Oratorium - Kesaksian.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 1

    Pelaku: 1. Narator 2. Tokoh kita 3. Perempuan tua 4. Angkara 5. Para Hulubalang 6. Para Jelata 7. Para Abdi Kerajaan 8. Para Adikuasa 9. Bulan dan Seribu Bulan 10. dan lain-lain

    PROLOGOS I

    Sebuah setting lengang, tanpa apa-apa, tanpa cahaya, tanpa gerak.

    Suara-suara desis di keheningan, suara denging di keheningan, suara-suara asing mulai mengusik pelan-pelan. Tiba-tiba gemuruh tak tertahankan dan begitu tiba-tiba

    pula senyap.

    NARATOR Gusti!

    Keheningan milik kami kini telah terusik lagi Bahana prahara telah mencabik-cabik nurani kami

    Arah tak lagi jelas bagi kami

    Aduh, Gusti! Siapa pula yang kini menebar benih-benih kebencian

    Siapa pula kini yang menaburkan kebimbangan dan prasangka Luka-luka lama dengan sengaja telah dirobek-robek

    Menghamburkan darah dan nanah

    Aduh, Gusti! Kami tidak tahu lagi

    Bagian mana kini yang terasa sakit Sebab semua luka telah menganga

    Sebab rasa sakit telah menjadi bagian hidup kami ....

    KKKEEESSSAAAKKKSSSIIIAAANNN

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 2

    Suara gemuruh terdengar lagi. Makin kacau. Jeritan-jeritan luka membahana. Orang-orang sudah tidak jelas lagi siapa di hadapan siapa. Orang-orang kacau balau. Di sana

    ada semuanya. Para Hulubalang, para pedagang kaki lima, para pemulung, para rakyat tertindas. Di latar belakang, Angkara tertawa terbahak-bahak.

    EPISODION I

    Di sebuah pasar. Para pedagang, pembeli, preman, copet, petugas pasar, para

    hulubalang kerajaan, dan segala manusia. Suara-suara pedagang dan pembeli hiruk pikuk.

    SALAH SEORANG

    Ayo, Kang. Ini mah barang asli, bukan tiruan. Harganya cuma dua gobang.

    SALAH SEORANG

    Ayo, ayo. Beli satu dapat dua Beli satu dapat dua

    Harga murah, dijamin tidak mahal.

    SALAH SEORANG Masa sayuran begini harganya sampai tiga gobang?

    SALAH SEORANG

    Eh, Bu. Kalau menanam sendiri belum tentu bisa dimakan sekarang. Sayuran ini asli, bukan buatan pabrik mana-mana.

    Bukan barang sintetis, asli ciptaan Gusti Allah.

    SALAH SEORANG Iya, tapi kira-kira saja.

    Harga sayuran kok sama dengan harga televisi ....

    SALAH SEORANG Ah, si Ibu mah. Saya ini petani asli sekaligus pedagang asli. Artinya, saya menanam

    sendiri sekaligus menjualnya. Menunggu sayuran siap panen itu lama, Bu. Sampai tiga minggu. Wajar saja harga segitu mah. Belum lagi harga pupuk yang terus-terusan naik.

    SALAH SEORANG

    Bukan naik, Mang. Tapi sengaja dibikin naik!

    SALAH SEORANG Ah, si Ibu mah, bisa saja.

    Memang harganya murah kitu, Bu?

    SALAH SEORANG Harga dari pabrik mah sangat murah, Mang.

    Yang bikin harga pupuk naik mah, tuh para mafia pupuk .... Semua pupuk dimonopoli, rakyat mah dilarang jualan pupuk ....

    SALAH SEORANG

    Kok bisa ya. Cari untung kok mencekik leher rakyat

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 3

    SALAH SEORANG

    Urusan cekik-mencekik mah mereka tidak tahu, Yang mereka tahu, bagaimana supaya uang yang ada di saku orang lain bisa pindah ke sakunya ....

    Petugas-petugas pasar datang mendatangi para pedagang. Para pedagang membayar

    retribusi yang ditukar dengan selembar kertas. Beberapa saat setelah para petugas keluar, beberapa preman masuk mendatangi setiap pedagang minta uang.

    SALAH SEORANG

    Mereka itu mintain apa sih?

    SALAH SEORANG Uang keamanan ....

    SALAH SEORANG

    Uang keamanan? Lha, mereka itu memang petugas keamanan?

    SALAH SEORANG Mereka itu orang-orang yang biasa bikin tidak aman ....

    SALAH SEORANG Aneh lagi .... Jadi...?

    SALAH SEORANG

    Yaa ... kalau mereka ndak dikasih, ya bikin ribut-ribut ....

    SALAH SEORANG Lantas, apa kerjaan para hulubalang itu ...?

    SALAH SEORANG

    Mereka ... cuma kongkow-kongkow, duduk-duduk, ngisap klembak ... dan ... nunggu jatah ....

    SALAH SEORANG

    Jatah?

    SALAH SEORANG Ya jatah. Jatah keamanan ....

    Sekelompok lain sedang duduk-duduk menghitung-hitung angka

    SALAH SEORANG

    Mereka itu?

    SALAH SEORANG Ah, mereka mah tidak pernah menganggu ...

    Mereka cuma duduk-duduk, merenung, berpikir, menulis-nulis ....

    SALAH SEORANG Ah, kalau begitu, mereka itu tentu para filsuf, ya?

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 4

    SALAH SEORANG (tertawa)

    Bisa jadi! Mereka itu memang para pengkhayal sejati Kehidupan mereka penuh dengan kata-kata kalau, seandainya, dan semacamnya

    Iya ... kalau saja nomor yang mereka ramalkan keluar, kalau saja uang yang mereka belikan nomor itu menjadi berlipat-lipat ....

    SALAH SEORANG

    Hahahaha ... aku tahu, aku tahu ...

    Pada saat yang bersamaan muncul para petugas tumenggungan. Mereka melihat-lihat. Para preman datang menghampiri, menyembah, dan mempersembahkan upeti.

    SALAH SEORANG Nah, apa lagi tuh?

    SALAH SEORANG Biasa. Cari setoran.

    NARATOR

    Ini memang bukan soal manusia dan manusia Ini soal bagaimana mengganjal perut

    dari jam ke jam, dari hari ke hari sebab meskipun hari berganti

    lapar tetap harus diatasi Seperti kambing-kambing yang menjelajah padang rumput

    setelah penuh perutnya, lantas ia minum di kali

    Tapi, banyak manusia lebih dari sekedar kambing

    tak merasa puas setelah perut dipenuhi lalu menghisap darah-darah yang sudah kering

    mencekik leher-leher yang sudah tak lagi mampu bernafas hanya sekedar memuaskan nafsu angkara yang ada dalam dirinya

    Di sebuah paseban tumenggungan. Salah seorang pejabat tumenggungan sedang

    menunggu kedatangan seseorang. Para abdi tumenggungan yang tadi berada di pasar datang, menghaturkan sembah dan duduk di hadapan sang pejabat. Salah seorang mengeluarkan kantong dan menyerahkannya kepada Sang Pejabat. Di tempat lain,

    tiga orang provokator bersiap-siap menguping pembicaraan Sang Pejabat dengan para abdi tumenggungan.

    SANG PEJABAT

    Cuma ini?

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 5

    ABDI TUMENGGUNGAN Ampun Gusti. Kondisi perekonomian kita saat ini sedang sulit. Para pedagang agak susah memberikan upetinya. Di samping itu, preman-preman di semua tempat agak

    kewalahan menghadapi krisis moneter di kerajaan ini.

    SANG PEJABAT Sampeyan kan sudah aku beri wewenang buat memaksa mereka.

    Gunakan segala cara sampeyan buat menarik upeti sebesar-besarnya. ABDI TUMENGGUNGAN

    Hamba sudah berusaha sebisa hamba, Gusti

    SANG PEJABAT Ah, jangan berkilah lagi. Aku tidak suka orang menentang keinginanku.

    Keluargaku sekarang lagi butuh biaya banyak. Anakku yang sulung mau masuk perguruan tinggi, butuh rumah

    tinggal, butuh kendaraan terbaik, butuh alat komunikasi mutakhir. Anakku yang kedua mau kursus kecantikan di Majapahit. Ia mau

    berguru kepada Ratu Kencana wungu. Ini butuh biaya besar. Perjalanan ke Majapahit tidak cukup satu dua hari. Pikirkan itu!

    ABDI TUMENGGUNGAN II

    Hamba sanggup memenuhi hal itu, Gusti. Tapi, hamba mohon persetujuan Gusti ....

    SANG PEJABAT

    Apa gagasan sampeyan?

    ABDI TUMENGGUNGAN II Kita harus mengundang investor dari luar kerajaan.

    Berikan mereka penawaran menarik agar mereka mau menanamkan investasinya di kerajaan kita. Hamba percaya, Gusti sangat bijaksana

    dalam soal ini.

    SANG PEJABAT Ya .. ya .., tapi jelaskan, apa rencana sampeyan itu.

    ABDI TUMENGGUNGAN II

    Kita punya alasan meningkatkan kesejahteraan rakyat, Gusti. Kita dirikan pasar yang supermegah, eksklusif, dan luar biasa lengkapnya.

    Rakyat boleh berdagang apa saja di dalamnya, rakyat boleh berbelanja apa saja di dalamnya.

    SANG PEJABAT

    Hmmm, aku masih belum paham maksud sampeyan, Petugas.

    ABDI TUMENGGUNGAN II Ampun, Gusti.

    Rakyat tidak sembarangan untuk dapat berjualan di pasar supermegah itu, mereka harus membayar uang sewa setiap pekan. Uang sewa itu Gusti

    sendiri yang menentukan. Adanya pasar supermegah itu dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan rakyat, Gusti. Dan itu berarti ... pendapatan

    Gusti sendiri akan makin bertambah .....

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 6

    SANG PEJABAT

    (Tertawa) Aku paham. Aku paham.

    (terdiam sesaat) Tapi, sampeyan tentu tahu cara untuk meletakkan tempat pasar itu, bukan?

    ABDI TUMENGGUNGAN II

    Hamba, Gusti. Gusti tinggal menurunkan surat keputusan untuk pembangunan pasar itu,

    maka semua pelaksanaan pembangunan akan dapat segera dimulai.

    SANG PEJABAT Baik, baik. Aku akan membicarakan masalah ini dI tingkat kerajaan.

    Mudah-mudahan saja sang Prabu berkenan dan memberikan izin untuk membuka sektor ini ....

    Tiga orang provokator mendengarkan semua pembicaraan itu. Mereka memperoleh

    peluang untuk membuat suasana semakin gerah dan kacau.

    PROVOKATOR 1 Dunia yang tenang merupakan nasib malang buat kita

    Dunia yang tenang akan menjebak kita pada ketidakberdayaan

    PROVOKATOR 2 Dunia yang rusuh adalah kenikmatan tak terhingga

    Perubahan adalah awal kericuhan Ini peluang buat kita

    PROVOKATOR 3

    Hahaha .... siapa penyandang dana kita kali ini?

    PROVOKATOR 1 Kita tidak perlu berpikir penyandang dana

    Mereka akan ada jika kita ada

    PROVOKATOR 2 Yang penting kita mulai bergerak

    Kemiskinan dan kepapaan akan mudah digerakkan Ketidakpuasan dan rasa dengki

    Akan mudah kita kelola menjadi prahara

    PROVOKATOR 3 Perubahan dan perubahan

    Semoga terjadi setiap saat ....

    NARATOR Ya, perubahan dan perubahan akan selalu terjadi Perubahan adalah perjalanan abadi sang zaman Sebagian manusia mendambakan kedatangannya

    Sebagian lainnya membenci kehadirannya.

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 7

    Sebagian menganggap sebagai rahmat Sebagian lainnya menghujat sebagai laknat.

    Tapi, apa makna sebuah perubahan jika yang terjadi adalah petaka dan bencana?

    Ada sosok bernama angkara yang menyelinap di balik perubahan

    menghasut dan membalik nurani manusia-manusia dengki menyusun kalkulasi keuntungan dari setiap prubahan

    membuat perubahan sebagai kendaraan menuju kepuasan

    EPISODION II

    Musik digarap untuk iringan koreografi:

    1. Sang Pejabat Tumenggung berhadapan dengan aparat Kerajaan untuk mem-peroleh persetujuan.

    2. Pada saat sama, para provokator memprovokasi para pedagang dan rakyat kecil untuk melakukan pergerakan.

    3. Para aparat kerajaan menyatakan persetujuan. Sang Tumenggung menge-luarkan surat keputusan dan diserahkan kepada Abdi Tumenggungan I dan II.

    4. Para rakyat kecil bergerak membawa poster, spanduk, dan sebagainya dalam gerakan dinamis.

    5. Sang Abdi Tumenggungan berdiri pada tempat yang tinggi dan membacakan surat keputusan Sang Tumenggung.

    6. Bunyi gemuruh membahana.

    7. Gelombang protes pun mulai. Huru-hara terjadi di mana-mana. Para provokator semakin berperan memimpin rakyat jelata.

    8. Pembongkaran dusun-dusun dan pasar pun tetap dilakukan. Rakyat jelata menjerit kehilangan segala. Manusia-manusia serakah tertawa di antara jerit tangis.

    NARATOR

    1 Para hulubalang telah bermain senjata lagi

    nama-nama lelaki di dusun ini berangsur senyap dan udara mencium bau amis darah tapi negeri ini tak pernah menangis

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 8

    Jika malam larut

    dusun ini sayup dalam senandung pilu seorang ibu ketika ranting-ranting kering menulis pesan entah untuk siapa

    ketika alang-alang menulis harapan yang tak pernah akan terwujud

    2 Dusun-dusun dan pedukuhan yang dulu selalu dijaga para malaikat namun betapa perubahan telah menjadikannya asing bagi rakyat

    Syahdan dua lelaki perkasa bertetangga Jaraknya selayar cuma

    Berabad silsilah hidup berguru pada embun Tapi tiba-tiba berhantam batu

    Maka dusun-dusun dan pedukuhan ini kini dihuni hantu

    Dalam setiupan angin pun bara menyala Dua lelaki perkasa telah menjelma beribu raksasa

    Mendidihkan batu-batu Jadi adonan amarah

    Dan ruh dan rumah-rumah pun goyah

    Aduhai, Siapa lagi yang akan menoreh luka dalam luka yang terlanjur bernanah ini

    Siapa lagi yang akan mengisi racun kebencian dalam dada yang sudah sesak ini

    PARA JELATA Sungguh kami tak tahu

    Kepada siapa kami akan mengadukan nasib kami yang tak selalu ramah di hadapan kami

    dari dulu kami hanya sekedar kerbau-kerbau dungu yang setiap saat diperas dan didera sang tuan

    dicekik dan dilecuti agar kami takut

    PEREMPUAN TUA Aku sudah lelah mengembara di antara tiang-tiang pongah penguasa

    Aku sudah kehilangan segala rasa perih pada tubuh dan tulang rapuh ini Kini, satu-satunya harapan untuk hidup pun telah dirampas

    PARA JELATA

    Ruang-ruang kosong tempat kita tinggal dan bercanda bersama anak-anak dan sanak keluarga,

    kini telah penuh sesak oleh bayang-bayang menakutkan yang bisa saja datang menyergap dan menyeret kita ke kegelapan

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 9

    menghapus deretan nama kita dari catatan sejarah Ah, bahkan untuk bicara saja kita sudah tak punya lagi tempat

    TOKOH KITA

    Siapa yang telah berani melarang kita bicara merampas kebebasan satu-satunya yang kita miliki?

    Siapa yang telah tega hati membuat sangkar-sangkar menakutkan mengurung harapan dan mimpi-mimpi kita

    yang kita sendiri tidak pernah tahu ada ataukah tiada sedangkan Gusti Allah telah memberikan segalanya bagi kita

    agar kita merasa bebas dan tak terjajah

    PARA JELATA Tapi kenyataannya

    Kita bukan hanya merasa terjajah dan tak merasa bebas Kita tidak pernah berhenti diawasi dan dihadapkan kepada ujung tombak

    yang setiap saat meluncur menembus leher-leher kita

    TOKOH KITA Berbuatlah sesuatu. Itu lebih berarti daripada hanya mengumpat.

    Gunakan daya dan kemampuan kita untuk mengangkat derajat kita sendiri Mereka sama seperti kita, mereka pun manusia

    PARA JELATA

    Mereka penguasa! Dengan kita mereka tidak sama dalam segalanya Mereka berhak menentukan arah kehidupan kita

    Mereka berhak menentukan ada dan tiadanya kita Ah,

    Seandainya saja kita dapat sekedar berucap menyatakan segala yang berjejal di kepala kita

    mengeluarkan segala yang bertumpuk di perasaan kita

    Seandainya saja ada yang mau mendengarkan dan mengabulkan segala hal yang kita mau

    kita sudah pasti bukan termasuk jenis manusia sengsara

    TOKOH KITA Jangan bodoh

    Hidup bukan hanya sekedar kata-kata lalu segalanya ada Hidup yang kita hadapi sebuah perjalanan dan perjuangan

    Bahkan kata-kata yang harus kita ucapkan merupakan perjuangan yang harus kita perjuangkan

    PARA JELATA

    Akankah kata-kata yang kita punya terucap keluar dan nyata? Akankah suara yang kita ucapkan terdengar keras dan membahana?

    Akankah kata-kata yang terdengar membahana akan sampai pada tempatnya? Akankah suara yang sampai dapat didengar dan dijawab?

    Tidak, saudaraku!

    Kata-kata hanya sekedar buih kosong buat mereka Atau sesuatu yang dapat diputabalikkan sesuai keinginan mereka

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 10

    NARATOR Kata-kata hanya sekedar kumpulan bunyi dan aksara

    kosong tanpa makna jika orang tak berkehendak menyimaknya Kata-kata hanya sekedar gelembung-gelembung kosong memenuhi udara

    Akan hilang begitu saja tanpa harus mendengarnya.

    Ah, kata-kata Siapa peduli jika ia datang dari setumpuk sampah yang kotor dan hina

    Siapa peduli jika ia hanya berisi protes dan keluhan kesengsaraan

    KOMMOS

    NARATOR Saat-saat seperti ini

    di tempat yang ini pula getar-getar bumi membelah suasana

    setelah terompet perjuangan dibunyikan manusia-manusia bergerak mencari butir-butir keringatnya sendiri

    di antara derasnya hujan yang mengguyur padang perjuangan

    Kepenatan yang meraja setelah menempa langkah mendera lubuk hati dari zaman ke zaman

    tak ada lagi istirah untuk tubuh-tubuh yang lelah perjalanan panjang adalah pergulatan nasib yang tiada henti

    PARA JELATA

    Jangan suruh kami menyanyikan kesunyian Jangan suruh kami menarikan kematian

    kami sudah terlalu lelah buat menjaga langkah bahkan untuk sekedar mengeluarkan kata-kata semata

    telah hilang suara kami ditelan gemuruh keadaan kami lenyap di tengah timbunan yang bernama keajaiban zaman

    SEORANG ADIKUASA

    Sebutkan saja berapa ribu keinginanmu aku masih sanggup meniti jutaan zaman yang akan datang kemiskinan sudah tak berhak mengisi ruang-ruang duniaku

    kepapaan harus sudah lenyap dari pandanganku

    PARA ADIKUASA Kita telah lama menyanyikan genderang perang

    Membentangkan dendam kesumat di palagan kehidupan Menghidupkan dendam yang telah tercipta anak-anak Adam bersengketa

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 11

    Ya! Perang adalah jawaban yang sudah pasti

    Nafsu serakah telah kita kumpuljan di ujung sejata Dendam telah membayangi punggung-punggung perisai kita

    Kita tumbuhkan perang di hati mereka, di benak mereka

    di kehidupan sementara mereka.

    Kelompok Adikuasa meraja Para Jelata terkesima, terkejut, dan terjebak

    Gemuruh membahana diikuti tawa para adikuasa Lalu senyap seketika

    PARA ADIKUASA

    Sungguh dunia adalah kenikmatan yang tak terhingga telah melimpah kekuasaan di dalam genggaman tanganku

    dipuja dan disanjung segala abdi-abdi membuat tegar bersemangat menjalani hidup

    bukan hanya sekedar dalam angan-angan tapi keabadian hidup pribadi

    SEORANG ADIKUASA

    Aku, suara penguasa dunia akan datang telah menjadi kekasih gaibnya kehidupan

    bahkan sebutir debu menyala oleh denting suara laguku

    Marilah ke sini jika kau suka rahasia zaman

    Marilah ke sini jika kau merindukan kenikmatan asih kemala Kukisahkan kepadamu seribu pengembaraan abadi

    di antara bintang-bintang cakrawala

    PARA ADIKUASA Sejak nafas pertama kalian hirup di atas dunia Dua pilihan nyata terbentang di hadapan kalian

    Mengikutiku atau menentangku. Sebab sebuah pengabdian harus nyata mengisi

    Antara kelahiran dan kematian. SEORANG ADIKUASA

    Aku telah lama berkuasa atas Timur dan Barat pengorbanan atasku akan memperoleh kemuliaan

    menentangku berarti bencana sepanjang masa

    Tapi, lihatlah Betapa orang bisa hidup dalam kesengsaraan

    hanya karena enggan melepaskan pemikiran tentang benar dan salah hanya karena takut oleh ancaman yang tak tentu ujung pangkalnya

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 12

    EPISODION III

    Sekelompok rakyat jelata berangan-angan Meratapi kemiskinan yang tak ada hentinya

    Menertawakan kemiskinan yang tak ada hentinya Menikmati kemiskinan yang tak ada hentinya

    SEORANG JELATA

    Mari kita pura-pura menjadi orang kaya di hadapan kita terhidang makanan seba lezat

    yang hanya ada di alam antah berantah

    SEORANG JELATA Ada udang panggang dan semur cumi-cumi

    Paha ayam diguyur kecap nomor satu

    SEORANG JELATA Bah! Kecap di mana-mana selalu nomor satu yang macam-macam nomor itu sandal sepatu

    SEORANG JELATA

    Nasi putih panas-panas menyebarkan harum pandan wangi Di atas meja yang putih bersih

    Ditemani gadis-gadis cantik menawan Mengupas pete dan membuatkan sambel terasi

    Terasi udang asli dari Cirebon

    SEORANG JELATA Wah! Mana ada orang kaya suka pete

    Pake sambel terasi Cirebon segala

    SEORANG JELATA Ya, makanan orang kaya itu pizza, spaghetti, caviar

    SEORANG JELATA

    (setengah marah) Jangan bicarakan makanan yang tak layak kita makan

    Makanan kita hanya sisa-sia yang kita kais dari tong sampah SEORANG JELATA

    Ya, lebih baik kita berangan-angan yang sesuai dengan derajat dan kedudukan kita sebagai manusia-manusia yang dianggap hina

    SEORANG JELATA

    Ah, aku pura-pura menemukan dompet Wah, dompetnya tebal sekali

    SEORANG JELATA

    Apa isinya? Apa isinya?

    SEORANG JELATA Surat-surat ... KTP ... SIM ....

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 13

    SEORANG JELATA

    Apa lagi ...?

    SEORANG JELATA Surat cinta ...

    SEORANG JELATA

    Apa lagi ...?

    SEORANG JELATA Foto cewek ...

    SEORANG JELATA

    Apa lagi ...?

    SEORANG JELATA Ooh ... ada uangnya ....

    SEORANG JELATA

    Naaah ... begitu, dong! Berapa?

    SEORANG JELATA Seratus ribu cuma ....

    SEORANG JELATA

    Berapa ?!

    SEORANG JELATA Ah, dua juta ....

    SEORANG JELATA

    Kita belikan apa?

    SEORANG JELATA Makanan!

    SEORANG JELATA

    Makanan lagi, yang lainnya?

    SEORANG JELATA Beli togel ...!!

    SEORANG JELATA

    Nnaaah ... itu dia! Dia bisa beranak pinak Dua juta kali sekian ....

    Hmmm .... Kita beli apa dengan uang sebanyak itu?

    SEORANG JELATA Beli rumah bagus ....

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 14

    SEORANG JELATA Beli mobil mewah ....

    SEORANG JELATA

    Beli pakaian bagus ....

    SEORANG JELATA Beli minyak wangi ....

    SEORANG JELATA

    Beli makanan ....

    SEORANG JELATA Makanan lagi ....

    Apa tidak ada angan-angan lain selain makanan dan makanan?

    SEORANG JELATA

    Makanan ... Itulah sesungguhnya yang sangat kita dambakan

    supaya kita dapat tertidur lelap dalam istirahat supaya badan kita segar ketika besok pagi bangun supaya kita bersemangat lagi mencari kehidupan

    yang kian seret dan mencekik

    SEORANG JELATA Kalau begitu,

    marilah sejenak kita mengheningkan cipta bagi makanan enak yang tak pernah kita dapatkan.

    Mengheningkan cipta ... mulai!

    (Semua jelata menunduk diiringi lagu keheningan)

    SEORANG JELATA Lihatlah, bulan bersinar di langit hitam di antara bintang-bintang

    Wajahnya memerah laksana gadis muda terkena asmara Ia sungguh menunggu untuk digoda

    Semua jelata memandang ke angkasa

    NARATOR

    Kadang terjadi di tengah malam buta seekor anjing jalanan yang kusam, kurus, dan menjijikkan

    merasa takut oleh keheningan malam padahal saudara-saudaranya tengah melolong

    menentang mega-mega hitam dan meraung:

    Kembalikan bulanku! Kembalikan bintangku!

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 15

    Ia, anjing kecil, kurus dan kusam dikejar kebimbangan mengerikan:

    Untuk apa bulan dan bintang jika harus puas hanya dipandang saja?

    Sekali disusun kisut di matanya, di wajahnya

    Sewaktu terdengar saudaranya dikutuk Bukqn dari padang-padang gelap suara itu datang,

    Musuh yang paling dibencinya itu Tinggal di dalam hatinya sendiri.

    Angkara muncul tiba-tiba. Ia berwajah menyeramkan dalam pakaian hitam serba

    gemerlap. Aroma kejahatan memancar dari dalam dirinya

    ANGKARA Inilah aku sang kekuatan maha perkasa Raja di atas segala raja yang berkuasa Tiga dunia tunduk di bawah duli kakiku.

    Menghitung rambut dan saraf-saraf darahmu adalah kesukaanku Sejak kau cocok langit-langit hatimu dengan butir-butir nafsuku

    Tunduklah atas perintahku

    Lantas akan kulimpahkan segala kenikmatan dunia

    SEORANG JELATA Sepotong hati manusia

    Ditabur bumbu cinta dan angan-angan Disantap dengan rasa dendam ...

    PARA JELATA

    Ini hatiku sendiri !!! Hahahaha ....

    SEORANG JELATA

    Dendam semakin membara Gelas-gelas telah terpenuhi dengan darah Untuk diminum setiap rasa haus tiba ....

    SEORANG JELATA Ini darahku sendiri !!!

    Hahahaha .....

    ANGKARA Ini tahun-tahun pertama perjalananmu tahun-tahun untuk menata kekuatanmu tahun-tahun untuk menikam jantungmu

    tahun-tahun untuk memulai mengisi lembaran hitammu.

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 16

    Tidurlah, himpun tenagamu Lelaplah, bina kekuatanmu

    Jangan hiraukan rasa lapar mendera Jangan pedulikan dahaga

    Jangan seka keringat mengucur Jangan tutupi luka-luka tubuhmu

    NARATOR

    Seribu anak negeri tersenyum ke cakrawala Seribu anak negeri tengadah ke bintang-bintang Seribu anak negeri mengaduk bintang-bintang

    Aksara harapan masa depan seakan tergambar di sana

    ANGKARA Matahari telah lelah terengah kau kendarai seharian

    membungkuk letih di punggung gunung Lihat, angin di rambutmu telah rebah

    Kini, lelaplah kalian dalam kekuasaanku

    berangan-anganlah sampai kalian hilang kesadaran karena dalam ketidaksadaran itu akan kalian temukan kesadaran sejati

    NARATOR

    Waktu tubuh yang lembut terbaring Telah ditemukan jalan terpendek menuju langit Untuk mencari sang kekasih di sela-sela rasi.

    PARA JELATA

    Negeri ini sungguh suatu misteri bulan telanjang memerah keemasan

    Polos menggiurkan menawarkan godaan liuk tubuhnya

    tapi, mengapa dingin tetap saja mengejek?

    ANGKARA Jangan pedulikan!

    Rengkuhlah sepuasmu Raihlah sepuasmu Peluklah sepuasmu

    Cumbulah sepuasmu!

    Bulan muncul menjelma wanita cantik jelita Seribu bulan menarikan tarian menggoda seribu bulan melayang-layang di angkasa

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 17

    NARATOR Seribu bulan muncul di wajah langit

    Seribu bulan melangkah meliuk menggoda Gontai dan gemulai

    Seribu bulan tersenyum menawarkan kehangatan Seribu bulan tertawa menawarkan kebahagiaan

    Bulan yang memerah, jengah karena tatapan Ah, mengapa harus ada nafsu dalam diri manusia?

    SEORANG JELATA Petualang siapakah

    gemulai membelah angkasa? Apakah ini tanda petaka?

    SEORANG JELATA

    Gemulainya sungguh membawa pesona Bidadari mana yang merasuk jiwanya?

    Tak mungkin Srikandi Tak mungkin Supraba

    Tak mungkin Dewi Ratih

    SEORANG JELATA Ia melebihi segala yang lebih

    Ia kecantikan maha indah

    NARATOR Sungguh manusia telah tenggelam dalam kesesatan

    Kemiskinan telah menjerat ke dalam angan-angan liar Angkara merasuk dalam jiwa dan sukma mereka

    Dengarlah nafasnya Dengarlah geramnya

    Dengarlah detak jantungnya ....

    BULAN Jangan pandangi aku dengan tatapmu

    Jangan telanjangi aku dengan pandanganmu

    PARA JELATA Bulan,

    Mendekatlah Selimuti kami

    Dekaplah kami

    BULAN Jangan pandangi aku dengan nafsumu Jangan telanjangi aku dengan nafasmu

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 18

    PARA JELATA

    Bulan, cumbulah kami Lelapkan segala rindu kami

    Berikan sejuta kenikmatan dunia

    BULAN Jangan salahkan aku kalau kau tergoda

    Kecantikan yang kumiliki bukanlah milikku

    PARA JELATA Bulan ....

    BULAN

    Jangan mendekat ....

    PARA JELATA Bulan .....

    BULAN

    Nanti kau menyesal ....

    PARA JELATA Bulan ....

    BULAN

    Seluruh jagat raya akan mengutukmu .....

    PARA JELATA Bulan ....

    BULAN

    Kau akan terkena laknat ....

    PARA JELATA Bulaaannnnn ................ !!!!!!!!!!!!!

    Para jelata beramai-ramai menyerbu ke arah Bulan

    Bulan menjerit dan menghilang di kegelapan Nafas Jelata memburu

    Nafas kehausan Nafas dendam

    Nafas kelaparan Nafas birahi menggebu

    Nafas segala nafas

    TOKOH KITA Ini sungguh tak beradab

    Telah banyak windu kita berjalan di atas kenangan setajam pedang.

    Lewat jalan kecil ini, selalu kita hanya punya dua pilihan

    terus-menerus sengsara atau menjemput kematian

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 19

    PARA JELATA

    Mengapa kau usik kenangan lama? Kematian sungguh tak patut dilagukan

    Biarkan kami tenggelam dalam angan-angan kenikmatan Agar lepas segala kepapaan dan kesengsaraan

    TOKOH KITA

    Setiap duka selalu datangkan khayalan Setiap sengsara selalu mengundang angan-angan

    Lalu kita segera lupa daratan.

    Lihat, perjuangan belum lagi selesai Bangunlah, cari jalan buat melepaskan belenggu

    Kembalilah ke kediaman kalian semula Berpegangan tanganlah dalam satu kesatuan

    PARA JELATA

    Bagaimana? Sedang bernafas pun kita sungguh tak bisa

    Di negeri yang katanya milik kita sendiri Apalagi melangkah melanjutkan perjuangan

    TOKOH KITA

    Tapi kita tak bisa berdiam diri terus-menerus dijerat angan-angan

    sementara kepunahan menyebar laksana epidemi Berbuatlah biarpun sedikit

    Itu jauh lebih berarti

    PARA JELATA Bagaimana kita sanggup? Dalam keadaan seperti ini

    kita hanya setia menunggu maut datang memaksa menyergap diri.

    TOKOH KITA

    Mengapa maut menjadi lebih mulia dari perjuangan? Kita sengaja menyediakan leher kita

    untuk diikat dan digiring ke pemotongan kita terlalu banyak terdiam

    dan kita telah hampir terjatuh ke dalam wujud yang niskala.

    Tidak, saudara-saudaraku. Tidak harus seperti itu. Saat ini kita hanya punya satu pilihan

    Kita harus hidup terus meluruskan hak-hak kemanusiaan Kita harus bangkit menegakkan leher-leher kita yang rapuh

    Semua diam dalam getir

    Semua tertunduk dalam ragu Bulan dan Seribu Bulan di balik tirai

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 20

    NARATOR Ketika manusia harus memilih dua jalan yang berbeda,

    ketika manusia harus memutuskan untuk membuat perubahan, sering mereka merasa takut bahwa jalan yang lurus selalu sulit ditempuh,

    meskipun pada akhirnya ada rasa manis dapat dirasakan, sebaliknya mereka merasa takut pula akan akibat-akibat pahit

    jika memilih jalan lunak dan enak yang menyimpang dari nuraninya.

    Memilih tenggelam dalam ketidakpastian juga bukan pilihan yang bijak satu ketika perubahan toh bakal terjadi pula

    SEORANG JELATA

    Dia benar. Sudah saatnya kita bangkit dari ketidakberdayaan yang tak ada ujungnya

    kita sudah terlalu lelah bertanya-tanya tentang nasib kita

    SEORANG JELATA Ya. Kita hentikan saja pertanyaan itu sekarang

    karena sudah jelas jawabannya tak ada banyak bertanya telah menguras habis seluruh pikir dan rasa kita

    SEORANG JELATA

    Jika pun ada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita Maka jawabannya adalah pertanyaan pula. Jadi, masih perlukah kita bertanya-tanya?

    PARA JELATA

    Tapi, kita butuh seorang pemimpin yang mampu menyatukan pikiran dan perasaan kita

    yang dapat membangunkan kita pada saat kita terlelap yang mampu menjewer kuping ketika berbuat nakal

    SEORANG JELATA

    Untuk ini pula kita tak usah bertanya (Menunjuk TOKOH KITA)

    Dia sudah pantas memimpin kita Dia telah membangunkan kita dari lelap kita dibuai angan-angan

    Dia telah menjewer kita setelah kita berbuat kenakalan

    PARA JELATA Ya. Kita hanya tinggal mengatakan persetujuan.

    Tapi, apakah dia mau memimpin kita?

    SEORANG JELATA Dia yang telah membangunkan kesadaran kita

    akan harga diri dan segala kekurangan kita maka dia harus bertanggung jawab memimpin kita

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 21

    PARA JELATA (kepada TOKOH KITA)

    Hai, kamu yang berdiri tegak di sana Kamu telah menggugah nurani kebenaran di hati kami

    Kamu telah membangun keberanian dalam pikiran kami Kami meminta kamu untuk memimpin kami

    TOKOH KITA

    Jika kalian membutuhkanku untuk memimpin Itu berarti kalian mau bekerja untuk mewujudkan harapan kalian

    Dan aku mau memimpin kalian untuk mencapainya. Tapi jika kalian membutuhkanku untuk memimpin

    Lantas kalian menyuruhku bekerja sendiri untuk kepentingan kalian Sungguh, aku tidak sudi berada di depan kalian

    PARA JELATA

    Kami berada di belakangmu bekerja pikiran dan tenaga kami akan kami susun menjadi kekuatan

    mendukung dan mendorongmu hingga kita semua layak dipandang manusia sebagai manusia

    Para jelata membuat konfigurasi sehingga mereka terbagi dua dan TOKOH KITA

    berada di tengahnya. Dari arah lain, para petinggi kerajaan (PARA ADIKUASA) tiba dan terhenti melihat prosesi penobatan pemimpin di kalangan jelata

    PARA JELATA I

    Kalau kau benar-benar ingin memimpin kami, berjalanlah kau di depan dan jangan meninggalkan kami,

    bahkan jika ada seorang yang cedera kakinya, kau harus mau memikulnya, karena itu kewajibanmu

    PARA JELATA II

    Kalau kau ingin jadi pemimpin lupakan anak istri dan kampung halaman

    berdirilah di situ menjadi lambang atau bahkan tong sampah karena seorang pemimpin

    tempat semua orang untuk mengeluh bukan tempat orang menyebah dan ketakutan

    PARA JELATA I

    Kalau kau ingin jadi pemimpin berjagalah ketika semua orang tertidur

    tahanlah lapar ketika semua orang sedang bekerja cucilah piring-piring ketika semua orang makan

    bahkan untuk mati sekalipun kau tak berhak kalau kau tidak rela,

    mundurlah sekarang juga karena kau nanti bukan lagi memimpin

    tapi menginjak-injak kami sampai rata dengan tanah

    PARA JELATA II Kalau kau ingin jadi pemimpin,

    janganlah berusaha untuk memimpin

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 22

    tapi lakukan hal-hal terbaik yang belum pernah kami lakukan Jadilah contoh bagi semua orang

    kelak akan terlahir manusia-manusia baik sepertimu

    PARA JELATA I Kalau kau jadi pemimpin

    Bukalah seluruh pakaianmu dan berdirilah telanjang saja sehingga kami akan melihat seluruh rusuk dan isi perutmu

    jangan suka menyimpan rahasia.

    PARA JELATA II Kalau kau menjadi pemimpin

    Jadilah teladan bagi semua orang Jangan berbuat curang dan melanggar hukum

    Jangan melemparkan sumpah serapah

    TOKOH KITA Jika kalian mau aku pimpin

    Mari kita bicarakan segala sesuatu dengan terbuka Tunjukkan kesalahan-kesalahanku

    dan tunjukkan cara-cara yang benar bagiku Jangan berunjuk rasa di jalanan

    Jangan main gosip dan membeberkan semua kesalahan orang Jika itu kalian lakukan

    Aku tidak mau memimpin kalian

    PARA JELATA Ya. Mari kita buka hubungan manis

    agar buah-buah yang kita petik akan terasa manis

    menjadi kebanggaan anak cucu kita

    PARA ADIKUASA maju ke depan PARA JELATA

    PARA JELATA bergerak ke dua tepi kiri dan kanan

    SEORANG ADIKUASA Kalian telah melanggar hukum Berunjuk rasa di jalan umum

    Dan mengganggu ketertiban umum Sekarang bubarlah,

    Atau kalian akan diamankan

    PARA JELATA Kami bukan berunjuk rasa

    Kami hanya menunjukkan perasaan kami yang tertekan Kami hanya ingin mengangkat wajah-wajah kami yang telah lama

    dipaksa tertunduk dan patuh di bawah penguasa

    PARA ADIKUASA Kalian tidak berhak berdiri tegak di depanku karena kesejahteraan kalian telah aku jamin

    maka kalian harus patuh terhadap aturan kekuasaan

  • Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 23

    TOKOH KITA Kami tidak menginginkan penguasa atas kami

    Kami hanya menginginkan pemimpin yang mengerti perasaan kami Pemimpin yang benar-benar paham nuraninya sendiri

    Pemimpin yang bukan menggelembungkan diri dan sanak kerabatnya

    PARA JELATA Sebuah pedukuhan tidak mungkin menjadi sebuah kademangan

    jika para kawulanya terdiri atas maling-maling. Sebuah kademangan tidak mungkin menjadi sebuah kepatihan

    jika para kawulanya terdiri atas maling-maling. Sebuah kepatihan tidak mungkin akan menjadi sebuah kedipatian

    jika para kawulanya terdiri atas maling-maling. Dan sebuah kedipatian tidak mungkin akan menjadi sebuah negeri

    jika para kawulanya terdiri atas maling-maling.

    Serombongan hulubalang kerajaan menodongkan tombak-tombak menyeret para jelata ke tepi dan tak berdaya

    Bulan terduduk dalam kebisuan malam

    NARATOR Dunia terus berputar melaju

    Para jelata dan seluruh manusia berlomba membelah nasib Sebagian tercampak di lorong-lorong gelap ketidakpastian

    Sebagian terbelit tirai kelam yang dahsyat

    Aduhai, tubuh yang rapuh, jiwa yang runtuh Dunia berlomba menudingkan tangan-tangan menakutkan

    Mengutukserapahi mereka yang terjebak dalam ketiadaan Doa-doa yang dilantunkan tak lagi mampu menolong Hidup yang diperjuangkan tak lagi memberikan arti Bulan tak lagi memantulkan warna-warna keemasan

    Bahkan bintang-bintang telah berjatuhan bersama daun-daun layu Segala yang hitam mengulurkan jemari tangan dengan kuku-kuku panjang

    Siap mencabik-cabik siapa saja yang hendak menentang

    Aduhai, Seluruh dunia tak lagi mampu memandangnya

    Harapan-harapan yang dirajut sehelai demi sehelai Telah sirna oleh kelamnya hitam yang membelit nurani

    Haruskah kita tutup pintu hati kita atas semua persitiwa duka ini? Haruskah kita pun melemparkan kutuk serapah?

    Inilah kenyataan yang sesungguhnya ada dalam nurani kita Sehingga kita tidak tahu, siapa sesungguhnya yang harus kita bela

    Selesai