Upload
phungtuong
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERUBAHAN IDENTITAS SUKU TALANG MAMAK MELALUI KONTRUKSI
SOSIAL DI DESA TALANG JERINJING KECAMATAN RENGAT BARAT
KABUPATEN INDRAGIRI HULU RIAU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Ella Agustian
1112111000037
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
Perubahan Identitas Suku Talang Mamak Melalui Kontruksi Sosial di Desa
Talang Jerinjing Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau.
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tengerang Selatan, 3 Mei 2017
Ella Agustian
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Ella Agustian
NIM : 1112111000037
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
Perubahan Identitas Suku Talang Mamak Melalui Kontruksi Sosial di Desa
Talang Jerinjing Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau. dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Tangerang Selatan, 3 mei 2017
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dra. Ida Rosyidah, MA
NIP. 197609182003122003 NIP. 19630616199003200
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
Perubahan Identitas Suku Talang Mamak Melalui Kontruksi Sosial di Desa
Talang Jerinjing Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau
oleh
Ella Agustian
1112111000037
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 mei
2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekretaris,
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharatul Jamilah, M,Si.
NIP. 197609182003122003 NIP. 196808161997032002
Penguji I, Penguji II,
Prof. Dr. Zulkifli, MA Dr. M. Guntur Alting, M. Si
NIP. 196608131991031004 NIP. 197405121999031005
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 24 Mei 2017
Ketua Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si
NIP. 197609182003122003
v
ABSTRACT
Talang Mamak tribe is a group of traditional tribes who live in the plains Talang
Jerinjing village, this tribe undergoes a change of identity in such a way. Where a
Talang Mamak tribe identity is formed through the origins of the Resistance
Identity that is occurring in this traditional tribe. The identity has removed the
special characteristics of the previous Talang Mamak tribe, so that the tribe is
now regarded as the same as the others. This is done as a form of identity change
that is considered capable of maintaining their current existence. So the
researcher analyzed if Talang Mamak tribe use social relation that have three
process of change, that is Externalization, Obyektification and Internalization
owned by Peter Berger and Luckmann. The relationship is a form of social
construction that will form and give birth to new norms and habits among the
Talang Mamak tribe.
Keywords: Change of Identity, Talang Mamak tribe, Social Construction, Social
Relation.
Suku Talang Mamak merupakan sekelompok suku tradisional yang hidup di
dataran desa Talang Jerinjing, suku ini mengalami perubahan identitas sedemikian
rupa. Dimana sebuah Identitas suku Talang Mamak terbentuk melalui asal-usul
Identitas Resistensi yang tengah terjadi pada suku tradisional ini. Identitas
tersebut telah menghilangkan cirikhas khusus dari suku Talang Mamak
sebelumnya, sehingga kini suku tersebut dipandang sama saja dengan yang
lainnya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perubahan identitas yang dinilai mampu
mempertahankan eksistensi mereka saat ini. sehingga peneliti menganalisis jika
suku Talang Mamak menggunakan Relasi sosial yang memiliki tiga proses
perubahan, yaitu Eksternalisasi, Obyektifikasi dan Internalisasi milik Peter Berger
dan Luckmann. Relasi tersebut merupakan bentuk kontruksi sosial yang akan
membentuk dan melahirkan nilai-norma serta kebiasaan baru pada kalangan suku
Talang Mamak.
Kata kunci: Perubahan Identitas, suku Talang Mamak, Kontruksi Sosial, Relasi
Sosial
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat, Hidayah,
dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Tidak lupa
penulis sampaikan shalawat serta salam kepada baginda Nabi besar Muhammad
SAW beserta para keluarga dan sahabatnya. Skripsi yang berjudul Perubahan
Identitas Suku Talang Mamak Melalui Kontruksi Sosial di Desa Talang
Jerinjing Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu.
Ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial
dalam bidang ilmu sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh
karena itu dengan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis Ayahanda Agus Ali S.S dan Ibunda Sulistiyani
S.Pd.AUD yang senantiasa mendoakan serta mendukung secara moril
maupun materil.
2. Dosen pembimbing skripsi Ibu Dra. Ida Rosyidah, MA yang telah banyak
mencurahkan waktu, tenaga, serta pikirannya untuk membimbing dan
memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Bapak Prof. Dr. Zulkifli,
MA.
4. Pembimbing akademik program studi sosiologi Ibu Dr. Cucu Nurhayati,
M.Si dan sekretaris program studi sosiologi Ibu Dr. Joharatul Jamilah,
M,Si.
5. Seluruh dosen Program Studi Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah yang
telah memberikan ilmu selama perkuliahan berlangsung.
6. Seluruh abang dan kakak penulis yaitu mas M. Ilan Jauhari dan mbak
Nurbaiti serta mas W. Indra Agustian dan mbak Rika Nuraini yang telah
memberikan semangat serta kebaikan-kebaikan dalam mendukung penulis
menyelesaikan skripsi.
7. Kepada Icksan Nasution yang telah mendukung penulis secara moril
dalam penyelesaian skripsi.
8. Teman seperjuangan daerah sekaligus sahabat terbaik penulis Akma
Munandra Rambe dan sahabat sedari MTs Yayang Nerdi
9. Teman-teman Ledies Pepaya yaitu kak Elva, kak Wahyu, kak Ana, dan
ebeb Refika yang penulis sayangi
10. Kepada seluruh teman seperjuangan jurusan Sosiologi angkatan 2012
Semoga bimbingan, dukungan, doa, dan materil yang telah kalian berikan
kepada penulis dapat menjadi pahala kebaikan dan selalu diberkahi oleh limpahan
nikmat iman serta nikmat Islam dari Allah SWT. Semoga penulisan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi nusa bangsa dan negara.
Tangerang Selatan, 3 Mei 2017
viii
DAFTAR ISI
Abstract ............................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................. xi
BAB I ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Pernyataan Masalah ............................................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian........................................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 5
E. Kajian Teori ......................................................................................................... 9
F. Metode Penelitian ................................................................................................ 16
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 21
H. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 24
BAB II ................................................................................................................................ 25
GAMBARAN UMUM ...................................................................................................... 25
A. Legenda Desa Talang Jerinjing .......................................................................... 25
B. Letak Geografis Desa Talang Jerinjing .............................................................. 26
C. Keadaan Penduduk Desa Talang Jerinjing .......................................................... 28
D. Aspek Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Talang Jerinjing .............................. 31
1. Kondisi Pendidikan ........................................................................................ 31
2. Kondisi Ekonomi ........................................................................................... 32
3. Kondisi Agama .............................................................................................. 33
4. Kondisi Sarana Kesehatan ............................................................................. 35
E. Profil Informan .................................................................................................... 36
BAB III .............................................................................................................................. 38
TEMUAN DAN ANALISIS ............................................................................................... 38
A. Suku Talang Mamak ............................................................................................ 38
B. Proses Perubahan Identitas Suku Talang Mamak ................................................ 44
1. Eksternalisasi ................................................................................................. 46
2. Obyektifikasi.................................................................................................. 49
3. Internalisasi .................................................................................................... 54
C. Terbentuknya Identitas Baru Suku Talang Mamak ............................................. 65
BAB IV ............................................................................................................................... 69
PENUTUP ........................................................................................................................... 69
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 69
B. Saran .................................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 72
LAMPIRAN ........................................................................................................................ xviii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.d.1 perbedaan dan persamaan kajian pustaka dengan penelitian
Tabel 1.g.2 daftar informan penelitian
Tabel 2.e.1 perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan
Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia
Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal
Tabel 2.f.4 jumlah penduduk menurut jenjang pendidikan
Tabel 2.f.5 kondisi penduduk menurut mata pencaharian
Tabel 2.f.6 kondisi penduduk menurut agama
Tabel 2.f.7 jumlah rumah ibadah
Tabel 2.f.8 jumlah sarana kesehatan
Tabel 2.f.9 jumlah tenaga medis
Tabel 3.c.1 perubahan identitas suku Talang Mamak
x
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.e 1 Alur skema perubahan identitas suku Talang Mamak
Bagan 3.c.2 Skema perubahan identitas suku Talang Mamak
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Perubahan merupakan keadaan alami yang akan selalu terjadi, baik secara
cepat ataupun lambat. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan
Atkinsoon dan Broten dalam Sztompka, sebuah perubahan merupakan kegiatan
atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan
sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku
individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui, yaitu
pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok (2010:28).
Perilaku individu dan kelompok selalu dipengaruhi oleh kebiasaan yang telah ada
jauh sebelum kelompok tersebut berkembang. Suku Talang Mamak merupakan
sebuah kelompok adat yang tinggal di desa Talang Jerinjing, suku yang
sebelumnya terkenal sebagai sebuah kelompok primitif yang saat ini telah
mengikuti perkembangan perubahan.
Suku Talang Mamak yang berada di desa Talang Jerinjing mengalami
perubahan dalam ciri khas kelompok tradisional, sebelumnya kelompok ini
memliki identitas sebagai kelompok tradisional yang primitif tapi saat ini mereka
tengah mengalami pembauran atau persamaan identitas dengan masyarakat
pendatang yang lebih modern. Tajfel menyatakan bahwa suatu kepribadian akan
menjadi kepribadian apabila keseluruhan sistem psikofisiknya temasuk bakat
kecakapan dan ciri-ciri kegiatannya menyatakan sebagai kekhasan dirinya dalam
penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. Kepribadian individu, keahlian
individu, ciri-ciri akan dirinya baru terlihat bagaimana kepribadiannya ketika
2
sudah melakukan interaksi dengan lingkungannya (Reicher 1993:218). Begitu
pula yang terjadi dengan kelompok suku Talang Mamak ini, dimana pola prilaku
yang sudah melekat pada mereka perlahan mulai memudar seiring dengan
pembauran prilaku bersama kelompok pendatang.
Kehadiran urban suku pendatang menutupi aktivitas asli penduduk desa
Talang Jerinjing yaitu suku Talang Mamak, saat ini masyarakat hanya mengenal
suku Melayu sebagai penduduk desa Talang Jerinjing. Kehadirian suku Talang
Mamak ditengah-tengah lonjakan penduduk urban semakin tidak terkenali,
sehingga identitas yang mulai tergantikan ini menjadi sebuah produk baru untuk
suku Talang Mamak. Joseph Trimble mengatakan bahwa identitas etnik bersifat
kontekstual dan situasional, karena pada umumnya disebabkan oleh negosiasi
sosial seseorang atau kelompok mengumumkan suatu identitas etnik tertentu.
Apabila identitas ini diterima oleh orang atau kelompok lain maka identitas inilah
yang akan membuat mereka berbeda dengan kelompok lainnya (2010:86). Proses
negosiasi tersebut menyamarkan boundaris (perbedaan) yang dialami oleh suku
Talang Mamak dan pendatang, dimana pada saat ini desa Talang Jerinjing tidak
lagi dikenal sebagai desa milik suku tradisional Talang Mamak melainkan sebuah
desa yang berpenduduk Melayu. Penyamaran identitas yang dilakukan oleh suku
Talang Mamak tersebut mengalihkan perhatian masyarakat luar terhadap
eksistensi suku Talang Mamak.
Demi memperoleh sebuah pengakuan atas identitas kelompoknya, suku
Talang Mamak telah bersedia untuk berbaur dan berinteraksi dengan masyarakat
luar yang ada. Hal tersebut terlihat dari perbedaan aktifitas yang dilakukan oleh
suku Talang Mamak saat ini, mulai dari tempat tinggal yang mereka huni hingga
3
kebiasaan lainnya yang sangat berbeda dari keseharian sebelumnya. Perbedaan
tersebut mencerminkan adanya penerimaan kondisi sosial yang baru oleh suku
Talang Mamak, kebiasaan yang berbeda dari biasanya tidak lagi menjadi masalah
serius untuk diterapkan. Pengaruh pengaruh yang diperoleh dari luar kelompok
diadaptasi menjadi sebuah budaya baru untuk dilakukan. Prilaku yang didapatkan
dari luar kelompok merupakan hasil interaksi dengan relasi sosial dilingkungan
masyarakat. Relasi sosial tersebut mebentuk sebuah hubungan timbal balik yang
menjadi sebuah prilaku baru pada suku Talang Mamak.
Suku Talang Mamak adalah kelompok asli dari desa Talang Jerinjing dan
merupakan kelompok minoritas di desa tersebut, statusnya sebagai sebuah
kelompok minoritas suku Talang Mamak berusaha menerima keadaan dengan
membaur dan berinteraksi secara langsung terhadap kelompok baru. Berdasarkan
devinisi Trimble, pengidentifikasian identitas dari etnis askan menampilkan
keunikan tersendiri yang akan sangat berpengaruh oleh konteks sosial atau
bersifat situasional. Pembahasan relasi sosial akan memunculkan peran dari nilai
dan simbol lokal dalam pembentukan identitas etnik lokal (2010:87).
Pembentukan identitas tersebut menjadikan sebuah identitas baru yang dimiliki
bersama oleh seluruh masyarakat desa Talang Jerinjing, tanpa memperhatikan dari
mana kelompok tersebut berasal.
Dari pernyataan diatas penulis tertarik untuk meneliti sebuah perubahan
identitas yang terjadi pada suku Talang Mamak, kesamaan identitas antara suku
Talang Mamak dan pendatang saat ini merupakan sebuah permasalahan menarik
untuk diteliti. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian
4
berjudul Perubahan Identitas Suku Talang Mamak Melalui Kontruksi Sosial
di Desa Talang Jerinjing.
B. Pertanyaan Penelitian
Dari penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah pertanyaan ini
mampu membuat batasan masalah yang akan diteliti, berdasarkan hal tersebut
peneliti tertarik untuk mengetahui Bagaimana Perubahan Identitas yang terjadi
pada suku Talang Mamak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas dan fokus masalah
yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah
menjelaskan bagaimana perubahan identitas yang terjadi pada suku Talang
Mamak di desa Talang Jerinjing.
2. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian haruslah menghasilkan manfaat yang menunjukkan
bahwa sebuah penelitian dapat bersifat positif bagi peneliti dan peneliti lainnya.
Berikut beberapa manfaat dari penelitian ini :
a. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi akademisi
sosiologi, yaitu dosen dan mahasiswa/i dalam mengkaji serta
memahami perubahan identitas pada suku Talang Mamak.
b. Mengembangkan aplikasi teoritis terhadap perubahan identitas pada
suku Talang Mamak.
c. Memberikan sumbangan ide-ide baru terhadap pemerintah daerah
setempat mengenai perubahan identitas suku Talang Mamak.
5
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan sebuah ulasan yang menjelaskan tentang
rujukan terkait yang berhubungan dengan penelitian ini. Pada tinjauan pustaka ini
terdapat empat penelitian yang berhubungan dan dijadikan sebagai sumber
rujukan penelitian, dikarenakan adanya kesamaan hubungan karakteristik baik
dalam konsep maupun metodologi. Beberapa penelitian tersebut diantaranya
Disertasi milik Fu Xie, Thesis milik Yuandita Apriliani Siregar, Jurnal penelitian
milik Charles R Nangi, Disertasi milik Marthalena dan Thesis milik Dhelmira
Syafrini.
Disertasi milik Fu Xie dari Universitas Indonesia yang berjudul
Hubungan Antar Melayu-Bali dan Hubungan Agama Kristen Terhadap Agama
Islam. Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang dianggap menarik
karena jarang ada sebuah penelitian dalam sosiologi yang menggunakan metode
kuantitatif. Penelitian ini dapat memberikan sebuah gambaran bagaimana
kontruksi identitas dapat terjadi disaat konteks yang berbeda sehingga
memunculkan karakter yang unik serta memunculkan identitas baru.
Thesis milik Yuandita Apriliani Siregar dari Universitas Indonesia ini
berjudul Diaspora India : Studi Tentang Etnisitas Identitas, Dan Jaringan Sosial,
Komunitas Peranakan Muslim India di Kota. Thesis ini melihat sebuah pola yang
berlangsung pada komunitas tersebut khususnya di daerah Jakarta dan memahami
identitas serta terbentuknya jaringan yang ada. Kelebihan dari Thesis ini
menjelaskan adanya hubungan relasi sosial yang terbentuk sehingga
mempengaruhi identitas sosial yang terjadi atas konteks sosial yang ada. Thesis
ini bersifat komprehensif yang banyak dipengaruhi oleh jaringan sosial.
6
Jurnal penelitian milik Charles R Nangi dari Universitas Indonesia ini
berjudul Kontruksi Sosial dalam Realitas sosial di Kalangan Pedagang Kaki
Lima Jurnal miliknya menyatakan jika sebuah interaksi yang terjadi dikalangan
masyarakat selalu menggunakan simbol simbol sebagai tanda yang sudah
mendarah daging. Jurnal penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang
pola-pola relasi sosial yang terjadi pada antar kelompok, sehingga menimbulkan
ciri khas yang baru akibat pembauran tradisi pada masing-masing kelompok.
Disertasi milik Martalena dari Universitas Gadjah Mada ini berjudul
Kontruksi Jilbab Dikalangan Mahasiswi (studi fenomenologi mahasiswi
Univesitas Islam Indonesia dalam memakai jilbab). Penelitian ini membahas dan
mengkaji hal-hal yang melatar belakangi mahasiswi di UII dalam menggunakan
jilbab serta seperti apa proses yang dilakukan oleh mahasiswi dalam memaknai
jilbab yang mereka gunakan. Disertasi ini menjelaskan bagaimana proses
kontruksi yang terjadi dikalangan mahasiswi UII dalam mengenakan jilbab.
Penelitian terakhir adalah sebuah Thesis milik Dhelmira Syafrini dari
Universitas Gajah Mada yang berjudul Etnis Cina dan Pembaurannya di
Indonesia. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui model seperti apa yang
terjadi dalam pembauran masyarakat Cina di Indonesia. Dhelmira menuliskan
dalam studi literaturnya terjadi proses pembauran di Solo melalui asimilasi total
seperti perpindahan agama yang terjadi. Kunci dari penelitian ini adalah proses
pembauran yang memunculkan penerimaan etnis Cina pada komunitas warga
Solo.
7
Tabel 1d.1 Perbedaan dan Persamaan Kajian Pustaka dengan Penelitian
No Nama Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1 Fu Xie Hubungan Antar
Melayu-Bali dan
Hubungan Agama
Hindu Terhadap
Agama Islam
(Universitas
Indonesia)
- Memperlihatk
an seperti apa
kontruksi
yang terjadi
pada
masyarakat
minoritas
- kuantitatif
- Hubungan antar
kelompok
agama
- Teori
Hubungan antar
kelompok dan
identitas
- Kelompok minoritas sering
berinteraksi dengan kelompok
mayoritas begitu juga sebaliknya
- Anggota minoritas tidak
menunjukkan identitas kelompoknya
(menutupi)
2 Yuandita
Apriliani
Siregar
Diaspora India :
Studi Tentang
Etnisitas Identitas,
Dan Jaringan Sosial,
Komunitas
Peranakan Muslim
India di Kota
(Universitas
Indonesia)
- Kualitatif
- Memperlihatk
an seperti apa
kontruksi
pada etnis
minoritas
- Teori Diaspora
- Setiap individu memiliki identitas
komprehensif, setiap individu
memiliki keberagaman identitas
melalui relasi, interaksi, dan
kehidupan sosial
3 Charles R
Nangi
Kontruksi Sosial
dalam Realitas
sosial di Kalangan
Pedagang Kaki
Lima (Universitas
Indonesia)
- Kualitatif
- Menggunakan
kontruksi
Berger
- Berfokus pada
sebuah
kelompok
- Tidak memakai
kelompok etnis
- Setiap interaksi menggunakan
simbol-simbol sebagai bentuk pola
interaksi yang baru.
- simbol itu kemudian menjadi
perantara sesama pedagang kaki lima
untuk berinteraksi, simbol tersebut
menjadi kebiasaan yang dilakukan
antar pedagang dalam memilih
tempat ataupun berdiskusi untuk
kesepakatan hargayang menjadi
independen dari pencipta aslinya.
4 Martalena Kontruksi Jilbab
Dikalangan
- kualitatif
- menggunakan
- Berfokus pada
sebuah
- proses mereka dalam memaknai
jilbab yang mereka kenakan dengan
8
Mahasiswi (studi
fenomenologi
mahasiswi
Univesitas Islam
Indonesia dalam
memakai jilbab
(Universitas Gadjah
Mada)
kontruksi
Berger
kelompok
- tidak memakai
kelompok etnis
- metode life
histori
melalui tiga proses simultan yakni
obyektivasi, internalisasi dan
eksternalisasi.
- Eksternalisasi sebagai aturan kampus
yang menuntut wajib menggunakan
jilbab pada tahapan obyektivasi
dapat dilihat melalui penerapan
aturan-aturan tentang jilbab yang
terdapat di kampus UII sebagai
bentuk realitas obyektif. Realitas
obyektif ini juga yang akan
mendasari proses pemaknaan jilbab
mahasiswi UII dalam tahapan
internalisasi. Kemudian pada tahapan
internalisasi inilah terjadi proses
pemaknaan tentang jilbab yang
mereka kenakan.
5 Dhelmira
Syafrini
Etnis Cina dan
Pembaurannya di
Indonesia.
(Universitas Gadjah
Mada)
- kualitatif - Studi literatur
- Tidak
menggunakan
dua etnis
tertentu. Hanya
menggunakan
satu etnis
terhadap
pembauran
secara
menyeluruh
- Menggunakan
teori drama
turgi
- Etnis cina dapat bergabung melalui
asimilasi total, mengikuti agama
mayoritas dan bergabung pada partai
politik sebagai bentuk integrasi
sosial
9
E. Kajian Teori
1. Konsep Identitas Sosial
Castells menjelaskan tentang transformasi sosial yang sedang terjadi
dengan sangat cepat. Perubahan terjadi hampir di semua bidang kehidupan, mulai
dari bidang teknologi dan informasi, politik, kultur, ekonomi, agama dan
hubungan sosial.
Bagi Castell, Identitas memberikan makna mengenai manusia itu sendiri.
Dalam hal ini identitas sebagai sesuatu yang mengacu kepada aktor sosial,
dipahami sebagai proses susunan makna atas dasar suatu atribut dari kebudayaan,
atau satu kumpulan atribut sosial yang saling berhubungan, yang diberi prioritas
melampaui sumber makna yang lain (Castells, 2002:86). Castells berpendapat
bahwa dalam kehidupan masyarakat jaringan, makna diri atau identitas bagi
kebanyakan aktor sosial diorganisasikan seperti identitas primer (yakni suatu
identitas yang mengatur/memberi kerangka kepada yang lain), yang bersifat self-
sustaining (mempertahankan diri sendiri) melampaui waktu dan tempat. Pada
dasarnya suatu identitas merupakan hasil dari suatu susunan,yang bersumber
pada macam-macam sejarah, geografi, biologi, institusi produktif dan
reproduksi, memori kolektif, aparatus kekuasaan dan penyataan agamawi. Dalam
pembentukan indentitas, individu, kelompok sosial, dan masyarakat harus
memproses seluruh materi-materi ini, mengatur kembali maknanya, sesuai
dengan determinasi atau ketetapan sosial dan proyek budaya yang berakar dari
struktur sosial mereka, dalam kerangka waktu dan tempat. Karena konstruksi
sosial dari identitas selalu terjadi dalam konteks yang ditandai oleh hubungan
10
kekuasaan. Dalam karyanya The Power Of Identity (2002) bahwa sebuah
identitas meliputi tiga hal yang terkait dalam asal usul pembangunan identitas
yaitu :
Legitimizing Identity atau Identitas Pembenaran. Identitas ini biasanya
diperkenalkan oleh institusi dominan dari masyarakat untuk memperluas
serta merasionalisasi dominasi mereka atas aktor sosial. Setiap tipe
menuju proses pembanganan identitas memiliki dampak yang berbeda
dalam masyarakat.
Resistance Identity atau Identitas Perlawanan. Identitas ini biasanya
dimunculkan oleh aktor yang ada dalam posisi/kondisi yang tertindas/
dicap rendah oleh logika dominasi, karena itu membangun kekuatan
penolakan dan survival atas dasar prinsip yang berbeda atau bertentangan
dengan yang dipaksakan oleh masyarakat. Identitas ini di bangun atas
dasar suatu bentuk perlawanan kolektif terhadap suatu bentuk
kebijaksanaan yang memberikan sebuah tekanan yang tidak dapat
ditoleransi.
Project Identity atau Identitas Proyek. Identitas ini biasanya dihasilkan
ketika para pelaku sosial (pada basis apapun material kultural yang
tersedia bagi mereka) membangun identitas baru yang mendefinisikan
kembali identitas atau posisi mereka dalam masyarakat, serta mencari
transformasi struktur sosial secara keseluruhan.
Dari konsep Identitas Castells, kita dapat melihat bahwa identitas
sesungguhnya sangat berkaitan dengan “makna”. Identitas memberikan makna
baik sebagai Individu maupun sebagai kelompok. makna disini adalah nilai-nilai
11
baik budaya, moral, agama, etnik yang dimiliki atau didapat dari
seseorang/kelompok ebrdasarkan identitas yang dimiliki dan yang melekat pada
dirinya tersebut.
2. Teori Kontruksi Realitas Sosial
Berger dan Luckmann mulai menjelaskan realitas sosial dengan
memisahkan pemahaman kenyataan dan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai
suatu kualitas yang terdapat didalam realitas-realitas yang diakui memiliki
keberadaan (Being) yang tidak tergantung pada kehendak kita sendiri.
Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas
itu nyata dan memiliki karakteristik yang spesifik. (1990:81).
Menurut Berger dan Luckmann, terdapat dua obyek pokok realitas yang
berkenaan dengan pengetahuan, yakni realitas subyektif dan realitas obyektif.
Realitas subyektif berupa pengetahuan individu. Disamping itu, realitas
subyektif merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan
dikonstruksi melalui peoses intrnalisasi. Realitas subyektif yang dimilik masing-
masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses
eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah
struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi itulah individu secara kolektif
berkemampuan melakukan obyektivikasi dan memunculkan sebuah konstruksi
realitas obyektif yang baru (Berger & Lucman 1990:81). Sedangkan realitas
obyektif dimaknai sebagai fakta sosial. Disamping itu realitas obyektif merupkan
suatu kompleksitas definisi realitas serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang
telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum
sebagai fakta.
12
Berger dan Luckmann mengatakan institusi masyarakat tercipta dan
dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. meskipun
institusi sosial dan masyarakat terlihat nyata secara obyektif, namun pada
kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses
interaksi. Obyektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang
diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada
tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna
simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang
memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna
pada berbagai bidang kehidupan. Pendek kata, Berger dan Luckmann
mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan
masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui
eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi (Burhan 2008:14-15) :
Proses Eksternalisasi
Proses eksternalisasi merupakan salah satu dari tiga momen atau triad dialektika
dalam kajian sosiologi pengetahuan. Proses ini diartikan sebagai suatu proses
pencurahan kedirian manusia secara terus menerus kedalam dunia, baik dalam
aktivitas fisis maupun mentalnya. Dengan kata lain dapat dikatakan penerapan
dari hasil proses internalisasi yang selama ini dilakukan atau yang akan
dilakukan secara terus menerus kedalam dunia baik dalam aktivitas fisik
maupun mentalnya, termasuk penyesuaian diri dengan produk-produk sosial
yang telah dikenalkan kepadanya. Karena pada dasarnya sejak lahir individu
akan mengenal dan berinteraksi dengan produk-produk sosial. Sedangkan produk
sosial itu sendiri adalah segala sesuatu yang merupakan hasil sosialisasi
13
dan interaksi didalam masyarakat. Dalam momen eksternalisasi, realitas sosial
ditarik keluar individu. Didalam proses ini, realitas sosial berupa proses
hukum, norma, nilai dan sebagainya yang hal itu berada diluar diri manusia,
sehingga dalam proses konstruksi sosial melibatkan momen adaptasi diri atau
diadaptasikan antara nilai tersebut dengan dunia budaya. Adaptasi tersebut dapat
melalui bahasa, tindakan dan pentradisian. Karena adaptasi merupakan proses
penyesuaian berdasar atas penafsiran, maka sangat dimungkinkan
terjadinya variasi-variasi adaptasi dan hasil adaptasi atau tindakan pada
masing-masing individu.
Proses Obyektivikasi
Obyektivasi ialah proses mengkristalkan kedalam pikiran tentang suatu obyek,
atau segala bentuk eksternalisasi yang telah dilakukan dilihat kembali pada
kenyataan di lingkungan secara obyektif. Dalam hal ini bisa terjadi pemaknaan
baru ataupun pemaknaan tambahan proses objektivasi merupakan momen
interaksi antara dua realitas yang terpisahkan satu sama lain, manusia disatu sisi
dan realitas budaya disisi lain. Kedua entitas yang seolah terpisah ini kemudian
membentuk jaringan interaksi intersubyektif. Momen ini merupakan hasil dari
kenyataan eksternalisasi yang kemudian mengejawantah sebagai suatu kenyataan
objektif yang unik. Didalam konstruksi sosial momen ini terdapat realitas sosial
pembeda dari realitas lainnya. Objektivasi ini terjadi karena adanya proses
eksternalisasi. Ketika dalam proses eksternalisasi semua ciri-ciri dan simbol
dikenal oleh masyarakat umum. Namun pada tahap obyektifikasi terjadi
pelembagaan atau proses institusional yang sah.
14
Proses Internalisasi
Internalisasi adalah individu-individu sebagai kenyataan subyektif menafsirkan
realitas obyektif, atau peresapan kembali realitas oleh manusia, dan
mentransformasikannya sekali lagi dari struktur-struktur dunia obyektif kedalam
struktur-struktur dunia subyektif. Pada momen ini, individu akan menyerap
segala hal yang bersifat obyektif dan kemudian akan direalisasikan secara
subyektif. Internalisasi ini berlangsung seumur hidup seorang individu dengan
melakukan sosialisasi. Pada proses internalisasi, setiap indvidu berbeda-beda
dalam dimensi penyerapan. Ada yang lebih menyerap aspek ekstern, ada juga
juga yang lebih menyerap bagian intern. Selain itu, selain itu proses internalisasi
dapat diperoleh individu melalui proses sosialisasi primer dan sekunder.
Ketiga proses yang ada tersebut akan terus berjalan dan saling
berkaitan satu sama yang lain, sehingga pada prosesnya semua akan
kembali ke tahap internalisasi dan begitu seterusnya hingga individu dapat
membentuk makna dan perilaku baru apabila terdapat nilai-nilai baru yang
didapat. Berdasarkan penjelasan dari teori Peter L.Berger dan Thomas
Lukhmann. Maka dapat diketahui bahwa individu merupakan produk sekaligus
pencipta pranata sosial. Melalui aktivitas kreatifnya, manusia mengkonstruksikan
masyarakat dan berbagai aspek lainnya dari kenyataan sosial. Kenyataan sosial
yang diciptakannya itu lalu mengkonfrontasi individu sebagai kenyataan
eksternal dan obyektif.
Individu lalu menginternalisasikan kenyataan ini sedemikian rupa
sehingga menjadi bagian dari kesadarannya. Bahwa diluar sana terdapat
dunia sosial obyektif yang membentuk individu-individu, dalam arti manusia
15
adalah produk dari masyarakatnya. Realitas yang obyektif ini dipantulkan oleh
orang lain dan diinternalisir melalui proses sosialisasi oleh individu pada masa
kanak-kanak, dan disaat mereka dewasa, merekapun tetap menginternalisir
situasi-situasi baru yang mereka temui dalam dunia sosialnya. Oleh karena itu
dalam memahami suatu konstruksi sosial diperlukan tiga tahapan penting yaitu
eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. (Burhan 2008:16). Dari pernyataan
tersebut peneliti membagi perubahan identitas sosial suku Talang Mamak
melalui bagan berikut :
Bagan 1.e.1 Skema perubahan identitas suku Talang Mamak
Proses Refleksi
Bagan di atas menyatakan bagaimana proses perubahan identitas suku
Talang Mamak, dari proses perubahan identitas suku Talang Mamak peneliti
menggunakan analisis kontruksi Berger dan Luckmann mereka menyatakan
adanya tiga proses. Proses yang dialami yaitu Eksternalisasi sebagai peroses
pencurahan akan hal baru ke dalam prilaku suku Talang Mamak. Obyektifikasi
merupakan realitas sosial yang dihasilkan dari proses eksternalisasi, dalam proses
ini sebuah faktasi sosial baru akan muncul sebagai bentuk baru dari prilaku
sebelumnya. Pada proses terahir disebut Internalisasi atau sebuah pemaknaan
Identitas Suku
Talang Mamak
pada masa
lampau
Identitas Suku
Talang Mamak
sekarang
Eksternalisasi,
Obyektifikasi dan
Internalisasi
16
kembali dari dua proses sebelumnya, sehingga pada proses ini direfleksikan dalam
kehidupan sehari-hari dan telah menjadi sebuah kebiasaan baru yang mendarah
daging (Berger & Lucmann 1990:81).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, secara umum
pendekatan penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang
naturalistik karena penelitian dilakukan dalam keadaan yang alamiah. Dalam
penelitian ini peneliti turun langsung ke lapangan dan merasakan secara langsung
kondisi objek penelitian, akan tetapi kehadiran peneliti tidak begitu
mempengaruhi dinamika objek penelitian. Hal tersebut senada dengan defenisi
penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Prof. Sugiyono, menurutnya
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
pospositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dan
peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian (Sugiyono. 2009: 15).
Menurut Bogdan dan taylor dalam Nurul Zuriah (2007), “Metode
Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi” metode penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam
buku yang sama, menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara mendasar bergantung kepada
pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristiwanya.
17
Untuk mengetahui bagaimana proses perubahan identitas suku Talang
Mamak dan juga faktor apa saja yang mempengaruhinya, peneliti memerlukan
data yang sangat mendalam, guna mempermudah dalam manganalisis data dan
juga memperjelas deskripsi dari hasil analisis tersebut. Karena penelitian yang
dilakukan ini membutuhkan data yang mendalam, pasti dan jujur. Data yang
sebenarnya terjadi sebagaimana adanya maka metode pendekatan kualitatif
dianggap paling tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, sebab dalam
penelitian kualitatif sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih
memungkinkan peneliti untuk menggunakan teknik observasi langsung serta
wawancara mendalam juga dokumentasi. Ketiga teknik pengumpulan data
tersebut diasumsikan akan mampu mendapatkan data penelitian yang lebih
mendalam, valid, reliabel, dan tingkat kejujuran data yang tinggi, sebab peneliti
sebagai instrument penelitian yang melakukan pengumpulan data bersinggungan
langsung dengan subjek penelitian dan para informan pemberi data.
2. Jenis Penelitian
Penelitian menggunakan metode pendekatan kualitatif, ini jenis penelitian
yang peneliti anggap paling tepat adalah jenis penelitian deskriptif. Menurut
Irawan Soehartono penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran
tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih (Soehartono.
2011: 35).
Menurut Nurul Zuriah (2007) penelitian deskriptif berusaha memberikan
gambaran secara sistematis dan cermat fakta-fakta actual dan sifat-sifat populasi
tertentu. Jenis penelitian deskriptif tersebut dianggap paling tepat untuk penelitian
18
ini, yaitu tentang perubahan identitas Suku Talang Mamak karena peneliti ingin
menjabarkan dan memberikan gambaran tentang perubahan identitas yang terjadi
pada suku Talang Mamak dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
identitas tersebut.
3. Subjek Penelitian
Subjek utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah masyarakat di desa
Talang Jerinjing terutama kelompok suku Talang Mamak dan pendatang.
Pemilihan informan utama diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Pengertian purposive sampling menurut Soehartono (2011: 63) adalah
teknik yang dalam pengambilan anggota sampel diserahkan pada pertimbangan
pengumpul data yang menurut peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian. Jadi, pengumpul data yang telah dijelaskan oleh peneliti akan
mengambil siapa saja yang menurut pertimbangannya sesuai dengan maksud dan
tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 10 informan yang
didasarkan pada beberapa kriteria seperti:
a. Laki-laki/Perempuan yang merupakan keturunan asli dari Suku Talang Mamak.
b. Laki-laki/Perempuan yang merupakan masyarakat pendatang yang menetap di
desa Talang Jerinjing.
c. Orang-orang berpengaruh dari dua belah kelompok suku seperti (Ketua adat,
kepala desa, dan tokoh masyarakat).
Peneliti menggunakan 10 informan dari dua belah pihak, 5 informan dari
kelompok suku Talang Mamak dan 5 informan dari masyarakat pendatang yang
menetao di desa Talang Jerinjing. Hal tersebut dilakukan peneliti sebagai
19
perbandingan dalam mendapatkan jawaban penelitian yang relevan dan bersifat
logis.
4. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data,
yaitu data primer dan data sekunder.
Data Primer, diperoleh melalui beberapa cara yaitu wawancara dan
juga observasi langsung terhadap masyarakat desa Talang Jerinjing.
Data Sekunder, data ini hanya sebagai penunjang data primer saja.
Biasanya data sekunder didapatkan dari dokumen, kajian pustaka,
penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dan
juga buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.
5. Proses Penelitian
a. Tahap pertama
Pada tahap awal peneliti mencari informan kunci atau pembuka jalan
dalam penelitian ini, pada tahap ini peneliti berhasil menjadikan Kepala Desa
Talang Jerinjing sebagai informan kunci penelitian. Hal tersebut peneliti dapatkan
setelah kepala desa Talang Jerinjing membaca proposal penelitian yang dibuat
peneliti. Tidak hanya proposal penelitian saja, peneliti juga melakukan seluruh
prosedur administrasi yang harus dilengkapi seperti surat izin dari Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) kabupaten Indragiri Hulu.
Dilanjutkan dengan surat izin penelitian dari Kecamatan Rengat Barat hingga
ahirnya lolos meelanjutkan penelitian di desa Talang Jerinjing.
20
b. Tahap kedua
Setelah keperluan administrasi yang telah dilengkapi peneliti selesai,
ahirnya peneliti dapat menjalin komunikasi yang baik dengan kepala desa Talang
Jerinjing sebagai bentuk kepercayaan beliau terhadap peneliti. Jalannya
komunikasi membuat peneliti kembali dikenalkan dengan informan kunci lainnya
yaitu Batin adat (ketua adat) Talang Mamak. Setelah pengenalan lebih dalam,
peneliti melakukan observasi di wilayah desa Talang Jerinjing hal tersebut
bertujuan agar mempermudah peneliti dalam menemukan informan terbaik dalam
penelitian.
c. Tahap ketiga
Masa transisi dialami peneliti dalam melanjutkan penelitian, hal tersebut
dikarenakan adanya hambatan-hambatan yang bersifat kekeluargaan sehingga
membuat peneliti harus memiliki masa jeda selama hampir tiga minggu untuk
melanjutkan penelitian. Penelitian berlanjut dengan penemuan sepuluh infroman
yang diilih peneliti berdasarkan kriteria yang ada.
d. Tahap keempat
Tahapan ini mengharuskan peneliti semakin kritis dalam melakukan
wawancara, wawancara tersebut berjalan dengan beberapa ancaman yang harus
peneliti terima. ancaman tersebut peneliti dapatkan dari pemuda-pemuda yang
tidak mendapatkan penjelasan sebelumnya dari pemerintah desa. Namun hal
tersebut dapat diselesaikan kala peneliti mendapat perlindungan dari Batin Adat
Talang Mamak. Sehingga peneliti dapat melakukan wawancara dengan baik.
21
e. Tahap kelima
Ditahap terahir ini peneliti berhasil mengumpulka data penelitian yang
relevan, sehingga peneliti dapat melanjutkan data yang ada ke tahap analisis data
lapangan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan
data pada umumnya dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),
sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak dilakukan dengan
observasi partisipatif, wawancara mendalam dan juga dokumentasi (Sugiyono.
2014: 63). Penelitian yang akan peneliti lakukan sekarang ini menggunakan
pendekatan kualitatif, maka dalam teknik pengumpulan data yang akan dilakukan
menggunakan 3 hal, diantaranya sebagai berikut :
1. Wawancara
Pengumpulan data dengan mangajukan pertanyaan secara langsung oleh
pewawancara kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau
direkam dengan alat perekam (Soehartono. 2011: 67-68). Dalam penelitian ini,
peneliti akan mewawancarai beberapa elemen informan tentang perubahan
identitas Suku Talang Mamak, diantaranya; para kelompok suku Talang Mamak
dan juga suku Melayu. Hal ini dilakukan agar mendapatkan data yang valid
tentang perubahan identitas yang terjadi. Dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan wawancara kepada sekitar 10 informan yang sudah ditentukan,
tentunya informan yang dipilih untuk diwawancarai adalah mereka yang memang
berasal dari suku Talang Mamak dan Melayu berikut data para informan yang
diwawancarai :
22
Tabel 1.g.2 daftar informan penelitian
No Nama Status/pekerjaan
informan
Suku / Etnis
1 Batin Jamin Ketua Adat Talang Mamak
2 Alis Warga Talang Mamak
3 Wati Warga Talang Mamak
4 Marlina Warga Talang Mamak
5 Sudaek Warga Talang Mamak
6 Edi Santoso Kepala Desa Melayu
7 Erviana Kepala sekolah Melayu
8 Sobarin Kepala dusun Melayu
9 Arifin Guru SMK Melayu
10 Inayah Warga Melayu
Alasan umum dalam memilih kesepuluh informan diatas adalah, peneliti
mengasumsikan bahwa kesemua informan di atas memiliki pengetahuan yang
cukup dalam perubahan identitas suku Talang Mamak. Pemilihan tersebut terjadi
karena subjek utama dari penelitian skripsi ini adalah mereka (kelompok suku
Talang Mamak).
2. Observsi
Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran. Akan tetapi secara sempit, observasi diartikan sebagai
pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono. 2011: 69). Dalam penelitian ini
observasi yang akan peneliti lakukan adalah mengamati secara langsung ke
tempat dimana suku Talang Mamak berada yaitu di desa Talang Jerinjing.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa
berbagai macam, tidak hanya dokumentasi resmi (Soehartono. 2011: 70). Sumber
23
data dokumentasi ini adalah untuk data sekunder guna melengkapi data primer,
didapatkan dari mendokumentasikan seluruh kegiatan pada saat obeservasi.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan oktober 2016 sampai dengan bulan
Januari 2017. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah desa Talang Jerinjing
kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau. Lokasi tersebut dipilih
karena berada dekat dengan tempat tinggal orangtua peneliti.
5. Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data kualitatif diawali dengan menelaah seluruh data
yang tersedia yang didapat dari berbagai sumber, yaitu: wawancara, observasi,
dokumen-dokumen, foto, gambar, dan lain sebagainya. Setelah menalaah seluruh
data langkah selanjutnya adalah mereduksi data yang dilakukan dengan membuat
abstraksi. Setelah abstraksi dibuat maka selanjutnya adalah menyusunnya dalam
pengelompokan isu, guna mempermudah proses analisis.
Sedangkan menurut Nurul Zuriah (2007) analisis data dalam sebuah
penelitian tergantung pada data apa yang digunakan dalam penelitian tersebut,
apakah data statistik atau non-statistik. Karena pendekatan dalam penelitian ini
adalah kualitatif yang sebagian besar datanya adalah non-statistik maka analisis
dalam penelitian ini merupakan analisis non-statistik. Menurut S. Margono (1997)
dalam Nurul Zuriah (2007: 199) kegiatan pengolahan data dalam penelitian dibagi
menjadi beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:
Pengklasifikasian data, yaitu menggolongkan aneka jawaban ke dalam
kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas.
24
Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden
dengan kelompok pertanyaan yang telah dibagi
Tabulasi, yaitu usaha penyajian data, terutama yang mengarah pada
analisis kuantitatif.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini peneliti membaginya ke dalam empat bab, hal
tersebut dilakukan agar mempermudah pembaca dalam memahami isi dari
penelitian ini. Dalam setiap bab peneliti membaginya lagi ke dalam sub-sub
bab. Berikut sistematika pembagiannya:
Bab pertama dalam penelitian ini adalah pendahuluan, yang terdiri dari
penyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan diakhiri dengan
sistematika penulisan.
Bab kedua dalam penelitian ini berisi tentang gambaran umum desa
Talang Jerinjing dan Kebudayaan Suku Talang Mamak.
Bab ketiga dalam penelitian ini berupa temuan dan analisis data dari hasil
penelitian menganai proses perubahan Identitas suku Talang Mamak.
Bab keempat adalah bab terakhir dalam penelitian skripsi ini, dalam bab
ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran dari penelitian skripsi ini.
25
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA TALANG JERINJING KECAMATAN
RENGAT BARAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU RIAU
Gambaran Umum
Dalam bab ini peneliti mencoba untuk menggambarkan objek penelitian
untuk memberikan penjelasan awal mengenai objek kajian yang berkaitan dengan
judul skripsi ini. Peneliti mencoba mendeskripsikan legenda desa, suku, letak
geografis maupun keadaan sosial masyarakat tersebut. Oleh karena itu peneliti
akan menguraikan hal tersebut sebagai berikut.
A. Legenda Desa Talang Jerinjing
Talang jerinjing adalah nama sebuah desa yang berada di Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Daerah ini dikenal karena
keberadaan sebuah sungai yang dinamakan sungai Jerinjing. Sungai itu tidak
pernah kering walaupun musim kemarau, karena sungai tersebut diyakini
terhubung dengan sungai-sungai kecil dibawah tanah. Sedangkan pada musim
hujan, sungai-sungai kecil yang berada di bawah tanah itu dapat dengan cepat
meresapkan air hujan yang menggenangi wilayah tersebut. Maka dari sungai
inilah sebagian besar masyarakat desa memanfaatkannya dengan mengkonsumsi
air, mulai dari untuk mandi, minum, memasak dan lain sebagainya. Penduduk
desa Talang Jerinjing asli adalah suku Talang Mamak atau suku Anak Dalam
yang konon berasal dari Kerajaan Pagaruyung Minang Kabau Sumatera Barat.
Berdasarkan dari cerita tersebutlah muncul nama desa Talang Jerinjing yang
menggabungkan dua hal yaitu asal sungai dan suku pertama yang menempati desa
tersebut. (sumber : data desa terbaru).
26
Desa Talang Jerinjing sendiri sudah ada sejak zaman Belanda yang kala itu
bergabung dengan Desa Pekan Heran. Pada saat itu Desa Talang Jerinjing dan
Desa Pekan Heran dipimpin oleh seorang Wali Negeri di zaman kerajaan Indragiri
Hulu sampai dengan tahun 1960-an. Pada Tahun 1960-an itu, terpisahlah Desa
Talang Jerinjing dengan Pekan Heran. Selanjutnya Desa Talang Jerinjing menjadi
Kepenghuluan. Penghulu kampung yang pertama di Desa Talang Jerinjing adalah
Bapak Ma’ruf. Selang beberapa Tahun setelah meninggalnya Bapak Ma’ruf,
dilanjutkan oleh Kepenghuluan sementara saat itu yaitu Bapak Kipo. Pada Tahun
1965, Desa Talang Jerinjing dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Bapak
Kaharudin sampai tahun 1970. Dari tahun 1970 sampai dengan tahun 1990 dijabat
oleh Bapak Ramadan Tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 dijabat oleh Bapak
Marjohan. Kepala Desa selanjutnya adalah Bapak Wardi yang menjabat dari
Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2005 dan dilanjutkan oleh Bapak Sudirman
yang menjabat dari Tahun 2005 hingga Tahun 2011. Pada Tahun 2011 Desa
Talang Jerinjing mengadakan Pemilihan Kepala Desa yang diikuti oleh 4 orang
calon Kepala Desa yang dimenangkan oleh Bapak Edi Santoso, ST untuk periode
2011 sampai dengan 2017. (sumber : data desa terbaru).
B. Letak Geografis Desa Talang Jerinjing
Desa Talang Jerinjing merupakan desa pemekaran dari desa Pekan Heran
yang berada dikecamatan Rengat Barat kabupaten Indragiri Hulu Riau. Letak
geografis desa Talang Jerinjing sangat mempengaruhi bidang-bidang kehidupan
masyarakat Talang Jerinjing, baik itu dibidang sosial, pendidikan, agama, dan
yang paling utama adalah ekonomi. Secara administratif desa Talang Jerinjing
masuk ke dalam kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau. Desa
27
Talang Jerinjing terdiri dari lima dusun yaitu dusun I (dusun tua), dusun II (dusun
pudu), dusun III (dusun lopak jadi), dusun IV (dusun sungai bungin), dan dusun V
(dusun pengairan).
Desa Talang Jerinjing memiliki 10 RW (rukun warga) dan 26 RT (rukun
tetangga). Desa Talang Jerinjing terletak di timur kabupaten Rengat Barat yang
jaraknya sekitar 5 km dari ibu kota kecamatan Pematang Reba dan 5 km jarak
desa Talang Jerinjing dari Rengat ibu kota kabupaten Indragiri Hulu, sedangkan
jarak desa Talang Jerinjing dengan ibu kota provinsi Pekanbaru mencapai 146 km
(sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru)
Adapun wilayah desa Talang Jerinjing memiliki wilayah seluas 15.800 Ha
(termasuk lahan beberapa perusahaan yang berada di wilayah desa Talang
Jerinjing) dimana 65% berupa daratan yang bertopografi bukit-bukit kecil dan 35
% Lahan rawa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian Desa Talang Jerinjing berada
pada 35 m diatas permukaan laut dengan garis lintang 102.42662 BT / -0.556812
LS. Batas wilayah dari desa Talang Jerinjing adalah :
- Batas wilayah utara : kelurahan Pematang Reba
- Batas wilayah selatan : kelurahan Pangkalan Kasai
- Batas wilayah timur : kelurahan Sekip Hilir
- Batas wilayah barat : desa Muara Baung
Iklim
klim Desa Talang Jerinjing, sebagaimana desa-desa lain di wilayah
Indonesia mempunyai Iklim Kemarau dan Penghujan, hal tersebut mempunyai
pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Talang Jerinjing
Kecamatan Rengat Barat.
28
Orbitasi
- Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 5 km/10 Menit
- Jarak ke ibu kota kabupetan : 5 km/10 Menit
C. Keadaan Penduduk Desa Talang Jerinjing
Penduduk desa Talang Jerinjing asli adalah suku Talang Mamak atau suku
Anak Dalam, namun di desa ini juga terdapat sebagain besar suku Melayu dan
suku pendatang dari daerah lain. Desa Talang Jerinjing merupakan desa dengan
penduduk terbanyak di kecamatan Rengat Barat, jumlah penduduk laki-laki di
desa mencapai 2497 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 2244 jiwa dari
total seluruh penduduk sebesar 4741 jiwa. Dilihat dari rasio jenis kelamin (sex
ratio) yang ada terdapat perbedaan sebesar 112 jiwa di desa tersebut.
Perbandingan yang sangat jauh antara komposisi perempuan dn laki-laki
diakibatkan adanya penurunan komposisi perempuan dalam dunia perkawinan,
perempuan di desa Talang Jerinjing kebanyakan menikah dengan pekerja
pendatang dan menetap di daerah pasangan mereka. Sehingga populasi
perempuan di desa Talang Jerinjing lebih rendah, seperti yang diungkapkan oleh
Edi :
“..karna banyak yang kawin sama pendatang, makanya banyak yang milih
pindah ke tempat suami. Mungkin karna orang sini cowonya banyak yang
jelek ya dek, hahaha” (wawancara Edi 16 Desember 2016)
Pernyataan dari kepala desa Talang Jerinjing tersebut semakin menguatkan
alasan kenapa komposisi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil desa Talang Jerinjing kabupaten
Indragiri Hulu, jumlah penduduk desa Talang Jerinjing sebesar 4741 jiwa terdapat
29
sebanyak 1210 jumlah kepala keluarga dengan rata-rata perumah tangga sebesar 4
jiwa. Berikut tabel yang menggambarkan jumlah penduduk desa Talang Jerinjing
secara keseluruhan :
Tabel 2.e.1 perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan
Dusun Laki-laki Perempuan
Dusun Tua 725 672
Dusun Pudu 700 638
Dusun Lopak Jadi 283 269
Dusun Sei Bungin 227 191
Dusun Pengairan 562 474
Jumlah 2497 2244
sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru
Dari tabel 2.e.1 diatas dapat dilihat jika Dusun Tua menempati posisi
pertama dengan jumlah penduduk terpadat sebesar 1397 jiwa dengan komposisi
725 jiwa penduduk laki-laki dan 672 jiwa penduduk perempuan. Selanjutnya
dusun dengan penduduk terpadat kedua yaitu Dusun Pudu jumlah total penduduk
mencapai 1338 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 700 jiwa dan
perempuan 638 jiwa. Diposisi ketiga terdapat Dusun Pengairan dengan
keseluruhan jiwa sebanyak 1038 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki
sebanyak 562 jiwa dan perempuan 474 jiwa. Diurutan berikutnya ada Dusun
Lopak Jadi yang keseluruhan jiwanya sebanyak 552 jiwa, dengan komposisi
penduduk laki-laki sebanyak 283 jiwa dan perempuan 269 jiwa. Diurutan terakhir
terdapat 418 jiwa yaitu Dusun Sei Bungin dengan jumlah laki-laki sebanyak 227
jiwa dan perempuan 191 jiwa. Dusunu Sei Bungin merupakan dusun dengan
penduduk paling sedikit, karena dusun yang baru mulai dibuka pada pertengahan
tahun 2011. Sehingga wajar untuk saat ini dusun tersebut merupakan dusun paling
sepi dibandingkan dusun lainnya.
30
Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia
Usia (tahun) Laki-laki Perempuan
0 – 14 557 511
15 – 19 233 220
20 – 49 1319 1228
50 – 64 287 210
65 + 101 75
Jumlah 2497 2244
sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru
Berdasarkan tabel 2.e.2 diatas terlihat bahwa usia 0 – 14 tahun sebanyak
1108 jiwa, selanjutnya usia 15 – 19 tahun sebanyak 453 jiwa. Usia 20 – 49
berjumlah 2547 jiwa, sedangkan usia 50 – 64 tahun berjumlah 497 jiwa, usia
tertua yaitu 65 tahun lebih berjumlah 176 jiwa. Dari data diatas terlihat bahwa
usia produktif yaitu usia 20 hingga 49 tahun menempati posisi pertama, sehingga
dapat dilihat jika desa Talang Jerinjing merupakan desa dengan penduduk
produktif lebih tinggi dibanding usia lainnya. Tingkat kelahiran yang tidak terlalu
tinggi disebabkan adanya perpindahan kaum perempuan ke tempat lainnya pasca
pernikahan.
D. Aspek Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Talang Jerinjing
1. Kondisi Pendidikan
Desa Talang Jerinjing yang merupakan desa terdekat dengan kota
kecamatan dan kota kabupaten memiliki tingkat dan kondisi pendidikan sebagai
berikut :
Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal
Lembaga Pendidikan Formal Negeri Swasta
TK/PAUD - 2
SD/MI 3 -
SMP/Mts - -
SMA/SMK/MA 1 -
Akademi/ Perguruan Tinggi - -
Sekolah Luar Biasa - -
Jumlah 4 2
31
sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru
Tabel 2.f.3 menjelaskan bahwa desa Talang Jerinjing memiliki pendidikan
formal sebanyak 7 lembaga dengan 2 lembaga Taman Kanak-kanak (TK), 3
lembaga Sekolah Dasar (SD), 1 lembaga sekolah menengah kejuruan (SMK).
Desa Talang Jerinjing tidak memiliki sekolah menengah pertama (SMP) dan juga
perguruan tinggi (PT) maupun sekolah luar biasa (SLB). Jumlah sekolah formal
yang masih minim mengakibatakan tingkat pendidikan di desa Talang Jerinjing
belum terlalu menjadi prioritas, dari seluruh jumlah sekolah formal SMP/MTs
masih belum ada di desa Talang Jerinjing. Padahal untuk saat ini pendidikan 12
tahun merupakan program utama dari pemerintah nasional.
Tabel 2.f.4 jumlah penduduk menurut jenjang pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah
S 3 -
S 2 4
S 1 13
D 3 10
D 2 7
D 1 4
SMA/SMK/MA 428
SMP/MTs 567
SD/MI 746
TK -
Jumlah 1779
sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru
Tabel 2.f.4 menjelaskan bahwa, jumlah penduduk dengan tingkat
pendidikan mencapai 1779 jiwa, yang didominasi penduduk lulusan SD atau MI
dengan jumlah 746 jiwa, sedangkan penduduk lulusan SMP atau MTs sebanyak
567 jiwa, disusul penduduk lulusan SMA sebesar 428 jiwa. Desa Talang Jerinjing
memiliki penduduk lulusan S 1 sebanyak 13 jiwa, S 2 sebanyak 4 jiwa, namun
tidak ada penduduk lulusan S 3. Selain itu desa Talang Jerinjing juga memiliki
lulusan D 3 sebanyak 10 jiwa, D 2 sebanyak 7 jiwa dan D 1 sebanyak 4 jiwa.
32
selain letak sekolah formal yang masih minim, saat ini para pelajar dari desa
Talang Jerinjing kebanyakan sekolah ke luar desa, mereka umumnya lebih
memilih sekolah ke Rengat yang merupakan ibu kota kabupaten Indragiri Hulu
dengan alasan untuk pendidikan yang lebih baik serta layak.
2. Kondisi Ekonomi
Kondisi geografis letak rumah di desa Talang Jerinjing pada umumnya
mengikuti pola pedesaan daerah Sumatera dimana jarak satu rumah ke rumah
lainnya cukup jauh dibandingkan jarak rumah dipedesaan pulau Jawa yang cukup
dekat. Jarak rumah antara rumah berkisar 10 meter atau lebih. Kondisi perumahan
yang cukup jauh mempengaruhi gerak ekonomi penduduk, dikarenakan masih
cukup banyak dijumpai lahan kosong yang dipergunakan sebagai tempat usaha
atau berkebun. Berikut kondisi ekonomi penduduk ekonomi desa.
Tabel 2.f.5 kondisi penduduk menurut mata pencarian
Mata Pencarian Jumlah
PNS 24
Petani 989
Pedagang 123
Karyawan Honorer
pemerintahan
8
Bidan / Perawat 15
Karyawan BUMN 2
Swasta 250
Guru 1028
Jumlah 2448
sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru
Tabel 2.f.5 menggambarkan bahwa kondisi mata pencarian penduduk desa
Talang Jerinjing sebagian besar adalah petani dengan jumlah 1112 jiwa, lalu guru
sebanyak 1048 jiwa, dan swasta 250 jiwa. Sedangkan jumlah PNS didesa Talang
Jerinjing hanya memncapai 24 jiwa dalam satu desa hal ini dikarenakan desa
Talang Jerinjing merupakan desa industri sehingga tidak banyak PNS yang
33
berasal dari desa ini, lalu bidan atau perawat sebanyak 15 jiwa, dan diisi oleh
pedagang sebanyak 9 jiwa dan karyawan honorer 8 jiwa. Di desa ini juga terdapat
karyawan BUMN yang hanya 2 jiwa. Heterogenitas pekerjaan merupakan
demografi yang terjadi, hal semavam ini terjadi akibat adanya multikulturalisme
dari sebuah penduduk sehingga sekarang penduduk lebih bisa memilih ingin
menjadi apa dan memiliki pekerjaan seperti apa.
3. Kondisi Agama
Penduduk desa Talang Jerinjing adalah penduduk yang heterogen, yang
memiliki latar belakang agama, suku, budaya, dan tingkat pendidikan yang
beragam. Mayoritas penduduk di Desa Talang Jerinjing adalah pemeluk Agama
Islam. Sedangkan pemeluk agama minorotas adalah Kristen Protestan. Berikut
komposisi jumlah pemeluk agama berdasarkan data dari BPS kabupaten Indragiri
Hulu.
Tabel 2.f.6 jumlah penduduk berdasarkan agama
Agama Jumlah
Islam 4335
Kristen 226
Katholik 329
Konghucu 11
Total 4741
sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru
Tabel 2.f.6 diatas menjelaskan bahwa islam merupakan agama paling
besar dengan jumlah 4335 jiwa didesa Talang Jerinjing, agama minoritas terbesar
adalah kristen dengan jumlah 226 jiwa dan diikuti katholik 60 jiwa serta
konghucu 11 jiwa. selain itu suku asli desa yaitu suku Talang Mamak atau Anak
Dalam mereka merupakan penduduk dengan kepercayaan Animisme sebanyak
169 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa desa Talang Jerinjing adalah desa yang
34
menghormati budaya dan agama minoritas yang ada untuk hidup saling
berdampingan.
Tabel 2.f.7 jumlah rumah ibadah
Tempat Ibadah Jumlah
Masjid 8
Musholla 7
Gereja -
Vihara -
Jumlah 15
sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru
Tabel 2.f.8 menjelaskan bahwa didesa Talang Jerinjing terdapat 15 rumah
ibadah. Namun dari 15 rumah ibadah yang ada, hanya terdapat dua jenis rumah
ibadah yaitu 8 Masjid dan 7 Musholla. Kondisi rumah ibadah yang masih
didominasi Masjid dan Mushola tidak lain disebabkan oleh mayoritas penduduk
desa Talang Jerinjing adalah muslim.
4. Kondisi Sarana Kesehatan Desa Talang Jerinjing
Kondisi sarana kesehatan merupakan komponen penting yang harus
dimiliki sebuah daerah sebab masyarakat yang tinggal di daerah tersebut akan
sangat terbantu dengan adanya kondisi sarana dan prasarana kesehatan yang ada
dilingkungan daerah tersebut. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kondisi
sarana dan prasarana desa Talang Jerinjing berikut beberapa tabel yang dapat
menggambarkan kondisi sarana dan prasarana kesehatan yang ada didaerah ini.
Tabel 2.f.8 jumlah sarana kesehatan
Jenis Sarana Jumlah
Puskesmas Pembantu 2
Praktek Bidan 3
Posyandu 2
Jumlah 7
sumber : data BPS kab. INHU tahun 2016
Tabel 2.f.7 menggambarkan bahwa sarana kesehatan yang ada didesa
Talang Jerinjing sebanyak 7 sarana yaitu, terdapat 2 puskesmas pembantu, 3
35
praktek bidan dan 2 posyandu. Jumlah tersebut sudah mencakup keseluruhan
saran dan prasarana kesehatan di desa Talang Jerinjing. Salah satu faktor
makmurnya sebuah desa dapat dilihat bagaimana kondisi sarana kesehatan, untuk
7 tempat pengobatan secara medis diatas menurut peneliti sudah mencukupi lima
dusun yang ada. Selain sebuah tempat medis ada juga jumlah tenaga medis yang
tergabung di desa Talang Jerinjing sebagai berikut:
Tabel 2.f.9 jumlah tenaga medis
Jenis Sarana Jumlah
Dokter Umum/Spesialis 1
Bidan 3
Perawat 0
Jumlah 4
sumber : data BPS kab. INHU tahun 2016
Tabel 2.f.9 memperlihatkan bagaimana tenaga medis di desa Talang
Jerinjing berjumlah 1 orang Dokter Umum, 3 orang Bidan, dan tidak ada Perawat.
Hal tersebut tidak menjadi sebuah masalah besar sebab, desa Talang Jerinjing
merupakan desa terdekat dengan ibukota kecamatan Rengat Barat. Dimana
terdapat Rumah Sakit Umum Pusat yang dimiliki kabupaten Indragiri Hulu,
jangkauan Rumah Sakit tersebuh hanya 5 sampai 10 menit menggunakan
kendaraan bermotor.
E. Profil Informan
Pada penulisan ini peneliti menemukan informan yang bersedia
diwawancarai, hal tersebut sebagai upaya memenuhi kebutuhan data yang lebih
akurat. Berikut 10 informan yang berhasil diwawanca memiliki latar belakang
yang berbeda-beda, baik dari segi ekonomi, pendidikan dan pekerjaannya. Berikut
daftar 5 informan yang berasal dari suku Talang Mamak dan 5 informan dari
masyarakat pendatang yang sudah lama menetap di desa Talang Jerinjing :
36
1. Informan Jamin
Jamin merupakan seorang Kepala adat suku Talang Mamak, ia berusia
kurang lebih 68 tahun. Selain menjadi soerang ketua adat, saat ini Jamin memiliki
pekerjaan sebagai petani. Tuntutan profesinya sebagai seorang batin (kepala adat)
ia dikenal sebagai seorang yang hebat dalam bidang tradisi adat, sehingga ia
masih menunjukkan powernya sebagai seorang yang disegani hingga usia
senjanya. Jamin disebut-sebut sebagai ketua adat pertama yang mampu membuka
diri oleh pendatang baru, selain itu ia juga mampu mengenalkan budaya baru dan
diserap oleh kelompok suku Talang Mamak. Sehingga Jamin pantas disebut
sebagai bapak pelopor perubahan suku Talang Mamak.
2. Informan Alis
Ciri khas mengenai suku Talang Mamak tidak lagi dapat diidentikkan oleh
laki-laki berusia 39 tahun ini. ia merupakan seorang sarjana pertama dari kalangan
suku Talang Mamak. Laki-laki setengah baya ini bekerja di PT. Swakarsa Sawit
Raya sebagai seorang karyawan yang telah mengabdikan dirinya selama hampir
15 tahun. Sebagai seorang karyawan pabrik, Alis sudah jarang mengikuti kegiatan
tradisi adat suku Talang Mamak. Ia juga merupakan seorang indvidu modren yang
berhasil membangun perekonomian keluarga, sehingga ia terlihat lebih menonjol
dibandingkan suku Talang Mamak lainnya.
3. Informan Wati
Wati merupakan pedagang jajanan di sekolah dasar yang berada di desa
Talang Jerinjing. Usianya yang menginjak 45 tahun wati telah menyandang status
sebagai janda. sehingga memaksa ia untuk terampil dan giat dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, hal tersebut dilakukan agar anak-anaknya tetap sekolah dan
37
dapur tetap ngebul. Wati masih menerapkan sistem adat suku Talang Mamak
walaupun tidak sepenuhnya. Hal tersebut diakuinya ketika sakit ia lebih memilih
berobat dengan cara tradisonal dibandingkan ke dokter ataupun puskemas.
4. Informan Sudaek
Sudaek berusia 30 tahun, ia merupakan ketua Ikatan Pemuda Suku Talang
Mamak (IPSTM). Jabatan sebagai seorang ketua menjadikan ia sebagai seorang
yang kritis terhadap perubahan, Sudaek mampu menyelaraskan perubahan yang
terjadi. Hal tersebut ditandai dengan usahanya dalam menyatukan budaya
tardisonal dengan budaya modren. Sehingga mampu menjadikan tarian Rentak
Bulian sebagai mode unik sebuah budaya di era modren.
5. Informan Marlina
Istri kepala desa Talang Jerinjing yang satu ini, merupakan keturunan asli
suku Talang Mamak yang menikah dengan suku diluar kelompok Talang Mamak.
Marilina saat ini menelan seluruh nilai-nilai modernisasi yang ada, bahkan saat ini
dirinya mulai menjadi ibu-ibu sosialita di desa Talang Jerinjing. hal tersebut ia
akui semata-mata sebagai tuntutan pekerjaan dari suaminya, yang mengaharuskan
ia aktif berperan di dalam masyarakat.
6. Informan Edi Susanto
Edi adalah kepala desa Talang Jerinjing, ia menjabat di tahun terahir pada
2017. Statusnya sebagai seorang kepala desa Talang Jerinjing tidak
menghalanginya untuk membuat desa lebih baik, ia berasal dari suku Melayu
pendatang. Edi tidak memisahkan atau membedakan keberadaan seluruh
masyarakatnya, ia menghargai jika suku Talang Mamak sebagai kelompok
38
pertama yang menemukan desa Talang Jerinjing sehingga suku Talang Mamak
tetap mampu melakukan beberapa kegiatan tradisi yang masih dilakukan.
7. Informan Erviana
Kepala sekolah dasar ini sudah biasa menghadapi siswanya yang berasal
dari suku Talang Mamak. ia mengaggap hingga saat ini suku Talang Mamak telah
lebih melek terhadap pendidikan. Ia lahir dan besar di desa Talang Jerinjing
namun tidak memiliki sedikitpun keturuan yang berasal dari suku Talang Mamak.
Sebagai seorang masyarakat yang tinggal berbaur dengan suku Talang Mamak ia
tidak memiliki sentimen atau pandangan berbeda sedikitpun, sebab menurutnya
sama saja antara suku Melayu ataupun Talang Mamak.
8. Informan Sobarin
Sobarin adalah seorang ketua dusun Sei Bungin, dusun yang dilintasi
jalanan baru akibat pembukaan pabrik sawit tersebut mulai ramai dibangun
rumah-rumah penduduk. Ia mengaku jika saat ini dirinya dan yang lain mampu
bergabung dan tinggal bersama suku Talang Mamak tanpa pernah muncul konflik.
9. Informan Inayah
Perempuan muda ini adalah seorang karyawan kantor desa yang sudah
bekerja hampir lima tahun, ia sendiri mengaku sering bergabung dan melakukan
kegiatan Karang Taruna bersama pemuda dan pemudi suku Talang Mamak.
posisinya sebagai seorang karyawan desa sedikit banyak mengetahui
perkembangan suku Talang Mamak saat ini. Sehingga membantu peneliti dalam
mencari data-data yang tercatat.
39
10. Informan Arifin
Guru dari SMK ini mengemukakan jika siswanya yang berasal dari suku
Talang Mamak tidaklah sedikit, jabatannya sebagai seorang guru selama 8 tahun
di SMK tersebut selalu menemukan siswa yang berasal dari kalangan suku Talang
Mamak. Ia menjelaskan jika kebanyakan siswanya mampu berbaur tanpa
membedakan latar belakang masing-masing, sehingga proses belajar mengajar
tetap berlangsung kondusif. Jika terjadi kenakalan-kenalakan biasanya sebuah
kenakalan wajar yang dilakukan remaja, hal tersebut sering ia temukan dalam
proses belajar mengajar.
38
BAB III
TEMUAN DAN HASIL ANALISIS DATA LAPANGAN
A. Suku Talang Mamak
Suku Talang Mamak merupakan suku tertua yang berada di desa Talang
Jerinjing, mereka juga termasuk dalam kesatuan proto melayu atau melayu tuha,
karena suku Talang Mamak termasuk dalam kesatuan proto melayu menyebabkan
suku Talang Mamak sangat berpengaruh dalam perkembangan sejarah melayu
Indragiri Hulu. Suku Talang Mamak atau orang Talang Mamak menggunakan
bahasa melayu dengan dialek tersendiri. Proto Melayu sudah mulai jarang ditemui
di Bumi Lancang Kuning tersebut, sehingga keberadaannya sangatlah dijaga
dengan baik termasuk asal muasal nama suku Talang Mamak yang tetap dijaga
sejarahnya. Dikutip dari Rab Tabrani dalam bukunya ia menyatakan bahwa
“Nama suku Talang Mamak diambil dari suku kata Talang yang dalam bahasa
melayu tua merupakan ladang sedangkan Mamak merupakan panggilan untuk
seorang ibu hal ini mendasari latar belakang mereka yang bersifat matrinialisme.
Sehingga kata Talang Mamak mememiliki artian (ladang milik ibu) arti kata
tersebut menciri khaskan kebiasaan suku Talang Mamak yang memiliki kebiasaan
sebagai kumpulan keluarga yang berpindah-pindah ladang atau cara bercocok
tanam yang tidak menetap”. (2002:15).
Kumpulan keluarga yang selalu berpindah tersebut, juga mestinya selalu
memiliki seorang ketua atau yang akan menjadi pemimpin keberadaan mereka.
Pemilihan ketua pada suku Talang Mamak sangat berpengaruh dengan keturunan
yang mereka miliki seperti dikutip dari Rab Tabrani dalam bukunya ia
39
mengatakan apabila “Sistem Matrinial yang menguasai pembagian hak dalam
suku Talang Mamak membuat pemilihan ketua atau kepala adat yang mereka
sebut sebagai Batin, Penghulu, Mangku dan Monti serta pewarisan harta pusaka
hanya bisa diturunkan kepada anak lelaki saudara perempuan. Rumah tangga
terbentuk dari keluarga inti yang membuat rumah sendiri di sekitar tempat tinggal
orang tua istri (uksorilokal). Kesatuan hidup tertinggi mereka setingkat dengan
kampung, dan setiap kampung dipimpin oleh seorang batin atau penghulu adat.
Selain itu masyarakat ini mempunyai pemimpin kharismatik yang bergelar Datuk
Patih”. (2002:18) Sejarah suku Talang Mamak beragam versi ceritanya dalam
versi cerita pertama yang dijelaskan secara lisan oleh Asisten Residen Indragiri
Hulu bahwa
“Suku Talang Mamak berasal dari kerajaan Pagaruyung Sumatera Barat
suku ini datang ke daerah Indragiri Hulu diakibatkan pertentangan konflik
agama masa silam di daerah sebelumnya. Perang itu juga sering disebut
sebagai Perang Padri sebelum masa perlawanan Belanda, jadi tidak aneh
jika kebanyakan kegiatan adat istiadat mereka mirip dengan kegiatan adat
minangkabau pada masa pra-islam, tapi versi kedua merupakan cerita yang
akrab di dalam masyarakat adat yang secara turun-temurun diwariskan,
masyarakat bercerita bahwa suku Talang Mamak merupakan keturunan
Nabi Adam yang ketiga, hal tersebut diperkuat oleh adanya tapak kaki dari
batu berukuran besar yang berada di kawasan sungai Tunu Desa Rakit
Kulim tapak kaki tersebut diyakini milik pemangku adat suku Talang
Mamak”. (wawancara Emil 5 Januari 2017).
Selain itu suku Talang Mamak terbagi ke dalam dua golongan, mereka
membagi golongan tersebut melalui keturunan yang mereka dapatkan. Golongan
pertama merupakan keturunan dari Datuk Mundardjati yang tinggal di daerah
aliran sungai Limau, sungai jerinjing, dan aliran sungai Cenaku, sedangkan
golongan kedua merupakan keturunan dari tiga datuk yaitu Datuk Ria Belimbing,
Datuk Ria Tanjung, dan Datuk Ria Muncak yang tinggal di daerah aliran Sungai
40
Gangsal dan Sungai Akar di lingkungan perbukitan Bukit tiga puluh (wawancara
Jamin 15 desember 2016).
Desa Talang Jerinjing merupakan desa yang aliran sungainya termasuk ke
dalam tempat tinggal suku Talang Mamak dari keturunan Datuk Mundardjati,
sehingga di desa ini Suku Talang Mamak tinggal secara menyebar di setiap dusun
yang ada di desa Talang Jerinjing. Menurut Batin di kawasan desa Talang
Jerinjing kegiatan menyebar tersebut merupakan bentuk pertahanan budaya yang
mereka terapkan, namun secara keseluruhan dari lima dusun yang ada dusun Sei
Bungi merupakan dusun berpenduduk suku Talang Mamak terbanyak di desa
Talang Jerinjing. Jumlahnya mencapai 80 jiwa lebih dari setengah populasi
mereka kurang lebih sebesar 170 jiwa di desa Talang Jerinjing. (sumber: data
terbaru desa).
Masyarakat Talang Mamak yang masih percaya dengan kekuatan gaib di
sekitarnya (animisme) dan memeluk agama sinkritis menyebut diri mereka
sebagai orang ”Langkah Lama” atau orang adat yang menjunjung tinggi nilai
adat, sedangkan masyarakat yang memeluk agama Islam disebut Suku Melayu.
Identitas lainnya dari suku Talang Mamak adalah ciri fisik mereka yaitu memiliki rambut
panjang, baju dari kulit binatang, dan bergigi hitam garang. Penampilan ini masih
mendominasi penampilan wanita dan anak perempuan Suku Talang Mamak. Hampir serupa
dengan para wanita, pria dan anak laki-laki Suku Talang Mamak memakai baju dari kulit
binatang, bergigi hitam garang dan memakai sorban atau songkok di kepalanya. Untuk
penerimaan budaya luar, Suku Langkah Lama cenderung menolak dan memandang adat
sebagai pedoman utama. Selain itu suku Talang Mamak terkenal dengan sebutan suku yang
tidak ingin bertemu dengan masyarakat dari kelompok lainnya. mereka akan berlalri dan
menutup diri terhadap kelompok baru. Selain itu suku Talang Mamak terkenal jujur dan
cenderung menghindari konflik dengan pergi ke dalam hutan untuk menenangkan diri.
(Islamudin 2014:55).
Dalam jurnal hasil penelitian Nurman dkk (2014) mendeskripsikan
kepercayaan yang dianut oleh Masyarakat adat Talang Mamak. Masyarakat adat
41
Talang Mamak pada umumnya memiliki kepercayaan yang mereka sebut dengan
Islam Langkah Lama (orang darat) disebut Talang Mamak, dan Islam Langkah
Baru (mengalih) yang disebut orang Melayu. Masyarakat Talang Mamak yang
masih menganut Langkah Lama juga mengenal Islam, akan tetapi belum
menjalankan syariat Islam. Pada masyarakat adat Langkah Lama masih
mempercayai mitos-mitos yang berasal dari leluhur mereka. Mitos-mitos ini yang
kemudian juga dijadikan sumber pengetahuan, nilai, norma, dan etika bagi
kehidupan mereka. Menurut Batin atau ketua adat suku Talang Mamak Bapak
Jamin, ia menyatakan bahwa :
“kehidupan suku Talang Mamak selalu dilakukan dengan upaya izin leluhur
agar setiap peribadatan dapat berjalan sesuai rencana soalnya budaya hanya
akan dapat dilestarikan apabila anak cucu mengetahui cara apa saja yang
harus dilakukan supaya leluhur tetap memberikan hasil alam yang melimpah
ruah”. (Wawancara Jamin 21 desember 2016).
Dari pernyataan tersebut disimpulkan jika warisan dari leluhur mereka ini
yang disebut sebagai aturan adat, adat yang mengatur kehidupan mereka mulai
dari berladang, perkawinan, kelahiran, bahkan kematian juga diatur oleh adat.
Kegiatan yang mereka lakukan berdasarkan tatacara yang sudah dilakukan secara
turun temurun dari nenek moyang suku Talang Mamak. Sebuah kelompok adat
secara otomatis memiliki kegiatan adat yang mereka percaya sebagai sebuah
kewajiban yang harus dilakukan, seperti yang disampaikan oleh Rab Tabrani
(2002:29) bahwa ada macam-macam prosesi adat yang dimiliki oleh suku Talang
Mamak antara lain :
Upacara Daur Hidup, merupakan sebuah upacara keturunan yang
dilakukan untuk perempuan-perempuan suku Talang Mamak yang
42
tengah hamil tua, pada upacara ini perempuan yang akan melahirkan
harus membuat janji kepada dukun anak agar pada hari perhitungan
kelahiran dukun sudah siap membantu dan menyiapkan seluruh
kebutuhan yang diperlukan seperti tikar pandan, tepak sirih beserta
isinya dan batu giling yang telah dimasukan ke dalam tudung. Pada
upacara ini dukun bayi harus datang setiap hari menjelang kelahiran
sang jabang bayi, hal tersebut bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat
yang akan melingkari kelahiran sang bayi.
Upacara Gawai Gandang, adalah sebuah upacara pernikahan yang
dilakukan secara adat isitiadat yang telah dipercayai. Proses pernikahan
ini memakan waktu cukup lama, dimana pada satu prosesi pernikahan
membutuhkan waktu tiga hari sebagai bentuk persembahan kepada
leluhur. Pada waktu yang telah ada terdapat beberapa prosesi yaitu
menegakkan tiang gelanggang sebagai proses awal yang menjadi inti
dari sebuah upacara pernikahan. Setelah itu dilanjutkan pada proses
silat dan sabung ayam. untuk acara ini biasa diikuti oleh seluruh
pemuda kampung yang belum menikah yang diharapkan dapat segera
menemukan pasangan hidup setelah mengikuti acara tersebut. Tahapan
terahir diisi dengan tahapan penemuan pada pengantin laki-laki dan
perempuan, dimana mereka diharuskan memakan sirih dan air dari
cawan yang telah didoakan. Setelah itu tahapan terahir yang dilakukan
adalah pengantin laki-laki dan perempuan diwajibkan mengelilingi
43
tiang gelanggang sebagai langkah ahir agar mereka dianggap sah
sebagai pasangan suami istri.
Upacara Tambat Kubur, tahapan manusia sebagai mahluk hidup akan
berahir dalam kematian. Kematian tersebut sebagai tanda dari putusnya
hubungan sosial yang terjadi antara mahluk hidup, pada prosesi ini
merupakan sebuah upacara yang dilakukan kepada orang yang sudah
meninggal. Upacara tambat kubur atau upacara kematian ini biasanya
dilakukan setahun tiga kali, dimana upacara ini membutuhkan modal
besar dalam pelaksanaannya. Para keluarga yang telah ditinggalakan
harus menyiapkan sajian berupa hewan-hewan seperti Kerbau, Babi,
dan Kambing. Hewan tersebut merupakan hewan persembahan yang
wajib disajikan untuk leluhur dan nenek moyang suku Talang Mamak.
Mayat yang sebenarnya telah dikuburkan dibuatkan patung aslinya,
patung tersebutlah yang sebenarnya mengikuti proses upacara tambat
kubur. Patung harus dibuat persis oleh seorang yang meninggal
sehingga patung tersebut dapat diarak keliling Balai adat menggunakan
kain-kain kesayangan dari si pemilik patung tersebut. Selanjutnya
patung harus diletakkan di bawah akar pohon besar atau matu tawe
(pohon langit) yang dipercaya sebagai pohon yang akan mengangkat
roh-roh kelangit bertemu dengan leluhur dan nenek moyang.
Prosesi adat tersebut perlahan mulai tergantikan, suku Talang Mamak yang
sangat erat dengan mistis perlahan mulai memudar. Saat ini suku Talang Mamak
tengah mengalami gradasi identitas dari sebelumnya, suku Talang Mamak yang
44
ada di desa Talang Jerinjing saat ini tidaklah seperti sebelumnya, kini mereka
lebih dikenal sebagai suku Melayu yang mulai meninggalkan adat dan cirikhas
fisik suku Talang Mamak sebelumnya. Berpindahnya agama menjadi Islam serta
penerimaan hal-hal baru menjadi pendorong utama peneliti tertarik meneliti
perubahan identitas suku Talang Mamak saat ini.
B. Proses Perubahan Identitas Suku Talang Mamak
Sebelumnya telah dijelaskan mengenai legenda serta asal usul suku Talang
Mamak. Seiring perkembangan zaman saat ini suku Talang Mamak tengah
mengalami sebuah perubahan identitas dari sebelumnya. Merujuk pada konsep
identitas yang dipaparkan oleh Imanuel Castells jika saat ini identitas suku Talang
Mamak memiliki identitas yang didapatkan dari pengalaman leluhur mereka,
dimana setiap prosesi adat dan kebiasaan selalu mengacu pada kegiatan
sebelumnya. Sehingga identitas tersebut merupakan kontruksi sosial yang berupa
bagian dari sebuah atribut kulturalnya sebab identitas bersifat jamak atau plural.
Jadi identitas memiliki tiga bentuk asal-usul yang akurat yaitu Identitas
Legitimasi, Identitas Resistensi dan Identitas Projektin. Dari tiga bentuk asal-usul
tersebut suku Talang Mamak merupakan kelompok yang memperoleh identitas
baru melalui proses Identitas Resistensi, hal tersebut tidak lain dilihat dari cara
suku Talang Mamak dalam mempertahankan diri dari sebuah ancaman kepunahan
yang harus mereka hadapi. Seperti yang diungkapkan oleh Jamin :
“dulu iyoo nak, awak segalo ni tinggal tak menotap. Kini tak biso lagi
baeto, soale tanah-tanah adat tu lah punyo kepemilikan tetap. Siap tu
dijual jugo kepihak PT, kalo tak mengikuti perubahan lah abis nasib orang
Talang kini”
“ dulu iya, kita semua tinggal berpindah. Sekarang sudah tidak lagi, karena
tanah adat yang ada sudah ada kepemilikannya. Setelah itu tanah tersebut
45
dijual ke PT, jika kita tidak mengikuti perubahan maka sudah punah orang
Talang sekarang” (wawancara Jamin 15 desember 2016).
Apa yang diungkapkan Jamin tersebut bukanlah hal yang tidak berdasar,
pada faktanya suku Talang Mamak rela merubah sedikit pola pikir yang mereka
miliki dengan pemikiran baru, ancaman kepunahan jika terus bertahan di dalam
hutan akan semakin membuat suku Talang Mamak tidak dapat meneruskan
keturunan mereka. Selain itu Edi juga mengatakan “... Bukan tak ada dasarnya
mereka mau buat hidup kaya sekarang ni, mereka juga minta kompensasi buat
kehidupannya sekarang...” (wawancara Edi 16 desember 2016). Kompensasi
yang ia maskud adalah adanya tempat tinggal pasti yang akan dihuni oleh suku
Talang Mamak, sehingga saat ini suku Talang Mamak memiliki kehidupan
bermasyarakat dari hasil kepemilikan tanah yang diberikan dari pemerintah.
Namun, karena persyaratan yang ada membuat suku Talang Mamak memilih
untuk tinggal menyebar disetiap lingkungan desa Talang Jerinjing. Hal tersebut
dianggap sebagai sebuah metode adat agar suku Talang Mamak mampu menjaga
setiap pintu masuk desa yang ada.
Tinggal bercampur dengan masyarakat lainnya, tidak membuat suku
Talang Mamak mampu memisahkan diri dari lingkungan baru yang ada.
kelompok tersebut mulai melakukan komunikasi secara menyeluruh dengan
masyarakat lainnya yang tinggal di desa Talang Jerinjing. Komunikasi secara
terus menerus hal ini tidak dapat membendung hasrat perubahan yang terjadi pada
suku Talang Mamak. sehingga proses perubahan identitas tersebut terjadi secara
dinamis, identitas merupakan sebuah ciri khas suatu kelompok sosial. Identitas
selalu menyesuaikan kondisi lingkungan serta kebudayaan yang telah terjalin
46
antar anggota kelompok, adaptasi sebuah kelompok akan mempengaruhi cara
mereka dalam bersosialisasi serta berinteraksi terhadap kelompok lain. Kelompok
lain yang berasal dari luar akan manandai mereka sebagai sebuah komunitas
kelompok dengan identitas tertentu.
1. Eksternalisasi
Eksternalisasi merupakan sebuah usaha pencurahan atau ekspresi diri
manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Proses ini
merupakan bentuk ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu dalam
masyarakat. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai produk manusia atau
society is a human product (Berger & Lucmann 1990:81). Proses eksternalisasi
yang terjadi pada suku Talang Mamak merupakan sebuah bentuk usaha
pencampuran yang dilakukan agar tetap bertahan dalam kondisi desa Talang
Jerinjing saat ini. Sebuah pencampuran budaya biasanya diawali dengan adanya
interaksi yang terjadi antar kelompok, maka interaksi tersebut akan
mempengaruhi sebuah pembauran ataupun pencampuran budaya baru terhadap
nilai dan norma serta kebiasaan sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh
Jamin :
“awak baenelah, kini tak de lagi takut samo orang luar. Bekumpul
besamo, duduk besamo. Ba’a lai tak ado lagi kekhususan kini samo se lah.
Ado pendatang awak jugo harus terima. yo tak”
“kami ya seperti ini, tidak lagi menjaga jarak dengan kelompok baru.
Saling berkumpul dengan masyarakat yang ada. tidak ada hak khusus
antara pendatang dan suku Talang Mamak” (wawancara Jamin 15
desember 2016).
Penuturan Jamin tersebut merupakan langkah awal dari interaksi sosial,
jika suku Talang Mamak tidak lagi menutup diri pada kelompok baru di desa
47
Talang Jerinjing. Senada dengan Jamin, Edi juga mengatakan bahwa saat ini
“...banyak kok kegiatan yang dilakukan sama-sama, ada pertandingan olahraga
ataupun kegiatan ibu-ibu yang nyampur sama orang talang” (wawancara Edi 16
desember 2016). Dilain pihak ada Alis yang menyebutkan bahwa “...kan kita
bertetangga, ya harus lah bersosialisasi sama kiri kanan. Mereka juga tak bedakan
kalo saya dari suku Talang” (wawancara Alis 15 desember 2016). Bahkan Erviana
menyebutkan bahwa:
“kita tak bisa lagi buat sekat-sekat kalo mau masyarakat desa ini bersatu,
salah satu jalan ngindarin konflik ya hidup rukun. Mau dari orang talang
atau pendatang. Sekarang juga orang talang banyak yang berpendidikan
kok” (wawancara Erviana 17 desember 2016).
Pernyataan Erviana tersebut bukan tanpa alasan, saat ini suku Talang
Mamak mampu mengikuti trend-trend terbaru, Marlina contohnya ia mengatakan
“...hehe ya gitulah, aku udah jarang pakai bahasa mamak. anak-anak juga tak
paham...” (wawancara Marlina 18 desember 2016). Selain itu, saat ini Sobarin
memahami jika suku Talang Mamak telah mengalami banyak hal baru “... di pasar
ini isinya banyak, suku Talang juga udah sering banget belanja-belanja di pasar.
Tak cuma berharap samo kebun aja” (wawancara Sobarin 19 desember 2016).
Beberapa hal tersebut adalah faktor awal dari eksternalisasi yang terjadi. Sudaek
yang menyebutkan :
“macam mano lagi, kito kalo tak pakai HP susah, tak mungkin kan kalo
nak betanyo kabar atau nak ngasi tau ado sanak yang sakit harus belari
kerumah awak? HP ni lah yang tepakai”
“tidak mungkin tidak menggunakan HP, sulit rasanya. Jika ingin bertanya
kabar ataupun memberi kabar saat keluarga sakit, tidak mungkinkan
berlari menuju kerumah kita? HP inilah yang jadi fungsinya” (wawancara
Sudaek 15 desember 2016).
48
Sudaek memilih teknologi seperti telepon genggam sebagai kebutuhan
barunya, itu didasarkan pada masuknya teknologi modren sebagai kebutuhan
manusia milenium. Wati sendiri menyatakan untuk saat ini ia lebih memilih
berjualan dari pada melakukan cocok tanam atau berkebun hal tersebut didasarkan
atas kebutuhan yang harus ia penuhi. Ia memilih berjualan karena kondisi
ekonomi saat ini tidak lagi seperti dahulu, dimana hutan mampu mencukupi
kebutuhannya. Sekarang pendidikan merupakan hal yang diterapkan kepada
anak-anaknya sehingga ia harus memutar cara untuk memenuhi kebutuhan
tersebut (wawancara Wati 15 desember 2016). Seiring berjalannya waktu, suku
Talang Mamak mampu menerima hal-hal baru sebagai bentuk pembauran budaya
dari sebelumnya. Inayah seorang perempuan muda yang lahir di desa Talang
Jerinjing mengatakan bahwa :
“... sampai kini kak, orang talang bisa-bisa aja ngikutin trend yang ada.
Dulu iyasih, ibu aku sempet bilang mereka kabur kalau tengok orang
selain suku nya. Tapi dari pada tak dapat pengakuan dari orang kampung,
baek begabung lah kak” (wawancara Inayah 19 desember 2016).
Suku Talang Mamak pada dasarnya telah melakukan pembauran budaya
secara tidak sengaja ataupun sengaja. Hal tersebut dapat ditandai dengan
bagaimana cara mereka melakukan kebiasaan saat ini, Arifin mengungkapkan
bahwa “ pendidikan sekarang udah jadi hal serius buat suku Talang Mamak, bisa
mbak tengoklah gimana mereka mulai mau sekolah. Bahkan jauh-jauh sampe
Rengat” (wawancara Arifin 17 desember 2016). Secara tidak sadar akan
pentingnya pendidikan telah merubah pola pikir suku Talang Mamak, faktor yang
bukan berasal dari suku Talang Mamak ini mulai mempengaruhi bagaimana cara
mereka berfikir.
49
Proses eksternalisasi yang terjadi pada suku Talang Mamak adalah
pembauran cara berpikir dan bertindak yang didasarkan pada perubahan pola
kegiatan. Kegiatan tersebut dilatar belakangi oleh peralihan tatacara berekonomi
yang awalnya pertanian adalah bentuk paling efesien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari kini mulai berubah, dan adanya perkembangan pendidikan, serta
pembauran bahasa yang mulai meningalkan istilah-istilah Talang Mamak dan
bercampur bahasa melayu selain faktor tersebut, perubahan paling mencolok yang
berasal dari dunia luar suku Talang Mamak adalah bagaimana cara mereka
memiliki gaya hidup sekarang. Sehingga hal-hal tersebut merupakan pengaruh
dari luar yang paling menonjol, penerimaan akan hal-hal baru tersebut tidak
diperoleh secara langsung melainkan membutuhkan proses baru yang nantinya
akan diinternalisasikan.
2. Obyektifikasi
Objektifikasi adalah hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik
dari kegiatan eksternalisasi manusia. Hasilnya berupa realitas objektif yang
terpisah dari dirinya sehingga berpotensi untuk berhadapan, bahkan terkadang
bisa mengendalikan si penghasil dalam realisasi yang terjadi (Berger & Lucmann
1990:81). Memasuki proses kedua ini, proses obyektifikasi yang terjadi pada suku
Talang Mamak ditandai dengan adanya budaya-budaya baru. Budaya baru
tersebut mampu mendikte ataupun mengatur dan merubah fungsi yang telah ada
sebelumnya tanpa masyarakat Talang Mamak sadari. Seperti yang diungkapkan
oleh kepala desa Talang Jerinjing Edi Santoso ia menyatakan bahwa :
“...orang Talang sekarang sudah mewah dek, gak macam dulu waktu
mereka masih tinggal di hutan. Coba tengok aja itu dari mulai gaya
50
penampilannya gimana, HP yang mereka pake juga canggih-canggih...”
(wawancara Edi 16 desember 2016).
Pernyataan Edi tersebut tidak terlepas dari realitas yang ada, hal tersebut
ditandai langsung dengan sikap Batin Jamin yang telah menggunakan telepon
genggam sebagai salah satu alat penting dalam berkomunikasi. Dilain pihak ada
Erviana yang mengutarakan hal persis, ia menyatakan jika “ ...mmm iya gitu lah
nak, orang Talang ini sekarang macam kaget aja sama trend baru. Apa-apa
diikutin supaya gak katrok juga haha” (wawancara Erviana 17 desember 2016).
Sebagai seorang kepala Sekolah Dasar di desa Talang Jerinjing Erviana tidak
memandang sempit suku Talang Mamak begitu saja, dilain pihak Arifin
merupakan staf pengajar di SMK Rengat Barat yang kebetulan berada di wilayah
desa Talang Jerinjing mengatakan jika:
“...gini mbak, acaknya anak-anak talang ini tak betul-betul paham kalo
menurut awak. Ya memang wajar sebagai anak remaja ingin mengetahui
hal-hal baru dari dunia teknologi, awak pernah nangkap mereka beberapa
siswa yang asli orang talang dalam jam belajar itu nonton bokep ditoilet
sekolah...” (wawancara Arifin 17 desember 2016).
Pernyataan dari Arifin tersebut sedikit membuka bagaimana teknologi
benar-benar merasuki pola dan prilaku generasi suku Talang Mamak, bagaimana
seharusnya sebuah teknologi disikapi semestinya. Sobarin menambahkan jika saat
ini ia telah melihat suku Talang Mamak dan lainnya sama saja, hal tersebut ia
katakan sebagai bentuk pencampuran identitas yang nyaris sempurna. Ia
mengatakan apabila suku Talang Mamak termasuk suku yang pada dasarnya
pintar dan mudah memahami sesuatu. hal tersebut didasarkan pada kepemilikan
TV yang sudah hampir merata dimiliki oleh suku Talang Mamak “...hahaha orang
talang itu gak perlu diajarin kok, mereka pinter-pinter belajar dari TV aja
51
langsung bisa...” (wawancara Sobarin 19 desember 2016). Pernyataan tersebut
ibarat gayung bersambut Inayah yang merupakan karyawan kantor desa Talang
Jerinjing, mengatakan jika saat ini remaja-remaja dari suku Talang Mamak setiap
kantor desa tutup mereka menyambangi kantor untuk sekedar menikmati wifi
milik desa “...aaa akak paham jelah kalo sore datang atau lewat kantor pastilah
betumpok anak-anak tanggung tu sambil tengok HP, itu campur anak-anak sini
ada juga anak talangnya kak” (wawancara Inayah 19 desember 2016).
Terlepas dari masalah teknologi, obyektifikasi juga merekrut ekonomi
sebagai objek yang menitik beratkan pada peralihan sistem pencarian nafkah suku
Talang Mamak sebelumnya. Perubahan sistem kerja yang dianut suku Talang
Mamak tersebut mempengaruhi perolehan pendapatan keluarga. Edi menyatakan
untuk saat ini pabrik-pabrik kelapa sawit di desa Talang Jerinjing merekrut
mereka pemuda-pemuda yang berbakat untuk bekerja sebagai buruh ataupun
karyawan, seperti pernyataan berikut “...untuk sekarang sih pabrik lumayan
banyak merekrut anak-anak desa itu juga isinya orang Talang yang udah mulai
milih kerja..”(wawancara Edi 16 desember 2016). Edi mengatakan hal demikian
karena saat ini memang suku Talang Mamak kebanyakan memilih menjadi
pekerja pabrik ataupun lainnya, Arifin menyebutkan jika :
“kalau untuk wali murid anak-anak talang sih kebanyakan kerja kasar di
pabrik atau jualan di pasar. Tapi mereka banyak juga yang buka warung
atau kantin deket pabrik...” (wawancara Arifin 17 desember 2016).
Suku Talang Mamak yang dikenal sebagai petani handal dalam menanam
hasil bumi untuk kebutuhan sehari-hari, kini berubah menjadi karyawan-karyawan
pabrik yang memiliki penghasilan pasti. Pengaruh luar agaknya yang menjadi
52
bagian penting dalam perubahan ini. Erviana menyatakan jika tidak hanya kaum
pria saja yang mulai bekerja, perempuan dari suku Talang Mamak saat ini juga
membantu perekonomian keluarga. Ia mengatakan jika “...itu nak yang kamu liat
tadi di depan sekolah ada ibu-ibu jualan, itu asli suku Talang Mamak juga...”
(wawancara Erviana 17 desember 2016). Sobarin bercerita bahwa saat ini penjual-
penjual yang ada di pasar tidak lagi sepenuhnya diisi oleh pendatang, ia
mengatakan jika :
“...awak jualan di pasar udah hampir 15 tahun, selama awak jualan udah
adalah sekitar 5 atau 8 orang talang yang jualan juga. Biasanya mereka
jualan ikan-ikan sungai” (wawancara Sobarin 19 desember 2016).
Pernyataan milik Sobarin tersebut mulai membuktikan jika saat ini suku
Talang Mamak memang sudah tidak sepenuhnya bergantung pada kegiatan
pertanian. Inayah sebagai seorang karyawan desa menyatakan jika “.. itu kak
seingat aku cuma tinggal beberapa hektar aja yang dipake lahan berpindah,
soalnya tanah pusaka kini lah banyak yang bersertifikat” (wawancara Inayah 19
desember 2016). Karena luas tanah yang dihasilkan sebagai ladang berpindah
sudah tidak lagi luas. Mereka mulai mengakali dengan cara pergantian hasil
tanam. Tanaman yang dipertahankan umumnya hanya tanaman yang memiliki
masa panen cepat.
Generasi setiap kelompok akan selalu memiliki perubahan sikap dan pola
pikir yang mereka miliki, suku Talang Mamak sebagai kelompok adat yang
terkenal tangguh terhadap perubahan tidak lagi memiliki tonggak kokoh dalam
mempertahankan kebiasaannya. Suku Talang Mamak mampu menerima asupan
modren dari segi apapun, termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah
53
landasan penting dalam terjadinya pola pikir dikalangan individu dan kelompok.
Hal tersebut dibutikan oleh Erviana yang mengatakan jika :
“... iya benar, sekarang suku Talang Mamak banyak yang sekolah kok.
Mereka gak mau lagi dibodohi. Bahkan ada juga anak dusun Sei Bungin
yang kemaren ikut olimpiade sains SMP di provinsi” (wawancara Erviana
17 desember 2016).
Pernyataan seorang kepala sekolah ini membutikan jika saat ini suku
Talang Mamak bukan lagi kelompok primitif yang mudah untuk dimanfaatkan
baik dari segi pemikiran ataupun prilaku. Pernyataan Erviana tersebut diaminkan
oleh Edi, ia sependapat bahwa “...udah tak bisa dipandang sebelah mata lagi lah,
pendidikan mereka udah utama sekarang apalagi ada dukungan pemerintah
kabupaten buat kejar paket” (wawancara Edi 16 desember 2016). Seiring dengan
pernyataan dari Edi tersebut, semakin meyakinkan jika suku Talang Mamak
mudah menyerap perkemabangan yang ada termasuk dari segi pendidikan. Inayah
juga tak ingin ketinggalan, ia mengatakan jika “ aku tengok mereka udah giat sih,
pas ujian paket a kemaren aja ada hampir 30 orang talang yang ikut...”
(wawancara Inayah 19 desember 2016). Dukungan dari pernyataan Inayah ini
semakin meyakinkan peneliti jika suku Talang Mamak di desa Talang Jerinjing
bukan lagi suku yang tertinggal, mereka mampu menyerap hal baru dengan
mudah. Terlepas dari tiga pernyataan diatas, Arifin menyebutkan jika :
“ sekolah ini milik umum, siapapun boleh nak sekolah. Banyak anak
Talang yang sekolah disini, rata-rata mereka ambil jurusan otomotif yang
cowo-cowo. Cewenya tak banyak yang sekolah di SMK sini karna emang
banyak jurusan buat laki-laki” (wawancara Arifin 17 desember 2016).
Satu-satunya SMK di desa Talang Jerinjing ini merupakan sekolah
kejuruan yang berkonsentrasi pada bidang mesin baik listrik ataupun otomotif.
54
Pelajar yang berasal dari suku Talang Mamak mampu memilih minat dan bakat
mereka sesuai keinginan dalam ranah pendidikan. Berbeda dengan Sobarin, ia
lebih nyaman mengatakan jika “...kalau yang awak tau mulai banyak kayak e suku
Talang yang bisa baca tulis, tengok aja mereka pandai itung songsong belanja
hahaha” (wawancara Sobarin 19 desember 2016). Pernyataan terahir dikutip dari
wawancara Sobarin, sebagai pedagang di pasar ia menilai jika penjual dari
kalangan suku Talang Mamak tidak lagi dapat diremehkan. Pernyataan-
pernyataan di atas meupakan tahap kedua dari perubahan identitas, dimana
obyektifikasi dilakukan pada sebuah realitas sosial yang terpisah. Realitas tersebut
berupa gaya hidup, beralihnya fungsi ekonomi keluarga dari pertanian ke
pekerjaan yang bersifat heterogen dan pendidikan sebagai ranah legitimasi yang
mempu merubah pola pikir seseorang ataupun kelompok.
3. Internalisasi
Tahap terahir ialah Internalisasi yaitu peresapan kembali ralitas sosial oleh
manusia, dan mentransformasikannya sekali lagi dari struktur-struktur dunia
objektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subjektif. Melalui objektivasi maka
masyarakat menjadi suatu realitas sui generi. Sehingga dalam proses ini manusia
merupakan produk masyarakat (Berger & Lucmann 1990:81). Eksternalisasi
menghasilkan sebuah proses yang di objektifikasikan menjadi realitas sosial,
sehingga realitas tersebut mampu menjadi sebuah produk baru yang digunakan
oleh suku Talang Mamak. berikut budaya serta kebiasaan baru yang terlah
terinternalisasi oleh suku Talang Mamak :
55
Informan Jamin 68 tahun
Jamin adalah seorang Batin atau ketua adat suku Talang Mamak saat ini,
jamin menyatakan suku Talang Mamak telah mengalami perubahan yang besar
dari sebelumnya. Hal tersebut ditandai dari adanya perpindahan keyakinan agama
dari pengikutnya seperti yang ia ungkapkan:
“kini iyo lah, lah banyak orang Talang ni yang masok islam. Ntah apo
pasale, akupun kini lah Islam jugo tapi tak lupo ajaran leluhur masih jugo
melakukan ajaran langkah lamo. Kalo kata awak, tak apolah agama e apo
asalkan awak tak boleh lupo samo ajaran leluhur yang kito bawa sejak
lahir”
“sekarang sudah banyak orang Talang yang memeluk kepercayaan Islam,
tidak tahu apa alasannya, saat ini saya juga memeluk islam tetapi tidak
meninggalkan ajaran adat. Tidak apa agamanya apapun asalkan kita tidak
melupakan ajaran leluhur yang dibawa sejak lahir” (wawancara Jamin 15
desember 2016).
Perpindahan keyakinan tersebut dikarenakan adanya pengaruh baru yang
dibawa oleh masyarakat pendatang, sebelumnya suku Talang Mamak
menggunakan kepercayaan animisme dalam hidupnya. Namun, perubahan agama
menurut Jamin tidak mempengaruhi kegiatan adat istiadat yang telah dibawa sejak
lahir. Tidak hanya dari segi agama saja, Jamin sebagai ketua adat saat ini telah
memiliki telepon seluler sebagai alat komunikasi, hal tersebut terbukti dengan
adanya komunikasi yang dilakukan peneliti dengan Jamin untuk mengatur janji
pertemuan. Awalnya peneliti penasaran dengan pesan singkat yang menggunakan
bahasa Indonesia hal tersebut dilakukan oleh Jamin, ternyata ia mengatakan jika
pada tahun 2006 Jamin sempat mengikuti pendidikan dari jalur Paket A yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Hal tersebut yang membuat Jamin
mampu berkomunikasi melalui pesan singkat dengan ponsel selular miliknya
(wawancara Jamin 15 desember 2016). Berangkat dari cerita tersebut, saat ini
56
Jamin mahir menggunakan kendaraan roda dua untuk kegiatan sehari-harinya,
bahkan saat ini Jamin menyatakan jika kendaraan roda dua sudah menjadi
kendaraan utamanya dalam beraktifitas. Kendaraan tersebut ia gunakan untuk
pergi kekebun ataupun ketempat lainnya (wawancara Jamin 15 desember 2016).
“aaa dulu iyolah, jaman aku kecik sempat ado barang batuko tapi kini lah
tak ado lagi. Kini baek lagi pegi ke pasar jual hasil kebun ado duitnyo
haha, awak jugo ado kesepakatan harga yang buek untung besamo.
Barang batuko kini lah tak tepakai lagi karna susah jugo, awak lah
banyak yang mudah-mudah se lagi”
“ketika saya masih kecil terdapat cara penukaran barang dan barang, tapi
saat ini sudah tidak dilakukan lagi. Lebih baik ke pasar menjual hasil
kebun karna sudah ada kesepakatan harga bersama. Sebab, penukaran
barang dan barang hal yang rumit, saat ini sudah banyak hal mudah yang
dapat dilakukan” (wawancara Jamin 15 desember 2016).
Proses tukar menukar barang yang sempat digunakan Jamin ketika masih
kecil sudah tidak lagi ia lakukan, ia menyatakan bila saat ini proses tukar menukar
barang tersebut tidak lagi efektif sebab hasil yang ia dapatkan seringkali tidak
sebanding dengan barang yang ia tukarkan. Hasil ladang berpindah yang masih
dilakukannya tidak lagi menjadi mata pencarian utama Jamin untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, Jamin memiliki ladang karet yang rajin ia sadap getahnya.
Ladang seluas 1,5 Ha tersebut ia peroleh dari perusahaan kelapa sawit di desa
Talang Jerinjing, ia mendapatkan ladang tersebut sebagai ganti lahan adat yang
berubah menjadi perkebunan kelapa sawit ( wawancara Jamin 15 desember 2016).
Saat ini Jamin hidup layaknya masyarakat lainnya di desa Talang
Jerinjing, pakaian yang dikenakan Jamin sama dengan kebanyakan orang. Jamin
bercerita sambil tertawa jika pada saat ia kecil ia sempat mengalami penggunaan
“cawat” atau kain potongan untuk menutupi kemaluan, namun hal tersebut tidak
lagi ia lakukan karena sudah menjadi hal aneh dan dapat dikatakan sebuah
57
penyimpangan saat ini (wawancara Jamin 15 desember 2016). Hal diatas
merupakan proses eksternalisasi yang dialami Jamin.
Informan Alis 39 tahun
Alis adalah seorang keturunan Talang Mamak yang lahir di desa Talang
Jerinjing, saat ini Alis tergolong dalam masyarakat Modren yang tidak lagi mirip
pada cirikhas suku Talang Mamak sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari
pernyataanya jika:
“aku dari lahir tinggal disini, bapak mamak ku asli Talang tapi sudah
gak sekental orang Talang dulu. Agama sih sekarang Islam, tapi kalo
ikutin kegiatan tradisi paling tinggal yang besar-besar aja. Kalau yang
kentel banget udah jarang sih eh, malah gak pernah lagi” (wawancara Alis
15 desember 2016).
Ungkapan Alis tersebut terlihat dari caranya yang mahir menggunakan
bahasa Indonesia, bahwa kebiasaan adat dalam dirinya sudah memudar. Ia adalah
seorang karyawan pabrik kelapa sawit yang ada di desa Talang Jerinjing, dari segi
pekerjaan yang jauh berbeda dengan cirikhas suku Talang Mamak ini merupakan
pengaruh besar yang terjadi pada Alis. Sebagaimana yang ia ungkapkan jika “ aku
udah hampir 15 tahun kerja dipabrik, ya rumayanlah tiap bulan ada uang jelas...”
(wawancara Alis 15 desember 2016). Perubahan identitasnya sebagai seorang
suku Talang Mamak juga ditandai dengan pendidikan yang miliki, Alis
merupakan pemuda yang cukup membanggakan di desa Talang Jerinjing. Sebab
15 tahun lalu ia merupakan lulusan Universitas Riau dimana pendidikan berskala
sarjana masih sangat jarang di desa Talang Jerinjing. Tidak hanya itu Alis
menerapkan konsep pendidikan yang utama pada anak-anaknya saat ini
(wawancara Alis 15 desember 2016).
58
Kegiatan pertanian yang biasanya melekat pada masyarakat Talang
Mamak tidak lagi dimiliki Alis,ia tidak tertarik dalam bidang perkebunan. Alis
lebih memilih menyewa tenaga manusia untuk mengerjakan ladang sawit yang ia
miliki seperti yang ia katakan “ aku gak ada hobi buat cocok tanam, ya karna gak
biasa mungkin dek. Sawit yang ada aja orang lain yang ngerjain, ya itung-itung
berbagi rejeki kan lah ya dek hehe” (wawancara Alis 15 desember 2016). Saat ini
Alis telah menetap dirumah permanen yang ia miliki, ia memiliki satu buah
kendaraan roda empat untuk keluarganya serta dua buah kendaraan roda dua yang
terpakir rapi di garasi rumahnya. Rumahnya yang jauh dari cirikhas suku Talang
Mamak juga menjadi latar penting dimana Alis tidak lagi memakai konsep rumah
panggung seperti kebanyakan suku Talang Mamak, rumah miliknya didesign
seperti rumah modren pada saat ini.
Informan Wati 45 tahun
Ibu rumah tangga yang satu ini memiliki kesibukan sebagai pedagang
jajanan disalah satu Sekolah Dasar di desa Talang Jerinjing, ia menyatakan jika
saat ini ia masih rutin mengikuti kegiatan adat suku Talang Mamak. Layaknya
perempuan kebanyakan cara pakaian yang digunakan oleh Wati tidak berbeda dari
kebanyakan perempuan lainnya, hanya saja kebiasaan Wati yang masih
mengunyah sirih menyebabkan giginya hitam legam seperti suku Talang Mamak
terdahulu. Wati mengatakan jika saat ini dirinya berjualan karena kebutuhan
rumah tangga yang mendesak seperti pernyataannya :
“apo ya nak, kini aku jualan tu karena segaloe lah berubah tak macam
dulukan. Kini awak sibuk se masing-masing baapo caro idup hari demi
hari lagi. Biayo anak sekolah biayo ini itu se lah lagi nak”
59
“sekarang itu semuanya sulit, tidak seperti dahulu lagi. Sekarang kita
sudah sibuk masing-masing mencari cara untuk menyambung hidup hari
demi harinya. Dari mulai biaya anak sekolah dan biaya lainnya”
(wawancara Wati 17 desember 2016).
Pernyataan Wati tersebut mengisyaratkan jika perubahan hidup saat ini
semakin sulit ia rasakan, jauh berbeda dari masa tradisional suku Talang Mamak.
Wati tidak pernah mengikuti sekolah baik formal maupun informal ia mengatakan
jika tidak pernah mengikuti bangku belajar selama ini, ia dapat berbahasa melayu
seperti saat ini karena pergaulan yang ia lakukan (wawancara Wati 17 desember
2016). Saat ini Wati tergolong dalam keluarga miskin di desa Talang Jerinjing,
sebab ia merupakan seorang janda yang menghidupi dua orang anak. Wati
memutuskan untuk tidak menikah lagi sebab ia berfikir bahwa adat istiadat yang
ada melarangnya untuk menikah lagi karena pernah berkeluarga (wawancara Wati
17 desember 2016). Selain itu Wati juga merupakan seorang perempuan yang
masih patuh melaksanakan ajaran langkah lama, hal tersebut ia rasa merupakan
kebenaran yang harus tetap ia lakukan. Tidak perduli jika saat ini KTP yang ia
miliki berstatus Islam (wawancara Wati 17 desember 2016). Tidak hanya
masalah status agama saja, Wati masih memercayai pengobatan tradisional yang
berasal dari suku Talang Mamak. seperti yang ia ungkapkan bahwa :
“macam dululah nak, kalo sakit apo se biso kito beobatkan. Kini aku sakit
pogi ke puskesmas, balek dari sana tak ado berubah masi se sakit. Makae
sampe kini aku masih sering beobat ke Batin se lah yang memang lah
terbukti jadi manusia pilihan”
“seperti sekarang, ketika saya berobat ke puskesmas tetap saja tidak
merubah sakit yang saya alami. Masih saja merasakan sakit, jadi sampai
sekarang saya lebih memilih berobat ke Batin yang telah terbukti
merupakan manusia pilihan” (wawancara Wati 17 desember 2016).
60
Pernyataan Wati merupakan bentuk kesetiaan pada suku Talang Mamak,
meskipun saat ini perubahan telah menjadi bentuk paling dominan ia lebih
memilih bertahan dengan tradisi yang ada. Walaupun saat ini Wati tidak seratus
persen berpenampilan seperti suku Talang Mamak terdahulu, hanya saja ciri
fisiknya yang mulai memudar tapi cara berfikirnya merupakan seorang suku
Talang Mamak semestinya.
Informan Sudaek 30 tahun
Sebagai seorang ketua Ikatan Pemuda Talang Mamak (IPTM) Sudaek
merupakan seorang pemuda yang masih menjaga adat dan tradisi suku Talang
Mamak, ia merasa memiliki tanggung jawab akan keutuhan adat dan tradisi yang
sudah ada sejak masa silam. Seperti pernyataannya sebagai berikut:
“kalo nak sebut penting, tentulah penting budayo nan tradisi awak tu, tapi
ado jugo yang harus dicatatkan. Kini seperti yang telah awak segalo
pahami adat istiadat tu mistis sifat nyo kalo diteruskan akan ado dampak
e, yang penting kini kita jago se kerukunan masih ado acara Gawe
Gandang, Tambat Kubur samo yang lainnyo itu bentuk persatuan awak
segalo”
“budaya dan tradisi kita memang penting, tapi ada catatan penting yang
harus dipahami. Adat itu bersifat mistis jika diteruskan akan mendapat
dampaknya. Yang terpenting adalah bagaiaman kita menjaga kerukunan.
Masih melakukan upacara Gawe Gandang dan Tambat Kubur merupakan
bentuk persatuan kita sebagai suku Talang Jerinjing” (wawancara Sudaek
16 desember 2016).
Tanggung jawabnya sebagai seorang ketua organisasi membuat Sudaek
tetap mempertahankan tradisi yang ada, namun dari seluruh tradisi yang dimiliki
suku Talang Mamak saat ini hanya beberapa tradisi saja yang dipertahankan. Hal
tersebut merupakan cara yang dilakukan oleh generasi turun temurun suku Talang
Mamak, sebab kondisi sosial yang ada tidak memungkinkan mereka untuk
menjadi suku Talang Mamak seperti dahulu. Sudaek merupakan seorang pemuda
61
yang terbilang cerdas dalam menyikapi sebuah kondisi, ia menyatakan jika saat
ini dirinya memang bukan lagi seorang petani ladang ataupun pemburu melainkan
seorang kesatuan anggota Kepolisian Resort Indragiri Hulu. Statusnya yang
tercatat sebagai aparatur negara membuat pertahanan nilai adat mengalami
perubahan, hal tersebut dikarenakan suku Talang Mamak yang saat ini tersisa
lebih memilih mengikuti alur perubahan zaman ketimbang bertahan didalam
hutan dan menetap sebagai suku anak dalam yang mulai ditinggalkan (wawancara
Sudaek 16 desember 2016). Perubahan nilai tradisi tersebut pelan-pelan mengikis
cirikhas yang dimiliki suku Talang Mamak, seperti Sudaek dirinya bukan lagi
pengguna “cawat” dan memiliki gigi hitam legam. Penampilannya kini seperti
layaknya anggota polisi lainnya, memiliki badan tegap serta berambut cepak. Hal
tersebut jauh berbeda dengan kondisi dan ciri suku Talang Mamak sebelumnya,
selain itu dalam kebiasaan sehari-hari Sudaek tidak lagi melakukan kegiatan
berkebun dan berburu hal tersebut sudah menyimpang dari kegiatan adat yang
mestinya dilakukan. Ia menyatakan jika :
“sekarang ni, kalo masih se lari-lari kehutan ataupun nyari makan
dalam hutan itu lah tak sepaham samo zaman. yang menjadikan awal
segaloe bertahan dan tetap diakui keberadaannya adalah cara awak se
lah menyikapinya cak mano. Yang terpenting tu baapo awak segalo e
masih percaya tradisi masih pakai tradisi dari anak lahir sampe mati. Itu
yang terpenting”
“ jika saat ini masih melakukan kebiasaan orang talang dulu kita tidak
akan mampu bertahan. Karena saat ini yang mempu membuat kita
bertahan dan tetap diakui keberadaannya itu adalah bagaimana cara kita
dalam menyikapi zaman. Yang paling penting dalam sebuah tradisi adalah
bagaimana kita memperlakukan kebiasaan tradisi dari mulai lahir hingga
mati” (wawancara Sudaek 16 desember 2016).
Menurutnya suku Talang Mamak saat ini tidak lagi melulu harus takut
terhadap hal baru, harus menghindari seluruh perkembangan yang terjadi. Sudaek
62
lebih setuju jika saat ini tradisi-tradisi leluhur tidaklah dihilangkan, melainkan
mulai merubah sikap dan prilaku agara tetap bertahan dan diakui keberadaannya
oleh kelopok lain. keputusannya yang terbilang cukup mengambil resiko ini telah
mempengaruhi nasib suku Talang Mamak dan generasi penerusnya. Ia lebih
mengutamakan adanya penerimaan hal baru sebagai bentuk pencampuran budaya
yang lebih diterima. Seperti pernyataanya yang mengatakan jika suku Talang
Mamak dahulu selalu dipandang sebelah mata, serta mendapatkan disriminasi
sosial yang cukup kuat dikalangan masyarakat pendatang. (wawancara Sudaek 16
desember 2016). Diskriminasi tersebut dilatar belakangi oleh kebiasaan suku
Talang Mamak yang tergolong berbeda dari kebanyakan kelompok masyarakat.
Kepercayaannya pada hal mistis serta tertutupnya sosialisasi yang mereka alami
membuat batas yang teramat tinggi antar masyarakat, seperti yang diungkapkan
Sudaek jika dahulu sempat terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat, dimana
suku Talang Mamak jarang mendapatkan hak mereka sebagai sosok asli dari
negeri ini. Mereka sempat dibiarkan dengan kebodohan dan kemiskinan yang
teramat jauh tertinggal dari kebanyakan masyarakat yang ada. hal itu yang
membuat Batin baru suku Talang Mamak memilih perubahan identitas mereka
diperbaharui, agar sebuah keadilan dapat terwujud dengan semestinya (wawancara
Sudaek 16 desember 2016). Sebagai seorang ketua organisasi budaya, Sudaek
telah mendukung perubahan identitas yang dialami suku Talang Mamak.
Informan Marlina 28 tahun
Marlina perempuan berparas ayu ini merupakan istri kepala desa Talang
Jerinjing. Ia adalah keturunan asli dari suku Talang Mamak, gayanya yang
63
terbilang modren dari suku Talang Mamak kebanyakan merupakan aspek penting
akan perubahan identitas yang ia alami. Ia menyatakan jika saat ini posisinya
sebagai seorang istri kepala desa menuntutnya untuk tampil aktif serta gemar
bersosialisasi dengan masyarakat desa hal tersebut terlihat dari penyataanya
bahwa “...aku kan istri jadi ya harus nurut suami dek, kalau sampe sekarang aku
masih gak bisa bersosialisasi ya karir suamiku juga buruk...” (wawancara Marlina
16 desember 2016). Pernyataan tersebut diakuinya sebagai bentuk hormat seorang
istri pada suaminya, tidak hanya itu saat ini Marlina juga tengah aktif
menggerakkan perempuan-perempuan asli suku Talang Mamak dalam
perkembangan dan kemajuan desa Talang Jerinjing. hal tersebut diakuinya jika :
“memang benar dik, kalau kita tengok gimana suku Talang Mamak dulu
pastilah jauh dari kata pantas. Sekarang aja aku lagi nyoba buat nyatuin
ibu-ibu dari suku Talang Mamak biar mereka gak dirumah teruslah. Pelan-
pelan aja juga pasti mau kok” (wawancara Marlina 16 desember 2016).
Ungkapan tersebut diakuinya sebagai bentuk pembauran suku Talang
Mamak pada hal baru, ia tidak ingin perempuan-perempuan dari suku Talang
Mamak berada dalam kondisi tertekan dan dikungkung adat diera modren saat ini.
Selain itu, Marlina juga mengkui jika saat ini perekonomian suku Talang Mamak
telah lebih baik dari sebelumnya. Terlihat dari pengakuannya bahwa “...bapak
saya sekarang udah gak ikut lagi ladang berpindah, paling juga kalo berkebun
yang deket rumah. Kan sekarang udah ada kapling sawit yang tiap bulannya ada
hasilnya” (wawancara Marlina 16 desember 2016). Terlpeas dari perekonomian,
saat ini Marlina telah menetap menjadi seorang muslim setelah mualaf karena
mengikuti agama suaminya. Namun, untuk melaksanakan tradisi leluhur yang
64
telah menjadi kepercayaanya Marlina masih rutin mengikuti upacara-upacara
yang ada bahkan ia menyatakan jika :
“aaaah iya dek, aku udah islam dari umur 18 tahun. Suamiku kan islam
jadi aku ikut juga. Tapi untuk cara nikah waktu itu aku pake adat Talang
Mamak dan suamiku juga gak keberatan. Lagiankan yang penting ijabnya
udah ada, ya ibaratnya nikah secara negara iya nikah adat juga iyalah”
(wawancara Marlina 16 desember 2016).
Kecintaanya pada sang suami membuat Marlina rela memeluk dan belajar
agama baru sesuai UU yang sah, saat ini Marlina telah memiliki kepercayaan diri
yang lebih besar dibandingkan perempuan suku Talang Mamak pada umumnya.
Hal tersebut tidak terlepas dari caranya mengutamakan pendidikan, disaat telah
bersuami dan memiliki anak Marlina tidak segan untuk mengikuti sekolah Paket
B dan Paket C yang diselengarakan pemerintah. Ia menyatakan jika “hehe ya aku
cuma lulusan paket b sma c sih, kalo gak ikut gitu aku bisa ketinggalan banyak
dek.” (wawancara Marlina 16 desember 2016). Marlina dengan bangga memiliki
latar belakang baru yang telah tersemat pada dirinya, bahasa indonesia yang ia
gunakan dalam wawancara juga sudah terbilang sangat baik sehingga sangat
mempermudah peneliti dalam memaknai setiap perkataannya.
Pada tahapan terahir ini terjadi penanaman nilai-nilai baru yang akan terus
berulang dilakukan. Perubahan identitas yang ada dikarenakan beberapa faktor
yang menunjang, faktor tersebut dikarenakan adanya proses interaksi sosial
sehingga melahirkan hal-hal baru dari kelompok suku Talang Mamak.
65
C. Terbentuknya Identitas Baru Suku Talang Mamak
Ketiga proses kontruksi sosial diatas, terjadi sebuah perubahan identitas
yang diperankan oleh suku Talang Mamak. identitas tersebut dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 3.c.1 perubahan identitas suku Talang Mamak
No Keterangan Identitas Lama Identitas Baru
1 Gaya hidup - Penampilan fisik
ditandai dengan gigi
hitam akibat menyirih,
rambut panjang, serta
menggunakan “cawat”
untuk laki-laki dan kain
panjang untuk
perempuan sebagai
pakaian sehari-hari.
- Alat komunikasi
ditandai dengan
interaksi langsung
tanpa alat bantu
komunikasi.
- Penampilan fisik
sama dengan
masyarakat modren
baik pakaian dan
lainnya saat ini,
hanya beberapa
individu saja yang
masih memiliki gigi
hitam akibat
menyirih.
- Alat komunikasi
tidak lagi
mengandalkan
interaksi langsung,
menggunakan alat
bantu komunikasi
elektronik.
2 Perekonomian - Hanya mengandalkan
sistem pertanian
sebagai pekerjaan
pokok untuk memenuhi
kebutuhan hidup
- Proses jual beli
dilakukan secara tukar
menukar barang
- Pekerjaan pokok
bersifat heterogen,
pertanian tidak lagi
menjadi komoditas
utama dalam
memenuhi kebutuhan
perekonomian.
- Proses jual beli
dilakukan di pasar
dan tidak lagi
melakukan barter,
telah mengenal uang
sebagai alat tukar.
3 Pendidikan - Hanya menerapkan
sistem adat sebagai
dasar bertindak,
termasuk agama dan
pola pikir
- Pendidikan formal
yang bersifat modren
mulai mempengaruhi
dasar prilaku,
pemilihan agama dan
66
- Buta aksara dan angka pola pikir
- Mengenal aksara dan
angka
4 Bahasa - Bahasa mamak (bahasa
melatu tuha)
- Bahasa melayu
modren dan bahasa
Indonesia.
Identitas sosial di atas terjadi akibat penerimaan budaya baru yang
dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor dari luar. Proses eksternalisasi yang ada
merupakan bentuk pencurahan atas budaya seperti ekonomi, pendidikan, gaya
hidup dan bahasa. Sehingga menjadikan realitas sosial yang terobjetifikasi secara
menyeluruh tanpa disadari mulai menggantikan nilai dan norma lama yang ada.
Realitas sosial yang terjadi merupakan bentuk baru sehingga dengan nyaman
masyarakat suku Talang Mamak mampu menyerap secara perlahan menggantikan
budaya sebelumnya.
Perubahan identitas tersebut dapat dipasang kembali pada bagan yang
telah diungkapkan di atas, dimana perubahan identitas terjadi melalui proses
Eksternalisasi, Obyektifikasi dan Internalisasi. Hal tersebut tercantum pada skema
3.c.2 di bawah ini :
67
Bagan 3.c.2 Skema perubahan identitas suku Talang Mamak
Proses Refleksi
Identitas Suku Talang Mamak
Sebelumnya :
1. Gaya hidup primitf
2. Pekerjaan homogen
3. Menggunakan sistem tukar
menukar barang dengan barang
dalam jual beli
4. Sistem adat sebagai dasar
pemikiran
5. Bahasa Mamak
Identitas Suku Talang Mamak sekarang :
1. Gaya hidup modren
2. Jenis pekerjaan heterogen
3. Menggunakan mata uang rupiah
sebagai nilai jual beli
4. Pendidikan formal
5. Bahasa Indonesia dan Melayu
modren
Eksternalisasi, Obyektifikasi dan Internalisasi
68
Skema 3.c.2 di atas, merupakan skema buatan peneliti yang diharapkan mampu
mempermudah pembaca dalam memahami perubahan identitas yang terjadi pada suku
Talang Mamak. Penelitian perubahan identitas ini berpaku pada perubahan yang terjadi
dimasa lalu dan saat ini, bukan untuk memprediksi apa yang akan terjadi dimasa
mendatang. Sehingga skema yang digunakan peneliti merupakan skema perubahan
yang berpatok pada masa sebelum suku Talang Mamak mengenal kehidupan seperti
saat ini, dan berubah menjadi identitas baru yang mereka gunakan sekarang.
69
BAB IV
PENUTUP
Dalam bab terakhir ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari
hasil penelitian mengenai perubahan identitas suku Talang Mamak melalui
kontruksi sosial di desa Talang Jerinjing.
A. Kesimpulan
Konsep perubahan identitas milik Imanuel Castell yang menyebutkan jika
salah satu asal usul identitas ditandai dengan adanya identitas resistensi, yaitu
sebuah identitas yang diperoleh karena adanya ancaman atau tekanan kuat dari
sebuah pembangunan industri di desa Talang Jerinjing. sehingga membuat suku
Talang Mamak mencari jalan dalam membentuk identitas baru demi
keberlangsungan hidup anak cucu mereka. Perubahan identitas tersebut tidak
terlepas dari tiga roses yang mendukung perubahan ini terjadi, proses tersebut
adalah Eksternalisasi yang berupa perubahan gaya hidup, perekonomian,
pendidikan, dan bahasa. Proses ini ditandai dengan masuknya pemikiran baru dan
mulai mengubah pola pikir sebelumnya. Proses tersebut ditandai dengan
Obyektifikasi sebuah keadaan dimana proses tersebut didukung oleh lembaga-
lembaga yang terlegitimasi. Selain itu proses obyektifikasi merupakan proses
yang saling berhadapan antara sipengguna dan proses yang ada, tanpa menyadari
jika pada tahap ini pengguna merupakan mahluk yang sedang di setir alurnya
tanpa mereka sadari. Tahap terahir ditandai dengan adanya Internalisasi, dimana
seluruh pengaruh yang telah masuk menjadi sebuah kebiasaan baru. Kebiasaan
70
tersebut tidak dipungkiri akan terus berulang pada generasi berikutnya atau malah
berganti dengan budaya baru nantinya.
Sehingga ditahapan terahir ini terciptalah sebuah pembauran identitas
yang tidak lagi sama seperti sebelumnya, hal tersebut tercipta sebagai bentuk
peralihan budaya sebagai tempat bertahan untuk memperoleh eksistensi suku
Talang Mamak dalam versi baru.
B. Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian di atas, maka berikut beberapa saran yang
dapat penulis berikan:
1. Kepada pemerintah, terutama pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu dan
provinsi Riau diharapkan dapat membantu kelestarian suku Talang Mamak
sebagai suku tertua yang masuk dalam jajaran melayu-tuha. Suku Talang
Mamak diharapkan mampu menjadi penguat budaya serta bentuk kearifan
lokal di provinsi Riau. Agar suku-suku tradisional yang ada di provinsi
Riau dapat terjaga dengan baik dan tidak hilang dimakan waktu.
2. Bagi masyarakat melayu luas khususnya masyarakat desa Talang Jerinjing
diharapkan mampu menjaga perbedaan budaya dan selalu berinteraksi
dengan baik terhadap kelompok suku Talang Mamak. Hal ini diharapkan
penulis suku Talang Mamak dapat terus menjadi tonggak budaya bagi
kebangaan kabupaten Indragiri Hulu.
3. Kepada para peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini mampu
menjadi bahan acuan yang kompetibel dan bisa memberikan informasi
semaksimal mungkin yang kalian butuhkan untuk penelitian mendatang,
71
khususnya bagi penelitian mengenai suku Talang Mamak. Saran yang bisa
saya berikan adalah dengan menggunakan subjek penelitian yang lebih
beragam, seperti coba cari budayawan, ataupun sejarawan yang akan
mampu menjawab lebih mendalam mengenai suku Talang Mamak,
semoga dengan adanya penelitian ini mampu mendorong para peneliti
selanjutnya agar mampu mengadakan penelitian dengan tema serupa jauh
lebih mendalam dan lebih baik dari penelitian ini.
72
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Al-Mudra, Mahyudin. 2008. Redefenisi Melayu. Riau : Lembaga Keadatan
Melayu Riau
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa:Kekuatan Pengaruh
Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik
Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta : Kencana
Berger, Peter and Thomas Lucmann. 1990. The Social Construction of Reality:
A Treatise its the Sociology of Knowledge. Garden City, New York:
Anchor Books.
Berger, Peter L & Thomas Lucmann. 2010. Tafsir sosial atas kenyataan. Jakarta
: LP3S
Castell, Imanuel. 2002. The Information Age: Economy, Society, and Culture,
Volume II: The Power Of Identity. Oxford: Blackwell.
Hidayah. 1997. Tanah Airku Melayu : Butir-butir Budaya Melayu. Riau :
Lembaga Keadatan Melayu Riau.
Koentjaraningrat. 1993. Pengantar Antropologi. Jakarta : Gramedia
Riyanto, Geger. 2010. Peter L. Berger : Perspektif Metateori Pemikiran. Jakarta
: LP3ES
Sineti, Raja. 2010. Melayu dari Hulu ke Hilir. Riau : Lembaga Keadatan Riau
Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sztompka, Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media
Group.
Tabrani, Rab. 2002. Lancang Kuningku. Riau : Lembaga Keadatan Melayu Riau
Zuriah, Nurul. 2007. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Karya Akademis dan Jurnal
Apriliani Siregar, Yuandita. 2011. Diaspora India : Studi Tentang Etnisitas
Identitas, Dan Jaringan Sosial, Komunitas Peranakan Muslim India
di Kota. Program PascaSarjana Sosiologi Universitas Indonesia
Fu Xie. 2006. Hubungan antar orang kristen dan muslim dalam Masyarakat
Sipil Hubungan Antar Melayu-Bali dan Hubungan Agama Hindu dan
Islam. Program PascaSarjana Sosiologi Universitas Indonesia.
Nangi, Charles R. 2011. Kontruksi Sosial Dalam Realitas Sosial dikalangan
Pedagang kaki lima. Vol : 07 Program Pascasarjana Univiersitas
Indonesia.
Syafrini, Dhelmira. 2014. Etnis Cina dan Pembaurannya di Indonesia.
Program Pascasarjana Antropologi Universitas Gadjah Mada.
Martalena. 2000. Kontruksi Jilbab Dikalangan Mahasiswi (studi fenomenologi
mahasiswi Univesitas Islam Indonesia dalam memakai jilbab.
Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Trimble, Joseph., and Ryan Dickson. 2010. Ethnic Identity. Washington :
73
Western Washington University.
Internet
Nurman Dkk. 2014. Nilai sebuah adat dalam kehidupan modren. Jakarta :
Jurnal LIPI. Diunduh dari :
http://journal.unri.ac.id/downloadfullpapers03%20NILAI%20artikel%20Transl
eted%20mita.pdf
Daisi Nundiyaningrum, 2010. Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Mentawai.
Tesis. Padang : Universitas Andalas. Diunduh dari :
http://lib.unand.ac.id/file?file=digital/20251416-RB00S432t-
Perubahan%20gayahidup.pdf
Dewi, Heristina. 2007. Perubahan identitas Pertunjukkan Jaran Kepang pada
Masyarakat Jawa di Kelurahan Tanjung Sari, Medan. Edisi
No.23/Tahun XI. Medan: Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18730/1/his-jan2007-
23%20(14).pdf
Astri, Dwijayanti. 2016. Perubahan Identitas Organisasi Bangun Arta Group.
Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga. Diunduh dari :
http://repository.unair.ac.id/33048/1/1.%20HALAMAN%20DEPAN.pdf
Chintya, Amanda Silaban. 2015. PROSES AKULTURASI DAN PERUBAHAN
IDENTITAS (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan
Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang dan Indonesia di Fukushi
Tomo No Kai). Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara. Diunduh
dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51639/6/Cover.pdf
Narasumber Wawancara
Wawancara dengan Alis ( ketua umum IKPSTM) di teras rumah informan pada
15 desember 2016
Wawancara dengan Batin Jamin (ketua adat suku Talang Mamak) di rumah
informan pada 15 desember 2016
Wawancara dengan Wati ( keturunan suku Talang Mamak) di halaman rumah
informan pada 15 desember 2016
Wawancara dengan Marlina (keturunan suku Talang Mamak) di warung milik
informan pada 18 desember 2016
Wawancara dengan Sudaek (keturunan suku Talang Mamak) di rumah informan
pada 15 desember 2016
Wawancara Edi Santoso (kepala desa Talang Jerinjing) di kantor desa Talang
Jerinjing pada 16 desember 2016
Wawancara Erviana (kepala sekolah SDN 02 Talang Jerinjing) di rumah informan
pada 17 desember 2016
Wawancara Sobarin (Kepala dusun Sei Bungin) di rumah informan pada 19
desember 2016
Wawancara Inayah (pegawai kantor desa) di kantor desa Talang Jerinjing pada 19
desember 2016
74
Wawancara Arifin (guru SMKN Rengat Barat) di halaman sekolah pada 17
desember 2016
Sumber Lain
BPS Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2016
Data Statistik Milik Desa tahun 2016
xviii
Lampiran
1. Lampiran Matriks Pertanyaan Penelitian
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Etnis :
Agama :
Alamat :
No Premis Pertanyaan Teori
Kontruksi Sosial Peter
Berger & Luckman
Pertanyaan Jawaban
1 Eksternalisasi 1. Bagaimana ciri-ciri
suku Talang Mamak
pada masa dahulu?
2. Apakah ada perubahan
identitas yang terjadi
pada suku Talang
Mamak?
3. Apa saja faktor yang
mempengaruhi
perubahan identitas
suku Talang Mamak?
4. Dari mana faktor
tersebut berasal?
2 Obyektifikasi 5. Apakah yang dilakukan
suku Talang Mamak
dalam menghadapi
perubahan identitas
sosial?
6. Apakah terdapat
pemberontakan dalam
kelompok pada proses
perubahan pada suku
Talang Mamak?
7. Apakah perubahan
identitas tersebut
xix
dilakukan secara
paksa?
8. Bagaimana peran
pemerintah daerah
terhadap perubahan
identitas yang terjadi
pada suku Talang
Mamak?
3 Internalisasi 9. Bagaimana pola pikir
yang terbentuk pada
suku Talang Mamak
saat ini?
10. Apakah terjadi
perubahan nilai dan
norma adat sebagai
bentuk peraturan baru?
11. Bagaiamana kondisi
nilai tradisi leluhur saat
ini?
12. Seperti apakah pihak
luar melihat suku
Talang Mamak saat
ini?
13. Adakah anggota
kelompok suku Talang
Mamak yang menolak
perubahan?
xx
2. Foto Dokumentasi
xxi
xxii
xxiii
xxiv
xxv