32
<<OCEANIC>>1 H I M I T E K A Vol. 2 No. 002 >> 2014

Oceanic Magazine #02

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Maritime Nation Issue

Citation preview

Page 1: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>1

H I M I T E K AVol. 2 No. 002 >> 2014

Page 2: Oceanic Magazine #02

2 <<OCEANIC>>

Page 3: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>3

*CONNECTING TO PAGE 29

Page 4: Oceanic Magazine #02

4 <<OCEANIC>>

Oceanic

contributorsJuraij Bawazier

Ayu Ginanjar Syukur

Muhammad Ramadhany

Lahir di Bandung dan menimba ilmu di Kota Kembang hingga mendapat gelar sarjana. Sekarang sedang mengambil S2 di Institut Pertanian Bogor program studi Ilmu Kelautan dan sedang melakukan pendekatan personal dengan dugong. Sebelumnya telah menyelesaikan program studi Biologi di Universitas Padjajaran pada tahun 2013. Aktif di berbagai organisasi dan suka mengikuti penelitian lapang hingga pulau Kalimantan. Hobi menyelam, hiking, dan fotografi. Beberapa prestasi nasional telah diraih dalam bidang fotografi kategori foto alam dan satwa.

Mahasiswi Teknologi Hasil Perairan fresh graduate asal Jawa Barat ini sering terlibat aktif dalam kegiatan

penyelaman khususnya pada spesialisasi ikan terumbu. Pernah menyelami indahnya Maluku Tenggara sambil melakukan pendataan ikan terumbu. Pemudi ini juga tertarik dalam dunia food technology dan tergabung

dalam Fisheries Diving Club – IPB. Selain menyukai kegiatan outdoor, pemudi ini juga gemar mengajar privat

pada beberapa kalangan tingkatan pendidikan yang beragam. Penerima beberapa beasiswa penelitian dan ini

juga gemar bermain tennis lapang.

Pemuda asli orang Bogor ini aktif dalam dunia penyelaman sejak 2010. Saat ini sedang menjalani penelitian akhir mengenai Sistem Informasi Geografi (SIG) Kelautan. Menyukai kegiatan outdoor khususnya scientific diving. Mahasiswa jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan ini kerap kali terlibat dalam beberapa proyek penelitian terkait ekspolorasi eksosistem terumbu karang dan pemetaan di berbagai wilayah eksotik di Indonesia. Menggemari dunia foto dan videografi, terutama objek hewan dasar laut makrozoobenthos. Tergabung dalam Fisheries Diving Club – IPB dan telah mencapai Taiwan pada Juni 2011 dalam presentasi poster hasil penelitian Ekspedisi Zooxanthellae.

Page 5: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>5

REDAKSI<< Pembina: Beginer Subhan >> << Ketua Umum: Nico Wantona P >> Penanggung Jawab: Steven Solikin >> << Editor In Chief: Jihad >> Managing Editor: Alexandra Maheswari Waskita >><< Reporter: Dewa Adhyatma, M. Rifki Efendi A, Indah Nurkomala, Sri Wahyuni, Ema Sari, Yulianti, Yulina Irawati>><< Photographer: Alexandra Maheswari, Miftahul,

Saraswati, Risky Fadhilah>> << Ilustrator&Design Graphic: Jihad, Imaniar Pratiwi, Nabila G, Pria W Utama >> << Research&Devlopment: Januarizka SP, Nurkholis >> << Marketing&Communication: Rosdyani Rachmi >> &&&<< Produksi: Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor >>

6 8

12

24

30

18

26

28 29

Oceanidea

Page 6: Oceanic Magazine #02

6 <<OCEANIC>>

D

Mamalia laut yang dianggap ikanMamalia merupakan kelompok mahluk hidup yang memilki ciri utamanya bernafas dengan

paru-paru, memiliki kelenjar mamae atau kelenjar susu dan ada yang hidup di darat dan di air. Mamalia juga memiliki rambut dan termasuk mahluk hidup yang berdarah panas atau endoterm. Berbeda dengan ikan yang bernafas dengan insang dan selalu hidup di air dan termasuk kelompok hewan yang berdarah dingin atau ektoderm. Ikan juga tidak memiliki

rambut dan kelenjar susu, oleh karena itu jelas berbeda antara mamalia dan ikan.

Juraij Bawazier [Text & Photo]

ewasa ini masih banyak masayarakat yang menganggap mamalia yang satu ini adalah ikan, sebut saja dugong atau ikan duyung. Dugong sering disebut dengan ikan karena memiliki sirip dan ekor seperti ikan. Pada faktanya hewan yang satu ini merupakan mamalia yang hidup di air laut atau lebih disebut juga mamalia laut dari ordo sirenia dan termasuk dalam keluarga dugongidae, hewan ini menghabiskan seluruh waktunya di air laut. Tetapi apakah dia ikan? karena mereka selalu berenang dan selalu bermain-main di air.

Dugong bernafas dengan paru-paru sama seperti dengan kerabat-kerabatnya didarat, tetapi tidak bernafas dengan insang. Hewan yang satu ini dapat menahan nafasnya didalam laut 10-20 menit, hal ini dikarenakan darah pada hewan ini memiliki protein yang disebut dengan haemoglobin, yang sangat efektif dalam penyimpanan oksigen di dalam darah. Mamalia ini juga tidak bisa mengambil oksigen yang terlarut di dalam air, karena paru-parunya tidak temodifikasi untuk itu, mereka harus tetap muncul ke atas permukaan laut untuk mengambil oksigen yang ada di udara bebas.

Menjadi sebuah pertanyaan besar, jika dugong mengambil dan memanfaatkan oksigen bebas yang berada di udara, mengapa dia tidak bisa hidup didarat dan jika terdampar sering mati. Hal ini dikarenakan tubuh dari mamalia laut ini harus selalu lembab dan basah, hewan ini tidak mampu hidup dengan kulit yang kering, karena jika terlalu lama terkapar dan tidak ada air yang membasahinya, mereka bisa dehidrasi dan dapat menyebabkan kematian.

Sistem reproduksi dugong berbeda dengan ikan, dugong melahirkan anaknya bukan bertelur seperti ikan. Interval dalam melahirkan anaknya pada dugong yaitu 3 sampai 7 tahun, interval yang cukup lama bagi hewan, hal ini dikarenakan pada dugong memiliki sistem sosial yang tinggi. Sama seperti mamalia lainnya, pada dugong memiliki pola asuh yaitu setelah melahirkan

Page 7: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>7

open article

anaknya akan disusuinya selama 14-18 bulan dan akan diasuh sampai dengan umur 8 tahun. Oleh karena itu perkembangbiakan dugong sangat lama dan termasuk hewan langka.

Pembeda dugong dan ikan juga adalah ekstrimitas atau tungkai depan dan belakangnya yang termodifikasi menjadi seperti sirip, padahal jika kita lihat rangkanya, mereka memiliki jari-jari yang terpisah satu sama lainnya seperti jari manusia, hanya saja tertutupi oleh selaput yang menjadikan ekstimitas mereka menjadi sperti sirip. Pada bagian kaki belakang atau ekor, gerakan antara ikan dan mamalia laut ini berbeda, ikan mengerakan ekornya ke kanan dan ke kiri, sedangkan dugong menggerakan ekornya ke atas dan bawah. Secara fungsi gerakan ekor antara ikan dan mamalia laut sama yaitu sebagai penggerak atau pendorong.

Salah satu penyebab dugong dikatakan ikan juga tidak luput dari mitos, dari informasi yang didapat dari nelayan Negeri Bintan, tepatnya Bintan utara, Kepulauan Riau. Dugong merupakan jelmaan dari seorang wanita, konon pada jaman dahulu kala, ada pasangan muda yang baru menikah dan sang istri sedang mengidam memakan buah lamun, dikarenakan sang suaminya sibuk bekerja jadi tidak bisa mencarikan

buah lamun untuk istrinya. Akhirrnya sang istri mencari lamun sendiri, ketika dia

sedang asyik memakan buah lamun, secara tidak sadar air sudah mulai

naik (Pasang), sang istri pun terbawa arus air laut tersebut. Pada malam harinya, ketika sang suami pulang bekerja sang

istrinya tidak ada dirumah dan ditunggu hampir 3 hari tak kunjung

datang juga.

Ketika pagi dihari keempat sang istripun pulang dan berkata pada suaminya “saya sudah tidak bisa tinggal bersama lagi dengan kamu suamiku”, mendengar apa yang dikatakan sang istri, suaminya pun kaget dan bertanya “mengapa istriku, kita baru saja menikah”. Sang istri menjawab “ lihatlah kakiku telah berubah menjadi ekor seperti ikan dan setengah tubuhku telah berubah dengan ditutupi sisik”. Meliihat istrinya berubah seperti itu sang suami kaget dan tidak bisa berbicara dan merelakan istrinya pergi. Akhirnya sang istri pergi dan pada bulan ketiga dia kembali kerumahnya dengan badan yang berubah total menjadi dugong atau duyung dan sedang mengandung seorang anak. Ini merupakan kisah duyung dari pulau Bintan, masih banyak cerita lain-lain mengenai duyung.

Jadi dugong merupakan mamalia laut yang menghabiskan waktu dalam hidupnya di air bernafas dengan paru-paru dan bukan merupakan ikan, oleh karena itu kita sebagai mahasiswa ilmu kelautan, mulai saat ini tidak boleh menyebutnya dugong dengan sebutan ikan, sebut saja dia dugong atau duyung.

Page 8: Oceanic Magazine #02

8 <<OCEANIC>>

[Dr.Hawis Madduppa,Ms.C]

Page 9: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>9

Siang itu pukul 14.30 ,matahari tidak bersinar terlalu terik di Kota Hujan, Bogor. Dari sudut ruangan

Sekretaris Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, terlihat Dr. Hawis

Madduppa, M.Sc. masih berkutat di depan laptopnya. Dengan gayanya

yang ramah dan santai seperti biasa, beliau bersandar di sofa, menyambut

kami sembari kemudian menjawab satu persatu pertanyaan demi pertanyaan

mengenai dunia yang digeluti dan menjadi kesehariannya.

MarineFigure

M. Rifki Effendi [Text]Alexandra Maheswari W [Text&Photo]

Page 10: Oceanic Magazine #02

10 <<OCEANIC>>

Kelautan dan keaneka-ragaman hayati

Dibesarkan di Selat Bone, Sakabone, Sulawesi Selatan, membuat beliau sudah akrab dengan dina-misme kehidupan wilayah pesisir. Apalagi Hawis kecil biasa ditinggal oleh orang tua yang bernia-ga dan melaut hingga kebumi Sumatra. Keuletan

yang diajarkan kedua orang tua berlanjut keanak-anaknya tanpa terkecuali. Sejak di bangku sekolah, beliau sudah aktif di jajaran kepengurusan siswa yang berlanjut hingga ke jenjang perguruan tinggi. Di IPB beliau aktif berkegiatan mulai dari Fisheries Diving Club (FDC), HIMITEKA, hingga Himpunan Mahasis-wa Islam (HMI).

Kemampuan Hawis muda berdiplomasi membuatnya unggul dan mampu mengambil setiap kesempatan yang ada dalam bela-jar dan berkembang di beberapa lembaga non-profit maupun pemerintah. Selain itu, be-liau juga sudah memilki kegemarannya dalam mengeksplorasi keanekaragaman hayati laut, khususnya ikan.

“Saya tidak menyangka Indonesia dipan-dang besar. Di samping Malaysia, Filipina, Sol-omon yang ada di wilayah segitiga terumbu karang dunia, Indonesia dianggap besar dari segi keanekaragaman hayatinya,” jelas beliau.

Dibandingkan dengan Negara lain diatas yang hanya memiliki sebagian kecil dari segitiga tersebut, potensi Indonesia jauh lebih besar, sehingga secara langsung dibutuhkan banyak sumberdaya manusia yang mampu mengolah dan memanfaatkan dengan baik potensi besar tersebut.

Tidak pernah berhenti belajar“Saat masih di asal saya dulu, saya suka

sekali memesan kaset lagu-lagu berbahasa Inggris. Mulai dari Michael Learns to Rock, sampai The Scorpions!”ujarnya dengan antusias. Kesukaannya mempelajari Bahasa Inggris ternyata berbuah baik. Setiap langkah yang dia ambil dalam perjalanan edukasi nya ternyata termudahkan berkat penguasaan vocabulary dan keberaniannya dalam berbica-ra, menyusun paper, hingga diundang dalam konverensi biodiversitas Indo-Pasifik di Ameri-ka Serikat 2014 lalu.

Hawis menyatakan pula, bahwa melalui banyak tahapan dan proses tersebut hing-ga mengasah kemampuan dalam menulis dan berbicara di depan umum. Saat ini dia mengaku masih menaiki anak tangga dan tidak pernah berhenti belajar. “Your future is your own design,” adalah motto hidup yang selalu beliau pegang dan bagikan kepada murid-murid bimbingannya. “Susun target yang tinggi untuk masa depanmu, kemudian berusaha untuk capai ke puncak,” tambahnya.

Energi positif dari orang-orang sekitarJika ditanya mengenai panutan utama,

tak ragu dia menjawab Nabi Muhammad SAW yang dinilainya berandil besar dalam sejarah umat manusia. Juga dari dukungan orang tua yang memiliki daya juang tinggi, istri yang supportive, serta anak-anak yang selalu menghibur bak ‘dopping’ selepas

“Indonesia dianggap besar dari segi keanekaragaman

hayatinya”

10 <<OCEANIC>>

Page 11: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>11

pulang bekerja. Di samping itu, ada raha-sia khusus yaitu mengekstrak setiap energi positif orang-orang yang ada di sekitarnya. “Temukan teman yang seenergi denganmu,” ujarnya. Dia menambahkan, sosok Beginer Subhan merupakan sosok buddy terbaiknya sejak masa awal di IPB. “Memiliki teman yang seenergi dapat membuat perjalanan karir dan hidup seseorang menjadi lebih berarti dan indah”. Hawis juga menyampaikan bahwa menjadi sebuah kebanggaan terbesar ketika orang-orang (sembari menyebut satu persatu anak bimbingannya yang berhasil) yang telah kita didik menjadi sukses dalam menggapai impiannya masing-masing.

Negara MaritimMenurut Hawis konsep Negara maritim

merupakan suatu kesatuan antara pengelo-laan, pendidikan, maupun industri pariwisata dan jasa. Ketiga unsur tersebut memiliki ket-erkaitan dan harus bersinergi satu sama lain, tanpa salah satu dari ketiganya maka dapat menjadi “pincang”. Analogi lain yang disam-paikannya adalah “Indonesia masih setengah matang” apabila disebut sebagai Negara maritim, karena beberapa kebijakan terdahulu terbukti tidak menjadi prioritas utama sebaga Negara maritim, begitupun juga sebagai Negara agraris.

Namun melihat pemerintahan periode sekarang yang mulai sadar apa pentingnya laut Indonesia, beliau percaya bahwa Negara kita memiliki potensi yang besar, apalagi de-ngan duduknya ibu Susi Pudjiastuti di bangku kementrian Kelautan, kepercayaan itu semakin besar, dengan beberapa kebijakan beliau yang bisa dibilang kontroversial bagi orang awam seperti penenggelaman kapal asing yang me-rugikan dunia perikanan tangkap Indonesia.

“Your future is your own design”

“Memiliki teman yang seenergi

membuat perjalanan karir

dan hidup menjadi lebih berarti dan

indah”

Page 12: Oceanic Magazine #02

12 <<OCEANIC>>

Indonesia merupakan pusat jalur perdagangan dunia. Itu bukan sekedar cerita masa silam. Selat Malaka hingga kini sebagai jalur

sibuk lalulintas ekspor impor dari berbagai negara.

Page 13: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>13

Current IssueDewa Adhyatma [Text]Jihad [Editor]

Page 14: Oceanic Magazine #02

14 <<OCEANIC>>

erletak di antara dua Samudera , Pasifik dan Hindia, menjadikan negeri ini mempunyai potensi kelautan yang besar. Potensi itu men-cakup perikanan, jalur perdagangan, pela-yaran, transportasi, hingga keamanan negara.

Seorang Perwira Angkatan Laut Amerika Serikat, Alfred Thayer Mahan, menyebut-kan, maju suatu negara tergantung dari cara pengelolaan lautnya, jika negara itu berada di kawasan laut. “Jika suatu negara dapat memberdayakan lautnya, negara itu akan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat-nya,” tuturnya.

Tulisannya dikutip harian ibu kota belum lama ini, dengan teori “Sea Power” laut ada-lah menjadi pos utama yang harus diberdaya-kan sebagai basis meningkatkan pendapatan negara dan rakyatnya.

Indonesia, memiliki banyak potensi ‘kekuatan laut’, sehingga kesejahteraan dan keamanan negara menjadi penting untuk diperhatikan. Oleh karenanya, Alfred juga menyebut jika kekuatan laut tidak diberda-yakan, berbagai risiko dan kerugian negara akan terlihat nyata. Risiko itu antara lain terjadinya ilegal fishing atau bentuk kejahatan di lautan.

Sharif C. Sutardjo, mantan Menteri Ke-lautan dan Perikanan Indonesia dalam acara

TSejarah pernah berkisah,

Kerajaan Nusantara memiliki rekam jejak penguasaan maritim. Tengok saja Kerajaan

Sriwijaya yang menguasai hampir seluruh wilayah

perairan di Asia Tenggara. Belum lagi kisah kapal

Pinisi dari Suku Bugis yang mampu berlayar hingga

Benua Afrika. Catatan itu membuktikan, bangsa ini

pernah menjadi salah satu poros maritim dunia.

Peta Potensi Perikanan Tangkap di Indonesia (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2013)

14 <<OCEANIC>>

Page 15: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>15

Grand Launching Marine and Fisheries Expo Conference di Jakarta 2014 menyatakan, potensi sumber daya alam dari kelautan diproyeksikan mencapai $171 miliar per tahun. Namun angka itu belum menunjukkan kerja optimal.

Dengan begitu, nyata benar pengelolaan sektor kelautan belum dikelola secara profesional. Contoh nyata, sektor perikanan pada 2013 men-capai produksi perikanan nasional sebesar 19,4 juta ton. Badan Survei Sosial dan Ekonomi tahun 2013 juga menyebutkan jumlah nelayan Indo-nesia 5.6 juta jiwa. Artinya produksi perikanan Indonesia hanya mencapai 3.5 ton per tahun atau sama dengan 9.5 kg per hari. Angka ini juga memiliki makna, nelayan masih kurang sejahtera atau hidupnya sangat miskin.

Dari produksi 9.5 kg/hari jika diasumsikan har-ga ikan per kilo sebesar Rp 50,000 maka penda-patan nelayan kira-kira Rp 475,000. Jika dikurangi dengan biaya operasional, pendapatan nelayan per hari hanya sebesar Rp 175,000. Jika ia punya tanggungan tiga anak maka asing-masnng orang hanya mendapat kan Rp35.000 setara dengan 2,5 dolar AS per hari.

Kenyataan yang dihadapi para nelayanan

menujukkan arah pembangunan perikanan nasional belum optimal sehingga membuat kehidupan para nelayan sulit menyekolahkan anak-anaknya, mengobati anak yang sakit dan apa lagi memenuhi pangan yang bergizi. Pro-duksi perikanan rendah, salah satu isu utamanya masih banyaknya pembiaran para pencuri ikan di laut Indonesia.

Bagaimana sektor di luar itu, sebut saja sektor pertambangan, pariwisata, perhubungan, dan lain-lain di perairan Indonesia? Tentu banyak masalah yang disebutkan. Untuk itu perlu dilaku-kan perbaikan diantaranya mengintegrasikan ke-bijakan berbasis riset dan penelitian yang selama ini masih terpecah-pecah, sehingga semua unsur merasa memiliki wewenang dalam pengeolaan laut. Seperti ESDM, TNI AL, Polisi Air, Pariwisa-ta, PU, dan KKP sehingga menjadikan tumpang tindih dari berbagai peraturan yang ada. Itu-lah pentingnya penyatuan atau integrasi pengelolaan

kelautan agar tidak terjadi tumpang tindih kebija-kan hingga terkesan, maaf amburadul.

Hambatan dan Integrasi Kebijakan Banyaknya lembaga/kementerian yang ber-

wenang dapat memberi peluang bekerja dengan ‘gotong-royong’ dalam mengatasi masalah kelau-tan di Indonesia. Hal itu juga didukung spesifikasi dari lembaga/kementerian tersebut. Artinya, masalah di sektor kelautan dapat dikategorisasi dan diatasi lembaga/kementerian terkait.

Meski disadari, lembaga/kementrian yang bekerja terkadang dapat memberi hambatan apabila dalam perumusan kebijakan tidak profe-sional. Hal itu dapat terlihat pada kebijakan yang tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Selain itu, wilayah laut negeri ini memiliki banyak pintu untuk dimasuki, sehingga pengawasan negara terhadap laut menjadi tidak jelas.

Dengan demikian, sikap profesional antar lembaga kelautan seyogianya dioptimal-kan. Sikap itu ditunjukkan dengan menyelesaikan masalah kelautan menggunakan metode dan te-knologi tepat guna seperti Global Positioning Sys-tem (GPS) untuk penentuan posisi, pemanfaatan sinyal akustik untuk mendeteksi objek bawah air, pemodelan oseanografi, penginderaan jarak jauh dan pemetaan kelautan.

Perbandingan sektor pengelolaan laut dapat melihat sistem perikanan Jepang. Negara Sakura itu, memiliki luas perairan lebih sempit dari Indo-nesia (3.091 km2) tetapi produktivitas perikanan

Kenyataan yang dihadapi bangsa ini, arah pembangunan perikanan tidak berdampak baik. Terlihat, kurangnya kesejahteraan nelayan, produksi perikanan rendah, dan isu utama, maraknya penangkapan liar.

current issue

<<OCEANIC>>15

Page 16: Oceanic Magazine #02

16 <<OCEANIC>>

mencapai 75 kg/hari. Bandingkan dengan penda-patan nelayan Indonesia, yang hanya 2,5 dolar AS. Nelayan Jepang mampu meraup sekitar 300 dolar AS Hal ini didukung sistem perikanan terintegrasi dengan teknologi satelit, GPS, serta data oseano-grafi yang dimanfaatkan langsung oleh nelayan.

Perikanan Jepang memiliki kekuatan di penyediaan data. Data itu dikerjakan oleh satu Departemen Perikanan dan pengambilan keputu-san mengenai lokasi perikanan tangkap langsung diberikan oleh lembaga yang sama. Aktivitas penangkapan lebih terkontrol sehingga hasil penangkapan meningkat secara positif. Selain itu, keunggulan nelayan di Jepang, penguasaan teknologi yang dikendalikan oleh departemen perikanan melalui laboratorium perikanan serta koperasi.

Mekanisme di penyelesaian masalah mesti dikoordinasi dengan baik. Tumpang tindih kebi-jakan dan wewenang perlu direduksi. Sehingga, kebijakan yang dibuat bekerja efektif dan efisien menyelesaikan masalah. Selain itu, penyediaan data kelautan harus diperhatikan demi menduku-ng kerja dari lembaga/kementerian kelautan.

Penyediaan data kelautan di Indonesia masih cukup minim dan mahal. Data kelautan tidak hanya memberi peran bagi pekerjaan kelautan di Indonesia, namun hal itu penting guna eduka-si mengenai kelautan. Edukasi berguna untuk pencarian solusi atas masalah dan efisiensi kerja melalui penelitian oleh mahasiswa, dosen, mau-pun lembaga terkait.

Indonesia negara maritim. Sesuai dengan visi

Presiden Joko Widodo untuk menjadikan “Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.” Artinya, pemangku kepentingan terkait perlu serius mewujudkan hal itu . Kuncinya, profesionalitas, efektivitas kelembagaan dan pemanfaatan teknologi tinggi bidang kelau-tan. Dibentuknya Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman diharapkan menjadi kerja efektif dan efisien dalam kebijakan maritim. Namun akankah hal tersebut

mampu menjadikan Indonesia sekali lagi menjadi “poros maritim dunia”!?

Memanfaatkan dan MempertahankanSelain kemampuan memanfaatkan keka-

yaan bahari, harus memiliki angkatan laut yang disegani dan mumpuni sebagai syarat utama agar layak disebut sebagai poros maritim. Kualitas dan kuantitas alutsista terus dikembangkan untuk menjaga kekayaan laut Indonesia itu sendiri. Kemampuan memanfaatkan dan menjaga potensi tersebut adalah dua hal yang harus terpenuhi.

“Indonesia baru di level negara kepulauan, belum negara poros maritim. Kita belum bisa memanfaatkan dan mengamankan kekayaan laut. Indonesia masih impor ikan dan garam, memalu-kan. Kekayaan laut kita dicuri, berarti tidak bisa menjaga keamanan laut. Jadi kita belum bisa diakui dunia internasional sebagai negara poros maritim,” papar Alex SW Retraubun, Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimu-ra (nefosnews.com).

Gagasan pemerintah baru dalam menuju po-

Pemerintahan Jokowi-Jk mengusung visi Indonesia sebagai

poros maritim dunia (nefonews.com)

Indonesia baru di level negara kepulauan, belum negara poros maritim. Kita belum bisa memanfaatkan dan mengamankan kekayaan laut. Indonesia masih impor ikan dan garam, memalukan. Kekayaan laut kita dicuri, berarti tidak bisa menjaga keamanan laut.

16 <<OCEANIC>>

Page 17: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>17

current issue

ros maritim dunia sudah banyak dilakukan. Selain membentuk Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia, pemerintah mulai mem-pertegas kebijakan maritim dan mulai menyuara-kan gagasan tersebut di konferensi internasional. Namun, tentu tak cukup hanya sekadar gagasan. Ide poros maritim harus didukung oleh perang-kat yang memadai dan figur-figur yang memiliki kemampuan mumpuni di bidang maritim dalam dan luar pemerintahaan.

Kebijakan maritim yang lama tak terdengar mulai bergema. Sejak lama arah pembangunan Indonesia lebih berorientasi ke daratan. Kini visi membangun negara maritim mulai mendapat porsi lebih dengan berbagai infrastruktur yang dicanangkan. Pembangunan berorientasi maritim ini juga diharapkan meningkatkan pembangu-nan kawasan timur Indonesia yang didominasi lautan. Mempertegas kebijakan juga harus kokoh terhadap pihak asing. Dengan berpihak kepada nelayan lokal, menindak tegas ilegal fisshing, menenggelamkan kapal para pencuri ikan mem-buat gema Indonesia sebagai negara maritim juga terdengar di kancah internasional.

“Tahun lalu Tiongkok juga sudah membahas mengenai jalur sutra maritim. Oleh karena itu, Tiongkok ingin mengadakan kerja sama dengan negara-negara yang dilalui oleh jalur perairan tersebut,” ujar Philips Vermonte, pengamat dari

CSIS (cnnindonesia.com). Di Indonesia, Jalur Sutra Maritim Tiongkok akan melewati Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera serta menghubungkan Samudera Hindia dan Laut Jawa, dan Selat Karimata diantara Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera yang juga meng-hubungkan Laut Jawa dan Laut China Selatan.

Dalam pidatonya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean, APEC dan G20, Jokowi menyampai-kan gagasannya mengundang investor dari luar untuk berinvestasi dalam program infrastruktur Indonesia. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, semua negara sangat mengapresiasi pembangunan maritim Indonesia dan muncul minat asing untuk terlibat pada proyek-proyek maritim Indonesia (cnnindo-nesia.com).

Dengan peran asing yang telah lebih dulu maju bidang memang akan sangat membantu dalam pembangu-nan maritim. Namun, jangan sampai Indonesia menjadi objek pertaruhan politik internasional. Seperti dikatakan Muhammad Hatta, Wakil Presiden Pertama Indonesia, dalam Indonesia’s Foreign Policy (1951), prinsip dasar politik luar negeri bebas aktif dimak-sudkan agar Indonesia menjadi subjek yang mampu menentukan sikap dan tujuan sendiri.

Rencana pembangunan infrastruktur Jokowi, 15 bandara dan 24 pelabuhan

baru. Data Bappenas. (Astari Kusumawardhani/cnnindonesia.com)

Jangan sampai Indonesia menjadi objek pertaruhan

politik internasional, prinsip dasar politik

luar negeri bebas aktif dimaksudkan agar

Indonesia menjadi subjek yang mampu menentukan

sikap dan tujuan sendiri.

<<OCEANIC>>17

Page 18: Oceanic Magazine #02

18 <<OCEANIC>>

Page 19: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>19

Miftahul [Photo]Jihad [Text & Editor]

Page 20: Oceanic Magazine #02

20 <<OCEANIC>>

Biak

BiakBiak

Biak

Biakadalah pulau kecil yang terletak di Teluk Cendrawasih dekat sebelah utara pesisir Provinsi Papua, Indonesia. Posisi Biak berada di sebelah barat laut Papua Nugini. Biak adalah pulau terbesar di antara rantai kepulauan kecil, serta mempunyai banyak atol dan terumbu karang.

Biak

20 <<OCEANIC>>

Page 21: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>21

BiakBiakBiak

Biak

Di Biak, kehidupan terumbu karang masih sangat sehat. Begitu banyak hamparan sea fans raksasa dalam susunan dinding – wall – di sekitar atoll. Selain itu banyaknya soft coral dan biota-biota unik seperti Blue Sea Star, hingga berbagai jenis Dragon fish.

oceanogram

Page 22: Oceanic Magazine #02

22 <<OCEANIC>>

Biak

BiakBiak

Biak

BiakDi perairan Biak terdapat bangkai-bangkai kapal,

pesawat hingga tank. Karena Pada Perang Dunia II, Biak

digunakan sebagai lapangan terbang strategis milik

Pasukan Imperial Jepang dan pangkalan komando

pada Perang Pasifik. Tentara Amerika Serikat kemudian

menguasai pulau itu. Pada 29 Mei 1944, pertempuran pun

terjadi di Biak.

22 <<OCEANIC>>

Page 23: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>23

BiakBiakBiak

Biak

Page 24: Oceanic Magazine #02

24 <<OCEANIC>>

Gallery by @rmadhany [IG]

Page 25: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>25

antaWatch merupakan Non profit organi-sasi/Non government organization (NGO) yang berpusat di United Kingdom (UK). Organisasi ini fokus kepada survei popu-lasi manta ray dengan tujuan memetakan sebaran, menghitung populasi, mengidenti-fikasi ikan pari manta dan bekerja sama de-ngan masyarakat dan pemerintah setempat di seluruh dunia sehingga pemerintah dan masyarayakat dapat ikut serta dalam melin-dungi ikan pari manta di daerahnya.

Prinsip survei yang dilakukan dengan merekrut anak muda/mahasiswa yang ber-sertifikat selam dari daerah penelitian tujuan dan citizen scientist. Citizen scientist ialah masyarakat sipil yang secara tidak langsung menjadi peneliti contohnya: penyelam rekreasi yang sedang berlibur dan membawa kamera underwater dapat mengambil foto ikan pari manta dan diupload di website mantawatch.com sehingga dapat turut mencantumkan jumlah ikan pari manta yang ditemukan dan mengidentifikasi ikan pari manta tersebut.

Muhammad Ramadhany (Dhanmo) ITK/FDC- FPIK IPB dan Ayu Ginanjar Syukur (Ayu) THP/FDC- FPIK IPB setelah melewati bebe-rapa tahap seleksi internship dan akhirnya lolos megikuti kegiatan internship/magang di MantaWatch sebagai wakil dari IPB dari tanggal 6 Oktober - 4 September 2014 di Labuan Bajo,Manggarai Barat, NTT. Selain kami berdua, ada empat mahasiswa dari UNPAD, UNDIP dan UI yang berhasil lolos menjadi intern di MantaWatch. Kegiatannya

sangat bermanfaat dan menambah banyak pengalaman kami dalam bidang penyelaman maupun non penyelaman yang bisa kami share ke teman-teman di kampus.

Pertama kali menginjakkan kaki di La-buan Bajo, membuat diri saya berkata dalam hati “Seumur hidup pun saya mau hidup di sini”. Minggu pertama dijabarkan kegiatan kami untuk sebulan kedepan dan membuat goal per individu dan tim selama kegiatan magang berlangsung. Selain itu kami diajar-kan teori pada pagi hari dan langsung turun lapang pada sore harinya di Pulau Bidadari, Manggarai Barat untuk bekal kami di ming-gu selanjutnya seperti metode survei ikan pari manta,ilmu menjadi penyelam yang ber-tanggung jawab, dan fotografi underwater.

Minggu kedua kami melakukan kegiatan Live a Board (Tinggal di atas kapal) selama 4 hari sekaligus survei manta dan sertifikasi Advance Open Water PADI. Minggu ketiga dan keempat kami melaksanakan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di SMKN 1 Labuan Bajo, Labuan Bajo Clean up day, One day trip bersama Dive Operator untuk survei manta, mempelajari pengolahan data populasi ikan pari manta dan membuat jurnal ilmiah.

Setiap minggu nya kami membuat video diary dan di upload di youtube.com (search: Mantawatch Internship Program 2014). Setelah sebulan kami melakukan kegiatan survei sebanyak 32 kali penyelaman dengan jumlah anggota magang 6 orang ditemukan 133 ekor dan teridentifikasi sebanyak 27 ekor yang baru ditemukan tahun ini.

M

M Ramadhany & Ayu Ginanjar S [Text &Photo]

MantawatchInternship Program

Page 26: Oceanic Magazine #02

26 <<OCEANIC>>

K amu penyuka laut? Tertarik pada Ilmu Kelautan? Bermimpi

menjelajahi samudra? Dan seorang penggila buku? Kalau

jawabannya iya, maka buku 60.000 Mil Di Bawah Laut ini wajib

kamu baca. Kenapa? Karena semua yang kamu inginkan ter-

kumpul jadi satu di dalam buku ini. Kamu

akan merasakan imajinasimu dibawa

Jules Verne berpetualang di bawah laut.

Petualangan yang tak pernah kamu

bayangkan sebelumnya.

Buku ini bercerita tentang sesosok

monster laut yang menggemparkan

dunia pada tahun 1866. Ganas, mampu

berenang dengan kecepatan tinggi,

badannya sangat keras sehingga tak

mempan oleh senjata, dan sangat hobi

menyerang kapal-kapal. Setidaknya

begitulah kabar yang tersebar. Tapi

apakah benar kabar tersebut? Benarkah

makhluk yang kerap dijuluki Narwhal itu

berbahaya?

Akhirnya Amerika Serikat mengutus

sebuah kapal fregat tercepat dan ter-

canggih di zaman itu untuk menemukan

dan menghabisi monster laut yang

telah meresahkan semua negara. Kapal

itu bernama Abraham Lincoln dengan

Farragut sebagai kaptennya. Ned Land

yang handal menangkap hewan laut besar, profesor Aronnax

ilmuan berkebangsaan Perancis yang mengajarkan kelautan,

dan Conseil, pelayan sang profesor, ikut serta dalam misi yang

diemban kapal Abraham Lincoln.

Abraham Lincoln akhirnya bertemu dengan makhluk

tersebut. Namun, dugaan semua orang ternyata meleset.

Narwhal bukanlah monster melainkan sebuah kapal selam. Ya!

Kapal selam milik Kapten Nemo yang dijuluki Nautilus. Kamu

mungkin tak pernah membayangkan menjadikan sebuah kapal

selam sebagai rumah, bukan?. Tapi itulah yang Kapten Nemo

lakukan. Kapten Nemo telah membangun sebuah kapal selam

berteknologi super canggih yang memungkinkan ia serta awak

kapalnya tak perlu menginjakkan kaki lagi di daratan untuk

selamanya.

Lalu bagaimana dengan udara untuk

bernapas? Makanan? Minuman? Bahan

bakar?

Tenang, semua hal telah dirancang

dengan apik oleh Kapten Nemo. Nautilus

bukan hanya sekedar kapal selam, tapi

juga mesin penghasil semua sarana pen-

ting penunjang kehidupan manusia.

Bersama Nautilus, Aronnax dkk

mengalami petualangan yang menakjub-

kan. Mengelilingi samudra di dunia. Tak

pernah mereka bosan menonton keka-

yaan dan keindahan makhluk-makhluk

laut yang beraneka ragam. Khusus untuk

Aronnax dan Conseil, tentu saja tak

hanya menghibur, kekayaan laut itu juga

menjadi kesibukan mereka sebagai ilmu-

wan. Aronnax pun menyusun semacam

jurnal yang kelak akan berguna bagi ilmu

pengetahuan.

Jules Verne telah sukses menjadikan

60.000 Mil di Bawah Laut menjadi buku

yang menghibur, menyentuh, sekaligus

kaya akan pengetahuan. Verne juga berhasil menjadikan Kapten

Nemo sebagai roh di buku ini. Karakternya yang unik dan kuat

membuatnya menjadi tokoh yang menarik dan sulit ditebak.

Beruntung bagi kita karena Penerbit Elex Media telah mener-

jemahkan novel klasik yang hebat ini. Sayangnya, bahasa buku

ini masih sedikit formal dan kaku serta terlalu banyak typo atau

kesalahan pengetikan. But overall, buku ini tetap menjadi buku

yang sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Terutama

bagi pecinta laut dan penggila petualangan.

[Indah]

Judul : 60.000 Mil Di Bawah Laut Judul Asli : Twenty Thousands Leagues Under The Sea Penulis : Jules VernePenerbit : PT Elex Media KomputindoTerbit : Mei 2010Halaman : 404 (Bahasa Indonesia)

resensi

Ada banyak film dengan tema survival di lautan, dua tahun lalu

kita disuguhkan oleh salah satu film adaptasi terbaik yang per-

nah ada, Life of Pi. Karya Ang Lee yang juga sangat terkenal de-

ngan spesial efeknya itu telah merestore keyakinan saya bahwa

industri film akan tetap berjaya selama 50 tahun kedepan, Dua

belas tahun sebelumnya Hollywood memiliki Cast Away dengan

Robert Zemeckis sebagai

sutradaranya, tidak

perlu spesial efek yang

begitu megah (diakui

sinematografinya tidak-

lah buruk), namun siapa

peduli dengan teknis film

selama ada Tom Hanks

bermain didalamnya.

“Most of the important things in the world have

been accomplished by people who have kept on

trying when there seemed to be no hope at all.”

- Dale Carnegie

Page 27: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>27

Cast Away merupakan film dengan genre

Drama petualangan yang dirilis pada tahun

2000. Cerita dan premis film ini jika dilihat

cukup sederhana namun banyak mengajarkan

tentang sifat pantang menyerah dari seorang

manusia. Berkisah tentang seorang eksekutif

muda di perusahaan jasa pengiriman Federal

Express (FedEx), Karakter utama kita Chuck

Noland (yang diperankan dengan sangat

gemilang oleh Tom Hanks), pada suatu hari

ditugaskan untuk meninjau cabang perusahaan

FedEx di wilayah Pasifik Selatan. Sebelum pergi,

Chuck terlebih dahulu melamar Kelly Fears

(Helen Hunt), gadis yang telah menjadi pujaan-

nya sejak lama, dan berjanji akan menikahinya

segera setelah Chuck pulang.

Dalam perjalanannya pesawat yang di-

tumpanginya mengalami kecelakaan di lautan

luas akibat adanya cuaca buruk. Sungguh

keajaiban, hanya Chuck yang selamat dari ke-

celakaan tersebut, berkat sekoci darurat. Sejak

saat itu dimulailah kehidupan Chuck seorang

diri di pulau asing untuk bertahan hidup. Hari

demi hari dilaluinya dengan kerinduan men-

dalam untuk pulang menemui Kelly. Setelah

terdampar selama kurang lebih 1500 hari ,

sekitar 4 tahun, Chuck menjadi terbiasa hidup

di pulau tak berpenghuni. Namun karena kerin-

duannya untuk pulang, dia pun nekat membuat

sebuah rakit.

Dengan banyaknya monolog dalam peran-

nya, akting Tom Hanks patut mendapat pujian.

Terutama saat acting monolognya saat berbicara

dengan Wilson si bola voli, sahabat karibnya

selama di pulau tersebut. Sangat alamiah, kita

seolah olah percaya bahwa dia bukan berbicara

kepada benda mati. Selain itu untuk transformasi

fisiknya, ia berhasil menumbuh

[Rifki]

resensipa yang terlintas dipikiranmu jika ada yang

menyebutkan kata “khatulistiwa”?

Nol derajat? Oke.

Ekuator? Benar.

Indonesia? Boleh lah.

Tapi jika kamu tanyakan hal ini pada Alex, dia

akan menjawab: perahu layar.

Kok bisa? Karena perahu layar mungil wari-

san kakeknya itu bernama Khatulistiwa!

Novel ini menceritakan tentang petualangan

seorang remaja bernama Alex bersama perahu

layarnya. Kegemarannya akan laut dan segala

hal tentang pelayaran membuatnya lebih banyak

menghabiskan hidup bersama Khatulistiwa

mengelilingi Kepulauan Seribu di Utara Jakarta

dibanding bersama keluarganya.

Berasal dari keluarga yang tidak harmonis

membuatnya menjadi pribadi yang tertutup dan

penyendiri. Apalagi ketika kebenaran tentang

statusnya dalam keluarga terungkap. Sosok lela-

ki yang selama ini dipanggil Papa ternyata bukan

Ayah biologisnya! Alex terpuruk. Keinginannya

adalah pergi bersama Khatulistiwa meninggal-

kan semua masalah dalam keluarganya. Ajaib.

Keinginan Alex terkabul. Sebuah misi mem-

buatnya bertekad untuk mengarungi Perairan

Indonesia hingga ke Kepulauan Natuna. Bersama

Khatulistiwa dan Siska, cewek yang ditaksirnya,

Alex mengalami petualangan yang hebat dalam

perjalanan menuju ujung Utara Indonesia.

Tema pelayaran erat sekali membungkus

novel ini. Banyak pengetahuan-pengetahuan

tentang pelayaran dan kelautan tersisip dengan

apik. Detail-detail kapal layar dan data teknis,

deskripsi tentang laut, dan kekayaan alam tem-

pat-tempat yang dikunjungi Alex juga sangat

menggugah dan enak dinikmati. Meskipun ada

beberapa bagian yang terlalu dramatis dan

cenderung sinetronis, tapi masih bisa ditoleransi.

Toh genrenya kan memang remaja.

Edward juga cukup ahli membuat konflik

yang begitu hidup dan menghanyutkan pem-

baca. Overall, kisah Alex dan perahu layarnya ini

sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Apala-

gi bagi kalian yang ngakunya anak kelautan.

[Indah]

Judul : Khatulistiwa No. ISBN : 9789792244717 Penulis : Edward Stefanus Murdani Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Mei - 2009 Halaman : 320 (Bahasa Indonesia)

Judul : Cast AwayGenre : Drama ; PetualanganSutradara : Robert ZemeckisSkenario : William Broyles, jrAktor : Tom Hanks, Helen Hunt, Nick Searchy.

A

Page 28: Oceanic Magazine #02

28 <<OCEANIC>>

ada tanggal 23-27 Juni 2014, Muhammad Ramadhany dan Alexandra Maheswari me-wakili Institut Pertanian Bogor dalam The 3rd Asian Coral Reef Symposium”. Acara ini meru-pakan serangkaian simposium yang menyedi-akan wadah bagi peneliti, pendidik, pengelola dan penggerak lingkungan, serta stakeholder lokal dari organisasi-organisasi lainnya yang berada dalam lingkup Asia-Pasifik. Simposium ini mewadahi peneliti dan penggiat konservasi yang bergerak dalam aspek biologi, ekologi, pengelolaan, dan konservasi terumbu karang dalam menyajikan serta mempelajari kaji-an-kajian yang berbeda satu sama lain.

Melalui kesempatan ini M. Ramadha-ny mempresentasikan poster dengan judul Coral Reef Status Based on Life Form and Coral Genera Occurence across Indonesian Archipelago kepada peserta simposium. Poster ini merupakan hasil rangkuman dari

kegiatan Ekspedisi Zooxanthellae FDC – IPB yang merupakan kegiatan penelitian berba-sis eksplorasi ekosistem terumbu karang di seluruh Indonesia. Adapun Alexandra Ma-heswari mempresentasikan penelitian berbasis monitoring oleh klub yang sama dengan judul Longterm Coral Reef Monitoring (2009-2013) at Pramuka Island, Seribu Islands, Indonesia. Peserta presentasi memberikan tanggapan positif dengan ingin mengetahui lebih lanjut mengenai penelitian monitoring yang dilaku-kan di Kepulauan Seribu. Suatu pengalaman yang sangat berharga bisa mempresentasikan hasil suatu riset di hadapan peneliti-peneliti dunia yang notabene sudah sangat ahli dalam bidangnya.

Selain melalui kegiatan presentasi keilmi-ahan, kedua mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan ini juga turut serta dalam acara Student Night, dimana seluruh mahasiswa dari wilayah Asia Pasifik antara lain Thailand, Taiwan, Malaysia, Vietnam, Filipina, hingga Jepang untuk berkumpul dan mempelajari kebudayaan masing-masing Negara. Malam itu para mahasiswa Indonesia dengan bangga menampilkan tari poco-poco yang disambut dengan sorak gembira para peserta acara.

Para peserta juga menikmati kunjungan di National Musem and Marine Biology Aquar-ium (NMMBA). Berbagai biota laut dapat di-jumpai, mulai dari penguin, burung penyelam puffin, mamalia laut Beluga, hingga giant kelp. Masih di kawasan akuarium, Alexandra dan Ramadhany juga mengunjungi pusat peneli-tian kelautan yang memanfaatkan teknologi mikrobiologi pada terumbu karang untuk digali potensinya sebagai obat-obatan, serta budidaya hewan laut. Banyak pengalaman yang dapat diperoleh oleh kedua mahasis-wa ini, mulai dari mengenal perkembangan penelitian dan ilmu pengetahuan dalam skala yang lebih luas, serta berkesempatan untuk bertukar pikiran dengan para peneliti Indone-sia maupun Asia Pasifik.

P

FPIK Goes to TaiwanAlexandra Maheswari & M Ramadhany [Text &Photo]

28 <<OCEANIC>>

Page 29: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>29

eberapa waktu lalu Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi kelautan (HIMITEKA) IPB telah meluncurkan sebuah buku. Buku tersebut ber-isi hasil dari Ekspedisi HIMITEKA eidisi Teluk Banten. Setelah sebelumnya beberapa bulan melakukan persiapan, dua puluh empat maha-siswa ITK berangkat dari Bogor dan menetap selama tujuh hari di tanah Banten guna satu tujuan. Menancapkan tonggak Ekspedisi HIM-ITEKA yang pertama. Menggali potensi negeri bahari, begitulah semangat yang dibawa da-lam ekspedisi kali ini dan ekspedisi-ekspedisi selanjutnya.

Teluk Banten dikenal memiliki beberapa pulau kecil yang memiliki potensi sumberdaya alam berlimpah antara lain ikan laut, udang, kerang, dan rumput laut. Teluk Banten juga merupakan tempat destinasi mamalia laut langka, seperti dugong dan lumba-lumba. Oleh karena itu tersedianya data kondisi perai-ran, ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang yang berhubungan dengan sumber-daya alam lainnya menjadi penting untuk terus diperbaharui.

Di samping itu semua, Teluk Banten me-rupakan daerah penyuplai pasir untuk Teluk Jakarta yang dasar perairannya sering dike-ruk untuk pembuatan dermaga yang tentunya

akan mempengaruhi kualitas perairan terse-but. Tak heran, sekarang perairan Teluk Banten mulai menjadi keruh dan rusak. Hasil Ekspedisi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi, masyarakat dan pemerintah dalam pemberian informasi dan solusi guna upaya pelestarian dan konservasi.

Ekspedisi ini di titik beratkan pada pene-litian untuk mengetahui data parameter fisik, kimia dan biologi laut di wilayah perairan Teluk Banten oleh para peneliti muda dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Fokus pe-nelitian dibagi menjadi empat tim, yaitu: Cor-al Reef, Mangrove & Lamun, Pemetaan, dan Oseanografi & Akustik yang menjelajahi Teluk Banten dan tujuh pulau kecil di dalamnya, yai-tu: Panjang, Tunda, Pamujan Besar, Pamujan Kecil, Pisang, Lima, dan Kubur.

Tonggak pertama telah berhasil ditancap-kan. Diharapkan HIMITEKA ke depannya dapat terus berkibar dan berkontribusi dalam mema-jukan potensi negeri bahari. Hasil yang telah didapat dan dibukukan ini juga diharapkan di samping dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang laut Indonesia juga da-pat bermanfaat bagi masyarakat luas.

[Jihad]

BEKSPED IS I> HIMITEKA TelukBanten

<<OCEANIC>>29

Page 30: Oceanic Magazine #02

30 <<OCEANIC>>

oceanidea[Yulianti &

Imaniar]

30 <<OCEANIC>>

Page 31: Oceanic Magazine #02

<<OCEANIC>>31

Page 32: Oceanic Magazine #02

32 <<OCEANIC>>

OceanicHimpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan

Institut Pertanian Bogor@2014