26
E-learning pelaporan penelitian dalam bentuk skripsi Berikut saya sajikan contoh penelitian, silakan di baca dan jawab pertanyaan berikut ini sesuai dengan isi penelitian, jawaban dikumpulkan pada hari selasa 15.00 wib. 1. Jelaskan konsep mengenai variabel penelitian .................... 2. Ada berapa variabel yang diteliti pada penelitian ini ..................... 3. apa variabel bebas dalam penelitian ini ................ 4. apa variabel terikat pada penelitian dalam penelitian ini ................ 5. dilihat dari tujuan khusus penelitian maka desain yang digunakan pada penelitian ini komparatif ataukah korelasi .................... 6. Hipotesa pada penelitian ini bunyinya adalah ................. 7. Apa nama desain penelitian pada skripsi ini …………….. 8. Jelaskan mengenai desain penelitian pre eksperimental one group pretest post ..... 9. Apa perbedaan populasi dengan sampel................... 10.Mengapa disampel perlu ada kriteria inklusi ................. 11.teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12.Jelaskan mengenai pengertian sampling ................. 13.Jelaskan mengenai dan teknik sampling purposive sampling...................... 14.Jelaskan pengertian kerangka konseptual..... 15.Pada penelitian ini variabel dependen menggunakan data ordinal, mengapa..........

nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

  • Upload
    hadiep

  • View
    288

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

E-learning pelaporan penelitian dalam bentuk skripsi

Berikut saya sajikan contoh penelitian, silakan di baca dan jawab pertanyaan berikut ini

sesuai dengan isi penelitian, jawaban dikumpulkan pada hari selasa 15.00 wib.

1. Jelaskan konsep mengenai variabel penelitian ....................

2. Ada berapa variabel yang diteliti pada penelitian ini .....................

3. apa variabel bebas dalam penelitian ini ................

4. apa variabel terikat pada penelitian dalam penelitian ini ................

5. dilihat dari tujuan khusus penelitian maka desain yang digunakan pada penelitian

ini komparatif ataukah korelasi ....................

6. Hipotesa pada penelitian ini bunyinya adalah .................

7. Apa nama desain penelitian pada skripsi ini ……………..

8. Jelaskan mengenai desain penelitian pre eksperimental one group pretest post .....

9. Apa perbedaan populasi dengan sampel...................

10. Mengapa disampel perlu ada kriteria inklusi .................

11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan

menggunakan purposive sampling.

12. Jelaskan mengenai pengertian sampling .................

13. Jelaskan mengenai dan teknik sampling purposive sampling......................

14. Jelaskan pengertian kerangka konseptual.....

15. Pada penelitian ini variabel dependen menggunakan data ordinal, mengapa..........

Page 2: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

SKRIPSI

EFEKTIFITAS TINDAKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK

MENGURANGI KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI

KATARAK DI ROYAL CLINIC MEDICAL, DENTAL

AND EYE CENTRESURABAYA

OLEH :

Paijo

NIM. 141.0020BP

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2018

Page 3: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak merupakan penyakit mata yang sangat dikenal oleh masyarakat

pada saat ini. Hal ini akibat mulai terdapat kesadaran pada lansia bahwa katarak

adalah kelainan mata pada usia lanjut. Ada beberapa kelainan yang sering

dihubungkan dengan usia lanjut seperti katarak, glaukoma, degenerasi makula, dan

proses yang terjadi seperti pengaruh penyakit kencing manis (diabetes melitus).

Kebanyakan pasien lansia masih ragu-ragu dan takut mendengar adanya pasien

katarak pada matanya akibat mendengar adanya pasien katarak yang buta. Patut

dijelaskan bahwa katarak tidak selalu berjalan progresif yang akan berakhir dengan

pembedahan. Tidak hanya katarak yang memberikan keluhan penglihatan pada usia

lanjut. Banyak faktor lain yang dapat memberikan keluhan penglihatan pada usia

lanjut. Perubahan kaca mata dengan penambahan kekuatan atau dengan memakai

kaca pembesar dapat mengatasi sementara penglihatan yang berkurang akibat

katarak. Pembedahan dengan membersihkan atau mengangkat lensa yang keruh

(katarak) dan mengganti dengan lensa pengganti merupakan tindakan pengobatan

terhadap katarak. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari

lensa mata atau katarak total. Lensa yang keruh atau katarak tidak dapat

memfokuskan sinar ke dalam mata. Pada usia diatas 60 tahun katarak merupakan

penyebab utama gangguan penglihatan pembedahan tidak perlu menunggu katarak

matang. Karena apabila operasi diundur maka ada kemungkinan timbulnya penyulit

yang tidak dapat dihindarkan. (Ilyas, 2006). Menurut Chitty, (1997) di dalam buku

Muttaqin (2010) kecemasan disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas, termasuk

didalamnya pasien yang akan menjalani operasi karena tidak tahu konsekuensi

operasi dan takut terhadap prosedur operasi itu sendiri. Dari observasi peneliti yang

dilakukan pada tanggal 25 mei 2015 di ruangan poli mata Royal klinik Surabaya

peneliti mendapatkan penatalaksanan pre operasi katarak pra bedah belum berjalan

secara efisien, perawatan yang dilakukan cenderung didominasi pada penanganan

penyakit fisik pasien saja atau secara farmakologis. Kurangnya pemenuhan

kebutuhan pasien katarak secara psikologis dalam mengurangi kecemasan pra

operasi menimbulkan beberapa pasien melakukan penundaan jadwal operasi karena

faktor dari pasien belum siap secara mental dalam menjalani operasi. Menurut

Setyoadi & Kushariyadi (2011) ada beberapa teknik relaksasi yang dapat digunakan

meliputi;relaksasi napas dalam, imajinasi terbimbing, teknik relaksasi otot

progresif, biofeedback dan hipnotis diri. Kecemasan yang sering terjadi pada pasien

pre operasi katarak di royal medical, dental dan eye center sampai saat ini belum

ada tindakan keperawatan untuk menurunkan tingkat kecemasan.

Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa katarak

merupakan penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak. Pada tahun

2002 didapatkan lebih dari 17 juta (47,8%) penderita katarak dari 37 juta penduduk

yang mengalami kebutaan. Angka kebutaan ini akan terus meningkat sampai sekitar

40 juta pada tahun 2020. dilaporkan pada pertemuan Asia Pacific Academy of

Opthalmology di sydney 2010, Angka Prevalensi kebutaan di indonesia berkisar 1

% dari jumlah penduduk di indonesia. hasil dari riskesda 2013 didapatkan

prevalensi angka kebutaan akibat katarak di jawa timur adalah 0,4% (Riskesda,

2013). Prevalensi kecemasan baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah

penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 banding 1. Dan

Page 4: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

diperkirakan antara 2% - 4% diantara penduduk di suatu saat dalam kehidupannya

pernah mengalami gangguan kecemasan (Jaya, 2015). Studi pendahuluan pada 25

Mei 2015 yang didapatkan dari laporan bulanan di Poli Mata Royal Klinik Medical,

Dental dan Eye Center Surabaya, jumlah pasien katarak dari januari 2015 sampai

dengan mei 2015 sebanyak 258 orang, jumlah pasien rata-rata 43 orang per bulan

dan pasien terbanyak adalah pasien yang sudah lanjut usia dengan keluhan mata

sering berkabut dan sering berganti kacamata karena merasa tidak nyaman dan ada

pula karena pengaruh suatu penyakit yaitu diabetes melitus tetapi hanya sebagian

kecil saja. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara

dengan perawat poli mata pada tanggal 25 Mei 2015, didapatkan 2 diantara 5 pasien

yang mengalami kecemasan ringan, yang ditandai dengan pasien takut sehingga

sering bertanya kepada petugas kesehatan, tampak tidak nyaman jika ada orang

asing yang memasuki ruangan atau secara aktif mencari dukungan dari teman dan

keluarga dan 3 orang tidak mengalami kecemasan yang ditandai dengan pasien

sudah mengetahui prosedur operasi yang akan dilakukan.

Operasi merupakan tindakan yang banyak menimbulkan kecemasan.

Operasi yang ditunggu pelaksanaanya akan menyebabkan kecemasan pada pasien.

Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat,

menjadi bergantung dengan orang lain dan mungkin kematian (Potter & Perry,

2005). Kecemasan dapat menimbulkan adanya perubahan secara fisik maupun

psikologis yang akhirnya mengaktifkan syaraf otonom simpatis sehingga

meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi

nafas, dan secara umum mengurangi tingkat energi pada paisen, dan akhirnya dapat

merugikan individu itu sendiri. Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi,

kecemasan merupakan stressor yang dapat menurunkan sistem imunitas tubuh. Hal

ini terjadi melalui serangkaian aksi yang diperantarai oleh HPA-axis (Hipotalamus,

pituitari dan adrenal), stres akan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan

produksi Corticotropin Releasing Factor (CRF). CRF ini selanjutnya akan

merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol dan kortisol inilah

yang selanjutnya akan menekan sistem imun tubuh (Muttaqin Arif, 2009). Tingkat

kecemasan yang terjadi pada klien sebelum dilakukannya operasi berbeda-beda

bisa ringan seperti takut, kelelahan, sedang seperti denyut jantung dan pernapasan

meningkat, konsentrasi menurun, ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

lupa, marah dan menangis, kecemasan berat seperti insomnia, sering kencing,

bingung, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan

kecemasan tinggi, disorintasi, kemudian yang terakhir adalah panik seperti

ketakutan, pucat, berteriak, menjerit dan kadang-kadang mengalami halusinasi dan

delusi, kecemasan dapat berdampak pada pasien yang akan menjalani operasi

sehingga ditemukan tekanan darah meningkat dan tekanan intraokular juga

meningkat apabila hal itu terjadi maka jadwal operasi pun akan mundur (Muhamad,

2011).

Terapi relaksasi merupakan salah satu alternatif yang diberikan untuk

mengurangi respon kecemasan Hal ini dapat membantu orang menjadi rilek dan

dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik serta dapat mengontrol diri

sehingga mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang

menegangkan. Kecemasan pada pasien pre operasi ini

dapat dicegah atau diturunkan dengan teknik relaksasi (Setyoadi, 2011). Berdasarkan wawancara dari salah seorang perawat di ruangan bedah, mengatakan

Page 5: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

penerapan teknik relaksasi otot progresif belum pernah diterapkan oleh perawat

diruangan dalam mengurangi kecemasan pasien pre operasi. Dari fenomena-

fenomena tersebut menarik bagi peneliti untuk melakukan suatu penelitian tentang

“ Pengaruh Tindakan Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Kecemasan Pada

Pasien Operasi Katarak di Royal Medical, Dental dan Eye Center Surabaya”

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh tindakan relaksasi otot pregresif untuk mengurangi

kecemasan pada pasien operasi katarak di Royal medical, dental dan eye center

Surabaya ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh tindakan relaksasi otot progresif untuk mengurangi

kecemasan pada pasien operasi katarak di Royal Medical, Dental dan Eye Center

Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kecemasan pasien operasi katarak sebelum dilakukan tindakan

relaksasi otot progresif di poli mata royal medical, dental dan eye center

surabaya .

2. Mengidentifikasi kecemasan pasien operasi katarak sesudah dilakukan tindakan

relaksasi otot progresif di poli mata royal medical, dental dan eye center

surabaya.

3. Mengidentifikasi pengaruh tindakan relaksasi otot progresif terhadap tingkat

kecemasan pasien pre operasi katarak di poli mata royal medical, dental, dan eye

center surabaya.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Terapi relaksasi merupakan salah satu alternatif yang dapat diberikan untuk

mengurangi respon kecemasan. Hal ini dapat membantu orang menjadi rilek dan

dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik serta dapat mengontrol diri

sehingga mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang

menegangkan. Teknik relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi

kecemasan dengan pendekatan non farmakologi. Nonfarmakologi lebih sederhana

dan tanpa efek samping yang merugikan.Ada beberapa teknik relaksasi yang dapat

digunakan meliputi;relaksasi napas dalam, imajinasi terbimbing, teknik relaksasi

otot progresif, biofeedback dan hipnotis diri. Salah satu intervensi keperawatan

yang dapat mengurangi kecemasan dari beberapa teknik relaksasi tersebut adalah

teknik relaksasi otot progresif.

Page 6: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi klien

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada semua orang khususnya

pada penderita katarak agar menggunakan teknik relaksasi otot progresif untuk

mengurangi kecemasan pada pasien operasi katarak

2. Manfaat bagi lahan peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tolak ukur atau indikator dalam

melakukan pengkajian secara psikologis dan dapat menerapkan teknik relaksasi

otot progresif untuk mengurangi kecemasan pada pasien operasi katarak

3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran untuk

pengembangan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan teknik

relaksasi otot progresif untuk mengurangi kecemasan pada pasien operasi

katarak.

Page 7: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka ini akan menjelaskan tentang beberapa konsep dasar

yang digunakan sebagai lanadasan teori dalam melakukan penelitian yaitu konsep

katarak, konsep kecemasan, dan konsep teknik relaksasi progresif. 2.1 Konsep Katarak

2.1.1 Definisi Katarak

2.1.2 Gejala Katarak

2.1.3 Tanda katarak

2.1.4 Klasifikasi Katarak

2.1.5 Penyebab Terjadinya Katarak

2.1.6 Faktor resiko terjadinya katarak

2.1.7 Penatalaksanaan dan pengobatan pada penderita katarak

2.1.8 Pencegahan pada Pasien Katarak

2.1.9 Anatomi Lensa

2.1.10 Komplikasi Pembedahan Katarak

2.1.11 Kejadian Pascaoperasi yang tidak diinginkan (komplikasi)

2.2 Konsep Operasi Katarak

2.2.1 Definisi Bedah Katarak

2.2.2 Macam-Macam Operasi Katarak

2.2.3 Tujuan utama Phacoemulsifikasi

2.2.4 Klasifikasi katarak pada tindakan phacoemulsifikasi

2.2.5 Prosedur Operasi Phacoemulsifikasi

2.3 Konsep Tajam Penglihatan atau Visus dan Kelainan Refraksi

2.3.1 Konsep Tajam Penglihatan atau Visus

2.3.2 Konsep Kecemasan

2.3.3 Definisi Kecemasan

2.3.4 Fisiologi Kecemasan

2.3.5 Tanda dan Gejala Ansietas/ Kecemasan

2.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

2.4 Tingkat Kecemasan

2.4.1 Etiologi Kecemasan

2.4.2 Teori Kecemasan

2.4.3 Reaksi Kecemasan

2.4.4 Mekanisme Koping untuk Mengatasi Kecemasan

2.4.5 Jenis Anxiety Disorder

2.4.6 Terapi Perilaku untuk Anxiety Disorder

2.4.7 Alat Ukur Kecemasan

2.5 Konsep Dukungan Sosial Keluarga

2.5.1 Pengertian Dukungan Sosial Keluarga

2.5.2 Bentuk Dukungan Sosial

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

2.6 Konsep Tehnik Relaksasi Otot Progresif

2.6.1 Teori Terapi Relaksasi Otot Progresif

2.6.2 Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif

2.6.3 Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif

2.6.4 Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif

2.6.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan

2.6.6 Teknik Relaksasi Otot Progresif

2.7 Teori Keperawatan

2.8 Keterkaitan Antar Konsep

Page 8: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

: Mempengaruhi

: Tidak mempengaruhi

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Tindakan Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak di Poliklinik Mata Royal Clinic Medical,

Dental dan Eye Center Surabaya.

Kecemasan

Katarak

Operasi

Gejala katarak :

1. penglihatan kabur

2. penglihatan ganda pada

saat melihat sebuah

benda

3. pada malam hari maka

penglihatan akan silau

bila terkena sinar

Faktor penyebab katarak:

1. Proses penuaan

2. Kelainan bawaan

3. Penyakit sistemik

ex: DM

4. Trauma

CRF akan merangsang korteks

adrenal untuk menurunkan

sekresi kortisol. Kortisol inilah

yang membantu tubuh untuk

mengelola stres ataupun

kecemasan sehingga dapat

mengurangi tingkat kecemasan

Macam-Macam Terapi :

1. Relaksasi napas dalam

2. Relaksasi imajinasasi

terbimbing

3. Teknik relaksasi otot progresif

4. Biofeedback

5. Hipnotis diri

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan :

1. Usia

2. Pengalaman

3. Dukungan keluarga

4. Jenis kelamin

5. Pendidikan sistem saraf simpatis yang

akan mempengaruhi medula

adrenal dalam memproduksi

epinephrin dan nor epinephrin

HPA-axis (hipotalamus, pituitari, dan

adrenal) stres akan merangsang

hipotalamus untuk meningkatkan

produksi corticotropin releasing factor

Teknik relaksasi otot

progresif memusatkan

perhatian pada suatu aktivitas

otot dengan mengidentifikasi

otot yang tegang kemudian

menurunkan ketegangan

dengan melakukan teknik

relaksasi otot progresif untuk

mendapatkan perasaan relaks.

Page 9: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

3.2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh tindakan relaksasi otot

progresif untuk mengurangi kecemasan pada pasien pre operasi katarak di

poliklinik mata Royal Clinic Medical, Dental dan Eye Center Surabaya.

Page 10: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

63

BAB 4

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang metode yang akan digunakan dalam

penelitian meliputi: desain penelitian, kerangka kerja, waktu dan tempat penelitian,

sampling desain, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data,

analis data, dan etik penelitian.

4.1 Desain penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

desain pra- experimental teknik one group pra-post test design yaitu satu kelompok

subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah

dilakukan intervensi. Sebelum diajarkan teknik relaksasi otot progresif, responden

dinilai tingkat kecemasannya (pre test). Begitu juga setelah diajarkan teknik

relaksasi otot progresif, responden dinilai tingkat kecemasannya (post test).

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes

K O l O1

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Gambar 4.1 Penelitian Pre Eksperimental One Group pra-post test design

Keterangan

K : Subjek

O : Observasi tingkat kecemasan sebelum tindakan teknik relaksasi otot

progresif

l : intervensi (relaksasi otot progresif)

O1 : Observasi tingkat kecemasan sesudah tindakan teknik relaksasi otot

progresif

Page 11: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

4.2 Kerangka kerja

Langkah kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Tindakan Relaksasi Otot Progresif Untuk

Mengurangi Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak di Poliklinik

Mata Royal Clinic Medical, Dental dan Eye Center Surabaya.

Populasi :

Seluruh pasien pre operasi katarak di royal medical, dental, dan eye center

surabaya

Teknik sampling :

Purposive sampling

Sampel :

Sebagian pasien operasi pada pasien katarak yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

Pre test :

Penilaian tingkat kecemasan operasi sebelum diajarkan teknik relaksasi otot

progresif

Intervensi :

Pemberian teknik relaksasi otot progresif dengan durasi 10-15 menit dan untuk

mengurangi tingkat kecemasan pasien operasi katarak

Hasil dan Pembahasan

Post test :

Penilaian tingkat kecemasan operasi setelah diajarkan teknik relaksasi otot

progresif

Analisa statistik

Wilcoxon

Kesimpulan

Page 12: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

65

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di poli mata Royal

clinic medical, dental dan eye center surabaya. Pemilihan tempat di Poli Mata

Royal clinic medical, dental dan eye center surabaya karena cukup banyak populasi

yang memenuhi syarat untuk penelitian pengaruh teknik relaksasi otot progresif

terhadap tingkat kecemasan pada pasien operasi katarak.

4.4 Populasi, Sampel, dan Sampling Desain

4.4.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek (misalnya manusia; pasien)

yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh penderita katarak yang akan dilakukan operasi katarak

berjumlah rata-rata per bulan 43orang.

4.4.2 Sampel Penelitian

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013) sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian penderita katarak yang dilakukan tindakan operasi

katarak di poli mata Royal clinic medical, dental, dan eye center Surabaya yang

memenuhi sampel. Kriteria sampel sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi

pedoman saat menentukan kriteria inklusi :

a. Responden yang tidak memiliki gangguan penglihatan

b. Responden yang kooperatif

2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab :

a. Lansia yang menjalani tirah baring

b. Lansia yang mengalami gangguan pendengaran

4.4.3 Besar Sampel

Berdasarkan penghitungan sampel menggunakan rumus :

Rumus:

𝑛 =N

1 + N (d²)

Keterangan :

n : besarnya sampel

N : besarnya populasi

d : tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)

jadi besarnya sampel adalah :

𝑛 =N

1 + N(d²)

𝑛 =43

1 + 40(0,05)

𝑛 =43

1,1

𝑛 = 39 Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 39 orang

Page 13: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

66

4.4.4 Tehnik Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek

penelitian (Nursalam, 2013) teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability

sampling dengan menggunakan purposive sampling. Pemilihan sampel dengan purposive

sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian),

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karateristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya.

4.5 Identifikasi Variabel Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen (bebas) dan

variabel dependen (terikat)

4.5.1 Variabel bebas (independent) Variabel independen merupakan suatu variabel penelitian yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel bebas (independent) dalam

penelitian ini adalah tindakan relaksasi otot progresif .

4.5.2 Variabel Tergantung (Dependent) Variabel terikat (dependent) merupakan suatu variabel penelitian yang dipengaruhi

oleh variabel penelitian lainnya (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini variabel dependen

atau terikat adalah tingkat kecemasan pasien operasi katarak Royal Clinic Medical, Dental

dan Eye Center Surabaya.

4.6 Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan

karateristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007). Perumusan

definisi operasional pada penelitian ini diuraikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.6 Definisi Operasional Pengaruh Tindakan Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk

Mengurangi Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak di Poliklinik Mata Royal

Clinic Medical, Dental dan Eye Center Surabaya Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala Skor

Variabel Independen

: Tindakan Teknik

relaksasi otot

progresif

Salah satu cara dari

teknik relaksasi

yang

mengkombinasikan

latihan nafas dalam

dan serangkaian seri

kontraksi dan

relaksasi otot

tertentu

Terapi dilaksanakan :

1. 20-30 menit dilakukan tindakan

teknik relaksasi otot progresif,

satu kali sehari selama 1 minggu

2. Yang diberikan pada pasien

operasi katarak

3. Operasi katarak yang dilakukan

1 jam sebelum tindakan operasi

SAP - -

Variabel Dependen :

Tingkat Kecemasan

pre operasi

Rasa tidak aman

(rasa takut) yang

dirasakan klien

sebelum

menghadapi operasi.

1. Cemas,khawatir, firasat buruk,

takut akan pikirannya sendiri,

mudah tersinggung

2. Merasa tegang, tidak tenang,

gelisah, dan mudah terkejut

Kuesioner

tingkat

kecemasan

zung self-

rating

anxiety

scale (SAS)

Ordinal Skor 20-44

:normal/ tidak

cemas

Skor 45-59:

kecemasan ringan

Skor 60-74:

kecemasan sedang

Skor 75-80:

kecemasan berat

Page 14: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

67

4.7 Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data

4.7.1 Alat Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penulisan ini adalah dengan

menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi untuk mengetahui faktor

predisposisi pada responden dan kuesioner kecemasan berdasarkan kriteria SAS

(Zung self-rating anxiety scale) untuk mengetahui tingkat kecemasan. Dimana

kuesioner ini berisi 20 komponen atau pertanyaan inti dan terdapat 15 pertanyaan

ke arah peningkatan kecemasan dan lima pertanyaan ke arah penurunan kecemasan.

4.7.2. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatakan surat izin dan persetujuan

dari bagian akademik program studi S1 Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya

yang telah disetujui oleh ketua Stikes Hang Tuah Surabaya kemudian surat izin

disampaikan ke bagian Manajemen Keperawatan Royal Klinik surabaya untuk

mendaptakn surat izin penelitian di lahan. Surat izin diserahkan ke ruang poli mata

untuk mendapatkan perizinan melakukan pengambilan data di poli mata. Peneliti

mengambil populasi pasien pre operasi katarak yang mengalami kecemasan.

Kemudian melakukan pendekatan untuk mendapatkan persetujuan menjadi

responden. Pendekatan dilakukan dengan cara memberi penjelasan tentang manfaat

dan tujuan penelitian, sehingga dapat menghindari kesalahpahaman. Di ruang

tunggu diberikan pretest pertanyaan seputar tingkat kecemasan pasien setelah itu

pasien diberikan tempat yang nyaman, dan tidak ramai agar dapat maksimal untuk

mengurangi tingkat kecemasan dengan cara melakukan teknik terapi realaksasi otot

progresif selama 10-15 menit setelah itu diberikan post test kembali untuk

mengetahui berkurang atau tidaknya tingkat kecemasan pasien operasi katarak.

Pengumpulan data pertama dari data demografi lanjut usia yang dibuat peneliti

kemudian dilanjutkan dengan kuesioner SAS yang meliputi 20 komponen atau

pertanyaan inti dan 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan lima

pertanyaan ke arah penurunan kecemasan.

4.8 Pengolahan Data dan Analisa Data

4.8.1. Cara Pengolahan Data Lembar kuesioner yang telah terkumpul diteliti kembali dan diberi kode responden.

Peneliti melakukan pengambilan kuesioner sebanyak jumlah sampel yaitu 30 kuesioner,

selanjutnya peneliti memberikan kode baru untuk masing-masing kuesioner. Variabel data

yang terkumpul dengan metode kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian diolah.

Kegiatan pengolahan data yang dilakuakn peneliti sebagai berikut:

1. Memeriksa data (Editing)

Memeriksa data, sumber jawaban, memperjelas serta melakukan pengolahan

terhadap data yang dikumpulkan dan memeriksa kelengkapan jawaban dari kesalahan.

2. Memberi tanda code (Coding)

Coding adalah mengklarifikasi jawaban-jawaban dan para responden kedalam

kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode

berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Pada kuesioner kecemasan (SAS) yang

terdiri 20 petanyaan. Terdapat lima belas pernyataan negatif dengan kode tidak pernah

bernilai 1 dan hampir setiap waktu bernilai 4 dengan nomer pertanyaan

1,2,3,4,6,7,8,10,11,12,14,15,16,18,20 dan lima pernyataan positif dengan kode tidak

pernah bernilai 4 dan hampir setiap waktu bernilai 1 dengan nomer pertanyaan

5,9,13,17, dan 19.

3. Scoring

Page 15: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

68

Scoring adalah menentukan skor atau nilai untuk tiap item pertanyaan dan tentukan

nilai terendah dan tertinggi. Setelah proses pengelompokan item selesai dan lembar

kuisioner yang telah dijawab oleh responden diberi nilai, langkah peneliti selanjutnya

adalah menjumlahkan seluruh nilai disetiap itemnya dan memasukannya dalam kategori

kualitas tidur berdasarkan skor yang diperoleh.

a. Skor 20-44 : normal/tidak cemas

b. Skor 45-59 : kecemasan ringan

c. Skor 60-74 : kecemasan sedang

d. Skor 75-80 : kecemasan berat

3. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah ditentukan kedalam master

tabel atau data base komputer kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.

4.8.2. Analisis Statistik

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan pada setiap variabel yang diteliti. Analisa pada

penelitian ini akan disajikan dihasil penelitian dengan presentase umum dan khusus

meliputi data demografi dan data kuesioner tingkat kecemasan.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga saling berpengaruh.

Analisa bivariat pada penelitian ini adalah keterkaitan antara teknik relaksasi otot progresif

dengan tingkat kecemasan dengan membagikan kuesioner yang telah dikumpulkan dan

diperiksa ulang untuk mengetahui kelengkapan isi data setelah data lengkap

dikelompokkan dan ditabulasi berdasarkan sub variabel yang diteliti. Data yang dianalisa

kemudian diuji dengan uji statistik wilcoxon dengan bantuan program spss 16.00 dengan

derajat kemaknaan jika HO ≤ 0,05, maka H1 diterima yang artinya ada pengaruh antara

teknik relaksasi otot progresif dan tingkat kecemasan.

4.9 Etika Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi dari Stikes Hang

Tuah Surabaya dan izin dari Manajemen Keperawatan Royal Klinik Surabaya. Penelitian

dimulai dengan melakukan beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian

meliputi :

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden

mengetahui maksud dan tujuan penelitian, sertadampak yang akan terjadi selama dalam

pengumpulan data. Responden yang bersedia diteliti harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut, jika tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data yang

diisi oleh responden untuk menjaga kerahasiaan identitas responden. Lembar tersebut

akan diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin kerahasiaannya.

Kelompok data tertentu saja yang hanya akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.

Page 16: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pengambilan data dilakukan tanggal 7 Desember 2015 – 7 Januari 2016, dan

didapatkan 30 Responden. Pada bagian hasil diuraikan data tentang gambaran

umum tempat penelitian, data umum dan data khusus. Data umum adalah penelitian

meliputi jenis kelamin, usia, pengalaman operasi katarak sebelumnya, intensitas

pemeriksaan mata, dukungan keluarga, dan tinggal bersama keluarga. Sedangkan

data khusus meliputi tingkat kecemasan responden sebelum teknik relaksasi otot

progresif, tingkat kecemasan sesudah diadakan teknik relaksasi otot progresif, dan

pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan pasien katarak.

5.1.1 Profil Singkat Royal Clinic-Medical-Dental Centre

Penelitian dilaksanakan dengan mengobservasi kecemasan yang terjadi

pada pasien katarak untuk melakukan pengobatan di Royal Clinic-Medical-Dental

Centre. Usia pasien terpilih adalah usia pasien usia dewasa akhir yaitu mulai usia

50 tahun dan seterusnya.

1. Sejarah

Royal Clinic-Medical-Dental Centre adalah klinik umum yang dimiliki oleh

swasta. Klinik ini didirikan tahun 2010 dengan mendaftarkan diri menjadi klinik

resmi di Surabaya. Awalnya klinik didirikan untuk melayani klinik umum,

klinik gigi, klinik spesialis, apotik, laboratorium, radiology, USG dan CT

Dental serta perlengkapan bedah yang memadai dan selalu diperbarui sesuai

tuntutan jaman.

2. Lokasi Klinik

Klinik didirikan dengan letak di Jalan Raya Darmo Permai 2 No. 26 Surabaya

Barat, Telp. 031-7320252, 031-7320253, dan Fax. 031-7320294. Website :

www.royalmedicalcentre.com

3. Jadwal Klinik

Senin – Sabtu : 07.00 – 21.30 WIB

Minggu : 08.00 – 13.00 WIB

4. Visi, Misi dan Motto

Visi : Menjadi klinik terdepan yang mampu memenuhi semua kebutuhan

masyarakat Surabaya.

Misi : Melayani masyarakat di suatu tempat dengan dukungan layanan

optimal dan profesional.

Motto : New Concept Modern Clinic, Perpaduan layanan satu atap, teknologi

modern dan kenyamanan.

5. Kegiatan sebelum dilakukan tindakan Operasi

Perawat memberikan lembar informed concent untuk diisi terlebih

dahulu, setelah pasien menyetujui perawat melakukan biometri dan tekanan intra

okular. Tak luput pula Kerja sama yang baik dengan dokter

operator. Penderita mematuhi dan mengikuti semua saran yang diberikan mulai

persiapan sampai selesai operasi, Misalnya pada saat operasi : penderita dalam

keadaan sadar karena menggunakan bius lokal, sedangkan operator bekerja

Page 17: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

74

menggunakan mikroskop. Oleh karena itu, letak dan posisi kepala jangan banyak

bergerak. Posisi kepala yang tidak bergerak akan memudahkan operator bekerja,

karena pergerakan sedikit saja sudah mengganggu penglihatan operator pada

mikroskop, Berdoa agar operasi berjalan dengan lancar, agar mencapai hasil

yang optimal. Tebalkan keyakinnan diri untuk berhasil, berdasarkan

pemeriksaan persiapan operasi dijalankan dengan baik. Sering kali perawat

mendapatkan pasien dengan kecemasan yang berlebih sehingga perawat hanya

dapat menenaangkannya dengan sekedar memberikan informasi mengenai

operasi katarak dan tidak ada tindakan yang bisa memberikan perasaan rileks

pada pasien.

5.2 Data Umum Hasil Penelitian

Subyek penelitian ini adalah sebanyak 30 orang pasien katarak yang berusia

di atas 50 tahun. Responden tersebut selanjutnya diklasifikasikan menurut kriteria

jenis kelamin, usia, pengalaman operasi katarak sebelumnya, intensitas

pemeriksaan mata, dukungan keluarga serta status pasien yang tinggal dengan

keluarga.

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di

Royal Clinic Medical, Dental and Eye Centre Surabaya

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)

Laki-laki 19 63,3

Perempuan 11 36,7

Total 30 100

Tabel 5.1, diatas menjelaskan jenis kelamin pasien katarak adalah laki-laki

sebanyak 19 orang (63,3%) dan perempuan sebanyak 11 orang (36,7%)

2. Karakteristik responden berdasarkan Usia

Tabel 5.2. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di Royal Clinic

Medical, Dental and Eye Centre Surabaya

Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)

50 – 55 tahun

56 – 60 tahun

10

16

33.3

53,3

60 – 65 tahun 4 13,3

> 65 tahun 0 0

Total 30 100

Tabel 5.2, diatas menjelaskan usia pasien katarak adalah usia 50-55 tahun

sebanyak 10 orang (33,3%), lalu pasien katarak berusia antara 56 tahun hingga 60

tahun sebanyak 16 orang (53,3%) dan sisanya 60-65 tahun sebanyak 4 orang

(13,3%).

Page 18: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

75

3. Karakteristik responden berdasarkan Pengalaman Operasi Katarak

Sebelumnya

Tabel 5.3. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan pengalaman operasi

katarak sebelumnya di Royal Clinic Medical, Dental and Eye Centre

Surabaya

Pengalaman Operasi

Katarak

Frekuensi (f) Prosentase (%)

Ya 14 46,7

Tidak 16 53,3

Total 30 100

Tabel 5.3, diatas menjelaskan pasien katarak yang menjadi responden belum pernah

dioperasi sebelumnya sebanyak 16 orang (53,3%) dan sisanya sudah pernah

dioperasi sebanyak 14 orang (46,7%).

4. Karakteristik responden berdasarkan Intensitas Pemeriksaan Mata

Tabel 5.4. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan intensitas

pemeriksaan mata di Royal Clinic Medical, Dental and Eye Centre

Surabaya

Intensitas Frekuensi (f) Prosentase (%)

6 bulan 12 40

1 tahun 5 16,7

Lebih dari 1 tahun 13 43,3

Total 30 100

Tabel 5.4, diatas menjelaskan pasien katarak yang menjadi responden

melakukan pemeriksaan mata dengan periode lebih dari 1 tahun sekali sebanyak 13 orang

(43,3%), lalu yang memeriksa mata selama 6 bulan sebanyak 12 orang (40%) dan sisanya

memeriksa mata dalam rentang 1 tahun sebanyak 5 orang (16,6%).

5. Karakteristik responden berdasarkan Dukungan Keluarga

Tabel 5.5. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan dukungan keluarga

di Royal Clinic Medical, Dental and Eye Centre Surabaya

Dukungan Keluarga Frekuensi (f) Prosentase (%)

Ya 25 83,3

Tidak 5 16,7

Total 30 100

Tabel 5.5, diatas menjelaskan didapatkan pasien katarak yang menjadi responden

mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 25 orang (83,3%) dan sisanya tidak

mendapat dukungan keluarga sebanyak 5 orang (16,7%).

Page 19: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

76

6. Karakteristik responden berdasarkan Tinggal bersama Keluarga

Tabel 5.6. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan tinggal bersama

keluarga di Royal Clinic Medical, Dental and Eye Centre Surabaya

Tinggal bersama Keluarga Frekuensi (f) Prosentase (%)

Ya 25 83,3

Tidak 5 16,7

Total 30 100

Tabel 5.6, diatas menjelaskan pasien katarak yang menjadi responden

bertempat tinggal bersama keluarga sebanyak 25 orang (83,3%) dan sisanya tidak

bertempat tinggal bersama keluarga sebanyak 5 orang (16,7%).

5.2.1 Data Khusus

1. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan sebelum

diadakan tindakan teknik relaksasi otot progresif

Tabel 5.7. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan responden

sebelum teknik relaksasi otot progresif di Royal Clinic, Medical, Dental

and Eye Centre Surabaya

Tingkat Kecemasan Frekuensi (f) Prosentase (%)

Ringan 18 60

Sedang 12 40

Total 30 100

Tabel 5.7, diatas menjelaskan pasien katarak yang menjadi responden

memiliki tingkat kecemasan ringan adalah sejumlah 18 orang (60%) dan 12 orang

(40%) memiliki tingkat kecemasan sedang.

2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan sesudah

diadakan tindakan teknik relaksasi otot progresif

Tabel 5.8. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan responden

sesudah teknik relaksasi otot progresif di Royal Clinic, Medical, Dental

and Eye Centre Surabaya

Tingkat Kecemasan Frekuensi (f) Prosentase (%)

Normal 8 26,7

Ringan 18 60,0

Sedang 4 13,3

Total 30 100

Tabel 5.8, diatas menjelaskan pasien katarak yang menjadi responden

memiliki tingkat kecemasan ringan adalah sejumlah 18 orang (60%) dan 12 orang

(40%) memiliki tingkat kecemasan sedang.

Page 20: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

77

3. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Kecemasan

Pasien Katarak

Tabel 5.9. Rekapitulasi Perbedaan Tingkat Kecemasan Uji Beda Wilcoxon

No Tingkat

kecemasan

Pre Post

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

1. Normal 0 0 8 26.7

2. Ringan 18 60.0 18 60.0

3. Sedang 12 40.0 4 13.3

4. Berat 0 0 0 0

wilco wilcoxon signed rank test P= 0. 000

Berdasarkan Tabel 5.9 tentang pengaruh teknik relaksasi otot progresif

didapatkan data sebelum dilakukan teknik relaksasi otot progresif yang tingkat

kecemasannya ringan sebanyak 18 responden (60,0%), tingkat kecemasan sedang

sebanyak 12 responden (40,0%), dan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot

progresif didapatkan bahwa tingkat kecemasan normal sebanyak 8 responden

(26,7%), tingkat kecemasan ringan sebanyak 18 responden (60,0%), tingkat

kecemasan sedang sebanyak 4 responden (13,3%). Dari hasil pengujian statistik

menggunakan uji Wilcoxon signed rank test, diperoleh p = 0.000 atau p > 0.005

yang artinya H1 diterima hal ini berarti ada perubahan tingkat kecemasan sebelum

dan sesudah intervensi teknik relaksasi otot progresif.

5.3 Pembahasan

Penelitian ini dirancang untuk memberikan gambaran interpretasi dan

mengungkap pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan

pasien penderita katarak. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka akan dibahas hal-

hal sebagai berikut :

5.3.1 Tingkat Kecemasan sebelum dilakukan teknik relaksasi otot progresif

Berdasarkan Tabel 5.9 tentang pengaruh teknik relaksasi otot progresif didapatkan

data sebelum dilakukan teknik relaksasi otot progresif yang tingkat kecemasannya

ringan sebanyak 18 responden (60,0%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 12

responden (40,0%). Kecemasan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu usia,

pengalaman, dukungan keluarga, jenis kelamin dan pendidikan hasil penelitian

menunjukkan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan seseorang

adalah usia. Dari hasil tabulasi silang antara usia dengan tingkat kecemasan

responden dengan usia 50-55 tahun dan 56-60 tahun memiliki jumlah yang sama

yaitu sebanyak 8 responden (26,7%), sedangkan dengan usia 61-65 tahun sebanyak

2 responden (6,7%) Usia menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan

perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman,

pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap

suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap

(Haryanto, 2002). Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur

Page 21: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

78

dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik

dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian besar kelompok

umur anak yang mengalami insiden fraktur cenderung lebih mengalami respon

cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa (Lukman, 2009). Semakin

lanjut usia pasien, maka kecenderungan timbulnya kecemasan akan semakin tinggi.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu jenis kelamin

berdasarkan dari tabulasi silang didapatkan responden yang berjenis kelamin laki-

laki memiliki tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 11 responden (36,7%)

sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 responden (23,3%). Pada

umumnya mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya

dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan

lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding

perempuan (Power dalam Myers, 1983) (Creasoft, 2008). Sunaryo, 2004 menulis

dalam bukunya bahwa pada umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental

yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya

dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan

wawasan lebih luas dibanding perempuan, karena laki-laki lebih banyak

berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya

tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga

tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang

pencegahan penyakit. Responden yang berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat

kecemasan yang lebih ringan daripada perempuan karena laki-laki mempunyai

wawasan yang lebih luas dibandingkan perempuan sehingga tingkat pengetahuan

atau informasi yang didapat lebih banyak.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan adalah intensitas kontrol

berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan responden dengan intensitas kontrol 6

bulan sekali memiliki tingkat kecemasan ringan yang paling banyak yaitu sebanyak

7 responden (23,3%), yang intensitas kontrol 1 tahun sekali sebanyak 5 responden

(16,7%), yang intensitas kontrol lebih dari 1 tahun sebanyak 6 responden (20,0%),

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melaui panca

indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Responden

yang intensitas kontrolnya lebih banyak, tingkat pengetahuannya akan semakin

bertambah sehingga tingkat kecemasannya menjadi ringan.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu dukungan

keluarga. Berdasarkan tabulasi silang, responden yang mendapat dukungan dari

keluarga yang masuk kategoriu tingkat kecemasannya ringan sebanyak 14

responden (46,7%) sedangkan yang tidak mendapat dukungan keluarga sebanyak 4

responden (13,3%). Dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme hubungan

interpersonal yang dapat melindungi seseorang dari efek stress yang buruk. Pada

umumnya jika seseorang memiliki sistem pendukung yang kuat, kerentanan

terhadap penyakit mental akan rendah (Arum, 2009). Responden yang

Page 22: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

79

mendapatkan dukungan keluarga tingkat kecemasan lebih ringan dibandingkan

dengan yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga.

5.3.2 Tingkat Kecemasan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif

Berdasarkan Tabel 5.9 tentang pengaruh teknik relaksasi otot progresif

didapatkan data sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif yang tingkat

kecemasannya normal sebanyak 8 responden (26,7%), tingkat kecemasan ringan

sebanyak 18 responden (60,0%), Menurut Domin (2001) dalam Wulandari (2006),

secara fisiologis, latihan relaksasi akan membalikkan efek stres yang melibatkan

bagian parasimpatetik dari sistem saraf pusat (Domin, 2001). Relaksasi akan

menghambat peningkatan saraf simpatetik, sehingga hormon penyebab diregulasi

tubuh dapat dikurangi jumlahnya. Sistem saraf parasimpatetik, yang memiliki

fungsi kerja yang berlawanan dengan saraf simpatetik, akan memperlambat atau

memperlemah kerja alat-alat internal tubuh. Akibatnya, terjadi penurunan detak

jantung, irama nafas, tekanan darah, ketegangan otot, tingkat metabolisme, dan

produksi hormon penyebab stres. Seiring dengan penurunan tingkat hormon

penyebab stres, maka seluruh badan mulai berfungsi pada tingkat lebih sehat

dengan lebih banyak energi untuk penyembuhan (healing), penguatan (restoration),

dan peremajaan (rejuvenation).

Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005), tujuan dari teknik

ini adalah untuk menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher, dan

punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik; Mengurangi

disritmia jantung, kebutuhan oksigen; Meningkatkan gelombang alfa otak yang

terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta rileks;

Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi; Memperbaiki kemampuan untuk

mengatasi stress; Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot,

dan Membangun emosi positif dan emosi negatif.

Terapi teknik relaksasi otot progresif banyak mempunyai manfaat untuk

pasien yang akan melakukan operasi katarak. Oleh karena itu semua pasien yang

hendak operasi harus benar-benar memanfaatkan terapi tersebut agar tidak terlalu

banyak kecemasan yang muncul sehingga operasi yang dilakukan dapat

memberikan hasil yang lebih memuaskan.

5.3.3 Pengaruh Tindakan Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien Katarak

Berdasarkan hasil penelitian secara umum tentang pengaruh teknik relaksasi

otot progresif terhadap tingkat kecemasan di royal clinic medical, dental, and eye

centre surabaya.didapatkan terjadinya penurunan tingkat kecemasan tetapi tidak

terlalu signifikan setelah diajarkan teknik relaksasi otot progresif selama 1 bulan

sebelum diajarkan teknik relaksasi otot progresif (pre-test) terdapat 18 responden

(60,0%) yang mengalami tingkat kecemasan ringan, sedangkan responden yang

mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 12 orang (40,0%), sedangkan pada

saat (post test) didapatkan 18 responden (60,0%) mengalami tingkat kecemasan

ringan, pasien yang mengalami tingkat kecemasan normal sebanyak 8 responden

(26,7%), sedangkan pasien yang mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 4

orang (13,3%). Hasil pengujian Wilcoxon menunjukkan p = 0,000. Temuan ini

Page 23: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

80

mengindikasikan bahwa tingkat kecemasan akan menurun secara signifikan

bilamana para pasien menjalankan terapi relaksasi otot progresif menjelang

operasi katarak yang akan dijalankan, atau dengan kata lain terdapat pengaruh

teknik relaksasi dengan penurunan kecemasan secara signifikan. Hasil penelitian

ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Herodes (2010), teknik relaksasi otot

progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi,

ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespons

pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot.

Tehnik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot

dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan

dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Tehnik

relaksasi otot progresif adalah salah satu cara dari tehnik relaksasi yang

mengkombinasikan latihan nafas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan

relaksasi otot tertentu. Teknik relaksasi otot progresif yang dilakukan dengan benar

dan sungguh-sungguh oleh pengelola maupun oleh pasien yang bakal dioperasi

katarak akan sangat membantu penurunan kecemasan yang muncul pada pasien.

5.4 Keterbatasan

Dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang dianggap menjadi keterbatasan

oleh peneliti, yaitu :

1. Keterbatasan penerapan teknik relaksasi otot progresif hanya dilakukan sekali.

2. Pengetahuan dan pengalaman peneliti yang masih jauh dari sempurna sehingga

masih ada kekurangan dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan

dengan peneliti.

3. Lingkungan tempat penelitian kurang menunjang proses penelitian seperti

terlalu ramai, terlalu banyak orang sehingga proses pengumpulan data tidak

dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Page 24: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

BAB 6

PENUTUP

Pada bab ini berisi simpulan dan saran berdasarkan dari hasil pembahasan

penelitian.

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka penelitian ini mendapatkan

beberapa hal sebagai berikut :

1. Tingkat kecemasan pasien katarak sebelum dilakukan terapi relaksasi otot progresif

diketahui bahwa lebih dari separuh berada pada taraf ringan dan sedang .

2. Tingkat kecemasan pasien katarak sesudah dilakukan terapi relaksasi otot progresif

diketahui banyak yang mengalami penurunan, ringan, dan sedang.

3. Terapi relaksasi otot progresif berpengaruh signifikan terhadap penurunan tingkat

kecemasan pasien katarak.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang disampaikan pada pihak terkait

adalah sebagai berikut:

6.2.1 Bagi Pasien

Tindakan operasi apa pun membawa pengaruh terhadap kecemasan pasien, oleh

karena itu, pasien-pasien katarak yang hendak dioperasi hendaknya mempersiapkan fisik

maupun mental menjelang pelaksanaan operasi. Bilamana penyelenggara, klinik maupun

rumah sakit bersangkutan, menyediakan teknik relaksasi otot progresif, maka pasien

diwajibkan menjalankan terapi tersebut.

6.2.2 Bagi Keluarga

Keluarga dan lingkungan sekitar hendaknya memberi dukungan dan pendampingan

kepada pasien yang sedang menderita katarak dan hendak menjalani operasi. Hal ini

dimaksudkan agar pasien memiliki semangat dan kemauan untuk sembuh, sehingga dapat

mengurangi tingkat kecemasan pasien agar dapat siap menghadapi pengobatan katarak.

6.2.3 Bagi Perawat Royal Clinic-Medical-Dental Centre

Para perawat Royal Clinic-Medical-Dental Centre hendaknya dapat memberikan

pengetahuan tentang katarak kepada pasien dan keluarga. Perawat juga hendaknya

mendalami pengetahuan mengenai teknik relaksasi otot progresif yang memberikan

manfaat banyak kepada pasien katarak.

6.2.4 Bagi Intalasi Ruang Mata Royal Clinic-Medical-Dental Centre

Disarankan untuk memperhatikan kondisi pasien tidak hanya dari segi pengobatan

saja tetapi dalam hal pemenuhan kebutuhan psikologis, agar dapat menerapkan teknik

relaksasi otot progresif sebelum dilakukan tindakan pembedahan katarak, sehingga

kecemasan yang ada pada pasien dapat berkurang

6.2.5 Bagi Peneliti Berikutnya

Diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat melakukan penelitan tentang faktor-faktor

lain, maupun teknik serupa yang dapat membantu pasien untuk dapat mengurangi

kecemasan dalam menghadapi operasi katarak.

Page 25: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

91

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Sjamsu., dkk. (2013). Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya : Airlangga

University Press

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, &

Praktik, Edisi 5. Jakarta: EGC.

Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Ilyas, Sidarta. (2006). Katarak. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Ilyas, Sidarta. (2011). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Istiantoro. (2008). Tips & Tricks Pachoemulsification. Jakarta : Eye Centre

Iswandi. (2014). Pelatihan / Fellowship Ophthalmic Trainning For Operating

Room Nurse. Bandung : Rumah Sakit Mata Cicendo

James, Bruce., dkk (2005). Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta : Erlangga

Jaya, Kusnadi. (2015). Keperawatan Jiwa. Tangerang : Bina Rupa Aksara

Publisher

Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep Proses dan

Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Nasir, Abdul. (2011). Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.

Jakarta : Salemba Medika: Salemba Medika

Olver, Jane. (2011). At A Glance Oftamologi. Jakarta : Erlangga

Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter, Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Setiadi. (2008). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien

Psikogeriatrik. Jakarta

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Sugiyono. (2006). MetodePenelitan Administrasi.Bandung: Cv.Alfabeta.

Vaughan. (2012). Oftamologi Umum. Jakarta : EGC

Page 26: nonprobability sampling menggunakan purposive sampling ... file11. teknik sampling dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. 12. Jelaskan

92