8
 Osteomyelitis DEFINISI Kata osteomye li ti s berasa l dari bahasa Yu nani kuni ost eon (t ul ang) dan muelinos (s umsum) dan bermakn a infe ksi pad a bagia n sums um tulang. Li teratur me di s umum mengembangkan definisi menjadi proses inflamasi pada seluruh tulang termasuk korteks dan  periosteum, dengan proses patologis terbatas pada endosteum. Penyakit ini meliputi tulang kortikal dan periosteum, dan dapat juga dipertimbangkan sebagai kondisi inflamasi pada tulang , dengan permulaan pada kavitas sumsum dan sistem havarian dan meluas dengan melibatkan  periosteum pada area terpengaruh. Infeksi terjadi pada bagian terkalsifikasi ketika pus dan edema  pada kavitas sumsum dan di baah p eriosteum menghambat suplai darah lokal sehingga terjadi iskemia dan tulang terinfeksi menjadi nekrosis dan memi!u pembentukan se"uester. #e"uester adal ah segmen tul ang yang men jadi nekrot ik kar ena luka isk emi k yang dis ebab kan proses ker adan gan. $al ini mer upakan tanda kla sik dar i ost eomy eli tis . %al aupu n ost eomy eli tis mempunyai banyak faktor penyebab seperti luka trauma, radiasi, dan beberapa substansi kimia, isti lah &oste omyeli tis' banyak digunak an untuk mendeskrip sikan infeksi tula ng yang diind uksi oleh mikroorganisme pyogenik (ar, *altensperger, and +yri!h, --). %alaupun organisme yang di kult ur berbed/beda, or gani sme te ri solasi yang pali ng umum di temukan adal ah Staphylococcus aureus  dan Staphylococcus albus  serta st repto! o!!i lai n (0ngol e and Pravee n, --1). Pada umumnya, organisme pyogenik rahang men!apai sumsurm tulang pada gigi dengan abses atau infeksi setelah pembedahan, namun karies gigi merupakan penyebab yang paling umum di antara semuanya.2etapi, pada beberapa kasus tidak ada sumber infeksi yang dapat dii dent ifi kas i, dan peny ebar an se!ara hematogen did uga sebagai asa l mul a peny akit . Pada  beberapa pasien tidak ada organisme infeksius yang dapat diident ifikasi, kemungkinan karena terapi antibiotik sebelumnya atau metode isolasi bakteri yang inadekuat. Koloni bakteri juga bisa terdapat pada poket tulang terisolasi yang ke!il dan luput pada saat pengambilan sampel (%hite and Pharoah, --).

Osteomyelitis Nabiela

Embed Size (px)

DESCRIPTION

osteomyelitis

Citation preview

OsteomyelitisDEFINISIKata osteomyelitis berasal dari bahasa Yunani kuni osteon (tulang) dan muelinos (sumsum) dan bermakna infeksi pada bagian sumsum tulang. Literatur medis umum mengembangkan definisi menjadi proses inflamasi pada seluruh tulang termasuk korteks dan periosteum, dengan proses patologis terbatas pada endosteum. Penyakit ini meliputi tulang kortikal dan periosteum, dan dapat juga dipertimbangkan sebagai kondisi inflamasi pada tulang , dengan permulaan pada kavitas sumsum dan sistem havarian dan meluas dengan melibatkan periosteum pada area terpengaruh. Infeksi terjadi pada bagian terkalsifikasi ketika pus dan edema pada kavitas sumsum dan di bawah periosteum menghambat suplai darah lokal sehingga terjadi iskemia dan tulang terinfeksi menjadi nekrosis dan memicu pembentukan sequester. Sequester adalah segmen tulang yang menjadi nekrotik karena luka iskemik yang disebabkan proses keradangan. Hal ini merupakan tanda klasik dari osteomyelitis. Walaupun osteomyelitis mempunyai banyak faktor penyebab seperti luka trauma, radiasi, dan beberapa substansi kimia, istilah osteomyelitis banyak digunakan untuk mendeskripsikan infeksi tulang yang diinduksi oleh mikroorganisme pyogenik (Marx, Baltensperger, and Eyrich, 2009). Walaupun organisme yang dikultur berbed-beda, organisme terisolasi yang paling umum ditemukan adalah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus serta streptococci lain (Ongole and Praveen, 2007).Pada umumnya, organisme pyogenik rahang mencapai sumsurm tulang pada gigi dengan abses atau infeksi setelah pembedahan, namun karies gigi merupakan penyebab yang paling umum di antara semuanya.Tetapi, pada beberapa kasus tidak ada sumber infeksi yang dapat diidentifikasi, dan penyebaran secara hematogen diduga sebagai asal mula penyakit. Pada beberapa pasien tidak ada organisme infeksius yang dapat diident ifikasi, kemungkinan karena terapi antibiotik sebelumnya atau metode isolasi bakteri yang inadekuat. Koloni bakteri juga bisa terdapat pada poket tulang terisolasi yang kecil dan luput pada saat pengambilan sampel (White and Pharoah, 2009).

Marx RE, Baltensperger M, Eyrich GK. 2009. Osteomyelitis of the Jaws. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Pp. 6White SC, Pharoah MJ. 2009. Oral Radiology: Principles and Interpretation. Sixth Edition. St. Louis: Mosby Elsevier. Pp. 331Ongole R, Praveen BN. 2007. Clinical Manual Oral Medicine and Radiology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. Pp. 115-116

TANDA KLINISBanyak kasus dari osteomyelitis pada kepala dan leher yang lebih sering melibatkan mandibula daripada maksila rahang. Hal ini terkait dengan fraktur traumatik rahang atau infeksi yang menyebar dari sumber odontogenik (Robinson, 2010). Osteomyelitis akut ditandai dengan gejala rasa nyeri dan pembengkakan, sedangkan pada kasus kronis gejala tidak tampak atau sakit terasa samar, namun terdapat peristiwa eksaserbasi. Pada kasus tertentu dapat ditemukan limfadenopati regional dan demam. Selain itu juga terdapat gambaran tulang terkalsifikasi pada tulang terinfeksi dan aliran pus serta paresthesia pada bibir bawah yang dipersarafi saraf mentalis. Pada pemeriksaan oral, gigi pada area terinfeksi sensitif terhadap perkusi dan terjadi pembesaran mandibula atau rahang yang asimetris. Bila infeksi sudah mencapai otot pengunyahan maka akan terjadi trismus (Larheim and Westesson, 2006).

Gambar 1.1. (a) Kasus osteomyelitis kronis sekunder pada lansia di mandibula kiri. Terdapat fistula ekstraoral dan pembentukan parut di mandibula kiri. (b) Gambaran intraoral pada pasien yang sama dengan eksposur pada bagian tulang terinfeksi dan sequestra (Marx, Baltensperger, and Eyrich, 2009).

BAGambar 1.2. Osteomyelitis pada mandibula; pasien laki-laki usia 58 tahun dengan rasa nyeri dan pembengkakan perimandibular. A. Gambaran radiografi panoramik menunjukkan destruksi tulang yang difus pada molar dan sequestrum terduga pada premolar. B. Gambaran CT axial menunjukkan destruksi yang melebar dari foramen mentalis (tanda panah atas) ke area molar dan defek pada tulang kortikal lingual, namun tak ada sequestrum. Perhatikan bagian kecil di periosteal bukal pada regio molar (tanda panah) (Larheim and Westesson, 2006).

BA

Gambar 1.3. Osteomyelitis, mandibula; Wanita usia 46 tahun sebelumnya merasa nyeri pada molar. Setelah ekstraksi, nyeri masih terasa dan bertambah dengan pembengkakan perimandibular. A. Gambaran panoramik menunjukkan destruksi tulang yang difus (tanda panah). B. Gambaran CT axial menunjukkan destruksi difus dari tulang kortikal bukal (tanda panah) dan sequestrum (kepala panah) (Larheim and Westesson, 2006).

Gambar 1.4. Osteomyelitis, mandibula; Wanita usia 46 tahun dengan nyeri, selulitis mandibula, dan pembengkakan difus di leher. Gambaran CT Axial menunjukkan gambaran moth-eaten dan infeksi ekstensif bilateral (Larheim and Westesson, 2006).

BA

DC

Gambar 1.5. Osteomyelitis, mandibula; Wanita usia 72 tahun dengan nyeri ringan dan variabel serta pembengkakan tiga tahun setelah ekstraksi gigi. Saat ini dengan paresthesia saraf mental. A. Gambaran panoramik menunjukkan perubahan sklerotik difus (tanda panah), dan fokus kecil pada destruksi tulang (kepala panah). B. Gambaran CT axial menunjukkan perubahan sklerotik yang ekstensif dan difus pada mandibula kanan, melintasi garis tengah. C. CT koronal melalui foramen mentalis menunjukkan destruksi tulang parah di bagian kanan (tanda panah), menyebabkan paresthesia. D. CT axial tujuh tahun kemudian masih menunjukkan ostomyelitis sklerotik, dengan eksaserbasi dan sequestrasi (kepala panah) (Larheim and Westesson, 2006).

Gambar 1.6. Osteomyelitis kronis pada regio molar dan premolar satu di bagian kiri mandibula (Fragiskos, 2007)

Fragiskos FD. 2007 Oral Surgery. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Pp. 361

Robinson RA. 2010. Head and Neck Pathology: Atlas for Histologic and Cytologic Diagnosis. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. Pp. 99

Larheim TA, Westesson P-L. 2006. Maxillofacial Imaging. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Pp. 119-125

ETIOLOGI

Berbagai faktor dapat menyebabkan infeksi yang terjadi pada osteomyelitis, seperti infeksi odontogenik langsung dari pulpa ke rahang, infeksi tulang dari infeksi odontogenik supuratif yang sebelumnya sudah terjadi, seperti abses periapikal, poket periodontal pada tulang rahang yang mengalami fraktur, granuloma atau kista periapikal terinfeksi, gingivitis ulseratif nekrosis akut, abses periodontal, perikoronitis, dan gigi fraktur atau ujung akar gigi yang tertinggal (Pramod and Pramod, 2014; Purkait, 2011). Osteomyelitis dapat terjadi akibat fraktur rahang dengan tulang terekspos di luar kulit atau mukosa yang disebabkan trauma, pencabutan gigi tanpa asepsis dan cakupan antibiotik yang layak, cedera akibat luka tembakan pada rahang dengan laserasi jaringan lunak dan tulang terekspos, penyebaran mikroorganisme dari infeksi jaringan lunak di atas tulang, serta infeksi sekunder yang terjadi setelah proses radiasi. Infeksi penyakit tulang seperti Pagets disease, displasia fibrosa, dan osteopetrosis juga merupakan salah satu faktor penyebab osteomyelitis. Faktor lain seperti keracunan fosfor, infeksi anakoretik, dan faktor idiopatik juga berpengaruh (Purkait, 2011). Selain itu infeksi dapat terjadi sebagai akibat dari laserasi dan infeksi kelenjar getah bening dimana infeksi menyebar secara hematogen. Osteomyelitis sering terjadi pada pasien dengan resistansi host yang menurun, vaskularisasi rahang yang berubah, atau penderita penyakit sistemik (Sanghai and Chatterjee, 2009).Sebagai penyakit keradangan, perkembangan osteomyelitis tergantung pada keseimbangan antara virulensi dan jumlah mikroorganisme yang ada pada tulang dan kapasitas pertahanan lokal maupun sistemik tubuh pasien terhadap infeksi. Bagaimanapun juga, selain kedua faktor tersebut terdapat beberapa faktor predisposisi yang berperan penting terhadap patogenesis osteomyelitis (Purkait, 2011).Terdapat dua faktor predisposisi dari osteomyelitis, yakni faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor predisposisi lokal dari osteomyelitis antara lain posisi anatomis dari penyakit, penyakit tulang yang dialami, dan cedera akibat radiasi. Tulang mandibula memiliki suplai darah yang lebih sedikit bila dibandingkan maksila, selain itu mandibula memiliki tulang kompak yang lebih banyak yang menyebabkan osteomyelitis lebih sering terjadi pada mandibula. Penyakit tulang berjangka waktu lama seperti Pagets disease, displasia fibrosa, lesi kista, osteopetrosis, menjadikan tulang lebih rentan terhadap osteomyelirtis, apabila infeksi terjadi pada jaringan. Radioterapi pada area kepala dan leher terkadang membentuk endarteritis obliteratif, yang menghasilkan suplai darah ke arah tulang rahang terganggu. Pada kondisi ini kemungkinan terjadinya osteomyelitis meningkat apabila infeksi terjadi pada tulang (Purkait, 2011).Faktor predisposisi sistemik pada osteomyelitis meningkatkan perkembangan penyakit dengan menurunkan resistansi tubuh terhadap infeksi. Faktr ini meliputi malnutrisi dan alkoholisme kronik, adiksi obat-obatan terlarang, anemia khususnya sickle cell anemia, diabetes yang terkontrol dengan rendah, leukimia akut, agranulositosis, sifilis, campak dan demam tifoid, infeksi HIV dan AIDS, serta infeksi saluran kencing (Purkait, 2011).

Pramod JR, Pramod J. 2014. Textbook of Oral Medicine. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. Pp. 191

Sanghai S, Chatterjee P. 2009. A Concise Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. Pp. 137-138

Purkait SK. 2011. Essentials of Oral Pathology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. Pp. 402-403

FAKTOR PREDILEKSI

Osteomyelitis dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin, namun kebanyakan penderitanya berjenis kelamin laki-laki. Hingga saat ini faktor predileksi jenis kelamin tersebut belum diketahui penyebabnya, yang mana diduga karena laki-laki memiliki eksposur trauma yang lebih besar bila dibandingkan dengan wanita (Robinson, 2010; Yochum and Rowe, 2005). Kaneda et al. menyebutkan bahwa bagian molar dan premolar rahang bawah lebih sering terinfeksi osteomyelitis bila dibandingkan dengan regio lain, karena regio posterior merupakan bagian yang paling umum mengalami infeksi odontogenik. (Kaneda et al., 1989; Prasad et al., 2007)

Yochum TR, Rowe LJ. 2005. Yochum and Rowes Essentials of Skeletal Radiology. Volume 1. Third Edition. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. Pp. 1374

Prasad KC, Prasad SC, Mouli N, Agarwal S. Osteomyelitis in Head and Neck. Acta Oto-Laryngica 2007; 127: 194-205

Kaneda T, Yamamoto H, Suzuki H, Ozawa M. A clinicoradiological study of maxillary osteomyelitis. J Nihon Univ Sch Dent 1989;/31:/464-9