Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
NORMALISASI HUBUNGAN BILATERAL BRAZIL
DAN AMERIKA SERIKAT PASCA SKANDAL
SPIONASE OLEH NATIONAL SECURITY AGENCY
(NSA) TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
oleh:
Sakiinah
1113113000082
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
NORMALISASI HUBUNGAN BILATERAL BRAZIL DAN AMERIKA
SERIKAT PASCA SKANDAL SPIONASE OLEH NATIONAL SECURITY
AGENCY (NSA) TAHUN 2015
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Maret 2018
Sakiinah
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Sakiinah
NIM : 1113113000082
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
Normalisasi Hubungan Bilateral Brazil dan Amerika Serikat Pasca Skandal
Spionase Oleh National Security Agency (NSA) Tahun 2015
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 26 Maret 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Alfajri M.A Rahmi Fitriyanti, M.Si
NIP. NIP.197709142011012004
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI
UPAYA BRAZIL DAN AMERIKA SERIKAT MENORMALISASI
HUBUNGAN KEDUA NEGARA PASCA SKANDAL SPIONASE OLEH
NATIONAL SECURITY AGENCY (NSA) TAHUN 2015
oleh
Sakiinah
1113113000082
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3
Mei 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Ahmad Alfajri M.A Eva Mushoffa, M.A
NIP. NIP.
Penguji I, Penguji II,
Robi Sugara, M. Sc Dr. Nazaruddin Nasution, M.A
NIP. NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada 3 Mei 2018 .
Ketua Program Studi,
Ahmad Alfajri M.A
NIP.
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang apa yang melatarbelakangi perbaikan
hubungan bilateral Brazil dan Amerika Serikat pasca adanya skandal spionase
oleh NSA. Perbaikan hubungan bilateral antara Brazil dan Amerika Serikat pasca
skandal spionase ini menarik untuk di teliti. Teori yang digunakan dalam skripsi
ini adalah teori kebijakan luar negeri dan konsep kepentingan nasional. Teori
tersebut dapat menjawab adanya kebijakan luar negeri Dilma Rousseff dalam
mengunjungi Amerika Serikat pasca skandal spionase yang didasari oleh adanya
kepentingan nasional. Kepentingan ekonomi menjadi dasar kebijkan pemerintah
Brazil dalam menormalisasi hubungan bilateral Brazil dan Amerika Serikat.
Adanya kepentingan ekonomi tersebut dapat meredakan hubungan bilateral Brazil
dan Amerika Serikat yang sebelumnya terganggu dengan adanya skandal spionase
yang dilakukan oleh NSA.
Kata Kunci: Brazil, Amerika Serikat, NSA, kebijakan luar negeri, kepentingan
nasional.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
dengan segala pengetahuan dan kekuasan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Normalisasi Hubungan Bilateral Brazil
dan Amerika Serikat Pasca Skandal Spionase oleh National Security Agency
(NSA) Tahun 2015” dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun
dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih atas
bantuan, saran, bimbingan, dukungan, semangat dan doa baik langsung maupun
tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Iden Sujana dan Ibu Suwarniasih tercinta
yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis serta memfasilitasi segala
kebutuhan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Nur Afidah, Nur Aeni, Nur Kharimah, dan Syarifah selaku kakak penulis
yang selalu mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Bapak Ahmad Alfajri, selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
4. Ibu Eva Mushoffa, selaku Sekretaris Program Studi Hubungan
Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Rahmi Fitriyanti, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberi
semangat dan bimbingan kepada penulis.
6. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
menuntut ilmu serta memberikan motivasi yang tidak henti kepada
penulis.
7. Curahan Hati Perempuan yang selalu menyemangati, menghibur dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Cahyo Nugroho, selaku partner penulis yang selalu membantu serta
menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman HI 2013 yang selalu memotivasi dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Untuk
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan
dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amin.
Jakarta, Maret 2018
Sakiinah
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ..viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah .......................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6
E. Kerangka Teoritis ........................................................................... 13
E.1. Neoliberal ................................................................................ 13
E.2. Teori Kebijakan Luar Negeri .................................................. 17
E.3. Konsep Kepentingan Nasional ............................................... 18
E.4. Konsep Kerjasama Bilateral.................................................. 19
F. Metode Penelitian ........................................................................... 21
G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 23
BAB II HUBUNGAN BILATERAL BRAZIL DAN AMERIKA
SERIKAT
A. Hubungan Bilateral Brazil dan Amerika Serikat Sebelum Masa
Pemerintahan Dilma Rousseff........ ................................................ 24
B. Hubungan Bilateral Brazil dan Amerika Serikat Pada Masa
Pemerintahan Dilma Rousseff... ..................................................... 29
C. Kunjungan Brazil ke Amerika Serikat ........................................... 35
BAB III SKANDAL SPIONASE YANG DILAKUKAN OLEH AMERIKA
SERIKAT TERHADAP BRAZIL
A.National Security Agency (NSA)...... ........................... ...................40
B. Pengungkapan Skandal Spionase NSA oleh Edward Snowden ..... 43
C. Skandal Spionase oleh NSA Terhadap Brazil ................................ 46
D. Respon Brazil Terhadap Skandal Spionase oleh NSA……...…... 48
BAB IV NORMALISASI HUBUNGAN BILATERAL BRAZIL DAN
AMERIKA SERIKAT PASCA SKANDAL SPIONASE OLEH
NSA
A. Kepentingan Nasional....... ............................................................. 52
B. Kebijakan Luar Negeri Brazil ......................................................... 59
C. Kerjasama Bilateral Brazil dan Amerika Serikat Pasca Skandal
Spionase oleh National Security Agency (NSA)............................63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 69
ix
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xii
LAMPIRAN......................................................................................................xviii
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.A.1 Peta Brazil .......................................................................... 26
Gambar IV.A.1 Brazil: GDP, inflation and unemployment 2013-2015 ...... 53
Gambar IV.C.1 Grafik FDI Brazil di USA................................................. 65
xi
DAFTAR SINGKATAN
Amerika Serikat AS
National Security Agency NSA
Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB
Foreign Direct Investment FDI
Mercado Comun del Sur MERCOSUR
Gross Domestic Product GDP
Southern Command SOUTHCOM
Defense Cooperation Agreement DCA
General Security of Military Information Agreement GSOMIA
Petroleo Brazileiro S.A PETROBRAS
Brazil Rusia India China South Africa BRICS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini akan membahas mengenai keputusan Pemerintah Brazil yang
kembali mengunjungi Amerika Serikat pasca skandal spionase yang dilakukan
Amerika Serikat melalui National Security Agency (NSA) tahun 2015. Pada 2013,
spionase yang dilakukan oleh Amerika Serikat membuat Brazil membatalkan
kunjungannya ke Washington.1 Keputusan Brazil untuk kembali mengunjungi
Amerika Serikat pada 2015 adalah hal yang menarik untuk diteliti karena terdapat
kejanggalan dengan adanya keputusan Presiden Brazil untuk mengunjungi
Amerika Serikat pada Juni 2015.
Brazil sebelumnya membatalkan kunjungannya dan menuntut permintaan
maaf dari Amerika Serikat, Brazil dan Jerman juga memberikan resolusi anti-
spionase kepada United Nations General Assembly dalam menanggapi skandal
spionase tersebut.2 Brazil memutuskan untuk mengunjungi Amerika Serikat pada
Juni 2015, dalam pertemuan tersebut Presiden Brazil dan Amerika Serikat sama
sekali tidak membahas mengenai skandal spionase tersebut.3 Presiden Dilma
1 Joao Augusto de Casto Neves, Revelations of U.S. Spying Against Brazil Have Put
Relations Between The two at Arm’s Length Once Again, 2014, hlm 2. 2 Juan Leandro, Brazil and Germany Present Anti-Spy Resolution at United Nations,
Radio Habana Cuba, 8 November 2013, 12:38:00, hlm 1 3 Dan Roberts, “Brazilian President’s visit to U.S. will not include apology from Obama
for spying,” The Guardian, 30 Juni 2015, 18:33 BST (tersedia di
https://www.theguardian.com/world/2015/jun/30/brazil-dilma-rousseff-obama-nsa-spying-apology
pada 23 Desember 2017 pukul 13:15)
2
Rousseff mengatakan bahwa ia telah melupakan kasus tersebut dan percaya
terhadap Presiden Obama.4
Hubungan diplomatik dan kerjasama antara Brazil dan Amerika Serikat telah
terjalin sejak tahun 1824.5 Brazil dan Amerika Serikat membangun kerjasama di
beberapa bidang, seperti, perdagangan, counternarcotics, counterterrorism, dan
energi nuklir.6 Kerjasama bilateral antara Brazil dan Amerika Serikat juga
didukung dengan adanya kunjungan kenegaraan, kunjungan kerja, maupun
kunjungan pribadi, baik dari pihak Brazil maupun Amerika Serikat.
Kunjungan pertama Brazil ke Amerika Serikat pada tahun 1876 ketika Pedro
II, selaku pemimpin Brazil mengunjungi Amerika Serikat untuk menghadiri
Centennial Exposition di Philadelphia (Pennsylvania).7 Tidak hanya itu, pada Mei
1949, Presiden Dutra mengunjungi Amerika Serikat untuk membahas kerjasama
ekonomi di antara keduanya, dan kunjungan tersebut terus disambung.8
Tidak hanya Brazil yang melakukan kunjungan kerja atau kunjungan negara
ke Amerika Serikat, namun juga sebaliknya. Kunjungan tersebut juga terus
berjalan hingga pada 2011 Presiden Barack Obama mengunjungi Brazil untuk
menemui Presiden yang baru saja terpilih, yaitu Dilma Rousseff untuk
4 Gardiner Harris, Dilma Rousseff of Brazil Visits U.S. Amid Trubulence at Home, The
New York Times, 30 Juni 2015 (tersedia di
https://www.nytimes.com/2015/07/01/world/americas/leader-of-brazil-visits-amid-home-
turbulence.html pada 28 Maret 2018 pukul 20:08) 5 Monica Hirst, Understanding Brazil-United States relations: contemporary history,
current complexities and prospects for the 21st century, 2013, Brasilia : FUNAG, hlm 29 6 Ricardo Sennes, US-Brazil Relations, 3.
7 Department of State United States of America. Office of The Historian: “Visits By
Foreign Leaders of Brazil.” Diakses melalui
https://history.state.gov/departmenthistory/visits/brazil pada 9 April 2017 pukul 23:10 8 Office of The Historian: “Visits By Foreign Leaders of Brazil”.
3
membicarakan kelanjutan kerjasama ekonomi di bidang perdagangan dan
investasi.9
Pada Maret 2011, Presiden Dilma Rousseff dan Presiden Barack Obama juga
meluncurkan “Strategy Energy Dialogue” sebagai bentuk kerjasama mereka di
bidang energi.10
Brazil merupakan negara dengan produksi minyak dan gas
terbesar untuk Amerika Serikat, karena di Brazil telah ditemukan ladang minyak
yang dapat menjadi sumber penting untuk kebutuhan energi Amerika Serikat.11
Presiden Dilma Rousseff juga mengunjungi Amerika Serikat sebagai bentuk
kunjungan kerja pada April 2012.12
Kerjasama yang telah terjalin antara Brazil
dan Amerika Serikat tidak selalu berjalan mulus. Pada 2013, hubungan bilateral
Brazil dan Amerika Serikat terganggu dengan adanya skandal mata-mata yang
dilakukan oleh National Security Agency (NSA) terhadap pemerintah Brazil,
termasuk Presiden Dilma Rousseff, dan perusahaan minyak milik Brazil yaitu
Petrobras menjadi target dari NSA.13
NSA merupakan agen intelijen milik Amerika Serikat yang berada di bawah
Kementerian Pertahanan, di mana mereka bertanggung jawab atas intelijen
9 Office of The United States Trade Representative, Executive office of The President.
Diakses melaui https://ustr.gov/countries-regions/americas/brazil pada 4 Oktober 2016 pukul
10:05 10
Peter J, Meyer. 2014. Brazil: Political and Economic Situation and U.S. Relations.
Congressional Research Service. Hlm 16 11
Peter J, Meyer, Brazil: Political and Economic Situation and U.S. Relations. 12
Office of The Historian: “Visits By Foreign Leaders of Brazil.” 13
Jonathan Watts, “NSA Accused of Spying on Brazilian Oil Company Petrobras,” The
Guardian, 9 September 2013 diakses melalui
https://www.theguardian.com/world/2013/sep/09/nsa-spying-brazil-oil-petrobras pada 28
November 2016 pukul 21:05
4
komunikasi dan keamanan.14
NSA juga merupakan bagian yang vital dan penting
bagi Amerika Serikat karena NSA juga bekerja untuk membongkar serta membuat
sebuah sandi atau biasa disebut cryptology oleh para ilmuwan.15
NSA memiliki
sebuah program yang salah satunya adalah surveillance. Program tersebut adalah
program mata-mata atau spionase.
NSA melakukan penyadapan terhadap alat komunikasi Presiden Dilma
Roussef beserta timnya.16
Hal tersebut membuat hubungan kedua negara itu
menjadi kurang baik. Presiden Dilma Roussef menyatakan pembatalannya dalam
mengunjungi Gedung Putih di Washington.17
Presiden Dilma ingin pihak Amerika
Serikat untuk meminta maaf atau setidaknya berjanji untuk tidak mengulangi
perbuatannya, namun tidak ada tanda-tanda Amerika Serikat melakukan hal itu.18
Pembatalan Kunjungan kenegaraan Dilma Rouseff merupakan suatu yang
serius. Karena dalam teori neoliberal, kerjasama merupakan salah satu tujuan
yang utama. Negara memerlukan kerjasama untuk memperoleh kepentingan
nasionalnya. Dalam pembatalan kunjungan Presiden Dilma Rouseff, dapat
menghambat perdagangan dan mengurangi keuntungan ekonomi dari kedua
negara.
14
The Editors of Encyclopedia Britannica. 2014. National Security Agency (NSA) United
States Agency. Diakses melalui https://www.britannica.com/topic/National-Security-Agency pada
10 April 2017 pukul 04:10 15
Tom Murse. 2016. What is the National Security Agency? Learn About the Intelligence
Agency. Diakses melalui https://www.thoughtco.com/what-is-the-nsa-3367703 pada 10 April
2016 pukul 04:14 16
Peter Hakim. 2014. The Future of US-Brazil Relations: Confrontation, Cooperation or
Detachment?. The Royal Institute of International Affairs. Hlm 1161 17
Joao Augusto de Casto Neves, Revelations of U.S. Spying Against Brazil. 18
Roger Cohen, “An Odd Hostility in The Americas,” The New York Times, 21 April
2014 diakses melalui http://www.nytimes.com/2014/04/22/opinion/cohen-an-odd-hostility-in-the-
americas.html?_r=1 pada 29 November 2016 pukul 17:44
5
Sebagai contoh, Brazil yang memilih untuk membeli pesawat dari
Swedia, yaitu SAAB Gripen senilai US$4,5 miliar sebanyak 36 unit. Pembelian
tersebut berdampak pada pembatalan pembelian pesawat Boeing F/A-18 Super
Hornet. 19
Perubahan kebijakan Brazil ini pasca kegiatan spionase yang dilakukan
oleh NSA yang mulai terbuka dan diketahui oleh pemerintah Brazil dan
diumumkan pasca Presiden Dilma Rouseff membatalkan kunjungan kenegaraan.20
Pada Juni 2015, Presiden Dilma Rousseff mendatangi Presiden Barack Obama
untuk meninjau kembali rencana hubungan bilateral, regional, dan multilateral
dengan Amerika Serikat.21
Padahal sebelumnya, permintaan Presiden Dilma
Rousseff untuk Amerika Serikat meminta maaf, belum terwujud. Presiden Dilma
Rousseff sebelumnya juga menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Amerika
Serikat itu bukan hal yang wajar karena tidak ada hubungannya dengan counter
terrorism.22
19
Alonso Soto, Brian Winter. SAAB Wins Brazil jet deal after NSA sours Boeing bid. Reuters 19 Desember 2013, pukul 1:40 am. Tersedia di https://www.reuters.com/article/us-brazil-jets/saab-wins-brazil-jet-deal-after-nsa-spying-sours-boeing-bid-idUSBRE9BH11C20131218 diakses pada 14/05/2018 pukul 4:48
20 Dan Horch, Christopher Drew, Brazil Snubs Boeing in Fighter Jet Deal. NYTIMES, 18
Desember 2013. Tersedia di https://www.nytimes.com/2013/12/19/business/international/brazil-snubs-boeing-in-jet-deal.html diakses pada 14/05/2018 pukul 14:51
21 The White House Office of The Press Secretary. 30 Juni 2015. Joint Communique By
President Barack Obama and President Dilma Rousseff. Diakses melalui
https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2015/06/30/joint-communique-president-
barack-obama-and-president-dilma-rousseff pada 20 April pukul 19:23 22
The White House Office of The Press Secretary. Joint Communique By President
Barack Obama and President Dilma Rousseff.
6
B. Pertanyaan Penelitian
Dari paparan di atas, maka dapat diangkat pertanyaan berupa “Mengapa
hubungan Brazil dan Amerika Serikat kembali normal pasca skandal
spionase yang dilakukan oleh NSA terhadap Brazil pada tahun 2013?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa alasan
Brazil mengunjungi Amerika Serikat pasca skandal spionase yang dilakukan oleh
National Security Agency (NSA) milik Amerika Serikat. Selain itu, penulisan
penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui mengenai skandal spionase atau
mata-mata yang dilakukan oleh NSA.
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu untuk dapat menjadi referensi baru
untuk penelitian lebih lanjut mengenai kerjasama bilateral, skandal spionase, dan
hal lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini.
D. Tinjauan Pustaka
Hirst, Monica. 2013. Understanding Brazil-United States Relations:
Contemporary History, Current Complexities and Prospects for the 21st
Century. Brasilia:FUNAG. Brasilia.
Kerjasama bilateral antara Amerika Serikat dengan Brazil memang berawal
dari adanya sejarah yang cukup panjang. Kedua negara tersebut merupakan negara
yang kuat dalam bidang ekonomi, politik maupun militer sehingga terjalin
7
kerjasama diantara keduanya. Dalam kerjasama kedua negara tersebut juga
membawa keuntungan bagi keduanya, baik Amerika Serikat maupun Brazil.
Adanya kerjasama ini di mana Amerika Serikat dan Brazil telah melewati
fase-fase yang berbeda setiap waktunya namun tidak membawa mereka pada garis
yang akan mengundang konfrontasi. Tentu dalam suatu kerjasama kedua negara
pasti ada sedikit ketidakcocokan atau pendapat yang berlawanan, namun itu tak
membuat kerjasama di antara keduanya runtuh. Amerika Serikat dan Brazil
menjalin hubungan diplomatik dan kerjasama sejak tahun 1824. Hubungan antara
kedua negara tersebut semakin dalam saat terjadi Perang Dingin pada tahun 1950-
an dan terus berkembang dan semakin intens di tahun 1980-an.
Kedekatan antara Brazil dan Amerika Serikat menjadi lebih konsisten pada
akhir abad ke-19 ketika gerakan Republik Brazil mulai melihat pengalaman
politik di Amerika Utara sebagai inspirasi. Pada saat itu, Amerika Serikat juga
membuka pasarnya untuk kopi dari Brazil. Kedekatan antara Amerika Serikat dan
Brazil di bidang politik dan ekonomi dipercepat dengan adanya peresmian
Republik Brazil dan penghapusan perbudakan.
Pada saat itu, hanya kerjasama atau hubungan di bidang ekonomi, sosial, dan
budaya saja yang terus berjalan dan berkembang hingga membawa keuntungan
bagi kedua negara tersebut, sedangkan kerjasama dan hubungan di bidang politik
dan diplomatik tidak mengalami perkembangan yang signifikan.
Dalam bidang ekonomi, hubungan antar Brazil dengan Amerika Serikat
menunjukkan ketidakseimbangan di sekitar tahun 1910-1914, di mana 38% dari
8
ekspor Brasil diserap oleh pasar Amerika, sementara hanya 1,5% dari penjualan
eksternal dari Amerika Serikat yang datang ke Brazil. Bahkan setelah Perang
Dunia I, impor produk Amerika meningkat secara substansial dan partisipasi
Amerika Serikat pada impor oleh Brasil meningkat dari 14% menjadi 26% pada
periode 1914-1928.
Tidak hanya itu, Brazil juga merupakan aliansi dari negara Amerika Serikat
sehingga kedua negara tersebut mampu membangun kerjasama dan hubungan
bilateral dengan baik. Mereka berada di garis yang sama, namun bedanya adalah
Amerika Serikat lebih senang menggunakan kebijakan yang keras atau hard
power sedangkan Brazil sebaliknya, ia lebih senang menggunakan kebijakan yang
sifatya soft power.
Dalam buku ini, lebih membahas banyak mengenai sejarah kerjasama bilateral
dalam bidang ekonomi yang dibangun oleh Amerika Serikat dan Brazil. Buku ini
lebih banyak memberi informasi dalam memahami hubungan yang terjalin antara
Amerika Serikat dengan Brazil. Kelebihan dari buku ini adalah dapat memberikan
informasi kepada pembaca secara detail dimana buku ini memulai penjelasan dari
awal sejarah. Sedangkan kekurangan dari buku ini adalah buku ini terkesan
melihat kerjasama Brazil dan Amerika Serikat dari satu sisi, yaitu sisi Brazil.
Jika dalam buku ini lebih banyak membahas mengenai sejarah hubungan
kerjasama di antara kedua negara tersebut, maka dalam penelitian ini akan lebih
banyak membahas mengenai alasan-alasan apa saja yang membuat Brazil dan
9
Amerika Serikat masih terus menjalani kerjasamanya padahal telah terjadi
beberapa masalah yang terjadi di antara hubungan bilateral kedua negara tersebut.
Sennes, Ricardo. 2015. US-Brazil Relations: A New Beginning? How to
Strengthen the Bilateral Agenda. Atlantic Council.
Dengan adanya faktor sejarah dan aliansi antara Amerika Serikat dan Brazil,
membuat kerjasama di antara keduanya semakin kuat dan meningkat. Terutama di
bidang ekonomi, yaitu perdagangan. Amerika Serikat dan Brazil melakukan
ekspor dan impor satu sama lain yang merupakan salah satu bentuk dari
kerjasamanya dalam bidang ekonomi. Kerjasama di bidang ekonomi, sosial, dan
budaya yang terjalin antara Amerika Serikat dan Brazil memang terus meningkat,
namun tidak dengan kerjasama di bidang diplomatik dan politiknya. Kerjasama
diplomatik dan politiknya tidak berjalan damai.
Adanya perjanjian yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan tarif di
antara kerjasama ekonominya dan adanya sensitif teknologi menandakan bahwa
keuntungan kerjasama antara Amerika Serikat dan Brazil telah hilang. Brazil
merasa dirugikan dengan adanya hal tersebut. Kerjasama ekonomi antara Amerika
Serikat dan Brazil memang telah lama terjalin dan melalui lika-liku sejarah yang
panjang, namun kerjasama di antara keduanya semakin dalam pada 2011, ketika
Dilma Rousseff terpilih menjadi Presiden Brazil dan resmi menjadi Presiden
Brazil pada Januari 2011.
Pada tahun 2011, Presiden Obama berkunjung ke Brazil dan menemui
Presiden Brazil, Dilma Rousseff, untuk membahas mengenai kerjasama ekonomi
10
yang telah terjalin sebelumnya. Namun sayang, kekecewaan Brazil membuat
Dilma Rousseff membatalkan kunjungannya ke Amerika Serikat untuk menemui
Presiden Obama. Apalagi ditambah dengan peristiwa di mana Amerika Serikat
memata-matai administrasi Brazil saat dipimpin oleh Dilma Rouseff sehingga
membuat Brazil semakin kecewa.
Kekecewaan Brazil ditunjukkan melalui pemberhentian kerjasamanya di
bidang ekonomi dengan Amerika Serikat serta pembatalan kunjungannya untuk
menemui Presiden Obama guna mendiskusikan dan membahas mengenai
kerjasama lanjutan yang akan tetap dijalankan oleh keduanya. Hal tersebut
membuat Amerika Serikat merasa kehilangan salah satu aliansinya dan
dukungannya dari negara regional.
Pada akhirnya, Wakil Presiden Amerika Serikat, Joseph Biden mengundang
Dilma Rouseff untuk kunjungan kenegaraan guna membahas dan membangun
kembali hubungan bilateral dalam bidang ekonomi antara kedua negara tersebut.
Kunjungan tersebut akhirnya dipenuhi oleh Dilma Rousseff pada tahun 2016.
Ketegangan hubungan kerjasama antara Amerika Serikat dan Brazil hanya
berlangsung sementara dan tidak memakan waktu yang terlalu lama.
Jurnal ini lebih banyak membahas mengenai cara-cara yang dilakukan oleh
Amerika Serikat dan Brazil untuk meningkatkan kerjasamanya setelah terjadi
peristiwa yang membuat Brazil kecewa hingga hubungannnya terhenti sementara
di tengah jalan, dan membuat Amerika merasa kehilangan dukungannya dari salah
satu negara regional. Selain itu, jurnal ini juga banyak membahas mengenai
11
bagaimana tahapan-tahapan kerjasama ekonomi yang selama ini dijalankan oleh
Amerika Serikat dan Brazil. Hal tersebut membantu penelitian dalam menjawab
masalah penelitian.
Frechette, Myles dan Frank Samolis. 2012. A Tentative Embrace: Brazil’s
Foreign and Trade Relations with The United States. Brasilia.
Jurnal yang ditulis oleh Myles Frechette dan Frank Samolis ini lebih banyak
memaparkan tentang bagaimana hubungan kerjasama antara Amerika Serikat dan
Brazil di bidang ekonomi, khususnya perdagangan. Jurnal ini menjelaskan
bagaimana kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Brazil atas
kerjasamanya dengan Amerika Serikat. Mereka memaparkan mulai dari masa
pemerintahan Presiden Lula hingga Dilma Rousseff. Namun mereka tidak
menjelaskan semuanya, mereka lebiih fokus kepada kebijakan saat kepemimpinan
Presiden Lula dan Dilma.
Dalam jurnal ini juga dibahas mengenai perekonomian Brazil serta kebijakan
luar negeri di bidang ekonomi Brazil. Jurnal ini menjelaskan bahwa Brazil
merupakan negara yang memiliki perekonomian yang cukup kuat di kawasannya,
yaitu kawasan Amerika Latin. Dibandingkan dengan negara lain di Amerika
Latin, Brazil termasuk negara yang memiliki perekonomian yang besar, penduduk
yang banyak, serta merupakan negara demokrasi terbesar.
Dalam jurnal ini dikatakan bahwa pada awalnya Presiden Lula merupakan
sosok yang anti-Amerika. Brazil juga dianggap sebagai bahaya atau ancaman bagi
kawasan Amerika Selatan. Pada awalnya, Amerika Serikat yang mengatakan
12
bahwa Brazil merupakan bahaya di kawasannya, lalu disusul oleh Presiden
Venezuela, Chavez, yang mengatakan bahwa bahaya atau ancaman di Amerika
Selatan adalah Brazil. Brazil juga tergabung dalam BRICS.
BRICS adalah singkatan dari kelompok negara yang merupakan negara-
negara dengan tingkat perekonomian tinggi yang terdiri dari Brazil, Rusia, India,
Cina, dan Afrika Selatan. Negara-negara tersebut merupakan rival dari Amerika
Serikat. Negara yang tergabung dalam BRICS umumnya memiliki daya saing
dengan Amerika Serikat.
Brazil menggunakan cara yang menarik untuk memenuhi keinginan dan
kekuatannya dalam mengubah pandangan dunia untuk mengorganisir negaranya.
Intensitas kerjasama Brazil dengan BRICS dapat dikatakan cukup sering dan tidak
hanya mencakup bidang ekonomi, namun juga di bidang telekomunikasi seperti
kerjasama Brazil dengan Russia dan China. China merupakan negara yang paling
dekat dengan Brazil karena memiliki beberapa kesamaan dalam segi wilayah.
Bagi Brazil, pengaruh dari ekonomi global adalah hal penting bagi perdagangan
dunia.
China dan Brazil berbagi tujuan untuk mengambil kepemimpinan ekonomi
dunia dari Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang. Pada saat yang bersamaan,
keterlibatan China di Amerika Latin mengancam Brazil dalam mendominasi
ekonomi di Amerika Latin. Selain membahas kebijakan yang dikeluarkan oleh
Presiden Brazil, jurnal ini juga membahas keterlibatan Brazil dalam BRICS dan
dalam Free Trade Area of the Americas (FTAA). Jurnal ini juga menjelaskan
13
mengenai adanya peran World Trade Organization (WTO) dalam kebijakan
perdagangan Brazil.
Perbedaan antara jurnal ini dengan penelitian yang akan disampaikan adalah
jurnal ini membahas mengenai kerjasama antara Brazil dan Amerika Serikat
secara keseluruhan, sedangkan penelitian kali ini akan lebih spesifik membahas
kebijakan luar negeri Brazil di bidang ekonomi, khususnya pada masa
pemerintahan Dilma Rousseff dan alasan-alasan apa saja yang melatarbelakangi
Brazil yang kembali membuka kerjasamanya dengan Amerika Serikat setelah
sikap Amerika Serikat yang mengecewakan Brazil.
E. Kerangka Teoritis
E.1 Neoliberalisme
Dalam membahas penelitian ini, teori yang akan digunakan adalah perspektif
Neoliberalisme. Menurut aliran ini, negara bukan merupakan satu-satunya aktor
dalam hubungan internasional. Aliran ini mengakui peran serta andil dari aktor-
aktor hubungan internasional non-negara seperti Non Government Organization
(NGO), International Organization dan perusahaan multinasional atau
Multinational Company (MNC).23
Neoliberalisme memberikan penekanan pada pandangan optimisnya mengenai
terjalinnya suatu hubungan dan kerjasama dalam dunia internasional. Meskipun
23
Arthur A. Stein. 2008. Neoliberal Institusionalism dalam Oxford Handbook on
International Relations. New York: Oxford University Press. Hlm 210.
14
awalnya sulit, namun adanya kerjasama mungkin untuk dibangun karena dapat
memenuhi kepentingan negara-negara yang melakukan kerjasama tersebut.24
Bagi Keohane, kerjasama internasional adalah suatu keniscayaan sepanjang
kerjasama tersebut didasarkan pada keuntungan.25
Kerjasama juga merupakan
jalan atau sebuah proses melalui kebijakan yang diikuti oleh pemerintah agar
diakui oleh partner kerjasamanya guna memfasilitasi dan merealisasikan
kepentingan mereka sendiri.26
Institusi-institusi global memainkan peranan yang
amat penting dalam membantu proses terjadinya suatu kerjasama internasional
tersebut.
Aliran Neoliberalisme mengartikan institusi sebagai seperangkat aturan-aturan
dan praktik yang menentukan peran, membentuk harapan, dan memaksakan
tindakan.27
Aliran Neoliberalisme membagi institusi ke dalam tiga jenis; yaitu
Pertama, hubungan formal antarnegara (pemerintah) dan hubungan negara
(pemerintah) dengan organisasi internasional non-negara. Kedua adalah rezim
internasional, dan ketiga adalah perjanjian (konvensi).28
Institusi adalah
24
Robert O. Keohane. 1984. Afetr Hegemony and Discord in The World Political
Economy. Princeton, New Jersey: Princeton University Press. Hlm 50 25
Robert O. Keohane. Afetr Hegemony and Discord in The World Political Economy.
Hlm 63 26
Robert O. Keohane. 1984. Afetr Hegemony and Discord in The World Political
Economy. Hlm 63 27
Robert O. Keohane and Joseph Nye. 1989. Power and Interdependence : World
Politics in Transitions. 2nd Edition.Boston ; Little, Brown. Hlm 38 28
Robert O. Keohane and Joseph Nye. Power and Interdependence : World Politics in
Transitions. Hlm 38
15
manifestasi dari perdamaian dalam hubungan internasional yang berlandaskan
pada kerjasama, sikap saling percaya, dan keteraturan.29
Institusi dalam perspektif Neoliberalisme merupakan hal yang penting bagi
suatu negara, dan institusi- memungkinkan negara-negara untuk dapat melakukan
decission-making process yang unpredictable.30
Usaha-usaha untuk mencapai
suatu perdamaian dan keamanan kolektif menurut aliran Neoliberalisme dapat
tercapai dengan adanya suatu kerjasama antarnegara yang diwadahi oleh bentuk-
bentuk institusi formal, kerjasama internasional, dan rezim internasional.31
Aliran Neoliberalisme juga percaya bahwa perjanjian internasional tidak
mudah untuk dilakukan. Dalam logika mereka kemungkinan negara-negara dalam
melakukan kerjasama dan berkomunikasi akan tergantung pada manusia dan
konstruksi institusinya.32
Neoliberalisme percaya bahwa perjanjian internasional
berguna untuk mengurangi potensi kecurangan.
Tujuan utama dari aliran Neoliberalisme adalah state survival. Bagi
Neoliberalisme, struktur internasional yang anarki tidak akan selalu berakhir pada
konflik. Artinya, konflik itu adalah kecenderungan saja, tidak akan selalu menjadi
perang dunia yang abadi (perpetual world war).33
Perdamaian akan mudah
29
Arthur A. Stein. 2008. Neoliberal Institusionalism dalam Oxford Handbook on
International Relations. New York: Oxford University Press. Hlm 211. 30
Robert O. Keohane and Joseph Nye. Power and Interdependence : World Politics in
Transitions. 2nd Edition.Boston ; Little, Brown. Hlm 38 31
Robert O. Keohane and Joseph Nye. Power and Interdependence : World Politics in
Transitions. Hlm 38 32
Arthur A. Stein. 2008. Neoliberal Institusionalism dalam Oxford Handbook on
International Relations. New York: Oxford University Press. Hlm 202 33
Robert O. Keohane. 2002. Power and Governance in a Partially Globalized World.
Routledge. London. Hlm 10
16
tercipta apabila terdapat kerjasama dan dari kerjasama tersebut maka akan terjadi
interdependensi (ketergantungan) di antara negara-negara.
Adapun asumsi-asumsi dasar dari teori Neoliberlisme ini, pertama, sistem
internasional bersifat anarki. Maksudnya adalah bahwa tidak ada otoritas tunggal
yang menguasai sistem internasional. Kedua, aktor utama dalam sistem
internasional adalah negara. Ketiga, negara merupakan rational actor yang
cenderung bersikap self centric, selain itu negara juga selalu mencari keuntungan,
dan negara bersifat strategis. Keempat, perilaku negara dibentuk oleh karakter
sistem internasional yang anarki. Kelima, dalam sistem internasional, kapabilitas
negara berbeda-beda namun memiliki fungsi yang sama, yaitu survival. 34
Dengan melihat adanya relevansi antara asumsi teori yang ada pada teori
Neoliberalisme dengan kasus yang diangkat pada penelitian ini, maka
Neoliberalisme sekiranya dapat menjadi perangkat untuk menjelaskan faktor-
faktor yang melatarbelakangi keputusan Brazil untuk mengunjungi Amerika
Serikat setelah terjadinya kerenggangan hubungan antara keduanya yang
disebabkan oleh praktik spionase yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap
Brazil.
Penggunaan Neoliberalisme dalam penelitian ini karena teori ini merupakan
teori yang paling tepat untuk digunakan sebagai alat untuk penelitian ini,
khususnya untuk menjawab masalah penelitian dalam riset ini. Seperti yang telah
34
Robert O. Keohane and Joseph Nye.1989.Power and Interdependence : World Politics
in Transitions.2nd Edition.Boston ; Little, Brown. Hlm 40
17
dipaparkan sebelumnya, ada keterkaitan dan relevansi antara asumsi-asumsi dari
paham teori Neoliberalisme ini dengan penelitian yang akan dilakukan.
E.2 Teori Kebijakan Luar Negeri
Pembuatan Kebijakan luar negeri menurut Keohane adalah bentuk dari proses
pembatasan, dimana pembatasan tersebut adalah mengenai adanya sistem anarkis
yang dapat menumbuhkan ketidakpastian.35
Dengan begitu, keamanan harus tetap
dipengaruhi oleh adanya rezim yang dapat memberikan informasi serta aturan
umum yang dapat mendorong adanya kerjasama internasional.36
Kebijakan luar negeri itu sendiri merupakan suatu bentuk implementasi dari
kepentingan nasional. Selain itu, kebijakan luar negeri juga mampu untuk
memajukan kepentingan nasional yang dimiliki oleh sebuah negara di dunia
internasional.37
Kerjasama antara Brazil dan Amerika Serikat pernah terganggu karena adanya
skandal spionase yang dilakukan pihak Amerika Serikat. Brazil kecewa karena
merasa terganggu atas tindakan Amerika Serikat, dengan itu Brazil membuat
keputusan untuk tidak menghadiri kunjungan kenegaraannya ke Washington.
Sikap Brazil adalah upaya untuk mempertahankan dan melindungi
kepentingan nasionalnya, karena Brazil menganggap bahwa tindakan Amerika
Serikat telah mengganggu privasi negaranya. Setelah dua tahun, Brazil
35
Walter Carlsnaes. 2008. “Actors, Structures, and Foreign Policy Analysis.” Oxford
University Press. Hlm 120 36
Walter Carlsnaes. “Actors, Structures, and Foreign Policy Analysis.” Hlm 121 37
Anak Agung Banyu Permita, Yanyan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Hlm 1
18
mengeluarkan kebijakan untuk kembali membuka kerjasamanya dengan Amerika
Serikat dengan mengunjungi Washington dan bertemu dengan Presiden Obama.
Kebijakan tersebut tentunya didasari dengan beberapa hal yang nantinya akan di
bahas dalam penelitian ini.
E.3 Konsep Kepentingan Nasional
Kepentingan Nasional menurut paham Neoliberalisme adalah ketika suatu
negara atau aktor lainnya lebih memperhatikan absolute gain atau keuntungan
yang akan didapat sama rata oleh kedua pihak yang bekerjasama.38
Menurut
Adam Smith, melakukan perdagangan bebas merupakan suatu bentuk dari
implementasi konsep kepentingan nasional yang mampu menciptakan kedamaian
global.39
Adanya keinginan untuk memperoleh sebuah keuntungan bagi suatu individu
merupakan hal yang lumrah. Kepentingan untuk mendapat suatu keuntungan
tersebut diakumulasi sehingga menjadi kepentingan nasional. Untuk mendapatkan
keuntungan tersebut, dapat dilakukan perdagangan bebas sehingga kepentingan
juga dapat terpenuhi.40
Adanya perdagangan bebas nantinya akan menimbulkan sebuah kerjasama di
mana kerjasama tersebut nantinya akan menguntungkan kedua belah pihak,
sehingga yang terpenting adalah bagaimana kerjasama itu dapat memenuhi
38
Scott Burchill. 2005. The National Interest in International Relations Theory. Palgrave
Macmillan. Hlm 122 39
Scott Burchill. The National Interest in International Relations Theory. Hlm 104 40
Scott Burchill. 2005. The National Interest in International Relations Theory. Hlm 104
19
kepentingan nasional.41
Melihat potensi Brazil yang memiliki ladang minyak dan
gas serta perusahaan yang besar, membuat Amerika Serikat tertarik untuk
menjalin kerjasama dengan Brazil.
Adanya kepentingan nasional yang dimiliki Amerika Serikat, yaitu mendapat
keuntungan dari kerjasama tersebut, memperkuat niatnya untuk terus melanjutkan
kerjasama tersebut. Tidak hanya Amerika Serikat yang akan mendapat
keuntungan, namun juga Brazil.42
Konsep kepentingan nasional ini mampu
membantu dalam menjawab pertanyaan penelitian dan mampu menjadi latar
belakang alasan atau faktor-faktor yang mendasari Amerika Serikat dalam skandal
spionase yang dilakukannya terhadap Brazil.
E.4 Konsep Kerjasama Bilateral
Kerjasama bilateral adalah hubungan atau interaksi antara dua negara di mana
hubungan tersebut dapat memajukan dan mengembangkan negara tersebut,
mampu memberi nilai keuntungan terhadap negara tersebut, serta mampu
mewujudkan perdamaian melalui kerjasama bilateral.43
Perdamaian dapat
terwujud melalui adanya kerjasama, karena kerjasama merupakan bentuk dari
kepentingan nasional.
Apabila kepentingan nasional suatu negara sudah bisa terpenuhi, maka negara
tersebut tidak lagi merasa terancam dan akan muncul rasa ketergantungan antara
41
Robert O. Keohane. 1984. Afetr Hegemony: Cooperation and Discord in The World
Political Economy. Princeton University Press. Hlm 69 42
Peter J, Meyer. 2014. Brazil: Political and Economic Situation and U.S. Relations.
Congressional Research Service. Hlm 16 43
Juwandono. 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta. Rajawali Press.
Hlm 21
20
negara yang menjalin kerjasama tersebut, sehingga permusuhan atau peperangan
dapat dihindari.44
Kerjasama bilateral merupakan kerjasama yang dapat
menghasilkan keuntungan terhadap kedua negara yang menjalin kerjasama.
Kerjasama bilateral merupakan gambaran keadaan adanya hubungan yang
saling mempengaruhi atau terjadinya hubungan timbal balik antara dua belah
pihak atau dua negara.45
Keadaan tersebut yang nantinya akan menimbulkan
absolute gain, di mana keuntungan tidak hanya akan didapatkan oleh satu pihak
saja, namun kedua belah pihak akan sama-sama mendapat keuntungan yang sama.
Kerjasama antara Brazil dan Amerika Serikat yang telah terjalin lama tidak
lagi berjalan mulus pasca adanya skandal spionase yang dilakukan oleh pihak
Amerika Serikat. Hal tersebut membuat hubungan antara keduanya menjadi
dingin.46
Sikap Brazil menunjukkan kekecewaannya terhadap Amerika Serikat.
Hal itu ditunjukkan melalui pembatalan kunjungan kenegaraannya ke
Washington.
Selain itu, pihak Brazil juga memilih untuk membeli sebuah jet tempur milik
Swedia dibandingkan milik Amerika Serikat.47
Konsep kerjasama bilateral ini
dapat membantu dalam menjawab pertanyaan penelitian dan menjadi acuan untuk
mengetahui alasan Brazil kembali mengunjungi Amerika Serikat pasca adanya
skandal tersebut.
44
Arthur A. Stein. 2008. Neoliberal Institutionalism. Oxford University Press. Hlm 211. 45
Didi Krisna. 1993. Kamus Politik Internasional. Jakarta. Grasindo. Hlm 18 46
Joao Augusto de Casto Neves, Revelations of U.S. Spying Against Brazil. 47 Peter hakim. 2014. The Future of US-Brazil Relations: Confrontation, Cooperation or
Detachment?. The Royal Institute of International Affairs. Hlm 1161
21
F. Metode Penelitian
Dalam menganalisa masalah dalam makalah yang akan disampaikan,
penelitian ini menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif, yang akan lebih
banyak menguraikan permasalahan dalam makalah ini berdasarkan data, fakta,
dan keterangan yang mampu menghubungan variabel yang satu dan yang lainnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian kualitatif
ini dalam proses pengumpulan datanya tidaklah kaku, namun selalu menyesuaikan
dengan keadaan yang ada.48
Pendekatan kualitatif ini tidak menggunakan sampel, namun harus dilakukan
secara mendalam dan teliti agar dapat menggambarkan jawaban penelitian secara
jelas dan detail. Dalam melakukan sebuah penelitian kualitatif, peneliti merupakan
instrumen dalam penelitian ini, dan data dikumpulkan melalui observasi langsung,
wawancara, serta dokumentasi.49
Menurut Creswell, pendekatan kualitatif adalah jenis pendekatan yang sangat
bergantung terhadap informasi dari objek pada ruang lingkup yang luas, selain itu
pendekatan ini juga menggunakan pertanyaan yang sifatnya umum. Pengumpulan
data dalam pendekatan ini juga sebagian besar terdiri dari sebuah teks. Pendekatan
kualitatif ini menjelaskan dan melakukan analisa terhadap kata-kata atau teks
tersebut.50
48
Emy Susanti Hendrarsono. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. PT Kencana. Hlm
169 49
Emy Susanti Hendrarsono. Metode Penelitian Sosial. Hlm 169 50
John W. Creswell. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research, 4th
Edition. Pearson. Hlm 46
22
Adapula lima proses penelitian menurut Creswell, pertama, mengeksplor dan
mengembangkan pemahaman mengenai masalah utama yang akan diteliti. Kedua,
melihat tinjauan pustaka sebagai acuan pembahasan masalah. Ketiga,
mengumpulkan data dan informasi. Keempat, menganalisa data dan informasi
yang telah di dapat. Kelima, menulis laporan atau catatan kecil dari data yang
telah dianalisa yang bersifat evaluatif.51
Dalam prosesnya, penelitian ini akan mengumpulkan data dari berbagai
sumber sekunder yang merujuk pada buku-buku ilmiah, artikel, jurnal, berita-
berita, serta sumber referensi lainnya yang memiliki data yang dibutuhkan agar
dapat menjawab masalah penelitian.52
Data yang bersumber dari buku-buku ilmiah didapatkan melalui perpustakaan
FISIP UIN Jakarta dan e-book. Sedangkan artikel, jurnal, dan berita-berita
didapatkan melalui akses internet. Referensi utama yang digunakan dalam
melakukan penelitian ini adalah buku, jurnal, serta artikel atau berita. Penelitian
ini bersumber pada buku, terutama dalam pembahasan mengenai teori.
Penelitian ini menggunakan buku seperti buku After Hegemony and Discord
in The World Political Economy milik Robert O. Keohane untuk membahas teori.
Tidak hanya itu, dalam membahas metode penelitian ini juga menggunakan salah
satu buku Emy Susanti Hendrarsono yang membahas Metode Penelitian Sosial
sebagai salah satu referensi.
51
John W. Creswell. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research, 4th
Edition. Hlm 16 52
Anselm Strauss, dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 5
23
Jurnal juga turut menjadi referensi dari penelitian ini. Jurnal tersebut salah
satunya berjudul US-Brazil Relations: A New Beginning? How to Strengthen the
Bilateral Agenda milik Ricardo Sennes. Selain itu, yang menjadi referensi dari
penelitian ini adalah situs-situs resmi atau media cetak online seperti The
Guardian, The New York Times, dan lain-lain.
Data yang telah terkumpul dari sumber-sumber tersebut nantinya akan
disaring kembali agar mendapat jawaban yang relevan dan tidak terkesan satu sisi
dalam menjawab masalah penelitian. Setelah data sudah disaring, data tersebut
akan dianalisa lebih lanjut. Setelah proses tersebut selesai, maka data siap
dihubungkan dengan teori dan pertanyaan penelitian agar dapat menjawab
pertanyaan tersebut.
G. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang atau pernyataan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini. Selain itu, bab ini juga memaparkan
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka teoretis, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: HUBUNGAN BILATERAL BRAZIL DAN AMERIKA
SERIKAT
Bab ini membahas hubungan yang terjalin antara Brazil dan Amerika
Serikat dari awal mereka memiliki hubungan pertemanan dan diplomatik
hingga hubungan kerjasama Brazil dan Amerika Serikat pada masa
24
pemerintahan Dilma Rousseff. Bab ini juga membahas mengenai kunjungan
kerja dan kunjungan kenegaraan antara Brazil dan Amerika Serikat.
BAB III: PRAKTIK SPIONASE AMERIKA SERIKAT DAN SKANDAL
NATIONAL SECURITY AGENCY (NSA)
Bab ini akan membahas mengenai NSA dan skandal spionase yang
dilakukan oleh pihak Amerika Serikat terhadap Brazil melalui NSA. Bab ini
juga akan membahas negara mana saja yang mendapat tindakan spionase oleh
NSA dan bagaimana respon negara-negara tersebut.
BAB IV: NORMALISASI HUBUNGAN BILATERAL BRAZIL DAN
AMERIKA SERIKAT PASCA SPIONASE NATIONAL SECURITY
AGENCY (NSA) TERHADAP BRAZIL TAHUN 2015
Bab ini akan membahas mengenai respon Brazil dalam menyikapi skandal
spionase oleh Amerika Serikat. Bab ini juga akan membahas kasus melalui
sudut pandang Neoliberal. Selain itu, pembahasan dalam bab ini akan dibahas
melaui teori dan konsep yang digunakan dalam skripsi ini. Bab ini juga akan
membahas tentang bagaimana hubungan kerjasama bilateral Brazil dan
Amerika Serikat pasca skandal spionase.
BAB V: PENUTUP
Bab penutup ini akan menjawab pertanyaan penelitian yang berbentuk
kesimpulan dan saran berdasarkan analisa yang telah dibahas pada bab
sebelumnya.
25
BAB II
HUBUNGAN BILATERAL BRAZIL DAN AMERIKA SERIKAT
A. Hubungan Bilateral Brazil dan Amerika Serikat Sebelum Masa
Pemerintahan Dilma Rousseff
Brazil dan Amerika Serikat telah menjalin hubungan baik jauh sebelum
mereka resmi menjalin hubungan diplomatik. Kerjasama yang dijalin oleh kedua
negara tersebut bukanlah tanpa alasan, sebelum Brazil menjadi negara yang
berdaulat, Brazil dan Amerika Serikat telah memiliki hubungan yang cukup baik.
Kedua negara Brazil dan Amerika Serikat merupakan jajahan Portugis.53
Selain itu, kapal-kapal dagang milik Amerika Serikat seringkali berlabuh di
pelabuhan Brazil, seperti, Pernambuco (Refice), Bahia (Salvador), dan Rio de
Janeiro. Pada 1810, Amerika Serikat membuka konsulat-konsulat di Pernambuco
dan Rio de Janeiro.54
Hal tersebut juga membuat hubungan antara Brazil dan
Amerika Serikat semakin dekat.
Selama perang dunia II berlangsung, Brazil memberi bantuan kepada Amerika
Serikat dengan mengirim pasukan ekspedisi Brazil, dan sejak saat itu Brazil
muncul sebagai kekuatan regional sehingga Brazil dan Amerika Serikat semakin
mempererat hubungannya yang juga mencakup agenda politik dan ekonomi.55
53
Office of The Historian, Bureau of Public Affairs. A Guide to The United States’
History of Recognition, Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Brazil.
Diakses melalui https://history.state.gov/countries/brazil pada 13 April 2017 pukul 09:05 54
Office of The Historian, Bureau of Public Affairs. A Guide to The United States’
History of Recognition, Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Brazil.
Diakses melalui https://history.state.gov/countries/brazil pada 13 April 2017 pukul 09:05 55
Office of The Historian, Bureau of Public Affairs. A Guide to The United States’
History of Recognition, Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Brazil.
24
26
Gambar 1.A.1 Peta Brazil
Sumber: Map Resources. Adapted by CRS Graphics. (dalam Peter J. Meyer, Brazil:
Background and U.S. Relations (Congressional Research Service), 11 Februari 2016, hlm 2
Pada tahun 1822, Brazil mendeklarasikan negaranya sebagai negara yang
berdaulat, dan Amerika Serikat merupakan negara pertama yang mengakui Brazil
sebagai negara yang berdaulat.56
Pada 26 Mei 1824 Brazil dan Amerika Serikat resmi menjalin hubungan
diplomatik.57
Hubungan diplomatik tersebut ditandai dengan penerimaan Jose
Silvestre Rebello sebagai Duta Besar Brazil untuk Amerika Serikat oleh Presiden
United States Department of State: United States of America. Diakses melalui
https://history.state.gov/countries/brazil pada 13 April 2017 pukul 09:05 56
U.S. Relations with Brazil: Bureau of Western Hemisphere Affairs: Fact Sheet, January
27, 2017. U.S.Department of State Diplomacy in Action. Di akses melalui
https://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/35640.htm pada 30 Aril 2017 pukul 14:40 57
Ricardo Sennes. 2015. U.S. – Brazil Relations: A New Beginning? How to Strengthen
the Bilateral Agenda. Atlantic Council: Adrienne Arsht Latin America Center. Hlm. 3
27
James Monroe.58
Dengan adanya hubungan diplomatik yang resmi tersebut,
Amerika Serikat mendirikan Kedutaan di Rio de Janeiro, Brazil pada 29 Oktober
1825 dan menaikkan level Kedutaan menjadi Kedutaan Besar pada 13 Januari
1905.59
Setelah hubungan yang telah terjalin lama, pada awal abad ke-20 hubungan
antara Brazil dan Amerika Serikat dikatakan sebagai “the unwritten alliance.”60
Brazil dan Amerika Serikat memang memiliki hubungan seperti sahabat, Amerika
Serikat menganggap Brazil sebagai kekuatan yang signifikan di Amerika latin dan
sebagai pihak yang mampu menstabilkan kondisi regionalnya.61
Brazil dan Amerika Serikat merupakan dua negara demokrasi terbesar di
wilayah Barat.62
Selain itu, Brazil dan Amerika Serikat merupakan negara dengan
kondisi perekonomian yang baik, sehingga hubungan politik dan ekonomi kedua
negara tersebut semakin dekat.63
Kerjasama bilateral yang dijalin oleh Brazil dan Amerika Serikat didasari oleh
adanya komitmen untuk memperluas pertumbuhan dan kemakmuran ekonomi,
58
Office of The Historian, Bureau of Public Affairs. A Guide to The United States’
History of Recognition, Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Brazil.
Diakses melalui https://history.state.gov/countries/brazil pada 13 April 2017 pukul 09:05 59
Office of The Historian, A Guide to The United States’ History of Recognition,
Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Brazil. 60
Office of The Historian, A Guide to The United States’ History of Recognition,
Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Brazil. 61
Peter J. Meyer. 2011. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service. Hlm 17 62
U.S. Relations with Brazil: Bureau of Western Hemisphere Affairs: Fact Sheet, January
27, 2017. U.S.Department of State Diplomacy in Action. Di akses melalui
https://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/35640.htm pada 30 Aril 2017 pukul 14:40 63
Monica Hirst. 2013. Understanding Brazil-United States relations : contemporary
history, current complexities and prospects for the 21st century. Brasilia : FUNAG. Hlm 29
28
mempromosikan perdamaian dunia, keamanan, dan hak manusia, serta untuk
memperkuat kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan.64
Kerjasama keduanya tidak hanya fokus terhadap ekonomi dan pertahanan, tapi
juga politik, counternarcotics, counterterrorism, biofuels, minyak mentah, energi
nuklir, keamanan, dan kemanusiaan.65
Dalam memperdalam kerjasamanya, Brazil
dan Amerika Serikat memiliki sejarah yang panjang dengan melalui pertukaran di
beberapa bidang seperti bidang pendidikan, energi, kesehatan, sains dan teknologi,
serta inovasi.66
Pada masa pemerintahan Presiden Lula da Silva, Brazil dan Amerika Serikat
semakin memiliki hubungan yang positif. Terjadi peningkatan kerjasama kedua
negara, terutama di bidang energi.67
Dalam hubungan yang sangat baik tersebut,
bukan berarti di antara Brazil dan Amerika Serikat tidak terjadi perselisihan.
Meskipun memiliki banyak kesamaan kepentingan, namun kebijakan luar negeri
antara Brazil dan Amerika Serikat yang berbeda membuat mereka seringkali
berselisih.
Bentuk perselisihan antara kedua negara dalam kebijakan tarif misalnya,
Brazil dan Amerika Serikat cukup lama mempermasalahkan hal ini, di mana
Brazil tidak sepakat atas tarif yang diberikan oleh Amerika Serikat terhadap
64
U.S. Relations with Brazil: Bureau of Western Hemisphere Affairs: Fact Sheet, January
27, 2017. U.S.Department of State Diplomacy in Action. Di akses melalui
https://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/35640.htm pada 30 Aril 2017 pukul 14:40 65
Clare Ribando Seelke, Alessandra Durand. 2008. Brazil-US Relations. CRS Report for
Congress. Hlm 10 66
Office of The Historian, A Guide to The United States’ History of Recognition,
Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Brazil. 67
Clare Ribando Seelke, Alessandra Durand. Brazil-US Relations. CRS Report for
Congress. Hlm 10
29
biofuel milik Brazil.68
Selain itu, Brazil dan Amerika Serikat juga pernah
berselisih mengenai kebijakan luar negerinya untuk pertukaran nuklir Iran dan
negosiasi yang sempat terhenti dalam Doha Round.69
Adanya masalah-masalah yang muncul tersebut tidak membuat hubungan
bilateral Brazil dan Amerika Serikat merenggang. Brazil dan Amerika Serikat
telah menyelenggarakan 20 bentuk dialog, termasuk Global Partnership
Dialogue, Economic and Financial Dialogue, Strategic Energy Dialogue, Defense
Cooperation Dialogue.70
Banyaknya bentuk dialog tersebut menandakan bahwa Brazil dan Amerika
Serikat tetap memiliki hubungan diplomatik yang baik meskipun seringkali
mengalami kesalahpahaman atau ketidaksepakatan di dalam kerjasamanya.
B. Hubungan Bilateral Brazil-Amerika Serikat pada Masa Dilma Rousseff
Dilma Rousseff merupakan presiden terpilih tahun 2010 sekaligus presiden
wanita pertama di Brazil.71
Pada masa pemerintahannya, Dilma Rousseff
cenderung melanjutkan program-program yang telah dilakukan oleh Presiden
Brazil sebelumnya, yaitu Lula da Silva.72
Saat Presiden Dilma Rousseff terpilih
dan resmi menjadi seorang presiden pada Januari 2011, Dilma Rousseff lebih
68
Peter J. Meyer. 2011. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service. Hlm 17 69
Peter J. Meyer. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service. Hlm 17 70
Office of The Historian, A Guide to The United States’ History of Recognition,
Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Brazil. 71
Peter J. Meyer. 2014. Brazil: Political and Economic Situation and U.S. Relations.
Congressional Research Service. Hlm 5 72
Cristina Soreanu Pecequilo. 2014. The Brazil-United States Bilateral Relations in The
Dilma Rousseff Administration, 2011-2014. Austral: Brazilian Journal of Strategy & International
Relations. Hlm 12
30
fokus terhadap tantangan domestik, yaitu bagaimana meningkatkan perekonomian
Brazil agar lebih meningkat lagi dari sebelumnya.73
Pada awal pemerintahannya, Dilma Rousseff membatasi angka pengeluaran
anggaran untuk menekan inflasi dan mempertahankan surplus dari anggaran
sebesar 3,1% dari total Produk Domestik Bruto (PDB).74
Ia juga membatasi
jumlah upah minimum yang terkait dengan dana pensiun dan upah di sektor
publik.75
Dengan begitu, Presiden Dilma Rousseff berhasil mengurangi angka
pengangguran di Brazil dan mencapai rekor terendah, yaitu 4,6%.76
Dengan perekonomian yang kuat tersebut, maka Brazil menjadi negara yang
memiliki kekuatan paling kuat di wilayah regionalnya, yaitu Amerika Latin.77
Adanya kekuatan yang dimiliki oleh Brazil, terutama kekuatan di wilayah
regionalnya, membuat hubungan Brazil dan Amerika Serikat turut menguat.
Hubungan antara Brazil dan Amerika Serikat bersifat struktural dalam evolusi
hubungan internasional Brazil dengan di dukung oleh adanya faktor politik,
ekonomi, kondisi strategis, dan ideologi di mana Amerika Serikat yang
memegang agenda negara.78
73
Peter J. Meyer. 2013. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service. Hlm 4
diakses melalui https://www.hsdl.org/?view&did=733098 pada 14 April pukul 14:34 74
Peter J. Meyer. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service. Hlm 4 75
Peter J. Meyer. Brazil-U.S. Relations. 76
Peter J. Meyer. Brazil-U.S. Relations. 77
Peter J. Meyer. 2012. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service. Hlm 11
https://digital.library.unt.edu/ark:/67531/metadc86652/m1/1/high_res_d/RL33456_2012Mar07.pdf
pada 14 April 2017 pukul 14:40 78
Cristina Soreanu Pecequilo. 2014. The Brazil-United States Bilateral Relations in The
Dilma Rousseff Administration, 2011-2014. Austral: Brazilian Journal of Strategy & International
Relations. Hlm 11
31
Memperkuat hubungan kerjasama antara Brazil dan Amerika Serikat juga
merupakan bagian dari kebijakan luar negeri Brazil di bawah kepemimpinan
Presiden Lula da Silva dan Dilma Roussseff.79
Pada masa pemerintahan Presiden
Luis Inacio Lula da Silva periode 2003-2010, Brazil dan Amerika Serikat cukup
sering mengalami kesalahpahaman atau ketidaksepakatan atas kebijakan luar
negeri masing-masing negara.80
Adanya ketidaksepahaman itu terus berlanjut hingga Presiden Dilma Rousseff
resmi terpilih dan menjadi seorang presiden, sehingga pada saat itu hubungan
kerjasama antara Brazil dan Amerika Serikat sempat dianggap akan terputus.81
Ternyata, pada saat Presiden Dilma Rousseff memimpin sebagai seorang presiden,
kerjasama dan kepercayaan yang telah dibangun oleh Brazil dan Amerika Serikat
dapat dipertahankan.82
Terpilihnya Dilma Rousseff sebagai Presiden Brazil seolah menjadi awal yang
baru bagi hubungan bilateral Brazil dan Amerika Serikat, di mana sebelumnya
sempat terjadi ketegangan dalam hubungan bilateral Brazil dan Amerika Serikat.83
Hal itu ditandai dengan tetap berlanjutnya hubungan bilateral antara Brazil dan
79
Peter J. Meyer. 2013. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service. Hlm 4
diakses melalui https://www.hsdl.org/?view&did=733098 pada 14 April pukul 14:34 80
Cristina Soreanu Pecequilo. 2014. The Brazil-United States Bilateral Relations in The
Dilma Rousseff Administration, 2011-2014. Austral: Brazilian Journal of Strategy & International
Relations. Hlm 11 81
Cristina Soreanu Pecequilo. 2014. The Brazil-United States Bilateral Relations in The
Dilma Rousseff Administration, 2011-2014. Austral: Brazilian Journal of Strategy & International
Relations. Hlm 11 82
Cristina Soreanu Pecequilo. The Brazil-United States Bilateral Relations in The Dilma
Rousseff Administration. hlm 11 83
Colonel James K. Rose. 2011. BRIC in The Backyard: Brazil’s Economic Rise and
What it Means for The United States. Issue Paper Volume 14-11 Center for Strategic Leadership,
U.S. Army War College: Center for Strategic Leadership. Hlm 4 diakses melalui
https://csl.armywarcollege.edu/usacsl/publications/IP14_11.pdf pada 14 April 2017 pukul 19:00
32
Amerika Serikat, di mana Presiden Obama dan Presiden Dilma Rousseff
menandatangani beberapa perjanjian kerjasama, seperti perjanjian perdagangan
dan kerjasama ekonomi yang ditandatangani pada 2011.84
Presiden Dilma Rousseff juga menandatangani hubungan kerjasama untuk
pembangunan dan aviasi biofuels. Brazil berhasil membuat Memorandum of
Understanding (MoU) untuk dimensi keanekaragaman hayati, MoU untuk
pembentukan program Strategic Dialogue Brazil dan Amerika Serikat, MoU
untuk implementasi kerjasama teknik di negara-negara ketiga dalam bidang
pekerjaan yang layak, dan MoU dalam kerjasama untuk mendukung organisasi
acara olahraga global.85
MoU tersebut dilaksanakan untuk membentuk kembali
dan melanjutkan hubungan bilateralnya dengan Amerika Serikat.
Dalam kerjasamanya dengan Amerika Serikat, Brazil dan AS lebih fokus
untuk melanjutkan kerjasamanya di bidang keamanan, energi, perdagangan,
kemanusiaan, dan lingkungan.86
Pada 2011, Presiden Dilma Rousseff dan
Presiden Barack Obama menyetujui salah satu dialog, yaitu Strategy Energy
Dialogue yang dalam peluncuran program kerjasama energi tersebut ditetapkan
empat bidang, yaitu, biofuels, memperbaharui energi dan efisiensi energi, minyak
dan gas alam, serta keamanan nuklir.87
84
Cristina Soreanu Pecequilo. The Brazil-United States Bilateral Relations in The Dilma
Rousseff Administration, 2011-2014. Hlm 20 85
Cristina Soreanu Pecequilo. 2014. The Brazil-United States Bilateral Relations in The
Dilma Rousseff Administration, 2011-2014. Austral: Brazilian Journal of Strategy & International
Relations. Hlm 20 86
Peter J. Meyer. 2013. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service. Hlm 17
diakses melalui https://www.hsdl.org/?view&did=733098 pada 14 April pukul 14:50 87
Cristina Soreanu Pecequilo. The Brazil-United States Bilateral Relations in The Dilma
Rousseff Administration, 2011-2014. Hlm 20
33
Selain energi, Brazil juga memperkuat hubungan bilateral di bidang
pertahanan. Pada April 2012, Presiden Dilma Rousseff bersama Presiden Barack
Obama meluncurkan sebuah dialog, yaitu Defense Cooperation Dialogue di
tingkat presiden.88
Sebelumnya, pada April 2010 Brazil dan Amerika Serikat telah
menandatangani perjanjian kerjasama di bidang pertahanan (Defense Cooperation
Agreement) yang juga diikuti dengan perjanjian keamanan informasi militer
(General Security of Military Information).89
Pasca terpilihnya Presiden Barrack Obama pada 6 November 2012, banyak
pihak yang berharap bahwa Barrack Obama akan banyak memperhatikan
permasalahan dengan negara-negara Amerika Latin. Sebagai contoh Obama
banyak berfokus pada penyelesaian masalah imigrasi untuk orang-orang Amerika
Latin dan Hispanik. Pada tahun yang sama Obama juga mendapatkan desakan dari
kongres di Amerika Serikat untuk meningkatkan hubungan diplomatik dengan
Brazil.90
Awal terpilihnya Presiden Obama pada periode kedua, Brazil berharap
bahwa pemerintah AS menghormati wilayah Amerika Selatan, dan mengakui
bahwa Brazil memiliki pengaruh di wilayah selatan. Menurut pemerintah Brazil,
Obama seharusnya lebih menghargai pemimpin Brazil yang ada saat ini, Dilma
Rouseff. Hal itu dikarenakan, banyak orang yang menganggap bahwa Presiden
88
Peter J. Meyer. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service. Hlm 18 89
Peter J. Meyer. 2013. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service. Hlm 17
diakses melalui https://www.hsdl.org/?view&did=733098 pada 14 April pukul 14:50 90
Laurence Whitehead, Detlef Nolte, 2012, The Obama Administration and Latin
America: A Dissapointing First Term?, German Institute Global and Area Studies (GIGA), Hlm 1.
34
Obama tidak terlalu menginginkan kerjasama dengan Brazil sebagai contoh Brazil
tidak didukung oleh Amerika Serikat dalam kursi Dewan Keamanan PBB, tidak
seperti hubungan antara Presiden Bush dan Lula. 91
Pasca munculnya skandal spionase pada tahun 2013, hubungan kedua
negara sempat mengalami ketegangan. Presiden Dilma Rouseff, mengirim
Menteri Hubungan Eksternal Luiz Alberto Figuiredo ke Amerika Serikat untuk
bertemu dengan Presiden Obama, Penasihat Keamanan Nasional AS Susan Rice.
Dalam pertemuan itu Menteri Luiz Alberto Figuiredo tidak mendapatkan hasil dan
jawaban yang memuaskan. 92
Tidak hanya dalam momentum itu, Presiden Obama dan Dilma juga
bertemu dalam sebuah forum G20 di Saints Petersburg, dalam pertemuan itu
Presiden Obama berjanji untuk memberikan Brazil penyelesaian masalah dan
klarifikasi atas kejadian yang terjadi. Presiden Obama juga menelfon Presiden
Dilma Rouseff untuk membujuk agar tidak membatalkan kunjungan kenegaraan.93
Obama berjanji untuk menyelesaikan permasalahan kasus spionase melalui
cara-cara diplomasi dan tertutup dari pemberitaan. Obama mengutus anggota
pemerintahannya untuk bertemu dan membujuk Presiden Dilma untuk berkunjung
ke Amerika Serikat lagi. Pemerintah Brazil tidak tinggal diam, mereka mersepon
91
Laurence Whitehead, Detlef Nolte, 5. 92
Nil Nikandrov, 2013, The Us vs Brazil From Espionage to Destabilization. Tersedia di
https://www.strategic-culture.org/news/2013/09/20/the-us-vs-brazil-from-espionage-to-
destabilization.html diakses pada 14/05/2018 pukul 4:26 93
Nil Nikandrov, 2013, The Us vs Brazil From Espionage to Destabilization
35
dengan meminta pertanggungjawaban Duta Besar AS di Brazil Thomas
Shannon.94
C. Kunjungan Brazil dan Amerika Serikat
Kerjasama yang dijalin antara Brazil dan Amerika Serikat tidak hanya dalam
bentuk perjanjian-perjanjian atau pertukaran saja, namun juga dilengkapi dengan
adanya kunjungan, baik kunjungan kerja maupun kunjungan kenegaraan. Adanya
kunjungan tersebut, biasanya dilakukan untuk membicarakan kerjasama bilateral
atau hubungan diplomatik antara negara yang bersangkutan.
Kunjungan pertama dilakukan oleh Pemimpin Brazil, yaitu Emperor Dom
Pedro II pada Mei 1876, dalam rangka menghadiri Centennial Exposition di
Philadelphia (Pennsylvania).95
Brazil kembali melakukan kunjungan ke Amerika
Serikat, tepatnya ke kota New York dalam rangka terpilihnya Presiden Brazil
yang baru, yaitu Pessoa.96
Intensitas kunjungan antarpresiden Brazil dan Amerika Serikat dari masa ke
masa tidak terlalu sering. Pasca diangkatnya Dilma Rouseff menjadi Presiden
Brazil, hubungan antar Brazil dan AS mencapai babak baru. Dilma menjadi
Presiden Brazil yang baru pada tahun 2010 setelah memenangkan pemilihan
94
Nil Nikandrov, 2013, The Us vs Brazil From Espionage to Destabilization 95
Office of The Historian, A Guide to The United States’ History of Recognition,
Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Brazil. 96
Office of The Historian, A Guide to The United States’ History of Recognition,
Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Brazil.
36
umum melawan Jose Serra dengan perolehan suara sebesar 56% suara dari partai
pekerja kiri (PT). 97
Dilma mengumumkan untuk melanjutkan kebijakan Pemerintahan Lula karena
dianggap berhasil.98
Keberhasilan tersebut ditandai dengan pendapatan nasional
Brazil sebesar US$1,6 Trilun dan perdagangan yang surplus sebesar US$ 20.3
miliar.99
Pasca terpilihnya Dilma Rouseff, Barrack Obama menganggap Brazil sebagai
negara yang memiliki tujuan yang sama dengan Amerika Serikat. Obama
menyatakan bentuk dukungan untuk Dilma Rouseff dan menginginkan Brazil
sebagai negara yang dapat menstabilkan keamanan di Amerika Latin. Obama juga
melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya ke Brazil pada bulan Maret 2011.
Dukungan Obama mendapatkan respon yang positif dari Dilma Rouseff. Dilma
menginginkan pembangunan hubungan yang lebih kuat dengan Amerika Serikat,
karena hubungan antar kedua negara mengalami pasang surut dan pernah
berselisih. 100
Tercatat dalam tahun 2011, Brazil dan Amerika Serikat sudah menandatangani
MoU di beberapa bidang. Brazil dan Amerika Serikat telah menandatangani MoU
untuk bidang ekonomi dan perdagangan, transportasi udara, program pertukaran
tenaga ahli, kerjasama untuk pembangunan negara berkembang, pembentukan
97
Tom Philips, Dilma Rouseff wins Brazil Presidential Election, The Guardian 1
November 2010. Tersedia di https://www.theguardian.com/world/2010/nov/01/dilma-rousseff-
wins-brazil-president diakses pada 24/01/2018 pukul 19:21 98
Peter J. Meyer, Brazil-U.S. Relations, (Congressional Reserch Service, 2011): 5 99
Peter J. Meyer, Brazil-U.S. Relations, (Congressional Reserch Service, 2011): 7 100
Peter J. Meyer. Brazil-U.S. Relations, 4-7
37
dialog strategis antara kedua negara, dan dukungan Amerika Serikat untuk acara
olahraga Global yang rencananya akan dilaksanakan di Brazil pada tahun 2014.101
Pada 2012, Dilma Rouseff melakukan kunjungan resmi ke Amerika
Serikat. Kunjungan tersebut untuk membahas hubungan antara kedua negara dan
membahas kerjasama yang sudah dibuat. Kunjungan ini juga membahas
pertumbuhan ekonomi dan perdagangan. Pada 2011, perdagangan antarkedua
negara mencapai rekor sebesar US$ 74 miliar. Kedua pemimpin mengungkapkan
dengan perdagangan yang positif tidak menutup kemungkinan untuk peningkatan
kerjasama lainnya baik dalam forum bilateral maupun regional. 102
Pada tahun 2012, Hubungan kerjasama antara Brazil dan Amerika Serikat,
sudah dalam tahap yang baik, karena kedua negara membuat banyak perjanjian
dan kesepakatan. Kesepakatan tersebut ditandai dengan pembuatan Memorandum
of Understanding (MoU) pada beberapa bidang, seperti kerjasama dalam bidang
penerbangan dan kerjasama untuk memberikan dukungan terhadap perusahaan-
perusahaan lokal.103
Kerjasama lainnya yaitu dalam upaya peningkatan kesejahteraan pangan di
negara-negara yang memerlukan, dan kerjasama dalam peningkatan teknologi.
101
U.S Brazil Bilateral Agreements. Tersedia di
https://www.brazilcouncil.org/resources/u-s-brazil-bilateral-agreements/ diakses pada 24/01/2018
pukul 20:47 102
Joint Statement By Presiden Obama and President Rouseff. 09 April 2012. The White
House Office of Press Secretary. Diases melalui https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-
office/2012/04/09/joint-statement-president-obama-and-president-rousseff tanggal 24/01/2018
pukul 21:28 103
Documents Signed on the occasion of the visit of President Dilma Rouseff to the
United States of America-Washington, 9 April 2012. Tersedia di
http://www.itamaraty.gov.br/en/press-releases/8987-documents-signed-on-the-occasion-of-the-
visit-of-president-dilma-rousseff-to-the-united-states-of-america-washington-april-9-2012 diakses
pada 27/02/2018 pukul 19:25
38
Tidak hanya itu, kedua negara juga sepakat meningkatkan pembangunan
berkelanjutan antarkedua negara yang melibatkan Ministry of Cities dari Brazil
dan United States Department of Housing and Urban Development dari USA.104
Dalam kunjungan tersebut membahas komitmen kedua negara untuk
memajukan perdagangan jasa dan barang-barang, terutama dalam bidang
manufaktur. Kedua negara juga berfokus pada bidang pertanian, dan berupaya
mengurangi hambatan komoditas pertanian. Brazil dan USA juga menginginkan
pertukaran pelajar sebanyak 100.000 orang dan kedua presiden memberikan
dukungan untuk Forum Amerika Serikat-Brazil yang ke-7 yang membahas untuk
meningkatkan lingkungan bisnis, perdagangan dan investasi.105
Memasuki tahun 2013, hubungan antara Brazil dan Amerika Serikat yang
terganggu karena adanya skandal spionase oleh NSA membuat kunjungan kerja
antara dua negara tersebut menjadi terhambat. Tindakan spionase tersebut
dilakukan oleh NSA untuk memata-matai Presiden Dilma Rouseff dan perusahaan
minyak Brazil, Petrobras. Tindakan tersebut berdampak pada penundaan
kunjungan kenegaraan Presiden Dilma Rouseff dan memberikan rasa kekecewaan
terhadap Pemerintah Amerika Serikat.106
Pada 2014, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Joe Biden mengunjungi
Brazil yang sedang mengadakan piala dunia. Kunjungan Joe Biden bertujuan
104
Documents Signed on the occasion of the visit of President Dilma Rouseff to the
United States of America-Washington, 9 April 2012. 105
Joint Statement By Presiden Obama and President Rouseff. 09 April 2012 106
Simon Romero, Brazil‟s Leader Postpones States Visit to Washingon Offer Spying,
17 September 2013, New York Times, tersedia di
http://www.nytimes.com/2013/09/18/world/americas/brazils-leader-postpones-state-visit-to-
us.html tanggal akses 27/02/2018 pukul 20:13
39
untuk mengurangi ketegangan hubungan antara Brazil dan Amerika Serikat.107
Dalam kunjungan tersebut, Joe Biden menginginkan komitmen pembangunan
hubungan bilateral antarkedua negara dan membuat potensi kerjasama yang belum
dilakukan oleh kedua negara.108
Memasuki tahun 2015, Presiden Dilma Rouseff kembali bertemu dengan
Presiden Obama setelah batalnya kunjungan pada 2013. Pertemuan tersebut
dilakukan saat America Summit di Panama yang membahas demokratisasi dan
kebijakan kedepannya di Kuba.109
Pasca pertemuan itu Dilma Rouseff mengunjungi Gedung Putih pada 29 –
30 Juni 2015. Dalam pertemuan itu mereka lebih banyak membahas rencana
kebijakan AS dan Brazil seperti perluasan kerjasama ekonomi dan penguatan
kerjasama keamanan dan pertahanan.110
107
Anthony Boadle, Biden “Confident” relations with Brazil can be repaired. Tanggal
berita 17 Juni 2014, 7:29, Reuters. Tersedia di https://www.reuters.com/article/us-usa-brazil-
biden/biden-confident-relations-with-brazil-can-be-repaired-idUSKBN0ES1BA20140617 diakses
pada 20:31 108
Joint Statement In Preparation for the visit of U.S Vice President Joe Biden to Brazil
in June 2014. Tersedia di https://www.brazilcouncil.org/wp-content/uploads/2015/10/Joint-
Statement-English-Version-FINAL_0.pdf diakses pada 27/02/2018 pukul 20:53 109
Dan Roberts. Brazilian President’s visit to U.S. will not include apology from Obama
for spying. The Guardian. Diunggah pada 30 Juni 2015 pukul 18:33 BST. Diunduh melalui
https://www.theguardian.com/world/2015/jun/30/brazil-dilma-rousseff-obama-nsa-spying-apology
pada 10 Maret 2018 pukul 19:19 110
Joint Communique by President Barrack Obama and President Dilma Rouseff, 30 June
2015, The White house. Tersedia di https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-
office/2015/06/30/joint-communique-president-barack-obama-and-president-dilma-rousseff
diakses pada 27/02/2018 pukul 21:42
40
BAB III
SKANDAL SPIONASE YANG DILAKUKAN OLEH AMERIKA
SERIKAT TERHADAP BRAZIL
A. National Security Agency (NSA)
National Security Agency atau NSA merupakan agen intelijen milik Amerika
Serikat yang didirikan oleh Presiden Harry S. Truman pada 24 Oktober 1952.111
National Security Agency ini dibentuk untuk melindungi keamanan nasional.
Badan intelijen ini sifatnya vital dan berada di bawah Kementerian Pertahanan
Amerika Serikat. NSA bertanggung jawab untuk pengumpulan, proses, dan
analisa komunikasi dan keamanan serta bekerja untuk membongkar dan membuat
kode rahasia, atau yang biasa disebut cryptology oleh para ilmuwan.112
NSA merupakan badan intelijen yang berwenang mengumpulkan data-data
rahasia luar negeri untuk mencegah adanya ancaman dari luar negeri.113
Adanya
organisasi NSA ini bertujuan melindungi integritas sistem komunikasi nasional
dan untuk mencari informasi tentang komunikasi rahasia milik luar negeri yang
menjadi musuh atau lawan dari Amerika Serikat.114
111
Department of Justice, Office of The Inspector General Oversight and Review
Division. 2009. A Review of The Department of Justice’s. Hlm 19 112 Tom Murse. 2016. What is the National Security Agency? Learn About the Intelligence
Agency. Diakses melalui https://www.thoughtco.com/what-is-the-nsa-3367703 pada 10 April
2017 pukul 04:14 113
What is the National Security Agency? Learn About the Intelligence Agency.
https://www.thoughtco.com/what-is-the-nsa-3367703 114
Margaret Rouse. National Security Agency (NSA). Diakses melalui
http://searchsecurity.techtarget.com/definition/National-Security-Agency pada 11 April 2017
pukul 13:00
40
41
NSA mengumpulkan data-data intelijen tersebut dengan melakukan
pengawasan (surveillance) terhadap targetnya melalui telepon, email, dan data
internet.115
NSA mendapatkan data-data tersebut melalui koneksi yang terhubung
ke seluruh dunia, di mana negara-negara yang menjadi targetnya menggunakan
sistem komunikasi yang sama dengan Amerika Serikat.116
Hal tersebut dilakukan agar NSA tetap dapat menghargai privasi dan
kebebasan sipil. NSA tidak ingin mengorbankan kebebasan sipil demi keamanan
nasional, oleh karena itu NSA akan tetap beroperasi namun tetap menjaga dan
menghargai privasi dan kebebasan sipil.117
NSA juga memiliki beberapa program pengawasan atau pengintaian. Salah
satu program tersebut adalah surveillance. Surveillance merupakan salah satu
program dari NSA yang bertujuan untuk dapat mengetahui segala informasi
melalui alat komunikasi.118
Program inilah yang seringkali digunakan oleh NSA
untuk mengintai target mereka, salah satunya saat NSA melakukan pengintaian
terhadap pemerintah serta perusahaan nasional Brazil.
Selain NSA, ada beberapa lembaga intelijen Amerika Serikat seperti FBI dan
CIA. Central Intelligence Agency (CIA) umumnya bekerja untuk mendapatkan
data-data atau intel terhadap sesuatu yang bertentangan dengan Amerika Serikat
115
Tom Murse. 2016. What is the National Security Agency? Learn About the
Intelligence Agency. Diakses melalui https://www.thoughtco.com/what-is-the-nsa-3367703 pada
10 April 2017 pukul 04:14 116
National Security Agency. 2013. The National Security Agency: Missions, Authorities,
Oversight and Partnerships. Hlm 2 117
The National Security Agency: Missions, Authorities, Oversight and Partnerships.
Hlm 2 118
Danielle Kehl, Kevin Bankstone, Robin Greene & Robert Morgus. 2014. Surveillance
Costs: The NSA’s Impact on the Economy, Internet freedom, and Cybersecurity. New America‟s
Open Technology Institute: Policy Paper. Hlm 4
42
dan melakukan misinya di luar negeri.119
Federal Bureau of Investigation (FBI)
beroperasi di perbatasan Amerika Serikat sebagai lembaga penegak hukum,
sedangkan Natoinal Security Agency (NSA) adalah badan intelijen asing yang
bertugas untuk mengumpulkan data untuk mencegah adanya ancaman dari luar
negeri.120
Spionase, atau tindakan mata-mata merupakan metode umum yang dilakukan
oleh sebuah negara untuk mendapatkan informasi mengenai negara lain. Kegiatan
tersebut dilakukan berdasarkan perintah dari pemerintah atau organisasi sebuah
negara untuk mengakses dan memperoleh informasi rahasia dengan cara
mengirimkan seorang agen ke wilayah suatu negara yang menjadi target
spionase.121
Kegiatan spionase tidak hanya dilakukan oleh NSA, spionase juga dilakukan
oleh Government Communication Headquarters (GCHQ) Inggris, dan aparatur
intelijen dari negara lain sperti Australia, Selandia Baru, dan Kanada. 122
Suatu
negara, melakukan kegiatan spionase dengan tujuan memenuhi kepentingannya.
Tidak hanya kepentingan politik, namun dewasa ini kegiatan spionase lebih
tertuju pada kepentingan bisnis, atau ekonomi.123
119
National Security Agency, The National Security Agency: Missions, authorities,
oversight and partnership, 2013. 120
The National Security Agency: Missions, Authorities, Oversight and Partnerships. 121
Russell Buchan. 2016. The International Legal Regulation of State-Sponsored Cyber
Espionage (Chapter 4). NATO CCD COE Publication, Tallinn. Hlm 65 122
Ashley Deeks. 2015. An International Legal Framework for Surveillance. Virginia
Journal of International Law [Vol. 55:2]. Hlm 293 123
Andrew Crane. 2003. In The Company of Spies: The Ethics of Industrial Espionage.
International Centre for Corporate Social Responsibility. Nottingham University Business School,
United Kingdom. Hlm 1
43
Pada hakikatnya, kegiatan ini bersifat illegal, karena pengumpulan informasi
yang diambil, dianggap informasi yang tidak sah.124
Dalam hukum internasional
sendiri, sebenarnya belum ada aturan khusus atau perjanjian khusus mengenai
cyber espionage ini.125
Kegiatan spionase yang dianggap illegal adalah kegiatan
cyber espionage atau spionase yang dilakukan melalui alat komunikasi.126
Seperti contohnya pada kasus Brazil, di mana negara Brazil mendapat
perlakuan spionase oleh NSA terhadap perusahaan nasionalnya, yaitu Petrobras.
Tidak hanya Brazil, negara lain seperti Jerman dan Perancis juga pernah
mengalami tindakan spionase yang dilakukan oleh NSA. Berbeda dengan Brazil,
pemerintah Jerman dan Perancis mengambil tindakan yang cukup keras, yaitu
dengan menarik duta besar Jerman dan Perancis di Amerika Serikat.127
Pemerintah Jerman bersama Brazil juga sempat membawa isu ini ke dunia
internasional melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).128
B. Pengungkapan Skandal Spionase NSA oleh Edward Snowden
Pada 5 Juni 2013, The Guardian mempublikasikan bocoran dokumen oleh
mantan CIA dan NSA, Edward Snowden.129
Awal mula Edward Snowden
124
The International Legal Regulation of State-Sponsored Cyber Espionage (Chapter 4) 125
The International Legal Regulation of State-Sponsored Cyber Espionage (Chapter 4).
Hlm 68 126
Zahra Baheri dan Ali Shojaei Fard. 2015. Status of Espionage From The Perspective
of International Laws With Emphasis on Countries’ Diplomatic and Consular Relations. Journal
of Scientific Research and Development 2 (1): 41-45, 2015 127
2013. Info Singkat Hubungan Internasional: Sikap Indonesia Terhadap Isu
Penyadapan Amerika Serikat dan Australia. 128
Peter J. Meyer. 2014. Brazil: Political and Economic Situation and U.S Relations.
Congressional Research Service. Hlm 10 129
Danielle Kehl, dkk. 2014. Surveillance Costs: The NSA’s Impact on The Economy,
Internet Freedom & Cybersecurity. New America‟s Open Technology Institute Policy Paper. Open
Technology Institute. Hlm 4
44
bekerja unuk NSA adalah saat ia menjadi penjaga keamanan untuk salah satu biro
fasilitas rahasia di Universitas Maryland, lalu ia bekerja pada bidang Teknologi
dan Informasi dengan CIA.130
Edward Snowden membongkar misi rahasia dari NSA melalui seorang
reporter The Guardian, Glenn Greenwald. Edward Snowden terkejut setelah
mengetahui tindakan NSA yang ternyata tidak hanya melakukan mata-mata atau
pengamatan terhadap negara-negara yang bekerjasama atau menjadi ancaman bagi
Amerika Serikat. Penyadapan tersebut juga dilakukan terhadap masyarakatnya,
dan bahkan masyarakat di seluruh dunia.131
Oleh karena itu, Snowden
membongkar semua misi dari NSA.
Tindakan yang dilakukan Edward Snowden memang sangat beresiko, namun
tindakannya itu bukan dilakukannya dengan tanpa alasan. Pada 2007, Edward
Snowden diberikan jabatan oleh CIA, yaitu Jabatan Diplomatik di Jenewa.132
Ia
mengatakan pada The Guardian tentang kekecewaannya terhadap fungsi
pemerintahan yang berdampak terhadap dunia selama ia bekerja di Jenewa.133
Ia
juga telah menyadari bahwa ia merupakan bagian dari sesuatu yang berbahaya.
"Much of what I saw in Geneva really disillusioned me about how my government functions and
what its impact is in the world. I realised that I was part of something that was doing far more
harm than good."
130
“Profile: Edward Snowden”. BBC News. 16 Desember 2013. Di akses melalui
http://www.bbc.com/news/world-us-canada-22837100 pada 17 April 2017 pukul 11:10 131
Barclay Ballard. How To View All Edward Snowden’s Leaked NSA Documents. It Pro
Portal News. 13 Maret 2015. Di akses melalui http://www.itproportal.com/2015/03/13/view-
edward-snowdens-leaked-nsa-documents/ pada 17 April 2017 pukul 11:35 132
“Profile: Edward Snowden” BBC News. 16 Desember 2013. Di akses melalui
http://www.bbc.com/news/world-us-canada-22837100 pada 17 April 2017 pukul 11:10 133
“Profile: Edward Snowden”. http://www.bbc.com/news/world-us-canada-22837100
45
Edward Snowden dibuat kecewa dengan tindakan NSA yang memata-matai
tidak hanya negara sasaran Amerika, namun juga masyarakatnya.134
Menurut
pengakuan Snowden, pada Juni 2013 NSA memperoleh data dari perusahaan
seperti google, facebook, dan Microsoft untuk mengakses video, dokumen, dan
email.135
Pada 21 Agustus 2013, selama tiga tahun salah satu program NSA berhasil
mengumpulkan sebanyak 56 ribu email dari masyarakat Amerika yang tidak
memiliki hubugan dengan kasus terorisme.136
Pada 24 Oktober 2013 NSA telah
meantau telepon genggam 35 kepala Negara.137
Edward Snowden segera meminta Glenn Greenwald, selaku reporter dari The
Guardian untuk membantu dirinya dalam mengungkap kesalahan NSA bahkan
dalam skala yang besar.138
Edward Snowden percaya, bahwa Glenn Greenwald
mampu untuk membantunya dalam pembongkaran misi rahasia NSA yang
berbahaya yaitu surveillance.139
Edward Snowden bergerak cepat dalam memindahkan data-data rahasia NSA
ke empat laptop miliknya melalui sebuah.140
Setelah berhasil memindahkan data-
data rahasia tersebut, Snowden menghubungi Glenn Greenwald agar dapat
membantunya dalam pembongkaran data NSA. Glenn Greenwald dibantu oleh
134
Glenn Greenwald. 2014. No Place To Hide. Penguin Books: England. Hlm 16 135
The Surveillance State and Its Discontents, Hlm 67 136
The Surveillance State, 67 137
The Surveillance State, 67 138
No Place To Hide. 139
No Place To Hide. 140
Edward Snowden: NSA Whistleblower Surveillance, The Guardian (9 Juni 2013).
Tersedia di https://www.theguardian.com/world/2013/jun/09/edward-snowden-nsa-whistleblower-
surveillance
46
seorang film maker bernama Laura Poitras dan langsung membuat sebuah
video.141
Pertemuan yang dilakukan ketiganya pun dilakukan secara diam-diam di
Hongkong. Edward Snowden, Glenn Greenwald, dan Laura Poitras bersama-sama
berusaha membongkar kejahatan NSA yang telah melakukan tindakan spionase
terhadap negara-negara, dan bahkan pemerintah serta masyarakat umum dan
mengganggu privasi mereka.142
C. Skandal Spionase oleh NSA terhadap Brazil
Pada 2013, Glenn Greenwald membongkar adanya skandal spionase yang
dilakukan Amerika Serikat melalui NSA terhadap pemerintahan Brazil.143
Tidak
hanya pemerintahan Brazil, bahkan perusahaan minyak terbesar milik Brazil,
yaitu Petrobras, juga menjadi target dari NSA.144
Adanya skandal spionase tersebut juga berawal dari adanya keinginan Edward
Snowden untuk mencari suaka di Brazil. Setelah Edward Snowden berencana
untuk membongkar segala aktivitas dan target NSA, ia melarikan diri ke
Hongkong dan berniat untuk berpindah mencari suaka ke Brazil.
Segala upaya yang telah dilakukan oleh Edward Snowden, Glenn Greenwald,
dan Laura Poitras akhirnya mulai dipublikasikan. Melalui program televisi yang
141
Glenn Greenwald. 2014. No Place To Hide. Penguin Books: England. Hlm 52 142
Glenn Greenwald. 2014. No Place To Hide. Penguin Books: England. Hlm 52 143
Simon Davies. 2014. A crisis of accountability: A Global Analysis of the Impact of the
Snowden Revelations. The Privacy Surgeon. Hlm 18 144
A crisis of accountability: A Global Analysis of the Impact of the Snowden
Revelations.
47
sangat populer di Brazil, pemberitaan tersebut disiarkan.145
Warga dan pemerintah
Brazil sangat terkejut atas adanya informasi tersebut. Saat itu juga, Presiden
Dilma Rousseff meminta penjelasan dan klarifikasi dari pemerintah Amerika
Serikat, namun Presiden Dilma Rousseff tidak mendapatkan jawaban yang
sebenarnya bahkan setelah Rousseff menghubungi pemerintah Amerika Serikat.146
NSA menyadap 29 nomor telepon masyarakat Brazil dalam perbankan,
keuangan, dan ekonomi.147
Website Wikileaks mengatakan bahwa terdapat bukti
adanya penyadapan terhadap telepon pribadi pemerintah Brazil secara rutin oleh
Amerika Serikat. pada website tersebut dikatakan bahwa NSA aktif dalam
memata-matai perekonomian Brazil untuk melawan Brazil.148
Tidak hanya itu, NSA juga memata-matai Menteri Ekonomi, Duta Besar dan
Kepala Militer Brazil.149
Wikileaks mengungkapkan bahwa NSA juga bertujuan
untuk mencari tahu diplomasi Brazil ke luar negeri di beberapa wilayah. Wikileaks
juga mengutip bahwa terdapat dua pejabat besar Brazil yang dicurigai hingga
menjadi penyelidikan NSA.150
Skandal spionase yang dilakukan oleh NSA menurut pernyataan di atas
bertujuan untuk mengetahui kondisi ekonomi serta diplomasi Brazil. Amerika
145
Simon Davies. 2014. A crisis of accountability: A Global Analysis of the Impact of the
Snowden Revelations. The Privacy Surgeon. Hlm 18 146
A crisis of accountability: A Global Analysis of the Impact of the Snowden
Revelations. 147
Wikileaks: U.S. „routinely spied‟ on Brazil, (BBC News, 4 July 2015). Diakses
melalui http://www.bbc.com/news/world-latin-america-33398388 pada 10 Mei 2018 pukul 12:33 148
Wikileaks: U.S. „routinely spied‟ on Brazil, BBC News. 149
Mark Hensch, Wikileaks: NSA spied on Brazil’s president, (The Hill, 07/04/15, 12:01 PM EDT). Diakses melalui http://thehill.com/policy/national-security/246869-wikileaks-nsa-spied-on-brazils-president pada 10 Mei 2018 pukul 12:33
150 Wikileaks: NSA spied on Brazil’s president
48
memiliki kepentingan dalam memata-matai Brazil karena pada tahun 2013 kondisi
ekonomi Brazil dan hubungan luar negeri Brazil, terutama dengan Cina sedang
dalam keadaan yang baik.
D. Respon Brazil terhadap Skandal Spionase oleh NSA
Brazil seketika membatalkan kunjungannya ke Amerika Serikat setelah
mengetahui pemerintahannya dan perusahaan terbesar milik Brazil, yaitu
Petrobras, diawasi oleh NSA. Awal mula pemerintah Brazil mengetahui adanya
skandal spionase ini, pemerintah Brazil langsung meminta penjelasan dan
klarifikasi dari pihak pemerintah Amerika Serikat, namun mereka tidak
mendapatkan jawaban yang sesungguhnya.151
Oleh karena itu, Presiden Dilma
Rousseff langsung membatalkan kunjungannya ke Amerika Serikat saat itu.152
Pemerintahan Brazil merasa sangat kecewa atas tindakan yang dilakukan oleh
pihak Amerika Serikat melalui NSA yang mengganggu privasi negaranya. Setelah
skandal spionase oleh NSA tersebut terbongkar dan Brazil mengetahui hal
tersebut, seketika itu hubungan antara Brazil dan Amerika Serikat menjadi dingin
dan tegang. Dalam respon menghadapi skandal tersebut, selain Brazil menunda
kunjungannya ke Amerika Serikat pada 2013, Brazil juga mengajukan undang-
151
A crisis of accountability: A Global Analysis of the Impact of the Snowden Revelations 152
Joao Augusto de Casto Neves. 2014. Revelations of U.S. Spying Against Brazil Have
Put Relations Between The two at Arm’s Length Once Again. diakses melalui
http://eprints.lse.ac.uk/58480/1/__lse.ac.uk_storage_LIBRARY_Secondary_libfile_shared_reposit
ory_Content_American%20Politics%20and%20Policy_2014_January_blogs.lse.ac.uk-
Revelations_of_US_spying_against_Brazil_have_put_relations_between_the_two_at_arms_length
_once_again.pdf pada 30 November 2016 pukul 15:06
49
undang di Kongres Brazil dan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait
penanganan masalah privasi dan pengawasan internet.153
Brazil juga mengajukan Undang-undang dalam pertemuan dengan PBB
bersama dengan Jerman yang lebih dulu menjadi korban dari skandal mata-mata
AS. Brazil dan Jerman mengajukan Undang-undang yang mengacu pada cyber
security atau keamanan dalam menggunakan teknologi atau alat komunikasi.154
Amerika Serikat sempat memberikan sebuah pembelaan, bahwa adanya
tindakan NSA semata-mata adalah untuk counter terrorism. Brazil dan Amerika
Serikat memiliki kerjasama di sektor keamanan untuk menjaga dari adanya
tindakan terorisme.155
Bagi Presiden Dilma Rousseff, tindakan Amerika Serikat
bukanlah untuk masalah terorisme, namun adanya kepentingan ekonomi karena
NSA telah melakukan spionase terhadap perusahaan minyak nasional Brazil, yaitu
Petrobras.156
153
Maurício Santoro, Bruno Borges. Rbpi. Brazilian Foreign Policy Towards Internet
Governance. 154
Maurício Santoro, Bruno Borges. Rbpi. Brazilian Foreign Policy Towards Internet
Governance. 155
Peter J, Meyer. 2014. Brazil: Political and Economic Situation and U.S. Relations.
Congressional Research Service. Hlm 21 156
Gabriela Vatu. Brazil‟s President: NSA Spying on Petrobras is Industrial Espionage.
10 September 2013, 14:11 GMT. Diakses melalui http://news.softpedia.com/news/Brazil-s-
President-NSA-Spying-on-Petrobras-Is-Industrial-Espionage-381867.shtml pada 19 Maret 2017
pukul 22:52
50
BAB IV
NORMALISASI HUBUNGAN BILATERAL BRAZIL DAN
AMERIKA SERIKAT PASCA SPIONASE NATIONAL
SECURITY AGENCY (NSA) TERHADAP BRAZIL
Kembalinya Brazil pasca mengunjungi Amerika Serikat pada Juni 2015
menimbulkan pertanyaan, di mana sebelumnya pada saat skandal spionase yang
dilakukan oleh National Security Agency (NSA) membuat Presiden Brazil, Dilma
Rousseff, merasa kecewa dan marah sehingga memutuskan untuk menunda
kunjungannya ke Amerika Serikat. Kasus tersebut dianggap sangat mengganggu
privasi negara dan pemerintah Brazil sehingga Presiden Brazil memutuskan untuk
menunda kunjungannya ke Gedung Putih, Amerika Serikat.
Seperti yang telah dijelaskan pada pernyataan masalah, adanya skandal
spionase yang dilakukan oleh NSA pada 2013 terhadap pemerintah dan
perusahaan nasional Brazil, Petrobras, membuat hubungan Brazil dan Amerika
Serikat merenggang. Kerenggangan itu bermula dari tidak adanya klarifikasi dan
penjelasan mengenai peristiwa tersebut dari pihak Amerika Serikat terhadap
Brazil, sehingga Brazil membuat sebuah keputusan dengan membatalkan
kunjungannya ke Washington D.C pada Oktober 2013.157
Pada Juni 2015, Dilma Rousseff selaku Presiden Brazil kembali
mengunjungi Amerika Serikat untuk pertama kalinya pasca adanya skandal
spionase tersebut. Dalam pertemuan antara Presiden Brazil dan Presiden Amerika
157
Joao Augusto de Casto Neves. Revelations of U.S. Spying Against Brazil Have Put
Relations Between The two at Arm’s Length Once Again.
50
51
Serikat, tidak terlihat adanya pembahasan mengenai skandal spionase yang terjadi
pada 2013.158
Pertemuan tersebut berjalan lancar seolah tidak pernah terjadi
sesuatu antara Brazil dan Amerika Serikat.
Hal tersebut menjadi menarik ketika Brazil dan Amerika Serikat dapat
melakukan pertemuan dan melaksanakan perjanjian baru tanpa membahas
masalah yang sebelumnya terjadi antara keduanya. Padahal, pada saat peristiwa
tersebut terjadi, Dilma Rousseff selaku Presiden Brazil sangat marah hingga
membatalkan kunjungannya ke Amerika Serikat. Lantas apakah yang membuat
Presiden Brazil mengunjungi Amerika Serikat dengan mudahnya?
Setelah melihat penjelasan pada Bab II dan Bab III mengenai hubungan
bilateral Brazil dan Amerika Serikat serta skandal spionase oleh NSA, pada bab
ke-IV ini akan di analisa normalisasi hubungan Brazil dan Amerika Serikat pasca
spionase oleh NSA. Kembalinya hubungan Brazil dan Amerika Serikat yang
membaik tanpa penjelasan lebih lanjut, tentu bukan tanpa alasan.
Keohane, seorang tokoh Neoliberal mengatakan bahwa kerjasama
merupakan jalan atau sebuah proses yang dilakukan melalui kebijakan untuk
merealisasikan kepentingan suatu pihak.159
Hal tersebut juga dilakukan oleh
Brazil, di mana pada akhirnya Brazil memilih untuk melanjutkan pembahasan
158
Dan Roberts. Brazilian President’s visit to U.S. will not include apology from Obama
for spying. The Guardian. Diunggah pada 30 Juni 2015 pukul 18:33 BST. Diunduh melalui
https://www.theguardian.com/world/2015/jun/30/brazil-dilma-rousseff-obama-nsa-spying-apology
pada 10 Maret 2018 pukul 19:19 159
Robert O. Keohane. 1984. Afetr Hegemony and Discord in The World Political
Economy. Hlm 63
52
mengenai sebuah kerjasama dengan Amerika Serikat guna merealisasikan
kepentingannya.
A. Kepentingan Nasional
Presiden Brazil memutuskan untuk mengunjungi Amerika Serikat pada
2015 ketika negaranya sedang mengalami krisis ekonomi yang cukup berat.
Sebenarnya, kemerosotan ekonomi Brazil telah terjadi sejak tahun 2013, namun
Presiden Brazil masih dapat mempertahankan perekonomiannya. Dilma
Rousseff berusaha untuk menaikkan nilai suku bunga dan membuat sebuah
kebijakan fiskal untuk mengendalikan perekonomian yang mulai menyusut.160
Pada 2015, kondisi perekonomian Brazil semakin memburuk. Gross
Domestic Product (GDP) menurun cukup jauh dan angka inflasi semakin
meningkat.161
Menurunnya GDP serta meningkatnya inflasi, mempengaruhi
tingkat pengangguran di Brazil yang semakin bertambah. Pada tahun 2015, GDP
Brazil diperkirakan menyusut sekitar 3,5% yang disebabkan oleh jatuhnya
investasi dan menurunnya konsumsi keluarga.162
Nilai ekspor dan impor Brazil
juga mengalami penurunan. Komoditi menurun sebesar 20,1% dan produk
industri menurun sebesar 9,5%.
Tidak hanya itu, nilai impor untuk negara yang menjadi ekspor terbesar
Brazil, juga menurun. Ekspor untuk Uni Eropa menurun sebesar 19,7%,
160
Brazil 2018 Country Review. Country Watch. Hlm 39 161
Brazil: Playing With Fire. Hlm 2 162
Preliminary Overview of the Economies of Latin America and the Caribbean. 2015.
Economic Commission for Latin America and Caribbean (ECLAC). Hlm 1
53
MERCOSUR 14,7%, Cina 13,3%, dan Amerika Serikat 8,2%.163
Angka impor
secara keseluruhan untuk Brazil juga menurun sebesar 22,4%, sedangkan nilai
rata-rata pertumbuhan ekonomi di Brazil secara keseluruhan pada periode 2011
hingga 2014 adalah 2,1% per tahun.164
Hal tersebut memperlihatkan adanya penurunan nilai rata-rata ekonomi
Brazil pada periode tersebut, jika dibandingkan dengan periode 2004 hingga
2010. Pada periode 2004-2010, nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi Brazil
sebesar 4,4%.165
Gambar IV.A.1. Brazil: GDP, Inflation and Unemployment 2013-2015
Sumber: Preliminary Overview of the Economies of Latin America and the Caribbean,
Economic Commission for Latin America and Caribbean (ECLAC), 2015
Kasus skandal kosrupsi yang dilakukan oleh pemerintahan Dilma Rousseff
menjadi penyebab utama dari menurunnya kondisi ekonomi Brazil. Pada awal
tahun 2015, Dilma Rousseff dan pemerintahannya terbukti telah terlibat dalam
163
Preliminary Overview of the Economies of Latin America and the Caribbean. Hlm 3 164
Preliminary Overview of the Economies of Latin America and the Caribbean. Hlm 3 165
Franklin Serrano dan Ricardo Summa. Aggregate Demands and the Slowdown of
Brazilian Economic Growth from 2011-2014. 2015. Center for Economic and Policy Research.
Hlm 1
54
kasus skandal korupsi yang juga dilakukan terhadap perusahaan minyak nasional
Brazil, yaitu Petrobras.166
Awal mula terjadinya penurunan kondisi ekonomi Brazil terjadi sejak
tahun 2013, ketika pemerintah Brazil mengeluarkan kebijakan untuk
meningkatkan biaya transportasi di Sao Paulo hingga mulai terjadi kembali
kasus korupsi.167
Selain itu, pada tahun 2013, kondisi ekonomi Brazil mulai
mengalami penurunan karena anggaran negara cukup banyak digunakan untuk
pembelanjaan kebutuhan acara Piala Dunia 2014, di mana Brazil menjadi tuan
rumah.168
Pada saat menjadi tuan rumah Piala Dunia, Brazil membutuhkan dana
sekitar US$11,63 miliar atau sekitar R$25.6. Anggaran untuk Piala Dunia
tersebut berjumlah lebih dari 50% dari dana pendidikan dan sepertiga dari dana
kesehatan nasional.169
Dana tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan
infrastruktur yang dalam perkembangannya tidak terlepas dari isu korupsi,
seperti dalam proses pembangunan empat stadion pada 2012 senilai US$11,6
juta.170
Anggaran untuk piala dunia sebenarnya sudah ditentukan. Confederacao
Brasileira de Futebol telah mengestimasikan dana untuk membaharui 12 stadion
untuk kegiatan World Cup 2014 sebesar 1,1 Miliar dollar, namun anggaran itu
166
Brazil.2018. Country Review hlm 48 167
Brazil. 2018. Country Review hlm 39 168
Trent Boultinghouse, Brazilian Strategic Narrative and the Bolsa Familia,
Universidade de Sao Paulo. Hlm 3 169
Aryjo Mitra, An Ethical Analysis of the 2014 FIFA World Cup in Brazil, 8 September
2014, tersedia di https://sevenpillarsinstitute.org/ethical-analysis-of-the-2014-fifa-world-cup-
brazil/ diakses pada 23 Maret 2018 pukul 12:22 170
Aryjo Mitra, An Ethical Analysis of the 2014 FIFA World Cup in Brazil.
55
terus bertambah menjadi dua kali lipat, tiga kali lipat, dan bahkan empat kali
lipat.171
Hal tersebut membuat anggaran untuk kebutuhan masyarakat terpakai
untuk keperluan World Cup sehingga pemerintah Brazil tidak dapat memenuhi
kebutuhan masyarakatnya.
Menurunnya perekonomian Brazil, membuat Dilma Rousseff merasa perlu
untuk kembali memperbaiki hubungannya dengan Amerika Serikat. Sejak
skandal spionase NSA terhadap Brazil, hubungan Amerika Serikat dan Brazil
menjadi kurang baik, terutama setelah Brazil membatalkan agenda
kunjungannya ke Amerika Serikat pada Oktober 2013. Untuk memperbaiki
kondisi ekonomi Brazil, Presiden Dilma Rousseff memilih untuk memperbaiki
hubungannya dengan Amerika Serikat.172
Amerika Serikat merupakan mitra ekspor terbesar untuk Brazil dan mitra
impor terbesar kedua untuk Brazil setelah Tiongkok. Brazil dan Amerika Serikat
juga memiliki banyak kerjasama di berbagai bidang.173
Ketika Brazil memilih
untuk memperbaiki hubungannya dengan Amerika Serikat, maka kerjasama
yang sebelumnya tertunda karena adanya skandal spionase akan kembali terjalin.
Pada pertemuan di Gedung Putih, Brazil dan Amerika Serikat membahas
beberapa kerjasama, seperti, di bidang ekonomi dan keuangan, yaitu dengan
171
Trent Boultinghouse, Brazilian Strategic Narrative and the Bolsa Familia. 172
Gardiner Harris. Dilma Rousseff of Brazil Visits U.S Amid Turbulence at Home. The
New York Times. Di unggah pada 30 Juni 2015. Di akses melalui
https://www.nytimes.com/2015/07/01/world/americas/leader-of-brazil-visits-amid-home-
turbulence.html pada 26 Februrari 2018 173
Gardiner Harris. Dilma Rousseff of Brazil Visits U.S.
56
memperluas perdagangan dan investasi di antara kedua negara.174
Selain itu,
kedua negara tersebut juga menyelenggarakan beberapa dialog, seperti Global
Partnership Dialogue, Economic and Finance Dialogue, Strategic Energy
Dialogue, dan Defense Cooperation Dialogue.175
Pada pertemuan itu juga, Brazil dan Amerika Serikat menyepakati sebuah
perjanjian kerjasama dalam sektor perdagangan dengan menandatangani
Memorandum of Understanding (MoU) untuk fasilitas perdagangan.176
Brazil
dan Amerika Serikat sepakat untuk memperluas kerjasama di bidang
perdagangan dan investasi karena bagi kedua negara tersebut, Amerika Serikat
merupakan tujuan utama Brazil untuk mengekspor produk manufaktur dan
kedua negara tersebut memiliki ikatan yang kuat.177
Sebagai dua negara dengan produksi makanan terbesar, Presiden Amerika
Serikat dan Brazil juga sepakat untuk meningkatkan kerjasama ekonomi di
bidang pertanian.178
Pada tahun 2014, Presiden Dilma Rousseff terpilih kembali menjadi
Presiden Brazil pasca mengalahkan Marina Silva dan Neves. Sebelum pemilihan
ulang dijalankan hingga pemilihan ulang berlangsung, isu korupsi oleh
174
Joint Communique by President Barrack Obama and President Dilma Rousseff. The
White House President Barrack Obama. The White House, Office of the Press Secretary. 30 Juni
2015. Diakses melalui https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2015/06/30/joint-
communique-president-barack-obama-and-president-dilma-rousseff pada 10 Maret 2018 pukul
19:19 175
Joint Communique by President Obama and President Dilma Rousseff. 176
U.S.-Brazil Bilateral Agreement. Brazil-U.S. Business Council. Diakses melalui
https://www.brazilcouncil.org/resources/u-s-brazil-bilateral-agreements/ pada 22 Februari 2018
pukul 12:45 177
Joint Communique by President Barrack Obama and President Dilma Rousseff. 178
Joint Communique by President Barrack Obama and President Dilma Rousseff.
57
pemerintahan Dilma Rousseff terus berlanjut. Pada saat itu, Partai Sosialis
Brazil (PSB) mengatakan bahwa Presiden Dilma Rousseff telah memanipulasi
rekening negara untuk menggelapkan defisit fiskal pada tahun 2014 ketika ia
sedang menjalani masa kampanye untuk pemilihan ulang presiden.179
Dilma melakukan kebijakan untuk mengambil hati masyarakat Brazil
dengan melakukan pemberantasan korupsi seperti menindak tegas Menteri
Transportasi Alfredo Nascimento dari Partai Republik atas tuduhan korupsi.180
Ia juga mengatakan bahwa dana yang dipakai untuk kegiatan World Cup
2014 bukanlah dana yang datang dari masyakarat atau yang telah membayar
pajak, namun dari sebuah perusahaan pribadi yang akan menggunakan arena
olahraga.181
Selain skandal korupsi terkait pendanaan kegiatan World Cup 2014, isu
korupsi juga terjadi terkait dengan adanya skema Operation Car Wash yang
diduga merupakan skema korupsi. Skema tersebut melibatkan sebuah
perusahaan minyak nasional Brazil, yaitu Petrobras. Skema tersebut sebenarnya
telah dibangun ketika tingkat komoditi sedang berkembang pesat di era 2000-
an.182
Pada era tersebut, harga minyak sedang tinggi, dan skema tersebut
179
Brazil. 2018. Country Profile 180
Manuel Balan, Surviving Corruption in Brazil: Lula‟a and Dilma Success Despite
Corruption Allegations, and its Consequences, in Journal of Politics in Latin America(67-
93), 2014. 82. 181
Brazil. Country Review. 2018. Hlm 39 182
Zack Beauchamp, Brazil‟s Petrobras scandal, explained, di unggah pada 18 Maret
2016 pukul 10:00am ET. Hlm 4
58
melibatkan tiga kelompok pemain utama, yaitu, pemimpin Petrobras, petinggi-
petinggi di perusahaan pembangunan besar Brazil, dan politisi Brazil.183
Petrobras merupakan bagian penting untuk investasi nasional Brazil.184
Ketika investasi yang datang dari Petrobras menurun atau melamban, maka
kondisi perekonomian Brazil juga akan terganggu. Penurunan tersebut
menyebabkan hilangnya investasi untuk beberapa obligasi negara Brazil dengan
lembaga juga dapat mempengaruhi investasi dan meningkatkan biaya modal
untuk beberapa perusahaan Brazil.185
Petrobras dijadikan sarana untuk money laundry dengan cara kartel dan
penandatanganan kontrak palsu, kemudian dana yang diterima akan digunakan
oleh politisi Brazil untuk keperluan kampanye.186
Kondisi ekonomi Brazil yang menurun mempengaruhi kondisi politik
Brazil. Turunnya kondisi ekonomi Brazil yang melibatkan pemerintah Brazil
dalam kasus korupsi, membuat masyarakat Brazil tidak tinggal diam. Pada 2013,
masyarakat Brazil juga melakukan aksi protes karena kondisi ekonomi yang
menurun. Aksi yang dilakukan masyarakat Brazil juga merupakan bentuk protes
dari adanya isu skandal korupsi yang dilakukan pemerintah Brazil di perusahaan
nasionalnya sendiri, yaitu Petrobras.187
183
Zack Beauchamp, Brazil‟s Petrobras scandal, explained. 184
OECD Economic Surveys Brazil. 2015. Hlm 11 185
OECD Economic Surveys Brazil. 186
Fernanda Odilla de Figueiredo, Inside the Car Wash: The Narrative of a Corruption
Scandal in Brazil. 2016. Brazil Institute, King‟s College London. Hlm 12 187
Roger F. Noriega dan Felipe Trigos. 2015. Can Brazil Overcome Economic Malaise
and Scandal?. American Enterprise Institute. Hlm4
59
Posisi Dilma di negaranya terancam sehingga Presiden Dilma mencari
dukungan politik dengan memperbaiki hubungannya dengan Amerika Serikat.
Dengan membaiknya hubungan Brazil dan Amerika Serikat, maka kondisi
ekonomi Brazil akan membaik karena adanya kerjasama yang diperluas,
terutama di bidang ekonomi. Dengan begitu, Dilma Rousseff akan mendapatkan
dukungan politiknya kembali agar tetap menjadi Presiden Brazil.188
B. Kebijakan Luar Negeri Brazil
Kebijakan yang dipilih oleh Dilma Rousseff dalam mengunjungi Amerika
Serikat pada 2015 didasari dengan kondisi dalam negeri Brazil yang sedang
mengalami beberapa masalah. Selain masalah ekonomi yang sedang mengalami
penurunan, kondisi politik Brazil juga sedang mengalami masalah. Presiden
Brazil, Dilma Rousseff, terganggu dengan adanya skandal domestik yang
mengarah kepadanya, yaitu tudingan bahwa pemerintahan Dilma Rousseff
melakukan korupsi.189
Skandal korupsi tersebut terjadi sejak tahun 2013 dan menuai protes dari
masyarakat Brazil. Mereka menuntut Dilma Rousseff untuk segera memperbaiki
keadaan ekonomi Brazil. Setelah lewat dua tahun tawaran tersebut diberikan,
Amerika kembali menawarkan kunjungan pemimpin negara Brazil ke Amerika
Serikat.190
188
Wawancara dengan Cristina Soreanu 189
boultinghouseBrazilianStrategicNarrative 190
Jackie Northam. Brazil Tries To Rebuild Relations With U.S After NSA Spying
Scandal. National Public Radio. Diunggah pada 30 Juni 2015 pukul 4:58 am ET. Diunduh melalui
https://www.npr.org/2015/06/30/418776095/brazil-s-president-in-washington-to-patch-up-
relationship-with-obama pada 8 Maret 2018 pukul 15:35
60
Pada saat itu, undangan dari Amerika Serikat untuk Brazil disampaikan oleh
Wakil Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, yang mengundang Dilma Rousseff
selaku Presiden Brazil untuk datang mengunjungi Gedung Putih pada 2016.191
Kunjungan yang seharusnya dipenuhi Dilma Rousseff pada 2016, diajukan
menjadi tahun 2015. Keputusan itu diambil oleh Dilma Rousseff karena ia merasa
harus mengunjungi Amerika Serikat secepatnya.192
Pada pertemuan tersebut, tidak terlihat ada permintaan maaf dari Amerika
Serikat terhadap Brazil terkait isu skandal spionase yang terjadi di tahun 2013.193
Presiden Dilma Rousseff mengatakan bahwa ia percaya terhadap Presiden Obama
dan pemerintahannya yang mengatakan pada beberapa kesempatan bahwa ia dan
pemerintahannya tidak akan lagi terlibat dengan tindakan spionase yang
mengganggu persahabatan kedua negara.194
“President Obama and the US government have stated on several occasions that they would no
longer engage in intrusive acts of spying on friendly countries. I believe President Obama,” she
said.
Kembalinya Dilma Rousseff sebagai pemimpin Brazil membuat ia
merasa harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi terhadap negaranya.
Apalagi, ketika pertama kali Dilma Rousseff menjabat sebagai seorang Presiden,
ia berjanji akan memperbaiki keadaan ekonomi Brazil.195
191
Jackie Northam. Brazil Tries To Rebuild Relations With U.S After NSA Spying
Scandal. 192
Jackie Northam. Brazil Tries To Rebuild Relations With U.S After NSA Spying
Scandal. 193
Dan Roberts. Brazilian President’s visit to U.S. will not include apology from Obama
for spying. 194
Dan Roberts. Brazilian President’s visit to U.S. will not include apology from Obama
for spying. 195
Brazil 2018 Country Review. Country Watch. Hlm 37
61
Pada 2015, akhirnya Dilma Rousseff memenuhi undangan dari Joe Biden
selaku Wakil Presiden dan Menteri luar Negeri Amerika Serikat untuk melakukan
kunjungan kerja ke Gedung Putih, Amerika Serikat. Seharusnya, kunjungan itu
dilaksanakan pada 2016, namun Dilma Rousseff merasa perlu menemui Presiden
Obama saat itu juga.196
Keadaan ekonomi dan politik Brazil, mendorong Dilma Rousseff selaku
Presiden Brazil segera melakukan perbaikan hubungan dengan Amerika Serikat.
Sebelumnya pada 2014, Dilma Rouseff berupaya mengunjungi kembali Amerika
Serikat. Niat Dilma mengunjungi Amerika Serikat karena adanya tekanan politik
dari dalam negeri Brazil.197
Permasalahan politik yang ada semenjak krisis ekonomi, seperti terjadi
protes terhadap pemerintah karena perencanaan Piala Dunia 2013 dan Olimpiade
2016 di Brazil. Pemerintah Brazil mendapatkan kritik keras dari rakyat karena
tingkat kemiskinan meningkat. Protes tersebut terjadi di seluruh penjuru Brazil,
termasuk kota terbesar di Brazil, Sao Paulo yang berpenduduk lebih dari 20 juta
orang. 198
196
Jackie Northam. Brazil Tries To Rebuild Relations With U.S After NSA Spying
Scandal. National Public Radio. Diunggah pada 30 Juni 2015 pukul 4:58 am ET. Diunduh melalui
https://www.npr.org/2015/06/30/418776095/brazil-s-president-in-washington-to-patch-up-
relationship-with-obama pada 8 Maret 2018 pukul 15:35 197
Hasil wawancara dengan Cristina Soreanu Pecequilo, Profesor Hubungan
Internasional Universitas Negeri Sao Paulo (UNIFESP) 198
Sean Purdy, Brazil‟ June Days of 2013 Mass Protest, Class and the Left, Latin
American Perspectives, 2017, 1.
62
Protes tersebut dimotori oleh mahasiswa dan aktivis sayap kiri Brazil.199
Aksi protes tersebut meluas hingga melibatkan ratusan ribu warga kelas
menengah Brazil. Isu yang diangkat selain korupsi, adalah permasalahan tarif
angkutan umum, pelayanan publik, kesehatan, dan pendidikan.200
Kelompok-kelompok yang terlibat untuk menekan Presiden Dilma
dengan melakukan demonstrasi pada Juni, antara lain Free Fare Movement, yang
merupakan lembaga bukan partai politik.201
Dalam demonstrasi tersebut juga
terdapat partai politik yang terlibat, seperti, Partai Sayap Kanan Brazil, Partai
Pekerja Sosialis Bersatu (PSTU), Partai Sosialisme dan Kebebasan (PSOL), dan
Gerakan Pekerja Tunawisma (Movimento dos Trabalhadores Sem-Teto).202
Kondisi tersebut diperparah dengan sikap aparat keamanan yang represif
terhadap demonstran. Sebagai contoh petugas keamanan menyerang rumah sakit
yang menjadi tempat korban demonstran, akibatnya tindakan tersebut direspon
oleh kelompok hak asasi manusia, media nasional, dan media internasional. 203
Selama periode Juni-Juli 2013, terjadi aksi protes terhadap kebijakan
Dilma Rouseff yang diikuti oleh hampir 55% penduduk Brazil, dan mendapatkan
dukungan lebih dari 62% dari publik.204
Permasalahan tersebut membuat adanya
pertikaian antara pihak yang mendukung Dilma, dan menuntut impeachment
199
Alfredo Saad-Filho, Mass Protest under „Left Neoliberalism‟: Brazil, June-July 2013
(657-669), SAGE, 657. 200
Alfredo, 657. 201
Purdy, 8. 202
Purdy, 8. 203
Purdy,10 204
Purdy, 11.
63
Dilma. Partai yang menuntut penurunan Dilma dari Presiden Brazil seperti Partai
Sayap Kanan bersikeras meminta kembalinya kekuasaan militer.205
Tekanan dalam negeri membuat Dilma memutuskan untuk kembali
mengunjungi Amerika Serikat sebagai salah satu jalan keluar untuk
menyelesaikan permasalahan dalam negerinya. Dilma melihat adanya potensi
yang baik ke depannya, terutama dalam bidang ekonomi.206
Tindakan tersebut dibuktikan, dengan tidak adanya kunjungan membuat
ekonomi kedua negara stagnan. Jadi, dengan melakukan kunjungan kembali ke
Amerika Serikat pada 2015, dianggap mampu menyelamatkan Brazil dari krisis
ekonomi dan tekanan politik yang dihadapi oleh Dilma.
C. Hubungan Bilateral Brazil dan Amerika Serikat Pasca Skandal spionase
oleh National Security Agency (NSA)
Dalam kunjungan Presiden Dilma Rouseff ke Washington pada 2015, kedua
negara berupaya untuk memperbaiki beberapa potensi dari hubungan yang
tertunda. Dalam pertemuan tersebut Dilma Rouseff menginginkan untuk
perbaikan hubungan dan peningkatan kerjasama dalam berbagai bidang. Sebagai
contoh peningkatan dalam kerjasama ekonomi dan penguatan kerjasama
pertahanan dan keamanan. 207
Dalam bidang ekonomi, Brazil dan Amerika Serikat membuat peningkatan
kerjasama ekonomi dengan penandatanganan MOU Trade Facilitation between
205
Alfredo, 659. 206
Hasil wawancara dengan Cristina Soreanu Pecequilo, Profesor Hubungan
Internasional Universitas Negeri Sao Paulo (UNIFESP) 207
Joint Statement In Preparation for the visit of U.S Vice President Joe Biden to Brazil
in June 2014.
64
the U.S Department (DoC) dan Brazil Ministry of Development, Industry and
Commerce (MDIC). Kunjungan Dilma tersebut berdampak pada pembuatan
kerjasama lainnya, seperti kerjasama dalam pembuatan infrastruktur, pembuatan
kerjasama dan regulasi mengenai perpajakan dan membuat upaya pembuatan
kerjasama antar kedua diselesaikan melalui tingkat kementerian.208
Tidak hanya itu, Brazil dan Amerika juga berupaya untuk meningkatkan
investasinya, karena pada tahun 2015 atau tahun kunjungan Presiden Dilma
Rouseff ke Amerika Serikat Investasi dari Brazil ke Amerika Serikat dan
sebaliknya terus mengalami penurunan sejak tahun 2013. Penurunan tersebut juga
berdampak pada pengurangan lapangan pekerjaan karena Amerika Serikat
semakin sedikit membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat di Brazil. Setiap
tahunnya rata-rata investasi perusahaan Brazil di Amerika dan sebaliknya dapat
mencapai 100, tetapi sejak tidak adanya kunjungan Dilma Rouseff ke Amerika
hanya sekitar 49 perusahaan yang melakukan investasi di Brazil ataupun
Amerika.209
208
Brazil and the United States a Roadmap to an Enchanced Economic Partnership,
National Confederation of Industry: 2016. Hlm 10. 209
Brazil and the United States a Roadmap to an Enchanced Economic Partnership, Hlm
15.
65
Gambar IV.C.I. Grafik FDI Brazil di USA
Sumber: Brazil US Investment Map, Hlm 7.
Berdasarkan gambar diatas investasi Brazil di Amerika mengalami
penurunan sejak skandal spionase pada tahun 2013. Tercatat pada tahun 2013 nilai
investasi Brazil di Amerika Serikat sebesar U$$ 476 juta, dan mengalami
penurunan pada tahun 2014 sebesar US$ 403 juta dan puncaknya pada tahun 2015
sebesar US$75 juta. Dalam setiap tahunnya investasi terbesar dilakukan oleh
perusahaan Petrobras dengan nilai investasi sebesar 1,213 miliar dan
menyumbang investasi sebesar 26,3% dalam periode 2003-2015. Penurunan
investasi tersebut disebabkan karena hubungan Presiden Dilma yang kurang baik
dengan Amerika Serikat, isu korupsi dan krisis ekonomi yang melanda Brazil. 210
Pembatalan kunjungan tersebut juga berdampak pada nilai investasi
Amerika Serikat di Brazil yang perlahan mengalami penurunan. Pada tahun 2012,
210
Brazil US Investment Map, Hlm 7.
66
investasi Amerika Serikat di Brazil sebesar US$ 5,770 juta dan terjadi
peningkatan pada 2013 sebesar US$ 5,782 juta dan terjadi penurunan pada 2014
dan 2015, US$5.440 juta dan US$ 344 juta. Pada periode 2012-2014 Amerika
Serikat juga menyediakan lapangan kerja sebesar 13.246 pada 2012, 7,637 pada
2013, 7,782 pada 2014, dan 1,091 pada 2015. 211
Presiden Dilma memutuskan untuk melakukan kunjungan dan membuat
kerjasama dengan Amerika Serikat karena kondisi dalam negeri dan kondisi
regional. Kondisi dalam negeri yang mana ekonomi Brazil mengalami
perlambatan dan kondisi regional yang gagal menciptakan iklim untuk melakukan
perdagangan, seperti Mercosur dan negara-negara di Amerika Selatan yang belum
bisa membuat regulasi dari bea cukai dan perdagangan bebas yang membuat
Brazil berupaya mencari alternatif lain. Berdasarkan permasalahan tersebut dalam
kunjungan Dilma juga yang menjadi salah satu pembahasannya adalah
pembahasan mengenai perdagangan.212
Dalam kunjunganya Dilma juga menekankan untuk melakukan kerjasama
kembali dalam bidang pertahanan dengan Amerika Serikat. Hal itu ditandai
dengan Brazil mulai membeli kembali pesawat tempur Fighter Jet F-18 milik
Amerika Serikat senilai US$ 4 miliar.213
Tindakan ini berbeda saat isu
penyadapan oleh NSA pada 2013, yang membuat Presiden Dilma memutuskan
untuk membeli pesawat jenis Fighter yang bernama Gryphon dari perusahaan
211
Brazil US Investment Map, Hlm 12. 212
Dr, Stuti Banerjee, President Dilma Rouseff‟s Visit to the United States, 16 June 2015.
Indian Council of Wold Affairs, Hlm 2. 213
Dilma Rouseff‟s U.S Visit: What‟s Next?. Tersedia di
http://www.americasquarterly.org/dilma-rousseffs-us-visit-whats-next tanggal akses 08/04/2018
pukul 23:14
67
SAAB Swedia senilai US$4,5 miliar. Tindakan tersebut merupakan tindakan
Brazil yang tidak biasanya karena dalam perkembangannya Brazil selalu membeli
pesawat terbang dari Amerika Serikat. 214
Tindakan tersebut bertentangan dengan perjanjian yang sudah dibuat oleh
Amerika Serikat dan Brazil dalam bidang pertahanan, yaitu Defense Cooperation
Agreement (DCA) dan General Security of Military Information Ageement
(GSOMIA). Pasca kondisi hubungan Brazil dan Amerika mulai membaik,
program DCA dan GSOMIA mulai dijalankan pada tahun 2015 pasca kunjungan
Dilma ke Washington yang salah satu isinya adalah transfer teknologi dari
Amerika Serikat ke Brazil.215
Dalam perkembangannya Brazil ingin mengembangkan kekuatan
pertahanan dan basis industri dibidang teknologi tinggi. Amerika Serikat
menganggap bahwa kemunduran hubungan bilateral pada 2013, tidak menjadi
alasan untuk tidak bekerjasama kembali dengan Brazil. Hal itu ditandai dengan
upaya United States Southern Command (SOUTHCOM), melakukan kunjungan
ke Brazil pada 2014 dan 2015 untuk mendukung pemilihan kembali Presiden
Dilma Rouseff. 216
Komandan SOUTHCOM dan Menteri Pertahanan Brazil Jaques Wagner
menginginkan untuk perkembangan dalam industri sains dan teknologi. Dalam
perkembangannya Wagner bertemu dengan Duta Besar AS untuk Brazil untuk
214
Peter J Meyer, Brazil: Background and U.S Relations, Hlm 10. 215
Ronald L. Betts, 2015, U.S Brazil Security Cooperation and The State Partnership
Program, Hlm 14. 216
Ronald L. Betts, 2015, U.S Brazil Security Cooperation and The State Partnership
Program, Hlm 14.
68
mensukseskan program DCA dan GSOMIA karena berpotensi membawa dampak
yang baik untuk industri pertahanan Brazil.217
Beberapa isu yang dibahas dalam
program tersebut adalah isu pengembangan cyber defence senilai US$26 miliar
dan pengadaan pesawat tempur senilai US$ 57 miliar. Tidak hanya itu kedua
negara juga menginginkan untuk peningkatkan kerjasama dalam menangani
kejahatan transnasional. 218
Berdasarkan pemaparan di atas bahwa kerjasama bilateral antara Brazil
dan AS menimbulkan suatu dampak yang positif. Meskipun hubungan kedua
negara sempat dalam kondisi yang kurang baik pasca Edward Snowden
mengumumkan bahwa adanya skandal spionase dari NSA untuk Presiden Dilma
Rouseff. Brazil dan Amerika Serikat lebih mementingkan upaya-upaya
perdamaian untuk memperoleh kepentingannya, hal itu dibuktikan dengan
diplomasi yang dilakukan oleh Joe Biden dan Dilma Rouseff. Brazil
menginginkan adanya memperoleh keuntungan bersama dari kerjasama yang
dibuat dengan Brazil.
217
Ronald L. Betts, U.S Brazil Security Cooperation, 15 218
Ronald L. Betts, U.S Brazil Security Cooperation, 16
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa adanya sebuah kepentingan dan kerjasama
dapat meredakan konflik yang terjadi. Presiden Brazil yang sebelumnya
membatalkan kunjungannya karena adanya isu skandal spionase oleh NSA
pada Oktober 2013, akhirnya mengunjungi Amerika Serikat pada Juni 2015.
Adanya kepentingan ekonomi dan politik menjadi dasar adanya kebijakan
Brazil untuk memenuhi undangan Amerika Serikat dengan mengunjungi
Gedung Putih pada Juni 2015.
Menurunnya kondisi ekonomi Brazil serta adanya masalah politik
domestik yang dialami Brazil membuat Brazil merasa perlu untuk memenuhi
kunjungan tersebut. Sejak 2013, kondisi ekonomi Brazil sudah mengalami
penurunan, begitupun politik domestiknya. Nilai pendapatan per kapita atau
GDP yang menurun, meningkatnya nilai inflasi, hingga meningkatnya jumlah
pengangguran membuat masyarakat Brazil melakukan aksi protes dengan
turun ke jalan untuk menuntut turunnya pemerintahan Dilma Rousseff.
Alasan lainnya yaitu adanya isu skandal korupsi yang dilakukan oleh
pemerintahan Dilma Rousseff juga semakin memperparah kondisi domestik
Brazil. Dilma Rousseff dituntut agar segera mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai Presiden.
69
70
Tahun 2014, Brazil mengadakan pemilihan ulang Presiden. Dilma
Rousseff kembali berkampanye agar tetap menjadi Presiden Brazil dengan
menjanjikan segala hal yang dapat mengambil hati rakyatnya agar terpilih
kembali menjadi presiden. Ia berkoalisi dengan beberapa partai lain di Brazil
agar mendapat dukungan tambahan.
Dilma Rousseff akhirnya terpilih kembali sebagai Presiden Brazil. Pada
tahun yang sama, yaitu 2014, BBC melaporkan bahwa Dilma Rousseff telah
menggelapkan uang dari Bank Nasional untuk dana kampanye pada saat
pemilihan ulang presiden. Ia juga terbukti terlibat dalam kasus korupsi
Petrobras.
Ketika kondisi domestik Brazil semakin memburuk, Dilma Rousseff
akhirnya memilih untuk memenuhi undangan Amerika Serikat untuk
mengunjungi Gedung Putih. Undangan tersebut diberikan oleh Wakil Presiden
Amerika Serikat, Joe Biden, untuk Presiden Brazil saat itu, yaitu Dilma
Rousseff. Undangan tersebut sebenarnya berlaku untuk tahun 2016, namun
Dilma Rousseff merasa perlu untuk menormalisasi sesegera mungkin,
sehingga ia memutuskan untuk mengunjungi Amerika Serikat pada Juni 2015.
Kunjungan itu membahas perluasan kerjasama antara Brazil dan Amerika
Serikat di beberapa bidang, khususnya bidang ekonomi dan pertahanan.
Dalam pertemuan itu, Brazil dan Amerika Serikat membahas mengenai
perjanjian kerjasama perdagangan dan investasi, yang menghasilkan
Memorandum of Understanding (MoU). Selain itu, Presiden Brazil dan
71
Amerika Serikat juga menyelenggarakan beberapa dialog seperti Global
Partnership Dialogue, Economic and Finance Dialogue, Strategic Energy
Dialogue, dan Defense Cooperation Dialogue.
Presiden Obama dan Dilma Rousseff juga membahas mengenai
peningkatan kerjasama di bidang pertanian, yang menghasilkan adanya
pengurangan hambatan dalam perdagangan agrikultural. Kunjungan berikut
perundingan-perundingan tersebut merupakan upaya Dilma Rousseff dalam
menyelamatkan negaranya dari kemerosotan ekonomi. Selain itu, Dilma
Rousseff juga mengharapkan adanya dukungan politik Amerika Serikat,
karena saat itu ia dituntut agar segera turun dari jabatannya sebagai presiden.
Upaya yang dilakukan oleh Presiden Dilma Rousseff ternyata tidak terlalu
berpengaruh terhadap kondisi domestik negaranya, terutama dalam sektor
politik. Presiden Dilma Rousseff tetap diturunkan dari jabatannya pada awal
tahun 2016 dan digantikan oleh wakilnya, yaitu Michael Temer.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Online
Augusto, Joao de Casto Neves. 2014. Revelations of U.S. Spying Against Brazil
Have Put Relations Between The two at Arm’s Length Once Again. London
School of Economics, LSE. Tersedia di http://eprints.lse.ac.uk/58480/
Ballard, Barclay. How To View All Edward Snowden’s Leaked NSA Documents. It
Pro Portal News. 13 Maret 2015. Di akses melalui
http://www.itproportal.com/2015/03/13/view-edward-snowdens-leaked-nsa-
documents/
Beauchamp, Zack. 2016. Brazil‟s Petrobras scandal, explained. Tersedia di
http://advancedleadership.harvard.edu/files/ali/files/brazils_petrobras_scand
al_explained_-_vox.pdf.
Boadle, Anthony, Biden “Confident” relations with Brazil can be repaired.
Tanggal berita 17 Juni 2014, 7:29, Reuters. Tersedia di
https://www.reuters.com/article/us-usa-brazil-biden/biden-confident-
relations-with-brazil-can-be-repaired-idUSKBN0ES1BA20140617
Cohen, Roger. “An Odd Hostility in The Americas,” The New York Times, 21
April 2014 diakses melalui
http://www.nytimes.com/2014/04/22/opinion/cohen-an-odd-hostility-in-the-
americas.html?_r=1
Mitra, Aryjo, An Ethical Analysis of the 2014 FIFA World Cup in Brazil, 8
September 2014, tersedia di https://sevenpillarsinstitute.org/ethical-analysis-
of-the-2014-fifa-world-cup-brazil/
Murse, Tom. 2016. What is the National Security Agency? Learn About the
Intelligence Agency. Diakses melalui https://www.thoughtco.com/what-is-
the-nsa-3367703
Northam, Jackie. Brazil Tries To Rebuild Relations With U.S After NSA Spying
Scandal. National Public Radio
https://www.npr.org/2015/06/30/418776095/brazil-s-president-in-
washington-to-patch-up-relationship-with-obama.
Philips, Tom. Dilma Rouseff wins Brazil Presidential Election, The Guardian 1
November 2010. Tersedia di
xiii
https://www.theguardian.com/world/2010/nov/01/dilma-rousseff-wins-
brazil-president diakses pada 24/01/2018
Profile: Edward Snowden”. BBC News. 16 Desember 2013. Di akses melalui
http://www.bbc.com/news/world-us-canada-22837100
Robert, Dan., “Brazilian President’s visit to U.S. will not include apology from
Obama for spying,” The Guardian, 30 Juni 2015, 18:33 BST (tersedia di
https://www.theguardian.com/world/2015/jun/30/brazil-dilma-rousseff-
obama-nsa-spying-apology.
Rouse, Margaret. National Security Agency (NSA). Diakses melalui
http://searchsecurity.techtarget.com/definition/National-Security-Agency
Romero, Simon, Brazil‟s Leader Postpones States Visit to Washingon Offer
Spying, 17 September 2013, New York Times, tersedia di
http://www.nytimes.com/2013/09/18/world/americas/brazils-leader-
postpones-state-visit-to-us.html
The Editors of Encyclopedia Britannica. 2014. National Security Agency (NSA)
United States Agency. Diakses melalui
https://www.britannica.com/topic/National-Security-Agency
U.S Brazil Bilateral Agreements. Tersedia di
https://www.brazilcouncil.org/resources/u-s-brazil-bilateral-agreements/
Vatu, Gabriella. Brazil‟s President: NSA Spying on Petrobras is Industrial
Espionage. 10 September 2013, 14:11 GMT. Diakses melalui
http://news.softpedia.com/news/Brazil-s-President-NSA-Spying-on-
Petrobras-Is-Industrial-Espionage-381867.shtml
Watts, Jonathan. “NSA Accused of Spying on Brazilian Oil Company Petrobras,”
The Guardian, 9 September 2013 diakses melalui
https://www.theguardian.com/world/2013/sep/09/nsa-spying-brazil-oil-
petrobras
Jurnal
Baheri, Zahra dan Ali Shojaei Fard. 2015. Status of Espionage From The
Perspective of International Laws With Emphasis on Countries’ Diplomatic
and Consular Relations. Journal of Scientific Research and Development.
xiv
Balan Manuel. 2014. Surviving Corruption in Brazil: Lula‟a and Dilma Success
Despite Corruption Allegations, and its Consequences (67-93). Journal of
Politics in Latin America.
Crane, Andrew . 2003. In The Company of Spies: The Ethics of Industrial
Espionage. International Centre for Corporate Social Responsibility.
Nottingham University Business School, United Kingdom. Tersedia di
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.127.7646&rep=re
p1&type=pdf.
Deeks, Ashley. 2015. An International Legal Framework for Surveillance 292-
367. Virginia Journal of International Law [Vol. 55:2]. Tersedia di
https://www.ilsa.org/jessup/jessup16/Batch%202/DeeksLegalFramework.pd
f
Figueiredo Fernanda Odilla de. 2016. Inside the Car Wash: The Narrative of a
Corruption Scandal in Brazil. Brazil Institute, King‟s College London.
Filho, Alfredo Saad. 2013. Mass Protest under „Left Neoliberalism‟: Brazil, June-
July (657-669), SAGE Publisher.
Frechette, Myles and Frank Samolis. 2012. A Tentative Embrace: Brazil‟s
Foreign and Trade Relations with The United States. Politica Externa:
Brazil. Tersedia di
https://www2.gwu.edu/~clai/working_papers/Frechette_03_2012.pdf
Hakim, Peter. 2014. The Future of US-Brazil Relations: Confrontation,
Cooperation or Detachment?. The Royal Institute of International Affairs.
Tersedia di https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/1468-
2346.12162
Kehl, Danielle & et all. 2014. Surveillance Costs: The NSA’s Impact on the
Economy, Internet freedom, and Cybersecurity. New America‟s Open
Technology Institute: Policy Paper.
Lisbet. 2013. Sikap Indonesia Terhadap Isu Penyadapan Amerika Serikat dan
Australia Vol 5 No 21. Pusat Pengkajian, Pengelolaan Data dan Informasi
(P3DI). Tersedia di
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-21-I-
P3DI-November-2013-69.pdf.
Noriega, Roger F. dan Felipe Trigos. 2015. Can Brazil Overcome Economic
Malaise and Scandal?. American Enterprise Institute.
xv
Pecequilo, Christina Soreanu. 2014. The Brazil-United States Bilateral Relations
in The Dilma Rousseff Administration, 2011-2014. Austral: Brazilian
Journal of Strategy & International Relations.
Purdy, Sean. 2017. Brazil‟ June Days of 2013 Mass Protest, Class and the Left,
Latin American Perspectives.
Rose, Colonel James K.. 2011. BRIC in The Backyard: Brazil’s Economic Rise
and What it Means for The United States. Issue Paper Volume 14-11 Center
for Strategic Leadership, U.S. Army War College: Center for Strategic
Leadership.
Sennes, Ricardo. 2015. US-Brazil Relations:A New Beginning? How to
Strengthen the Bilateral Agenda,” Atlantic Council: Adrienne Arsht Latin
America Center. Tersedia di http://publications.atlanticcouncil.org/usbrazil//
Serrano, Franklin dan Ricardo Summa. Aggregate Demands and the Slowdown of
Brazilian Economic Growth from 2011-2014. 2015. Center for Economic
and Policy Research.
Buku
Buchan, Russel . 2016. The International Legal Regulation of State-Sponsored
Cyber Espionage 65-86 (Chapter 4). NATO CCD COE Publication,
Tallinn.
Burchill, Scott. 2005. The National Interest in International Relations Theory.
Palgrave Maxmillan.
Carlsnaes, Walter . 2008. “Actors, Structures, and Foreign Policy Analysis.”
Oxford University Press.
Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research, 4th
Edition. Pearson.
Greenwald, Glenn. 2014. No Place To Hide. Penguin Books: England.
Hirst, Monica. 2013. Understanding Brazil-United States relations: contemporary
history, current complexities and prospects for the 21st century. Brasilia :
FUNAG. Tersedia di http://funag.gov.br/loja/download/1043-
Understanding_Brazil_-_United_States_relations.
Juwandono. 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta. Rajawali Press
xvi
Keohane, O Robert. 1984. After Hegemony and Discord in The World Political
Economy. Princeton, New Jersey: Princeton University Press.
Keohane, O Robert and Joseph Nye. 1989. Power and Interdependence : World
Politics in Transitions. 2nd Edition.Boston ; Little, Brown.
Krisna, Didi. 1993. Kamus Politik Internasional. Jakarta. Grasindo.
Perwita, Anak Agung Banyu, Yanyan Mochamad Yani. 2007. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Jakarta: Rosda.
Stein, A Arthur . 2008. Neoliberal Institusionalism dalam Oxford Handbook on
International Relations 201-221. New York: Oxford University Press.
Tersedia di www.grandstrategy.net/Articles-pdf/11-Smit-Snidal-c11.pdf
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Susanti, Emy Hendrarsono. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. PT Kencana
Laporan Resmi
Davies, Simon. 2014. A crisis of accountability: A Global Analysis of the Impact
of the Snowden Revelations. The Privacy Surgeon. Tersedia di
http://www.privacysurgeon.org/blog/wp-content/uploads/2014/06/Snowden-
final-report-for-publication.pdf.
Department of State United States of America. Office of The Historian: “Visits By
Foreign Leaders of Brazil.” Diakses melalui
https://history.state.gov/departmenthistory/visits/brazil
Documents Signed on the occasion of the visit of President Dilma Rouseff to the
United States of America-Washington, 9 April 2012. Tersedia di
http://www.itamaraty.gov.br/en/press-releases/8987-documents-signed-on-
the-occasion-of-the-visit-of-president-dilma-rousseff-to-the-united-states-
of-america-washington-april-9-2012 diakses pada 27/02/2018 pukul 19:25
Joint Statement By Presiden Obama and President Rouseff. 09 April 2012. The
White House Office of Press Secretary. Diases melalui
https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2012/04/09/joint-
statement-president-obama-and-president-rousseff
xvii
Joint Statement In Preparation for the visit of U.S Vice President Joe Biden to
Brazil in June 2014. Tersedia di https://www.brazilcouncil.org/wp-
content/uploads/2015/10/Joint-Statement-English-Version-FINAL_0.pdf
Meyer. J Peter 2012. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service.
https://digital.library.unt.edu/ark:/67531/metadc86652/m1/1/high_res_d/RL
33456_2012Mar07.pdf
Meyer, J Peter. 2013. Brazil-U.S. Relations. Congressional Research Service.
diakses melalui https://www.hsdl.org/?view&did=733098
Meyer, Peter J. 2014. Brazil: Political and Economic Situation and U.S.
Relations. Congressional Research Service. Tersedia di
https://fas.org/sgp/crs/row/RL33456.pdf
Office of The United States Trade Representative, Executive office of The
President. Diakses melaui https://ustr.gov/countries-regions/americas/brazil
Office of The Historian, Bureau of Public Affairs. A Guide to The United States’
History of Recognition, Diplomatic, and Consular Relations, by Country,
since 1776: Brazil. Diakses melalui https://history.state.gov/countries/brazil
Preliminary Overview of the Economies of Latin America and the Caribbean.
2015. Economic Commission for Latin America and Caribbean (ECLAC).
Seelke, Claare Ribando dan Alessandra Durand. 2008. Brazil-US Relations. CRS
Report for Congress.
The White House Office of The Press Secretary. 30 Juni 2015. Joint Communique
By President Barack Obama and President Dilma Rousseff. Diakses melalui
https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2015/06/30/joint-
communique-president-barack-obama-and-president-dilma-rousseff.
U.S. Relations with Brazil: Bureau of Western Hemisphere Affairs: Fact Sheet,
January 27, 2017. U.S.Department of State Diplomacy in Action. Di akses
melalui https://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/35640.htm
U.S.-Brazil Bilateral Agreement. Brazil-U.S. Business Council. Diakses melalui
https://www.brazilcouncil.org/resources/u-s-brazil-bilateral-agreements/
Wawancara
Narasumber: Cristina Soreanu Pecequilo, Professor of International Relations at
the Federal University of Sao Paulo (UNIFESP)
1. Dilma Rousseff decide to visit United States in 2015 after cancelling her visit
to Washington in 2013. As we know, in 2013 United States (NSA) had committed
a serious espionage scandal over Brazillian government and Petrobras (Oil
Company). How do you think economic and political motives drives Brazil to still
visit United States in 2015?
After the NSA crisis in 2013, there was a slow process of rapprochment with the
US in 2014, that reached a relative sucess with the visit of US Vice-President Joe
Biden in July 2014 during the World Cup. Mainly, Dilma´s concern in
reestablishing good relations with the US came due to the internal crisis and the
policital pressures that were affecting the government and the slowdown of the
economy. So, the bialteral visit in 2015 was trying to show that Dilma had not lost
political initiative although pressed internally and that she was still able to perfom
economic talks with Brazil major partners. The government tried to present the
visit as sucess for domestic groups, but its results were relatively poor (the main
gain thar was the opening of US market to Brazilian meat was relevant, but did
not promoted a significant growth in Brazil exports to the US), and were
ineffective in the attempt ot support Dilma politically.
2. In the period of 2013 until 2015, how do Brazil and United States manage their
relations?
The year of the crisis, 2013, was a period of distant relations in the second
semester, that represented a slowdown in the relations.Almost a year later, in July
2014, high profile talks were resumed, and led to the visit in 2015. One can see
the period as one of stagnation mostly.
3. In what extend do you think Brazil's economy depend on United States?
Nowadays, Brazilian economy is less dependent on the US than a decade ago.
Since 2008, China had become Brazil´s main individual trade partner, so Brazil is
much more dependent on China nowadays on exports and investments than on the
US. Nevertheless, the US still has a significant role in these areas, as the second
partner, and mostly a political influence on the Brazilian model of development,
in particular after the impeachment of the President (and Brazil´s abdondonment
of a more autonomous project).
4. It seems to me that Brazil's economic interest which enable the two countries
easily normalize their relations in 2015, how do you think about that?
The economic agenda is one of the main issues that led to the rapprochment, but it
is not the only reason. The government was also trying to appease some domestic
groups that were strongly opposed to the government and its policies. 2015 was
the year that accelerated the process of Dilma´s impeachment, leading to her
ousting in 2016. Therefore, she was trying to make use of US support and
economic stimulus as one factor to remain in power. The strategy failed
nonetheless, because the opposition groups were really focused on ending her
government in spite any measures that she would take.