5
Obat – obat Pereda (Reliever)( Suherman SK. Ascobat P) 1. Bronkodilator a. Short-acting β2 agonist Merupakan bronkodilator terbaik dan terpilih untuk terapi asma aku Reseptor β2 agonist berada di epitel jalan napas, otot pernapasan, alveolus, se jantun, pembuluh darah, otot lurik, hepar, dan pankreas. !Suherman SK. Ascobat &bat ini menstimulasi reseptor '# adrenerik men(ebabkan perubahan A P men cyclic-AMP sehina timbul relaksasi otot polos jalan napas (an men(ebabkan ter bronkodilatasi. *fek lain seperti peninkatan klirens mukosilier, penuru vaskuler, dan berkurann(a pelepasan mediator sel mast. Suherman SK. !Ascobat P *pinefrin+adrenalin idak direkomendasikan lai untuk seranan asma kecuali tidak ada selektif. *pinefrin menimbulkan stimulasi pada reseptor ' , '#, dan sehina menimbulkan efek sampin berupa sakit kepala, elisah, palpitasi, takiaritmia, t hipertensi. Pemberian epinefrin aerosol kuran menuntunkan karena durasi efek bronkodilatasin(a han(a - , jam dan menimbulkan efek sampin, terutama pad dan /0S. !Suherman SK. Ascobat P " #$$%) '# aonis selektif !Suherman SK. Ascobat P " #$$%) &bat (an serin dipakai 1 salbutamol, terbutalin, fenoterol. 2osis salbutamol oral 1 $, - $, m+k33+kali , setiap 4 jam. 2osis tebutalin oral 1 $,$ 5 $, m+k33+kali , setiap 4 jam. 2osis fenoterol 1 $, m+k33+kali , setiap 4 jam. 2osis salbutamol nebulisasi 1 $, - $, m+k33 !dosis maksimum m+k33), inter #$ menit, atau nebulisasi kontinu denan dosis $,6 5 $, m+k33+jam !dosis maks m+jam). 2osis terbutalin nebulisasi 1 #, m atau respul+nebulisasi. Pemberian oral menimbulkan efek bronkodilatasi setelah 6$ menit, ef dicapai dalam # 5 7 jam, lama kerjan(a sampai jam. Pemberian inhalasi !inhaler+nebulisasi) memiliki onset kerja menit, efek punc dalam $ menit, lama kerjan(a 7 5 4 jam. Seranan rinan 1 M28 # 5 7 semprotan tiap 6 5 7 jam. Seranan sedan 1 M28 4 5 $ semprotan tiap 5 # jam. Seranan berat 1 M28 $ semprotan. Pemberian intravena dilakukan saat seranan asma berat ksrena pada keadaan ini obat inhalasi sulit mencapai baian distal obstruksi jalan napas. *fek sampin t serin terjadi. 2osis salbutamol 89 1 mulai $,# mc+k33+menit, dinaikkan $, mc+k33 setiap dosis maksimal 7 mc+k33+menit.

OBAT ASMA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Obat yang digunakan pada eksaserbasi asma

Citation preview

Obat obat Pereda (Reliever)( Suherman SK. Ascobat P)1. Bronkodilatora. Short-acting 2 agonistMerupakan bronkodilator terbaik dan terpilih untuk terapi asma akut pada anak. Reseptor 2 agonist berada di epitel jalan napas, otot pernapasan, alveolus, sel-sel inflamasi, jantung, pembuluh darah, otot lurik, hepar, dan pankreas. (Suherman SK. Ascobat P ; 2008) Obat ini menstimulasi reseptor 2 adrenergik menyebabkan perubahan ATP menjadi cyclic-AMP sehingga timbul relaksasi otot polos jalan napas yang menyebabkan terjadinya bronkodilatasi. Efek lain seperti peningkatan klirens mukosilier, penurunan permeabilitas vaskuler, dan berkurangnya pelepasan mediator sel mast. Suherman SK. (Ascobat P ; 2008) Epinefrin/adrenalinTidak direkomendasikan lagi untuk serangan asma kecuali tidak ada 2 agonis selektif. Epinefrin menimbulkan stimulasi pada reseptor 1, 2, dan sehingga menimbulkan efek samping berupa sakit kepala, gelisah, palpitasi, takiaritmia, tremor, dan hipertensi. Pemberian epinefrin aerosol kurang menguntungkan karena durasi efek bronkodilatasinya hanya 1-1,5 jam dan menimbulkan efek samping, terutama pada jantung dan CNS. (Suherman SK. Ascobat P ; 2008) 2 agonis selektif (Suherman SK. Ascobat P ; 2008)Obat yang sering dipakai : salbutamol, terbutalin, fenoterol.Dosis salbutamol oral: 0,1 - 0,15 mg/kgBB/kali , setiap 6 jam.Dosis tebutalin oral: 0,05 0,1 mg/kgBB/kali , setiap 6 jam. Dosis fenoterol: 0,1 mg/kgBB/kali , setiap 6 jam.Dosis salbutamol nebulisasi: 0,1 - 0,15 mg/kgBB (dosis maksimum 5mg/kgBB), interval 20 menit, atau nebulisasi kontinu dengan dosis 0,3 0,5 mg/kgBB/jam (dosis maksimum 15 mg/jam).Dosis terbutalin nebulisasi: 2,5 mg atau 1 respul/nebulisasi.Pemberian oral menimbulkan efek bronkodilatasi setelah 30 menit, efek puncak dicapai dalam 2 4 jam, lama kerjanya sampai 5 jam.Pemberian inhalasi (inhaler/nebulisasi) memiliki onset kerja 1 menit, efek puncak dicapai dalam 10 menit, lama kerjanya 4 6 jam.Serangan ringan : MDI 2 4 semprotan tiap 3 4 jam.Serangan sedang : MDI 6 10 semprotan tiap 1 2 jam.Serangan berat: MDI 10 semprotan. Pemberian intravena dilakukan saat serangan asma berat ksrena pada keadaan ini obat inhalasi sulit mencapai bagian distal obstruksi jalan napas. Efek samping takikardi lebih sering terjadi. Dosis salbutamol IV: mulai 0,2 mcg/kgBB/menit, dinaikkan 0,1 mcg/kgBB setiap 15 menit, dosis maksimal 4 mcg/kgBB/menit.Dosis terbutalin IV : 10 mcg/kgBB melalui infuse selama 10 menit, dilanjutkan dengan 0,1 0,4 ug/kgBB/jam dengan infuse kontinu. Efek samping 2 agonist antara lain tremor otot skeletal, sakit kepala, agitasi, palpitasi, dan takikardi.b. Methyl xanthineEfek bronkodilatasi methyl xantine setara dengan 2 agonist inhalasi, tapi karena efek sampingnya lebih banyak dan batas keamanannya sempit, obat ini diberikan pada serangan asma berat dengan kombinasi 2 agonist dan anticholinergick. Suherman SK. Ascobat PEfek bronkodilatasi teofilin disebabkan oleh antagonisme terhadap reseptor adenosine dan inhibisi PDE 4 dan PDE 5. Methilxanthine cepat diabsorbsi setelah pemberian oral, rectal, atau parenteral. Pemberian teofilin IM harus dihindarkan karena menimbulkan nyeri setempat yang lama. Umumnya adanya makanan dalam lambung akan memperlambat kecepatan absorbsi teofilin tapi tidak mempengaruhi derajat besarnya absorpsi. Metilxanthine didistribusikan keseluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Eliminasinya terutama melalui metabolism hati, sebagian besar dieksresi bersama urin.(Rahajoe N ; 2007)Dosis aminofilin IV inisial bergantung kepada usia : 1 6 bulan : 0,5mg/kgBB/Jam 6 11 bulan : 1 mg/kgBB/Jam 1 9 tahun : 1,2 1,5 mg/kgBB/Jam > 10 tahun : 0,9 mg/kgBB/JamEfek samping obat ini adalah mual, muntah, sakit kepala. Pada konsentrasi yang lebih tinggi dapat timbul kejang, takikardi dan aritmia. (Suherman SK. Ascobat P ; 2008) 2. AnticholinergicsObat yang digunakan adalah Ipratropium Bromida. Kombinasi dengan nebulisasi 2 agonist menghasilkan efek bronkodilatasi yang lebih baik. Dosis anjuran 0, 1 cc/kgBB, nebulisasi tiap 4 jam. (Suherman SK. Ascobat P ; 2008)Obat ini dapat juga diberikan dalam larutan 0,025 % dengan dosis : untuk usia diatas 6 tahun 8 20 tetes; usia kecil 6 tahun 4 10 tetes. Efek sampingnya adalah kekeringan atau rasa tidak enak dimulut. Antikolinergik inhalasi tidak direkomendasikan pada terapi asma jangka panjang pada anak. (Suherman SK. Ascobat P ; 2008)3. Kortikosteroid Kortikosteroid sistemik terutama diberikan pada keadaan : (Suherman SK. Ascobat P ; 2008) Terapi inisial inhalasi 2 agonist kerja cepat gagal mencapai perbaikan yang cukup lama. Serangan asma tetap terjadi meski pasien telah menggunakan kortikosteroid hirupan sebagai kontroler. Serangan ringan yang mempunyai riwayat serangan berat sebelumnya. Kortikosteroid sistemik memerlukan waktu paling sedikit 4 jam untuk mencapai perbaikan klinis, efek maksimum dicapai dalan waktu 12 24 jam. Preparat oral yang di pakai adalah prednisone, prednisolon, atau triamsinolon dengan dosis 1 2 mg/kgBB/hari diberikan 2 3 kali sehari selama 3 5 kali sehari. (Suherman SK. Ascobat P ; 2008)Kortikosteroid tidak secara langsung berefek sebagai bronkodilator. Obat ini bekerja sekaligus menghambat produksi sitokin dan kemokin, menghambat sintesis eikosainoid, menghambat peningkatan basofil, eosinofil dan leukosit lain di jaringan paru dan menurunkan permeabilitas vascular.(Rahajoe N ; 2007) Metilprednisolon merupakan pilihan utama karena kemampuan penetrasi kejaringan paru lebih baik, efek anti inflamasi lebih besar, dan efek mineralokortikoid minimal. Dosis metilprednisolon IV yang dianjurkan adalah 1 mg/kgBB setiap 4 sampai 6 jam. Dosis Hidrokortison IV 4 mg/kgBB tiap 4 6 jam. Dosis dexamethasone bolus IV 0,5 1 mg/kgBB dilanjtkan 1 mg/kgBB/hari setiap 6 8 jam. (Suherman SK. Ascobat P ; 2008)

Obat obat Pengontrol Obat obat asma pengontrol pada anak anak termasuk inhalasi dan sistemik glukokortikoid, leukotrien modifiers, long acting inhaled 2-agonist, theofilin, cromones, dan long acting oral 2-agonist. (Medical Communications Resources, Inc ; 2006 )1. Inhalasi glukokortikosteroidGlukokortikosteroid inhalasi merupakan obat pengontrol yang paling efektif dan direkomendasikan untuk penderita asma semua umur. Intervensi awal dengan penggunaan inhalasi budesonide berhubungan dengan perbaikan dalam pengontrolan asma dan mengurangi penggunaan obat-obat tambahan. Terapi pemeliharaan dengan inhalasi glukokortikosteroid ini mampu mengontrol gejala-gejala asma, mengurangi frekuensi dari eksaserbasi akut dan jumlah rawatan di rumah sakit, meningkatkan kualitas hidup, fungsi paru dan hiperresponsif bronkial, dan mengurangi bronkokonstriksi yang diinduksi latihan.Glukokortikosteroid dapat mencegah penebalan lamina retikularis, mencegah terjadinya neoangiogenesis, dan mencegah atau mengurangi terjadinya down regulation receptor 2 agonist. Dosis yang dapat digunakan sampai 400ug/hari (respire anak). Efek samping berupa gangguan pertumbuhan, katarak, gangguan sistem saraf pusat, dan gangguan pada gigi dan mulut.2. Leukotriene Receptor Antagonist (LTRA)Secara hipotesis obat ini dikombinasikan dengan steroid hirupan dan mungkin hasilnya lebih baik. Sayangnya, belum ada percobaan jangka panjang yang membandingkannya dengan steroid hirupan + LABA. Keuntungan memakai LTRA adalah sebagai berikut : LTRA dapat melengkapi kerja steroid hirupan dalam menekan cystenil leukotriane; Mempunyai efek bronkodilator dan perlindungan terhadap bronkokonstriktor; Mencegah early asma reaction dan late asthma reaction Dapat diberikan per oral, bahkan montelukast hanya diberikan sekali per hari., penggunaannya aman, dan tidak mengganggu fungsi hati; sayangnya preparat montelukast ini belum ada di Indonesia; Mungkin juga mempunyai efek menjaga integritas epitel, yaitu dengan meningkatkan kerja epithel growth factor (EGF) dan menekan transforming growth factor (TGF) sehingga dapat mengendalikan terjadinya fibrosis, hyperplasia, dan hipertrofi otot polos, serta diharapkan mencegah perubahan fungsi otot polos menjadi organ pro-inflamator.Ada 2 preparat LTRA :a. MontelukastPreparat ini belum ada di Indonesia dan harganya mahal. Dosis per oral 1 kali sehari.(respiro anak) Dosis pada anak usia 2-5 tahun adalah 4 mg qhs. (gina) b. Zafirlukast Preparat ini terdapat di Indonesia, digunakan untuk anak usia > 7 tahun dengan dosis 10 mg 2 kali sehari.Leukotrin memberikan manfaat klinis yang baik pada berbagai tingkat keparahan asma dengan menekan produksi cystenil leukotrine. Efek samping obat dapat mengganggu fungsi hati (meningkatkan transaminase) sehingga perlu pemantauan fungsi hati.3. Long acting 2 Agonist (LABA)Preparat inhalasi yang digunakan adalah salmeterol dan formoterol. Pemberian ICS 400ug dengan tambahan LABA lebih baik dilihat dari frekuensi serangan, FEV1 pagi dan sore, penggunaan steroid oral,, menurunnya hiperreaktivitas dan airway remodeling. Kombinasi ICS dan LABA sudah ada dalam 1 paket, yaitu kombinasi fluticasone propionate dan salmeterol (Seretide), budesonide dan formoterol (Symbicort). Seretide dalam MDI sedangkan Symbicort dalam DPI. Kombinasi ini mempermudah penggunaan obat dan meningkatkan kepatuhan memakai obat.4. Teofilin lepas lambatTeofilin efektif sebagai monoterapi atau diberikan bersama kortikosteroid yang bertujuan untuk mengontrol asma dan mengurangi dosis pemeliharaan glukokortikosteroid. Tapi efikasi teofilin lebih rendah daripada glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah. Efek samping berupa anoreksia, mual, muntah, dan sakit kepala, stimulasi ringan SSP, palpitasi, takikardi, aritmia, sakit perut, diare, dan jarang, perdarahan lambung. Efek samping muncul pada dosis lebih dari 10mg/kgBB/hari, oleh karena itu terapi dimulai pada dosis inisial 5mg/kgBB/hari dan secara bertahap diingkatkan sampai 10mg/kgBB/ha

Tabel 4. Obat asma yang tersedia d Indonesia tahun (2004)

Sumber : Farmakologi dan Terapi ;2008