16

þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan
Page 2: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

KATA PENGANTAR

Maraknya penggunaan narkoba sangat berpengaruh terhadap penambahan jumlah tahanan yang masuk ke Rutan dan Lapas, dimana berdasarkan data rekapitulasi yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM RI menunjukan terjadi peningkatan jumlah narapidana dan tahanan kasus narkotika dari 10,6% pada tahun 2002, menjadi 23,5% tahun 2005 dan pada 2006 sudah mencapai 40%.

Merespon terhadap permasalahan HIV berkaitan dengan meningkatnya jumlah tahanan narkoba, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan menetapkan Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas dan Rutan di Indonesia Tahun 2005-2009. Berdasarkan strategi ini, beberapa staf Lapas dan Rutan di Sumatera Utara telah dilatih dan mulai melaksanakan program pencegahan penularan HIV dan AIDS secara bertahap. Untuk memberikan acuan yang jelas serta menjaga mutu pelaksanaan kegiatan maka dibutuhkan adanya panduan operasional bagi staf Lapas dan Rutan.

Berdasarkan kebutuhan tersebut, Tim Pokja Lapas yang beranggotakan lintas sektor, bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sumatera dan Lembaga Swadaya Masyarakat International yaitu Family Health International (FHI) telah melakukan lokakarya dengan mengundang Kepala Rutan dan Lapas, LSM dan untuk membahas panduan operasional pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan dan Lapas. Hasil lokakarya inilah yang kemudian disusun menjadi buku panduan operasional ini.

Buku panduan dapat dipakai sebagai acuan bagi petugas lapas melengkapi beberapa pedoman yang dibuat oleh Dirjen Pemasyarakatan. Disadari bahwa belum semua Rutan dan Lapas mempunyai kelengkapan sumber daya dan sarana untuk melaksanakan program penanggulangan HIV-AIDS seperti yang tertuang dalam buku panduan. Berkaitan dengan hal tersebut perlu pelaksanaan kegiatan secara bertahap sesuai dengan kemampuan yang ada. Bisa dimulai dengan pemberian informasi dasar karena beberapa staf Lapas dan Rutan sudah dilatih, sedangkan kegiatan lainnya bisa dikoordinasikan dan bekerja sama dengan pihak lain seperti Puskesmas dan rumah sakit terdekat yang sudah melaksanakan program HIV-AIDS dan LSM peduli AIDS.

Kami ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak baik perorangan maupun lembaga yang ikut serta dalam pembuatan buku ini, dan semoga buku ini akan bermanfaat bagi semua pihak dalam melakukan upaya pencegahan, pengobatan dan perawatan tahanan di Lapas dan Rutan khususnya bagi yang terinfeksi HIV.

Medan, April 2007Ka. Kanwil Hukum dan Hak Asasi ManusiaProvinsi Sumatera Utara

Drs. Untung Sugiyono, BcIP. MM

ii

Peningkatan kasus HIV dan AIDS di Sumatera Utara dalam lima tahun

terakhir ini, dari hasil rekapitulasi laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,

memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan. Dan kasus-kasus HIV dan AIDS

yang ditemukan saat ini juga telah ditemukan di Lapas dan Rutan sehingga

dibutuhkan penanganan yang komprehensif di Lapas dan Rutan.

Untuk itu Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sumatera Utara

bekerjasama dengan Departemen Hukum dan HAM wilayah Sumatera Utara dan

Family Health International (FHI) mengadakan lokakarya tentang teknis pelaksanaan

program penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan, dan darinya telah

tersusun sebuah buku "Panduan Operasional Pelaksanaan Program

Penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas/Rutan".

Panduan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

pelaksanaan setiap program penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan di

Sumatera Utara.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penyusunan buku panduan ini.

Medan, April 2007

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA)

PROVINSI SUMATERA UTARA

Ketua Pelaksana Harian,

dr. Linda T. Maas, MPH

KATA SAMBUTAN i

Page 3: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

A. Latar Belakang

Perkembangan penyalahgunaan narkoba melalui jarum

suntik di Indonesia berjalan secara cepat di masyarakat termasuk

juga di Rumah Tahanan (Rutan) dan Lembaga Pemasyarakatan

(Lapas). Sebuah penelitian yang diadakan oleh Badan Narkotika

Nasional (BNN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 10 Lapas/Rutan

di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa sebagian warga

binaan adalah pecandu. Proporsi pecandu pada penelitian tersebut

berdasarkan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah 33%

menggunakan putaw, sedangkan antara 1-4% menggunakan

kokain, heroin dan morfin. Dari pecandu ini, 45% menyatakan

masih mengalami ketergantungan pada NAPZA dengan klasifikasi

penggunaan sebagai pemakai 53,9%, serta sebagai pengedar 26,8%

dan sisanya sebagai pemakai yang sekaligus pengedar. Di samping

itu, patutlah dicatat bahwa sebagian besar warga binaan yang diteliti

ini berusia produktif dengan persentase terbesar pada usia 15-19

tahun sebesar 38%.

Berdasarkan data rekapitulasi jumlah narapidana/tahanan

di Indonesia yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Departemen Hukum dan HAM RI diketahui hingga bulan Agustus

2006 terdapat 110.958 orang narapidana dan tahanan di Indonesia,

dan 25.096 orang di antaranya adalah terkait kasus narkotika. Data

menunjukkan terjadi peningkatan jumlah narapidana dan tahanan

kasus narkotika dari 8,94% pada tahun 2005 menjadi 9,41% pada

tahun 2006.

Di Sumatera Utara, jumlah warga binaan pemasyarakatan

(WBP) cukup tinggi yaitu mencapai 16.509 (terdiri dari 15.853

narapidana dan tahanan pria, dan 656 narapidana dan tahanan

wanita) yang tersebar di 34 Unit Pelaksana Teknis (UPT) (data

Kanwil DepKumHam April 2007). Kondisi ini menjadikan masalah

kesehatan WBP merupakan sesuatu yang sangat perlu diberikan

perhatian. Terlebih lagi Sumatera Utara termasuk salah satu dari 5

dengan angka kematian tahanan tertinggi di Indonesia. Upaya untuk

PendahuluanI. 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

DAFTAR ISI iii

Kata Sambutan .....................................................................................

Kata pengantar .....................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................

I. Pendahuluan ................................................................................A. Latar Belakang .........................................................................B. Tujuan .....................................................................................

II. Pelaksana Program di Lapas dan Rutan .....................................

III. Kebijakan Pelaksanaan Program .................................................

IV. Tatalaksana Penanganan Tahanan Berisiko TinggiTertular HIV di Lapas/Rutan .......................................................4.1. Penanganan Tahanan pada saat masuk di Lapas/Rutan .........4.2. Pemberian perawatan berkesinambungan

(continue of care) di Lapas/Rutan .......................................4.3. Proses pengalihan Tahanan HIV+ dari Rutan ke Lapas.........4.4. Pelepasan Narapidana terinfeksi HIV+...............................

Peserta Lokakarya Pokja Lapas ...........................................................

Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli AIDS ......................................

Puskesmas Layanan IMS dan VCT..........................................................

Rumah Sakit Peduli AIDS ...................................................................

Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 23/1660 K ........

i

ii

iii

113

4

6

89

11

1516

18

20

23

24

25

Page 4: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

Sumatera Utara. Panduan operasional pelaksanaan program ini

menjadi pelengkap dari panduan yang berasal dari Dirjen

Pemasyarakatan, baik panduan tata laksana untuk penanganan

narapidana (Napi) secara umum maupun yang berkaitan dengan

penanggulangan HIV dan AIDS.

B. Tujuan

Umum:

Mencegah terjadinya penularan HIV dan meningkatkan kesehatan

warga di Lapas dan Rutan termasuk tahanan dan para petugas Lapas

dan Rutan.

Khusus :

1. Sebagai pedoman penatalaksanaan kegiatan penanggulangan

HIV dan AIDS di Rutan dan Lapas, khususnya bagi petugas

maupun instansi yang terkai t dengan program

penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan .

2. Menjaga mutu layanan program sehingga upaya pencegahan

penularan dan peningkatan kesehatan dapat tercapai secara

optimal.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

menekan angka kematian, salah satunya adalah dengan melakukan

upaya pencegahan penularan penyakit yang ada di dalam

Lapas/Rutan, serta memberikan pengobatan kepada yang sudah

sakit. Meskipun AIDS belum menjadi penyebab kematian utama di

Lapas/Rutan Sumatera Utara, tetapi antisipasi terhadap hal tersebut

perlu dilakukan. Terlebih lagi karena WBP, khususnya yang terkait

kasus narkoba, memiliki kemungkinan sudah terinfeksi HIV sangat

tinggi.

Hasil Survei Surveilans Perilaku (SSP) terhadap WBP Lapas

Wanita dan Rutan di Tanjung Gusta Medan, menunjukkan 90% dari

WBP yang pernah menjadi pengguna narkoba suntik, mengaku

melakukan penyunt ikan bersama teman. Hal yang

mengkhawatirkan adalah pengguna narkoba suntik wanita sebesar

29% menggunakan jarum suntik secara bersama dengan pacarnya,

sedangkan yang berbagi jarum dengan teman juga cukup tinggi

sekitar 55-60% (Survei Surveilans Perilaku Penghuni Rutan dan

Lapas Wanita Tanjung Gusta, KPAND SU tahun 2005).

Sero survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Sumatera

Utara tahun 2005 terhadap 534 WBP dari 4 UPT sebagai sampel,

menunjukkan 28 WBP terinfeksi HIV. Sedangkan tahun 2006, dari 2

UPT yang berbeda dari tahun sebelumnya, pemeriksaan terhadap

323 sampel, 14 terinfeksi HIV dan 1 IMS. Selanjutnya, gambaran

kasus HIV di Lapas dan Rutan di Sumatera Utara juga ada

peningkatan, hal ini didasarkan pada hasil surveilens yang dilakukan

Dinas Kesehatan pada tahun 2005 dimana diperoleh data sebagai

berikut: di Lapas/Rutan yaitu LP Tanjung Gusta, dari 279 tahanan

yang diperiksa 13 HIV+, di LP Lubuk Pakam dari 173 tahanan, 3

HIV+, Rutan Tobasa/Balige, 51 diperiksa, 3 HIV+ dan Rutan

Tarutung 31 diperiksa, 1 HIV+.

Mengingat masalah ketergantungan NAPZA serta

penggunaan NAPZA tidak lagi terbatas pada masyarakat namun

sudah masuk ke dalam lingkungan Lapas/Rutan, serta peningkatan

perilaku yang berisiko di dalam Lapas dan Rutan termasuk dampak-

dampak buruknya, maka Kanwil Departemen Hukum dan HAM

Sumatera Utara memandang perlu untuk melaksanakan program

penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan dan Lapas. Sebagai

acuannya adalah Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS

dan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas dan Rutan di Indonesia

Tahun 2005–2009 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Guna pelaksanaan Strategi Nasional tersebut sangatlah

diperlukan panduan operasional pelaksanaan program di Lapas dan

Rutan yang dapat dijadikan acuan bagi para petugas di wilayah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Page 5: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

»

» Anggota : Dokter, perawat, konselor, manajer kasus

(yang sudah dilatih), unsur pengamanan,

LSM, bagian registrasi dan sebagainya.

Tim Pokja Lapas

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) merupakan lembaga

yang bertanggung jawab mengkoodinir dan meng-integrasikan

semua kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS yang dilaksanakan

oleh berbagai sektor. Dengan belum berjalannya program yang

tertata dalam sistem maka KPA perlu membentuk Kelompok Kerja

(Pokja) untuk membantu sektor terkait dalam pelaksanaannya. Pokja

bersifat adhoc (sementara), apabila program tersebut sudah berjalan

dengan optimal dan sistem sudah terbentuk dan berfungsi maka

kemungkinan Pokja tidak diperlukan lagi. Ada beberapa Pokja

berkaitan dengan berbagai program, misalnya Pokja untuk

penanggulangan dampak buruk NAPZA suntik (Harm Reduction)

dan Pokja penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja.

Berkaitan dengan program penanggulangan HIV dan AIDS

di Rutan dan Lapas juga perlu dibentuk Tim Pokja Lapas untuk

mendukung pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Tim AIDS di

Lapas dan Rutan. Peran dan fungsi Tim Pokja Lapas lebih diarahkan

untuk advokasi, mediasi, penyusunan panduan dan regulasi, serta

koordinasi. Sebagai contoh, koordinasi dalam hal pelayanan dan

pengobatan, kerjasama dengan lembaga lain dalam mendukung

pelayanan bagi warga binaan, advokasi pada penentu kebijakan

sektoral untuk mendukung pelaksanaan program di Lapas/Rutan.

Oleh Karenanya Tim Pokja Lapas diharapkan melibatkan lintas

sektor baik instansi pemerintah maupun LSM. Tim Pokja Lapas akan

sangat berperan dalam membantu kinerja dari Tim AIDS di Lapas.

Sebagai ketua tim Pokja Lapas sebaiknya dari Kepala Rutan

atau Lapas. Keanggotaan Tim Pokja Lapas melibatkan Dinas

Kesehatan, rumah sakit, pihak kepolisian, Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), dan lembaga terkait yang dirasa perlu. Dalam

pembentukannya diharapkan berkoordinasi dengan Komisi

Penanggulangan AIDS kabupaten/kota setempat.

Sebagai contoh, ditingkat provinsi telah dibentuk Pokja Lapas (lihat

lampiran SK Gubernur tentang pembentukan pokja LAPAS).

Sekretaris : Ka. Sie Perawatan 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Untuk mendukung pelaksanaan penanggulangan HIV-

AIDS di Lapas dan Rutan perlu dibentuk: Tim Pokja AIDS di Lapas

dan Rutan dan Tim Pokja Lapas.

Tim HIV-AIDS di Lapas dan Rutan

Tim HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan mempunyai peran

dan fungsi untuk melaksanakan kegiatan pencegahan melalui

pendidikan, konseling dan testing (Voluntary Conseling and Testing)

serta perawatan, dukungan dan pengobatan (Care, Support and

Treatment). Untuk melaksanakan peran dan fungsi tersebut Tim HIV

dan AIDS perlu melakukan kerjasama dengan lembaga lain terutama

untuk kegiatan pengobatan, perawatan, dan pemberian dukungan

kepada tahanan.

Susunan Tim HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan ini

sebaiknya diketuai kepala Lapas atau Rutan karena akan

memudahkan dalam mengkoordinasikan tugas dari anggota tim

serta staf lain dalam Rutan dan Lapas. Sesuai dengan fungsi pokok

Tim HIV dan AIDS Lapas maka dalam struktur organisasi perlu ada

petugas yang bertanggung jawab pada pemberian informasi dan

edukasi, pelayanan medis, melakukan konseling, melayani VCT

(Voluntary Conseling and Testing), dan kegiatan pendampingan

pada tahanan yang terinfeksi (manajemen kasus). Oleh karenanya

dalam keanggotaan tim ini perlu disesuaikan dengan kelembagaan

yang sudah ada, sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih kegiatan

dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan

tim ini akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Lapas

dan Rutan.

Sebagai contoh, keanggotaan Tim HIV dan AIDS Lapas

dapat disusun sebagai berikut:

» Penanggung jawab : Ka. Lapas/Ka Rutan

» Ketua : Ka. Bidang Pembinaan

Pelaksana Programdi Lapas dan Rutan

II. 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Page 6: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

6. Bahwa berdasarkan unsur sukarela sebagaimana tersebut pada

butir 3, warga binaan pemasyarakatan memiliki hak untuk

menolak pelaksaaan pengujian HIV terhadapnya.

7. Bahwa untuk mendukung dilaksanakannya layanan klinis

yang optimal pada unit kesehatan Lapas/Rutan dengan

menggarisbawahi ketetapan sebagaimana tersebut pada butir

3, maka konseling dan pengujian HIV akan ditawarkan secara

rutin kepada setiap warga binaan pemasyarakatan satu bulan

menjelang selesainya masa tahanan.

8. Bahwa sesuai dengan nilai-nilai Hak Asasi Manusia, maka

tidak akan ada diskriminasi terhadap warga binaan

pemasyarakatan yang terbukti secara klinis mengidap HIV,

baik dalam upaya pembinaan maupun penempatannya.

9. Bahwa bagi warga binaan pemasyarakatan yang terbukti

secara klinis mengidap HIV akan didampingi oleh petugas

manajemen klinis dalam pendampingan psikososial dan akan

memperoleh akses pelayanan pengobatan dan perawatan

seoptimal mungkin yang terdiri dari:

• Perawatan dan pengobatan akut, meliputi pengobatan

(Infeksi Opportunistik) IO dan infeksi serta penyakit terkait

HIV lainnya.

• Perawatan dan pengobatan kronis, termasuk ARV.

• Perawatan dan pengobatan paliatif, termasuk perawatan

menjelang ajal.

10. Bahwa dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip Hak Asasi

Manusia dan sebagai upaya pencegahan penularan HIV,

warga binaan pemasyarakatan yang telah mengidap AIDS

stadium 3 atau 4 dapat menjalani perawatan yang lebih

intensif.

11. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis HIV yang

optimal bagi warga binaan pemasyarakatan di Lapas dan

Rutan, Tim Medis Lapas dan Rutan bekerja sama dengan

dokter ahli dari rumah sakit Umum Daerah terdekat.

12. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis HIV yang

optimal bagi warga binaan pemasyarakatan di Lapas dan Rutan

tersebut, bagi kasus-kasus medis yang rumit dan kompleks Tim

Medis Lapas dan Rutan dapat merujuk RSUD terdekat.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Sebagai acuan pelaksanaan program adalah Strategi

Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS dan Penyalahgunaan

Narkoba di Lapas dan Rutan tahun 2005–2009, dengan

menitikberatkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bahwa Lapas/Rutan selain sebagai instansi yang melakukan

pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan, juga

harus mampu memberikan layanan kesehatan yang optimal

bagi mereka yang membutuhkannya, termasuk narapidana

dan tahanan yang terinfeksi HIV dan pengidap AIDS.

2. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal

bagi semua warga binaan pemasyarakatan harus sesuai dengan

nilai-nilai Hak Asasi Manusia sebagaimana termaktub dalam

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan berbagai

kebijakan hak asasi manusia internasional dan nasional yang

terkait dengan perlakuan terhadap narapidana dan tahanan.

3. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal

tersebut, Lapas/Rutan sebagai instansi pembinaan harus

menyediakan dan memperluas akses program edukasi

pencegahan HIV dan AIDS bagi seluruh warga binaan

pemasyarakatan.

4. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal,

para petugas Lembaga Pemasyarakatan, baik medis dan non-

medis, harus mampu memperkenalkan manfaat dan

pentahapan konseling dan pengujian HIV secara rinci dengan

menggarisbawahi bahwa pengujian HIV dilakukan atas dasar

sukarela kepada warga binaan pemasyarakatan dan dijamin

kerahasiaannya.

5. Bahwa pihak yang berwenang untuk memberikan

rekomendasi atau inisiasi konseling dan pengujian HIV adalah

dokter Lapas dan Rutan berdasarkan indikasi medis dari warga

binaan pemasyarakatan.

Kebijakan PelaksanaanProgram

III. 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Page 7: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

Pengadilan LAPAS Ditangkap

Pendidikan Konseling,Testing Pelayanan Kesehatan Dukungan

RUTAN

Pendidikan Konseling,Testing Pelayanan Kesehatan Dukungan

Rujukan setelah bebas

Rujukan ke Klinik/RS untuk tindak lanjut pengobatan. Rujukan LSM peduli AIDS

Rujukan setelah bebas

Rujukan ke Klinik/RS untuk tindak lanjut pengobatan Rujukan ke LSM peduli AIDS

4.1. Penanganan tahanan pada saat masuk di Lapas/Rutan

Kegiatan yang perlu dilakukan pada saat tahanan baru masuk ke Rutan atau Lapas:

Registrasi atau pencatatan

Sesuai dengan prosedur yang ada, tahanan yang baru masuk ke Rutan atau Lapas akan dilakukan registrasi. Di samping mencatat informasi yang sudah ditetapkan, perlu ditambahkan pendataan untuk mengetahui gambaran atau latar belakang tahanan seperti apakah mereka berisiko tertular HIV, apakah tahanan tersebut sudah pernah tes HIV, apakah tahanan sedang menjalani masa perawatan seperti penggunaan antiretroviral (ARV), atau metadon. Informasi ini dibutuhkan untuk merencanakan pemberian edukasi, menghindari tes HIV ulang, melanjutkan pengobatan yang sudah berjalan. Oleh karenanya pada saat registrasi kepada setiap tahanan yang masuk perlu ditanyakan dan dicatat informasi mengenai:» Apakah mereka pengguna narkoba» Apakah mereka pernah memakai narkoba melalui jarum suntik» Apakah mereka sering melakukan hubungan seks yang tidak

aman (berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan kondom)

» Apakah pernah VCT» Apakah mereka sedang mengikuti pengobatan (Metadon, ARV)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Seperti diuraikan sebelumnya, dasar kebijakan untuk

pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan dan

Lapas adalah Strategi Nasional penanggulangan HIV dan AIDS

tahun 2005-2009 yang menekankan pada pilar utama pendekatan

yaitu: (i) Penegakan hukum dan bimbingan hukum; (ii) Rehabilitasi

dan pelayanan sosial; dan (iii) Pencegahan dan Perawatan.

Penegakan hukum dan bimbingan hukum dilakukan agar

jumlah pengguna narkoba baru di Lapas/Rutan tidak bermunculan.

Kegiatan rehabilitasi dan pelayanan sosial bagi narapidana/tahanan

dimaksudkan untuk membantu pemulihan bagi pengguna narkoba,

pengguna NAPZA suntik (penasun) atau yang terinfeksi HIV. Selain

kedua pilar tersebut, pilar ketiga yaitu pencegahan dan perawatan

bagi narapidana/tahanan pengidap HIV-AIDS dilakukanlah

pencegahan dan perawatan, dukungan dan pengobatan (CST).

Ketiga pilar tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya dan

harus dilaksanakan secara bersamaan agar tujuan dari strategi

penanggulangan HIV dan AIDS dan penyalahgunaan narkoba di

Lapas/Rutan di Indonesia dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Penjabaran operasional dari ketiga pendekatan khususnya

upaya untuk pencegahan dan perawatan hendaknya dilakukan sejak

awal pada saat tahanan masuk ke Lapas atau Rutan sampai mereka

dibebaskan. Oleh karenanya kejelasan tatalaksana kegiatan secara

keseluruhan mulai dari tahanan masuk ke Lapas dan Rutan sampai

mereka bebas. Pola disain pelaksanaan program dapat digambarkan

dalam diagram sebagai berikut:

Tatalaksana PenangananTahanan Berisiko TinggiTertular HIV di Lapas/Rutan

IV. 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Page 8: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

4.2. Pemberian perawatan berkesinambungan (continue of care) di Lapas/Rutan

Perawatan berkesinambungan adalah pendekatan penanggulangan HIV dan AIDS berkesinambungan, terdiri dari pencegahan penularan HIV termasuk pencegahan penularan dari ibu ke anak, konseling dan testing, perawatan, dukungan, dan pengobatan. Pendekatan ini bertujuan untuk merespon secara komprehensif kebutuhan layanan populasi maupun individu di tiap fase perjalanan penyakit dan juga untuk menyediakan layanan, serta mencegah penyebaran IMS dan HIV.

Selain upaya pencegahan, komponen perawatan yang berkesinambungan yang lain adalah Konseling dan Tes HIV, Manajemen Kasus HIV dan AIDS, Perawatan dan Pengobatan, PMTCT (Prevention of Mother to Child Transmission) serta Diagnosis dan Terapi IMS (infeksi menular seksual). Di dalam Lapas/Rutan tiap komponen dalam perawatan berkesinambungan ini dapat disediakan oleh Lapas/Rutan sendiri, atau melalui rujukan ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) di luar Lapas/Rutan.

Konseling dan Tes HIV

Tes HIV bermanfaat untuk mengetahui status HIV seseorang sedini mungkin. Dengan demikian, ia dapat mengadopsi perilaku yang lebih aman serta mengakses layanan kesehatan sedini mungkin untuk mendapatkan layanan yang dibutuhkan. Pelayanan konseling diberikan oleh konselor di Lapas dan Rutan yaitu petugas pembinaan yang sudah dilatih dan mempunyai sertifikat dari Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia.

Pola pendekatan dalam pelaksanaan konseling dan testing HIV meliputi:» VCT/KTS (Voluntary Counseling and Testing/Konseling dan

Testing Sukarela) dilakukan secara sukarela oleh tahanan (klien). Melalui edukasi intensif diharapkan klien secara sukarela meminta konseling dan testing karena ingin tahu status HIVnya. Sebelum tahanan meminta untuk testing, konselor perlu menjelaskan tentang manfaat dan tujuan VCT serta tindak lanjut dari tes seandainya hasilnya nanti positip atau terinfeksi HIV. Konselor perlu melakukan pre dan post konseling (konseling sebelum dan sesudah tes)

» Konseling dan Testing HIV yang ditawarkan secara rutin (routine offer/penawaran rutin). Routine offer diberikan kepada narapidana/tahanan sebulan menjelang masa pidananya berakhir, agar ia setelah mengetahui status HIV-nya dapat membuat perencanaan yang lebih lengkap untuk perilaku dan akses layanan kesehatan setelah bebas. Dalam pendekatan ini,

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Penggalian informasi ini dapat dilakukan oleh Tim AIDS Rutan dan Lapas atau petugas registrasi yang dilatih. Hasil catatan ini selanjutnya diserahkan ke Tim AIDS yang akan digunakan sebagai data untuk kegiatan tindak lanjut seperti edukasi, VCT dan kelanjutan pengobatan.

Pemberian informasi HIV dan AIDS

Ada dua kegiatan pemberian informasi HIV dan AIDS yaitu pemberian informasi tahap awal dan tahap lanjutan.Pemberian informasi tahap awal tentang HIV dan AIDS segera dilakukan pada semua tahanan, dan kegiatan ini dapat dilakukan pada waktu Masa Pengenalan Lingkungan (Mapenaling). Pada proses ini Tim AIDS menjelaskan informasi dasar HIV dan AIDS dan menjelaskan peran Tim AIDS serta program yang akan dilakukan. Melalui masa pengenalan ini diharapkan semua tahanan baru sudah mengetahui informasi dasar HIV dan AIDS, dan sudah terjadi interaksi dan kedekatan komunikasi anatara tahanan dengan Tim AIDS, yang akan memudahkan dalam kegiatan selanjutnya selama tahanan berada di Lapas dan Rutan.

Pemberian informasi pada waktu Mapenaling sangat penting dan strategis untuk menumbuhkan rasa kepedulian akan kesehatan diri dan lingkungan, rasa kebutuhan informasi, dan bagaimana akses kepada Tim AIDS. Akan sangat membantu bila pada masa Mapenaling ini bisa diidentifikasi tahanan yang sangat berisiko seperti pengguna narkoba suntik, karena mereka sangat berpeluang terinfeksi HIV. Pemberian edukasi pada kelompok ini perlu dilakukan secara intesif sampai pada kemauan untuk testing.

Edukasi lanjutan

Sebagai tindak lanjut dari pemberian informasi waktu Mapenaling, perlu ditindak lanjuti dengan edukasi yang intensif. Pemberian informasi di kelompok Rutan perlu dirancang dengan baik karena masa tahanan yang singkat. Oleh karenanya perlu dipikirkan jenis informasi apa saja yang perlu diberikan bila masa tahanan kurang dari 3 bulan dan yang lebih dari 3 bulan. Kondisi ini berbeda dengan di Lapas karena tahanan sudah ada ketetapan hukum untuk berapa lama mereka akan tinggal di Lapas. Karena itu edukasi di Lapas sudah dapat dirancang sampai konseling, testing serta dukungan untuk pengobatan, dan perawatan.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Page 9: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

rumah sakit terkait mempunyai keterbatasan sarana tersebut. Hal ini perlu dibahas bersama antara pihak Lapas/Rutan dengan pihak yang akan melayani tes.

Apabila hasil tes adalah negatif atau menunjukkan belum terinfeksi HIV yang perlu dilakukan adalah tetap memberikan konseling pasca tes dan yang bersangkutan tetap mendapatkan program edukasi.

Apabila hasil tes menunjukan HIV positif, yang perlu dilakukan adalah:» Memberikan konseling pasca tes» Tidak didiskriminasi berdasarkan status HIV-nya, melainkan

akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan narapidana/tahanan lain termasuk hak mengakses layanan kesehatan baik di dalam maupun di luar Lapas / Rutan.

» Tidak akan diisolasi kecuali ada indikasi medis yang mengharuskan diisolasi.

» Akan didampingi oleh petugas manajemen kasus kecuali ia menolak.

Pendampingan pada tahanan yang HIV+

Setelah tahanan mengikuti testing segara akan diketahui hasilnya. Untuk tahanan yang terinfeksi HIV perlu dilakukan pendampingan, dan hal ini akan dilakukan oleh manajer kasus dari Tim AIDS Lapas atau Rutan. Pendampingan perlu dilakukan karena seseorang yang HIV positif tidak hanya membutuhkan perawatan dan pengobatan secara medis melainkan juga membutuhkan dukungan psikologis, sosial, ekonomi, dan spiritual.

Petugas manajemen kasus berfungsi mendampingi dan memfasilitasi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) mengakses layanan dan dukungan yang ia butuhkan. Di samping itu, petugas manajemen kasus juga memberikan dukungan psikologis dan sosial. Karena itu ia harus mempunyai daftar dan berjejaring dengan berbagai penyedia layanan yang mungkin dibutuhkan oleh ODHA. Karenanya ia perlu berkoordinasi dengan dokter, perawat, petugas konseling, rohaniawan, dan staf pengamanan Lapas/Rutan agar kliennya dapat mengakses layanan dan dukungan yang ia butuhkan, termasuk akses ARV dan dukungan adherence ARV.

Manager kasus akan membantu klien untuk mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhannya dan membantu meng-koordinasikan pada pihak terkait. Misalnya apakah klien akan menggunakan ARV dan ke mana kebutuhan bisa dipenuhi. Misalnya, bagaimana mendapatkan ARV, apakah perlu diambil ke rumah sakit, siapa yang akan mengambil, apakah kliennya atau cukup diambil di klinik di lapas.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

petugas medis menawarkan konseling dan testing HIV secara rutin sebagai bagian dari paket layanan kesehatan yang disediakan bagi klien. Namun demikian klien tetap perlu menyatakan diri secara sukarela ikut serta, tidak boleh ada unsur pemaksaan, klien harus memberikan consent (persetujuan) dan mempunyai hak untuk menolak tes HIV.

» Diagnostic HIV testing/PICT Testing), rekomendasi World Health Organization (WHO) tahun 2006, adalah konseling dan test ing yang direkomendasikan oleh petugas medis atas dasar indikasi medis, namun tidak boleh ada unsur pemaksaan, klien harus memberikan consent dan mempunyai hak untuk menolak tes HIV.

Prinsip dasar yang harus dilakukan yang berkaitan dengan pelaksanaan testing: » Setiap testing HIV harus didahului dengan konseling pre test dan

ditindaklanjuti dengan konseling pasca tes.» Konselor tes HIV, dokter, dan petugas laboratorium yang terlibat

dalam proses harus menjamin kerahasiaan hasil tes HIV dan perilaku narapidana/tahanan yang menjadi klien.

» Proses konseling dan testing HIV harus menjamin privasi klien.» Klien harus memberikan persetujuan (informed consent)

sebelum tes HIV» Hanya klien sendiri yang berhak membuka status HIV-nya, baik

negatif maupun positif, kepada pihak lain selain konselor dan dokter.

Apabila di Lapas dan Rutan tidak menyediakan sarana untuk testing maka perlu dilakukan kerjasama dengan lembaga seperti rumah sakit dan Puskesmas terdekat yang sudah melaksanakan tes HIV. Disarankan pelayanan testing dilakukan di Rutan dan Lapas. Petugas kesehatan mengambil spesimen darah di dalam ruang klinik dan selanjutnya darah diperiksa di laboratorium Puskesmas atau rumah sakit.

Hasil tes akan diberikan ke konselor yang ada di Lapas atau Rutan dan selanjutnya konselor akan memanggil tahanan yang telah diperiksa untuk membuka amplop tersebut. Pembukaan amplop hasil tes dilakukan di ruang konseling di Rutan atau Lapas di hadapan konselor.

Setelah tahanan mengetahui hasil tes, konselor langsung memberikan konseling kembali (post counseling), untuk mendiskusikan bersama tindakan apa yang perlu dilakukan oleh tahanan yang terinfeksi pada hari-hari berikutnya.

Untuk membantu kelancaran pelayanan tes, bahan habis pakai untuk pengambilan darah sebaiknya juga disediakan di klinik Lapas atau Rutan, dengan pertimbangan bahwa Puskesmas atau

(Provider Initiated Counseling And

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Page 10: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

PMTCT (Prevention of Mother to Child Transmission)

PMTCT adalah pencegahan penularan HIV dari Ibu ke bayinya, yang terdiri dari 4 prong/pilar pendekatan, yaitu:Prong I : Mencegah penularan HIV kepada wanita usia

reproduksiProng II : Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada

wanita HIV positifProng III : Mencegah terjadinya penularan dari wanita hamil HIV

positif ke bayi yang dikandungnyaProng IV : Memberikan dukungan psikologis, sosial, dan

perawatan kepada ibu HIV positif beserta bayi dan keluarganya

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi perlu dilakukan melalui edukasi pada tahanan pria maupun tahanan wanita.

Program bagi tahanan pria yang dapat dilaksanakan edukasi dan konseling bagi narapidana/tahanan pria yang HIV positif, terutama saat akan keluar dari Lapas/Rutan. Edukasi ini menjadi sangat penting dalam upaya pencegahan penularan HIV kepada pasangannya setelah tahanan bebas. Di samping edukasi cara mencegah, Tim HIV dan AIDS Lapas dan Rutan juga perlu membantu tahanan untuk dapat mengakses lembaga-lembaga yang menyediakan layanan lanjutan.

Program bagi tahanan wanita yang dapat dilaksanakan meliputi:» Edukasi bagi semua tahanan wanita dalam upaya pencegahan

penularan HIV.» Konseling bagi narapidana/tahanan wanita yang HIV positif agar

dapat menjaga kesehatannya dan tidak menularkan pada pasangannya.

» Perawatan bagi tahanan yang HIV positif dan dalam keadaan hamil bekerja sama dengan RS terdekat untuk pengobatan ARV profilaksis dan persalinan yang aman. Dukungan oleh petugas/manajer kasus dan tim klinik Lapas dan Rutan sangat dibutuhkan.

4.3. Proses pengalihan Tahanan HIV+ dari Rutan ke Lapas

Proses pengalihan tahanan yang sudah diketahui terinfeksi dari Rutan ke Lapas perlu ditata kembali dengan maksud untuk menghindari tumpang tindih kegiatan seperti konseling dan testing serta menindak lanjuti pengobatan yang sudah berjalan. Rumah Tahanan dimaksud adalah Rutan di kepolisian (Polsek, Polres, Polda), Rutan Kejaksaan maupun Rutan Pemasyarakatan (PAS).

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Perawatan dan pengobatan

Untuk tahanan yang terinfeksi HIV dapat dilakukan perawatan dan pengobatan. Dengan ditemukannya ARV, maka kasus HIV dan AIDS bukanlah penyakit mematikan melainkan penyakit kronis. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian ARV dalam rangka pengobatan. Apabila status kekebalan tubuh mulai menurun, sebelum memakai ARV atau karena kegagalan ARV, timbul episode akut berupa infeksi oportunistik. Dalam fase kronis maupun fase akut, dapat timbul gejala-gejala dan keluhan fisik yang mengganggu. Keterlambatan memakai ARV, atau kegagalan ARV (karena tidak adherence atau karena resisten) dapat mengakibatkan kematian ODHA.

Memperhatikan perjalanan penyakit HIV dan AIDS tersebut di atas, jenis perawatan dan pengobatan yang perlu disediakan untuk ODHA, yang disepakati secara internasional WHO, terdiri dari Perawatan Kronis, Perawatan Akut, dan Perawatan Paliatif.

Perawatan kronis meliputi antara lain: pengobatan dengan ARV (anti retro viral), dukungan untuk adherence ARV, profilaksis (pencegahan) beberapa penyakit infeksi, manajemen klinis masalah kronis (diare, vegetasi jamur, dan demam yang kumat-kumatan, serta penurunan berat badan), serta pencegahan penularan HIV.

Perawatan akut meliputi diagnosis, pengobatan serta pencegahan berbagai macam infeksi oportunistik dan berbagai penyakit terkait HIV, misalnya radang paru, TB, infeksi saluran pencernaan, infeksi otak, kemunduran fungsi otak, IMS (infeksi menular seksual), dan lain lain.

Perawatan paliatif merupakan perawatan dan pengobatan gejala dan keluhan yang timbul pada fase akut, kronis, dan menjelang ajal, terdiri dari antara lain mengatasi nyeri, penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, gangguan buang air, gangguan psikologis, gangguan tidur, masalah kulit, luka akibat terlalu lama berbaring, demam, batuk, perawatan dan dukungan menjelang ajal, dan lain-lain.

Ketiga jenis perawatan tersebut dapat disediakan di layanan kesehatan dasar yang dapat dilakukan di klinik Rutan dan Lapas, namun bila belum mampu perlu dilakukan rujukan dengan jejaring kerja sama dan rujukan dengan rumah sakit (RS) setempat atau terdekat untuk layanan rujukan tingkat dua dan tiga sesuai kebutuhan. Untuk stratum layanan kesehatan dasar, WHO merekomendasikan pendekatan IMAI (Integrated Management of Adult and Adolescence Illnesses) yang mencakup ketiga jenis perawatan tersebut disesuaikan dengan kapasitas yang ada.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Page 11: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

»

kesehatan. Pembekalan diberikan langsung pada tahanan yang

mau bebas, dan apabila memungkinkan dapat diberikan kepada

keluarganya.

» Diperkenalkan dengan staf dari LSM yang nantinya akan dapat

menjadi pendamping bagi tahanan tersebut setelah bebas.

» Menjalin kerjasama dengan pelayanan yang akan dirujuk dan

menginformasikan kapan pasien akan dirujuk ke lembaga

pelayanan tersebut.

Apabila di Rutan dan Lapas sudah mempunyai tenaga

manajer kasus yang sudah dilatih semua pembekalan ini menjadi

tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan dokter Lapas atau

Rutan. Namun jika tidak ada manajer kasus, kegiatan pembekalan

dilakukan oleh Bagian Pembinaan dan Pelayanan Tahanan dan

dokter yang ada. Agar persiapan pembekalan dapat dilakukan secara

efektif perlu direncanakan dengan baik, dan oleh karenanya perlu

diketahui kapan masa bebas atau pelepasan tahanan itu akan

dilaksanakan.

Pembekalan kembali tentang pencegahan penularan, perawatan 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Perlu ada kerjasama antar Tim AIDS yang ada di Rutan-

Rutan tersebut. Mekanisme pengalihan (transfer) tahanan dilakukan

sesuai prosedur yang sudah ada, hanya untuk tahanan yang

terinfeksi ditambahi dengan pencantuman kode World Health

Organization (B24) dan ditandatangani oleh dokter. Bagi Rutan yang

tidak punya dokter dapat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan

setempat. Perlu penyerahan medical record atau Berita Acara

Pemeriksaan (BAP) kesehatan dari dokter Rutan ke dokter Lapas

yang memberitahukan riwayat penyakit, pengobatan yang sudah

dilakukan dan jenis ARV yang sudah diberikan, dan dosis metadon

bagi yang sedang melakukan terapi.

4.4. Pelepasan Narapidana terinfeksi HIV+

Ada beberapa jenis pelepasan narapidana dari Lapas dan

Rutan yaitu: bebas habis masa pidana; pembebasan bersyarat (PB)

dan cuti menjelang bebas (CMB); asimilasi; tahanan yang bebas

karena penangguhan; dan pengeluaran demi hukum dan

pengalihan jenis penahanan.

Prosedur umum pelepasan narapidana ke komunitas tetap

dilaksanakan seperti yang telah ditetapkan, hanya untuk yang sudah

diketahui terinfeksi HIV perlu dilakukan beberapa prosedur sebagai

berikut :

» Perlu dilengkapi dengan Surat Keterangan Dokter Lapas atau

dokter yang bertanggung jawab (bagian dari catatan medis)

untuk rujukan ke rumah sakit.

» Perlu diberikan informasi tentang ke pelayanan kesehatan mana

mereka harus pergi untuk melanjutkan pengobatan-nya, dan

nama-nama lembaga yang dapat mendukungnya.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Rutan Kepolisisian

Rutan Kejaksaan Lapas Tahanan HIV+

Rutan PAS

Page 12: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

20. Yon Suharyono Rutan Klas I Medan

081396609999

21. Sri Yuwono Lapas Klas I Medan

081397790996

22. dr. Sakti M Siregar Rutan Klas I Medan

77581532

23. Yoseph Rutan Labuhan Deli

Jln. H. Perak SD 34/35 Labuhan Deli

081361714181

24. Lukas Tarigan Cabang Rutan Pancur batu

08153073056

25. Andi Ilham Lubis Dinas Kesehatan Sumatera Utara

Jl. H.M Yamin SH Medan

061 – 8360381 081361785667

26. Sukarni Dinas Kesehatan Sumatera Utara

Jl. H.M Yamin SH Medan

081361065127

27. dr. Zunaida MKes Dinas Kesehatan Kota Medan

Jln. Rotan Kompleks Petisah Medan

77391160

28. dr. Tambar Ketaren RS Adam Malik Alamat : Jln. Bunga Lau No. 17

0811633357

29. dr. Zulkhairi RS Bhayangkara Poldasu

08126547649

30. Yosia Ginting RS Adam Malik Alamat : Jln. Bunga Lau No. 17

0811612215

31. dr. Jamaludin RS Haji Jln. Rumah Sakit Haji Medan Estate

061 - 6619520, 6619521 (Ext 189)

32. Eban Totonta Kaban LSM Medan Plus Jl. Bunga Kantil No. 45 Pasar VII,Padang Bulan,Medan 20154

0816300050

33. Hasiholan Tobing LSM Medan Plus Jl. Bunga Kantil No. 45 Pasar VII, Padang Bulan, Medan 20154

081362382575

34. Fachnita LSM Galatea Jl. Laboratorium III No.5 KelurahanKesawan Medan 20111

08126521362

35. Amri Yahya LSM Galatea Jl. Laboratorium III No.5 KelurahanKesawan Medan 20111

081361460267

36. Gita Kencana FHI Sumut Jln. Diponegoro No. 30

08126051817

37. Kuspujiono FHI Sumut Jln. Diponegoro No. 30

08158959312

38. Henri Puteranto FHI Jakarta 08156853656

Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan

Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan

Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan

Peserta Lokakarya Pokja Lapas 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

No N a m a Institusi Alamat Telepon

1. dr. Linda T Maas MPH KPA Sumut Jln. Diponegoro No. 30

(061)4555911 0811604681

2. Drs. Achmad Ramadhan, MA

KPA Sumut Jln. Diponegoro No. 30

(061)4555911 081370028247

3. Asron Gultom KPA Sumut Jln. Diponegoro No. 30

(061)4555911 081370861789

4. M. Aman Ditjen Pas Jakarta

5. Kuntoro BCIP SH Kanwil Dep.Hukum dan HAM Sumut

Jln. Putri Hijau No.4 Medan

081328769092

6. Pardamean Siagian,SH Kanwil Dep.Hukum dan HAM Sumut

Jln. Putri Hijau No.4 Medan

081370567714

7. Caringena Sembiring Kanwil Dep.Hukum dan HAM Sumut

Jln. Putri Hijau No.4 Medan

77120001

8. Jevri F.H Pohan SE Kanwil Dep.Hukum dan HAM Sumut

Jln. Putri Hijau No.4 Medan

081361602869

9. S. Sinaga, SH Direktorat Narkoba Polda Sumut

Jl. Medan Tanjung Morawa Medan

081361213829

10. Tuti Herawati Dit. Narokoba Polda Sumut

Jl. Medan Tanjung Morawa Medan

0816308920

11. Drg. D.Etyla Murti Biddokes Polda Sumut

Jl. Medan Tanjung Morawa Medan

08126006719

12. Ir. Abdul Anas Harahap

Kesdam I/BB

081361402585

13. dr. Okti R Lapas Wanita Medan

Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan

Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan

08126411149

14. Badinsin, SH Lapas Anak Medan

081373448992

Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan

15. H. Damanik SH Lapas Anak Medan

081375897400

16. S. Hariandja Lapas Siantar Jln. Asahan km VII no. 8 Pematang siantar

081361667615

17. Siswanto Lapas Tanjung Balai

Jln. Mesjid Pulau Simardan Tanjung

0812403021

Balai 18. L.F. Tumanggor Balai

pemasyarakatan Medan

081362295838

Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan

19. Martiningsih Lapas Wanita Medan

081376608028

Page 13: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

Warga Binaan Pemasyarakatan(WBP) di Lapas/Rutan Medan

Kontak Person: Fachnita, PD: 081 265 21362, Chandra, PM: 081361 460267

[email protected]

5 Yayasan Karya Anak Bangsa (KaraNG)

Pekerja Seks Perempuan, High Risk Men (HRM) dan waria, MSM di Tanjung Balai

Jl. Bougenville/Rukun Ujung No. 98, Kelurahan Selat Panjang, Kec. Datuk Bandar, T. Balai

Kontak Person: Agus Sanjaya, PD: 0813700 14571, Warliani, Admin: 081 396 589199

[email protected] [email protected]

6 Yayasan Penguatan Rakyat Pedesaan (PARAS)

Pekerja Seks Perempuan, High Risk Men (HRM), MSM (termasuk wariadan kliennya diLangkat

Jl. Jend. Sudirman KM. 38,5 No. 51 Kelurahan Perdamaian, Kec. Stabat, Kab. Langkat

Kontak Person: Effendy Lubis, PD: 081362 267985 Miskun, PM: 081361 629036

[email protected]

7 Bina Insani MSM (termasuk waria dan kliennya) di Pematang Siantar, Simalungun dan Tobasa. Pekerja Seks Perempuan dan High Risk Men (HRM) di Tobasa

Jl. Sang Nawaluh No. 16 P. Siantar 21151

Kontak Person: Rasjidin Harahap: 08126448747

[email protected]

8 JKM MSM (gay dan Jl. Wiliem Iskandar No. waria) di Medan. Gay di Simalungun dan Serdang Bedagai

107 B Medan

Kontak Person: dr. Wahyu Karim, dr. Delyuzar: 0811 6569134, dr. Yeni, 081375955355

[email protected]

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

No Nama LSM Kelompok

Dampingan Alamat Phone/Fax

1 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Nelayan (P3MN)

Pekerja Seks Perempuan dan High Risk Men (HRM) di wilayah Medan

Jl. Bakti Luhur No. 30 A Medan

061 - 8456 624

Kontak Person: Ardi, PM: 081361 490542, Leo, PD: 081362 393947, Nova, Admin: 08126589830

[email protected]

2 Peduli Buruh Independen (PBI)

Pekerja Seks Perempuan dan High Risk Men (HRM) di wilayah Simalungun dan Pematang Siantar

Komp.Griya Firdaus Permai Blok.A. No.06 Sei Rampah Serdang Bedagai

0621-441926

Kontak Person: Sukarman, 081396522182 Lukman: 081264 22314 Lina: 0813 6177 2948

[email protected]

3 Solidaritas Perempuan Pekerja Seks (SP2S)

Pekerja Seks Perempuan, High Risk Men (HRM) danwaria di SerdangBedagai dan Deli Serdang

Jl. Mesjid No. 3 Ling X, Kelurahan Tualang, Perbaungan, Kab Sergai.

Kontak Person: Syamsidar, PD: 081 361002091. 061-7787 0791. Asmariana (ari): 085275239869

[email protected]

4 Yayasan Galatea Harm Reduction (Pengguna Narkoba Suntik dan pasangannya)

Jl. Laboratorium III No. 5 Medan

Lembaga Swadaya MasyarakatPeduli AIDS

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Page 14: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

081361 690166

01 Puskesmas Padang Bulan

Layanan klinik Jl. Jamin Ginting Padang Bulan Komplex Pamen

061 - 8223282

Kontak Person: dr. Rehulina Ginting: 061-77806650, 081375342365, Nelly: 081375 060122

02 Puskesmas

Kerasaan Layanan klinik Jl. Pematang Bandar No

4 Kerasaan 21186

Kontak Person: dr. Jon Pangarapan Saragih: 081361040687, Roganda: 081361 384680

[email protected]

03 Puskesmas Datuk Bandar

Layanan klinik Jl. H. Adlin Sidin Tanjung Balai

Kontak Person: drg. Rinto Prabowo: 081578714840, Budi Nurdiana: 081361644001

[email protected]@yahoo.com

04 Puskesmas Stabat

Layanan klinik Jl. Palang Merah Keluarahan Kuala Binge, Kec. Stabat Langkat

061 - 891 0027

Kontak Person: dr. H. Mulianto: 08126055737, Linda Niarti:

Infeksi Menular [email protected]

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Kontak Person: Beny Iskandar 081361020222

[email protected] atau [email protected]

15 latHIVa IAIN SU Pendidikan Sebaya Anak Muda

Jln. IAIN no. 1 Medan (061) 4532475

Kontak Person: Drs. Achmad Ramadhan, MA081370028247

[email protected]

Puskesmas Layanan IMS dan VCT

05 Komite HKBP Tobasa

Layanan klinik Jl. Gereja No. 17 Balige 0632 - 322635

Kontak Person: Matilda: 081375017094. Tamba Tua: 081376 15 5955

06 Puskesmas Bandar Baru

Layanan klinik Jl. Jamin Ginting Bandar Baru

Kontak Person: dr. Sabarita Devi: 081531 19544, Sri Damayanti: 081264 79582

14 warung saHIVa Pendidikan Sebaya Anak Muda, khususnya mahasiswa USU

Jln. Universitas No. 22 Medan

(061) 8221104

9 Medan Plus Harm Reduction (Pengguna Narkoba Suntik dan pasangannyaWarga Binaan )Pemasyarakat (WBP) Lapas Lubuk Pakam, Lapas PematangSiantar

Jl. Bunga Kantil No. 45, Pasar VII Padang Bulan, Medan 20154. Tanjung Morawa, Jl. Inpres No. 20 L. Pakam

Kontak Person: Totonta Kaban, PD: 0816300050, 061-30041500, Olan, PM: 081362382575, Opie: 081361125524

[email protected]

10 Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA)

Pekerja Seks Perempuan dan High Risk Men (HRM) di Kab. Dairi dan Tanah Karo

Jl. Ahmad Yani No. 187, Sidikalang 22212 Kab. Dairi - Sumatera Utara

Telp./Fax : 0627-22011

Kontak Person: Ronald Silalahi (PM): 081362398153

[email protected]

11 YPA Deli Serdang

Layanan klinik Simpang Mata Pao, Desa Liberia, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Sergai 20697

Kontak Person: dr. Darwin Dalimunthe: 061-7945507 dr. TM. Syafrin: 0811

[email protected]

644126 dr. Wirandi Dalimunthe: 081261 556718/085830201338

12 Pusat Kajian dan Informasi Kesehatan Reproduksi dan Jender ( PIKIR )

Pendidikan Sebaya Anak SMU

Lia Jln. Sei Musi No. 59 Medan Telp : (061) 4158918 Email:[email protected]

(061)4158918

13 Centra Mitra Remaja ( CMR ) – PKBI Sumut

Pendidikan Sebaya Remaja

Pendidikan Sebaya Remaja Jln. Multatuli No. 34X Medan

4514595 atau 4143302 atau 4142804

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Page 15: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA UTARANOMOR: 23/166o K

TENTANG

PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA HIV/AIDSPADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN, RUMAH TAHANAN NEGARA

DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARATAHUN 2006

GUBERNUR SUMATERA UTARA

Menimbang : a. bahwa penyebaran HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan tidak terkecuali pada Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara;

b. bahwa untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara tersebut perlu disusun perencanaan dan langkah-langkah terpadu agar dapat berhasil guna dan berdaya guna;

c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu membentuk Kelompok Kerja HIV/AIDS di Lembaga Pemasyarakatan/ Rumah Tahanan Negara/di Wilayah Sumatera Utara.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1995 tentang Kesehatan;

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;

6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI;

8. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Napi/Tahanan Pemasyarakatan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Napi/Tahanan Pemasyarakatan;

12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1994 tentang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA);

GUBERNUR SUMATERA UTARA

NO Rumah Sakit Alamat Telp/Fax

1 Rumah Sakit Adam Malik

Jln. Bunga LauNo. 17 dr. Yosia Ginting (0811612215)

Telepon:061 - 8360381 Fax: 061 - 8360255

2 Rumah Sakit Haji Medan

Alamat : Jln. Rumah Sakit Haji Medan Estate Contact Person : a. dr. H. Jamaludin Hp. 0811613629 b. Rosdiana, AMK c. Suryani, AMK

Telepon : 061 - 6619520, 6619521 (Ext 189) Fax : 061 - 6619519

3 Rumah Sakit HKBP Balige

Alamat : Jln. Gereja No. 17 Balige Contact Person : Matilda Nainggolan: 081375017094

Telepon: 0632 - 21043, 21270 Fax : 0632 - 21891

4 Rumah Sakit Pirngadi

Jl. Prof. Moh. Yamin SH 47, Medan

061-4521198 061-4521223

5 Rumah Sakit Bhayangkara

Jl. KH Wahid Hasyim No. 1, Medan dr. Zulkhairi : 08126547649

061-815990

Rumah Sakit Peduli AIDS 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Page 16: þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»k · PDF filekokain, heroin dan morfin. ... dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan tim ini akan disesuaikan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

NO NAMA/JABATAN KEDUDUKAN DALAM TIM

1 2 3

1 Kepala Divisi Pemasyarakatan KETUA IDepartemen Hukum dan Hak AsasiManusia Kantor Wilayah SumateraUtara

2 A. Ramadhan (Komite Penanggulangan KETUA IIAIDS/HIV Nasional Daerah SumateraUtara)

3 Direktur Narkoba Kepolisian Daerah KETUA IIISumatera Utara/Badan NarkotikaProvinsi Sumatera Utara

4 Kepala Bidang Perawatan dan Bina SEKRETARISKhusus Narkotik Departemen Hukumdan Hak Asasi Manusia Kantor WilayahSumatera Utara

5 Lukas Tarigan Departemen Hukum dan WAKIL SEKRETARIS 1Hak Asasi Manusia Kantor WilayahSumatera Utara

6 Fachnita Fachrudin (GALATEA) WAKIL SEKRETARIS 2

7 Jefri Pohan Departemen Hukum dan BIDANG PENCEGAHANHak Asasi Manusia Kantor WilayahSumatera Utara

8 Andi Ilham Lubis (KOMITE BIDANG PENCEGAHANPENANGGULANGAN AIDS/HIVNASIONAL DAERAH SUMATERA.UTARA)

9 Sumihar Sinaga (KEPOLISIAN BIDANG PENCEGAHANDAERAH SUMATERA UTARA)

10 Anas Harahap (KESDAM I BUKIT BIDANG PENCEGAHANBARISAN)

I 1 Sukarni (DINAS KESEHATAN BIDANG PENANGANANPROP. SUMATERA UTARA)

12 Drg. Ety Lamurti (DOKKES BIDANG PENANGANANPOLDASU)

13 Dr. Sakti Siregar (KOMITE BIDANG PENANGANANPENANGGULANGAN AIDS/HIVNASIONAL DAERAH SUMATERAUTARA)

14 Dr. Lalita (RUMKIT DAM I BUKIT BIDANG PENANGANANBARISAN)

I5 Toton Kaban (MEDAN PLUS) BID. PERAWATAN LANJUTAN

16 KEPALA BAPAS MEDAN BID. PERAWATAN LANJUTAN

17 Drs. Zulkhairi sppd BID. PERAWATAN LANJUTAN(RS. BHAYANGKARA)

LampiranNOMORTANGGAL

: KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA UTARA: 43/166o K: 24 JULI 2006

GUBERNUR SUMATERA UTARA

DRS. RUDOLF M. PARDEDE

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

13. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekusor dan Zat Adiktif lainnya

14. Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI Nomor E.04.PR.07.03 Tahun 2003 tentang Pembentukan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika;

15. Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI Nomor E.04.PR.09.03 Tahun 2004 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Penanggulangan HIV/AIDS di LAPAS/RUTAN di Lingkungan Direktorat Jendral Pemasyarakatan;

16. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat/Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nomor 9/Kep/Menko/Kesra/IV/1994 tentang Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS;

17. Keputusan Bersama Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nomor 20/KEP/MENKO/KESRA/XII/2003 dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN) Nomor b/01 /XII/2003/BNN tentang Pembentukan Tim Nasional Upaya Terpadu Pencegahan Penularan HIV/AIDS dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Dengan Cara Suntik.

MEMUTUSKAN

PERTAMA : Para yang namanya tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini ditunjuk sebagai Anggota Kelompok Kerja HIV/AIDS pada Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan Negara di Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006;

KEDUA : Dalam melaksanakan tugas sebagai Anggota Kelompok Kerja HIV/AIDS pada Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan Negara di Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 tetap berpedoman pada ketentuan yang berlaku dan mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Gubernur Sumatera Utara;

KETIGA : Semua biaya yang ditimbulkan oleh Keputusan ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat dalam dan luar negeri;

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diadakan perbaikan

Ditetapkan di : MedanPada Tanggal : 24-7-2006

GUBERNUR SUMATERA UTARA

DRS. RUDOLF M. PARDEDETembusan:1. Komisi Penanggulangan AIDS Pusat di Jakarta2. Departemen Hukum dan HAM RI di Jakarta3. Departemen Kesehatan RI di Jakarta4. Pangdam I BB di Medan5. Kapoldasu di Medan6. Ka. Dinas Kesehatan Provsu7. KPAND-SU di Medan