Upload
truongquynh
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
1
Oktober 2010
Secara tahunan, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih
tumbuh positif, kecuali penjualan minyak diesel, produksi minyak mentah
dan produksi kondensat.
Secara bulanan, sebagian besar indikator menunjukkan peningkatan
seiring kembali normalnya jumlah hari kerja di bulan Oktober 2010.
Secara kumulatif dalam periode Januari-Oktober 2010, seluruh indikator
mengalami peningkatan dan produksi kendaraan niaga tumbuh paling
tinggi.
Rata-rata kontribusi subsektor real estate sebagai salah satu subsektor
dalam sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,21%.
Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi:
Tahunan
Pada Oktober 2010, hampir seluruh indikator
aktivitas ekonomi terpilih migas dan non migas
(16 dari 19 indikator) tumbuh positif.
Peningkatan tertinggi terjadi pada produksi
kendaraan niaga sebesar 60,27% (yoy).
Sementara itu, tiga indikator mengalami
pertumbuhan negatif dan penurunan terbesar
terjadi pada penjualan minyak diesel (-17,64%;
yoy).
Dalam kurun waktu Oktober 2009 Oktober
2010, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi
pada ekspor kayu lapis (131,40%) yang terjadi
pada Januari 2010. Sebaliknya, produksi
kendaraan niaga mengalami kontraksi terbesar
(-34,25%) pada Oktober 2009 (Grafik. 1).
Grafik 1.
Pertumbuhan Tahunan s.d Oktober 2010
-100
-50
0
50
100
150
Pro
duksi M
inyak M
enta
h
Pro
duksi
Kondensat
Pro
duksi K
endara
an
Non N
iag
a
Penju
ala
n K
endara
an
Non N
iag
a
Pro
duksi K
endara
an
Nia
ga
Penju
ala
n K
endara
an
Nia
ga
Pro
duksi S
epeda
Moto
r
Penju
ala
n S
epeda
Moto
r
Konsum
si S
em
en
Ekspor
Besi
Baja
Ekspor
Kayu Lapis
Ekspor
Kayu G
erg
ajian
Penju
ala
n M
inyak D
iesel
Penju
ala
n Lis
trik
u/
Industr
i
Penju
ala
n Lis
trik
u/
Perd
ag
.
Penju
ala
n Lis
trik
Tota
l
Kunj. W
ism
an
Tin
gkat H
unia
n H
ote
l -
Jkt
Tin
gkat H
unia
n H
ote
l -
Bali
(% yoy)
Oktober 2009 - Oktober 2010 Tertinggi
Oktober 2010
Oktober 2009 - Oktober 2010 Terendah
Bulanan
Kembali normalnya jumlah hari kerja pada
Oktober 2010 sehubungan dengan telah
berlalunya hari Raya Idul Fitri, hampir seluruh
indikator menunjukkan peningkatan secara
bulanan. Peningkatan terbesar terjadi pada
ekspor besi & baja sebesar 94,13% (mtm).
Sebaliknya, dua indikator yang menunjukkan
penurunan adalah penjualan minyak diesel
(-21,52%; mtm) dan produksi minyak mentah
(-2,44%; mtm).
Selama periode Oktober 2009 Oktober 2010,
pertumbuhan bulanan tertinggi dan terendah
dialami oleh indikator yang sama yaitu ekspor
besi & baja. Pertumbuhan tertinggi pada bulan
Oktober 2010 (94,13%) dan pertumbuhan
terendah pada bulan April 2010 (-44,30%)
(Grafik. 2).
Grafik 2.
Pertumbuhan Bulanan s.d Oktober 2010
-50
-25
0
25
50
75
100
Pro
duksi M
inyak M
enta
h
Pro
duksi K
ondensat
Pro
duksi K
endara
an
Non N
iag
a
Penju
ala
n K
endara
an
Non N
iag
a
Pro
duksi K
endara
an
Nia
ga
Penju
ala
n K
endara
an
Nia
ga
Pro
duksi S
epeda
Moto
r
Penju
ala
n S
epeda
Moto
r
Konsum
si S
em
en
Ekspor
Besi
Baja
Ekspor
Kayu Lapis
Ekspor
Kayu G
erg
ajian
Penju
ala
n M
inyak D
iesel
Penju
ala
n Lis
trik
u/
Industr
i
Penju
ala
n Lis
trik
u/
Perd
ag
.
Penju
ala
n Lis
trik
Tota
l
Kunj. W
ism
an
Hote
l O
ccupancy Jkt
Hote
l O
ccupancy B
ali
(% mtm)
Oktober 2009 - Oktober 2010 Tertinggi
Oktober 2010
Oktober 2009 - Oktober 2010 Terendah
INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH
Metodologi
Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor
ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai sub sektor real estate. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak
eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi
Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2
Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif
Secara kumulatif dalam periode Januari-Oktober 2010, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi kendaraan niaga tumbuh
paling tinggi yaitu 87,99%, diikuti oleh penjualan kendaraan niaga (86,08%), dan penjualan kendaraan non
niaga (54,50%). Tingginya produksi dan penjualan kendaraan antara lain didorong oleh potensi pasar Indonesia
masih terbuka lebar untuk produk kendaraan bermotor. Disisi lain, produksi minyak mentah mengalami
pertumbuhan terendah sepanjang Januari-Oktober 2010 yaitu sebesar 0,07% (Tabel 1).
Tabel 1
Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih
S atuan Okt Nov Des J an F eb Mar Apr Mei J un J ul Agt S ep Okt Nov
yoy mtm ytd*
Migas
- P roduks i Minyak Mentah ribu barel 25,644 24,882 25,944 25,390 23,399 26,005 25,339 26,272 25,185 25,451 26,063 24,800 24,194 23,915 -5.65 -2.44 0.07
- P roduks i Kondensat ribu barel 3,697 3,587 3,740 3,878 3,402 3,795 3,633 3,806 3,625 3,790 3,716 3,574 3,606 3,826 -2.45 0.91 1.12
Non Migas
- P roduks i Kendaraan Non Niaga unit 35,630 32,722 46,053 36,693 34,428 40,371 41,598 37,813 45,528 46,969 41,997 31,273 47,497 46,987 33.31 51.88 47.83
- P enjualan Kendaraan Non Niaga unit 38,850 36,336 35,733 38,856 39,608 46,559 45,507 41,276 50,034 51,598 46,045 34,789 49,601 48,771 27.67 42.58 54.50
- P roduks i Kendaraan Niaga unit 11,592 9,869 10,295 12,877 14,081 16,851 17,575 17,570 19,770 20,795 18,580 12,802 18,578 16,680 60.27 45.12 87.99
- P enjualan Kendaraan Niaga unit 11,667 10,866 11,222 13,074 14,629 17,416 17,970 17,898 18,901 18,867 17,187 12,980 17,908 18,747 53.49 37.97 86.08
- P roduks i S epeda Motor unit 624,823 556,670 539,594 515,962 528,302 628,967 650,001 636,023 664,767 695,974 733,021 476,354 690,194 662,363 10.46 44.89 29.91
- P enjualan S epeda Motor unit 615,635 547,572 553,033 503,840 540,067 611,142 657,185 641,871 655,363 701,432 734,439 481,615 698,342 656,597 13.43 45.00 30.20
- E kspor Bes i dan Baja ton 111,534 114,774 102,281 133,171 125,175 149,053 83,018 102,624 79,845 130,601 142,239 80,631 156,529 150,304 40.34 94.13 1.67
- Konsums i S emen ton 3,793,505 3,542,132 3,825,165 3,362,322 2,989,762 3,386,321 3,188,802 3,272,427 3,396,890 3,740,047 3,615,181 2,555,818 3,832,151 3,531,967 1.02 49.94 7.59
- E kspor Kayu Lapis ton 175,465 147,061 153,304 165,928 207,430 195,985 162,841 170,098 168,424 159,949 167,561 121,397 175,496 139,669 0.02 44.56 27.17
- E kspor Kayu Gergajian ton 37,473 32,891 36,203 33,068 31,777 36,847 39,323 36,821 36,393 40,858 40,072 25,790 39,488 37,674 5.38 53.11 27.41
- P enjualan Minyak Diesel kiloliter 12,525 12,244 10,678 10,524 14,571 11,857 13,944 11,378 15,737 11,648 14,352 13,143 10,315 12,290 -17.64 -21.52 19.44
- P enjualan L is trik ke S ektor Indus tri ribu KWH 3,388 4,205 4,047 4,145 4,263 3,897 4,424 4,317 4,396 4,350 4,472 3,556 4,290 n/a 26.62 20.63 12.21
- P enjualan L is trik ke B isnis / P erdagangan ribu KWH 1,877 2,004 1,981 2,061 2,001 1,938 2,086 2,184 2,188 2,170 2,146 2,155 2,250 n/a 19.86 4.42 12.48
- P enjualan L is trik Total ribu KWH 10,822 11,866 11,710 11,987 11,686 11,200 12,167 12,442 12,669 12,575 12,592 11,722 12,587 n/a 16.31 7.38 11.03
- Kunjungan Wisman orang 468,251 445,892 521,630 511,314 523,135 594,242 555,915 600,031 613,422 658,476 586,530 560,367 594,654 578,152 26.99 6.12 31.52
- T ingkat Hunian Hotel Berbintang di J akarta persen 55 55 55 53 47 54 58 59 58 61 50 48 59 56 8.33 21.96 3.67
- T ingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen 64 55 60 53 57 59 59 60 65 66 61 62 65 60 0.40 4.03 1.46
E ks por Non Migas Utama
- Barang dari Logam T idak Mulia ribu ton 229 350 221 305 222 287 296 200 181 290 256 173 263 254 14.89 51.94 5.89
- Batubara ribu ton 23,459 20,668 27,072 24,318 23,676 26,185 23,231 21,070 24,605 23,115 24,126 21,371 22,872 23,339 -2.50 7.02 27.22
- B iji T embaga ribu ton 204 119 349 102 188 308 143 242 150 262 181 315 92 184 -55.02 -70.96 -1.26
- P eralatan L is trik ribu ton 70 64 57 62 60 69 65 62 65 67 72 62 74 68 5.13 18.95 20.66
- Makanan Olahan ribu ton 197 185 177 139 126 140 135 127 141 189 194 126 197 206 -0.06 56.97 1.17
- Karet Olahan ribu ton 227 182 211 207 214 253 244 246 252 261 248 228 261 242 15.00 14.56 18.04
- Bahan Kertas dan Kertas ribu ton 588 529 605 477 520 587 608 552 513 464 609 673 676 594 14.93 0.33 6.30
- Teks til dan P roduk Teks til ribu ton 154 140 169 152 158 173 165 159 163 181 185 140 173 159 12.47 23.77 13.63
- Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton 63 71 50 53 48 61 40 38 136 55 75 69 50 58 -20.34 -27.30 19.74
- Minyak Nabati ribu ton 1957 1524 2601 980 1339 1490 992 1235 1323 1259 2528 1410 2049 2003 4.66 45.30 -2.60
2009
Indikator Oktober 2010
2010 P ertumbuhan (%)
Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),
Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).
Keterangan :
-
-
Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi
Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang.
Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi
Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang.
Data ekspor 10 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama) mulai ditambahkan ke dalam
publikasi IAE sejak edisi Mei 2009. Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode
Januari-Desember 2008. Sampai dengan periode laporan, indikator Ekspor Non Migas belum masuk dalam analisis indikator aktivitas
ekonomi secara bulanan, tahunan dan kumulatif. Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada
saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (mtm), tahunan (yoy) dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode.
*) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan denga n
periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE
September 2008. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data
dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
3
ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR REAL ESTATE)
Subsektor real estate merupakan salah satu subsektor dalam sektor keuangan, real estate, & jasa
perusahaan yang memiliki pertumbuhan tahunan (year on year/yoy) cukup tinggi. Secara rata-rata,
pertumbuhan subsektor real estate (tahun 2001 s.d 2009) sebesar 8,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa yang sebesar 6,81%. Distribusi/share subsektor real estate
terhadap sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan sebesar 2,73% dan merupakan distribusi/share
terbesar kedua setelah subsektor bank (3,15%). Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi dan dengan
distribusi/share yang cukup besar, maka kontribusi subsektor real estate cukup besar terhadap pertumbuhan
PDB, yakni rata-rata sebesar 0,21%, relatif sama dengan sumbangan/kontribusi subsektor bank.
Perkembangan yang terjadi pada sektor properti dianggap sebagai salah satu early indicator dari
perkembangan ekonomi. Seiring dengan semakin stabilnya kondisi ekonomi makro yang semakin kondusif,
diikuti dengan tingkat suku bunga pinjaman yang cenderung menurun, memberikan stimulus terhadap
perkembangan properti di Indonesia, khususnya properti komersial. Dalam perkembangannya, terutama pasca
krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, pengembang dan developer lebih berhati-hati dalam
mengembangkan bangunan yang bertujuan untuk disewakan seperti perkantoran, pusat perbelanjaan (retail),
apartemen dan hotel. Kondisi ini menyebabkan perkembangan di subsektor real estate dan industri properti
menjadi lebih stabil, sehingga memberikan dampak positif terhadap kegiatan investasi di Indonesia dan
perkembangan ekonomi pada umumnya.
A. Peranan terhadap PDB
Subsektor real estate meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut
bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, seperti perkantoran, pertokoan serta usaha
persewaan tanah persil. Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian
antara pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli
rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk (jumlah
penduduk di pertengahan tahun). Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal
diperoleh dari perkalian antara luas bangunan yang disewakan dengan rata-rata tarif biaya sewa per
meter persegi (BPS, Pendapatan Nasional Indonesia, 2005).
Rata-rata pertumbuhan subsektor real estate cukup mengesankan, sebesar 8,05% (yoy). Dalam kurun
waktu hampir satu dasawarsa (2001-2009) pertumbuhan subsektor real estate cukup mengesankan yakni rata-
rata sebesar 8,05%, merupakan pertumbuhan terbesar ketiga setelah subsektor lembaga keuangan bukan
bank (8,70%) dan jasa perusahaan (8,33%). Namun, rata-rata pertumbuhan subsektor real estate tersebut
masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan sektor keuangan, real estate dan jasa sebesar 6,81%,
Tabel 2.
Memasuki tahun 2010, pertumbuhan subsektor real estate mengalami perlambatan. Pertumbuhan
subsektor real estate pada triwulan I-2010 sebesar 5,94% (yoy), pada triwulan II-2010 sebesar 5,79% dan
pada triwulan III-2010 sebesar 5,82%.
Distribusi/share subsektor real estate terhadap PDB cenderung mengalami penurunan. Rata-rata
distribusi/share subsektor real estate terhadap PDB selama kurun waktu lebih dari satu dasawarsa (2001-
2009) relatif rendah, yakni sekitar 2,73%. Sementara itu, distribusi/share subsektor real estate terhadap
sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan sebesar 33,91% yang merupakan pangsa terbesar kedua
setelah pangsa subsektor bank (38,71%). Seiring dengan terjadinya penurunan distribusi/share sektor
keuangan, real estate & jasa perusahaan, distribusi/share dari subsektor real estate juga mengalami
penurunan. Distribusi/share dari subsektor real estate sejak tahun 2006 telah melampaui subsektor bank
dan sampai dengan triwulan III-2010 distribusi/share dari subsektor real estate sebesar 2,45%.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
4
Subsektor real estate memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi
setelah subsektor bank. Pertumbuhan dan share yang cukup tinggi dari sewa bangunan berpengaruh
positif terhadap besarnya sumbangan/kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, rata-rata sebesar
0,21%, setara dengan sumbangan dari subsektor bank, yang merupakan kontributor utama dalam sektor
keuangan, real estate & jasa perusahaan. Hal ini menunjukkan peran subsektor real estate cukup berarti
terhadap kontribusi yang dihasilkan dari sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan yang sebesar
0,61%. Memasuki triwulan I-2010 sampai dengan triwulan III-2010, kontribusinya relatif stabil yaitu
sebesar 0,17%.
Tabel 2.
Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa (%)
RINCIAN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Rata-
rataQ1-2010 Q2-2010 Q3-2010
a. Pertumbuhan
Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan6.76 6.70 6.73 7.66 6.70 5.47 7.99 8.24 5.05 6.81 5.28 6.03 6.34
a) Bank 7.03 3.97 5.13 6.02 4.50 1.55 7.96 7.41 2.40 5.11 5.62 7.21 7.69
b) Lembaga keuangan tanpa bank 9.34 10.34 9.07 9.24 8.35 7.15 8.14 9.03 7.61 8.70 6.22 6.61 7.00
c) Jasa penunjang keuangan 2.31 4.73 5.64 9.18 6.66 7.55 9.68 3.40 7.00 6.24 7.61 5.51 6.66
d) Real estate 7.12 9.31 8.55 8.89 8.17 8.47 7.85 8.88 5.24 8.05 5.94 5.79 5.82
e) Jasa perusahaan 4.44 8.68 7.08 9.23 9.28 9.49 8.15 8.97 9.64 8.33 2.96 3.63 3.95
b. Distribusi/Share thd PDB
Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan8.22 8.48 8.64 8.47 8.31 8.06 7.73 7.43 7.20 8.06 7.17 6.99 6.88
a) Bank 3.91 3.75 3.70 3.42 3.18 2.87 2.67 2.53 2.35 3.15 2.42 2.35 2.29
b) Lembaga keuangan tanpa bank 0.63 0.69 0.71 0.73 0.75 0.80 0.82 0.84 0.85 0.76 0.85 0.83 0.81
c) Jasa penunjang keuangan 0.06 0.06 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
d) Real estate 2.32 2.63 2.81 2.88 2.94 2.92 2.79 2.67 2.59 2.73 2.53 2.46 2.45
e) Jasa perusahaan 1.30 1.35 1.38 1.39 1.38 1.41 1.38 1.33 1.34 1.36 1.31 1.28 1.27
c. Kontribusi
Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan0.56 0.57 0.59 0.68 0.61 0.50 0.74 0.77 0.48 0.61 0.51 0.58 0.59
a) Bank 0.28 0.16 0.21 0.25 0.19 0.06 0.31 0.30 0.10 0.21 0.23 0.28 0.29
b) Lembaga keuangan tanpa bank 0.06 0.07 0.06 0.06 0.06 0.05 0.06 0.07 0.06 0.06 0.05 0.05 0.06
c) Jasa penunjang keuangan 0.001 0.003 0.003 0.01 0.004 0.005 0.01 0.002 0.005 0.004 0.005 0.004 0.004
d) Real estate 0.16 0.22 0.21 0.23 0.22 0.23 0.22 0.25 0.15 0.21 0.17 0.17 0.17
e) Jasa perusahaan 0.06 0.12 0.10 0.14 0.14 0.15 0.135 0.15 0.17 0.13 0.05 0.07 0.07
d. Distribusi/Share thd Sektor Keuangan, Real
Estate dan Jasa Perusahaan
a) Bank 47.58 44.23 42.80 40.40 38.30 35.56 34.58 34.10 32.71 38.92 33.73 33.69 33.29
b) Lembaga keuangan tanpa bank 7.64 8.16 8.16 8.56 9.03 9.95 10.67 11.34 11.87 9.49 11.82 11.91 11.80
c) Jasa penunjang keuangan 0.68 0.65 0.63 0.66 0.69 0.75 0.82 0.76 0.80 0.71 0.82 0.87 0.85
d) Real estate 28.24 31.00 32.50 34.00 35.34 36.19 36.12 35.86 35.95 33.91 35.32 35.15 35.55
e) Jasa perusahaan 15.86 15.96 15.91 16.38 16.65 17.55 17.81 17.94 18.68 16.97 18.31 18.37 18.50
Sumber : BPS diolah
B. Keterkaitan dengan Sektor Lain
Indeks penyebaran subsektor real estate (subsektor sewa bangunan) sebesar 2,29 dan indeks
kepekaan sebesar 1,27. Berdasarkan tabel Input Output diketahui bahwa indeks penyebaran (backward
linkage) subsektor real estate (subsektor sewa bangunan) sebesar 2,29 dan indeks kepekaan (forward
linkage) sebesar 1,27 (Tabel 3). Artinya, akibat kenaikan 1 unit permintaan akhir pada subsektor real
estate (subsektor sewa bangunan) akan menyebabkan kenaikan output seluruh sektor sebesar 2,29, dan
kenaikan 1 unit permintaan akhir dari seluruh subsektor akan menyebabkan kenaikan output subsektor
real estate (subsektor sewa bangunan) sebesar 1,27.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
5
Subsektor real estate (subsektor sewa bangunan) memiliki indeks penyebaran yang kuat terhadap
subsektor jasa perorangan dan rumah tangga. Berdasarkan keterkaitan antar sektor ekonomi terlihat
bahwa subsektor real estate (subsektor sewa bangunan) mempunyai daya dorong yang kuat terhadap
subsektor jasa perorangan dan rumah tangga dengan indeks sebesar 0,07, diikuti dengan subsektor jasa
perdagangan sebesar 0,06. Disamping kedua subsektor tersebut, subsektor real estate (subsektor sewa
bangunan) juga mempunyai keterkaitan dengan jasa kemasyarakatan lainnya (0,04), jasa perusahaan
(0,03) dan jasa perbengkelan (0,02). Dilihat dari pertumbuhan antara subsektor real estate (subsektor
sewa bangunan) searah dengan pertumbuhan subsektor jasa perorangan & rumah tangga (Grafik 3).
Subsektor real estate (subsektor sewa bangunan) memiliki indeks kepekaan tertinggi terhadap
subsektor bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal (0,09). Subsektor bangunan tempat
tinggal dan bukan tempat tinggal memiliki kepekaan yang erat dengan subsektor real estate, (subsektor
sewa bangunan) sebagaimana ditunjukkan oleh nilai indeks sebesar 0,09, diikuti dengan subsektor bank
(0,02), jasa perdagangan (0,01), jasa perusahaan (0,01) dan jasa perbengkelan (0,01).
Tabel 3
Indeks Penyebaran dan Kepekaan Subsektor Real estate
Indeks Penyebaran Nilai Indeks Kepekaan Nilai
Subsektor Sewa Bangunan 2.29 Subsektor Sewa Bangunan 1.27
Jasa Perorangan & Rumah Tangga 0.07 Bangunan Tempat Tgl & Bukan Tempat Tgl 0.09
Jasa Perdagangan 0.06 Bank 0.02
Jasa Kemasyarakatan 0.04 Jasa Perdagangan 0.01
Jasa Perusahaan 0.03 Jasa Perusahaan 0.01
Jasa Perbengkelan 0.02 Jasa Perbengkelan 0.00
Sumber : Tabel Input Output 2005, 175 sektor
Grafik 3.
Pertumbuhan Real Estate dan Jasa Perorangan & Rumah Tangga
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008* 2009** 2010***
Real Estate Perorangan dan Rumah Tangga
Pertumb. yoy (%)
Sumber : BPS
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
6
BOKS : PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL DI JABODEBEK1
Perkembangan sektor properti komersial meningkat seiring dengan semakin stabilnya kondisi
ekonomi makro. Perkembangan ekonomi makro yang semakin kondusif, diikuti dengan tingkat suku bunga
pinjaman yang cenderung menurun, memberikan stimulus terhadap perkembangan properti di Indonesia,
khususnya properti komersial di wilayah Jabodebek. Perkembangan ini terlihat dengan meningkatnya jumlah
pasokan ruang properti komersial (pembangunan gedung-gedung baru) yang diikuti pula dengan kenaikan
permintaan, yang tercermin dari kenaikan tingkat hunian. Perkembangan yang terjadi pada sektor properti
dianggap sebagai salah satu early indicator dari perkembangan ekonomi, disamping itu dengan peningkatan
sektor properti akan mendorong kegiatan investasi.
Pertumbuhan investasi sampai dengan triwulan II-2010 meningkat 54,6%. Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil survei PT. Coldwell Bankers Indonesia, perkembangan kegiatan investasi menunjukkan
peningkatan, terutama investasi domestik. Sampai dengan triwulan II-2010, total realisasi investasi sejumlah
Rp.50,4 trillliun, atau meningkat 54,6% dibandingkan tahun lalu. Realisasi investasi tersebut terdiri dari investasi
domestic sebesar Rp.17,1 trilliun dan investasi asing Rp.33,3 trilliun. Nilai investasi domestik tersebut mengalami
peningkatan signifikan, yakni sebesar 84,3% (yoy) dibandingkan nilai tahun lalu yang sebesar Rp.9,28 trilliun.
Secara sektoral, sebagian besar investasi domestik tersebut terdapat pada sektor industri pengolahan makanan
(40,0%), tanaman pangan dan perkebunan (12,0%) serta sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi
(11%). Sementara itu, pertumbuhan investasi asing sebesar 43,1% dibandingkan tahun lalu, menjadi sebesar
Rp.33,3 trilliun. Mayoritas investasi asing tersebut berada pada sektor transportasi, pergudangan dan
telekomunikasi (40,0%), pertambangan (17,0%) serta sektor perdagangan (11,0%)
Jumlah pasokan pada tahun 2010 meningkat dibandingkan 2009. Secara umum, sampai dengan
triwulan III-2010, jumlah pasokan properti sewa di Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi menunjukkan peningkatan
dibandingkan tahun 2009, kecuali jumlah pasokan apartemen sewa yang relatif stabil. Peningkatan yang
terbesar pada triwulan III-2010 terjadi pada ritel sewa sebesar 3,53% menjadi 3,36 juta m2, diikuti dengan
pertumbuhan lahan industri sebesar 3,34% menjadi 6.917 hektar, hotel 2,75% menjadi 23.908 kamar, ruang
perkantoran 0,42% menjadi 6,14 juta m2 (Tabel 4).
Tabel 4
Perkembangan Properti Komersial sewa di Wilayah Jabodebek
I II III IV I II III IV-2009I-2010 II-2010 III-2010III III
A PERKANTORAN
Sewa
= Stok (m2) 5.265.000 5.595.711 5.871.897 5.919.897 6.059.297 6.115.535 6.135.335 6.135.335 6.135.335 6.141.335 3,64% 1,25% 0,42%
= Tingkat hunian / Lease 81,16% 84,94% 87,53% 87,83% 86,23% 85,69% 86,37% 87,57% 88,47% 89,89% -0,29% 2,59% 4,90%
= Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 123.809 135.421 154.016 161.378 156.776 153.544 154.726 154.461 154.975 155.737 -4,29% -1,15% 1,43%
B. SEKTOR RITEL
Sewa
= Stok (m2) 2.486.325 2.754.625 3.000.120 3.111.970 3.111.970 3.254.759 3.254.759 3.301.559 3.301.559 3.369.651 6,09% 6,09% 3,53%
= Tingkat hunian 89,00% 89,94% 89,13% 88,40% 88,99% 87,80% 88,17% 87,52% 87,92% 87,46% -0,99% -1,20% -0,40%
= Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 398.486 465.728 454.809 464.979 477.212 473.655 472.894 471.257 470.888 485.474 1,35% -1,33% 2,50%
C APARTEMEN
Sewa
= Stok (unit) 10.940 11.256 11.524 11.524 11.594 11.616 11.616 11.616 11.616 11.616 0,80% 0,19% 0,00%
= Tingkat hunian 72,93% 71,23% 75,53% 72,29% 72,55% 70,43% 70,32% 72,32% 74,37% 75,23% 0,04% 2,51% 6,81%
= Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 121108 134818 158397 157919 156388 156558 156653 158058 156607 155114 0,09% 0,14% -0,92%
D HOTEL (Bintang 3, 4, 5)
= Stok (kamar) 22.848 22.910 23.268 23.268 23.268 23.268 23.806 23.908 23.908 23.908 2,75% 2,75% 2,75%
= Tingkat hunian 57,36% 66,62% 75,93% 70,62% 71,56% 65,19% 65,75% 64,44% 64,99% 64,61% -8,75% -9,18% -0,89%
= Tarif kamar (Rp/malam) 512.868 761.424 832.642 855.180 831.074 828.977 810.056 802.816 796.418 802.846 -6,12% -4,17% -3,15%
E LAHAN INDUSTRI*
= Stok (ha) 5.338 5.557 5.817 5.817 5.997 5.997 5.997 6.197 6.197 6.197 6,53% 3,34% 3,34%
= Tingkat Hunian 66,37% 67,47% 69,06% 69,45% 69,65% 69,72% 69,85% 67,83% 68,07% 68,31% -2,32% -2,27% -2,02%
= Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 29.128 30.337 44.690 48.447 43.438 41.487 40.554 39.254 38.875 36.390 -18,98% -10,50% -12,28%
* wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi dan
Kerawang
KETERANGAN 2006 2007 2008Pertumbuhan Tahunan
JABODEBEKJakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi
2009 2010
Sumber : Perkembangan Properti Komersial Bank Indonesia Triwulan III-2010
1 Sumber : Perkembangan Properti Komersial Triwulan III-2010 dan Publikasi Pasar Properti oleh PT. Coldwell Bankers Indonesia
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
7
Sementara itu jumlah apartemen sewa tidak mengalami perubahan, tetap sebanyak 11.616 unit. Peningkatan
supply properti komersial tersebut mengindikasikan kondisi perekonomian makro yang semakin baik. Hal ini
direspon oleh kalangan pengembang, disamping adanya rencana bisnis perusahaan dan kalangan usahawan
untuk memperluas jaringan kantornya.
Perkembangan properti ditunjang pula dengan ekspansi kredit di sektor properti yang dilakukan oleh
Bank. Berdasarkan data dari LBU, penyaluran kredit properti oleh bank umum sampai dengan triwulan III-2010
(September 2010) tercatat sebesar Rp.234,9 triliun, memiliki pangsa sebesar 14,35% dari total outstanding
kredit bank umum yang berjumlah Rp.1.636,8 triliun. Pertumbuhan kredit properti pada triwulan III-2010
didorong oleh ekspansi kredit konstruksi sebesar 3,89% secara triwulanan (quarterly/qtq), diikuti dengan
pertumbuhan kredit real estate sebesar 1,08% (qtq), dan pertumbuhan kredit KPR/KPA (0,97%, qtq).
Berdasarkan pangsanya, kredit KPR/KPA masih memiliki pangsa terbesar 58,79%, kemudian diikuti oleh kredit
konstruksi sebesar 27,26% serta kredit real estate sebesar 13,96%.
Grafik 4
Perkembangan Kredit Properti Bank Umum
27.26
13.96
58.79
Properti (total)
Konstruksi
Real Estate
KPR dan KPA
-10.0
15.0
40.0
65.0
90.0
115.0
140.0
165.0
190.0
215.0
240.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008 2009 2010
Rp. Triliun
Distribusi Kredit
Properti Triwulan
III-2010 (%)
Konst
ruksiKPR &
KPA
Real
Estate
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
Pesatnya permintaan mendorong tingkat hunian ruang perkantoran dan apartemen meningkat.
Peningkatan pasokan yang terjadi pada ruang rital, lahan industri dan hotel tidak secara langsung diikuti oleh
kenaikan permintaan secara signifikan, menyebabkan tingkat hunian cenderung mengalami penurunan. Hal ini
terlihat dengan menurunnya tingkat hunian pada ruang ritel sebesar 0,40% (yoy) menjadi 87,46%, diikuti
penurunan lahan industri (-2,02%) menjadi 68,31% dan tingkat hunian hotel berbintang dari 65,19% (triwulan
III-2009) menjadi 64,61% (-0,89%). Sementara itu, besarnya permintaan akan ruang ruang perkantoran serta
permintaan dari perusahaan terhadap apartemen sewa untuk para ekspatriatnya telah mendorong kenaikan
tingkat hunian pada ruang perkantoran dan apartemen. Pada triwulan III-2010 kenaikan tingkat hunian ruang
perkantoran sebesar 4,90% (yoy) menjadi 89,89%, diikuti dengan apartemen sewa dimana tingkat huniannya
meningkat dari 79,43% (triwulan III-2009) menjadi 75,23% (triwulan III-2010).
Penguatan nilai tukar rupiah memberikan kontribusi terhadap harga sewa yang semakin kompetitif.
Seiring dengan meningkatnya permintaan dan kenaikan biaya operasional, maka harga sewa pun mengalami
peningkatan, namun kenaikan tersebut sedikit tertekan dengan penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi di
tahun 2010 sehingga peningkatan biaya operasional cenderung sedikit. Hal ini terlihat pada relatif rendahnya
kenaikan tarif sewa pada ruang perkantoran yaitu sebesar 1,43% (yoy) menjadi Rp.155.737/m2/bulan dan tarif
sewa ruang ritel sebesar 2,50% (yoy) menjadi Rp.485.474/m2/bulan. Sementara itu tarif sewa apartemen, hotel
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
8
dan lahan industri mengalami penurunan, masing-masing sebesar -0,92%, -3,15% dan -12,28%. Penurunan
tarif sewa tersebut dipengaruhi pula oleh kegiatan promosi yang dilakukan guna mendorong kenaikan tingkat
hunian, khususnya pada hotel.
Penambahan pasokan ruang properti komersial sewa akan meningkat pada tahun mendatang.
Sejalan dengan kondisi perekonomian yang semakin kondusif dan perkembangan investasi di Indonesia yang
semakin membaik, telah memberikan opini positif terhadap kalangan usahawan dan pengembang. Hal ini
ditandai dengan rencana penambahan pasok baru ruang properti komersial yang semakin meningkat, terutama
pada tahun 2012. Rencana penambahan pasokan terbesar pada tahun 2011 berasal dari ruang perkantoran
yakni sebanyak 201.150 m2, diikuti dengan ruang ritel sebanyak 110.393 m
2. Pada tahun 2012, kenaikan
rencana penambahan pasokan terjadi pada semua subsektor, kecuali lahan industri. Penambahan pasokan
terbesar diperkirakan berasal dari ritel sewa yakni sebesar 335.860 m2, diikuti dengan perkantoran sewa yang
rencananya akan menambah pasokan sebesar 274.788 m2 (Tabel 4).
Tabel 4
Rencana Penambahan Pasokan Properti Komersial Sewa
2011 2012
1 Perkantoran Sewa (m2
) 201.150 274.788
2 Ritel Sewa (m2
) 110.393 335.860
3 Apartemen Sewa (unit) - 294
4 Hotel (kamar) 300 480
5 Lahan Industri (hektar) 157 -
sumber : Coldwell Bankers Indonesia
Rencana Penambahan
PasokanNo
Tahun
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
9
GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH
Grafik 5.
Produksi Minyak Mentah
Grafik 6.
Produksi Kondensat
-12,0
-8,0
-4,0
0,0
4,0
8,0
12,0
16,0
-8,0
-4,0
0,0
4,0
8,0
12,0
16,0
20,0
24,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm )
Grafik 7.
Produksi Kendaraan Non Niaga
Grafik 8.
Penjualan Kendaraan Non Niaga
-40,0
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Grafik 9.
Produksi Kendaraan Niaga
Grafik 10.
Penjualan Kendaraan Niaga
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
-80,0
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% mtm) (% yoy)
-40,0
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% mtm) (% yoy)
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
10
Grafik 11.
Produksi Sepeda Motor
Grafik12.
Penjualan Sepeda Motor
-40.0
-30.0
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-40.0
-30.0
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Grafik 13.
Ekspor Besi dan Baja
Grafik 14.
Konsumsi Semen
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
-80,0
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% mtm) (% yoy)
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Grafik 15.
Ekspor Kayu Lapis
Grafik 16.
Ekspor Kayu Gergajian
-75,0
-50,0
-25,0
0,0
25,0
50,0
75,0
100,0
-75,0
-50,0
-25,0
0,0
25,0
50,0
75,0
100,0
125,0
150,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% mtm) (% yoy)
-50,0
-25,0
0,0
25,0
50,0
75,0
100,0
-100,0
-75,0
-50,0
-25,0
0,0
25,0
50,0
75,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
11
Grafik 17.
Penjualan Minyak Diesel
Grafik 18.
Penjualan Listrik ke Sektor Industri
-50,0
-25,0
0,0
25,0
50,0
75,0
100,0
-100,0
-75,0
-50,0
-25,0
0,0
25,0
50,0
75,0
100,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% mtm) (% yoy)
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% mtm )(% yoy)
Grafik 19.
Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan
Grafik 20.
Penjualan Listrik Total
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% m-t-m )(% yoy)
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% mtm )(% yoy)
Grafik 21.
Kunjungan Wisman
Grafik 22.
Tingkat Hunian Hotel - Jakarta
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm )
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm )
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
12
Grafik 23.
Tingkat Hunian Hotel - Bali
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
-25,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010
yoy mtm
(% yoy) (% mtm )