Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
OPTIMASI KONSENTRASI EKSTRAK BINAHONG (Anredera cordifolia)
DALAM SEDIAAN BIOMATERIAL SELULOSA BAKTERI (Acetobacter
xylinum) SEBAGAI PENUTUP LUKA DIABETES
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Maria Ines Habsari
NIM : 148114172
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
OPTIMASI KONSENTRASI EKSTRAK BINAHONG (Anredera cordifolia)
DALAM SEDIAAN BIOMATERIAL SELULOSA BAKTERI (Acetobacter
xylinum) SEBAGAI PENUTUP LUKA DIABETES
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Maria Ines Habsari
NIM : 148114172
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
OPTIMASI KONSENTRASI EKSTRAK BINAHONG (Anredera cordifolia)
DALAM SEDIAAN BIOMATERIAL SELULOSA BAKTERI (Acetobacter
xylinum) SEBAGAI PENUTUP LUKA DIABETES
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGESAIIAN SKRIP$ BERJUDUL
OPTIMAST KONSENTRAST f KSTRAK BrNArroN G (Anredera cordifoliat
DALAM SEDIAAN BIOMATERTAL SELULOSA BAKTERT (Acetobacter
xylinum) SEBAGAI PENUTUP LUKA DIABETES
Oleh;
Maria Ines Habsari
NIM : 148114172
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguii Siaiosi,ili' ri
,*i$l{{lie J..
,,,',**'*.1 , ,,'o ,
." ,.1,
Panitia Penguji :
1. Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt.
2. Dr. Sri Hartati Yuliani. Apt.
3. Phebe Hendra, Ph.D.. Api.
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
paoatanggai: 16 Juli 2018
Mengetahui.
Fakultas Farmasi
i
it1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan teristimewa untuk Tuhan Yesus Kristus
“Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai
engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan
engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati” - (Ulangan 31:8)
Ayah, Mama, Mas Angga, Mas Oni dan Adik Ocha
Sahabat-sahabat dan orang tercinta yang mendukung dan mendoakan senantiasa
Almamater Universitas Sanata Dharma
Terima kasih atas kasih, semangat, cinta, doa, dan dukungan yang diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segaa sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Maria Ines Habsari
Nomor Mahasiswa : 148114172
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul "Optimasi
Konsentrasi Ekstrak Binahong (Anredera cordifolia) dalam Sediaan
Biomaterial Selulosa Bakteri (Acetobacter xylinum) sebagai Penutup Luka
Diabetes" beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bennrk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin
saya atau member royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Optimasi Konsentrasi Ekstrak Binahong (Anredera cordifolia)
dalam Sediaan Biomaterial Selulosa Bakteri (Acetobacter xylinum) sebagai
Penutup Luka Diabetes” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi
Farmasi. Skripsi ini merupakan bagian dari penelitian Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt.
yang berjudul “Pengembangan Sediaan Penyembuh Luka Bagi Penderita Diabetes
dengan Bahan Aktif Ekstrak Tempe” berdasarkan SK no.: 075/penel.LPPM
USD/IV/2017.
Melalui skripsi ini, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber pengetahuan dan
menjadi inspirasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut nantinya.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari banyak bantuan, dukungan,
semangat, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan ilmu, dukungan, dan saran dalam penelitian ini.
3. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan dukungan, saran dan masukan bagi penelitian ini.
4. Ibu Phebe Hendra, Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan saran dan masukan bagi penelitian ini.
5. Bapak Yohanes Ratijo yang telah banyak mendukung dan meluangkan waktu
untuk membantu penelitian ini.
6. Bapak Musrifin, Mas Agung, Bapak Kayat, Mas Kunto, Pak Wagiran dan
Mas Bimo selaku laboran yang telah mendukung jalannya penelitian ini.
7. Keluarga penulis yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
8. Rekan Kerja Penelitian Albertus Bayu Handyasto dan Nur Amalia
Perwitasari yang menjadi sahabat sekaligus rekan kerja dalam penelitian ini.
9. Wiranto Adi yang telah banyak membantu dan menyemangati dalam proses
penelitian ini.
10. Ignasia Handipta Mahardika, S.Farm dan Michael Rahardja Gani, M.Farm,
Apt. yang telah banyak membantu dalam proses penelitian ini.
11. Teman-teman penulis yang selalu menyemangati.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan di dalam skripsi ini. Oleh
karena itu dengan terbuka dan senang hati penulis menerima kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
ABSTRACT ........................................................................................................... xiii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
Pemilihan Bahan ..................................................................................................... 3
Ekstraksi Daun Kering Binahong............................................................................ 3
Preparasi Limbah Cair Ketela Rambat .................................................................... 3
Sterilisasi Ruangan, Alat, dan Bahan ...................................................................... 3
Pembuatan Biomaterial Selulosa Bakteri Ekstrak Binahong .................................. 4
Uji Sterilitas ............................................................................................................ 5
Evaluasi Sifat Fisik Sediaan .................................................................................... 5
Analisis Gugus Fungsi Menggunakan Instrumen FT-IR ........................................ 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
Analisis Morfologi Menggunakan Instrumen SEM (Scanning Electron
Microscopy)............................................................................................................. 6
Analisis Sifat Mekanik dengan Uji Tarik................................................................ 6
Dasar Penentuan Formula Optimal ......................................................................... 7
Uji Aktivitas Sediaan Biomaterial Selulosa Bakteri Ekstrak Binahong ................. 7
Uji Histopatologi Pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE) ........................................ 8
Tata cara analisis hasil ............................................................................................ 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9
Formulasi Sediaan ................................................................................................... 9
Uji Sterilitas ............................................................................................................ 9
Evaluasi Sifat Fisik ............................................................................................... 10
Analisis Gugus Fungsi dengan Instrumen FT-IR.................................................. 14
Analisis Morfologi Menggunakan Instrumen SEM (Scanning Electrom
Microscopy)........................................................................................................... 14
Analisis Sifat Mekanik dengan Uji Tarik.............................................................. 17
Uji Aktivitas Sediaan ............................................................................................ 17
Uji Histopatologi ................................................................................................... 19
KESIMPULAN ..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
LAMPIRAN .......................................................................................................... 26
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula tiap Petri Biomaterial Selulosa ………………………. 4
Tabel II. Hasil Uji Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Sediaan………………. 11
Tabel III. Hasil Interpretasi Gugus Fungsi dari Sampel………………….. 12
Tabel IV. Hasil Uji Aktivitas Sediaan……………………………………. 18
Tabel V. Interpretasi Hasil Uji Histopatologi……………………………. 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil Uji Sterilitas…………………………………………….. 9
Gambar 2. Foto Permukaan SEM………………………………………… 14
Gambar 3. Foto Melintang SEM………………………………………….. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance Penelitian .......................................................... 26
Lampiran 2. Data Pembuatan Biomaterial Selulosa ............................................ 27
Lampiran 3. Data Hasil Uji Sterilitas Sediaan .................................................... 29
Lampiran 4. Data Hasil Uji Sifat Fisik Sediaan .................................................. 30
Lampiran 5. Data Prakondisi Mencit .................................................................. 40
Lampiran 6. Data Hasil Uji Aktivitas Sediaan .................................................... 41
Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Penelitian ........................................................... 43
Lampiran 8. Hasil Uji Histopatologi ................................................................... 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
OPTIMASI KONSENTRASI EKSTRAK BINAHONG (Anredera cordifolia)
DALAM SEDIAAN BIOMATERIAL SELULOSA BAKTERI (Acetobacter
xylinum) SEBAGAI PENUTUP LUKA DIABETES
Maria Ines Habsari
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia.
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
ABSTRAK
Biomaterial selulosa bakteri ekstrak binahong berpotensi untuk
mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi optimum terhadap daya penyembuhan luka dan
pengaruh peningkatan konsentrasi ekstrak binahong (Anredera cordifolia)
terhadap sifat fisika pada sediaan biomaterial selulosa bakteri (Acetobacter
xylinum) diabetic wound healing yang dibuat dalam 3 konsentrasi ekstrak yaitu
2,5%, 5%, dan 7,5%. Formula optimal dipilih berdasarkan uji yang dilakukan,
yaitu: uji sterilitas; sifat fisik yang meliputi organoleptis, keseragaman bobot, pH
larutan sediaan, persentase moisture content dan absorption, dan uji tarik;
analisis morfologi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan analisis
gugus fungsi dengan FT-IR. Formula 2 (F2) dipilih sebagai formula optimal
karena merupakan sediaan yang memiliki CV keseragaman bobot 1,86%; pH
larutan sediaan 5,3; nilai persentase moisture content 2,21% dan moisture
absorption 22,09%; tensile strength 7,51 MPa dan strain at f max 19,53%; steril;
berwarna hijau dan halus; ketebalan rata-rata 116,80 µm; terdapat ekstrak
binahong pada sediaan yang ditunjukkan dengan hasil foto SEM dan analisis
gugus fungsi dengan FT-IR yang menunjukkan adanya gugus C-H stretch dan
C=C aromatis; dan uji aktivitas serta histopatologi menunjukkan hasil bahwa
sediaan dapat mempercepat penyembuhan luka diabetes menjadi sama dengan
luka normal.
Kata kunci: Ekstrak binahong, biomaterial selulosa, diabetes, luka diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRACT
Bacterial cellulose binahong extract potentially accelerate wound
healing in diabetics. This study aims to determine the optimum concentration of
wound healing and the effect of increasing concentration of binahong extract
(Anredera cordifolia) on the physical properties of bacterial cellulose
(Acetobacter xylinum) diabetic wound healing which is made in 3 concentration
extract that is 2.5%, 5%, and 7.5%. The optimum formula is chosen based on the
test performed, namely: sterility test; physical properties including organoleptic,
weight uniformity, pH of the dosage solution, percentage moisture content and
absorption, and tensile test; morphological analysis with Scanning Electron
Microscopy (SEM) and functional group analysis with FT-IR. Formula 2 (F2) is
chosen as the optimal formula because it is a dosage having a uniformity CV of
1.86% weight; pH of the dosage solution 5.3; percentage moisture content 2.21%
and moisture absorption 22.09%; tensile strength 7.51 MPa and strain at f max
19.53%; sterile; green and smooth; average thickness 116.80 μm; there is a
binahong extract on the preparation shown by SEM photo and functional group
analysis with FT-IR showing the presence of C-H stretch and C=C aromatic
groups; activity and histopathologic tests showed that F2 dosage forms can
accelerate the healing of diabetic wounds to be the same as normal wounds.
Keywords: Binahong extract, cellulose biomaterial, diabetes, diabetes wound.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis dan merupakan penyakit
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat kegagalan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya (Mihardja et al., 2014). Kadar glukosa yang tinggi
pada penderita diabetes dapat meningkatkan jumlah MMP-9. Diketahui bahwa
peningkatan ekspresi MMP-9 juga diinduksi oleh prostaglandin E2 (PGE2).
Matrix metalloproteinases (MMPs) dapat mendegradasi kolagen (Yen et al.,
2008, Mclennan et al., 2008). Selain itu, diabetes mellitus menyebabkan
epitelisasi tidak terjadi karena beberapa alasan yaitu berkurangnya level
fibronectin dalam plasma dan meningkatnya intensitas dan durasi dari respon
inflamasi sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka (Hamed et
al., 2013).
Matriks ekstraseluler dari selulosa bakteri dapat menggantikan
kerusakan matriks ekstraseluler serta menstimulasi tubuh untuk memproduksi
kolagen sehingga dapat mempercepat mekanisme penyembuhan luka (El-hoseny
et al., 2015). Menurut Divadi dan Yuliani (2015) kandungan flavonoid dan asam
askorbat pada ekstrak daun binahong memiliki aktivitas pembentukan kolagen
dan percepatan epitelisasi yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
Quercetin yang merupakan flavonoid dan asam ursolat dalam ekstrak daun
binahong diketahui memiliki efek antiinflamasi dan kemopreventif melalui
penghambatan siklooksigenase-2 (COX-2) dan sintesis prostaglandin (Kurniawan
et al., 2014, Istyastono and Yuliani, 2016). Sintesis prostaglandin yang terganggu
dapat menurunkan aktivitas enzim matrix metalloproteinases 9 (Yen et al.,
2008), sehingga berpotensi mempercepat penyembuhan luka kronis pada
penderita DM. Kandungan asam askorbat dalam ekstrak binahong memiliki
peran yang penting untuk mengaktivasi enzim prolyl-hydroxygenase yang
membantu pada fase hidroksilasi dalam proses pembentukan kolagen sehingga
proses penyembuhan luka dapat dipercepat (Patricia and Yuliani, 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak binahong
(Anredera cordifolia) yang optimal dan pengaruh peningkatan konsentrasi ekstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
binahong (Anredera cordifolia) terhadap sifat fisika pada sediaan biomaterial
selulosa bakteri (Acetobacter xylinum) limbah ketela rambat (Ipomoea batatas
Poir) diabetic wound healing, serta uji aktivitas untuk melihat potensi sediaan
dalam mempercepat penyembuhan luka diabetes. Hipotesis dari penelitian ini
adalah konsentrasi ekstrak binahong tertentu dapat menghasilkan sediaan
biomaterial selulosa ekstrak binahong yang optimal sebagai diabetic wound
healing serta peningkatan konsentrasi ekstrak binahong dapat memberikan
pengaruh terhadap sifat fisika sediaan dan dalam aktivitasnya mempercepat
penyembuhan luka diabetes.
METODE PENELITIAN
Jenis dan rancangan penelitian ini adalah eksperimental murni. Bahan
yang digunakan dalam penelitian antara lain Ketela rambat yang bagian daging
ketelanya berwarna putih, gula pasir, urea kualitas teknis, etanol 70 % kualitas
teknis, etanol 96% kualitas teknis, asam asetat glasial kualitas teknis, gliserol
kualitas teknis, kultur bakteri Acetobacter xylinum, NaOH kualitas p.a. buatan
E.Merck®, HCl kualitas p.a. buatan E.Merck®, aquadest, pH stik buatan
E.Merck®, kertas coklat pembungkus, isolasi bening, kapas, hepafix, kertas
coklat, ketamine 10%, silika gel, dan silet buatan Gillette®, ekstrak binahong
(Anredera cordifolia), aloksan monohidrat (Sigma), WFI, krim Veet®, Nutrient
Agar, formalin 0,8% dan 10%.
Alat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spuit
injeksi, biopsy punch 5 mm, jarum suntik, alat-alat gelas, Blood Glucose Test
Meter (GlucoDrTM), timbangan digital (Mettler-Toledo B.V.PC 2000), oven
drying (Memmert BE 500), autoklaf (ALP Co.,Ltd. Model KT-40), magnetic
stirrer-hot plate (Heidolph MR 2002), Laminar Air Flow (LAF), seperangkat alat
gelas (Pyrex dan Duran), Nampan (Lion Star dengan dimensi 230x176x39 mm),
spatula, magnetic stirrer, timbangan, pisau, talenan, gunting (Han Kwang Korea),
blender (Moulinex), baskom, cawan petri (Pyrex), kain mori, plastik, toples,
Spektrofotometer IR (IR Shimadzu Prestige-21), seperangkat instrumen SEM
(Jeol JSM T300), alat uji tensile strength (Universal Testing Machine Zwick Z
0.5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Subjek uji pada penelitian ini adalah 30 ekor mencit jantan galur Swiss,
usia 2-3 bulan, bobot 20-30 g diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma dalam kondisi sehat yang telah mendapatkan
Ethical cleareance dari Komisi Ethical Clearance untuk Penelitian Praklinik,
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada.
Pemilihan Bahan
Serbuk kering daun binahong diperoleh dari penelitian Divadi and
Yuliani (2015) yang telah dilakukan determinasi sebelumnya dengan bantuan
seorang determinator di Laboratorium Botani Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
Ekstraksi Daun Kering Binahong
Sebanyak 20 gram serbuk kering daun binahong dimaserasi dengan
menggunakan 200 mL etanol 96% selama 90 menit pada suhu 50oC dan dilakukan
pengadukan dengan menggunakan alat shaker pada 200rpm. Maserat dipisahkan
dan terkonsentrasi hingga 25% dari volume, dan didapatkan ekstrak binahong
(Yuliani et al., 2012).
Preparasi Limbah Cair Ketela Rambat
Pada penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan yaitu ketela dikupas
dan dicuci sampai bersih, lalu ketela ditimbang dan dipotong-potong menjadi
kecil kemudian ditambah sedikit air lalu diblender menjadi bubur ketela. Setelah
itu, bubur ditambah air (1 bagian bubur ditambah dengan 1 bagian air) dan diaduk.
Bubur ketela dimasukkan ke dalam kain mori lalu diperas dan disaring. Suspensi
pati ini ditampung pada wadah pengendapan lalu bagian cairan hasil penyaringan
pertamanya langsung dipindahkan ke dalam botol plastik sambil dibiarkan selama
24 jam agar beberapa pati yang belum mengendap ini mengendap di dalam botol
plastik. Cairan di atas endapan ini diambil untuk proses pembuatan biomaterial
(Gani, 2013).
Sterilisasi Ruangan, Alat, dan Bahan
Kabinet Laminar Air Flow (LAF) dibersihkan dengan etanol 70%
kemudian lampu UV dinyalakan selama 1 jam. Proses ini dilakukan sebelum
proses sterilisasi biomaterial selulosa bakteri ekstrak binahong. Alat-alat gelas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
logam disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121oC,
sedangkan alat yang terbuat dari plastik disterilisasi dengan sinar UV selama 3
jam dan etanol 70%.
Tabel I. Formula tiap Petri Biomaterial Selulosa Bakteri Ekstrak Binahong
Formula B F1 F2 F3
Air ketela rambat 40 mL 40 mL 40 mL 40 mL
Gula Pasir 4 g 4 g 4 g 4 g
Urea 0,2 g 0,2 g 0,2 g 0,2 g
Gliserol 0,2 g 0,2 g 0,2 g 0,2 g
Acetobacter xylinum 8 mL 8 mL 8 mL 8 mL
Ekstrak Binahong 2,5% - 25 mL - -
Ekstrak Binahong 5% - - 25 mL -
Ekstrak Binahong 7,5% - - - 25 mL
Keterangan: B (Basis); F1 (formula 1); F2(formula 2); F3 (formula 3).
Pembuatan Biomaterial Selulosa Bakteri Ekstrak Binahong
Pembuatan biomaterial selulosa seperti pada Tabel I. Air ketela rambat
sebanyak 40 mL di tambahkan 4 gram gula pasir, 2 gram urea dan 0,2 gram
gliserol diaduk dengan stirrer dan dipanaskan dengan hot plate. Campuran
diasamkan dengan penambahan asam asetat glasial hingga pH berkisar antara 3-4.
Selanjutnya campuran didinginkan dan dilakukan penambahan gliserol sebanyak
1,0 gram. Campuran dituang ke dalam cawan petri sebanyak 40 mL ke dalam tiap
petri berdiameter 9 cm yang telah disterilkan dengan autoklaf, kemudian
ditambahkan 8 mL bakteri Acetobacter xylinum secara aseptis di dekat api bunsen.
Lalu cawan petri ditutup dengan rapat menggunakan kertas coklat dan
difermentasi selama 7 hari pada suhu kamar. Lapisan pelikel yang terbentuk
dicuci beberapa kali dengan air kran, aquadest, lalu dengan air panas selama 3-5
menit, lalu lapisan pelikel ini ditimbang. Lapisan pelikel direndam dengan larutan
NaOH 3% selama 48 jam dan larutan NaOH diganti tiap 24 jam sekali. Setelah 48
jam, lapisan pelikel dicuci dengan aquadest setelah dicuci lalu lapisan pelikel ini
direndam dengan larutan HCl 3% selama 15 menit. Setelah 15 menit, lapisan
pelikel ini dicuci kembali dengan aquadest hingga menunjukkan pH mendekati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
range pH netral, pencucian dengan aquadest ini dihentikan kemudian air di
lapisan pelikel ini dibuang dan lapisan pelikel ditimbang. Lalu lapisan pelikel
dimasukkan ke oven yang sudah dibersihkan dengan etanol 70% dengan suhu
40ºC selama 40 menit untuk mengurangi kadar air pada lapisan pelikel sebelum
proses perendaman. Lapisan pelikel kemudian ditimbang.
Kemudian dibuat ekstrak binahong dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan
7,5% dengan cara menimbang 2,5 g, 5 g dan 7,5 g ekstrak etanol binahong yang
kemudian masing-masing dilarutkan dalam 100 mL etanol 96%. Larutan ekstrak
binahong yang telah dibuat dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% digunakan
untuk merendam lapisan pelikel. Lapisan pelikel yang terbentuk pada petri
direndam selama 72 jam dalam 25 mL ekstrak binahong, lalu ditimbang. Lapisan
pelikel+larutan ekstrak binahong ini dikeringkan dalam oven yang sudah
dibersihkan sebelumnya dengan etanol 70% dengan suhu 35-40ºC selama 2 hari.
Setelah lapisan pelikel ini membentuk lembaran tipis, lapisan pelikel ini
ditimbang, dicetak menggunakan pelubang sumuran dengan diameter 1 cm, lalu
disterilkan dengan lampu UV selama 3 jam di dalam LAF (Laminar Air Flow).
Lalu disimpan di dalam plastik dan diletakkan di dalam toples bersilika gel.
Uji Sterilitas
Uji sterilitas dilakukan dengan meletakkan sediaan berdiameter 1 cm ke
media Nutrien Agar pada cawan petri. Tiap petri kemudian dibungkus plastic
wrap dan diinkubasi terbalik selama 24 jam (Mahardika 2017).
Evaluasi Sifat Fisik Sediaan
Uji Organoleptis Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna dan
kehalusan dari masing-masing sediaan bioselulosa bakteri yang telah dibuat
(Shirsand et al., 2012).
Uji Keseragaman Bobot Sediaan biomaterial selulosa ditimbang sebanyak 10 tiap
formula, lalu dihitung rata-rata bobot sediaan (British Pharmacopoeia, 2009).
Uji pH Larutan Sediaan Uji pH larutan sediaan dilakukan dengan merendam
setiap formula biomaterial selulosa berdiameter 1 cm dalam 20 mL akuades pada
suhu 36,5oC- 37,5oC selama 24 jam (British Pharmacopoeia, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Uji Persentase Moisture Content Selama 24 jam sediaan diletakkan dalam
desikator berisi silika, kemudian bobot sediaan ditimbang (Toshkhani et al.,
2013).
Uji Persentase Moisture Absorption Sediaan diletakkan dalam climatic chamber
dengan kelembaban 85% RH dan suhu 28°C selama 24 jam, kemudian bobot
sediaan ditimbang (Toshkhani et al., 2013).
Analisis Gugus Fungsi Menggunakan Instrumen FT-IR Analisis ini
menggunakan seperangkat alat FTIR. Langkah-langkahnya adalah lapisan tipis
atau pelikel yang diperoleh dari hasil fermentasi dijepit pada tempat sampel
kemudian diletakkan pada alat ke arah sinar infra merah. Hasilnya akan direkam
ke dalam kertas berskala berupa alur kurva bilangan gelombang terhadap
intensitas (Gani, 2013).
Analisis Morfologi Menggunakan Instrumen SEM (Scanning Electron
Microscopy) Analisis ini bertujuan untuk melihat struktur morfologi dari
biomaterial selulosa bakteri yang dilakukan dengan menggunakan instrumen
SEM. Melalui analisis struktur morfologi ini, dapat dilihat struktur permukaan dan
melintang dari biomaterial selulosa bakteri, bentuk mikrofibril dari biomaterial
selulosa bakteri, diameter dari mikrofibril selulosa bakteri maupun struktur
permukaan serta melintang dari selulosa bakteri yang telah diberi penambahan
ekstrak (Gani, 2013).
Analisis Sifat Mekanik dengan Uji Tarik Sampel material yang telah
dikeringkan dipotong dengan ukuran 15 x 3 cm. Hasil potongan/spesimen
dimasukkan ke dalam pemotong dumb-bell dan dilakukan pencetakan bentuk.
Setelah itu sampel dipotong sesuai dengan pola yang terbentuk pada sampel.
Ketebalan sampel diukur dengan mikrometer Mitutoyo lalu kedua sisi hasil
pemotongan ini dikaitkan pada Universal Testing Machine. Aktifkan program
Test Zwick. Power dan panel pada posisi ON. Isikan data sampel sesuai ukuran
standar. Spesifikasi alat yang digunakan yaitu memakai spisau dengan standar
ASTM. Alat dinyalakan dan diset dengan test speed = 10 mm/min lalu spesimen
diamati sampai putus, pengujian dihentikan ketika spesimen sudah putus. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yang diperoleh berupa persen perpanjangan (percent elongation), kuat tarik
(tensile strength) dan F max (Gani, 2013).
Dasar Penentuan Formula Optimal
Formula optimal ditentukan dengan evaluasi sifat fisika sediaan dan uji
aktivitas sediaan biomaterial selulosa bakteri. Hasil uji kemudian diuji statistik
dan dianalisis. Formula optimal dipilih berdasarkan hasil uji keseragaman bobot,
persentase moisture content dan moisture absorption, pH larutan sediaan,
sterilitas, organoleptis, sifat mekanik dan uji aktivitas sediaan.
Uji Aktivitas Sediaan Biomaterial Selulosa Bakteri Ekstrak Binahong
Lima belas ekor mencit galur Swiss jantan diabetes yang terinduksi
aloksan dan 15 ekor mencit galur Swiss jantan tidak diabetes (normal) dengan
berat 20-30 gram dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok berjumlah 3 ekor
mencit, Kelompok I sebagai kontrol negatif (tidak diberi perlakuan), kelompok II
sebagai kontrol positif dengan pemberian sediaan selulosa bakteri tanpa
penambahan ekstrak, kelompok III-V merupakan kelompok perlakuan dengan 3
peringkat konsentrasi ekstrak binahong (Anredera cordifolia).
Mencit diabetes memiliki kadar gula darah > 200 mg/dl. Mencit diabetes
diperoleh dengan menginjeksi aloksan monohidrat 10% secara intraperitoneal
dengan dosis 186,9 mg/kgBB sebanyak 1x penyuntikan selama 2 hari berturut-
turut. Setiap mencit dianestesi dengan injeksi ketamin pada dosis 40 mg/kgBB
secara intramuscular pada paha mencit (Divadi and Yuliani, 2015). Pada tiap
mencit diberikan 1 luka eksisi menggunakan biopsy punch berdiameter 5 mm.
Luka dibuat pada punggung mencit yang sudah dicukur 48 jam sebelumnya. Luka
eksisi pada tiap ekor mencit diberi perlakuan berbeda, yaitu: kontrol negatif yaitu
dilukai namun tidak diberi sediaan (tanpa perlakuan), kontrol positif dengan
pemberian basis (bioselulosa bakteri), dan pemberian bioselulosa bakteri+ekstrak
binahong (F1) dengan konsentrasi 2,5%, konsentrasi 5% (F2), dan konsentrasi
7,5% (F3).
Penggantian sediaan dilakukan setiap 24 jam sampai 14 hari kemudian.
Selama 14 hari, luka mencit difoto kemudian penurunan luas luka diukur
menggunakan software imageJ. Setelah 14 hari, mencit dieuthanasia dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
injeksi ketamin secara intraperitoneal dengan dosis ketamin 3x dosis anestesia
yaitu 120 mg/kg BB. Setelah dieuthanasia, akan dilakukan uji histopatologi, kulit
punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin
10%. Berikut ini rumus persen penutupan luka menurut Thu et al. (2012).
Wound Closure (%) = (𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑙𝑢𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒−0)−(𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑙𝑢𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒−𝑛)
(𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑙𝑢𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒−0)𝑥100%.
Uji Histopatologi Pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
Uji histopatologi dilakukan dengan pengecatan menggunakan
Hematoxylin Eosin. Preparat diamati histopatologinya secara mikroskopis dengan
mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 yang terhubung dengan kamera Optilab
v.2.1 (Micronos, Indonesia). Pembuatan dan pembacaan preparat sampel jaringan
kulit dilakukan oleh bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tata cara analisis hasil
Analisis kuantitatif Data yang diperolah dari keseragaman bobot, moisture
content, moisture absorption, persen penyembuhan luka, dan tensile strength atau
uji tarik diuji statistik menggunakan software R i.386 3.4.3 dengan uji ANAVA
dan Post Hoc test (untuk data evaluasi sifat fisika). Uji statistika dilakukan dalam
taraf kepercayaan 95%.
Analisis kualitatif Dilakukan pengamatan pada uji histopatologi untuk
mendapatkan perbandingan mikroskopis struktur kulit. Dilakukan pengamatan
morfologi pada uji morfologi menggunakan instrumen Scanning Electron
Microscopy. Dilakukan analisis gugus fungsi dengan menggunakan instrumen FT-
IR, analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya absorbsi pada
suatu frekuensi tertentu sebagai penanda ada atau tidaknya gugus fungsional
tertentu. Gugus fungsional dalam molekul akan dianalisis secara kualitatif dengan
melihat bentuk spektra yang dihasilkan yaitu dengan melihat puncak spesifik yang
menunjukkan jenis gugus fungsional tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Formulasi Sediaan Biomaterial Selulosa Bakteri (Acetobacter xylinum)
Ekstrak Binahong (Anredera cordifolia) sebagai Penutup Luka Diabetes
Formula Sediaan Biomaterial Selulosa Bakteri (Acetobacter xylinum)
Ekstrak Binahong (Anredera cordifolia) sebagai penutup luka diabetes diperoleh
dari penelitian Gani (2013) yang kemudian dimodifikasi. Konsentrasi ekstrak
binahong yang digunakan adalah 2,5%; 5%; dan 7,5% yang didapatkan dari
penelitian Mutiara et al. (2015) yang pada penelitiannya diformulasikan ke dalam
bentuk sediaan hidrogel, lalu dimodifikasi ke dalam bentuk sediaan patch
biomaterial selulosa ekstrak binahong. Media yang digunakan untuk fermentasi
adalah air ketela rambat yang memiliki langkah pembuatan yang cukup panjang.
Penggunaan media lain selain air ketela rambat seperti air kelapa juga dapat
digunakan untuk fermentasi bakteri Acetobacter xylinum, namun perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk dapat memproduksi selulosa bakteri dengan hasil
yang seragam karena masih terdapat ketidakseragaman ketebalan dari selulosa
bakteri.
Uji Sterilitas
Uji sterilitas dilakukan untuk mengetahui keberhasilan teknik sterilisasi
akhir dengan lampu UV yang dilakukan mampu menghasilkan sediaan yang steril.
Sediaan biomaterial selulosa harus memenuhi syarat sterilitas karena akan
diaplikasikan pada luka penderita diabetes. Apabila sediaan tidak steril maka
dapat mengakibatkan infeksi pada luka penderita diabetes dan dapat menghambat
proses penyembuhan luka diabetes (Leung, 2007).
Berdasarkan uji sterilitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa Basis,
F1, F2 dan F3 adalah steril, yang dibuktikan dengan tidak adanya pertumbuhan
mikroba pada media seperti pada Gambar 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
a b c
d e f
Gambar 1. Hasil Uji Sterilitas: (a);(b);(c)Basis; (d)F1; (e)F2; (f)F3
Evaluasi Sifat Fisik
Evaluasi sifat fisik yang dilakukan antara lain adalah uji organoleptis,
keseragaman bobot, pH larutan sediaan, persentase moisture content dan moisture
absorption, analisis morfologi, dan analisis sifat mekanik.
Uji Organoleptis
Pengamatan secara visual yang dilakukan terhadap sediaan biomaterial
selulosa bakteri ekstrak binahong secara keseluruhan memiliki warna hijau, halus,
dan kering (Tabel II). Warna hijau pada F1, F2 dan F3 memiliki perbedaan,
dimana seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak binahong maka warna
hijau yang dimiliki akan semakin tua atau semakin pekat. Sedangkan basis
memiliki warna yang putih keruh karena tidak ada penambahan ekstrak.
Uji Keseragaman Bobot
Sediaan biomaterial selulosa bakteri ekstrak binahong yang dihasilkan
dinyatakan seragam karena telah memenuhi kriteria (coefficient of variation) CV
yang ditentukan oleh British Pharmacopoeia (2009) yaitu kurang dari 10% dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
11
Tabel II. Hasil Uji Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Sediaan
Sediaan
Organoleptis
% % Tensile Strain at
Keseragaman pH Moisture Moisture Strength Fmax
Warna Kehalusan Tekstur Bobot Larutan Content Absorption (MPa) (%)
(% CV) Sediaan ( ±SD) ( ±SD) ( ±SD) ( ±SD)
Basis Putih Halus Kering 3,63 5,8 12,97± 17,63± 64,67± 2,59±
2,10a,b,c 10,22 1,01a,b 0,75a,b
F1 Hijau Halus Kering 1,70 5,9 3,57± 3,21± 10,01± 18,60±
Muda
0,98 0,50 3,11 1,05
F2 Hijau Halus Kering 1,86 5,3 2,21± 22,09± 7,51± 19,53±
0,45 1,80d 1,97 0,72
F3 Hijau tua Halus Kering 1,97 5,2 3,25± 9,27± 61,28± 1,81±
1,34 1,75e,f 12,15e,f 0,52e.f
Keterangan: a= B dan F1 berbeda bermakna, b= B dan F2 berbeda bermakna, c= B dan F3 berbeda bermakna,
d= F2 dan F1 berbeda bermakna, e= F3 dan F1 berbeda bermakna, f= F3 dan F2 berbeda bermakna, data berbeda
bermakna jika (p-value < 0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Tabel III. Hasil Interpretasi Gugus Fungsi dari Sampel
No. Sampel
Bilangan
Gelombang (cm-
1)
Gugus Fungsi
1. Basis 3334,01 Alcohol O-H stretch
1030,18 C-O stretch
1107,33 C-O-C stretch
2. Ekstrak Binahong 2941,49 C-H stretch alkane
2,5% 1022,19 C-O stretch
1449,15 C=C aromatis
3. Ekstrak Binahong 5% 2942,94 C-H stretch alkane
1448,77 C=C aromatis
1022,46 C-O stretch
4. Ekstrak Binahong 2941,05 C-H stretch alkane
7,5% 1449,16 C=C aromatis
1022,39 C-O stretch
5. F1 1030,75 C-O stretch
1426,54 C=C aromatis
2893,68 C-H stretch alkane
3343,55 Alcohol O-H stretch
1107,33 C-O-C stretch
1645,11 C=C alkena
6. F2 1022,15 C-O stretch
1428,16 C=C aromatis
2918,68 C-H stretch alkane
3288,80 Alcohol O-H stretch
1105,54 C-O-C stretch
1650,89 C=C alkena
7. F3 1031,88 C-O stretch
1425,48 C=C aromatis
2896,02 C-H stretch alkane
3345,16 Alcohol O-H stretch
1108,18 C-O-C stretch
1637,29 C=C alkena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
CV masing-masing sediaan basis, F1, F2, dan F3 dapat dilihat pada Tabel II.
Hasil statistik menunjukkan bahwa seluruh sediaan memiliki bobot yang berbeda
bermakna.
Uji pH Larutan Sediaan
Sediaan biomaterial selulosa bakteri ekstrak binahong memiliki pH yang
sesuai dengan range pH yang dapat diterima kulit yaitu 4-7 (Tabel II) (British
Pharmacopoeia, 2009).
Uji Persentase Moisture Content
Uji persentase moisture content dilakukan dengan tujuan melihat jumlah
kandungan air yang terdapat dalam sediaan, karena menurut Toshkhani et al.
(2013) sediaan penutup luka yang baik adalah sediaan yang mampu menjaga
kondisi luka agar tetap lembab. Kondisi luka dijaga agar tetap lembab karena pada
kulit yang terluka umumnya mengalami penguapan yang dapat mencapai 20 kali
lebih besar dibandingkan kulit normal. Ketika kulit yang terluka terpapar udara
langsung, luka akan terdehidrasi dan akan terbentuk keropeng, namun sel yang
berada dalam kondisi kering atau kelembapan rendah dapat kehilangan vitalitas
dan fungsinya atau bahkan kulit dapat mati (Xu et al., 2016).
Nilai persen yang didapat menunjukkan jumlah kandungan lembab yang
dimiliki sediaan. Urutan persen moisture content dari yang tertinggi adalah
basis>F1>F3>F2 (Tabel II). Basis memiliki nilai persen moisture content yang
paling tinggi, hal ini dapat disebabkan karena basis memiliki rongga-rongga antar
fibril selulosa bakteri yang cukup besar apabila dibandingkan dengan formula.
Semakin besar rongga-rongga antara fibril selulosa bakteri, semakin mudah air
terpenetrasi ke dalam sediaan (Guo and Catchmark, 2012).
Uji Persentase Moisture Absorption
Uji moisture absorption dilakukan dengan tujuan untuk melihat seberapa
besar daya serap sediaan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan sediaan dalam
menyerap cairan, terutama eksudat pada luka penderita diabetes. Menurut
(Toshkhani et al. 2013) sediaan penutup luka yang baik juga harus memiliki
kemampuan penyerapan eksudat yang baik. Urutan persen moisture absorption
dari yang tertinggi adalah F2>basis>F3>F1 (Tabel II). Hasil yang diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
menunjukkan bahwa sediaan F2 memiliki kemampuan penyerapan lembab yang
paling baik. Menurut Putranti (2017) penyerapan sediaan bergantung dari
moisture content, di mana sediaan yang memiliki moisture content tinggi akan
cenderung menarik air lebih sedikit. Pada hasil uji yang diperoleh oleh peneliti
antara moisture content dan moisture absorption tidak menunjukkan adanya
keterkaitan, hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengendalian pengacau
seperti suhu dan RH pada desikator, sehingga sulit dikontrol penyerapan airnya.
Analisis Gugus Fungsi dengan Instrumen FT-IR
Analisis ini bertujuan untuk melihat adanya interaksi antara biomaterial
selulosa bakteri dan ekstrak binahong seiring dengan adanya penambahan bahan
tersebut. Apabila ada interaksi maka akan terlihat adanya perbedaan dari spektra
masing-masing sampel sehingga melalui spektra-spektra ini dapat dilakukan
interpretasi gugus fungsi dari masing-masing sampel.
Pada penelitian Gani (2013) ditemukan bahwa selulosa bakteri memiliki
gugus fungsi –OH dan C=O stretching yang muncul pada bilangan gelombang
3441,01 cm-1 dan 1627,92 cm-1 pada hasil interpretasi spektra IR. Menurut
penelitian Veronita et al. (2017) ekstrak daun binahong memiliki gugus fungsi
C=C aromatis. Hasil interpretasi berdasarkan Pongpiachan (2014) pada Tabel III
menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong memiliki gugus fungsi C-H stretch,
C=C aromatis dan C-O stretch. Pada F1, F2 dan F3 ditemukan adanya gugus
fungsi C-H stretch dan C=C aromatis yang menandakan bahwa ketiga formula
tersebut mengandung ekstrak binahong.
Analisis Morfologi Menggunakan Instrumen SEM (Scanning Electrom
Microscopy)
Analisis morfologi ini bertujuan untuk melihat struktur permukaan dan
melintang dari selulosa bakteri, bentuk mikrofibril dari selulosa bakteri, diameter
dari mikrofibril selulosa bakteri maupun struktur permukaan serta melintang dari
selulosa bakteri yang telah diberi penambahan ekstrak binahong. Analisis
morfologi permukaan sampel juga dapat memperkuat perbedaan hasil analisis
sifat fisik secara makroskopis dan organoleptis dari masing-masing sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pada foto permukaan basis dapat terlihat bahwa permukaannya terlihat
tidak merata dan terdapat banyak lekukan. Hal ini pula dapat menyebabkan
tekstur dari sampel menjadi kasar. Selain itu bentuk yang tidak merata dapat
terjadi karena kondisi dari sampel bioselulosa bakteri yang sedikit terlipat
sebelum dianalisis dengan menggunakan instrumen SEM.
(Basis) (F1)
(F2) (F3)
Gambar 2. Foto Permukaan SEM dari Basis, F1, F2, dan F3
Bentuk serat dari selulosa bakteri tidak dapat terlihat dengan jelas karena
perbesaran 500x yang digunakan tidak mampu untuk melihat serat dari selulosa
bakteri. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dari instrumen SEM yang
digunakan. Selain itu jika digunakan perbesaran yang lebih besar lagi maka
gambar yang dihasilkan menjadi sedikit kabur dan tidak jelas, sehingga
diputuskan hanya menggunakan perbesaran 500x, sedangkan untuk dapat melihat
serat-serat mikrofobril pada selulosa bakteri, paling tidak harus digunakan
perbesaran hingga 5000x (Freire et. al., 2011).
Pada Gambar 2 F1, F2, dan F3 terdapat partikel-partikel yang memiliki
beragam ukuran, partikel tersebut merupakan ekstrak binahong yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
terdispersi secara homogen saat melarutkan ekstrak dan merendamnya pada
biomaterial selulosa bakteri. Namun, melalui hal ini dapat dibuktikan pula bahwa
ekstrak binahong dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% ini telah mampu
melapisi biomaterial selulosa bakteri. Apabila gambar F1, F2 dan F3
dibandingkan dengan basis maka dapat diketahui bahwa ekstrak binahong telah
mampu melapisi biomaterial selulosa bakteri pada permukaannya.
Berikut ini Gambar 3 yang merupakan foto melintang SEM dari selulosa
bakteri tanpa ekstrak (basis), penambahan ekstrak binahong 2,5% (F1), ekstrak
binahong 5% (F2), dan ekstrak binahong 7,5% (F3) dengan perbesaran 500x.
(Basis) (F1)
(F2) (F3)
Gambar 3. Foto Melintang SEM dari Basis, F1, F2, dan F3
Berdasarkan foto melintang SEM dari basis, F1, F2 dan F3 dapat terlihat
secara jelas perbedaan ketebalan dari masing-masing sediaan. Pada Gambar 3
basis, F1, F2 dan F3 diukur ketebalannya dari 5 titik yang berbeda dengan
ketebalan rata-rata secara berurutan yaitu 23,86 µm, 68,82 µm, 116,80 µm, dan
135,80 µm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Pada Gambar 3 (F1) dapat terlihat bahwa ketebalannya tidak merata,
menurut Scionti (2010) hal ini dapat disebabkan oleh pembentukan biomaterial
selulosa bakteri yang tidak merata yang dapat disebabkan karena pada proses
fermentasi selulosa yang dihasilkan memiliki perbedaan ketebalan antar pelikel
dan perbedaan ketebalan di dalam pelikel itu sendiri. Pada Gambar 3 dapat
diketahui bahwa ekstrak binahong tidak hanya melapisi di permukaan saja namun
juga masuk dan mengisi rongga-rongga dari biomaterial selulosa bakteri sehingga
mempengaruhi ketebalan masing-masing sediaan. Dapat disimpulkan bahwa
seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak binahong maka ketebalan dari
sediaan juga akan meningkat.
Analisis Sifat Mekanik dengan Uji Tarik
Analisis sifat mekanik bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian
ekstrak binahong terhadap karakterisitik sifat mekanik dari selulosa bakteri. Sifat
mekanik dan kualitas suatu biomaterial dapat ditentukan dari nilai kekuatan tarik
dan persen perpanjangannya. Menurut Iskandar et al. (2010), semakin tinggi
kekuatan tarik dan persen elongasi dari suatu film maka semakin bagus kualitas
dari film tersebut. Persen elongasi ini berbanding lurus dengan kuat tarik suatu
film. Penambahan ekstrak binahong ke dalam biomaterial selulosa bakteri
mempengaruhi kuat tarik dan persen elongasi dari sediaan yang ditunjukkan
dalam hasil statistik yang berbeda bermakna antara basis dengan F1 dan F2,
namun tidak berbeda bermakna antara basis dan F3 (Tabel II). Urutan strain at
Fmax dari yang tertinggi adalah F2>F1>basis> F3. Adanya perbedaan nilai dari
tensile strength dan strain at Fmax antar formula dapat disebabkan oleh sampel
biomaterial selulosa yang kemungkinan memiliki ketebalan yang tidak seragam
karena pada proses fermentasi selulosa yang dihasilkan memiliki perbedaan
ketebalan antar pelikel dan perbedaan ketebalan di dalam pelikel itu sendiri
(Scionti, 2010). Adanya kemungkinan perbedaan ketebalan dari sediaan ini akan
mempengaruhi nilai kuat tarik dan perpanjangan elongasi (strain at F max).
Uji Aktivitas Sediaan Biomaterial Selulosa Bakteri Ekstrak Binahong
Dilakukan pengamatan terhadap subjek uji mencit setiap hari selama 14
hari untuk memantau penutupan luka dengan mengambil gambar luka mencit dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dihitung persen penutupan luka menggunakan software Image J. Pada hari ke 14
dipilih salah satu mencit dari tiap perlakuan untuk kemudian kulit mencit diambil
untuk diuji histopatologi.
Uji aktivitas bertujuan untuk mengetahui aktivitas penyembuhan luka
diabetes yang diberi sediaan biomaterial selulosa bakteri ekstrak binahong dengan
konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5%. Menurut penelitian El-hoseny et al. (2015)
matriks ekstraseluler dari selulosa bakteri dapat menggantikan kerusakan matriks
ekstraseluler serta menstimulasi tubuh untuk memproduksi kolagen sehingga
dapat mempercepat mekanisme penyembuhan luka. Menurut Istyastono and
Yuliani (2016) ekstrak daun binahong mengandung asam ursolat yang memiliki
efek antiinflamasi dan kemopreventif melalui penghambatan siklooksigenase-2
(COX-2) sehingga menghambat sintesis prostaglandin yang akan menghambat
aktivitas MMP-9 yang diinduksi oleh prostaglandin E2 (PGE2) (Yen et al., 2008,
Mclennan et al., 2008). Penghambatan aktivitas MMP akan menyebabkan
degradasi matriks ekstraseluler berkurang sehingga akan mempercepat
penyembuhan luka (Hariono et al., 2018).
Tabel IV. Hasil Uji Aktivitas Sediaan
Perlakuan luka % Wound Closure hari ke-14
Mencit normal Mencit diabetes
Kontrol (tanpa diberi
sediaan) 98,58 ± 0,0129 92,77 ± 0,0267*
Basis 99,22 ± 0,0136 98,20 ± 0,0172
F1 100,00 ± 0,0000 98,29± 0,00178*
F2 100,00 ± 0,0000 100,00 ± 0,0000
F3 100,00 ± 0,0000 100,00 ± 0,0000
Keterangan: *=hasil uji statistik t-test kecepatan penyembuhan luka berbeda
bermakna (p-value<0,05)
Berdasarkan hasil statistik uji t dua sampel berpasangan diketahui bahwa
kecepatan penutupan luka mencit normal dan diabetes dengan pemberian basis,
F2 dan F3 menunjukkan tidak adanya perbedaan (Tabel IV), yang berarti bahwa
kecepatan penutupan luka mencit normal dan diabetes sama ketika diberikan
basis, F2, dan F3. Pada analisis statistik dalam kelompok mencit diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
didapatkan hasil bahwa rata-rata kecepatan penutupan luka dengan pemberian F2
dan F3 lebih cepat jika dibandingkan dengan basis dan F1.
Uji Histopatologi
Menurut Mclennan et al. (2008) kadar glukosa yang tinggi pada
penderita diabetes meningkatkan jumlah MMP-9. Matrix metalloproteinases tipe
9 (MMP-9) merupakan gelatinase atau kolagenase tipe IV yang dapat
mendegradasi kolagen amorf dan fibronectin (Enoch and Leaper, 2007). Kadar
gula yang tinggi secara tidak langsung akan mempengaruhi MMPs dengan
pembentukan Advanced Glycation End Products (AGEs) yang akan terakumulasi
selama kondisi hiperglikemia yang berkepanjangan. Jalur tersebut dapat
mempengaruhi penyembuhan luka dengan meningkatkan inflamasi dan dengan
demikian mempengaruhi remodelling matriks ekstraseluler. Kadar gula yang
tinggi akan meningkatkan MMP-9 yang terlibat dalam beberapa aksi proinflamasi.
Aksi MMP-9 akan meningkatkan aktivitas sitokin dan memungkinkan terjadinya
respon inflamasi. Oleh sebab itu, waktu dari respon inflamasi akan terpengaruhi
yang membawa pada penyembuhan luka yang buruk (Mclennan et al., 2008).
Berdasarkan penelitian Istyastono and Yuliani (2016) kandungan asam
ursolat dalam ekstrak daun binahong diketahui memiliki efek antiinflamasi dan
kemopreventif melalui penghambatan siklooksigenase-2 (COX-2) sehingga
menghambat sintesis prostaglandin. Sintesis prostaglandin yang terganggu dapat
menurunkan aktivitas enzim matrix metalloproteinases 9 (Yen et al., 2008).
Menurut Divadi and Yuliani (2015) kandungan flavonoid dan asam askorbat pada
ekstrak daun binahong memiliki aktivitas pembentukan kolagen dan percepatan
epitelisasi yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Tabel V. Interpretasi Hasil Uji Histopatologi
Mencit normal Mencit diabetes
Kontrol kulit terlihat normal dan tidak terlihat
bekas luka biopsy.
% Wound Closure Hari Ke-14 : 98,58 ±
0,0129*
Epithelisasi belum menutup seluruh area luka
(4), kolagen padat sudah terbentuk (3), infiltrasi
sel radang polimofonuklear tidak terlihat,
angiogenesis (1), hal ini menunjukkan bahwa
luka berada dalam fase proliferasi awal
penyembuhan luka.
% Wound Closure Hari Ke-14 : 92,77 ±
0,0267
Penyembuhan secara mikroskopis : berbeda
Basis kulit terlihat normal dan tidak tampak
bekas luka biopsy, hal ini menunjukkan bahwa
luka berada dalam fase proliferasi.
% Wound Closure Hari Ke-14 : 99,22 ±
0,0136
Basis Epithelisasi telah menutup seluruh area
luka (4), kolagen padat sudah terbentuk (3),
infiltrasi sel radang polimofonuklear tidak
terlihat, angiogenesis (2), hal ini menunjukkan
bahwa luka berada dalam fase proliferasi.
% Wound Closure Hari Ke-14 : 98,20 ±
0,0172
Penyembuhan secara mikroskopis : tidak berbeda
F1 Epithelisasi telah menutup seluruh area luka
(4), kolagen padat sudah terbentuk (4),
infiltrasi sel radang polimofonuklear tidak
terlihat, angiogenesis (1) hal ini menunjukkan
bahwa luka berada dalam fase proliferasi.
% Wound Closure Hari Ke-14 : 100,00 ±
0,0000*
F1 Epithelisasi belum menutup seluruh area
luka (3), kolagen padat sudah terbentuk (2),
infiltrasi sel radang polimofonuklear tidak
terlihat, angiogenesis (2) hal ini menunjukkan
bahwa luka berada dalam fase awal proliferasi.
% Wound Closure Hari Ke-14 : 98,29±
0,00178
Penyembuhan secara mikroskopis : berbeda
F2 Tidak terlihat area bekas biopsy. Terlihat
F2 Epitelisasi telah menutup seluruh area luka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
adanya dermal cyst yang berasal dari kelenjar,
ephitelisasi telah menutup seluruh area luka
(4), kolagen padat (3), infiltrasi sel radang
polimorfonuklear (PMN) tidak terlihat (0),
Angiogenesis (1), hal ini menunjukkan bahwa
luka berada dalam fase proliferasi.
% Wound Closure Hari Ke-14 : 100,00 ±
0,0000
(4), kolagen padat (3), infiltrasi sel radang
polimorfonuklear (PMN) tidak terlihat (0),
Angiogenesis (1), hal ini menunjukkan bahwa
luka berada dalam fase proliferasi.
% Wound Closure Hari Ke-14 : 100,00 ±
0,0000
Penyembuhan secara mikroskopis : tidak berbeda
F3 Ephitelisasi belum menutup seluruh area
luka (3). Kolagen padat (3), infiltrasi PMN
tidak terlihat (0), Angiogenesis (1), hal ini
menunjukkan bahwa luka berada dalam fase
proliferasi.
% Wound Closure Hari Ke-14 : 100,00 ±
0,0000
F3 Tidak terdapat area bekas biopsy, namun
terlihat akumulasi hancuran sel radang
bercampur massa homogen eosinofilik disertai
infiltrasi neutrophil dan limfosit di subkutis hal
ini menunjukkan bahwa penyembuhan luka
masih berada pada tahap inflamasi akhir.
% Wound Closure Hari Ke-14 : 100,00 ±
0,0000
Penyembuhan secara mikroskopis : berbeda
Keterangan: *=hasil uji statistik t-test kecepatan penyembuhan luka berbeda
bermakna (p-value<0,05)
Pada pengamatan mikroskopis dengan histopatologi dapat diketahui
bahwa pada pemberian F1 mencit diabetes epitelisasi belum menutup seluruh area
luka, sedangkan pada F2 dan F3 dapat diketahui bahwa epitelisasi telah menutup
seluruh area luka. Apabila dibandingkan antara F2 dan F3 dapat diketahui bahwa
fase penyembuhan luka berada dalam tahap yang berbeda, dimana F2 telah berada
pada tahap proliferasi sedangkan F3 berada pada tahap inflamasi akhir yang
ditandai dengan adanya akumulasi hancuran sel radang bercampur massa
homogen eosinofilik disertai infiltrasi neutrofil dan limfosit di subkutis. Formula
3 yang mengandung ekstrak binahong dengan konsentrasi 7,5% diduga memiliki
potensi iritasi, dimana menurut menurut Yuliani (2013) sampai kadar 5% ekstrak
tidak memiliki sifat iritasi. Iritasi merupakan fenomena inflamasi yang terjadi di
kulit yang disebabkan senyawa asing. Apabila ada senyawa yang mengiritasi kulit
pada tempat luka, maka akan memperpanjang waktu pengeluaran pro-
inflammatory cytokines, ketika hal ini terjadi maka fase inflamasi akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
diperpanjang yang berakibat meningkatnya level Matrix Metalloproteases
(MMPs) (Yuliani, 2013).
Berdasarkan pengamatan mikroskopis hasil menunjukkan bahwa F2
dapat menyembuhkan luka mencit normal dan diabetes lebih baik dibandingkan
F1, F3, dan basis. Dapat diketahui bahwa pemberian sediaan F2 dapat
menyembuhkan luka dengan lebih baik pada mencit normal dan diabetes,
dibuktikan dengan hasil pembacaan yang menunjukkan bahwa epitelisasi telah
menutup seluruh area luka (4), kolagen padat (3), infiltrasi sel radang
polimorfonuklear (PMN) tidak terlihat (0), angiogenesis (1), dimana hal ini
menunjukkan bahwa luka berada dalam fase proliferasi (Tabel IV).
Formula 2 merupakan biomaterial selulosa yang direndam dengan
ekstrak binahong 5%, menurut Yuliani (2013) sampai kadar 5% ekstrak tidak
memiliki sifat iritasi. Hasil ini menunjukkan bahwa sediaan F2 telah mampu
mempercepat penyembuhan luka pada mencit diabetes sehingga penyembuhannya
sama dengan mencit normal.
Peningkatan konsentrasi ekstrak binahong dalam sediaan biomaterial
selulosa bakteri (Acetobacter xylinum) terbukti memiliki karakteristik yang
berbeda dengan basis sediaan. Perbedaan karakteristik antara basis dan sediaan
dapat terlihat dari sifat fisika, sifat mekanik, dan morfologi dari sediaan. Formula
2 (F2) dipilih sebagai formula optimal karena merupakan sediaan yang memiliki
CV keseragaman bobot 1,86% sehingga setiap sediaan memiliki kandungan atau
jumlah ekstrak yang sama. pH larutan sediaan 5,3 telah sesuai dengan pH yang
dapat diterima oleh kulit yaitu 4-7, apabila pH kurang atau lebih dari range yang
telah ditetapkan, dikhawatirkan sediaan dapat mengiritasi luka sehingga dapat
memperparah kondisi luka. Nilai persentase moisture content 2,21% memiliki
pengaruh terhadap kemampuan sediaan dalam menyediakan kondisi lembab bagi
luka dan nilai moisture absorption 22,09% merupakan nilai terbesar diantara
formula, moisture absorption merupakan kemampuan sediaan dalam menarik
eksudat yang terdapat pada luka. Tensile strength 7,51 MPa dan strain at F max
19,53% yang menandakan bahwa sediaan memiliki fleksibilitas yang baik ketika
diaplikasikan di area luka; sediaan yang dihasilkan oleh F2 steril sehingga aman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
digunakan untuk luka penderita diabetes; berwarna hijau dan halus; ketebalan
rata-rata 116,80 µm; terdapat ekstrak binahong pada sediaan yang ditunjukkan
dengan hasil foto SEM dan analisis gugus fungsi dengan FT-IR yang
menunjukkan adanya gugus C-H stretch dan C=C aromatis; dan uji aktivitas serta
histopatologi yang menunjukkan sediaan dapat mempercepat penyembuhan luka
diabetes menjadi sama dengan luka normal.
KESIMPULAN
Peningkatan konsentrasi ekstrak binahong dapat memberikan pengaruh
terhadap sifat fisika sediaan. Konsentrasi ekstrak binahong (Anredera cordifolia)
yang paling optimal dalam sediaan biomaterial selulosa bakteri (Acetobacter
xylinum) sebagai penutp luka diabetes adalah formula 2 (F2).
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan pengecekan
RH pada penggunan desikator dalam uji moisture content sehingga didapatkan
pengkondisian yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
DAFTAR PUSTAKA
Divadi, A. and Yuliani, S.H., 2015. Pembuatan dan Uji Aktivitas Sediaan Gel
Scarless Wound dengan Ekstrak Binahong dan Zat Aktif Piroxicam. Jurnal
Farmasi dan Sains Komunitas, 12 (2), 41–47.
El-hoseny, S.M., Basmaji, P., Olyveira, G.M. De, Maria, L., Costa, M., Alwahedi,
A.M., Domingos, J., and Francozo, G.B., 2015. Natural ECM-Bacterial
Cellulose Wound Healing — Dubai Study. Journal of Biomaterials and
Nanobiotechnology, (October), 237–246.
Enoch, S. and Leaper, D.J., 2007. Basic science of wound healing. Surgery, 26
(2), 31–37.
Freire, C. S. R., Silvestre, A. J. D., Gandini, A. and Neto, C.P., 2011, New
materials from cellulose fibers. A contribution to the implementation
of the integrated biorefinery concept, O PAPEL, 72, 9,
91–96.
Gani, M.R., 2013. Pegaruh Pemberian Bioselulosa Bakteri Acetobacter xylinum
dari Limbah Ketela Rambat (Ipomoea batatas Poir) dengan Penambahan
Chitosan sebagai Material Penutup Luka pada Tikus Galur Wistar Jantan.
Skripsi Universitas Sanata Dharma, 146.
Guo, J. and Catchmark, J.M., 2012. Surface area and porosity of acid hydrolyzed
cellulose nanowhiskers and cellulose produced by Gluconacetobacter
xylinus. Carbohydrate Polymers, 87 (2), 1026–1037.
Hamed, S., Bennett, C.L., Demiot, C., Ullmann, Y., Teot, L., and Desmoulière,
A., 2013. Erythropoietin , a novel repurposed drug : An innovative treatment
for wound healing in patients with diabetes mellitus. Wound Repair and
Regeneration, 23–33.
Hariono, M., Yuliani, S.H., Istyastono, E.P., Riswanto, F.D.O., and Adhipandito,
C.F., 2018. Matrix metalloproteinase 9 ( MMP9 ) in wound healing of
diabetic foot ulcer : Molecular target and structure-based drug design.
Wound Medicine. Elsevier B.V.
Iskandar, M.Z., Mulyati, S., Fathanah, U., Sari, I., and Juchairawati, 2010.
Pembuatan Film Selulosa dari Nata de Pina. Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan, 7 (3), 105–111.
Istyastono, E.P. and Yuliani, S.H., 2016. Scarless wound healing gel with
Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) leaves extract and celecoxib as
the active ingredients. AIP Conference Proceedings, 1755, 1–6.
Kurniawan, B., Carolia, N., and Pheilia, A., 2014. The Effectiveness Of Binahong
Leaf Extract (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) and Mefenamic acid as
Anti Inflammation to White Male Rat Induced By Karagenin. Jurnal
Kedokteran Universitas Lampung, 4 (8), 151–157.
Leung, P.C., 2007. Diabetic foot ulcers - a comprehensive review. The Surgeon, 5
(4), 219–231.
Mahardika, I.H., 2017. Optimasi Konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose
(HPMC) Sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing
dengan Bahan Aktif Ibuprofen. Skripsi Universitas Sanata Dharma, 1–127.
Mclennan, S., Min, D., and Yue, D., 2008. Matrix metalloproteinases and their
roles in poor wound healing in diabetes. Wound Practice and Research, 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(3), 116–121.
Mihardja, L., Soetrisno, U., and Soegondo, S., 2014. Prevalence and clinical
profile of diabetes mellitus in productive aged urban Indonesians. Journal of
Diabetes Investigation, 5 (5), 507–512.
Mutiara PI, G., Nurdiana, and Utami, Y.W., 2015. The Effectiveness of Binahong
Hydrogel ( Anredera cordifolia ( Ten ) Steenis ) to Reduce Macrophages
Number in Proliferation Phase of Wound on Hyperglycemia Rats ( Rattus
norvegicus ) Wistar Strain glukosa . Hiperglikemia biasanya disebabkan
yang dijumpai. Jurnal Kesehatan FKUB, 2, 29–40.
Patricia, P. and Yuliani, S.H., 2015. Pembuatan dan Uji Aktivitas Sediaan Gel
Scarless Wound dengan Ekstrak Binahong dan Zat Aktif Ibuprofen. Jurnal
Farmasi dan Sains Komunitas, 12 (2), 54–60.
Pharmacopoeia, B., 2009. British Pharmacopoeia Addendum. London: Her
Majesty’s Stationery Office.
Pongpiachan, S., 2014. FTIR Spectra of Organic Functional Group Composition
in PM Collected at Chiang-Mai City, Thailand during the Haze Episode in
March 2012. Journal of Applied Sciences, 14 (22), 2967–2977.
Putranti, B.F., 2017. Optimasi Konsentrasi Polivinil Pirolidon K-30 (PVP K-30)
Sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing dengan Zat
Aktif Piroksikam. Skripsi Universitas Sanata Dharma, 1–20.
Scionti, G., 2010. Mechanical Properties of Bacterial Cellulose Implants
Mechanical Properties of Bacterial Cellulose Implants. Thesis Chalmers
University of Technology Sweden, 31–34.
Shirsand, S., Ladhane, G., Prathap, S., and Prakash, P., 2012. Design and
evaluation of matrix transdermal patches of meloxicam. RGUHS J Pharm
Sci, 2, 58–65.
Toshkhani, S., Shilakari, G., and Asthana, A., 2013. Advancements in wound
healing biodegradable dermal patch formulation designing Advancements in
Wound Healing Biodegradable Dermal Patch Formulation Designing. Inventi
Rapid: Pharm Tech, 2013 (3).
Veronita, F., Wijayati, N., and Mursiti, S., 2017. Isolasi dan Uji Aktivitas
Antibakteri Daun Binahong serta Aplikasinya sebagai Hand Sanitizer.
Indonesian Journal of Chemical Science, 6 (2).
Xu, R., Xia, H., He, W., Li, Z., Zhao, J., Liu, B., and Wang, Y., 2016. Controlled
water vapor transmission rate promotes wound-healing via wound re-
epithelialization and contraction enhancement. Nature Scientific Reports,
(April), 1–12.
Yen, J., Khayrullina, T., and Ganea, D., 2008. PGE2-induced metalloproteinase-9
is essential for dendritic cell migration. Blood Journal, 111 (1), 260–271.
Yuliani, S.H., 2013. Uji Penyembuhan Luka dan Potensi Iritasi Ekstrak Etanol
Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis). Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 11 (1), 83–88.
Yuliani, S.H., Fudholi, A., Pramono, S., and Marchaban, 2012. The Effect of
Formula to Physical Properties of Wound Healing Gel of Ethanolic Extract
of Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis). International Journal of
Pharmaceutical Sciences and Research, 3 (11), 4254–4259.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 2. Data Pembuatan Biomaterial Selulosa Bakteri Ekstrak Binahong
2.1 Hasil perhitungan konsentrasi NaOH dan HCl yang digunakan
NaOH 3%
Hasil Penimbangan : 3,00 gram
Pelarut yang digunakan = 100 mL aquadest
Konsentrasi = massa/volume
Konsentrasi = 3,00 gram/100 mL
Konsentrasi = 0,03 gram/mL = 3 %
HCl 3%
C1x V1= C2xV2
37% x V1= 3% x 100 mL
V1= 8,11 mL
Volume HCl yang diambil 8,11 mL dari HCl 37 % lalu di ad dalam 100 mL
aquadest.
2.2 Hasil perhitungan ekstrak binahong dengan konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5%
Hasil Penimbangan
Serbuk Kering Daun
Binahong
50 gram
Pelarut yang digunakan 500 mL etanol 96%
Volume setelah
terkonsentrasi hingga 25% 125 mL
2.3 Hasil Penimbangan Sediaan dalam Proses Pembuatan Sediaan Biomaterial
Selulosa Bakteri Ekstrak Binahong
F1 (g) F2 (g) F3 (g)
No. Petri 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Sebelum
Direndam 36,546 37,571 39,583 36,5 36,147 36,565 35,103 35,11 36,065
Setelah
Direndam
Ekstrak
39,331 41,689 40,063 38,2
1 37,57 37,33 41,25
40,33
8 36,700
Setelah
Pengeringan 0,699 0,905 0,877 0,93 0,739 0,832 0,85 0,928 0,802
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.4 Hasil Sediaan
(F1) (F2) (F3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 3. Data Hasil Uji Sterilitas Sediaan Biomaterial Selulosa Bakteri
Ekstrak Binahong
a b
c d
e f
Hasil Uji Sterilitas :
(a);(b);(c) Basis= steril; (d)F1=steril; (e)F2=steril; (f)F3=steril
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 4. Data Hasil Uji Sifat Fisik Sediaan Biomaterial Selulosa Bakteri
Ekstrak Binahong
4.1 Uji Organoleptis
Basis Formula 1 Formula 2 Formula 3
Warna Putih keruh Hijau muda Hijau Hijau tua
Kehalusan Halus Halus Halus Halus
Keterangan
lain Kering, rapuh Kering, keras Kering, keras Kering, keras
4.2 Uji Keseragaman Bobot
Replikasi Basis Ekstrak 2,5% (g) Ekstrak 5% (g) Ekstrak 7,5%
(g)
1 0,0029 0,0113 0,0124 0,012
2 0,0030 0,0117 0,0125 0,0124
3 0,0028 0,0115 0,0120 0,0118
4 0,0027 0,0116 0,0126 0,0119
5 0,0028 0,0120 0,0123 0,0118
6 0,0030 0,0114 0,0127 0,0121
7 0,0030 0,0114 0,0126 0,0124
8 0,0029 0,0116 0,0124 0,012
9 0,0030 0,0115 0,0123 0,0121
10 0,0029 0,0115 0,0128 0,0124
0,0029 0,0116 0,0125 0,0121
SD 0,0001 0,0002 0,0002 0,0002
CV 3,635% 1,695% 1,861% 1,967%
4.3 Uji pH Larutan Sediaan
Replikasi Formula 1 Formula 2 Formula 3 Basis
1 5,9 5,3 5,2 5,8
2 5,8 5,2 5,2 5,8
3 5,8 5,3 5,1 5,9
5,833333333 5,266666667 5,166666667 5,833333333
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
4.4 Uji Moisture Content
Formula Bobot Awal
(g)
Bobot Akhir
(g)
% Moisture
Content
BASIS
R1 0,0029 0,0026 11,5385%
12,9744% R2 0,0030 0,0026 15,3846%
R3 0,0028 0,0025 12,0000%
F1
R1 0,0117 0,0112 4,4643%
3,5714% R2 0,0115 0,0112 2,6786%
R3 0,0116 0,0112 3,5714%
F2
R1 0,0124 0,0121 2,4793%
2,2111% R2 0,0125 0,0122 2,4590%
R3 0,012 0,0118 1,6949%
F3
R1 0,0119 0,0125 4,8000%
3,2529% R2 0,0118 0,0121 2,4793%
R3 0,0118 0,0121 2,4793%
4.5 Uji Moisture Absorption
Formula Bobot Awal
(g)
Bobot Akhir
(g)
% Moisture
Absorption
BASIS
R1 0,0025 0,0021 16,0000%
17,6349% R2 0,0036 0,0033 8,3333%
R3 0,0021 0,0027 28,5714%
F1
R1 0,0114 0,0118 3,5088%
3,2062% R2 0,0114 0,0117 2,6316%
R3 0,0115 0,0119 3,4783%
F2
R1 0,0123 0,0149 21,1382%
22,0909% R2 0,0124 0,015 20,9677%
R3 0,012 0,0149 24,1667%
F3
R1 0,0124 0,0138 11,2903%
9,2731% R2 0,0121 0,0131 8,2645%
R3 0,0121 0,0131 8,2645%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
4.6 Hasil Spektra IR Sampel
4.6.1 Basis
4.6.2 Ekstrak Binahong 2,5%
4.6.3 Ekstrak Binahong 5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
4.6.4 Ekstrak Binahong 7,5%
4.6.5 F1
4.6.6 F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
4.6.7 F3
4.7 Analisis Morfologi dengan SEM
4.7.1. Hasil foto permukaan sediaan
(Basis) (F1)
(F2) (F3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4.7.2. Hasil foto melintang sediaan
(Basis) (F1)
(F2) (F3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
4.8 Analisis Sifat Mekanik dengan Uji Tarik
4.8.1 Basis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
4.8.2 F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
4.8.3 F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
4.8.4 F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 5. Data Prakondisi Mencit
Data Penimbangan Aloksan 10%
Kertas Perkamen 0,324 gram
Perkamen + isi 2,824 gram
Bobot aloksan 2,50 gram
Hasil perhitungan konsentrasi Aloksan 10% yang digunakan :
Hasil Penimbangan : 2,50 gram
Pelarut yang digunakan = 25 mL Water for Injection
Konsentrasi = massa/volume
Konsentrasi = 2,50 gram/25 mL
Konsentrasi = 0,1 gram/mL = 10 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 6. Data Hasil Uji Aktivitas Sediaan Biomaterial Selulosa Bakteri Ekstrak Binahong
a. Data (%) Wound Closure mencit diabetes
Hari
ke-
Tanpa Perlakuan BASIS F1 F2 F3
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 4,73 2,20 5,85 7,61 10,00 7,96 12,35 15,02 18,23 31,11 18,81 34,80 21,16 28,76 15,55
2 13,07 8,10 9,46 22,18 17,88 18,57 16,91 19,95 21,40 43,02 19,40 44,72 26,00 29,80 24,09
3 22,36 18,08 16,77 33,99 29,40 27,32 24,28 21,94 23,11 56,14 20,96 63,91 37,19 35,09 44,39
4 30,97 26,51 26,09 41,01 39,52 37,33 42,99 26,21 32,80 60,62 25,80 67,68 38,26 37,55 50,79
5 35,50 30,70 36,47 54,00 44,11 40,42 27,08 29,87 34,30 62,18 34,23 71,73 46,67 40,75 61,02
6 44,09 37,22 44,14 59,14 47,09 47,20 37,18 36,81 41,65 67,93 55,57 80,56 52,44 46,50 66,88
7 51,08 42,57 53,49 60,50 54,89 56,08 42,26 43,51 43,32 74,55 57,14 84,77 56,43 53,48 72,30
8 61,46 48,92 62,62 64,24 59,75 67,30 44,45 48,08 54,64 79,62 69,99 88,59 72,43 56,39 75,26
9 69,64 56,97 73,79 70,89 64,03 70,25 58,45 50,30 55,60 88,95 74,80 92,34 89,11 68,08 78,37
10 77,28 66,19 79,98 72,03 77,06 73,20 65,37 57,23 62,93 90,15 80,98 95,03 92,25 74,53 80,24
11 82,40 72,77 85,94 81,15 83,24 79,56 66,11 67,90 71,42 97,05 90,95 95,87 95,91 83,46 80,72
12 88,00 80,08 90,19 88,42 90,89 88,26 78,45 78,21 91,28 98,36 97,29 100 98,72 92,09 92,42
13 91,29 87,69 90,94 90,60 96,08 94,32 86,68 86,92 98,14 100 100 100 100 94,96 100
14 94,35 89,70 94,27 96,56 100 98,05 98,17 98,17 98,55 100 100 100 100 100 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b. Data (%) Wound Closure mencit normal (tidak diabetes)
Hari
ke-
Tanpa Perlakuan BASIS F1 F2 F3
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 12,62 10,22 16,19 13,13 10,48 12,99 33,76 12,45 36,25 14,03 16,74 16,10 13,42 17,68 11,80
2 18,78 21,97 21,78 19,33 18,80 17,29 36,04 27,90 41,67 32,45 22,17 37,57 15,65 22,62 13,56
3 29,67 32,33 33,52 26,30 28,33 30,29 42,45 45,36 59,17 46,72 47,57 58,32 17,06 38,77 17,24
4 38,44 33,97 40,47 34,03 38,45 38,10 58,85 57,52 67,79 64,84 58,07 76,14 36,77 47,13 33,05
5 47,07 36,43 57,45 41,58 44,10 44,49 67,76 64,08 77,08 81,17 81,87 79,70 65,27 51,35 57,44
6 51,53 48,53 65,20 43,63 51,44 55,38 72,15 71,86 88,08 87,53 83,44 82,07 66,70 69,67 67,73
7 54,48 55,47 75,81 46,20 52,39 59,48 81,62 78,76 89,44 84,77 83,11 87,39 71,17 75,19 78,30
8 67,50 69,61 81,52 49,24 55,60 66,25 84,39 87,68 90,68 86,05 85,02 91,61 77,50 80,94 81,17
9 72,69 77,73 88,62 55,08 63,18 72,97 91,22 95,65 93,92 90,65 90,59 93,46 88,71 81,52 83,11
10 79,87 83,18 93,75 63,28 67,21 77,69 98,22 95,32 94,42 91,20 92,20 98,42 93,38 82,84 89,76
11 86,89 88,73 95,22 71,46 80,98 82,65 98,45 97,65 98,28 92,97 100 99,67 94,52 84,05 94,93
12 91,64 92,42 96,15 85,84 88,30 89,39 98,57 100 99,32 100 100 99,80 94,76 88,82 96,34
13 95,16 96,56 98,00 92,57 94,50 95,49 100 100 100 100 100 100 95,79 97,25 100
14 97,47 98,26 100 97,65 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Penelitian
7.1 Uji Statistik Keseragaman Bobot
a. Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
c. Uji ANAVA
d. Uji Post-Hoc
Kelompok 1 Kelompok 2 P value Hasil
F1 B 0.00 Berbeda
F2 B 0.00 Berbeda
F3 B 0.00 Berbeda
F2 F1 0.00 Berbeda
F3 F1 0.0000036 Berbeda
F3 F2 0.0011022 Berbeda
7.2 Uji Statistik Persentase Moisture Content
a. Uji Normalitas pearson chi-square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
b. Uji Homogenitas
c. Uji ANAVA
d. Uji Post-Hoc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
7.3 Uji Statistik Persentase Moisture Absorption
e. Uji Normalitas pearson chi-square
f. Uji Homogenitas Levene Test
g. Uji Kruskal Wallis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
h. Uji Post-Hoc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kelompok 1 Kelompok 2 P value Hasil
F1 B 0,134 Tidak Berbeda
F2 B 0,5305 Tidak Berbeda
F3 B 0,2908 Tidak Berbeda
F2 F1 0,02004 Berbeda
F3 F1 0,0000439 Berbeda
F3 F2 0,0009031 Berbeda
7.4 Hasil Uji Statistik %Strain at Fmax
a. Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Uji Homogenitas
c. Uji ANAVA
P-value di bawah 0,05 ada perbedaan yang signifikan
Kelompok 1 Kelompok 2 P value Hasil
F1 B 0.0000000 Berbeda
F2 B 0.0000000 Berbeda
F3 B 0.6389602 Tidak Berbeda
F2 F1 0.5001896 Tidak Berbeda
F3 F1 0.0000000 Berbeda
F3 F2 0.0000000 Berbeda
7.5 Hasil Uji Statistik Tensile Strength
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
a. Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
c. Uji ANAVA
P-value di bawah 0,05 ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
d. Uji Post-Hoc
Kelompok 1 Kelompok 2 P value Hasil
F1 B 0.0000273 Berbeda
F2 B 0.0000195 Berbeda
F3 B 0.9118831 Tidak Berbeda
F2 F1 0.9615253 Tidak Berbeda
F3 F1 0.0000439 Berbeda
F3 F2 0.0000309 Berbeda
7.6 Uji statistik Kruskal Wallis kecepatan penyembuhan luka mencit
7.6.1. Mencit Diabetes
Uji normalitas pearson chi-square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Uji Homogenitas Levene’s Test
Uji Kruskall Wallis
Uji Post Hoc
a. TP vs B
Rata-rata wound closure TP tidak berbeda bermakna dengan B
p-value=0,3859
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
b. TP vs F1
Rata-rata penyembuhan TP dengan F1 tidak berbeda bermakna
p-value=0,5515
c. TP vs F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Rata-rata penyembuhan luka diabetes TP dan F2 berbeda bermakna yang berarti
F2 memiliki penyembuhan yang lebih cepat
p-value=0,008565
d. TP vs F3
Rata-rata penyembuhan luka TP dan F3 tidak berbeda bermakna
p-value=0,09097
e. B vs F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Rata-rata penyembuhan luka Basis dan F1 tidak berbeda bermakna
p-value= 0,2114
f. B vs F2
Rata-rata wound closure basis dan F2 berbeda bermakna
p-value=0,0006425
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
g. B vs F3
Rata-rata penyembuhan Basis dan F3 tidak berbeda bermakna
p-value = 0,08757
h. F1 vs F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Rata-rata wound closure F1 dan F2 berbeda bermakna
p-value = 0,01116
i. F1 vs F3
Rata-rata wound closure mencit diabetes dengan pemberian sediaan F1 dan F3
tidak berbeda bermakna (p-value = 0,07148)
j. F2 vs F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Rata-rata wound closure mencit diabetes F2 dan F3 tidak berbeda bermakna.
p-value=0,1461
Analisis Statistik Kruskal Wallis
Mencit Diabetes Nilai P-
value Keterangan
Kelompok 1 Kelompok 2
Tanpa Perlakuan Basis 0,3859 Tidak Berbeda
Tanpa Perlakuan F1 0,5515 Tidak Berbeda
Tanpa Perlakuan F2 0,008565 Berbeda
Tanpa Perlakuan F3 0,09097 Tidak Berbeda
Basis F1 0,2114 Tidak Berbeda
Basis F2 0,000643 Berbeda
Basis F3 0,08757 Tidak Berbeda
F1 F2 0,01116 Berbeda
F1 F3 0,07148 Tidak Berbeda
F2 F3 0,1461 Tidak Berbeda
7.6.2. Mencit normal
Uji normalitas pearson chi-square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Uji Uji Homogenitas Levene’s Test
Uji Kruskall Wallis
Uji Post Hoc
a. TP vs B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Hasil : tidak berbeda bermakna
b. TP VS F1
Hasil : tidak berbeda bermakna
c. TP vs F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Hasil : tidak berbeda bermakna
d. TP vs F3
Hasil : tidak berbeda bermakna
e. B vs F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Hasil : berbeda bermakna
f. B vs F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Hasil : berbeda bermakna
g. B vs F3
Hasil : tidak berbeda bermakna
h. F1 vs F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Hasil : tidak berbeda bermakna
i. F1 vs F3
Hasil : tidak berbeda bermakna
j. F2 vs F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Hasil : tidak berbeda bermakna
Analisis Statistik Kruskal Wallis
Mencit Normal Nilai P-
value Keterangan
Kelompok 1 Kelompok 2
Tanpa Perlakuan Basis 0,05033 Tidak Berbeda
Tanpa Perlakuan F1 0,09039 Tidak Berbeda
Tanpa Perlakuan F2 0,09991 Tidak Berbeda
Tanpa Perlakuan F3 0,8495 Tidak Berbeda
Basis F1 0,01479 Berbeda
Basis F2 0,00501 Berbeda
Basis F3 0,06203 Tidak Berbeda
F1 F2 0,8466 Tidak Berbeda
F1 F3 0,1925 Tidak Berbeda
F2 F3 0,2061 Tidak Berbeda
7.7 Uji statistik T dua sampel berpasangan
7.7.1 Uji Statistika Mencit Tanpa Perlakuan
a. Uji normalitas pearson chi-square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
b. Uji homogenitas data
c. Uji T
Rata-rata wound closure tanpa perlakuan diabetes berbeda dengan rata-rata
wound closure tanpa perlakuan non diabetes
Rata-rata wound closure tanpa perlakuan diabetes < rata-rata wound
closure tanpa perlakuan non diabetes
7.7.2 Uji Statistika Mencit dengan pemberian Basis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
a. Uji normalitas pearson chi-square
b. Uji homogenitas data
c. Uji T
Rata-rata wound closure basis diabetes tidak berbeda dengan rata-rata wound
closure basis non diabetes.
7.7.3 Uji Statistika Mencit dengan pemberian F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
a. Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
c. Uji T-berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Hasil : berbeda bermakna
7.7.4 Uji statistik dengan pemberian F2
a. Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
c. Uji T-berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Hasil : penyembuhan tidak berbeda bermakna
7.7.5 Uji Statistik Pemberian F3
a. Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
c. Uji T berpasangan
Hasil : tidak berbeda bermakna
Analisis Statistik Uji T dua sampel
berpasangan Nilai P-
value Keterangan
Mencit Normal Mencit Diabetes
Tanpa Perlakuan Tanpa Perlakuan 0,01369 Berbeda
Basis Basis 0,46870 Tidak Berbeda
F1 F1 0,02996 Berbeda
F2 F2 0,18910 Tidak Berbeda
F3 F3 0,61300 Tidak Berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 8. Hasil Uji Histopatologi
8.1. Mencit Normal
Tanpa Perlakuan
Basis
F1
F2
F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
8.2. Mencit Diabetes
Tanpa Perlakuan
Basis
F1
F2
F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Optimasi
Konsentrasi Ekstrak Binahong dalam Sediaan
Biomaterial Selulosa Bakteri Acetobacter xylinum
Sebagai Material Penutup Luka Diabetes” memiliki
nama lengkap Maria Ines Habsari. Dilahirkan di Curup
Provinsi Bengkulu pada tanggal 10 November 1996 dari
pasangan Bapak M. Suhadi Kusno dan Ibu Cornelia
Indah Isa Siniwi. Penulis merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara. Penulis telah menyelesaikan
pendidikan di TK Indriyasana Baciro pada tahun 2002 hingga 2003, lalu
melanjutkan pendidikan di SD Joannes Bosco pada tahun 2003 hingga 2009.
Penulis menempuh sekolah menengah pertama di SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta pada tahun 2009 hingga 2012, kemudian melanjutkan ke tingkat
menengah atas dengan mengambil kelas akselerasi di SMA Negeri 8 Yogyakarta
pada tahun 2012 hingga 2014. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2014 hingga 2018. Selama
menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis
cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, dan kepanitiaan baik di lingkungan
kampus maupun di luar kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI