Upload
nano-karno
View
661
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Melalui
Pemberdayaan Puskesmas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan desentralisasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah memberi keleluasaan kepada daerah untuk
mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangganya sendiri dalam wujud
‘Otonomi Daerah’. Melalui konsep otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab.
Dalam mendukung otonomi tersebut manusia adalah faktor utama dalam
pembangunan yang diharapkan mampu menciptakan kinerja yang berkualitas dan
mencapai produktivitas yang tinggi sehingga mampu mencapai tujuan
pembangunan. Untuk mencapainya, maka diperlukan sumber daya manusia yang
sehat baik jasmani dan rohani karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang
menunjang semua aktifitas kehidupan.
Lebih lanjut, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1992 tentang kesehatan ditegaskan bahwa : “Pembangunan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal”. Dalam
Undang-Undang tersebut ditegaskan bahwa tiap-tiap warga negara Republik
Indonesia berhak memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya dan
diikutsertakan dalam usaha-usaha kesehatan pemerintah Republik Indonesia dan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya itu harus dapat dicapai oleh seluruh
rakyat Indonesia secara merata.
Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan (Health Service) menurut
Levey dan Loomba dalam Azrul (1996,34) ialah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencagah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat.
Puskesmas merupakan sarana atau organisasi dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang di dalamnya terdapat konsep akuntabilitas.
Puskesmas sendiri adalah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
merata, tidak ada diskriminasi sehingga pelayanan tersebut menjadi lebih
akuntabel, efektif dan efisien.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diketahui rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia?
2. Bagaimana keberadaan puskesmas sebagai basic pelayanan mayarakat
miskin?
3. Bagaimana upaya pengoptimalan pelayanan kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan puskesmas?
1.3 Tujuan
1. Untuk menganalisa kondisi pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia s
2. Untuk mendeskripsikan keberadaan puskesmas sebagai basic pelayanan
mayarakat miskin
3. Untuk menjelaskan upaya pengoptimalan pelayanan kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan puskesmas
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Publik
a. Konsepsi Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan perundang-undangan (KEP MENPAN
NO. 63/KEP/M.PAN/7/2003).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa hakikat pelayanan
publik menurut Djoko Wijono mengandung 3 unsur, yaitu :
1. Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan publik.
2. Mendorong upaya mengefektifkan system dan tata laksana pelayanan sehingga pelayanan publik dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.
3. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa, danperan serta masyrakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas (Djoko Wijono, 1997:114)
Dari beberapa pengertian pelayanan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pelayanan publik merupakan suatu bentuk usaha pelayanan yang dilakukan baik
oleh individu ataupun organisasi sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang
dimiliki dalam rangka memberikan bantuan kemudahan untuk dapat mencapai
tujuan dari publik atau pelanggan.
Dalam konteks pelayanan publik dapat dipahami bahwa keberhasilan proses
pelayanan publik sangat tergantung pada dua pihak yaitu birokrasi atau budaya
organisasi (pelayan) dan masyarakat (yang dilayani). Dengan demikian untuk
melihat kualitas pelayanan publik perlu diperhatikan dan dikaji dua aspek pokok
yakni, pertama, aspek proses internal organisasi birokrasi. Kedua, aspek eksternal
organisasi yakni kemanfaatan yang dirasakan oleh masyrakat pelanggan.
b. Manajemen Pelayanan Publik
Aktivitas manajemen yang dimaksud disini adalah aktivitas yang dilakukan
oleh manajemen dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Moenir,
1998:163) dan manajemen pelayanan itu sendiri adalah manajemen proses, yaitu
sisi manajemen yang mengatur dan mengendalikan proses layanan,agar
mekanisme kegiatan pelayanan dapat berjalan tertib, lancer, tepat mengenai
sasaran dan memuaskan bagi pihak-pihak yang dilayani (Moenir, 1998:186)
sedangkan manajemen pelayanan publik adalah manajemen proses yang
kegiatannya diarahkan secara khusus pada terselenggaranya pelayanan guna
memenuhi kepentingan umum atau kepentingan perorangan melalui cara-cara
yang tepat dan memuaskan pihakyang dilayani (Moenir, 1998:204).
Dengan adanya cara-cara yang tepat untuk menangani kegiatan pelayanan
akan sangat membantu kelancaran dan kecepatan penangan kepentingan orang-
orang yang bersangkutan disini termasuk masalah prosedur dan metode yang
sederhana sehingga pelaksanaan kegiatan dapt efektif dan efisien, mencapai
sasaran yang telah ditentukan.
Selain melalui cara-cara yang tepat, pelayanan publik dapat berhasil dengan
baik jika didukung dengan unsur pelaku. Pelaku dapat berbentuk badan atau
organisasi yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan
manusianya selaku pegawai baik secara kelompok atau individual dan sebagai
pelaku dalam pelayann publik di Indonesia adalah pegawai Republik Indonesia
yang di dalamnya terdapat kelompok yang dominan baik dalam hal peran
layanannya maupun dalam hal jumlahnya.
2.2 Pelayanan Kesehatan Masyarakat
a. Konsepsi Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat berasal dari gabungan kata kesehatan dan masyarakat.
Beberapa pengertian kesehatan antara lain :
- Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin,1938)
- Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari fisik mental dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (WHO,1947 dan Undang-Undang Kesehatan Nomor 9 Tahun 1960)
- Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari oragan tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan lingkungan yang dipunyainya (WHO,1957)
Dari ketiga batasan ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat
dan kelemahan. Sedangkan masyarakat menurut Linton dalam Indan Entjang
(1993,14) yaitu masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup
lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan
dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-
batas tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat adalah
suatu usaha yang dilakukan untuk masyarakat dengan tujuan untuk mencegah
timbulnya penyakit, memperpanjang masa hidup dan mempertinggi nilai
kesehatan dengan jalan menimbulkan, menyatukan, menyalurkan, mengkoordinir
usaha-usaha di dalam masyarakat ke arah terlaksananya koordinir usaha-usaha
perbaikan kesehatan lingkungan, pencegahan dan pemberantasan penyakit,
mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perseorangan,
pengkoordinasian tenaga-tenaga kesehatan agar dapat melakukan pengobatan dan
perawatan sebaik-baiknya, dan pengembangan usaha-usaha masyarakat agar
dapat mencapai tingkat hidup yang setingi-tingginya sehingga dapat memperbaiki
dan memelihara kesehatannya.
b. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Menurut Azrul Azwar dalam bukunya “Pengantar Administrasi Kesehatan”
berpendapat bahwa suatu pelayanan kesehatan yang baik harus memiliki berbagai
syarat pokok antara lain :
1. Tersedia dan Berkesinambungan (Available and Continous)
Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat yaitu ada pada saat dibutuhkan.
2. Dapat Diterima dan Wajar ( Acceptable and Appropriate)
Pelayanan kesehatan tersebut bersifat wajar dan tidak bertentangan dengan adat-istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
3. Mudah Dicapai (Accepsible)
Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah Dijangkau (Affordable)
Keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut biaya, diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Berkualitas (Quality)
Pengertian berkualitas disini menunjuk pada tingkat kesempuranaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standart yang telah ditetapkan (Azrul Azwar,1996,38-39).
c. Aspek Pelayanan Kesehatan
Menurut Muninjaya (1999,44) untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan
pelayanan kesehatan, pemerintah (Depkes) telah menetapkan indikator
keberhasilan pelayanan sektor kesehatan. Aspek ini secara spesifik diuraikan
dalam Sistem Kesehatan Nasional yang meliputi :
1. Derajat Kesehatan : Lama hidup, kematian, cacat, kesakitan, status gizi,
tingkat pendidikan kesehatan, tersedianya air bersih, kebersihan
lingkungan, jamban dan upaya kepenuhsesakan.
2. Upaya Kesehatan : Tenaga, peralatan, fasilitas, biaya, kebijakan,
informasi kesehatan, organisasi dan kegiatan.
3. Demografi
4. Perilaku Penduduk Terhadap Kesehatan
5. Pengadaan Sumber Daya
6. Pemanfaatan Sumber Daya
7. Kesepakatan Kebijakan
8. Potensi Organisasi Kemasyarakatan : peran sektor lain seperti sektor
pendidikan, perekonomian dll.
9. Lingkungan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia
Kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat perlu
mendapatkan perhatian yang lebih serius terutama yang berkaitan dengan SDM
(sumber daya manusia) yang bekerja pada organisasi tersebut, sehingga dapat
memberikan kontribusi yang terbaik bagi pencapaian tujuan organisasi maka
dituntut kesadarannya, profesionalisme, kedisiplinan dan kinerja yang setinggi
mungkin sehingga roda organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Dalam kaitannya hal tersebut diatas, maka untuk mewujudkan cita-cita
Indonesia sehat 2010 yang memuat harapan agar penduduk Indonesia memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan
merata serta berkesinambungan. Walaupun demikian, berbagai fakta menyadarkan
bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata itu masih jauh dari
harapan masyarakat dan membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh untuk
mencapainya. (Anonim, 2003 :1).
Berkaitan dengan pentingnya aspek kesehatan dalam rangka pembangunan
nasional yang disesuaikan pada kondisi sosial budaya dan geografis penduduk
Indonesia, maka pada bulan November 1967 Pemerintah Republik Indonesia
merumuskan program kesehatan terpadu sesuai dengan kondisi social dan
kemampuan rakyat Indonesia yang dinamakan dengan PUSKESMAS (Pusat
Kesehatan Masyarakat) sebagai suatu pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu dan menyeluruh dan mudah
dijangkau oleh masyarakat.
Dewasa ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air dan
bahkan untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas Induk dibantu
oleh Puskesmas pembantu dan Puskesmas Keliling. Tercatat pada tahun 2002
jumlah Puskesmas diseluruh Indonesia adalah 7.277 unit dan Puskesmas
Pembantu sebanyak 2L587 unit serta Puskesmas Keliling 5.084 unit (perahu 716
unit dan Ambulance 1.302). (Warta Kesehatan Indonesia Edisi Oktober 2002)
3.2 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan puskesmas di Indonesia
Untuk mengukur suatu kinerja organisasi yang efektif, efesien dan optimal
seperti halnya kinerja pada organisasi Puskesmas di Indonesia, maka sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih
serius, sebab hal tersebut dinilai sebagai ujung tombak dalam pencapaian kinerja
suatu organisasi diantaranya adalah :
1. Perencanaan
Planning atau perencanaan merupakan proses pemikiran dan penentuan secara
jelas dari segala sesuatu yang akan dijelaskan dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi. Karena pada dasarnya setiap proses pemikiran itu
memerlukan suatu keputusan, maka planning atau perencanaan meliputi
serangkaian keputusan-keputusan termasuk keputusan dalam hal tujuan
kebijaksanaan, prosedur, program dan metode serat jadwal waktu pelaksanaan.
Perencanaan merupakan dasar atau arah atau pedoman bagi manajemen dalam
melaksanakan tugas. Oleh karena itu berhasil tidaknya organisasi mencapai
tujuannya sangat ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dan apabila rencana itu salah maka dengan sendirinya tujuan organisasi tidak
akan tercapai. (Maryati Sukarni. Kansius 1994:27)
2. Pengawasan
Pengawasan atau controlling bertujuan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan tugas/pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pengawasan menyangkut kegiatan membandingkan antara basil
nyata yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan dan apabila
pelaksanaannya menyimpang dari rencana maka perlu diadakan koreksi
seperlunya. Organisasi akan berhasil dan akan mencapai sasarannya apabila
pimpinan mampu melaksanakan fungsi pengawasan dengan sebaik-baiknya.
(Maryati Sukarni. Kansius 1994 :29)
3. Evaluasi
Proses evaluasi di dalam manajemen adalah sangat penting. Demikian pula
di dalam dunia kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan investasi
social yang cukup berperan usaha-usahanya mencakup sasaran kesejahteraan
manusia.
Evaluasi sesungguhnya adalah proses kegiatan yang akan menilai segala
sesuatu yang akan diperoleh dengan apa yang sudah ditetapkan
perencanaannya atau dengan apa yang ingin dicapai melalui perencanaan
semula. Karenanya untuk menghindarkan agar penyimpangan itu tidak
berlangsung terlalu jauh dari suatu kekeliruan. Jadi kita harus melakukan
point evaluasi pada setiap titik kegiatan yang dianggap perlu. (Maryati
Sukarni. Kansius 1994 :21)
Namun aspek-aspek lain yang sangat mempengaruhi dari pada kinerja suatu
organisasi dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat yang banyak
memberikan kontribusi di dalam pelaksanaan program kesehatan seperti:
a. Kemampuan sumber daya manusia (SDM).
Setiap organisasi pemerintah dan swasta termasuk di Puskesmas memiliki
asset yang pada dasarnya dapat digolongkan dalam " 3 M " yaitu Man. Money
dan material. Dari ketiga unsur M tersebut pertama adalah manusia merupakan
asset yang paling penting dan menentukan, karena nilai kedua unsur M lainnya
sangat tergantung pemanfaatannya oleh manusia sebagai pelaku aktif dalam
organisasi (Atmosoepratpo, 2001 : 30).
Moekiyat (1987 :3) mengemukakan ada 3 unsur kualitas yang perlu
dikembangkan dari setiap pegawai yaitu :
a. Keahlian. Agar supaya pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan
lebih efektif.
b. Pengetahuan, agar supaya pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional
c. Sikap, agar supaya timbul kemauan kerja sama dengan teman-teman dan
pimpinannya.
b. Kemampuan Biaya Kesehatan
Kemampuan biaya adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari batasan
ini terlihat bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni (Imbalo
52-53).
1. Penyedia pelayanan kesehatan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia
pelayanan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan pengertian seperti ini tampak
bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan, adalah persoalan
utama para pemerintah ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan
menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Pemakai jasa pelayanan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan
adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa
pelayanan.
Biaya kesehatan banyak macamnya hanya saja disesuaikan dengan
pembagian pelayanan kesehatan, maka biaya kesehatan tersebut secara umum
dapat dibedakan atas dua macam yakni :
1. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya kedokteran adalah untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kedoketeran, yakni yang tujuan utamanya adalah
untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksud di sini adalah yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat
yakni tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta untuk mencegah penyakit.
Namun dalam pembiayaan kesehatan harus mempunyai syarat-syarat pokok
yang harus dipenuhi antara lain :
- Jumlah. Jumlah adalah syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia
dalam jumlah yang cukup dalam arti dapat menyelenggarakan semua upaya
kesehatan yang dibutuhkan serta dapat menyulitkan masyarakat yang ingin
memanfaatkannya.
- Penyebaran. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah penyebaran dana yang
harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang tersedia tidak dapat
dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan penyelenggaraan
setiap upaya kesehatan.
- Pemanfaatan. Sekalipun jumlah dan penyebaran dana secara merata, tetapi
jika pemanfaatannya tidak mendapatkan peraturan yang seksama, niscaya
akan banyak menimbulkan masalah, yang jika berkelanjutan akan
menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
c. Ketersediaan sarana dan prasarana
Penempatan sebuah Puskesmas sekarang ini adalah lebih banyak dibangun di
ibu kota kecamatan, sedangkan untuk Puskesmas pembantu di tempatkan di
desa. Bagi masyarakat atau desa yang maju dengan penduduk yang banyak
dapat ditempatkan sebuah Puskesmas, tergantung dari ketersediaan tenaga,
khususnya tenaga dokter.
Penempatan Puskesmas juga harus dipertimbangkan permintaan masyarakat.
Sering terjadi penempatan sebuah Puskesmas tidak berdasarkan permintaan
masyarakat, sehingga keadaan demikian Puskesmas tidak efektif dan efesien.
Kesalahan dalam penempatan Puskesmas selama ini, maka menuntut
perencanaan sebuah Puskesmas dilakukan secara efektif dan efesien. Satu
hal yang perlu dipertimbangkan terutama adalah ketersediaan tenaga medis
dan para medis dan permintaan masyarakat serat keterjangkauannya atau luas
wilayah dan jumlah penduduk cukup memadai. Termasuk dalam ketersediaan
sarana dan prasarana seperti pengadaan gedung yang layak dan pendistribusian
obat-obatan. (Kamalia Manajemen Pelayanan Rumah Sakit Dan Puskesmas 98-
100)
d. Pendistribusian Tenaga Kesehatan
Pendistribusian tenaga kesehatan dewasa ini adalah menjadi masalah
pokok yang harus dituntaskan. Mengingat banyaknya tenaga kesehatan yang
ditugaskan di daerah-daerah terpencil sering meninggalkan dan melalaikan
tugas-tugasnya, dengan alasan mereka tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan
yang akan ditempati atau mereka menganggap bahwa penempatan mereka di
daerah-daerah terpencil tidak seimbang dengan gaji yang mereka terima. Dan
mereka cenderung memilih pindah di kota. Akhirnya masyarakat yang hendak
berobat mengalami kesulitan dan apabila mau berobat harus rela menunggu lama
karena dokter terlambat atau tidak berada ditempat
3.3 Realisasi keberadaan puskesmas sebagai basic pelayanan mayarakat miskin
Pemerintah berupaya mereorientasi pembangunan kesehatan. Penanganan
kesehatan masyarakat lebih dititikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa
bukan sekadar penyembuhan penyakit, namun termasuk pencegahan penyakit,
perlindungan keselamatan, dan promosi kesehatan. Hal itu menyadarkan kepada
kita bahwa membina kesehatan bangsa atau menciptakan bangsa yang sehat,
cerdas, trampil, tidak bisa dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan semata.
Namun hingga kini, perubahan paradigma masih sangat kecil (bila tidak ingin
disebut tidak ada). Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat ini lebih banyak
terfokus pada persoalan "pelayanan kesehatan". Salah satu faktor penting untuk
mendukung kegiatan pelayanan kesehatan adalah ketersediaan jumlah dan kualitas
tenaga kesehatan yang memadai dalam menentukan keberhasilan upaya dan
manajemen pelayanan kesehatan.
Puskesmas selama ini merupakan sarana kesehatan yang langsung bersentuhan
dengan masyarakat miskin. Keberadaan puskesmas sangat bermanfaat bagi
keluarga tak mampu yang tinggal di daerah pelosok. Dengan adanya Puskesmas,
setidaknya dapat menjawab kebutuhan pelayanan masyarakat yang memadai bagi
masyarakat, yaitu, pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
Adapun latar belakang dibukanya puskesmas, awalnya untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat yang tidak mampu. Umumnya masyarakat
miskin enggan menjalani pengobatan di rumah sakit karena khawatir besarnya
biaya pengobatan yang bakal dikeluarkan. Apalagi rumah sakit biaya pengobatan
dan perawatan cenderung mahal. Puskesmas Program revitalisasi selama ini masih
seputar wacana. Berbagai penyakit yang timbul dewasa ini sejatinya dapat diatasi
bila fungsi posyandu dan puskesmas dapat berjalan sebagaimana peran dan fungsi
sebenarnya. Namun karena keberadaan puskesmas yang identik dengan pelayanan
terdepan bagi masyarakat belum berjalan optimal, belum optimalnya pelayanan
puskesmas, bukan karena belum tersedianya sarana dan prasarana di puskesmas,
tapi karena masih belum baiknya manajemen pengelolaan puskemas. "Masyarakat
lebih cenderung langsung berobat ke rumah sakit daripada menjalani rawat inap di
puskesmas. Hal ini karena puskesmas belum siap karena pelayanan yang diberikan
belum sempurna,"
Selama ini, puskesmas memiliki fungsi ganda, dengan titik berat pada program
fungsi kesehatan masyarakat. Namun, prakteknya justru fungsi pelayanan
kesehatan lebih dominan. Tidak ada lagi waktu kunjungan ke masyarakat,
pemberian penyuluhan, dan program kemasyarakatan lainnya. Semua sibuk
melayani orang sakit yang berobat ke puskesmas. Ke depan fungsi kesehatan
masyarakat atau pendekatan yang bersifat kemasyarakatan lebih diprioritaskan.
Sementara fungsi pelayanan kesehatan dilakukan sebagai layanan pertama bagi
masyarakat yang membutuhkan pengobatan. Bila, dibutuhkan tindakan lanjutan,
makaharus dirujuk ke rumah sakit. Hal ini tentu mensyaratkan adanya sistem
rujukan yang terkoordinasi baik, termasuk sarana dan fasilitasnya harus dipenuhi.
Pelayanan kuratif di puskesmas selama ini hanya membuat masyarakat lebih
tergantung kepada tenaga medis dan menambah beban biaya bagi masyarakat.
Masyarakat tidak pernah dirangsang bagaimana harus menjaga kesehatan agar
tidak sakit.
Pada umumnya tingkat kesehatan masyarakat miskin masih rendah. Hal ini
disamping karena kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, juga
karena rendahnya kemampuan masyarakat miskin dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan, khususnya dalam
mengakses layanan kesehatan yang berkualitas. Atau dengan kata lain mereka
hanya dapat mengakses layanan kesehatan yang kondisi ketersediaan tenaga
kesehatannya kurang memadahi dan mencukupi, peralatan yang kurang, sarana
kesehatan yang kurang memadai, dan kualitas obat yang rendah. Pemanfaatan
rumah sakit sebagai sarana layanan kesehatan cenderung masih didominasi oleh
masyarakat golongan mampu, sedang masyarakat miskin cenderung
memanfaatkan pelayanan di Puskesmas. Ketersediaan Puskesmas sebagai sarana
pemenuhan layanan yang sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat miskin
secara bertahap telah mampu dicukupi
Fasilitas kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kemakmuran
(wealthy) satu wilayah. Pelayanan publik merupakan tujuan pelayanan fasilitas
kesehatan tersebut, mulai dari rumah sakit, puskesmas, posyandu dan sebagainya,
merupakan pelayanan kesehatan publik utama yang didukung oleh keberadaan
fasilitas kesehatan semi publik seperti dokter dan bidan.
3.2 Upaya pengoptimalan pelayanan kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan puskesmas
Upaya mengoptimalkan pelayanan kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan puskesmas dapat dilakukan dalam beberapa aspek, yaitu :
Dalam mengoptimalkan/mengupayakan pemberdayaan pelayanan kesehatan
masyarakat di puskesmas baik secara preventif, promotif maupun rehabilitatif
yang di dalamnya terdapat fungsi-fungsi manajemen seperti teori POAC
(Planning, Organizing, Actuating, Controlling).
Membagi fungsi pelaksanaan/manajemen kerja yang baik adalah suatu
kegiatan yang mendorong semangat kerja para tenaga medis, mengerahkan
aktivitas para tenaga medis serta mengkoordinasikan berbagai aktivitas para
tenaga medis menjadi aktivitas yang kompak. Hal ini adalah tentang program
suatu manajemen kesehatan, diantaranya kegiatan program yang ditentukan
meliputi siapa yang mengerjakan program manajemen kesehatan, apa yang
dikerjakan dalam program kerja tersebut, kapan program tersebut harus
dilaksanakan, dimana kegiatan program kerja tersebut dapat berlangsung,
mengapa melaksanakan program kerja tersebut, dan bagaimana tahapan proses
pelaksanaan dari program kerja tersebut. Jadi, dengan adanya fungsi
manajemen dalam kesehatan tentu sangat membantu dan mempermudah
dalam sistem kerja kesehatan, dengan begitu dapat memperbaiki kerja yang
selama ini kurang memuaskan.
Penjabaran komponen suatu organisasi secara terperinci ( meminjam model
pelayanan Walker 1997;h.19), hal ini perlu dinyatakan secara tertulis dan
dikomunikasikan secara meluas, sehingga tidak ada seorangpun yang
meragukan apa yang dijrancang untuk dicapai, namun juga harus di imbangi
dengan struktur organisasi yang dirancang untuk tanggapan public atau
masyarakat: adapun pelayanan dari Walker tersebut lebih lanjut dijelaskan :
a. keperluan dan harapan pelanggan perlu didefinisikan dan diperhatikan
secermat-cermatnya.
b. Kegiatan pesaing apa yang dilakukan perlu selalu diketahui dan
dipelajari dengan baik.
c. Wawasan tentang masa depan, untuk kepentingan-kepentingan jangka
panjang harus ada keberanian bereksperimen dan perubahan-perubahan
untuk masa depan.
Dari ketiga pandangan dan kajian di atas merupkan model pelayanan yang
diharapkan merupakan perpaduan yang harmonis antara pelayanan materi dan
pelayanan pribadi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas maka kesimpulan yang diperoleh
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kondisi pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia hingga saat ini
sangatlah memprihatinkan, yang mana hingga kini pelayanan kesehatan yang
diterima masyarakat, terutama masyarakat miskin teramat jauh dari standart
pelayanan kesehatan yang ideal. Dimana puskesmas sebagai basis pelayanan
kesehatan pada masyarakat yang utama belum mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil dan merata.
2. Puskesmas selama ini merupakan sarana kesehatan yang langsung
bersentuhan dengan masyarakat miskin. Keberadaan puskesmas sangat
bermanfaat bagi keluarga tak mampu yang tinggal di daerah pelosok. Dengan
adanya Puskesmas, setidaknya dapat menjawab kebutuhan pelayanan
masyarakat yang memadai bagi masyarakat, yaitu, pelayanan kesehatan yang
mudah dijangkau oleh masyarakat. Adapun latar belakang dibukanya
puskesmas, awalnya memang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
masyarakat yang tidak mampu.
4.2 Saran
1. Penyedian layanan kesehatan yang baik harus diwujudkan oleh pemerintah
melalui pengoptimalan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas,
sebab disini peran dari puskesamas sangatlah esensial. Yaitu sebagai basic
pelayanan kesehatan yang secara langsung dapat menyentuh segala lapisan
masyarakat, utamanya masyarakat miskin.
2. Dalam perbaikan pelayanan kesehatan yang seyogyanya terfokus pada
puskesmas, dapat terealisasi melalui perbaikan dan pengembangan puskesmas
dengan titik berat pada program fungsi kesehatan masyarakat. Ke depan fungsi
kesehatan masyarakat atau pendekatan yang bersifat kemasyarakatan lebih
diprioritaskan. Sementara fungsi pelayanan kesehatan dilakukan sebagai
layanan pertama bagi masyarakat yang membutuhkan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Azrul, Azwar. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Imbalo. S. 2003. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Kesaint Blanc. Bekasi
Gresent. 2003. Menuju Masyarakat Mandiri dan Pengembangan Model Sisitem
Keterjaminan Sosial. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Hessel Nogi. Manajemen Modern Untuk sector Public. Balairung & Co.
Yogyakarta
Sinonim, 2003. Pedoman Daftar Pelaksanaan Jaminan Mutu Di Puskesmas.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Donabedian. 1999. Kualitas Pelayanan Kesehatan. Buku Kedokteran. Jakarta
Sinonim, 1999. Menuju Indonesia Sehat 2010. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah