18
Operant Conditioning SHAPING 1. Pengertian Shaping adalah pembentukan perilaku baru atau perilaku yang belum pernah dilakukan individu, dan sulit atau tidak mungkin untuk memunculkan perilaku baru yang diinginkan tersebut, dengan cara memberi pengukuh/penguat jika telah muncul perilaku-perilaku yang menyerupai atau mendekati perilaku yang diinginkan, sehingga pada akhirnya memunculkan perilaku yang sama sekali baru yang diinginkan. Jadi shaping itu adalah prosedur yang digunakan untuk membentuk perilaku seorang individu. Karena perilaku memiliki tingkat kejadian, maka tidak mungkin untuk meningkatkan frekuensi perilaku hanya dengan menunggu sampai terjadi dan kemudian baru menguatkannya. Oleh karena itu, untuk memperkuat perilaku harus memperkuat respon mulai dari nol sampai ke frekuensi yang lebih besar. Shaping didefinisikan sebagai perkembangan perilaku baru oleh penguatan berturut-turut dari perilaku yang ingin dikuatkan sebelumnya. Kadang-

Operant Conditioning

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hal indah

Citation preview

Page 1: Operant Conditioning

Operant ConditioningSHAPING

1. Pengertian

Shaping adalah pembentukan perilaku baru atau perilaku

yang belum pernah dilakukan individu, dan sulit atau tidak

mungkin untuk memunculkan perilaku baru yang diinginkan

tersebut, dengan cara memberi pengukuh/penguat jika telah

muncul perilaku-perilaku yang menyerupai atau mendekati

perilaku yang diinginkan, sehingga pada akhirnya

memunculkan perilaku yang sama sekali baru yang

diinginkan.

Jadi shaping itu adalah prosedur yang digunakan untuk

membentuk perilaku seorang individu. Karena perilaku

memiliki tingkat kejadian, maka tidak mungkin untuk

meningkatkan frekuensi perilaku hanya dengan menunggu

sampai terjadi dan kemudian baru menguatkannya. Oleh

karena itu, untuk memperkuat perilaku harus memperkuat

respon mulai dari nol sampai ke frekuensi yang lebih besar.

Shaping didefinisikan sebagai perkembangan perilaku

baru oleh penguatan berturut-turut dari perilaku yang ingin

dikuatkan sebelumnya. Kadang-kadang perilaku baru terjadi

ketika seorang individu menampakkan beberapa perilaku

awal, dan lingkungan (orang lain) memperkuat variasi-variasi

kecil dalam perilaku. Akhirnya bahwa perilaku awal dapat

dibentuk sehingga bentuk akhir tidak lagi menyerupai

perilaku awal.

Page 2: Operant Conditioning

Kebanyakan orang tua menggunakan prosedur

pembentukan dalam mengajar anak-anak mereka untuk

berbicara, misalnya saja ketika pertama kali bayi mulai

mengoceh, ia mengikuti bahasa asli orangtua walaupun masih

mereka-reka. Pada saat mulai mengoceh inilah orangtua

memperkuat perilaku misalnya dengan belaian, pelukan atau

ciuman pada sang anak.

Ada dua cara untuk membentuk sebuah respon, yaitu :

a. Eksternal shaping

Jika kita menghendaki seseorang melakukan sebuah

respon tertentu, misalnya menekan pengumpil untuk

memperoleh makanan, maka lingkungan dapat diatur

sedemikian rupa sehingga respon ini kemungkinan besar

dilakukan. Dalam bahasa skinner, respon-respon dalam

conditional klasik dibentuk secara tidak begitu kaku,

sedang respon-respon instrumental dibentuk secara tidak

begitu kaku tetapi masih tetap berada dibawah

penguasaan kondisi luar.

b. Internal shaping

Internal shaping dapat terjadi dalam lingkungan yang

sangat bebas dan sangat tidak berstruktur. Diberi nama

internal shaping karena tekanan konstan terhadap

tingkah laku datangnya dari dalam organisme, bukan dari

lingkungan fisik. Skinner (1951) bahwa proses internal

shaping dapat dilukiskan dengan cukup obyektif, tetapi

pelaksanaannya memerlukan kecerdasan, akal, dan

Page 3: Operant Conditioning

keahlian yang besar dari orang yang melakukan shaping.

Proses shaping akan sangat berjalan dengan sangat cepat dan

efektif bila reinforcement tepat bersamaan waktu dengan

respon. Dalam shaping ada tahapan-tahapan dalam menuju

perilaku akhir, meskipun belum sampai pada perilaku akhir

yang diharapkan, apabila seseorang itu telah berubah atau

membentuk perilaku baru maka diberikan reinforcement.

2. Aspek Perilaku yang Dapat Dibentuk

Ada tiga aspek perilaku yang bisa dibentuk :

a. Topografi

Pembentukan bentuk respon tertentu atau tindakan

spesifik. Mencetak kata / mengikuti perkataan dan menulis

kata yang sama adalah respon yang sama yang dibuat

dengan dua topografi yang berbeda. Contohnya

membentuk seorang anak untuk mengatakan “mama”

buka “ma-ma”

b. Jumlah

Pembentukan perilaku yang dilakukan dengan

peningkatan jumlah. Contoh; seorang anak yang belajar

berjalan, pada mulanya dia hanya bisa berjalan beberapa

langkah saja, namun lama kelamaan karena diperkuat

akhirnya anak dapat berjalan dengan mulus tanpa tertatih.

c. Intensitas kekuatan suatu respon

Page 4: Operant Conditioning

Pembentukan perilaku yang dilakukan dengan

peningkatan intensitas / keseringan. Contohnya, seorang

anak yang kurang diperhatikan orangtuanya, lalu ia rajin

membersihkan rumah dan sang anak mendapatkan

perhatian orangtuanya, akhirnya anak tersebut akan lebih

sering mengulangi perbuatannya agar terus mendapatkan

perhatian orangtuanya.

Contoh untuk ketiga aspek tersebut yaitu orang mengangkat

barbell, hari pertama dia angkat berbel 2 kg dengan jumlah 8x

angkatan.

Secara topografi : barbell bisa diangkat ke atas,ke

samping dan pindah

Secara jumlah : hari ke2 dia angkat 16x angkatan

Secara intensitas : hari ke3 dia angkat barbell 4kg

Dalam jurnal COMMUNICATIONS OF THE ACM, Vol.

40, No. 1, January 1997 yang berjudul Ethics OnlineShaping

social behavior online takes more than new laws and modified

edicts oleh Deborah G. Johnson mengatakan bahwa shaping

dengan menggabungkan komunikasi online dan ofline dapat

membentuk dan meningkatkan komunikasi, serta dapat

menjadi acuan seseorang ketika berbicara mengajak orang-

orang yang berada dalam forum. Selain itu gabungan antara

komunikasi online dan ofline dapat membentuk kepedulian

seseorang terhadap kerahasiaan dan kebenaran ketika ragu-

ragu atas rahasia terhadap diri sendiril, dan juga mampu

berkomunikasi dengan orang lain dan mengetahui kebenaran

Page 5: Operant Conditioning

atas komunikasi tersebut seperti tidak menipu, memfitnah

ataupun mengusik.

3. Prosedur Shaping

Prosedur untuk melaksanakan shaping yaitu:

a. Menentukan perilaku akhir yang diinginkan

Langkah pertama dalam shaping adalah

mengidentifikasikan dengan jelas perilaku akhir yang

diinginkan, yang sering disebut sebagai perilaku terminal

(tujuan akhir). Dalam kasus anak yang mencoba berjalan

tadi, perilaku terakhir yang diinginkan adalah berjalan

tanpa bantuan, misalnya dari ruang TV sampai ruang

makan. Dengan definisi yang spesifik seperti ini, ada

sedikit kemungkinan bahwa orang yang berbeda akan

mengembangkan harapan yang berbeda mengenai kinerja

sang anak. Jika orang yang berbeda bekerja dengan

individu yang mengharapkan hal yang berbeda, maka

kemajuan cenderung terbelakang. Akhir perilaku yang

diinginkan harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga

semua karakteristik dari perilaku (topografi, jumlah

maupun intensitas) diidentifikasi.

b. Pemilihan pemulaian tingkah laku (memilih perilaku)

Karena terminal perilaku yang diinginkan tidak terjadi

pada awalnya perlu memperkuat beberapa perilaku yang

mendekati itu, dan mengidentifikasi titik awal. Tujuan

program awal ini adalah untuk membentuk perilaku,

dengan memperkuat titik awal ke final yang diinginkan

meskipun titik awal mungkin sama sekali berbeda dengan

Page 6: Operant Conditioning

perilaku terminal.

c. Pemilihan langkah-langkah pembentukan (langkah

memilih Shaping)

Tahap ini membantu kita untuk mendekati akhir perilaku

yang diinginkan. Contoh; anggaplah akhir perilaku yang

diharapkan dalam program membentuk seorang anak

berkata “papa”, telah ditetapkan bahwa anak berkata

“Paa” dan respon ini diatur sebagai perilaku awal. Kita

andaikan bahwa kita memutuskan untuk pergi dari

perilaku awal “Paa” melalui langkah-langkah beriku “Paa-

Paa”, “Pa-Pa”, dan “Papa”. Untuk memulai, penguatan

diberikan pada sejumlah kesempatan untuk memancarkan

perilaku awal (“Paa”). Ketika perilaku ini terjadi pelatih

bergerak ke langkah berikutnya dan memperkuat langkah

demi langkah sampai anak akhirnya berkata “papa”.

Memang tidak ada seperangkat pedoman untuk

mengidentifikasi ukuran langkah yang ideal, namun dalam

usaha untuk menentukan langkah-langkah perilaku awal ke

terminal perilaku, pelatih sudah bisa membayangkan

langkah-langkah yang akan dilalui.

d. Bergerak untuk memperbaiki

Ada beberapa aturan praktis untuk memperkuat respon

akhir yang diinginkan :

a) Jangan bergerak terlalu cepat ke langkah berikutnya.

Masuk ke langkah selanjutnya dapat dilakukan apabila

langkah sebelumnya telah mapan.

b) Lanjutkan dalam langkah-langkah cukup kecil. Jika

Page 7: Operant Conditioning

tidak, langkah sebelumnya akan hilang. Namun, jangan

membuat langkah-langkah kecil yang tidak perlu.

c) Jika kehilangan suatu perilaku karena anda

bergeerak terlalu cepat atau terlalu besar mengambil

langkah, kembali ke langkah awal dimana anda dapat

mengambil perilaku lagi.

d) Item a dan b memberutahukan untuk tidak berjalan

terlalu cepat, dan butir c menyatakan bagaimana untuk

mengoreksi efek buruk berjalan terlalu cepat. Hal ini

juga penting, agar perkembangannya tidak terlambat.

Jika salah satu langkah diterapkan begitu lama maka

akan menjadi sangat kuat, kemugkinan untuk

mencapai terminal akan kecil.

Pedoman ini mungkin tidak begitu membantu. Di satu sisi,

disarankan untuk tidak bergerak terlalu cepat dari satu

pendekatan ke pendekatan lain. Di sisi lain, disarankan untuk

tidak bergerak terlalu lambat. Jika kita bisa menyertai pedoman

ini dengan rumus matematika untuk menghitung ukuran yang

tepat langkah-langkah ynang harus diambil dalam setiap situasi

dan persis berapa banyak bala bantuan harus diberikan pada

setiap langkah, pedoman akan jauh lebih berguna. Shaping

memerlukan banyak latihan dan keterampilan jika harus

dilakukan dengan efektivitas maksimum.

. 4. Kelemahan Shaping

a. Beberapa perilaku tidak bisa dibiarkan terjadi meski pada

saat itu sedang

pada tahap extinction

Page 8: Operant Conditioning

b. Orang tua sering tidak sadar akan prinsip yang ia buat

c. Orang tua terlalu banyak berharap akan segala sesuatu pada

anaknya.

II. TOKEN ECONOMY

1. Pengertian

Token economy adalah sebuah program dimana

sekelompok individu bisa mendapatkan token untuk beberapa

perilaku yang diharapkan muncul, dan token yang dihasilkan

bisa ditukar dengan back up reinforcer. Tokeneconomy dibuat

berdasarkan prinsip conditioningreinforcement. Conditioning

reinforcement adalah stimulus yang tidak secara langsung

menguatkan perilaku, namun stimulus tersebut bisa menjadi

penguat jika dipasangkan dengan reinforcer lain.

Ada tiga karakteristik dasar yang dimiliki token

economysebagai suatu program dalam modifikasi perilaku, yaitu

:

a. Perilaku yang akan diperkuat dipaparkan dengan jelas.

b. Prosedur yang digunakan adalah dengan memberikan

reinforcing

stimuli (token) saat perilaku target muncul.

c. Aturan yang ada direncanakan untuk mengatur pertukaran

token untuk

setiap objek atau peristiwa yang akan diperkuat.

Page 9: Operant Conditioning

2. Prosedur

Langkah-langkah Implementasi Token Economy

a. Menentukan Perilaku Target

Semakin homogen individu kelompok yang akan dikenai token

economy, maka akan semakin mudah menstandardisasikan

aturan-aturan yang berlaku dalam token economy.

b. Mencari Garis Basal

Yakni memperoleh data sebelum melakukan penanganan,

biasanya melalui pengamatan selama dua minggu terhadap

perilaku target. Sesudah program dimulai, kita bisa

membandingkan data dengan data yang diperoleh saat

menentukan garis basal, sehingga dapat menentukan

efektivitas program.

c. Memilih Back up Reinforcer

Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik peserta program

dan apa saja ikira-kira barang yang dibutuhkannya. Barang

yang menjadi pengukuh pendukung haruslah barang yang

dapat digunakan atauconsumable. Perlu diperhatikan pula

tempat penyimpanan, dan dana yang dibutuhkan untuk

melaksanakan program.

d. Memilih Tipe Token Yang Akan Digunakan

Secara umum, tipe token haruslah menarik, ringan, mudah

dipindahkan, tahan lama, mudah dipegang, dan tidak mudah

dipalsukan. Beberapa contoh yaitu stiker, keping logam, koin,

check-mark, poin, poker chip, stempel yang dicap di buku,

Page 10: Operant Conditioning

tanda bintang, kartu, dll.

e. Mengidentifikasi Sumber-sumber Yang Bisa Membantu

Beberapa sumber yang bisa membantu adalah staf, relawan,

mahasiswa, residen, orang yang akan dikenai token itu

sendiri.

f. Memilih Lokasi Yang Tepat.

Token dapat diberikan dimana saja, asal diberikan setelah

perilaku target muncul.

g. Menyiapkan Manual / pedoman Token Economy Pada Klien

Dan Staf.

Ada suatu prosedur spesifik dalam penerapan program token

economy

a. Perlu diperhatikan bagaimana cara penyimpanan data, kertas

data yang akan digunakan, siapa dan bagaimana data itu akan

dicatat.

b. Siapa yang akan memberikan pengukuh atau agen pengukuh

(reinforcing agent), dan untuk perilaku apa.

c. Menentukan jumlah token yang bisa didapat pada setiap

perilaku. Pemebrian token dapat mulai dikurangi bila perilaku

target telah terbetuk.

d. Menyusun prosedur dan menentukan jumlah token untuk

memperoleh back up reinforcer. Pada awal program,

Page 11: Operant Conditioning

frekuensi penyediaan pengukuh pendukung harus cukup

tinggi, lalu berkurang secara bertahap.

e. Berhati-hati terhadap kemungkinan munculnya hukuman.Ada

kemungkinan hukuman bersyarat (possible punishment

contingencies). Klien membayar dengan token bila ia

melakukan tindakan kontraproduktif.

f. Memastikan bahwa tugas yang harus dilakukan staf sudah

jelas, dan pemberian pengukuh pada staf.

g. Membuat rencana untuk menghadapi kemungkinan masalah

yang akan timbul. Masalah yang biasa timbul antara lain,

kebingungan, kekurangan staf, peserta merusak token, dan

lain-lain.

3. Penerapan Token Economy

Dalam jurnal behavioral interventions. 15: 135-143, 2000

yang berjudul Use of a Token Economy to Eliminate Excessive In

Appropriate Social Behavior in an Adult With Developmental

Disabilities. Jornal of Behavioral Interventions.Oleh Le Blanc ,

Linda, dkk menemukan bahwa Token ekonomi efektif untuk

menghilangkan 99% perilku tidak pantas dalam interaksi social,

97% menghilangkan agresivitas verbal, 97% menghilangkan

perilaku seksual yang tidak pantas. Sementara dalam Jornal of

Behavioral Interventions. No 21 hal 155-164 yang berjudul The

Effects of Token Reinforcement on Attending in A Young

Childwith Autism oleh Tarbox, Rachel, dkk menemukan bahwa

token ekomoni meningkatkan perilaku menghadiri kelas oleh

anak autis, penguatan efektif jika token tersedia dan ketika

token dapat ditukar tanpa ada penundaan waktu.

Page 12: Operant Conditioning

Token economy bisa juga diterapkan dalam :

a. Membantu murid yang cacat di dalam ruang kelas

b. Menangani anak –anak dengan masalah antisocial

c. Treatment untuk pecandu alkohol

d. Menurunkan tingkat absent dan meningkatkan performa

kerja

e. Mengurangi perilaku agresif tahanan.

f. Mengelola perilaku anak dalam keluarga.

4. Keuntungan Token Economy

1 Token dapat digunakan untuk memperkuat perilaku target

segera setelah terjadi.

1 Token ekonomi sangat terstruktur, oleh karena itu, target

perilaku yang diinginkan diperkuat lebih sering secara

konsisten.

1 Pengkondisian token digeneralisasikan sebagai penguat

karena mereka dipasangkan dengan berbagai reinforcers

yang lain. sebagai akibatnya, token berfungsi sebagai

reinforcers meskipun ada operasi spesifik tertentu yang

mungkin ada untuk klien setiap saat.

1 Token dapat dikuantifikasi dengan mudah sehingga

perilaku yang berbeda dapat diterima.

1 Perilaku-perilaku yang ditunjukkan individu dapat dihargai

Page 13: Operant Conditioning

dengan segera.

1 Besarnya reward/hadiah adalah sama nilainya untuk

semua individu dalam suatu kelompok.

1 Penggunaan hukuman (respon cost) lebih sedikit

resikonya dibandingkan bentuk-bentuk hukuman yang lain.

1 individu dapat belajar ketrampilan-ketrampilan yang

berhubungan dengan masa depan.

5. Kelemahan Token Economy

a. Kurangnya pembentukan motivasi intrinsik, karena token

merupakan dorongan dari luar diri.

b. Dibutuhkan dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuh

pendukung /back up reinforcer

c. Adanya beberapa hambatan dari orang yang memberikan dan

menerima token

III. FLOODING

Floodingini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada

tahun 1967.

Flooding adalah sebuah tipe terapi perilaku berdasarkan prinsip

dari pengkondisian klasikal. Teknik yang digunakan dalam

mengobati berbagai macam gangguan kecemasan, termasuk

sebagai pengobatan untuk phobia.

Phobia adalah rasa takut yang tidak realistik dan

berlebihan akan suatu situasi, aktivitas, atau objek tertentu. Teknik

Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang

menakutkan mereka. Misalnya ketakutan pada laba laba

Page 14: Operant Conditioning

(arachnophobia ), pasien kemudian dikurung bersama sejumlah

laba laba sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi.

Psikiater Joseph Wolpe (1973) melakukan percobaan yang

menunjukkan flooding. Ia mengambil seorang gadis yang takut

mobil, mengunci di dalam mobil dan mengantarnya berkeliling

selama berjam-jam. Awalnya gadis itu histeris tapi ia akhirnya

tenang kembali ketika dia menyadari bahwa situasi sudah aman.

Sejak itu ia terkait rasa nyaman dengan mobil. Terapi banjir bukan

untuk setiap individu, dan terapis akan mendiskusikan dengan

pasien yang tingkat kecemasan mereka siap untuk bertahan

selama sesi tersebut.

Tehnik Terapi:

1. Mencari stimulus yang memicu gejala gejala

2. Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala

menyebabkan perubahan tingkah laku klien dari keadaan

normal sebelumnya.

3. Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan

menjabarkannya tanpa disertai celaan atau judgement oleh

terapis.

4. Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti

yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk

membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan

5. Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi

muncul dalam diri klien.

Page 15: Operant Conditioning

KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa shaping dan

token economy efektif dalam mengubah perilaku seseorang yang tidak

sesuai menjadi perilaku yang dapat diterima lingkungan dan

masyarakat, namun harus menggunakan prosedur yang tepat agar

modifikasi perilaku dapat menunjukkan hasil yang diharapkan.

Flooding adalah sebuah tipe terapi perilaku berdasarkan prinsip dari pengkondisian klasikal. Teknik yang digunakan dalam mengobati berbagai macam gangguan kecemasan, termasuk sebagai pengobatan untuk phobia. Flooding ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967.