Upload
ririafitriani
View
120
Download
30
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pola operasi sulselrabar
Citation preview
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
OPTIMALISASI POLA OPERASI
SISTEM TENAGA LISTRIK SULSELBAR Oleh: Muhammad Tahir Rasyid
*)
1. LATAR BELAKANG
Sistem tenaga listrik Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sistem Sulselbar)
merupakan sistem terbesar ke-3 di Indonesia setelah sistem Jawa-Madura-Bali dan
sistem Sumatera.
Sistem Sulselbar saat ini merupakan barometer perkembangan sistem tenaga listrik
di Wilayah Indonesia Timur. Beban puncak tertinggi yang pernah dicapai sebesar
777,2MW, dengan jumlah produksi perhari sekitar 13 juta kWh.
Sistem Sulselbar mempunyai karakteristik topografi yang cukup unik, di mana pusat
pembangkit utama non BBM berada di utara sedangkan pusat beban terkonsentrasi
di selatan dengan dominasi pembangkit BBM, sehingga diperlukan evakuasi daya
melalui saluran utama tegangan tinggi (SUTT) yang panjang. Hal ini berdampak
pada besarnya susut transmisi dan jatuh tegangan di Makassar sebagai pusat
beban.
Gambar-1 Peta Topografi Sistem Sulselbar
262MW
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
Optimalisasi Pola Operasi Sistem Sulselbar 2
Persentase fuel mix sebesar 3,0% dan susut transmisi 2,82% adalah target kinerja
PLN AP2B Sistem Sulselrabar Tahun 2013 yang terkait dengan optimalisasi operasi
sistem.
Untuk mencapai target tersebut, diperlukan strategi operasi dengan membuat kajian
dan simulasi pada beberapa kondisi sistem, agar diperoleh pola operasi dengan
komposisi pembangkit dan biaya operasi yang optimum.
2. BATASAN MASALAH
Simulasi aliran daya dilakukan pada kondisi sistem normal dengan fokus utama pada
susut transmisi, profil tegangan, fuel mix dan biaya energi (komponen C & D).
Simulasi dilakukan dalam beberapa kondisi, dengan data pendukung dan asumsi
sebagai berikut :
a. Data beban puncak Sistem Tanggal 27 Maret 2013 Jam 19.00;
b. Data pembebanan pembangkit hidro bulan September 2012;
c. Pembangkit yang terhubung di jaringan 20kV tidak diperhitungkan, kecuali
PLTA Bili-bili dan Tangka Manipi;
d. Tegangan pada slack bus dipertahankan 1,0 pu;
e. Parameter pengukuran masih dalam range yang ditentukan;
f. Semua kapasitor shunt posisi menutup dan reaktor shunt terbuka.
Gambar-2: Model SLD Sistem Sulselbar
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
Optimalisasi Pola Operasi Sistem Sulselbar 3
Simulasi dilakukan menggunakan software DIgSILENT v.14, dengan data-data sistem
dan pemodelan yang sudah dibuat oleh Tim Defense Scheme sistem Sulselbar.
3. KOMPOSISI PEMBANGKIT
Untuk mendapatkan gambaran beberapa kondisi sistem, maka dilakukan simulasi
komposisi pembangkit pada beberapa case, termasuk kondisi real pada saat beban
puncak tertinggi - tanggal 27 Maret 2013 jam 19.00 wita (lihat Tabel-1).
Tabel-1: Simulasi Komposisi Pembangkit
SEKTOR / JML
CABANG JENIS UNIT UNIT DMN REAL CASE-1 CASE-2 CASE-3 CASE-4 CASE-5
PLTA Bakaru 1 1 150 63.00 63.00 63.00 63.00 63.00 50.00 50.00
PLTA Bakaru 2 1 150 63.00 62.20 63.00 63.00 63.00 40.00 40.00
PLTA Bili Bili 1 20 19.00 19.00 19.00 19.00 19.00 3.19 3.19
PLTM Sawitto 3 20 1.00 - - - - - -
PLTM Balla 2 20 0.70 - - - - - -
PLTM Kalukku 2 20 1.30 - - - - - -
10 148.00 144.20 145.00 145.00 145.00 93.19 93.19
PLTU Barru #1 1 150 50.00 - - - - - 45.00
PLTU Barru #2 1 150 50.00 - - - - 45.00 45.00
PLTG Westcan 1 30 10.00 - - - - - -
PLTG Alsthom 1 1 30 10.00 - - - - - -
PLTG Alsthom 2 1 70 - - - - - - -
PLTG GE 1 1 150 28.00 - - - - - -
PLTG GE 2 1 150 28.00 - - 17.35 - - -
PLTD Mitsubishi 1 1 150 8.00 - - - - - -
PLTD Mitsubishi 2 1 150 8.00 - - - - - -
PLTD SWD 1 1 150 8.00 - - - - - -
PLTD SWD 2 1 150 8.00 - - - - - -
11 208.00 - - 17.35 - 45.00 90.00
PLTG GT 11 1 150 42.50 40.00 42.00 42.00 42.00 42.00 42.00
PLTG GT 12 1 150 42.50 40.40 42.00 42.00 42.00 42.00 42.00
PLTU ST 18 1 150 50.00 43.80 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00
PLTG GT 21 1 150 60.00 - 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00
PLTG GT 22 1 150 60.00 57.80 56.00 56.00 59.00 59.00 59.00
PLTU ST 22 1 150 60.00 - - - 59.00 59.00 59.00
PT MP PLTD Suppa 6 150 62.20 30.00 - - - - -
PLTU Jeneponto#1 1 150 100.00 62.64 100.00 100.00 77.35 100.00 104.00
PLTU Jeneponto#2 1 150 100.00 62.79 100.00 100.00 78.00 100.00 104.00
PLTA Tangka Manipi 2 20 10.00 9.80 9.80 9.80 9.80 2.00 2.00
PLTA Malea 2 20 6.70 4.04 4.04 4.04 4.04 2.00 2.00
PLTA Poso 1 1 275 65.00 56.80 56.80 56.80 56.80 50.00 50.00
PLTA Poso 2 1 275 65.00 58.30 58.30 58.30 58.30 40.00 40.00
PLTA Poso 3 1 275 65.00 55.90 55.90 55.90 55.90 - -
21 788.90 522.27 614.84 614.84 632.19 586.00 594.00
PLTD Sungguminasa 1 20 20.00 - - - - - -
PLTD Cogindo 8 20 50.00 54.00 17.35 - - 30.00 -
PLTD Tallasa 11 150 110.00 56.72 - - - 23.00 -
PLTD Tallo Lama 24 20 20.00 - - - - - -
PLTD Sewatama Masamba 5 20 5.00 - - - - - -
49 205.00 110.72 17.35 - - 53.00 -
PLTD Makale 7 20 - - - - - - -
PLTD Palopo 4 20 - - - - - - -
PLTD Masamba 7 20 3.00 - - - - - -
PLTD Mamuju 6 20 - - - - - - -
24 3.00 - - - - - -
94 1,352.90 777.19 777.19 777.19 777.19 777.19 777.19 TOTAL SISTEM SULSELBAR
SKENARIO KOMPOSISI PEMBANGKIT
Sub total Kit. interkoneksi 20kV
Sektor
Bakaru
Sub Total Hidro Sektor Bakaru
Sektor
Tello
Sub Total Termis Tello
IPP
HIDRO
Sub Total IPP
Sewa MFO
Sub Total Sewa
PLTD
Int.
20 KV
PT Energi
Sengkang
PEMBANGKIT TEG
(kV)
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
Optimalisasi Pola Operasi Sistem Sulselbar 4
4. SIMULASI ALIRAN DAYA
Berdasarkan neraca daya terakhir dan simulasi beberapa komposisi pembangkit
pada Tabel-1 di atas, diperoleh hasil kalkulasi aliran daya berdasarkan grid
summary.
Tabel-2: Profil Tegangan, Fuel Mix, Susut & Biaya Operasi
Dari Tabel-2 di atas, terlihat bahwa Case-5 merupakan kondisi yang paling ideal
dalam merepresentasikan besaran fuel mix, susut transmisi dan biaya operasi yang
optimum.
5. SIMULASI CASE-5 PADA BEBERAPA KONDISI
Case-5 adalah simulasi kondisi sistem pada saat terjadi beban puncak tertinggi pada
tanggal 27 Maret 2013 jam 19.00 wita dengan mengoptimalkan PLTU Jeneponto,
PLTU Barru dan PLTGU Sengkang. Sedangkan pembangkit hidro dioperasikan
sesuai daya mampu pasok akibat kondisi hidrologi yang rendah.
Pada kondisi tersebut, pembangkit BBM tidak dioperasikan dan spinning reserve
tersebar pada PLTA Poso, PLTA Bakaru dan GT21 sebagai load follower.
Pada Case-5 ini diasumsikan saluran transmisi 150kV ruas Jeneponto Tallasa
sudah tersambung kembali.
Volt. Volt. Level REAL CASE-1 CASE-2 CASE-3 CASE-4 CASE-5
kV 150 149.44 150.14 150.42 150.39 151.84 149.79
kV 150 142.31 136.56 137.70 135.57 142.46 136.91
kV 150 141.70 137.36 138.27 136.03 142.59 137.98
kV 150 146.56 140.89 141.80 140.01 146.69 140.96
kV 150 142.02 136.23 137.78 136.03 142.17 135.98
kV 66 66.81 63.69 64.31 63.15 66.89 63.56
MW 780.49 780.72 781.45 783.46 775.31 775.03
% 18.0% 2.2% 2.2% - 6.8% -
MW 23.80 28.84 28.02 32.93 17.54 23.12
% 3.05% 3.69% 3.59% 4.20% 2.26% 2.98%
MW 20.80 25.84 25.02 29.93 16.84 22.42
% 2.66% 3.31% 3.20% 3.82% 2.17% 2.89%
Juta Rp 537,842.91 351,123.86 400,182.72 326,753.99 400,944.22 321,513.30
Juta Rp 15,600.00 19,380.00 18,765.00 22,447.50 12,630.00 16,815.00
Juta Rp 553,442.91 370,503.86 418,947.72 349,201.49 413,574.22 338,328.30
Rp/kWh 709.10 474.57 536.12 445.72 533.43 436.54
Keterangan :
*) Susut transmisi setelah dikurangi faktor koreksi
1. Slack bus di GI Sengkang dengan referensi GT21
2. Case-1 dan Case-2 adalah kondisi real beban sistem tgl 27 Maret 2013 jam 19.00
3. Case-3 adalah kondisi pembangkit utara dioptimalkan dan pembangkit selatan minim
4. Case-4 dan Case-5 adalah kondisi pembangkit hidro tidak maksimal (hidrologi terendah), ST22 sudah beroperasi dan
SUTT jalur timur sudah tersambung kembali.
3. Rp/kWh untuk susut : Rp.750,0- berdasarkan transfer price 2012.
Fuel Mix
Busbar
GI Sengkang (SL)
GI Tello (PV)
GI Pangkep (PQ)
GI. Tallasa (PQ)
GI. Tallo Lama (PQ)
GI. Bontoala (P)
Total dibangkit
Grid Losses
Susut Transmisi *)
Biaya Energi (Komp. C+D)
Biaya Susut
Biaya Operasi
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
Optimalisasi Pola Operasi Sistem Sulselbar 5
Hasil simulasi untuk kondisi Case-5 dapat dilihat pada grid summary (Tabel-4).
Tabel-4: Grid Summary pada Simulasi Case-5
Selanjutnya dilakukan simulasi pada beberapa kondisi dan komposisi pembangkit,
pengaturan daya reaktif pembangkit dan penambahan kapasitor shunt, dengan tujuan
untuk mendapatkan susut jaring (grid losses) paling rendah tanpa fuel mix, dengan
konfigurasi sebagai berikut:
1. Case-5a: Semua pembangkit hidro dan batubara dibebani maksimal, sedangkan
PLTGU Sengkang sebagai load follower;
2. Case-5b: Semua pembangkit non BBM maksimal kecuali PLTA Poso yang
berfungsi sebagai load follower, dan beban sistem bertambah 10%;
Dari dua kondisi tersebut di atas, disimulasikan beberapa langkah perbaikan, yaitu:
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
Optimalisasi Pola Operasi Sistem Sulselbar 6
Opt Q-Gen PTBE : Mengoptimalkan MVAr generator PLTU Jeneponto;
Opt Q-SC1 TLAMA : Menambah kapasitor shunt 1x10MVAr di GI Tallo Lama;
Opt Q-SC2 TLAMA : Menambah kapasitor shunt 2x10MVAr di GI Tallo Lama;
Opt Q-SC SMNSA : Menambah kapasitor shunt 3x10MVAr di GI Sunggumi-
nasa.
Simulasi penambahan kapasitor shunt di GI Tello70 dan GI Daya tidak
memberikan pengaruh yang signifikan pada perbaikan tegangan dan susut,
sehingga tidak dimasukkan sebagai alternatif perbaikan tegangan.
Tabel-5: Profil tegangan, fuel mix, susut & biaya operasi
Berdasarkan Tabel-5 pada kolom 8 di atas, terlihat bahwa biaya operasi terendah
terjadi ketika semua pembangkit non BBM (kecuali PLTA Poso) dioperasikan
maksimal dengan GT21 Sengkang sebagai load follower, dan memasang kapasitor
shunt sebesar 3x10MVAr ( 3 stage) di GI Sungguminasa sebagai kompensator daya
reaktif induktif.
Kondisi pada kolom 7 relatif sama ketika salah satu unit PLTA Poso (dalam hal ini
HU2) sebagai load follower.
Opt Q-Gen
PTBE
Q-SC TLAMA
10 MVAr
Q-SC TLAMA
20 MVAr
Q-SC SMNSA
30 MVAr
Q-SC SMNSA 30
MVAr
2 3 4 5 6 7 8 *)
kV 275 273.31 273.46 273.67 273.69 273.71
kV 150 149.34 149.86 150.54 150.48 150.49
kV 150 133.85 135.29 137.15 137.53 137.54
kV 150 135.69 136.76 138.15 138.41 138.42
kV 150 138.92 140.26 141.98 142.56 142.57
kV 150 133.47 135.00 136.96 137.17 137.18
kV 66 61.93 64.28 67.03 63.90 63.90
MW 849.90 852.59 854.67 855.02 855.02
% - - - - -
MW 30.87 30.57 30.08 30.01 29.96
% 3.63% 3.59% 3.52% 3.51% 3.50%
MW 28.67 28.37 28.08 28.01 27.96
% 3.37% 3.33% 3.29% 3.28% 3.27%
Juta Rp 339,243.72 339,243.72 339,243.72 339,243.72 339,243.72
Juta Rp 21,502.50 21,277.50 21,060.00 21,007.50 20,970.00
Juta Rp 360,746.22 360,521.22 360,303.72 360,251.22 360,213.72
Rp/kWh 424.46 422.85 421.57 421.34 421.29
Keterangan :
*) Kolom 8 : GT21 sebagai referensi (load follower)
1
Biaya Susut
Biaya Operasi
GI. Bontoala (P)
Total dibangkit
Fuel Mix
Grid Losses
Susut Transmisi *)
Biaya Energi (Komp. C+D)
GI Pamona (SL)
GI Sengkang (SL)
GI Tello (PV)
GI Pangkep (PQ)
GI. Tallasa (PQ)
GI. Tallo Lama (PQ)
Busbar Volt. Volt. Level
SIMULASI CASE-5b
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
Optimalisasi Pola Operasi Sistem Sulselbar 7
Tabel-6: Grid summary pada simulasi Case-5b
Tabel-7 Profil Tegangan sebelum & sesudah pemasangan shunt kapasitor
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
Optimalisasi Pola Operasi Sistem Sulselbar 8
Gambar-3: Profil Tegangan di GI Sungguminasa sebelum dan sesudah pemasangan
kapasitor shunt
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABARAP2B SISTEM SULSELRABAR
6. KESIMPULAN & SARAN
a) Optimalisasi operasi sistem Sulselbar
non BBM dioperasikan maksimal dan jatuh tegangan di
Makassar diminimalkan dengan pe
Sungguminasa;
b) Seiring dengan pertambahan beban,
follower (1 unit) menggantikan PLTGU Sengkang
mempunyai ramp rate
lebih besar;
c) Segera menyambung kembali
Tip.57 ke GI Jeneponto)
proses recovery jika terjadi gangguan meluas.
d) Produksi energi dari PLTA Tangka Manipi agar diserap di sekitar pembangki
untuk mengurangi susut jaring pada sisi distribusi.
e) Pola operasi PLTA Poso dan PLTGU Sengkang perlu
sisi PPA (CFmin, ECE,
f) Beberapa permasalahan pada Lampiran
dikoordinasikan lebih lanjut dengan pihak terkait untuk penyelesaiannya
Makassar, 03 Mei 2013
*)Asisten Manajer Operasi Sistem Sulselbar
WILAYAH SULSELRABAR
Gamba-4: Profil tegangan 150kV
& SARAN
lisasi operasi sistem Sulselbar dapat dilakukan jika semua pembangkit
non BBM dioperasikan maksimal dan jatuh tegangan di pusat beban
diminimalkan dengan pemasangan kapasitor shunt 3 stage
Seiring dengan pertambahan beban, PLTA Poso difungsikan sebagai
(1 unit) menggantikan PLTGU Sengkang, dengan pertimbangan
ramp rate dan dan kecepatan merespon perubahan beban
Segera menyambung kembali SUTT 150kV ruas Tallasa Jeneponto (
Jeneponto) untuk meningkatkan keandalan dan mempercepat
jika terjadi gangguan meluas.
Produksi energi dari PLTA Tangka Manipi agar diserap di sekitar pembangki
untuk mengurangi susut jaring pada sisi distribusi.
PLTA Poso dan PLTGU Sengkang perlu dipertimbangkan
ECE, TOP gas, DCH dll) untuk efisiensi biaya produksi
Beberapa permasalahan pada Lampiran-1 agar diselesaikan
dikoordinasikan lebih lanjut dengan pihak terkait untuk penyelesaiannya
Sistem Sulselbar
semua pembangkit
pusat beban
3 stage di GI
sebagai load
dengan pertimbangan
espon perubahan beban yang
Jeneponto (dari
untuk meningkatkan keandalan dan mempercepat
Produksi energi dari PLTA Tangka Manipi agar diserap di sekitar pembangkit,
ertimbangkan dari
TOP gas, DCH dll) untuk efisiensi biaya produksi;
selesaikan dan
dikoordinasikan lebih lanjut dengan pihak terkait untuk penyelesaiannya.
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
Optimalisasi Pola Operasi Sistem Sulselbar 10
LAMPIRAN
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
Optimalisasi Pola Operasi Sistem Sulselbar 11
Lampiran-1
KENDALA-KENDALA OPERASI SISTEM SULSELBAR
No. Permasalahan Dampak
1 Daya mampu pasok pembangkit
hidro menurun pada bulan Juli
Oktober
Kekurangan pembangkit hidro akan
diisi oleh pembangkit BBM, yang
mengakibatkan fuel mix naik
2
PLTU Jeneponto dan Barru tidak
dapat dioptimalkan pada saat
musim hujan, karena batubara
basah
Kekurangan pembangkit batubara
akan diisi oleh pembangkit BBM, yang
mengakibatkan fuel mix naik
3
PLTA Tangka Manipi dioperasikan
kontinyu (must run), dan produksi-
nya disalurkan melalui JUTM
express yang panjang ke GI Sinjai.
Mengakibatkan susut jaring yang
tinggi karena pengaruh kapasitansi
jaringan
4
PLTGU Sengkang sebagai load
follower lambat merespon
perubahan beban dan perintah dari
dispatcher
Pengaturan beban pembangkit tidak
efektif dan terjadi in-efisiensi pada
pembangkit BBM jika frekuensi sistem
tinggi.
5
PLTA Poso belum terintegrasi ke
dalam sistem SCADA, sehingga
beban dan parameter lainnya tidak
dapat dipantau secara real time.
Pengaturan beban pembangkit tidak
efektif dan terjadi in-efisiensi pada
pembangkit BBM jika frekuensi sistem
tinggi.
6 PLTD sewa Tallasa tidak dapat
dipantu bebannya secara real time
Pengaturan beban pembangkit tidak
efektif dan terjadi in-efisiensi
7
Operasi PLTD Masamba tidak dapat
dikendalikan secara langsung dari
AP2B karena masalah komunikasi,
operasi pembangkit diatur oleh Area
Palopo
Pengaturan beban pembangkit tidak
efektif dan terjadi in-efisiensi
8
Beberapa pembangkit PLTM tidak
dapat dipantau bebannya karena
tidak ada radio komunikasi
Pengaturan beban tidak efektif dan
neraca daya sistem tidak akurat
PT PLN (Persero) WILAYAH SULSELRABAR AP2B SISTEM SULSELRABAR
Lampiran-2