Upload
sari-bestya-rakhmaisya
View
50
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Obstruksi Saluran Napas Atas
Leliana SalehWasobirin
Anatomi Saluran Pernapasan
Obstruksi saluran napas atas
• Kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas sering menyebabkan gagal napas.
Gejala dan tanda obstruksi saluran nafas atas
• Suara berkumur• Suara nafas abnormal (stridor)• Pasien gelisah karena hipoksia• Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak dada
paradoks – retraksi trakea/ dinding dada• Kesulitan bernafas• Sianosis• Penurunan kesadaran• Tersedak
Obstruksi hidung1. Kelainan struktural : Kelainan septum, polip,
hipertrofi adenoid2. Alergi: rinistis alergi3. Tumor hidung4. Trauma hidung5. Benda asing di hidung
Polip hidung
• Massa lunak yg mengandung banyak cairan di dlm rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, terjadi akibat inflamasi mukosa.
• Biasanya tumbuh dari KOM• Pertumbuhan polip : polip
koana, polip antero-koana• Gejala: rinore jernih-
purulen, nyeri pd hidung & kepala bagian frontal, PND, suara sungau
• Stadium : 1. Terbatas di meatus medius2. Sudah keluar dari meatus medius
tp blm memenuhi rongga hidung3. Polip masif
• PF: hidung tampak mekar, rinoskopi anterior massa berwarna pucat & mudah digerakkan
• PP: foto polos sinus paranasal, TK, Ct scan
• Tata laksana: medikamentosa, polipektomi
Kelainan septum1. Deviasi septum
– penyebab: trauma, ketidakseimbangan pertumbuhan
– Bentuk deformitas: krista, spina, sinekia– Gejala: hidung tersumbat, nyeri kepala &
sekitar mata, gangguan penciuman– PF: rinoskopi anterior: deformitas septum
sesuai bentuk– Tatalaksana: koreksi septum.
2. Hemtoma septum– akibat trauma– Gejala: sumbatan hidumg, nyeri– PF: bentuk bulat, licin, berwarna merah– Tatalaksana: drainase (pungsi) insisi
tampon, antibiotik
3. Abses septum– Penyebab: trauma,
komplikasi dari hematoma septum
– Gejala: hidung tersumbat progresif, nyeri berat, demam, sakit kepala
– PF: pembengkakan septum, permukaan licin
– Tatalaksana: drainase, insisi, antibiotik, analgetik
hipertrofi adenoid
• Pembesaran jaringan limfoid pd dinding posterior nasofaring & termasuk dlm cincin waldeyer.
• Normalnya: Resolusi spontan usia 18-20 th
• Gejala: sumbatan koana & sumbatan tuba eustaschius
• PF: rinoskopi anterior tertahannya gerakan velum palatum mole pd saat fonasi. Rinoskopi posterior
• Tatalaksana: adenoidektomi
Rinitis alergi• Penyakit inflamasi yg disebabkan oleh
reaksi alergi pd pasien atopi yg sebelumnya sudah tersensitasi dgn alergen yg sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dgn alergen spesifik trsbt.
• Gejala: bersin berulang, rinore (encer & banyak), hidung tersumbat, hidung &mata gatal, kadang lakrimasi.
• PF: Allergic shiner, allergic salute, allergic crease. Rinoskopi anterior: mukosa edema, basah, livid, sekret encer & banyak. Dinding post faring tampak granuler & edem, dinding lateral faring menebal, lidah seperti gambaran peta.
• PP: in vitrohit eosinofil & IgE normal/meningkat, ELISA. In vivoSET, IPDFT.
• Tatalaksana: menghindari kontak dgn alergen, medikmentosa,operatif.
• Komplikasi: polip,OME, sinus paranasal
Tumor Hidung
• Tersering: papiloma• Tumor jinak di kavum nasi
scr klinis bersifat destruktif ke jaringan sekitarnya perlu penanganan seperti tumor ganas.
• Gejala: mirip polip nasi, lbh keras, padat, tdk mengkilat. Umumnya tumbuh di dindinglateral hidung.
• Pembedahan luas, radiasi tdk dianjurkan.
Trauma hidung• Berdasarkan waktunya:
trauma baru (kalus blm terbentuk), trauma lama (akhir minggu ke2 trauma)
• Berdasarkan hub dgn dunia luar: trauma terbuka dan tertutup
• Arah trauma: dari lateral, frontal, inferior
• Tanda: deformitas, deviasi, kelainan bentuk, edema, hematoma, nyeri, luka robek, dll.
• PP: radiologi anteroposterior dan lateral
• Tatalaksana: periksa sumbatan jalan napas, reposisi hidung.
Benda asing di hidung• Sering ditemukan pada anak-anak sebagai
penyebab sumbatan hidung• Benda asing lazimnya manik-manik,
kancing, karet penghapus, kelereng, kacang polong dll.
• Gejala yang lazim adalah Obstruksi Unilateral. Sekret mukopurulen dan sekret yang berbau.
• Gejala:Stadium 1: batuk-batuk hebat secara tiba-tiba,
rasa tercekik, tersumbatStadium 2: gejala stadium permulaan diikuti
oleh interval asimtomatik, krn benda asing tersangkut, refleks melemah dan gejala akut menghilang
Stadium 3: obstruksi, erosi atau infeksi akibat benda asing : batuk-batuk, hemoptisis.
• Bahaya benda asing tersebut adalah nekrosis, Infeksi Sekunder dan Aspirasi Saluran Napas
• PF: tampak mukosa hidung edem dan inflamasi unilateral
• Tatalaksana: benda asing permukaan kasar menggunakan forsep, bila bulat & licin menggunakan pengait yg ujungnya tumpul.
Obstruksi faring
1. Infeksi : tonsilitis, abses leher dalam2. Benda asing3. Tumor: karsinoma nasofaring
Tonsilitis
• Peradangan tonsil palatina
• Virus:– Gejala: seperti common
cold & nyeri tenggorokan– PF: tergantung kuman
penyebab, luka-luka kecil pd palatum, tonsil sangat nyeri, pembesaran tosil
– Tatalaksana: istirahat, minum cukup, analgetik & antivirus (bila diperlukan)
• Bakteri– Gejala: nyeri tenggorok,
nyeri menelan, demam, lesu, nyeri sendi, nafsu mkn menurun, otalgia.
– PF: tonil membengkak, hiperemis, detritus +, pembesaran kelenjar submandibula, nyeri tekan.
– Tatalaksana: antipiretik, antibiotik.
Benda asing di orofaring dan hipofaring
• Dapat tersangkut antara lain di tonsil, dasar lidah, valekula, sinus pirifoemis yang menimbulkan odinofagia
• Tatalaksana: – Benda asing di tonsil : menggunakan pinset
atau cunam– Benda asing didasar lidah : menggunakan
cunam dg bantuan kaca tenggorok yg besar
Karsinoma nasofaring• Gejala & tanda:
– Gejala telinga tinitus, otalgia, & penurunan pendengaran,
– Gejala mata dan syaraf Diplopia & neuralgia trigeminal
– Gejala nasofaring epistaksis ringan / sumbatan.
– Gejala metastasis ke leher benjolan pada leher
• Histopatologi Karsinoma Nasofaring (WHO)
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratin
2. Karsinoma tidak berkeratinisasi3. Karsinoma tidak berdiferensiasi
Etiologi: Epstein-Barr virusFaktor lain : letak geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, lingkungan, kebiasaan hidup nitrosamin, sosial ekonomi
Lanjutan KNF
Diagnosis:Pemeriksaan radiologi konvensional foto tengkorak potongan antero- postorior lateral, dan posisi watersPemeriksaan tomografi, CT Scan nasofaring, paling dipercaya untuk menetapkan stadium tumor dan perluasan tumorPemeriksaan serologi, berupa pemeriksaan titer antibodi terhadap virus Epsten-Barr ( EBV )Diagnosis pasti biopsi nasofaring: biopsi dari hidung atau mulutPemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk mendeteksi adanya metatasis.
• Penatalaksanaan:Stadium I : RadioterapiStadium II dan III : KemoradiasiStadium IV dengan N < 6 cm: KemoradiasiStadium IV dengan N > 6 cm: Kemoterapi
dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi
Terapi:• Utama : radioterapi• Pengobatan tambahan
• diseksi leher• pemberian tetrasiklin• factor transfer• Interferon• Kemoterapi• Seroterapi• vaksin • anti virus.
Staging The AJCC/UICC classification system is as follows:
• Primary tumor (T)– TX –tumor primer tidak dapat dinilai– T0 – tidak tampak tumor– Tis - Carcinoma in situ– T1 –tumor terbatas di nasofaring– T2 –tumor meluas ke jaringan lunak
• T2a –perluasan tumor ke orofaring/rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring
• T2b –disertai perluasan ke parafaring– T3 –tumor menginvasi struktur tulang
dan/sinus paranasal– T4 –tumor dengan perluasan
intrakranial dan/atau terdapat keterlibatan saraf kranial,fosaa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang mastikator.
• Regional lymph nodes (N)– NX –pembesaran KGB tidak dapat dinilai– N0 –tidak ada pembesaran– N1 –metastasis KGB unilateral, dengan
ukuran terbesar ≤ 6 cm, diatas fossa supraklavikula
– N2 - metastasis KGB bilateral, dengan ukuran terbesar ≤ 6 cm, diatas fossa supraklavikula
– N3 - metastasis KGB bilateral, dengan ukuran >6 cm, atau terletak didalam fossa supraklavikula• N3a –ukuran > 6 cm• N3b –di dalam fossa supraklavikula
• Distant metastasis (M)– MX –metastasis jauh tidak dapat dinilai– M0 – tidak ada metastasis jauh– M1 – terdapat metastasis jauh
• Follow up– Perlu follow up
setidaknya 10 tahun karena terdapat risiko terjadinya rekurensi
• Pencegahan – Pemberian vaksinasi – Migrasi penduduk dari
daerah resiko tinggi– Penyuluhan
• Prognosis
Kelainan laring
1. Kelainan kongenital
a. Laringomalasi • Epiglotis melemah
inspirasi epiglotis tertarik kebawah dan menutup rima glotis bila bernafas bernafas berbunyi (stridor).
• Tanda: cekungan (retraksi) didaerah suprasternal, epigastrium, interkostal, dan supraklavikular.
• Penatalaksanaan: intubasi endotrakea
b. Stenosis subglotik• Etiologi:
1. Penebalan jaringan mukosa dengan hiperplasia kelenjar mukus dan fibrosis
2. Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumen yang lebih kecil
3. Ukuran tulang rawan krikoid yang lebih kecil
4. Pergeseran cincin trakea• Tanda: cekungan (retraksi) didaerah
suprasternal, epigastrium, interkostal, dan supraklavikular.
• Penatalaksanaan: dilatasi dengan laser CO2, pembedahan.
c. Selaput dilaring• Tumbuh didaerah glotis, supraglotis, subglotik• Terdapat gejala sumbatan laring• Penatalaksanaan: bedah mikro laring untuk
membuang selaput
d. kista kongenital• Tumbuh dipangkal lidah• Mengangkat kista dengan bedah mikro
e. Hemangioma• Tumbuh di daerah subglotik• Gejala: hemoptisis disertai sumbatan laring• Penatalaksanaan: bedah laser, kortikosteroid.
f. Fistel laringotrakea-esofagal• Kegagalan penutupan dinding posterior
kartilago krikoid• Terdapat gejala pneumonia dan terdapat gejala
sumbatan laring• Penatalaksanaan: aspirasi cairan dari esofagus
2. Peradangan laringa. Laringitis akut• Etiologi: bakteri atau virus• Gejala & tanda: demam, malaise,
disfoni, nyeri menelan atau bicara, serta gejala sumbatan laring.
• Pf: mukosa laring hiperemis, membengkak
• Penatalaksanaan: istirahat bicara 2-3 hari, menghirup udara lembab, menghindari iritasi,.
Antibiotik (bila peradangan dari paru)
sumbatan laring: pemasangan pipa endotrkea atau trakeostomi
b. Laringitis kronik• Etiologi: sinusitis kronik, deviasi septum,
polip hidung, bronkitis kronik• Gejala: suara purau, rasa tersangkut
ditenggorok, sering mendehem.• Pf: mukosa menebal, permukaan tidak rata dan
hiperemis,• Tatalaksana: mengobati peradangan hidung,
faring serta bronkus.
c. Laringitis kronik spesifikLaringitis tuberkulosis• Secara klinik terdiri dari 4 stadium:
1. Stadium infiltrasi
2. Stadium Ulserasi
3. Stadium perikondritis
4. Stadium fibrotuberkulosis
gejala : rasa kering, panas dan tertekan, suara purau, hemotisis, nyeri menelan.
• Tatalaksana: obat anti tuberkulosis primer dan skunder, istirahat suara
Laringitis leutika • Radang laring menahun yang stadium tertier-
nya terjadi pembentukan guma (menyerupai keganasan laring)
• Gambaran klinik: guma pecah ulkus yang dalam perikondiritis
• Gejala: suara parau, batuk kronik, dan disfagia.• Tatalaksana: penisilin dengan dosis tinggi,
pengangkatan squester, bila terdapat sumbatan laring dilakukan trakeostomi
3. Lesi jinak laringa. Nodul pita suara• Etiologi: penyalah gunaan
suara dalam waktu yang lama• Gejala: suara purau, kadang
disertai batuk• Pf: nodul dipita suara sebesar
kacang hijau atau lebih kecil berwarna keputihan
• Tatalaksana: istirahat bicara, bila dicurigai keganasan dilakukan bedah mikro.
b. Polip pita suara• Etiolog: Proses radang menahun dari
subepitel pitasuara (merokok, penggunaan suara berlebihan)
• Gejala: suara purau• Polip mukois berwarna keabu-abuan• Polip angiomatosa berwarna merah
tua• Tatalaksana: bedah mikro laring dan
pemeriksaan PA
c. Kista pita suara• Kista retensi kelenjar liur minor
laring tersumbatnya kelenjar• Etiologi: iritasi kronik, infeksi,
refluks esofageal• Gejala: suara purau• Bedah minor laring
4. Kelumpuhan pita suara
• Etiologi: trauma kepala pada saat lahir, keganasan, trauma leher.
• Gejala: suara purau, stridor, kesulitan menelan.
• Tatalaksana: terapi suara, bedah pita suara
Penaggulangan sumbatan laring • Menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat
atau membuat jalan nafas baru yang dapt menjamin ventilasi.
• Gejala dan tanda:
1. disfoni
2. Dispneu
3. stridor
4. Cekungan di suprasternal, epigastirum supraklavikula dan interkostal.
5. Gelisah
6. Pucat
4 stadium sumbatan laring beserta tanda dan gejala menurut jackson
1. Cekungan tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor pada waktu inspirasi dan pasien tenang
2. Cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam, ditambah lagi cekungan di epigastrium, stridor waktu inspirasi dan pasien tampak mulai gelisah
3. Cekungan didaerah suprasternal epigastrium, infraklavikula, dan interkostal. Stridor saat inspirasi dan ekspirasi, pasien tampak sangat gelisah dan dispneu
4. Cekungan-cekungan diatas bertambah jelas pasien sangat gelisah tampak sangat ketaukutan dan sianosis
Intubasi endotrakea• Indikasi:
1. Untuk mengatasi sumbatan saluran nafas bagian atas
2. Membantu ventilasi
3. Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeo-bronkial
4. Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau yang berasal dari lambung
Trakeostomi
• Indikasi:
1. Mengatasi obstruksi laring
2. Mengurangi spasi ruangan disaluran nafas atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring
3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus
4. Untuk memasang respirator
5. Untuk mengambil benda asing dari subglotik
krikotirotomi
Daftar pustaka
• Kaufman JA, Bellafsky PC. Infectious and inflammatory diseases of the larynx. In: Snow JB jr, Ballenger JJ eds. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Sugery 16th ed. BC Decker inc 2003: p.1185-217
• Ludlow CL, Mann EA. Neurogenic and functional disorders of Larynx. In: Snow JB jr, Ballenger JJ eds. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Sugery 16th ed. BC Decker inc 2003: p.1218-53
• Lusk RP. Congenital anomalies of the larynx. In: Snow JB jr, Ballenger JJ eds. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Sugery 16th ed. BC Decker inc 2003: p.1048-72
• Adams GL, Boies LR, Paparella MM. Tracheostomy. In Adams GC, Boies LR, Hilger PA. Fundamental of otolaryngology. 6th ed. Philadelphia, WB Saunders Co, 1989: p.705-16
• Ballenger JJ. Tracheostomy. Diseases of the nose, throat, ear, head and neck 14th ed. Lea Febiger, Philadephia, London, 1991: p.543-7
• Tambunan KL, Ahmadyah I, Iskandar N, Madjid AS, Sastro Satomo H. Buku panduan gawat darurat jilid 1. keadaan darurat yang mengancam nyawa, Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 1990: h.111-2, 119-20
feedback• OSNA pada kegawatdaruratan• Faringitis: bikim obstruksi napas tp bkn kasus emergency (lihat
gejala&tanda obst)• Sesak: kemungkinan hidung atau orofaring. Klo oro kaya org mkn kentang
panas, klo laring: suara serak.• Perbedaan:
– OSNA inspirasi: hidung, faring, laring– Ekspirasi: sal napas atas (trakhea, bronkhitis, dll)– Sadar buruk: buat orang tenang dulu – OSNA orang sadar lbh baik dr yg gak sadar soalnya yg sadar msh bs buka mulut– Emergency, tenangkan pasien, pasang oksigen, tentuin dari hidung/oro atau
laring (pd laring hati2 klo ada tumor laring)• Heimlich untuk sumbatan total• Headtilt chinlift: untuk sumbatan hidung dan oro