3
. Kamis 0 Jumat 8 9 10 11 23 24 25 26 OJun 0 Jut 0 Ags Pikiran Rakyat o Selasa 0 Rabu 456 7 20 21 22 o Mar OApr OMei 2 3 18 19 OPeb o Sabtu 12 13 27 28 OSep OOkt o Minggu 15 16 29 30 31 ONov ODes Tertatih-totihMasu'k ~ - ..,. - ...;,.;;...- -. : == Gelonggang = ' .- ,," ~. -. .' -- ':81 _~ ~ Posor Bebas ---- M ENANTI tim sepak bola Indonesia menang di tingkat intemasional sarna menyesakkannya menanti Indonesia bertahan dari percaturan ekonomi global saat ini. Untuk merayakan kemenangan ekonomi dari krisis sarna sulitnya dengan bersarangnya satu gol PSSI ke gawang lawannya. Ada manajer tim, asisten pelatih dan para di- rektur teknik. Industri sepak bola adalah industri gol. Tidak ada kata lain selain bola harus banyak masuk ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dan menang dan gawang sendiri tidak boleh ke- bobolan. Di bidang ekonomi, ada pemerintah sebagai pengurus organisasi yang menata klub. Para in- dustrialis sebagai pemilik klub dan para pekerja sebagai pemain di lapangan. Para pekerja harus menghasilkan produk seperti yang diarahkan para pemilik klub. Pemerintah hanya menyedi- akan rule, sedangkan para indust,rialisbertarung dan bersaing. . Jika penonton sepak bola tidak suka dengan permainan mereka akan sorak. J ika para pembeli tidak suka barang yang ditawarkan mereka akan tinggalkan. Agak berlebihan mungkin membandingkan masalah ekonomi Indonesia dengan sepak bola. Akan tetapi, jika boleh jujur, ekonomi dan sep- ak bola sarna-sarna mementingkan satu hal; ke- pentingan. Kepentingan untuk menang, prestise, mendapat imbalan hadiah besar, sanjungan, dan beragam predikat positif. Kala PSSI harus bertanding di luar negeri se- lalu dirundung kekhawatiran. Kurang latihan bertandinglah, fisik kurang optimallah, tinggi badan yang kurang lah, skiU lemahlah, dan lain- lain. Sarna halnya ketika ekonomi Indonesia harus bertanding dalam ASEAN-China Free Trade Area, kekhawatiran pun merebak. Na- mun, PSSI dan pemerintah jalan terus. Kenekatan PSSI sudah ada hasilnya, dalam sepuluh tahun terakhir hanya satu kali Indone- sia menang melawan Libia di Piala Ke- merdekaan 2008. Itu pun karena Libia mengun- durkan diri dengan alasan pemain Indonesia kasar. Dus, ofisial Indonesia memukul tim lawan. Apakah dalam pertaruangan di ASEAN-Chi- na FTA, Indonesia harus melakukan hal yang' sarna seperti pada pertandingan dengan Libia? Bertarung di luar negeri Di Phnom Penh, Kamboja, pada 4 November 2002, pemerintah Republlik Indonesia telah menandatangani kerja sarna antara ASEAN dengan Cina. Penandatangannya adalah Megawati, saat itu Presiden RI. Dalam perjan- jian itu, Indonesia siap meliberalkan perdagan- gan mereka tanpa ada satu pun yang terproteksi. Dalam perjanjian itu, ada produk pertanian, garmen, tekstil, perbankan, keuangan, pariwisa- ta, kerja sarna industri, transportasi, telekomu- nikasi, h"k kekayaan intelektual, unit kedl menengah, lingkungan, bioteknologi, perikanan, kehutanan dan produk-produk hutan, pertam- bangan, energi, dan pengembangan subregional. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia. Delapan tahun setelah perjanjian itu, pada 1 Januari 2010, orang-orang pun tersentak. Para pekerja, industrialis dan pengamat ekonomi lan- tas gagap. Suara di pemerintahan pun menjadi gagap. Partai politik pun gencar meminta pe- nundaan perjanjian. Pasalnya, Indonesia akan kewalahan dengan pertandingan itu dan rakyat Indonesia akan jadi korban. Diduga akan terjadi PHK di mana-mana karena perusahaan kalah bersaing dan bangkrut. "Deklarasi itu merupakan satu hal penting un- tuk salah satunya menghapus segala perbedaan. Penandatanganan deklarasi juga menandakan ASEAN dan Cina siap melakukan interaksi yang lebih erat dengan bidang yang lebih luas, seperti politik, ekonomi, dan perdagangan," ujar Hasan Wirajuda, saat masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Selain menandatangani kerja sarna ASEAN- Cina, pemerintahan Megawati juga mengawali pembicaraan tentang liberalisasi perdagangan yang mirip dengan Jepang, tetapi kerja sarna itu baru terjadi pada era SBY melalui kerja sarna In- donesian-Jepang Economic Partnership Agree- ment (IJ-EPA). Syamsul Hadi, peneliti dari Universitas In- donesia, di situs unisosdem.org menyatakan tahun 2008 impor produk Cina mengambil alih 70% pangsa pasar domestik yang semula dikua- sai sektor unit kedl menengah. Produk murah dari Cina mengakibatkan pangsa pasar bagi tek- stillokal turun dari 57% pada 2005 menjadi 23% pada 2008. Kliping Humas Unpad 2010

o OJun Jut Ags OSep OOkt ONov ODes Tertatih-totih Masu'kpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/pikiran... · 2010-01-18 · Pikiran Rakyat o Selasa 0 Rabu 456 7 20 21 22 o

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: o OJun Jut Ags OSep OOkt ONov ODes Tertatih-totih Masu'kpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/pikiran... · 2010-01-18 · Pikiran Rakyat o Selasa 0 Rabu 456 7 20 21 22 o

.Kamis 0 Jumat

8 9 10 1123 24 25 26

OJun 0 Jut 0 Ags

Pikiran Rakyato Selasa 0 Rabu

456 720 21 22

o Mar OApr OMei

2 318 19

OPeb

o Sabtu12 13

27 28

OSep OOkt

o Minggu15 16

29 30 31

ONov ODes

Tertatih-totihMasu'k~ -..,. - ...;,.;;...- -. : ==

Gelonggang= ' . - ,," ~. -. .' -- ':81 _~ ~

PosorBebas----

M ENANTI tim sepak bola Indonesiamenang di tingkat intemasional sarnamenyesakkannya menanti Indonesia

bertahan dari percaturan ekonomi global saatini. Untuk merayakan kemenangan ekonomidari krisis sarna sulitnya dengan bersarangnyasatu gol PSSI ke gawang lawannya.

Ada manajer tim, asisten pelatih dan para di-rektur teknik. Industri sepak bola adalah industrigol. Tidak ada kata lain selain bola harus banyakmasuk ke gawang lawan sebanyak-banyaknyadan menang dan gawang sendiri tidak boleh ke-bobolan.

Di bidang ekonomi, ada pemerintah sebagaipengurus organisasi yang menata klub. Para in-dustrialis sebagai pemilik klub dan para pekerjasebagai pemain di lapangan. Para pekerja harusmenghasilkan produk seperti yang diarahkanpara pemilik klub. Pemerintah hanya menyedi-akan rule, sedangkan para indust,rialisbertarungdan bersaing. .

Jika penonton sepak bola tidak suka denganpermainan mereka akan sorak. Jika para pembelitidak suka barang yang ditawarkan mereka akantinggalkan.

Agak berlebihan mungkin membandingkanmasalah ekonomi Indonesia dengan sepak bola.Akan tetapi, jika boleh jujur, ekonomi dan sep-ak bola sarna-sarna mementingkan satu hal; ke-pentingan. Kepentingan untuk menang, prestise,mendapat imbalan hadiah besar, sanjungan, danberagam predikat positif.

Kala PSSI harus bertanding di luar negeri se-lalu dirundung kekhawatiran. Kurang latihanbertandinglah, fisik kurang optimallah, tinggibadan yang kurang lah, skiUlemahlah, dan lain-lain. Sarna halnya ketika ekonomi Indonesiaharus bertanding dalam ASEAN-China FreeTrade Area, kekhawatiran pun merebak. Na-mun, PSSI dan pemerintah jalan terus.

Kenekatan PSSI sudah ada hasilnya, dalamsepuluh tahun terakhir hanya satu kali Indone-sia menang melawan Libia di Piala Ke-merdekaan 2008. Itu pun karena Libia mengun-durkan diri dengan alasan pemain Indonesiakasar. Dus, ofisial Indonesia memukul tim lawan.

Apakah dalam pertaruangan di ASEAN-Chi-na FTA, Indonesia harus melakukan hal yang'sarna seperti pada pertandingan dengan Libia?

Bertarung di luar negeriDi Phnom Penh, Kamboja, pada 4 November

2002, pemerintah Republlik Indonesia telahmenandatangani kerja sarna antara ASEANdengan Cina. Penandatangannya adalahMegawati, saat itu Presiden RI. Dalam perjan-jian itu, Indonesia siap meliberalkan perdagan-gan mereka tanpa ada satu pun yang terproteksi.

Dalam perjanjian itu, ada produk pertanian,garmen, tekstil, perbankan, keuangan, pariwisa-ta, kerja sarna industri, transportasi, telekomu-nikasi, h"k kekayaan intelektual, unit kedlmenengah, lingkungan, bioteknologi, perikanan,kehutanan dan produk-produk hutan, pertam-bangan, energi, dan pengembangan subregional.Selain itu, pengembangan sumber daya manusia.

Delapan tahun setelah perjanjian itu, pada 1Januari 2010, orang-orang pun tersentak. Parapekerja, industrialis dan pengamat ekonomi lan-tas gagap. Suara di pemerintahan pun menjadigagap. Partai politik pun gencar meminta pe-nundaan perjanjian. Pasalnya, Indonesia akankewalahan dengan pertandingan itu dan rakyatIndonesia akan jadi korban. Diduga akan terjadiPHK di mana-mana karena perusahaan kalahbersaing dan bangkrut.

"Deklarasi itu merupakan satu hal penting un-tuk salah satunya menghapus segala perbedaan.Penandatanganan deklarasi juga menandakanASEAN dan Cina siap melakukan interaksiyang lebih erat dengan bidang yang lebih luas,seperti politik, ekonomi, dan perdagangan," ujarHasan Wirajuda, saat masih menjabat sebagaiMenteri Luar Negeri.

Selain menandatangani kerja sarna ASEAN-Cina, pemerintahan Megawati juga mengawalipembicaraan tentang liberalisasi perdaganganyang mirip dengan Jepang, tetapi kerja sarna itubaru terjadi pada era SBY melalui kerja sarna In-donesian-Jepang Economic Partnership Agree-ment (IJ-EPA).

Syamsul Hadi, peneliti dari Universitas In-donesia, di situs unisosdem.org menyatakantahun 2008 impor produk Cina mengambil alih70% pangsa pasar domestik yang semula dikua-sai sektor unit kedl menengah. Produk murahdari Cina mengakibatkan pangsa pasar bagi tek-stillokal turun dari 57% pada 2005 menjadi23% pada 2008.

Kliping Humas Unpad 2010

Page 2: o OJun Jut Ags OSep OOkt ONov ODes Tertatih-totih Masu'kpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/pikiran... · 2010-01-18 · Pikiran Rakyat o Selasa 0 Rabu 456 7 20 21 22 o

Oi bidang elespor,produk nonmigas Indonesiasepeni tekstil dan mainan anak-anak juga makindisaingi produk-produk sejenis dari Cina.Meningkatnya proteksionisme di AS, Eropa,dan banyak negara di belahan bumi lain sejakera krisis global membuat kita khawatir, produk-produk Cina justru akan mengalir ke pasar In-donesia. "Anehnya, Kadin dan kalangan usa-hawan Indonesia secara umum sepeni tidakaware akan konsekuensi yang harus ditanggungoleh mereka ketika pemerintah turut menan-datangani," tulis Syamsul.

Dampak yang sudah terjadi di depan mata aki-bat serbuan produk tekstil Cina adalah pengang-guran. Pengangguran itu akibat dari lemahnyapabrik lokal benarung sehingga dengan legalmemutus kerja ribuan pekerja. Para pengusahakemudian melakukan kontrak oursourchingun-tuk menekan biaya produksi. Dengan begitu,produk mereka bersaing dengan Cina.

Hasil penelitian Lembaga Informasi Perbu-ruhan Sedane (LIPS) Bogor, sebanyak 252.283buruh telah putus hubungan kerja. Angka itu di-ambil dari periode Januari-Juni 2009. AlasanPHK karena perusahaan tidak mendapat orderpemesanan. Ke mana para orang yang ter-PHKitu? Dari penelitian AKATIGA, para pekerjayang di PHK dan berusia di atas usia produktifakhimya menjadi pekerja informal, dan pekerjayang masih berusia produktif di kontrak kembalidengan sistem oursourching.

Apakah ada kesempatan para pekerja Indone-sia migrasi ke luar negeri? Dalam konteks per-janjian perdagangan global ini, mobilitas pekerjayang bisa masuk ke negeri asing adalah kalanganmedis, arsitektur, akuntan, pengacara, dan tena-ga ahli lainnya sena tenaga konsultan.

Jika pekerja di luar itu akan migrasi, merekaharus melalui jalur sebagai tenaga kerja Indone-sia (TKl). Pekerja dengan status TKI akan men-jadi pekerja kasar yang kembali mendapatpelanggaran hak asasi manusia. Miris. Pemerin-tah Indonesia tidak bersiap apa pun untuk anti-sipasi dampak perjanjian global ini. Bahkan disektor pendidikan sekalipun. Sektor pendidikanuntuk meraih gelar ahli itu semakin mahal diraih saat perguruan tinggi diliberalkan.

Biaya pendidikan perguruan tinggi yang tiaptahun naik merupakan lonceng bagi mereka

yang tidak berlebih uang untuk setidaknya men-gurungkan niat masuk perguruan tinggi negeri.Atau memilih untuk masuk perguruan tinggilain yang lebih murah. "Tetapi bukan soal mu-rah saja apakah betul fasilitasnya jelas dan tu-juan pendidikannya jelas," ujar pengamat pen-didikan Dan Satriana dalam suatu kesempatandiskusi.

Sebagai contoh, tahun 2009, biaya pen-didikan mahasiswa Institut Teknologi Bandung(ITB) yang terseleksi melalui ujian saringan ma-suk (USM) berkisar antara Rp 25-55juta. Ini bi-aya masuk saja. Oi Universitas Padjadjaran padatahun 2009, Biaya Penyelenggaraan Pendidikan(BPP) dan Dana Mahasiswa Baru (OMB) baikmahasiswa SMUP atau SNMPTN biayanyasarna, yakni masing-masing Rp 2 juta, tetapi un-tuk Dam Pengembangan (OP) berbeda. Bagimahasiswa SNMPTN biayanya Rp 2 juta, sedan-gkan SMUP tergantung dari fakultasnya.Kisarannya antara Rp 10 juta hingga Rp 175 ju-ta

Alasan perguruan tinggi menaikkan terus bi-aya pendidikan karena daya tampung. Alasanlain, kampus juga butuh bantuan uang maha-siswauntuk mengembangkan kepentinganakademis dan fisikoAlasannya, pemerintah tut-up mata dengan hal ini. Data Statistik Indonesiapada tahun 2005 menunjukkan keluaran SO li-ma kali lebih banyak ketimbanng perguruantinggi. Lulusan SO 10 juta orang. Mereka ke-banyakan bekerja di sektor padat karya sepeniburuh pabrik.

"Kebanyakan kerja di sektor tekstil," ujarSyarif, aktivis LIPS. Bagaimanakah yang lulu-san perguruan tinggi? Mereka pun menjadipekerjaan rumah sejak badai krisis di Indonesiaterjadi tahun 1997. Jumlah sarjana yang men-ganggur melonjak drastis dari 183.629 orangtahun 2006 menjadi 409.890 orang tahun 2007.Ditambah dengan pemegang gelar diploma I, II,dan III yang menganggur, berdasarkan pen-dataan tahun 2007 lebih dari 740.000 orang.Kalau sudah begini, mau jadi apa bangsa di ten-gah penarungan liberalisme China-ASEANFree Trade Area? ***

agus [email protected]

Page 3: o OJun Jut Ags OSep OOkt ONov ODes Tertatih-totih Masu'kpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/pikiran... · 2010-01-18 · Pikiran Rakyat o Selasa 0 Rabu 456 7 20 21 22 o