12
Oktober 2010 Secara tahunan, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih tumbuh positif, kecuali penjualan minyak diesel, produksi minyak mentah dan produksi kondensat. Secara bulanan, sebagian besar indikator menunjukkan peningkatan seiring kembali normalnya jumlah hari kerja di bulan Oktober 2010. Secara kumulatif dalam periode Januari-Oktober 2010, seluruh indikator mengalami peningkatan dan produksi kendaraan niaga tumbuh paling tinggi. Rata-rata kontribusi subsektor real estate sebagai salah satu subsektor dalam sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,21%. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Pada Oktober 2010, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih migas dan non migas (16 dari 19 indikator) tumbuh positif. Peningkatan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga sebesar 60,27% (yoy). Sementara itu, tiga indikator mengalami pertumbuhan negatif dan penurunan terbesar terjadi pada penjualan minyak diesel (-17,64%; yoy). Dalam kurun waktu Oktober 2009 Oktober 2010, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis (131,40%) yang terjadi pada Januari 2010. Sebaliknya, produksi kendaraan niaga mengalami kontraksi terbesar (-34,25%) pada Oktober 2009 (Grafik. 1). Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan s.d Oktober 2010 -100 -50 0 50 100 150 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Tingkat Hunian Hotel - Jkt Tingkat Hunian Hotel - Bali (% yoy) Oktober 2009 - Oktober 2010 Tertinggi Oktober 2010 Oktober 2009 - Oktober 2010 Terendah Bulanan Kembali normalnya jumlah hari kerja pada Oktober 2010 sehubungan dengan telah berlalunya hari Raya Idul Fitri, hampir seluruh indikator menunjukkan peningkatan secara bulanan. Peningkatan terbesar terjadi pada ekspor besi & baja sebesar 94,13% (mtm). Sebaliknya, dua indikator yang menunjukkan penurunan adalah penjualan minyak diesel (-21,52%; mtm) dan produksi minyak mentah (-2,44%; mtm). Selama periode Oktober 2009 Oktober 2010, pertumbuhan bulanan tertinggi dan terendah dialami oleh indikator yang sama yaitu ekspor besi & baja. Pertumbuhan tertinggi pada bulan Oktober 2010 (94,13%) dan pertumbuhan terendah pada bulan April 2010 (-44,30%) (Grafik. 2). Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan s.d Oktober 2010 -50 -25 0 25 50 75 100 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Hotel Occupancy Jkt Hotel Occupancy Bali (% mtm) Oktober 2009 - Oktober 2010 Tertinggi Oktober 2010 Oktober 2009 - Oktober 2010 Terendah INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai sub sektor real estate. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.

Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

1

Oktober 2010

Secara tahunan, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih

tumbuh positif, kecuali penjualan minyak diesel, produksi minyak mentah

dan produksi kondensat.

Secara bulanan, sebagian besar indikator menunjukkan peningkatan

seiring kembali normalnya jumlah hari kerja di bulan Oktober 2010.

Secara kumulatif dalam periode Januari-Oktober 2010, seluruh indikator

mengalami peningkatan dan produksi kendaraan niaga tumbuh paling

tinggi.

Rata-rata kontribusi subsektor real estate sebagai salah satu subsektor

dalam sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan terhadap

pertumbuhan ekonomi sebesar 0,21%.

Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi:

Tahunan

Pada Oktober 2010, hampir seluruh indikator

aktivitas ekonomi terpilih migas dan non migas

(16 dari 19 indikator) tumbuh positif.

Peningkatan tertinggi terjadi pada produksi

kendaraan niaga sebesar 60,27% (yoy).

Sementara itu, tiga indikator mengalami

pertumbuhan negatif dan penurunan terbesar

terjadi pada penjualan minyak diesel (-17,64%;

yoy).

Dalam kurun waktu Oktober 2009 Oktober

2010, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi

pada ekspor kayu lapis (131,40%) yang terjadi

pada Januari 2010. Sebaliknya, produksi

kendaraan niaga mengalami kontraksi terbesar

(-34,25%) pada Oktober 2009 (Grafik. 1).

Grafik 1.

Pertumbuhan Tahunan s.d Oktober 2010

-100

-50

0

50

100

150

Pro

duksi M

inyak M

enta

h

Pro

duksi

Kondensat

Pro

duksi K

endara

an

Non N

iag

a

Penju

ala

n K

endara

an

Non N

iag

a

Pro

duksi K

endara

an

Nia

ga

Penju

ala

n K

endara

an

Nia

ga

Pro

duksi S

epeda

Moto

r

Penju

ala

n S

epeda

Moto

r

Konsum

si S

em

en

Ekspor

Besi

Baja

Ekspor

Kayu Lapis

Ekspor

Kayu G

erg

ajian

Penju

ala

n M

inyak D

iesel

Penju

ala

n Lis

trik

u/

Industr

i

Penju

ala

n Lis

trik

u/

Perd

ag

.

Penju

ala

n Lis

trik

Tota

l

Kunj. W

ism

an

Tin

gkat H

unia

n H

ote

l -

Jkt

Tin

gkat H

unia

n H

ote

l -

Bali

(% yoy)

Oktober 2009 - Oktober 2010 Tertinggi

Oktober 2010

Oktober 2009 - Oktober 2010 Terendah

Bulanan

Kembali normalnya jumlah hari kerja pada

Oktober 2010 sehubungan dengan telah

berlalunya hari Raya Idul Fitri, hampir seluruh

indikator menunjukkan peningkatan secara

bulanan. Peningkatan terbesar terjadi pada

ekspor besi & baja sebesar 94,13% (mtm).

Sebaliknya, dua indikator yang menunjukkan

penurunan adalah penjualan minyak diesel

(-21,52%; mtm) dan produksi minyak mentah

(-2,44%; mtm).

Selama periode Oktober 2009 Oktober 2010,

pertumbuhan bulanan tertinggi dan terendah

dialami oleh indikator yang sama yaitu ekspor

besi & baja. Pertumbuhan tertinggi pada bulan

Oktober 2010 (94,13%) dan pertumbuhan

terendah pada bulan April 2010 (-44,30%)

(Grafik. 2).

Grafik 2.

Pertumbuhan Bulanan s.d Oktober 2010

-50

-25

0

25

50

75

100

Pro

duksi M

inyak M

enta

h

Pro

duksi K

ondensat

Pro

duksi K

endara

an

Non N

iag

a

Penju

ala

n K

endara

an

Non N

iag

a

Pro

duksi K

endara

an

Nia

ga

Penju

ala

n K

endara

an

Nia

ga

Pro

duksi S

epeda

Moto

r

Penju

ala

n S

epeda

Moto

r

Konsum

si S

em

en

Ekspor

Besi

Baja

Ekspor

Kayu Lapis

Ekspor

Kayu G

erg

ajian

Penju

ala

n M

inyak D

iesel

Penju

ala

n Lis

trik

u/

Industr

i

Penju

ala

n Lis

trik

u/

Perd

ag

.

Penju

ala

n Lis

trik

Tota

l

Kunj. W

ism

an

Hote

l O

ccupancy Jkt

Hote

l O

ccupancy B

ali

(% mtm)

Oktober 2009 - Oktober 2010 Tertinggi

Oktober 2010

Oktober 2009 - Oktober 2010 Terendah

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

Metodologi

Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor

ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai sub sektor real estate. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak

eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi

Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.

Page 2: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

2

Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif

Secara kumulatif dalam periode Januari-Oktober 2010, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi kendaraan niaga tumbuh

paling tinggi yaitu 87,99%, diikuti oleh penjualan kendaraan niaga (86,08%), dan penjualan kendaraan non

niaga (54,50%). Tingginya produksi dan penjualan kendaraan antara lain didorong oleh potensi pasar Indonesia

masih terbuka lebar untuk produk kendaraan bermotor. Disisi lain, produksi minyak mentah mengalami

pertumbuhan terendah sepanjang Januari-Oktober 2010 yaitu sebesar 0,07% (Tabel 1).

Tabel 1

Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih

S atuan Okt Nov Des J an F eb Mar Apr Mei J un J ul Agt S ep Okt Nov

yoy mtm ytd*

Migas

- P roduks i Minyak Mentah ribu barel 25,644 24,882 25,944 25,390 23,399 26,005 25,339 26,272 25,185 25,451 26,063 24,800 24,194 23,915 -5.65 -2.44 0.07

- P roduks i Kondensat ribu barel 3,697 3,587 3,740 3,878 3,402 3,795 3,633 3,806 3,625 3,790 3,716 3,574 3,606 3,826 -2.45 0.91 1.12

Non Migas

- P roduks i Kendaraan Non Niaga unit 35,630 32,722 46,053 36,693 34,428 40,371 41,598 37,813 45,528 46,969 41,997 31,273 47,497 46,987 33.31 51.88 47.83

- P enjualan Kendaraan Non Niaga unit 38,850 36,336 35,733 38,856 39,608 46,559 45,507 41,276 50,034 51,598 46,045 34,789 49,601 48,771 27.67 42.58 54.50

- P roduks i Kendaraan Niaga unit 11,592 9,869 10,295 12,877 14,081 16,851 17,575 17,570 19,770 20,795 18,580 12,802 18,578 16,680 60.27 45.12 87.99

- P enjualan Kendaraan Niaga unit 11,667 10,866 11,222 13,074 14,629 17,416 17,970 17,898 18,901 18,867 17,187 12,980 17,908 18,747 53.49 37.97 86.08

- P roduks i S epeda Motor unit 624,823 556,670 539,594 515,962 528,302 628,967 650,001 636,023 664,767 695,974 733,021 476,354 690,194 662,363 10.46 44.89 29.91

- P enjualan S epeda Motor unit 615,635 547,572 553,033 503,840 540,067 611,142 657,185 641,871 655,363 701,432 734,439 481,615 698,342 656,597 13.43 45.00 30.20

- E kspor Bes i dan Baja ton 111,534 114,774 102,281 133,171 125,175 149,053 83,018 102,624 79,845 130,601 142,239 80,631 156,529 150,304 40.34 94.13 1.67

- Konsums i S emen ton 3,793,505 3,542,132 3,825,165 3,362,322 2,989,762 3,386,321 3,188,802 3,272,427 3,396,890 3,740,047 3,615,181 2,555,818 3,832,151 3,531,967 1.02 49.94 7.59

- E kspor Kayu Lapis ton 175,465 147,061 153,304 165,928 207,430 195,985 162,841 170,098 168,424 159,949 167,561 121,397 175,496 139,669 0.02 44.56 27.17

- E kspor Kayu Gergajian ton 37,473 32,891 36,203 33,068 31,777 36,847 39,323 36,821 36,393 40,858 40,072 25,790 39,488 37,674 5.38 53.11 27.41

- P enjualan Minyak Diesel kiloliter 12,525 12,244 10,678 10,524 14,571 11,857 13,944 11,378 15,737 11,648 14,352 13,143 10,315 12,290 -17.64 -21.52 19.44

- P enjualan L is trik ke S ektor Indus tri ribu KWH 3,388 4,205 4,047 4,145 4,263 3,897 4,424 4,317 4,396 4,350 4,472 3,556 4,290 n/a 26.62 20.63 12.21

- P enjualan L is trik ke B isnis / P erdagangan ribu KWH 1,877 2,004 1,981 2,061 2,001 1,938 2,086 2,184 2,188 2,170 2,146 2,155 2,250 n/a 19.86 4.42 12.48

- P enjualan L is trik Total ribu KWH 10,822 11,866 11,710 11,987 11,686 11,200 12,167 12,442 12,669 12,575 12,592 11,722 12,587 n/a 16.31 7.38 11.03

- Kunjungan Wisman orang 468,251 445,892 521,630 511,314 523,135 594,242 555,915 600,031 613,422 658,476 586,530 560,367 594,654 578,152 26.99 6.12 31.52

- T ingkat Hunian Hotel Berbintang di J akarta persen 55 55 55 53 47 54 58 59 58 61 50 48 59 56 8.33 21.96 3.67

- T ingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen 64 55 60 53 57 59 59 60 65 66 61 62 65 60 0.40 4.03 1.46

E ks por Non Migas Utama

- Barang dari Logam T idak Mulia ribu ton 229 350 221 305 222 287 296 200 181 290 256 173 263 254 14.89 51.94 5.89

- Batubara ribu ton 23,459 20,668 27,072 24,318 23,676 26,185 23,231 21,070 24,605 23,115 24,126 21,371 22,872 23,339 -2.50 7.02 27.22

- B iji T embaga ribu ton 204 119 349 102 188 308 143 242 150 262 181 315 92 184 -55.02 -70.96 -1.26

- P eralatan L is trik ribu ton 70 64 57 62 60 69 65 62 65 67 72 62 74 68 5.13 18.95 20.66

- Makanan Olahan ribu ton 197 185 177 139 126 140 135 127 141 189 194 126 197 206 -0.06 56.97 1.17

- Karet Olahan ribu ton 227 182 211 207 214 253 244 246 252 261 248 228 261 242 15.00 14.56 18.04

- Bahan Kertas dan Kertas ribu ton 588 529 605 477 520 587 608 552 513 464 609 673 676 594 14.93 0.33 6.30

- Teks til dan P roduk Teks til ribu ton 154 140 169 152 158 173 165 159 163 181 185 140 173 159 12.47 23.77 13.63

- Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton 63 71 50 53 48 61 40 38 136 55 75 69 50 58 -20.34 -27.30 19.74

- Minyak Nabati ribu ton 1957 1524 2601 980 1339 1490 992 1235 1323 1259 2528 1410 2049 2003 4.66 45.30 -2.60

2009

Indikator Oktober 2010

2010 P ertumbuhan (%)

Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),

Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).

Keterangan :

-

-

Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi

Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang.

Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi

Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang.

Data ekspor 10 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama) mulai ditambahkan ke dalam

publikasi IAE sejak edisi Mei 2009. Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode

Januari-Desember 2008. Sampai dengan periode laporan, indikator Ekspor Non Migas belum masuk dalam analisis indikator aktivitas

ekonomi secara bulanan, tahunan dan kumulatif. Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada

saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (mtm), tahunan (yoy) dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode.

*) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan denga n

periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE

September 2008. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data

dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia.

Page 3: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

3

ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR REAL ESTATE)

Subsektor real estate merupakan salah satu subsektor dalam sektor keuangan, real estate, & jasa

perusahaan yang memiliki pertumbuhan tahunan (year on year/yoy) cukup tinggi. Secara rata-rata,

pertumbuhan subsektor real estate (tahun 2001 s.d 2009) sebesar 8,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa yang sebesar 6,81%. Distribusi/share subsektor real estate

terhadap sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan sebesar 2,73% dan merupakan distribusi/share

terbesar kedua setelah subsektor bank (3,15%). Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi dan dengan

distribusi/share yang cukup besar, maka kontribusi subsektor real estate cukup besar terhadap pertumbuhan

PDB, yakni rata-rata sebesar 0,21%, relatif sama dengan sumbangan/kontribusi subsektor bank.

Perkembangan yang terjadi pada sektor properti dianggap sebagai salah satu early indicator dari

perkembangan ekonomi. Seiring dengan semakin stabilnya kondisi ekonomi makro yang semakin kondusif,

diikuti dengan tingkat suku bunga pinjaman yang cenderung menurun, memberikan stimulus terhadap

perkembangan properti di Indonesia, khususnya properti komersial. Dalam perkembangannya, terutama pasca

krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, pengembang dan developer lebih berhati-hati dalam

mengembangkan bangunan yang bertujuan untuk disewakan seperti perkantoran, pusat perbelanjaan (retail),

apartemen dan hotel. Kondisi ini menyebabkan perkembangan di subsektor real estate dan industri properti

menjadi lebih stabil, sehingga memberikan dampak positif terhadap kegiatan investasi di Indonesia dan

perkembangan ekonomi pada umumnya.

A. Peranan terhadap PDB

Subsektor real estate meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut

bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, seperti perkantoran, pertokoan serta usaha

persewaan tanah persil. Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian

antara pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli

rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk (jumlah

penduduk di pertengahan tahun). Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal

diperoleh dari perkalian antara luas bangunan yang disewakan dengan rata-rata tarif biaya sewa per

meter persegi (BPS, Pendapatan Nasional Indonesia, 2005).

Rata-rata pertumbuhan subsektor real estate cukup mengesankan, sebesar 8,05% (yoy). Dalam kurun

waktu hampir satu dasawarsa (2001-2009) pertumbuhan subsektor real estate cukup mengesankan yakni rata-

rata sebesar 8,05%, merupakan pertumbuhan terbesar ketiga setelah subsektor lembaga keuangan bukan

bank (8,70%) dan jasa perusahaan (8,33%). Namun, rata-rata pertumbuhan subsektor real estate tersebut

masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan sektor keuangan, real estate dan jasa sebesar 6,81%,

Tabel 2.

Memasuki tahun 2010, pertumbuhan subsektor real estate mengalami perlambatan. Pertumbuhan

subsektor real estate pada triwulan I-2010 sebesar 5,94% (yoy), pada triwulan II-2010 sebesar 5,79% dan

pada triwulan III-2010 sebesar 5,82%.

Distribusi/share subsektor real estate terhadap PDB cenderung mengalami penurunan. Rata-rata

distribusi/share subsektor real estate terhadap PDB selama kurun waktu lebih dari satu dasawarsa (2001-

2009) relatif rendah, yakni sekitar 2,73%. Sementara itu, distribusi/share subsektor real estate terhadap

sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan sebesar 33,91% yang merupakan pangsa terbesar kedua

setelah pangsa subsektor bank (38,71%). Seiring dengan terjadinya penurunan distribusi/share sektor

keuangan, real estate & jasa perusahaan, distribusi/share dari subsektor real estate juga mengalami

penurunan. Distribusi/share dari subsektor real estate sejak tahun 2006 telah melampaui subsektor bank

dan sampai dengan triwulan III-2010 distribusi/share dari subsektor real estate sebesar 2,45%.

Page 4: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

4

Subsektor real estate memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi

setelah subsektor bank. Pertumbuhan dan share yang cukup tinggi dari sewa bangunan berpengaruh

positif terhadap besarnya sumbangan/kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, rata-rata sebesar

0,21%, setara dengan sumbangan dari subsektor bank, yang merupakan kontributor utama dalam sektor

keuangan, real estate & jasa perusahaan. Hal ini menunjukkan peran subsektor real estate cukup berarti

terhadap kontribusi yang dihasilkan dari sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan yang sebesar

0,61%. Memasuki triwulan I-2010 sampai dengan triwulan III-2010, kontribusinya relatif stabil yaitu

sebesar 0,17%.

Tabel 2.

Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa (%)

RINCIAN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Rata-

rataQ1-2010 Q2-2010 Q3-2010

a. Pertumbuhan

Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan6.76 6.70 6.73 7.66 6.70 5.47 7.99 8.24 5.05 6.81 5.28 6.03 6.34

a) Bank 7.03 3.97 5.13 6.02 4.50 1.55 7.96 7.41 2.40 5.11 5.62 7.21 7.69

b) Lembaga keuangan tanpa bank 9.34 10.34 9.07 9.24 8.35 7.15 8.14 9.03 7.61 8.70 6.22 6.61 7.00

c) Jasa penunjang keuangan 2.31 4.73 5.64 9.18 6.66 7.55 9.68 3.40 7.00 6.24 7.61 5.51 6.66

d) Real estate 7.12 9.31 8.55 8.89 8.17 8.47 7.85 8.88 5.24 8.05 5.94 5.79 5.82

e) Jasa perusahaan 4.44 8.68 7.08 9.23 9.28 9.49 8.15 8.97 9.64 8.33 2.96 3.63 3.95

b. Distribusi/Share thd PDB

Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan8.22 8.48 8.64 8.47 8.31 8.06 7.73 7.43 7.20 8.06 7.17 6.99 6.88

a) Bank 3.91 3.75 3.70 3.42 3.18 2.87 2.67 2.53 2.35 3.15 2.42 2.35 2.29

b) Lembaga keuangan tanpa bank 0.63 0.69 0.71 0.73 0.75 0.80 0.82 0.84 0.85 0.76 0.85 0.83 0.81

c) Jasa penunjang keuangan 0.06 0.06 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06

d) Real estate 2.32 2.63 2.81 2.88 2.94 2.92 2.79 2.67 2.59 2.73 2.53 2.46 2.45

e) Jasa perusahaan 1.30 1.35 1.38 1.39 1.38 1.41 1.38 1.33 1.34 1.36 1.31 1.28 1.27

c. Kontribusi

Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan0.56 0.57 0.59 0.68 0.61 0.50 0.74 0.77 0.48 0.61 0.51 0.58 0.59

a) Bank 0.28 0.16 0.21 0.25 0.19 0.06 0.31 0.30 0.10 0.21 0.23 0.28 0.29

b) Lembaga keuangan tanpa bank 0.06 0.07 0.06 0.06 0.06 0.05 0.06 0.07 0.06 0.06 0.05 0.05 0.06

c) Jasa penunjang keuangan 0.001 0.003 0.003 0.01 0.004 0.005 0.01 0.002 0.005 0.004 0.005 0.004 0.004

d) Real estate 0.16 0.22 0.21 0.23 0.22 0.23 0.22 0.25 0.15 0.21 0.17 0.17 0.17

e) Jasa perusahaan 0.06 0.12 0.10 0.14 0.14 0.15 0.135 0.15 0.17 0.13 0.05 0.07 0.07

d. Distribusi/Share thd Sektor Keuangan, Real

Estate dan Jasa Perusahaan

a) Bank 47.58 44.23 42.80 40.40 38.30 35.56 34.58 34.10 32.71 38.92 33.73 33.69 33.29

b) Lembaga keuangan tanpa bank 7.64 8.16 8.16 8.56 9.03 9.95 10.67 11.34 11.87 9.49 11.82 11.91 11.80

c) Jasa penunjang keuangan 0.68 0.65 0.63 0.66 0.69 0.75 0.82 0.76 0.80 0.71 0.82 0.87 0.85

d) Real estate 28.24 31.00 32.50 34.00 35.34 36.19 36.12 35.86 35.95 33.91 35.32 35.15 35.55

e) Jasa perusahaan 15.86 15.96 15.91 16.38 16.65 17.55 17.81 17.94 18.68 16.97 18.31 18.37 18.50

Sumber : BPS diolah

B. Keterkaitan dengan Sektor Lain

Indeks penyebaran subsektor real estate (subsektor sewa bangunan) sebesar 2,29 dan indeks

kepekaan sebesar 1,27. Berdasarkan tabel Input Output diketahui bahwa indeks penyebaran (backward

linkage) subsektor real estate (subsektor sewa bangunan) sebesar 2,29 dan indeks kepekaan (forward

linkage) sebesar 1,27 (Tabel 3). Artinya, akibat kenaikan 1 unit permintaan akhir pada subsektor real

estate (subsektor sewa bangunan) akan menyebabkan kenaikan output seluruh sektor sebesar 2,29, dan

kenaikan 1 unit permintaan akhir dari seluruh subsektor akan menyebabkan kenaikan output subsektor

real estate (subsektor sewa bangunan) sebesar 1,27.

Page 5: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

5

Subsektor real estate (subsektor sewa bangunan) memiliki indeks penyebaran yang kuat terhadap

subsektor jasa perorangan dan rumah tangga. Berdasarkan keterkaitan antar sektor ekonomi terlihat

bahwa subsektor real estate (subsektor sewa bangunan) mempunyai daya dorong yang kuat terhadap

subsektor jasa perorangan dan rumah tangga dengan indeks sebesar 0,07, diikuti dengan subsektor jasa

perdagangan sebesar 0,06. Disamping kedua subsektor tersebut, subsektor real estate (subsektor sewa

bangunan) juga mempunyai keterkaitan dengan jasa kemasyarakatan lainnya (0,04), jasa perusahaan

(0,03) dan jasa perbengkelan (0,02). Dilihat dari pertumbuhan antara subsektor real estate (subsektor

sewa bangunan) searah dengan pertumbuhan subsektor jasa perorangan & rumah tangga (Grafik 3).

Subsektor real estate (subsektor sewa bangunan) memiliki indeks kepekaan tertinggi terhadap

subsektor bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal (0,09). Subsektor bangunan tempat

tinggal dan bukan tempat tinggal memiliki kepekaan yang erat dengan subsektor real estate, (subsektor

sewa bangunan) sebagaimana ditunjukkan oleh nilai indeks sebesar 0,09, diikuti dengan subsektor bank

(0,02), jasa perdagangan (0,01), jasa perusahaan (0,01) dan jasa perbengkelan (0,01).

Tabel 3

Indeks Penyebaran dan Kepekaan Subsektor Real estate

Indeks Penyebaran Nilai Indeks Kepekaan Nilai

Subsektor Sewa Bangunan 2.29 Subsektor Sewa Bangunan 1.27

Jasa Perorangan & Rumah Tangga 0.07 Bangunan Tempat Tgl & Bukan Tempat Tgl 0.09

Jasa Perdagangan 0.06 Bank 0.02

Jasa Kemasyarakatan 0.04 Jasa Perdagangan 0.01

Jasa Perusahaan 0.03 Jasa Perusahaan 0.01

Jasa Perbengkelan 0.02 Jasa Perbengkelan 0.00

Sumber : Tabel Input Output 2005, 175 sektor

Grafik 3.

Pertumbuhan Real Estate dan Jasa Perorangan & Rumah Tangga

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008* 2009** 2010***

Real Estate Perorangan dan Rumah Tangga

Pertumb. yoy (%)

Sumber : BPS

Page 6: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

6

BOKS : PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL DI JABODEBEK1

Perkembangan sektor properti komersial meningkat seiring dengan semakin stabilnya kondisi

ekonomi makro. Perkembangan ekonomi makro yang semakin kondusif, diikuti dengan tingkat suku bunga

pinjaman yang cenderung menurun, memberikan stimulus terhadap perkembangan properti di Indonesia,

khususnya properti komersial di wilayah Jabodebek. Perkembangan ini terlihat dengan meningkatnya jumlah

pasokan ruang properti komersial (pembangunan gedung-gedung baru) yang diikuti pula dengan kenaikan

permintaan, yang tercermin dari kenaikan tingkat hunian. Perkembangan yang terjadi pada sektor properti

dianggap sebagai salah satu early indicator dari perkembangan ekonomi, disamping itu dengan peningkatan

sektor properti akan mendorong kegiatan investasi.

Pertumbuhan investasi sampai dengan triwulan II-2010 meningkat 54,6%. Berdasarkan data yang

diperoleh dari hasil survei PT. Coldwell Bankers Indonesia, perkembangan kegiatan investasi menunjukkan

peningkatan, terutama investasi domestik. Sampai dengan triwulan II-2010, total realisasi investasi sejumlah

Rp.50,4 trillliun, atau meningkat 54,6% dibandingkan tahun lalu. Realisasi investasi tersebut terdiri dari investasi

domestic sebesar Rp.17,1 trilliun dan investasi asing Rp.33,3 trilliun. Nilai investasi domestik tersebut mengalami

peningkatan signifikan, yakni sebesar 84,3% (yoy) dibandingkan nilai tahun lalu yang sebesar Rp.9,28 trilliun.

Secara sektoral, sebagian besar investasi domestik tersebut terdapat pada sektor industri pengolahan makanan

(40,0%), tanaman pangan dan perkebunan (12,0%) serta sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi

(11%). Sementara itu, pertumbuhan investasi asing sebesar 43,1% dibandingkan tahun lalu, menjadi sebesar

Rp.33,3 trilliun. Mayoritas investasi asing tersebut berada pada sektor transportasi, pergudangan dan

telekomunikasi (40,0%), pertambangan (17,0%) serta sektor perdagangan (11,0%)

Jumlah pasokan pada tahun 2010 meningkat dibandingkan 2009. Secara umum, sampai dengan

triwulan III-2010, jumlah pasokan properti sewa di Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi menunjukkan peningkatan

dibandingkan tahun 2009, kecuali jumlah pasokan apartemen sewa yang relatif stabil. Peningkatan yang

terbesar pada triwulan III-2010 terjadi pada ritel sewa sebesar 3,53% menjadi 3,36 juta m2, diikuti dengan

pertumbuhan lahan industri sebesar 3,34% menjadi 6.917 hektar, hotel 2,75% menjadi 23.908 kamar, ruang

perkantoran 0,42% menjadi 6,14 juta m2 (Tabel 4).

Tabel 4

Perkembangan Properti Komersial sewa di Wilayah Jabodebek

I II III IV I II III IV-2009I-2010 II-2010 III-2010III III

A PERKANTORAN

Sewa

= Stok (m2) 5.265.000 5.595.711 5.871.897 5.919.897 6.059.297 6.115.535 6.135.335 6.135.335 6.135.335 6.141.335 3,64% 1,25% 0,42%

= Tingkat hunian / Lease 81,16% 84,94% 87,53% 87,83% 86,23% 85,69% 86,37% 87,57% 88,47% 89,89% -0,29% 2,59% 4,90%

= Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 123.809 135.421 154.016 161.378 156.776 153.544 154.726 154.461 154.975 155.737 -4,29% -1,15% 1,43%

B. SEKTOR RITEL

Sewa

= Stok (m2) 2.486.325 2.754.625 3.000.120 3.111.970 3.111.970 3.254.759 3.254.759 3.301.559 3.301.559 3.369.651 6,09% 6,09% 3,53%

= Tingkat hunian 89,00% 89,94% 89,13% 88,40% 88,99% 87,80% 88,17% 87,52% 87,92% 87,46% -0,99% -1,20% -0,40%

= Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 398.486 465.728 454.809 464.979 477.212 473.655 472.894 471.257 470.888 485.474 1,35% -1,33% 2,50%

C APARTEMEN

Sewa

= Stok (unit) 10.940 11.256 11.524 11.524 11.594 11.616 11.616 11.616 11.616 11.616 0,80% 0,19% 0,00%

= Tingkat hunian 72,93% 71,23% 75,53% 72,29% 72,55% 70,43% 70,32% 72,32% 74,37% 75,23% 0,04% 2,51% 6,81%

= Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 121108 134818 158397 157919 156388 156558 156653 158058 156607 155114 0,09% 0,14% -0,92%

D HOTEL (Bintang 3, 4, 5)

= Stok (kamar) 22.848 22.910 23.268 23.268 23.268 23.268 23.806 23.908 23.908 23.908 2,75% 2,75% 2,75%

= Tingkat hunian 57,36% 66,62% 75,93% 70,62% 71,56% 65,19% 65,75% 64,44% 64,99% 64,61% -8,75% -9,18% -0,89%

= Tarif kamar (Rp/malam) 512.868 761.424 832.642 855.180 831.074 828.977 810.056 802.816 796.418 802.846 -6,12% -4,17% -3,15%

E LAHAN INDUSTRI*

= Stok (ha) 5.338 5.557 5.817 5.817 5.997 5.997 5.997 6.197 6.197 6.197 6,53% 3,34% 3,34%

= Tingkat Hunian 66,37% 67,47% 69,06% 69,45% 69,65% 69,72% 69,85% 67,83% 68,07% 68,31% -2,32% -2,27% -2,02%

= Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 29.128 30.337 44.690 48.447 43.438 41.487 40.554 39.254 38.875 36.390 -18,98% -10,50% -12,28%

* wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi dan

Kerawang

KETERANGAN 2006 2007 2008Pertumbuhan Tahunan

JABODEBEKJakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi

2009 2010

Sumber : Perkembangan Properti Komersial Bank Indonesia Triwulan III-2010

1 Sumber : Perkembangan Properti Komersial Triwulan III-2010 dan Publikasi Pasar Properti oleh PT. Coldwell Bankers Indonesia

Page 7: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

7

Sementara itu jumlah apartemen sewa tidak mengalami perubahan, tetap sebanyak 11.616 unit. Peningkatan

supply properti komersial tersebut mengindikasikan kondisi perekonomian makro yang semakin baik. Hal ini

direspon oleh kalangan pengembang, disamping adanya rencana bisnis perusahaan dan kalangan usahawan

untuk memperluas jaringan kantornya.

Perkembangan properti ditunjang pula dengan ekspansi kredit di sektor properti yang dilakukan oleh

Bank. Berdasarkan data dari LBU, penyaluran kredit properti oleh bank umum sampai dengan triwulan III-2010

(September 2010) tercatat sebesar Rp.234,9 triliun, memiliki pangsa sebesar 14,35% dari total outstanding

kredit bank umum yang berjumlah Rp.1.636,8 triliun. Pertumbuhan kredit properti pada triwulan III-2010

didorong oleh ekspansi kredit konstruksi sebesar 3,89% secara triwulanan (quarterly/qtq), diikuti dengan

pertumbuhan kredit real estate sebesar 1,08% (qtq), dan pertumbuhan kredit KPR/KPA (0,97%, qtq).

Berdasarkan pangsanya, kredit KPR/KPA masih memiliki pangsa terbesar 58,79%, kemudian diikuti oleh kredit

konstruksi sebesar 27,26% serta kredit real estate sebesar 13,96%.

Grafik 4

Perkembangan Kredit Properti Bank Umum

27.26

13.96

58.79

Properti (total)

Konstruksi

Real Estate

KPR dan KPA

-10.0

15.0

40.0

65.0

90.0

115.0

140.0

165.0

190.0

215.0

240.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010

Rp. Triliun

Distribusi Kredit

Properti Triwulan

III-2010 (%)

Konst

ruksiKPR &

KPA

Real

Estate

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

Pesatnya permintaan mendorong tingkat hunian ruang perkantoran dan apartemen meningkat.

Peningkatan pasokan yang terjadi pada ruang rital, lahan industri dan hotel tidak secara langsung diikuti oleh

kenaikan permintaan secara signifikan, menyebabkan tingkat hunian cenderung mengalami penurunan. Hal ini

terlihat dengan menurunnya tingkat hunian pada ruang ritel sebesar 0,40% (yoy) menjadi 87,46%, diikuti

penurunan lahan industri (-2,02%) menjadi 68,31% dan tingkat hunian hotel berbintang dari 65,19% (triwulan

III-2009) menjadi 64,61% (-0,89%). Sementara itu, besarnya permintaan akan ruang ruang perkantoran serta

permintaan dari perusahaan terhadap apartemen sewa untuk para ekspatriatnya telah mendorong kenaikan

tingkat hunian pada ruang perkantoran dan apartemen. Pada triwulan III-2010 kenaikan tingkat hunian ruang

perkantoran sebesar 4,90% (yoy) menjadi 89,89%, diikuti dengan apartemen sewa dimana tingkat huniannya

meningkat dari 79,43% (triwulan III-2009) menjadi 75,23% (triwulan III-2010).

Penguatan nilai tukar rupiah memberikan kontribusi terhadap harga sewa yang semakin kompetitif.

Seiring dengan meningkatnya permintaan dan kenaikan biaya operasional, maka harga sewa pun mengalami

peningkatan, namun kenaikan tersebut sedikit tertekan dengan penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi di

tahun 2010 sehingga peningkatan biaya operasional cenderung sedikit. Hal ini terlihat pada relatif rendahnya

kenaikan tarif sewa pada ruang perkantoran yaitu sebesar 1,43% (yoy) menjadi Rp.155.737/m2/bulan dan tarif

sewa ruang ritel sebesar 2,50% (yoy) menjadi Rp.485.474/m2/bulan. Sementara itu tarif sewa apartemen, hotel

Page 8: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

8

dan lahan industri mengalami penurunan, masing-masing sebesar -0,92%, -3,15% dan -12,28%. Penurunan

tarif sewa tersebut dipengaruhi pula oleh kegiatan promosi yang dilakukan guna mendorong kenaikan tingkat

hunian, khususnya pada hotel.

Penambahan pasokan ruang properti komersial sewa akan meningkat pada tahun mendatang.

Sejalan dengan kondisi perekonomian yang semakin kondusif dan perkembangan investasi di Indonesia yang

semakin membaik, telah memberikan opini positif terhadap kalangan usahawan dan pengembang. Hal ini

ditandai dengan rencana penambahan pasok baru ruang properti komersial yang semakin meningkat, terutama

pada tahun 2012. Rencana penambahan pasokan terbesar pada tahun 2011 berasal dari ruang perkantoran

yakni sebanyak 201.150 m2, diikuti dengan ruang ritel sebanyak 110.393 m

2. Pada tahun 2012, kenaikan

rencana penambahan pasokan terjadi pada semua subsektor, kecuali lahan industri. Penambahan pasokan

terbesar diperkirakan berasal dari ritel sewa yakni sebesar 335.860 m2, diikuti dengan perkantoran sewa yang

rencananya akan menambah pasokan sebesar 274.788 m2 (Tabel 4).

Tabel 4

Rencana Penambahan Pasokan Properti Komersial Sewa

2011 2012

1 Perkantoran Sewa (m2

) 201.150 274.788

2 Ritel Sewa (m2

) 110.393 335.860

3 Apartemen Sewa (unit) - 294

4 Hotel (kamar) 300 480

5 Lahan Industri (hektar) 157 -

sumber : Coldwell Bankers Indonesia

Rencana Penambahan

PasokanNo

Tahun

Page 9: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

9

GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH

Grafik 5.

Produksi Minyak Mentah

Grafik 6.

Produksi Kondensat

-12,0

-8,0

-4,0

0,0

4,0

8,0

12,0

16,0

-8,0

-4,0

0,0

4,0

8,0

12,0

16,0

20,0

24,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm )

Grafik 7.

Produksi Kendaraan Non Niaga

Grafik 8.

Penjualan Kendaraan Non Niaga

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

Grafik 9.

Produksi Kendaraan Niaga

Grafik 10.

Penjualan Kendaraan Niaga

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

-80,0

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% mtm) (% yoy)

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% mtm) (% yoy)

Page 10: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

10

Grafik 11.

Produksi Sepeda Motor

Grafik12.

Penjualan Sepeda Motor

-40.0

-30.0

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

-40.0

-20.0

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

-40.0

-30.0

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

-40.0

-20.0

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

Grafik 13.

Ekspor Besi dan Baja

Grafik 14.

Konsumsi Semen

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

-80,0

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% mtm) (% yoy)

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

Grafik 15.

Ekspor Kayu Lapis

Grafik 16.

Ekspor Kayu Gergajian

-75,0

-50,0

-25,0

0,0

25,0

50,0

75,0

100,0

-75,0

-50,0

-25,0

0,0

25,0

50,0

75,0

100,0

125,0

150,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% mtm) (% yoy)

-50,0

-25,0

0,0

25,0

50,0

75,0

100,0

-100,0

-75,0

-50,0

-25,0

0,0

25,0

50,0

75,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm)

Page 11: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

11

Grafik 17.

Penjualan Minyak Diesel

Grafik 18.

Penjualan Listrik ke Sektor Industri

-50,0

-25,0

0,0

25,0

50,0

75,0

100,0

-100,0

-75,0

-50,0

-25,0

0,0

25,0

50,0

75,0

100,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% mtm) (% yoy)

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% mtm )(% yoy)

Grafik 19.

Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan

Grafik 20.

Penjualan Listrik Total

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% m-t-m )(% yoy)

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% mtm )(% yoy)

Grafik 21.

Kunjungan Wisman

Grafik 22.

Tingkat Hunian Hotel - Jakarta

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm )

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm )

Page 12: Oktober 2009 - Oktober 2010Terendah Oktober 2010 100 150 ... fileData dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia ... (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih

12

Grafik 23.

Tingkat Hunian Hotel - Bali

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

-25,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010

yoy mtm

(% yoy) (% mtm )