Originalitas Kampung Naga

Embed Size (px)

Citation preview

ORIGINALITAS KAMPUNG NAGA FALSAFAH HIDUP, AGAMA, BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT DI TENGAH MODERNISASI

ORIGINALITAS KAMPUNG NAGAFALSAFAH HIDUP, AGAMA, BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT DI TENGAH MODERNISASI

Oleh: Tri KusumawatiNim: 2010460034 Dosen: Ir Lili Mauliani IAI

Fakultas Teknik Jurusan ArsitekturUniversitas Muhammadiyah JakartaSemester Genap 2011 / 20122012

BAB IPENDAHULUAN LATAR BELAKANGAntropologi Arsitektur merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa yang mengambil jurusan arsitektur. Mata kuliah ini mempelajari tentang perilaku manusia terhadap lingkungan sekitar. Sebagai calon arsitek mahasiswa harus dapat memahami karakter calon penghuni bangunan yang akan menempati bangunan atau ruang yang akan mereka desain. Antropologi pada umumnya adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang karakteristik sosial manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dan pada khususnya Antropologi Arsitektur lebih menekankan pada orientasi manusia dengan ruang yang ditempatinya dan dampak pada lingkungan sekitarnya.

Pemahaman akan karakteristik calon penghuni dengan bangunan yang di desain sangatlah penting karena ini menyangkut dengan psikologi seseorang. Jika sang arsitek dapat memahami dan mengetahui dengan jelas fungsi bangunan dan siapa yang akan menghuni bangunan tersebut nantinya, maka tujuan utama desain yaitu desain yang dapat mengakomodir keinginan calon penghuni dapat terpenuhi dengan baik. Sang Arsitek harus dapat memahami karakter dan juga keinginan sang klien. Maka sebelum terjun ke dunia kerja, bakal calon arsitek dibekali dahulu dengan ilmu yang mempelajari tentang psikologi manusia yaitu ilmu Antropologi Arsitektur.

BAB IIKAJIAN TEORIA. SEJARAH KAMPUNG NAGASampurasun ini adalah kata sapaan pertama yang akan anda dengar jika datang berkunjung ke kampung naga. Kalimat ini berarti Selamat Datang dalam Bahasa Indonesia. Secara Geografis Kampung Naga terletak di Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Salawuh, Desa Neglasari. Data riil tentang berdirinya kampung naga tidak diketahui secara pasti karena pada tahun 1956 terjadi pemberontakan DI TII pimpinan Kartosuwiryo yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Kampung Naga dan kampung kampung lain disekitarnya menjadi basis pendudukan tentara Kartosuwiryo. Warga Kampung Naga yang pro pemerintah RI menolak mengikuti gerakan DI TII ini sehingga pada tahun 1956 terjadi pembakaran wilayah Kampung Naga oleh tentara DI TII. Dokumen sejarah serta benda benda pusaka tidak dapat terselamatkan, ikut terbakar bersama dengan jatuhnya korban jiwa yang tidak diketahui pasti jumlahnya. Bukti sejarah tentang asal usul kampung naga diketahui berupa adanya tempat ibadah shalat. Islam masuk ke Indonesia pada abad 14. Hal ini menunjukkan bahwa Kampung Naga sudah ada sebelum Islam masuk ke Indonesia. Agama Islam kemudian menjadi agama utama masyarakat Kampung Naga. Mata pencaharian penduduk bertani diketahui dari adanya peninggalan lumbung padi. Tempat tempat ini kemudian di keramatkan secara turun temurun sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Masyarakat Kampung Naga sangat percaya akan Pamali atau dalam bahasa Indonesia hal yang dilarang.

BAB IIKAJIAN TEORIB. PERAN AGAMA ISLAM DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG NAGA

Masyarakat Kampung Naga adalah pemeluk agama Islam yang kuat. Ajaran Islam diterapkan hampir pada semua aspek dalam kehidupan mereka. Banyak hal yang menjadi acuan bagi kegiatan sehari hari mereka. Secara filosofis adat istiadat dan budaya di Kampung Naga mempertahankan gaya hidup yang telah diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun. Bagi masyarakat Kampung Naga perbedaan budaya adalah warna dalam kehidupan. Mereka berprinsip jangan sampai apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang tergerus oleh kemajuan jaman. Dalam bahasa Sunda mereka menyebutnya dengan : lengit seri na, lengit ajejeng na, rusak budaya, rusak bangsanya . Bagi mereka akar dari bangsa yang baik adalah bangsa yang memilki budaya yang baik juga.Secara arsitektur mereka menerapkan prinsip agama Islam pada bangunan hunian. Rumah rumah tempat tinggal, tempat ibadah, tempat menyimpan ternak peliharaan hingga tempat MCK dibedakan bentuknya. Rumah hunian berada bersisian secara teratur mengarah ke utara dan selatan. Bangunan dilarang menghadap ke barat untuk menghormati kiblat.

BAB IIKAJIAN TEORIB. PERAN AGAMA ISLAM DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG NAGASecara filosofis dalam kehidupan sosial mereka pun sangat menjunjung tinggi ajaran Islam, sebagai contoh jika mereka ingin duduk menghadap ke barat maka mereka dilarang berselonjor atau merentangkan kaki ke depan demi menghormati kiblat. Kaum pria di Kampung Naga secara rutin selama kurun waktu satu tahun mengadakan acara keagamaan yang di pimpin oleh Kunchen atau pemangku adat. Sedangkan kaum wanita membantu dalam menyiapkan konsumsi untuk kemudian di makan bersama sama di Bumi Ageng atau lembaga adat. Upacara keagamaan dilaksanakan di mushalla.

Nama Nama Upacara Keagamaan yaitu:Acara memperingati tahun baru HijriahAcara Maulid Nabi Muhammad SAWAcara Jumadil AkhirAcara Syaban ( menjelang puasa )Acara Idul Fitri ( Hari Raya )Acara Idul Adha ( Lebaran Haji )

BAB IIKAJIAN TEORIC. PERAN BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG NAGAMasyarakat Kampung Naga adalah salah satu contoh masyarakat yang masih memegang teguh filosofis hidup yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Walaupun mereka berada di lingkungan yang cukup dekat perkotaan mereka masih dapat mempertahankan prinsip prinsip yang mereka punya. Filosofis kehidupan yang selaras dengan alam dengan menjadikan alam sebagai subjek bukanlah objek yang harus di eksploitasi. Pola hidup yang masih tradisional terlihat sangat jelas ketika berkunjung ke tempat ini. Kondisi alam yang masih asri, pola bangunan yang selaras dengan alam, hingga material yang digunakan sebagai bahan dasar bangunan juga merupakan bahan yang masih alami. Masyarakat Kampung Naga sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Mereka bertani untuk menyokong kehidupan sehari hari, jika hasil pertanian lebih dari cukup maka hasil itu baru akan dijual keluar. Prinsip kehidupan yang selaras dengan alam diterapkan pada sebagian kehidupan. Sebagai contoh jika mereka akan menebang pohon untuk membangun rumah maka sebelumnya mereka akan menanam pohon yang sama sebagai bekal untuk generasi yang akan datang. Masyarakat Kampung Naga juga memiliki beberapa wilayah yang di pamalikan, dengan adanya larangan ini maka wilayah tersebut tidak di eksplorasi sebagai bentuk kepatuhan mereka kepada aturan leluhur. Pamali adalah kata yang sakrar bagi masyarakat Kampung Naga. Ini adalah bentuk larangan adat yang bersifat absolut atau tidak dapat di ganggu gugat. Apapun segala bentuk larangan cukup dengan kata pamali maka hal itu sudah tidak bisa ditawar lagi .

BAB IIKAJIAN TEORIC. PERAN BUDAYA ADAT ISTIADAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG NAGABudaya dan adat istiadat yang tetap di pegang teguh juga terlihat dari proporsi jumlah masyarakat yang menempati wilayah Kampung Naga dengan luas wilayah yang ada dan jumlah bangunan yang ada. Semua harus selaras dengan alam. Maka jika ada salah satu keluarga yang menikah maka ia akan meninggalkan Kampung Naga dah hidup di luar wilayah Kampung Naga. Hal ini diterapkan demi keselarasan antara alam dan manusia. Warga Kampung Naga yang tinggal diluar akan tetap di anggap sebagai masyarakat Kampung Naga. Mereka akan tetap datang jika ada acara adat maupun agama. Falsafah hidup yang di pegangpun sama dengan falsafah masyarakat Kampung Naga dalam, yang membedakan hanyalah wilayah tempat tinggalnya saja.Bentuk bangunan dan kehidupan masyarakat Kampung Naga dalam dengan masyarakat Kampung Naga luar sedikit berbeda. Jika masyarakat Kampung Naga dalam memiliki aturan aturan atau pakem dalam kehidupan sosial maupun penerapan bangunan, maka masyarakat Kampung Naga luar dapat mengikuti aturan dari wilayah yang mereka tinggali dengan tidak menghilangkan prinsip dasar filosofi Kampung Naga. Sebagai contoh Bangunan rumah tinggal warga Kampung Naga Luar di ijinkan mengikuti bentuk bangunan di lingkungannya dan juga menggunakan teknologi masa kini.

BAB IIIDATA EXISTING

DATA GEOGRAFISKampung Naga terletak di : - Propinsi Jawa Barat- Kabupaten Tasikmalaya- Kecamatan Salawuh- Desa NeglasariLuas Wilayah : 1, 5 haBatas Wilayah :- Utara: Parit Kecil- Barat: Bukit- Timur: Sungai Ciwulan- Selatan: Parit KecilDitempati oleh 113 Bangunan dan 108 Kepala KeluargaMayoritas berada di wilayah kabupaten Tasikmalaya dan GarutLembaga Adat :1. Kuncen: Bapak Ade Suherlin2. Lebe: Bapak Ateng Jaelani ( Kepala Sarana Keagamaan )3. Punduk : Bapak Maun ( Mengayomi bidang kemasyarakatan )

BAB IIIDATA EXISTING

B. DATA ARSITEKTUR

Bangunan di Kampung Naga mulai dari letak hingga bentuk bangunan berbeda dengan bangunan yang lain. Secara Filosofis bangunan Kampung Naga tidak terlepas dari filosofis sekujur badan manusia yaitu :Kaki: Bangunan dibuat fleksibel mengikuti alam agar nantinya bila terjadi bencana alam seperti gempa bumi tidak terlalu merusak bentuk bangunan.Badan: Bangunan sebagai tempat pusat aktivitasKepala: Lambang kepala hitam yang terbuat dari ijuk melambangkan kedamaian.Seluruh bangunan di Kampung Naga mengarah ke utara dan selatan dibuat bersisian dan selaras dengan alam. Bangunan tidak dibuat menghadap ke barat demi menghormati arah kiblat. Grid bangunan tersusun rapi dimulai dari rumah kuncen, diikuti dengan rumah lebe, rumah punduk, balai pertemuan dan lumbung padi. Pada zaman dahulu rumah di Kampung Naga ini hanya memiliki satu pintu di depan. Ruang depan difungsikan sebagai tempat beraktivitas seperti memasak dan ruang menerima tamu, namun seiring perkembangan zaman dan mulai banyaknya orang luar yang datang berkunjung maka setelah tahun 1970 ruangan mulai memiliki sekat. Ruang belakang yang disekat difungsikan sebagai ruang istirahat. Sekat ini maksudkan agar orang yang beristirahat tidak terganggu oleh aktivitas di ruang depan.

GAMBAR GAMBAR BANGUNAN KAMPUNG NAGA

Gambar 1 : Mushalla / Surau

Gambar 2 : Balai Urang / Lembaga Adat

GAMBAR GAMBAR BANGUNAN KAMPUNG NAGA

Gambar 3 : Rumah Tradisional

Gambar 4 : Rumah Tradisional

GAMBAR GAMBAR BANGUNAN KAMPUNG NAGA

Gambar 5 : Rumah Dinas Kuncen

Gambar 6 : Grid Bangunan di buat selaras dengan alam

GAMBAR GAMBAR BANGUNAN KAMPUNG NAGA

Gambar 7 : Rumah Tradisional yang berada di wilayah atas Kampung Naga

Gambar 8 : Rumah Tradisional menggunakan material yang di ambil dari alam

GAMBAR GAMBAR BANGUNAN KAMPUNG NAGA

Gambar 9 : Pintu pada sisi depan dibuat skalatis dengan ukuran tubuh manusia +/- 180 cm

Gambar 10 : Dapur tradisional menggunakan bahan alami

GAMBAR GAMBAR BANGUNAN KAMPUNG NAGA

Gambar 11 : Dapur tradisional dengan jendela sebagai ventilasi udaraGambar 12 : Anyaman bambu pada pintu menuju dapur ini memiliki pola khusus gelap terang. Benda yg di gantung ini sebagai tolak bala

GAMBAR GAMBAR BANGUNAN KAMPUNG NAGA

Gambar 13 : Interior ruang tamu dengan lampu tempel sebagai alat peneranganGambar 14 : Interior dinding menggunakan anyaman bambu yang diberi kapur sebagai pengganti cat

GAMBAR GAMBAR BANGUNAN KAMPUNG NAGA

Gambar 15 : Interior atap dengan kemiringan 30 derajat mengikuti bentuk bubungan bangunanGambar 16 : Interior jendela terbuat dari kayu dengan tambahan kaca ( hal ini menunjukkan modernisasi yang bisa di terima masyarakat Kampung Naga )

BAB IIIDATA EXISTING

C. DATA STRUKTUR BANGUNAN

Secara struktural seluruh bangunan di Kampung Naga menggunakan material yang di ambil langsung dari alam. Pondasi rumah bentuk rumah panggung dan tidak menggunakan semen sebagai perekat. Sebagai pengganti serabut kelapa dan tanah liat yang dipadatkan diolah sebagai pengganti semen. Batu alam digunakan sebagai pondasi kaki kaki. Susunan batu tidak di pendam ke dalam, melainkan hanya berada di atas tanah sebagai penampang papan yang disusun horizontal di atasnya. Lantai menggunakan bambu gambong. Atap menggunakan ijuk, bentuk plafond dibuat melengkung mengikuti arah atap. Mereka menyebutnya di kampuh. Untuk struktur badan dinding menggunakan anyaman bambu. Walaupun semua material di ambil dari alam kekuatannya dapat bertahan lama, karena untuk pemilihan materialnya sendiri mereka menggunakan teknik khusus yang di wariskan secara turun temurun. Pemilihan waktu pengambilan material dari alam juga menentukan kekuatan bahan bahan tersebut nantinya. Biasanya proses pembuatan satu rumah memakan waktu kurang lebih 12 hari. Batu untuk pondasi dipilih secara khusus. Kayu dan bambu sebelum ditebang dipukul pukul dahulu untuk mengetahui kekuatannya, kemudian waktu penebangannya pun biasanya dilakukan pagi hari sekitar pukul Sembilan. Setelah ditebang kayu dan bambu direndam dahulu selama kurang lebih satu bulan baru digunakan. Ini adalah salah satu rahasia kekuatan bangunan di Kampung Naga.

GAMBAR GAMBAR STRUKTURAL BANGUNAN KAMPUNG NAGA

Gambar 17 : Pondasi batu kali yang menopang kayu sebagai penyangga kaki rumah panggung

Gambar 18 : Kayu yang disusun horizontal ditopang oleh pondasi batu besar

GAMBAR GAMBAR STRUKTURAL BANGUNAN KAMPUNG NAGA

Gambar 19 : Bentuk bangunan rumah panggung memungkinkan untuk meletakan kayu bakar pada bagian bawah rumah

Gambar 19 : Batu kali yang berasal dari alam difungsikan sebagai tembok penyangga rumah - rumah

BAB IVKAJIAN TEORI VS DATA EXISTING

Berdasarkan hasil pembahasan dari kajian teori pada Bab II dan data existing pada Bab III dapat diketahui bahwa Kampung Naga adalah salah satu situs warisan budaya Indonesia yang masih sangat terjaga kelestariannya. Budaya hidup yang selaras dengan alam mengajarkan kepada kearifan terhadap lingkungan sekitar. Pengaruh agama Islam yang kuat juga turut menjadi factor terjaganya kearifan budaya ini. Ketika agama dan budaya di satukan pada lingkup kehidupan sehari hari, masyarakat Kampung Naga sudah membuktikan bahwa ini adalah sinergi yang baik dan saling melengkapi. Sinergi yang terjalin antara manusia dengan alam terlihat jelas jika anda mengunjungi Kampung Naga. Wilayah yang masih sangat terjaga keasriannya, keharmonisan warganya benar benar menunjukkan tingginya nilai budaya yang dimiliki masyarakat Kampung Naga. Banyak hal yang bisa dipelajari dari pola hidup masyarakat Kampung Naga. Budaya, agama, adat istiadat melebur membentuk kesatuan yang indah. Arsitektur bangunan juga turut menunjukkan kearifan budaya Kampung Naga dengan alam semesta.

Gambar yang menunjukkan sinergi antara alam, budaya dan adat istiadat di Kampung Naga

Gambar 20 : Hamparan sawah sebagai sarana bertani warga Kampung Naga

Gambar 21 : Sungai sebagai sarana pengairan warga Kampung Naga

Gambar yang menunjukkan sinergi antara alam, budaya dan adat istiadat di Kampung Naga

Gambar 22 : Keseharian warga Kampung Naga

Gambar 23 : Untuk dapat mencapai Kampung Naga harus melalui anak yang berjumlah +/- 500 buah

BAB VKESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari kunjungan langsung ke Kampung Naga dapat disimpulkan bahwa Kampung Naga merupakan salah satu kampung tradisonal yang masih memegang teguh budaya leluhur. Letaknya yang berada tidak jauh dari kota besar tidak membuat Kampung Naga menjadi wilayah yang dapat di masuki secara langsung oleh modernisasi yang berkembang saat ini. Falsafah hidup yang memegang teguh budaya leluhur, menghormati adat istiadat yang sudah di turunkan secara turun temurun tetap terjaga kelestariaannya hingga saat ini. Salah satu falsafah hidup yang mereka pegang adalah lengit seri na, lengit ajejeng na, rusak budaya, rusak bangsanya . Bagi mereka akar dari bangsa yang baik adalah bangsa yang memilki budaya yang baik pula.Keselarasan hidup dengan menjadikan alam sebagai subjek bukanlah objek yang dapat di eksploitasi menunjukkan bahwa masyarakat Kampung Naga sangat menghargai alam. Hal ini juga terbentuk berkat filosofis budaya yang tetap terjaga dan ajaran agama yang mereka pegang teguh bahwa Agama Islam mengajarkan manusia sebaiknya hidup selaras berdampingan dengan alam . Adat istiadat dan bentuk bentuk larangan sebagai pengontrol bagi kelangsungan hidup masyarakat Kampung Naga.Pengamatan dari segi arsitektural juga membuktikan bahwa bangunan yang di bangun dengan menggunakan material alami tetap dapat bertahan lama. Pola ruang dan grid bangunan yang di susun dengan sangat rapi mengikuti aturan adat dan agama menjadi nilai tambah keindahan arsitektur Kampung Naga. Setiap warga Kampung Naga baik yang tinggal di wilayah Kampung Naga maupun di luar Kampung Naga tetap menjaga kelestarian budaya mereka. Sungguh sesuatu ayng dapat di banggakan. Warga Kampung Naga tidak menolak modernisasi namun mereka memfilternya terlebih dahulu, mana yang akan mereka ambil dan mereka gabungkan dengan falsafah hidup mereka menjadikan Kampung Naga ini kampong yang patut di banggakan.

TERIMA KASIH