46
TANAMAN PANGAN, TANAMAN SAYURAN DAN TANAMAN BUAH MAKALAH untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Ekonomi yang dibina oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd. dan Sitoresmi Prabaningtyas, S.si., M.si Oleh Kelompok 1 : Annisa Marifatul Jannah (130342615345) Nindya Ulfa Wardani (130342603493) Saekur Mutaslimah (130342615348) Zakiyatul Miskiyah (130342615320)

Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah nutrisi lingkungan hidup jamur

Citation preview

Page 1: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

TANAMAN PANGAN, TANAMAN SAYURAN DAN TANAMAN BUAH

MAKALAHuntuk memenuhi tugas matakuliah Botani Ekonomi

yang dibina oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd. dan Sitoresmi Prabaningtyas, S.si., M.si

Oleh Kelompok 1 :

Annisa Marifatul Jannah (130342615345)Nindya Ulfa Wardani (130342603493)Saekur Mutaslimah (130342615348)

Zakiyatul Miskiyah (130342615320)

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGIAgustus 2015

Page 2: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur
Page 3: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kehidupan makhluk hidup sangat tergantung pada keadaan sekitar, terlebih

mikroorganisme dan jamur. Jamur hidup secara heterotrof dengan jalan

menguraikan sampah organic ( saprofit ), ada juga yang “mengambil” senyawa

organic dari tubuh mahkluk hidup lainnya (parasit ), ataupun hidup bersama

dengan organisme lain ( simbiosis ). Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat

menyusun atau mensintesis makanan sendiri. Jamur tidak memiliki klorofi l,

sehinggatidak bisa berfotosintesis. Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari

organisme lain atau dari materi organik yang sudah mati. Untuk memenuhi

kebutuhan makanannya, jamur dapat hidup secara saprofi t, parasit, dan simbiotik.

Oleh karena itu, jamur mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekelilingnya. Perubahan faktor lingkungan terhadap pertumbuhan jamur dapat

mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini

dikarenakan, mikroba menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, dan

untuk menunjang pertumbuhan optimumnya. Salah satu faktor lingkungan yang

yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur yaitu faktor suhu, temperatur dan

faktor kimia.

Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar untuk

memperoleh nutrisi, demikian juga jamur. Satu-satunya jalan untuk

menyelamatkan diri dari faktor lingkungan adalah dengan cara menyesuaikan diri

(adaptasi) kepada pengaruh faktor dari luar. Penyesuaian organisme terhadap

faktor lingkungan dapat terjadi secara cepat dan ada yang bersifat sementara,

tetapi ada juga perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk

morfologi serta sifat-sifat fisiologik secara turun menurun. Berdasarkan hal

tersebut, untuk menambah pengetahuan serta wawasan mengenai nutrisi dan

lingkungan hidup jamur maka dilakukanlah penulisan makalah ini.

Page 4: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka hal-hal yang dapat dijadikan rumusan

masalah yaitu:

1. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pembentukan spora jamur?

2. Bagaimanakah mekanisme penyebaran spora jamur?

3. Apa saja nutrisi ang diperlukan jamur?

4. Bagaimanakah mekanisme pencernaan nutrisi jamur?

5. Bagaimanakah lingkungan hidup yang dibutuhkan oleh jamur?

I.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujan dari penulisan makalah

adalah sebagai berikut.

1. Menjelaskan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pembentukan

spora jamur.

2. Menjelaskan mekanisme penyebaran spora jamur.

3. Menjelakan nutrisi ang diperlukan jamur.

4. Menjelaskan mekanisme pencernaan nutrisi jamur.

5. Menjelaskan lingkungan hidup yang dibutuhkan oleh jamur.

Page 5: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Jamur dan Faktor yang mempengaruhi pembentukan Jamur

Perkataan “fungi” (tunggal : fungus) diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi “jamur”. Sedangkan yang dimaksud dengan “cendawan”

(toadstool; mushroom) adalah jamur yang tergolong kepada suku “Agaricaceae”

saja (Rifai, 1979 dalam Mardinus, 2006). Jamur adalah organisme yang relatif

kecil, biasanya mikroskopik, umumnya berbentuk filamen tabung, eukariotik,

heterotrofik dan umumnya berproduksi dengan spora. Jamur bersifat heterotrofik

karena jamur mengonsumsi bahan organik dan tidak memiliki zat hijau daun.

Jamur dapat hidup secara parasit, saprofit dan simbion. Parasit yaitu

menyerap nutrisi dari inang yang ditumpanginya. Saprofit adalah jamur yang

dapat hidup pada bahan organik yang mati.

Jamur mudah dikenali apabila telah membentuk alat

perkembangbiakannya yaitu spora. Semangun (1996) menyatakan jamur adalah

organisme yang sel-selnya berinti sejati (eukaryotic), biasanya berbentuk benang,

bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa,

atau keduanya. Jamur adalah organisme heterotrof, absortif, dan membentuk

beberapa macam spora. Heterotrofik yaitu organisme yang memerlukan senyawa

organik baik dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan dan

ada pula yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup. Jamur yang

hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati dinamakan saprofit,

sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup

dinamakan parasit (Mardinus, 2006).

Pada umumnya, jamur memiliki 3 karakteristik utama, yaitu (1) eukariotik, (2)

menggunakan spora sebagai alat perkembangbiakannya, dan (3) heterotrof.

Sebagai tambahan, jamur membutuhkan tempat yang lembab dan hangat agar

dapat tumbuh. Oleh karena itu, jamur banyak ditemukan di makanan yang

lembab, di dasar kulit batang pohon, di dasar lantai hutan, serta di lantai kamar

mandi yang lembab. Oleh karena bersifat heterotrof, secara ekologi jamur sangat

Page 6: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

penting karena berperan sebagai pengurai dan ikut andil dalam daur nutrisi yang

ada di tanah (Subahari, 2008).

Peltzar dan Chan (2005) menjelaskan bahwa fungi atau cendawan merupakan

organisme heterotrofik dimana mereka memerlukan senyawa organik untuk

nutrisinya. Ada yang hidup sebagai saprofit yaitu menghancurkan sisa-sisa

tumbuhan dan hewan yang kompleks, kemudian menguraikannya menjadi zat

kimia yang sederhana, dan kemudian mengembalikannya ke dalam tanah, dan

selanjutnya meningkatkan kesuburannya, jadi sangat menguntungkan bagi

manusia.

Menurut Darnetty (2005) dalam Mardinus (2006) menyatakan definisi jamur

yang lebih mendekati kebenarannya adalah organisme eukaryotik (mempunyai

inti sejati), tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora struktur somatik atau

talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filamen atau benang-

benang bercabang (multiseluler), berkembang biak secara aseksual dan seksual,

dan dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa ataun keduanya.

Mardinus (2006) menyatakan sebagian besar jamur berkembang biak dengan

spora. Spora adalah tubuh reproduksi atau pembiakan yang terspesialisasi terdiri

atas satu atau beberapa bagian sel. Spora mungkin dibentuk secara aseksual

(melalui produksi dengan pemisahan miselium, sel yang terspesialisasi, spora

tanpa melibatkan kariogami dan meiosis) atau sebagai hasil proses seksual.

Jamur berkembang biak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam

spora. Yudianto (1992) menyatakan bahwa perkembangbiakan vegetatif jamur

dapat berlangsung dengan cara fragmentasi, membelah diri, bertunas, spora

kembara, dan konidiospora. Sedangkan secara generatif, yaitu melalui perkawinan

yang dilakukan oleh dua jenis hifa yang berbeda, yang menghasilkan peleburan

dua gamet/sel. Umumnya jamur tidak memiliki alat yang menghasilkan sehingga

hifa yang dapat kawin, sehingga hifa yang dapat kawin disebut hifa positif (+) dan

hifa negatif (-). Dalam pengelompokan kelas jamur, perlu diperhatikan adalah

bentuk fase vegetatifnya, ada tidaknya sekat pada hifanyaa, mengalami ada

tidaknya perkembangan generatif dan tipe-tipe tubuh buahnya.

Spora fungi mempunyai berbagai bentuk dan ukuranm dan dapat dihasilkan

secara seksual atau secara aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme

Page 7: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

uniseluler, akan tetapi ada juga spora yang multiseluler. Spora yang dihasilkan di

dalam, atau dari struktur hifa yang terspesialisasi. Ketika kondisi lingkungan

memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon dirinya dengan

menghasilkan banyak spora secara aseksual. Spora-spora ini dapat terbawa angin,

dan berkecambah jika menemukan tempat permukaan yang sesuai (Campbell, et

al., 2003).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan spora jamur

Pada umumnya pembentukan spora jamur dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan

substrat, kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa-

senyawa kimia dilingkungannya (Ganjar, 2006).

a. Nutrisi dalam substrat

Pertumbuhan Jamur sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien

dalam medium dan kondisi fisik. Laju pertumbuhan dan frekuensi pembelahan

tergantung pada spesies dan kondisi lingkungan sekitar tempat jamur tumbuh dan

berkemang. Tidak semua media mampu di jadikan seagai tempat berkembang iak

jamur. Keberadaan nutrisi yang terpenuhi dalam substrat sangat menentukan

keberadaan jamur untuk proses pembentukan spora. Substrat merupakan sumber

nutrien utama bagi fungi/Jamur. Untuk menumbuhkan dan mengembang biakan

mikroba diperlukan suatu substrat yang disebut media. Media dapat dibuat dari

bahan alam seperti toge, kentang, wortel, daging, telur, susu ataupun dari bahan

buatan yaitu senyawaan kimia organik atau anorganik. Nutrien-nutrien baru dapat

dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraseluler yang dapat

mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-

senyawa yang lebih sederhana. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai

komposisi subtrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien

dalam substrat tersebut. Berbagai macam faktor mampu mempengarui

pertumbuan jamur.

Perbedaan konsenrasi nutrisi pada sebuah medium mempengaruhi proses

pembentukan spora jamur untuk bereproduksi (Klebs,1900). Sebagian besar

Page 8: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

kelompok jamur mampu bekerja optimum untuk pementukan spora ketika asupan

makanan dan nutrisinya terpenui. Namun, klebs menemukan bahwa pembiakan

dari Saprolengia Mixta mampu memproduksi spora dalam beberapa ari meskipun

asupan makanan tidak mencukupi.

Salah satu komponen utama dalam medium yang sangat penting

adalah sumber nitrogen, yang digunakan oleh bakteri untuk sintesis protein, asam

amino, purin, pirimidin, DNA dan RNA . Nitrogen berperan dalam

pembentukan biomassa sel pada fase pertumbuhan dan pembentukan

metabolit sekunder khususnya antibiotik golongan peptide.

Sumber nitrogen juga berpengaruh terhadap sporulasi dan hasil metabolit

primer atau sekunder dari suatu bakteri. Beberapa asam amino seperti asam

aspartat, asam glutamat, alanin serta ion Mg 2+ ,Mn 2+ ,Zn 2+ dan Ca 2+

dalam konsentrasi yang cukup dapat memacu pertumbuhan

Sumber nitrogen mampu mempengarui pembentukan spora seperti yang di

alami oleh Pyllosticta Solitaria. Keberadaan nitrogen ini di utukan oleh jamur

sebagai asupan nutrisi untuk pembentukan spora. Kebanyakan nitrogen nitrat yang

di gunakan untuk proses pembentukan spora pada jamur. Beberapa tipe jamur

menggunakan senyawa nitrogen anorganik dan yang lain membutuhkan nitrogen

dalam bentuk senyawa nitrogen organik.

Karbon juga merupakan salah satu faktor yang di butukan untuk

pembentukan spora. Pada beberapa kelompok jamur mampu berkembang dengan

baik dengan tersedianya karbon, namun ada pula beberapa kelompok jamur yang

tidak mampu mengasilkan perumbuan yang maksimal dengan ketersediaanya

karbon. Adapun kelompok jamur yang biasanya mampu melakukan pembentukan

spora dengan baik adala aspergillus nigre.

b. Kemampuan sporulasi

Keidupan dari fungi biasanya memiliki waktu hidup yang pendek. Fungi

secara berkelanjutan mampu melakukan reproduksi secara seksual maupun

Page 9: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

aseksual. Sporulasi adalah suatu respon terhadap penurunan kadar nutrisi

dalam medium khususnya sumber karbon dan nitrogen.

Kemampuan sporulasi jamur sangat tergantung terhadap kondisi

lingkungan. Adapun yang menjadi patokan dalam kemampuan jamur untuk

melakukan pembentukan spora adala suhu, nutrisi, cahaya, Aerasi, dan

ketersediaan air.

Jamur mampu melakukan sporulasi ketika suhu di sekitar lingkungan

hidupnya terpenuhi. Beberapa jamur mampu hidup di suhu tinggi meskipun

terbatas. Seperti podaxis, battarrea, dan phellorina. Klebs (1900) membagi

rentangan suhu yang mampu di gunakan jamur untuk tumbuh optimum dalam

proses sporulasi.

Tabel 2.1 Tempratur minimal dan maksimal untuk pertumbuhan dan sporulasi

berbagai macam fungi (Klebs, 1900).

Jamur Pertumbuhan Spora aseksual Spora seksual

Min. Max. Min. Max. Min. Max.

Aspergillus r -8 37-38 8-9 35-36 --- 33-34

Sporidinia g 1-2 31-32 5-6? 29-30 5-6 27-28

Pilobolus

microsprus

2-4 33-34 10-12 28-30 --- ---

Saprolegnia

mixta

0-1 36-37 1-2 31-33 1-2 26-27

Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi

dapat dikelompokkan sebagai fungi psikrofil, mesofil, dan termofil. Secara umum

pertumbuhan untuk kebanyakan fungi adalah sekitar 25 – 30 0C. Beberapa jenis

fungi bersifat psikrotrofik yakni dapat tumbuh baik pada suhu lemari es dan ada

fungi yang masih bisa tumbuh secara lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan,

misalnya -5 0C sampai -10 0C. Selain itu, ada jamur yang bersifat termofilik yakni

mampu tumbuh pada suhu tinggi.km Mengetahui kisaran suhu pertumbuhan

suatu fungi adalah sangat penting, terutama bila isolat-isolat tertentu atau

termotoleran dapat memberikan produk yang optimal meskipun terjadi

peningkatan suhu, karena metabolisme funginya.

Page 10: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

Suhu memiliki peran penting dalam proses pertumbuhan maupun

pembentukan metabolit. Peningkatan suhu 10˚C pada saat pertumbuhan

dapat meningkatkan kecepatan tumbuh dua kali lipat. Peningkatan suhu diatas

optimum dapat mengakibatkan penurunan dan kematian sel. Suhu juga

berpengaruh terhadap proses produksi. Suhu yang tinggi dapat membatasi

suatu produksi karena dapat mengakibatkan pemutusan ikatan ion dan

hidrogen pada struktur stabil enzim yang berakibat terjadinya denaturasi

c. Cahaya

Spektrum cahaya dengan panjang gelombang 380-720 nm relatif

berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, juga berpengaruh terhadap

sporulasi Pengaruh cahaya terhadap reproduksi jamur cukup kompleks.

Tingkat perkembangan yang berbeda membutuhkan sinar yang berbeda.

Intensitas, durasi, kualitas cahaya menentukan besarnya pengaruh cahaya

terhadap jamur. Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor

penghambat terhadap pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora

pada jamur. Walaupun proses reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase

tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda

di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya. Contoh

spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan terbentuk dalam kondisi

gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya. Cahaya

hanya diperlukan untuk pembentukan pileus dari spesies Basidiomycetes

Lentinus tuber-regium . Menurut Landecker (1982) jamur dapat dibagi

menjadi 5 (lima) kelompok didasarkan atas respon terhadap cahaya, yaitu : (1)

kelompok yang nyata tidak terpengaruh oleh cahaya; (2) kelompok yang

sporulasinya mengalami penurunan atau terhalang oleh paparan cahaya; (3)

kelompok yang memerlukan cahaya secara bergantian antara terang dan gelap

untuk proses sporulasi; (4) kelompok yang dapat memproduksi spora fertil

pada kondisi tanpa sinar tapi sporulasinya akan aktif pada kondisi banyak

sinar; (5) kelompok yang memerlukan sinar yang cukup untuk memproduksi

struktur reproduktif dan spora-spora.

d. Pengaruh CO2

Page 11: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

Pengaruh CO2 terhadap penyebaran spora fungi memiliki andil yang

cukup penting. Karbon dioksida digunakan fungi untuk respirasi dan

metabolisme tubuhnya. Kebanyakan (dan barangkali semua) organisme yang

bergantung pada sumber-sumber karbon organik memerlukan CO2 pula

sebagai zat gizi dalam jumlah yang sangat kecil, karena senyawa ini

digunakan dalam beberapa reaksi biosentitik. Akan tetapi, karena CO2

biasanya dihasilkan dalam jumlah banyak oleh organisme yang menggunakan

senyawa organik, persyaratan biosintetik dapat terpenuhi melalui

metabolisme sumber karbon organik dan energi. Sekalipun demikian,

peniadaan CO2 sama sekali sering kali menangguhkan atau menghambat

pertumbuhan mikroorganisme pada media organik, dan beberapa bakteri dan

cendawan memerlukan konsentrasi CO2 yang relatif tinggi di dalam atmosfer

(5-10 %) untuk pertumbuhan yang memadai dalam media organik.

e. Kelembaban

Pada umumnya jamur tingkat rendah memerlukan kelembaban nisbi

90%,dan dari jenis hyphomycetes dapat hidup pada kelembaban yang lebih rendah

yaitu 80 %. Pada fungi xerotilik dapat hidup pada kelembaban pada 70%,

misalnya Wallenia sedi, Aspergillus, Glaucus, A. flafus. pertumbuhan jamur dapat

berlangsung dengan kelembaban minimal 70%, walaupun beberapa jamur dapat

tumbuh dengan sangat lambat pada kelembaban

Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi

tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan

kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium,

banyak Hyphomycetes lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang lebih

rendah, yaitu 80%. Dengan mengetahui sifat-sifat fungi ini penyimpanan bahan

pangan dan materi lainnya dapat mencegah kerusakannya.

2.2 Penyebaran spora jamur

Pertumbuhan dan reproduksi

Sifat umum jamur :

Page 12: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

1. Parasit obligat meruapkan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada

inangnya sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup misalnya:

khamir yang menginfaksi paru-paru pada penderiata AIDS.

2. Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan

inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang

yang sesuai.

3. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik

yang mati. Jamur saprofit menyerap makanan dari organisme yang talah

mati seperti kayu tumbang dan buah yang jatuh. Sebagian besar jamur

saprofit mengeluarkan enzim hidrosale pada substrat makanan untuk

mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana

sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu hifa juga langsung

menyerap bahan-bahan organik dalam bentuk sederhana yang

dikeluarkan oleh inangnya.

Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual

(vegetaatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-

beda bentuk dan ukurannya,biasanya uniseluler tetapi ada pula yang multiseluler.

Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi

sejumlah besar spora aseksual. Spora di aseksual dapat terbawa air atau angin.

Bila mendapatkan tempat yang cocok maka spora akan berkecambah dan tumbuh

menjadi jamur dewasa. Pelepasan atau pembebasan spora dari struktur

reproduktifnya dapat melalui, pelepasan spora karena tekanan internal, motilitass

seperti pada zoospora aquatic (Phycomycetes), dan pengaruh eksternal dari

lingkungan. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gemetangium

dan konjugasi. Kontak gemetangium mengakibatkan terjadinya singami yaitu

persatuan sel dari dua individu.

Macam - macam spora aseksual adalah sebagai berikut :

1. Konidiospora atau konidium; dibentuk di ujung atau di sisi suatu hifa.

Page 13: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

2. Sporangiospora, spora bersel satu yang terbentuk di dalam sporangium di

ujung sporangiosfor. Sporangiospora dibagi menjadi dua yaitu aplanospora

dan zoospora.

Aplanospora adalah sporagiospora yang tidak bergerak

zoospora adalah sporangiospora yang bergerak dengan

menggunakan flagel

3. Oidium atau artospora, spora bersel satu yang terbentuk karena terputusnya

sel – sel hifa.

4. Klamidospora, spora bersel satu yang berdinding tebal terbentuk dari sel –

sel hifa somatidan sangat rentan terhadap kondisi lingkungan yang buruk.

5. Blastospora atau hifa vegetatif, yaitu tunas atau kuncup pada sel – sel

khamir.

Gambar 1. Macam-macam spora aseksual jamur

Spora seksual dihasilkan dari peleburan dua inti, jarang terbentuk dan

dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Macam –

macam spora aseksual adalah sebagai berikut :

1. Asksospora, spora bersel satu yang terbentuk di dalam askus,

umumnya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.

2. Basidiospora, spora bersel satu yang terdapat di atas basidium

Page 14: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

3. Oospora; spora yang terbentuk di dalam struktur sel betina khusus

(oogonium). Dalam setiap oogonium terdapat satu atau beberapa

oosfer. Oosfer adalah pembuahan sel telur oleh gamet jangan yang

menghasilkan oospora.

4. Zyggospora, merupakan spora besar berdinding tebal, terbentuk

dari ujung-ujung dua hifa yang serasi dinamakangametangia

Gambar 2. Macam-macam spora seksual jamur

Penyebaran spora jamur :

Banyak jamur tidak mempunyai metode spesial untuk pembebasan spora.

Pembebasan spora terdiri atas faktor fisik dan biologis Penyebaran spora jamur

dapat melalui agensi-agensi seperti angin,air,burung, serangga,hewan lain,dan

manusia. Jamur disebarkan dalam bentuk spora. Penyebaran spora pada hampir

semua jamur berlangsung secara pasif. Angin merupakan agensia penyebaran

spora yang paling penting dari sebagian jamur serta angin dapat membawa spora

dengan jarak yang jauh. Spora pada sorus akan dilepaskan oleh angin menuju

tanaman inang. Banyak moniliales yang memproduksi conidia kering bergantung

pada angin untuk melepaskan conidia pada conidiophores.

Penyebaran zoospora dari fungi aquatic yang menggunakan flagel atau

penyebarannya lebih luas melaui air. Zoospora yang motil merupakan jamur

parasait, contohnya adalah Phytophthora infestans. Insekta merupakan agen

Page 15: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

penting lainnya dalam penyebaran spora jamur. Insekta tertarik pada spora jamr

keran bau, warna, dan makanan pada spora atau insekta mungkin spora terbawa

dengan cara menempel pada bagian eksternal dari badan insekta. Contoh jamur

yang sporanya disebarkan oleh insekta adalah, Claviseps purpurea yang

menghasilkan cairan manis, dan memancarkan bau yang menarik perhatian

insekta.jamur stinkhorn memproduksi spora yang memiliki bau busuk yang sering

dihinggapi oleh lalat. Ceratostomella spp memproduksi spora dengan cairan

lengket sehingga dapat menempel pada kumbang kayu, kumbang tersebut

merupakan agen utama penyebaran spora. Hubungan simbiotik antara spesies

Septobasidium dan serangga dengan skala adapatasi tinggi untuk penyebaran

spora. Ada pula fungi yang membentuk lapisan pada tubuh insekta, beberapa

spora tersebut parasit dan lainnya tidak. Serangga betina yang tidak terinfeksi oleh

jamur dapat menhasilkan keturunan, banyak jamur yang berada permukaan

bersporulasi pada saat sporulasi sehingga serangga muda menjadi terinfeksi.

Serangga muda yang terinfeksi juga bertanggung jawab untuk penyebaran jamur.

Penyebaran spora yang unik terjadi pada tuberales, yang tubuh buahnya

seluruhnya berada di bawah tanah. Tidak ada cara untuk membawa spora ke udara

untuk penyebaran. Tubuh buah ini, yang mengeluarkan bau, yang digali dan

dimakan oleh tikus. Dalam proses ini, potongan buah dan spora yang jatuh dengan

terjadi penyebaran.

2.3 Nutrisi dan lingkungan hidup jamur

Berdasarkan sumber nutrisi yang diserapnya, jamur diklasifikasikan

menjadi 2 kategori yaitu saprofit dan parasit. Saprofit tumbuh pada bahan organik

mati. Dan parasit hidup pada zat hidup untuk mendapatkan makanan dari

inangnya. Kehadiran parasit dapat mengakibatkan kondisi abnormal pada

inangnya yang disebut penyakit (Vasishta & Sinha,2007).

Jamur mengadakan kontak langsung dengan lingkungan yang

mengandung nutrisi. Molekul yang lebih sederhana (seperti gula sederhana dan

asam amino) berupa lapisan tipis pada hypa dapat langsung diserap. Polimer yang

lebih kompleks seperti selulosa, pati dan protein harus diproses lebih dahulu

sebelum digunakan.

Page 16: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

Molekul yang terlalu besar untuk dapat diserap akan dihancurkan oleh

enzim ekstraseluler. Sebagian besar nutrisi memasuki sel fungi dengan sistem

transport khusus. Banyak faktor seperti pH, temperatur, mineral yang dapat

mempengaruhi penyerapan nutrisi (Moore, 1982).

Mekanisme jamur mendegredasi lignin hanya sedikit diketahui.

Kemungkinan enzim ekstraseluler diproduksi oleh jamur yang mengoksidasi

cincin aromatic dan rantai alifatik untuk menghasilkan produk dengan berat

molekul rendah. Menurut Sopko (1967) dalam Garraway and Evans (1984)

mencatat bahwa sejumlah enzim pendegredasi lignin dihasilkan oleh Pleurotus

ostreatus.

Hampir semua micellium fungi terbentuk oleh elemen non logam seperti

karbon, nitrogen, hydrogen dan oksigen yang digunakan untuk membentuk

dinding sel jamur, dan semua elemen tersebut memiliki fungsi penting terhadap

kelangsungan metabolisme di protoplasma. Hidrogen diperoleh dari air atau

ketika senyawa organik dimetabolisme. Oksigen diperoleh dari atmosfer selama

respirasi.

Karbon. Sekitar separuh dari berat kering sel jamur terdiri dari karbon,

yang menjadi indikasi pentingnya unsur karbon pada dinding sel. Karbon tersedia

dalam jumlah besar dibanding unsur lainnya. Senyawa organik digunakan sebagai

bahan penyusun struktur dan menyediakan energi untuk sel. Jamur dapat

menggunakan berbagai bahan organik atau CO2 sebagai sumber karbon. Sumber

bahan organik yang dapat digunakan termasuk karbohidrat (mono-, di-, oligo- dan

polisakarida) serta asam organik. Karbohidrat merupakan bahan organik

terpenting. Setiap jamur memiliki kemampuan yang berbeda untuk dapat

menggunakan sumber karbon yang berbeda, sehingga mempengaruhi kandungan

nutrisinya.

Monosakarida dan turunannya. Monosakarida adalah gula sederhana yang

memiliki 5 atau 6 atom karbon. Gula yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

adalah D-glukosa. Banyak jamur dapat tumbuh baik dengan adanya D-fruktosa

dan D- mannosa. D-galaktosa digunakan sebagian besar fungi, tetapi sedikit dari

fungi tersebut tumbuh sebaik pada D-glukosa atau D-galaktosa. Glukosa dapat

memberikan pertumbuhan maksimum bagi jamur, karena glukosa lebih mudah

Page 17: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

diubah menjadi suatu fosforilasi derivative yang dapat masuk ke system respirasi

pathway.Gula alkohol seperti sorbitol, gliserol dan mannitol tersedia di alam,

dapat juga digunakan sebagai sumber karbon.

Disakarida dan polisakarida. Gula sederhana atau turunannya dapat

digabung menjadi suatu kompleks ikatan rantai polimer. Unit-unit yang sama dari

gula dapat membentuk 2 jenis polimer yang berbeda pada konfigurasinya (alpa

atau beta) pada ikatan glikosida. Jika polimer terdiri dari 2 jenis monomer yang

berbeda, disebut disakarida dan polimer yang lebih panjang adalah polisakarida.

Disakarida dan polisakarida merupakan sumber karbon penting di alam.

Dalam penggunaan keduanya, fungi harus menghasilkan enzim pengurai

ekstraseluler yang akan memutuskan ikatan glikosida antar monomer. Setelah

gula atau turunannya diurai, jamur dapat menyerap dan menggunakan gula

sederhana tersebut. Kemampuan jamur untuk dapat menggunakan senyawa ini

bergantung pada: kemampuan untuk menguraikan dan kemampuan untuk

menyerap gula sederhana. Suatu jamur yang mampu menghidrolisis polimer

biasanya mampu memanfaatkan monomernya dalam bentuk bebas. Polisakarida

tersedia melimpah di alam termasuk pentosa, glikogen, kanji, dan selulosa serta

hemiselulosa, lignin. Kanji dan selulosa utamanya digunakan oleh jamur sebagai

sumber karbon.

Nitrogen. Nitrogen dibutuhkan oleh semua organisme untuk mensintesa

asam amino dan membentuk protein yang dibutuhkan untuk membentuk

protoplasma. Tanpa protein, pertumbuhan tidak dapat terjadi.

Jamur dapat menggunakan nitrogen anorganik untuk pembentukan nitrat,

nitrit, ammonia atau nitrogen organik untuk pembentukan asam amino. Tidak

semua jamur menggunakan sumber nitrogen dengan jenis yang sama dan setiap

jamur membutuhkan nitrogen dalam bentuk yang berbeda-beda

Nitrat. Sejumlah jamur menggunakan nitrat untuk membentuk nitrogen,

beberapa jenis jamur yang tidak mampu menggunakan nitrat di antaranya:

Blastocladiales, Saprolegniaceae, yeast dan Basidiomycetes. (Cochrane,1958)

Faktor Pendukung Pertumbuhan

Selain nutrisi, jamur harus mendapat kondisi lingkungan seperti

temperatur, kelembapan, pH dan intensitas sinar yang dapat mendukung

Page 18: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

pertumbuhannya. Masing-masing faktor lingkungan tersebut harus berada pada

toleransi pertumbuhan. Jika lebih rendah atau lebih tinggi dari kondisi kondisi

yang dapat ditoleransi maka tidak akan ada pertumbuhan yang terjadi. Selalu ada

titik optimum pertumbuhan yang diindikasikan oleh pertumbuhan yang maksimal.

Titik optimum ini digunakan untuk membedakan sifat dari satu jenis jamur

dengan jenis jamur lainnya. Tetapi nilai ini tidak selalu tetap karena dapat terjadi

perubahan akibat usia micellium atau perubahan faktor genetik dari jamur

tersebut.

Termperatur sangat penting dalam menentukan pertumbuhan organisme.

Kenaikan temperatur umumnya meningkatkan aktivitas enzim dan reaksi kimia.

Banyak reaksi kimia bertambah cepat 10 kali lipat setiap kenaikan suhu 10ºC,

tetapi enzim biasanya bertambah cepat 2 kali lipat setiap kenaikan 10ºC.

Temperature minimum, optimum dan maksimum pada fungi berbeda untuk

masing-masing fase pertumbuhan, reproduksi dan pembentukan spora.

Salah satu pengaruh pH adalah pada ketersediaan ion logam. Ion logam

dapat membentuk kompleks yang menjadi tidak larut pada pH tertentu.

Magnesium dan fosfat terlarut pada pH rendah, tetapi pada pH tinggi membentuk

kompleks yang tak larut, sehingga mengurangi ketersediaan ion ini bagi fungi

(Moore,1982).

Kandungan Nutrisi Jamur

Jamur memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dari pada daging.

Jamur juga memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan

bahan makanan lain yang berasal dari tanaman. Gizi yang terkandung dalam

jamur antara lain; karbohidrat, berbagai mineral seperti kalsium, kalium, fosfor

dan besi serta vitamin B, B12 dan C.

1. Protein

Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien.

Tidak seperti bahan makronutrien lain, protein ini berperan lebih

penting dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber

energi. Namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi,

maka protein ini terpaksa dipakai sebagai sumber energi.

Page 19: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

Keistimewaan lain dari protein ini adalah strukturnya yang

mengandung N, disamping C, H, O, S dan kadang-kadang P. Dengan

demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk

menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan

kandungan N yang ada dalam bahan tersebut. Apabila unsure N ini

dilepaskan dengan cara destruksi (perusakan bahan sampai terurai

unsure-unsurnya) dan N yang terlepas ditentukan jumlahnya secara

kuantitatif, maka jumlah protein dapat diperhitungkan.

Pada organisme yang sedang tumbuh, protein sangat penting

dalam pembentukan sel-sel baru. Oleh sebab itu apabila organisme

kekurangan protein dalam bahan makanannya maka organisme

tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan ataupun dalam

proses biokimiawinya. Pentingnya protein dalam jaringan hewan dapat

ditunjukkan oleh kadarnya yang sangat tinggi yaitu antara 80-90% dari

seluruh bahan organik yang ada dalam jaringan hewan (Sudarmadji,

1989).

Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul

yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Kata

protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau

utama. Protein merupakan komponen paling penting sel hewan atau

manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh, maka

protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama

dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.(Poedjiadi, 2006)

Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa

nitrogen. Di samping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh,

protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh

kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata-rata unsur kimia

yang terdapat dalam protein adalah : karbon 50%, hydrogen 7%,

oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3% dan fosfor 0-3%. Dengan

berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan

penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan. Unsur

nitrogen ditentukan secara kuantitatif, misalnya dengan caraKjeldhal,

Page 20: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat. Berat protein yang

ditentukan ialah 6,24 kali berat unsur nitrogen.

Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang tersusun

oleh mata rantai asam-asam amino. Asam amino adalah senyawa yang

memiliki satu atau lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih

gugus amino (-NH2) yang salah satunya terletak pada atom C tepat di

sebelah gugus karboksil. Asam-asam amino yang berbeda-beda

bersambung melalui ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil

satu asam amino dengan gugus amino dari asam amino yang

disampingnya (Sudarmadji, 1989).

2. Karbohidrat

Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hydrogen dan

oksigen. Jumlah atom hydrogen dan oksigen merupakan perbandingan

2:1 seperti pada molekul air. Dengan demikian, dahulu orang

berkesimpulan adanya air dalam karbohidrat. Karena hal ini, maka

dipakai kata karbohidrat yang berasal dari kata “karbon” yang berarti

mengandung unsur karbon dan “hidrat” yang berarti air. Walau pada

kenyataannya senyawa karbohidrat tidak mengandung molekul air,

maka kata karbohidrat tetap digunakan disamping nama lain yaitu

sakarida.

Berdasarkan gugus yang ada pada molekul karbohidrat, maka

karbohidrat dapat didefinisikan sebagai polihidroksialdehid atau

polihidroksi keton serta senyawa yang menghasilkannya pada proses

hidrolisis.

Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat

mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa

yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga senyawa

yang mempunyai berat molekul 500.000 lebih. Berbagai senyawa itu

dibagi dalam tiga golongan, yaitu golongan monosakarida, golongan

oligosakarida dan golongan polisakarida (Poedjiadi, 2006).

Berbagai cara analisa dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk

memenuhi berbagai keperluan. Dalam ilmu dan teknologi pangan,

Page 21: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

analisa karbohidrat yang biasa dilakukan misalnya penentuan

jumlahnya secara kuantitatif dalam rangka menentukan komposisi

suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis dan kimiawinya dalam

kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas

larutan dan tekstur hasil olahannya. Dalam ilmu gizi mungkin sangat

penting untuk mengadakan analisa biologis senyawa-senyawa

karbohidrat dalam kaitan peranannya membentuk kalori, pencegahan

penyakit (diabetes, kegemukan, dan lain-lain) serat kasar dalam

pencernaan (dietary fibers) dan sebagainya (Sudarmadji, 1989).

3. Lemak

Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat

dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam perlarut organik

non polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter (Fessenden,1986).

Yang dimaksud dengan lemak ialah suatu ester asam lemak dengan

gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi alcohol yang terdiri atas 3

atom karbon. Jadi tiap atom karbon memiliki gugus –OH. Satu

molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul asam

lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida atau

trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat 3 molekul

asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida.

Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida

merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini

merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan 3

molekul asam lemak. Lemak dan minyak di bidang biologi dikenal

sebagai salah satu bahan penyusun dinding sel dan penyusun bahan-

bahan biomolekul. Dalam bidang gizi, lemak dan minyak merupakan

sumber biokalori yang cukup tinggi nilai kalorinya yaitu sekitar 9

kkal/g. juga merupakan sumber alamiah vitamin-vitamin yang terlarut

dalam minyak yaitu vitamin A, D, E dan K (Sudarmadji,1989).

Lemak hewan umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,

sedangkan lemak nabati berupa zat cair. Lemak cair biasa disebut

minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak hewan dan

Page 22: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

tumbuhan memiliki susunan asam lemak yang berbeda. Untuk

menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung di

dalamnya diukur dengan bilangan Iodium. Lemak atau gliserida asam

lemak pendek dapat larut dalam air, sedangkan gliserida asam lemak

panjang tidak larut. Semua gliserida larut dalam ester, kloroform atau

benzene. Alkohol panas adalah pelarut lemak yang baik

(Poedjadi,2006).

Jenis Medium

Medium adalah bahan yang terdiri dari campuran zat-zat untuk

menambahkan mikroba. Selain itu juga berguna untuk isolasi sifat-sifat fisiologi

dan perhitungan jumlah mikroba dalam suatu bahan. 

Medium TEA

Medium TEA digunakan untuk menumbuhkan jamur (khamir dan kapang).

Medium TEA ini, berdasarkan konsistensinya termasuk dalam medium (solid

medium) dan termasuk dalam medium semi alamiah karena tersusun dari bahan-

bahan alamiah dan bahan sintetik. Serta termasuk dalam medium non-sintetik

karena tersusun dari bahan-bahan organik dan susunan kimianya tidak dapat

ditentukan secara pasti. Berdasarkan fungsinya, TEA termasuk medium penguji

(assay medium), karena dapat digunakan untuk pengujian vitamin, asam-asam

amino, dan lain-lain. Melalui medium ini dapat diamati bentuk-bentuk koloni dan

bentuk pertumbuhan jamur. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat

medium ini, antara lain:

- Tauge, berfungsi sebagai sumber energi dan bahan mineral bagi mikroba,

pemberi vitamin E yang diperlukan oleh mikroba, juga sebagai sumber

nitrogen.

- Sukrosa, sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon organik, sebagai sumber

energi bagi mikroba.

- Agar, sebagai bahan pemadat medium.

- Akuades, sebagai bahan pelarut untuk menghomogenkan larutan.

Nutrien Agar (NA)

Medium NA berdasarkan konsistensinya merupakan medium yang

berbentuk padat (solid medium), karena dapat dipadatkan dengan adanya agar,

Page 23: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

yang dibuat miring atau tegak. Berdasarkan susunan kimianya, medium ini

merupakan medium organik non-sintetik karena disusun dari bahan-bahan organik

dan susunan kimianya belum ditentukan secara pasti.

Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri pada

permukaan sehingga mudah diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat

dalam 2 jenis, yaitu NA miring dan NA tegak. NA miring digunakan untuk

membiakkan mikroba sedangkan NA tegak digunakan untuk menstimulir

pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen.

NA digolongkan pula medium umum sebab dapat digunakan untuk

menumbuhkan beberapa jenis bakteri. Bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatannya adalah:

- Pepton, sebagai sumber utama nitrogen dan protein bagi mikroba.

- Beef ekstrak, sebagai sumber makanan, sumber karbon organik, nitrogen,

vitamin, dan garam mineral sebagai tempat pertumbuhan mikroba.

- Agar, berfungsi sebagai pemadat medium.

- Akuades, sebagai bahan pelarut dan untuk menghomogenkan larutan.

Potato Dekstrose Agar (PDA)

Medium Potato Dextrose Agar (PDA) berfungsi untuk menumbuhkan

kapang dan jamur. Berdasarkan susunan kimianya, medium ini termasuk medium

alamiah non-sintetik, karena menggunakan bahan alamiah (kentang). Akan tetapi

komposisi kimianya tidak diketahui secara pasti. Termasuk medium padat karena

dalam pembuatannya menggunakan agar sebagai bahan pemadat. Berdasarkan

fungsinya, medium PDA ini termasuk medium umum karena dapat digunakan

untuk menumbuhkan satu atau lebih kelompok jamur. Bahan-bahan yang

digunakan dalam pembuatan medium PDA adalah:

- Kentang, sebagai sumber karbon, karbohidrat dan nutrisi bagi mikroba.

- Dextrose sebagai sumber enegi dan sebagai sumber karbon.

- Agar, sebagai bahan pemadat medium.

- Akuades, sebagai bahan pelarut dalam pembuatan medium dan sebagai sumber

O2.

Medium pertumbuhan fungi

Page 24: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

Nutrien atau makanan merupaka substansi dengan berat molekul rendah dan

mudah laurt dalam air. nutrien ini berasal dari degradasi nutrien dengan molekul

kompleks. Suatu larutan mengandung nutrien disebut medium kultur. Medium

merupakan substrat yang berperan menyediakan nutrisi yang diperlukan spora

untuk berkecambah. Nutrisi yang dubutuhkan adalah karbohidrat sebagai sumber

energi, protein sebagai penyusuntubuh, dan mineral sebagai zat yang dapat

menunjang pertumbuhan spora. Fungi dapat mengambil nutrien dari

lingkungannya dalam bentuk larutan, sehingga fungi sering disebut jasad osmotrof

(Ristiati, 2000).

Media biakan merupakan suatu zat yang digunakan untuk menumbuhkan

mikroorganisme di laboratorium. Fungsi dari suatu media biakan adalah

memberikan tempat dan kondisiyang mendukung pertumbuhan dan

perkembangbiakan dari mikroorganisme yang ditumbuhkan. PDA (Potato

Dextrosa Agar) merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk

membiakkan suatu mikroorganisme, baik berupa fungi, bakteri maupun sel

makhluk hidup.

Pembuatan kultur murni jamur menggunakan media PDA (Potato Dextrosa

Agar). PDA terbuat dari kentang, dextrosa dan agar dimana setiap komponen

mengandung suatu zat tertentu yang mampu menunjang pertumbuhan jamur,

antara lain: (1) kentang (Potato) yang merupakan sumber karbohidrat yang

mengandung vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Fungsi kentang dalam

penyusunan PDA adalah mensuplai karbohidrat yang sangat diperlukan oleh

jamur dalam pertumbuhannya, (2) dekstrosa merupakan penyusun PDA yang

sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Dekstrosa merupakan gugusan gula,

baik monosakarida maupun polisakarida. Dekstrosa umumnya menyediakan

karbohidrat sebagai sumber energi dan unsur-unsur N, Na, Ca, dan K yang

berperan sebagai kofaktor enzim dalam pertumbuhan spora jamur (Girindra,

1993),(3) agar yang diperoleh dari tumbuhan berumbi yang menghasilkan

glukosa. Agar merupakan polimer sulfat yang sebagian besar terdiri atas D-

galactosa, 3,6-anhidro-L-galactosa, dan asam D-glukoronik. Fungsi dari agar

adalah untuk mengentalkan media sehingga mempermudah dalam menumbuhkan

dan mengisolasi jamur mikroskopis dan bagian-bagian jamur yang lainnya.

Page 25: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

2.4 Mekanisme pencernaan nutrisi jamur Pencernaan Nutrisi

Jamur adalah tumbuhan yang tidak berklorofil sehingga tidak dapat

berfotosintesis. Karena tidak berklorofil, jamur tidak dapat hidup secara autotrof,

melainkan harus hidup secara heterotrof. Untuk memenuhi kebutuhan

makanannya, Jamur dapat hidup secara saprofit, parasit, dan

simbiotik. Kebanyakan Jamur adalah bersifat saprofit. Jamur hidup dengan jalan

menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya, misalnya hidup

secara saprofit, artinya hidup dari penguraian sampah-sampah organik misalnya

bangkai, sisa tumbuhan, makanan, kayu lapuk, menjadi bahan-bahan anorganik.

Jamur payung, ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe (Rhizopus

oryzae) termasuk dalam kelompok fungi ini

Semua jenis jamur umumnya tidak dapat menghasilkan makanan sendiri

(heterotof). Jamur mendapatkan makanan dengan cara menyerap zat organik dari

tumbuhan atau benda lain melalui hifa atau misellium, dan kemudian

menyimpannya dalam bentuk glikogen.

Jamur uniseluler misalnya ragi atau Saccharomyces dapat mencerna

tepung hingga terurai menjadi gula, dan gula dicerna menjadi alkohol. Sedangkan

jamur multiseluler misalnya jamur tempe dapat menguraikan protein kedelai

menjadi protein sederhana dan asam amino. Jamur tidak memasukkan molekul-

molekul besar ke dalam sel-selnya. Makanan itu dicerna di luar sel sehingga

disebut pencernaan ekstraseluler, seperti pada bakteri. Caranya, sel-sel jamur

mengeluarkan enzim pencernaan. Enzim-enzim itulah yang bekerja menguraikan

molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana. Jika sudah

tercerna, zat makanan itu masuk ke dalam selnya secara osmosis. Osmosis adalah

berpindahanya zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah melalui membran.

Jamur multiseluler terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti

kapas, yang disebut benang hifa. Dilihat dengan mikroskop, hifa ada yang

bersekat-sekat melintang. Tiap-tiap sekat merupakan satu sel, dengan satu atau

Page 26: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

beberapa inti sel. Ada pula hifa yang tidak bersekat melintang, yang mengandung

banyak inti dan disebut senositik. Ada tidaknya sekat melintang ini dijadikan

salah satu dasar dalam penggolongan jamur. Kumpulan hifa membentuk jaringan

benang yang dikenal sebagai miselium. Miselium inilah yang tumbuh menyebar

di atas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya.

Selain itu, hifa ada yang berfungsi sebagai pembentuk alat reproduksi. Misalnya,

hifa yang tumbuh menjulang ke atas menjadi sporangiofor yang artinya pembawa

sporangium. sporangium artinya kotak spora. Di dalam sporangium terisi spora.

Ada pula hifa yang tumbuh menjadi konidiofor atau pembawa konidia, yang

dapat menghasilkan konidium.

Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari

tubuh inangnya. jamur tersebut hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan,

biasanya mempunyai hifa khusus, yang disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut

dapat menembus sel inang dan menyerap zat makanan yang dihasilkan inang.

Fungi parasit tersebut sering menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di

bidang pertanian menyebabkan penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur

juga   menyebabkan penyakit , misalnya penyakit kaki atlit (athlete’s foot)

dan penyakit panu.

Sebagai organisme heterotof, cara hidup jamur di bedakan menjadi 3 yaitu

parasit obligat, parasit fakultatif, dan saprofit

1. Parsit obligat,berarti jamur ini hanya dapat hidup pada inangnya dan tidak

dapat hidup diluar inangnya. Contohnya, Pheumonia atau khamir yang

menginfeksi paru paru penderita AIDS.

2. Parasit fakultatif, artinya jamur akan bersifat parasit jika mendapatkan

inang yang sesuai, tetapi akan bersifat saprofit jika tidak mendapatkan

inang yang sesuai.

3. bersifat saprofit,merupakan jamur pelapuk yang dapat mengubah susunan

zat organik yang telah mati.Jamur ini hidup pada organisme yg sudah

mati,seperti kayu tumbang yg sudah lapuk atau buah jatuh.Sebagian besar

jamur saprofit menghasilkan enzim hidrolase pada subtrat makanan yang

berfungsi menguraikan molekul kompleks,hifa juga dapat langsung

Page 27: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

menyerap bahan organik dalam bentuk sederhana yg di keluarkan oleh

inangnya.

Selain mengambil bahan makanan dari subtratnya,jamur juga dapat

melakukan simbiosis mutualismedengan menghasilkan zat tertentu yang

bermanfaat bagi simbionnya.

2.5 Lingkungan Hidup Jamur

Sebagian besar jamur hidup di darat (terestrial), di tempat lembab, pada

organisme atau sisa organisme diperairan, di lingkungan asam (pada buah yang

asam), di lingkungan kadar gula yang tinggi (pada selai), bersimbiosis dengan

makhluk hidup lain baik mutualisme(lumut kerak dan mikoriza) maupun

parasitisme,  dan dilingkungan ekstrim (gurun,gunung salju, dan kutub).

Meskipun jamur hidup di darat, terdapat pula jamur yang hidup di air dan

berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air umumnya bersifat

parasit kebanyakan dari kelas Oomycetes.

Habitat jamur juga bermacam-macam. Berbagai jamur hidup di tempat-

tempat yang basah, lembab, di sampah, pada sisa-sisa organisme, atau di dalam

tubuh organisme lain. Bahkan banyak pula jenis-jenis jamur yang hidup pada

organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau air tawar. Jamur juga dapat hidup

di lingkungan asam, misalnya pada buah yang asam, atau pada pada lingkungan

dengan konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai. Bahkan, jamur yang

hidup bersimbiosis dengan ganggang (lumut kerak), dapat hidup di habitat ekstrim

Page 28: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

dimana organisme lain sulit untuk bertahan hidup, seperti di daerah gurun, gunung

salju, dan di kutub. Jenis jamur lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh organisme

lain, baik secara parasit maupun simbiosis.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat di ambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan spora jamur adalah nutrisi dalam

substrat, ketersediaan CO2, Cahaya, kelembaban, Suhu.

2. Penyebaran spora jamur dapat melalui agensi-agensi seperti angin,air,burung,

serangga,hewan lain,dan manusia.

3. Nutrisi yang di butuhkan oleh jamur adalah protein, lemak, karbohidrat.

4. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, Jamur dapat hidup secara saprofit, parasit,

dan simbiotik. Kebanyakan Jamur adalah bersifat saprofit.

5. jamur hidup di darat (terestrial), di tempat lembab, pada organisme atau sisa

organisme diperairan, di lingkungan asam

3.2 Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi

pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan

sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat

mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput

dari salah khilaf, Alfa dan lupa

Page 29: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

Daftar Rujukan

Campbell, N.A., J.B Reece., L.A Urry., M.L Cain., S.A Wasserman., P.V

Minorsky., and R.B Jackson. 2009. Biology Ninth Edition. Pearson Education

Inc, Benjamin Cummings. San Fransisco.

Cochrance,V.W. 1958. Physiology of fungi. John willey and sons, inc. Tokyo :

57-59

Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik jilid 2. Jakarta :

Erlangga.

Girindra, A. 1993. Biokimia I. Jakarta: Gramedia

Klebs,G. Zur physiologie der fortflanzung einiger pilze. III. Allegemene

Betrachhtungen, Jahrb. Wiss. Botan. Garden mem. 35:80-203,1900

Mardinus. 2006. Jamur Patogen Tumbuhan. Yogyakarta: Andalas University

Press.

Pratama,D.(2013),Tanamanjamur.[Online].Tersedia: http://repository.usu.ac.id/

bitstream/123456789/38854/4/Chapter%20ll.pdf (Di akses 25 Agustus 2015)

Poedjiadi, A. 2006. Dasar – Dasar Biokimia.Edisi Revisi. Jakarta: UI - Press.

Ristiati, Dra. Ni. Pt. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum Proyek Pengembangan

Guru Sekolah Menengah

Solomon, E.P., L.R Berg., and D.W Martin. 2011. Biology Ninth Edition.

Brooks/Cole Cengage Learning. USA.

Subahar, T.S.S. 2008. Biologi. Penerbit Quadra. Surabaya.

Page 30: Nutrisi dan Lingkungan Hidup Jamur

Sudjadi, Bagod., dan S. Laila. 2006. Biologi : Sains Dalam Kehidupan. Penerbit

Yudhistira. Jakarta.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.