7
5. BEBERAPA MACAM SAMPLING UNTUK MENDAPATKAN SAMPEL REPRESENTATIF Cara pengambilan sampel acak yang di uraikan di atas sangat baik sekali untuk populasi homogen, ialah populasi yang anggota nya berada di bawah penyebab yang sama. Jadi homogen di sini diartikan serupa secara kualitatif. Untuk populasi yang tidak homogen, jadi heterogen harus digunakan cara lain, diantaranya : sampling berstrata atau sampling petala, sampling proporsional, sampling klaster, sampling area. Sampling petala. Jika populasi heterogen, biasanya akan lebih baik dibuat menjadi beberapa strata atau petala atau lapisan. Pembuatan petala di tentukan berdasarkan karakteristik tertentu sedemikian sehingga petala itu menjadi homogen. Dari setiap petala lalu diambil secara acak anggota – anggota yang di perlukan, atau dikatakan secara lain, dilakukan pengacakan didalam setiap petala. Gabungan anggota - anggota yang didapat akan membentuk sebuah sampel petala. Apabila pengambilan anggota dari tiap petala tidak dilakukan secara acak, tetapi dengan cara lain, maka terjadilah sampling kouta. Hal ini telah disinggung dalam bagian 4 bab ini. Sampling petala biasanya diperbaiki lagi dengan menggunakan cara proporsional. Dengan ini dimaksud bahwa banyak anggota dari setiap petala diambil sebanding dengan ukuran tiap petala. Cara

no 5 dan 6 sampling.docx

Embed Size (px)

Citation preview

5. BEBERAPA MACAM SAMPLING UNTUK MENDAPATKAN SAMPEL REPRESENTATIFCara pengambilan sampel acak yang di uraikan di atas sangat baik sekali untuk populasi homogen, ialah populasi yang anggota nya berada di bawah penyebab yang sama. Jadi homogen di sini diartikan serupa secara kualitatif. Untuk populasi yang tidak homogen, jadi heterogen harus digunakan cara lain, diantaranya : sampling berstrata atau sampling petala, sampling proporsional, sampling klaster, sampling area.Sampling petala. Jika populasi heterogen, biasanya akan lebih baik dibuat menjadi beberapa strata atau petala atau lapisan. Pembuatan petala di tentukan berdasarkan karakteristik tertentu sedemikian sehingga petala itu menjadi homogen. Dari setiap petala lalu diambil secara acak anggota anggota yang di perlukan, atau dikatakan secara lain, dilakukan pengacakan didalam setiap petala. Gabungan anggota - anggota yang didapat akan membentuk sebuah sampel petala.Apabila pengambilan anggota dari tiap petala tidak dilakukan secara acak, tetapi dengan cara lain, maka terjadilah sampling kouta. Hal ini telah disinggung dalam bagian 4 bab ini.Sampling petala biasanya diperbaiki lagi dengan menggunakan cara proporsional. Dengan ini dimaksud bahwa banyak anggota dari setiap petala diambil sebanding dengan ukuran tiap petala. Cara ini dinamakan cara sampling acak proporsional dan sampelnya dinamakan sampel acak proporsional.Contoh : diperlukan sampel berukuran 169 tentang pelajar laki laki SLTA. Misalkan seluruhnya ada 3 SLTA dengan banyak pelajar sebagai berikut : 2758 pelajar SMA, 3826 pelajar SPG dan 1473 pelajar STM. Kita punya 3 petala dengan perbandingan SMA : SPG : STM = 2758 : 3826: 1473. Jumlahnya 8057. Maka dari petala SMA di ambil x 169 pelajar = 58 pelajar, dari SPG diambil x 169 pelajar = 80 pelajar, dan dari STM diambil x 169 pelajar = 31 pelajar.Perlu diambil secara acak 58 pelajar SMA dari 2758. Caranya dilakukan seperti mengambil sempel acak yang diuraikan dalam Bagian 4. Demikian pula untuk mengambil 80 pelajar SPG dan 31 pelajar STM dilakukan dengan cara yang sama .Sampling klaster. Dalam sampling ini, populasi dibagi bagi menjadi beberapa kelompok atau klaster. Secara acak klaster klaster yang diperlukan diambil dengan proses pengacakan. Setiap anggota yang berada di dalam klaster klaster yang diambil secara acak tadi merupakan sampel yang diperlukan.Contoh : untuk meneliti pendapatan keluarga di suatu daerah, sampling klaster dapat dilakukan. Umpamakan daerah itu terdiri dari kabupaten, kabupaten terdiri dari kecamatan, kecamatan terdiri dari desa dan desa terdiri dari rukun tetangga. Untuk mendapatkan sampel klaster mula mula secara acak diambil sampel yang terdiri dari kabupaten. Dari tiap kabupaten dalam sampel, disebut kabupaten sampel, secara acak diambil kecamatan. Banyak kecamatan yang di ambil dari tiap kabupaten sampel mungkin sama banyak mungkin pula berbeda. Sekarang didapat kecamatan sampel. Selanjutnya dari tiap kecamatan sampel secara acak diambil desa untuk mendapatkan desa sampel. Akhirnya dari tiap desa sampel secara acak pula diambil rukun tetangga sampel.keluarga - keluarga yang ada di dalam rukun tetangga sampel . , setelah semuanya digabungkan, yang menjadi anggota sampel klaster.Jika klaster klaster terdiri atas area tanah maka diperoleh sampling area. Samplingnya sama seperti diuraikan diatas. Selain sampling yang diuraikan diatas masih adalagi yang lainnya ialah :a) Sampling sistematik. Dalam sampling sistematik, anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang atau urutan yang uniform. Jika populasi berukuran N dan sampel beranggotakan n, maka jarak interval besarnya (N/n) dengan demikian didapat n buah interval dan dari tiap interval diambil sebuah anggota. Pengambilan anggota pertama yang ada didalam interval pertama dilakukan secara acak. Anggota anggota selanjutnya diambil pada jarak setiap (N/n). Contoh :Pada langanan telepon nama namanya sudah dibukukandalam buku telepon untuk mengambil sampel tentang para langganan, secara sistematik dapat diambil dari daftar nama didalam buku itu.Contoh lain :Memeriksa barang yang dihasilkan menggunakan proses, dpaat dilakukan pada jarak interval waktu setiap 30 menit atau satu jam. b) Sampling ganda. Jika untuk menyimpulkan populasi dilakukan sampling, maka pada umumnya hanya sebuah sampel berukuran tertentu dan diambil dengan cara tertentu pula yang biasa digunakan. Sampling yang demikian disebut sampling tunggal. Sering ternyata sampling tunggal kurang efisien karena menyebabkan pemborosan biaya dan waktu. Untuk mengatasi hal ini cara lain digunakan, ialah yang dikenal dengan sampling ganda. Dalam sampling ganda, penelitian melakukan dimulai dengan menggunakan sebuah sampel yang ukurannya relative kecil. Berdasarkan ini kesimpulan mengenai populasi diadakan. Jika hasilnya telah memenuhi criteria yang telah ditentukan maka sampling berhenti dan kesimpulan dibuat. Jika tidak, sampel yang kedua diambil dan digabungkan dengan yang pertama. Kesimpulan kemudian dibuat berdasarkan sampel gabungan ini. Sampling ganda banyak digunakan dalam statistika industry untuk pengontrolan kualitas.dalam hal ini misalnya, kiriman partai barang bisa segera diterima apabila sampel pertama mengatakan cukup baik atau segera ditolak apabila sampel pertama ini jelek. Jika sampel pertama meragukan kesimpulan dibuat berdasarkan pada kenyataan hasil gabungan sampel kesatu dan sampel kedua yang diambil kemudian. c) Sampling multipel. Perluasan dari sampling ganda ialah sampling multipel. Dalam hal ini pengambilan sampel dilakukan lebih dari 2 kali dan tiap kali digabungkan menjadi sebuah sampel. Pada tiap gabungan, analisis dilakukan kesimpulan diadakan dan sampling berhenti apabila sudah memenuhi kriteria yang sudah di rencanakan.Untuk menggunakan sampling ganda atau sampling multipel, sebuah recana sampling yang baik terlebih dahulu harus dibuat. Ini semua, termasuk cara cara sampling lainnya dapat dipelajari dalam bagian statistika lain yang di sebut teknik sampling.d) Sampling sekuensial.Sampling ini sebenernya sampling multipel. Perbedaan nya ialah dalam sampling sekuensial tiap anggota sampel satu demi satu dan pada tiap kali selesai mengambil anggota, analisis dilakukan lalu berdasarkan ini kesimpulan diadakan : apakah sampling berhenti ataukah dilanjutkan. Tentu saja setiap anggota yang di ambil disatukan dengan anggota anggota yang diambil terlebih dahulu sebelum kesimpulan di adakan pada tingkat itu.

6. KEKELIRUAN SAMPLING DAN KEKELIRUAN NON SAMPLINGDalam penelitian ada 2 macam kekeliruan yang pokok yang bisa terjadi, ialah kekeliruan sampling dan kekeliruan non sampling.Kekeliruan nonsampling. Kekeliruan ini bisa terjadi dalam setiap penelitian, apakah itu berdasarkan sampling ataukah berdasarkan sensus. Beberapa terjadi nya kekeliruan non sampling adalah : a. Populasi tidak didefinisikan sebagaimana mestinyab. Populasi yang menyimpang dari populasi yang seharusnya di pelajaric. Kuesener tidak dirumuskan sebagaimana mestinyad. Istilah istilah telah didefinisikan secara tidak tepat atau telah digunakan tidak secara konsistene. Para responden tidak memberikan jawaban yang akurat, menolak untuk menjawab atau tidak ada di tempat ketika petugas datang untuk melakukan wawancara.Selain dari pada itu, kekeliruan nonsampling bisa terjadi pada waktu mencatat data, melakukan tabulasi dan melakukan perhitungan perhitungan. Kekeliruan ini dapat menimbulakan kesulitan kesulitan pada penelitian. Karenanya, cukup jelas bahwa hal demikian perlu untuk dihindarkan.Kekeliruan sampling. Kekeliruan ini timbul disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang tidak lengkap tentang populasi dan penelitian hanya dilakukan berdasarkan sampel. Jelaslah bahwa penelitian terhadap sampel yang diambil dari sebuah populasi dan penelitian terhadap sampel yang diambil dari sebuah populasi dan penelitian terhadap populasi itu sendiri, kedua penelitian dilakukan dengan prosedur yang sama, hasilnya akan berbeda. Perbedaan antara hasil sampel dan hasil yang akan dicapai jika prosedur yang sama yang digunakan dalam sampling juga digunakan dalam sensus dinamakan kekeliruan sampling. Para ahli statistika telah berusaha untuk mengukur dan memperhitungkan kekeliruan ini agar supaya dapat dikontrol. Cara untuk dapat melakukannya ialah dengan jalan mengambil sampel berdasarkan sampling acak dan memperbesar ukuran sampel.