Upload
krisnalukman
View
66
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rock climbing
Citation preview
Olahraga panjat tebing merupakan salah satu olahraga yang rentan cedera. Cedera dalam
olahraga panjat tebing dapat dikategorikan menjadi dua yaitu cedera yang berat seperti patah
tulang dan cedera ringan seperti memar.
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan cedera diataranya adalah karena
pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam
melakukan gerakan olahraga. . Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para
pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan
tahap latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior.
Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya
ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis
cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga,
akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah,
bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri
ke dokter).
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi masalah ini hanya pada pengertian cedera,
macam- macam cedera pada olahraga panjat tebing, cara pencegahan cedera dan cara pengobatan
cedera.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulis menulis makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
pencegahan dan perawatan cedera olahraga, untuk mengetahui pengertian cedera, untuk
mengetahui macam-macam cedera olahraga pada olahraga panjat tebing, untuk mengetahui cara
pencegahan dan pengobatan cedera.
1.4 Metode Penulisan Makalah
Dalam penulisan makah ini penulis menggunakan metode daftar pustaka.
1.5 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1.4 Metode penulisan Makalah
1.5 Sistematika Penulisan Makalah
BAB II : “CEDERA PADA OLAHRAGA PANJAT TEBING”
2.1 Pengertian Cedera Olahraga
2.2 Macam-Macam Cedera Pada Olahraga Panjat Tebing.
2.3 Cara Pencegahan Cedera Olahraga
2.4 Cara Pengobatan Cedera Olahraga.
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
CEDERA PADA OLAHRAGA PANJAT TEBING
Olahraga adalah segala jenis aktifitas fisik yang dilakukan dengan menggunakan otot
besar yang dilakukan secara berkesinambungan dan untuk tujuan tertentu. Pengertian panjat
menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah menaiki (pohon dsb) dengan kaki dan tangan.
Menurut DEPDIKBUD (1997:6) panjat tebing adalah aktivitas yang menumbuhkan kemampuan
fisik untuk dapat memanjat lebih tinggi, kemampuan tekhnik untuk menempatkan kaki dan
tangan pada permukaan dinding, kemampuan untuk mengatur strategi dan menentukan jalur dan
kemampuan berfikir untuk mengambil keputusan yang cepat, guna mencapai tempat yang lebih
tinggi.
2.1 Pengertian Cedera Olahraga
“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat
menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh. Dalam
pengertian lain cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau
sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya
ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan dilimpahkan
pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan
dan tidak dapat menyesuaikan diri.
Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang bukan karena kegiatan
olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga celaka, tetapibila kita berhati-hati kita
akan bisa mengurangi resiko celaka tersebut.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan
gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun
melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa berarti
istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya.
Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang
multidisipliner.
Cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar, leban otot,
luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang
belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota gerak
atas dan bawah.
b. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih spesifik yang
berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder,
jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
2.2 Macam-Macam Cedera Pada Olahraga Panjat Tebing.
Olahraga panjat tebing merupakan salah satu olahraga ekstrim yang rentan akan cedera.
Adapun cedera-cedera yang biasa dialami oleh pemanjat diantara nya adalah Memar
(Contusio), . Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen, . Dislokasi, Patah Tulang (Fraktur),
kram, luka dan lain sebagainya. Berikut ini adalah penjelasan dari macam-macam cedera
tersebut.
a. Memar (Contusio)
Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah kulit. Memar
biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit
rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan
sekitarnya. Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.
Memar pada olahraga panjat tebing biasanya disekitar lutut dan sikut.
b. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Van Mechelen (2004) cedera pada ligamentum dikenal dengan istilah sprain
sedangkan cedera pada otot dan tendo dikenal sebagai strain.
1) Sprain
Sprain adalah cedera pada ligamentum hal ini terjadi karena stress berlebihan yang
mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Sprain pada olahraga panjat tebing biasanya pada daerah jari, lengan dan betis.
2) Strain
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan
yangberlebihan ataupun stress yang berlebihan.
Strain pada olahraga panjat tebing biasanya pada jari, lengan dan tungkai.
c. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi
yang sering terjadi pada olahraga panjat tebing adalah dislokasi di bahu, angkle (pergelangan
kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamen-ligamennya
yang kendor akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun karena
faktoreksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan
dalam tubuh (Stevenson et al. 2000). Dislokasi pada olahraga panjat tebing biasanya terjadi pada
pergelangan tangan, sikut, lutut dan engkel.
d. Patah Tulang (Fraktur)
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik
pada tulang maupun tulang rawan. Bahr (2003) membagi fraktur berdasarkan continuitas
patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
2. Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh, Bahr (2003) membagi
patah tulang manjadi:
1. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang
keluar.
2. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Patah tulang pada olahraga panjat tebing biasanya didaetah lengan dan tungkai.
e. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau
sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah,
kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju kotot
sehingga menimbulkan kejang.
Kram pada olahraga pnjat tebing biasanya pada daerah betis, lengan dan telapak kaki.
h. Luka
Luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya
yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Pada olahraga panjat
tebing, bagian tubuh yang terkena luka diantaranya adalah jari tangan. Luka pada olahraga panjat
tebing biasanya dialami pemanjat pada bagian telapak tangan, lutut dan sikut.
2.3 cara pencegahan cedera olahraga
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus
dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing
tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.
1. Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu
telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para
atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam
meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk
daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih
juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt mengurangi
dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.
a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap
b) Kulit dan otot terasa mengembang
c) Kehilangan selera makan
d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah
e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat
f) Penurunan berat badan
g) Melambatnya pemulihan
h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan
2. Pencegahan lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi
dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.
a. Strength
Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang
diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah
cedera.
b. Daya tahan
Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak
cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.
c. Pencegahan lewat makanan
Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses
pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.
Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya.
Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam
sebelum latihan atau pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan :
Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan dipakai.
Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.
Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.
d. Pencegahan lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung
sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan
peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan.
e. Peralatan
Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat
sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu. Sepatu adalah salah
satu bagian peralatan dalam berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-
masing cabang olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri.
f. Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau
sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang
sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau dan
mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
g. Pencegahan lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos
kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam
melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada
daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi penampilan atlet.
h. Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi.
Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi,
ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau
pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.
i. Implikasi terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri
secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah
mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga
perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih penting.
Menurut Stevenson (200), beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera
olahraga antara lain adalah:
1. Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan ada tidaknya
kontraindikasi dalam berolahraga
2. Melakukan olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur
3. Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih
4. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga
5. Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara sekelilingnya
. 2.4 Pengobatan cedera olahraga
Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu mengetahui
dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak, fruktur tulang (patah tulang) dan
sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh darah kecil atau besar (pendarahan
dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini terjadi akan ada warna ungu, nyeri dan bengkak.
. Penanganan pertama
Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dari keputusan yang dibuat saat
terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan. Bila dokter tidak ada, maka terpaksa pelatih
harus memutuskan sendiri, keadaan ini paling banyak berlaku.
Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlit terus atau berhenti, untuk cedera yang berat
keputusannya sangat mudah diambil, tetapi untuk cedera yang ringan keputusannya menjadi
sangat sulit. Bila ragu istirahatkan atlit anda, pelatih sebaiknya mampu melakukan pemeriksaan
praktis fungsional dilapangan.
Penanganan rehabilitasi medik
Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering digunakan adalah :
1. Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik
2. Pelayanan fisioterapi
3. Pelayanan alat bantu (ortesa)
4. Pelayananpengganti tubuh (protesa)
Penangana rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.
a. Penanganan rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut.
Cedera akut ini terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting adalah penangananya.
Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan apakah ada
keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada tindakan pertama harus berupa
penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal yang membahayakan jiwa atau hal tersebut
telah teratasi maka dilanjutkan upaya yang terkenal yaitu RICE :
R – Rest : diistirahatkan adalah tindakan pertolongan pertama yang esensial penting untuk
mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
I – Ice : terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.
C – Compression : penekanan atau balut tekan gunanya membantu mengurangi pembengkakan
jaringan dan pendarahan lebih lanjut.
E – Elevatin : peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis, mengurangi edema
(pembengkakan) dan rasa nyeri.
b. Penanganan rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut
Pada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain berupa :
Pemberian modalitas terapi fisik
Terapi dingin :
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
1. Kompress dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu kompreskan pada
bagian yang cedera.
Lamanya : 20-30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.
2. Masase es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5-7 menit, dapat
diulang dengan tenggang waktu 10 menit.
3. Pencelupan atau peredaman
Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang dicampur
dengan es. Lamanya 10-20 menit.
4. Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang cedera.
Terapi panas :
Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas adalah bila diberikan pada fase subakut dan
kronis dari suatu cedera, tetapi panas juga dapat diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita
berikan ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya. Kedalam penetrasi ini tergantung
pada jenis terapi panas yang diberikan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.
Penetrasi Macam Contoh
Dangkal
(superfisial)
Dalam(Deep)
Lembab/
Basah
Kering
Diatermi
Kompres kain air panas
“Hydrocollator pack”
Mandi uap panas
“Paraffin wax bath”
Hydrotherapy
Kompres botol air panas
Kompres bantal pemanas tenaga listrik
Lampu merah infra
Diatermi gelombang pendek
Diatermi gelombang mikro
Diatermi suara ultra
Secara ringkas efek pemberian panas secara lokal dapat dilihat pada tabel no 2.
Table 2 : Respon fisiologis terhadap panas
1. Panas meningkatkan efek vaskulatik jaringan kolagen.
2. Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit
3. Panas mengurangi kekakuan sendi
4. Panas mengurangi dan menghilangkan spasme otot
5. Panas meningkatkan sirkulasi darah
6. Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan eksudasi
7. Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker
Terapi air (Hydroterapy)
Pada sebagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong. Terapi air dipilih karena
adanya efek daya apung dan efek pembersihan. Jenis terapi ini dapat kita berikan dengan
memakai bak atau kolam air. Teknik lain terapi air adalah “contrast bath” yaitu dengan
menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air hangat suhu 40,5-43,3 C dan satunya lagi diisi
air dingin dengan suhu 10-15 C. anggota gerak yang cedera bergantian masuk ke bejana secara
bergantian dengan jarak waktu.
Perangsangan listrik
Perangsangan listrik mempunyai efek pada otot yang normal maupun otot yang denervasi. Efek
rangsangan listrik pada otot normal antara lain relaksasi otot spasme, re-edukasi otot,
mengurangi spastisitas dan mencegah terjadinya trombloflebitis. Sedang pada otot denervasi
efeknya meliputi menunda progrese atropi otot, memperbaiki sirkulasi darah dan nutrisi.
Massase
Dengan menggunakan masase yang lembut dan ringan, kurang lebih satu minggu setelah trauma
mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul dan
dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot.
Pemberian terapi latihan
Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat cederanya. Pada cedera
otot misalnya terjadi kerusakan atau robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu
pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian perifer. Sedangkan
cedera tulang, persendian (ligament) memerlukan waktu yang lebih lama.
Terapi latihan yang dapat diberikan, berupa :
1. Latihan luas gerak sendi
2. Latihan peregangan
3. Latihan daya tahan
4. Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh)
Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)
Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi untuk mengistirahatkan
bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan dan
melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya ortesa dapat berfungsi lebih banyak, antara
lain : ortesa leher, dan support pada anggota gerak bawah. Mencegah terjadinya deformitas dan
meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.
Pemberian protesa (pengganti tubuh)
Protesa adalah suatu alat Bantu yang diberikan pada atlit yang mengalami cedera dan mengalami
kehilangan sebagian anggota geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggantikan bagian
tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Panjat tebing adalah salahsatu olahraga ekstrim yang rentan akan cedera. Cedera Olahraga
adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan
rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan cedera diataranya adalah karena
pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam
melakukan gerakan olahraga. . Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para
pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan
tahap latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior.
Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya
ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis
cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga,
akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah,
bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional.