Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
OPTIMASI Cetylpyridinium chloride DAN SORBITOL
PADA FORMULASI MOUTHWASH EKSTRAK DAUN KELOR
(Moringa oleifera L.) DAN UJI ANTIBIOFILM
TERHADAP Streptococcus mutans
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh
Luh Jenny Wahyuni
NIM: 148114006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
OPTIMASI Cetylpyridinium chloride DAN SORBITOL
PADA FORMULASI MOUTHWASH EKSTRAK DAUN KELOR
(Moringa oleifera L.) DAN UJI ANTIBIOFILM
TERHADAP Streptococcus mutans
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh
Luh Jenny Wahyuni
NIM: 148114006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Halaman Persembahan
Skripsi ini terutama saya persembahkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Kakek
Mangku dan Kak We, keluarga kecil ku dan tentunya keluarga besar ku. Untuk Bapak
yang selalu memberi Jenny kesempatan untuk menentukan jalan hidup sendiri, untuk
mendukung Jenny atas segala keputusan yang Jenny ambil. Untuk Mamak atas
kasihnya yang tak terhingga, untuk selalu menasehati Jenny dan menemani Jenny.
Untuk Adikku tercinta, Peggy, lol, at least my life would be so bored without you.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PRAKATA
Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan
karunia-Nya sehingga skripsi berjudul “Optimasi Cetylpyridinium chloride Dan
Sorbitol Pada Formulasi Mouthwash Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) Dan
Uji Antibiofilm Terhadap Streptococcus mutans” dapat terselesaikan dengan sangat
memuaskan. Skripsi ini merupakan bagian dari penelitian payung oleh Wahyuning
Setyani, M.Sc., Apt. yang berjudul “Optimasi Cetylpyridinium chloride Dan Sorbitol
Pada Formulasi Mouthwash Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) Dan Uji
Antibiofilm Terhadap Streptococcus mutans” berdasarkan SK no 015a/LPPM
USD/III/2017.
Atas terselesaikannya skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua penulis, I Nyoman Sedana dan Ni Made Purniati (Alm.) atas segala
dukungan yang selalu diberikan kepada penulis, atas kasih sayang, bantuan
moral dan finansial yang diberikan selama berjalannya skripsi ini. Terima
kasih atas kepercayaan yang diberikan sehingga penulis dapat tumbuh
menjadi anak yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan pada segala
hal yang merupakan kewajiban penulis;
2. Untuk Kak We dan Kak Mangku, Kakek (Alm.)-Ninik, Adikku tercinta;
Peggy. Atas bantuan yang diberikan dan dukungan doa-doanya. Keluarga
besar penulis. Untuk Oliv (Alm.), Hugo (Alm.), Woof (Alm.), Gembul dan
Mut-mut yang selalu menyambut saat penulis pulang kerumah, teman bermain
penulis;
3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma;
4. Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, memberi saran dan masukan, juga waktu yang telah diluangkan
untuk membantu selama proses skripsi;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
5. Ibu Dr. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt., dan Ibu Beti Pudyastuti,
M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah membantu memberi saran,
menyemangati penulis selama proses skripsi;
6. Laboran-laboran Fakultas Farmasi, terutama Pak Wagiran, Pak Musrifin, Pak
Parlan, Pak Kayat, Pak Agung, Pak Kunto, dan Pak Pur yang telah membantu
penulis dalam menjalankan penelitian;
7. Tiffany Gunawan, sahabat terbaik penulis yang selalu bisa meng-cover saat
penulis butuh bantuan. Yang menjadi idola penulis karena orangnya realistis
dan gak neko-neko, rekan saat senang dan susah, saat bergosip, teman makan,
teman nonton, segalanya;
8. Debby Nataya Furi, Karmelia Intany Doko, Nourmalita, Yoyo Dodhi S., Aldo
Christian, Tomi Priguna, Jessika, Roy Gunawan selaku sehabat ceria di lab
FTSF dan lab Steril.
9. Eleonora Liquori, Agnes Cintya, Bernadetha Danti, Suster, selaku teman
belajar saat UTS dan UAS;
10. Good friends di APRO-RWG 2017-18: Desmond, Kimmy, Tadha, Melody,
Tsubasa, walau jauh tapi selalu memberi semangat pada penulis, selalu
mendengar keluh kesah penulis, teman sharing berbagai ilmu;
11. AA burjo depan gang kost yang selalu sedia dengan indomi* nya, walau jam
2am selalu menemai memecah dinginnya malam. Semua Budhe dan Pakdhe
warung makan langganan;
12. Kak Feronika Cici, Kak Rossa Delima Victoria, Kak Vero, yang menemai
penulis mengenal kota jogja, berpetualang, hiking, mencari semangat baru
dipantai;
13. Roni, Kristian, Nemby, Weli, Agung, Thomas, Icin, Andre, teman baik dari
prodi tetangga tempat berbagi kenangan, berkeluh kesah dan sharing;
14. Seluruh teman-teman di FSMA’14, sis-bruh, walaupun kalian terkadang agak
kurang masuk akal, tapi penulis senang karena pernah berbagi cerita dalam
mendewasakan diri bersama kalian;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
15. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, jajaran rektorat
atas bantuannya dalam mendidik dan menyediakan berbagai fasilitas
kebutuhan mahasiwa.
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini
sehingga penulis akan sangat terbuka pada segala kritik dan saran yang dapat
membangun penulis menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebaik-baiknya dalam
meningkatkan kualitas hidup orang banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ............................................................................ vii
PRAKATA ............................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... xv
INTISARI .............................................................................................................................. xvi
ABSTRACT ............................................................................................................................ xvii
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ...................................................................................................... 3
Alat .................................................................................................................................. 3
Bahan ............................................................................................................................... 3
Determinasi Daun Kelor (Moringa oleifera L.) .............................................................. 4
Preparasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) ..................................................... 4
Skrining Fitokimia Daun Kelor (Moringa oleifera L.) .................................................. 4
Uji Aktivitas Antibiofilm Ekstrak Daun Kelor ............................................................... 5
Optimasi dan Penentuan Rentang Kerapatan dan Viskositas Relatif Sediaan
Mouthwash ...................................................................................................................... 6
Formulasi Mouthwash Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) ................................ 6
Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Mouthwash ........................................................................ 8
Uji Aktivitas Antibiofilm Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ........................................... 9
Analisis Hasil .................................................................................................................. 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Determinasi Daun Kelor (Moringa oleifera L.) .............................................................. 11
Skrining Fitokimia Daun Kelor (Moringa oleifera L.) ................................................... 11
Uji Aktivitas Antibiofilm Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) ............................ 12
Penentuan Rentang Kerapatan dan Viskositas Relatif Sediaan Mouthwash ................... 14
Optimasi Level Tinggi-Rendah CPC dan Sorbitol .......................................................... 15
Uji Sifat Fisik Sediaan Mouthwash ................................................................................. 16
Penentuan Area Komposisi Optimum ............................................................................. 23
Uji Stabilitas Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ................................................. 23
Uji Aktivitas Antibiofilm Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ........................................... 29
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 31
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 34
BIOGRAFI PENULIS........................................................................................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I Formula Acuan Mouthwash .......................................................................... 7
Tabel II Formula Modifikasi Mouthwash Ekstrak Daun Kelor .................................. 7
Tabel III Presentase Penghambatan Biofilm Ekstrak Daun Kelor ............................... 13
Tabel IV Uji T-Independent Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor .................................... 14
Tabel V Kerapatan dan Viskositas Relatif Mouthwash Variasi CPC ......................... 15
Tabel VI Kerapatan dan Viskositas Relatif Mouthwash Variasi Sorbitol .................... 16
Tabel VII Organoleptis Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ................................ 17
Tabel VIII pH Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ................................................ 17
Tabel IX Respon Kerapatan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ..................................... 18
Tabel X Respon Viskositas relatif Mouthwash Ekstrak Daun Kelor .......................... 21
Tabel XI Hasil Validasi Persamaan Area Komposisi Optimum ................................. 24
Tabel XII Uji ANOVA Terhadap Kerapatan Sediaan ..................................................... 26
Tabel XIII Nilai Pergeseran Kerapatan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ...................... 26
Tabel XIV Uji ANOVA Terhadap Viskositas Relatif Sediaan Hasil Uji Stabilitas ......... 27
Tabel XV Nilai Pergeseran Viskositas Relatif Mouthwash Ekstrak Daun Kelor .......... 28
Tabel XVI Presentase Penghambatan Biofilm Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ........... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Grafik %Penghambatan Biofilm Vs Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor......... 13
Gambar 2 Hubungan Antara CPC dengan Kerapatan .................................................... 19
Gambar 3 Hubungan Antara Sorbitol dengan Kerapatan .............................................. 20
Gambar 4 Contour Plot Kerapatan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ............................ 20
Gambar 5 Hubungan Antara Konsentrasi CPC dengan Viskositas Relatif.................... 22
Gambar 6 Hubungan Antara Konsentrasi Sorbitol dengan Viskositas Relatif .............. 22
Gambar 7 Contour Plot Viskositas Relatif Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ................ 23
Gambar 8 Contour Plot Superimposed Respon Kerapatan dan Viskositas Relatif ....... 24
Gambar 9 Grafik pergeseran Kerapatan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ..................... 27
Gambar 10 Grafik pergeseran Viskositas Relatif Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ........ 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Identifikasi Tanaman Kelor (Moringa oleifera L.) ....................................... 34
Lampiran 2 Keterangan Isolat Bakteri Streptococcus mutans .......................................... 35
Lampiran 3 Certificate of Analysis Cetylpyridinium chloride .......................................... 36
Lampiran 4 Lisensi IBM Statistic 22 ................................................................................ 37
Lampiran 5 Dokumentasi Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kelor ................................. 38
Lampiran 6 Persentase Daya Hambat Ekstrak Daun Kelor .............................................. 39
Lampiran 7 Data Statistik %Penghambatan Ekstrak Daun Kelor .................................... 40
Lampiran 8 Rumus Perhitungan Viskositas Relatif dan Kerapatan ................................. 43
Lampiran 9 Penentuan Rentang Kerapatan dan Viskositas Relatif Mouthwash .............. 44
Lampiran 10 Data Optimasi CPC........................................................................................ 45
Lampiran 11 Data Optimasi Sorbitol .................................................................................. 46
Lampiran 12 Data Rancangan Factorial design (CPC + Sorbitol) ..................................... 47
Lampiran 13 Factorial design ............................................................................................ 48
Lampiran 14 Validasi Factorial design .............................................................................. 50
Lampiran 15 Data Stabilitas Sediaan Dengan Metode Freeze thaw .................................. 51
Lampiran 16 Data Statistik Stabilitas Sediaan Dengan Metode Freeze thaw:
Kerapatan ...................................................................................................... 56
Lampiran 17 Data Statistik Stabilitas Sediaan Dengan Metode Freeze Thaw:
Viskositas Relatif .......................................................................................... 61
Lampiran 18 Data %Penghambatan Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ................. 66
Lampiran 19 Data Statistik Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor ............................... 67
Lampiran 20 Dokumentasi Mikrobiologi dan Formulasi .................................................... 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
INTISARI
Karies gigi dan infeksi periodontal merupakan penyakit dengan prevalensi
tinggi di dunia maupun di Indonesia. Penyakit-penyakit tersebut diawali dengan
terbentuknya plak (dental biofilm) di permukaan gigi namum penyebab utamanya
adalah interaksi bakteri dengan konstituen makanan. Bakteri yang sering ditemukan
sebagai pencetus terbentuknya plak gigi adalah Streptococcus mutans. Langkah yang
paling tepat dilakukan untuk mencegah terbentuknya plak gigi adalah dengan
membersihkan gigi, baik dengan pasta gigi maupun mouthwash. Namun, penggunaan
pasta gigi belum belum terbukti mampu mencegah terbentuknya plak gigi, karena
penggunaannya tidak dapat menjangkau daerah tertentu pada gigi. Sediaan
mouthwash merupakan sediaan yang terbukti mampu untuk mencegah terbentuknya
plak gigi.
Ekstrak daun kelor adalah salah satu bahan yang digunakan pada formulasi
sediaan mouthwash dalam penelitian ini. Hasil penelitian secara kuantitatif
menunjukkan, ekstrak daun kelor memiliki aktivitas sebagai antibioflm. Factorial
design dengan 2 faktor yaitu CPC dan sorbitol level tinggi-rendah digunakan untuk
menentukan rentang area optimum terhadap 4 formula yang diformulasikan; F1, Fa,
Fb, dan Fab. Level tinggi dan rendah CPC adalah 0,1% - 0,5% sedangkan level
tinggi-rendah sorbitol adalah 13% - 20%. Respon yang digunakan dalam penelitian
adalah kerapatan dan viskositas relatif. Hasil analisis formula F1, Fa, Fb, dan Fab
menghasilkan respon kerapatan dan viskositas relatif yang masuk dalam rentang
spesifikasi mouthwash di pasaran, yaitu 1,0145 – 1,0221 mg/dL untuk respon
kerapatan dan 1,0143 – 1,0841 untuk respon viskositas relatif. Pengujian efektivitas
mouthwash ekstrak daun kelor pada pembentukan biofilm terhadap Streptococcus
mutans menghasilkan daya hambat > 50% dibanding mouthwash tanpa ekstrak daun
kelor yang hanya menghasilkan % daya hambat < 25%.
Kata Kunci : Cetylpyridinium chloride. Mouthwash, Moringa oleifera L., plak
gigi, factorial design, antibiofilm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Dental caries and periodontal infection are high prevalence diseases in the
world as well as in Indonesia. These diseases start with the formation of plaque
(dental biofilm) on the surface of the teeth but the main cause is the interaction of
bacteria with food constituents. Bacteria that is often found as the originator of dental
plaque is Streptococcus mutans. The most appropriate step taken to prevent the
formation of dental plaque is to clean the teeth, either with toothpaste or mouthwash.
However, the use of toothpaste has not been proven to prevent the formation of dental
plaque, because its use can not reach certain areas of the tooth. Mouthwash
preparation is a proven preparation to prevent the formation of dental plaque.
Moringa leaf extract is one of the ingredients used in the mouthwash
preparation formulation in this study. The results of the research quantitatively
showed, kelor leaf extract has activity as antibioflm. Factorial design with 2 factors
and high-low levels of CPC and sorbitol is used to determine the optimum range of
the 4 formulas that are formulated; F1, Fa, Fb, and Fab. The high and low CPC levels
are 0.1% - 0.5% while the high-low level of sorbitol is 13% - 20%. Responses used in
the study are density and viscosity. Responses used in the study are density and
viscosity. The results of F1, Fa, Fb, and Fab formulas resulted in the type and
viscosity response that falls within the range of mouthwash specifications in the
market, that is 1.0145 - 1.0221 mg / mL for density response and 1.0143 - 1.0841 for
relative viscosity response. Testing the effectiveness of Kelor leaves extracted
mouthwash on the formation of biofilm against Streptococcus mutans resulted in
resistance > 50% and up to only < 25% of mouthwashes formulation without Kelor
leaves extract.
Key words : Cetylpyridinium chloride. Mouthwash, Moringa oleifera L., dental
plaque, factorial design, antibiofilm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Infeksi periodontal dan karies gigi merupakan penyakit dengan prevalensi tinggi
di dunia, dimana plak gigi merupakan etiologi utama (Sanz et al., 2017). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi
nasional masalah gigi dan mulut di Indonesia sebesar 25,9%. Plak gigi atau dental
biofilm adalah hasil interaksi bakteri jenis tertentu dengan konstituen makanan yang
kemudian membentuk biofilm pada permukaan gigi (Koo et al., 2010; Pedrazzy et
al., 2014).
Biofilm merupakan kumpulan mikroorganisme yang bersifat universal,
kompleks, dan saling bergantung. Kehidupan organisme ini biasanya dilindungi oleh
sebuah matriks yang disebut exopolysaccharide (EPS), biasanya ditemukan pada
berbagai permukaan terutama pada permukaan yang lembab atau basah. Bakteri yang
mampu membentuk biofilm berasal dari jenis gram positif (Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans, maupun gram negatif
(Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa). Penghambatan
pembentukan biofilm pada umumnya bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
gigi lanjutan (Hua et al., 2002; Chiedozie et al., 2016; Namasivayam et al., 2013).
Mouthwash merupakan bentuk sediaan cair non steril yang digunakan untuk
memperbaiki bau dan penyegar nafas, antiseptik pada bakteri oral atau sebagai cairan
pembersih sisa makanan. Berdasarkan penggunaannya, mouthwash terbagi menjadi
beberapa jenis yaitu, mouthwash antiseptik, mouthwash penghambat plak gigi (plaque
inhibiting mouthwashes), dan mouthwash preventif (Wilson et al., 2014). Keunggulan
penggunaan mouthwash salah satunya yaitu mampu menghambat pembentukan plak
gigi secara cepat dan mudah (Inna et al., 2010). Namun penggunaannya juga
memiliki kekurangan jangka panjang, yaitu zat chlorhexidine yang sering digunakan
dalam formulasi mouthwash antiseptik pada konsentrasi 0,2% diketahui dapat
menyebabkan erythematous dan lesi deskuamatif pada mukosa oral. Mouthwash yang
mengandung pemutih (tooth whitening mouthwash) berbahan hydrogen peroksida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
atau carbamin peroksida juga diketahui memiliki efek samping berupa iritasi gusi dan
gigi sensitif (Wilson et al., 2014).
Indonesia adalah negara kaya akan berbagai jenis tanaman obat dan sangat
potensial untuk dikembangkan, namun belum dikelola secara maksimal (Inna et al.,
2010). Salah satu tanaman yang mudah ditemui di Indonesia adalah Kelor (Moringa
oleifera L.). Khasiat utama tanaman ini antara lain antelmintik alami, antibiotik,
detoksifier, dan lain-lain (Manikandan et al., 2016). Tanaman ini juga terbukti
mampu mengurangi aktivitas biofilm. Studi yang dilakukan oleh Onsare dan Arora,
(2014) pada bakteri Candida albicans, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus
aureus menunjukkan bahwa kulit biji kelor pada konsentrasi 0,04 – 0,1 mg/mL dapat
digunakan untuk mengurangi aktivitas sel planktonik dan biofilm bakteri-bakteri
tersebut.
Penggunaan ekstrak tumbuhan, salah satunya ekstrak daun kelor dalam
formulasi mouthwash selain bertujuan untuk mencegah halitosis (bau mulut) dan
sebagai terapi terhadap infeksi akibat terbentuknya plak gigi oleh bakteri
Streptococcus mutans, juga dinilai sangat menarik dalam berbagai alasan, diantaranya
adalah biokompatibilitas dan ramah lingkungan (Esimone et al., 2007). Zat yang
berasal dari tumbuhan dinilai lebih aman dalam penggunaan jangka panjang dan
dapat digunakan sebagai alternatif penggunaan antibiofilm (Abraham et al., 2012;
Kumar, 2015). Efek terapeutik dari bahan alam juga bersifat konstruktif, efek
samping yang ditimbulkan sangat kecil sehingga bahan alam relatif lebih aman
daripada bahan kimiawi (Lukas, 2012).
Salah satu metode yang digunakan adalah metode factorial design. Tujuan dari
penggunaan metode ini adalah untuk menguji beberapa faktor, sekaligus dapat
digunakan untuk mengetahui faktor dan interaksi mana yang paling berpengaruh
dalam pengujian tersebut (Pais et al., 2014). Level tinggi-rendah Cetylpyridinium
chloride (CPC) dan sorbitol merupakan faktor yang digunakan dalam formulasi ini.
CPC merupakan surfaktan jenis amonium kuaterner zat yang sering digunakan dalam
formulasi mouthwash di Amerika Serikat pada konsentrasi 0,1% – 0,5% (White,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
2005; Rowe et al., 2009). Menurut FDA, CPC termasuk dalam kategori 1 (aman dan
efektif) pada status monografi mouthwash (White, 2005). Penggunaan sorbitol
berfungsi sebagai humektan yang membantu dalam mengurangi rasa kering dalam
rongga mulut pada konsentrasi 5% - 20% (Teki dan Bhat, 2012; Rowe et al., 2009).
Penggunaan CPC dan sorbitol berpengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan
mouthwash.
METODE PENELITIAN
Jenis rancangan penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian
eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas antibiofilm ekstrak daun kelor dan
mouthwash ekstrak daun kelor, serta untuk mengetahui pengaruh faktor yang diteliti
terhadap respon sehingga akan diperoleh area komposisi optimum dengan metode
factorial design. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia,
Laboratorium Teknologi dan Formulasi Padat, dan Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Alat
Neraca analitik (Nagata), mikropipet, cawan petri (Pyrex), jarum ose, autoklaf
(Model KT-40, ALP Co, Ltd, Hamurashi, Tokyo, Japan), hot plate, magnetic stirrer,
Viscometer Ostwald, piknometer, botol mouthwash, freezer (Sharp), biosafety
cabinet, oven, mortar, stamper, alat-alat gelas lainnya, dan pH meter.
Bahan
Serbuk daun kelor (Moringa oleifera L.) yang diperoleh dari PT. Moringa
Organik Indonesia, kultur bakteri Streptococcus mutans yang diperoleh dari
Departemen Mikrobiologi FKH Universitas Gadjah Mada, Media agar BHI (Brain
Heart Infussion) (Merck), larutan standar Mc Farland V, sukrosa, CPC (Sigma-
Aldrich), sorbitol (pharmaceutical grade), sodium bicarbonate (pharmaceutical
grade), metilparaben, mentol, dan aquadest (pH 7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Determinasi Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
Bahan yang digunakan adalah serbuk daun kelor yang diperoleh dari PT
Moringa Organik Indonesia, Blora, Jawa Tengah. Determinasi dilakukan
menggunakan tanaman kelor yang diperoleh dari tempat yang sama dan dilaksanakan
di Laboratorium Sistematika Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Preparasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
Sebanyak 100 g serbuk daun kelor dimaserasi selama 72 jam dalam 500 mL
pelarut etanol 70% pada suhu kamar. Hasil ekstrak kemudian disaring menggunakan
Whatmann Filter Paper No. 1. Hasil ekstraksi kemudian dipekatkan pada suhu 40°-
50°C menggunakan rotary evaporator (Elgamily et al., 2016). Bobot tetap dilakukan
dengan cara mewadahi ekstrak kental pada cawan petri kemudian dimasukkan ke
dalam oven bersuhu ±50oC hingga diperoleh perbedaan antara 2 kali penimbangan
ekstrak < 0,05 g. Bobot tetap diperoleh selama ±7 hari dalam oven, kemudian
dihitung rendemennya menggunakan rumus % rendemen. Ekstrak daun kelor
selanjutnya diskrining fitokimia untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan
golongannya. Metode yang digunakan adalah metode reaksi warna untuk mendeteksi
adanya golongan senyawa flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid pada ekstrak
(Majumdar et al., 2010).
Skrining Fitokimia Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
a. Uji Saponin
Secuplikan ekstrak kental daun kelor dilarutkan dalam 20 mL aquadest kemudian
dipanaskan di atas penangas air. Sampel kemudian dikocok dan didiamkan selama
15 menit. Terbentuknya busa yang stabil menujukan adanya saponin (Sutomo et
al., 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Uji Flavonoid
Secuplikan ekstrak kental daun kelor dilarutkan dalam 20 mL aquadest ditetesi
dengan NaOH 10% lebih kurang 2 tetes dan kemudian warna larutan uji menjadi
warna kuning pekat. Perubahan ini mengindikasikan adanya flavonoid (Rahayu,
Kurniasih, dan Amalia, 2015).
c. Uji Tanin
Secuplikan ekstrak kental daun kelor dilarutkan dalam 20 mL aquadest dilarutkan
dengan FeCl3 10% lebih kurang 3 tetes. Adanya tanin ditunjukkan dengan
terbentuknya warna biru tua atau hitam kehijauan (Ergina, Nuryanti, dan
Pursitasari, 2014).
d. Uji Terpenoid
Secuplikan ekstrak kental daun kelor dilarutkan dalam 20 mL aquadest dicampur
dengan 1 mL kloroform dan ditambah 1,5 mL H2SO4 pekat secara hati-hati (lewat
dinding). Hasil positif ditunjukkan dengan larutan menjadi warna coklat
kemerahan pada permukaan dalam larutan (Ergina, Nuryanti, dan Pursitasari,
2014).
Uji Aktivitas Antibiofilm Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya aktivitas antibiofilm pada ekstrak
daun kelor terhadap bakteri biofilm Streptoccocus mutans. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan microplate flexible U-bottom PVC 96-well. Suspensi
Streptococcus mutans dibandingkan dengan Standar Mc Farland V. Kontrol uji yang
digunakan: suspensi bakteri sebagai kontrol positif pertumbuhan bakteri, dan BHI +
sukrosa 2% + suspensi bakteri sebagai kontrol media. Ke dalam masing-masing well
dimasukkan sebanyak 5 μL larutan ekstrak daun kelor, 85 μL media BHI + sukrosa
2%, serta 10 μL suspensi bakteri lalu microplate diinkubasi pada 37°C selama 18-24
jam. Pelarut yang digunakan adalah aquadest dan konsentrasi ekstrak daun kelor yang
digunakan untuk uji aktivitas antibiofilm adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 (%b/v).
Microplate dicuci dengan air mengalir. Sebanyak 125 μL kristal violet 1%
ditambahkan ke dalam sampel uji kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
menit. Microplate yang telah dicuci kemudian ditambahkan etanol absolut 200 μL
dan inkubasi pada suhu ruang selama 15 menit. Sebanyak 150 μL larutan ditransfer
ke microplate flatbottom polystyrene 96 wells. Pengamatan dilakukan dengan
microplate reader pada panjang gelombang 595 nm dan direplikasi sebanyak 3 kali
(Yosephine et al, 2013).
Optimasi dan Penentuan Rentang Kerapatan dan Viskositas Relatif Sediaan
Mouthwash
Optimasi dilakukan dengan menentukan level tinggi-rendah CPC dan sorbitol
sesuai dengan literatur dan memastikan bahwa kerapatan, pH, dan viskositas relatif
yang didapatkan masuk dalam rentang spesifikasi. Menurut Rowe et al., (2009)
rentang CPC yang baik digunakan sebagai surfaktan dalam formulasi mouthwash
berkisar antara 0,1% – 0,5 %, sedangkan sorbitol berkisar antara 5% - 20%.
Pengukuran dilakukan dengan Viscometer Ostwald dan piknometer.
Rentang spesifikasi terhadap kerapatan dan viskositas relatif sediaan mouthwash
ekstrak daun kelor ditentukan dengan melakukan pengujian terhadap 8 jenis produk
mouthwash yang sudah beredar di pasaran. Tujuannya untuk memastikan bahwa nilai
kerapatan dan viskositas relatif produk yang telah diformulasikan berada dalam
rentang spesifikasi mouthwash di pasaran.
Formulasi Mouthwash Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
Sediaan yang diformulasikan dalam penelitian ini adalah larutan mouthwash
non-alkohol dan non-busa. Formula yang digunakan dalam formulasi mouthwash
ekstrak daun kelor mengacu pada penelitian Almekhlafi (2014) yang
memformulasikan sediaan mouthwash ekstrak daun mur dalam larutan etanol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Tabel I. Formula Acuan Mouthwash
Komposisi Jumlah (g)
Ekstrak Daun Mur 65
Natrium Lauril Sulfat 10.5
Sorbitol 5
Natrium Sakarin 5
Mentol 2.5
Pewarna Hijau 0.5
Natrium Kabonat 0.88
Vitamin E 0.02
Etanol ad 100 mL
Berdasarkan acuan tersebut dilakukan modifikasi formula sebagai berikut:
Tabel II. Formula Modifikasi Mouthwash Ekstrak Daun Kelor 100mL
Komposisi Formula
1 (g) a (g) b (g) ab (g)
Ekstrak daun
kelor
2 2 2 2
Cetylpyridinium
chloride (CPC)
0,1 0,5 0,1 0,5
Sorbitol 13 13 20 20
Natrium
bikarbonat
0,3 0,3 0,3 0,3
Metilparaben 1 1 1 1
Mentol 1 1 1 1
Aquadest 100 mL 100 mL 100 mL 100 mL
Formulasi sediaan mouthwash ekstrak daun kelor dimulai dengan menggerus
halus mentol, kemudian ditambahkan dengan metilparaben, gerus homogen (fase 1).
Campuran fase 1 kemudian diaduk terus sambil menambahkan natrium bikarbonat
dan CPC hingga homogen (fase 2). Sorbitol dimasukkan sambil tetap mengaduk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
campuran fase 2, terakhir ditambahkan ekstrak kelor dan aquadest ad 100 mL, diaduk
hingga homogen kemudian disaring menggunakan kertas saring. Seluruh formula
direplikasi 3 kali dan dilanjutkan dengan melakukan pengujian terhadap efek
antibiofilm, uji sifat fisik, dan stabilitas sediaan terhadap penyimpanan.
Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu evaluasi sifat fisik dan
stabilitas mouthwash ekstrak daun kelor. Evaluasi sifat fisik terdiri dari pengamatan
organoleptis yang meliputi pengamatan terhadap warna, bau, dan rasa; evaluasi pH
sediaan, evaluasi terhadap kerapatan dan viskositas relatif sediaan. Evaluasi pH
sediaan mouthwash dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elektroda pH meter
dicelupkan ke dalam larutan mouthwash yang akan diuji. Hasil pengukuran pH dapat
dilihat langsung pada monitor yang terdapat pada pH meter. Rentang pH yang
diperbolehkan secara teoritis adalah sebesar 6,7-7,3 (Baliga et al., 2017).
Evaluasi terhadap respon kerapatan dan respon viskositas relatif dilakukan
dengan menggunakan alat piknometer dan Viscometer Ostwald. Respon viskositas
relatif diukur menggunakan Viscometer Ostwald dengan cara memasukkan sebanyak
5 mL sampel (larutan mouthwash ekstrak daun kelor) ke dalam viskometer, meniskus
pada tabung kapiler kemudian diatur dengan menggunakan ball filler hingga garis
graduasi teratas. Stopwatch dinyalakan berbarengan dengan dilepaskannya ball filler
dari corong kapiler viskometer, waktu (dalam satuan detik) yang dibutuhkan oleh
sampel mengalir dari garis graduasi atas hingga ke garis bawah pipa kapiler kemudian
dicatat.
Respon kerapatan diukur menggunakan piknometer, sampel dimasukkan ke
dalam piknometer sampai penuh, kemudian ditutup dengan thermometer raksa yang
merupakan bagian dari piknometer. Suhu piknometer kemudian diturunkan ke angka
23oC dengan cara pendinginan sambil terus meneteskan cairan ke kapiler kecil yang
ada pada piknometer. Suhu kemudian dinaikkan ke angka 25oC dengan cara
dipanaskan, tutup pipa kapiler kemudian timbang bobot piknometer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Evaluasi stabilitas sediaan mouthwash dalam penyimpanan dilakukan dengan
menggunakan metode freeze thaw dengan cara mengevaluasi perubahan kerapatan
dan viskositas relatif sediaan setiap setelah melewati siklus 0, 1, 2, dan 3. Alat yang
digunakan dalam evaluasi stabilitas adalah Viscometer Ostwald dan piknometer.
Uji Aktivitas Antibiofilm Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antibiofilm pada
mouthwash ekstrak daun kelor yang telah diformulasikan terhadap bakteri biofilm
Streptoccocus mutans. Pengujian dilakukan dengan menggunakan microplate flexible
U-bottom PVC 96-well. Suspensi Streptococcus mutans dibandingkan dengan Standar
Mc Farland V. Kontrol uji yang digunakan: suspensi bakteri sebagai kontrol positif
pertumbuhan bakteri, sediaan mouthwash tanpa ekstrak daun kelor sebagai kontrol
negatif, dan sediaan mouthwash. Larutan CPC dan larutan metilparaben ditambahkan
sebagai kontrol negative dengan menggunakan pelarut aquadest. Masing-masing well
dimasukkan sebanyak 5 μL larutan sampel mouthwash, 85 μL media BHI + sukrosa
2%, serta 10 μL suspensi bakteri lalu microplate diinkubasi pada 37°C selama 18-24
jam. Microplate dicuci dengan air mengalir. Pelarut yang digunakan adalah aquadest.
Sebanyak 125 μL kristal violet 1% ditambahkan ke dalam sampel uji kemudian
diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit. Microplate yang telah dicuci dengan air
mengalir kemudian ditambahkan etanol absolut 200 μL dan inkubasi pada suhu ruang
selama 15 menit. Sebanyak 150 μL larutan ditransfer ke microplate flatbottom
polystyrene 96 well. Pengamatan dilakukan dengan microplate reader pada panjang
gelombang 595 nm dan direplikasi sebanyak 3 kali (Yosephine et al., 2013).
Analisis Hasil
Persentase penghambatan pembentukan biofilm ekstrak dan mouthwash ekstrak daun
kelor dihitung menggunakan rumus:
% Penghambatan =
(Ceylan et al, 2014; Namasivayam et al, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Keterangan:
OD Kontrol : Nilai absorbansi BHI + sukrosa 2% + suspensi bakteri
Streptococcus mutans
OD Perlakuan : Nilai absorbansi BHI + suksosa 2% + suspensi bakteri Streptococcus
mutans + ekstrak daun kelor atau sediaan mouthwash ekstrak daun
kelor atau sediaan mouthwash tanpa ekstrak daun kelor.
Optimasi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Factorial design. Data
yang diperoleh berupa data perbandingan komposisi CPC dan sorbitol sebagai faktor
untuk memperoleh rentang formula optimum dalam pembuatan sediaan mouthwash
dengan bahan aktif ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L), CPC sebagai surfaktan,
dan sorbitol sebagai humektan. Data sifat fisik berupa viskositas relatif dan kerapatan
sediaan dianalisis menggunakan program Design Expert 11 (trial) sehingga akan
diketahui respon antar kedua faktor dalam level tinggi-rendah melalui persamaan
countour plot. Area optimum diperoleh dengan cara superimposed countour plot dan
validasi. Stabilitas sediaan diuji dengan metode Freeze thaw dengan melihat
terjadinya perubahan kerapatan dan viskositas relatif pada sediaan mulai dari siklus 0
hingga siklus 3.
Normalitas distribusi data diuji menggunakan Uji Shapiro-Wilk dengan taraf
kepercayaan 95%. Nilai p-value > 0.05 menunjukkan data terdistribusi normal. Jika
data tidak terdistribusi normal dapat diuji menggunakan Uji Kruskall Wallis. Uji
Levene Test digunakan untuk mengetahui variansi kelompok data dengan taraf
kepercayaan 95%. Nilai p-value > 0.05 menunjukkan variansi kelompok data
homogen. Data yang terdistribusi normal dan homogen kemudian diuji dengan One
Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Nilai p-value < 0.05 menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antar formula. Analisis data stabilitas mouthwash
ekstrak daun kelor juga dilihat dari nilai % pergeserankerapatan dan % pergeseran
viskositas relatif. Formula mouthwash dikatakan stabil juga % pergeseran<10%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa serbuk daun kelor yang
diperoleh dari PT. Moringa Organik Indonesia, Blora, Jawa Tengah. Determinasi
terhadap tanaman kelor yang diperoleh dari tempat yang sama dilakukan di
Laboratorium Sistematika Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Hasil menunjukkan daun yang diuji merupakan daun kelor (Moringa
oleifera L.). Pemastian serbuk daun kelor juga dilakukan dengan melakukkan
skrining fitokimia ekstrak daun kelor.
Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
a. Skrining Saponin
Hasil skrining menunjukkan hasil positif yaitu dengan terbentuknya busa yang
stabil. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Patel et al.,
(2014) dan Makanjuola, Dada, dan Ekundayo (2013) bahwa ekstrak daun kelor
mengandung saponin. Permukaan saponin bersifat aktif sehingga saat dikocok
dengan aquadest dapat membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar
menghadap ke luar sedangkan gugus nonpolarnya menghadap ke dalam. Keadaan
inilah yang tampak seperti busa, karena saponin terdispersi diantara senyawa
polar dan nonpolar (Jebarus, 2015).
b. Skrining Flavonoid
Hasil skrining menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya kompleks warna
warna jingga atau oranye. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Patel et al., (2014) dan Makanjuola, Dada, dan Ekundayo (2013) bahwa ekstrak
daun kelor mengandung flavonoid. Pembentukan kompleks warna ini terjadi
karena terjadinya hidrolisis flavonoid glikosida menjadi aglikon flavonoid dengan
penambahan asam kuat yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan warna
menjadi jingga atau oranye (Tanaya, Retnowati, dan Suratmo, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
c. Skrining Tanin
Hasil skrining menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya kompleks warna
hijau kehitaman pada ekstrak. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Patel et al., (2014) dan Makanjuola, Dada, dan Ekundayo (2013) bahwa
ekstrak daun kelor mengandung tanin. Uji fitokimia dengan menggunakan FeCl3
digunakan untuk menentukan apakah sampel mengandung gugus fenol. Adanya
gugus fenol ditunjukkan dengan warna hijau kehitaman atau biru tua setelah
ditambahkan dengan FeCl3, sehingga apabila uji fitokimia dengan FeCl3
memberikan hasil positif dimungkinkan dalam sampel terdapat senyawa fenol dan
dimungkinkan salah satunya adalah tanin karena tanin merupakan senyawa
polifenol (Ergina, Nuryanti, dan Pursitasari, 2014).
d. Skrining Terpenoid
Hasil skrining menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya kompleks warna
coklat kemerahan pada ekstrak. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Patel et al., (2014) dan Makanjuola, Dada, dan Ekundayo (2013) bahwa
ekstrak daun kelor mengandung terpenoid. Hal ini terjadi karena kemampuan
senyawa terpenoid membentuk warna oleh H2SO4 pekat dalam pelarut asam
klorida (Ergina, Nuryanti, dan Pursitasari, 2014).
Uji Aktivitas Antibiofilm Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
Sebanyak 10 konsentrasi ekstrak daun kelor, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10
(%b/v) digunakan dalam penelitian ini. Kontrol pelarut yang digunakan adalah
aquadest, fungsinya untuk mengetahui adanya aktivitas antibiofilm yang dimiliki oleh
aquadest. Kontrol pertumbuhan terdiri dari media BHI, sukrosa 2%, dan suspensi
bakteri Streptococcus mutans, tujuannya adalah untuk mengetahui pertumbuhan
bakteri dalam media dan juga sebagai pembanding. Hasil uji menunjukkan bahwa
aquadest tidak memiliki aktivitas antibiofilm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel III. Persentase Penghambatan Biofilm Ekstrak Daun Kelor
Sampel Uji % Penghambatan
1% 36.85±2.16
2% 42.59±1.90
3% 44.71±1.98
4% 44.1±1.84
5% 47.43±1.76
6% 48.03±1.71
7% 46.82±1.62
8% 53.77±1.67
9% 54.68±1.50
10% 57.09±1.53
Data ditampilkan dalam bentuk ± SD, n replikasi = 3
Data tabel di atas jika dijabarkan dalam bentuk grafik maka akan terlihat seperti
Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor vs % Penghambatan
Biofilm
Hasil pengujian aktivitas antibiofilm ekstrak daun kelor menggunakan metode
mikrodilusi terlihat pada Tabel III. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ekstrak
0
20
40
60
1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
%p
en
gham
bat
an
Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor
%penghambatan pembentukan biofilm vs
konsentrasi ekstrak daun kelor
konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
daun kelor memiliki aktivitas antibiofilm sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Onsare dan Arora (2014) terhadap kulit biji kelor. Hal ini juga
memperjelas bahwa selain aktivitas antibakteri, ekstrak daun kelor juga memiliki
aktivitas antibiofilm.
Uji T-independent antara konsentrasi 1% vs 2% menunjukkan p-value sebesar
0,35 yang artinya antara kedua konsentrasi tersebut terdapat perbedaan bermakna,
sehingga konsentrasi 1% tidak digunakan sebagai konsentrasi efektif untuk formulasi
sediaan. Konsentrasi efektif adalah konsentrasi terkecil (konsentrasi minimum) dari
beberapa konsentrasi uji yang telah memiliki aktivitas antibiofilm terhadap bakteri S.
mutans. Konsentrasi efektif yang digunakan dalam formulasi adalah konsentrasi 2%
karena dari p-value yang dihasilkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara
konsentrasi 2% vs konsentrasi 3%-8%. Konsentrasi 9% dan 10% tidak digunakan
dalam formulasi karena bukan merupakan konsentrasi efektif. Hasil uji T-independent
antara konsentrasi ekstrak 2% dengan konsentrasi uji lainnya ditunjukkan oleh Tabel
IV.
Tabel IV. Uji T-independent Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor
Konsentrasi 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
p-value 0,498 0,664 0,182 0,120 0,062 0,056 0,007 0,018
Efek penghambatan biofilm oleh ekstrak daun kelor disebabkan oleh senyawa
flavonoid dan terpenoid. Mekanisme antibiofilm dari senyawa flavonoid adalah
mencegah terjadinya penyatuan pada bakteri saat proses komunikasi sel-sel bakteri
saat pembentukan biofilm (Onsare dan Arora, 2014). Penelitian oleh Karthikeyan et
al., (2012) menunjukkan bahwa adanya terpenoid dapat mendegradasi sel bakteri
yang kemudian akan berefek pada tidak terbentuknya sel biofilm.
Penentuan Rentang Kerapatan dan Viskositas Relatif Sediaan Mouthwash
Penentuan rentang viskositas relatif dan kerapatan sediaan mouthwash
didapatkan setelah melakukan pengujian terhadap 8 jenis produk mouthwash yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
beredar di pasaran. Pengujian terhadap keseluruhan produk menunjukkan bahwa
rentang spesifikasi kerapatan yang diperolehkan yaitu 0,992 – 1,033 mg/dL
sedangkan rentang viskositas relatif sebesar 0,997 – 1,591. Rentang pH yang
disarankan untuk produk mouthwash secara teoritis adalah sebesar 6,7-7,3 (Baliga et
al., 2017).
Optimasi Level Tinggi-Rendah CPC dan Sorbitol
Level yang digunakan dalam penelitian ini adalah level tinggi-rendah dari kedua
faktor yang digunakan yaitu surfaktan (CPC) dan humektan (sorbitol). Rowe et al.,
(2009) menyatakan bahwa rentang yang optimal untuk menggunakan CPC sebagai
surfaktan pada formulasi mouthwash berada pada konsentrasi 0,1% - 0,5%. Rentang
optimal untuk menggunakan sorbitol sebagai humektan dalam formulasi mouthwash
berada pada konsentrasi 5% - 20%.
Tabel V. Kerapatan dan Viskositas Relatif Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Variasi CPC
Konsentrasi CPC (%) Kerapatan (mg/dL) Viskositas Relatif
± SD ± SD
0,1 1,0180 ± 1,126-0,4
1,0100 ± 7,181-0,3
0,2 1,0182 ± 2.502-0.4
1,0221 ± 1,766-0,2
0,3 1,0185 ± 1,414-0.4
1,0546 ± 8,922-0,3
0,4 1,0188 ± 3,048-0.4
1,0630 ± 6,549-03
0,5 1,0194 ± 2,014-0.4
1,0675 ± 6,818-0,3
Data ditampilkan dalam bentuk ± SD, n replikasi = 3
Hasil di atas menunjukkan bahwa konsentrasi CPC dari rentang 0,1% hingga
0,5% menghasilkan kerapatan dan viskositas relatif mouthwash yang masuk dalam
rentang spesifikasi mouthwash di pasaran. Kesimpulannya konsentrasi CPC 0,1%
dapat dijadikan level rendah dan konsentrasi CPC 0,5% dapat dijadikan level tinggi
dalam rancangan optimasi factorial design. Hasil di atas juga menunjukkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dengan penambahan konsentrasi CPC akan meningkatkan nilai kerapatan dan
viskositas relatif mouthwash.
Tabel VI. Kerapatan dan Viskositas Relatif Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Variasi Sorbitol
Konsentrasi Sorbitol (%) Kerapatan (mg/dL) Viskositas Relatif
± SD ± SD
8 1,0112 ± 3,329-0,5
0,9419 ± 1,749-0,2
10 1,0129 ± 3,390-0,5
0,9547 ± 1,093-0,2
13 1,0168 ± 6,113-0,5
1,0184 ± 2,114-0,3
15 1,0187 ± 1,070-0,4
1,0265 ± 3,419-0,3
18 1,0205 ± 1,501-0,4
1,0637 ± 4,969-0,3
20 1,0233 ± 4,001-0,5
1,1290 ± 2,580-0,3
Data ditampilkan dalam bentuk ± SD, n replikasi = 3
Tabel VI menunjukkan bahwa kosentrasi sorbitol 8% dan 10% memiliki nilai
viskositas relatif yang berada di luar rentang nilai viskositas relatif spesifikasi
mouthwash di pasaran, yaitu 0,941 ± 1,749-0,2
dan 0,954 ± 1,093-0,2
. Artinya kedua
konsentrasi tersebut tidak dapat digunakan dalam formulasi mouthwash. Konsentrasi
yang dipilih untuk formulasi mouthwash adalah konsentrasi 13% dan 20%, di mana
konsentrasi 13% menjadi level rendah dan konsentrasi 20% digunakan sebagai level
tinggi sorbitol dalam rancangan factorial design.
Uji Sifat Fisik Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Sifat fisik suatu sediaan farmasetis dapat mempengaruhi acceptability dari
pasien dan kualitas sediaan, sehingga evaluasi sifat fisik sediaan penting untuk
dilakukan. Evaluasi sifat fisik terdiri dari pengamatan organoleptis, pH sediaan,
respon kerapatan, dan respon viskositas relatif sediaan.
1. Organoleptis
Uji organoleptis yang dilakukan yaitu dengan memperhatikan bau, rasa, dan
warna sediaan mouthwash. Spesifikasi organoleptis mouthwash pada penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
ini yaitu memiliki bau mint, warna kuning muda jernih, dan rasa manis. Hasil
evaluasi organoleptis keempat formula dijabarkan pada Tabel VII.
Tabel VII. Organoleptis Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Organoleptis F1 Fa Fb Fab
Bau bau mint bau mint bau mint bau mint
Rasa tidak terlalu
manis
tidak terlalu
manis
manis manis
Warna Kuning tua,
bening
Kuning muda,
bening
Kuning tua,
bening
Kuning tua,
keruh
Keseluruhan mouthwash yang diformulasikan menghasilkan warna kuning jernih
kecuali Fab yang menghasilkan larutan mouthwash berwarna kuning keruh. Rasa
yang dihasilkan oleh F1 dan Fa tidak terlalu manis karena kandungan sorbitolnya
hanya 13% sedangkan pada Fb dan Fab memiliki rasa yang manis karena
kandungan sorbitolnya 20%.
2. pH
Evaluasi terhadap pH sediaan bertujuan untuk mengetahui pH sediaan mouthwash
dengan menggunakan pH meter. Mouthwash yang baik ditunjukkan dengan
rentang pH normal rongga mulut, yaitu antara 6,7-7,3 (Baliga et al., 2017). Hasil
evaluasi pH seluruh formula dijabarkan pada Tabel VIII.
Tabel VIII. pH Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Replikasi F1 Fa Fb Fab
1 7,2 7,1 7 7,1
2 7 7,1 7,1 7,1
3 7,2 7,1 7 7,2
7,1 7,1 7 7,1
SD 0,11 0 0,05 0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Keseluruhan formula yang dihasilkan memiliki nilai pH yang sesuai dengan pH
rongga mulut, yaitu 6,7-7,3.
3. Respon Kerapatan
Pengujian terhadap kerapatan mouthwash dilakukan dengan alat piknometer.
Pengujian dilakukan 24 jam setelah formulasi untuk menghilangkan turbulensi
agar tidak mempengaruhi pengukuran (Lukas, 2012).
Tabel IX. Respon Kerapatan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Formula Kerapatan (mg/dL)
± SD
1 1,0154 ± 1,571-0,4
a 1,0145 ± 6,690-0,5
b 1,0221 ± 1,356-0,4
ab 1,0186 ± 7,555-0,5
Data ditampilkan dalam bentuk ± SD, n replikasi = 3
Tabel IX menunjukkan bahwa seluruh formula memiliki nilai kerapatan yang
masuk dalam rentang nilai kerapatan spesifikasi mouthwash di pasaran, yaitu
sebesar 1,0145 – 1,0221 mg/dL. Efek penambahan CPC, sorbitol dan interaksi
keduanya terhadap respon kerapatan dapat dilihat pada program Design Expert
Version 11. Uji ANOVA faktorial dengan taraf kepercayaan 95% menghasilkan
persamaan sebagai berikut:
Y = 1,00193 + 0,001055 (X1) + 0,001055 (X2) -0,000941(X1X2)……………..(1)
Diketahui X1 sebagai CPC, X2 sebagai sorbitol, dan X1X2 sebagai interaksi
keduanya. Nilai p-value yang dihasilkan dari ANOVA faktorial pada respon ini
adalah <0,0001 yang artinya faktor CPC, sorbitol, dan interaksi keduanya
memberikan efek signifikan pada kerapatan sediaan.
Gambar 2 menunjukkan perubahan konsentrasi CPC memberikan penurunan efek
kerapatan pada sorbitol level tinggi dan sorbitol level rendah. Level tinggi sorbitol
ditunjukkan dengan garis berwarna merah sedangkan level rendah sorbitol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
ditunjukkan dengan garis berwarna hitam. CPC memberikan kontribusi sebesar
13,390% terhadap penurunan kerapatan.
Gambar 2. Hubungan Antara Konsentrasi CPC dengan Kerapatan
Gambar 3 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi sorbitol memberikan
efek peningkatan terhadap kerapatan secara signifikan pada CPC level tinggi
maupun level rendah. Level tinggi CPC ditunjukkan dengan garis berwarna merah
sedangkan level rendah CPC ditunjukkan dengan garis berwarna hitam. Sorbitol
memberikan kontribusi sebesar 81,667% terhadap peningkatan kerapatan,
sedangkan interaksi antara CPC dan sorbitol memberikan kontribusi sebesar
4,842% dalam menurunkan viskositas relatif.
Gambar 3. Hubungan Antara Konsentrasi Sorbitol Dengan Kerapatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Gambar 4 menunjukkan interaksi antara CPC dengan sorbitol terhadap kerapatan
sediaan mouthwash ekstrak daun kelor. Gambar contour plot ini menunjukkan
bahwa interaksi antara CPC dan sorbitol dapat meningkatkan kerapatan
mouthwash. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan daerah yang berwarna merah
menjadi warna biru. Daerah berwarna biru menunjukkan kerapatan rendah dan
daerah berwarna merah menunjukkan kerapatan tinggi.
Gambar 4. Contour Plot Kerapatan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
4. Respon Viskositas Relatif
Pengujian terhadap viskositas relatif mouthwash dilakukan dengan alat
Viscometer Ostwald. Pengujian dilakukan 24 jam setelah formulasi untuk
menghilangkan turbulensi agar tidak mempengaruhi pengukuran (Lukas, 2012).
Tabel X. Respon Viskositas Relatif Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Formula Viskositas Relatif
± SD
1 1,0161 ± 3,516-0,3
a 1,0143 ± 8,369-0,3
b 1,0841 ± 2,550-0,2
ab 1,0731 ± 1,449-0,2
Data ditampilkan dalam bentuk ± SD, n replikasi = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tabel X menunjukkan bahwa seluruh formula memiliki nilai viskositas relatif
yang masuk dalam rentang nilai viskositas relatif spesifikasi mouthwash di
pasaran, yaitu sebesar 1,0143 – 1,0841 cP. Efek penambahan CPC, sorbitol dan
interaksi keduanya terhadap respon viskositas relatif dapat dilihat pada program
Design Expert Version 11. Uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%
menghasilkan persamaan sebagai berikut:
Y = 0,886101 + 0,038328 (X1) + 0,010037 (X2) – 0,003285 X1X2)….............(2)
Dalam persamaan tersebut X1 merupakan CPC, X2 merupakan sorbitol, dan X1X2
merupakan interaksi keduanya. Nilai p-value yang dihasilkan dari ANOVA
faktorial pada respon ini adalah <0,0007 yang artinya faktor CPC, sorbitol, dan
interaksi keduanya memberikan efek signifikan pada viskositas relatif sediaan.
Gambar 5 menunjukkan perubahan volume CPC memberikan penurunan efek
viskositas relatif pada sorbitol level tinggi dan tidak memberikan perbedaan efek
viskositas relatif sorbitol level rendah. Level tinggi sorbitol ditunjukkan dengan
garis berwarna merah sedangkan level rendah sorbitol ditunjukkan dengan garis
berwarna hitam. CPC memberikan kontribusi sebesar 0,856% terhadap penurunan
viskositas relatif.
Gambar 5. Hubungan Antara CPC Dengan Viskositas Relatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 6 menunjukkan bahwa penambahan volume sorbitol memberikan
efek peningkatan terhadap viskositas relatif secara signifikan pada CPC level
tinggi maupun level rendah. Menurut Nabors (2001), hal ini terjadi karena
karakter sorbitol yang dapat memperbaiki viskositas suatu larutan karena
memiliki viskositas sekitar 110 cP. Level tinggi CPC ditunjukkan dengan garis
berwarna merah sedangkan level rendah CPC ditunjukkan dengan garis berwarna
hitam. Sorbitol memberikan kontribusi sebesar 85,332% terhadap peningkatan
viskositas relatif, sedangkan interaksi antara CPC dan sorbitol memberikan
kontribusi sebesar 0,449% dalam menurunkan viskositas relatif.
Gambar 6. Hubungan Antara Sorbitol Dengan Viskositas Relatif
Contour plot pada Gambar 7 menunjukkan interaksi antara CPC dengan
sorbitol terhadap viskositas relatif sediaan mouthwash ekstrak daun kelor. Gambar
contour plot ini menunjukkan bahwa interaksi antara CPC dan sorbitol dapat
meningkatkan viskositas relatif mouthwash. Hal ini ditunjukkan dengan
perubahan daerah yang berwarna biru menjadi kuning. Daerah berwarna biru
menunjukkan viskositas relatif rendah dan daerah berwarna kuning menunjukkan
viskositas relatif tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar 7. Contour Plot Viskositas Relatif Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Penentuan Area Komposisi Optimum
Contour plot superimposed merupakan gabungan antara contour plot kerapatan
dan contour plot viskositas relatif untuk memperoleh area komposisi optimum. Area
komposisi optimum adalah area penerimaan nilai kerapatan dan viskositas relatif
mouthwash yang diformulasikan berdasarkan nilai spesifikasi kerapatan dan
viskositas relatif mouthwash di pasaran. Rentang kerapatan dan viskositas relatif yang
digunakan untuk menentukan area optimum dalam formulasi mouthwash ekstrak
daun kelor yaitu 0,992 – 1,033 mg/dL sedangkan rentang viskositas relatif sebesar
0,997 – 1,591. Gambar 8. menunjukkan daerah plot yang terarsir warna kuning secara
keseluruhan, artinya seluruh formula dinyatakan masuk ke dalam area optimum
dengan rentang kerapatan yang didapatkan yakni 1,0145 - 1,0221 mg/dL dan rentang
viskositas relatif yakni 1,0143 - 1,0841.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gambar 8. Contour Plot Superimposed Respon Kerapatan dan Viskositas Relatif
Validasi adalah langkah yang dilakukan setelah mengetahui area komposisi
optimum. Tujuannya untuk mengevaluasi kinerja metode yang digunakan dalam
formulasi, menjamin akurasi dan presisi dari hasil pengukuran dan mengurangi resiko
penyimpangan. Komposisi yang digunakan dalam validasi adalah CPC sebanyak
0,171 gram dan sorbitol sebanyak 15,478 gram yang berada dalam area komposisi
optimum seperti tersaji pada Gambar 8. Hasil pengukuran validasi kemudian
dianalisis dengan one sample T-test untuk mengetahui perbandingan antara hasil nilai
teoritis dengan hasil nilai penelitian sehingga diperoleh nilai p-value. Nilai p-value >
0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai teoritis dengan
nilai penelitian.
Tabel XI. Hasil Validasi Persamaan Area Komposisi Optimum
Parameter Teoritis Hasil Uji
p-value ± SD
Kerapatan
(mg/dL)
1,01749 1,0174 ± 1,429-0,4
0,886
Viskositas
Relatif
1,03933 1,0388 ± 2,652-0,3
0,0788
Data ditampilkan dalam bentuk ± SD, n replikasi = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Data nilai p-value yang ditunjukkan oleh Tabel XI adalah sebesar 0,886 untuk
respon validasi kerapatan dan sebesar 0,0788 untuk respon validasi viskositas relatif.
Hasil ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara hasil nilai teoritis
dengan hasil nilai pengujian. Kesimpulannya adalah persamaan yang digunakan
untuk menentukan area komposisi optimum yang didapat menggunakan metode
optimasi factorial design dinyatakan valid.
Uji Stabilitas Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Metode freeze thaw dilakukan dengan mengkondisikan sediaan pada suhu tinggi 50oC
dan suhu rendah 2oC secara berselang-seling, masing-masing selama 24 jam dalam 3
siklus. Tujuannya untuk memperkirakan terjadinya perubahan organoleptis, pH,
kerapatan, dan viskositas relatif produk mouthwash selama penyimpan.
1. Organoleptis
Pengamatan selama 3 siklus menunjukkan tidak terjadinya perubahan
organoleptis pada F1, Fa, dan Fb, namun pada Fab pada siklus 2 dan 3 ditemukan
terjadinya pengendapan berwarna coklat tua di bagian bawah botol yang diduga
merupakan secuplikan ekstrak daun kelor.
2. pH
Nilai pH seluruh sediaan selama siklus 0-3 menunjukkan data konstan, tidak
ditemukan terjadinya perubahan nilai pH.
3. Kerapatan
Data statistik yang diperoleh dengan uji Shapiro wilk pada F1, Fa, Fb, dan Fab
pada tiap siklus menunjukkan data terdistribusi normal karena nilai p > 0,05.
Hasil uji Levene Test menunjukkan seluruh formula kecuali Fab memiliki variansi
data yang tidak homogen karena nilai p < 0,05. Hasil uji One Way ANOVA pada
F1 dan Fab menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna pada kerapatan,
alasannya karena nilai F hitung > F tabel sehingga H0 ditolak. Pada Fa dan Fb
menujukan adanya perbedaan bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tabel XII. Uji ANOVA Terhadap Kerapatan Sediaan Hasil Uji Stabilitas
Uji ANOVA F1 Fa Fb Fab
Ftabel 4,066
Fhitung 8,618 2,437 48,074 2,253
Tabel XIII menunjukkan pergeseran kerapatan mouthwash ekstrak daun kelor
pada siklus 0 dan siklus 3. Fungsi % pergeseran adalah untuk melihat terjadinya
pergeseran kerapatan yang signifikan selama penyimpanan. Sebuah sediaan
dinyatakan stabil apabila memiliki % pergeseran <10%. F1, Fa, Fb, dan Fab
memiliki % pergeseran <10% sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi
pergeseran kerapatan yang signifikan pada sediaan selama siklus penyimpanan.
Gambar 9 menunjukkan grafik pergeseran kerapatan seluruh sediaan mouthwash
ekstrak daun kelor. Fab dan Fa merupakan formula yang pergerakan grafiknya
cenderung linier dari siklus 0 sampai siklus 3. Grafik Fb terlihat tidak linier
karena pada siklus 1 dan siklus 2 mengalami penurunan kerapatan. Grafik F1
tidak terlalu linier karena siklus 2 dan siklus 3 mengalami peningkatan kerapatan.
Tabel XIII. Nilai Pergeseran Kerapatan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
F1 Fa Fb Fab
Siklus 0 1,01708 1,01665 1,02745 1,02146
Siklus 3 1,01844 1,01746 1,02822 1,02113
% pergeseran 0,49184 0,07967 0,07494 0,01272
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gambar 9. Grafik Pergeseran Kerapatan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
4. Viskositas Relatif
Data statistik yang diperoleh dengan uji Shapiro Wilk pada F1, Fa, Fb, dan Fab
pada tiap siklus menunjukkan data terdistribusi normal karena nilai p > 0,05.
Hasil uji Levene Test menunjukkan seluruh formula kecuali Fa dan Fab memiliki
variansi data yang tidak homogen karena nilai p < 0,05. Tabel XIV pada F1, Fa
dan Fab menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna pada viskositas relatif,
alasannya karena nilai F hitung > F tabel sehingga H0 ditolak. Fb menunjukkan
adanya perbedaan bermakna. F tabel dengan df1 = 3 dan df2 = 8 adalah 4,066.
Tabel XIV. Uji ANOVA Terhadap Viskositas Relatif Sediaan Hasil Uji
Stabilitas
Uji
ANOVA F1 Fa Fb Fab
Ftabel 4,066
Fhitung 28,409 18,046 3,497 4,767
Tabel XV menunjukkan nilai pergeseran viskositas relatif mouthwash ekstrak
daun kelor. Fa dan Fab menunjukkan % pergeseran viskositas relatif di atas 10%,
sedangkan F1 dan Fab memiliki nilai % pergeseran yang baik karena <10%.
Gambar 3. menunjukkan grafik pergeseran viskositas relatif sediaan mouthwash
ekstrak daun kelor. Fb memiliki grafik yang paling linier dan F1 dan Fa
menggambarkan grafik yang agak naik, menunjukkan terjadinya peningkatan
viskositas relatif namun tidak signifikan. Pada grafik Fab diketahui terjadi
1.01
1.02
1.03
Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
kera
pat
an m
g/m
L
Pergeseran Kerapatan
F1
Fa
Fb
Fab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
penurunan viskositas relatif saat siklus 1, namun cenderung stagnan pada siklus 2
dan 3.
Tabel XV. Nilai Pergeseran Viskositas Relatif Mouthwash Ekstrak Daun
Kelor
F1 Fa Fb Fab
Siklus 0 1,03154 1,02484 1,02802 1,18920
Siklus 3 1,09841 1,25897 1,17166 1,17166
% pergeseran 6,48254 22,84551 13,97249 1,47494
Gambar 10. Grafik Pergeseran Viskositas Relatif Mouthwash Ekstrak Daun
Kelor
5. Kesimpulan Uji Stabilitas
Dinilai dari parameter uji stabilitas yang telah dilakukan, yaitu uji organoleptis,
pH, kerapatan, dan viskositas relatif, maka dapat disimpulkan bahwa formula F1
merupakan formula terbaik. Dasar dari keputusan ini karena pada uji organoleptis,
formula F1 menunjukkan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yaitu memiliki bau
mint, warna kuning muda jernih, walaupun rasanya tidak terlalu manis. Pada uji
pH, formula F1 juga menghasilkan pH yang sesuai dengan rentang nilai pH secara
teoritis. Parameter kerapatan dan viskositas relatif formula F1 menunjukkan
bahwa selama 3 siklus metode freeze thaw, formula ini cukup stabil, tidak terjadi
pergeseran kerapatan dan viskositas relatif yang signifikan.
0
0.5
1
1.5
Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Vis
kosi
tas
rela
tif
(cP
)
Pergeseran Viskositas relatif
F1
Fa
Fb
Fab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Uji Aktivitas Antibiofilm Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Tujuan dari uji ini adalah mengetahui adanya efek antibiofilm pada mouthwash
ekstrak daun kelor yang telah diformulasikan. Caranya adalah dengan
membandingkan formula mouthwash berekstrak daun kelor (M1,Ma, Mb, Mab)
dengan mouthwash yang diformulasikan tanpa ekstrak daun kelor (T1, Ta, Tb, Tab).
Data pada tabel XVI menunjukkan bahwa mouthwash yang diformulasikan tanpa
ekstrak memiliki %penghambatan < 25%, larutan CPC memiliki % penghambatan
sebesar 39,353% sedangkan larutan metilparaben memiliki %penghambatan sebesar
46,479%. Data tersebut juga menunjukkan bahwa mouthwash yang diformulasikan
dengan ekstrak daun kelor memiliki %penghambatan paling tinggi yaitu > 50%.
Tabel XVI. Persentase Penghambatan Biofilm Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Sampel Uji % penghambatan
T1 24,582 ± 0,0306
Ta 22,652 ± 0,0465
Tb 23,617 ± 0,0606
Tab 22,283 ± 0,0453
CPC 39,353 ± 0,0498
Metilparaben 46,479 ± 0,0245
M1 62,816 ± 0,0245
Ma 57,934 ± 0,0638
Mb 61,859 ± 0,1109
Mab 59,948 ± 0,0111
Data ditampilkan dalam bentuk ± SD, n replikasi = 3
Uji Independents Sample T Test yang dilakukan terhadap keseluruhan perlakukan
menunjukkan, perbandingan antara mouthwash tanpa ekstrak (T1, Ta, Tb, dan Tab)
vs mouthwash berekstrak daun kelor (M1, Ma, Mb, Mab) memiliki nilai p-value <
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kedua
kelompok uji. Sedangkan perbandingan CPC vs mouthwash berekstrak daun kelor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(M1, Ma, Mb, Mab) juga menunjukan nilai p-value < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara CPC dengan mouthwash
berekstrak daun kelor. Nilai p value < 0,05 juga ditunjukan oleh perbandingan antara
metilparaben dengan mouthwash berekstrak daun kelor (M1, Ma, Mb, Mab)
kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat perbedaan bermakna antara
metilparaben dengan mouthwash berekstrak daun kelor.
KESIMPULAN
1. Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) terbukti memiliki aktivitas antibiofilm
terhadap formasi biofilm Streptococcus mutans dengan konsentrasi 2% sebagai
konsentrasi efektif.
2. F1, Fa, Fb, dan Fab mouthwash ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) memiliki
aktivitas antibiofilm terhadap formasi biofilm Streptococcus mutans dengan
%penghambatan sebesar 62,816 ± 0,0245; 57,934 ± 0,063; 61,859 ± 0,110;
59,948 ± 0,011 secara berurutan.
3. Area komposisi optimum mouthwash berbahan CPC sebagai surfaktan dan
sorbitol sebagai humektan pada volume CPC sebanyak 0,1 - 0,5% dan volume
sorbitol sebanyak 13% - 20% memiliki rentang kerapatan sebesar 1,0145 – 1,0221
mg/dL dengan persamaan Y = 1,00193 + 0,001055 (X1) + 0,001055 (X2) –
0,000941 (X1X2) dan rentang viskositas relatif sebesar 1,0143 – 1,0841 dengan
persamaan Y = 0,886101 + 0,038328 (X1) + 0,010037 (X2) – 0,003285 (X1X2),
masing-masing persamaan menggunakan taraf kepercayaan 95%.
4. Dari keseluran formula diketahui bahwa F1 memiliki organoleptis, pH, kerpatan
dan viskositas relative yang lebih stabil dibanding formula lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, K.P., Sreenivas, J., Venkateswarulu, T.C., Indira, M., Babu, D.J., Diwakar,
T., Prabhakar1, K.V., 2012, Investigation of the Potential Antibiofilm
Activities of Plant Extracts, International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, vol 4 (2), pp. 282-285
Almekhlafi, S., Thabit, A.A.M., Alwossabi, A.M.I., Awadth, N., Thabet, A.A.M.,
Algaadari, Z., 2014, Antimicrobial Activity of Yemeni myrrh Mouthwash,
Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, vol. 6 (5), pp. 1006-1013.
Baliga,S., Muglikar, S., Kale, R., 2017, Salivary pH: A diagnostic biomarker, Journal
of Indian Society of Periodontology, vol. 17 (4), pp. 461-465.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Chiedozie, E.I., Ahamefule, O.F., Ukamaka, A.A., 2016, Anti-Inflammatory,
Antimicrobial and Stability Studies of Poly-Herbal Mouthwashes Against
Streptococcus mutans, Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, vol. 5
(5), pp. 354-361.
Ceylan, O., Ugur, A., Sarac, N., 2014, In Vitro Antimicrobial, Antioxidant,
Antibiofilm and Quorum Sensing Inhibitory Activities of Bellis perennis L.,
Journal of Bio-Sci and Biotech, pp. 35-42.
Elgamily, H., Moussa, A., Elboraey, A., EL-Sayed, H., Al-Moghazy, M., Abdalla, A.,
2016, Microbiological Assessment of Moringa Oleifera Extracts and Its
Incorporation in Novel Dental Remedies against Some Oral Pathogens,
Macedonian Journal of Medical Sciences, vol. 4 (4), pp. 585-590.
Esimone, C., Nworu, C., Ekong, U., 2007, A Case for the Use of Herbal Extracts in
Oral Hygiene: The Efficacy of Psidium guajava-Based Mouthwash
Formulation, Research Journal of Applied Science, vol 2 (11), pp. 1143-1147.
Ergina, Nuryanti, S., Pursitasari, I.D., 2014, Uji Kualitatif Senyawa Metabolit
Sekunder Pada Daun Palado (Agave angustifolia) yang Diekstraksi, Jurnal
Akademika Kimia, Volume 3 (3), hal 165-172.
Hua, Y.L., Tang, N., Aspiras, M.B., Lau, P.C.Y., Lee, J.H., Ellen, R.P., 2002, A
Quorum-Sensing Signaling System Essential for Genetic Competence in
Streptococcus mutans Is Involved in Biofilm Formation, Journal of
Bacteriology, vol. 184 (10), pp. 2699–2708.
Inna, M., Atmania, N., Prismasari, S., 2010, Potential Use of Cinnamomum burmanii
Essential Oil-based Chewing Gum As Oral Antibiofilm Agent, Journal of
Dentistry Indonesia, vol. 17 (3), pp. 80-86.
Jebarus, A. R., 2015, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Petai
(Parkia speciosa Hassk.) Terhadap Staphylococcus aureus Dan Escherichia
coli, Repository USD.
Karthikeyan, A., Rameshkumar, R., Sivakumar, N., Amri I.S., Pandian, S.K., Rames,
M., 2012, Antibiofilm Activity of Dendrophthoe falcata against Different
Bacterial Pathogens, Planta Med, vol 78, pp 1918–1926.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Koo, H., Xiao, J., Klein, M ., Jeon, J., 2010, Exopolysaccharides Produced by
Streptococcus mutans Glucosyltransferases Modulate the Establishment of
Microcolonies within Multispecies Biofilms, American Society for
Microbiology, vol. 192 (12), pp. 3024–3032.
Koo, H., Falsetta, M.L., Klein, M.I., 2013, The Exopolysaccharide Matrix: A
Virulence Determinant of Cariogenic Biofilm, International and American
Associations for Dental Research, vol 92, pp. 1065-1072.
Kumar, V., Kumar, A., Sharma, M., Singh, J., 2015, Herbs in Dental Health Care,
Journal of Science, vol 5 (8), pp. 646-652.
Leone, A., Spada, A., Battezzati, A., Schiraldi, A.J., Bertoli, S., 2015, Cultivation,
Genetic, Ethnopharmacology, Phytochemistry and Pharmacology of Moringa
oleifera Leaves: An Overview, International Journal of Molecular Sciences,
vol. 16., pp. 12791-12835.
Lukas, A., 2012, Formulasi Obat Kumur Gambir dengan Tambahan Peppermint dan
Minyak Cengkeh, Jurnal Dinamika Penelitian Industri, vol. 23 (2), pp. 67-76.
Makanjuola, O., Dada, E.O., Ekundayo, F.O., 2013, Antibacterial Activities of
Moringa oleifera (LAM) on Coliforms Isolated From Some Surface Waters in
Akure, Nigeria., FUTA Journal of Research in Sciences, vol.1, pp. 63-71.
Majumdar, S., Bhattacharya, S., Haldar, P.K., 2010, Comparative In vitro Free
Radical Scavenging Activity of some Indigenous Plants, International Journal
of PharmTech Research, vol. 22 (2), pp. 1046-1049.
Manikandan, P., Gnanasekaran, A., Julikarthika, P., Arvind, P.D., 2016, Antibacterial
Efficacy of Moringa oleifera Leaf against Medically Important Clinical
Pathogens, International Journal of Current Microbiology and Applied
Sciences, vol. 5 (4), pp. 109-116.
Namasivayam, S.K.R., Christo, B.B., Arasu, S., Kumar, K., Deepak, K., 2013, Anti
Biofilm Effect of Biogenic Silver Nanoparticles Coated Medical Devices
against Biofilm of Clinical Isolate of Staphylococcus aureus, Global Journal
of Medical Research Pharma, Drug Discovery, Toxicology and Medicine, vol.
13 (3).
Namasivayam, S., Roy, E.A., 2013, Antibiofilm Effect of Medicinal Plant Extracts
Against Clinical Isolate of Biofilm of Escherichia coli, International Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, vol 5, (2), pp. 486-489.
Nabors, L.O., 2001, Alternative Sweatener 3rd Ed Revised and Expanded, Marcel
Dekker Inc., New York, pp. 317-334.
Onsare, J.G., Arora, D.S., 2014, Antibiofilm Potential of Flavonoids Extracted From
Moringa oleifera Seed Coat Against Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa and Candida albicans, Journal of Applied Microbiology.
Pais, M.S., Peretta, S.I., Yamanaka, K., Pinto, R.E., 2014, Factorial Design Analysis Applied
to the Performance of Parallel Evolutionary Algorithms, Journal of the Brazilian
Computer Society. vol. 20 (6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Patel, N., Patel, P., Patel, D., Desai, S., Meshram, D., 2014, Phytochemical Analysis
and Antibacterial Activity of Moringa oleifera, International Journal of
Medicine and Pharmaceutical Sciences, vol. 4 (2), pp. 27-34.
Pedrazzy, V., Leite, M.F., Tavares, R.C., Sato, S., Nascimento, G.C., Issa, J.P.M.,
2014, Herbal MouthwashContaining Extracts of Baccharis dracunculifolia as
Agent for the Control of Biofilm: Clinical Evaluation in Humans, The
Scientific World Journal.
Rahayu, S., Kurniasih,N., Amalia, V., 2015, Ekstraksi Dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid Dari Limbah Kulit Bawang Merah Sebagai Antioksidan Alami, al
Kimiya, Vol. 2 (1).
Rowe, R.C., Sheskey, P. J., Quinn, M. E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th
ed, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association, pp. 157-161, 441-444, 629-632, 679-682.
Sanz et al., 2017, Role of Microbial Biofilms In The Maintenance of Oral Health And
In The Development of Dental Caries and Periodontal Diseases. Consensus
Report of Group 1 of The Joint EFP/ORCA Workshop On the Boundaries
Between Caries and Periodontal Disease, Journal of Clinical Periodontology,
vol. 44 (18), pp. 5–11.
Sutomo, Arnida, Rizki, I.M., Triyasmono, L., Nugroho, A., Mintowati, E., Salamiah.,
2016, Skrining Fitokimia dan Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Tumbuhan
Asal Daerah Rantau Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan, Jurnal
Pharmascience, Vol 3 (1), pp 66 – 74.
Tanaya, V., Retnowati, R., dan Suratmo., 2015, Fraksi Semipolar dari Daun Mangga
Katsuri, Kimia Student Journal, vol 1(1), pp 778-784.
Teki, K., Bhat, R., 2012, Composition Analysis of The Oral Care Products Available
in Indian Market Part I: Mouthwashes, International Journal of Advanced
Research In Pharmaceutical and Bio Science, vol.2 (3), pp. 338-347.
White, D.J., 2005, An Alcohol-Free Therapeutic Mouthrinse With Cetylpyridinium
chloride (CPC) - The Latest Advance In Preventive Care: Crest Pro-Health
Rinse, American Journal of Dentistry, Vol. 18 (1), pp 3-7.
Yosephine, A.D., Wulanjati, M.P., Saifullah, T.N., Astuti, P., 2013,
MouthwashFormulation Of Basil Oil (Ocimum basilicum L.) And In Vitro
Antibakterial And Antibiofilm Activities Against Streptococcus mutans,
Traditional Medicine Journal, vol. 18 (2), pp. 95-102.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 1. Identifikasi Tanaman Kelor (Moringa oleifera L.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 2. Keterangan Isolat Bakteri Streptococcus mutans
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 3. Certificate of Analysis Cetylperidinium chloride
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 4. Lisensi IBM SPSS 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 5. Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
Serbuk ekstrak daun kelor Ekstrak daun kelor
Uji Saponin Uji Terpenoid
Uji Tanin Uji Flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 6. Persentase Daya Hambat Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
Konsentrasi Absorbasi Rata-Rata Abs % Penghambatan
1%
2.16
2.09 36.85 2.09
2.02
2%
1.9
1.9 42.59 1.98
1.83
3%
1.98
1.83 44.71 1.82
1.71
4%
1.84
1.85 44.1 2.02
1.71
5%
1.76
1.74 47.43 1.59
1.89
6%
1.71
1.72 48.03 1.87
1.6
7%
1.62
1.66 49.84 1.78
1.59
8%
1.67
1.53 53.77 1.55
1.37
9%
1.5
1.5 54.68 1.62
1.39
10%
1.53
1.42 57.09 1.43
1.3
kontrol
pertumbuhan
3.2
3.31
3.27
3.51
3.34
3.46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 7. Data Statistik %penghambatan Ekstrak Daun Kelor
a. Uji T Independent
Perbandingan 1% Vs 2%
Kesimpulan : Nilai p-value < 0.05 menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antar ekstrak, ekstrak1 dan 2 memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbandingan Konsentrasi 2% vs 3%
Kesimpulan : Nilai p-value > 0.05 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang
signifikan antar ekstrak, ekstrak 2 dan 3 tidak memiliki perbedaan yang
signifikan.
Perbandingan Konsentrasi 2% vs 4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Perbandingan Konsentrasi 2% vs 5%
Perbandingan Kosentrasi 2% vs 6%
Perbandingan Konsentrasi 2% vs 7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Perbandingan Konsentrasi 2% vs 8%
Perbandingan Konsentrasi 2% vs 9%
Perbandingan Konsentrasi 2% vs 10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Lampiran 8. Rumus Perhitungan Viskositas Relatif dan Kerapatan
Rumus kerapatan
=
Rumus viskositas relatif
Keterangan:
0 = viskositas relatif cairan pembanding (dalam penelitian ini digunakan air)
1 = viskositas relatif cairan sample
0 = kerapatan cairan pembanding
1 = kerapatan cairan sample
t0 = waktu alir cairan pembanding
t1 = waktu alir cairan sample
Viskositas relatif air adalah 0,89 (Rowe et al., 2009)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Lampiran 9. Penentuan Rentang Kerapatan dan Viskositas Relatif Sediaan
Mouthwash
Merek Detik Pikno + Isi
Kerapatan
(mg/dL) Viskositas
Relatif Pikno
kosong
Colgate
R1 49.04 92.095
1.0218 1.4918
40.259
R2 49.86 92.071
R3 53.43 92.013
50.77 92.056
Mustika
Ratu Daun
Sirih
R1 33.77 90.901
1.0091 0.9979
R2 35.89 90.865
R3 33.52 90.993
34.393 90.919
Freeza
R1 52.62 89.327
0.9922 1.6299
R2 59.5 89.475
R3 59.27 89.391
57.13 89.397
Listerine
R1 54.14 92.376
1.0006 1.4910
R2 50.08 92.341
R3 51.25 92.375
51.823 92.364
Pepsodent
Expert
R1 40.05 92.315
1.0245 1.1583 R2 38.66 92.257
R3 39.26 92.337
39.323 92.303
Sensodyn
R1 50.77 93.12
1.0339 1.5200 R2 51.18 93.201
R3 51.44 93.147
51.13 93.156
Systema
R1 39.95 91.572
1.0161 1.1788
R2 41.77 91.572
R3 39.32 91.51
40.346 91.551
Total
Care
R1 56.41 91.625
1.0177 1.5926
R2 54.22 91.756
R3 52.64 91.712
54.423 91.697
Aquadest R1 30.47 90.089
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
R2 30.52 90.105
R3 31.87 90.089
30.953 90.094
rentang kerapatan 0.9922-1.0339
rentang viskositas relatif 0.9979-1.5926 mg/dL
Lampiran 10. Data Optimasi CPC
Konsentr
asi
Detik Pikno
+ Isi Kerapatan
(mg/dL)
Viskositas
Relatif pH Organoleptis
0,1
%
R1 34.5 91.726 1.018 1.010
7.3
kuning bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, manis, bau
matcha R2 34.68 91.721 1.018 1.015
R3 34.2 91.706 1.017 1.001
0,2
%
R1 34.9 91.76 1.018 1.022
7.1
kuning bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, manis, bau
matcha R2 3569 91.735 1.018 1.044
R3 34.51 91.715 1.017 1.010
0,3
%
R1 36 91.782 1.018 1.054
7.1
kuning bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, manis, rasa
menthol R2 35.4 91.759 1.018 1.036
R3 35.72 91.761 1.018 1.046
0,4
%
R1 35.49 91.781 1.018 1.039
7.1
kuning bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, manis, rasa
menthol R2 36.28 91.767 1.018 1.062
R3 35.88 91.82 1.019 1.051
0,5
%
R1 36.41 91.864 1.019 1.067
7.1
kuning bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, manis, rasa
menthol R2 36.21 91.858 1.019 1.061
R3 35.96 91.83 1.019 1.053
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Kesimpulan: Keseluruhan konsentrasi CPC dari 0,1%-0,5% menghasilkan formula
mouthwash yang masuk rentang spesifikasi mouthwashpasaran. Sehingga keseluruhan
konsentrasi dapat diformulasikan.
Lampiran 11. Data Optimasi Sorbitol
Konsentrasi Detik Pikno +
Isi
kerapatan
(mg/dL)
Viskositas
Relatif pH Organoleptis
8%
R1 32.16 91.104 1.011 0.935
R2 33.08 91.11 1.011 0.961
R3 31.95 91.107 1.011 0.928
10%
R1 32.79 91.265 1.012 0.955
R2 32.4 91.259 1.012 0.943
R3 33.15 91.261 1.012 0.965
13%
R1 34.76 91.604 1.016 1.016
7
kuning bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, agak
manis, rasa menthol R2 34.9 91.615 1.016 1.020
R3 34.84 91.61 1.016 1.018
15%
R1 35.01 91.788 1.018 1.025
7.1
kuning bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, agak
manis, rasa menthol R2 35.17 91.791 1.018 1.030
R3 34.95 91.773 1.018 1.023
18%
R1 36.4 91.96 1.020 1.068
7.1
kuning bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, manis
sedang, rasa menthol R2 36.07 91.945 1.020 1.058
R3 36.28 91.933 1.020 1.064
20%
R1 38.27 92.196 1.023 1.126
7.2
kuning bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, manis, rasa
menthol R2 38.41 92.194 1.0233 1.130
R3 38.43 92.201 1.0233 1.130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kesimpulan: Formula mouthwash yang menggunakan sorbitol konsentrasi 8% dan
10% menghasilkan nilai viskositas relatif yang tidak masuk rentang nilai spesifikasi
mouthwashdi pasaran sehingga konsentrasi 8% dan 10% tidak dapat diformulasikan.
Lampiran 12. Data Rancangan Factorial design (CPC + Sorbitol)
Formula
Detik
Pikno +
Isi
Kerapatan
(mg/dL)
Viskosi
tas
Relatif
pH Organoleptis
F1
R1 34.68 91.492 1.015 1.012
7.3
kuning tua bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, agak manis,
rasa menthol
R2 34.8 91.493 1.015 1.016
R3 34.93 91.468 1.015 1.019
Fa
R1 34.83 91.405 1.014 1.016
7
kuning muda bening,
tidak berbusa, tidak ada
endapan, agak manis,
rasa menthol
R2 34.46 91.412 1.014 1.005
R3 35.03 91.4 1.014 1.021
Fb
R1 36.13 92.093 1.022 1.061
7.3
kuning tua bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, agak manis,
rasa menthol
R2 37.83 92.101 1.022 1.111
R3 36.7 92.077 1.022 1.078
Fab
R1 36.5 91.782 1.018 1.069
7.2
kuning tua keruh, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, agak manis,
rasa menthol
R2 37.19 91.772 1.018 1.089
R3 36.23 91.769 1.018 1.061
Kesimpulan: Keseluruhan formula menghasilkan sediaan mouthwash yang memiliki
kerapatan dan viskositas relatif yang masuk dalam rentang spesifikasi mouthwash
pasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Lampiran 13. Factorial design
a. Kerapatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Viskositas relatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 14. Validasi Desain Factorial
Keterangan: Konsentrasi CPC dan Sorbitol yang digunakan berada pada flag yang
berada didalam persegi berwarna biru.
Formula
Detik
Pikno
+ Isi Kerapatan
(mg/dL)
Viskositas
Relatif pH Organoleptis
R1 35.52 91.693 1.017 1.039
7.3
kuning bening, tidak
berbusa, tidak ada
endapan, manis, rasa
menthol R2 35.48 91.692 1.017 1.038
R3 35.56 91.697 1.017 1.040
Validasi kerapatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Validasi Viskositas relatif
Lampiran 15. Data Stabilitas Sediaan Dengan Metode Freeze-Thaw
a. Siklus 0
Formula
Detik Pikno +
Isi Kerapatan
(mg/dL)
Viskositas
Relatif pH Organoleptis
F1
R1 35.62 91.586 1.016 1.041
7
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, agak manis,
rasa menthol
35.73 91.642 1.017 1.045
35.82 91.627 1.017 1.047
R2 34.8 91.635 1.017 1.017
34.53 91.653 1.017 1.010
34.61 91.634 1.017 1.012
R3 35.33 91.666 1.017 1.033
35.42 91.637 1.017 1.035
35.59 91.641 1.017 1.040
Fa
R1 34.59 91.586 1.016 1.011
7.1
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, manis
sedang, rasa menthol
34.72 91.63 1.017 1.015
34.68 91.505 1.015 1.012
R2 35.46 91.578 1.016 1.036
35.81 91.576 1.016 1.046
34.99 91.576 1.016 1.022
R3 34.72 91.616 1.016 1.015
35.5 91.645 1.017 1.038
35.06 91.64 1.017 1.025
Fb
R1 43.4 92.562 1.027 1.282
7
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, agak manis,
rasa menthol
43.97 92.574 1.027 1.299
43.58 92.531 1.027 1.286
R2 43.74 92.548 1.027 1.291
43.5 92.601 1.027 1.285
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
43.21 92.592 1.027 1.276
R3 42.79 92.585 1.027 1.264
42.82 92.571 1.027 1.265
43.02 92.548 1.027 1.270
Fab
R1 40.38 92.071 1.021 1.186
7.2
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, manis
sedang, rasa menthol
40.2 92.001 1.021 1.180
40.76 92.025 1.021 1.197
R2 40.77 92.013 1.021 1.197
40.9 92.028 1.021 1.182
40.25 92.009 1.021 1.181
R3 40.71 92.058 1.021 1.196
40.51 92.041 1.021 1.189
40.58 92.006 1.021 1.191
b. Siklus 1
Formula
Detik
Pikno +
Isi Kerapatan
(mg/dL)
Viskositas
Relatif pH Organoleptis
F1
R1 35.01 91.572 1.016 1.023
7
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, agak manis,
rasa menthol
35.67 91.562 1.016 1.042
35.33 91.563 1.016 1.032
R2 34.5 91.69 1.017 1.009
35.63 91.657 1.017 1.042
35.4 91.66 1.017 1.035
R3 36.45 91.666 1.017 1.066
35.33 91.67 1.017 1.033
35.86 91.659 1.017 1.048
Fa
R1 34.4 91.659 1.017 1.006
7.1
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, manis
sedang, rasa menthol
34.92 91.545 1.016 1.020
35.85 91.776 1.018 1.050
R2 36.08 91.781 1.018 1.056
36.48 91.771 1.018 1.068
36.35 91.613 1.016 1.062
R3 36.85 91.592 1.016 1.077
36.42 91.625 1.016 1.064
36.57 91.569 1.016 1.068
Fb R1 42.11 92.435 1.025 1.242
42.3 92.484 1.026 1.248
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
42.17 92.501 1.026 1.244 7 kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, agak manis,
rasa menthol R2 43.08 92.649 1.028 1.273
43.17 92.672 1.028 1.276
43.02 91.63 1.017 1.258
R3 42.18 91.568 1.016 1.240
42.44 92.517 1.026 1.253
42.23 92.571 1.027 1.247
Fab
R1 40.27 91.943 1.020 1.181
7.1
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, manis
sedang, rasa menthol
40.35 91.972 1.020 1.184
40.25 91.958 1.020 1.181
R2 40.63 91.987 1.021 1.192
7.1 40.59 91.992 1.021 1.191
40.57 91.978 1.020 1.190
R3 40.38 91.951 1.020 1.184
7.2 40.21 91.965 1.020 1.180
40.19 91.973 1.020 1.179
c. Siklus 2
Formula
Detik
Pikno +
Isi Kerapatan
(mg/dL)
Viskositas
Relatif pH Organoleptis
F1
R1 37.7 91.823 1.019 1.104
7
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, agak manis,
rasa menthol
37.35 91.832 1.019 1.094
37.21 91.825 1.019 1.090
R2 37.89 91.722 1.018 1.109
38.02 91.724 1.018 1.112
38.05 91.726 1.018 1.113
R3 37.65 91.735 1.018 1.102
37.88 91.75 1.018 1.109
38.05 91.744 1.018 1.114
Fa
R1 37.29 91.684 1.017 1.091
7.1
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, manis
sedang, rasa menthol
37.78 91.67 1.017 1.105
37.93 91.699 1.017 1.110
R2 37.61 91.625 1.016 1.099
37.5 91.663 1.017 1.097
37.88 91.653 1.017 1.108
R3 37.29 91.625 1.016 1.090
38.11 91.681 1.017 1.115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
38.04 91.694 1.017 1.113
Fb
R1 42.86 92.878 1.030 1.270
7
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, agak manis,
rasa menthol
42.5 92.851 1.030 1.259
42.72 92.864 1.030 1.266
R2 41.98 92.434 1.025 1.238
41.77 92.425 1.025 1.232
41.69 92.417 1.025 1.229
R3 42.88 92.387 1.025 1.264
42.59 92.378 1.025 1.255
42.93 92.347 1.025 1.265
Fab
R1 40.1 92.02 1.021 1.177
7.1
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, manis
sedang, rasa menthol
40.08 92.007 1.021 1.176
40.1 92.018 1.021 1.177
R2 40.92 92.024 1.021 1.201
40.87 92.18 1.023 1.202
40.65 92.023 1.021 1.193
R3 39.25 92.058 1.021 1.153
39.35 92.043 1.021 1.155
39.31 92.05 1.021 1.154
d. Siklus 3
Formula
Detik
Pikno +
Isi Kerapatan
(mg/dL) Viskositas
Relatif pH Organoleptis
F1
R1 36.97 91.736 1.018 1.082
7
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, agak
manis, rasa menthol
36.86 91.789 1.018 1.079
36.58 91.767 1.018 1.071
R2 37.58 91.84 1.019 1.101
37.24 91.879 1.019 1.091
37.23 91.825 1.019 1.091
R3 36.74 91.657 1.017 1.074
36.68 91.643 1.017 1.072
36.96 91.672 1.017 1.081
Fa
R1 36.96 91.653 1.017 1.081
7.1
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, manis
sedang, rasa menthol
36.98 91.68 1.017 1.082
37.02 91.671 1.017 1.083
R2 37.52 91.67 1.017 1.097
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
37.65 91.663 1.017 1.101
38.11 91.658 1.017 1.114
R3 37.67 91.656 1.017 1.101
38.08 91.691 1.017 1.114
37.92 91.672 1.017 1.109
Fb
R1 42.6 92.744 1.029 1.260
7
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, agak
manis, rasa menthol
42.45 92.735 1.029 1.256
42.63 92.738 1.029 1.261
R2 42.83 92.559 1.027 1.265
42.75 92.521 1.026 1.262
42.68 92.537 1.027 1.260
R3 42.48 92.645 1.028 1.256
42.4 92.621 1.028 1.253
42.43 92.637 1.028 1.254
Fab
R1 39.75 92.009 1.021 1.167
7.1
kuning bening, tidak berbusa,
tidak ada endapan, manis
sedang, rasa menthol
39.86 92.015 1.021 1.170
39.91 92.02 1.021 1.172
R2 40.02 91.983 1.020 1.174
40.08 91.999 1.021 1.176
40 92.002 1.021 1.174
R3 39.79 91.972 1.020 1.167
39.86 91.989 1.021 1.170
39.88 91.993 1.021 1.170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 16. Data Statistik Stabilitas Sediaan Dengan Metode Freeze-Thaw:
Kerapatan
a. Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
b. Uji Homogenitas, Uji ANOVA dan Post Hoc
Nilai F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Nilai Fa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Nilai Fb
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Nilai Fab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 17. Data Statistik Stabilitas Sediaan Dengan Metode Freeze-Thaw:
Viskositas relatif
a. Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
b. Uji Homogenitas, Uji ANOVA, dan Post Hoc
Nilai F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Nilai Fa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Nilai Fb
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Nilai Fab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 18. Data %Penghambatan Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
Formula Absorbansi % daya hambat
K.
pertumbuhan
R1 2.235
2.249 R2 2.199
R3 2.315
T1
R1 1.672
0.553
R2 1.687
R3 1.731
Ta
R1 1.782
0.509
R2 1.748
R3 1.69
Tb
R1 1.696
0.531
R2 1.672
R3 1.787
Tab
R1 1.783
0.501
R2 1.765
R3 1.697
CPC
R1 1.345
0.885
R2 1.421
R3 1.327
MP
R1 1.232
1.045
R2 1.198
R3 1.182
M1
R1 0.821
1.413
R2 0.824
R3 0.865
Ma
R1 0.966
1.303
R2 0.875
R3 0.998
Mb
R1 0.799
1.391
R2 0.789
R3 0.986
Mab
R1 0.901
1.358
R2 0.879
R3 0.893
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Keterangan:
T : Tanpa Ektrak
M : Mouthwash Berekstrak
Lampiran 19. Data Statistik Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Kelor
a. Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
c. Uji Independent Sample T
T1 vs M1
Ta vs Ma
Tb VS Mb
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tab VS Mab
CPC VS M1
CPC VS Ma
CPC VS Mb
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
CPC VS Mab
MP VS CPC
MP VS M1
MP VS Ma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
MP VS Mb
MP VS Mab
Keterangan:
T1, Ta, Tb, Tab = sediaan mouthwash tanpa ekstrak
CPC = cetylpyridinium chloride yang dilarutkan dalam 100 ml
aquadest dengan konsentrasi 0,1%
MP = metilparaben yang dilarutkan dalam 100 ml aquadest
M1, Ma, Mb, Mab = mouthwash yang mengandung ekstrak daun kelor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 20. Dokumentasi Mikrobiologi dan Formulasi
Penggunaan biosafety Uji aktivitas antibiofilm ekstrak
Inkubasi setelah penambahan Kristal violet ELISA reader
Optimasi Sorbitol Optimasi CPC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Fa dan F1 (siklus 0) Fa dan F1 (siklus 1)
Fa dan F1 (siklus 2) Fa dan F1 (siklus 3)
Fb dan Fab (siklus 0) Fb dan Fab (siklus 1)
Fb dan Fab (siklus 2) Fb dan Fab (siklus 3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Optimasi Cetylpyridinium
chloride Dan Sorbitol Pada Formulasi Mouthwash Ekstrak
Daun Kelor (Moringa oleifera L.) Dan Uji Antibiofilm
Terhadap Streptococcus mutans” bernama lengkap Luh
Jenny Wahyuni yang merupakan anak pertama dari satu
saudara pasangan I Nyoman Sedana dan Ni Made Purniati
(alm.). Lahir di Denpasar, 1 Juni 1995 penulis memulai
pendidikannya di SD No 4 Kerobokan (2001-2007), SMP 1
Kuta Utara (2007-2010), dan SMK Farmasi Saraswati 3 Denpasar (2010-2013).
Penulis kemudian melanjutkan studi S1-nya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma pada tahun 2014. Selama menempuh pendidikan S1, penulis aktif mengikuti
kegiatan kemahasiswaan dan beberapa perlombaan internasional. Pemulis pernah
menjadi anggota Divisi Humas BEMF Farmasi USD tahun 2015-2016, asdos
praktikum FTSF 2017 dan praktikum PIO 2018. Selain itu penulis juga pernah
menjabat sebagai Regional Relations Subcommittee of IPSF APRO tahun 2016-2017
dan Regional Relations Officer of IPSF APRO tahun 2017-2018. Kejuaraan yang
pernah diikuti penulis selama kuliah yaitu Juara 1 Compounding Event level advance
dan Juara 1 LIT Project pada APPS 2017 Thailand. Selain tugas akhir ini penulis juga
pernah terlibat sebagai ketua pada penelitian berjudul “Pemanfaatan Ekstrak Biji
Pepaya (Carica papaya L.) Untuk Meningkatkan Potensi Antibiotik Tetracycline
Terhadap Kasus Resistensi Staphylococcus aureus (MRSa)” yang merupakan bagian
dari PKM-P hibah dari DIKTI tahun 2016-2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI