, kebaktian kepada orang tua, silaturahmi dan lain-lain.”35
34 Umay M. Dja’far Shiddieq, Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah
(http://umayonline.wordpress.com) , diakses pada tanggal 30 Maret 2018. 35 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas Perbagai persoalan Umat,
(Bandung: Mizzan, 1996)
29
3) Nilai Akhlak
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti perangai,
tabiat, adat (yang diambil dari kata dasar kalqun).36 Adapun pengertian akhlak
secara terminology, para ulama telah banyak mendefinisikan, diantaranya Imam al-
Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah
gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sedangkan akhlak menurut konsep Ibnu Maskawaih dalam bukunya
Tahdzibul Akhlak adalah sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (lagi).37
Akhlak adalah salalh satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya
hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak tampil
mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat.
Akhlak terbagi menjadi dua macam: yaitu akhlak mahmudah (akhlak
terpuji) dan akhlak madzmumah (akhlak tercela).
a) Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji)
Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari
segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak
terpuji tersebut dapat dibagi kepda empat bagian, yaitu:
36 Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf “Nilai-Nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan
tasawuf”, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), 25. 37 Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf.27.
30
(1) Akhlak terhadap Allah Swt
Titik tolak akhlak terhadap Allah Swt adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Swt. Dia memiliki sifat-sifat terpuji
yang manusia tidak mampu menjangkau hakikat-Nya.38
(2) Akhak terhadap orang tua
Sebagai anak diwajibkan untuk patuh dan menurut terhadap perintah
orang tua dan tidak durhaka kepada mereka. Dalam hal ini terutama kepada
ibu, karena jasa seorang ibu kepada anaknya tidak bisa dihitung dan tidak
bisa ditimbang dengan ukuran. Sampai ada peribahasa kasih ibu sepanjang
jalan, kasih anak sepanjang ingatan.39
(3) Akhlak terhadap diri sendiri
Selaku individu, manusia di ciptakan oleh Allah Swt. Dengan segala
kelengkapan jasmaniah dan rohaniah. Seperti akal pikiran, hati, nurani,
perasaan dan kecakapan batin dan bakat. Berakhlak baik pada diri sendiri
dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan manjaga diri
sendiri dengan sebaik-baiknya.
(4) Akhlak terhadap sesama
Manusia adalah mahluk sosial yang berkelanjutan eksistensinya secara
fungsional dan optimal banyak tergantung pada orang lain. Untuk itu,
38 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas Perbagai persoalan Umat,
(Bandung: Mizzan, 1996), 261. 39 . Ardani, Akhlak-Tasawuf “Nilai-Nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan tasawuf”,
80
31
manusia perlu bekerja sama dan saling tolong menolong dengan orang lain,
oleh karena itu ia perlu menciptakan suasana yang baik antar yang satu
dengan yang lainnya dan berakhlak baik.40
b). Akhlak Madzmumah (Akhlak Tercela)
Yang dimaksud dengan dengan akhlak madzmumah (tercela) adalah perbuatan
buruk atau jelek terhadap Tuhan, sesama manusia dan mahluk lainnya anatara
lain: musyrik, munafik, kikir, boros, atau berfoya-foya dan masih banyak lagi.
2. Persaudaraan Setia Hati Terate
a. Pencak silat
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pencak silat memiliki pengertian
permaianan (keahlian) dalam mempertahankan diri dan kepandaian menangkis,
menyerang, dan membela diri, baik dengan atau tanpa senjata. definisi pencak silat
di definisikan PB IPSI beserta BAKIN pada tahun 1957 mendefinisikan sebagai
berikut, pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela
mempertahankan eksistensi (kemandirianya), dan intregitrasnya (manunggal)
terhadap lingkungan hipup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup
guna meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan yang maha Esa
Pencak silat merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia yang bernilai
luhur. Nilai-nilai pencak silat terkandung dalam jati diri yang meliputi tiga hal
pokok sebagai satu kesatuan yaitu budaya Indonesia sebagi asal dan coraknya,
40 Ibid., 49.
32
filsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi pengunananya,
pembinanan mental spiritual/budi pekerti, seni, dan olahraga sebagai aspek intergral
dari subtensinya.41
b. Sejarah Pencak Silat
Pencak silat adalah seni bela diri Indonesia asli yang telah berumur berabad
abad dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
Pada jaman dahulu ketika manusia masih hidup berdampingan dengan
binatang cara kita membedakan antara manusia dan binatang yang sama-sama
mencari makan pada waktu itu, maka terdapat perbedaan yang nyata ialah kedaan
tubuhnya sangat lemah bila dibandingkan dengan yang dipunyai binatang. Misalnya
singa, harimau, srigala dsb. Mereka mempunyai taring yang panjang tenaga yang
sangat kuat sekali tenaga yang kuat sekalilembu, kerbau dan binatang mempunyai
tanduk yang besar dan kokoh, kuda dan rusa mempunyai kuku yang kuat laksana
besi, sedang beruang mempunyai tenaga yang besar dan luar biasa. Sebaliknya
manusia kukunya tumpul dan gampang robek, giginya tidak tajam dan gampang
kropos, tenaganya tidak kuat dan kulitnya tipis, namun begitu manusia mempunyai
kelestarian lain yaitu makhluk yang dapat berfikir (mempunyai kelebihan akal dan
budi), di jaman purba tatkala otak manusia belum berkembang dengan baik dan
ketika masih hidup di dalam goa-goa, pohon-pohon dsb. Apabila bertemu dengan
binatang buas manusia hanya dapat menggunakan tenaga yang ada padanya, untuk
41Mulyana, Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri Dan Karakter Bangsa (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.2013) 85-86.
33
melawan hewan tersebut. Karena tenaganya masih kalah kuat dengan binatang,
makan manusia sering kalah dengan hewan tersebut, apabila memang kondisi
apabila menang kondisi badannya tentu dalam keadaan luka berat. Ia banyak
membutuhkan waktu untuk menyembuhkan luka lukanya dan kembalinya tenaga
yang telah hilang karena digunakan melampaui batas.
Sadar akan posisinya buruk itu maka manusia menggunakan otaknya
untuk memperkecil bahaya saat keluar mencari makan, maka manusia mula
mengunakan batu untuk dilontarkan ke arah lawannya (merupakan perkelahian
jarak jauh). Kemudian manusia menyontoh gerakan-gerakan binatang saat berkelahi
dari gerakan-gerakan binatang saat berkelahi dari gerakan tersebut. Menyerang dan
mangkis. Maka terciptalah jurus harimau, merak, katak, naga, dsb. Lalu melihat
seekor kera bertempur, bagaimana kera memanjat, mengalak serangan lawan.
Meloncat dengan lincahnya, lalu terciptalah jurus kera.
Sejak saat itu manusia tidak terlalu mudah di kalahkan oleh binatang.
Bahkan untuk mempercepat proses mengalahkan lawan maka diciptakanlah
berbagai jenis senjata untuk melengkapi beladirinya misalnya kayu, untuk
pentungan batu lancip untuk mata tombak bsb. Setelah peradabaan lebih maju bela
diri berkembang lebih sempurna dan senjata yang dipergunakan lebih maju dan
disesuakan dengan kebutuhan menghadapi lawan, misalnya toya, glati, trisula,
kurambe, dsb. Setelah melalui prosesnya yang lama oleh bangsa Indonesia beladiri
tsb dinamakan pencak silat.
34
Kemudian dari kelompok-kelompok manusia yang telah menguasai bela
diri tsb diadakan pertandingan yang menjadi juara-juara yang menjadikan
kebangsaan dan simbol-simbol kekuatan bagi kelompok. Lalu mulailah orang
mencari kelompok yang kuat beladirinya untuk diajarinya bela dsiri dan terciptalah
perguruan-perguruan pencak silat.
Pada jaman Indonesia terdiri dari kerajaan, para bangsawan dan kesatria
berguru pencak silat, disamping mempelajari ketatanegaraan dam kesusteraan. Pada
saat itu kerajan-kerajan di Indoneasia tidak pernah ditaklukan bangsa lain, hal ini
menunjukan tingkat bela diri bangsa Indonesia yang sudah sampai pada tingkat yang
tinggi, serhingga dapat di pakai untuk mepertahankan diri dari serangan musuh.42
c. Sejarah Persaudaraan Setia Hati Terate
1) Sejarah Berdirinya “Persaudaraan Seti Hati”
Ki Ageng Soerodiwiryo yang nama kecilnya Mas Mohamad Masdan di
lahirkan pada th 1876 M putra sulung. Ki Ngebei Soeroihardjo mantri cacar di
Ngimbang Kabupaten Jombang. Pada Usia belia beliau mengaji di Pondok Tebu
Ireng , Jombang dan disitulah beliau mulai belajar pencak silat. Tahung 1892
beliau pindah ke Bandung daerah Prahiyang tahunn 1893 pindah Ke Jakarta, di
Betawi untuk menambah pengetahuan dalam bidang pencak silat. Beliau adalah
seorang yang berbakat dan berkemauan keras, cerdas sehingga dapat
menghimpun bermacam-macam gerak langkah permainan. Tahun 1894 pindah
42Buku, Persaudaraan setia Hati Terate Ranting Ponorgo. (tt)
35
ke Bengkulu. Lalu ke Sumatra Barat, akhirnya ke Aceh berguru kepada beberapa
guru diantaranya Tengku Ahmad Mulia Ibrahim, Gusti Kenanga Mangga
Tengah dan Cik Bedoyo. Tahun 1902 kembali ke Surabaya dan bekerja sebagai
anggota Polisi dengan Pangkat Mayor Polisi. Tahun 1903 di daerah Tambak
Giringsing Ki Ageng Soerodiwiryo mendirikan perkumpulan Perkumpulan
Persaudaraan Untuk mengelang kebaikan. Kebenaran dan keberanian diberi
nama Sedulur Tunggal Kecer dengan pemainan Pencak silatnya “Joyo Gendilo
Cipto Mulyo” Namun Persaudaraan Setia Hati yang lebih populer dengan
singkatan SH merupakan penyempurnaan Persaudaraan Sedulur Tunggal Kecer.
Tahun 1917 berdirilah Persaudaran Setia Hati. Ki Ageng Soerodiwiryo wafat
pada hari Jumat legi, tanggal 10 November 1944 dan dimakamkan di kelurahan
Winogo Madiun.
2) Berdirinya Persaudaraan Setia Hati Terate
Ki Hajar Hardjo Utomo dan Miunandar dipercaya oleh Ki Ageng
Soerodiwiryo untuk mengembangkan Ilmu SH. Oleh Ki Hajar Hardjo Utomo
Persaudaraan Setia Hati ditingkatkan menjadi Organisasi Persaudaraan Setia
Hati. Dengan Tambahan kata Organisasi tidak berarti menghilangkan pokok
persaudaraanya melainkan mengembangkan mengatur dan membina
Persaudaraan Tersebut. Dan lagi akan lebih tepat menjadi kegiatan perjuangan.
Pada waktu itu Zaman penjajahan Belanda, karena itu perkumpulan harus pintar
mengatur taktik dan strategi sehingga akhirnya SH berganti beberapa sebutan dan
nama berpusat di Pilangbango Madiun dengan Ki Hajar Hardjo Utomo sebagi
36
pendirinya. Ternyata usaha ini lebih mengena di hati kaum muda, sehingga SHM
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tahun 1922 SHM hapus dan atas
Restu Ki Ageng Soerodiwiryo, Ki Hajar Hardjo Utomo diberi izin agar
perkumpulan itu diberi nama Setia Hati Terate. Atau organisai Setia Hati Terate.
Lewat keputusan Kongres di Pilangbangaiu Madiun atas usul muridnya yang
bernama Suratno Sorengpati (salah seorang tokoh indonesia Muda) dari Jakarta
nama SH ditambah Terate sehingga menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate.
Tahun 1949 Persaudaraan Setia Hati Terate mualai berkembang
merambah segenap penjuru, ajaran SH terate mulai dikenal masyarakat luas, atas
prakarsa Soetomo Mangkunegoro, Darsono Serta saudara perguruan lainya
diadakan aperensi di desa diadakan apresensi di Desa Pilangbangau di Rumah
Almarhum Ki Hajar Hadrjo Utomo lahir ide-ide yang bagus yakni SH Terate
yang semenjak berdirinya beretatus perguruan Pencak silat diuabah menjadi
Organisasi Persaudaraan Setia Hati Tetate. Selanjutnya Soetomo mangkudjoyo
diangkat menjadi ketuanya dan darsono sebagai wakilnya
Tahun 1950 Soetomo Mangkudjoyo pindah ke Surabaya Ketuanya
diganti Irsad. Pada tahun itu pula Ki Hajar Utomo Seorang Tokoh Pendiri SHT
mendapat pengakuan dari pemerintah pusat dan ditetapkan sebagai “Pahlawan
Lintas Kemerdekaan” Karena atas jasa-jasanya berjuang dalam menentang
penjajah Blanda.43
43Materi Diklat Pelatih, Penyususn Panitia Diklat Pelatih Persaudaraan Setia Hati Terate
Cabang Magetan: 2003.
37
d. Dasar ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate
1) Pengertian panca Dasar
Pada pembahasan terdahulu telah dipaparkan bahwa tujuan Persaudaraan
Setia Hati Terate adalah membentuk manusia berbudi luhur tahu benar daan salah
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mewujudkan tujuan itu
Persaudaraan Setia Hati Terate berusaha meletakkan dasar-dasar ajaran yang
dikemas sedemikian rupa sehingga mudah diterima para warga/anggotanya.
Dasar-dasar telah ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate itu pada pokoknya terdiri
dari lima aspek atau lima dasar yang dikenal dengan istilah “Panca Dasar”
Kelima aspek ajaran yang terkandung dalam ajaran Persaudaraan Setia
Hati Terate itu adalah:
a) Persaudaraan
b) Olah Raga
c) Bela Diri
d) Seni
e) Kerokhanian.
Namun perlu digaris bawahi bahwa, meskipun yang tersurat dari
kandungan pokok-pokok ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate itu terbagi
menjadi 5 aspek, dalam praktiknya, keseluruhan dari kelima aspek itu harus
tercangkup dalam kesatuan. Sebab kelima aspek ajaran itu pada prinsipnya
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan atau “gangsal kang
nyawiji” (lima yang menyatu)
38
2) Penjabaran panca dasar
a) Persaudaraan
Aspek pertama yang terkandung dalam ajaran Persatuan Setia Hati Terate
adalah “Persaudaraan”. Persaudaraan dalam pandangan Setia Hati Terate adalah
persaudaraan yang kekal dan abadi. Yakni persaudaraan yang utuh, saling sayang
menyayangi, hormat menghormati, dan bertanggungjawab. Persaudaraan yang
tidak memandang siapa aku dan siapa kamu, serta tidak membedakan latar
belakang dan status poleksosbud, dengan penekanan bahwa jalinan persaudaraan
itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku di tengah-tengah
masyarakat.
Kemudian untuk memelihara persaudaraan yang kekal dan abadi,
dibutuhkan adanya penghayatan dan kesadaran tinggi. Di samping harus pula
senantiasa ingat bahwa manusia mahluk ciptaan Tuhan yang sarat dengan
kelemahan dan kekurangan (titah sakwantah). Sehingga dengan demikian, kita
diharapkan dapat saling melindungi, menyayangi, saling mau mengerti,
menghormati dan dituntut pula senatiasa berhati-hati terhadap hal-hal yang dapat
merusak tatanan nilai persaudaraan. Yakni, bila diantara kita terdapat rasa mau
menang sendiri, rasa curiga, dan merasa dirinya paling hebat dan paling super.
Sadar akan keberadaan diri kita sebagai mahluk sosial, setelah kita
berhasil menggalang satu jalinan persaudaraan, setelah kita tahu terhadap
kemungkinan datangnya hal-hal yang dapat merusak persaudaraan, dan agar
persaudaraan itu dapat bertahan, dibutuhkan suatu media pengikat. Media
39
pengikat jalinan persaudaraan itu, dalam Persaudaraan Setia Hati Terate, adalah
olah raga.
b) Olah raga
Kenapa Persaudaraan Setia Hati Terate memilih media pengikat jalinan
persaudaraan diantara para anggota dengan olahraga?
Pertama, bahwa ditinjau dari proses kelahiraannya, Persaudaraan Setia Hati
Terate didirikan oleh seorang pendekar yang memiliki jiwa sosial yang sangat
kuat. Seorang pendekar yang sadar akan kodrat dirinya sebagai mahluk sosial.
Seorang pendekar yang menaruh perhatian bersar (concern) terhadap masalah-
masalah di lingkungan sekitarnya. Di sini olahraga dipergunakan sebagai alat
untuk menghimpun orang-oraang, terutama generasi muda untuk diorganisir
sedemikian rupa.
Kedua, bahwa selain memiliki jiwa sosial yang tinggi, pendiri
Persaudaraan Setia Hati Terate itu, Ki Hadjar Hardjo Oetomo, memiliki jiwa
kepemimpinan (leadership) yang sangat menonjol. Oleh karenanya orang-orang
yang telah berhasil dihimpun dan diorganisir tersebut, kemudian diarahkan pada
satu tujuan tertentu. Lalu ia berusaha memimpin mereka untuk bersama-sama
mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Ketiga olah raga adalah merupakan satu bentuk kegiatan yang dapat
diterima oleh banyak orang. Kecuali kegiatannya tidak menyita banyak waktu
dan fikiran, olahraga adalah bentuk kegiatan yang sangat memberi manfaat bagi
kesehatan badan (rag), yang pada gilirannya akan memberikan kekuatan bagi
40
bathin/rokhani (jiwa). Pepatah mengatakan “mensana in corporesano” (didalam
tubuh yang kuat terdapat jiwa yang kuat)
Hal yang demikian itu terkandung maksud bahwa untuk mencapai
tujuannya, yakni membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah.
Persaudaraan Setia Hati Terate berusaha meletakkan dasar/landasan (pondasi)
yang kokoh kepada warga dan anggotanya. Upaya itu diwujudkan dengan
terlebih dahulu membentuk jasmaninya dan menyehatkan badannya, menyusul
kemudian seperti apa yang dikatakan pepatah diatas, adalah jiwa dan
kepribadiannya.
c). Beladiri
Olah raga yang diporsikan Persaudaraan Setia Hati Terate untuk memberi
landasan yang kuat kepada para warga dan anggotanya, perlu dicari bentuk atau
jenis olahraga tetentu yang dirasa cocok dan cukup efektif. Dalam hal ini
Persaudaraan Setia Hati Terate memilih jenis olah raga bela diri pencak silat.
Pertama, karena pencak silat selain mengandung unsur olahraga, juga
mengandung unsur beladiri. Yakni suatu bentuk pertahanan (benteng) yang
berguna sekali untuk mempertahankan diri dari serangan lawan/musuh baik
lawan yang berwujud nyata maupun lawan yang tidak nyata (nafsu yang bertahta
dalam jiwa).
Kedua, bahwa pencak silat merupakan beladiri khas yang bersumber pada
kepribadian dan jati diri asli bangsa Indonesia, dan merupakan warisan nenek
moyang yang adiluhung. Terlepas dari jenis maupun bentuknya, yang jelas
41
manfaat dari beladiri amat terasa sekali salah satu sifat dari seseorang yang
mengusai ilmu beladiri adalah gerak dan tindakan orang tersebut kelihatan
mantap dan penuh percaya diri. Ia tidak akan merasa was-was atau ragu-ragu
dalam menghadapi suatu permasalahan maupun di dalam melakukan suatu
pekerjaan. Ia pun tidak akan merasa takut dalam mengambil sikap atau
menentukkan keputusan. Lebih jauh lagi, ia akan menguasai taktik dan teknik
yang dikonotasikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, disamping
punya sifat jantan dan selalu mengemban amanat dan janji kesatria.
Hal lain yang dapat diandalkan dari seseorang yang menguasai ilmu
beladiri adalah tidak mudah putus asa. Ia akan senantiasa berjuang demi
mempertahankan kewajiban dan haknya,
d). Seni
Hal lain yang memperkuat alasan mengapa Persaudaraan Setia Hati
Terate memilih jenis beladiri pencak silat adalah, bahwa pencak silat merupakan
budaya warisan leluhur yang adiluhung, yang didalamnya terkandung “falsafah”.
Kesederhanaan, kehalusan, kelemahlembutan sekaligus kekuatan. Atau dengan
kata lain merupakan perwujudan dari kepribadian bangsa. Karena pencak silat
merupakan budaya warisan leluhur, kewajiban kita adalah mengembangkan dan
melestarikan. Sebaliknya, jika kita tidak dapat melestarikannya berarti kita akaan
kehilangan cirri khas dan kepribadian bangsa kita sendiri. Hal ini akan sangat
berbahaya. Sebab, bangsa yang tidak memiliki kepribadian adalah bangsa yang
42
terjajah jiwanya. Berarti bangsa yang sedang berkemas-kemas menyongsong
kehancurannya.
Kepribadian ini penting artinya dan sangat diperlukan. Ia merupakan
bagian dari eksistensin manusia dan kemanusian. Persaudaraan Setia Hati Terate
terkait dengan masalah ini ingin mengajak warga/anggotanya menjadi seorang
yang punya kepribadian tangguh
Aspek lain yang terkandung dalam pencak silat dan erat hubungannya
dengan aspek budaya adalah aspek seni gerakan-gerakan pencak silat selain
mengandung unsur beladiri, didalamnya juga merangkum unsur seni berbicara
tentang seni berarti merambah dunia keindahan. Sedangkan untuk menghayati
keindahan dibutuhkan satu apresiasi yang cukup memadai disamping kepekaan
rasa. Ini dikandung maksud bahwa pencak silat ingin membawa penghayatnya
kedalam kepekaan rasa. Karena rasa disini adalah keindahan, pada gilirannya
penghayat pencak silat itu pun akan terbawa kedalam kepekaan rasa keindahan.
Efeknya, jiwa orang itu menjadi indah. Kita katakana jiwa yang indah itu adalaah
jiwa yang sehat.
Konotasinya adalah bahwa Persaudaraan Setia Hati Terate ingin menekankan
kepada warganya bahwa sesungguhnya hidup dan kehidupan ini penuh dengan
seni dan romantika.
e) Kerokhanian
Setelah kita meletakkan dasar yang kuat lewat olagraga, hingga mampu
membentuk jasmani yang sehat, hal yang tak boleh ditinggalkan adalah
43
membangun jiwanya (rokhaninya). Sebab manusia pada hakikatnya merupakan
mahluk sempurna, yang selain memiliki raga juga memiliki jiwa. Dan antara jiwa
dan raga menyatu dalam kesatuan tak terpisahkan (Mono dualis).
Menyadari kodrat manusia sebagai mahluk yang tidak hanya memiliki raga
tapi juga berjiwa. Persaudaraan Setia Hati Terate kemudian mencoba meletakkan
dasar-dasar pembentukkan jiwa agar didalam raga yang telah kuat itu tumbuh
jiwa yang sehat. Dan ilmu pengetahuan merupakan satu-satunya pilihan tepat
guna pembentukkan jiwa itu.
Ilmu pengetahuan yang diporsikan guna membangun jiwa warga/anggota
Persaudaraan Setia Hati Terate adalah ilmu “ke-SH-an” atau kerokhanian.
Pemberian bekal kerokhanian ini dipandang sangat perlu agar tercipta suatu
keseimbangan (balanting) antara raga dan jiwa, mengingat Persaudaraan Setia
Hati Terate telah membekali raga warga/anggotanya dengan olahraga bela diri
pencak silat.
Sebab, sekuat dan setinggi apapun kemampuan ilmu bela diri seseorang,
jika tak diseimbangi dengan kekuatan rokhani, akan menjadikan orang itu
sombong dan suka pamer (adigang adigung adiguna).
Persaudaraan Setia Hati Terate tidak ingin melihat warga/siswanya
tenggelam dalam kesombongan, Persaudaraan Setia Hati Terate bertekad
mengajak para warganya untuk menjadi manusia yang berbudi luhur, tahu benar
dan salah. Sebab, Persaudaraan Setia Hati Terate sadar bahwa paada hakikatnya
kekuatan, kediktatiran, dan segala bentuk (kadigdayan) akan luruh oleh
44
kebenaran, kelembutan dan cinta kasih, atau dengan kata lain sura dira
jayaningrat lebur denging pangastuti” untuk itulah Persaudaraan Setia Hati
Terate meletakkan dasar ajaran kerokhanian kepada para warga dan anggotanya.
Dasar-dasar kerokhanian dalam Persaudaraan Setia Hati Terate, disebut juga
ilmu “ke-SH-an” atau ilmu “kesetiahatian” ilmu ke-SH-an adalah ilmu untuk
mengenal dirinya dia tidak akan sulit mengenal orang lain. Sebab yang paling
sulit adalah mengenal dirinya sendiri. Jika dalam dirinya ditemukan kelebihan
dan kekurangan, maka pada diri orang lain ada kelebihan dan kekurangan.
Dengan penghayatan makna diri ini, warga Persaudaraan Setia Hati Terate akan
memiliki sikap tenggang rasa. Artinya jika menemukan kekurangan pada diri
orang lain, ia dengan rela akan menutupinya dengan kelebihan yang dimiliki.
Sebab ia sadar, segala kekurangan yang ada pada dirinya pun akan ditutup dengan
kelebihan orang lain. Dengan demikian ia akan mudah bergaul dan mengenal
lingkungannya. Seorang yang telah mengenal lingkungannya, dia pun akan
berusaha mengenal tuhannya.44
44 Tarmaji Boedi Harsono,Menggapai Jiwa Terate,(Madiun: Lawu Pos Madiun.2000)33-39
45
3. Religiusitas
Sebelum berbicara jauh mengenai religiusitas terlebih kita kupas kata dari
mana religiusitas tersebut. Religiusitas seringkali disamakan dengan agama dari
bahasa dikatakan religi atau godsadienst (Blanda) atau religio dalam bahasa Inggris.
Sedangkan dari bahsa Latin religion yang berarti agama, kesucian, kesalehan,
ketelitian batin religae yang berarti mengikatkan kembali pengikatan bersama.
Adapun kata religi dan dan relegare berarti meningkat. Yang dimaksudkan
meningkatkan agama.45 Dari kata tersebut meningkat dengan religiusitas yang
bermakna pengabdian terhadap agama (kesalehan) atau bisa dikatakan kadar agama
yang sangat tinggi.46
Prespektif Islam memandang tentang Religiusitas, Islam menyuruh
Umatnya untuk beragama (atau berisalam) secara menyeluyruh (Qs-Al-Baqarah-
2008). Setiap muslim berfikir, bersikap maupun bertindak diperintahkan untuk ber
Islam. dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial, politik atau dalam rangka
beribadah kepada Allah.
Konsep religiusitas Versi Glock & Stark adalah rumusan brelian Konsep
tersebut mencoba melihat keragaman seseorang bukan hanya dari satu atau dua
dimensi, tetapi mencoba memperhatikan segala dimensi. Keberagaman dalam Islam
bukan hanya diwujudkan dalam bentuk Ibadah Ritual saja, tetapi dalam aktivitas-
aktivitas lainya.
45 Noer Rohmah, Pengantar Psikologi Agama ( Yogyakarta: Teras, 2013)3-7.
46Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) 944.
46
Menurut Hemet Penulis, Rumusan Glock dan Strak yang membagi
keberagaman menjadi lima dimensi:
a. Dimensi Keyakinan atau akhidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat
keyakinan Muslim terhadap kebenaran-ajaran agamanya, terutama terhadap
ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik.
b. Dimensi Peribadatan (atau praktek agama) atau syhariah menunjukan pada
seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual
sebagaiamana disuruh dianjurkan dalam agama. Dimensi ini menyangkut
pelaksanaan sholat, puasa, zakat, ibadah kurban, iktikaf di masjid di bulan
puasa, dan sebagainya.
c. Dimensi pengalaman atau akhlak menunjukan seberapa tingkatan muslim
berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu
berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain.47
47 Djamun Ancok, Fuad Nashori, Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2004), 79-80.
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang dilakukan secara wajar
dan secara alami sesuai dengan kondisi di lapangan tanpa ada rekayasa. Proses
penelitian yang dilakukan dengan observasi terhadap obyek yang akan diteliti.48
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud unutk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah (natural)
dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah49
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat kualitatif
dengan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus tentang nilai-nilai
pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate, untuk
meningkatkan religiusitas remaja study kasus rayon Krajan, Nawangan, Pacitan.
Dan dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu
suatu peneltian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam dalam suatu
organisasi, lembaga atau gejala tertentu.50
48 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 140. 49 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 6. 50 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2013), 117.
47
48
B. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian Kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan serta, sebab peranan peneliti yang menentukan keseluruhan
sekenarionya.51 karena itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai
instrument kunci; maksudnya peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses
penelitian mulai dari perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran
data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelopor hasil penelitianya, partisipan
penuh yaitu subyek peneliti yang ikut aktif dalam ikut serta latihan dalam Organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate Kerajan Nawanagan.
C. Lokasi Penelitian
Menjawab tentang kegelisahan tersebut peneliti mengambil Lokasi
penelitian ini bertempat di Dusun Krajan, Desan Nawangan, Kecamatan Nawangan,
Kabupaten Pacitan. Dikarenakan tujuan latihan disini sangat mulia ingin
menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam setiap anggota siswa dan warganya
(rata-rata masih remaja).
Diharapkan semua yang menjadi warga dan anggota PSHT Krajan
Nawangan dapat menjadi suri tauladan di masyarakat. Sehingga pencak silat
dijadikan sebagai salah satu alat untuk menanamkan nilai-nilai terhadap remaja,
karena di dalam kegiatan pendidikan pencak silat ini banyak sekali seni pencak
51 Ibid., 3
47
49
silatnya serta terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat di kembangkan,
seperti meyakini hati sanubari adanya Tuhan, berbakti kepada kedua orang serta
pelatih (guru). Mempertebal rasa persaudaraan, dan menjadi manusia berbudi luhur.
Melalui kegiatan Pencak silat lembaga Persaudaraan Setia Hati Terate Krajan
Nawangan para siswa diajarkan Ilmu pencak silat serta nilai-nilai pendidikan Islam
yang sesuai dengan ajaran Islam, semuanya dikarenakan demi mendapatkan
kebahagian dunia akhirat.52
D. Data dan Sumber Data
Pada penelitian ini sumber datanaya terbatas karena sifatnya menggunakan
deskriptif kualitatif yang mengacu pada penelitian ini yang terdiri dari sumber data
primer dan sekunder yang meliputi:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yang diperoleh kali ini secara langsung dari
sumbernya melaui terjun kelapangan, wawancara yang mengarah ke, sesepuh,
pelatih dan siswa Persaudaraan Setia Hati Terate di dusun krajan, Desa
Nawangan, Teknik Pengumpulan Data.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder kali ini diperoleh melalui media perantara yang
mengacu pada buku-buku, majalah, dan skripsi yang ada kaitannya dengan judul
peneliti yang peneliti ingin lakukan.
52 Observasi awal,Tanggal 17 januari 2018.
50
E. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan pada proses penelitian kali ini, meliputi
observasi, wawancara, dokumentasi.
1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagi proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (sutrisno: 1986)
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non
participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan,
maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak
tersetruktur.53
Pengamatan yang dilakukan secara gejala dan sistematis mengenai
fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan
pencatatan.54 Dalam penelitian ini, peneliti mengamati secara langsung kondisi
lapangan, bagaimana nilai-nilai pendidikan Agama yang tersirat dalam latihan
rutin Persaudaraan Setia Hati Terate rayon Krajan, Nawangan.
2. Wawancara (Interview)
53 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta,2007) 203-205
54 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Citra, 2004)
63
51
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut .
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dalam jumlah respondennya
sedikit/kecil.55
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti sendiri kepada pihak-pihak yang
diangap mengerti dan mendalami tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam
Persaudaraan Setia Hati Terate dan dapat mampu memberikan data terkait judul
penelitian ini.
Teknik wawancara yang dilakukan dalam mengupas kegelisahan peneliti
yang dianggap sebagai informan diantaranya:
a. Perintis Ranting Persaudaraan Setia Hati Terate Ranting Nawangan,
Kecamatan Nawangan, Pacitan.
b. Pengurus Ranting Persaudaraan Setia Hati Terate Ranting Nawangan,
Kecamatan Nawangan, Pacitan.
c. Ketua Rayon Persaudaraan Setia Hati Terate Ranting Nawangan.
d. Pelatih Persaudaraan Setia Hati Terate Ranting Nawangan.
55 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan 194
52
e. Siswa Persaudaraan Setia Hati Terate Ranting Nawangan.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari hasil
penelitian yang dilakukakan, terdiri dari dokumen dan rekaman. “ Rekaman”
adalah setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh seorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian suatu peristiwa. Sedangkan “dokumen” adalah setiap bahan
tertulis ataupun film, lain dari rekaman yang tidak dipersiapkan karena adanya
adanya permintaan seorang peneliti56
Dengan demikian dalam peneliti ini dokumen yang diambil adalah
seluruh dokumen mengenai informasi berupa dokumen mengenai informasi
berupa dokumen data tertulis (meliputi pelaksanaan kegiatan latihan rutin,
tempat, waktu berupa foto, dan dokumen lain) yang berkaitan dengan nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dalam
Meningkatkan Ke Religiusitas.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data mengunakan analisis data kualitatif, 57 mengikuti
konsep Miles dan Hubermen, yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
56 Lexy J, Moleong, Metodolgi Penelitian Pendidikan, 333-334.
57 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan 333-334.
53
pada setiap tahapan penelitian, sehingga sampi tuntas dan datanya sampai jenuh
aktivitas dalam analisis data, meliputi:58
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini
berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian.59.
2. Penyajian Data
Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk
menarik kesimpulan dan mengambil tindakan. Dalam tahap ini peneliti juga
melakukan Display (penyajian) data secara sistematik, agar lebih mudah untuk
dipahami interaksi antar bagian-bagiannya dalam konteks yang utuh bukan
segmental atau fragmental terlepas satu dengan lainnya. Dalam proses ini, data
diklasifikasikan berdasarkan tema-tema inti.60
3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji
kebenaran dan kesesuaiannya sehingga validitasnya terjamin.61
58 Mattew B. Miles dan A. Micheal Huberman, analisis Data Kualitatif, Terj. Terj. Tjetjep
Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), 16.
59 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 209.
60 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), 288.
61 Ibid., 209-210.
54
Berdasarkan uraian diatas, langkah analisis data dengan pendekatan ini
dapat dijadikan sebagai berikut:
Gambar 1
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsaan data adalah usaha meningkatkan derajat kepercayaan data
apakah data tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Untuk menetapkan
keabsahan data dapat dilakukan dengan perpanjang keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, trigulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus
negatif dan pengecekan anggota. (Moloeng, 2007: 324)
Dalam hal ini peneliti mempertegas dengan teknik yang digunakan dalam
mengadakan pengecekan keabsahan data yang ditemukan. Berikikut beberapa
teknik yang digunakan untuk mengecek keabsahan selama proses penelitian.
1. Perpajangan Keikutsertaan,
Perpanjang keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lokasi penelitian
sampai mencapai kejenuhan dalam pengumpulan data tercapi. Apabila hal ini
55
dilakukan membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, membatasi
kekeliruan peneliti, mengonpensasasikan pengaruh dan kejadian-kejadian yang
tidak bisa, perpanjang keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.62
2. Ketekunan Pengamatan
Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.
Dengan cara tersebut, kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan itu,
peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan
itu salah atau tidak. Selain itu, peneliti juga dapat mendeskripsi data secara akurat
dan sistematis. Kekurang tekunan pengamatan terletak pada pengamatan
terhadap pokok persoalan yang dilakukan secara terlalu awal. 63
3. Trigulasi
Dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan
demikian, triangulasi terdiri atas triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, waktu dan teori.
a. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh
melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dari beberapa sumber tersebut
62 M, Djunaidi Ghony, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)320
63 Lexi J. Moleong., Metodologi Penelitian Kualitatif, 173
56
dideskripsikan, dikategorikan, dan akhirnya diminta kesepakatan (member
check) untuk mendapatkan kesimpulan.
b. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda.
c. Triangulasi waktu berkaitan dengan keefektifan waktu. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar dan belum banyak masalah akan memberikan data yang valid
sehingga lebih kredibel.
d. Triangulasi teori menurut Linkoln dan Guba berdasarkan anggapan bahwa
fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau
lebih teori. Di pihak lain, Paton berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat
dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (Rival
exsplanations).64
4. Pengecekan Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik denga rekan-rekan sejawat. Teknik
ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan
keabsahan data. Pertama, untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan
sikap terbuka dan kejujuran. Kedua, diskusi denga sewajat ini memberikan suatu
64 Ibid., 174
57
kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang
muncul dari pemikiran peneliti.65
5. Kecukupan Referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan referensi ini dapat
berupa foto-foto, rekaman, dan dokumen autentik.
6. Kajian Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada saat tertentu. Peneliti berusaha mencari data yang berbeda
atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi
data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan
sudah dapat dipercaya.
7. pengecekan anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan
data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang di cek dengan
anggota yang terlibat meliputi data katagori analitis, penafsiran, dan kesimpulan.
Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka dimanfaatkan
untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri
terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.66
65 Ibid., 174
66 Ibid., 175
58
H. Tahap-Tahap Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan meliputi: menyusun rencana penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi lapangan, memilih dan
memanfaatkan informaan dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri,
memasuki lapangan, dan pengumpulan data.
3. Tahap Analisis Data
Tahap ini meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data. Tahap
analisis data terdiri dari: a) konsep dasar analisis data, b) menemukan tema dan
merumuskan hipotesis dan c) menganalisis berdasarkan hipotesis.
4. Tahap Penulisan Hasil Laporan Penelitian
Penulisan laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan tahapan
kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Dalam hal ini penelitian hendaknya tetap
berpegang teguh pada etika penelitian, sehingga ia membuat laporan apa adanya,
objektif, walaupun dalam banyak hal akan mengalami kesulitan.67
67 Ibid., 210-216.
59
BAB IV
DESKRIPSI DATA
A. Deskripsi Data Umum
1. Asal usul Desa Nawangan
Pada abad ke 18 seorang yang bernama Demang sontorejo, yang pada saat
itu dikenal demang yang membawahi dukuh Nawangan, sengon, petunggero dan
salam dan Pagersari. Didukuh Nawangan dahulu kedatangan seseorang yang
sakti dan tidak jelas namanya, orang tersebut senangnya kerja keras dan hidupnya
sering berpindah–pindah. Kerja kerasnya seorang tersebut menjadikan warga
sangat mudah mempengaruhi kehidupan warga dukuh Nawangan, sehingga
wilayah Nawangan menjadi subur, makmur dan sejahtera warganya, akhirnya
pada tahun 1854 orang tersebut meninggal dunia dan dimakamkan di Nawangan
yang sampai sekarang dinamakan Puden Pengung.
Pada saat Pisowanan Agung adipati Pacitan memanggil semua demang
dari semua wilayah, dan Demang sontorejopun menghadiri undangan pisowanan
dari adipati Pacitan, dan menceritakan kondisi Nawangan yang aman, subur dan
lohjinawi, selesai melakukan pisowanan agung, sesuai dengan perintah adipati
Pacitan agar setibanya di Nawangan segera melakukan Tasyakuran, maka
demang sontorejo sampai dirumah melakukan tasyakuran dengan membuat
ambeng yang besar, akhirnya Demang Sontorejo memberikan nama Desa
59
60
menjadi Desa Nawangan yang berasal dari kata Tumpeng dan Agung (sebuah
tumpeng yang besar).
Berikut adalah daftar Demang atau Kepala Desa Nawangam
68 Lihat Data Wawancara Nomor: 01/W/02-IV/2018
1) Sdr. Karijodjo Wirjono Misran : Dari Tahun 1903
2) Sdr. Dirdjo Wirjono Misran : Dari Tahun 1903 s/d 1919
3) Sdr. Hatmo Ronodimdjo Sita : Dari Tahun 1919 s/d 1936
4) Sdr. Abdur Rahman : Dari Tahun 1936 s/d 1939
5) Sdr. Suro Wijoyo : Dari Tahun 1939 s/d 1951
6) Sdr. Diman : Dari Tahun 1951 s/d 1974
7) Sdr. Moejiran : Dari Tahun 1974 s/d 1975
8) Sdr. Soemadi A : Dari Tahun 1975 s/d 1986
9) Sdr. Sudjarwanto : Dari Tahun 1986 s/d 1999
10) Sdr. Suradi : Dari Tahun 1999 s/d 2007
11) Sdr. Boyadi : Dari Tahun 2007 s/d sekarang68
61
2. Peta Desa Nawangan69
Wilayah Desa Nawangan berada pada ketinggian 1.200 m dari
permukaan air laut, dimana kondisi daratan dengan kemiringan 25-40% dan
secara global merupakan wilayah perbukitan.
Angka curah hujan rata-rata cukup tinggi, sebesar 23 mm pertahun
sebagaimana daerah lain di Indonesia, Desa Nawangan beriklim tropis dengan
tingkat kelembaban udara lebih kurang 75% dan suhu udara rata-rata 21 – 25 °C,
serta curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober.
69 Lihat Gambar Dokumen Nomor 01/D/02-IV/2018
62
Iklim Desa Nawangan yakni iklim tropis dengan 2 musim, yaitu musim
hujan antara bulan Nopember-April dan musim kemarau antara bulan April-
Nopember.
Secara Administrasi Desa Nawangan terletak sekitar 12 Km dari ibu kota
Kecamatan Nawangan, kurang lebih 53 Km dari ibukota Kabupaten Pacitan,
dengan dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga diantaranya di Sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Jetislor Kec Nawangan Sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Mujing Kec Nawangan, Disebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Karang Gede Kec.Arjosari sedangkan disebelah Barat berbatasan dengan Desa
Tokawi Kecamaran Nawangan
Adapun pembagian wilayah pemerintahan Desa Nawangan terdiri atas 7
Dusun, 14 RW dan 60 Rukun Tetangga (RT) yang meliputi :
a. Dusun Krajan terdiri dari 2 RW dan 11 RT ;
b. Dusun Sendang terdiri dari 1 RW dan 4 RT;
c. Dusun Gupakan terdiri dari 2 RW dan 10 RT;
d. Dusun Sumberejo terdiri dari 2 RW dan 5 RT;
e. Dusun Tempel terdiri dari 3 RW dan 12 RT;
f. Dusun Kasihan terdiri dari 2 RW dan 8 RT;
g. Dusun Sidoharjo terdiri dari 2 RW dan 10 RT ;
Luas wilayah Desa Nawangan 1.384,080 ha. Luas lahan yang ada terbagi
dalam beberapa peruntukan, dapat dikelompokkan seperti untuk : Lahan
pertanian, lahan pemukiman dan lain-lain. Untuk aktifitas kegiatan
63
perekonomian masyarakat pada umumnya yaitu Petani yang terdiri dari Lahan
pertanian dan perkebunan + 1,420 Ha.
Adapun jenis tanah pada umumnya termasuk jenis padas dan berstruktur
gembur dimana jenis tanah ini cukup sesuai untuk kegiatan pertanian akan tetapi
juga labil, sehingga mengakibatkan sering terjadinya longsor.70
3. Sejarah dan Perkembangan PSHT di Kecamatan Nawangan
Awal berdirinya Persaudaraan Setia Hati Terate di Nawangan, sudah di
mulai sejak tahun 1995. PSHT mulai masuk melalui kegiatan ekstrakulikuler
yang di adakan di sekolahan, di didirikan oleh seorang Pemuda berasal dari kota
Ngawi yang Bernama Langeng Sugiarto atau lebih akrabnya sering di panggil
Mas Langgeng (selaku Guru Olahraga di SMPN 2 Nawangan), beliau mendirikan
latihan PSHT yang di adakan di SMPN 2 Nawangan.
Awal cerita ketika beliau inggin menyebarluaskan tradisi pencak silat
serta ingin menanamkan bentuk kedisiplinan, penanaman karakter dalam jiwa
peserta didik dan kesadaraan siswa dalam bertawakal kepada sang pencipta.
Beliau berfikiran bahwa Persaudaraan Setia Hati Terate menjadi kunci atau
alternatif yang pas dalam mengembangkan hal tersebut.
Banyak pandangan yang positif ketika PSHT didirikan di SMPN 2
Nawangan diantaranya, pertama ekstra pencak silat masih belum ada di
Sekolahan tersebut kepala sekolah sangat antusias dalam menerimanya
70 RPJM Desa Perubahan DESA Nawangan 2015-2019
64
dikarenakan melihat siswa yang rumahnya sangat jauh pencak silat menjadi
solusi yang tepat untuk menjaga dirinya (siswa) atau bisa diartikan buat jaga-
jaga, kedua kebugaran semakin sehat terlihat ketika siswa ikut dalam latihan
tersebut, ketiga mental anak semakin kuat karena di dalam PSHT tidak hanya
diasah ilmu pencak silat tapi penekanan mental sangat di utamakan Keempat
penekanan keimanan juga ditekankan dalam pencak silat karena semua kegiatan
tanpa lindungan sang pencipta tidak akan ada gunanya.
Sekitar bulan Juli 1995 Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) sudah
menjadi ekstra yang di adakan di SMPN 2 Nawangan, pada saat itu pula berarti
PSHT mulai mengibarkan sayapnya di Nawangan. Pada awal pembukaanya
antusias siswa yang tertarik dan ikut kegiatan tersebut sangat banyak terbukti
skitar 56 siswa ikut dalam kegiatan ekstrakulikuler tersebut. Dalam pelatihanya
Mas Langgeng dibantu Mas Selamet (Gurus Olahraga SD), dan Mas Sukardhi
(Anggota Koramil Nawangan). Sebelum siswa mengikuti lataihan tersebut siswa
di haruskan meminta izin kepada orang tua dengan menandatanggani surat
latihan yang telah diberikan, setelah mendapat persetujuan tersebut siswa baru
diperbolehkan ikut latihan. Dalam kegiatan tersebut siswa di gembleng sekitar
kurang lebih 2 tahun sebelum mereka di sah kan menjadi anggota Persaudaraan
Setia Hati Terate atau sering dikatakan menjadi warga PSHT. Dalam tahapanya
siswa harus melalui beberapa tahapan dan latihan yang harus diikuti diantaranya:
- Tahap Pra Polos (masuk siang, 1 minggu sekali)
- Tahap Polos (masuk siang, 1 minggu sekali)
65
- Tahap Jambon (masuk siang , 1 minggu dua kali)
- Tahap Hijau (masuk 2 siang tambah minggu pagi)
- Tahap Putih (masuk 2 siang tambah malem minggu
sampai pagi)
Awal latihan berhubung ini masuk dalam ekstrakurikuler sekolah maka
kegiatan tersebut dilakukan pada siang hari tepatnya sepulang sekolah mulai dari
jam 14.00 WIB sampai jam 17.00 WIB. Pada latihan tersebut siswa di latih
secara maksimal, siswapun sangat bersemangat dalam menerima materi yang
diajarkan oleh pelatih.
Dalam mengibarkan sayapnya di SMPN2 Nawangan tidak semata mata
PSHT berjalan dengan sangat lancar, banyak hambatan atau kendala yang dilalui
siswa diantaranya:
- Stamina yang dilatih Persaudaraan Setia Hati Terate
- Jarak rumah siswa ke tempat latihan
- Jadwal latihan
- Biyaya Pengesahan (Dulu sekitar Rp. 85.000)
- Pengesahan Berdekatan Ujian Nasional (UN)
Kendala tersebut berakibat pada siswa, terlihat dari 56 siswa yang
mengikuti latihan awal pada tahap-tahap selanjutnya banyak siswa yang
mengundurkan diri atau keluar dari latihan, tercatat pada menjelang sabuk putih
tersisa 15 siswa, dan itupun siswa juga masih ada yang keluar. Tapi hal itu tidak
mengurangi semangat dari Mas Langeng, Mas Selamet dan Mas Sukardi dalam
66
mengembangkan ajaran PSHT. Dengan semangat dalam menyebarkan ajaran
Persaudaraan Setia Hati Terate, Kepenatan yang ditunggu siswa Tepat pada 23
Mei 1997 Mas Langeng, Mas Selamet dan Mas Sukardi berhasil mengesahkan 6
orang siswa dan menjadikan mereka siswa pertama kali yang menjadi warga
Persaudaraan Setia Hati Terate di Nawangan Pada saat itu, siswa tersebut
bernama:
No. Nama Alamat Jenis Kelamin
1. Sugiarto Krajan Nawangan Laki-laki
2. Arif Khoirul Fikri Krajan Nawangan Laki-laki
3. Edi Sidoarjo Nawangan Laki-laki
4. Triani Ngemblung, Jetis Lor Perempuan
5. Sri Rahayu Gondang Perempuan
6. Andrian Gondang Perempuan
Dengan munculnya generasi pertama tersebut, diharapkan akan
munculnya generasi selanjutnya dan seterusnya. Setelah pengesahan pertama
tersebut kepelatihan Mas langgeng dibantu mereka ber enam, pada tahun
selanjutnya ekstrakulikuler PSHT SMPN 2 Nawangan mengesahkan lagi satu
orang:
No. Nama Alamat Jenis Kelamin
1. Antoro Mujing Laki-laki
67
Dan pada tahun 1999 pengesahan PSHT SMPN 2 Nawangan masih
masih eksis dengan mengesahkan lima orang siswa bernama:
No Nama Alamat Jenis Kelamin
1 Yudi Mujing Laki-laki
2 Ika Jetis Lor Laki-laki
3 Rokim Jetis Lor Laki-laki
4 Widodo Jetis Lor Perempuan
5 Ibud Gondang Perempuan
Selama dalam kiprahnya PSHT di SMPN 2 Nawangan tidak hanya
berperan dalam bidang pencak silat saja tapi PSHT juga senatiasa berperan dalam
hal kemasyarakatan seperti yang di semboyankan “Mewayu Hayunig Bawono”
tercatat PSHT juga aktif dalam kegiatan Upacara HUT RI, Pentas Seni di
Kecamatan, Kerja Bakti Lingkungan dan Kerja bakti di pelataran Masjid. Di
dalam bidang pencak silat pun PSHT di Nawangan juga lumayan membanggakan
dengan ikut serta dalam kegiatan.
Melihat lumayan banyaknya warga atau anggota PSHT di Nawangan
hingga tahun 1999, dari sini harapan mas Langgeng, mas Selamet, dan mas
Sukardhi yakni para warga tersebut berperan aktif dan bisa mengamalkan ilmu,
menyebar luaskan serta, mengembangkan di luar lingkup SMP 2 Nawangan atau
tepatnya di kampung-kampung Kecamatan Nawangan dan sekitarnya.
68
Dari hal tersesbut sedikit sejarah PSHT di Nawangan, hingga sekarang
PSHT masih aktif dan menjadi salah satu organisasi yang menjadi wadah
masyarakat dalam merekatkan rasa Persaudaraan.71
a. Dasar, asas dan Tujuan Persaudaraan Setia Hati Terate
1) Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate
Persaudaraan Setia Hati Terate berdasarkan landasan Pancasila dan
struktural UUD 1945. (Anggaran Dasar Bab I Pasal 3)
2) Asas
Persaudaraan Setia Hati Terate berdasarkan Persaudaraan yang kekal,
kekeluargaan, keolahragaan dan kerohanian (Anggaran Dasar Bab II pasal
3)
3) Tujuan : (Anggaran Dasar Bab II pasal 4)
a) Mempertebal rasa ketuhanan yang Maha Esa.
b) Mempertinggi budaya Pencak silat dengan berpedoman pada ajaran
wasiat Persaudaraan Setia Hati Terate.
c) Mempertebal rasa cinta kasih kepada sesama manusia.
d) Menanamkan jiwa kestria, cinta tanah air dan bangsa Indonesia.
e) Mempertinggi Mental sepiritual dan fisik bangsa Indonesia pada
umummnya, warga Persaudaraan Setia Hati Tetare Khususnya.
71 Lihat Transkip wawancara Nomor 02/W/02-IV/2018
69
f) Ikut serta mendidik manusia agar berbudi luhur yang tahu benar dan
salah. Serta berjiwa pancasila.72
b. Struktur organisasi PSHT di kecamatan Nawangan
Suasana Personalia Pengurus
Persaudaraan “Setia Hati Terate”
Ranting Nawangan
Masa Bakti Tahun 2016-201973
Ketua : Zainal Muslimin
Wakil Ketua : Puji Harmawan
Sekertaris : Mustofa
Wakil Sekertaris : Joko Nur Siswanto
Bendahara : Dia Ayu Widiawati
Wakil Bendahara : Aris Rahmat
Bagian Organisasi : Hariyanto
Joko Purwanto
Suratman
Icuk Romdoni
Bagian Kepelatihan : Dani Setiawan
Sairoji
Hariyanto
Arif
Bagian Dana Dan Kesejahteraan : Anggrik Ardianto
Suyono
Agus Sunarto
Bendi Sulistiyo
Bagian Umum : Wahyudi Widodo
Sukatwadi
72 Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 02/D/06-IV/2018
73 Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 03/D/06-IV/2018
70
Purwanto
Tekat
B. Deskripsi Data Khusus
1. Bentuk nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia
Hati Terate
Dalam Persaudaraan Setia hati Terate sangat erat sekali dalam kaitanya
dengan pendidikan Islam banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya, ada
beberapa nilai yaitu nilai aqidah, nilai ibadah dan nilai akhlak adapun
korelasinya seperti di ungkapkan sebagai berikut:
a. Nilai Aqidah
Nilai aqidah merupakan landasan pokok bagi kehidupan manusia sesuai
fitrahnya. Hal tersebut ditegaskan: Mas Yoga pelatih Persaudaraan Setia Hati
Terate Krajan menambahkan bahwa: “di PSHT menjadi suatu organisasi
Pencak silat yang tidak bisa terlepas dari ajaran Islam dikarenakan landasan
pencak silat tanpa agama tidak akan menjadikan organisasi ini kearah
kebenaran, jadinya fungsi dari ajaran islam sebagai pembatas pendekar (pelaku
pencak silat) selalu berjalan di atas panji kebenaran.”74
Muji Harmawan sebagai wakil ketua PSHT Nawangan mengatakan
sebagai berikut:
“Ada lima panca dasar dalam PSHT pertma Persaudaraan, Olahraga,
Beladiri, Kesenian dan kerohanian, dari kelima hal tersebut ketika kita
74 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 05/W/23-IV/2018
71
mengupasnya satu persatu dalam makna kerohanian yang tersemat di
makna akhir. Hal tersebut mengambarkan tujuan akhir dari pelajaran Ke-
sh an adalah mendidik manusia PSHT yang yang mempunyai jiwa Setia
Hati agar di dalam menempuh kehidupan ini memperoleh kebahagian dan
kesejahteraan, dunia dan akhirat. Hal tersebut tersimpan makna dalam hal
kerohanian yang mengarah ke arah sang pencipta.”75
Penambhan nilai aqidah dalam PSHT yang ditemui melalui observasi
sewaktu pengambilan sabuk ialah penananman nilai religius ketika siswa
pengambilan sabuk dilaksanakan di makam hal itu mengandung arti selain
untuk menguji keberanian siswa ada hal yang tersirat dalam kegiatan tersebut
yang bermakna bahwa semua manusia akan mati dengan membuat kesadaraan
manusia akan melakukan kebaikan karena mereka ingat kematian.76
b. Nilai Ibadah
Nilai Ibadah yaitu hubungan manusia dengan sang pencipta, karena pada
hakikatnya manusia tanpa melakukan itu manusia hanyalah kaum yang tak mengerti
tentang sang pencipta. Dalam penanaman hal itu PSHT senantiasa mendekatakan diri
kepada Allah Swt. Seperti yang di ungkapkan. oleh Sidiq Ahmad selaku siswa
PSHT di Nawangan menyatakan bahwa: “Ada beberapa penanaman nilai
pendidikan didalam Persauadaan Setia hati Terate dari mulai Ketaqwaan
Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan kewajiban menjalankan segala
perintahnya dan menjauhi segala laranganya, mengerjakan cara bersyukur
dengan cara bersyukur untuk nikmat yang di berikan kepada Allah Swt.”77
75 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 06/W/25-IV/2018
76 Lihat Deskripsi Data Observasi : 04/O/15-IV/2018
77 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 03/W/21-IV/2018
72
Tidak hanya akhlak warga PSHT saja tapi penekanan pemahaman
kapada sang pencipta juga sangat ditekankan dalam ajaran ini sesuai yang
dikemukaan Syahruri faunur sahar anggota PSHT tersebut mengatakan: “Ada hal
yang perlu di ketahui ketika kita memahami tentang ajaran agama Islam dalam
PSHT, karena menjadi insan PSHT tidak terlepas dari hal itu terutama yang
berkaitan dengan ketaqwaan kita kepada Tuhan yang maha Esa, mengerjakan
perintah dan menjahui laranganya, mengerjakan cara bersyukur atas nikmat yang
telah diberikan kepada Allah.”78
Berdasarkan hasil observasi pada tempat latihan PSHT krajan Nawangan
di Tempat latihan Siswa mengawali latihan dengan bersuci dilanjutkan dengan
berdo’a bersama di pimpin salah satu dari mereka untuk mengawali latihan dan
mengakhiri latihan, bersalaman kepada sesama siswa dan kepada kakak pelatih.79
Observasi siswa pada saat latihan pada saat itu bertepatan dengan
kenaikan sabuk Rayon Nawangan hal yang saya temui, siswa secara bersamaan
sebelum melakukan tes kenaikan siswa melakukan sholat magrib dan isya secara
berjamaah dilanjutkan dengan berdo’a bersama supaya dalam melaksanakan tes
diberikan kelancaran,80
Setelah siswa mendapatkan sabuk ada sesuatu hal yang di ungkapkan Mas
bayu sebagai pelatih PSHT rayon nawangan ada anjuran yang di tuturkannya
78 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 07/W/21-IV/2018 79 Lihat Deskripsi Data Observasi : 01/O/07-IV/2018 80 Lihat Deskripsi Data Observasi : 03/O/14-IV/2018
73
yaitu: “pertama siswa yang sudah melaksanakan atau berhasil naik ke tingkat
berikutnya harus bisa mengubah perilaku yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Kedua, Siswa di anjurkan untuk berpuasa senin kamis yang bertujuan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah Swt dan menirakati senam jurus yang telah
didapat supaya bisa bermanfaat untuk dirinya maupun orang lain.”81
c. Nilai Akhlak
Dalam kaitanya nilai akhlak PSHT senantiasa menanamkan nilak
akhlak dengan melaksanakan penanaman nilai akhlak secara rutin bahwasanya
agar dapat terbiasa membiasakanya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal serupa juga di utarakan dengan kompleks oleh mas Agus selaku
anggota mengatakan bahwa:
“penekanan nilai islam sangat di utamakan dalam PSHT misalnya nilai
akhlak, nilai akhlak tersebut nilai yang bersifat dari persatuan di bungkus
dalam wadah Persaudaraan dan Persatuan yang kuat antara yang satu
dengan yang lainya, nilai Islam yang bersifat dari Tri Bakti PSHT (Bakti
Kepada Allah, Bakti Kepada Orang Tua, dan Bakti Kepada Guru/Pelatih)
dari hal itu bila kita kupas banyak makna Islam dari hal tersebut.”82
Hal yang sangat positif disini tata krama siswa sangat terlihat ketika siswa
selalu bersikap sopan kepada pelatih (guru) baik tingkah laku maupun dalam
bahasa yang selalu berbahasa jawa halus. hal tersebut menjadi hal wajib ketika
seorang siswa mengikuti latihan di PSHT tujuannya tidak lain dan tidak bukan
untuk membiasakan sopan dalam berbicara dan menanamkan rasa andab asor.83
81 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 08/W/15-IV/2018 82 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 04/W/21-IV/2018
83 Lihat Deskripsi Data Observasi Nomor : 02/O/07-IV/2018
74
2. Dampak Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia
Hati Terate Untuk Meningkatkan Religiusitas Remaja di Rayon Krajan
Nawangan, Pacitan
Dalam hal ini religiusitas kaitanya dalam sebuah peningkatan nilai
agama, Setiap muslim berusaha berfikir, bersikap maupun bertindak
diperintahkan untuk ber Islam. dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial,
politik atau dalam rangka beribadah kepada Allah.
Dalam segala aspek kehidupan Persaudaraan Setia Hati Terate khusunya
Krajan Nawangan berusaha untuk meningkatkan segala sesusatu yang berkaitan
dalam kehidupan manusia. Tidak hanya hal pencak silat saja tapi dalam segala
hal yang di ajarkan PSHT untuk mengamalkan atau mengeksplorasikan dalam
kehidupan sehari-hari, hal itu di maksudkan untuk membuat manusia mengerti
sesuatu kebenaran yang hakiki.
Dari hal tersebut PSHT Krajan Nawangan secara tidak sadar melakukan
sebuah peningkatan dalam artian peningkatan sebelum seseorang ikut dalam
PSHT dan sesudah mereka ikut PSHT dari hal tersebut di harapkan hasil yang di
dapat akan meningkatkan sesuatu yang mengarah kepada kebaikan, dan bisa
bermanfaaat bagi dirinya khususnya lingkungannya dan bisa menjadi seseorang
yang “mewayu hayuning bawono” (Mengayomi seluruh dunia) seperti selogan
Persaudaraan Setia Hati Terate.
75
Berdasarkan hasil wawancara dengan mas Yoga sebagai pelatih
Persaudaraan Setia Hati Terate Krajan Nawangan mengatakan:
“Segala sesuatu yang disuruh oleh kakak pelatih untuk dilakukan siswa
tidak semata-mata tidak ada gunanya, dan terkesan memberatkan siswa.
Tapi hal lain yang pelatih ingginkan yaitu agar siswa terbiasa melakukan
hal yang positif dalam kehidupanya. Semisal siswa diwajibkan untuk
melaksankan sholat berjamaah sebelum latihan hal itu di tujukan agar
siswa menjadi terbiasa melakukan hal tersebut dirumah, melakukan
berdoa sebelum latihan yaitu fungsinya untuk menganjurkan siswa
mengawali berdoa dalam segala hal semisal ketika mereka di sekolah,
kegiatan bahkan dalam mencari rezeki. Jadi pada ajaran PSHT ini bila di
kupas sangat bermanfaat dan berguna.”84
Hal serupa ditambahkan oleh Mas Kholid pelatih PSHT Semanten dalam
acara pemberian wejangan di tempat latihan mengatakan kepada siswanya;
“Bahwa kalian di didik di PSHT ini bukan semata harus tunduk-tunduk
untuk menghormati pelatih, tapi dengan cara kamu terbiasa menghormati
pelatih diharapkan seorang siswa akan terbiasa menghormati orang lain.
semisal dengan berbicara sopan di tempat latihan diharapkan kamu bisa
berbicara sopan di luar latihan khususnya di rumah kepada orang
tuamu,”85
Penguatan hal yang dianjurkan juga di jabarkan Mas Bayu ketika beliau
berkata pada kegiatan kenaikan tes:
“Pertama siswa yang sudah melaksanakan atau berhasil naik ke tingkat
berikutnya harus bisa mengubah perilaku yang lebih baik dari pada
sebelumnya hal itu di fungsikan melihat siswa yang masih belum sadar
akan sifatnya, dengan kenaikan tingkat tersebut bisa berintropeksi untuk
merubah sifatnya agar lebih baik dari sebelumnya. Kedua, Siswa di
anjurkan untuk berpuasa senin kamis yang bertujuan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah dan menirakati senam jurus yang telah
didapat supaya bisa bermanfaat untuk dirinya maupun orang lain. Selain
itu ada hal lain yang lebih di utamakan dengan siswa melaksanakan puasa
senin kamis siswa akan lebih ringgan menjalankan ibadah puasa wajib
84 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 09/W/23-IV/2018
85 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 10/W/25-IV/2018
76
yang pada hakikatnya adalah sutau kewajiban yang di anjurkan bagi umat
Islam.”86
Hal yang dilakukan pelatih tidak akan berguna atau bermanfaat tanpa
siswa merasakan apa yang mereka lakukan, Aujcha Wida Reijsonia sebagai
siswa PSHT Rayon Krajan mengatakan, sebagai berikut: “secara tidak sadar saya
mulai mandiri ketika mengikuti organisasi PSHT dan saya juga berusaha
meninggalkan perbuatan yang kurang bagus di karenakan pelatih mengatakan
bahwa semua perbuatan dalam PSHT akan adanya hukum karma, dan saya juga
berusaha setiap hari berjamaah di Masjid karena kewajiban dan rutinitas latihan
PSHT yang menganjurkan saya utuk melaksanakan sholat berjamaah.”87
Hal serupa juga di tuturkan oleh saudari Amelia Audry sebagai siswa
PSHT rayon Krajan mengatakan:
“Sebelum Ikut PSHT saya sering menunda-nunda sholat bahkan sering
lupa dalam melaksanakan sholat tetapi sesudah mengikut PSHT
kerohanian saya seperti sholat, puasa dan berdoa akan lebih terdidik
karena rutinitas tersebut walaupun masih jauh dari kesempurnaan dan
saya merasakan lebih sopan terhadap orang yang lebih tua itu adalah
merupakan syarat-syarat mengikuti PSHT Krajan Nawangan yang saya
harus lakukan” 88
Melihat upaya PSHT krajan Nawangan dalam menigkatkan Religiusitas
remaja dalam hal itu tidak terlepas dari upaya PSHT dalam mengamalkan
ajaranya dan mengexplorasi tujuanya dalam memanusiakan manusia yang
berbudi luhur mengetahui mana yang benar dan salah.
86 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 11/W/15-IV/2018
87 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 12/W/28-IV/2018
88 Lihat Deskripsi Data Wawancara Nomor : 13/W/28-IV/2018
77
BAB V
ANALISIS DATA
A. Bentuk Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia
Hati Terate
Setelah kita membahas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam dalam
Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dalam sebuah penemuan, tahap
selanjutnya pada tahap ini yaitu melakukan sebuah analisis data mengenai
penemuan dengan teori.
Pada pembahasan teori yang kita pelajarai tentang sebuah nilai, yang
sebelumnya kita telah ketahui bahwa nilai sendiri adalah sifat-sifat yang penting dan
berguna bagi kemanusiaan. Hakikat dari hal tersebut ditarik makna sudut pandang
nilai menurut kategori arti, dapat dilihat dari segi normative yaitu baik dan buruk,
benar dan salah, hak dan bathil diridhoi dan tidak diridhoi oleh Allah SWT.
Penjabaran nilai sendiri ada beberapa nilai-nilai dalam pendidikan islam yaitu nilai
Nilai Aqidah, Nilai Akhlak dan nilai Ibadah.
Untuk memaparkan hal tersebut maka peneliti menganalisis nilai-nilai
pendidikan Islam dalam Persaudaraan Setia Hati Terate sebagai Berikut:
1. Nilai Akidah
Dalam kaitanya nilai akidah PSHT Krajan Nawangan, secara pemahaman
Menurut Jamil Ahailaba dalam kitab Mujam al-falsafi yang dikutip Muhammad
78
Alim dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam, Mengartikan
Aqidah adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung
secara kokoh.
Dalam kaitanya dengan hal ini pemahaman yang dapat diambil yaitu
bagaimana insan PSHT bisa menggabungkan kaidah manusia dengan sang
pencipta dalam kaitanya hal itu PSHT Krajan Nawangan nilai akidah yang dapat
terlihat terdapat dalam Ke-SH an di bungkus dalam sebuah ke rohanian yang
menekankan pada aspek. Ke-SH sendiri adalah pendidikan atau pelajaran
didalam Setia hati Terate mengenai spiritual dan sosial (mencangkup budi
pekerti, tata pergaulan, dampak pergaulan, sikap sebagai warga masyarakat,dll).
Dalam kaitannnya sendiri makna dari kata ke SH-an yaitu berupaya setia
pada hatinya sendiri atau percaya hatinya sendiri dengan keyakinan bahwa
kekuatan tertinggi itu ditangan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Nilai Ibadah
Ibadah Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT,
Ibadah secara umum berarti mencangkup seluruh aspek kehidupan sesuai dengan
ketentuan Allah SWT. Ibadah dalam pengertian inilah yang merupakan tugas
hidup manusia.
Dalam pengertian khusus ibadah adalah perilaku manusia yang dilakukan
atas perintah Allah SWT dan dicontohkan oleh Rosulullah SAW, atau disebut
ritual. Dalam nilai hal ini kegiatan yang dilakukan Persaudaraan Setia Hati Terate
Krajan Nawanagan diantaranya dengan melakukan kegiatan bersuci sebelum
79
latihan dalam kaitanya itu siswa melakukan wudhu sebelum latihan, selain hal
itu semua siswa melakukan doa bersama sebelum dan sesudah mengakhiri latihan
di tunjukan untuk melindungi dirinya dan memohon kelancaran dalam
melakukan latihan, hal kompleks yang mengarah kepada ibadah yang terakhir
ialah siswa senantiasa melakukan sholat wajib berjama’ah sebelum memulai
latihan hal itu menggambarkan suatu kewajiban manusia kepada Tuhan yang
Maha Esa.
Kegiatan lain yang sangat positif yaitu menganjurkan siswa untuk
melakukan puasa senin kamis hal itu membuat siswa berupaya bertirakat dalam
hal itu sesuai dengan dalil anjuran Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu’
anhu, Rasulluloh shallallohu’ alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa
pada hari senin lantas beliau menjawab:
ت فيه ويوم بعثت أوأنزل ذاك يوم ولذ
هعلى في
Artinya: “hari tersebut adalah hari aku di utus atau diturunkanya wahyu untuku” (HR. Muslim No. 1162)89
Dari kiasan hal tersebut maka diharapkan siswa dapat mencerna apa yang
di ajarkan dalam Persaudaraan setia Hati Terate dan diharapkan ajaran yang di
ajarkan bisa bermanfaat khususnya bagi dirinya dan orang di sekitarnya.
Disisi lain melihat dasar yang di tekankan dalam Persaudaraan Setia Hati
Terate Krajan Nawangan yaitu sebuah Persaudaraan hikmah lain yang bisa kita
89 https://muslim.or.id/17854-puasa-senin-kamis.html di akses pada 23 05 2018,
80
ambil yaitu warga siswa yang ikut dalam Persaudaraan Setia hati Terate ialah
mempererat tali silaturahmi. Dan hal itu sesuai dengan yang dianjurkan dalam
agama Islam dalam surat (Q.S. Al-Hujarat ayat 10).
Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.90
3. Nilai Akhlak
Akhlak adalah salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya
hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak tampil
mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat dunia dan
akhirat. Dalam penarikan hal itu semua orang muslim seharusnya berupaya
melakukan tindakan atau perbuatan yang mendorong dirinya untuk melakukan
sesuatu yang berguna dalam hal ini PSHT Krajan Nawangan mempunyai sebuah
seruan kepada semua siswanya untuk senantiasa melakukan kegiatan yaitu
berbakti kepada Tuhan yang maha Esa, orang tua dan Pelatih atau Guru (Tri Bakti
PSHT) dengan kebiasaan yang dilakukan di latihan dengan membiasakan
berbicara sopan dengan menggunakan bicara jawa halus, dan selalu bertingkah
laku yang baik dan sopan.
90 Al-Quran 49 : 10
81
Hal tersebut menjadi hal wajib ketika seorang siswa mengikuti latihan di
PSHT tujuannya tidak lain dan tidak bukan untuk membiasakan sopan dalam
berbicara dan menanamkan rasa andab asor.
B. Dampak Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia
Hati Terate Untuk Meningkatkan religiusitas Remaja di Rayon Krajan
Nawangan, Pacitan
PSHT Rayon Krajan Nawangan sebagai sebuah organisasi yang
mengarah pada pencak silat pada hakikatnya tidak hanya melakukan sebuah
hubungan yang mengarah pada membela diri tapi halnya ada unsur lain yang di
tekankan dalam ajaranya yaitu bagaimana organisasi tersebut merubah sifat
seseorang dalam kaitanya ini yaitu nilai-nilai pendidikan seorang remaja pada
khususnya. Hal itu terlihat dalam upaya meng explorasikan atau peningkatan
bagaimana perubahan yang sesungguhnya dirasakan dalam sebuah religiusitas atau
pemahaman dalam pemahaman agama.
Dalam kegiatan PSHT Rayon Krajan Nawangan dalam bentuk
pemahaman nilai pendidikan Islam Akhidah mereka membentengi siswanya dalam
sebuah Ke-SH an yang di bungkus dalam sebuah kerohanian. Di harapkan siswa dan
warganya bisa mengamalkan apa yang di ajarkan PSHT. Semisal dalam hal budi
pekerti dalam latihan selalau di tekankan untuk membiasakan hal tersebut kepada
pelatih dengan harapan itu peningkatan religiusitas yang dilakukan PSHT dikala
mereka di masyarakat budi pekerti mereka akan terbiasa karena hal itu sering
dilakukan sewaktu dilatihan.
82
Selain hal akhlak penekanakan nilai ibadah juga sangat di tekankan
karena hal ini yang menjadi acuan ketika seorang ingin menyerahkan hidupnya
kepada sang pencipta. Peningkatan religiusitas PSHT Rayon Krajan Nawangan
terlihat dalam kegiatan yang mereka lakukan. Dalam kaitanmya dengan bersuci
sebelum latihan mereka dianjurkan untuk suci dengan berwudhu dan dilanjut
dengan berdoa bersama kegiatan tersebut diharapkan organisasi tersebut
menginginkan makhluk yang bersih selalu suci dan dengan do’a diharapkan mereka
akan mengawali sesuatu dengan berdoa tidak hanya didalam latihan tapi disegala
hal mereka akan senantiasa berdoa dalam mengawali latihan. Karena dengan doa
kita akan mendapat rahmat dari Allah SWT sesuai yang dituliskan dalam Al-Qur’an
surat QS. Al-A’raf : 55-56 yang artinya:
Artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik.” 91
Dalam penekanannya menjalankan syariat agama PSHT Krajan juga
berusaha menganjurkan siswanya untuk melaksanakan sholat wajib berjama’ah
sebelum memulai latihan, hal itu ditujukan supaya siswa terbiasa melakukan hal itu
91 Al-Quran 46 : 55-56
83
dalam kehidupanya sehari-hari karena kita ketahui bahwasanya sholat merupakan
tiang agama, selain itu dalam hal puasa PSHT rayon Krajan juga sangat
mengedepankan hal tersebut anjuran siswa dalam melakukan Puasa Senin Kamis di
harapkan akan membuat siswa lebih bisa menghayati dirinya untuk lebih bertirakat
kepada Allah Swt, dan dapat meresapi ilmu yang telah dia dapat dalam Persaudaraan
Setia Hati Terate agar bermanfaat khusunya bagi dirinya dan orang lain. Dengan
puasa senin-kamis secara rajin harapan pelatih peningkatan religisuitas yang di
harapkan siswa akan terbiasa dalam melaksanakan kewajiban berpuasa khusunya
dalam berpuasa Ramadhan.
Penekanan pendidikan Islam yang lain yaitu dalam nilai Akhlak, PSHT
sebagai organisasi pencak silat asli Jawa Timur yang erat sekali selalu
mengedepankan sopan santun dan budi pekertti, PSHT Krajan Nawangan membuat
suatu kewajiaban dalam latihan untuk membiasakan berbahasa sopan dengan
menggunakan bahasa jawa yang halus dan selalu berbakti kepada Tuhan yang maha
Esa, Orang tua dan Guru atau pelatih (Tri Bakti PSHT). Penekanan hal itu dilatihan
diharapkan mendapatkan dampak religiusitas siswa saat berada di luar tempat
latihan mereka akan terbiasa sopan kepada orang tua dan orang yang lebih tua.
Melihat saat ini banyak Remaja yang kehilangan tata krama bergaul di kalangan
masyaratkat. Saat ini hal itu menjadi tantangan kita bersama utuk merubah hal
tersebut biar tidak kehilangan arah dan tujuanya.
84
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di analisis dari BAB V dapat kita
ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia
Hati Terate :
4. Nilai Akidah : Terdapat dalam Ke-SH an di bungkus dalam sebuah ke
rohanian.
5. Nilai Ibadah: bersuci, berdoa bersama sebelum dan sesudah latihan,
melakukan sholat wajib berjamaah sebelum memulai latihan, melakukan
puasa senin kamis.
6. Nilai Akhlak : PSHT Krajan Nawangan mempunyai sebuah seruan Tri Bakti
(Bakti Kepada Tuhan YME, Orang Tua, dan Pelatih atau guru).
2. Dampak nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Persaudaraan Setia
Hati Terate Untuk meningkatkan religiusitas Remaja di Rayon Krajan
Nawangan, Pacitan.
Ke-SH an yang di bungkus dalam sebuah kerohanian. Peningkatan budi
pekerti mereka akan terbiasa karena hal itu sering dilakukan sewaktu dilatihan.
84
85
Penekanakan nilai ibadah. Bersih selalu suci dan dengan doa diharapakan
mereka akan mengawali sesuatu dengan berdoa tidak hanya didalam latihan tapi
disegala hal mereka akan senantiasa berdoa dalam mengawali latihan. sholat
wajib berjamah sebelum memulai latihan, hal itu ditunjukan supaya siswa
terbiasa melakukan hal itu dalam kehidupanya sehari-hari. Puasa Senin Kamis di
harapkan peningkatan berpuasa khusunya dalam berpuasa Ramadhan.
Penekanan pendidikan Islam yang lain yaitu dalam nilai Akhlak dalam
seruan Tri Bakti (Bakti Kepada Tuhan YME, Orang Tua, dan Pelatih atau guru).
Khusu bakti orang tua membiasakan berbahasa sopan dengan menggunakan
bahasa jawa yang halus.
B. Saran
Saran yang penulis bisa sampaikan setelah melakukan penelitian hanya
bisa memberikan saran sebagai berikut :
1. Pelatih Persaudaraan Setia hati Terate
a. Meliahat Nilai-nilai pendidikan Islam dalam Persaudaraaan Setia Hati
Rayon krajan Nawangan sudah cukup baik, tapi alangkah baiknya jika hal
ini akan terus dipertahankan dan selalu dikembangkan agar hal ini dapat
membuat benteng siswa untuk selalu kearah yang lebih baik.
b. Persadaraan Setia Hati Terate adalah sebuah organisai pencak silat terbesar
di Indonesia. Maka dari hal itu dalam menyaring anggota atau siswa benar-
benarlah anda menyaring atau mengolah carilah kualitas bukan kuantitas.
86
c. Sebaiknya Dalam tekat untuk mengdisiplinkan siswa pelatih harus bisa
membedakan mana diluar dan di dalam latihan. Jadinya perlakuan siswa
baik itu teman, sauadara, tetangga dsb, di dalam pendidikan Persaudaraan
Setia Hati Terate harus sama. Karena dapat kita pahami Ilmu dalam PSHT
juga tidak ada bedanya. Jadi bagaiamana pelatih bisa memberiakan takaran
yang sama buat adik-adik siswanya.
2. Siswa Persauadaraan Setia Hati Terate
a. Sebaiknya jadilah siswa yang cerdas dan kritis. Karena bila kamu mencari
sesuatu di dalam Persaudaraan Setia Hati Terate semua pasti akan kamu
temui.
b. Sebaiknya para siswa benar-benar bisa mengarahkan ajaran yang di ajarkan
Persaudaraan Setia Hati Terate ke arah yang positif.
c. Hendaknya siswa bisa mencontoh hal yang memang perlu kalian contoh
dan tingalkan atau buang sesuatu yang kalian anggap sesuatu tidak
berguna.
87
DAFTAR PUSTAKA
.
Al-Quran Kementrian Agama.
Ardani, Moh. Akhlak-Tasawuf “Nilai-Nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan
tasawuf”,. Jakarta: CV Karya Mulia, 2005.
Arifin, H,M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2013.
Asrori, M. Ali & M. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Buku Persaudaraan setia Hati Terate Ranting Ponorgo.
Departement Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah. Jakarta: Pena Pundi Aksara
2002.
Ghony, M, Djunaidi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012.
Harsono,H. Tarmaji Boedi. Menggapai Jiwa Terate. Madiun: Lawu Pos Madiun.2000.
Hasan, Basri. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Kamus Bahasa Indonesia edisi ke-3 cet.ke 3. Jakarta: Balai Perpustaka, 2005.
Materi Diklat Pelatih, Penyususn Panitia Diklat Pelatih Persaudaraan Setia Hati Terate
Cabang Magetan: 2003.
Miles, Mattew B. dan A. Micheal Huberman, analisis Data Kualitatif, Terj. Terj.
Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press, 1992.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008.
88
Mujib, Muhaimin dan Abdul. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya,
1993.
Mulyana, Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri Dan Karakter Bangsa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2013.
Nashori, Djamun Ancok & Fuad. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2004.
Nur, Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia,1997.
Pedoman Kerohanian dan Ke SH An. Madiun: Persaudaraan Setia Hati Terate Pusat
Madiun-Indonesia.
Prahara, Erwin Yudi. Materi Pendidikan Agama Islam. Ponorogo: STAIN Po Press,
2009.
Rohmah, Noer. Pengantar Psikologi Agama. Yogyakarta: Teras, 2013.
RPJM Desa Perubahan DESA Nawangan 2015-2019.
Shihab, M. Quraish Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas Perbagai persoalan
Umat. Bandung: Mizzan, 1996.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Do’a. Ciputat: Lentera Hati,
2006.
Subagyo, P.Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Rineka
Citra, 2004.
Sudiyono, H.M. Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D .Bandung: Alfabeta, 2007.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Uhbiyati, Nur & Abu Ahmadi. Ilmu Pendidikan Islam IPI. Bandung: Pustaka Setia,
1997.
Umay M. Dja’far Shiddieq, Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah
(http://umayonline.wordpress.com
89