35
TUGAS JURNAL Radiografi Thoraks Pada Politrauma Dada OLEH I Dewa Ayu Yulisa Prahasti H1A 010 046 SUPERVISOR: dr. Dewi Anjarwati, M.Kes, Sp.Rad BAGIAN/SMF ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RSU PROVINSI NTB

Objective

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Objective

TUGAS JURNAL

Radiografi Thoraks Pada Politrauma Dada

OLEH

I Dewa Ayu Yulisa Prahasti

H1A 010 046

SUPERVISOR:

dr. Dewi Anjarwati, M.Kes, Sp.Rad

BAGIAN/SMF ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RSU PROVINSI NTB

2015

Page 2: Objective

BAB I

Pendahuluan

Tujuan radiografi dada adalah pemeriksaan pencitraan lini pertama untuk penilaian

politrauma dada, untuk mengevaluasi cedera dan memfasilitasi triase untuk observasi,

pencitraan lanjut, atau intervensi bedah segera. Tujuan dari artikel ini adalah untuk meninjau

cedera yang terjadi di dada dan perut bagian atas akibat benda tumpul dan trauma penetrasi.

Patofisiologi, temuan pencitraan, dan manajemen yang direkomendasikan akan dibahas untuk

trauma pada dinding dada, diafragma, pleura, paru-paru, mediastinum, jantung, aorta, dan

pembuluh darah besar.

Page 3: Objective

BAB II

Isi

Radiografi dada adalah pemeriksaan pencitraan lini pertama pada pasien dengan politrauma

dada. Interpretasi yang tepat sangat penting untuk diagnosis dan pengobatan yang akurat.

Ketika pasien berada dalam kondisi kritis, radiografi dada mungkin satu-satunya pemeriksaan

pencitraan yang dapat dilakukan tanpa risiko cedera lebih lanjut atau dekompensasi.

Idealnya, radiografi dada harus diperoleh dalam posisi postero anterior dan lateral dengan

pasien duduk tegak dan inspirasi penuh. Namun, pasien trauma sering harus dicitrakan dalam

posisi terlentang, yang mempersulit visualisasi cedera dan lokalisasi. Gambaran tunggal

radiografi anteroposterior tidak dapat menunjukkan perbedaan jaringan lunak dan lesi tulang

dari lapisan dalam rongga abdomen. Air fluid levels tidak terlihat karena posisi tegak lurus

dari sinar x-ray. Usaha inspirasi yang lemah dan efek pembesaran dapat menghasilkan

pseudocardiomegaly dan peningkatan vaskularisasi paru. Namun demikian, ketika dianalisis

sehubungan dengan keterbatasan ini, radiografi dada dapat menjadi alat berharga yang

memberikan gambaran yang luas mengenai informasi sejumlah sistem organ.

Manifestasi politrauma dada tergantung pada mekanisme luka dan sistem organ yang terkena.

Trauma tumpul biasanya tertutup, trauma fisik nonpenetrasi biasanya karena penekanan.

Contohnya pada deselerasi injury (kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh) dan luka trauma

tumpul (pemukulan, crush injury). Komplikasinya adalah aberasi, contusion, laserasi organ

atau ruptur, dan fraktur. Trauma penetrasi terjadi ketika objek menembus kulit dan masuk ke

tubuh. Luka yang berat ditentukan dari cara dan momentum pada objek.

Dada Dinding

Jaringan lunak

Emfisema subkutan mengacu pada adanya udara di jaringan lunak extrathorak. Kondisi ini

hasil dari infeksi dinding dada, trauma tumpul dengan kerusakan sistem pernapasan atau

gastrointestinal, dan luka tembus yang mengakibatkan udara luar masuk ke dalam jaringan

lunak. Radiografi dada menunjukkan udara dalam jaringan subkutan, yang dapat menciptakan

gambaran radiolusen pada serat otot pectoralis mayor (tanda “ginkgo leaf”) (Gambar. 1).

Udara dapat menyebar melalui fasia ke seluruh dinding dada dan perut dan bahkan ke kepala,

leher, dan ekstremitas. Kondisi ini biasanya sembuh sendiri, tetapi yang parah mungkin dapat

Page 4: Objective

terjadi kompresi pada trakea dan memerlukan intervensi. Sumber kebocoran udara yang

persisten akan memerlukan tindakan operasi.

Hematoma subkutan diakibatkan oleh akumulasi darah pada jaringan lunak. Kondisi ini

mungkin akibat dari kerusakan pembuluh darah pada dada, otot, atau tulang rusuk saat

trauma dada tumpul atau penetrasi. Di radiografi dada, opacity nonspesifik yang

divisualisasikan dalam jaringan lunak (Gambar. 2). Lokalisasi ke dinding dada tidak mungkin

tanpa radiografi lateral. Kebanyakan hematoma sembuh secara spontan, tetapi perdarahan

terus-menerus dapat terjadi pada trauma yang berat, koagulopati, dan malformasi vaskular.

Benda asing, seperti pisau dan pecahan peluru, juga dapat bersarang di jaringan lunak setelah

trauma menembus (Gambar. 3). Operasi untuk menghilangkan benda asing

direkomendasikan jika operasi memungkinkan.

Page 5: Objective

Tulang

Trauma dada tumpul dapat menyebabkan berbagai cedera tulang tergantung pada mekanisme

yang terlibat. Cedera bahu yang hebat dapat menghasilkan fraktur scapular, yang ditampilkan

pada radiografi dada dan gambaran scapular (Gambar. 4). Disosiasi Scapulothoracic, atau

flail shoulder, terjadi ketika ada usaha tarikan yang kuat pada bahu sehingga menjauhi

thorak. Hal ini dapat mempengaruhi otot, pembuluh darah, dan cedera saraf. Dislokasi

scapular, edema, dan hematoma didapatkan pada radiografi dada.

Fraktur klavikula umumnya terjadi pada pasien trauma dan biasanya signifikansi klinisnya

kecil (Gambar.4). Dislokasi sternoklavikular atau patah tulang terjadi setelah trauma berat

pada bahu dan dapat diidentifikasi pada angle radiografi dada (Gambar. 5). Dislokasi

posterior mungkin melukai organ mediastinum dan pembuluh darah besar. Cedera ini perlu

ditutup atau tindakan bedah.

Page 6: Objective

Fraktur pada tulang rusuk bagian atas jarang terjadi dan biasanya trauma pada bagian bawah

berat dengan kerusakan pembuluh darah besar dan pleksus brakialis. Patah tulang rusuk

bawah juga dapat melibatkan organ perut bagian atas seperti hati, limpa, dan ginjal, dan CT

disarankan jika kecurigaan cedera yang berat. Fraktur pada end ribs dapat mengakibatkan

laserasi pleura atau paru-paru, yang menyebabkan hematoma paru, hemotoraks, atau

pneumotoraks. Sebagian besar patah tulang dapat divisualisasikan pada radiografi dada, dan

radioopak sebuah kalus berkembang setelah beberapa minggu (Gambar. 6A). Flail chest

terjadi ketika sedikitnya lima fraktur tunggal berdekatan atau tiga segmen tulang rusuk yang

berdekatan patah, sehingga mengakibatkan pernapasan paradoksal (Gambar. 6B). Segmen

flail posterior disangga oleh otot dan skapula, sehingga tidak menyebabkan komplikasi yang

serius. Segmen flail anterior dan lateral, yang bebas bergerak, sangat dapat mengganggu

fungsi pernapasan dan menyebabkan rentan terhadap atelektasis dan infeksi. Ventilasi

tekanan positif atau fiksasi bedah mungkin diperlukan untuk stabilisasi.

Page 7: Objective

Cedera sternum terlihat pada trauma dada anterior. Sebagian besar patah tulang terjadi di atas

atau pertengahan sternum dan berhubungan dengan hematoma retrosternal dan memar

miokard. Cedera ini sulit untuk diidentifikasi pada radiografi dada frontal dan sering

membutuhkan lateral atau sternum view untuk visualisasi yang baik (Gambar. 7). Fiksasi

bedah tidak perlu, dan penyembuhan terjadi lebih dari beberapa minggu.

Page 8: Objective

Fraktur tulang belakang merupakan hasil dari kompresi atau cedera whiplash yang berkaitan

dengan kerusakan struktur neurologis dan pembuluh darah. Evaluasi yang optimal diperlukan

melalui radiography anterior dan lateral tulang belakang. Imobilisasi dan fiksasi bedah

diperlukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Infeksi dari disk intervertebralis (diskitis)

dapat menghasilkan penyempitan ruang disk dan erosi dengan pembentukan abses.

Imobilisasi dengan pengobatan antibiotik diperlukan (Gambar. 8).

Diaphragma

Ruptur diafragma mungkin terjadi setelah trauma tumpul atau penetrasi. Elevasi

hemidiaphragmatic dapat dilihat, dan organ perut bagian atas, termasuk perut (colar sign),

hepar ("cottage loaf"sign), limpa, usus kecil, dan usus besar, mungkin herniasi ke rongga

dada. Temuan terkait, termasuk opacity basilar paru, kontur diafragma tidak teratur, dan

patah tulang rusuk bawah. Selain itu, pneumoperitoneum diakibatkan dari hubungan terbuka

thorakoabdominal atau perforasi organ abdomen, dengan akumulasi udara dibawah diafragma

superolateral pada erect radiografi atau anteromedial pada supine radiograph (cupola sign).

Namun, kondisi lain seperti atelektasis paru basilar, efusi subpulmonic, subphrenic abses,

interposisi kolon (Chilaiditi sindrom), eventration diafragma, hernia diafragma kongenital,

Page 9: Objective

dan cedera saraf frenikus dapat memiliki tampilan yang sama pada radiografi dada, dan CT

diperlukan untuk diagnosis. Pembedahan perlu mencegah komplikasi akhir seperti strangulasi

usus, kompresi organ dada, dan kelumpuhan diafragma (gambar 9).

Pleura

Setelah trauma dada, udara dapat masuk ke rongga pleura dari lingkungan luar (open

pneumotoraks) atau dari dalam tubuh (closed pneumotoraks). Pneumotoraks terbuka terjadi

ketika kulit dan pleura yang terluka oleh trauma penetrasi. Penutupan langsung dan chest tube

diperlukan. Pneumotoraks tertutup atau simple penumotoraks, terjadi setelah trauma tumpul,

biasanya karena luka gores pleura akibat rusuk retak. Manajemen konservatif dianjurkan, dan

thoracostomy tube harus dilakukan hanya jika pasien bergejala. Diagnosis pneumotoraks

membutuhkan visualisasi dari "tanda garis pleura viseral," yang merupakan pemisahan pleura

visceral dan parietal. Pada supine radiografi, gerakan anterocaudal udara pleura mungkin

Page 10: Objective

menghasilkan basis paru hyperlucent, dan radiolusen sulkus kostofrenikus (deep sulcus sign),

dan menguraikan bagian anterior dan posterior dari hemidiafragma (tanda double diafragma).

Tension pneumotoraks terjadi ketika udara dapat masuk namun tidak dapat keluar dari rongga

dada. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan paru kolaps ipsilateral, diikuti oleh

kompresi paru kontralateral dan mediastinum. Temuan terkait termasuk hyperlucent paru

unilateral, melebarnya spasi interkostal, depresi hemidiaphragmatic, dan deviasi trakea.

Namun, diagnosis terutama melalui klinis karena pencitraan awal kurang spesifik. Tersangka

tension pneumothorax harus segera didekompresi dengan jarum besar thoracostomy sebelum

radiografi. Sebuah rontgen pascaprosedur diperoleh untuk memverifikasi penempatan tabung

berikutnya dan untuk menilai efektivitas terapi (Gambar. 10).

Hemothorax sederhana merupakan hasil dari pembuluh darah yang pecah atau laserasi pada

trauma tumpul dan penetrasi. Pada radiografi dada, tampilannya mirip dengan efusi serosa

pleura (Hydrothorax), dengan lapisan cairan dan menumpulkan sudut kostofrenikus. Jarang,

efusi dapat subpulmonic, berlocus, atau lamellar. Hemothoraks yang kecil biasanya teratasi

spontan, dan drainase jarang diperlukan. Namun, hemotoraks besar dapat mengisi seluruh

rongga pleura dan gambaran radiografinya sebagai sebuah opac hemithorax. Hemothorax

kronis menjadi lebih rumit oleh infeksi (empiema atau pyothorax) dengan erosi dinding dada

(empiema necessitatis) atau fibrosis (fibrothorax). Tension hemothorax terjadi akibat

pendarahan intratoraks yang masif menyebabkan kompresi paru ipsilateral dan perpindahan

mediastinum. Eksplorasi emergensi torakotomi diindikasikan untuk mengidentifikasi dan

memperbaiki perdarahan (Gambar. 11).

Page 11: Objective

Chylothorax merupakan hasil dari kerusakan duktus toraks, penanganan yang disarankan

adalah thoracentesis. Sisi kiri-chylothorax terlihat ruptur dari saluran toraks atas, sedangkan

chylothorax sisi kanan diakibatkan cedera-tingkat yang lebih rendah pada duktus yang

melalui garis tengah (Gambar. 12). CT dengan resolusi kontras berguna untuk membedakan

chylothorax, hydrothorax, pyothorax, dan hemotoraks serta penyebab lain dari densitas

radiografi.

Paru-paru

Penonjolan atau herniasi paru-paru dapat terjadi melalui trauma yang menyebabkan

melemahnya fasia pada servikal, interkostal, dan diafragma. Radiografi dada

mengidentifikasi daerah paru sampai ke kavum toraks (Gambar.. 13). Manajemen konservatif

disarankan kecuali jika ada gangguan pernapasan, penahanan, atau strangulasi.

Page 12: Objective

Atelektasis atau kolapsnya lobar diakibatkan dari obstruksi benda asing, aspirasi, atau ruptur

bronkial. Setiap lobus bisa terlibat, dan tanda-tanda radiografi dada klasik didapat pada lobus

atas dan tengah ("peak juxtaphrenic" sign atau "Katten" sign), lobus atas kanan (luftsichel

sign), lobus kiri bawah ("flat waist"sign, "invory heart"sign), dan kolaps lobus kanan bawah

(superior triangle sign). Pneumotoraks bekas vakum merupakan komplikasi yang jarang pada

kolaps lobus akut akibat peningkatan tekanan negatif intrapleural di sekitar lobus yang

kolaps. Pneumotoraks kembali secara spontan setelah penyembuhan dari obstruksi bronkus

dengan reexpansion lobus yang sesuai. Identifikasi kondisi ini penting untuk mengarahkan

pengobatan menuju bronkus yang terkena dibandingkan memasukkan chest tube ke ruang

pleura (Gambar. 14).

Kontusio paru terjadi ketika cedera paru mengakibatkan kebocoran darah dan edema ke

dalam ruang interstitial dan alveolar. Pada radiografi dada, memar muncul sebagai area udara

perifer -ruang opacity atau kekeruhan dasar kaca, biasanya berdekatan dengan struktur

tulang. Lesi yang jelas dalam waktu 6 jam setelah trauma dan umumnya sembuh dalam 5-7

hari. Laserasi paru merupakan cedera berat yang melibatkan gangguan arsitektur paru. Ruptur

organ dan trauma benda asing dapat mengakibatkan udara masuk (pneumatocele), darah

(hematoma), dan infeksi (abses) ke dalam parenkim paru. Pada radiografi dada, lokalisasi

penumpukan udara dilihat dalam area opacity ruang udara. Cedera sembuh dalam waktu

berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan dapat terjadi jaringan parut kronis (Gambar. 15).

Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) dapat terjadi injury sekunder, termasuk trauma,

infeksi, syok, aspirasi, transfusi, dan obat-obatan. Setelah 12- 48 jam, kerusakan pada barier

kapiler alveolar memungkinkan masuknya cairan ke dalam ruang alveolar, yang tampak pada

radiografi sebagai difus bilateral paru opacity (Gambar. 16). Diagnosis banding

pencitraannya adalah atelektasis, aspirasi, emboli lemak, edema paru alveolar, pneumonia,

dan perdarahan. Terapi sesuai kondisi yang mendasari dan perawatan suportif selama minggu

sampai bulan.

Page 13: Objective

Mediastinum

Pneumomediastinum, atau emfisema mediastinum, mengacu pada adanya udara di struktur

mediastinum akibat dari trauma penetrasi atau trauma tumpul faringeal, trakeobronkial, atau

trauma esofagus. Udara bebas masuk ke mediastinum dan berhubungan melalui ruang

vaskular dan merusak fasia sehingga mempengaruhi kompartemen anatomi yang berdekatan.

Beberapa tanda-tanda radiografi dada yang digambarkan, yaitu udara pada superior

diafragma (continous diaphragma sign, continous left hemidiaphragma sign, extrapleural air

sign), disekitar arteri paru-paru kanan (tanda "cincin-sekitar-arteri"), desending aorta lateral

("Naclerio’s V "sign), dan superior vena brakiosefalika ("V" sign di pertemuan vena

Page 14: Objective

brakiosefalika) (Gambar. 17). Pada anak-anak, elevasi lobus thymus (thymic sail sign) dapat

dilihat. Diperlukan identifikasi dan perbaikan pada organ yang terkena.

Perdarahan mediastinum (hematoma mediastinum) diakibtkan karena cedera vaskular.

Hematoma masif dapat menghasilkan ketidakteraturan radiografi dan pembesaran

mediastinum. Kriteria yang diajukan untuk pelebaran mediastinum yaitu lebar lebih besar

dari 8 cm dan besar mediastinum dengan dada rasionya lebih besar dari 0,25 (Gambar. 18A).

Ruptur esofagus dan cedera akibat benda asing dapat menyebabkan infeksi mediastinum

(mediastinitis). Radiografi mungkin menunjukkan edema, perdarahan, dan produksi gas di

mediastinum dan jaringan lunak pada servikal, serta efusi pleura dan konsolidasi pada lobus

bawah (Gambar. 18B).

Page 15: Objective
Page 16: Objective

Trakea dan Saluran Pernapasan

Cedera tracheobronchial termasuk laserasi karena trauma tembus dan ruptur dari trauma

tumpul saluran napas, terutama ketika glotis tertutup. Umumnya, diikuti cedera pada dinding

dada, paru-paru, dan pembuluh darah besar. Tranverse tears biasanya terjadi antara cincin

trakea tulang rawan, sedangkan longitudinal tears terlihat di posterior membran trakea. Hal

ini menyebabkan pneumomediastinum masif dan edema jalan nafas, perdarahan, dan

pneumotoraks. Pada radiografi dada, dapat dilihat over distensi tabung endotrakeal, dengan

herniasi akibat ruptur dinding trakea. Pada transections bronkial, tampak paru inferior jatuh

jauh dari hilus pada posisi radiografi tegak dan posterolateral pada posisi terlentang ( fallen

lung sign) (Gambar. 19). Perbaikan bedah diperlukan untuk menjaga jalan napas dan untuk

mencegah komplikasi seperti striktur tracheobronchial.

Esofagus

Cedera esofagus dapat disebabkan oleh muntah yang hebat (sindrom Boerhaave), trauma

penetrasi, atau penekanan tulang yang kuat pada trauma tumpul. Esofagus berjalan ke kiri

dari trakea, bergerak ke kanan di tingkat karina, dan melintasi kembali ke kiri memasuki

perut. Sebagian esofagus berada di daerah servikal dan toraks bagian atas dan hadir dengan

efusi pleura kiri dan sisi kanan. Kadang-kadang, lesi gastroesophageal junction terlihat,

biasanya berhubungan dengan efusi sisi kiri. Temuan lain radiografi meliputi

pneumomediastinum, melebarnya garis paraspinal, dan opacification retrocardiac paru

(Gambar.. 20A). CT atau studi pencernaan bagian atas dapat menunjukkan ekstravasasi

kontras dan penebalan esofagus. Operasi korektif harus dilakukan segera karena risiko

edema, infeksi, dan fistel.

Hernia hiatus terjadi setelah trauma tumpul atau penetrasi, dengan prolaps perut melalui

hiatus esofagus diafragma. Radiografi dada menunjukkan struktur retrocardiac diisi dengan

gas dan / atau cairan, yang menunjukkan perut intratoraks (Gambar.. 20B). Intervensi tidak

ada kecuali terjadi inkarserasi dan strangulasi.

Page 17: Objective

Jantung

Pericardum

Perikardial tears akibat dari cedera tumpul yang berat atau trauma tembus. Pada radiografi

dada, bentuk konvek dari jantung tidak teratur (“snow cone sign”) pada cedera jantung,

pneumomediastinum, dan pneumotoraks. Pleuropericardial yang besar atau ruptur diafragma

perikardial dapat mengakibatkan herniasi jantung, ditandai dengan pergeseran dari siluet

jantung. Kondisi ini predisposisi volvulus jantung dengan obstruksi dari pembuluh darah

besar dan membutuhkan perbaikan bedah segera (Gambar.. 21).

Ruptur organ dan pembuluh darah mengakibatkan cairan (efusi perikardial) atau udara

(pneumoperikardium) ke rongga perikardial. Efusi perikardial dapat berisi transudat

(Hydropericardium), eksudat (pyopericardium), limfatik (chylopericardium), atau hemoragik

(hemopericardium). Selain itu, ruptur organ dan cedera akibat benda asing dapat

mengakibatkan peradangan pericardial dan infeksi (perikarditis). Tanda-tanda radiografi efusi

Page 18: Objective

sangat jarang, termasuk pembesaran global siluet jantung (“water-bottle sign”) pada

radiografi frontal dan pemisahan lemak pada epicardial dan retrosternal ("epikardial fat-pad"

“Oreo Cookie”, “sandwich”, atau tanda stripe) pada lateral radiografi (Gambar.. 22). CT

dapat membantu penentuan karakterisasi lesi perikardial dan isi efusi.

Pneumoperikardium adalah udara yang terletak di dalam rongga perikardial dan eksternal

jantung. Loculation dalam kantung perikardial ditunjukkan oleh pergeseran nondependent

pada radiografi dekubitus. Pada radiografi dada tegak, band radiolusen dari udara sekitar

jantung (tanda halo) dan udara pada melintang sinus perikardial (“tranverse band of air

sign”) dapat dilihat. Radiografi lateral mungkin menunjukkan retrosternal hypolucency

anterior ke dasar jantung dan aorta (“triangle of air sign”). Pada tension pneumoperikardium,

tanda kompresi jantung dengan penurunan rasio kardiotoraks dapat terlihat (“small heart

sign”) (Gambar. 23). Karena daya regang perikardial, efusi yang terjadi tidak bergejala.

Namun, akumulasi cepat walaupun jumlahnya kecil cairan atau udara dapat menghasilkan

tamponade jantung, di mana peningkatan tekanan perikardial menyebabkan penurunan

Page 19: Objective

hemodinamik. Pada CT, distensi vena cava dan vena hati dan ginjal dapat dilihat, yang

mengindikasikan kongesti kardiak berat. Pericardiocentesis segera diindikasikan untuk

pemulihan fungsi normal kardiovaskular.

Trauma Cardiac

Kontusio miokard disebabkan oleh ruptur pembuluh intramyocardial setelah trauma jantung

yang berat. Pada radiografi dada, tampak hematoma dinding dada dan kardiomegali akibat

hemopericardium. Pada radiografi dapat diivisualisasikan miokard yang menyebabkan gagal

jantung kongestif dan edema paru. Temuan ini terkait fraktur skeletal dan contusio paru.

Aneurisma jantung, pada dinding luar septum atau ruang bebas pada chamber jantung terjadi

akibat trauma tumpul berat. Paling sering terlihat di dinding anterior ventrikel kiri atau apeks.

Aneurisma dapat dikelola secara konservatif, tetapi harus dipantau secara hati-hati karena

peningkatan risiko ruptur. Pseudoaneurysms jantung, yang terbentuk ketika ruptur dinding

sehingga terbentuk hematoma epikardial dan jaringan parut perikardial, biasanya gejala sisa

dari trauma tembus. Hal ini biasanya terletak di dinding posterolateral dari ventrikel kiri.

Perbaikan bedah segera diperlukan untuk mencegah rupture yang komplit (Gambar.. 24A).

Komplit rupture jantung dapat terlihat pada trauma tumpul berat dan trauma penetrasi.

Ventrikel kanan sering terlibat karena berdinding tipis dan lokasinya di anterior dada.

Ventrikel kiri, atrium kanan, dan atrium kiri lebih jarang terkena. Ruptur dinding dan fistel

pada organ yang berdekatan menghasilkan hemopericardium dan perikarditis. Ruptur dari

Page 20: Objective

interventrikular septum, otot papiler, dan katup juga dapat terjadi (Gambar.. 24B). Torsi berat

dapat menghasilkan avulsi jantung, yang memisahkan jantung dari pembuluh darah besar.

Radiografi dada menunjukkan pembesaran jantung dan bayangan yang tidak teratur, hal ini

sering dihubungkan dengan edema paru dan efusi pleura. Koreksi bedah segera dilakukan.

Infark miokard terlihat dengan peningkatan frekuensi pada pasien trauma karena cedera arteri

koroner dan oklusi. Radiografi dada dapat menunjukkan komplikasi seperti edema paru

sekunder untuk gagal jantung. Trombolisis, intervensi koroner perkutan, atau bypass arteri

koroner okulasi mungkin diperlukan pada kasus yang berat. Gejala sisa kronis termasuk

penipisan miokard, fibrosis, dan kalsifikasi (Gambar. 24C). Ada peningkatan risiko

aneurisma jantung dan pembentukan pseudoaneurysm dengan ruptur berikutnya.

Aorta

Traumatic aortic injury (TAI) mengacu pada luka yang disebabkan oleh trauma tumpul aorta

yang menghasilkan perlambatan diferensial struktur toraks terkait efek mekanik padat dan

Page 21: Objective

cairan. Isthmus aorta paling sering terlibat, diikuti oleh akar aorta dan aorta diafragma. Gaya

yang kuat pada isthmus aorta termasuk shearing stress, dimana arkus aorta bergerak bebas

terpisah dari fiksasi aorta desending, bending stress dengan fleksi aorta yang melewati arteri

pulmonary kiri dan batang bronkus dan menjepit tulang, mengakibatkan kompresi aorta

antara spinal dengan anterior tulang. Pada asending aorta, stress torsi terjadi pada pembuluh

aorta karena displacement cardiac dan effect hammer-water akibat peningkatan mendadak

tekanan intraaorta dengan kemungkinan ruptur pericardial dan tamponade jantung. Tanda-

tanda radiografi dari TAI termasuk pelebaran mediastinum, ketidakteraturan atau

mengaburkan dari kontur aorta, kekeruhan dari jendela aortopulmonary, depresi dari batang

bronkus kiri, penyimpangan esofagus dan trakea ke kanan, melebarnya paratrakeal dan garis-

garis paraspinous, dan hemotoraks atau sumbatan apek kiri (Gambar. 25A dan 25B).

Trauma diseksi aorta ditandai oleh intimomedial tear, yang memungkinkan perdarahan ke

dalam lapisan dinding medial dan pembentukan dari lumen palsu. Radiografi dada tidak

spesifik, mungkin dapat menunjukkan siluet aorta yang tidak teratur, kalsifikasi terputus dari

knob aorta tanda ("broken halo"), atau intraluminal displacemen dari kalsifikasi aorta intima

ring sign (Gambar. 25C).

Aneurisma aorta traumatis mewakili dilatasi lokal aorta yang melibatkan tiga lapisan dinding

arteri dan rentan ruptur. Sebuah aorta membesar dan siluet tidak teratur terlihat pada

radiografi dada (Gambar.. 25D). Operasi terbuka dianjurkan untuk aneurisma aorta asending

yang gejala, atau lebih dari 5.0-5.5 cm. Desending aneurisma aorta melebihi 6,0 cm biasanya

dapat diperbaiki melalui endovascular stent-grafting.

Page 22: Objective

Vaskular Trauma

Pembuluh darah besar

Lebih dari 90% dari luka pada pembuluh darah besar disebabkan oleh trauma tembus.

Pembuluh darah cabang aorta, vena kava, dan vena paru juga rentan terhadap cedera tumpul

melalui mekanisme mirip dengan TAI. Pembentukan hematoma lokal dan hemopericardium

terjadi akibat komplikasi (Gambar.. 26). Jika perdarahan tidak dapat dikendalikan, intervensi

bedah diindikasikan untuk mempertahankan integritas sirkulasi kardiovaskular.

Page 23: Objective

Arteri p ulmonary

Pada pasien trauma, hiperkoagulabilitas dan imobilisasi predisposisi vena dalam trombosis,

yang dapat beredar ke arteri paru dan menghasilkan emboli paru (PE). Hal ini menyebabkan

peradangan, hipoksemia, penurunan hemodinamik pada komplaian jantung kanan (kor

pulmonal), dan infark paru dengan hilangnya daerah surfaktan. Temuan radiografi dada

sebagian besar tidak spesifik dan termasuk kardiomegali, atelektasis, edema paru, efusi

pleura, dan elevasi hemidiaphragmatic. Tanda-tanda klasik pencitraan termasuk oligemia

(Westermark sign), pembesaran arteri paru sentral (Fleischner sign), pembesaran arteri

pulmonalis desending kanan ("Palla" sign), dan arteri pulmonalis yang meruncing (knuckle

sign). Pada infark akut, kekeruhan focal subpleural (Hampton hump) dapat dilihat, sedangkan

fibrosis linier (Garis Fleischner) dan resolusi infark sentripetal (“melting ice cube sign”)

terjadi pada tahap-tahap selanjutnya (Gambar. 27A dan 27B). Tes definitif untuk PE

termasuk ventilasi-nuklir perfusi (V / Q) skintigrafi, CT angiography (CTA), dan angiografi

paru. Namun demikian, radiografi masih rutin digunakan untuk skrinning sumber rasa sakit

dada dan untuk membantu dalam penafsiran dari V / Q scan. Terapi antikoagulasi segera

direkomendasikan bila dicurigai PE.

Emboli septik terjadi ketika terinfeksi bahan dari ruptur organ atau cedera akibat benda asing

pada paru-paru. Radiografi dada menunjukkan nodul bilateral difus berbagai ukuran dan

tahapan kavitasi, mencerminkan beberapa bercak emboli. Seiring waktu, lesi menjadi opacity

Page 24: Objective

perifer berbentuk baji (Gambar. 27C). Pengobatan memerlukan antibiotik dan mungkin

thoracentesis.

Emboli udara disebabkan oleh ruptur organ atau cedera penetrasi yang mempengaruhi

sistemik sirkulasi vena. Hal ini juga dapat disebabkan oleh barotrauma. Kematian tergantung

pada jumlah dan tingkat masuk gas. Radiografi dada mungkin menunjukkan daerah

hyperlucent di jantung kanan, arteri paru, dan vena sistemik. Tanda-tanda oligemia paru,

edema, atau kongesti jantung kanan juga dapat dilihat.

Hasil emboli lemak dari trauma ke tulang panjang dan pelvis dapat melepaskan partikel

lemak dan menutup kapiler. Produksi asam lemak bebas menyebabkan pneumonitis kimia

dalam 12-72 jam dari cedera. Radiologis manifestasi yang sama dengan ARDS-yaitu, opacity

parenkim difus (Gambar. 27d).

Kehamilan merupakan faktor risiko yang diketahui untuk penyakit tromboemboli. Risiko

paparan radiasi untuk janin harus dipertimbangkan terhadap kecurigaan klinis untuk PE.

Pasien yang terkena harus diberikan heparin karena efek teratogenik dari warfarin. Selain itu,

ada risiko emboli air ketuban (AFE), di mana cairan ketuban memasuki vena rahim selama

persalinan atau manipulasi plasenta. Radiografi, kondisi ini hadir dengan difus opacity

bilateral yang dibedakan dari PE, perdarahan, dan pneumonia (Gambar.. 27E). Sesar segera

harus dilakukan pada pasien dengan jantung yang tidak responsif terhadap resusitasi. Emboli

benda asing dapat terjadi dengan fragmentasi benda asing (Gambar. 27F). Kematian

tergantung pada lokasi, durasi, dan tingkat keparahan emboli. Cardiopulmonary cedera yang

umum, dan risiko lainnya termasuk perforasi, trombosis, dan infeksi.

Page 25: Objective
Page 26: Objective

BAB III

Kesimpulan

Radiografi dada memainkan peran penting dalam evaluasi awal trauma tumpul dan penetrasi

pada dada, memberikan pencitraan informasi yang cepat untuk melengkapi anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dalam kondisi gawat darurat, cedera yang dapat terjadi di bagian dada dan

perut bagian atas penting untuk interpretasi radiografi dada yang akurat serta saran yang tepat

untuk manajemen dan follow up. Pemahaman patofisiologi trauma terkait temuan pencitraan

untuk luka pada dinding dada, diafragma, pleura, paru-paru, mediastinum, jantung, aorta, dan

pembuluh darah besar akan memungkinkan ahli radiologi untuk berinteraksi dengan cepat

dan efektif dengan anggota lain dari tim perawatan kesehatan.