Upload
duongphuc
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Ot)A2-3)f!tE/iJJf;. ' - ' ,:'', i/\:\i :
METODE PENDIDIKAN SOSIAL ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM
( Penelitian Terhadap llmu Pendidikan Islam ) . .
Oleh:
Ors. A. KAHAR MUZAKAR HASBI
LEMBAGA PENELITIAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
1996
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi,
yang telah memberi nikmat kurnia dengan dapat menyelesai
kan peneli tian ini, semoga shalawat dan salam dilimpahkan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memba
wa umatnya ke jalan lurus.
Banyak hal di sekeliling kita dilupakan padahal sa
ngat penting sekali bagi kehidupan umat, yang menyangkut
pendidikan sosial anak dalam keluarga, terutama umat Is
lam.
Untuk i tu tidak melupakan kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian penelitian ini, penulis me
nyampaikan terima kasih.
Akhirnya semoga pahala bagi hambanya yang beramal
baik dilimpahkan sesuai dengan amalnya.
Bandung, Ju 1 i 1996
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................... i
ii DAFTAR ISI
BAB I. P E N D A H U L U A N 1
A. Latar Belakang Masalah ................. 1
B. Perumusan Masalah
c. Tujuan Penelitian
6
7
D. Kerangka Pemikiran ..................... 7
E. Langkah-langkah Penelitian ............. 11
BAB II. DESKRIPSI TENTANG ILMU PENDIDIKAN ISLAM... 15
A. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam....... 15
B. Tujuan Ilmu Pendidikan Islam........... 24
C. Metode Pendidikan Islam................ 30
D. Sumber Ilmu Pendidikan Islam........... 36
BAB III. KELUARGA MUSLIM DAN PENDIDIKAN SOSIAL ANAK
DALAM KELUARGA MUSLIM..................... 41
A. Keluarga Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
1. Pengertian .......................... 41
2. Konsep Dasar Pendidikan Keluarga Mus-
1 im . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 2
3. Problematika Pendidikan Keluarga Mus-
1 im . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 9
4. Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga Mus
lim 53
Halaman
B. Pendidikan Sosial Anak Dalam Keluarga
Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56
1. Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56
2. Tujuan Pendidikan Sosial Anak Dalam
Keluarg a Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
3. Materi Pendidikan Sosial Anak Dalam
Keluarga Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
BAB IV. METODE PENDIDIKAN SOSIAL ANAK DALAf1 KELUAR-
GA MUSLIM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 4
A. Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 4
B. Konsep Dasar Metode Pendidikan Sosial .. 75
C. Metode Pendidikan Sosial Anak Dalam Ke-
luarga Muslim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 O
BAB V. P E N U T U P ............................. 114
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 114
B. Implikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 115
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 118
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai
peranan yang sangat penting untuk menjaga dan menjamin ke-
langsungan hidup bangsa yang bersangkutan. Tanpa proses
pendidikan nilai-nilai budaya, sosial, pengetahuan dan ni-
lai moral tidak dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Di sisi lain pendidikanpun merupakan suatu bagian
yang tidak dapat dipisahkan, baik secara individu maupun
kelompok, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana un-
tuk rnencapai tu ju an hidup.
H.M. Arifin dalam bukunya Pilsafat Pendidikan Islam,
mengemukakan sebagai berikut :
Suatu proses yang diingini dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individu dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya (H.M. Arifin, 1987 : 10).
Senada dengan hal di atas, menurut Hasan Langgulung
(1988:35) pendidikan yang baik adalah yang memberikan sum-
bangan pada semua bidang pertumbuhan individu. Dalam per-
tumbuhan akal (intelektual) pendidikan yang baik dapat me-
nolong individu mendidik dan menghaluskan perasaannya ser-
ta mengarahkan ke arah yang diingini sehingga menjadi ke-
kuatan dan motivasi ke arah kebaikan. Dalam bidang spiri-
tual, pendidikan dapat menolong individu untuk menguatkan
iman, aqidah dan pengetahuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dengan ajaran serta moral agamanya.
Dalam bidang sosial, pendidikan dapat memainkan peranan
utama dalam menyiapkan individu mengbadapi kehidupan so.
sial yang berhasil dan produkt-if.
Jadi jelaslah bahwa pendidikan secara fungsional m
mengemban tugas mewariskan, meneruskan, menanamkan, meng
integrasikan nilai-nilai hidup m~nusia, baik nilai inte.
lektual, politik, sosial, budaya dan moral spiritual.
2
Setiap kita renungkan keadaan. masyarakat di berbagai
tempat akan didapati bahwa masyarakat itu mengalami ber
bagai masalah budaya, ekonomi, sosial dan politik.
Untuk itulah diantara segi-segi pertumbuhsn dan persiapan
yang mungkin disumbangkan oleh pendidikan kepada individu
adalah membuka pribadinya dan mengembangkan berbagai segi
nya ke arah yang ingin dicapai oleh tujuan pendidikan ter
sebut, dengan cars memperkenalkan kepadanya akan hak-hak
yang diberikan oleh Tuhan sebagai individu di dalam suatu
masyarakat, begitu juga kewajiban-kewajib~n, tanggung ja
wab dan kemestian-kemestian eebagai akibat dari hak-hak
ini. Ia juga hilJ.>Ul!J;:diper!l:iapkan untuk mengadakan hubung
an-hubungan sosial yang berhasil dan produktif.
Kiranya merupakan kettetapan eksperimental dan tak
tual bahwa keselamatan dan kekuatan masyarakat tergantung
pada keselamatan individu dan persiapannya.
Mass depsn yang mulis tergsntung di tsngsn generssi
muds, ini bersrti bahwa di tangan ibu bapaklah terletak
kendslinys. Kelusrgalsh sebagai pransts sosial pertams d
dan utama tak dapst disangksl lsgi mempunysi srti penting
strstegis dslsm mengisi dan membeksli puters-puteri yang
tengsh mencsri mskns kebfpupsnnys. Dengsn demikisn, lsng
ksh snsk selsnjutnya tergsntung bsgailil111ns orang tus mem -
persaapksn pendidiksn bsgi snsk dalam kelusrgs. K~rens
dengsn bergitu selur¢1 snsk dspst disndslksn menjadi be
nih yang bsik. Sebsgimsna yang dikemuksksn oleh Boeh@~il
( 1993:47) :
3
Ansk sdslsh snugersh dari Allah swt., Dis diterims demgsn sepuluh jsri terbuks oleh setisp orang tuanya. Bsiknya pemelihsrsan anak sekarang, akan sukseslsh di kemudian hari. Ibarat bercocok tanam, jika pemeliharaannya baik, maka baik pula tumbuhnya, dan niscaya bushnyapun akan baik. Tentu kelak akan akan menerima hasil yang menguntu~gkan. Namun sebaliknys, bile jelek peme-1 iharaannys, akan jelek pula tumbuhnye, den buahnyapun tidsk mungkin berhaeil dengan baik. Demikiam jugs pe... meliharaan terhedap anak kits, tergentung bsgeimana care kits mendidiknya.
Dalem @spek pendidiken anak ini, Islam telah banyak
memberikan tuntunen yang bersifet praktis, sehingga mudsh
sekali untuk diterapkan.
Namun, akibat deri dampak negstif Ilmu Pengetshuan
den Teknologi (IPTEK), bsnysk orang tua yang bersnggapsn
bshwa pendidikan anak dalam k~luarga tidaklah penting.
Mereka beranggapan, bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan
materi anak, make tanggung jawab orang t.u1.1 sudah terpenu
hi. Dengan memenuhi setiap permintaan anak-anaknya, msks
tanggung jawsbnya sebegei orang tus sudah selessi.
4
Kita sering melihat, suatu keluarga di mane kedua @ -
rang tuanya sibuk bekerja. Pergi pagi pulang malam.
Sedangkan anak-anaknya hanya diasuh oleh pembantu11.,Sehill:lg«i.
ga tidaklah aneh apabila si anak lebih akrab dengan pemban
tu daripada orang tuanya. Tak jarang terjadi orang tua di -
kenal anaknya sebagai rekan dalam berpoya-poya dan bersenang
senang, bukannya dijadikan panuta~ dan tauladan.
Kesimpulan hasil penelitian yang diungkapkan oleh
Suharko dalam seminar sehari 11 Peran Orang Tua dalam Mening
katkan Kualitas Anak11 , menunjukan 85,5 % orang tua yang di
teliti tidak mampu mengawasi anak-anaknya, hal ini menunjuk
an pule bahwa tidak banyak orang tua yang mampu mendidik
anaknya, padahal per~n orang tua dalam mendidik anak dalam
keluarga sangat penting dan strategis, sebab tidak semua a
aspek pendidikan diajarkan di aekolah, dianterenye pendidik
an aikap prilaku den budi pekerti. Kedue maaalah ini tidak
diajarkan di a@kolah, berdaaarkan Undang-undeng No. 2 Tahun
1989 tenteng pokok-pokok pendidikan {Republika, 12 Dea. 93).
Dengan simpulan penelitian aeperti teraebut di ates,
maka tak heran bile kite menyakaikan insiden etau tregedi
yang menghebohken di kalangan enak atau remaje aemekin me~
ningkat, umpamanya saja perkelahian massal, mencuri, ter -
libat nerkotik den aebagainya. Menurut Gerungan {1973:213)
tindakan anak atau remaje yang bersifat anti sosial ter -
sebut, diaebabkan anak kurang mengalami perhatian orang tua
akan perkembangan :p.orma-norma dan diaiplin keluarga.
5
Namun hal semacam ini kurang disadari oleh para orang tua,
padahal menurut Baihaqi A.K. : "Jika terjadi insiden di
kalangan anak atau remaja, maka orang tualah yang menjadi
sorotan paling tajam, sebagai pihak pertama yang bersalah.
Karena itu, adalah suatu hal yang ironis apabila peranan,
fungsi dan pengembangan lembaga pendidikan formal semakin
banyak dikaji, sedangkan metode atau tehnik orang tua men
didik anak, khususnya dalam rumah tangga, seakan terabaikan"
(Baihaqi A.K., 1992: 12).
Usaha yang paling argumentatif adalah peninjauan
masalah ini dari kacamata Islam, sebab berhasil dan gagal
nya pendidikan keluarga dalam Islam, sepenuhnya tergantung
pada kemampuan kita memahami minhajul Islam (metode) yang
diterapkan dalam lingkungan keluarga yang berlandaskan pada
Al-Qur'an dan Sunnah (Jalaluddin Rahmat dan Muhtar G.,
1993 : 119).
Kita tidak dapat menyalahkan IPTEK, karena IPTEK te
lah menjadi tumpuan harapan manusia. Manusia mengharapkan
kehidupan yang lebih baik berkat kemajuan yang telah dira
ihnya, namun pada gilirannya manusia harus menjaga dirinya
agar setiap sikap dan tindakannya tidak menimbulkan dampak
penyimpangan pada norma-norma sosial.
Sudah merupakan keyakinan jika akan merasa terikat
dengan ikatan aqidah, pemikiran, sejarah dan sosial, maka
ia terdidik atas dasar taqwa. Bahkan akan memiliki benteng
aqidah ketuhanan yang dapat mengungguli jahiliya, akan
menang melawan naf su dan akan berjalan lurus di atas ke-
6
Berdasarkan uraian di atas. maka penulis tertarik
untuk meneliti tentang bagaimana metode pendidikan sosial
anak dalam keluarga muslim menurut kajian ilmu pendidikan
Islam. Dengan demikian judul penelitian ini adalah :
"METODE PENDIDIKAN SOSIAL ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM"
(tinjauan IlmucPendidikan Islam).
B. Perumusan Masalah
Dengan melihat later belakang masalah yang telah di
kemukakan di atas, maka dapat ditetapkan persoalan pokok - .
yang akan dianalisis selanjutnya adalah :
1. Apakah yang dimaksud pendidikan sosial menurut Ilmu Pen
didikan Islam ?
2. Bagaimana konsep pendidikan sosial anak dalam keluarga
menurut Ilmu Pendidikan Islam ?
3. Bagaimana metode pendidikan sosial anak dalam keluarga
menurut llmu Pendidikan Islam ?
Untuk menjaga kesimpangsi'iu!an;.dan untuk memudahkan
dalam mem.!llhami pembahasan ini, perlu dikemukakan beberapa
pembatasan istilah yang tersangkut paut dengan uraian ini
yaitu tentang metode, pendidikan sosial anak dan keluarga
muslim.
Metode menurut Winarno Surskhmad (1986:75) sdslah
"cars yang di dalsm fungsinya merupaksn slat untuk menca
pai tujuan".
Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan sosial
menurut Ulwan (1981:391) yaitu: pendidikan anak sejsk
dini agar terbiasa menjalankan tatakrama sosial yang baik
dan dasar-dssar kejiwaan yang mulia. den bersumberkan pa-
7
da akidah Islamiyah yang ablidi, agar di me,,yarakat nanti ia
bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbang
an akal yang matang den tindakan yang bijaksana.
Adapun yang dimaksud dengan keluarga muslim yaitu "ke
luarga yang memegang ajaran Islam sebagai tatanan hidup ang
gota keluarganya (Majatah Nasehat Perkawinanj No. 227,: 50).
c. Tu.luan Penelitian
Dari pokok permasalahan tersebut di etas, dapat dite
tapkan bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : .
1. Untuk mengetahui maksud pendidikan sosial anak menurut
Ilmu Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan sosial anak dalam ke
luarga manurut Ilmu Pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui metode pendidikan sosial anak dalam
keluarga muslim menurut Ilmu Pendidikan Islam.
D. Kerangka Pemikiran
Keprihatinan terhadap tingk.ah laku anak tidaklah se
kedar kejengkelan akan kenakalannya, melainkan jugs kepri-.
hatinan dalam menghadapi mesa depan. Karena itu di samping
masalah-masalah pemenuhan kebutuhan primer akan kelanjutan
hidup, soaialisasi anak telah menjadi .salah satu tema utama
dari dinamika peradaban. Semakin meningkat peradaban manu#ia
ternyata tidak menjadikan sosialisasi anak tersebut semakin
mudah, tetapi sebaliknya. Untuk menghadapinya disepskati bah
wa pendidikan adalah media yang paling ampuh, den karenanya
pendidikan anak menjadi sengat perlu (Baiheqi A.K. 1992:i2).
8
Dalsm aspek pendidikan ansk ini, Islam Telsh membe
ri banysk tuntunsn yang bersifst praktis, sehinggs mudah
seksli diterapkan. Baik pendidikan yang mengarsh psda
kesempurnaan akal, ketshanan fisik, maupun pendidikan ag
ar anak memiliki kesucian jiwa sejati.
Secars empiris dsn nyats, bahwa selamatnya masyara-
kat tergantung dari sehatnya snggota masyarakat dan cara
mempersispkannya. Karenanya Islam memperhatikan pendidik-
an sosial dan tingkahfu lakunys sehingga, apabila mereks
terdidik dan berkiprsh di panggung kehidupan, mereka da-
pat memberikan gsmbarsn yang bensr tentsng msnusia yang
csksp, beraksl dan bijak (Nasih Ulwan, 1992:1).
Hal tersebut di atas, merupakan tanggung jawab orang
tus, ksrena telah diberi kuasa oleh Tuhan untuk mengaBuh
anak-anaknya, karena:q.inak adalah amanat Allah yang wajib
dipertanggung jawabkan, terutama tanggung jawab dalam pe
nyelenggaraan pendidikan dalam rumah tangga. Salah satu
firman Allah : ·~µ-;; / 7,} /~,:I 1/7-! .. ,,,,,,; /) ~\\(~:(~ I' r. I ,.. · · I I · I · ..\l ~ 1; J 0 •, !...l ;~~,;.)..J ~ CJ""'____./, I • •
Hsi orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka ••• (Depag RI, 1977:951).
Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa pendidikan
yang diberikan keluarga 11w1rupiiikim: wng&h• pendidikan yang
pertama dan utama jugs pendidikan keluarga ini merupakan
dasar yang fundamental dari perkembangan anak.
Keluarga belumlah cukup melengkapi tugaanya dengan
sempurna dalam pendidikan anak-anak sehingga is dapat
~ -····
9
menolong anak-anak tumbuh dari segi sosial (Hasan Langgulung
1989:376).
Berkai;l;_an dengan hal di atas, Ramayulis (1990:77)
mengemukakan sebagai berikut :
Pertumbuhna sosial melibatkan pendidikan sosial yang melibatkan pula bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka akidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang depot meningkatkan iman, taqwa, takut kepada Allah dan mengerjakan ajaran-ajaran agamanya yang mendorong ke~ pado produksi, menhhargai waktu, jujur ikhlas dalam perbuatan, adil, kasih sayang, ihsan, mementingkan orang lain, menjaga kemaslahatan umum dan lain-lain bentuk akhlak yang mempunyai nilai-nilai sosial.
Sehubungan dengan tugas serta tonggung jawab itu
ada baiknya orang tua mengetahui sedikit tentang apa ~an_
bagaimana pendidikan anak dalam rumah tangga, Pengertahu-
an tentang metode itu sekurang-kurangnya dapat menjadi
penuntun, rambu-rambu bagi orang tua dalam menjalankan
tugasnya, khususnya dalam metode pendidikan soaial anak.
Bagaimana cars mendidik yang berlaku dalam keluarga itu,
demikianlah cars anak itu meraksi terhadap lingkungannya
(Ngalim Purwanto, 1992:9~).
Dal®m~p®ndidikan Islam, metode merupakan slat pen-
capaian tujuan, make diperlukan pengetahuan tentang tu-
juan itu sendiri. Perumusan tujuan dengan sejelas-jelas
nya merupakan persyaratan terpenting sebelum seseorang
menentukan dan memilih metode yang tepat (Zuhairini dkk,
1983:79). Sedangkan dalam proses perekmbangan pendidikan
di Indonesia, khususnya yangtberkaitan dengan metode pen
didikan dalam keluarga seakan terabaikan.
10
Berangkali keadaan seperti inilah yang menimbulkan
pertanyrian untuk memrari jawabannya. Kelau ditulis dengan
pertanyaan yang lebih kongkrit lagi, metode apakah yang
paling tepat dalam pendidikan keluarga ? oleh karena itu-
lah peran ilmu pendidikan Islam sensntiasa berusaha mene-
liti tentang metode pendidikan dalam keluarga khususnya
dalam pendidikan sosial anak. Nmmun perlu diingat bahwa
untuk menentukan suatu metode tidak terlepas dari materi
yang akan disampaikan, tujuan yang ingin dicapai. Untuk
itulah, make dalam penelitian ini dari permasalahan ter-
sebut di ates, penulis terlebih dahulu menguraikan konsep
pendidikan sosial dalam keluarga menurut Islam yang beri-
si pengertian, tujuan serta materi. Kemudian dilanjutkan
dengan metode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim
menurut kajian ilmu pendidikan Islam. Jika dibuat skema,
maka metode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim
menurut tinjauan ilmu pendidikan Islam sebagai berikut :
Ilmu en
Islam
ika-R
• Pengertian • Tujuan
Met ode • Sumber
"Ke uarga Muslim dan Pendidikan
Sosial Anak dalam Keluarga Mus lim
A. Keluarga Muslim
B. Pendidikan So sial Anak dalam Keluaraga Muslim
Anak dalam ke-
B. c.
sial Anak dalam Ke-1 uarga r·· Muslim
11
E. Langkah-langkah Penelitian
Untuk merumuskan metode pendidikan sosial anak da
lam keluarga Muslim ini diperlukan sejumlah data. Perma
salahan ini merujuk kepada pedoman penelitian. Sunan Gunung
Djati Bandung (1987 8), bahwa proses langkah-langkah pe
nelitian terdiri dari : penentuan jenis data, penentuan
sumber data, cara pengolahan data dan analisis data.
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data
kualitatif. Sebagaimana Lexy J. Molleong (91 : 5) mengata
kan bahwa prosedur penelitian kualitatif yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Jenis data kualitatif ini meliputi
a. Teori-teori ilmu Pendidikan Islam
b. Konsep Pendidikan Sosial anak dalam keluarga Muslim
c. Analisis metode pendidikan sosial anak dalam keluarga
Muslim.
2. Sumber Data
a. Sumber teori-teori ilmu pendidikan Islam diantaranya :
- Ilmu pendidikan dalam perspektif Islam, Rosdakarya,
Bandung.
- Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Rosdakarya,
Bandung.
b. Sumber Konsep Pendidikan Sosial anak dalam keluarga
Muslim diantaranya :
- Pengantar Pendidikan Sosial, Usaha Nasional, 1981 1
Surabaya.
12
- Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, CV Asy-Syifa',
Semarang.
- Prinsip-prinsip Metode Pendidikan Islam, Dipenogoro,
1989, Bandung.
- Keluarga Islam Menyongsong Abad 21, Al Bay~p 1993,
Bandung.
~·- s~er:. metode ,pen\i_;l;_dik_?,~'-.s.os!-:~i'i.J- dalam1_keluarga musl.im;
- Pendidikan dalam Rumah Tangga, Kalam Mulia, 1990,
Jakarta.
- Sosiologi Pendidikan, Tarsito, 1986, Bandung.
- Pendidikan Berdaaarkan Al Quran, Rineka Cipta, 1990,
Jakarta.
- Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Bulan Bintang,
1987, Jakarta.
- Kehidupan M~mu>ut Islam, Diponegoro~ 1993, Bandung.
- Psikologi Sosial, Eresco, 1991, Jakarta.
3. Pengumpulan !2.!!!!. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumenter, karena dengan metode ini dapat mengung
kapkan atau menguraikan spa yang ads dalam dokumen terse
but baik mesa sekarang maupun mass yang lampau.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Winarno Surakhmad
(1990 : 132) bahwa metode dokumenter bertujuan untuk meng
uraikan dan menjelaskan spa yang terjadi pads mesa lampau
maupun masa sekarang. Yang dimaksud dalam penelitian ini
adalall berupa buku-buku yang b'!lrhubungan dengan pembahas-
an masalah.:
Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan studi literatur (bookc@~rv~y),
yaitu dengan mengadakan pencarian data-data melalui buku-
buku yang ada kaitannya dengan pembahasan masalah.
4. Analisis ~
Ur.tuk menganalisis tentang ~®t@d~ pendidik®n sosial
anak dalam keluarga muslim ini yaitu dengan melakukan pen-
dekatan berfikir induksi dan deduksi. Sebagaimana yang di
katakan oleh w. Peospoprogjo (1985 : 15) blllhHlill-induksi ;
adalah proses pemikiran tentang pengetahuan yang bersif at
khusus menuju ysmg bersifat umum, sedangkan deduksi; ada-
lah proses pemikiran tentang pengetahuan yang bersifat
umum menuju yang bersifat khusus.
Dengan dl!lmiki@n dalam analisis data ini akan dila-
kukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Menginventarisasi informasi yang berhubung®n dengan ma
salah pendidikan pada umumnya.
b. Menginventarisasi buku-buku yang berhubungan dengan ma
salah pendidikan pada umumnya, pendidikan Islam jugs
pendidikan sosial.
c. Menginventarisasi konsep pendidikan sosial anak dala~
keluarga muslim.
d. Mengkategorisasikan konsep-konsep metode pendidikan
sosial anak dalam keluarga muslim menurut ilmu pendi ' .. -
dikan Islam, sekaligus menganalisisnya secara logia ser
ta menlengkapinya dengan bimbingan teori yang ada.
14
BAB II
DESKRIPSI TENTANG ILMU PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian
Pengertian pendidikan Islam erst hubungannya dengan
pengertian pendidikan pada umumnya. Oleh karena itu:sebelum
penulis mengemukakan pengertian pendidikan Islam, terlebih
dahulu akan penulis kemukakan beberapa pengertian pada umum-
nya.
Pengertian pendidikan mempunyai arti menanamkan tabiat
yang baik agar anak-anak mempunyai s:i,flilt yang baik dan ber
budi utama. Dalam mendidik, yang •lebih dipentingkan adalah
segi pembentukan pribadi anak (Zuhairini, 1983 : 27).
Menurut Lengeveld pendidikan adalah pemberian bimbing
a n dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan. Jedi kalau
sudah tidak memerlukan lagi pertolongan atau bimbingan ti -
dak perlu lagi didik (Imam Barnadib, 1987 : 25).
Adapun menurut Jhon Dewey pendidikan adalah suatu
proses pembaharuan makna pemgalaman, mungkin llkilill]..,-tilrjadi
dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang deWD£1®-: dengan
orang muda, mungkin pula terjadi secure sengaja dilembaga~~
kan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini ter
lihat melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang
yang belum dewasa dan kelompok dimana ia hidup (Soekarno
c:!ctn Ahmad Supardi, 1987 : 6-7).
Dalam hal ini Hamdani Ali (1987:8) memberikan defini
si pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengala-
16
mannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hi -dupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.
Jadi pendidikan mencakup segala kegiatan yang mem'L~~·,
punyai tujuan untuk membentuk generasi muda yang berwawasan
luas dan mempunyai tanggung jawab dalam kehidupannya, dalam
pengertian lain pendidikan ialah mengarahkan siswa ke arah
kedewasaannya.
Dan Ahmad Marimba ( 1987 : 19 ) memberikan pengerti-
an bahwa : 11 Pendidikan adalah bimbingan dan pimpinan seca
ra sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jaamani dan
rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama\!.
Abu Ahmadi ( 1977 : 8-9) mendukung pend!lpat di atas,
bahwa pendidikan adalah segala usaha atau upaya orang yang
telah dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk me
mimpin perkembangan j asmani, rohanic'den pikiran anak-anak,..
Dengan kata lain, pendidikan adalah bantuan yang diberikan
secara sadar dan sengaja kepada anak didik, dalam pertumbu-
han jasmani serta rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.
Ngalim Purwanto ( 1985 : 11 ) mengartikan pendidikan
ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan
abak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani-
nya. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa pendidikan ada
lah pimpinsn yang diberikan dengan sengaja oleh orang de
wasa kepada anak didik, dalam pertumbuhannya ( jasmailtilldan
rohaninya ).
Herman H. Horne berpendapat bahwa : 11 Bendidikan ada..,
17 ~ , ' '
lah proses~yang terus menerus dari penyesuaian yang lebih
tinggi bagi manusis yang telah berkembsng, yang bebss dsn
sadsr kepada Tuhsn, seperti term~nipestasikan dalam alam
intelektusl dan emosional" (Soekarno dan Ahmad Supardi,
1987 : 7).
Ahmad Tafsir (1990 : 6) mendefinisikan, pendidikan
adalah usaha meningkatkan diri dari segala sspeknya. Dslam
pengertian tersebut mencakup kegiatan pendidikan, bsik
yang melibatkan guru atau yang tidak melibatkan guru. Se
dangksn aspek yang dibina dalam pengertian ~endidiksn ter
sebut adalah meliputi segala aspeknya.
Dari beberapa pendap~t tersebut di atas, dspatlah
disimpulkan bahwa pendidikan ialah suatu proses penanamsn
nilai (values imparting) yang sengaja dan disadsri, untuk
menolong anak didik agar dapat berkembang (dewssa) jssma
ni dan rohani, sksl dan hati sehinggs dapat mencapai kua-
1 i ta s hidup (pribadi utama), sehingga·dapat men~pai hidup l
bahagis lahir dan batin, baik secars individu maupun dalam
kehidupan masyarskat.
Selanjutnys dalam ~emahami pendidikan Islam berarti
kite harus menganaliss: secara pedagogis suatu . 11spek uta
ma dsri misi agama yang diutrunkan pada manusia. Oleh ka
rena itu Islam sebagai petunjuk ilahi mengsndung implika
si pedagogis (kependidikan) yang mampu ~embimbing dan me-
ngarahkan manusia menjadi seorang mukmin, muslim dan muh
sin melalui proses tshap demi tahap.
18
Bila kita ingin mengetahui pengertian pendidikan '
Islam, maka harus melihat kata arabnya karena ajaran Islam
itu diturunkan dalam bahasa teraebut. Dalam bahasa arab
ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam penger
t ian pendidikan. Ada istilah yang biaaa dipergunakan yaitu
kata 11 ta' lim" ( ~ie; ) , hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT. dalam aurat al-Baqarah : 31, yang berbunyi :
:1 ;_~ .~1, ,:,; '·I _:J~ ~111 ~ /:::;,;:) ~~C-i1;~;t;~ ..,... J -.r - ,I • , r. ... ,., r-... / .... /, \ 1.>., ~ ff
A t i ( '('I ' ;, )-.! I ) . r,; .\.,,.o , •• : .• :i.~~.A r nya : . ....___,,, .. \r ...
"Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama benda itu aemuanya, kemudian menegmukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman : 11 Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang yang benar" (Depag RI,1989: 14).
Ilmu yang telah diberikan kepada Nabi Adam, dengan
segala fotensinya yang telah diciptakan untuknya, menyebab-
kan ia lebih utama daripada malaikat. Hal ini pulalah yang
menyebabkan mereka harus sujud kepadanya.
Kata 11 Ta' dib" ( '-:": ;~) artinya pendidikan khusus, ju
g a dipergunakan seperti sebuah hadits Rasulullah SAW. yang
berbunyi :
Artinya :
"Allah teleh mendidikku, maka ia memberikan ke:padaku sebaik-baik pendidikan (Naquib Alatas, 1984:60).
Disamping itu kata "Tarbiyah" ( ~_;) dipergunakan
juga untuk pendidikan. Seperti firman Allah dalam surat
Al-Iara ayat 24, yang berbunyi :
19
Artinya :
"Dan ucapkanlah, wahai Tuhanku kasihanilah mereks keduanya, sebageimana mereks teleh mendidikku di waktu kecil (Depag RI, 1989 : 428).
Ketiga istilah tersebut di etas, dapst dipergunakan
dengan pengertian yang sama. Namun demikisn istilah-isti
lah tersebut telah menimbulkan perbedssn pendspst serta
perdebstan disntsrs para ahli pemdidiksn. Mereks berbeda
pendspst dalam menentuksn istilah yang mansksh yang paling
tepat untuk m0nimjl!lkkllin' p1J1d1:t 'kegiatsn pendidiksn. Disntsra
mereks ads yang memilih Ts 1 lim ada yang memilih.Ta 1dib den
eds pula yang memilih Tarbiysh-lah yang paling tepat,
dengsn mengemukakan argumentssi mesing-masing.
S b v.\.. d • b h t . e again ari mereka menganggap a wa, .. a' lim hsnya
berarti pengajaran. Dengan demikisn maka istileh .ta'lim
terbatas hanya p~da kegiatan penyampaian atau memssukksn
ilmu pengetahusn ke dalam otsk ansk didik, sehinggs mempu~
nyai erti yang lebih sempit daripsda pendidiksn.
Dengsn kata lain, te 1 lim merupakan bagian deri pendidiksn.
Al~Att11w ·berp®!ndspiii!t. bahwa. kata Tarbiyah;.wang biass
dipergunakan sekarsng ini di negars-negara berbshsss sreb,
terlalu luas. Sebsb untuk binatang den tumbuh-tumbuhan,
yang berarti memelihsrs, membela dan lain-lain jugs diper
gunskan kats Tarbiyah. Sedsngkan pendidiksn hsnys dipergu
nsksn untuk manusis. Dengsn demikien, make istilsh
Tsrbiysh untuk pendidiksn kursng tepst. Istilsh
20
yang tepat untuk pendidikan menurut Al-Attas adalah Tef.dib
sebab tidak terlalu sempit hanya mengajar saja, dan tidak
meliputi makhluk-makhluk lain selain manusia. Jedi Ta 1dib
sudah meliputi kata ta 1 lim dan tarbiyah. Selain daripada
itu kata ta'dib erat hubungannya dengan kondisi ilmu dalam
Islam yang termasuk dalam hal ini pendidikan (Hasan : ..
Langgull.uhg, 1988 : 5).
Namun berbeda pula dengan pendapat Abu Tauhid yang
menyatakan bahwa istilah yang tepat untuk pendidikan ada
lah Tarbiyah. Sebab istilah ta 1 lim lebih sempit, sedangkan
ta 1 dib lebih tepat dipergunakan dalam pendidikan akhlak
semata. Menurutnya istilah tarbiyah mempunyai pengetian
yang lebih luas dai pada ta'lim dan ta 1 dib. Dengan demikian
make istilah tarbiyah mencakup pengertian ta 1 lim dan ta'dib.
Ditinjau dari segi asal bahasanya, sebagwimana ditu-
turkan oleh Abdurrahman an-Nahlawi, bahwa kata tarbiyah
memiliki tiga asal kata, yaitu :
1 • , ,,. , _,, (;'' yang mempunyai arti bertambah nan tumbuh. ~./. - ,J
2. \ •, , r <.) ./, - .....__J.) yang mempunyai arti menjadi besar.
~
3. '· , , , , yang mempunyai arti memperbaiki, mengu-'-:' J'. - --:J asai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara,
(Abdurrahman An-Nahlawi, 1989 : 30 - 31 ).
21
Dengan demikian, maka jelaslah seperti halnya pen .
dapat Abu Tauhid, istilah yang tepat untuk diterapkan da
lam pengertian pendidikan adall~h .. 'Tarbiyah. Sebab dalam .
istilah Tarbiyah sudah tercakup segala kegiatan yang be~
kaitan dengan proses pendidikan.
Bertolak dari pengertian di atas, maka istilah yang
tepat untuk pendidikan Islam adalah 11 Tarbiyah Islamiy.ah11 •
Namun demikian, pengertian-pengertian di etas adalah pe .-
ngertian secara bahasa.
Adapun pengertian secara istiloh, pendidikan Islam
banyak didefinisikan para ahli, berdasarkan hasil ijtihad-
nya masing-masing. Oleh karenanya, maka pada saat ini ba-
nyak def inisi pendidikan Islam yang maaing-masing memili-
kft persamaan dan perbedaan. Namun demikian, perbedaan-per-
bedaan itu bukanlah pertentangan yang bersifat kontradik
tif, akan tetapi perbedaan itu hanya pad segi penekanan-
nya saja, sesuai dengan pengamatan mer.~ka.
Endang Saifuddin Anshari (1986 : 186) mengatakan,
pendidikan Islam dalam arti khas ialah pendidikan yang ma
teri didikannya adalah Al Islam (aqidah, syari 1 ah, ibadah
dan mua 1 malah). Namun dalam arti yang lebih luaa, pendic:t-
dikan Islam adalah :
Proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, asuhan) oleh aubjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuiai dan lain-lain) dan raga ob -jek didik dengan bahan materi tertentu. Dan ~engttn alat perlengkapan yang ada ke arah tercapainya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.
22
Omar Mohammad Altaumy Alsyaibani (1979 : 399)
mengartikan pendidikan Islam sebagai usaha mengubah tingkah
laku indi\Tidu dalam kehidupan pribadi atau kehdiupan kemas
yarakatan dan kehid.upan alam sekitarnya melalui proses ke
hidupan.
Abdul Fattah Jala (1989 : 11) mengatakan : Pendidikan
Islam merupakan usaha manusia yang diarahkan kepada manusia
lain, generasi muda, murid dengan harapan mereka ini berkat
pendidikan itu kelak menjadi manusia yang shaleh, sebagai
mana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tak pa
tut dilaksanakan.
Pendidikan Islam adalah penataan individual den sosi
al yang dapat menyebabkan seseorang tunduk dan teat pads
Islam den menerapkannya se®ara sempurna di dalam kehidupan
individu dan masyarakat (Abdurrahman An-Nahlawi, 1989 : 41).
Pendidikan Islam juga bisa diartikan sebagai : "Usa
ha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak
didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairini,
1983 : 27).
Sedangkan Ahmad D. Marimba (1986 : 23) memberikan
definisi pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani - rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepadl!! terbentuk
nya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Dari beberapa definisi di etas, dapatlah diambil ke
simpulan, bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses bimbi
ngan jasmani rohani yang berdasarkan ajaran Islam un~uk me-
MlLlK 23
nuju ke arah terwujudnya suatu kepribadian utama yang.-:nne
nyeluruh secara Islami, sehingga berrnanfaat bagi dirinya
dan juga bagi orang lain. Sehingga dengan pendidikan ter
but anak didik mampu mengadakan hubungan dengan Allah.
dengan masyarakat luas den alam sekitarnya.
Peranan Pendidikan Islam di kalangan umat Islam me
nurut M. Arifin (1991 : 11) merupakan salah satu bentuk
manifestasi dari cite-cite hidup Islam untuk melestarikan,
mengalihkan den menanamkan (internalisasi) den mentrans
formasikan nilai-nilai kultural religius yang dic!ta-cita
kan dapat berfungsi den berkembang dalam masyarakat dari
waktu ke waktu.
Mengingat pentingnya hal tersebut di ates, make ki
te, dituntt1:bntuk mampu menguasai dan menerapkan peranan Il
mu Pendidikan Islam itu. Adapun yang dimaksud Ilmu Pendi -
dikan Islam, A. Tafsir (1992 :) mendefinisikan bahwa Ilmu
Pendidikan Islam adalah Ilmu Pendidikan yang berdasarkan
Islam. Selanjutnya beliau mengungkapkan, bahwa Ilmu Pen -
didikan Islam merupakan kumpulan teori tentang pendidikan
berdasarkan ajaran Islam. Bila dikaitkan dengan ajaran
Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadits serta akal,
maka dengan demikian Ilmu Pendidikao Islam adalah Ilmu
Pendidikan yang berdasarkan Al-Quran, Hadits dan !kal.
M. Arifin secara teoritis die menyatakan bahwa pen
didikan itu sebagai suatu Ilmu atau disiplirt ilmu adalah
merupakan konsepsi kependidikan yang mengandung berbagai
24
teori yang dikembangkan dari hipotesa-hipotesa atau wawasan
yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits, baik dilihat dari
segi sistem, proses dan produk (basil) yang diharapkan mau
pun dari segi misionirnya (tugas pokok) untilik membudayakan
manusia agar bahagia dan sejahtera dalam hidupnya. Selam
jutnya dis mengtingkapkan pula, bahwa Ilmu Pendidikan Islam
adalah studi tentang sistem dan proses kependidikan yang b
berdasarkan Islam ~ntuk mencapai produk atau tujuannys,
baik studi secara tf'oritis maupun praktis ( 1991 : 7 ~·~
Din•l· pernystlliiiillili .• tei•il:i:::'l:n.;t '..di_ a.tllllfl~ p<1:nulis•. dapat .mens~.
i•:i.k intiny®. b&ihw:'ll yang dimaksud dengan Ilmu Pendidikan Islam
adalah Ilmu Pendidikan yang berdasarkan Islam. Adapun teori
yang dikembangkan dalam pendidikan Islam ini berarti harus
mengacu kepada dasar ajaran Islam yaitu Al-Quran, Hadits
dan Akal.
Dengan teori pendidikan Islam itu, para pendidik
muslim berusaha mengembangkan konsep-konsep baru sesuai de
ngan tuntutan zaman dan tempat (lingkungan) sehingga pendi
dikan Islam akan terus berkembang secar~:dinamis-konstrulil:"1
tif menuju masa depan yang lebih sejahtera dan maju.
B. Tu.Juan dan F.ungsi
Sebagaimana layaknya suatu ilmu, ilmu pendidikan Islam
memiliki tujuan dan fungsi.
Seoara esensial, antara tujuan dan fungsi tidak dapat
dibedakan. Keduanya merupakan sesuatu yang berhubungan de -
ngan keberhasilan suatu sistem atau proses. Dari kedua je-
25
nis pembahasan ini memiliki intensitas yang berbeda.
Tujuan adalah sesuatu yang menekankan pads basil. maksud
dan sasaran. Sedangkan fungsi lebih bersifat menunjllk:kan
posisi atau jabatan sesuatu dalam mencapai tujuan atau me
wujudkan tujuan suatu sistem atau proses {Mohammad Ali, t.t:
98 dan 570).
:I. TujU!lll
H.M. Arifin (1991 : 20) mengemukakan bahwa :
Ilmu Pendidikan Islam bertujuan memberikan pandangan atau pemikiran yang tepat dan terarah tentang kemungkinan -kemungkinan yang obyekti!' dari proses pertumbuhan dan perkembangan sasaran kepcndidikan. Dalam hal ini, tugas ilmu pendidikan Islam adalqpmenetapkan kaidah atau pedcman konsepsional dan operasional yang dapat menunjukkan alternatif-alternatif dalam proses mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan sasaran kependidikan tersebut (manusia) ke arah pendewasaan individualitas (kedirian pribadi), sosialitas (kemampuan kemasyarakatan) dan moralitas (kemampuan berakhlak susila).
Selanjutnya pads kesempatan lain H.M. Arifin :U921 ·}
'f)-«rn<frx1y.,;~t·lii!k!lllll'il bahwa dalam proses kependidikan Islam terda-
pat problem-problem kompleks. Oleh karena itu diperlukan
suatu ilmu untuk dijadikan sebagai landasan teoritis dan
praktis dalam proses tersebut. Dalam p~wisi seperti ini,
tujuan ilmu pendidikan Islam adalah memberikan solusi ter
hadap problems-problems tergebut agar proses pendidikan
Islam dapat terlaksana dengan efektif den efisien serta se
suai dengan cits-cite pendidikan Islam.
Ditinjau dari segi bahwa pendidikan Islam merupakan
suatu sistem yang hendak meno:::iJp(i;i satu tujuan tertentu, m
maka ilmu pendidikan Islam sebagai ilmu yang berisi tentang
teori-teori untuk mencapai tujuan tertentu dan memberikan
26
gambaran teoritis dan praktis tentang proses pendidikan
agar tujuan pendidikannya dapat tercapai dengan berdasarkan
I slam,
Imam Barnadib (1976 : 11 dan 15) berpendapat bahwa :
11!1empelajari ilmu pendidikan Islam bertujuan agar mem
peroleh btikal den arah dalam melaksanakan pendidikan".
l3®iiv<lls 1<11.rn.'inilXl\ i1:ngkapan di a ta s, make tujuan mempela jari ilmu
pendidikan Islam adalah agar memperoleh bekal dan arah da
lam melaksanakan pendidikan yang berdasarkan pada nilai-ni
lai Islam.
Sudirman, dkk (1989:5) memberikan pengertian bahwa:
"Ilmu pendidikan pads dasarnya adalah suatu ~u®tu program
yang mempersiapkan calon guru atau etnaga kependidikan
yang profesional".
Dengan demikian, dapatlah d:l.&lirtik:axL bmh'llla ilmu pendi
dikan Islam adalah suatu ilmu yang bertujuan mempersiapkan
seorang pendidik yang profesional yang berdasarkan pada
ajaran atau nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, ilmu pen
didkan Islam adalah suatu ilmu yang dijadikan sebagai pe -
doman, pengontrol dan pengawas bagi para pendidik dan ca
lon pendidik yang berdasarkan pada niali-nilai Islam.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa ilmu pendidikan Islam sebagai suatu ilmu
yang berisi teori tentang pendidikan yang berdasarkan aja
ran Islam, bertujuan memberikan arah dan pedoman dalam me-
1 aksanakan pendidikan Islam sehingga terarah dan konsisten
27
terhadap cita-cita pendidikan Islam.
Berkitan dengan hal tersebut, H.M. Arifin mengemuka
kan beberapa alasan perlunya flmu pendidikan Islam untilk
keberhasilQn pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
Pendidikan sebsgsi usaha membenruk pribadi manusia harus melalui proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapet diketahui dengen segC3r.a, berbeda dengan membentuk bends meti yang bise dilakukan sesuei dengen keinginen pembuatnye. Dalam proses pembentukan tersebut diperluken perhitungan yang matang den hati-heti berdesarken pandangan den pi -kiran-pikiran atau teori yang tepat, sehingga kesalahan langkah pemebntukan terhadap anak didik dapat dihindari. Oleh karena lapangan tugas den sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang hidup berkembang yang bertumbuh yang mengandung berbagai kemungkinan, Bila kita salah bentuk, make kita ekan sulit memperbaikinye. Pendidiken Islam pada khususnye bersumberkan nilainilai agam Islam di samping menanamken den memben:tuk sikep hidup yang dijiwei nilei-nilei tersebut, juga mengembengkan kemempuen berilmu pengetahuen s sejelen dengen nilooi-nilei Islam yang meland~ai -nya adeleh merupeken proses ikhtieriyeb yang secera pedagogis mempu mengembangkett hidu ~nak didik ke arah kematangen/kedeweseen yang menguntungkan dirinye. Oleh karene itu usaha tersebut tidek depet dilakukan dengen 11 trial am$J :,error" ( coba-cobe) a tau ates dasar kemuen pendidik tanpe dilandesi teoriteori ~cependidikan y~icig d!!jp,aill :<dip~ll.'tenggungj awabkan secare ilmiah pedagogis. Islam sebagei egema wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuen untuk mensejehterakan dan membehagiakQn hidup dan kehidupen umet menusie di dunie den akhirat, baru dapat mempunyai arti fungsional den aktusl delam diri manusia bilamana dikemabngkan melal ui proses kependidikan yang sistematis. Oleh karene itu teori ... teori pendidikan Islam yang disu:'sun secara sistemtis merupaken kompes begi proses terse but. Ruang lingkup kependidikan Islam adeleh mencekup s segale bidang kehidupan manusie di dunie di mane menusie mempu memanf eetksn sebagai tempet menenam benih-benih amalieh yang buahnya dipetik di akhirat nenti, make pemebntukan sikap dan niali-nilai amaliah Islamiah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependi~ dikan yang berjalan di etas kaida~-kaidah ilmu
28 ; ·- 1 '
I ' " I ~ --~,~-----
~--- -·--· Dengetahuan kependidikan. -· ·
- Terliri-teori, h_ipotesa dan asumsi-asunsi kependidikan yang bersumberkan ajaran Islam samapai kini masib belum tersusun secara ilmiah meskipun bahan-bahan ba!1.kunya telah tersedia, baik dalam kitab Al-Quran maupun Al-Hadits ae~~a qaul ulama. Untuk itu idperlukan penyusunan sistematis ilmiah yang didukung dengan hasil penelitian yang luas(1991 : 12-13).
2. Fungsi
Sebagai suatu sistem, pendidikan Islam mengalami be
berapa tahapan dalam proses pencapaian tuj,~an. Sealin itu,
dalam pencapaian tujuannya, pendidikan Islam memerlukan 1
landasan teoritis dan praktis yang ilmiah dan Islami. Da-
lam hal ini, ilmu pendidikan Islam sangat diperlukan, kare-
na teori-teori yang dija~ikan landasan tersebut terdapat
dalam ilmu itu. Sejalan dengan dua jenis landasan terse
but, M. Arif in ( 1991 : 15) ,·membagi teori-teori dalam ilmu
pendidikan Islam kepada teori kepada yang bersifat teori-
tis dan praktis. Oleh karena itu, fungsi ilmu pendidikan
Islam dibagi menjadi dua ·bagian, yaitu fungsi ilmu pendi
dikan Islam teoritis dan pr~ktis.
Meourut ~Dia.:. (· 1991 : 7) fungsi ilmu Pendidikan
Islam teoritis adalah 11.ebagai penunjuk jalan bagi proses
opersionalisasinya sebagai umpan balik yang akan mengorek
si berbagai teori yang disusun dalam ilmu pendidikan Islam,
miimln;;:1'1 tentang bataimana cars mendidikkan keimanS1n pa-
da anak, atau berbagai dampak negatif dari kemajuan IPTEK
(Ilmu dan Teknulogi) harus ditangkal melalui pendidikan
Islam dan sebagainu~•.
Sedangkan fungsi praktis menurut Arifin pula (1991 : 19)
adalah sebagai berikut :
29
- Melokukan pembuktian terhadap teori-teori keperididikan Islam yang merangkum aspirasi atau cita-cita Islam yang harus diikhtiarkan agar menjadi kenyataan.
- Memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan Islam. Hal ini m~rup111kan bahan masukan yang berhfll"g~ (input) bagi ilmu ini.
Sedangkan Sudirman dkk. ( 1989 : :5) tidak memisahkan
antara ilmu pendidikan teoritis den praltis. Menurut Dia~" -
fungsi ilmu pendi<iikan adalah : "Menguraikan persoalan
persoalan pokok tentang pendidikan11 •
Ditinjau dari segi kehidupan kultural umat manusia,
pendidikan Islam difungsikan untuk mengar@hkan pertumbuhan
dan perkembangan hidup manusia"(sebagai makhluk individu
dan sosial), kepada titik optimal kerntlmpuannya untuk mem
peroleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di
akhirat. Dalam memfungsikan pendidikan sebagai slat pem -
budaya, sangat bergantung kepada pendidik sebagai pemegang
posisi kunBi yang banyak menentukan keberhasilan proses
pendidikan, sehingga mereka dituntut memiliki persayaratan
tertentu, baik teoritis maupun praktis dalam melaksanakan
tugasnya (H.M. Arifin, 1989 : 12) .. M'aka fungsi ilmu pendi-'
dikan d®ll®filiif h!ill :fclr;i;, :!irdail.@h, !ir®bagri penjelas teori-teori
i tu yang menjadi sumber teori yang ilmi!ilb ,pf>edagogis dan
Islami (M. Arifin, 1991 : 77).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesim
pulan bahwa fungsi ilmu pendidikan Islam adalah sebagai
30
penunjuk jalan dalam proses oper.111;:ionalisasi pendidikan
Islam.
c. Metode
Kata 11 metode" berasal dari bahasa Greek yang terdi-
ri dari due ksts, ysitu "mets" yang bersrti melalui den . '.!-
1l'!~odos11 yang berarti jalsn, Dengsn demikian, make metode
bersrti ''jalsn yang dilalui''•
Menurut istilah, ksta metode bersrti jslan atau cara
yang dilslui dslam melaksanakan sesuatu.
Metode diartiksn pule sebagai cara yang teratur den
terfikir baik-baik untuk mencapai maksud; cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan gu-
ns mencapai tujuan yang ditentukan (Dep. Dik Bud, 1988:580).
Selanjutnya Winarno Surakhmad (1986 : 75) mengemuka
kan'l>ahwa :
Metode adalah care yang didalam fungsinya merupakan a slat untuk mencapai satu tujuan. Makin baik metode itu makin ef ektif pule pencapai tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah sebuah metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utamanya yang menentukan adalahntujuan yang dicapai.
Dari beberapa batasan tersebut, dapat disiropulkan b
bah~@ metode adalah suatu cars kerja yang sistematis den
tertentu dalam meneropuh jalan yang harus dilalui dalam
mencapai tujuan yang ditetspkan.
Metode pendidikan merupakam bsgian yang tidak dspat
dipisahkan dari keseluruhan (sistem) komoonen pendidikan
yang ikut menentukan tercapei tideknye suetu tujuen. Dengen
kAtA 1Ain hAhWA metode vAn~ tenat danat mambantu tercanai-
31
nya tujuan yang maksimal. Demikian pula hanya dalam sistem
pendidikan Islam penggunaan metode yang tepat sangatlah ,'
penting.
Ilmu pendidikan Islam ~1®l"<mgkum b!ilbW® mst,ode pendi
dikan Islam 'Sangat luas. Tugas dan fungsinya adalah membe
rikan jalsn atau care yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan
operasional dari ilmu pendidikan Islam tersebut (Ahmad
Supardi,·1989: 38). Pelaksanaannya berada dalam sustu sis
dan struktur kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai ~
tujuan pendidikan tertentu.
Metode sebagai ilmu yang merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan Islam yang ikut menunjang keberha -
silan pencapai tujuan pendidikan Islam tersebut, maka me
tode tersebut harus merupakan substansi dan tujuan identik
dengan tujuan pendidikan Islam tersebut. Sebab jika terja
di ketidak samaan salah satunya maka metode pendidikan
tersebut tidak akan berfungsi dan bertugas sebagaimana mes
tinya. Keadaan demikian itu akan menyebabkan kemandulan il
mu pendidikan Islam .. itu sendiri (Ahmad Supardi, 1989 : 38).
Dalam kaitannya dengan metode pendidikan Islam, sudah bs
rang tentu banyak yang 1m11c1yangkut prinsip-prinsip keilmuan
pendidikan Islam yang sumbernya berada dalam Al-Quran dan
Hadits •
H.M. Arifin ( 1991 : 199-209) mengemukakan mengenai
prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan landasan untuk
memperlancl!lr proses pendidikan Islam yang sejalan dengan
32
ajaran Islam, prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1. Prinsip memberikan suasana kegembiraan, sebagaima~~:tersebut dalam firman Allah surat Al-Baqarah; 2:5
,,. I ,,1./ // "' .,_,,,,_.. ,._,,., ,,., ,,.~ ·,,,,,,,
"r "'Js\(:~: .;:___·..;: ~ J. ";1 aL,;,J1~_, ~1..__;_;::.U1?_, ...) ~ ~ i..Y',.. -;. '1-- ',, .___.,,, / ,, / ' ,,,,.
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sun$ai di dalamnya dan seterusnya 11 (Depag RI, 1984 : 12).
2. ~rinsip-prinsip memberikan laaanan dan santunan dengan lemah lembut, seperti alam firman Allah surat Ali Imran : 159
.. r ,,,,. ,,,, ,,, ",. 1'/ 11r /f / .,,,. ,;.,_,;fl //r). ,.~"":?j-/ /' • (,
:.:.u.r'Lr: ~ ~ '-:"l:.li ~ \.);,.,; ~_,J_,}J ~~0 :-V"'C / , ,
,,J."r""" ,.,.,).""''""' ( 10 \. CJ y JI ) .. ,:;J. _;.;.;1......-v' I_, ,y,A-~ ~
"Maka disebabkan rakhmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maaf -kanlah mereka memohonlah ampun bagi mereka •••••• (Depag RI, 1984 : 103).
3. Prinsi kebermaknaan ba i manusia didik Sa saw. se beri u :
11 Berbicaralah kamu kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan akal pikiran mereka 11 (H.M. Arifin, 1991 : 201).
4. Prinsip prasyarat Untuk menarik minat manusia didik diperlukan mukadimah dalam langkah-langkah mengajar bahan-bahan pelajaran yang baru yang dapat memadukan perhatian dan minat mereka ke arah bahan teraebut.
5. Prinsip komunikasi terbuka Kaitannya dengan iimu pengetahuan praktis adalah seperti firman Allah surat Al-Iara ayat : 36 ;:,~ 2-l.:1)~ /~1jJ~~1_; ·::;:.i1;::,{'l "'"'· ~ ~(;jC,.;y;
,,, . L- ,,,,r-::1,,, !1' ,,...>#"' ( '\"\ I s/-1_,!i\) ,._,_, ........ ~
"Dan janganlah kamu mengikuui apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Seaunggubnya penden~aran, penglihatan dan hati, semuanya itu
33
akan diminta pertanggungan jawabnya" (Depag RI, 1984 : 129) •
G. Prinsi emberian en etahuan Sepert a am irman A a yang men orong manusia untuk menciptakan ilmu-ilmu alam dan biologi ser~a psikologi dalam surat al-Fushilat : 53 :
"Kami akan menunjukkan kepada mereka akan tandatanda kebesaran Kami di langit dan di dalam diri mereka sendiri sehingga jelaslah bahwa Dia adalah hak (kebenaran)" (Depag RI, 1984 : 781).
7. Prinsip memberikan model prilaku baik Firman Allah dalam sur~t al Ahzab ayat 21 :
t:: I) ,, .,, I .t ,~~ / / ,_,,,,,
'J' '''q ~ / J, I\:','.'~ 1C.-. .'· '. L ~ .;_;,,1 ~1_J_;....,,~ ~ X" ·1~ ..uJ J-:' .,_,, ...7 :;: u ----c::__r,. / / \ '--"" . ,
\~': '-:'lyyll ~'.-11~~~~~\ 11 Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orangorang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (keda':tangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut (nama) Allah11 ~(Depag RI, 1984 : 670).
8. Prinsip-prinsip lainnya, seperti prindip kasih sayang dan prinsip bimbingan dan penyuluhan terhadap manusia.
Adapun metode yang terdapat dalam pendidikan Islam
menurut An;Nahlawi (1989 : 283) antara lain adala~ :
1. Metode hiwar Qur 1 ani dan nabawi 2. Menididik dengan kisah-kisah Qur•ani dan Nabawi 3. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qura'ni dan
Nabawi 4. Mendidik dengan teladan 5. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengamalan, 6. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan
mauidah (peringatan) 7. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib
(membuat tattut).
Untuk lebih jelasnya, di sini penulis uraikan satu
persatu dari metode-metode tersebut di atas
1. Metode hiwar Qur•ani dan Nabawi
Metode hiwar ialah percakapan silih berganti antara
34 y
dua fihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu
tofik mengarah pada satu tujuan. Dalam Al-Quran dan Sunnah
Nabi saw. menunjukkan berbegei jenis hiwar, yeitu :
e. Hiwar Khitabi/Ta 1 abudi b. Hiwar Weshfi c. ;awer Jedali d. Hiwar Nebawi
2. Metode Kisah Qur'ani dan Nabawi
Metode ini mempunyai keistimewaen dan fungsi adukatif
yang dapat melahirkan perasaan serta aktivitas dalam jiwa,
sehingga memotivasi para pendengen kisah unt~k merubah pri
lakunya dan memperbaherui tekednye sesuai dengan tuntutan,
pengarahan den pelajaran yang terdapat dalam kisah itE.
Kisah Qur 1 ani merupakan kisah Tuhan di dalam Al-Quran
dan kisah Nabawi adalah kisah ~engenai cara mendidik Rasul
atas sahebat-sahabatnya.
3. Metode Amtsal (perumpamaan) Qur 1 ani dan Nabawi
Metode perumpamaan artinya mengumpamakan sesuatu de-
ngan cera menggambarken den menyingkap hakikatnya melalui
mejez (ibarat) den haqiqah (keadaan yang sebenernye), di-
lakukan dengan cera mentasbihkannya, kadangkala perumpama
an yang tepat sesaran.
4. Metode dengan Teledan
Metode dengan cara meneladani harus dimulai oleh
guru/pendidik. Artinya seorang pendidik itu harus menjadi
teladan bagi anak didiknya. Oleh karena itu semua tujuan
pendidikan harus direlisasikan dalam prilaku seorang pendi-
dik. Hal ini disebsbkan karena setia~ anak didik senderung
meneladani pendidiknya. Seperti Rasulullah yang berakhlak
Al-Quran merupakan teladan bagi seluruh umatnya.
5, Metode dengan Latihan dan Pengalaman
35
Metode dengan latihan terjadi berulang-ulang dan me
tode pengalaman merupakan hal f!embiasaan. Metode pendidik
an dengan latihan dan pengalaman sangat efektif, karena
sesuatu ~rang diulang-ulang akan tumbuh dan tertanam dalam
hati, dan sesuatu yang dibiasakan akan menjadi lebih mele
kat dalam diri seseorang.
6. Metode Ibrah dan Mauidah
Ibrah den i 1 tibar artinya ialah suatu kondisi psikis
yang menyampaikan manusia akan intisari sesuatu yang disak
sikan, diperhatikan, dihadapi dan diputuskan secara nalar,
sehingga dapat menundukkan hatinya ( An-Nahlawi, 1989 : 390).
?. Metode Targhib dan Tarhib
Metode Targhib kita gunakan dengan care menyebutkan
janji-janji yang berupa bujukan dan yang dapat membangkit
kan rasa senang terhadap kemaslahatan, kenikmatan, atau
kebahagiann , sehingga dapat memotivasi sesorang untuk me
lakukan amal shaleh.
Sedangkan metode Tarhib merupakan ancaman-ancaman be
rupa siksaan sebagai akibat melalrukan sesuatu yang dilarang
Allah.
Sedangkan Shalih Abdullah (1g91 : 221) .menyebutkan
bahwa diant9ra metode pendidikan Islam itu ialah : 1. me
tode cerita/ceramah, 2, metode tanya jawab, 3. metode dis-
36
kusi, 4. metode metafora.
Dari beberapa rumusan tentang metode pendidikan
Islam yang telah dikemukakan di etas, ternyata ,·terdapat
perbedaan dalam menentukan jumlah metode yang digunakan.
Perbedaan itu terjadi karena perbedaan mereka dalam me -
nangkap implikasi metodologi yang terdapat dalam ayat Al-
Quran dan Hadits Rasul. Namun demikian terlepas dari per-
bedaan, yang penting pendidikan Islam berjalan dengan baik
dan lancer sampai pads tujuan yang diharapkan.
D. Sumber
Allah SWT. mengutus Nabi Muhammad Saw. untuk memba-
wa agama yang suci dan ajaran yang lengkap. Risalah terse
but adalah Islam. Risalah ini merupakan risalah yang univer
sal. Ilmu pendidikan adal&h ilmu pendidikan yang berdasar
Islam (Ahmad Tafsie, 1992 : 12), oleh kareba itu sangatlah
tepat apabila ilmu pendidikan Islam bersumberkan pads sum
ber ajaran tersebut (Al-Quran, Hadits dan Ijtihad).
Menurut Zakiyah Daradjat, dkk. (1992 : 19), sumber
sumber tersebut dapat diperinci sebagai berikut :
"A~'"QUY'l.ln drm' znl-Hadits sebagai sumber pokok, hasil ijtihad dengan jalan al-maslahal, istihsan dan qiyas~
Klasifikasi tersebut, juga dikemukakan oleh Said
Ismail Ali yang dikutif oleh Hasan Langgulung (1980 : 35)
bahwa :
11 Pendidikan Islam hendaknya didasarkan pada teori-teori kependidikan yang bersumberkan pada Al-Quran, alHad its (Sunnah Rasul), pendapat para sahabat, al-maslahal al-Mursalah, nilai-nilai den kebiasaan masyarakat serta pendapat para pemikir Islam".
37
Dari beberapa pendap9t di ates, dapat disimpulkan,
bahwa sumber ilmu pendidikan Islam adalah Al Quran, Sunnah
dan Ijtihad.
1. Al-Quran
Al Quran diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril
kepada Rasul-Nye untuk memberikan petunjuk kepada manusia
ke jalan yang baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah,
surat An-Nahl : 44 :
Artinya : ·~·.Jjj ~ ~l~.l\ ~·~'111&,CJ~;.;6 \';:..., ,, u,, _,v;·· .. A.f";1 ... .,, .J J
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran~ agar kamu menerangkan kepada umat manusia ape yang telah diturunkan kepada mereka" (Depag RI, 1989 : 408)~
Dalam ayat lain, Allah menyatakan bahwa Ia mengajar
kan kepada manusia tentang sesuatu yang belum diketahui
oleh manusia. Pengajarannya kepaea manusia itu tentu saja
tidak seeara langsung, tetapi melalui perantara Rasul-Nye
Allah berf irman :
Artinya :
"Dia mengajarkan kepada manusia ape yang tidak diketahuinya11 (Depag RI, 1989: 1079).
Jelas kiranya, bahwa sumber pendidikan yang paling
utama adalah Al-Quran, sebab merupakan sumber yang paling
utama den pertama dalam ajaran Islam.
Dalam sumber ini terkandung dua prinsip besar yaitu
aqidah den syari'ah (yang berhubungan dengan amal). Dua ~
prinsip ini dapat terealisasikan melalui bimbingan dan ·
pendidikan.
38
Berkaitan dengan hal itu, Zakiyah Daradjat dkk.
(1992 : 20) berpendapat :
Di dalam Al-Quran terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip tentang ke-giatan den materi pendidikan keimanan, ibadah, akhlak, sosial dan ilmu pengetahuan. Prinsip-prinsip ini terdapat dalem suret Luqmen ayat 12 sempai dengen 19. Selain itu, dalem al-Quran ter -dapat ayat yang menceritakan tujuan hidup yang merupakan suetu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan den nilai kegiatan atau amal tersebut.
Selain prinsip-prinsip di ates, masih banyak prin~ .
sip-prinsip kependidikan yang terdapat dalam al-Quran, se-
bagaimana dikemukakan oleh Said Ismail Ali yang dikutif
oleh Hasan Langgulung (1989 : 36) yaitu :
- Prinsip menghormati akal manusia, yaitu banyak ayatayat yang mengajak manusia untuk menggunakan akalnya. Bimbingan ilmiah, dalam al-Quran ada beberapa ayat yang mengemukakan berbagai masalah metafisika yang membtutuhkan pemikiran.
- Tidak menentang fitrah manusia. - Penggunaan cerita-cerita untuk tujuan pendidikan. - Memelihara keperluan-keperluan sosial (masyarakat)
ant-era lain : ayat-ayat yang menganjurkan untuk saling tolong menolong dan bermusuhan serta melarang menyakiti sesama.
Dari uraian di etas maka jelaslah bahwa, pada dasar
nya ajaran Islam yang bersumber pada al-Quran, telah menga
tur segala segi kehidupan manusia meskipun tidak secara
rinci. Demikian juga halnya terhadap masalah-masalah ke
pendidikan.
2. :Ai!J-Sunnah
Sumber pendidikan yang kedua adalah As-Sunnah, Sun-
nah berati kumpulan sabda Rasulullah saw, perbuatan, pe .. -
ninggalan, sif at, larangan, apa yang telah disukainya, a-
pa yang tidak disukainya, bela negara, ihwal dan kehidup-
39
annya (Abdurrahman An-Nahlawi, 1989 : 46).
Dasar penggunaan As-Sunnah sebagai su.~ber ajaran
Islam adalah firman Allah swt. Surah An~Nahl : 44 :
Artinya :
11 ••• dan Kami turunkan kepadamu Al Quran agar kamu mene
rangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka •• 11 (Depag RI, 1989 : 408).
Untuk memberikan penjelasan ayat-ayat Al-Quran, maka
ucapan dan perbuatan Nabi adalah merupakan cermin dan pen-
jelasan dari ayat-ayat Al-Quran. Disamping itu As-Sunnah
juga merupakan pedoman bagi umat manusia, khususnya umat
Islam, sebagaimana sabda Nabi :
.>'N~; .' / ,~. /\;~'<•'3"11'1'~.~'j/ O/'Y:c,.::-::; Artinya ;(d\l..•", 1,4!:r-'f~3~1 '-:'~ ~0_:,"' ~_,· J.:f ,~.-:.:-'-')
11 Aku telah meninggalkan kepadamu due perkara, jika ka
mu berpegang teguh kepada keduanya kamu tidak akan ter-
sesat yaitu Kitab Allah den Sunnah Rasul" (Hasbi Ash
Shiddiqi, 1989 : 25).
Dalam lapangan sistem pendidikan, As Sunnah mempunyai
due fungsi yaitu :
a. Menjelaskan sistem pendidikan yang terdapat dalam
Quran dan memberikan:·.penjelasan terhadap hal yang
tidak terdapat di dalamnya.
b. Menyimpulkan metode pendidikan dengan cars bercermin
kepll\'da pols hidup Rasulullah l!llaw, bersama para ., ·
aahabatnya.
40
3. I.jtihad
Menurut Zakitah Daradjat dkk. (1992 21) Ijtihad
adalah '!!
Berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari 1 at Islam untuk menetapkan sesuatu hukum syari 1 at Islam dalam hal-hal yang eblum ditegaskan hukumnya oleh al-Quran dan al-Hadits, ijtihad meliputi seluruh sspek kehidupan, termssuk sspek pendidikan.
Hssil ijtihad dapat diterima sebagsi sumber dalam me~
rumuskan teori kependidikan Ilam, apsbila tidak betentangsn
dengan al-Quran dan al-Hadits, bahkan dspat dijadikan se-
bagai lsndasan dalam memahami al-Qursn dan sl-Hsdits bagi
para tokoh pendidikan psda umumnya. Oleh karens itu, teo
ri dalam pendidikan Islam haruslah dilengkspi dengan argu-
men yang menjamin teori tersebut, karens pembuatan dan pe-
nulisen teori dslam ilmu pendidikan Islam tidak jauh berbe
da dari pembuatan dan penulisan-: fiqh Islam.
42
falsafah hidup keluarga muslim itu. Dalam "mengembangkan"
tercantum pengertian mengubab~ maju dan tumbuh menuju satu
situasi yang lebih sempurna (BP 4, 227, 1991 : 50).
Bertitik tolak pada uraian-uraian di atas, maka di si
ni dapat dikatakan bahwa keluarga muslim merupakan masyara
kat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, serta menja
dikan ajaran Islam sebagai pegangan dan pedoman dalam mere
alisasikan tujuan hidupnya.
2. Konsep Dasar Pendidikan Keluarga Muslim
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan
diantara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini,
terletak dasar-dasar pendidikan. Di sini pendidikan berlang
sung dengan sendirinya sesuai dengan tatsnan pergaulan yang
berlakU di dalsmnya, artinya tanpa harua diumumkan atau
harus dituliakan terlebih dahulu agar diikuti dan diketa
hui oleh seluruh keluarga. Disini diletsk~~n dasar-dasar p
pengalaman melalui rssa kasih sayang dan penuh keointaan,
kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan.
Justru karena pergaulan yang demukian itu berlangsung da
lam hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, make pengha
yatan terhadapnyg mempunyai arti yang amat penting (Zakiyah
Daradjat, 1992 : 66).
Adapun k~luarga muslim, merupakan masyarakat ~~rke
oil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, serta menjadikan
ajaran Islam sebagai pedoman dan pegangan dalam merealiaa
silkan tujuan hidupnya. Upaya utnuk merealisasikan tujuan
tersebut, tidak lain melalui pendidikan. Karena yang menja-
43
Agar tujuan pendidikan Islam yang dialkaanakn dalam
keluargs muslim dapat terwujud, maka diperlukan auatu kon
sep dasar pendidikan yang harus dilaksahakan dalam kelu
arga Muslim.
Sehubungan dengan hal diataa, Ibnu Mushtafa dalam bu
kunya yang berjudul "Keluarga 1'.nl:i!inil".Menyongaong Abad 21 11
mengemukakan dua konsep dasar pendidikan Islam bagi keluar
ga Muslim yakni : "Konsep tauhid dan konaep akhlak" ( Ibhtl
Mustafa, 1993 : 85-95).
Konsep dasar pendidikan Islam yang pertama, yaitu
konsep tauhid, serta pengertian tentang hakekat, yakni,
tentang sifat-sif at Allah serta tanda-tanda kekuasaan-Nya,
perlu ditanamkan dalam kehidupan keluarga Muslim, sesuai
dengan tingkat usianya. Dengan demikian, make anak-anak y
yang terdidik dalam lingkungan keluarga Muslim akan menya
dari bahwa Allah Maha Kuasa, dan karena kemahakuasaan-Nya
ibu, maka hanya Allahlah yang patut disembah. Segala aesua
tu yang ada di dunia ini hanyalah makhluk ciptaan Allah,
aebagai tanda bukti kebeaaran Allah. Karena itu aemua makh
yang ads di dunia ini, tak satupun yang paptut disembah.
Dengan pendidikan tauhidlah akan tumbuh auatu generasi yang
sadar akan akan sifat-sifat ilahiyah.
Orang tua dalam keluarga Muslim wajib menanamkan kon
sep tauhid ini sejak dini. Kewajiban tersebut sesuai dengan
firman Allah dalam surat Luqman ayat 13 yang berbunyi :
44
"Dan ingatlah, ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwakti ia memberi pelajaran kepadanya. "Hai anaku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah b~nar-benar kedhalinam yang besar11 (Depag RI, 1984 : 654).
Dari ayat tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa orang tua dalam keluarga Muslim wajib mengajarkan.Ji:e
pada anaknya agar tidak mempersekutukan Allah. Manusia tidak
layak menyembah dewa-dewa, karena dewa sifatnya khayala~
belaka, yang ads hanyalah Allah Yang Maha Tunggal. Manusia
tidak layak menyembah manusia lainnya, karena tingkatan me
reka sejajar serta tidak berkuasa ates slam ini.
Dengan demikian yang layak disembah hanyalah Allah Swt. yang
memiliki kekuasaan.
Konsep tauhid ini erst kaitannya dengan pembentukan
keimanan, sebagaimana telah diungkapkan delam uraian di a~
tas,,konsep dasar pendidikan ini harus ditanamkan oleh orang
tua dalam keluarga Muslim seja dini. Bahkan dalam hal ;!:?'ii ,
Zakiyah Daradjat dalam tulisannya yang berjudul : 11 Pendidik
an anak keluarga tinjauan psokologi agama 11 , yang disunting
oleh Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja (1993 : 60),
mengemukakan bah~a :
'·
Pembentukan iman seharusnya mulai sejak dalam kendungan sejalan dengan pertumbuhan kepribadian. Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin yang dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari kewdaan sikap dan emosi ibu yang mengandungnya. Hal tersebut terbukti dalam perawatan kejiwaan bah~a ketika si anak dalam kandungan keadaan keluarga mempunyai pengaruh t terhadap kesehatan mental si janin di kemudian hari. Berdasarkan uraian dir:atas, dapat diketahui apabila
. . . •. ,
45
ibu bapak atau calon ibu bapak orahg yang beriman den bar
taqwa. teat beribadah serta hatinya tentrem, ekan mendo•a
kan agar enakngan keturunannya beriman den bertaqwa kepeda
Allah Swt •• Doe den herapen yang memenuhi relung hatinye,
yang kadang diucapkan dengen lisan, diingat den dibisikkan
dalam kaitannya, semua itu akan memantul kepada janin ya~g
ads dalam kandungan ibu.
Konsep dasar pendidikan Islam yang pertama, yakni
konsep tauhid dapat ditanamkan dalam keluarga Muslim dengan
menggunakan metode ketauladann, pembiasaan, contoh serta
kasih sayang •• Misalnya ibu bapaknya yang saleh , sering
terlihat oleh anaknya mereka sedang shalat, berdo 1 a dengan
khusyu' den bergaul dengan sopan santun yang dapat dir~iru.
Selain itu apabila orang tuanya sering membaca Al-Quran,
berdo•a den mengajak anaknya memohon kepada Allah Swt, den
sebagainya yang senantiasa bernafaskan Islam. Apabila ke
adaan lingkungan keluarga demikian, make secar•a tidak lang-
sung anak-anak, den semua anggota keluarga tersebut senan-
tiasa ads dalam suasana yang Islami, sehingga berpengaruh
kuat terhadap keimanannya.
Secara praktis, Shodiq Ihsan dalam tulisanny~ yang
berjudul : 11 Pendidikan Keluarga dalam Islam", yang disun -
ting oleh Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja (1993 ;
131), memberi dasar pendidikan keimanan sebagai berikut :
1. Setelah anak lahir disunatkan adzan ditelinganya, ini adalah awal dari pendidikan kQimanan. Dari se-j ak dini hendaknya orang tua memperkenalkan kehidup-
46
annya yang bernafaskan Islam sehingga anak tidak akan asing dengan tradisi den budaya Islam yang dijumpai di dalam runahnya atau pads lingkungannya.
2. Mengajarkan kalimah La ilaha illallah. Riwayat dari al-Hakim dari ibnu Abbas r.a. dari Nabi saw, ia berkata : 11 Permulaan klimah yang harus diajarkan kepada anak-anakmu ialah kalimah La ilaha illallah.
3. Anak sejak mulai berakal hendaknya dikenalkan dengan apa-apa yang tidak havam den apa-apa yang harem. Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Jarir den Ibnu Mundzir dari Ibnu Abbas is berkata· : 11 Lakukanlah ketaatan kepada Allah dan takutlah kemaksiatan kepada Allah, perintahkan putermu agar menjalankan den menjauhkan diri dari larangan, yang serupa itu adalah pembentengan bagi mereka den bagi kamu dari neraka.
4. Memperkenalkan suasana semangat (gemar) sbalat sedini mungkin, mengajarkannya muali umur tujuh tahun. Hadits riwayat Hakim dari Abu Daud dari Ibnu Amru bin Ash r.a. Rasul saw. berkato : 11 Perintahkanlah shalat pads anakmu sejak umur t'ujuh tahun, boleh kau memukulnya ketika ketika umur sepuluh tahun bile ia lengab, dan harus kamu pisahkan tidurnya11 •
5. Sejak dini perlu didik agar timbul rasa ointanya kepada Rasul saw, kepada keluarganya den auks membaca Al-Quran. Hadits riwayat Thabrani dari Ali r.a. babwa Nebi saw. berkata : "Didiklah anakmu ates tiga hal : MencntaL - ~Tabinya, mencintai keluarganya den membaca Al-Quran , bahwa pembawa Al-Quran itu berada di bawah naungan Arusyi Allah bersama-sama dengan para Nabi den bambanya yang suci pada hari tidak ads naungan kecuali hanya naungan Allah".
6. Para ahli pQndidikan eependapat bahwa eetiap anak lahir dalam fitrah tauhid, dalam a~idah iman pads Allah den dalam keaslian suci den bersih, bile s& -jak dini mendapat pendidikan baik make akan tumbuh dengan baik. Allah Swt. berfirman :
11 ••• fitrah Allah yang telah mencipta manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah ••• 11 (Depag RI, 1984 : 645).
Adapun konsep daear pendidikan Islam yang kedua ada
lah konsep akhlak atau pendidikan akhlak. Pendidikan akh
lak dalam keluarga Muslim merupakan yang sangat panting
setelah pendidikan tauhid.
Konsep dasar pendidikan ini berisi perintah-perintah
den larangan-larangan Allah dalam mengatur hubungan ber -
masvarakat. Seorang manusia dikatakan berakhlak mulia. apa-
47
bila segala tindakannya sesuai dengan segala perintah dan
larangan Allah.
Pendidikan akhlak sebagai konsep dasar pendidikan
Islam yang kedua setelah Tauhid, wajib ditanamkan sedirii ·~
mungkin. Sebagai acuan bagi keluarga Muslim dalam melaksa
nakan konep seperti ini, seperti yang telah dicontohkan
oleh Luqmanul Hakim dalam al-Quran surat Luqman ayat 14, '
15 1 18 den 19, yang berbunyi .• :
-{ \'f1 \;\< \D 11 z" ___:_,\]J}
Artinya :
"Dan Kami telah menganatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah me:.~ u~l.llOO]!,l.Jngnya dalam keadaan lemah semakin bertambah: •. li.emah juga, sampai mass penyapihan bayinya dalam umur dua tahun. Karena itu, bersyukurlah kepada-Ku .. ~ao kepada kedua orang tuamu, karena kepada-Ku-Lah tempat kembalimu", "Jika mereka keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan yang lain, sedang kamu tidak mempunyai pe -
48
ngetahuan apa-apa tentang itu, maka janganlah kamu turuti mereka itu. Namun pergaulilah mereka dengan sebaik-baiknya selama hidup di dunia ini. Ikutilah jalan orang-orang yang suka kembali tobat kepada-Ku. Kemudian kepada-Kulah kamu sekalian kembali pulang, dan aku beritahukan kepadamu a pa-a pa yang tel ah kamu ker jakan", "Dan j anganlah engkau membuang muka penuh kesombnngan terhadap orang lain dan jangal!!.il.ah berjalan dimuka bumitdengan angkuh. Sebab Allah tidak senang terhadap semua orang yang sombong, lagi angkuh","Selanjutnya, berlaku sederhana:J.ah dalam perjalananmu, dan lunakanleh suaramu! sesungguh .. ·\nya suara yang paling buruk, adalah suara-suara keledai" (Depag, RI, 1984 : 655).
Dalam ayat 14 dan 15, digambarkan mengenai akhlak anak
terhadap ibu bapaknya, yaitu dengan cara berbuDt baik dan
berterima kaaih kepada keduanya.
Sedangkan dalam ayat 18 dan 19 digambarkan meng~nai
akhlak terhadap orang lain terutama yang berkaitan dengan
penampilan atau tingkah laku, misslnya adab sopan santun
dalam bergaul, yaitu tidak sombong dan tidak angkuh, serta
berjalan dengan sederhana, apabila berbicara dengan suara
yang lembut.
Orang tua dalam keluarga Muslim, hemdaknya selalu
menunjukkan raso cinta dan kasih sayang terhadap anak-anak
nya. Karena kondisi yang demikian akan menanamkan rasa cin
ta dan kasih sayang antara aesamanya, sehingga ia akan mem
punyai akhlak yang mulia.
Sebagimana telah dikemukakan dalam uraian-uraian sebe-
lumnya, konsep pendidikan akhlak ini memegang peranan yang
penting, karena itu menuntut tanggung jawab dari keluarga
Muslim untuk merealisasikannya. Berkenaan dengan konep pen
didikan akhlak ini, Ibnu Mustafa (1993 ; 95), berpendapat
49
bahwa :
Dimensi akhlak merupakan dimensi yang cukup rumit dalam pendidikan keluarga Muslim, karena dalam dimensi tersebut pribadi seseorang sangat bergantung kepada pengalaman-pengalaman hidupnya. Pribadi seseor$ngtidak hanya diwarnai oleh pendidikan yang diperolehnya di dalam ke. t·.,.... luarga , tetapi dipengaruhi juga oleh variasi lingkungennya. Sehingga, ketika keluarga lengah dalam mendidik, peran lingkungan ambil bagian. Pendidikan sekolah biasanya beraifat netral karena kehidupan seseobang lebih lama berada dalam keluarga dan lingkungannya.
Demikianlah dua konsep dasar pendidikan Islam dalam
keluarga Muslim. Pads dasarnya kedua konsep tersebut, satu
sama lain tidak dapa dipisahkan. Tauhid tanpa akhlak akan
menciptakan umat yang lemah, sedangkan akhlak tanpa tauhid
dapat membuat manusia tidak tahu tujuan hidupnya.
Sela.in itu akhlak juga merupakan implrementasi dari keimanan
dalam segala benruk dan prilakunya.
3. Problemtika Pendidikan Keluarga Muslim
Melalui pendidikan Islam, dengan konsep dasar pendi<
dikan tauhid dan pendidikan a~hlak, keluarga Muslim berusa
ha untuk mencapai apa yang menjadi t~juan hidupnya.
Seiring dengan kemajuan zaman, banyak problema yang
harus dihadapi oleh keluarga Muslim dalam melaksanakcn pen
didikan Islam terse but •. <Berkenaan dengan masalah pendidikan
yang dihadapi oleh keluarga Muslim, Ibnu Musathafa (1993 :
89), mengemukakan bahwa :
Pendidikan Islam, sebagaimana halnya konsep peneidikan lainnya, seat ini sedang mengalami krisis yang hebat • Apalagi dalam era informasi yang tidak terkuasai, dan hal itu setidaknya membuat umat Islam harus mengkaj i ulang sistem pendidikan yang selama ini telah diterapkan. Bahkan di Barat sendiri, sementara ini, kalangan pendidik mereka mengakui bahwa mereka sedeng berads
50
dalam posisi kemandulannya. Model pendidikan Barat yang oleh kritikusnya disebut sebagai J!iodel.pendidikan yang sudah tidak relevan lagi karena banyak menimbulkan kemerosotan dalam idealisasi pendidikan. Apalagi menurut kaiangan masyarakat Islam, model pendidikan selama ini. telah mengacu kepad model pendidikan Barat itu, tidak hanya menciptakan generasi Islam yang mandul, namun jugs telah mematikan k1•eativitas intelektualnya.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa pesatnya
arus informasi dan teknologi sangat berpangarur. terhadap
proses pendidikan yang sedang berlangsung. Dalam kondisi
yang demikian, semakin sulit bagi keluarga Muslim di dalam
ilielaksanakan konsep dasar pendidikan seperti yang telah di
j ela skan di atas pada pembahasan sebelumnya.
Setiap individu dalam masyarakat era informasi dan
era globalisasi sekarang ini, dihadapkan kepada problema
problema yang sering tidak dapat dipecahkan. Disatu pihak
dia hidup dalam keterbatasan kemampuan, dan dipihak lain
dia didorong untuk melampaui bates kemampuannya. Pandangan
hddup materialistis._.pola hidup konsumerisme, atau hidup
bebas, selslu didesakan oleh media-media massa yang secara
tide~ langsung memberikan dorongan-dorongan mengenai apa
yang harus diperbuat oleh individu meskipun untuk melaksa
nakan dorongan tersebut, tanggung jawab kekeluargaan ~arus
dikorbankan.
Di dalam kehidupan manusia yang semakin moderen, te
lah terjadi ketimpangan antara kehendak manusia yang luhur
den baik dengan kenyataan yang ia lakukan. Sebagai dampak
nya, terjadilah perubahan-perubahan yang sebenarnya tidak
dikehendaki, terma~uk di dalamnya perubahan komunikasi
52
akan tetapi bukanlah segala-galanya dan bersif at sementara,
esensi spiritual manusia dipandang lebih mulia dan bersi~at
abadi, karena itu ajaran Islam memberikan jalan kepada manu
sia untuk melepaskan diri dari perbudakan msteri (Ibnu
Musthafa, 1993 : 31).
Berdasarkan uraian di.etas, maka jelaslah bahwa tugas
dan tanggung jawab orang tua tidak hanya selesai apabila
telah berhasil memenuhi segala kebutuhan materi anak, kare
na kebutuhan anak tidak semata-mata terletak pada kebutuhan
materi akan tetapi hal cyijng sangat penting yang harus di
berikan oleb orang tua adalah pendidikan, terutama pendidik
an dalam lingkungan keluarga yang berdasarkan konsep tauhid
dan konsep akhlak.
Keluarga Muslim memiliki kewajiab untuk menyelamatkan
generasinya agar tumbuh menjadi menusia yang sadar akan di
rinya, lingkungannya dan sadar akan masa depannya. Selain
itu keluarga Muslim juga mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik generasinya agar mampu menghindarkan diri dari per
budakan materi • Karena lingkup masyarakat itu lebih luas
telah terjebak dalam pola hidup materialistis, dan secara
tidak dissdari bahwa sebagilim besar keluarga Muslim te
lah tercemari olehnya, dan hal i~i merupakan kendala besar,
maka keluarga Muslim yang sadar wajib membina generasi pe
nerusnya dididik menjadi manusia-manusia pengendali materi,
bukan menjadi budak materi.
Selah satu upaya untuk mengarah ke sane tidak lain
agar setiap keluarga Muslim berusaha untuk memahami kembali
akan peran dan tanggung jawabnya dalam pendidikan. ~endidik
an Islam yang berdasarkan konsep tauhid dan konsep akhlak
harus senantiasa dijalankan. Dengan demikian segala proble
ma yang sedikitnya akan dapat dikendalikan.
\i-• Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga Muslim
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
bagi anak mereka, karena dari merekalah anak muala-mula me-
nerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pen
d idikan terdapat dalam keluarga (Zakiyah Daradjat, 1992 :
35). Kelnarga Muslim sebagai lingkungan pendidikan pertama
dan utama, menanamkan ajaran-ajaran Islam dalam pendidiksn-
nya. Karena itu pendidikan yang diterapkan dalam keluarga
Muslim adalah pendidikan Islam.
Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah pendidik
an yang tidak mengenal bates umur dan jenis kelamin. Hal
tersebut, mengaou kepada Hadits Nabi saw. ,:c;::·:o:;t:i
~\~} ;j1 ~.,,~~\ 1;1.b\ Artinya : "Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan sampai ke liang
lahat ( mul111i dari kecil sampai mati)" ( Zakiyah Daradjat, 1992 : 6).
J • ,
,' ,.:'\ P.-'; c \( (",~ ~: ~ l~t1~ ~ ,(- U'. <Sf" .. ./ J,1~
Artinya : '~Menuntut ilm:t itu adalah kewajiban ates setiap orang Islam, laki-laki atau perempuan" (Zakiyah Daradjat, 1992 : 6).
Bertitik tolak dari ruang lingkup pendidikan Islam s
seperti tersebut di atas, dengan demikian, maka di sini
54
dapat dikatakan bahwa yang menjadi ruang lingkup dalam
pendidikan keluarga Muslim adalah pendidikan seluruh indi
vidu yang menjadi anggota keluarga, dalam hal ini ayah,ibu
dan anak-anaknya.
Senada dengan hal di atas, Ibnu Musthafa (1993 : 98),
mengemukakan sebagai berikut :
Kualitas orang tua, ayah dan ibu, berpengaruh sekali terhadap e.naknya, karena dari diri. merekalah, pertamatlil11m,. si. ai;iak belsj11r mengenal lingkungan masyarakatnya. Dalam sebuah keluarga biasanya pengaruh aya~ sangat dominan. Ini dikarenakan perannya sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin. Apa saja keputusannya selalu dinantikan oelh si anak. Dan biasanya, seorang ibu akan menjadi penghubung ~an~:mengakrabkan jalinan antar anggota keluargp~·:·dan pandangan-pandangannya sering diherapkan oleh si enak, karena sebagai seorang wanita, seorang ibu biasanya memiliki naluri yang peka.
Dewesa ini, seiring dengan perkembangan zaman, kebe
radean pendidikan Islam dalam lingkup keluarga Muslim sang
at penting terutama dalam rangka membentengi.~setiap anggo
ta keluarga dari informasi yang menyesatkan.
Fatimah Heeren, seperti yang dikutif oleh Ibnu Mustafa
( 1993 : 101), mengatakan bahwa 11 Lingkungan keluarga Islam
sangat berpengaruh dalam prcaies, pendidikan anak agar dapat
menjadi Muslim yang baik'.'. Dia membagi tahapan pendidikan
dalam empat bagian yang semuanya berdasarkan pada konsep
Islam, yang digambarkan dalam skema berikut :
JIHAD '"""'K~E~WA~JIABA.~Nr-~-. ·BERAGAMA
GERI TA D AN: .. "'T""RAD""""I""s""'r--LINGKUNGAN ISLAM
·-------,-..--,=------.,,. (S• 3 10 15 20
55
Pads tahapan pertama, sejak anak lahir, yaitu dari
usia 0 sampai 20 tahun, ketika anak tumbuh dewasa dan akan
meninggaRkan rumah, hendaknya ia hidup dalam lingkungan
yang sesuai dengan ajarah Islam, dan sedapat mungkin dihin
darkan dari lingkungan yang tidak Islami
Tahap kedua, adalah tahap cerita dan tradisi. Di sini
terdapat suatu medan yang luas bagi orang tua yang dikerµ-,.
niai daya imajinasi dan niat yang baii:k. Melalui tahapan
ini, mereka akan mengkaji kembali cerita para Nabi seper
ti yang dikisahkan dalam al-Quran, terutama kisah dan per
buatan Nabi Muhammad saw. yang penuh ketauladanan dan kisah
kisah yang lainnya.
Pada tahap ketiga, ketika anak mulai menginjak usia
10 tahun, kewa j iban-kewa j ib4ln agama1 •Jliilulai di terapkan dengan
ketat kepada anak, terutama kewajfu(lll,l shalat dan puasa.
Pada tahap ini, si anak harus sudah mulai mendapat teguran
apabila lengah atau lalai dalam menjalankan kewajiban aga
manya. Selain itu pada tahap ini juga mulai diajarkan menge
nai kebiaaaan-kebiasaan yang baik,,mulai diterangkan menge
nai kewajiban-kewajiban yang harua dijalankan oleh seorang
anak laki-laki dan anak perempuan. -. ... -.· ·:.· ~ ... -,.....
Pada tahap ke empat, dalam diri anak, harus ditanam
kan semangat jihad, aeperti semangat jihad dalam mem.tnt~t
ilmu, dalam bekerja dan sebagainya.
Dalam lingkungan keluarga Muslim, orang tua juga wa
j ib memberikan pendidikan yang meliputi pendidikan jasmani
56
dan rohani, Agar si anak memperoleh keseimbangan dalam
hidupnya. Berkenaan dengan hal tsrsebut, di sini Salwa
Shahab (1989 : 24), mengemukakan beberapa masalah pendi
dikkan, yang termasuk dalam ruang lingkup pendidikan Islam
yang harus diberikan dalam keluarga Muslim, yaitu :
1. Pendidikan keimanan 2. Pendidikan budi pekerti 3. Pendidikan akal 4, Pendidikan terhadap lawan jenis 5, Pendidikan sosial.
B. Pendidikan Sosial Anak dalam Keluarga Muslim
1. Pengertian
Istilah Pendidikan Sosial merupakan gabungan dari
kata Pendidikan dan Sosial.
Dalam bab terdahulu telah diuraikan bahwa yang di -
maksud dengan pendidikan adalah suatu proses penanamaan
nilai (values imparting) yang sengaja dan disadari, untuk
menolong anak didik agar dapat berkembang (dewasa) jasma
ni den rohani, akal dan hati sehingga dapat mencapai kua
li tas hidup (pribadi utama), sehingga dapat mencapai hi -
dup bahagia lahir den batin, baik secara individu maupun
dalam kehidupan masyarakat. Sedangk~n yang dimaksud dengan
sosial menurut Kamus Beser Bahasa Indonesia Depatemen Pen
didikan den Kebudayaan, berarti (1) berkenaan dengan ma
syarakat, perlu adanya komunikasai, (2) suka memperhatikan
kepentingan 1rrnum (suka menolong, menderma dsb,) (1989 :
855).
Berkaitan dengan hal tersebut, Soelaeman Joesoef
57
(1987 : 87) mengemukakan bahwa kedua kata tersebut (sos.t
el dan pendidikan) pada hakekatnya membicarakan kehidupan
manusia sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan para ahli sosiologi memandang bahwa "mem-
persoalkan kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat
(suatu kelompok sosial) berarti membicarakan proses sosial",
yang istilah populernya yaitu "sosialis11ili". Istilah sosi
wlisasi ini, menurut Frank J. Miflen den Sydney c. Miflen
yaitu mencakup seluruh proses mempelajari nilai-nilai, si
kap-sikap, penge·!;ahuan, berbagai keterampilan den berba_,:
gai tehnik yang dimiliki masyarakat (1986: 268). <,
Dengwn demiki!ii'.I meJt»i;ka berpendapat bahwa Pendidikan
Sosial berarti mengenalkan 11 anak11 pada soal masyarakat
dan lingkungan budaya.
st. Vembriarto mengartikan Pendidikan Sosial yaitu
"usaha mempengaruhi dan mengembangkan sikap sosial"
(Soelaeman Joesoef, 1987 : 87).
Dari beberapa pendapat etrsebut, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Sosial secara umum
adalah peni.;naman nilai-nilai sosial pada anak. Adapsun~·,
pengertian Pendidikan Sosial dalam Islam adalah pendidikan
sosial yang berdasarkan ajaran Islam_. Hi;l i:rni sesUBi dengan
pendapat Nashih Ulwan (1981 : 391) sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah pendi~ dikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar kejiwaan yang mulia, dan bersumber .. p!llda akidah Islamiyah yang abadi den perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti ia bisa tampil dengan pergaulan dan adab
58
yang baik , keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.
Selanjutnya Ulwan jugs mengemukakan bahwa pendidik
an sosial ini merupakan tanggung jawab para pendidik,-.khu
susnya orang tua da~am upaya mempersiapkan anak, karena
pendidikan sosial inipun berkaitan dengan pendidikan moral
dan psikologis yang eksisitensinya merupakan fenomena ting-
kah laku dan watak yang dapat mendidik anak guna menunai-
kan segala kewajiban, sopan santun, kontrol sosial, k@li"·
jegan intelektual, politik den interaksi yang baik dengan
orang lain (1992 : 1).
Jedi jelaslah bahwa pendidikan sosial ini merupakan
tanggung jawab pendidtkan dalam keluarga.
Dari uraisn;diatas. maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan pendidikan sosial anak dalam
keluarga muslim adalah penanaman nilai-nilai sosial pads
snlllk yang dilaksanakan dalam keluarga yang memegang ajar
an Islam sebagai pegangan dan tatanan hidup seti~p anggo-
tanya dalam menjalani kehidupan mereka di dunia ini, agar
ansk dapat terbiasa menjalankan tatakrama sosial yang
utama yang bersumber dari akidah Islamiyah.
2. 'l'ujuan Pendidikan Sosial Anak,·dalam Kellilarga Muslim.
· Setiap pembicaraan mengenai pendidikan, akan selalu
melibatkan tujuan pendidikan. Ini berarti tujuan pendidik
an merupakan sesuatu yang penting, sebab tujuan itulah yang
menentukan proses, fasilitas, metode dan materi, Demikian
59
juga halnya dengan pendidikan sosial. Oleh karena itu, da-
lam pembahasan ini akan mencoba mencari rumusan mengenai
tujuan pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim.
Perumusan tentang tujuan pendidikan sosial, dida13a:ti
oleh satu pemikiran bahwa manusia berfungsi sebagai khali
fah di muka bumi. Khalaifah adalah sosok yang memiliki ke
pribadian utama yang seimbang, karenanya khalifah tidak akan
hidup dalam keterasingan dan kesendirian. Itu sebabnya dari
sekian ayat al-Quran yang berbicara tentang manusia lebih
banyak menunjukkan manusia dengan bentuk jama '. (plural).
Salah satu contohnya adalah ayat yang menggunakan kata: Wa
hai sekalian manusia ( lj-"\.J\ W\\, ) dan wahai anak AP.am .. '
( ./'> > \ &, ~ ) . Kedua bentuk kalimat ini lebih sering mun-
cul ketimbang kalimat: wahai manusia dengan menggunakan ka
limat: (>l...;,.~\~\\., . Dalam surat Al-Anfal ayat 65, dika-. . ..
takan bahwa daya tahan masing-masing individu manusia.dalam
perjuangannya dirumuskan sebagai bagian dari usaha kolektif
manusia. Allah berfirman: , / ,,,.,, ,,.,.
..J ,,,,,..,,, / 11 ~ .,,,.1/.:0 ~.>'/.,..? / o / .... .111 :~l /J 1:"'t- ..,r / 1~. 0_;_;.,,~ 0_,h \ :~f.Y-l.0~0uJl~iJ8/';J-410f~~'~'~· ,,,,. ..... 7--..... - / .,.. .J .. ,, ...
~) ;;,,:\, :;~[;~1 ~(j\ ~.~i~ ~ ~~;1; ~~ ; ... .,,. .. .>~·""""
.<( 1 <) : ---1 \j:, '::l \ )- :..> ~. ~ Wahai Nabi~ gemarkanlah kaum mukminin berperang. Jika ada dua puluhorang diahtara kamu yang berhati sabar, niscaya mereka akan mampu mengalahkan dua ratus orang musuh, dan jika ada seratu:s orang di antara kamu, tentu mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, kirena mereka itu orangorang yang tidak mengerti (Depag RI:, 1989:271).
60
Kalau dihitung secara aritmatik, rasio dua puluh ber
banding dua ratus atau seratus berbanding seribu adalah sa
ma dengan perhitungan satu berbaliding sepuluh (1 : 10),
Akan tetapi Al-Quran menghindari perbandingan seperti itu,
meskipun tampaknya lebih .. ringkas dan lebih jelas. Hal ini
secara implisit ayat Al-Quran tersebut telah memberi petun
juk kepada sesuatu yang bukan hanya berbentuk rasio·perhi
tungan belaka•·Menurut Zamakhsyari; bahwa pelipatgandaan
ini memberi maksud yang mungkin menunjukkan adanya perbeda
an antara perlawanan dua puluh orang melawan dua ratus
orang, seratus orang melawan seribu orang kafir:·(Abdurrah
man Saleh, 1990:149); Kalau hal ini benar, maka bisa diru-
muskan daya tahan perjuangan yang diusahakan oleh satu
orang secara individual dalam dua kasus kelompok itu, maka satu orang bisa mengalahkan sepuluh orang~_Hal ini merupa-
kan semangat baru bagi seju¢lah anggota perorangan dalam
satu kelompoknya. Ini berarti bahwa Islam menekankan dan
mendorong umat Islam untuk hidup berkelompok, grup atau
jama'ah. Hal ini juga bisa kita lihat dalam perilaku ibadah.
Dalam setiap shalat, kaum muslimin berdo'a d~ngan mengguna
kan kalimat: 11Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus", yang
berarti tidak untuk pribadi orang yang berdo'a saja tapi
juga melibatkan orang lain.
Dengan demikian tampaklah bahwa aspek sosial dari khi
laf ah harus senantiasa dipelihara. Atas dasar itulah,
61
Abdurrahman Saleh (1990:149) menganggap bahwa pendidikan
yang mengingkari dorongan sosial bagi masing-llll8sing indivi
du pelajarnya adalah pendidikan yang tidak mempunyai alasan
memadai.
Secara psikologis, dorongan akan rasa persatuan dan
rasa memiliki anggota kelompoknya tidak akan dapat dihin
darkan, sebab dorongan untuk mendapat kasih sayang, menda
pat perhatiah dan ingin lebih dari orang lain, dipero~eh
dari adanya suatu kelompok. Dengan demikian, memenuhi do
rongan individual secara psikologis bergantung kepada pe
ranan yang dimiliki di dalam suatu kelompok. Sedangkan ke
lompok yang paling penting dan besar pengaruhnya adalah ke
luarga. Oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga harus di
arahkan kepada pemberian bantuan terhadap perkembangan si
kap-sikap yang diperlukan di antara anggota-anggota keluar
ga, seperti rasa kasih sayang kepada anak-anak, saling meng
hormati, menumbuhkan rasa tanggung jawab, dan sebagainya.
Seseorang adal~h anggota suatu keluarga yang pada wak
tu bersamaan juga sebagai anggota kelompok sosial yang dimi
likinya. Individu merupakan bagian integral dari anggota ke
lompok di dalam masyarakat atau keluarga, atau sebagai ang
gota keluarga dan pada waktu yang sama sebagai anggota ma
syarakat. Daiam kaitan itu ada satu konsep yang perlu dikem
bangkan, yang oleh Abdurrahman Saleh disebut sebagai kunci
konsep sosial dalam Islam yai tu 11persaudaraan 11 yang menghen
daki setiap individu memperlakukan individu-indivi.du lainnya
62
dengan cara-cara tertentu. Sikap sombong atau mengganggap
diri lebih merupakan sikap yang tidak dibenarkan •.. ~1-Quran
menawarkan konsep ideal yang akan mampu menghilangkan kete
gangan-ketegangan yang mungkin timbul di antara anggota-ang
gota masyarakat~ Kontradiksi akan timbul manakala seorang
individu mencoba mengingkari aturan Islam sebagai idealitas
kehidupan masyarakat.
Akan tetapi meskipun Islam m'enghendaki hidup dalam ke
bersamaan, tidak berarti menghilangkan hak perorangan, K.ese-,
rasian antara individu dan masyarakat akan terwujud manaka
la tidak terjadi kontradiksi antara tujuan sosial dan tujuan
individual. Sebab pendidikan dalam Islam menitikberatkan per
kembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar mampu
beraddptasi dengan standar-standar masyarakat bersama-sama
dengan cita-cita yang ada padanya, Keharm.onisan seperti ini
lah yang merupakdn karakteristik pertama yang akan dicapai
dalam tujuan pendidikan Islam. Karakteristik kedua dari tu
juan pendidikan Islam adalah labirnya sikap realistis dan
idealistis secara bersamaan. :.ffal · yang berkenaan d~an
sikap realistis adalah seperti dorongan biologis dan dorong
an akal. Dorongan ingin tabu dan dorongan seksual diakuai
sebagai kebutuhan yang kaitannya dengan produktivitas dan
kekhalifahan manusia di muka bumi. Sedangkan yang bersifat
idealistis adalah berkenaan dengan keharusan manusia untuk
menyerap nilai-nilai ke-Mahaagungan dan ke-Mahasempurnaan
63
Allah swt. agar ImlUsia dapat mendekati kesempurnaan pribadi
(Abdurrahman Saleh, 1990:152-153).
Dengan demikian, maka dapat diidentifikasi bahwa tu
juan pendidikan sosial adalah terwujudnya keharmonisan, ke
bersamaan dan persaudaraan. Karena dalam hal ini hubungan
nya dengan pendidikan dalam keluarga, make menjadi suatu
keharusan bagi orang tua yang berperan sebagai pendidik
pertama dan utama untuk menanamkan nilai-nilai sosial kepa
da anak-anak dalam keluarga •.. Diharapkan kelak anak dapat
m.enerapkan nilai-nilai tersebut dalam pergaulan dengan ke
lompokny atau dengan masyarakat sekitarnya.
3. Materi Pendidikan Sosial Anak dalam Keluarga Muslim
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa yang di
maksud dengan pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim
adalah penanamanan nilai-nilai sosial pada anak yang di
laksanakan dalam keluarga yang menjadikan ajaran Islam se
bagai pegangan dan tatanan hidup setiap anggotanya.dalam
menjalani kehidupan di dunia ini. Adapun cakupan materi
dalam pendidikan sosial ini sangat luas, sebab m.enyangkut
aspek kehidupan bersama antara manusia. Akan tetapi penu
lis akan mencoba untuk mencari rumusan materi pendidikan
sosial tersebut meskipun hanya dalam garis besarnya.
·A. Sadali (1987: 96) .m.enetapkan, bahwa adanya tanggung
jawab sosial itu tercermin pada enam hal:
a. Ketaatan kepada hukum dan ketentuan bersama.
64
b. Partisipasi sosial yang bertanggung jawab.
c. Distribusi kekaya~n secara proporsional yang di anta
ranya disalurkan lewat zakat, shadaqah, hadiyah, jiz
yanh dan sebagainya.
d. Suasana saling tolong-menolong, meringankan dan bah
kan menghilangkan bahaya yang akan mengganggu keaman-
an bersama.
e. Melangsungkan tata nilai dan norma serta produk ma
syarakat sebagai basil berpikir dan berbuat, mengem
bangkan, meningkatkan bahkan mencoba usaha baru untuk
menemukan hal-hal yang bermantaat buat masyarakat.
f, Tumbuhnya partisipasi masyarakat di dalam segala ke
giatan sebagai gambaran dari rasa sepenanggungan dari
semua masyarakat untuk melaksanakan kebijaksanaan ter
tentu.
Keenam komponen terse but .. lanjut Sadali, harus menjadi
suatu kesataan yang integral dalam satu sistem untuk mempe
roses terciptanya tatanan masyarakat atau Baldatun/ThayYi
batun Warabbun Ghafur.,•Hal itu dapat direalisasikan dengan ";!:: •. ,
cara membentuk, membina dan mengembangkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Ukhuwah (persuadaraai1 sesama muslim).
Ukhuwah adalah ikatan kejiwaan yang melahirkan pera
saan yang mendalam dengan kelembutan, cinta dan sikap hor
mat terhadap sesama yang didasari oleh aqidah Islamiyah,
65
iman dan taqwa. Bentuk ukhuwah seperti ini akan melahirkan
perasaan-perasaan mulia dan sikap positif~.dan jauh dari si
kap-sikap negatif seperti menjauhi perbuatan yang membaha
yakan jiwa, harta bend.a, nama baik dan kemuliaan orang lain.
Islam telah mewajibkan untuk menjalin hubungan persau
saudaraan ini lewat Al-Qurcin dan hadits Nabi, antara lain:
dalam surat Al-Hujurat ayat 10:
Sesungguhnya orang-orang mukmin addlah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu danbertakwalah kepad.:i Allah supaya kamu mendapat rabm·at (Depag RI, 1989:846). .
Sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Muslim:
. ~,,, .,, J ,,. / .J ~ / .,.y ~~.I "'.:t -<Cr~ 0~/J- ~~-0·~~~-~·~<)~\~~~
Tidak beriman salah di antara kamu sehingga ia menyintai sa·udaranya sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri (Nashih Ulwan, 1992:6).
Implikasi dari ayat Al-Quran dan hadits di atas adalah
bahwa seorang muslim itu menjadi saudara muslim lainnya. Ka
renanya ia tidak boleh menganiayanya, tidak boleh membiar
kannya, tidak boleh merendahkannya dan tidak boleh menghi-
nanya.
b. Silaturrahmi (menjalin kasih sayang).
Kasih sayang merupakan kelembutan hati dan kepekaan
perasaan sayang terhadap orang lain, merasa sependeritaan,
dan ikut merasakan kesedihan dan penderitaan mereka. Hal
inilah yang mendasari seorang mukmin untuk menghindari
BAB III
KELUARGA MUSLIM DAN PENDIDIKAN SOSIAL ANAK
DALAM KELUARGA MUSLIM
A. Keluar$a Muslim
1. Pengertian
Keluarga merupakan salah satu meta rantai kehidupan
yang esensial dalam'sejarah perjalanan hidup anak manusia.
Selain itu keluarga jugs merupakan bagian mutlak dari ma
syarakat yang mendukung terhentuknya masyarakat.
Menurut Kemus Umum Bahasa Indonesia, keluarga berar
ti (1) sanak saudara, kaum kerabat, (2) orang seisi rUiiiah;
anak bini; batih {Poerwadarminta, 1984 : 471). Sedangkan
yang dimaksud Muslim menurut kamus tersebut yaitu : 11 Penga
nut agama Islam" ( Poerwadarminta~ 1984 : 664).
Jadi secara sederhana yang dimaksud dengan keluarge Muslim
adalah keluarga yang menganut agame Islam.
Yang dimeksud keluarga Muslim menurut An-Nahlawi
(1989: 193), yaitu 11 Sepesang suami istri yang kedua tokoh
itninya (ibu den ayah) berpadu dalem merealisesikan tujuen
pendidikan.
Dalam majelah Nesehat Perkawinen tertulis, yang di -
maksud dengan keluarga Muslim yeitu : "Keluerga yang meme
gang ajaren Islam sebagai pegengan den tatenan hidup se -
tiap anggota keluerge Islam delem menjelani kehidupen me
reka di dunis ini" •. Me!l'bengun keluarga Muslim, mengandung
arti membentuk, memelihara, membina den mengembangkari me
nuju ke arah tertentu etas dasar aspirasi, cita-oita den
/J 66
dan menjauhi setiap kejahatan dan penderitaan, dan rasa ka
sih sayang inilah yang manjadi sumber kebaikan, kebijakan
dan kedamaian bagi seluruh manusia.
Dalam. sebuah haditsnya Rasulullah menjelaskan: ,,.. ;..> I • .1 / ., ,,.
.J~t: ~'5' ~01~\_j;_:~v"1)0I1;;-J~~'.f GJ · ·~~-h ii-~,,~-<:_; ( "'.G..:-G ·"< ;;.\ ·;U.V, ~ ,, ~ . .,, Y,,,. ,,, ....
Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi. Wahai Rasul, semua kami pengasih, jawab mereka. Sabda Rasul, kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang kepada sahabatnya, tetapi bersifat UIDUl11 (untuk seluruh umat manusia) (Nashih Ulwan, 1992:12).
Dalam hadits lain Rasul mengatakan bahwa Allah akan menga
sihi orang yang kasih sayang kepada sesamanya: / ,
./.... ., ,,. • 1 ·-::r ,,,.,,., "",.,, 1·"
z;:·~~ uf~~\~~\~J)_-0--<"";:;,' ~J.·~~~-1 . ~W'~
Qrang yang mengasihi itu akan dikasihi oleh Yang Yang Maha Pengasih. Maka kasihanilah siapa yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit akan mengasihi kalian (Nashih Ulwan, 1992:11).
Kedua hadits di atas menjacti dasar bagi keharusan se
tiap mukmin untuk senantiasa menebarkan kasih sayang kepada
~esama makhluk Allah, dan sikap inilah yang menjadi sumber
kebaikan dan kedamaian.
c. Tlil'wun (tolong menolong)'.
Sebagai akibat logis dari terjalinnya persaudaraan
yang didasari oleh rasa kasih sayang, maka akan melahirkan
sikap saling tolong menolong dalam hal positif, menolong
yang lemah dan membantu yang susah. Dengan saling tolong
67
menolong mendekatkan dan melekatkan rasa kebersamaan.
Secara tegas Al-Quran memerintahkan untuk membangun sikap
ta'awun dalam hal kebaikan, yaitu dalam surat Al-Maidah
ayat 2 :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dose dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah seseunsguhnya Allah amat berat siksa.-Nya (Depag RI, 19-89:157),
d. · • AfWun (maaf ... memaafkan).
Sikap saling maaf-memaafkan juga merupakan hal yang
dianjur~n dalam Islam: untuk mencegah terjadinya permusuhan
atau pertengkaran, menjegal teman sejawat dan sebagainya.
Memaafkan orang yang bersalah merupakan sikap yang terpuji
di hadapan Allah. Di antara ayat Al-Quran yang memerfntah-
kan untuk maaf-memaafkan adalah surat An-Nuur ayat 22 :
-: '. (•"{'-', 1.i,'~ .. \\.J./11) :;,~\ ·~\~ 'L; Gj, ,)_,\ ~;~ ~; ~ '---"'~ ,,.. ,,. r. --u.. u;,
.,,... • / ./ t / J ,; / / / # .J #/I I • / II ,/.) f /
~.01 u~~' ~_;,µ,; ~w\} .. '.~ : .. ~<J.~W'J ,,. ,,,,. J / t J/ I 'J" / (t •' .Jw / ""'..,:"..},..
_.(~\"': ./_01 f ~...>.)yU-dJJ\J ~,,WI
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi {bantuan) kepada kaum kerabat~nya), orangorang yang miskin dan.orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Depag RI, 1989:547).
68
e. Sa bar (m.enahan diri).
Sabar adalah orang yang stabil emosinya ketiak tertim
pa bencana atau musibah, tidak cepat m.engeluh dan putus asa.
Sikap sabar yang paling sederhana adalah mampu menahan diri dari segala keinginan yang belum waktunya harus terwujud,
tergesa-gesa dan tergopoh-gopoh dalam melakukan sesuatu.
Tergesa-gesa merupakan desakan emosi.yang tidak terkendali
kan. Sifat dan sikap seperti ini oleh Rasul disebut sebagai
dorongan dari syaitan, sedangkan sabar adalah dari Allah.
Orang yang sabar dalam Al-Quran dikategorikan sebagai orang
yang mendapat keberkatan dan rahmat dari Allah, serta ter
llllasuk orang yang mendapat petunjuk. Firman Allah dalam su
rat Al-Baqarah ayat 155-157 :
u;~.:/j1:J --~1;f-j1 ~u-;;~ e).1J0)1~~-~(~_; ,,, .>.,,. G :;.; • .,,. .... \ / {~ ,,., .. ,,,., .J•J""'"<',.. --: .... t" /~ 11. .. ,..~ "':"// ,,,,,, ... 1...1 'J-'v ~r~L.o1 1 ))0'.'.:.u1. (y..~1~3 0 , ·~11..J ... ,,. ... ... ,,. .., ... ;,.; v--''-"
!J , 1 ,,. .. ,,,1_, /"'/ i
i;-~~~~j u-:0·')...:p ·.l\~~3\. ~~~_)~~-(;~.} ~ \ ~ •• / ,.. ,_, ..J "' \ J /
-< \OY-, 00 .. V}',. ~;~, "r~_,v Dan sungguh akan Kami beri cobaan padamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musiba.h, mereka mengucapkan 11Innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (Depag RI, 1989:39).
t. Tasamuh (toleran).
Ungkapan :J.ain ; dari istilah toleran adalah"tepa salira'(.
tenggang rasa terhadap orang lain, memberikan kebebasan pada
orang lain untuk menggunakan hak pribadi selama dalam garis
yang benar dan selama tidak mengganggu hak orang lain, de
mikian juga selama tidak menyangkut persoalan akidah. Kalau
sudah menyangkut hubungan dengan orang yang berbeda agama,
dan sudah menyangkut persoalan akidah, maka Islam telah
memberikan garis yang tegas untuk tetap pada keyakinan dan
syari'at Islam. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat
~1-Kafirun ayat 1-6 :
~,~~0;y·~\-~_;. 0~~l:~~ .0;~,~.\~~ • J~ :t .. y ,; _,/
r~::(\ ~,1 \:..~;~·(' ~:, . '! ~c. yCI~; . .<(_\-I" ~Jfa\ 'y- c;.?,~J
Katakanlah: 11Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi ~enyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak 'pernah~pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (Depag RI, 1989:1112).
g. Musawah (persamaan), yakni memperlakukan same kepada
sesama orang mukmin. Mendamaikan dua kelompok orang mukmin
saling bertikai secara adil tanpa keberpihakan pada golong
an atau kelooipok tertentu. Sebagiaman firman Allah dalam su
rat Al-Hujurat ayat 9 :
dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku sdillah. Sesungguhnya Allah m.enyukai orang-orang yang berlaku adil (Depag RI, 1989:846).
h. Adil.
Pengertian adil secara definitif adalah menempatkan
sesuatu sesuai pada tempatnya. Adil:adalah satu istilah
yang mudah untuk diucapkan, tapi paling sulit untuk dilak
sanakan. Sebab ketika seseorang memiliki kepentingan pada
satu kelompok, seringkali membuat dia berbuat curang kepada
kelompok lainnya, atau ketidak senangan kepada seseorang
menjadi penghalang untuk berlaku adil. Itu sebabnya Allah
sering memperingatkan manusia untuk senantiasa menegakkan
keadilan. Dengan keadilan kedamaian akan tegak, dan dengan
keadilan ketenteraman akan terwujud. Ketidakadilan menjadi
salah satu sebab terjadinya gejolak dan pertengkaran.
Perintah untuk m.enegakkan keadilan ini dcipat ki ta te
mukan dalam Al-Quran, di antaranya surat Al-Maidah ayat 8 :
'> _. I / I,.. ~ }.) -1 ,..I / -, ~ ""' ,--',~;/"'.'-'/.,;'/•/'.'..\/ i ' .. ,l ,..,,,..-;! ~ · • \""(· I' \. :J1t -".'1(' u ~ ~ <'!· :ii .J ~ ""~ ~ ~ 1J9 ~ J!J ..Y r <.r.. , \.l!:r!. 1.;
\ ...... V7 ... .,) ... ,,,,,
~Ji\~~ ~11;;'-' <5A~51~·)~~ ~~gi ~f.; ,,,,. .,.; ,,,,,,,, / (. /
-{ ,_, aJ,\j,1)- ~~~,~ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang•orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekalikali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Depag RI, 1989:159). . . ..
71
i. Kreatif.
Orang yang kreatif adalah orang gemar melakukan kegi
atan yang bernilai positif, baik untuk untuk kepentingan
dirinya maupun untuk kepentingan orang lain (masyarakat).
Gemar menyiptakan terobosan-terobosan baru untuk kepenting
an orang banyak. M,:isyarakat ikut menikmati hasil karyanya,
dan apa yang dia lakukan memberikan dampak positif bagi
lingkungan sekitarnya.
Sikap kreatif ini disinyalir oleh Al-Quran dalam su
ra t Al-Kahfi ayat 7 : .... . ,,, / ,.
'l ,,,. ,,, _, ,,,. ,, $ .. ~:,,, ._, ""µ-' .... ,. ,,, ...... ,,,,. ~ .. ~ J"' ....... { / . / t':"\ ,1 c. · -....>-\ \ · f • t ,. • • · I y.~(,
. /\.J- u ,~. ~ . -~ ~~ ~..> .. . ~
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya (Depag RI, 1989:444),
j. Dinamd.s.
Dinamis adalah satu sifat yang senantiasa bergerak
dan berbuat, dan orang yang dinamis adalah orang yang memi
liki mobilitas hidup yang tinggi, senantiasa berencana dan
berbuat secara berkesinambungan, ;baginya tidak ada istilah
berhenti dan selesai berbuat. Selesai m~lakukan satu kegi
atan terus membuat dan merencanakan kegiatan berikutnya.
Lawan dari dinamis adalah statis dan malas. Kedua sifat ini
sangat dicela oleh Islam.
Firman Allah yang mengisyaratkan keharusan bersifat di
namis terdapat dalam Al-Quran surat Al~m Nasyrah ayat 7-8 :
72
,,. / ,I ,,.. ,; .. _,. ,.. .. ,,, ,/ / /
4._t<-'v"T~( 1 J- c.:._;,.j\_; ~~_)____3}3 ~\_;~I:_,~
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu·urusan), kerjakanlah dengan sungguh~s~ngguh (urusan) yang lain,· dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Depag RI, 1989:1073).
Selain pendapat yang telah dikemukakan Sadali di ata;:; •
Nashih Ulwan m.enambahkan, bahw1il yang juga termasuk memiliki
nilai sosial adalah Itsar, yakni mementingkan orang lain
daripada diri sendiri, dan al-Jurah yaitu berani karena be-
nar.
Sikap mementingkan orang lain merupakan suatu perasaan
kejiwaan yang lebih mengutarnakan orang lain daripada diri
sendiri dalam hal kebaikan dan kemaslahatan. Itsar termasuk
akhlak yang mulia yang apabila dimaksudkan untuk mencari
keridhaan Allah merupakan bagian terpenting bagi integritas
dan solidaritas sosial dan kebaikan bagi lli'8.nusia pada umum-
nya-(Nashih Ulwan, 1992:14-23).
Al-Jurah a.dalah kekuatan jiwa yang tinggi yang m:eman
car dari keimanan seorang mukmin kepada Allah dan kebenaran
ajaran yang dianutnya. Dia siap untuk menegakkan kebenaran
meskipun pahit dan penuh risik6, berani karena benar merupa~
kan salah satu jihad yang agung. Karenanya, mati karena
mengatakan yang benar dianggap mati syahid_(Nashih Ulwan,
1992:23-27).
Dari tanggung jawab sosial dan jiwa sosial di atas,
akan melahirkan disiplin etika sosial yang cukup banyak.
73
Di antaranya, etika makan dan minum, etika mengucapkan sa
lam, etika meminta izin masuk rumah, etika duduk dalam per
ternuan, sopan santun bergurau, etika menjenguk orang sakit
dan sebagainya (Nasih Ulwan,. 1992:102).
Setelah menyim2k uraian di atas, maka dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa yang termasuk materi pendidikan so
sial yang harus ditanamkan kepada anak dalam keluarga mus
lim adalah :
1. Keharusan menjalin ukhuwah (persaudaraan;
2. Menjalin hubungankasih sayang (silaturrahmi);
3. Menumbuhkan sikap tolong-menolong;
4. Menanamkan sikap maaf-memaafkan;
5. Mengembangkan sikap ramah tamah;
6. Menanamkan kesabaran (menahan diri);
7. Mengembangkan sikap tasamuh (toleran);
B. Menumbuhkan sikap musawah (persamaan);
9, Menanamkan keadilan;
10. Mengembangkan sikap kreatif;
11. Mengembangkan dikap yang dinamis;
12. Nenumbuhkan sikap lebih mementingkan orang lain dari
pada diri sendiri; dan
13. Menanamkan sikap berani karena benar.·
BAB IV
METODE PENDIDIKAN SOSIAL ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM
A, Pengertian
Kata "metode" berasal dari bahasa Greek yang terdiri
dari dua kata, yai tu 11m:eta 11 yang berarti melalui, dan 11ho
dos" yang berarti jalan. J adi, metode:·berarti jalan yang
dilalui,
Secara definitif, menurut Soelaiman Joesoef dan Sla
m:et Santoso (1981:38) metode berarti suatu kerangka kerja
dan dasar-dasar pemikiran digunakannya cara-cara khusus.
Dengan demikian, metode merupakan jalan menuju suatu tuju-
an.
Kalaulah metode berarti jalan,cara-cara yang dilalui
dalem melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan. Maka,
m·etode pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim. dapat
diartikan sebagai jalan atau cara-cara yang digunakan da
lam proses pendidikan sosial pada anak dalam keluarga yang
menjadikan ajaran Islam sebagai pegangan dan pedoman hidup
nya.
Metode merupakan salah satu faktor yang tidak dapat
diabaikan, sebab metode ikut berperan dalam menentukan suk
ses atau tidaknya pendidikan. Antara metode dan tujuan da
pat dikatakan sebagai hubungan sebab akibat. Apabila metode
pendidikan yang digunakan itu baik dan tepat, maka tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan besar kemungkinan dapat
tercapai dengan baik.
75
B. Konsep Dasar Metode Pendidikan Sosial
Sebagaimana telah disinggung pada pembahasan sebelum
nya bahwa metode merupakan salah satu faktor yang tidak dapa~
diabaikan, karena metode ikut berperan dalam menentukan suk
ses atau tidaknya pendidikan.
Pada aasarnya, metode bukan hanya sekedar alat untuk
menyampaikan pengetahuan ke dalam otak murid· (peserta didik),
tapi lebih dari itu metode juga merupakan alat untuk manban
tu anak didik memperoleh keterampilan-keterampilan, kebia-
s aan~ke biasaan, sikap, minat dan nilai-nilai sosial yang
diinginkan. (Al-Syaibany, 1979:55-2).
Metode pendidikan Islam yang digunakan harus berfung
si secara efektif dan efisien dalam proses pencapaian tuju
an pendidikan. Keanekaragaman metode harus paralel dengan
konprehensivitas tujuan, baik metode yang bersifat verba
listik-simbolisme maupun interaksi langsung dengan situasi
belajar mengajar.
Dalam metode pendidikan Islam senantiasa diusahakan
untuk diungkapkan melalui berbagai metode yang didasarkan
atas pendekatan yang multi dimensional sebagai yang dicon
tohkan dalam langkah-langkah·. paedagogis dari firman-firman
Allah dalam Al-Quran dan sunnah Rasul.
Begitu penting kedudukan metode dalam proses pendi
dikan, sebab tanpa metode, pikiran, pengetahuan,·keteram
pilan, pengalaman dan sikap tidak akan berpindah dari
76
pendidik kepada anak didik. Metodelah yang menjadi penghu
gung dan perantara antara pendidik dan peserta didik.
Untuk menambahkan tekanan pada pentingnya metode pads
proses pendidikan, para pendidik mengganggap bahwa metode
merupakan dasar yang dibina dalam profesi pengajaran dan
segi yang menentukan keberhasilan guru/pendidik dalam peker
jaannya. Karenanya keberhasilan guru dalam mearilih den me
nerapkan metode mengajar/m.endidik dapat dinilai sebagai ke
berhasilan..dalam pekerjaannya sebagai guru atau pendidik.
Al-Syaibeny, 1979:554).
Mengingat pentingnya kedudukan metode dalam proses pen
didikan, dalam ilmu pendidikan dan dalam pekerjaan mendidik,
maka para pendidik dalam setiap zaman menaruh perhatian be
sar untuk mengangkat derajat metode dan alat-alat mengajar
dan mendidil( m.elalui penentuan syarat-syarat dan prinsip
prinsip yang harus dipelihai'a pada metode ini, dan menja
lankan serangkaian percobaan-percobaan dan penyelidikan-pe
nyelidikan yang bertujuan untuk memperbaikinya serta m:enyip
takan alat-alat audio-visual yang membantu dalam pencapaian
tujuan serta menjelaskan makna dan pikiran-pikiran abstrak
yang ingin diperoleh oleh si terdidik. Oleh karena itu, ba
gi pendidikan yang m:enyadari akan pentingnya peranan metode
maka ia akan terus mencari den menggali berbagao metode yang
dianggap lebih efektif, mencari kaidah-kaidah pendidikan
yang inf luentif untuk mempersiapkan anak didik baik dari
77
aspek mental, moral, saintikal, spiritual dan sosial, se
hingga anak dapat mencapai kematangan yang sempurna (Nashih
Ulwan, 1988:1),
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pendidikan -
termasuk pendidikan dalam keluarga -- tidak mungkin akan
tepat diajarkan, melainkan diberikan dengan cara khusus,
Ketidaktepatan dalam penerapan metode kiranya akan mengham
bat proses pendidikan yang akan berakibat membuang-buang
waktu dan tenaga yang tidak perlu.
Itu sebabnya, kalau kita menyimak ayat-ayat Al-Quran
secara implisit dapat kita temukan berbagai cara Allah meng
ungkapkan firman-Nya agar bisa mempengaruhi pembacanya se
hingga mencapai sasaran yang diharapkan. Karenanya, bila
dipandang bahwa suatu cara atau metode adalah suatu subsis
tem dari pendidikan Islam yang berfungsi sebagai alat pen
didikan, m8ka jelaslah seluruh firman Allah dalam Al-Quran
sebagai sumber pendidikan Islam itu mengandung implikasi
implikasi metodologis yang konprehensif, mencakup semua as
pek dari kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan pribadi
manusia.
Kunci pembentukan karakter dalam proses pendidikan
menurut Al-Quran menunjukkan, bahwa manusia itu lahir de
ngan fitrah yang baik. Keyakinan akan hal ini akan mempe
ngaruhi implikasi-implikasi praktis bagi metode-metode
yang seharusnya diterapkan dalam proses pendidikan.
78
Dalam implementasi pendidikan sosial dalam keluarga
bukan merupakan hal yang mudah, sebab masalah sosial bukan
saja wilayah cakupannya yang sangat luas tapi juga persoal
an sosial m:enyangkut masalah hak orang lain. Bagaimana ki
ta memenuhi hak orang yang lebih tua untuk dihormati, demi
kian juga hak orang yang lebih kecil untuk dikasihi; hak
fakir, miskin dan anak yatim untuk disantuni; sampai-sampai
kepentingan pribadi diakhirkan karena ada keharusan untuk
mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri.
Karena ini masalah berat, maka untuk menanamkan nilai-nilai
sosial ini juga tugas yang maha berat.
Itulah sebab111ya, dalam Islam' yang namanya proses pen
didikan bukan dimulai sejak anak dianggap cukup matang un
tuk menerima pengajaran dan pendidikan melainkan ha~us su
dah dimulai sejak masa konsepsi, bahkan sejak pemilihan jo
doh. Abdurrahman Saleh (1990:203) menegaskan, apa yang mes
ti dilakukan ketika mendidik ternyata harus ditanamkan se
jak dini fondasi yang kokoh. Ketika telah datang kecende
rungan anak yang anti-pendidikan, maka hal ini tidak boleh
dianggap sebagai dasar pijakan kependidikan. Sekalipun de
mikian tugas pendidik (orang tua) adalah mempengaruhi anak
agar mereka tertarik kepada aktivitas-aktivitas yang re1e
van demi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok dasariah
mereka. Usaha ke arah ini adalah persoalan metode •. berha
sil atau tidaknya pendidikan akan tergantung atas cara ·
79
pendekatan atau metode yang ditempuh~
Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa manu
sia terlahir dengan dibekali fitrah yang baik, karenanya
dalam memeberi pengaruh kepada anak didik tidak boleh de•
ngan metode yang hanya akan merusak fitrah tersebut. Hal
ini diisyaratkan oleh sabda Rasul:
"Allah tidak mengutusku untuk membuat kerusakan atau perbuatan yang tidak ada gunanya .. melainkan mengutusku untuk m.engajar dan malakukan hal-hal yang mudah 11 (Abdur-rahman Saleh, 1990:204). ·
Agar pendidikan sosial anak dapat mencapai tujuan se
cars 9ptimal, maka seorang pendidik mesti memiliki pertim
bangan metode-metode mana yang seharusnya diterapkan, seba
gaimana juga harus memilih waktu yang tepat bila dengan me
tode tertentu. Jika pendidik gagal memilih waktu yang te
pat, maka sangat dimungkinkan akan berakibat negatif.
Penerapan metode secara bertahap, mulai dari yang se
derhana menuju yang kompleks merupakan prosedur kependidik
an yang juga diperintahkan Al-Quran. Dalam kata-kata ~
bani jama'nya Rabbaniyyun di dalam ~1-Quran ada tiga ayet,
oleh Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa se
bagei pendidik yang baik hendaklah memulai mengajarkan de
ngan materi pengetahuan yang mudah sebelum mengajarkan yang
sulit-sulit. Sebagai bukti istilah ini benesal dari Hadits
yang isinya senada dimane kata Rabb merupakan bentuk kata
dasar yang mengindikasikan pentingnya penerapan metode dalam.
proses pendidikan atau pengajaran.(AbdurrhmBn Saleh,1990:205).
80
c. Metode Pendidikan Sosial ~ dalam Keluarga Muslim
Sebelum sampai pada perumusan konsep metode pendidik
an sosial dalam keluarga, terlebih dahulu akan dikemukakan
beberapa pendapat disekitar penentuan jenis-jenis atau ma
cam-macam metode yang biasa digunakan atau yang seharusnya
digunakan dalam pendidikan Islam.
Dalam pendidikan Islam ada beberapa istilah yang da
pat diperguhakan untuk menunjuk kepada metode. Istilah-is.,
tilah tersebut adalah: minhaj, kaifiyah, wasilah, dan tha
riqah. Istilah-istilah itu pada dasarnya mempunyai arti
yang sama, sebab semuanya merupakan persamaan kata (mura
dif). Dengan demikian kata metode dapat dipakai dengan meng
gunakan istilah-istilah tadi, tanpa perlu menimbulkan kebi
ngungan. Namun demikian di antara istilah-istilah yang bia
sa digunakan adalah "thariqah" yang berarti jalan atau cara
yang harus ditempuh.
Ahmad Supardi (1989:52) m:enyatakan bahwa secara ope
rasional, dalam ajaran Islam memiliki banyak implikasi pen
didikan, terutama secara metodologis, misalnya: 1. metode
mendidik secara berkelompok yang sering disebut metode mu
tual education, 2. metode instruksional, 3. metode berceri
ta, 4. metode bimbingan dan penyuluhan, 5, metode pemberian
contoh dan teladan, 6. metode diskusi, 7. metode tanya ja
wab, . 8. metode perumpamaan atau metode internal, 9, m.eto
de targhib dan tarhib yaitu dengan memberikan motivasi,
81
10, metode taubat dan ampun, 11. metode acquisition, expla
nation dan exposition.
Ahmad Sadali (1987:161-163) membagi metode-metode
pendidikan ke dalam empat macam, yaitu:
1. Metode diakronik, yaitu suatu metode yang menonjolkan
aspek sejarahnya. Dengan metode ini kemungkinan bagi
anak didik untuk mengadakan studi komperatif tentang
berbagai basil penemuan dan pengembangan ilmu pengetahu
an. Metode ini juga dapat digunakan untuk mempelajari Is
lam sebagai ilmu pengetahuan. Hal ini untuk mengetahui
kecenderungan perkembangan Islam sebagai agama, dari ma
sa ke masa, dari dulu sampai sekardng, Dengan demikian,
maka perkembangan agama Islam dapat menjadi ilham atau
bimbingan bagi pemikir kegamaan yang akan datang di ma
syarakat.
2. Metode pemecahan masalah, yaitu suatu metode yang meru
pakan latihan bagi para peserta didik yang dihadapakan
pada berbagai masalah dengan alternatif pemecahannya.
3. Metode sinkronik-analitik, yaitu suatu metode pendidik
an Islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis.
Metode ini amat berguna bagi perkembangan keimanan dan
mental intelektual yang tidak semata-semata mengutamakan
segi peleksanaan atau aplikasi praktis.
4, Metode empiris, yaitu metode penyampaian pelajaran yang
memungkinkan bagi anak didik untuk mempelajari ilmu agama
82
melalaui proses realisasi dan ~tualisasi tentang norma
norma ·dan kaidah-kaidah agama melalui suatu proses apli
kasi.
Abdurrahman An-Nahlawi (1989:283) membagi m:etode pen
didikan Islam menjadi tujuh metode, yaitu: 1. metode hiwar
(percakapan) qur'ani dan nabawi, 2. m'etode bercerita kisah
kisah, 3. metode amtsal atau perumpamaan, 4. metode dengan
memberi tduladan, 5. metode pembiasaan diri dah pengamalan,
6. I!letode mengambil 'ibroh (pelajaran), dan mau '·izhah (per
ingatan, dan 11.. metode targhib dan tarhib (me¢buat senang
dan membuat takut).
Abdurrahman Saleh (1990:205) mengidentifikasi metode
pendidikan ke dalam tujuh mac am metode, yai tu: ·1., .. metode
cer.amah, 2. metode cerita, 3. metode tanya jawab atau dia
log, 4. metode diskusi, 5. metode perumpamaan atau metifo
ra, 6. metode simbolisme verbal, dan 7. metode hukuman dan
ganjaran.
Itulah beberapa pendapat mengenai penentuan metode
pendidikan Islam secara umum. Antusiasme para pakar pen
didikan Islam dalam merumuskan metode pendidikan menunjuk
an bahwa dalam pendidikan Islam, peranan metode sangat me
nentukan bagi keberhasilan proses pendidikan. Sebab, seti
ap usaha yang dilakukan individu senantiasa berusaha untuk
mencapai tujuan secara ef ektif dan efisien dengan mengguna- ·
kan m:etode yang dianggap baik dan tepat. Demikian juga __ .. ·
halnya dengan pendidikan sosial yang merupakan sub-sistem
pendidikan Islam secara umum .•
83
Berkaitan dengan metode pendidikan sosial, dari bebe
rapa buku pendidikan yang penulis telaah -- baik buku pen
didikan umum maupun pendidikan Islam -- belum ada yang se-.
cara rinci dan eksplisit membicarakan dan merumuskan menge
nai metode pendidikan sosial, terlebih metode pendidikan
sosial dalam keluarga. Nampaknya hal ini menuXl(jukkan bahwa
para pakar pendidikan sepakat, bahwa metode yang bisa digu
nakan pada pendidikan pada umum·nya juga dapat diterapkan
dalam pendidikan sosial. Demikian juga halnya dengan para
pakar pendidikan Islam memandang bahwa dari beberapa meto
d e pendidikan Islam yang biasa digunakan, juga dapat digu
nakan dalam menanamkan nilai-nilai sosial pada anak. Hal
ini dapat dipahami, bahwa dalam banyak perilaku ibadah da-
lam ajaran Islam ternyata memiliki nilai-nilai sosial. Se
dangkan upaya atau kegiatan yang dilakukan dalam menanamkan
ajaran Islam itu disebut dengan pendidikan Islam.
Oleh karena itu dapat ditetapkan, bahwa upaya yang
dilakukan dalam m;enanamkan nilai-nilai sosial yang baik
itu termasuk dalam lingkup pendidikan Islam. Karena dia
termasuk dalam lingkup pendidikan Islam, maka metode yang
digunakan ~alam pendidikan Islam secara umum•, juga dapat
dipergunakan dan diterapkan dalam pendidikan sosial.
Dari beberapa metode pendidikan Islam yang telah
84
dikemukakan di atas, tentu saja tidak semuanya dapat digu
nakan untuk pendidikan sosial dalam keluarga. Hal ini meng
ingat perbedaan kondisi dan beberapa keterbatasan yang ada
dalam lingkungan keluarga.
Dengan beberapa kesulitan yang dialami, penulis men
coba menetapkan dan merumuskan metode-metode yang dapat di
gunakan dalarn pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim,
yakni: 1. metode ceramah, 2. metode tanya jawab, 3, metode
cerita, 4. metode dengan keteladanan, 5. metode dengan la
tihan dan pengamalan, 6. metode dengan adat kebiasaan, 7.
metode dengan perhatian, 8. metode dengan memberi hukuman,
9. metode arotsal (perumpamaan), 10. metode hiwarqur' ani dan
nabawi, 11. m'etode 'ibrah dan mau'izhah, dan 13. metode tar
ghieb dan tarhieb. Penjelasan mengenai metode-metode terse
but akan dikemukakan di bawah ini.
1. Metode Cer41mah
Metode ceramah merupakan salah satu metode pendidikan
sosial dengan cara m:enyampaikan materi yang berhubungan de
ngan sosial lewat penjelasan secara lisan. Metode ini di
perlukan dalam pemberian ini'ormasi dan pemberian materi
yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Metode ce
ramah ini banyak digunakan oleh para Nabi dalam menyampai
kan syari'at Allah. Seperti nabi Musa tatkala diperintah
Allah untuk berda'wah kepda Fir'aun dan pengikutnya, beliau
berdo'a agar diberi kelancaran dalam berbicara. Firman Allah
85
surat Thaha ayat 25-28 :
·).u \ .... "2>.)i; 1r :.-'; o), c1 ~-' <5;! J;p ~ ;;., 0; ~(j q ,,,,v.,.,.. ~- / ,,.J,...·-; ,/~ ,,,,,,. ,,,.... ..J / 0/
.-{ \-' (\ - y 0 : "1..b }-~~ '~· Berkata Musa: 11Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekeluan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku" (Depag RI, 1989:478).
Demikian juga halnya dengan pendidikan sosial dalam,
keluarga, metode ceramah dapat digunakan oleh pendidik
(orang tua) dalam memberikan pengertian dan penjelasan ten
tang tata cara hidup bermasyarakat, seperti cara bergaul de
ngan sesama teman sebaya, dengan yang lebih tua dan dengan
yang lebih muda, tata cara dalam bertetangga dan sebagainya.
2; Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan metod·e penyampaian materi
dan menanamkan nilai-nilai sosial dengan jalan mengajukan
pertanyaan dan anak didik menjawab pertanyaannya. Hal ini
selaras dengan hadits Nabi tatkala jibril datang kepada nabi
Muhammad untuk mengajarkan Islam, iman dan ihsan serta tan-!
da-tanda hari kiamat, kemudian nabi Muhammad menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh Jibril (Shahih Muslim, t.t:22).
Metode tanya jawab ini dalam kondisi tertentu termasuk
metode yang cukup efektif dalam menanamkan nilai-nilai sosi
a l kepada anak.
Pada···am.a:k usia s ekolah, misalnya, tumbuh dalam jiwanya
perasaan selalu ingin tahu dan selalu penasaran terhadap
86
sesuatu yang dianggap asing atau sesuatu yang tidak memuas
kan pengetahuannya. Ketidakpuasan mereka sering kali mereka
lontarkan melalui pertanyaan, sehingga tidak jarang terjadi
pertanyaan yang dikemukakan akan bersifat kritis dan di lu
ar dugaan orang tua tatkala mereka melihat fenomen sosial
di sekitarnya. Hal ini disebabkan pertumbuhan dan perkem
bangan otak dan kecerdasan anak tengah berkembang pesat,
bahkan anak pada usia ini disebut sebagai periode intelek
tual.
Metode tanya jawab menurut Zuhairini, dkk. (1983:83)
adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru/pendidik
mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau sebaliknya.
Dalam istilah lain adalah suatu metode di dalam pendidikan
di mana guru bertanya sedang murid menjawab tentang bahan
atau materi yang ingin diperolehnya.
Dari pernyataan di atas dapat dipahami, bahwa prin
sip kejiwaan bertanya pada anak dapat disalurkan melalui
metode tanya jawab yang dalam prcikteknya dapat berlangsung
secara timbal balik. Dalam hal ini antara orang tua dengan
anak, Ketika anak itu bertanya, kadang kala pertanyaan itu
bersandar kepada kuantitas pengetahuan yang dimilikinya.
Dengan demikian orang tua dapat mengukur bentuk pertanyaan
yang diajukan.
Namun yang per.lu diingat, di saat tidak mampu menja
wab pertanyaan si anak, jangan malu, atau menutupi ketidak-
87
ketidakbisaan kita dengan berbalik marah kepada anak. Sebab
perlu diketahui, bahwa tidak ada orang yang akan mampu men
jawab semua pertanyaan, karena tidak ada orang yang tahu se
galanya. Apalagi jika pertanyaan itu menyangkut pendidikan
sosial dan keimanan, misalnya anak bertanya: 11Mengapa semut
i tu berjalannya selalu beriringan?'!' Jangan lantas dijawab
dengan nada emosi: 11ya memang sudah diatur dari sananya m1e
reka harus begitu! 11 • Seb.etulnya bisa saja dijawab: 11Allah
menciptakan binatang sekecil itu adalah sebagai perumpamaan
bagi manusia, agar senantiasa hidup dalam keteraturan dan
saling tolong-menolong dengan sesama 11 • Maka dari proses ta
nya jawab ini, anak akan mencoba merenungkan akan ciptaan
dan kekuasaan Allah tersebut dan m~engambil pelajaran dari
kehidupan semut untuk hidup teratur dan tertanam; rasa soli
dari tas sosial pada diri anak.
Abu Ahmadi (1976:35) mengatakan: Pertanyaan-pertanya
an baik lisan maupun tulisan adalah alat yang terutama un
tuk menimbulkan jawaban atau respons. Pertanyaan yang pada
umumnya diajukian oleh guru kepada pelajar adalah pertanyaan
yang m.enuntut jawaban tentang fakta-fakta.
Pendapat Abu "'hmadi tersebut dapat dipahami, bahwa
metode tanya jawab berfungsi untuk mengumpulkan jawaban me
lalui fakta-fakta. Jika dihubungkan dengan penerapan nilai
nilai pendidikan sosial pada anak, maka tuntutan jawaban
melalui fakta-fakta yang diharapkan oleh mereka sangat
88
sesuai dengan daya berpikir mereka yang masih bersi£at kong
kri t.
3, Metode Cerita
Metode cerita mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa
dan akal, dengan cara mengemukakan argumentasi yang logis.
Dalam Al-Quran banyak ditemukan kisah-kisah atau cerita
mengehai para rasul dan kaumnya, seperti cerita nabi Musa
dengan kaumnya (Al-Baqarah:67-74), (Al-A'ra£:104-107); Clil.""
rita nabi Ibrahim (Adz-Dzariyat:24). Demikian juga tentang
rasul-rasul yang lain. Dengan demikian anak terdidik menda
pat pelajaran yang berkesan dari kisah-kisah tersebut.
Metode cerita telah biasa digunakan dalam pengajaran
di sekolah padci umumnya •. Metode cerita memberikan pengaruh
besd.r bagi perkembangan jiwa dan akal anak. Dengan cerita
orang tua dapat membangun sendi-sendi sosial pada anak, me
nanamkan nilai-nilai kebersamaan dan sopan santun kepada
sesame. Dalam Al-Quran banyak ditemukan yang pengungkapan
nya dalam bentuk cerita, seperti kisah Luqman ketika m:enga
jar anaknya agar bersikap ramah tamah, tidak memalingkan mu
ka kepada orang lain dan tidok bersikap sombong dalam kehi
dupan, dan sebagainya. Cerita-cerita dalam Al-Quran tersebut
oleh Abdurrahman An-Nahlawi ·disebut dengan Metode Kisab
Qurani dan Nabaw1:1 Dalam pendidikan Islam., kisah mempunyai
£ungsi edukati£ yang tidak dapat diganti dengan bentuk pe-J
nyampaian lain selain bahasa.· Hal ini disebabkan kisah qurani
89
dan nabawi memeiliki beberapa keistimewaan yang membuatnya
mempunyai dampak psikologis dan edukatif yang sempurna (Ab
durrahman An-Nahlawi, 1989:331).
Berdasarkan pernyataan di atas, tampaklah bahwa tuju
an yang ingin dicapai oleh metode kisah ini adctlah menyam
paikan pesan-pesan kebenaran yang berasal dari quran atau
kisah nabi. Dampak positifnya terhadap pembentukan pribadi
anak akan nampak ketika ia mendengarkan kisah, terlebih bi
la orang tua pandai m.embawakannya dengan gaya yang menarik
sehingga tidak menimbulkan kesan yang membosankan terhadap
anak, tapi justeru mereka akan merasa tertarik dan tersen
tuh hatinya, menghayati don mercisakan isi kisah itu, seolah
olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.
Sehubungan dengan itu, jika metode ini digunakan de
ngan menyisipkan pendidikan sosial di dalamnya akan sangat
mudah diserap anak, karena pendidik telah m:engetahui gambar
an psikis anak yang dunia kehidupannya penuh dengan kecen
derungan berfantasi. Untuk nenanainkan nilai-nilai pribadi
yang baik, dapat dikemukakan beberapa kisah nabi yang banyak
terdapat dalam Al-Quran, misalnya menceritakan kisah nabi
Yusuf yang selalu mendapatkan cobaan dan rintangan dalam
menjalani kehidupannya, atau kisah nabi Ayyub yang diberi
cobaan oleh ;\llah dengan berbagai penderitaan baik ketika
sakit, harta kekayaannya habis, semua anaknya diwafatkan
oleh Allah, tetapi mereka tetap sabar dan tabah. Kisah
90
qurani ini bukan hanya kisah atau karya seni yang indah se
mata, tapi juga suatu metode Allah dalam mendidik umat ma
nusia agar mengikuti syari'at-Nya, untuk menguatkan keiman
an kaum muslimin, menghibur mereka dari kesedihan atas mu-
sibah yang menimpa. Demikian juga halnya dengan cerita-ce
ri ta lainhya, seperti kisah Malinkundang yang durhaka dan
tidak meu mengakui ibunya, lalu disumpah oleh ibunya, den
dengan kehendak Allah kapalnya tenggelam dan berubah wujud
menjadi batu; cerita Bdwang Putih dan Bawang Merah; dan se
bagainya. Cerita-cerita seperti itu akan memberikan penga
ruh pada jiwa anak yang mungkin akan dicontoh dan ditiru-
nya.
Dalam kaitan ini, Dirjen Binbaga Isl<:im (1985:71) men-
sinyalir:
Sesungguhnya perhatian ceritu Al-Quran itu mencakup nilai-nilai keislaman dalam segala bentuk dan aspeknya. Sila-sila aqidah adalah dasar segala nilai Islam, karena itu cerita dalam Al-Quran banyak memfokuskan gambarangambaran yang melekat pada orang mukmin, justeru itulah dakwah Islamiyah diarahkan kepadanya, Cerita-cerita dalam Al-Quran membekali manusia dengan nilai yang lain, oleh karena itu Al-Qurun dalam semua ceritanya mengajak kepada mengimanai Allah dan menjalankan syari'at-Nya.
Dengan demikian betapa besar peran atau jasa metode
kisah bagi pembentukan perasaan sosial anak, Sehingga diha
rapkan anak kelak akan dapat menerapkan dan mengembangkan
nilai-nilai sosial yang diperolehnya dari lingkungan kelu
arga kepada lingkungan masyarakat sekitarnya, Ia tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang pandai-·hidup- bermasyarakat.
91
4. Metode Keteladanan
An-Nahlawi (1989:367) mengatdkan, bahwa kebutuhan akan
teladan lahir dari naluri yang bersemayam dala.m jiwa manu
sia. Naluri tersebut mendorong anak, orang lemah dan orang
yang dipimpin untuk meniru perilaku orang dewasa, orang ku
at ddn pemimpin.
Kehidupan anak dalam keluarga sangat membutuhkan suri
teladan, khususnya dari kedua orang tuanya. Ini per.lu disa
dari oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya yang sudah
lebih dewasa, agar sejak mesa kanak-kanak, anak telah me
nyerap dasar tabiat dan perilaku yang islami dan berpijak
pada landasannya yang. luhur. •
Mendidik dengan cara ini tentu saja harus dimulai da
ri pendidik itu sendiri, Maksudnya seorang pendidik harus
m.enjadi teladan bagi anak didiknya. Oleh karena itu, semua
tujuan pendidikan harus direalisasikan dalam perilaku seo
rang pendidik, Hal ini disebabkan karena setiap anak didik
cenderung meneladani dan mengidentifikasi setiap sikap dan
perilaku pendidiknya, Seperti halnya Rasulullah yang menja
di figur central yang merupakan teladon bagi seluruh umat
nya,
Nashih Ulwan (1990:2) menjelaskan, bahwa met©de kete
ladanan dalam pendidikan merupakan metode influentif yang
paling meyakinkan keberhasilannya dalam m~persiapkan dan
membentuk pribadi anak dalam aspek mordl, spiritual dan
92
sosial. Hal ini didasari bahwa pendidik (orang tua) adalah
contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditirunya ·
dalam tindak-tanduknya, dan tata santunnya, disadari atau
tidak,
Dengan demikian, maka metode keteladanan merupakan
salah satu cara atau jalan yang memiliki pengaruh yang sa
ngat besar dalam proses pendidikan sosial. Hal inilah yang
dimaksudkan dalam gaya kepemimpinan (pendidik) "ing ngarso
sung tulodo 11 • Menanamkan nilai-nilai sosial dengan terlebih
memberikan contoh.
Metode ini erat kaitannya dengan potensi dasar anak
yang suka meniru dan m:engidentifikasi perilaku orang-orang
yang ada di sekitarnya, terutama orang tuanya.
Orang tua harus mampu memberikan contoh yang terbaik
kepada anak-anak. Bagaimana sopan santun dalam berbicara,
sopan santun dalam bersikap dan berbuat, bagaimana adab da
lam bertetangga, adab tatkala menerima dan memperlakukan
tamu dan sebagainya. Anak akan mendengar dan melihat apa
yang diucapkan dan diperbuat oleh orang tuanya.Anak cepat
sekali menangkap dan meniru apa yang terjadi di sekitarnya.
Anak yang biasa mendengar perkataan yang kasar dan keras di
lingkungan keluarganya, maka sangat dimungkinkan anak akan
berwatak kasar dan keras. Sementara suasana kehidupan kelu~
arga akan terbawa-bawa dalam pergaulan sehari-hari di masya
rakat.
93
Menyadari akan pentingnya metode keteladanan ini maka
Ahmad Tafsir (1992:142) m.enyatakan:
Kita dapat saja menyusun sistem pendidikan yang lengkap, tetapi semua itu masih memerlukan realisasi, dan realisasi itu dilaksanakan oleh pendidik. Pelaksanaan realisasi i tu memerlukan seperangkat metode, metode i tu merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidikan. Pedoman itu memang diperlukan karena pendidik tidak dapat bertindak secard alamiah saja agar tindakan pendidikan dapat dilakukan lebih ef ektif dan lebih efisien. Di sinilah teladan merupakan salah satu pedoman bertindak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode kete
ladanan amat menunjang dalam menciptakan pribadi anak yang
beriman, bertakwa dan memiliki sikap dan tanggung jawab so
sial yang tinggi. Sedangkan teladan untuk para pendidik
(orang tua) ialah Rasulullah. Sebab Rasul itulah teladan
yang paling baik; Rasul meneladankan bagaimana kehidupan
yang dikehendaki Tuhan, karena Rasul itu adalah penafsir
ajaran Tuhan, Dasar pernyataan tersebut dapat kita temukan
dalam firman Allah surat Al-Ahdzab ayat 21, sebagai berikut:
-' I o~.,. ,; "' "'""""' ; I .J •/ ~ ~·.I/ t !J ,,,. _,, / IJ / ., I' ~.,I ./ , \(~
M''r.J..V 04,, ·~.-.;.>-op\fa1~~..J--? , ~. ~ ~I) ./ /:.. //(.// /, \~ ~,,, ~'J
4.. y \: y'?-::l',. ~ ~\,,-> ).) '~ ")L ' .•
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik ba~imu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmatJ Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Depag RRI, 1989:670),
Sejalan dengan pemaparan di atas, H.M. Arifin (1991:
212) juga menjadikan metode keteladanan sebagai salah satu
metode yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan
94
pembentukan kepribadian anak. Melalui keteladanan, anak de
ngan potensi menirunya, menjadikan segala tingkah laku,
ucapan, dan gerak langkah orang tuanya sebagai patokan da
lam melahirkan konsep dirinya yang tidak terlepes dari jiwa
(ruh) aqidah yang didapatnya secara tidak langsung dari me
tode tersebut, yang kemudian direfleksikan dalam tingkah
laku sosial.
5. Metode Pembiasaan
Penerapan metode pembiasaan ini didasari oleh pemi
kiran, bahwa nanusia diciptakan oleh Allah mempunyai nalu.,..·
ri beragama, yakni agama tauhid. Karenanya, dalam pertum~
buhan dan perkembangan anak pembiasaan memiliki peran yang
cukup besar dalam menghantarkan anak menemukan tauhid yang
murni, keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual dan eti
ka agama yang lurus.
Pernyataan di atas, diperkuat oleh Nashih Ulwan (1988:
42), beliau mengatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan da
lam keadaan fitrah. Yang dimaksud dengan fitrah tersebut
adalah tauhid yang murni, agama yang lurus dan iman kepada
Allah. Allah menciptakan manusia dilengkapi dengan naluri
beragama, yaitu agama tauhid. Namun pada proses selanjutnya
m-anusia akan banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Di si
nilah peranan pembiasaan untuk tetap mengarahkan manusia
kepada kemurnia ketauhidan tersebut agar manusia dapat men
dekati kesempurnaan.
95
Inti pembiasaan adalah pengulangan. Jika orang tua
atau anggota keluarga lainnya setiap masuk dan keluar rumah
m·engucapkan salam, sudah dapat diartikan sebagai usaha mein
biasakan, dan anak akan mengikuti serta akan terbiasa dengan
suasana seperti itu. Sebab kultur yang hidup dalam keluarga
akan membentuk watak dan kepribadian anak.
Itu seba:t;mya Rasulullah menegaskan dalam sabdanya:
,,.,. / I ,,,,,,.. .0 / I / ,,,, / ., ./
.:~ c, v::, ~ 1···~ ~ 0-" ,,,, .. ' 4 f~ ._;;I •
Barangsiapa yang membiasakan sesuatu pada waktu muda, maka kebiasaan itu dimiliki sampai masa tuanya,
Hadits di atas bermakna bahwa suatu kebiasaan yang
dilakukan sejak kecil secara menetcip akan terus m.elekat
hingga dewasa dan akhirnya menjadi satu kebiasaan • Jika
sejak dini anak dibiasakan hidup teratur, berdisiplin ma-
ka kebiasaan itu maka kebiasaan yang baik itu akan melekat
dan menetap dalam diri anak bahkan menjadi bagian dari hi
dupnya. Anak-anak yang dibiasakan bangun pagi,ia-aj{an ba
ngun pagi ·sebagai suatu kebiasaan, dan jelas itu akan mem
pengaruhi jalan hidupnya, Anak yang dibiasakan hidup ber
sih, maka ia akan memiliki sikap hidup yang bersih, dan ha
tinya pun akan bersih, begitu pula pikirannya.
Metode pembiasaan merupakan metode pendidikan yang
cukup efektif dan ji tu. Panpiasaan tidak hanya m.enyangkut
yang batini, tapi jug a lahiri. Orang yang bias a mem.egang
stir mobil, ia akan lebih baik ketim:bang orang yang mengusai
96
teorinya tapi jarang bawa mobil. Karenanya ada pepatah yang
mengatakan "alah bisa karena oiasa". Jika hal itu dihubung
kan dengan pendidikan, maka bermakna bahwa kemampuan seseo
rang dapat ditunjang oleh kebiasoan yang sering dilakukan,
terutama kebiasaan yang berkaitan dengan keutamaan dari as
pek-aspek sosial,
Sebenarnya, metode kebiasaan ini berjalan bersama-sa
ma dengan metode keteladanan, dan satu sama lain saling m,em.
pengaruhi dan saling terkait. Sebab pembiasaan itu harus di
contohkan atau merupakan penerapan dari keteladanan, An-Nah
lawi (1989:376) m.engatakan:
Pendidik dituntut menggugah siswanya agar berusaba keras untuk m:enerapkan apa yang telah pelajari di dalam kehidupan mereka, untuk keperluan tersebut pendidik hendaknya menghadapkan para siswanya dengan berbagai permasalahan dalam realita kehidupan. Agar mereka mampu mencari jalan keluar serta menerapkan ilmu di dalam pelbagai kondisi khusus di dalam kehidupan pribadi atau sosialnya.
Metode pembiasaan ini sangat cocok diterapkan pada
m:asa anak-anak, karena pada masa itu m'asih mudah membentuk
watak mereka dengan corak yang diinginkan oleh Islam. Seca
ra tegas Ulw©'n (1990:43) menyatakan, bahwa p:eranan pembiasa ... t
an, pengajaran dan pendidikan dalam pertumbuhan dan perkem
bangan anak akan menemukan keutamaan-keutamaan dan budi pe
kerti sPif.itual dan etika agama yang lurus.
Dalam. bubungannya dengan pendidikan sosial, jika meng
gunakan metode pembiasaan, dapat dilakukan dengan cara mem.
biasakan mereka (anak) untuk menggunakan perasaan dan
97
pikirannya agar selalu mern-iliki kesadaran dan tanggung ja
wab sosial. Anak akan selalu menaruh sikap horinat kepada
yang lebih tua, solider kepada teman sebaya den sayanag ke
pada yang lebih kecil. Dia akan memiliki kesadaran secara
instingitf tatkala melihat orang yang tertimpa meusibah
atau orang yang butuh bantuan, tergerak hatinya untuk mem.
bantu, dan dia akan senantiasa menebarkan sikap persauda
raan dan kedamaian.
Di lain pihak, Ahmad Tafsir (1992:144) mengatakan,
bahwa pembiasaan sebenarnya berintikan pengamalan. Sebab
yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Oleh ka
rena itu uraian tentang pembiasaan selalu menjadi satu de
ngan uraian tentang perlunya mengamalkan kebaikan yang te
lah diketahui.
Bernyataan di atas dapat dipahami, bahwa pengamalan
yang dilakukan oleh anak tentunya tidak terlepas dari pem
biasaan yang yang berlaku di lingkungan keluarga, irerutama
orang tua yang dianggap sebagai figur anak, sikap dan peri
lakunya akan banyak ditiru oleh anak, baik disari ataupun
tidak. Oleh karena itu merupakan suatu tantangan bagi para
orang tua sebagai pendidik untuk secara tetap dan terus-me
nerus menanamkan kebiasaan yang baik sesuai dengan ajaran
yang dianut. Orang tua setiap saat ditantang, bahkan dipak
sa untuk senantiasa m.enciptakan kebiasaan-kebiasaan yang
baik dan Islami agar anak mampu menyerap kebaikan tersebut.
98
l 6. l!!letode Perhatian
Maksud dari metode perhatian ini m1enurut Ulwan (1990:
123) adalah pendidikan dengan cara mencurahkan, memperhati
kan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam: pembi
naan aqidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial,_di
samping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani
dan daya hasil ilmiahnya.
Pendidika,n dengan m.enggunakan metode ini oleh Ulwan
dianggap sebagai asas terkuat dalam pembentukan manusia
secara utuh, yang menunaikan hak setiap orang, termasuk
mendorongnya untuk m:enunaikan tanggung jawab dan kewajiban
nya secarci sempurna, Karenanya, Islam memerintahkan kepada
para pendidik, khususnya orang tua untuk memperhatikan dan
senantiasa mengikuti serta mengontrol anak-anaknya, dalam.
segala segi kehidupan sosial khususnya dan pendidikan uni
versal pada umumnya.
Dasar keharusan di atas dapat diambil dari firman Al
lah dalam surat At-Tahrim ayat 6 berikut ini: ' '
~;q,~ ~iJ,~~;,; ,:c·'<:.,:~\:, ·'/ ::.::\ 1) 1~\ ~/~,~~\ ,.- ~ .)._, I S,'/ ,,
0\~:ll'~';.\1.:~, ". ,_·~~sr~)\0\b~;;~~ ~ \ v ~..:;-r-·· ..,,; .,; ... ;>..J/"..J
..( 1 "(v'0' 'r ~Jv"_}J. \.:. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Depag RI, 1989:951).
99
Dari ayat di atas dapat diambil satu pemahaman, bahwa
keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama,
dan orang tua merupaka pendidik utama yang paling bertang
gung jawab terhadap keselaltratan anggota keluarganya, Namun
persoalannya adalah, bagaimana pendidik memelihara keluarga
dan anak-anak dari api neraka jika ia tidak memrintah dan
m:elarang mereka, tidak memperhatikan dan mengontrol m·ereka?
Sayyidina Ali mena.fsirkan kata · . dengan
"Didiklah dan ajarilah mereka 11 • Sementara Sayyidina Umar
mena.fsirkan: 11Melarang mereka dari apa yang dilarang oleh
Allah, dan memerintahkan kepada mereka apa yang diperintah
kan oleh Allah. Dengan demikian terciptralah pemeliharaan
mereka dari api neraka 11 • (Nashih Ulwan, 1990: 124),
Atas dasar itulah, pendidik dituntut untuk senantiasa
1111.emperhatikan anak, agar tidak menyimpang dari aturan yang
digariskan oleh Islam. Dalam hubungannya dengan kehidupan
sosial, apakah ia telah menunaikan hak orang lain atau be
lum. Seandainya dijumpai bahwa si anak melalaikan hak diri
nya, hak ibunya, hak saudara dan kerabatnya, hak orang yang
lebih tua, maka pendidik hendaknya menjelaskan keburukan dan
akibat buruk yang bakal timbul dari perlakuan tersebut. Di
sinilah fungsi pengawasan yang ketat, peringatan dan perha
tian yang terus-menerus. Dari itu diharapkan anak menjadi
m:anusia yang berbudi luhur, berjiwa besar, memiliki tang
gung jawab sosia_l tanpa meremehkan orang lain.
100
Pendidik juga hendaknya memperhatikan etika sosial
anak. Tatkala menjumpai anak berlaku kurang sopan, baik da-
lam cara makan, mengucapkan salam, dalam bercanda, berbica-
ra, atau etiak sosial lainnya, maka hendaknya pendidik ber
usaha mendidik dan memberikan pengertian tentang tata cara
bergaul yang baik m·enurut ajaran Islam, mem.biasakannya de
ngan kebiasaan utama dan berperilaku yang baik. Tanamkan-
lah benih cinta kepada sesama, jauhkan dia dari sifat ego
is, dan tanamkan kejernihan jiwa, jauhkan dia dari sifat
pemarah dan bersikap brutal. Diharapkan anak akan tumbuh
dengan pikiran yang jernih, jiwa yang bersih, hidup berdam
pingan dengan sesame penuh keakraban dan kedamaian.
7·, Metode Hukuman dan Ganjaran
Pada dasarnya hukum-hukum dalam syari'at Islam berki
sar di sekitar penjagaan bermacam keharusan asasi yang ti
dak dapat dipungkiri oleh manusia, sebab manusia tidak da
pat hidup tanpa hukum. Keharusan itu dikenal dengan sebut-
an 11 ~ "n\ L \i,: ", atau sebutan lain yaitu 11;J~\" ~ ; /
(lima keharusan), Yakni menjaga agama, m.enjaga jiwa, m;enjaga_•
kehormatan, menjaga akal dan menjaga harta benda.
Untuk memelihara hal tersebut, syari'ah telah meletak
kan berbagai hukuman yang mencegah, bahkan setiap pelanggar
dan perusak kehormatannya akan merasakan kepedihan. Demiki
an juga halnya dengan dunia pendidikan, metode hukuman dan
ganjaran memiliki peran yang tidak sedikit bagi pembentukan
101
pribadi yang baik.
Efektifitas metode huk~an dan ganjaran berasal dari
fakta yang menyatakan, bahwa m·etode ini secara kuat berhu
bungan dengan kebutuhan-kebutuhan individu. Seorang pelajar
yang menerima ganjaran akan m.emahaminya sebagai tanda pene
rimaan kepribadiannya yang membuat dia merasa aman. Sedang
kan rasa aman merupakan salah satu kebutuhan psikologis, se
mentara hukuman karena berkaitan dengan hal-hal yang tidak
disukainya akan dapat menguatkan rasa amen tersebut. Dalam
Al-Quran surat Quraisy m.engisyaratkan, bahwa aman ·dari ra
sa takut diungkapkan sebagai rahmat Allah yang mesti diba
yar dengan taqwa,.(Abdurrahman Saleh, 1990:220).
Dalam dunia pendidikan, relevansi hukuman dan ganjar
an hend&knya dilihat ke arah tabiat atau sifat dasar manu
sia melalui pengaruhnya ates keamanan individu dan pilihan
pilihan yang dilakukan. Hal ini akan mengacu. kepada pengu
jian terhadap kekuatan motivasi. Hukum1an dan ganjaran ber
fungsi m.eneguhkan atau mel.emahkan respon-respon khusus ter
tentu. Metode hukuman akan menekan perbuatan yang sangat
bertentangan, namun hmkuman hendaknya menjadi pijakan awal
yang tidak akan diberikan kecuali ganjaran telah gagal mem
bawa hasil yang diharapkan (Abdurrahman Saleh, 1990:221).
Dalam proses kependidikan, ganjaran yang diberikan
oleh pendidik dapat mengarahkan belaj&r muridnya secara
efektif untuk sebagian, namun pada saat lain justru akan :·.
102
gagal menciptakan respon yang baik •• Seorang anak yang men
dapat perhatian lebih, kadangkala bukannya menghargai pen
didik, malah sebaliknya. Maka dalam hal ini pendidik harus
memberi nasehat untuk mengingat!rnh anak-anak berkenaan de
ngan akibat yang tidak baik yang telah diperbuat oleh anak
tersebut. Peringatan dan nasehat itu akan membantu pribadi
anak dalam mengevaluasi tingkah lakunya sendiri.
Dalam Al-Quran kita menemukan adanya bentuk hukuman
bagi yang melanggar syari'at Allah, yang dikenal dengan is
tilah "hudud" dan "qishash".
Dalam' penerapan metode hukuman dan ganjaran, tentu
saja dalam batas-batas kewajaran, sesuai dengan prestasi
yang mereka raih atau kesalahan yang mereka perbuat, dan
sesuai dengan tarap perkembangan anak. Dalam. hal ini Rasul
Allah te;ah meletakkan metode untuk para pendidik dalam mem
perbaiki penyimpangan anak. Sebagai contoh, dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang ditujukan
kepada Umar bin Abi Salmah, ia berkata:
Ketika aku kecil, berada dalam asuhan Rasulullah. Pada suatu hari ketika tanganku bergerak ke sana kemari di atas piringan berisi makanan, berkatalah Rasulullah: "Wahai anak, sebutlah nama Allah. Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat denganmu 11 (Nashih Ulwan, 1990:159).
Karena penanaman nilai-nilai sosial dalam keluarga
t:erm:asuk akti vi tas kependidikan, maka orang tua hendaknya
m.emberi yang terbaik untuk memotivasi anak dengan ·cara yang
bijak. Pemberian ganjaran dan hukuman jugld merupakan kekuata·Il··
103
yang membangkitkan motivasi. Pemberian ganjaran selaras de
ngan fitrah manusia yang condong kepada kebaikan dan berpre~-
tasi, dan hukuman juga perlu karend manusia juga memiliki
kecender.ungan menyimpang dan berbuat salah. Dengan Ganjar
an diharapkan anak akan semakin termotivasi melakukan keba
ikan, dan dengan hukuman anak akan semakin berhati-hati den
enggan melakukan keburukan.
8, Metode Amtsal (perumpamaan)
Metode amtsal (perumpamaan) yaitu metode pendidikan
sosial dengan cara m1engumpamakan sesuatu dengan jalan meng
gambarkan dan menyingkap hakikat melalui majaz (ibarat) dan
haqiqah (keadaan yang sesuungguhnya).
Dalam Al-Quran banyak ditemukan yang pengungkapannya
dengan menggunakan perumpamaan, Seperti ketika Allah meng
gambarkan sifat-sifat orang munafik dalam surat Al-Baqarah
ayat 17 : /
// ///?/ , w //// y-',..,,,.
-< 1v:&-01 r 1.;C ..G~10.,.Jj' ~ ~ Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api ••• (Depag RI, 1989:11).
Demikian juga dalam surat Al-Ankabut ayat 41, Allah
m,engumpamakan sesembahan atau tuhan orang kafir dengan sa
rang laba-laba : \ ? .,_,,,.' ' / • ~/ ,_, /' .,, . .. /?·.\" J ,,.,,, 0Ll1 .. :J<:,,, ;~ /<Q/-'' ~1~-;)~ '.J.U::,\~}J\~
,,,U~ ,,. ,,. ,, """ \ ("?.' ,,,, ". "'l ~ -! 1/•\ .: '-''(.• '\1 C,_:'j ··.'-'-:JI~_}\ ~/J ~
-..__,_,) _JJ.'-"':'. '..,,> " y u ~ .. . '-:! .Y- . - . , ..(i..1, C>~' r
~
104
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laha yang mem:buat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui (Depag RI, 1989: 634).
Bagi orang yang berpikir, hal seperti itu dapat dite
rima dengan jelas, kecuali bagi orang yang hati dan akalnya
tertutup untuk menerima kebenaran.
Cara seperti itu dapat digunakan oleh orang tua dalam
mengajar dan mendidik anaknya. Menurut Ahmad Tafsir (1992:
142), metode ini memiliki kebaikan, yaitu:
a. Mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak; ini
terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda kong
kri t, seperti m.enyebutkan kelemahan tuhan orang kafir
diumpamakan dengan sarang laba-laba yang mudah rusak,
b, Perumpamaan dapat merangsang kesan terhad.ap makna
yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
c. Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpama
an haruslah logis, mudah dipahami. Jangan sampai de
ngan menggunakan perumpamaan malah pengertianhya ka
bur atau hilag sama sekali.
d, Amtsal Qurani dan Nabawi memberikan motivasi kepada
pendengarnya untuk berbuat amal kebaikan dan menjauhi
kejahatan.
Pendapat Tafsir di etas bermakna, bahwa pendidikan
dengan menggunakan metode amtsal haruslah lebih mempermu
dah si terdidik memahami hal-hal yang abstrak; perumpamaan
105
yang diberikan hendaknya dapat merangsang kesan terahadap
makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut • .Artinya,
pendidik, dalam hal ini orang tua, harus mampu memberikan
perumpamaan yang melahirkan kesan dalam benak dan pikiran
anak. Demikian juga dalarn menggunakan perumpamaan haruslah
logis sehingga rnudah dipahami oleh anak. Sebab sesuatu yang
dimengerti oleh akal akan lebih kuat dcin tahan lama. Tentu
saja basil yeng diharapkan dari penggunaan metode ini ada
lah agar anak terdorong untuk berbuat baik dan menjauhi se
tiap ahal yang m:endatangkan keburukan.
Dalam kaitannya dengan pendidikan sosial anak dalam
keluarge, rnetode amtsal m.erupakan salah satu metode yang
tepat dalarn menam11!l:kan dan menumbuhkan jiwa sosial pada ··
anak dengan cara membuat perumpamaan yang kongkrit yang da
pat dijangkau oleh pemikiran anak, baik itu perurnpamaan
yang telah dibuat oleh Allah dalarn Al-Quran maupun perum
pamaan yang dibua.t sendiri oleh pendidik (orang tua) dengan
m.engarnbil contoh dalam kehidupan sehari-hari atau benda-ben
da lain yang telah diketahui oleh anak.
9. Metode Hiwar Qurani dan Nabawi
Hiwar (dialog) adalah percakapan silih berganti anta~
ra dua pihak atau lebih rnengenai suatu topik yang sengaja
diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (pendidik
atau ordng tua). Sehingga kedua pihak salihg bertukar penda
pat tentang suatu masalah tertentu (An-Nahlawi, 1989:284).
106
mengingat begitu pentingnya komunikasi yang harus di
lakukan antara orang tua dengan anak, maka m.etode hiwar me
rupakan salah satu metode yang dapat menyampaikan anak kepa
da nilai-nilai sosial.
Jika kita perhatikan ketika seorang pendidik atau
orang tua bercakap-cakap dengan anak akan ditemukan kebiasa
an mereka untuk bertanya tentang sesuatu yang belum diketa
huinya, maka dari sinilah awal mula terjadinya percakapan
di antara mereka. Meskipun hasil akhir dari percakapan itu
tidak selalu memuaskan kedua belah pihak, namun dalam hal
ini jika rasa ketidakpuasan berada di pihak anak m:aka paling
tidak ia dapat m;engambil pelajaran dari komunikasi tadi, Ka
renanya, seyogyanya sebagai pendidik mampu menanamkan ide
ide yang berhubungan dengan masalah sosial kepada mereka, se
hingga ketika mereka mengambil pelajaran pada peristiwa dia
log tersebut akan memiberikan dampak yang besar terhadap me
reka. Namun tentu saja, dalam menanamkan nilai-nilai sosial
melalui metode hiwar para orang tua hendaknya menyesuaikan
dengan taraf perkembang.§ln dan kemampuan mereka, Hal ini seja
lan dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dari
Ali bin Abi Thalib, sebagai berikut :
Ajaklah manusia berbicara sesuai dengan apa yang 1111ereka ke:trahui (Nashih Ulwan, 1990:318),
Demikian juga hadits riwayat Ad-Dailami dan Hasan Bin Sufyan
dari Ibnu Abbas r.a.
107
" ,,,,._, "',,,.. J ,,. .>
. ('t;;~i:J~D,~C:\~'10~\ Aku diperintahkan untuk berbicar.a dengan lll311us~a sesuai dengan kadar berpikir mereka (Nashih Ulwan, 1990:318).
Kedua hadits di atas mengisyaratkan kepada pendidik
hendaknya menyesuaikan isi pembicaraan dengan kadar kemampu
an pikir mereka, serta mengisyaratkan agar pendidik memilih
bahan-bahan bacaan, seperti buku-buku, majalah-majalah dan
kisah-kisah yang sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan
mereka. Sehingga hasilnya akan tampak lebih baik.
10. Metode 'Ibrah dan Mau'izhah
Setelah mengadakrm peneli tian m;engenai pengertian dua
kata, yaitu 'ibrah dan mau'izhah, An-Nahlawi tiba pada satu
kesimpulan bahwa kedua kata itu memiliki perbedaan dari segi
makna. 'Ibrah dan i'tibar berarti suatu kondisi psikis yang
m:enyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan,
yang dihadapi, der:igan menggunakan nalar, yang m;enyebabkan ha
ti mengakuinya. Sedangkan mau' izhah ialah nasehat yang lem
but yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala
a tau ancamannya (Abdurrahman An-Nahlawi, 1989:390-403).
Dalam Al-Quran dan hadits,:penggunaan kalimat 'ibrah
berbeda-beda sesuai dengan obyek 'ibrah itu sendiri. Pengami
bulan 'ibrah dari kisah hanya akan dapat dicapai oleh orang
yang berpikir dengan akal dan hatinya, seperti £irman Allah
swt :
108
..(111,~y,}-y_(fst1-);ll __ ~~~~~\{:;J Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (Depag RI, 1989:366).
Pendidikan Islam mem:berikan perhatian khusus kepada
metode 'ibrah, agar anak didik dapet mengambil pelajaran
dari kisah,..kisah dalam Al-Quran,. sebab kisah-kiseh itu bu
kan sekedar sejarah, melainken sengaja diceritaken Tli1han
karena terdapat pelajaran ( 11brah) yang penting di dalam
nya. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya pandei m:emeni'aat•
kan metode ini di dalam m.enanamkan dan menumbubkan .sifat:,
sikap den nilai-ni;ai sosiel pada diri anak.
Sedangkan meu 1 i zhah menurut Rasyid Rid ha bel!arti na
seha t dengen cara m.enyentuh kalbu (Abdurrahman An-Nahlawi,
1989:403). Kata wa'ezh juge berarti bermacam-macellli. Perta
ma, berarti nasehat, yaitu sajian bahasan mengenai kebenar-
an dengan maksud mengajak orang yang dinasehati untuk m.eng
amalkannya. Nasehat yang baik i tu harus bersum.ber pada Yang
Mahebaik, yaitu Allah. Kedua, mau 11zhah berarti tadzkir
(peringatan), Dalam kaitan ini, yang memberi nesehat hendak
nya berulang kali mengingetkan agar meninggalkan kesan dalalll
hati dan pikiran, sehingga orang yang dinasehati tergerak
untuk mengikuti nasehat itu. Perlu diingat, bahwa pendidik
an dengan menggunakan metode 1 ibrah den mau'izhah ini harus
dilakukan secare ikhlas dan dilakukan secare beruleng-uleng,
Delam penerapan metode 'ibrah, menurut An-Nahlawi
109
(1989:392) sebaiknya dengan menggunakan teknik, Seperti, di
awali dengan lllengajukan sejumlah pertanyaan, yang diharapkan
anak dapat m.enangkap pelajaran dari setiap kisah qurani. Ke
mudian memajukan pertanyaan-pertanyaan lain untuk m,embimbing
perasaan anak menghayati isi serta pesan tersirat dalam ki
sah tersebut, selanjutnya mengajukan pertanyaan tathbigiyyah
(formatif) yaitu membimbing anak untuk membandingkan antara
sikap para pelaku kisah dengan sikap masyarakat sehari-hari.
Adapun metode m:au'izhah, salah satu contoh penggunaan
nya adalah seperti yang pernah dipraktekkan oleh Luqman ter
hadap anaknya, yang dapat kita temukan dalam Al-Quran surat
Luqman ayat 13 sebagai berikut :
'S..t /!?"-'""/ w ' ' ? .... .,,_ .... , ... ; \" J ,,.,,,,,. .... ,,,....,,,.,.,,
~P-~l__,~1 0~~\A?p&.~~~-'~ioL&U~~)_, Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di sasaat memberi pelajaran (nasehat) kepadanya: "Wah,ai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezhaliman yang besar (Depag RI, 1989: 654).
Kemudian nasehat Luqman berikutnya yang menyangkut etika
dan perilaku sosial terdapat dalam ayat 18-19 surat. Luqman:
I... ~" .A..,; ,. ,,,..,..,..,, -':t -;:,.>::~ :W1~l G;.:J.d~)il ~~--J.J u_,_;8.\~.G..~)l~
.,,,,. ... t/ ,,,... ,,,, / ,,,.. ~ ., 11' .,,,; / ,.,, ~::/'
/": \\ ,.,.:-, ... , •. : ~!\.;(;I .~:G~\3· '-'Ub j? -- ~ ~.rP ~ (j-ll4l.> ~- ,.. / 'iY::. ~ u;
/ . ~ Q / .J ,, ,.,. / ,, .,.,, / ~ /
.( ' 't - \ /\ : ..__:_..,., \.i> )>- .;:/; 0 ;/J q 'y-.o ~\ . \ Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong* dan janganlah kamu berjalam di muka bumi dengan angkuh. Ses~ngguhnya Allah tidak m:enyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlaqr suaramu. Sesangguhnya ,
111
.ii, Metode Targhib dan Tarhib
Targhib adalah janji yang diserta dengan bujukan
yang menyenangkan dan membahagiakan. Sedangkan tarhib ada
lah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa
atau kesalahan yang dilarang oleh Allah, atau akibat lengah
dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan-Nya (Abdur
rahman An-Nahlawi, 1989:412).
Metode targhib dan tarhib dalam pendidikan Islam
terdapat perbedaan dengan metode ganjaran dan hukurnan yang
berlaku pada pendidikan pada umumnya. Targhib dan tarhib
merupakan penjabaran dari keistimewaan yang lahir dari ni
lai RabbaniyYah, dan diselaraskan dengan fitrah manusia,
yang merupakan salah satu ciri khas pendidikan Islam.
Di antara ciri .. ciri pokok yang membedakan metode
targhib dan tarhib dengan metode ganjaran dan hukuman ada
lah:
a, Targhib dan Tarhib bersandar kepada argumentasi dan
keterangan. Sebab bersumber dari Al-Quran den hadits,
den berorientasi atau berhubungan dengan urusan akhi
rat.
b'. Targhib dan Tarhib disertai dengan gambaran tentang
keindahan dan kenikmatan di surga atau dahsyatnya
siksaan neraka, dan dipaparkan secara jelas sehingga
dapat dipahami oleh seluruh manusia.
c. Targhib dan tarhib bersandar kepada upaya m.enggugah
112
serta mendidik perasaan ketuhanan; sementara pendidik
an perasaari ini termasuk salah satu tujuan syari'at
Islam (A)Jdurral:mta:n An-Nahlawi, 1989:413-415).
Sebagai salah satu contoh ayat Al-Quran yang berhu-
bungan dengan penerapan metode targhib dan tarhib adalah
surat Al-Hajj ayat 58 : / / / ~
~<--~j;.0\j~~~7 ~Ji\ cb~J~j';J;~~~\~ ' ,., ,, ,,. L ,/. 0 '°' JI> / .,J / <" I ~ / -_,.. /' / • •
:.< 011, ~ 1 r c,~jf)~~ ,<l)\_:_..>l-9 - .::--G.;-2 Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau ·.mati, .bimar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surge), Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki,(Depag RI, 1989:520). ,
/ / / "' ~ wJ I'.
"'. ~t~:.~. -;,~i;.:;~L:/.;i:-0-:D\. ;{.'t ;.'~ \{\ ~~~ ..______-- · l . ,,,. ~ v ~Lr' ... q::. u~
..z~-, 'O~,,,. ·~iw~~s w. 0~:.J~ Kecelakaanlah bagi $etiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam huthamah (Depag RI, 1989:1101).
Dalam penerapan metode targhibdalam pendidiken sosi
al adalah meni;inamkan etika sosial dan nilai-nilai sosial
pada anak dengan cara menyebutkan akibat-akibat baik atau
keuntungan yang akan diperoleh dari sikap den perbuatan itu.
Sehingga anak akan termotivasi untuk m;elakukan amal kebaik
an kepada sesame. Demikian juga·metode tarhib dengan cara
m;enjelaskan hal-hal yang tidak boleh dilakukan diserta de
ngan ancaman siksaan bagi yang melakukan larangan tersebut.
A. Kesimpulan
BAB V
PENUTUP
Setelah menganalisis bebrapa sumber data yang dihim
pun tentang metode pendidikan sosial anak dalam keluarga
muslim, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam merumuskan konsep pendidikan sosial anak dalam.
keluarga muslim dilakukan berdasarkan tfnjauan Ilmu
pendidikan Islam. Konsep dan tenri pendidikan Islam:
secara umum dijadikan sebagai acµan dalam perumusan
konsep pendidikan sosial anak, baik dari segi materi
maupun metodenya. Hal ini dilakukan m.engingat, bahwa
pendidikan Islam secara makro memuat seluruh aspek
kependidikan, mulai dari pendidikan aqidah/keimanan,
pendidikan yang berkaitan dengan masalah ibadah, dan
pendidikan sosial, Karenanya pendidikan sosial meru
pakan bagian dari pendidikan Islam.
Dari pengkajian terhadap sumber data, dapat di
rumuskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan sosial
anak dalam keluarga muslim adalah upaya penanaman ni
lai-nilai sosial kepada anak yang dilaksanakan dalam
lingkungan keluarga yang menjadikan ajaran Islam se
bagai pegangan' dan tatanan hidup setiap anggotanya
dalam menjalani kehidupan di dunia, agar ahak terbia-
sa menjalankan tatakrama sosial yang utamar·--~~--···· .· I M l;.11(
l P ~,-- iJ Pt '< -r it h: A A 1' ¥ fTA l\.l
115
bersumber dari akidah Islamiyah.
2. Metode pendidikan sosial anak dalam keluarga, pada da
sarnya tidak jauh berbeda dengan m:etode pendidikan Is
lam pada umumnya. Namun, karena pendidikan sosial yang
dimaksudkan dalam pembahasan ini dilakukan dalam. kelu
arga, dengan beberapa keterbatasan dan perbedaan situ
asi dan kondisi dengan lembaga pendidikan pada umumnya,
maka tidak semua metode pendidikan yang lazim diguna
kan dapat diterapkan. Dengan demikian, metode yang da
pat diterapkan dalam pendidikan sosial dalam keluarga
adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode ce
rita, metode keteladanan, metode latihan dan pengamal
an, metode pembiasaan, metode dengan perhatian, meto
de ganjaran dan hukuman, metode amtsal (perumpamaan),
metode hiwar qurani dan nabawi, metode 1 ibrah dan mau
' izhah, dan metode targhib dan tarhib.
B. Implikaai
Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang
memiliki peranan penting dalam membentuk generasi mendatang.
Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengan:frisipa
si masa depan, seiring dengan perubahan dan perkembangan
yang begitu pesat. Oleh karenanya, upaya pendidikan, dalam
hal ini pendidikan sosial, hendaknya mampu menghantarkan
dan membimbing perubahan dan perkembangan hidup serta
116
kehidupan umat manusia.
Keluarga sebagai salah satu jalur pendidikan Islam:
yang memiliki peranan penting dan strategis bagi pembinaan
anak, hendaknya difungsikan secara baik oleh pihak-pihak
yang bertanggung jawab terhadap pendidikan di lingkungan ke
luarga, yang tentu saja dalam hal ini adalah orang tua dan
seluruh anggota keluarga yang telah menginjak dewasa; se
hingga tercipta suasana keluarga yang kondusif dan islami.
Untuk kepentingan itulah, kiranya pendidik (orang tua) per
lu memiliki konsep yang jelas dan terinci. Hal ini tidak
bermaksud menafikan peranan pendidikan formal (sekolah),
akan tetapi orang tua perlu menyadari bahwa tugas membim
bing dan membina kepribadian anak tidak hanya terpikul di
pundak para guru agama, tokoh·· agama atau masyarakat, tetapi
orang tua harus ikut ambil bagian dalam tugas tersebut, dan
bahkan pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang perta
ma dan utama yang akan membentuk kepribadian anak.
Penelitian ini dilakukan bukan hanya sekedar menjadi
keharusan akademik sebagai persyaratan dalam menyelesaikan
studi, tapi juga didorong oleh keinginan yang tinggi untuk
ikut memberikan sumbangsih pemikfan, melalui penelitian ini
penulis mencoba mengemukakan sebuah konsep tentang metode
pendidikan sosial anak dalam keluarga muslim.
Namun penulis m.enyadari bahwa peneli tian ini masih
jauh dari sempurna, masih sangat terbatas dan sangat ,
117
sederhana untuk dianggap sebagai konsep pendidikan yang ma
pan. Untuk itu, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut
agar dapat disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nahlawi Abdurrahrnan 1989 Prinsip-peinsip Dan Metode
CV Diponegoro, Bandung. Pendidikan Islam,
Ahmad Tafsir 1992 Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,
Rosdakarya, Bandung.
Ahmzi d '.!\1 t: s :Lr . 1990 Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Remaja
Rosdalrarya, Bandung.
Arief Ichwani 1988 Ilmu Pendidikan Teoritis, IAIN Sunan Gunung
Djati, Bandung.
Abdul Malik 1991
Ahmad Supardi 1989 Ilmu Pendidikan IslsIDiii~ .. IAIN Sunan Gunung
Djati, Bandung.
Ahmad Isa 1992
Asyur Berbakti Jakarta.
Abdullah Nashih Ulwan
Kepada !bu Bapak, Geme Insan Press,
1992 Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-kaidah Dasar, Remaja Rosdakarya, Bandung,
Abdullah Nashih Ulwan 1981 Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, CV Asy
Syifa', Semarang.
Abdullah Nashih Ulwan 1992 Pendidikan Sosial Anak, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Abdul Fatah 1988
Jalal Asas-asas Bandung.
Agus Soedjono
Pendidikan Islam, CV. Dipenogoro
1980 Ilmu Pendidikan Umum, CV. Ilmu Bandung,
,,,.J.bdullah Nashih Ulwan 1988 Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam II,
Tarjamah Saifullah Kamalie, Asy-Syifat Bandung.
Abdurrahman 1990
Saleh Abdullah
Ahmad Sadeli 1987
Ahmad SUpardi 1983
Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Rineka CipTA, Jakarta.
Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Bulan Bintang, Jakarta.
den Soekarno ~F~i-1.s.a~r.a.t...,_P_e.n.d""""id_...i~k.a.n-.....I.s.1.a ... m, Kota Kembang Yogyakarta.
Ahmad D. Marimba 1987 Pen~antar Filsafat Pendidikan, Al Ma 1arif,
Ban ung.
Abu Ahmadi 1977
/ Bimo Walgito y 1991
Anonimous t.t.
Anonimous 1987
Baihaqi A .K. 1992
Ilmu Pendidikan Jilid I dan II, CV. Toha Putera, Semarang.
Psikologi Sosial, C~. Haji Mas Agung, Jakarta.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Pusat Pembinaan den Pengembangan Bahasa Departemen Kebudayaa.
Pedoman Pembuatan Skripsi, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
"Pendidikan Anak dalam Keluarga Muslim Mep.yongsong Era Global 11 , dalam Mimbar Studi .. Niimolt"' ~l:.;,42/xrr r/199~·. hlm. 12-17.
Endang Saefudin Anshari 1986 Wawasan Islam, Pokok-pokok Pikiran tentang
Islam den Umatny~ CV. Rajawali, Jakarta.
Fathiyah Hasan Suleiman 1986 Sistem Pendidikan Versi Al-Ghazali, PT. Al
Ma1arif, Bandung.
Frank J. Miflen den Sydney 1986 Sosiologi Pendidikan, Tarsito, Bandung.
Hamda11'i .. ·Ali 1990 Filsafat Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.
li~san Langgulung 1986 Manusia den Pendidikan, Pustaka Al-Husna,
Jakarta.
Hasan Langgulung 1991 Asas-asas Pendidikan Islam, Pustaka Al Husna,
Jakarta.
H.M. Arifin 1991
H .Mo Ari.fin 1987
Ilmu Pendidikan Islam, Bruni Aksara, Jakarta.
Filsafat Pendidikan Islam. Bina Aksara, Jakarta.
Hammudah Abd Al 1 Ati 1984 Kelua~ga Muslim, Bina Ilmu, Surabaya.
Ibnu Mustafa 1993
Imam Barnadib 1976
Keluarga Islam Menyongsong Abad 21, Al Bayan, Bandung,
Pengantar Ilmu Pendidikan Sitematis, Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP, Yogyakarta.
Jalaluddin 1993
Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja Keluar a Muslim dalam Mas arakat Modern, Rema a Rosdakarya, Bandung,
Jalalud.:i.n den 1987
Ramayulis Pengantar Jakarta.
Ilmu Jiwa Agama, Kalam Mulia,
M. Athiyah 1979
Al-Abrasyi Dasar-dasar Pokok Bintang, Jakarta.
Pendidikan Islam, Bulan
M. Nglill"l111 1992
Purwanto Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mansyur dan 1986
Mohammad Najib Agama, Demokrasi dan Transformasi LKPSM NU, Yogyakarta.
Sosial,
Muhammad Rusli Karim t.t. Seluk Beluk Perubahan Sosial, Usaha Nasional,
Mustafa Husni 1993
Mohammad Qutb
Assiba 1.i Kehidupan Sosial Menurut Islam, CV. Diponegoro, Bandung.
1984 Sistem Pendidikan Islam, Al-Ma 1 arif, Bandung.
Mohammad Al-Tsaruni Al-Syaibani 1979 Falsafah Pendidikan Islam, Terjemah Hasan
Langgulung, B lan Bintang, Jakarta,
Muhaimin 1991
Ramayulis, 1990
Soelaiman 1981
Konsep Pendidikan Islam, Ramsdani, Solo.
dkk Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Kalam Mtilia Jakarta.
Joesoef dan Slamet Santoso Pengantar Pendidikan Sosial, Surabaya.
Usaha Nasional,
Syed M. Al-Naquib Al-Attas 1990 Konsep Pendidikan dalam Islam, Mizan, Bandung.
Soelaiman 1992
Joesoef
Salwa Sahab
Konsep Pendidikan Luer Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta.
1989 Membina Muslim Se.jati, Karya Indonesia, Jakarta.
W.A Gerungan 1991 Psikologi Sosial, PT. Sresco, Jakarta.
Winarno Surakhmad 1980 Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, Tehnik,
Tarsito, Bandung.
Zakiyah Darajst t.t. Kesehatan Mental, CV. Haji Mas Agung, Jakarta.
Zuhairini 1992 Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara,
Bandung.
Zakiyah Daradjat, dkk 1992 Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.
Zuhairini, 1983
dkk Metodik Khusus Pendidikan Agama, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, Malang.
~ ~:1 MILI.lh
KRFllS.TAK.'AAN UTAMA . t:1N JA .!Ji
._. __ ..__~ -~~,
4