132
Sokaraja, 25 Juni 2021 No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan Pemuda Edisi Juli – Desember 2021 Lamp. : 1 (Satu) set Kepada Yang Terhormat, Komisi Pemuda GKI lingkup Sinode Wilayah Jawa Tengah di tempat. Salam Sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, Melalui surat ini perkenankanlah kami Komisi Pemuda – Departemen Pembangunan Gereja/ DPG BPMSW GKI SW Jateng mengirimkan Bahan Pembinaan Pemuda Edisi Juli – Desember 2021. Kiranya Buku Bahan Pembinaan Pemuda Edisi Juli – Desember 2021 ini dapat membantu pelayanan kita bersama. Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Tuhan memberkati pelayanan kita bersama. Teriring Salam dan Doa, Komisi Kategorial - DPG BPMSW GKI SW Jateng Pnt. Jonathan Surya A. Ndruru Sekretaris

No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

Sokaraja, 25 Juni 2021

No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan Pemuda Edisi Juli – Desember 2021 Lamp. : 1 (Satu) set

Kepada Yang Terhormat, Komisi Pemuda GKI lingkup Sinode Wilayah Jawa Tengah di tempat. Salam Sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, Melalui surat ini perkenankanlah kami Komisi Pemuda – Departemen Pembangunan Gereja/ DPG BPMSW GKI SW Jateng mengirimkan Bahan Pembinaan Pemuda Edisi Juli – Desember 2021.

Kiranya Buku Bahan Pembinaan Pemuda Edisi Juli – Desember 2021 ini dapat membantu pelayanan kita bersama. Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Tuhan memberkati pelayanan kita bersama. Teriring Salam dan Doa, Komisi Kategorial - DPG BPMSW GKI SW Jateng

Pnt. Jonathan Surya A. Ndruru Sekretaris

Page 2: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

1

BAHAN PEMBINAAN

PEMUDA

JULI – DESEMBER 2021

GKI SINODE WILAYAH JAWA TENGAH

Page 3: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

2

DAFTAR ISI KEPUASAN ATAU KEBAHAGIAAN? ....................................................................... 4

WORKAHOLIC ...................................................................................................... 9

BREAK THE LIMIT ............................................................................................... 13

VALUE VS POINT ................................................................................................ 17

AKU INDONESIA ................................................................................................. 20

GERAKAN KEMANUSIAAN INDONESIA .............................................................. 26

KEESAAN GEREJA ............................................................................................... 30

RADIKALISME ..................................................................................................... 35

DISKRIMINASI .................................................................................................... 40

LEADERSHIP ....................................................................................................... 46

PERCAYA DIRI ..................................................................................................... 50

POTENSI DIRI ..................................................................................................... 53

DARE TO LEAD ................................................................................................... 56

KELUARGA CEMARA .......................................................................................... 59

KELUARGA YANG TERPECAH ............................................................................. 66

ONE HEART ........................................................................................................ 73

RIBUT RUKUN .................................................................................................... 78

SEKOLAH KEHIDUPAN ........................................................................................ 83

HOMO HOMINI LUPUS ...................................................................................... 87

LEMBAH KALI CODE ........................................................................................... 92

AMBULANCE BAGI SESAMA............................................................................... 99

MERANGKUL YANG TERHILANG ...................................................................... 105

Page 4: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

3

SOLIDARITAS .................................................................................................... 112

DIA UTUSKU ..................................................................................................... 117

GAUDETE ......................................................................................................... 122

SOLIDARITAS ALLAH ........................................................................................ 127

Page 5: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

4

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Juli 2021

KEPUASAN ATAU KEBAHAGIAAN?

Bacaan

Matius 6:25-34

Tujuan

Pemuda memahami bahwa tujuan hidup yang sesungguhnya adalah

menggapai kebahagiaan bersama Tuhan.

Fokus

Kepuasan dan Kebahagiaan memiliki kemiripan dan keterkaitan, dimana

keduanya menghadirkan perasaan senang, tapi sebenarnya itu adalah dua

hal berbeda. Dimana letak perbedaannya? Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Kepuasan adalah saat seseorang merasa senang (lega,

gembira, kenyang, dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasrat

hatinya). Sedangkan Kebahagiaan adalah saat seseorang ada dalam

keadaan atau perasaan senang dan tenteram (lahir batin). Kedua kata ini

memiliki peran yang besar dalam kehidupan manusia. Semua orang

berlomba-lomba untuk menggapai Kepuasaan dan Kebahagiaan dalam

hidupnya. Tidak jarang semuanya dilakukan dengan menghalalkan

berbagaimacam cara (termasuk cara yang bertentangan dengan ajaran

Tuhan). Lalu bagaimana dengan setiap kita yang adalah anak-anak

Tuhan? Mana yang akan atau sedang kita gapai? Kepuasaan atau

Kebahagiaan? Apa cara yang kita tempuh untuk menggapainya?

Oleh sebab itulah, tema persekutuan kita di minggu pertama bulan Juli

ini, hendak berbicara tentang tujuan hidup anak-anak Tuhan. Melalui

perenungan Firman Tuhan hari ini, Pemuda diajak untuk memiliki

kesadaran bahwa yang seharusnya menjadi tujuan hidupnya adalah

menggapai kebahagiaan bersama dengan Tuhan Sang empunya

kehidupan.

Page 6: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

5

Penjelasan Teks

Matius 6:25-34, mengajak setiap kita untuk dapat belajar tentang hal

kekuatiran. Hal kekuatiran ini pun berhubungan dengan tujuan hidup

yang hendak digapai oleh manusia. Kata kuatir yang dipakai dalam

bacaan kita hari ini, berasal dari Bahasa Yunani, ―Merimnao‖ yang

memiliki arti membagi pikiran. Sehingga kalimat ―Janganlah kuatir akan

hidupmu‖, memiliki arti ―Janganlah kamu membelokkan pikiranmu

dalam menjalani kehidupan‖. Sebab saat kita kuatir, kita bisa melupakan

apa saja yang seharusnya bisa membuat kita bahagia. Namun pada

kenyataanya setiap orang pernah merasa kuatir (entah tentang apapun

itu). Kekuatiran seringkali menyerang dan menekan kehidupan manusia

(termasuk anak-anak Tuhan).

Lalu apa yang harus dilakukan oleh anak-anak Tuhan, agar tidak

terjerumus di dalam kekuatiran? Dalam ayat 33 dikatakan, ―Tetapi

carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu

akan ditambahkan kepadamu‖. Apa maksudnya? Mengapa saat berbicara

tentang hal kekuatiran, Tuhan Yesus malah menjawab tentang mencari

terlebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya? Kerajaan Allah dan

kebenarannya yang dimaksud adalah kita menjadikan Yesus sebagai

tujuan hidup kita. Dari jawaban Tuhan Yesus ini, hendak

memperlihatkan bahwa akar dari kekuatiran bukanlah tentang keadaan

atau kondisi (baik diri sendiri maupun sekitar), melainkan tentang tujuan

hidup. Oleh sebab itulah, Tuhan Yesus lebih menekankan tentang

mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Karena saat seseorang

memiliki tujuan hidup yang terarah pada Kristus, maka ia akan terbebas

dari rasa kuatir dan pastinya akan merasakan kebahagiaan. Sedangkan

apabila seseorang belum memiliki tujuan hidup yang terarah kepada

Kristus, maka ia akan mudah tergoda oleh hal-hal duniawi yang hanya

akan memberikan kepuasaan sesaat.

Pengenaan

Sadarilah, setiap kita adalah anak-anak Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan,

seharusnya setiap kita mempunyai tujuan hidup yang terarah kepada

Page 7: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

6

Tuhan. Sehingga kita tidak hanya fokus mengejar kepuasaan duniawi

sesaat yang hanya akan membawa kita jatuh pada rasa kuatir (entah

terhadap masa lalu yang terus membayangi, masa kini yang terasa berat

dijalani, masa depan yang belum pasti). Karena dengan tujuan hidup

yang terarah pada Kristus itulah, kita akan bisa menikmati setiap langkah

hidup kita dengan kebahagiaan sejati.

Tidak ada manusia yang mau hidup di bawah bayang-bayang kekuatiran.

Banyak orang yang mencari dan mengejar kebahagiaan dalam hidupnya.

Oleh sebab itu, berbahagialah dan bersyukurlah, karena kita kita

memiliki Tuhan Yesus Kristus, yang adalah sumber kebahagiaan itu

sendiri.

Penyampaian

1. Awali renungan dengan membahas perbedaan antara kata Kepuasaan

dan Kebahagiaan, seperti yang ada pada bagian Fokus.

2. Tegaskan bahwa tujuan dari kehidupan ini adalah menggapai

kebahagiaan bersama dengan Tuhan, dengan cara mencari terlebih

dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, seperti dalam kisah hal

kekuatiran sebagaimana yang terdapat di dalam Penjelasan Teks.

3. Ajak Pemuda memiliki kesadaran untuk memiliki tujuan hidup yang

terarah kepada Kristus, agar dapat senantiasa merasakan kebahagiaan

sejati, seperti yang ada dalam bagian Pengenaan.

4. Diskusikan makna lagu daerah ―Cublak-cublak Suweng‖, seperti yang

ada dalam bagian Kegiatan.

Kegiatan

Mendiskusikan makna lagu daerah Jawa, yaitu ―Cublak-cublak Suweng‖.

Adakah yang hafal lagu ―Cublak-Cublak Suweng"? Bagi yang hafal

bisa minta tolong untuk menyanyikannya.

Apa kira-kira makna atau pesan moral dari lagu ini?

Cublak-cublak Suweng diciptakan oleh salah satu anggota Wali Songo

yaitu Syekh Maulana Ainul Yakin atau yang dikenal sebagai Sunan Giri

Page 8: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

7

pada tahun 1442 M di Jawa Timur. Lirik Cublak-cublak Suweng ternyata

mengandung makna filosofis yang cukup dalam.

‗Cublak Suweng‘, sendiri memiliki arti tempat perhiasan perempuan.

Karena itulah, Cublak-cublak Suweng memiliki arti tempat harta

berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau 'harta sejati'.

‗Suwenge Teng Gelenter‘, berarti suweng yang berserakan. Maka, harta

sejati itu berupa kebahagiaan sejati yang berserakan di sekitar manusia.

‗Mambu ketundung gudel‘, kata mambu berarti 'bau', ketundung berarti

'dituju', sedangkan gudhel berarti 'anak kerbau'. Maknanya, banyak orang

berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh mencari

harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan hanya demi

menemukan kebahagiaan sejati.

‗Pak Empo lirak-lirik‘, kata Pak Empo berarti 'bapak ompong',

sedangkan lirak-lirik berarti 'menengok kanan-kiri'. Artinya orang-orang

bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun

hartanya melimpah yang ternyata adalah harta palsu, buka harta sejati

atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa

nafsu keserakahannya sendiri.

‗Sopo ngguyu ndhelikake‘, kata Sopo ngguyu berarti 'siapa tertawa'. Lalu

Ndhelikake berarti 'dia yang menyembunyikan'. Menggambarkan bahwa

barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan tempat harta sejati atau

kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum dalam menjalani

setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan

orang-orang yang serakah.

‗Sir-sir pong dele kopong‘, kata sir berarti 'hati nurani', sedangkan pong

dele kopong berarti 'keledai kosong tanpa isi'. Maknanya bahwa untuk

sampai kepada tempat harta sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan

sejati, orang harus melepaskan diri dari kecintaan pada harta benda

duniawi, mengosongkan diri, rendah hati, tidak merendahkan sesama,

Page 9: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

8

serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam sir-nya atau hati

nuraninya.

Page 10: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

9

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Juli 2021

WORKAHOLIC

Bacaan

Markus 6:30-32

Tujuan

Pemuda sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dapat menyadari bahwa yang

terpenting adalah keseimbangan hidup, antara bekerja dan beristirahat.

Fokus

Di zaman sekarang ada sebuah istilah yang biasa dipakai untuk

menggambarkan orang-orang yang mementingkan pekerjaan secara

berlebihan, yaitu Workaholic. Apakah workaholic ini baik atau tidak?

Nampaknya sesuatu yang berlebihan, akan menjadi tidak baik. Bekerja

itu baik, namun bekerja yang berlebihan menjadi tidak baik, karena pasti

akan melalaikan aspek kehidupan yang lain (entah itu kehidupan

rohaninya, kebersamaan dengan keluarganya, bersosialisasi dengan yang

lainnya, dll). Orang yang sudah kecanduan bekerja (workaholic), maka ia

akan bersedia mengorbankan seluruh waktunya untuk pekerjaan itu.

Dalam hidupnya tidak ada keseimbangan. Padahal keseimbangan itu

sangat dibutuhkan untuk belajar mensyukuri hidup.

Oleh sebab itulah, tema persekutuan kita di minggu kedua bulan Juli ini

berbicara tentang workaholic. Melalui perenungan Firman Tuhan hari ini,

Pemuda diajak untuk memiliki kesadaran tentang pentingnya memiliki

keseimbangan di dalam hidupnya. Ada saatnya untuk bekerja, ada

saatnya untuk berelasi, ada saatnya untuk beristirahat, dan ada saatnya

untuk berkomunikasi dengan Tuhan.

Penjelasan Teks

Tuhan Yesus termasuk orang yang sibuk dengan pelayanan-Nya

(pekerjaan-Nya). Namun di tengah kesibukan-Nya, Ia tidak terperangkap

dan menjadi workaholic. Bahan bacaan kita hari ini, memperlihatkan

Page 11: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

10

bahwa Tuhan Yesus lebih mengutamakan keseimbangan dalam hidup.

Yesus memiliki kesibukan yang luar biasa, namun dalam ayat 31 Tuhan

Yesus mengajak para murid, ―Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita

sendirian, dan beristirahatlah seketika!‖. Tuhan Yesus tahu, bahwa Ia

harus tetap menyediakan waktu secara khusus untuk berbicara kepada

Bapa meski beban tugas-Nya banyak dan berat. Tempat sunyi rupanya

menjadi tempat yang menyenangkan bagi Tuhan Yesus dan para murid-

Nya untuk beristirahat sejenak. Mengapa Ia melakukan itu? Tuhan Yesus

tahu bahwa Dia memerlukan hal itu, agar Ia tetap bisa kuat melakukan

semua pelayanan-Nya setiap hari.

Melalui Markus 6:30-32, Tuhan Yesus mengajarkan kepada setiap kita

untuk lebih mengutamakan keseimbangan saat menjalani kehidupan.

Pelayanan atau pekerjaan yang padat, apabila tidak diseimbangi dengan

berelasi dan beristirahat, hanya akan meningkatkan stress dan kejenuhan.

Namun bukan berarti pelayanan atau pekerjaan itu tidak penting, setelah

beristirahat Tuhan Yesus dan para murid kembali melanjutkan pelayanan

mereka.

Pengenaan

Marilah kita belajar untuk mengenali ciri-ciri workaholic, agar kita bisa

memeriksa diri kita, dan waspada. Seorang workaholic selalu bekerja,

tanpa mengenal waktu dan tempat, sehingga akan rela untuk

meninggalkan apapun yang sedang dilakukan dan segera bekerja.

Seorang workaholic biasanya akan merasa stres ketika tidak bisa bekerja.

Seorang workaholic akan mudah jatuh sakit karena hati, pikiran, dan fisik

yang terkuras.

Entah kita sadari atau tidak, mungkin ada dari kita saat ini yang hari-

harinya begitu disibukkan dengan berbagai aktivitas dan rutinitas

pekerjaan (pergi pagi, pulang sore menjelang malam). Sadarkah, bahwa

setiap kita memerlukan keseimbangan. Rasakanlah setiap hari Tuhan

Yesus berbisik kepada setiap kita ―Hai, marilah ke tempat yang sunyi,

supaya engkau bisa beristirahat!‖. Kita diajak untuk menarik diri dari

segala kesibukan kita. Bila kita terus memacu hidup kita dalam

Page 12: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

11

kecepatan tinggi tanpa berhenti sejenak, maka kita bisa lupa untuk

menikmati hidup dan berkat Tuhan. Kita bisa kehilangan makna dari apa

yang kita lakukan dan untuk apa kita melakukannya. Pastinya kalau kita

menjadi workaholic, maka hidup kita lama kelamaan menjadi kering dan

gersang. Oleh karena itu, ambillah waktu untuk menarik diri sejenak dari

kesibukan pekerjaan. Nikmatilah berkat yang Tuhan telah sediakan dan

mengucap syukurlah kepada-Nya. Percayalah, dengan demikian hidup

kita akan ada keseimbangan dan semakin produktif serta efektif, baik

dalam pekerjaan maupun pelayanan.

Penyampaian

1. Awali renungan dengan membahas arti kata Workaholic, dan seperti

apa dampaknya dalam hidup kita. Setelah itu uraikan bagian Fokus.

2. Tegaskan bahwa yang Tuhan Yesus kehendaki adalah keseimbangan

dalam hidup, seperti dalam kisah Tuhan Yesus mengajak para murid

untuk beristirahat sebagaimana yang terdapat di dalam Penjelasan

Teks.

3. Ajak Pemuda memiliki kesadaran untuk tidak jatuh menjadi

workaholic, melainkan menikmati hidup dengan cara hidup seimbang,

seperti yang ada dalam bagian Pengenaan.

4. Diskusikan kisah Lee Lacocca dan apa yang dapat dipelajari dari kisah

tersebut, seperti yang ada dalam bagian Kegiatan.

Kegiatan

Mendiskusikan kisah Lee Lacocca.

Adakah yang pernah mendengar nama Lee Lacocca?

Apa hal baik yang dapat kita pelajari dari kisah hidup Lee Lacocca?

Lee Lacocca adalah sosok yang berjasa melahirkan Ford Mustang, dan

juga memainkan peran utama dalam kebangkitan Chrysler Corporation

pada tahun 1980. Ia sangat sibuk saat itu. Tapi meski begitu, ia sangat

mengutamakan yang namanya waktu istirahat. Katanya: "Saya selalu

heran dengan beberapa orang yang sepertinya tak bisa mengendalikan

agenda kerjanya. Selama bertahun- tahun, saya menemui banyak

eksekutif yang berkata dengan bangga: 'Tahun lalu saya terus bekerja

Page 13: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

12

sampai tidak punya waktu untuk liburan' Tidak ada yang bisa

dibanggakan dari hal itu. Untuk kalimat- kalimat seperti itu, saya seolah

ingin berkata: "Anda bodoh sekali. Anda bisa mengelola proyek senilai

puluhan juta dolar, tapi Anda tidak bisa merencanakan waktu untuk

liburan bersama keluarga dan menikmati hidup?‖

Page 14: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

13

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Juli 2021

BREAK THE LIMIT

Bacaan

1 Samuel 17:32-39

Tujuan

- Pemuda dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh dirinya.

- Pemuda tidak berputus asa saat menemui tantangan dalam hidupnya.

Fokus

“Mimpi adalah kunci untuk menaklukan dunia, berlarilah tanpa lelah

sampai engkau meraihnya.”

Kalimat ini adalah sepenggal lirik dari lagu yang dinyanyikan oleh Nidji

berjudul ―Laskar Pelangi‖, yang menjadi soundtrack film Laskar Pelangi

pada tahun 2008. Film yang bercerita tentang semangat yang melampaui

batas dari sepuluh anak Laskar Pelangi dalam menimba ilmu di tengah

keterbatasan yang mereka miliki. Bagaimana tidak, mereka harus siap

untuk menaiki sepeda menempuh perjalanan berkilo-kilo meter demi

untuk dapat bersekolah. Tak hanya itu saja, sekolah mereka pun hanya

terbuat dari kayu yang hampir roboh, terdapat lubang-lubang di sana sini,

Namun atap yang bocor tak menggoyahkan semangat mereka untuk

dapat belajar. Mereka tak pernah membatasi diri mereka dalam belajar

(bahkan mereka melampaui batas), sesulit apapun keadaan mereka,

mereka tidak pernah mengeluh. Mereka yakin terhadap apa yang mereka

kerjakan, mereka menyukai apa yang mereka lakukan. Break the limit,

akan membawa seseorang untuk dapat memaksimalkan potensi yang

dimilikinya dan dapat terus berjuang di tengah tantangan yang berat

sekalipun.

Oleh sebab itulah, tema persekutuan kita di minggu ketiga bulan Juli ini

berbicara tentang Break The Limit. Melalui perenungan Firman Tuhan

Page 15: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

14

hari ini, Pemuda diajak untuk dapat memaksimalkan potensi yang ada di

dalam dirinya dan dapat siap berjuang di tengah tantangan hidup.

Penjelasan Teks

1 Samuel 17:32-39, berkisah tentang Daud tiba di medan pertempuran.

Ada hal yang unik dalam kisah ini. Di tengah kebingungan dan ketakutan

prajurit Israel untuk menghadapi prajurit Filistin, muncullah Daud sang

gembala domba, yang berkata, ―Janganlah seseorang menjadi tawar hati

karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.‖ Suatu

hal yang sangat janggal pada saat itu. Mana mungkin Daud bisa

mengalahkan prajurit Filistin yang besar dan kuat itu? Bahkan prajurit

Israel saja tidak ada yang berani. Apalagi Daud yang secara fisik dan

keahlian, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan prajurit-prajurit

Israel yang lainnya. Oleh sebab itulah, Saul menjawab Daud, ―Tidak

mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia,

sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah

menjadi prajurit‖. Saul mencoba untuk membatasi kemampuan Daud

dan pastinya juga karya Tuhan. Ia hanya melihat Daud dari kacamata

duniawi saja, yang pastinya mustahil untuk mengalahkan prajurit Filistin

itu.

Namun Daud yakin dengan potensi yang dimilikinya dan penyertaan

Tuhan dalam hidupnya, sehingga Daud kembali berkata, ―Hambamu ini

biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa

atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka

aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari

mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku

menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik

singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang

Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari

pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah

yang hidup. TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan

dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang

Filistin itu‖ Inilah keyakinan Daud akan potensi yang dimilikinya dan

penyertaan Tuhan bagi hidupnya. Dari mana Daud memiliki keyakinan

Page 16: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

15

itu? Dari pengalaman hidup yang sudah ia jalani bersama dengan Tuhan.

Ada proses panjangan yang telah Daud lalui, dan proses itu

menghasilkan progress yang membuat Daud yakin bisa mengalahkan

prajurit Filistin itu. Daud telah melampaui batas, dengan memaksimalkan

potensi yang ada di dalam dirinya bersama Tuhan, sehingga ia tidak takut

ataupun berputus asa saat menghadapi tantangan yang berat sekalipun.

Pengenaan

Seringkali yang membuat kita tidak mampu untuk melakukan sesuatu,

bukanlah karena kondisi, atau orang lain, atau Tuhan! Melainkan karena

diri kita sendiri! Ketidakpercayaan kitalah yang seringkali menghambat

diri kita sendiri. Jika kita tidak percaya kita bisa melakukannya, maka

kemungkinan besar kita benar-benar tidak akan melakukannya. Oleh

sebab itulah, saat ini setiap kita diajak untuk dapat hidup melampaui

batas, agar kita dapat melakukan banyak hal seturut dengan kehendak

Tuhan.

Apabila kita perhatikan, tokoh-tokoh penting dalam dunia ini adalah

orang-orang yang berani hidup dengan melampaui batas mereka sendiri.

Walaupun mungkin saja dalam kenyataannya banyak orang yang

menentang atau menghambat mereka, namun mereka tetap percaya

bahwa mereka bisa melakukannya. Lalu apa yang terjadi? Mereka benar-

benar bisa melakukannya! Seperti kisah Daud melawan Goliat.

Bagaimana caranya agar kita bisa hidup melampaui batas dengan

memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri kita? Marilah kita belajar

dari kisah Daud.

1. Mengubah cara berpikir dengan, ―aku bisa melakukannya‖. Namun

bukan karena kekuatan kita sendiri, tetapi karena ada campur tangan

Tuhan yang menuntun kita untuk melakukannya.

2. Mengubah cara pandang. jangan hanya melihat tantangannya, tetapi

lihatlah juga potensi dan peluang yang ada. Karena orang yang

pesimis hanya akan melihat masalah di tengah peluang, sedangkan

orang yang optimis akan mencoba untuk melihat peluang di tengah

tantangan.

Page 17: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

16

3. Berani untuk bertindak. Jangan hanya berdiam diri, melainkan

lakukanlah dengan persiapan dan keyakinan.

Penyampaian

1. Awali renungan dengan lagu dan film Laskar Pelangi, seperti yang

uraikan pada bagian Fokus.

2. Tegaskan bahwa melampaui batas dengan memaksimalkan potensi itu

sangat penting, seperti dalam kisah Daud tiba di medan pertempuran

sebagaimana yang terdapat di dalam Penjelasan Teks.

3. Ajak Pemuda memiliki kesadaran untuk hidup melampaui batas

dengan memaksimalkan potensi diri yang telah diberikan oleh Tuhan,

seperti yang ada dalam bagian Pengenaan.

4. Lakukanlah tes kepribadian untuk dapat melihat potensi yang dimiliki,

seperti yang ada dalam bagian Kegiatan.

Kegiatan

Melakukan tes kepribadian untuk dapat melihat potensi yang dimiliki

melalui tes online https://www.16personalities.com/id/tes-kepribadian.

Setelah itu diskusikanlah.

Page 18: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

17

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Juli 2021

VALUE VS POINT

Bacaan

Kejadian 25:25-34

Tujuan

Pemuda dapat belajar menikmati setiap proses kehidupan.

Fokus

Ada perkataan sebagai berikut, ―Banyak yang ingin sekuat baja tetapi

enggan di tempa. Banyak yang ingin secemerlan emas tapi enggan

dilebur. Banyak yang ingin berguna di dunia tapi enggan berbagi.

Banyak yang ingin mengasihi tapi enggan mengampuni. Banyak yang

ingin menjadi baik tetapi enggan berbuat benar. Banyak yang ingin jadi

pahlawan tapi enggan berkorban. Banyak yang ingin menuai tapi

enggan menabur. Yesus adalah teladan sempurna bagi kita‖. Apa

maksudnya? Tidak jarang kita sebagai manusia abad ini, cenderung

menginginkan sesuatu yang instan dan jika keadaan tidak sesuai dengan

keinginan kita, maka kita pun dengan cepat menyalahkan Tuhan. Padahal

untuk mendapatkan hasil yang baik, tentu tidak terlepas dari yang

namanya proses. Barang yang awalnya murah atau tidak bernilai dapat

menjadi berharga dan bernilai setelah melewati proses yang bisa saja

panjang. Setiap proses pastinya membutuhkan waktu dan beberapa tahap

sampai menjadi sempurna.

Oleh sebab itulah, tema persekutuan kita di minggu keempat bulan Juli

ini berbicara tentang Value VS Point. Melalui perenungan Firman Tuhan

hari ini, Pemuda diajak untuk tidak hanya berfokus pada hasil saja,

melainkan dapat belajar menikmati setiap proses kehidupan.

Penjelasan Teks

Kejadian 25:23-34 mengisahkan tentang Esau dan Yakub. Mereka adalah

saudara kembar. Ayahnya adalah Ishak dan ibunya adalah Ribka. Esau

Page 19: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

18

dan Yakub merupakan jawaban Tuhan atas doa-doa yang dinaikkan oleh

Ishak dan Ribka. Oleh sebab itulah, Esau dan Yakub sangat dikasihi oleh

orangtuanya. Mereka berdua sama-sama mendapatkan berkat dari Tuhan,

walaupun bentuk berkatnya berbeda. ―Esau menjadi seorang yang

pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub

adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah.‖. Esau dan

Yakub sama-sama mendapat berkat dan kesempatan untuk bertumbuh

menjadi berkat bagi orang lain.

Hanya saja Esau dan Yakub sama-sama lebih mementingkan hasil akhir,

dibandingkan belajar menikmati setiap prosesnya. Oleh sebab itulah,

dengan mudah Esau menjual hak kesulungannya, dan Yakub menipu

saudaranya. Esau mementingkan sop kacang merah, sedangkan Yakub

mementingkan hak kesulungan. Mereka berdua seolah-olah melupakan

proses yang dibutuhkan untuk meraih keinginan mereka saat itu. Mereka

berdua mencari jalan pintas (instan) untuk dapat meraih yang mereka

inginkan.

Lalu apa yang terjadi? Baik Esau maupun Yakub, terjebak pada

kehidupan yang diliputi dosa. Karena segala sesuatu yang instan, hanya

akan membawa pada celaka (tidak menghargai proses). Akibatnya,

hubungan mereka berdua rusak. Esau selalu diliputi oleh amarah,

sedangkan Yakub selalu diliputi oleh ketakutan karena ada perasaan

bersalah.

Pengenaan

Sekarang ini orang-orang ingin segala sesuatu itu serba cepat. Hal ini

tidak salah. Hanya saja seringkali sesuatu yang cepat itu akhirnya

melupakan atau bahkan dengan sengaja melewati berbagai proses yang

diperlukan. Gaya hidup seperti ini akhirnya membuat orang menilai

hidup dari hasilnya saja, bukan prosesnya. Proses dianggap menjadi

kurang atau bahkan tidak penting. Padahal dalam proseslah kita akan

belajar banyak hal yang akan membentuk dan menguatkan diri kita.

Dalam proseslah kita akan menentukan apakah kita pantas atau tidak

terhadap keinginan yang ingin kita raih.

Page 20: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

19

Oleh sebab itu, marilah mulai saat ini kita menjalani hidup ini dengan

belajar menikmati setiap proses yang ada. Hidup ini adalah sebuah

proses. Perubahan dan keberhasilan pun membutuhkan proses. Jangan

takut untuk berproses, karena Tuhan selalu membimbing kita dalam

setiap proses yang kita jalani. Marilah kita belajar untuk setia dalam

menjalani proses dalam kehidupan kita. Hasil itu akan memuaskan kita,

tetapi proses itu akan membahagiakan kita.

Penyampaian

1. Awali renungan dengan membahas budaya instan yang lebih

mengutamakan hasil dibandingkan dengan proses, seperti yang

diuraikan pada bagian Fokus.

2. Tegaskan bahwa apabila hanya mementingkan hasil hanya akan jatuh

pada dosa, seperti dalam kisah Esau dan Yakub sebagaimana yang

terdapat di dalam Penjelasan Teks.

3. Ajak Pemuda memiliki kesadaran untuk dapat belajar menikmati

setiap proses di dalam hidupnya, seperti yang ada dalam bagian

Pengenaan.

4. Diskusikan beberapa kasus yang terjadi zaman sekarang, dimana

banyak anak muda yang hanya mementingkan hasil dibandingkan

proses, seperti yang ada dalam bagian Kegiatan.

Kegiatan

Mencari kasus ―joki skripsi‖ di internet, lalu membahas apa

keuntungannya menggunakan jasa ―joki skripsi‖ dan apa kerugiannya

menggunakan jasa ―joki skripsi‖?

Page 21: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

20

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Agustus 2021

AKU INDONESIA

Bacaan

Yeremia 29:1-7

Tujuan

Pemuda memiliki semangat membangun Indonesia

Fokus

17-20 September 1956 menjadi peristiwa penting dalam sejarah GKI.

Disitulah Tiong Hoa Kie Tok Kau Hwee (THKTKH) mengalami

perubahan nama menjadi Gereja Kristen Indonesia (GKI). Bukan Gereja

Kristen di Indonesia, namun Gereja Kristen Indonesia. Hal ini

menunjukkan bahwa karakteristik GKI bukan sekedar gereja yang

menumpang di Indonesia. Bukan sekedar ―ada‖ di Indonesia. Bukan

sekedar hanya memperjuangkan orang Kristen di Indonesia. Penamaan

GKI menunjukkan bahwa GKI merupakan gereja yang berakar dan hidup

di Indonesia. Dengan demikian, kita sebagai pemuda GKI diajak untuk

berkarya bagi Indonesia. Membangun Indonesia dengan segala

kebhinnekaannya.

Penjelasan Teks

Dalam perjalanan sejarahnya, Bangsa Israel mengalami perpecahan.

Kerajaan pertama adalah kerajaan Israel Utara (kerajaan Israel) yang

beribukota di Samaria. Kerajaan kedua adalah kerajaan Israel Selatan

(kerajaan Yehuda) yang beribukota di Yerusalem. Kerajaan Israel dan

Yehuda pada akhirnya semakin menjauh dari perintah Allah. Kehidupan

mereka semakin hari semakin menjauh dan mendukakan hati Allah.

Hal tersebut membuat kedua kerajaan mengalami kekalahan dan

pembuangan ke bangsa-bangsa yang berhasil menaklukkan mereka.

Diawali dari kerajaan Israel. Mereka mengalami kekalahan oleh

kerajaaan Asyur dan akhirnya sebagian besar mengalami pembuangan ke

Page 22: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

21

Asyur. Kemudian kerajaan Yehuda mengalami hal yang sama. Mereka

mengalami kekalahan oleh kerajaan Babilonia ketika pemerintahan

Nebukadnezar II (ay.2).

Pembuangan merupakan sesuatu yang menyakitkan bagi bangsa Yehuda.

Ketika ada kerajaan atau bangsa yang mengalami kekalahan dalam

peperangan, maka kerajaan yang menang berhak menguasai bangsa yang

mereka kalahkan. Untuk menunjang kekuatan tempur dan ketahanan

kerajaan, maka kerajaan Babilonia yang beribukota di Babel mengangkut

pria dewasa maupun yang berusia remaja dari kerajaan Yehuda untuk

dipekerjakan dalam dua hal.

Pertama adalah dipergunakan tenaganya sebagai pasukan tempur maupun

dipekerjakan untuk mengerjakan pekerjaan berat. Kedua adalah

dipekerjakan kepandaiannya untuk keuntungan Babilonia sendiri.

Dengan demikian kerajaan Yehuda tak lagi berdaya karena hanya

meninggalkan orang yang sudah lanjut usia, perempuan, dan anak-anak.

Inilah yang membuat peluang untuk melakukan perlawanan semakin

tipis.

Keadaan tersebut membuat orang-orang yang berada dalam pembuangan

mengalami situasi yang sulit. Mereka harus berpisah dengan sanak

keluarga dan tanah air mereka. Hal inilah yang membuat mereka hilang

semangat. Di tengah situasi seperti inilah Tuhan melihat keadaan umat-

Nya. Melalui nabi Yeremia, Tuhan memberikan penguatan di tengah

pembuangan yang terjadi.

Alih-alih mengasihani diri, Tuhan justru mengajak umat untuk berani

menghadai situasi ―new-normal‖. Berani menghadai realitas baru dengan

cara yang baru. Oleh sebab itu Tuhan memberikan istruksi langsung yang

bisa dikerjakan secara langsung juga oleh umat-Nya. Ia berkata:

INSTRUKSI TUHAN KETERANGAN

―Dirikanlah rumah untuk

kamu diami‖ (ay. 5)

Membuat rumah merupakan tanda bahwa

mereka akan menetap dalam pembuangan

Page 23: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

22

dalam waktu yang tidak sebentar. Selain

itu mereka harus rela untuk hidup

bersama dengan masyarakat Babilonia

yang nototabene adalah bangsa asing.

―Buatlah kebun untuk kamu

nikmati hasilnya‖ (ay. 5)

Dalam pembuangan, mereka harus

menghidupi diri mereka sendiri. Oleh

sebab itu alih-alih mengasihani diri,

Tuhan memerintahkan bangsa Yehuda

untuk move-on dari keadaan dan berani

menjalani kehidupan baru mereka.

Pekerjaan yang diusahakan adalah

bekerja di sektor perkebunan. Hal ini

bukanlah hal yang asing bagi bangsa

Yehuda. Oleh sebab itu, dimasa

pembuangan mereka harus hidup new-

normal. Kembali bekerja seperti sedia

kala, namun di tempat yang baru untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka.

―ambillah isteri untuk

memperanakkan anak laki-

laki dan perempuan‖ (ay. 6)

Hal ini merupakan hal yang baru bagi

mereka. Dalma Perjanjian lama sebelum

pembuangan, kemurnian keturunan

merupakan hal penting bagi kehidupan

bangsa Israel raya. Namun situasi khusus

harus dihadapi dengan cara yang khusus.

Situasi pembuangan membuat mereka

belum tentu hidup bersama dengan istri

atau perempuan Yehuda. Oleh sebab itu

terbuka kemungkinan untuk ―kawin

campur‖ demi meneruskan keturunan.

―ambillah isteri bagi anakmu

laki-laki dan carikanlah

suami bagi anakmu

perempuan...‖ (ay.6)

Hal ini menunjukkan kehidupan yang

harus terus berjalan. Keturunan harus

terus dihasilkan agar eksistensi bangsa

Yehuda tetap ada.

Page 24: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

23

―Usahakanlah

kesejahateraan kota ...‖ (ay.

7)

Inilah yang dilakukan bangsa Yehuda di

tengah pembuangan. Mereka

mengusahakan tempat dimana mereka

berpijak. Ungkapan ―Dimana bumi

dipijak, di situ langit dijunjung‖ menjadi

relevan bagi keadaan mereka kini.

Merekapun bukan sekedar mengusahakan

kehidupan mereka sendiri, namun Tuhan

memerintahkaan untuk mengusahakan

kesejahteraaan kota. Kota-kota Babilonia

dihuni bukan hanya orang Yehuda

sebagai tawanan, namun juga

berdampingan dengan bangsa tawanan

lain selain Yehuda dan orang Babilonia

itu sendiri.

Di sinilah kita melihat bagaimana Tuhan

memerintahkan orang Yehuda untuk

mngusahakan kesejahteraan bersama.

Bukan hanya untuk kalangan mereka

sendiri.

―... dan berdoalah untuk kota

itu...‖ (ay.7)

Hal ini juga hal yang baru bagi kehidupan

mereka. Biasanya Tuhan melarang

mendoakan bangsa diluar Israel. Namun

dalam situasi inilah Tuhan justru

memerintahkan bangsa Yehuda untuk

berdoa bagi tempat mereka tinggal. Selain

mengusahakan kesejahteraan bersama,

ternyata juga mengharapkan yang baik

bagi kota yang dihuni oleh berbagai

macam orang.

Page 25: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

24

Pengenaan

―Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung‖. Inilah yang dilakukan

oleh bangsa Yehuda di tengah pembuangan. Mereka hidup bersama

dengan bangsa lain. Meski demikian, mereka mengusahakan tempat

mereka berpijak dan mendoakan yang baik bagi tempat mereka berpijak.

Semangat inilah yang kita hidupi sebagai pemuda GKI. Memang kita

tidak dalam situasi pembuangan layaknya bangsa Yehuda. Meski

demikian semangat untuk maju bersama mengusahakan kesejahteraan

bersama merupakan pesan penting dalam bacaan minggu ini.

Kita lahir, tinggal, dan hidup di Indonesia. Seperti yang ada pada bahian

pendahuluan, GKIpun tak bisa dilepaskan dengan Indonesia. Oleh sebab

itu terdapat panggilan untuk:

1. Mengusahakan kesejahteraan bersama.

Bukan hanya mengusahkan kesejahteraan orang Kristen saja. Namun

untuk semua orang. Kesejahteraan ini diwujudkan dengan beberapa

hal seperti:

a. Bagi mahasiswa: Bertanggung jawab dalam menjalani masa kuliah

agar segera lulus dan berkarya dalam pekerjaan yang kita

persiapkan ketika kuliah.

b. Bagi pekerja yang bekerja sebagai karyawan: Bekerja dengan tekun

agar mendapatkan promosi atau prestasi yang baik. Dengan

prestasi, posisi, jabatan, yang semakin tinggi, maka ada tanggung

jawab besar dan jangan menyia-nyiakan kepercayaan yang

diberikan.

c. Bagi pekerja yang bekerja sebagai wirausaha: Semakin besar

keuntungan, maka ingat untuk menyejahterakan karyawan dan

lingkungan sekitar.

2. Mendoakan Indonesia.

Berdoa bagi bangsa ditengah pergumulan yang terjadi. Serta juga

mendoakan gerakan-gerakan yang mempersatukan serta memajukan

Indonesia.

Page 26: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

25

Penyampaian

1. Mengajak pemuda untuk melakukan kegiatan

2. Menekankan peran mereka (pengarang lagu) untuk berkontribusi bagi

bangsa

3. Membahas GKI sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia

4. Menjelaskan bacaan Alkitab

5. Menjelaskan panggilan untuk berkarya (melalui apa yang mereka

kerjakan kini) dan berdoa bagi bangsa

6. Mengajak pemuda untuk mendoakan teman disebelahnya/lainnya

sesuai dengan karya mereka saat ini.

Kegiatan

1. Analisis lagu kebangsaan.

2. Ajak pemuda untuk membuat kelompok (apabila dilakukan tatap

muka) atau memilih 1 lagu kebangsaan.

3. Mencari siapa pengarangnya, biografi dan kisah dibalik pembuatan

lagu tersebut.

Page 27: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

26

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Agustus 2021

GERAKAN KEMANUSIAAN INDONESIA

Bacaan

Lukas 10:25-37

Tujuan

Pemuda peka akan situasi disekitarnya dan berperan aktif dalam masalah

kemanusiaan.

Fokus

“Cinta yang tidak mementingkan diri sendiri

akan menggerakkan hati dan perbuatan manusia.”

Itulah quotes dari Mother Theresa mengenai kehidupan ini. Apabila kita

memnabcanya secara terbalik, maka kita akan melihat bahwa cinta yang

mementingkan diri sendiri takkan menggerakan hati dan perbuatan

manusia. Ketika seseorang berhenti memandang sekitarnya dengan cinta,

maka dorongan untuk berkarya bagi sesamapun menjadi tumpul.

Dalam situasi kinipun pemuda memiliki panggilan untuk mengasah

kepekaan terhadap masalah-masalah kemanusiaan yang terjadi

disekitarnya. Jangan sampai pemuda Kristen justru diam dalam zona

nayamannya, dan memilih untuk berdiam diri ketika ada permasalahan

kemanusiaan terjadi. Oleh sebab itu di persekutuan Minggu ini, kita akan

kembali merenungkan kisah Samaria yang murah hati.

Penjelasan Teks

Bacaan kita menceritakan tentang ahli Taurat yang mencoba untuk

menjebak Yesus dengan sebuah pertanyaan mengenai hidup kekal.

Kemudian Yesus meresponnya dengan pertanyaan balik. Ahli Taurat

tersebut menjawabnya sesuai dengan tradisi Yahudi pada waktu itu,

yakni mengasihi Tuhan dan sesama. Namun ahli Taurat kembali

mencoba mempertanyakan:

Page 28: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

27

"Dan siapakah sesamaku manusia?"

(ay. 29)

Yesus tak langsung menjawab pertanyaannya. Ia menjawab dengan

menggunakan sebuah kisah seseorang yang dirampok dan dianiaya

hingga keadaan setengah mati. Kisah ini sudah sering kita baca, namun

kita hanya akan melihat dari sisi tertentu yang menjadi pembahasan

utama materi Minggu ini. Dalam situasi yang digambarkan oleh Yesus,

muncul:

TOKOH YANG DILAKUKAN

Imam ―Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan

itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari

seberang jalan.‖

(ay.31)

Lewi “Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu;

ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari

seberang jalan.‖

(ay.32)

Samaria ―Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam

perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat

orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.‖

(ay. 33)

Dari ketiga orang yang berhadapan dengan korban perampokan, kita

melihat beberapa hal yang menarik:

1. Mereka semua melihat sang korban.

Ketiganya, yakni Imam, Lewi, dan Samaria melihat dengan jelas

korban yang terkapar. Mereka mengetahui apa yang terjadi dan

berhadapan dengan situasi yang sama.

2. Mereka semua memiliki perasaan.

Ketiganya merupakan manusia yang utuh. Memiliki perasaan dalam

menjalani kehidupan. Namun terkadang perasaan ini tertutup ketika

Page 29: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

28

berhadapan dengan logika. Kaum Imam dan Lewi merupakan

golongan terpandang dalam masyarakat Yahudi.

Kaum Imam merupakan kaum yang bertugas untuk

mempersembahkan korban bakaran bagi Tuhan dalam keadaan yang

kudus (Lih. Im 22:2-3). Korban perampokan digambarkan dalam

keadaan setengah mati. Oleh sebab itu untuk memastikan apakah

sudah mati atau belum, maka haruslah melihat dari dekat dan

menyentuh bagian pembuluh darah. Namun pekerjaan tersebut bisa

saja sia-sia jikalau orang tersebut ternyata sudah mati dan dianggap

sebagai jenazah dan kaum Imam tidak boleh menajiskan diri dengan

orang mati (Lih. Im. 21:1-2).

Kaum Lewi merupakan anggota suku Lewi yang kesehariannya

bertugas di Bait Allah dan mempersiapkan serta menjaga Bait Allah

(Lih. Bil 3:5-9). Dengan demikian merawat orang terluka bukanlah

keharusan bagi mereka, karena tugas utama mereka adalah segala

sesuatu yang berurusan dengan Bait Allah.

Dalam kisah ini, hanya orang Samarialah yang mau menolong dan

merawat korban perampokan tersebut. Bahkan dikatakan tergeraklah

hatinya. Kata ―tergeraklah hatinya‖ ini sama dengan apa yang

dikisahkan mengenai sang bapa yang mau menerima kembali anaknya

yang hilang dalam Lukas 15:20. ―tergeraklah hatinya‖

memperlihatkan keterbukaan diri untuk merangkul mereka yang

tersisihkan. Merangkul mereka yang terluka. Merangkul mereka yang

dipinggirkan.

3. Yang direndahkan justru yang diangkat.

Bukan sebuah kebetulan Yesus memakai perumpamaan orang

Samaria. Dalam masyarakat Yahudi, orang Samaria merupakan

bagian dari masyarakat yang direndahkan. Misalnya ketika kita

melihat perempuan Samaria yang berjumpa dengan Yesus dalam Yoh

4:9. Dituliskan bahwa orang Yahudi tidak bergaul dengan orang

Samaria. Jadi secara khusus Yesus memakai perumpamaan ini bahwa

justru orang Samarialah yang mau mengikuti ajaran Tuhan Allah.

Kemudian Yesus menutup kisah dengan pertanyaan:

Page 30: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

29

“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu,

adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"

Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan

kepadanya."

Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

(ay. 36&37)

Pengenaan

―Perbuatlah demikian‖ menjadi kata kunci dalam seluruh rangkaian

perikop yang kita baca. Gerakan Iman diwujudnyatakan dengan Gerakan

Kemanusiaan. Oleh sebab itu melalui bacaan di Minggu ini pemuda

diajak untuk:

1. Peka melihat problematik kemanusiaan yang terjadi.

2. Terpanggil untuk melakukan tindakan nyata.

Penyampaian

1. Mengajak pemuda untuk mencari info mengenai ―Tim Gerakan

Kemanusiaan Indonesia‖ di kolom pencarian internet. Setelah itu

mendiskusikannya dan mempresentasikan apa yang dilakukan oleh

Tim GKI.

2. Mengajak pemuda untuk melihat gerakan Tim GKI sebagai

perwujudan iman dengan membahas bacaan Alkitab Minggu ini.

3. Mengajak pemuda untuk membagi beberapa kelompok untuk

mendiskusikan beberapa isu kemanusiaan seperti: ekonomi, sosial,

hukum, politik.

4. mengajak pemuda untuk memposting pendapat mereka di sosial

media.

Page 31: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

30

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Agustus 2021

KEESAAN GEREJA

Bacaan

1 Korintus 3:1-9

Tujuan

1. Pemuda memiliki semangat kebersamaan (oikumene) dengan

denominasi gereja yang berbeda.

2. Pemuda memfokuskan diri pada persamaan diantara perbedaan

denominasi gereja yang ada.

Fokus

GKI merupakan salah satu dari 91 sinode yang tergabung dalam

Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) (lih.

https://pgi.or.id/sinode-gereja-anggota-pgi/). Dengan demikian GKI

berjumpa dengan gereja-gereja lain yang sama maupun berbeda

ajarannya. Perbedaan ajaran ini disebut juga dengan istilah denominasi.

Memang secara umum ajarannya mengenai kepercayaan terhadap Allah

trinitas tetaplah sama. Meski demikian terdapat ajaran-ajaran tertentu

yang memiliki perbedaan cara pandang.

Oleh sebab itu di Minggu ini, kita akan melihat bagaimana perbedaan-

perbedaan di dalam kekristenan merupakan kekayaan yang dimiliki oleh

kekristenan itu sendiri. Dengan demikian pemuda diajak untuk memiliki

senangat membangun kebersamaandi tengah berbedaan dalam

memandang bagian-bagian pengajaran iman Kristen.

Penjelasan Teks

Kota Korintus merupakan salah satu kota besar di area Yunani raya. Kota

ini merupakan salah satu kota yang menjadi persinggahan Paulus untuk

memberitakan Injil di luar lingkungan orang-orang Yahudi. Surat

Korintus ini dibuat ketika Paulus ada di Efesus. Di Efesus inilah Paulus

Page 32: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

31

mendengar berita mengenai jemaat Korintus yang memiliki pergumulan

diseputar persatuan umat.

Hal ini terlihat dari ungkapan demikian:

Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu

menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup

secara manusiawi?

(ay. 3)

Bukan sebuah kebetulan Paulus menuliskan kalimat ini. Paulus

mendapatkan informasi mengenai perselisihan yang tengah terjadi di

jemaat Korintus. Apabila tidak segera disikapi, permasalahan ini bisa

mengoyak persekutuan jemaat Korintus itu sendiri dan tidak menjadi

kesaksian yang baik untuk masyarakat Korintus.

Permasalahan yang tengah terjadi adalah perbedaan mazab/ golongan

diantara jemaat Korintus.

Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus,"

dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos,"

(ay. 4)

Setidaknya ada 2 golongan yang secara eksplisit disebutkan oleh Paulus.

Pertama adalah golongan Paulus. Kedua adalah golongan Apolos.

Perbedaan golongan ini terjadi karena mereka mengikuti kedua tokoh

tersebut. Paulus merupakan penginjil di Korintus. Melalui

penginjilannyalah muncul pengikut pengikut Paulus. Apolos merupakan

cindekiawan Yahudi dari Aleksandria (kini: Mesir). Iapun menguasai

kitab-kitab suci yang tak kalah dengan Paulus.

Selain itu terdapat golongan lain, yakni Kefas dan Kristus (1 Kor 1:12).

Dengan demikian kita melihat bagaimana jemaat Korintus terjebak

dengan sekat-sekat golongan yang berasal dari tokoh tertentu.

Problematik ini bisa mempertumpul keharmonisan antar golongan dan

rawan akan konflik. Terutama bila satu golongan merasa lebih benar

Page 33: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

32

daripada golongan yang lain. Inilah yang akan menjadi bom waktu untuk

merusak persatuan jemaat Korintus.

Maka dari itu, dalam surat Korintus inilah Paulus mencoba menjembatani

potensi konflik yang ada. Maka dari itu ia berkata:

Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram,

melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.

Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama...

(ay. 7-8)

Dengan cerdas Paulus tidak terjebak dengan perbedaan yang ada. Hal ini

dikarenakan perbedaan merupakan suatu kekayaan dan tak mungkin

terhindarkan dalam mengemukakan pendapat atau ajaran. Setiap orang

yang belajar kitab suci, terbuka kemungkinan untuk memiliki perbedaan

cara pandang, tafsiran, maupun pendapat mengenai hal tertentu.

Oleh sebab itu, Paulus lebih menekankan persamaan diantara perbedaan

yang ada. Dengan perumpaan tentang menanam sesuatu, ia

menyampaikan pengajarannya. Paulus menanam, Apolos menyiram. Hal

ini mengungkapkan peran-peran yang berbeda dalam pelayanan jemaat.

Ada yang memperkenalkan Injil dan ada yang memelihara agar Injil

tersebut tetap ada. Namun keduanya ditumbuhkan oleh Allah.

Dengan demikian, Paulus hendak menekankan persamaan diantar

perbedaan yang ada. Daripada berfokus pada perbedaan yang ada, lebih

baik mencari persamaan agar bisa saling bersinergi ditengah keragaman

yang ada. Melalui pengajaran Paulus inilah jemaat Korintus diajak untuk

saling menghargai perbedaan yang ada dengan mencari persamaan yang

ada. Melalui hal inilah justru perbedaan golongan menjadi kekayaan

persekutuan bersama di jemaat Korintus.

Pengenaan

Dalam kehidupan pekerjaan, perkuliahan dan sosial, pemuda GKI sangat

mungkin mengalami perjumpaan dengan gereja lain. Seperti yang

diungkapkan pada bagian fokus, GKI merupakan salah satu dari gereja-

Page 34: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

33

gereja yang ada di Indonesia. Disinilah terbuka untuk membandingkan

satu gereja dengan gereja yang lain. Pada dasarnya membandingkan

merupakan salah satu bentuk mencari dan memahami satu sama lain.

Namun permasalahan muncul ketika terjadi proses peralihan dari

membandingkan ke mempertandingkan. Apabila sudah sampai dengan

mempertandingkan, maka muncul dorongan untuk merendahkan gereja

atau denominasi lain.

Disinilah pesan Paulus untuk jemaat Korintus menjadi relevan. Semangat

yang dibawa adalah semangat kebersamaan di tengah keberagaman

gereja yang ada. Oleh sebab itu di dalam logo Persekutuan Gereja-Gereja

di Indonesia (PGI) terdapat kata oikumene (bahasa Yunani) yang secara

harafiah berasal dari kata oikos (=rumah) dan menein (=tinggal/

berdiam). Dengan demikian oikumene memiliki arti rumah tinggal.

Melalui defenisi tersebut kita melihat bagaimana dalam suatu rumah

dihuni oleh berbagai macam orang yang berbeda satu sama lain. Meski

berbeda, namun mereka tinggal dalam rumah yang sama. Disinilah

konsep menghargai perbedaaan tanpa menjadi seragam itu terjadi. Bukan

sebaliknya, saling merendahkan dan menjatuhkan satu sama lain.

Penyampaian

1. Mengawali renungan dengan permainan tebak gambar (lih. bagian

kegiatan).

2. Menyampaikan arti PGI dan penjelasan singkat tentang PGI. Sumber :

https://pgi.or.id/sejarah-singkat/, atau sumber lain yang bisa

dipertanggung-jawabkan.

3. Menjelaskan mengenai PGI sebagai wadah untuk menjembatani

kebersamaan gereja-gereja yang ada di Indonesia.

4. Menjelaskan pentingnya membangun kebersamaan, seperti yang

diungkapkan Paulus kepada jemaat Korintus.

5. Melakukan pemetaan gereja-gereja selain GKI di sekitar tempat

tinggal pemuda. Bisa menggunakan daftar gereja yang termasuk

menggunakan informasi daftar peserta. Sumber:

https://pgi.or.id/sinode-gereja-anggota-pgi/.

Page 35: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

34

6. Mengajak pemuda untuk menghargai keragaman yang ada di

kekristenan Indonesia.

Kegiatan

Permainan tebak gambar

- Carilah gambar logo PGI di internet.

- Kemudian berikan efek blur atau mozaik, sehingga gambar terlihat

kabur.

- Kemudian tampilkan sebagai bahan tebakan bagi peserta persekutuan.

Page 36: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

35

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Agustus 2021

RADIKALISME

Bacaan

Matius 22:34-40

Tujuan

Pemuda mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Fokus

Kasih merupakan hal yang terus dihembuskan dalam pengajaran

kekristenan. Dalam kitab Injil, Yesus beberapakali menyinggung tentang

kasih. Ia menyinggungnya melalui pengajaran khusus maupun melalui

perilaku yang Ia perlihatkan langsung di depan murid-murid-Nya. Paulus

seorang penginjil besar dalam perjanjian barupun juga mendengungkan

tentang kasih. Kasih menjadi pengajaran penting dalam kekristenan yang

diteruskan sampai saat ini.

Jika kita melihat kekristenan kini, kata ―kasih‖ bertebaran dalam

peribadahan gereja. Kata kasih sering didengungkan dalam kotbah. Kata

kasih juga acapkali dinyanyikan dalam nyanyian-nyanyian peribadahan.

Ada banyak lagu, puisi, quotes Kristen, dan juga slogan-slogan yang

berbicara tentang kasih.

Pada minggu ini, kitapun akan merenungkan tentang kasih melalui

hukum kasih yang diungkapkan oleh Yesus dalam Matius 22:34-40.

Melaui persekutuan di Minggu ini, pemuda diingatkan untuk mengasihi

Tuhan dengan sungguh, namun juga mengasihi sesama sebagai

perwujudan ketaatan kita kepada Tuhan. Dengan demikian kasih

diwujud-nyatakan bukan dengan kekerasan dan menyakiti sesama.

Penjelasan Teks

Page 37: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

36

Konflik antara Yesus dan orang Farisi merupakan kisah yang cukup

banyak mendapat perhatian dalam bacaan Injil termasuk dalam bacaan

kita saat ini. Sejak ayat 15 sudah dituliskan:

“Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding

bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.”

Hal ini menunjukkan motivasi orang Farisi untuk menyingkirkan Yesus.

Berusaha agar Yesus mendapatkan hukuman dan mengalami kehancuran

yang membuat popularitas-Nya turun. Motivasi ini membuat mereka

menghalalkan segala cara, termasuk menjebak dengan pertanyaan-

pertanyaan yang menjerumuskan Yesus.

Hal ini mereka lakukan bukan hanya sekali. Namun bacaan kita

memperlihatkan bagaimana orang Farisi senantiasa mencari waktu untuk

bisa menjerat Yesus. Inilah ironisnya orang yang mengaku mencintai

Tuhan. Mereka menghafal kitab suci (taurat). Mereka mengaku

mencintai Tuhan. Mereka berdoa senantiasa, bahkan diperlihatkan di

depan umum. Namun mereka juga menghalalkan cara untuk menyakiti

sesama mereka. Mereka mencintai Tuhan secara mendasar (radikal),

namun disaat yang bersamaan mereka menyakiti ciptaan Tuhan.

Inilah bentuk radikalisme dalam arti negatif yang diyakini oleh orang

Farisi. Radikalisme yang justru mengingkari apa yang diajarkan oleh

Tuhan mereka.

Dituliskan:

“dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk

mencobai Dia”

(ay. 35)

Ungapan dari perwakilan ahli Taurat ini memperlihatkan dengan jelas

motivasi pertanyaan yang ia samapaikan. Mereka bertanya bukan untuk

mencari ilmu. Bukan untuk mencari kebenaran. Bukan juga untuk

mencari diskusi yang sehat. Justru sebaliknya, mereka sengaja

Page 38: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

37

mempertanyakan sebuah pertanyaan dengan maksud untuk menjerat

Yesus. Demikian pertanyaan yang mereka ajukan:

"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"

(ay. 36)

Pernyataan ini hendak digunakan untuk menjebak Yesus. Mereka

berharap Yesus tidak menjawab sesuai dengan apa yang orang mengerti

pada umumnya. Namun justru jawaban Yesus merupakan jawaban yang

diterima orang pada umumnya...

“Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap

hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”

(ay. 37&38)

Jawaban Yesus ini sesuai dengan Pengakuan Iman (kredo) bangsa Israel

seperti yang tertulis dalam Ulangan 6:5. Jawaban ini merupakan jawaban

klasik yang harus diterima oleh seluruh orang Yahudi pada waktu itu.

Dengan demikian, Yesus tidak melakukan kesalahan dalam menjawab.

Meski demikian, Yesus juga tahu kemana arah dari pertanyaan ahli

Taurat dan orang Farisi tersebut. Mereka hendak melegitimasi bahwa

yang utama adalah kecintaan kepada Tuhan. Itu saja. Mereka

mengesampingkan untuk mencintai sesama. Sehingga mereka tidak

ambil pusing apabila perbuatan mereka justru menjadi batu sandungan

bagi orang lain. Mereka tidak pusing bila melakukan penghakiman

terhadap orang orang yang terpinggirkan seperti pemungut cukai dan

orang kusta.

Oleh sebab itu, Yesus melanjutkan jawabannya dengan berkata:

“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu,

ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Page 39: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

38

Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab

para nabi."

(ay. 39&40)

Secara sadar Yesus mengungkapkan hukum yang kedua, yang sama

(homoios) dengan itu (kasihilah Tuhan Allahmu). Yesus hendak

menyampaikan hukum mengasihi Tuhan Allah harus diterima dengan

mendasar (radikal). Tidak dapat diubah, tidak dapat dilupakan, dan tidak

dapat ditolak. Meski demikian, ada perluasan pada hukum yang

―pertama‖ tersebut, yakni hukum kedua. Tidak bisa dipisahkan satu sama

lain. Tidak bisa hanya mengasihi Tuhan, namun tak mengasihi sesama.

Disinilah Yesus memberikan pengajaran juga kepada para pendengarnya

waktu itu. Kesempatan yang pada awalnya digunakan untuk

mempermalukan dan menjerat Yesus, justru diubah menjadi kesempatan

untuk memberikan pengajaran bagi banyak orang. Yesus mengajarkan

radikalisme dalam arti positif. Radikal dalam mengasihi Tuhan, sekaligus

mengasihi sesama. Bukan radikalisme dalam arti negatif, yakni

mengasihi Tuhan, namun membenci sesama.

Pengenaan

Istilah radikalisme kerap mendapatkan pandangan negatif pada situasi

belakangan ini. Hal ini disebabkan penggunakan kata radikal pada

perilaku kekerasan, pengeboman, presekusi, dan ujaran kebencian.

Padahal jika kita melihat istilah radikal, sebenarnya radikal memiliki arti

: secara mendasar (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI). Hal

ini menunjukkan bahwa radikalisme merupakan paham yang diterima

oleh seseorang karena mendasarkan pada pemahaman tertentu.

Dalam konteks bacaan kita, orang Farisi dan ahli Taurat merupakan

orang yang radikal. Mereka dengan yakin mendasari ajaran untuk

mengasihi Tuhan. Ajaran inipun diterima oleh Yesus. namun yang

membedakan adalah ahli Taurat dan orang Farisi menganut radikalisme

dalam arti negatif. Mereka mengasihi Tuhan, namun enggan mengasihi

sesama.

Page 40: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

39

Hal inilah yang berbeda dengan pandangan Yesus. Menurut-Nya,

mengasihi Tuhan juga harus diwujud-nyatakan dengan mengasihi

sesama. Tidak bisa tidak. Tidak bisa ditolak. Dengan demikian, apabila

mengasihi Tuhan, namun justru berperilaku kekerasan, pengeboman,

presekusi, dan ujaran kebencian, hal ini bukanlah sesuai dengan ajaran

Yesus.

Ditengah situasi banyaknya narasi ujaran kebencian di berbagai media,

disinilah pemuda Kristen dipanggi untuk tidak menjawab ujaran

kebencian dengan ujaran kebencian. Bukan merespon berita radikalisme

(negatif) dengan ujaran hujatan dan makian. Dengan demikian kita

sebagai pemuda Kristen dipanggil untuk merespon keadaan dengan

―waras‖. Bukan menjadi serupa dengan sang penebar teror.

Penyampaian

1. Mengajak pemuda untuk menonton tayangan youtube mengenai

radikalisme. https://www.youtube.com/watch?v=VuZiPIjcTfg.

2. Mengajak pemuda untuk membayangkan, apabila orang Kristen

menjadi mayoritas di Indonesia. Apakah radikalisme masih terjadi?

3. Mengajak pemuda melihat radikalisme orang Farisi dan ahli Taurat

dalam bacaan, serta bagaimana Yesus menanggapinya.

4. Mengajak pemuda untuk tidak merespon berita radikalisme dengan

ujaran kebencian.

Page 41: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

40

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kelima Agustus 2021

DISKRIMINASI

Bacaan

2 Raja-Raja 5:1-27

Tujuan

Pemuda berperan untuk menerima semua orang tanpa perbedaan

Fokus

Dalam lambang negara Indonesia, terdapat tulisan ―Bhinneka Tunggal

Ika‖. Tulisan yang berasal dari bahasa Jawa kuno ini memiliki arti

berbeda-beda tetapi tetap satu. Hal ini merepresentasikan situasi bangsa

Indonesia yang berbentuk kepulauan yang membentang dari Sabang

sampai Merauke. Inilah bentuk keragaman yang dimiliki oleh bangsa

Indonesia dalam hal tatanan geografis. Selain itu, jika dilihat dari

pendudukannya, Indonesia ini dihuni oleh berbagai suku bangsa, bahasa,

dan agama yang berbeda satu sama lain. Bahkan dalam satu pulau yang

sama, belum tentu dihuni oleh orang dengan suku, bahasa, dan agama

yang sama.

Melihat situasi demikian, keberagaman ini bisa dipandang sebagai

kekayaan yang membangun, namun juga bisa dipandang sebagai

ancaman ketika muncul problem diskriminasi. Menurut Kamus Besar

Page 42: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

41

Bahasa Indonesia (KBBI), diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan

terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku,

ekonomi, agama, dan sebagainya). Dari hal ini kita melihat perlakukan

yang berbeda, apalagi bila dilatarbelakangi oleh warna kulit, golongan,

suku, ekonomi, agama itu terjadi di Indonesia kini.

Dalam artikel https://gensindo.sindonews.com/read/82972/700/5-bentuk-

diskriminasi-yang-sering-terjadi-di-indonesia-1593194779 dijelaskan

bahwa terdapat 5 bentuk diskriminasi yang sering terjadi di Indonesia.

Mulai dari diskriminasi ras/etnis, diskriminasi gender, diskriminasi

agama, diskriminasi terhadap difabel dan diskriminasi kelas sosial. Hal

ini memperlihatkan bahwa problem diskriminasi ini bukanlah problem

yang jauh di dalam pandangan kita. Problem diskriminasi bisa saja

berada dekat dengan mata kita, namun kita kurang sensitif untuk

melihatnya.

Maka dari ini, di Minggi ini, pemuda GKI diajak untuk melihat apa itu

diskriminasi dan menggungah kepekaan sosial yang ada di sekitar

pemuda. Dengan demikian, pemuda bisa berperan di tengah situasi riil

yang terjadi.

Penjelasan Teks

Dalam Ulangan 14:2 dituliskan:

“sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu,

dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya

dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi."

Dari ayat tersebut menggambarkan keistimewaan bangsa Israel

dibandingkan bangsa lainnya. Keistimewaan tersebut menjadikan bangsa

Israel harus menjaga komunikasi dengan bangsa lain yang dianggap

bukan pilihan Allah. Termasuk Naaman yang merupakan orang Aram.

Mengacu pada Amsal 9:7, orang Aram berasal dari tanah Kir.

Dikemudian hari bangsa ini menjadi bangsa yang berinteraksi dengan

Page 43: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

42

Israel. Kembali kebacaan kita, kerajaan Aram pada waktu itu dipimpin

oleh seorang raja yang bernama Benhadad yang berasal dari Damsyik.

Raja Benhadad ini memiliki seorang panglima yang bernama Naaman.

“Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan

tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan

kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan

tentara, sakit kusta.”

(2 Raj 5:1)

Dari kacamata orang Israel, terdapat 2 hal yang menarik dari Naaman:

Pertama, Ia adalah orang Aram. Bangsa yang bukan pilihan Allah.

Sehingga harus membatasi interaksi dengan Naaman ini. Apalagi

Naaman ini juga membawa salah seorang bangsa Israel untuk dijadikan

sebagai budak. Dituliskan:

“Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan

seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada

isteri Naaman.”

(ay.2)

Hal ini justru membuat perbedaan kedua suku ini menjadi tajam.

Menjadikan budak merupakan simbol dominasi antara satu pihak dengan

pihak yang lain. Dengan kejadian inilah alasan orang Israel untuk

membenci Naaman dan orang Aram menjadi semakin besar.

Hal kedua adalah Naaman ini sakit kusta. Penyakit dipandang sebagai

hukuman yang diberikan oleh Tuhan (lih. Bil 12:9-14). Selain itu

penyakit yang dialami oleh Naaman adalah penyakit kusta. Penyakit

kusta merupakan kondisi kulit seseorang yang bersisik berwarna putih

dan mengkilap karena permukaan kulit yang licin. Penyakit ini membuat

seseorang dikucilkan karena dianggap sebagai penyakit yang tak

mungkin bisa disembuhkan. Oleh sebab itu, orang yang terkena kusta

akan mengalami pengucilan sosial dan tak diperkenankan mendekati

kerumunan masyarakat.

Page 44: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

43

Apabila seseorang mengalami sakit kusta, maka ia harus mengalami

penanganan yang cukup kompleks dari kaum Imam, bukan kaum dokter

yang mengerti masalah kesehatan. Dalam Imamat 13 dituliskan banyak

prosedur untuk penderita kusta agar bisa kembali dinyatakan sembuh.

Dari kedua hal diatas, kita melihat bagaimana Naaman ini bisa saja

memiliki status diskriminasi ganda dari orang Israel. Ia adalah orang

Aram dan mengalami penyakit kusta. Meski demikian, kisah Naaman ini

menjadi kisah yang menarik untuk dikaji. Dikisahkan Naaman ini pada

akhirnya mau menerima saran dari budak Israel yang dimilikinya.

Ia melakukan perjalanan untuk menjumpai nabi Elisa. Disitulah Naaman

kembali menemukan kenyataan bahwa ia harus menuruti prosedur yang

diberikan Elisa agar mengalami kesembuhan. Pada akhirnya Ia tetap

menjalaninya dan dikisahkan:

“Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai

Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya

kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.”

(ay:14)

Allah sendiri yang akhirnya menyembuhkan Naaman. Melalui kisah ini

memperlihatkan bahwa Allah sendiri membuka pemulihan bagi bangsa

selain Israel. Hal ini sedikit banyak membuka pemikiran bangsa Israel

bahwa Allah yang mereka percaya bukanlah Allah yang eksklusif. Allah

yang mereka kenal adalah Allah yang mau menerima bangsa lain selain

Israel, serta mau memberikan kehidupan dan pemulihan bagi bangsa lain.

Pengenaan

Melalui kisah Naaman yang disembuhkan kita melihat bagaimana Allah

yang merangkul semua ciptaannya. Allah yang anti diskriminasi. Allah

yang demikianlah yang menjadi dasar untuk hidup di Indonesia yang

dihuni oleh beragam orang. Keragaman yang ada justru membuat kita:

1. Berani mengakui keunikan diri.

Page 45: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

44

Kita tak bisa memilih lahir dimana. Lahir dengan keluarga seperti apa.

Lahir dari golongan mana. Ketika kita bertumbuh kita juga pada

akhirnya harus mengikuti salah satu agama yang kita percayai. Di

sinilah kita mendalami siapa kita dan apa keunikan yang kita miliki.

Selain itu juga berani untuk menunjukkan identitas keagamaan karena

kita mempercayainya.

2. Berani mengakui identitas yang berbeda.

Setiap agama memiliki ajarannya sendiri-sendiri. Tiap suku memiliki

keunikan tersendiri. Tiap bahasa memiliki kekhasannya sendiri. Di

Indonesia inilah kita berjumpa dengan keberagaman. Meski berbeda,

kita diikat oleh satu kesatuan yakni negara yang sama. Semua sama

dimata hukum dan memiliki hak kewarganegaraan. Dalam sila kelima

juga disebutkan ―Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia‖.

Dengan demikian menunjukkan bahwa kita sebagai pemuda Kristen

menolak adanya diskriminasi terhadap siapapun juga di Indonesia.

3. Berani berkolaborasi membangun bangsa.

Di tengah keragaman yang ada inilah kita juga dipanggil untuk

menjalik komunikasi dan kolaborasi untuk membangun bangsa.

Melawan diskriminasi yang terjadi disekitar kita. Misalnya apabila

ada yang diperlakukan tak adil, maka kita ikut membela orang yang

diperlakukan tak adil, apapun agama, suku, bahasanya. Hal ini berlaku

untuk semua konteks seperti mahasiswa, karyawan, maupun ketika

kita hidup bermasyarakat.

Penyampaian

1. Mengajak pemuda untuk bermain menyusun kalimat (kegiatan 1).

2. Mengajak pemuda untuk masuk dalam permasalahan menegakkan

Bhinneka Tunggal Ika, yakni problem diskriminasi.

3. Menayangkan tayangan youtube mengenai diskriminasi (kegiatan 2).

4. Menjelaskan Allah yang mau menyembuhkan Naaman.

5. Mengajak pemuda untuk anti diskriminasi dengan berani

menyuarakan suara kebenaran bagi mereka yang diperlakukan tidak

adil.

Page 46: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

45

6. Mengajak pemuda untuk memfollow akun-akun IG yang bermuatan

anti diskriminasi. Serta memposting ulang postingan akun tersebut

sekali sehari dalam seminggu.

Kegiatan

1. Permainan tebak kata

BHINNEKA TUNGGAL IKA

- Berikan huruf-huruf BHINNEKA TUNGGAL IKA secara acak.

Misal A-B-H-I-K-N-N-E-K-A-T-A-N-I-G-G-U-L.

- Berikan waktu bagi pemuda untuk menebaknya.

- Berikan hadiah tertentu jika berhasil menebaknya.

2. Pengantar arti diskriminasi

https://www.youtube.com/watch?v=8h7qFqY9jBo

3. Cari akun IG yang bermuatan anti diskriminasi

Page 47: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

46

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama September 2021

LEADERSHIP

Bacaan

Matius 20:20-28

Tujuan

1. Pemuda memahami kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan

2. Pemuda memahami dan menghayati model kepemimpinan kristus

Fokus

Dewasa ini, kehidupan sudah sangat berbeda dari tahun-tahun

sebelumnya. Saat ini, peluang terbuka lebar bagi setiap pemuda untuk

menjadi dirinya sendiri. Terlebih, saat ini, media sosial membahas

bagaimana seharusnya pemuda berjuang di tahun-tahun ―emas‖ nya. 20

tahun sudah punya apa? 25 tahun sudah melakukan apa? Adalah

beberapa contoh pertanyaan yang di satu sisi menunjukkan keterbukaan

peluang bagi usia muda untuk doing something bagi dirinya sendiri dan

di sisi lainnya pertanyaan itu menjadi tekanan tersendiri bagi setiap

pemuda di usia usia tertentu. Bahan ini mau mengajak pemuda untuk

merespons secara positif setiap pertanyaan tadi dan bersiap untuk

mengambil kesempatan secara khusus dalam peran sebagai pemimpin,

entah itu pemimpin untuk dirinya sendiri atau pemimpin untuk

kelompoknya. Oleh karena itu, pemuda harus lebih dahulu memahami

apa itu kepemimpinan. Setelah itu, pemuda juga diajak untuk melihat

model kepemimpinan Yesus. kepemimpinan yang dipahami dan dihayati

oleh banyak lembaga gereja termasuk juga GKI dan bahkan perusahan-

perusahaan bisnis dunia. Setelahnya, pemuda diajak untuk mengambil

kesempatan dan memaksimalkannya dengan menjadi pemimpin bagi diri

dan kelompoknya.

Page 48: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

47

Penjelasan Teks

Bacaan ini menceritakan sebuah kisah yang mungkin sudah cukup akrab

dengan para pemuda, yaitu penjelasan Yesus tentang bagaimana

seharusnya memimpin. Dijelaskan di dalamnya bahwa ―pemerintah-

pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan

pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras‖. Sementara

itu, para murid diharapkan tidak melakukannya: ―tidaklah demikian di

antara kamu‖. Dari sini kita bisa melihat bahwa Yesus melihat

kepemimpinan yang dijalankan penguasa dan pemerintahan adalah

kepemimpinan yang berbeda dengan dirinya. Secara sederhana, ia

menolak kepemimpinan yang dijalankan dengan tangan besi dan dengan

keras. Oleh karenanya, Yesus menjelaskan dan menjalankan model

kepemimpinannya sebagai perlawanan terhadap kepemimpinan otoriter.

Kepemimpinan Yesus adalah kepemimpinan yang melayani dan

menghamba. Hal ini terlihat dari penjelasannya bahwa ―Barangsiapa

ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia

menjadi hambamu‖. Sebuah kepemimpinan yang sangat berbeda dengan

pemerintah dan penguasa pada masa itu. Model kepemimpinan ini

jugalah yang Yesus lakukan dan harapkan. Oleh karena itu Yesus

menjelaskan bahwa ―sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk

dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya

menjadi tebusan bagi banyak orang‖. Inilah kemudian yang menjadikan

kepemimpinan Yesus sangat berbeda dengan kepemimpinan lainnya

pada masa itu bahkan sampai saat ini.

Namun, model kepemimpinan ini menjadi begitu riskan untuk bergeser.

Joas Adiprasetya melihat bahwa kepemimpinan yang Yesus jalankan

adalah sebuah tandingan. Artinya, kepemimpinan ini adalah bentuk

perlawanan. Namun masalahnya, jika yang dilawan itu sudah tidak

relevan lagi, maka kemungkinannya yang muncul adalah hal yang

dilawan itu meresap masuk ke dalam dirinya. Ketika kepemimpinan

melayani dan menghamba melawan kepemimpinan yang keras dan

tangan besi, maka jika kepemimpinan keras dan tangan besi itu hilang,

Page 49: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

48

bisa jadi model kepemimpinan yang melayani dan menghamba tadi

menyerap kepemimpinan keras dan tangan besi dengan cara yang

berbeda. Oleh karena itu, di dalam menghayati kepemimpinan Yesus

yang melayani dan menghamba tadi, memanusiakan manusia lain harus

selalu dipahami dan dihayati bersama oleh setiap anggota komunitasnya.

Pengenaan

Seperti yang dijelaskan diawal, bahan ini mau mengajak pemuda untuk

secara positif merespons perkembangan dunia yang semakin membuka

kesempatan bagi banyak orang dengan berbagai usia. Oleh karana itu,

akan baik jika para pemuda memperlengkapi diri untuk ambil bagian

dalam kepemimpinan diri dan komunitasnya. Dengan demikian, para

pemuda, pada akhirnya diharapkan mampu untuk memimpin diri dan

kelompoknya dalam mengambil kesempatan yang terbuka. Memimpin

diri dan komunitas inilah yang pada akhirnya harus dijalani oleh setiap

pemuda. Namun, selain diharapkan mampu memimpin diri dan

komunitas, setiap pemuda juga diharapkan mampu untuk memahami

kepemimpinan sebagai sebuah alat untuk mencapai sebuah tujuan. Oleh

karena itu, harus dengan pemahaman dan penghayatan yang baik dalam

menjalankannya.

Robby Chandra menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah perjalanan

dengan dua bekal yang utama, yaitu kepercayaan dan pengelolaan.

Perjalanan kepemimpinan itu di mulai dari memimpin diri, memimpin

sesama, mendukung senior atau atasan, dan melahirkan pemimpin-

pemimpin baru. Namun, bekal utama tadi harus lebih dahulu ada, yaitu

kesadaran bahwa kepemimpinan adalah kepercayaan dari Allah yang

diharapkan menumbuhkan rasa percaya pada diri dan sesama serta

kepemimpinan adalah pengelolaan yang diharapkan melahirkan

kesadaran bahwa bukan hanya memimpin namun juga harus mendata,

menata, dan merawat apa yang ada. Sebelum pemuda menghayati

kepemimpinan Yesus, para pemuda harus lebih dahulu menghayati

perjalanan spiritualnya Yesus, sehingga kepemimpinan Yesus, benar-

benar dijalankan seperti yang Yesus lakukan.

Page 50: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

49

Penyampaian

1. Jelaskan tentang fokus tema hari ini

2. Tanyakan kepada pemuda apa yang mereka pahami tentang

kepemimpinan.

3. Jelaskan penjelasan teks dan pengenaan serta kaitannya

4. Tanyakan kepada pemuda pada tahap apa mereka sekarang di dalam

perjalanan kepemimpinan?

5. Ajak pemuda untuk terus bertumbuh dan berjalan di dalam proses

perjalanan kepemimpinan.

6. Bantu pemuda menyusun dan merencanakan proses perjalanan

kepemimpinannya.

Kegiatan

Pemuda diajak untuk menyebutkan bentuk kepemimpinan Yesus di

dalam Alkitab dan membagikannya di dalam pertemuan selanjutnya.

Page 51: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

50

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua September 2021

PERCAYA DIRI

Bacaan

Amsal 14 : 26-35

Tujuan

1. Pemuda menghayati tuhan menganugrahkan talenta pada dirinya

2. Pemuda menghayati dirinya dipercaya dan diperlengkapi tuhan untuk

memimpin

Fokus

Dewasa ini, perkembangan jaman begitu luar biasa, sampai akhirnya

persaingan setiap pribadi begitu terlihat. Ada banyak perlombaan-

perlombaan yang digelar untuk mencari siapa-siapa saja yang terbaik di

dalam bidangnya masing-masing. Dimulai dari perlombaan game online

sampai pada perlombaan aplikasi-aplikasi digital. Semuanya punya

dampak yang sangat besar kepada masa depan tiap pribadinya. Begitu

pula bagi para pemuda-pemudi kristen yang menjadi bagian dari

kehidupan. Pintu persaingan sekaligus pintu masa depan itu terbuka.

Ditambah lagi dengan pemahaman saat ini yang juga membuka

kesempatan bagi para pemuda-pemudi untuk ambil bagian dalam

gerekan-gerakan besar. Terlihat ada banyak anak muda yang menjadi

manager-manager perusahaan besar bahkan pendiri perusahaan-

perusahaan besar. Tidak perlu meributkan dukungan dibelakangnya,

mulai dari relasi orang tua sampai modal yang tak terhingga bagi mereka,

tapi mari melihat satu hal penting di dalam diri tiap pribadi ini yaitu

kepercayaan diri.

Penjelasan Teks

Amsal 14: 26-35 masih menjadi bagian dari amsal salomo yang berusaha

untuk menasehati banyak orang pada masa itu. Namun, jika diperhatikan,

Page 52: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

51

di dalam pasal ini, Salomo konsisten menegaskan bahwa takut akan

Tuhan adalah yang penting di dalam kehidupan manusia. Ayat 26 dan 27

memperlihatkan bahwa di dalam takut akan Tuhan seseorang akan

merasakan ketentraman, perlingdungan, sumber kehidupan, dan terhindar

dari jerat maut. Semuanya adalah kondisi yang bisa disimpulkan aman

dan nyaman. Begitu pun dengan ayat-ayat lainnya.

Ayat 28 sampai 32 memperlihatkan bagaimana pentingnya mengerti dan

memahami sesama. ―Dalam besarnya jumlah rakyat terletak kemegahan

raja, tetapi tanpa rakyat runtuhlah pemerintah. Orang yang sabar besar

pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan. Hati

yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.

Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa

menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia. Orang

fasik dirobohkan karena kejahatannya, tetapi orang benar mendapat

perlindungan karena ketulusannya.‖ Hal ini menjadi bagian penting di

dalam kehidupan manusia setelah mereka takut akan Tuhan.

Sementara itu, ayat 33 sampai 35 memperlihatkan bagaimana seharusnya

hati, kebenaran dan akal budi ada di dalam diri manusia. ―Hikmat tinggal

di dalam hati orang yang berpengertian, tetapi tidak dikenal di dalam hati

orang bebal. Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah

noda bangsa. Raja berkenan kepada hamba yang berakal budi, tetapi

kemarahannya menimpa orang yang membuat malu.‖ Hal ini juga

melengkapi diri manusia yang takut akan Tuhan.

Pengenaan

Jika kita perhatikan, bagian takut akan Tuhan adalah bagian yang penting

di dalam kepercayaan diri setiap pemuda-pemudi. Percaya diri yang biasa

diberikan kepada para peserta acara motivasi adalah percaya pada

kemampuan diri. Apakah itu cukup? Nyatanya tidak. Percaya diri bukan

hanya tentang percaya pada kemampuan diri sendiri tetapi juga percaya

kepada penyertaan-Nya Allah di dalam diri setiap orang percaya. Bacaan

kita memperlihatkan bahwa takut akan Tuhan, memiliki pengertian, serta

menjaga hati dan akal budi adalah juga bagian penting di dalam

Page 53: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

52

kepercayaan diri manusia. Dengan demikian, kepercayaan diri yang

muncul bukanlah kepercayaan diri yang ingin menjatuhkan sesama dan

berkuasa tetapi lebih pada berjuang dan berjalan bersama sesama.

Selain itu, kepercayaan diri seperti ini jugalah yang akhirnya menjadi

setiap pemuda kuat di dalam relasi dengan pemuda lainnya. Ketika

tumbuh pengertian, tumbuh pemahaman, dan tumbuh kesadaran untuk

terus bertumbuh di dalam Tuhan, maka seharusnya setiap pemuda

dimampukan untuk percaya pada dirinya sekaligus percaya pada

sesamanya. Inilah yang semakin membedakan konsep percaya diri orang

percaya dengan konsep percaya diri lainnya.

Penyampaian

1. Jelaskan tentang fokus tema hari ini

2. Tanyakan kepada pemuda apa yang mereka pahami tentang percaya

diri.

3. Jelaskan penjelasan teks dan pengenaan serta kaitannya

4. Tanyakan kepada pemuda seberapa mereka percaya pada diri sendiri

juga sesamanya

5. Ajak pemuda untuk terus membangun kepercayaan diri di dalam

Tuhan

6. Bantu pemuda menyusun dan merencanakan proses pembangunan

kepercayaan dirinya

Kegiatan

Pemuda diajak untuk melakukan tindakan kepemimpinan Yesus di dalam

kehidupan sehari-hari dan mendokumentasikan kemudian

membagikannya di media social menggunakan Hastag

#MengikutKristus.

Page 54: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

53

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga September 2021

POTENSI DIRI

Bacaan

Amsal 14:6-9

Tujuan

1. Pemuda mengenali potensi diri dan sesamanya

2. Pemuda mampu memaksimalkan setiap potensi yang ada

Fokus

Pada masa kini, ada banyak orang yang Tidak mengenali potensi diri

sendiri, merasa kecil dan tidak mampu melakukan berbagai hal. Padahal

Tuhan menciptakan kita begitu lengkap. Bukan saja organ tubuh, bukan

saja nafas kehidupan, tapi Tuhan telah mempersiapkan rancanganNya

yang terbaik bagi kita, bahkan telah melengkapi kita dengan talenta-

talenta tersendiri, dengan keunikan dan kemampuan yang berbeda-beda

bagi setiap orang dengan tujuan agar kita bisa saling melengkapi.

Ironisnya yang sering terjadi, orang hanya duduk diam dan merasa iri

dengan kemampuan orang lain. Padahal jika saja mau melihat potensi

diri, pasti ada sesuatu yang bisa diolah dan menghasilkan kesuksesan,

karena Tuhan telah membekali setiap kita dengan talenta masing-masing.

Mungkin tidak pintar jualan tapi pintar bertukang, mungkin tidak bisa

memasak tapi mengerti banyak urusan komputer, tidak pintar berbicara,

tapi hebat menyusun strategi, tidak suka politik tapi cekatan bekerja, dan

sebagainya. Tidak masalah, karena tidak ada orang yang mampu

melakukan segala sesuatu. Karena itulah Tuhan memberikan talenta yang

berbeda-beda agar kita semua bisa saling melengkapi dan bisa

memuliakan Tuhan di bidang kita masing-masing. Peluang untuk sukses?

Tetap ada biar bagaimanapun. Semua orang berpeluang untuk sukses.

Kita seharusnya percaya itu. Yang penting adalah mengetahui

Page 55: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

54

kemampuan kita sendiri secara benar, mau mengasahnya agar lebih

tajam, dan terus meletakkannya dalam doa agar langkah demi langkah

tetap beradadalam rencana Tuhan. Dikuasai ketakutan, kekhawatiran,

keraguan dalam mengambil sikap dan sebagainya, termasuk mengukur

diri terlalu rendah merupakan hal yang harus kita atasi, agar berkat-

berkat Tuhan tidak berlalu sia-sia di depan mata.

Penjelasan Teks

Amsal 14 : 6-9 ini masih bagian dari amsal Salomo yang berisikan

nasehat bagi banyak orang pada masa itu. Empat ayat ini menjadi bagian

penting untuk direnungkan melihat pesannya yang penting bagi banyak

orang termasuk kita saat ini. ayat 6 dan 7 menjelaskan tentang bagaimana

kita mendapatkan pengetahuan. Pertama kita harus memiliki pengertian

dan kedua kita harus menjauhi mereka yang bebal. Memiliki pengertian

berarti kita terbuka kepada banyak hal baru yang memperlengkapi setiap

kita. Pengertian jugalah yang kemudian menuntun kita menemukan

pengetahuan-pengatahuan lainn di luar dari yang kita ketahui. Selain itu,

menjauhi orang bebal juga menjadi salah satu cara kita mendapatkan

pengetahuan karena jika bersama mereka, sama saja kita membangun

tembok untuk pengetahuan.

Selanjutnya, bagian kedua, ayat 8 dan 9 menjelaskan bagaimana

seharusnya setiap orang berjalan dalam kehidupannya. ―Mengerti

jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu

oleh kebodohannya. Orang bodoh mencemoohkan korban tebusan, tetapi

orang jujur saling menunjukkan kebaikan.‖ Ketika kita memiliki

pengetahuan, maka kita akan berusaha untuk mencari cara bagaimana

kita bisa terus berkembang. Begitupun ketika kita berjalan, kita akan

melihat kebaikan-kebaikan sesama dan berkolaborasi untuk mencapai hal

baik yang lebih besar. Hikmat seperti inilah yang dibutuhkan oleh setiap

orang untuk melihat potensi diri dan potensi sesama. kesadaran untuk

melihat itu dan lebih lagi mengembangkannya adalah hal yang sangat

penting di dalam perjalanan kehidupan setiap orang. Terlebih, ketika

potensi itu adalah hal baik yang dari Tuhan dan ada di dalam setiap

ciptaan.

Page 56: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

55

Pengenaan

Seperti yang dijelaskan di awal, ada banyak pemuda yang kesulitan

untuk melihat potensi di dalam dirinya masing-masing apalagi di dalam

sesamanya. Padahal, setiap manusia pasti memiliki hal baik yang bisa

dikolaborasikan untuk menyempurnakannya. Permasalahannya adalah

bagaimana mau mengembangkan bahkan mengkolaborasikannya jika

tiap orang tidak mengetahui apa yang menjadi potensi di dalam dirinya

masing-masing. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran dan pengetahuan

yang baik di dalam diri tiap orang.

Sebagai orang percaya, kesadaran pada potensi diri bukan hanya

bertujuan untuk mengembangkannya dan menjadi lebih tinggi dari

manusia lainnya. Namun, kesadaran itu justru mengarah kepada

kolaborasi dan lebih lagi keinginan untuk menolong sesama menyadari

apa yang menjadi potensi di dalam dirinya. Dengan demikian, potensi

pribadi juga terus berkembang bersamaan dengan potensi sesama kita.

Penyampaian

1. Jelaskan tentang fokus tema hari ini

2. Tanyakan kepada pemuda apa yang mereka pahami tentang potensi

diri.

3. Jelaskan penjelasan teks dan pengenaan serta kaitannya

4. Tanyakan kepada pemuda seberapa mereka memahami potensi diri

dan sesamanya

5. Ajak pemuda untuk terus mengembangkan potensi dirinya di dalam

Tuhan

6. Bantu pemuda menyusun dan merencanakan proses pembangunan

potensi dirinya

Kegiatan

Pemuda diajak untuk menunjukkan potensi dirinya di hadapan public

melalui unggahan di media social dengan menggunakan hastag

#PositiveVibe.

Page 57: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

56

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat September 2021

DARE TO LEAD

Bacaan

1 Samuel 22 : 1-5

Tujuan

1. Pemuda siap untuk memimpin diri, rekan kerja, dan atasan

2. Pemuda memahami dan menghayati tujuan kepemimpinan

Fokus

Pertemuan pada minggu pertama sampai ke tiga bulan ini sudah

memperlihatkan bagaimana kepemimpinan itu seharusnya dipahami. Di

mulai dari pendalaman kita terhadap kepemimpinan, membangun

kepercayaan kepada diri dan sesama, serta membangun kesadaran untuk

melihat potensi diri dan sesama. Semuanya itu dibutuhkan oleh kita

sebagai calon-calon pemimpin di dalam kehidupan kita sendiri terlebih di

dalam kehidupan berkomunitas di manapun kita berada.

Permasalahannya adalah apakah kita sudah siap untuk masuk ke dalam

perjalanan kepemimpinan itu?

Pembahasan kali ini mau mengajak kita merenungkan kembali kesiapan

kita dalam mengambil peran sebagai pemimpin. Ketika kita memiliki

kegelisahan, ketika kita memiliki pergumulan, ketika kita memiliki

harapan, maka salah satu cara untuk menyelesaikan dan

merealisasikannya adalah dengan mengambil peran sebagai pemimpin.

Oleh karena itu, seharusnya setiap kita siap untuk memimpin diri dan

terlebih memimpin orang lain. Namun tetap, kepemimpinan yang dijalani

itu adalah kepemimpinan yang sekehendak dengan Allah.

Penjelasan Teks

Bacaan kita hari ini mengisahkan bagaimana kondisi Daud waktu itu

yang melarikan diri ke gua Adulam. Dari bacaan itu terlihat bahwa Daud

Page 58: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

57

tidak sendirian, tetapi bersama banyak orang yang jumlahnya kira-kira

400 orang. Jika kita cermati, orang-orang ini bukanlah orang-orang yang

luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang memiliki pergumulan dan

permasalahan di dalam hidupnya. Ayat 2 menuliskan ―Berhimpunlah

juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang

dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia

menjadi pemimpin mereka. Bersama-sama dengan dia ada kira-kira

empat ratus orang‖ dari sini terlihat bahwa Daud menjadi pemimpin

orang-orang yang punya permasalahan dan pergumulan. Namun, Daud

pada akhirnya mengambil kesempatan dan resiko sebagai pemimpin

mereka.

Jika kita melihat lebih jauh, Daud menjadi pemimpin mereka dan pada

akhirnya menjalani perjalanan bersama mereka untuk menaklukkan

bangsa-bangsa lainnya, secara khusus mengalahkan Saul. Dari sini kita

bisa melihat bahwa Daud mengambil kesempatan untuk menjadi

pemimpin bagi orang-orang yang sebenarnya tidak siap untuk melakukan

banyak hal. Tetapi, sebagai pemimpin, Daud berhasil memimpin mereka

mencapai puncak kemampuan diri mereka. Ini berarti, Daud berhasil

memimpin dirinya sendiri untuk pada akhirnya memimpin sesama dan

komunitasnya.

Pengenaan

Kepemimpinan dan pemimpin adalah dua hal yang berkaitan dan

keduanya adalah alat untuk mencapai sebuah tujuan. Namun, sebagai

orang percaya, kita diajak untuk menggunakan kepemimpinan dan peran

memimpin untuk mencapai tujuan-Nya Allah. Di dalam memimpin,

selain berusaha dan berjuang mencapai tujuan, pemimpin juga harus

mampu memimpin dirinya, memimpin sesamanya, dan memimpin

komunitasnya. Hal inilah yang seharusnya ada di dalam diri setiap

pemuda.

Penyampaian

1. Jelaskan tentang fokus tema hari ini

Page 59: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

58

2. Tanyakan kepada pemuda apa yang mereka pahami tentang tugas dan

tanggung jawab kepemimpinan

3. Jelaskan penjelasan teks dan pengenaan serta kaitannya

4. Tanyakan kepada pemuda seberapa mereka memahami dan berani

menjadi pemimpin

5. Ajak pemuda untuk terus menyiapkan diri menjadi pemimpin

6. Bantu pemuda menyusun dan merencanakan proses pembangunan

keberanian diri untuk memimpin

Kegiatan

Pemuda diajak untuk ambil bagian di dalam persekutuan pemuda sebagai

pemimpin acara secara bergiliran.

Page 60: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

59

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Oktober 2021

KELUARGA CEMARA

Bacaan

Galatia 6:1-4

Tujuan

1. Pemuda dapat menerjemahkan imannya dalam dinamika kehidupan

keluarga

2. Pemuda dapat memaksimalkan potensi kebaikan yang ia miliki dalam

hidup bersama dengan keluarga

Fokus

Harta yang paling berharga adalah keluarga

Istana yang paling indah adalah keluarga

Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Mutiara tiada tara adalah keluarga

Selamat pagi Emak, selamat pagi Abah

Mentari hari ini berseri indah

Terimakasih Emak, terimakasih Abah

Untuk tampil perkasa bagi kami putra-putri yang siap berbakti

Tentu kita semua tidak asing dengan lirik lagu tersebut, bahkan mungkin

di antara kita ada yang langsung menyanyikannya. Lagu ini berjudul

―Harta Berharga‖, sebuah lagu yang menjadi original soundtrack dari

sebuah serial televisi di era 1990-an berjudul ―Keluarga Cemara‖, serial

televisi tersebut kemudian bertansformasi menjadi film layar lebar yang

dikemas apik mengikuti era kehidupan masa kini, yang dirilis di Bioskop

bulan Januari 2019 yang lalu. Lagu ―Harta Berharga‖ diciptakan sendiri

oleh sang pembuat drama serial ―Keluarga Cemara‖, ia adalah seorang

sastrawan Indonesia bernama (alm.) Arswendo Atmowiloto. Jika kita

perhatikan, lagu ―Harta Berharga‖ dan Film ―Keluarga Cemara‖,

Page 61: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

60

keduanya sama-sama mengajak kita sebagai pemuda untuk makin dalam

menerjemahkan dua hal penting; pertama, makna keluarga bagi kita,

dan yang kedua, makna kehadiran kita di tengah keluarga. Rasa-

rasanya bukan tanpa kesengajaan seorang Arswendo memberikan judul

―Harta Berharga‖ pada lagu ciptaannya dan ―Keluarga Cemara‖ pada

kisah serial yang dibuatnya. Jika boleh menerka-nerka, keluarga sejatinya

adalah harta berharga karena di dalamnya ada orang-orang yang punya

kesediaan hati untuk saling menyayangi, saling menerima, saling

menguatkan dan menghibur, saling meneguhkan dengan kasih yang tulus,

bahkan selalu ada di kala suka maupun duka yang sewaktu-waktu

menerpa, kehadiran mereka semua tak tergantikan bahkan oleh apapun

juga. Harta berharga yang kita miliki itulah yang sejatinya membuat

setiap kita tetap tenang dan teguh melewati berbagai macam tantangan

kehidupan seteguh pohon cemara yang tetap kokoh bertumbuh di segala

musim tanpa terkecuali. Jika demikian bagaimana dengan kehidupan kita

sebagai pemuda teristimewa ketika kita berada di tengah keluarga kita?

Kita dengan para anggota keluarga lainnya; sudahkah kita benar-benar

memandang keluarga kita sebagai ―harta berharga‖? Lantas bagaimana

caranya agar kita mampu mewujudkan iklim ―keluarga cemara‖ di tengah

dinamika kehidupan keluarga? Mari kita bersama-sama belajar

menemukan jawabnya dalam persekutuan di minggu pertama bulan

Oktober ini.

Penjelasan Teks

Ada satu masalah yang harus dihadapi Rasul Paulus ketika menulis surat

untuk jemaat di Galatia. Paulus harus menghadapi sebuah realita bahwa

telah terjadi krisis identitas dalam tubuh jemaat Galatia sehingga

pertumbuhan iman dalam jemaat menjadi sedemikian terhambat. Ada

beberapa faktor pemicu terhambatnya pertumbuhan iman jemaat di

Galatia, salah satu diantaranya adalah kehadiran para penyesat yang

rentan menggoyahkan rasa percaya jemaat Galatia terhadap ajaran

Kristus. Maka dari itu, Paulus merasa perlu lebih giat memberikan

nasihat-nasihat yang menguatkan iman orang-orang percaya yang ada di

Galatia. Ia harus tetap memastikan jemaat Galatia tetap berjalan dalam

Page 62: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

61

terang kasih Kristus. Terang kasih Kristus jugalah yang memampukan

Rasul Paulus untuk punya inisiatif menolong dan memulihkan kembali

pemahaman iman jemaat Galatia. Sadarkah kita juga bahwa apa yang

dilakukan Paulus untuk jemaat Galatia sesungguhnya dapat menjadi

teladan bagi setiap kita di tengah dunia yang mulai dipenuhi dengan

ketidakpedulian? Paulus bisa saja larut dalam kekesalan dan amarahnya

lalu kemudian meninggalkan jemaat Galatia begitu saja karena tidak

sedikit dari jemaat Galatia yang berpaling dari ajaran Kristus, namun

semuanya tak sampai terjadi karena Tuhan memberikannya kekuatan

yang luar biasa dalam hati dan pikirannya. Bagi Paulus, jemaat Galatia

tetap adalah harta berharga yang Tuhan anugerahkan. Rasul Paulus

menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang punya daya kepekaan dan

kepedulian membangun kehidupan komunitas yang lebih baik,

teristimewa ketika kita berada di tengah komunitas keluarga. Kita pun

harus memiliki kesadaran penuh bahwa keluarga juga adalah harta

berharga yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Lantas kemudian

pertanyaannya, bagaimana cara kita menjaga ―harta berharga‖ - keluarga

yang Tuhan sudah anugerahkan ini? Ada beberapa hal yang dapat kita

lakukan;

Pertama, lihatlah lebih dekat, siapa kita sebenarnya di tengah

keluarga? Galatia 6:1 mengatakan demikian; “Saudara-saudara, kalaupun seorang

kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus

memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil

menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.”

Apa artinya? Rasul Paulus mengajak setiap kita untuk berefleksi; apakah

kita selaku orang yang percaya pada Kristus, juga selalu punya inisiatif

memberi diri untuk memimpin tiap-tiap anggota keluarga kita ke jalan

yang benar? Ataukah selama ini kita menjadi pribadi yang lebih suka

tidak peduli pada anggota keluarga kita dan hanya mengutamakan

kepentingan diri kita sendiri? Kata ―memimpin‖ dalam bahasa Yunani

berarti katartizo, yang juga berarti ―memulihkan‖. Kita diajak untuk

punya kesadaran moral, untuk selalu menghadirkan nilai-nilai yang kuat

di tengah atmosfer hidup keluarga, pun ketika situasi sedang tidak

Page 63: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

62

kondusif karena munculnya persoalan dan ketegangan.

Kedua, jadilah berkat di tengah keluarga Rasul Paulus mengatakan dalam Galatia 6:2; “bertolong-tolonganlah

menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”

Ketika kita bersedia untuk menolong anggota keluarga kita yang sedang

dalam kesulitan maupun tekanan, maka ada dua hal yang terjadi.

Pertama, anggota keluarga kita akan menerima berkat berupa kehangatan

cinta kasih Tuhan yang disalurkan melalui diri kita. Kedua, kita pun

sedang belajar saat itu untuk mengasihi sesama manusia seperti

mengasihi diri kita sendiri. Tak jadi soal mau seberapa besar maupun

kecil wujud pertolongan yang kita berikan, namun yang harus

sedemikian kita pahami; lakukanlah seluruh potensi kebaikan itu dengan

melihat bahwa beban yang sedang dipikul oleh anggota keluarga kita

adalah juga beban kita, kesedihannya juga adalah kesedihan kita; kita

adalah satu tubuh, maka jadilah berkat untuk seluruh anggota tubuh kita.

Ketiga, kuasai diri kita dengan ketulusan dan kerendahan hati Nasihat Rasul Paulus dalam Galatia 6:3-4 tak kalah menarik; “Sebab

kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali

tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji

pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya

sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Apakah arti dari nasihat

Paulus ini? Ketika kita memiliki kesediaan untuk menolong anggota

keluarga kita, lakukanlah semuanya itu semata-mata untuk kemuliaan

Tuhan, lakukanlah dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati, bukan

didasari karena hidup kita lebih benar atau juga motivasi ingin dipuji

orang lain. Mungkin kita merasa hidup kita jauh lebih baik, namun

jangan pernah sekalipun menjadikan rasa itu sebagai bahan untuk

menyombongkan diri, memaksa orang lain untuk menjadi serupa dengan

kita, karena sesungguhnya masing-masing orang memiliki karakter, jalan

hidup dan tanggung jawab yang beragam satu dengan yang lain.

Menjadi berkat memang harus berjuang dalam tindakan, tetapi

menjadi berkat juga berarti rela duduk dan sedia mendengarkan

untuk benar-benar memahami.

Page 64: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

63

Pengenaan

Mewujudkan ―keluarga cemara‖ memang tidaklah mudah. Ada banyak

tantangan dan godaan yang sewaktu-waktu datang menerpa, teristimewa

di era modern seperti sekarang ini. Seorang teolog keluarga, Maurice

Eminyan pernah mengatakan; “keluarga modern seperti atom, mudah

terbelah disertai dengan penghancuran dan perubahan besar.

Terpecahnya keluarga sekarang ini sungguh menjadi kenyataan.”

Keluarga rentan tak lagi sekokoh pohon cemara karena tak ada lagi

komunikasi yang baik, tak ada lagi telinga yang tulus untuk

mendengarkan ketika salah seorang mengalami pergumulan, tak ada lagi

inisiatif untuk saling peduli satu sama lain. Semua memilih untuk sibuk

dengan urusannya masing-masing. Semua sibuk untuk mengurus

keterbatasannya masing-masing

Di tengah kesadaran akan hal itu, mari kita kembali menyadari

keberadaan kita di tengah keluarga kita, bagaimanapun keadaan keluarga

kita saat ini, Tuhan tetap menghendaki kita untuk terus punya daya,

merengkuh dan menumbuhkan keluarga dengan kehangatan cinta kasih

Kristus. Berinisiatif-lah mulai dari diri kita sendiri, mewujud dalam

tindakan sederhana sehari-hari untuk tiap anggota keluarga yang kita

kasihi, bukalah hati bahkan mungkin untuk anggota keluarga yang

selama ini jarang berkomunikasi dengan kita atau pernah melukai diri

kita. Memang semuanya membutuhkan proses, namun bergeraklah terus!

Sampai ―keluarga cemara‖ benar-benar melekat, menjadi iklim yang luar

biasa indah dalam kehidupan keluarga kita!

Penyampaian

1. Pelayan Firman dapat mengawali renungan dengan mengajak

pemuda menyanyikan lagu ―Harta Berharga‖ atau dapat memutar

lagu tersebut melalui tayangan Youtube. Analisa dan jika mungkin

kritisilah lagu ―Harta Berharga‖ tersebut. Tanyakan pada pemuda

apakah keluarga adalah sungguh-sungguh harta berharga bagi

mereka.

Page 65: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

64

2. (jika ibadah dilakukan secara on-site) Bagikanlah sebuah kertas

kosong dan alat tulis pada pemuda yang ikut dalam ibadah. Pandulah

pemuda untuk menuliskan dalam selembar kertas itu; apa saja

pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan yang pernah

mereka alami dalam kehidupan keluarga? Tulislah tanpa menyertakan

nama. Jika sudah selesai, lipatlah menjadi bentuk pesawat dan ajak

pemuda untuk menerbangkannya bersama-sama. Setelah itu mereka

diminta mengambil kertas tersebut secara acak. Jika memungkinkan,

pelayan firman dapat menunjuk beberapa orang untuk membacakan

jawaban yang ada di kertas tersebut.

3. Sampaikanlah pada teman-teman pemuda bahwa kita diutus untuk

mewujudkan iklim ―keluarga cemara‖ dalam kehidupan keluarga

kita. Masuklah dalam penjelasan teks Galatia 6:1-4

4. Masuklah dalam pengenaan

5. Tutuplah renungan dengan menyanyikan sebuah lagu berjudul

“Kumulai dari Diri Sendiri” (https://www.youtube.com/watch?v=iqkDBX2VaLQ)

GB 69 – KUMULAI DARI DIRI SENDIRI

Bait 1

Kumulai dari diri sendiri untuk melakukan yang terbaik.

Kumulai dari diri sendiri, hidup jujur dengan hikmat Tuhanku.

Tekadku Tuhan: mengikut-Mu selama hidupku,

berpegang teguh kepada iman dan percayaku.

Akan kumulai dari diriku melakukan sikap yang benar.

Biarpun kecil dan sederhana, Tuhan dapat membuat jadi besar.

Bait 2

Kumulai dari keluargaku menjadi pelaku firman-Mu.

S'lalu mendengar tuntunan Tuhan, berserah pada rencana kasih-Mu.

Kadang-kadang lain jawaban Tuhan atas doaku.

Kupegang teguh, Tuhanku memberikan yang terbaik.

Kumulai dari keluargaku, hidup memancarkan kasih-Mu.

Walau 'ku lemah dan tidak layak,kuasa Tuhan menguatkan diriku.

Page 66: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

65

Kegiatan

Ajak pemuda untuk melakukan satu aksi kebaikan sederhana untuk

anggota keluarganya di rumah. Pelayan Firman dapat mengatur lebih

lanjut mengenai pelaksanaan teknisnya. Pemuda dapat memposting foto

atau video dari aksi kebaikan tersebut di media sosial dengan hashtag

#keluargacemara. Hashtag dapat ditentukan sesuai dengan konteks gereja

masing-masing.

Page 67: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

66

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Oktober 2021

KELUARGA YANG TERPECAH

Bacaan

Kejadian 37:1-4

Tujuan

1. Pemuda dapat memahami konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan

keluarga

2. Pemuda diajak untuk mengenal bahasa kasih tiap-tiap anggota

keluarganya

Fokus

Siapakah di antara kita yang hidupnya tidak pernah berhadapan dengan

masalah? Rasa-rasanya tidak ada. Semua orang tentu pernah berhadapan

dengan masalah. Masalah akan selalu muncul dan selalu ada, pun dalam

ikatan relasional kita dengan orang-orang yang selama ini dekat dengan

kita, teristimewa dalam satu ikatan keluarga; kita dengan ayah kita, ibu

kita, adik ataupun kakak kita ataupun anggota keluarga lainnya. Masalah

ataupun konflik yang kerap terjadi dalam ikatan relasional keluarga

beragam adanya. Lagi, menurut Norman Wright, seorang konselor

keluarga sekaligus juga Profesor Pendidikan Kristiani di Talbot School of

Theology di Los Angeles, sumber dari beragam masalah yang kerap

terjadi dalam kehidupan berkeluarga ternyata adalah hilangnya

komunikasi. Banyak keluarga kehilangan keterampilan berkomunikasi

yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk membuahkan saling

pengertian guna membangun relasi yang kuat dan bertumbuh. Setiap

anggota keluarga kemudian enggan memiliki kesadaran untuk

menyelesaikan konflik dalam berelasi. Masing-masing anggota keluarga

terlalu menuntut satu dengan yang lain, merasa paling benar, merasa

paling berkuasa, setiap anggota hidup dengan mengedepankan egonya

sendiri bahkan menuntut anggota keluarganya yang lain untuk menjadi

Page 68: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

67

sosok yang sesuai dengan keinginan hatinya. Jika terus menerus hidup

dengan kondisi demikian, maka tentu saja iklim keluarga kita seketika

berubah menjadi keluarga yang terpecah. Dalam persekutuan kita saat

ini, kita diajak untuk memahami konflik yang terjadi dalam kehidupan

keluarga sekaligus belajar mengelola konflik bagi kehidupan bersama.

Kisah keluarga Yakub rasa-rasanya menjadi kisah yang cukup relevan

untuk kita analisa dan renungkan bersama terkait dengan tema kita saat

ini

Penjelasan Teks

Apakah yang rekan-rekan pemuda ketahui tentang Yusuf? Yusuf adalah

anak kesebelas dari Yakub. Ketika mendengar kata Yusuf, tentu yang

terlintas di pikiran kita adalah satu cerita dimana Yusuf dijual oleh

saudara-sadaranya. Ia menjadi seorang budak di Mesir. Ia juga menjadi

seorang yang terhukum sebagai korban fitnah Istri Potifar, namun Tuhan

senantiasa melindungi dan menyertainya sehingga ia dapat menduduki

jabatan tertinggi pemerintahan Mesir.

Mari kita lihat Yusuf muda! Saat itu ia berusia 17 tahun. Firman Tuhan

dalam Kejadian 37:2b mengatakan demikian;”….dan Yusuf

menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-

saudaranya.” Apa yang teman-teman pemuda rasakan ketika membaca

ayat ini? Ada sebagian yang menafsirkan bahwa Yusuf adalah ―tukang

ngadu.‖ Seharusnya Yusuf dapat bicara baik-baik dengan para

saudaranya untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, Ada pula

yang menafsirkan bahwa Yusuf sudah tidak tahan lagi mendengar

ancaman yang dilayangkan para saudaranya, sehingga ia merasa sudah

merasa perlu untuk memberitahu ayahnya akan hal ini. Tentu, kejahatan

yang dilakukan oleh para saudaranya tidak terlepas dari perlakuan

istimewa Yakub pada Yusuf. Kata ―kejahatan‖ dalam terj. Yunani adalah

ra’a, artinya menunjuk kepada karakter atau tingkah laku yang buruk (iri

hati). Jika rekan-rekan pemuda ada di posisi Yusuf saat itu, apakah yang

akan rekan-rekan lakukan untuk menyelesaikan konflik dengan para

saudara?

Page 69: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

68

Mari kita lihat pula Israel (Yakub)! Kejadian 37:3 mengatakan demikian;

“Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab

Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh

membuat jubah yang maha indah bagi dia.” Jubah yang indah atau terj.

Yunani ketonet passim setara dengan royal garment atau pakaian

kerajaan. Pemberian Yakub pada Yusuf menjadi pemicu makin

munculnya rasa benci para saudaranya terhadap Yusuf. Mereka tidak

dapat lagi menutupi rasa benci mereka. Pertanyaannya kemudian

mengapa Yakub begitu sayang sekali pada Yusuf lebih dari anak yang

lain? Alkitab mengatakan bahwa Yusuf lahir di masa tua Yakub – kurang

lebih saat Yakub berusia 91 tahun. Hal ini juga mungkin terjadi karena

Yusuf lahir dari istri Yakub yang paling dikasihi, yakni Rahel. Rekan-

rekan pemuda yang terkasih, seandainya rekan-rekan pemuda ada di

posisi Yakub saat itu, apakah yang akan rekan-rekan lakukan teristimewa

untuk Yusuf beserta dengan anak-anak yang lainnya?

Mari kita lihat saudara-saudara Yusuf! Kejadian 37:4 mengatakan

demikian; “setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya

lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka

itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.” Betapa

saudara-saudara Yusuf hidup dengan hati yang benar-benar dengki.

Mereka terus menyimpan kebencian bahkan sampai merencanakan hal

yang jahat yakni menghilangkan nyawa Yusuf, adik mereka sendiri.

Rekan-rekan pemuda, melihat orang lain mendapatkan kasih sayang yang

lebih sedangkan kita tidak, memanglah tidak nyaman. Kita rentan

menjadi seperti saudara-saudara Yusuf yang iri hati, marah dan kecewa

berat. Namun masih adakah yang dapat kita lakukan untuk mencegah

rasa iri dan dengki itu timbul dalam hati kita?

Pengenaan

Kita telah belajar menganalisa berbagai kemungkinan yang dapat

dilakukan Yakub, Yusuf dan para saudaranya untuk mengelola sekaligus

meminimalisir konflik dengan baik, teristimewa dalam kehidupan

berkeluarga. Dibutuhkan kerendahan hati, kesadaran diri bahwa setiap

kita adalah ciptaan-Nya yang berharga serta yang tidak kalah penting,

Page 70: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

69

komunikasi yang kuat adalah yang kunci yang terutama. Tanpa itu

semua, kita rentan terpecah-pecah bahkan memandang orang-orang

terdekat kita sebagai musuh yang harus dikalahkan dan dipermalukan.

Jika demikian, apa langkah konkret untuk membangun sebuah

komunikasi yang kuat di dalam keluarga? Mari kita mulai memperkuat

komunikasi kita dengan cara mengenal bahasa kasih tiap anggota

keluarga kita. Gary Chapman,Ph.D, melalui riset yang dilakukan

bertahun-tahun, menemukan bahwa ada 5 bahasa kasih. 5 bahasa kasih

itu dituliskannya dalam buku The Five Love Languages;

1. Kata-kata dukungan atau kata-kata yang meneguhkan (Words of

Affirmation).

Seseorang merasa bahwa dirinya sungguh dikasihi atau mendapat

cinta kasih ketika ia menerima kata-kata positif yang memberikannya

dukungan atau peneguhan. Sebaliknya, kata-kata cacian, atau kata-

kata negatif lainya, akan membuat seseorang merasa dibenci dan tidak

dikasihi.

2. Momen yang berkesan (Quality Time).

Seseorang akan merasa dikasihi jikalau orang yang mengasihinya

menyediakan waktu yang berkualitas baginya. Ketika seorang adik

menyediakan waktu untuk kakaknya, ketika orang tua menyediakan

waktu untuk anak-anaknya maka akan terciptalah momen-momen

yang berkesan.

3. Menerima hadiah (Receiving Gifts).

Seseorang merasa bahwa ia dikasihi ketika orang yang mengasihi

memberinya hadiah atau pemberian. Dengan menerima hadiah

pemberian, seseorang merasa dirinya diperhatikan dan istimewa.

4. Pelayanan (Acts of Service).

Sesorang merasakan bahwa ia dikasihi ketika ia mendapatkan

bantuan,pelayanan atau pertolongan. Tindakan pelayanan yang nyata

ini menyampaikan pesan yang kuat bahwa ia mengasihi orang yang

dilayani atau dibantunya. Membuatkan kopi bagi pasangan, memberi

selimut ketika orangtua yang sedang terlelap, menyiapkan pakaian

Page 71: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

70

kerja atau membantu mengancingkan pakaian adalah contoh

konkretnya.

5. Sentuhan fisik (Physical Touch).

Sesorang akan merasa mendapatkan cinta kasih ketika menerima

sentuhan secara fisik. Sentuhan fisik merupakan sebuah ekspresi kasih

yang kuat. Sentuhan fisik bisa berupa pelukan, tepukan di pundak, dan

lain sebagainya.

Rekan-rekan pemuda dapat menggunakan 5 bahasa kasih ini untuk

benar-benar menciptakan iklim kehangatan dalam keluarga.

Berinisiatiflah untuk makin mengenal dan memahami. Ingatlah!

Permasalahan keluarga akan selalu ada, namun semuanya bergantung

pada diri kita, apakah kita punya kepekaan bahwa tiap-tiap anggota

keluarga adalah anugerah Tuhan yang begitu berharga, dan apakah kita

punya kemauan menghadapi, menyelesaikan bahkan memulihkannya

berbekal cinta kasih Tuhan?

Penyampaian

1. Pelayan Firman dapat mengawali renungan dengan mengajak

pemuda untuk mengingat sekaligus menuliskan pada selembar kertas;

apa konflik yang pernah dihadapi oleh rekan-rekan pemuda dalam

kehidupan keluarga?

2. Jika sudah selesai menulis, pelayan Firman dapat mengarahkan

rekan-rekan pemuda untuk meremas-remas kertas itu sampai menjadi

bentuk bulatan.

3. Pelayan Firman dapat menjelaskan bagian Fokus, dimana akar dari

konflik dalam keluarga adalah kurangnya komunikasi.

4. Masuklah dalam penjelasan teks. Pelayan Firman dapat menganalisa

kemungkinan yang dapat dilakukan oleh Israel (Yakub), Yusuf dan

para saudaranya untuk menciptakan harmoni dalam ikatan relasional

keluarga.

5. Pelayan Firman dapat mengajak pemuda untuk punya kesadaran

bahwa masih ada kesempatan bagi kita untuk menjadi pemulih dalam

keluarga. Pelayan Firman mempersilakan pemuda untuk membuka

Page 72: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

71

kembali remasan kertas, dan melipatnya menjadi bentuk yang

menarik (origami, perahu, atau lain sebagainya)

6. Pelayan Firman dapat memberikan solusi yang konkret dengan

menjelaskan 5 bahasa kasih

Kegiatan

Rencanakan waktu untuk berkumpul bersama dengan keluarga di rumah.

Buatlah suasana yang menarik yang dapat menghangatkan relasi satu

sama lain. BBQ-an, makan bersama, menonton film bersama atau yang

lainnya. Praktikkanlah bahasa kasih dalam momen perjumpaan bersama

dengan anggota keluarga.

Page 73: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

72

Page 74: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

73

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Oktober 2021

ONE HEART

Bacaan

1 Korintus 1:10-12

Tujuan

Pemuda dapat menghidupi upaya-upaya bersama yang sehati dalam

kehidupan keluarga

Fokus

Salah satu strategi untuk meningkatkan kesan mendalam terhadap

konsumen di dalam sebuah iklan adalah dengan menggunakan kalimat

pendek yang menarik, atau biasa dikenal dengan istilah tagline. Makin

kreatif dan unik kata yang dipilih, maka makin berpengaruh pula

terhadap peningkatan strategi branding perusahaan tersebut. Mari kita

buktikan! Ketika mendengar kalimat One Heart, apa yang langsung

terlintas dalam pikiran kita saat ini? Tidak sedikit orang yang langsung

teringat akan salah satu perusahaan sepeda motor asal Jepang yang begitu

terkenal di Indonesia sampai dengan saat ini. Slogan One Heart dipilih

karena perusahaan kendaraan roda dua tersebut hendak mengajak seluruh

target pasar dari berbagai segmen untuk benar-benar satu hati memilih

sekaligus bekerja sama mempercayakan kendaraannya pada perusahaan

tersebut.

Rekan-rekan pemuda, rasa-rasanya One heart atau satu hati juga dapat

menjadi tagline yang teramat menarik dalam kehidupan komunitas kita,

pun dalam komunitas keluarga. Di tengah dunia yang makin kompetitif,

yang membuat orang cenderung lebih senang hidup terkotak-kotak,

hidup dalam ego dan kepentingannya sendiri, kita diajak untuk punya

lifestyle yang berbeda, yakni gaya hidup bersatu dan saling membantu.

Tentu gaya hidup itu tidak akan tertanam kuat dalam hati jika tidak

disertai dengan ketulusan dan kerelaan untuk berbagi. Dalam

Page 75: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

74

persekutuan ini, kita diajak untuk merenungkan makna surat Paulus pada

jemaat di Korintus, dimana para pengikut Kristus dipanggil bukan untuk

memelihara perpecahan, namun untuk selalu menghadirkan gaya hidup

bersatu; one heart, yang dapat membawa dampak positif dalam

kehidupan relasional kita dengan keluarga.

Penjelasan Teks

Jemaat Korintus yang terletak di negara Yunani merupakan jemaat yang

rawan konflik. Jemaat Korintus terancam perpecahan karena mereka

hidup mengkotak-kotakan diri dengan kelompoknya masing-masing.

Adapun kelompok atau golongan yang ada dalam jemaat Korintus adalah

sebagai berikut;

1. Golongan Paulus Mereka mengagung-agungkan Paulus sebagai pemimpin jemaat.

Paulus dipandang sebagai seorang yang pandai menulis surat yang

isinya tentang teologi dan iman.

2. Golongan Apolos Mereka begitu antusias mengikuti serta meneladani ajaran Apolos.

Apolos adalah seorang pemberita Injil, ia begitu pandai berkhotbah.

3. Golongan Kefas

Mereka begitu kagum akan kepemimpinan Kefas. Kefas adalah nama

lain dari Petrus, murid pertama yang dipanggil oleh Yesus. Mereka

mengagumi Petrus karena Petrus kerap tampil sebagai seorang

pemimpin.

4. Golongan Kristus Mereka begitu mengagumi ajaran Kristus. Golongan ini merasa

mereka mengatasi golongan yang lain karena mereka mengagumi dan

meneladani Yesus sendiri.

Mereka yang ada dalam golongan-golongan tersebut berlomba untuk

menunjukkan kehebatan komunitasnya sendiri. Tentu saja hal ini rentan

sekali menimbulkan perpecahan dalam jemaat Korintus. Dalam keadaan

terpecah-pecah, saat itulah Rasul Paulus menulis surat untuk menegur

sekaligus menguatkan jemaat Korintus supaya mereka tidak jatuh dalam

kesombongan. Jemaat Korintus perlu belajar untuk rendah hati dan

Page 76: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

75

menjadi sadar siapakah diri mereka di hadapan Tuhan dan di hadapan

sesama. 1 Korintus 1:10 mengatakan demikian; “tetapi aku

menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus

Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara

kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.”

Paulus menegaskan pada jemaat Korintus agar mereka erat bersatu dan

sehati sepikir. Hal ini bukan hanya sekadar kompak, namun juga dapat

hidup saling menghargai dan saling bekerjasama satu sama lain. One

heart hanya bisa dicapai jika masing-masing anggotanya memiliki

komunikasi yang baik dan hidup akrab satu dengan yang lain. Tidak

saling menyombongkan diri, tidak saling mengunggulkan kehebatan diri.

Pengenaan

Memiliki tagline One Heart dalam hidup memang membutuhkan proses.

Kita harus benar-benar menekan rasa ego kita untuk hidup harmonis

dalam ruang bersama. Mengapa demikian? Tentu dalam ruang bersama

itu, ada sekian banyak karakter yang beragam satu dengan yang lain. Ada

sekian banyak perbedaan yang terjadi. Namun semuanya kembali pada

kesadaran diri kita; siapakah kita di hadapan Tuhan dan di hadapan

sesama. Bukankah perbedaan juga adalah anugerah Tuhan yang

sungguh-sungguh harus kita hargai keberadaannya? Ketika perbedaan

dihargai dan manusia mau belajar untuk dapat hidup sehati sepikir dalam

ruang bersama, maka niscaya perbedaan itu akan berkembang menjadi

kebaikan yang tak terkira, saling melengkapi dan mengisi satu dengan

yang lain, teristimewa dalam ruang bersama terdekat kita, yakni

keluarga.

Penyampaian

1. Pelayan Firman dapat mengajak rekan-rekan pemuda untuk bermain

estafet gambar. Pemuda diajak untuk berdiskusi bentuk apa yang

mereka ingin gambar pada selembar kertas yang telah tersedia.

Teknis pelaksanaannya, masing-masing pemuda mendapatkan

kesempatan menggambar hanya 2 detik saja. Ajaklah mereka berbaris

Page 77: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

76

dengan tertib dan menjaga jarak. Pelayan Firman dapat mengakhiri

permainan jika dirasa sudah cukup.

2. Tanyakan pada pemuda bagaimana rasanya menggambar bersama.

Apa hal yang menarik, baik itu hal positif ataupun mungkin hal yang

negatif yang mereka temukan.

3. Pelayan Firman dapat menekankan bahwa one heart itu tidaklah

mudah. Kita harus menghadapi banyak tantangan karena banyaknya

perbedaan yang ada, termasuk ketika kita berada dalam ruang

keluarga.

4. Pelayan Firman dapat menerangkan penjelasan teks, dilanjutkan ke

bagian pengenaan.

5. Pelayan Firman dapat menutup renungan dengan mengajak pemuda

untuk menyanyikan lagu ―Jadikan Kami Satu‖

(https://www.youtube.com/watch?v=ylAai4Ze3VA)

JADIKAN KAMI SATU

Kami rendahkan diri dihadapanMu

Membawa hancur hati saat berseru

Agar kami saling melengkapi tubuhMu

Seperti Kau dan Yesus adalah satu

Reff :

Jadikan kami satu seperti kerinduanku

Agar dunia tahu bumi nyata dari kasihMu

Sebelum kami pergi membritakan kasihMu

Mulailah dari kami lebih dulu

Jadikan kami satu

Kegiatan

1. Ajak setiap anggota keluarga untuk bermain games ―estafet gambar‖

dengan peraturan yang sama seperti dalam bagian penyampaian di

atas. Di akhir permainan, tunjukkanlah rasa kasih dengan

mengapresiasi keberadaan tiap-tiap anggota keluarga. Sampaikanlah

bahwa kehadiran dan keberadaan mereka adalah anugerah Tuhan

yang sungguh berharga dan tidak bertara nilainya.

Page 78: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

77

2. Permainan dapat pula diganti dengan quality time dimana masing-

masing anggota keluarga dapat menganalisa dan menyebutkan sisi

positif serta negatif (kebaikan serta kelemahan) anggota keluarganya.

Lakukanlah kegiatan ini dengan suasana santai.

Page 79: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

78

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Oktober 2021

RIBUT RUKUN

Bacaan

Kejadian 33:1-17

Tujuan

1. Pemuda dapat menemukan wajah Allah dalam setiap ribut- rukun

yang terjadi dalam keluarga

2. Pemuda diajak untuk memiliki inisiatif menyatakan kasih yang tulus

untuk setiap anggota keluarga

Fokus

Pernahkah kita terlibat pertengkaran dengan orang yang kita kasihi,

namun tak lama berselang, kita berdamai kembali? Banyak orang yang

mengatakan itulah bumbu dalam sebuah hubungan. Tanpa ribut rukun,

sebuah hubungan tentu akan menjadi hampa. Tidak ada relasi tanpa ribut,

tidak ada ribut yang tidak diharapkan menjadi rukun. Beragam dinamika

itulah yang membuat manusia belajar untuk semakin dewasa menjalani

kehidupan berelasi. Ribut rukun tak cuma terjadi dalam sebuah hubungan

percintaan, namun juga terjadi dalam hubungan berkeluarga. Jika

demikian, apa yang biasanya melatarbelakangi keadaan ribut-rukun?

Mari kita lihat relasi dalam keluarga.

Berbagai macam hal yang terjadi tidak sesuai ekspetasi rentan membuat

kita ribut, bukan? Misal, orangtua berekspetasi anaknya dapat

mengerjakan ujian online dengan hasil yang memuaskan. Namun fakta

yang terjadi adalah hasil ujiannya tidak cukup baik sehingga membuat

orangtuanya kesal, lantas kemudian memarahi anaknya sedemikian rupa,

padahal sang anak punya prestasi yang menggembirakan di bidang yang

lain. Berbeda cerita jika anaknya mendapatkan hasil ujian yang baik

sesuai dengan ekspetasi orangtuanya. Bahkan ada kisah nyata, dimana

seorang anak sampai tega menganiaya orangtuanya karena dirinya tak

Page 80: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

79

kunjung dibelikan sepeda motor yang menjadi keinginannya selama ini.

Teman-teman pemuda, ribut-rukun bicara soal masih sanggupkah kita

mengelola ekspetasi kita sekaligus masihkah kita punya kesadaran untuk

benar-benar mengerti apa yang menjadi keadaan dan ekspetasi yang lain,

dalam hal ini setiap anggota keluarga yang selalu berada dekat dengan

kita.

Dalam persekutuan kali ini kita akan belajar dari kisah ribut-rukun antara

Yakub dan Esau, dimana Yakub berhasil mengelola ekspetasinya

terhadap Esau. Perubahan itu kemudian berdampak untuk dirinya sendiri

dan keluarganya, juga untuk Esau beserta dengan keluarganya.

Penjelasan Teks

Untuk memahami kisah Yakub yang berdamai kembali dengan Esau, kita

harus terlebih dahulu memahami keseluruhan kisah mengenai pertikaian

Yakub dengan Esau. Pertikaian antara Yakub dengan Esau berkutat pada

masalah hak kesulungan dan pemberian berkat dari ayah mereka, yakni

Ishak. Hak kesulungan yang seharusnya diterima Esau, justru diterima

oleh Yakub dan ditukar dengan semangkuk sup kacang merah. Mari kita

lihat duduk perkaranya! Satu sisi, Ishak berkeras hendak memberikan

berkat kepada Esau, anak sulung, sebagaimana yang biasa dilakukan.

Namun di saat yang bersamaan, Yakub bersekongkol dengan ibunya

untuk menipu Ishak ketika Esau pergi berburu, sehingga akhirnya berkat

jatuh pada Yakub. Hal tersebut kemudian menimbulkan keributan yang

besar. Keributan tersebut kemudian bermuara pada kebencian yang

mencapai klimaksnya pada Esau yang bersumpah untuk membunuh

Yakub. Mendengar hal tersebut, Yakub-pun harus melarikan diri ke

negeri asing yakni ke tempat Laban, pamannya sendiri.

Memahami kisah pelarian Yakub ini, teman-teman pemuda harus juga

melihat peristiwa yang tak kalah menarik ketika Yakub berada di tepi

sungai Yabok, dimana ia bergulat sepanjang malam dengan orang yang

tak dikenal, yang tidak lain tidak bukan adalah Allah sendiri. (Kej. 32:22-

32) Yakub melawan Allah, dan menariknya Allah kalah. Tetapi

Page 81: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

80

kekalahan Allah ini menyebabkan perubahan terjadi dalam ekspetasi

Yakub terhadap kakaknya, Esau. Ternyata seorang kakak yang amat

ditakutinya, yang dianggapnya akan membalas dendam atas kecurangan

yang ia lakukan terhadapnya, tidak seperti yang disangkakannya. Ketika

Yakub ―ribut‖ dengan Allah, wajah Allah adalah seperti wajah Esau. Dan

ketika Yakub bertemu dengan Esau, wajah Esau adalah seperti wajah

Allah.

Kejadian 33:4 mengatakan demikian; “tetapi Esau berlari mendapatkan

dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu

bertangis-tangisanlah mereka.” Ada penghormatan yang luar biasa yang

diberikan Yakub pada Esau. Di ayat 8, Esau bertanya maksud Yakub

dengan membawa pasukan. Yakub menjawab bahwa semuanya itu

adalah dalam rangka mendapatkan kasih tuanku. Yakub menyapa

kakaknya sebagai tuan, tetapi Esau menyapa Yakub sebagai ―adikku‖.

Esau menolak semua pemberian Yakub, dengan mengatakan bahwa dia

sudah punya banyak. Sesudah didesak oleh Yakub, barulah dia

menerimanya.

Pengenaan

Serupa dengan Yakub, ikatan relasional dengan anggota keluarga

acapkali tidak selalu baik karena kita kerap menjunjung tinggi ekspetasi

kita tanpa melihat keadaan bahkan ekspetasi mereka yang mengasihi kita.

Kita cenderung menganggap dan mencap mereka sebagai anggota

keluarga yang jahat dan tidak peduli dengan kita. Namun kisah

rekonsiliasi Yakub dengan Esau ini menyiratkan setiap kita untuk

bersedia melihat berbagai kemungkinan baru sekaligus mendapatkan

realisasi dari kemungkinan yang baru itu, bahwa Allah bisa saja mewujud

dalam diri orang-orang yang selama ini selalu ―ribut‖ dengan kita. Allah

sedang melatih kita untuk berada di garda depan seperti seorang Yakub

saat pertama kali ia bertemu dengan Esau; Kej.33:3; “Dan ia sendiri

berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali,

hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu.” Yakub berjalan di depan

mereka semua, dalam keadaan terpincang-pincang, bersujud tujuh kali

sampai ke tanah. Bersujud sampai ke tanah, apalagi sampai tujuh kali,

Page 82: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

81

sebenarnya merupakan sujud kepada Allah. Ingatkah ketika Allah dengan

kedua malaikatnya bertamu kepada Abraham di Mamre, mereka tampak

seperti manusia biasa, namun Abraham tahu itu Tuhan dan bersujud

sampai ke tanah (Kej.18:2). Berarti ada hubungan di antara Esau dengan

Allah. Esau adalah representasi Allah!

Teman-teman pemuda yang terkasih, dari kisah ini kita belajar bahwa

―ribut‖ selalu ada dalam hubungan apapun termasuk dalam hubungan

keluarga. Ketika kita berkonflik dengan anggota keluarga kita, jangan

buru-buru menilai mereka begitu jahat sedemikian rupa, siapa tau di

balik wajah mereka, ada wajah Allah yang sedang melatih kita untuk

berinisiatif ―rukun‖. Jika terjadi ―ribut‖, hadirlah di garda terdepan dan

pandanglah mereka dengan penuh kasih dan hati yang memahami!

Penyampaian

1. Tanyakan pada teman-teman pemuda tentang pengalaman mereka

ribut-rukun, baik bersama sahabat, pasangan ataupun anggota

keluarga.

2. Utarakanlah penyebab utama dari ribut-rukun yakni ekspetasi yang

tinggi dari satu pihak saja.

3. Masuklah dalam penjelasan teks. Pelayan Firman dapat terlebih

dahulu memahami kisah pertikaian Yakub dan Esau (Kejadian 27-

Kejadian 32) agar dapat menjelaskan kisah ini dengan baik dan jelas

4. Tekankan satu hal yang menarik bahwa Allah dapat mewujud dalam

orang-orang yang berkonflik dengan kita untuk melatih kedewasaan

iman kita.

5. Masuklah dalam bagian pengenaan

6. Tutuplah perenungan dengan mengajak teman-teman pemuda

mengingat orang-orang yang sudah ataupun sedang ―ribut‖ dengan

mereka. Ajak teman-teman pemuda untuk mendoakannya seraya

belajar mengerti dan memberikan pengampunan padanya.

Kegiatan

Teman-teman pemuda diajak untuk belajar membangun rekonsiliasi

dengan orang-orang yang telah berkonflik dengannya. Belajar

Page 83: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

82

mendoakan mereka setiap hari dan jika dimungkinkan, bertemu dengan

mereka untuk berbagi sukacita (melalui hal-hal yang sederhana).

Page 84: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

83

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kelima Oktober 2021

SEKOLAH KEHIDUPAN

Bacaan

Filipi 2:1-11

Tujuan

1. Pemuda diajak untuk belajar meneladani karya Kristus dan

memeliharanya dalam kehidupan keluarga

2. Pemuda dapat memahami dan menghargai setiap proses perjalanan

hidup berkeluarga

Fokus

Kita tidak dapat sendirian dalam mengarungi perjalanan hidup di dunia

ini. Tentu kita butuh kehadiran orang lain untuk melengkapi kehidupan

kita. Namun acapkali dalam hidup bersama, kita bukan menjadi sesama

yang mendatangkan kebaikan namun menjadi serigala yang menyerang

dan membahayakan orang lain di sekitar kita. Apa maksud dari

pernyataan tersebut? Kita kerap mengisi ruang bersama dengan sifat

egoisme dan egosentrisme, sehingga kepentingan diri sendiri selalu

berada jauh di atas kepentingan bersama. Kita merasa gagasan, tindakan,

pola pikir dan kebiasaan kita jauh lebih benar dibandingkan dengan yang

lain. Ada kalanya kita merasa membutuhkan yang lain, namun kita kerap

tidak menghargai keberadaan yang lain. Di saat kita merasa pernah atau

sedang melakukan itu semua, mari kita kembali menyadari bahwa

kesempatan hidup tidak dapat terulang kembali. Bukankah terlalu

membosankan jika kita terlalu lama hidup dengan sifat egoisme dan

egosentrisme? Sesungguhnya perjalanan hidup kita adalah proses belajar,

dan tentu saja saat ini kita semuanya sedang berada dalam sekolah

kehidupan. Rasanya sayang jika kita sebagai pribadi yang beriman pada

Yesus, sama sekali tak pernah mendengar bahkan mengenal satu

pelajaran yang berharga yakni nilai-nilai iman yang diajarkan oleh sang

Page 85: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

84

Guru Agung kita sendiri. Maka dari itu, dalam persekutuan saat ini kita

diajak untuk belajar nilai-nilai hidup yang bersumber dari personalitas

Tuhan Yesus sendiri. Tidak hanya belajar, kita juga diharapkan untuk

menghidupi dan memelihara ajaran Kristus dalam ruang bersama

termasuk dalam komunitas keluarga kita.

Penjelasan Teks

Filipi 2:6-7 mengatakan demikian; ―yang walaupun dalam rupa Allah,

tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus

dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan

mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.‖

Apa arti dari perkataan Rasul Paulus ini? Rekan-rekan pemuda yang

terkasih, kedudukan Kristus yang sungguh mulia itu tidak menghalangi-

Nya untuk mengosongkan diri-Nya. Apa maksudnya ―mengosongkan

diri‖? Mengosongkan diri berasal dari kata Yunani yakni ―kenosis‖ yang

menunjuk pada sebuah tindakan untuk meniadakan kepentingan diri

sendiri. Dalam hal ini, kata kerja ―keno‖ umumnya dipahami sebagai

tindakan memindahkan sesuatu dari satu tempat sehingga tidak tersisa

sama sekali. Jika demikian personalitas Tuhan Yesus adalah benar-benar

Allah dan benar-benar manusia. Yesus yang mulia itu bersedia

menyangkal diri dan merendahkan diri menjadi seorang hamba (ay.5-7).

Ia pun punya kesediaan untuk taat bahkan taat sampai mati kepada Bapa.

(ay.8). Penyangkalan diri dan ketaatan Kristus sampai mati di kayu salib

telah membuat Bapa berkenan pada-Nya dan meninggikan-Nya.

Paulus menuliskan surat ini bukan tanpa alasan. Paulus melihat ada

ancaman perpecahan yang terjadi di jemaat Filipi, ditandai dengan

munculnya sikap-sikap kesombongan, egonsetrisme, egoisme dan tinggi

hati. Karena itu menurut Paulus, tidak ada pelajaran yang lebih berharga

dari ajaran dan nilai-nilai Kristus. Tidak ada kasih yang sempurna

melebihi yang Yesus sudah berikan untuk manusia, makhluk yang penuh

dengan kerapuhan dan keterbatasan. Rekan-rekan pemuda, spiritualitas

pengosongan diri mengajak kita untuk melepas sikap mementingkan diri

sendiri. Kita yang semula menuntut orang agar menghargai, menuntut

untuk dimengerti, dipahami bahkan dilayani, berubah haluan menjadi

Page 86: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

85

manusia yang mengenali dan mengutamakan kehendak Tuhan, menjadi

manusia yang hidup dalam kepedulian dan penghargaan pada yang lain.

Pengenaan

Melalui kenosis, kita semua diharapkan dapat mengalami kehadiran

Tuhan dan memuliakan Tuhan dalam hidup keseharian, pun di tengah

hidup bersama dengan segenap anggota keluarga. Di tengah proses

perjalanan hidup berkeluarga yang tidak mudah; ada saatnya saling

berbeda pendapat, ada saatnya menghadapi konflik, ada saat dimana

gembira bersama dan lain sebagainya, kita diajak untuk selalu

membangun relasi keluarga yang rendah hati berbekal kasih Kristus.

Kasih Kristus itulah yang membuat kita tenang, sabar, mau

mendengarkan, berkepala dingin, tidak saling menyalahkan dan tetap

bersama-sama mengatasi masalah dengan hati yang gembira. Kita harus

kembali memeriksa apakah dalam sekolah kehidupan ini, kita masih

bersedia hati mengosongkan diri untuk menyambut dan menerima kasih

Kristus yang penuh kekuatan itu? Niscaya kasih Kristus adalah satu-

satunya sumber kekuatan keluarga Kristen dalam menghadapi dinamika

kehidupan ini.

Penyampaian

1. Pelayan Firman dapat menanyakan kepada teman-teman pemuda

tentang contoh dari sifat egoisme yang biasa terjadi dalam hidup

bersama dengan anggota keluarga

2. Ajak teman-teman pemuda untuk menyadari sebuah kenyataan

bahwa kita adalah manusia yang tidak dapat hidup sendirian, namun

kita kerap menjadi manusia yang tidak menghargai yang lain.

3. Tekankan pada teman-teman remaja bahwa kita sedang berada di

sekolah kehidupan. Ada hal yang benar-benar harus kita pelajari

kalau kita menyatakan beriman pada Kristus.

4. Sampaikan penjelasan teks dan pengenaan untuk menyadarkan

teman-teman pemuda akan makna dari kenosis yang dilakukan

Yesus. Kaitkan pengenaan dengan relasi teman-teman pemuda di

dalam komunitas keluarga.

Page 87: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

86

5. Tutuplah perenungan dengan menyanyikan sebuah lagu ―Brikanku

Hati‖ (https://www.youtube.com/watch?v=TkWzNV2z7zM)

B‘rikanku hati, s‘perti hati-Mu

yang penuh dengan belas kasihan

b‘rikanku mata, s‘perti mata-Mu

memandang tuaian di sekelilingku

B‘rikanku tangan-Mu ‗tuk melakukan tugas-mu

b‘rikanku kaki-Mu melangkah dalam rencana-Mu

b‘rikanku, b‘rikanku, b‘rikanku hati-Mu

Kegiatan

Teman-teman pemuda dapat mempraktikan spiritualitas pengosongan diri

dengan cara-cara yang sederhana. Misal meluangkan waktu untuk

mendengarkan cerita maupun pergumulan anggota keluarganya.

Menyediakan waktu dan tenaga untuk membantu orangtua atau siapapun.

Atau jika sedang terjadi konflik, berinisiatiflah untuk membuka dialog

dengan hati yang tenang. Berdoalah ketika teman-teman pemuda hendak

melakukan kebaikan di tengah keluarga!

Page 88: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

87

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama November 2021

HOMO HOMINI LUPUS

Bacaan

1 Korintus 9: 16-23

Tujuan

Pemuda diajak untuk menyadari bahwa dalam berproses hidup dalam

kehendak-Nya, Allah menempatkan kita pada realitas kebersamaan

dengan ciptaan lain.

Fokus

Homo Homini Lupus adalah ungkapan dari seorang filsuf bernama

Thomas Hobbes (1588-1679) yang artinya, manusia pada naturnya

adalah serigala bagi sesamanya. Manusia yang digambarkan Hobbes

sebagai serigala, menunjuk pada sikap yang saling melawan dan saling

menyerang. Benarkah demikian? Apakah kita tidak pernah menemukan

orang baik dalam kehidupan kita? Atau justru semakin kita bertemu

banyak orang, semakin kita menyadari bahwa memang apa yang

dikatakan Hobbes ada benarnya, karena mungkin kita semakin sulit

untuk mencari orang-orang yang baik, peduli, dan perhatian terhadap

orang lain. Pertanyaan penting terkait dengan ungkapan Hobbes tentang

Homo Homini Lupus, yaitu, apa yang menjadikan manusia memiliki

potensi yang sedemikian berbahaya? Apa yang hendak dicapai? Apa

yang diinginkan? Jawabannya pasti beragam, karena memang banyak hal

dalam dunia ini yang begitu menggoda dan membuat kita lupa bahwa

hidup yang kita jalani, adalah kehidupan bersama Allah dan ciptaan lain,

bukan sepenuhnya milik kita.

Page 89: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

88

Hari ini kita akan merefleksikan bagaimana Allah memanggil kita justru

untuk melakukan yang sebaliknya. Homo Homini Socius adalah hal yang

berbanding terbalik dengan Homo Homini Lupus, yaitu manusia adalah

kawan bagi sesamanya. Allah memanggil kita untuk menjadi pemuda-

pemudi yang memiliki karakter selaras dengan teladan Kristus dan

membawa dampak baik bagi sekitar dan menghidupi itu sebagai

panggilan yang didasari oleh sukacita dalam mengasihi Allah dan

sesama.

Penjelasan Teks

Alkitab TB menempatkan 1 Korintus 9:19-23 menjadi satu bagian

dengan 1 Korintus 9:1-27. Dalam perikop ini, Paulus mengatakan sebuah

pernyataan yang menarik tentang menjadi hamba bagi semua orang.

Apakah sebenarnya yang menjadi tujuan Paulus ketika ia membuat

dirinya sendiri menjadi hamba dari semua orang? Pertanyaan ini dijawab

oleh perkataan Paulus di akhir ayat 19 yang berbunyi ―supaya aku boleh

memenangkan sebanyak mungkin orang.‖

Untuk dapat memenangkan sebanyak mungkin orang, Paulus menjadi

seperti orang Yahudi bagi orang Yahudi, menjadi seperti orang yang

hidup di bawah hukum Taurat bagi mereka yang hidup di bawah hukum

Taurat, menjadi seperti orang yang hidup tidak dibawah hukum Taurat

bagi mereka yang hidup tidak di bawah hukum Taurat, dan menjadi

seperti orang yang lemah bagi mereka yang lemah. Kata ―menjadi‖ pada

ayat 20-22 berasal dari kata Egenomhn yang memiliki kata dasar

ginomai, yang dapat diterjemahkan dengan arti ―mengubah natur

menjadi.‖ Apa yang dilakukan Paulus bukanlah menyesuaikan injil

dengan pandangan pendengar tetapi lebih kepada bagaimana Paulus

menjalin hubungan dan berperilaku diantara mereka dan memiliki

kesempatan untuk membagikan berita injil.

Page 90: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

89

Pada ayat 20 dikatakan bahwa bagi orang Yahudi Paulus menjadi seperti

Yahudi. Ini menunjukkan bahwa Paulus memposisikan dirinya bukan

sebagai orang Yahudi meskipun dia adalah keturunan Yahudi. Tetapi

sejak menerima Yesus, dia adalah ciptaan baru dan menjadi pengikut

Kristus dan bebas dari tuntutan hukum Taurat. Sedangkan untuk orang

Yunani, Paulus membaginya menjadi dua, yaitu orang-orang yang hidup

di bawah hukum Taurat atau proselit dan orang-orang yang tidak hidup

di bawah hukum Taurat. Dan Paulus pun menjadi seperti mereka supaya

orang-orang Yunani ini percaya pada Injil. Bukan hanya orang Yahudi

dan Yunani, tetapi juga kepada mereka yang lemah pun Paulus

melakukan hal yang sama. Orang-orang yang lemah di sini adalah

orang-orang belum percaya yang memiliki status sosial yang rendah. Di

sinilah terlihat dengan jelas bahwa kebebasan Paulus mengijinkannya

untuk melayani sebanyak mungkin orang.

Walaupun Paulus telah menyebut dirinya adalah orang yang bebas tetapi

dia tetap memiliki keterikatan dengan hukum Kristus (ay. 21). Rasul

Paulus bukanlah orang yang anti dengan hukum Allah, sebab dia sendiri

adalah pribadi yang senantiasa berusaha menghidupi teladan Kristus.

Namun melalui pemahamannya, ia menunjukkan bahwa setiap orang

berhak mendengar dan belajar tentang Kristus. Ia menunjukkan bahwa

pengenalan akan Kristus yang ia sampaikan, tidak membuat orang lain

merasa terdiskriminasi, namun dengan sukacita kebersamaan, Paulus

mencoba untuk menyebarkan Injil.

Pengenaan

Homo Homini Lupus menunjukkan bagaimana manusia memiliki natur

untuk menyerang, mencengkram, dan melawan manusia lainnya,

layaknya serigala. Namun ternyata manusia juga memiliki natur lain

yang tidak dapat dielakkan, yaitu socius—Homo Homini Socius yang

berarti manusia adalah kawan bagi sesamanya. Kehidupan yang kita

Page 91: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

90

jalani saat ini adalah bagian dari realitas sosial. Manusia tidak dapat

hidup tanpa ciptaan lainnya.

Dalam melakukan kehendak Allah di dunia ini, kita berada bersama

dengan orang lain. Oleh karenanya, senang, sedih, kecewa, bahkan

marah, juga menjadi bagian dari hari-hari karena diri kita selalu

berhubungan dengan yang lain. Memang kehendak Allah itu dilakukan

secara pribadi, tetapi kita perlu mengingat bahwa dalam melakukan itu,

kita tetap berada dan menjadi bagian dalam komunitas. Artinya, kita

berusaha melakukan kehendakNya dalam sebuah relasi kebersamaan

dengan ciptaan yang lain. Dalam komunitas inilah, kehendak Allah kita

wujudkan. Seringkali perselisihan juga menjadi kenyataan yang tak

terelakkan. Tanpa kesadaran untuk menghidupi realitas sosial dengan

pemaknaan yang benar, maka kehidupan bersama dengan ciptaan lain

akan menjadi sangat menakutkan.

Dalam menyampaikan berita Injil kepada banyak orang, Paulus

menyentuh aspek socius ini. Ia bersedia untuk keluar dari zonanya dan

menjumpai zona baru dalam proses menyampaikan Injil kepada banyak

orang. Ia menjadi seperti orang Yahudi ketika bertemu dengan orang

Yahudi. Ia menjadi seperti orang Yunani ketika bertemu dengan mereka

yang Yunani. Ia turut merasakan kelemahan ketika bersama dengan

orang-orang yang lemah. Ia tidak mencengkram, namun bercengkrama

dengan manusia yang lain. Ia tidak memukul, namun merangkul. Ia tidak

melawan, namun berusaha menjadi kawan.

Seringkali egoisme kita mencengkram terlalu erat apa yang kita anggap

nyaman dan aman. Hingga akhirnya kita tidak menyadari bahwa

kehidupan yang kita jalani hanya berfokus pada kesenangan diri sendiri

dan berpotensi melukai orang lain—untuk memuaskan apa yang kita

mau.

Page 92: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

91

Dalam perspektif inilah, pemuda diundang untuk melihat realitas sosial

sebagai sebuah taman bersama. Berproseslah dengan sukacita bersama

dengan manusia-manusia dan ciptaan lainnya. Jangan terlalu

mencengkram erat egoisme kita, karena sejatinya kita perlu

membebaskan diri untuk dapat terus bergerak menjadi versi terbaik yang

kita bisa dan membawa berita tentang Kristus melaluinya kepada banyak

orang.

Penyampaian

1. Pengkhotbah membuka dengan menjelaskan singkat tentang Homo

Homini Lupus. (Lihat fokus)

2. Pengkhotbah melanjutkan dengan memaparkan tafsiran dan memberi

penekanan pada sikap Paulus yang menjadikan orang lain sebagai

kawan dalam menyebarkan Injil.

3. Masuklah dalam penjelasan di pengenaan tentang Homo Homini

Socius dan aplikasinya dalam kehidupan pemuda.

4. Ajak pemuda untuk terlibat dalam kegiatan.

Kegiatan

1. Pemuda membuat story telling bersama.

2. Pembimbing memberikan satu topik fiktif kepada pemuda, yaitu ―Bu

Ayu melakukan kebaikan pada sesama‖.

3. Ajak pemuda untuk memulai story telling kalimat per kalimat secara

bergantian untuk menjadi sebuah cerita yang mengandung pesan

Homo Homini Socius.

4. Misal: Pemuda A berkata ―pada suatu sore bu Ayu pergi ke pasar‖,

lalu dilanjutkan dengan pemuda B ―sesampainya di pasar ia bertemu

dengan pak Bayu yang terlihat sedang tidur di depan toko‖. dan begitu

seterusnya sampai kalimat-kalimat itu menjadi sebuah cerita.

Page 93: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

92

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua November 2021

LEMBAH KALI CODE

Bacaan

Lukas 24:13-35

Tujuan

Pemuda diajak untuk melihat dan menerima orang lain sebagai bentuk

kehadiran Allah dalam kehidupan mereka.

Fokus

Seringkali kita terjebak dalam pemahaman tentang orang asing yang

menakutkan. Tidak dapat dielakkan bahwa perjumpaan dengan orang

asing tidak semudah seperti kita menikmati perjumpaan dengan teman

dekat yang memang sudah lama kita kenal. Seringkali kita merasa risih

jika harus berhubungan, apalagi harus melakukan suatu hal untuk orang

yang tidak terlalu dekat dengan kita.

Lembah Kali Code menjadi contoh dan pengingat bagi kita, bahwa

kehidupan ini tidak hanya bicara tentang ―saya‖ namun juga ―mereka‖

yang Allah anugerahkan hadir dalam hari-hari kita. Melalui bacaan hari

ini, kita diingatkan, bahwa seringkali pikiran dan fokus kita terlalu luas

dan dalam terpakai untuk mencari kesenangan diri sendiri, namun dengan

acuh kita menyingkirkan atau bahkan menolak mereka yang datang,

hanya karena kita merasa mereka adalah orang asing yang tidak

membawa keuntungan bagi kita. Perjalanan ke Emaus menyuguhkan

sebuah peristiwa di mana orang yang dianggap asing dan awalnya

diacuhkan oleh Simon dan Kleopas, sebenarnya adalah Yesus yang

sedang mereka bicarakan. Mereka tidak mengenaliNya karena mereka

Page 94: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

93

tidak memberi ruang untuk seorang asing itu masuk dalam kekalutan

mereka. Hingga akhirnya ketika mereka sadar, Yesus menghilang dari

tengah-tengah mereka.

Penjelasan Teks

Diceritakan oleh penulis Injil Lukas bahwa pada waktu siang di hari

minggu itu ada dua orang murid yakni Simon dan Kleopas sedang

melakukan perjalanan menuju Emaus, yang terletak tujuh mil dari

Yerusalem. Selama di perjalanan, mereka bercakap-cakap tentang Yesus

yang baru saja mengalami kematian di kayu salib dan 3 hari sesudah itu,

mereka mendengar bahwa Yesus bangkit.

Kebingungan dan keraguan tampak sekali dalam diri Simon dan Kleopas.

Keraguan mereka terjadi karena menurut mereka, orang mati tidak

mungkin bangkit. Namun, faktanya, makam tempat Yesus dikuburkan

dalam keadaan kosong. Mayat Yesus tidak ada di situ. Dua pemikiran ini

melahirkan kebingungan dalam proses perjalanan Simon dan Kleopas

menuju Emaus.

Hal lain yang membuat mereka muram dan mereka ungkapkan dalam

percakapan dengan ‗orang asing‘ itu adalah pupusnya harapan bahwa

Yesuslah yang akan membebaskan mereka dari kolonialisme Romawi

(21). Kematian Yesus meruntuhkan harapan mereka. Sebagai tanggapan,

Yesus menguraikan kepada mereka, mulai dari kitab Musa dan kitab para

nabi arti dan pentingnya kematian-Nya sendiri. Adalah keniscayaan

bahwa Mesias, akan menderita, mati, bangkit, dan diangkat ke dalam

kemuliaan." (25-27)

Dalam suasana kalut, datanglah seorang asing mendekat, berjalan dan

bercakap-cakap dengan mereka. Orang asing itu bertanya tentang apa

yang menjadi topik percakapan Simon dan Kleopas. Anehnya orang

asing ini kemudian menerangkan bahwa tokoh yang sedang Simon dan

Page 95: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

94

Kleopas percakapkan itu harus mati dan memenuhi nubuat para nabi

supaya umat manusia diselamatkan. Kata orang itu: ―Bukankah Mesias

harus harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-

Nya?‖ Orang asing ini menegaskan suatu pertanyaan sekaligus

menegaskan keyakinan Simon dan Kleopas.

Ketika mendekati tujuan mereka, kedua murid memerhatikan

bahwa ‗orang asing‘ itu tampaknya berencana untuk terus melanjutkan

perjalanan-Nya. Lalu mereka mendesak-Nya untuk tinggal bersama

mereka. Dengan ramah, mereka menjamu ‗orang asing‘ itu.(28-

29) Menurut tradisi, sebagai tuan rumah, semestinya merekalah yang

memecah roti untuk disantap bersama. Namun yang terjadi justru

sebaliknya. ‗Orang asing‘ ini menjadi ‗tuan rumah‘ dengan mengambil,

mengucap berkat, memecah-mecahkan roti yang disajikan itu, lalu

membagikannya. Pada saat itu barulah mereka sadar, bahwa mereka baru

saja makan bersama Yesus; namun Yesus telah lenyap dari hadapan

mereka. Pada saat itu, seketika suasana hati mereka berubah, merasakan

kobaran semangat dan sukacita, sebagai ganti kesedihan dan raut

muram.(30-32) Dalam kesukacitaan itulah mereka kembali ke Yerusalem

malam itu juga untuk memberitakan perjumpaan mereka dengan Yesus

yang bangkit.(33-35)

Pengenaan

Seringkali kita terjebak dalam pemahaman tentang orang asing yang

menakutkan. Tidak dapat dielakkan bahwa perjumpaan dengan orang

asing tidak semudah seperti kita menikmati perjumpaan dengan teman

dekat yang memang sudah lama kita kenal. Seringkali kita merasa risih

jika harus berhubungan, apalagi harus melakukan suatu hal untuk orang

yang tidak terlalu dekat dengan kita.

Tema dan bacaan hari ini mengingatkan kita bahwa kehidupan yang kita

jalani saat ini mengajak kita untuk tidak menutup mata terhadap realitas

Page 96: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

95

sekitar. Sadarkah kita bahwa mungkin orang asing yang berada di sekitar

kita saat ini adalah Dia yang berjalan bersama, untuk membimbing,

memberi pengalaman, memberi rasa dan peristiwa baru ke dalam

kehidupan kita. Jika setiap orang menghayati bahwa orang lain adalah

bentuk kehadiran Allah yang datang menyapa, maka kehidupan ini akan

sangat indah. Romo Mangun menjadi pengingat bagi kita, bahwa dengan

melirikkan mata, mengulurkan tangan, dan berjalan bersama dengan

mereka yang membutuhkan pertolongan, meski tidak kita kenal, adalah

perwujudan kehadiran Allah bagi mereka yang dijumpai. Tidak berhenti

di situ, kehadiran warga kali Code juga menjadi bentuk kehadiran Allah

yang menyapa Romo Mangun. Ada keter-saling-an dalam hal ini yang

menjadikan segala sesuatunya bermakna.

Maukah kita juga menaruh pandangan, mengulurkan tangan, dan berjalan

bersama dengan mereka yang membutuhkan? Maukah kita menjadi

perwujudan kehadiran Allah bagi mereka yang sedih dan hancur?

Maukah kita menjadi uluran tangan Allah bagi mereka yang sakit dan

menderita? Maukah kita menjadi kaki bagi mereka yang sulit untuk

melangkah? Dalam menghayati kasih Allah yang begitu nyata dalam

kehidupan kita, sudah selayaknya kita hidup dalam kesadaran akan

realitas bersama Allah dan sesama di mana kita menjadi bagian di

dalamnya. Kesadaran itu membawa kita pada sebuah sikap untuk tidak

melulu memikirkan berlebih apa yang menguntungkan, menyenangkan,

dan memakmurkan kita, namun juga di dalamnya, kita memiliki peran

untuk juga menyenangkan, menenangkan, memberi pertolongan,

memberi diri untuk mereka yang kita jumpai. Lihatlah, bahwa Yesus

hadir melalui wajah-wajah asing yang berada di sekitar kita.

Page 97: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

96

Ilustrasi

LEMBAH KALI CODE

Cerita ini berawal di tahun 1980-an. Saat itu, bantaran Kali Code yang

berada di pusat Kota Yogyakarta dipenuhi gubuk-gubuk liar dari kardus.

Penghuninya silih berganti dan tak diakui oleh pemerintah setempat.

Konon penggusuran sudah dilakukan berkali-kali tapi tak pernah

berhasil, gubuk-gubuk baru dibangun kembali dan menjamur lebih cepat.

―Rumah-rumah dari kardus, atapnya dari plastik atau terpal. Pokoknya

apa saja yang ada asal tidak kepanasan. Soalnya kalau hujan ya rusak

rumah kita,‖ ujar Joko Santoso (52) sambil tersenyum mengenang masa

lalu. Joko bercerita, saat itu permukiman yang terletak di sebelah selatan

Jembatan Gondolayu ini dihuni gelandangan. Mulai dari pemulung,

pedagang, tukang ojek, sampai pencopet ada di sana. Sampai suatu hari,

pada sekitar tahun 1982 banjir akibat luapan Kali Code menyapu rumah-

rumah bedeng di bantarannya.

Saat bencana banjir itu, seorang pria paruh baya datang ke lokasi itu

dengan membawa sejumlah bantuan. Namun rupanya pria berkaca mata

itu semakin sering datang ke kawasan kumuh itu. Siapa sangka pria itu

yang mengubah nasib Kampung Kali Code.―Lalu kita tahu namanya

Romo Mangun. Dia waktu itu sering ke sini, bicara kepada warga soal

idenya untuk membangun rumah yang lebih layak, karena dia kasihan

melihat kita kehilangan rumah karena banjir,‖ tuturnya.

Meski ada saja yang meragukan ide Romo Mangun, tapi sebagian besar

warga menyetujui ajakan tersebut. Apalagi tak ada sepeser pun uang

yang dikeluarkan oleh warga. ―Kami tidak tahu uangnya dari mana, kami

hanya modal tenaga saja. Semuanya dari Romo Mangun, kami yang

kerjakan. Kami kerja bakti beramai-ramai,‖ kata Joko. Romo Mangun tak

sendirian, Joko mengatakan ada beberapa mahasiswa yang ikut

mengontrol pembangunan Kampung Code kala itu. Dibangun sedikit

Page 98: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

97

demi sedikit mulai tahun 1983 dan baru rampung pada 1985. Selama

pembangunan Romo Mangun pindah ke bantaran Code. Pria kelahiran

Ambarawa 6 Mei 1929 ini menempati sebuah rumah bedeng di sudut

sebelah utara dekat dengan kolong jembatan. Dengan segala

keterbatasannya, Romo Mangun mengawal pembangunan Kampung

Code. Meski pembangunan rampung, Romo Mangun tetap tinggal di

kampung tersebut hingga dua tahun kemudian. Selama tinggal di sana,

dia perlahan memperkenalkan koperasi dan pendidikan yang layak

kepada warga. Sebuah balai yang sengaja dibangun di tengah kampung

menjadi pusat kegiatan warga. Hampir setiap hari Romo bercengkrama

dengan anak-anak di balai tersebut. Mereka belajar bersama atau sekedar

membaca buku-buku yang sengaja diletakkan di sana.

Setelah kampung Code selesai ditata dan telah dihiasi mural warna-

warni, banyak turis mancanegara yang datang berkunjung. Sejumlah

penghargaan diraih atas gaya arsitektur kampung Code. ―Banyak yang

datang ke sini sengaja untuk lihat arsitekturnya. Kami jadi ikut bangga,‖

ujar Joko sambil tersenyum lebar. Kepercayaan diri masyarakat

Kampung Code perlahan membuncah. Kesadaran mereka akan

pendidikan untuk anak-anak juga meningkat.

Penyampaian

1. Pengkhotbah membuka dengan memberikan contoh-contoh atau

pengalaman berjumpa dengan orang asing yang berkesan dan

memberi makna. Dapat juga menanyakan kepada pemuda apa yang

mereka pikirkan ketika mendengar ―orang asing‖

2. Melalui jawaban-jawaban yang ada, arahkanlah pemuda untuk

mengerti apa yang terjadi pada peristiwa Emaus, di mana Yesus pun

pernah dianggap sebagai orang asing oleh muridNya sendiri.

Jelaskanlah proses pengenalan para murid terhadap pribadi Yesus.

Berikanlah pemahaman bahwa sebagai pemuda, kita seringkali sibuk

Page 99: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

98

dan terlalu fokus pada kesenangan yang berlebihan, bahkan dapat

menimbulkan sikap eksklusif karena yang mendapat ruang dalam diri

kita hanya orang-orang yang kita mau, tanpa memberi ruang bagi

realitas bahwa banyak orang yang membutuhkan perhatian, namun

seringkali kita singkirkan karena tidak menemukan ―kesenangan‖

melaluinya.

3. Masuklah dalam penjelasan di pengenaan melalui cerita Romo

Mangun dan Kali Code (lih. Ilustrasi).

4. Ajak pemuda untuk terlibat dalam kegiatan.

Kegiatan

1. Ajak pemuda untuk mengingat pengalaman berjumpa dengan orang

asing yang berkesan dalam perjalanan hidup mereka selama ini.

2. Arahkan pemuda untuk merefleksikan pesan apa yang dapat mereka

maknai dari perjumpaan tersebut.

3. Mintalah pemuda untuk menyimpulkan pesan tersebut ke dalam 1-2

kalimat (atau lebih) yang berisi ajakan kepada orang lain untuk

melakukan kebaikan bagi orang asing yang mereka jumpai.

4. Bagikanlah pesan tersebut ke dalam sosial media yang paling sering

mereka gunakan, agar pesan tersebut dapat dibaca oleh lebih banyak

pemuda lainnya.

Page 100: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

99

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga November 2021

AMBULANCE BAGI SESAMA

Bacaan

Ibrani 13:1-2

Tujuan

1. Pemuda mengingat kembali tugas panggilannya sebagai seorang

Kristen untuk bersaksi melalui kehidupan sosial di mana mereka

berada.

2. Pemuda diajak untuk memikirkan dan terlibat dalam kegiatan

Kesaksian dan Pelayanan yang dilakukan oleh gereja, maupun

membuat aksi berkelompok yang berfokus pada masyarakat sekitar

gereja.

Fokus

Pada minggu ini kita akan kembali membahas tentang ―orang asing‖

yang lebih meletakkan penekanan pada fenomena yang terjadi di dalam

gereja. Rasanya setiap GKI, di mana pun keberadaannya, program atau

kegiatan Kesaksian dan Pelayanan selalu menjadi salah satu yang

dilakukan. Hal itu didasari oleh pemahaman teologis bahwa sebagai

warga gereja, kita perlu menaruh perhatian kepada mereka yang

membutuhkan pertolongan dan perhatian. Oleh karena itu, minggu ini

tema dan bacaan kita akan mengarahkan pemuda untuk dapat memiliki

pandangan, pemahaman, dan rencana untuk juga terlibat dalam upaya-

upaya pelaksanaan kegiatan Kesaksian dan Pelayanan, khususnya yang

dilakukan oleh gereja.

Page 101: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

100

Kehidupan di masa muda yang semakin kompleks dapat berpotensi

mengurangi fokus kita kepada hal-hal yang berada di luar diri kita,

sehingga tidak lagi merasa penting untuk memperhatikan sesama.

Dengan mengingat konteks jemaat pada Surat Ibrani, pemuda diajak

untuk juga memiliki kesadaran bahwa kehidupan yang dijalani saat ini,

tidak hanya bicara tentang ―saya‖, tapi juga tentang mereka yang ada di

sekitar ―saya‖. Ambulance bagi sesama, merupakan satu contoh nyata

bentuk kepedulian yang bersama akan kita refleksikan.

Penjelasan Teks

Menjelang akhir surat Ibrani, sebagai penutup penulis berbicara tentang

hal-hal praktis, yaitu apa yang secara nyata diharapkan oleh penulis surat

Ibrani agar dilakukan oleh setiap orang Kristen. Pada bagian ini, penulis

surat Ibrani mengemukakan lima hal yang menjadi ciri dari hidup orang

percaya. Pertama, kasih persaudaraan adalah hal yang amat penting yang

harus dilakukan. Nasihat ini terkait dengan situasi jemaat pada waktu itu

yang tidak selalu mudah untuk melakukan kasih persaudaraan. Bahkan

sampai pada masa ini, rasanya realitas untuk melakukan kasih masih saja

menemui permasalahannya. Pada waktu itu, jemaat Kristen hidup dalam

keadaan yang sangat sulit, mereka ditekan luar biasa. Dalam keadaan

seperti itu, kasih persaudaraan mudah luntur karena masing-masing

mencari keselamatan dirinya sendiri dan mengabaikan keselamatan orang

lain. Namun penulis Surat Ibrani menganjurkan mereka untuk tetap

memelihara kasih persaudaraan itu.

Godaan lain yang membuat kasih persaudaraan itu sulit diwujudkan

adalah kepercayaan yang fanatik untuk menjaga kemurnian ajaran.

Tekanan berat di sekeliling mereka membuat mereka berusaha

sedemikian rupa untuk menjaga kemurnian ajaran. Tanpa sadar, sikap itu

Page 102: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

101

justru mengarahkan mereka untuk cenderung menjadi hakim bagi

sesama. Mereka saling mencurigai dan menuduh.

Pada ayat 2, penulis Surat Ibrani menyinggung tentang memberi

tumpangan. Pada masa itu, menjadi seorang Kristen mengandung resiko

yang besar. Mereka dikucilkan dan mendapat tekanan. Sehingga

memberi tumpangan merupakan suatu tindakan yang sangat penting

khususnya untuk melindungi mereka yang dikucilkan oleh keluarga atau

lingkungannya, juga untuk mereka yang menjadi orang asing dalam

perjalanan mengabarkan Injil. Hal ini begitu ditekankan oleh penulis

dengan mengutip Perjanjian Lama ketika Abraham menjamu orang asing

yang sesungguhnya adalah utusan Tuhan yang menyampaikan kabar baik

bahwa ia akan segera mendapat keturunan (ay.2).

Bagi kita yang hidup sekarang ini, nampaknya sikap keramahtamahan

dengan memberi tumpangan itu sulit untuk dilakukan. Ada begitu banyak

ketakutan yang membuat kita enggan untuk menolong atau berhubungan

dengan orang asing. Memang kita perlu bersikap waspada, namun jangan

karena begitu waspada, kita sampai menutup pintu rapat-rapat dan sama

sekali tidak lagi mau peduli pada kebutuhan orang lain. Sikap gereja

mula-mula yang patut kita teruskan adalah peduli dan bersimpati pada

mereka yang dilanda kesulitan, bahkan pada Kisah Para Rasul 4 dicatat,

mereka rela menjual harta miliknya dan membagikan itu kepada orang

miskin, dengan harapan tidak ada lagi yang berkekurangan. Melalui

kisah tersebut, kita dapat memaknai, bahwa kekristenan itu bukan

menarik karena bangunan yang megah dan segala perlengkapan yang

hebat saja, namun karena di dalamnya setiap orang memiliki hati dan

sikap untuk mau peduli dan menaruh perhatian pada sesama,

sebagaimana Allah di dalam Kristus memberikan teladan untuk kita

melakukannya.

Page 103: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

102

Pengenaan

Berawal dari fenomena sulitnya mengakses ambulance di daerah Cianjur,

dan mahalnya harga sewa yang dibebankan kepada masyarakat untuk

memakainya, lantas GKI Cianjur memutuskan untuk mengupayakan

pengadaan ambulance. Dengan keterbatasan dana yang dialami, mereka

tidak berhenti dan menyerah. Melalui fasilitas digital yang ada, GKI

Cianjur melakukan penggalangan dana untuk pengadaan ambulance bagi

masyarakat. Setelah proses pengumpulan dana, terwujudlah satu mobil

ambulance yang dapat dipakai oleh masyarakat secara gratis. GKI

Cianjur meneruskan untuk mengelola itu dan hingga kini, bentuk

Kesaksian Pelayanan melalui ambulance tersebut semakin berkembang,

hingga masyarakat yang mampu juga dapat ikut terlibat dalam pengadaan

dana dan tenaga untuk pengelolaan.

Kisah ini merupakan contoh kepedulian gereja terhadap fenomena yang

terjadi di masyarakat. Gereja perlu peka pada kebutuhan dan kesulitan

dunia sekitarnya. Seperti apa yang dicatat dalam Surat Ibrani,

―Peliharalah kasih persaudaraan! Jangan kamu lupa memberi tumpangan

kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan

tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.‖ (ay.1-2)

Dalam menjalani kehidupan yang selalu diperhadapkan dengan sesama,

kita sebagai bagian dari gereja perlu untuk melihat kondisi dan keadaan

di sekitar. GKI mempunyai beberapa wadah bersama dalam lingkup

sinodal yang menangani persoalan-persoalan sosial, khususnya bencana

alam yang terjadi di berbagai tempat dalam Negara kita. Tidak hanya itu,

jemaat-jemaat lokal pun ikut terlibat dalam memberi perhatian pada

kondisi sekitar, melalui kegiatan Kesaksian dan Pelayanan. Sebagai

pemuda, kita perlu juga terlibat untuk mendukung, mengembangkan dan

melaksanakan Kesaksian dan Pelayanan, baik yang sudah menjadi

Page 104: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

103

program dalam gereja, maupun yang akan dipikirkan bersama dengan

pemuda-pemudi gereja setempat. Kegiatan Kesaksian dan Pelayanan

dalam lingkup jemaat ini perlu diberi perhatian, karena melalui itulah

kita memiliki wadah bersama untuk terlibat dalam misi kasih Allah, yaitu

memelihara kasih persaudaraan, serta memberi tumpangan bagi mereka

yang membutuhkan. Dorong diri kita dan teman-teman kita untuk terlibat

secara nyata dalam memikirkan dan melakukan kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan saudara-saudara yang berada di luar ―gedung gereja

kita‖.

Penyampaian

1. Pengkhotbah membuka dengan menceritakan tentang fenomena yang

terjadi dalam kehidupan di sekitar gereja. Dapat juga menanyakan

kepada pemuda tentang apa yang mereka tahu terkait kondisi

masyarakat sekitar.

2. Pengkhotbah melanjutkan dengan membedahnya menggunakan pesan

dari surat Ibrani tentang kasih persaudaraan (lih. Tafsiran).

3. Masuklah dalam penjelasan di pengenaan tentang ambulance GKI

Cianjur dan mengajak pemuda untuk juga dapat terlibat dalam

kegiatan Kespel dalam jemaat lokal.

4. Ajak pemuda untuk terlibat dalam kegiatan.

Kegiatan

1. Diskusikanlah bersama pemuda tentang program Kespel yang ada di

gereja mereka.

2. Bantulah pemuda untuk memikirkan bagaimana mereka dapat

berperan di dalamnya.

3. Stimulus pemuda untuk juga dapat membuat program Kespel yang

sederhana di dalam komunitas mereka, di gereja.

4. Tunjuklah satu orang untuk menjadi kordinator dalam project ini, agar

secara berkala kegiatan tersebut dapat di- follow up dan dapat terukur.

Page 105: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

104

Page 106: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

105

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat November 2021

MERANGKUL YANG TERHILANG

Bacaan

Matius 25:31-46

Tujuan

Pemuda menyadari bahwa menolong mereka yang terhilang, lemah,

disingkirkan oleh masyarakat, merupakan sikap yang diperlukan dalam

menghayati perannya sebagai pengikut Kristus.

Fokus

Merangkul yang terhilang mungkin menjadi sikap yang sulit untuk

dikerjakan bagi banyak orang, atau mungkin termasuk kita di dalamnya.

Namun Kristus menghendaki untuk melakukan itu dalam keseharian kita.

Seringkali dalam memberi pertolongan kepada orang lain, kita pun

mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan diri sendiri. Mungkin

timbul pertanyaan, apakah orang yang ditolong akan membalas juga

dengan perbuatan baik? Jika rasanya tidak, maka pertolongan tidak kita

berikan. Fenomena lain, seringkali dalam sebuah komunitas, terdapat

seorang yang tidak berdaya dan dijauhi oleh banyak orang, maka kita

enggan untuk berdekatan dengannya, karena kita merasa tidak siap jika

dijauhi juga oleh banyak orang karena dia yang kita tolong. Masih

banyak lagi fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita, yang

menunjukkan bagaimana memberi rangkulan pada mereka yang terhilang

merupakan sikap yang tidak mudah.

Hari ini kita bersama menyadari dan mendorong diri untuk membuka

mata dan tangan untuk menyambut mereka yang terhilang, karena

Page 107: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

106

Kristus menghendaki kita untuk tumbuh menjadi pemuda-pemudi yang

punya kepedulian terhadap sesama, apa pun keadaan mereka.

Penjelasan Teks

Perikop Injil Matius 25:31-46 ditempatkan dalam konteks pengadilan

zaman akhir. Pentingnya pelayanan bukan karena mampu menghasilkan

keuntungan, namun pelayanan kepada sesama berbicara tentang

keselamatan dan hidup kekal. Dalam hal ini kita dapat melihat

pentingnya pelayanan kepada sesama dalam konteks pengadilan zaman

akhir, yaitu di Matius 25:40, dan Matius 25:31. Dalam Matius 25:40,

setiap umat akan diadili Kristus berdasarkan segala sesuatu yang kamu

lakukan kepada sesama, dan Matius 25:31, mempersaksikan Kristus

selaku Raja akan datang dalam kemuliaan bersama para malaikat-Nya

untuk mengadili setiap orang seperti gembala yang memisahkan domba

dari kambing. Dengan kata lain, selaku Raja, Kristus akan menjadi

Hakim yang memisahkan manusia dalam kelompok ―kambing‖ atau

―domba‖ berdasarkan perilaku mereka terhadap sesama khususnya

sesama yang lemah dan tertindas.

Sekalipun dalam ay 34-36 dikatakan bahwa mereka yang menerima

Kerajaan itu karena telah melakukan perbuatan-perbuatan baik tertentu,

tetapi tidak berarti bahwa bagian ini mengajarkan Salvation by works (=

keselamatan karena perbuatan baik). Namun yang dimaksud adalah

perbuatan baik itu menunjukkan bahwa mereka menghidupi teladan

Kristus dan beriman di dalamnya, karena mereka telah diselamatkan oleh

anugerah Allah dalam Kristus.

Dalam bagian ini Yesus menekankan perbuatan baik, supaya para

pendengarNya menantikan kedatanganNya dengan menjaga hidup yang

melandaskan kasih dalam hari-harinya. Dalam ay 35-36, Yesus memberi

penegasan pada perbuatan berupa kebaikan-kebaikan sosial yang kecil

(bdk. Mat 10:42), karena itu janganlah lalai untuk melakukan kebaikan-

Page 108: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

107

kebaikan yang kecil ini. Pemahaman ini tentu tidak berarti bahwa

kebaikan yang besar tidak dihargai oleh Allah dan tidak perlu dilakukan.

Kalau Allah menghargai kebaikan yang kecil, maka tentu Ia juga

menghargai kebaikan yang besar.

Pertanyaan orang-orang benar dalam ay 37-39 menunjukkan bahwa

mereka tidak menyadari atau tidak mengingat-ingat perbuatan baik

mereka (bdk. Luk 17:7-10). Sebaliknya, orang benar menyadari

dosa-dosanya. Tetapi orang fasik justru terbalik. Mereka tidak menyadari

dosa-dosa mereka (ay 44), tetapi mereka menyadari atau mengingat-ingat

‗perbuatan baik‘ mereka (bdk. Mat 7:22).

Kemudian Yesus menutup dengan menegaskan, bahwa

―sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah

seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk

Aku.‖ (ay.45) Dalam hal ini, kita diajar bahwa segala yang baik yang kita

lakukan untuk orang lain, sekalipun mereka adalah orang-orang yang

tidak dianggap oleh banyak orang, atau mereka yang bahkan tidak pernah

berbuat baik kepada kita, atau mereka yang tidak termasuk dalam

kelompok kita, atau siapa pun yang kita jumpai, kita pun telah

melakukannya untuk Allah.

Pengenaan

Semakin banyak hal yang kita ingin capai dalam kehidupan kita, wajar

jika fokus hidup kita menjadi sangat terbatas pada apa yang kita ingin

raih. Prestasi, pekerjaan di perusahaan yang memiliki reputasi baik,

jabatan yang terpandang, studi lanjut, pasangan yang sesuai dengan

―selera‖ kita, atau rencana membeli rumah, kendaraan, bahkan liburan ke

tempat-tempat yang sudah lama kita inginkan, dan masih banyak lagi

hal-hal yang ingin kita tuju. Dalam proses mencapai itu, kita perlu

bekerja keras.

Page 109: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

108

Seringkali kita lupa, dalam bekerja keras mewujudkan rencana-rencana

hidup, kita tetap berada bersama dengan orang lain dan tetap berjumpa

dengan mereka yang bahkan kita lupakan. Ambisi kita untuk mencapai

berbagai rencana hidup seringkali juga menyingkirkan orang lain yang

membutuhkan bantuan kita. Merasa risih, terganggu, dan terhambat oleh

kehadiran orang lain yang tidak membawa keuntungan bagi kita, menjadi

realitas yang banyak terjadi dalam komunitas-komunitas kaum muda.

Dalam fase ini, berteman dan berhubungan dengan mereka yang kita

anggap satu tujuan, bukan hal yang salah. Justru kita membutuhkan

orang-orang yang mengerti dan mendukung apa yang ingin kita capai.

Namun bukan berarti kita hanya membuka diri pada mereka yang se-

tujuan dengan kita, lalu mengabaikan banyak orang di luar sana, yang

mungkin bukan hanya ―tidak se-tujuan‖ namun mereka sudah tidak

punya tujuan dalam hidupnya karena berbagai kondisi. Mereka yang

mendapat diskriminasi, mereka yang mendapat perlakuan tidak

menyenangkan dari banyak orang, mereka yang dianggap rendah dan

hina, mereka yang dalam hari-harinya harus menerima rundungan dari

sekitar karena fisik dan kondisi sosial ekonomi. Sadarkah bahwa mereka

ada dalam realitas kehidupan kita? Sadarkah seringkali mereka luput dari

pandangan kita?

Hari ini kita berefleksi bersama tentang bagaimana Yesus berdialog

tentang orang yang dianggap hina oleh orang banyak. Yesus menegaskan

bahwa apapun yang kita lakukan untuk sesama yang paling hina itu, kita

melakukannya untuk Tuhan. Artinya, kita semua diajak untuk mengingat

mereka yang terhilang dari pandangan kita, namun sesungguhnya ada

dalam keseharian kita dengan keadaan yang memprihatinkan. Kita diajak

untuk mengulurkan tangan bagi mereka yang jatuh, memberikan air pada

mereka yang haus, memberi makan pada mereka yang lapar, memberi

bahu untuk mereka yang sedih dan hancur karena diperlakukan tidak

Page 110: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

109

adil. Banyak hal yang bisa kita perbuat bagi mereka. Oleh karena itu,

bukalah mata kita, dan lihatlah sekeliling.

Berkaca pada kisah Dorothy Day (lih. Ilustrasi), setiap apa yang kita

kerjakan untuk orang lain pasti mengandung resiko. Dorothy Day

memberikan hidupnya untuk memperjuangkan keadilan dan

memperhatikan mereka yang luput dari pandangan banyak orang. Tentu

ini adalah sikap yang begitu baik. Namun pun ia melakukan hal yang

baik dan benar, tantangan pasti mengikuti. Day harus menerima kecaman

dan bahkan berada di penjara karena aksinya membela mereka yang

lemah.

Melalui kisah ini, kita tahu, bahwa tidak semua orang mau meresikokan

diri untuk melakukan kebaikan dan kebenaran. Namun kita diundang

untuk bersikap berani untuk merangkul mereka. Bukan untuk mencari

nama baik, namun karena Kristus menghendaki demikian. Cinta Kristus

pada kita sesungguhnya mendorong kita untuk dapat membagikan cinta

kepada sesama.

Ilustrasi

Dorothy Day (8 November 1897 - 29 November 1980) adalah

seorang jurnalis yang berubah menjadi aktivis sosial dan anggota Gereja

Katolik Roma yang taat. Dia menjadi terkenal karena kampanye keadilan

sosialnya dalam membela orang-orang miskin: terbuang, lapar, dan kaum

tunawisma. Bersama dengan Peter Maurin dia mendirikan Catholic

Worker Movement (Gerakan Pekerja Katolik) pada 1933, menganjurkan

aksi nonkekerasan dan keramahan bagi yang miskin dan tertekan.

Gerakan ini dimulai dengan koran Catholic Worker yang dia dan Peter

Maurin dirikan untuk memasang posisi netral, pendukung

perdamaian pada masa 1930-an yang semakin tercabik-cabik oleh

perang. Day kemudian membuka sebuah "rumah keramahan" di

Page 111: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

110

daerah kumuh New York City. Gerakan ini dengan cepat menyebar ke

kota-kota lain di AS, Kanada, dan Inggris; lebih dari 30 komunitas

Catholic Worker yang independen namun berafiliasi dengan CW telah

didirikan pada 1941. Pada 2005 telah ada sekitar 100 komunitas di

Australia, Britania Raya, Jerman, Belanda, Irlandia, Meksiko, Selandia

Baru, dan Swedia).

Dimulai dengan tulisan mudanya untuk surat kabar sosialis, Dorothy Day

sering keluar dari jalur arus utama Amerika. Dengan itu, ia ditangkap

untuk pertama kalinya pada tahun 1917, ketika menyerang Gedung Putih

dengan menuntut perempuan memiliki hak untuk memilih. Di penjara,

pada usia 20 tahun, dipukuli oleh polisi, dan pengalaman itu membuatnya

semakin bersimpati kepada mereka yang tertindas dan tidak berdaya di

masyarakat.

Dalam beberapa tahun sejak didirikan pada 1933 sebagai surat kabar

kecil, Catholic Worker berkembang menjadi sebuah gerakan sosial. Day

dan pendukungnya membuka dapur umum di New York City. Memberi

makan orang miskin berlanjut selama bertahun-tahun, dan Catholic

Worker juga membuka "rumah keramahtamahan" yang menawarkan

tempat tinggal bagi para tunawisma. Selama bertahun-tahun Catholic

Worker juga mengoperasikan pertanian komunal dekat Easton,

Pennsylvania.

Selain menulis untuk koran Catholic Worker, Day bepergian secara

ekstensif, memberikan ceramah tentang keadilan sosial dan aktivis

pertemuan, baik di dalam maupun di luar Gereja Katolik. Dia kadang-

kadang dicurigai memiliki pandangan politik yang subversif, tetapi

dalam arti dia beroperasi di luar politik. Ketika pengikut Gerakan Pekerja

Katolik menolak untuk berpartisipasi dalam latihan penampungan akibat

Perang Dingin, Day dan lainnya ditangkap. Dia kemudian ditangkap saat

melakukan protes dengan serikat pekerja pertanian di California.

Dia tetap aktif sampai kematiannya, di kamarnya di kediaman Catholic

Worker di New York City, pada tanggal 29 November 1980.

Page 112: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

111

Penyampaian

1. Pengkhotbah membuka dengan menceritakan tentang Dorothy Day

(lih. Ilustrasi).

2. Pengkhotbah melanjutkan dengan memaparkan apa yang menjadi

sikap Yesus dalam melihat dan merangkul mereka yang terasing (lih.

Penjelasan teks).

3. Masuklah dalam penjelasan di pengenaan tentang bagaimana realitas

kehidupan saat ini seringkali membuat kita lupa untuk mengarahkan

pandangan pada mereka yang terhilang.

4. Ajak pemuda untuk terlibat dalam kegiatan.

Kegiatan

1. Mengajak pemuda membuat list berisi 5 sosok yang mungkin selama

ini mereka lihat, namun tidak pernah menyempatkan diri untuk

menyapa atau berbincang karena orang di dalam list tersebut juga

tidak mendapat begitu perhatian dari masyarakat umum, atau bahkan

mengalami ketidakadilan atau disingkirkan dari masyarakat.

2. Arahkan pemuda untuk membuat ―target waktu‖ selama 1 bulan untuk

menjumpai atau menghubungi orang tersebut dan memberi perhatian

kepada mereka melalui cara yang mungkin untuk mereka lakukan.

3. Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan kembali pemuda untuk

mengarahkan pandangannya kepada orang-orang yang luput dari

perhatian mereka, sehingga setelah list itu selesai dilakukan, pemuda

memiliki kesadaran untuk meneruskannya kepada orang lain yang

mereka jumpai selanjutnya.

Page 113: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

112

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Pertama Desember 2021

SOLIDARITAS

Bacaan

Yesaya 52:13 – 53:12

Tujuan

1. Pemuda memahami siapa itu ODHA dan mampu memperlakukan

ODHA dengan baik sebagai sesama manusia, sehingga bisa

menunjukkan kasih persaudaraan yang membangun kehidupan

bersama.

2. Pemuda menyadari bahwa Kristus juga menjadi Penebus bagi orang-

orang yang dikategorikan sebagai ODHA, sehingga tindakan kasih

yang ditunjukkan adalah bentuk perpanjangan kasih Tuhan, bukan

karena kebanggaan pribadi.

Fokus

1 Desember ditetapkan sebagai peringatan Hari HIV/AIDS sedunia. Pada

tahun 1988, WHO (World Health Organization) yang merupakan bagian

dari UN (United Nations) menetapkan HIV/AIDS yang sudah ditemukan

di hampir seluruh dunia perlu diperangi bersama. Setiap tanggal 1

Desember, orang-orang berkampanye untuk menekan penularan

HIV/AIDS serta memperlakukan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)

dengan baik.

Perlakuan yang tidak adil kepada ODHA ini terjadi tidak hanya di

Indonesia tapi juga di negara lain. HIV/AIDS ditularkan melalui

hubungan seks secara bebas tanpa pengaman, penyalahgunaan narkotika

melalui jarum suntik secara bergantian dan juga pembuatan tattoo yang

Page 114: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

113

tidak steril. Dengan cara penularan seperti ini, virus yang menyerang

kekebalan tubuh penderitanya membuat mereka divonis sebagai

pembawa kutuk. ODHA dianggap aib dan kehadiran mereka dihindari.

Stigma yang melekat pada mereka adalah pecandu seks dan pecandu

narkoba, orang-orang yang tidak bisa jauh dari kelamnya dunia malam.

Pada minggu ini, Pemuda diajak untuk melihat ODHA sebagai sesama

manusia yang perlu ditolong. Solidaritas untuk mereka tidak berhenti

pada selebrasi yang diatur di tanggal 1 Desember setiap tahunnya.

ODHA juga adalah manusia ciptaan Tuhan yang perlu ditolong dan

diberikan semangat untuk tetap menjalani kehidupan dengan baik.

Penjelasan Teks

Nabi Yesaya menubuatkan tentang seorang hamba Tuhan yang

menderita. Penderitaannya itu amat sangat: secara fisik, psikologis, dan

juga spiritual. Hamba ini digambarkan sebagai orang yang kena tulah.

Tulah dalam Perjanjian Lama adalah suatu ganjaran atas hal yang tidak

pantas, tidak berkenan di hadapan Tuhan. Dalam KBBI, tulah artinya

kemalangan yang disebabkan oleh kutuk, karena perbuatan yang kurang

baik terhadap orang tua (orang suci dan sebagainya), atau karena

perbuatan melanggar larangan. Kata lainnya adalah kualat. Dalam

terjemahan terjemahan yang lain, tulah disebut juga penyakit-penyakit

yang mengerikan. Orang yang kena tulah akan dihindari orang lain

karena kenajisannya. Seseorang yang menderita itu sebenarnya tidak

bersalah. Justru dia menanggung kesalahan semua orang (Yes. 53: 6).

Selain kena tulah, rupa atau bentuk dari orang yang menderita ini sudah

tidak seperti manusia lagi (Yes. 52: 14). Rupanya yang buruk ini

kemudian mengingatkan pada penderitaan yang dialami oleh Yesus. Ia

disesah sebelum disalibkan (bnd. Mat. 27: 26, Mrk. 15: 15, Luk. 18: 33,

Yoh. 19: 1). Dalam tradisi Romawi, seorang terpidana mati disiksa

Page 115: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

114

terlebih dahulu sebelum menjalani hukumannya. Ini dilakukan agar

terpidana itu merasakan kesakitan sebelum akhirnya meninggal. Seorang

terpidana bisa saja kehilangan anggota tubuh seperti lidah atau mata

akibat siksaan para algojo. Ia disesah sebanyak 40 kali cambukan, sesuai

hukum Yahudi. Ia pun diolok-olok dan dipermalukan, sehingga tidak lagi

diperlakukan sebagaimana layaknya manusia bermartabat. Gambaran

inilah yang disampaikan Yesaya. Rupa hamba Tuhan itu, secara fisik dan

mental, tidak lagi terlihat sebagai manusia atau anak manusia.

Demikianlah penderitaan seorang hamba demi menyelamatkan yang lain.

Inilah yang kemudian disandingkan dengan apa yang diterima Yesus

untuk menanggung dosa dan kesalahan manusia. Penderitaan tidak

menjadi akhir dari kisah hamba Tuhan ini. Seperti yang dialami oleh

Yesus, ada kemenangan dan kegembiraan setelah penyiksaan yang berat

itu (Yes. 53: 12).

Bagi bangsa Israel di masa itu, bacaan ini bicara tentang bagaimana

keadaan mereka akan dipulihkan setelah mengalami penderitaan yang

dahsyat. Ketika ada di pembuangan, mereka pun kehilangan kejayaan,

diangkut sebagai tawanan perang, dan tidak lagi memiliki harga diri

sebagai negara yang berdaulat. Janji Tuhan akan pemulihan ini

merupakan harapan umat ketika mereka ada di pembuangan.

Pengenaan

Tuhan Yesus sudah menderita di atas kayu salib untuk menggantikan

setiap orang yang bersalah. Dia ada tergantung di salib karena dosa dan

kesalahan umat manusia. Kita meyakini bahwa setiap orang yang percaya

kepada-Nya sudah ditebus oleh darah dan nyawa Tuhan Yesus. Dia

adalah Allah yang menderita, Tuhan yang mengalami penderitaan paling

berat yang dialami oleh manusia. Dengan demikian, kita juga meyakini

Page 116: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

115

bahwa Tuhan mengerti rasanya menjadi manusia dengan segala

kesusahannya.

ODHA juga berhak merasakan kasih dan pengorbanan Kristus di kayu

salib. Penderitaan mereka atas pandangan orang lain yang mengucilkan,

merendahkan, dan juga mengutuk, semua itu tidak lebih berat dari apa

yang sudah Tuhan Yesus tanggung. Inilah solidaritas Tuhan kepada

setiap manusia, apapun kondisinya. ODHA juga adalah orang-orang

berhak merasakan kasih dan pengampunan, karena penderitaan mereka

sudah ditanggung oleh Tuhan Yesus di kayu salib.

Kita sebagai orang-orang yang sudah menerima Tuhan Yesus sebagai

Juruselamat perlu menyatakan kasih ini kepada banyak orang. Tidak

terkecuali kepada orang dengan HIV/AIDS. Tidak semua ODHA adalah

orang yang aktif sebagai pengguna narkoba, pengguna alat tattoo yang

tidak steril atau yang sering berganti pasangan dalam hubungan seks.

Bisa juga karena transfusi darah atau karena memiliki pasangan seks

yang sering berganti pasangan tanpa pengaman. Bagi mereka yang

terjangkit karena kesalahan mereka, pertobatan dan pengampunan

tersedia bagi mereka. Demikian juga dengan terjangkit karena orang lain

yang menularkan, kasih dan perlindungan Tuhan pun tersedia bagi

mereka.

Tuhan Yesus mengasihi semua orang, apapun yang mereka hadapi. Kita

pun diminta menunjukkan kasih serta pengampunan bagi siapapun,

termasuk orang-orang dengan HIV/AIDS. Inilah saatnya kita

membangun kesadaran bersama untuk memperlakukan sesama manusia

sebagai seutuhnya manusia. Mereka perlu harapan akan pemulihan yang

sejati dari Tuhan melalui penerimaan dari sesama manusia.

Penyampaian

Page 117: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

116

1. Sebelum masuk dalam pembacaan Alkitab, ajak teman-teman pemuda

brain-storming tentang apa yang mereka ketahui terkait ODHA.

2. Ajak mereka membaca bagian Alkitab untuk minggu ini.

3. Sampaikan penjelasan teks dan pengenaan. Tekankan bahwa Tuhan

Yesus sudah menanggung semua penderitaan manusia, termasuk

ODHA.

4. Diskusikan bersama apa langkah konkret yang bisa dilakukan untuk

menumbuhkan solidaritas kepada ODHA.

Kegiatan

Untuk brain-storming, silakan menggunakan web

https://www.mentimeter.com/ untuk memberi ruang bagi teman-teman

pemuda mengungkapkan pendapat mereka secara bebas dan tanpa nama

terkait pandangan mereka tentang ODHA. Dari jawaban-jawaban

mereka, arahkan mereka untuk memahami firman Tuhan sesuai tujuan

dari tema ibadah hari ini.

Page 118: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

117

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Kedua Desember 2021

DIA UTUSKU

Bacaan

Lukas 3: 1-17

Tujuan

1. Pemuda belajar tentang tokoh Yohanes Pembaptis yang dipersiapkan

Tuhan untuk melayani agar orang Israel bertobat.

2. Pemuda berkomitmen untuk bersedia menolong proses pertobatan

orang lain secara penuh dan menjadi bagian dari pekerjaan Tuhan di

dunia.

Fokus

Pertobatan sejatinya adalah kesadaran pribadi seseorang untuk beralih

dari keberdosaannya dan menempuh jalan hidup yang lebih baik. Namun,

pertobatan seringkali menjadi perbicaraan komunal, termasuk dalam

komunitas gereja. Pertobatan seseorang dijadikan tolok ukur penerimaan

seseorang dalam kegiatan pelayanan. Sehingga urusan personal menjadi

konsumsi khalayak ramai dan tidak jarang diperbincangkan di banyak

kesempatan.

Rendahnya rasa empati dan rasa keingin-tahuan yang tinggi dan

cenderung berlebihan dalam komunitas membuat banyak orang tidak

nyaman. Alih-alih menjadi rekan sekerja Allah, situasi seperti ini justru

menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Tugas pengutusan sebagai rekan sekerja Allah perlu diredefinisi sehingga

tidak menjadi salah kaprah dan salah arah. Belajar dari apa yang

Page 119: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

118

dilakukan Yohanes Pembaptis, teman-teman Pemuda diharapkan bisa

menjadi rekan seperjalanan bagi mereka yang ingin bertobat dan kembali

kepada jalan keselamatan di dalam Yesus Kristus.

Penjelasan Teks

Yohanes Pembaptis masih memiliki hubungan saudara dengan Yesus.

Kelahirannya pun juga dikisahkan hampir mirip dengan Yesus. Ada

malaikat yang memberikan kabar kepada Imam Zakharia, ayah Yohanes

Pembaptis. Malaikat itu menjelaskan apa yang menjadi tugas anak

tersebut kelak. ―… ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada

Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam

roh…‖ (Luk. 1: 16-17). Ucapan malaikat itu pun sesuai dengan apa yang

menjadi dasar bacaan Alkitab hari ini.

Ia menyerukan pertobatan bagi orang-orang Israel dengan melayankan

baptisan. Praktek pembaptisan ini bukan dimulai oleh Yohanes. Tradisi

pembasuhan menggunakan air untuk penyucian juga dialami oleh

Naaman (2 Raj. 5: 14). Yohanes kemudian tampil untuk menyerukan

pertobatan bagi orang-orang yang mendengarnya, serta membaptis

sebagai tanda bahwa mereka sudah bertobat.

Ia tidak hanya membaptis. Ia juga mengajarkan makna dari pertobatan itu

dan mengajarkan pentingnya hidup yang benar menjelang kedatangan

Yesus. Pertanyaan-pertanyaan tentang sikap yang harus ditunjukkan

setelah dibaptis pun dijawab dengan baik oleh Yohanes. Baptisan adalah

sebagai tanda, yang kemudian perlu ditindaklanjuti dengan perbuatan

yang nyata.

Menarik untuk melihat respons orang-orang yang mendengar perkataan

Yohanes Pembaptis ini. Mereka berharap dan menanti kedatangan

Mesias sehingga mereka menanyakan itu kepada Yohanes (Luk. 3: 15).

Orang-orang ini butuh kepastian tentang Mesias yang akan memulihkan

Page 120: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

119

keadaan mereka. Situasi saat itu sungguh jauh dari nyaman. Mereka ada

dalam penjajahan Romawi. Mereka tidak berdiri sebagai umat yang

paham apa tugas dan panggilannya. Mereka harus bertanya kepada

Yohanes tentang apa yang harus mereka perbuat. Ini mengindikasikan

bahwa pertumbuhan spiritual mereka pun tidak berkembang dengan baik.

Yohanes Pembaptis pun menerangkan bahwa dirinya bukanlah Mesias.

―Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah

jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.‖ (Yoh. 1: 23,

Yes. 40: 3) Dia adalah sarana untuk menyampaikan pertobatan di antara

orang-orang Israel. Dirinya adalah orang yang menyiapkan jalan untuk

kedatangan Dia yang adalah Mesias, yaitu Yesus yang disebut Kristus.

Pengenaan

Beberapa hal yang perlu diteladani dari sosok Yohanes Pembaptis adalah

sebagai berikut. Pertama, Yohanes Pembaptis tidak hanya membaptiskan

orang tetapi juga memberikan pengajaran. Ia menunjukkan cara untuk

merespons pertobatan dengan tindakan yang nyata. Dia tidak mengusik

hal lain di luar itu. Dia fokus memberikan ajaran yang konkret dan jelas

untuk orang-orang yang mendengarnya. Ia menegur dengan keras, namun

menyampaikan fakta. Dia membentuk komunitasnya sendiri dengan

mengutamakan pertobatan dan kesiapan untuk menyambut Mesias.

Komunitas orang Kristen saat ini perlu mencontoh apa yang diajarkan

Yohanes Pembaptis. Ia tidak sibuk membicarakan pertobatan atau

pergumulan iman orang lain. Ia justru mengajarkan apa yang perlu

dilakukan, sebagai respons atas baptisan yang sudah diterima. Tidak lagi

diungkit kesalahan-kesalahan yang lalu. Orang-orang hanya perlu datang

padanya dan memberi diri dibaptis. Komitmen untuk hidup baru ada

pada masing-masing orang. Sadarilah bahwa setiap orang memiliki

prosesnya masing-masing, sehingga tidak perlu dijadikan pergunjingan

atau bahan obrolan bagi orang lain.

Page 121: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

120

Kedua, kesadaran atas tugas dan panggilan Yohanes Pembaptis

membuatnya tidak gegabah dengan memberikan harapan palsu bagi

orang-orang pada masa itu. Ia bersaksi dengan sungguh-sungguh bahwa

ia bukanlah Mesias. Dia hanya perantara yang tampil terlebih dahulu

untuk mempersiapkan jalan. Kesadaran ini membuat Yohanes Pembaptis

tidak kehilangan fokusnya. Ia menolong orang-orang yang mengalami

kekosongan spiritual untuk mengisinya dengan hal-hal yang baru. Yang

kesulitan, dibantu. Yang tidak paham, diberikan pengertian. Yang belum

mengerti, diajar dengan sabar. Konsistensi Yohanes Pembaptis ini perlu

diteladani oleh semua orang yang percaya kepada Yesus. Ingatlah bahwa

pertobatan seseorang itu perlu didukung, bukan dijadikan buah bibir dan

perundungan. Kita diutus untuk menjadi rekan sekerja dalam

mewujudkan kehendak Tuhan. Maka dari itu, komunitas Gereja

diharapkan menjadi tempat pertobatan dan pertumbuhan iman yang

nyaman bagi banyak orang demi terwujudnya umat yang kuat dalam

persekutuan, kesaksian dan pelayanan.

Penyampaian

1. Awali perenungan Firman dengan membaca bagian Alkitab.

2. Lakukan Kegiatan, meminta teman-teman Pemuda menuliskan apa

yang akan mereka lakukan jika menjadi Yohanes Pembaptis masa kini

dan apa yang menjadi tantangannya.

3. Sampaikan penjelasan teks dan pengenaan sebagai perenungan.

4. Ajak mereka mengutarakan ide dan pendapat agar gereja atau komisi

pemuda menjadi sarana yang kondusif untuk mendukung pertobatan

dan pertumbuhan iman anggotanya.

5. Doronglah teman-teman Pemuda untuk mewujudkan ide-ide untuk

membuat pelayanan mereka menjadi lebih baik.

Kegiatan

Page 122: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

121

Andai Aku Jadi Yohanes Pembaptis Masa Kini

Apa Yang Akan Kulakukan Kendala dan Tantangan

Page 123: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

122

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Ketiga Desember 2021

GAUDETE

Bacaan

Lukas 1: 46-56

Tujuan

1. Pemuda memahami perasaan sukacita Maria sebagai bentuk kasih

Tuhan atas dirinya dan juga bagi dunia ini.

2. Pemuda mau untuk meneruskan sukacita ini dengan menyatakan

keadilan dan kebenaran dalam segala aspek.

Fokus

Walaupun masih terdampak pandemic, suasana mendekati Natal sudah

terasa sejak awal Desember. Di masa di mana biasanya orang sibuk

berbenah untuk perayaan Natal yang meriah, kali ini teman-teman

pemuda diajak untuk menyatukan diri bersama Maria, ibu Yesus.

Sukacita Maria kali ini menjadi dasar untuk merenungkan makna

Gaudete, sebuah sukacita yang tidak berpusat pada diri sendiri melainkan

karena karya kasih Allah kepada dunia ini dan isinya.

Allah sendiri telah berinisiatif untuk menyapa manusia melalui keajaiban

yang dialami Maria. Maria melihat keajaiban ini sebagai sebuah

kesukaan besar bagi semua ciptaan. Tindakan Allah yang Mahakuasa

telah membuat sesuatu yang mustahil menjadi mungkin terjadi. Melalui

apa yang dialami Maria, teman-teman pemuda belajar untuk menjadi

bagian yang terkoneksi dengan semesta dan tidak egois. Teman-teman

pemuda juga bisa menyadari bahwa apa yang Allah nyatakan kepada

Page 124: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

123

setiap orang adalah bagian dari rencana Allah yang besar, yang

melibatkan seluruh ciptaan-Nya.

Penjelasan Teks

Sosok perempuan tidak sering disebutkan nama dan perannya dalam

Alkitab. Namun injil Lukas berani mengungkap kisah Elisabet, ibu

Yohanes Pembaptis, dan Maria, ibu Yesus. Dua perempuan ini menjadi

sosok penting lahirnya dua orang yang penting dalam karya keselamatan

dari Tuhan. Maria sebagai perempuan yang masih berusia muda merasa

dilibatkan dan dilihat oleh Tuhan. Padahal, dalam tradisi kehidupan

masyarakat pada waktu itu, peran perempuan tidak begitu menonjol.

Maria berbagi sukacita kepada saudaranya, Elisabet dan berkata ―…

sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya,

mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia.‖

(ay. 48) Segala keturunan di sini memperlihatkan bahwa tidak hanya

orang-orang Israel yang akan merasakan sukacita Maria. Peristiwa

kehamilaan Maria secara ajaib sebenarnya bisa dianggap aib dan bisa

membuat Maria menerima hukuman yang luar biasa berat. Namun,

karena dia tahu bahwa ini adalah rencana Tuhan yang juga luar biasa

hebat, maka Maria bersukacita karena ikut terlibat di dalamnya. Melalui

dirinya, maka bangsa-bangsa akan mengenal Tuhan dengan lebih utuh.

Kuasa Tuhan akan dinyatakan melalui apa yang terjadi pada dirinya

nanti. Maria percaya bahwa kesediaannya ikut dalam pekerjaan Tuhan ini

akan membawa pemulihan yang holistik, menyeluruh.

―Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.‖ (ay. 50) Di

sini Maria menyadari bahwa ia pun juga termasuk dalam orang yang

takut akan Tuhan. Dia meyakini bahwa rahmat Tuhan juga akan

menyertainya dalam menjalani kehamilan dan persalinan, terus sampai

anak yang dipercayakan ini menyelesaikan tugasnya di tengah dunia.

Keyakinan Maria ini bisa kita perhatikan dalam kesediaannya

Page 125: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

124

mendampingi Yesus hingga saat terakhirnya. Ia tetap setia, menjalani

perannya sebagai seorang ibu, menunjukkan cintanya kepada anak yang

dipercayakan kepadanya.

Bagian terakhir yaitu ayat 51-53 menjadi cerminan akan apa yang akan

terjadi di masa depan. Orang-orang yang tidak berkenan di hadapan

Tuhan akan menerima ganjarannya, sebagai bentuk kasih dan keadilan-

Nya bagi semua ciptaan. Orang yang lapar mendapatkan perhatian.

Sebagaimana Maria diperhatikan oleh Tuhan, orang-orang yang

kesusahan pun juga diperlakukan dengan penuh keadilan. Seruan yang

sama juga diberitakan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama. Mereka meyakini

bahwa kehadiran Mesias akan membuat perubahan yang luar biasa dalam

kehidupan bangsa Israel dan bangsa-bangsa yang lain. Maria pun juga

menyuarakan hal itu, sebagai sebuah harapan akan terjadinya pemulihan

secara penuh bagi semua orang. Sebagai penutup, Maria mengutip apa

yang dituliskan dalam Perjanjian Lama. Ia meyakini bahwa tindakan

Tuhan kali ini adalah penggenapan dari apa yang sudah dijanjikan Tuhan

kepada nenek moyang bangsa Israel, Abraham, Ishak dan Yakub.

Pengenaan

Gaudete artinya bersukacita. Warna liturgi di Minggu Adven III ini

berwarna merah muda. Berbeda dengan Minggu Adven I dan II yang

berwarna ungu, di minggu ini suasananya lebih cerah dan ceria. Gereja

didorong untuk mewujudkan sukacitanya karena karya kasih Tuhan nyata

melalui apa yang dirasakan Maria, ibu Yesus.

Maria menyadari betul bahwa apa yang terjadi pada dirinya juga akan

berdampak secara luas. Berita sukacita ini tidak dinikmati sendiri oleh

Maria, tapi juga menyertakan orang-orang lain. Maria menjadi

perwakilan dari umat biasa yang diperhatikan Tuhan. Maria terhubung

dengan orang-orang lain yang ―tidak terlihat‖ dalam ungkapan

sukacitanya.

Page 126: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

125

Seperti inilah yang seharusnya juga dimiliki oleh teman-teman pemuda.

Kesatuan rasa dengan yang lain dalam merespons panggilan Tuhan

menjadi penting untuk dihayati. Kesadaran sebagai bagian dari

kehidupan yang lebih luas ini perlu dinyatakan dengan aksi nyata. Maria

sudah melakukan bagiannya, sebagaimana yang diketahui dalam Alkitab.

Situasi yang mengharuskan kita menjaga jarak dan menjauhi kerumunan

seringkali menjadi alasan untuk tidak memperhatikan kebutuhan orang

lain. Banyak orang yang makin sibuk menjaga diri, menumbuh-suburkan

egosentrisme, sehingga enggan untuk melakukan sesuatu bagi orang lain.

Padahal justru di masa sekarang ini, kepedulian perlu diwujudkan secara

nyata. Situasi pandemic sekarang ini membukakan mata kita bahwa ada

begitu banyak hal yang masih harus dikerjakan bagi sesama kita. Masih

banyak orang yang membutuhkan sukacita melalui perhatian dan

pertolongan. Teman-teman pemuda diminta untuk menjadi bagian dalam

pekerjaan ini. Kasih Allah sudah dinyatakan melalui Kristus dengan

perantaraan Maria. Teman-teman pemuda didorong untuk kerahkan apa

yang dimiliki untuk bergabung dalam pekerjaan Allah menyatakan kasih

dan pertolongan-Nya.

Penyampaian

1. Tanyakan kepada teman-teman pemuda tentang kebiasaan mereka

ketika sedang bahagia atau bersukacita, apa yang dilakukan untuk

merayakannya.

2. Ajak teman-teman pemuda membaca bagian Alkitab yang menjadi

dasar bacaan hari ini. Lalu menerangkan bagaimana Maria merayakan

sukacitanya.

3. Sampaikan pengenaan sebagai korelasi dan arahan untuk teman-teman

pemuda.

Page 127: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

126

4. Tentukan waktu untuk melaksanakan Kegiatan untuk menutup

perenungan.

Kegiatan

Rencanakan sebuah kegiatan aksi kepedulian kepada orang-orang yang

membutuhkan bantuan. Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,

silakan mengelola kegiatan ini sebagai bagian dari aksi nyata

membagikan sukacita. Bentuk kegiatannya adalah aksi sosial, yang

dilakukan secara bersama-sama. Apabila membutuhkan waktu lebih lama

untuk pelaksanaannya, silakan disesuaikan. Kerahkan semua kreativitas

yang ada sehingga sukacita tetap bisa dirasakan dan disalurkan bagi

orang-orang yang membutuhkan.

Page 128: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

127

Bahan Pembinaan Pemuda Minggu Keempat Desember 2021

SOLIDARITAS ALLAH

Bacaan

Yesaya 9: 1-6

Tujuan

1. Pemuda menyadari bahwa Yesaya menyampaikan berita yang

mengingatkan pada kemahakuasaan Tuhan, jangka pendek dan jangka

panjang.

2. Pemuda memahami makna gelar Kristus dan bersedia untuk

melanggengkan gelar itu dengan menyatakan kehendak Tuhan bagi

banyak orang.

Fokus

Peristiwa kelahiran merupakan peristiwa alami dari semua makhluk

hidup. Kehidupan sebagai sebuah organisme baru tidak hanya terjadi

pada manusia. Namun kelahiran Kristus menjadi istimewa karena

melalui kehadiran-Nya, Ia mengubah dunia. Kehadiran-Nya sudah

diberitakan ratusan tahun sebelumnya. Penantian yang panjang itu

akhirnya tunai sudah. Kristus lahir di dunia.

Kelahiran-Nya yang ajaib hanya salah satu hal luar biasa yang dibawa-

Nya. Perubahan dan pembentukan ilahi atas semua orang pun terjadi,

perlahan tapi pasti. Seringkali ini yang dilupakan ketika merayakan

peristiwa Natal. Banyak orang merayakan hanya peristiwa Natal, lalu

tidak meneruskan semangat dan makna Natal itu sendiri. Khotbah dalam

banyak acara perayaan Natal belum cukup mampu memberdayakan umat

untuk menghidupi Natal setiap harinya.

Page 129: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

128

Dengan demikian, teman-teman pemuda diharapkan memiliki kesadaran

ini dengan mempelajari apa yang menjadi maksud dari Yesaya 9: 1-6 ini.

Pemaknaan Natal tidak hanya dihayati di satu bulan tertentu, namun

sudah selayaknya menjadi inspirasi dari semua aktivitas setiap orang

yang percaya pada Kristus.

Penjelasan Teks

Teks ini termasuk salah satu dari beberapa nubuatan Mesianik dalam

Perjanjian Lama. Sebagai nubuatan, maka teks ini berbicara tentang

sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Ketika diserukan kepada orang

Israel dan Yehuda, saat itu ada ancaman dari Asyur yang akan

menyerang Yehuda. Nabi Yesaya menenangkan Yehuda dengan

pernyataan, ―Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat

terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya

terang telah bersinar.‖ (ay. 1) Ini merupakan seruan penghiburan dan

penguatan agar Yehuda tetap bersama dengan Tuhan dalam menghadapi

Asyur.

Yesaya berusaha meyakinkan Yehuda bahwa apa yang sedang mereka

alami ini juga pernah terjadi di masa lalu. Sukacita kemenangan karena

penyertaan Tuhan di masa lalu juga akan mereka terima. (ay. 2-4)

Peperangan dengan bangsa lain bukan hanya persoalan politik, namun

juga menjadi sarana untuk menunjukkan kemahakuasaan Tuhan.

Pengalaman di masa lalu pun sudah menjadi kisah yang dituturkan turun

temurun untuk mengingatkan orang-orang Yehuda dan Israel akan

pertolongan Tuhan. Hanya Tuhanlah perlindungan mereka sebab Ia yang

Mahakuasa dan penuh kasih. Dari pengalaman dan kisah-kisah inilah

bangsa-bangsa lain akan mengenal dan mengetahui Tuhan yang tidak

pernah meninggalkan umat yang dikasihi-Nya.

Page 130: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

129

Ayat 5-6 berbicara tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Raja

yang sejati, yang datang dari Allah, akan ada di tengah umat. Tradisi

pada waktu itu, seorang raja akan diberi gelar sesuai dengan kemampuan

dan prestasinya. Maka dari itu nabi Yesaya menyebutkan gelar yang akan

disandang oleh raja tersebut: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa

yang Kekal, Raja Damai. (ay. 5). Ia akan menjadi pemberi nasihat yang

luar biasa bagi kaumnya. Ia seorang yang perkasa dan gagah dalam

segala hal. Ia juga berkuasa atas kekekalan, bukan hanya sementara. Ia

juga yang akan membawa perdamaian bagi semua ciptaan. Dalam

pemerintahannya, keadilan dan kebenaran akan ditegakkan sesuai

kehendak Tuhan (ay.6). Berbeda dengan raja-raja yang ada, baik di Israel

atau Yehuda bahkan di seluruh dunia, raja yang akan datang ini akan

melakukan apa yang menjadi ketetapan Tuhan dengan setia sampai

selama-lamanya.

Bagian akhir dari ayat 6 juga perlu dilihat sebagai sebuah penegasan.

Kata qinat (Ibr. ) diterjemahkan sebagai kecemburuan. Kata ini

berarti juga kedahsyatan atau kekuatan cinta. Tuhan akan menunjukkan

cintanya kepada umat yang dikasihinya, seperti seorang yang cemburu

jika kekasihnya berpaling daripadanya. Qinat juga sering dikaitkan

dengan perbuatan-perbuatan Tuhan yang tidak masuk akal manusia. Jika

dibaca dalam konteks Yesaya 9, ini mau menunjukkan bahwa walaupun

Yehuda lebih kecil dibandingkan Asyur, Tuhan akan menyertainya dan

akan melepaskannya dari ancaman.

Pengenaan

Sifat-sifat Allah yang dimunculkan dalam teks Yesaya 9 ada pada diri

Yesus. Ia menunjukkan keadilan dan kebenaran. Ia mengangkat

penderitaan banyak orang. Ia merestorasi pemahaman iman orang-orang

Israel tentang Tuhan yang selama ini mereka pegang. Tuhan sendiri yang

datang ke dunia ini untuk menunjukkan kekuatan cinta yang besarnya

melebihi apapun (bnd. Yoh. 3: 16). Begitu besarnya cinta Tuhan,

Page 131: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

130

sehingga Ia mau menjadi manusia dan merasakan apa yang dialami oleh

manusia. Inilah solidaritas Allah yang perlu diketahui oleh banyak orang.

GKI memahami bahwa tugas pelayanan anggota jemaat adalah

mewujudnyatakan apa yang Tuhan Yesus bawa melalui kehadiran-Nya di

tengah dunia ini. Pelayanan yang dilakukan Gereja adalah dengan

mencontoh apa yang dilakukan oleh Yesus. ―… berjuang untuk

perdamaian, keadilan, dan keutuhan ciptaan, berjuang untuk keesaan

gereja dan keesaan umat manusia, serta berjuang menantikan

penggenapan Kerajaan Allah.‖ (Buku Liturgi GKI hal. 65)

Gelar yang disematkan pada Yesus (ay. 5) ini harus terus

dikumandangkan oleh orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kekuatan

cinta Tuhan menjadi energi bagi Yesus untuk melakukan pekerjaan-Nya.

Kekuatan ini jugalah yang seharusnya mendorong setiap orang percaya

untuk menunjukkan dan menyuarakan solidaritas Allah itu hingga kini.

Dunia saat ini memerlukan penghiburan dan peneguhan bahwa Tuhan

sudah, sedang, dan akan beserta dengan kita. Seperti yang dilakukan oleh

nabi Yesaya pada masanya, sekarang pun perlu ada orang-orang yang

meneruskan berita peneguhan ini. Semua yang dinubuatkan sudah

digenapi dalam Kristus melalui kehadiran-Nya.

Penyampaian

1. Sebelum memulai pembacaan Alkitab, tanyakan kepada teman-teman

pemuda tentang makna Natal bagi mereka.

2. Ajak teman-teman pemuda membaca Alkitab.

3. Sampaikan penjelasan teks dan pengenaaannya.

4. Sebagai penutup, ajak mereka melakukan kegiatan.

Kegiatan

Page 132: No. : 002/KP-DPG/jsan/VI/2021 Perihal : Bahan Pembinaan

131

Ajak mereka berkampanye menyuarakan keadilan dan perdamaian

melalui media sosial (Instagram, Twitter, Tiktok, dsb). Angkat

permasalahan yang ada di waktu sekarang ini dan berikan tanggapan.

Sebisa mungkin ada aksi sosial untuk memperkuat kampanye tersebut.

Hal ini bisa dilakukan secara pribadi maupun kelompok. Lakukan

kegiatan ini dalam waktu 1 bulan.