34
BAB I PENDAHULUAN Manajemen perilaku anak terhadap perawatan dental merupakan salah satu masalah signifikan dalam kedokteran gigi anak. Kecemasan pada anak akan meningkatkan rangsangan nyeri yang diterima dan cenderung menjadikan anak tidak kooperatif sehingga akan menghambat proses perawatan gigi. Diperlukan suatu metode untuk mengatasi kecemasan anak saat proses perawatan gigi (Gerald Z, 2004). Salah satu aspek yang paling penting dalam manajemen perilaku anak adalah kontrol nyeri. Jika anak-anak mengalami rasa sakit selama prosedur restoratif atau bedah, mereka akan takut dalam kunjungan dental berikutnya. Oleh karena itu penting pada setiap kunjungan untuk meminimilisir ketidaknyamanan dan rasa sakit pada anak (AAPD, 2009).

Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

BAB I

PENDAHULUAN

Manajemen perilaku anak terhadap perawatan dental merupakan salah satu

masalah signifikan dalam kedokteran gigi anak. Kecemasan pada anak akan

meningkatkan rangsangan nyeri yang diterima dan cenderung menjadikan anak

tidak kooperatif sehingga akan menghambat proses perawatan gigi. Diperlukan

suatu metode untuk mengatasi kecemasan anak saat proses perawatan gigi (Gerald

Z, 2004).

Salah satu aspek yang paling penting dalam manajemen perilaku anak

adalah kontrol nyeri. Jika anak-anak mengalami rasa sakit selama prosedur

restoratif atau bedah, mereka akan takut dalam kunjungan dental berikutnya. Oleh

karena itu penting pada setiap kunjungan untuk meminimilisir ketidaknyamanan

dan rasa sakit pada anak (AAPD, 2009).

Ada banyak strategi yang dilakukan untuk mengontrol rasa nyeri, salah

satunya adalah secara farmakologis dengan menggunakan anastesi lokal. Anestesi

lokal dapat mencegah ketidaknyamanan akibat penempatan klem rubber atau

pemotongan struktur gigi. Tetapi tidak semua prosedur dental dapat dikelola

hanya dengan menggunakan anastesi lokal (AAPD, 2009).

Anestesi umum merupakan alternatif dalam pengelolaan beberapa

prosedur, terutama pada anak yang tidak kooperatif. Tetapi, penggunaan anastesi

umum berkaitan dengan tingkat morbiditas dan biaya yang cukup tinggi. Hal ini

Page 2: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

2

mendorong adanya diskusi dan penelitian tentang pilihan pengobatan alternatif

lainnya (Arathi P, 2014).

Sedasi menjadi salah satu alternatif pengganti anastesi umum dalam

manajemen perilaku anak. Sedasi adalah suatu teknik penggunaan obat-obatan

yang dapat menekan sistem saraf pusat sehingga tindakan perawatan gigi pada

anak lebih mudah dilakukan. Terdapat beberapa teknik pemberian sedasi yaitu

melalui oral, rektal, intranasal, intravena dan trasmucossal. Pemberian obat sedasi

yang paling sering dilakukan adalah melalui oral karena tidak menimbulkan rasa

sakit serta tidak menakutkan bagi anak. Obat sedasi yang umum digunakan pada

anak adalah midazolam (Soesilo S, 2011)

Midazolam diidentifikasi sebagai salah satu agen yang telah terbukti

keberhasilannya dalam prosedur gigi untuk anak-anak. Midazolam merupakan

obat penenang yang ideal untuk kedokteran gigi anak karena dapat diberikan

secara oral, short acting, serta memiliki efek anxiolytic dan anterograde amnesia

(Arathi P, 2014). Midazolam juga berpotensi menimbulkan efek samping yang

merugikan bagi kesehatan serta bisa menyebabkan kematian bila diberikan dalam

dosis yang berlebih. Oleh sebab itu, penggunaan midazolam pada anak harus

dipantau secara langsung oleh petugas kesehatan yang professional (Soesilo S,

2011).

Page 3: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

3

BAB II

MANAJEMEN PERILAKU ANAK

Anak-anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi

oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan praktek

dokter gigi. Perilaku anak tersebut ada kalanya dapat

memudahkan atau menyulitkan dokter gigi dalam melakukan

perawatan. Dalam melakukan perawatan terhadap pasien anak-anak, seorang

dokter gigi harus memiliki berbagai pendekatan untuk membimbing dan menilai

tingkat perkembangan perilaku anak, serta memprediksi reaksi anak terhadap

prosedur dental (Gerald Z, 2004).

Pendekatan yang dilakukan oleh dokter gigi dan anggota staf dental

memainkan peran penting dalam membimbing perilaku pasien anak. Melalui

sebuah komunikasi yang tepat, ketakutan dan kecemasan pasien dapat

dihilangkan, yang kemudian membimbing anak untuk bersikap kooperatif, santai,

dan berani terhadap prosedur dental. Manajemen perilaku anak memungkinkan

praktisi dental dalm melakukan prosedur dental dengan aman dan efisien,sehingga

dapat memelihara sikap positif anak terhadap perawatan dental (Gerald Z, 2004).

2.1 Manajemen Non Farmakologis

2.1.1 Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri selama prosedur dental sangat penting dalam

keberhasilan manajemen perilaku anak. Pencegahan nyeri dapat membangun

kepercayaan, menghilangkan rasa takut dan kecemasan, dan meningkatkan sikap

Page 4: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

4

positif anak untuk kunjungan dental. Namun, persepsi nyeri yang subjektif,

berbagai tanggapan pasien terhadap rangsangan yang menyakitkan, dan

kurangnya penggunaan skala penilaian nyeri yang akurat dapat menghambat

upaya dokter gigi untuk melakukan intervensi selama prosedur (Gerald Z, 2004).

Reaksi anak terhadap rangsangan yang menyakitkan berbeda satu sama

lain. Anak-anak di bawah usia 4 tahun lebih sensitif terhadap rangsangan sakit

tetapi belum dapat mengkomunikasikannya seperti anak-anak yang lebih tua.

Mengamati perilaku anak selama pengobatan sangat penting dalam evaluasi nyeri.

Ekspresi wajah, menangis, mengeluh, dan gerakan tubuh merupakan kriteria

diagnostik yang penting (Gerald Z, 2004).

2.1.2 Perilaku Dokter Gigi dan Staf Dental

Kemampuan komunikasi dokter gigi memainkan peran penting dalam

manajemen perilaku. Praktisi kesehatan mungkin banyak yang kurang

memperhatikan gaya komunikasinya, tetapi pasien/orang tua sangat

memperhatikan hal tersebut. Dokter gigi yang komunikatif dapat meningkatkan

kepuasan pasien (Gerald Z, 2004).

Staf dental juga memiliki peran penting dalam manajemen perilaku anak.

Resepsionis adalah orang pertama yang berkontak dengan orang tua pasien.

Informasi yang diberikan pada kunjungan pertama dapat membantu orang tua

dalam menjawab pertanyaan untuk menghilangkan rasa takut anak. Selain itu,

resepsionis juga staf pertama yang bertemu anak. Cara resepsionis dalam

Page 5: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

5

menyambut anak dapat mempengaruhi perilaku pasien di kunjungan-kunjungan

berikutnya (Gerald Z, 2004).

2.1.3 Pengaruh Orang Tua

Orang tua memberikan pengaruh signifikan terhadap perilaku anak

mereka, terutama jika mereka memiliki pengalaman negative terhadap prosedur

dental sebelumnya. Orang tua yang merasa cemas dan takut dapat mempengaruhi

perilaku anak secara negatif. Penyampaian informasi prosedur dental pada

kunjungan awal dapat membantu dalam mengurangi kecemasan orangtua (Gerald

Z, 2004).

Praktisi setuju bahwa komunikasi yang baik antara dokter gigi, pasien, dan

orang tua penting dalam membangun kepercayaan. Kebanyakan anak merespon

positif ketika orangtua mereka berada di sekitar mereka ketika prosedur dental.

Kadang-kadang, kehadiran orang tua memiliki efek negatif pada komunikasi yang

diperlukan antara anak dan dokter gigi. Setiap praktisi memiliki tanggung jawab

untuk menentukan komunikasi dan metode yang terbaik mengoptimalkan

perawatan, kemampuan diri, dan keinginan orang tua yang terlibat (Gerald Z,

2004).

2.1.4 Pendekatan Komunikatif

Selain untuk membangun hubungan dengan anak dan memungkinkan

keberhasilan dalam prosedur dental, pendekatan komunikatif dapat membantu

anak mengembangkan sikap positif terhadap kesehatan gigi dan mulut. Dalam

proses ini, terdapat teknik-teknik khusus, yaitu tell-show-do, kontrol suara,

Page 6: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

6

komunikasi nonverbal, penguatan positif, dan distraksi. Dokter gigi harus

mempertimbangkan perkembangan kognitif pasien, serta adanya defisit

komunikasi lainnya (missal : gangguan pendengarah), ketika memilih teknik

pendekatan komunikatif tertentu (AAPD, 2009).

1. Tell-show-do

Teknik ini melibatkan penjelasan verbal sesuai dengan tingkat

perkembangan pasien (tell), demonstrasi secara visual, auditory, olfactory,

(show), dan kemudian, sesuai dengan penjelasan dan demonstrasi yang

diberikan, prosedur dental dilakukan. Tujuan dari teknik ini yaitu

mengajarkan kepada pasien pentingnya kunjungan dental dan membentuk

respon positif pasien terhadap prosedur dental (AAPD, 2009).

2. Kontrol suara

Kontrol suara adalah pengendalian volume suara, nada, atau kecepatan

berbicara dalam mengarahkan pasien. Teknik ini bermanfaat untuk

mendapatkan perhatian dan kepatuhan pasien, menghindari perilaku

negatif dan penolakan dari anak dan membangun peran yang tepat antara

orang dewasa dan anak (AAPD, 2009).

3. Komunikasi non verbal

 Komunikasi nonverbal adalah penguatan dan pembinaan perilaku melalui

kontak, postur, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh yang tepat. Tujuan

komunikasi nonverbal adalah untuk meningkatkan efektivitas teknik

manajemen komunikatif lainnya, serta mempertahankan perhatian dan

kepatuhan pasien (AAPD, 2009).

Page 7: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

7

4. Penguatan positif

 Dalam proses pembentukan perilaku positif anak, pemberian umpan balik

yang tepat perlu dilakukan. Penguatan positif dilakukan dengan

menghargai perilaku positif anak, dengan demikian anak akan mengulang

perilaku tersebut. Ekspresi wajah, pujian verbal, dan demonstrasi fisik oleh

staf dental menjadi bentuk penguatan sosial,sedangkan mainan dan hadiah

merupakan penguatan non sosial. Tujuan teknik ini yaitu untuk

memperkuat perilaku positif yang diinginkan (AAPD, 2009).

5. Distraksi

Distraksi adalah teknik mengalihkan perhatian pasien dari apa yang dapat

dianggap sebagai prosedur yang tidak menyenangkan. Istirahat sejenak

selama prosedur dapat menjadi distraksi yang efektif sebelum melakukan

prosedur selanjutnya. Tujuan dari teknik distraksi yaitu menurunkan

persepsi ketidaknyamanan dan menghindari penolakan oleh anak (AAPD,

2009).

2.2 Manajemen Farmakologis

2.2.1 Anastesi Lokal

Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi termasuk nyeri sementara, yang

dihasilkan oleh agen topikal atau agen yang diinjeksikan pada bagian tubuh, tanpa

menurunkan tingkat kesadaran. Pencegahan rasa sakit selama prosedur gigi dapat

Page 8: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

8

memelihara hubungan pasien dan dokter gigi, membangun kepercayaan,

mengurangi ketakutan dan kecemasan, dan meningkatkan sikap positif terhadap

prosedur dental (AAPD, 2009).

Dalam kedokteran gigi anak, praktisi harus mengetahui dosis yang tepat

(berdasarkan berat badan anak) untuk meminimalkan kemungkinan toksisitas dan

durasi efek anestesi yang lebih panjang, yang dapat menyebabkan trauma pada

bibir atau lidah yang tidak disengaja. Injeksi larutan anestesi di tempat yang tepat

membantu meminimalkan komplikasi (misalnya, hematoma, trismus, injeksi

intravaskular) (AAPD, 2009).

Sebelum melakukan penyuntikan, sebaiknya operator berbincang dengan

pasien, menjelaskan apa yang akan dilakukan dan mengenal pasien lebih jauh

dokter gigi dapat meminimaliskan rasa takut. Anak diberitahu dengan kata

sederhana apa yang akan dilakukan tanpa membohongi anak. Sekali saja anak

kecewa, sulit untuk membangun kembali kepercayaan anak. Lebih aman

mengatakan kepada anak bahwa dia akan mengalami sedikit rasa sakit seperti

tergores pensil atau digigit nyamuk.

Bila anak mengeluhkan sakit selama injeksi, pertimbangkan kembali

situasinya, injeksikan kembali bila perlu tapi jangan minta ia untuk menahan rasa

sakit. Pengaplikasian anestesi topikal dapat membantu mengurangi rasa sakit saat

injeksi anestesi lokal. Anestesi topikal efektif pada jaringan (2-3 mm) untuk

mengurangi penetrasi jarum yang menyakitkan pada mukosa oral. Anestesi

topikal tersedia dalam bentuk gel, cair, salep, patch, dan aerosol.

Page 9: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

9

Komplikasi Anastesi Lokal :

1. Keracunan (overdosis)

Indikasi awal secara subjektif terjadinya toksisitas melibatkan system saraf

pusat yaitu pasien merasa pusing, cemas dan kebingungan. Hal ini dapat

diikuti oleh diplopia, tinnitis, mengantuk , dan kesemutan pada sirkum

oral. Tanda-tanda objektif yaitu tremor, banyak bicara, bicara melambat,

dan menggigil, diikuti kejang (AAPD, 2009).

Toksisitas anestesi lokal dapat dicegah dengan menginjeksikan secara hati-

hati, observasi ketat pasien, dan mengetahui dosis maksimum berdasarkan

berat. Setiap injeksi, praktisi harus melakukan aspirasi dan menyuntikkan

perlahan (AAPD, 2009).

2. Reaksi alergi

Reaksi alergi tidak tergantung dosis, tetapi kapasitas pasien bereaksi

terhadap obat bahkan dosis kecil. Manifestasi alergi berupa urtikaria,

dermatitis, angioedema, demam, photosensitivity, anafilaksis (AAPD,

2009).

3. Parestesi

Parestesi dapat terjadi akibat trauma pada saraf, misalnya oleh jarum saat

injeksi. Pasien mungkin mengalami sensasi "kejutan listrik" di daerah

saraf yang terlibat. Parestesi juga dapat disebabkan oleh hemorrhage di

sekitar saraf (AAPD, 2009).

Page 10: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

10

4. Trauma post operasi

Frekuensi terjadinya trauma post operasi lebih banyak terjadi pada anastesi

yang dilakukan 1 sisi saja. Kebanyakan trauma terjadi akibat lidah atau

bibir yang tergigit, dan lesi dapat sembuh sendiri tanpa komplikasi

(AAPD, 2009).

2.2.2 Sedasi Oral dan Inhalasi

Sedasi merupakan sebuah teknik dimana obat-obatan digunakan untuk

menghasilkan keadaan depresi dari sistem saraf pusat, tapi kontak verbal dengan

pasien dipertahankan selama periode sedasi. Obat-obatan dan teknik yang

digunakan untuk sedasi dalam perawatan dental harus diperhatikan keamanaanya.

Tingkat sedasi harus sedemikian rupa sehingga pasien tetap sadar, memberi

refleks, dan mampu memahami dan merespon perintah verbal (Richard R, 2005).

Rute pemberian obat sedatif yang digunakan dalam kedokteran gigi anak

yaitu secara oral, inhalasi, intravena, dan transmucosal (misalnya hidung, dubur,

sublingual). Namun, sedasi intravena dianggap tidak cocok untuk anak-anak

(Richard R, 2005).

2.2.2.1 Sedasi Oral

Sedasi oral memiliki onset yang bervariasi dan sebagian besar tergantung

pada tingkat penyerapan gastro intestinal per individu, yang dapat dipengaruhi

oleh tingkat pembersihan lambung, jumlah makanan dalam perut, dan bahkan

waktu. Dosis yang tepat dari obat sedatif yang akan diperkirakan untuk setiap

Page 11: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

11

pasien ditentukan melalui berat badan. Meskipun demikian, di beberapa kejadian,

anak meludahkan obat, yang menyebabkan ketidakpastian dosis yang diberikan.

Untuk mengatasi hal ini, beberapa sedationists mengadinistrasikan obat sedative

cair menggunakan jarum suntik yang ditempatkan di mukosa bukal atau

mencampurkan obat dengan rasa yang disukai anak. Pasien mungkin memerlukan

satu jam pemulihan pasca operasi dan harus tetap diawasi oleh professional

(Richard R, 2005).

Obat-obat sedative yang biasa digunakan, yaitu :

1. Diazepam

Diazepam merupakan golongan benzodiazepine yang paling banyak

digunakan. Dosis untuk anak 6 tahun adalah sekitar 5 mg, dosis paling

rendah yaitu 3,9 mg dan paling tinggi 6,6 mg. Untuk pasien yang lebih

tua, misalnya, berusia 15 tahun, dosis rata-rata akan menjadi 13,6 mg dan

dapat bervariasi dari 9,7 mg sampai 18,9 mg (Richard R, 2005).

2. Midazolam

Midazolam merupakan obat golongan benzodiazepine yang lebih sering

digunakan sebagai agen intravena. Namun, penggunaannya sebagai obat

sedative oral telah berkembang. Dosis oral lebih tinggi (0,3-0,7 mg / kg)

dibandingkan dosis intravena karena midazolam oral mencapai sirkulasi

sistemik melalui sirkulasi portal yang menurunkan bioavailabilitas obat,

sehingga diperlukan suatu dosis yang lebih tinggi (Richard R, 2005).

3. Chloral hydrate

Page 12: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

12

Chloral hydrate merupakan turunan derivat etil alkohol 'Micky Finn'.

Merupakan analgesik lemah dan psychosedative dengan waktu paruh

sekitar 8 jam. Dalam dosis kecil (40-60 mg / kg, tapi tidak melebihi 1 g),

terjadi sedasi ringan, tapi tidak efektif pada anak yang cemas. Mual dan

muntah yang umum terjadi karena iritasi lambung. Obat ini juga menekan

tekanan darah dan pernapasan, depresi miokard dan aritmia juga dapat

terjadi. Baru-baru ini, ada kekhawatiran bahwa ada risiko karsinogenesis.

Meskipun masih digunakan secara luas, secara bertahap obat ini mulai

ditinggalkan (Richard R, 2005).

2.2.2.2 Sedasi Inhalasi

Sedasi inhalasi dilakukan dengan inhalasi campuran gas oksigen-nitrous

dalam konsentrasi yang relatif rendah, biasanya 20-50% nitrous oxide. Pada

teknik ini, operator dapat menaikkan atau menurunkan konsentrasi gas, dengan

mengamati efek terhadap pasien, untuk mendapatkan efek sedasi yang optimal

(Richard R, 2005).

Sedasi inhalasi terdiri dari 3 unsur, yaitu :

1. Administrasi nitrous oxide dalam oksigen dengan konsentrasi rendah

sampai sedang ke pasien yang tetap sadar. Konsentrasi yang tepat dari

nitrous oxide dititrasi dengan hati-hati sesuai kebutuhan setiap pasien.

2. Ketika nitrous oxide mulai memberi efek farmakologis yang, pasien

diberikan sugesti menenangkan dan semi hipnotik. Ini untuk

mempertahankan hubungan komunikasi dengan pasien.

Page 13: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

13

3. Penggunaan peralatan sedasi inhalasi yang sesuai standar keselamatan.

Pada peralatan ini, administrasi 100% nitrous oxide baik sengaja atau tidak

sengaja tidak mungkin dilakukan (titik cut-off biasanya 70%). Ini adalah

fitur keselamatan klinis yang sangat penting bagi operator / seditionist

(Richard R, 2005).

2.2.3 Anastesi Umum

Penggunaan anestesi umum untuk perawatan gigi pada anak-anak kadang-

kadang diperlukan untuk memberikan perawatan yang aman, efisien, dan efektif.

Anastesi umum digunakan bila manajemen non farmakologis dan farmakologis

lainnya tidak berhasil, dan dibutuhkan perawatan dental secara keseluruhan dalam

satu kali perawatan. Diagnosa yang tepat, keselamatan pasien, teknik manajemen

yang ada, menjadi bahan pertimbangan sebelum anastesi umum

digunakan.Manajemen perilaku dan sedasi sadar terkadang dibutuhkan sebelum

dilakukan anastesi umum. (James A, 2004)

Anastesi umum dijadikan alternatif pilihan untuk pasien-pasien sebagai

berikut :

1. Pasien dengan kondisi fisik, mental, atau kompromi medis tertentu

2. Pasien yang membutuhkan prosedur restorative atau operasi yang tidak

dapat dilakukan dengan anastesi lokal karena infeksi akut, variasi

anatomis atau alergi

3. Pasien yang sangat tidak kooperatif, takut, cemas, dan tidak komunikatif

4. Pasien yang mengalami trauma dental

Page 14: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

14

5. Pasien yang membutuhkan perawatan dental yang dengan anastesi

umum dapat mengurangi risiko medis (James A, 2004).

Page 15: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

15

BAB III

ORAL MIDAZOLAM PADA KEDOKTERAN GIGI ANAK

3.1 Midazolam

3.1.1 Farmakologi

Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur

cincin imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolism yang cepat. Efek

amnesia pada obat ini lebih kuat dibanding efek sedasi sehingga pasien dapat

terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan yang terjadi selama

beberapa jam.

Larutan midazolam dibuat asam dengan pH < 4 agar cincin tidak tebuka

dan tetap larut dalam air. Ketika masuk ke dalam tubuh akan terjadi perubahan pH

sehingga cincin akan menutup dan obat akan larut dalam lemak. Larutan

midazolam dapat dicampur dengan ringer laktat atau garam asam dari obat lain.

3.1.2 Farmakokinetik

Midazolam diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melalui

sawar darah otak. Hanya 50% dari obat yang diserap yang akan masuk ke

sirkulasi sistemik karena metabolisme porta hepatik yang tinggi. Sebagian besar

midazolam yang masuk ke plasma akan berikatan dengan protein. Waktu durasi

yang pendek dikarenakan kelarutan lemak yang tinggi mempercepat distribusi dari

otak ke jaringan yang tidak aktif begitu juga klirens hepar yang cepat.

Page 16: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

16

Waktu paruh midazolam adalah anatara 1- 4 jam lebih pendek daripada

waktu paruh diazepam. Waktu paruh ini dapat meningkat pada pasien tua dan

pasien dengan gangguan fungsi hati. Pada pasien dengan obesitas, klirens

midazolam akan lebih lambat karena obat banyak berikatan dengan sel lemak.

Akibat eliminasi yang cepat dari midazolam, maka efek pada system saraf pusat

akan lebih pendek disbanding diazepam.

Onset :

IV : 3 – 5 menit, IM : 15 menit, PO/rektal : < 10 Menit, Intranasal : <5 menit

Lama aksi :

IV/IM : 15 – 80 menit, PO/rectal : 2-6 jam

3.2 Penggunaal Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

Midazolam merupakan derivat benzodiazepin dan tergolong dalam obat

sedative - hipnotik yang mengandung bahan ansiolitik yang efektif mengurangi

rasa cemas dan mempunyai efek menenangkan. Midazolam tersedia dalam bentuk

sirup, kira-kira 50% - 65% dari dosis oral akan dimetabolisme di hati. Midazolam

adalah jenis benzodiazepin dengan waktu kerja yang pendek dan memiliki waktu

paruh pada anak-anak sekitar 2 jam. Midazolam memiliki waktu kerja yang

pendek sekitar 25 menit dengan tingkat puncak dalam plasma darah 25 menit

setelah pemberian secara oral. Penelitian lain menunjukan pemberian midazolam

secara oral memiliki waktu kerja 30-40 menit. Dosis yang direkomendasikan

untuk pemberian secara oral pada anak adalah 0,25-1 mg/kgBB dengan dosis

Page 17: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

17

maksimum 20 mg. Namun midazolam terbukti efektif pada dosis 0,5-1mg/kgBB

dengan dosis maksimum 20 mg.

Terdapat keuntungan yang signifikan dari penggunaan midazolam secara

oral yaitu merupakan prosedur yang tidak menyakitkan bagi anak, kemungkinan

terjadinya tromboflebitis (invasi mikroorganisme melalui aliran darah akibat

perubahan susunan dan kecepatan peredaran darah) minimal karena memiliki

kelarutan dalam air yang tinggi, memberikan efek anastesi yang lebih dalam

dibandingkan N2O sehingga dapat memberikan ketenangan pada anak, dapat

menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin, tidak menyebabkan depresi

nafas yang fatal dan berat pada anak jika digunakan sesuai dosis yang telah

ditentukan, pemantauan yang dilakukan operator sedasi minimal karena setelah

sedasi hanya perlu perhatian dari orang tua atau wali yang bertanggung jawab atas

anak. Selain beberapa keuntungan diatas terdapat kerugian dari penggunaan

midazolam secara oral yaitu dapat menyebabkan penekanan pada sistem

pernafasan pada dosis yang lebih tinggi, dimana resiko terjadinya apnea

meningkat ketika obat diberikan, serta sering terjadi hipotensi pada anak yang

menggunakan midazolam.

Pemberian sedasi secara oral dengan menggunakan midazolam sebaiknya

diberikan pada anak yang berusia diatas enam bulan dan tidak boleh diberikan

pada anak yang menderita glaukoma, menderita masalah pernafasan, menderita

kelaian jantung serta memiliki gangguan ginjal dan hati.

Page 18: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

18

Midazolam mempunyai efek ansiolitik (anti cemas), hipnotik, relaksan

otot,antikonvulsan, dan amnesik yang diduga disebabkan oleh peningkatan

gamma aminobutyric acid (GABA) pada sistem saraf pusat. Selain itu midazolam

juga bekerja pada sistem ARAS (Ascending Reticular Activating System) yang

menimbulkan efek amnesia. Sistem ARAS mencangkup daerah-daerah ditengah

batang otak sampai hipotalamus dan talamus yang berperan terhadap kesadaran.

Aksi amnesik impresif (berkurangnya daya ingat sebelum prosedur diagnostik

atau terapeutik) yang ditimbulkan midazolam memungkinan anak tidak mengingat

apapun dari prosedur yang tidak nyaman. Efek samping yang ditimbulkan

pemberian midazolam secara oral adalah anak merasa gelisah, hiperaktif atau

agresif (pada sebagian kecil anak) serta dapat menyebabkan atau meningkatkan

terjadinya batuk.

3.2.1 Indikasi

Sedasi sebaiknya dilakukan terhadap anak yang tergolong dalam ASA I

(pasien yang normal dan sehat) dan ASA II (pasien dengan penyakit sistemik

ringan) dengan melihat riwayat kesehatan sebelumnya serta obat-obatan yang

digunakan saat ini. Sedangkan menurut American Academy of Pediatric

Dentistry, sedasi dapat dilakukan pada anak yang memerlukan perawatan gigi

tetapi takut dan cemas. Terdapat perbedaan yang mendasar antara kecemasan dan

ketakutan yaitu pada ketakutan apa yang menjadi sumber penyebabnya selalu

dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan pada kecemasan sumber penyebabnya

bersifat kabur, tidak dapat ditunjuk secara nyata.

Page 19: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

19

3.2.2 Dokumentasi

Selama prosedur sedasi dilakukan, operator wajib mendokumentasikannya

karena dokumentasi merupakan jaminan terbaik jika terjadi hal yang merugikan.

Dokumentasi dilakukan secara berkelanjutan yaitu sebelum, selama dan sesudah

prosedur sedasi. Catatan sebelum prosedur sedasi harus mendokumentasikan

kepatuhan anak terhadap pembatasan asupan makanan dan cairan, evaluasi

kesehatan anak, nama serta alamat dokter yang merawat anak tersebut, catatan

tentang penggunaan metode pengelolaan tertentu, pembuatan persetujuan tindakan

medis, dan penyampaian instruksi kepada orang tua/wali/pengasuh anak tersebut.

Selama prosedur sedasi tanda-tanda vital yang sesuai harus dicatat. Jenis obat,

dosis yang diberikan, cara pemberiannya, serta waktu pemberiannya sebaiknya

secara jelas ditunjukkan. Jika menggunakan resep, salinan resep harus menjadi

bagian dari catatan permanen. Setelah prosedur sedasi, observasi anak di ruang

pemulihan terus dilakukan. Anak sebaiknya diobservasi hingga pernafasan serta

sistem kardiovaskularnya dipastikan stabil. Anak sebaiknya tidak diperbolehkan

pulang sampai tingkat kesadaran pasca sedasi memungkinkan bagi anak untuk

pulang.

Page 20: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

20

BAB IV

KESIMPULAN

Terdapat dua bentuk pendekatan dalam manajemen perilaku pada

kedokteran gigi anak yaitu secara farmakologis dan non farmakologis.

Pendekatan tersebut digunakan dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan

anak, sehingga dapat membuat anak merasa santai,lebih kooperatif dan berani

terhadap prosedur dental.

Pendekatan non farmakologis diperoleh melalui kerjasama antara dokter

gigi, staf dental dan juga orang tua pasien. Dokter gigi yang komunikatif serta staf

dental yang ramah memberikan kenyamanan pada anak sehingga mengurangi rasa

cemas dan takutnya. Kehadiran orang tuapun dapat meningkatkan keberanian

anak dalam menghadapi prosedur dental.

Secara farmakologis, dilakukan dengan penggunaan anastesi lokal, sedasi

dan anastesi umum. Anastesi lokal diberikan untuk mengurangi rasa sakit saat

prosedur dental dilakukan. Tapi tidak semua prosedur dapat dikelola dengan

anastesi lokal saja, sehingga sedasi atau anastesi umum perlu dilakukan.

Penggunaan sedasi dapat menurunkan kesadaran pasien, tapi refleks

terhadap rasa sakit dan respon verbal tetap ada. Terdapat empat rute administrasi

obat sedative, yaitu oral, inhalasi, intravena dan transmucosal. Salah satu obat

sedatif yang digunakan secara oral yaitu midazolam. Midazolam mempunyai efek

ansiolitik (anti cemas), hipnotik, relaksan otot,antikonvulsan, dan amnesik.

Page 21: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

21

Terdapat keuntungan yang signifikan dari penggunaan midazolam secara

oral yaitu merupakan prosedur yang tidak menyakitkan bagi anak, kemungkinan

terjadinya tromboflebitis (invasi mikroorganisme melalui aliran darah akibat

perubahan susunan dan kecepatan peredaran darah) minimal karena memiliki

kelarutan dalam air yang tinggi, memberikan efek anastesi yang lebih dalam

dibandingkan N2O sehingga dapat memberikan ketenangan pada anak.

Selain beberapa keuntungan diatas terdapat kerugian dari penggunaan

midazolam secara oral yaitu dapat menyebabkan penekanan pada sistem

pernafasan pada dosis yang lebih tinggi, dimana resiko terjadinya apnea

meningkat ketika obat diberikan, serta sering terjadi hipotensi pada anak.

Karenanya observasi dan dokumentasi selama penggunaan sedasi harus dilakukan.

Page 22: Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak

22

DAFTAR PUSTAKA

Ata - Ali, J ; et al. 2010. Oral Mucocele: Review of the Literature. J Clin Exp Dent 2(1): e 10-13

Fragiskos, D. 2007. Oral Surgery. Heidelberg : Springer

Gupta, Bhavna; et al. 2007. Mucocele : Two Case Reports. J Oral Health Comm Dent 1(3): 56-58

Laskaris. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease. Stuttgart : Thieme

Marx, Robert E; Stern, Diane. 2003. Oral and Maxillofacial Pathology - 1st ed. Illinois : Quintessence Publising.

Regezi, Joseph A; et al. 2003. Oral Pathology. Missouri : Saunders