Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
o.? KementerianPerindustrianREPUEL:( INDONESIA
DIREKTORAT JE]{DERAI IilDUSTRI AGROJalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Kotak Pos : 4720 JKTM
Telp. i 021-5252713, 021-5255509 Pos. 4062 Fax: 021-5252450
Yth
Dari
Hal
Lampiran
Tanggal
NoNOTA DINASg6 tlNtNDtttt2o2o
Menteri Perindustrian
Direktur Jenderal lndustri Agro
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK|p) Direktorat Jenderal lndustri
Agro Tahun Anggaran 2019
1 (satu) Berkas
lO Februari 2020
Sehubungan dengan telah berakhirnya Tahun Anggaran 2O1g danberdasarkan Peraturan Menteri perindustrian Nomor 150/M-|ND/PER/1212011
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilatas Kinerja lnstansi pemerintah
Di Lingkungan Kementerian perindustrian di mana seluruh unit organisasi dilingkungan Kementerian Perindustrian wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja(LAKIP), terlampir kami sampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderallndustri Agro Tahun Anggaran 2019.
Demikian, atas perhatian dan arahan lebih lanjut dari Bapak Menteri kamisampaikan terima kasih.
DIREKTUR JENDERAL
ABDUL OCHIM
Tembusan:1, Sekretaris Jenderal;2. Kepala Biro Perencanaan.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO
TAHUN 2019
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2020
iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 disusun sebagai
wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang
diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah serta Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah dan disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 150 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Perindustrian serta Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Agro mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan
struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri
hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan perkebunan,
industri makanan, hasil laut dan perikanan, dan industri minuman dan tembakau. Dalam mengemban
tugas tersebut Direktorat Jenderal Industri Agro menetapkan visi sesuai Rencana Strategis Tahun
2015 – 2019 yaitu “Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan
Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam”. Untuk mewujudkan visi tersebut di atas,
maka Direktorat Jenderal Industri Agro mengemban misi yaitu ”Peningkatan Populasi Industri Agro
Untuk Memperkuat dan Memperdalam Struktur Industri Nasional” serta ”Peningkatan Daya Saing
dan Produktivitas Industri Agro Untuk Mewujudkan Industri Nasional yang Mandiri, Berdaya Saing,
Maju, dan Berwawasan Lingkungan”. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, telah ditetapkan
Tujuan dan Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2019 serta Kebijakan, Program dan Kegiatan demi
mencapai Tujuan dan Sasaran yang telah ditetapkan.
Evaluasi capaian kinerja yang tertuang dalam laporan ini didasarkan pada Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015 - 2019 Perubahan, Indikator Kinerja Utama Tahun 2019,
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019, Program Prioritas Nasional Tahun
2019, RPJMN Tahun 2015-2019 dan rencana aksi pengembangan industri prioritas berdasarkan
RIPIN. Pelaksanaan kegiatan tahun 2019 ini merupakan tahun terakhir dari pelaksanaan arah
kebijakan dan strategi pembangunan industri agro periode Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 dan
perubahannya. Perjanjian Kinerja disusun berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) yang berisikan
Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada periode tahun tertentu. Sasaran tersebut
mempunyai target pada setiap tahunnya, di mana pelaksanaannya didukung oleh anggaran yang
tersedia di dalam DIPA.
Direktorat Jenderal Industri Agro secara umum telah melaksanakan tugas pokok, fungsi dan
misi yang diembannya dalam pencapaian Sasaran Strategis tahun 2019 serta berkontribusi bagi
pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian. Pencapaian sasaran strategis ini dapat
dilihat dari pemenuhan target-target indikator kinerja yang tertuang dalam Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015 - 2019 Perubahan, Indikator Kinerja Utama Tahun 2019,
iv
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019, Program Prioritas Nasional Tahun
2019 dan RPJMN Tahun 2015-2019.
Capaian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2019 realisasi fisik kegiatan
sebesar 97,90%, rata-rata capaian target Rencana Strategis adalah sebesar 116,13%, rata-rata
capaian target Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah sebesar 121,25%, rata-rata capaian target
Perjanjian Kinerja adalah sebesar 139,05%, rata-rata capaian pelaksanaan Program Prioritas Nasional
adalah sebesar 99,7%, rata-rata capaian target RPJMN adalah sebesar 91,35%, dan rata-rata capaian
kinerja secara keseluruhan adalah sebesar 110,9% dengan rasio tingkat keberhasilan sebesar 74,5%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Berbasis Agro Tahun Anggaran 2019 tidak berhasil dilaksanakan meskipun tingkat rata-rata
capaiannya melebihi 100%.
Sedangkan capaian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro jangka menengah tahun 2015-
2019, rata-rata capaian target Rencana Strategis adalah sebesar 109,88%, rata-rata capaian target
RPJMN tahun 2015-2019 adalah sebesar 93,93%, dan rata-rata capaian kinerja jangka menengah
secara keseluruhan adalah sebesar 101,91% dengan rasio tingkat keberhasilan sebesar 75,6%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Berbasis Agro periode jangka menengah tahun 2015-2019 telah berhasil dilaksanakan.
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2019 mencapai
Rp. 94.703.846.753,- (Sembilan Puluh Empat Milyar Tujuh Ratus Tiga Juta Delapan Ratus Empat Puluh
Enam Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Tiga Rupiah) atau 85,31% dari total PAGU anggaran sebesar
Rp. 111.016.300.000,- (Seratus Sebelas Milyar Enam Belas Juta Tiga Ratus Ribu Rupiah).
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan dan pencapaian kinerja
Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2019 antara lain: terdapat beberapa indikator kinerja baik
pada Indikator Kinerja Tujuan (IKT), Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Perjanjian
Kinerja dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tidak mencapai target tahunan maupun target jangka
menengah, yaitu laju pertumbuhan PDB industri agro, kontribusi PDB industri agro terhadap PDB
nasional, nilai investasi di sektor industri pengolahan agro, dan kontribusi ekspor produk industri
agro terhadap ekspor nasional. Tidak tercapainya target tersebut telah diprediksi sebelumnya, di
mana pencapaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal yang tidak dapat
dikendalikan secara langsung. Faktor eksternal diantaranya adalah ketidakpastian ekonomi global
dimana salah satunya sebagai dampak dari perang dagang antara Amerika dan China yang terus
berlangsung sejak tahun 2018, serta faktor internal dimana pada tahun 2019 Indonesia memasuki
tahun politik yang juga penuh dengan ketidakpastian sehingga menyebabkan investor bersifat wait
and see dan menunda investasi; terdapat 1 IKSS perspektif proses bisnis yang tidak mencapai target
jangka menengah yaitu ”Infrastruktur kompetensi yang terbentuk: SKKNI yang ditetapkan”, di mana
sampai dengan tahun 2019, indikator kinerja ini baru tercapai 18 RSKKNI/RKKNI dari total target
sebanyak 20 RSKKNI/RKKNI atau hanya mencapai 90%. Target penyusunan RSKKNI/RKKNI pada tahun
2017 tidak tercapai dimana terdapat 2 RSKKNI (RSKKNI Di Bidang Industri Gula Rafinasi dan RSKKNI Di
Bidang Industri Mie Instan) yang tidak dapat dilanjutkan penyusunannya karena terkendala substansi
teknis; terdapat 1 IKSS perspektif pembelajaran organisasi yang tidak mencapai target tahunan
maupun target jangka menengah yaitu “Kesesuaian data dan informasi agro terhadap kebutuhan
stakeholder industri agro”. Adapun beberapa pertanyaan yang belum bisa terpenuhi dikarenakan
kurangnya koordinasi di mana masih terdapat admin yang belum aktif menjawab pertanyaan
v
masyarakat yaitu pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro. Hal ini terjadi karena adanya
rotasi pegawai pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro yang menjadi admin pertanyaan
masyarakat dan belum adanya koordinasi pelimpahan tanggung jawab sebagai admin sehingga
pertanyaan masyarakat yang masuk tidak terpantau dengan baik; terdapat dua kegiatan pada
program prioritas nasional yang tidak mencapai target yaitu kegiatan “Peningkatan Kompetensi SDM
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan” dan “Peningkatan Kompetensi SDM Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan”. Kedua kegiatan tersebut tidak dapat mencapai target karena pada saat
dilakukan revisi untuk menambah jumlah output pada bulan November, usulan penambahan jumlah
output disetujui namun terdapat sebagian anggaran yang diblokir dengan catatan penghematan
sehingga pelaksanaan kegiatan ini tidak dapat dilanjutkan dan mengakibatkan target output tidak
tercapai.
Hal-hal yang direkomendasikan untuk dilakukan pada periode selanjutnya antara lain: dalam
penyusunan rencana kinerja baik jangka menengah maupun jangka pendek, penetapan angka target
indikator kinerja perlu dilakukan secara logis dengan mempertimbangkan data historis, impact yang
ingin dicapai, serta sumber daya yang dimiliki untuk mencapai impact yang diharapkan tersebut;
target penyusunan RSKKNI/RKKNI yang tidak tercapai, jika dinilai penting untuk dilanjutkan, agar
dapat diakomodir dalam rencana kegiatan periode selanjutnya (Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Industri Agro Tahun 2020-2024), meningkatkan koordinasi dalam pemantauan pertanyaan
masyarakat, terutama jika terdapat rotasi pegawai yang menjadi admin, agar pelimpahan tanggung
jawab dikoordinasikan dengan baik sehingga pertanyaan masyarakat yang masuk dapat dijawab
sesuai SOP.
Dengan disusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun
2019, diharapkan dapat diketahui sejauh mana kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro dalam
keberhasilannya mencapai sasaran tahun 2019 dan sasaran jangka menengah tahun 2015 – 2019.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... .............................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ... ................................................................................................... ii
IKHTISAR EKSEKUTIF .............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .... .................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................................................ 1
1.2. Peran Strategis ............................................................................................. 2
1.3. Struktur Organisasi …. ................................................................................... 3
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis ......................................................................................... 8
2.2. Rencana Kinerja ............................................................................................ 18
2.3. Rencana Anggaran ........................................................................................ 20
2.4. Penetapan Kinerja ........................................................................................ 26
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Analisis Capaian Kinerja ................................................................................ 27
3.2. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya .................................................. 133
3.3. Analisis Keberhasilan/Kegagalan Program ..................................................... 135
3.4. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Evaluasi Tahun 2018 ................................. 139
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 145
4.2. Kendala ........................................................................................................ 145
4.3. Rekomendasi ................................................................................................ 147
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor Industri Berbasis Agro ............................................................. 3
Tabel 2.1 Indikator Kinerja Tujuan Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015 – 2019 ........ 9
Tabel 2.2 Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015 – 2019 ................... 13
Tabel 2.3 Arah Pengembangan Industri Agro Berdasarkan RIPIN .............................................. 15
Tabel 2.4 Rencana Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 ................................. 18
Tabel 2.5 Rencana Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 ............................. 21
Tabel 2.6 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 .............................. 26
Tabel 3.1 Capaian IKT Direktorat Jenderal Industri Agro ........................................................... 27
Tabel 3.2 Pertumbuhan PDB Sektor Industri Agro .................................................................... 31
Tabel 3.3 Kontribusi PDB Sektor Industri Agro Terhadap PDB Nasional .................................... 32
Tabel 3.4 Capaian IKSS dari Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri ............................ 34
Tabel 3.5 Capaian IKSS dari Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri Agro .. 37
Tabel 3.6 Capaian IKSS dari Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri Agro yang Efektif ... 39
Tabel 3.7 Capaian IKSS dari Terselenggaranya Urusan Pemerintahan Dibidang Perindustrian
yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan ...................................................................... 41
Tabel 3.8 Capaian IKSS dari Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang
Profesional dan Berkepribadian ................................................................................ 45
Tabel 3.9 Capaian IKSS dari Tersedianya Sistem Informasi yang Andal dan Mudah Diakses ...... 47
Tabel 3.10 Capaian IKSS dari Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien dan Berorientasi Pada
Layanan Prima ......................................................................................................... 49
Tabel 3.11 Capaian IKSS dari Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan Serta
Pengendalian Yang Berkualitas dan Akuntabel ........................................................ 51
Tabel 3.12 Kegiatan Prioritas Nasional Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 ............... 54
Tabel 3.13 Capaian Target Indikator Kinerja Sasaran Satrategis - Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Industri Agro Tahun 2019 ........................................................................... 57
Tabel 3.14 Capaian Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 ................ 59
Tabel 3.15 Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 ....... 60
Tabel 3.16 Capaian Rencana Strategis Jangka Menengah Direktorat Jenderal Industri Agro
Tahun 2015-2019 ................................................................................................... 61
viii
Tabel 3.17 Pelaksanaan Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun
Anggaran 2015-2019 .............................................................................................. 76
Tabel 3.18 Capaian Program Prioritas Nasional Tahun 2019 ...................................................... 100
Tabel 3.19 Pelaksanaan Rencana Aksi RIPIN Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-
2019 ....................................................................................................................... 105
Tabel 3.20 Capaian RPJMN Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-2019 ....................... 120
Tabel 3.21 Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 ............................ 129
Tabel 3.22 Rasio Capaian Kinerja Terhadap Penyerapan Anggaran ............................................ 133
Tabel 3.23 Rasio Capaian Kinerja Terhadap Sumber Daya Manusia ........................................... 134
Tabel 3.24 Pencapaian Target Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro ................................... 135
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Industri Agro .......................................... 7
Gambar 2.1 Peta Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro .................................................. 15
Gambar 3.1 Perkembangan Investasi Sektor Industri Agro ...................................................... 35
Gambar 3.2 Jumlah Pertanyaan Masyarakat Tahun 2019 ........................................................ 47
Gambar 3.3 Rata-Rata Waktu Menjawab Pertanyaan Masyarakat .......................................... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Jenderal Industri Agro merupakan salah satu unit kerja yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Perindustrian yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian yang kemudian
diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perindustrian, maka Direktorat Jenderal Industri Agro mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan
struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri
hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan
perkebunan, industri makanan, hasil laut dan perikanan, dan industri minuman dan tembakau.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Industri Agro menyelenggarakan
fungsi yaitu:
a. Perumusan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya
saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,
teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan perkebunan, industri makanan,
hasil laut dan perikanan, serta industri minuman dan tembakau.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya
saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,
teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan perkebunan, industri makanan,
hasil laut dan perikanan, serta industri minuman dan tembakau.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendalaman dan penguatan
struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri
hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan
perkebunan, industri makanan, hasil laut dan perikanan, serta industri minuman dan tembakau.
d. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendalaman dan penguatan
struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri
hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan
perkebunan, industri makanan, hasil laut dan perikanan, serta industri minuman dan tembakau.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri,
standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan perkebunan,
industri makanan, hasil laut dan perikanan, serta industri minuman dan tembakau.
2
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Agro; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
1.2 Peran Strategis
Industri agro mempunyai peranan strategis dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari peranannya yang penting dalam penyediaan kesempatan usaha, lapangan pekerjaan,
peningkatan ekspor dan investasi. Lebih dari itu, industri agro berperan penting dalam mendukung
ketahanan pangan dan pengembangan ekonomi daerah. Dengan pertimbangan tersebut,
pemerintah akan terus meningkatkan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan indusri agro
guna mendorong pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dapat berperan sesuai harapan
melalui berbagai program dan kegiatan pembinaan yang tepat.
Pada tahun 2019, pertumbuhan sektor industri agro mengalami percepatan jika dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya, bahkan mencapai angka pertumbuhan
tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir. Pertumbuhan industri agro (tahun dasar 2010) pada tahun
2015 sempat tumbuh sebesar 5,82%, kemudian mengalami percepatan pada tahun 2016 dan 2017
masing-masing sebesar 6,33% dan 6,60%, sempat tumbuh melambat pada tahun 2018 sebesar
6,30% dan kembali meningkat pada tahun 2019 mencapai 6,65%.
Pertumbuhan cabang industri agro pada tahun 2019 yang tertinggi dicapai oleh industri kertas
dan barang dari kertas sebesar 8,86%, industri furnitur sebesar 8,35%, industri makanan dan
minuman sebesar 7,78%, industri pengolahan tembakau sebesar 3,36%, serta industri kayu, barang
dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya mengalami
pertumbuhan negatif sebesar 4,55%. Adapun pertumbuhan masing-masing cabang industri agro
ditampilkan dalam tabel pada halaman berikut.
Bila dilihat dari kontribusi terhadap PDB Industri Pengolahan Non Migas pada tahun 2019
sektor industri agro memberikan kontribusi sebesar 49,71%, dimana industri makanan dan minuman
menjadi sektor industri dengan kontribusi tertinggi yaitu sebesar 36,40%, disusul oleh industri
pengolahan tembakau sebesar 5,07%, industri kertas dan barang dari kertas sebesar 3,95%, industri
kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya sebesar
2,89%, dan industri furnitur sebesar 1,41%.
Nilai ekspor produk industri agro mengalami fluktuasi sejak 5 tahun terakhir. Pada tahun 2019
nilai ekspor produk industri agro adalah sebesar US$ 41,31 miliar, menurun jika dibandingkan
dengan nilai ekspor pada tahun 2017 dan 2018 masing-masing sebesar US$ 44,70 miliar dan US$
44,23 miliar, namun mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan nilai ekspor pada tahun 2015
sebesar US$ 38,46 miliar dan tahun 2016 sebesar US$ 37,80 miliar.
Pada tahun 2019, komoditi sektor industri agro dengan nilai ekspor terbesar masih didominasi
oleh produk minyak kelapa sawit dan turunannya dimana komoditi makanan (termasuk minyak
kelapa sawit) membukukan nilai ekspor sebesar US$ 27,28 miliar yang diikuti oleh produk kertas dan
barang dari kertas sebesar US$ 7,27 miliar, produk kayu sebesar US$ 3,66 miliar, furniture sebesar
US$ 1,95 miliar, olahan tembakau sebesar US$ 1,15 miliar, dan terakhir produk minuman sebesar
US$ 0,12 miliar.
3
KBLI SEKTOR 2015 2016 2017* 2018** 2019***
10,11 INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN 7,54 8,33 9,23 7,91 7,78
12 INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU 6,24 1,58 (0,64) 3,52 3,36
16INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU DAN GABUS (TIDAK
TERMASUK FURNITUR) DAN BARANG ANYAMAN DARI BAMBU, ROTAN DAN SEJENISNYA
(1,63) 1,74 0,13 0,75 (4,55)
17 INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS (0,67) 2,44 (0,09) 0,40 8,86
31 INDUSTRI FURNITUR 5,17 0,46 3,65 2,22 8,35
-- INDUSTRI AGRO 5,82 6,33 6,60 6,30 6,65
-- INDUSTRI PENGOLAHAN Non-MIGAS 5,05 4,43 4,85 4,77 4,34
-- NASIONAL 4,88 5,03 5,07 5,17 5,02
Tabel 1.1. Pertumbuhan Sektor Industri Berbasis Agro
Industri Agro merupakan industri andalan Indonesia, karena didukung oleh sumber daya alam
yang potensial yang berasal dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, perkebunan dan
kehutanan. Pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan baku industri agro akan mempunyai efek
berganda yang luas, seperti penguatan struktur industri, peningkatan nilai tambah, pertumbuhan
sub sektor ekonomi lainnya, pengembangan wilayah industri, proses alih teknologi, perluasan
lapangan kerja, penghematan devisa, perolehan devisa, serta peningkatan penerimaan pajak bagi
pemerintah. Pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan baku industri agro belum maksimal dan
sebagian besar bahan baku diekspor dalam bentuk primer (bahan mentah).
Sebagai bentuk implementasi tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Agro dalam
hal menyusun kebijakan, standardisasi dan fasilitasi di bidang industri agro maka program yang
ditetapkan untuk tahun anggaran 2019 adalah Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis
Agro.
1.3 Struktur Organisasi
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, organisasi Direktorat Jenderal Industri Agro
terdiri atas:
1) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro
Mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh
unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran serta evaluasi dan
pelaporan di bidang industri agro;
b. koordinasi dan pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi di bidang industri agro;
4
c. koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan penelaahan
hukum mengenai sumber daya industri, sarana prasarana industri, dan pemberdayaan
industri di bidang industri agro;
d. koordinasi dan penyusunan perjanjian kerja sama serta pelaksanaan administrasi kerja
sama dan hubungan masyarakat di bidang industri agro;
e. koordinasi dan pelaksanaan urusan keuangan direktorat jenderal; dan
f. pelaksanaan urusan kepegawaian dan manajemen kinerja pegawai, organisasi dan tata
laksana, rumah tangga, perlengkapan, dan tata usaha.
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya Sekretariat Direktorat Jenderal
Industri Agro terdiri atas 4 (empat) Bagian setingkat Eselon III:
1. Bagian Program, Evaluasi, dan Pelaporan;
2. Bagian Hukum dan Kerja Sama;
3. Bagian Keuangan;
4. Bagian Kepegawaian dan Umum.
2) Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan
industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan
sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,
perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri hasil hutan dan perkebunan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Direktorat Industri Hasil
Hutan dan Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan pengembangan
industri hasil hutan dan perkebunan;
b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi industri hasil
hutan dan perkebunan;
c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional,
kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri,
pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan
penyelamatan industri, penanaman modal dan fasilitasi industri serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri hasil hutan dan perkebunan;
d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri hasil hutan dan perkebunan;
e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan, perizinan,
data dan informasi industri hasil hutan dan perkebunan;
f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau, Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri hasil hutan dan perkebunan; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
5
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan terdiri atas:
1. Subdirektorat Program Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan;
2. Subdirektorat Industri Kayu, Rotan, dan Bahan Alam Lainnya;
3. Subdirektorat Industri Selulosa dan Karet Hulu;
4. Subdirektorat Industri Hasil Perkebunan Nonpangan; dan
5. Subbagian Tata Usaha.
3) Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan
industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan
sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,
perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri makanan, hasil laut, dan perikanan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat lndustri Makanan, Hasil
Laut, dan Perikanan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan pengembangan
industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi industri
makanan, hasil laut, dan perikanan;
c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional,
kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri,
pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan
penyelamatan industri, penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan, perizinan,
data dan informasi industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau, Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan terdiri atas:
1. Subdirektorat Program Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan;
2. Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Tanaman Pangan;
3. Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Perkebunan;
4. Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Laut, Perikanan, dan Peternakan;
5. Subbagian Tata Usaha.
6
4) Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional,
Kebijakan Industri Nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri,
pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan
industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Industri Minuman dan Tembakau
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan pengembangan
industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;
b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi industri
minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;
c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional,
kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri,
pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan
penyelamatan industri, penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri minuman, hasil tembakau, dan bahan
penyegar;
d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri minuman, hasil tembakau, dan
bahan penyegar;
e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan,
perizinan, data dan informasi industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;
f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau, Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri minuman, hasil tembakau, dan
bahan penyegar; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Industri Minuman dan Tembakau terdiri atas:
1. Subdirektorat Program Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan
Penyegar;
2. Subdirektorat Industri Minuman Ringan dan Pengolahan Hasil Hortikultura;
3. Subdirektorat Industri Pengolahan Susu dan Minuman Lainnya;
4. Subdirektorat Industri Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar; dan
5. Subbagian Tata Usaha.
7
Struktur organisasi Direktorat Jenderal sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
35 Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Industri Agro
8
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis
Perencanaan strategis merupakan langkah awal dalam melakukan pengukuran kinerja instansi
pemerintah. Untuk itu, perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, serta cara
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang meliputi kebijakan, program dan kegiatan yang realistis
dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi organisasi.
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian
merupakan suatu komitmen perencanaan yang disusun sebagai alat bantu dan merupakan tolok
ukur dalam mengemban tugas. Dokumen Renstra Direktorat Jenderal Industri Agro mengacu pada
Renstra Kementerian Perindustrian 2015–2019 sebagaimana telah ditetapkan pada tanggal 17
Maret 2015 melalui Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 31.1/M-
IND/PER/3/2015. Dokumen tersebut masih menggunakan nomenklatur struktur organisasi yang
lama sehingga diperlukan adanya perubahan pada dokumen Rencana Strategis Kementerian
Perindustrian Tahun 2015 – 2019. Perubahan Rencana Strategi Kementerian Perindustrian ini
mencakup penyempurnaan arah kebijakan baik visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, maupun
penyesuaian target kinerja Kementerian Perindustrian. Penyempurnaan dan penyesuaian tersebut
hanya mencakup periode tahun 2017–2019, mengingat untuk periode tahun 2015–2016 sudah
terlaksana. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Industri Agro dan Unit Eselon II di
bawahnya telah melakukan revisi Renstra seiring dengan telah dikeluarkannya Rencana Strategis
Kementerian Perindustrian Perubahan Nomor 85.1/M-IND/PER/12/2016 yang ditetapkan pada
tanggal 23 Desember 2016.
Setelah dilakukan revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro, maka Visi, Misi,
Tujuan, Sasaran Strategis dan Kebijakan menjadi seperti berikut
1. Visi
“Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri
yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam”
2. Misi
a. Peningkatan populasi industri agro untuk memperkuat dan memperdalam struktur industri
nasional.
b. Peningkatan daya saing dan produktivitas industri agro untuk mewujudkan industri nasional
yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan lingkungan.
3. Tujuan
Berdasarkan visi dan misi sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan yang akan dicapai sampai
dengan tahun 2019 adalah “Meningkatnya Peran Industri Agro Dalam Perekonomian Nasional”
di mana pembangunan industri agro diarahkan untuk meningkatkan perekonomian nasional
dengan memberikan dampak pada peningkatan laju pertumbuhan PDB, kontribusi PDB sektor
9
industri agro terhadap PDB nasional serta penyerapan tenaga kerja. Pencapaian tujuan di atas,
diukur dengan menggunakan indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel 2.1 Indikator Kinerja Tujuan Direktorat Jenderal Industri Agro
Tahun 2015 – 2019
No Indikator Kinerja Tujuan Satuan Target
2015 2016 2017 2018 2019
1 Laju pertumbuhan PDB
industri agro
Persen
(tidak digunakan
sebagai indikator)
6,89 6,93 7,10
2 Kontribusi PDB industri agro
terhadap PDB nasional
Persen 8,89 9,05 9,14
3 Penyerapan tenaga kerja di
sektor industri agro
Juta
Orang
6,78 6,92 7,04
4 Manajemen Direktorat
Jenderal Industri Agro yang
andal dan profesional
Nilai
PMPRB
75 75,30 (tidak lagi
digunakan
sebagai
indikator)
Berdasarkan hasil evaluasi oleh Inspektorat Jenderal, untuk indikator kinerja “Manajemen
Direktorat Jenderal Industri Agro yang andal dan profesional” dianggap kurang relevan dengan
Tujuan yang ingin dicapai sehingga pada tahun 2019, indikator tersebut tidak lagi digunakan.
4. Sasaran Strategis
Dalam mewujudkan tujuan Direktorat Jenderal Industri Agro diperlukan upaya-upaya
sistemik yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi perspektif
pemangku kepentingan, perspektif pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta perspektif
peningkatan kapasitas kelembagaan yang diukur melalui Indikator Kinerja Sasaran sebagai
berikut:
1) Perspektif Pemangku Kepentingan
a. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri
Penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dilakukan melalui pengembangan perwilayahan industri dengan
tujuan untuk meningkatkan kontribusi sektor industri pengolahan non-migas di luar
pulau Jawa dan menumbuhkan populasi unit usaha industri besar dan sedang di luar
pulau Jawa. Adapun meningkatnya populasi industri nasional diindikasikan dengan
peningkatan jumlah unit industri pengolahan non-migas serta penyerapan tenaga
kerja sektor industri pengolahan non-migas baik industri sedang besar (IBS). Indikator
kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:
1) Unit industri agro besar sedang yang tumbuh.
2) Nilai investasi di sektor industri agro.
10
b. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri
Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri dimaksudkan untuk
meningkatkan penjualan produk dalam negeri dibandingkan dengan seluruh pangsa
pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan daya saing dan
produktivitas dilakukan melalui pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi
industri yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah,
daya saing dan kemandirian industri nasional. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS)
dari sasaran strategis ini adalah:
1) Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional.
2) Produktivitas SDM industri agro.
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif pemangku kepentingan merupakan
Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Industri Agro.
2) Perspektif Proses Internal
a. Sasaran Strategis 1: Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri yang Efektif
Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,
peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor industri ke depan dilakukan
secara terencana serta disusun secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan.
Dokumen perencanaan tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah
kebijakan pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor industri dan menjadi
panduan bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan
industri nasional. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Peraturan Perundangan yang diselesaikan.
b. Sasaran Strategis 2: Terselenggaranya Urusan Pemerintahan Di Bidang Perindustrian
Berdaya Saing dan Berkelanjutan
Standardisasi industri dan peningkatan kompetensi tenaga kerja industri bertujuan
untuk meningkatkan daya saing industri dan produktivitas dalam rangka penguasaan
pasar dalam negeri maupun ekspor. Pembangunan tenaga kerja industri kompeten
yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan industri dan/atau perusahaan
kawasan industri berdampak meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri,
meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri serta memberikan
perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja industri. Indikator kinerja sasaran
strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Produk industri agro yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
2) Infrastruktur kompetensi yang terbentuk.
3) Masukan posisi kerja sama internasional bidang industri agro.
11
3) Perspektif Pembelajaran Organisasi
a. Sasaran Strategis 1: Terwujudnya ASN Kementerian Perindustrian yang Kompeten,
Profesional dan Berkepribadian
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, Kementerian Perindustrian secara
internal harus didukung oleh SDM Aparatur yang profesional dan kompeten. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai policy maker, Kementerian Perindustrian
membutuhkan SDM Aparatur yang memiliki kecakapan dalam memformulasikan dan
mengimplementasikan kebijakan publik, sementara sebagai public service provider
membutuhkan SDM Aparatur yang berorientasi pada pelayanan prima. Pembangunan
ASN Kementerian Perindustrian yang kompeten juga diperlukan dalam rangka
membentuk tenaga pembina industri dari aparatur Kementerian Perindustrian yang
memiliki kompetensi di bidang industri, baik pusat maupun daerah. Indikator kinerja
sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro.
2) Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri
Agro.
3) Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro.
b. Sasaran Strategis 2: Tersedianya Sistem Informasi yang Andal dan Mudah Diakses
Penerapan sistem informasi dan teknologi di lingkungan Kementerian Perindustrian
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi satuan kerja dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan stakeholder.
2) Ketersediaan Sistem (uptime).
c. Sasaran Strategis 3: Terwujudnya Birokrasi Kementerian Perindustrian yang Efektif,
Efisien dan Berorientasi Pada Layanan Prima
Reformasi Birokrasi merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya
memberikan perubahan atau perbaikan birokrasi ke arah yang lebih baik. Reformasi
birokrasi berkaitan dengan penataan ulang proses birokrasi dari tingkat (level)
tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru (innovation breakthrough)
dengan langkah-langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, berfikir di luar
kebiasaan/rutinitas yang ada (out of the box thinking), perubahan paradigma (a new
paradigm shift), dan dengan upaya luar biasa (business not as usual). Indikator kinerja
sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
2) Tingkat kematangan SPIP Satuan Kerja Mencapai Tingkat 3.
12
d. Sasaran Strategis 4: Terkelolanya Anggaran Pembangunan Secara Efisien dan
Akuntabel
Peningkatan kualitas penganggaran di lingkungan Kementerian diharapkan dapat
menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan dengan memperhatikan penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkeadilan. Indikator kinerja sasaran strategis
(IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN.
2) Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro.
3) Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir.
4) Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen
perencanaan.
13
Tabel 2.2 Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015 – 2019
Kode SS
Sasaran Strategis (SS)
Kode IKSS
Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)
Satuan Target
2015 2016 2017 2018 2019
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
S1 Meningkatnya populasi dan persebaran industri
S1.1 Unit industri agro besar sedang yang tumbuh
Unit Tidak digunakan sebagai indikator
538 635 708
S1.3 Nilai investasi di sektor industri agro Rp triliun 100 110 119,8 136,2 154,8
S2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
S2.1 Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional
Persen 12,75 12,75 31,1 31,4 31,6
S2.5 Produktivitas SDM industri agro Rp. Juta Tidak digunakan sebagai
indikator
299 347 365,8 387,4
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
T1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
T1.1 Peraturan perundangan yang diselesaikan
PP/ Perpres/ Permen
1 1 1 1 1
T2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
T2.1 Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Produk Tidak digunakan sebagai
indikator
84 3 4 (tidak lagi digunakan sebagai
indikator)
T2.5 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
SKKNI Tidak digunakan sebagai indikator
6 7 7
LSP dan TUK
Tidak digunakan sebagai indikator
- 1 -
T2.8 Masukan posisi kerja sama internasional bidang industri agro
Masukan Posisi
Kerja Sama
Tidak digunakan sebagai indikator 6
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
L1 Terwujudnya ASN Kementerian
L1.1 Prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Nilai Tidak digunakan sebagai indikator
80 81 82
14
Kode SS
Sasaran Strategis (SS)
Kode IKSS
Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)
Satuan Target
2015 2016 2017 2018 2019
Perindustrian yang profesional dan berkepribadian
L1.2 Produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Jam Kerja Tidak digunakan sebagai indikator
1.320 1.320 1.320
L1.3 Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Orang Tidak digunakan sebagai indikator
1 1 1
L2 Tersedianya sistem informasi yang andal dan mudah diakses
L2.1 Kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan stakeholder
Persen Tidak digunakan sebagai indikator
50 60 70
L2.2 Ketersediaan Sistem (uptime) Persen Tidak digunakan sebagai indikator
100 100 100
L3 Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
L3.1 Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Nilai Tidak digunakan sebagai indikator
76 78 80
L3.2 Tingkat Kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
Level Tidak digunakan sebagai indikator
3.00 3.20 3.25
L4 Tersusunnya perencanaan program, pengelolaan keuangan serta pengendalian yang berkualitas dan akuntabel
L4.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN
Nilai Tidak digunakan sebagai
indikator
Capaian Standar Tertinggi
Capaian Standar Tertinggi
Capaian Standar Tertinggi
Capaian Standar Tertinggi
L4.2 Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
Persen Tidak digunakan sebagai indikator
1 90 91
L4.3 Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir
Persen Tidak digunakan sebagai indikator
20 20 20
L4.4 Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan
Persen 90 90 90 95 100
15
Gambar 2.1 Peta Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro
5. Arah Kebijakan Pengembangan Industri Agro
Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035,
arah pengembangan industri agro dilakukan dengan melaksanakan pembangunan industri
prioritas yang mengacu pada rencana aksi sebagaimana yang telah diamanatkan di dalam RIPIN.
RIPIN dilaksanakan melalui Kebijakan Industri Nasional (KIN). Tahapan dan rencana aksi
pembangunan untuk industri agro adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Arah Pengembangan Industri Agro Berdasarkan RIPIN
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI
1. INDUSTRI PANGAN
a. Industri Pengolahan Ikan: Ikan
awet (beku, kering, asap) dan
fillet, Aneka olahan ikan
bernilai tambah tinggi (surimi,
breaded & pastry based
product), rumput laut dan hasil
laut lainnya (termasuk
carrageenan, minyak ikan,
suplemen dan pangan
fungsional lainnya).
b. Industri Bahan Penyegar:
bubuk cokelat, lemak cokelat,
makanan dan minuman dari
cokelat, suplemen dan pangan
fungsional berbasis kakao.
1. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas,
kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi
dengan instansi terkait dan kemitraan serta
integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir didukung
oleh infrastruktur yang memadai;
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan berkompeten di
bidang industri pangan melalui diklat industri dan
pendampingan;
3. Meningkatkan kemampuan penguasaan dan
pengembangan inovasi teknologi industri pangan
melalui penelitian dan pengembangan yang
terintegrasi;
4. Meningkatkan efisiensi proses pengolahan dan
penjaminan mutu produk melalui penerapan GHP,
GMP dan HACCP, sertifikasi SNI dan halal,
16
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI
c. Industri Pengolahan Minyak
Nabati: Fortified cooking oil
(natural dan non-natural),
pangan fungsional berbasis
minyak nabati.
d. Industri Pengolahan Buah-
Buahan dan Sayur-sayuran:
Buah/sayuran dalam kaleng,
fruit/vegetable layer,
suplemen dan pangan
fungsional berbasis limbah
industri pengolahan buah.
e. Industri Tepung: Pati dari
biomassa limbah pertanian,
Pangan darurat
f. Industri Gula Berbasis Tebu:
Gula pasir, Gula cair, dan asam
organik dari limbah industri
gula.
sertifikasi mutu lainnya, serta bantuan
mesin/peralatan pengolahan produk pangan dan
peningkatan kapasitas laboratorium uji mutu;
5. Mengkoordinasikan pengembangan sistem logistik
untuk meningkatkan efisiensi produksi dan
distribusi produk pangan;
6. Memfasilitasi pembebasan PPN atas proses
pengolahan pangan dengan nilai tambah kecil;
7. Menfasilitasi akses terhadap pembiayaan yang
kompetitif bagi industri pangan skala kecil dan
menengah;
8. Meningkatkan kerjasama industri internasional
untuk alih teknologi, peningkatan investasi dan
penguasaan pasar ekspor;
9. Promosi dan perluasan pasar produk industri
pangan di dalam dan luar negeri.
2. INDUSTRI HULU AGRO
a. Industri Oleofood: Olein,
stearin, gliserol, Palm Fatty
Acid Distillate (PFAD), coco
butter substitute, margarin,
shortening, other specialty
fats.
b. Industri Oleokimia: Asam
lemak nabati, fatty alcohols
fatty amine, methyl ester
sulfonat (biosurfactant),
biolubricant (rolling oils),
gliserin yang berbasis kimia
(glycerine based chemicals),
Minyak atsiri, Isopropil
palmitat (IPP), dan Isopropil
Miristat (IPM), Asam stearat
(stearic acid)
c. Industri Kemurgi: Biodiesel
(Fatty Acid Methyl Ester/
FAME), Bioavtur (Bio jet fuel).
d. Industri Pakan: Ransum dan
suplemen pakan ternak dan
aquaculture.
e. Industri Barang dari Kayu:
Komponen berbasis kayu
1. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas,
kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi
dengan instansi terkait didukung oleh infrastruktur
yang memadai;
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan berkompeten di
bidang industri hulu agro melalui diklat industri;
3. Meningkatkan kemampuan penguasaan dan
pengembangan inovasi teknologi industri hulu agro
melalui penelitian dan pengembangan yang
terintegrasi;
4. Pembangunan pendidikan kejuruan dan vokasi
bidang pengolahan kayu, rotan dan furnituree,
serta perlindungan HKI;
5. Meningkatkan efisiensi proses pengolahan dan
penjaminan mutu produk melalui penerapan GHP,
GMP, sertifikasi SNI dan industri hijau dan
peningkatan kapasitas laboratorium uji mutu;
6. Mengkoordinasikan pengembangan sistem logistik
untuk meningkatkan efisiensi produksi dan
distribusi produk;
7. Memfasilitasi penerapan harga keekonomian
produk bioenergi;
8. Memberikan insentif khusus untuk industri
bioenergi;
9. Promosi dan perluasan pasar produk industri hulu
17
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI
(wood working, laminated &
finger joint).
f. Industri Pulp dan Kertas: Long
fiber, Dissolving pulp.
agro berwawasan lingkungan di dalam dan luar
negeri;
10. Meningkatkan kapasitas produksi pengolahan Palm
Oil Mill Effluent (POME) terintegrasi dengan Pabrik
Kelapa Sawit untuk mengurangi emisi Gas Rumah
Kaca (GRK), dan mendorong penerapan industri
hijau pada industri pulp dan kertas.
3. INDUSTRI TEKSTIL, KULIT, ALAS
KAKI DAN ANEKA
a. Industri Furniture dan Barang
Lainnya dari Kayu: Kerajinan,
ukir-ukiran dari kayu,
Furnituree kayu dan rotan
Industri Furniture dan Barang Lainnya Dari Kayu
1. Melakukan pendampingan dan mentoring terhadap
IKM dalam rangka mendapatkan sertifikat legalitas
kayu (SVLK);
2. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas,
kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi
dengan instansi terkait dan kemitraan serta
integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir;
3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam penguasaan
teknik produksi dan desain untuk meningkatkan
daya saing dan kualitas produk;
4. Pembangunan pendidikan kejuruan dan vokasi
bidang pengolahan kayu, rotan dan furnituree;
5. Penerapan teknologi pemanfaatan bahan baku
alternatif dari (kayu sawit, kayu karet, dsb);
6. Fasilitas akses terhadap sumber pembiayaan yang
kompetitif untuk meningkatkan kinerja ekspor
furniture;
7. Meningkatkan promosi dan perluasan pasar guna
mendorong tumbuhnya industri furnituree rotan
dalam negeri.
6. Program Kegiatan
Dalam rangka mencapai sasaran strategis dan target kinerja Direktorat Jenderal Industri
Agro, maka Direktorat Jenderal Industri Agro melaksanakan ”Program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Berbasis Agro” yang didalamnya memuat kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
2) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan
Penyegar
3) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
4) Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis
Agro
5) Peningkatan Kompetensi SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
6) Peningkatan Kompetensi SDM Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
18
7) Peningkatan Kompetensi SDM Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
8) Pengembangan Industri Agro Dalam Rangka Implementasi Industri 4.0
2.2 Rencana Kinerja
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Industri Agro, maka rencana
kinerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Rencana Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019
KODE SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET SATUAN
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
SS1 Meningkatnya populasi dan persebaran industri
SS1.1 Unit Industri Agro Besar Sedang yang Tumbuh
708 Unit
SS1.3 Nilai Investasi Di Sektor Industri Agro
154,8 Trilyun
SS2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri agro
SS2.1 Kontribusi Ekspor Produk Industri Agro Terhadap Ekspor Nasional
31,6 Persen
SS2.5 Produktivitas SDM Industri Agro 387,4 Rp. Juta
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
T.1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri agro yang efektif
T1.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Diselesaikan
1 PP/ Perpres/ Permen
T.2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
T2.1 Produk Industri yang Tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
5 Sertifikat
T2.5 Infrastruktur Kompetensi yang Terbentuk - SKKNI yang Ditetapkan
7 SKKNI
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
L.1 Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang profesional dan berkepribadian
L1.1 Prestasi Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
82 Nilai
L1.2 Produktivitas Kinerja Minimum Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1320 Jam Kerja
L1.3 Kualifikasi Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1 Orang
L.2 Tersedianya sistem informasi yang andal dan mudah diakses
L2.1 Kesesuaian Data dan Informasi Industri Agro Terhadap Kebutuhan Stakeholder Industri Agro
70 Persen
L2.2 Ketersediaan Sistem (uptime) 100 Persen
19
KODE SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET SATUAN
L.3 Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
L3.1 Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
80 Nilai
L3.2 Tingkat kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
3,25 Level
L.4 Tersusunnya perencanaan program, pengelolaan keuangan serta pengendalian yang berkualitas dan akuntabel
L4.1 Tingkat Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN
Capaian Standar Tertinggi
Predikat
L4.2 Status Pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
0,8 Persen
L4.3 Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang Diblokir
20 Persen
L4.4 Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan
100 Persen
Seiring dengan perkembangan yang terjadi, terdapat beberapa perubahan dalam Rencana
Kinerja Tahun 2019 yang telah ditetapkan pada awal tahun 2018. Perubahan tersebut diantaranya:
1) Penyesuaian angka target pada indikator-indikator kinerja Sasaran Strategis Perspektif
Pemangku Kepentingan dari yang semula mengacu kepada Rencana Strategis, berdasarkan
kesepakatan hasil rapat pembahasan di level Kementerian Perindustrian, maka target pada
indikator-indikator kinerja ini disesuaikan dengan mengikuti target yang terdapat pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN), yaitu:
a) Perubahan jumlah target “Unit industri agro besar sedang yang tumbuh” menjadi
sebesar 387-424 unit.
b) Perubahan jumlah target “Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro” menjadi
sebesar 113,85 Trilyun Rupiah.
c) Perubahan jumlah target “Kontribusi ekspor produk industri pengolahan agro terhadap
ekspor nasional” menjadi sebesar 31,25 %.
2) Sehubungan dengan telah dibentuknya unit kerja baru di lingkungan Kementerian Perindustrian
yaitu Pusat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, maka target indikator kinerja
“Produk Industri yang Tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)” tidak lagi diampu
oleh Direktorat Jenderal Industri Agro
3) Berdasarkan hasil evaluasi pada saat pelaksanaan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB) di mana fungsi bagian kerja sama belum memiliki target kinerja, untuk
mengakomodir fungsi bagian kerja sama yang melakukan upaya dalam mendukung peningkatan
hubungan dan kerja sama luar negeri, maka diusulkan indikator baru pada Sekretariat
Direktorat Jenderal Industri Agro yaitu “Masukan posisi kerja sama internasional bidang industri
agro” dengan target sebanyak 6 masukan posisi kerja sama.
4) Berdasarkan reviu keselarasan target Renstra Kementerian Perindustrian terhadap Renstra
Ditjen Industri Agro, terdapat perbedaan persepsi mengenai penjelasan perhitungan realisasi
indikator kinerja Status Pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro sehingga dilakukan
penyesuaian target (Berdasarkan Nota Dinas No. 1351/IA.1/12/2018 tanggal 7 Desember 2018
20
tentang Hasil Rapat Evaluasi Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2018) dimana
perhitungan realisasi didasarkan pada “jumlah BMN yang telah ditetapkan” dengan target
berubah menjadi sebesar 91%.
2.3 Rencana Anggaran
Untuk mewujudkan target kinerja yang diperjanjikan, pada tahun 2019 semula Direktorat
Jenderal Industri Agro memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp. 111.632.821.000,-, (seratus sebelas
milyar enam ratus tiga puluh dua juta delapan ratus dua puluh satu ribu rupiah) namun sehubungan
dengan surat Sekretaris Jenderal Nomor 315/SJ-IND/KR/IX/2019 mengenai rencana pemenuhan
kekurangan belanja pegawai Kementerian Perindustrian, alokasi anggaran Direktorat Jenderal
Industri Agro berubah menjadi sebesar Rp. 111.016.300.000,- (seratus sebelas milyar enam belas
juta tiga ratus ribu rupiah).
Dengan adanya perubahan Rencana Kinerja sebagaimana yang telah dibahas pada subbab
sebelumnya, maka rencana anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
21
Tabel 2.5 Rencana Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019
KO-DE
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR TARGET SATUAN INTERMEDIATE
OUTCOME KEGIATAN ANGGARAN
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
SS1 Meningkatnya populasi dan persebaran industri
SS1.1 Unit Industri Agro Besar Sedang yang Tumbuh
387-424 Unit - Menumbuhkan industri baru
- Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu
14.550.000.000
SS1.3 Nilai Investasi Di Sektor Industri Agro
113,85 Trilyun - Terciptanya iklim usaha industri agro yang kondusif - Memberikan informasi bagi calon investor terkait perkembangan investasi di Indonesia
- Invesment Catalogue Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Atsiri Nasional - Pengembangan Proses Produksi dan Bahan Baku Alternatif Untuk Industri Rayon - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Profil Investasi Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Profil Investasi Industri Prioritas Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
938.000.000
949.000.000
1.584.500.000
1.325.634.000
400.000.000
588.895.000
1.238.950.000
SS2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri agro
SS2.1 Kontribusi Ekspor Produk Industri Agro Terhadap Ekspor Nasional
31,25 Persen - Meningkatnya mutu produk industri agro melalui penerapan SNI, CPPOB, standar pangan FAO/WHO dan standar mutu lainnya - Meningkatnya ketersediaan dan jaminan pasokan bahan baku industri agro
- Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - SNI yang Disusun/Direvisi, Diberlakukan dan Diawasi Di Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Perusahaan Berbasis Hasil Hutan dan Perkebunan yang Menerapkan Standar Mutu - Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor dan Jaminan Pasokan Bahan Baku Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Melalui Fora Kerjasama Internasional
1.426.405.000
1.907.785.000
1.464.000.000
760.554.000
22
KO-DE
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR TARGET SATUAN INTERMEDIATE
OUTCOME KEGIATAN ANGGARAN
- Menurunnya trade barrier di negara tujuan sebagai akibat dilakukannya perundingan kerjasama - Terciptanya kebijakan fiskal yang mendukung peningkatan ekspor - Menyediakan konsep desain produk yang diterima pasar internasional - Peningkatan efisiensi produksi melalui peningkatan teknologi/implementasi industry 4.0
- Konsep Rantai Alur Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu dan Rotan Serta Konsep Desain Industri Furniture yang Diterima Pasar Internasional - Dokumen Analisis Kebijakan Fiskal Tarif Bea Keluar dan Tarif Dana Perkebunan Terhadap Kinerja Industri Hilir Kelapa Sawit Nasional - Industri Pengolahan Susu yang Menjalin Kemitraan Dengan Peternak - Perusahaan Di Sektor Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar yang Dimonitoring dan Dikendalikan - SNI yang Disusun/Direvisi dan Diberlakukan Di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Fasilitasi Penerapan Keamanan Pangan Serta Penerapan SNI Wajib Bagi Pelaku Industri Makanan dan Minuman - Regulasi Terkait Pengembangan Industri Minuman Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Pemenuhan Gizi Masyarakat Melalui Peningkatan Konsumsi Pangan Olahan Sehat - Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Verifikasi Kebutuhan Bahan Baku Industri Pangan - Komoditi yang Diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Pelatihan CPPOB Berbasis Makanan dan Minuman - Partisipasi Industri Minuman Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Dalam Kegiatan ACCSQ, CODEX, dan Sidang/Forum Kerjasama Lainnya - Partisipasi Pada Forum Kerjasama Internasional Terkait Produk Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
2.200.000.000
960.000.000
700.790.000
775.000.000
2.962.740.000
1.419.320.000
500.000.000
687.587.000
1.841.745.000
4.016.078.000 923.312.000
1.300.000.000 916.000.000
1.158.600.000
23
KO-DE
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR TARGET SATUAN INTERMEDIATE
OUTCOME KEGIATAN ANGGARAN
SS2.5 Produktivitas SDM Industri Agro
387,4 Rp. Juta - Meningkatnya kemampuan SDM dalam bidang teknologi industri agro - Meningkatnya jumlah SDM industri agro yang berkompeten
- Pelatihan SDM Di Sektor Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Pelatihan SDM Di Sektor Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Peningkatan Kompetensi SDM Di Sektor Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Makanan dan Minuman
3.350.000.000
2.600.000.000
3.650.000.000
7.750.000.000
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
T.1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri agro yang efektif
T1.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Diselesaikan
1 PP/ Perpres/ Permen
- - Pelayanan Hukum dan Kepatuhan Internal - Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Iklim Usaha Sektor Industri Agro - Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri Sektor Industri Agro
395.050.000 563.417.000
456.946.000
T.2 Terselenggara-nya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
T2.5 Infrastruktur Kompetensi yang Terbentuk - SKKNI yang Ditetapkan
7 SKKNI - - Rancangan SKKNI/KKNI yang Disusun/Direvisi Di Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Rancangan SKKNI/KKNI Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Rancangan SKKNI/KKNI yang Disusun Di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
1.325.240.000
1.137.000.000
400.000.000
T2.8 Masukan posisi kerja sama internasional bidang industri agro
6 Masukan Posisi
Kerja Sama
- - Penyusunan Posisi Runding Sektor Industri Agro Dalam Kerjasama Internasional
828.506.000
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
L.1 Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang professional
L1.1 Prestasi Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
82 Nilai - - Gaji dan Tunjangan 18.222.552.000
24
KO-DE
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR TARGET SATUAN INTERMEDIATE
OUTCOME KEGIATAN ANGGARAN
dan berkepriba-dian
L1.2 Produktivitas Kinerja Minimum Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1320 Jam Kerja - - Operasional dan Pemeliharaan Kantor 5.560.252.000
L1.3 Kualifikasi Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1 Orang - - Pengelolaan Kepegawaian 1.233.610.000
L.2 Tersedianya sistem informasi yang andal dan mudah diakses
L2.1 Kesesuaian Data dan Informasi Industri Agro Terhadap Kebutuhan Stakeholder Industri Agro
70 Persen - - Pemetaaan Pemanfaaatan Energi Alternatif Potensial Untuk Memenuhi Kebutuhan Industri Agro - Penanganan Permasalahan Aktual - Identifikasi Ceruk (niche) Kebutuhan Industri Agro Menghadapi Pasar Global Di Era Ir 4.0 - Pengelolaan Data dan Informasi - Pelayanan Umum dan Perlengkapan - Pelayanan Humas dan Protokoler
763.745.000
392.371.000 502.332.000
417.750.000
1.930.881.000 453.400.000
L2.2 Ketersediaan Sistem (uptime)
100 Persen - - Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi - Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
362.024.000 1.244.806.000
L.3 Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
L3.1 Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
80 Nilai - - Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Industri Agro Tahun 2020-2024 - Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
876.768.000
795.000.000
L3.2 Tingkat kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
3,25 Level - - Pelayanan Organisasi, Tata Laksana, dan Reformasi Birokrasi
174.765.000
L.4 Tersusunnya perencanaan program, pengelolaan keuangan serta pengendalian
L4.1 Tingkat Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN
Capaian Standar Tertinggi
Predikat - - Pengelolaan Keuangan - Pengelolaan Perbendaharaan - Pelayanan Rumah Tangga
296.163.000 387.700.000 636.294.000
25
KO-DE
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR TARGET SATUAN INTERMEDIATE
OUTCOME KEGIATAN ANGGARAN
yang berkualitas dan akuntabel
L4.2 Status Pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
0,8 Persen - - Penatausahaan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara - Monitoring dan Tata Kelola Hibah Barang Milik Negara
257.700.000
535.172.000
L4.3 Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang Diblokir
20 Persen - - Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Satker Eselon 1 Tanpa Satker Vertikal - Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. IHHP - Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. IMHLP - Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. Mintemgar
63.700.000
1.960.000.000
1.695.000.000
1.367.395.000
L4.4 Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan
100 Persen - - Penyusunan Rencana Program dan Penyusunan Rencana Anggaran
935.866.000
JUMLAH 111.016.300.000
26
2.4 Dokumen Penetapan Kinerja
Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan didukung pembiayaan dan
mendapatkan persetujuan dalam bentuk DIPA, maka pada bulan Januari tahun 2019 ditetapkan
Perjanjian Kinerja yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019. Sepanjang
tahun 2019, terjadi dua kali revisi Perjanjian Kinerja sebagai akibat dari adanya pergantian Pimpinan
di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kementerian Perindustrian. Format dokumen
Penjanjian Kinerja juga mengalami perubahan sebagaimana hasil evaluasi PMPRB oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di mana berdasarkan arahan KemenPAN
RB, Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan perlu dicantumkan di dalam dokumen Perjanjian Kinerja,
sehingga Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019
No. Sasaran Strategis
(SS) Indikator Kinerja
(IK) Target Satuan
TUJUAN
1. Meningkatnya peran industri agro dalam perekonomian nasional
1. Laju pertumbuhan PDB industri agro
7,10 %
2. Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional
9,14 %
3. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro
7,04 Juta Orang
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
1. Meningkatnya populasi dan persebaran industri
1. Unit industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh
387-424 Unit Usaha
2. Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro
113,9 Trilyun Rupiah
2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
1. Kontribusi ekspor produk industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional
31,25 %
2. Produktivitas SDM industri agro
387,4 Rp. Juta
PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL
1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri agro yang efektif
1. Rancangan peraturan perundangan yang diselesaikan
1 Rancangan PP/ Perpres/ Permen
2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
a. SKKNI yang ditetapkan 7 SKKNI
2. Masukan posisi kerjasama internasional di bidang industri agro
6 Masukan Posisi Kerja Sama
27
T R T R T R T R T R C T R C
Laju
pertumbuhan
PDB industri
agro
6,89 6,58 6,93 6,30 7,10 6,51 91,7% 7,10 6,51 91,7% %
Kontribusi PDB
industri agro
terhadap PDB
nasional
8,89 8,59 9,05 8,63 9,14 8,74 95,6% 9,14 8,74 95,6% %
Penyerapan
tenaga kerja di
sektor industri
agro
6,78 8,10 6,92 8,41 7,04 8,32 118,2% 7,04 8,32 118,2% Juta
Orang
Manajemen
Direktorat
Jenderal Industri
Agro yang andal
dan profesional
75,00 74,73 75,30 77,16 75,30 77,16 102,5% Nilai
SATUAN
Meningkatnya
peran industri
agro dalam
perekonomian
nasional
Tidak digunakan
sebagai indikator
IKTTUJUAN2015 2016
Tidak lagi digunakan
sebagai indikator
2017 2018 2019 2015-2019
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Analisis Capaian Kinerja
Tahun 2019 merupakan tahun kelima atau tahun terakhir pelaksanaan Rencana Strategis Tahun
2015 – 2019 dan perubahannya. Akuntabilitas kinerja yang diukur dalam rangka menggambarkan
capaian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2019 mencakup analisis capaian kinerja
tujuan, sasaran strategis (perspektif pemangku kepentingan, perspektif proses internal dan
perspektif pembelajaran organisasi), Perjanjian Kinerja, Indikator Kinerja Utama (IKU), Program
Prioritas Nasional, Rencana Strategis Jangka Menengah, capaian dokumen perencanaan jangka
menengah lainnya (RPJMN & RIPIN) dan analisis penggunaan sumber daya. Analisis yang disajikan
dilengkapi dengan perbandingan capaian pada tahun-tahun sebelumnya serta capaian akhir jangka
menengah tahun 2015-2019, namun terdapat beberapa indikator kinerja yang tidak dapat
diperbandingkan karena pada tahun sebelumnya tidak digunakan sebagai indikator kinerja.
3.1.1. Capaian Indikator Kinerja Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2019 adalah
meningkatnya peran industri agro dalam perekonomian nasional. Ukuran keberhasilan tujuan ini
dihitung melalui indikator kinerja tujuan laju pertumbuhan PDB industri agro, kontribusi PDB industri
agro terhadap PDB nasional, dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro dengan target dan
capaian sebagaimana berikut:
Tabel 3.1. Capaian IKT Direktorat Jenderal Industri Agro
Indikator kinerja tujuan “Laju pertumbuhan PDB industri agro” tahun 2019 ditargetkan sebesar
7,10%. Berdasarkan data yang dirilis BPS, pertumbuhan PDB industri agro tahun 2019 adalah
sebesar 6,51% sehingga nilai capaian untuk indikator ini adalah sebesar 91,7%. Laju
pertumbuhan PDB industri agro pada tahun 2019 meningkat sebesar 3,33% jika dibandingkan
28
dengan laju pertumbuhan pada tahun 2018. Pertumbuhan ini didukung oleh pertumbuhan
pada sektor-sektor di bawahnya. Pada tahun 2019, sektor industri agro yang mengalami
pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor industri kertas dan barang dari kertas yang tumbuh
sebesar 8,86%, meningkat jika dibandingkan tahun 2018 yang tumbuh sebesar 0,4%.
Pertumbuhan tertinggi selanjutnya terjadi pada sektor industri furniture yang tumbuh sebesar
8,35%, meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2018 sebesar 2,22%,
kemudian diikuti pertumbuhan sektor industri makanan dan minuman yang pada tahun ini
tumbuh sebesar 7,78%, mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang
tumbuh sebesar 7,91%. Pertumbuhan positif juga terjadi pada sektor industri pengolahan
tembakau yang tumbuh sebesar 3,36%, sedikit melambat jika dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 3,52%. Pertumbuhan negatif terjadi pada sektor
industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furniture) dan barang anyaman dari
bambu, rotan dan sejenisnya, tumbuh negatif sebesar -4,55%, menurun jika dibandingkan
dengan tahun 2018 yang tumbuh positif sebesar 0,75%.
Pada tahun 2019, pertumbuhan sektor industri agro yang tertinggi terjadi pada sektor industri
kertas dan barang dari kertas yang meningkat sebesar 8,86%. Pada tahun 2018, sektor ini hanya
tumbuh sebesar 0,4%. Pertumbuhan sektor ini antara lain didukung oleh penambahan
kapasitas produksi di dalam negeri. Meskipun terjadi penurunan nilai ekspor pulp dan kertas
pada tahun 2019 akibat fluktuasi harga pulp dan kertas di pasar global, namun secara volume
mengalami peningkatan. Sepanjang bulan Januari - April tahun 2019, volume ekspor pulp dan
kertas mengalami kenaikan sekitar 12,5-15% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun 2018. Negara tujuan utama ekspor produk kertas Indonesia adalah China, Jepang,
Malaysia, India, dan Amerika Serikat, sedangkan tujuan ekspor utama pulp Indonesia adalah
China, Korea Selatan, India, Bangladesh, dan Jepang. Peningkatan volume ekspor pulp dan
kertas disebabkan oleh pertumbuhan produksi pulp dan kertas setiap tahun sebagai akibat dari
penambahan kapasitas produksi di dalam negeri. Salah satu produsen kertas, PT. Asia Pulp and
Paper (APP) telah menambah kapasitas produksi pabrik di Sumatera Selatan. Selain itu, pada
tahun 2019 dengan berlangsungnya Pemilihan Umum, turut mendukung pertumbuhan sektor
ini, di mana terjadi peningkatan konsumsi kertas di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan
kertas suara Pemilu. Target pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk pulp dan serpih
kayu periode tahun 2019 - 2020 adalah sekitar 3 juta hektar dengan target produksi kayu HTI
mencapai 10,8 juta ton. Produk pulp dan kertas Indonesia memiliki daya saing kuat di pasar
global dikarenakan bahan baku kertas, berupa kayu, banyak tersedia di dalam negeri. Potensi
industri pulp dan kertas Indonesia diharapkan akan terus bertumbuh, mengingat potensi
konsumsi kertas Indonesia yang masih rendah. Konsumsi kertas di dalam negeri masih sebesar
30 kg per kapita dibandingkan dengan China yang mencapai 76 kg per kapita dan Amerika
Serikat sebesar 219 kg per kapita. Di samping itu, trend kebutuhan konsumsi kertas khususnya
kertas kemasan atau kertas industri terus tumbuh sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk dan trend jual beli daring yang membutuhkan pengemasan dari kertas.
Pertumbuhan tertinggi kedua terjadi pada sektor industri furniture yang tumbuh sebesar 8,35%
pada tahun 2019, meningkat pesat jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2018 sebesar
2,22%. Selain didukung oleh peningkatan jumlah investasi, pertumbuhan sektor ini antara lain
juga disebabkan oleh dampak positif dari perang dagang antara China dengan Amerika Serikat.
Perang dagang tersebut menyebabkan bea masuk impor furniture ke negara-negara yang
29
selama ini menjadi konsumen China menjadi lebih mahal, sehingga konsumen furniture China
mengalihkan pesanannya ke negara-negara produsen di Asia Tenggara di mana salah satunya
adalah Indonesia. Hal ini berpeluang untuk mendorong industri furniture Indonesia agar
tumbuh lebih pesat. Namun Indonesia perlu tetap waspada, saat ini Vietnam menjadi negara
kompetitor yang paling agresif menyerap pengalihan pesanan dari konsumen furniture China.
Hal ini terjadi antara lain karena regulasi impor Vietnam yang ramah pembeli dari luar negeri,
regulasi tenaga kerja yang tidak membebani pengusaha serta rantai pasok yang lebih memadai
dengan harga yang lebih murah. Pemerintah melalui proses multipihak dengan lead iniciator
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menyusun Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
(SVLK) bagi pengelola hutan dan perusahaan yang mengolah bahan baku kayu untuk menjamin
produk kayu Indonesia legal dan ramah lingkungan. Ke depan diharapkan industri pengolahan
kayu termasuk industri furniture menggunakan bahan baku kayu dari sumber bahan baku legal
dan berkesinambungan khususnya yang berasal dari Hutan Tanaman. Perkembangan industri
furniture dan pengolahan kayu dunia mengalami fluktuasi dari mulai tahun 2000 sampai 2016.
Tujuh negara yang termasuk major income countries (US, Italia, Jerman, Jepang, Perancis,
Kanada, Inggris) memasok 58% dari total produksi dunia. Middle and low income countries
termasuk China, Polandia, Brazil dan Vietnam memasok 42% dari total produksi dunia. Importir
utama furniture adalah US, Jerman, Perancis dan Inggris. Dengan luas hutan mencapai 130.61
juta hektar seharusnya Indonesia dapat menjadi salah satu pemasok terbesar kebutuhan
furniture dunia. Salah satu faktor kendala yang dihadapi industri pengolahan kayu dan furniture
Indonesia adalah sulitnya mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan sesuai dengan
permintaan industri. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian
diantaranya pembentukan Terminal Kayu di beberapa sentra industri pengolahan kayu dan
furniture. Namun program ini sampai saat sekarang masih belum bisa mengatasi kesulitan
industri dalam memperoleh bahan baku.
Sektor yang mengalami pertumbuhan terbesar selanjutnya adalah sektor industri makanan dan
minuman yang tumbuh sebesar 7,78% pada tahun 2019, sedikit menurun jika dibandingkan
pertumbuhan pada tahun 2018 yang tumbuh sebesar 7,91%. Pada tahun 2017, pertumbuhan
sektor ini sempat mencapai angka 9,23%. Penyebab menurunnya pertumbuhan sektor ini
diantaranya masih disebabkan oleh terjadinya penurunan ekspor pada komoditi kelapa sawit
dan turunannya yang menurun sebesar 12,29% jika dibandingkan dengan tahun 2018. Namun
dengan mulai diberlakukan kebijakan Program Mandatori Biodiesel 30% (B30) pada tahun 2020
diharapkan dapat menyerap CPO yang semula diekspor, dialihkan untuk diolah di dalam negeri
sehingga tetap mampu memberikan nilai tambah. Penurunan pada sektor ini juga dipengaruhi
oleh kondisi perkonomian global di mana pada akhir tahun 2018 harga dan kinerja ekspor
komoditas cukup tertekan sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat. Pada tahun 2019
terjadi penurunan konsumsi dari konsumen kelas menengah ke bawah. Konsumen kelas
menengah ke bawah mengalokasikan hingga 70 persen pendapatannya untuk kebutuhan
makanan dan minuman. Konsumen kelas ini menggantungkan pendapatan kepada sektor
perkebunan dan pertambangan yang rentan dengan perubahan kondisi perekonomian global,
sehingga dengan menurunnya kondisi perekonomian dunia, akan menurunkan daya beli
masyarakat. Sektor industri makanan dan minuman akan terus menghadapi tantangan dari
pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, di mana hal ini akan
mempengaruhi biaya produksi sebagai akibat dari biaya pembelian bahan baku impor yang
30
meningkat. Saat ini industri makanan dan minuman di Indonesia masih memiliki
ketergantungan cukup besar terhadap bahan baku impor.
Pertumbuhan tertinggi selanjutnya terjadi pada sektor industri pengolahan tembakau. Pada
tahun 2019 sektor industri pengolahan tembakau mengalami perlambatan pertumbuhan
sebesar 3,36% jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2018 sebesar 3,52%.
Pertumbuhan industri rokok dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 1-3%.
Berdasarkan data AC Nielsen, produksi rokok pada semester I tahun 2019 juga menurun
sebesar 8,6%. Industri pengolahan hasil tembakau (IHT) adalah salah satu penyumbang cukai
terbesar di Indonesia dan menjadi satu-satunya industri yang paling besar kontribusinya bagi
pendapatan negara melalui cukai dan pajak. Sejumlah kebijakan telah dikeluarkan oleh
Pemerintah terhadap IHT di antaranya adalah penerapan tarif cukai, PPN pajak rokok, dan tarif
bea masuk terhadap impor tembakau. Kebijakan-kebijakan tersebut kerap menjadi polemik
bagi sektor industri ini. Terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 146 Tahun 2017
berpotensi menimbulkan ketidakpastian dan mengancam keberlangsungan industri hasil
tembakau. Aturan ini tidak hanya menetapkan cukai hasil tembakau, namun juga memunculkan
suatu road map penyederhanaan struktur tarif cukai. Kebijakan penyederhanaan layer
(simplifikasi) tarif cukai rokok sampai tahun 2021 pada imlementasinya akan memangkas 12
layer tarif cukai yang berlaku saat ini menjadi hanya 5 layer tarif cukai. Kebijakan simplifikasi ini
bukan hanya menggabungkan 12 layer tarif ke 5 layer melainkan juga menggabungkan
perusahaan-perusahaan IHT. Perusahaan IHT skala besar akan bertahan pada kebijakan
simplifikasi, sedangkan industri menengah kebawah akan rentan sehingga berpotensi
memperkuat oligopolistik yang berimbas pada berkurangnya jumlah industri IHT, karena tarif
cukai naik tajam membuat harga rokok kelas menengah kebawah naik dan berujung pada PHK.
Pada tahun 2020 akan diberlakukan kenaikan tarif cukai rokok sebesar 23% sehingga
diperkirakan akan menurunkan jumlah produksi industri ini. Jumlah penerimaan cukai hasil
tembakau sendiri berbanding terbalik dengan jumlah perusahaan rokok setiap tahunnya. Sejak
2011, penerimaan cukai rokok terus tumbuh dari Rp 7,3 Triliun pada 2011 menjadi Rp 147,7
Triliun pada tahun 2017. Sementara jumlah perusahaan rokok terus berkurang, dari 2.540 unit
pada tahun 2011, menjadi hanya 487 unit pada tahun 2017. Hingga tahun 2017, kinerja industri
hasil tembakau terus mengalami penurunan, namun kontribusi cukai hasil tembakau selama
rentang tahun 2007-2017 terus bertumbuh hingga mencapai 13,5%.
Pada tahun 2019, sektor industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furniture)
dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya mengalami pertumbuhan negatif
sebesar -4,55% jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang tumbuh sebesar 0,75%. Hal ini
terjadi sebagai akibat dari imbas kondisi perekonomian global dengan adanya perang dagang
antara Amerika Serikat dan China yang berdampak pada menurunnya volume perdagangan
sektor usaha kehutanan. Negara tujuan ekspor terbesar produk kayu olahan Indonesia adalah
China, Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Korea. Penurunan permintaan dunia
melemahkan kinerja ekspor kayu olahan Indonesia, yang secara berantai menurunkan
permintaan pasokan bahan baku dari sektor hulu, baik dari hutan alam maupun hutan
tanaman. Produksi kayu hutan alam tahun 2018 mencapai 7 juta meter kubik, sedangkan pada
tahun 2019 menurun menjadi sebesar 5,8 juta meter kubik atau turun sebesar 16,3%.
Penurunan produksi hutan alam ini terutama disebabkan karena berkurangnya permintaan
pasokan dari industri pengolahan kayu, terutama industri panel dan woodworking yang
31
KBLI SEKTOR 2015 2016 2017* 2018** 2019***
10,11 INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN 7,54 8,33 9,23 7,91 7,78
10 INDUSTRI MAKANAN 7,89 8,68 9,79 7,74 7,33
11 INDUSTRI MINUMAN 0,56 0,81 (3,72) 12,49 19,09
12 INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU 6,24 1,58 (0,64) 3,52 3,36
16 INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU DAN GABUS (TIDAK TERMASUK
FURNITUR) DAN BARANG ANYAMAN DARI BAMBU, ROTAN DAN SEJENISNYA(1,63) 1,74 0,13 0,75 (4,55)
17 INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS (0,67) 2,44 (0,09) 0,40 7,13
18 INDUSTRI PENCETAKAN DAN REPRODUKSI MEDIA REKAMAN 5,14 4,33 4,46 10,95 23,37
31 INDUSTRI FURNITUR 5,17 0,46 3,65 2,22 8,35
-- INDUSTRI AGRO 5,82 6,33 6,60 6,30 6,65
-- INDUSTRI PENGOLAHAN Non-MIGAS 5,05 4,43 4,85 4,77 4,34
-- NASIONAL 4,88 5,03 5,07 5,17 5,02
sebagian besar bahan bakunya menggunakan kayu alam. Sementara itu, produksi hutan
tanaman juga mengalami penurunan di mana pada tahun 2018 mencapai 40 juta meter kubik,
menurun menjadi sebesar 39 juta meter kubik pada tahun 2019 atau turun sebesar 1,63%.
Laju pertumbuhan masing-masing sektor industri agro dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2. Pertumbuhan PDB Sektor Industri Agro
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pertumbuhan sektor industri agro cenderung lebih
tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDB industri pengolahan non migas bahkan
terhadap pertumbuhan PDB industri secara nasional. Sepanjang tahun 2015-2019,
pertumbuhan sektor industri agro mengalami fluktuasi, terus meningkat pada tahun 2016 dan
2017, lalu menurun pada tahun 2018 dan pada tahun 2019 kembali meningkat mencapai angka
pertumbuhan tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Namun meskipun demikian, angka
pertumbuhan sektor industri agro pada setiap tahunnya belum mampu mencapai target yang
ditetapkan dalam Rencana Strategis dan pada akhir periode Rencana Strategis Tahun 2015-
2019 juga belum mampu mencapai target akhir yang ingin dicapai.
Pada indikator kinerja “Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional” dengan
target sebesar 9,14%, berdasarkan data yang dirilis oleh BPS, pada tahun 2019 kontribusi PDB
sektor industri agro terhadap PDB nasional adalah sebesar 8,74%, meningkat sedikit jika
dibandingkan kontribusi pada tahun 2018 sebesar 8,56%, sehingga capaian untuk indikator ini
adalah sebesar 95,6%. Realisasi indikator kinerja ini lebih rendah dari yang ditargetkan namun
terus konsisten mengalami peningkatan sejak tahun 2015 sebesar 8,21%, terus meningkat
hingga sebesar 8,74% pada tahun 2019. Realisasi pencapaian target indikator kinerja ini
dipengaruhi oleh dinamika pertumbuhan pada masing-masing sektor di dalam industri agro
serta pada sektor lainnya. Penurunan kontribusi pada sektor industri agro, akan diikuti oleh
peningkatan kontribusi pada sektor lain. Namun seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
industri agro khususnya pada sektor industri makanan dan minuman yang tingkat
32
KBLI SEKTOR 2015 2016 2017* 2018** 2019***
10,11 INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN 5,61 5,97 6,14 6,25 6,40
10 INDUSTRI MAKANAN 5,28 5,65 5,85 5,95 6,05
11 INDUSTRI MINUMAN 0,34 0,32 0,29 0,30 0,35
12 INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU 0,94 0,94 0,90 0,89 0,89
16 INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU DAN GABUS (TIDAK TERMASUK
FURNITUR) DAN BARANG ANYAMAN DARI BAMBU, ROTAN DAN SEJENISNYA0,68 0,65 0,60 0,56 0,51
17 INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS 0,70 0,66 0,65 0,62 0,62
18 INDUSTRI PENCETAKAN DAN REPRODUKSI MEDIA REKAMAN 0,06 0,06 0,06 0,07 0,08
31 INDUSTRI FURNITUR 0,27 0,26 0,25 0,24 0,25
-- INDUSTRI AGRO 8,27 8,55 8,60 8,63 8,74
-- INDUSTRI PENGOLAHAN Non-MIGAS 18,20 18,21 17,88 17,62 17,58
pertumbuhannya selalu berada di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, hal ini
diharapkan akan mampu memberikan peningkatan kontribusi PDB sektor industri agro
terhadap PDB nasional.
Pada tahun 2019, PDB nasional Indonesia tumbuh sebesar 5,02% atau lebih rendah dari angka
pertumbuhan yang asumsikan dalam APBN sebesar 5,3%. Hal ini diantaranya disebabkan oleh
ketidakpastian gejolak perekonomian global. Penurunan pertumbuhan ekonomi nasional juga
tidak lepas dari penurunan perekonomian yang terjadi pada empat negara mitra dagang utama
Indonesia yaitu Singapura, China, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Pada sektor industri agro sendiri, sektor industri makanan dan minuman terus konsisten
menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap laju pertumbuhan industri agro
secara keseluruhan. Selama 5 tahun terakhir, meskipun mengalami perlambatan, namun
kontribusi sektor industri makanan dan minuman terhadap perekonomian nasional terus
mengalami peningkatan dari 5,61% pada tahun 2015, terus meningkat menjadi sebesar 6,4%
pada tahun 2019. Kontribusi masing-masing sektor industri agro terhadap perekonomian
nasional dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.3. Kontribusi PDB Sektor Industri Agro Terhadap PDB Nasional
Industri agro menjadi motor penggerak dalam pertumbuhan perekonomian nasional yang
dapat dilihat dari besarnya kontribusi PDB yang diberikan. Sepanjang tahun 2015-2019,
kontribusi PDB sektor industri agro terus mengalami peningkatan, meskipun pada setiap
tahunnya belum mampu memenuhi target yang ditetapkan dan pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019 juga belum mampu mencapai target akhir yang ingin dicapai.
Pada indikator kinerja “Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro” dengan target
sebesar 7,04 juta orang, berdasarkan data yang dirilis oleh BPS, jumlah penduduk yang bekerja
pada sektor industri agro adalah sebesar 8,32 juta orang, menurun jika dibandingkan dengan
realisasi pada tahun 2018 sebesar 8,41 juta orang, namun meningkat dari jumlah tenaga kerja
pada tahun 2017 sebesar 8,1 juta orang, sehingga capaian untuk indikator kinerja ini adalah
33
sebesar 118,2%. Data ini merupakan data jumlah tenaga kerja sektor industri agro untuk
kategori Industri Besar Sedang dan Industri Menengah Kecil Mikro dari hasil Sakernas bulan
Agustus Tahun 2019 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik.
Sepanjang tahun 2015-2019, target indikator ini selalu dapat mencapai target pada setiap
tahunnya, dengan realisasi yang berfluktuasi. Pada tahun 2018 sempat meningkat dari tahun
2017, lalu kembali mengalami penurunan pada tahun 2019. Pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, realisasi indikator ini telah mempu memenuhi target akhir yang
ingin dicapai, yaitu sebesar 8,32 juta orang dari target akhir sebesar 7,04 juta orang tenaga
kerja. Adanya penambahan investasi dan penambahan jumlah unit usaha pada sektor industri
agro berkontribusi terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Berbagai upaya yang telah
dilakukan melalui kebijakan untuk mendorong kemudahan investasi yang dilakukan oleh
Pemerintah, telah mampu memberikan dampak positif, di mana salah satunya adalah
peningkatan jumlah tenaga kerja sektor industri.
Kondisi perekonomian yang menurun pada tahun 2019 sebagai pengaruh dari gejolak ekonomi
global, turut memberi dampak negatif pada menurunnya jumlah tenaga kerja sektor industri
agro. Namun tetap perlu diperhatikan bahwa penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor
industri agro tidak berarti bahwa terjadi peningkatan jumlah pengangguran, namun bisa saja
terjadi pengalihan sektor dari tenaga kerja tersebut. Sepanjang tahun 2017-2019, Direktorat
Jenderal Industri Agro terus aktif mendukung pengembangan pendidikan vokasi yang
berorientasi pada kebutuhan pasar kerja (demand driven) yang dilaksanakan oleh Kementerian
Perindustrian dengan turut memitrakan perusahaan-perusahaan di sektor industri agro dengan
sekolah melalui Program Pendidikan Vokasi yang Link and Match antara Industri dengan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Selain mendukung pelaksanaan Program Pendidikan
Vokasi, pada tahun 2019 Direktorat Jenderal Industri Agro juga melaksanakan kegiatan dengan
fungsi pendidikan untuk mendukung pengembangan kompetensi SDM pada sektor industri
agro.
Untuk Indikator Kinerja Tujuan “Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro yang Andal dan
Profesional” pada tahun 2019 indikator ini tidak lagi digunakan sebagaimana hasil evaluasi oleh
Inspektorat Jenderal pada saat evaluasi penilaian SAKIP tahun 2018. Capaian indikator ini
berpedoman pada hasil penilaian PMPRB Kementerian Perindustrian tahun 2017 di mana
Kemenperin memperoleh nilai sebesar 77,16, meningkat dari hasil penilaian PMPRB tahun 2016
dengan nilai sebesar 74,73. Hingga akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator
ini telah mampu mencapai target akhir yang ditetapkan yaitu nilai PMPRB sebesar 77,16 dari
target sebesar 75,30 pada tahun 2018 (tahun terakhir indikator ini masih digunakan).
Berdasarkan data pada tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa capaian rata-rata target Indikator
Kinerja Tujuan Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2019 adalah sebesar 101,53% meskipun
terdapat 2 dari 3 target indikator kinerja yang tidak tercapai.
34
T R T R T R T R T R C T R C
Unit industri
pengolahan agro
besar sedang
yang tumbuh
538 774 635 784 708 904 127,7% 1.881 2.462 130,9% Unit
Nilai investasi di
sektor industri
pengolahan agro100 66 110 102 120 122 136 72,5 155 70 45,2% 621 432,5 69,7%
Rp
Triliun
2015-2019
Meningkatnya
populasi dan
persebaran
industri agro
SASARAN
STRATEGISIKSS SATUAN
2015 2016 2017 2018 2019
Tidak digunakan
sebagai indikator
3.1.2. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis
A. Perspektif Pemangku Kepentingan
Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan mempunyai 2 (dua)
sasaran strategis dengan 4 (empat) indikator kinerja sasaran, meliputi:
1) Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri
Sasaran strategis perspektif stakeholder meningkatnya populasi dan persebaran industri
diukur melalui indikator kinerja unit industri agro besar sedang yang tumbuh dengan target
pada tahun 2019 adalah sebesar 387-424 unit, dan nilai investasi di sektor industri agro dengan
target antara sebesar Rp. 113,85 Triliun. Capaian masing-masing indikator kinerja tersebut
tersaji dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.4. Capaian IKSS dari Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri
Pada IKSS “Jumlah Unit Industri Pengolahan Agro Besar Sedang yang Tumbuh” dengan
target sebanyak 708 unit usaha, realisasi pada tahun 2019 merupakan data yang
bersumber dari BPS yang kemudian diolah Pusat Data dan Informasi Kementerian
Perindustrian. Realisasi indikator ini adalah sebesar 904 unit usaha atau dengan capaian
sebesar 127,7%. Realisasi ini mengalami peningkatan dari realisasi tahun 2018. Meskipun
Indonesia memasuki tahun politik pada 2019, di mana terjadi penurunan jumlah
investasi, namun jumlah unit usaha tetap mengalami pertumbuhan.
Sepanjang tahun 2015-2019, realisasi indikator ini selalu dapat mencapai target tahunan
yang ingin capai, dan pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, sektor
industri agro telah tumbuh sebanyak 2.462 unit industri, melebihi target akhir sebesar
1.881 unit.
Hal ini tidak terlepas dari karakteristik sektor industri agro di mana untuk membangun
sebuah industri, modal yang diperlukan tidak sebesar modal untuk membangun industri
pada sektor lainnya. Kementerian Perindustrian bersama stakeholder terkait bersinergi
untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik investasi di sektor industri, antara lain
melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif dan kepastian hukum, penggunaan
teknologi terkini untuk mendorong peningkatan mutu, efisiensi dan produktivitas, serta
pemberian fasilitas berupa insentif fiskal. Selanjutnya, didukung dengan ketersediaan
bahan baku, harga energi yang kompetitif, sumber daya manusia (SDM) kompeten, serta
kemudahan akses pasar dan pembiayaan dan terus menjaga pertumbuhan konsumsi
diharapkan akan mampu mendorong permintaan terhadap produk-produk industri.
Permintaan produk industri yang tinggi akan menciptakan peluang untuk berinvestasi.
35
Hingga saat ini, berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah telah membuahkan hasil
positif untuk perkembangan industri nasional. Misalnya, mulai dari indeks daya saing
yang semakin meningkat, jumlah investasi di sektor industri yang terus bertambah
sehingga berdampak terhadap peningkatan populasi industri dan penyerapan tenaga
kerja, capaian hilirisasi industri yang semakin baik, hingga peningkatan jumlah industri
kecil dan menengah yang telah mengaplikasikan ekonomi digital.
Berdasarkan data dari BKPM, untuk realisasi IKSS “Nilai Investasi Sektor Industri Agro”
pada tahun 2019 adalah sebesar 69,98 triliun Rupiah yang terdiri dari investasi PMDN
sebesar 41,43 Triliun Rupiah dan investasi PMA sebesar 1,9 Milyar USD. Dengan target
sebesar 154,8 Triliun rupiah maka capaian untuk indikator ini adalah sebesar 45,2%. Nilai
investasi ini menurun jika dibandingkan dengan capaian tahun 2018 sebesar 73,89 Triliun
Rupiah. Realisasi investasi sektor industri agro terus mengalami penurunan sejak tahun
2016.
Gambar 3.1 Perkembangan Investasi Sektor Industri Agro
Pada sektor industri agro, pertumbuhan investasi terbesar terjadi pada sektor industri
furniture yang meningkat sebesar 76,6% jika dibandingkan dengan jumlah investasi pada
tahun 2018. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sektor ini menerima dampak
positif dari perang dagang antara China dengan Amerika Serikat. Perang dagang tersebut
menyebabkan bea masuk impor furniture ke negara-negara yang selama ini menjadi
konsumen China menjadi lebih mahal, sehingga konsumen furniture China mengalihkan
pesanannya ke negara-negara produsen di Asia Tenggara di mana salah satunya adalah
Indonesia. Hal ini mampu mendorong minat calon investor untuk melakukan investasi
pada sektor industri furniture di Indonesia untuk tumbuh yang dapat dilihat dari
peningkatan jumlah investasi.
Sektor yang mengalami peningkatan selanjutnya adalah sektor industri pengolahan
tembakau naik sebesar 23,63% jika dibandingkan dengan realisasi investasi pada tahun
2018. Sektor industri pengolahan tembakau merupakan sektor yang menjadi daya tarik
36
masuknya investasi asing ke Indonesia. Industri ini memiliki peran penting bagi
penerimaan negara melalui cukai yang diberlakukan. Pada tahun 2017, penerimaan cukai
dari sektor industri hasil tembakau mencapai 147,7 Triliun Rupiah atau meningkat 7,1%
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 137,9 Triliun Rupiah. Sektor ini juga
telah mempekerjakan sebanyak 7 juta petani. Salah satu kebijakan yang diterbitkan
untuk sektor pengolahan tembakau adalah relaksasi industri rokok dari Daftar Negatif
Investasi (DNI), yang merupakan bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi XVI. Kebijakan ini
dilakukan, salah satunya untuk membantu tumbuhnya sektor IKM pengolahan tembakau.
Selain itu, Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan yang mendukung
pemberdayaan UKM, di antaranya melalui pembatalan pemberlakuan PMK No.146 Tahun
2017 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau yang mengakibatkan harga rokok tidak jadi naik.
Sesuai Perpres Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, industri hasil
tembakau termasuk salah satu sektor industri yang dikembangkan dengan tetap
memperhatikan keseimbangan dalam hal penyerapan tenaga kerja, penerimaan dan
kesehatan.
Sedangkan penurunan investasi paling besar terjadi pada sektor industri kayu, barang
dari kayu dan gabus (tidak termasuk furniture) dan barang anyaman dari bambu, rotan
dan sejenisnya, menurun sebesar 42,5%, diikuti oleh sektor industri kertas dan barang
dari kertas turun sebesar 16,41% dan terakhir sektor industri makanan dan minuman
menurun sebesar 1,77%. Pada tahun 2019 Indonesia memasuki tahun politik yang penuh
dengan ketidakpastian sehingga calon investor cenderung bersikap wait and see dan
menunda investasi.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, realisasi indikator ini hanya
mampu mencapai target pada tahun 2017. Realisasi investasi pada sektor industri agro
terus mengalami peningkatan pada tahun 2015 dan 2016, mencapai puncak pada tahun
2017, kemudian terus mengalami penurunan pada tahun 2018 dan 2019. Realisasi
investasi yang tinggi pada tahun 2017 disebabkan oleh adanya investasi oleh PT. OKI Pulp
and Paper dengan total nilai investasi mencapai 40 Triliun Rupiah. Sebagaimana
karakteristik pada sektor industri pengolahan kertas, jumlah investasi yang dibutuhkan
untuk membangun sebuah industri membutuhkan modal yang sangat besar sehingga
pertumbuhan unit industri baru sangat jarang terjadi pada sektor ini. Hingga akhir
periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, dari total target sebesar Rp. 620,8 Trilyun,
realisasi indikator ini adalah sebesar Rp. 432,49 Trilyun atau dengan capaian hanya
sebesar 69,7%.
Secara umum, faktor penyebab menurunnya realisasi investasi antara lain faktor
eksternal karena adanya fluktuasi nilai tukar Dollar AS yang dipicu oleh kenaikan suku
bunga AS dan penguatan Dollar AS di pasar global, terjadinya negatif neraca perdagangan
sepanjang tahun 2018-2019, serta perang dagang antara China dan Amerika Serikat yang
turut berperan dalam ketidakstabilan perekonomian global.
2) Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri
37
T R T R T R T R T R C T R C
Kontribusi
ekspor produk
industri agro
terhadap ekspor
nasional
13 37 13 31 31,1 29,6 31,4 24,5 31,6 24,7 78,0% 31,6 24,7 78,0% %
Produktivitas
SDM industri
agro299 375 347 367 366 574 387 576 148,6% 387 575,8 148,6%
Rp Juta/
Orang/
Tahun
2015-2019SASARAN
STRATEGIS
Meningkatnya
daya saing
dan
produktivitas
sektor
industri agro
IKSS2015 2016 2017 2018 2019
SATUAN
Tidak
digunakan
sebagai
indikator
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah kontribusi ekspor
produk industri agro terhadap ekspor nasional dengan target antara sebesar 31,25% dan
produktivitas SDM industri agro dengan target sebesar Rp. 387,4 Juta/Orang/Tahun. Capaian
masing-masing indikator kinerja tersebut tersaji dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.5. Capaian IKSS dari Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri
Indikator “Kontribusi Ekspor Produk Industri Agro Terhadap Ekspor Nasional” diukur
melalui perhitungan total nilai ekspor produk industri agro terhadap total ekspor
nasional. Berdasarkan data dari Pusdatin - Kemenperin, total nilai ekspor sektor industri
agro pada tahun 2019 adalah sebesar US$ 41,32 Milyar, dan berdasarkan data BPS, total
ekspor nasional pada tahun 2019 adalah sebesar US$ 167,497 Milyar. Sehingga kontribusi
ekspor sektor industri agro terhadap ekspor nasional adalah sebesar 24,7%, mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan kontribusi ekspor produk industri agro pada tahun
2017 sebesar 29,6%, namun sedikit meningkat jika dibandingkan dengan kontribusi
ekspor pada tahun 2018 sebesat 24,54%. Nilai capaian untuk indikator kinerja ini adalah
sebesar 78,0% dari target sebesar 31,6%. Jika dilihat dari capaian tersebut, kinerja ekspor
industri agro mengalami pertumbuhan negatif karena terjadi penurunan ekspor terutama
pada produk kelapa sawit dan turunannya yang mengalami penurunan sebesar 12,29%
jika dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2018. Kinerja ekspor minyak sawit dan
produk turunannya (di luar biodiesel dan oleochemical) pada semester I tahun 2019
mengalami kenaikan volume ekspor, di mana kenaikan ekspor terbesar adalah ekspor ke
China, negara-negara di Afrika dan beberapa negara Asia, khususnya Jepang dan
Malaysia. Afrika merupakan negara tujuan ekspor baru yang sedang dikembangkan oleh
Indonesia. Sedangkan penurunan ekspor terjadi pada India, Amerika Serikat, serta
Pakistan dan Bangladesh. Penurunan ekspor ke India dikarenakan pengenaan tarif impor
yang tinggi (54%) untuk produk olahan dan 40% untuk produk minyak sawit mentah
(Crude Palm Oil/CPO). Masalah paling serius yang dihadapi produk sawit dan turunannya
adalah rencana Uni Eropa untuk mengurangi impor sawit mulai tahun 2021. Terhadap
rencana ini, Pemerintah Indonesia terus melakukan loby disertai ancaman retaliasi
beberapa produk impor dari Uni Eropa. Penurunan ekspor juga terjadi pada sektor
industri makanan dan minuman (tidak termasuk Minyak Kelapa Sawit) yang turun
sebesar 2,35%.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator kinerja ini hanya
mampu mencapai target pada tahun 2015 dan 2016. Selanjutnya pada tahun 2017-2019,
38
realisasi indikator ini tidak mampu mencapai target. Pada akhir periode Rencana Strategis
tahun 2015-2019, indikator ini belum mampu mencapai target akhir yang diinginkan
dengan realisasi hanya sebesar 24,66% dari target akhir sebesar 31,6%.
Secara umum, lesunya kinerja perdagangan global menjadi faktor utama yang
menyebabkan penurunan ekspor, di mana hal ini mempengaruhi permintaan terhadap
barang mentah yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia. Untuk mengimbangi
penurunan ekspor pada produk kelapa sawit dan turunannya, Pemerintah telah berusaha
meningkatkan ekpor pada sektor lainnya, seperti pada produk furniture dan pengolahan
kayu. Dalam rangka peningkatan ekspor produk furniture dan pengolahan kayu, hal-hal
yang telah dilaksanakan antara lain:
Kemenperin telah melakukan survey ke China dalam rangka penjajakan ke industri
furniture di Nankang, Jiangxi dan Foshan, Guangdong. Otoritas dari Nankang telah
menunjukkan ketertarikan untuk bekerjasama dengan Indonesia.
Telah dilakukan Promosi investasi di Kota Fosan Provinsi Guangdong bulan Oktober
tahun 2019 dan beberapa calon investor dari Provinsi Guangdong dan Provinsi
Shandong telah berkunjung ke Indonesia.
Untuk indikator “Tingkat Produktivitas dan Kemampuan SDM Industri Agro” diukur
melalui perbandingan antara realisasi nilai tambah industri dengan jumlah tenaga kerja
yang terlibat untuk menghasilkan nilai tambah tersebut. Berdasarkan data dari BPS, nilai
PDB harga berlaku sektor industri agro pada tahun 2019 adalah sebesar 1.383,38 Trilyun
Rupiah. Berdasarkan data Pusdatin, jumlah tenaga kerja sektor industri agro sedang
besar sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar 2.402.746 orang. Dari angka tersebut
maka diperoleh nilai produktivitas SDM industri agro tahun 2019 adalah sebesar 575,75
Juta Rupiah/Orang/Tahun, meningkat jika dibandingkan dengan nilai produktivitas pada
tahun 2018 sebesar 573,62 Juta Rupiah/Orang/Tahun. Hal ini terjadi karena kenaikan
nilai PDB pada tahun 2019 jauh lebih tinggi daripada kenaikan jumlah tenaga kerjanya.
Capaian untuk indikator kinerja ini adalah sebesar 148,6% persen dari target sebesar Rp.
387,4 Juta Rupiah/Orang/Tahun.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator kinerja ini selalu
mampu mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya dengan realisasi yang
berfluktuasi, sempat menurun pada tahun 2017, namun kembali meningkat pada tahun
2018 dan terus meningkat pada tahun 2019. Pada akhir periode Rencana Strategis tahun
2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ditetapkan yaitu
realisasi produktivitas sektor industri agro sebesar 575,75 Juta Rupiah/Orang/Tahun dari
target akhir sebesar 387,4 Juta Rupiah/Orang/Tahun.
Peningkatan nilai produktivitas SDM industri agro tidak hanya dipengaruhi oleh
peningkatan kompetensi SDM itu sendiri, namun juga peningkatan faktor-faktor lain yang
berperan dalam peningkatan nilai tambah sektor industri agro seperti peningkatan
teknologi dan penerapan standar. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas sektor industri agro antara lain dengan melakukan
restrukturisasi permesinan sektor Industri Agro serta optimalisasi produksi melalui
pemanfaatan teknologi industri 4.0 (mulai dari hulu hingga ke hilir).
39
T R T R T R T R T R C T R C
Tersedianya
kebijakan
pembangunan
industri agro
yang efektif
Rancangan
peraturan
perundangan
yang
diselesaikan
1 0 1 0 1 2 1 4 1 4 400,0% 5 10 200,0%
Rancangan
PP/
Perpres/
Permen
2015-2019SASARAN
STRATEGISIKSS
2015 2016 2017 2018 2019SATUAN
B. Perspektif Proses Internal
Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif proses internal mempunyai 2 (dua) sasaran
strategis dengan 3 (tiga) indikator kinerja sasaran, yaitu:
1) Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri Yang Efektif
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah peraturan perundangan
yang diselesaikan dengan target 1 PP/Perpres/Permen.
Tabel 3.6. Capaian IKSS dari Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri Agro yang Efektif
Untuk indikator ”Rancangan Peraturan Perundangan Yang Diselesaikan”, pada awal tahun
2019, Direktorat Jenderal Industri Agro merencanakan untuk menyelesaikan 2 (dua) rancangan
peraturan perundangan yaitu Rancangan Keputusan Menteri Perindustrian tentang Penunjukan
Lembaga Pelaksana Verifikasi dalam Rangka Pemberian Rekomendasi Impor Gula Kristal
Mentah dan Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Jaminan Ketersediaan Jagung
sebagai Bahan Baku pada Industri Pakan Ternak.
Pada tahun 2019 telah tersusun dan telah ditetapkan Keputusan Menteri Perindustrian No.
752 Tahun 2019 tentang Penunjukan Lembaga Verifikasi Dalam Rangka Pemberian
Rekomendasi Impor Gula Kristal Mentah, sedangkan untuk Rancangan Peraturan Menteri
Perindustrian tentang Jaminan Ketersediaan Jagung Sebagai Bahan Baku Pada Industri Pakan
Ternak tidak dilanjutkan pembahasannya dikarenakan Kementerian Pertanian tidak setuju atas
adanya distribusi jagung impor untuk industri. Menurut Kementerian Pertanian, jagung impor
hanya diperuntukkan bagi peternak mandiri dan stok jagung nasional ketika paceklik.
Selain 2 rancangan peraturan tersebut, pada tahun 2019 Direktorat Jenderal Industri Agro
juga telah menyelesaikan 3 rancangan peraturan lainnya yaitu Peraturan Menteri Perindustrian
No. 46 Tahun 2019 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng Sawit
Secara Wajib, Peraturan Menteri Perindustrian No. 17 Tahun 2019 tentang Pengendalian dan
Pengawasan Industri Minuman Beralkohol, dan Peraturan Menteri Perindustrian No. 26 Tahun
2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 78/M-IND/PER/11/2016
tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Air Mineral, Air Demineral, Air Mineral Alami
dan Air Minum Embun Secara Wajib. Sehingga realisasi indikator rancangan peraturan
perundangan yang diselesaikan adalah sebesar 4 rancangan permenperin dengan capaian
sebesar 200%.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini tidak mencapai target
pada tahun 2015 dan 2016, sedangkan pada tahun 2017-2019, indikator kinerja ini mampu
memenuhi target yang ditetapkan. Pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019,
40
indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang diinginkan dengan realisasi 10 rancangan
peraturan dari target sebanyak 5 rancangan, dengan rincian sebagai berikut:
1) Peraturan Menteri Perindustrian No.9/M-IND/PER/3/2017 tentang Tata Cara Pemberian
Izin Khusus Bagi Industri Karet Remah
2) Peraturan Menteri Perindustrian No.10/M-IND/PER/3/2017 tentang Fasilitas
Memperoleh Bahan Baku Dalam Rangka Pembangunan Industri Gula
3) Peraturan Menteri Perindustrian No. 28 tahun 2018 tentang Standar Industri Hijau Untuk
Industri Pengolahan Susu Bubuk
4) Peraturan Menteri Perindustrian No. 22 Tahun 2018 tentang Pemberlakuan dan
Pengawasan Standar Nasional Indonesia Kakao Bubuk Secara Wajib
5) Peraturan Menteri Perindustrian No. 21 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 74/M-IND/PER/10/2016 Tentang Lembaga
Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional
Indonesia Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan Secara Wajib
6) Peraturan Menteri Perindustrian No. 19 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian
Rekomendasi Impor Komoditi Perikanan Sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong
Industri
7) Keputusan Menteri Perindustrian No. 752 Tahun 2019 tentang Penunjukan Lembaga
Verifikasi Dalam Rangka Pemberian Rekomendasi Impor Gula Kristal Mentah
8) Peraturan Menteri Perindustrian No. 46 Tahun 2019 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia Minyak Goreng Sawit Secara Wajib
9) Peraturan Menteri Perindustrian No. 17 Tahun 2019 tentang Pengendalian dan
Pengawasan Industri Minuman Beralkohol
10) Peraturan Menteri Perindustrian No. 26 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 78/M-IND/PER/11/2016 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia Air Mineral, Air Demineral, Air Mineral Alami dan Air Minum Embun
Secara Wajib
Target rancangan peraturan yang disusun setiap tahunnya menyesuaikan dengan Program
Penyusunan Peraturan (Progsun) Kementerian Perindustrian yang disusun oleh Biro Hukum dan
Organisasi berdasarkan usulan masing-masing unit kerja. Usulan rancangan peraturan yang
diakomodir di dalam Progsun akan diprioritaskan penyusunannya oleh Biro Hukum dan
Organisasi. Pada tahun 2015 dan 2016, target untuk indikator ini tidak dapat dicapai,
diantaranya karena pada tahun 2016 terbit Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran
2016 melalui mekanisme self-blocking sehingga pelaksanaan kegiatan penyusunan peraturan
tidak dapat diselesaikan pada tahun tersebut. Namun pada tahun 2017-2019, jumlah rancangan
peraturan yang diselesaikan selalu dapat memenuhi target.
2) Terselenggaranya Urusan Pemerintahan Di Bidang Perindustrian yang Berdaya Saing dan
Berkelanjutan
41
T R T R T R T R T R C T R C
Produk Industri
Agro yang
tersertifikasi
tingkat
Komponen
Dalam Negeri
(TKDN)
84 83 3 2 4 10 91 95 104,4% Produk
Infrastruktur
Kompetensi
yang terbentuk:
a. SKKNI yang
ditetapkan
6 4 7 7 7 7 100,0% 20 18 90,0%RSKKNI/
RKKNI
b. LSP dan TUK- - 1 1 - - - 1 1 100,0% LSP/TUK
Masukan posisi
kerja sama
internasional
bidang industri
agro
6 6 100,0% 6 6 100,0%
Masukan
Posisi
Kerja
Sama
Tidak digunakan
sebagai indikator
Tidak digunakan sebagai indikator
Terselengga-
ranya urusan
pemerintahan
di bidang
perindustrian
yang berdaya
saing dan
berkelanjutan
Tidak digunakan sebagai
indikator
Tidak
digunakan
sebagai
indikator
Tidak digunakan sebagai
indikator
SASARAN
STRATEGISIKSS
2015 2016SATUAN
2015-20192017 2018 2019
Standardisasi industri dan peningkatan kompetensi tenaga kerja industri bertujuan untuk
meningkatkan daya saing industri dan produktivitas dalam rangka penguasaan pasar dalam
negeri maupun ekspor. Pembangunan tenaga kerja industri kompeten yang siap kerja sesuai
dengan kebutuhan perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan industri berdampak
meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri, meningkatkan penyerapan tenaga kerja di
sektor industri serta memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja industri.
Untuk tahun 2019, indikator kinerja sasaran strategis yang digunakan pada sasaran ini adalah
“infrastruktur kompetensi yang terbentuk” dengan target sebanyak 7 SKKNI dan “masukan
posisi kerja sama internasional bidang industri agro” dengan target sebanyak 6 masukan posisi
kerja sama.
Tabel 3.7. Capaian IKSS dari Terselenggaranya Urusan Pemerintahan Dibidang
Perindustrian yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan
Untuk indikator “produk industri agro yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN)”, pada tahun 2019 indikator ini tidak lagi diampu oleh Direktorat Jenderal
Industri Agro karena telah dibentuk unit kerja baru di lingkungan Kementerian
Perindustrian yaitu Pusat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (Pusat P3DN)
dimana salah satu fungsinya adalah melaksanakan penyiapan pelaksanaan sertifikasi
tingkat komponen dalam negeri. Dalam rapat pembahasan antar Unit Eselon I di
lingkungan Kementerian Perindustrian, disepakati bahwa indikator ini tidak lagi diampu
oleh Unit Eselon I teknis namun berpindah menjadi tugas dari Pusat P3DN.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini tidak mencapai
target pada tahun 2016 dan 2017, sedangkan pada tahun 2018, indikator kinerja ini telah
mampu memenuhi target yang ditetapkan. Pada akhir periode Rencana Strategis tahun
2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang diinginkan dengan
realisasi 95 sertifikat produk TKDN dari target sebanyak 91 sertifikat produk baik yang
dibiayai menggunakan APBN maupun yang dilakukan secara mandiri oleh perusahaan.
42
Untuk indikator “Infrastruktur Kompetensi yang Terbentuk” dari target 7 SKKNI, pada
tahun 2019 Direktorat Jenderal Industri Agro telah menyelesaikan penyusunan 7
RSKKNI/RKKNI sebagai berikut:
1) RSKKNI Industri Hasil Tembakau
2) RSKKNI Industri Minyak Goreng Kelapa
3) RSKKNI Industri Pengolahan Daging sub Bidang Non Produksi
4) RSKKNI Industri Biskuit sub Bidang Produksi
5) RSKKNI Industri Kertas Sub Bidang Quality Control
6) RSKKNI Industri Kertas Sub Bidang Produksi (Chemical Preparation)
7) RSKKNI Industri Furniture Bidang Desain dan Teknologi Furniture
Untuk capaian tahun 2017, Direktorat Jenderal Industri Agro juga telah menyelesaikan
penyusunan sebanyak 4 RSKKNI dari target 6 RSKKNI, yaitu:
1) RSKKNI Industri Furniture
2) RSKKNI Industri Hilir Perkebunan Non Pangan
3) RSKKNI Industri Pengolahan Daging Pada Sub Bidang Produksi
4) RSKKNI Industi Pengolahan Kopi Sub Bidang Produksi dan Penyimpanan
5) RSKKNI Di Bidang Industri Gula Rafinasi (tidak selesai, dilanjutkan tahun
berikutnya)
6) RSKKNI Di Bidang Industri Mie Instan (tidak selesai, dilanjutkan tahun berikutnya)
Pada tahun 2018, telah diselesaikan 7 RSKKNI, yaitu:
1) RSKKNI di Bidang Industri Gula Kristal Rafinasi (lanjutan dari tahun 2017)
2) RSKKNI di Bidang Industri Mie Instan (lanjutan dari tahun 2017)
3) RKKNI Industri Pengolahan Daging Pada Sub Bidang Produksi
4) RSKKNI Industri Pulp & Kertas
5) RSKKNI Industri Furniture
6) RSKKNI Industri Hilir Perkebunan Non Pangan
7) RKKNI Industri Hasil Tembakau
Seluruh RSKKNI/RKKNI yang telah selesai disusun tersebut, selanjutnya diteruskan kepada
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI Kemenperin) untuk
ditetapkan menjadi SKKNI oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Capaian jumlah
RSKKNI/RKKNI yang diselesaikan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2019
sama dengan capaian pada tahun 2018, namun meningkat jika dibandingkan dengan
capaian pada tahun 2017.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini tidak mencapai
target pada tahun 2017, sedangkan pada tahun 2018 dan 2019 indikator kinerja ini telah
mampu memenuhi target yang ditetapkan. Pada akhir periode Rencana Strategis tahun
2015-2019, indikator ini belum mampu mencapai target akhir yang diinginkan dengan
realisasi hanya sebanyak 18 RSKKNI yang diselesaikan dari target sebanyak 20 RSKKNI
atau dengan tingkat capaian sebesar 90%.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan kemampuan kerja
yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan dan/atau keahlian (skills)
43
serta sikap kerja (attitude) yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyusunan dokumen SKKNI harus mengacu pada format yang ditetapkan oleh
Kementerian Ketenagakerjaan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
Tahapan Penyusunan SKKNI:
1) Penyusunan draft (oleh tim perumus), meliputi: a. Peta Fungsi Kompetensi b. Uraian unit-unit kompetensi
2) Verifikasi internal (oleh tim verifikasi) 3) Pra Konvensi 4) Verifikasi eksternal (oleh Kemenaker) 5) Konvensi Nasional 6) Penetapan (oleh Kemenaker)
Kegunaan SKKNI:
Sebagai acuan pendidikan/pelatihan berbasis kompetensi. Sebagai acuan pelaksanaan uji kompetensi (sertifikasi kompetensi) Sebagai acuan untuk menstrukturkan perusahaan Sebagai acuan penyusunan SOP perusahaan.
Untuk indikator kinerja “LSP dan TUK yang Terbentuk”, pada tahun 2019 indikator ini
tidak menjadi target dalam Rencana Strategis maupun Perjanjian Kinerja Direktorat
Jenderal Industri Agro. Sedangkan pada tahun 2018 target indikator ini telah dapat
dicapai dengan adanya penunjukan PT. Gelora Djaja (Wismilak) sebagai Tempat Uji
Kompetensi untuk sertifikasi profesi di bidang industri hasil tembakau. Pada tahun 2017,
LSP dan TUK yang terbentuk tidak menjadi target, sehingga capaiannya tidak dapat
dibandingkan.
Pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu
mencapai target akhir yang diinginkan dengan realisasi sebanyak 1 LSP/TUK dari target
sebanyak 1 LSP/TUK.
Indikator “masukan posisi kerja sama internasional bidang industri agro” merupakan
indikator baru yang diusulkan untuk mengakomodir fungsi bagian kerja sama yang
melakukan upaya dalam mendukung peningkatan hubungan dan kerja sama luar negeri
dengan melakukan penjajakan hubungan bilateral dengan instansi terkait di negara mitra,
penyusunan kertas posisi/dokumen posisi dan partisipasi dalam forum dan kerja sama
internasional, persiapan penyelenggaraan pertemuan internasional, koordinasi dengan
instansi lintas sektor/antar kementerian, serta penyiapan materi (kertas posisi)
khususnya dibidang kebijakan industri agro di mana fungsi kerja sama ini belum tercakup
di dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro, sehingga dalam rapat
internal Direktorat Jenderal Industri Agro disepakati bahwa untuk sasaran strategis
“Terselenggaranya Urusan Pemerintah Di Bidang Perindustrian yang Berdaya Saing dan
Berkelanjutan” ditambahkan indikator kinerja yaitu “Masukan Posisi Kerjasama
44
Internasional Bidang Industri Agro” dengan target sebanyak 6 masukan posisi kerjasama.
Kerja sama yang aktif diikuti pada tahun 2019 meliputi :
1) Indonesia EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement
2) Indonesia EU Comprehensive Economic Partnership Agreement
3) Regional Comprehensive Economic Partnership
4) ASEAN Hongkong Free Trade Agreement
5) Indonesia Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement
6) Indonesia – Mozambique Preferential Trade Agreement
Sampai dengan akhir tahun 2019 telah ditandatangani 2 MoU mengenai Indonesia EFTA
Comprehensive Economic Partnership Agreement dan Regional Comprehensive Economic
Partnership, sedangkan untuk 4 kerja sama lainnya masih dalam tahapan
pembahasan/proses negosiasi. Dari 6 kerja sama tersebut, Direktorat Jenderal Industri
Agro telah berpartisipasi secara aktif dengan memberikan masukan posisi sektor industri
agro, sehingga capaian untuk indikator ini adalah sebesar 100%. Capaian indikator ini
tidak dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena merupakan indikator baru.
Pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu
mencapai target akhir yang ditetapkan dengan realisasi sebanyak 6 masukan posisi kerja
sama dari target sebanyak 6 masukan posisi kerja sama atau dengan capaian sebesar
100%.
C. Perspektif Kelembagaan
Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif kelembagaan mempunyai 4 (empat) sasaran
strategis dengan 11 (sebelas) indikator kinerja sasaran strategis, yaitu:
1) Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang Profesional dan Berkepribadian
Sasaran strategis Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang Profesional dan
Berkepribadian mempunyai 3 (tiga) indikator kinerja yaitu rata-rata nilai prestasi kerja pegawai
Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target nilai sebesar 86, rata-rata produktivitas kinerja
minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target sebesar 1320 jam kerja dan
kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target sebanyak 1
orang. Secara ringkas, capaian masing-masing indikator kinerja adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8. Capaian IKSS dari Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang Profesional dan Berkepribadian
45
T R T R T R T R T R C T R C
Prestasi kerja
pegawai
Direktorat
Jenderal Industri
Agro
80 84,2 81 86,46 86 87,49 101,2% 86 87,49 101,2% Nilai
Produktivitas
kinerja minimum
pegawai
Direktorat
Jenderal Industri
Agro
1.320 1.792,5 1.320 1.793,0 1.320 1.845 139,8% 3.960 5.431 137,1% Jam Kerja
Kualifikasi
pendidikan
Pegawai
Direktorat
Jenderal Industri
Agro
1 2 1 2 1 1 100,0% 3 5 166,7% Orang
2015-2019SASARAN
STRATEGISIKSS
2015 2016 2017 2018 2019SATUAN
Terwujudnya
ASN Direktorat
Jenderal
Industri Agro
yang
profesional
dan
berkepribadian
Tidak digunakan
sebagai indikator
Indikator “Rata-rata Nilai Prestasi Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro”
diukur berdasarkan rata-rata nilai prestasi kerja seluruh pegawai di lingkungan Direktorat
Jenderal Industri Agro. Nilai prestasi kerja tersebut dihitung dari nilai DP3 pegawai. Untuk
realisasi tahun 2019 nilai rata-rata prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri
Agro adalah sebesar 87,49. Nilai ini meningkat jika dibandingkan dengan nilai pada tahun
2018 yaitu sebesar 86,46. Perhitungan nilai prestasi kerja rata-rata pegawai didapat
melalui aplikasi capaian kinerja di intranet dari 115 pegawai Direktorat Jenderal Industri
Agro yang dinilai berdasarkan komponen prestasi kinerjanya berupa nilai orientasi
pelayanan, nilai integritas, nilai komitmen, nilai disiplin, nilai kerjasama, dan nilai
kepemimpinan, sehingga capaian untuk indikator ini adalah sebesar 101,19%. Jika
dibandingkan dengan rata-rata nilai prestasi kerja pegawai tahun 2017 dan 2018, realisasi
untuk indikator ini terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan terjadinya
improvement atas aspek-aspek prestasi pegawai sebagai dampak dari membaiknya
pengelolaan kepegawaian pada Ditjen Industri Agro.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan, dan pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-
2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yaitu nilai sebesar 87,49 dari
target sebesar 86.
Nilai rata-rata prestasi kerja yang dapat terus mencapai target ini tidak lepas dari kinerja
seluruh unsur pada Direktorat Jenderal Industri agro yang berjalan sinergis yang
didukung dengan layanan-layanan kepegawaian yang dilaksanakan oleh Sekretariat
Direktorat Jenderal Industri Agro, sehingga diharapkan tidak hanya dapat
mempertahankan, namun juga dapat terus meningkatkan prestasi dan kinerja SDM
Aparatur di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro.
Untuk indikator “Rata-Rata Produktivitas Kinerja Minimum Pegawai Direktorat Jenderal
Industri Agro” dengan satuan jam kerja, dihitung dari rekap absensi pegawai periode
bulan Januari - Desember 2019 yaitu sebesar 1.845 jam kerja dari 246 hari kerja.
Sehingga capaian untuk indikator ini sebesar 139,77%. Jika dibandingkan dengan tahun
46
sebelumnya realisasi indikator mengalami kenaikan, karena jumlah jam kerja yang
tersedia pada tahun 2019 juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan jumlah
jam kerja pada tahun 2018 sehingga bisa dikatakan produktivitas pegawai Ditjen Industri
Agro cukup baik karena bisa melampaui target yang telah ditetapkan.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan, dan pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-
2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yaitu jumlah jam kerja sebesar
5.431 dari target sebesar 3.960 jam kerja, atau dengan capaian akhir sebesar 137,1%.
Untuk mencapai target tersebut, Direktorat Jenderal Industri Agro melalui Bagian
Kepegawaian dan Umum selama ini telah mensosialisasikan dan menerapkan dengan
baik mengenai peraturan terkait organisasi dan tata kerja (termasuk peraturan
kepegawaian) di lingkungan Kementerian Perindustrian serta rutin memberikan
pengumuman/pemberitahuan secara lisan maupun tulisan mengenai capaian jam kerja,
absensi/disiplin dan kinerja pegawai. Selama periode kinerja 2015-2019, realisasi untuk
indikator ini selalu tercapai dan optimis dapat terus tercapai pada tahun-tahun yang akan
dating jika indikator ini tetap digunakan.
Untuk indikator “Kualifikasi Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro” yang
melanjutkan pendidikan baik jenjang S2 ataupun S3, pada tahun 2019 terdapat 1 orang
pegawai yang melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 yaitu Hendra Permana (pegawai
pada Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar), melanjutkan
pendidikan di Universitas Yuan Ze China dengan pembiayaan pendidikan beasiswa dari
Taiwan ICDF, sehingga capaian untuk indikator kinerja ini adalah sebesar 100%.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan, dan pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-
2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yaitu pegawai yang melanjutkan
pendidikan sebanyak 5 orang dari target sebesar 3 orang pegawai.
Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi baik untuk
jenjang S2 maupun S3 di Kementerian Perindustrian sangatlah terbuka lebar karena
terdapat banyak jalur pembiayaan beasiswa yang dibuka baik berasal dari Kementerian
Perindustrian sendiri melalui Badan Pengambangan Sumber Daya Manusia Industri
(BPSDMI) maupun dari pihak luar seperti beasiswa Kominfo, Bappenas, atau kerja sama
dengan luar negeri seperti KOICA, JAICA serta negara lainnya. Jika dibandingkan dengan
tahun 2017 dan 2018, capaian indikator ini mengalami penurunan, hal ini dikarenakan
persaingan dalam memperoleh pembiayaan pendidikan yang semakin ketat dan diyakini
minat pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro untuk meningkatkan
potensinya masih sangat besar untuk tahun-tahun mendatang walaupun tidak digunakan
lagi sebagai indikator kinerja tahun 2020-2024.
2) Tersedianya Sistem Informasi yang Andal dan Mudah Diakses
47
T R T R T R T R T R C T R C
Kesesuaian data
dan informasi
industri
terhadap
kebutuhan
stakeholder
50 29 60 36,36 70 51,61 73,7% 70 51,61 73,7% %
Ketersediaan
Sistem (uptime)100 100 100 100 100 100 100,0% 100 100 100,0% %
2015-2019IKSS
Tersedianya
sistem
informasi yang
andal dan
mudah di
akses
2017 2018 2019SATUAN
2015 2016
Tidak digunakan
sebagai indikator
SASARAN
STRATEGIS
Penerapan sistem informasi dan teknologi di lingkungan Kementerian Perindustrian
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi satuan kerja dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Indikator kinerja sasaran strategis
(IKSS) dari sasaran ini adalah kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan
stakeholder dengan target sebesar 70% dan ketersediaan sistem (uptime) dengan target
sebesar 100%.
Tabel 3.9. Capaian IKSS dari Tersedianya Sistem Informasi yang Andal dan Mudah Diakses
Realisasi indikator “kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan
stakeholder” industri agro dapat diukur berdasarkan seberapa banyak informasi yang
dapat diberikan/dijawab atas pertanyaan dari masyarakat maupun industri baik melalui
laman website kementerian perindustrian di www.kemenperin.go.id atau website
agro.kemenperin.go.id, melalui surat resmi yang diajukan ke Direktorat Jenderal Industri
Agro ataupun datang langsung ke kantor DJIA lantai 18 untuk keperluan sekolah,
pengembangan usaha, dan investasi. Pada tahun 2019 telah masuk sebanyak 31
pertanyaan terkait sektor industri agro dan telah terjawab sebanyak 16 pertanyaan
sehingga realisasi untuk indikator ini adalah sebesar 51,61% dari target sebesar 70% per
tahun atau dengan capaian sebesar 73,73%.
Gambar 3.2 Jumlah Pertanyaan Masyarakat Tahun 2019
48
Dari realisasi tersebut dapat dilihat bahwa capaian pada tahun 2019 masih belum mampu
memenuhi target yaitu hanya sebesar 87%, namun meskipun demikian terus meningkat
jika dibandingkan dengan capain tahun 2017 sebesar 58% dan capaian tahun 2018
sebesar 60,60%. Adapun beberapa pertanyaan yang belum bisa terpenuhi dikarenakan
adanya keterbatasan seperti permintaan data industri baik itu data produksi, kebutuhan
ekspor impor dan lain sebagainya. Selain itu juga dapat diketahui melalui gambar di atas
bahwa masih terdapat admin yang belum aktif menjawab pertanyaan masyarakat yaitu
pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro. Hal ini terjadi karena adanya rotasi
pegawai pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro yang menjadi admin
pertanyaan masyarakat dan belum adanya koordinasi pelimpahan tanggung jawab
sebagai admin sehingga pertanyaan masyarakat yang masuk tidak terpantau dengan baik.
Hal ini telah dikomunikasikan dengan Subbagian Data dan Informasi dan telah
ditindaklanjuti dengan mengirimkan surat penunjukan admin yang baru kepada Pusat
Data dan Informasi. Untuk seterusnya, admin yang ditunjuk diharapkan dapat berperan
aktif dalam menjawab pertanyaan masyarakat.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini belum mampu
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya. Hingga akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, indikator ini juga belum mampu mencapai target akhir yang
ingin dicapai yaitu kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan
stakeholder dengan capaian hanya sebesar 51,61% dari target sebesar 70%.
Capaian indikator ini menunjukkan masih kurang optimalnya layanan data dan informasi
pada Direktorat Jenderal Industri Agro karena sepanjang periode Rencana Strategis tahun
2015-2019 indikator ini belum pernah mampu mencapai target. Oleh karena ini, indikator
ini direkomendasikan untuk terus digunakan pada periode Rencana Strategis tahun 2020-
2024 agar layanan data dan informasi pada Direktorat Jenderal Industri Agro dapat
diperbaiki dan dapat terus ditingkatkan.
Yang dimaksud dengan indikator ”Ketersediaan Sistem (Uptime)” adalah lama waktu
sebuah sistem dapat memberikan layanannya kepada stakeholder dimana pada indikator
ini hitung melalui rata-rata waktu yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yaitu
sebesar 1,71 hari kerja dengan maksimum waktu menjawab pertanyaan selama 5 hari
kerja sehingga didapat nilai realisasi untuk indikator ini sebesar 100 persen dengan
capaian sebesar 100 persen. Berdasarkan capaian dari tahun 2017 sampai tahun 2019,
realisasi indikator ini selalu tercapai dan diharapkan pelayanan ini akan terus meningkat.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan, dan pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-
2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yaitu ketersediaan sistem sebesar
100% dari target sebesar 100%.
Ketesediaan sistem didukung oleh penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana
perkantoran dan sarana prasarana pengolah data dan informasi. Setiap tahun, Direktorat
Jenderal Industri Agro melakukan analisis kebutuhan dan kelayakan sarana prasarana.
Dari hasil analisis ini jika ditemukan adanya peralatan yang rusak/tidak berfungsi dengan
49
T R T R T R T R T R C T R C
Penilaian Sistem
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah
(SAKIP)
76,0 75,8 78,0 88,05 80,0 84,77 106,0% 80,0 84,77 106,0% Nilai
Tingkat
kematangan SPIP3,00 3,22 3,20 3,37 3,25 3,67 113,0% 3,25 3,67 113,0% Level
SASARAN
STRATEGISIKSS
2017 2018 2019SATUAN
2015-20192015 2016
Tidak digunakan
sebagai indikator
Terwujudnya
birokrasi yang
efektif, efisien,
dan
berorientasi
pada layanan
prima
baik, maka selanjutnya dilakukan perbaikan maupun penggantian sehingga sistem dapat
terus berfungsi sepanjang waktu.
Gambar. 3.3 Rata-Rata Waktu Menjawab Pertanyaan Masyarakat
3) Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi Pada Layanan Prima
Terdapat 2 (dua) indikator kinerja pada sasaran strategis terwujudnya birokrasi yang
efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima yaitu penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target nilai sebesar 80
dan tingkat kematangan SPIP Satker mencapai tingkat 3 dengan target minimum berada pada
level 3,25.
Tabel 3.10. Capaian IKSS dari Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien dan Berorientasi
Pada Layanan Prima
Indikator ”Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)” mengacu
pada hasil penilaian SAKIP tahun 2018 yang dilakukan oleh tim auditor dari Inspektorat
Jenderal Kementerian Perindustrian, dimana penilaian Unit Eselon II telah dilaksanakan
pada tanggal 11 Juni 2019 dan Unit Eselon I pada tanggal 27-28 Juni 2019. Adapun hasil
penilaian SAKIP tersebut untuk unit Eselon I Direktorat Jenderal Industri Agro
mendapatkan nilai sebesar 84,77 atau dengan predikat A. Jika dibandingkan dengan nilai
50
SAKIP pada tahun sebelumnya, nilai ini mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan oleh
adanya perubahan metode penilaian yang digunakan oleh tim auditor dimana penilaian
SAKIP tahun 2018 mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi No. 12 tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dilaksanakan dengan berdasarkan
Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian No. 93 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Perindustrian Tahun 2019.
Indikator penilaian meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Perencanaan Kinerja,
2) Pengukuran Kinerja,
3) Pelaporan Kinerja,
4) Evaluasi Internal,
5) Capaian Kinerja.
Meskipun menurun jika dibandingkan dengan hasil penilaian pada tahun 2018, namun
nilai tahun 2019 mampu memenuhi target yang ditetapkan dan mengalami kenaikan jika
dibandingkan dengan nilai SAKIP pada tahun 2017.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini belum dapat
mencapai target pada tahun 2017, namun pada tahun 2018 dan 2019, indikator ini telah
mampu mencapai target nilai yang ingin dicapai. Pada akhir periode Rencana Strategis
tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yaitu nilai SAKIP
Direktorat Jenderal Industri Agro sebesar 84,77 dari target sebesar 80.
Tercapainya target yang telah ditetapkan tersebut tidak lepas dari upaya yang telah
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Industri seperti melakukan workshop penyiapan
dokumen akuntabilitas, aktif dalam rapat-rapat mengenai penyiapan dokumen
akuntabilitas, melakukan rapat evaluasi capaian kinerja, reviuw dokumen SAKIP, rutin
memberikan informasi dan pemberitahuan baik tertulis maupun lisan terkait update
capaian kinerja dilaman-laman evaluasi kinerja kementerian seperti ALKI, Monev Perkin,
Monev Bappenas, dan Monev SMART DJA. Berdasarkan capaian dari tahun 2017-2019
serta memperhatikan evaluasi penilaian-penilaian indikator kinerja ini, diharapkan hasil
penilaian SAKIP Direktorat Jenderal industri Agro dapat terus ditingkatkan pada tahun-
tahun mendatang.
Penilaian indikator “Tingkat Kematangan SPIP” Satker Direktorat Jenderal Industri Agro
dilaksanakan oleh tim auditor dari Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian
dimana terdapat 22 Fokus Penilaian dengan tingkat maturitas dari 0-5. Pada tahun 2019
Ditjen Industri Agro memperoleh tingkat maturitas penyelenggaran SPIP pada level
“Terdefinisi” atau level 3 dari level 5 maturitas SPIP. Pengukuran 25 fokus penilaian
maturitas menghasilkan nilai sebesar 3,367. Tingkat maturitas “Terdefinisi” dimaksudkan
bahwa Ditjen industri Agro telah menerapkan praktik pengendalian intern dan
terdokumentasi dengan baik, namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa
dokumentasi yang memadai sehingga masih perlu banyak perbaikan dan penambahan
data dukung antara lain membuat dan menetapkan pedoman pengolahan TI, buku
51
T R T R T R T R T R C T R C
Akuntabilitas
Laporan
Keuangan dan
BMN Direktorat
Jenderal Industri
Agro
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
100,0%
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
100,0% Nilai
Status
pengelolaan
BMN Direktorat
Jenderal Industri
Agro
1,0 0,3 90,0 93,5 91 91,68 100,7% 91 91,68 100,7% %
Anggaran
Direktorat
Jenderal Industri
Agro yang
diblokir
20,0 0,99 20,0 10,03 20,0 5,43 100,0% 20,0 5,43 100,0% %
Kesesuaian
rencana program
dan kegiatan
prioritas dengan
dokumen
perencanaan
90 90 90 90 90 100 95 100 100 100 100,0% 100 100 100,0% %
SASARAN
STRATEGISIKSS
Tidak
digunakan
sebagai
indikator
SATUAN2015-2019
Tidak digunakan sebagai
indikator
2015 2016 2017 2018 2019
Tersusunnya
perencanaan
program,
pengelolaan
keuangan serta
pengendalian
yang
berkualitas dan
akuntabel
manual pengoperasian program aplikasi internal yang digunakan, membuat laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan pendelegasian wewenang, melakukan
penyempurnaan dan keselarasan atas identifikasi resiko, analisis risiko, LKK SPIP, hingga
kepada daftar pemantauan risiko, dan melakukan evaluasi secara berkala yang terjadwal
dan terdokumentasi pada setiap prosedur atau kegiatan terutama terhadap sub unsur
SPIP tersebut. Secara keseluruhan Nilai maturitas SPIP ini telah mampu melampaui target
yang ditetapkan yaitu level 3 sehingga capaian untuk indikator ini adalah sebesar
113,02%.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai SPIP Direktorat Jenderal Industri Agro
terus mengalami peningkatan sejak tahun 2017-2019. Hal ini tidak lepas dari upaya
perbaikan yang dilakukan oleh seluruh unsur pada Direktorat Jenderal Industri Agro.
Perbaikan dilakukan dengan didasarkan pada hasil evaluasi kertas kerja penilaian
maturitas SPIP sehingga diharapkan akan meningkatkan nilai maturitas SPIP Ditjen
Industri Agro pada periode yang akan datang.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan, dan pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-
2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ingin dicapai yaitu tingkat
kematangan SPIP Direktorat Jenderal Industri Agro sebesar 3,67 dari target sebesar 3,25.
4) Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan Serta Pengendalian yang
Berkualitas dan Akuntabel
Sasaran strategis ini mempunyai 4 (empat) indikator kinerja yaitu tingkat akuntabilitas
laporan keuangan dan BMN dengan target status Capaian Standar Tertinggi, status Pengelolaan
BMN Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target nilai sebesar 91%, anggaran Direktorat
Jenderal Industri Agro yang diblokir dengan target sebesar 20% serta kesesuaian rencana
program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan dengan target sebesar 100%.
Secara ringkas, capaian masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11. Capaian IKSS dari Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan
Serta Pengendalian Yang Berkualitas dan Akuntabel
52
Indikator kinerja tingkat “Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN” diukur oleh
Kementerian Keuangan yang menilai tingkat kualitas Laporan Keuangan dan BMN tingkat
Kementerian dimana pada indikator ini adalah Kementerian Perindustrian. Direktorat
Jenderal Industri Agro sebagai bagian dari Kementerian Perindustrian mendukung
dengan menyusun laporan keuangan dan BMN tingkat Unit Eselon I yang pembinaan dan
monitoring serta penataan tertib administrasi dan pengelolaan barang milik negara
dilakukan oleh Biro Keuangan - Sekretariat Jenderal. Pada tahun 2019 penilaian dilakukan
terhadap Laporan Keuangan dan BMN tahun 2018 dimana penilaian telah dilakukan dan
Kementerian Perindustrian mendapatkan predikat Capaian Standar Tertinggi sehingga
capaian untuk indikator ini adalah 100%. Berdasarkan capaian dari tahun 2016-2019,
target untuk indikator kinerja ini selalu dapat dicapai. Diharapkan pada tahun-tahun yang
akan datang, Kementerian Perindustrian dapat mempertahankan kinerjanya sehingga
target predikat Capaian Standar Tertinggi untuk Laporan Keuangan Kementerian
Perindustrian juga dapat terus dipertahankan.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan, dan pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-
2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ingin dicapai yaitu predikat
Capaian Standar Tertinggi.
Indikator kinerja “Status Pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro” tahun
2019 dihitung berdasarkan perbandingan Nilai BMN yang telah ditetapkan dengan total
aset BMN Ditjen IA. Sampai dengan tahun 2019 total aset BMN Direktorat Jenderal
Industri Agro adalah sebesar Rp. 328.536.027.008,-. Dari jumlah tersebut, aset BMN
sebesar Rp. 301.062.334.459,- berstatus telah ditetapkan penggunaannya. Sehingga
didapat realisasi untuk indikator kinerja ini adalah sebesar 91,68%.
= 91,68%
Berdasarkan perhitungan realisasi untuk indikator ini maka didapatkan capaian sebesar
100,75%. Capaian ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
dikarenakan bertambahnya jumlah aset Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun
2019 sedangkan diperlukan waktu untuk proses penetapan statusnya menjadi BMN.
Capaian tahun 2019 dan tahun 2018 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun
2017 karena terdapat perbedaan pemahaman atas indikator kinerjanya.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019 terjadi perubahan persepsi dalam
indikator ini. Berdasarkan reviu keselarasan target Renstra Kementerian Perindustrian
terhadap Renstra Ditjen Industri Agro terdapat perbedaan persepsi mengenai penjelasan
perhitungan realisasi indikator kinerja Status Pengelolaan BMN Direktorat Jenderal
Industri Agro sehingga perlu adanya penyesuaian target untuk tahun 2018 dan 2019
(Berdasarkan Nota Dinas No. 1351/IA.1/12/2018 tanggal 7 Desember 2018 tentang Hasil
Rapat Evaluasi Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2018) dimana perhitungan
realisasi didasarkan pada “jumlah BMN yang telah ditetapkan”.
53
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya, dan pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ingin
dicapai yaitu status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro sebesar 91,68%
dari target sebesar 91%.
Capaian diatas tidak lepas dari upaya yang telah dilakukan oleh Ditjen Industri Agro
antara lain melalui kegiatan Monitoring dan Tata kelola Hibah BMN Ditjen Industri Agro,
Penatausahaan dan Pemindahtanganan BMN Ditjen Industri Agro, dan Kodefikasi
Inventaris BMN dalam rangka tertib administrasi Direktorat Jenderal Industri Agro.
Untuk indikator “Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro” yang diblokir dihitung
berdasarkan persentase anggaran tahun 2019 yang diblokir berbanding dengan total
PAGU Direktorat Jenderal Industri Agro, dimana indikator ini diharapkan dapat menjadi
border dalam penyusunan rencana kerja yang baik dan benar dengan mengacu pada
kebijakan yang telah ditetapkan. Sampai dengan akhir tahun 2019 jumlah blokir anggaran
Direktorat Jenderal Industri Agro adalah sebesar Rp. 6.033.686.000,- dari total anggaran
sebesar Rp. 111.016.300.000,- atau sebesar 5,43%. Pemblokiran anggaran menjadi
penyebab tidak optimalnya penyerapan anggaran pada Direktorat Jenderal Industri Agro
dimana dari kegiatan-kegiatan yang diblokir, sebesar 99,87% merupakan kegiatan pada
fungsi pendidikan yaitu pada kegiatan Peningkatan Kompetensi SDM Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan, Peningkatan Kompetensi SDM Industri Minuman, Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar, Peningkatan Kompetensi SDM Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan dan kegiatan Pengembangan Industri Agro Dalam Rangka Implementasi
Industri 4.0.
Dari data tersebut, untuk indikator ini didapatkan nilai capaian sebesar 100% karena
jumlah anggaran yang diblokir berada di bawah target sebesar 20%. Sejak tahun 2017-
2019, target untuk indikator ini selalu dapat dicapai dimana blokir awal tahun dapat
ditekan jumlahnya. Hal ini diantaranya karena adanya upaya yang intens yang dilakukan
Direktorat Jenderal Industri Agro melalui penelaahan dan reviu RKAKL, ADIK, dan buka
blokir. Pengurangan anggaran yang diblokir dapat diantisipasi sebelumnya, misalnya
dengan meminimalisir kesalahan dalam perencanaan, penyeimbangan proporsi
anggaran, penyiapan data dukung yang lengkap serta argumentasi yang tepat pada saat
penelaahan. Berdasarkan capaian dari tahun 2017-2019 dan mempertimbangkan
antisipasi yang dapat dilakukan diharapkan indikator anggaran Ditjen Industri Agro yang
masih diblokir dapat diminimalisir pada tahun-tahun mendatang.
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya, dan pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ingin
dicapai yaitu anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir maksimal sebesar
5,43% dari target maksimal sebesar 20%.
Untuk indikator kinerja “Kesesuaian Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Dengan
Dokumen Perencanaan” dinilai berdasarkan kesesuaian antara kegiatan prioritas dengan
dokumen Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015 – 2019
54
Perubahan. Pada tahun 2019, kegiatan prioritas yang dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Industri Agro adalah sebagai berikut:
Tabel 3.12 Kegiatan Prioritas Nasional Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019
Kode Program/ Kegiatan
Kode Output Sasaran
07 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro
1833 Penumbuhan dan
Pengembangan
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
029 Invesment catalogue industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Meningkatnya populasi
dan persebaran
industri agro
032 SNI yang disusun/direvisi,
diberlakukan dan diawasi di
industri hasil hutan dan
perkebunan
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
034 Perusahaan berbasis Hasil
Hutan dan Perkebunan yang
menerapkan standar mutu
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
037 Rancangan SKKNI/KKNI yang
disusun/direvisi di industri
hasil hutan dan perkebunan
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
048 Penyusunan roadmap
Pengembangan Industri Atsiri
Nasional
Meningkatnya populasi
dan persebaran
industri agro
057 Dokumen Analisis Kebijakan
Fiskal Tarif Bea Keluar dan
Tarif Dana Perkebunan
Terhadap Kinerja Industri Hilir
Kelapa Sawit Nasional
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
058 Pengembangan Proses
Produksi dan Bahan Baku
Alternatif Untuk Industri
Rayon
Meningkatnya populasi
dan persebaran
industri agro
059 Konsep Rantai Alur Bahan
Baku Industri Pengolahan
Kayu dan Rotan serta Konsep
Desain Industri Furniture yang
Diterima Pasar Internasional
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
1834 Penumbuhan dan
Pengembangan
Industri Minuman,
Hasil Tembakau,
dan Bahan
Penyegar
030 Industri Pengolahan Susu yang Menjalin Kemitraan dengan Peternak
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
032 SNI Yang Disusun/Direvisi Dan
Diberlakukan di Industri
Minuman, Hasil Tembakau
dan Bahan Penyegar
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
046 Profil Investasi
Pengembangan Industri
Minuman, Hasil Tembakau
dan Bahan Penyegar
Meningkatnya populasi
dan persebaran
industri agro
55
Kode Program/ Kegiatan
Kode Output Sasaran
048 Fasilitasi Penerapan
Keamanan Pangan serta
Penerapan SNI Wajib bagi
Pelaku Industri Makanan dan
Minuman
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
051 Regulasi Terkait
Pengembangan Industri
Minuman Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
1835 Penumbuhan dan
Pengembangan
Industri Makanan,
Hasil Laut, dan
Perikanan
025 Profil Investasi Industri
Prioritas Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan
Meningkatnya populasi
dan persebaran
industri agro
030 Pemenuhan gizi masyarakat
melalui peningkatan konsumsi
pangan olahan sehat
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
032 Rancangan Standar Nasional
Indonesia Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
035 Verifikasi Kebutuhan bahan
baku industri pangan
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
037 Rancangan SKKNI/KKNI
Industri Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
038 Komoditi yang diawasi
Penerapan SNI Wajib Produk
Industri Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
1836 Penyusunan dan
Evaluasi Program
Penumbuhan dan
Pengembangan
Industri Berbasis
Agro
003 Peta pemanfaaatan energi
alternatif potensial untuk
memenuhi kebutuhan industri
agro
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
4906 Peningkatan
Kompetensi SDM
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
039 039-Pelatihan SDM di Sektor
Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
4907 Peningkatan
Kompetensi SDM
Industri Minuman,
Hasil Tembakau
dan Bahan
Penyegar
027 Pelatihan CPPOB berbasis
Makanan dan Minuman
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
028 Rancangan SKKNI/KKNI Yang
Disusun di Industri Minuman,
Hasil Tembakau dan Bahan
Penyegar
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
029 Pusat Pengembangan
Kompetensi Industri
Meningkatnya populasi
dan persebaran
56
Kode Program/ Kegiatan
Kode Output Sasaran
Pengolahan Kakao Terpadu industri agro
030 Pelatihan SDM di Sektor
Industri Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan
Penyegar
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
4908 Peningkatan
Kompetensi SDM
Industri Makanan,
Hasil Laut dan
Perikanan
027 Peningkatan Kompetensi SDM
di Sektor Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
4909 Pengembangan
Industri Agro Dalam
Rangka
Implementasi
Industri 4.0
001 Pilot Project industri 4.0 di
sektor industri makanan dan
minuman
Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri agro
Keseluruhan kegiatan prioritas tersebut dilaksanakan dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran strategis pada Dokumen Perencanaan (Renstra Direktorat Jenderal
Industri Agro Tahun 2015-2019 Perubahan) sehingga capaian untuk indikator kinerja ini
adalah sebesar 100%. Sejak tahun 2017-2019, capaian untuk indikator ini adalah sebesar
100%. Hal ini tidak terlepas dari ketertiban unit-unit kerja di lingkungan Direktorat
Jenderal Industri Agro dalam menyusun rencana program/kegiatan berdasarkan
dokumen-dokumen acuan di atasnya (RIPIN, KIN, RPJMN dan Renstra).
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya, dan pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ingin
dicapai yaitu kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen
perencanaan sebesar 100% dari target sebesar 100%.
Secara keseluruhan, pencapaian target Indikator Kinerja Sasaran Startegis dari Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2019 dapat dilihat dalam tabel berikut:
57
Tabel 3.13. Capaian Target Indikator Kinerja Sasaran Strategis - Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019
Kode SS
Sasaran Strategis (SS) Kode IKSS Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Satuan
2019
Target Realisasi Capaian
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
S1 Meningkatnya populasi dan persebaran industri
S1.1 Unit industri agro besar sedang yang tumbuh
Unit 708 904 127,7%
S1.2 Nilai investasi di sektor industri agro Rp triliun 113,85 69,98 45,2%
S2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
S2.1 Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional
Persen 31,25 24,66 78,0%
S2.2 Produktivitas SDM industri agro Rp. Juta 387,4 575,75 148,6%
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
T1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
T1.1 Rancangan peraturan perundangan yang diselesaikan
Rancangan PP/ Perpres/
Permen
1 4 400%
T2 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
T2.2 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk SKKNI 7 7 100%
T2.3 Masukan posisi kerja sama internasional bidang industri agro
Masukan posisi kerja
sama
6 6 100%
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
L1 Terwujudnya ASN Kementerian Perindustrian yang profesional dan berkepribadian
L1.1 Prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Nilai 86 87,49 101%
L1.2 Produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Jam Kerja 1.320 1.845 140%
L1.3 Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Orang 1 1 100%
L2 Tersedianya sistem informasi yang andal dan mudah
L2.1 Kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan stakeholder
Persen 70 51,61 73,7%
58
Kode SS
Sasaran Strategis (SS) Kode IKSS Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Satuan
2019
Target Realisasi Capaian
diakses L2.2 Ketersediaan Sistem (uptime) Persen 100 100 100%
L3 Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
L3.1 Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Nilai 80,0 84,77 106%
L3.2 Tingkat Kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
Level 3,25 3,67 113%
L4 Tersusunnya perencanaan program, pengelolaan keuangan serta pengendalian yang berkualitas dan akuntabel
L4.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN Nilai Capaian Standar
Tertinggi
Capaian Standar
Tertinggi
100%
L4.2 Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
Persen 91 91,68 101%
L4.3 Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir
Persen 20,0 5,43 100%
L4.4 Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan
Persen 100 100 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian rata-rata target Indikator Kinerja Sasaran Strategis pada dokumen Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2019 adalah sebesar 127,83% meskipun terdapat 3 dari 18 target Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang tidak
tercapai.
59
3.1.3. Capaian Perjanjian Kinerja
Analisis capaian kinerja menjelaskan pengukuran kinerja berdasarkan kinerja yang sudah
ditetapkan di dalam Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019.
Capaian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 tersaji dalam tabel berikut:
Tabel. 3.14. Capaian Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019
No. Tujuan/ Sasaran
Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Satuan
TUJUAN
1. Meningkatnya peran industri agro dalam perekonomian nasional
1. Laju pertumbuhan PDB industri agro
7,10 6,51 91,7% %
2. Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional
9,14 8,74 95,6% %
3. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro
7,04 8,32 118,2% Juta Orang
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
1. Meningkatnya populasi dan persebaran industri
1. Unit industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh
387-424 904 213,2% Unit Usaha
2. Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro
113,9 69,98 45,2% Trilyun Rupiah
2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
1. Kontribusi ekspor produk industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional
31,25 24,66 78,0% %
2. Produktivitas SDM industri agro
387,4 575,75 148,6% Rp. Juta
PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL
1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri agro yang efektif
1. Rancangan peraturan perundangan yang diselesaikan
1 4 400% R PP/ Perpres/ Permen
2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
a. SKKNI yang ditetapkan 7 7 100% SKKNI
2. Masukan posisi kerjasama internasional di bidang industri agro
6 6 100% Masukan Posisi Kerja Sama
Analisis dari masing-masing capaian target indikator kinerja pada dokumen Perjanjian
Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 telah dijelaskan sebagaimana pada sub bab
sebelumnya, namun perlu diperhatikan bahwa beberapa indikator dalam Perjanjian Kinerja Tahun
2019 memiliki angka target yang berbeda dengan target dalam Rencana Strategis Tahun 2015-2019
sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab II.
60
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian rata-rata Perjanjian
Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2019 adalah sebesar 139,05% meskipun terdapat 4
dari 10 target indikator kinerja yang tidak tercapai.
3.1.4. Capaian Indikator Kinerja Utama
Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 tercantum di
dalam dokumen Rencana Strategis dan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro
perspektif pemangku kepentingan sebagaimana dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel. 3.15. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019
No. Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Satuan
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
1. Meningkatnya populasi dan persebaran industri
1. Unit industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh
387-424 904 213,2% Unit Usaha
2. Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro
113,9 69,98 45,2% Trilyun Rupiah
2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
1. Kontribusi ekspor produk industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional
31,25 24,66 78,0% %
2. Produktivitas SDM industri agro
387,4 575,75 148,6% Rp. Juta
Analisis dari masing-masing capaian target IKU telah dijelaskan sebagaimana pada sub bab
sebelumnya. Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian rata-rata IKU
Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2019 adalah sebesar 121,25% meskipun terdapat 2 dari 4
target IKU yang tidak tercapai.
3.1.5. Capaian Rencana Strategis Jangka Menengah
Sepanjang pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2015-2019, capaian Rencana Strategis
jangka menengah Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2015-2019 dan perubahannya dapat
dilihat pada tabel 3.16.
61
Tabel 3.16. Capaian Rencana Strategis Jangka Menengah Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-2019
Kode
Tujuan/ Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019
T R T R T R T R T R T R C
TUJUAN
Tj
Meningkatnya
peran industri
agro dalam
perekonomian
nasional
Tj1 Laju pertumbuhan
PDB industri agro
Persen
Tidak digunakan sebagai indikator
6,89 6,58 6,93 6,30 7,10 6,65 7,10 6,51 91,7%
Tj2 Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional
Persen 8,89 8,59 9,05 8,63 9,14 8,74 9,14 8,74 95,6%
Tj3 Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro
Juta Orang
6,78 8,10 6,92 8,41 7,04 8,32 7,04 8,32 118,2%
Tj4 Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro yang andal dan profesional
Nilai 75,00 74,73 75,30 77,16 Tidak digunakan
sebagai indikator
75,30 77,16 102,5%
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
S1 Meningkatnya populasi dan persebaran industri
S1.1 Unit industri agro besar sedang yang tumbuh
Unit Tidak digunakan sebagai indikator
538 774 635 784 708 904 1.881 2.462 130,9%
S1.2 Nilai investasi di sektor industri agro
Rp Triliun
100 66 110 101,85 119,80 121,81 136,20 72,48 154,8 69,98 579,85 432.12 74,5%
S2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
S2.1 Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional
Persen 13 37 12,75 30,97 31,1 29,60 31,4 24,54 31,6 24,66 31,6 24,66 78,0%
S2.2 Produktivitas SDM industri agro
Rp. Juta Tidak digunakan
sebagai
indikator
299 374,7 347,0 367,0 365,8 573,6 387,4 575,75 387,4 575,75 148,6%
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
T1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
T1.1 Rancangan Peraturan perundangan yang diselesaikan
Rancang-an PP/
Perpres/ Permen
1 0 1 0 1 2 1 4 1 4 5 10 200,0%
62
Kode
Tujuan/ Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019
T R T R T R T R T R T R C
T2 Terselenggara-nya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
T2.1 Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Produk Tidak
digunakan
sebagai
indikator
84 83 3 2 4 10
Tidak digunakan
sebagai indikator
91 95 104,4%
T2.2 Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
SKKNI
Tidak digunakan sebagai indikator
6 4 7 7 7 7 20 18 90,0%
LSP dan TUK
- - 1 1 - - 1 1 100,0%
T2.3
Masukan posisi kerjasama internasional di bidang industri agro
Masukan Posisi Kerja Sama
Tidak digunakan sebagai indikator
6 6 6 6 100,0%
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
L1 Terwujudnya ASN Kementerian Perindustrian yang profesional dan berkepribadian
L1.1 Prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Nilai
Tidak digunakan sebagai indikator
80 84 81 86,46 82 87,49 82 87,49 106,7%
L1.2 Produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Jam Kerja
1.320 1.793 1.320 1.793 1.320 1.845 3.960 5.431 137,1%
L1.3 Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Orang 1 2 1 2 1 1 3 5 166,7%
L2 Tersedianya sistem informasi yang andal dan mudah diakses
L2.1 Kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan stakeholder
Persen 50 29 60 36,36 70 51,61 70 51,61 73,7%
L2.2 Ketersediaan Sistem (uptime)
Persen 100 100 100 100 100 100 100 100 100,0%
L3 Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
L3.1 Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Nilai 76,0 75,8 78,0 88,1 80,0 84,77 80,0 84,7 105,9%
L3.2 Tingkat Kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
Level 3,00 3,22 3,20 3,37 3,25 3,67 3,25 3,67 112,9%
63
Kode
Tujuan/ Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019
T R T R T R T R T R T R C
L4 Tersusunnya perencanaan program, pengelolaan keuangan serta pengendalian yang berkualitas dan akuntabel
L4.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN
Nilai Tidak digunakan
sebagai
indikator
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
100,0%
L4.2 Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
Persen
Tidak digunakan sebagai indikator
1 0,3 90 93,5 91 91,68 91 91,68 100,7%
L4.3 Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir
Persen 20,0 1,0 20,0 10,0 20,0 5,4 20,0 5,4 100,0%
L4.4 Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan
Persen 90 90 90 90 90 100 95 100 100 100 100 100 100,0%
64
Capaian target jangka menengah dari masing-masing indikator kinerja di dalam Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-2019 dan perubahannya adalah sebagai
berikut:
Capaian Indikator Kinerja Tujuan Jangka Menengah
Tujuan yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2015-2019
adalah meningkatnya peran industri agro dalam perekonomian nasional. Selama periode 5 tahun
pelaksanaan Rencana Strategis tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Industri Agro melaksanakan
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro untuk mendukung pencapaian
tujuan ini. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama kurun waktu tahun 2015-2019 secara lebih
rinci dapat dilihat dalam tabel 3.17. Tujuan ini diukur melalui indikator-indikator kinerja dengan
capaian jangka menengah sebagai berikut:
Laju pertumbuhan PDB industri agro
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pertumbuhan sektor industri agro selalu lebih tinggi
jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDB industri pengolahan non migas bahkan terhadap
pertumbuhan PDB industri secara nasional. Sepanjang tahun 2015-2019, pertumbuhan sektor
industri agro mengalami fluktuasi, terus meningkat pada tahun 2016 dan 2017, lalu menurun
pada tahun 2018 dan pada tahun 2019 kembali meningkat mencapai angka pertumbuhan
tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Namun meskipun demikian, angka
pertumbuhan sektor industri agro pada setiap tahunnya belum mampu mencapai target yang
ditetapkan dan pada akhir tahun 2019 juga belum mampu mencapai target akhir yang ingin
dicapai. Hingga akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019 laju pertumbuhan PDB
industri agro hanya mencapai angka 6,51% dari target sebesar 7,10% atau dengan capaian
91,7%.
Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional
Sepanjang tahun 2015-2019, kontribusi PDB sektor industri agro terus mengalami
peningkatan, meskipun pada setiap tahunnya belum mampu memenuhi target yang
ditetapkan dan pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019 juga belum mampu
mencapai target akhir yang ingin dicapai. Hingga akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-
2019 kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional hanya mencapai angka 8,74% dari
target sebesar 9,14% atau dengan capaian 95,6%. Realisasi pencapaian target indikator kinerja
ini dipengaruhi oleh dinamika pertumbuhan pada masing-masing sektor di dalam industri agro
serta pada sektor lainnya. Penurunan kontribusi pada sektor industri agro, akan diikuti oleh
peningkatan kontribusi pada sektor lain. Namun seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
industri agro khususnya pada sektor industri makanan dan minuman yang tingkat
pertumbuhannya selalu berada di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, hal ini
diharapkan akan mampu memberikan peningkatan kontribusi PDB sektor industri agro
terhadap PDB nasional.
Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro
Sepanjang tahun 2015-2019, penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro selalu dapat
mencapai target pada setiap tahunnya dengan realisasi yang berfluktuasi. Pada tahun 2018
65
sempat meningkat dari tahun 2017, lalu kembali mengalami penurunan pada tahun 2019.
Pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, realisasi indikator ini telah mempu
memenuhi target akhir yang ingin dicapai, yaitu sebesar 8,32 juta orang dari target akhir
sebesar 7,04 juta orang tenaga kerja atau dengan capaian 118,2%.
Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro yang andal dan profesional
Pada tahun 2019 indikator ini tidak lagi digunakan sebagaimana hasil evaluasi oleh Inspektorat
Jenderal pada saat evaluasi penilaian SAKIP tahun 2018. Capaian indikator ini berpedoman
pada hasil penilaian PMPRB Kementerian Perindustrian tahun 2017 di mana Kemenperin
memperoleh nilai sebesar 77,16, meningkat dari hasil penilaian PMPRB tahun 2016 dengan
nilai sebesar 74,73. Hingga akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini
telah mampu mencapai target akhir yang ditetapkan yaitu nilai PMPRB sebesar 77,16 dari
target nilai sebesar 75,30 pada tahun 2018 (tahun terakhir indikator ini masih digunakan).
Tidak tercapainya target pertumbuhan PDB industri agro dan kontribusi PDB industri agro
terhadap PDB nasional antara lain disebabkan oleh faktor-faktor eksternal di mana terjadi
ketidakpastian gejolak perekonomian global serta permasalahan-permasalahan internal yang
kompleks. Penurunan pertumbuhan ekonomi nasional juga tidak lepas dari penurunan
perekonomian yang terjadi pada empat negara mitra dagang utama Indonesia yaitu Singapura,
China, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Permasalahan-permasalahan kompleks yang
mengganggu pencapaian target pertumbuhan PDB industri agro diantaranya adalah dinamika sektor
industri itu sendiri, kebijakan otonomi daerah, permasalahan sumber energi, infrastruktur,
perjanjian kerja sama dengan negara lain yang belum optimal implementasinya, regulasi,
ketergantungan impor atas bahan baku, barang modal dan bahan penolong. Permasalahan-
permasalahan tersebut secara lebih rinci akan dijelaskan pada bagian akhir sub bab ini.
Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis Jangka Menengah
Sepanjang periode Rencana Strategis Tahun 2015-2019 terdapat 8 sasaran strategis yang
ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal Industri Agro. Sasaran-sasaran tersebut diukur melalui
indikator kinerja dengan capaian jangka menengah sebagai berikut:
Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri
Jumlah unit industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh
Sepanjang tahun 2015-2019, realisasi indikator ini selalu dapat mencapai target yang
ingin capai pada setiap tahunnya. Sebagaimana karakteristik umum perusahaan sektor
industri agro (kecuali pada sektor industri pulp & kertas), jumlah investasi yang
dibutuhkan untuk membangun sebuah industri membutuhkan modal yang tidak terlalu
besar sehingga pertumbuhan unit industri baru cukup tinggi. Pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, sektor industri agro telah tumbuh sebanyak 2.462 unit
industri, melebihi target akhir sebesar 1.881 unit atau dengan capaian sebesar 130,9%.
Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-
2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro diantaranya
adalah pemberian bantuan mesin dan/atau peralatan sebagai inisiasi agar dapat
menumbuhkan industri baru, penyusunan prototype produk yang selanjutnya diharapkan
66
agar dapat menumbuhkan industri baru saat diteruskan ke industri, pembangunan pusat
kompetensi yang diharapkan dapat memberikan pelatihan kompetensi agar
menumbuhkan wirausaha baru yang pada akhirnya diharapkan dapat tumbuh menjadi
industri besar/sedang. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan melalui:
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Oleokimia dan Kemurgi
Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Lainnya
Pengembangan Industri Pangan
Pengembangan Industri Bahan Penyegar
Pengembangan Industri Minuman Lainnya
Pengembangan Industri Pakan
Pengembangan Industri Oleofood
Rekomendasi Pengembangan dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan
Rekomendasi Pengembangan dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau
Rekomendasi Pengembangan dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
Bantuan Mesin dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Hasil
Hutan dan Perkebunan
Bantuan Mesin dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri
Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Bantuan Mesin dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan
Prototipe Produk Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Pusat Pengembangan Teknologi Proses dan Produk Di Sektor Industri Minuman
Bantuan Alat Pengembangan Industri Furniture dan Percetakan
Bantuan Mesin dan Peralatan Industri Non Pangan Berbahan Baku Rumput Laut
Untuk Pembuatan Cangkang Kapsul
Bantuan Mesin dan Peralatan Industri Pengolahan Tepung
Bantuan Alat Industri Pengolahan Kelapa dan Tebu
Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu
Bantuan Mesin dan Peralatan Teknologi Proses Es Balok Untuk Meningkatkan Daya
Simpan Produk Hasil Laut
Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu
Nilai investasi sektor industri agro
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, realisasi indikator ini hanya
mampu mencapai target pada tahun 2017. Realisasi investasi pada sektor industri agro
terus mengalami peningkatan pada tahun 2015 dan 2016, mencapai puncak pada tahun
2017, kemudian terus mengalami penurunan pada tahun 2018 dan 2019. Realisasi
investasi yang tinggi pada tahun 2017 disebabkan oleh adanya investasi oleh PT. OKI Pulp
and Paper dengan total nilai investasi mencapai 40 Triliun Rupiah. Sebagaimana
karakteristik pada sektor industri pengolahan kertas, jumlah investasi yang dibutuhkan
untuk membangun sebuah industri membutuhkan modal yang sangat besar sehingga
pertumbuhan unit industri baru sangat jarang terjadi pada sektor ini. Hingga akhir
periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, dari total target sebesar Rp. 620,8 Trilyun,
67
realisasi indikator ini adalah sebesar Rp. 432,49 Trilyun atau dengan capaian hanya
sebesar 69,7%. Secara umum, faktor penyebab menurunnya realisasi investasi antara lain
faktor eksternal karena adanya fluktuasi nilai tukar Dollar AS yang dipicu oleh kenaikan
suku bunga AS dan penguatan Dollar AS di pasar global, terjadinya negatif neraca
perdagangan sepanjang tahun 2018-2019, serta perang dagang antara China dan Amerika
Serikat yang turut berperan dalam ketidakstabilan perekonomian global. Untuk
mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-2019
kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro diantaranya pemberian
fasilitasi investasi, penyusunan katalog/profil investasi, penyusunan roadmap
pengembangan industri, serta penyusunan rekomendasi untuk mendorong iklim
investasi. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan melalui:
Calon Investor yang Memperoleh Informasi Potensi Investasi Di Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Rekomendasi Kebijakan dalam rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Hasil
Hutan dan Perkebunan
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Minuman,
Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Perusahaan yang Mendapatkan Fasilitas Promosi Produk dan Investasi
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan
Invesment Catalogue Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Profil Investasi Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan
Penyegar
Profil Investasi Industri Prioritas Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Atsiri Nasional
Pengembangan Proses Produksi dan Bahan Baku Alternatif Untuk Industri Rayon
Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri
Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator kinerja ini hanya
mampu mencapai target pada tahun 2015 dan 2016. Selanjutnya pada tahun 2017-2019,
realisasi indikator ini tidak mampu mencapai target yang ditetapkan. Hingga akhir
periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini belum mampu mencapai target
akhir yang diinginkan dengan realisasi hanya sebesar 24,66% dari target akhir sebesar
31,6% atau dengan capaian hanya sebesar 78,03%. Jika dilihat dari capaian tersebut,
selama beberapa tahun terkahir, kinerja ekspor industri agro mengalami pertumbuhan
negatif karena terjadi penurunan ekspor terutama pada produk kelapa sawit dan
turunannya. Masalah paling serius yang dihadapi produk sawit dan turunannya adalah
rencana Uni Eropa untuk mengurangi impor sawit mulai tahun 2021. Terhadap rencana
ini, Pemerintah Indonesia terus melakukan loby disertai ancaman retaliasi beberapa
produk impor dari Uni Eropa. Secara umum, lesunya kinerja perdagangan global menjadi
faktor utama yang menyebabkan penurunan ekspor, di mana hal ini mempengaruhi
permintaan terhadap barang mentah yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia.
Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-
68
2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro diantaranya
adalah partisipasi dalam sidang kerja sama internasional serta promosi industri. Selain
itu, untuk mendukung peningkatan daya saing dan produktivitas sektor industri agro,
juga dilaksanakan kegiatan penyusunan dan penerapan standar produk serta
rekomendasi peningkatan daya saing industri. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan
melalui:
Partisipasi Dit. IHHP Dalam Sidang dan Pameran Di Dalam Negeri (DN) Maupun Luar
Negeri (LN)
Partisipasi Dit. Mintem Dalam Sidang dan Pameran Di Dalam Negeri (DN) Maupun
Luar Negeri (LN)
Promosi dan Kerjasama Pada Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Perusahaan yang Difasilitasi Pada Promosi/pameran Produk Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan
Perusahaan yang Difasilitasi Pada Promosi/pameran Produk Industri Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan Penyegar
Perusahaan yang Difasilitasi Pada Promosi/pameran Produk Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktifitas
Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktifitas
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
SNI yang Disusun/Direvisi dan Diberlakukan Di Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
SNI yang Disusun/Direvisi dan Diberlakukan Di Industri Minuman, Hasil Tembakau
dan Bahan Penyegar
SNI yang Disusun/Direvisi dan Diberlakukan Di Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri agro
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator kinerja ini selalu
mampu mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya dengan realisasi yang
berfluktuasi, sempat menurun pada tahun 2017, namun kembali meningkat pada tahun
2018 dan terus meningkat pada tahun 2019. Pada akhir periode Rencana Strategis tahun
2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ditetapkan yaitu
realisasi produktivitas sektor industri agro sebesar 575,75 Juta Rupiah/Orang/Tahun dari
target akhir sebesar 387,4 Juta Rupiah/Orang/Tahun atau dengan capaian sebesar
148,62%. Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama
tahun 2015-2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro
diantaranya adalah penyelenggaraan pelatihan SDM industri. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan melalui:
Pelatihan SDM Di Sektor Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Pelatihan SDM Di Sektor Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Peningkatan Kompetensi SDM Di Sektor Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Makanan dan Minuman
69
Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri Yang Efektif
Rancangan peraturan perundangan yang diselesaikan
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini tidak mencapai
target pada tahun 2015 dan 2016, sedangkan pada tahun 2017-2019, indikator kinerja ini
telah mampu melampaui target yang ditetapkan. Hingga akhir periode Rencana Strategis
tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang diinginkan
dengan realisasi 10 rancangan peraturan dari target sebanyak 5 rancangan, dengan
rincian sebagai berikut:
1) Peraturan Menteri Perindustrian No.9/M-IND/PER/3/2017 tentang Tata Cara
Pemberian Izin Khusus Bagi Industri Karet Remah
2) Peraturan Menteri Perindustrian No.10/M-IND/PER/3/2017 tentang Fasilitas
Memperoleh Bahan Baku Dalam Rangka Pembangunan Industri Gula
3) Peraturan Menteri Perindustrian No. 28 tahun 2018 tentang Standar Industri Hijau
Untuk Industri Pengolahan Susu Bubuk
4) Peraturan Menteri Perindustrian No. 22 Tahun 2018 tentang Pemberlakuan dan
Pengawasan Standar Nasional Indonesia Kakao Bubuk Secara Wajib
5) Peraturan Menteri Perindustrian No. 21 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 74/M-IND/PER/10/2016 Tentang Lembaga
Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar
Nasional Indonesia Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan Secara Wajib
6) Peraturan Menteri Perindustrian No. 19 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian
Rekomendasi Impor Komoditi Perikanan Sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong
Industri
7) Keputusan Menteri Perindustrian No. 752 Tahun 2019 tentang Penunjukan Lembaga
Verifikasi Dalam Rangka Pemberian Rekomendasi Impor Gula Kristal Mentah
8) Peraturan Menteri Perindustrian No. 46 Tahun 2019 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia Minyak Goreng Sawit Secara Wajib
9) Peraturan Menteri Perindustrian No. 17 Tahun 2019 tentang Pengendalian dan
Pengawasan Industri Minuman Beralkohol
10) Peraturan Menteri Perindustrian No. 26 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 78/M-IND/PER/11/2016 tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Air Mineral, Air Demineral, Air Mineral
Alami dan Air Minum Embun Secara Wajib.
Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-
2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro diantaranya
adalah penyusunan/revisi peraturan baik Permenperin maupun peraturan lainnya.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan melalui:
Penyusunan Rancangan Peraturan Sektor Industri Agro dan Pelaksanaan Undang-
undang Tentang Perindustrian (PP, Permen, Perdirjen)
70
Terselenggaranya Urusan Pemerintahan Di Bidang Perindustrian yang Berdaya Saing dan
Berkelanjutan
Produk industri agro yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini tidak mencapai
target pada tahun 2016 dan 2017, sedangkan pada tahun 2018, indikator kinerja ini telah
mampu memenuhi target yang ditetapkan. Pada akhir periode Rencana Strategis tahun
2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang diinginkan dengan
realisasi 95 sertifikat produk TKDN dari target sebanyak 91 sertifikat produk baik yang
dibiayai menggunakan APBN maupun yang dilakukan secara mandiri oleh perusahaan,
sehingga capaian akhair jangka menengah untuk indikator ini adalah sebesar 104,40%.
Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-
2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro diantaranya
adalah pemberian fasilitasi sertifikasi TKDN. Selain itu juga terus mendorong perusahaan
agar melakukan sertifikasi TKDN secara mandiri. Akan tetapi, sejak dibentuk unit kerja
baru (Pusat P3DN), Direktorat Jenderal Industri Agro tidak lagi melakukan kegiatan
pemberian fasilitasi sertifikasi TKDN.
Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini tidak mencapai
target pada tahun 2017 karena terdapat RSKKNI yang tidak dapat diselesaikan
penyusunannya, sedangkan pada tahun 2018 dan 2019 indikator kinerja ini telah mampu
memenuhi target yang ditetapkan. Pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-
2019, indikator ini belum mampu mencapai target akhir yang diinginkan dengan realisasi
hanya sebanyak 18 RSKKNI yang diselesaikan dari target sebanyak 20 RSKKNI atau dengan
tingkat capaian sebesar 90%. Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator
kinerja ini, selama tahun 2015-2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Industri Agro diantaranya adalah penyusunan RSKKNI di sektor industri hasil hutan dan
perkebunan, sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan serta sektor industri
minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar.
Tahun 2019 Direktorat Jenderal Industri Agro telah menyelesaikan penyusunan 7
RSKKNI/RKKNI sebagai berikut:
1) RSKKNI Industri Hasil Tembakau
2) RSKKNI Industri Minyak Goreng Kelapa
3) RSKKNI Industri Pengolahan Daging sub Bidang Non Produksi
4) RSKKNI Industri Biskuit sub Bidang Produksi
5) RSKKNI Industri Kertas Sub Bidang Quality Control
6) RSKKNI Industri Kertas Sub Bidang Produksi (Chemical Preparation)
7) RSKKNI Industri Furniture Bidang Desain dan Teknologi Furniture
Untuk capaian tahun 2017, Direktorat Jenderal Industri Agro juga telah menyelesaikan
penyusunan sebanyak 4 RSKKNI dari target 6 RSKKNI, yaitu:
1) RSKKNI Industri Furniture
2) RSKKNI Industri Hilir Perkebunan Non Pangan
3) RSKKNI Industri Pengolahan Daging Pada Sub Bidang Produksi
71
4) RSKKNI Industi Pengolahan Kopi Sub Bidang Produksi dan Penyimpanan
5) RSKKNI Di Bidang Industri Gula Rafinasi (tidak selesai, dilanjutkan tahun
berikutnya)
6) RSKKNI Di Bidang Industri Mie Instan (tidak selesai, dilanjutkan tahun berikutnya)
Tidak selesainya penyusunan RSKKNI Di Bidang Industri Gula Rafinasi dan RSKKNI Di
Bidang Industri Mie Instan pada tahun 2017, diakibatkan oleh adanya kendala pada
substansi teknis.
Pada tahun 2018, telah diselesaikan 7 RSKKNI, yaitu:
1) RSKKNI di Bidang Industri Gula Kristal Rafinasi (lanjutan dari tahun 2017)
2) RSKKNI di Bidang Industri Mie Instan (lanjutan dari tahun 2017)
3) RKKNI Industri Pengolahan Daging Pada Sub Bidang Produksi
4) RSKKNI Industri Pulp & Kertas
5) RSKKNI Industri Furniture
6) RSKKNI Industri Hilir Perkebunan Non Pangan
7) RKKNI Industri Hasil Tembakau
Tidak tercapainya target penyusunan RSKKNI/RKKNI pada periode Rencana Strategis
tahun 2015-2019 ini sebaiknya diakomodir dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Industri Agro Tahun 2020-2024 dengan pertimbangan jika kegiatan ini memang dirasa
penting untuk terus dilaksanakan.
LSP dan TUK yang terbentuk
Pada tahun 2017 dan 2019 indikator ini tidak menjadi target dalam Rencana Strategis
maupun Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro. Sedangkan pada tahun 2018
target indikator ini telah dapat dicapai dengan adanya penunjukan PT. Gelora Djaja
(Wismilak) sebagai Tempat Uji Kompetensi untuk sertifikasi profesi di bidang industri
hasil tembakau. Sehingga sampai akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019,
indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ditetapkan dengan realisasi
sebanyak 1 LSP/TUK dari target sebanyak 1 LSP/TUK atau dengan capaian sebesar 100%.
Penunjukan LSP/TUK ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanan kegiatan
penyusunan RSKKNI di sektor industri minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar.
Masukan posisi kerja sama internasional bidang industri agro
Indikator ini merupakan usulan baru yang muncul pada tahun 2019 untuk mengakomodir
fungsi dari Bagian Hukum dan Kerja Sama pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri
Agro. Kerja sama yang aktif diikuti pada tahun 2019 meliputi :
1) Indonesia EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement
2) Indonesia EU Comprehensive Economic Partnership Agreement
3) Regional Comprehensive Economic Partnership
4) ASEAN Hongkong Free Trade Agreement
5) Indonesia Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement
6) Indonesia – Mozambique Preferential Trade Agreement
Pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu
mencapai target akhir yang ditetapkan dengan realisasi sebanyak 6 masukan posisi kerja
72
sama dari target sebanyak 6 masukan posisi kerja sama atau dengan capaian sebesar
100%. Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, kegiatan yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro adalah Penyusunan Posisi Runding
Sektor Industri Agro Dalam Kerjasama Internasional.
Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang Profesional dan Berkepribadian
Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya dengan realisasi yang terus
meningkat dan pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah
mampu mencapai target akhir yang ingin dicapai yaitu nilai prestasi kerja pegawai
sebesar 87,49 dari target nilai sebesar 86 atau dengan capaian sebesar101,13%. Untuk
mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-2019
kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro adalah pemberian gaji
dan tunjangan pegawai.
Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya dan pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yaitu jumlah
jam kerja sebesar 5.431 dari target sebesar 3.960 jam kerja, atau dengan capaian akhir
sebesar 137,1%. Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini,
selama tahun 2015-2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri
Agro untuk menunjang peningkatan produktivitas pegawai diantaranya adalah:
Penerapan Budaya Kerja 5K, Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Perlengkapan
Operasional dan Pemeliharaan Kantor
Penyelenggaraan Kearsipan, Dokumentasi, Labelisasi dan Pemusnahan Arsip
Kualifikasi Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan karena setiap tahunnya selalu ada pegawai pada
Direktorat Jenderal Industri Agro yang melanjutkan pendidikan. Hingga akhir periode
Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir
yang ingin dicapai yaitu pegawai yang melanjutkan pendidikan sebanyak 5 orang dari
target sebanyak 3 orang pegawai atau dengan capaian sebesar 166,67%. Untuk
mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-2019
kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro adalan Pengelolaan
Kepegawaian.
73
Tersedianya Sistem Informasi yang Andal dan Mudah Diakses
Kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan stakeholder
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini belum mampu
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya, bahkan hingga akhir periode
Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini juga belum mampu mencapai target
akhir yang ingin dicapai yaitu kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap
kebutuhan stakeholder dengan realisasi hanya sebesar 51,61% dari target sebesar 70%
atau dengan tingkat capaian hanya sebesar 73,37%. Capaian indikator ini menunjukkan
masih kurang optimalnya layanan data dan informasi pada Direktorat Jenderal Industri
Agro karena sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019 indikator ini belum
pernah mampu mencapai target. Oleh karena ini, indikator ini direkomendasikan untuk
terus digunakan pada periode Rencana Strategis tahun 2020-2024 agar layanan data dan
informasi pada Direktorat Jenderal Industri Agro dapat diperbaiki dan dapat terus
ditingkatkan kualitasnya. Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja
ini, selama tahun 2015-2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri
Agro untuk menyediakan data dan informasi serta pelayanan informasi stakeholder
diantaranya adalah:
Pengelolaan Data dan Informasi
Pelayanan Humas dan Protokoler
Penanganan Permasalahan Aktual
Ketersediaan sistem (uptime)
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya dan pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, indikator ini juga telah mampu mencapai target akhir yaitu
ketersediaan sistem sebesar 100% dari target sebesar 100% atau dengan tingkat capaian
sebesar 100%. Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini,
selama tahun 2015-2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri
Agro untuk menunjang keberlangsungan/ketersediaan sistem sepanjang waktu
diantaranya adalah:
Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi Pada Layanan Prima
Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini belum dapat
mencapai target pada tahun 2017, namun pada tahun 2018 dan 2019, indikator ini telah
mampu mencapai target nilai yang ingin dicapai. Pada akhir periode Rencana Strategis
tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yaitu nilai SAKIP
Direktorat Jenderal Industri Agro sebesar 84,77 dari target sebesar 80 atau dengan
capaian sebesar 105,96%. Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator
kinerja ini, selama tahun 2015-2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
74
Industri Agro untuk mendukung penyelenggaraan SAKIP yang berkualitas diantaranya
adalah:
Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Industri Agro Tahun 2020-2024
Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
Tingkat Kematangan SPIP
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan, dan pada akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-
2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ingin dicapai yaitu tingkat
kematangan SPIP Direktorat Jenderal Industri Agro sebesar 3,67 dari target sebesar 3,25
atau dengan tingkat capaian sebesar 112,92%. Untuk mendukung pencapaian sasaran
dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Industri Agro untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan SPIP
adalah Pelayanan Organisasi, Tata Laksana, dan Reformasi Birokrasi.
Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan Serta Pengendalian yang
Berkualitas dan Akuntabel
Akuntabilitas laporan keuangan dan BMN
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya dan pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ingin
dicapai yaitu predikat Capaian Standar Tertinggi dengan capaian sebesar 100%. Untuk
mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-2019
kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro untuk mendukung
penyediaan laporan keuangan dan laporan BMN yang berkualitas demi mendukung
pencapaian predikat Capaian Standar Tertinggi Kementerian Perindustrian diantaranya
adalah:
Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan Perbendaharaan
Pelayanan Rumah Tangga
Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya meskipun sempat terjadi
perubahan angka target karena adanya perbedaan persepsi. Pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ingin
dicapai yaitu status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro sebesar 91,68%
dari target sebesar 91% atau dengan tingkat capaian sebesar 100,74%. Untuk mendukung
pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-2019 kegiatan yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro untuk mendukung pengelolaan BMN
diantaranya adalah:
Penatausahaan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara
Monitoring dan Tata Kelola Hibah Barang Milik Negara
75
Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya, dan pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, indikator ini telah mampu mencapai target akhir yang ingin
dicapai yaitu anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir maksimal sebesar
5,43% dari target maksimal sebesar 20% atau dengan tingkat capaian sebesar 100%.
Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-
2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro untuk
mendukung pengelolaan anggaran yang berkualitas dan untuk meminimalisir blokir
diantaranya adalah:
Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Satker Eselon 1 Tanpa Satker Vertikal
Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. IHHP
Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. IMHLP
Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. Mintemgar
Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan
Sepanjang periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, indikator ini selalu dapat
mencapai target yang ditetapkan pada setiap tahunnya, dan pada akhir periode Rencana
Strategis tahun 2015-2019, indikator ini juga telah mampu mencapai target akhir yang
ingin dicapai yaitu kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen
perencanaan sebesar 100% dari target sebesar 100% dengan capaian sebesar 100%.
Untuk mendukung pencapaian sasaran dengan indikator kinerja ini, selama tahun 2015-
2019 kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro untuk
mendukung penyusunan program dan anggaran adalah Penyusunan Rencana Program
dan Penyusunan Rencana Anggaran.
Secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro
untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran setiap tahunnya sepanjang periode Rencana
Strategis Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
76
Tabel 3.17 Pelaksanaan Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun Anggaran 2015-2019
No. Sasaran Strategis /Indikator
Target Realisasi Satuan Output Pendukung PAGU Anggaran Realisasi Anggaran
% Realisasi Fisik
Tahun Anggaran 2015
1. Tingginya laju pertumbuhan industri Agro Kegiatan Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan:
Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Lainnya
Partisipasi Dit. IHHP Dalam Sidang dan Pameran Di Dalam Negeri
(DN) Maupun Luar Negeri (LN)
Rumusan Perencanaan, Evaluasi dan Laporan
Standard Pada Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Oleokimia dan Kemurgi
Kegiatan Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan
Tembakau:
Partisipasi Dit. Mintem Dalam Sidang dan Pameran Di Dalam
Negeri (DN) Maupun Luar Negeri (LN)
Rumusan Perencanaan, Evaluasi dan Laporan
Standard Pada Industri Minuman dan Tembakau
Pengembangan Industri Pangan
Pengembangan Industri Bahan Penyegar
Pengembangan Industri Minuman Lainnya
Kegiatan Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan:
Revitalisasi Industri Gula Nasional
Rumusan Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
Standard Pada Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
Pengembangan Industri Pangan
Pengembangan Industri Pakan
Pengembangan Industri Bahan Penyegar
42.749.623.000
19.370.384.000
14.309.610.000
1.713.609.000
1.220.801.000
6.135.219.000
37.011.200.000
5.423.275.000
2.271.254.000
4.753.035.000
6.295.308.000
11.482.009.000
6.786.319.000
100.655.511.000
702.110.000
1.626.889.000
66.166.649.000
19.546.829.000
1.487.634.000
6.275.548.000
35.759.230.531
14.472.523.745
13.852.564.961
1.310.177.417
990.769.640
5.133.194.768
30.504.369.361
4.620.519.954
1.514.889.947
3.726.062.000
5.852.800.500
9.176.556.971
5.613.539.989
68.897.361.286
157.924.800
1.229.894.025
44.066.959.000
13.561.438.681
1.166.883.500
5.261.583.654
83,65
74,71
96,81
76,46
81,16
83,67
82,42
85,2
66,7
78,39
92,97
79,92
82,72
68,45
22,49
75,6
66,6
69,38
78,44
83,84
98,26
96,55
83,91
Laju pertumbuhan
industri agro 7,5 5,97 Persen
Kontribusi industri agro
terhadap PDB nasional 8,80 8,22 Persen
2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri industri agro
Kontribusi ekspor
produk industri agro
terhadap ekspor
nasional
12,50 36,26 Persen
Pangsa pasar produk
industri agro nasional
terhadap total
permintaan pasar dalam
negeri
14,25 5,58 Persen
3. Meningkatnya produktivitas SDM industri agro
Tingkat produktivitas
dan kemampuan SDM
industri
260.000 296.295
Rupiah/
tenaga
kerja/ jam
4. Meningkatnya investasi di sektor industri agro
Nilai realisasi investasi
PMDN dan PMA 100,0 34,36
Rp.
Trilyun
5. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro
77
No. Sasaran Strategis /Indikator
Target Realisasi Satuan Output Pendukung PAGU Anggaran Realisasi Anggaran
% Realisasi Fisik
Jumlah tenaga kerja
yang diserap industri
agro
1,5 0,69 Juta
Orang
Pengembangan Industri Oleofood
Promosi dan Kerjasama Pada Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan
Industri Agro:
Dokumen Perencanaan, Penganggaran, Monitoring, Evaluasi dan
Data
Rekomendasi Peningkatan Iklim Usaha, Mutu Produk dan
Kerjasama Industri
Laporan Keuangan dan BMN
Fasilitasi Kepesertaan dan Pelaksanaan Pembinaan Aparatur
Layanan Perkantoran
Kendaraan Bermotor
Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
605.045.000
4.244.807.000
158.373.427.000
7.527.239.000
120.819.215.000
2.166.432.000
1.432.101.000
25.093.720.000
38.420.000
428.700.000
867.600.000
527.341.775
2.925.335.851
146.813.849.722
7.363.049.400
113.287.550.484
2.053.422.450
1.286.394.700
21.740.220.888
32.729.000
428.091.800
622.391.000
87,16
68,92
92,7
97,82
93,77
94,78
89,83
86,64
85,19
99,86
71,74
116,01
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro 338.789.761.000 281.974.810.900 83,23 102,11
Tahun Anggaran 2016
1. Tingginya laju pertumbuhan industri Agro Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan:
Rekomendasi Pengembangan dan Penumbuhan Industri Hasil
Hutan dan Perkebunan
Standar Nasional Indonesia Pada Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan
SKKNI Pada Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Industri yang Mendapatkan Fasilitas Dalam Bentuk Pemberian
Pinjaman, Hibah, dan/atau Penyertaan Modal
Peningkatan Kemampuan SDM Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan
35.009.407.000
1.145.515.000
208.397.000
205.568.000
97.662.000
889.084.000
25.624.262.315
1.055.112.493
205.125.900
197.251.500
93.166.300
870.584.400
73,19
92,11
98,43
95,95
95,40
97,92
96,69
Laju pertumbuhan
industri agro
7,7 6,39 Persen
Kontribusi industri agro
terhadap PDB nasional
8,8 8,54 Persen
2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri industri agro
Kontribusi ekspor
produk industri agro
terhadap ekspor
nasional
12,75 33,97 Persen
78
No. Sasaran Strategis /Indikator
Target Realisasi Satuan Output Pendukung PAGU Anggaran Realisasi Anggaran
% Realisasi Fisik
Pangsa pasar produk
industri agro nasional
terhadap total
permintaan pasar dalam
negeri
14,25 5,47 Persen Perusahaan Yang Mendapatkan Fasilitas Promosi Produk dan
Investasi
Rumusan Perencanaan Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Calon Investor yang Memperoleh Informasi Potensi Investasi Di
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Pilot Project/mini Plant Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing
dan Produktivitas Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Hasil
Hutan dan Perkebunan
Perusahaan Berbasis Hasil Hutan dan Perkebunan Yang
Menerapkan Standar Mutu
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Sdm Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Yang Disertifikasi
Sdm Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Yang Mengikuti Diklat
Bantuan Mesin dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Perusahaan yang Difasilitasi Pada Promosi/pameran Produk
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Prototipe Produk Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit Eselon II
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau,
dan Bahan Penyegar:
Rekomendasi Pengembangan dan Penumbuhan Industri Minuman
dan Tembakau
Standar Nasional Indonesia Pada Industri Minuman dan
Tembakau
8.914.962.000
488.287.000
337.746.000
1.149.820.000
4.217.527.000
3.901.989.000
1.452.350.000
1.112.205.000
631.227.000
602.051.000
3.471.786.000
2.062.608.000
1.693.190.000
810.615.000
1.616.818.000
29.042.724.000
2.422.668.000
849.921.000
8.842.125.560
478.834.194
127.997.871
66.299.000
3.960.970.700
2.245.769.421
584.124.500
818.099.000
124.301.659
112.748.700
1.171.082.196
1.628.007.591
1.522.197.400
569.492.930
950.971.000
13.027.074.965
1.546.079.430
536.270.000
99,18
98,06
37,9
5,77
93,92
57,55
40,22
73,56
19,69
18,73
33,73
78,93
89,9
70,25
58,82
44,85
63,82
63,10
65,89
3. Meningkatnya produktivitas SDM industri agro
Tingkat produktivitas
dan kemampuan SDM
industri
299.000 358.800 Rupiah/
tenaga
kerja/jam
4. Meningkatnya investasi di sektor industri agro
Nilai realisasi investasi
PMDN dan PMA
110 101,85 Rp. Triliun
5. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro
Jumlah tenaga kerja
yang diserap industri
agro
1,52 1,67 Juta
Orang
79
No. Sasaran Strategis /Indikator
Target Realisasi Satuan Output Pendukung PAGU Anggaran Realisasi Anggaran
% Realisasi Fisik
SKKNI Pada Industri Minuman dan Tembakau
Industri yang Mendapatkan Fasilitas Pembiayaan Dalam Bentuk
Pemberian Pinjaman, Hibah dan/atau Penyertaan Modal Bagi
Industri Minuman dan Tembakau
Peningkatan Kemampuan SDM Industri Minuman dan Tembakau
Perusahaan yang Mendapatkan Fasilitas Promosi Produk dan
Investasi
Rumusan Perencanaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Industri Minuman dan Tembakau
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi
Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Calon Investor yang Memperoleh Informasi Potensi Investasi Di
Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing
dan Produktifitas Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan
Penyegar
Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Minuman,
Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Perusahaan Berbasis Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan
Penyegar yang Menerapkan Standar Mutu
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)
Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
SDM Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Yang Mengikuti Diklat
Bantuan Mesin dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan
Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Sarana dan Prasarana TUK dan LSP Dalam Rangka Penerapan
SKKNI Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Perusahaan yang Difasilitasi Pada Promosi/pameran Produk
Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit Eselon II
210.354.000
566.906.000
271.990.000
2.839.346.000
493.944.000
2.406.341.000
879.300.000
1.411.309.000
1.271.370.000
213.464.000
500.000.000
3.217.430.000
1.959.440.000
289.646.000
6.063.995.000
3.175.300.000
116.050.388
286.840.400
252.346.200
2.538.627.860
450.184.900
1.281.011.075
182.752.897
691.544.371
198.659.000
40.104.900
477.345.000
937.166.065
378.358.400
82.812.628
2.307.386.975
723.534.476
55,17
50,60
92,78
89,41
91,14
53,23
20,78
49,00
15,63
18,79
95,47
29,13
19,31
28,59
38,05
22,79
80
No. Sasaran Strategis /Indikator
Target Realisasi Satuan Output Pendukung PAGU Anggaran Realisasi Anggaran
% Realisasi Fisik
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut, dan
Perikanan:
Rekomendasi Pengembangan dan Penumbuhan Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Standar Pada Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
SKKNI Pada Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Industri yang Mendapatkan Fasilitas Pembiayaan Dalam Bentuk
Pemberian Pinjaman, Hibah dan/atau Penyertaan Modal Bagi
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Peningkatan Kemampuan SDM Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
Perusahaan yang Mendapatkan Fasilitas Promosi Produk dan
Investasi
Rumusan Perencanaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing
dan Produktifitas Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan
SNI Wajib Terkait Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Perusahaan Berbasis Makanan, Hasil Laut dan Perikanan yang
Menerapkan Standar Mutu
Pengawasan SNI Wajib Terkait Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
SDM Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Yang Mengikuti
Diklat
Bantuan Mesin dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
55.485.681.000
999.965.000
396.715.000
152.545.000
107.224.000
122.080.000
166.620.000
346.010.000
3.923.785.000
6.146.217.000
1.850.134.000
583.770.000
443.980.000
749.385.000
3.047.455.000
703.608.000
28.092.776.000
18.733.544.582
579.489.429
246.863.900
114.710.000
73.230.500
79.160.800
159.654.100
257.587.000
1.128.173.350
2.789.738.486
197.422.700
142.605.400
302.433.652
106.681.000
363.886.925
164.077.800
8.466.636.600
33,76
57,95
62,23
75,20
68,30
64,84
95,82
74,44
28,75
45,39
10,67
24,43
68,12
14,24
11,94
23,32
30,14
48,45
81
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
TAHUN ANGGARAN 2017
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
S1 Meningkat-nya Populasi dan Persebaran Industri Agro
S1.1 Unit Industri Agro Besar Sedang yang Tumbuh
538 774 Unit Prototipe Produk Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Bantuan Mesin dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Bantuan Mesin dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Pusat Pengembangan Teknologi Proses dan Produk Di Sektor Industri Minuman
710.775.000 2.833.270.000
3.580.824.000
72.887.866.000
527.720.232 2.690.898.300
3.474.363.537
72.598.424.127
74,25 94,98
97,03
99,60
No. Sasaran Strategis /Indikator
Target Realisasi Satuan Output Pendukung PAGU Anggaran Realisasi Anggaran
% Realisasi Fisik
Perusahaan yang Difasilitasi Pada Promosi/pameran Produk
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit Eselon II
Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Berbasis Agro:
Rumusan Perencanaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Rekomendasi Peningkatan Iklim Usaha, Mutu Produk dan
Kerjasama Industri
Laporan Keuangan dan BMN Laporan/dokumen
Fasilitasi Kepesertaan dan Pelaksanaan Pembinaan Aparatur
Fasilitasi Promosi Investasi dan Pemasaran Produk Industri Agro
Dukungan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri
Layanan Perkantoran
Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
4.761.980.000
2.891.432.000
47.242.422.000
6.449.571.000
3.709.672.000
3.339.577.000
1.666.570.000
7.188.918.000
306.690.000
23.466.919.000
203.820.000
910.685.000
2.193.949.605
1.367.243.335
39.936.920.568
3.838.212.175
2.307.980.600
2.289.357.600
1.255.411.000
7.019.255.780
225.938.000
21.890.705.473
199.479.940
910.580.000
46,07
47,29
84,54
59,51
62,22
68,55
75,33
97,64
73,67
93,28
97,87
99,99
94,71
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro 188.630.234.000 97.557.876.340 51,72 74,72
82
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
Bantuan Mesin dan/atau Peralatan dalam rangka penumbuhan
populasi industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan 18.192.438.000 18.170.589.948 99,88
S1.3 Nilai Investasi Di Sektor Industri Agro
119,8 121,81 Trilyun Calon Investor yang memperoleh informasi potensi investasi di Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Rekomendasi Kebijakan dalam rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
1.160.046.000
525.158.000
1.857.021.000
1.210.908.000
1.127.453.459
480.175.220
1.710.271.982
1.166.569.417
97,19
91,43
92,10
96,34
S2 Meningkat-nya Daya Saing dan Produktivi-tas Sektor Industri Agro
S2.1 Kontribusi Ekspor Produk Industri Agro Terhadap Ekspor Nasional
31,1 29,6 Persen Produksi aditif aspal karet dalam rangka pengembangan industri aspal karet alam
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Rancangan Standar Nasional Indonesia terkait Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Perusahaan berbasis Hasil Hutan dan Perkebunan yang menerapkan standar mutu
Perusahaan yang difasilitasi untuk meningkatkan citra produk industri hasil hutan dan perkebunan
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktifitas Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar
Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Perusahaan Berbasis Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar yang Menerapkan Standar Mutu
Perusahaan yang Difasilitasi Untuk Peningkatan Citra Produk Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktifitas Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Peningkatan Citra Produk Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
2.571.560.000
1.282.658.000
1.315.300.000
1.211.775.000
4.305.473.000
934.846.000
1.086.000.000
247.660.000
1.265.660.000
2.814.365.000
1.825.961.000
648.597.000
2.373.719.416
1.144.461.549
1.173.352.638
1.158.971.576
4.285.407.833
867.965.179
895.547.700
193.842.000
1.265.584.171
2.768.084.691
1.776.682.729
640.558.420
92,31
89,23
89,21
95,64
99,53
92,85
82,46
78,27
99,99
98,36
97,30
98,76
83
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
S2.5 Produktivi-tas SDM Industri Agro
347 366,97 Rp. Juta SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan yang Disertifikasi SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Yang Mengikuti Diklat
SDM Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar yang Mengikuti Diklat
118.629.000 1.007.020.000 503.447.000
102.077.000 991.603.450 480.647.700
86,05 98,47 95,47
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
T.1 Tersedianya Kebijakan Pembang-unan Industri Agro yang Efektif
T1.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Diselesaikan
1 2 PP/ Perpres/ Permen
Penyusunan Rancangan Peraturan Sektor Industri Agro dan Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Perindustrian (PP, Permen, Perdirjen)
Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Iklim Usaha Sektor Industri Agro
Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri Sektor Industri Agro
Penyusunan Posisi Runding Sektor Industri Agro Dalam Kerjasama Internasional
512.009.000
465.543.000
430.345.000
581.445.000
509.946.386
463.531.646
429.575.167
579.178.905
99,60
99,57
99,82
99,61
T.2 Terseleng-garanya Urusan Pemerin-tahan di Bidang Industri Agro yang Berdaya Saing dan Berkelanjut-an
T2.1 Produk Industri yang Tersertifika-si Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
3 2 Sertifikat - - - -
T2.5 Infrastruk-tur Kompetensi yang Terbentuk - SKKNI yang Ditetapkan
6 4 SKKNI Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
800.717.000
882.130.000
1.416.900.000
682.277.512
759.255.470
1.351.378.532
85,21
86,07
95,38
- LSP dan TUK
LSP/TUK
84
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
L.1 Terwujud-nya ASN Ditjen Industri Agro yang Profesional dan Berkepriba-dian
L1.1 Prestasi Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
80 84,2 Nilai Gaji dan Tunjangan 18.494.400.000 15.638.580.190 84,56
L1.2 Produktivi-tas Kinerja Minimum Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1.320 1.792,5 Jam Kerja Penerapan Budaya Kerja 5K, Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Perlengkapan
Operasional dan Pemeliharaan Kantor
Operasional Perkantoran dan Pimpinan Pemenuhan Penyelenggaraan Perkantoran
Penyelenggaraan Kearsipan, Dokumentasi, Labelisasi dan Pemusnahan Arsip
Peningkatan Kualitas SDM Direktorat Jenderal Industri Agro Melalui Character Building Outbound Training Sumber Daya Manusia (SDM) Direktorat Jenderal Industri Agro
124.274.000
1.000.000.000 1.279.700.000 717.673.000 122.000.000
359.003.000
123.160.000
994.112.315 1.241.840.000 712.572.725 121.920.150
358.014.000
99,10
99,41 97,04 99,29 99,93
99,72
L1.3 Kualifikasi Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1 2 Orang Peningkatan Kemampuan Aparatur Melalui Diklat, Magang dan/atau Assesment
303.355.000 299.185.000 98,63
L.2 Tersedianya Sistem Informasi yang Andal dan Mudah Diakses
L2.1 Kesesuaian Data dan Informasi Industri Agro Terhadap Kebutuhan Stakeholder Industri Agro
50 29 Persen Monitoring, Analisis Data dan Penyebaran Informasi Perkembangan Industri Agro
Fasilitasi dan Koordinasi Kehumasan Ditjen Industri Agro
Fasilitasi Penyelenggaraan Diskusi, Sarasehan, dan Breakfast Meeting, Seminar Kebijakan Industri Agro
Penyelenggaraan Protokol Ditjen Industri Agro
Penanganan Permasalahan Aktual
Kunjungan Kerja Pimpinan, Koordinasi Umum dan Pemantauan Perkembangan Ditjen Agro
Pencetakan / Penerbitan / Penggandaan / Laminasi
331.340.000
312.635.000 1.231.140.000
59.770.000 2.242.472.000 933.599.000
241.250.000
330.638.700
310.168.100 1.221.637.886
58.656.400 2.226.419.403 919.822.446
241.140.000
99,79 99,21 99,23
98,14 99,28 98,52
99,95
85
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Meningkatkan Citra Produk Industri Agro
Pendampingan Pelaksanaan Rencana Aksi Pengembangan Industri Agro Di Daerah
2.838.318.000
480.399.000
2.822.992.174
479.264.915
99,46 99,76
L2.2 Ketersedia-an Sistem (uptime)
100 100 Persen Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
27.147.000 154.853.000
27.141.000 154.812.000
99,98 99,97
L.3 Terwujud-nya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
L3.1 Penilaian Sistem Akuntabili-tas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
76,0 75,8 Nilai Penyusunan Laporan Program Pengembangan Direktorat Jenderal Industri Agro
1.239.943.000 1.230.996.300 99,28
L3.2 Tingkat kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
3,00 3,22 Level Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) Ditjen Industri Agro
150.476.000 149.962.300 99,66
L.4 Tersusun-nya Perencana-an Program, Pengelolaan Keuangan Serta Pengendali-an yang Berkualitas dan Akuntabel
L4.1 Tingkat Akuntabili-tas Laporan Keuangan dan BMN
Capaian Standar Terting-
gi
Capaian Standar Tertinggi
Predikat Evaluasi Percepatan Realisasi Anggaran Ditjen Industri Agro
Pembinaan Administrasi Perbendaharaan Ditjen Industri Agro
Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Terkait Dengan Keuangan
167.552.000 184.565.000 168.780.000
167.522.500 184.097.700 168.292.600
99,98 99,75 99,71
L4.2 Status Pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
1,0 0.3 Persen Monitoring dan Tata Kelola Hibah BMN Ditjen Industri Agro
Penatausahaan dan Pemindahtanganan BMN Ditjen Industri Agro
Kodefikasi Inventaris BMN Dalam Rangka Tertib Administrasi Direktorat Jenderal Industri Agro
208.422.000 577.366.000
121.735.000
208.297.400 573.280.249
121.525.900
99,94 99,29
99,83
86
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
L4.3 Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang Diblokir
20,0 0,99 Persen Layanan Internal (Overhead) - Dit. IHHP Layanan Internal (Overhead) - Dit. Mintemgar
Layanan Internal (Overhead) - DIt. IMHLP
Dokumen Rencana Kerja Dan Anggaran (RKA) Satker Eselon 1 Tanpa Satker Vertikal
Rencana Kerja Anggaran Ditjen Industri Agro
2.372.150.000 2.026.911.000 1.175.372.000
27.658.000
254.177.000
2.208.750.145 1.884.687.578 1.140.454.244
25.000.000
254.135.100
93,11 92,98 97,03 90,39
99,98
L4.4 Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencana-an
90 100 Persen Penyusunan Program dan Kegiatan Ditjen Industri Agro
403.819.000 387.784.265 96,03
Output Cadangan 1.692.450.000 - - -
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro 171.211.050.000 163.826.979.577 95,69 99,00
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
TAHUN ANGGARAN 2018
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
S1 Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri Agro
S1.1 Unit Industri Agro Besar Sedang yang Tumbuh
635 784 Unit - Bantuan Alat Pengembangan Industri Furnituree dan Percetakan - Prototipe Produk Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Bantuan Mesin dan Peralatan Industri Non Pangan Berbahan Baku Rumput Laut Untuk Pembuatan Cangkang Kapsul - Bantuan Mesin dan Peralatan Industri Pengolahan Tepung - Bantuan Alat Industri Pengolahan Kelapa dan Tebu
1.050.000.000
379.231.000 4.974.200.000
3.440.000.000 3.890.000.000
1.030.612.890
276.636.350 4.480.808.100
3.270.016.732 3.582.211.486
98,15
72,95 90,08
95,06 92,09
100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
87
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
- Bantuan Mesin dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu - Bantuan Mesin dan Peralatan Teknologi Proses Es Balok Untuk Meningkatkan Daya Simpan Produk Hasil Laut
2.089.916.000
19.331.850.000
2.438.620.000
1.940.114.380
18.723.487.215
2.310.076.269
92,83
96,85
94,73
100,00
100,00
100,00
S1.3 Nilai Investasi Di Sektor Industri Agro
136,2 72,48 Trilyun - Rekomendasi Kebijakan dalam rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Rekomendasi Kebijakan Iklim Usaha Industri Perikanan dan Hasil Perkebunan
1.049.905.000
1.934.649.000
1.482.443.000
1.800.000.000
830.000.629
1.385.560.688
1.185.327.169
1.554.210.000
79,05
71,62
79,96
86,35
100,00
89,21
100,00
100,00
S2 Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri Agro
S2.1 Kontribusi Ekspor Produk Industri Agro Terhadap Ekspor Nasional
31,4 24,54 Persen Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Business Plan Industri Aditif Aspal Karet Yang Disusun Untuk Meningkatkan Konsumsi Karet Alam Di Dalam Negeri - Perusahaan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Yang Melakukan Revitalisasi Mesin Peralatan - Standar Nasional Indonesia Yang Disusun/Direvisi, Diberlakukan dan Diawasi di Industri Hasil Hutan - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktifitas Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Perusahaan Berbasis Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar yang Menerapkan Standar Mutu - Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Peningkatan Citra Produk Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Perusahaan Di Sektor Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Yang Dimonitoring dan Dikendalikan
1.233.991.000
869.700.000
7.981.900.000
2.028.686.000
602.748.000
1.214.875.000
372.813.000
600.000.000
603.599.000
1.036.814.955
869.518.681
340.125.278
1.611.924.321
515.856.737
845.015.636
241.496.600
573.022.588
302.558.300
84,02
99,98
4,26
79,46
85,58
69,56
64,78
95,50
50,13
100,00
100,00
30,14
100,00
100,00
91,16
100,00
100,00
100,00
88
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
- Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktifitas Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Rekomendasi Teknis Industri Prioritas Pengolahan Hasil Perkebunan - Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Perusahaan yang Difasilitasi Untuk Peningkatan Citra Produk Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
1.549.290.000
1.232.700.000
1.469.100.000
1.370.000.000
1.198.867.153
1.194.372.946
1.343.735.512
1.163.133.256
77,38
96,89
91,47
84,90
100,00
100,00
100,00
100,00
S2.5 Produktivitas SDM Industri Agro
365,8 573,6 Rp. Juta - Mesin Peralatan Untuk Lembaga Pendidikan Vokasi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Yang Mengikuti Diklat - SDM Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar yang Mengikuti Diklat
8.960.300.000
408.096.000
665.231.000
8.846.519.749
381.971.700
599.651.400
98,73
93,60
90,14
100,00
100,00
100,00
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
T.1 Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri Agro yang Efektif
T1.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Diselesaikan
1 4 PP/ Perpres/ Permen
- Penyusunan Rancangan Peraturan Sektor Industri Agro Dan Pelaksanaan Undang-undang Tentang Perindustrian (PP, Permen, Perdirjen) - Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Iklim Usaha Sektor Industri Agro - Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri Sektor Industri Agro - Penyusunan Posisi Runding Sektor Industri Agro Dalam Kerjasama Internasional
244.052.000
280.320.000
298.158.000
881.401.000
239.418.300
251.870.600
296.035.500
657.737.390
98,10
89,85
99,29
74,62
96,75
99,50
99,60
72,00
T.2 Terselenggaranya Urusan Pemerintahan di Bidang Industri Agro yang Berdaya Saing dan
T2.1 Produk Industri yang Tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
3 10 Serti-fikat
- Fasilitasi Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Industri Agro
540.458.000 309.108.900 57,19 75,50
89
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
Berkelanjutan T2.5 Infrastruktur Kompetensi yang Terbentuk - SKKNI yang Ditetapkan
7 7 SKKNI - Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
1.699.829.000
623.993.000
1.468.600.000
1.374.960.114
400.598.621
1.300.966.152
80,89
64,20
88,59
100,00
100,00
100,00
- LSP dan TUK 1 1 LSP/TUK
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
L.1 Terwujudnya ASN Ditjen Industri Agro yang Profesional dan Berkepribadi-an
L1.1 Prestasi Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
81 86,46 Nilai - Gaji dan Tunjangan
17.925.292.000 17.175.519.448 95,82 98,00
L1.2 Produktivitas Kinerja Minimum Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1.320 1.793 Jam Kerja
- Penerapan Budaya Kerja 5K, Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Perlengkapan - Operasional dan Pemeliharaan Kantor - Penyelenggaraan Kearsipan, Dokumentasi, Labelisasi dan Pemusnahan Arsip
47.200.000
4.925.088.000 87.600.000
30.964.000
4.836.184.207 63.080.000
65,6
98,19 72,01
72,00
98,00 80,00
L1.3 Kualifikasi Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1 2 Orang - Peningkatan Kemampuan Aparatur Melalui Diklat, Magang dan/atau Assesment
285.650.000 283.394.000 99,21 99,65
90
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
L.2 Tersedianya Sistem Informasi yang Andal dan Mudah Diakses
L2.1 Kesesuaian Data dan Informasi Industri Agro Terhadap Kebutuhan Stakeholder Industri Agro
60 36,36 Persen - Monitoring, Analisis Data dan Penyebaran Informasi Perkembangan Industri Agro - Analisa Kebutuhan Bahan Baku dan Energi Pada Sektor Industri Agro - Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Pemenuhan Kebutuhan Garam Untuk Sektor Industri Agro - Fasilitasi dan Koordinasi Kehumasan Ditjen Industri Agro - Fasilitasi Penyelenggaraan Diskusi, Sarasehan, dan Breakfast Meeting, Seminar Kebijakan Industri Agro - Penyelenggaraan Protokol Ditjen Industri Agro - Penanganan Permasalahan Aktual - Kunjungan Kerja Pimpinan, Koordinasi Umum dan Pemantauan Perkembangan Ditjen Agro - Promosi Produk-Produk Industri Agro Pada Pameran Dalam Negeri - Implementasi Industri 4.0 Sektor Industri Makanan dan Minuman - Temu Bisnis dan Partisipasi Pameran Produk Industri Agro
1.196.068.000
634.500.000
638.000.000
403.811.000 1.037.200.000
50.000.000
2.880.771.000 616.530.000
198.144.000
642.400.000
531.246.000
404.578.900
594.619.800
597.074.300
393.766.090 1.035.565.252
44.224.300
1.771.150.899 465.689.872
193.974.700
636.242.800
0
33,83
93,71
93,59
97,51 99,84
88,45 61,48 75,53
97,90
99,04
0,00
38,00
100,00
100,00
98,50 100,00
98,00 85,00 80,00
100,00
100,00
0,00
L2.2 Ketersediaan Sistem (uptime)
100 100 Persen - Peralatan dan Fasilitas Perkantoran - Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
159.800.000 118.295.000
159.403.000 118.236.100
99,75 99,95
100,00 100,00
L.3 Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
L3.1 Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
87 88,05 Nilai - Penyusunan Laporan Program Pengembangan Direktorat Jenderal Industri Agro
389.880.000 373.045.765 95,68 99,75
L3.2 Tingkat kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
3,3 3,37 Level - Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) Ditjen Industri Agro
164.319.000 164.218.600 99,94 100,00
91
KODE SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % % FISIK
L.4 Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan Serta Pengendalian yang Berkualitas dan Akuntabel
L4.1 Tingkat Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN
Capaian Standar Terting-
gi
Capaian Standar Tertinggi
Predikat - Pembinaan Administrasi Keuangan Ditjen Industri Agro 279.618.000 273.827.500 97,93 99,90
L4.2 Status Pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
90 93,5 Persen - Monitoring dan Tata Kelola Hibah BMN Ditjen Industri Agro - Penatausahaan dan Pemindahtanganan BMN Ditjen Industri Agro - Kodefikasi Inventaris BMN Dalam Rangka Tertib Administrasi Direktorat Jenderal Industri Agro
435.992.000
195.080.000
83.900.000
432.615.861
194.205.550
83.828.200
99,23
99,55
99,91
99,8
100,00
100,00
L4.3 Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang Diblokir
20 10,03 Persen - Layanan Internal (Overhead) - Dit. IHHP - Layanan Internal (Overhead) - Dit. Mintemgar - Layanan Internal (Overhead) - DIt. IMHLP - Dokumen Rencana Kerja Dan Anggaran (RKA) Satker Eselon 1 Tanpa Satker Vertikal - Evaluasi Percepatan Realisasi Anggaran Ditjen Industri Agro
1.873.202.000 1.448.986.000 1.328.000.000
63.780.000
149.091.000
1.412.271.706 1.043.076.741 1.295.889.399
63.594.600
147.830.000
75,39 71,99 97,58 99,71
99,15
100,00 100,00 100,00 100,00
99,95
L4.4 Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan
95 100 Persen - Penyusunan Program/Kegiatan dan Rencana Kerja Anggaran Ditjen Industri Agro
728.061.000
713.869.099
98,05
99,85
Output Cadangan 958.300.000 0 0,00 0,00
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro 121.536.458.000 101.466.282.986 83,72 91,96
92
KO-DE
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET
REALI-SASI
SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % FISIK
TAHUN ANGGARAN 2019
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
SS1 Meningkatnya populasi dan persebaran industri
SS1.1 Unit Industri Agro Besar Sedang yang Tumbuh
708 904 Unit - Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu
14.550.000.000 11.285.742.393 77,57 100%
SS1.3 Nilai Investasi Di Sektor Industri Agro
113,85 69,98 Trilyun - Invesment Catalogue Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Atsiri Nasional - Pengembangan Proses Produksi dan Bahan Baku Alternatif Untuk Industri Rayon - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Profil Investasi Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Profil Investasi Industri Prioritas Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
938.000.000 949.000.000
1.584.500.000
1.325.634.000
400.000.000
588.895.000
1.238.950.000
937.460.700 948.408.108
1.557.364.200
1.151.382.028
370.743.971
540.904.724
1.194.614.496
99,94 99,94
98,29
86,86
92,69
91,85
96,42
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
SS2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri agro
SS2.1 Kontribusi Ekspor Produk Industri Agro Terhadap Ekspor Nasional
31,25 24,66 Persen - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - SNI yang Disusun/Direvisi, Diberlakukan dan Diawasi Di Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Perusahaan Berbasis Hasil Hutan dan Perkebunan yang Menerapkan Standar Mutu - Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor dan Jaminan Pasokan Bahan Baku Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Melalui Fora Kerjasama Internasional - Konsep Rantai Alur Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu dan Rotan Serta Konsep Desain Industri Furniture yang Diterima Pasar Internasional - Dokumen Analisis Kebijakan Fiskal Tarif Bea Keluar dan Tarif Dana Perkebunan Terhadap Kinerja Industri Hilir Kelapa Sawit Nasional
1.426.405.000
1.907.785.000
1.464.000.000
760.554.000
2.200.000.000
960.000.000
1.358.988.960
1.852.475.744
1.440.703.210
725.728.444
2.079.385.901
959.011.250
95,27
97,10
98,41
95,42
94,52
99,00
100%
100%
100%
100%
100%
100%
93
KO-DE
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET
REALI-SASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % FISIK
- Industri Pengolahan Susu yang Menjalin Kemitraan Dengan Peternak - Perusahaan Di Sektor Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar yang Dimonitoring dan Dikendalikan - SNI yang Disusun/Direvisi dan Diberlakukan Di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Fasilitasi Penerapan Keamanan Pangan Serta Penerapan SNI Wajib Bagi Pelaku Industri Makanan dan Minuman - Regulasi Terkait Pengembangan Industri Minuman Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Pemenuhan Gizi Masyarakat Melalui Peningkatan Konsumsi Pangan Olahan Sehat - Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Verifikasi Kebutuhan Bahan Baku Industri Pangan - Komoditi yang Diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Pelatihan CPPOB Berbasis Makanan dan Minuman - Partisipasi Industri Minuman Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Dalam Kegiatan ACCSQ, CODEX, dan Sidang/Forum Kerjasama Lainnya - Partisipasi Pada Forum Kerjasama Internasional Terkait Produk Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
700.790.000
775.000.000
2.962.740.000
1.419.320.000
500.000.000
687.587.000
1.841.745.000
4.016.078.000 923.312.000
1.300.000.000 916.000.000
1.158.600.000
590.710.240
653.969.282
2.122.859.293
1.151.523.699
446.014.288
669.449.252
1.787.653.075
4.016.078.000 872.320.198
465.874.500 803.761.408
1.105.169.634
84,29
84,38
71,65
81,13,
89,20
97,36
97,06
100,0 94,48
35,84 87,75
87,75
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100% 100%
100% 100%
100%
SS2.5 Produktivitas SDM Industri Agro
387,4 575,75 Rp. Juta - Pelatihan SDM Di Sektor Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Pelatihan SDM Di Sektor Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Peningkatan Kompetensi SDM Di Sektor Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Makanan dan Minuman
3.350.000.000
2.600.000.000
3.650.000.000
7.750.000.000
2.469.723.930
1.470.115.600
1.788.308.841
3.145.256.315
73,72
56,54
48,99
40,58
75,00%
100%
74,58%
100%
94
KO-DE
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET
REALI-SASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % FISIK
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
T.1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri agro yang efektif
T1.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Diselesaikan
1 4 PP/ Perpres/ Permen
- Pelayanan Hukum dan Kepatuhan Internal - Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Iklim Usaha Sektor Industri Agro - Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri Sektor Industri Agro
395.050.000 563.417.000
456.946.000
362.684.936 526.961.690
439.012.722
91,81 93,53
96,08
100% 100%
100%
T.2 Terselenggara-nya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
T2.5 Infrastruktur Kompetensi yang Terbentuk - SKKNI yang Ditetapkan
7 7 SKKNI - Rancangan SKKNI/KKNI yang Disusun/Direvisi Di Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Rancangan SKKNI/KKNI Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Rancangan SKKNI/KKNI yang Disusun Di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
1.325.240.000
1.137.000.000
400.000.000
1.260.338.155
1.047.659.103
150.532.900
95,10
92,14
37,63
100%
100%
100%
T2.8 Masukan posisi kerja sama internasional bidang industri agro
6 6 Masukan Posisi Kerja Sama
- Penyusunan Posisi Runding Sektor Industri Agro Dalam Kerjasama Internasional
828.506.000 803.580.240 96,99
100%
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
L.1 Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang professional dan berkepriba-dian
L1.1 Prestasi Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
82 87,49 Nilai - Gaji dan Tunjangan 18.222.552.000 17.985.193.463
98,70 100%
L1.2 Produktivitas Kinerja Minimum Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1.320 1.845 Jam Kerja
- Operasional dan Pemeliharaan Kantor 5.560.252.000 5.521.310.277 99,30 100%
L1.3 Kualifikasi Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1 1 Orang - Pengelolaan Kepegawaian 1.233.610.000 1.148.195.800 93,08 100%
95
KO-DE
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET
REALI-SASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % FISIK
L.2 Tersedianya sistem informasi yang andal dan mudah diakses
L2.1 Kesesuaian Data dan Informasi Industri Agro Terhadap Kebutuhan Stakeholder Industri Agro
70 51,61 Persen - Pemetaaan Pemanfaaatan Energi Alternatif Potensial Untuk Memenuhi Kebutuhan Industri Agro - Penanganan Permasalahan Aktual - Identifikasi Ceruk (niche) Kebutuhan Industri Agro Menghadapi Pasar Global Di Era Ir 4.0 - Pengelolaan Data dan Informasi - Pelayanan Umum dan Perlengkapan - Pelayanan Humas dan Protokoler
763.745.000
392.371.000 502.332.000
417.750.000
1.930.881.000 453.400.000
660.247.109
380.548.209 472.706.887
408.659.550
1.930.261.147 419.939.811
86,45
96,99 94,10
97,82 99,97 92,62
100%
100% 100%
100% 100% 100%
L2.2 Ketersediaan Sistem (uptime)
100 100 Persen - Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi - Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
362.024.000 1.244.806.000
361.921.608 1.240.212.000
99,97 99,63
100% 100%
L.3 Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
L3.1 Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
80 84,77 Nilai - Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Industri Agro Tahun 2020-2024 - Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
876.768.000
795.000.000
836.553.249
785.570.000
95,41
98,81
100%
100%
L3.2 Tingkat kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
3,25 3,67 Level - Pelayanan Organisasi, Tata Laksana, dan Reformasi Birokrasi
174.765.000 174.360.330 99,77 100%
L.4 Tersusunnya perencanaan program, pengelolaan keuangan serta pengendalian yang berkualitas dan akuntabel
L4.1 Tingkat Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN
Capaian Standar Tertinggi
Capaian Standar
Tertinggi
Predikat - Pengelolaan Keuangan - Pengelolaan Perbendaharaan - Pelayanan Rumah Tangga
296.163.000 387.700.000 636.294.000
294.687.445 385.469.057 627.213.300
99,50 99,42 98,57
100% 100% 100%
L4.2 Status Pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
91 91,68 Persen - Penatausahaan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara - Monitoring dan Tata Kelola Hibah Barang Milik Negara
257.700.000
535.172.000
254.290.099
519.192.759
98,68
97,01
100%
100%
96
KO-DE
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET
REALI-SASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % FISIK
L4.3 Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang Diblokir
20 5,43 Persen - Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Satker Eselon 1 Tanpa Satker Vertikal - Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. IHHP - Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. IMHLP - Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. Mintemgar
63.700.000
1.960.000.000
1.367.395.000
1.695.000.000
59.550.000
1.911.026.995
1.353.969.236
1.558.526.614
93,49
97,50
99,02
91,95
100%
100%
100%
100%
L4.4 Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan
100 100 Persen - Penyusunan Rencana Program dan Penyusunan Rencana Anggaran
935.866.000 917.524.902 98,04 100%
TOTAL 111.016.300.000 94.703.846.753 85,31 97,90
97
Dari pencapaian target akhir periode Rencana Strategis tahun 2015-2019, rata-rata capaian
Indikator Kinerja Sasaran Strategis Renstra Direktorat Jenderal Industri Agro adalah sebesar 109,88%
di mana terdapat 6 dari 24 indikator kinerja yang tidak mencapai target. Tidak tercapainya target-
target kinerja ini antara lain disebabkan oleh adanya permasalahan-permasalahan utama yang
cukup kompleks yang menghambat perkembangan sektor industri agro sehingga belum mampu
mencapai target kinerja secara optimal sepanjang tahun 2015-2019 meskipun Direktorat Jenderal
Industri Agro telah melaksanaan program dan kegiatan untuk mendukung peningkatan peran
industri agro dalam perekonomian nasional yang di dalamnya termasuk untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi. Permasalahan-permasalahan kompleks tersebut jika
dilihat dari masing-masing aspek, antara lain disebabkan oleh:
Dinamika Sektor Industri
1. Tidak meratanya persebaran dan tingkat pendapatan penduduk.
2. Rendahnya tingkat pendidikan, ketrampilan, dan produktivitas tenaga kerja.
3. Lemahnya penguasaan teknologi yang menyebabkan daya saing produk industri lemah
dalam menghadapi persaingan.
4. Belum terpadunya pengembangan iptek di lembaga-lembaga penelitian yang tersebar di
berbagai instansi dengan dunia industri.
5. Keterlibatan industri nasional dalam rantai pasok global berpotensi pada kerentanan
terhadap gejolak perekonomian dunia.
6. Kelangkaan energi yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energi sektor indutri.
Pada tahun 2030 kebutuhan energi diperkirakan akan meningkat menjadi hampir tiga kali
lipat.
7. Masih banyak industri yang belum menerapkan standar industri hijau dalam kegiatan
produksinya.
8. Persaingan tingkat efisiensi teknologi dalam penerapan Making Indonesia 4.0.
Energi dan Bahan Baku
1. Industri mengalami kekurangan bahan baku dan dikhawatirkan terjadi deindustrialisasi
2. Permasalahan bahan baku lokal yang tidak dapat memenuhi standar industri dan sebagian
tidak dapat mencukupi kebutuhan industri perlu bekerjasama dengan kementerian di
sektor hulu (kementerian pertanian, kementerian kehutanan dan lingkungan hidup, dan
kementerian kelautan dan perikanan)
3. Potensi bahan baku dan penolong lokal perlu ditingkatkan dari ketersediaan, kualitas dan
standar untuk meningkatkan kapasitas industri
4. Bahan baku dan penolong impor diperlukan secara selektif demi keberlangsungan industri
Perjanjian Kerjasama Ekonomi dengan Negara Lain
1. Semakin berkurangnya instrumen perlindungan, baik yang bersifat tarif maupun non-tarif,
bagi pengembangan, ketahanan maupun daya saing industri di dalam negeri.
2. Semakin derasnya arus impor produk barang dan jasa yang berpotensi mengancam kondisi
neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
98
3. Semakin ketatnya persaingan antara pekerja asing dengan pekerja domestik dengan
adanya pergerakan pekerja terampil (Movement of Natural Person – MNP), sehingga
dikhawatirkan pekerja terampil asing mengungguli pekerja terampil domestik.
Kebijakan Otonomi Daerah
1. Permasalahan internal lambannya birokrasi, kualitas SDM aparatur, dan koordinasi dengan
pihak-pihak terkait.
2. Permasalahan eksternal: keterbatasan ketersediaan infrastruktur dan lahan industri.
Otonomi daerah berdampak kepada pengelolaan keuangan daerah dimana ruang gerak
daerah dalam pembiayaan sektor-sektor cenderung terbatasan dana yang dimiliki
pemerintah daerah karena sebagian besar dari pendapatan daerah dialokasikan untuk
belanja pegawai.
Infrastruktur
1. Tidak tersedianya secara memadai fasilitas jalan dan pelabuhan dalam rencana
pembangunan smelter untuk industri pengolahan mineral terutama di kawasan timur
Indonesia (Sulawesi, Kalimantan, dan Papua).
2. Semakin menurunnya tingkat pelayanan jalan dan pelabuhan di Pulau Jawa terutama di
sekitar Jabodetabek yang diindikasikan dengan meningkatnya waktu tempuh dari kawasan-
kawasan industri ke Pelabuhan Tanjung Priok dan waktu tunggu (dwelling time) yang lebih
lama di Pelabuhan Tanjung Priok.
3. Belum stabilnya infrastruktur jaringan koneksi internet dapat menghambat penerapan
Making Indonesia 4.0.
4. Kesiapan penerapan industri 4.0:
a. Sebagian besar industri masih menggunakan teknologi industri dan manufaktur 2.0
dan 3.0
b. Kebutuhan investasi sangat besar menerapkan industri 4.0 dan diperlukan insentif
fiskal dan bea masuk impor teknologi
c. Industri masih belum merasakan manfaat penerapan industri 4.0
Regulasi
1. Tidak harmonisnya tarif bea masuk produk – produk industri antara hulu dan hilir, contoh
bea masuk PP dan PE sebagai bahan baku untuk industri kemasan plastik sebesar 10%
sedangkan bea masuk produk hilir seperti barang jadi plastik sebesar 0%.
2. Belum optimalnya pemanfaatan insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance dan
BMDTP karena prosedur administrasi yang rumit dan panjang.
3. Prosedur pengembalian restitusi pajak bagi wajib pajak yang memanfaatkan fasilitas KITE
relatif lama sehingga mengganggu cash Low perusahaan.
4. Regulasi yang tidak mendukung pelaku industri dan saling tumpang tindih antar instansi
terkait:
a. Sinkronisasi regulasi terkait bahan baku dan bahan penolong impor,
b. Dukungan dan konsistensi regulasi terkait pengelolaan lingkungan industri dan limbah,
pengembangan bahan bakar nabati dan pelabelan keamanan pangan dan halal
c. Dukungan pemerintah daerah dan regulasi fiskal terkait penurunan investasi industri
99
d. Penerapan sistem jaminan keamanan pangan dan pelabelan halal kurang
mengakomodir kepentingan industri
Ketergantungan Impor Bahan Baku, Barang Modal dan Bahan Penolong
Masih tingginya ketergantungan industri dalam negeri terhadap impor bahan baku, barang
modal dan bahan penolong. Hal ini disebabkan belum kuat dan dalamnya struktur industri
karena belum berkembangnya industri hulu dan antara sehingga sangat rentan terhadap
pengaruh kondisi sosial ekonomi negara asal impor dan menghabiskan devisa dalam jumlah
yang besar.
Hasil analisis permasalahan-permasalah ini, telah digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro periode tahun 2020-2024.
Kebijakan-kebijakan yang akan dilaksanakan pada periode 5 tahun yang akan datang, diprioritaskan
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi, namun tetap dengan
mempertimbangkan agenda Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020-2024
sehingga kebijakan yang akan dilaksanakan sinkron dengan kebijakan Pemerintah secara nasional.
3.1.6. Capaian Program Prioritas Nasional
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Industri Agro mengemban tugas
untuk melaksanakan program prioritas sebagai amanat dari Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional (RIPIN) yang diturunkan dalam dokumen Kebijakan Industri Nasional (KIN) yang disusun
dengan tetap memperhatikan sasaran strategis pada dokumen Renstra Kementerian Perindustrian.
Adapun capaian program prioritas nasional Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019 adalah
seperti ditunjukkan dalam tabel 3.16.
Dari 27 Kegiatan Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019, terdapat 2
(dua) kegiatan yang tidak mencapai target, yaitu:
Peningkatan Kompetensi SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan dari target output
sebanyak 320 SDM industri, realisasinya adalah sebanyak 240 SDM industri.
Peningkatan Kompetensi SDM Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan dari target output
sebanyak 330 SDM industri, realisasinya adalah sebanyak 222 SDM industri.
Kedua kegiatan tersebut tidak dapat mencapai target karena pada saat dilakukan revisi untuk
menambah jumlah output pada bulan November, usulan penambahan jumlah output disetujui
namun terdapat sebagian anggaran yang diblokir dengan catatan penghematan sehingga
pelaksanaan kegiatan ini tidak dapat dilanjutkan dan mengakibatkan target output tidak tercapai.
Capaian rata-rata untuk pelaksanaan Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun
2019 adalah sebesar 99,7%.
100
Tabel. 3.18. Capaian Program Prioritas Nasional Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019
Kode Program/ Kegiatan Kode Output Target Realisasi Capaian
07 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro
1833 Penumbuhan dan
Pengembangan Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
029 Invesment catalogue industri Hasil Hutan dan Perkebunan
1-Katalog Industri
Telah tersusun 1 Invesment Catalogue Industri Hasil Hutan dan Perkebunan 100%
032 SNI yang disusun/direvisi, diberlakukan
dan diawasi di industri hasil hutan dan
perkebunan
15-RSNI
Telah diselesaikan penyusunan/revisi RSNI sebanyak 15 (lima belas) RSNI yaitu:
a. Tersusunnya revisi/penyempurnaan 10 judul standar pulp dan kertas pada
kegiatan Penyusunan RSNI Selulosa dan Karet.
b. Tersusunnya revisi/penyempurnaan 4 judul standar produk furnitur pada
kegiatan Penyusunan RSNI Furnitur dan Pengolahan Kayu.
c. Tersusunnya revisi/penyempuranaan 1 judul standar produk minyak atsiri pada
kegiatan Penyusunan RSNI Hilir Perkebunan Non Pangan Lainnya.
100%
034 Perusahaan berbasis Hasil Hutan dan
Perkebunan yang menerapkan standar
mutu
25-Perusahaan Telah dilakukan pendampingan, sertifikasi, dan re-sertifikasi SVLK kepada pelaku
usaha sektor industri furnitur dan pengolahan kayu sebanyak 25 perusahaan
100%
037 Rancangan SKKNI/KKNI yang
disusun/direvisi di industri hasil hutan
dan perkebunan
3-RSKKNI/
RKKNI
Telah diselesaikan penyusunan/revisi 3 (tiga) SKKNI/KKNI:
a. RSKKNI Industri Kertas Sub Bidang Quality Control
b. RSKKNI Industri Kertas Sub Bidang Produksi (Chemical Preparation)
c. RSKKNI Industri Furnitur Bidang Desain dan Teknologi Furnitur
100%
048 Penyusunan roadmap Pengembangan
Industri Atsiri Nasional
1-Dokumen
Roadmap
Telah selesai disusun Roadmap Pengembangan Industri Atsiri Nasional 100%
057 Dokumen Analisis Kebijakan Fiskal Tarif
Bea Keluar dan Tarif Dana Perkebunan
Terhadap Kinerja Industri Hilir Kelapa
Sawit Nasional
1-Dokumen
Analisis
Telah selesai disusun Dokumen Analisis Kebijakan Fiskal Tarif Bea Keluar dan Tarif
Dana Perkebunan Terhadap Kinerja Industri Hilir Kelapa Sawit Nasional
100%
058 Pengembangan Proses Produksi dan
Bahan Baku Alternatif Untuk Industri
Rayon
1- Rekomendasi Telah selesai disusun Dokumen Pengembangan Proses Produksi dan Bahan Baku
Alternatif Untuk Industri Rayon dan telah dilakukan pemberian bantuan mesin
peralatan pengujian serat rayon viscose di BBPK Bandung
100%
059 Konsep Rantai Alur Bahan Baku Industri
Pengolahan Kayu dan Rotan serta
Konsep Desain Industri Furniture yang
Diterima Pasar Internasional
2-Konsep Telah selesai disusun Konsep Rantai Alur Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu
dan Rotan serta Konsep Desain Industri Furniture yang Diterima Pasar
Internasional
100%
1834 Penumbuhan dan 030 Industri Pengolahan Susu yang 2-Perusahaan/ Telah terjalin dan terjadi peningkatan kualitas kemitraan antara 2 industri 100%
101
Kode Program/ Kegiatan Kode Output Target Realisasi Capaian
Pengembangan Industri
Minuman, Hasil
Tembakau, dan Bahan
Penyegar
Menjalin Kemitraan dengan Peternak Koperasi/
Kelompok
Ternak
pengolahan susu yaitu PT. Frisian Flag dan PT. Indolakto dengan kelompok
ternak/koperasi
032 SNI Yang Disusun/Direvisi Dan
Diberlakukan di Industri Minuman,
Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
6- RSNI/SNI Telah diselesaikan penyusunan/revisi 6 (enam) RSNI, yaitu:
a. RSNI Minuman Jelly
b. RSNI Air Kelapa Olahan
c. RSNI Minuman Bubuk Berbasis Kakao
d. RSNI Es Susu
e. RSNI Keju Mozzarella
f. RSNI Minuman Beralkohol Cider
100%
046 Profil Investasi Pengembangan Industri
Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan
Penyegar
1-Profil
Investasi
Telah selesai disusun 1 (satu) Profil Investasi Industri Pengolahan Cokelat 100%
048 Fasilitasi Penerapan Keamanan Pangan
serta Penerapan SNI Wajib bagi Pelaku
Industri Makanan dan Minuman
74- Perusahaan Telah terlaksana fasilitasi penerapan keamanan pangan terhadap 74 perusahaan 100%
051 Regulasi Terkait Pengembangan
Industri Minuman Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar
1-Rekomendasi/
Kebijakan
Telah tersusun 1 Kajian/Analisis Terkait Evaluasi Tarif Bea Masuk Biji Kakao 100%
1835 Penumbuhan dan
Pengembangan Industri
Makanan, Hasil Laut, dan
Perikanan
025 Profil Investasi Industri Prioritas
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
1-Profil
Investasi
Telah tersusun Sistem Informasi Profil Investasi Industri Pengolahan Rumput Laut
dalam bentuk web di server Ditjen Agro dan dalam bentuk aplikasi android di
GooglePlay
100%
030 Pemenuhan gizi masyarakat melalui
peningkatan konsumsi pangan olahan
sehat
2-Komoditi
Pangan Olahan
Telah terselesaikan 2 komoditi pangan olahan yang ditingkatkan konsumsinya
yaitu:
1. Pemenuhan Gizi Masyarakat Melalui Peningkatan Konsumsi Olahan Ikan
2. Peningkatan Gizi Masyarakat melalui Peningkatan Konsumsi Pangan berbasis
bahan baku lokal (daun kelor)
100%
032 Rancangan Standar Nasional Indonesia
Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
6-RSNI Telah selesai dilaksanakan penyusunan 9 (sembilan) RSNI, yaitu:
1. Penyusunan dan Revisi SNI Industri Pengolahan Hasil Tanaman Pangan (RSNI
Tepung Roti, Tepung Jagung, dan Tepung Ketan)
2. Penyusunan dan Revisi SNI Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (RSNI Santan,
Minyak Goreng Kelapa, dan Coca Butter Alternative)
3. Penyusunan dan Revisi SNI Industri Industri Pengolahan Hasil Laut, Perikanan
150%
102
Kode Program/ Kegiatan Kode Output Target Realisasi Capaian
dan Peternakan (RSNI Karaage, Rendang Daging, dan Dendeng)
035 Verifikasi Kebutuhan bahan baku
industri pangan
2-Industri
Pangan
Telah diselesaikan 2 industri pangan yang diverifikasi kebutuhan bahan bakunya
melalui kegiatan:
1. Survey Kebutuhan Gula Rafinasi Untuk Industri
2. Verifikasi Kebutuhan Ikan Sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Bagi
Industri
100%
037 Rancangan SKKNI/KKNI Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
3-RSKKNI/
RKKNI
Telah terselesaikan penyusunan 3 RSKNNI/KKNI yaitu:
1. RSKKNI Bidang Industri Minyak Goreng Kelapa
2. RSKKNI Industri Pengolahan Daging
3. RSKKNI Industri Biskuit Sub Bidang Produksi
100%
038 Komoditi yang diawasi Penerapan SNI
Wajib Produk Industri Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan
2-Komoditi Telah dilaksanakan pengawasan penerapan SNI wajib pada 2 komoditi yaitu:
1. Pengawasan Penerapan SNI Wajib Produk Industri Pengolahan Hasil
Perkebunan sebanyak 12 perusahaan
2. Pengawasan SNI Wajib Produk Industri Hasil Tanaman Pangan sebanyak 27
perusahaan
100%
1836 Penyusunan dan Evaluasi
Program Penumbuhan
dan Pengembangan
Industri Berbasis Agro
003 Peta pemanfaaatan energi alternatif
potensial untuk memenuhi kebutuhan
industri agro
1-Kajian Telah dihasilkan 1 (satu) kajian mengenai Peta Pemanfaaatan Energi Alternatif
Potensial Untuk Memenuhi Kebutuhan Industri Agro
100%
4906 Peningkatan Kompetensi
SDM Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
039 039-Pelatihan SDM di Sektor Industri
Hasil Hutan dan Perkebunan
320-SDM
Industri
Telah dilakukan kegiatan pelatihan-pelatihan terhadap 240 SDM industri sebagai
berikut:
a. Pelatihan SDM Industri Percetakan sistem 3 in 1 di Yogyakarta pada tanggal 29
April - 3 Mei 2019. Peserta pelatihan sebanyak 40 orang yang terdiri dari operator
dan calon operator percetakan di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
b. Pelatihan SDM Industri Percetakan sistem 3 in 1 di Surabaya pada tanggal 15-19
Juli 2019. Peserta pelatihan sebanyak 30 orang yang terdiri dari operator dan
calon operator percetakan di wilayah Jawa Timur dan Bali.
c. Pelatihan SDM Industri Pengolahan Kayu Dan Rotan Bidang Teknik Produksi
(finishing) dan Desain berbasis kompetensi di Jawa Tengah dan Yogyakarta pada
tanggal 6-10 Mei 2019 sebanyak 40 orang.
d. Pelatihan SDM Industri Pengolahan Kayu Dan Rotan Bidang Teknik Produksi
(finishing) dan Desain berbasis kompetensi di Jawa Timur pada tanggal 8-12 Juli
2019 sebanyak 30 orang.
75%
103
Kode Program/ Kegiatan Kode Output Target Realisasi Capaian
e. Pelatihan SDM Industri Pengolahan Kayu Dan Rotan Bidang Teknik Produksi
(finishing) dan Desain berbasis kompetensi di Bali pada tanggal 30 September – 4
Oktober 2019 sebanyak 30 orang.
f. Pelaksanaan pelatihan SDM Industri minyak atsiri di Jawa Barat pada tanggal 25-
31 Agustus 2019 dan pada tanggal 18-22 November 2019 sebanyak 70 orang
4907 Peningkatan Kompetensi
SDM Industri Minuman,
Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar
027 Pelatihan CPPOB berbasis Makanan
dan Minuman
100- SDM
Industri
Telah dilaksanakan pelatihan CPPOB bagi SDM industri di Bogor sebanyak 25
orang, di Malang sebanyak 25 orang, dan di Jakarta sebanyak 50 orang
100%
028 Rancangan SKKNI/KKNI Yang Disusun di
Industri Minuman, Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar
1-RSKKNI/
RKKNI
Telah tersusun 1 RSKKNI Industri Pengolahan Tembakau Sub Kelompok Usaha
Produksi sebagai revisi SKKNI Nomor 183 tahun 2013
100%
029 Pusat Pengembangan Kompetensi
Industri Pengolahan Kakao Terpadu
2-Pusat
Pengembangan
Telah dilaksanakakan pemberian bantuan mesin/peralatan pada 2 Pusat
Pengembangan Industri Pengolahan Kakao yaitu di Batang dan Kendari
100%
030 Pelatihan SDM di Sektor Industri
Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan
Penyegar
130-Orang Telah dilaksanakan bimbingan teknis dengan rincian sebagai berikut:
- Bimtek industri kakao di Jakarta sebanyak 12 orang
- Bimtek industri teh di Bandung sebanyak 40 orang
- Bimtek industri susu di Malang sebanyak 25 orang dan di Purwokerto sebanyak
25 orang
- Bimtek industri kopi di Jambi sebanyak 20 orang dan di Jakarta sebanyak 20
orang
- Bimtek industri AMDK di Cirebon sebanyak 20 orang
- Bimtek industri hortikultura di Surabaya sebanyak 20 orang dan di Bandung
sebanyak 20 orang
100%
4908 Peningkatan Kompetensi
SDM Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan
027 Peningkatan Kompetensi SDM di Sektor
Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
330-SDM
Industri
Telah dilaksanakan diklat/bimter terhadap 222 SDM Industri dengan rincian:
1. Diklat SDM industri terkait jaminan produk halal sebanyak 60 orang.
2. Diklat SDM Industri Terkait Sistem Manajemen Keamanan Pangan sebanyak 62
orang.
3. Bimtek Sistem Manajemen Mutu Untuk Industri Pengolahan Minyak Goreng
sebanyak 60 orang.
4. Diklat SDM Industri Pengolahan Kelapa sebanyak 40 orang
67,3%
4909 Pengembangan Industri
Agro Dalam Rangka
Implementasi Industri 4.0
001 Pilot Project industri 4.0 di sektor
industri makanan dan minuman
1-Pilot Project Telah terdapat 1 perusahaan yang melakukan inisiasi pilot project Industri 4.0 di
Sektor Industri Makanan dan Minuman yaitu PT. Sanghiang Perkasa
100%
104
3.1.7. Kebijakan Industri Nasional Sektor Industri Agro Tahun 2015 – 2019 Berdasarkan RIPIN
Kebijakan Industri Nasional (KIN) 2015 – 2019 disusun untuk melaksanakan amanat Undang-
Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian Pasal 12 dan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun
2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015 – 2035 Pasal 3. KIN
merupakan arah dan tindakan untuk melaksanakan RIPIN, yang diantaranya berfungsi sebagai:
Arah kebijakan pemerintah dan tindakan untuk melaksanakan Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional (RIPIN) untuk periode 2015 – 2019
Pedoman bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyusunan rencana pembangunan
industri
Acuan bagi pelaku usaha / industri dalam membangun dan mengembangkan industri
Pedoman bagi pemangku kepentingan lain dan masyarakat luas dalam rangka menunjang
pelaksanaan pengembangan industri sesuai dengan tugas dan peran masing – masing.
Tolok ukur kemajuan dan keberhasilan pembangunan industri dalam 5 (lima) tahun
Di dalam KIN, program pembangunan industri dilakukan melalui 2 langkah, yaitu:
Kebijakan Yang Bersifat Lintas Sektoral
Program Pembangunan Industri Prioritas
Jenis industri yang menjadi prioritas untuk dikembangkan meliputi industri pangan, industri
farmasi, kosmetik dan alat kesehatan, industri tekstil, kulit, alas kaki dan aneka, industri alat
transportasi, industri elektronika dan telematika/ICT, industri pembangkit energi, industri barang
modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri, industri hulu agro, industri logam dasar dan
bahan galian bukan logam, serta industri kimia dasar berbasis migas dan batu bara.
Direktorat Jenderal Industri Agro memiliki tugas untuk melaksanakan pengembangan industri
pangan, industri hulu agro dan industri tekstil, kulit, alas kaki dan aneka (furniture). Sepanjang
tahun 2015-2019, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro
dalam rangka melaksanakan rencana aksi pengembangan industri prioritas sebagaimana
dimanatkan dalam RIPIN dan KIN adalah sebagai berikut:
105
Tabel 3.19 Pelaksanaan Rencana Aksi RIPIN Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-2019
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
1. INDUSTRI PANGAN
a. Industri Pengolahan
Ikan: Ikan awet (beku,
kering, asap) dan fillet,
Aneka olahan ikan
bernilai tambah tinggi
(surimi, breaded &
pastry based product),
rumput laut dan hasil
laut lainnya (termasuk
carrageenan, minyak
ikan, suplemen dan
pangan fungsional
lainnya).
b. Industri Bahan
Penyegar: bubuk
cokelat, lemak cokelat,
makanan dan minuman
dari cokelat, suplemen
dan pangan fungsional
berbasis kakao.
c. Industri Pengolahan
Minyak Nabati:
Fortified cooking oil
(natural dan non-
natural), pangan
fungsional berbasis
minyak nabati.
d. Industri Pengolahan
1. Menjamin ketersediaan bahan
baku (kualitas, kuantitas dan
kontinuitas) melalui koordinasi
dengan instansi terkait dan
kemitraan serta integrasi antara
sisi hulu dan sisi hilir didukung oleh
infrastruktur yang memadai;
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan
berkompeten di bidang industri
pangan melalui diklat industri dan
pendampingan;
3. Meningkatkan kemampuan
penguasaan dan pengembangan
inovasi teknologi industri pangan
melalui penelitian dan
pengembangan yang terintegrasi;
4. Meningkatkan efisiensi proses
pengolahan dan penjaminan mutu
produk melalui penerapan GHP,
GMP dan HACCP, sertifikasi SNI
dan halal, sertifikasi mutu lainnya,
serta bantuan mesin/peralatan
pengolahan produk pangan dan
peningkatan kapasitas
laboratorium uji mutu;
5. Mengkoordinasikan
pengembangan sistem logistik
untuk meningkatkan efisiensi
Peningkatan Kualitas
SDM Melalui Pelatihan
Pada Industri
Pengolahan Ikan
Fasilitasi dan
Koordinasi
Pengembangan
Industri Ikan dan Hasil
Laut
Pengembangan
Teknologi Pengolahan
Rumput Laut
Pelatihan Peningkatan
SDM Industri
Pengolahan Rumput
Laut
Penyusunan DED
Mesin dan Peralatan
Pengolahan Rumput
Laut Untuk Produk
Alkali Treated
Gracilaria Di Bone
Sulawesi Selatan
Forum Internasional
dan Promosi Dalam
Rangka
Pengembangan
Industri Rumput Laut
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Laut
Partisipasi Dalam
Forum Kerjasama
Industri Hasil Laut,
Perikanan dan
Peternakan
Bantuan Mesin Dan
Peralatan Industri
Pengolahan
Rumput Laut
Dalam Rangka
Pengembangan
Pusat Pendidikan
dan Teknologi
Proses Pengolahan
Rumput Laut
Terpadu
Bantuan Alat
Pendingin Blast
Freezer Untuk
Industri
Pengolahan Ikan Di
Banda
Pelatihan SDM
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Laut, Perikanan
dan Peternakan
Bantuan Mesin dan
Peralatan Industri
Pengolahan
Rumput Laut (Alkali
Treatment
Gracilaria)
Partisipasi Dalam
Forum Kerjasama
Industri
Pengolahan Hasil
Laut, Perikanan
dan Peternakan
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Industri Hasil Laut,
Perikanan dan
Peternakan
Penyusunan
Rekomendasi
Industri
Pengolahan Kakao
Pembangunan
Kajian Ketersediaan,
Potensi dan
Kebutuhan Bahan
Baku Ikan Untuk
Industri Pengolahan
Ikan Nasional
Bantuan Mesin dan
Peralatan Industri
Non Pangan
Berbahan Baku
Rumput Laut Untuk
Pembuatan
Cangkang Kapsul
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Laut, Perikanan dan
Peternakan
Partisipasi Dalam
Forum Kerjasama
Industri Pengolahan
Hasil Laut, Perikanan
dan Peternakan
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Pengolahan Hasil
Laut, Perikanan dan
Penyusunan Profil
Investasi Industri
Prioritas Makanan,
Hasil Laut dan
Perikanan (Rumput
Laut)
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Laut, Perikanan dan
Peternakan
Partisipasi Pada
Forum Kerjasama
Industri Pengolahan
Hasil Laut, Perikanan
dan Peternakan
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Industri Pengolahan
Hasil Laut, Perikanan
dan Peternakan
Verifikasi Kebutuhan
Ikan Sebagai Bahan
Baku dan Bahan
Penolong Bagi
Industri
Penyusunan
106
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
Buah-Buahan dan
Sayur-sayuran:
Buah/sayuran dalam
kaleng, fruit/vegetable
layer, suplemen dan
pangan fungsional
berbasis limbah
industri pengolahan
buah.
e. Industri Tepung: Pati
dari biomassa limbah
pertanian, Pangan
darurat
f. Industri Gula Berbasis
Tebu: Gula pasir, Gula
cair, dan asam organik
dari limbah industri
gula.
produksi dan distribusi produk
pangan;
6. Memfasilitasi pembebasan PPN
atas proses pengolahan pangan
dengan nilai tambah kecil;
7. Menfasilitasi akses terhadap
pembiayaan yang kompetitif bagi
industri pangan skala kecil dan
menengah;
8. Meningkatkan kerjasama industri
internasional untuk alih teknologi,
peningkatan investasi dan
penguasaan pasar ekspor;
9. Promosi dan perluasan pasar produk
industri pangan di dalam dan luar
negeri.
Penyusunan SKKNI
Industri Pengolahan
Kakao
Fasilitasi dan
Koordinasi
Pengembangan
Industri Pengolahan
Kakao
Peningkatan Konsumsi
Cokelat Dalam Negeri
Dan Partisipasi Sidang
ICCO/ACC
Pelatihan
Kewirausahaan
Pengolahan Cokelat
Peningkatan Teknologi
Industri Pengolahan
Kakao Di Sulawesi
Tengah
Peningkatan Teknologi
Industri Pengolahan
Kakao
Penyusunan/revisi dan
Pemberlakuan SNI Di
Iingkungan Industri
Hasil Hortikultura,
Minuman Ringan dan
Tembakau
Fasilitasi dan
Koordinasi
Pengembangan
Industri
Pengolahan
Rumput Laut
Penyusunan
Feasibility Study
Dan Detail
Engineering Design
(DED) Industri
Pengolahan
Rumput Laut Di
Sulawesi Selatan
Fasilitasi Dan
Hilirisasi
Pembangunan
Industri
Pengolahan Kakao
Peningkatan
Promosi dan Forum
Kerjasama Industri
Bahan Penyegar
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Makanan Berbasis
Crude Palm Oil
(CPO)
Penyusunan
RSKKNI Di Bidang
Industri Minyak
Goreng Sawit
Penyusunan
Pusat
Pengembangan
Kompetensi
Industri
Pengolahan Kakao
Terpadu
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Partisipasi Dalam
Forum Kerjasama
Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Hasil Perkebunan
Penyusunan
Rekomendasi
Industri
Pengolahan Buah
Penyusunan/revisi
dan Pemberlakuan
SNI Di Lingkungan
Industri Hasil
Hortikultura
Minuman Ringan
dan Tembakau
Penyusunan
Peternakan
Penyusunan
Rekomendasi Industri
Pengolahan Kakao
Pembangunan Pusat
Pengembangan
Kompetensi Industri
Pengolahan Kakao
Terpadu II
Bimtek Industri
Bahan Penyegar
(Kakao)
Partisipasi Pameran
Pada Hari Kakao
Efektivitas
Pemberian Vitamina
A/Pro Vitamin A Pada
Minyak Goreng Sawit
Penyusunan
Rekomendasi
Pemberdayaan
Industri Pengolahan
Hasil Perkebunan
Penyusunan
Rekomendasi
Sumber Daya Industri
dan Sarana dan
Prasarana Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri Hasil
Tembakau dan Bahan
Penyegar
Penyusunan Profil
Investasi
Pengembangan
Industri Minuman,
Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar
(Cokelat)
Evaluasi Penerapan
Kebijakan Tarif
Dalam Rangka
Peningkatan Daya
Saing Industri
Pengolahan Kakao
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Partisipasi Pada
Forum Kerjasama
Industri Pengolahan
Hasil Perkebunan
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Penyusunan RSKKNI
107
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
Industri Pengolahan
Buah
Fasilitasi dan
Koordinasi
Pengembangan
Tepung Non Gandum
Pemetaan Potensi
Bahan Baku Industri
Tepung Non Gandum
Fasilitasi dan
Koordinasi
Pelaksanaan
Revitalisasi Industri
Gula
Fasilitasi dan
Koordinasi
Pengembangan
Industri Gula
Kajian Kebijakan
Industri Gula yang
Terintegrasi dan
Berdaya Saing
Bantuan Mesin dan
Peralatan Dalam
Rangka Mendukung
Pengembangan
Industri Pangan
Secara terpadu di dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Buah
Penyusunan/Revisi
dan Pemberlakuan
SNI Di Iingkungan
Industri Hasil
Hortikultura,
Minuman Ringan
dan Tembakau
Pengadaan
Mesin/Peralatan
Pengolahan Buah
Bimtek/Pelatihan
Teknologi
Pengolahan Buah
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Tepung Non
Gandum
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Tanaman Pangan
Pengawasan SNI
Wajib Produk
Industri Makanan
Hasil Tanaman
Pangan
Partisipasi Dalam
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan
Partisipasi Dalam
Forum Kerjasama
Industri
Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Hasil Tanaman
Pangan
Secara terpadu di
dalam kegiatan-
kegiatan sebagai
berikut:
Penyusunan dan
Perumusan Posisi
Industri Makanan,
Hasil Laut dan
Perikanan Pada
Sidang Kerjasama
dan Standarisasi
Internasional
Fasilitasi
Peningkatan Citra
Produk Industri
Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan
Partisipasi Industri
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Penyusunan
Rekomendasi Industri
Pengolahan Buah
Penyusunan/revisi
dan Pemberlakuan
SNI Di Lingkungan
Industri Hasil
Hortikultura
Minuman Ringan dan
Tembakau
Penyusunan
Rekomendasi
Pemberdayaan
Industri Pengolahan
Hasil Tanaman
Pangan
Bantuan Mesin dan
Peralatan Industri
Pengolahan Tepung
Penyusunan
Rekomendasi
Sumber Daya Industri
dan Sarana dan
Prasarana Industri
Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan
Partisipasi Dalam
Bidang Industri
Minyak Goreng
Kelapa
Pengawasan
Penerapan SNI Wajib
Produk Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Hortikultura dan
Minuman Ringan
Penyusunan/revisi
SNI Serta
Pemberlakuannya Di
Lingkungan Industri
Hasil Hortikultura,
Minuman Ringan dan
Bahan Penyegar
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan
Partisipasi Pada
Forum Kerjasama
Industri Pengolahan
Hasil Tanaman
Pangan
Penyusunan dan
108
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
Perumusan dan Revisi
SNI Industri Makanan
Hasil Laut dan
Perikanan
Pelaksanaan
Pengawasan SNI Wajib
Industri Makanan
Hasil Laut dan
Perikanan
Penyusunan Peraturan
Penerapan SNI Wajib
Produk Makanan,
Hasil Laut dan
Perikanan
Penerapan dan
Pembinaan Keamanan
Pangan Melalui CPPOB
Pada Industri
Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan
Bantuan Alat
Laboratorium Dalam
Rangka Mendukung
Penerapan SNI, SNI
Wajib dan
Pengembangan
Produk Hilir Agro
Partisipasi dan
Fasilitasi Serta
Penyelenggaraan
Kegiatan Pameran
Forum Kerjasama
dan Iklim Usaha
Industri Tanaman
Pangan
Penyusunan
Peraturan
Penerapan SNI
Wajib Produk
Makanan, Hasil
Tanaman Pangan
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri Gula
Fasilitasi Dan
Koordinasi
Pelaksanaan
Revitalisasi Industri
Gula
Bantuan Mesin Dan
Atau Peralatan
Industri Gula
Secara terpadu di
dalam kegiatan-
kegiatan sebagai
berikut:
Partisipasi Pada
Pelaksanaan
Pameran Industri
Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan
Di Dalam Negeri
Minuman, Hasil
Tembakau dan
Bahan Penyegar
Dalam Forum
Kerjasama Dalam
Negeri dan Luar
Negeri
Partisipasi Industri
Minuman Hasil
Tembakau dan
Bahan Penyegar
Dalam Kegiatan
ACCSQ dan CODEX
Fasilitasi
Penerapan Cara
Produksi Pangan
Olahan yang Baik
(CPPOB) Industri
Makanan dan
Minuman
Bimtek CPPOB
Untuk Industri
Makanan dan
Minuman
Bimtek
Peningkatan Daya
Saing Industri Di
Bidang Kerjasama
Internasional
Peningkatan
Kemampuan SDM
Forum Kerjasama
Industri Pengolahan
Hasil Tanaman
Pangan
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan
Penyusunan
Rekomendasi
Pemberdayaan
Industri Pengolahan
Hasil Perkebunan
Penyusunan
Rekomendasi
Sumber Daya Industri
dan Sarana dan
Prasarana Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Bantuan Alat Industri
Pengolahan Kelapa
dan Tebu
Secara terpadu di dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Partisipasi Pada
Forum Kerjasama
Industri Pengolahan
Hasil Perkebunan
Penyusunan Dan
Revisi SNI Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Pengawasan
Penerapan SNI Wajib
Produk Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Secara terpadu di dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Penyusunan dan
Perumusan Posisi
Industri Makanan,
Hasil Laut dan
Perikanan Pada
Sidang Kerjasama
dan Standarisasi
109
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
Industri Makanan
Hasil Laut dan
Perikanan Di Dalam
dan Luar Negeri
Partisipasi Industri
Makanan Hasil Laut
dan Perikanan Dalam
Rangka Fora
Kerjasama dan
Organisasi
Internasional Lainnya
Partisipasi Pada Sidang
Standarisasi
Internasional
Partisipasi Industri
Minuman dan
Tembakau Dalam
Kegiatan ACCSQ Dan
CODEX
Promosi Investasi dan
Partisipasi Produk
Industri Minuman dan
Tembakau Pada
Pameran Dalam
Negeri dan Luar
Negeri
Partisipasi Industri
Minuman dan
Tembakau Dalam
Dalam Forum
Kerjasama Dalam
Partisipasi
Pelaksanaan Pada
Pameran Industri
Makanan, Hasil
Laut dan Perikanan
Di Luar Negeri
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Makanan Hasil
Perkebunan
Penyusunan, Revisi
dan Pengawasan
Pemberlakuan SNI
Wajib Produk
Industri Makanan
Hasil Perkebunan
Partisipasi Dalam
Forum Kerjasama
dan Iklim Usaha
Industri Makanan
Hasil Perkebunan
Partisipasi Pada
Sidang Standarisasi
Internasional
Fasilitasi
Penerapan Cara
Produksi Pangan
Olahan Yang Baik
(CPPOB) Industri
Makanan dan
dan Pengawasan
Dalam Rangka
Penerapan SNI
Wajib Industri
Minuman Hasil
Tembakau dan
Bahan Penyegar
Fasilitasi
Peningkatan Citra
Produk Industri
Minuman, Hasil
Tembakau dan
Bahan Penyegar
Perumusan Posisi
Industri Makanan,
Hasil Laut dan
Perikanan Pada
Sidang Kerjasama
dan Standarisasi
Internasional
Fasilitasi Peningkatan
Citra Produk Industri
Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan
Partisipasi Industri
Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan
Penyegar Dalam
Forum Kerjasama
Dalam Negeri dan
Luar Negeri
Partisipasi Industri
Minuman Hasil
Tembakau dan Bahan
Penyegar Dalam
Kegiatan ACCSQ dan
CODEX
Fasilitasi Penerapan
Cara Produksi Pangan
Olahan Yang Baik
(CPPOB) Industri
Makanan dan
Minuman
Internasional
Partisipasi Industri
Minuman Hasil
Tembakau dan Bahan
Penyegar Dalam
Kegiatan ACCSQ,
CODEX, dan Sidang
Terkait Standar
Pangan Olahan
Lainnya
Partisipasi Industri
Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan
Penyegar Dalam
Forum Kerjasama
Dalam Negeri dan
Luar Negeri
Peningkatan
Penerapan
Keamanan Pangan
Bagi Pelaku Industri
Makanan dan
Minuman
110
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
Negeri dan Luar
Negeri
Minuman
Partisipasi Industri
Minuman dan
Tembakau Dalam
Kegiatan ACCSQ
dan CODEX
Partisipasi Industri
Minuman dan
Tembakau Dalam
Dalam Forum
Kerjasama Dalam
Negeri dan Luar
Negeri
Promosi Investasi
dan Partisipasi
Produk Industri
Minuman dan
Tembakau Pada
Pameran Dalam
Negeri dan Luar
Negeri
Peningkatan
Promosi dan Forum
Kerjasama Industri
Bahan Penyegar
2. INDUSTRI HULU AGRO
a. Industri Oleofood:
Olein, stearin, gliserol,
Palm Fatty Acid
Distillate (PFAD), coco
butter substitute,
1. Menjamin ketersediaan bahan baku
(kualitas, kuantitas dan kontinuitas)
melalui koordinasi dengan instansi
terkait didukung oleh infrastruktur
Fasilitasi
Pengembangan
Industri Makanan
Berbasis Crude Palm
Oil (CPO)
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Makanan Berbasis
Crude Palm Oil
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Penyusunan
Rekomendasi
Pemberdayaan
Industri Pengolahan
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
111
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
margarin, shortening,
other specialty fats.
b. Industri Oleokimia:
Asam lemak nabati,
fatty alcohols, fatty
amine, methyl ester
sulfonat
(biosurfactant),
biolubricant (rolling
oils), gliserin yang
berbasis kimia
(glycerine based
chemicals), Minyak
atsiri, Isopropil
palmitat (IPP), dan
Isopropil Miristat
(IPM), Asam stearat
(stearic acid)
c. Industri Kemurgi:
Biodiesel (Fatty Acid
Methyl Ester/ FAME),
Bioavtur (Bio jet fuel).
d. Industri Pakan: Ransum
dan suplemen pakan
ternak dan
aquaculture.
e. Industri Barang dari
Kayu: Komponen
berbasis kayu (wood
working, laminated &
finger joint).
yang memadai;
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan
berkompeten di bidang industri
hulu agro melalui diklat industri;
3. Meningkatkan kemampuan
penguasaan dan pengembangan
inovasi teknologi industri hulu agro
melalui penelitian dan
pengembangan yang terintegrasi;
4. Pembangunan pendidikan kejuruan
dan vokasi bidang pengolahan kayu,
rotan dan furniture, serta
perlindungan HKI;
5. Meningkatkan efisiensi proses
pengolahan dan penjaminan mutu
produk melalui penerapan GHP,
GMP, sertifikasi SNI dan industri
hijau dan peningkatan kapasitas
laboratorium uji mutu;
6. Mengkoordinasikan pengembangan
sistem logistik untuk meningkatkan
efisiensi produksi dan distribusi
produk;
7. Memfasilitasi penerapan harga
keekonomian produk bioenergi;
8. Memberikan insentif khusus untuk
industri bioenergi;
9. Promosi dan perluasan pasar
produk industri hulu agro
berwawasan lingkungan di dalam
Fasilitasi dan Koordinasi Dalam Rangka Pengembangan Klaster Hilir Kelapa Sawit Di Sumatera Utara, Riau, Kalimatan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Papua
Promosi Investasi Produk Hilir Kelapa Sawit (IHKS) Untuk Pengembangan Klaster Oleochemical Di Sumatera Utara, Riau, Kalimatan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Papua
Dukungan Aspek Teknis Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit
Pemetaan Potensi Pengembangan Minyak Atsiri
Penyusunan Business Plan Kawasan Industri Kalbar dan Kalteng
Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi SDM Industri Hilir Kelapa Sawit & Bahan Bakar Nabati
Pembinaan Teknis
(CPO)
Penyusunan
Rekomendasi
Terkait Iklim Usaha
Industri Hilir Kelapa
Sawit
Penyusunan
Rekomendasi
Terkait
Infrastruktur
Industri Kimia Hasil
Hutan, Pertanian
dan Perkebunan
Partisipasi Dalam
Kegiatan Forum
Kerjasama
Internasional
Bidang Industri
Oleokimia, Kemurgi
dan Minyak Atsiri
Pembinaan Teknis
Standarisasi dan
Teknologi Industri
Hilir Kelapa Sawit
dan Bahan Bakar
Nabati
Penyusunan
Rancangan SKKNI
SDM Industri Hilir
Kelapa Sawit dan
Bahan Bakar Nabati
Perkebunan
Partisipasi Dalam
Forum Kerjasama
Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Penyusunan
Rekomendasi
Terkait Iklim Usaha
Industri Hilir
Perkebunan Non
Pangan
Pelaksanaan
Promosi Investasi
Industri Hilir
Perkebunan Non
Pangan
Partisipasi Dalam
Kegiatan Forum
Kerjasama
Internasional
Bidang Industri
Oleokimia, Kemurgi
dan Minyak Atsiri
Penyusunan RSNI
Hilir Perkebunan
Non Pangan
Pembinaan Teknis
Standarisasi dan
Teknologi Industri
Hilir Perkebunan
Hasil Perkebunan
Penyusunan
Rekomendasi
Sumber Daya Industri
dan Sarana dan
Prasarana Industri
Pengolahan Hasil
Perkebunan
Penyusunan
Rekomendasi Terkait
Iklim Usaha Industri
Hilir Perkebunan Non
Pangan
Partisipasi Dalam
Kegiatan Forum
Kerjasama
Internasional Bidang
Industri Oleokimia,
Kemurgi dan Minyak
Atsiri
Penyusunan RSNI
Hilir Perkebunan Non
Pangan
Penyusunan/revisi
RSKKNI/KKNI Industri
Hilir Perkebunan Non
Pangan
Pembinaan Teknis
Standarisasi Dan
Teknologi Industri
Perkebunan
Partisipasi Pada
Forum Kerjasama
Industri Pengolahan
Hasil Perkebunan
Penyusunan
Rekomendasi Terkait
Iklim Usaha Industri
Hasil Perkebunan Non
Pangan Lainnya
Penyusunan RSNI Hilir
Perkebunan Non
Pangan
Penyusunan/revisi
Rancangan
RSKKNI/KKNI Industri
Hasil Perkebunan Non
Pangan
Penyusunan
Rekomendasi
Kebijakan
Peningkatan Ekspor
dan Jaminan Pasokan
Bahan Baku Melalui
Fora Kerjasama
Internasional Industri
Hasil Perkebunan Non
Pangan
Penyusunan
Dokumen Analisis
Kebijakan Fiskal Tarif
112
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
f. Industri Pulp dan
Kertas: Long fiber,
Dissolving pulp.
dan luar negeri;
10. Meningkatkan kapasitas produksi
pengolahan Palm Oil Mill Effluent
(POME) terintegrasi dengan
Pabrik Kelapa Sawit untuk
mengurangi emisi Gas Rumah
Kaca (GRK), dan mendorong
penerapan industri hijau pada
industri pulp dan kertas.
Standarisasi dan Teknologi Industri Hilir Kelapa Sawit Dan Bahan Bakar Nabati
Penyusunan Dokumen Teknis Lestari Berkelanjutan Pada Industri Hilir Kelapa Sawit Nasional
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pakan
Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Industri Pakan Ternak
FS Pembangunan Pabrik Pakan Ternak
Sidang Kerjasama Internasional Industri Pengolahan Kayu, Selulosa Dan Karet
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri Pulp dan Kertas
Penyusunan Buku Panduan Penerapan ISO 50001 (Manajemen Energi) Di Industri Pulp dan Kertas
Peningkatan Kompetensi SDM
Pelaksanaan
Promosi Investasi
Industri Hilir Kelapa
Sawit (IHKS)
Penyusunan
Rekomendasi
Terkait Iklim Usaha
Industri Hilir Kelapa
Sawit
Partisipasi Dalam
Kegiatan Forum
Kerjasama
Internasional
Bidang Industri
Oleokimia, Kemurgi
dan Minyak Atsiri
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pakan
Pelatihan Sumber
Daya Manusia
Industri Pakan
Ternak
Penyusunan
Rekomendasi
Terkait Iklim Usaha
Industri Furniture
dan Pengolahan
Kayu
Partisipasi Dalam
Non-Pangan dan
Bahan Bakar Nabati
Penyusunan
RSKKNI Hilir
Perkebunan Non
Pangan
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Laut, Perikanan
dan Peternakan
Partisipasi Dalam
Forum Kerjasama
Industri
Pengolahan Hasil
Laut, Perikanan
dan Peternakan
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Industri Hasil Laut,
Perikanan dan
Peternakan
Pelaksanaan
Promosi Investasi
Industri
Pengolahan Kayu
dan Rotan
Pelatihan SDM
Industri
Pengolahan Kayu
Hilir Perkebunan
Non-pangan Dan
Bahan Bakar Nabati
Pembinaan Teknis
Standarisasi dan
Teknologi Industri
Hilir Perkebunan
Non-pangan dan
Bahan Bakar Nabati
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Laut, Perikanan dan
Peternakan
Partisipasi Dalam
Forum Kerjasama
Industri Pengolahan
Hasil Laut, Perikanan
dan Peternakan
Penyusunan dan
Revisi SNI Industri
Pengolahan Hasil
Laut, Perikanan dan
Peternakan
Penyusunan
Rekomendasi Terkait
Iklim Usaha Industri
Pulp dan Kertas
Penyusunan RSNI
Pulp dan Kertas
Bea Keluar Dan Tarif
Dana Perkebunan
Terhadap Kinerja
Industri Hilir Kelapa
Sawit Nasional
Penyusunan Roadmap
Pengembangan
Industri Atsiri
Nasional
Penyusunan
Rekomendasi Iklim
Usaha Industri
Pengolahan Hasil
Laut, Perikanan dan
Peternakan
Partisipasi Pada
Forum Kerjasama
Industri Pengolahan
Hasil Laut, Perikanan
dan Peternakan
Penyusunan
Rekomendasi Terkait
Iklim Usaha Industri
Selulosa dan Karet
Penyusunan RSNI
Selulosa dan Karet
Penyusunan/revisi
Rancangan
SKKNI/KKNI Industri
Selulosa dan Karet
Penyusunan
113
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
Percetakan Bidang Management Khususnya Mangement Pemasaran
Peningkatan Kompetensi SDM Dalam Rangka Aplikasi Industri Hijau Di Lingkungan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Pendirian Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Kompetensi Pulp dan Kertas
Penguatan Struktur Balai Pengujian Dalam Rangka Pelaksanaan SNI Wajib Kertas Kemasan Makanan
Penyusunan/ Penyempurnaan Standar Produk Pulp dan Kertas (10 Judul)
Secara terpadu di dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Sidang Kerjasama Internasional Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Lainnya
Promosi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Pada Pameran Di Dalam Negeri
Kegiatan Forum
Kerjasama
International
Bidang Industri
Kayu dan Rotan
Bantuan Mesin
Peralatan Untuk
Industri Pengolahan
Kayu
Penyusunan
Rekomendasi
Terkait Iklim Usaha
Industri Pulp dan
Kertas
Penyusunan/pe-
nyempurnaan
Standar Produk Pulp
dan Kertas (10
Judul)
Pelatihan SDM
Industri Percetakan
Bidang Managemen
Pemasaran
Implementasi SKKNI
dan Fasilitasi
Sertifikasi SDM
Bidang Industri Pulp
dan Kertas
Pelatihan
Penerapan
Pembuatan
dan Rotan Bidang
Teknik Produksi
(finishing), dan
Desain
Penyusunan
Rekomendasi
Terkait Iklim Usaha
Industri Pulp dan
Kertas
Penyusunan dan
Implementasi RSNI
Pulp dan Kertas
Secara terpadu di
dalam kegiatan-
kegiatan sebagai
berikut:
Penerapan Aplikasi
Industri Hijau
Untuk Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
Implementasi
SKKNI dan Fasilitasi
Sertifikasi SDM
Bidang Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
Bantuan Mesin
Peralatan
Pengembangan
Industri Hasil
Penyusunan/revisi
RSKKNI/KKNI Industri
Pulp dan Kertas
Secara terpadu di dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Penyusunan
Rekomendasi Terkait
Penyelesaian
Tuduhan
Damping/subsidi
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Bantuan Mesin
Peralatan Dalam
Rangka Peningkatan
Kemampuan
Teknologi Lembaga
Pendidikan Vokasi
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Pelatihan SDM
Industri Percetakan,
Selulosa dan Karet
Bidang Energi,
Lingkungan, Desain
Revitalisasi Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
Rekomendasi
Kebijakan
Peningkatan Ekspor
dan Jaminan Pasokan
Bahan Baku Melalui
Fora Kerjasama
Internasional Industri
Selulosa dan Karet
Pengembangan
Proses Produksi Dan
Bahan Baku Alternatif
Untuk Industri Rayon
Penyusunan Konsep
Rantai Alur Bahan
Baku Industri
Pengolahan Kayu dan
Rotan
Secara terpadu di dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Invesment Catalogue
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Pendampingan
Sertifikasi Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
114
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
Promosi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Pada Pameran Di Luar Negeri
Chipboard Dalam
Rangka
Pemanfaatan
Limbah Padat
Industri Pulp dan
Kertas
Secara terpadu di
dalam kegiatan-
kegiatan sebagai
berikut:
Pelatihan SDM
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Bidang Aplikasi
Industri Hijau
Pelaksanaan
Pameran Di Dalam
Negeri Dalam
Rangka Promosi
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Pelaksanaan
Pameran Di Luar
Negeri Dalam
Rangka Promosi
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Hutan dan
Perkebunan
Perusahaan yang
Difasilitasi Untuk
Meningkatkan Citra
Produk Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
3. INDUSTRI TEKSTIL, KULIT,
ALAS KAKI DAN ANEKA
Industri Furniture dan Barang Lainnya
Dari Kayu
Fasilitasi dan Koordinasi
Penyusunan Rekomendasi Terkait
Penyusunan
Rekomendasi Terkait
Penyusunan
Rekomendasi Terkait
Penyusunan
Rekomendasi Terkait
115
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
a. Industri Furniture dan
Barang Lainnya dari
Kayu: Kerajinan, ukir-
ukiran dari kayu,
Furniture kayu dan
rotan
1. Melakukan pendampingan dan
mentoring terhadap IKM dalam
rangka mendapatkan sertifikat
legalitas kayu (SVLK);
2. Menjamin ketersediaan bahan
baku (kualitas, kuantitas dan
kontinuitas) melalui koordinasi
dengan instansi terkait dan
kemitraan serta integrasi antara
sisi hulu dan sisi hilir;
3. Meningkatkan kemampuan SDM
dalam penguasaan teknik produksi
dan desain untuk meningkatkan
daya saing dan kualitas produk;
4. Pembangunan pendidikan
kejuruan dan vokasi bidang
pengolahan kayu, rotan dan
furnituree;
5. Penerapan teknologi pemanfaatan
bahan baku alternatif dari (kayu
sawit, kayu karet, dsb);
6. Fasilitas akses terhadap sumber
pembiayaan yang kompetitif
untuk meningkatkan kinerja
ekspor furniture;
7. Meningkatkan promosi dan
perluasan pasar guna mendorong
tumbuhnya industri furnituree
rotan dalam negeri.
Pengembangan Klaster Industri Furniture
Fasilitasi Pusat Desain Furniture Kayu Di Jepara dan Furniture Rotan Di Cirebon
Peningkatan Kompetensi SDM Furniture Bidang Teknik Produksi (Finishing)
Kajian Analisis Daya Saing Industri Kayu Olahan Indonesia Di Pasar International
Penyusunan Rancangan SKKNI Industri Furniture
Pendampingan dan Mentoring Aplikasi Sertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan Dokumen V-legal Untuk Industri Furnitur dan Kerajinan Kayu
Pembiayaan Sertifikasi SVLK Untuk Industri Furnitur
Koordinasi Dalam Rangka Bantuan Mesin Peralatan Pengembangan Industri Furniture Kayu dan Rotan
Pengembangan Desain Furniture Kayu dan Rotan
Pendampingan dan
Mentoring Aplikasi
Sertifikasi Sistem
Verifikasi Legalitas
Kayu (SVLK) dan
Dokumen V-Legal
Untuk Industri
Furnitur dan
Kerajinan Kayu
Penyusunan/penyem
purnaan Standar
Furniture (3 Judul)
Penyusunan
Rancangan SKKNI
Industri Furniture
Pelatihan SDM
Industri Furniture
Bidang Teknik
Produksi (finishing)
Pelatihan SDM
Industri Furniture
Bidang Desain
Penyusunan
Rekomendasi Terkait
Iklim Usaha Industri
Furniture dan
Pengolahan Kayu
Secara terpadu di
Iklim Usaha Industri
Furniture dan
Pengolahan Kayu
Partisipasi Dalam
Kegiatan Forum
Kerjasama
Internasional Bidang
Industri Furniture
dan Pengolahan
Kayu
Penyusunan RSNI
Furniture
Pendampingan dan
Mentoring Aplikasi
Sertifikasi Sistem
Verifikasi Legalitas
Kayu (SVLK) dan
Dokumen V-Legal
Untuk Industri
Furnitur dan
Kerajinan Kayu
Penyusunan RSKKNI
Furniture
Pengembangan
Desain Industri
Furniture Kayu dan
Rotan
Secara terpadu di
dalam kegiatan-
kegiatan sebagai
berikut:
Iklim Usaha Industri
Furniture dan
Pengolahan Kayu
Partisipasi Dalam
Kegiatan Forum
Kerjasama
Internasional Bidang
Industri Furniture dan
Pengolahan Kayu
Penyusunan RSNI
Furniture
Penyusunan/revisi
RSKKNI/KKNI Industri
Furniture
Bantuan Alat
Pengembangan
Industri Furniture dan
Percetakan
Pengembangan Desain
Industri Furniture Kayu
dan Rotan
Secara terpadu di dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Penyusunan
Rekomendasi Terkait
Penyelesaian
Tuduhan
Damping/subsidi
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Iklim Usaha Industri
Furniture dan
Pengolahan Kayu
Penyusunan RSNI
Furnitur dan
Pengolahan Kayu
Penyusunan/revisi
Rancangan SKKNI/KKNI
Industri Furniture dan
Pengolahan Kayu
Penyusunan
Rekomendasi
Kebijakan Peningkatan
Ekspor dan Jaminan
Pasokan Bahan Baku
Melalui Fora Kerjasama
Internasional Industri
Furniture dan Kayu
Olahan
Penyusunan Konsep
Desain Industri
Furniture yang
Diterima Pasar
Internasional
Secara terpadu di dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Invesment Catalogue
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Pendampingan
116
NO INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI TELAH DILAKSANAKAN MELALUI KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019
Penguatan Teknologi Industri Furniture Kayu Di Sukabumi, Nganjuk dan Jepara
Penguatan Teknologi Industri Furniture Rotan Di Sukoharjo dan Kalimantan Tengah
Penguatan SDM Industri Furniture Bidang Desain
Fasilitasi Pengembangan Industri Furniture Berbasis Kayu Alternatif
Penyusunan/penyempurnaan Standar Furniture (3 Judul)
Secara terpadu di dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Sidang Kerjasama Internasional Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Lainnya
Promosi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Pada Pameran Di Dalam Negeri
Promosi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Pada Pameran Di Luar Negeri
dalam kegiatan-
kegiatan sebagai
berikut:
Pelaksanaan
Pameran Di Dalam
Negeri Dalam
Rangka Promosi
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Pelaksanaan
Pameran Di Luar
Negeri Dalam
Rangka Promosi
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Implementasi
SKKNI dan Fasilitasi
Sertifikasi SDM
Bidang Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
Bantuan Mesin
Peralatan
Pengembangan
Industri Hasil
Hutan dan
Perkebunan
Perusahaan yang
Difasilitasi Untuk
Meningkatkan Citra
Produk Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
Bantuan Mesin
Peralatan Dalam
Rangka Peningkatan
Kemampuan
Teknologi Lembaga
Pendidikan Vokasi
Industri Hasil Hutan
dan Perkebunan
Pelatihan SDM
Industri Percetakan,
Selulosa dan Karet
Bidang Energi,
Lingkungan, Desain
Revitalisasi Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
Sertifikasi Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
117
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut di dalamnya mencakup pelaksanaan isi dari Rencana
Aksi pengembangan masing-masing industri prioritas, meliputi:
Industri Pangan:
1. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) melalui
koordinasi dengan instansi terkait dan kemitraan serta integrasi antara sisi hulu dan sisi
hilir didukung oleh infrastruktur yang memadai.
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan berkompeten di bidang industri pangan melalui diklat
industri dan pendampingan.
3. Meningkatkan kemampuan penguasaan dan pengembangan inovasi teknologi industri
pangan melalui penelitian dan pengembangan yang terintegrasi.
4. Meningkatkan efisiensi proses pengolahan dan penjaminan mutu produk melalui
penerapan GHP, GMP dan HACCP, sertifikasi SNI dan halal, sertifikasi mutu lainnya, serta
bantuan mesin/peralatan pengolahan produk pangan dan peningkatan kapasitas
laboratorium uji mutu.
5. Mengkoordinasikan pengembangan sistem logistik untuk meningkatkan efisiensi produksi
dan distribusi produk pangan.
6. Memfasilitasi pembebasan PPN atas proses pengolahan pangan dengan nilai tambah
kecil.
7. Menfasilitasi akses terhadap pembiayaan yang kompetitif bagi industri pangan skala kecil
dan menengah.
8. Meningkatkan kerjasama industri internasional untuk alih teknologi, peningkatan
investasi dan penguasaan pasar ekspor.
9. Promosi dan perluasan pasar produk industri pangan di dalam dan luar negeri.
Industri Hulu Agro:
1. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) melalui
koordinasi dengan instansi terkait didukung oleh infrastruktur yang memadai.
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan berkompeten di bidang industri hulu agro melalui diklat
industri.
3. Meningkatkan kemampuan penguasaan dan pengembangan inovasi teknologi industri
hulu agro melalui penelitian dan pengembangan yang terintegrasi.
4. Pembangunan pendidikan kejuruan dan vokasi bidang pengolahan kayu, rotan dan
furnituree, serta perlindungan HKI.
5. Meningkatkan efisiensi proses pengolahan dan penjaminan mutu produk melalui
penerapan GHP, GMP, sertifikasi SNI dan industri hijau dan peningkatan kapasitas
laboratorium uji mutu.
6. Mengkoordinasikan pengembangan sistem logistik untuk meningkatkan efisiensi
produksi dan distribusi produk.
7. Memfasilitasi penerapan harga keekonomian produk bioenergi.
8. Memberikan insentif khusus untuk industri bioenergi.
9. Promosi dan perluasan pasar produk industri hulu agro berwawasan lingkungan di dalam
dan luar negeri.
118
10. Meningkatkan kapasitas produksi pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) terintegrasi
dengan Pabrik Kelapa Sawit untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), dan
mendorong penerapan industri hijau pada industri pulp dan kertas.
Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka (Industri Furniture dan Barang Lainnya Dari Kayu):
1. Melakukan pendampingan dan mentoring terhadap IKM dalam rangka mendapatkan
sertifikat legalitas kayu (SVLK).
2. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) melalui
koordinasi dengan instansi terkait dan kemitraan serta integrasi antara sisi hulu dan sisi
hilir.
3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam penguasaan teknik produksi dan desain untuk
meningkatkan daya saing dan kualitas produk.
4. Pembangunan pendidikan kejuruan dan vokasi bidang pengolahan kayu, rotan dan
furniture.
5. Penerapan teknologi pemanfaatan bahan baku alternatif dari (kayu sawit, kayu karet,
dsb).
6. Fasilitas akses terhadap sumber pembiayaan yang kompetitif untuk meningkatkan kinerja
ekspor furniture.
7. Meningkatkan promosi dan perluasan pasar guna mendorong tumbuhnya industri
furniture rotan dalam negeri.
Pembahasan lebih lanjut dari pelaksanaan kegiatan dapat dilihat dalam laporan akhir dari masing-
masing kegiatan.
3.1.8. Capaian RPJMN Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015 – 2019
Arah kebijakan pembangunan industri nasional sebagaimana yang tertuang di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 meliputi tiga hal, yaitu:
1. Pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau Jawa, meliputi pembangunan 14 Kawasan
Industri dan 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang meliputi 11 kawasan timur
dan 11 kawasan barat Indonesia.
2. Penumbuhan populasi industri, dengan target penambahan sebanyak 9.000 usaha berskala
besar dan sedang dan 20.000 industri berskala kecil, dimana 50 persen dari pertumbuhan
industri itu berada di luar Pulau Jawa.
3. Peningkatan daya saing dan produktivitas produk industri
Direktorat Jenderal Industri Agro mendapatkan tugas terkait penumbuhan populasi industri
serta peningkatan daya saing dan produktivitas produk industri. Arah kebijakan pembangunan
industri agro berdasarkan RPJMN selanjutnya diterjemahkan ke dalam program/kegiatan.
Pelaksanaan program/kegiatan berdasarkan RPJMN sepanjang tahun 2015-2015 sempat
terkendala akibat adanya perubahan nomenklatur program/kegiatan. Capaian pelaksanaan
program/kegiatan berdasarkan RPJMN terus dipantau dan dievaluasi setiap tahunnya untuk
119
mengantisipasi perkembangan yang terjadi. Capaian indikator kinerja RPJMN Direktorat Jenderal
Industri Agro tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
120
Tabel 3.20. Capaian RPJMN Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-2019
No. Program/ Kegiatan
Sasaran Indikator Satuan
Target Dan Capaian Indikator Kinerja Total Alokasi
2015-2019 (Rp Miliar)
2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019
T R T R T R T R T R T R C
1. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro
a. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan 276,3
Meningkatnya Populasi Industri Sedang dan Besar Hasil Hutan dan Perkebunan (Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agro industri)
Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Lainnya
Komoditas 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 15 15 100%
Penumbuhan dan pengembangan industri oleokimia dan kemurgi
Komoditas 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 10 100%
Pembangunan tangki timbun di Maloy
- - 1 0 - - - - - - 1 0 0%
Meningkatnya daya saing industri Hasil Hutan dan Perkebunan (Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agro industri)
Tersusunnya standar Nasional Indonesia
RSNI/SNI 12 13 12 13 12 15 12 15 12 14 60 70 116,7%
Partisipasi dalam sidang dan pameran di dalam negeri maupun luar negeri
Partisipasi 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 75 75 100%
b. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau 172,7
Meningkatnya Populasi Industri Minuman dan Tembakau (Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agroindustri)
Pengembangan Industri Pangan
Komoditi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 10 100%
Pengembangan Industri Bahan Penyegar
Komoditi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 15 15 100%
Pengembangan Industri Minuman Lainnya
Komoditi 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 10 10 100%
Meningkatnya daya saing industri minuman dan tembakau
Tersusunnya Standar Pada Industri Minuman dan Tembakau
RSNI/SNI Wajib
5 7 5 6 5 5 5 3 5 6 25 27 108%
Partisipasi dalam sidang dan pameran di Dalam dan Luar Negeri
Sidang/ Pameran
15 18 15 75 15 15 15 10 15 15 75 133 177,3%
121
No. Program/ Kegiatan
Sasaran Indikator Satuan
Target dan Capaian Indikator Kinerja Total Alokasi
2015-2019 (Rp Miliar)
2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019
T R T R T R T R T R T R C
c. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan 965,3
Meningkatnya Populasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan (Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agroindustri)
Pengembangan Industri Pangan
Komoditi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 20 20 100%
Pengembangan Industri Pakan
Komoditi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 100%
Pengembangan Industri Bahan Penyegar
Komoditi 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 5 1 20%
Pengembangan Industri Oleofood
Komoditi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 100%
Revitalisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Pabrik gula yang diberi bantuan
Pabrik Gula 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 5 0 0%
Meningkatnya daya saing industri makanan, hasil laut dan perikanan
Standardisasi pada industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
RSNI/SNI Wajib
8 8 8 0 8 8 8 8 8 9 40 33 82,5%
Promosi dan kerjasama pada industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
Pameran/ Sidang
8 16 1 9 1 8 8 8 8 9 26 50 192,3%
122
Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro sepanjang
tahun 2015-2019 dalam rangka melaksanakan tugas terkait penumbuhan populasi industri serta
peningkatan daya saing dan produktivitas produk industri melaksanakan berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional adalah sebagai berikut:
Kegiatan Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Sasaran: Meningkatnya Populasi Industri Sedang dan Besar Hasil Hutan dan Perkebunan
(Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agro industri)
Indikator:
Pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan lainnya, target 3 komoditi per tahun,
realisasi:
- (2015) Industri Kertas, Industri Furniture Kayu dan Rotan, Industri Crumb Rubber.
- (2016) Industri Furniture, Industri Karet, dan Industri Rotan.
- (2017) Industri Furniture Kayu, Industri Furniture Rotan, dan Industri Kertas.
- (2018) Industri Furniture Kayu, Industri Kelapa Sawit, dan Industri Kertas.
- (2019) Industri Karet, Industri Kelapa Sawit, dan Industri Kertas.
Pengembangan industri oleokimia dan kemurgi, target 2 komoditi per tahun, realisasi:
- (2015-2019) Industri Hilir Perkebunan Non Pangan (oleokimia dan kemurgi).
Pembangunan tangki timbun di Maloy, target 1 tangki timbun, realisasi:
- Indikator tidak digunakan karena ketidaksiapan pemerintah daerah dalam menyiapkan
infrastruktur dan perizinan sejak tahun 2015
Sasaran: Meningkatnya daya saing industri Hasil Hutan dan Perkebunan
(Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agro industri)
Indikator:
Tersusunnya standar Nasional Indonesia, target 12 RSNI/SNI per tahun, realisasi:
- (2015) 10 RSNI Produk Pulp dan Kertas, 3 RSNI Produk Furniture
- (2016) RSNI Lemari Pakaian, RSNI Meja Rias, RSNI Tempat Tidur, RSNI Buku tulis sekolah,
RSNI Kertas komputer kontinu, RSNI Pulp Rayon, RSNI Cara uji kadar ekstraktif kayu dan
pulp, RSNI Pulp – cara uji viskositas-kuprietilendiamin (viskometer kapiler), RSNI Pulp –
cara uji kadar selulosa alfa, beta, gamma, RSNI Kertas dan karton – cara uji sifat tarik –
Bagian 2 : Metode kecepatan elongasi tetap, RSNI Kertas karton – Cara uji daya serap air
– Metode Cobb, RSNI Kertas – Cara uji ketahanan sobek – Metode Elmendorf, RSNI Karet
alam mentah - penentuan kadar kotor, RSNI karet yang tidak divulkanisir - Penentuan
menggunakan Viskositas Money, RSNI karet alam mentah - Penentuan kadar zat
menguap - Bagian 1 : Metode gilingan panas dan metode oven
- (2017) Industri Pulp & Kertas (10 judul), Industri Furniture (3), dan Industri Hilir
Perkebunan Non Pangan (Oleokimia dan Kemurgi) (2 judul).
- (2018) Industri pulp & kertas (10 judul), Industri Furniture (4), dan Industri Hilir
Perkebunan Non Pangan (Oleokimia dan Kemurgi) (1 judul).
- (2019) 10 RSNI produk Pulp dan Kertas, 4 RSNI produk Furniture.
Partisipasi dalam sidang dan pameran di dalam negeri maupun luar negeri, target 15
partisipasi per tahun, realisasi:
123
- (2015) The 35th Meeting of the ASEAN Consultative Commitee for Standards and Quality -
WG1 and its Related Meetings di Denpasar Bali, sidang The 10th RCEP-TNC and All related
Meetings di Busan - Korea Selatan, Sosialisasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil)
Diplomasi Sawit dan Produk Hilirnya di Belgia dan Belanda, sidang delegasi RI dalam
rangka Forum Internasional ADP-3 UNFCCC tentang perubahan iklim, Promosi Industri
Pulp/kertas/percetakan Di Surabaya, pameran Trade Expo Indonesia (TEI) di Jakarta,
seminar konfrensi minyak atsiri di Hotel Swiss-Bel Inn Panakkukang Makasar.
- (2016) Knowledge exchange on combined heat and power, Working level task force
(WLTF) ke-6 R.I-Korsel, The 12th RCEP TNC and all related meetings/side event meetings ,
Roadshow SVLK, Indonesia - Malaysia Second Meeting Of The Technical Working Gourp
On Economic Zone (TWG GEZ II), Ministerial meeting CPOPC dengan Minister of
Plantation Industries and Commodities Malaysia, Ministerial meeting CPOPC dengan
Minister of Plantation Industries and Commodities Malaysia, Pameran The International
Furniture Show, IMM Cologne, Pameran International Furniture Expo (IFEX), Pameran
International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA), Pameran The 22 China
International Furniture Expo (CIFEX), Forum investasi Industri furniture di Republik Rakyat
Tiongkok, Technical Working Group (TWG) Green Economic Zone (GEZ).
- (2017) Ministerial meeting, Second Substantive Meeting (SSM) Kasus Sengketa DS491 :
United States – Anti Dumping And Countervailing Measures On Certain Coated Paper
From Indonesia, IFEX, CIFF, dan the top 100 mesin kayu olahan, ITRC ke-29 di Chiang Mai
Thailand, sidang ASEAN Consultative Committee for Standards and Mutual
Recognition Arrangements (ACCSQ WG1) ke-39 di Manila, sidang pertemuan RCEP-TNC
ke 20 and ALL Related Meetings di Incheon, Korsel, Forum temu disain di Cirebon, Forum
temu desain di Semarang, Pameran Furniture di Foshan China, Thematic Session On
Conformity Assesment Procedures and Regulatory Practice, serta First Subtantive Meeting
(FSM) Kasus Sengketa DS480: European Union - Anti-dumping Measures On Biodiesel
From Indonesia.
- (2018) Menghadiri sidang IEUCPA, Sidang ACCSQ WG1 di Singapura, Kunjungan Kerja
Indonesia Industry Week di Brusel, Menghadiri 2018 Belt & Road Seminar on Financial
Integration di Republik Rakyat Tiongkok, Sidang Seminar on Economics of Rubberised
Road di Thailand, sidang ke-1 Global Natural Rubber Development (Guangzhou) Forum di
China, Pertemuan International Tripartite Rubber Council (ITRC) ke-30, Pertemuan Teknis
Lanjut RCEP ke-21, Delegasi pada Senior Offical Meeting CPOPC ke-16 dan Ministerial
Meeting CPOPC ke-5 di Kuala Lumpur, Malaysia, sidang 14th Indonesian Palm Oil
Conference and 2019 Press Outlook, anggota DELRI pada acara Senior Official Meeting
CPOPC ke 15.
- (2019) ACCSQ WG di Vietnam, ANRPC di Thailand, PALMEX 2019, sidang Codex
Committee on Contaminants in Foods (CCCF) ke-13 di Yogyakarta, Shanghai Internasional
Furniture Machinery & Wood Working Fair dan China Internasional Furniture Fair (CIFF),
China International Furniture Ekspo (CIFE) di Shanghai, China, 42nd Working Group on
Standards WG1 Meeting – ACCSQ WG 1, Regional Comprehensive Economic Partnership
(RCEP) ke-28 di Vietnam, Sidang MM CPOPC di Kuala Lumpur, IPOC 2019 : 15th
Indonesian Palm Oil Conference and 2020 Price Outlook, di Bali, Indonesia, Sidang ACCSQ
43rd Working Group 1 on Standards (WG 1) Meeting and Its Related Meetings, di Brunei
124
Darussalam, The 4th Edition of Mozaik Indonesia, di Jakarta, Sidang The Technical Barriers
to Trade (TBT) - WTO 2019, di Jenewa, Swiss, Sidang International Tripartite Rubber
Council (ITRC), di Jakarta, Ministrial Meeting Council of Palm Oil Producer Country di Kuala
Lumpur Malaysia 12-16 November 2019.
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau
Sasaran: Meningkatnya Populasi Industri Minuman dan Tembakau
(Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agro industri)
Indikator:
Pengembangan Industri Pangan, target 2 komoditi per tahun, realisasi:
- (2015-2019) Industri Pengolahan Susu dan Buah.
Pengembangan Industri Bahan Penyegar, target 2 komoditi per tahun, realisasi:
- (2015-2019) Industri Pengolahan Kopi, Teh dan Kakao.
Pengembangan Industri Minuman Lainnya, target 2 komoditi per tahun, realisasi:
- (2015) Peningkatan teknologi proses es balok dalam rangka meningkatkan daya simpan
produk hasil laut, dan Minuman Berakohol
- (2016) Peningkatan teknologi proses es balok dalam rangka meningkatkan daya simpan
produk hasil laut, Minuman Berakohol dan AMDK
- (2017) Peningkatan teknologi proses es balok dalam rangka meningkatkan daya simpan
produk hasil laut dan Minuman Berakohol
- (2018) Peningkatan teknologi proses es balok dalam rangka meningkatkan daya simpan
produk hasil laut dan Minuman Berakohol
- (2019) Minuman Berakohol dan AMDK
Sasaran: Meningkatnya Daya Saing Industri Minuman dan Tembakau
Indikator:
Tersusunnya Standar Pada Industri Minuman dan Tembakau, target 5 RSNI/SNI per tahun,
realisasi:
- (2015) RSNI ES Krim, RSNI Es Batu, RSNI buah kering, RSNI Marmalade, RSNI Keju
Cheddar, RSNI susu berperisa, RSNI Vodka
- (2016) RSNI Es Tube, RSNI Non dairy Es Krim, RSNI cerutu Kretek, RSNI minuman
beralkohol beraroma vodka, RSNI minuman yogurt berperisa, RSNI susu coklat bubuk
- (2017) RSNI Sirup Squas, RSNI Minuman kopi dalam kemasan, RSNI Koktail dalam
kemasan, RSNI susu bubuk rasa, RSNI susu fermentasi
- (2018) RSNI Minuman Beralkohol Beraroma, RSNI Krimer Kental Manis, RSNI Kopi
Premiks. (dari target 5 cm tercapai 3 karena ada pemotongan anggaran)(penyusunan
Rancangan SNI dan Penysusunan Rekomendasi di Bidang Industri Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan Penyegar)
- (2019) (on progress) RSNI Cider, Es Susu, Keju Mozarella, Minuman Jelly, Air Kelapa
Dalam Kemasan, Rokok Putih.
Partisipasi dalam sidang dan pameran di Dalam dan Luar Negeri, target 15 partisipasi per
tahun, realisasi:
125
- (2015) Pameran SCAA si Seattle USA, Pameran Kopi Nusantara 2015 di ICE BSD tangerang,
International Coffe day di Jakarta, SIAL Interfood di Jakarta, Sidang ACCSQ-PFPWG ke 20
di bangkok, ACCSQ-PFPWG ke 21 di Manila, ACCSQ ke 44 di bangkok, CODEX CNFSDU ke
37 di Jerman, pameran agrinex expo 2015 di jakarta, SIAL shanghai china, food expo di
hongkong, pameran produk indonesia (PPI) 2015 di surabayaa, Pameran BICOS di
surabaya, the training program on FTA policy and strategy idi Korsel, sidang internasional
di belanda, food expo jepang, world of coffee goes to Nordic di swedia, SIAL Middle East
di Abu dhabi UEA, Committee on Fats and Oils (CCFO) ke 25, Sidang IE-CEPA, IJEPA, IEU-
CEPA, Partisipasi pada Pameran JIFEX .
- (2016) World of coffee 2016 di Dublin Irlandia , Pameran Food expo di jepang, Pameran
SCAA 2016 di Atlanta USA, Peringatan HAri kakao 2016 di Jakarta, pameran produk
makanan dan minuman 2016 di Plaza industri, sidang ACCSQ-PFPWG ke-22 di Surabaya,
USA, Hari Kopi Internasional di Semarang, sidang ke - 45 ACCSQ di Singapura, pameran
Kopi Nusantara ICE BSD, International Coffe day di Jakarta, Partisipasi dalam sidang Codex
Committe on Contaminants Foods (CCCF) di Rotterdam,Pameran Thaifex- World of Food
Asia 2016 di thailand, HKTDC Food Expo di Hongkong.
- (2017) Partisipasi pada 42 Foodex 2017 di Jepang, Pameran ANUGA Jerman, International
Coffe day di lampung, cocoa day expo2017, pameran makanan dan minuman di Plaza
industri,Sidang IE-CEPA di Jenewa, Kunjungan Kerja Pansus RUU larangan Minuman
Beralkohol di Maroko, ACCSQ di Kamboja, BSOs at European Trade Fairs Insights Into
Country Stand Organization, Company Support and Contact Management di Jerman, CAA
International Cocoa Conference di Singapura, Cocoa Day Expo 2017 di Jakarta, Sidang
ACCSQ di Filipina.
- (2018) Perayaan International Kopi Day di Makassar 4 perusahaan/asosiasi; Perayaan hari
Kakao Internasional di Jakarta 6 perusahaan; Workshop ASEAN Sectoral MRA for
Prepared Foodstuff Product di Thailand; Sidang ke 27 ACCSQ - Prepared Foodstuff
Product Working Group di Mandalay, Myanmar; Sidang ASEAN Consultative Committee
on Standards and Quality – Prepared Foodstuff Product Working Group (ACCSQ-PFPWG)
ke-26 di Langkawi, Malaysia, Partisipasi dalam Pertemuan Ke-5 Joint Committee On Trade
and Investment (JCTI), Indonesian Economic and Trade Office (IETO)-TaipeiEconomic and
Trade Office (TETO) di Yilan, Taiwan, Pameran Makanan dan Minuman di Plasa Industri (2
kali).
- (2019) Sidang Codex Committee on Food Additive (CCFA) di Jinan, China; Sidang 11th
Joint Committee Meeting IJEPA di Yogyakarta; Sidang 28th ACCSQ-PFPWG di Manila,
Filipina; Workshop ASEAN sectoral MRA di Denpasar, Bali; Sidang Codex Committee on
Contaminants in food (CCCF) di Yogyakarta; Sidang 51st ACCSQ Plenary di Kuala lumpur,
Malaysia; Pameran Produk Kakao dan Cokelat 2019 di Plaza Industri Kemenperin; Sidang
28 th RCEP-TNC and Related Meetings di Da Nang, Vietnam; 2nd Workshop on
Development SOPs for Implementation of the ASEAN Sectoral MRA di Singapura; Diskusi
Busines Expanssion Plans dan Kunjungan ke Friesland Campina Nederland B.V Belanda;
Delri Perundingan Putaran ke- 10 IK-CEPA di Bali; Partisipasi Diklat E-Government dan
Regulasi Kebijakan Industri 4.0 di Seoul; APEC Dairy Workshop to Identify Future Work on
NTMs Affecting Trade di Beijing, China, ACCSQ Prepared Foodstuff Product Working
126
Group (PFPWG) di Singapura dan Codex Committee on Nutrition and Foods for Special
Dietary Uses (CCNFSDU) di Jerman.
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Sasaran: Meningkatnya Populasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
(Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agro industri)
Indikator:
Pengembangan Industri Pangan, target 4 komoditi per tahun, realisasi:
- (2015-2018) Industri Kelapa, Industri Pengolahan Ikan dan Hasil Laut, Industri Tepung
Non Gandum, Industri Gula
- (2019) Industri Kelapa, Industri Pengolahan Ikan dan Hasil Laut, Industri Tepung Non
Gandum, Industri Gula.
Pengembangan Industri Pakan, target 1 komoditi per tahun, realisasi:
- (2015-2019) Industri Pakan Ternak.
Pengembangan Industri Bahan Penyegar, target 1 komoditi per tahun, realisasi:
- (2015) Industri Kakao.
- (2016-2019) Pembinaan industri dialihkan ke Direktorat Industri Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan Penyegar.
Pengembangan Industri Oleofood, target 1 komoditi per tahun, realisasi:
- (2015-2019) Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit.
Sasaran: Revitalisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Indikator:
Pabrik gula yang diberi bantuan, target 1 pabrik gula per tahun, realisasi:
Program tidak lagi dilaksanakan oleh Kemenperin karena kewenangan berada di
Kementerian BUMN.
Sasaran: Meningkatnya Daya Saing Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Indikator:
Standardisasi pada industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan, target 8 RSNI/SNI per
tahun, realisasi:
- (2015) 1 SNI: Biskuit, 7 RSNI: Tepung Terigu, Mie Instan, MiyaK Goreng Sawit, Rumput
Laut, Gula Rafinasi, Bakso, dan Nugget.
- (2016) Pelaksanaan kegiatan tidak dilanjutkan karena anggaran terkena self-blocking
- (2017) RSNI Gula Kristal Rafinasi, Rolade Daging, Burger Daging, Mentega, Minyak Goreng
Sawit, Pati Jagung, Biskuit dan Tepung Terigu.
- (2018) : RSNI Bihun Instan, RSNI Pasta, RSNI Daging Asap, RSNI Daging Luncheon, RSNI
Gula Sukrosa Cair, RSNI Gula Cokelat Sukrosa.
- (2019) RSNI Tepung Ketan, Tepung Jagung, Tepung Roti, RSNI Karage, Rendang Daging,
Dendeng, RSNI Cocoa Butter Alternative, Minyak Goreng Kelapa dan Santan.
127
Promosi dan kerjasama pada industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan, target 8
pameran/sidang per tahun, realisasi:
- (2015) Pameran Industri Makanan dan Minuman, Bazar Lebaran, Pameran SIAL China,
Pameran 70 Tahun Indonesia Merdeka, Pameran HKTDC, Pameran Hari,Pameran Trade
Expo Indonesia, Kakao Indonesia, Pameran SIAL Interfood, Pameran Indonesia Seaweed
Forum ke -3, Stand Gemari Sehat, Sidang International Cocoa Council Conference (ICCO),
ACCSQ-PFWG, Asean Cocoa Club/ ACC, CODEX Alimentarius Commission , TPR-WTO, The
10th RCEP TNC and All Related Meeting/Side Meeting
- (2016) Pameran Gelar Pangan Nusantara Ke-2, Pameran SIAL China, Pameran Thaifex
2016, Pameran HKTDC, Sidang AANZFTA, sidang ACCSQ-PFPWG di Surabaya, Perundingan
Putaran ke-4 IA-CEPA, AANZ FTA ke 8, Perundingan 12th Trade Negotiating Committee
(TNC)-Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) (TNC-RCEP).
- (2017) Pameran JIFEX, Pameran Halal Lifestyle, Mengikuti The 42nd Internasional Food di
Makuhari Messe – Jepang, ANUGA Food Fair di Cologne – Jerman, Pameran Katumbiri
Expo 2017, Sidang CCFO ke-25 di Kuala Lumpur, Pertemuan APEC SOM 1 di Nha Trang –
Vietnam, Perundingan ke-3 INDONESIA-EU CEPA di Brussel, DELRI pada perundingan
IJEPA di Tokyo – Jepang
- (2018) Pameran Eastfood 2018, Pameran TEI 2018, Pameran JIPremium, Pameran SIAL
Interfood, Sidang APCC di Thailand, Sidang APCC di Kuala Lumpur, Sidang ACCSQ di
Myanmar, Pertemuan JCTI ke 5 di Taiwan.
- (2019) Partisipasi pada sidang ke-26 CCFO di Kuala Lumpur, Partisipasi pada Sidang IJEPA
ke-6 di Yogyakarta, Partisipasi pada Sidang RCEP-TNC ke 25 di Bali, Pertemuan ke-7
Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector,
Sidang The 26th RCEP-TNC and Related Meetings di AUS, Pertemuan the 11th Joint
Committee Meeting Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement di Yogyakarta,
Kunjungan Kerja ke Pabrik Gula dan Minyak PT Cheil Jedang di Korea Selatan, Sidang the
55th International Sugar Organization, Pertemuan The 28 th RCEP-TNC and Related
Meeting,.
Dari 81 target indikator kinerja RPJMN yang menjadi tugas Direktorat Jenderal Industri Agro
sepanjang tahun 2015-2019, terdapat 13 kegiatan yang tidak mencapai target, yaitu:
Pembangunan tangki timbun di Maloy tahun 2016, tidak tercapai karena ketidaksiapan
pemerintah daerah dalam menyiapkan infrastruktur dan perizinan sejak tahun 2015
Tersusunnya standar pada industri minuman dan tembakau tahun 2018 dari target 5 RSNI
hanya tercapai 3 RSNI karena adanya pemotongan anggaran
Partisipasi dalam sidang dan pameran di dalam dan luar negeri industri minuman dan
tembakau tahun 2018, dari target 15 sidang/pameran hanya terealisasi sebanyak 10
partisipasi
Pengembangan industri bahan penyegar pada Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan tahun 2016-2019, tidak tercapai karena pembinaan komoditi pindah menjadi
tugas dari Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Pabrik gula yang diberi bantuan pada Revitalisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
tahun 2015-2019 tidak tercapai karena kewenangan berada di Kementerian BUMN
128
Standardisasi pada industri makanan, hasil laut, dan perikanan tahun 2016 dari target
sebanyak 8 RSNI tidak tercapai seluruhnya karena adanya self-blocking anggaran, dan pada
tahun 2018 dari target 8 RSNI hanya tercapai 6 RSNI
Capaian rata-rata untuk pelaksanaan RPJMN Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019
adalah sebesar 91,35% di mana terdapat 2 dari 16 inikator kinerja yang tidak tercapai, dan capaian
rata-rata jangka menengah tahun 2015-2019 adalah sebesar 93,93% di mana terdapat 4 dari 17
indikator kinerja yang tidak tercapai.
3.2 Analisis Penggunaan Sumber Daya
3.2.1. Realisasi Anggaran
Pada tahun 2019 semula Direktorat Jenderal Industri Agro memperoleh alokasi anggaran
sebesar Rp. 111.563.388.000,-, namun sehubungan dengan surat Sekretaris Jenderal Nomor 315/SJ-
IND/KR/IX/2019 mengenai rencana pemenuhan kekurangan belanja pegawai Kementerian
Perindustrian, alokasi anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro berubah menjadi sebesar
Rp. 111.016.300.000,-. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Berbasis Agro. Program ini bertujuan untuk menumbuhkan dan menguatkan
struktur industri yang berbasis hasil pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, perkebunan dan
kehutanan, yang tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri, melainkan
juga untuk menumbuh-kembangkan industri agro melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum
dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 – 2035 yang diturunkan menjadi
Kebijakan Industri Nasional 2015 – 2019 serta Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro
Tahun 2015 - 2019 dan perubahannya yang dilaksanakan secara selaras dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah 2015 – 2019.
Dari seluruh output kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2019 untuk mendukung
pencapaian sasaran kinerja, rata-rata realisasi fisik kegiatan adalah sebesar 97,9% dan terdapat 3
indikator kinerja sasaran strategis yang tidak mencapai target yaitu:
Nilai investasi di sektor industri agro
Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional
Kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan stakeholder industri agro
Rata-rata capaian seluruh indikator Perjanjian Kinerja tahun 2019 adalah sebesar 139,05% dan rata-
rata capaian Rencana Strategis tahun 2019 adalah sebesar 127,83% sehingga dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Agro telah berhasil dicapai
dengan baik.
Penggunaan sumber daya anggaran yang bersumber dari APBN di lingkungan Direktorat
Jenderal Industri Agro untuk mencapai sasaran strategis pada tahun 2019 dapat dilihat dalam tabel
berikut.
129
Tabel 3.21. Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019
KO-DE
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET
REALI-SASI
SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % FISIK
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
SS1 Meningkatnya populasi dan persebaran industri
SS1.1 Unit Industri Agro Besar Sedang yang Tumbuh
708 904 Unit - Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu
14.550.000.000 11.285.742.393 77,57 100%
SS1.3 Nilai Investasi Di Sektor Industri Agro
113,85 69,98 Trilyun - Invesment Catalogue Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Atsiri Nasional - Pengembangan Proses Produksi dan Bahan Baku Alternatif Untuk Industri Rayon - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Profil Investasi Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Profil Investasi Industri Prioritas Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
938.000.000 949.000.000
1.584.500.000
1.325.634.000
400.000.000
588.895.000
1.238.950.000
937.460.700 948.408.108
1.557.364.200
1.151.382.028
370.743.971
540.904.724
1.194.614.496
99,94 99,94
98,29
86,86
92,69
91,85
96,42
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
SS2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri agro
SS2.1 Kontribusi Ekspor Produk Industri Agro Terhadap Ekspor Nasional
31,25 24,66 Persen - Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - SNI yang Disusun/Direvisi, Diberlakukan dan Diawasi Di Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Perusahaan Berbasis Hasil Hutan dan Perkebunan yang Menerapkan Standar Mutu - Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor dan Jaminan Pasokan Bahan Baku Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Melalui Fora Kerjasama Internasional - Konsep Rantai Alur Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu dan Rotan Serta Konsep Desain Industri Furniture yang Diterima Pasar Internasional - Dokumen Analisis Kebijakan Fiskal Tarif Bea Keluar dan Tarif Dana Perkebunan Terhadap Kinerja Industri Hilir Kelapa Sawit Nasional - Industri Pengolahan Susu yang Menjalin Kemitraan Dengan Peternak
1.426.405.000
1.907.785.000
1.464.000.000
760.554.000
2.200.000.000
960.000.000
700.790.000
1.358.988.960
1.852.475.744
1.440.703.210
725.728.444
2.079.385.901
959.011.250
590.710.240
95,27
97,10
98,41
95,42
94,52
99,00
84,29
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
130
KO-DE
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET
REALI-SASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % FISIK
- Perusahaan Di Sektor Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar yang Dimonitoring dan Dikendalikan - SNI yang Disusun/Direvisi dan Diberlakukan Di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Fasilitasi Penerapan Keamanan Pangan Serta Penerapan SNI Wajib Bagi Pelaku Industri Makanan dan Minuman - Regulasi Terkait Pengembangan Industri Minuman Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Pemenuhan Gizi Masyarakat Melalui Peningkatan Konsumsi Pangan Olahan Sehat - Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Verifikasi Kebutuhan Bahan Baku Industri Pangan - Komoditi yang Diawasi Penerapan SNI Wajib Produk Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Pelatihan CPPOB Berbasis Makanan dan Minuman - Partisipasi Industri Minuman Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Dalam Kegiatan ACCSQ, CODEX, dan Sidang/Forum Kerjasama Lainnya - Partisipasi Pada Forum Kerjasama Internasional Terkait Produk Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
775.000.000
2.962.740.000
1.419.320.000
500.000.000
687.587.000
1.841.745.000
4.016.078.000 923.312.000
1.300.000.000 916.000.000
1.158.600.000
653.969.282
2.122.859.293
1.151.523.699
446.014.288
669.449.252
1.787.653.075
4.016.078.000 872.320.198
465.874.500 803.761.408
1.105.169.634
84,38
71,65
81,13,
89,20
97,36
97,06
100,0 94,48
35,84 87,75
87,75
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100% 100%
100% 100%
100%
SS2.5 Produktivitas SDM Industri Agro
387,4 575,75 Rp. Juta - Pelatihan SDM Di Sektor Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Pelatihan SDM Di Sektor Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar - Peningkatan Kompetensi SDM Di Sektor Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Makanan dan Minuman
3.350.000.000
2.600.000.000
3.650.000.000
7.750.000.000
2.469.723.930
1.470.115.600
1.788.308.841
3.145.256.315
73,72
56,54
48,99
40,58
75,00%
100%
74,58%
100%
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
T.1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri agro yang efektif
T1.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Diselesaikan
1 4 PP/ Perpres/ Permen
- Pelayanan Hukum dan Kepatuhan Internal - Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Iklim Usaha Sektor Industri Agro - Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Di Bidang Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri Sektor Industri Agro
395.050.000 563.417.000
456.946.000
362.684.936 526.961.690
439.012.722
91,81 93,53
96,08
100% 100%
100%
131
KO-DE
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET
REALI-SASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % FISIK
T.2 Terselenggara-nya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
T2.5 Infrastruktur Kompetensi yang Terbentuk - SKKNI yang Ditetapkan
7 7 SKKNI - Rancangan SKKNI/KKNI yang Disusun/Direvisi Di Industri Hasil Hutan dan Perkebunan - Rancangan SKKNI/KKNI Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan - Rancangan SKKNI/KKNI yang Disusun Di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
1.325.240.000
1.137.000.000
400.000.000
1.260.338.155
1.047.659.103
150.532.900
95,10
92,14
37,63
100%
100%
100%
T2.8 Masukan posisi kerja sama internasional bidang industri agro
6 6 Masukan Posisi Kerja Sama
- Penyusunan Posisi Runding Sektor Industri Agro Dalam Kerjasama Internasional
828.506.000 803.580.240 96,99
100%
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI
L.1 Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang professional dan berkepriba-dian
L1.1 Prestasi Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
82 87,49 Nilai - Gaji dan Tunjangan 18.222.552.000 17.985.193.463
98,70 100%
L1.2 Produktivitas Kinerja Minimum Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1.320 1.845 Jam Kerja
- Operasional dan Pemeliharaan Kantor 5.560.252.000 5.521.310.277 99,30 100%
L1.3 Kualifikasi Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1 1 Orang - Pengelolaan Kepegawaian 1.233.610.000 1.148.195.800 93,08 100%
L.2 Tersedianya sistem informasi yang andal dan mudah diakses
L2.1 Kesesuaian Data dan Informasi Industri Agro Terhadap Kebutuhan Stakeholder Industri Agro
70 51,61 Persen - Pemetaaan Pemanfaaatan Energi Alternatif Potensial Untuk Memenuhi Kebutuhan Industri Agro - Penanganan Permasalahan Aktual - Identifikasi Ceruk (niche) Kebutuhan Industri Agro Menghadapi Pasar Global Di Era Ir 4.0 - Pengelolaan Data dan Informasi - Pelayanan Umum dan Perlengkapan - Pelayanan Humas dan Protokoler
763.745.000
392.371.000 502.332.000
417.750.000
1.930.881.000 453.400.000
660.247.109
380.548.209 472.706.887
408.659.550
1.930.261.147 419.939.811
86,45
96,99 94,10
97,82 99,97 92,62
100%
100% 100%
100% 100% 100%
L2.2 Ketersediaan Sistem (uptime)
100 100 Persen - Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi - Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
362.024.000 1.244.806.000
361.921.608 1.240.212.000
99,97 99,63
100% 100%
132
KO-DE
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET
REALI-SASI SATUAN KEGIATAN PAGU REALISASI % FISIK
L.3 Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
L3.1 Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
80 84,77 Nilai - Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Industri Agro Tahun 2020-2024 - Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
876.768.000
795.000.000
836.553.249
785.570.000
95,41
98,81
100%
100%
L3.2 Tingkat kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
3,25 3,67 Level - Pelayanan Organisasi, Tata Laksana, dan Reformasi Birokrasi
174.765.000 174.360.330 99,77 100%
L.4 Tersusunnya perencanaan program, pengelolaan keuangan serta Pengendalian yang berkualitas dan akuntabel
L4.1 Tingkat Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN
Capaian Standar Tertinggi
Capaian Standar
Tertinggi
Predikat - Pengelolaan Keuangan - Pengelolaan Perbendaharaan - Pelayanan Rumah Tangga
296.163.000 387.700.000 636.294.000
294.687.445 385.469.057 627.213.300
99,50 99,42 98,57
100% 100% 100%
L4.2 Status Pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
91 91,68 Persen - Penatausahaan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara - Monitoring dan Tata Kelola Hibah Barang Milik Negara
257.700.000
535.172.000
254.290.099
519.192.759
98,68
97,01
100%
100%
L4.3 Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang Diblokir
20 5,43 Persen - Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Satker Eselon 1 Tanpa Satker Vertikal - Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. IHHP - Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. IMHLP - Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, dan Tata Usaha Dit. Mintemgar
63.700.000
1.960.000.000
1.367.395.000
1.695.000.000
59.550.000
1.911.026.995
1.353.969.236
1.558.526.614
93,49
97,50
99,02
91,95
100%
100%
100%
100%
L4.4 Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan
100 100 Persen - Penyusunan Rencana Program dan Penyusunan Rencana Anggaran
935.866.000 917.524.902 98,04 100%
TOTAL 111.016.300.000 94.703.846.753 85,31 97,90
133
Dalam pelaksanaan program/kegiatan tahun 2019 terdapat beberapa perkembangan terkait
anggaran pada Direktorat Jenderal Industri Agro, diantaranya adalah adanya revisi anggaran
kegiatan fungsi pendidikan pada Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (kegiatan Pelatihan
SDM Di Sektor Industri Hasil Hutan dan Perkebunan) dan Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan (kegiatan Peningkatan Kompetensi SDM Di Sektor Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan) yang dilakukan pada bulan November 2019 dimana dilakukan revisi untuk menambah
jumlah output kegiatan. Usulan penambahan jumlah output tersebut disetujui namun terdapat
sebagian anggaran yang diblokir sehingga pelaksanaan kegiatan tidak dapat dilanjutkan dan
mengakibatkan target output tidak tercapai.
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2019 mencapai
Rp. 94.703.846.753,- atau 85,31% dari total PAGU anggaran sebesar Rp. 111.016.300.000,- dan
realisasi fisik kegiatan adalah sebesar 97,90%. Pelaksanaan fisik Program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Berbasis Agro secara detil telah dibahas dalam Laporan Triwulanan
Direktorat Jenderal Industri Agro.
3.2.2. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Efisiensi didefinisikan sebagai suatu hubungan antara hasil (output) yang ingin dicapai dengan
sumber daya (input) yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut. Suatu organisasi dikatakan
efisien apabila dapat mencapai output maksimum dengan menggunakan input yang optimum.
Dalam melaksanakan Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan pada tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Agro
menggunakan sumber daya sebagai berikut:
3.2.2.1 Sumber Daya Anggaran
Berdasarkan capaian target Indikator Kinerja Tujuan, Indikator Kinerja Sasaran Strategis dan
Indikator Kinerja Utama pada Dokumen Rencana Strategis, capaian target Perjanjian Kinerja, serta
realisasi fisik dari penyerapan anggaran tahun 2019 (sebesar 85,31%), maka rasio penggunaan
anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro adalah sebagai berikut:
Tabel 3.22 Rasio Capaian Kinerja Terhadap Penyerapan Anggaran
No. Indikator Kinerja Capaian (%) Rasio Terhadap Penyerapan
Anggaran (%)
1 Indikator Kinerja Tujuan 101,53 84,02
2 Indikator Kinerja Sasaran Strategis 127,83 66,74
3 Indikator Kinerja Utama 121,25 70,36
4 Perjanjian Kinerja 139,05 61,35
5 Realisasi Fisik 97,90 87,14
Rata-Rata 117,51 73,92
134
Berdasarkan tabel tersebut, maka rata-rata pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Industri
Agro tahun 2019 adalah sebesar 117,51% dengan menggunakan 73,92% dari total PAGU anggaran
yang dialokasikan. Meskipun rata-rata hanya menggunakan 73,92% anggaran untuk mencapai target
kinerja rata-rata sebesar 117,51%, namun perlu digaris-bawahi bahwa terdapat beberapa target
indikator kinerja baik pada Indikator Kinerja Tujuan, Indikator Kinerja Sasaran Strategis, Indikator
Kinerja Utama dan Indikator pada Perjanjian Kinerja yang tidak tercapai.
3.2.2.2 Sumber Daya Manusia
Berdasarkan capaian target Indikator Kinerja Tujuan, Indikator Kinerja Sasaran Strategis dan
Indikator Kinerja Utama pada Dokumen Rencana Strategis, capaian target Perjanjian Kinerja, serta
realisasi fisik dari penyerapan anggaran tahun 2019 terhadap penggunaan Sumber Daya Manusia,
pada tahun 2019 dari seluruh pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro sebanyak 115 orang, tidak
terdapat pegawai yang melaksanakan cuti panjang/sakit dengan jangka waktu lama sehingga
Sumber Daya Manusia yang digunakan adalah sebesar 100%. Pegawai-pegawai tersebut
melaksanakan tugasnya untuk memenuhi target Perjanjian Kinerja Individu/SKP masing-masing
sehingga berkontribusi terhadap pencapaian target tujuan dan sasaran strategis Sekretariat
Direktorat Jenderal Industri Agro, maka rasio penggunaan Sumber Daya Manusia tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.23. Rasio Capaian Kinerja Terhadap Sumber Daya Manusia
No. Uraian Capaian (%) Rasio Terhadap Jumlah
SDM (%)
1 Indikator Kinerja Tujuan 101,53 98,49
2 Indikator Kinerja Sasaran Strategis 127,83 78,23
3 Indikator Kinerja Utama 121,25 82,47
4 Perjanjian Kinerja 139,05 71,92
5 Realisasi Fisik 97,90 102,15
Rata-Rata 117,51 86,65
Berdasarkan tabel di atas, maka pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun
2019 menggunakan rata-rata sebesar 86,65% dari total seluruh pegawai ASN yang bekerja pada
Direktorat Jenderal Industri Agro. Angka 86,65% tidak menunjukkan bahwa terdapat 13,35%
pegawai yang tidak berkontribusi, namun terdapat efisiensi sebesar 13,35% SDM yang mewakili
kinerja di atas target dari seluruh SDM yang berkontribusi terhadap pencapaian target kinerja.
Kinerja pegawai yang baik didukung oleh pembinaan kepegawaian yang dilaksanakan dengan baik
oleh Direktorat Jenderal Industri Agro sehingga para pegawai mampu menunjukkan kinerja yang
optimal. Dengan pembinaan berkelanjutan, maka diharapkan kinerja SDM pada Direktorat Jenderal
Industri Agro dapat terus meningkat di masa mendatang.
135
3.3 Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pelaksanaan Program
Dari seluruh output program yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran kinerja
baik pencapaian pada Indikator Kinerja Tujuan, Indikator Kinerja Sasaran Strategis dan Indikator
Kinerja Utama pada Dokumen Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2015-2019,
capaian target Perjanjian Kinerja tahun 2019, realisasi fisik pelaksanaan Program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Berbasis Agro tahun 2019, serta pelaksanaan RPJMN tahun 2015-2019,
maka pencapaian target kinerja pada Direktorat Jenderal Industri Agro adalah sebagai berikut:
Tabel 3.24 Pencapaian Target Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro
No. Dokumen
Kinerja Capaian
Rata-Rata Jumlah IK
IK Tercapai
IK Tidak Tercapai
Rasio Tingkat Keberhasilan IK
Tahun Anggaran 2019
1 Perjanjian Kinerja
Tahun 2019 139,05% 10 6 4 60,0%
2
Rencana
Strategis Tahun
2019
116,13% 21 16 5 76,2%
3
Indikator Kinerja
Utama Tahun
2019
121,25% 4 2 2 50,0%
4 Realisasi Fisik 97,90% - - - -
5
Program Prioritas
Nasional Tahun
2019
99,70% - - - -
6 RPJMN Tahun
2019 91,35% 16 14 2 87,5%
Rata-Rata 110,90% 51 38 13 74,5%
Jangka Menengah Tahun 2015-2019
1
Rencana
Strategis Tahun
2015-2019
109,88% 24 18 6 75,0%
2 RPJMN Tahun
2015-2019 93,93% 17 13 4 76,5%
Rata-Rata 101,91% 41 31 10 75,6%
Dari tabel di atas, rasio tingkat keberhasilan pencapaian target-target kinerja Direktorat
Jenderal Industri Agro Tahun Anggaran 2019 adalah sebesar 74,5% sehingga dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro Tahun
136
Anggaran 2019 tidak berhasil dilaksanakan meskipun tingkat rata-rata capaiannya melebihi 100%.
Sedangkan rasio tingkat keberhasilan pencapaian target-target kinerja Direktorat Jenderal Industri
Agro jangka menengah tahun 2015-2019 adalah sebesar 75,6%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro jangka menengah
tahun 2015-2019 telah berhasil dilaksanakan dengan tingkat capaian rata-rata sebesar 101,91%.
Catatan:
Berdasarkan hasil rapat pembahasan ukuran keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan di
lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro yang dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2020 yang
dihadiri oleh seluruh perwakilan dari Unit Eselon II dilingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro,
disepakati bersama bahwa kriteria keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan
Direktorat Jenderal Industri Agro adalah jika rasio tingkat keberhasilan adalah ≥ 75%.
3.3.1 Faktor-Faktor yang Mendukung Keberhasilan Pencapaian Kinerja
Dari hasil evaluasi, pelaksanaan Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis
Agro tahun anggaran 2019 mengalami kegagalan, namun pelaksanaan Program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Berbasis Agro jangka menengah tahun 2015-2019 dapat disimpulkan telah
berhasil dilaksanakan. Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanaan Program
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro jangka menengah tahun 2015-2019 antara
lain:
Sinergi antar unsur-unsur Pemerintah dalam menciptakan kondisi perekonomian yang
mampu mendorong pertumbuhan PDB sektor industri agro, jumlah tenaga kerja di sektor
industri agro, penumbuhan unit usaha, dan produktivitas tenaga kerja sektor industri agro.
Penyusunan rencana dan pelaksanaan program dan kegiatan telah dilaksanakan dengan baik
oleh seluruh unsur pada Direktorat Jenderal Industri Agro sehingga mampu mencapai target
output yang ditetapkan dan mampu mendukung pencapaian target-target kinerja dari
sasaran strategis baik dalam Rencana Strategis, maupun dalam Perjanjian Kinerja.
Tertib administrasi baik dalam hal keuangan, kepegawaian, penyediaan data, penyusunan
dan pelaksanaan program, penyusunan peraturan, kerja sama, maupun evaluasi dan
pelaporan mengakibatkan pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar sehingga turut
mendukung pencapaian target kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro.
Penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana perkantoran berjalan dengan baik
sehingga mampu menyediakan sistem untuk mendukung pelaksanaan kegiatan bagi para
stakeholder Direktorat Jenderal Industri Agro.
Koordinasi yang baik dengan unit kerja maupun instansi lain yang terkait sehingga
mendukung pencapaian target-target kinerja.
137
3.3.2 Faktor-Faktor yang Menghambat Keberhasilan/Penyebab Kegagalan Pencapaian Kinerja
Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pelaksanaan Program Penumbuhan
dan Pengembangan Industri Berbasis Agro tahun anggaran 2019, serta ketidakberhasilan dalam
mencapai beberapa indikator kinerja jangka menengah tahun 2015-2019 antara lain:
Terdapat beberapa indikator kinerja baik pada Indikator Kinerja Tujuan (IKT), Indikator
Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang tidak mencapai target tahunan maupun target jangka menengah, yaitu laju
pertumbuhan PDB industri agro, kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional, nilai
investasi di sektor industri pengolahan agro, dan kontribusi ekspor produk industri agro
terhadap ekspor nasional. Tidak tercapainya target tersebut telah diprediksi sebelumnya, di
mana pencapaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal yang tidak dapat
dikendalikan secara langsung. Faktor eksternal diantaranya adalah ketidakpastian ekonomi
global dimana salah satunya sebagai dampak dari perang dagang antara Amerika dan China
yang terus berlangsung sejak tahun 2018, lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika, dimana salah satunya dipengaruhi oleh perang dagang Amerika-Cina sudah
memasuki babak baru yaitu perang mata uang atau currency war, serta faktor internal
dimana pada tahun 2019 Indonesia memasuki tahun politik yang juga penuh dengan
ketidakpastian sehingga menyebabkan investor bersifat wait and see dan menunda
investasi.
Terdapat 1 IKSS perspektif proses bisnis yang tidak mencapai target jangka menengah yaitu
”Infrastruktur kompetensi yang terbentuk: SKKNI yang ditetapkan”, di mana sampai dengan
tahun 2019, indikator kinerja ini hanya tercapai 18 RSKKNI/RKKNI dari total target sebanyak
20 RSKKNI/RKKNI atau dengan tingkat capaian sebesar 90%. Target penyusunan
RSKKNI/RKKNI pada tahun 2017 tidak tercapai dimana terdapat 2 RSKKNI (RSKKNI Di Bidang
Industri Gula Rafinasi dan RSKKNI Di Bidang Industri Mie Instan) yang tidak dapat dilanjutkan
penyusunannya karena terkendala substansi teknis.
Terdapat 1 IKSS perspektif pembelajaran organisasi yang tidak mencapai target tahunan
maupun target jangka menengah yaitu “Kesesuaian data dan informasi agro terhadap
kebutuhan stakeholder industri agro”. Adapun beberapa pertanyaan yang belum bisa
terpenuhi dikarenakan kurangnya koordinasi di mana masih terdapat admin yang belum
aktif menjawab pertanyaan masyarakat yaitu pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri
Agro. Hal ini terjadi karena adanya rotasi pegawai pada Sekretariat Direktorat Jenderal
Industri Agro yang menjadi admin pertanyaan masyarakat dan belum adanya koordinasi
pelimpahan tanggung jawab sebagai admin sehingga pertanyaan masyarakat yang masuk
tidak terpantau dengan baik.
Terdapat dua kegiatan pada program prioritas nasional yang tidak mencapai target yaitu
kegiatan “Peningkatan Kompetensi SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan” dan
“Peningkatan Kompetensi SDM Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan”. Kedua kegiatan
tersebut tidak dapat mencapai target karena pada saat dilakukan revisi untuk menambah
jumlah output pada bulan November, usulan penambahan jumlah output disetujui namun
terdapat sebagian anggaran yang diblokir dengan catatan penghematan sehingga
138
pelaksanaan kegiatan ini tidak dapat dilanjutkan dan mengakibatkan target output tidak
tercapai
Kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun
2020-2024 sempat mengalami blokir pada pertengahan tahun anggaran, dan kegiatan Pilot
Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Makanan dan Minuman tidak dapat dilaksanakan
dengan optimal karena sebagian anggaran untuk kegiatan-kegiatan tersebut mengalami
pemblokiran hingga akhir tahun anggaran 2019.
Adanya surat Sekretaris Jenderal Nomor 315/SJ-IND/KR/IX/2019 mengenai rencana
pemenuhan kekurangan belanja pegawai Kementerian Perindustrian serta adanya revisi
internal terkait pemenuhan anggaran pendidikan untuk kegiatan pelatihan pada Direktorat
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, menyebabkan adanya realokasi anggaran Sekretariat
Direktorat Jenderal Industri Agro. Proses revisi ini sempat menghambat pelaksanaan
administrasi keuangan (realisasi anggaran).
3.3.3 Rekomendasi Langkah Tindak Lanjut Yang Dapat Dilakukan
Dari analisis faktor-faktor penyebab kegagalan pelaksanaan Program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Berbasis Agro Tahun Anggaran 2019, beberapa rekomendasi langkah tindak
lanjut yang dapat dilakukan yaitu:
Peningkatan Capaian Kinerja
- Berkoordinasi dengan seluruh unsur Pemerintah yang terkait karena untuk melakukan
langkah antisipasi maupun langkah tindak lanjut atas krisis ekonomi global serta
permasalahan lain yang terjadi perlu melibatkan seluruh unsur Pemerintah, tidak hanya
Kementerian Perindustrian saja.
- Bersinergi dengan unsur Pemerintah lainnya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
sektor industri agro serta menciptakan kebijakan yang dapat mendukung peningkatan
pertumbuhan sektor industri agro yang juga mampu mendorong peningkatan kontribusi
PDB, nilai investasi dan kontribusi ekspor sektor industri agro terhadap perekonomian
nasional.
- Pelaksanaan penyusunan RSKKNI yang tidak selesai di laksanakan pada tahun yang
bersangkutan, seharusnya sudah bisa diprediksi dalam evaluasi rencana aksi yang
dilakukan secara berkala. Dalam rencana aksi juga disampaikan langkah tindak lanjut yang
dapat dilakukan. Melaksanaan rekomendasi
- Meningkatkan koordinasi dan menggalang partisipasi aktif admin pertanyaan masyarakat
pada unit kerja Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro sehingga target
indikator kinerja “Kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan
stakeholder industri agro” dapat tercapai
Perbaikan Perencanaan Kinerja
- Dalam penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2020-2024,
perlu dilakukan analisis terkait indikator kinerja yang digunakan, apakah berkorelasi
139
langsung dengan aktivitas yang dilaksanakan serta apakah lebih dominan dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal ataukah faktor eksternal. Indikator kinerja yang digunakan agar
memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time-bound).
Dalam menentukan nilai target, agar dipertimbangkan secara rasional dengan melihat
situasi dan perkembangan yang terjadi saat ini.
- Untuk indikator “Infrastuktur kompetensi yang terbentuk: SKKNI” perlu dilakukan analisis
apakah masih perlu dilaksanakan karena terdapat target RSKKNI yang tidak selesai disusun
dalam periode Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2015-2019. Jika
masih diperlukan, maka agar dipertimbangkan untuk terus dilaksanakan dan diakomodir di
dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2020-2024.
- Untuk indikator “Kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan
stakeholder industri agro” dari capaian sepanjang tahun 2015-2019 target indikator kinerja
ini tidak pernah tercapai, sehingga dapat diusulkan untuk terus digunakan sebagai
indikator kinerja pada Direktorat Jenderal Industri Agro periode Rencana Strategis tahun
2020-2024 agar kinerja pelayanan data dan informasi dapat terus ditingkatkan.
- Indikator-indikator kinerja yang kurang berkualitas/tidak berkorelasi langsung dengan
pencapaian sasaran kinerja sebaiknya tidak digunakan lagi dalam Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2020-2024, diantaranya “rata-rata produktivitas
kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro” dan “kualifikasi pendidikan
Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro”.
- Pada saat pengajuan anggaran, perlu menyiapkan data pendukung yang memadai,
menyeimbangkan proporsi penganggaran dan menyiapkan argumentasi yang tepat
sehingga tidak terjadi pemblokiran anggaran yang dapat mengganggu proses pencapaian
target kinerja.
Perbaikan Manajemen Kinerja
- Evaluasi Rencana Aksi yang saat ini dilakukan secara triwulanan, agar dapat ditingkatkan
menjadi bulanan dan ditingkatkan analisisnya (lebih banyak faktor yang dianalisis dan
dilaporkan) sehingga mampu memberikan solusi nyata atas kendala yang terjadi.
- Optimalisasi aplikasi-aplikasi kinerja yang sudah tersedia. Pengisian pemantauan kinerja
agar dilaksanakan secara tepat waktu.
- Secara umum terus memantau secara lebih intens dan rutin atas progress pencapaian
seluruh target kinerja melalui peningkatan koordinasi dengan unit kerja/bagian yang
melaksanakan pencapaian target dan diharapkan ada peran aktif dari seluruh unit
kerja/bagian di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro sehingga pada periode
berikutnya, target dapat dicapai.
3.4 Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Evaluasi Tahun 2018
Berdasarkan rekomendasi hasil evaluasi pencapaian kinerja program/kegiatan dan kebijakan
Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2018, tindak lanjut yang direkomendasikan untuk
dilaksanakan pada tahun 2019 adalah:
140
1. Melakukan reviu dan memantau capaiannya secara berkala atas target-target indikator
kinerja baik pada Indikator Kinerja Tujuan (IKT), Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS),
Indikator Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama (IKU). Jika hasil reviu menunjukkan
bahwa target tersebut sudah tidak relevan, agar segera mengajukan usulan perubahan.
2. Melakukan kajian analisis benefit dan skema insentif atas program revitalisasi industri
furniture dan kayu olahan sebelum melanjutkan pelaksanaan kegiatan Perusahaan Industri
Hasil Hutan dan Perkebunan Yang Melakukan Revitalisasi Mesin Peralatan.
3. Menertibkan, menggiatkan kembali dan meningkatkan koordinasi admin pertanyaan
masyarakat pada seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro agar
pertanyaan dari masyarakat dapat segera ditanggapi dengan tidak melebihi batas waktu
seperti yang telah ditentukan dalam SOP.
Berdasarkan rekomendasi-rekomendasi tersebut, maka tindak lanjut yang telah dilaksanakan
pada tahun 2019 adalah:
1. Telah dilakukan reviu dan pemantauan capaian secara berkala atas target-target indikator
kinerja baik pada Indikator Kinerja Tujuan (IKT), Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS),
Indikator Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang dilaksanakan melalui
rapat evaluasi kinerja semester I tahun 2019 dan rapat evaluasi kinerja tahun 2019. Selain
melalui rapat-rapat tersebut, capaian target juga dipantau secara berkala melalui aplikasi
Monev Perkin pada Intranet Kemenperin dan SMART-DJA. Rencana pencapaian target
kinerja tertuang di dalam matriks Rencana Aksi dan dilakukan evaluasi setiap triwulan yang
di dalamnya memuat kendala dan tindak lanjut yang dilakukan untuk mengatasi/
mengantisipasi kendala yang dapat menganggu pencapaian target kinerja.
2. Pada tahun 2019 tidak terdapat kegiatan revitalisasi mesin peralatan industri furniture dan
kayu olahan pada Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan sehingga rekomendasi
ini tidak dilakukan pada tahun 2019. Akan tetapi jika kegiatan ini dilanjutkan pada masa
yang akan datang, maka tetap perlu dilakukan kajian analisis benefit dan skema insentif
dari program revitalisasi yang akan dilaksanakan.
3. Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro telah mengirimkan surat kepada Pusat Data
dan Informasi mengenai penunjukan admin pertanyaan masyarakat pada unit-unit kerja
Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro dalam rangka untuk menertibkan
admin pertanyaan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan capaian pada
indikator “Kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan stakeholder” dari
36% pada tahun 2018 meningkat menjadi 61% pada tahun 2019 meskipun capaian ini
belum mampu memenuhi target yang ditetapkan. Untuk selanjutnya, Direktorat Jenderal
Industri Agro perlu meningkatkan koordinasi dengan admin-admin pertanyaan masyarakat
pada seluruh Unit Kerja Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro sehingga
seluruh pertanyaan yang masuk dapat terjawab seluruhnya secara tepat waktu.
Berdasarkan hasil evaluasi SAKIP Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun Anggaran 2018 yang
telah dilakukan oleh Inspektorat Jenderal, perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan adalah:
1. Penyempurnaan perumusan outcome unit kerja .
141
2. Reviu dan penetapan indikator kinerja, baik indikator kinerja tujuan, maupun indikator
kinerja sasaran strategis, sesuai kriteria indikator kinerja yang baik (Spesific, Measurable,
Achieveable, Reliable, dan Time-bound).
3. Hasil pengukuran rencana aksi agar dijadikan dasar untuk menyimpulkan kemajuan
(progres) kinerja.
4. Hasil pengukuran rencana aksi belum menjadi dasar (ditindaklanjuti) untuk mengambil
tindakan (action) dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan.
5. Monitoring pengukuran kinerja Eselon III dan IV yang selaras dengan indikator kinerja yang
telah ditetapkan dalam Perjanjian kinerja.
6. Peningkatan kinerja agar capaian kinerja baik output maupun outcome lebih baik dari
tahun sebelumnya.
7. Reviu atas SOP yang ada, antara lain:
Monitoring pencapaian target jangka pendek dan jangka menehaj yang dilengkapi
dengan periode pengumpulan dan cara evaluasi target.
Mekanisme pengumpulan data kinerja yang dilengkapi dengan cara
perhitungan/pengukuran Indikator kinerja berdasarkan sumber datanya yang valid,
kemudahan untuk mengakses data bagi pihak yang berkepentingan, penanggungjawab
yang jelas atas masing-masing indikator kinerja serta waktu delivery pencapaian kinerja
mekanisme yang jelas jika terjadi kesalahan data.
Mekanisme penyampaian informasi capaian kinerja meliputi penanggungjawab
pengumpul data, sumber data yang valid, waktu perhitungan data kinerja, serta cara
menyajikan data kinerja dengan tingkat kesalahan yang minimal.
8. Tata cara evaluasi/penilaian analisis kinerja sebagai bentuk implementasi pemberian
reward and punishment untuk digunakan sebagai dasar penetuan rencana aksi perbaikan
kegiatan selanjutnya.
9. Evaluasi program belum menyimpulkan keberhasilan dan kegagalan program (karena
ukuran keberhasilan program masih belum jelas). Unit kerja agar merumuskan kriteria
evaluasi pelaksanaan program/kegiatan.
10. Pemantauan rencana aksi agar dilaksanakan secara periodik (bulanan) dan dapat
memberikan akternatif perbaikan yang dapat dilaksanakan.
11. Memastikan unit kerja menerapkan kinerja yang akan diwujudkan, serta merumuskan
kegiatan yang benar-benar mendorong pencapaian kinerja.
12. Memastikan setiap anggaran memiliki kaitan langsung dengan pencapaian kinerja.
13. Meningkatkan pencapaian kinerja baik output maupun outcome lebih baik dari tahun
sebelumnya .
142
Berdasarkan rekomendasi tersebut, tindak lanjut yang telah dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
1. Dalam rapat-rapat evaluasi kinerja & reviu dokumen kinerja, telah disampaikan usulan
perubahan beberapa indikator kinerja yang bersifat outcome. Usulan ini telah diakomodir
dalam perencanaan kinerja tahun 2019, diantaranya:
"Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro yang andal dan profesional"" dengan
indikator nilai PMPRB, sesuai arahan Inspektorat Jenderal, tidak lagi digunakan
sebagai indikator kinerja tujuan karena dinilai tidak relevan dengan tujuan Direktorat
Jenderal Industri Agro
"Produk industri agro yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)""
tidak lagi digunakan sebagai indikator kinerja sasaran strategis karena telah dibentuk
unit kerja baru di lingkungan Kementerian Perindustrian yaitu Pusat Peningkatan
Penggunaan Produk Dalam Negeri (Pusat P3DN) dimana salah satu fungsinya adalah
melaksanakan penyiapan pelaksanaan sertifikasi tingkat komponen dalam negeri
Diusulkan indikator baru yaitu “Masukan posisi kerja sama internasional bidang
industri agro” sebagaimana hasil evaluasi PMPRB untuk mengakomodir fungsi bagian
kerja sama yang saat ini belum memiliki target kinerja"
2. Sebagian 'Indikator Kinerja Tujuan (IKT) dan Indikator Kinerja Sasaran (IKS) Ditjen Industri
Agro merupakan penugasan/turunan dari Rencana Strategis Kementerian Perindustrian
sehingga IKT & IKS tersebut tidak dapat diubah sampai ada reviu Renstra Kementerian
Perindustrian yang merekomendasikan perubahan tersebut. Oleh karena itu Ditjen Industri
Agro akan mengusulkan perubahan indikator kinerja pada saat reviu Renstra Kemenperin.
Namun demikian, untuk beberapa indikator kinerja yang bukan merupakan turunan dari
indikator kinerja Kementerian Perindustrian, telah dilakukan reviu dan ditetapkan
perubahannya sebagaimana uraian pada kolom di atas.
3. Mulai triwulan II tahun 2019, pada dokumen Evaluasi Rencana Aksi Ditjen Industri Agro
telah ditambahkan kolom status keberhasilan atas pencapaian target antara sehingga
dapat diketahui apakah rencana tersebut berhasil/gagal dilaksanakan, serta hambatan dan
tindak lanjut yang direkomendasikan untuk dilakukan agar pada akhir tahun, target kinerja
dapat dicapai.
4. Rencana Aksi yang merupakan penjabaran dari target-target pada Penetapan Kinerja,
didalamnya telah menerangkan target antara, realisasi antara, hambatan yang dialami,
serta tindak lanjut yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan ketika target
Penetapan Kinerja tidak dapat dicapai pada periode tertentu (triwulanan). Rekomendasi
tindak lanjut yang dapat dilakukan, telah disajikan dalam kolom "Tindak Lanjut" dan kolom
"Keterangan". Hasil tindak lanjut yang sudah dilaksanakan, telah dibahas dalam LAKIP
Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2019.
5. Proses penetapan Perjanjian Kinerja Eselon III s.d staf dilakukan melalui cascading
Perjanjian Kinerja Eselon I dan Eselon II, di mana uraian Perjanjian Kinerja Eselon III s.d staf
merupakan penjabaran lebih detil/teknis atas pelaksanaan tugas, dan bersifat output, di
mana tugas-tugas tersebut merupakan aktivitas untuk mendukung pencapaian dari
masing-masing Sasaran Strategis pada Eselon I dan Eselon II. Untuk memudahkan
143
monitoring Perjanjian Kinerja individu ini, maka Direktorat Jenderal Industri Agro
berinisiatif untuk mengakomodir/mengadopsi Perjanjian Kinerja individu untuk dijadikan
sebagai Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang capaiannya dipantau setiap bulan dan setiap
akhir tahun melalui Intranet Kemenperin.
6. Target-target yang diperjanjikan pada Rencana Strategis maupun pada Perjanjian Kinerja
telah dilakukan monitoring atas progres pencapaiannya secara berkala melalui evaluasi
Rencana Aksi dan dibahas dalam rapat-rapat evaluasi kinerja, serta dipantau setiap bulan
melalui aplikasi-aplikasi kinerja. Jika target antara tidak tercapai, dilakukan tindak lanjut
secara nyata untuk mengatasi hal tersebut. Akan tetapi, terdapat beberapa indikator
kinerja yang pencapaiannya tidak hanya dipengaruhi oleh hasil kerja Direktorat Jenderal
Industri Agro, namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Untuk indikator seperti
ini, yang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro adalah memastikan bahwa
pelaksanaan kegiatan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis telah dilakukan
dengan baik sehingga mampu memenuhi target output kegiatan.
7. Direktorat Jenderal Industri Agro akan melakukan penyusunan/perbaikan SOP terkait
monitoring pencapaian target jangka pendek dan jangka menengah, mekanisme
pengumpulan data kinerja, mekanisme penyampaian informasi capaian kinerja, dan tata
cara evaluasi/penilaian analisis kinerja. Namun demikian, pada tahun 2019, Kemenperin
sedang menyusun perbaikan proses bisnis di mana di dalamnya termasuk penyusunan SOP.
Dari seluruh SOP yang ada di Kemenperin, terdapat SOP-SOP yang bersifat generik, yaitu
SOP yang berlaku sama untuk seluruh unit kerja di Kemenperin. SOP-SOP terkait
monitoring pencapaian target jangka pendek dan jangka menengah, mekanisme
pengumpulan data kinerja, mekanisme penyampaian informasi capaian kinerja, dan tata
cara evaluasi/penilaian analisis kinerja termasuk dalam SOP generik. Oleh karena itu
Direktorat Jenderal Industri Agro perlu mengkoordinasikan hal ini terlebih dahulu dengan
Biro OSDM.
8. Direktorat Jenderal Industri Agro akan melakukan penyusunan kriteria evaluasi
pelaksanaan program/kegiatan yang di dalamnya memuat ukuran keberhasilan dan
kegagalan program.
9. Direktorat Jenderal Industri Agro akan melakukan pemantauan Rencana Aksi secara
periodik setiap bulan yang di dalamnya memuat alternatif perbaikan yang dapat
dilaksanakan
10. Dalam penyusunan Rencana Strategis tahun 2020-2024, juga telah disusun rencana output-
output kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian sasaran
kinerja pada seluruh unit kerja Eselon I dan Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal
Industri Agro. Implementasi Renstra ini dapat dilihat dalam dokumen perencanaan tahun
2020. Hubungan antara kegiatan yang dilaksanakan dengan sasaran kinerja (melalui
intermediate outcome) dapat dilihat dalam Pohon Kinerja.
11. Dalam penyusunan Rencana Strategis tahun 2020-2024, juga telah disusun rencana output-
output kegiatan beserta dengan rencana anggaran per output dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran kinerja pada seluruh unit kerja Eselon I dan Eselon II di lingkungan
Direktorat Jenderal Industri Agro. Rencana anggaran ini telah melalui penelaahan oleh
Bappenas dan telah disetujui.
144
12. Telah dilakukan monitoring pencapaian target jangka menengah atas target-target yang
diperjanjikan pada Rencana Strategis sehingga progres pencapaian setiap tahun dapat
dipantau dan dijadikan dasar agar pencapaian target kinerja tahun selanjutnya dapat
dicapai dengan lebih baik. Direktorat Jenderal Industri Agro memastikan bahwa
pelaksanaan kegiatan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis telah dilakukan
dengan baik, lebih baik dari tahun sebelumnya, sehingga mampu memenuhi target output
kegiatan yang pada akhirnya untuk mendukung pencapaian target kinerja.
Tindak lanjut hasil evaluasi SAKIP ini secara lebih lengkap dapat dilihat dalam matriks Tindak Lanjut
Hasil Evaluasi SAKIP sebagaimana terlampir.
145
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2019 dan jangka
menengah tahun 2015-2019, secara umum dapat disimpulkan bahwa:
1. Capaian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2019 realisasi fisik kegiatan
sebesar 97,90%, rata-rata capaian target Rencana Strategis adalah sebesar 116,13%, rata-rata
capaian target Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah sebesar 121,25%, rata-rata capaian target
Perjanjian Kinerja adalah sebesar 139,05%, rata-rata capaian pelaksanaan Program Prioritas
Nasional adalah sebesar 99,7%, rata-rata capaian target RPJMN adalah sebesar 91,35%, dan
rata-rata capaian kinerja secara keseluruhan adalah sebesar 110,9% dengan rasio tingkat
keberhasilan sebesar 74,5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Program
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro Tahun Anggaran 2019 tidak berhasil
dilaksanakan meskipun tingkat rata-rata capaiannya melebihi 100%.
2. Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2019 mencapai
Rp. 94.703.846.753,- (Sembilan Puluh Empat Milyar Tujuh Ratus Tiga Juta Delapan Ratus Empat
Puluh Enam Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Tiga Rupiah) atau 85,31% dari total PAGU anggaran
sebesar Rp. 111.016.300.000,- (Seratus Sebelas Milyar Enam Belas Juta Tiga Ratus Ribu Rupiah).
3. Capaian kinerja jangka menengah Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2015-2019, rata-rata
capaian target Rencana Strategis adalah sebesar 109,88%, rata-rata capaian target RPJMN
tahun 2015-2019 adalah sebesar 93,93%, dan rata-rata capaian kinerja jangka menengah secara
keseluruhan adalah sebesar 101,91% dengan rasio tingkat keberhasilan sebesar 75,6%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Program Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Berbasis Agro periode jangka menengah tahun 2015-2019 telah berhasil dilaksanakan.
4.2 Kendala
Beberapa kendala yang dihadapi dalam melaksanakan program/kegiatan dan pencapaian
target kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2019 dan jangka menengah tahun 2015-2019
antara lain:
1. Terdapat beberapa indikator kinerja baik pada Indikator Kinerja Tujuan (IKT), Indikator
Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang tidak mencapai target tahunan maupun target jangka menengah, yaitu laju
pertumbuhan PDB industri agro, kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional,
nilai investasi di sektor industri pengolahan agro, dan kontribusi ekspor produk industri
agro terhadap ekspor nasional. Tidak tercapainya target tersebut telah diprediksi
sebelumnya, di mana pencapaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan
internal yang tidak dapat dikendalikan secara langsung. Faktor eksternal diantaranya
adalah ketidakpastian ekonomi global dimana salah satunya sebagai dampak dari perang
dagang antara Amerika dan China yang terus berlangsung sejak tahun 2018, lemahnya
146
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dimana salah satunya dipengaruhi oleh
perang dagang Amerika-Cina sudah memasuki babak baru yaitu perang mata uang atau
currency war, serta faktor internal dimana pada tahun 2019 Indonesia memasuki tahun
politik yang juga penuh dengan ketidakpastian sehingga menyebabkan investor bersifat
wait and see dan menunda investasi.
2. Terdapat 1 IKSS perspektif proses bisnis yang tidak mencapai target jangka menengah
yaitu ”Infrastruktur kompetensi yang terbentuk: SKKNI yang ditetapkan”, di mana
sampai dengan tahun 2019, indikator kinerja ini hanya tercapai 18 RSKKNI/RKKNI dari
total target sebanyak 20 RSKKNI/RKKNI atau dengan tingkat capaian sebesar 90%. Target
penyusunan RSKKNI/RKKNI pada tahun 2017 tidak tercapai dimana terdapat 2 RSKKNI
(RSKKNI Di Bidang Industri Gula Rafinasi dan RSKKNI Di Bidang Industri Mie Instan) yang
tidak dapat dilanjutkan penyusunannya karena terkendala substansi teknis.
3. Terdapat 1 IKSS perspektif pembelajaran organisasi yang tidak mencapai target tahunan
maupun target jangka menengah yaitu “Kesesuaian data dan informasi agro terhadap
kebutuhan stakeholder industri agro”. Adapun beberapa pertanyaan yang belum bisa
terpenuhi dikarenakan kurangnya koordinasi di mana masih terdapat admin yang belum
aktif menjawab pertanyaan masyarakat yaitu pada Sekretariat Direktorat Jenderal
Industri Agro. Hal ini terjadi karena adanya rotasi pegawai pada Sekretariat Direktorat
Jenderal Industri Agro yang menjadi admin pertanyaan masyarakat dan belum adanya
koordinasi pelimpahan tanggung jawab sebagai admin sehingga pertanyaan masyarakat
yang masuk tidak terpantau dengan baik.
4. Terdapat dua kegiatan pada program prioritas nasional yang tidak mencapai target yaitu
kegiatan “Peningkatan Kompetensi SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan” dan
“Peningkatan Kompetensi SDM Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan”. Kedua
kegiatan tersebut tidak dapat mencapai target karena pada saat dilakukan revisi untuk
menambah jumlah output pada bulan November, usulan penambahan jumlah output
disetujui namun terdapat sebagian anggaran yang diblokir dengan catatan penghematan
sehingga pelaksanaan kegiatan ini tidak dapat dilanjutkan dan mengakibatkan target
output tidak tercapai
5. Kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun
2020-2024 sempat mengalami blokir pada pertengahan tahun anggaran, dan kegiatan
Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Makanan dan Minuman tidak dapat
dilaksanakan dengan optimal karena sebagian anggaran untuk kegiatan-kegiatan
tersebut mengalami pemblokiran hingga akhir tahun anggaran 2019.
6. Adanya surat Sekretaris Jenderal Nomor 315/SJ-IND/KR/IX/2019 mengenai rencana
pemenuhan kekurangan belanja pegawai Kementerian Perindustrian serta adanya revisi
internal terkait pemenuhan anggaran pendidikan untuk kegiatan pelatihan pada
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, menyebabkan adanya realokasi
anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro. Proses revisi ini sempat
menghambat pelaksanaan administrasi keuangan (realisasi anggaran).
147
4.3 Rekomendasi
Hal-hal yang perlu mendapatkan prioritas dalam pencapaian kinerja/pelaksanaan program
dan kegiatan Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2020 dan di masa yang akan datang antara lain:
Peningkatan Capaian Kinerja
1. Berkoordinasi dengan seluruh unsur Pemerintah yang terkait karena untuk melakukan
langkah antisipasi maupun langkah tindak lanjut atas krisis ekonomi global serta
permasalahan lain yang terjadi perlu melibatkan seluruh unsur Pemerintah, tidak hanya
Kementerian Perindustrian saja.
2. Bersinergi dengan unsur Pemerintah lainnya untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan sektor industri agro serta menciptakan kebijakan yang dapat mendukung
peningkatan pertumbuhan sektor industri agro yang juga mampu mendorong
peningkatan kontribusi PDB, nilai investasi dan kontribusi ekspor sektor industri agro
terhadap perekonomian nasional.
3. Pelaksanaan penyusunan RSKKNI yang tidak selesai di laksanakan pada tahun yang
bersangkutan, seharusnya sudah bisa diprediksi dalam evaluasi rencana aksi yang
dilakukan secara berkala. Dalam rencana aksi juga disampaikan langkah tindak lanjut
yang dapat dilakukan. Melaksanaan rekomendasi
4. Meningkatkan koordinasi dan menggalang partisipasi aktif admin pertanyaan masyarakat
pada unit kerja Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro sehingga target
indikator kinerja “Kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan
stakeholder industri agro” dapat tercapai
Perbaikan Perencanaan Kinerja
1. Dalam penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2020-2024,
perlu dilakukan analisis terkait indikator kinerja yang digunakan, apakah berkorelasi
langsung dengan aktivitas yang dilaksanakan serta apakah lebih dominan dipengaruhi
oleh faktor-faktor internal ataukah faktor eksternal. Indikator kinerja yang digunakan
agar memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time-
bound). Dalam menentukan nilai target, agar dipertimbangkan secara rasional dengan
melihat situasi dan perkembangan yang terjadi saat ini.
2. Untuk indikator “Infrastuktur kompetensi yang terbentuk: SKKNI” perlu dilakukan analisis
apakah masih perlu dilaksanakan karena terdapat target RSKKNI yang tidak selesai
disusun dalam periode Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2015-
2019. Jika masih diperlukan, maka agar dipertimbangkan untuk terus dilaksanakan dan
diakomodir di dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2020-
2024.
3. Untuk indikator “Kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan
stakeholder industri agro” dari capaian sepanjang tahun 2015-2019 target indikator
kinerja ini tidak pernah tercapai, sehingga dapat diusulkan untuk terus digunakan sebagai
indikator kinerja pada Direktorat Jenderal Industri Agro periode Rencana Strategis tahun
2020-2024 agar kinerja pelayanan data dan informasi dapat terus ditingkatkan.
148
4. Indikator-indikator kinerja yang kurang berkualitas/tidak berkorelasi langsung dengan
pencapaian sasaran kinerja sebaiknya tidak digunakan lagi dalam Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2020-2024, diantaranya “rata-rata produktivitas
kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro” dan “kualifikasi pendidikan
Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro”.
5. Pada saat pengajuan anggaran, perlu menyiapkan data pendukung yang memadai,
menyeimbangkan proporsi penganggaran dan menyiapkan argumentasi yang tepat
sehingga tidak terjadi pemblokiran anggaran yang dapat mengganggu proses pencapaian
target kinerja.
Perbaikan Manajemen Kinerja
1. Evaluasi Rencana Aksi yang saat ini dilakukan secara triwulanan, agar dapat ditingkatkan
menjadi bulanan dan ditingkatkan analisisnya (lebih banyak faktor yang dianalisis dan
dilaporkan) sehingga mampu memberikan solusi nyata atas kendala yang terjadi.
2. Optimalisasi aplikasi-aplikasi kinerja yang sudah tersedia. Pengisian pemantauan kinerja
agar dilaksanakan secara tepat waktu.
3. Secara umum terus memantau secara lebih intens dan rutin atas progress pencapaian
seluruh target kinerja melalui peningkatan koordinasi dengan unit kerja/bagian yang
melaksanakan pencapaian target dan diharapkan ada peran aktif dari seluruh unit
kerja/bagian di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro sehingga pada periode
berikutnya, target dapat dicapai.
LAMPIRAN
MATRIKS RENCANA AKSI TINDAK LANJUT HASIL EVALUASI SAKIP
DIREKTORAT JENDERAT INDUSTRI AGRO TAHUN 2018
l. Penyempurnaan perumusan outcome unat kerja Dalam rapat-rapat evaluasi kineria & reviu dokumen kinerja, telahdisempaikan u3ulan perubahan b€berapa indakator kine4a yang bersltatoutcome. usulan initelah diakomodir dalam perencenaan kiner,a tahun 2019,
diantarany.:- "Man.iem€n Direktor.t Jenderal IndustriAgro yang andal dan proleslonal"
den8an indikator nilai PMPR8, resuaiarahan lnspektorat Jenderal, tidak laSi
dagunakan sebagai indlkator kinerja tuiuan karena dinilaitidak ral€van den8an
tujuan Okektorat Jend€ral lndustri Agro- "Produk lndustriagro ying ters€rtiftkas i TinSkat l(omponen Dalam ll€t€ri{TXDN}' tidak laSi diSunakn lebagai indikato. kinerja sa!.ran stratlgh kar€na
telah dib€ntuk unlt k€rja baru dillnSkunSan Xemehterian P€rlndurtrian yaitu
Pusat P.nlnSkatan Pen8Sunaan Produk Oalam N.g€ri(Pusat P3DN) dllnanaralah satu fungsinya adalah malaksanakan penyiapan pelak5anaan sertifikasitlnSkat komponen dalan neSeri- Dlusulkan indikator baru yaitu "Masuken posirikerje sama internasional
bidanSlnd0striagro"!ebagalmanahasilevaluasi PMPRBuntukmenSakomodir
fungsibagian kerja sama yanBsaat inib€lum memilikitarS€t kinerie
s€ptember 2019 0irektur lend€ral lndu5triagro
- Perubahan lndikator kineria telah diakomodirdalam P€rjanjian Kinerj. Oi.€ktorat l€hderellndustri A8ro Tahun 2019
- llota dinas m€ngenai peru bahan indilatorkinerja t€lah dilamplrkan dalam R€natra
Oirektorat J€nderal lndustri Agro Tahun 2015-2019 Perubahan
2. R€vlu dan penet.pan indikator linerja, baik
indik.tor *inerja tuiuan, maupun indlkator kinerjasasaran strategis, secuai lriterla lndilator kincriayzng beik lspsili., M.osurd e, Achicwode,R.liodc, dan firn.fuund I
S.bagi.n 'lndikator Kincrj.Tuju.n (lKI) d.n lndikator Kinerja S.raren (ll(S)
Oitjcn lndustriAgro m€rupakan penu8a..n/turunandari ncncanaStrat€8ij(ementlrlan Perlndustrl.n sehinSga IKI & IXS t€rsebut tidak d.p.t diubah
!ampai ada rcviu Ranstra Kementcrian P€rindustrian yang mer€komendarikanperubahan tersebut, Oleh karena itu oitjen lndultriASro ak.n menSu5ulkanperubahan indikator kinerja pada saal revlu Sanstra Xcmenp€rin, l{amundemlkian, untuk bcb.rapa lndik.tor kin.rja yeng bukan mcrupak.n turunand.ri indikator kincrja Nem.nt.ri.n Perindu!trian, telah dilakukan revlu dan
dit€tapkan p€rubahannye s.bag.lmana urai.n pada kolom dlatas.
Septemb€r 2019 Oirektur J.ndcral lndustrlAg.o
- Perubahan andilator kin€rja t€leh diakomodkdalam Perianiian l(inerja 0ir€ktorat J€nderal
lndustri ASro Tah(n 2019- Nota dlna5 mcngenaiperubahan indikatorIinerja telah dilampirkan dalam Renstra
Ohe ktorat .l€n de rrl ln du strl Agro Tahun 2015-
2019 Perubahan
3 Hasilp€nSukuran ren.ana alsi aSar dijadilan dasar
untuk m€nylmpulkan kemajiian (proSres) trnerlaMulai triwulan ll tahun 2019, pada dokumen Evaluasi Eencana Aksi DitjenlndustriASro t€lah ditambahkan kolom status keberhasilan atas pencapaian
target antBra sehingga dapat diketahuiapakah r€ncana te15ebut berhasil/ga8al
dilaksanakan, serta hambatan dan tindal lanjut yang direkomenda5ikan untukdilakukan aSar pada akhir tahun, tarSet lin€rja dapat di.apai.
5eptember 2019 Dircktu r Jenderal lndustriAgro
Perubahan telah diakomodir dalam €valuasi
R6ncana Aksi Oirektorat lend€ral lnduski AEro
mulai triwulan ll tahun 2019
4 H.sil p.nSukuran rrncana eksibalum enjrdi daiar(ditindaklanju ti) u ntuk m.n8.mbil tindakan (actlon)
del.m rangke m.ncapait r8.t kinerja yanS
ditetepkan
Renc.na AksiyanS merup.kan p?njabaran dari t.r8et-target pada P€net.panKlncria, didalamnya telah m€nerangkan target antara, rcalisaii antara,hambatan yang dial.mi, lerta tindak l.njut yanS dapat dilakukan untukm.nSatasl ham batan ketila targ€t Pen.tapan Xinerja tidak dapat dic.paipadap€riode t€rtentu (triwulananl. Rekomendari tind.l lanjut y.ng dapatdilakukan, tel.h dlsajikan dalam kolom "Tindak L.njut" dan kolom
"Xeterangan". Hasiltindaklanjuty.nSsudah dil.kianakan, telah dibahardal.m tAKIP Oirekto rat le nderal lndusvi Agro T.hun 2019.
September 2019 Okekturlend€rel lndustrl
A8ro
- Delam dokumen [valua5iRencana aksiOkektorat Jend€ra I ln dustri Agro telah memuatrekomendasi tindal lanjut yang dapat dilakuk.n- Hasiltlndak laniut yan8 sudah dllaksan.lan,t.lah dibahas dalam lAklP Direktorat Jenderal
lndustri ASro Tahun 2019
REKOMENOASI TINDAX TANIUT BATAS WAKTUPENANGGUNG .IAWAB KITERANGAT/
5 MonitorlnS penSuk!ran kinerja Eselon llldan lV
yang s€laras den8an indikator kineria yang telah
dltetapkan dalam Perianjian kanerie
Prosei penetapan perianjian Kineria Esclon lll5,d rtaf dilakukan m€laluicoscoding Petian)ian l<lnerja E$lon ldan Eselon ll, diman6 uraian Perjanilan
Kinerja Eselon llls.d.taf merupakan penjabaran l.bih detil/t€knil ataspelaksanaan tuga5, dan berslfat output, dimana tugas-tugas tellebutmerupakan aktlvitas untuk mendukung pencapalan dari masin8-ma!in8Sasaran Strategls pada E36lon ldan Esalon ll, Untul memudehkan monltorang
P.4anjian Xinerla indivldu lni, maka Dkektorat J.nderal lndus ki ASro
berini3iatif untuk mengakomodlr/mengadopsi P€rjanjian Kincrja lndividuuntuk dijadikan 5ebag.i Sasaran Kcria P€gawai (SKP) y.ng capalannya dipantaus€tlap bulan d.n setiap akhk tahun melalui lntran.t l(€menperin.
September 2019 i€kEltlenderal hdustrlAEro
ilonitoring pengukuran Perj.njian Xinerja
Es.lon lll s.dstaf yanSdiadopsiiekaliguss€b.gai
S(P peSawal, telah dilaksan.kan secara bulanan
dan pada akhk tahun, m€laluilntranetKemanperln
6. Peningkatan kinerja agar.apaian kinerja baik outputmaupun outcome l€bih baik dari tahun s€b€lulnnya
Target-targ.t yang diperianlikan pada Rencana Strategis maupun pada
Perianjian (inerja telah dilakukan monitorinE atas progres p€ncapaiannya
eecara berkela melalui€valuari Rencana Ak5ldan dibahar dal.m rapat-r.pat€valuari kinerja, rerta dlpantau 5etiap bul.n melalu i apllk.5i-aplik.si kinerja,
Jika target antara tldak tercapai, dllakukan tindak lanjut secara nyata untulmenSatasi hal tersebut. Akan tetapi, terdapat b.berapa indilator kln€rja yen8
pencapaiannya tldak hanya dlpengaruhioleh hasille4a Okektorat J€nde ral
lnduski Agro, namun juga dipenSaruhioleh faktor-faktor ekst€rn.l. untukindlkator repertiini, yang d.pat dilakukan oleh Oirektorat Jend€ ral lnduitriASro adalah memastikan bahwa pelaksanaan k€8iatan untuk m€ndukLrnSpencapaian 5asaran.trategh telah dilakukan dengan baik schihSga mempumem.nuhi target output k€slatan.
September 2019 i&tl,Uenderal lndustrlA8ro
Monltoring ata! pelaksanaan kagiatan untukm€ndukunS pehcapaian ta5aran strat6gii telahdilakukan secara berkala melalui cvaluasi
Rencana Aksi, dibahas pade rapat-rapat kin€rja,
serta dipantau melalui apllkaiieplika3i kinerj.untuk memastikan bahwa targat outputkegiatan dapat dicapai
Revlu atas SOP yan8ada, antara lain
I\lonitoring p€ncapaaan target jangka pendek
dan ianSka m!nengah yang dilenSkepidenganperiode penSumpulan dan cara €valuasitarget
M€kanisme pengompulan data kinerja yanS
dllenSkapi d€nCan cara
perhitunSan/penSukuran lndikator kineri6berdasarkan sumber datanya yang valid,
k€mudehan untul mengakes data bagipihakyang berk.pantin8an/ penangsunBiaweb yang
ielas atas masing-maslnB indikator kineria serta
wektu delivcry pencapaian klneria mekanisme
yanS jelas iika terjadikesalahan data
5eptember 2019 iDbhlend€ral lndustrlASro
7
Mekanisme penyampaian informasi capaian
kineria meliputi penangSungjawab pengumpul
data, sumber data yang valid, waltuperhitunSan data kinerja, sert3 cara menyajilandata kineria d€ngan tingkat k€salahan yang
Dir. kto rat .l.nderal lndustriAgro akan melakukan penyusunan/perbalkan SOP
t€rlait monitorlng pencepaian tar8et janBka pendek dan ianSka men€ngah,
m€kankm€ penBUmpulan data kinerja, mekanisme penyampalan intormasicapaian kinerja, dan tata.ara evaluari/penilaian analisis llnerja. Namun
d€lhikian, pada tahun 2019, Kem€nperin sedang menyusun perbaikan proses
bisni! dl mana di dalamnya t€rmasuk penyutunan SOP. Dariseluruh sOP yanS
ada di Kemenperin, terdapat SOp'SOp yang berslfal Senerik, yaito SOP yanS
berlaku sama untuk seluruh unit kerja di Kemenperin. SOP-sOP terkaitmonitorin8 pencapaian tarSetlangka pendel d.n jangka menengah,
melanlsme p€nSumpulandata kinerja, mekani5me penyamp.jan informasicapaian kineria, dan tata cara evaluasi/penilaian an.lisis kineria termasukdalam sOP Senerik. Oleh karena itu Direktorat .,e nderal lndustriASro perlu
mengkoordinasikan halini terlebih dahLrlu denSan Biro OSOM.
Dlrektoretlenderal lndustri Agro telah
m€lakukankoordinasi d€n8an Biro OSDM,
namun 5tatus penyelesaian penyusunan 5OP-
SOP 8enerik belum dapat diketahui, Jika
dip€rlukan, Dkektorat l€nderal lndustri Agro
ekan melakukan penyusunan/perb.ikan SOP
secara mandki.
R€KOMENDASI TITIDAK LAN'UTEATAS WAKTU )II IGGUNG JAWAE KETERANGAN
Tata (ara evaluasi/penilaian analisis kinerjasebagaa bentuk impleft €ntasi pemberian
reward and punishm€nt untuk digunalansebagai dasar penetuan rencaha aksiperbaikank€Siatan 5elenjutnya
8. Evaluasi protram belum menyimpulkankeberhasllan dan k€Sagalan program (karena ukurankeberhasilan program masih b€lum ielail. Unit kerj.agar merumuskan kriteria evaluaii pelaks.naanproSram/keSiatan.
Dlr€ktorat lend€ral lndustri Agro alan melakukan p€nyu5(nan kriteria €valuasipelaksanaan proSram/kaSiatany.nSdi dalamnya memuatukurank€berhasllan dan keSagalan proSram.
September 2019 Oirektur.,€nder.l lndustriASro
Akan m olai dilaksanakan dan diteraplan pada
tahun 2020. Akan dilaklanakan rapatpembahasan krlteria keberha5ilan/kegagalanpelaksanaan program dan keSjatan di
lingkunSan Oirektorat Jenderal lndustriAgroterlebih dahulu.
9. Pemantauen r€ncana akri aSar dilaksanakan secaraperiodik (bulanenl dan dapat membsrikan alternatifperbaikan yanS dapat dilaksanakan
Saatinip.mantauanse€ara bulanant€lah dil.klanakanm6l.lui aplakesi-
apllk.sikin€rja (AtXl, SMART-DIA & e-Monev Bappenasl. Namun demikian,Dlrektor.t Jenderal lhdustriAgro akan melakukan pemantauan Rencana Aili.ecara pGriodik retiap bulan yanS didalamnya memuat a ltcrnatif perbalkanyanSdapet dilakranakan,
S€ptember 2019 Dlraktu r Jenderal lndultriAtro
Pcnyurunan Rencana Aksis€cata bulahan akan
m ul.i dilakranaken pada tahun 2020.
10 Memastikan unit k€rja mcnerapkan kin.ria yang
akan diwuiudk6n, s.^a merumuskan k€giatan yang
benarbenar m?ndorong pen.apaian kinerja
Oal.m penyurunan R€n.ana Skat.gis tahun 2020-2024, juga telah disusun
rencana output-output kegiatan yangakan dilaksanalen dalam rangka
mendulung pen(apaian iasar.n kin.rja pada seluruh unit keria Eselon I danEselon lldillngkunSan Dlrektorat lend€rallndustrlASro. lnplementaaiRenstrainidapat dilihat d.lam dokumen plrencanaan tahun 2020. Hubungan sntarak€8latan yanS dilaksanakan d€ngan sas.ran linerja lficlelul in?ermediotc
out.orr€l dapat dlllhat dalam Pohon Kinerja.
Septembe.2019 Okcktur J€ndaral lnduskiAgro
Aken mulai diliksanakan dan diterapkan pada
tahun 2020
11. Memartikans€tiapanSSarin memiliki kaitanlangs!n8 dengan pencapalan kinerla
oal.m penyusunan Rencane Strategls tahun 2020-2024, ju8a tclah disusun
renaana output.ot tpr,t kegiatan beserta dengan rancana enSSaran peroutputdalam rangka mendukunS pencapaian sataran kineria pada seluruh unit kerja
[5elon ldan tselon lldllln8kungah Okektorat lenderal lnd ustri Agro. Rencana
anSSaran initelah melaluipenelaahan oleh Eappenas d.n tolah disetuiui.
Septemb€r 2019 Okektur lend!ral lndu5triAgro
Ak n mulaidllaks.nakan dan dlt€rapken pad.tahun 2020
72. MenlnSkatkanpencap.iankinerjabalkoutputmaupun outcom€ lebih baik dari tahun sebelumnya
Telah dllakukan monitorinS pencapaian target j.n8ka menentah etas targct-tar8€t yang dip€rjanjikan pada Rencana Strate8is sehinSSa proSr€s
pencepaian setlap tahun dapat dip.ntau dan dijadiken dasar aSar pencapaian
target kaneria tahun s€lan,utny. d.pat dicapaid€ngan lebih balk. Direktorat.l€nderal hdustrj Agro m€ma5tilanbahwa pelaksanaan kegiatan untukmendukunS pencapaian sasaran 5trateSis telah dilakukan denSan baik,lebihbaak dari tahun sebelumnya, rehingSa mampu memenuhitBrget outputkegiatan yanE pada akhirnya untuk mendukung pencapaian target kinerja.
Sept€mber 2019 Monitorin8.tarpenaapaian tar8at jangka
m€nen8eh t€lah dilalukan secara berkela yan8
dibahas dalam rapat-.apat kinerja, Kendala yanS
terlidi dalrm pelaksanaan leEiatan, dibahas dan
dikomunlkasikan dengan pihak-pihak yang
berkep€ntlngah untuk mengatasi lendalatersebut aehingSa pencap.ian t.rget dapat lebih
balk darl tahun-tahun sebelumnya
PenangSunS
Direktur JOderal
Abdu
striABro
REKOMENDASI TINOAK LA[{IUTAATAS WAKTU
PEI{ANGGUI{G.'AWAA KETERANGAN
0irektu r J.nderal lndurtriA8ro
KODE TUJUAN/SASARAN SATUAN CARA MENGHITUNG JENIS DATA SUMBER DATA PERIODE PENGUMPULAN DATA
Tj.1 Laju pertumbuhan PDB industri agro Persen Nilai PDB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
industri agro periode (t) - PDB ADHK industri
agro (t-1))/PDB ADHK industri agro periode
(t-1) dikali 100%
Nilai PDB sektor industri agro (industri makanan dan minuman, industri
pengolahan tembakau, industri kayu, industri kertas, industri
percetakan, industri furniture) ADHK
Badan Pusat Statistik (BPS) Triwulanan
Tj.2 Kontribusi PDB industri agro
terhadap PDB nasional
Persen Nilai PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
industri agro/total PDB ADHB dikali 100%
- Nilai PDB ADHB sektor industri agro
- Nilai PDB ADHB nasional
Badan Pusat Statistik (BPS) Triwulanan
Tj.3 Penyerapan tenaga kerja di sektor
industri agro
Juta Orang Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor
industri agro dari Sakernas
Data Survei Angkatan Kerja Nasional Industri Agro (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) Bulan Februari dan Agustus
Tj.4 Manajemen Direktorat Jenderal
Industri Agro yang andal dan
profesional
Nilai Hasil PMPRB Kementerian Perindustrian Nilai PMPRB Kementerian Perindustrian Hasil PMPRB Kementerian Perindustrian
yang telah diverifikasi oleh Kementerian
PAN-RB
Tahunan
S1.1 Unit industri pengolahan agro besar
sedang yang tumbuh
Unit Jumlah unit usaha baru dan perluasan
sektor industri agro besar sedang pada
tahun berjalan
Jumlah IUI sektor industri agro yang diterbitkan Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM)
Triwulanan
S1.3 Nilai investasi di sektor industri
pengolahan agro
Rp Trilyun Nilai investasi PMA industri agro + nilai
investasi PMDN industri agro
- Nilai investasi PMA sektor industri agro
- Nilai investasi PMDN sektor industri agro
Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM)
Triwulanan
S2.1 Kontribusi ekspor produk industri
agro terhadap ekspor nasional
Persen Nilai ekspor industri agro/nilai ekspor
nasional
- Nilai ekspor industri agro
- Nilai ekspor nasional
Badan Pusat Statistik (BPS) Bulanan
S2.5 Produktivitas SDM industri agro Rp. Juta/
Orang/Tahun
Nilai PDB ADHB industri agro/ jumlah tenaga
kerja IBS industri agro
- Nilai PDB ADHB industri agro
- Jumlah tenaga kerja IBS industri agro
Badan Pusat Statistik (BPS) - Nilai PDB = triwulanan
- Tenaga kerja = bulan Februari &
Agustus
T1 Tersedianya kebijakan
pembangunan industri agro
yang efektif
T1.1 Rancangan peraturan perundangan
yang diselesaikan
PP/ Perpres/
Permen
Rancangan peraturan perundangan terkait
industri agro yang di selesaikan pada tahun
berjalan
Rancangan peraturan terkait sektor industri agro Sekretariat Direktorat Jenderal Industri
Agro
Akhir tahun berjalan
T2.1 Produk industri agro yang
tersertifikasi Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN)
Produk Rata-rata nilai TKDN dari seluruh sertifikat
TKDN produk industri agro yang telah
diterbitkan pada tahun berjalan
Nilai TKDN produk industri agro http://tkdn.kemenperin.go.id Bulanan
SKKNI Jumlah RSKKNI/RKKNI sektor industri agro
yang disusun hingga selesai
Jumlah RSKKNI/RKKNI sektor industri agro yang disusun Direktorat Industri Hasil Hutan &
Perkebunan, Direktorat Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan,
Direktorat Industri Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan Penyegar
Akhir tahun berjalan
LSP dan TUK LSP dan TUK yang terbentuk di sektor
industri agro pada tahun berjalan
LSP/TUK industri agro yang terbentuk Direktorat Industri Hasil Hutan &
Perkebunan, Direktorat Industri
Makanan, Hasil Laut dan Perikanan,
Direktorat Industri Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan Penyegar
Akhir tahun berjalan
T2.3 Masukan posisi
kerjasama
internasional di
bidang industri agro
Masukan
Posisi
Kerja
Sama
Jumlah dokumen masukan posisi kerja sama
internasional sektor industri agro pada
seluruh kerja sama internasional yang
diikuti
Dokumen masukan posisi kerjasama internasional sektor industri agro Sekretariat Direktorat Jenderal Industri
Agro
Akhir tahun berjalan
L1.1 Prestasi kerja pegawai Direktorat
Jenderal Industri Agro
Nilai Rata-rata nilai prestasi kerja seluruh
pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
Nilai DP3 seluruh pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro http://intranet.kemenperin.go.id Akhir tahun berjalan
S2 Meningkatnya daya saing dan
produktivitas sektor industri
agro
PEDOMAN KINERJA RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2015-2019 PERUBAHAN
Tj Meningkatnya peran industri
agro dalam perekonomian
nasional
S1 Meningkatnya populasi dan
persebaran industri agro
INDIKATOR KINERJA
T2 Terselenggaranya urusan
pemerintahan di bidang
perindustrian yang berdaya
saing dan berkelanjutan
T2.2 Infrastruktur kompetensi yang
terbentuk
L1 Terwujudnya ASN Direktorat
Jenderal Industri Agro yang
profesional dan
berkepribadian
KODE TUJUAN/SASARAN SATUAN CARA MENGHITUNG JENIS DATA SUMBER DATA PERIODE PENGUMPULAN DATAINDIKATOR KINERJA
L1.2 Produktivitas kinerja minimum
pegawai Direktorat Jenderal Industri
Agro
Jam Kerja Jumlah jam kerja kumulatif pegawai
Direktorat Jenderal Industri Agro
Jumlah jam kerja kumulatif pegawai Ditjen Industri Agro http://intranet.kemenperin.go.id Bulanan
L1.3 Kualifikasi pendidikan Pegawai
Direktorat Jenderal Industri Agro
Orang Jumlah pegawai Direktorat Jenderal Industri
Agro yang melanjutkan pendidikan (jenjang
S2 dan S3) pada tahun berjalan
Jumlah pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro yang melanjutkan
pendidikan (jenjang S2 dan S3)
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri
Agro
Tahunan
L2.1 Kesesuaian data dan informasi
industri terhadap kebutuhan
stakeholder
Persen Persentase jumlah informasi yang dapat
diberikan/dijawab atas pertanyaan dari
masyarakat/industri melalui
www.kemenperin.go.id,
agro.kemenperin.go.id, melalui surat resmi
yang diajukan ke Direktorat Jenderal
Industri Agro ataupun datang langsung ke
kantor Direktorat Jenderal Industri Agro
lantai 18
Kinerja Tim PPID pada aplikasi Pertanyaan Masyarakat Intranet
Kementerian Perindustrian
http://intranet.kemenperin.go.id Bulanan
L2.2 Ketersediaan Sistem (uptime ) Persen Rata-rata waktu yang diperlukan untuk
memberikan pelayanan kepada stekeholder
(menjawab pertanyaan masyarakat melalui
www.kemenperin.go.id,
agro.kemenperin.go.id, melalui surat resmi
yang diajukan ke Direktorat Jenderal
Industri Agro ataupun datang langsung ke
kantor Direktorat Jenderal Industri Agro
lantai 18)
Kinerja Tim PPID pada aplikasi Pertanyaan Masyarakat Intranet
Kementerian Perindustrian
http://intranet.kemenperin.go.id Bulanan
L3.1 Penilaian Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Nilai Nilai SAKIP Direktorat Jenderal Industri Agro Nilai SAKIP Ditjen Industri Agro Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian
Tahunan
L3.2 Tingkat kematangan SPIP Level Nilai SPIP Direktorat Jenderal Industri Agro Nilai SPIP hasil assesment internal oleh Inspektorat Jenderal Inspektorat Jenderal Kementerian
Perindustrian
Tahunan
L4.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan dan
BMN Direktorat Jenderal Industri
Agro
Nilai Opini Badan Pemeriksa Keuangan atas
Laporan Keuangan Kementerian
Perindustrian
Opini Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Kementerian
Perindustrian
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Tahunan
L4.2 Status pengelolaan BMN Direktorat
Jenderal Industri Agro
Persen Nilai BMN yang telah ditetapkan/
nilai total aset BMN Direktorat Jenderal
Industri Agro
- Nilai BMN Direktorat Jenderal Industri Agro yang telah ditetapkan
- Total aset BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri
Agro
Triwulanan
L4.3 Anggaran Direktorat Jenderal
Industri Agro yang diblokir
Persen Nilai blokir akhir anggaran/nilai total PAGU
anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro
- Nilai total PAGU anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro
- Nilai blokir anggaran pada tahun berjalan Direktorat Jenderal Industri
Agro
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri
Agro
Triwulanan
L4.4 Kesesuaian rencana program dan
kegiatan prioritas dengan dokumen
perencanaan
Persen Perbandingan kesesuaian antara rencana
program dan kegiatan prioritas dengan
dokumen Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Industri Agro Tahun 2015 – 2019
Perubahan
- Dokumen rencana program Direktorat Jenderal Industri Agro
- Dokumen kegiatan prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro
- Dokumen Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun
2015 – 2019 Perubahan
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri
Agro
Tahunan
L2 Tersedianya sistem informasi
yang andal dan mudah diakses
L3 Terwujudnya birokrasi yang
efektif, efisien, dan
berorientasi pada layanan
prima
L4 Tersusunnya perencanaan
program, pengelolaan
keuangan serta pengendalian
yang berkualitas dan
akuntabel
L1 Terwujudnya ASN Direktorat
Jenderal Industri Agro yang
profesional dan
berkepribadian