Upload
red-ant
View
51
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Glaucoma
Citation preview
Ocular Surface Disease and Quality of Life in Patients with Glaucoma
Abstrak
Tujuan: Untuk menyelidiki hubungan antara ocular surface disease dan
glaukoma yang berhubungan dengan kualitas hidup atau quality of life (QoL),
keparahan glaukoma, dan pengobatan pasien dengan glaukoma sudut terbuka
Desain: Penelitian cross sectional
Metode: Lokasi: Praktek klinis, Populasi penelitian: seratus dua puluh empat
peserta meliputi pasien dengan glaukoma ringan (n = 48), glaukoma sedang ( n =
34 ), glaukoma berat ( n= 19) dan 23 kontrol (suspek glaukoma) yang tidak
mendapatkan pengobatan glaukoma dilibatkan dalam penelitian ini. Keparahan
dibagi atas tingkatan-tingkatan berdasarkan kehilangan lapang pandang visual
binokular. Prosedur observasi: informasi demografik, the Ocular Surface Disease
Index (OSDI), dan kuesioner Glaucoma Quality of Life-15 (GQL-15) dilakukan
dalam penelitian ini. Ukuran hasil utama: OSDI score, GQL-15 score, jumlah dan
tipe dari pengobatan glaukoma, dosis harian dari benzalkonium chloride (BAK),
dan lapang pandang visual.
Hasil: Skor OSDI dan jumlah pasien dengan OSD meningkat dengan peningkatan
keparahan glaukoma (P < .001 dan P < .005). Skor GQL-15 menggambarkan
penurunan QoL dengan peningkatan keparahan glaukoma ( P < .001).
Kecenderungan ini ditegakkan setelah dilakukan substratifikasi berdasarkan usia
dan jenis kelamin. Pada regresi univariat, OSDI secara signifikan berhubungan
dengan rekapitulasi skor GQL-15, keparahan glaukoma, pengobatan glaukoma
topikal multipel, worse eye mean deviation dan pattern standard deviation,
penggunaan beta blocker topikal, inhibitor carbonic anhydrase topical, dosis
harian BAK, dan glaucoma filtration surgery. Pada regresi multivariat
rekapitulasi skor GQL-15 (odds ratio (OR) 4.14, Confidence interval (CI) 2.59-
6.63, P < .001) dan dosis harian dari BAK lebih besar dari 3 (OR2.47, 95% CI
1.17-5.21, P = .018) dapat diprediksi dari Skor OSDI.
Kesimpulan: OSD lebih umum terjadi pada pasien dengan peningkatan
keparahan glaukoma dan berhubungan dengan glaukoma yang lebih buruk yang
memiliki hubungan dengan QoL dan pemaparan yang lebih tinggi dengan BAK
Penilaian kualitas kehidupan atau Quality of Life (QOL) penting dalam
manajemen pasien glaukoma, dimana hal tersebut menggambarkan pokok dari
perjalanan penyakit yang diderita pasien, secara holistik menilai pengaruh
glaukoma dari tiap individu, dan itu dapat digunakan untuk monitoring pasien
dengan glaukoma.1-5 Beberapa kuesioner QoL telah divalidasi dan berhubungan
dekat dengan klinis dari keparahan glaukoma, salah satunya adalah Glaucoma
Quality of Life-15 (GQL-15)1. Skor QoL yang buruk berhubungan dengan status
fungsional yang memburuk dan peningkatan morbiditas visual dari glaukoma.6,7
Ocular surface disease (OSD) lazim menyerang 15% individu berusia
lebih dari 65 tahun.8 Gejala karakteristiknya adalah grittiness, burning,
photophobia, dryness, foreign body sensation, dan transient visual disturbance,
dimana gejala tersebut merupakan akibat dari inadekuat volume dan/atau kualitas
air mata, berakibat pada ketidak stabilan lapisan air mata dengan kerusakan
permukaan okular. Usia, etnik, dan jenis kelamin mempengaruhi OSD dan lebih
sering terjadi pada orang yang lebih tua dan pada wanita.9 Kondisi mata yang
secara umum dapat menyebabkan eksaserbasi OSD meliputi disfungsi kelenjar
meibom, blepharitis, lid malposition, trichiasis, keratoconjunctivitis sicca,
konjungtivitis alergi, pemakaian lensa kontak, refractive surgery, corneal
exposure, thyroid eye disease. OSD dapat menyebabkan gejala kelemahan yang
sering mempengaruhi aktivitas dan fungsional pasien. Penelitian sebelumnya yang
menggunakan penglihatan dan hubungannya dengan skor QoL menunjukkan
pengaruh negatif dari OSD terhadap QoL.10
OSD mempengaruhi hingga 59% pasien dengan glaukoma.11 Prevalensi
yang tinggi ini mungkin berasal dari kedua kondisi yang secara umum meningkat
pada usia tua, juga pada pengobatan topikal yang mengandung pengawet,
terutama yang digunakan secara kronik, dapat menyebabkan eksaserbasi atau
memperbesar kemungkinan OSD. Benzalkonium chloride (BAK) terutama
mengurangi stabilitas lapisan ait mata precorneal, dengan toksisitas kornea secara
langsung;12 Hal ini telah ditunjukkan pada penelitan in vitro dan in vivo pada
hewan dan manusia.13 Semua golongan pengobatan topikal yang menurunkan
tekanan menyebabkan ketidak nyamanan permukaan okular, terutama topical
carbonic anhydrase inhibitors (CAI). Pengobatan topikal yang berhubungan
dengan OSD berpengaruh terhadap pasien glaukoma, meliputi gejala glaukoma
yang lebih buruk, adherence lebih buruk, hasil pembedahan yang lebih buruk, dan
penurunan kualitas hidup atau QoL pada pasien glaukoma.14-16 Sitokin pada air
mata, khususnya monocyte chemoatractant protein-I, meningkat pada pasien
dengan pengobatan topikal dan berhubungan dengan scarring post-
trabeculoctomy.17 Bleb dysesthesia, yang mungkin mengikuti glaucoma filtration
surgery dan yang terjadi lebih sering dengan peningkatan dan exposed blebs,
dapat memperburuk gejala OSD.18
The Ocular Surface Disease Index (OSDI) merupakan kuesioner berisi 12
item yang didesain untuk penilaian secara cepat dari OSD berhubungan dengan
chronic dry eye, keparahannya, dan dampaknya pada kemampuan fungsional
penderita. Hal tersebut menunjukkan reliabilitas, reproduksibilitas, dan validitas.19
Itu berhubungan lemah tetapi berhubungan secara positif dengan penanda objektif
dari OSD, yaitu seperti tear film break-up time, Schimer test, dan lissamine green
surface staining. Itu semua telah divalidasi dengan sensitivitas dan spesifisitas
untuk mendeteksi subyek dan dan pasien normal dengan nilai kurang dari 12, skor
12 atau lebih tinggi mengindikasikan adanya OSD.11,20
The GQL-15 adalah kuesioner dengan 15 item dimana para pasien secara
subjektif mengevaluasi kemampuan mereka untuk menampilkan secara visual
banyak persyaratan tugas dari kehidupan sehari-hari.1 Tugas tugas tersebut dibagi
lagi menjadi 4 bidang, yaitu permasalahan dengan membaca/mengenali wajah
(central/near vision), permasalahan dengan menubruk/tripping over objects
(peripheral vision), permasalahan dengan kegelapan/cahaya yang menyilaukan,
dan permasalahan dengan berkeliling atau berjalan-jalan di luar/ (outdoor
mobility). Terdapat reproduksibilitas internal yang tinggi dan konsistensi dari
penilaian sepanjang waktu.
Meskipun kehilangan lapang pandang pada glaukoma dan OSD masing-
masing memiliki peran dalam kualitas hidup (QoL) yang buruk pada pasien
glaukoma, 1,6,7,21 dampak relatif dari masing-masing belum dinilai dalam sebuah
penelitian gabungan. Demikian pula, saat peningkatan pengobatan topikal
berhubungan dengan OSD yang buruk dan berhubungan dengan QoL,10,21 hal
tersebut masih belum diketahui jika pengobatannya terutama dari golongan
spesifik, glaucoma drainage surgery, dan/atau kehilangan lapang pandang
glaucomatous yang memburuk juga mempengaruhi OSD. Perburukan kehilangan
lapang pandang mungkin berhubungan dengan OSD sebagai tanda tidak langsung
dari pengobatan topikal multipel; hal tersebut juga mungkin menambah OSD
sebagai pengaruh negatif pada QoL. Peneliti menyelidiki hubungan antara OSD
dan QoL pada pasien glaukoma, secara spesifik apakah gejala ocular surface
berhubungan dengan keparahan glaukoma dan QoL yang lebih buruk pada pasien
glaukoma dan apakah hal tersebut berhubungan dengan jumlah dari tipe
pengobatan glaukoma yang digunakan atau pembedahan glaukoma. Pemahaman
yang lebih jauh dari pokok penyakit yang disebabkan OSD akan membuat klinisi
mengidentifikasi lebih akurat penyebab dari QoL yang buruk pada pasien dengan
glaukoma.
PEMBAHASAN
OSD merupakan masalah yang biasa dijumpai pada pasien glaukoma
dalam sebuah komunitas besar. Baik glaukoma maupun OSD diketahui
berdampak pada tingkat QoL. Penelitian ini menunjukkan bahwa OSD memiliki
dampak yang signifikan pada fungsi visual dan dapat memperburuk QoL untuk
pasien glaukoma, yang dapat menguntungkan dari diagnosis dan intervensi cepat
dari kondisi ini.
Sekarang ini tidak ada kriteria diagnosis OSD yang dapat diterima secara
luas. Penelitian sebelumnya menyelidiki penanda obyektif dari OSD, yaitu seperti
Rose Bengal Staining, Schirmer test, corneal and conjunctival lissamine green
staining, dan tear film break-up time telah menunjukkan korelasi yang buruk
antara gejala yang dirasakan pasien dengan uji klinis secara obyektif. Penjelasan
potensial termasuk tanda klinis yang inkonsisten, laporan bias dari pasien, batasan
dari tiap tes, dan heterogenesitas dari penyakit mata kering, instabilitas dari
lapisan air mata, hipersensitivitas kornea pada awal penyakit, dan nampaknya
kekurangan gejala paradoksikal dari pasien dengan penyakit yang parah. Yang
terakhir ini dipikirkan terjadi karena rendahnya regulasi dari reseptor sensorik
yang berhubungan dengan inflamasi. Banyak penelitian mempercayai pada respon
dari gejala tersendiri untuk mendefinisikan kondisi ini, seperti OSD jarang
menyebabkan kerusakan pada permukaan okular selama tidak adanya gejala.
Peneliti secara primer fokus pada gejala dari OSD dan dampaknya pada glaukoma
yang berhubungan dengan QoL, menggunakan skor OSDI sebagai penanda primer
untuk OSD.
Populasi sebelumnya berdasarkan penelitian menggunakan kriteria
subyektif untuk diagnosis telah ditemukan prevalensi yang lebih rendah dari OSD
dibandingkan yang peneliti temukan dari penelitian ini. Pada Beaver Dam Eye
Study, 14.4% dari 3722 pasien ditemukan menderita OSD berdasarkan laporan
pribadi. Pada sebuah populasi penelitian yang melibatkan 2520 pasien di
Salisbury , Maryland, 14.6% melaporkan satu atau lebih gejala mata kering yang
sering dialami sepanjang waktu. The Blue Mountains Eye Study, melaporkan
sebuah sebuah grup pada populasi orang Australia, didapatkan dari total 1174
individu lebih dari 50 tahun dengan dry eye questionnaires, menemukan bahwa
sebanyak 15.3% melaporkan tiga atau lebih gejala OSD. Bagaimanapun,
penelitian mengenai kejadian OSD pada glaukoma mengungkapkan tingginya
insiden yang sama seperti dalam penelitian ini. Leung dkk melaporkan insidensi
sebanyak 59% diantara pasien glaukoma, dan Fetcher dkk menemukan bahwa
48.4% dengan glaukoma yang menggunakan obat topikal mengalami gejala OSD.
Demikian juga, pasien dengan OSD yang parah sering mengalami glaukoma
dengan angka kejadian yang tinggi. Pada sebuah penelitian retrospektif yang
meliputi 108 mata dengan OSD yang parah, sebanyak 71 (65.7%) mengalami
glaukoma.
Pada penelitian ini, penderita glaukoma cenderung laki-laki dan tidak
sebanyak pada orang kulit putih atau orang yang sudah menikah atau yeng
berlatar pendidikan tersier. Penyebab dari distribusi ini masih belum jelas,
mungkin pasien dengan karakteristik tersebut kemungkinan besar muncul lebih
cepat atau mengikuti regimen terapi glaukoma. Tidak ada satu pun dari faktor-
faktor ini yang memprediksi OSD pada analisis univariat.
Pada penelitian ini, pasien dengan peningkatan keparahan glaukoma
memiliki penanda visual sentral dan perifer yang lebih buruk dan tanda subyektif
yang lebih buruk berkaitan dengan penilaian fungsi visual. Kecenderungan ini
ditegakkan setelah usia dan jenis kelamin di substratifikasi dan mengindikasikan
bahwa lebih banyak glaukoma yang parah berhubungan dengan perburukan fungsi
visual tanpa dipengaruhi usia dan umur.
Data peneliti menunjukkan peningkatan kejadian OSD seiring dengan
peningkatan keparahan dari glaukoma, yang secara statistik signifikan pada pasien
usia 70an dan kurang dari 60 tahun. Kecenderungan yang sama tampak pada
kelompok usia lain. Pasien dengan OSD memiliki skor GQL-15 lebih tinggi
daripada yang tidak mengalami OSD, dimana hal tersebut signifikan pada
kelompok glaukoma ringan dan sedang. Kecenderungan yang sama nampak pada
kelompok kontrol dan kelompok dengan glaukoma berat.
GQL-15 summary score merupakna faktor risiko independen terkuat untuk
skor OSDI yang diidentifikasi dengan analisis regresi. Baik OSDI maupun GQL-
15 merupakan laporan dari keparahan dan efek dari fungsi visual OSD dan
glaukoma secara berturut-turut. Keduanya dapat dipengaruhi oleh faktor
psikososial yang tidak berhubungan dengan penyakit okular. Selanjutnya,
keduanya dapat mempengaruhi satu sama lain, yaitu QoL yang rendah diakibatkan
oleh saut kondisi yang mempengaruhi QoL dari lainnya. Tetapi, korelasi antara
dua skor tersebut mengindikasikan dampak tambahan yang signifikan dari kedua
faktor dengan peningkatan beban dari tiap kondisi.
Terpapar lebih dari 3 tetes dari BAK sehari secara independen
memprediksi OSDI. Lagipula, lebih dari dua pengobatan glaukoma merupakan
prediktor kuat dari OSDI pada analisis univariat. Penelitian sebelumnya telah
menemukan hubungna antara pengobatan glaukoma yang mengandung BAK
multipel, OSD, dan QoL glaukoma. Pengobatan glaukoma multipel ditunjukkan
dengan adanya bahan pengawet yang dalam dosis besar, yang dapat membuat
ketidakstabilan permukaan okular. Pengobatan glaukoma secara multipel sering
berhubungan dengan glaukoma yang lebih tinggi dan pada penelitian ini
berhubungan skor GQL-15 (data tidak ditunjukkan). Ketiadaannya sebagai faktor
risiko independen mungkin menunjukkan hubungan dengan glaukoma yang buruk
yang berhubungan dengan QoL dan BAK dalam dosis tinggi.
Beberapa karakteristik pengobatan lain berhubungan dengan peningkatan
skor OSDI: topical BB, CAI, dan GFS. Meskipun sebanyak 81 dari 124 pasien
(65.3%) menggunakan analog prostaglandin topikal, hal ini tidak berhubungan
dengan pencapaian skor OSDI. Hal ini mungkin karena analog prostaglandin
secara umum digunakan saat mulainya pengobatan pertama, mengingat topical
BB dan CAI sering menjadi lini kedua atua ketiga pengobatan, berhubungan
dengan pemaparan BAK yang lebih besar.
Penanda lain dari keparahan glaukoma, termasuk Nelson GSS subscale,
HFA mean MD, dan PSD, merupakan prediksi dari buruknya skor OSDI pad
aanalisis univariat tetapi tidak pada analisis multivariat. Ketidaksesuaian
inimungkin diakibatkan oleh hubungannya dengan skor GQL-15, sperti
ditunjukkan ada tabel 1. Peningkatan keparahan glaukoma mungkin berhubungan
dengan OSD untuk beberapa alasan, yaitu: pasien glaukoma dengan keparahan
yang tinggi dan cenderung mendapatkan pengobatan tetes multipel dan
kemungkinan durasi jangka panjang pengobatan; Pasien dengan dua kemungkinan
yang sebelumnya disebutkan dan berhubungan dengan skor GQL-15 yang buruk;
dan pasien dengan QoL yang buruk dari kehilangan visual terlebih dahulu
mungkin lebih mudah terkena untuk mengurangi QoL dari OSD.
Usia dan jenis kelamin tidak ditemukan untuk memprediksi skor OSD
dalam penelitian ini, bertentangan dengan temuan dari penelitian epidemiologi
OSD sebelumnya. Hal ini mungkin karena populasi penelitian ini yang didominasi
lelaki, terutama pada kelompok yang lebih banyak menderita glaukoma, hipertensi
okular, atau kecurigaan glaukoma dan hal tersebut tidak mewakili populasi umum.
Penelitian ini memiliki keterbatasan. Desain penelitian nonrandomized
tidak melindungi terhadap pengacau multipel yang dikenal dan tidak dikenal
untuk OSD, yang secara potensial didapat mengarah atau menjauh dari ketiadaan.
Pada analisis subgrup, grup dengan usia lebih dari 80 tahun dan grup dengan
glaukoma berat diduga memiliki proporsi yang lebih tinggi dari pengaburan pada
OSD, menghalangi hasil yang dicapai dari perbedaan yang signifikan. Tambahan
pula, penelitian ini tidak memiliki kekuatan adekuat untuk menunjukkan
signifikansi secara statistik pada beberapa subgrup, seperti pada grup usia 60-69
tahun, dimana tidak terdapat pasien dengan glaukoma berat, dan pada kelompok
kontrol dimana kelompok ini mengalami penurunan insidensi OSD (21.7%).
Kasus dan kontrol dipilih dari praktisi subspesialis glaukoma, yang
mungkin dapat menyebabkan bias. Hal ini dapat disebabkan karena penaksiran
terlalu rendah dari OSD (pasien dengan OSD berat mungkin lebih umum terlihat
pada praktisi subspesialis lain atau penaksiran terlalu tinggi dari OSD
(peningkatan keparahan dari kasus pada praktisi subspesialistik). Dalam usaha
untuk meminimalkan bias dalam penelitian ini, kasus juga dipilih dari rumah sakit
klinis umum tersier yang besar dengan latar belakang geografik dan
sosioekonomik yang berbeda.
Beberapa dari data penelitian ini mengandalkan laporan survey, yang
dapat mempengaruhi recall bias dan pengaruh klinik lainnya. Berdasar pada
pengaruh personalitas, respon dapat secara konsisten under called atau over
called, atau cenderung mengarah ke rata-rata. Untuk meminimalkan pengaruh ini,
peneliti telah menyertakan ukuran obyektif dari keparahan glaukoma, dengan
hasil sama dengan kuesioner subyektif. Permasalahan dari evaluasi obyektif OSD
(didiskusikan di atas) membatasi analisis yang sama untuk OSD.
Peneliti tidak dapat menilai durasi terapi sebanyak pasien yang telah
melakukan regimen terapi lebih dari 3 bulan, merupakan regimen sebelumnya
untuk beberapa periode waktu, atau dirujuk ke praktisi untuk mendapat
pengobatan topikal.
Meskipun terdapat kesalahan potensial yang tersebut di atas, hubungan
antara glaukoma dengan QoL dan OSDI mengindikasikan terdapat beban penyakit
yang secara subyektif lebih besar pada pasien yang menderita keduanya.
Kesimpulannya, OSD umum terjadi pada pasien glaukoma seiring dengan
peningkatan keparahan, dan pasien dengan OSD berhubungan dengan kualitas
hidup yang buruk pada pasien glaukoma daripada yang tidak mengalami OSD.
GQL-15 summary score, lebih dari 2 pengobatan topikal pada glaukoma, dan
peningkatan pemaparan dari cairan obat yang mengandung BAK menjadi
prediktor kuat dari OSD. Berdasarkan faktor ini, GQL-15 summary score dan
penggunaan obat yang mengandung BAK lebih dari 3 tetes per hari merupakan
faktor risiko independen untuk terjadinya OSD.