103
oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB STUDIUM GENERALE Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana-Universitas Sumatera Utara Medan, 9 Maret 2011 PENGEMBANGAN LEADERSHIP DAN ENTERPRENEURSHIP MAHASISWA DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS SDA SEBAGAI KEUNGGULAN KOMPETITIF INDONESIA

oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

  • Upload
    viho

  • View
    92

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PENGEMBANGAN LEADERSHIP DAN ENTERPRENEURSHIP MAHASISWA DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS SDA SEBAGAI KEUNGGULAN KOMPETITIF INDONESIA. oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

olehProf. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS

Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

STUDIUM GENERALE Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkun-

ganSekolah Pasca Sarjana-Universitas Sumatera Utara

Medan, 9 Maret 2011

PENGEMBANGAN LEADERSHIP DAN ENTERPRENEURSHIP MAHASISWA DALAM

RANGKA MENDUKUNG PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS SDA SEBAGAI

KEUNGGULAN KOMPETITIF INDONESIA

Page 2: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

OUTLINEI. PERAN IQ, EQ, DAN SQ BAGI

KEBERHASILAN HIDUP II. STATUS DAN PERMASALAHAN

PEMBANGUNAN INDONESIAIII. PENYEBAB KETERTINGGALAN

INDONESIA IV. ROAD MAP PEMBANGUNAN MENUJU

INDONESIA YANG MAJU, SEJAHTERA, DAN BERDAULAT

V. INDUSTRI BERBASIS SDA SEBAGAI KEUNGGULAN KOMPETITIF INDONESIA

VI. PEMBANGUNAN DAN LINGKUNGAN GLOBAL

Page 3: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

VII. PENYEBAB RENDAHNYA KINERJA EKONOMI BERBASIS SDA

VIII. PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS SDA HAYATI SECARA EFISIEN, ADIL, DAN BERKELANJUTAN

IX. PROFIL LULUSAN PERGURUAN TINGGI YANG DIBUTUHKAN UNTUK KEMAJUAN DAN KEMAKMURAN BANGSA

X. ENTREPREUNEURSIPXI. LEADERSHIPXII. KIAT MENJADI SARJANA YANG MEMILIKI

LEADERSHIP DAN ENTREPRENEURSHIP YANG MUMPUNI

XIII. PENUTUP

Page 4: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

I. PERAN IQ, EQ, DAN SQ BAGI KEBERHASILAN HIDUP

A.PANDANGAN SEKULER/ATHEIS IQ = 6 – 20 % EQ = 80 – 94 %

(Covey, 1990; Goleman, 1999; Stein and Howard, 2002)

B. PANDANGAN AGAMA IQ = 6 – 20 % EQ = 30 – 44 % SQ = 50 %(QS. Al-Baqarah [2]: 201; QS. Ar-Ra’d [13]: 11; dan

QS. Al-Qasas [28]: 77)

Page 5: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Artinya : “Dan di antara mereka ada yang berdoa : “Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqorah : 201)

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubahnya keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ra’d: 11)

Page 6: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kemu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al-Qasas: 77).

Page 7: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

II. STATUS DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN INDONESIA

Seluruh rakyat Indonesia sangat mendambakan segera terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang maju, adil-makmur, damai, dan berdaulat.

Namun, hampir 66 tahun merdeka, Indonesia masih sebagai negara berkembang dengan GNP perkapita rendah US$ 3.000 (Malaysia US$ 12.000, dan Thailand US$ 5.500), koefisien Gini tinggi (0,38), angka pengangguran dan kemiskinan tinggi, utang negara besar, dominasi asing dalam ekonomi nasional, lingkungan semakin rusak, daya saing ekonomi rendah, dan IPM rendah.

Page 8: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Permasalahan ekonomi Indonesia:1. Pengangguran2. Kemiskinan3. Deindustrialisasi4. Daya saing ekonomi rendah5. Disparitas pembangunan antar wilayah6. Kesenjangan antara kelompok kaya vs.

miskin7. Utang negara yang besar8. Dominasi penguasaan asing dalam

sektor ESDM, perkebunan, telkom, dan perbankan

9. Kerusakan SDA dan LH.

Page 9: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

KEMISKINAN Dengan garis kemiskinan Rp

211.726/orang/bulan (BPS, 2010), maka: Penduduk miskin pada 2010 turun

menjadi 13,3% (31,2 juta jiwa) dari 14,1% pada 2009.

Namun, penerima raskin 2010 = 70 juta orang.

Dengan garis kemiskinan Bank Dunia (US$ 2/orang/bulan), jumlah penduduk miskin 117 juta orang (45%).

Artinya, hampir SEPARUH rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan

Page 10: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

PENGANGGURANDengan kriteria, bahwa seseorang dikategorikan tidak menganggur, jika ia bekerja minimal 1 jam dalam seminggu, maka:

Pengangguran terbuka = 9,26 juta orang (7,4%).

Setengah menganggur = 31,36 juta orang.

Catatan : kriteria tidak menganggur versi ILO (2006) = minimal 5

jam/minggu.

Page 11: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

ANGKATAN KERJA• Tahun 2009 : Sektor formal = 30 % dari total angkatan kerja. Sektor informal = 70% dari total angkatan kerja.• Tahun 2004 : Sektor formal = 45% dari total angkatan kerja. Sektor informal = 55% dari total angkatan kerja.

Trend naiknya proporsi angkatan kerja di sektor informal merupakan sinyal kuat

terjadinya proses deindustrialisasi di tanah air

Page 12: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Indikator Kesenjangan Ekonomi Wilayah

Share PDRB thdp Nasional Dengan migas 23,02% Tanpa migas 20,44%Pertumb. Ekonomi 4,9%Pendaptn perkapita 16,65 jtPenduduk miskin 2,0 jt (16,5%)Koefisien Gini 0,272

Share PDRB thdp Nasional Dengan migas 60,21% Tanpa migas 64,78%Pertumbh Ekonomi 6,16%Pendapt perkapita 15,86 jtPendudk miskin 2,17 jt (16,0%)Koefisien Gini 0,334

Share PDRB thdp Nasional Dengan migas 1,56% Tanpa migas 1,62%Pertmbuh Ekonomi 4,55%Pendapt perkapita 5,88 jtPendudk miskin 0,23 jt (26,2%)Koefisien Gini 0,289

Share PDRB thdp Nasional Dengan migas 9,13% Tanpa migas 6,40%Pertumb. Ekonomi 3,14%Pendaptn perkapita 24,58 jtPendudk miskin 1,35 jt (10,4%)Koefisien Gini 0,280

Share PDRB thdp Nasional Dengan migas 4,06% Tanpa migas 4,49%Pertmbh Ekonomi 6,88%Pendapt perkapita 8,72 jtPendudk miskin 1,71 jt (17,0%)Koefisien Gini 0,274

Share PDRB thdp Nasional Dengan migas 0,25% Tanpa migas 0,28%Pertumbh Ekonomi 5,75%Pendaptn perkapita 4,50 jtPendudk miskin 0,52 jt (23,2%)Koefisien Gini 0,300

Sumber: diolah dari BPS

Share PDRB thdp Nasional Dengan migas 1,17% Tanpa migas 1,25%Pertmbuh Ekonomi 5,37%Pendaptn perkapita 24,95 jtPndudk miskin 1,06 jt (40,4%)Koefisien Gini 0,334

Page 13: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Catatan: Arah panah menunjukkan arus perdagangan antarwilayah. Angka yang digarisbawahi menunjukkan produksi bruto di setiap wilayah. Angka dalam lingkaran menunjukkan input antara dalam wilayah.

• Perdagangan antardaerah terpusat di Jawa dan Sumatera Blok Ekonomi Utama.

• Perdagangan antardaerah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua masih relatif kecil dan belum berkembang Wilayah ini percepatan pembangunan

PRODUKSI DAN TRANSFER ANTARWILAYAH 2005

Kesenjangan ekonomi wilayah menghambat perwujudan Wawasan Nusantara (NKRI)

Page 14: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Kesenjangan Sosekbud• 70% dari total uang Indonesia

hanya beredar di P. Jawa (Bank Indonesia, 2010).

• Perguruan Tinggi Kelas Dunia (UI, Binus, Pelita Harapan, IPB, ITB, UNPAD, UGM, UNAIR, dan ITS) terdapat di P. Jawa.

• Rumah Sakit terbaik terdapat di P. Jawa.

• Infrastruktur terbaik terdapat di Jawa dan Bali.

Page 15: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Beban utang yang tinggi. Dalam membiayai APBN, Pemerintah terlalu mengandalkan utang luar negeri dan penjualan SBN (Surat Berharga Negara).

Total utang pemerintah pada 2004 sebesar Rp. 1.275 T, dan pada 2009 menjadi 1.700 T (Depkeu, 2009). Padahal, selama 32 th pemerintahan Orba, total utangnya sebesar Rp 600 T (Prof.Dr. Syamsul Hadi, 2009).

BEBAN UTANG NEGARA SEMAKIN BESAR

Page 16: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

DAYA SAING EKONOMI• Tahun 2008, Indonesia di posisi 51 dari

55 negara yang disurvei (World Competitiveness Year Book, 2008).

• Tahun 2010, Indonesia meningkat ke posisi 44 (WCYB, 2010). Sementara itu,

• Singapura Ranking ke-1• RRC ke-15• Malaysia ke-17 • Thailand ke-25• India ke-27• Pilipina ke-40,• AS ke-2

Page 17: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Indeks Pembangunan Manusia 2008 : Indonesia peringkat-107, 2009 : menurun ke peringkat-111 dari 182

negara 2010 : meningkat ke peringkat-108 dari 194

negara,Sementara itu,

• Singapura ke-27• Brunei ke-37 • Malaysia ke-57• Thailand ke-92• China ke-89• Sri Lanka ke-91• Pilipina ke-97• Norwegia ke-1• Australia ke-2 • Selandia Baru ke-3, • Zimbabwe terendah di dunia • Amerika Serikat ke-4 (UNDP, 2010)

Page 18: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

• Padahal, dengan kekayaan SDA yang besar, 237 juta penduduk (terbesar keempat di dunia), dan posisi geo-ekonomi sangat strategis (di jantung lalu lintas ekonomi & perdagangan global); seharusnya kini Indonesia sudah menjadi bangsa besar yang maju, adil-makmur, dan berdaulat.

• Atau, setidaknya sejajar dengan Malaysia, China, Singapura, dan emerging economies lainnya.

Page 19: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Indonesia’s Position in the World’s Commodity Production

Commodity Rank10. Fish 411. Gold 212. Copper 113. Tin 314. Nickel 515. Geothermal 116. Coal 317. Natural Gas 418. Oil 0.95

million BOPD

Commodity Rank1. Cereals 52. Rice 33. Tea 24. Coffee 35. Cacao 26. Nutmeg 17. Rubber 28. Palm Oil 19. Forest Products

6Source: UNDP (2009)

Page 20: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Global Trade Routes

Page 21: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB
Page 22: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

III. PENYEBAB KETERTINGGALAN INDONESIA

1. Belum punya visi pembangunan yang tepat dan benar, serta dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.

2. Dalam 6 th terakhir pertumbuhan ekonomi sebagian besar dari konsumsi, sektor keuangan, dan sektor non-tradable. Bukan dari sektor riil tradable seperti kelautan & perikanan, pertanian, kehutanan, ESDM, pariwisata, dan industri manufaktur.

3. Daya saing ekonomi nasional masih lemah, liberalisasi perdagangan dibuka sebebas-bebasnya (ACFTA, dominasi kepemilikan asing di sektor keuangan, telkom, pertambangan, dan perkebunan).

Page 23: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Sektor finansial : 40.000 orang

Sektor non-tradable : 150.000 orang

Sektor riil tradable : 400.000 orang

Sumber: Bappenas (2008)

POTENSI PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA

SETIAP SATU PERSEN PERTUMBUHAN EKONOMI

Page 24: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

4. Belum mempunyai keunggulan kompetitif yang (competitive advantages) sejati.

5. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur dan energi (listrik & gas) buruk.

6. Iklim investasi masih belum kondusif dan atraktif.

7. Jumlah SDM berkualitas (knowledge, skills, and work ethics) masih sangat sedikit.

8. Jumlah entrepreneurs sangat sedikit 0,18% total penduduk. Harusnya minimal 2% total penduduk (Mc Leland, 2007).

9. Inovasi, penguasaan, dan penerapan IPTEK sangat lemah (bangsa konsumen teknologi).

Page 25: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

10. Mayoritas pengusaha bermental ‘pedagang’, bukan ‘industriawan’.

11. Tata kelola pemerintahan dan corporate culture sebagian besar instansi pemerintah (pusat dan daerah), lembaga legislatif (DPR), dan lembaga yudikatif belum kondusif bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa.

12. Mekanisme pemerataan kesejahteraan dan pemeliharaan lingkungan hidup tidak berjalan baik.

13. Orientasi pembangunan pada daratan, bukan pada kelautan dan kepulauan yang merupakan fitrah fisik NKRI. Padahal, “Geography is destiny” (Issard, 1972).

14. Belum ada kepemimpinan nasional yang capable, berintegritas, bekerja keras dan ikhlas untuk memajukan dan memakmurkan bangsa.

Page 26: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

IV. ROAD MAP PEMBANGUNAN MENUJU INDONESIA YANG MAJU,

SEJAHTERA, DAN BERDAULAT

Page 27: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

•Di era dunia yang semakin ‘Hot’, ‘Flat’, dan ‘Crowded’, Indonesia bisa maju dan makmur dengan:1) Visi pembangunan ekonomi berbasis SDA.2) Mendayagunakan segenap potensi

pembangunannya secara efisien guna menghasilkan pertumbuhan ekonomi berkualitas secara berkelanjutan.

3) Mengembangkan daya saing ekonomi. 4) Proteksi terhadap sektor-sektor ekonomi

nasional yang daya saingnya masih rendah.5) Membagi “kue ekonomi nasional” bagi

kesejahteraan seluruh rakyat secara adil. 6) Memelihara daya dukung dan kualitas

lingkungan.

Page 28: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Dua Pilihan Strategi Membangun Keunggulan Kompetitif (Porter,

2007)1. Memproduksi barang dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia (high demand), tetapi karena alasan alamiah, bangsa-bangsa lain tidak bisa atau hanya sedikit yang mampu memproduksinya (blue ocean strategy).

2. Memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat dunia, dan sudah dihasilkan oleh bangsa-bangsa lain; lalu dengan semangat, kemampuan IPTEK, dan etos kerja unggul suatu bangsa menghasilkannya dengan lebih kompetitif.

Page 29: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

1. Sebagai negara maritim, kepulauan, dan agraris tropis terbesar di dunia, Indonesia memiliki kekayaan SDA berlimpah yang sampai sekarang belum dimanfaatkan secara optimal (supply capacity besar).

2. Seiring dengan bertambahnya penduduk Indonesia dan dunia, permintaan domestik maupun global terhadap SDA serta berbagai produk turunannya juga bakal terus meningkat.

V. INDUSTRI BERBASIS SDA SEBAGAI KEUNGGULAN KOMPETITIF INDONESIA

Page 30: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

3. SDA negara-negara maju sudah menipis atau hampir habis.

4. Dengan membangun industri berbasis SDA secara kompetitif dan berkelanjutan, maka kita akan berdaulat di bidang pangan dan energi, dan sekaligus menjadi pengekspor berbagai SDA dengan nilai tambah yang tinggi.

5. Negara-bangsa dengan penduduk lebih dari 100 juta orang sulit sekali untuk menjadi maju dan makmur, bila pasok pangannya bergantung pada negara-negara lain atau impor (FAO, 2000).

Page 31: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

6. Industri berbasis SDA mampu menciptakan lapangan kerja besar dan membangkitkan banyak multiplier effects, sehingga bisa atasi pengangguran & kemiskinan.

7. Sebagian besar industri SDA terdapat di luar Jawa dan Bali, di daerah pedesaan, kawasan pesisir, dan pulau-pulau kecil. Ini akan menumbuhkan pusat-pusat kemakmuran (growth centers) yang tersebar merata di seluruh wilayah NKRI, memperkecil ketimpangan pembangunan, dan mengurangi laju urbanisasi serta ‘brain drain’.

Page 32: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

8. Kebanyakan industri SDA berbasis pada SDA terbarukan (renewable resources), sehingga pembangunannya bersifat berkelanjutan atau lestari (sustainable development).

9. Karena sekitar 75% rakyat Indonesia bekerja pada 5 sektor SDA, jika mereka makmur, maka sektor-sektor ekonomi lainnya (seperti otomotif, elektronik, ITC, dan industri kreatif) pun akan terdongkrak maju. Sebab, para petani, nelayan, penambang, pekerja hutan, dan pekerja wisata yang makmur akan membeli berbagai barang dan jasa lain.

Page 33: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

VI. PEMBANGUNAN DAN LINGKUNGAN GLOBAL

(Sachs, J.D. “Need versus greed: A calamity is inevitable unless we change”. JP. March 2, 2011. p.2) The world is hitting global limits in its use of

resources. We are witnessing the shocks each day in

catastrophic floods, droughts, storms, and other extreme weather events which have resulted in surging prices in the marketplace.

Therefore, the humanity fate now depends on whether we cooperate or fall victim to self-defeating greed.

The limits to the global economy are new (the last two decades), resulting from the unprecedented size of the world’s population and the unprecedented spread of economic growth to nearly the entire world.

Page 34: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

There are now 7 billion people on the planet, compared to just 3 billion a half-century ago.

Today, average per capita income is US$10,000; with the rich world averaging around $40,000 and the developing world around $4,000.

That means that the world economy is now producing around $70 trillion in total annual output, compared to around $10 trillion in 1960.

China’s economy is growing at around 10 percent annually. India is growing at nearly the same rate.

Africa, long the worlds slowest-growing region, is now averaging roughly 5 percent annual GDP growth.

Page 35: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Overall, the developing countries are growing at around 7 percent per year, and the developed economies at around 2 percent, yielding a global average of around 4.5 percent.

This is very good news in many ways. Rapid economic growth in developing countries is helping to alleviate poverty.

In China, for example, extreme poverty has been cut from well over half of the population 30 years ago to around 10 percent or less today.

Yet, there is another side to the global growth story that we must understand clearly.

With the world economy growing at 4-5 percent per year, it will be on a path to double in size in less than 20 years.

Page 36: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Today’s $70 trillion world economy will be at $140 trillion before 2030, and $280 trillion before 2050 if we extrapolate from today’s growth rate.

Our planet will not physically support this exponential economic growth if we let greed take the upper hand.

Even today, the weight of the world economy is already crushing nature, rapidly depleting the supplies of fossil-fuel energy resources that nature created over millions of years, while the resulting climate change has led to massive instabilities in terms of rainfall, temperature, and extreme storms.

Page 37: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

We see these pressures every day in the marketplace. Oil prices have surged to more than US$100 per barrel, as China, India, and other oil-importing countries join the United States in a massive scramble to buy up supplies, especially from the Middle East. Food prices, too, are at historical highs, contributing to poverty and political unrest.

On the one hand, there are more mouths to feed, and with greater purchasing power on average.

Heat waves, droughts, floods, and other disasters induced by climate change are destroying crops and reducing the supplies of grains on world markets.

In recent months, massive droughts have struck the grain-producing regions of Russia and Ukraine, and enormous floods have hit Brazil and Australia. Now, another drought is menacing northern Chinas grain belt.

Page 38: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

There is something else hidden from view that is very dangerous.

In many populous parts of the world, including the grain-growing regions of northern India, northern China, and the American Midwest, farmers are tapping into groundwater to irrigate their crops.

The great aquifers that supply water for irrigation are being depleted. In some places in India, the water table has been falling by several meters annually in recent years.

Some deep wells are approaching the point of exhaustion, with salinity set to rise as ocean water infiltrates the aquifer.

Page 39: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

A calamity is inevitable unless we change. And here is where Gandhi’s speech comes in: “There is enough on Earth for everybody’s need, but not enough for everybody’s greed”.

If the world’s society is run according to the greed principle, with the rich doing everything to get richer, the growing resource crisis will lead to a widening gap between the rich and the poor - and quite possibly to an increasingly violent struggle for survival.

The rich will try to use their power to commandeer more land, more water, and more energy for themselves, and many will support violent means to do so, if necessary.

The US has already followed a strategy of militarization in the Middle East in the naive hope that such an approach can ensure secure energy supplies.

Now competition for those supplies is intensifying, as China, India, and others bid for the same (depleting) resources.

Page 40: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

An analogous power grab is being attempted in Africa. The rise in food prices is leading to a land grab, as powerful politicians sell to foreign investors massive tracts of farmland, brushing aside the traditional land rights of poor smallholder.

Foreign investors use large mechanized farms to produce output for export, leaving little or nothing for the local populations.

Everywhere in the leading countries - the US, the United Kingdom, China, India, and elsewhere – the rich have enjoyed soaring incomes and growing political power.

The US economy has been taken over by billionaires, the oil industry, and other key sectors.

The same trends threaten the emerging economies, where wealth and corruption are on the rise.

Page 41: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

If greed dominates, the engine of economic growth will deplete our resources, push the poor aside, and drive us into a deep social, political, and economic crisis.

The alternative is a path of political and social cooperation, both within countries and internationally.

There will be enough resources and prosperity to go around if we convert our economies to renewable energy sources, sustainable agricultural practices, and reasonable taxation of the rich.

This is the path to shared prosperity through improved technologies, political fairness, and ethical awareness.

Page 42: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

VII. PENYEBAB RENDAHNYA KINERJA EKONOMI BERBASIS

SDA

Page 43: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

1. Kebanyakan usaha ekonomi SDA tidak menerapkan IPTEK mutakhir, tidak memenuhi economy of scale, dan tidak menerapkan sistem bisnis (supply chain system) secara terpadu, dari hulu (produksi) sampai hilir (pasar).

2. Industri hilir (penanganan, pengolahan, dan pengemasan) masih lemah, sehingga daya saing, nilai tambah, dan multiplier effects nya juga rendah.

Page 44: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

3. Kita lebih suka mengekspor SDA dalam keadaan mentah, tidak diproses dahulu menjadi produk antara (intermediate products), apalagi produk akhir (finished products) yang bernilai tambah tinggi dan menciptakan multiplier effects yang besar.

4. Pemerintah tidak memproteksi EBSDA dari serbuan produk dan komoditas impor yang di negaranya mendapatkan subsidi dan praktek dumping. Ini disebabkan oleh mental para pengusaha nasional yang mayoritas bermental ‘pedagang’, dan mental mayoritas birokrat yang bersifat koruptif dan ‘komprador’.

Page 45: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

5. Maraknya praktek illegal mining, illegal logging, illegal fishing, illegal trading, dan kegiatan ekonomi ilegal lainnya

6. Kebanyakan korporasi bisnis EBSDA yang berhasil sangat rakus, kurang mensejahterakan karyawan dan abai terhadap kelestarian lingkungan & SDA.

7. Suku bunga di Indonesia termasuk tertinggi di dunia, dan perbankan masih enggan mendanai ESBDA.

Page 46: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Suku bunga pinjaman Tahun 2010

1. Indonesia 14%; 2. Malaysia (3,8%); 3. Filipina (3,8%); 4. Singapura (6,1%); 5. Thailand (2,3); 6. Australia (3%); 7. Jepang (0,5%); 8. AS (1,5%); 9. Canada (2%); dan 10. UE (1,5%)

(World Bank, 2010)

Page 47: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

8. Infrastruktur buruk.9. Pasok listrik dan gas kurang.10. Iklim investasi (perizinan, tata

ruang, pembebasan lahan, perpajakan, ketenagkerjaan, keamanan berusaha, kepastian dan keadilan hukum, dan konsistensi kebijakan) kurang kondusif.

11. Kebijakan politik-ekonomi (fiskal-moneter, perdagangan, pendidikan, IPTEK, infrastruktur, dll) belum mendukung ESBDA.

Page 48: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Dengan demikian, bila kita mampu mengatasi (debottle-necking) sejumlah kendala diatas, maka diyakini EBSDA akan menjadi competitive advantage yang dapat menghantarkan Indonesia menjadi bangsa besar yang maju, adil-makmur, dan berdaulat.

Tantangan berikutnya adalah bagaimana membangun keunggulan kompetitif berbasis ESDA itu secara berkelanjutan (sustainable), khususnya SDA pesisir dan lautan ?

Page 49: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

VIII. PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS SDA HAYATI SECARA EFISIEN, ADIL, DAN

BERKELANJUTANBeranjak dari uraian di atas,

diyakini bahwa Ekonomi Berbasis SDA (EBSDA) merupakan keunggulan komparatif yang dapat ditransformasi menjadi keunggulan kompetitif yang mampu menghantarkan Indonesia menjadi bangsa besar yang maju, adil-makmur, dan berdaulat dalam waktu yang tidak terlampau lama, 2025 insya Allah.

Page 50: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Ekonomi Berbasis SDA hayati (EBSDAH):

1. Sektor Pertanian: (1) tanaman pangan, (2) hortikultura, (3) perkebunan, dan (4) peternakan.

2. Sektor Kehutanan: (1) hutan alam, (2) hutan tanaman industri, (3) produk non-kayu (non-timber products, dan (4) wanawisata.

3. Sektor Kelautan dan Perikanan: (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3) industri bioteknologi kelautan, (4) BMKT, (5) pulau-pulau kecil, dan (6) SDA non-konvensional.

Untuk itu, diperlukan sejumlah kebijakan terobosan (breakthroughs) berikut.

Page 51: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

1. Lokasi pembangunan atau usaha/bisnis EBSDAH harus mematuhi tata ruang wilayah yang syah.

2. Terapkan sistem binis (Supply Chain System) terpadu, dari hulu (produksi) sampai hilir (pasar).

3. Setiap unit usaha harus memenuhi economic of scale.

4. Aplikasi teknologi mutakhir dan disiplin kerja pada setiap mata rantai SCS.

5. Optimalisasi usaha EBSDAH sesuai dengan potensi lestari SDAH, daya dukung lingkungan, dan nilai keekonomian.

Page 52: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

AB

CD

E

Keterangan :

A = Hutan konservasi

B = Industri agro

C = Persawahan

D =Pemukiman

E = Kawasan Pelabuhan & Industri ramah

lingkunganF = TambakG =

MangroveH =

Perikanan tangkap

I = Pulau Wisata

F

G

H

I

TATA RUANG DARAT, PESISIR, DAN LAUT TERPADU

Page 53: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Tabel. Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Lahan Atas Secara Terpadu

Kawasan/Zona Komposisi Kegiatan Pembangunan1. Lahan Atas (Upland Areas) • Hutan Lindung

• Hutan Produksi• Perkebunan• Hortikultur• Perikanan Perairan Umum

2. Lahan Bawah (Lowland Areas) • Tanaman Pangan• Hortikultur• Perkebunan• Perikanan Budidaya Perairan Tawar

3. Lahan Pesisir (Coastal Land) • Perikanan Budidaya Payau (Tambak)• Hutan Produksi Mangrove• Tanaman Pangan• Hortikultur• Perkebunan (Kelapa)

4. Laut (4 mil dari Garis Pantai) • Marikultur• Perikanan Demersal• Perikanan Pelagis Kecil

Page 54: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Lanjutan Tabel …

Kawasan Komposisi Kegiatan Pembangunan5. Laut (12 mil dari Garis

Pantai)• Marikultur• Perikanan Demersal• Perikanan Pelagis Kecil• Perikanan Pelagis Besar

6. Laut Nasional antar Pulau • Perikanan Demersal• Perikanan Pelagis Kecil• Perikanan Pelagis Besar

7. ZEEI • Perikanan Pelagis Kecil• Perikanan Pelagis Besar• Perikanan Laut Dalam

8. Laut Internasional • Perikanan Pelagis Besar• Perikanan Laut Dalam (deep sea

fisheries)

Page 55: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

PASCAPANEN PEMASARANPRODUKSI

EKOSISTEM PERAIRAN

& SDI

FINANSIALHUKUM

DANKELEMBAGAA

N

SARANADAN

PRASARANA

SDMDAN IPTEK

POTENSI &PELUANG

PENCAPAIANHASIL

KENDALA &PERMASALAHAN

TUJUAN Pertumbuhan

ekonomi Pemerataan

kesejahteraan Penciptaan

lapangan kerja Pelestarian

ekosistem & SDA

GLOBALISASI & PERDAGANGAN BEBAS

OTONOMI DAERAH / DESENTRALISASI

Kerangka Pendekatan Sistem untuk Pembangunan Perikanan dan Kelautan

Page 56: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

6. Pengembangan industri hilir, industri bioteknologi, dan industri penunjang (peralatan dan mesin) untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing, penyediaan tenaga kerja, dan multiplier effects di sektor-sektor EBSDAH.

7. Pengembangan produksi sarana produksi untuk sektor-sektor EBSDAH (benih, pakan, pupuk, obat-obatan pengendali hama & penyakit, fishing gears, pedal wheels, BBM, dll) yang berkualitas, harga relatif murah, dan tersedia di seluruh wilayah NKRI.

8. Perbaikan dan pengembangan infrastruktur EBSDAH (jaringan irigasi, pelabuhan perikanan, log ponds, dll).

Page 57: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Fishcake

Fishball Seafood Tofu

Wan Ton

Page 58: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Beberapa Contoh Surimi-based Products

Page 59: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB
Page 60: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

60

RAW MATERIAL CHIP

SEMI REFINEDCARRAGEENAN

REFINEDCARRAGEENAN

+/- 500END

PRODUCT

Rp. 4.500/KgRp. 29.000/Kg Rp. 51.000/Kg Rp. 180.000/Kg

Rp. 200.000/Kg

INDUSTRIAL GRADE

FOOD GRADE

NILAI TAMBAH RUMPUT LAUT

( E. cottonii )

Page 61: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB
Page 62: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB
Page 63: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

9. Perbaikan dan pengembangan infrastruktur dasar pembangunan (jaringan jalan, listrik, telkom, air bersih, pelabuhan laut, pelabuhan laut).

10. Penyediaan energi listrik dan gas yang mencukupi di seluruh wilayah NKRI.

11. Perbaikan dan pengembangan infrastruktur ekonomi (bank, pasar, dll) di kawasan-kawasan sentra produksi EBSDAH.

12. Profit sharing diantara pelaku usaha harus adil dan saling menguntungkan.

13. Segera dibentuk policy banking yang menyediakan kredit dengan suku bunga murah dan lunak untuk EBSDAH seperti di negara-negara maju dan emerging economies.

Page 64: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

14. Pemberantasan illegal logging, illegal fishing, dan kegiatan ekonomi ilegal lainnya sampai ke akar-akarnya.

15. Pengendalian pencemaran dan rehabilitasi eksosistem EBSDAH yang telah rusak.

16. Konservasi biodiversity baik pada level genetik, spesies maupun ekosistem.

17. Mitigasi dan adaptasi bencana alam (global warming, gempa bumi, banjir, dan lainnya).

Page 65: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

18. Membangun ketahanan energi nasional:(1) minyak, gas, dan batubara diutamakan untuk penuhi kebutuhan domestik; (2) gas diutamakan untuk industri petrokimia; dan (3) pengembangan dan peningkatan penggunaan energi terbarukan (panas bumi, bioenergi, angin, matahari, gelombang, dan pasang susrut).

19. Pengembangan basis data dan sistem informasi EBSDAH.

20. Penguatan SDM sektor EBSDAH melalui program DIKLATLUH secara terpadu, sistemik, dan berkesinambungan.

21. Jadikan EBSDAH sebagai platform pembangunan ekonomi nasional, sehingga seluruh kebijakan publik (politik-ekonomi) kondusif bagi kinerja EBSDAH.

Page 66: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

IX. PROFIL LULUSAN PERGURUAN TINGGI YANG DIBUTUHKAN UNTUK KEMAJUAN DAN

KEMAKMURAN BANGSA1. Beriman dan berakhlak mulia2. Profesional : mampu menguasai dan

menerapkan IPTEK pada bidangnya (FEMA-IPB)

3. Kemampuan berkomunikasi : bahasa asing, “computer literate”, dan EQ dan SQ.

4. Berjiwa entrepreneur (wirausaha)5. Memiliki leadership yang memadai6. Berjiwa patriot/nasionalisme7. Berwawasan global

Page 67: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

X. ENTREPREUNEURSIP Kisah seorang entrepreneur

(usahawan) meminta putranya untuk menikah dengan gadis pilihannya:

"Saya mau kamu menikah dengan gadis pilihan saya," kata sang pengusaha. "Tidak, saya hanya mau menikah dengan gadis pilihan saya," jawab sang anak. Tidak mau kalah, sang pengusaha menawarkan, "Tapi gadis itu adalah putri Bill Gates."

Page 68: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Mendapat tawaran prestisius, sang putra hanya bisa manut. "Oh, kalau begitu saya setuju,"sambut sang anak.

Besoknya, si pengusaha menemui Bill Gates, orang terkaya sejagat. "Saya punya calon suami untuk putri Anda," sang pengusaha memberikan penawar an.

Sambil tertawa sinis, Bill Gates berujar apa adanya: "Wah putri saya terlalu kaya untuk menikah dengan orang biasa seperti anak Anda."

Tak menyerah, pengusaha cari akal. "Tapi anak saya ini adalah Wakil Direktur Bank Dunia!" . Bill Gates, "Oh, kalau begitu saya setuju."

Page 69: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Kemudian, si pengusaha pergi menemui Presiden Direktur Bank Dunia, yang kebetulan sedang mencari wakilnya.

"Saya punya anak muda yang cocok untuk jadi wakil Anda," ujar si pengusaha.

Lantaran kurang yakin, sang Presdir menolak secara halus. "Maaf, saya sudah memiliki cukup wakil," kata sang Presidir.

Lagi-lagi sang pengusaha tidak mau menyerah begitu saja. "Tapi anak saya itu menantu Bill Gates!”, kata sang pengusaha sedikit memelas.

Page 70: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Karena sosok yang ditawarkan sangat menarik (menantu Bill Gates), sang Presdir setuju saja, "Oh, kalau begitu saya setuju."

Singkat kata, sang anak berhasil menikahi putri Bill Gates dan menjadi Wakil Presiden Bank Dunia, sekaligus menyenangkan hati sang ayah.

Page 71: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Kisah di atas hanyalah sebuah ilustrasi dan bukan kisah nyata.

Namun, fiksi itu dapat memudahkan kita bagaimana memahami pola pikir dan mental (karakteristik) seorang wirausaha (entreprenuer), yakni ”tidak boleh mudah menyerah atau gampang kehilangan akal”.

Page 72: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

10.1. Sifat-Sifat Entrepreneur1. Pantang menyerah2. Tidak gampang kehilangan akal3. Tekun4. Sabar5. Kreatif (menciptakan peluang, bukan

sekedar mencari peluang)6. Inovatif7. Berani mengambil resiko yang terukur8. Optimis9. Dapat mengubah ‘rongsokan’ menjadi

‘emas’.

Page 73: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

10.2. Keunggulan (Kemuliaan) Entrepreuneur

Membantu secara langsung pemecahan permasalahan nasional berupa pengangguran, kemiskinan, dan daya saing bangsa.

Ada kebahagiaan tersendiri. Bila diniatkan ikhlas karena

Allah dapat menjadi kuci sukses dan bahagia hidup di dunia serta akhirat.

Page 74: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

“Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi: carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung” (Al-Jumuah (18) : 10)

“Khoirunass anfauhum linnas” (Manusia yang paling baik di sisi Allah adalah mereka yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain) (HR. Ahmad).

“Tangan diatas lebih baik dari pada tangan di bawah” (Hadits).

Page 75: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

“Sungguh, seandainya salah seorang diantara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian ia pergi ke gunung lalu kembali dengan memikul beberapa ikat kayu bakar untuk dijual, kemudian dengan hasil kayu itu Allah SWT cukupkan kebutuhannya, adalah lebih baik baginya daripada orang yang meminta-minta kepada orang lain, baik mereka membeli atau tidak” (HR. Bukhari)

Page 76: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

10.3. Kategori Entrepreuneur

1. Business entrepreneur: (1) owner entrepreneur, dan (2) professional entrepreneur.

2. Government entrepreneur.3. Social entrepreneur.4. Academic entrepreneur. 5. Tecnopreneur.

Page 77: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Government Entrepreneur Dalam konteks ini, government

entrepreneur adalah ‘shifting economic resources out of an area of lower into an area of higher productivity and greater yields’. In other words, ‘uses resources in new ways to maximize productivity and effectiveness’ (J.B. Say, 1800).

Page 78: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Jadi, government entrepreneur adalah seorang pejabat atau pegawai pemerintahan yang mampu menggunakan berbagai sumber daya ekonomi yang ada dengan cara baru untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing unit kerja nya (kabupaten/kota, provinsi, kementerian, atau negara).

Di seluruh di dunia, APBN suatu negara berkisar antara 15 – 25 % dari PDB nya. Berarti, sekitar 75 – 85 % ekonomi suatu negara digerakkan oleh sektor swasta dan masyarakat.

Page 79: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Sebab itu, tugas pemerintah adalah directing (memberikan arah), facilitating (memfasilitasi), dan regulating (mengatur) kehidupan berbangsa dan bernegara agar ekonomi nya tumbuh besar, produktif, efisien, dan berdaya saing secara berkelanjutan untuk seluruh kesejahteraan rakyatnya secara adil.

Sedangkan, tugas sektor swasta dan masyarakat adalah melaksanakan kegiatan pembangunan (ekonomi) atau ‘rowing’ (Osborne and Gaebler, 1994).

Page 80: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Dengan demikian, entrepreneur government adalah mereka yang pro-business and investment, dan pro-growth (pertumbuhan ekonomi).

Itu diwujudkan dalam kebijakan dan program nya yang menciptakan iklim investasi dan bisnis yang kondusif bagi tumbuh kembangnya berbagai usaha ekonomi oleh sektor swasta dan ekonomi.

Infrastruktur dan pasok energi diperkuat dan dibangun, suku bunga pinjaman diturunkan, dan fungsi intermediasi perbankan ditingkatkan.

Page 81: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Contoh entrepreneur government : Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Azis, Mahatir Muhammad, Lee Kuan Yew, dan Zu Rhong Ji.

Page 82: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Agar mendapatkan manfaat besar dalam perkembangan ekonomi baru, suatu bangsa memerlukan komunitas wirausaha yang kuat.

Salah satu ukuran kualitas seorang wirausaha dalam ekonomi baru adalah kemampuannya memanfaatkan pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan nilai tambah dan membangun daya saing.

Teknologi itu bisa diciptakan sendiri atau oleh orang lain yang kemudian diadopsi secara cerdas.

TECHNOPRENEURSHIP

Page 83: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Kelompok technopreneurship adalah masyarakat inovatif yang menciptakan dan mengembangkan usaha dengan bertumpu pada kekuatan IPTEK.

Kualitas kewirausahaan seseorang juga ditentukan oleh komitmennya menjalankan usaha secara beretika serta tangggung jawab sosialnya.

Etika mencakup keberanian untuk mendengarkan suara hati nurani dan bertindak sesuai dengan bisikan nurani tersebut.

Page 84: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Dalam pengembangan perusahaan, pengusaha tidak boleh mengorbankan kepentingan atau kesejahteraan masyarakat.

Prinsip good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik) harus ditekankan sebagai sikap selalu melakukan yang benar ketika ada peraturan “atau ada yang melihat ataupun tidak ada yang melihat”.

Page 85: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

10.4. Contoh Entrepreneur Yang

Berhasil

Page 86: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Warrent Buffet (USD 62 Miliar)

• Warren orang terkaya dunia dan pemilik Coca Cola, WellsFargo dan Kraft Food

• Pertama kali terjun berbisnis sejak usia 11 tahun, dengan membeli sejumlah saham, dan kini ia menyesal, kenapa tidak membeli saham saat usianya lebih muda lagi.

• Pernah membeli sebuah ladang kecil dari uang hasil menjadi loper koran, saat usianya baru 14 tahun.

Page 87: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Mark Zuckerberg, 26 tahun (USD 4.9 milyar)

• Situs yang memiliki 500 juta user ini sekarang menjadi situs jejaring sosial terbesar di Dunia.

• Peringkat 35 pada daftar Majalah Forbes sebagai orang paling kaya di Dunia, Lebih tinggi dari CEO Apple, boo.

Page 88: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Blake Ross & Dave Hyatt, 25 tahun (USD 150 juta )

• Mozilla diluncurkan untuk umum pada November 2004, saat itu usia Blake baru 19 tahun.

• Secara khusus dia memulai proyek Mozilla Firefox dengan Dave Hyatt yang merupakan seorang pengembang perangkat lunak yang berasal dari Amerika juga yang menciptakan Firefox.

• Mozilla kemudian digabungkan dengan Firefox, program yang diciptakannya bersama Dave Hyatt. Maka setelah itu namanya menjadi Mozilla Firefox.

Page 89: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Matt Mullenweg, 26 tahun (USD 40 juta)

• Pengembang perangkat lunak

 WordPress.Com• Meskipun studi

undergraduate bukan dibidang teknologi komputer dan programming

Page 90: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Elang Gumilang, FEM-IPB (22 tahun)

Juara I Wirausaha Muda Mandiri, 2007

• Omzet perusahaan properti mencapai Rp. 211 Miliar.

• Keuntungan Rp 20 miliar per tahun dapat dibukukan.

• Tak kurang 30 tenaga adminitrasi dan 100 pekerja.

Page 91: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Ance Trio Marta, MAB-IPB ‘40 (23 tahun)

Juara I Wirausaha Muda Mandiri, 2009• Fokus menggarap

pembibitan bawal dan memiliki sekitar satu ton indukan bawal dengan berat antara 80 kg-100 kg.

• Dalam seminggu, mampu menjual satu sampai dua juta larva dan sejuta bibit usia dua bulanan.

• Umumnya, bibit dan larva bawal dibeli oleh para petani pembesaran bawal.

• Omzet usaha hingga Rp 30 juta/bulan dengan margin 80 juta per bulan.

Page 92: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Pejuang Muda Enterpreunership

Page 93: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Inspiring “Ciputra : Pengusaha Bertangan

Baja”

Page 94: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

CONTOH PELAKU KS

1. Bunda Theresa2. Willie Smith, yang membangun kawasan hijau

taman Kamboja Ribuan hektar di dekat Bukit Soeharto, Kaltim.

3. Bambang Ismawan, Pengelola Majalah Trubus dan Penerbit Penebar Swadaya.

4. Anna Alisjahbana, menggeluti kesehatan ibu dan anak.

5. Lexy Rambadeta, Penyedia Rumah untuk anak-anak Jalanan di Jakarta.

6. Para Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)7. Sugeng, Pembuat Kaki Palsu.8. Tri Mumpuni, membangun listrik pedesaan dengan

teknologi mikro-hidro dan nano-hidro

Page 95: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

10.5. Hambatan Menjadi Entrepreuneur Di Indonesia

Sistem pendidikan kurang membekali peserta didik dengan entrepreneurship yang memadai dan skills untuk siap kerja pada bidangnya.

Masyarakat lebih menghargai profesi sebagai pegawai negeri atau bekerja pada orang lain, ketimbang sebagai entrepreneur.

Page 96: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

Pemerintah kurang memfasilitasi munculnya entrepreneur baru, seperti: sukar mendapatkan kredit bank, suku bunga pinjaman tinggi, izin usaha sukar dan mahal, infrastruktur buruk, pasok energi (listrik dan gas) kurang, dan iklim investasi yang tak kondusif.

Page 97: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

XI. LEADERSHIPA. KARAKTER PEMIMPIN YANG BAIK

1. Shidiq2. Amanah3. Fathonah4. Tabligh5. Berani mengambil risiko (risk taker) 6. Bersungguh-sungguh, konsisten,

istiqamah. 7. Kompeten, mumpuni, profesional. 8. Proaktif, progresif, berkemajuan, dan

kreatif.

Page 98: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

XII. KIAT MENJADI SARJANA YANG MEMILIKI LEADERSHIP DAN ENTREPRENEURSHIP YANG MUMPUNI

1. Beriman kepada Allah dan akhirat, serta taqwa dan dekat kepada Allah.

2. Belajar dan bekerja maksimal untuk menjadi profesional terbaik dalam bidang kompetensinya.

3. Membangun dan memelihara networking (silaturahim) secara produktif, sinergis, dan a win-win.

4. Membangun dan memelihara teamwork.5. Iklim pendidikan yang kondusif bagi tumbuh

kembangnya entrepreneurship dan leadership mahasiswa.

6. Pemerintah dan masyarakat memberikan apresiasi memadai kepada sarjana sebagai entrepreneur.

Page 99: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

XIII. PENUTUP

Page 100: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

“The pessimist sees difficulties in every opportunity, the optimist sees

opportunities in every difficulty” (Winston Churchill)

“Ask not what your country can do for you, Ask what can you do for your

country” (John F. Kennedy)

“Manusia yang terbaik adalah yang beriman dan paling banyak memberi manfaat kepada manusia yang lain”

(HR. Ahmad)

Page 101: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

“Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa kepada Ku, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka kami siksa mereka di sebabkan perbuatanya”(Al-A’raaf: 96)

Page 102: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

102Desa Kota

WILAYAH PESISIR DAN LAUT INDONESIA2014-2019

Page 103: oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Ketua Bidang Kemaritiman, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB

TERIMA KASIH