29
Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Kebijakan desentralisasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah memberi keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangganya sendiri dalam wujud ‘Otonomi Daerah’. Melalui konsep otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab. Dalam mendukung otonomi tersebut manusia adalah faktor utama dalam pembangunan yang diharapkan mampu menciptakan kinerja yang berkualitas dan mencapai produktivitas yang tinggi sehingga mampu mencapai tujuan pembangunan. Untuk mencapainya, maka diperlukan sumber daya manusia yang sehat baik jasmani dan rohani karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang menunjang semua aktifitas kehidupan. Lebih lanjut, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditegaskan bahwa : “Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup

Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui

Pemberdayaan Puskesmas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan desentralisasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah memberi keleluasaan kepada daerah untuk

mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangganya sendiri dalam wujud

‘Otonomi Daerah’. Melalui konsep otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab.

Dalam mendukung otonomi tersebut manusia adalah faktor utama dalam

pembangunan yang diharapkan mampu menciptakan kinerja yang berkualitas dan

mencapai produktivitas yang tinggi sehingga mampu mencapai tujuan

pembangunan. Untuk mencapainya, maka diperlukan sumber daya manusia yang

sehat baik jasmani dan rohani karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang

menunjang semua aktifitas kehidupan.

Lebih lanjut, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

1992 tentang kesehatan ditegaskan bahwa : “Pembangunan kesehatan bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal”. Dalam

Undang-Undang tersebut ditegaskan bahwa tiap-tiap warga negara Republik

Indonesia berhak memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya dan

diikutsertakan dalam usaha-usaha kesehatan pemerintah Republik Indonesia dan

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya itu harus dapat dicapai oleh seluruh

rakyat Indonesia secara merata.

Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan (Health Service) menurut

Levey dan Loomba dalam Azrul (1996,34) ialah setiap upaya yang

Page 2: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencagah dan menyembuhkan penyakit

serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun

masyarakat.

Puskesmas merupakan sarana atau organisasi dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat yang di dalamnya terdapat konsep akuntabilitas.

Puskesmas sendiri adalah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

merata, tidak ada diskriminasi sehingga pelayanan tersebut menjadi lebih

akuntabel, efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diketahui rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia?

2. Bagaimana keberadaan puskesmas sebagai basic pelayanan mayarakat

miskin?

3. Bagaimana upaya pengoptimalan pelayanan kesehatan masyarakat melalui

pemberdayaan puskesmas?

1.3 Tujuan

1. Untuk menganalisa kondisi pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia s

2. Untuk mendeskripsikan keberadaan puskesmas sebagai basic pelayanan

mayarakat miskin

3. Untuk menjelaskan upaya pengoptimalan pelayanan kesehatan masyarakat

melalui pemberdayaan puskesmas

Page 3: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Publik

a. Konsepsi Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan perundang-undangan (KEP MENPAN

NO. 63/KEP/M.PAN/7/2003).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa hakikat pelayanan

publik menurut Djoko Wijono mengandung 3 unsur, yaitu :

1. Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan publik.

2. Mendorong upaya mengefektifkan system dan tata laksana pelayanan sehingga pelayanan publik dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

3. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa, danperan serta masyrakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas (Djoko Wijono, 1997:114)

Dari beberapa pengertian pelayanan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pelayanan publik merupakan suatu bentuk usaha pelayanan yang dilakukan baik

oleh individu ataupun organisasi sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang

dimiliki dalam rangka memberikan bantuan kemudahan untuk dapat mencapai

tujuan dari publik atau pelanggan.

Dalam konteks pelayanan publik dapat dipahami bahwa keberhasilan proses

pelayanan publik sangat tergantung pada dua pihak yaitu birokrasi atau budaya

organisasi (pelayan) dan masyarakat (yang dilayani). Dengan demikian untuk

melihat kualitas pelayanan publik perlu diperhatikan dan dikaji dua aspek pokok

Page 4: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

yakni, pertama, aspek proses internal organisasi birokrasi. Kedua, aspek eksternal

organisasi yakni kemanfaatan yang dirasakan oleh masyrakat pelanggan.

b. Manajemen Pelayanan Publik

Aktivitas manajemen yang dimaksud disini adalah aktivitas yang dilakukan

oleh manajemen dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Moenir,

1998:163) dan manajemen pelayanan itu sendiri adalah manajemen proses, yaitu

sisi manajemen yang mengatur dan mengendalikan proses layanan,agar

mekanisme kegiatan pelayanan dapat berjalan tertib, lancer, tepat mengenai

sasaran dan memuaskan bagi pihak-pihak yang dilayani (Moenir, 1998:186)

sedangkan manajemen pelayanan publik adalah manajemen proses yang

kegiatannya diarahkan secara khusus pada terselenggaranya pelayanan guna

memenuhi kepentingan umum atau kepentingan perorangan melalui cara-cara

yang tepat dan memuaskan pihakyang dilayani (Moenir, 1998:204).

Dengan adanya cara-cara yang tepat untuk menangani kegiatan pelayanan

akan sangat membantu kelancaran dan kecepatan penangan kepentingan orang-

orang yang bersangkutan disini termasuk masalah prosedur dan metode yang

sederhana sehingga pelaksanaan kegiatan dapt efektif dan efisien, mencapai

sasaran yang telah ditentukan.

Selain melalui cara-cara yang tepat, pelayanan publik dapat berhasil dengan

baik jika didukung dengan unsur pelaku. Pelaku dapat berbentuk badan atau

organisasi yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

manusianya selaku pegawai baik secara kelompok atau individual dan sebagai

pelaku dalam pelayann publik di Indonesia adalah pegawai Republik Indonesia

yang di dalamnya terdapat kelompok yang dominan baik dalam hal peran

layanannya maupun dalam hal jumlahnya.

2.2 Pelayanan Kesehatan Masyarakat

a. Konsepsi Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat berasal dari gabungan kata kesehatan dan masyarakat.

Beberapa pengertian kesehatan antara lain :

- Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin,1938)

Page 5: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

- Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari fisik mental dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (WHO,1947 dan Undang-Undang Kesehatan Nomor 9 Tahun 1960)

- Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari oragan tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan lingkungan yang dipunyainya (WHO,1957)

Dari ketiga batasan ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif

secara sosial dan ekonomi bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat

dan kelemahan. Sedangkan masyarakat menurut Linton dalam Indan Entjang

(1993,14) yaitu masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup

lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan

dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-

batas tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat adalah

suatu usaha yang dilakukan untuk masyarakat dengan tujuan untuk mencegah

timbulnya penyakit, memperpanjang masa hidup dan mempertinggi nilai

kesehatan dengan jalan menimbulkan, menyatukan, menyalurkan, mengkoordinir

usaha-usaha di dalam masyarakat ke arah terlaksananya koordinir usaha-usaha

perbaikan kesehatan lingkungan, pencegahan dan pemberantasan penyakit,

mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perseorangan,

pengkoordinasian tenaga-tenaga kesehatan agar dapat melakukan pengobatan dan

perawatan sebaik-baiknya, dan pengembangan usaha-usaha masyarakat agar

dapat mencapai tingkat hidup yang setingi-tingginya sehingga dapat memperbaiki

dan memelihara kesehatannya.

b. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Menurut Azrul Azwar dalam bukunya “Pengantar Administrasi Kesehatan”

berpendapat bahwa suatu pelayanan kesehatan yang baik harus memiliki berbagai

syarat pokok antara lain :

1. Tersedia dan Berkesinambungan (Available and Continous)

Page 6: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat yaitu ada pada saat dibutuhkan.

2. Dapat Diterima dan Wajar ( Acceptable and Appropriate)

Pelayanan kesehatan tersebut bersifat wajar dan tidak bertentangan dengan adat-istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat.

3. Mudah Dicapai (Accepsible)

Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.

4. Mudah Dijangkau (Affordable)

Keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut biaya, diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

5. Berkualitas (Quality)

Pengertian berkualitas disini menunjuk pada tingkat kesempuranaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standart yang telah ditetapkan (Azrul Azwar,1996,38-39).

c. Aspek Pelayanan Kesehatan

Menurut Muninjaya (1999,44) untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan

pelayanan kesehatan, pemerintah (Depkes) telah menetapkan indikator

keberhasilan pelayanan sektor kesehatan. Aspek ini secara spesifik diuraikan

dalam Sistem Kesehatan Nasional yang meliputi :

1. Derajat Kesehatan : Lama hidup, kematian, cacat, kesakitan, status gizi,

tingkat pendidikan kesehatan, tersedianya air bersih, kebersihan

lingkungan, jamban dan upaya kepenuhsesakan.

2. Upaya Kesehatan : Tenaga, peralatan, fasilitas, biaya, kebijakan,

informasi kesehatan, organisasi dan kegiatan.

3. Demografi

Page 7: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

4. Perilaku Penduduk Terhadap Kesehatan

5. Pengadaan Sumber Daya

6. Pemanfaatan Sumber Daya

7. Kesepakatan Kebijakan

8. Potensi Organisasi Kemasyarakatan : peran sektor lain seperti sektor

pendidikan, perekonomian dll.

9. Lingkungan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kondisi pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia

Kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat perlu

mendapatkan perhatian yang lebih serius terutama yang berkaitan dengan SDM

(sumber daya manusia) yang bekerja pada organisasi tersebut, sehingga dapat

memberikan kontribusi yang terbaik bagi pencapaian tujuan organisasi maka

dituntut kesadarannya, profesionalisme, kedisiplinan dan kinerja yang setinggi

mungkin sehingga roda organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efesien.

Dalam kaitannya hal tersebut diatas, maka untuk mewujudkan cita-cita

Indonesia sehat 2010 yang memuat harapan agar penduduk Indonesia memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan

merata serta berkesinambungan. Walaupun demikian, berbagai fakta menyadarkan

bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata itu masih jauh dari

harapan masyarakat dan membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh untuk

mencapainya. (Anonim, 2003 :1).

Berkaitan dengan pentingnya aspek kesehatan dalam rangka pembangunan

nasional yang disesuaikan pada kondisi sosial budaya dan geografis penduduk

Indonesia, maka pada bulan November 1967 Pemerintah Republik Indonesia

merumuskan program kesehatan terpadu sesuai dengan kondisi social dan

kemampuan rakyat Indonesia yang dinamakan dengan PUSKESMAS (Pusat

Kesehatan Masyarakat) sebagai suatu pelayanan kesehatan yang memberikan

Page 8: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu dan menyeluruh dan mudah

dijangkau oleh masyarakat.

Dewasa ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air dan

bahkan untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas Induk dibantu

oleh Puskesmas pembantu dan Puskesmas Keliling. Tercatat pada tahun 2002

jumlah Puskesmas diseluruh Indonesia adalah 7.277 unit dan Puskesmas

Pembantu sebanyak 2L587 unit serta Puskesmas Keliling 5.084 unit (perahu 716

unit dan Ambulance 1.302). (Warta Kesehatan Indonesia Edisi Oktober 2002)

3.2 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan puskesmas di Indonesia

Untuk mengukur suatu kinerja organisasi yang efektif, efesien dan optimal

seperti halnya kinerja pada organisasi Puskesmas di Indonesia, maka sangat

dipengaruhi oleh beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih

serius, sebab hal tersebut dinilai sebagai ujung tombak dalam pencapaian kinerja

suatu organisasi diantaranya adalah :

1. Perencanaan

Planning atau perencanaan merupakan proses pemikiran dan penentuan secara

jelas dari segala sesuatu yang akan dijelaskan dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi. Karena pada dasarnya setiap proses pemikiran itu

memerlukan suatu keputusan, maka planning atau perencanaan meliputi

serangkaian keputusan-keputusan termasuk keputusan dalam hal tujuan

kebijaksanaan, prosedur, program dan metode serat jadwal waktu pelaksanaan.

Perencanaan merupakan dasar atau arah atau pedoman bagi manajemen dalam

melaksanakan tugas. Oleh karena itu berhasil tidaknya organisasi mencapai

tujuannya sangat ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dan apabila rencana itu salah maka dengan sendirinya tujuan organisasi tidak

akan tercapai. (Maryati Sukarni. Kansius 1994:27)

Page 9: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

2. Pengawasan

Pengawasan atau controlling bertujuan untuk mengetahui apakah

pelaksanaan tugas/pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya. Pengawasan menyangkut kegiatan membandingkan antara basil

nyata yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan dan apabila

pelaksanaannya menyimpang dari rencana maka perlu diadakan koreksi

seperlunya. Organisasi akan berhasil dan akan mencapai sasarannya apabila

pimpinan mampu melaksanakan fungsi pengawasan dengan sebaik-baiknya.

(Maryati Sukarni. Kansius 1994 :29)

3. Evaluasi

Proses evaluasi di dalam manajemen adalah sangat penting. Demikian pula

di dalam dunia kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan investasi

social yang cukup berperan usaha-usahanya mencakup sasaran kesejahteraan

manusia.

Evaluasi sesungguhnya adalah proses kegiatan yang akan menilai segala

sesuatu yang akan diperoleh dengan apa yang sudah ditetapkan

perencanaannya atau dengan apa yang ingin dicapai melalui perencanaan

semula. Karenanya untuk menghindarkan agar penyimpangan itu tidak

berlangsung terlalu jauh dari suatu kekeliruan. Jadi kita harus melakukan

point evaluasi pada setiap titik kegiatan yang dianggap perlu. (Maryati

Sukarni. Kansius 1994 :21)

Namun aspek-aspek lain yang sangat mempengaruhi dari pada kinerja suatu

organisasi dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat yang banyak

memberikan kontribusi di dalam pelaksanaan program kesehatan seperti:

a. Kemampuan sumber daya manusia (SDM).

Page 10: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

Setiap organisasi pemerintah dan swasta termasuk di Puskesmas memiliki

asset yang pada dasarnya dapat digolongkan dalam " 3 M " yaitu Man. Money

dan material. Dari ketiga unsur M tersebut pertama adalah manusia merupakan

asset yang paling penting dan menentukan, karena nilai kedua unsur M lainnya

sangat tergantung pemanfaatannya oleh manusia sebagai pelaku aktif dalam

organisasi (Atmosoepratpo, 2001 : 30).

Moekiyat (1987 :3) mengemukakan ada 3 unsur kualitas yang perlu

dikembangkan dari setiap pegawai yaitu :

a. Keahlian. Agar supaya pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan

lebih efektif.

b. Pengetahuan, agar supaya pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional

c. Sikap, agar supaya timbul kemauan kerja sama dengan teman-teman dan

pimpinannya.

b. Kemampuan Biaya Kesehatan

Kemampuan biaya adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk

menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang

diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari batasan

ini terlihat bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni (Imbalo

52-53).

1. Penyedia pelayanan kesehatan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia

pelayanan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan pengertian seperti ini tampak

bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan, adalah persoalan

Page 11: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

utama para pemerintah ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan

menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Pemakai jasa pelayanan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan

adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa

pelayanan.

Biaya kesehatan banyak macamnya hanya saja disesuaikan dengan

pembagian pelayanan kesehatan, maka biaya kesehatan tersebut secara umum

dapat dibedakan atas dua macam yakni :

1. Biaya pelayanan kedokteran

Biaya kedokteran adalah untuk menyelenggarakan dan atau

memanfaatkan pelayanan kedoketeran, yakni yang tujuan utamanya adalah

untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.

2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat

Biaya yang dimaksud di sini adalah yang dibutuhkan untuk

menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat

yakni tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta untuk mencegah penyakit.

Namun dalam pembiayaan kesehatan harus mempunyai syarat-syarat pokok

yang harus dipenuhi antara lain :

- Jumlah. Jumlah adalah syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia

dalam jumlah yang cukup dalam arti dapat menyelenggarakan semua upaya

kesehatan yang dibutuhkan serta dapat menyulitkan masyarakat yang ingin

memanfaatkannya.

Page 12: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

- Penyebaran. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah penyebaran dana yang

harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang tersedia tidak dapat

dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan penyelenggaraan

setiap upaya kesehatan.

- Pemanfaatan. Sekalipun jumlah dan penyebaran dana secara merata, tetapi

jika pemanfaatannya tidak mendapatkan peraturan yang seksama, niscaya

akan banyak menimbulkan masalah, yang jika berkelanjutan akan

menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

c. Ketersediaan sarana dan prasarana

Penempatan sebuah Puskesmas sekarang ini adalah lebih banyak dibangun di

ibu kota kecamatan, sedangkan untuk Puskesmas pembantu di tempatkan di

desa. Bagi masyarakat atau desa yang maju dengan penduduk yang banyak

dapat ditempatkan sebuah Puskesmas, tergantung dari ketersediaan tenaga,

khususnya tenaga dokter.

Penempatan Puskesmas juga harus dipertimbangkan permintaan masyarakat.

Sering terjadi penempatan sebuah Puskesmas tidak berdasarkan permintaan

masyarakat, sehingga keadaan demikian Puskesmas tidak efektif dan efesien.

Kesalahan dalam penempatan Puskesmas selama ini, maka menuntut

perencanaan sebuah Puskesmas dilakukan secara efektif dan efesien. Satu

hal yang perlu dipertimbangkan terutama adalah ketersediaan tenaga medis

dan para medis dan permintaan masyarakat serat keterjangkauannya atau luas

wilayah dan jumlah penduduk cukup memadai. Termasuk dalam ketersediaan

sarana dan prasarana seperti pengadaan gedung yang layak dan pendistribusian

obat-obatan. (Kamalia Manajemen Pelayanan Rumah Sakit Dan Puskesmas 98-

100)

Page 13: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

d. Pendistribusian Tenaga Kesehatan

Pendistribusian tenaga kesehatan dewasa ini adalah menjadi masalah

pokok yang harus dituntaskan. Mengingat banyaknya tenaga kesehatan yang

ditugaskan di daerah-daerah terpencil sering meninggalkan dan melalaikan

tugas-tugasnya, dengan alasan mereka tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan

yang akan ditempati atau mereka menganggap bahwa penempatan mereka di

daerah-daerah terpencil tidak seimbang dengan gaji yang mereka terima. Dan

mereka cenderung memilih pindah di kota. Akhirnya masyarakat yang hendak

berobat mengalami kesulitan dan apabila mau berobat harus rela menunggu lama

karena dokter terlambat atau tidak berada ditempat

3.3 Realisasi keberadaan puskesmas sebagai basic pelayanan mayarakat miskin

Pemerintah berupaya mereorientasi pembangunan kesehatan. Penanganan

kesehatan masyarakat lebih dititikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa

bukan sekadar penyembuhan penyakit, namun termasuk pencegahan penyakit,

perlindungan keselamatan, dan promosi kesehatan. Hal itu menyadarkan kepada

kita bahwa membina kesehatan bangsa atau menciptakan bangsa yang sehat,

cerdas, trampil, tidak bisa dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan semata.

Namun hingga kini, perubahan paradigma masih sangat kecil (bila tidak ingin

disebut tidak ada). Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat ini lebih banyak

terfokus pada persoalan "pelayanan kesehatan". Salah satu faktor penting untuk

mendukung kegiatan pelayanan kesehatan adalah ketersediaan jumlah dan kualitas

tenaga kesehatan yang memadai dalam menentukan keberhasilan upaya dan

manajemen pelayanan kesehatan.

Puskesmas selama ini merupakan sarana kesehatan yang langsung bersentuhan

dengan masyarakat miskin. Keberadaan puskesmas sangat bermanfaat bagi

keluarga tak mampu yang tinggal di daerah pelosok. Dengan adanya Puskesmas,

setidaknya dapat menjawab kebutuhan pelayanan masyarakat yang memadai bagi

masyarakat, yaitu, pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

Adapun latar belakang dibukanya puskesmas, awalnya untuk memenuhi

kebutuhan kesehatan masyarakat yang tidak mampu. Umumnya masyarakat

Page 14: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

miskin enggan menjalani pengobatan di rumah sakit karena khawatir besarnya

biaya pengobatan yang bakal dikeluarkan. Apalagi rumah sakit biaya pengobatan

dan perawatan cenderung mahal. Puskesmas Program revitalisasi selama ini masih

seputar wacana. Berbagai penyakit yang timbul dewasa ini sejatinya dapat diatasi

bila fungsi posyandu dan puskesmas dapat berjalan sebagaimana peran dan fungsi

sebenarnya. Namun karena keberadaan puskesmas yang identik dengan pelayanan

terdepan bagi masyarakat belum berjalan optimal, belum optimalnya pelayanan

puskesmas, bukan karena belum tersedianya sarana dan prasarana di puskesmas,

tapi karena masih belum baiknya manajemen pengelolaan puskemas. "Masyarakat

lebih cenderung langsung berobat ke rumah sakit daripada menjalani rawat inap di

puskesmas. Hal ini karena puskesmas belum siap karena pelayanan yang diberikan

belum sempurna,"

Selama ini, puskesmas memiliki fungsi ganda, dengan titik berat pada program

fungsi kesehatan masyarakat. Namun, prakteknya justru fungsi pelayanan

kesehatan lebih dominan. Tidak ada lagi waktu kunjungan ke masyarakat,

pemberian penyuluhan, dan program kemasyarakatan lainnya. Semua sibuk

melayani orang sakit yang berobat ke puskesmas. Ke depan fungsi kesehatan

masyarakat atau pendekatan yang bersifat kemasyarakatan lebih diprioritaskan.

Sementara fungsi pelayanan kesehatan dilakukan sebagai layanan pertama bagi

masyarakat yang membutuhkan pengobatan. Bila, dibutuhkan tindakan lanjutan,

makaharus dirujuk ke rumah sakit. Hal ini tentu mensyaratkan adanya sistem

rujukan yang terkoordinasi baik, termasuk sarana dan fasilitasnya harus dipenuhi.

Pelayanan kuratif di puskesmas selama ini hanya membuat masyarakat lebih

tergantung kepada tenaga medis dan menambah beban biaya bagi masyarakat.

Masyarakat tidak pernah dirangsang bagaimana harus menjaga kesehatan agar

tidak sakit.

Pada umumnya tingkat kesehatan masyarakat miskin masih rendah. Hal ini

disamping karena kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, juga

karena rendahnya kemampuan masyarakat miskin dalam menghadapi

permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan, khususnya dalam

mengakses layanan kesehatan yang berkualitas. Atau dengan kata lain mereka

hanya dapat mengakses layanan kesehatan yang kondisi ketersediaan tenaga

kesehatannya kurang memadahi dan mencukupi, peralatan yang kurang, sarana

kesehatan yang kurang memadai, dan kualitas obat yang rendah. Pemanfaatan

Page 15: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

rumah sakit sebagai sarana layanan kesehatan cenderung masih didominasi oleh

masyarakat golongan mampu, sedang masyarakat miskin cenderung

memanfaatkan pelayanan di Puskesmas. Ketersediaan Puskesmas sebagai sarana

pemenuhan layanan yang sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat miskin

secara bertahap telah mampu dicukupi

Fasilitas kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kemakmuran

(wealthy) satu wilayah. Pelayanan publik merupakan tujuan pelayanan fasilitas

kesehatan tersebut, mulai dari rumah sakit, puskesmas, posyandu dan sebagainya,

merupakan pelayanan kesehatan publik utama yang didukung oleh keberadaan

fasilitas kesehatan semi publik seperti dokter dan bidan.

3.2 Upaya pengoptimalan pelayanan kesehatan masyarakat melalui

pemberdayaan puskesmas

Upaya mengoptimalkan pelayanan kesehatan masyarakat melalui

pemberdayaan puskesmas dapat dilakukan dalam beberapa aspek, yaitu :

Dalam mengoptimalkan/mengupayakan pemberdayaan pelayanan kesehatan

masyarakat di puskesmas baik secara preventif, promotif maupun rehabilitatif

yang di dalamnya terdapat fungsi-fungsi manajemen seperti teori POAC

(Planning, Organizing, Actuating, Controlling).

Membagi fungsi pelaksanaan/manajemen kerja yang baik adalah suatu

kegiatan yang mendorong semangat kerja para tenaga medis, mengerahkan

aktivitas para tenaga medis serta mengkoordinasikan berbagai aktivitas para

tenaga medis menjadi aktivitas yang kompak. Hal ini adalah tentang program

suatu manajemen kesehatan, diantaranya kegiatan program yang ditentukan

meliputi siapa yang mengerjakan program manajemen kesehatan, apa yang

dikerjakan dalam program kerja tersebut, kapan program tersebut harus

dilaksanakan, dimana kegiatan program kerja tersebut dapat berlangsung,

mengapa melaksanakan program kerja tersebut, dan bagaimana tahapan proses

pelaksanaan dari program kerja tersebut. Jadi, dengan adanya fungsi

manajemen dalam kesehatan tentu sangat membantu dan mempermudah

dalam sistem kerja kesehatan, dengan begitu dapat memperbaiki kerja yang

selama ini kurang memuaskan.

Penjabaran komponen suatu organisasi secara terperinci ( meminjam model

pelayanan Walker 1997;h.19), hal ini perlu dinyatakan secara tertulis dan

Page 16: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

dikomunikasikan secara meluas, sehingga tidak ada seorangpun yang

meragukan apa yang dijrancang untuk dicapai, namun juga harus di imbangi

dengan struktur organisasi yang dirancang untuk tanggapan public atau

masyarakat: adapun pelayanan dari Walker tersebut lebih lanjut dijelaskan :

a. keperluan dan harapan pelanggan perlu didefinisikan dan diperhatikan

secermat-cermatnya.

b. Kegiatan pesaing apa yang dilakukan perlu selalu diketahui dan

dipelajari dengan baik.

c. Wawasan tentang masa depan, untuk kepentingan-kepentingan jangka

panjang harus ada keberanian bereksperimen dan perubahan-perubahan

untuk masa depan.

Dari ketiga pandangan dan kajian di atas merupkan model pelayanan yang

diharapkan merupakan perpaduan yang harmonis antara pelayanan materi dan

pelayanan pribadi.

Page 17: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas maka kesimpulan yang diperoleh

dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Kondisi pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia hingga saat ini

sangatlah memprihatinkan, yang mana hingga kini pelayanan kesehatan yang

diterima masyarakat, terutama masyarakat miskin teramat jauh dari standart

pelayanan kesehatan yang ideal. Dimana puskesmas sebagai basis pelayanan

kesehatan pada masyarakat yang utama belum mampu memberikan pelayanan

kesehatan yang bermutu, adil dan merata.

2. Puskesmas selama ini merupakan sarana kesehatan yang langsung

bersentuhan dengan masyarakat miskin. Keberadaan puskesmas sangat

bermanfaat bagi keluarga tak mampu yang tinggal di daerah pelosok. Dengan

adanya Puskesmas, setidaknya dapat menjawab kebutuhan pelayanan

masyarakat yang memadai bagi masyarakat, yaitu, pelayanan kesehatan yang

mudah dijangkau oleh masyarakat. Adapun latar belakang dibukanya

puskesmas, awalnya memang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

masyarakat yang tidak mampu.

Page 18: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

4.2 Saran

1. Penyedian layanan kesehatan yang baik harus diwujudkan oleh pemerintah

melalui pengoptimalan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas,

sebab disini peran dari puskesamas sangatlah esensial. Yaitu sebagai basic

pelayanan kesehatan yang secara langsung dapat menyentuh segala lapisan

masyarakat, utamanya masyarakat miskin.

2. Dalam perbaikan pelayanan kesehatan yang seyogyanya terfokus pada

puskesmas, dapat terealisasi melalui perbaikan dan pengembangan puskesmas

dengan titik berat pada program fungsi kesehatan masyarakat. Ke depan fungsi

kesehatan masyarakat atau pendekatan yang bersifat kemasyarakatan lebih

diprioritaskan. Sementara fungsi pelayanan kesehatan dilakukan sebagai

layanan pertama bagi masyarakat yang membutuhkan pengobatan.

Page 19: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Puskesmas

DAFTAR PUSTAKA

Azrul, Azwar. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Imbalo. S. 2003. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Kesaint Blanc. Bekasi

Gresent. 2003. Menuju Masyarakat Mandiri dan Pengembangan Model Sisitem

Keterjaminan Sosial. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Hessel Nogi. Manajemen Modern Untuk sector Public. Balairung & Co.

Yogyakarta

Sinonim, 2003. Pedoman Daftar Pelaksanaan Jaminan Mutu Di Puskesmas.

Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Donabedian. 1999. Kualitas Pelayanan Kesehatan. Buku Kedokteran. Jakarta

Sinonim, 1999. Menuju Indonesia Sehat 2010. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah