2
Deontology Immanuel Kant menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak memenuhi kebaikan adalah kebaikan yang berhasrat, hasrat yang tidak memperhatikan konsekuensi terhadap dirinya sendiri. Konsep moral seseorang berasal dari alasan bukan pengalaman. Segala yang di alam bertindak berdasar hukum alam, tetapi manusia bertindak berdasarkan ide yang ada di hukum. Dalam teori ini kewajiban adalah standar penilaian etika tingkah laku. Tindakan itu dikatakan benar apabila sesuai dengan etika tugas dan kewajiban, bukan karena bisa menghasilkan konsekuensi yang baik, dan bukan karena dapat meningkatkan kebahagiaan. Betul-salahnya suatu sikap atau tindakan tidak tergantung dari apakah sikap atau tindakan itu mempunyai akibat baik atau buruk, melainkan apakah sesuai dengan norma-norma atau hukum moral atau tidak. Dua hukum moral yang dikembangkan oleh Kant adalah Catagorical Imperative dan Practical Imperative. Catagorical Imperative menyatakan bahwa perintah atau hukum harus ditaati dan bersifat pasti. Dalam Catagorical Imperative ada dua aspek yang disampaikan, yaitu hukum memerlukan kewajiban, jadi hukum etika butuh kewajiban terhadap etika. Tindakan beretika adalah kewajiban dan harus berdasar hukum etika. Yang kedua, tindakan dinyatakan benar secara etika apabila maxim yang berhubungan dengan tindakan secara konsekuen dapat diuniversalkan. Practical Imperative menyatakan bahwa sesorang harus bertindak berdasarkan kemanusiaan. Moral memiliki aplikasi universal sehingga tidak boleh memperlakukan seseorang dengan membeda-bedakan. Seseorang harus diperlakukan sesuai hukum moral seperti memperlakukan diri sendiri. Tindakan berdasar kewajiban, hak, dan keadilan penting untuk diterapkan pada professional, direksi, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi tugas mereka. Mereka butuh melakukan tindakan yang dipercaya oleh klien dengan memiliki pengetahuan yang luas, para expert professional juga harus menanggung masalah

NO Deontology

Embed Size (px)

DESCRIPTION

etprof

Citation preview

DeontologyImmanuel Kant menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak memenuhi kebaikan adalah kebaikan yang berhasrat, hasrat yang tidak memperhatikan konsekuensi terhadap dirinya sendiri. Konsep moral seseorang berasal dari alasan bukan pengalaman. Segala yang di alam bertindak berdasar hukum alam, tetapi manusia bertindak berdasarkan ide yang ada di hukum. Dalam teori ini kewajiban adalah standar penilaian etika tingkah laku. Tindakan itu dikatakan benar apabila sesuai dengan etika tugas dan kewajiban, bukan karena bisa menghasilkan konsekuensi yang baik, dan bukan karena dapat meningkatkan kebahagiaan. Betul-salahnya suatu sikap atau tindakan tidak tergantung dari apakah sikap atau tindakan itu mempunyai akibat baik atau buruk, melainkan apakah sesuai dengan norma-norma atau hukum moral atau tidak.Dua hukum moral yang dikembangkan oleh Kant adalah Catagorical Imperative dan Practical Imperative. Catagorical Imperative menyatakan bahwa perintah atau hukum harus ditaati dan bersifat pasti. Dalam Catagorical Imperative ada dua aspek yang disampaikan, yaitu hukum memerlukan kewajiban, jadi hukum etika butuh kewajiban terhadap etika. Tindakan beretika adalah kewajiban dan harus berdasar hukum etika. Yang kedua, tindakan dinyatakan benar secara etika apabila maxim yang berhubungan dengan tindakan secara konsekuen dapat diuniversalkan. Practical Imperative menyatakan bahwa sesorang harus bertindak berdasarkan kemanusiaan. Moral memiliki aplikasi universal sehingga tidak boleh memperlakukan seseorang dengan membeda-bedakan. Seseorang harus diperlakukan sesuai hukum moral seperti memperlakukan diri sendiri.Tindakan berdasar kewajiban, hak, dan keadilan penting untuk diterapkan pada professional, direksi, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi tugas mereka. Mereka butuh melakukan tindakan yang dipercaya oleh klien dengan memiliki pengetahuan yang luas, para expert professional juga harus menanggung masalah pertimbangan nilai. Contoh, Professional Accountant harus berusaha sebaik mungkin untuk kepentingan klien namun tindakan tersebut tidak boleh bertentangan dengan hukum atau kode atau pedoman profesionalitas seperti GAAP, GAAS, SEC dan lain sebaginya. Direksi dan Eksekutif harus mengetahui dan mempelajari hukum dalam pemerintahan untuk melinduki shareholder dan stakeholder.KelemahanDalam Catagorical Imperative tidak ada pedoman yang jelas untuk memutuskan mana yang salah atau benar apabila dua atau lebih hukum moral berkonflik dan hanya satu yang dapat diikuti. Orang akan cenderung untuk mematuhi categorical imperative dengan memperlakukan orang as ends daripada a means to my end. Catagorical Imperative memiliki standar yang tinggi, sehinga sulit untuk diterapkan. Dalam teori ini disampaikan apa yang tidak boleh, bukan apa yang secara positif perlu dilakukan.