Upload
others
View
4
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Sokaraja, 25 Juni 2021
No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan Pemuda Edisi Juli – Desember 2021 Lamp. : 1 (Satu) set
Kepada Yang Terhormat, Komisi Pemuda GKI lingkup Sinode Wilayah Jawa Tengah di tempat. Salam Sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, Melalui surat ini perkenankanlah kami Komisi Pemuda – Departemen Pembangunan Gereja/ DPG BPMSW GKI SW Jateng mengirimkan Bahan Pembinaan Pemuda Edisi Juli – Desember 2021.
Kiranya Buku Bahan Pembinaan Pemuda Edisi Juli – Desember 2021 ini dapat membantu pelayanan kita bersama. Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Tuhan memberkati pelayanan kita bersama. Teriring Salam dan Doa, Komisi Kategorial - DPG BPMSW GKI SW Jateng
Pnt. Jonathan Surya A. Ndruru Sekretaris
1
BAHAN PEMBINAAN
PEMUDA
JULI – DESEMBER 2021
GKI SINODE WILAYAH JAWA TENGAH
2
DAFTAR ISI KEPUASAN ATAU KEBAHAGIAAN? ....................................................................... 4
WORKAHOLIC ...................................................................................................... 9
BREAK THE LIMIT ............................................................................................... 13
VALUE VS POINT ................................................................................................ 17
AKU INDONESIA ................................................................................................. 20
GERAKAN KEMANUSIAAN INDONESIA .............................................................. 26
KEESAAN GEREJA ............................................................................................... 30
RADIKALISME ..................................................................................................... 35
DISKRIMINASI .................................................................................................... 40
LEADERSHIP ....................................................................................................... 46
PERCAYA DIRI ..................................................................................................... 50
POTENSI DIRI ..................................................................................................... 53
DARE TO LEAD ................................................................................................... 56
KELUARGA CEMARA .......................................................................................... 59
KELUARGA YANG TERPECAH ............................................................................. 66
ONE HEART ........................................................................................................ 73
RIBUT RUKUN .................................................................................................... 78
SEKOLAH KEHIDUPAN ........................................................................................ 83
HOMO HOMINI LUPUS ...................................................................................... 87
LEMBAH KALI CODE ........................................................................................... 92
AMBULANCE BAGI SESAMA............................................................................... 99
MERANGKUL YANG TERHILANG ...................................................................... 105
3
SOLIDARITAS .................................................................................................... 112
DIA UTUSKU ..................................................................................................... 117
GAUDETE ......................................................................................................... 122
SOLIDARITAS ALLAH ........................................................................................ 127
4
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Juli 2021
KEPUASAN ATAU KEBAHAGIAAN?
Bacaan
Matius 6:25-34
Tujuan
Pemuda memahami bahwa tujuan hidup yang sesungguhnya adalah
menggapai kebahagiaan bersama Tuhan.
Fokus
Kepuasan dan Kebahagiaan memiliki kemiripan dan keterkaitan, dimana
keduanya menghadirkan perasaan senang, tapi sebenarnya itu adalah dua
hal berbeda. Dimana letak perbedaannya? Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kepuasan adalah saat seseorang merasa senang (lega,
gembira, kenyang, dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasrat
hatinya). Sedangkan Kebahagiaan adalah saat seseorang ada dalam
keadaan atau perasaan senang dan tenteram (lahir batin). Kedua kata ini
memiliki peran yang besar dalam kehidupan manusia. Semua orang
berlomba-lomba untuk menggapai Kepuasaan dan Kebahagiaan dalam
hidupnya. Tidak jarang semuanya dilakukan dengan menghalalkan
berbagaimacam cara (termasuk cara yang bertentangan dengan ajaran
Tuhan). Lalu bagaimana dengan setiap kita yang adalah anak-anak
Tuhan? Mana yang akan atau sedang kita gapai? Kepuasaan atau
Kebahagiaan? Apa cara yang kita tempuh untuk menggapainya?
Oleh sebab itulah, tema persekutuan kita di minggu pertama bulan Juli
ini, hendak berbicara tentang tujuan hidup anak-anak Tuhan. Melalui
perenungan Firman Tuhan hari ini, Pemuda diajak untuk memiliki
kesadaran bahwa yang seharusnya menjadi tujuan hidupnya adalah
menggapai kebahagiaan bersama dengan Tuhan Sang empunya
kehidupan.
5
Penjelasan Teks
Matius 6:25-34, mengajak setiap kita untuk dapat belajar tentang hal
kekuatiran. Hal kekuatiran ini pun berhubungan dengan tujuan hidup
yang hendak digapai oleh manusia. Kata kuatir yang dipakai dalam
bacaan kita hari ini, berasal dari Bahasa Yunani, ―Merimnao‖ yang
memiliki arti membagi pikiran. Sehingga kalimat ―Janganlah kuatir akan
hidupmu‖, memiliki arti ―Janganlah kamu membelokkan pikiranmu
dalam menjalani kehidupan‖. Sebab saat kita kuatir, kita bisa melupakan
apa saja yang seharusnya bisa membuat kita bahagia. Namun pada
kenyataanya setiap orang pernah merasa kuatir (entah tentang apapun
itu). Kekuatiran seringkali menyerang dan menekan kehidupan manusia
(termasuk anak-anak Tuhan).
Lalu apa yang harus dilakukan oleh anak-anak Tuhan, agar tidak
terjerumus di dalam kekuatiran? Dalam ayat 33 dikatakan, ―Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu‖. Apa maksudnya? Mengapa saat berbicara
tentang hal kekuatiran, Tuhan Yesus malah menjawab tentang mencari
terlebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya? Kerajaan Allah dan
kebenarannya yang dimaksud adalah kita menjadikan Yesus sebagai
tujuan hidup kita. Dari jawaban Tuhan Yesus ini, hendak
memperlihatkan bahwa akar dari kekuatiran bukanlah tentang keadaan
atau kondisi (baik diri sendiri maupun sekitar), melainkan tentang tujuan
hidup. Oleh sebab itulah, Tuhan Yesus lebih menekankan tentang
mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Karena saat seseorang
memiliki tujuan hidup yang terarah pada Kristus, maka ia akan terbebas
dari rasa kuatir dan pastinya akan merasakan kebahagiaan. Sedangkan
apabila seseorang belum memiliki tujuan hidup yang terarah kepada
Kristus, maka ia akan mudah tergoda oleh hal-hal duniawi yang hanya
akan memberikan kepuasaan sesaat.
Pengenaan
Sadarilah, setiap kita adalah anak-anak Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan,
seharusnya setiap kita mempunyai tujuan hidup yang terarah kepada
6
Tuhan. Sehingga kita tidak hanya fokus mengejar kepuasaan duniawi
sesaat yang hanya akan membawa kita jatuh pada rasa kuatir (entah
terhadap masa lalu yang terus membayangi, masa kini yang terasa berat
dijalani, masa depan yang belum pasti). Karena dengan tujuan hidup
yang terarah pada Kristus itulah, kita akan bisa menikmati setiap langkah
hidup kita dengan kebahagiaan sejati.
Tidak ada manusia yang mau hidup di bawah bayang-bayang kekuatiran.
Banyak orang yang mencari dan mengejar kebahagiaan dalam hidupnya.
Oleh sebab itu, berbahagialah dan bersyukurlah, karena kita kita
memiliki Tuhan Yesus Kristus, yang adalah sumber kebahagiaan itu
sendiri.
Penyampaian
1. Awali renungan dengan membahas perbedaan antara kata Kepuasaan
dan Kebahagiaan, seperti yang ada pada bagian Fokus.
2. Tegaskan bahwa tujuan dari kehidupan ini adalah menggapai
kebahagiaan bersama dengan Tuhan, dengan cara mencari terlebih
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, seperti dalam kisah hal
kekuatiran sebagaimana yang terdapat di dalam Penjelasan Teks.
3. Ajak Pemuda memiliki kesadaran untuk memiliki tujuan hidup yang
terarah kepada Kristus, agar dapat senantiasa merasakan kebahagiaan
sejati, seperti yang ada dalam bagian Pengenaan.
4. Diskusikan makna lagu daerah ―Cublak-cublak Suweng‖, seperti yang
ada dalam bagian Kegiatan.
Kegiatan
Mendiskusikan makna lagu daerah Jawa, yaitu ―Cublak-cublak Suweng‖.
Adakah yang hafal lagu ―Cublak-Cublak Suweng"? Bagi yang hafal
bisa minta tolong untuk menyanyikannya.
Apa kira-kira makna atau pesan moral dari lagu ini?
Cublak-cublak Suweng diciptakan oleh salah satu anggota Wali Songo
yaitu Syekh Maulana Ainul Yakin atau yang dikenal sebagai Sunan Giri
7
pada tahun 1442 M di Jawa Timur. Lirik Cublak-cublak Suweng ternyata
mengandung makna filosofis yang cukup dalam.
‗Cublak Suweng‘, sendiri memiliki arti tempat perhiasan perempuan.
Karena itulah, Cublak-cublak Suweng memiliki arti tempat harta
berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau 'harta sejati'.
‗Suwenge Teng Gelenter‘, berarti suweng yang berserakan. Maka, harta
sejati itu berupa kebahagiaan sejati yang berserakan di sekitar manusia.
‗Mambu ketundung gudel‘, kata mambu berarti 'bau', ketundung berarti
'dituju', sedangkan gudhel berarti 'anak kerbau'. Maknanya, banyak orang
berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh mencari
harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan hanya demi
menemukan kebahagiaan sejati.
‗Pak Empo lirak-lirik‘, kata Pak Empo berarti 'bapak ompong',
sedangkan lirak-lirik berarti 'menengok kanan-kiri'. Artinya orang-orang
bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun
hartanya melimpah yang ternyata adalah harta palsu, buka harta sejati
atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa
nafsu keserakahannya sendiri.
‗Sopo ngguyu ndhelikake‘, kata Sopo ngguyu berarti 'siapa tertawa'. Lalu
Ndhelikake berarti 'dia yang menyembunyikan'. Menggambarkan bahwa
barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan tempat harta sejati atau
kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum dalam menjalani
setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan
orang-orang yang serakah.
‗Sir-sir pong dele kopong‘, kata sir berarti 'hati nurani', sedangkan pong
dele kopong berarti 'keledai kosong tanpa isi'. Maknanya bahwa untuk
sampai kepada tempat harta sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan
sejati, orang harus melepaskan diri dari kecintaan pada harta benda
duniawi, mengosongkan diri, rendah hati, tidak merendahkan sesama,
8
serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam sir-nya atau hati
nuraninya.
9
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Juli 2021
WORKAHOLIC
Bacaan
Markus 6:30-32
Tujuan
Pemuda sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dapat menyadari bahwa yang
terpenting adalah keseimbangan hidup, antara bekerja dan beristirahat.
Fokus
Di zaman sekarang ada sebuah istilah yang biasa dipakai untuk
menggambarkan orang-orang yang mementingkan pekerjaan secara
berlebihan, yaitu Workaholic. Apakah workaholic ini baik atau tidak?
Nampaknya sesuatu yang berlebihan, akan menjadi tidak baik. Bekerja
itu baik, namun bekerja yang berlebihan menjadi tidak baik, karena pasti
akan melalaikan aspek kehidupan yang lain (entah itu kehidupan
rohaninya, kebersamaan dengan keluarganya, bersosialisasi dengan yang
lainnya, dll). Orang yang sudah kecanduan bekerja (workaholic), maka ia
akan bersedia mengorbankan seluruh waktunya untuk pekerjaan itu.
Dalam hidupnya tidak ada keseimbangan. Padahal keseimbangan itu
sangat dibutuhkan untuk belajar mensyukuri hidup.
Oleh sebab itulah, tema persekutuan kita di minggu kedua bulan Juli ini
berbicara tentang workaholic. Melalui perenungan Firman Tuhan hari ini,
Pemuda diajak untuk memiliki kesadaran tentang pentingnya memiliki
keseimbangan di dalam hidupnya. Ada saatnya untuk bekerja, ada
saatnya untuk berelasi, ada saatnya untuk beristirahat, dan ada saatnya
untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Penjelasan Teks
Tuhan Yesus termasuk orang yang sibuk dengan pelayanan-Nya
(pekerjaan-Nya). Namun di tengah kesibukan-Nya, Ia tidak terperangkap
dan menjadi workaholic. Bahan bacaan kita hari ini, memperlihatkan
10
bahwa Tuhan Yesus lebih mengutamakan keseimbangan dalam hidup.
Yesus memiliki kesibukan yang luar biasa, namun dalam ayat 31 Tuhan
Yesus mengajak para murid, ―Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita
sendirian, dan beristirahatlah seketika!‖. Tuhan Yesus tahu, bahwa Ia
harus tetap menyediakan waktu secara khusus untuk berbicara kepada
Bapa meski beban tugas-Nya banyak dan berat. Tempat sunyi rupanya
menjadi tempat yang menyenangkan bagi Tuhan Yesus dan para murid-
Nya untuk beristirahat sejenak. Mengapa Ia melakukan itu? Tuhan Yesus
tahu bahwa Dia memerlukan hal itu, agar Ia tetap bisa kuat melakukan
semua pelayanan-Nya setiap hari.
Melalui Markus 6:30-32, Tuhan Yesus mengajarkan kepada setiap kita
untuk lebih mengutamakan keseimbangan saat menjalani kehidupan.
Pelayanan atau pekerjaan yang padat, apabila tidak diseimbangi dengan
berelasi dan beristirahat, hanya akan meningkatkan stress dan kejenuhan.
Namun bukan berarti pelayanan atau pekerjaan itu tidak penting, setelah
beristirahat Tuhan Yesus dan para murid kembali melanjutkan pelayanan
mereka.
Pengenaan
Marilah kita belajar untuk mengenali ciri-ciri workaholic, agar kita bisa
memeriksa diri kita, dan waspada. Seorang workaholic selalu bekerja,
tanpa mengenal waktu dan tempat, sehingga akan rela untuk
meninggalkan apapun yang sedang dilakukan dan segera bekerja.
Seorang workaholic biasanya akan merasa stres ketika tidak bisa bekerja.
Seorang workaholic akan mudah jatuh sakit karena hati, pikiran, dan fisik
yang terkuras.
Entah kita sadari atau tidak, mungkin ada dari kita saat ini yang hari-
harinya begitu disibukkan dengan berbagai aktivitas dan rutinitas
pekerjaan (pergi pagi, pulang sore menjelang malam). Sadarkah, bahwa
setiap kita memerlukan keseimbangan. Rasakanlah setiap hari Tuhan
Yesus berbisik kepada setiap kita ―Hai, marilah ke tempat yang sunyi,
supaya engkau bisa beristirahat!‖. Kita diajak untuk menarik diri dari
segala kesibukan kita. Bila kita terus memacu hidup kita dalam
11
kecepatan tinggi tanpa berhenti sejenak, maka kita bisa lupa untuk
menikmati hidup dan berkat Tuhan. Kita bisa kehilangan makna dari apa
yang kita lakukan dan untuk apa kita melakukannya. Pastinya kalau kita
menjadi workaholic, maka hidup kita lama kelamaan menjadi kering dan
gersang. Oleh karena itu, ambillah waktu untuk menarik diri sejenak dari
kesibukan pekerjaan. Nikmatilah berkat yang Tuhan telah sediakan dan
mengucap syukurlah kepada-Nya. Percayalah, dengan demikian hidup
kita akan ada keseimbangan dan semakin produktif serta efektif, baik
dalam pekerjaan maupun pelayanan.
Penyampaian
1. Awali renungan dengan membahas arti kata Workaholic, dan seperti
apa dampaknya dalam hidup kita. Setelah itu uraikan bagian Fokus.
2. Tegaskan bahwa yang Tuhan Yesus kehendaki adalah keseimbangan
dalam hidup, seperti dalam kisah Tuhan Yesus mengajak para murid
untuk beristirahat sebagaimana yang terdapat di dalam Penjelasan
Teks.
3. Ajak Pemuda memiliki kesadaran untuk tidak jatuh menjadi
workaholic, melainkan menikmati hidup dengan cara hidup seimbang,
seperti yang ada dalam bagian Pengenaan.
4. Diskusikan kisah Lee Lacocca dan apa yang dapat dipelajari dari kisah
tersebut, seperti yang ada dalam bagian Kegiatan.
Kegiatan
Mendiskusikan kisah Lee Lacocca.
Adakah yang pernah mendengar nama Lee Lacocca?
Apa hal baik yang dapat kita pelajari dari kisah hidup Lee Lacocca?
Lee Lacocca adalah sosok yang berjasa melahirkan Ford Mustang, dan
juga memainkan peran utama dalam kebangkitan Chrysler Corporation
pada tahun 1980. Ia sangat sibuk saat itu. Tapi meski begitu, ia sangat
mengutamakan yang namanya waktu istirahat. Katanya: "Saya selalu
heran dengan beberapa orang yang sepertinya tak bisa mengendalikan
agenda kerjanya. Selama bertahun- tahun, saya menemui banyak
eksekutif yang berkata dengan bangga: 'Tahun lalu saya terus bekerja
12
sampai tidak punya waktu untuk liburan' Tidak ada yang bisa
dibanggakan dari hal itu. Untuk kalimat- kalimat seperti itu, saya seolah
ingin berkata: "Anda bodoh sekali. Anda bisa mengelola proyek senilai
puluhan juta dolar, tapi Anda tidak bisa merencanakan waktu untuk
liburan bersama keluarga dan menikmati hidup?‖
13
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Juli 2021
BREAK THE LIMIT
Bacaan
1 Samuel 17:32-39
Tujuan
- Pemuda dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh dirinya.
- Pemuda tidak berputus asa saat menemui tantangan dalam hidupnya.
Fokus
“Mimpi adalah kunci untuk menaklukan dunia, berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya.”
Kalimat ini adalah sepenggal lirik dari lagu yang dinyanyikan oleh Nidji
berjudul ―Laskar Pelangi‖, yang menjadi soundtrack film Laskar Pelangi
pada tahun 2008. Film yang bercerita tentang semangat yang melampaui
batas dari sepuluh anak Laskar Pelangi dalam menimba ilmu di tengah
keterbatasan yang mereka miliki. Bagaimana tidak, mereka harus siap
untuk menaiki sepeda menempuh perjalanan berkilo-kilo meter demi
untuk dapat bersekolah. Tak hanya itu saja, sekolah mereka pun hanya
terbuat dari kayu yang hampir roboh, terdapat lubang-lubang di sana sini,
Namun atap yang bocor tak menggoyahkan semangat mereka untuk
dapat belajar. Mereka tak pernah membatasi diri mereka dalam belajar
(bahkan mereka melampaui batas), sesulit apapun keadaan mereka,
mereka tidak pernah mengeluh. Mereka yakin terhadap apa yang mereka
kerjakan, mereka menyukai apa yang mereka lakukan. Break the limit,
akan membawa seseorang untuk dapat memaksimalkan potensi yang
dimilikinya dan dapat terus berjuang di tengah tantangan yang berat
sekalipun.
Oleh sebab itulah, tema persekutuan kita di minggu ketiga bulan Juli ini
berbicara tentang Break The Limit. Melalui perenungan Firman Tuhan
14
hari ini, Pemuda diajak untuk dapat memaksimalkan potensi yang ada di
dalam dirinya dan dapat siap berjuang di tengah tantangan hidup.
Penjelasan Teks
1 Samuel 17:32-39, berkisah tentang Daud tiba di medan pertempuran.
Ada hal yang unik dalam kisah ini. Di tengah kebingungan dan ketakutan
prajurit Israel untuk menghadapi prajurit Filistin, muncullah Daud sang
gembala domba, yang berkata, ―Janganlah seseorang menjadi tawar hati
karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.‖ Suatu
hal yang sangat janggal pada saat itu. Mana mungkin Daud bisa
mengalahkan prajurit Filistin yang besar dan kuat itu? Bahkan prajurit
Israel saja tidak ada yang berani. Apalagi Daud yang secara fisik dan
keahlian, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan prajurit-prajurit
Israel yang lainnya. Oleh sebab itulah, Saul menjawab Daud, ―Tidak
mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia,
sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah
menjadi prajurit‖. Saul mencoba untuk membatasi kemampuan Daud
dan pastinya juga karya Tuhan. Ia hanya melihat Daud dari kacamata
duniawi saja, yang pastinya mustahil untuk mengalahkan prajurit Filistin
itu.
Namun Daud yakin dengan potensi yang dimilikinya dan penyertaan
Tuhan dalam hidupnya, sehingga Daud kembali berkata, ―Hambamu ini
biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa
atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka
aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari
mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku
menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik
singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang
Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari
pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah
yang hidup. TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan
dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang
Filistin itu‖ Inilah keyakinan Daud akan potensi yang dimilikinya dan
penyertaan Tuhan bagi hidupnya. Dari mana Daud memiliki keyakinan
15
itu? Dari pengalaman hidup yang sudah ia jalani bersama dengan Tuhan.
Ada proses panjangan yang telah Daud lalui, dan proses itu
menghasilkan progress yang membuat Daud yakin bisa mengalahkan
prajurit Filistin itu. Daud telah melampaui batas, dengan memaksimalkan
potensi yang ada di dalam dirinya bersama Tuhan, sehingga ia tidak takut
ataupun berputus asa saat menghadapi tantangan yang berat sekalipun.
Pengenaan
Seringkali yang membuat kita tidak mampu untuk melakukan sesuatu,
bukanlah karena kondisi, atau orang lain, atau Tuhan! Melainkan karena
diri kita sendiri! Ketidakpercayaan kitalah yang seringkali menghambat
diri kita sendiri. Jika kita tidak percaya kita bisa melakukannya, maka
kemungkinan besar kita benar-benar tidak akan melakukannya. Oleh
sebab itulah, saat ini setiap kita diajak untuk dapat hidup melampaui
batas, agar kita dapat melakukan banyak hal seturut dengan kehendak
Tuhan.
Apabila kita perhatikan, tokoh-tokoh penting dalam dunia ini adalah
orang-orang yang berani hidup dengan melampaui batas mereka sendiri.
Walaupun mungkin saja dalam kenyataannya banyak orang yang
menentang atau menghambat mereka, namun mereka tetap percaya
bahwa mereka bisa melakukannya. Lalu apa yang terjadi? Mereka benar-
benar bisa melakukannya! Seperti kisah Daud melawan Goliat.
Bagaimana caranya agar kita bisa hidup melampaui batas dengan
memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri kita? Marilah kita belajar
dari kisah Daud.
1. Mengubah cara berpikir dengan, ―aku bisa melakukannya‖. Namun
bukan karena kekuatan kita sendiri, tetapi karena ada campur tangan
Tuhan yang menuntun kita untuk melakukannya.
2. Mengubah cara pandang. jangan hanya melihat tantangannya, tetapi
lihatlah juga potensi dan peluang yang ada. Karena orang yang
pesimis hanya akan melihat masalah di tengah peluang, sedangkan
orang yang optimis akan mencoba untuk melihat peluang di tengah
tantangan.
16
3. Berani untuk bertindak. Jangan hanya berdiam diri, melainkan
lakukanlah dengan persiapan dan keyakinan.
Penyampaian
1. Awali renungan dengan lagu dan film Laskar Pelangi, seperti yang
uraikan pada bagian Fokus.
2. Tegaskan bahwa melampaui batas dengan memaksimalkan potensi itu
sangat penting, seperti dalam kisah Daud tiba di medan pertempuran
sebagaimana yang terdapat di dalam Penjelasan Teks.
3. Ajak Pemuda memiliki kesadaran untuk hidup melampaui batas
dengan memaksimalkan potensi diri yang telah diberikan oleh Tuhan,
seperti yang ada dalam bagian Pengenaan.
4. Lakukanlah tes kepribadian untuk dapat melihat potensi yang dimiliki,
seperti yang ada dalam bagian Kegiatan.
Kegiatan
Melakukan tes kepribadian untuk dapat melihat potensi yang dimiliki
melalui tes online https://www.16personalities.com/id/tes-kepribadian.
Setelah itu diskusikanlah.
17
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Juli 2021
VALUE VS POINT
Bacaan
Kejadian 25:25-34
Tujuan
Pemuda dapat belajar menikmati setiap proses kehidupan.
Fokus
Ada perkataan sebagai berikut, ―Banyak yang ingin sekuat baja tetapi
enggan di tempa. Banyak yang ingin secemerlan emas tapi enggan
dilebur. Banyak yang ingin berguna di dunia tapi enggan berbagi.
Banyak yang ingin mengasihi tapi enggan mengampuni. Banyak yang
ingin menjadi baik tetapi enggan berbuat benar. Banyak yang ingin jadi
pahlawan tapi enggan berkorban. Banyak yang ingin menuai tapi
enggan menabur. Yesus adalah teladan sempurna bagi kita‖. Apa
maksudnya? Tidak jarang kita sebagai manusia abad ini, cenderung
menginginkan sesuatu yang instan dan jika keadaan tidak sesuai dengan
keinginan kita, maka kita pun dengan cepat menyalahkan Tuhan. Padahal
untuk mendapatkan hasil yang baik, tentu tidak terlepas dari yang
namanya proses. Barang yang awalnya murah atau tidak bernilai dapat
menjadi berharga dan bernilai setelah melewati proses yang bisa saja
panjang. Setiap proses pastinya membutuhkan waktu dan beberapa tahap
sampai menjadi sempurna.
Oleh sebab itulah, tema persekutuan kita di minggu keempat bulan Juli
ini berbicara tentang Value VS Point. Melalui perenungan Firman Tuhan
hari ini, Pemuda diajak untuk tidak hanya berfokus pada hasil saja,
melainkan dapat belajar menikmati setiap proses kehidupan.
Penjelasan Teks
Kejadian 25:23-34 mengisahkan tentang Esau dan Yakub. Mereka adalah
saudara kembar. Ayahnya adalah Ishak dan ibunya adalah Ribka. Esau
18
dan Yakub merupakan jawaban Tuhan atas doa-doa yang dinaikkan oleh
Ishak dan Ribka. Oleh sebab itulah, Esau dan Yakub sangat dikasihi oleh
orangtuanya. Mereka berdua sama-sama mendapatkan berkat dari Tuhan,
walaupun bentuk berkatnya berbeda. ―Esau menjadi seorang yang
pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub
adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah.‖. Esau dan
Yakub sama-sama mendapat berkat dan kesempatan untuk bertumbuh
menjadi berkat bagi orang lain.
Hanya saja Esau dan Yakub sama-sama lebih mementingkan hasil akhir,
dibandingkan belajar menikmati setiap prosesnya. Oleh sebab itulah,
dengan mudah Esau menjual hak kesulungannya, dan Yakub menipu
saudaranya. Esau mementingkan sop kacang merah, sedangkan Yakub
mementingkan hak kesulungan. Mereka berdua seolah-olah melupakan
proses yang dibutuhkan untuk meraih keinginan mereka saat itu. Mereka
berdua mencari jalan pintas (instan) untuk dapat meraih yang mereka
inginkan.
Lalu apa yang terjadi? Baik Esau maupun Yakub, terjebak pada
kehidupan yang diliputi dosa. Karena segala sesuatu yang instan, hanya
akan membawa pada celaka (tidak menghargai proses). Akibatnya,
hubungan mereka berdua rusak. Esau selalu diliputi oleh amarah,
sedangkan Yakub selalu diliputi oleh ketakutan karena ada perasaan
bersalah.
Pengenaan
Sekarang ini orang-orang ingin segala sesuatu itu serba cepat. Hal ini
tidak salah. Hanya saja seringkali sesuatu yang cepat itu akhirnya
melupakan atau bahkan dengan sengaja melewati berbagai proses yang
diperlukan. Gaya hidup seperti ini akhirnya membuat orang menilai
hidup dari hasilnya saja, bukan prosesnya. Proses dianggap menjadi
kurang atau bahkan tidak penting. Padahal dalam proseslah kita akan
belajar banyak hal yang akan membentuk dan menguatkan diri kita.
Dalam proseslah kita akan menentukan apakah kita pantas atau tidak
terhadap keinginan yang ingin kita raih.
19
Oleh sebab itu, marilah mulai saat ini kita menjalani hidup ini dengan
belajar menikmati setiap proses yang ada. Hidup ini adalah sebuah
proses. Perubahan dan keberhasilan pun membutuhkan proses. Jangan
takut untuk berproses, karena Tuhan selalu membimbing kita dalam
setiap proses yang kita jalani. Marilah kita belajar untuk setia dalam
menjalani proses dalam kehidupan kita. Hasil itu akan memuaskan kita,
tetapi proses itu akan membahagiakan kita.
Penyampaian
1. Awali renungan dengan membahas budaya instan yang lebih
mengutamakan hasil dibandingkan dengan proses, seperti yang
diuraikan pada bagian Fokus.
2. Tegaskan bahwa apabila hanya mementingkan hasil hanya akan jatuh
pada dosa, seperti dalam kisah Esau dan Yakub sebagaimana yang
terdapat di dalam Penjelasan Teks.
3. Ajak Pemuda memiliki kesadaran untuk dapat belajar menikmati
setiap proses di dalam hidupnya, seperti yang ada dalam bagian
Pengenaan.
4. Diskusikan beberapa kasus yang terjadi zaman sekarang, dimana
banyak anak muda yang hanya mementingkan hasil dibandingkan
proses, seperti yang ada dalam bagian Kegiatan.
Kegiatan
Mencari kasus ―joki skripsi‖ di internet, lalu membahas apa
keuntungannya menggunakan jasa ―joki skripsi‖ dan apa kerugiannya
menggunakan jasa ―joki skripsi‖?
20
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Agustus 2021
AKU INDONESIA
Bacaan
Yeremia 29:1-7
Tujuan
Pemuda memiliki semangat membangun Indonesia
Fokus
17-20 September 1956 menjadi peristiwa penting dalam sejarah GKI.
Disitulah Tiong Hoa Kie Tok Kau Hwee (THKTKH) mengalami
perubahan nama menjadi Gereja Kristen Indonesia (GKI). Bukan Gereja
Kristen di Indonesia, namun Gereja Kristen Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa karakteristik GKI bukan sekedar gereja yang
menumpang di Indonesia. Bukan sekedar ―ada‖ di Indonesia. Bukan
sekedar hanya memperjuangkan orang Kristen di Indonesia. Penamaan
GKI menunjukkan bahwa GKI merupakan gereja yang berakar dan hidup
di Indonesia. Dengan demikian, kita sebagai pemuda GKI diajak untuk
berkarya bagi Indonesia. Membangun Indonesia dengan segala
kebhinnekaannya.
Penjelasan Teks
Dalam perjalanan sejarahnya, Bangsa Israel mengalami perpecahan.
Kerajaan pertama adalah kerajaan Israel Utara (kerajaan Israel) yang
beribukota di Samaria. Kerajaan kedua adalah kerajaan Israel Selatan
(kerajaan Yehuda) yang beribukota di Yerusalem. Kerajaan Israel dan
Yehuda pada akhirnya semakin menjauh dari perintah Allah. Kehidupan
mereka semakin hari semakin menjauh dan mendukakan hati Allah.
Hal tersebut membuat kedua kerajaan mengalami kekalahan dan
pembuangan ke bangsa-bangsa yang berhasil menaklukkan mereka.
Diawali dari kerajaan Israel. Mereka mengalami kekalahan oleh
kerajaaan Asyur dan akhirnya sebagian besar mengalami pembuangan ke
21
Asyur. Kemudian kerajaan Yehuda mengalami hal yang sama. Mereka
mengalami kekalahan oleh kerajaan Babilonia ketika pemerintahan
Nebukadnezar II (ay.2).
Pembuangan merupakan sesuatu yang menyakitkan bagi bangsa Yehuda.
Ketika ada kerajaan atau bangsa yang mengalami kekalahan dalam
peperangan, maka kerajaan yang menang berhak menguasai bangsa yang
mereka kalahkan. Untuk menunjang kekuatan tempur dan ketahanan
kerajaan, maka kerajaan Babilonia yang beribukota di Babel mengangkut
pria dewasa maupun yang berusia remaja dari kerajaan Yehuda untuk
dipekerjakan dalam dua hal.
Pertama adalah dipergunakan tenaganya sebagai pasukan tempur maupun
dipekerjakan untuk mengerjakan pekerjaan berat. Kedua adalah
dipekerjakan kepandaiannya untuk keuntungan Babilonia sendiri.
Dengan demikian kerajaan Yehuda tak lagi berdaya karena hanya
meninggalkan orang yang sudah lanjut usia, perempuan, dan anak-anak.
Inilah yang membuat peluang untuk melakukan perlawanan semakin
tipis.
Keadaan tersebut membuat orang-orang yang berada dalam pembuangan
mengalami situasi yang sulit. Mereka harus berpisah dengan sanak
keluarga dan tanah air mereka. Hal inilah yang membuat mereka hilang
semangat. Di tengah situasi seperti inilah Tuhan melihat keadaan umat-
Nya. Melalui nabi Yeremia, Tuhan memberikan penguatan di tengah
pembuangan yang terjadi.
Alih-alih mengasihani diri, Tuhan justru mengajak umat untuk berani
menghadai situasi ―new-normal‖. Berani menghadai realitas baru dengan
cara yang baru. Oleh sebab itu Tuhan memberikan istruksi langsung yang
bisa dikerjakan secara langsung juga oleh umat-Nya. Ia berkata:
INSTRUKSI TUHAN KETERANGAN
―Dirikanlah rumah untuk
kamu diami‖ (ay. 5)
Membuat rumah merupakan tanda bahwa
mereka akan menetap dalam pembuangan
22
dalam waktu yang tidak sebentar. Selain
itu mereka harus rela untuk hidup
bersama dengan masyarakat Babilonia
yang nototabene adalah bangsa asing.
―Buatlah kebun untuk kamu
nikmati hasilnya‖ (ay. 5)
Dalam pembuangan, mereka harus
menghidupi diri mereka sendiri. Oleh
sebab itu alih-alih mengasihani diri,
Tuhan memerintahkan bangsa Yehuda
untuk move-on dari keadaan dan berani
menjalani kehidupan baru mereka.
Pekerjaan yang diusahakan adalah
bekerja di sektor perkebunan. Hal ini
bukanlah hal yang asing bagi bangsa
Yehuda. Oleh sebab itu, dimasa
pembuangan mereka harus hidup new-
normal. Kembali bekerja seperti sedia
kala, namun di tempat yang baru untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka.
―ambillah isteri untuk
memperanakkan anak laki-
laki dan perempuan‖ (ay. 6)
Hal ini merupakan hal yang baru bagi
mereka. Dalma Perjanjian lama sebelum
pembuangan, kemurnian keturunan
merupakan hal penting bagi kehidupan
bangsa Israel raya. Namun situasi khusus
harus dihadapi dengan cara yang khusus.
Situasi pembuangan membuat mereka
belum tentu hidup bersama dengan istri
atau perempuan Yehuda. Oleh sebab itu
terbuka kemungkinan untuk ―kawin
campur‖ demi meneruskan keturunan.
―ambillah isteri bagi anakmu
laki-laki dan carikanlah
suami bagi anakmu
perempuan...‖ (ay.6)
Hal ini menunjukkan kehidupan yang
harus terus berjalan. Keturunan harus
terus dihasilkan agar eksistensi bangsa
Yehuda tetap ada.
23
―Usahakanlah
kesejahateraan kota ...‖ (ay.
7)
Inilah yang dilakukan bangsa Yehuda di
tengah pembuangan. Mereka
mengusahakan tempat dimana mereka
berpijak. Ungkapan ―Dimana bumi
dipijak, di situ langit dijunjung‖ menjadi
relevan bagi keadaan mereka kini.
Merekapun bukan sekedar mengusahakan
kehidupan mereka sendiri, namun Tuhan
memerintahkaan untuk mengusahakan
kesejahteraaan kota. Kota-kota Babilonia
dihuni bukan hanya orang Yehuda
sebagai tawanan, namun juga
berdampingan dengan bangsa tawanan
lain selain Yehuda dan orang Babilonia
itu sendiri.
Di sinilah kita melihat bagaimana Tuhan
memerintahkan orang Yehuda untuk
mngusahakan kesejahteraan bersama.
Bukan hanya untuk kalangan mereka
sendiri.
―... dan berdoalah untuk kota
itu...‖ (ay.7)
Hal ini juga hal yang baru bagi kehidupan
mereka. Biasanya Tuhan melarang
mendoakan bangsa diluar Israel. Namun
dalam situasi inilah Tuhan justru
memerintahkan bangsa Yehuda untuk
berdoa bagi tempat mereka tinggal. Selain
mengusahakan kesejahteraan bersama,
ternyata juga mengharapkan yang baik
bagi kota yang dihuni oleh berbagai
macam orang.
24
Pengenaan
―Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung‖. Inilah yang dilakukan
oleh bangsa Yehuda di tengah pembuangan. Mereka hidup bersama
dengan bangsa lain. Meski demikian, mereka mengusahakan tempat
mereka berpijak dan mendoakan yang baik bagi tempat mereka berpijak.
Semangat inilah yang kita hidupi sebagai pemuda GKI. Memang kita
tidak dalam situasi pembuangan layaknya bangsa Yehuda. Meski
demikian semangat untuk maju bersama mengusahakan kesejahteraan
bersama merupakan pesan penting dalam bacaan minggu ini.
Kita lahir, tinggal, dan hidup di Indonesia. Seperti yang ada pada bahian
pendahuluan, GKIpun tak bisa dilepaskan dengan Indonesia. Oleh sebab
itu terdapat panggilan untuk:
1. Mengusahakan kesejahteraan bersama.
Bukan hanya mengusahkan kesejahteraan orang Kristen saja. Namun
untuk semua orang. Kesejahteraan ini diwujudkan dengan beberapa
hal seperti:
a. Bagi mahasiswa: Bertanggung jawab dalam menjalani masa kuliah
agar segera lulus dan berkarya dalam pekerjaan yang kita
persiapkan ketika kuliah.
b. Bagi pekerja yang bekerja sebagai karyawan: Bekerja dengan tekun
agar mendapatkan promosi atau prestasi yang baik. Dengan
prestasi, posisi, jabatan, yang semakin tinggi, maka ada tanggung
jawab besar dan jangan menyia-nyiakan kepercayaan yang
diberikan.
c. Bagi pekerja yang bekerja sebagai wirausaha: Semakin besar
keuntungan, maka ingat untuk menyejahterakan karyawan dan
lingkungan sekitar.
2. Mendoakan Indonesia.
Berdoa bagi bangsa ditengah pergumulan yang terjadi. Serta juga
mendoakan gerakan-gerakan yang mempersatukan serta memajukan
Indonesia.
25
Penyampaian
1. Mengajak pemuda untuk melakukan kegiatan
2. Menekankan peran mereka (pengarang lagu) untuk berkontribusi bagi
bangsa
3. Membahas GKI sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia
4. Menjelaskan bacaan Alkitab
5. Menjelaskan panggilan untuk berkarya (melalui apa yang mereka
kerjakan kini) dan berdoa bagi bangsa
6. Mengajak pemuda untuk mendoakan teman disebelahnya/lainnya
sesuai dengan karya mereka saat ini.
Kegiatan
1. Analisis lagu kebangsaan.
2. Ajak pemuda untuk membuat kelompok (apabila dilakukan tatap
muka) atau memilih 1 lagu kebangsaan.
3. Mencari siapa pengarangnya, biografi dan kisah dibalik pembuatan
lagu tersebut.
26
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Agustus 2021
GERAKAN KEMANUSIAAN INDONESIA
Bacaan
Lukas 10:25-37
Tujuan
Pemuda peka akan situasi disekitarnya dan berperan aktif dalam masalah
kemanusiaan.
Fokus
“Cinta yang tidak mementingkan diri sendiri
akan menggerakkan hati dan perbuatan manusia.”
Itulah quotes dari Mother Theresa mengenai kehidupan ini. Apabila kita
memnabcanya secara terbalik, maka kita akan melihat bahwa cinta yang
mementingkan diri sendiri takkan menggerakan hati dan perbuatan
manusia. Ketika seseorang berhenti memandang sekitarnya dengan cinta,
maka dorongan untuk berkarya bagi sesamapun menjadi tumpul.
Dalam situasi kinipun pemuda memiliki panggilan untuk mengasah
kepekaan terhadap masalah-masalah kemanusiaan yang terjadi
disekitarnya. Jangan sampai pemuda Kristen justru diam dalam zona
nayamannya, dan memilih untuk berdiam diri ketika ada permasalahan
kemanusiaan terjadi. Oleh sebab itu di persekutuan Minggu ini, kita akan
kembali merenungkan kisah Samaria yang murah hati.
Penjelasan Teks
Bacaan kita menceritakan tentang ahli Taurat yang mencoba untuk
menjebak Yesus dengan sebuah pertanyaan mengenai hidup kekal.
Kemudian Yesus meresponnya dengan pertanyaan balik. Ahli Taurat
tersebut menjawabnya sesuai dengan tradisi Yahudi pada waktu itu,
yakni mengasihi Tuhan dan sesama. Namun ahli Taurat kembali
mencoba mempertanyakan:
27
"Dan siapakah sesamaku manusia?"
(ay. 29)
Yesus tak langsung menjawab pertanyaannya. Ia menjawab dengan
menggunakan sebuah kisah seseorang yang dirampok dan dianiaya
hingga keadaan setengah mati. Kisah ini sudah sering kita baca, namun
kita hanya akan melihat dari sisi tertentu yang menjadi pembahasan
utama materi Minggu ini. Dalam situasi yang digambarkan oleh Yesus,
muncul:
TOKOH YANG DILAKUKAN
Imam ―Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan
itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari
seberang jalan.‖
(ay.31)
Lewi “Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu;
ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari
seberang jalan.‖
(ay.32)
Samaria ―Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam
perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat
orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.‖
(ay. 33)
Dari ketiga orang yang berhadapan dengan korban perampokan, kita
melihat beberapa hal yang menarik:
1. Mereka semua melihat sang korban.
Ketiganya, yakni Imam, Lewi, dan Samaria melihat dengan jelas
korban yang terkapar. Mereka mengetahui apa yang terjadi dan
berhadapan dengan situasi yang sama.
2. Mereka semua memiliki perasaan.
Ketiganya merupakan manusia yang utuh. Memiliki perasaan dalam
menjalani kehidupan. Namun terkadang perasaan ini tertutup ketika
28
berhadapan dengan logika. Kaum Imam dan Lewi merupakan
golongan terpandang dalam masyarakat Yahudi.
Kaum Imam merupakan kaum yang bertugas untuk
mempersembahkan korban bakaran bagi Tuhan dalam keadaan yang
kudus (Lih. Im 22:2-3). Korban perampokan digambarkan dalam
keadaan setengah mati. Oleh sebab itu untuk memastikan apakah
sudah mati atau belum, maka haruslah melihat dari dekat dan
menyentuh bagian pembuluh darah. Namun pekerjaan tersebut bisa
saja sia-sia jikalau orang tersebut ternyata sudah mati dan dianggap
sebagai jenazah dan kaum Imam tidak boleh menajiskan diri dengan
orang mati (Lih. Im. 21:1-2).
Kaum Lewi merupakan anggota suku Lewi yang kesehariannya
bertugas di Bait Allah dan mempersiapkan serta menjaga Bait Allah
(Lih. Bil 3:5-9). Dengan demikian merawat orang terluka bukanlah
keharusan bagi mereka, karena tugas utama mereka adalah segala
sesuatu yang berurusan dengan Bait Allah.
Dalam kisah ini, hanya orang Samarialah yang mau menolong dan
merawat korban perampokan tersebut. Bahkan dikatakan tergeraklah
hatinya. Kata ―tergeraklah hatinya‖ ini sama dengan apa yang
dikisahkan mengenai sang bapa yang mau menerima kembali anaknya
yang hilang dalam Lukas 15:20. ―tergeraklah hatinya‖
memperlihatkan keterbukaan diri untuk merangkul mereka yang
tersisihkan. Merangkul mereka yang terluka. Merangkul mereka yang
dipinggirkan.
3. Yang direndahkan justru yang diangkat.
Bukan sebuah kebetulan Yesus memakai perumpamaan orang
Samaria. Dalam masyarakat Yahudi, orang Samaria merupakan
bagian dari masyarakat yang direndahkan. Misalnya ketika kita
melihat perempuan Samaria yang berjumpa dengan Yesus dalam Yoh
4:9. Dituliskan bahwa orang Yahudi tidak bergaul dengan orang
Samaria. Jadi secara khusus Yesus memakai perumpamaan ini bahwa
justru orang Samarialah yang mau mengikuti ajaran Tuhan Allah.
Kemudian Yesus menutup kisah dengan pertanyaan:
29
“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu,
adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan
kepadanya."
Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
(ay. 36&37)
Pengenaan
―Perbuatlah demikian‖ menjadi kata kunci dalam seluruh rangkaian
perikop yang kita baca. Gerakan Iman diwujudnyatakan dengan Gerakan
Kemanusiaan. Oleh sebab itu melalui bacaan di Minggu ini pemuda
diajak untuk:
1. Peka melihat problematik kemanusiaan yang terjadi.
2. Terpanggil untuk melakukan tindakan nyata.
Penyampaian
1. Mengajak pemuda untuk mencari info mengenai ―Tim Gerakan
Kemanusiaan Indonesia‖ di kolom pencarian internet. Setelah itu
mendiskusikannya dan mempresentasikan apa yang dilakukan oleh
Tim GKI.
2. Mengajak pemuda untuk melihat gerakan Tim GKI sebagai
perwujudan iman dengan membahas bacaan Alkitab Minggu ini.
3. Mengajak pemuda untuk membagi beberapa kelompok untuk
mendiskusikan beberapa isu kemanusiaan seperti: ekonomi, sosial,
hukum, politik.
4. mengajak pemuda untuk memposting pendapat mereka di sosial
media.
30
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Agustus 2021
KEESAAN GEREJA
Bacaan
1 Korintus 3:1-9
Tujuan
1. Pemuda memiliki semangat kebersamaan (oikumene) dengan
denominasi gereja yang berbeda.
2. Pemuda memfokuskan diri pada persamaan diantara perbedaan
denominasi gereja yang ada.
Fokus
GKI merupakan salah satu dari 91 sinode yang tergabung dalam
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) (lih.
https://pgi.or.id/sinode-gereja-anggota-pgi/). Dengan demikian GKI
berjumpa dengan gereja-gereja lain yang sama maupun berbeda
ajarannya. Perbedaan ajaran ini disebut juga dengan istilah denominasi.
Memang secara umum ajarannya mengenai kepercayaan terhadap Allah
trinitas tetaplah sama. Meski demikian terdapat ajaran-ajaran tertentu
yang memiliki perbedaan cara pandang.
Oleh sebab itu di Minggu ini, kita akan melihat bagaimana perbedaan-
perbedaan di dalam kekristenan merupakan kekayaan yang dimiliki oleh
kekristenan itu sendiri. Dengan demikian pemuda diajak untuk memiliki
senangat membangun kebersamaandi tengah berbedaan dalam
memandang bagian-bagian pengajaran iman Kristen.
Penjelasan Teks
Kota Korintus merupakan salah satu kota besar di area Yunani raya. Kota
ini merupakan salah satu kota yang menjadi persinggahan Paulus untuk
memberitakan Injil di luar lingkungan orang-orang Yahudi. Surat
Korintus ini dibuat ketika Paulus ada di Efesus. Di Efesus inilah Paulus
31
mendengar berita mengenai jemaat Korintus yang memiliki pergumulan
diseputar persatuan umat.
Hal ini terlihat dari ungkapan demikian:
Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu
menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup
secara manusiawi?
(ay. 3)
Bukan sebuah kebetulan Paulus menuliskan kalimat ini. Paulus
mendapatkan informasi mengenai perselisihan yang tengah terjadi di
jemaat Korintus. Apabila tidak segera disikapi, permasalahan ini bisa
mengoyak persekutuan jemaat Korintus itu sendiri dan tidak menjadi
kesaksian yang baik untuk masyarakat Korintus.
Permasalahan yang tengah terjadi adalah perbedaan mazab/ golongan
diantara jemaat Korintus.
Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus,"
dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos,"
(ay. 4)
Setidaknya ada 2 golongan yang secara eksplisit disebutkan oleh Paulus.
Pertama adalah golongan Paulus. Kedua adalah golongan Apolos.
Perbedaan golongan ini terjadi karena mereka mengikuti kedua tokoh
tersebut. Paulus merupakan penginjil di Korintus. Melalui
penginjilannyalah muncul pengikut pengikut Paulus. Apolos merupakan
cindekiawan Yahudi dari Aleksandria (kini: Mesir). Iapun menguasai
kitab-kitab suci yang tak kalah dengan Paulus.
Selain itu terdapat golongan lain, yakni Kefas dan Kristus (1 Kor 1:12).
Dengan demikian kita melihat bagaimana jemaat Korintus terjebak
dengan sekat-sekat golongan yang berasal dari tokoh tertentu.
Problematik ini bisa mempertumpul keharmonisan antar golongan dan
rawan akan konflik. Terutama bila satu golongan merasa lebih benar
32
daripada golongan yang lain. Inilah yang akan menjadi bom waktu untuk
merusak persatuan jemaat Korintus.
Maka dari itu, dalam surat Korintus inilah Paulus mencoba menjembatani
potensi konflik yang ada. Maka dari itu ia berkata:
Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram,
melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama...
(ay. 7-8)
Dengan cerdas Paulus tidak terjebak dengan perbedaan yang ada. Hal ini
dikarenakan perbedaan merupakan suatu kekayaan dan tak mungkin
terhindarkan dalam mengemukakan pendapat atau ajaran. Setiap orang
yang belajar kitab suci, terbuka kemungkinan untuk memiliki perbedaan
cara pandang, tafsiran, maupun pendapat mengenai hal tertentu.
Oleh sebab itu, Paulus lebih menekankan persamaan diantara perbedaan
yang ada. Dengan perumpaan tentang menanam sesuatu, ia
menyampaikan pengajarannya. Paulus menanam, Apolos menyiram. Hal
ini mengungkapkan peran-peran yang berbeda dalam pelayanan jemaat.
Ada yang memperkenalkan Injil dan ada yang memelihara agar Injil
tersebut tetap ada. Namun keduanya ditumbuhkan oleh Allah.
Dengan demikian, Paulus hendak menekankan persamaan diantar
perbedaan yang ada. Daripada berfokus pada perbedaan yang ada, lebih
baik mencari persamaan agar bisa saling bersinergi ditengah keragaman
yang ada. Melalui pengajaran Paulus inilah jemaat Korintus diajak untuk
saling menghargai perbedaan yang ada dengan mencari persamaan yang
ada. Melalui hal inilah justru perbedaan golongan menjadi kekayaan
persekutuan bersama di jemaat Korintus.
Pengenaan
Dalam kehidupan pekerjaan, perkuliahan dan sosial, pemuda GKI sangat
mungkin mengalami perjumpaan dengan gereja lain. Seperti yang
diungkapkan pada bagian fokus, GKI merupakan salah satu dari gereja-
33
gereja yang ada di Indonesia. Disinilah terbuka untuk membandingkan
satu gereja dengan gereja yang lain. Pada dasarnya membandingkan
merupakan salah satu bentuk mencari dan memahami satu sama lain.
Namun permasalahan muncul ketika terjadi proses peralihan dari
membandingkan ke mempertandingkan. Apabila sudah sampai dengan
mempertandingkan, maka muncul dorongan untuk merendahkan gereja
atau denominasi lain.
Disinilah pesan Paulus untuk jemaat Korintus menjadi relevan. Semangat
yang dibawa adalah semangat kebersamaan di tengah keberagaman
gereja yang ada. Oleh sebab itu di dalam logo Persekutuan Gereja-Gereja
di Indonesia (PGI) terdapat kata oikumene (bahasa Yunani) yang secara
harafiah berasal dari kata oikos (=rumah) dan menein (=tinggal/
berdiam). Dengan demikian oikumene memiliki arti rumah tinggal.
Melalui defenisi tersebut kita melihat bagaimana dalam suatu rumah
dihuni oleh berbagai macam orang yang berbeda satu sama lain. Meski
berbeda, namun mereka tinggal dalam rumah yang sama. Disinilah
konsep menghargai perbedaaan tanpa menjadi seragam itu terjadi. Bukan
sebaliknya, saling merendahkan dan menjatuhkan satu sama lain.
Penyampaian
1. Mengawali renungan dengan permainan tebak gambar (lih. bagian
kegiatan).
2. Menyampaikan arti PGI dan penjelasan singkat tentang PGI. Sumber :
https://pgi.or.id/sejarah-singkat/, atau sumber lain yang bisa
dipertanggung-jawabkan.
3. Menjelaskan mengenai PGI sebagai wadah untuk menjembatani
kebersamaan gereja-gereja yang ada di Indonesia.
4. Menjelaskan pentingnya membangun kebersamaan, seperti yang
diungkapkan Paulus kepada jemaat Korintus.
5. Melakukan pemetaan gereja-gereja selain GKI di sekitar tempat
tinggal pemuda. Bisa menggunakan daftar gereja yang termasuk
menggunakan informasi daftar peserta. Sumber:
https://pgi.or.id/sinode-gereja-anggota-pgi/.
34
6. Mengajak pemuda untuk menghargai keragaman yang ada di
kekristenan Indonesia.
Kegiatan
Permainan tebak gambar
- Carilah gambar logo PGI di internet.
- Kemudian berikan efek blur atau mozaik, sehingga gambar terlihat
kabur.
- Kemudian tampilkan sebagai bahan tebakan bagi peserta persekutuan.
35
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Agustus 2021
RADIKALISME
Bacaan
Matius 22:34-40
Tujuan
Pemuda mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.
Fokus
Kasih merupakan hal yang terus dihembuskan dalam pengajaran
kekristenan. Dalam kitab Injil, Yesus beberapakali menyinggung tentang
kasih. Ia menyinggungnya melalui pengajaran khusus maupun melalui
perilaku yang Ia perlihatkan langsung di depan murid-murid-Nya. Paulus
seorang penginjil besar dalam perjanjian barupun juga mendengungkan
tentang kasih. Kasih menjadi pengajaran penting dalam kekristenan yang
diteruskan sampai saat ini.
Jika kita melihat kekristenan kini, kata ―kasih‖ bertebaran dalam
peribadahan gereja. Kata kasih sering didengungkan dalam kotbah. Kata
kasih juga acapkali dinyanyikan dalam nyanyian-nyanyian peribadahan.
Ada banyak lagu, puisi, quotes Kristen, dan juga slogan-slogan yang
berbicara tentang kasih.
Pada minggu ini, kitapun akan merenungkan tentang kasih melalui
hukum kasih yang diungkapkan oleh Yesus dalam Matius 22:34-40.
Melaui persekutuan di Minggu ini, pemuda diingatkan untuk mengasihi
Tuhan dengan sungguh, namun juga mengasihi sesama sebagai
perwujudan ketaatan kita kepada Tuhan. Dengan demikian kasih
diwujud-nyatakan bukan dengan kekerasan dan menyakiti sesama.
Penjelasan Teks
36
Konflik antara Yesus dan orang Farisi merupakan kisah yang cukup
banyak mendapat perhatian dalam bacaan Injil termasuk dalam bacaan
kita saat ini. Sejak ayat 15 sudah dituliskan:
“Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding
bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.”
Hal ini menunjukkan motivasi orang Farisi untuk menyingkirkan Yesus.
Berusaha agar Yesus mendapatkan hukuman dan mengalami kehancuran
yang membuat popularitas-Nya turun. Motivasi ini membuat mereka
menghalalkan segala cara, termasuk menjebak dengan pertanyaan-
pertanyaan yang menjerumuskan Yesus.
Hal ini mereka lakukan bukan hanya sekali. Namun bacaan kita
memperlihatkan bagaimana orang Farisi senantiasa mencari waktu untuk
bisa menjerat Yesus. Inilah ironisnya orang yang mengaku mencintai
Tuhan. Mereka menghafal kitab suci (taurat). Mereka mengaku
mencintai Tuhan. Mereka berdoa senantiasa, bahkan diperlihatkan di
depan umum. Namun mereka juga menghalalkan cara untuk menyakiti
sesama mereka. Mereka mencintai Tuhan secara mendasar (radikal),
namun disaat yang bersamaan mereka menyakiti ciptaan Tuhan.
Inilah bentuk radikalisme dalam arti negatif yang diyakini oleh orang
Farisi. Radikalisme yang justru mengingkari apa yang diajarkan oleh
Tuhan mereka.
Dituliskan:
“dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk
mencobai Dia”
(ay. 35)
Ungapan dari perwakilan ahli Taurat ini memperlihatkan dengan jelas
motivasi pertanyaan yang ia samapaikan. Mereka bertanya bukan untuk
mencari ilmu. Bukan untuk mencari kebenaran. Bukan juga untuk
mencari diskusi yang sehat. Justru sebaliknya, mereka sengaja
37
mempertanyakan sebuah pertanyaan dengan maksud untuk menjerat
Yesus. Demikian pertanyaan yang mereka ajukan:
"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
(ay. 36)
Pernyataan ini hendak digunakan untuk menjebak Yesus. Mereka
berharap Yesus tidak menjawab sesuai dengan apa yang orang mengerti
pada umumnya. Namun justru jawaban Yesus merupakan jawaban yang
diterima orang pada umumnya...
“Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”
(ay. 37&38)
Jawaban Yesus ini sesuai dengan Pengakuan Iman (kredo) bangsa Israel
seperti yang tertulis dalam Ulangan 6:5. Jawaban ini merupakan jawaban
klasik yang harus diterima oleh seluruh orang Yahudi pada waktu itu.
Dengan demikian, Yesus tidak melakukan kesalahan dalam menjawab.
Meski demikian, Yesus juga tahu kemana arah dari pertanyaan ahli
Taurat dan orang Farisi tersebut. Mereka hendak melegitimasi bahwa
yang utama adalah kecintaan kepada Tuhan. Itu saja. Mereka
mengesampingkan untuk mencintai sesama. Sehingga mereka tidak
ambil pusing apabila perbuatan mereka justru menjadi batu sandungan
bagi orang lain. Mereka tidak pusing bila melakukan penghakiman
terhadap orang orang yang terpinggirkan seperti pemungut cukai dan
orang kusta.
Oleh sebab itu, Yesus melanjutkan jawabannya dengan berkata:
“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu,
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
38
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab
para nabi."
(ay. 39&40)
Secara sadar Yesus mengungkapkan hukum yang kedua, yang sama
(homoios) dengan itu (kasihilah Tuhan Allahmu). Yesus hendak
menyampaikan hukum mengasihi Tuhan Allah harus diterima dengan
mendasar (radikal). Tidak dapat diubah, tidak dapat dilupakan, dan tidak
dapat ditolak. Meski demikian, ada perluasan pada hukum yang
―pertama‖ tersebut, yakni hukum kedua. Tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Tidak bisa hanya mengasihi Tuhan, namun tak mengasihi sesama.
Disinilah Yesus memberikan pengajaran juga kepada para pendengarnya
waktu itu. Kesempatan yang pada awalnya digunakan untuk
mempermalukan dan menjerat Yesus, justru diubah menjadi kesempatan
untuk memberikan pengajaran bagi banyak orang. Yesus mengajarkan
radikalisme dalam arti positif. Radikal dalam mengasihi Tuhan, sekaligus
mengasihi sesama. Bukan radikalisme dalam arti negatif, yakni
mengasihi Tuhan, namun membenci sesama.
Pengenaan
Istilah radikalisme kerap mendapatkan pandangan negatif pada situasi
belakangan ini. Hal ini disebabkan penggunakan kata radikal pada
perilaku kekerasan, pengeboman, presekusi, dan ujaran kebencian.
Padahal jika kita melihat istilah radikal, sebenarnya radikal memiliki arti
: secara mendasar (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI). Hal
ini menunjukkan bahwa radikalisme merupakan paham yang diterima
oleh seseorang karena mendasarkan pada pemahaman tertentu.
Dalam konteks bacaan kita, orang Farisi dan ahli Taurat merupakan
orang yang radikal. Mereka dengan yakin mendasari ajaran untuk
mengasihi Tuhan. Ajaran inipun diterima oleh Yesus. namun yang
membedakan adalah ahli Taurat dan orang Farisi menganut radikalisme
dalam arti negatif. Mereka mengasihi Tuhan, namun enggan mengasihi
sesama.
39
Hal inilah yang berbeda dengan pandangan Yesus. Menurut-Nya,
mengasihi Tuhan juga harus diwujud-nyatakan dengan mengasihi
sesama. Tidak bisa tidak. Tidak bisa ditolak. Dengan demikian, apabila
mengasihi Tuhan, namun justru berperilaku kekerasan, pengeboman,
presekusi, dan ujaran kebencian, hal ini bukanlah sesuai dengan ajaran
Yesus.
Ditengah situasi banyaknya narasi ujaran kebencian di berbagai media,
disinilah pemuda Kristen dipanggi untuk tidak menjawab ujaran
kebencian dengan ujaran kebencian. Bukan merespon berita radikalisme
(negatif) dengan ujaran hujatan dan makian. Dengan demikian kita
sebagai pemuda Kristen dipanggil untuk merespon keadaan dengan
―waras‖. Bukan menjadi serupa dengan sang penebar teror.
Penyampaian
1. Mengajak pemuda untuk menonton tayangan youtube mengenai
radikalisme. https://www.youtube.com/watch?v=VuZiPIjcTfg.
2. Mengajak pemuda untuk membayangkan, apabila orang Kristen
menjadi mayoritas di Indonesia. Apakah radikalisme masih terjadi?
3. Mengajak pemuda melihat radikalisme orang Farisi dan ahli Taurat
dalam bacaan, serta bagaimana Yesus menanggapinya.
4. Mengajak pemuda untuk tidak merespon berita radikalisme dengan
ujaran kebencian.
40
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kelima Agustus 2021
DISKRIMINASI
Bacaan
2 Raja-Raja 5:1-27
Tujuan
Pemuda berperan untuk menerima semua orang tanpa perbedaan
Fokus
Dalam lambang negara Indonesia, terdapat tulisan ―Bhinneka Tunggal
Ika‖. Tulisan yang berasal dari bahasa Jawa kuno ini memiliki arti
berbeda-beda tetapi tetap satu. Hal ini merepresentasikan situasi bangsa
Indonesia yang berbentuk kepulauan yang membentang dari Sabang
sampai Merauke. Inilah bentuk keragaman yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia dalam hal tatanan geografis. Selain itu, jika dilihat dari
pendudukannya, Indonesia ini dihuni oleh berbagai suku bangsa, bahasa,
dan agama yang berbeda satu sama lain. Bahkan dalam satu pulau yang
sama, belum tentu dihuni oleh orang dengan suku, bahasa, dan agama
yang sama.
Melihat situasi demikian, keberagaman ini bisa dipandang sebagai
kekayaan yang membangun, namun juga bisa dipandang sebagai
ancaman ketika muncul problem diskriminasi. Menurut Kamus Besar
41
Bahasa Indonesia (KBBI), diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan
terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku,
ekonomi, agama, dan sebagainya). Dari hal ini kita melihat perlakukan
yang berbeda, apalagi bila dilatarbelakangi oleh warna kulit, golongan,
suku, ekonomi, agama itu terjadi di Indonesia kini.
Dalam artikel https://gensindo.sindonews.com/read/82972/700/5-bentuk-
diskriminasi-yang-sering-terjadi-di-indonesia-1593194779 dijelaskan
bahwa terdapat 5 bentuk diskriminasi yang sering terjadi di Indonesia.
Mulai dari diskriminasi ras/etnis, diskriminasi gender, diskriminasi
agama, diskriminasi terhadap difabel dan diskriminasi kelas sosial. Hal
ini memperlihatkan bahwa problem diskriminasi ini bukanlah problem
yang jauh di dalam pandangan kita. Problem diskriminasi bisa saja
berada dekat dengan mata kita, namun kita kurang sensitif untuk
melihatnya.
Maka dari ini, di Minggi ini, pemuda GKI diajak untuk melihat apa itu
diskriminasi dan menggungah kepekaan sosial yang ada di sekitar
pemuda. Dengan demikian, pemuda bisa berperan di tengah situasi riil
yang terjadi.
Penjelasan Teks
Dalam Ulangan 14:2 dituliskan:
“sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu,
dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya
dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi."
Dari ayat tersebut menggambarkan keistimewaan bangsa Israel
dibandingkan bangsa lainnya. Keistimewaan tersebut menjadikan bangsa
Israel harus menjaga komunikasi dengan bangsa lain yang dianggap
bukan pilihan Allah. Termasuk Naaman yang merupakan orang Aram.
Mengacu pada Amsal 9:7, orang Aram berasal dari tanah Kir.
Dikemudian hari bangsa ini menjadi bangsa yang berinteraksi dengan
42
Israel. Kembali kebacaan kita, kerajaan Aram pada waktu itu dipimpin
oleh seorang raja yang bernama Benhadad yang berasal dari Damsyik.
Raja Benhadad ini memiliki seorang panglima yang bernama Naaman.
“Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan
tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan
kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan
tentara, sakit kusta.”
(2 Raj 5:1)
Dari kacamata orang Israel, terdapat 2 hal yang menarik dari Naaman:
Pertama, Ia adalah orang Aram. Bangsa yang bukan pilihan Allah.
Sehingga harus membatasi interaksi dengan Naaman ini. Apalagi
Naaman ini juga membawa salah seorang bangsa Israel untuk dijadikan
sebagai budak. Dituliskan:
“Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan
seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada
isteri Naaman.”
(ay.2)
Hal ini justru membuat perbedaan kedua suku ini menjadi tajam.
Menjadikan budak merupakan simbol dominasi antara satu pihak dengan
pihak yang lain. Dengan kejadian inilah alasan orang Israel untuk
membenci Naaman dan orang Aram menjadi semakin besar.
Hal kedua adalah Naaman ini sakit kusta. Penyakit dipandang sebagai
hukuman yang diberikan oleh Tuhan (lih. Bil 12:9-14). Selain itu
penyakit yang dialami oleh Naaman adalah penyakit kusta. Penyakit
kusta merupakan kondisi kulit seseorang yang bersisik berwarna putih
dan mengkilap karena permukaan kulit yang licin. Penyakit ini membuat
seseorang dikucilkan karena dianggap sebagai penyakit yang tak
mungkin bisa disembuhkan. Oleh sebab itu, orang yang terkena kusta
akan mengalami pengucilan sosial dan tak diperkenankan mendekati
kerumunan masyarakat.
43
Apabila seseorang mengalami sakit kusta, maka ia harus mengalami
penanganan yang cukup kompleks dari kaum Imam, bukan kaum dokter
yang mengerti masalah kesehatan. Dalam Imamat 13 dituliskan banyak
prosedur untuk penderita kusta agar bisa kembali dinyatakan sembuh.
Dari kedua hal diatas, kita melihat bagaimana Naaman ini bisa saja
memiliki status diskriminasi ganda dari orang Israel. Ia adalah orang
Aram dan mengalami penyakit kusta. Meski demikian, kisah Naaman ini
menjadi kisah yang menarik untuk dikaji. Dikisahkan Naaman ini pada
akhirnya mau menerima saran dari budak Israel yang dimilikinya.
Ia melakukan perjalanan untuk menjumpai nabi Elisa. Disitulah Naaman
kembali menemukan kenyataan bahwa ia harus menuruti prosedur yang
diberikan Elisa agar mengalami kesembuhan. Pada akhirnya Ia tetap
menjalaninya dan dikisahkan:
“Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai
Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya
kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.”
(ay:14)
Allah sendiri yang akhirnya menyembuhkan Naaman. Melalui kisah ini
memperlihatkan bahwa Allah sendiri membuka pemulihan bagi bangsa
selain Israel. Hal ini sedikit banyak membuka pemikiran bangsa Israel
bahwa Allah yang mereka percaya bukanlah Allah yang eksklusif. Allah
yang mereka kenal adalah Allah yang mau menerima bangsa lain selain
Israel, serta mau memberikan kehidupan dan pemulihan bagi bangsa lain.
Pengenaan
Melalui kisah Naaman yang disembuhkan kita melihat bagaimana Allah
yang merangkul semua ciptaannya. Allah yang anti diskriminasi. Allah
yang demikianlah yang menjadi dasar untuk hidup di Indonesia yang
dihuni oleh beragam orang. Keragaman yang ada justru membuat kita:
1. Berani mengakui keunikan diri.
44
Kita tak bisa memilih lahir dimana. Lahir dengan keluarga seperti apa.
Lahir dari golongan mana. Ketika kita bertumbuh kita juga pada
akhirnya harus mengikuti salah satu agama yang kita percayai. Di
sinilah kita mendalami siapa kita dan apa keunikan yang kita miliki.
Selain itu juga berani untuk menunjukkan identitas keagamaan karena
kita mempercayainya.
2. Berani mengakui identitas yang berbeda.
Setiap agama memiliki ajarannya sendiri-sendiri. Tiap suku memiliki
keunikan tersendiri. Tiap bahasa memiliki kekhasannya sendiri. Di
Indonesia inilah kita berjumpa dengan keberagaman. Meski berbeda,
kita diikat oleh satu kesatuan yakni negara yang sama. Semua sama
dimata hukum dan memiliki hak kewarganegaraan. Dalam sila kelima
juga disebutkan ―Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia‖.
Dengan demikian menunjukkan bahwa kita sebagai pemuda Kristen
menolak adanya diskriminasi terhadap siapapun juga di Indonesia.
3. Berani berkolaborasi membangun bangsa.
Di tengah keragaman yang ada inilah kita juga dipanggil untuk
menjalik komunikasi dan kolaborasi untuk membangun bangsa.
Melawan diskriminasi yang terjadi disekitar kita. Misalnya apabila
ada yang diperlakukan tak adil, maka kita ikut membela orang yang
diperlakukan tak adil, apapun agama, suku, bahasanya. Hal ini berlaku
untuk semua konteks seperti mahasiswa, karyawan, maupun ketika
kita hidup bermasyarakat.
Penyampaian
1. Mengajak pemuda untuk bermain menyusun kalimat (kegiatan 1).
2. Mengajak pemuda untuk masuk dalam permasalahan menegakkan
Bhinneka Tunggal Ika, yakni problem diskriminasi.
3. Menayangkan tayangan youtube mengenai diskriminasi (kegiatan 2).
4. Menjelaskan Allah yang mau menyembuhkan Naaman.
5. Mengajak pemuda untuk anti diskriminasi dengan berani
menyuarakan suara kebenaran bagi mereka yang diperlakukan tidak
adil.
45
6. Mengajak pemuda untuk memfollow akun-akun IG yang bermuatan
anti diskriminasi. Serta memposting ulang postingan akun tersebut
sekali sehari dalam seminggu.
Kegiatan
1. Permainan tebak kata
BHINNEKA TUNGGAL IKA
- Berikan huruf-huruf BHINNEKA TUNGGAL IKA secara acak.
Misal A-B-H-I-K-N-N-E-K-A-T-A-N-I-G-G-U-L.
- Berikan waktu bagi pemuda untuk menebaknya.
- Berikan hadiah tertentu jika berhasil menebaknya.
2. Pengantar arti diskriminasi
https://www.youtube.com/watch?v=8h7qFqY9jBo
3. Cari akun IG yang bermuatan anti diskriminasi
46
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama September 2021
LEADERSHIP
Bacaan
Matius 20:20-28
Tujuan
1. Pemuda memahami kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan
2. Pemuda memahami dan menghayati model kepemimpinan kristus
Fokus
Dewasa ini, kehidupan sudah sangat berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya. Saat ini, peluang terbuka lebar bagi setiap pemuda untuk
menjadi dirinya sendiri. Terlebih, saat ini, media sosial membahas
bagaimana seharusnya pemuda berjuang di tahun-tahun ―emas‖ nya. 20
tahun sudah punya apa? 25 tahun sudah melakukan apa? Adalah
beberapa contoh pertanyaan yang di satu sisi menunjukkan keterbukaan
peluang bagi usia muda untuk doing something bagi dirinya sendiri dan
di sisi lainnya pertanyaan itu menjadi tekanan tersendiri bagi setiap
pemuda di usia usia tertentu. Bahan ini mau mengajak pemuda untuk
merespons secara positif setiap pertanyaan tadi dan bersiap untuk
mengambil kesempatan secara khusus dalam peran sebagai pemimpin,
entah itu pemimpin untuk dirinya sendiri atau pemimpin untuk
kelompoknya. Oleh karena itu, pemuda harus lebih dahulu memahami
apa itu kepemimpinan. Setelah itu, pemuda juga diajak untuk melihat
model kepemimpinan Yesus. kepemimpinan yang dipahami dan dihayati
oleh banyak lembaga gereja termasuk juga GKI dan bahkan perusahan-
perusahaan bisnis dunia. Setelahnya, pemuda diajak untuk mengambil
kesempatan dan memaksimalkannya dengan menjadi pemimpin bagi diri
dan kelompoknya.
47
Penjelasan Teks
Bacaan ini menceritakan sebuah kisah yang mungkin sudah cukup akrab
dengan para pemuda, yaitu penjelasan Yesus tentang bagaimana
seharusnya memimpin. Dijelaskan di dalamnya bahwa ―pemerintah-
pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan
pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras‖. Sementara
itu, para murid diharapkan tidak melakukannya: ―tidaklah demikian di
antara kamu‖. Dari sini kita bisa melihat bahwa Yesus melihat
kepemimpinan yang dijalankan penguasa dan pemerintahan adalah
kepemimpinan yang berbeda dengan dirinya. Secara sederhana, ia
menolak kepemimpinan yang dijalankan dengan tangan besi dan dengan
keras. Oleh karenanya, Yesus menjelaskan dan menjalankan model
kepemimpinannya sebagai perlawanan terhadap kepemimpinan otoriter.
Kepemimpinan Yesus adalah kepemimpinan yang melayani dan
menghamba. Hal ini terlihat dari penjelasannya bahwa ―Barangsiapa
ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia
menjadi hambamu‖. Sebuah kepemimpinan yang sangat berbeda dengan
pemerintah dan penguasa pada masa itu. Model kepemimpinan ini
jugalah yang Yesus lakukan dan harapkan. Oleh karena itu Yesus
menjelaskan bahwa ―sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang‖. Inilah kemudian yang menjadikan
kepemimpinan Yesus sangat berbeda dengan kepemimpinan lainnya
pada masa itu bahkan sampai saat ini.
Namun, model kepemimpinan ini menjadi begitu riskan untuk bergeser.
Joas Adiprasetya melihat bahwa kepemimpinan yang Yesus jalankan
adalah sebuah tandingan. Artinya, kepemimpinan ini adalah bentuk
perlawanan. Namun masalahnya, jika yang dilawan itu sudah tidak
relevan lagi, maka kemungkinannya yang muncul adalah hal yang
dilawan itu meresap masuk ke dalam dirinya. Ketika kepemimpinan
melayani dan menghamba melawan kepemimpinan yang keras dan
tangan besi, maka jika kepemimpinan keras dan tangan besi itu hilang,
48
bisa jadi model kepemimpinan yang melayani dan menghamba tadi
menyerap kepemimpinan keras dan tangan besi dengan cara yang
berbeda. Oleh karena itu, di dalam menghayati kepemimpinan Yesus
yang melayani dan menghamba tadi, memanusiakan manusia lain harus
selalu dipahami dan dihayati bersama oleh setiap anggota komunitasnya.
Pengenaan
Seperti yang dijelaskan diawal, bahan ini mau mengajak pemuda untuk
secara positif merespons perkembangan dunia yang semakin membuka
kesempatan bagi banyak orang dengan berbagai usia. Oleh karana itu,
akan baik jika para pemuda memperlengkapi diri untuk ambil bagian
dalam kepemimpinan diri dan komunitasnya. Dengan demikian, para
pemuda, pada akhirnya diharapkan mampu untuk memimpin diri dan
kelompoknya dalam mengambil kesempatan yang terbuka. Memimpin
diri dan komunitas inilah yang pada akhirnya harus dijalani oleh setiap
pemuda. Namun, selain diharapkan mampu memimpin diri dan
komunitas, setiap pemuda juga diharapkan mampu untuk memahami
kepemimpinan sebagai sebuah alat untuk mencapai sebuah tujuan. Oleh
karena itu, harus dengan pemahaman dan penghayatan yang baik dalam
menjalankannya.
Robby Chandra menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah perjalanan
dengan dua bekal yang utama, yaitu kepercayaan dan pengelolaan.
Perjalanan kepemimpinan itu di mulai dari memimpin diri, memimpin
sesama, mendukung senior atau atasan, dan melahirkan pemimpin-
pemimpin baru. Namun, bekal utama tadi harus lebih dahulu ada, yaitu
kesadaran bahwa kepemimpinan adalah kepercayaan dari Allah yang
diharapkan menumbuhkan rasa percaya pada diri dan sesama serta
kepemimpinan adalah pengelolaan yang diharapkan melahirkan
kesadaran bahwa bukan hanya memimpin namun juga harus mendata,
menata, dan merawat apa yang ada. Sebelum pemuda menghayati
kepemimpinan Yesus, para pemuda harus lebih dahulu menghayati
perjalanan spiritualnya Yesus, sehingga kepemimpinan Yesus, benar-
benar dijalankan seperti yang Yesus lakukan.
49
Penyampaian
1. Jelaskan tentang fokus tema hari ini
2. Tanyakan kepada pemuda apa yang mereka pahami tentang
kepemimpinan.
3. Jelaskan penjelasan teks dan pengenaan serta kaitannya
4. Tanyakan kepada pemuda pada tahap apa mereka sekarang di dalam
perjalanan kepemimpinan?
5. Ajak pemuda untuk terus bertumbuh dan berjalan di dalam proses
perjalanan kepemimpinan.
6. Bantu pemuda menyusun dan merencanakan proses perjalanan
kepemimpinannya.
Kegiatan
Pemuda diajak untuk menyebutkan bentuk kepemimpinan Yesus di
dalam Alkitab dan membagikannya di dalam pertemuan selanjutnya.
50
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua September 2021
PERCAYA DIRI
Bacaan
Amsal 14 : 26-35
Tujuan
1. Pemuda menghayati tuhan menganugrahkan talenta pada dirinya
2. Pemuda menghayati dirinya dipercaya dan diperlengkapi tuhan untuk
memimpin
Fokus
Dewasa ini, perkembangan jaman begitu luar biasa, sampai akhirnya
persaingan setiap pribadi begitu terlihat. Ada banyak perlombaan-
perlombaan yang digelar untuk mencari siapa-siapa saja yang terbaik di
dalam bidangnya masing-masing. Dimulai dari perlombaan game online
sampai pada perlombaan aplikasi-aplikasi digital. Semuanya punya
dampak yang sangat besar kepada masa depan tiap pribadinya. Begitu
pula bagi para pemuda-pemudi kristen yang menjadi bagian dari
kehidupan. Pintu persaingan sekaligus pintu masa depan itu terbuka.
Ditambah lagi dengan pemahaman saat ini yang juga membuka
kesempatan bagi para pemuda-pemudi untuk ambil bagian dalam
gerekan-gerakan besar. Terlihat ada banyak anak muda yang menjadi
manager-manager perusahaan besar bahkan pendiri perusahaan-
perusahaan besar. Tidak perlu meributkan dukungan dibelakangnya,
mulai dari relasi orang tua sampai modal yang tak terhingga bagi mereka,
tapi mari melihat satu hal penting di dalam diri tiap pribadi ini yaitu
kepercayaan diri.
Penjelasan Teks
Amsal 14: 26-35 masih menjadi bagian dari amsal salomo yang berusaha
untuk menasehati banyak orang pada masa itu. Namun, jika diperhatikan,
51
di dalam pasal ini, Salomo konsisten menegaskan bahwa takut akan
Tuhan adalah yang penting di dalam kehidupan manusia. Ayat 26 dan 27
memperlihatkan bahwa di dalam takut akan Tuhan seseorang akan
merasakan ketentraman, perlingdungan, sumber kehidupan, dan terhindar
dari jerat maut. Semuanya adalah kondisi yang bisa disimpulkan aman
dan nyaman. Begitu pun dengan ayat-ayat lainnya.
Ayat 28 sampai 32 memperlihatkan bagaimana pentingnya mengerti dan
memahami sesama. ―Dalam besarnya jumlah rakyat terletak kemegahan
raja, tetapi tanpa rakyat runtuhlah pemerintah. Orang yang sabar besar
pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan. Hati
yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.
Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa
menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia. Orang
fasik dirobohkan karena kejahatannya, tetapi orang benar mendapat
perlindungan karena ketulusannya.‖ Hal ini menjadi bagian penting di
dalam kehidupan manusia setelah mereka takut akan Tuhan.
Sementara itu, ayat 33 sampai 35 memperlihatkan bagaimana seharusnya
hati, kebenaran dan akal budi ada di dalam diri manusia. ―Hikmat tinggal
di dalam hati orang yang berpengertian, tetapi tidak dikenal di dalam hati
orang bebal. Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah
noda bangsa. Raja berkenan kepada hamba yang berakal budi, tetapi
kemarahannya menimpa orang yang membuat malu.‖ Hal ini juga
melengkapi diri manusia yang takut akan Tuhan.
Pengenaan
Jika kita perhatikan, bagian takut akan Tuhan adalah bagian yang penting
di dalam kepercayaan diri setiap pemuda-pemudi. Percaya diri yang biasa
diberikan kepada para peserta acara motivasi adalah percaya pada
kemampuan diri. Apakah itu cukup? Nyatanya tidak. Percaya diri bukan
hanya tentang percaya pada kemampuan diri sendiri tetapi juga percaya
kepada penyertaan-Nya Allah di dalam diri setiap orang percaya. Bacaan
kita memperlihatkan bahwa takut akan Tuhan, memiliki pengertian, serta
menjaga hati dan akal budi adalah juga bagian penting di dalam
52
kepercayaan diri manusia. Dengan demikian, kepercayaan diri yang
muncul bukanlah kepercayaan diri yang ingin menjatuhkan sesama dan
berkuasa tetapi lebih pada berjuang dan berjalan bersama sesama.
Selain itu, kepercayaan diri seperti ini jugalah yang akhirnya menjadi
setiap pemuda kuat di dalam relasi dengan pemuda lainnya. Ketika
tumbuh pengertian, tumbuh pemahaman, dan tumbuh kesadaran untuk
terus bertumbuh di dalam Tuhan, maka seharusnya setiap pemuda
dimampukan untuk percaya pada dirinya sekaligus percaya pada
sesamanya. Inilah yang semakin membedakan konsep percaya diri orang
percaya dengan konsep percaya diri lainnya.
Penyampaian
1. Jelaskan tentang fokus tema hari ini
2. Tanyakan kepada pemuda apa yang mereka pahami tentang percaya
diri.
3. Jelaskan penjelasan teks dan pengenaan serta kaitannya
4. Tanyakan kepada pemuda seberapa mereka percaya pada diri sendiri
juga sesamanya
5. Ajak pemuda untuk terus membangun kepercayaan diri di dalam
Tuhan
6. Bantu pemuda menyusun dan merencanakan proses pembangunan
kepercayaan dirinya
Kegiatan
Pemuda diajak untuk melakukan tindakan kepemimpinan Yesus di dalam
kehidupan sehari-hari dan mendokumentasikan kemudian
membagikannya di media social menggunakan Hastag
#MengikutKristus.
53
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga September 2021
POTENSI DIRI
Bacaan
Amsal 14:6-9
Tujuan
1. Pemuda mengenali potensi diri dan sesamanya
2. Pemuda mampu memaksimalkan setiap potensi yang ada
Fokus
Pada masa kini, ada banyak orang yang Tidak mengenali potensi diri
sendiri, merasa kecil dan tidak mampu melakukan berbagai hal. Padahal
Tuhan menciptakan kita begitu lengkap. Bukan saja organ tubuh, bukan
saja nafas kehidupan, tapi Tuhan telah mempersiapkan rancanganNya
yang terbaik bagi kita, bahkan telah melengkapi kita dengan talenta-
talenta tersendiri, dengan keunikan dan kemampuan yang berbeda-beda
bagi setiap orang dengan tujuan agar kita bisa saling melengkapi.
Ironisnya yang sering terjadi, orang hanya duduk diam dan merasa iri
dengan kemampuan orang lain. Padahal jika saja mau melihat potensi
diri, pasti ada sesuatu yang bisa diolah dan menghasilkan kesuksesan,
karena Tuhan telah membekali setiap kita dengan talenta masing-masing.
Mungkin tidak pintar jualan tapi pintar bertukang, mungkin tidak bisa
memasak tapi mengerti banyak urusan komputer, tidak pintar berbicara,
tapi hebat menyusun strategi, tidak suka politik tapi cekatan bekerja, dan
sebagainya. Tidak masalah, karena tidak ada orang yang mampu
melakukan segala sesuatu. Karena itulah Tuhan memberikan talenta yang
berbeda-beda agar kita semua bisa saling melengkapi dan bisa
memuliakan Tuhan di bidang kita masing-masing. Peluang untuk sukses?
Tetap ada biar bagaimanapun. Semua orang berpeluang untuk sukses.
Kita seharusnya percaya itu. Yang penting adalah mengetahui
54
kemampuan kita sendiri secara benar, mau mengasahnya agar lebih
tajam, dan terus meletakkannya dalam doa agar langkah demi langkah
tetap beradadalam rencana Tuhan. Dikuasai ketakutan, kekhawatiran,
keraguan dalam mengambil sikap dan sebagainya, termasuk mengukur
diri terlalu rendah merupakan hal yang harus kita atasi, agar berkat-
berkat Tuhan tidak berlalu sia-sia di depan mata.
Penjelasan Teks
Amsal 14 : 6-9 ini masih bagian dari amsal Salomo yang berisikan
nasehat bagi banyak orang pada masa itu. Empat ayat ini menjadi bagian
penting untuk direnungkan melihat pesannya yang penting bagi banyak
orang termasuk kita saat ini. ayat 6 dan 7 menjelaskan tentang bagaimana
kita mendapatkan pengetahuan. Pertama kita harus memiliki pengertian
dan kedua kita harus menjauhi mereka yang bebal. Memiliki pengertian
berarti kita terbuka kepada banyak hal baru yang memperlengkapi setiap
kita. Pengertian jugalah yang kemudian menuntun kita menemukan
pengetahuan-pengatahuan lainn di luar dari yang kita ketahui. Selain itu,
menjauhi orang bebal juga menjadi salah satu cara kita mendapatkan
pengetahuan karena jika bersama mereka, sama saja kita membangun
tembok untuk pengetahuan.
Selanjutnya, bagian kedua, ayat 8 dan 9 menjelaskan bagaimana
seharusnya setiap orang berjalan dalam kehidupannya. ―Mengerti
jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu
oleh kebodohannya. Orang bodoh mencemoohkan korban tebusan, tetapi
orang jujur saling menunjukkan kebaikan.‖ Ketika kita memiliki
pengetahuan, maka kita akan berusaha untuk mencari cara bagaimana
kita bisa terus berkembang. Begitupun ketika kita berjalan, kita akan
melihat kebaikan-kebaikan sesama dan berkolaborasi untuk mencapai hal
baik yang lebih besar. Hikmat seperti inilah yang dibutuhkan oleh setiap
orang untuk melihat potensi diri dan potensi sesama. kesadaran untuk
melihat itu dan lebih lagi mengembangkannya adalah hal yang sangat
penting di dalam perjalanan kehidupan setiap orang. Terlebih, ketika
potensi itu adalah hal baik yang dari Tuhan dan ada di dalam setiap
ciptaan.
55
Pengenaan
Seperti yang dijelaskan di awal, ada banyak pemuda yang kesulitan
untuk melihat potensi di dalam dirinya masing-masing apalagi di dalam
sesamanya. Padahal, setiap manusia pasti memiliki hal baik yang bisa
dikolaborasikan untuk menyempurnakannya. Permasalahannya adalah
bagaimana mau mengembangkan bahkan mengkolaborasikannya jika
tiap orang tidak mengetahui apa yang menjadi potensi di dalam dirinya
masing-masing. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran dan pengetahuan
yang baik di dalam diri tiap orang.
Sebagai orang percaya, kesadaran pada potensi diri bukan hanya
bertujuan untuk mengembangkannya dan menjadi lebih tinggi dari
manusia lainnya. Namun, kesadaran itu justru mengarah kepada
kolaborasi dan lebih lagi keinginan untuk menolong sesama menyadari
apa yang menjadi potensi di dalam dirinya. Dengan demikian, potensi
pribadi juga terus berkembang bersamaan dengan potensi sesama kita.
Penyampaian
1. Jelaskan tentang fokus tema hari ini
2. Tanyakan kepada pemuda apa yang mereka pahami tentang potensi
diri.
3. Jelaskan penjelasan teks dan pengenaan serta kaitannya
4. Tanyakan kepada pemuda seberapa mereka memahami potensi diri
dan sesamanya
5. Ajak pemuda untuk terus mengembangkan potensi dirinya di dalam
Tuhan
6. Bantu pemuda menyusun dan merencanakan proses pembangunan
potensi dirinya
Kegiatan
Pemuda diajak untuk menunjukkan potensi dirinya di hadapan public
melalui unggahan di media social dengan menggunakan hastag
#PositiveVibe.
56
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat September 2021
DARE TO LEAD
Bacaan
1 Samuel 22 : 1-5
Tujuan
1. Pemuda siap untuk memimpin diri, rekan kerja, dan atasan
2. Pemuda memahami dan menghayati tujuan kepemimpinan
Fokus
Pertemuan pada minggu pertama sampai ke tiga bulan ini sudah
memperlihatkan bagaimana kepemimpinan itu seharusnya dipahami. Di
mulai dari pendalaman kita terhadap kepemimpinan, membangun
kepercayaan kepada diri dan sesama, serta membangun kesadaran untuk
melihat potensi diri dan sesama. Semuanya itu dibutuhkan oleh kita
sebagai calon-calon pemimpin di dalam kehidupan kita sendiri terlebih di
dalam kehidupan berkomunitas di manapun kita berada.
Permasalahannya adalah apakah kita sudah siap untuk masuk ke dalam
perjalanan kepemimpinan itu?
Pembahasan kali ini mau mengajak kita merenungkan kembali kesiapan
kita dalam mengambil peran sebagai pemimpin. Ketika kita memiliki
kegelisahan, ketika kita memiliki pergumulan, ketika kita memiliki
harapan, maka salah satu cara untuk menyelesaikan dan
merealisasikannya adalah dengan mengambil peran sebagai pemimpin.
Oleh karena itu, seharusnya setiap kita siap untuk memimpin diri dan
terlebih memimpin orang lain. Namun tetap, kepemimpinan yang dijalani
itu adalah kepemimpinan yang sekehendak dengan Allah.
Penjelasan Teks
Bacaan kita hari ini mengisahkan bagaimana kondisi Daud waktu itu
yang melarikan diri ke gua Adulam. Dari bacaan itu terlihat bahwa Daud
57
tidak sendirian, tetapi bersama banyak orang yang jumlahnya kira-kira
400 orang. Jika kita cermati, orang-orang ini bukanlah orang-orang yang
luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang memiliki pergumulan dan
permasalahan di dalam hidupnya. Ayat 2 menuliskan ―Berhimpunlah
juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang
dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia
menjadi pemimpin mereka. Bersama-sama dengan dia ada kira-kira
empat ratus orang‖ dari sini terlihat bahwa Daud menjadi pemimpin
orang-orang yang punya permasalahan dan pergumulan. Namun, Daud
pada akhirnya mengambil kesempatan dan resiko sebagai pemimpin
mereka.
Jika kita melihat lebih jauh, Daud menjadi pemimpin mereka dan pada
akhirnya menjalani perjalanan bersama mereka untuk menaklukkan
bangsa-bangsa lainnya, secara khusus mengalahkan Saul. Dari sini kita
bisa melihat bahwa Daud mengambil kesempatan untuk menjadi
pemimpin bagi orang-orang yang sebenarnya tidak siap untuk melakukan
banyak hal. Tetapi, sebagai pemimpin, Daud berhasil memimpin mereka
mencapai puncak kemampuan diri mereka. Ini berarti, Daud berhasil
memimpin dirinya sendiri untuk pada akhirnya memimpin sesama dan
komunitasnya.
Pengenaan
Kepemimpinan dan pemimpin adalah dua hal yang berkaitan dan
keduanya adalah alat untuk mencapai sebuah tujuan. Namun, sebagai
orang percaya, kita diajak untuk menggunakan kepemimpinan dan peran
memimpin untuk mencapai tujuan-Nya Allah. Di dalam memimpin,
selain berusaha dan berjuang mencapai tujuan, pemimpin juga harus
mampu memimpin dirinya, memimpin sesamanya, dan memimpin
komunitasnya. Hal inilah yang seharusnya ada di dalam diri setiap
pemuda.
Penyampaian
1. Jelaskan tentang fokus tema hari ini
58
2. Tanyakan kepada pemuda apa yang mereka pahami tentang tugas dan
tanggung jawab kepemimpinan
3. Jelaskan penjelasan teks dan pengenaan serta kaitannya
4. Tanyakan kepada pemuda seberapa mereka memahami dan berani
menjadi pemimpin
5. Ajak pemuda untuk terus menyiapkan diri menjadi pemimpin
6. Bantu pemuda menyusun dan merencanakan proses pembangunan
keberanian diri untuk memimpin
Kegiatan
Pemuda diajak untuk ambil bagian di dalam persekutuan pemuda sebagai
pemimpin acara secara bergiliran.
59
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Oktober 2021
KELUARGA CEMARA
Bacaan
Galatia 6:1-4
Tujuan
1. Pemuda dapat menerjemahkan imannya dalam dinamika kehidupan
keluarga
2. Pemuda dapat memaksimalkan potensi kebaikan yang ia miliki dalam
hidup bersama dengan keluarga
Fokus
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Selamat pagi Emak, selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah
Terimakasih Emak, terimakasih Abah
Untuk tampil perkasa bagi kami putra-putri yang siap berbakti
Tentu kita semua tidak asing dengan lirik lagu tersebut, bahkan mungkin
di antara kita ada yang langsung menyanyikannya. Lagu ini berjudul
―Harta Berharga‖, sebuah lagu yang menjadi original soundtrack dari
sebuah serial televisi di era 1990-an berjudul ―Keluarga Cemara‖, serial
televisi tersebut kemudian bertansformasi menjadi film layar lebar yang
dikemas apik mengikuti era kehidupan masa kini, yang dirilis di Bioskop
bulan Januari 2019 yang lalu. Lagu ―Harta Berharga‖ diciptakan sendiri
oleh sang pembuat drama serial ―Keluarga Cemara‖, ia adalah seorang
sastrawan Indonesia bernama (alm.) Arswendo Atmowiloto. Jika kita
perhatikan, lagu ―Harta Berharga‖ dan Film ―Keluarga Cemara‖,
60
keduanya sama-sama mengajak kita sebagai pemuda untuk makin dalam
menerjemahkan dua hal penting; pertama, makna keluarga bagi kita,
dan yang kedua, makna kehadiran kita di tengah keluarga. Rasa-
rasanya bukan tanpa kesengajaan seorang Arswendo memberikan judul
―Harta Berharga‖ pada lagu ciptaannya dan ―Keluarga Cemara‖ pada
kisah serial yang dibuatnya. Jika boleh menerka-nerka, keluarga sejatinya
adalah harta berharga karena di dalamnya ada orang-orang yang punya
kesediaan hati untuk saling menyayangi, saling menerima, saling
menguatkan dan menghibur, saling meneguhkan dengan kasih yang tulus,
bahkan selalu ada di kala suka maupun duka yang sewaktu-waktu
menerpa, kehadiran mereka semua tak tergantikan bahkan oleh apapun
juga. Harta berharga yang kita miliki itulah yang sejatinya membuat
setiap kita tetap tenang dan teguh melewati berbagai macam tantangan
kehidupan seteguh pohon cemara yang tetap kokoh bertumbuh di segala
musim tanpa terkecuali. Jika demikian bagaimana dengan kehidupan kita
sebagai pemuda teristimewa ketika kita berada di tengah keluarga kita?
Kita dengan para anggota keluarga lainnya; sudahkah kita benar-benar
memandang keluarga kita sebagai ―harta berharga‖? Lantas bagaimana
caranya agar kita mampu mewujudkan iklim ―keluarga cemara‖ di tengah
dinamika kehidupan keluarga? Mari kita bersama-sama belajar
menemukan jawabnya dalam persekutuan di minggu pertama bulan
Oktober ini.
Penjelasan Teks
Ada satu masalah yang harus dihadapi Rasul Paulus ketika menulis surat
untuk jemaat di Galatia. Paulus harus menghadapi sebuah realita bahwa
telah terjadi krisis identitas dalam tubuh jemaat Galatia sehingga
pertumbuhan iman dalam jemaat menjadi sedemikian terhambat. Ada
beberapa faktor pemicu terhambatnya pertumbuhan iman jemaat di
Galatia, salah satu diantaranya adalah kehadiran para penyesat yang
rentan menggoyahkan rasa percaya jemaat Galatia terhadap ajaran
Kristus. Maka dari itu, Paulus merasa perlu lebih giat memberikan
nasihat-nasihat yang menguatkan iman orang-orang percaya yang ada di
Galatia. Ia harus tetap memastikan jemaat Galatia tetap berjalan dalam
61
terang kasih Kristus. Terang kasih Kristus jugalah yang memampukan
Rasul Paulus untuk punya inisiatif menolong dan memulihkan kembali
pemahaman iman jemaat Galatia. Sadarkah kita juga bahwa apa yang
dilakukan Paulus untuk jemaat Galatia sesungguhnya dapat menjadi
teladan bagi setiap kita di tengah dunia yang mulai dipenuhi dengan
ketidakpedulian? Paulus bisa saja larut dalam kekesalan dan amarahnya
lalu kemudian meninggalkan jemaat Galatia begitu saja karena tidak
sedikit dari jemaat Galatia yang berpaling dari ajaran Kristus, namun
semuanya tak sampai terjadi karena Tuhan memberikannya kekuatan
yang luar biasa dalam hati dan pikirannya. Bagi Paulus, jemaat Galatia
tetap adalah harta berharga yang Tuhan anugerahkan. Rasul Paulus
menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang punya daya kepekaan dan
kepedulian membangun kehidupan komunitas yang lebih baik,
teristimewa ketika kita berada di tengah komunitas keluarga. Kita pun
harus memiliki kesadaran penuh bahwa keluarga juga adalah harta
berharga yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Lantas kemudian
pertanyaannya, bagaimana cara kita menjaga ―harta berharga‖ - keluarga
yang Tuhan sudah anugerahkan ini? Ada beberapa hal yang dapat kita
lakukan;
Pertama, lihatlah lebih dekat, siapa kita sebenarnya di tengah
keluarga? Galatia 6:1 mengatakan demikian; “Saudara-saudara, kalaupun seorang
kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus
memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil
menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.”
Apa artinya? Rasul Paulus mengajak setiap kita untuk berefleksi; apakah
kita selaku orang yang percaya pada Kristus, juga selalu punya inisiatif
memberi diri untuk memimpin tiap-tiap anggota keluarga kita ke jalan
yang benar? Ataukah selama ini kita menjadi pribadi yang lebih suka
tidak peduli pada anggota keluarga kita dan hanya mengutamakan
kepentingan diri kita sendiri? Kata ―memimpin‖ dalam bahasa Yunani
berarti katartizo, yang juga berarti ―memulihkan‖. Kita diajak untuk
punya kesadaran moral, untuk selalu menghadirkan nilai-nilai yang kuat
di tengah atmosfer hidup keluarga, pun ketika situasi sedang tidak
62
kondusif karena munculnya persoalan dan ketegangan.
Kedua, jadilah berkat di tengah keluarga Rasul Paulus mengatakan dalam Galatia 6:2; “bertolong-tolonganlah
menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”
Ketika kita bersedia untuk menolong anggota keluarga kita yang sedang
dalam kesulitan maupun tekanan, maka ada dua hal yang terjadi.
Pertama, anggota keluarga kita akan menerima berkat berupa kehangatan
cinta kasih Tuhan yang disalurkan melalui diri kita. Kedua, kita pun
sedang belajar saat itu untuk mengasihi sesama manusia seperti
mengasihi diri kita sendiri. Tak jadi soal mau seberapa besar maupun
kecil wujud pertolongan yang kita berikan, namun yang harus
sedemikian kita pahami; lakukanlah seluruh potensi kebaikan itu dengan
melihat bahwa beban yang sedang dipikul oleh anggota keluarga kita
adalah juga beban kita, kesedihannya juga adalah kesedihan kita; kita
adalah satu tubuh, maka jadilah berkat untuk seluruh anggota tubuh kita.
Ketiga, kuasai diri kita dengan ketulusan dan kerendahan hati Nasihat Rasul Paulus dalam Galatia 6:3-4 tak kalah menarik; “Sebab
kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali
tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji
pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya
sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Apakah arti dari nasihat
Paulus ini? Ketika kita memiliki kesediaan untuk menolong anggota
keluarga kita, lakukanlah semuanya itu semata-mata untuk kemuliaan
Tuhan, lakukanlah dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati, bukan
didasari karena hidup kita lebih benar atau juga motivasi ingin dipuji
orang lain. Mungkin kita merasa hidup kita jauh lebih baik, namun
jangan pernah sekalipun menjadikan rasa itu sebagai bahan untuk
menyombongkan diri, memaksa orang lain untuk menjadi serupa dengan
kita, karena sesungguhnya masing-masing orang memiliki karakter, jalan
hidup dan tanggung jawab yang beragam satu dengan yang lain.
Menjadi berkat memang harus berjuang dalam tindakan, tetapi
menjadi berkat juga berarti rela duduk dan sedia mendengarkan
untuk benar-benar memahami.
63
Pengenaan
Mewujudkan ―keluarga cemara‖ memang tidaklah mudah. Ada banyak
tantangan dan godaan yang sewaktu-waktu datang menerpa, teristimewa
di era modern seperti sekarang ini. Seorang teolog keluarga, Maurice
Eminyan pernah mengatakan; “keluarga modern seperti atom, mudah
terbelah disertai dengan penghancuran dan perubahan besar.
Terpecahnya keluarga sekarang ini sungguh menjadi kenyataan.”
Keluarga rentan tak lagi sekokoh pohon cemara karena tak ada lagi
komunikasi yang baik, tak ada lagi telinga yang tulus untuk
mendengarkan ketika salah seorang mengalami pergumulan, tak ada lagi
inisiatif untuk saling peduli satu sama lain. Semua memilih untuk sibuk
dengan urusannya masing-masing. Semua sibuk untuk mengurus
keterbatasannya masing-masing
Di tengah kesadaran akan hal itu, mari kita kembali menyadari
keberadaan kita di tengah keluarga kita, bagaimanapun keadaan keluarga
kita saat ini, Tuhan tetap menghendaki kita untuk terus punya daya,
merengkuh dan menumbuhkan keluarga dengan kehangatan cinta kasih
Kristus. Berinisiatif-lah mulai dari diri kita sendiri, mewujud dalam
tindakan sederhana sehari-hari untuk tiap anggota keluarga yang kita
kasihi, bukalah hati bahkan mungkin untuk anggota keluarga yang
selama ini jarang berkomunikasi dengan kita atau pernah melukai diri
kita. Memang semuanya membutuhkan proses, namun bergeraklah terus!
Sampai ―keluarga cemara‖ benar-benar melekat, menjadi iklim yang luar
biasa indah dalam kehidupan keluarga kita!
Penyampaian
1. Pelayan Firman dapat mengawali renungan dengan mengajak
pemuda menyanyikan lagu ―Harta Berharga‖ atau dapat memutar
lagu tersebut melalui tayangan Youtube. Analisa dan jika mungkin
kritisilah lagu ―Harta Berharga‖ tersebut. Tanyakan pada pemuda
apakah keluarga adalah sungguh-sungguh harta berharga bagi
mereka.
64
2. (jika ibadah dilakukan secara on-site) Bagikanlah sebuah kertas
kosong dan alat tulis pada pemuda yang ikut dalam ibadah. Pandulah
pemuda untuk menuliskan dalam selembar kertas itu; apa saja
pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan yang pernah
mereka alami dalam kehidupan keluarga? Tulislah tanpa menyertakan
nama. Jika sudah selesai, lipatlah menjadi bentuk pesawat dan ajak
pemuda untuk menerbangkannya bersama-sama. Setelah itu mereka
diminta mengambil kertas tersebut secara acak. Jika memungkinkan,
pelayan firman dapat menunjuk beberapa orang untuk membacakan
jawaban yang ada di kertas tersebut.
3. Sampaikanlah pada teman-teman pemuda bahwa kita diutus untuk
mewujudkan iklim ―keluarga cemara‖ dalam kehidupan keluarga
kita. Masuklah dalam penjelasan teks Galatia 6:1-4
4. Masuklah dalam pengenaan
5. Tutuplah renungan dengan menyanyikan sebuah lagu berjudul
“Kumulai dari Diri Sendiri” (https://www.youtube.com/watch?v=iqkDBX2VaLQ)
GB 69 – KUMULAI DARI DIRI SENDIRI
Bait 1
Kumulai dari diri sendiri untuk melakukan yang terbaik.
Kumulai dari diri sendiri, hidup jujur dengan hikmat Tuhanku.
Tekadku Tuhan: mengikut-Mu selama hidupku,
berpegang teguh kepada iman dan percayaku.
Akan kumulai dari diriku melakukan sikap yang benar.
Biarpun kecil dan sederhana, Tuhan dapat membuat jadi besar.
Bait 2
Kumulai dari keluargaku menjadi pelaku firman-Mu.
S'lalu mendengar tuntunan Tuhan, berserah pada rencana kasih-Mu.
Kadang-kadang lain jawaban Tuhan atas doaku.
Kupegang teguh, Tuhanku memberikan yang terbaik.
Kumulai dari keluargaku, hidup memancarkan kasih-Mu.
Walau 'ku lemah dan tidak layak,kuasa Tuhan menguatkan diriku.
65
Kegiatan
Ajak pemuda untuk melakukan satu aksi kebaikan sederhana untuk
anggota keluarganya di rumah. Pelayan Firman dapat mengatur lebih
lanjut mengenai pelaksanaan teknisnya. Pemuda dapat memposting foto
atau video dari aksi kebaikan tersebut di media sosial dengan hashtag
#keluargacemara. Hashtag dapat ditentukan sesuai dengan konteks gereja
masing-masing.
66
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Oktober 2021
KELUARGA YANG TERPECAH
Bacaan
Kejadian 37:1-4
Tujuan
1. Pemuda dapat memahami konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan
keluarga
2. Pemuda diajak untuk mengenal bahasa kasih tiap-tiap anggota
keluarganya
Fokus
Siapakah di antara kita yang hidupnya tidak pernah berhadapan dengan
masalah? Rasa-rasanya tidak ada. Semua orang tentu pernah berhadapan
dengan masalah. Masalah akan selalu muncul dan selalu ada, pun dalam
ikatan relasional kita dengan orang-orang yang selama ini dekat dengan
kita, teristimewa dalam satu ikatan keluarga; kita dengan ayah kita, ibu
kita, adik ataupun kakak kita ataupun anggota keluarga lainnya. Masalah
ataupun konflik yang kerap terjadi dalam ikatan relasional keluarga
beragam adanya. Lagi, menurut Norman Wright, seorang konselor
keluarga sekaligus juga Profesor Pendidikan Kristiani di Talbot School of
Theology di Los Angeles, sumber dari beragam masalah yang kerap
terjadi dalam kehidupan berkeluarga ternyata adalah hilangnya
komunikasi. Banyak keluarga kehilangan keterampilan berkomunikasi
yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk membuahkan saling
pengertian guna membangun relasi yang kuat dan bertumbuh. Setiap
anggota keluarga kemudian enggan memiliki kesadaran untuk
menyelesaikan konflik dalam berelasi. Masing-masing anggota keluarga
terlalu menuntut satu dengan yang lain, merasa paling benar, merasa
paling berkuasa, setiap anggota hidup dengan mengedepankan egonya
sendiri bahkan menuntut anggota keluarganya yang lain untuk menjadi
67
sosok yang sesuai dengan keinginan hatinya. Jika terus menerus hidup
dengan kondisi demikian, maka tentu saja iklim keluarga kita seketika
berubah menjadi keluarga yang terpecah. Dalam persekutuan kita saat
ini, kita diajak untuk memahami konflik yang terjadi dalam kehidupan
keluarga sekaligus belajar mengelola konflik bagi kehidupan bersama.
Kisah keluarga Yakub rasa-rasanya menjadi kisah yang cukup relevan
untuk kita analisa dan renungkan bersama terkait dengan tema kita saat
ini
Penjelasan Teks
Apakah yang rekan-rekan pemuda ketahui tentang Yusuf? Yusuf adalah
anak kesebelas dari Yakub. Ketika mendengar kata Yusuf, tentu yang
terlintas di pikiran kita adalah satu cerita dimana Yusuf dijual oleh
saudara-sadaranya. Ia menjadi seorang budak di Mesir. Ia juga menjadi
seorang yang terhukum sebagai korban fitnah Istri Potifar, namun Tuhan
senantiasa melindungi dan menyertainya sehingga ia dapat menduduki
jabatan tertinggi pemerintahan Mesir.
Mari kita lihat Yusuf muda! Saat itu ia berusia 17 tahun. Firman Tuhan
dalam Kejadian 37:2b mengatakan demikian;”….dan Yusuf
menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-
saudaranya.” Apa yang teman-teman pemuda rasakan ketika membaca
ayat ini? Ada sebagian yang menafsirkan bahwa Yusuf adalah ―tukang
ngadu.‖ Seharusnya Yusuf dapat bicara baik-baik dengan para
saudaranya untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, Ada pula
yang menafsirkan bahwa Yusuf sudah tidak tahan lagi mendengar
ancaman yang dilayangkan para saudaranya, sehingga ia merasa sudah
merasa perlu untuk memberitahu ayahnya akan hal ini. Tentu, kejahatan
yang dilakukan oleh para saudaranya tidak terlepas dari perlakuan
istimewa Yakub pada Yusuf. Kata ―kejahatan‖ dalam terj. Yunani adalah
ra’a, artinya menunjuk kepada karakter atau tingkah laku yang buruk (iri
hati). Jika rekan-rekan pemuda ada di posisi Yusuf saat itu, apakah yang
akan rekan-rekan lakukan untuk menyelesaikan konflik dengan para
saudara?
68
Mari kita lihat pula Israel (Yakub)! Kejadian 37:3 mengatakan demikian;
“Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab
Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh
membuat jubah yang maha indah bagi dia.” Jubah yang indah atau terj.
Yunani ketonet passim setara dengan royal garment atau pakaian
kerajaan. Pemberian Yakub pada Yusuf menjadi pemicu makin
munculnya rasa benci para saudaranya terhadap Yusuf. Mereka tidak
dapat lagi menutupi rasa benci mereka. Pertanyaannya kemudian
mengapa Yakub begitu sayang sekali pada Yusuf lebih dari anak yang
lain? Alkitab mengatakan bahwa Yusuf lahir di masa tua Yakub – kurang
lebih saat Yakub berusia 91 tahun. Hal ini juga mungkin terjadi karena
Yusuf lahir dari istri Yakub yang paling dikasihi, yakni Rahel. Rekan-
rekan pemuda yang terkasih, seandainya rekan-rekan pemuda ada di
posisi Yakub saat itu, apakah yang akan rekan-rekan lakukan teristimewa
untuk Yusuf beserta dengan anak-anak yang lainnya?
Mari kita lihat saudara-saudara Yusuf! Kejadian 37:4 mengatakan
demikian; “setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya
lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka
itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.” Betapa
saudara-saudara Yusuf hidup dengan hati yang benar-benar dengki.
Mereka terus menyimpan kebencian bahkan sampai merencanakan hal
yang jahat yakni menghilangkan nyawa Yusuf, adik mereka sendiri.
Rekan-rekan pemuda, melihat orang lain mendapatkan kasih sayang yang
lebih sedangkan kita tidak, memanglah tidak nyaman. Kita rentan
menjadi seperti saudara-saudara Yusuf yang iri hati, marah dan kecewa
berat. Namun masih adakah yang dapat kita lakukan untuk mencegah
rasa iri dan dengki itu timbul dalam hati kita?
Pengenaan
Kita telah belajar menganalisa berbagai kemungkinan yang dapat
dilakukan Yakub, Yusuf dan para saudaranya untuk mengelola sekaligus
meminimalisir konflik dengan baik, teristimewa dalam kehidupan
berkeluarga. Dibutuhkan kerendahan hati, kesadaran diri bahwa setiap
kita adalah ciptaan-Nya yang berharga serta yang tidak kalah penting,
69
komunikasi yang kuat adalah yang kunci yang terutama. Tanpa itu
semua, kita rentan terpecah-pecah bahkan memandang orang-orang
terdekat kita sebagai musuh yang harus dikalahkan dan dipermalukan.
Jika demikian, apa langkah konkret untuk membangun sebuah
komunikasi yang kuat di dalam keluarga? Mari kita mulai memperkuat
komunikasi kita dengan cara mengenal bahasa kasih tiap anggota
keluarga kita. Gary Chapman,Ph.D, melalui riset yang dilakukan
bertahun-tahun, menemukan bahwa ada 5 bahasa kasih. 5 bahasa kasih
itu dituliskannya dalam buku The Five Love Languages;
1. Kata-kata dukungan atau kata-kata yang meneguhkan (Words of
Affirmation).
Seseorang merasa bahwa dirinya sungguh dikasihi atau mendapat
cinta kasih ketika ia menerima kata-kata positif yang memberikannya
dukungan atau peneguhan. Sebaliknya, kata-kata cacian, atau kata-
kata negatif lainya, akan membuat seseorang merasa dibenci dan tidak
dikasihi.
2. Momen yang berkesan (Quality Time).
Seseorang akan merasa dikasihi jikalau orang yang mengasihinya
menyediakan waktu yang berkualitas baginya. Ketika seorang adik
menyediakan waktu untuk kakaknya, ketika orang tua menyediakan
waktu untuk anak-anaknya maka akan terciptalah momen-momen
yang berkesan.
3. Menerima hadiah (Receiving Gifts).
Seseorang merasa bahwa ia dikasihi ketika orang yang mengasihi
memberinya hadiah atau pemberian. Dengan menerima hadiah
pemberian, seseorang merasa dirinya diperhatikan dan istimewa.
4. Pelayanan (Acts of Service).
Sesorang merasakan bahwa ia dikasihi ketika ia mendapatkan
bantuan,pelayanan atau pertolongan. Tindakan pelayanan yang nyata
ini menyampaikan pesan yang kuat bahwa ia mengasihi orang yang
dilayani atau dibantunya. Membuatkan kopi bagi pasangan, memberi
selimut ketika orangtua yang sedang terlelap, menyiapkan pakaian
70
kerja atau membantu mengancingkan pakaian adalah contoh
konkretnya.
5. Sentuhan fisik (Physical Touch).
Sesorang akan merasa mendapatkan cinta kasih ketika menerima
sentuhan secara fisik. Sentuhan fisik merupakan sebuah ekspresi kasih
yang kuat. Sentuhan fisik bisa berupa pelukan, tepukan di pundak, dan
lain sebagainya.
Rekan-rekan pemuda dapat menggunakan 5 bahasa kasih ini untuk
benar-benar menciptakan iklim kehangatan dalam keluarga.
Berinisiatiflah untuk makin mengenal dan memahami. Ingatlah!
Permasalahan keluarga akan selalu ada, namun semuanya bergantung
pada diri kita, apakah kita punya kepekaan bahwa tiap-tiap anggota
keluarga adalah anugerah Tuhan yang begitu berharga, dan apakah kita
punya kemauan menghadapi, menyelesaikan bahkan memulihkannya
berbekal cinta kasih Tuhan?
Penyampaian
1. Pelayan Firman dapat mengawali renungan dengan mengajak
pemuda untuk mengingat sekaligus menuliskan pada selembar kertas;
apa konflik yang pernah dihadapi oleh rekan-rekan pemuda dalam
kehidupan keluarga?
2. Jika sudah selesai menulis, pelayan Firman dapat mengarahkan
rekan-rekan pemuda untuk meremas-remas kertas itu sampai menjadi
bentuk bulatan.
3. Pelayan Firman dapat menjelaskan bagian Fokus, dimana akar dari
konflik dalam keluarga adalah kurangnya komunikasi.
4. Masuklah dalam penjelasan teks. Pelayan Firman dapat menganalisa
kemungkinan yang dapat dilakukan oleh Israel (Yakub), Yusuf dan
para saudaranya untuk menciptakan harmoni dalam ikatan relasional
keluarga.
5. Pelayan Firman dapat mengajak pemuda untuk punya kesadaran
bahwa masih ada kesempatan bagi kita untuk menjadi pemulih dalam
keluarga. Pelayan Firman mempersilakan pemuda untuk membuka
71
kembali remasan kertas, dan melipatnya menjadi bentuk yang
menarik (origami, perahu, atau lain sebagainya)
6. Pelayan Firman dapat memberikan solusi yang konkret dengan
menjelaskan 5 bahasa kasih
Kegiatan
Rencanakan waktu untuk berkumpul bersama dengan keluarga di rumah.
Buatlah suasana yang menarik yang dapat menghangatkan relasi satu
sama lain. BBQ-an, makan bersama, menonton film bersama atau yang
lainnya. Praktikkanlah bahasa kasih dalam momen perjumpaan bersama
dengan anggota keluarga.
72
73
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Oktober 2021
ONE HEART
Bacaan
1 Korintus 1:10-12
Tujuan
Pemuda dapat menghidupi upaya-upaya bersama yang sehati dalam
kehidupan keluarga
Fokus
Salah satu strategi untuk meningkatkan kesan mendalam terhadap
konsumen di dalam sebuah iklan adalah dengan menggunakan kalimat
pendek yang menarik, atau biasa dikenal dengan istilah tagline. Makin
kreatif dan unik kata yang dipilih, maka makin berpengaruh pula
terhadap peningkatan strategi branding perusahaan tersebut. Mari kita
buktikan! Ketika mendengar kalimat One Heart, apa yang langsung
terlintas dalam pikiran kita saat ini? Tidak sedikit orang yang langsung
teringat akan salah satu perusahaan sepeda motor asal Jepang yang begitu
terkenal di Indonesia sampai dengan saat ini. Slogan One Heart dipilih
karena perusahaan kendaraan roda dua tersebut hendak mengajak seluruh
target pasar dari berbagai segmen untuk benar-benar satu hati memilih
sekaligus bekerja sama mempercayakan kendaraannya pada perusahaan
tersebut.
Rekan-rekan pemuda, rasa-rasanya One heart atau satu hati juga dapat
menjadi tagline yang teramat menarik dalam kehidupan komunitas kita,
pun dalam komunitas keluarga. Di tengah dunia yang makin kompetitif,
yang membuat orang cenderung lebih senang hidup terkotak-kotak,
hidup dalam ego dan kepentingannya sendiri, kita diajak untuk punya
lifestyle yang berbeda, yakni gaya hidup bersatu dan saling membantu.
Tentu gaya hidup itu tidak akan tertanam kuat dalam hati jika tidak
disertai dengan ketulusan dan kerelaan untuk berbagi. Dalam
74
persekutuan ini, kita diajak untuk merenungkan makna surat Paulus pada
jemaat di Korintus, dimana para pengikut Kristus dipanggil bukan untuk
memelihara perpecahan, namun untuk selalu menghadirkan gaya hidup
bersatu; one heart, yang dapat membawa dampak positif dalam
kehidupan relasional kita dengan keluarga.
Penjelasan Teks
Jemaat Korintus yang terletak di negara Yunani merupakan jemaat yang
rawan konflik. Jemaat Korintus terancam perpecahan karena mereka
hidup mengkotak-kotakan diri dengan kelompoknya masing-masing.
Adapun kelompok atau golongan yang ada dalam jemaat Korintus adalah
sebagai berikut;
1. Golongan Paulus Mereka mengagung-agungkan Paulus sebagai pemimpin jemaat.
Paulus dipandang sebagai seorang yang pandai menulis surat yang
isinya tentang teologi dan iman.
2. Golongan Apolos Mereka begitu antusias mengikuti serta meneladani ajaran Apolos.
Apolos adalah seorang pemberita Injil, ia begitu pandai berkhotbah.
3. Golongan Kefas
Mereka begitu kagum akan kepemimpinan Kefas. Kefas adalah nama
lain dari Petrus, murid pertama yang dipanggil oleh Yesus. Mereka
mengagumi Petrus karena Petrus kerap tampil sebagai seorang
pemimpin.
4. Golongan Kristus Mereka begitu mengagumi ajaran Kristus. Golongan ini merasa
mereka mengatasi golongan yang lain karena mereka mengagumi dan
meneladani Yesus sendiri.
Mereka yang ada dalam golongan-golongan tersebut berlomba untuk
menunjukkan kehebatan komunitasnya sendiri. Tentu saja hal ini rentan
sekali menimbulkan perpecahan dalam jemaat Korintus. Dalam keadaan
terpecah-pecah, saat itulah Rasul Paulus menulis surat untuk menegur
sekaligus menguatkan jemaat Korintus supaya mereka tidak jatuh dalam
kesombongan. Jemaat Korintus perlu belajar untuk rendah hati dan
75
menjadi sadar siapakah diri mereka di hadapan Tuhan dan di hadapan
sesama. 1 Korintus 1:10 mengatakan demikian; “tetapi aku
menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus
Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara
kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.”
Paulus menegaskan pada jemaat Korintus agar mereka erat bersatu dan
sehati sepikir. Hal ini bukan hanya sekadar kompak, namun juga dapat
hidup saling menghargai dan saling bekerjasama satu sama lain. One
heart hanya bisa dicapai jika masing-masing anggotanya memiliki
komunikasi yang baik dan hidup akrab satu dengan yang lain. Tidak
saling menyombongkan diri, tidak saling mengunggulkan kehebatan diri.
Pengenaan
Memiliki tagline One Heart dalam hidup memang membutuhkan proses.
Kita harus benar-benar menekan rasa ego kita untuk hidup harmonis
dalam ruang bersama. Mengapa demikian? Tentu dalam ruang bersama
itu, ada sekian banyak karakter yang beragam satu dengan yang lain. Ada
sekian banyak perbedaan yang terjadi. Namun semuanya kembali pada
kesadaran diri kita; siapakah kita di hadapan Tuhan dan di hadapan
sesama. Bukankah perbedaan juga adalah anugerah Tuhan yang
sungguh-sungguh harus kita hargai keberadaannya? Ketika perbedaan
dihargai dan manusia mau belajar untuk dapat hidup sehati sepikir dalam
ruang bersama, maka niscaya perbedaan itu akan berkembang menjadi
kebaikan yang tak terkira, saling melengkapi dan mengisi satu dengan
yang lain, teristimewa dalam ruang bersama terdekat kita, yakni
keluarga.
Penyampaian
1. Pelayan Firman dapat mengajak rekan-rekan pemuda untuk bermain
estafet gambar. Pemuda diajak untuk berdiskusi bentuk apa yang
mereka ingin gambar pada selembar kertas yang telah tersedia.
Teknis pelaksanaannya, masing-masing pemuda mendapatkan
kesempatan menggambar hanya 2 detik saja. Ajaklah mereka berbaris
76
dengan tertib dan menjaga jarak. Pelayan Firman dapat mengakhiri
permainan jika dirasa sudah cukup.
2. Tanyakan pada pemuda bagaimana rasanya menggambar bersama.
Apa hal yang menarik, baik itu hal positif ataupun mungkin hal yang
negatif yang mereka temukan.
3. Pelayan Firman dapat menekankan bahwa one heart itu tidaklah
mudah. Kita harus menghadapi banyak tantangan karena banyaknya
perbedaan yang ada, termasuk ketika kita berada dalam ruang
keluarga.
4. Pelayan Firman dapat menerangkan penjelasan teks, dilanjutkan ke
bagian pengenaan.
5. Pelayan Firman dapat menutup renungan dengan mengajak pemuda
untuk menyanyikan lagu ―Jadikan Kami Satu‖
(https://www.youtube.com/watch?v=ylAai4Ze3VA)
JADIKAN KAMI SATU
Kami rendahkan diri dihadapanMu
Membawa hancur hati saat berseru
Agar kami saling melengkapi tubuhMu
Seperti Kau dan Yesus adalah satu
Reff :
Jadikan kami satu seperti kerinduanku
Agar dunia tahu bumi nyata dari kasihMu
Sebelum kami pergi membritakan kasihMu
Mulailah dari kami lebih dulu
Jadikan kami satu
Kegiatan
1. Ajak setiap anggota keluarga untuk bermain games ―estafet gambar‖
dengan peraturan yang sama seperti dalam bagian penyampaian di
atas. Di akhir permainan, tunjukkanlah rasa kasih dengan
mengapresiasi keberadaan tiap-tiap anggota keluarga. Sampaikanlah
bahwa kehadiran dan keberadaan mereka adalah anugerah Tuhan
yang sungguh berharga dan tidak bertara nilainya.
77
2. Permainan dapat pula diganti dengan quality time dimana masing-
masing anggota keluarga dapat menganalisa dan menyebutkan sisi
positif serta negatif (kebaikan serta kelemahan) anggota keluarganya.
Lakukanlah kegiatan ini dengan suasana santai.
78
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Oktober 2021
RIBUT RUKUN
Bacaan
Kejadian 33:1-17
Tujuan
1. Pemuda dapat menemukan wajah Allah dalam setiap ribut- rukun
yang terjadi dalam keluarga
2. Pemuda diajak untuk memiliki inisiatif menyatakan kasih yang tulus
untuk setiap anggota keluarga
Fokus
Pernahkah kita terlibat pertengkaran dengan orang yang kita kasihi,
namun tak lama berselang, kita berdamai kembali? Banyak orang yang
mengatakan itulah bumbu dalam sebuah hubungan. Tanpa ribut rukun,
sebuah hubungan tentu akan menjadi hampa. Tidak ada relasi tanpa ribut,
tidak ada ribut yang tidak diharapkan menjadi rukun. Beragam dinamika
itulah yang membuat manusia belajar untuk semakin dewasa menjalani
kehidupan berelasi. Ribut rukun tak cuma terjadi dalam sebuah hubungan
percintaan, namun juga terjadi dalam hubungan berkeluarga. Jika
demikian, apa yang biasanya melatarbelakangi keadaan ribut-rukun?
Mari kita lihat relasi dalam keluarga.
Berbagai macam hal yang terjadi tidak sesuai ekspetasi rentan membuat
kita ribut, bukan? Misal, orangtua berekspetasi anaknya dapat
mengerjakan ujian online dengan hasil yang memuaskan. Namun fakta
yang terjadi adalah hasil ujiannya tidak cukup baik sehingga membuat
orangtuanya kesal, lantas kemudian memarahi anaknya sedemikian rupa,
padahal sang anak punya prestasi yang menggembirakan di bidang yang
lain. Berbeda cerita jika anaknya mendapatkan hasil ujian yang baik
sesuai dengan ekspetasi orangtuanya. Bahkan ada kisah nyata, dimana
seorang anak sampai tega menganiaya orangtuanya karena dirinya tak
79
kunjung dibelikan sepeda motor yang menjadi keinginannya selama ini.
Teman-teman pemuda, ribut-rukun bicara soal masih sanggupkah kita
mengelola ekspetasi kita sekaligus masihkah kita punya kesadaran untuk
benar-benar mengerti apa yang menjadi keadaan dan ekspetasi yang lain,
dalam hal ini setiap anggota keluarga yang selalu berada dekat dengan
kita.
Dalam persekutuan kali ini kita akan belajar dari kisah ribut-rukun antara
Yakub dan Esau, dimana Yakub berhasil mengelola ekspetasinya
terhadap Esau. Perubahan itu kemudian berdampak untuk dirinya sendiri
dan keluarganya, juga untuk Esau beserta dengan keluarganya.
Penjelasan Teks
Untuk memahami kisah Yakub yang berdamai kembali dengan Esau, kita
harus terlebih dahulu memahami keseluruhan kisah mengenai pertikaian
Yakub dengan Esau. Pertikaian antara Yakub dengan Esau berkutat pada
masalah hak kesulungan dan pemberian berkat dari ayah mereka, yakni
Ishak. Hak kesulungan yang seharusnya diterima Esau, justru diterima
oleh Yakub dan ditukar dengan semangkuk sup kacang merah. Mari kita
lihat duduk perkaranya! Satu sisi, Ishak berkeras hendak memberikan
berkat kepada Esau, anak sulung, sebagaimana yang biasa dilakukan.
Namun di saat yang bersamaan, Yakub bersekongkol dengan ibunya
untuk menipu Ishak ketika Esau pergi berburu, sehingga akhirnya berkat
jatuh pada Yakub. Hal tersebut kemudian menimbulkan keributan yang
besar. Keributan tersebut kemudian bermuara pada kebencian yang
mencapai klimaksnya pada Esau yang bersumpah untuk membunuh
Yakub. Mendengar hal tersebut, Yakub-pun harus melarikan diri ke
negeri asing yakni ke tempat Laban, pamannya sendiri.
Memahami kisah pelarian Yakub ini, teman-teman pemuda harus juga
melihat peristiwa yang tak kalah menarik ketika Yakub berada di tepi
sungai Yabok, dimana ia bergulat sepanjang malam dengan orang yang
tak dikenal, yang tidak lain tidak bukan adalah Allah sendiri. (Kej. 32:22-
32) Yakub melawan Allah, dan menariknya Allah kalah. Tetapi
80
kekalahan Allah ini menyebabkan perubahan terjadi dalam ekspetasi
Yakub terhadap kakaknya, Esau. Ternyata seorang kakak yang amat
ditakutinya, yang dianggapnya akan membalas dendam atas kecurangan
yang ia lakukan terhadapnya, tidak seperti yang disangkakannya. Ketika
Yakub ―ribut‖ dengan Allah, wajah Allah adalah seperti wajah Esau. Dan
ketika Yakub bertemu dengan Esau, wajah Esau adalah seperti wajah
Allah.
Kejadian 33:4 mengatakan demikian; “tetapi Esau berlari mendapatkan
dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu
bertangis-tangisanlah mereka.” Ada penghormatan yang luar biasa yang
diberikan Yakub pada Esau. Di ayat 8, Esau bertanya maksud Yakub
dengan membawa pasukan. Yakub menjawab bahwa semuanya itu
adalah dalam rangka mendapatkan kasih tuanku. Yakub menyapa
kakaknya sebagai tuan, tetapi Esau menyapa Yakub sebagai ―adikku‖.
Esau menolak semua pemberian Yakub, dengan mengatakan bahwa dia
sudah punya banyak. Sesudah didesak oleh Yakub, barulah dia
menerimanya.
Pengenaan
Serupa dengan Yakub, ikatan relasional dengan anggota keluarga
acapkali tidak selalu baik karena kita kerap menjunjung tinggi ekspetasi
kita tanpa melihat keadaan bahkan ekspetasi mereka yang mengasihi kita.
Kita cenderung menganggap dan mencap mereka sebagai anggota
keluarga yang jahat dan tidak peduli dengan kita. Namun kisah
rekonsiliasi Yakub dengan Esau ini menyiratkan setiap kita untuk
bersedia melihat berbagai kemungkinan baru sekaligus mendapatkan
realisasi dari kemungkinan yang baru itu, bahwa Allah bisa saja mewujud
dalam diri orang-orang yang selama ini selalu ―ribut‖ dengan kita. Allah
sedang melatih kita untuk berada di garda depan seperti seorang Yakub
saat pertama kali ia bertemu dengan Esau; Kej.33:3; “Dan ia sendiri
berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali,
hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu.” Yakub berjalan di depan
mereka semua, dalam keadaan terpincang-pincang, bersujud tujuh kali
sampai ke tanah. Bersujud sampai ke tanah, apalagi sampai tujuh kali,
81
sebenarnya merupakan sujud kepada Allah. Ingatkah ketika Allah dengan
kedua malaikatnya bertamu kepada Abraham di Mamre, mereka tampak
seperti manusia biasa, namun Abraham tahu itu Tuhan dan bersujud
sampai ke tanah (Kej.18:2). Berarti ada hubungan di antara Esau dengan
Allah. Esau adalah representasi Allah!
Teman-teman pemuda yang terkasih, dari kisah ini kita belajar bahwa
―ribut‖ selalu ada dalam hubungan apapun termasuk dalam hubungan
keluarga. Ketika kita berkonflik dengan anggota keluarga kita, jangan
buru-buru menilai mereka begitu jahat sedemikian rupa, siapa tau di
balik wajah mereka, ada wajah Allah yang sedang melatih kita untuk
berinisiatif ―rukun‖. Jika terjadi ―ribut‖, hadirlah di garda terdepan dan
pandanglah mereka dengan penuh kasih dan hati yang memahami!
Penyampaian
1. Tanyakan pada teman-teman pemuda tentang pengalaman mereka
ribut-rukun, baik bersama sahabat, pasangan ataupun anggota
keluarga.
2. Utarakanlah penyebab utama dari ribut-rukun yakni ekspetasi yang
tinggi dari satu pihak saja.
3. Masuklah dalam penjelasan teks. Pelayan Firman dapat terlebih
dahulu memahami kisah pertikaian Yakub dan Esau (Kejadian 27-
Kejadian 32) agar dapat menjelaskan kisah ini dengan baik dan jelas
4. Tekankan satu hal yang menarik bahwa Allah dapat mewujud dalam
orang-orang yang berkonflik dengan kita untuk melatih kedewasaan
iman kita.
5. Masuklah dalam bagian pengenaan
6. Tutuplah perenungan dengan mengajak teman-teman pemuda
mengingat orang-orang yang sudah ataupun sedang ―ribut‖ dengan
mereka. Ajak teman-teman pemuda untuk mendoakannya seraya
belajar mengerti dan memberikan pengampunan padanya.
Kegiatan
Teman-teman pemuda diajak untuk belajar membangun rekonsiliasi
dengan orang-orang yang telah berkonflik dengannya. Belajar
82
mendoakan mereka setiap hari dan jika dimungkinkan, bertemu dengan
mereka untuk berbagi sukacita (melalui hal-hal yang sederhana).
83
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kelima Oktober 2021
SEKOLAH KEHIDUPAN
Bacaan
Filipi 2:1-11
Tujuan
1. Pemuda diajak untuk belajar meneladani karya Kristus dan
memeliharanya dalam kehidupan keluarga
2. Pemuda dapat memahami dan menghargai setiap proses perjalanan
hidup berkeluarga
Fokus
Kita tidak dapat sendirian dalam mengarungi perjalanan hidup di dunia
ini. Tentu kita butuh kehadiran orang lain untuk melengkapi kehidupan
kita. Namun acapkali dalam hidup bersama, kita bukan menjadi sesama
yang mendatangkan kebaikan namun menjadi serigala yang menyerang
dan membahayakan orang lain di sekitar kita. Apa maksud dari
pernyataan tersebut? Kita kerap mengisi ruang bersama dengan sifat
egoisme dan egosentrisme, sehingga kepentingan diri sendiri selalu
berada jauh di atas kepentingan bersama. Kita merasa gagasan, tindakan,
pola pikir dan kebiasaan kita jauh lebih benar dibandingkan dengan yang
lain. Ada kalanya kita merasa membutuhkan yang lain, namun kita kerap
tidak menghargai keberadaan yang lain. Di saat kita merasa pernah atau
sedang melakukan itu semua, mari kita kembali menyadari bahwa
kesempatan hidup tidak dapat terulang kembali. Bukankah terlalu
membosankan jika kita terlalu lama hidup dengan sifat egoisme dan
egosentrisme? Sesungguhnya perjalanan hidup kita adalah proses belajar,
dan tentu saja saat ini kita semuanya sedang berada dalam sekolah
kehidupan. Rasanya sayang jika kita sebagai pribadi yang beriman pada
Yesus, sama sekali tak pernah mendengar bahkan mengenal satu
pelajaran yang berharga yakni nilai-nilai iman yang diajarkan oleh sang
84
Guru Agung kita sendiri. Maka dari itu, dalam persekutuan saat ini kita
diajak untuk belajar nilai-nilai hidup yang bersumber dari personalitas
Tuhan Yesus sendiri. Tidak hanya belajar, kita juga diharapkan untuk
menghidupi dan memelihara ajaran Kristus dalam ruang bersama
termasuk dalam komunitas keluarga kita.
Penjelasan Teks
Filipi 2:6-7 mengatakan demikian; ―yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.‖
Apa arti dari perkataan Rasul Paulus ini? Rekan-rekan pemuda yang
terkasih, kedudukan Kristus yang sungguh mulia itu tidak menghalangi-
Nya untuk mengosongkan diri-Nya. Apa maksudnya ―mengosongkan
diri‖? Mengosongkan diri berasal dari kata Yunani yakni ―kenosis‖ yang
menunjuk pada sebuah tindakan untuk meniadakan kepentingan diri
sendiri. Dalam hal ini, kata kerja ―keno‖ umumnya dipahami sebagai
tindakan memindahkan sesuatu dari satu tempat sehingga tidak tersisa
sama sekali. Jika demikian personalitas Tuhan Yesus adalah benar-benar
Allah dan benar-benar manusia. Yesus yang mulia itu bersedia
menyangkal diri dan merendahkan diri menjadi seorang hamba (ay.5-7).
Ia pun punya kesediaan untuk taat bahkan taat sampai mati kepada Bapa.
(ay.8). Penyangkalan diri dan ketaatan Kristus sampai mati di kayu salib
telah membuat Bapa berkenan pada-Nya dan meninggikan-Nya.
Paulus menuliskan surat ini bukan tanpa alasan. Paulus melihat ada
ancaman perpecahan yang terjadi di jemaat Filipi, ditandai dengan
munculnya sikap-sikap kesombongan, egonsetrisme, egoisme dan tinggi
hati. Karena itu menurut Paulus, tidak ada pelajaran yang lebih berharga
dari ajaran dan nilai-nilai Kristus. Tidak ada kasih yang sempurna
melebihi yang Yesus sudah berikan untuk manusia, makhluk yang penuh
dengan kerapuhan dan keterbatasan. Rekan-rekan pemuda, spiritualitas
pengosongan diri mengajak kita untuk melepas sikap mementingkan diri
sendiri. Kita yang semula menuntut orang agar menghargai, menuntut
untuk dimengerti, dipahami bahkan dilayani, berubah haluan menjadi
85
manusia yang mengenali dan mengutamakan kehendak Tuhan, menjadi
manusia yang hidup dalam kepedulian dan penghargaan pada yang lain.
Pengenaan
Melalui kenosis, kita semua diharapkan dapat mengalami kehadiran
Tuhan dan memuliakan Tuhan dalam hidup keseharian, pun di tengah
hidup bersama dengan segenap anggota keluarga. Di tengah proses
perjalanan hidup berkeluarga yang tidak mudah; ada saatnya saling
berbeda pendapat, ada saatnya menghadapi konflik, ada saat dimana
gembira bersama dan lain sebagainya, kita diajak untuk selalu
membangun relasi keluarga yang rendah hati berbekal kasih Kristus.
Kasih Kristus itulah yang membuat kita tenang, sabar, mau
mendengarkan, berkepala dingin, tidak saling menyalahkan dan tetap
bersama-sama mengatasi masalah dengan hati yang gembira. Kita harus
kembali memeriksa apakah dalam sekolah kehidupan ini, kita masih
bersedia hati mengosongkan diri untuk menyambut dan menerima kasih
Kristus yang penuh kekuatan itu? Niscaya kasih Kristus adalah satu-
satunya sumber kekuatan keluarga Kristen dalam menghadapi dinamika
kehidupan ini.
Penyampaian
1. Pelayan Firman dapat menanyakan kepada teman-teman pemuda
tentang contoh dari sifat egoisme yang biasa terjadi dalam hidup
bersama dengan anggota keluarga
2. Ajak teman-teman pemuda untuk menyadari sebuah kenyataan
bahwa kita adalah manusia yang tidak dapat hidup sendirian, namun
kita kerap menjadi manusia yang tidak menghargai yang lain.
3. Tekankan pada teman-teman remaja bahwa kita sedang berada di
sekolah kehidupan. Ada hal yang benar-benar harus kita pelajari
kalau kita menyatakan beriman pada Kristus.
4. Sampaikan penjelasan teks dan pengenaan untuk menyadarkan
teman-teman pemuda akan makna dari kenosis yang dilakukan
Yesus. Kaitkan pengenaan dengan relasi teman-teman pemuda di
dalam komunitas keluarga.
86
5. Tutuplah perenungan dengan menyanyikan sebuah lagu ―Brikanku
Hati‖ (https://www.youtube.com/watch?v=TkWzNV2z7zM)
B‘rikanku hati, s‘perti hati-Mu
yang penuh dengan belas kasihan
b‘rikanku mata, s‘perti mata-Mu
memandang tuaian di sekelilingku
B‘rikanku tangan-Mu ‗tuk melakukan tugas-mu
b‘rikanku kaki-Mu melangkah dalam rencana-Mu
b‘rikanku, b‘rikanku, b‘rikanku hati-Mu
Kegiatan
Teman-teman pemuda dapat mempraktikan spiritualitas pengosongan diri
dengan cara-cara yang sederhana. Misal meluangkan waktu untuk
mendengarkan cerita maupun pergumulan anggota keluarganya.
Menyediakan waktu dan tenaga untuk membantu orangtua atau siapapun.
Atau jika sedang terjadi konflik, berinisiatiflah untuk membuka dialog
dengan hati yang tenang. Berdoalah ketika teman-teman pemuda hendak
melakukan kebaikan di tengah keluarga!
87
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama November 2021
HOMO HOMINI LUPUS
Bacaan
1 Korintus 9: 16-23
Tujuan
Pemuda diajak untuk menyadari bahwa dalam berproses hidup dalam
kehendak-Nya, Allah menempatkan kita pada realitas kebersamaan
dengan ciptaan lain.
Fokus
Homo Homini Lupus adalah ungkapan dari seorang filsuf bernama
Thomas Hobbes (1588-1679) yang artinya, manusia pada naturnya
adalah serigala bagi sesamanya. Manusia yang digambarkan Hobbes
sebagai serigala, menunjuk pada sikap yang saling melawan dan saling
menyerang. Benarkah demikian? Apakah kita tidak pernah menemukan
orang baik dalam kehidupan kita? Atau justru semakin kita bertemu
banyak orang, semakin kita menyadari bahwa memang apa yang
dikatakan Hobbes ada benarnya, karena mungkin kita semakin sulit
untuk mencari orang-orang yang baik, peduli, dan perhatian terhadap
orang lain. Pertanyaan penting terkait dengan ungkapan Hobbes tentang
Homo Homini Lupus, yaitu, apa yang menjadikan manusia memiliki
potensi yang sedemikian berbahaya? Apa yang hendak dicapai? Apa
yang diinginkan? Jawabannya pasti beragam, karena memang banyak hal
dalam dunia ini yang begitu menggoda dan membuat kita lupa bahwa
hidup yang kita jalani, adalah kehidupan bersama Allah dan ciptaan lain,
bukan sepenuhnya milik kita.
88
Hari ini kita akan merefleksikan bagaimana Allah memanggil kita justru
untuk melakukan yang sebaliknya. Homo Homini Socius adalah hal yang
berbanding terbalik dengan Homo Homini Lupus, yaitu manusia adalah
kawan bagi sesamanya. Allah memanggil kita untuk menjadi pemuda-
pemudi yang memiliki karakter selaras dengan teladan Kristus dan
membawa dampak baik bagi sekitar dan menghidupi itu sebagai
panggilan yang didasari oleh sukacita dalam mengasihi Allah dan
sesama.
Penjelasan Teks
Alkitab TB menempatkan 1 Korintus 9:19-23 menjadi satu bagian
dengan 1 Korintus 9:1-27. Dalam perikop ini, Paulus mengatakan sebuah
pernyataan yang menarik tentang menjadi hamba bagi semua orang.
Apakah sebenarnya yang menjadi tujuan Paulus ketika ia membuat
dirinya sendiri menjadi hamba dari semua orang? Pertanyaan ini dijawab
oleh perkataan Paulus di akhir ayat 19 yang berbunyi ―supaya aku boleh
memenangkan sebanyak mungkin orang.‖
Untuk dapat memenangkan sebanyak mungkin orang, Paulus menjadi
seperti orang Yahudi bagi orang Yahudi, menjadi seperti orang yang
hidup di bawah hukum Taurat bagi mereka yang hidup di bawah hukum
Taurat, menjadi seperti orang yang hidup tidak dibawah hukum Taurat
bagi mereka yang hidup tidak di bawah hukum Taurat, dan menjadi
seperti orang yang lemah bagi mereka yang lemah. Kata ―menjadi‖ pada
ayat 20-22 berasal dari kata Egenomhn yang memiliki kata dasar
ginomai, yang dapat diterjemahkan dengan arti ―mengubah natur
menjadi.‖ Apa yang dilakukan Paulus bukanlah menyesuaikan injil
dengan pandangan pendengar tetapi lebih kepada bagaimana Paulus
menjalin hubungan dan berperilaku diantara mereka dan memiliki
kesempatan untuk membagikan berita injil.
89
Pada ayat 20 dikatakan bahwa bagi orang Yahudi Paulus menjadi seperti
Yahudi. Ini menunjukkan bahwa Paulus memposisikan dirinya bukan
sebagai orang Yahudi meskipun dia adalah keturunan Yahudi. Tetapi
sejak menerima Yesus, dia adalah ciptaan baru dan menjadi pengikut
Kristus dan bebas dari tuntutan hukum Taurat. Sedangkan untuk orang
Yunani, Paulus membaginya menjadi dua, yaitu orang-orang yang hidup
di bawah hukum Taurat atau proselit dan orang-orang yang tidak hidup
di bawah hukum Taurat. Dan Paulus pun menjadi seperti mereka supaya
orang-orang Yunani ini percaya pada Injil. Bukan hanya orang Yahudi
dan Yunani, tetapi juga kepada mereka yang lemah pun Paulus
melakukan hal yang sama. Orang-orang yang lemah di sini adalah
orang-orang belum percaya yang memiliki status sosial yang rendah. Di
sinilah terlihat dengan jelas bahwa kebebasan Paulus mengijinkannya
untuk melayani sebanyak mungkin orang.
Walaupun Paulus telah menyebut dirinya adalah orang yang bebas tetapi
dia tetap memiliki keterikatan dengan hukum Kristus (ay. 21). Rasul
Paulus bukanlah orang yang anti dengan hukum Allah, sebab dia sendiri
adalah pribadi yang senantiasa berusaha menghidupi teladan Kristus.
Namun melalui pemahamannya, ia menunjukkan bahwa setiap orang
berhak mendengar dan belajar tentang Kristus. Ia menunjukkan bahwa
pengenalan akan Kristus yang ia sampaikan, tidak membuat orang lain
merasa terdiskriminasi, namun dengan sukacita kebersamaan, Paulus
mencoba untuk menyebarkan Injil.
Pengenaan
Homo Homini Lupus menunjukkan bagaimana manusia memiliki natur
untuk menyerang, mencengkram, dan melawan manusia lainnya,
layaknya serigala. Namun ternyata manusia juga memiliki natur lain
yang tidak dapat dielakkan, yaitu socius—Homo Homini Socius yang
berarti manusia adalah kawan bagi sesamanya. Kehidupan yang kita
90
jalani saat ini adalah bagian dari realitas sosial. Manusia tidak dapat
hidup tanpa ciptaan lainnya.
Dalam melakukan kehendak Allah di dunia ini, kita berada bersama
dengan orang lain. Oleh karenanya, senang, sedih, kecewa, bahkan
marah, juga menjadi bagian dari hari-hari karena diri kita selalu
berhubungan dengan yang lain. Memang kehendak Allah itu dilakukan
secara pribadi, tetapi kita perlu mengingat bahwa dalam melakukan itu,
kita tetap berada dan menjadi bagian dalam komunitas. Artinya, kita
berusaha melakukan kehendakNya dalam sebuah relasi kebersamaan
dengan ciptaan yang lain. Dalam komunitas inilah, kehendak Allah kita
wujudkan. Seringkali perselisihan juga menjadi kenyataan yang tak
terelakkan. Tanpa kesadaran untuk menghidupi realitas sosial dengan
pemaknaan yang benar, maka kehidupan bersama dengan ciptaan lain
akan menjadi sangat menakutkan.
Dalam menyampaikan berita Injil kepada banyak orang, Paulus
menyentuh aspek socius ini. Ia bersedia untuk keluar dari zonanya dan
menjumpai zona baru dalam proses menyampaikan Injil kepada banyak
orang. Ia menjadi seperti orang Yahudi ketika bertemu dengan orang
Yahudi. Ia menjadi seperti orang Yunani ketika bertemu dengan mereka
yang Yunani. Ia turut merasakan kelemahan ketika bersama dengan
orang-orang yang lemah. Ia tidak mencengkram, namun bercengkrama
dengan manusia yang lain. Ia tidak memukul, namun merangkul. Ia tidak
melawan, namun berusaha menjadi kawan.
Seringkali egoisme kita mencengkram terlalu erat apa yang kita anggap
nyaman dan aman. Hingga akhirnya kita tidak menyadari bahwa
kehidupan yang kita jalani hanya berfokus pada kesenangan diri sendiri
dan berpotensi melukai orang lain—untuk memuaskan apa yang kita
mau.
91
Dalam perspektif inilah, pemuda diundang untuk melihat realitas sosial
sebagai sebuah taman bersama. Berproseslah dengan sukacita bersama
dengan manusia-manusia dan ciptaan lainnya. Jangan terlalu
mencengkram erat egoisme kita, karena sejatinya kita perlu
membebaskan diri untuk dapat terus bergerak menjadi versi terbaik yang
kita bisa dan membawa berita tentang Kristus melaluinya kepada banyak
orang.
Penyampaian
1. Pengkhotbah membuka dengan menjelaskan singkat tentang Homo
Homini Lupus. (Lihat fokus)
2. Pengkhotbah melanjutkan dengan memaparkan tafsiran dan memberi
penekanan pada sikap Paulus yang menjadikan orang lain sebagai
kawan dalam menyebarkan Injil.
3. Masuklah dalam penjelasan di pengenaan tentang Homo Homini
Socius dan aplikasinya dalam kehidupan pemuda.
4. Ajak pemuda untuk terlibat dalam kegiatan.
Kegiatan
1. Pemuda membuat story telling bersama.
2. Pembimbing memberikan satu topik fiktif kepada pemuda, yaitu ―Bu
Ayu melakukan kebaikan pada sesama‖.
3. Ajak pemuda untuk memulai story telling kalimat per kalimat secara
bergantian untuk menjadi sebuah cerita yang mengandung pesan
Homo Homini Socius.
4. Misal: Pemuda A berkata ―pada suatu sore bu Ayu pergi ke pasar‖,
lalu dilanjutkan dengan pemuda B ―sesampainya di pasar ia bertemu
dengan pak Bayu yang terlihat sedang tidur di depan toko‖. dan begitu
seterusnya sampai kalimat-kalimat itu menjadi sebuah cerita.
92
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua November 2021
LEMBAH KALI CODE
Bacaan
Lukas 24:13-35
Tujuan
Pemuda diajak untuk melihat dan menerima orang lain sebagai bentuk
kehadiran Allah dalam kehidupan mereka.
Fokus
Seringkali kita terjebak dalam pemahaman tentang orang asing yang
menakutkan. Tidak dapat dielakkan bahwa perjumpaan dengan orang
asing tidak semudah seperti kita menikmati perjumpaan dengan teman
dekat yang memang sudah lama kita kenal. Seringkali kita merasa risih
jika harus berhubungan, apalagi harus melakukan suatu hal untuk orang
yang tidak terlalu dekat dengan kita.
Lembah Kali Code menjadi contoh dan pengingat bagi kita, bahwa
kehidupan ini tidak hanya bicara tentang ―saya‖ namun juga ―mereka‖
yang Allah anugerahkan hadir dalam hari-hari kita. Melalui bacaan hari
ini, kita diingatkan, bahwa seringkali pikiran dan fokus kita terlalu luas
dan dalam terpakai untuk mencari kesenangan diri sendiri, namun dengan
acuh kita menyingkirkan atau bahkan menolak mereka yang datang,
hanya karena kita merasa mereka adalah orang asing yang tidak
membawa keuntungan bagi kita. Perjalanan ke Emaus menyuguhkan
sebuah peristiwa di mana orang yang dianggap asing dan awalnya
diacuhkan oleh Simon dan Kleopas, sebenarnya adalah Yesus yang
sedang mereka bicarakan. Mereka tidak mengenaliNya karena mereka
93
tidak memberi ruang untuk seorang asing itu masuk dalam kekalutan
mereka. Hingga akhirnya ketika mereka sadar, Yesus menghilang dari
tengah-tengah mereka.
Penjelasan Teks
Diceritakan oleh penulis Injil Lukas bahwa pada waktu siang di hari
minggu itu ada dua orang murid yakni Simon dan Kleopas sedang
melakukan perjalanan menuju Emaus, yang terletak tujuh mil dari
Yerusalem. Selama di perjalanan, mereka bercakap-cakap tentang Yesus
yang baru saja mengalami kematian di kayu salib dan 3 hari sesudah itu,
mereka mendengar bahwa Yesus bangkit.
Kebingungan dan keraguan tampak sekali dalam diri Simon dan Kleopas.
Keraguan mereka terjadi karena menurut mereka, orang mati tidak
mungkin bangkit. Namun, faktanya, makam tempat Yesus dikuburkan
dalam keadaan kosong. Mayat Yesus tidak ada di situ. Dua pemikiran ini
melahirkan kebingungan dalam proses perjalanan Simon dan Kleopas
menuju Emaus.
Hal lain yang membuat mereka muram dan mereka ungkapkan dalam
percakapan dengan ‗orang asing‘ itu adalah pupusnya harapan bahwa
Yesuslah yang akan membebaskan mereka dari kolonialisme Romawi
(21). Kematian Yesus meruntuhkan harapan mereka. Sebagai tanggapan,
Yesus menguraikan kepada mereka, mulai dari kitab Musa dan kitab para
nabi arti dan pentingnya kematian-Nya sendiri. Adalah keniscayaan
bahwa Mesias, akan menderita, mati, bangkit, dan diangkat ke dalam
kemuliaan." (25-27)
Dalam suasana kalut, datanglah seorang asing mendekat, berjalan dan
bercakap-cakap dengan mereka. Orang asing itu bertanya tentang apa
yang menjadi topik percakapan Simon dan Kleopas. Anehnya orang
asing ini kemudian menerangkan bahwa tokoh yang sedang Simon dan
94
Kleopas percakapkan itu harus mati dan memenuhi nubuat para nabi
supaya umat manusia diselamatkan. Kata orang itu: ―Bukankah Mesias
harus harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-
Nya?‖ Orang asing ini menegaskan suatu pertanyaan sekaligus
menegaskan keyakinan Simon dan Kleopas.
Ketika mendekati tujuan mereka, kedua murid memerhatikan
bahwa ‗orang asing‘ itu tampaknya berencana untuk terus melanjutkan
perjalanan-Nya. Lalu mereka mendesak-Nya untuk tinggal bersama
mereka. Dengan ramah, mereka menjamu ‗orang asing‘ itu.(28-
29) Menurut tradisi, sebagai tuan rumah, semestinya merekalah yang
memecah roti untuk disantap bersama. Namun yang terjadi justru
sebaliknya. ‗Orang asing‘ ini menjadi ‗tuan rumah‘ dengan mengambil,
mengucap berkat, memecah-mecahkan roti yang disajikan itu, lalu
membagikannya. Pada saat itu barulah mereka sadar, bahwa mereka baru
saja makan bersama Yesus; namun Yesus telah lenyap dari hadapan
mereka. Pada saat itu, seketika suasana hati mereka berubah, merasakan
kobaran semangat dan sukacita, sebagai ganti kesedihan dan raut
muram.(30-32) Dalam kesukacitaan itulah mereka kembali ke Yerusalem
malam itu juga untuk memberitakan perjumpaan mereka dengan Yesus
yang bangkit.(33-35)
Pengenaan
Seringkali kita terjebak dalam pemahaman tentang orang asing yang
menakutkan. Tidak dapat dielakkan bahwa perjumpaan dengan orang
asing tidak semudah seperti kita menikmati perjumpaan dengan teman
dekat yang memang sudah lama kita kenal. Seringkali kita merasa risih
jika harus berhubungan, apalagi harus melakukan suatu hal untuk orang
yang tidak terlalu dekat dengan kita.
Tema dan bacaan hari ini mengingatkan kita bahwa kehidupan yang kita
jalani saat ini mengajak kita untuk tidak menutup mata terhadap realitas
95
sekitar. Sadarkah kita bahwa mungkin orang asing yang berada di sekitar
kita saat ini adalah Dia yang berjalan bersama, untuk membimbing,
memberi pengalaman, memberi rasa dan peristiwa baru ke dalam
kehidupan kita. Jika setiap orang menghayati bahwa orang lain adalah
bentuk kehadiran Allah yang datang menyapa, maka kehidupan ini akan
sangat indah. Romo Mangun menjadi pengingat bagi kita, bahwa dengan
melirikkan mata, mengulurkan tangan, dan berjalan bersama dengan
mereka yang membutuhkan pertolongan, meski tidak kita kenal, adalah
perwujudan kehadiran Allah bagi mereka yang dijumpai. Tidak berhenti
di situ, kehadiran warga kali Code juga menjadi bentuk kehadiran Allah
yang menyapa Romo Mangun. Ada keter-saling-an dalam hal ini yang
menjadikan segala sesuatunya bermakna.
Maukah kita juga menaruh pandangan, mengulurkan tangan, dan berjalan
bersama dengan mereka yang membutuhkan? Maukah kita menjadi
perwujudan kehadiran Allah bagi mereka yang sedih dan hancur?
Maukah kita menjadi uluran tangan Allah bagi mereka yang sakit dan
menderita? Maukah kita menjadi kaki bagi mereka yang sulit untuk
melangkah? Dalam menghayati kasih Allah yang begitu nyata dalam
kehidupan kita, sudah selayaknya kita hidup dalam kesadaran akan
realitas bersama Allah dan sesama di mana kita menjadi bagian di
dalamnya. Kesadaran itu membawa kita pada sebuah sikap untuk tidak
melulu memikirkan berlebih apa yang menguntungkan, menyenangkan,
dan memakmurkan kita, namun juga di dalamnya, kita memiliki peran
untuk juga menyenangkan, menenangkan, memberi pertolongan,
memberi diri untuk mereka yang kita jumpai. Lihatlah, bahwa Yesus
hadir melalui wajah-wajah asing yang berada di sekitar kita.
96
Ilustrasi
LEMBAH KALI CODE
Cerita ini berawal di tahun 1980-an. Saat itu, bantaran Kali Code yang
berada di pusat Kota Yogyakarta dipenuhi gubuk-gubuk liar dari kardus.
Penghuninya silih berganti dan tak diakui oleh pemerintah setempat.
Konon penggusuran sudah dilakukan berkali-kali tapi tak pernah
berhasil, gubuk-gubuk baru dibangun kembali dan menjamur lebih cepat.
―Rumah-rumah dari kardus, atapnya dari plastik atau terpal. Pokoknya
apa saja yang ada asal tidak kepanasan. Soalnya kalau hujan ya rusak
rumah kita,‖ ujar Joko Santoso (52) sambil tersenyum mengenang masa
lalu. Joko bercerita, saat itu permukiman yang terletak di sebelah selatan
Jembatan Gondolayu ini dihuni gelandangan. Mulai dari pemulung,
pedagang, tukang ojek, sampai pencopet ada di sana. Sampai suatu hari,
pada sekitar tahun 1982 banjir akibat luapan Kali Code menyapu rumah-
rumah bedeng di bantarannya.
Saat bencana banjir itu, seorang pria paruh baya datang ke lokasi itu
dengan membawa sejumlah bantuan. Namun rupanya pria berkaca mata
itu semakin sering datang ke kawasan kumuh itu. Siapa sangka pria itu
yang mengubah nasib Kampung Kali Code.―Lalu kita tahu namanya
Romo Mangun. Dia waktu itu sering ke sini, bicara kepada warga soal
idenya untuk membangun rumah yang lebih layak, karena dia kasihan
melihat kita kehilangan rumah karena banjir,‖ tuturnya.
Meski ada saja yang meragukan ide Romo Mangun, tapi sebagian besar
warga menyetujui ajakan tersebut. Apalagi tak ada sepeser pun uang
yang dikeluarkan oleh warga. ―Kami tidak tahu uangnya dari mana, kami
hanya modal tenaga saja. Semuanya dari Romo Mangun, kami yang
kerjakan. Kami kerja bakti beramai-ramai,‖ kata Joko. Romo Mangun tak
sendirian, Joko mengatakan ada beberapa mahasiswa yang ikut
mengontrol pembangunan Kampung Code kala itu. Dibangun sedikit
97
demi sedikit mulai tahun 1983 dan baru rampung pada 1985. Selama
pembangunan Romo Mangun pindah ke bantaran Code. Pria kelahiran
Ambarawa 6 Mei 1929 ini menempati sebuah rumah bedeng di sudut
sebelah utara dekat dengan kolong jembatan. Dengan segala
keterbatasannya, Romo Mangun mengawal pembangunan Kampung
Code. Meski pembangunan rampung, Romo Mangun tetap tinggal di
kampung tersebut hingga dua tahun kemudian. Selama tinggal di sana,
dia perlahan memperkenalkan koperasi dan pendidikan yang layak
kepada warga. Sebuah balai yang sengaja dibangun di tengah kampung
menjadi pusat kegiatan warga. Hampir setiap hari Romo bercengkrama
dengan anak-anak di balai tersebut. Mereka belajar bersama atau sekedar
membaca buku-buku yang sengaja diletakkan di sana.
Setelah kampung Code selesai ditata dan telah dihiasi mural warna-
warni, banyak turis mancanegara yang datang berkunjung. Sejumlah
penghargaan diraih atas gaya arsitektur kampung Code. ―Banyak yang
datang ke sini sengaja untuk lihat arsitekturnya. Kami jadi ikut bangga,‖
ujar Joko sambil tersenyum lebar. Kepercayaan diri masyarakat
Kampung Code perlahan membuncah. Kesadaran mereka akan
pendidikan untuk anak-anak juga meningkat.
Penyampaian
1. Pengkhotbah membuka dengan memberikan contoh-contoh atau
pengalaman berjumpa dengan orang asing yang berkesan dan
memberi makna. Dapat juga menanyakan kepada pemuda apa yang
mereka pikirkan ketika mendengar ―orang asing‖
2. Melalui jawaban-jawaban yang ada, arahkanlah pemuda untuk
mengerti apa yang terjadi pada peristiwa Emaus, di mana Yesus pun
pernah dianggap sebagai orang asing oleh muridNya sendiri.
Jelaskanlah proses pengenalan para murid terhadap pribadi Yesus.
Berikanlah pemahaman bahwa sebagai pemuda, kita seringkali sibuk
98
dan terlalu fokus pada kesenangan yang berlebihan, bahkan dapat
menimbulkan sikap eksklusif karena yang mendapat ruang dalam diri
kita hanya orang-orang yang kita mau, tanpa memberi ruang bagi
realitas bahwa banyak orang yang membutuhkan perhatian, namun
seringkali kita singkirkan karena tidak menemukan ―kesenangan‖
melaluinya.
3. Masuklah dalam penjelasan di pengenaan melalui cerita Romo
Mangun dan Kali Code (lih. Ilustrasi).
4. Ajak pemuda untuk terlibat dalam kegiatan.
Kegiatan
1. Ajak pemuda untuk mengingat pengalaman berjumpa dengan orang
asing yang berkesan dalam perjalanan hidup mereka selama ini.
2. Arahkan pemuda untuk merefleksikan pesan apa yang dapat mereka
maknai dari perjumpaan tersebut.
3. Mintalah pemuda untuk menyimpulkan pesan tersebut ke dalam 1-2
kalimat (atau lebih) yang berisi ajakan kepada orang lain untuk
melakukan kebaikan bagi orang asing yang mereka jumpai.
4. Bagikanlah pesan tersebut ke dalam sosial media yang paling sering
mereka gunakan, agar pesan tersebut dapat dibaca oleh lebih banyak
pemuda lainnya.
99
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga November 2021
AMBULANCE BAGI SESAMA
Bacaan
Ibrani 13:1-2
Tujuan
1. Pemuda mengingat kembali tugas panggilannya sebagai seorang
Kristen untuk bersaksi melalui kehidupan sosial di mana mereka
berada.
2. Pemuda diajak untuk memikirkan dan terlibat dalam kegiatan
Kesaksian dan Pelayanan yang dilakukan oleh gereja, maupun
membuat aksi berkelompok yang berfokus pada masyarakat sekitar
gereja.
Fokus
Pada minggu ini kita akan kembali membahas tentang ―orang asing‖
yang lebih meletakkan penekanan pada fenomena yang terjadi di dalam
gereja. Rasanya setiap GKI, di mana pun keberadaannya, program atau
kegiatan Kesaksian dan Pelayanan selalu menjadi salah satu yang
dilakukan. Hal itu didasari oleh pemahaman teologis bahwa sebagai
warga gereja, kita perlu menaruh perhatian kepada mereka yang
membutuhkan pertolongan dan perhatian. Oleh karena itu, minggu ini
tema dan bacaan kita akan mengarahkan pemuda untuk dapat memiliki
pandangan, pemahaman, dan rencana untuk juga terlibat dalam upaya-
upaya pelaksanaan kegiatan Kesaksian dan Pelayanan, khususnya yang
dilakukan oleh gereja.
100
Kehidupan di masa muda yang semakin kompleks dapat berpotensi
mengurangi fokus kita kepada hal-hal yang berada di luar diri kita,
sehingga tidak lagi merasa penting untuk memperhatikan sesama.
Dengan mengingat konteks jemaat pada Surat Ibrani, pemuda diajak
untuk juga memiliki kesadaran bahwa kehidupan yang dijalani saat ini,
tidak hanya bicara tentang ―saya‖, tapi juga tentang mereka yang ada di
sekitar ―saya‖. Ambulance bagi sesama, merupakan satu contoh nyata
bentuk kepedulian yang bersama akan kita refleksikan.
Penjelasan Teks
Menjelang akhir surat Ibrani, sebagai penutup penulis berbicara tentang
hal-hal praktis, yaitu apa yang secara nyata diharapkan oleh penulis surat
Ibrani agar dilakukan oleh setiap orang Kristen. Pada bagian ini, penulis
surat Ibrani mengemukakan lima hal yang menjadi ciri dari hidup orang
percaya. Pertama, kasih persaudaraan adalah hal yang amat penting yang
harus dilakukan. Nasihat ini terkait dengan situasi jemaat pada waktu itu
yang tidak selalu mudah untuk melakukan kasih persaudaraan. Bahkan
sampai pada masa ini, rasanya realitas untuk melakukan kasih masih saja
menemui permasalahannya. Pada waktu itu, jemaat Kristen hidup dalam
keadaan yang sangat sulit, mereka ditekan luar biasa. Dalam keadaan
seperti itu, kasih persaudaraan mudah luntur karena masing-masing
mencari keselamatan dirinya sendiri dan mengabaikan keselamatan orang
lain. Namun penulis Surat Ibrani menganjurkan mereka untuk tetap
memelihara kasih persaudaraan itu.
Godaan lain yang membuat kasih persaudaraan itu sulit diwujudkan
adalah kepercayaan yang fanatik untuk menjaga kemurnian ajaran.
Tekanan berat di sekeliling mereka membuat mereka berusaha
sedemikian rupa untuk menjaga kemurnian ajaran. Tanpa sadar, sikap itu
101
justru mengarahkan mereka untuk cenderung menjadi hakim bagi
sesama. Mereka saling mencurigai dan menuduh.
Pada ayat 2, penulis Surat Ibrani menyinggung tentang memberi
tumpangan. Pada masa itu, menjadi seorang Kristen mengandung resiko
yang besar. Mereka dikucilkan dan mendapat tekanan. Sehingga
memberi tumpangan merupakan suatu tindakan yang sangat penting
khususnya untuk melindungi mereka yang dikucilkan oleh keluarga atau
lingkungannya, juga untuk mereka yang menjadi orang asing dalam
perjalanan mengabarkan Injil. Hal ini begitu ditekankan oleh penulis
dengan mengutip Perjanjian Lama ketika Abraham menjamu orang asing
yang sesungguhnya adalah utusan Tuhan yang menyampaikan kabar baik
bahwa ia akan segera mendapat keturunan (ay.2).
Bagi kita yang hidup sekarang ini, nampaknya sikap keramahtamahan
dengan memberi tumpangan itu sulit untuk dilakukan. Ada begitu banyak
ketakutan yang membuat kita enggan untuk menolong atau berhubungan
dengan orang asing. Memang kita perlu bersikap waspada, namun jangan
karena begitu waspada, kita sampai menutup pintu rapat-rapat dan sama
sekali tidak lagi mau peduli pada kebutuhan orang lain. Sikap gereja
mula-mula yang patut kita teruskan adalah peduli dan bersimpati pada
mereka yang dilanda kesulitan, bahkan pada Kisah Para Rasul 4 dicatat,
mereka rela menjual harta miliknya dan membagikan itu kepada orang
miskin, dengan harapan tidak ada lagi yang berkekurangan. Melalui
kisah tersebut, kita dapat memaknai, bahwa kekristenan itu bukan
menarik karena bangunan yang megah dan segala perlengkapan yang
hebat saja, namun karena di dalamnya setiap orang memiliki hati dan
sikap untuk mau peduli dan menaruh perhatian pada sesama,
sebagaimana Allah di dalam Kristus memberikan teladan untuk kita
melakukannya.
102
Pengenaan
Berawal dari fenomena sulitnya mengakses ambulance di daerah Cianjur,
dan mahalnya harga sewa yang dibebankan kepada masyarakat untuk
memakainya, lantas GKI Cianjur memutuskan untuk mengupayakan
pengadaan ambulance. Dengan keterbatasan dana yang dialami, mereka
tidak berhenti dan menyerah. Melalui fasilitas digital yang ada, GKI
Cianjur melakukan penggalangan dana untuk pengadaan ambulance bagi
masyarakat. Setelah proses pengumpulan dana, terwujudlah satu mobil
ambulance yang dapat dipakai oleh masyarakat secara gratis. GKI
Cianjur meneruskan untuk mengelola itu dan hingga kini, bentuk
Kesaksian Pelayanan melalui ambulance tersebut semakin berkembang,
hingga masyarakat yang mampu juga dapat ikut terlibat dalam pengadaan
dana dan tenaga untuk pengelolaan.
Kisah ini merupakan contoh kepedulian gereja terhadap fenomena yang
terjadi di masyarakat. Gereja perlu peka pada kebutuhan dan kesulitan
dunia sekitarnya. Seperti apa yang dicatat dalam Surat Ibrani,
―Peliharalah kasih persaudaraan! Jangan kamu lupa memberi tumpangan
kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan
tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.‖ (ay.1-2)
Dalam menjalani kehidupan yang selalu diperhadapkan dengan sesama,
kita sebagai bagian dari gereja perlu untuk melihat kondisi dan keadaan
di sekitar. GKI mempunyai beberapa wadah bersama dalam lingkup
sinodal yang menangani persoalan-persoalan sosial, khususnya bencana
alam yang terjadi di berbagai tempat dalam Negara kita. Tidak hanya itu,
jemaat-jemaat lokal pun ikut terlibat dalam memberi perhatian pada
kondisi sekitar, melalui kegiatan Kesaksian dan Pelayanan. Sebagai
pemuda, kita perlu juga terlibat untuk mendukung, mengembangkan dan
melaksanakan Kesaksian dan Pelayanan, baik yang sudah menjadi
103
program dalam gereja, maupun yang akan dipikirkan bersama dengan
pemuda-pemudi gereja setempat. Kegiatan Kesaksian dan Pelayanan
dalam lingkup jemaat ini perlu diberi perhatian, karena melalui itulah
kita memiliki wadah bersama untuk terlibat dalam misi kasih Allah, yaitu
memelihara kasih persaudaraan, serta memberi tumpangan bagi mereka
yang membutuhkan. Dorong diri kita dan teman-teman kita untuk terlibat
secara nyata dalam memikirkan dan melakukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan saudara-saudara yang berada di luar ―gedung gereja
kita‖.
Penyampaian
1. Pengkhotbah membuka dengan menceritakan tentang fenomena yang
terjadi dalam kehidupan di sekitar gereja. Dapat juga menanyakan
kepada pemuda tentang apa yang mereka tahu terkait kondisi
masyarakat sekitar.
2. Pengkhotbah melanjutkan dengan membedahnya menggunakan pesan
dari surat Ibrani tentang kasih persaudaraan (lih. Tafsiran).
3. Masuklah dalam penjelasan di pengenaan tentang ambulance GKI
Cianjur dan mengajak pemuda untuk juga dapat terlibat dalam
kegiatan Kespel dalam jemaat lokal.
4. Ajak pemuda untuk terlibat dalam kegiatan.
Kegiatan
1. Diskusikanlah bersama pemuda tentang program Kespel yang ada di
gereja mereka.
2. Bantulah pemuda untuk memikirkan bagaimana mereka dapat
berperan di dalamnya.
3. Stimulus pemuda untuk juga dapat membuat program Kespel yang
sederhana di dalam komunitas mereka, di gereja.
4. Tunjuklah satu orang untuk menjadi kordinator dalam project ini, agar
secara berkala kegiatan tersebut dapat di- follow up dan dapat terukur.
104
105
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat November 2021
MERANGKUL YANG TERHILANG
Bacaan
Matius 25:31-46
Tujuan
Pemuda menyadari bahwa menolong mereka yang terhilang, lemah,
disingkirkan oleh masyarakat, merupakan sikap yang diperlukan dalam
menghayati perannya sebagai pengikut Kristus.
Fokus
Merangkul yang terhilang mungkin menjadi sikap yang sulit untuk
dikerjakan bagi banyak orang, atau mungkin termasuk kita di dalamnya.
Namun Kristus menghendaki untuk melakukan itu dalam keseharian kita.
Seringkali dalam memberi pertolongan kepada orang lain, kita pun
mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan diri sendiri. Mungkin
timbul pertanyaan, apakah orang yang ditolong akan membalas juga
dengan perbuatan baik? Jika rasanya tidak, maka pertolongan tidak kita
berikan. Fenomena lain, seringkali dalam sebuah komunitas, terdapat
seorang yang tidak berdaya dan dijauhi oleh banyak orang, maka kita
enggan untuk berdekatan dengannya, karena kita merasa tidak siap jika
dijauhi juga oleh banyak orang karena dia yang kita tolong. Masih
banyak lagi fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita, yang
menunjukkan bagaimana memberi rangkulan pada mereka yang terhilang
merupakan sikap yang tidak mudah.
Hari ini kita bersama menyadari dan mendorong diri untuk membuka
mata dan tangan untuk menyambut mereka yang terhilang, karena
106
Kristus menghendaki kita untuk tumbuh menjadi pemuda-pemudi yang
punya kepedulian terhadap sesama, apa pun keadaan mereka.
Penjelasan Teks
Perikop Injil Matius 25:31-46 ditempatkan dalam konteks pengadilan
zaman akhir. Pentingnya pelayanan bukan karena mampu menghasilkan
keuntungan, namun pelayanan kepada sesama berbicara tentang
keselamatan dan hidup kekal. Dalam hal ini kita dapat melihat
pentingnya pelayanan kepada sesama dalam konteks pengadilan zaman
akhir, yaitu di Matius 25:40, dan Matius 25:31. Dalam Matius 25:40,
setiap umat akan diadili Kristus berdasarkan segala sesuatu yang kamu
lakukan kepada sesama, dan Matius 25:31, mempersaksikan Kristus
selaku Raja akan datang dalam kemuliaan bersama para malaikat-Nya
untuk mengadili setiap orang seperti gembala yang memisahkan domba
dari kambing. Dengan kata lain, selaku Raja, Kristus akan menjadi
Hakim yang memisahkan manusia dalam kelompok ―kambing‖ atau
―domba‖ berdasarkan perilaku mereka terhadap sesama khususnya
sesama yang lemah dan tertindas.
Sekalipun dalam ay 34-36 dikatakan bahwa mereka yang menerima
Kerajaan itu karena telah melakukan perbuatan-perbuatan baik tertentu,
tetapi tidak berarti bahwa bagian ini mengajarkan Salvation by works (=
keselamatan karena perbuatan baik). Namun yang dimaksud adalah
perbuatan baik itu menunjukkan bahwa mereka menghidupi teladan
Kristus dan beriman di dalamnya, karena mereka telah diselamatkan oleh
anugerah Allah dalam Kristus.
Dalam bagian ini Yesus menekankan perbuatan baik, supaya para
pendengarNya menantikan kedatanganNya dengan menjaga hidup yang
melandaskan kasih dalam hari-harinya. Dalam ay 35-36, Yesus memberi
penegasan pada perbuatan berupa kebaikan-kebaikan sosial yang kecil
(bdk. Mat 10:42), karena itu janganlah lalai untuk melakukan kebaikan-
107
kebaikan yang kecil ini. Pemahaman ini tentu tidak berarti bahwa
kebaikan yang besar tidak dihargai oleh Allah dan tidak perlu dilakukan.
Kalau Allah menghargai kebaikan yang kecil, maka tentu Ia juga
menghargai kebaikan yang besar.
Pertanyaan orang-orang benar dalam ay 37-39 menunjukkan bahwa
mereka tidak menyadari atau tidak mengingat-ingat perbuatan baik
mereka (bdk. Luk 17:7-10). Sebaliknya, orang benar menyadari
dosa-dosanya. Tetapi orang fasik justru terbalik. Mereka tidak menyadari
dosa-dosa mereka (ay 44), tetapi mereka menyadari atau mengingat-ingat
‗perbuatan baik‘ mereka (bdk. Mat 7:22).
Kemudian Yesus menutup dengan menegaskan, bahwa
―sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah
seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk
Aku.‖ (ay.45) Dalam hal ini, kita diajar bahwa segala yang baik yang kita
lakukan untuk orang lain, sekalipun mereka adalah orang-orang yang
tidak dianggap oleh banyak orang, atau mereka yang bahkan tidak pernah
berbuat baik kepada kita, atau mereka yang tidak termasuk dalam
kelompok kita, atau siapa pun yang kita jumpai, kita pun telah
melakukannya untuk Allah.
Pengenaan
Semakin banyak hal yang kita ingin capai dalam kehidupan kita, wajar
jika fokus hidup kita menjadi sangat terbatas pada apa yang kita ingin
raih. Prestasi, pekerjaan di perusahaan yang memiliki reputasi baik,
jabatan yang terpandang, studi lanjut, pasangan yang sesuai dengan
―selera‖ kita, atau rencana membeli rumah, kendaraan, bahkan liburan ke
tempat-tempat yang sudah lama kita inginkan, dan masih banyak lagi
hal-hal yang ingin kita tuju. Dalam proses mencapai itu, kita perlu
bekerja keras.
108
Seringkali kita lupa, dalam bekerja keras mewujudkan rencana-rencana
hidup, kita tetap berada bersama dengan orang lain dan tetap berjumpa
dengan mereka yang bahkan kita lupakan. Ambisi kita untuk mencapai
berbagai rencana hidup seringkali juga menyingkirkan orang lain yang
membutuhkan bantuan kita. Merasa risih, terganggu, dan terhambat oleh
kehadiran orang lain yang tidak membawa keuntungan bagi kita, menjadi
realitas yang banyak terjadi dalam komunitas-komunitas kaum muda.
Dalam fase ini, berteman dan berhubungan dengan mereka yang kita
anggap satu tujuan, bukan hal yang salah. Justru kita membutuhkan
orang-orang yang mengerti dan mendukung apa yang ingin kita capai.
Namun bukan berarti kita hanya membuka diri pada mereka yang se-
tujuan dengan kita, lalu mengabaikan banyak orang di luar sana, yang
mungkin bukan hanya ―tidak se-tujuan‖ namun mereka sudah tidak
punya tujuan dalam hidupnya karena berbagai kondisi. Mereka yang
mendapat diskriminasi, mereka yang mendapat perlakuan tidak
menyenangkan dari banyak orang, mereka yang dianggap rendah dan
hina, mereka yang dalam hari-harinya harus menerima rundungan dari
sekitar karena fisik dan kondisi sosial ekonomi. Sadarkah bahwa mereka
ada dalam realitas kehidupan kita? Sadarkah seringkali mereka luput dari
pandangan kita?
Hari ini kita berefleksi bersama tentang bagaimana Yesus berdialog
tentang orang yang dianggap hina oleh orang banyak. Yesus menegaskan
bahwa apapun yang kita lakukan untuk sesama yang paling hina itu, kita
melakukannya untuk Tuhan. Artinya, kita semua diajak untuk mengingat
mereka yang terhilang dari pandangan kita, namun sesungguhnya ada
dalam keseharian kita dengan keadaan yang memprihatinkan. Kita diajak
untuk mengulurkan tangan bagi mereka yang jatuh, memberikan air pada
mereka yang haus, memberi makan pada mereka yang lapar, memberi
bahu untuk mereka yang sedih dan hancur karena diperlakukan tidak
109
adil. Banyak hal yang bisa kita perbuat bagi mereka. Oleh karena itu,
bukalah mata kita, dan lihatlah sekeliling.
Berkaca pada kisah Dorothy Day (lih. Ilustrasi), setiap apa yang kita
kerjakan untuk orang lain pasti mengandung resiko. Dorothy Day
memberikan hidupnya untuk memperjuangkan keadilan dan
memperhatikan mereka yang luput dari pandangan banyak orang. Tentu
ini adalah sikap yang begitu baik. Namun pun ia melakukan hal yang
baik dan benar, tantangan pasti mengikuti. Day harus menerima kecaman
dan bahkan berada di penjara karena aksinya membela mereka yang
lemah.
Melalui kisah ini, kita tahu, bahwa tidak semua orang mau meresikokan
diri untuk melakukan kebaikan dan kebenaran. Namun kita diundang
untuk bersikap berani untuk merangkul mereka. Bukan untuk mencari
nama baik, namun karena Kristus menghendaki demikian. Cinta Kristus
pada kita sesungguhnya mendorong kita untuk dapat membagikan cinta
kepada sesama.
Ilustrasi
Dorothy Day (8 November 1897 - 29 November 1980) adalah
seorang jurnalis yang berubah menjadi aktivis sosial dan anggota Gereja
Katolik Roma yang taat. Dia menjadi terkenal karena kampanye keadilan
sosialnya dalam membela orang-orang miskin: terbuang, lapar, dan kaum
tunawisma. Bersama dengan Peter Maurin dia mendirikan Catholic
Worker Movement (Gerakan Pekerja Katolik) pada 1933, menganjurkan
aksi nonkekerasan dan keramahan bagi yang miskin dan tertekan.
Gerakan ini dimulai dengan koran Catholic Worker yang dia dan Peter
Maurin dirikan untuk memasang posisi netral, pendukung
perdamaian pada masa 1930-an yang semakin tercabik-cabik oleh
perang. Day kemudian membuka sebuah "rumah keramahan" di
110
daerah kumuh New York City. Gerakan ini dengan cepat menyebar ke
kota-kota lain di AS, Kanada, dan Inggris; lebih dari 30 komunitas
Catholic Worker yang independen namun berafiliasi dengan CW telah
didirikan pada 1941. Pada 2005 telah ada sekitar 100 komunitas di
Australia, Britania Raya, Jerman, Belanda, Irlandia, Meksiko, Selandia
Baru, dan Swedia).
Dimulai dengan tulisan mudanya untuk surat kabar sosialis, Dorothy Day
sering keluar dari jalur arus utama Amerika. Dengan itu, ia ditangkap
untuk pertama kalinya pada tahun 1917, ketika menyerang Gedung Putih
dengan menuntut perempuan memiliki hak untuk memilih. Di penjara,
pada usia 20 tahun, dipukuli oleh polisi, dan pengalaman itu membuatnya
semakin bersimpati kepada mereka yang tertindas dan tidak berdaya di
masyarakat.
Dalam beberapa tahun sejak didirikan pada 1933 sebagai surat kabar
kecil, Catholic Worker berkembang menjadi sebuah gerakan sosial. Day
dan pendukungnya membuka dapur umum di New York City. Memberi
makan orang miskin berlanjut selama bertahun-tahun, dan Catholic
Worker juga membuka "rumah keramahtamahan" yang menawarkan
tempat tinggal bagi para tunawisma. Selama bertahun-tahun Catholic
Worker juga mengoperasikan pertanian komunal dekat Easton,
Pennsylvania.
Selain menulis untuk koran Catholic Worker, Day bepergian secara
ekstensif, memberikan ceramah tentang keadilan sosial dan aktivis
pertemuan, baik di dalam maupun di luar Gereja Katolik. Dia kadang-
kadang dicurigai memiliki pandangan politik yang subversif, tetapi
dalam arti dia beroperasi di luar politik. Ketika pengikut Gerakan Pekerja
Katolik menolak untuk berpartisipasi dalam latihan penampungan akibat
Perang Dingin, Day dan lainnya ditangkap. Dia kemudian ditangkap saat
melakukan protes dengan serikat pekerja pertanian di California.
Dia tetap aktif sampai kematiannya, di kamarnya di kediaman Catholic
Worker di New York City, pada tanggal 29 November 1980.
111
Penyampaian
1. Pengkhotbah membuka dengan menceritakan tentang Dorothy Day
(lih. Ilustrasi).
2. Pengkhotbah melanjutkan dengan memaparkan apa yang menjadi
sikap Yesus dalam melihat dan merangkul mereka yang terasing (lih.
Penjelasan teks).
3. Masuklah dalam penjelasan di pengenaan tentang bagaimana realitas
kehidupan saat ini seringkali membuat kita lupa untuk mengarahkan
pandangan pada mereka yang terhilang.
4. Ajak pemuda untuk terlibat dalam kegiatan.
Kegiatan
1. Mengajak pemuda membuat list berisi 5 sosok yang mungkin selama
ini mereka lihat, namun tidak pernah menyempatkan diri untuk
menyapa atau berbincang karena orang di dalam list tersebut juga
tidak mendapat begitu perhatian dari masyarakat umum, atau bahkan
mengalami ketidakadilan atau disingkirkan dari masyarakat.
2. Arahkan pemuda untuk membuat ―target waktu‖ selama 1 bulan untuk
menjumpai atau menghubungi orang tersebut dan memberi perhatian
kepada mereka melalui cara yang mungkin untuk mereka lakukan.
3. Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan kembali pemuda untuk
mengarahkan pandangannya kepada orang-orang yang luput dari
perhatian mereka, sehingga setelah list itu selesai dilakukan, pemuda
memiliki kesadaran untuk meneruskannya kepada orang lain yang
mereka jumpai selanjutnya.
112
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Desember 2021
SOLIDARITAS
Bacaan
Yesaya 52:13 – 53:12
Tujuan
1. Pemuda memahami siapa itu ODHA dan mampu memperlakukan
ODHA dengan baik sebagai sesama manusia, sehingga bisa
menunjukkan kasih persaudaraan yang membangun kehidupan
bersama.
2. Pemuda menyadari bahwa Kristus juga menjadi Penebus bagi orang-
orang yang dikategorikan sebagai ODHA, sehingga tindakan kasih
yang ditunjukkan adalah bentuk perpanjangan kasih Tuhan, bukan
karena kebanggaan pribadi.
Fokus
1 Desember ditetapkan sebagai peringatan Hari HIV/AIDS sedunia. Pada
tahun 1988, WHO (World Health Organization) yang merupakan bagian
dari UN (United Nations) menetapkan HIV/AIDS yang sudah ditemukan
di hampir seluruh dunia perlu diperangi bersama. Setiap tanggal 1
Desember, orang-orang berkampanye untuk menekan penularan
HIV/AIDS serta memperlakukan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
dengan baik.
Perlakuan yang tidak adil kepada ODHA ini terjadi tidak hanya di
Indonesia tapi juga di negara lain. HIV/AIDS ditularkan melalui
hubungan seks secara bebas tanpa pengaman, penyalahgunaan narkotika
melalui jarum suntik secara bergantian dan juga pembuatan tattoo yang
113
tidak steril. Dengan cara penularan seperti ini, virus yang menyerang
kekebalan tubuh penderitanya membuat mereka divonis sebagai
pembawa kutuk. ODHA dianggap aib dan kehadiran mereka dihindari.
Stigma yang melekat pada mereka adalah pecandu seks dan pecandu
narkoba, orang-orang yang tidak bisa jauh dari kelamnya dunia malam.
Pada minggu ini, Pemuda diajak untuk melihat ODHA sebagai sesama
manusia yang perlu ditolong. Solidaritas untuk mereka tidak berhenti
pada selebrasi yang diatur di tanggal 1 Desember setiap tahunnya.
ODHA juga adalah manusia ciptaan Tuhan yang perlu ditolong dan
diberikan semangat untuk tetap menjalani kehidupan dengan baik.
Penjelasan Teks
Nabi Yesaya menubuatkan tentang seorang hamba Tuhan yang
menderita. Penderitaannya itu amat sangat: secara fisik, psikologis, dan
juga spiritual. Hamba ini digambarkan sebagai orang yang kena tulah.
Tulah dalam Perjanjian Lama adalah suatu ganjaran atas hal yang tidak
pantas, tidak berkenan di hadapan Tuhan. Dalam KBBI, tulah artinya
kemalangan yang disebabkan oleh kutuk, karena perbuatan yang kurang
baik terhadap orang tua (orang suci dan sebagainya), atau karena
perbuatan melanggar larangan. Kata lainnya adalah kualat. Dalam
terjemahan terjemahan yang lain, tulah disebut juga penyakit-penyakit
yang mengerikan. Orang yang kena tulah akan dihindari orang lain
karena kenajisannya. Seseorang yang menderita itu sebenarnya tidak
bersalah. Justru dia menanggung kesalahan semua orang (Yes. 53: 6).
Selain kena tulah, rupa atau bentuk dari orang yang menderita ini sudah
tidak seperti manusia lagi (Yes. 52: 14). Rupanya yang buruk ini
kemudian mengingatkan pada penderitaan yang dialami oleh Yesus. Ia
disesah sebelum disalibkan (bnd. Mat. 27: 26, Mrk. 15: 15, Luk. 18: 33,
Yoh. 19: 1). Dalam tradisi Romawi, seorang terpidana mati disiksa
114
terlebih dahulu sebelum menjalani hukumannya. Ini dilakukan agar
terpidana itu merasakan kesakitan sebelum akhirnya meninggal. Seorang
terpidana bisa saja kehilangan anggota tubuh seperti lidah atau mata
akibat siksaan para algojo. Ia disesah sebanyak 40 kali cambukan, sesuai
hukum Yahudi. Ia pun diolok-olok dan dipermalukan, sehingga tidak lagi
diperlakukan sebagaimana layaknya manusia bermartabat. Gambaran
inilah yang disampaikan Yesaya. Rupa hamba Tuhan itu, secara fisik dan
mental, tidak lagi terlihat sebagai manusia atau anak manusia.
Demikianlah penderitaan seorang hamba demi menyelamatkan yang lain.
Inilah yang kemudian disandingkan dengan apa yang diterima Yesus
untuk menanggung dosa dan kesalahan manusia. Penderitaan tidak
menjadi akhir dari kisah hamba Tuhan ini. Seperti yang dialami oleh
Yesus, ada kemenangan dan kegembiraan setelah penyiksaan yang berat
itu (Yes. 53: 12).
Bagi bangsa Israel di masa itu, bacaan ini bicara tentang bagaimana
keadaan mereka akan dipulihkan setelah mengalami penderitaan yang
dahsyat. Ketika ada di pembuangan, mereka pun kehilangan kejayaan,
diangkut sebagai tawanan perang, dan tidak lagi memiliki harga diri
sebagai negara yang berdaulat. Janji Tuhan akan pemulihan ini
merupakan harapan umat ketika mereka ada di pembuangan.
Pengenaan
Tuhan Yesus sudah menderita di atas kayu salib untuk menggantikan
setiap orang yang bersalah. Dia ada tergantung di salib karena dosa dan
kesalahan umat manusia. Kita meyakini bahwa setiap orang yang percaya
kepada-Nya sudah ditebus oleh darah dan nyawa Tuhan Yesus. Dia
adalah Allah yang menderita, Tuhan yang mengalami penderitaan paling
berat yang dialami oleh manusia. Dengan demikian, kita juga meyakini
115
bahwa Tuhan mengerti rasanya menjadi manusia dengan segala
kesusahannya.
ODHA juga berhak merasakan kasih dan pengorbanan Kristus di kayu
salib. Penderitaan mereka atas pandangan orang lain yang mengucilkan,
merendahkan, dan juga mengutuk, semua itu tidak lebih berat dari apa
yang sudah Tuhan Yesus tanggung. Inilah solidaritas Tuhan kepada
setiap manusia, apapun kondisinya. ODHA juga adalah orang-orang
berhak merasakan kasih dan pengampunan, karena penderitaan mereka
sudah ditanggung oleh Tuhan Yesus di kayu salib.
Kita sebagai orang-orang yang sudah menerima Tuhan Yesus sebagai
Juruselamat perlu menyatakan kasih ini kepada banyak orang. Tidak
terkecuali kepada orang dengan HIV/AIDS. Tidak semua ODHA adalah
orang yang aktif sebagai pengguna narkoba, pengguna alat tattoo yang
tidak steril atau yang sering berganti pasangan dalam hubungan seks.
Bisa juga karena transfusi darah atau karena memiliki pasangan seks
yang sering berganti pasangan tanpa pengaman. Bagi mereka yang
terjangkit karena kesalahan mereka, pertobatan dan pengampunan
tersedia bagi mereka. Demikian juga dengan terjangkit karena orang lain
yang menularkan, kasih dan perlindungan Tuhan pun tersedia bagi
mereka.
Tuhan Yesus mengasihi semua orang, apapun yang mereka hadapi. Kita
pun diminta menunjukkan kasih serta pengampunan bagi siapapun,
termasuk orang-orang dengan HIV/AIDS. Inilah saatnya kita
membangun kesadaran bersama untuk memperlakukan sesama manusia
sebagai seutuhnya manusia. Mereka perlu harapan akan pemulihan yang
sejati dari Tuhan melalui penerimaan dari sesama manusia.
Penyampaian
116
1. Sebelum masuk dalam pembacaan Alkitab, ajak teman-teman pemuda
brain-storming tentang apa yang mereka ketahui terkait ODHA.
2. Ajak mereka membaca bagian Alkitab untuk minggu ini.
3. Sampaikan penjelasan teks dan pengenaan. Tekankan bahwa Tuhan
Yesus sudah menanggung semua penderitaan manusia, termasuk
ODHA.
4. Diskusikan bersama apa langkah konkret yang bisa dilakukan untuk
menumbuhkan solidaritas kepada ODHA.
Kegiatan
Untuk brain-storming, silakan menggunakan web
https://www.mentimeter.com/ untuk memberi ruang bagi teman-teman
pemuda mengungkapkan pendapat mereka secara bebas dan tanpa nama
terkait pandangan mereka tentang ODHA. Dari jawaban-jawaban
mereka, arahkan mereka untuk memahami firman Tuhan sesuai tujuan
dari tema ibadah hari ini.
117
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Desember 2021
DIA UTUSKU
Bacaan
Lukas 3: 1-17
Tujuan
1. Pemuda belajar tentang tokoh Yohanes Pembaptis yang dipersiapkan
Tuhan untuk melayani agar orang Israel bertobat.
2. Pemuda berkomitmen untuk bersedia menolong proses pertobatan
orang lain secara penuh dan menjadi bagian dari pekerjaan Tuhan di
dunia.
Fokus
Pertobatan sejatinya adalah kesadaran pribadi seseorang untuk beralih
dari keberdosaannya dan menempuh jalan hidup yang lebih baik. Namun,
pertobatan seringkali menjadi perbicaraan komunal, termasuk dalam
komunitas gereja. Pertobatan seseorang dijadikan tolok ukur penerimaan
seseorang dalam kegiatan pelayanan. Sehingga urusan personal menjadi
konsumsi khalayak ramai dan tidak jarang diperbincangkan di banyak
kesempatan.
Rendahnya rasa empati dan rasa keingin-tahuan yang tinggi dan
cenderung berlebihan dalam komunitas membuat banyak orang tidak
nyaman. Alih-alih menjadi rekan sekerja Allah, situasi seperti ini justru
menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Tugas pengutusan sebagai rekan sekerja Allah perlu diredefinisi sehingga
tidak menjadi salah kaprah dan salah arah. Belajar dari apa yang
118
dilakukan Yohanes Pembaptis, teman-teman Pemuda diharapkan bisa
menjadi rekan seperjalanan bagi mereka yang ingin bertobat dan kembali
kepada jalan keselamatan di dalam Yesus Kristus.
Penjelasan Teks
Yohanes Pembaptis masih memiliki hubungan saudara dengan Yesus.
Kelahirannya pun juga dikisahkan hampir mirip dengan Yesus. Ada
malaikat yang memberikan kabar kepada Imam Zakharia, ayah Yohanes
Pembaptis. Malaikat itu menjelaskan apa yang menjadi tugas anak
tersebut kelak. ―… ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada
Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam
roh…‖ (Luk. 1: 16-17). Ucapan malaikat itu pun sesuai dengan apa yang
menjadi dasar bacaan Alkitab hari ini.
Ia menyerukan pertobatan bagi orang-orang Israel dengan melayankan
baptisan. Praktek pembaptisan ini bukan dimulai oleh Yohanes. Tradisi
pembasuhan menggunakan air untuk penyucian juga dialami oleh
Naaman (2 Raj. 5: 14). Yohanes kemudian tampil untuk menyerukan
pertobatan bagi orang-orang yang mendengarnya, serta membaptis
sebagai tanda bahwa mereka sudah bertobat.
Ia tidak hanya membaptis. Ia juga mengajarkan makna dari pertobatan itu
dan mengajarkan pentingnya hidup yang benar menjelang kedatangan
Yesus. Pertanyaan-pertanyaan tentang sikap yang harus ditunjukkan
setelah dibaptis pun dijawab dengan baik oleh Yohanes. Baptisan adalah
sebagai tanda, yang kemudian perlu ditindaklanjuti dengan perbuatan
yang nyata.
Menarik untuk melihat respons orang-orang yang mendengar perkataan
Yohanes Pembaptis ini. Mereka berharap dan menanti kedatangan
Mesias sehingga mereka menanyakan itu kepada Yohanes (Luk. 3: 15).
Orang-orang ini butuh kepastian tentang Mesias yang akan memulihkan
119
keadaan mereka. Situasi saat itu sungguh jauh dari nyaman. Mereka ada
dalam penjajahan Romawi. Mereka tidak berdiri sebagai umat yang
paham apa tugas dan panggilannya. Mereka harus bertanya kepada
Yohanes tentang apa yang harus mereka perbuat. Ini mengindikasikan
bahwa pertumbuhan spiritual mereka pun tidak berkembang dengan baik.
Yohanes Pembaptis pun menerangkan bahwa dirinya bukanlah Mesias.
―Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah
jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.‖ (Yoh. 1: 23,
Yes. 40: 3) Dia adalah sarana untuk menyampaikan pertobatan di antara
orang-orang Israel. Dirinya adalah orang yang menyiapkan jalan untuk
kedatangan Dia yang adalah Mesias, yaitu Yesus yang disebut Kristus.
Pengenaan
Beberapa hal yang perlu diteladani dari sosok Yohanes Pembaptis adalah
sebagai berikut. Pertama, Yohanes Pembaptis tidak hanya membaptiskan
orang tetapi juga memberikan pengajaran. Ia menunjukkan cara untuk
merespons pertobatan dengan tindakan yang nyata. Dia tidak mengusik
hal lain di luar itu. Dia fokus memberikan ajaran yang konkret dan jelas
untuk orang-orang yang mendengarnya. Ia menegur dengan keras, namun
menyampaikan fakta. Dia membentuk komunitasnya sendiri dengan
mengutamakan pertobatan dan kesiapan untuk menyambut Mesias.
Komunitas orang Kristen saat ini perlu mencontoh apa yang diajarkan
Yohanes Pembaptis. Ia tidak sibuk membicarakan pertobatan atau
pergumulan iman orang lain. Ia justru mengajarkan apa yang perlu
dilakukan, sebagai respons atas baptisan yang sudah diterima. Tidak lagi
diungkit kesalahan-kesalahan yang lalu. Orang-orang hanya perlu datang
padanya dan memberi diri dibaptis. Komitmen untuk hidup baru ada
pada masing-masing orang. Sadarilah bahwa setiap orang memiliki
prosesnya masing-masing, sehingga tidak perlu dijadikan pergunjingan
atau bahan obrolan bagi orang lain.
120
Kedua, kesadaran atas tugas dan panggilan Yohanes Pembaptis
membuatnya tidak gegabah dengan memberikan harapan palsu bagi
orang-orang pada masa itu. Ia bersaksi dengan sungguh-sungguh bahwa
ia bukanlah Mesias. Dia hanya perantara yang tampil terlebih dahulu
untuk mempersiapkan jalan. Kesadaran ini membuat Yohanes Pembaptis
tidak kehilangan fokusnya. Ia menolong orang-orang yang mengalami
kekosongan spiritual untuk mengisinya dengan hal-hal yang baru. Yang
kesulitan, dibantu. Yang tidak paham, diberikan pengertian. Yang belum
mengerti, diajar dengan sabar. Konsistensi Yohanes Pembaptis ini perlu
diteladani oleh semua orang yang percaya kepada Yesus. Ingatlah bahwa
pertobatan seseorang itu perlu didukung, bukan dijadikan buah bibir dan
perundungan. Kita diutus untuk menjadi rekan sekerja dalam
mewujudkan kehendak Tuhan. Maka dari itu, komunitas Gereja
diharapkan menjadi tempat pertobatan dan pertumbuhan iman yang
nyaman bagi banyak orang demi terwujudnya umat yang kuat dalam
persekutuan, kesaksian dan pelayanan.
Penyampaian
1. Awali perenungan Firman dengan membaca bagian Alkitab.
2. Lakukan Kegiatan, meminta teman-teman Pemuda menuliskan apa
yang akan mereka lakukan jika menjadi Yohanes Pembaptis masa kini
dan apa yang menjadi tantangannya.
3. Sampaikan penjelasan teks dan pengenaan sebagai perenungan.
4. Ajak mereka mengutarakan ide dan pendapat agar gereja atau komisi
pemuda menjadi sarana yang kondusif untuk mendukung pertobatan
dan pertumbuhan iman anggotanya.
5. Doronglah teman-teman Pemuda untuk mewujudkan ide-ide untuk
membuat pelayanan mereka menjadi lebih baik.
Kegiatan
121
Andai Aku Jadi Yohanes Pembaptis Masa Kini
Apa Yang Akan Kulakukan Kendala dan Tantangan
122
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Desember 2021
GAUDETE
Bacaan
Lukas 1: 46-56
Tujuan
1. Pemuda memahami perasaan sukacita Maria sebagai bentuk kasih
Tuhan atas dirinya dan juga bagi dunia ini.
2. Pemuda mau untuk meneruskan sukacita ini dengan menyatakan
keadilan dan kebenaran dalam segala aspek.
Fokus
Walaupun masih terdampak pandemic, suasana mendekati Natal sudah
terasa sejak awal Desember. Di masa di mana biasanya orang sibuk
berbenah untuk perayaan Natal yang meriah, kali ini teman-teman
pemuda diajak untuk menyatukan diri bersama Maria, ibu Yesus.
Sukacita Maria kali ini menjadi dasar untuk merenungkan makna
Gaudete, sebuah sukacita yang tidak berpusat pada diri sendiri melainkan
karena karya kasih Allah kepada dunia ini dan isinya.
Allah sendiri telah berinisiatif untuk menyapa manusia melalui keajaiban
yang dialami Maria. Maria melihat keajaiban ini sebagai sebuah
kesukaan besar bagi semua ciptaan. Tindakan Allah yang Mahakuasa
telah membuat sesuatu yang mustahil menjadi mungkin terjadi. Melalui
apa yang dialami Maria, teman-teman pemuda belajar untuk menjadi
bagian yang terkoneksi dengan semesta dan tidak egois. Teman-teman
pemuda juga bisa menyadari bahwa apa yang Allah nyatakan kepada
123
setiap orang adalah bagian dari rencana Allah yang besar, yang
melibatkan seluruh ciptaan-Nya.
Penjelasan Teks
Sosok perempuan tidak sering disebutkan nama dan perannya dalam
Alkitab. Namun injil Lukas berani mengungkap kisah Elisabet, ibu
Yohanes Pembaptis, dan Maria, ibu Yesus. Dua perempuan ini menjadi
sosok penting lahirnya dua orang yang penting dalam karya keselamatan
dari Tuhan. Maria sebagai perempuan yang masih berusia muda merasa
dilibatkan dan dilihat oleh Tuhan. Padahal, dalam tradisi kehidupan
masyarakat pada waktu itu, peran perempuan tidak begitu menonjol.
Maria berbagi sukacita kepada saudaranya, Elisabet dan berkata ―…
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya,
mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia.‖
(ay. 48) Segala keturunan di sini memperlihatkan bahwa tidak hanya
orang-orang Israel yang akan merasakan sukacita Maria. Peristiwa
kehamilaan Maria secara ajaib sebenarnya bisa dianggap aib dan bisa
membuat Maria menerima hukuman yang luar biasa berat. Namun,
karena dia tahu bahwa ini adalah rencana Tuhan yang juga luar biasa
hebat, maka Maria bersukacita karena ikut terlibat di dalamnya. Melalui
dirinya, maka bangsa-bangsa akan mengenal Tuhan dengan lebih utuh.
Kuasa Tuhan akan dinyatakan melalui apa yang terjadi pada dirinya
nanti. Maria percaya bahwa kesediaannya ikut dalam pekerjaan Tuhan ini
akan membawa pemulihan yang holistik, menyeluruh.
―Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.‖ (ay. 50) Di
sini Maria menyadari bahwa ia pun juga termasuk dalam orang yang
takut akan Tuhan. Dia meyakini bahwa rahmat Tuhan juga akan
menyertainya dalam menjalani kehamilan dan persalinan, terus sampai
anak yang dipercayakan ini menyelesaikan tugasnya di tengah dunia.
Keyakinan Maria ini bisa kita perhatikan dalam kesediaannya
124
mendampingi Yesus hingga saat terakhirnya. Ia tetap setia, menjalani
perannya sebagai seorang ibu, menunjukkan cintanya kepada anak yang
dipercayakan kepadanya.
Bagian terakhir yaitu ayat 51-53 menjadi cerminan akan apa yang akan
terjadi di masa depan. Orang-orang yang tidak berkenan di hadapan
Tuhan akan menerima ganjarannya, sebagai bentuk kasih dan keadilan-
Nya bagi semua ciptaan. Orang yang lapar mendapatkan perhatian.
Sebagaimana Maria diperhatikan oleh Tuhan, orang-orang yang
kesusahan pun juga diperlakukan dengan penuh keadilan. Seruan yang
sama juga diberitakan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama. Mereka meyakini
bahwa kehadiran Mesias akan membuat perubahan yang luar biasa dalam
kehidupan bangsa Israel dan bangsa-bangsa yang lain. Maria pun juga
menyuarakan hal itu, sebagai sebuah harapan akan terjadinya pemulihan
secara penuh bagi semua orang. Sebagai penutup, Maria mengutip apa
yang dituliskan dalam Perjanjian Lama. Ia meyakini bahwa tindakan
Tuhan kali ini adalah penggenapan dari apa yang sudah dijanjikan Tuhan
kepada nenek moyang bangsa Israel, Abraham, Ishak dan Yakub.
Pengenaan
Gaudete artinya bersukacita. Warna liturgi di Minggu Adven III ini
berwarna merah muda. Berbeda dengan Minggu Adven I dan II yang
berwarna ungu, di minggu ini suasananya lebih cerah dan ceria. Gereja
didorong untuk mewujudkan sukacitanya karena karya kasih Tuhan nyata
melalui apa yang dirasakan Maria, ibu Yesus.
Maria menyadari betul bahwa apa yang terjadi pada dirinya juga akan
berdampak secara luas. Berita sukacita ini tidak dinikmati sendiri oleh
Maria, tapi juga menyertakan orang-orang lain. Maria menjadi
perwakilan dari umat biasa yang diperhatikan Tuhan. Maria terhubung
dengan orang-orang lain yang ―tidak terlihat‖ dalam ungkapan
sukacitanya.
125
Seperti inilah yang seharusnya juga dimiliki oleh teman-teman pemuda.
Kesatuan rasa dengan yang lain dalam merespons panggilan Tuhan
menjadi penting untuk dihayati. Kesadaran sebagai bagian dari
kehidupan yang lebih luas ini perlu dinyatakan dengan aksi nyata. Maria
sudah melakukan bagiannya, sebagaimana yang diketahui dalam Alkitab.
Situasi yang mengharuskan kita menjaga jarak dan menjauhi kerumunan
seringkali menjadi alasan untuk tidak memperhatikan kebutuhan orang
lain. Banyak orang yang makin sibuk menjaga diri, menumbuh-suburkan
egosentrisme, sehingga enggan untuk melakukan sesuatu bagi orang lain.
Padahal justru di masa sekarang ini, kepedulian perlu diwujudkan secara
nyata. Situasi pandemic sekarang ini membukakan mata kita bahwa ada
begitu banyak hal yang masih harus dikerjakan bagi sesama kita. Masih
banyak orang yang membutuhkan sukacita melalui perhatian dan
pertolongan. Teman-teman pemuda diminta untuk menjadi bagian dalam
pekerjaan ini. Kasih Allah sudah dinyatakan melalui Kristus dengan
perantaraan Maria. Teman-teman pemuda didorong untuk kerahkan apa
yang dimiliki untuk bergabung dalam pekerjaan Allah menyatakan kasih
dan pertolongan-Nya.
Penyampaian
1. Tanyakan kepada teman-teman pemuda tentang kebiasaan mereka
ketika sedang bahagia atau bersukacita, apa yang dilakukan untuk
merayakannya.
2. Ajak teman-teman pemuda membaca bagian Alkitab yang menjadi
dasar bacaan hari ini. Lalu menerangkan bagaimana Maria merayakan
sukacitanya.
3. Sampaikan pengenaan sebagai korelasi dan arahan untuk teman-teman
pemuda.
126
4. Tentukan waktu untuk melaksanakan Kegiatan untuk menutup
perenungan.
Kegiatan
Rencanakan sebuah kegiatan aksi kepedulian kepada orang-orang yang
membutuhkan bantuan. Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,
silakan mengelola kegiatan ini sebagai bagian dari aksi nyata
membagikan sukacita. Bentuk kegiatannya adalah aksi sosial, yang
dilakukan secara bersama-sama. Apabila membutuhkan waktu lebih lama
untuk pelaksanaannya, silakan disesuaikan. Kerahkan semua kreativitas
yang ada sehingga sukacita tetap bisa dirasakan dan disalurkan bagi
orang-orang yang membutuhkan.
127
Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Desember 2021
SOLIDARITAS ALLAH
Bacaan
Yesaya 9: 1-6
Tujuan
1. Pemuda menyadari bahwa Yesaya menyampaikan berita yang
mengingatkan pada kemahakuasaan Tuhan, jangka pendek dan jangka
panjang.
2. Pemuda memahami makna gelar Kristus dan bersedia untuk
melanggengkan gelar itu dengan menyatakan kehendak Tuhan bagi
banyak orang.
Fokus
Peristiwa kelahiran merupakan peristiwa alami dari semua makhluk
hidup. Kehidupan sebagai sebuah organisme baru tidak hanya terjadi
pada manusia. Namun kelahiran Kristus menjadi istimewa karena
melalui kehadiran-Nya, Ia mengubah dunia. Kehadiran-Nya sudah
diberitakan ratusan tahun sebelumnya. Penantian yang panjang itu
akhirnya tunai sudah. Kristus lahir di dunia.
Kelahiran-Nya yang ajaib hanya salah satu hal luar biasa yang dibawa-
Nya. Perubahan dan pembentukan ilahi atas semua orang pun terjadi,
perlahan tapi pasti. Seringkali ini yang dilupakan ketika merayakan
peristiwa Natal. Banyak orang merayakan hanya peristiwa Natal, lalu
tidak meneruskan semangat dan makna Natal itu sendiri. Khotbah dalam
banyak acara perayaan Natal belum cukup mampu memberdayakan umat
untuk menghidupi Natal setiap harinya.
128
Dengan demikian, teman-teman pemuda diharapkan memiliki kesadaran
ini dengan mempelajari apa yang menjadi maksud dari Yesaya 9: 1-6 ini.
Pemaknaan Natal tidak hanya dihayati di satu bulan tertentu, namun
sudah selayaknya menjadi inspirasi dari semua aktivitas setiap orang
yang percaya pada Kristus.
Penjelasan Teks
Teks ini termasuk salah satu dari beberapa nubuatan Mesianik dalam
Perjanjian Lama. Sebagai nubuatan, maka teks ini berbicara tentang
sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Ketika diserukan kepada orang
Israel dan Yehuda, saat itu ada ancaman dari Asyur yang akan
menyerang Yehuda. Nabi Yesaya menenangkan Yehuda dengan
pernyataan, ―Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat
terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya
terang telah bersinar.‖ (ay. 1) Ini merupakan seruan penghiburan dan
penguatan agar Yehuda tetap bersama dengan Tuhan dalam menghadapi
Asyur.
Yesaya berusaha meyakinkan Yehuda bahwa apa yang sedang mereka
alami ini juga pernah terjadi di masa lalu. Sukacita kemenangan karena
penyertaan Tuhan di masa lalu juga akan mereka terima. (ay. 2-4)
Peperangan dengan bangsa lain bukan hanya persoalan politik, namun
juga menjadi sarana untuk menunjukkan kemahakuasaan Tuhan.
Pengalaman di masa lalu pun sudah menjadi kisah yang dituturkan turun
temurun untuk mengingatkan orang-orang Yehuda dan Israel akan
pertolongan Tuhan. Hanya Tuhanlah perlindungan mereka sebab Ia yang
Mahakuasa dan penuh kasih. Dari pengalaman dan kisah-kisah inilah
bangsa-bangsa lain akan mengenal dan mengetahui Tuhan yang tidak
pernah meninggalkan umat yang dikasihi-Nya.
129
Ayat 5-6 berbicara tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Raja
yang sejati, yang datang dari Allah, akan ada di tengah umat. Tradisi
pada waktu itu, seorang raja akan diberi gelar sesuai dengan kemampuan
dan prestasinya. Maka dari itu nabi Yesaya menyebutkan gelar yang akan
disandang oleh raja tersebut: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa
yang Kekal, Raja Damai. (ay. 5). Ia akan menjadi pemberi nasihat yang
luar biasa bagi kaumnya. Ia seorang yang perkasa dan gagah dalam
segala hal. Ia juga berkuasa atas kekekalan, bukan hanya sementara. Ia
juga yang akan membawa perdamaian bagi semua ciptaan. Dalam
pemerintahannya, keadilan dan kebenaran akan ditegakkan sesuai
kehendak Tuhan (ay.6). Berbeda dengan raja-raja yang ada, baik di Israel
atau Yehuda bahkan di seluruh dunia, raja yang akan datang ini akan
melakukan apa yang menjadi ketetapan Tuhan dengan setia sampai
selama-lamanya.
Bagian akhir dari ayat 6 juga perlu dilihat sebagai sebuah penegasan.
Kata qinat (Ibr. ) diterjemahkan sebagai kecemburuan. Kata ini
berarti juga kedahsyatan atau kekuatan cinta. Tuhan akan menunjukkan
cintanya kepada umat yang dikasihinya, seperti seorang yang cemburu
jika kekasihnya berpaling daripadanya. Qinat juga sering dikaitkan
dengan perbuatan-perbuatan Tuhan yang tidak masuk akal manusia. Jika
dibaca dalam konteks Yesaya 9, ini mau menunjukkan bahwa walaupun
Yehuda lebih kecil dibandingkan Asyur, Tuhan akan menyertainya dan
akan melepaskannya dari ancaman.
Pengenaan
Sifat-sifat Allah yang dimunculkan dalam teks Yesaya 9 ada pada diri
Yesus. Ia menunjukkan keadilan dan kebenaran. Ia mengangkat
penderitaan banyak orang. Ia merestorasi pemahaman iman orang-orang
Israel tentang Tuhan yang selama ini mereka pegang. Tuhan sendiri yang
datang ke dunia ini untuk menunjukkan kekuatan cinta yang besarnya
melebihi apapun (bnd. Yoh. 3: 16). Begitu besarnya cinta Tuhan,
130
sehingga Ia mau menjadi manusia dan merasakan apa yang dialami oleh
manusia. Inilah solidaritas Allah yang perlu diketahui oleh banyak orang.
GKI memahami bahwa tugas pelayanan anggota jemaat adalah
mewujudnyatakan apa yang Tuhan Yesus bawa melalui kehadiran-Nya di
tengah dunia ini. Pelayanan yang dilakukan Gereja adalah dengan
mencontoh apa yang dilakukan oleh Yesus. ―… berjuang untuk
perdamaian, keadilan, dan keutuhan ciptaan, berjuang untuk keesaan
gereja dan keesaan umat manusia, serta berjuang menantikan
penggenapan Kerajaan Allah.‖ (Buku Liturgi GKI hal. 65)
Gelar yang disematkan pada Yesus (ay. 5) ini harus terus
dikumandangkan oleh orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kekuatan
cinta Tuhan menjadi energi bagi Yesus untuk melakukan pekerjaan-Nya.
Kekuatan ini jugalah yang seharusnya mendorong setiap orang percaya
untuk menunjukkan dan menyuarakan solidaritas Allah itu hingga kini.
Dunia saat ini memerlukan penghiburan dan peneguhan bahwa Tuhan
sudah, sedang, dan akan beserta dengan kita. Seperti yang dilakukan oleh
nabi Yesaya pada masanya, sekarang pun perlu ada orang-orang yang
meneruskan berita peneguhan ini. Semua yang dinubuatkan sudah
digenapi dalam Kristus melalui kehadiran-Nya.
Penyampaian
1. Sebelum memulai pembacaan Alkitab, tanyakan kepada teman-teman
pemuda tentang makna Natal bagi mereka.
2. Ajak teman-teman pemuda membaca Alkitab.
3. Sampaikan penjelasan teks dan pengenaaannya.
4. Sebagai penutup, ajak mereka melakukan kegiatan.
Kegiatan
131
Ajak mereka berkampanye menyuarakan keadilan dan perdamaian
melalui media sosial (Instagram, Twitter, Tiktok, dsb). Angkat
permasalahan yang ada di waktu sekarang ini dan berikan tanggapan.
Sebisa mungkin ada aksi sosial untuk memperkuat kampanye tersebut.
Hal ini bisa dilakukan secara pribadi maupun kelompok. Lakukan
kegiatan ini dalam waktu 1 bulan.