29
BAB I PENDAHULUAN Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachii, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif disebut juga otitis media serosa atau otitis media sekretoris. 1 Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis yaitu otitis media supuratif akut atau otitis media akut dan otitis media supuratif kronis. Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut dan otitis media supuratif kronis. 1 Yang akan dibahas di sini hanyalah otitis media supuratif kronis. Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan penyakit infeksi kronis di bidang THT di Indonesia yang masih sering menimbulkan ketulian dan kematian. 2 OMSK merupakan kelanjutan dari proses otitis media akut (OMA), dimana proses ini minimal berlangsung selama lebih dari 2 bulan. Sebagian besar OMSK berawal dari infeksi akut telinga tengah atau otitis media akut (OMA), yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak dan jika tidak diobati dengan cepat dan tepat akan berlanjut menjadi OMSK pada anak dan dewasa. 2 Perubahan-perubahan patologi yang terjadi pada OMSK dapat mengenai membrana timpani, struktur di dalam kavum timpani seperti mukosa maupun tulang-tulang pendengaran. OMSK dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan atas proses 1

Otitis media supuratif kronis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medical reference

Citation preview

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachii, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif disebut juga otitis media serosa atau otitis media sekretoris.1Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis yaitu otitis media supuratif akut atau otitis media akut dan otitis media supuratif kronis. Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut dan otitis media supuratif kronis.1 Yang akan dibahas di sini hanyalah otitis media supuratif kronis.Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan penyakit infeksi kronis di bidang THT di Indonesia yang masih sering menimbulkan ketulian dan kematian.2 OMSK merupakan kelanjutan dari proses otitis media akut (OMA), dimana proses ini minimal berlangsung selama lebih dari 2 bulan. Sebagian besar OMSK berawal dari infeksi akut telinga tengah atau otitis media akut (OMA), yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak dan jika tidak diobati dengan cepat dan tepat akan berlanjut menjadi OMSK pada anak dan dewasa.2Perubahan-perubahan patologi yang terjadi pada OMSK dapat mengenai membrana timpani, struktur di dalam kavum timpani seperti mukosa maupun tulang-tulang pendengaran. OMSK dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan atas proses patologinya yaitu OMSK tipe tubo-timpanik dan OMSK tipe atiko-antral.1,2,3,4Diagnosis dan terapi pada OMSK berbeda berdasarkan tipe OMSK itu sendiri sehingga perlu dibedakan antara kedua tipe OMSK tersebut. Terapi OMSK dibedakan menjadi 2 yaitu terapi konservatif dengan medikamentosa untuk OMSK tipe benigna dan bersifat berbahaya atau tipe maligna dilakukan pembedahan.2BAB II

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONISI. BATASAN

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media supuratif kronis dahulu disebut otitis media perforata atau dalam sehari-hari disebut congek.2Otitis media supuratif kronis sangat berbeda dari otitis media supuratif akut, tidak saja dari lamanya sakit tetapi sangat berbeda dalam perubahan-perubahan patologis yang terjadi pada telinga bagian tengah dan juga berbeda dalam gambaran klinis. Otitis media akut yang tidak sembuh dalam beberapa minggu bahkan bulan masih diharapkan terjadi penyembuhan sempurna tanpa gejala-gejala sisa. Tetapi apabila sejak permulaan otore sudah tampak terjadi kolesteatoma terutama di daerah apitimpanum maka sudah dipastikan OMSK.3 II. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS 4Etilogi OMSK bisaanya adalah haemophilus sp., proteus sp., streptococcus pneumoni, staphylococcus, pseudomonas aerugenosa, bakteri anaerob seperti bakteroides sp., peptokokus sp.Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari ottis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi OMSK bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.Tidak jarang pula terjadi metaplasia dari mukosa kavum timpani yang semula epitel selapis kubis menjadi epitel berlapis dan nantinya akan tumbuh menjadi kolesteatoma.

Ditinjau dari asalnya, maka kolesteatoma dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu, koleastoma kongenital dan kolesteatoma akuisita. Koleastoma kongenital berasal dari jaringan epitel embrional. Kolesteatoma akuisita dikenal 2 bentuk yaitu, koleastoma akuisita primer dan kolesteatoma akuisita sekunder.Kolesteatoma primer disebut pula true cholesteatoma atau attic retraction cholesteatoma. Kolesteatoma ini terdapat di dalam epitimpanum tanpa terjadi perforasi sebelumnya pada membran timpani pars flaksida. Adapun terjadinya kolesteatoma primer ini adalah karena tekanan negatif akibat disfungsi tuba yang kronis, sehingga akan terjadi penarikan atau invaginasi pars flaksida ke dalam epitimpanum. Retraksi pada atik ini membentuk suatu kantongan dimana di dalamnya terjadi deskuamasi epitel terus-menerus, hingga terjadi berlapis-lapis dan terisi debris. Dengan adanya infeksi, maka proses deskuamasi ini akan bertambah cepat dan terjadi perluasan kolesteatoma.Kolesteatoma akuisita sekunder diakibatkan oleh migrasi epitel meatus akustikus eksternus ke dalam epitimpanum melalui perforasi pars tensa membrana timpani, terutama pada perforasi marginal. Dikatakan bahwa migrasi epitel dari meatus akustikus eksternus lebih mudah terjadi melalui perforasi marginal, dimana sudah terjadi kerusakan annulus timpanikus, sedangkan pada perforasi sentral jarang terjadi.Pertumbuhan jaringan patologi ini dapat merusak struktur-struktur kavum timpani seperti tulang-tulang pendengaran dengan akibat terjadi gangguan pendengaran. Selain proses patologi ini akan meluas ke antrum mastoid dan merusak sel-sel udara di dalam kavum mastoid.III. PERJALANAN PENYAKITOtits media akut dengan perforasi membrana timpani menjadi otitis media kronis apabila prosesnya sudah melebihi 2 bulan. Bila proses kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut. Faktor predisposisi terjadinya OMSK antara lain : Infeksi akut yang tidak segera diobati

Dosis antibiotika yang tidak adekuat

Radang saluran nafas atas yang berulang

Daya tahan tubuh yang menurun

Virulensi kuman

IV. KLASIFIKASI OMSKSedangkan klasifikasi berdasarkan atas sekret yang keluar yaitu: OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif, dan OMSK tipe tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering. 3Otitis media supuratif kronis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1,2,31. OMSK tipe benigna (tipe mukosa) = tipe aman

2. OMSK tipe maligna (tipe tulang) = tipe bahaya1. OMSK tipe tubo-timpanik atau tipe mukosa/benigna

Pada OMSK tipe ini terjadi perubahan-perubahan patologis yang terjadi di telinga tengah mengenai mukoperiostium kavum timpani, antrum dan cellulae mastoidea dan tidak terjadi proses yang mengenai bagian tulang di bawahnya. Adapun perubahan-perubahan patologis yang terjadi pada tipe tubo-timpanik adalah sebagai berikut: 3a. Penebalan mukosa kavum timpanib. Pembentukan jaringan polip

c. Pembentukan jaringan granulasi

d. Perforasi membrana timpani sentral, dapat subtotal atau total tetapi dengan annulus tympanicus utuh dan bagian manubrium mallei utuh sehingga perforasi menyerupai bentukan ginjal

e. Tidak terbentuk kolesteatoma2. OMSK tipe atiko-antral atau tipe tulang/malignaPada OMSK atiko-antral proses patologis yang terjadi pada telinga tengah tidak saja pada mukoperiosteum tetapi merusak pula jaringan tulang yang ada di bawahnya. Perforasi membrana timpani terjadi di daerah posterosuperior atau pada pars flaksida dan merusak annulus timpanikus. Terjadi pula kerusakan pada tulang-tulang pendengaran, cellulae mastoidea, aditus dan antrum mastoid. Pada OMSK ini ditandai dengan pembentukan kolesteatoma yang bersifat destruktif terhadap jaringan sekitarnya.

Kolesteatoma adalah kumpulan debris hasil proses deskuamasi epitel bercampur dengan kuman, leukosit dan kristal-kristal kolestrin. Bentuknya adalah sebagai gumpalan berlapis-lapis, berwarna putih. Kristal ini terbentuk dari katabolisme protein secara anaerob.3V. LETAK PERFORASILetak perforasi membran timpani penting untuk menentukan tipe atau tipe OMSK. Perforasi membrana timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik.

Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di daerah pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi masih ada membrana timpani. Pada perforasi marginal, sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan annulus timpanikum. Perforasi atik adalah perforasi yang terletak di pars flaksida.VI. DIAGNOSISPerlu dibedakan antara gejala dari OMSK benigna dengan OMSK maligna berkaitan dengan prognosis penyakitnya. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: 1,2,31.Pada OMSK tipe tubo-timpanik didapatkan gejala :

a. Otore mukopurulen yang pada mulanya dapat berbau, tetapi segera menjadi mukoid dan tidak berbau sesudah mendapat pengobatan beberapa saat. Otore bersifat intermiten, berulang, berhubungan dengan adanya peradangan saluran nafas bagian atas.b. Perforasi membran timpani bentuk sentral, tidak pernah marginal, dapat total atau subtotal dengan bagian anulus timpanikus yang utuh atau seperti bentuk ginjal. Lokalisasi pada pars tensa.

c. Pemeriksaan Rontgen : prosessus mastoid menunjukkan gambaran suram atau clowding.

d. Terdapat gejala kurang pendengaran tipe konduksi.2.Pada OMSK tipe atiko-antral didapatkan gejala :

a. Otore berbau mukopurulen.

b. Terdapat kolesteatoma.

c. Perforasi membrana timpani tipe marginal di daerah posterior dan di daerah atik. Dapat juga perforasi total.

d. Pemeriksaan Rontgen os mastoid posisi Schuller terlihat gambaran radiolusen.

e. Kurang pendengaran tipe konduksi atau campuran.

f. Vertigo.Adapun pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah seperti berikut : 2,51. Pemeriksaan kuman dan tes uji kepekaan kuman.2. Pemeriksaan radiologis os mastoid dengan posisi Schuller.

3. Pemeriksaan audiometri.VII. PENATALAKSANAANAdapun penatalaksanaan OMSK secara umum adalah sebagai berikut :

1. Konservatif, berupa :a. Perbaikan keadaan umum

b. Eradikasi sumber infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti tonsillitis, sinusitis dan lain-lain

c. Toilet telinga

d. Tetes telinga mengandung antibiotik

e. Serbuk Jodium 1% dalam asam borat, disemprotkan melalui lubang perforasi yang cukup besar

2. Operasi, berupa :

a. Mastoidektomi

Indikasi : OMSK tubo-timpanik dengan gangguan drainase seperti polip dan jaringan granulasi dan OMSK atiko-antral.b. Timpanoplasti

Sedangkan penatalaksanaan OMSK secara khusus dibedakan berdasarkan tipe OMSK, adalah sebagai berikut : 3,51. OMSK tipe tubo-timpanik

a. Toilet telinga. Otore dibersihkan dengan aspirasi atau suction sehingga tetap kering. Dilakukan pemeriksaan kuman dan kepekaan. Antibiotik segera diberikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan tes kepekaan kuman.

b. Tuba Eustachii harus dibuka dengan cara memberi tetes hidung, valsava manuvre atau politserisasi.c. Pemberian oabat-obat tetes telinga yang mengandung antibiotik, memberi khasiat yang tidak menentu. Masih menjadi pertentangan oleh karena penyerapan jaringan mukosa terhadap obat-obat antibiotika local tidak menentu, apalagi ditambah penyerapan oleh jaringan yang telah mengalami nekrosis amat buruk.d. Pemberian obat tetes larutan peroksida 3% atau solutio H2O2 3%.e. Bubuk asam borat dalam yodium 1% sebagai antiseptic, disemprotkan dalam telinga tengah.

f. Tindakan operasi dikerjakan untuk mengembalikan keutuhan membrana timpani atau miringoplasti. Dikerjakan bila perforasi telah menjadi kering dan tidak ada lagi tanda infeksi.

2. OMSK tipe atiko-antrala. Atikotomi dekerjakan bila proses terbatas atik. Dilakukan pembersihan di daerah epitimpanum ini. Cara ini membiarkan membrana timpani dan tulang-tulang pendengaran tetap utuh, sehingga tidak terjadi kurang pendengaran.

b. Mastoidektomi ruang terbuka. Operasi ini dilakukan melalui pendekatan retroaurikuler, membersihkan jaringan patologis yang terdapat di antrum, aditus dan atik. Dibuat hubungan antara kavum mastoid dengan liang telinga luar.

VIII.KOMPLIKASI

Otitis media supuratif kronik yang tidak mendapat pengobatan yang tepat dapat mengalami komplikasi yang bervariasi mulai dari komplikasi ringan sampai komplikasi berat yang akan dialami sepanjang hidupnya. Komplikasi ini dapat dibagi menjadi 2 subgroup: intratemporal dan intrakranial. 2,3 Komplikasi intratemporal meliputi: petrositis, paralysis facial, dan labirintitis.

Komplikasi intrakranial meliputi: tromboplebitis sinus lateral, meningitis, dan abses intrakranial. IX.JENIS PEMBEDAHAN PADA OMSK 2Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK tipe benigna atau maligna. Jenis pembedahan antara lain :

1. Mastidektomi sederhana2. Mastoidektomi radikal3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti atau combined approach tympanoplasty Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau kolesteatoma, sarana yang tersedia serta pengalaman operator.

Sesuai dengan luasnya infeksi atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.1.Mastidektomi Sederhana

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.2.Mastoidektomi radikal

Operasi init dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatoma yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.

Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial. Fungsi pendengaran tidak perbaikiKeburukannya ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.

3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasiOperasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihan dan dinding posterior liang telinga direndahakan.

Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

4.MiringoplastiOperasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan timpanoplasti tipe I. Rekontruksi hanya dilakukan pada membran timpani.Tujuan operasi untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pata OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang disebabkan oleh perforasi membran timpani.

5.TimpanoplastiOperasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak dapat ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.

Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.

Pada operasi ini selain rekontruksi membran timpani sering dilakukan juga rekontruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekontruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.Sebelum rkontruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani degan atau tanpa mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.6.Pendekatan ganda timpanoplasti atau combined approach tympanoplastyMerupakan tehnik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasusu OMSK tipe maligna. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan tehnik radikal mastoidektomi (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui 2 jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga gan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior.

Tehnik ini belum disepakati oleh para ahli oleh karena sering terjadi kekambuhan terbentuknya kolesteatoma.BAB III

KESIMPULANOtitis media supuratif kronis dahulu disebut otitis media perforata atau dalam sebutan sehari-hari congek. Kuman penyebab OMSK antara lain, haemophilus sp., proteus sp., streptococcus pneumoni, staphylococcus, pseudomonas aerugenosa, bakteri anaerob seperti bakteroides sp., peptokokus sp.1Perjalanan penyakit otitis media akut dengan perforasi membrana timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Dan apabila proses kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut.2 Otitis media supuratif kronis (OMSK) sering diperkirakan sebagai kelanjutan dari otitis media akut yang tidak mendapat penanganan yang adekuat.Tipe OMSK dapat dibagi 2 yaitu, OMSK tipe benigna atau yang sering disebut OMSK tipe mukosa atau tipe aman dan OMSK tipe maligna atau yang sering disebut tipe tulang atau tipe berbahaya.2Tanda klinis OMSK tipe maligna adalah terdapat abses atau fistel retroaurikuler, terdapat polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari liang telinga tengah, terlihat kolesteatoma pada telinga tengah terutama di epitimpanum, sekret berbentuk nanah dan berbau khas, terlihat bayangan kolesteatoma pada rontgen mastoid.3Terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Sedangkan prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan.

Ada beberapa tipe pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK tipe benigna atau maligna. Dimana tipe operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau kolesteatoma, sarana yang tersedia serta pengalaman operator.LAPORAN KASUSI.IDENTITAS PENDERITANama

: INMUmur

: 45 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-lakiAgama

: Hindu

Pekerjaan

: Pegawai swastaAlamat

: Jl. Nagasari Poh Manis Penatih, DenpasarTanggal Pemeriksaan : 29 Desember 2014II. ANAMNESISKeluhan Utama : Keluar cairan pada telinga kananPenderita datang dengan keluhan keluar cairan pada telinga kanan sejak 2 bulan yang lalu. Cairan berwarna kuning seperti nanah dan tidak berbau. Awalnya penderita merasa telinganya penuh dan nyeri, kemudian dibersihkan dengan cotton bud. Tetapi keluhan tidak berkurang bahkan penderita merasa pendegaran pada telinga kanannya menurun.Tidak dikeluhkan adanya nyeri kepala, pilek dan batuk. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya.

Riwayat pengobatan : Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya.Riwayat penyakit sebelumnya : Penderita tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat sering bersin-bersin yang hilang timbul dan biasanya terjadi pada musim hujan disertai keluar cairan dari hidung berwarna bening dan encer.Riwayat pribadi sosial : Penderita adalah seorang pegawai swasta dengan sosial ekonomi yang cukup.

Anamnesis Tambahan TelingaKananKiri

Sekret

Tuli

Tumor

Tinnitus

Sakit

Corpus alienum

Vertigo +-

-

-

+-

--

-

-

-

--

-

Hidung

KananKiri

Sekret

Tersumbat

Tumor

Pilek

Sakit

Corpus alienum

Bersin-

-

-

-

-

-

--

-

-

-

-

-

TenggorokanRiak

: -Gangguan suara : -Tumor

: -Batuk

: -Sakit

: -Corpus alienum: -Sesak nafas

: -

III. PEMERIKSAAN FISIKStatus Present

Vital Sign

Keadaan umum :Baik

Kesadaran

:Kompos mentis

Tekanan darah :120/80

Nadi

:86 x /menit

Respirasi

:22 x /menit

Temperatur axila :36,5 C

Status General

Mata

:anemia -/-, ikterus -/-, Rp +/+ isokor

THT

:sesuai status lokalis

Leher

:pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorax :cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

:pulmo : vesic +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen :distensi (-), H/L ttb, peristaltik (+) normal

Extrimitas :dalam batas normal

Status Lokalis

Telinga

KananKiri

Daun telinga

Liang telinga

Discharge

Membran tympani

Tumor

Mastoid

Tes pendengaran :

Suara bisik

RinneNormal

Lapang

MukopurulenPerforasi sentral-

Normal

Tidak dilakukan+Normal

Lapang

-

Intak

-

Normal

Tidak dilakukan+

WeberLateralisasi -

Schwabach NormalNormal

Hidung

KananKiri

Hidung luar

Cavum nasi

Mukosa

DischargeNormal

Lapang

Merah muda

+Normal

Lapang

Merah muda

+

SeptumDeviasi -

Concha

Tumor

Choana

SinusDekongesti

-

Tidak dievaluasi

Tidak dievaluasiDekongesti

-

Tidak dievaluasi

Tidak dievaluasi

TenggorokanDyspneu : -

Cyanosis : -Mukosa: NormalStridor : -Suara: NormalTonsil : T1/T1, hiperemi -Pembesaran kel limfe: -IV. RESUME

Penderita seorang laki-laki, 45 tahun, hindu, Bali, datang dengan keluhan nyeri serta keluar cairan pada telinga kanan sejak 2 bulan yang hilang timbul. Cairan berwarna kuning seperti nanah dan tidak berbau.

Riwayat pengobatan : penderita tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan sebelumnyaRiwayat penyakit sebelumnya : Belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Pasien memiliki riwayat sering bersin-bersin yang hilang timbul dan biasanya terjadi pada musim hujan disertai keluar cairan dari hidung berwarna bening dan encer.

Dari pemeriksaan fisik diperoleh vital sign dan status generalis dalam batas normal

Status lokalis THT :

Telinga

KananKiri

Daun telinga

Liang telinga

Discharge

Membran tympani

Tumor

Mastoid

Tes pendengaran :

RinneNormal

Lapang

MukopurulenPerforasi sentral-

Normal

+Normal

Lapang

-

Intak

-

Normal

+

WeberLateralisasi -

Schwabach NormalNormal

V. DIAGNOSISOtitis Media Supuratif Kronik Benigna fase aktif DekstraVI. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Audiometri

Rontgen foto posisi SchullerVII. PENATALAKSANAAN1. Konservatifa. Toilet telingab. H2O2 3%

c. Ciprofloksasin 2 x 500 mgd. Pseudoefedrin 3x60 mgVIII. PROGNOSIS

Dubius ad bonamBAB IVPEMBAHASAN

1. Pasien ini didiagnosis Otitis Media Supuratif Kronis benigna fase aktif dekstra karena :Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh telinga kanan keluar cairan dan terasa penuh sejak 2 bulan yang lalu dan hilang timbul. Penderita juga merasa pendengarannya sedikit terganggu sejak keluhan-keluhan tersebut timbul. Hal ini sesuai dengan gejala-gejala yang biasanya timbul akibat OMSK dimana onsetnya sudah lebih dari 2 bulan.

Selain itu pasien juga mengeluh sering bersin dan pilek terutama pada saat musim hujan. Hal ini dicurigai sebagai penyebab OMSK akibat radang saluran nafas berulang.Pada pemeriksaan fisik didapatkan telinga terdapat sekret mukopurulen pada telinga kanan dan membran timpani telah terjadi perforasi sentral. Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu :

Prinsip terapi OMSK benigna adalah konservatif atau medikamentosa.

Toilet telinga : otorea yang terjadi dibersihkan dengan aspirasi (suction) sehingga tetap kering

H2O2 3% : diberikan karena sekret keluar terus dari telinga kanan. Obat ini diberikan selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang atau bila sudah tenang, dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid, tidak lebih dari 1-2 minggu karena obat bersifat ototoksik.

Ciprofloksasin 2 x 500 mg : diberikan untuk pengobatan infeksi yang terjadi. Antibiotik ini diberikan selama 5 hari. Antibiotik dapat diberikan pada setiap fase aktif dan disesuaikan dengan kuman penyebab. Patogen OMSK terutama kuman gram negatif yaitu Pseudomonas Aeruginosa yang tidak sensitif lagi dengan antibiotika klasik seperti penisilin, amoksisilin, eritromisin, tetrasiklin dan klorampenikol. Antibiotik sistemik pertama dapat langsung dipilih yang sesuai dengan keadaan klinis, penampilan sekret yang keluar serta riwayat pengobatan sebelumnya. Sekret hijau kebiruan menandakan Pseudomonas sebagai kuman penyebab, sekret kuning pekat seringkali disebabkan oleh staphylococcus, sekret berbau busuk sering kali mengandung golongan anaerob. Dari penelitian sebelumnya kebanyakan kuman-kuman tersebut masih sensitif terhadap fluorokuinolon (ofloksasin, ciprofloksasin), sehingga dapat dipakai pada orang dewasa. Pada penderita berusia lebih dari 18 tahun dapat dipilih ciprofloksasin.Pseudoefedrin 3 x 60 mg : diberikan untuk mengatasi sumbatan pada hidung dimana pada pasien ini didapatkan riwayat bersin berulang yang kemudian terjadi penyumbatan pada hidung. Pseudoefedrin bertindak sebagai dekongestan untuk mengurangi vasodilatasi pembuluh darah, sehingga akan mengurangi sumbatan pada hidung.

Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan maka idealnya dilakukan timpanoplasti atau miringoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

3. Prognosis

Dubius ad bonam, karena pada pasien ini belum didapatkan tanda-tanda komplikasi baik intratemporal maupun komplikasi intrakranial.

DAFTAR PUSTAKA1. Suardana W, Oka I B, Sudipta M, dkk. Otitis Media Kronik. Dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Denpasar : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1992; 5-10.

2. Djaafar H Z. Otitis Media. Dalam Nurbaiti I dan Efiaty A S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2014; 62-67.3. Suardana W. Otitis Media Purulenta Kronik. Dalam Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok. Denpasar : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1998; 49-56.

4. Pracy R, Siegler and PM Stell, eds. Pelajaran Ringkas Telinga Hidung dan Tenggorok. Jakarta : PT Gramedia 1989; 32-40.5. Cody T R, Kern E B and Pearson B W. Otore dan Pruritus di Telinga. In Petrus Andrianto, ed. Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok. Jakarta : EGC 1991 ; 120-124PAGE 18