14
Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) - BPPT Email : [email protected] HP : 0815 164 1035, 081 7878 425 Purwokerto, 28 Maret 2009 Oleh : Ir. Setiyono, M.Si Disampaikan Pada Seminar Nasional “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan” Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

  • Upload
    buicong

  • View
    241

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) - BPPT Email : [email protected] HP : 0815 164 1035, 081 7878 425

Purwokerto, 28 Maret 2009

Oleh : Ir. Setiyono, M.Si

Disampaikan Pada Seminar Nasional

“Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”

Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Page 2: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

1

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR Oleh : Ir. Setiyono, MSi

1. PENDAHULUAN Upaya pengendalian pencemaran di Indonesia sampai saat ini masih

mengalami banyak kendala. Sebagian dari penghasil bahan pencemar masih belum

melakukan pengolahan terhadap limbahnya karena adanya berbagai kendala antara

lain kurangnya kesadaran bahwa pengelolaan limbah merupakan investasi jangka

panjang yang harus dilakukan, kurangnya informasi teknologi IPAL yang efektif dan

efisien, kurangnya SDM yang menguasai teknologi IPAL dan yang lebih berat lagi

kurangnya biaya untuk melakukan perlindungan lingkungan.

Banyak kasus pencemaran yang mengakibatkan kerugian di pihak lain yang

tidak mengetahui sama sekali permasalahan sehingga harus menanggung akibat

tanpa adanya beban bersalah dari para pelaku pencemaran. Sebagai contoh, kasus

pencemaran di sepanjang pantai Jakarta (Mei 2004) yang mengakibatkan ribuan

ikan mati terdampar telah merugikan para nelayan, namun tidak ada satu pihak pun

yang bertanggung jawab dan kasus pencemaran di berbagai daerah lain yang tidak

jelas penyelesaiannya.

Akhir-akhir ini kerisauan masyarakat akibat pencemaran lingkungan telah

mencapai tingkat yang mencekam. Banyak ahli berdiskusi tentang hal tersebut,

namun permasalahan masih terus berlangsung. Kerisauan akan makin bertambah

jika penanganan permasalahan tidak kunjung selesai meskipun berbagai proyek

penanggulangan telah menghabiskan dana milyaran rupiah. Suatu proyek yang tidak

kecil namun tak ada hasil yang jelas. Hal-hal seperti ini akan menyulut ke persoalan

sosial yang rumit antara penghasil limbah, masyarakat yang terkena dampak dan

para pihak yang telah memberikan proyek penanggulangan, apalagi jika dana

diambil dari dana masyarakat/ pemerintah.

Untuk membuktikan bahwa suatu lingkungan telah tercemar sangatlah mudah,

tetapi untuk membuktikan siapa yang telah melakukan hal tersebut sangatlah sulit

dilakukan apalagi untuk menentukan siapa yang harus bertanggung jawab.

Pembuktian secara hukum memerlukan data hasil analisa laboratorium yang secara

ilmiah, teknis dan hukum dapat dipercaya dan tidak dapat terbantahkan, yang mana

semua itu memerlukan prosedur pembuktian yang sulit dan biaya yang tidak sedikit

Page 3: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

2

sehingga sistem pembuktrian ini akan sangat sulit dilakukan di setiap lokasi yang

telah tercemar.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi terjadinya pencemaran

akibat kegiatan industri antara lain dengan pengembangan proses produksi bersih

(nir limbah), minimisasi limbah, penggantian bahan berbahaya dengan bahan yang

lebih aman maupun dengan teknologi pengolahan limbah (end of pipe). Teknologi

pengolahan limbah meskipun digunakan sebagai pilihan penyelesaian terakhir dan

dianggap kurang effisien, tetapi sampai saat ini teknologi ini masih sangat

diperlukan.

Berbagai ketentuan dan peraturan perundangan juga telah diterbitkan untuk

mencegah, mengurangi dan mengendalikan kerusakan lingkungan akibat

pembuangan limbah, namun jika semua itu tanpa diikuti oleh kesadaran dari semua

pihak untuk mendukung program-program pelestarian lingkungan, mustahil akan

dapat berjalan.

2. PERMASALAHAN Teknologi proses untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan ramah

lingkungan terus dikembangkan. Sampai saat ini masih banyak proses industri yang

belum dirasa belum ramah terhadap lingkungan sehingga sering menimbulkan

persoalan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mendapatkan

teknologi seperti yang diharapkan tersebut diperlukan peran dari berbagai disiplin

ilmu yang harus dikoordinasikan dan disinkronkan sehingga menghasilkan satu

system kesatuan proses seperti yang diharapkan.

Banyak perusahaan yang masih mengalami kendala dalam melakukan

pengolahan limbahnya. Agar para pengusaha dapat mengolah limbahnya maka perlu

diberikan teknologi pengolahan limbah yang sederhana, mudah dalam pengendalian,

effisien, dan effective agar tidak banyak membebani biaya investasi maupun

operasional dari IPAL tersebut.

3. TUJUAN

memberikan panduan pengelolaan limbah.

memberikan panduan pemilihan teknologi IPAL yang efective dan efisien.

Memberikan teknologi IPAL yang aplikatif untuk membantu penyelesaian

masalah limbah perusahaan.

Page 4: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

3

4. DEFINISI LIMBAH Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. (Pasal 1)*

Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan

pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan. (Pasal 16)*

Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan

limbah ke media lingkungan hidup. (Pasal 20)*

Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya

menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang

menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/atau menghasilkan

limbah bahan berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara mutlak

atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi

secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup. (Pasal 35)* Ket. : * PP.RI Nomor 20 tahun 1990 tentang “Pengendalian Pencemaran Air”.

5. SUMBER LIMBAH

Air limbah secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah

domestik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga, air limbah dari perkantoran

dan pertokoan (daerah komersial), air limbah industri dan air limbah pertanian.

Dalam suatu industri, limbah dihasilkan dari berbagai sumber. Sumber-sumber

limbah yang potensial antara lain berasal dari :

• Proses produksi,

- Sisa produk pada waktu pembersihan alat/reactor,

- Produk gagal/tidak memenuhi spesifikasi,

- Ceceran produk di lingkungan kerja,

- Bekas/ sisa bahan pembersih,

- Uap dari bahan baku/produk,

- Bahan yang telah rusak/ kedaluwarsa dll.

Page 5: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

4

Gambar 1 : Foto Kegiatan Proses Produksi

Gambar 2 : Foto Kegiatan Analisa Laboratorium

• Laboratorium,

• Kamar mandi dan toilet,

• Wastafle,

• Kantin,

• Air untuk membersihkan lingkungan.

Gambar 3 : Sumber Pencemaran Lingkungan dan Sungai Sebagai Lokasi

Pembuangan

Page 6: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

5

Setiap kegiatan menghasilkan limbah dengan jumlah dan karakteristik yang

berlainan. Meskipun jenis dan besaran kegiatan suatu industri sama, belum tentu

jumlah dan karakteristik limbahnya sama. Jumlah dan karakteristik limbah banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :

• Teknologi yang digunakan,

• Jenis & peralatan proses,

• Peralatan /fasilitas kerja yang disediakan,

• Keterampilan dan kemampuan kerja dari SDM,

• Tingkat kesadaran SDM untuk menjaga lingkungan kerja,

• Hubungan kerja antar unit yang ada,

• SOP (Standard Operation Procedure) yang ada.

Dengan mengetahui berbagai faktor sumber timbulan limbah dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, diharapkan kita dapat memonitor dan menekan seminim

mungkin timbulan limbah yang ada. Dengan meminimalisasikan timbulan limbah dan

mengelola limbah sesuai dengan prosedur pengelolaan yang benar kita

mendapatkan berbagai keuntungan antara lain :

• Mengurangi kehilangan bahan baku/ produk,

• Meningkatkan effisiensi proses produksi dan kerja,

• Menghemat biaya pengolahan limbah,

• Mengurangi resiko kecelakaan kerja,

• Mengurangi resiko bencana akibat pencemaran limbah,

• Menghindarkan konflik sosial dengan lingkungan sekitar akibat limbah,

• Meningkatkan image di mata konsumen, karena kita telah melakukan proses

produksi bersih.

• Meningkatkan jumlah penjualan produk dll.

Menekan jumlah timbulan limbah berarti juga meningkatkan efisiensi biaya proses

produksi, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya antara lain :

• Dengan memperbaiki teknologi proses,

• Mengoptimalkan kondisi operasi proses,

• Mengurangi kehilangan produk,

• Memperbaiki SOP proses produksi.

• Meningkatan keahlian SDM yang ada, dll.

Page 7: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

6

6. DAMPAK DARI PEMBUANGAN LIMBAH

Terdapat banyak ragam pengaruh yang ditimbulkan akibat

pencemaran air, seperti air minum yang mengandung racun, hewan-hewan

potong yang beracun (akibat akumulasi organisme beracun dalam tubuh

mereka yang berasal dari lingkungan sekitamya), ekosistem sungai dan

danau yang tak lagi seimbang untuk mendukung keaneka-ragaman hayati,

penggundulan hutan akibat hujan asam (acid rain) dan masih banyak lainnya.

Ada beberapa dampak akibat pencemaran air, antara lain :

• Dampak terhadap kualitas air permukaan dan air tanah.

• Dampak terhadap kehidupan biota air.

• Dampak terhadap kesehatan.

• Dampak terhadap estetika lingkungan.

• Dampak terhadap udara (kebauan) dll.

6.1. Dampak Terhadap Estetika Lingkungan

Dengan semakin banyaknya limbah yang masuk ke lingkungan tanpa

pengolahan terlebih dahulu, maka menyebabkan beban lingkungan untuk

melakukan degradasi secara alami akan semakin berat. Jika kemampuan

daya dukung lingkungan penerima limbah sudah terlampaui, maka akan

mengakibatkan pencemaran dan akumulasi materi di lingkungan

bersangkutan. Penumpukan materi yang tak terkendali akan menimbulkan

berbagai dampak seperti bau menyengat, pemandangan yang kotor dan

menimbulkan masalah estetika lain yang tidak diharapkan. Gambar 4

menunjukkan kondisi lingkungan yang secara estetika kurang baik. Kondisi

jalan yang kotor, saluran drainase pembuangan limbah yang tampak kotor,

penuh dengan belatung dan tumpukkan limbah padat yang diletakkan di

pinggir saluran sehingga menyebabkan bau busuk yang sangat menyengat

dan pemandangan yang sangat kotor.

Page 8: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

7

Gambar 4 : Kondisi pemandangan jalan dan saluran yang kotor.

6.2. Dampak Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Ada gula ada semut, begitu peribahasa mengatakan. Seperti hal-nya

peribahasa tersebut, meskipun limbah merupakan bahan buangan yang

dianggap sudah kurang efektif dan kurang layak untuk dimanfaatkan kembali,

namun ternyata banyak masyarakat yang jeli melihat bahwa di dalam

buangan tersebut masih banyak benda-benda yang dapat dimanfaatkan

kembali, sehingga dari sini tumbuh sumber penghasilan baru (kegiatan

pemulung). Meskipun ditinjau dari segi kesehatan, jenis pekerjaan ini sangat

tidak layak untuk dilakukan, tetapi ditinjau dari segi penyelamatan lingkungan

sangat membantu yaitu mengurangi beban lingkungan untuk untuk

mendegradasi bahan-bahan yang dapat di pulung tersebut dan ini merupakan

kegiatan yang dapat dikatakan dapat menghemat penggunaan sumber daya

alam. Untuk mengurangi resiko kesehatan terhadap kegiatan pemulungan,

maka sebaiknya konsep pemilahan sampah/limbah harus dilakukan mulai dari

sumbernya sehingga juga dapat mengoptimalkan hasil daur ulang.

Page 9: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

8

Gambar 5 : Aktivitas Masyarakat mengais Minyak dan Serpihan Ikan dari Limbah Industri Pengolahan Ikan.

6.3. Dampak Terhadap Kualitas Air

Sampai saat ini, sungai dan saluran drainase air hujan masih sering

dijadikan sarana pembuangan limbah cair. Dengan demikian, maka di

sepanjang sekitar saluran dan sungai tersebut akan terjadi proses peresapan

limbah ke dalam tanah. Kondisi demikian sangat rawan sekali terjadi

pencemaran terhadap air tanah maupun air permukaan jika limbah tidak

diolah terlebih dahulu.

gambar 6 : Saluran drainase dan sungai sebagai tempat pembuangan limbah

6.4. Dampak Terhadap Kehidupan Biota Air

Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah,

maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam

Page 10: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

9

air limbah tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan yang

ada di dalam perairan yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dan

mengurangi perkembangannya. Selain disebabkan karena kurangnya

oksigen, kematian kehidupan di dalam air dapat juga disebabkan oleh adanya

zat beracun. Selain kematian ikan-ikan, dampak lainnya adalah kerusakan

pada tanaman/tumbuhan air.

Gambar 7 : Dampak pembuangan limbah menyebabkan kematian biota.

6.5. Dampak Terhadap Kesehatan

Pengaruh langsung terhadap kesehatan, banyak disebabkan oleh

kualitas air bersih yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,

mengingat sifat air yang mudah sekali terkontaminasi oleh berbagai mikro

organisme dan mudah sekali melarutkan berbagai materi. Dengan kondisi

sifat yang demikian air mudah sekali berfungsi sebagai media penyalur

ataupun penyebar penyakit.

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam, antara lain:

• air sebagai media untuk hidup mikroba patogen;

• air sebagai sarang insekta penyebar penyakit;

• jumlah air bersih yang tersedia tak cukup, sehingga manusia

bersangkutan tak dapat membersihkan dirinya, atau;

• air sebagai media untuk hidup vektor penyebar penyakit.

Page 11: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

10

Masuknya berbagai polutan dari sumber pencemar ke manusia pada

umumnya tidak terjadi secara langsung, tetapi lebih banyak melalui media

jaring-jaring rantai makanan. Jika hal ini sudah terjadi, untuk mengatasinya

memerlukan biaya yang sangat besar, waktu yang lama dan metode sulit

untuk dilakukan dan pada umumnya dimulai dengan memutus rantai dari

sumbernya. Secara detail gambaran perjalanan polutan limbah sampai ke

manusia ini dapat dilihat seperti pada Gambar 8 di bawah.

Gambar 8 : Gambaran perjalanan polutan limbah sampai ke manusia.

6.6. Contoh Kasus Minamata

Sejarah dan Penyebab Penyakit Minamata Pabrik Chisso dimulai sebagai perusahaan energi hidroelektrik pada

akhir jaman Meiji. Pada tahun 1908 Chisso membangun pabrik karbit di

Minamata menggunakan energi listrik dan jauh sebelum memproduksi pupuk

kimia telah menjadi perusahaan utama di Jepang. Perkembangan Chisso

seiring dengan perkembangan Minamata. Populasi penduduk terus

meningkat dan Minamata menjadi salah satu kota industri terdepan kota

Kumamoto. Mantan direktur pabrik ini bahkan menjabat sebagai walikota dan

pengaruh Chisso pada pertumbuhan kota dan ketergantungan masyarakat

menjadi lebih kuat.

Page 12: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

11

Disamping memproduksi pupuk kimia, Chisso memproduksi asam

asetat, vinil klorida dan pelemas plastik yang sangat penting dalam

produksinya. Chisso bahkan menjadi perusahaan yang berperan besar dalam

pertumbuhan ekonomi Jepang.

Sejak jaman Taisho (1912-1926), pencemaran laut oleh limbah

Chisso telah menjadi masalah. Walaupun begitu dalam tahun 1932-1968,

Chisso tetap menggunakan merkuri anorganik sebagai katalis untuk

memproduksi asetaldehid yang digunakan untuk membuat asam asetat dan

pelemas plastik dengan menghasilkan produk sampingan metil merkuri yang

dibuang ke laut tanpa pengolahan limbah hingga tahun 1966.

Bermula pada 21 April 1956, seorang

bocah perempuan 5 tahun diantar

orangtuanya ke klinik kesehatan khusus

anak. Bocah itu mengeluhkan sejumlah

rasa sakit yang dirasa di otaknya. Sekitar

seminggu kemudian, giliran adiknya yang

berusia 3 tahun mengeluhkan rasa yang sama. Dokter saat itu angkat tangan

dan lebih memilih merekomendasikan kedua pasien mungilnya itu ke

Minamata Health Center. Sejak itu, penyakit minamata disadari kalangan luas

yang ditandai banyak pasien dengan gejala yang sama yang bermunculan.

Nama penyakit minamata berasal dari Teluk Minamata, Jepang sebelah barat

daya. Di masyarakat sekitar teluk itulah penyakit ini pertama kali muncul.

Pada Agustus 1956, Kelompok Studi Medis Penyakit Minamata

dibentuk di Kumamoto University. Mereka mulai menyelidiki penyakit itu.

Tidak perlu waktu lama karena pada November 1956 kelompok itu berhasil

mendeteksi bentuk keracunan logam berat yang berasal dari konsumsi ikan

dan kerang. Sebelumnya mereka mendapatkan kondisi tanah dan air masih

dalam status normal, sedangkan banyak ikan yang mati.

Page 13: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

12

Tetapi, baru pada Juli 1959, dipastikan sumber racun itu adalah merkuri atau air raksa (Hg). Setahun kemudian menjadi lebih jelas bahwa

sejumlah pasien menderita kelumpuhan saraf otak. Mereka berasal dari lokasi

yang sama dengan kemunculan penyakit minamata. Lebih parah lagi, para

pasien itu juga diketahui satu generasi. Walhasil, semakin jelas lagi kalau

penyakit itu ternyata menurun.

Penyakit Minamata

Penyakit Minamata terjadi akibat banyak mengkonsumsi ikan dan kerang

dari Teluk Minamata yang tercemar metil merkuri. Penyakit Minamata

bukanlah penyakit yang menular atau menurun secara genetis.

Gambar 9 : Siklus perjalanan mercury dari industri hingga manusia

Metil merkuri yang masuk ke tubuh manusia akan menyerang sistem

saraf pusat. Gejala awal antara lain kaki dan tangan menjadi gemetar dan

lemah, kelelahan, telinga berdengung, kemampuan penglihatan melemah,

kehilangan pendengaran, bicara cadel dan gerakan menjadi tidak terkendali.

Beberapa penderita berat penyakit Minamata menjadi gila, tidak sadarkan diri

dan meninggal setelah sebulan menderita penyakit ini.

Page 14: Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035 1

Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009

Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035

13

Penderita kronis penyakit ini mengalami gejala seperti sakit kepala,

sering kelelahan, kehilangan indera perasa dan penciuman, dan menjadi

pelupa. Meskipun gejala ini tidak terlihat jelas tetapi sangat mengganggu

kehidupan sehari-hari. Yang lebih parah adalah penderita congenital yaitu

bayi yang lahir cacat karena menyerap metil merkuri dalam rahim ibunya

yang banyak mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi metil merkuri. Ibu yang

mengandung tidak terserang penyakit Minamata karena metil merkuri yang

masuk ke tubuh ibu akan terakumulasi dalam plasenta dan diserap oleh janin

dalam kandungannya. Panyakit Minamata tidak dapat diobati, sehingga

perawatan bagi penderita hanya untuk mengurangi gejala dan terapi

rehabilitasi fisik. Disamping dampak kerusakan fisik, penderita Minamata juga

mengalami diskriminasi sosial dari masyarakat seperti dikucilkan, dilarang

pergi tempat umum dan sukar mendapatkan pasangan hidup.

Gambar 10 : Cacat tetap akibat dari logam berat