51
LAPORAN AKHIR KEGIATAN OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF INTEGRASI SAPI, SAWIT, JAGUNG DAN INDIGOFERA DI PROVINSI ACEH YENNI YUSRIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018

OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

LAPORAN AKHIR KEGIATAN

OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN

(SUP) INOVATIF INTEGRASI SAPI, SAWIT,

JAGUNG DAN INDIGOFERA DI PROVINSI ACEH

YENNI YUSRIANI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2018

Page 2: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP/RDHP/RKTM : Optimalisasi Sistem Usaha Pertanian (SUP) Inovatif

Integrasi Sapi, Sawit, Jagung Dan Indigofera Di Provinsi

Aceh

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

3. Alamat Unit Kerja : Jl. Panglima Nyak Makam No. 27 Lampineung,

BandaAceh

4. Sumber Dana : DIPA TA. 2018 Satker BPTP Aceh

5. Status Penelitian (L/B) : Baru

6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Dr. Yenni Yusriani, SPt, MP

b. Pangkat/Golongan : Pembina /IV a

c. Jabatan : Peneliti Madya

7. Lokasi : Kabupaten Aceh Tamiang

8. Agroekosistem : Lahan Perkebunan dan Lahan Kering

9. Tahun Mulai : 2018

10. Tahun Selesai : 2020

11. Output Tahunan : 1. Tersedianya pakan alternatif berbasis sawit- jagung- indigofera

2. Informasi hasil evaluasi secara in vivo pakan alternatif berbasis sawit-jagung-indigofera pada sapi

3. Tersediannya rekomendasi dari kajian berbasis sawit-jagung-indigofera - sapi

12. Output Akhir : Peningkatan Petani dan Peternak sebesar 60%.

13. Biaya : Rp. 200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah)

Koordinator Program, Penanggungjawab Kegiatan,

Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si Dr. Yenni Yusriani, S.Pt., M.P NIP. 19740503 200003 1 001 NIP. 19730716 199903 2 002 Mengetahui: Kepala BBP2TP

Menyetujui, Kepala BPTP

Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001

Ir. M. Ferizal, M.Sc NIP. 19650219 199203 1 002

Page 3: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian
Page 4: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

ii

KATA PENGANTAR

Usaha yang biasa dilakukan untuk menekan biaya pakan adalah dengan

melakukan integrasi dengan usaha pertanian atau perkebunan di mana kedua lokasi

tersebut merupakan sumber daya pakan yang berlimpah. Integrasi tersebut

diharapkan dapat mendekati kondisi zero cost terutama dari segi pakan. Program

integrasi sawit-sapi dapat mendukung program swasembada daging sapi secara

nasional yang telah dicanangkan pemerintah pusat beberapa waktu lalu. Dengan

demikian luasan lahan kebun kelapa sawit tersebut akan memberi keuntungan

ganda bila dikombinasikan dengan peternakan sapi. Berbagai penelitian juga

menunjukkan bahwa integrasi sawit-sapi mempunyai prospek yang menjanjikan

untuk mendukung pengembangan sapi potong di masa mendatang.

Laporan Akhir yang berjudul Optimalisasi Sistem Usaha Pertanian (SUP) Inovatif

Integrasi Sapi, Sawit, Jagung dan Indigofera Di Provinsi Aceh merupakan laporan

yang masih belum sempurna. Penulis juga berharap kritikan, masukan dan saran

untuk kesempurnaan tulisan ini dan ucapan terimakasih kepada kepada semua pihak

yang telah membantu penulisan dan koreksi sehingga tulisan ini dapat selesai.

Banda Aceh, Desember 2018

Penulis

Page 5: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

iii

RINGKASAN

1. Judul RPTP : Optimalisasi Sistem Usaha Pertanian (Sup) Inovatif

Integrasi Sapi, Sawit, Jagung Dan Indigofera Di Provinsi

Aceh

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

3. Lokasi : Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh

4. Agroekosistem : Lahan Perkebunan dan Lahan Kering

5. Status : Baru

6. Tujuan : 1. Peningkatan optimalisasi sistem usaha pertanian inovatif berbasis integrasi

2. Menyusun rekomendasi dari kajian berbasis integrasi sapi-sawit-jagung – indigofera

7. Keluaran : 1. Tersedianya pakan alternatif berbasis sawit- jagung- indigofera 2. Informasi hasil evaluasi secara in vivo pakan alternatif

berbasis sawit-jagung-indigofera pada sapi 3. Tersediannya rekomendasi dari kajian berbasis sawit-

jagung-indigofera - sapi 8. Prakiraan Hasil : Paket teknologi mempersingkat calving interval ternak sapi

untuk meningkatkan produktifitas sapi dengan pakan yang

berasal sawit, jagung dan tanaman indigofera serta

teknologi pengolahan limbah kotoran ternak menjadi pupuk

organik yang dapat meningkatkan produktifitas tanaman

sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha

pertanian yang berkelanjutan.

9. Prakiraan Manfaat : Sebagai bahan masukan bagi stakeholder lingkup pertanian

dalam penentuan kebijakan tentang sistem usaha pertanian

yang berbasis integrasi tanaman perkebunan, pertanian dan

ternak di Kabupaten Aceh Tamiang.

10. Prakiraan

Dampak

: Meningkatnya penghasilan petani ternak sebesar 60%

dengan mewujudkan sistem usaha pertanian yang

berkelanjutan, biaya produksi rendah dan ramah lingkungan

dengan pola integrasi sapi, sawit jagung dan indigofera di

Kabupaten Aceh Tamiang,

11. Metodologi : Penelitian dilaksanakan di kabupaten Aceh Tamiang pada bulan Januari-Desember 2018. Ternak sapi yang digunakan adalah sapi betina Brahman Cross sebanyak 12 ekor. Pemeliharaan ternak dilakukan di kandang kelompok, ternak sapi diberikan pakan berupa pelepah sawit, silase jagung dan indigofera. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap: tahap pertama pemberian pelepah sawit yang sudah dicacah, tahap selanjutnya pemberian silase jagung. Pemberian indigofera dilakukan secara bersamaan dengan jagung. Penanaman tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam 70 x 20 cm. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik padat

Page 6: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

iv

(2 kg/ha), urea (350 kg/ha) dan NPK (200 kg/ha). Penanaman tanaman jagung dilakukan dengan sistem tanpa olah tanam (TOT). Penanaman indigofera ditanam sebagai tanaman pagar dengan jarak tanam 3 x 3 cm. Sebelum penanaman tanaman indigofera disemai terlebih dahulu di dalam polybag. Pupuk yang digunakan adalah NPK (200 kg/ha). Pemanfaatan limbah tersebut digunakan sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit, jagung dan indigofera. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan adalah 10% dari bobot badan.

12. Jangka Waktu : 3 Tahun

13. Biaya : Rp. 200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah)

Page 7: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

v

SUMMARY 1. RPTP title

: Optimization of Agricultural Business Systems (SUP)

Innovative Integration of Cows, Palm, Corn and Indigofera in Aceh Province

2. Unit : Aceh Institute for Agricultural Technology Assessment

3. Location : Aceh Tamiang District, Aceh Province

4. Agroecosystem : Plantation land and dry land

5. Status : New

6. Aim

: 1. Improving the optimization of innovative agricultural-based integration systems

2. Compile recommendations from studies based on integration of cattle-palm-maize-indigofera

7. Output

: 1. Availability of alternative palm-based feed indigofera corn 2. Availability of recommendations from the study of palm-

corn-indigofera-based cattle 8. Outcome

: The technology package shortens the calving interval of

cattle to increase the productivity of cattle with feed derived from palm, corn and indigofera plants as well as technology for processing livestock manure into organic fertilizer that can increase the productivity of oil palm and maize crops in Aceh Tamiang to support sustainable agriculture.

9. Benefit

: As input for stakeholders in the agricultural sector in determining policies on agricultural business systems based on the integration of plantation crops, agriculture and livestock in Aceh Tamiang District.

10. Impact

: Increased income of livestock farmers by 60% by realizing a sustainable agricultural business system, low production costs and environmentally friendly with a pattern of integration of cattle, oil maize and indigofera in Aceh Tamiang District

11. Methodology

: The study was carried out in Aceh Tamiang district in January-December 2018. The cattle used were Brahman Cross female cows as many as 12 individuals. Animal husbandry is carried out in the group cage, cattle are fed in the form of palm fronds, corn and indigofera. Feeding is carried out in stages: the first stage is giving the palm fronds that have been chopped, the next stage is the provision of silase corn. The administration of indigofera is carried out simultaneously with planting corn plants is planted with a spacing of 70 x 20 cm. Fertilizers used are solid organic fertilizers (2 kg / ha), urea (350 kg / ha) and NPK (200 kg / ha). maize plants are carried out with a system without planting (TOT). Indigofera planting is planted as a hedgerow with a spacing of 3 x 3 cm. Before planting Indigofera plants are sown first in a polybag. The fertilizer used is NPK (200 kg / ha). The use of waste is used as fertilizer for oil palm, maize and indigofera plants. Feeding is carried out 2 times a day, namely in the morning

Page 8: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

vi

and evening. The amount of feed given is 10% of body weight.

12. Time period : 3 years

13. Budget : IDR 200 (Two Hundred Million)

Page 9: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……………………….. i

KATA PENGANTAR ……………………….. ii

RINGKASAN ……………………….. iii

SUMMARY ……………………….. v

DAFTAR ISI ……………………….. vi

1. PENDAHULUAN ……………………….. 1

1.1 Latar Belakang ……………………….. 1

1.2 Dasar Pertimbangan ……………………….. 3

1.3 Tujuan ……………………….. 3

1.4 Keluaran ……………………….. 4

1.5 Manfaat ……………………….. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………….. 6

III METODELOGI ……………………….. 12

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………….. 14

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………….. 34

DAFTAR PUSTAKA ……………………….. 35

Lampiran 1. Tenaga dan Organisasi Pelaksana ……………………….. 37

Lampiran 2. Anggaran ……………………….. 38

Lampiran 3. Foto Kegiatan ……………………….. 39

Page 10: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem integrasi tanaman ternak khususnya tanaman perkebunan dan pertanian

dengan ternak merupakan salah satu alternatif upaya mendukung agribisnis

peternakan. Dari aspek teknis cukup aplikatif, dari aspek ekonomi dinilai

menguntungkan dan dari aspek sosial cukup dapat diterima (Subagyono 2004).

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2016) perluasan areal perkebunan kelapa

sawit di Indonesia selama lima tahun terakhir tumbuh pesat berkisar 420.000

ha/tahun, hingga tahun 2016 mencapai 11.672.861 ha.

Usaha yang biasa dilakukan untuk menekan biaya pakan adalah dengan

melakukan integrasi dengan usaha pertanian atau perkebunan di mana kedua lokasi

tersebut merupakan sumber daya pakan yang berlimpah. Integrasi tersebut

diharapkan dapat mendekati kondisi zero cost terutama dari segi pakan. Intensifikasi

dan optimalisasi pemanfaatan limbah perkebunan serta limbah pertanian merupakan

kemungkinan yang potensial untuk mengatasi krisis pakan khususnya ternak

ruminansia di masa depan.

Menurut Nurhayati et al. (2014) salah satu peluang yang dapat dilaksanakan

untuk mengatasi masalah tersebut adalah integrasi ternak sapi dengan kelapa sawit

khususnya dengan cara digembala. Potensi lahan perkebunan sawit yang sangat

besar di Indonesia dapat menjadi sumber pakan bagi usaha ternak sapi. Program

integrasi sawit-sapi dapat mendukung program swasembada daging sapi secara

nasional yang telah dicanangkan pemerintah pusat beberapa waktu lalu. Hasil

pengkajian menunjukkan bahwa per hektar kebun sawit dapat digunakan untuk

memelihara sapi sebanyak 1-3 ekor (Diwyanto et al. 2003), dengan peningkatan

pendapatan dari pemeliharaan sapi dewasa per ekor adalah Rp. 2.500.000 per tahun

(Gunawan et al. 2004). Dengan demikian luasan lahan kebun kelapa sawit tersebut

akan memberi keuntungan ganda bila dikombinasikan dengan peternakan

sapi. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa integrasi sawit-sapi mempunyai

prospek yang menjanjikan untuk mendukung pengembangan sapi potong di masa

mendatang (Diwyanto et al. 2004; Manti et al. 2004; Bangun 2010).

Page 11: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

2

Kabupaten Aceh Tamiang salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang

berbatasan dengan provinsi Sumatera Utara yang merupakan pintu gerbang dan

berpotensi untuk sistem usaha pertanian integrasi sapi, kelapa sawit, jagung dan

indigofera. Luas lahan sawit sekitar 17.780 ha (BPS, 2014). Pada tahun 2015

Kementerian Pertanian memberikan bantuan 500 ekor sapi indukan Brahman Cross

(Bx) pada 20 kelompok yang tersebar di Kabupaten Aceh Tamiang. Tahun 2017

direncanakan akan di datangkan sapi brahman cross sebanyak 3500 ekor ke

kabupaten Aceh Tamiang untuk mendukung program Halal Food.

Meningkatnya populasi ini memberikan dampak terhadap penyediaan lahan bagi

sapi yang berperan sebagai sumber hijauan pakan. Hingga saat ini belum ada

alokasi lahan yang diperuntukkan khusus sebagai kawasan peternakan. Wawasan

pembangunan peternakan saat ini telah melakukan pendekatan keberlanjutan

dengan memanfaatkan peluang serta memberdayakan sumber daya perkebunan

tanpa merusak kelestarian sumberdaya sehingga integrasi dengan subsektor

perkebunan merupakan pilihan untuk memenuhi kebutuhan pakannya (Rusnan et al.

2015). Tegalan kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk penanaman tanaman jagung

dan indigofera sebagai sumber pakan yang berkualitas tinggi. Pemanfaatan lahan di

areal perkebunan kelapa sawit akan memberikan keuntungan seperti pengurangan

biaya (cost) untuk pemupukan dan penyiangan, tersedianya rumput sebagai sumber

pakan, meningkatnya produksi kelapa sawit dengan tersedianya kotoran ternak

sebagai kompos (organik) yang murah, dapat mengurangi kerusakan tanah,

pencemaran air dan udara dari akibat penggunaan pupuk kimia, herbisida dan

insektisida (Prayudi et al. 2005). Kearifan lokal ini perlu terus dikembangkan dan

dibina dengan baik sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani. Konsep

integrasi sapi-sawit-jagung dan indogofera mampu menjadi program unggulan

dalam pola tanaman sapi-sawit sebagai komponen utama, sementara jagung –

indogofera sebagai komponen pelengkap.

Kajian bertujuan untuk optimalisasi sistem usaha pertanian dengan integrasi

sapi dan pemanfaatan sawit-jagung dan indogofera sebagai pakan ternak di

Kabupaten Aceh Tamiang.

Page 12: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

3

1.2. Dasar Pertimbangan

Untuk menghasilkan pakan ternak sapi yang bermutu maka ketersediaan

bahan baku harus tetap terjaga secara kualitas maupun kuantitas. Di samping itu,

bahan baku tersebut harus mudah diperoleh, tidak bersaing dengan kebutuhan

manusia, ekonomis dan tersedia sepanjang waktu. Pemanfaatan tanaman sawit-

jagung dan indigofera sebagai pakan sapi. Tingginya kandungan serat, lignin dan tanin

menurunkan daya cerna sawit rendah. Oleh karena itu penggunaan sawit ditambah

dengan penambahan jagung dan indigofera sebagai pakan ternak sapi.

Pemanfaatan hasil samping perkebunan dan pertanian sebagai pakan ternak

baru mencapai 30-40% dari potensi yang tersedia saat ini. Permasalahan yang

dihadapi dalam menggunakan pakan hasil samping perkebunan dan pertanian terdiri

dari faktor pengetahuan peternak, kualitas pakan hasil samping dan faktor

lingkungan (cemaran). Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan dukungan

teknologi dan sosialisasi tentang pemanfaatan hasil samping sebagai pakan ternak

secara berkesinambungan, Didalam tulisan ini akan diinformasikan beberapa

permasalahan yang dihadapi oleh peternak terutama tentang tata laksana pakan

disertai dengan upaya pemecahan masalahnya melalui teknologi yang aplikatip

dengan harapan akan dapat meningkatkan produktivitas ternak sapi.

1.3 TUJUAN

TAHUNAN

1. Peningkatan optimalisasi sistem usaha pertanian inovatif berbasis integrasi

2. Memperoleh informasi pakan alternatif berbasis sapi-sawit-jagung-indigofera hasil

uji secara in vivo

3. Menyusun rekomendasi dari kajian berbasis integrasi sapi-sawit-jagung -

indigofera

JANGKA PANJANG

1. Memanfaatkan sumber pakan lokal berbasis produk samping sawit-jagung-

indigofera yang ramah lingkungan untuk ternak sapi.

2. Penyedia bank pakan berbasis produk samping sawit-jagung- indigofera untuk

ternak sapi.

3. Peningkatan populasi ternak sapi.

4. Peningkatan pendapatan petani – peternak dengan sistem integrasi

Page 13: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

4

1.4 KELUARAN YANG DIHARAPKAN

TAHUNAN

1. Tersedianya pakan alternatif berbasis sawit-jagung- indigofera

2. Informasi hasil evaluasi secara in vivo pakan alternatif berbasis sawit-jagung-indi

gofera pada sapi

3. Tersediannya rekomendasi dari kajian berbasis sawit-jagung-indigofera - sapi

4. Draft Publikasi dalam bentuk KTI.

JANGKA PANJANG

1. Pemanfaatan sumber pakan lokal berbasis produk samping sawit-jagung-

indigofera yang ramah lingkungan untuk ternak sapi.

2. Lumbung pakan berbasis produk samping sawit-jagung-indigofera untuk ternak

sapi.

3. Populasi ternak sapi meningkat.

4. Peningkatan pendapatan petani peternak

1.5 PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK

1. Meningkatkan pengetahuan budidaya peternak dalam pemanfaatan sawit-jagung-

indigofera- sapi

2. Meningkatkan skala usaha beternak sapi dan pada akhirnya meningkatkan popula

si ternak sapi di Kabupaten Aceh Tamiang.

3. Meningkatkan kebersihan lahan dan kesehatan perkebunan sawit yang pada

akhirnya meningkatkan produksi sawit.

4. Dapat membantu upaya penyediaan daging untuk memenuhi kebutuhan protein

hewani nasional.

Page 14: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Sapi Brahman Cross (BX) merupakan sapi potong dengan darah Brahman

dominan. Sapi ini merupakan tipe sapi potong yang tahan panas, tahan caplak,

tahan kutu dan tahan kekeringan. Sifat sapi Brahman Cross sebagai hewan dengan

reproduksi lambat (slow breeder), sulit dideteksi birahinya membuat pelaksanaan IB

pada sapi banyak menjumpai kegagalan. Budidaya sapi ini dengan sistem

peternakan intensif tradisional akan menimbulkan fenomena reproduksi, terutama

berupa infertilitas nutrisi yang dimanifestasikan dengan birahi tenang, anestrus dan

kawin berulang. Fenomena reproduksi pada sapi Brahman-Cross tersebut dapat

dieliminasi dengan perbaikan manajemen peternakan, peningkatan pakan serta

manajemen reproduksinya.

Pengamatan sapi Brahman Cross di Australia menunjukkan angka kelahiran

81,2%, rata-rata berat lahir 28,4 kg, rata-rata berat sapih 193 kg, kematian sebelum

sapih 5,2%, kematian umur 15 bulan 1,2% dan kematian dewasa 0,6%. Tujuan

utama dari persilangan ini utamanya adalah menciptakan bangsa sapi potong

tropis/subtropis yang mempunyai produktivitas tinggi, namun mempunyai daya

tahan terhadap suhu tinggi, caplak, kutu, serta adaptif terhadap lingkungan tropis

yang relatif kering. Di negeri asalnya, Australia, sapi ini umumnya dilepas di

padangan dan digunakan kawin alami dengan pejantan sebagai program

pengawinannya. Dengan manajemen peternakan lepas (grazing) pada padang

penggembalaan yang sangat luas, mempunyai kesempatan exercise yang tanpa

batas, tanpa tali hidung, dalam kumpulan, dengan pengawinan alami menggunakan

pejantan, serta dengan ketersediaan pakan hijauan maupun pakan penguat secara

kuantitatif maupun kualitatif mencukupi.

Asupan nutrisi sangat berpengaruh terhadap umur pubertas sapi Brahman

Cross, sapi-sapi dengan nutrisi rendah umur pubertas adalah 704,2 hari, dengan

nutrisi sedang umur pubertas 690,8 hari dan dengan nutrisi bagus umur pubertas

adalah 570,4 hari. Umur pubertas dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor

lingkungan. Pada industri perbibitan sapi Brahman Cross, umur beranak pertama

pada umur 3 tahun menjadi pertimbangan penting. Sapi Brahman Cross muda

Page 15: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

6

mencapai pubertas pada umur yang lebih tua daripada sapi Eropa. Semua bangsa

sapi Bos indicus dilaporkan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan

dengan sapi Eropa (Bos taurus). Agar perkawinan sapi Brahman Cross berhasil,

sangat penting memperhatikan mereka pada saat standing heat (puncak birahi,

tandanya tetap diam bilamana dinaiki sapi lain). Ada waktu-waktu tertentu dimana

pengamatan tanda-tanda birahi akan lebih berhasil. Secara alamiah sapi induk dan

dara Brahman Cross lebih banyak menunjukkan aktivitas seksual di malam dan pagi

hari daripada waktu siang hari. Amati tanda-tanda birahi berdasarkan suatu jadwal

tertentu. Melakukan pengamatan birahi selama 25 menit, 4 kali sehari, hendaknya

menjadi bagian pada saat mereka tidak terganggu oleh aktivitas-aktivitas lain seperti

pemberian pakan, atau pembuangan kotoran kandang. Mayoritas birahi (standing

heat) terjadi antara jam 4.00-6.00 sore dan 5.00-7.00 pagi. Pengamatan visualisasi

pada malam hari (night watch) sangat dianjurkan untuk deteksi pada sapi Brahman

Cross. Sapi betina yang terikat dalam kandang harus diberi latihan (exercise) secara

teratur dengan kondisi kaki yang baik agar dapat menunjukkan aktivitas menaiki dan

dinaiki temannya, serta ekspresi birahi akan lebih kelihatan.

Kualitas dan kuantitas pakan yang kurang optimum menyebabkan SKT

rendah saat bunting tua, berakibat gangguan pada waktu beranak seperti prolapsus

uteri, retensi plasenta, distokia, produksi susu induk sedikit dan berat lahir pedet

rendah. Gangguan pada waktu beranak berakibat pada waktu estrus postpartum

lebih lama muncul bahkan bisa menyebabkan anestrus yang panjang sehingga

setelah beranak tidak dapat birahi atau bunting lagi. Untuk mengatasi hal tersebut

diatas maka perlu diperhatikan kualitas pakan yang diberikan pada saat bunting

sampai menyusui.

Secara normal ± 42 hari setelah beranak mulai timbul gejala birahi pertama,

tetapi sapi tidak perlu di IB karena biasanya hasil angka konsepsinya masih rendah.

Pada periode birahi berikutnya (± 63 hari setelah melahirkan) sapi dapat mulai

dikawinkan kembali. Birahi pada periode berikutnya tetap terus diamati untuk

menentukan tindakan yang akan dilakukan. Setelah 21 hari, sapi yang diinseminasi

kemudian tidak minta kawin lagi ada kemungkinan telah terjadi kebuntingan. Untuk

memastikan bunting atau tidak, maka perlu dilakukan pemeriksaan kebuntingan

Page 16: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

7

(sebaiknya pada umur kebuntingan 3 bulan) oleh petugas yang sudah dilatih

pemeriksaan kebuntingan.

Skor kondisi tubuh (SKT) sapi Brahman Cross berhubungan dengan

performan reproduksi dan dapat dipergunakan untuk membuat suatu keputusan

manajemen pemeliharaan. Kondisi status nutrisi dan endoparasit (terutama cacing)

merupakan pengaruh terbesar dalam penampilan skor kondisi tubuh sapi. Angka

SKT dimulai dari angka 1 (sangat kurus), 2 (kurus), 3 (optimum), 4 (gemuk) dan 5

(sangat gemuk). Angka SKT dengan nilai 3 adalah rata-rata, sedang atau optimum

(diantara sangat kurus dan sangat gemuk). Nilai SKT optimum untuk keperluan

reproduksi sapi Brahman Cross adalah 3,0 – 3,5. Hubungan SKT dengan reproduksi

sapi Brahman Cross adalah pada calving interval (jarak beranak). Penilaian harus

dilakukan 80 hari sesudah melahirkan untuk menentukan program pemeliharaan,

agar tercapai calving interval 365 hari. Status SKT optimum 3 – 3,5 pada sapi

bunting tua sangat diperlukan bagi persiapan kelahiran (partus) dan periode

menyusui pedet. Sapi Brahman Cross bunting tua dengan SKT kurang dari 2 (kurus)

akan berresiko terjadinya pengeluaran vagina dan servik saat bunting (broyongen,

prolapsus vagina et cervix) serta prolapsus uteri pasca beranak.

Sapi Brahman-Cross yang mengalami anestrus 80% disebabkan oleh hipofungsi

ovaria ini, termasuk juga atrofi ovaria. Penyebab utama dari hipofungsi ovaria

karena adanya defisiensi hormon gonadotrofin, akibat dari berbagai faktor antara

lain :

• Defisiensi nutrisi, pakan yang tidak memadai, termasuk enerji, protein,

vitamin dan mineral,

• Menyusui pedet,

• Penyakit-penyakit yang menyebabkan kekurusan,

• Parasit cacing, terutama sapi Brahman Cross lebih peka terhadap cacing hati

(Fasciolasis) dan cacing porang (Paramphistomiasis) dibanding sapi lokal lain,

seperti sapi PO dan Bali.

Penanganan Perbaikan Reproduks Sapi Brahman Cross

Cara agar terjadi perbaikan efisiensi reproduksi pada sapi Brahman Cross sebagai

berikut:

Page 17: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

8

• Mitos bahwa sapi Brahman Cross akan sulit bunting kembali setelah beranak

adalah tidak benar. Artinya bahwa manajemen yang salah merupakan

penyebab kegagalan kebuntingan pada sapi Brahman Cross, utamanya adalah

pakan, sitem perkandangan dan pengamatan birahi.

• Kandang lepas, tanpa ditambat, atau adanya tempat umbaran untuk

exercise merupakan keharusan bagi sapi Brahman Cross.

• Pakan yang mencukupi kualitas dan kuantitasnya, untuk mempertahankan

SKT optimum untuk reproduksi (3,0-3,5), di samping pemberian obat cacing

berspektrum luas untuk mengatasi cacing hati (Fasciolasis) dan cacing porang

(Paramphistomiasis), paling tidak 2 kali setahun.

• Pemeriksaan khusus infertilitas untuk identifikasi permasalahan individual sapi

Brahman-Cross yang bermasalah. Perlu ditentukan apakah sapi hanya

mengalami birahi tenang, anestrus atau infertilitas bentuk lain.

• Kasus prolapsus vagina dan serviks maupun prolapsus uteri dan kasus

distokia pada sapi Brahman Cross dapat dihindari dengan mempertahankan

SKT antara 3,0-3,5 pada saat bunting, serta diberi cukup banyak exercise

pada tempat umbaran. Penambahan mineral, termasuk mikromineral, penting

diberikan harian untuk mencegah terjadinya abnormalitas reproduksi lebih

jauh.

Potensi hasil samping kelapa sawit, jagung dan indigofera

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS 2016), luas areal perkebunan

kelapa sawit di Indonesia mencapai 11.672.861 ha. Potensi kelapa sawit dan hasil

sampingannya sebagai pakan ternak (daun dan pelepah, serta lumpur/solid dan

bungkil inti sawit) merupakan sumber baku pakan yang cukup banyak tersedia di

Indonesia berpotensi sebagai pakan ternak, sampai saat ini belum banyak yang

memanfaatkannya.

Pelepah sawit meskipun kandungan protein kasar (PK) sangat rendah (2-4%)

namun seratnya cukup tinggi, mencapai 33 % sehingga sangat potensial digunakan

sebagai sumber serat untuk ruminansia. Solid limbah industri kelapa sawit yang

dibuang dan tidak berharga, namun sangat disukai oleh ternak, kandungan PK

Page 18: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

9

mencapai 11% dapat diberikan 10% dalam ransum ternak kambing, sedangkang

bungkil inti sawit memiliki PK 15% dengan harga yang sangat murah (Rp 900/kg)

dapat menggantikan posisi dedak (katul) yang cukup mahal (Rp 3000/kg). Semua

bahan-bahan tersebut dapat dengan mudah diperoleh langsung dari perkebunan

dan pabrik kelapa sawit.

Tanaman jagung termasuk tanaman monokotil dari genus Zea yang tumbuh

dengan baik pada tanah-tanah yang bertekstur latosal dengan tingkat kemiringan 5

– 8%, keasaman 5,6 – 7,5 serta suhu antara 27 – 32ºC (Azrai et al., 2007). Selain

buah atau bijinya, tanaman jagung menghasilkan limbah dengan proporsi yang

bervariasi dengan proporsi terbesar adalah batang jagung (stover) diikuti dengan

daun, tongkol dan kulit buah jagung. Nilai palatabilitas yang diukur secara kualitatif

menunjukkan bahwa daun dan kulit jagung lebih disukai oleh ternak dibandingkan

dengan batang ataupun tongkol (Wilson et al., 2004).

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pemberian limbah tanaman

jagung termasuk tongkol untuk ternak adalah kontaminasi jamur. Jamur akan cepat

tumbuh pada suasana lembab dan panas seperti kondisi di Indonesia terlebih bila

proses pengeringan jerami/tongkol jagung tidak berjalan dengan baik. Nilai nutrisi

dari limbah tanaman dan hasil samping industri jagung sangat bervariasi. Kulit

jagung mempunyai nilai kecernaan bahan kering in vitro yang tertinggi (68%)

sedangkan batang jagung merupakan bahan yang paling sukar dicerna di dalam

rumen (51%) . Nilai kecernaan kulit jagung dan tongkol (60%) ini hampir sama

dengan nilai kecernaan rumput Gajah sehingga kedua bahan ini dapat menggantikan

rumput gajah sebagai sumber hijauan. Total nutrient tercerna (TDN) yang tertinggi

terkandung pada silase tanaman jagung termasuk buah yang matang sedangkan

yang terendah dijumpai pada tongkol. Faktor yang penting dalam menyusun ransum

komplit adalah nilai TDN. Kebutuhan TDN untuk penggemukan sapi potong maupun

sapi perah cukup tinggi dan syarat minimum TDN dapat dilihat dalam NRC (2001).

Selain nilai TDN yang rendah, tongkol jagung juga mempunyai kadar protein

terendah dibandingkan dengan bahan lainnya sedangkan silase tanaman jagung

manis mempunyai kandungan protein yang tertinggi. Tongkol jagung mempunyai

kadar protein yang paling rendah yaitu 3% tetapi 70% dari nilai tersebut merupakan

protein tidak tercerna di dalam rumen (UIP). Sebaliknya, tongkol dan batang jagung

Page 19: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

10

mempunyai kandungan serat NDF yang paling tinggi dibandingkan dengan limbah

lainnya. Bila buah jagung yang masih muda dipanen (jagung semi), jerami jagung

yang tersisa akan mempunyai kadar protein yang sedikit lebih tinggi, kadar serat

(NDF dan ADF) yang lebih kecil dari pada jerami jagung yang berumur 100 hari. Jadi

tongkol maupun batang jagung

merupakan sumber serat yang baik tetapi pemakaiannya sangat terbatas karena

nilai TDN cukup rendah dibandingkan dengan bagian lainnya.

Indigofera adalah tanaman jenis leguminosa memiliki potensi sebagai sumber

pakan berkualitas tinggi dengan adaptasi yang baik terhadap kekeringan, toleran

terhadap seluruh jenis tanah, genangan air, dan tahan terhadap salinitas. Dapat

diberikan sampai 40% dalam ransum. Oleh karena itu, tumbuhan ini merupakan

alternatif sumber pakan yang menjanjikan untuk mendukung pengembangan ternak

ruminansia di berbagai agroekosistem. Indigofera Merupakan tanaman legum

dengan kandungan nutrisi yang cukup tinggi, memiliki protein kasar 26%, serat

kasar 15%, energi 4.038 Kkal/kg, kecernaan 60%.

Tanaman Legum merupakan hijauan pakan ternak yang sangat dibutuhkan

sebagai sumber protein nabati, salah satunya adalah Indigofera zollingeriana

(Indigofera). Tanaman legum ini memiliki potensi sebagai hijauan pakan sumber

protein dan mineral yang tinggi, struktur serat yang baik dan nilai kecernaan yang

tinggi dapat meningkatkan produktivitas ternak ruminansia. Tanaman ini juga

toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas (Hassen

et al. 2008; Smykal et al. 2014; Suharlina et al. 2016).

Keberadaan Indigofera di Indonesia sudah cukup berkembang dan banyak

dimanfaatkan khususnya pada ternak ruminansia, baik secara langsung diberikan

dalam bentuk segar maupun diolah menjadi tepung sebagai bahan pakan atau

pakan komplit. Loka Penelitian Kambing Potong adalah salah satu yang sudah

banyak mengembangkan dan memanfaatkan Indigofera sebagai pakan ternak

kambing, secara agronomis tanaman Indigofera dikembangkan melalui benih,

disamping sebagai pakan ternak, tanaman juga telah dijadikan pohon indukan

sebagai sumber benih. Ketersediaan benih merupakan salah satu hal yang sangat

penting dalam memenuhi ketersediaan Indigofera. Permintaan benih Indigofera

setiap tahunnya selalu meningkat dari berbagai daerah di Indonesia, namun

Page 20: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

11

demikian untuk mengecambahkan benih Indigofera masih mengalami kendala,

karena benih Indigofera memiliki masa dormansi. Beberapa stakeholder melaporkan

bahwa tingkat pertumbuhan kecambah benih Indigofera yang dihasilkan terlalu

rendah, sehingga mengakibatkan perkembangan tanaman terhambat. Diduga

dormansi pada benih Indigofera merupakan dormansi fisik. Menurut Schmidt (2002),

dormansi fisik disebabkan oleh kulit buah yang keras dan impermeable atau penutup

buah yang menghalangi air yang masuk kedalam benih (imbibisi) dan pertukaran

gas. Oleh karena itu, diperlukan skarifikasi yang tepat terhadap benih untuk

mematahkan dormansinya dan salah satu teknik yang paling mudah adalah dengan

cara perendaman, perendaman dengan suhu yang berbeda-beda diharapkan akan

dapat meningkatkan daya kecambah dan persentase perkecambahan biji Indigofera.

Semakin tinggi suhu perendaman yang digunakan sampai batas tertentu akan

semakin meningkatkan viabilitas benih (Lubis et al. 2014). Perlakuan melunakkan

kulit benih melalui perendaman dapat mempermudah masuknya air kedalam benih

sehingga embrio dapat segera tumbuh tanpa hambatan (Hardianti et al. 2014).

Page 21: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

12

III. METODOLOGI

3.1. Pendekatan

Pengkajian tentang Optimalisasi SUP Inovatif Berbasis Intergrasi Sapi-sawit-

jagung dan Tanaman Indigofera dilaksanakan secara partisipatif dan terintegrasi,

melibatkan stakeholders dan peran aktif kelompok tani. Untuk memudahkan dalam

tindak operasional pengkajian, maka data awal tingkat kesuburan lahan (biofisik

lahan) serta residu dilakukan melalui mengambilan sampel tanah secara komposit.

Penetapan jenis komoditas tanam dilakukan secara partisipatif, memiliki nilai

ekonomis.

3.2. Ruang lingkup kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan di kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh mulai

bulan Januari - Desember 2018. Ruang lingkup kegiatan meliputi kajian pola

beternak sapi Brahman cross, pemanfaatan pelepah tanaman sawit, penanaman

jagung dan indigofera sebagai pakan ternak sapi. Cakupan kegiatan ini meliputi:

3.2.1. Persiapan

a. Konsultasi dan koordinasi dengan dan dinas instansi terkait di Kabupaten Aceh

Tamiang.

b. Sosialisasi rencana kegiatan ke lokasi pengkajian sesuai dengan rencana atau

tahapan kegiatan yang telah disusun dan dikoordinasikan.

3.2.2. Pelaksanaan Kegiatan

Ternak sapi yang digunakan adalah sapi betina Brahman Cross sebanyak 12

ekor. Pemeliharaan ternak dilakukan di kandang kelompok, ternak sapi diberikan

pakan berupa pelepah sawit, jagung dan indigofera. Pemberian pakan dilakukan

secara bertahap: tahap pertama pemberian pelepah sawit yang sudah dicacah,

tahap selanjutnya pemberian silase jagung. Pemberian indigofera dilakukan secara

bersamaan dengan jagung.

Penanaman tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam 70 x 20 cm. Pupuk

yang digunakan adalah pupuk organik padat (2 kg/ha), urea (350 kg/ha) dan NPK

(200 kg/ha). Penanaman tanaman jagung dilakukan dengan sistem tanpa olah

tanam (TOT). Penanaman indigofera ditanam sebagai tanaman pagar dengan jarak

Page 22: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

13

tanam 1 x 1 m. Sebelum penanaman tanaman indigofera disemai terlebih dahulu di

dalam polybag. Pupuk yang digunakan adalah NPK (200 kg/ha). Pemberian pakan

dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah pakan yang

diberikan adalah 10% dari bobot badan.

3.2.3. Pelatihan dan Temu Lapang

Kegiatan ini dilaksanakan guna mendiseminasikan hasil pelaksanaan kegiatan

kepada pengguna (stakeholders) sekaligus untuk memperoleh umpan balik dalam

kerangka bahan evaluasi selanjutnya. Kegiatan ini akan dilakukan 2 kali yaitu 1)

Pelatihan dilakukan sebelum kegiatan dimulai dan 2) Temu lapang dilakukan pada

pelaksanaan panen.

Page 23: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

14

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Koordinasi dan Peninjauan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) Kegiatan koordinasi dan peninjauan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL)

kegiatan Optimalisasi SUP Inovatif Integrasi Sapi, Kelapa Sawit, Jagung dan

Indigofera di kabupaten Aceh Tamiang dihadiri oleh Kabid drh. Muhammad Nasir,

Kasie Pengembangan dan Penyebaran Pakan Ternak dan staf bagian tersebut di

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang. Sebelum meninjau CPCL,

penanggung jawab kegiatan dan anggota tim menyampaikan tentang latar belakang

dan tujuan dari kegiatan ini.

Pada akhir kegiatan koordinasi, penanggung jawab kegiatan meminta kepada

kabid untuk mencalonkan salah satu kelompok tani yang nantinya akan dipilih

sebagai kelompok petani kooperator. Kriteria kelompok tani ataupun peternak sapi

yang dipilih sebagai kelompok peternak sapi untuk kegiatan ini adalah kelompok

peternak sapi yang sudah aktif secara keanggotaan dan mempunyai ternak sapi dan

lahan kelapa sawit.

Sebelum meninjau lokasi kegiatan, tim BPTP bersama tim dari di Dinas

Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang melakukan pertemuan dengan

kelompok “Maju Bersama” di Meunasah Gampong Air Tenang yang dihadiri oleh

Kepala Gampong/Datok (Muttaqin), Ketua kelompok (Hasanuddin), Penyuluh

kecamatan (Jamaluddin) dan beberapa anggota kelompok. Beberapa informasi awal

yang dapat dihimpun dari pertemuan dengan kelompok tani “Maju Bersama” adalah:

- Jumlah sapi dalam kelompok sebanyak 56 ekor (jantan dan betina)

- Jenis sapi: Brahman Cros, Lemosin, Simental dan Lokal

- Selain sapi yang tujuannya penggemukan, sapi tidak dikandangkan melainkan

tersebar di lahan kelapa sawit

- Kelompok tani sudah menyiapkan lahan untuk penanaman rumput gajah

- Program penanaman rumput gajah sudah dimulai sejak 4 tahun yang lalu,

karena kurangnya perawatan luasan penanaman rumput gajah sekarang

semakin berkurang

Page 24: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

15

- Varietas jagung yang sudah pernah ditanam adalah Pioneer, Bisi-16, Bisi-18

dan Bisi-22 Untuk varietas Bisi-16 sudah pernah mendapat juara II di tingkat

provinsi.

- Untuk pupuk kandang (kotoran sapi) sangat mencukupi

- Untuk pakan, khususnya untuk sapi yang tujuannya penggemukan selain

diberikan rumput juga ditambah dengan pakan konsentrat, namun hanya

sebagai tambahan/perangsang. Dosis pemberian: 1 kg konsentrat + 2 kg

dedak atau 1 % dari berat badan sapi

- Obat yang sudah pernah diberikan untuk sapi: Vitamin, obat cacing dan

antibiotik

- Selama ini pakan dari kelapa sawit diberikan secara manual

Selanjutnya tim BPTP Aceh meninjau lokasi pengkajian yang berada di

Gampong Air Tenang, umumnya kandang sapi letaknya dibelakang/disamping rumah

peternak. Sementara untuk lahan penanaman jagung dan indigofera berada tidak

jauh dari rumah peternak/kandang sapi. Berdasarkan hasil peninjauan, jumlah dan

jenis sapi yang digunakan dalam pengkajian adalah sapi brahman (6 ekor) dan lokal

(6 ekor). Varietas jagung yang akan ditanam adalah Bisi-16. Untuk penanaman

jagung dan indigofera ditanam di lahan samping tanaman kelapa sawit dimana

tanaman indigofera digunakan sebagai tanaman pagar untuk tanaman jagung.

Berdasarkan arahan dan informasi dari Dinas Pertanian dan Peternakan

Kabupaten Aceh Tamiang, observasi anggota tim pengkaji dari BPTP Aceh dan

kemampuan kelompok dalam melakukan manajemen kelompok, kelompok tani’’Maju

Bersama” yang terletak di Gampong Air Tenang, Kecamatan Karang Baru II,

Kabupaten Aceh Tamiang, yang diketuai oleh Hasanuddin ditetapkan sebagai

kelompok tani terpilih untuk kegiatan ini. Kelompok tani ini beranggotakan 12 orang,

dimana salah satu anggota kelompok yang bernama Jamaluddin merupakan

penyuluh di kecamatan tersebut.

Kepala gampong Air Tenang menyampaikan “Rencana kedepan dan sudah

ada kesepakatan diantara peternak, kandang sapi yang letaknya

dibelakang/samping rumah semuanya akan di pindahkan ke lokasi/lahan kelapa

sawit, sekarang hanya menunggu perbaikan jalan dan pengadaan sarana listrik.

Page 25: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

16

Pertimbangannya, lokasi/lahan kelapa sawit ini sangat luas untuk lahan

pengembalaan sapi kecuali sapi yang tujuannya penggemukan”.

4.2 Kegiatan Pelatihan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian

mengadakan Pelatiahan di Kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Desa Air Tenang,

Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang. Pelatihan tersebut diikuti oleh

kelompok peternak dan Instansi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

Kabupaten Aceh Tamiang. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada hari Selasa 14

Agustus 2018 di BPP Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang. Ada beberapa

narasumber, materi yang disampaikan yaitu :

1. Manajemen Kesehatan Ternak Sapi

2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Aceh Tamiang

3. Silase Jagung Sebagai Alternatif Pakan Ternak Sapi

4. Tanaman Indigofera Yang Berkualitas Dan Bernutrisi Untuk Ternak Sapi

5. Pembuatan Mineral Blok (Tambahan)

Narasumber yaitu Bapak Drh. Busyra Abdullah, MM. Beliau adalah seorang

penyuluh bidang peternakan di Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tamiang. Arahan

beliau tentang Manajemen Kesehatan Ternak Sapi banyak memberikan informasi

yang sangat dibutuhkan oleh peserta pelatihan. Dalam pelaksanaan pelatihan,

Narasumber juga melakukan demonstrasi / praktek / cara membuat silase jagung

untuk alternative pakan ternak sapi, juga cara pembuatan mineral blok serta cara

pembudidayaan Indigofera sehingga petani dapat mengimplementasikannya di

dalam membuat pakan ternak sendiri.

Pelatihan tersebut dihadiri oleh 55 oarang petani, penyuluh pada Dinas

Pertanian dan juga Penyuluh pada BPP Karang Baru. Dalam praktek/demonstrasi

tersebut, petani begitu antusias untuk melihat dan turut ikut serta dalam

pelaksanaan praktek / demonstrasi seperti dalam praktek membuat Silase dimana

peserta ikut memotong batang jagung, memegang kantong plastic serta meracik

bahan molasses blok. Peserta pelatihan juga ada yang menanyakan tentang takaran

untuk membuat silase dan molasis blok serta cara penyemaian benih indigofera

yang baik dan benar.

Page 26: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

17

Silase Jagung sebagai Alternatif Pakan Ternak Sapi

Produktivitas sapi dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor

genetik, lingkungan dan pakan. Permasalahan strategis yang mengakibatkan

terjadinya fluktuasi produktivitas dari sapi di dalam negeri diantaranya adalah

masalah penyediaan pakan yang tidak kontinyu sebagai akibat dari faktor musim.

Pada musim hujan, peternak dengan mudah menyediakan pakan hijauan tanpa

mengeluarkan banyak biaya. Hijauan diperoleh dengan cara menyabit di kebun

rumput, lahan hutan, pematang sawah, lahan pemukiman sampai pinggiran jalan.

Saat musim kemarau panjang datang, maka sudah jelas kesulitan yang terjadi

adalah ketersediaan hijauan yang berkurang.

Memperhatikan keadaan tersebut maka untuk menanggulangi permasalahan

penyediaan pakan hijauan, khususnya pada musim kemarau diperlukan berbagai

strategi, baik dalam penyediaannya maupun waktu pemberiannya terlebih dapat

meningkatan kualitasnya. Petani tradisional pada umumnya memanfaatkan limbah

tanaman jagung ini tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga sulit untuk

meningkatkan kualitas dan daya simpannya akibatnya banyak hijauan yang

terbuang. Kondisi tersebut sangat kontra diktif dengan kesulitan dalam upaya

penyediaan hijauan pakan.

Proses pembuatan silase jagung sebagai pakan ternak

Bahan –bahan yang dibutuhkan: limbah jagung 1 ton (dengan kadar air 60-

70%), urea 2,5 kg, gula/saka/molasses 4 kg, dedak 5 kg dan plastik atau drum

untuk penyimpan silase

Proses pembuatan adalah sebagai berikut:

✓ Batang jagung yang telah dilayukan dengan kadar air 60-70 % dipotong-

potong.

✓ Gula tebu dilarutkan dalam 12 liter air dengan cara diaduk atau dipanaskan.

✓ Kemudian batang jagung dimasukkan ke dalam tempat pembuatan dengan

cara ditumpuk dan dipadatkan. Setiap ketebalan 20 cm ditaburkan urea, dedak

dan larutan gula secara merata. Demikian seterusnya sampai proses selesai.

Page 27: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

18

✓ Tumpukan kemudian ditutup rapat supaya kedap udara dan tidak terjadi

rembesan air, lalu diberikan beban diatasnya dengan menggunakan ban bekas

atau karung berisi pasir.

✓ Selama proses fermentasi terjadi tumpukan tidak perlu dibalik namun harus

terlindung dari sinar matahari. Proses berlangsung selama 14 hari.

✓ Setelah mengalami proses fermentasi, dikeringkan anginkan terlebih dahulu

sebelum diberikan disimpan pada gudang penyimpanan dan siap diberikan

pada ternak.

Silase batang jagung berkualitas baik apabila proses pembuatannya tepat dan

benar. Ciri-ciri silase yang baik adalah:

✓ Berbau harum

✓ Tidak berjamur

✓ Tidak menggumpal

✓ pH berkisar antara 4 – 4,5

Kegagalan dalam pembuatan silase dapat disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain proses pembuatan yang salah, terjadi kebocoran silo sehingga tidak

tercapai suasana yang anaerob, tidak tersedianya karbohidrat terlarut berupa gula,

berat kering awal yang rendah sehingga silase menjadi terlalu basah, dan memicu

pertumbuhan mikroorganisme pembusuk yang tidak diharapkan.

Kerusakan silase diperhitungkan sebagai persentase dari silase yang rusak

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan silase dalam satu silo. Silase yang

mengalami kerusakan dapat terlihat dari tekstur silase yang rapuh, berwarna coklat

kehitaman, dan berbau busuk serta banyak ditumbuhi jamur. Pada umumnya

kerusakan terjadi pada permukaan dekat penutup silo.

Tanaman indigofera yang berkualitas dan bernutrisi untuk ternak sapi

Indigofera ini merupakan hijauan pakan ternak jenis leguminosa, rata-rata

tinggi pohon sedang namun memiliki daun yang lebat dan bisa berproduksi banyak.

Selain itu, pakan ternak berkualitas dan bernutrisi ini diyakini bisa menurunkan

biaya produksi pakan, karena dari satu hektar Indigofera ini cukup untuk 10 ekor

sapi, sementara untuk satu hektar rumput biasanya hanya cukup untuk satu ekor

Page 28: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

19

sapi, sehingga sangat produktif dan efisien. Hal ini bisa berdampak pada turunnya

biaya produksi ternak dengan demikian akan menurunkan harga daging di pasaran.

Indigofera sebagal potensi pakan ternak di Indonesia sangat besar,

terhampar dari mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Lahan kering seringkali

identik dengan lahan marjinal, karena lahan tersebut memiliki ketersediaan air yang

terbatas, miskin unsur hara dan rentan akan terjadinya erosi. Salah satu faktor

pembatas yang sangat spesifik terdapat pada lahan kering adalah rendahnya

ketersediaan air, baik yang terikat dalam partikel tanah maupun yang terdapat

disekitar perakaran (rhizosfer). Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan

ternak yang kaya akan nitrogen, fosfor dan kalsium. Indigofera sp mengandung

pigmen indigo, yang sangat penting untuk pertanian komersial pada daerah tropic

dan sub tropic, selanjutnya dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan

suplemen kualitas tinggi untuk ternak ruminansia. Indigofera sp sangat balk

dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan mengandung protein kasar 27,9%,

serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor 0,18%. Leguminosa Indigofera sp.

memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan

air dan tahan terhadap salinitas

Budidaya Indigofera

Penanaman dapat dilakukan secara monokultur, tanaman sela (intercroping),

tanaman campuran dengan tanaman pangan (alley croping) dan tanaman pagar

(hedgrow). Jarak tanam yang direkomendasikan untuk produksi hijauan pakan

dengan pola tanam monokultur yaitu 3x3 m. Panen pertama kali dilakukan pada

umur 6-8 bulan setelah itu dipanen setiap 90 hari, sehingga tinggi tanaman

dipertahankan 1,5 m dari tanah.

Pada pola tanam intercroping dan alley croping, jarak tanam yang

direkomendasikan untuk leguminosa pohon adalah 4-5 m dengan tinggi tanaman

dipertahankan 1,5 m, guna menghindari terjadinya penaungan (shading) terhadap

tanaman utama. Untuk penggunaan tanaman sebagai pagar (hedgrow) dilakukan

dengan jarak tanam 2-3 m baris dan tinggi antara 3-5 m, dimanfaatkan sebagai

penambat pagar kawat berduri dan untuk menghasilkan benih (biji).

Pemberian pupuk dasar tanaman Indigofera ang paling praktis digunakan ialah

pupuk NPK 15-15-15. Komposisi pupuk kandang dan pupuk NPK ialah 30 : 1 atau

Page 29: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

20

bisa hingga 50 : 1 yang mana pupuk kandang harus lebih banyak. Agar hasil lebih

optimal, maka anda bisa membuat bokashi atau fermentasi pupuknya terlebih

dahulu. Hal ini nantinya akan membuat nutrisi pupuk cepat diserap tanaman. Untuk

cara pemberian pupuknya adalah sebagai berikut :

✓ Siapkan pupuk kandangnya

✓ Larutkan 1/4 – 1/2 kg gula pada se ember air

✓ Siram 500 ml EM4 pada larutan gula tersebut lalu tutup dan diamkan minimal

24 jam

✓ Setelah itu siramkan larutan EM4 tadi secara merata pada pupuk kandang lalu

tutup pupuk tersebut dengan terpal

✓ Diamkan minimal 1 minggu (semakin lama semakin baik)

✓ Setelah 1 minggu atau lebih maka pupuk tersebut dimasukkan dalam lubang

alur bedengan bersama pupuk NPK 15-15-15

✓ Tutup kembali alur tersebut sembari dibentuk bedengan dengan lebar 1

meter dengan tinggi sekitar 15 cm.

Cara pembibitan tanaman indigofera secara generatif biji adalah sebagai berikut :

✓ Siapkan tanaman indigofera yang sudah besar dan berbuah yang berdaun

lebat

✓ Ambil buahnya yang sudah matang kering (kehitaman)

✓ Jemur buah tersebut hingga kulitnya kering dan pecah sehingga isinya keluar

✓ Penanaman dengan biji dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain

perendaman biji dengan air selama satu malam,

✓ Pengecambahan selama lima hari di atas kain basa

✓ Pemindahan ke polybag yang telah diisi dengan tanah humus yang gembur

✓ Tanam biji indigofera sedalam kurang lebih 2 cm

✓ Biarkan bijinya tumbuh

✓ Setelah tumbuh, maka anda bisa melakukan penyiraman secara rutin guna

mempercepat pertumbuhannya.

✓ Setelah berusia 1,5 bulan maka bibit indigofera sudah siap ditanam di lahan

tanam yang sudah disiapkan sebelumnya.

✓ Galilah lubang pada bedengan dengan kedalaman sekitar 15 – 20 cm dan

jarak sekitar 30 – 50 cm saja.

Page 30: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

21

✓ Sirami bibit sebelum ditanam

✓ Tanam bibit indigifera pada lubang tanam tersebut dan pastikan membuka

plastiknya

✓ Tutup tanah dan segera sirami

✓ Sebaiknya waktu penanaman ini dilakukan pada sore hari untuk mencegah

tanaman layu karena terik siang.

✓ Pemberian pupuk susulan 3 bulan menjelang panen

Selain sebagai pakan ternak, Indigofera sp. bermanfaat sebagai tanaman obat

antara lain untuk pengobatan liver, keracunan pada darah, mengurangi rasa sakit

dan demam pada manusia.

Pembuatan Mineral Blok (Tambahan)

Mineral Block merupakan suplementasi mineral dalam bentuk blok dengan

bahan baku lokal sebagai bahan baku utama terutama dari limbah industri pertanian

dan pakan non konvensional yang ketersediaannya murah dan mudah diperoleh.

Mineral Block adalah pakan suplemen untuk ternak ruminansia, berbentuk padat

yang kaya dengan zat-zat makanan. Bahan-bahan tersebut berfungsi sebagai

sumber energi mudah tercerna, sumber N dan sumber mineral yang dapat

meningkatkan pertumbuhan mikroba rumen untuk memperbaiki nutrisi ternak

sebagai induk semang. Pakan suplemen ini dapat juga disebut sebagai “permen jilat”

untuk ternak, yang dapat digunakan untuk ternak-ternak yang dikandangkan

ataupun yang digembalakan.

Bahan komposisi, yang digunakan terdiri dari garam, semen dan mineral

dengan perbandingan 7:3:1. Beberapa manfaat untuk ternak antara lain adalah

meningkatkan konsumsi pakan, meningkatkan kecernaan zat-zat makanan,

meningkatkan produksi ternak, agar terhindar dari efisiensi vitamin dan mineral,

malnutrisi karena rendahnya nilai gizi pakan, untuk meningkatkan produktifitas

ternak melalui peningkatan sintesa protein oleh mikroba di dalam rumen,

peningkatan kecernaan pakan dan peningkatan konsumsi pakan yang semuanya itu

akan memberikan keseimbangan yang lebih baik antara suplai asam amino dan

energi dan kebutuhan ternak untuk tumbuh, berproduksi, hal ini meningkatkan

populasi mikroorganisme rumen sehingga kebutuhan serat kasar sebagai media

Page 31: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

22

hidupnya akan meningkat pula, sehingga akan merangsang ternak untuk

mengkonsumsi bahan pakan lebih banyak dari keadaan normalnya, dengan

meningkatnya konsumsi pakan maka produksi ternak (daging) akan meningkat pula.

Cara Pemberiannya sebagai bahan pakan suplemen dengan kadar protein,

energi dan mineral yang cukup dapat digunakan untuk ternak-ternak yang

dikandangkan atau yang digembalakan. Pakan tambahan ini dikonsumsi ternak

dengan cara menjilat dan diberikan dengan cara meletakkan di tabung bambu atau

kotak pakan. Pakan tambahan ini diberikan pada pagi hari dengan jumlahnya sesuai

dengan tingkat konsumsi yang dianjurkan pada setiap jenis ternak, walaupun ukuran

UMB melebihi kebutuhan maka biasanya ternak akan membatasi sendiri. Ternak

yang kekurangan akan unsur mineral memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:

Bulu kusam dan sering terlihat berdiri, mata putih dan bertahi mata, ternak kurus

dan agak lemas.

4.3 Kegiatan Temu Lapang

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian

mengadakan Temu Lapang di Kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Desa Air

Tenang Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang, kegiatan tersebut diikuti

oleh Kadis, Kabid, penyuluh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten

Aceh Tamiang dan kelompok peternak. Ada beberapa narasumber, materi yang

disampaikan yaitu:

1. Pengembangan Peternakan di Kabupaten Aceh Tamiang

2. Potensi Tanaman Sawit untuk Ternak Sapi di Kabupaten Aceh Tamiang

3. Potensi kawasan peternakan terpadu

4. Potensi Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian dan Perkebunan untuk ternak Sapi

Berikut ini akan diuraikan dari materi tersebut.

1. Pengembangan Peternakan di Kabupaten Aceh Tamiang

Kawasan Perternakan adalah merupakan gabungan dari sentra-sentra

peternakan yang memenuhi batas minimal skala ekonomi dan manajemen

pembangunan di wilayah serta terkait secara fungsional dalam hal potensi sumber

daya alam, kondisi sosial budaya dan keberadaan infrastruktur penunjang.

Pengembangan kawasan Peternakan dimaksudkan untuk menjamin ketahanan

Page 32: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

23

pangan nasional, pengembangan dan penyediaan bahan baku bioindustri, serta

penyediaan bahan bakar nabati melalui peningkatan produksi pertanian secara

berkelanjutan, berdaya saing dan mampu mensejahterakan semua pelaku usaha

yang terlibat di dalamnya secara berkeadilan. Pengembangan kawasan pertanian

dalam operasionalnya harus disesuaikan dengan potensi agroekosistem,

infrastruktur, kelembagaan sosial ekonomi mandiri dan ketentuan tata ruang wilayah

Untuk menuju kondisi ideal yang diharapkan dalam pengembangan kawasan

Peternakan, maka secara garis besar dapat dirumuskan langkah-langkah

pengembangan kawasan, yaitu sebagai berikut:

➢ Penguatan perencanaan pengembangan kawasan;

➢ Penguatan kerjasama dan kemitraan;

➢ Penguatan sarana dan prasarana;

➢ Penguatan sumber daya manusia;

➢ Penguatan kelembagaan; dan

➢ Percepatan adopsi teknologi

➢ Pengembangan industri hilir.

Rancang bangun dan kelembagaan dibutuhkan dalam pengembangan kawasan

secara berjenjang. Rancang bangun pengembangan kawasan disusun berdasarkan

analisis teknokratis dan rencana kerja melalui telaah kebijakan serta analisis

pemeringkatan, klasifikasi dan pemetaan kawasan, serta analisis data dan informasi

tabular dan spasial untuk mengarahkan pengembangan dan pembinaan kawasan.

Pengelola Kawasan di provinsi menyusun rencana induk (Master Plan) untuk setiap

jenis kawasan yang ada di provinsi sebagai upaya untuk menjabarkan arah

kebijakan, strategi, tujuan, program/kegiatan pengembangan kawasan nasional.

Adapun Pengelola Kawasan khususnya di Kabupaten Aceh Tamiang menyusun

rencana aksi (Action Plan) yang merupakan penjabaran operasional dari Master Plan

sebagai upaya untuk rencana yang lebih rinci dalam kurun waktu tahun jamak (multi

years).

Seperti yang telah disebut di atas bahwa salah satu misi dinas Kesehatan Hewan

dan Peternakan di Kabupaten Aceh Tamiang adalah mengembangkan kawasan

peternakan sesuai potensi dan cluster yang proporsional, terintegrasi dan

berkelanjutan. Maka pengembangan kawasan peternakan terpadu adalah salah satu

Page 33: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

24

program yang dapat diterapkan guna mendukung misi yang telah ditetapkan oleh

pemerintah Aceh melalui Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan tersebut.

Kawasan peternakan adalah suatu kawasan yang secara khusus diperuntukkan

untuk kegiatan peternakan terpadu sebagai komponen dari usahatani (berbasis

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan atau perikanan) dan terpadu sebagai

komponen ekosistem tertentu (kawasan hutan lindung atau suaka alam). Beberapa

komponen yang sangat berpengaruh dalam menunjang keberhasilan antara lain:

ketersediaan lahan, pakan, penyediaan air, infrastruktur jalan, peternak dan ternak

serta prasarana penunjangn seperti industri pakan, obat/vaksin, alat dan mesin

pertanian, Pos Keswan, Pos IB, Rumah Potong Hewan (RPH), Industri pengolah

susu, daging dan pasar hewan yang dapat menunjang produktivitas ternak.

Kabupaten Aceh Tamiang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh

yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan peternakan terpadu

untuk pengembangan ternak ruminansia. Namun sejauh ini, potensi yang ada di

kabupaten tersebut tidak berkembang baik karena tidak didukung oleh berbagai

faktor yang menunjang suatu kawasan peternakan terpadu seperti ketersediaan

sarana, prasarana, pengelolaan sumber daya air untuk pengembangan suatu usaha

peternakan dan juga dari berbagai ketersediaan infrastruktur yang masih sangat

kurang. Dari berbagai keterbatasan tersebut mengakibatkan rendahnya produksi dan

produktivitas ternak Provinsi Aceh. Sebagai salah satu faktor keterbatasan faktor

pendukung adalah karena sampai saat ini belum adanya dokumen rancangan

pengembangan ternak ruminansia yang menjadi arah bagi pengembangan

peternakan di Aceh menjadi lebih optimal.

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu kegiatan berupa penyusunan

master plan kawasan peternakan Provinsi Aceh untuk mengidentifikasikan potensi

yang ada dan juga bagaimana mengelola potensi yang ada dengan baik sehingga

dapat mempercepat pegembangan peternakan Provinsi Aceh yang pada akhirnya

dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Page 34: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

25

2. Potensi Tanaman Sawit untuk Ternak Sapi di Kabupaten Aceh Tamiang

Kabupaten Aceh Tamiang memiliki lahan cukup luas dan cocok dikembangkan

aneka produk kelapa sawit dan pertanian untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Aceh. Secara umum, agroindustri komoditas andalan

perkebunan Aceh adalah industry yang berbasis hasil-hasil komoditas andalan

pertanian Aceh. Komoditas andalan pertanian adalah komoditas yang telah banyak

dikembangkan di daerah ini mulai dari pertanian pangan dan hortikultura,

perkebunan dan kehutanan, perikanan dan hasil-hasil laut lainnya, dan peternakan.

Aceh Tamiang masih terbuka untuk investor dan di daerah itu juga cocok untuk

dikembangkan perkebunan kelapa sawit, selain pertanian lainnya. Aceh Tamiang

yang merupakan wilayah pemekaran dari kabupaten induk Aceh Timur itu sudah ada

beberapa investor mengembangkan perkebunan kelapa sawit tetapi masih kurang

optimal. Jika ada pihak swasta yang mau lebih serius mengembangkan industri

perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya, maka Aceh Tamiang akan lebih maju

dibanding daerah lainnya.

Dampak ikutannya terhadap masyarakat cukup banyak karena industri

perkebunan itu akan menyerap ribuan tenaga kerja dan membutuhkan

pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan termasuk pabrik pengolahannya.

Saat ini produk kelapa sawit dalam bentuk minyak (crude palm oil/CPO) harganya di

pasar internasional terus meningkat menjadi sekitar Rp8.700/kg atau 1170 dolar

AS/ton. Harga komoditas perkebunan itu dipastikan terus meningkat dikarenakan

adanya suplai yang menipis sedangkan permintaan terus naik. Produksi kelapa sawit

itu tidak hanya diolah menjadi minyak, tetapi juga hasil samping dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk pertanian dan pakan ternak.

Pembangunan agroindustri patut mengedepankan potensi kawasan dan

kemampuan masyarakatnya. Keunggulan komparatif yang berupa sumberdaya alam

perlu diiringidengan peningkatan keunggulan kompetitif yang diwujudkan melalui

penciptaan sumberdaya manusia dan masyarakat agroindustri yang semakin

profesional. Berbagai peluang yang ada untuk menumbuhkembangkan kawasan

agroindustri di pedesaan ini antara lain mencakup berbagai aspek seperti lingkungan

strategis, permintaan, sumber daya dan teknologi. Pembangunan agroindustri yang

diterapkan adalah pembangunan agroindustri yang berkelanjutan. Agroindustri yang

Page 35: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

26

dibangun dan dikembangkan harus memperhatikan aspek-aspek manajemen dan

konservasi sumber daya alam. Arah pembangunan bidang agroindustri menurut

paradigma baru ini dapat diwujudkan terutama melalui upaya pemihakan dan

pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat agroindustri dilakukan sesuai

dengan potensi, aspirasi, dan kebutuhannya. Sejalan dengan arah pembangunan

pertanian ini, peran pemerintah Aceh umumnya, pemerinta Kabupaten Aceh

Tamiang khususnya harus mempertajam program-program pembangunan

agroindustri untuk masyarakat wilayah simpul ini. Agroindustri yang berawal dari

masukan dengan seperangkat teknologi diharapkan dapat memberikan nilai tambah

bagi produk-produk andalan pertanian Aceh. Agroindustri ini juga akan mengubah

sifat bulcky produk pertanian menjadi produk yang memiliki nilai lebih dan memiliki

pasar yang lebih luas. Dukunga agroindustri terhadap pengembangan pelabuhan

Kuala Langsa menjadi salah satu solusi dalam perbaikan jaring pasok barang ekspor

dari daerah ini. Produk pertanian yang bersifat musiman dan tidak tahan lama dapat

ditata arus masuk dan keluar melalui sistem agro industri ini.

Bahan baku untuk industri hasil sampingan ternak juga cukup baik, seperti

undustri kulit ternak, tepung tulang dan sebagainya. Masyarakat Aceh umumnya,

dan masyarakat pantai timur khususnya memiliki konsumsi daging ternak kambing

dan sapi yang tinggi. Dengan demikian hasil sampingan seperti kulit dan tulang

dapat dikembangkan dalam system agroindustri berbasis ternak ini.

Dengan demikian untuk meningkatkan ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang

kontribusi agroindustri harus ditingkatkan, terutama untuk sektor peternakan.

Selama ini sebagian besar hasil peternakan daerah ini masih diperdagangkan dalam

bentuk segar ke Sumatera Utara.

3. Potensi kawasan peternakan terpadu

Pembangunan peternakan merupakan rangkaian kegiatan yang

berkesinambungan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat peternak, agar

mampu melaksanakan usaha produktif dibidang peternakan secara mandiri. Salah

satu bentuk usaha peternakan yang cukup potensial dikembangkan adalah ternak

sapi potong. Program pengembangan usaha ternak sapi potong dapat dicapai

dengan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan tepat guna yang disesuaikan

dengan keadaan alam, kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana

Page 36: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

27

prasarana, teknologi peternakan yang berkembangdan kelembagaanserta kebijakan

yang mendukung. Faktor lingkungan berupa iklim berpengaruh secara langsung

terhadap ternak seperti suhu, kelembaban, dan curah hujan. Fasilitas pendukung

sangat membantu dalam pengembangan usaha peternakan. Sumber daya alam

sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup ternak.

Jenis dan ketersediaan pakan harus diperhatikan dalam usaha peternakan di

suatu daerah. Kualitas sumber daya manusia akan membantu pola peternakan yang

akan terbentuk. Pendidikan, pengalaman, umur, dan pengetahuan yang baik dari

peternak akan membawa usaha menuju kearah yang baik. Teknologi peternakan

yang sudah berkembang, harus dimanfaatkan untuk menunjang pengembangan

usaha peternakan. Sub sektor peternakan memiliki peran yang strategis dalam

pembangunan sektor pertanian, yaitu dalam upaya pemantapan ketahanan pangan

untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, pemberdayaan ekonomi masyarakat

dan dapat memacu pengembangan wilayah. Salah satu bentuk usaha peternakan

yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan yaitu ternak sapi potong.

Sementara itu, program pengembangan sapi potong dihadapkan dengan

permasalahan semakin menyempitnya lahan usaha akibat persaingan yang semakin

meningkat dalam penggunaan lahan.

Akibatnya terjadinya penurunan daya dukung sumber daya alam terutama

hijauan pakan untuk usaha ternak karena konversi lahan pertanian, serta perubahan

pola budidaya menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi sapi potong.

Selain itu, kebanyakan usaha peternakan sapi potong yang kurang dalam

pemanfaatan potensi daya dukung yang ada di wilayahnya. Daya dukung

pengembangan ternak potong merupakan salah satu faktor penting untuk

menunjang peningkatan produktivitas sapi potong, untuk mencapai hasil yang

optimal maka perlu strategi pengembangan peternakan yang memiliki daya dukung

yang baik, seperti pakan yang diberikan kepada ternak harus mengandung nilai

nutrisi yang baik, lahan yang luas, pengolahan limbah, pemanfaatan hijauan

makanan ternak. Evaluasi ketersediaan hijauan dan limbah tanaman pangan

dilakukan untuk mengetahui daya dukung wilayah terhadap hijauan makanan ternak

sebagai penunjang pakan sapi potong.

Page 37: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

28

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu wilayah untuk pengembangan

ternak sapi potong yang sekarang menjadi salah satu komoditi unggulan daerah

karena mampu menghasilkan produksi yang tinggi guna pemenuhan protein hewani

dan telah mempunyai pasar tersendiri, yang pada akhirnya bermuara pada

peningkatan peternak.

Ada beberapa fakta yang harus segera dicarikan jalan keluar agar ketahanan

pangan dapat diwujudkan, meliputi:

➢ Kapasitas produksi domestik, (a) laju peningkatan produksi pangan

cenderung melandai dengan rata-rata pertumbuhan kurang 1% sedangkan

pertambahan penduduk sebesar 1,2% setiap tahun (b) belum

berkembangnya kapasitas produksi pangan daerah dengan teknologi sesifik

lokasi karena hambatan inrastruktur pertanian ; (c) petani umumnya skala

kecil (kurang dari 0,5 hektar) menyebabkan aksesibilitasnya terbatas

terhadap sumber permodalan, teknologi, sarana produksi dan pasar (d)

banyak dijumpai kasus terhambatnya distribusi sarana produks khususnya

pupuk bersubsidi, (e) lambatnya penerapan teknologi akibat kurang insentif

ekonomi dan masalah sosial petani

➢ Saat ini tingkat alih fungsí lahan pertanian ke non pertanian (perumahan,

perkantoran dll). Kondisi sumber air di Indonesia cukup memperihatinkan,

daerah tangkapan air yakni daerah aliran sungai (DAS) kondisi lahannya

sangat kritis akibat pembukaaan hutan yang tidak terkendali. Sejak 10 tahun

terakhir terjadi banjir dengan erosi hebat dan ancaman tanah longsor pada

musim hujan bergantian dengan kekeringan hebat pada musim kemarau.

Adanya kondisi iklim yang tidak menentu sehingga sering terjadi pergeseran

penanaman, masa pemanenan yang tidak merata sepanjang tahun, serta sering

timbulnya bencana yang tidak terduga (banjir, longsor, kekeringan, gempa)

memerlukan sistem pencadangan pangan yang baik. Saat ini belum optimalnya :(1)

sistem cadangan pangan daerah untuk mengantisipasi kondisi darurat bencana alam

minimal 3 (tiga) bulan, (2) cadangan pangan hidup (pekarangan, lahan desa, lahan

tidur, tanaman bawah tegakan perkebunan), (3) kelembagaan lumbung pangan

masyarakat dan lembaga cadangan pangan komunitas lainnya, (4) sistem cadangan

pangan melalui Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan ataupun lembaga usaha lainnya

Page 38: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

29

4. Potensi Pemanfaatan Hasil Samping Pertanian dan Perkebunan untuk

ternak Sapi

Tantangan terbesar dalam semua sistem produksi ternak diberbagai daerah

antara lain adalah pakan dan lahan, padahal faktor utama dalam menentukan

produktivitas ternak adalah terjaminnya ketersediaan hijauan pakan. Pakan yang

baik dapat diketahui dari komposisi nutrien yang dikandung, kecernaan nutrien dan

kemampuan dalam menyediakan energi serta ada tidaknya penghambat dalam

pakan tersebut. Pakan ruminansia meliputi semua bahan makanan yang dapat

diberikan dan dimakan ternak serta tidak mengganggu kesehatan apabila hewan

ternak memakannya. Setiap harinya kebutuhan jumlah pakan ternak berbeda. Hal ini

bergantung pada jenis atau spesies sapi, umur dan tahap pertumbuhan ternak

(dewasa, bunting atau menyusui).

Penyediaan pakan harus diusahakan terus-menerus dan sesuai dengan standar

gizi yang dibutuhkan hewan ternak. Pemberian pakan pada ternak yang tidak sesuai

dengan kebutuhan gizi hewan ternak dapat menyebabkan defisiensi zat makanan.

Nutrien adalah komponen yang ditemukan di dalam makanan serta dapat digunakan

untuk kebutuhan hidup pokok, produksi dan kesehatan ternak.

Masalah utama dalam peningkatan produktivitas ternak adalah sulitnya

menyediakan pakan secara berkesinambungan baik jumlah maupun kualitasnya.

Faktor penting yang harus diperhatikan dalam peningkatan produktivitas ternak

adalah ketersediaan pakan yang mencukupi secara kualitas dan kuantitas. Di dalam

memilih bahan pakan ternak, perlu dipertimbangkan zat-zat yang terkandung di

dalamnya, serta sifat biologis bahan-bahan yang akan disajikan, seperti: volume dan

tekstur, palatabilitas (enak tidaknya) dan sifat bahan pakan itu sendiri. Sebab

kesemuanya akan berpengaruh besar terhadap mutu bahan makanan yang masuk

ke dalam tubuh ternak.

Sebagai contoh, bahan pakan yang digiling terlalu kasar tentu relatif lebih sukar

dicerna daripada bahan makanan yang halus. Bahan-bahan makanan yang rusak,

tengik ataupun kurang enak tentu akan tersisih. Kalaupun bahan makanan tersebut

terpaksa dimakan, tentu akan merugikan ternak yang bersangkutan. Oleh karena

itu, para peternak harus memberi perhatian secara khusus terhadap jenis makanan

yang akan diberikan kepada ternaknya.

Page 39: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

30

Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian

atau seluruhnya, tidak membahayakan bagi pemakannya, disukai, dan bermanfaat

bagi ternak. Pakan adalah satu macam atau campuran lebih dari satu macam bahan

pakan yang khusus disediakan untuk ternak. Konsentrat adalah bahan pakan yang

rendah kandungan serat kasar dan tinggi kandungan nutriennya yang mengandung

serat kasarnya kurang dari 18% dan TDN-nya di atas 60% berdasarkan bahan

kering.

Pakan ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan, konsentrat, vitamin dan

mineral sebagai suplemen. Hijauan yang biasa digunakan sebagai pakan pada usaha

peternakan rakyat di pedesaan adalah rumput lapangan dan hasil samping

pertanian, perkebunan serta beberapa rumput introduksi sebagai rumput unggulan.

Sumberdaya lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah limbah

pertanian dan perkebunan dapat menghasilkan bahan kering sebagai bahan pakan

sumber energi ternak ruminansia. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum

menyusun ransum adalah sebagai berikut:

a. Menentukan bahan pakan apa saja yang akan digunakan dalam menyusun

ransum.

b. Mengetahui kandungan nutrien masing-masing bahan pakan.

c. Mengetahui harga bahan pakan per kg.

Secara umum limbah hasil pertanian dan perkebunan cukup tersedia di

berbagai daerah, namun potensi limbah tersebut untuk digunakan sebagai pakan

ternak belum dikembangkan secara optimal. Pemanfaatan limbah pertanian dan

perkebunan sebagai pakan ternak baru mencapai 39% dari potensi yang tersedia

saat ini, sehingga sebagian besar dari limbah tersebut tidak dimanfaatkan dengan

baik, dan bahkan dibuang, dibakar atau digunakan untuk keperluan non-peternakan.

Kelapa sawit merupakan salah satu bahan pakan yang memiliki potensi

sangat tinggi dibandingkan dengan limbah hasil pertanian dan perkebunan lainnya,

mengingat total limbah yang dihasilkan terhadap luas lahan yang tersedia cukup

tinggi. Umumnya bagian-bagian tanaman dari kelapa sawit yang dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak terdiri dari daun, pelepah, lumpur, bungkil, dan

bungkil inti sawit. Akan tetapi, potensi limbah kelapa sawit yang tinggi, ternaya

belum banyak dimanfaatkan sebaga bahan pakan ternak. Pada umumnya produk

Page 40: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

31

samping yang diperoleh dari industri kelapa sawit dibagi ke dalam dua kelompok,

yaitu: (1) berasal dari kebun kelapa sawit (diantaranya pelepah dan daun) dan (2)

dari pabrik pengolahan buah kelapa sawit (seperti bungkil dan lumpur).

Nilai nutrisi limbah tanaman dan pengolahan kelapa sawit ternyata cukup

rendah karena tingginya kandungan serat kasar tetapi mengandung karbohidrat

dalam bentuk gula mudah larut yang cukup tinggi yaitu 22%. Nilai nutrisi limbah

tanaman kelapa sawit umumnya setara dengan limbah tanaman pangan maupun

pakan hijauan di daerah tropis. Sementara itu, limbah hasil pengolahan kelapa sawit

juga mengandung serat kasar yang tinggi, namun kandungan protein kasar lumpur

sawit dan bungkil kelapa sawit secara berurutan yaitu 14,58 %BK dan 16,33 % BK,

yang potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Limbah

agroindustri banyak tersedia dan beragam dalam jenis di daerah tropis yang menjadi

sumber utama untuk meningkatkan produktivitas ternak.

Limbah jagung adalah salah satu contoh bahan baku pakan ternak yang

tersedia di dalam negeri. Namun limbah jagung yang dimanfaatkan sebagai bahan

pakan atau pakan ternak hanya mencapai 5,2 juta ton atau sebanyak 50% dari total

limbah yang dihasilkan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa limbah tanaman

jagung belum dimanfaatkan secara optimal untuk pakan ternak, karena kualitas

yang rendah dan mengandung serat kasar yang tinggi (27,8%). Untuk

meningkatkan kualitas bahan pakan jeramijagung, maka diperlukan sentuhan

teknologifermentasi dengan menambahkan probiotik yang mengandung mikroba

untuk memecah serat kasar, agar dapat dicerna dengan baikoleh ternak. Pemberian

pakan jerami jagung yang difermentasi dapat mempercepat pertumbuhan dan

meningkatkan pertambahan berat badan sapi.

Konsep Sistem Pertanian Berkelanjutan

Berdasarkan kondisi sifat berkelanjutan dalam pengembangan suatu usaha

pertanian mengandung berbagai pengertian yaitu : (1) Berkelanjutan sebagai suatu

strategi pengembangan, (2) Berkelanjutan sebagai suatu kemampuan untuk

mencapai sasaran, dan (3) Berkelanjutan sebagai suatu upaya untuk melanjutkan

suatu kegiatan. Dalam konteks kemampuan untuk mencapai sasaran, sistem usaha

pertanian berkelanjutan mengandung pengertian bahwa dalam jangka panjang

sistem tersebut harus mampu: (1) Mempertahankan atau meningkatkan kualitas

Page 41: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

32

lingkungan, (2) Mampu menyediakan insentif sosial dan eknomi bagi semua pelaku

dalam sistem produksi, (3) Mampu berproduksi yang cukup dan setiap penduduk

memiliki akses terhadap produk yang dihasilkan.

Sedangkan dalam konteks kemampuan untuk melanjutkan suatu system

produksi, pengembangan usaha pertanian berkelanjutan apabila sistem tersebut

tetap pada domain dari penggunaan sumberdaya lahan lintas waktu dan terns

menerus mampu memberi dukungan pada tingkat produksi tertentu yang

memberikan keuntungan ekonomi bagi pelakunya (commercial) dan kecukupan

pangan penduduk (subsistence).

Terintegrasinya usaha sapi potong dan perkebunan sawit dapat mengurangi

biaya lahan dan pakan serta meningkatkan kapasitas tampung sehingga skala usaha

menjadi besar dan makin efisien. Efisiensi menjadi lebih baik karena menggunakan

input tenaga kerja secara bersama untuk usaha sapi potong dan perkebunan kelapa

sawit; mengurangi biaya tenaga kerja dan herbisida untuk membersihkan semak

belukar di bawah tanaman sawit; dan memanfaatkan limbah industri kelapa sawit

sebagai bahan baku pakan pada usaha penggemukan sapi potong serta

pemanfaatan pupuk kandang untuk tanaman kelapa sawit .

Dari sisi permintaan, kebutuhan daging sapi justeru terus meningkat.

Penyediaannya melalui peningkatan produksi daging membutuhkan peningkatan

basis pakan. Di sisi penawaran, pergeseran penggunaan lahan yang digunakan

untuk tanaman pangan, perkebunan dan pemukiman mempersempit padang

penggembalaan. Berbagai faktor yang mendukung perkembangan sistem usaha

pertanian, yaitu: (1) ketidakberdayaan petani kecil yang mempunyai keterbatasan

sumberdaya dalam mengadopsi teknologi; (2) perlu usaha mengurangi risiko

usahatani melalui pendekatan diversifikasi; (3) meningkatkan produktivitas; (4)

mengembangkan ketersediaan pekerjaan dan memperkuat pendapatan usahatani;

(5) melestarikan lingkungan secara berkelanjutan. Berbagai permasalahan keluarga

tani adalah saling terkait, satu masalah akan menimbulkan permasalahan baru,

sehingga usaha pemecahannya harus komprehensif.

Manfaat yang dapat diperoleh dari pendekatan partisipatif dalam pelaksanaan

pengkajian sistem usahatani tersebut, antara lain: (1) mengembangkan dan

menyebarluaskan inovasi teknologi yang mempunyai dimensi spesifik lokasi,

Page 42: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

33

berorientasi pasar dan kebutuhan pengguna, serta responsive terhadap kebutuhan

masyarakat; (2) meningkatkan produksi, pendapatan, dan serta kesejahteraan

petani dan pelaku agribisnis kecil/ menengah; dan (3) menciptakan terjadinya

perubahan, persepsi, sikap dan perilaku pengguna inovasi teknologi

Berbagai pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem

usaha pertanian yang berkelanjutan antara lain: (1) Pertimbangan perolehan laba

yang memadai bagi pelakunya, (2) Pertimbangan kualitas lingkungan usaha jangka

panjang agar usahanya menjadi sumber pendapatan dan penghidupan

yang layak, (3) Pertimbangan kualitas lingkungan makro jangka pendek maupun

jangka panjang, dan (4) Pertimbangan kelestarian bagi sumberdaya hayati berupa

ternak maupun tanaman yang dapat dibudidayakan.

Laporan Kemajuan/Fisik

No Uraian Tahapan

Kegiatan

Skor Kemajuan Tahapan (0-100)

Bobot (%)

1 Persiapan 15

a Proposal 100 10 10

b Pengadaan Bahan habis pakai

c Penentuan lokasi 100 2,5 2,5

d Koordinasi stakeholders

100 2,5 2,5

2 Pelaksanaan kegiatan

75

a Penyiapan lahan/plotting, saprodi dan bahan pendukung

100 15 15

b Penanaman dan pemeliharaan

100 30 30

c Pengamatan 100 20

3 Pelaporan 10

a Pengolahan dan analisa data

100 5

b Seminar hasil 0 1

c Laporan akhir 0 4

Total Bobot 100

Page 43: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan Optimalisasi Sistem Usaha Pertanian (SUP) Inovatif Integrasi Sapi,

Sawit, Jagung dan Indigofera Di Provinsi Aceh dilaksanakan di Kabupaten Aceh

Tamiang. Kelompok yang terpilih adalah Maju Bersama, kelompok ini merupakan

peternak yang memiliki sapi, sawit dan tanaman jagung. Pengambilan kelompok

atas rekomendasi dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Aceh Tamiang.

Teknologi yang direkomendasi pada kegiatan ini berupa teknologi pakan berupa

silase jagung + silase pelepah sawit + indogofera untuk ternak sapi.

Page 44: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

35

DAFTAR PUSTAKA Bangun R. 2010. Pengembangan sistem integrasi sapi-kebun kelapa sawit dalam

peningkatan pendapatan petani di Provinsi Riau. J Teroka 10: 161-174. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik perkebunan Indonesia 2013-2015 kelapa

sawit. Kementerian Pertanian Jakarta. Diwyanto K, Sitompul D, Manti I, Mathius IW, Soentoro. 2003. Pengkajian Pengembangan

Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Bengkulu, 9–10 September 2003. Departemen Pertanian bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Bengkulu dan PT. Agricinal.

Diwyanto K, Sitompul D, Manti I, Mathius IW, Soentoro. 2004. Pengkajian pengembangan

usaha sistem integrasi kelapa sawit-sapi. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi, Bengkulu, 9−10 September 2003. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pemerintah Provinsi Bengkulu, dan PT Agricinal.

Diwyanto K, Priyanti A, Saptati RA. 2007. Prospek pengembangan usaha peternakan pola

integrasi. Sains Peternakan 5: 26-33. Farizaldi. 2011. Produktivitas Hijauan Makanan Ternak Pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

berbagai Kelompok Umur di PTPN 6 Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi. J Ilmiah Ilmu-Ilmu Pet 2: 68-73.

Gunawan, Hermwan B, Sumardi, Praptanti EP. 2004. Keragaan Model Pengembangan

Integrasi Sapi–Sawit pada Perkebunan Rakyat di Propinsi Bengkulu. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman–Ternak di Denpasar, Bali pada Tanggal 20–22 Juli 2004.

Liang JB. 2007. An overview of the use of oil palm by-products as ruminant feed in Malaysia.

In: Darmono, Wina E, Nurhayati, Sani Y, Prasetyo LH, Triwulanningsih E, Sendow I, Natalia L, Priyanto D, Indranigsih, et al., penyunting. Akselerasi Agribisnis Peternakan Nasional melalui Pengembangan dan Penerapan IPTEK. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 21-22 Agustus 2007. Bogor (Indonesia): Puslibangnak. hlm. 8.

Manti I, Azmi E, Priyotomo, Sitompul D. 2004. Kajian sosial ekonomi sistem integrasi sapi

dengan kelapa sawit (SISKA). hlm. 245−260. Prosiding Lokakarya Nasional Kelapa Sawit-Sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Mathius IW. 2003. Perkebunan kelapa sawit dapat menjadi basis pengembangan sapi

potong. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25: 1-4. Mathius IW. 2008. Pengembangan sapi potong berbasis industri kelapa sawit.

Pengembangan Inovasi Pertanian 1: 206-224. Matondang RH, Talib C. 2015. Model pengembangan sapi bali dalam usaha integrasidi

perkebunan kelapa sawit. Wartazoa. 25:147-157.

Page 45: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

36

Nurhayati DP, Tiesnamurti B, Adinata Y. 2014. Ketersediaan sumber hijauan di bawah perkebunan kelapa sawit untuk penggembalaan sapi. Wartazoa 24: 047-054.Susetyo. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu MakananTernak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Prayudi B, Ulfi N, Aribowo S. 2005. Pengembangan sistem integrasi sapi pada kawasan

perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi. Prosiding Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi 2005. Puslitbang Peternakan . hlm. 123-127.

Reksohadiprodjo S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi Ketiga.

BPFE. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Rosli BM. Wibawa W, Mohayidin MG, Adam BP, Juraimi AS, Awang Y, Lassim MB. 2010.

Management of Mixed Weeds in Young Oil-palm Plantation with Selected Broad-Spectrum Herbicides. Pertanika J. Trop. Agric. Sci. 33:193-203.

Rusnan H, Kaunang CL, Yohanis LRT. 2015. Analisis potensi dan strategi pengembangan

sapi potong dengan pola integrasi kelapa–sapi di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. J Zootek. 35: 187-200.

Suboh I. 1997. Memaksimumkan pendapatan penanam kelapa sawit integerasi tanaman /

ternakan di ladang sawit. Seminar Pekebun Kecil Sawit/Eksekutif Estet Pamol, Sabah. PORIM, 27-29 April 1997.

Subagyono. 2004. Prospek pengembangan ternak pola integrasi di kawasan perkebunan.

Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Denpasar 20-22 Juli 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Bali dan Crop-Animal System Research Network (CASREN), Bogor.

Syahputra E, Sarbino, Dian S. 2011. Weeds assessment di perkebunan kelapa sawit lahan

gambut. Perkebunan & Lahan Tropika. J Tek. Perk & PSDL. 1: 37-42. Taufan P, Daru, Arliana Y, Eko W. 2014. Potensi hijauan di perkebunan kelapa sawit sebagai

pakan sapi potong di Kabupaten Kutai Kartanegara. J Pastura 3: 94-98. Teleni E, Campbell RSF, Hoffman D. 1993. Draught animal system and management: an

Indonesian study. ACIAR Monograph No. 19. Ulfi, N. 2005. Potensi dan peluang pengembangan sistem integrasi sawit-sapi di Provinsi

Jambi. Prosiding Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.hlm. 128-131.

Wijayanti RT, Mudakir B. 2013. Analisis keuntungan dan skala usaha perkebunan kelapa

sawit gerbang serasan. Diponegoro J. of economics. 2: 1-7.

Page 46: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

37

Lampiran 1. Tenaga dan Organisasi Pelaksana

Tugas/ Jabatan

Nama & Gelar Bidang

Keahlian Instansi/Unit

Kerja

Alokasi Waktu

Jam/Bln

Penanggung Jawab Utama

Penelitian

Dr. Yenni Yusriani, SPt. MP

Pakan dan Nutrisi

BPTP Aceh 20

Penyuluh Ir. Elviwirda , MSi Budidaya BPTP Aceh 20

Peneliti Pertama

Eka Fitria, SP Farming Sistem

BPTP Aceh 10

Penyuluh Akram Hamidi, SSTp Peternakan BPTP Aceh 10

Page 47: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

38

Lampiran 2. Anggaran

SATUAN URAIAN

HARGA SATUAN

JUMLAH

521211 Belanja bahan

- Bahan pendukung kegiatan, pelatihan dan temu lapang 2 kali

12.500.000

25.000.000

- Konsumsi pelatihan, temu lapang 100 OH 50.000 5.000.000

521213 Honor output kegiatan

- Upah harian lepas 590 OH 100 9.000.000

521811 Belanja barang untuk persediaan barang konsumsi

- Saprodi (benih, pupuk, dan obat obatan) 2 kali 40.000.000

80.000.000

- ATK dan komputer suplay 2 TRW 500.000 1.000.000

522151 Belanja jasa profesi

- Narasumber (5 org X 3 OJ) 9 OJ 500.000 4.500.000

524111 Belanja perjalanan biasa

- Perjalanan pelaksanaan kegiatan 17 OP 1.500.000 25.500.000

524114 Belanja perjalanan dinas paket meeting dalam kota

- Transport, uang saku pelatihan dan te

mu lapang 50 OH 150 7.500.000

Jumlah 200.000.000

Page 48: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

39

Lampiran 3. Foto Kegiatan Dokumentasi Kegiatan

Page 49: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

40

Page 50: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

41

Page 51: OPTIMALISASI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) INOVATIF ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/2-OPTIMALISASI SISTEM USA… · sawit dan jagung di Aceh Tamiang mendukung usaha pertanian

42