Upload
gilang-andara
View
10
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hal indah
Citation preview
Operant ConditioningSHAPING
1. Pengertian
Shaping adalah pembentukan perilaku baru atau perilaku
yang belum pernah dilakukan individu, dan sulit atau tidak
mungkin untuk memunculkan perilaku baru yang diinginkan
tersebut, dengan cara memberi pengukuh/penguat jika telah
muncul perilaku-perilaku yang menyerupai atau mendekati
perilaku yang diinginkan, sehingga pada akhirnya
memunculkan perilaku yang sama sekali baru yang
diinginkan.
Jadi shaping itu adalah prosedur yang digunakan untuk
membentuk perilaku seorang individu. Karena perilaku
memiliki tingkat kejadian, maka tidak mungkin untuk
meningkatkan frekuensi perilaku hanya dengan menunggu
sampai terjadi dan kemudian baru menguatkannya. Oleh
karena itu, untuk memperkuat perilaku harus memperkuat
respon mulai dari nol sampai ke frekuensi yang lebih besar.
Shaping didefinisikan sebagai perkembangan perilaku
baru oleh penguatan berturut-turut dari perilaku yang ingin
dikuatkan sebelumnya. Kadang-kadang perilaku baru terjadi
ketika seorang individu menampakkan beberapa perilaku
awal, dan lingkungan (orang lain) memperkuat variasi-variasi
kecil dalam perilaku. Akhirnya bahwa perilaku awal dapat
dibentuk sehingga bentuk akhir tidak lagi menyerupai
perilaku awal.
Kebanyakan orang tua menggunakan prosedur
pembentukan dalam mengajar anak-anak mereka untuk
berbicara, misalnya saja ketika pertama kali bayi mulai
mengoceh, ia mengikuti bahasa asli orangtua walaupun masih
mereka-reka. Pada saat mulai mengoceh inilah orangtua
memperkuat perilaku misalnya dengan belaian, pelukan atau
ciuman pada sang anak.
Ada dua cara untuk membentuk sebuah respon, yaitu :
a. Eksternal shaping
Jika kita menghendaki seseorang melakukan sebuah
respon tertentu, misalnya menekan pengumpil untuk
memperoleh makanan, maka lingkungan dapat diatur
sedemikian rupa sehingga respon ini kemungkinan besar
dilakukan. Dalam bahasa skinner, respon-respon dalam
conditional klasik dibentuk secara tidak begitu kaku,
sedang respon-respon instrumental dibentuk secara tidak
begitu kaku tetapi masih tetap berada dibawah
penguasaan kondisi luar.
b. Internal shaping
Internal shaping dapat terjadi dalam lingkungan yang
sangat bebas dan sangat tidak berstruktur. Diberi nama
internal shaping karena tekanan konstan terhadap
tingkah laku datangnya dari dalam organisme, bukan dari
lingkungan fisik. Skinner (1951) bahwa proses internal
shaping dapat dilukiskan dengan cukup obyektif, tetapi
pelaksanaannya memerlukan kecerdasan, akal, dan
keahlian yang besar dari orang yang melakukan shaping.
Proses shaping akan sangat berjalan dengan sangat cepat dan
efektif bila reinforcement tepat bersamaan waktu dengan
respon. Dalam shaping ada tahapan-tahapan dalam menuju
perilaku akhir, meskipun belum sampai pada perilaku akhir
yang diharapkan, apabila seseorang itu telah berubah atau
membentuk perilaku baru maka diberikan reinforcement.
2. Aspek Perilaku yang Dapat Dibentuk
Ada tiga aspek perilaku yang bisa dibentuk :
a. Topografi
Pembentukan bentuk respon tertentu atau tindakan
spesifik. Mencetak kata / mengikuti perkataan dan menulis
kata yang sama adalah respon yang sama yang dibuat
dengan dua topografi yang berbeda. Contohnya
membentuk seorang anak untuk mengatakan “mama”
buka “ma-ma”
b. Jumlah
Pembentukan perilaku yang dilakukan dengan
peningkatan jumlah. Contoh; seorang anak yang belajar
berjalan, pada mulanya dia hanya bisa berjalan beberapa
langkah saja, namun lama kelamaan karena diperkuat
akhirnya anak dapat berjalan dengan mulus tanpa tertatih.
c. Intensitas kekuatan suatu respon
Pembentukan perilaku yang dilakukan dengan
peningkatan intensitas / keseringan. Contohnya, seorang
anak yang kurang diperhatikan orangtuanya, lalu ia rajin
membersihkan rumah dan sang anak mendapatkan
perhatian orangtuanya, akhirnya anak tersebut akan lebih
sering mengulangi perbuatannya agar terus mendapatkan
perhatian orangtuanya.
Contoh untuk ketiga aspek tersebut yaitu orang mengangkat
barbell, hari pertama dia angkat berbel 2 kg dengan jumlah 8x
angkatan.
Secara topografi : barbell bisa diangkat ke atas,ke
samping dan pindah
Secara jumlah : hari ke2 dia angkat 16x angkatan
Secara intensitas : hari ke3 dia angkat barbell 4kg
Dalam jurnal COMMUNICATIONS OF THE ACM, Vol.
40, No. 1, January 1997 yang berjudul Ethics OnlineShaping
social behavior online takes more than new laws and modified
edicts oleh Deborah G. Johnson mengatakan bahwa shaping
dengan menggabungkan komunikasi online dan ofline dapat
membentuk dan meningkatkan komunikasi, serta dapat
menjadi acuan seseorang ketika berbicara mengajak orang-
orang yang berada dalam forum. Selain itu gabungan antara
komunikasi online dan ofline dapat membentuk kepedulian
seseorang terhadap kerahasiaan dan kebenaran ketika ragu-
ragu atas rahasia terhadap diri sendiril, dan juga mampu
berkomunikasi dengan orang lain dan mengetahui kebenaran
atas komunikasi tersebut seperti tidak menipu, memfitnah
ataupun mengusik.
3. Prosedur Shaping
Prosedur untuk melaksanakan shaping yaitu:
a. Menentukan perilaku akhir yang diinginkan
Langkah pertama dalam shaping adalah
mengidentifikasikan dengan jelas perilaku akhir yang
diinginkan, yang sering disebut sebagai perilaku terminal
(tujuan akhir). Dalam kasus anak yang mencoba berjalan
tadi, perilaku terakhir yang diinginkan adalah berjalan
tanpa bantuan, misalnya dari ruang TV sampai ruang
makan. Dengan definisi yang spesifik seperti ini, ada
sedikit kemungkinan bahwa orang yang berbeda akan
mengembangkan harapan yang berbeda mengenai kinerja
sang anak. Jika orang yang berbeda bekerja dengan
individu yang mengharapkan hal yang berbeda, maka
kemajuan cenderung terbelakang. Akhir perilaku yang
diinginkan harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga
semua karakteristik dari perilaku (topografi, jumlah
maupun intensitas) diidentifikasi.
b. Pemilihan pemulaian tingkah laku (memilih perilaku)
Karena terminal perilaku yang diinginkan tidak terjadi
pada awalnya perlu memperkuat beberapa perilaku yang
mendekati itu, dan mengidentifikasi titik awal. Tujuan
program awal ini adalah untuk membentuk perilaku,
dengan memperkuat titik awal ke final yang diinginkan
meskipun titik awal mungkin sama sekali berbeda dengan
perilaku terminal.
c. Pemilihan langkah-langkah pembentukan (langkah
memilih Shaping)
Tahap ini membantu kita untuk mendekati akhir perilaku
yang diinginkan. Contoh; anggaplah akhir perilaku yang
diharapkan dalam program membentuk seorang anak
berkata “papa”, telah ditetapkan bahwa anak berkata
“Paa” dan respon ini diatur sebagai perilaku awal. Kita
andaikan bahwa kita memutuskan untuk pergi dari
perilaku awal “Paa” melalui langkah-langkah beriku “Paa-
Paa”, “Pa-Pa”, dan “Papa”. Untuk memulai, penguatan
diberikan pada sejumlah kesempatan untuk memancarkan
perilaku awal (“Paa”). Ketika perilaku ini terjadi pelatih
bergerak ke langkah berikutnya dan memperkuat langkah
demi langkah sampai anak akhirnya berkata “papa”.
Memang tidak ada seperangkat pedoman untuk
mengidentifikasi ukuran langkah yang ideal, namun dalam
usaha untuk menentukan langkah-langkah perilaku awal ke
terminal perilaku, pelatih sudah bisa membayangkan
langkah-langkah yang akan dilalui.
d. Bergerak untuk memperbaiki
Ada beberapa aturan praktis untuk memperkuat respon
akhir yang diinginkan :
a) Jangan bergerak terlalu cepat ke langkah berikutnya.
Masuk ke langkah selanjutnya dapat dilakukan apabila
langkah sebelumnya telah mapan.
b) Lanjutkan dalam langkah-langkah cukup kecil. Jika
tidak, langkah sebelumnya akan hilang. Namun, jangan
membuat langkah-langkah kecil yang tidak perlu.
c) Jika kehilangan suatu perilaku karena anda
bergeerak terlalu cepat atau terlalu besar mengambil
langkah, kembali ke langkah awal dimana anda dapat
mengambil perilaku lagi.
d) Item a dan b memberutahukan untuk tidak berjalan
terlalu cepat, dan butir c menyatakan bagaimana untuk
mengoreksi efek buruk berjalan terlalu cepat. Hal ini
juga penting, agar perkembangannya tidak terlambat.
Jika salah satu langkah diterapkan begitu lama maka
akan menjadi sangat kuat, kemugkinan untuk
mencapai terminal akan kecil.
Pedoman ini mungkin tidak begitu membantu. Di satu sisi,
disarankan untuk tidak bergerak terlalu cepat dari satu
pendekatan ke pendekatan lain. Di sisi lain, disarankan untuk
tidak bergerak terlalu lambat. Jika kita bisa menyertai pedoman
ini dengan rumus matematika untuk menghitung ukuran yang
tepat langkah-langkah ynang harus diambil dalam setiap situasi
dan persis berapa banyak bala bantuan harus diberikan pada
setiap langkah, pedoman akan jauh lebih berguna. Shaping
memerlukan banyak latihan dan keterampilan jika harus
dilakukan dengan efektivitas maksimum.
. 4. Kelemahan Shaping
a. Beberapa perilaku tidak bisa dibiarkan terjadi meski pada
saat itu sedang
pada tahap extinction
b. Orang tua sering tidak sadar akan prinsip yang ia buat
c. Orang tua terlalu banyak berharap akan segala sesuatu pada
anaknya.
II. TOKEN ECONOMY
1. Pengertian
Token economy adalah sebuah program dimana
sekelompok individu bisa mendapatkan token untuk beberapa
perilaku yang diharapkan muncul, dan token yang dihasilkan
bisa ditukar dengan back up reinforcer. Tokeneconomy dibuat
berdasarkan prinsip conditioningreinforcement. Conditioning
reinforcement adalah stimulus yang tidak secara langsung
menguatkan perilaku, namun stimulus tersebut bisa menjadi
penguat jika dipasangkan dengan reinforcer lain.
Ada tiga karakteristik dasar yang dimiliki token
economysebagai suatu program dalam modifikasi perilaku, yaitu
:
a. Perilaku yang akan diperkuat dipaparkan dengan jelas.
b. Prosedur yang digunakan adalah dengan memberikan
reinforcing
stimuli (token) saat perilaku target muncul.
c. Aturan yang ada direncanakan untuk mengatur pertukaran
token untuk
setiap objek atau peristiwa yang akan diperkuat.
2. Prosedur
Langkah-langkah Implementasi Token Economy
a. Menentukan Perilaku Target
Semakin homogen individu kelompok yang akan dikenai token
economy, maka akan semakin mudah menstandardisasikan
aturan-aturan yang berlaku dalam token economy.
b. Mencari Garis Basal
Yakni memperoleh data sebelum melakukan penanganan,
biasanya melalui pengamatan selama dua minggu terhadap
perilaku target. Sesudah program dimulai, kita bisa
membandingkan data dengan data yang diperoleh saat
menentukan garis basal, sehingga dapat menentukan
efektivitas program.
c. Memilih Back up Reinforcer
Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik peserta program
dan apa saja ikira-kira barang yang dibutuhkannya. Barang
yang menjadi pengukuh pendukung haruslah barang yang
dapat digunakan atauconsumable. Perlu diperhatikan pula
tempat penyimpanan, dan dana yang dibutuhkan untuk
melaksanakan program.
d. Memilih Tipe Token Yang Akan Digunakan
Secara umum, tipe token haruslah menarik, ringan, mudah
dipindahkan, tahan lama, mudah dipegang, dan tidak mudah
dipalsukan. Beberapa contoh yaitu stiker, keping logam, koin,
check-mark, poin, poker chip, stempel yang dicap di buku,
tanda bintang, kartu, dll.
e. Mengidentifikasi Sumber-sumber Yang Bisa Membantu
Beberapa sumber yang bisa membantu adalah staf, relawan,
mahasiswa, residen, orang yang akan dikenai token itu
sendiri.
f. Memilih Lokasi Yang Tepat.
Token dapat diberikan dimana saja, asal diberikan setelah
perilaku target muncul.
g. Menyiapkan Manual / pedoman Token Economy Pada Klien
Dan Staf.
Ada suatu prosedur spesifik dalam penerapan program token
economy
a. Perlu diperhatikan bagaimana cara penyimpanan data, kertas
data yang akan digunakan, siapa dan bagaimana data itu akan
dicatat.
b. Siapa yang akan memberikan pengukuh atau agen pengukuh
(reinforcing agent), dan untuk perilaku apa.
c. Menentukan jumlah token yang bisa didapat pada setiap
perilaku. Pemebrian token dapat mulai dikurangi bila perilaku
target telah terbetuk.
d. Menyusun prosedur dan menentukan jumlah token untuk
memperoleh back up reinforcer. Pada awal program,
frekuensi penyediaan pengukuh pendukung harus cukup
tinggi, lalu berkurang secara bertahap.
e. Berhati-hati terhadap kemungkinan munculnya hukuman.Ada
kemungkinan hukuman bersyarat (possible punishment
contingencies). Klien membayar dengan token bila ia
melakukan tindakan kontraproduktif.
f. Memastikan bahwa tugas yang harus dilakukan staf sudah
jelas, dan pemberian pengukuh pada staf.
g. Membuat rencana untuk menghadapi kemungkinan masalah
yang akan timbul. Masalah yang biasa timbul antara lain,
kebingungan, kekurangan staf, peserta merusak token, dan
lain-lain.
3. Penerapan Token Economy
Dalam jurnal behavioral interventions. 15: 135-143, 2000
yang berjudul Use of a Token Economy to Eliminate Excessive In
Appropriate Social Behavior in an Adult With Developmental
Disabilities. Jornal of Behavioral Interventions.Oleh Le Blanc ,
Linda, dkk menemukan bahwa Token ekonomi efektif untuk
menghilangkan 99% perilku tidak pantas dalam interaksi social,
97% menghilangkan agresivitas verbal, 97% menghilangkan
perilaku seksual yang tidak pantas. Sementara dalam Jornal of
Behavioral Interventions. No 21 hal 155-164 yang berjudul The
Effects of Token Reinforcement on Attending in A Young
Childwith Autism oleh Tarbox, Rachel, dkk menemukan bahwa
token ekomoni meningkatkan perilaku menghadiri kelas oleh
anak autis, penguatan efektif jika token tersedia dan ketika
token dapat ditukar tanpa ada penundaan waktu.
Token economy bisa juga diterapkan dalam :
a. Membantu murid yang cacat di dalam ruang kelas
b. Menangani anak –anak dengan masalah antisocial
c. Treatment untuk pecandu alkohol
d. Menurunkan tingkat absent dan meningkatkan performa
kerja
e. Mengurangi perilaku agresif tahanan.
f. Mengelola perilaku anak dalam keluarga.
4. Keuntungan Token Economy
1 Token dapat digunakan untuk memperkuat perilaku target
segera setelah terjadi.
1 Token ekonomi sangat terstruktur, oleh karena itu, target
perilaku yang diinginkan diperkuat lebih sering secara
konsisten.
1 Pengkondisian token digeneralisasikan sebagai penguat
karena mereka dipasangkan dengan berbagai reinforcers
yang lain. sebagai akibatnya, token berfungsi sebagai
reinforcers meskipun ada operasi spesifik tertentu yang
mungkin ada untuk klien setiap saat.
1 Token dapat dikuantifikasi dengan mudah sehingga
perilaku yang berbeda dapat diterima.
1 Perilaku-perilaku yang ditunjukkan individu dapat dihargai
dengan segera.
1 Besarnya reward/hadiah adalah sama nilainya untuk
semua individu dalam suatu kelompok.
1 Penggunaan hukuman (respon cost) lebih sedikit
resikonya dibandingkan bentuk-bentuk hukuman yang lain.
1 individu dapat belajar ketrampilan-ketrampilan yang
berhubungan dengan masa depan.
5. Kelemahan Token Economy
a. Kurangnya pembentukan motivasi intrinsik, karena token
merupakan dorongan dari luar diri.
b. Dibutuhkan dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuh
pendukung /back up reinforcer
c. Adanya beberapa hambatan dari orang yang memberikan dan
menerima token
III. FLOODING
Floodingini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada
tahun 1967.
Flooding adalah sebuah tipe terapi perilaku berdasarkan prinsip
dari pengkondisian klasikal. Teknik yang digunakan dalam
mengobati berbagai macam gangguan kecemasan, termasuk
sebagai pengobatan untuk phobia.
Phobia adalah rasa takut yang tidak realistik dan
berlebihan akan suatu situasi, aktivitas, atau objek tertentu. Teknik
Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang
menakutkan mereka. Misalnya ketakutan pada laba laba
(arachnophobia ), pasien kemudian dikurung bersama sejumlah
laba laba sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi.
Psikiater Joseph Wolpe (1973) melakukan percobaan yang
menunjukkan flooding. Ia mengambil seorang gadis yang takut
mobil, mengunci di dalam mobil dan mengantarnya berkeliling
selama berjam-jam. Awalnya gadis itu histeris tapi ia akhirnya
tenang kembali ketika dia menyadari bahwa situasi sudah aman.
Sejak itu ia terkait rasa nyaman dengan mobil. Terapi banjir bukan
untuk setiap individu, dan terapis akan mendiskusikan dengan
pasien yang tingkat kecemasan mereka siap untuk bertahan
selama sesi tersebut.
Tehnik Terapi:
1. Mencari stimulus yang memicu gejala gejala
2. Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala
menyebabkan perubahan tingkah laku klien dari keadaan
normal sebelumnya.
3. Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan
menjabarkannya tanpa disertai celaan atau judgement oleh
terapis.
4. Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti
yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk
membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan
5. Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi
muncul dalam diri klien.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa shaping dan
token economy efektif dalam mengubah perilaku seseorang yang tidak
sesuai menjadi perilaku yang dapat diterima lingkungan dan
masyarakat, namun harus menggunakan prosedur yang tepat agar
modifikasi perilaku dapat menunjukkan hasil yang diharapkan.
Flooding adalah sebuah tipe terapi perilaku berdasarkan prinsip dari pengkondisian klasikal. Teknik yang digunakan dalam mengobati berbagai macam gangguan kecemasan, termasuk sebagai pengobatan untuk phobia. Flooding ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967.