Optimalisasi Fungsi Hijau Kota Depok

Embed Size (px)

Citation preview

  • Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1,Juli 2013 9

    PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN

    OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK

    Boghie Nara, Mustika Anggraeni, Adipandang Yudono

    Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

    Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886

    e-mail: [email protected]

    ABSTRAK

    Sistem tatanan perencanaan pembangunan di perkotaan khususnya di Indonesia, aspek lingkungan terutama

    unsur iklimmasih dianggap sebagai elemen statis, hampir tidak pernah ada pertimbangan bahwa perubahan

    tutupan lahan akanbersumbangsih yang sangat besar terhadap sistem iklim dan perubahannya. Permasalahan

    iklim Depok adalah adanyapergeseran lahan kawasan terbangun, dan berkurangnya nilai kerapatan vegetasi

    dan skala adaptasi masyarakat. Tujuanpenelitian meliputi: 1) Mengidentifikasi karakteristik perubahan tutupan

    lahan, kawasan terbangun, kerapatan vegetasi dan perubahan suhu. 2) Mengidentifikasi, menganalisa pola

    perubahan kawasan terbangun, suhu , kerapatan vegetasi dan presepsi masyarakat terhadap kenaikan suhu

    akibat perubahan tutupan lahan dari masyarakat, serta 3) Menyusun arahan pengendalian peningkatan Suhu.

    Metode analisis terdiri analisis spatial Penginderaan jauh melihat perkembangan lahan,suhu dan kerapatan

    vegetasi, analisis pola perkembangan lahan, analisis tumpang susun/overlay wilayah yang mengalami

    peningkatan suhu, analisis presepsi masyarakat dan arahan pengendalian dalam menurunkan peningkatan suhu.

    Hasil menunjukkan peningkatan suhu terjadi dimulai dalam pada tahun 19902011, pergeseran perubahan kawasan terbangun dan penurunan kerapatan vegetasi menyebabkan adanya gejala Urban Heat Island (UHI).

    Berdasarkan analisis wilayah yang mengalami peningkatan suhu dan pola perkembangan kawasan terbangun,

    kerapatan vegetasi dan sebaran suhu memperlihatkan peningkatan luasan yang semakin besar dan cepat.

    Arahan perencanaanya yaitu perencanaan kebijakan untuk menguatkan perencanaan zona reboisasi fungsi

    hijau dan arahan perencanaan vegetasi lindung untuk menurunkan suhu dan mengintegrasi dengan aspek

    masyarakat dengan mempertahankan atau menambah fungsi hijau Ruang terbuka hijau, koridor hijau, atap

    bangunan hijau.

    Kata Kunci : Iklim, Tutupan Lahan,Vegetasi, Presepsi Masyarakat

    ABSTRACT

    In Indonesia, order sytems in urban development planning, particularly for the environmental aspects of climate

    system, is still a static element. There are nearly no considerations to the fact that land cover changes will

    contribute greatly to the climate systems and its amendments. The Depok climate problem resulted from the land

    shifts caused by land developments, reduced vegetation density, and the scale of community adaptions. Thus, our

    research goals include the following:1)Identify the characteristics of land cover changes, land developments,

    vegetation density and temperature change. 2) Analyze the changing patterns of waking, temperature, density of

    vegetation and the local community perception of the temperature rise, due to the changes in the land cover.

    3.)Develop controls to reduce the rising temperatures. The method of analysis consists of spatial analysis, with

    remote sensing, to see the development of land, analysis of temperature and density of vegetation, land

    development pattern analysis, the analysis of overlay areas experiencing an increase in temperature, and

    analysis of public perception of local climate change and patterns. Analysis is then followed by attempts to

    control in the direction of lowering the temperature increase.Based on the results of analysis of the land cover,

    temperature distribution, and vegetation density, it is revealed that the rising temperatures began in the 1990s,

    and still persists today. Furthermore, our analysis also revealed that the region not only experienced an increase

    temperature but also an increase in the area of rising temperature since the 1990s. The resulted shift from land

    waking, along with decreased vegetation density, caused the symptoms of the so called Urban Heat Island

    (UHI). Our direction is to increase participation in maintaining or adding Green Open Spaces (GOS), which

    may include green functions, green corridors, and green roofs or canopies.

    Keywords: Climate, Land Cover, Vegetation, Public Perception

    PENDAHULUAN

    Perubahan tatanan perkotaan yang terjadi

    di suatu wilayah/daerah merupakan dasar dari

    pertimbangan dalam suatu perencanaan

    pembangunan perkotaan (Susanti, 2006). Dalam

    sistem tatanan perencanaan pembangunan di

    perkotaan khususnya di Indonesia, aspek

  • PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK

    10 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    lingkungan terutama unsur iklim dan peningkatan

    suhu masih dianggap sebagai elemen statis.

    Permasalahan yang cukup penting

    penurunan kualitas lingkungan akibat perubahan

    penggunaan lahan terjadi di perkotaan seperti

    DKI Jakarta dan daerah pinggirannya yaitu Kota

    Depok. Di Kota Depok Tampak bahwa dalam 25

    tahun terakhir ada beberapa unsur mengalami

    perubahan, Kota Depok mengalami kenaikan

    rata-rata 0,170C, suhu di daerah Depok

    cenderung lebih tinggi 0,7oC 0,9oC

    dibandingkan dengan daerah pinggiran (Masat, 2009). Gejala ini telah menambah daftar masalah

    lingkungan Kota Depok. Pembahasan perubahan

    iklim sebenarnya terdiri dari beberapa unsur

    seperti suhu, temperatur, curah hujan dan radiasi

    surya pada penelitian ini hanya dibatasi atau

    difokuskan kearah unsur suhu saja adaptasi dari

    isu yang berkembang di Kota Depok seperti

    terpapar dari penjelasan sebelumnya(Masat, 2009). Dalam permasalahan lingkungan yang

    terjadi khususnya perubahan iklim yang terjadi di

    kota tidak lepas dari adanya permasalahan

    aktifitas manusia, Aktifitas masyarakat sejak era

    industri merubah alam ini, seperti perubahan

    tutupan lahan, khusunya merubah lahan

    pertanian, padang rumput, dan hutan selain itu

    juga merubah kondisi es dan salju. Secara

    keseluruhan, hampir semua energi radiasi yang

    dipantulkan kembali oleh bumi menghasilkan

    efek yang negatif dan menyebabkan terjadinya

    perubahan iklim di wilayah Kota Depok (Aldrian,

    2007).

    Pada akhirnya studi ini diharapkan dapat

    memberikan masukan terhadap penyusunan

    dokumen arahan untuk pengendalian dalam

    pembatasan pembangunan maupun perubahan

    iklim terutama unsur suhu yang terjadi khususnya

    di wilayah Kota Depok. Judul penelitian ini

    adalah Pengendalian Kawasan Terbangun Perkotaan Dengan Optimalisasi Fungsi Hijau Di

    Kota Depok.

    METODE PENELITIAN

    Tujuan yang hendak dicapai dalam

    penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi

    karakteristik perubahan tutupan lahan, kawasan

    terbangun dan kerapatan vegetasi dan perubahan

    suhu di Kota Depok. (2) Mengidentifikasi dan

    menganalisa pola perubahan kawasan terbangun,

    suhu dan kerapatan vegetasi dan presepsi

    masyarakat terhadap kenaikan suhu akibat

    perubahan tutupan lahan dari masyarakat kota

    Depok, serta (3) Menyusun arahan pengendalian

    peningkatan Suhu di Kota Depok.

    Metode analisis yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode analisis Sistem

    Informasi Geografi (SIG) dan penginderaan jauh

    (INDRAJA) deskriptif dan preskriptif yang

    didasarkan dari data yang dikumpulkan baik

    secara kuisioner maupun observasi lapangan.

    Ruang lingkup wilayah dalam penelitian adalah

    Kota Depok.

    Kajian Kebijakan Perubahan Iklim Urban

    Heat Island (UHI) di Indonesia

    Metode Analisis Spatial Penginderaan Jauh

    Deskriptif

    Analisis karakteristik dan perkembangan

    pemanfaatan lahan

    Analisis karakteristik dan perkembangan

    perubahan Suhu

    Analisis NDVI (Normalized Difference

    Vegetation Index)

    Metode Analisis Deskriptif-Evaluatif

    Analisis Pola Perubahan Pemanfaatan Lahan

    Kawasan Terbangun, Kerapatan Vegetasi Dan

    Suhu (UHI)

    Analisis Presepsi Masyarakat Terhadap

    Perubahan Suhu

    Importance Performance Analysis (IPA)

    Metode Analisis Preskriptif

    Arahan kebijakan Pengendalian Perubahan Suhu

    Konsep Pengendalian Perubahan Suhu dengan

    perencanaan zona reboisasi

    Arahan Teknis dan Mayarakat Untuk Zona

    Perencanaan dengan sebaran vegetasi lindung

    untuk menurunkan

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Wilayah Studi

    Wilayah penelitian yang diambil dalam

    penelitian ini adalah Kota Depok. Luas wilayah

    keseluruhan sebesar 20058,21, Ha.

    Gambar 1. Peta administrasi Kota Depok

  • Boghie Nara, Mustika Anggraeni, Adipandang Yudono

    Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    11

    Meningkatnya suhu di wilayah studi

    dimulai tahun 1990 ditandai dengan munculnya

    kawasan pendidikan universitas indonesia,

    menjadi salah satu faktor penentu perkembangan

    pesat kota depok, dalam dekade 1990 2000 hingga 2011 prosentase luasan peningkatan suhu

    bergerak secara cepat, dikarenakan adanya

    perubahan kawasan terbangun, dan berkurangnya

    nilai kerapatan vegetasi. Gejala ini disebut

    dengan Urban Heat Island (UHI), UHI dicirikan

    seperti pulau udara permukaan panas yang

    terpusat di area urban dan akan akan semakin

    turun.

    Urban Heat Island dan Perubahan Kawasan

    Terbangun, Suhu dan Kerapatan Vegetasi

    Gambar 2 dan 3 memperlihatkan Urban

    Heat Island atau peningkatan suhu di Depok pada

    tahun 1990 dan 2011. Dari pengamatan secara

    spasial terlihat bahwa ada perluasan UHI

    peningkatan suhu. Secara analisa kuantiatif

    dengan statistik terhitung adanya perluasan UHI

    (daerah dengan suhu tinggi 26oC-30

    oC, 31

    oC-

    35oC yang terletak pada kawasan terbangun yang

    terdiri dari pemukiman dan jarangnya nilai

    indeks vegetasi dengan kategori rapat di pusat

    kota Depok dalam dekade 20 tahun mengalami

    perubahan seluas peningkatan luasan 5577,19 Ha

    atau sekitar 37% (gambar 4).

    Gambar 2. Peta UHI Tahun 1990

    Gambar 5 dan 6 menunjukkan peta spasial

    klasifikasi penutup lahan Depok tahun 1990 dan

    2011 yang diklasifikasikan dari data satelit

    Landsat. Dari kenampakan spasial terlihat adanya

    perluasan wilayah terbangun. Analisis statistik

    pada gambar 7 menunjukkan adanya pertum-

    buhan kawasan terbangun di Depok 5155,09 Ha

    atau sekitar 29%, sedangkan nilai kerapatan

    vegetasi atau kawasan vegetasi (hutan)

    mengalami peningkatan nilai indeks vegetasi

    jarang seluas 5035,36 Ha atau sebesar 35%

    (gambar 8 dan 9). Pertumbuhan kawasan ter-

    bangun dan berkurangnya kawasan vegetasi

    (gambar 10) inilah yang menyebabkan perluasan

    UHI. Didasarkan atas perubahan sebaran suhu

    pada dekade tahun 1990 2011 yang mengalami perubahan dengan peningkatan suhu (gambar 11

    dan 12) seluas peningkatan luasan 5577,19 Ha

    atau sekitar 37% (gambar 13).

    Gambar 3. Peta UHI tahun 2011

    Gambar 4. Grafik wilayah terpanas/wilayah

    yang mengalami peningkatan suhu Tahun 1990-

    2010

    Gambar 5. Peta kawasan terbangun

    Tahun 1990

  • PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK

    12 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    Gambar 6. Peta kawasan terbangun

    Tahun 2011

    Gambar 7. Grafik kawasan terbangun 1990 2011

    Gambar 8. Peta kerapatan vegetasi 1990

    Gambar 9. Peta kerapatan vegetasi

    Tahun 2011

    Gambar 10. Grafik kerapatan vegetasi Tahun

    1990-2010

    Gambar 11. Peta sebaran suhu Tahun 1990

  • Boghie Nara, Mustika Anggraeni, Adipandang Yudono

    Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    13

    Gambar 12. Peta sebaran suhu Tahun 2011

    Gambar 13. Grafik sebaran suhu Tahun 1990-

    2010

    Tabel 1. Analisis komponen-komponen adaptasi perubahan suhu Kota Depok pada kuadran 4

    Variabel Komponen Sub Variabel Komponen Persepsi

    Fungsi Hijau Menjaga kelestarian RTH, antara

    lain dengan Peningkatan fungsi

    hutan kota

    Menjaga Kebersihan lingkungan RTH dan penambahan fungsi hijau

    contoh hutan kota di Kota Depok merupakan variabel yang penting

    tetapi belum memuaskan. Kebersihan lingkungan yang minim dapat

    menyebabkan Masyarakat enggan untuk disiplin dalam menjaga

    kelestarian wilayah mereka dikarenakan kurangnya pemerhati

    khususnya pemerintah dalam merumuskan solusi ini

    Penyedia Fungsi hijau tersebar,

    menjalur dan mengelompok, yang

    terintegrasi dalam jalur hijau jalan,

    taman, parkir

    Persepsi masyarakat penyediaan fungsi hijau tersebar, menjalur dan

    mengelompok, yang teritegrasi dalam jalur hijau jalan, taman dan

    parkir di Kota Depok dinilai penting tetapi belum memuaskan. Hal ini

    penyebabkan masyarakat juga enggan untuk menjaga kelestarian

    lingkungannya, karena dengan terjaminnya keamanan lingkungan maka

    dapat memberikan kenyamanan bagi Masyarakat terhadap gejala

    peningkatan suhu dengan menjaga kelestarian dan ikut bersumbangsi

    dalam hal pembangunan fungsi hijau sendiri yang harusnya diasilitasi

    pemerintah terlebih dahulu.

    Hubungan suhu, lahan

    dan vegetasi (tanaman

    pepohonan)

    Pengetahuan tanda tentang

    perkembangan meningkatnya suhu

    udara dengan adanya kawasan

    terbangun yang terjadi dalam

    beberapa tahun terakhir

    Pengetahuan tanda tentang perkembangan meningkatnya suhu udara

    dengan adanya kawasan terbangun yang terjadi dalam beberapa tahun

    terakhir di Kota Depok termasuk variabel yang penting tetapi belum

    memadai sehingga untuk adaptasi Masyarakat, terhadap gejala

    peningkatan suhu terhambat. Hal yang dapat mempengaruhi kelancaran

    dalam adaptasi perubahan iklim dengan kurang taunya pengetahuan

    sehingga menimbulkan ketidakpedulian juga terhadap perubahan suhu.

    Singkronisasi program Menuju

    Indonesia Hijau (Program nasional

    MIH, dalam pembangunan kedepan

    seperti pembangunan atap gedung

    dengan fungsi hijau,pepohonan dan

    tumbuhan-tumbuhan)

    Singkronisasi program Menuju Indonesia Hijau (Program nasional

    MIH, dalam pembangunan kedepan seperti pembangunan atap gedung

    dengan fungsi hijau,pepohonan dan tumbuhan-tumbuhan) di Kota

    Depok merupakan variabel yang penting tetapi belum memuaskan.

    Walaupun program ini berasal dari UU 26 tahun 2007 yang

    dirumuskan pemerintah pusat tetapi di Kota Depok belum terlaksana

    hanya sebagai wacana saja, masyarakat merasa hal itu perlu dilakukan

    karena dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi

    Masyarakat untuk menjaga dan bertempat tinggal di kota depok dan

    ikut andil dalam pelaksanaan dan pembangunannya.

    Skala penanganan Adaptasi

    perubahan iklim dalam kaitannya di

    sini dengan fungsi hijau yang ada

    (penyesuaian dalam peningkatan

    suhu yang terjadi beberapa tahun

    terakhir)

    Skala penanganan Adaptasi perubahan iklim dalam kaitannya disini

    dengan fungsi hijau yang ada (penyesuaian dalam peningkatan suhu

    yang terjadi beberapa tahun terakhir) di Kota Depok dinilai penting

    dengan tingkat kepuasan yang baik. Adaptasi dalam perubahan iklim

    merupakan faktor penting dalam penanganan perubahan UHI di suatu

    wilayah perkotaan karena aspek adaptasi merupakan aspek yang krusial

    dari segi sosial masyarakat

  • Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1,Juli 2013 14

    Importance Performance Analysis (IPA)

    Analisis tabulasi persepsi Masyarakat

    terhadap gejala peningkatan suhu dihitung

    berdasarkan analisis IPA terhadap komponen

    adaptasi dari perubahan iklim khususnya suhu

    udara. Analisis dengan metode IPA ini nantinya

    akan menghasilkan tingkat kepuasan dan

    kesesuaian terhadap faktor-faktor penanganan

    adaptasi perubahan suhu udara. Pengambilan

    sampel lokasi untuk presepsi masyarakat di

    wilayah studi dilakukan berdasarkan hasli dari

    analisis wilayah yang mengalami peningkatan

    suhu/ wilayah terpanas, pada kaitannya disini

    atau dengan teori yang ada pengambilan sampel

    tidak didasarkan dengan batas administrasi secara

    kecamatan tetapi dominasi sebaran di seluruh

    wilayah studi, adapun lokasi yang diambil di

    daerah sekitar kecamatan pancoran mas,

    sukmajaya, cimanggis dan cinere yang notabene

    luasan dengan wilayah terpanas cukup

    besar/tinggi.

    Arahan Pengendalian Kawasan Terbangun

    Sebagai Upaya Untuk Peningkatan Wilayah

    dengan Suhu Terpanas/Urban Heat Island

    (UHI)

    Perlu dirumuskan suatu arahan

    berdasarkan aspek kebijakan dengan pelibatan

    dari segala unsur yang terkait (pemerintah,

    peneliti, swasta dan masyarakat di Kota Depok)

    diantaranya : Memasukan agenda adaptasi,

    Meninjau kembali dan menyesuaikan inisiatif

    perencanaan pembangunan yang ada sehingga

    menjadi tahan (resilience) terhadap perubahan

    iklim, khususnya dalam UHI , Melembagakan

    pemanfaatan informasi iklim , Memilih opsino-

    regrets (tanpa penyesalan), yakni mengambil

    tindakan adaptasi, meski misalnya perubahan

    iklim tidak terjadi,Mendorong terbentuknya

    dialog nasional dengan pejabat terkait khususnya

    mengenai Global Climate Change. Peningkatan

    kapasitas untuk mengintegrasikan perubahan

    iklim dengan pengarus-utamaan adaptasi

    perubahan iklim kedalam perencanaan,

    perancangan infrastruktur, Pengembangan isu

    perubahan iklim dalam kurikulum sekolah

    menengah dan perguruan tinggi;Pengembangan

    sistem pengamatan cuaca.

    Arahan Teknis dan Mayarakat Untuk Zona

    Perencanaan dengan Sebaran Vegetasi

    Lindung untuk Menurunkan Suhu

    Dalam penelitian oleh karyono (2005) mengenai

    adanya vegetasi lindung dapat menurunkan suhu

    memperlihatkan penanaman vegetasi lindung

    /pepohonan di sekitar rumah tinggal akan

    menurunkan suhu udara sekitar 3OC, (gambar 14

    dan 15).

    Tabel 2. Arahan zona perencanaan hijau

    penanaman vegetasi lindung Ttknis dan

    masyarakat di Area Zona Reboisasi Zona Luas

    Penambahan

    Zona

    Rebosasi

    Ruang

    Terbuka

    Hijau (m2)

    Jumlah

    Area

    (900m2)

    Jumlah

    vegetasi

    lindung (1

    vegetasi=3OC)

    Penuru-

    nan suhu

    per

    area

    I 5.318.000 5.909 23.836 19oC-23oC

    II 818.000 910 2.727 17oC-21oC

    Anomali 12.098.000 13.441 25.653 15oC-19oC

    Gambar 14. Zona reboisasi fungsi hijau Kota

    Depok

    Gambar 15. Zona perencanaan vegetasi lindung

    Kota Depok

    SIMPULAN

    Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat

    ditarik kesimpulan :

    Karakteristik perubahan tutupan lahan

    khususnya kawasan terbangun dan kerapatan

    vegetasi serta sebaran suhu untuk mengetahui

    PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK

    14

  • Boghie Nara, Mustika Anggraeni, Adipandang Yudono

    Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    15

    peningkatan suhu Urban Heat Island (UHI)

    didapat dari hasil overlay peta hasil luasan

    kawasan terbangun, Nilai Indeks Kerapatan

    Vegetasi dan Sebaran suhu dengan hasil :

    Menunjukan bahwa klasifikasi perubahan lahan

    khususnya perubahan kawasan terbangun

    mengalami kenaikan dengan perubahan luasan

    sebesar 2.636,7 Ha atau sekitar 16 %,

    Menunjukan bahwa klasifikasi perubahan nilai

    indeks NDVI -0,99 (-0,5) mengalami kenaikan dengan perubahan luasan sebesar 3691,14 Ha

    atau sekitar 28%, Sedangkan sebaran suhu nya

    mengalami peningkatan rentang suhu 26oC 35oC mengalami peningkatan seluas 3.437,02 Ha

    atau sebesar 18%,

    Pola perubahan suhu terjadi akibat adanya

    factor perubahan fungsi lahan dari kawasan tidak

    terbangun menjadi kawasan terbangun yang

    tersebar merata dipusat wilayah studi,

    perkembangan/ pembangunan pada kawasan ini

    terjadi cukup cepat dan sulit terhambat

    dikarenakan adanya faktor pemicu perkembangan

    wilayah studi yaitu kawasan pendidikan,

    sehingga menimbulkan peningkatan suhu

    didukung dengan berkurangnya lahan resapan

    atau kawasan tidak terbangun sehingga

    menimbulkan pemanasan perkotaan atau yang

    disebut Urban Heat island (UHI). Presepsi dari

    masyarakat mengenai adanya peningkatan suhu

    terpanas di wilayah penelitian menggambarkan

    bahwa beberapa faktor yang dianggap penting

    menurut mereka masih belum terakomodir dalam

    pelaksanaan untuk kondisi wilayahnya yang

    mengalami peningkatan suhu atau semakin

    panas, seperti pada fungsi hijau dimana

    kelestarian manfaat RTH dan jalur hijau terutama

    di pusat perkotaan Kota Depok masih belum

    terlaksana, Adaptasi perubahan peningkatan suhu

    dan manfaat fungsi hijau yang dirasa belum

    tercukupi untuk masyarakat.

    Arahan pengendalian kawasan terbangun

    dengan optimalisasi fungsi hijau khususunya UHI

    di wilayah penelitian diantaranya arahan

    berdasarkan kebijakan yang melatarbelakangi

    perencanaan teknis dan masyarakat, arahan zona

    reboisasi fungsi hijau, arahan penurunan suhu

    dan adaptasi masyarakat di perencanaan fungsi

    hijau Kota Depok.

    Saran

    Adapun saran yang dapat diberikan oleh

    melakukan reboisasi di lokasi yang tepat dengan

    analisa citra satelit TERRA dan AQUA Dalam

    penelitian sejenis ada baiknya menggunakan citra

    yang sama sesuai dengan tahun dilaksanakan

    penelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam

    perolehan model pada sebaran suhu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Tamin, O. 2009. Perencanaan Transportasi Kota

    dan Wilayah. Jakarta. Gramedia.

    Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas

    Data Melalui Triangulasi pada

    Penelitian Kualitatif. Jurnal

    Teknologi Pendidikan. Vol.10 No. 1,

    April 2010

    Danoedoro, P. 2004. Sains Informasi Geografis.

    Jurusan Kartografi dan Penginderaan

    Jauh Fakultas Geografis UGM:

    Yogyakarta

    Dwiyanto, A. 2009. Kuantitas dan Kualitas

    Ruang Terbuka Hijau (RTH) di

    Pemukiman Kota. Jurnal Nasional

    Arsitektur. Universitas Diponegoro

    Press: Semarang

    Howard, J. A. 1996. Penginderaan Jauh Untuk

    Sumber Daya Hutan Terori dan

    Aplikasi. Universitas Gadjah Mana:

    Yogyakarta

    IPCC, 2007: Perubahan Iklim 2007: Laporan

    Sintesis. Kontribusi Kelompok Kerja

    I, II dan III pada Laporan Penilaian

    Keempat dari Panel Antar Negara

    terhadap Perubahan Iklim. Tim

    Penulis Inti, Pachauri, R.K dan

    Reisinger, A. (eds.). IPCC, Geneva.

    Irwan, Z. D. 2005. Tantangan Lingkungan dan

    Lansekap Hutan Kota. Penerbit Bumi

    Aksara: Jakarta

    Kartono, Kartini & Gulo, Dali. 1987. Kamus

    Psikologi. Bandung : Pionir Jaya.

    Kementrian Lingkungan Hidup, 2007: Rencana

    Aksi Nasional tentang Perubahan

    Iklim. Kementrian Lingkungan

    Republik Indonesia.

    Lillesand, T. M dan Kiefer, R.W. 1990.

    Penginderaan Jauh dan Interpretasi

    Citra. Universitas Gadjah Mada:

    Yogyakarta

    Lindgren, D. T. 1985. Land Use Planning and

    Remote Sensing. Martinus Nijhoff

    Publishers: Doldrecht

    Masat, A.2009. Dampak Pembangunan Terhadap Perubahan Iklim di DKI

    Jakarta. Badan Meteorologi dan

    Geofisika: Jakarta

    Purwadhi, H.S dan Sanjoto, B.T. 2008.

    Pengantar Interpretasi Citra

    Penginderaan Jauh. PUSDATA

    LAPAN dan UNS: Jakarta dan

    Semarang

    Purwadhi,S.H. 1999. Pembuatan Kunci

    Interpretasi Liputan Lahan Dari Citra

    Landsaat TM. Bab III Buku :

    Geografi Dan Penerapannya dalam

  • PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK

    16 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

    Pembangunan Wilayah. Jurusan

    Georafi, Fakultas Matematika dan

    Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),

    Universitas Indonesia: Jakarta

    Saaty, T. L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi

    Para Pemimpin: Proses Hirarki

    Analitik untuk Pengambilan

    Keputusan dalam Situasi yang

    Kompleks. Terjemahan dari Decisions

    Making for Leaders : The Analytical

    Hierarchy Process for Decisions in

    Complex Word. LPPM dan Pustaka

    Binaman Pressindo: Jakarta.

    Sadyohutomo, M. 2006. Penatagunaan Tanah

    Sebagai Subsistem dari Penataan

    Ruang. Yogyakarta: Aditya Media

    Sitorus, et al. 2006. Kajian Model Deteksi

    Perubahan Penutup Lahan

    Menggunakan Data Inderaja Untuk

    Aplikasi Perubahan Lahan Sawah.

    Bidang Pengembangan Pemanfaat

    Inderaja: Pusbangja Lapan

    Subaryono. 2005. Pengantar Sistem

    Informasi Geografis. Jurusan Teknik

    Geodesi Fakultas Teknik Universitas

    Gadjah Mada : Yogyakarta

    Susandi, A. 2006. Bencana Perubahan Iklim

    Global dan Proyeksi Perubahan Iklim

    Indonesia. Kelompok Keahlian Sains

    Atmosfer Fakultas Ilmu Kebumian

    dan Teknologi Mineral ITB: Bandung

    Susanta, G dan Hari S. 2008. Akankah Indonesia

    Tenggelam Akibat Pemanasan

    Global. Penebar Swadaya: Jakarta

    Susanti. I. 2006. Aspek Iklim dan Perencanaan

    Tata Ruang. Jurnal PPI Edisi

    Vol8/XVII/November 2006. LAPAN:

    Jakarta

    Sutanto. 1982. Penafsiran Foto Udara Untuk

    Penafsiran Jumlah Penduduk Dan

    Distribusinya, Studi Kasus di

    Kecamatan Kalianda dan Kecamatan

    Palas, Kabupaten Lampung Selatan.

    Disertasi Untuk Memperoleh Derajad

    Doktor dalam Ilmu Geografi pada

    Universitas Gajahmada: Yogyakarta

    Sutanto. 1999. Penginderaan Jauh. Universitas

    Gadjah Mada: Yogyakarta

    Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Penerbit ITB

    Press: Bandung

    Walgito, Bimo. 2000. Psikologi Sosial (Suatu

    Pengantar). Yogyakarta : Andi

    Warpani, S. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan

    Angkutan Jalan. ITB: Bandung

    Widyawati. Hafid, S. Farida R. 2006. Kondisi

    Udara Sebagai Cermin Penataan

    Ruang Kota. (Online), diakses pada

    tanggal 17 Desember 2011

    (www.geografiana.com/makalah/fisik/

    kondisi-udara-sebagai-cermin-

    penataan-uang-kota)

    Winarso, P. A, 2007. Variabilitas/penyimpangan

    Iklim atau Musim Di Indonesia dan

    Pengembangannya. Makalah Seminar

    Nasional Ilmu Tanah. KMIT Jurusan

    Tanah Fakultas Pertanian UGM.

    Yogjakarta

    World Climate Conference, 1979. a conference

    of experts on climate. Proceedings

    World Climate Conference 12-23

    February 1979: Geneva