Upload
phamdung
View
258
Download
17
Embed Size (px)
Citation preview
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OPTIMASI DAYA DAN WAKTU REAKSI AMIDASI
ETIL P-METOKSISINAMAT DENGAN DIMETIL
FORMAMIDA MENGGUNAKAN IRRADIASI
MICROWAVE
SKRIPSI
AHMAD THANTOWI
1112102000085
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
AGUSTUS 2016
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OPTIMASI DAYA DAN WAKTU REAKSI AMIDASI
ETIL P-METOKSISINAMAT DENGAN DIMETIL
FORMAMIDA MENGGUNAKAN IRRADIASI
MICROWAVE
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
AHMAD THANTOWI
1112102000085
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
AGUSTUS 2016
HALAMAN PERI\IYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
NIM
Tanda Tangan
Tanggal
Ahmad Thantowi
I 1 12102000085
MAgustus 2016
iii
Nama
NIM
Program Studi
Judul
HALAMAN PERSETUJUAII PEMBIMBING
Ahmad Thantowi
I I 12102000085
Strata-l Fannasi
Optimasi Daya dan Waktu Reaksi
P-Metoksisinamat dengan Dimetil
Menggunakan Irradiasi Microwave
Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Amidasi Etil
Formamida
Ismiarni Komala- M.Sc..Ph.D.*A,pt.NrP. 197806301006042001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
,4),4,Dr. Nurmeilis. M.Si.. Apt.
NIP. 1 9740302005012003
IV
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama
NIM
Program Studi
Judul
Pembimbing I
Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Famrasi
pada Program studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (tItr\i) Syarif Hidayatullah Jakarta.
DEWAN PENGUJI
HALAMAN PENGESAHA}{
Ahmad Thantowi
I I 1210200008s
Sftata-l Farmasi
Optimasi Daya dan Waktu Reaksi Amidasi Etil
P-Metoksisinamat dengan Dimetil Fonnamida
Menggnnakan Irradiasi Mi cr ow av e
Supandi, M.Si.,Apt. (
Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D.,Apt. (
Lina Elfita M.Si., Apt. (
Hendri Aldrat, M.Si., Ph.D., Apt. (
vi
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Ahmad Thantowi
: Strata-1 Farmasi
: Optimasi Daya dan Waktu Reaksi Amidasi Etil
P-Metoksisinamat dengan Dimetil Formamida
Menggunakan Irradiasi Microwave
Etil p-metoksisinamat merupakan senyawa metabolit sekunder utama yang
terdapat dalam rimpang kencur. Tujuan dari penelitian ini adalah memodifikasi
struktur senyawa etil p-metoksisinamat (EPMS) dengan mengganti gugus ester
menjadi gugus amida menggunakan daya dan waktu irradiasi microwave yang
optimum untuk mendapatkan senyawa hasil modifikasi. Amidasi senyawa etil p-
metoksisinamat dilakukan dengan mereaksikannya dengan dimetil formamida
(DMF) menggunakan NaOH sebagai katalis dan etanol sebagai pelarut. Dari
reaksi tersebut diperoleh senyawa N,N-dimetil-4-metoksi sinamamida. Senyawa
tersebut telah diidentifikasi dan dikonfirmasi menggunakan KLT, GCMS dan 1HNMR.
Kata Kunci: Etil p-metoksisinamat, dimetil formamida, amidasi.
vii
ABSTRACT
NamE
Programme Study
Tittle
: Ahmad Thantowi
: Strata-1 Farmasi
: Optimization Power and Time Amidation Reaction Ethyl
P-methoxycinnamate with Dimethyl Formamide Using
Microwave Irradiation
Ethyl p-methoxycinnamate is a major secondary metabolites which is found in
kencur. The aims of this study were to modify the structure of ethyl p-
methoxycinnamate (EPMC) by replacing the ester group into amide groups using
the optimum microwave irradiation power and time to obtain compounds
modified. Amidation of ethyl p-methoxycinnamate was prepared using dimethyl
formamide (DMF) with NaOH as catalyst and ethanol as a solvent. N,N-dimethyl-
4-metoxy cinnamamide was obtained from the reaction. The compound was
identified and confirmed using TLC, GCMS and 1HNMR.
Keywords: ethyl p-methoxycinnamate, dimethyl formamide, amidation
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul “optimasi daya dan waktu reaksi amidasi etil
p-metoksisinamat dengan dimetil formamida menggunakan irradiasi microwave”.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan
yang menyertai, sehingga penulis tidak terlepas dari doa, bantuan, dan bimbingan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Supandi, M.Si., Apt. dan Ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D., Apt
selaku pembimbing skripsi saya yang telah memberikan ilmu, nasehat,
waktu, tenaga, dan dukungan moral maupun material selama masa
perkuliahan, penelitian, hingga penulisan skripsi.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes. Selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. atas dedikasi dan profesionalitas beliau
sebagai ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Azri Fitria, M.Si, Apt. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan selama masa perkuliahan
5. Bapak Hendri Aldrat, M.Si., Ph.D., Apt. dan ibu Lina Elfita, M.Si., Apt.
sebagai dosen penguji skripsi saya yang telah memberikan banyak nasehat,
bimbingan serta saran dalam proses penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
7. Ibunda Siti Ena tercinta yang selalu ikhlas menemani suka duka,
memberikan dukungan moral, material, motivasi, nasehat-nasehat,
inspirasi serta lantunan doa yang tiada henti.
8. Yunda Rahmah Utami, kakanda Ahmad Syaifudin, yunda Try Juliasniar
dan adinda Ayu Aisyah Permatasari yang selalu memberikan dukungan,
motivasi serta senyum semangat untuk meraih cita.
9. Tiara Indriani yang selalu menemani, memberikan dukungan semangat
dan doa selama penyelesaian skripsi ini.
10. Kawan-kawan seperjuangan EPMS Ranger: Beny, Ghilman, Muti, Nufus,
Cony, Nita, Atul, Ani, Elsa, Windi atas dukungan, keceriaan,bantuan dan
kerjasama yang telah diberikan.
11. Kawan-kawan Kontrakan Ceria: Boy, Galih, Okin, Santo, Brendy, Ivan,
Ghilman, Irham, Adia, Gunawan, Beny, Agung sebagai keluarga kecil
yang selalu tersenyum memberikan keceriaan dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Kawan-kawan Digoxyn Farmasi 2012 yang telah menjadi kepingan
memori yang sangat berharga dalam dunia perkuliahan di Farmasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian
dan penulisan.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan
penulis nantikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Ciputat, Agustus 2016
Penulis
I{ALAMAN PERI{YATAAI{ PERSETUJUAI\ PUBLIKASI
TUGAS AKIIIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEIIyIIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (tltr{) Syarif HidayatullahJakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
NIMProgram Studi
Fakultas
Jenis Karya
Ahmad ThantowiI 1 12102000085
Strata-l Farmasi
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,
denganjudul:
OPTIMASI DAYA DAN WAKTU REAKSI AMIDASI ETILP-METOKSISINAMAT I}ENGAI\T DIMETIL FORMAMIDA
MENGGUNAKAIY IRRADIASI MIC ROWAYEUntuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (Uh{) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pemyataan persetujuan publikasi karya ihniah ini saya buat dengan
sebenarnya..
Dibuat di: Jakarta
Pada Tanggal: Agustus 2016
(Ahmad Thantowi)
Yang menyatakan.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat penelitian .................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4
2.1 Tanaman Kencur ...................................................................................... 4
2.1.1 Klasifikasi....................................................................................... 4
2.1.2 Tempat tumbuh .............................................................................. 5
2.1.3 Kandungan ..................................................................................... 5
2.1.4 Manfaat kencur ............................................................................... 6
2.2 Senyawa Etil p-metoksisinamat ............................................................... 6
2.3 Ester .......................................................................................................... 8
2.4 Amida ...................................................................................................... 9
2.5 Dimetil Formamida ................................................................................ 11
xii
2.6 Natrium Hidroksida ................................................................................. 12
2.7 Identifikasi ............................................................................................... 12
2.7.1 Kromatografi .................................................................................. 12
2.7.2 Spektrofotometri............................................................................. 16
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 18
3.1 Tempat dan waktu .................................................................................... 18
3.1.1 Tempat ............................................................................................ 18
3.1.2 Waktu ............................................................................................. 18
3.2. Alat dan bahan ......................................................................................... 18
3.2.1 Alat ................................................................................................. 18
3.2.2 Bahan .............................................................................................. 18
3.3 Prosedur penelitian ................................................................................... 19
3.3.1 Preparasi sampel ............................................................................ 19
3.3.2 Isolasi etil p-metoksisinamat ......................................................... 19
3.3.3 Optimasi amidasi etil p-metoksisinamat dengan dimetil
formamida ................................................................................... 20
3.3.4 Identifikasi Senyawa ..................................................................... 21
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 22
4.1 Hasil isolasi senyawa etil p-metoksisinamat ............................................ 22
4.1.1 Hasil determinasi ............................................................................ 22
4.1.2 Hasil penyiapan bahan ekstraksi .................................................... 22
4.1.3 Isolasi etil p-metoksisinamat .......................................................... 23
4.1.4 Identifikasi etil p-metoksisinamat .................................................. 24
4.2 Optimasi amidasi etil p-metoksisinamat .................................................. 26
4.3 Identifikasi senyawa hasil modifikasi ...................................................... 30
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 37
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 37
5.2 Saran ......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 38
LAMPIRAN ....................................................................................................... 44
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Rimpang kencur .................................................................................... 4
Gambar 2.2 Struktur Senyawa ................................................................................... 6
Gambar 2.3 Jalur sikimat untuk menghasilkan etil p-metoksisinamat ...................... 7
Gambar 2.4 Struktur umum senyawa ester ................................................................ 8
Gambar 2.5 Prinsip Reaksi ......................................................................................... 9
Gambar 2.6 Reaksi pembuatan amida ........................................................................ 9
Gambar 2.7. Reaksi pembuatan amina primer .......................................................... 10
Gambar 2.8 Reaksi pembuatan amina sekunder ....................................................... 10
Gambar 2.9 Skema Kromatografi Lapis Tipis .......................................................... 14
Gambar 4.1 Rimpang kencur ..................................................................................... 22
Gambar 4.2. Serbuk simplisia kencur ........................................................................ 23
Gambar 4.3 Kromatografi Lapis Tipis ....................................................................... 24
Gambar 4.4. Spektrum GC senyawa etil p-metoksisinamat ...................................... 25
Gambar 4.5. Fragmentasi MS etil p-metoksisinamat ................................................. 25
Gambar 4.6. Pola Fragmentasi etil p-metoksisinamat ............................................... 26
Gambar 4.7 Optimasi reaksi amidasi dengan daya 300 watt ..................................... 28
Gambar 4.8 Optimasi reaksi amidasi dengan daya 450 watt ..................................... 29
Gambar 4.9 Optimasi reaksi amidasi dengan daya 600 watt ..................................... 29
Gambar 4.10 Proses reaksi amidasi yang terjadi antara etil p-metoksisinamat dan
dimetil formamida ...................................................................................................... 29
Gambar 4.11 Hasil KLT ............................................................................................. 30
Gambar 4.12 Organoleptis Senyawa .......................................................................... 31
xiv
Gambar 4.13 Spektrum GC senyawa hasil amidasi ................................................... 32
Gambar 4.14 Fragmentasi senyawa hasil amidasi ..................................................... 32
Gambar 4.15 Pola fragmentasi senyawa hasil amidasi .............................................. 33
Gambar 4.16 Data pergeseran kimia (δ) spektrum 1H-NMR senyawa hasil amidasi
(CDCl3, 500 MH) ....................................................................................................... 34
Gambar 4.17. Struktur senyawa ................................................................................. 35
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Variasi daya dan lama reaksi menggunakan microwave .......................... 20
Tabel 4.1 Variasi daya dan lama reaksi menggunakan microwave ........................... 28
Tabel 4.2 Data pergeseran kimia spektrum 1H NMR senyawa hasil amidasi ............ 35
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kerangka Penelitian ............................................................................... 44
Lampiran 2. Skema Isolasi Etil p-metoksisinamat ..................................................... 45
Lampiran 3. Sertifikat Determinasi Kaempferia galanga L ...................................... 46
Lampiran 4. Hasil Optimasi Jumlah Natrium Hidroksida (NaOH)
yang Digunakan ......................................................................................................... 47
Lampiran 5. Spektrum GCMS Senyawa Etil p-metoksisinamat ................................ 48
Lampiran 6. Spektrum 1H-NMR Senyawa Etil p-metoksisinamat ............................ 46
Lampiran 7. Spektrum GCMS Senyawa hasil amidasi Etil p-metoksisinamat dan
Dimetil Formamida .................................................................................................. 55
Lampiran 8. Spektrum 1H-NMR senyawa hasil amidasi ........................................... 57
Lampiran 9. Perhitungan reaksi ................................................................................. 60
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 61
Lampiran 11. Tabel komparasi senyawa etil p-metoksisinamat dan N,N-dimetil-4-
metoksi sinamamida ................................................................................................... 62
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tanaman obat atau dikenal dengan obat herbal dari zaman dahulu telah
digunakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan
penyembuhan dari penyakit oleh masyarakat di Indonesia. Pengetahuan
tentang penggunaan tanaman obat di kalangan masyarakat Indonesia hanya
berdasarkan pengalaman dan keterampilan yang diwariskan secara turun-
temurun dari generasi ke generasi selanjutnya. Saat ini di masyarakat
Indonesia, tanaman obat sangat populer dan banyak diminati dan bahkan
dianggap sebagai solusi dari berbagai penyakit. Kekayaan alam tumbuhan
obat Indonesia terdiri atas 30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis
tumbuhan di dunia, dimana 940 jenis diantaranya merupakan tumbuhan
berkhasiat obat dan jumlah ini merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di
kawasan Asia (BPOM RI, 2009).
Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati serta kaya akan
tanaman obat, masih sedikit tanaman obatnya yang dibudidayakan. Dari
sekian banyak jenis tanaman obat, baru 20-22% yang dibudidayakan.
Sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan langsung (eksplorasi)
dari hutan (Masyhud, 2010). Sedikitnya budidaya tanaman obat disebabkan
oleh banyak faktor, diantaranya sumber daya manusia yang belum sadar akan
pentingnya budidaya tanaman obat, lama pembudidayaan, biaya yang relatif
mahal, lahan yang masih sedikit, bahkan ada beberapa tanaman yang
membutuhkan kondisi tanah khusus untuk pembudidayaan serta cuaca ekstrim
yang sering terjadi membuat hasil yang didapatkan belum tentu sesuai dengan
yang diharapkan dari budidaya tersebut. Maka dari itu perlu dilakukan upaya
mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku obat dari tanaman.
Termasuk diantaranya adalah upaya untuk meningkatkan penelitian dan
pengembangan terhadap potensi alam Indonesia untuk mendapatkan hasil dan
aktivitas obat yang lebih baik dengan biaya yang layak secara ekonomi,
1
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kemudian berkembang untuk mendapatkan obat dengan aktivitas optimal dan
efek samping yang minimal (aman digunakan).
Salah satu tanaman obat yang perlu dikembangkan adalah kencur
(Kaempferia galanga L). Di Indonesia kencur banyak digunakan sebagai
bahan masakan dan tanaman obat. Secara empirik kencur berkhasiat sebagai
obat untuk batuk, gatal-gatal pada tenggorokan, perut kembung, mual, masuk
angin, pegal-pegal, pengompres bengkak/radang, tetanus dan penambah nafsu
makan (Miranti, 2009). Selain itu rimpang kencur juga dapat digunakan untuk
mengobati hipertensi, rematik dan asma (Sulaiman et al., 2009).
Uji aktivitas kencur telah dilaporkan dari berbagai penelitian
sebelumnya, antara lain ekstrak etanol kencur sebagai antiinflamasi dan
analgesik (Vittalro, 2011), sebagai penyembuh luka (Tara, 2006), sebagai
antioksidan (Mekseepralard, 2010), aktivitas antibakteri (Tewtrakul et al.,
2005) dan antijamur (Gholib Djaenudin, 2009). Sebagai pendukung dari
khasiatnya, kencur mengandung metabolit sekunder beta-sitosterol (9,88%),
asam propionat (4,71%), pentadekan (2,08%), asam tridekanoat (1,81%),
1,21-dokosadiena (1,47%) dan etil p-metoksisinamat (80,05%) (Umar et al.,
2012).
Sebagai metabolit sekunder utama pada kencur, isolasi dan pemurnian
etil p-metoksisinamat relatif mudah untuk dilakukan. Etil p-metoksisinamat
juga telah dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi dengan
menghambat aktivitas COX-1 dan COX-2 (Umar et al., 2012). Selain itu etil
p-metoksisinamat memiliki gugus yang reaktif sehingga banyak menarik para
peneliti melakukan pengembangan senyawa ini terutama di bidang kimia
medisinal.
Dalam rangka mengeksplorasi sintesis turunan dari etil p-
metoksisinamat ini, maka perlu dilakukan penelitian mengenai amidasi
senyawa etil p-metoksisinamat. Untuk mendapatkan hasil yang optimum dari
reaksi etil p-metoksisinamat, maka perlu dilakukan optimasi pengaruh
perbedaan daya dan lamanya waktu irradiasi microwave.
Penggunaan microwave dalam reaksi kimia memiliki beberapa
keunggulan. Diantaranya, hasil yang lebih baik dan waktu yang lebih singkat
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(kim et al., 2009). Selain itu penggunaan pelarut yang banyak dalam reaksi
dapat diminimalisir dengan penggunaan microwave (kappe, 2004). Reaksi
juga dapat dilakukan dalam kondisi bebas pelarut sehingga proses reaksi lebih
ramah lingkungan dan mendukung proses green chemistry (Shakil et al.,
2010).
1.2.Rumusan Masalah
Apakah senyawa etil p-metoksisinamat dapat diamidasi dengan bantuan
katalis natrium hidroksida melalui irradiasi microwave?
1.3.Tujuan Penelitian
a. Melakukan optimasi daya dan lama waktu reaksi amidasi etil p-
metoksisinamat dengan dimetil formamida menggunakan irradiasi
microwave.
b. Melakukan elusidasi struktur senyawa hasil amidasi etil p-metoksisinamat
dengan dimetil formamida.
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan data dan penelitian
mengenai metode amidasi senyawa etil p-metoksisinamat dengan dimetil
formamida melalui irradiasi microwave.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tanaman Kencur
Kencur (Kaempferia galanga L) adalah tanaman yang berasal dari
India dan banyak tumbuh di Asia Tenggara terutama di Indonesia. Di
Indonesia kencur banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan
sebagai bumbu dalam masakan sehingga tanaman ini banyak dibudidayakan.
Umumnya bagian yang digunakan adalah buah akar yang tinggal di dalam
tanah yang biasa disebut rimpang atau rizoma.
Rimpang kencur terdapat di dalam tanah bergerombol dan bercabang-
cabang dengan induk rimpang di tengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian
dalam putih berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda
berwarna putih kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan
rimpang yang lebih tua ditumbuhi akar pada ruas rimpang berwarna putih
kekuningan (Backer, 1986).
Gambar 2.1. Rimpang kencur
2.1.1. Klasifikasi
Klasifikasi kencur (Kaempferia galanga L) menurut USDA
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Trecheobionta
Super divisi : Spematophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commenlinidae
Ordo : Zingiberales
4
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferian galanga Linn.
2.1.2. Tempat tumbuh
Kencur dapat tumbuh di berbagai tempat di dataran rendah
hingga pegunungan dengan ketinggian daerah antara 80-700 meter
dari permukaan laut. Tanaman ini menghendaki tanah yang subur dan
gembur. Kencur tumbuh lebih baik pada tempat yang sedikit
terlindung (Syukur, Hernani, 2001). Tumbuhan kencur yang ditanam
pada ketinggian lebih dari 600 m dpl mempunyai resiko pertumbuhan
yang kurang baik. Selain itu, peta curah hujan di Jawa menunjukkan
bahwa kencur dapat beradaptasi di daerah yang basah (9 bulan basah)
maupun yang sedang (5-6 bulan basah dan 5-6 bulan kering) dan
mencakup area kira-kira 60% dari luas pulau Jawa (Roemantyo,
1996).
2.1.3. Kandungan
Tumbuhan kencur (Kaempferia galanga L) mengandung asam
propionat (4,71%), pantadekan (2,08%), asam tridekanoat (1,81%),
1,21-dokosadiena (1,47%), beta-sitosterol (9,88 %), dan etil p-
metoksisinamat sebagai komponen terbesar (80,05%) (Umar et al,
2012). Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Tewtrakul et al.
(2005) juga dipaparkan bahwa terdapat kandungan α-pinen, kamphen,
karvon, benzen, eukaliptol, borneol, dan metil sinamat dalam tanaman
kencur.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.2 Struktur Senyawa dari (a) beta-sitosterol (b) etil p-metoksisinamat
(c) pentadekan (d) asam tridekanoat (Nugraini, 2015)
2.1.4. Manfaat Kencur
Secara empirik, kencur berkhasiat sebagai obat untuk batuk,
gatal-gatal pada tenggorokan, perut kembung, mual, masuk angin, pegal-
pegal, pengompres bengkak/radang, tetanus dan penambah nafsu makan
(Miranti, 2009). Sulaiman dkk. (2007), menyatakan bahwa rimpang
kencur dapat digunakan untuk hipertensi, rematik dan asma. Penelitian
yang dilakukan Sulaiman dkk. (2007) ini juga melaporkan bahwa ekstrak
air daun kencur mempunyai aktivitas antiinflamasi yang diuji pada
radang akut yang diinduksi dengan karagenan. (Sulaiman, dkk., 2007)
2.2.Senyawa Etil p-metoksisinamat
Etil p-metoksisinamat (EPMS) atau C12H14O3 merupakan salah satu
senyawa yang dihasilkan dari isolasi rimpang kencur (Kaempferia galanga
L). Etil p-metoksisinamat termasuk senyawa turunan asam sinamat yang
dengan demikian jalur biosintesis senyawa EPMS adalah melalui jalur
biosintesis asam sikhimat.
(a) (b)
(c) (d)
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.3 Jalur sikimat untuk menghasilkan etil p-metoksisinamat
Etil p-metoksisinamat termasuk ke dalam senyawa ester yang
mengandung cincin benzen dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan
juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga
dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai
variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan n-heksan (Barus,
2009). Hasil penelitian pada pemilihan pelarut pada suhu kamar didapat
bahwa heksan adalah pelarut yang paling sesuai ditandai dengan persen hasil
isolasi tertinggi yaitu 2,111 % yang diikuti dengan etanol yatu 1,434 %, dan
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
etil asetat 0,542% sedangkan dengan aquades tidak terdapat kristal
(Taufikkurohmah et al., 2008).
2.3.Ester
Gambar 2.4 Struktur umum senyawa ester
Penamaan ester terdiri dari dua kata, kata pertama adalah nama gugus
alkil yang terikat pada oksigen ester sedangkan kata kedua berasal dari nama
asam karboksilatnya, dengan membuang kata asam (Inggris: -ic acid menjadi
–ate) (Siswandono, 2008). Ester adalah suatu senyawa organik yang
terbentuk melalui pergantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus
karboksil dengan suatu gugus organik. Kebanyakan ester tersebar luas pada
semua senyawa alam. Sebagai contoh, metil butanoat ditemukan pada minyak
nanas dan isopentil asetat merupakan senyawa pokok minyak pisang (Mc
Murry, 2008). Pada dasarnya ester merupakan asam karboksilat dengan
menghilangkan gugus hidrogen dan digantikan oleh gugus R dan ester
merupakan senyawa yang mempunyai aroma yang enak dan aroma yang
tercium dari buah-buahan, misalnya : propil pentanoat (nanas), etil butanoat
(Winter, A., 2005).
Esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester. Esterifikasi yang
melibatkan alkohol dan asam karboksilat dengan adanya katalis asam dan
basa, hanya akan memberikan hasil yang baik terhadap alkohol primer,
sedangkan dengan alkohol sekunder dan tersier tidak memberikan hasil yang
diharapkan (Kammoun, dkk., 1997).
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.Amida
Amida ialah senyawa yang mempunyai nitrogen trivalent yang terikat
pada suatu gugus karbonil. Suatu amida diberi nama dari asam karboksilat
induknya, dengan mengubah imbuhan asam …-oat (atau –at) menjadi –amida.
Gambar 2.5. Contoh penamaan Amida
Amida disintesis dari derivat asam karboksilat dan amonia atau amina
yang sesuai. Reaksi pembentukan sebagai berikut:
Gambar 2.6. Reaksi pembuatan amida
(Sumber: Fessenden & Fessenden, 1999)
Reaksi pembentukan amida dapat dilakukan secara industri
maupun secara laboratorium. Amida asam lemak pada industri oleokimia
dapat dibuat dengan mereaksikan asam lemak atau metil ester dengan
suatu amina (Maag, 1984). Amida asam lemak dibuat secara sintesis pada
industri oleokimia dalam proses batch, dimana amonia dan asam lemak
bebas bereaksi pada suhu 200oC dan tekanan 345-690 kPa selama 10-12
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jam. Dengan proses tersebutlah dibuat amida primer seperti lauramida,
stearamida dan lain-lain.
Amida primer juga dibuat dengan mereaksikan amonia dengan
metil ester asam lemak. Reaksi ini mengikuti konsep HSAB dimana H+
dari amonia merupakan asam kuat yang mudah bereaksi dengan basa kuat
CH3O- untuk membentuk metanol. Sebaliknya NH2
- lebih basa lemah
dibandingkan dengan CH3O- akan terikat dengan R-CO
+ yang lebih asam
lemah dibandingkan H+ membentuk amida.
Gambar 2.7. Reaksi pembuatan amida primer
Pembuatan amida sekunder dilakukan dengan mereaksikan asam
lemak dengan amina.
Gambar 2.8. Reaksi pembuatan amida sekunder
Senyawa amina yang digunakan untuk reaksi tersebut antara lain
etanolamin, urea, anilin, dietanolamin, asetamid dan lain-lain yang jika
direaksikan dengan asam lemah pada suhu tinggi, 150o C – 200
oC akan
membentuk suatu amida dan melepaskan air.
Senyawa amida mempunyai banyak kegunaan dalam bidang-
bidang tertentu, salah satu contoh yang paling nyata adalah senywa
sulfonamida. Sulfonamida adalah suatu senyawa kemoterapeutik yang
digunakan didalam pengobatan untuk mengobati bermacam-macam
penyakit infeksi, antara lain disentri baksiler yang akut, radang usus dan
untuk mengobati infeksi yang telah resisten terhadap antibiotik (Nuraini,
W., 1998) dan juga N-steroyl glutamida yang berguna sebagai surfaktan
dan antimikroba (Miranda, 2003).
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Amida berperan untuk mempengaruhi polimer yang melebur agar
terlepas dari permukaan wadah logam pengolahan resin. Sebagai pelumas
internal, amida berperan untuk mengurangi gaya kohesi dari polimer dan
meningkatkan aliran polimer pada proses pengolahanya (Reck, 1984).
2.5.Dimetil Formamida
Dimetilformamida merupakan senyawa organik dengan rumus
C3H7NO. Biasa disingkat DMF (meskipun akronim ini kadang-kadang
digunakan untuk dimetilfuran), cairan tak berwarna ini dapat bercampur
dengan air dan sebagian besar cairan organik. DMF adalah pelarut umum
untuk reaksi kimia. Dimetilformamida murni tidak berbau sedangkan
dimetilformamida grade atau terdegradasi teknis sering memiliki bau amis
karena pengotor dimetilamin. Namanya berasal dari kenyataan bahwa itu
adalah turunan dari formamida, amida dari asam format.
Dimetilformamida adalah pelarut polar (hidrofilik) aprotik dengan
titik didih tinggi. Dimetilformamida dapat disintesis dari metil format dan
dimetilamin atau dengan reaksi dimetilamin dengan karbon monoksida.
Dimetilformamida tidak stabil dengan adanya basa kuat seperti natrium
hidroksida atau asam kuat seperti asam klorida atau asam sulfat dan
dihidrolisis kembali ke format asam dan dimetilamin, terutama pada
temperatur tinggi.
Penggunaan utama adalah dimetilformamida sebagai pelarut dengan
tingkat penguapan yang rendah. DMF digunakan dalam produksi serat akrilik
dan plastik. Hal ini juga digunakan sebagai pelarut dalam coupling peptida
untuk obat-obatan, dalam pengembangan dan produksi pestisida, dan dalam
pembuatan perekat, kulit sintetis, serat, film dan lapisan permukaan. Selain
itu digunakan sebagai reagen dalam sintesis aldehida Bouveault dan reaksi
Vilsmeier-Haack, metode lain yang berguna membentuk aldehida. DMF juga
merupakan katalis yang umum digunakan dalam sintesis asil halida,
khususnya sintesis asil klorida dari asam karboksilat menggunakan oksalil
atau tionil klorida. DMF menekan plastik dan membuatnya menggelembung.
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DMF digunakan sebagai pelarut untuk memulihkan olefin seperti 1,3-
butadiena melalui distilasi ekstraktif. Hal ini juga digunakan dalam
pembuatan pewarna pelarut sebagai bahan baku penting.
2.6.Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida
terbentuk dari oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkali yang kuat ketika dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida digunakan dalam berbagai macam bidang industri.
Kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses industri bubur kayu,
kertas, tekstil, air minum, sabun, dan deterjen. Selain itu natrium hidroksida
juga merupakan basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium
kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran dan larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab
cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH
juga sangat larut dalam air dan akan melepaskan kalor ketika dilarutkan
dalam air. Larutan NaOH meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
2.7.Identifikasi
2.7.1. Kromatografi
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat
terlarut oleh suatu proses nitrasi migrasi diferensial dinamis dalam
sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya
bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya
zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran
molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing
zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik
(Departemen Kesehatan, 1995).
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tehnik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut
terdistribusi diantara dua fase, satu diantaranya fase diam, yang lainnya
fase bergerak. Fase bergerak zat terlarut melalui media, hingga terpisah
dari zat terlarut lainnya, yang terelusi lebih awal atau lebih akhir.
Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran
suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam
dapat bertindak sebagai zat seperti penyerap alumina yang diaktifkan,
silikagel, dan resin penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat
terlarut sehingga menjadi partisi antara fase diam dan fase gerak. Dalam
proses terakhir ini suatu lapisan cairan pada suatu penyangga yang iner
berfungsi sebagai fase diam. Partisi merupakan mekanisme pemisahan
yang utama dalam kromatografi gas, cair, kertas, dan bentuk
kromatografi kolom yang disebut kromatografi cair-cair. Dalam
praktek, seringkali pemisahan disebabkan oleh suatu kombinasi efek
adsorpsi dan partisi. (Departemen Kesehatan, 1995).
a. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan bentuk
kromatografi planar. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana
fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi
lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada
permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat
aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar
ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom
(Gandjar dan Rohman, 2007)
Prinsip KLT yaitu perpindahan analit pada fase diam karena
pengaruh fase gerak. Proses ini disebut elusi. Semakin kecil ukuran
rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase
diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efeisiensi dan
resolusinya. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan
bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pengembangan ke atas (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada
pengembangan secara menurun (descending) (Rohman, 2007).
Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis
tipis adalah yang paling banyak digunakan untuk analisis obat di
laboratorium farmasi. Metode ini hanya memerlukan investasi kecil
untuk perlengkapan dan menggunakan waktu yang singkat untuk
menyelesaikan analisis (15-60 menit), memerlukan jumlah cuplikan
yang sangat sedikit (kira-kira 0,1 g). Selain itu, hasil palsu yang
disebabkan oleh komponen sekunder tidak mungkin terjadi, kebutuhan
ruangan minimum, dan penanganannya sederhana (Stahl Egon dalam
Khoirunni’mah, 2012).
Gambar 2.9. Skema Kromatografi Lapis Tipis (Mufidah, 2014)
KLT dapat dipakai dengan tujuan dipakai selayaknya sebagai
metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif dan
dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan
dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi
(Gritter, 1991). Nilai Rf dapat dihitung dengan menggunakan
perbandingan sebagaimana dalam persamaan:
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini dicapai ketika sampel
mempunyai perbandingan distribusi (D) dan faktor retensi (k’) sama
dengan 0 yang berarti sampel bermigrasi dengan kecepatan yang sama
dengan fase gerak. Nilai minimum Rf adalah 0 dan ini teramati jika
sampel tertahan pada posisi titik awal permukaan fase diam. (Syahid
Ali, 2015)
b. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan
kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam
campuran. Alat tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu keran
di bagian bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair. Ukuran
kolom bergantung dari banyaknya zat yang akan dipindahkan.
Pemisahan tergantung kepada kesetimbangan yang terbentuk pada
bidang antar muka antara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak
serta kelarutan relatif komponen pada fase geraknya (Yazid, E. 2005)
Tujuan kromatografi kolom adalah memisahkan komponen
cuplikan menjadi pita atau fraksi yang lebih sederhana, ketika cuplikan
itu bergerak melalui kolom. Zat penyerap dalam keadaan kering atau
bubur, dimampatkan ke dalam tabung kaca atau tabung kuarsa dengan
ukuran tertentu dan mempunyai lubang pengalir tertentu dengan ukuran
tertentu (Departemen Kesehatan, 1979).
Alat yang diperlukan untuk kromatografi kolom sangat
sederhana, terdiri dari tabung kromatografi dan sebuag batang
pemampat yang diperlukan untuk memadatkan wol kaca atau kapas
pada dasar tabung jika diperlukan, serta untuk memadatkan penjerap
atau campuran zat penjerap dan air secara merata di dalam tabung
(Departemen Kesehatan, 1995).
Fraksi yang diperoeh dari kolom kromatografi ditampung dan
dimonitor dengan kromatografi lapis tipis. Fraksi-fraksi yang memiliki
pola kromatogram yang sama digabung kemudian pelarutnya diuapkan
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sehingga akan diperoleh beberapa fraksi. Noda pada plat KLT dideteksi
dengan lampu UV panjang gelombang 254/365 nm untuk senyawa-
senyawa yang mempunyai gugus kromofor, dengan penampak noda
seperti larutan iod, FeCl3, dan H2SO4 dalam metanol 10% (Stahl, 1985).
2.7.2. Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan pengukuran suatu interaksi antara
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia.
Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi
spektrofotometri serapan ultraviolet, cahaya tampak, infamerah dan
serapan atom (Departemen Kesehatan, 1995).
a. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan pengukuran interaksi
antara radiasi elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit
dan mendekati monokromatik, dengan molekul atau atom dari suatu zat
kimia. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa molekul selalu
mengabsorpsi cahaya elektromagnetik jika frekuensi cahaya tersebut
sama dengan frekuensi getaran dari molekul tersebut. Elektron yang
terikat dan elektron yang tidak terikat akan tereksitasi pada suatu daerah
frekuensi yang sesuai dengan cahaya ultraviolet dan cahaya tampak
(UV-Vis) (Roth et al., 1994).
Prinsip spektroskopi UV-Vis adalah semakin besar angka
molekul yang mampu menyerap cahaya dari panjang gelombang yang
diberikan, semakin besar perluasan absorpsi cahaya. Selan itu, semakin
efektif suatu molekul menyerap cahaya dari panjang gelombang yang
diberikan, semakin besar perluasan absorpsi (Pavia et al., 2001).
Area spektrum absorpsi adalah sekitar 220 nm sampai 880 nm
dan dinyatakan sebagai spektrum elektron. Suatu spektrum ultraviolet
meliputi daerah bagian ultraviolet (190-380 nm), spektrum Vis (Visible)
bagian sinaR tampak (380-780 nm). (Nugraini, 2015)
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti
Resonansi magnetik nuklir (Nuclear Magnetic Resonance)
adalah metode spektrofotometri yang penting bagi ahli kimia organik.
Banyak inti dapat dipelajari dengan teknik NMR, tetapi hidrogen dan
karbon yang paling umum tersedia. NMR memberikan informasi
mengenai jumlah atom magnetis yang berbeda dari jenis yang dipelajari
(Mufidah, 2014).
NMR dapat menentukan jumlah masing-masing jenis yang
berbeda dari inti hidrogen serta memperoleh informasi mengenai sifat
dasar dari lingkungan terdekat dari masing-masing jenis. Informasi
yang sama dapat ditentukan untuk inti karbon. Kombinasi IR dan data
NMR seringkali cukup untuk menentukan secara benar struktur
molekul yang tidak diketahui (Pavia et al., 2008).
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Obat dan Pangan
Halal, Laboratorium Kimia Obat, dan Laboratorium Farmakognosi dan
Fitokimia, Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.1.2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai
dengan Agustus 2016.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Vacuum rotary evaporator (SB-1000 Eyela), digital water
bath (SB-100 Eyela), spektrometri 1H-NMR (500 Hz, JEOL), lemari
pendingin, Gas Chromatography Mass Spectrometer (GCMS QP2010
Shimadzu), timbangan analitik, pelat aluminium KLT silika gel 60
F254 (Merck), microwave oven (samsung), lemari asam, erlenmeyer,
gelas piala, rak, labu reaksi, labu ukur, corong, corong pisah, pipet
eppendorf, pipet tetes, blender, termometer, chamber KLT,
mikropipet, batang pengaduk, pinset, spatula, pH meter, kertas saring,
kapas, aluminium foil, vial, dan botol.
3.2.2. Bahan
Tanaman kencur (Kaempferia galanga L.) yang diperoleh dari
kebun Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balitro) Bogor
pada 16 November 2015, dimetil formamida, asam klorida 15%,
etanol p.a (Merck) natrium hidroksida (Merck), pelarut dan bahan
pembantu lain seperti aquades, etil asetat, n-heksan, metanol, etanol
dan air es.
18
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Preparasi Sampel
a. Determinasi Tumbuhan
Determinasi tumbuhan kencur (Kaempferia galanga L.)
dilakukan di Pusat konservasi tumbuhan kebun raya bogor-LIPI,
Bogor, Jawa Barat.
b. Penyiapan Bahan untuk Ekstraksi
Sebanyak 55 kg kencur dibersihkan, dicuci dengan air
mengalir, kemudian dirajang sekitar 2-3 mm. Setelah itu kencur
dijemur selama 5-6 hari tanpa terkena sinar matahari. Setelah
kencur kering kemudian dihaluskan menggunakan blender (Barus,
2009).
3.3.2. Isolasi Etil p-metoksisinamat
Serbuk simplisia kencur dimaserasi dengan menggunakan
pelarut n-heksan yang telah didestilasi dengan waktu perendaman 5
hari sambil sesekali dilakukan pengocokan. Setelah 5 hari disaring
sehingga diperoleh ampas dan filtrat. Ampas dimaserasi ulang
sebanyak 4 kali hingga hasil maserasi menunjukkan warna hampir
menyerupai jernih. Seluruh filtrat hasil maserasi dipekatkan dengan
vacuum rotary evaporator. Kemudian filtrat pekat ini diendapkan
pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kristal yang diperoleh
dimurnikan menggunakan n-heksan dan rekristalisasi dengan cara
melarutkan kristal dalam n-heksan dan beberapa tetes metanol dan
kemudian dibiarkan pada suhu kamar sehingga terbentuk kristal
kembali. Kristal dipisahkan dengan penyaringan. Kristal murni
dilarutkan dalam etil asetat dan dicek menggunakan KLT dengan
eluen n-heksan:etil asetat perbandingan 9:1. Lalu dilakukan
identifikasi terhadap kristal yang didapat. Kemudian dihitung
rendemennya:
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.3. Optimasi Daya dan Lama Waktu Reaksi Amidasi Etil p-
Metoksisinamat dengan Dimetil Formamida
Sebanyak 400 mg (10 mmol) natrium hidroksida dilarutkan
dalam 2 ml etanol dan 2 ml dimetil formamida p.a dalam tabung
reaksi. Ditambahkan 206 mg (1 mmol) etil p-metoksisinamat dan
divortex. Proses amidasi dilakukan dengan diirradiasi microwave
dengan variasi waktu dan daya sebagai berikut:
Tabel 3.1. Variasi daya dan lama reaksi menggunakan microwave
Reaksi Kuat daya gelombang
mikro (watt)
Lama waktu reaksi
(menit)
1
300
1
2 3
3 5
4 10
5
450
1
6 3
7 5
8 10
9
600
1
10 3
Hasil amidasi kemudian diekstraksi dengan etil asetat dan air
(1:1) dalam corong pisah. Lapisan atas (etil asetat) diambil dan
dilakukan pengecekan menggunakan KLT dengan fase gerak
n-heksan:etil asetat (3:2).
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.4. Identifikasi Senyawa
a. Identifikasi Organoleptis
Senyawa yang didapat baik senyawa murni etil p-
metoksisinamat maupun senyawa hasil amidasi diidentifikasi
warna, bentuk dan bau.
b. Pengukuran Titik Leleh
Senyawa yang didapat baik senyawa murni etil p-
metoksisinamat maupun senyawa hasil amidasi diidentifikasi titik
lelehnya menggunakan alat melting point apparatus.
c. Identifikasi senyawa menggunakan Gas Chromatography Mass
Spectrometer (GCMS)
Senyawa yang didapat baik senyawa murni etil p-
metoksisinamat maupun senyawa hasil amidasi dilarutkan dalam
metanol dan dimasukkan dalam vial untuk kemudian dianalisis
menggunakan GCMS. Kolom yang digunakan adalah HP-5MS (30
m x 0,25 mm ID x 0,25 μm); suhu awal 70ºC selama 2 menit,
dinaikkan ke suhu 285ºC dengan kecepatan 20ºC/menit selama 20
menit. Suhu MSD 285ºC. Kecepatan aliran 1,2 mL/menit dengan
split 1:100. Parameter scanning dilakukan dari massa paling
rendah yakni 35 sampai paling tinggi 550 (Umar et al., 2012).
d. Identifikasi senyawa menggunakan 1H-NMR
Sekitar 10 mg senyawa hasil amidasi dilarutkan dalam
pelarut bebas proton (khusus NMR), kemudian dimasukkan ke
dalam tabung khusus NMR untuk dianalisis.
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan optimasi daya dan lama waktu reaksi
modifikasi senyawa etil p-metoksisinamat dengan mengubah gugus ester pada etil
p-metoksisinamat menjadi gugus amida dari senyawa dimetil formamida
menggunakan irradiasi microwave. Optimasi ini dilakukan agar kemudian dapat
menjadi informasi tambahan mengenai metode dan kondisi yang tepat untuk
melakukan amidasi terhadap senyawa etil p-metoksisinamat.
4.1.Hasil Isolasi Senyawa Etil p-metoksisinamat
4.1.1. Hasil Determinasi
Gambar 4.1. Rimpang kencur
Untuk memastikan kebenaran tumbuhan yang digunakan dalam
penelitian ini, maka dilakukan determinasi di pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Bogor-LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi menunjukkan
bahwa sampel merupakan spesies Kaempferia galanga L. Sertifikat hasil
determinasi dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.1.2. Hasil Penyiapan Bahan Ekstraksi
Rimpang kencur segar yang digunakan sebanyak 55 kg, setelah
dilakukan serangkaian proses pembuatan simplisia (Lampiran 2) diperoleh
serbuk simplisia kencur sebanyak 8 kg. Serbuk simplisia yang dihasilkan
berwarna kecokelatan.
22
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.2. Serbuk simplisia kencur
4.1.3. Isolasi Etil p-metoksisinamat
Secara garis besar isolasi senyawa etil p-metoksisinamat dilakukan
dalam 3 tahap yakni preparasi simplisia, ekstraksi dan rekristalisasi senyawa
(skema isolasi pada Lampiran 2). Ekstraksi simplisia kencur dilakukan
dengan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksan. Ekstrak hasil
maserasi kemudian dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator. Ektrak
kental yang didapat disimpan pada suhu ruang. Senyawa etil p-
metoksisinamat akan mengkristal pada suhu ruang sehingga tahap isolasi bisa
menjadi lebih mudah. Hampir 80% dari ekstrak kental yang didapat
mengkristal saat dibiarkan di suhu ruang (Umar et al., 2012).
Rekristalisasi etil p-metoksisinamat dilakukan menggunakan
n-heksan dan metanol. Proses rekristalisasi ini dimaksudkan untuk
memurnikan kristal etil p-metoksisinamat. Kristal yang didapat berwarna
putih kemudian dilakukan pengecekan dengan KLT. Eluen yang digunakan
adalah heksan:etil asetat perbandingan 9:1, didapatkan nilai Rf= 0,7 seperti
pada gambar 4.3.
Nilai rendemen kristal :
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.3. Kromatografi Lapis Tipis
4.1.4. Identifikasi Etil p-metoksisinamat
Senyawa Etil p-metoksisinamat memiliki karakteristik sebagai berikut:
Warna : putih
Bau : aromatik khas
Bentuk : kristal
Pengukuran titik leleh dilakukan menggunakan alat melting point.
Titik leleh senyawa etil p-metoksisinamat dari hasil pengukuran berada pada
rentang 49-52oC.
Analisa senyawa etil p-metoksisinamat dilakukan menggunakan
GCMS untuk mengetahui berat molekul senyawa serta fragmentasi massa.
Hasil analisa menggunakan GCMS menunjukkan bahwa senyawa etil p-
metoksisinamat muncul pada waktu retensi 9,878 dan memiliki berat molekul
206,0 g/mol dengan fragmentasi massa 161; 134; 117; 89. Hasil spektrum GC
dan MS adalah sebagai berikut:
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.4. Spektrum GC senyawa etil p-metoksisinamat
Gambar 4.5. Fragmentasi MS etil p-metoksisinamat
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Adapun pola fragmentasi yang terjadi pada senyawa tersebut adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.6. Pola Fragmentasi etil p-metoksisinamat
Berdasarkan data hasil GCMS yang didapat, senyawa tersebut benar etil p-
metoksisinamat.
4.2.Optimasi Amidasi Etil p-metoksisinamat
Amidasi senyawa etil p-metoksisinamat dilakukan dengan
menggunakan reagen dimetil formamida. Dimetil formamida akan mudah
melepas gugus dimetilamin dengan adanya penambahan basa kuat (NaOH)
sebagai katalis yang selanjutnya gugus dimetilamin akan bereaksi dengan
gugus -OC2H5 dari etil p-metoksisinamat. Reaksi amidasi didasari oleh
prinsip HSAB (hard soft acid base). Dimana H+ dari gugus NH dari
dimetilamin merupakan asam kuat (hard acid) yang mudah bereaksi dengan
-OC2H5 dari etil p-metoksisinamat yang merupakan basa kuat (hard base).
NH- pada gugus NH dari dimetilamin merupakan basa lemah (soft base) akan
bereaksi membentuk ikatan dengan p-metoksisinamat (R-CO+) yang
merupakan asam lemah (soft acid) (Pearson, 1968).
Senyawa dimetil formamida lebih dipilih sebagai reagen dalam reaksi
amidasi ini dibandingkan langsung mereaksikan dengan dimetilamin
dikarenakan senyawa dimetilamin yang tersedia biasanya dalam bentuk gas
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ataupun terlarut dalam air. Proses reaksi amidasi menggunakan irradiasi
microwave dengan reagen dimetilamin dalam bentuk gas akan sulit untuk
dilakukan. Sedangkan dimetilamin yang terlarut dalam air bila direaksikan
dengan etil p-metoksisinamat akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
hidrolisis dari senyawa etil p-metoksisinamat karena kandungan air pada
reagen. Gugus ester akan mudah terprotonasi dengan adanya air. Protonasi
menyebabkan lepasnya gugus ester dari senyawa etil p-metoksisinamat
sehingga bersifat lebih elektrofilik dan akan menerima penambahan
nukleofilik OH dari air (Larson dan Weber, 1994). Sehingga penggunaan
dimetil formamida dalam proses reaksi lebih efektif digunakan dibanding
dengan langsung mereaksikan senyawa etil p-metoksisinamat dengan
dimetilamin.
Optimasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi reaksi
optimal yang dapat menghasilkan hasil reaksi lebih baik. Optimasi reaksi
dilakukan dengan variasi daya dan lama irradiasi microwave. Proses reaksi
amidasi senyawa etil p-metoksisinamat dilakukan dengan mereaksikan antara
senyawa etil p-metoksisinamat (1 mmol) dengan dimetil formamida (2 ml)
menggunakan basa natrium hidroksida (10 mmol) sebagai katalis dan etanol
(2 ml) sebagai pelarut melalui irradiasi microwave. Jumlah natrium
hidroksida sebagai katalis yang digunakan dalam reaksi amidasi ini adalah
berdasarkan hasil optimasi yang sebelumnya telah dilakukan. (Lampiran 4)
Hasil reaksi amidasi berupa gumpalan serbuk putih yang kemudian
hasil reaksi diekstraksi menggunakan aquadest dan etil asetat (1:1). Lapisan
etil asetat diambil dan diuapkan. Hasil reaksi yang telah diuapkan berbentuk
serbuk putih. Hasil reaksi selanjutnya diamati dengan KLT menggunakan
eluen campuran n-heksan dan etil asetat perbandingan 3:2. Pelarut campuran
n-heksan dan etil asetat perbandingan 3:2 dipilih sebagai eluen optimum
setelah dilakukan optimasi perbandingan eluen sebelumnya. Saat penotolan,
hasil optimasi reaksi dibandingkan dengan senyawa asam p-metoksisinamat
karena Rf senyawa hasil reaksi amidasi hampir mirip dengan asam p-
metoksisinamat.
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.1 Variasi daya dan lama reaksi menggunakan microwave
Reaksi Kuat daya gelombang mikro
(watt)
Lama waktu reaksi
(menit)
1
300
1
2 3
3 5
4 10
5
450
1
6 3
7 5
8 10
9
600
1
10 3
Gambar 4.7. Optimasi reaksi amidasi dengan daya 300 watt
1) 1 menit; 2) 3 menit; 3) 5 menit; 4) 10 menit; 5) APMS
1 2 3 5 4
3 Heksan : 2 Etil Asetat
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.8. Optimasi reaksi amidasi dengan daya 450 watt
1) 1 menit; 2) 3 menit; 3) 5 menit; 4) 10 menit; 5) APMS
Gambar 4.9. Optimasi reaksi amidasi dengan daya 600 watt
1) 1 menit; 2) 3 menit; 3) APMS
Berdasarkan hasil optimasi, reaksi amidasi dengan daya 300 watt
selama 1 menit hasil reaksi telah optimal karena tidak terdapat spot etil p-
metoksisinamat pada plat KLT. Sehingga reaksi yang digunakan untuk
selanjutnya adalah 300 watt selama 1 menit karena lebih efisien
menggunakan daya yang terkecil dan waktu yang lebih singkat. Proses
reaksi amidasi etil p-metoksisinamat dengan dimetil formamida dapat
dilihat pada gambar 4.10.
Gambar 4.10. Proses reaksi amidasi yang terjadi antara etil p-
metoksisinamat dan dimetil formamida
1 2 3
5 4
3 Heksan : 2 Etil Asetat
1 2 3
3 Heksan : 2 Etil Asetat
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Reaksi amidasi etil p-metoksisinamat dengan dimetil formamid
menghasilkan rendemen produk sebanyak 88,59 % dengan perhitungan
sebagai berikut:
4.3.Identifikasi Senyawa Hasil Modifikasi
Senyawa hasil modifikasi diidentifikasi dengan melihat perbandingan
nilai Rf senyawa pada KLT menggunakan eluen n-heksan dan etil asetat
perbandingan 3:2 (gambar 4.11). Nilai Rf yang didapat adalah sebagai
berikut:
Etil p-metoksisinamat : 0,925
Asam p-metoksisinamat : 0,375
Senyawa hasil amidasi : 0,3
Gambar 4.11. Hasil KLT 1) Hasil amidasi; 2) asam p-metoksisinamat;
3) etil p-metoksisinamat
Berdasarkan nilai Rf, dapat diketahui tingkat kepolaran dari
masing-masing senyawa. Etil p-metoksisinamat memiliki Rf tertinggi yang
mengindikasikan bahwa senyawa etil p-metoksisinamat memiliki polaritas
yang rendah. Senyawa hasil amidasi memiliki Rf terkecil yang
mengindikasi bahwa senyawa hasil amidasi memiliki polaritas paling
tinggi. Sedangkan senyawa asam p-metoksisinamat memiliki nilai Rf
yang sedikit lebih tinggi dari hasil amidasi tapi jauh lebih rendah daripada
etil p-metoksisinamat yang menunjukkan bahwa senyawa asam p-
3 Heksan : 2 Etil Asetat
1 2 3
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
metoksisinamat memiliki polaritas diantara etil p-metoksisinamat dan hasil
amidasi. Senyawa hasil amidasi dapat berbeda kepolarannya dengan etil p-
metoksisinamat dikarenakan gugus ester pada etil p-metoksisinamat
diganti dengan gugus dimetilamina dari senyawa dimetil formamida dapat
meningkatkan polaritas dari senyawa tersebut.
Hasil identifikasi organoleptis senyawa hasil amidasi sebagai
berikut:
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Bentuk : Serbuk
Gambar 4.12. a) Etil p-metoksisinamat; b) Senyawa hasil amidasi
Pengukuran titik leleh dilakukan menggunakan alat melting point.
Rentang titik leleh senyawa hasil amidasi etil p-metoksisinamat dan
dimetil formamida berada pada 132-135oC.
Elusidasi struktur senyawa hasil amidasi dilakukan dengan
menggunakan GCMS dan 1H-NMR. Hasil analisa menggunakan GCMS
menunjukkan bahwa senyawa hasil amidasi muncul pada waktu retensi
11,276 dan memiliki berat molekul 205,0 g/mol dengan fragmentasi massa
161; 133; 118; 103; 89 dan77. Hasil spektrum GC dan MS adalah sebagai
berikut:
a b
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.13. Spektrum GC senyawa hasil amidasi
Gambar 4.14. Fragmentasi senyawa hasil amidasi
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Adapun pola fragmentasi yang terjadi pada senyawa tersebut
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.15. Pola fragmentasi senyawa hasil amidasi
Data analisa Interpretasi senyawa amidasi menggunakan GCMS
kemudian dikonfirmasi dengan analisa 1H-NMR. Interpretasi data dari
NMR berupa nilai pergeseran dalam satuan ppm (Pavia et al., 2008).
Adapun hasil analisis 1H-NMR senyawa hasil amidasi ditunjukan pada
gambar 4.16, 4.17 dan tabel 4.2 dengan nama N,N-dimetil-4-metoksi
sinamamida
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.16. Data pergeseran kimia (δ) spektrum 1H-NMR senyawa hasil amidasi (CDCl3, 500 MH
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(a)
(b)
Gambar 4.17. (a) senyawa hasil amidasi; (b) EPMS
Tabel 4.2 Data pergeseran kimia (δ) spektrum 1H-NMR senyawa hasil amidasi
(CDCl3, 500 MHz)
Senyawa hasil amidasi Etil p-metoksisinamat
Posisi Pergeseran kimia (δ,
ppm) Posisi
Pergeseran kimia (δ,
ppm)
- - 15 1,33 (t, 3H, J = 7,15)
- - 14 4,25 (q, 2H, J = 7,15)
15 3,06 (s, 3H) - -
14 3,16 (s, 3H) - -
2 6,77 (d, 1H, J =15) 2 6,31 (d, 1H, J = 15,6)
3 7,64 (d, 1H, J =15) 3 7,65 (d, 1H, J = 16,25)
5 & 9 6,90 (d, 2H, J =9,1) 5 & 9 6,90 (d, 2H, J = 9,05)
6 & 8 7,48 (d, 2H, J =8,5) 6 & 8 7,47 (d, 2H, J = 8,45)
11 3,83 (s, 3H) 11 3,82 (s, 3H)
Spektrum 1H-NMR memberikan sinyal pada pergeseran kimia 3,82
ppm (3H) berbentuk singlet. Sinyal ini lebih downfield karena berikatan
dengan oksigen (-OCH3, metoksi). Kemudian pada pergeseran kimia 6,77
ppm dan 7,64 ppm berbentuk singlet dengan integrasi 1 proton dengan
nilai konstanta kopling 15,55 dan 14,9. Sinyal tersebut menunjukkan
gugus olefin pada senyawa hasil amidasi. Suatu puncak dengan konstanta
kopling (J) 11-18 Hz dapat mengindikasikan bahwa proton tersebut
memiliki konfigurasi trans (Pavia et al, 2008). Kemudian pada pergesaran
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kimia 6,90 ppm – 7,48 ppm (4H) merupakan proton-proton dari benzen
dengan dua substitusi. Pola sinyal ini menunjukkan bahwa 2 proton yang
ekivalen terkopling secara ortho dengan 2 proton yang ekivalen lainnya,
yang kemudian menunjukkan bahwa sinyal ini adalah sinyal dari H 5/9
dan H 6/8. Terakhir pergeseran kimia pada 1,33 ppm dan 4,25 ppm seperti
pada etil p-metoksisinamat sudah tidak muncul dan digantikan oleh sinyal
pada 3,06 dan 3,16 yang masing-masing berbentuk singlet dengan
integrasi proton 1 dimana itu menandakan bahwa gugus ester dari etil p-
metoksisinamat telah terganti dengan gugus dimetilamin.
Dari penelitian yang dilakukan Widyatmoko (2006), dilakukan
sintesis senyawa N,N-dimetil-4-metoksi sinamamida dari senyawa asam p-
metoksisinamat. Bila dibandingkan dengan sintesis yang dilakukan
Widyatmoko (2006), metode yang digunakan oleh penulis dalam hal ini
lebih efektif karena langsung mendapatkan senyawa target dengan
melakukan amidasi dari etil p-metoksisinamat dengan hasil rendemen
sebesar 88,59% dan proses reaksi yang dilakukan penulis dalam penelitian
ini lebih ramah lingkungan karena dalam proses reaksi menggunakan
pelarut yang lebih sedikit., sedangkan penelitian yang dilakukan
Widyatmoko (2006), senyawa target didapatkan dengan beberapa tahap
modifikasi mulai dari hidrolisis senyawa etil p-metoksisinamat yang
menghasilkan asam p-metoksisinamat, kemudian dilakukan pembentukan
klorida asam yang menghasilkan senyawa p-metoksisinamoil klorida, dan
tahap akhir baru dilakukan amidasi dari senyawa p-metoksisinamoil
klorida dengan rendemen hasil sebesar 40%.
Selain tahap sintesis, telah dilakukan juga uji aktivitas secara in
vivo senyawa N,N-dimetil-4-metoksi sinamamida sebagai antidepresan
oleh Loev et al. (1970). Dari penelitian yang dilakukan Loev et al. (1970)
senyawa N,N-dimetil 4-metoksi sinamamida yang merupakan turunan dari
senyawa sinamamida memiliki aktivitas sebagai antidepresan ED50 pada
konsentrasi 50 mg/kg BB.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Amidasi etil p-metoksisinamat dengan dimetil formamida telah
berhasil dilakukan melalui irradiasi microwave dengan daya optimum
300 watt selama 1 menit menghasilkan rendemen 88,59%.
b. Dari interpretasi menggunakan GCMS dan 1H-NMR, senyawa hasil
amidasi adalah N,N-dimetil-4-metoksi sinamamida dengan BM 205.
5.2. Saran
Perlu dilakukan uji aktivitas sebagai antiinflamasi dan antidepresan dari
senyawa hasil modifikasi baik in vitro maupun in vivo.
37
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Syahid. 2015. Modifikasi Struktur Senyawa Asam p-
metoksisinamat Melalui Proses Nitrasi Serta Uji Aktivitas Sebagai
Antiinflamasi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi
Ashley, Noah T. et al. 2012. Inflamation: Mechanisms, Costs and Natural
Variation. Annu. Rev. Ecol. Evol. Syst. 43. 385-406
Backer, C.A.R.C.B.Van den Briak. 1986. Flora of Java. Vol 2. Walters
Noordhoff.N.V.Groningen.P. hal. 33
Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur
(Kaempferia galanga Linn). Universitas Sumatera Utara. Tesis.
BPOM RI. 2009. Kebuan Tanaman Obat Badan POM RI.
Chatterjee, Priyanka; Sangita Chandra; Protapditya Dey; Sanjib Bhattacharya.
2012. Evaluation of Anti-Inflammatory Effects of Green Tean and Black
Tea: A Comparative In Vitro Study. J. Adv. Pharm Technol Res Vol 3
(2) 136-138.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.
Ekowati, Juni; Bimo A. Tejo; Shigeru Sasaki, et al. 2012. Structure Modification
of Ethyl p-Methoxycinnamate and Their Bioassay as Chemopreventive
Against Mice’s Fibrosarcoma. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Science. Vol 4.
Fessenden, R. J., Fessenden, J. S. (1999), Kimia Organik, Jilid 1, Edisi ketiga,
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gandjar, G.H., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Gholib, Djaenudin. 2009. Daya Hambat Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.)
Terhadap Trichophyton Mentagrophytes dan Cryptococcus Neoformans
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jamur Penyebab Penyakit Kurap pada Kulit dan Penyakit Paru. Bul.
Littro. Vol. 20 No. 1: 59 – 67.
Gritter FJ et al. 1991. Pengantar Kromatografi (terjemahan K. Padmawinata),
edisi 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hal 107.
Kammoun, N.; Bigot, M. 1997. A New Simpliefied Mothod for Esterification of
Secondary and Tertiary Alcohols. J. Synth. Comm. 27. (16)
Kappe, C.O., 2004. Controlled microwave heating in modern organic synthesis.
Angew. Chem. Int. Ed. 43, 6250–6284.
Katzung, Bertram G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology, 10th Edition.
McGRaw Hill Lange.
Khoirunni’mah, Zulfa. 2012. Modifikasi Senyawa Metil Sinamat Melalui Proses
Nitrasi Serta Uji Toksisitas BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
Terhadap Hasil Senyawa Modifikasi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi.
Kim, C., Kim, H., Oh, M.-J., Hong, J.-H., 2009. Preparation and unequivocal
identification of chromophores-substituted carbosilane dendrimers up
to 7th generations. Bull. Korean Chem. Soc. 30, 873–881.
Larson, Richard A.; Eric J. Weber. 1994. Reaction Mechanisms In Environmental
Organic Chemistry. United States of America: Lewis Publisher
Loev, Bernard et al. 1970. Antidepressant N,N-dimethylcinnamamide
compositions and methods. US. Cl. 424-324
Masyhud. 2010. Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia. Siaran Pers
Nomor S.376/PIK-1/2010. Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. http://www.dephut.go.id/index.php/news/details/7044.
Diakses pada 27 Januari 2016.
Material Safety Data Sheet Sodium Ethoxide MSDS Akses online via
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924986.
McMurry, John. 2008. Organic Chemistry, Seven edition. USA : Brooks/Cole, a
Divion of Thomson Learning.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mekseeprlard; Chantana; Narisa Kamkaen; Jenny M.Wikinson. 2010.
Antimicrobial and Antioxidant Acktivities of Traditional Thai Herbal
Remedies for Aphthous Ulcers. Phytother. Res. 24: 1514-1519 (2010).
Miranti L. 2009. Pengaruh Kosentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia
galangal L.) dengan basis salep larut air terhadap sifat fisik salep dan
daya hambat bakteri staphylococcus aureus secara in vitro. Jurnal
Sains dan Teknologi Kimia. UMS. Semarang.
Mufidah, Syarifatul. 2014. Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-metoksisinamat
yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga Linn) Melalui
Transformasi Gugus Fungsi Serta Uji Aktivitas sebagai Antiinflamasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi.
Mushlihin, Ahmad Arsyadul. 2015. Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas
(HKSA) Turunan Asam Sinamat Terhadap Sel P388. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi.
Nugraini, Indah Nunik. 2015. Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-metoksisinamat
Melalui Proses Nitrasi-Esterifikasi dengan 1-butanol Serta Uji
Aktivitas Sebagai Antiinflamasi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi.
Pavia, Donald L.; Gary M. Lampman; George S.Kriz; James R. Vyvyan. 2008.
Introduction to Spectroscopy Fourth Edition. USA: Brooks/Cole
Cengage Learning.
Pavia, D.L., Lampman, G.M., dan George S. Kris. 2001. Introduction to
Spectroscopy: A Guide for Students of Organic Chemistry (Thrid
Edition). Washington: Thomson Learning.
Prasetya, Andhika; Denny Widhiyanuriyawan, Sugiarto. Pengaruh Konsentrasi
Naoh Terhadap Kandungan Gas Co2 Dalam Proses Purifikasi Biogas
Sistem Continue. Malang: Universitas Brawijaya.
Reck. R. A. 1984. Marketing and Economic of Oleochemical to The Plastic Industry.
J. Am. Oil Chem. Soc.
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Roemantyo, G; Somaatmadja. 1996. Analisis Terhadap Keanekaragaman dan
Konservasi Kencur di Jawa. Warta Tumbuhan Obat Indonesai Vol.3
No.2.
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Roth, H.J. et al. 1994. Analisis Farmasi, cetakan kedua diterjemahkan oleh
Sardjono Kisman dan Slamet Ibrahim. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sen, S. Et al. 2010. Analgesic and Anti-inflammatory Herbs: A Potential Source
of Modern Medicine. India: IJPSR, Vol. 1 (11): 32-44, ISSN: 0975-
8232.
Setyarini, Holida. 2009. Uji Daya Antiinflamasi Gel Ekstrak Etanol Jahe 10%
(Zingiber officinale rocoe) yang Diberikan Topikal Terhadap Udem
Kaki Tikus yang Diinduksi Karagenan. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Shakil, N.A. 2010. Microwave synthesis and antifungal evaluations of some
chalcones and their derived diarylcyclohexenones. Department of
Chemistry University of Delhi. ISSN: 0360-1234.
Siswandono dan Bambang Soekardjo, 2008. Kimia Medisinal Jilid I. Surabaya:
Airlangga Univerisity Press.
Sodium Ethoxide Pubchem Akses online via
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/2723922#section=U-
SExports.
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Sukari, M.A.; N.W.M. Sharif A.L.C. Yap; S.W. Tang; B.K. Neoh; M. Rahmani;
G.C.L.Ee, Y.H. Taufiq-Yap, and U.K.Yusof. 2008. Chemical
Constituens Variations of Essential Oils from Rhizomes of Four
Zingiberaceae Species. The Malaysian J. Anal. Sci., 12:3, 638-644.
Sulaiman, M.R.; Z.A.Zakaria; I.A.Daud; F.N.Ng; Y.C.Ng; M.T. Hidayat. 2008.
Antinociceptive and anti-inflammatory activities of the aqueous extract
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
of Kaempferia galangan leaves in animal models. J.Nat Med 62:221-
227.
Suzana; Nunuk Irawati; Tutuk Budiati. 2011. Synthesis Octyl p-
Methoxycinnamate as Sunblock by Transesterification Reaction with
The Starting Material Ethyl p-methoxycinnamate. Indonesian Journal of
Cancer Chemoprevention 2(2):216-220.
Syukur. C, Hernani, 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial Penebar Swadaya.
Jakarta.
Tamagaki, Hiroaki et al. 2010. First Sequential Mukaiyama-Michael
Reaction/Cross-Claisen Condensation Using Two Molar Ketene Silyl
Acetals and One Molar α,β-unsatuted Esters Promoted by a NaOH
Catalyst. Department of Chemistry, School of Science and Technology,
Kwansei Gakuin University. DOI: 10.1039.
Tara V., Shanbag; Sharma Candrakala; Adiga Sachidananda; Bairy Laximinaraya
Kurady; Shenoy Smita; Shenoy Ganesh. 2006. Wound Healing Activity
of Kaempferia galanga in Wistar Rats. Indian J.Physiol Pharmacol 50
(4) : 338-390.
Taufikurohmah, T.; Rusmini, Nurhayati. 2008. Pemilihan Pelarut Optimasi Suhu
pada Isolasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS) dari Rimpang
Kencur Sebagai Bahan Tabir Surya pada Industri Kosmetik.
Tewtrakul, Supinya et al. 2005. Chemical Components and Biological Activities
of Volatile Oil of Kaempferia galanga Linn. Songklanakarin J. Sci.
Technol. Vol 27 (Suppl.2) : Thai Herbs
Umar, Muhammad Ihtisam; Mohd Zaini Asmawi; Amirin Sadikun; Item J.
Atangwho I; Mun Fei Yam; Rabia Altaf; Ashfaq Ahmed. 2012.
Bioactivity-Guided Isolation of Ehtyl-p-methoxycinnamate, an Anti-
inflammatory Constituent, from Kaempferia galanga L. Extracts.
Molecules. ISSN 1420-3049.
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
USDA (United States Department of Agriculture). Natural Resource
Conservation Service. Akses online via
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=KAGA2. Diakses pada
tanggal 21 Januari 2016.
Vittalro, Amberkar Monhabu; Tara Shanbag; Meena Kumari K; K.L. Bairy; Smita
Shenoy. 2011. Evaluation of Antiinflamatory and Analgesic Activities
of Alcoholic Extract of Kaempferia galanga in Rats. Indian J.Physiol
Pharmacol 55 (1) : 13-24.
Widyatmoko, Tony. 2006. Sintesis N,N-dimetil-p-metoksisinamamida dari asam
p-metoksisinamat melalui senyawa antara p-metoksisinamoil klorida.
Akses online via http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-
2006-widyatmoko-1706&q=sinamamida. Diakses pada tanggal 10
Agustus 2016.
Williams, LAD. Et al. 2008. The In Vitro Anti-denaturation Effects Induced by
Natural Product and Non-steroidal Compounds in Heat Treated
(Immunogenic) Bovine Serum Albumin is Proposed as a Screening
Assay for The Detection of Anti-inflammatory Compounds, Without The
Use of Animals, In The Early Stages of The Drug Discovery Process.
West Indian Medical Journal 57 (4): 327.
Winter. A. 2005. Organic Chemistry for Dummies. Wiley Interscience. New
York.
Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Kerangka Penelitian
Isolasi etil p-metoksisinamat dari kencur (Kaempferia galanga L.)
Senyawa etil p-metoksisinamat
Optimasi daya dan waktu amidasi
Senyawa hasil amidasi
Identifikasi senyawa
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampran 2. Skema Isolasi Etil p-metoksisinamat
Rimpang
kencur segar
55 kg
Dibersihkan dari tanah yang
menempel dan dicuci
menggunakan air
Dirajang
dan
dikeringkan
dengan
diangin-
anginkan di
udara Sortasi kering
Dihaluskan dengan blender
Simplisia kencur
Maserasi dengan n-heksan
Filtrasi
Ampas Filtrat
Dipekatkan dengan vacum rotary evaporator
Filtrat pekat didiamkan pada suhu kamar
Terbentuk kristal
Rekristalisasi dengan n-heksan dan etanol
Kristal etil p-metoksisinamat murni
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Sertifikat Determinasi Kaempferia galanga L
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Hasil Optimasi Jumlah Natrium Hidroksida (NaOH) yang
Digunakan
Reaksi Optimasi dilakukan dengan mereaksikan masing-masing bahan
berikut dengan menggunakan irradiasi microwave dengan daya 300 watt selama 1
menit.
Reaksi Jumlah
NaOH
Jumlah etil
p-metoksisinamat
Jumlah
dimetil
formamida
Hasil
1 40 mg
(1mmol) 206 mg (1 mmol) 2 ml
Tidak terjadi
amidasi
2 200 mg
(5 mmol) 206 mg (1 mmol) 2 ml
Tidak terjadi
amidasi
3 400 mg
(10 mmol) 206 mg (1 mmol) 2 ml
Terjadi
amidasi
Hasil reaksi kemudian diekstraksi dengan etil asetat dan air (1:1) dalam
corong pisah. Lapisan atas (etil asetat) diambil dan dilakukan pengecekan
menggunakan KLT dengan fase gerak heksan:etil asetat (4:1). Hasil pengecekan
dengan KLT dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Jumlah NaOH 40 mg
1) Hasil amidasi; 2)EPMS
Jumlah NaOH 40 mg
1) Hasil amidasi; 2)EPMS
Jumlah NaOH 400 mg
1) Hasil amidasi; 2)EPMS
1 2 1 2 1 2
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Spektrum GCMS Senyawa Etil p-metoksisinamat
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Spektrum 1H-NMR Senyawa Etil p-metoksisinamat
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
Hasil analisis 1H-NMR menggunakan pelarut CDCl3 menunjukkan nilai
pergeseran kimia (δ) sebagai berikut:
Posisi Pergeseran Kimia
(δ, ppm) CDCl3)
1 6,90 (d, 1H, J=9,05)
2 7,47 (d, 1H, J=8,45)
4 7,47 (d, 1H, J=8,45)
5 6,90 (d, 1H, J=9,05)
7 7,65 (d, 1H, J=16,25)
8 6,31 (d, 1H, J=15,6)
11 4,25 (q, 2H, J=7,15)
12 1,33 (t, 3H, J=7,15)
15 3,82 (s,3H)
Struktur Etil p-metoksisinamat
Spektrum 1H-NMR memberikan sinyal pada pergeseran kimia 1,33 ppm
(3H) berbentuk triplet dan juga pada 4,25 ppm (2H) berbentuk quartet. Sinyal ini
lebih downfield karena berikatan dengan oksigen yang berperan sebagai senyawa
penarik elektron. Spektrum 1H-NMR juga memberikan sinyal pada pergeseran
kimia 3,82 ppm (3H) berbentuk singlet. Sinyal ini lebih downfield karena
berikatan dengan oksigen (-OCH3, metoksi). Pergeseran kimia 6,31 ppm (1H)
berbentuk doublet memiliki hubungan dengan puncak pada pergeseran kimia 7,65
ppm (1H) berbentuk doublet, dengan rentang nilai konstanta kopling yang dekat
yaitu 15,6 dan 16,26 Hz. Bentuk tersebut adalah olefin dengan proton
berkonfigurasi trans. Kemudian pada pergeseran kimia 6,9 ppm-7,4 ppm (4H)
merupakan proton-proton dari benzen dengan dua subtitusi. Pola sinyal ini
menunjukkan bahwa 2 proton yang ekivalen terkopling secara ortho dengan 2
proton yang ekivalen lainnya, yang kemudian menunjukkan bahwa sinyal ini
adalah sinyal H 1,5 dan H 2,4.
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Spektrum GCMS Senyawa hasil amidasi Etil p-metoksisinamat dan Dimetil Formamida
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Amidasi
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Perhitungan Reaksi
a. Etil p-metoksisinamat yang digunakan dalam reaksi sebesar 1 mmol
mol = 1 mmol
BM = 206 g/mol
Terpakai = mol x BM
= 1 mmol x 206 g/mol
= 206 mg
b. NaOH yang digunakan dalam reaksi sebesar 1 mmol
mol = 10 mmol
BM = 40 g/mol
Terpakai = mol x BM
= 10 mmol x 40 g/mol
= 400 mg
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Rimpang Kencur
Gambar 2. Kencur yang telah dirajang
Gambar 3. Simplisia Kencur
Gambar 4. Kristal etil p-
metoksisinamat
Gambar 5. Bahan yang digunakan
Gambar 6. microwave yang digunakan
Gambar 7. Alat GCMS yang digunakan
Gambar 8. Perbandingan senyawa hasil
amidasi dan EPMS
Gambar 9. Proses penimbangan
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Tabel komparasi senyawa etil p-metoksisinamat dan N,N-dimetil-4-metoksi sinamamida
Parameter etil p-metoksisinamat N,N-dimetil-4-metoksi sinamamida
Rumus Kimia C12H14O3 C12H15NO2
Bentuk Kristal Serbuk
Warna Putih Putih
Bau Aromatik khas Tidak berbau
Titik Leleh 49-52oC 132-135
oC
Rf KLT dengan eluen
n-heksan:etil asetat (3:2) 0,925 0,3
Waktu retensi pada GC 9,878 11,2
BM 206 g/mol 205 g/mol
Pergeseran kimia pada
1H-NMR (ppm)
1,33; 4,25; 6,31; 7,65; 6,9; 7,47; 3,82 3,06; 3,16; 6,77; 7,64; 6,9; 7,48; 3,83
Struktur senyawa