29
OTONOMI DAERAH OTONOMI DAERAH & & DESENTRALISASI DESENTRALISASI Nadi Nadi ( 1138010177 ) ( 1138010177 ) Administrasi Negara Kelas E Administrasi Negara Kelas E Semester III Semester III

Otda Dan Desentralisvcjvasi

  • Upload
    nadiars

  • View
    228

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gfjycyhjgvkgjchjvhcghckhvcyjucjvkjj

Citation preview

OTONOMI DAERAHOTONOMI DAERAH & DESENTRALISASI& DESENTRALISASIOTONOMI DAERAHOTONOMI DAERAH & DESENTRALISASI& DESENTRALISASI

NadiNadi ( 1138010177 )( 1138010177 )

Administrasi Negara Kelas EAdministrasi Negara Kelas E

Semester IIISemester III

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayahNya saya selaku dapat menyelesaikan tugas Otda dan Desentralisasi yang dibina oleh Ibu Dewi Maharani S.IP, M.Si dengan baik dan lancar.

Fitrah kehidupan manusia adalah menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan- aturan kehidupan yang telah ditetapkan oleh penciptanya, yaitu Allah Swt karena Dia yang paling mengetahui segalanya tentang makhluk ciptaan-Nya.

Saya menyadari akan adanya kekeliruan dari segi struktur kata, bahkan pembahasan yang kurang koheren untuk dijadikan sebagai hasil. Untuk itu, saya mengharapkan sebuah kritikan dan saran yang mendukung demi kesempurnaan tugas ini yang selanjutnya. Terimakasih. 

Bandung, 08 September 2014

OTONOMI DAERAH• Otonomi daerah merupakan wewenang untuk

mengatur urusan pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian desentralisasi sebenrnya menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan pemberian layanan yang bersifat lokalitas demi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Desentralisasi dapat jua disebut sebgai otonomisasi, otonomi daerah diberikan kepada masyarakat dan bukan kepada daerah atau pemerintah daerah.

Konsep Otonomi Daerah

• Otonomi daerah menurut Bintoro Tjokrohamidjojo (1995) adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Menurut Abdul Rahman (1985:11) Otonomi Daerah adalah hak mengatur dan memeratakan daerah sendiri atas inisiatif dan kemauan sendiri

• Abdullah (2002) otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan.

Menurut Ryaas Rasyid (2002) Tujuan utama dari kebijakan/ desentralisasi dan otonomi Daerah tahun 1999 adalah, di satu pihak, membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan domestik, sehingga ia berkesempatan mempeiajari, memahami, merespon berbagai kecendrungan global dan mengambil manfaat dari menangani urusan domestik, sehingga ia berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecendrungan global dan manfaat daripadanya. Pada saat yang sama, pemerintah pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan makro nasional yang bersifat strategis.

HAKEKAT OTONOMI DAERAH1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom, hak

tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan pemerintah pusat yang diserahkan kedaerah. Istilah sendiri dalam hak mengatur dan mengurus rumah tangga merupakan inti keotonomian suatu daerah berupa penetapan kebijaksanaan sendiri, pelaksanaan sendiri serta pembiayaan dan pertanggung jawaban daerah sendiri.

2. Dalam kebebasan menjalankan hak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan kewenangan otonominya itu di luar batas-batas wilayah daerahnya.

3. Daerah tidak boleh mencapai hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain sesuai dengan wewenang pangkat dan urusan yang diserahkan kepadanya.

4. Otonomi daerah tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri tidak merupakan subordinasi hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMDA• UU.No 1 tahun 1945 dimana kebijakan pemerintahan tentang otonomi daerah pada masa

itu menitik beratkan pada dekosentrasi • UU. No.22 tahun 1948 dimana kebijakan pemerintah lebih menitik beratkan pada

desentralisasi • UU.No. 1 tahun 1957 kebijakan otonomi bersifat dualisme, dimana kepala daerah

bertanggung jawab kepada DPRD • ketetapan Presiden No.6 tahun 1959 Pemerintahan lebih menekankan pada dekosentrasi • UU. No18 tahun 1965 masa itu kebijakan Pemeritahan menitik beratkan pada

desentralisasi dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya pada daerah sedangkan dekosentrasi hanya sebagai pelengkap

• UU,No 5 tahun 1974 itu setelah terjadinya G30.SPKI yang pada dasarnya telah terjadi fakuman dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan di daerah sampai denan UU No 5 tahun 1974 yaitu dengan desentralisasi,dekosentrasi dan tugas pembantuan, selanjutnya dengan kebijakan pemerintahan pada masa orde baru,maka pada masa berlakunya UU.No 5 tahun 1974 pembangunan pembangunan menjadi isu sentral dibandingkan politik yang pada penerapannya seolah olah terjadi proses politisasi peran peran pemerintahan daerah dan mengantikanya dengan peran pembangunan yang menjadi isi nasional

• UU. No 22 tahun 1999 pada masa itu terjadi lagi perubahan yang menjadikan pemerintahan daerah sebagai titik sentral dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembagunan dengan mengedepankan otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab.

• UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah & UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Pusat & Daerah, dijabarkan pd Perpres No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

PELAYANAN PUBLIK DI ERA OTONOMI DAERAH

Ciri-ciri kepuasan pelanggan:• Lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan. • Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan

masyarakat.• Menerapkan system kompetisi. • Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan

sasaran. • Lebih mengutamakan yang diinginkan oleh

masyarakat.• Lebih mengutamakan desentralisasi dalam

pelaksanaan.

Kelemahan otonomi• Kurang responsif.• Kurang informatif.• Kurang accessible.• Kurang koordinasi• Birokratis.• In-efisen.• Kurang mau mendengar

keluhan/saran/aspirasi masyarakat.

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pelaksanaan otonomi daerah di beberapa daerah telah diwarnai dengan kecenderungan Pemda untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dengan cara membuat Perda yang berisi pembebanan pajak-pajak daerah. Hal ini telah mengakibatkan timbulnya ekonomi biaya tinggi (High Cost Economy) sehingga pengusaha merasa kberatan untuk menanggung berbagai pajak tersebut.

Gaya Kepemimpinan daerah

• Peran Kepemimpinan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 telah diamanahkan bahwa tugas dan kewenangan sebagian urusan pemerintahan diserahkan kepada daerah melalui desentralisasi kewenangan dan dengan memperkuat otonomi daerah

• Di era Otonomi daerah menuntut adanya keterbukaan, akuntabilitas, ketanggapan, dan kreatifitas dari segenap aparatur Negara, sehingga peran kepemimpinan sangat dibutuhkan

DESENTRALISASI

• Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai strategi dan kebijakan dilaksanakan. Dalam konteks kebijakan hubungan antara pemerintah Pusat dan Daerah, kebijakan pembangunan dapat dilihat dari sisi pelimpahan kewenangan atau urusan untuk melaksanakan pembangunan tersebut.

• Ada dua pendekatan yang biasa digunakan, yaitu pendekatan sentralisasi dan pendekatan desentralisasi.

&&&

SEJARAH DESENTRALISASI• Desentralisasi, terutama desentralisasi politik telah

menjadi tren global. Menurut Catatan Manor (1998) negara-negara demokrasi, besar atau kecil, kaya atau miskin, telah melakukan devolusi politik, desentralisasi fiskal, dan desentralisasi administratif ke daerah-daerah

• di Indonesia konsep desentralisasi sebenarnya bukanlah hal baru. Ekspedisi Harian Kompas 2009 menemukan bahwa desentralisasi, yang dalam hal ini swatantra – telah dipraktikkan di beberapa tempat di Indonesia jauh sebelum negeri ini merdeka. Artinya, negeri ini memiliki pengalaman historis dalam berdesentralisasi.

• Rezim orba dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tidak “memperkenankan” adanya pemerintahan daerah, tetapi pemerintahan “di” daerah.

• Kata “di” dapat ditafsirkan sebgai praktek hegemonik-eksploitatif pusat terhadap daerah. Untuk memperhalus hegemoni itu, pemerintah pusat mengkampanyekan citra: Pusat adalah pusatnya Daerah; Daerah adalah daerahnya Pusat.

• “Politik desentralisasi dan otoda“ rezim orba telah membuat pemerintah daerah sangat tergantung kepada pemerintah pusat; sebuah kondisi yang paradoks dengan makna konsep otonomi daerah.

• Selain ketergantungan, banyak daerah, khususnya “pemilik” sumberdaya alam, seperti hutan dan tambang, tidak puas terhadap pusat, akibat ketimpangan pembagian keuangan antara pusat dan daerah.

• Gerakan reformasi membantu bangsa ini untuk memahami konsep desentralisasi dengan lebih sehat dan adil, meski terus berusaha menyempurnakan konsep yang ideal dalam pola hubungan antara pusat dan daerah

• Pada masa penerapan UU No. 5/1974 (UU pokok-pokok pemerintahan) dinamika hubungan pusat-daerah didominasi oleh dinamika sentripetal (kekuasaan terpusat)

• Eforia reformasi melahirkan UU No. 22/1999. UU ini bergerak ke pendulum yang sangat ekstrim. Tata-kelola pemerintahan daerah di negeri ini mengalami lompatan kuantum dari yang serba-sentralistik menuju ke yang serba-desentralistik (sentrifugal)

• Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 mencoba merevisi (membagi secara proporsional) dlm pola hub. Pusat dan daerah.

PENGERTIAN DESENTRALISASI

• Desentralisasi menurut UU No. 32 tahun 2004 adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

• Menurut Bird dan Vallaicort (2000) ada 3 variasai desentralisasi dalam kaitannya dengan derajat kemandirian pengambilan keputusan keputusan yang di lakukan daerah

• Pertama, desentralisasi berarti pelepasan tanggungjawab yang berada dalam lingkungan pemerintah pusat ke instansi vertikal di daerah

• Kedua, delegasi berhubungan dengan suatu situasi, yaitu daerah bertindak sebagai wakil pemerintah untuk mlaksanakan fungsi2 tertentu atas nama pemerintah.

• Ketiga, Devolusi (pelimpahan) berhubungan dg suatu situasi yang bukan saja implementasi tetapi juga kewenangan untuk memutuskan apa yang perlu dikerjakan di daerah.

Desentralisasi & pemekaran wilayah

• Ada dua hal penting yang berkaitan dengan pemekaran wilayah yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu pertama, bagaimana pemerintah melaksanakannya, dan kedua, bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan selama lima tahun

Desentralisasi dan Otonomi Daerah

• Isu otonomi daerah tidak bisa di pisahkan dari konsep desentralisasi

• Otonomi daerah lahir dari kebijakan, implementasi dan komitmen mendesentralisasikan kebijakan pusat kepada daerah

IPLEMENTASI DESENTRALISASI DALAM PENYELENGGARAAN

OTDA DI INDONESIA• Implementasi Asas Desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pola hubungan antara pusat dan daerah sejatinya sudah berlangsung sejak lama

• Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai bukti penerapan asas desentralisasi di Indonesia sudah ada sejak tahun 1957.

• Beberapa sistem yang sudah diterpkan dapat diiraikan sebagai berikut :

I. Model Tiga tingkat dengan otonomi luas

pada unit dasar

– UU No 22 Th 1948, UU No 1 Th 1957, dan UU No 18 Th 1965.

– Pemda terdiri 3 tingkat : Pemda Tk I, Pemda Tk II, dan Pemda Tk III.

II. Model Dua Tingkat dengan otonomi sangat

terbatas

– UU No 5 Th 1974.– Dati I (otonom) sekaligus wilayah Provinsi

(wilayah administrasi) dan Dati II sekaligus wilayah kaupaten/kota (wilayah administrasi)

– Asas dekonsentrasi dan desentralisasi pada semua tingkat

III. Model Semi Dua Tingkat dengan Otonomi luas pada unit

dasar– UU No 22 Th 1999 jo UU 32 Th 2004.– Pemda terbagi atas Provinsi dan Kabupaten/Kota.– Provinsi menganut asas Dekonsentrasi dan

Desentralisasi terbatas.– Kabupaten/Kota menganut asas desentralisasi.– Provinsi merupakan wilayah administrasi

sekaligus daerah otonom (terbatas).– Kabupaten/Kota merupakan daerah otonom

penuh (luas).

KESIMPULANHal- hal yang kiranya perlu dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah adalah :•Untuk meningkatkan pegelolaan pelayanan publik yang berkualitas•Memperkuat kewenangan lembaga/unit pelayanan. •Melibatkan masyarakat untuk secara aktif mengawasi, mengevaluasi, dan memberikan masukan.

Pelaksanaan desentralisasi indonesia• Dalam era reformasi kebijakan desentralisasi

lebih berpihak pada kemandirian daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, atau penyelenggaraan pemerintahan cenderung bersifat desentralis. Hal ini ditandai dengan berlakunya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 32 tahun 2004.

• Kebijakan ini tentunya sejalan dengan semangat reformasi, meskipun demikian dalam implementasinya ternyata belum benar-benar dapat mewujudkan otonomi daerah.

• Sebagian besar urusan pemerintahan telah diserahkan kepada daerah disertai dengan dukungan fiskalnya, tetapi pengelolaannya belum berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

• Hal ini diantaranya terlihat dari: fenomena tingginya political cost yang harus dikeluarkan untuk membiayai proses demokrasi di daerah, sementara di lain pihak terdapat fenomena masih rendahnya tingkat pendidikan pada sebagian besar lapisan masyarakat, tingginya angka kemiskinan di daerah-daerah, masih rendahnya indeks pembangunan manusia, dan terbatasnya penyediaan sarana dan prasarana pembangunan di berbagai daerah.

Daftar Pustaka

• UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemda• UU No. 12 Tahun 2008 tentang perubahan ke-2

pemda• Crook, R.C. dan J. Manor. 1998. Democracy and

Decentralization in South-East Asia and West Africa: Participation, Accountability, and Performance. Cambridge University Press, Cambridge.

• Sadu Wasistiono,2003. Kapita Selecta MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAERAH, Fokusmedia Bandung

• Haris Syamsuddin, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Jakarta: LIPI Press, 2007.

Sumber internet• Google: http//www.otonomidaerah.com. “senralisasi dan

desentralisasi dalam otonomi daerah.”• http://www.bandungkab.go.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=1&Itemid=3• http://www.bandungkab.go.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=3&Itemid=5• http://www.pu.go.id/itjen/buletin/3031otoda.htm• http://www.transparansi.or.id/otoda/perkembangan.html• http://www.sinarharapan.co.id/berita/0302/20/opi02.html• http://www.apkasi.or.id/modules.php?

name=News&file=article&sid=54• http://www.pu.go.id/humas/media%20massa/juni/sp0806002.htm• http://www.geocities.com/aripsda/makalah/hubungan.htm• http://www.ditjen-otda.go.id/otonomi/detail_artikel.php?id=52